arrazys.files.wordpress.com · web viewsegala puji bagi allah swt, kita memuji, memohon...
TRANSCRIPT
PAHLAWAN PERANG
Segala puji bagi Allah SWT, kita memuji, memohon
pertolongan dan ampunan-Nya. Memohon perlindungan-Nya dari
kejahatan hawa nafsu dan keburukan perbuatan kita.
Barangsiapa yang telah Dia beri petunjuk, tak ada seorang
pun yang dapat menyesatkan, dan barangsiapa yang sesat
maka tak ada yang memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah SWT Yang tiada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah SWT sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah SWT menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah SWT memperkembang-biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah SWT
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. an-Nisaa’: 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah SWT dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah SWT memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati
Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 70-71)
Amma ba’du.
Sesungguhnya perkataan paling jujur adalah
Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
saw, sejahat-jahat sesuatu adalah yang mengada-ada, setiap
yang mengada-ada adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah
kesesatan, dan setiap kesesatan masuk neraka.
Hadirin sekalian!
Dalam sejarah Ali ra terdapat kisah penyejuk orang
fakir, pengobat orang terluka, dan penenang orang yang
dizhalimi.
Sejarah Ali ra menghapus air mata orang yang
tersiksa, meringankan beban yang terasing, sejarahnya
adalah kisah panjang yang bermanfaat bagi setiap Muslim di
muka bumi ini.
Ketika ia sampai di Madinah, ia diberi hadiah besar,
apakah itu istana? Kendaraan? Ataukah harta? Tidak,
melainkan diumumkan di hadapan khalayak ramai bahwa Ali
bin Abi Thalib ra mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya serta
Allah SWT dan Rasul-Nya mencintainya.
Apakah penyebab pemberian dan hadiah besar ini?
Rasulullah saw mengepung kaum Yahudi di Khaibar
sebelum mereka menyerangnya dengan kekuatan. Yahudi adalah
musuh Allah SWT, karena mereka telah mencaci Allah SWT,
membunuh para Nabi, menyimpangkan firman Allah SWT, dan
mengganti syariat-syariat Allah SWT. Tapi sekarang kita
lihat mereka duduk di meja perundingan, berdiskusi tentang
masa depan umat Islam!!
Nabi saw mengepung mereka dan berusaha untuk memasuki
kota Khaibar namun agak kesulitan. Beliau mengutus Abu
Bakar ra, tapi ia tidak mampu. Beliau mengutus Umar ra,
tapi beliau juga tidak sanggup. Orang-orang direlung
keresahan yang berkepanjangan. Pada pertengahan suatu
malam Rasulullah saw bangkit bersabda: “Akan aku berikan
bendera ini besok kepada seseorang yang mencintai Allah
SWT dan Rasul-Nya, serta Allah SWT dan Rasul-Nya
mencintainya, dengannya Allah SWT akan memberikan jalan
keluar.” Malam itu orang-orang saling bertanya-tanya,
siapakah di antara mereka yang besok akan diberi bendera.
Ketika pagi menyingsing, bersegera mereka ke Rasulullah
saw. Semuanya berharap dialah yang akan diberi bendera,
lalu bersabda Rasulullah saw: “Dimanakah Ali bin Abi
Thalib?” mereka menjawab: “Dia sakit mata wahai Rasulullah
saw.” beliau bersabda: “Panggil dan bawa dia kemari.”
Ketika dia datang, beliau menyembur kedua matanya dan
mendoakannya hingga sembuh, seakan-akan matanya tak pernah
sakit. Lalu beliau memberikan bendera itu padanya. Ali ra
berkata: “Wahai Rasulullah saw, apakah aku menyerang
mereka hingga mereka menjadi seperti kita?” beliau
bersabda: “Tembuslah dengan perlahan, hingga jika kau
telah sampai di tengah-tengah mereka, berdoalah untuk
mereka dan katakan pada mereka apa-apa hak Allah SWT yang
diwajibkan bagi mereka. Demi Allah, kalau Allah SWT
memberikan petunjuk kepada satu orang saja lebih baik
bagimu daripada seperti segerombolan domba.”1
Melajulah Ali ra membawa bendera, dia berdiri di
pagar para saudara monyet dan babi seraya menyeru mereka
pada kebenaran dan keadilan. “Hai manusia, dengarlah,
perhatikan, bangunlah,” tetapi karena mereka itu adalah
monyet yang tidak paham walaupun ia melihat isyarat dan
ucapanmu, juga babi yang tertutup mata hatinya hingga
tidak mendengar atau pun memperhatikanmu.
Ketika Ali ra melihat bahwa perundingan itu tidak
bermanfaat dan tidak menghasilkan jalan keluar, dia
mempunyai cara lain yaitu dengan memanggil salah satu
pahlawan mereka untuk bertanding di hadapan khalayak
ramai. Maka turunlah Marhab seorang Yahudi yang pemberani
seraya berkata:
“Khaibar telah tahu bahwa aku ini Marhab.
Penghunus pedang dan pahlawan berpengalaman.
Jika peperangan tiba ia berkobar-kobar.”
Ali bin Abi Thalib ra juga turun seraya mengulang-
ulang kata:
“Akulah yang ibuku juluki yang gesit.
Bagai singa hutan yang buruk rupa.
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (4/207).
Aku menimbang mereka dengan pedang bagai timbangan
besar.”
Ash-Shiddiq ra mengalah kepada Ali bin Abi Thalib ra
untuk melawan Marhab seorang Yahudi itu, dan Ali ra
akhirnya membunuhnya. Dikatakan bahwa Ali ra membelahnya
menjadi dua. Dengan demikian Ali ra membuka Khaibar
sebagaimana yang Rasulullah saw kabarkan: “Akan aku
berikan bendera ini besok kepada seseorang yang mencintai
Allah SWT dan Rasul-Nya serta Allah SWT dan Rasul-Nya
mencintainya, dengannya Allah SWT akan memberikan jalan
keluar.”
Ali bin Abi Thalib ra bermaksud untuk mempersunting
anak perempuan Rasul, Fathimah ra. Dia berdiri di hadapan
Rasulullah saw tanpa mampu berkata-kata.
Rasulullah saw tersenyum karena mengetahui maksudnya
dan bersabda: “Hai Ali, apakah kau ingin menjadikan
Fathimah istrimu?” dia menjawab: “Iya.” Beliau bersabda:
“Kau punya mahar?” Rasulullah saw mengetahui bahwa Ali
tidak memiliki Dirham, Dinar, emas, perak, istana, ataupun
taman. Tetapi ia mempunyai keimanan bagai gunung, memiliki
mahkota di kepalanya. “Akan aku berikan bendera ini besok
kepada seseorang yang mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya
serta Allah SWT dan Rasul-Nya mencintainya,” dia adalah
pahlawan perang.
Dia berkata: “Wahai Rasulullah saw, aku tidak
mempunyai apa-apa,” beliau bersabda: “Di manakah
tamengmu?”1 dia berkata: “Tameng itu harganya tidak
mencapai dua Dirham,” maka Ali pun mendatangkannya dan
Rasulullah saw menerimanya. Kemudian Rasulullah saw
menikahkan Ali dengan Fathimah dan melahirkan keturunan
Hasan dan Husain dua pemimpin para pemuda di surga.
1 Dikeluarkan oleh Abu Daud (2/240) nomor:2125&2126, an-
Nasaai (6/129&130) nomor:3375&3376, dan Ahmad (1/80).
Perempuan itu anak siapa? Dia menikah dengan siapa?
Dan dia ibunya siapa? Siapakah yang mampu menandingi
ketinggiannya di alam ini?
Ali ra memboyongnya ke rumah yang dibangun dengan
dasar ketakwaan dan dia menjadi besan Rasulullah saw.
Rasulullah saw keluar ke Tabuk dan meninggalkan Ali
ra di Madinah. Beliau meninggalkannya karena ia berani dan
pahlawan perang. Kehormatan itu takkan terjaga kecuali
dengan orang seperti Ali. Beliau membiarkannya di Madinah
untuk menjaga semua yang beliau tinggalkan. Maka datanglah
kaum munafik kepada Ali ra, seraya berkata: “Hai Ali,
sesungguhnya Rasulullah saw membebani kamu dan kau itu
adalah bebannya, dia meninggalkanmu di Madinah dan pergi
ke Tabuk,” Subhanallah! Muhammad saw membebani Ali! Maka
Ali ra bersegera menjemput Rasulullah saw. ketika ia
sedang di jalan, orang-orang memberitahukan Rasulullah saw
tentang apa yang dikatakan padanya, maka Rasulullah saw
tertawa dan bersabda: “Hai Ali, tidakkah kau rela
bersamaku seperti halnya Harun dan Musa, hanya saja tak
ada Nabi setelahku.”1
Ini adalah kabar baik lain dan kedudukan besar yang
diberikan kepada Ali bin Abi Thalib ra, yaitu ia dan
Rasulullah saw bagaikan Harun as dan Musa as.
Ali ra adalah pahlawan perang, dengannya Rasulullah
saw memberi pelajaran kepada musuh-musuh Allah SWT. Pada
perang Badar, sebelum pertempuran dimulai, Rasulullah saw
memanggil para pahlawan Muslim untuk menantang pejuang
1 dikeluarkan oleh Muslim (4/2404) dan di dalamnya tidak
terdapat kisah orang munafik. Alur ini dikisahkan oleh al-
Haitsami di Majma’ az-Zawaid (9/114) dan berkata:
“Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan dua sanad di antara
keduanya terdapat Maimun Abu Abdullah al-Bashriy, Ibnu
Habban mempercayainya tapi Jamaah melemahkannya, sedangkan
sisa perawi adalah shahih.” Dan sabdanya: “Tidakkah kau
rela...dst.” dikeluarkan oleh Bukhari (4/208).
kafir. Beliau menyeru: “Di manakah Ali bin Abi Thalib?”
dia berkata: “Ini aku wahai Rasulullah saw.” Keluarlah ia
melawan Walid bin ‘Utbah. Ali akhirnya membunuhnya,
kemudian bergesekan dengan kaum kafir hingga ia membunuh
mereka dalam jumlah yang besar.
Ketika ia membaca ayat al-Qur’an: “Inilah dua
golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang
bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan
mereka.” (QS. al-Hajj [22]: 19), ia menangis dan berkata:
“Akulah salah satu orang yang bertengkar pada hari
kiamat,” hal itu karena ia dahulu menjadi musuh kaum
kafir. Adapun Walid dan orang sepertinya adalah musuh
Islam, kemudian Allah SWT akan melerai kedua belah pihak
pada hari kiamat, “Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang
jua pun.” (QS. al-Kahfi [18]: 49)
Permasalahan itu berulang kembali kepada Ali ra di
perang Ahzab, pada saat itu Rasulullah saw terkepung oleh
kaum musyrik Arab, Yahudi, kaum-kaum pengkhianat, Nasrani,
dan kaum munafik. Datanglah pahlawan kaum kafir bernama
Amru bin Wud menantang kaum Muslim untuk bertanding,
seraya berkata: “Hai kaum Muslim, siapa yang mau
bertanding?” Mereka pun terdiam. Siapakah yang berani
bertanding di hadapan khalayak ramai? Tak seorang pun yang
maju, tetapi Ali ra tidak rela dengan keadaan itu, dia
berkata: “Saya Rasulullah saw.” dia ingin tantangan itu,
ruhnya selalu di telapak tangannya, dia suguhkan demi
menolong agama dan meninggikan kalimat tauhid.
Tuhanku, ruh kami di telapak tangan kami demi memohon
balasan dan pahala-Mu.
Rasulullah saw bersabda: “Dia itu Amru bin Wud!!” Ali
ra menjawab: “Walaupun dia Amru bin Wud.” Maka turunlah
Ali melawan musuh Islam itu. Pedang saling berkelebat,
debu beterbangan, dan Rasulullah saw senantiasa berdoa
kepada Allah SWT demi kemenangan Ali. Setelah debu itu
sedikit demi sedikit tersingkap, tiba-tiba Ali berdiri di
atas dada Amru dan telah memotong lehernya, sedangkan
pedangnya meneteskan darah. Maka Rasulullah saw bertakbir,
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Dan kaum
Muslimin pun bertakbir bersamanya, dialah pahlawan perang
itu.
Di Shahih Bukhari dalam buku Hamba Sahaya, Ali bin
Abi Thalib ra berkata: “Sesungguhnya akhirat itu telah
datang menjemput dan dunia itu pergi menghilang, maka
jadilah kalian penduduk akhirat dan janganlah kalian
menjadi penduduk dunia. Karena sesungguhnya pada hari ini
pekerjaan tanpa perhitungan dan esok itu perhitungan tanpa
pekerjaan.”1
Dahulu Ali ra adalah seorang fakir yang tak mempunyai
apa-apa, ia menjabat Khalifah selama lima tahun dan
seluruhnya adalah pertentangan. Dia melawan Khawarij dan
memberikan mereka pelajaran. Dia melawan para pembangkang
dan melumpuhkan mereka. Jadi seluruh kehidupannya adalah
perjuangan. Hatinya, badannya, dan kehormatannya terluka
karena orang-orang munafik.
Ali ra berjumpa dengan Thalhah ra di perang Jamal,
yaitu suatu pertentangan yang tidak kita ungkit di sini
dan kita kembalikan persoalannya kepada Allah SWT. Mari
kita berdoa, semoga kita dikumpulkan dengan mereka pada
hari kiamat. Thalhah ra terbunuh pada hari fitnah itu dan
Ali ra melihatnya bersimbah darah. Dia pun turun mengusap
debu dari kepalanya dan menangis panjang. Ia berdoa:
“Semoga Allah SWT menjadikan aku dan kau di antara yang
Allah SWT firmankan: ‘Dan Kami lenyapkan segala rasa
dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa
bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”
(QS. al-Hijr [15]: 47)
Ali ra menduduki kursi kekhalifahan selama lima
tahun, namun ia tetap saja fakir. Ia tidak kenyang walau
satu hari pun. Pada suatu hari ia kembali kepada
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (7/171).
keluarganya dan berkata: “Apakah kalian punya makanan?”
Mereka berkata: “Tidak.” Dia berkata: “Kalian punya
sesuatu?” Mereka berkata: “Tidak.” Lalu ia keluar membawa
pedangnya, yaitu pedang Rasulullah saw yang bernama
Dzulfikar. Dia berdiri di hadapan orang Irak dan berkata:
“Hai orang Irak, Allah SWT memerangi kalian, aku dan
keluargaku mati kelaparan. Ini pedang Rasulullah saw ada
di tanganku, dengannya aku menghilangkan keresahan dari
hadapan Rasul.” Lalu ia berkata: “Siapakah yang sudi
menukarnya dengan makanan pada malam ini?”
Dia tidak punya pangan sedangkan dia yang pergi ke
Baitul Mal yang penuh dengan makanan, harta, dan senjata,
kemudian ia membagi-bagikannya dalam satu hari saja. Lalu
ia menyiramnya dengan air dan shalat dua rakaat. Dia
berkata: “Ya Allah, saksikanlah bahwa aku tidak menyisakan
untuk diriku darinya sepeser pun.”
Sebelum kematiannya, Ali ra jatuh sakit, lalu
datanglah Abu Fadhalah al-Anshari ra menjenguknya dan
berkata padanya: “Mengapa kau tinggal di rumah ini, jika
kau mati rumah ini tak berhak kecuali untuk orang desa
Juhainah. Kalau kau masuk Madinah, kau akan berada di
antara sahabat-sahabatmu. Jika kau ditimpa sesuatu mereka
akan membantumu?” Abu Fadhalah ra adalah di antara orang
yang ikut perang Badar. Maka Ali ra berkata: “Aku takkan
mati karena penyakitku ini, itu adalah janji Rasulullah
saw padaku. Aku takkan mati hingga ini diwarnai ini.”1
Yakni janggutnya diwarnai dari pelipisnya ra.
Beliau hidup, masuk Islam, berjihad, mati, dan insya
Allah dibangkitkan kembali sebagai pahlawan.
Tinggi derajatnya sewaktu hidup dan mati, sungguh
itulah salah satu kemuliaan.
Dahulu beliau ra berkata: “Kapankah orang paling
jahat dari kita akan di bangkitkan kembali?” dia
1 Berkata al-Haitsami di al-Majma’ (9/140): “Diriwayatkan
oleh al-Bazzar, Ahmad, dll. Dan perawinya dipercaya.”
mengisyaratkan akan sabda Nabi saw: “Engkau akan dipukul
di sini dan di sini,” beliau menunjukkan pelipisnya. “Lalu
darahnya akan mengalir hingga mewarnai janggutmu dan orang
yang melakukannya adalah yang paling jahat itu.
Sebagaimana orang yang menyembelih unta adalah orang
Tsamud yang terjahat.”1
Ali ra keluar membangunkan kaum Muslim untuk
melaksanakan shalat Shubuh lalu masuk masjid. Tiba-tiba ia
menemukan Abdullah bin Maljam sedang telungkup dengan
menyembunyikan pedang di bawah perutnya. Lalu Ali ra
menendang kakinya dan berkata: “Jangan tidur telungkup
karena itu adalah cara tidur penghuni neraka.” Mulailah
Ali ra melaksanakan shalat, tiba-tiba musuh Allah SWT itu
melompat dan mengayunkan pedangnya ke pelipis Ali hingga
terbelah. Ali berkata: “Allahu Akbar, hanya bagi Allah
SWT-lah segala sesuatu,” lalu ia tersungkur ke tanah,
mengalir darah dari janggutnya dengan deras. Dia dibawa ke
rumahnya dan seluruh kaum Muslim menangis; laki-laki,
perempuan, pemuda, dan orang tua. Mereka menangisi
pahlawan perang itu.
Bangkit seorang nenek sambil menangis sebagai
pertanda kepedihan dan kesedihannya seraya melantunkan
satu bait syair:
“Ketika Kharijah menggantikan kematian Amru, andai
saja kematian Ali digantikan siapa saja.”
Ia bermaksud: andai saja kematian itu pada hari ia
meninggalkan Amru bin Ash hingga Kharijah (pemimpin
pengawal) terbunuh dan Amru lepas sedangkan ia adalah
tujuan pembunuhan itu, andai saja kematian itu melepaskan
Ali dan menimpa siapa saja dari manusia.
Ali bin Abi Thalib ra terbunuh dan ia selalu menunggu
kematian itu, ia selalu menunggu orang jahat yang akan
1 Berkata al-Haitsami di al-Majma’ (9/140): “Diriwayatkan
oleh at-Thabrani dan sanadnya Hasan.”
menghabisinya. Ia selalu mengulang-ulang dua bait syair
ini:
“Kencangkan ikatanmu untuk kematian itu, karena ia
pasti menjumpaimu.
Janganlah kau takut akan kematian itu, karena ia
pasti menjumpaimu.”
Kaum Muslimin sekalian!
Mengapa kita sekarang berbicara tentang Ali ra?
Mengapa hari ini kita mengkhususkan Ali bin Abi Thalib?
Kita hari ini berbicara tentang Ali bin Abi Thalib ra
karena dialah pahlawan perjuangan itu. Sedangkan kita yang
membutuhkan perjuangan tak mampu berjuang. Kita umat
adalah yang membiarkan pucuk pimpinannya pada orang lain.
Umat yang telah terbabat kemuliaannya karena ia tak
memiliki pahlawan perjuangan.
Umat yang keputusannya ada di tangan orang lain
karena ia tak mampu melawan.
Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib adalah contoh
tauladan untuk kalian wahai pemuda, guru kalian wahai
anak-anak. Dialah sesepuh orang tua dan pahlawannya para
pahlawan.
Sungguh cukuplah bagi Ali bin Abi Thalib hanya dengan
cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta kecintaan Allah
SWT dan Rasul-Nya padanya.
Selamat atasmu hai Ali bin Abi Thalib pada hari kau
masuk Islam, pada hari kau berhijrah, pada hari kau di
baiat, pada hari kau dibunuh, dan pada hari kelak kau
dibangkitkan kembali.
Hamba Allah sekalian!
Kukatakan apa yang kalian dengar dan kita memohon
ampun kepada Allah SWT, juga untuk seluruh kaum Muslimin.
Memohon ampunlah kalian dan bertaubatlah, sesungguhnya Dia
Maha menerima taubat dan Maha Penyayang.
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah SWT wali orang-orang shalih,
tak ada amarah kecuali atas orang-orang zhalim, shalawat
serta salam atas imam orang-orang bertakwa, serta kepada
keluarga, sahabatnya, dan para tabi’in.
Amma ba’du, kaum Muslimin sekalian.
Beliau ra senantiasa hidup bersama kita, dalam
perasaan kita, dalam harapan kita, dan dalam angan-angan
kita.
Dia hidup bersama kita sebagai tauladan, imam,
pendidik, bapak, panglima, dan penuntun.
Dia hidup bersama kita besar di jiwa, penyayang di
hati kita, imam di mata kita, dan pembawa kabar baik serta
pengingat di telinga kita. “Dialah yang telah mengutus
Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur'an) dan agama
yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. at-
Taubah [9]: 33)
Al-Qur’an berbicara tentang Nabi saw dan kita dapati
ia berbudi pekerti agung serta pengasih lagi penyayang,
Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam [68]: 4)
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin.” (QS. at-Taubah [9]: 128)
Sayyidah ‘Aisyah ra ditanyai tentang akhlak
Rasulullah saw, ia menjawab: “Akhlaknya adalah al-Qur’an.”1
Allah SWT menggantungkan petunjuk dengan ketaatan
kepadanya saw seraya berfirman: “Dan jika kamu taat
1 Dikeluarkan oleh Muslim (1/513) nomor:746.
kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. an-Nuur
[24]: 54) Dan keimanan itu tak ada nilainya jika tidak
menyerahkan penghukuman kepada Rasulullah saw, Allah SWT
berfirman: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS.
an-Nisaa’ [4]: 65) Allah SWT juga menggantungkan kecintaan
pada-Nya dengan ketaatan padanya saw seraya berfirman:
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah SWT,
ikutilah aku, niscaya Allah SWT mengasihimu.” (QS. Ali
Imran [3]: 31)
Allah SWT memperingatkan kita untuk tidak
menyalahinya seraya berfirman: “Maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. an-Nuur [24]: 63)
Wahai umat Islam, wahai saudara seakidah, wahai
penerus ajaran kekal, ini adalah Nabi kalian dan inilah
keutamaannya, sifat-sifatnya, dan kemuliaannya, mengapa
kalian mencari selainnya? Dan mengapa kalian menginginkan
selain dia?
Sesungguhnya ada adab yang semestinya setiap Muslim
dan mukmin lakukan kepada Rasulullah saw. Adab yang
pertama adalah: selalu menyerahkan diri padanya,
melaksanakan perintahnya, menerima berita darinya dengan
penuh kejujuran tanpa menentangnya atau mengutamakan
pemikiran lain daripadanya. Maka sebaiknya ia bersatu
padu, patuh kepada Rasulullah saw sebagaimana kita
mengesakan Allah SWT dalam ibadah, tunduk, patuh, dan
tawakkal.
Di antara adab kepada Rasulullah saw adalah: tidak
mendahulukan perbuatan atau larangan kalau tidak
diperintahkan oleh Rasulullah saw atau dilarangnya.
Sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mendahului Allah SWT dan Rasul-
Nya,” (QS. al-Hujuraat [49]: 1)
Ayat tersebut kekal hingga hari kiamat, tak pernah
dihapus setelah kematiannya saw sebagaimana yang sebagian
orang anggap. Jadi mendahuluinya setelah wafatnya adalah
sama saja seperti ketika hidupnya, tidak ada perbedaan di
antara keduanya bagi orang yang berakal sehat.
Berkata Mujahid: “Allah SWT merahmati yang memahami
makna ayat ‘Janganlah kau mendahului Rasulullah saw.’”
Yang lainnya berkata: “Engkau jangan memerintahkan
dan jangan melarang kecuali setelah ia memerintahkan dan
melarang.”
Di antara adab kepadanya saw adalah tidak
memanggilnya seperti kalian memanggil orang selainnya.
Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu jadikan panggilan
Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu
kepada sebahagian (yang lain).” (QS. an-Nuur [24]:63)
Dalam ayat tersebut ada dua pendapat ahli tafsir:
Pertama: jangan memanggilnya dengan namanya
sebagaimana kalian memanggil sesama kalian, tapi
panggillah: wahai Rasulullah saw atau wahai Nabiullah.
Kedua: jangan menjadikan panggilannya kepada kalian
seperti kalian memanggil sesama kalian (semaunya; patuh
atau tidak). Tetapi jika beliau saw memanggil kalian, maka
kalian harus mematuhinya dan tak boleh sekali-kali
melanggarnya.
Di antara adab kepadanya adalah jika mereka
bersamanya dalam suatu hal jamaah; seperti Khutbah, Jihad,
atau Kesatuan, maka tak boleh salah seorang memisah dan
membuat madzhab lain tanpa izinnya, sebagaimana firman
Allah SWT: “Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin
ialah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-
Nya dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah saw
dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka
tidak meninggalkan (Rasulullah saw) sebelum meminta izin
kepadanya.” (QS. an-Nuur [24]: 62)
Di antara adab kepadanya adalah tidak mempersoalkan
sabdanya, tapi mempersoalkan pendapat-pendapat demi
sabdanya. Tidak menghubung-hubungkan nashnya dengan qiyas,
tapi qiyas itu dibatalkan dan diberikan kepada nash. Tidak
melencengkan sabdanya dari kebenaran demi khayalan yang
pemiliknya sebut masuk akal. Iya, dia itu tak diketahui
dan terpisah dari kebenaran. Menerima apa yang didatangkan
olehnya saw tidak bergantung dengan sesuatu yang lain.
Jadi seperti semua inilah perlakuan kurang beradab
kepadanya saw.
Di antara adab kepadanya adalah: seorang hamba tidak
boleh menuding suatu dalil agama atau haditsnya saw dengan
mengatakan bahwa itu adalah salah dalil atau dalil yang
lemah, atau yang lainnya lebih baik darinya. Andai saja ia
memahaminya dan memikirkannya agar ia mengetahui bahwa
kesalahan itu sebenarnya datang dari dirinya sendiri.
Dan memang demikianlah kenyataannya, sesungguhnya
orang yang menuding suatu dalil agama adalah orang yang
rusak akalnya. Jadi kesalahan itu pada otaknya, bukan pada
dalil itu.
Berkata Imam Syafi’e: “Kaum Muslim telah bersepakat
bahwa barangsiapa yang telah jelas akan sabda Rasulullah
saw, dia tidak akan dapat jalan keluarnya jika ia
menggunakan perkataan orang lain.”1
Maka bertakwalah wahai hamba Allah, beradablah kepada
Rasulullah saw, berhukumlah dengan hukumnya di segala
urusanmu, laksanakanlah agama dan Sunnahnya. Janganlah
kalian berpaling darinya sebagaimana kaum lain itu
berpaling dari Nabinya. Karena jika kalian berpaling
niscaya kalian hancur di dunia dan menyesal di akhirat.
1 Lihatlah: Tahdzib Madarik as-Salikin, dua judul: Tawadhu’
dan Adab.
Bershalawat dan bersalamlah kalian kepada yang Allah
SWT perintahkan untuk bershalawat serta salam kepadanya,
seraya berfirman: “Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab [33]: 56)
Bersabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku, Allah SWT akan membalasnya dengan
sepuluh shalawat.”1
Ya Allah, shalawat serta salam kepada junjungan dan
kekasih-Mu Muhammad saw, sampaikanlah shalawat kami
kepadanya pada jam yang penuh barakah ini wahai Tuhan
semesta alam.
KHUTBAH IDUL ADHA
Segala puji bagi Allah SWT, kita memuji, memohon
pertolongan dan ampunan-Nya. Memohon perlindungan-Nya dari
kejahatan hawa nafsu dan keburukan perbuatan kita.
Barangsiapa yang telah Dia beri petunjuk, tak ada seorang
pun yang dapat menyesatkan, dan barangsiapa yang sesat
maka tak ada yang memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah SWT Yang tiada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah SWT sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah SWT menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah SWT memperkembang-biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah SWT
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
1 Dikeluarkan oleh Muslim (1/288). Nomor:384.
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. an-Nisaa’ [4]: 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah SWT dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah SWT memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati
Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 70-71)
Amma ba’du.
Sesungguhnya perkataan paling jujur adalah
Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
saw, sejahat-jahat sesuatu adalah yang mengada-ada, setiap
yang mengada-ada adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah
kesesatan, dan setiap kesesatan masuk neraka.
“Segala puji bagi Allah SWT Yang telah menciptakan
langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun
orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan
tuhan mereka.” (QS. al-An’am [6]: 1)
“Segala puji bagi Allah SWT Pencipta langit dan bumi,
Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap,
masing-masing (Q.S.Ada yang) dua, tiga dan empat. Allah
SWT menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah SWT Mahakuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Faathir [35]: 1)
Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengetahui dan
Melihat hamba-Nya. Mahasuci Allah Yang telah menjadikan di
langit bintang, matahari, dan bulan yang menerangi. Dia-
lah Yang telah menjadikan malam dan siang saling berganti
bagi yang ingin mengingat atau bersyukur.
Mahasuci Allah SWT yang telah menurunkan al-Furqaan
(al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam, yang kepunyaan-Nya lah
kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Segala puji bagi Allah SWT adalah lebih baik daripada
yang telah kami katakan, apa yang akan kami katakan, dan
apa yang sedang kami katakan.
Segala puji bagi-Mu atas keimanan, keislaman, dan al-
Qur’an. Sangat mulia keagungan-Mu, pujian kepada-Mu, dan
nama-nama-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau.
Di langit kerajaan-Mu dan di bumi kekuasaan-Mu. Di
lautan kebesaran-Mu, di surga rahmat-Mu dan di neraka
ancaman-Mu. Di segala sesuatu hikmah-Mu dan tanda-tanda-
Mu. Tiada Tuhan selain Engkau.
Ya Allah, segala puji bagi-Mu hingga Kau ridhai,
segala puji bagi-Mu jika Kau meridhai, dan segala puji
bagi-Mu setelah keridhaan-Mu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar Kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Allah Mahabesar atas terangnya bintang, Allah
Mahabesar atas semerbak wanginya Misk, Allah Mahabesar
atas kicauan burung merpati.
Allah Mahabesar setiap kali orang berdosa itu kembali
bertaubat, Allah Mahabesar setiap kali hamba berdoa, Allah
Mahabesar setiap kali mayat itu berbantalkan tanah.
Allah Mahabesar ketika para haji itu berdiam di
padang Arafah, berminap di Muzdalifah dengan sebaik-
baiknya, dan melempar jumrah di Mina.
Allah Mahabesar setiap kali terangkat bendera Islam,
Allah Mahabesar setiap kali bertawaf di Baitilharam
(Ka’bah), Allah Mahabesar setiap kali runtuhnya negara
berhala.
Tiada Tuhan selain Allah, Tiada Tuhan selain Allah,
Tiada Tuhan selain Allah, “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah SWT. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan
hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Qashash
[28]: 88) Tiada Tuhan selain Allah, “Semua yang ada di
bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. ar-Rahman [55]:
26&27)
Tiada Tuhan selain Allah, Dialah Yang berbuat
sekehendak-Nya. Tiada Tuhan selain Allah Pemilik ‘Arsy
yang megah, tiada Tuhan selain Allah Tuhan semesta langit
dan bumi, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Mahasuci Allah, Mahasuci Allah.
Segala puji bagi Yang telah membantah para Kaisar
dengan kekuatan-Nya dan menghancurkan mereka yang telah
membangkang, maka dengan kezhaliman mereka jatuh di
neraka.
Ya Allah, shalawat atas Nabi-Mu yang telah Kau utus
dia dengan Dakwah Muhammadiyah, yang dengannya Kau tunjuki
kemanusiaan, Kau terangi pikiran manusia, dan Kau
guncangkan keberadaan Animisme.
Ya Allah, shalawat serta salam atas pemilik haudh
(kolam_red), bendera yang berkibar, dan shirat
(jembatan_red) yang terbentang. Ya Allah, shalawat serta
salam atas pembawa bendera kemegahan di Bani Luai, pemilik
tali panjang di Bani ‘Abdul Manaf bin Qushai, pemilik
cahaya terang di wajah dan anggota badan yang tertera
dalam Taurat dan Injil. Ya Allah, shalawat serta salam
atas yang telah Kau agungkan sebutan (nama)nya, telah Kau
lapangkan dadanya, dan Kau hilangkan darinya bebannya.
Ya Allah, shalawat serta salam atas yang telah Kau
jadikan ia akhir para Nabi, sebaik-baik wali, dan yang
telah meninggalkan kami dalam keadaan terang benderang,
takkan ada yang tersesat di dalamnya kecuali yang
mengikuti hawa nafsu, dan shalawat serta salam atas
keluarganya dan sahabatnya.
Hadirin sekalian!
Salam, rahmat, dan berkah Allah SWT terlimpahkan pada
kalian semua. Iya, kita merayakan kesempatan besar ini,
hari yang kita saling mengingatkan keutamaan, keagungan,
dan kesucian kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ (tiada Tuhan
selain Allah).
Umat apakah kita sebelum Islam, keturunan apakah kita
sebelum beriman, dan bagaimanakah kita tanpa adanya al-
Qur’an?
Sebelum kita mengucap tiada Tuhan selain Allah SWT
kita adalah umat Animisme, umat yang tidak tahu Allah SWT,
umat yang sujud kepada batu, umat jahat, umat yang saling
membunuh, umat yang durhaka, umat yang tidak mengetahui
satu ajaran pun.
Ketika Allah SWT ingin mengangkatkan kepalanya dan
meninggikan keagungannya, Dia mengutuskan Rasul penunjuk
SAW. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-
Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan Hikmah (as-Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata,” (QS. al-Jum’ah [62]: 2)
Sesungguhnya alam ketika pengutusan Ahmad, Tuhan
melihatnya dan menggantikan keadaannya.
Bahkan Dia memuliakan manusia dengan memilih yang
terbaik dari sebaik-baik manusia.
Berpakaian seadanya sedangkan ia adalah pemimpin
umat, dia meninggalkan harta benda dan menghancurkan
rantainya.
Ketika Allah SWT melihat umat berjalan menujunya,
segera Dia menyertakan ridha-Nya pada mereka.
Datanglah beliau saw dan menaiki bukit Shafa seraya
memanggil seluruh umat dan bersabda pada mereka ketika
telah berkumpul: “Katakanlah Laa ilaaha illallah (tiada
Tuhan selain Allah) niscaya kalian akan beruntung,” maka
bangkitlah dakwahnya berdasarkan Laa ilaaha illallah
sebagaimana dakwah para Nabi terdahulu: “Dan Kami tidak
mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.’”
(QS. al-Anbiya’ [21]: 25)
Makna tiada Tuhan selain Allah adalah tiada yang
patut disembah selain Allah SWT.
Makna tiada Tuhan selain Allah adalah tiada yang
patut diminta kecuali kepada Allah SWT.
Makna tiada Tuhan selain Allah adalah menjadikan
dirimu hamba Allah SWT hingga kau hidup, mati, dan
memasuki surga dengan kekuatan tiada Tuhan selain Allah.
Makna tiada Tuhan selain Allah adalah kau ridha bahwa
Allah SWT itu Tuhanmu hingga kau mengikuti ajaran-Nya dan
meninggalkan ajaran yang lain. Barangsiapa yang meridhai
baginya ajaran selain syariat-Nya maka baginya laknat
Allah SWT, malaikat-Nya, dan seluruh manusia. Allah SWT
takkan menerima pemberiannya, keadilannya, ataupun
ucapannya. Dia takkan melihatnya atau memperhatikannya,
dan baginya adzab yang pedih.
Makna tiada Tuhan selain Allah adalah meridhai
Rasulullah saw menjadi tauladanmu, imammu, pengajarmu, dan
pendidikmu: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
saw itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah SWT dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]:
21)
Makna tiada Tuhan selain Allah adalah meridhai Islam
itu agamamu, karena jika kau tidak meridhai Islam menjadi
agamamu maka Allah SWT akan marah padamu, akan membukakan
aibmu, takkan menjagamu, dan takkan mewakilkanmu.
Rasulullah saw telah mendatangkan kalimat itu dengan
jelas bahwa tiada Tuhan selain Allah, maka menurutlah
orang yang Allah SWT ingin mengangkat derajatnya dan
berpalinglah orang yang Allah SWT inginkan baginya adzab
di dunia dan akhirat. “Sesungguhnya mereka dahulu apabila
dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri.” (QS. ash-Shaaffaat [37]: 35)
Menurut pada kalimat itu para sahabatnya dan para
kekasihnya hingga mereka mati dengan kalimat itu.
Datang Abdullah bin Amru ra pada hari Uhud, dia
mengetahui kalimat Laa ilaaha illallah dan mencintainya,
maka ia mengangkat tangannya sebelum memulai pertempuran
seraya berdoa: “Ya Allah, ambillah darahku pada hari ini
hingga Kau meridhainya.”
Maka ia pun terbunuh dan terpotong. Berkata Jabir bin
Abdullah ra tentang ayahnya: “Ketika hari Uhud,
didatangkanlah ayahku yang telah menjadi mayat yang
tertutup dan ia telah terpotong1. Aku pun ingin mengangkat
kain itu, orang-orang melarangku, maka Rasulullah saw pun
mengangkatnya atau memerintahkan untuk mengangkatnya. Lalu
Rasulullah saw mendengar suara tangisan atau jeritan,
beliau bersabda: ‘Siapakah itu?’ Mereka berkata: ‘Dia
adalah anak perempuan Amru atau saudara perempuannya.’
Beliau bersabda: ‘Mengapa ia menangis, sedangkan malaikat
itu senantiasa mengembangkan sayapnya hingga ia diangkat.”2
Dalam riwayat lain Jabir ra berkata: “Aku pun membuka
kain penutup itu dan menangis, mereka pun melarangku
1 Berkata Ibnu Atsir di an-Nihayah (4/294): “Yakni
terpotong hidungnya, telinganya, atau sesuatu dari
tubuhnya.”2 Dikeluarkan oleh Bukhari (2/82) dan Muslim (4/1917&1918)
nomor:2471.
sedangkan Rasulullah saw tidak melarangku. Ketika Fathimah
binti Amru menangis, Rasulullah saw bersabda: “Kau
menangisinya ataupun tidak, malaikat itu senantiasa
memayunginya dengan bentangan sayapnya hingga kalian
mengangkatnya.”1
Maka Allah SWT menjadikan ruhnya dan ruh saudara-
saudaranya di taman hijau dalam surga, memakan buah-
buahannya, meminum sungainya, dan berteduh di bawah ‘Arsy
hingga Allah SWT mewariskan bumi dan segala yang di
atasnya.
Umat apakah kita sebelumnya (Islam_red), umat apakah
kita sekarang, dan umat apakah kita nanti!!
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Hamba Allah!
Wahai yang memakai pakaian baru, wahai yang mandi
dengan air dingin, wahai yang datang pada mushalla ini,
apakah kalian mengingat-ingat siapa saja bapak-bapak,
orang-orang tercinta, dan anak-anak yang shalat bersama
kalian pada tahun lalu? Ke manakah mereka pergi? Bagaimana
Pemotong kenikmatan itu (kematian_red) menculik mereka?
Dia mengambil semua lelaki dan perempuan, dialah pemecah
kelompok itu. Dia mendiamkan mereka tanpa satu kata pun.
Demi Allah, mereka telah bersandarkan tanah, telah
berpisah dengan para kekasih, dan menjauh dari para
sahabat. Mereka di dalam lubang gelap berbekalkan amalan-
amalan mereka, seolah-olah mereka tidak tertawa bersama
orang yang tertawa, tidak makan bersama orang yang makan,
dan tidak minum bersama orang yang minum.
Berbagai macam ulat di wajah mereka, terhimpit oleh
kekelaman liang lahat, mereka berpisah dengan segala
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (2/71) dan Muslim (4/1918)
nomor:2554.
keinginan dan kepentingan, dan tidak ada yang tersisa bagi
mereka kecuali amalan.
Apakah ada seseorang yang mengingat akan
kedatangannya? Apakah ia mempersiapkan diri untuknya? Dan
apakah dia telah berbekal untuk keadaan yang berbahaya
itu?
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Hadirin sekalian!
Aku mengingatkan kita akan kejadian besar itu dan
akan kewajiban nyata itu dengan shalat lima waktu. Tak ada
keberuntungan dalam Islam bagi yang meninggalkannya,
barangsiapa yang meniggalkannya maka baginya laknat Allah
SWT dan telah keluar dari agama Allah SWT. Barangsiapa
yang telah meniggalkannya maka tali Allah SWT akan putus
darinya, keluar dari naungan-Nya, dan dihalalkan darahnya,
hartanya, serta kehormatannya.
Yang meninggalkan shalat itu adalah musuh Allah SWT,
Rasul-Nya, dan wali-wali-Nya.
Yang meninggalkan shalat itu orang yang memerangi
ajaran Allah SWT, yang dimurkai di langit dan bumi.
Yang meninggalkan shalat itu dilaknat oleh segala
benda hidup dan mati. Semut di liangnya mengumpat orang
yang meninggalkan shalat dan ikan di lautan melaknatnya
karena ia meninggalkan shalat.
Orang yang meninggalkan shalat tidak akan diberi
makan, takkan diberi minum, takkan ditemani, dan takkan
dipercayai.
Orang yang meninggalkan shalat itu telah keluar dari
agama, terbebas dari ikatan Allah SWT, dan membantah
perjanjian Allah SWT.
Orang yang meninggalkan shalat pada hari pengumpulan
besar di hari kiamat nanti takkan ada baginya alasan.
Allah, Allah dengan shalat. Itulah akhir wasiat
Muhammad saw sebelum memisahkan dunia pada saat sakaratul
maut.
Hamba Allah sekalian!
Takkan ada keberuntungan dalam Islam bagi orang yang
meninggalkan shalat, aku mewasiatkan kalian dan diriku
untuk melaksanakan shalat berjamaah dan menjaganya
dilaksanakan di masjid. Barangsiapa yang melaksanakannya
di rumah (sendirian_red) tanpa udzur maka takkan Allah SWT
terima karena di antara syarat kebenarannya adalah
melaksanakannya dengan berjamaah, oleh karena itu
Rasulullah saw bersabda: “Demi Yang jiwaku di tangan-Nya,
aku hampir saja memerintahkan untuk mendirikan shalat
kemudian aku berpaling kepada orang yang tidak
melaksanakan shalat bersama kita (berjamaah_red) hingga
aku membakar rumah mereka dengan api.”1
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Hamba Allah sekalian!
Aku mewasiatkan kalian dan diriku setelah bertakwa
kepada Allah SWT untuk menyambung silaturahim, karena
Allah SWT telah melaknat orang yang memutuskan rahimnya
seraya berfirman: “Orang-orang yang merusak janji Allah
SWT setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa
yang Allah SWT perintahkan supaya dihubungkan dan
mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang
memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk (Jahanam).” (QS. ar-Ra’d [13]: 25). Dan: “Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat
kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (1/158) dan Muslim (1/154&152)
nomor:651.
Allah SWT dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-
Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad [47]: 22&23)
Maka yang memotong rahimnya itu dilaknat, Allah SWT
melaknatnya dalam al-Qur’an dan benarlah sabda Rasulullah
saw: “Ketika Allah SWT menciptakan segala makhluk, hingga
setelah selesai bangkitlah rahim itu berkata: ‘Ini adalah
tempat kembali orang yang telah memotong-Mu.’ Maka Allah
SWT pun berfirman: ‘Tidakkah kau sudi Aku menyambung siapa
saja yang menyambungmu dan memutus siapa saja yang
memutusmu?’ ia menjawab: ‘Tentu Tuhanku.’ Allah SWT
berfirman: ‘Hal itu adalah bagianmu.’”1
Jadi janji Allah SWT itu adalah Dia akan menyambung
siapa saja yang menyambung rahimnya dan memotong siapa
saja yang memotong rahimnya. Hari Ied ini wahai kaum
Muslimin sekalian, adalah salah satu kesempatan besar kita
untuk kembali kepada Allah SWT, barangsiapa yang tidak
kembali kepada Allah SWT pada hari ini maka ia takkan
mendapatkan manfaat Ied, dan barangsiapa yang tidak
mencari kerabatnya dan menyambung silaturahim maka ia
takkan merayakan Ied.
Ied itu adalah menyambung orang yang memutuskan tali
silaturahim, Ied itu adalah memberi orang yang telah
menyisihkanmu, Ied itu adalah mengampuni orang yang
menzhalimimu, Ied itu adalah melumpuhkan kedengkian dari
hatimu, Ied itu adalah mengeluarkan kebencian dari jiwamu,
Ied itu adalah kembali pada tetanggamu dengan keceriaan
wajah dan kesucian hati, dan Ied itu adalah memasukkan
kenyamanan dalam hati kaum muslim agar tak satu pun dari
mereka yang takut padamu. Rasulullah saw bersabda: “Demi
Allah takkan beriman, demi Allah takkan beriman, demi
Allah takkan beriman.” Dikatakan: “Siapakah dia wahai
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (8/199) dna Muslim (4/1981)
nomor:2471.
Rasulullah?” Beliau bersabda: “Orang yang tidak memberi
ketentraman kepada tetangganya.”2
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Hamba Allah sekalian.
Aku mengingatkan kalian dan diriku akan segala nikmat
dan pemberian Allah SWT, maka bersyukurlah pada-Nya
niscaya Dia akan menambahmu nikmat itu. Barangsiapa yang
tidak bersyukur akan nikmat-Nya niscaya ia akan mendapat
balasan dari-Nya yaitu kehancuran dan kemusnahan: “Dan
Allah SWT telah membuat sesuatu perumpamaan (dengan)
sebuah negeri yang dahulunya amaan lagi tenteram,
rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, teteapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat
Allah SWT; karena itu Allah SWT merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat.” (QS. an-Nahl [16]: 112)
Lihatlah, nikmat apakah yang telah kita rasakan;
nikmat keamanan dalam negeri, kesehatan di badan, dan
berhukum dengan syariat serta al-Qur’an.
Lihatlah negara dan bangsa tetangga kita, pada hari
mereka meninggalkan hukum dengan syariat Allah SWT dan
Kitabullah, Allah SWT murka kepada mereka hingga mengambil
mereka dengan sangat kejam.
