1. fungsi hukum -...
TRANSCRIPT
BAB II
KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN dan ANALISIS.
A. KERANGKA TEORI
1. FUNGSI HUKUM
Pada hakikatnya Indonesia merupakan bangsa yang memiliki berbagai suku
budaya didalamnya. Dengan demikian maka Negara Indonesia mempunyai berbagai
macam kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh suatu kelompok dengan kelompok yang
lainnya. Pada dasarnya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan baik itu perorangan maupun
kelompok akan memunculkan suatu peraturan atau keharusan yang harus ditaati oleh
orang yang ada dilingkungannya. Sehingga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
perorangan atau kelompok tersebut dalam suatu negara dapat dikatakan sebagai peraturan
atau hukum.
Hukum merupakan suatu kaidah keharusan atau nilai yang berlaku disuatu negara
yang berfungsi untuk mengatur perilaku manusia agar dapat membedakan antara perilaku
yang baik dan perilaku yang buruk. Dengan adanya hukum maka manusia akan
berperilaku sosial dengan orang lain karena didalam ketentuan hukum mengandung
norma agar manusia dapat hidup berdampingan dengan damai. Atas dasar itulah maka
Aristoteles mengemukakan bahwa: “particular law is that wich each community lays
down and applies to its own member. Universal law is the law of nature” yang artinya
hukum merupakan hukum tertentu yang mana setiap komunitas meletakkan dan berlaku
untuk anggota sendiri.hukum universal adalah hukum alam.1
1 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, h. 8.
Di Indonesia terdapat berbagai macam peraturan yang dibuat oleh pembuat
perundang-undangan yang pada dasarnya peraturan tersebut mempunyai tujuan untuk
menertibkan masyarakat yang ada didalamnya. Maka dari itu Indonesia merupakan
negara hukum yang menjunjung tinggi keadilan. Berbagai aspek bidang yang
berhubungan dengan Indonesia dan masyarakat diatur didalam ketentuan hukum.
Terdapat unsur-unsur yang terdapat didalam hukum diantaranya:
1. Peraturan mengenai tingkah laku dari manusia di dalam
pergaulan masyarakat.
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang
berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi yang tegas terhadap pelanggaran.2
Dengan demikian manusia dituntut untuk dapat taat dan tunduk oleh ketentuan
hukum karena apabila seseorang tidak tunduk dan tidak mentaati ketentuan hukum maka
bisa dikatakan orang tersebut telah melanggar ketentuan hukum dan dapat dikenakan
sanksi. Pada dasarnya sanksi adalah akibat dari sesuatu perbuatan atau suatu reaksi dari
pihak lain (manusia atau organisasi sosial) atas sesuatu perbuatan.3
Setiap orang memiliki berbagai watak dan perilaku yang berebeda antara satu
orang dengan orang yang lain. Perilaku setiap orang tergantung dari tingkat pendidikan
dan latar belakang masing-masing orang. Dengan berbagai macam latar belakang
manusia dalam kehidupan masyarakat sangat dimungkinkan akan terjadi permasalahan
antar individu (konflik). Pengertian konflik menurut Robbins, Konflik adalah suatu
2Zulkarnaen dan Beni Ahlmad Saebani, Hukum Konstitusi, Pustaka Setia, Bandung, 2012.
3E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 1966.
proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi
secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain.4 Dengan
demikian peran hukum disini sebagai penjamin perlindungan warga masyarakatnya tanpa
terkecuali dan tanpa diskriminasi.
