wisatawan keselamatan bagi kesehatan - desa loano
TRANSCRIPT
Kesehatan &Keselamatan BagiWisatawanTIM KKN PPM UGM 2020
DAFT
AR
ISI
01PARIWISATA DAN OBYEKWISATA
03PRINSIP-PRINSIP DASARPENGELOLAAN WISATA
05KECELAKAAN DANKESELAMATAN WISATAWAN
09PERUNDANGAN TENTANGKESELAMATAN KERJA DITEMPAT WISATA
12 ASURANSI
15KESELAMATAN DANKESEHATAN KERJA PADAWISATA ARUNG JERAM
P A R I W I S A T A
D A N O B Y E K
W I S A T A
Dewasa ini Pariwisata menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan karena berkaitan erat dengan
kegiatan sosial dan ekonomi yang dapat dinikmati serta menjadi
salah satu cara manusia melakukan sosialisasi. Pariwisata identik
dengan kegiatan memberikan kesenangan dan kenikmatan, karena
kegiatannya bertujuan memberikan beragam aktifitas secara
santai dan menyenangkan tanpa harus menguras tenaga.
Besarnya potensi pariwisata mendorong pelaku usaha
bidang ini berlomba-lomba menyediakan tempat wisata
dengan berbagai cara, baik mengandalkan obyek buatan
maupun obyek alam serta menawarkan beragam keunikan
dan karekteristik obyek unggulan untuk menarik minat
pengunjung
01
Potensi wisata alam, diantaranya adalah potensi
wisata rafting atau arung jeram di sungai Bogowonto
dusun Tlepo yang memiliki arus cukup deras dan
potensi wisata hutan di dusun Jogotamu
Potensi wisata budaya. Masyarakat desa Loano
masih melestarikan budaya yang mereka miliki.
potensi wisata budaya yang dimiliki diantaranya
adalah Masjid Sunan Geseng di dusun Loano Kulon,
museum Loano dan pasepen di dusun Turusan, serta
makam Gagak Hanodko dan Adipati Loano yang juga
berada di dusun Turusan.
Potensi wisata buatan, diantaranya seperti lahan
kosong yang cukup luas di dusun Cuweran Lor yang
dapat dikembangkan menjadi wisata Kampung Sayur,
serta potensi rest area di dusun Loano wetan dan
Pongangan.
Desa Loano sendiri memiliki kekayaan alam serta
budaya yang dapat dikembangkan menjadi potensi
wisata desa Loano. Apabila potensi tersebut dikelola
dengan baik, tentu akan menjadi daya tarik wisata Loano
serta kawasan desa wisata budaya yang dapat
memberikan banyak dampak positif.
Desa Loano sendiri memiliki beberapa potensi
wisata, diantaranya:
02
Pembangunan dan pengembangan pariwisata
didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense
yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan
keunikan lingkungan.
Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber
daya yang menjadi basis pengembangan kawasan
pariwisata.
Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar
pada khasanah budaya lokal.
Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan
budaya dan lingkungan lokal.
Memberikan dukungan dan legitimasi pada
pembangunan dan pengembangan pariwisata, jika
terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya
mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata
tersebut, jika melampaui ambang batas (carrying capacity)
lingkungan alam atau aksesibilitas sosial, walaupun disisi lain
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Menurut Cox, pengelolaan pariwisata hendaknya
memperhatikan berbagai prinsip-prinsip sebagai berikut:
P R I N S I P - P R I N S I P
D A S A R P E N G E L O L A A N
W I S A T A
03
Selain disebutkan diatas, seorang manajer (pengelola)
hendaknya dapat mengelola tiga hal yaitu input, proses dan
output dari sebuah organisasi, namun demikian manajer tidak
dapat mengontrol faktor-faktor yang terjadi di luar organisasi
sekalipun faktor-faktor itu juga sangat menentukan keberhasilan
seorang manajer. Ada berbagai faktor di luar manajemen yang
tidak bisa dikontrol. Misalnya keadaan cuaca, musim, bencana
alam dan sebagainya. Oleh karena itu dalam rangka menjaga
keselamatan dan keamanan para pengunjung sebuah
destinasi wisata dalam rangka meningkatkan citra maka
pengelola harus memilki berbagai prinsip agar dapat
menanggulangi resiko yang dihadapi oleh pengunjung.
04
K E C E L A K A A N D A N
K E S E L A M A T A N
W I S A T A W A N
Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu
kejadian yang tidak diinginkan ataupun
direncanakan yang dapat disebabkan oleh manusia,
situasi, kondisi lingkungan ataupun kombinasi dari
berbagai hal tersebut yang berdampak pada
cidera, kematian, kerusakan properti, terhentinya
produksi, penurunan kesehatan, ataupun kerusakan
lingkungan. Dalam mencegah terjadinya
kecelakaan di tempat wisata, perlu diatur
keselamatan dan kesehatan kerja baik bagi
pengunjung, pegawai, ataupun pengelola tempat
wisata.
