wine
DESCRIPTION
pembuatan wineTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 PENDAHULUAN.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu
bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi sepertiasam
butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggurdan minuman beralkohol
lainnya.
Respirasi anaerobik dalam otot mamaliaselama kerja yang keras (yang
tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk
fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya.
Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan
pada otot.
Banyak orang yang suka minum wine dan beberapa tidak minum bukan
karena tidk suka namun karena larangan agama. Meskipun hanya sebuah
minuman namun pembuatan wine tidak semudah pembuatan fast food. Perlu
banyak alat dan persyaratan agar pembuatan wine berhasil dengan baik.
Pada praktikum kali ini kita akan membuat wine dengan menggunakan
sari buah-buahan.
LABORATORIUM TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JAWA TIMURPraktikum : MIKROBIOLOGIPercobaan : FERMENTASI WINETanggal : 08 APRIL 2013Pembimbing : IR. TATIEK SRI HAJATI, MT
Nama : SETA ADHI GANDHA G.NPM/Semester : 1131010021 / IVRomb./Grup : II / FNPM/Teman Praktek : 1131010023 / ADINDA D.
DRAFT
I.2 TUJUAN
1. Membuat wine dengan bahan-bahan dari sari buah-buahan.
2. Memahami dan dapat mempraktikkan bagaimana cara membuat wine
dengan tingkatan kadar yang dapat ditentukan.
3. Memahami bagaimana proses pembuatan wine
I.3 MANFAAT
1. Praktikan dapat membuat wine dengan bahan-bahan dari sari buah-
buahan.
2. Praktikan dapat memahami serta mempraktikkan bagaimana cara
membuat wine dengan tingkatan kadar yang dapat ditentukan.
3. Praktikan dapat memahami bagaimana proses pembuatan wine
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 SECARA UMUM
Fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur bersama-sama
dengan bahan yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan
menghasilkan wine. Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir
yang akan menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari
campuran wine menuju udara dan alkohol akan tetap tinggal di fermentor. Jika
semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol atau alkohol telah mencapai
sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan. Selama
fermentasi sering ditambahkan nitrogen dan mikronutrien guna mencegah
produksi gas H2S. Jika gas ini muncul akan menyebabkan bau yang tidak enak.
Selama fermentasi, cairan yang dihasilkan disebut must. Guna mencegah
tumbuhnya bakteri pada must maka dilakukan pengadukan.Must mulai
bergelembung pada jam ke 8 – 20. Tahap awal proses fermentasi ini
pada red wine adalah 5 – 10 hari, white wine 10 – 15 hari. Setelah tahap awal ini
dilanjutkan tahap kedua. Pengaturan pH diatur dengan penambahan asam
H2SO4 hingga dicapai pH 4 – 5.
Dalam tahap kedua fermentasi, wine dipindahkan ke fermentor yang tidak
boleh adanya oksigen masuk. Pada tahap ini akan dihasilkan alkohol dalam
kadar yang lebih tinggi. Tergantung dari bahan yang digunakan, wine dapat
berasa lebih manis atau alkohol dan ini akan mempengaruhi pada harga di
pasar. Fermentasi wine dengan khamir teramobilisasi.
Amobilisasi dalam bidang bioteknologi didefinisikan sebagai suatu cara
yang digunakan untuk menempatkan secara fisika atau kimia suatu sel, organel,
enzim atau protein lainnya ke dalam suatu penyangga berupa bahan padat,
matrik, atau membran. Amobilisasi dilakukan dengan maksud untuk
meningkatkan stabilitas dan membuat sel, organel atau enzim dapat digunakan
secara terus menerus (Brodelius,1987).
Amobilisasi enzim dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Metode pengikatan berdasarkan pada pengikatan enzim pada bahan
pendukung yang tidak larut dalam air.
Dalam metode ini enzim diikat secara langsung pada bahan pendukung. Aktifitas
enzim amobil dipengaruhi oleh sifat dari bahan pendukung yang digunakan
seperti, ukuran partikel, luas permukaan, perbandingan molar gugus hidrofilik
dan hidrofobik. Umumnya bahan pendukung yang digunakan adalah selulosa,
dekstrin, dan agarosa. Teknik pengikatan enzim pada bahan pendukung dapat
dilakukan dengan cara adsorpsi fisik, ikatan ionik dan ikatan kovalen.
2. Metode ikatan silang antara molekul enzim dengan pereaksi bergugus fungsi
ganda atau bergugus fungsi banyak.
Metode ini didasarkan pada ikatan kovalen, sehingga terbentuk ikatan
antarmolekul antara molekul enzim dengan menggunakan dua pereaksi atau
lebih. Pereaksi yang biasa digunakan adalah glutaraldehida, turunan isosianat,
dan N,N polimetilen bisiodoasetoamida. Pada metode ini tidak digunakan bahan
pendukung yang tidak larut dalam air.