Di antara mereka ada yang Allah SWT timpa dengan
peperangan, maka berguncangan rumah dengan suara meriam,
bom, dan rudal. Anak-anak terbunuh dan keluarga-keluarga
terbengkalai, “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia
mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim.
2 Dikeluarkan oleh Bukhari (7/78) lafadz itu miliknya, dan
Muslim (1/68) nomor:46 lafadznya adalah: “Tidak akan masuk
surga orang yang tidak memberi ketentraman kepada
tetangganya.”
Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.”
(QS. ar-Ra’d [11]: 102)
Di antara mereka ada yang Allah SWT timpa dengan
berbagai macam penyakit yang tak ada sebelumnya; karena
mereka telah melakukan maksiat dan meninggalkan ajaran
serta syariat Allah SWT, yang akhirnya mereka hidup dalam
keadaan ketakutan serta siksaan di dunia dan akhirat.
Jadi ingat-ingatlah segala nikmat itu dan
bersedekahlah darinya demi mengungkapkan rasa syukur dan
terima kasihmu serta melaksanakan perintah Allah SWT
padamu. Karena sesungguhnya segala bangsa yang sekarang
dilanda kemiskinan dan kelaparan itu dahulu mereka adalah
bangsa yang hidup dalam kecukupan dan kenikmatan, tetapi
mereka ingkar akan kenikmatan dari Allah SWT itu dan
menentang agama serta syariat Allah SWT.
Negara ini ketika ia diberi kenikmatan dari Allah SWT
untuk dapat melaksanakan syariat-Nya, maka makmurlah
kehidupannya, bertambah banyak kekayaannya, dan tentramlah
penduduknya. Jadi tidak lain bagi kita adalah untuk selalu
berpegang teguh pada agama ini, pada ajaran pemimpin para
Rasul saw, karena itulah satu-satunya jalan agar nikmat
itu menetap dan tidak lenyap dari kita.
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Kaum Muslimin sekalian.
Umat Islam dewasa ini hidup dalam masa kebangkitan
yang semoga saja diberkahi, hidup dalam pengembalian jati
diri kepada Allah SWT. Marilah kita bersama-sama memohon
agar kebangkitan ini mendapat berkah, dilanggengkan,
dimakmurkan, dan ditunjukkan selalu pada jalan yang lurus.
Akan tetapi yang kita takutkan dari kebangkitan ini
adalah dua macam orang:
Pertama, orang yang fanatik keras dalam agama Allah SWT. Dirinya menyendiri, mengetahui secara lahir al-
Qur’an, dan beribadah dengan sungguh-sungguh keimanan.
Hingga ia mengkafirkan orang semaunya, mengimankan orang
semaunya, memasukkan orang ke agama semaunya dan
mengeluarkan orang dari agama semaunya. Inilah orang yang
kita takuti daripada kebangkitan yang diberkahi ini, dan
ingatlah bahwa ibadah itu adalah bukan segala-galanya.
Telah benar darinya saw ketika beliau bersabda
tentang Khawarij: “Mereka menghina seseorang yang
melaksanakan shalat dibandingkan dengan shalat mereka,
puasanya dengan puasa mereka, mereka membaca al-Qur’an
tanpa melebihi kerongkongan mereka, mereka keluar dari
Islam sebagaimana melesatnya panah dari busurnya.”1
Hal itu disebabkan karena mereka mengambil sebagian
nash dan meninggalkan sebagian lainnya, sehingga mereka
tidak tepat dalam melakukan pengukuhan hukum yang benar.
Mereka tidak mengetahui tujuan dari lafadz atau maksud
dari sebuah dalil, sehingga mereka tersesat dan
menyesatkan bahkan mereka mengkafirkan beberapa sahabat
dan menghalalkan darahnya.
Kedua, orang munafik yang mengejek agama Allah SWT. Dia menjadikan hamba Allah SWT sebagai santapannya hingga
ia mengejek mereka dalam setiap majelis, pertemuan, atau
seminar. Mereka membidikkan sasaran pada para da’i, mereka
menghinanya dengan segala macam hinaan; dari gerakannya,
diamnya, bahkan pakaiannya. “Katakanlah: ‘Apakah dengan
Allah SWT, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu
kafir sesudah beriman.” (QS. at-Taubah [9]: 65&66) Oleh
karena itu, orang seperti inilah yang jelas-jelas
kemunafikannya, karena ia telah menjadikan para wali Allah
sebagai bahan ejekan orang. Mereka menamakan para da’i
shalih itu sebagai teroris atau gerombolan terlarang.
Penamaan seperti itu tidak lain hanya untuk para Zionisme
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (8/52) dan Muslim (2/744)
nomor:1064.
dan Kristenisasi atau para pengikut mereka seperti
sekularisme dan westernisme.
Hamba Allah sekalian!
Demi kebangkitan ini, ada baiknya kita melakukan dua
perkara:
Pertama: berdoa kepada semua pemimpin yang telah
melaksanakan hukum dan syariat Allah SWT, juga para ulama
yang ikhlas menasehatkan umat, serta para da’i yang
menuntun umat ke jalan yang benar.
Yang kedua: saling menasehati antar kita demi
menolong anak-anak dan pemuda penerus bangsa dalam
mengarungi arena ini. Karena kita dapati di rumah-rumah
ada orang tua yang memerangi anak-anaknya ketika ia
kembali ke jalan yang benar dan ketika mereka menuju Allah
SWT. Peperangan ini adalah jelas merupakan peperangan
terhadap Allah SWT dan agama-Nya.
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Hamba Allah sekalian!
Aku mewasiatkan kalian akan Kitabullah, halalkanlah
yang dihalalkannya dan haramkanlah yang diharamkannya.
Lakukanlah segala ayat-ayat muhkamah-nya dan berhati-
hatilah dengan ayat-ayat mutasyabihat-nya.
Kitabulllah itu adalah tali Allah SWT yang kuat,
jalan yang lurus, cahaya penerang yang tak ada kegelapan
di dalamnya, dan petunjuk yang takkan tersesat setelahnya.
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka
tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.’” (QS. al-Israa’ [17]: 88) “Yang tidak datang
kepadanya (al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun
dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang
Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat [41]:
42)
Barangsiapa yang berpegang teguh padanya maka niscaya
Allah SWT akan menempatkannya kedudukan bahagia dan
barangsiapa yang berpaling darinya maka niscaya Allah SWT
akan mencampakkan wajahnya ke dasar neraka. Bacalah al-
Qur’an itu siang dan malam, hiasilah rumah kalian
dengannya, bertadaruslah kepada keluarga kalian, dan
jadikanlah al-Qur’an itu pendekat kalian kepada Tuhan.
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Hamba Allah sekalian!
Aku mewasiatkan pada kalian agar bertaubat nashuha,
memohon ampunan dari segala dosa dan kesalahan. Allah SWT
berfirman: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sesungguhnya Allah
SWT mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. az-Zumar
[39]: 53) Dan firman-Nya: “Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah SWT, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah SWT? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan
mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai,
sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik
pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran [3]:
135&136)
Hamba Allah sekalian!
Sesungguhnya kejahatan yang banyak tersebar di antara
pada pemuda dewasa ini adalah kasus kecanduan narkoba.
Kejahatan ini tersebar tidak lain disebabkan oleh
menjauhnya kita dari Allah SWT, Kitabullah, dan Sunnah
Rasulullah saw. Maka penuhlah penjara-penjara itu dengan
para pemuda, karena mereka meninggalkan jalan ke masjid,
meninggalkan tilawatil Qur’an, meninggalkan majelis ta’lim
hingga mereka merasakan kehinaan ini: “Maka tatkala mereka
berpaling (dari kebenaran), Allah SWT memalingkan hati
mereka; dan Allah SWT tiada memberi petunjuk kepada kaum
yang fasik.” (QS. ash-Shaff [61]: 5)
Di antara kemaksiatan itu adalah segala bentuk
majalah cabul yang telah menjadikan wanita sebagai
sembahan, sehingga menggoda pada pemuda Islam dan
berzinalah pandangan mereka sebelum kemaluan mereka.
Mereka menjadikan gambar porno sebagai sembahan mereka,
hawa nafsu itu pun merenggut mereka. Mereka tertimpa
linglung dan tersesat dalam kerinduan, karena hati mereka
tidak dipenuhi dengan dzikir kepada Allah SWT, tidak
diterangi dengan kalimat: Laa ilaaha illallah.
Di antara kemaksiatan itu pula adalah segala musik
dan lagu yang memenuhi rumah yang keluar dari para
penyanyi, baik yang masih hidup maupun yang telah mati,
dan kemaksiatan ini jelas diperangi Allah SWT.
Allah, Allah dengan taubat nashuha dan kembali kepada
Yang Maha Esa. Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi
katsira wa subhanallahi bukratan wa ashila.
Ied itu wahai hamba Allah, maknanya adalah
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya; kembali
kepada Allah SWT, kepada Kitab-Nya, dan kepada Sunnah
Rasul-Nya saw.
Ied itu wahai hamba Allah, bukanlah dengan
menjejerkan hidangan lezat, bukanlah dengan mengendarai
kendaraan, dan bukanlah dengan tinggal di tempat-tempat
indah.
Ied itu adalah untuk orang yang takut akan hari
akhir, Ied itu adalah untuk orang yang bersiap-siap demi
hari kiamat, dan Ied itu untuk orang yang bertakwa pada
Allah SWT di lahir dan batin.
Ied itu adalah untuk orang yang mengoreksi kembali
segala perbuatannya, hingga ia memohon ampun dari segala
kesalahan dan memohon kekuatan untuk melaksanakan amalan
shalih.
Ied itu untuk orang yang menyambung antara dirinya
dan Allah SWT atau antaranya dan hamba-hamba Allah. Ied
itu adalah untuk orang yang memakmurkan rumahnya dengan
al-Qur’an dan mengeluarkan segala bentuk alat-alat
syaitan.
Ied itu untuk orang yang melaksanakan syariat Allah
SWT di rumahnya dan menghidupkannya dengan dzikir kepada
Allah SWT.
Jika kau seorang hambaku, maka apakah yang akan aku
perbuat dengan Ied!!
Kecintaan-Mu mengalir di hatiku bagaikan air yang
mengalir di dalam kayu.
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
Hamba Allah sekalian!
Kukatakan apa yang kalian dengar dan kita memohon
ampun kepada Allah SWT, juga untuk seluruh kaum Muslimin.
Memohon ampunlah kalian dan bertaubatlah, sesungguhnya Dia
Maha menerima taubat dan Maha Penyayang.
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, wali
orang-orang shalih, tak ada amarah kecuali atas orang-
orang zhalim. Shalawat serta salam kepada pemimpin para
Rasul, imam orang bertakwa, Nabi kita Muhammad saw beserta
keluarga dan seluruh sahabatnya.
Hamba Allah sekalian.
Merupakan Sunnah al-Mushtafa saw, ketika tiba dua
hari raya Ied beliau mengakhirkan shalat Idul Fitri dan
menyegerakan shalat Idul Adha1. Beliau keluar pada hari
Idul Adha tanpa memakan sesuatu pun sebelumnya2 (shalat
Ied_red), sebaliknya pada hari raya Idul Fitri beliau
memakan beberapa buah kurma sebagaimana yang dikabarkan
oleh Anas ra.3 Dalam riwayat lain beliau memakannya dengan
jumlah ganjil4. Beliau juga memakai pakaian terbaiknya,
memakai wangi-wangian, berjalan dengan tenang dan perlahan
seraya bertakbir.
Beliau ketika keluar menuju shalat Ied melintasi
suatu jalan dan kembali darinya dengan melintasi jalan
yang lain. Berkata Jabir bin Abdullah ra “Dahulu Nabi saw
ketika pada hari Ied, beliau membedakan jalan.”5 Para ulama
menyebutkan bahwa pada perlakuan itu terdapat hikmah yang
sangat besar, di antaranya adalah:
Menampakkan kekuatan Islam dan kaum Muslim di
setiap tempat.
Kau sesungguhnya melewati jumlah kaum Muslim
yang banyak, sehingga kau dapat menyalami
mereka.
Mengirikan hati para musuh Islam.
Membantu kesulitan orang Muslim yang memerlukan
pertolongan.
1 Lihatlah: Irwa’ al-Ghalil (3/100&101).2 Dikeluarkan oleh at-Turmudzi (2/426) nomor:542, Ibnu
Majah (1/558) nomor:1756, al-Hakim di al-Mustadrak (1/294)
dan adz-Dzahabi men-shahih-kan bersamanya, sedangkan al-
Arnauth meng-hasan-kannya. Lihatlah: al-Ihsan fi taqrib
shahih ibnu habban (7/52).3 Dikeluarkan oleh Bukhari (2/3).4 Dikeluarkan oleh Bukhari (2/3).5 Dikeluarkan oleh Bukhari (2/11).
Agar para penjagamu yaitu para malaikat yang
berbaris di pinggir jalan, menyaksikanmu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laa ilaaha
illallah wallahu Akbar. Allahu Akbar wa lillahilhamd.
Rasulullah saw ketika tiba di tempat shalat, beliau
memulai dengan shalat dua rakaat sebelum melakukan
khutbah. Dalam shalat itu beliau bertakbir pada rakaat
pertama sebelum membaca al-Fatihah sebanyak tujuh takbir
dengan takbiratul ihram lalu membaca surat al-Fatihah dan
surat al-A’la. Pada rakaat kedua beliau bertakbir sebanyak
lima kali lalu membaca surat al-Fatihah dan surat al-
Ghasyiah1. Atau mungkin beliau membaca pada rakaat pertama
(setelah surat al-Fatihah_red) surat Qaaf dan pada rakaat
kedua surat al-Qamar2.
Ketika beliau selesai melaksanakan shalat, beliau
berdiri di atas tunggangannya menghadap orang yang duduk
berbaris, lalu berkhutbah suatu khutbah yang jelas.
Diterangkan di dalamnya dasar-dasar akidah dan hukum,
memerintahkan kaum muslim untuk bersedekah. Kemudian
beliau menoleh kepada kaum perempuan dan berkhutbah untuk
mereka serta mengingatkan mereka.
Hamba Allah sekalian!
Disunnahkan ketika kita kembali dari shalat Idul Adha
untuk menyembelih kurban jikalau kita mampu.
Kurban itu dalam Islam mempunyai kedudukan yang agung
dan hikmah yang besar, di antaranya: merupakan pengganti
bagi Nabi Allah Ismail as dan pendekatan diri kepada Allah
SWT pada hari yang agung ini. Jika kau mampu dan sudah
menyembelihnya, maka disunnahkan bagimu untuk mengambil
sepertiganya, bersedekah sepertiganya, dan menghadiahkan
sepertiganya. Jika kau melakukan selain yang disunnahkan
1 Dikeluarkan oleh Muslim (2/607) nomor:891.2 Dikeluarkan oleh Muslim (2/598) nomor:878.
itu maka tidak apa-apa karena ada keluasan di dalamnya,
tetapi kau meninggalkan yang terbaik.
Hewan kurban itu wahai hamba Allah, haruslah yang
gemuk, terpilih, dan terbersih. Karena Allah SWT itu baik
dan tidak menerima kecuali yang baik pula. Jadi tidak
boleh menyembelih hewan yang jelas-jelas aibnya, tidak
pula yang penyakitan, tidak pula yang pincang, yang lemah,
yang terpotong tanduknya, atau yang terpotong telinganya.
Dimakruhkan menyembelih kurban yang terbelah atau
berlubang telinganya, tapi selain semua itu maka hukumnya
boleh insya Allah.
Disunnahkan juga menyembelih domba yang berumur1 atau
lebih besar. Adapun kambing maka pada yang kedua2 atau
lebih tua, itulah sunnah Nabi kalian saw. Maka ingatlah
Allah, bertakbirlah pada-Nya, serta bersyukurlah atas
nikmat-Nya dan pemberian-Nya, karena segala kenikmatan itu
takkan dijaga kecuali dengan bersyukur dan tidak
dilenyapkan kecuali dengan kufur nikmat.
Kita memohon hindaran kepada Allah SWT dari kaum yang
mengubah nikmat Allah SWT dengan kekafiran dan dari kaum
yang telah diberi nikmat oleh Allah SWT namun
menjadikannya sebab untuk melakukan kemaksiatan mengikuti
hawa nafsunya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa
subhanallahi bukratan wa ashila.
1 Berkata Ibnu Atsir di an-Nihayah (1/250): “Makna berumur
adalah yang sudah besar, pada unta adalah yang telah
memasuki umur lima tahun, pada sapi dan kambing yang telah
memasuki umur dua tahun,” dikatakan: sapi pada umur tiga
tahun dan domba yang telah berumur satu tahun, dikatakan
pula: lebih muda dari itu.2 Yang kedua dari kambing yakni yang telah memasuki tahun
ketiga. An-Nihayah (1/226).
Hamba Allah sekalian!
Bershalawat dan bersalamlah kalian kepada yang Allah
SWT perintahkan untuk bershalawat serta salam kepadanya,
seraya berfirman: “Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab [33]: 56)
Bersabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku, Allah SWT akan membalasnya dengan
sepuluh shalawat.”1
Ya Allah, shalawat serta salam kepada junjungan dan
kekasih-Mu Muhammad saw, sampaikanlah shalawat kami
kepadanya pada hari yang penuh barakah ini wahai Tuhan
semesta alam. Ya Allah, ridhai seluruh sahabatnya dari
Muhajirin dan Anshar, juga kepada siapa saja yang
mengikuti kebaikan mereka hingga hari kiamat, serta kepada
kami dengan pengampunan-Mu dan kemuliaan-Mu, wahai Yang
paling mulia.
MENGAGUNGKAN SYIAR-SYIAR ALLAH
Segala puji bagi Allah SWT, kita memuji, memohon
pertolongan dan ampunan-Nya. Memohon perlindungan-Nya dari
kejahatan hawa nafsu dan keburukan perbuatan kita.
Barangsiapa yang telah Dia beri petunjuk, tak ada seorang
pun yang dapat menyesatkan, dan barangsiapa yang sesat
maka tak ada yang memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan
aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah SWT sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
1 Dikeluarkan oleh Muslim (1/288). Nomor:384.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah SWT menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah SWT memperkembang-biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah SWT
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. an-Nisaa’: 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah SWT dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah SWT memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati
Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 70-71)
Amma ba’du.
Sesungguhnya perkataan paling jujur adalah
Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
saw, sejahat-jahat sesuatu adalah yang mengada-ada, setiap
yang mengada-ada adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah
kesesatan, dan setiap kesesatan masuk neraka.
Hadirin sekalian!
Seorang mukmin itu berbuat baik dan takut tapi
seorang munafik itu berbuat jahat dan memohon. Seorang
mukmin itu haus akan kebaikan, hidup perasaannya,
mengagungkan syiar dan syariat Allah SWT, menjaga Allah
SWT dalam lahir dan batin, dan melihat segala dosa-dosanya
bagaikan gunung yang akan menimpanya. Sedangkan seorang
munafik itu melihat dosa-dosanya bagaikan seekor lalat
yang hinggap di hidungnya, dia menepisnya dan tak takut
padanya. Orang munafik itu lebih takut kepada manusia
daripada kepada Allah SWT: “Mereka bersembunyi dari
manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah SWT,
padahal Allah SWT beserta mereka,” (QS. an-Nisaa’ [4]:
108), mereka malu dari manusia dan tidak malu dari Allah
SWT, mereka menghargai dan menghormati manusia dan tidak
mengagungkan Allah SWT!! Marilah kita lihat bagaimana pada
salafus shalih takut kepada Allah SWT dan senantiasa
menjaga-Nya:
Mahasuci Allah Yang senantiasa mengampuni sedangkan
kami selalu tergelincir, Dia senantiasa mengampuni
walaupun hamba itu tergelincir.
Dia memberi orang yang bersalah dan keagungan-Nya
tidak melarang-Nya untuk memberi orang yang bersalah.
Kalian tentunya telah mengetahui siapa itu Umar ra.
Beliau orang yang paling takut kepada Allah SWT, meskipun
demikian beliau selalu jujur kepada Allah SWT, kepada
manusia, dan kepada dirinya sendiri. Beliau shalat di
waktu malam, puasa di waktu siang, berlaku adil terhadap
bawahannya, zuhud di dunia, sering menangis dan berkata:
“Seandainya aku sebuah pohon yang kokoh.” Suatu hari
Rasulullah saw memberitahukan kepada Hudzaifah ra secara
rahasia nama-nama orang munafik yang tidak masuk surga.
Lalu datanglah Umar ra menangis kepada Hudzaifah ra seraya
berkata: “Wahai Hudzaifah, demi Allah aku bertanya
kepadamu; apakah Rasulullah saw menyebutku di antara
orang-orang munafik?” Laa ilaaha illallah!! Jikalau Umar
ra bukan seorang yang mukmin, maka siapakah yang mukmin!!
Jika beliau bukan orang yang jujur, maka siapakah yang
jujur!! Dan jika beliau bukan orang yang ikhlas, maka
siapakah yang ikhlas?! Laa ilaaha illallah beliau
menginfakkan segala miliknya demi kalimat Laa ilaaha
illallah dan menangisi dirinya karena takut menjadi orang
munafik!!
Para sahabat duduk di suatu majelis, maka berkatalah
Umar ra kepada sahabat Rasul saw: “Siapakah di antara
kalian yang menghafal sabda Rasulullah saw tentang
fitnah?” berkata Hudzaifah ra: “Aku.” Beliau berkata:
“Sungguhkah kau berani mengungkapkannya?” yakni mampukah
kau berbicara tentang perihal yang berbahaya itu?” Dia
menjawab: “Iya.” Beliau berkata: “Apa yang kau dengar dari
Rasulullah saw tentang fitnah itu?” dia menjawab:
“Rasulullah saw bersabda: ‘Fitnah seorang lelaki pada
keluarganya dan hartanya, dihapuskan dengan puasa, shalat,
dan sedekah.’ (Yakni cacian makian, dan kesalahannya
kepada keluarganya dapat dihapus dengan puasa, shalat, dan
sedekah). Umar ra berkata: “Aku tidak menanyakan tentang
hal itu, melainkan aku ingin bertanya tentang fitnah yang
bergelombang bagai ombak lautan, apakah kaffaratnya
(penghapusannya_red)?” Fitnah yang bergelombang bagai
ombak lautan itu adalah fitnah berdarah, fitnah
terhunusnya pedang kepada kaum Muslim, fitnah perpecahan,
dan fitnah kekufuran. Berkata Hudzaifah ra: “Wahai Amirul
Mukminin, janganlah takut, karena sesungguhnya antaramu
dan fitnah itu ada pintu.” Beliau berkata: “Apakah pintu
itu akan dibukakan atau dihancurkan?” Pintu yang
dimaksudkan adalah Umar bin Khattab sendiri, pada hari
beliau meninggal mulailah bermunculan fitnah itu!! Di hari
itulah pedang menebas leher umat Muhammad. Pada hari
terbunuhnya Umar ra mulailah muncul fitnah yang
bergelombang bagai ombak lautan itu. Berkata Hudzaifah ra:
“Aku katakan padanya bahwa antaranya dan fitnah itu
tertutup sebuah pintu yang hampir hancur, dia pun berkata:
‘Apakah pintu itu dihancurkan atau dibukakan?’” Dia
menjawab: “Demi Allah akan dihancurkan.” Yakni pintu itu
adalah seseorang yang tidak mati begitu saja, melainkan
disembelih sebagaimana para pembesar. Maka menangislah
mata Umar dan berkata: “Allah-lah tempat meminta tolong.”