05
Keselamatan Kerja menurut Depnaker RI adalah
segala daya upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam
rangka mencegah, menanggulangi dan mengurangi
terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-
langkah identifikasi, analisa dan pengendalian bahaya
dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya
secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Mangkunegara menyampaikan bahwa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu proses
upaya yang dilaksanakan oleh pihak daya tarik wisata
untuk menjamin keutuhan jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja dan juga pengunjung saat melakukan
kegiatan wisata. Tujuan dari penerapan ini agar hak
tenaga kerja dan pengunjung terpenuhi yaitu menjamin
kesehatan dan keselamatan saat bekerja dari fisiknya,
psikologis, dan sosial. Selain itu, harus memepersiapkan
peralatan yang harus layak pakai saat bekerja.
06
Perencanaan manajemen risiko dengan melakukan
identifikasi hingga memberlakukan proses manajemen risiko.
Perencanaan pariwisata dengan memberlakukan
prosedur yang akan menjamin keselamatan pengunjung.
Perencanaan respon tanggap darurat apabila munculnya
kecelakaan yang terjadi di tempat wisata.
Aturan dan prosedur dalam menghadapi kecelakaan yang
terjadi dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan
pengunjung.
Perencanaan media yang ada untuk meminimalisir
kejadian dan memunculkan kesan yang positif.
Perencanaan setelah kejadian dengan berbagai upaya
yang membutuhkan pengembalian seperti sedia kala dari
tempat wisata sebelum adanya kejadian yang merugikan.
The Workers Compensation Board (WCB) of British
Columbia menyebutkan bahwa program keselamatan dan
kesehatan adalah semua kegiatan yang meliputi
pengembangan proses perencanaan manajemen resiko
mencakup enam hal:
07
Pekerjaan/perekayasaan (engineering)
Memperkuat (enforment)
Pendidikan (education)
Tindakan untuk memberanikan
(encouragement)
Kesiapan bahaya (emergency preparadness)
Dalam Guidelines for safe recreational
water disebutkan bahwa pencegahan resiko
kecelakaan dapat dilakukan dengan
peningkatan keselamatan. Peningkatan
keselamatan tersebut dapat diintervensi
dengan 5 pendekatan yaitu :
08
P E R U N D A N G A N T E N T A N G
K E S E L A M A T A N K E R J A D I
T E M P A T W I S A T A
Informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata
Pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar
Perlindungan hukum dan keamanan
Pelayanan kesehatan
Perlindungan hak pribadi
Perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang
berisiko tinggi.
Jaminan keamanan dan keselamatan di tempat wisata
telah diatur dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Pasal 20 dan Pasal 21 UU No. 10 Tahun 2009 secara rinci
menetapkan hak-hak yang dimiliki wisatawan, yakni:
Sementara itu, wisatawan yang memiliki keterbatasan
fisik, anak-anak, dan lanjut usia berhak mendapatkan fasilitas
khusus sesuai dengan kebutuhannya.
09
Hak-hak wisatawan tersebut menimbulkan
kewajiban bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana tertuang dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a
UU No. 10 Tahun 2009, untuk menyediakan informasi
kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan
dan keselamatan kepada wisatawan. Selain itu,
kewajiban juga melekat bagi pengusaha pariwisata
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 26 huruf d dan e
UU No. 10 Tahun 2009 yakni untuk memberikan
kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan,
dan keselamatan wisatawan; serta memberikan
perlindungan asuransi pada usaha pariwisata
dengan kegiatan yang berisiko tinggi, meliputi
wisata selam, arung jeram, panjat tebing, permainan
jet coaster, dan mengunjungi objek wisata tertentu,
seperti melihat satwa liar di alam bebas.
10
Daya tarik wisata
Kawasan pariwisata
Jasa transportasi wisata
Jasa perjalanan wisata
Jasa makanan dan minuman
Penyediaan akomodasi
Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran
Jasa informasi pariwisata
Jsa konsultan pariwisata
Jsa pramuwisata
Wisata tirta
Spa
Dalam rangka pemenuhan kewajiban tersebut, pengusaha
pariwisata perlu memperhatikan Standar Usaha Pariwisata
sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 52 Tahun 2012 tentang
Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata, yang
melingkupi aspek produk, pelayanan, dan pengelolaan. Pasal 17
ayat (2) PP No. 52 Tahun 2012 menguraikan bahwa kewajiban
menerapkan Standar Usaha Pariwisata meliputi bidang usaha:
Beberapa bidang usaha tersebut tidak menutup kemungkinan
bagi Menteri untuk menetapkan bidang usaha pariwisata lain yang
harus memiliki Standar Usaha Pariwisata.