3. Metode penjebakan, yaitu penggabungan enzim ke dalam kisi-kisi gel semi
permiabel atau penjebakan di dalam polimer semi permiabel. Pada metode ini
enzim/sel dalam kisi polimer atau dalam membran yang semi permiabel. Bahan
pendukung yang banyak digunakan untuk amobilisasi enzim dengan metode
penjebakan adalah kolagen, selulosa triasetat, alginat, poliakrilamid, k-
carageenan.
Teknik amobilisasi enzim sering digunakan di dalam industri karena
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
1. Penggunaan enzim dapat digunakan berulang-ulang sehingga biaya produksi
dapat diperkecil.
2. Stabilitas enzim dapat dipertahankan.
3. Proses pengoperasian lebih praktis sehingga mudah melakukan pengawasan
mutu hasil produksi.
4. Tidak ada resiko kontaminasi, karena hanya membuat satu kali ikatan.
5. Mengurangi biaya untuk perancangan maupun pembuatan reaktornya.
Sumber :
Dra. Devy Lidya Apt, M.Si. dan Dra. Nancy Siti Djenar, M.S. 2000. Dasar
Bioproses. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
(Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biochemistry/2175369-
amobilisasi-enzim/#ixzz2OvuSLZXU)
Penggunaan sistem sel amobil dengan fermentasi wine secara terus
menerus kini menjadi pembahasan yang menarik. Sistem ini tidak hanya
meningkatkan produktivitas tetapi juga memperbaiki biaya bioproses. Banyak tipe
bioreaktor yang digunakan dalam proses berlanjut, salah satunya adalah packed-
bed bioreactors yang populer karena biaya operasinya rendah dan mudah
pengoperasiannya. Selama fermentasi minuman beralkohol, senyawa-senyawa
volatil juga dihasilkan dengan berbagai konsentrasi. Senyawa-senyawa ini
mempunyai peran penting dalam sifat-sifat flavor dan sensoris.
Bahan yang utama diperlukan adalah buah (jika buahnya anggur disebut
wine saja, jika buah lain misal pisang maka disebut wine pisang dan sebagainya
tergantung nama buah). Selain buah diperlukan juga peralatan (fermentor) dan
mikroorganisme yaitu khamir, dan nutrisi tanbahan. Pada dasarnya hamir semua
buah dapat dibuat wine terutama yang mengandung gula. Bila gula pada buah
tadi kurang maka sering ditambahkan gula. Dapat pula dari bahan yang kaya pati
misalnya beras ketan, maka pati ada beras ini harus dipecah terlebih dahulu
misal menggunakan ragi tape dijadikan tape atau dihidrolisis dengan asam
maupun enzim. Contoh produk yang berasal dari beras ketan melalui fermentasi
ada adalah brem bali, sedang yang melalui hidrolisis adalah bio-etanol.
Buah yang baik untuk digunakan dalam pembuatan wine apabila
mengandung asam-asam seperti asam tartart, malat dan sitrat. Asam tartart
adalah antioksidan dan menghasilkan rasa asam. Asam malat juga dikenal
sebagai asam buah terutama pada apel. Asam sitrat adalah pengawet alami dan
juga memberi rasa asam.
Khamir adalah mikrooorganisme yang melakukan fementasi juice buah
menjadi wine. Khamir yang umum digunakan dalam fermentasi adalah
Saccharomyces sp. Khamir ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan CO2.
Dalam perombakan ini diperlukan pula nutrien yang mendukung pertumbuhan
khamir, jika tidak tersedia pada bahan baku. Bahan yang umum dtambahkan
adalah amonium fosfat sebagai sumber nitrogen.
Jika proses fermentasi telah selesai, maka dilakukan proses penjernihan.
Dalam proses penjernihan umumnya ditambahan tanin. Tanin akan membantu
pembentukan flavor. Proses penambahan tanin ini disbut aging karena setelah
ditambahkan wine dibiarkan beberapa lama (dapat sampai berbulan-bulan).
Tanin umumnya ditambahkan pada pembuatan red wine. Red wine dibuat dari
anggur hitam dan kulitnya tidak dipisahkan dalam proses pembuatanya. Tanin
terdapat pada kulit buah, tangkai dan biji.
Tannin adalah substansi dalam wine yang menyebabkan pengeratan,
seperti rasa kering di dalam mulut anda. Zat ini diekstrak dari kulit, biji, dan
batang anggur, jadi red wine akan mengandung lebih banyak tannin daripada
white wine.