Adanya peranan hukum di lingkungan masyarakat memberikan dampak yang
sangat baik untuk membentuk perilaku masyarakat agar lebih mengutamakan perilaku
sosialnya sebaik mungkin dengan orang lain. Karena pada dasarnya manusia merupakan
makhluk sosial dimana manusia pasti tidak dapat hidup sendiri dengan kata lain manusia
pasti membutuhkan bantuan orang lain dalam segala hal. Dalam hal ini mengenai dampak
berlakunya hukum dalam lingkungan masyarakat telah dikemukakakan oleh Soerjono
Soekanto mengenai 4 kaidah hukum yang bertujuan mengubah perikelakuan masyarakat
yaitu:
1. Melakukan imbalan secara psikologis bagi pemegang peranan
yang patuh maupun pelanggar kaidah hukum
2. Merumuskan tugas-tugas penegak hukum untuk bertindak
sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan serasi-tidakserasinya
perikelakuan pemegang peranan dengan kaidah hukum
3. Mengubah perikelakuan pihak ketiga, yang dapat
mempengaruhi perikelakuan pemegang peranan yang
mengadakan interaksi
4. Mengusahakan perubahan persepsi, sikap, dan nilai-nilai
pemegang peranan
Dengan demikian peran hukum di lingkungan masyarakat sangat bermanfaat bagi
masyarakat untuk menciptakan kerukunan dan ketertiban dalam bermasyarakat. Karena
pada dasarnya hukum ditemukan memiliki tujuan untuk menjunjung tinggi keadilan agar
hak-hak yang dimiliki setiap orang akan terjamin. Maka dari itu penegakan hukum
haruslah dilakukan demi tercapainya tujuan dan fungsi hukum. Penegakan hukum,
4 Sopiah, Perilaku Organisasional, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta, 2008.
sebagaimana dirumuskan oleh Satjipto Rahardjo, merupakan suatu proses untuk
mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.5
Didalam suatu hukum terdapat suatu nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat
karena hukum melekat didalam lingkungan masyarakat. maka dari itu hukum akan
menjadi alat untuk mewujudkan suatu keadilan dengan melakukan penegakan hukum.
Proses penegakan hukum dalam pandangan Soerjono Soekanto dipengaruhi oleh lima
faktor diantaranya:
1. Faktor hukum atau peraturan perundang-undangan.
2. Faktor aparat penegak hukumnya, yakni pihak-pihak yang
terlibat dalam peroses pembuatan dan penerapan hukumnya,
yang berkaitan dengan masalah mentalitas.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung proses penegakan
hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial di mana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan; berhubungan dengan
kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi dalam
perilaku masyarakat.
5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.6
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi suatu pengakan hukum maka hukum
diharapkan dapat menjadi sistem peraturan yang tidak memandang siapapun baik itu dari
segi status sosial maupun ras dan budaya. Adanya penegakan hukum memiliki tujuan
agar suatu negara dapat memberikan ketegasan bagi warga negaranya untuk tunduk dan
tertib terhadap ketentuan hukum yang berlaku di nergara tersebut. Dari sisi lain mengenai
penegakan hukum terdapat lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan untuk
mengadili permasalahan hukum yang biasa disebut penegak hukum diantaranya hakim,
jaksa dan polisi yang masing-masing memiliki kewenangan dan tugas yang berbeda.
5 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1983, h. 24.
6 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, BPHN & Binacipta, Jakarta, 1983, h. 15.
Pada dasarnya penegak hukum dalam melakukan proses penegakan hukum pasti
memiliki dasar hukum yang kuat untuk meyakinkan bahwa seseorang telah melanggar
ketentuan hukum. Selain itu dalam proses penegakan hukum lembaga penegak hukum
diharapkan dapat menafsirkan ketentuan hukum secara profesional karena apabila terjadi
suatu kesalahtafsiran yang dilakukan oleh penegak hukum dalam proses penegakan
hukum maka akan sangat merugikan kedua belah pihak yang sedang menuntut hak-
haknya.
Keberhasilan suatu proses penegakan hukum akan tecapai dengan adanya suatu
sistem hukum sebagai komponen dalam struktur hukum seperti yang dikemukakan oleh
Lawrence M. Friedman yaitu:
1. merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi dari suatu
sistem.
2. komponen substansi hukum (legal substance) merupakan
aturan-aturan dan norma-norma actual yang dipergunakan oleh
lembaga-lembaga, kenyataan, bentuk perilaku dari para pelaku
yang diamati di dalam sistem
3. komponen budaya hukum (legal culture), merupakan gagasan-
gagasan, sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, harapan-harapan
dan pendapat tentang hukum.