11
Pengertian Asuransi
Dalam UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992,
Asuransi adalah perjanjian tantara dua pihak atau lebih; pihak
penanggung mengikatkan diri pada pihak tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian pada
pihak tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan; atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti; atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, Asuransi dimaknai sebagai
suatu persetujuan di mana pihak yang menajmin berjanji
kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang
premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan
diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu
peristiwa yang belum jelas.
12
A S U R A N S I
Memberikan penggantian kepada tertanggung atau
pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang
timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak
pasti; atau
Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada
hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah
ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana.
Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian, asuransi didefinisikan sebagai perjanjian antara
dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi
sebagai imbalan untuk:
13
Perlindungan asuransi di
tempat wisata merupakan hak dari
wisatawan, terutama untuk
kegiatan-kegiatan yang berisiko
tinggi seperti wisata selam, arung
jeram, panjat tebing, permainan jet
coaster, dan mengunjungi objek wisata
tertentu, seperti melihat satwa liar di
alam bebas. Berkaitan dengan asuransi
di bidang pariwisata, pengusaha wisata
pada umumnya melakukan kerja sama
dengan pihak ketiga yakni perusahaan
asuransi untuk menanggung risiko
wisatawan apabila terjadi kecelakaan
di lokasi wisata.
14
Seperti yang telah disebutkan, desa Loano memiliki potensi
wisata rafting atau arung jeram. Sesuai dengan perundangan yang
berlaku, pengelola wisata arung jeram harus memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja, baik bagi pengunjung ataupun
pekerja karena wisata arung jeram merupakan salah satu wisata
dengan resiko fisik yang tinggi karena harus berhadapan langsung
dengan sungai yang memiliki arus deras dan berbatu yang dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan pengunjung. Melihat
berbagai hal tersebut, penting untuk dilakukannya standarisasi
agar menjamin keselamatan dan kesehatan pengunjung. Standar
yang tersusun tersebut harus dipenuhi oleh pengelola untuk
meminimalkan resiko yang terjadi. Seperti yang tertulis dalam peraturan
pemerintah No. 52 tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan
Sertifikasi Usaha di bidang Pariwisata pada pasal 18 ayat 1 dimana
aspek-aspek yang harus dipenuhi yaitu aspek produk, aspek pelayanan,
dan aspek pengelolaan.
15
K E S E L A M A T A N
D A N K E S E H A T A N
K E R J A P A D A
W I S A T A A R U N G
J E R A M
16
Paket Arung Jeram
Ketersediaan alur sungai berjeram
Ketersediaan akses jalan yang aman ke lokasi untuk
pengarungan (put in)
Ketersediaan lokasi memulai pengarungan (put in) yang
berada di arus tenang
Ketersediaan akses lokasi akhir pengarungan (take out) yang
berada di arus tenang
Ketersediaan akses jalan keluar dan lokasi akhir pengarungan
Ketersediaan ruang atau area untuk melakukan pengarahan
(briefing) bagi wisatawan
Pemandu Arung Jeram
Bersertifikat atau berlisensi yang dikeluarkan oleh lembaga
yang berwenang
Memiliki pengetahuan dan rekam jejal tentang lokasi arung
jeram dan kemampuan penanganan wisatawan
Selain itu, tertulis secara khusus Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 tentang
Standar Usaha Wisata Arung Jeram sebagai berikut:
A. Aspek Produk
1.
2.
17
Memiliki perawatan dalm keadaan baik, terawat dan layak
pakai sesuai sandar dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan meliputi:
Perahu karet, kayak, kano, atau sarana lainnya
Dayung
Pelampung
Helm
Jumlah peralatan yang dimiliki sesuai dengan rasio jumlah
wisatawan
Memiliki peralatan perbaikan (repair kit)
Memiliki tali lempar, tali pembalik, peluit, pisau penyelamatan,
carabiner, katrol, dan pompa
Memiliki alat komunikasi
Memiliki perlengkapan P3K
Tersedia sarana transportasi untuk mengantar wisatawan
3. Peralatan Arung Jeram
4. Peralatan Penunjang
18
Standar Operasional Prosedur
Penerimaan dan pemberian informasi melalui telepon,
faksimili, dan email mengenai :
Paket kegiatan
Jadwal
Produk
Harga
Reservasi dan registrasi
Pembayaran tunai/non tunai
Penitipan barang wisatawan
Pelaksanaan kegiatan arung jeram
Keamanan oleh satuan pengaman di lokasi kantor, yang
memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) satuan pengaman yang
dikeluarkan oleh Kepolisian Republik Indonesia.