Mereka berkata kepada Hudzaifah ra: “Apakah Umar
mengetahui siapakah pintu itu?!” Dia menjawab: “Demi Yang
jiwaku ditangan-Nya, iya dia mengetahuinya seolah-olah itu
dituliskan tadi malam.”1 Pada hari beliau didatangi
sakaratul maut, anak-anaknya, hartanya, dan kedudukannya
tak menangisinya, melainkan yang menangis adalah dosa-dosa
dan kesalahannya.
Malu kalau Tuhan melihatku telah meninggalkan
persahabatan dan pengagunganku padamu.
Dia pun berkata: “Andaikan saja ibuku tidak
melahirkanku,” sedangkan darahnya terus mengalir, beliau
mati syahid, terbunuh syahid di jalan Allah SWT. Mereka
berkata: “Ada apa denganmu?” dia menjawab: “Dosa-dosa dan
kesalahanku, andaikan saja ibuku tidak melahirkanku,
andaikan saja aku sebuah pohon yang kokoh, andaikan saja
aku tidak duduk sebagai Khalifah, andaikan saja aku tidak
mengetahui kehidupan ini.” Demikianlah Umar ra, lalu
bagaimanakah kita manusia yang penuh dengan dosa dan
kesalahan. Demikianlah seorang mukmin yang shalat, puasa,
bersedekah, melakukan amalan shalih, tetapi ia bertaubat
dan takut akan dosa. Orang munafik itu meninggalkan
shalat, bermain-main dalam perbuatan haram, menentang
batasan Yang Maha Esa Tuhan semesta alam dan ia pun
tertawa!! Dia berbicara bohong, berbuat dengan
kemunafikan, dan dia tetap tertawa!!
Jika dia dibaiat oleh manusia, dia akan berlaku
curang dan zhalim. Jika mempergunakan harta dengan riba.
Jika ia memusuhi ia akan berlaku jahat, dia akan bersaksi
dusta, melaknat serta melampaui batas sedangkan dia tetap
tertawa!!
Dia memotong rahimnya, durhaka pada orang tua, jahat
di rumahnya dan di lingkungannya serta kepada umatnya
namun ia hanya tertawa. Oleh karena itu para sahabat Rasul
saw adalah orang yang paling takut kepada Allah SWT. Salah
seorang dari sahabat datang ketika Rasul saw yang sedang
mengepung ahli Khaibar atau kaum lain dari desa Yahudi,
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (8/96) buku Fitnah bab:17, dan
Muslim (1/129) buku Iman nomor:231.
maka Rasulullah saw mengutus sahabat ini dan bersabda:
“Pergilah kepada orang Yahudi yang ada di dalam benteng
itu dan berundinglah dengan mereka, semoga saja mereka
akan setuju dengan hukum Allah SWT.” Maka ia pun masuk ke
antara Yahudi itu, orang Yahudi itu sambil berpura-pura
menangis bersama anak-anak dan perempuannya, berkata
padanya: “Tidakkah kau melihat apa yang telah Rasulullah
saw perbuat pada kami?” Maka timbullah di dirinya perasaan
iba yang tidak pada tempatnya, ia seharusnya tidak boleh
berlaku halus kepada musuh Allah; para saudara kera dan
babi itu. Dia berisyarat kepada mereka untuk tidak turun
dan itu adalah khianat kepada Rasulullah saw, tetapi ia
tidak berbicara kepada mereka, ia hanya mengisyaratkan
dengan tangannya; yakni jika kalian turun niscaya ia akan
menyembelih kalian. Akhirnya dia pun keluar dari benteng
itu dengan perasaan telah berkhianat kepada Allah SWT,
Rasul-Nya, dan agama-Nya. Dia pun pergi ke masjid dan
mengikat dirinya sendiri pada sebuah tiang masjid itu
seraya berkata: “Demi Allah Yang tiada Tuhan selain Dia,
aku takkan membuka diriku hingga Rasulullah saw
membukanya,” dia pun menangis tersedu-sedu pagi dan
petang. Datanglah pengampunan itu dari langit, karena ia
telah mengaku bersalah telah melakukan dosa dan Allah SWT
mengampuninya. Maka Rasulullah saw datang membukakan
ikatannya dengan kedua tangannya. Ia pun berlalu dengan
taubat dan tak ada orang yang paling bahagia darinya di
muka bumi ini.
Allah SWT menurunkan firman-Nya: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih
dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian
kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus
(pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS.
al-Hujuraat [49]: 2) Maknanya Dia berfirman kepada
sahabat: janganlah kalian mengangkat suara dan beradablah
kepada Rasulullah saw pemilik ajaran kekal itu. Ketika
ayat ini turun, datang Tsabit bin Qais bin Syammas ra. Dia
adalah khatib Rasulullah saw, dia berkhutbah demi
memelihara dan menjaga Islam, sehingga ia mengangkat
suaranya melebihi suara Rasulullah saw. Tetapi bukan
itulah maksud dari ayat tersebut, karena ayat itu
menerangkan bahwa mereka adalah orang yang tidak beradab,
sedangkan dia mengangkat suaranya demi meninggikan bendera
kebenaran. Lalu Tsabit ra pun pergi menutup pintu di
rumahnya dan menangis selama-lamanya, seraya berkata:
“Demi Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, aku takkan keluar
dari rumahku ini hingga Allah SWT mengampuniku atau aku
mati di rumahku ini.” Rasulullah saw bertanya kepada Sa’ad
bin Mu’adz ra: “Wahai Abu Amru, ada apa dengan Tsabit?
Apakah ia mengeluh?” Sa’ad ra berkata: “Dia adalah
tetanggaku dan aku tidak mendengar ia mengeluh sekali
pun.” Maka Sa’ad mendatanginya dan mengatakan padanya
sabda Rasulullah saw, dan Tsabit ra berkata: “Ayat ini
diturunkan dan kalian telah tahu bahwa aku lah orang yang
paling meninggikan suara di atas Rasulullah saw, jadi aku
adalah penghuni neraka,” kemudian Sa’ad ra memberitahukan
hal itu kepada Nabi saw, beliau bersabda: “Bukan, dia
adalah penghuni surga.”1
Demikianlah perbuatan seorang mukmin itu, ketakutan
seorang mukmin, dia bertakwa kepada Allah SWT, takut kalau
Allah SWT tidak menerima amalannya, dan senantiasa
mengagungkan larangan-larangan-Nya.
Tujuan dari perkataan ini adalah sebaiknya bagi kita
wahai para kaum Muslim, mengagungkan larangan-larangan-
Nya. Seharusnya bagi orang yang bertanggung-jawab di antaa
kita untuk tidak berkelakuan atau berbuat kecuali
senantiasa menjaga keberadaan Allah SWT dalam lahir dan
batinnya. Seharusnya bagi orang yang menulis makalah,
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (6/46) buku Tafsir (surat al-
Hujuraat), dan Muslim (1/110) buku Iman nomor:187.
kolom, atau tulisan apa saja di majalah, koran, dan surat
kabar untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT pada
dirinya, karena ia bertanggung jawab di hadapan Allah SWT
pada hari kiamat kelak.
Kita telah melihat orang yang menulis tanpa takut
kepada Allah SWT, dia menulis tentang kekufuran (zindiqah)
karena ia lupa akan Allah SWT maka Allah pun melupakan
dirinya. Seseorang dari mereka berkata kepada bangsa Arab:
bangsa Arab tanpa Islam adalah nihil, tanpa agama adalah
orang kampung bagai domba tersesat, tanpa Laa ilaaha
illallah Muhammad Rasulullah adalah umat yang kalah. Dan
inilah buktinya, pada waktu mereka memerangi Yahudi tanpa
kalimat itu mereka kalah, dimulai dari Sinai hingga
Palestina dan banyak lagi tempat-tempat di penjuru dunia.
Yahudi itu membasmi mereka dengan pesawat tempurnya.
Bangsa Arab ketika telah dicabut darinya keimanan maka
ucapkanlah salam kepadanya. Datanglah orang jahat dari
Lebanon ini menulis pada media massa Lebanon, dia berkata
kepada bangsa Arab ketika memerangi Israel:
“Mereka menghadiahkanku agama yang umatnya bangsa
Arab dan bawalah jasadku bersama agama Barham.
Kemudian ia mengatakan:
“Negaramu diutamakan oleh segala agama oleh karena
itu berpuasalah atau berbukalah deminya.
Dia berkata: “Ambillah ajaran yang mengumpulkan
bangsa Arab meskipun mereka berkelompok-kelompok atau
berpartai-partai selain Islam, meskipun ajaran itu adalah
ajaran Barham; seorang penjahat India yang dilaknat.”
Yang kedua berkata: salah seorang penyair berdiri di
hadapan salah seorang Sultan seraya memujinya dan ia lupa
akan kebesaran Allah SWT: “Tidak ada seorang pun di langit
dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah SWT telah
menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang
kepada Allah SWT pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.”
(QS. Maryam [19]: 93-95) “Kemudian mereka mengambil tuhan-
tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-
tuhan itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri
diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu
kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil)
sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan,
menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” (QS. al-
Furqan [25]: 3) Orang yang lupa akan keberadaan Allah SWT
dia akan menulis tanpa keimanan, berkata-kata tanpa
keyakinan, dia munafik kepada orang dan lupa akan
keberadaan Yang Maha Esa. Berkata orang bodoh itu kepada
salah seorang Sultan:
“Terserahmu, bukanlah terserah Qadar, maka
berhukumlah karena engkaulah yang maha berkuasa.”
Subhanallah, orang ini berkata kepada seorang fakir
yang tidak ada daya upaya terhadap dirinya sendiri dan ia
lupa bahwa yang menciptakannya dan memberinya rezeki
adalah Allah SWT.
Subhanallah, maka Allah SWT menimpanya dengan bala
penyakit yang membuatnya berdiam di tempat tidur. Dia
sakit tak kepalang dan meraung-raung bagaikan seekor
anjing yang menggonggong, karena orang yang tidak
mengetahui Allah SWT dalam keadaan enak, Allah SWT akan
memperkenalkan diri-Nya pada keadaan sakit. Contohnya
Fir’aun yang Allah SWT peringati ketika ia sedang
memerintah dan berkata: “Hai kaumku, bukankah kerajaan
Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini
mengalir di bawahku;” (QS. az-Zukhruf [43]: 51), maka
Allah SWT menarik kerah bajunya hingga Dia memendamnya ke
dalam lumpur dan ditenggelamkan ke dalam air laut, ketika
pada saat itulah ia mulai mengingat Allah SWT, tak berguna
lagi penyesalan pada waktu itu, dia berkata: “Saya percaya
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh
Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah SWT).” (QS. Yunus [10]: 90) Sekarangkah
hai Dajjal, sekarangkah hai terlaknat, sedangkan kau telah
melupakan kebesaran dan keagungan Allah.
Penyair ini tertimpa penyakit hingga ia menangis, dia
berbolak-balik di atas pembaringannya seraya berkata
kepada Allah SWT:
“Apakah dengan mata memelas kepada-Mu Kau
memandangku, hingga Kau menghinaku dan mencampakkanku.
Bukan Engkau yang disesali tapi akulah yang disesali
karena aku menggantungkan harapan tanpa Pencipta.”
Barangsiapa yang menggantungkan harapannya tanpa
Allah SWT niscaya Dia akan memutuskan jagaan-Nya kepadamu
dan membiarkanmu sendiri bersama syaitan. Kita telah
mendengar orang yang berlaku buruk kepada Islam walaupun
mereka menamakan dirinya Muslim, meskipun mereka tinggal
di negara Islam, meskipun mereka berbicara dengan bahasa
Islam, mereka ditimpa krisis, baik itu berupa sakit parah,
bencana terhadap anak istri, atau pada harta kekayaan dan
dagangan, pada saat dia meremehkan agama Allah itulah dia
mulai menyesal.
Hadirin sekalian, jadi maksud dari pembicaraan itu
adalah:
Mengagungkan larangan-larangan Allah SWT di setiap
pertemuan. Ada perkataan yang menyebabkan orang yang
mengucapkannya terjerumus ke dalam api neraka, dia
mengucapkannya tanpa pertimbangan terlebih dahulu. Dia
menghina Islam, Rasulullah saw, Sunnah, para dai, dan
mungkin dia tidak mengetahui bahwa dia juga menghina Tuhan
semesta alam: “Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah SWT, ayat-
ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak
usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.”
(QS. at-Taubah [9]: 65&66), tetapi itu adalah kekafiran
dan kemunafikan: “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-
tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka
berkata kamu mendengarkan perkataan mereka.” (QS. al-
Munaafiquun [63]: 4) “Mereka hendak menipu Allah SWT dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit;” (QS. al-Baqarah [2]: 9&10), iya di
dalam hati mereka ada penyakit yang mana cahaya dan
keimanan itu tidak dapat memasukinya, “Di dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah SWT penyakitnya;
dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi,’” (QS. al-Baqarah
[2]: 10&11), yakni jangan membuat kerusakan di media
massanya, akidahnya, sejarahnya, buku dan karangannya,
jangan membuat kerusakan pada akal-akal penerus kami dan
lingkungan sekolahnya, “Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya
kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.’” (QS. al-
Baqarah [2]: 11) Kamilah pemilik kemajuan dan kemodernan,
kami menolak kembali dan mereka yang kembali itu orang
yang terbelakang dan tertinggal, “Apabila dikatakan kepada
mereka: ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain
telah beriman,’ mereka menjawab: ‘Akan berimankah kami
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?’
Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah
beriman.’” (QS. al-Baqarah [2]: 13&14), mereka berbohong
kepada ulama dan dai, mereka memakai baju lembut domba
namun hatinya bagaikan serigala. “Dan bila mereka kembali
kepada syitan-syaitan mereka,” (QS. al-Baqarah [2]: 14)
yakni pada majelis-majelis mereka. “Mereka mengatakan:
‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
mengolok-olok.’” (QS. al-Baqarah [2]: 14), “Allah SWT akan
(membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (QS. al-Baqarah
[2]: 15)
Apakah kalian tahu apa itu makna (membalas) olok-
olokan di sini? Diriwayatkan di riwayat yang shahih bahwa
Allah SWT akan mendatangkan mereka pada hari kiamat dan
memberikan mereka cahaya di atas jembatan (Shirath),
mereka mengira bahwa cahaya itu adalah cahaya keimanan
mereka dan akan menyelamatkan mereka dari jembatan itu.
Suasana di atas jembatan itu sangatlah kelam, semoga Allah
SWT menerangi kita di atas jembatan (Shirath). Ada orang
yang datang dan cahayanya bersinar bagaikan bintang, ada
yang bersinar bagaikan bulan, dan ada pula orang yang
datang dan cahayanya bersinar seperti matahari. Maka Allah
pun mendatangkan mereka tadi seraya menerangi dengan suatu
cahaya dan mereka mengira akan selamat. Ketika mereka
sampai di atas jembatan (Shirath), matilah cahaya mereka
dan mereka pun terjerumus dari atas jembatan. “Allah SWT
akan (membalas) olok-olokkan mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah
orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka
tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka
mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang
yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah SWT hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka
akan kembali (ke jalan yang benar).” (QS. al-Baqarah [2]:
15-18) Allah, Allah bagi larangan-larangan Allah SWT, “Dan
barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah SWT maka itu adalah lebih baik baginya di sisi
Tuhannya.” (QS. al-Hajj [22]: 30) “Dan barangsiapa
mengagungkan syiar-syiar Allah SWT, maka sesungguhnya itu
timbul dari ketakwaan hati.” (QS. al-Hajj [22]: 32) Nama-
nama Allah SWT, sifat-sifat-Nya, kitab-kitab suci-Nya,
Nabi-nabi-Nya, masjid-masjid-Nya, wali-wali-Nya, dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam dia
mengagungkannya agar Allah SWT mengagungkanmu. Kukatakan
apa yang kalian dengar dan kita memohon ampun kepada Allah
SWT, juga untuk seluruh kaum muslimin. Memohon ampunlah
kalian dan bertaubatlah, sesungguhnya Dia Maha menerima
taubat dan Maha Penyayang.
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat hamba-Nya. Maha Suci Allah SWT Yang telah
menjadikan di langit bintang, matahari, dan bulan yang
menerangi. Dialah Yang telah menjadikan malam dan siang
saling berganti bagi yang ingin mengingat atau bersyukur.
Shalawat serta salam kepada yang Allah SWT utus
sebagai penunjuk, pemberi kabar baik, pengingat, da’i ke
jalan Allah SWT, dan lentera penerang. Dia telah
menyampaikan syariat dan amanat, telah menasehatkan umat,
dan berjihad di jalan Allah SWT hingga kematian
menjemputnya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
SWT dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya,
shalawat Allah SWT terlimpahkan kepadanya, keluarganya,
dan segenap sahabatnya.
Hadirin sekalian!
Di antara contoh yang perlu mendapatkan perhatian
untuk mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah
SWT dan syariat-syariat-Nya (meskipun hal itu mudah bagi
sebagian orang, tetapi hal itu sangatlah besar bagi Allah)
adalah pelecehan terhadap nama-nama Allah SWT yang ada di
dalam koran atau majalah. Kita telah melihat banyak orang
yang terjerumus ke dalam pelecehan terhadap koran atau
majalah yang di dalamnya terdapat ayat-ayat dan nama-nama
Allah SWT, koran atau majalah itu dijadikan alas makan
yang kemudian dirobek-robek dan dibuang ke jalan-jalan dan
tong sampah. Hal itu adalah pelecehan terhadap nama-nama
dan ayat-ayat Allah SWT. Koran-koran itu banyak
tertuliskan ayat dan tertera nama-nama Tuhan Yang Maha
Esa, banyak di dalamnya tulisan-tulisan Islami yang di
dalamnya terdapat potongan-potongan ayat dari al-Qur’an.
Pada beberapa orang yang sedikit rasa kebesarannya
terhadap Allah SWT di hatinya, dia menjadikan lembaran-
lembaran itu alas makan. Mereka berani meletakkan makanan
di atas nama Allah SWT kemudian dia membuangnya bersama
makanan-makanan itu. Perlakuan ini menunjukkan pada dua
hal:
Pertama: sedikitnya penjagaan akan keberadaan Allah
SWT, rasa pengagungan Allah SWT di dalam hati, dan rasa
malu kepada-Nya.
Kedua: hilangnya norma-norma agung dari masyarakat
ini. Oleh karena itu, telah banyak kita lihat di negara-
negara Eropa dan Amerika yang kebersihan trotoar, jalan
raya, taman-taman, dan lingkungannya telah mencapai
kebersihan yang menakjubkan. Sedangkan kita pemilik
peradaban itu, pemilik kemajuan itu, terbuang lembaran-
lembaran koran, majalah, dan buku yang di dalamnya tertera
nama-nama Tuhan kita di jalan-jalan dan tong-tong sampah!!
Ini menunjukkan keterbelakangan kita dari dunia norma dan
kemunduran di tengah-tengah dunia kebudayaan dan
pengetahuan.
Di antara contohnya juga: kebanyakan orang yang
meremehkan perihal masuk ke dalam kakus dengan membawa
nama-nama Allah SWT yang tertulis di lembaran-lembaran,
sebagian ayat-ayat al-Qur’an, membawa al-Qur’an
seluruhnya, atau hadits-hadits Rasulullah saw; ini adalah
pelecehan!! Hal tersebut bisa dikarenakan tidak tahu atau
karena kelemahan iman. Tidak tahu akan hukumnya, karena
orang pandailah yang tidak memasukkan sesuatu pun dari
firman atau nama Allah SWT ke dalam tempat seperti ini.
Karena firman dan nama Allah SWT haruslah dijaga dan
diagungkan, al-Qur’an diletakkan di masjid dan tempat-
tempat suci. Maka aku mengajak diriku dan saudara-
saudaraku untuk mengagungkan firman Allah, karena itulah
tanda dari ketakwaan dan penjagaan kita kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa mengagungkan syiar-
syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan
hati.” (QS. al-Hajj [22]: 32) Dan para salafus shalih
telah mencapai derajat yang tinggi itu.
Ibrahim bin Adham: salah seorang yang berzuhud, pada permulaan hidupnya ia berlebihan dalam melakukan dosa dan
kesalahan, tetapi ia pada waktu itu mencintai Allah SWT.
Beberapa orang ada yang melakukan kekejian tapi ia
mencintai Allah SWT, dia berbuat dosa tapi ia mencintai
Allah SWT dan Rasul-Nya. Ibrahim bin Adham turun ke pasar
ingin melakukan kesalahan, tiba-tiba ia melihat selembar
kertas terbuang di jalan yang mana di sana tertuliskan
nama Allah SWT. Orang-orang menginjak-injaknya sewaktu
mereka berlalu-lalang di pasar. Dia mengambil kertas itu
dan menangis, dia berkata: “Subhanallah, nama-Mu dihina di
sini? Tidak akan kubiarkan,” dia pun memungut kertas itu
dan membawanya ke rumah. Dia bersihkan dan dia pajang.
Ketika menjelang sore, dia mendengar bisikan: “Hai orang
yang membaikkan dan mengagungkan nama Allah, niscaya Kami
akan mengagungkan namamu.” Maka Allah SWT memberinya
petunjuk untuk bertaubat nashuha dan menjadi orang
terzuhud dalam Islam, yang ketika ia wafat beribu-ribu
orang dari pemimpin, jenderal, fakir dan miskin mengusung
jenazahnya hingga ke pekuburan dengan alas kaki terpotong-
potong karena begitu berdesakannya manusia. Begitulah
orang yang mengagungkan Allah SWT niscaya Ia
mengagungkannya pula, dan barangsiapa yang menghina nama
atau sifat-Nya niscaya Ia akan menghinanya pula.
Di antara hal yang harus kita perhatikan juga adalah
permasalahan salam dan sapaan di dalam Islam. Hal tersebut
merupakan pengagungan, penghormatan, dan syiar agama ini
yang telah al-Qur’an ingatkan: “Apabila kamu dihormati
dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu
dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang
serupa).” (QS. an-Nisaa’ [4]: 86) “Salam penghormatan
kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka
menemui-Nya ialah: ‘salam’;” (QS. al-Ahzab [33]: 44)
Penghormatan (salam_red) di dalam Islam itu adalah:
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu. Jadi di
antara pengagungan kita kepada Allah SWT adalah tidak
mengubah ucapan salam di masyarakat kita dengan ucapan
selain itu. Kita telah mendengar orang yang jika berjumpa
dengan orang lain mengucapkan ‘selamat pagi’ dan ia
meninggalkan salam itu. Atau mengucapkan ‘apa kabar’
‘semoga panjang umur’. Ungkapan-ungkapan ini boleh dan
bagus diucapkan, tetapi setelah ucapan ‘salam’, yakni
setelah syiar Islam. Kita dapati orang yang mengangkat
telephone dengan tidak mengucapkan ‘salam’ atau tidak
menjawabnya, hal ini datang kepada kita dari dunia asing,
dari dunia Animisme, dan bukan datang dari Mekkah dan
Madinah; warisan Muhammad saw. Sapaan kita adalah ‘salam’,
kita mengucapkannya dan menjawabnya agar syiar Islam tetap
terpatri dalam diri kita.