4. komponen dampak hukum (legal impact). Dengan komponen
dampak hukum ini yang dimaksudkan adalah dampak dari
suatu keputusan hukum yang menjadi objek kajian peneliti.7
Dengan demikian proses penegakan hukum akan saling berkaitan antara sistem
hukum dan penafsiran penegak hukum sendiri. Apabila salah satu unsur tersebut tidak
berhubungan dengan baik maka akan menimbulkan masalah-masalah hukum baru yang
nantinya semakin membesar karena tidak adanya keterkaitan unsur-unsur penegakan
hukum yang baik.
7 Lawrence M, Friedman, Law and Society An Introduction, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1977, h. 6-7.
2. OTONOMI DAERAH dan SISTEM PENDIDIKAN
2.1 Otonomi Daerah
Dari sisi lain di Indonesia bukan hanya memiliki penegakan hukum yang kuat dan
adil namun Indonesia merupakan negara yang memiliki suatu sistem pemerintahan yang
kuat yang sangat berperan penting dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
Indonesia dibagi atas beberapa wilayah yang mana setiap wilayah daerah tersebut
dipimpin oleh satu penguasa yang berwenang atas wilayah yang dikuasainya. Pada era
saat ini seorang penguasa bukan saja bertanggungjawab atas wilayah kekuasaannya,
namun seorang penguasa diharapkan dapat melindungi memajukan dan mensejahterakan
wilayah kekuasaannya dan segala yang berada didalamnya.
Pada dasarnya setiap penguasa akan memiliki peran dan wewenang dalam
melakukan tugasnya yang biasa disebut dengan otonomi daerah sebagai mana
berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 6 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah bahwa: “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Dalam suatu sistem pemerintahan Indonesia memiliki pembagian wilayah
kekuasaan dengan kata lain yaitu Daerah Otonom yang memiliki arti adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri.8 Sehingga negara Indonesia memiliki tingkatan atau strata bagi penguasa
wilayahnya yang dibagi menjadi dua tingkatan diantaranya adalah Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal
1 angka 1 bahwa: “Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”.
Dengan demikian segala urusan dan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia
merupakan tanggung jawab dari pemerintah pusat atau presiden yang memiliki kekuasaan
dan kewenangan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya penguasa yang ada dibawah pemerintah pusat adalah pemerintah
daerah yang mana berdasarkan Pasal 1 Angka 3 UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah bahwa: “Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom”. Sehingga kekuasaan yang dimiliki
pemerintah daerah dibawah kekuasaan pemerintah pusat.
Di dalam Pemerintah Daerah terdapat tugas dan wewenang yang dibagi sesuai
wilayah yang dikuasainya sebagai contoh: Walikota/Bupati memiliki kekuasaan dalam
lingkup kota/kabupaten, Gubernur memiliki kekuasaan dalam lingkup provinsi, dan yang
memiliki kekuasaan tertinggi adalah Presiden yang memiliki kekuasaan atas suatu negara.
Pada dasarnya peran pemerintah dan pemerintah daerah sangat penting bagi
kemajuan bangsa dan negara dalam berbagai aspek urusan pemerintahan di Indonesia.
8 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 6.
sebagai contoh dalam urusan pendidikan juga perlu adanya campur tangan pemerintah
dan pemerintah daerah demi terselenggaranya sistem pendidikan di Indonesia
sebagaimana yang termuat dalam Pasal 10 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan,
membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Sedangkan di dalam lingkup kota/kabupaten akan dipimpin oleh seorang
walikota/bupati yang didalamnya terdapat instansi-instansi kedinasan terkait yang akan
berperan penting dalam pelayanan masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian berbagai aspek urusan pemerintahan yang ada di Indonesia telah memiliki
bagian-bagian tersendiri sesuai bidang serta dan wewenang yang telah diberikan oleh
negara. Dalam kaitannya dengan permasalahan yang penulis angkat dalam tulisan ini
yaitu dalam lingkup pendidikan maka sebagai instansi kedinasan yang memiliki tugas dan
tanggung jawab adalah Dinas Pendidikan.