White wine akan memeperoleh sebagian zat tannin jika untuk proses
fermentasi dan pematangan digunakan barel-barel dari kayu oak. Cobalah
memakan kulit anggur atau minumlah teh kental atau tanpa gula untuk
merasakan seperti apa rasa dari zat tannin di mulut anda.
Berdasarkan hukum yang berlaku, semua wine yang diproduksi di
Amerika akan mencantumkan keterangan “Mengandung Sulfida” pada labelnya.
Hal ini disebabkan karena terdapat sedikit persentase dari penderita penyakit
asma bisa memiliki tingkat sensitifitas yang ekstrim terhadap zat ini.
Sulfida atau Sulfurdioksida adalah senyawa yang terbentuk secara alami
selama proses fermentasi. Bahkan terkadang, produsen wine akan
menambahkan sedikit zat ini sebagai antibakterial dan pengawet. White wine
memiliki kandungan sulfida yang lebih besar, karena wine ini membutuhkan lebih
banyak perlindungan.
Macam Wine
Anggur (atau populernya disebut wine) adalah minuman beralkohol yang
dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang biasanya hanya tumbuh di area 30
hingga 50 derajat lintang utara dan selatan.
Anggur dibuat melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur.
Ada beberapa jenis minuman anggur yaitu :
Red Wine adalah wine yang dibuat dari anggur merah (red grapes). Beberapa
jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia
adalah merlot, cabernet sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot noir.
White Wine adalah wine yang dibuat dari anggur putih (white grape). Beberapa
jenis anggur hijau yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah
chardonnay, sauvignon blanc, semillon, riesling, dan chenin blanc.
Rose Wine adalah wine yang berwarna merah muda atau merah jambu yang
dibuat dari anggur merah namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih
singkat dibandingkan dengan proses pembuatan Red Wine. Di daerah
Champagne, kata Rose Wine mengacu pada campuran antara White
Wine dan Red Wine.
Sparkling Wine adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung
karbon dioksida di dalamnya. Sparkling Wine yang paling terkenal
adalah Champagne dari Prancis. Hanya Sparkling Wine yang dibuat dari
anggur yang tumbuh di desa Champagne dan diproduksi di desa Champagne
yang boleh disebut dan diberi label Champagne.
Sweet Wine adalah wine yang masih banyak mengandung gula sisa hasil
fermentasi (residual sugar) sehingga membuat rasanya menjadi manis.
Fortified Wine adalah wine yang mengandung alkohol lebih tinggi
dibandingkan dengan wine biasa (antara 15% hingga 20.5%). Kadar alkohol
yang tinggi ini adalah hasil dari penambahan spirit pada proses pembuatannya.
Proses Pembuatan Wine
Alat utama yang dibutuhkan adalah fermentor. Fermentor dapat
berukuran besar atau kecil tergantung kebutuhan. Umumnya fermentor dengan
mulut kecil atau dapat ditutup dan ada saluran tempat keluarnya CO2. Saluran ini
diperlukan karena fermentasi berlangsung secara anaerob dan jika tidak ada
saluran pengeluaran gas, maka gas akan terperangkap di dalam fermentor dan
dapat meningkatkan tekanan sehingga mematikan khamir di dalamnya atau jika
wadah tidak kuat maka isi akan tumpah karena penutup terbuka ada wadah yang
pecah. Fermentor harus mudah dibersihkan dan terhindarkan dari kontaminasi.
Hidrometer diperlukan jika kita benar-benar akan membuat wine terutama
untuk perdagangan (tapi ingat, saat ini ijin baru untuk membuat minuman
beralkohol di Indonesia sudah tidak ada lagi. Jadi ini hanyalah pengetahuan
belaka atau untuk penelitian). Hidrometer digunakan untuk mengukur berat jenis,
potensial gula dan alkohol).
Proses Fermentasi
Fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur bersama-sama
dengan bahan yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan
menghasilkan wine. Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir
yang akan menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran
wine menuju udara dan alkohol akan tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula
buah sudah diubah menjadi alkohol atau alkohol telan mencapai sekitar 15%
biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan. Selama fermentasi sering
ditambahkan nitrogen dan mikro nutrien guna mencegah produksi gas H2S. Jika
gas ini muncul akan menyebabkan bau yang tidak enak.
Selama fermentasi, cairan yang dihasilkan disebut “must”. Guna
mencegah tumbuhnya bakteri pada must maka dilakukan pengadukan. Must
mulai bergelembung pada jam ke 8 – 20. Tahap awal proses fermentasi ini pada
red wine adalah 5 – 10 hari, white wine 10 – 15 hari. Setelah tahap awal ini
dilanjutkan tahap kedua.