Allah, Allah bagi penjagaan syiar-syiar ‘salam’ di
setiap lalu-lalang dan kunjungan agar kita tetap menjadi
orang Muslim. Permasalahan ini akan berkepanjangan dan
senantiasa demikian, semoga saja Allah SWT memberikan kita
waktu yang luang untuk berbicara tentang syiar-syiar Islam
yang seharusnya senantiasa kita jaga keasriannya, agar
kita mampu mengagungkan Allah Yang Maha Esa, mengagungkan
agama Islam, kebudayaannya, dan kedalaman dasarnya.
Hamba Allah sekalian!
Bershalawat dan bersalamlah kalian kepada yang Allah
SWT perintahkan untuk bershalawat serta salam kepadanya,
seraya berfirman: “Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab [33]: 56)
Ya Allah, shalawat serta salam kepada junjungan dan
kekasih-Mu Muhammad saw, sampaikanlah shalawat kami
kepadanya pada jam yang penuh barakah ini. Ya Allah,
ridhai seluruh sahabatnya dari Muhajirin dan Anshar, juga
kepada siapa saja yang mengikuti kebaikan mereka hingga
hari kiamat, serta kepada kami dengan pengampunan-Mu dan
kemuliaan-Mu, wahai Yang paling mulia.
ATURAN-ATURAN CINTA RASUL
Segala puji bagi Allah SWT, kita memuji, memohon
pertolongan dan ampunan-Nya. Memohon perlindungan-Nya dari
kejahatan hawa nafsu dan keburukan perbuatan kita.
Barangsiapa yang telah Dia beri petunjuk, tak ada seorang
pun yang dapat menyesatkan, dan barangsiapa yang sesat
maka tak ada yang memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, dan
aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah SWT sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah SWT menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah SWT memperkembang-biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah SWT
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. an-Nisaa’: 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah SWT dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah SWT memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati
Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 70-71)
Amma ba’du.
Sesungguhnya perkataan paling jujur adalah
Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
saw, sejahat-jahat sesuatu adalah yang mengada-ada, setiap
yang mengada-ada adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah
kesesatan, dan setiap kesesatan masuk neraka.
Kenangan bersama Rasul dan kerinduan yang merasuk ke
dalam hati.
Setiap kali hatiku mengingatnya, ia mengatakan:
“Selamat datang.”
Cinta pada Rasul saw itu adalah ibadah, cinta padanya
adalah ketaatan yang harus, cinta padanya adalah keimanan
yang mendekatkan diri seorang hamba kepada Yang Maha Esa.
Orang yang cinta kepada Rasul saw itu ada tiga macam:Pertama: yang mencintainya dengan sangat cinta, cinta
yang disyariatkan, cinta berdasarkan atas Alkitab dan
Sunnah.
Kedua: yang kering dari rasa cinta, berpaling darinya dan berhak diperangi.
Dan ketiga: yang berlebihan dalam mencintainya hingga ia tersesat dari jalannya, atau bahkan ia akan keluar dari
agama.
Adapun yang telah kering dari rasa cinta itu,
merekalah kaum yang telah Allah SWT hilangkan cahaya
hatinya dan membutakannya. Merekalah kaum yang membawa
bendera kekejaman di dunia dan kaum pertama yang
bertanggung-jawab atas keterbelakangan kaum Muslim!!
“Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut
mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.”
(QS. al-Kahfi [18]: 5)
Seorang lelaki yang cacat dari mereka menyifati
Rasulullah saw bahwa dia itu kembali, orang kampung yang
terbelakang, telah berlaku buruk kepada bangsa Arab karena
ia tidak mengetahui ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu
pendidikan, atau pun ilmu bangunan.
Hai orang yang berbicara, kau dilaknat Allah, apakah
Rasul kita tidak mengetahui pendidikan, tidak mengetahui
psikologi sedangkan ia lah yang mengeluarkan manusia dari
dalam kegelapan menuju terang-benerang, dari penyembahan
batu dan pohon menjadi menyembah Yang Maha Esa, dari
sempitnya dunia menuju keluasan di dunia dan akhirat?!
Apakah kalian meminta dari yang dipilih (Muhammad
saw_red) itu suatu mukjizat, cukuplah baginya telah
menghidupkan suatu bangsa yang telah mati.
Ibu dan ayahmu hai orang cacat, dahulu dalam lembah
kekufuran, dalam kerangkeng komunisme, dan dalam
cengkraman orang jahat. Akhirnya Muhammad saw mengeluarkan
mereka dari kehinaan itu menuju kejayaan.
Ini ada Dajjal lain yang mengatakan dalam bukunya:
“Sesungguhnya bagi imam-imam kita terdapat kedudukan
(Maqam) yang tak mungkin dicapai oleh malaikat ataupun
seorang Nabi!!” para imam menurut mereka lebih tinggi
derajatnya dan berpengaruh di dunia daripada seorang Nabi
atau Rasul. Imam apakah mereka, apakah imam musiman,
jimat, sihir, sogokan, memakan harta orang dengan batil.
Semua itu adalah khianat mutlak dan ketergelinciran, serta
kebatilan yang nyata!!
Ini lagi seorang penyair seks dan cinta, penyembah
wanita, gelas dan nyanyian (Allah SWT takkan menerima
alasannya), dia menghina agama, mengejek syariat kekal
itu, lalu datanglah penjahat itu kepada sebuah berhala
seraya berkata padanya:
“Kami memenuhi gelas hai yang demi cintanya kami
mabuk sebagaimana orang sufi itu mabuk karena Allah SWT.
Maka kau lah bapak revolusi itu, kau lah penyulutnya,
dan kau lah Mahdi seorang pembebas itu.”
Dia berkata demikian kepada seorang lelaki yang telah
menelantarkan bangsa Arab dan kaum Muslim hingga
bercucuran turun pada zamannya kekalahan dan bencana
menimpa kita bagaikan hujan.
Di antara mereka (sangat disayangkan) mengekor dan
tumbuh berkembang di dalam negara kita. Mereka meminum air
kita, menghirup udara kita. Mereka lah orang yang mengada-
ada itu yang telah menjadikan Muhammad saw sebagai seorang
musuh. Mereka menghina al-Qur’an dan hadits, mereka
memerangi para pemuda pejuang dan menyifati bahwa mereka
itu fanatik, terbelakang, kemunduran, dan penghuni abad
pertengahan!!
Dan kita berkata pada mereka sekali, dua kali, tiga
kali, bahkan seratus kali: apakah para pemuda pejuang itu
orang yang fanatik atau malah kalian wahai penyeru
modernitas? Hai orang yang bercampur dengan kemungkaran
dan zina.
Kalianlah yang mengimpor narkoba ke negara kami.
Kalianlah yang mengumpulkan buku-buku Stalin, Marxis,
dan Lenin.
Kalianlah yang menaikkan Israel ke atas pundak kami.
Kalianlah agen zionis internasional itu, komunis itu,
dan kafir itu, maka janganlah kalian berbicara selamanya
setelah semua ini.
Pemuda pejuang itu adalah pemilik al-Qur’an dan
Sunnah, pengunjung masjid, cucu-cucu Abu Bakar ra, Umar
ra, Utsman ra, dan Ali ra yang telah memasuki sejarah dari
pintu-pintu lebarnya.
Mereka adalah hamba di malam hari, jika kegelapan
mulai menyelimuti berapa banyak hamba yang mengalir air
mata di pipi.
Mereka juga singa hutan yang jika di serukan jihad,
mereka bersegera mencari keberadaan kematian itu.
Tuhanku, utuslah orang-orang seperti mereka pada
kami, agar mereka merajut kembali kejayaan yang telah
hilang.
Adapun golongan kedua yaitu golongan orang yang
berlebihan dalam mencintai Rasul saw sehingga karena
berlebihan tersebut mereka keluar dari lingkaran hamba
Allah SWT yang mengesakan-Nya menuju lingkaran
kemusyrikan, bid’ah, dan kesesatan yang nyata.
Rasul saw itu hanyalah seorang hamba Allah, dia tidak
ada daya upaya terhadap dirinya sendiri, dia tidak dapat
menyembuhkan orang sakit, tidak dapat menghilangkan bala,
tidak dapat memberikan rezeki kepada siapa pun, dia
hanyalah hamba Allah dan Rasul-Nya.
Yang diketahui bahwasanya dia itu adalah seorang
manusia dan dia adalah sebaik-baik ciptaan Allah SWT.
Datang kepada beliau utusan dari Bani ‘Amir bin
Sha’sha’ah seraya berkata: “Engkaulah tuan kami.” Nabi saw
bersabda pada mereka: “Tuan itu adalah Allah SWT.” Mereka
berkata: “Engkaulah yang terbaik dan teragung.” Beliau
bersabda: “Katakanlah semau kalian, niscaya syaitan itu
akan menggerekmu.”1
Datang padanya seorang A’rabi (orang desa) dan
berkata padanya: “Wahai Rasulullah saw, jiwa telah letih,
keturunan telah lenyap, harta telah habis, binatang
piaraan telah binasa, mintalah hujan untuk kami.
Sesungguhnya kami bersyafaat denganmu kepada Allah SWT dan
kami bersyafaat dengan Allah SWT padamu.”
Beliau bersabda: “Lancangnya kau!! Tahukah kau apa
yang kau ucapkan?” Maka Rasulullah saw bertasbih dan
senantiasa demikian hingga nampak perubahan di wajah para
sahabatnya. Lalu beliau bersabda: “Lancangnya kau!!
Sesungguhnya tak boleh bersyafaat dengan Allah SWT kepada
1 Dikeluarkan oleh Abu Daud (4/254) nomor:4806).
salah seorang ciptaan-Nya, karena kedudukan Allah SWT
lebih besar daripada itu.”1
Rasulullah saw telah melarang dari berlebihan
mencintainya seraya bersabda: “Janganlah kalian memujiku
sebagaimana kaum Nasrani memuji Isa Ibnu Maryam, karena
sesungguhnya aku ini hanya seorang hamba, jadi katakan
saja aku ini hamba Allah dan Rasul-Nya.”2
Beliau pun bersabda ketika dalam keadaan sakaratul
maut: “Ya Allah, janganlah Kau jadikan kuburanku nanti
sebagai tempat penyembahan.”3
Ini adalah sabdanya saw dan inilah peringatan darinya
agar tidak berlebihan dalam memujinya.
Adapun orang yang menyembah kubur dan para dukun dari
orang sufi yang berlebihan, mereka tidaklah mendengarkan
sabda tersebut dan tidak mengindahkan perintah-
perintahnya, hingga mereka menjalani kecintaan padanya di
jalan yang bid’ah, yang tidak akan menghantarkan mereka
kecuali pada amarah Allah SWT.
Bar’ie seorang penyair Yaman, seorang sufi yang
menyembah kubur dan berlebihan, datang ke kuburan Nabi saw
di Madinah. Dia berdiri di atas kuburan itu dan menangis
seraya meminta pengampunan dari Rasulullah saw!! seraya
berkata:
“Wahai Rasulullah saw yang sebutannya pada hari Hasyr
mempunyai kedudukan.
Wahai tuanku, ringankanlah kesulitanku yang telah
melakukan dosa selama lima puluh tahun.”
1 Dikeluarkan oleh Abu Daud (4/232) nomor:4726.2 Dikeluarkan oleh Bukhari (4/142).3 Dikeluarkan oleh Malik di al-Muwaththa (1/172) nomor:85
dari ‘Atha bin Yasaar hadis yang mursal, dan dikelaurkan
oleh Ahmad (2/246) dari Abu Hurairah. Berkata al-Albaani
di al-Musykaah (1/234): “Dan telah dibenarkan secara
terhubung dari hadits Abu Hurairah.” Lihatlah: Tahdziir
as-Saajid hal.17&18.
Subhanallah! Siapakah yang mampu meringankan beban
selain Allah SWT? Siapakah yang mengampuni ketergelinciran
selain Allah SWT? Dan siapakah yang mengobati selain Allah
SWT?
“Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain
daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak
menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan
tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari
dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu
kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan,
menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” (QS. al-
Furqaan [25]: 3)
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (Nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena
itu, maka hendaklah Allah SWT saja kamu sembah dan
hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.’” (QS.
az-Zumar [39]: 65&66)
Sesungguhnya orang sufi penyembah kubur yang
berlebihan dalam mencintai Rasul saw itu telah membuat
kecintaan padanya menjadi sebuah nasyid, tarian,
gendangan, gerakan-gerakan, dan hari raya yang tak pernah
Allah SWT perintahkan.
Pergilah ke Madinah dan lihatlah apa yang mereka
perbuat di masjid Rasul saw. Salah seorang membawa alat
tasbih yang bahkan seekor keledai pun tak mampu
memikulnya!! Dia tidak mengetahui apa-apa tentang Islam,
dia datang ke kuburan, sambil menghitung tasbihnya ia
menangis. Dia mengelus-elus dinding dan menciumi besi. Dia
tidak tahu Sunnah, dia mengira bahwa Rasulullah saw pasti
mengampuninya, menyembuhkan penyakitnya, meringankan
keperluannya, dan menghindarkan malapetaka!! Perbuatannya
ini persis seperti perbuatan Abu Jahal.
Nabi saw telah menjadi mayat di kuburnya dan Allah
SWT telah mengharamkan bumi untuk memakan tubuhnya, tetapi
ia tidak ada daya upaya dalam kehidupannya, lalu bagaimana
mungkin ia mampu membantu orang lain setelah wafatnya?!
Inilah al-Bushairi berkata:
“Wahai Rasul termulia, aku tak menghiraukan selainmu
ketika terjadi sesuatu menimpa.
Jika dalam keadaanku ini kau tidak menuntunku maka
katakan: “Ya ketergelinciran kaki.”
Bagiku Rasulullah saw takkan menyempitkan kekuasaanmu
karena Yang Mulia makin manis dengan nama yang membalas.
Maka sesungguhnya kebaikanmu adalah dunia serta
keburukannya dan keilmuanmu adalah ilmu Lauh dan Pena.”
Jadi apa yang al-Bushairi sisakan untuk Allah SWT?
“Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut
mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.”
(QS. al-Kahfi [18]: 5)
Orang yang berlebihan itu telah memalingkan manusia
dari mengikuti Sunnah dengan perkataan seperti ini. Kau
akan mendapatkan mereka di kuburan, berhias, memakai emas,
sutra, bernyanyi, berdendang. Agamanya adalah penyembahan
kubur, terkadang ia meminta berkah di kuburan al-Badawi,
di kuburan Sayyidah Zainab, atau di kuburan Abdul Kadir
al-Jailani. Dia tidak mengetahui al-Qur’an atau Sunnah,
meskipun demikian salah seorang dari mereka menganggap
dirinya adalah wali Allah SWT terbesar dan orang yang
paling mencintai Nabi saw!!
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah SWT, maka pasti
Allah SWT mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu
seorang penolong pun.” (QS. al-Maidah [5]: 72)
Adapun golongan ketiga adalah golongan Ahli Sunnah.
Kaum yang telah Allah SWT terangi hati mereka, terbuka
kebenaran di diri mereka. Semoga Allah SWT mengangkat
derajat mereka.
Mereka mencintai Rasul saw dan mengatakan: “Dia
adalah hamba dan Rasul-Nya. Dia telah menyampaikan risalah
dari Allah SWT. Dia adalah ciptaan terbaik, tetapi dia
tidak dapat menyingkapkan kejahatan, tidak dapat
menyembuhkan orang sakit, atau menjawab orang yang
meminta; karena ia tidak memiliki kejahatan atau kebaikan,
dia tidak memiliki kematian, kehidupan, atau pun
pengumpulan.”
Mereka mencintainya saw, karena kecintaan padanya
adalah bagai celak di mata, penyejuk ruh, pengobat
telinga, penenang majelis, dan pengharum hidung. Bersabda
Rasulullah saw: “Tak beriman seseorang jika tidak
mencintaiku melebihi cintanya kepada anaknya, orang
tuanya, dan seluruh manusia.”1
Oleh karena itulah Ahlu Sunnah mencintainya dengan
sangat, kecintaan yang sesuai dengan syariat, kecintaan
yang sesungguhnya.
Imam Malik tidak mengendarai kendaraan di Madinah
demi menghormati tanah yang mengubur Muhammad saw.
Imam Malik membacakan hadis di bukunya ‘Al
Muwaththa’, seekor kalajengking menyengatnya tiga belas
kali namun ia tidak menghentikan membacanya. Orang-orang
berkata padanya: “Hai Imam, kami melihat wajahmu berkali-
kali berubah-ubah ketika kau di majelis tadi,” Beliau
menjawab: “Seekor kalajengking telah menyengatku ketika
aku membacakan hadits,” Mereka berkata: “Mengapa kau tidak
berhenti membacanya?” Dia menjawab: “Aku malu berhenti
membacakan hadits Rasulullah saw hanya demi diriku!!”
Sa’id bin al-Musayyib ditanyai tentang hadits Rasul
saw ketika ia sedang dalam sakaratul maut, maka ia
berkata: “Dudukkan aku.” Mereka menjawab: “Engkau sakit.”
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (1/9), dan Muslim (1/67)
nomor:44.
Dia berkata: “Dudukkan aku, bagaimana mungkin aku
membacakan sabda yang kucinta dengan berbaring!!”
Abdullah bin ‘Amr ra meriwayatkan hadits dari
Rasulullah saw seraya berkata: “Aku mendengar Rasulullah
saw bersabda: ‘Kalian jangan melarang perempuan kalian
pergi ke masjid jika mereka memintanya.’” Maka berkata
Bilal: “Demi Allah, aku niscaya melarang mereka!” berkata
Salim: “Abdullah datang padanya, lalu mencaci makinya
dengan cacian buruk yang tak pernah kudengar sebelumnya
dan berkata: ‘Aku mengabarkanmu dari Rasulullah saw tapi
kau malah mengatakan ‘Demi Allah, aku niscaya melarang
mereka.’” Dalam riwayat lain: Abdullah memukul dadanya dan
berkata: “Aku mengabarkan dari Rasulullah saw dan kau
mengatakan ‘Tidak’.”1
Demikianlah kecintaan kepada Rasul itu. Kecintaan
padanya adalah taat padanya, mengikutinya, mengagungkan
Sunnahnya, dan berhukum dengan syariatnya.
Adapun orang yang tidak mempertimbangkan Sunnah atau
keberadaan syariat, mereka takkan mendapatkan bagian dari
kecintaan padanya saw.
Bagaimana mungkin Ahlu Sunnah tidak mencintai
Rasulullah saw sedangkan benda mati telah mencintainya dan
menangis karena berpisah darinya. Binatang mengeluh karena
melihat kezhaliman yang menimpanya, dan Ahli Sunnah
meriwayatkan hal itu semua.
Dahulu Rasulullah saw berkhutbah pada hari Jum’at di
atas sebongkah batang pohon kurma. Berkata seseorang dari
kaum Anshar: “Wahai Rasulullah saw, tidakkah kau membuat
sebuah mimbar khusus untukmu?” Beliau bersabda: “Jika itu
mau kalian.” Maka mereka pun membuatkan mimbar untuknya.
Ketika tiba hari Jum’at beliau naik ke mimbar itu, tiba-
tiba batang pohon kurma itu meraung-raung bagaikan anak
kecil. Lalu Nabi turun dan memeluknya, seolah meredakan
1 Dikeluarkan oleh Muslim (1/327&328) nomor:442.
tangisan anak kecil. Beliau bersabda: “Ia menangis karena
mengingat dzikir itu dahulu di atasnya.”1
Lebih dari seribu sahabat yang mendengar tangisan
itu, bagaimana tidak Ahlu Sunnah mencintai Muhammad saw?!
Dalam sebuah hadits, Abdullah bin Mas’ud ra berkata:
“Suatu hari kami berjalan bersama Rasulullah saw, tiba-
tiba beliau pergi untuk membuang hajatnya. Kami melihat
Hummarah2 bersama dua anaknya, maka kami pun mengambil
anaknya itu. Hummarah itu datang mengeluh dan mengepak-
ngepakkan sayapnya. Lalu Nabi saw datang dan bersabda:
“Siapakah yang menyakiti anak burung ini? Kembalikan
anaknya padanya.”3
Datang padamu burung dara yang merindu, datang
mengeluh dengan sepenuh hati.
Siapakah yang memberitahukan burung dara itu bahwa
tempatmu adalah Haram dan engkau adalah tempat untuk orang
yang takut.
Nabi saw memasuki salah satu kebun milik seorang
Anshar, tiba-tiba seekor unta ketika melihat Nabi saw ia
meneteskan air mata. Nabi saw mendatanginya dan mengelus
pundaknya hingga ia pun terdiam, beliau bersabda:
“Siapakah pemilik unta ini?” Datanglah seorang pemuda dari
Anshar berkata: “Wahai Rasulullah saw, unta itu milikku.”
Beliau bersabda: “Tidakkah kau bertakwa kepada Allah pada
binatang ini yang telah Allah SWT berikan padamu, ia telah
mengadu padaku bahwa kau menyakitinya dan memerasnya.”4
Demikianlah cinta padanya saw, cinta yang meliputi
seluruh manusia, hewan dan benda mati. Bagaimana mungkin
Ahlu Sunnah tidak mencintainya?!
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (4/173).2 Hummarah adalah nama seekor burung seperti burung pipit.3 Dikeluarkan oleh Abu Daud (3/55) nomor:2675, dan dia juga
yang mengeluarkan di (4/367) nomor:5268.4 Dikeluarkan oleh Abu Daud (3/23) nomor:2549.
Demikianlah, kecintaan kepadanya saw ada beberapa
alamat, sifat, atau tanda-tanda yang insya Allah kita
jelaskan pada khutbah kedua nanti.
Kukatakan apa yang kalian dengar dan kita memohon
ampun kepada Allah SWT, juga untuk seluruh kaum Muslimin.
Memohon ampunlah kalian dan bertaubatlah, sesungguhnya Dia
Maha menerima taubat dan Maha Penyayang.
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, wali
orang-orang shalih, tak ada amarah kecuali atas orang-
orang zhalim. Shalawat serta salam kepada pemimpin awal
dan akhir, ciptaan termulia, suri tauladan seluruh
manusia, beserta keluarga, sahabatnya, dan para tabi’in.
Hamba Allah sekalian!
Sesungguhnya orang yang menyeru sesuatu haruslah
dimintai penjelasan, jika tidak mendatangkannya maka dia
seorang pendusta.
Tuduhan yang tidak disertai bukti-bukti maka
pengucapnya adalah mengada-ada.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah: ‘Tunjukkanlah bukti
kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.’” (QS. al-
Baqarah [2]: 111)
Ada sebagian orang yang menganggap dirinya telah
mencintai Rasul saw, ketika dimintai bukti-buktinya mereka
tidak mampu mendatangkannya. Kalau saja orang mengeluarkan
tuduhannya, dia akan mengatakan omong kosong dan
menghilangkan harta serta darah sebuah kaum. Tetapi Allah
SWT menjadikan bukti bagi yang menuduh dan sumpah bagi
yang mengingkari. “Katakanlah: ‘Adakah kamu mempunyai
sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya
kepada Kami?’” (QS. al-An’aam [6]: 148)
Sebuah kaum dari Ahlu Sunnah mengikuti Rasulullah saw
dan taat padanya. Mereka berhukum dengan syariatnya,
mendahulukan sunnahnya, dan mereka tidak meminta dari
orang untuk mengulang-ulang cuplikan dari Nabi saw karena
hal itu tidaklah mungkin, karena sifat kurang itu
merupakan tabiat seorang manusia, “Jika air itu telah
mencapai dua Kullah maka ia tidak membawa najis.”1
Adapun mereka yang mengaku cinta, ketika kau melihat
mereka kau akan mendapati mereka tanpa adab, tanpa norma,
tanpa ibadah, tanpa konsisten, dan tanpa kekhusyu’an. Yang
mereka punya hanyalah perkataan dengan lisan dan Allah SWT
menyaksikan hati mereka bahwa mereka itu pendusta, dajjal,
dan khurafat belaka!