Pada dasarnya sistem pendidikan di Indonesia tidak lepas dari pengawasan
pemerintah yang nantinya dengan adanya isntansi kedinasan dalam bidang pendidikan ini
diharapkan dapat memberikan peran dan layanan yang baik bagi sistem pendidikan di
Indonesia. Dalam hal yang berkaitan dengan materi yang diangkat penulis dalam tulisan
ini yang berhubungan dengan pendidikan di kota Salatiga maka terdapat suatu peran dan
tugas Dinas Pendidikan Kota Salatiga dalam menjalankan tugasnya seperti yang
terkandung dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan Walikota Salatiga Nomor 52 Tahun 2008
Tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah
Kota Salatiga bahwa “Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dibidang pendidikan, pemuda dan olahraga
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Dengan demikian Dinas Pendidikan kota Salatiga memiliki peran penting dalam
terselenggaranya sistem pendidikan di kota Salatiga. Sehingga ruang lingkup Dinas
Pendidikan kota Salatiga sangat luas dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan
pendidikan di kota Salatiga. Dari sisi lain, Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak hanya
memiliki tugas pokok saja dalam menjalankan tugasnya mengenai sistem pendidikan di
kota Salatiga melainkan Dinas Pendidikan kota Salatiga memiliki fungsi sebagaimana
yang telah diatur dalam Pasal 3 Ayat 2 huruf c Peraturan Walikota Salatiga Nomor 52
Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada
Dinas Daerah Kota Salatiga bahwa “Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
menyelenggarakan fungsi: pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendidikan,
pemuda dan olahraga yang meliputi prasekolah dan pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan nonformal, dan pendidik dan tenaga kependidikan, pemuda dan
olahraga”. Sehingga dengan adanya peran, tugas serta fungsi Dinas Pendidikan
diharapkan akan dapat menjadi pelindung dan pengawas bagi peserta didik, pengajar
serta semua pihak yang terlibat dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Pada dasarnya instansi kedinasan seperti Dinas Pendidikan saling berhubungan
dengan proses penegakan hukum dalam konteks pendidikan. Dengan demikian proses
penegakan hukum dapat dilakukan dengan adanya hubungan dan kerjasama antara
penegak hukum dengan lembaga yang memiliki tugas pengawasan dan perlindungan
dalam hal ini adalah Dinas pendidikan dan sekolah.
2.1 Sistem Pendidikan
Indonesia merupakan negara yang sangat mengedepankan pelayanan pendidikan
bagi setiap masyarakat sehingga setiap orang wajib mendapatkan pendidikan minimal 9
(Sembilan) tahun dengan maksud untuk memberikan bekal dan ilmu bagi setiap orang
yang nantinya akan menjadi bekal bagi setiap orang saat hidup di lingkungan masyarakat
demi kemajuan negara.
Pada dasarnya suatu negara akan maju dan berkembang apabila memiliki sistem
pendidikan yang maju juga. Dengan kemajuan sistem pendidikan maka masyarakat akan
memiliki potensi yang sangat baik yang bertujuan untuk memajukan dan
mengembangkan pembangunan negara.
Dengan demikian maka setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak sebagaimana yang termuat dalam Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: “Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
Dalam perkembangannya sistem pendidikan di Indonesia memiliki kemajuan dan
perkembangan sistem dengan tujuan agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan
seperti saat ini. Namun demikian ada satu sisi yang perlu mendapatkan perhatian khusus
dalam sistem pendidikan yaitu mengenai kenyamanan dan keamanan dalam proses
pendidikan. Karena pada dasarnya sistem pendidikan di Indonesia memiliki tujuan untuk
memberikan bekal ilmu yang bermanfaat dan menjunjung tinggi ilmu agama dan
kebudayaan bagi setiap warga negara.
Apabila suatu sistem pendidikan tidak terdapat kenyamanan dan kemananan
dalam proses pendidikan maka setiap warga negara tidak akan terjamin hak-hak nya.
Karena dengan adanya sistem pendidikan yang baik maka pelayananan pendidikan akan
membentuk pola pikir dan akhlak setiap warga negara dalam kaitannya ini adalah anak
supaya anak dapat mengembangkan bakat dan minatnya dengan baik di lingkungan
sekitar.