Dalam tahap kedua fermentasi, wine dipindahkan ke fermentor yang tidak
boleh adanya oksigen masuk. Pada tahap ini akan dihasilkan alkohol dalam
kadar yang lebih tinggi. Tergantung dari bahan yang digunakan, wine dapat
berasa lebih manis atau alkohol dan ini akan mempengaruhi pada harga di
pasar.
Bahan yang digunakan
Wine telah diproduksi selama berabad-abad hanya dari dua bahan
sederhana: ragi, dan juice anggur. Sesungguhnya, hampir semua juice buah
dapat digunakan, tetapi sejauh ini sebagian besar wine dibuat dari juice anggur.
Buah yang baik untuk digunakan dalam pembuatan wine apabila
mengandung asam-asam seperti asam tartart, malat dan sitrat. Asam tartart
adalah antioksidan dan menghasilkan rasa asam. Asam malat juga dikenal
sebagai asam buah terutama pada apel. Asam sitrat adalah pengawet alami dan
juga memberi rasa asam.
Cara Wine Memperoleh Warnanya
Ada anggur hijau dan angur hitam, jenis anggur yang berbeda, digunakan
untuk membuat wine yang berbeda pula. Hampir seluruh juice anggur (bahkan
yang diproduksi dari anggur hitam) pada dasarnya memiliki tekstur antara tidak
berwarna sampai berwarna keemasan.
Cara wine memperoleh warna nya adalah dengan membiarkan kulit buah
anggur terendam dalam juice selama proses fermentasi. Sesungguhnya anda
dapat membuat white wine dari anggur hitam dengan cara memisahkan kulit
anggur dari juice nya. Champagne merupakan salah satu contoh yang paling
populer.
Jika kulit anggur dibiarkan dalam wine dalam waktu yang singkat, maka
akan dihasilkan rose wine. Jika dibiarkan dalam waktu yang cukup lama, maka
hasilnya adalah red wine.
Yang Memberikan Cita Rasa Pada Tiap-Tiap Wine
Meskipun hanya menggunakan sedikit bahan baku, ada banyak hal yang
mempengaruhi cita rasa wine. Pertama-tama, ada begitu banyak jenis anggur.
Setiap jenis anggur akan memproduksi rasa, aroma, dan bahkan tekstur yang
berbeda. Selain itu, kondisi tanah dan cuaca dimana anggur tersebut tumbuh
amat sangat mempengaruhi variabel-variabel tersebut.
Tidak hanya itu, si pembuat wine dapat mengendalikan banyak hal
melalui cara pembuatan, temperatur, dan jenis ragi yang digunakan untuk proses
fermentasi. Variabel lain seperti fermentasi atau penyimpanan wine dalam barel-
barel kayu oak juga mempengaruhi rasa dari wine yang dihasilkan
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 ALAT
III.2 BAHAN
III. 3 GAMBAR ALAT
III.4 PROSEDUR
A. Membuat starter (hari pertama)
1. Ambilah 3 gram kecambah (tauge) pendek yang tumbuh. Tumbuklah
kasar-kasar, kemudian rebuslah dengan aquadest sebanyak 100cc.
2. Berilah gula 5 gram.
3. Didihkan selama 30 menit lalu saring.
4. Ambil filtratnya, setelah dingin dibubuhi 3 ose saccharomycess lipsoides /
steinberg.
5. lalu inkubasikan sehingga terjadi gelembung-gelembung dipermukaan.
B. Membuat wine (hari kedua)
1. Buah-buahan dikupas, dibersihkan lalu dihaluskan.
2. Tambahkan air (kira-kira 200gr, tambah 600cc air masak).
3. Untuk buah yang tidak manis tambahkan 15% gula sedangkan untuk
buah yan sudah manis, tambahkan 5% gula.
4. Masukkan kedalam labu/ botol yang ditutup dengan ciring terompet berisi
air, jangan lupa memasukkan starter.
5. Fermentasi berlangsung 7-10 hari.
6. Setelah fermentasi selesai, cairan disaring dan di sterilkan dengan
pemanasan menggunakan pendingin tegak.
7. Amatilah setiap hari perkembangan hasil fermentasi dan ujilah rasa, bau,
warna, dan kadar alkoholnya. Juga amati bakteri yang masih ada di
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2012/03/fermentasi-wine.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biochemistry/2175369-amobilisasi-enzim/
#ixzz2OvuSLZXU
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biochemistry/2175369-amobilisasi-enzim/
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/130253-T%2026781-Amobilisasi%20sel-
Tinjauan%20literatur.pdf
http://matamatafisika.wordpress.com/2012/09/23/fermentasi-pada-buah-anggur/
http://ptp2007.wordpress.com/2008/02/08/fermentasi-wine/
http://shiningallspark.web.id/amobilisasi-enzim-pengertian-cara-kelebihan-dan-
kekurangannya.html