Sesungguhnya segolongan Yahudi yang mengaku telah
mencintai Allah SWT tapi tidak taat kepada Nabi-Nya saw,
maka Allah SWT menurunkan ayat: “Katakanlah: ‘Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah SWT, ikutilah aku, niscaya
Allah SWT mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah SWT
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran [3]:
31), mereka pun terdiam dan tak berkata-kata lagi.
Jadi di antara kecintaan kita pada Rasul adalah taat
kepada Sunnahnya, mengikuti jalannya, dan melaju dalam
petunjuknya. Barangsiapa yang tidak mengikuti Sunnahnya
baik itu secara ucapan, perbuatan, perlakuan, lahir, atau
pun batin, dia itulah pendusta dan dajjal terbesar. Jika
orang seperti ini mengaku cinta pada Rasul saw, maka
janganlah kau dengar ucapannya, jangan kau berpaling
kepadanya, dan ketahuilah bahwa dia itulah pengkhianat
1 Hadits shahih dikeluarkan oleh Abu Daud (1/17) nomor:63.
Turmudzi (1/97) nomor:67, an-Nasaai (1/46) nomor:52, dan
yang lainnya. Telah men-shahih-kan hadits ini perawi dari
Mesir dan Syam, Ahmad Syakir, sebagaimana yang tertera di
Sunan at-Turmudzi (1/98), dan Muhammad Nashiruddin al-
Albaani di Irwa’ al-Ghalil nomor:23.
syariat yang tak Allah SWT lihat pada hari kiamat dan tak
diperhatikan-Nya, serta baginya adzab yang pedih.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul
dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” (QS. at-Taubah [9]: 128) “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah saw itu suri teladan yang baik
bagimu.” (QS. al-Ahzab [33]: 21)
Di antara bukti cinta padanya saw adalah merindu
padanya, ingin melihat wajahnya, dan bersegera
melaksanakan perintahnya meskipun hal itu mengorbankan
jiwa, harta, serta anak.
Ibnu Qayyim dan ahli ilmu lainnya1 menyebutkan bahwa
ketika Nabi saw ingin menyembelih kurban pada haji wada’,
beliau mengambil parang untuk menyembelih seratus
sembelihan. Maka sembelihan itu berlomba-lomba untuk
menjadi yang pertama disembelih!! Kecintaan yang
mengorbankan jiwa, tapi itu tak apa-apa selagi yang
dicintai adalah Muhammad saw.
Cinta tersebut telah dirasakan oleh para sahabat,
telah dirasakan oleh ash-Shiddiq ra pada hari ia berhijrah
bersama Nabi saw. Dia terkadang berjalan di hadapan
beliau, terkadang di belakangnya, terkadang di sebelah
kanannya, dan terkadang di sebelah kirinya. Maksudnya jika
datang marabahaya menyerang mereka, ia terlebih dahulu
mengenainya dan tidak satu pun yang mengenai Nabi saw!!
Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya dari Ibnu
Jarir ath-Thabari berkata: “Datanglah seorang Anshar yang
bersedih kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda padanya:
‘Hai Fulan, mengapa aku melihatmu sedih?’ dia menjawab:
‘Wahai Nabi Allah, ada sesuatu yang aku pikirkan.’ Beliau
bersabda: ‘Apakah itu?’ Dia menjawab: ‘Kami sekarang
1 Lihatlah: Zaad Ma’ad (2/98) dan ar-Riwayah milik Abu Daud
(2/149) nomor:1765, al-Arnauth membaguskan sanadnya.
mondar-mandir padamu, kami melihat wajahmu dan duduk
bersamamu. Tapi esok hari kau akan diangkat bersama para
Nabi, hingga kami tak dapat sampai padamu,’ Nabi tidak
menjawab sesuatupun sampai akhirnya Jibril as menyampaikan
wahyu: ‘Dan barangsiapa yang menaati Allah SWT dan Rasul
(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu: Nabi-nabi,
para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-
orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya.’ (QS. an-Nisaa’ [4]: 69), maka Nabi saw mengutus
padanya dan memberikan kabar gembira.”1
Nabi saw menarik tangan Umar bin Khattab ra, Umar ra
berkata: “Wahai Rasulullah saw, engkau lebih kucintai dari
segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri,” Nabi saw
bersabda: “Tidak, demi Yang jiwaku di tangan-Nya, hingga
aku lebih kau cintai dari dirimu sendiri.” Umar ra
berkata: “Demi Allah, engkau sekarang lebih aku cintai
dari diriku sendiri.” Rasulullah saw bersabda: “Sekarang
Umar,”2 yakni sekaranglah sempurna imanmu.
Di antara bukti kecintaan padanya saw adalah: tidak
menolak syariatnya atau menghina sesuatu dari Sunnahnya
seperti: menyingkirkan duri dari jalan, memendekkan
pakaian, memanjangkan janggut, makan dengan tangan kanan,
minum dengan duduk, masuk masjid dengan kaki kanan dan
keluar dengan kaki kiri, dan lain sebagainya.
Barangsiapa yang menghina sesuatu dari sunnahnya saw
setelah ia tahu bahwa itu adalah Sunnahnya, maka ia kafir
dan halal darahnya. “Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah SWT,
ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’
1 Lihatlah: Tafsir Ibnu Katsir (1/495). Berkata al-Haitsami
di Majma’ az-Zawaid (7/10): “Diriwayatkan oleh ath-
Thabrani di ash-Shaghir dan al-Ausath dan perawinya shahih
kecuali Abdullah bin ‘Umran al-‘Abidi yang hanya dipercaya
(Tsiqah).”2 Dikeluarkan oleh Bukhari (7/218).
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman.” (QS. at-Taubah [9]: 65&66) “Maka demi Tuhanmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisaa’ [4]:
65) “Sesungguhnya Allah SWT telah mengetahui orang-orang
yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan
berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. an-Nuur [24]: 63)
Di antara bukti kecintaan kita padanya adalah
memperbanyak shalawat serta salam padanya. Karena shalawat
padanya adalah cahaya, keimanan, dan dalilmu kepada Allah
SWT pada hari kiamat. Maka biasakanlah bershalawat di
majelismu, harumkan lisanmu dengannya, dan sinarilah
hatimu dengannya.
Kami telah melupakan semua kekasih karenamu, hari ini
engkaulah yang paling berharga bagi kami.
Kami dicela karena kecintaan padamu, cukuplah
kemuliaan bagi kami meskipun dicela takkan kami hiraukan.
Ketika kami tidak berjumpa denganmu kerinduan ini
menggebu-gebu, lalu bagaimana kalau kita berjumpa?!
Orang-orang bermain-main dengan dunia, tapi kami
sungguh setelah engkau takkan bermain-main.
Ubai bin Ka’ab ra datang kepada Nabi saw seraya
berkata: “Wahai Rasulullah saw, aku memperbanyak shalawat
untukmu, seberapakah aku berdoa untukmu,” Beliau bersabda:
“Semaumu.” Aku berkata: “Apakah seperempat?” Beliau
bersabda: “Semaumu, jika kau tambah lebih baik bagimu.”
Aku berkata: “Apakah setengah?” Beliau bersabda: “Semaumu,
jika kau tambah lebih baik bagimu.” Aku berkata: “Aku akan
berdoa untukmu seluruhnya.” Beliau bersabda: “Jadi,
keresahanmu akan hilang dan dosamu akan diampuni.”1
Jadi perbaikilah doa dengan menghiasnya dengan
shalawat kepadanya saw. Shalawat serta salam Allah SWT
tercurahkan padanya selama siang dan malam saling
berganti, selama mengalir sungai di muka bumi, selama
bercucuran hujan dari langit, selama memekar bunga di
taman, dan selama orang-orang berdzikir mengingatnya.
Hadirin sekalian.
Bershalawatlah padanya, hidupkan dzikir dengan
bershalawat padanya, dengan mengikuti Sunnahnya, dan
menyebarkannya kepada orang lain sebagai sesuatu
pelaksanaan dakwah.
Beliau bersabda: “Sampaikanlah dariku walaupun satu
ayat.”2 Dan bersabda: “Allah SWT akan menceriakan seorang
hamba yang telah mendengar dari kami sebuah hadits dan ia
menghafalnya hingga ia menyampaikannya pada orang lain.
Bisa jadi pembawa fikih itu ke orang yang lebih fakih
darinya dan bisa saja pembawa fikih itu tidaklah seorang
fakih.”3
Jadi menyembunyikan ilmu dan tidak menyebarkannya
kepada orang lain adalah di antara ciri khas Bani Israel
yang merupakan kaum yang dimurkai Allah SWT dan dilaknat-
Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa
yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan
(yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Alkitab, mereka itu dilaknati Allah
1 Dikeluarkan oleh at-Turmudzi (4/549) nomor:2457 dan dia
berkata: “Hadis Hasan Shahih.”2 Dikeluarkan oleh Bukhari (4/145).3 Dikeluarkan oleh Abu Daud (3/322) nomor:3770, at-Turmudzi
(5/33&34) nomor:2657 dan dia berkata: “Hasan Shahih.”,
juga nomor:2658. al-Albaani men-shahih-kannya di Misykaat
al-Mashabih (1/78).
SWT dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat
melaknati.” (QS. al-Baqarah [2]: 159) “Dan (ingatlah),
ketika Allah SWT mengambil janji dari orang-orang yang
telah diberi kitab (yaitu): ‘Hendaklah kamu menerangkan
isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu
menyembunyikannya.’ Lalu mereka melemparkan janji itu ke
belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan
harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka
terima.” (QS. Ali Imran [3]: 187)
Inilah beberapa bukti kecintaan padanya saw, kami
mengkhususkan bahwa Ahlu Sunnah yang mencintainya karena
merekalah yang benar-benar mencintainya secara syariat.
Adapun orang-orang yang berlebihan, mereka bukanlah
termasuk kekasih-kekasihnya saw, mereka bukanlah pengikut-
pengikutnya saw meskipun mereka mengucapkannya di lisan.
Allah SWT berfirman: “Dan kamu benar-benar akan mengenal
mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah SWT
mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad [47]:
30)
Hamba Allah sekalian!
Bershalawat dan bersalamlah kalian kepada yang Allah
SWT perintahkan untuk bershalawat serta salam kepadanya,
seraya berfirman: “Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkannlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab [33]: 56)
Bersabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku, Allah SWT akan membalasnya dengan
sepuluh shalawat.”1
Ya Allah, shalawat serta salam kepada junjungan dan
kekasih-Mu Muhammad saw, sampaikanlah shalawat kami
kepadanya pada jam yang penuh barakah ini. Ya Allah,
ridhai seluruh sahabatnya dari Muhajirin dan Anshar, juga
1 Dikeluarkan oleh Muslim (1/288). Nomor:384.
kepada siapa saja yang mengikuti kebaikan mereka hingga
hari kiamat, serta kepada kami dengan pengampunan-Mu dan
kemuliaan-Mu, wahai Yang paling mulia.
PARA PENCARI KEBENARAN
Segala puji bagi Allah SWT, kita memuji, memohon
pertolongan dan ampunan-Nya. Memohon perlindungan-Nya dari
kejahatan hawa nafsu dan keburukan perbuatan kita.
Barangsiapa yang telah Dia beri petunjuk, tak ada seorang
pun yang dapat menyesatkan, dan barangsiapa yang sesat
maka tak ada yang memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah SWT Yang tiada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah SWT sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah SWT menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah SWT memperkembang-biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah SWT
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. an-Nisaa’ [4]: 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah SWT dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah SWT memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati
Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 70-71)
Amma ba’du.
Sesungguhnya perkataan paling jujur adalah
Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
saw, sejahat-jahat sesuatu adalah yang mengada-ada, setiap
yang mengada-ada adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah
kesesatan, dan setiap kesesatan masuk neraka.
Hadirin sekalian!
Sesungguhnya permasalahan terbesar di kehidupan
seorang Muslim dan seorang manusia adalah pencarian akan
petunjuk, permasalahan pengetahuan akan Allah SWT,
permasalahan pengesaan Allah SWT. Maka Allah SWT Mahabesar
maknanya tak ada yang lebih besar daripada Allah SWT dan
tiada Tuhan selain Allah SWT maknanya tak ada yang patut
disembah selain Allah SWT.
Allah SWT itu Tuhanku, aku tak ingin selain-Nya,
adakah di alam ini kebenaran selain-Nya?
Orang yang mengharap selain-Nya telah tersesat dan
bangkrut dari segala kebaikan yang diharapkan.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah: ‘Siapakah yang
lebih kuat persaksiannya?’ Katakanlah: ‘Allah. Dia menjadi
saksi antara aku dan kamu. Dan al-Qur'an ini diwahyukan
kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu
dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur'an (kepadanya).
Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan
yang lain di samping Allah?’ Katakanlah: ‘Aku tidak
mengakui.’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang
Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang
kamu persekutukan (dengan Allah).’” (QS. al-An’am [6]: 19)
Oleh karena itu, permasalahan ini adalah yang
terbesar yang Islam cari, yang telah diteguhkan kaidah-
kaidahnya dan dikuatkan dengan bukti-bukti penunjangnya.
Di manakah orang-orang yang mencari akan kebenaran?
Di manakah orang yang mencari petunjuk? Di manakah orang
yang ingin mengetahui Allah?
Pada hari ini kita bersama beberapa orang shalih itu,
bersama orang-orang yang mencari petunjuk itu, dan bersama
orang-orang yang mencari kebenaran. Orang pertama dari
mereka adalah Salman al-Farisi. Salman ibnu al-Islam yang
mana ketika ia berkumpul bersama orang-orang Arab, setiap
orang dari mereka berbangga dengan keturunannya. Yang ini
berkata: “Saya orang Quraisy.” Yang itu berkata: “Saya
orang Qais.” Yang lain berkata: “Saya orang Tamim.”
Sedangkan Salman hanya berkata:
“Ayahku Islam dan aku tak punya ayah selainnya jika
mereka berbangga dengan Qais atau Tamim.”
Dia tidak mengetahui kecuali Islam, tidak bergabung
kecuali kepada Islam, dan itulah sebaik-baik keturunan.
Keturunan yang seakan-akan mendapatkan sinar matahari
di pagi dan petang.
Jadi kekuasaan Allah SWT tak didapatkan melalui
keturunan meskipun mereka berdekatan, melainkan dengan
keimanan dan amalan shalih. Maka barangsiapa orang yang
paling sempurna amalan dan imannya maka baginya kekuasaan
yang besar, baik ia merupakan keturunan yang dekat atau
tidak sama sekali.
Demi umurmu, manusia itu tidak lain adalah dengan
agamanya, maka janganlah kau meninggalkan takwa dan
menggantung diri dengan keturunan.
Islam telah mengangkat Salman al-Farisi dan
kesyirikan telah menjatuhkan Abu Lahab yang berketurunan.
Salman datang dari negeri Persia, dari negeri
belakang sungai, untuk mencari petunjuk, mencari cahaya,
menginginkan kebenaran. Sedangkan Abu Jahal, Abu Lahab,
dan Abu Thalib di Rukun Yamani dan Hajar Aswad membenci,
memusuhi, dan menipu daya kalimat ‘Laa ilaaha illallah’.
Lihatlah kekuasaan Allah, petunjuk Allah, penyucian
Allah, bagaimana Allah SWT menuntun Salman dan belakang
gunung Sihun Wajihun agar menjadi salah seorang pembela
Islam?! Bagaimana pula Allah SWT menimpakan bagi mereka
para pendengki itu sedangkan mereka tinggal di sekitar
Hajar Aswad dan Rukun Yamani, sebuah kematian dalam
kekufuran dan kesesatan?!
Dahulu Salman menyembah api selain Allah SWT, dia
menjadikannya sebagai tuhan, mendekatkan diri padanya
dengan menyalakannya!
Orang yang dahulu penyembah api kini menjadi
pelindung Ka’bah dan Rukun Yamani.
Salman bercerita tentang kisahnya seraya berkata:
“Dahulu aku bersama ayahku dan ayahku termasuk pembantu
api kaum Atheis, dia menyalakannya untuk mereka dan tak
membiarkannya sejam pun padam. Pada suatu hari ayahku
menyuruhku keluar dan melakukan apa yang ia inginkan. Maka
aku keluar dengan maksud keuntungan yang ia cari dariku,
tiba-tiba aku berlalu dengan gereja Nasrani dan aku
mendengar suara mereka sedang shalat. Ketika aku melihat
mereka, aku takjub dengan shalat mereka dan ingin
mengikutinya. Aku berkata: ‘Demi Allah, ini lebih baik
daripada agama yang ku anut,’ lalu aku berkata pada
mereka: ‘Di manakah asal agama ini?’ mereka menjawab: ‘Di
Syam.’
Aku kembali pada ayahku pada sore hari dan ia
menanyakan dari mana aku? Aku pun menceritakan perihal itu
dan dia pun mengurungku, merantai kakiku karena ia takut
keluar dari agama Atheisme. Demikianlah semangat ahli
batil, lalu dimanakah semangat ahli kebenaran?
Aku mengutus pada orang Nasrani dan kukatakan
padanya: ‘Jika datang pengendara dari Syam, berilah aku
kabar.’ Maka mereka memberitahuku tentang kedatangannya,
ketika mereka hendak kembali ke negerinya, aku lepaskan
rantai besi yang mengikat kakiku lalu aku pergi bersama
mereka hingga sampai di Syam. Ketika aku sampai di sana
aku berkata: ‘Siapakah yang paling berilmu akan agama
ini?’ mereka menjawab: ‘Seorang pastur di gereja.’ Aku pun
mendatanginya dan berkata padanya: ‘Aku ingin masuk ke
agama ini, maka aku ingin bersamamu, membantumu di gereja,
belajar bersamamu, dan shalat bersamamu.’ Dia berkata:
‘Masuklah.’ Lalu aku masuk bersamanya. Lelaki itu seorang
penjahat, dia memerintahkan dan menganjurkan orang
bersedekah, ketika telah terkumpul sedikit harta, ia
menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak memberikannya
kepada orang miskin! Hingga ketika ia telah mengumpulkan
tujuh gentong emas dan uang kertas, aku sangat membencinya
karena perbuatannya, kemudian ia pun mati.
Berkumpullah kaum Nasrani untuk menguburkannya, aku
berkata pada mereka: ‘Lelaki ini seorang penjahat, dia
memerintahkan dan menganjurkan kalian untuk bersedekah,
tapi ketika kalian memberikannya dia mengumpulkannya untuk
dirinya sendiri dan tidak dia berikan kepada orang miskin
sedikit pun.’ Mereka berkata: ‘Apakah yang kau tahu dari
semua itu?’ (Apa buktinya_red). Maka aku pun mengeluarkan
harta simpanannya dan menunjukkannya pada mereka. Ketika
mereka melihat ketujuh gentong penuh dengan emas dan uang
mereka berkata: ‘Kami takkan menguburnya.’ Lalu mereka
menyalibnya dan melemparnya dengan batu dan mereka
menggantikan kedudukannya dengan lelaki lain. Berkata
Salman: ‘Aku tak pernah melihat lelaki sebaik dia, maka
aku pun sangat mencintainya dan aku tinggal bersamanya
beberapa waktu hingga kematian menjemputnya. Aku berkata
padanya: ‘Aku telah bersamamu dan sangat mencintaimu, tapi
telah datang sesuatu yang Allah SWT inginkan, jadi kepada
siapakah kau mewasiatkanku dan apa yang kau perintahkan
untukku?’ dia berkata: ‘Iya anakku. Demi Allah, sekarang
aku tak mengenal satu pun dari mereka kecuali seorang
lelaki di Mushil yaitu Fulan. Dia sepertiku dulu, maka
bersegeralah kepadanya.’ Ketika ia mati, aku pergi ke
orang Mushil itu dan tinggal bersamanya. Aku menemukannya
lelaki terbaik seperti halnya temannya. Tak lama kemudian
ia pun mati, ketika menjelang kematiannya aku berkata
padanya: ‘Hai Fulan, sesungguhnya Fulan itu mewasiatkan
aku kepadamu dan telah datang ketentuan Allah SWT padamu.
Kepada siapakah kau mewasiatkanku dan apa yang kau
perintahkan untukku?’ dia berkata: ‘Hai anakku, demi Allah
aku tidak tahu lelaki yang seperti kami dahulu, kecuali
seorang lelaki di Nashibain yaitu Fulan, bersegeralah
kepadanya.’ Ketika ia mati, aku pun bersegera menuju teman
di Nashibain itu dan mengabarkan keberadaanku padanya dan
apa yang telah diperintahkan oleh kedua temanku. Dia
berkata: ‘Tinggallah bersamaku,’ aku pun tinggal
bersamanya dan aku menemukannya seperti halnya kedua
temannya. Demi Allah, tak lama kemudian kematian itu
menjemputnya, ketika menjelang mati aku berkata padanya:
‘Hai Fulan, sesungguhnya Fulan telah mewasiatkan aku
kepada Fulan, lalu ia mewasiatkan aku kepada Fulan,
kemudian Fulan itu mewasiatkan aku kepadamu, jadi kepada
siapakah kau mewasiatkan dan memerintahkan aku?’ dia
berkata: ‘Hai anakku, demi Allah aku tak tahu siapa yang
tertinggal seperti kami yang dapat aku perintahkan untuk
mendatanginya kecuali lelaki di ‘Ammuriyah di negeri Roma.
Sungguh dia seperti halnya kami dahulu, jika kau sudi maka
datanglah padanya, karena ia dahulu seperti kami.’ Ketika
ia mati, aku pun pergi ke teman yang di ‘Ammuriyah itu dan
memberitahukan keberadaanku padanya. Dia berkata:
‘Tinggallah bersamaku.’ Aku pun tinggal bersama lelaki
terbaik, dan tak lama datanglah kematian itu. Ketika
menjelang kematiannya aku berkata padanya: ‘Kepada
siapakah kau mewasiatkan dan memerintahkan aku?’ dia
berkata: ‘Ya anakku, demi Allah aku tak tahu siapakah
orang yang seperti kami yang dapat kuperintahkan kau untuk
mendatanginya, tetapi telah tiba zaman seorang Nabi yang
diutus dengan agama Ibrahim. Dia muncul di tanah Arab,
berhijrah ke tanah penuh dengan kurma di antara dua gunung
dan dia mempunyai tanda-tanda yang nyata yaitu: dia
memakan hadiah dan tidak memakan sedekah dan di antara
pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika kau mampu pergi ke
negeri itu, maka lakukanlah.’ Lalu ia mati dan aku pun
tinggal di ‘Ammuriyah beberapa waktu yang diinginkan Allah
SWT.”
Hamba Allah sekalian.