Keselamatan dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Penanganan keluhan wisatawan
Pelayanan Lainnya
Pemberian asuransi wisatawan untuk kegiatan arung jeram.
B. Aspek Pelayanan
1.
2.
19
Organisasi
Profil perusahaan yang terdiri atas :
Visi dan misi
Struktur organisasi yang lengkap dan terdokumentasi
Uraian tugas dan fungsi yang lengkap setiap jabatan dan
terdokumentasi
Dokumen SOP atau petunjuk pelaksanaan kerja
Rencana usaha yang lengkap, terukur, dan terdokumentasi
Manajemen
Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
terdokumentasi.
Kerjasama dengan dokter, klinik atau rumah sakit yang
terdokumentasi.
Pelaksanaan evaluasi kinerja manajemen yang terdokumentasi.
Memiliki laporan pemandu (log book) dan laporan pengarungan
(trip report) yang terdokumentasi
Sumber Daya Manusia
Karyawan menggunakan pakaian seragam yang bersih dan sopan
dengan mencantumkan identitas dan/logo perusahaan.
Memiliki perencanaan dan pengembangan karir.
Memiliki program pelatihan peningkatan kompetensi.
Memiliki program pelatihan penyelamatan rutin bagi pekerja
lapangan.
C. Aspek Pengelolaan
1.
2.
3.
20
Ruang kantor yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan
dengan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Area kantor depan (front office) dilengkapi :
Meja dan kursi
Tempat penitipan barang yang aman
Tempat menyimpan barang berharga yang aman
Peralatan komunikasi yang terdiri dari telepon, faksimili, dan /atau
fasilitas internet
Peralatan komunikasi khusus koordinasi dan keadaan darurat
(emergency).
Ruang karyawan dilengkapi :
Ruang ganti karyawan wanita dan laki-laki terpisah
Tempat penyimpanan pakaian
Ruang medis dilengkapi :
Oksigen
Tempat tidur
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Ruang atau area perbaikan peralatan arung jeram.
Ruang atau area penyimpanan peralatan arung jeram
Ruang/tempat ibadah dengan kelengkapannya, bagi karyawan.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sesuai ketentuan perundang-
undangan.
4.Sarana dan Prasarana
21
Tersedia kamar bilas dan/atau kamar ganti pria dan wanita
terpisah dengan sirkulasi dan pencahayaan udara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan
jumlah paling sedikit 5 (lima) kamar.
Toilet umum pria dan wanita yang terpisah di lokasi kantor,
dengan sirkulasi dan pencahayaan udara peraturan
perundangundangan.
Instalasi listrik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Instalasi air bersih sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Papan nama :
Dibuat dari bahan aman dan kuat dengan tulisan yang
terbaca dan telihat jelas
Dipasang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Fasilitas parkir yang bersih, aman dan terawat.
Papan himbauan keselamatan dan keamanan.
Peta lokasi jeram, daerah berbahaya dan jalur evakuasi yang
dipahami seluruh petugas lapangan
Arifin, M., & Sukana, M. (2019). Penerapan Kesehatan Dan
Keselamatna Kerja (K3) Wisata Arung Jeram Di Pinus Camp, Desa
Sumberbulu, Kabupaten Banyuwangi Sebagai Daya Tarik Wisata.
Jurnal Destinasi Pariwisata, 7(2), 244.
https://doi.org/10.24843/jdepar.2019.v07.i02.p06
Hari, B. S. (2019). Pengetahuan Dasar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Mediantara
Semesta.Hermawan, H. (2017). PENGARUH DAYA TARIK WISATA,
KESELAMATAN, DAN SARANA WISATA TERHADAP KEPUASAN SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN : Studi Community
Based Tourism di Gunung Api Purba Nglanggeran.
https://doi.org/10.31219/osf.io/89hqd
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 2014 tentang Standar Usaha Wisata Arung Jeram
Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2012 tentang Sertifikasi
Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata
D A F T A R P U S T A K A
Rastuti, T. (2016). Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. Medpress Digital.
Undang Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
WHO. (2003). Guidelines for safe recreational water environments.
World health organization.
https:///www.canva.com/
https://www.freepik.com/
https://www.pinclipart.com/
https://www.pnjgitem.com/
D A F T A R G A M B A R
" P E O P L E S A Y T H A T
A C C I D E N T S A R E D U E T O
H U M A N E R R O R , W H I C H
I S L I K E S A Y I N G F A L L S
A R E D U E T O G R A V I T Y "
Trevor Kletz