Sesungguhnya itu adalah perjalanan panjang yang
melelahkan, Salman melakukannya demi mencari kebenaran.
Dia melintasi padang pasir, menyeberangi samudera demi
sampai pada agama yang benar. Menurut sejarawan, Salman
telah hidup selama tiga ratus tahun dalam Atheisme,
Nasrani, dan Islam. Dia adalah orang tua yang
berpengalaman yang membaca kejadian dan hari hingga
akhirnya mengeluarkan satu kesimpulan bahwa Islam adalah
agama benar yang telah Allah SWT ridhai untuk seluruh
manusia.
Perjalanan Salman belumlah terhenti di sini, tetapi
ia telah mendekati kebenaran itu setelah temannya yang
keempat itu menunjukkannya pada Nabi yang akan muncul di
tanah Arab yang telah datang zamannya.
Di mulailah perjalanan baru ini untuk mencapai tanah
yang jauh itu. Berkata Salman: “Kemudian berlalu dariku
sekumpulan orang pedagang dari Kalab, aku berkata pada
mereka: ‘Bawa aku ke tanah Arab dan aku akan memberi
kalian harta bendaku ini.’ (dahulu ketika Salman di
‘Ammuriyah mendapatkan harta dari sapi dan kambing) maka
mereka pun memberikannya dan membawaku hingga sampai di
lembah sebuah desa yang dekat dari Madinah mereka
menzhalimiku dengan menjualku kepada seorang Yahudi
sebagai seorang hamba!!” Lihatlah perlindungan Allah SWT,
bagaimana Dia mendekatkannya ke Madinah.
Berkata Salman: “Ketika aku bersama Yahudi ini, aku
melihat pohon kurma dan aku mengharap inilah negeri yang
disebutkan oleh temanku.”
Ketika aku di tempatnya, datanglah sepupunya padanya
dari Bani Quraizhah di Madinah. Dia menjualku kepadanya
dan aku pun dibawa ke Madinah!! Demi Allah, aku jelas-
jelas melihat Madinah sesuai dengan yang disebutkan
sahabatku. Aku tinggal di sana beberapa waktu dan ketika
Rasulullah saw diutus di Mekkah, aku tak mendengarnya
karena aku disibukkan dengan kerja perbudakan. Kemudian
beliau saw berhijrah ke Madinah. Ketika aku sedang di
pucuk kurma bekerja untuk tuanku dan ia duduk di bawahku,
datanglah sepupunya dan berkata padanya: ‘Hai Fulan,
hancurlah Bani Qilah (mereka termasuk kaum Anshar),
mereka sekarang berkumpul di Quba demi seorang lelaki yang
hari ini datang dari Mekkah dan mereka kira ia adalah
seorang Nabi,’” berkata Salman: “Ketika aku mendengarnya,
aku bergetar hingga aku mengira akan terjatuh. Lalu aku
turun dari pohon kurma itu dan aku berkata pada sepupunya:
‘Apa yang kau katakan? Apa yang kau katakan?’ maka
marahlah tuanku dan memukulku dengan keras, lalu berkata:
‘Apa pedulimu dengan ini? Kembali ke pekerjaanmu!’”
Bergulunglah semenanjung itu ketika kabar itu datang
hingga aku mendustai harapanku.
Hingga ketika kebenarannya belum menjadi kedustaan,
aku menangis hingga hampir aku celaka.
Berkata Salman: “Dahulu aku mempunyai sesuatu yang
aku kumpulkan, hingga menjelang petang aku mengambilnya
dan membawanya kepada Rasulullah saw (ketika ia di Quba).
Aku masuk padanya dan berkata padanya: ‘Telah sampai
padaku bahwa engkaulah lelaki shalih dan memiliki sahabat
yang memerlukan bantuan. Ini ada sesuatu sebagai sedekah,
aku melihat kalianlah yang lebih berhak mendapatkannya.’
Maka aku pun mendekatkannya pada mereka, lalu Rasulullah
saw bersabda kepada sahabat-sahabatnya: ‘Makanlah kalian.’
Dan dia menahan tangannya untuk tidak makan. Aku pun
berkata pada diriku: ‘Ini adalah tanda pertama.’
Kemudian aku pergi darinya dan mengumpulkan lagi.
Ketika Rasulullah saw di Madinah aku mendatanginya dan
berkata padanya: ‘Aku telah melihatmu tak memakan sedekah,
jadi ini ada hadiah untukmu. Maka Rasulullah saw
memakannya dan memerintahkan para sahabatnya untuk
memakannya. Aku berkata sendiri: ‘Ini adalah tanda yang
kedua.’ Kemudian aku mendatangi Rasulullah saw ketika ia
sedang di pekuburan al-Gharqad. Ia telah mengusung jenazah
salah seorang sahabatnya dan duduk di antara mereka. Aku
pun datang dan menyalaminya. Lalu aku memutar ke
belakangnya untuk melihat punggungnya, apakah aku melihat
tanda yang di katakan sahabatku? Ketika Rasulullah saw
melihatku, aku pun membelakanginya. Dia mengetahui bahwa
aku ingin meyakinkan sesuatu yang dikatakan padaku, maka
ia menyingkap baju dari punggungnya. Aku pun melihat tanda
itu dan mengetahuinya. Segera aku menciuminya dan
menangis. Lalu Rasulullah saw bersabda padaku:
‘Berbaliklah.’ Aku pun berbalik ke depannya dan
menceritakan padanya kisahku. Kemudian aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah.”
Salman menjadi budak sehingga tidak dapat mengikuti
perang Badar dan Uhud bersama Rasulullah saw. Kemudian
Rasulullah saw menyuruhnya untuk membuat perjanjian dengan
dibantu oleh sahabat dan Rasulullah saw hingga ia merdeka.
Dia berkata: “Akhirnya aku telah merdeka ketika ikut
perang Khandak bersama Rasulullah saw hingga tak
tertinggalkan olehku sisa peperangan.”1
Sampailah Salman al-Farisi pada suatu kebenaran, dia
melalui jalan petunjuk setelah kesulitan yang tak
tertahankan. Maka Rasulullah saw memakaikan mahkota:
“Salman adalah Ali Bait seperti kita.”2
Jadi dia seperti Ali Bait dalam ketakwaan, dalam
keberanian, dalam berjihad, dalam beribadah, dan dalam
1 Lihatlah: al-Bidayah wa an-Nihayah (2/289-291).2 Dikeluarkan oleh Thabrani dan Hakim dari Amru bin Auf.
Berkata al-Albaani: “Sangat dhaif, dan shahih terhenti di
Ali ra.” lihatlah: Dhaif al-Jaami’ nomor:3272.
bersuci. Oleh karena itu dia termasuk orang yang paling
jujur bersama Rasulullah saw.
Orang yang haus akan petunjuk dan mencarinya selalu
memohon kepada Allah SWT agar Dia menunjukkan jalannya dan
mendekatkannya walaupun petunjuk itu jauh.
Dan orang yang berpaling dari petunjuk takkan
mencarinya dan tidak memohonnya kepada Allah. Allah SWT
akan menutup hatinya, akan melupakannya, dan membiarkan
syaitan menguasainya, “Maka tatkala mereka berpaling (dari
kebenaran), Allah SWT memalingkan hati mereka; dan Allah
SWT tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS.
ash-Shaff [61]: 5) “Dan jika Allah SWT menjadikan mereka
dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga,
sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka
dengar itu).” (QS. al-Anfaal [8]: 23)
Wahai orang yang menginginkan petunjuk: carilah ia,
dapati, mintalah Allah SWT jalan menujunya niscaya kau
akan mendapatkannya. Karena petunjuk itu tidak berhubungan
dengan keturunan, kedudukan, harta benda, atau kekuasaan.
Tetapi jika Allah SWT melihat pada hati semua hamba dan
mendapatkan hati yang berhak mendapatkan petunjuk, niscaya
Dia akan mendekatkan petunjuk padanya dan memberinya.
Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah SWT
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS.
al-Ankabut [29]: 69)
Lelaki lain yang mencari kebenaran adalah: Thufail
bin Amru ad-Dausi ra. Dahulu ia hidup di gunung ‘as-Sarah’
dan ia adalah pemimpin yang mulia nan ditaati di Daus.
Dia berangkat dari as-Sarah dari gunung Zahrah menuju
Mekkah dengan maksud perdagangan. Berkumpullah kaum kafir
Quraisy karena takut ia masuk Islam. Mereka memperingainya
dari Rasulullah saw, mereka melarangnya untuk berkumpul
dengannya atau mendengar perkataannya. Mereka berkata:
“Hai Thufail, engkau adalah pemimpin kaummu dan pada kami
ada seorang dukun yang pandai menyihir. Jika kau
mendengarkan perkataannya, dia akan memisahkan antaramu
dan istri serta anak-anakmu, juga akan menyihirmu.” Dia
berkata: “Demi Allah, mereka senantiasa bersamaku hingga
aku bertekad untuk tidak mendengar darinya apapun dan
takkan berbicara padanya, sampai-sampai aku menutup
telingaku dengan kapas agar menghalangi perkataannya
memasukinya.”
“Lalu aku berangkat ke masjid, tiba-tiba aku melihat
Rasulullah saw sedang shalat di dekat Ka’bah. Aku pun
berdiri agak dekat dengannya, rupanya Allah SWT
menginginkan aku mendengarkan bebeapa ucapannya. Akhirnya
aku pun mendengar perkataan baik. Aku berkata pada diriku
sendiri: ‘Demi Allah, aku ini seorang penyair yang tak
lepas dariku sesuatu yang baik dari yang buruk, jadi apa
yang melarangku untuk mendengarkan apa yang dikatakan
lelaki ini; jika yang dikatakannya baik maka aku akan
menerimanya dan jika jelek akan kutinggalkan.’ Aku berdiam
sejenak hingga Rasulullah saw pergi meninggalkan Ka’bah
menuju rumahnya. Lalu aku masuk ke rumahnya dan aku
berkata: ‘Hai Muhammad, kaummu berkata padaku begini-
begini. Demi Allah mereka senantiasa menakut-nakutiku
hingga aku menutup telingaku dengan kapas agar aku tak
mendengar perkataanmu. Kemudian Allah SWT menginginkan aku
mendengar perkataanmu, aku mendengar perkataan baik. Jadi
terangkan padaku perihalmu.’ Maka Rasulullah saw
menerangkan padaku tentang Islam, beliau membacakan padaku
al-Qur’an, demi Allah aku tak mendengar perkataan yang
lebih baik dan lebih adil dari itu. Aku akhirnya masuk
Islam dan mengucapkan syahadatain. Aku berkata padanya:
‘Wahai Nabi Allah, aku sesungguhnya seorang yang ditaati
di antara kaumku dan aku kembali kepada mereka untuk
mengajak mereka masuk Islam. Berdoalah kepada Allah SWT
agar memberiku tanda yang membantuku untuk mengajak mereka
pada yang kumau.’ Beliau bersabda: ‘Ya Allah, berilah ia
tanda.’ Aku kembali kepada kaumku, ketika aku bertemu
mereka, tiba-tiba cahaya telah bersinar di hadapanku
bagaikan lampu. Aku berkata: ‘Ya Allah, letakkan di selain
wajahku karena aku takut mereka mengira itu adalah balasan
yang menimpa wajahku karena aku telah keluar dari agama
mereka.’ Maka berpindahlah cahaya itu ke ujung cambukku.
Semua yang hadir memperhatikan cahaya itu di ujung
cambukku bagaikan lentera yang tergantung.
Ketika aku tiba di antara mereka, datanglah ayahku
(dan dia sudah tua renta), aku berkata padanya: ‘Ayah,
engkau telah diharamkan dariku dan aku telah diharamkan
darimu,’ dia berkata: ‘Mengapa anakku?’ aku menjawab:
‘Karena aku telah masuk Islam dan mengikuti agama Muhammad
saw.’ Dia berkata: ‘Hai anakku, agamaku adalah agamamu,’
lalu ia pun masuk Islam dan mengucapkan kalimat syahadat.
Kemudian aku menjumpai istriku dan aku mengatakan padanya
seperti yang kukatakan pada ayahku. Dia pun masuk Islam.
Kemudian aku keluar menuju kaumku untuk menyeru mereka
pada Islam. Mereka berlambat-lambat denganku dan berpaling
dariku. Aku kembali ke Mekkah menuju Rasulullah saw dan
berkata padanya: ‘Wahai Rasulullah saw, zina telah
mengalahkanku dari Daus, maka berdoalah atas mereka.’ Lalu
Rasulullah saw mengangkat kedua telapak tangannya seraya
menghadap kiblat, aku berkata dalam hati: ‘Hancurlah Daus,
hancurlah Daus, hancurlah Daus.’ Tapi Rasulullah saw
bersabda: ‘Ya Allah, tunjukilah Daus, tunjukilah Daus,
tunjukilah Daus.’ Lalu beliau bersabda: ‘Kembalilah ke
kaummu, serulah dan berlemah-lembutlah pada mereka.”1 Ya,
itulah rahmat yang diberikan, nikmat yang menyeluruh,
sungguh dialah yang amat belas kasihan lagi penyayang.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
1 Dikeluarkan oleh Muslim (1/288) nomor:384.
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS.
at-Taubah [9]: 128)
Berkata Thufail ra: “Aku senantiasa menyerukan Islam
di tanah Daus hingga mereka semua memasukinya dan
mengucapkan syahadat.”
Thufail ra meminta izin Rasulullah saw untuk membakar
Dzu Kaffain (yaitu berhala milik Amru bin Hamamah) dan ia
pun diizinkan. Thufail ra membakar berhala itu seraya
berkata:
“Hai Dzu Kaffain aku bukanlah penyembahmu, kelahiran
kami lebih lama daripada kelahiranmu, sungguh aku
menyumpalkan api di hatimu.”
Teruslah Thufail ra mengabdi pada Islam dan berjihad
setelah banyak bangsa Arab yang murtad. Dia keluar untuk
mengejar orang-orang yang murtad hingga ia mengosongkan
tanah Thuhailah dan Najed. Kemudian bergerak bersama kaum
Muslim menuju Yamamah untuk mengejar pendusta Dajjal
Musailamah, bersamanya juga anaknya Amru bin Thufail.
Ketika di perjalanan menuju Yamamah ia bermimpi dan
berkata: “Aku bermimpi, tolong kalian tafsirkan. Aku
melihat kepalaku ini gundul, keluar dari mulutku ini
seekor burung. Aku menjumpai seorang perempuan dan ia
memasukkan aku ke dalam kemaluannya. Aku melihat anakku
memohon pertolongan dariku, lalu aku melihatnya
terkurung!” Mereka berkata: “Itu pertanda baik.” Dia
berkata: “Demi Allah telah aku tafsirkan sendiri,” mereka
berkata: “Bagaimana?” dia berkata: “Adapun gundulnya
kepalaku adalah akan terpotong. Adapun burung yang keluar
dari mulutku adalah ruhku. Adapun perempuan yang
memasukkan aku ke dalam kemaluannya adalah sebuah tanah
yang digali untukku hingga aku terbenam di dalamnya.
Adapun permohonan anakku kemudian ia terkurung adalah aku
melihatnya akan bersungguh-sungguh agar ia ditimpa seperti
yang menimpaku.”
Dimulailah pertempuran itu dan Thufail bin Amru ra
mati syahid terbunuh di jalan Allah SWT demi kalimat ‘Laa
ilaaha illallah’. Anaknya terluka berat tetapi ia belum
mati, kemudian ia mati syahid pada tahun Yarmuk (pada
zaman Umar ra) “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah SWT itu mati; bahkan mereka itu
hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam
keadaan gembira disebabkan karunia Allah SWT yang
diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati
terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang
belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(QS. Ali Imran [3]: 169&170)
Hadirin sekalian!
Barangsiapa yang Allah SWT kehendaki menghuni
akhirat, niscaya Dia akan menunjukkan jalannya dan
memudahkan baginya jalan yang lurus.
Barangsiapa yang berpaling dari Allah SWT dan tak
memerlukan-Nya, niscaya Dia akan mengharamkan baginya
petunjuk itu dan menutup pendengaran serta hatinya, hingga
ia menjadi orang yang merana. “Allah SWT membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki,” (QS. an-Nuur [24]:
35) Allah SWT memberikan petunjuk-Nya bagi yang Dia
kehendaki dan memberi kepada yang Dia kehendaki pula.
Wahai penerus kaum Muslim, wahai umat yang diberkahi,
wahai kaum mukmin yang jujur, bersegeralah kalian pada
petunjuk itu, berlomba-lombalah menuju cahaya dan
konsisten itu, bersegeralah menuju pengampunan Tuhan
kalian.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak mendurhakai Allah SWT terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim [66]:
6)
Kukatakan apa yang kalian dengar dan kita memohon
ampun kepada Allah SWT, juga untuk seluruh kaum Muslimin.
Memohon ampunlah kalian dan bertaubatlah, sesungguhnya Dia
Maha menerima taubat dan Maha Penyayang.
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, wali
orang-orang shalih, tak ada amarah kecuali atas orang-
orang dzalim. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw
itu hamba dan Rasul-Nya, utusan Tuhan semesta alam, suri
tauladan seluruh manusia, penunjuk jalan, shalawat Allah
kepadanya serta kepada keluarga dan sahabatnya.
Amma ba’du.
Sesungguhnya petunjuk ke jalan yang lurus itu adalah
nikmat terbesar yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya.
Karena Allah SWT telah menutup nikmat ini dari berjuta-
juta manusia, tidak Dia berikan jalannya dan tidak
didekatkan.
Petunjuk itu memiliki tanda-tanda dan sebab-sebab,
biasanya orang yang mendapatkannya adalah yang mencari
sebab-sebabnya.
Di antara sebab terbesarnya adalah: berpegang teguh
dengan Kitabullah, baik itu dengan membacanya,
mendengarkannya, dengan mentadabburinya, ataupun dengan
melaksanakan hukum dan adab-adab yang terkandung di
dalamnya. Allah SWT telah mencela suatu kaum dengan
firman-Nya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-
Qur'an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]:
24) Jadi al-Qur’an ini adalah di antara penyebab petunjuk
terbesar “Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. al-Israa’ [17]: 9)
Maka barangsiapa yang belum mendapat petunjuk dengan al-
Qur’an ini, tak ada petunjuk Allah SWT lagi baginya dan
barangsiapa yang belum menjadikan al-Qur’an sebagai
penyejuknya, Allah SWT takkan menyejukkannya lagi.
Di antara penyebab petunjuk itu juga adalah:
mengagungkan Sunnah Mushtafa saw, yaitu dengan mengikuti
petunjuknya, berakhlak sepertinya, dan tidak
mendahulukannya dengan pendapat, madzhab, perkataan,
ataupun pemikiran. “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendahului Allah SWT dan Rasul-Nya dan
bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Hujuraat [49]: 1)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah saw itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah SWT.” (QS. al-Ahzab [33]:
21)
Di antara penyebab petunjuk itu adalah: memperbanyak
dzikir kepada Allah SWT, memperbanyak doa tahlil kepada
Allah SWT Yang Mahahidup lagi Maha Meluruskan agar Dia
menguatkan tekadmu di atas jalan yang lurus,
memperlihatkan padamu kebenaran yang sebenar-benarnya dan
mengaruniakan untuk dapat mengikutinya, juga agar
memperlihatkan padamu kebatilan yang sesungguhnya dan
mengaruniakan untuk dapat mengikutinya, serta agar Dia
memperbaiki keadaan antara engkau dan keluargamu.
Di antara penyebab petunjuk itu adalah: mendekatkan
diri kepada Allah SWT dengan melakukan amalan-amalan
sunnah setelah melaksanakan yang wajib, hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Hadits Qudsi: “Hamba-Ku
senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan
sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah
mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang digunakannya,
penglihatan yang digunakannya, tangan yang digunakannya,
dan kaki yang digunakannya. Jika ia meminta pada-Ku
niscaya akan Aku beri dan jika ia memohon lindungan-Ku
niscaya Aku lindungi.”1
Adapun yang menghalangi petunjuk atau penyebab-
penyebab yang menghalangi antara seorang hamba dengan
petunjuk sangatlah banyak, akan kita sebutkan beberapa
darinya:
Pertama: kebusukan hati. Beberapa orang ada yang
berpaling dari Allah SWT, dia tidak menginginkan-Nya,
tidak menginginkan hari kiamat, tidak berdzikir kepada
Allah SWT, tidak mendekatkan diri dengan membaca
Kitabullah, bahkan tidak ingin melihat Hadits Rasulullah
saw. Jika disebutkan dalam majelisnya nama Allah SWT atau
Rasul-Nya, hatinya akan kesal, mukanya memerah, dan
keadaannya akan memburuk. Maka kita memohon perlindungan
Allah SWT dari kebusukan ini, “Dan apabila hanya nama
Allah SWT saja yang disebut, kesallah hati orang-orang
yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat;” (QS. az-
Zumar [39]: 45) Mungkin seseorang akan mengatakan:
“Siapakah orang-orang bodoh itu? Sesungguhnya aku tidak
mendustai Rasul saw, tetapi aku juga tidak mengikutinya,
jadi aku tidak mendustainya dan tidak menyetujuinya.” Kita
katakan padanya: “Engkau telah berdusta, hai musuh Allah!
Sebab dengan kau tidak mengikuti Rasul saw itu merupakan
pendustaanmu terhadap ajaran dan kenabiannya.” Oleh karena
itu Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang kafir
berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (QS.
al-Ahqaaf [46]: 3)
Allah SWT takkan memalingkan orang dari petunjuk atau
membiarkan yang tersesat kecuali karena memang mereka yang
ingin berpaling, tersesat, dan tetap dalam kekafiran, “Dan
jika Allah SWT menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya
mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (7/190).
diri (dari apa yang mereka dengar itu).” (QS. al-Anfaal
[8]: 23)
Kedua: penyakit shubhaat, keragu-raguan, dan
kekafiran. Penyakit-penyakit inilah yang banyak menimpa
para pemuda dewasa ini hingga mereka meragukan kekuatan,
keimanan, bahkan meragukan Rasulullah saw. Peperangan pada
zaman sekarang adalah dengan menggunakan penyakit-penyakit
ini, bukan lagi dengan pesawat tempur atau rudal. Jadi
perang itu adalah perang kekafiran, perang pemikiran;
pemikiran Marxis, Lenin, dan Stalin yang telah mengubah
kemakmuran menjadi keterpurukan. Perang tersebut telah
merambah ke negara-negara Muslim, mereka menyebarkan
keragu-raguan, memunculkan ke-shubhat-an, dan menggunakan
segala macam cara demi berdakwah pada kebatilan dan
kekafiran mereka. Sehingga mengakibatkan banyaknya manusia
yang meninggalkan agamanya, berpaling dari masjid, dan
dari membaca al-Qur’an menuju neraka Jahannam seburuk-
buruk tempat kembali.
Tetapi Allah SWT berfirman: “Adapun buih itu, akan
hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah SWT membuat perumpamaan-perumpamaan.”
(QS. ar-Ra’d [13]: 17) Maka Allah SWT membalas mereka dan
membumi-hanguskan negara mereka, “Maka kamu tidak melihat
seorang pun yang tinggal di antara mereka.” (QS. al-
Haaqqah [69]: 8)
Ketiga: penyakit hawa nafsu. Yakni saling
menghancurkan, saling bergesekan, dan saling membunuh di
reruntuhan.
Banyak manusia yang tidak mengetahui apa-apa dalam
kehidupannya kecuali mengumpulkan harta benda. Kita tidak
mengatakan bahwa mengumpulkan harta benda itu adalah
haram, tetapi yang diharamkan adalah menjadikan harta
benda itu sebagai sembahannya selain Allah SWT,
menyibukkan diri dengannya daripada taat kepada Allah SWT,
atau berinfak kepada kemaksiatan daripada melaksanakan hak
Allah SWT.
Banyak orang yang ditimpa kemungkaran seperti zina,
minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, sehingga
hilanglah akal mereka, berpaling dari Allah SWT,
meninggalkan ibadah, tak mempan lagi bagi mereka itu
nasehat atau peringatan.
Jadi marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah
SWT agar didekatkan dari sebab-sebab petunjuk itu dan
dijauhkan para pemuda kita dari penghalangnya sehingga
kita menjadi sebagaimana yang Allah SWT inginkan “Umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,” (QS. Ali
Imran [3]: 110) “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu):
‘Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu,’ maka kami pun beriman.
Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan
wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.” (QS.
Ali Imran [3]: 193)
Hamba Allah sekalian.
Bershalawat dan bersalamlah kalian kepada yang Allah
SWT perintahkan untuk bershalawat serta salam kepadanya,
seraya berfirman: “Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat-
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab [33]: 56)
Bersabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku, Allah SWT akan membalasnya dengan
sepuluh shalawat.”1
Ya Allah, shalawat serta salam kepada junjungan dan
kekasih-Mu Muhammad saw, sampaikanlah shalawat kami
kepadanya pada jam yang penuh barakah ini wahai Tuhan
semesta alam.
1 Dikeluarkan oleh Muslim (1/288). Nomor:384.
JANGAN KAU JADIKAN NAMA ALLAH PENGHALANG SUMPAHMU
Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon
pertolongan dan ampunan-Nya. Memohon perlindungan-Nya dari
kejahatan hawa nafsu dan keburukan perbuatan kita.
Barangsiapa yang telah Dia beri petunjuk, tak ada seorang
pun yang dapat menyesatkan, dan barangsiapa yang sesat
maka tak ada yang memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah SWT Yang tiada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan Rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah SWT sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah SWT menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah SWT memperkembang-biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah SWT
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. an-Nisaa’ [4]: 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah SWT dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah SWT memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati
Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 70-71)
Amma ba’du.
Sesungguhnya perkataan paling jujur adalah
Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
saw, sejahat-jahat sesuatu adalah yang mengada-ada, setiap
yang mengada-ada adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah
kesesatan, dan setiap kesesatan masuk neraka.
Ketika Rasulullah saw mengutus batalion-batalionnya
ke Timur dan Barat menyebarkan kalimat ‘Laa ilaaha
illallah’ di seantero dunia, di antara yang beliau utus
pada waktu itu adalah seorang penglima perang Saifullah
al-Maslul Abu Sulaiman Khalid bin Walid ra. Rasul saw
mengutusnya ke dua gunung Aja’ dan Salma, yang mana di
sana terdapat kabilah-kabilah Thayyi’. Ketika kabilah-
kabilah ini mendengar kedatangan Khalid bin Walid ra,
mereka gemetar dan lari tunggang langgang menuju Syam dan
masuk ke agama Nasrani.
Di antara orang yang kabur ke sana adalah ‘Adiy bin
Hatim ath-Thaaiy anak Arab yang mulia, dia meninggalkan
saudara perempuannya Shaffanah di rumahnya. Datanglah
Khalid bin Walid ra dan mendirikan pangkalan militer di
sana tanpa ada perlawanan sedikit pun. Lalu ia
mengumpulkan semua harta rampasan dan tawanan. Dia
menguncinya dan kembali ke kota Rasul yaitu ibukota Islam
pada waktu itu.
Di antara tawanan perang pada waktu itu adalah
Shaffanah binti Hatim ath-Thaiy yang terkenal itu. Khalid
bin Walid ra menempatkan para tawanan itu di sekitar
masjid. Bangkitlah Shaffanah menuju Ali bin Abi Thalib ra
seraya berkata: “Mintalah syafaat untukku kepada sepupumu
(Muhammad saw_red).” Berkata Ali ra: “Kami tidak
memintakan syafaat darinya, tetapi jika dia keluar untuk
shalat dia akan melihat kalian, maka mintalah syafaat
darinya pada waktu itu dan katakanlah siapa ayahmu, karena
sesungguhnya Rasulullah saw itu orang yang paling mulia,
paling baik, dan paling penyayang.”
Keluarlah Rasul saw ke masjid untuk melaksanakan
shalat Ashar. Dalam perjalanannya menuju masjid,
dilihatkanlah para tawanan perang itu. Lalu Shaffanah
bangkit berkata: “Wahai Rasulullah saw, sesungguhnya
ayahku dahulu membawa orang yang sendiri (tanpa anak dan
orang tua_red), memuliakan tamu, dan membantu bencana
alam; aku adalah anak perempuan Hatim ath-Thaiy yang
dimuliakan Arab, maka ampunilah aku, semoga Allah SWT
mengampunimu.”
Rasulullah saw menoleh kepada para sahabatnya dan
bersabda: “Lepaskan dia, karena ayahnya menyukai akhlak
yang mulia.” Lalu bersabda: “Sayang sekali, andaikan saja
ayahmu mati dalam keadaan Muslim pasti kami akan
menyayanginya.” Kemudian beliau memuliakannya dan
mengembalikannya kepada keluarganya sebagaimana semula.
Di sana ia menjumpai saudaranya ‘Adiy, ia berkata
padanya: “Hai pembangkang, pendurhaka, kau lari
meninggalkanku. Aku datang dari Rasulullah saw, dari orang
yang paling baik dan paling penyayang.”1
‘Adiy bersiap-siap mengenakan pakaiannya lalu
menggantungkan salib emas di dadanya dan berangkat menuju
Madinah. Orang mendengar kabar bahwa Ibnu Hatim yang
dimuliakan Arab akan datang, maka mereka pun keluar untuk
menyambutnya.
Berkata ‘Adiy: “Aku mendatangi Rasulullah saw
sedangkan di dadaku tergantung salib emas, beliau
bersabda: ‘Hai ‘Adiy, lepaskanlah salib ini,’ dan aku
mendengarnya membaca ayat: ‘Mereka menjadikan orang-orang
alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah
SWT,’ (QS. at-Taubah [9]: 31) Kemudian Rasulullah saw
bersabda: ‘Mereka dahulu tidak menyembah mereka, tetapi
jika mereka menghalalkan sesuatu mereka halalkan juga dan
jika mengharamkan sesuatu mereka haramkan juga.’”2
1 Lihatlah: Sirah Ibnu Hisyam (4/298-301).2 Dikeluarkan oleh at-Turmudzi (5/259&260) nomor:3095 dan
berkata: “Hadis Gharib, tidak kami ketahui kecuali dari
hadis Abdullah bin as-Salam bin Harb. Dan Ghathif bin
A’yun tidak diketahui dalam hadis itu.” Hadis ini di-
hasan-kan oleh al-Albaani di Ghayah al-Maram hal:20.
Rasulullah saw menjelaskan perihal ketaatan seorang
makhluk dalam menghalakan apa yang Allah SWT haramkan atau
mengharamkan apa yang Dia halalkan adalah penyembahan
terhadap makhluk itu. Tak ada yang berhak diagungkan,
disembah, disanjung selain Allah SWT. Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah SWT cukuplah baginya dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada selain Allah SWT
niscaya akan dihinakan. Barangsiapa yang mengagungkan
Allah SWT niscaya akan dijaga-Nya dan barangsiapa yang
menghina nama Allah SWT niscaya Dia akan menghinanya.
Dalam Shahih Bukhari di riwayatkan oleh Abu Hurairah
ra, bahwa Rasulullah saw menyebutkan seorang lelaki dari
Bani Israel meminta pinjaman dari Bani Israel lainnya
sebanyak seribu Dinar. Orang itu berkata: “Berikan saksi.”
Dia menjawab: “Cukuplah Allah SWT saksinya.” Orang itu
berkata: “Siapakah wakilnya?” dia menjawab: “Cukuplah
Allah SWT wakilnya.” Orang itu berkata: “Kau benar,” lalu
ia memberikan pinjaman sampai jenjang waktu tertentu.
Kemudian ia berlayar untuk mencari keperluannya. Lalu ia
mencari perahu karena waktu yang ditetapkan hampir tiba,
namun ia tidak mendapatkan perahu. Kemudian ia mengambil
sebatang kayu dan melubanginya. Lalu ia masukkan ke dalam
lubang itu uang seribu Dinar bersama surat untuk
sahabatnya. Kemudian diperbaiki kembali lubang itu dan
membawanya ke laut. Dia berkata: “Ya Allah, Engkau Maha
Mengetahui bahwa dahulu aku meminjam uang dari Fulan
seribu Dinar, dia menanyakan wakil, ku katakan ‘wakilku
adalah Allah SWT’ dan dia pun merelakannya. Lalu dia
menanyakan saksi, aku katakan ‘wakilku adalah Allah SWT’
dan dia pun merelakannya. Sungguh aku sedang mencari
perahu untuk mengirimkan uangnya itu, tapi aku tak
mendapatkannya. Inilah aku menitipkannya pada-Mu.” Lalu ia
melepaskan kayu itu ke laut hingga menghilang, kemudian ia
pergi untuk mencari perahu yang membawanya ke negerinya.
Orang yang meminjamkannya uang keluar untuk mencari
adakah perahu yang dititipkan uang untuknya, tiba-tiba ia
melihat sepotong kayu yang di dalamnya ada uangnya itu.
Dia mengambilnya untuk dijadikan kayu bakar keluarganya.
Ketika ia mengeringkannya, ia menemukan uang dan surat
itu. Lalu datanglah orang yang dahulu meminjam uang
darinya dan memberinya seribu Dinar dan berkata: ‘Demi
Allah, aku selalu berusaha untuk mencari perahu untuk
menitipkan uangmu, tapi aku tidak mendapatkan perahu
sebelum yang aku datang dengannya sekarang.’ Orang itu
menjawab: ‘Sesungguhnya Allah SWT telah membayarmu dengan
yang kau kirim melalui kayu itu, maka pergilah dengan uang
seribu Dinar ini.”1
Hamba Allah sekalian.
Sesungguhnya kebanyakan orang dengan kebodohannya
mengagungkan selain Allah SWT sehingga mereka tidak
mempercayai orang yang bersumpah, tidak mempercayai
sumpahnya sampai-sampai ia bersumpah dengan talak atau
haram.
Orang seperti itu tidak tahu akan keagungan Allah
SWT, belum bisa sepenuhnya meyakini-Nya. Dalam at-Thabrani
dengan sanad shahih dari Salman al-Farisi, bersabda
Rasulullah saw: “Tiga orang yang tidak Allah SWT lihat
mereka pada hari kiamat, tidak diperhatikan, dan bagi
mereka adzab yang pedih: yang menyerupai pezina, orang
berkeluarga yang sombong, dan lelaki yang tidak membeli
atau menjual kecuali dengan bersumpah.”2
Adapun sabdanya saw: “Yang menyerupai pezina,” yaitu
seorang kakek tua yang kepalanya telah dipenuhi uban dan
punggungnya membungkuk tapi masih juga melakukan dosa
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (3/56&57).2 Di-shahih-kan oleh al-Albaani di Shahih al-Jaami’
nomor:3072 dan al-Baihaqi juga telah mengeluarkannya di
asy-Sya’b.
besar. Dia berzina di umur yang telah tua ini, setelah
Allah SWT peringati ia dengan uban, sebagaimana yang
dikatakan Ibnu Abbas ra dalam tafsir ayat: “Dan apakah
Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk
berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (Apakah tidak)
datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Faathir [35]:
37) Dia berkata: “Demi Allah, peringatan itu adalah uban.”
Umar ra melewati seseorang yang membacakan satu
kasidah yang berbunyi:
“Cukuplah bagi seseorang uban menjadi penghalangnya
dalam Islam.”
Maka menetes air matanya dan berkata: “Iya benar,
cukuplah bagi seseorang uban menjadi penghalangnya dalam
Islam.”
Dikisahkan dari Ibrahim Khalilurrahman as. ketika
uban timbul di janggutnya, ia melihat ke cermin dan
berkata: “Tuhanku, apakah sesuatu yang putih yang timbul
di janggutku ini?” Allah SWT berfirman: “Hai Ibrahim, ini
adalah kerendahan diri.” Berkata Ibrahim: “Ya Allah,
tambahlah aku kerendahan diri.”
Maka barangsiapa yang Allah SWT rendahkan dirinya
dengan uban kemudian melakukan kemaksiatan, melakukan
perbuatan seorang pemuda belia yang mana Islam belum
terpatri di dirinya, niscaya Allah SWT takkan memandangnya
pada hari kiamat, tidak akan memperhatikannya, dan baginya
adzab yang pedih. Karena dia adalah seorang tua renta yang
telah mendekati liangnya, lebih baik baginya menggali
lubang kuburnya dan bersiap-siap untuk mati, sebagaimana
yang dikatakan oleh Sofyan ats-Tsauri ra: “Hai yang telah
mencapai enam puluh tahun, letakkan untukmu kain kafan di
pundakmu, galilah kuburanmu, karena kau telah mendekati
kematian sejarak dua busur atau lebih dekat.”
Adapun sabdanya saw: “Orang berkeluarga yang
sombong.” Yaitu seorang fakir yang tak punya apa-apa lalu
menyombongkan diri. Dia tidak memiliki sesuatu yang dapat
dibanggakan, tapi ia malah membusungkan dadanya dan
berjalan dengan sombong di muka bumi. Jadi orang seperti
ini tak memiliki nilai sedikitpun oleh Allah SWT, karena
jika Allah SWT menginginkan untuk memperbaiki niat seorang
hamba, Ia akan menjadikannya orang yang merendahkan diri.
Sebagaimana firman-Nya: “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha
Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”
(QS. al-Furqaan [25]: 63)
Diriwayatkan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Musa
as: “Hai Musa, tahukah kamu mengapa aku menyucikanmu dari
manusia dan memilihmu di antara Bani Israel?” Dia
menjawab: “Tidak Tuhanku,” Allah SWT berfirman: “Aku
melihat hati Bani Israel, maka Aku menemukan hatimu lebih
mencintai-Ku daripada yang lainnya. Aku melihat kau tidak
duduk bersama orang lain dan Aku merasa bahwa kau adalah
orang terendah di antara mereka.”
Hal yang menguatkan kisah itu adalah Shahih Muslim,
dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Seseorang
yang merendah diri kepada Allah SWT akan Dia angkat.”1 Oleh
karena itu, keagungan itu milik Allah SWT, sebaiknya tak
seorang pun yang merebutnya dari Allah SWT. Oleh karena
itu juga Nabi saw melarang untuk bersumpah demi selain
Allah, karena sumpah kepada selain Allah adalah berarti
mengagungkannya, dan Rasulullah saw telah bersabda:
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah SWT maka
dia telah kafir atau syirik.”2
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadits Ibnu Abbas
ra bahwa seorang lelaki berkata kepada Nabi saw: “Semau
Allah dan semaumu.” Beliau bersabda kepadanya: “Apa kau
1 Dikeluarkan oleh Muslim (4/2001) nomor:2588.2 Dikeluarkan oleh at-Turmudzi (4/93&94) nomor:1535 dan
berkata: “Hadits Hasan.” Al-Albaani men-shahih-kannya di
Shahih al-Jaami’ nomor:6205.
menyetarakan aku dengan Allah SWT, tapi katakan semau
Allah saja.”1
Shahih dari Ibnu Mas’ud ra berkata: “Bersumpah demi
Allah dengan berdusta lebih baik bagiku daripada bersumpah
demi selain Allah SWT dengan jujur.”2
Dalam hadits shahih bahwa orang desa berkata pada:
“Wahai Rasulullah saw, jiwa telah letih, anak-anak hilang,
harta benda lenyap, dan binatang piaraan binasa, maka
mintalah hujan pada Allah SWT karena kami bersyafaat
denganmu kepada Allah SWT dan kami bersyafaat dengan Allah
SWT kepadamu.” Maka Rasulullah saw bersabda: “Lancangnya
kau!! Tahukah kau apa yang kau katakan?!” Lalu beliau
bertasbih, dia terus bertasbih hingga nampak perubahan di
wajah para sahabatnya, kemudian bersabda: “Lancangnya
kau!! Tak boleh bersyafaat dengan Allah SWT kepada salah
satu ciptaan-Nya, kedudukan Allah SWT lebih besar dari
itu.”3
Oleh karena itu, ada beberapa kewajiban dalam
bersumpah:
Pertama: tidak bersumpah kecuali dalam keadaan
darurat. Sebagaimana yang adz-Dzahabi sebutkan bahwa Imam
Syafi’e berkata: “Aku tak pernah bersumpah dengan Allah
SWT, baik itu jujur atau dusta selama hidupku.” Demi
merendahkan diri dan mengagungkan Allah SWT.
Berkata Muthraf bin Abdullah bin asy-Syujair:
“Agungkanlah Allah SWT, seseorang tak boleh mengatakan
kepada hambanya: ‘Allah SWT menghinamu atau Allah SWT
memburukkanmu.’”
Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa Muhammad bin Ja’far
ash-Shadiq jika berkata kepada seseorang ‘Demi Allah
tidak,’ wajahnya akan memerah karena keagungan Allah SWT.
1 Dikeluarkan oleh Ahmad (1/214,283,347).2 Berkata al-Haitsami di al-Majma’ (4/180): “Diriwayatkan
oleh ath-Thabrani di al-Kabir dan perawinya shahih.3 Dikeluarkan oleh Abu Daud (4/232) nomor:4726.
Kedua: jika memang harus bersumpah, kita seharusnya bersumpah hanya dengan Allah SWT. Maka barangsiapa yang
tidak bersumpah dengan Allah SWT, takkan Dia tolong,
karena ia telah mengagungkan selain Allah SWT.
Termasuk di dalamnya juga orang yang bersumpah dengan
talak atau haram, karena hal ini juga termasuk
mengagungkan selain Allah SWT. Lafadz talak itu diadakan
hanya untuk memisahkan antara kedua suami istri, bukan
untuk sumpah. Meskipun demikian, beberapa orang tidak
menghiraukan hal tersebut dan tidak mempercayai orang jika
tidak bersumpah dengan lafadz talak atau haram. Hal ini
tidak lain karena kebodohan mereka akan hukum Islam.
Rasulullah saw bersabda: “Isa ibnu Maryam melihat orang
mencuri, lalu Isa berkata padanya: ‘Apa kamu mencuri?’
orang itu menjawab: ‘Tidak demi Allah Yang tiada Tuhan
selain-Nya.’ Maka Isa berkata: ‘Aku beriman kepada Allah
SWT dan mataku berdusta.”1 Hal itu demi mengagungkan Allah
SWT dan menghormati sumpah, karena ia telah bersumpah demi
Allah.
Jadi kita seharusnya tidak memperbanyak sumpah
walaupun kita jujur, karena dengan memperbanyak bersumpah
bisa menyebabkan pelecehan nama Allah SWT dan merendahkan-
Nya. Contohnya seperti yang orang-orang lakukan di setiap
seminar atau pertemuan, mereka bersumpah demi Allah
berpuluh-puluh kali tanpa sebab yang jelas. Jika seseorang
bangkit ia bersumpah, jika ia duduk juga bersumpah, dan
jika ia minum ia bersumpah, jadi ini tandanya tidak
mengagungkan nama Allah SWT.
Ketiga: Ada juga sebagian orang, khususnya para
pedagang, mereka tidak berjual-beli kecuali dengan
bersumpah serapah. Nabi saw telah bersabda mengenai
mereka: “Tiga orang yang Allah SWT tidak berbicara pada
mereka pada hari kiamat: penggunjing; yaitu orang yang
1 Dikeluarkan oleh Bukhari (4/142), dan Muslim (4/1838)
nomor:2368.
jika memberi sesuatu ia sebut-sebutkan, yang berjual-beli
dagangan dengan sumpah serapah, dan yang membiarkan
sarungnya terseret.”1
Rasulullah saw bersabda: “Tiga orang yang Allah SWT
tidak berbicara padanya pada hari kiamat, tak
diperhatikan-Nya, dan baginya adzab yang pedih, di
antaranya adalah: Lelaki yang menjual dagangannya dengan
lelaki lain setelah Ashar lalu ia bersumpah demi Allah
padanya agar ia mengambilnya dengan segini segini. Orang
itu mempercayainya, sedangkan ia tidak bermaksud
demikian.”2
Dalam shahihain dari hadits Abu Hurairah ra berkata:
“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: ‘Sumpah itu
mengeluarkan dagangan dan menghilangkan berkahnya.’”3 Jadi
Allah SWT takkan memberkahi harta busuk juga barang
dagangan busuk.
Keempat: jika seorang Muslim bersumpah sesuatu dan
ketika melihat yang lain lebih baik dari itu, sebaiknya ia
membayar kaffarat sumpahnya itu lalu melakukan yang lebih
baik itu. Dalam Shahihain dari Abdurrahman bin Samrah ra,
bersabda Rasulullah saw: “Hai Abdurrahman, jangan meminta
kepemimpinan karena jika kau diberi suatu permasalahan,
kau akan mewakilkannya dan jika aku memberimu tanpa
permasalahan kau membantunya. Jika kau bersumpah lalu kau
melihat yang lainnya lebih baik, maka batalkan sumpahmu
itu dengan membayar kaffaratnya, kemudian lakukan yang
lebih baik itu.”4
1 Dikeluarkan oleh Muslim (1/102) nomor:106.2 Dikeluarkan oleh Bukhari (8/124). Dan Muslim dengan
lafadz itu miliknya (1/103) nomor:108.3 Dikeluarkan oleh Bukhari (3/12) dan lafadz itu miliknya.
Dan Muslim (3/1228) nomor:1606.4 Dikeluarkan oleh Bukhari (8/106), dan Muslim (3/1273)
nomor:1652.
Beberapa orang bersumpah untuk tidak melakukan suatu
kebaikan, dia bersumpah untuk tidak mengunjungi
kerabatnya, tidak menyambung rahimnya, tidak berbakti
kepada kedua orang tuanya, dan tidak bersedekah. Kemudian
ia menyesali perbuatannya itu, tetapi sumpahnya itu
menghalanginya untuk melakukan perbuatan baik. Maka wajib
baginya untuk melakukan semua perbuatan baik itu;
silaturahim, berbakti kepada kedua orang tua, dan sedekah.
Kemudian ia harus membayar kaffarat sumpahnya dan bertakwa
kepada Allah SWT, karena Allah SWT telah berfirman:
“Janganlah kamu jadikan (nama) Allah SWT dalam sumpahmu
sebagai penghalang,” (QS. al-Baqarah [2]: 224) Maka
bertakwalah pada-Nya, jagalah sumpah kalian, dan awasi
selalu Tuhan kalian.
Kukatakan apa yang kalian dengar dan kita memohon
ampun kepada Allah SWT, juga untuk seluruh kaum Muslimin.
Memohon ampunlah kalian dan bertaubatlah, sesungguhnya Dia
Maha menerima taubat dan Maha Penyayang.