Setiap anak perlu mendapatkan bimbingan dan arahan oleh orang lain baik itu
yang lebih tua karena anak belum dapat menafsirkan dan berfikir secara rasional terhadap
suasana yang ada di sekitarnya bahkan di dalam lingkungan pendidikan tempat anak
mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru. Dengan demikian maka
dalam proses pendidikan di Indonesia perlu adanya peran dari penyedia layanan
pendidikan serta pemerintah untuk dapat memberikan pengawasan dan perlindungan
dalam berjalannya sistem pendidikan khususnya dalam usaha melindungi hak setiap
anak.
3. PERLINDUNGAN ANAK
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan
kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara
wajar baik fisik, mental, dan sosial. Perlindungan anak merupakan
perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan
demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang
kehidupan bernegara dan bermasyarakat.9
Perlindungan anak diharapkan dapat menjamin hak-hak setiap agar suatu negara
dapat menjunjung tinggi hak asasi manusia yang mana telah tertuang dalam UUD 1945.
Namun demikian bukan berarti negara harus memberikan perlindungan secara berlebihan
9 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Refika Aditama, Bandung, 2008, h. 33.
kepada setiap anak, Negara berperan penuh untuk menjamin hak setiap anak sebagai
mana yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pada dasarnya negara
melalui lembaga penegak hukumnya harus dapat bertindak secara cepat dan professional
dalam upaya melindungi hak asasi manusia dalam hal ini adalah hak setiap anak demi
menjunjung tinggi keadilan kemanfaatan dan kepastian hukum.
Perlindungan anak berhubungan dengan beberpa hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu:
1. Luas lingkup perlindungan:
a. Perlindungan yang pokok meliputi antara lain: sandang,
pangan, pemukiman, pendidikan, kesehatan, hukum.
b. Meliputi hal-hal yang jasmaniah dan rohaniah.
c. Mengenai pula penggolongan keperluan yang primer dan
sekunder yang berakibat pada prioritas pemenuhnya.
2. Jaminan pelaksanaan perlindungan:
a. Sewajarnya untuk mencapai hasil yang maksimal perlu ada
jaminan terhadap pelaksanaan kegiatan perlindungan ini,
yang dapat diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan perlindungan.
b. Sebaiknya jaminan ini dituangkan dalam suatu peraturan
tertulis baik dalam bentuk undang-undang atau peraturan
daerah, yang perumusannya sederhana tetapi dapat
dipertanggungjawabka serta disebarluaskan secara merata
dalam masyarakat.
c. Pengaturan harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi di
Indonesia tanpa mengabaikan cara-cara perlindungan yang
dilakukan di negara lain, yang patut dipertimbangkan dan
ditiru (Peniruan yang kritis).10
Dengan demikian dalam upaya perlindungan anak memiliki cakupan yang luas
dan bermacam-macam dengan tujuan supaya hak-hak setiap anak akan terjamin
sepenuhnya dalam segala aspek. Karena apabila dalam upaya perlindungan anak tidak
terdapat keterkaitan antara ketentuan hukum dan penerapannya maka akan
10
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta, Akadei Pressindo, 1989, hlm. 4-6.
mengakibatkan ketidaktercapainya suatu keadilan dan berpengaruh pada tidak
terjaminnya hak-hak setiap anak.
Pelaksanaan perlindungan anak harus memenuhi syarat antara lain:
merupakan pengembangan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan
anak; harus mempunyai landasan filsafat, etika dan hukum; secara
rasional; positif; dapat dipertanggungjawabkan; bermanfaat untuk
yang bersangkutan; mengutamakan persepektif kepentingan yang
diatur, bukan perpektif kepentingan yang mengatur; tidak bersifat
aksidental dan komplimenter, tetapi harus dilakukan secar
konsisten, mempunyai rencana operasional, memperhatikan unsur-
unsur manajemen; melaksanakan respons keadilan yang restoratif
(bersifat pemulihan); tidak merupakan wadan dan kesempatan
orang mencari keuntungan pribadi/kelompok; anak diberi
kesempatan untuk berpartisipasi sesuai situasi dan kondisinya;
berdasarkan citra yang tepat mengenai anak manusia; berwawasan
permasalahan (problem oriented) dan bukan berwawasan target;
tidak merupakan faktor kriminogen; tidak merupakan faktor
viktimogen.11
Pada dasarnya tujuan utama dalam perlindungan anak adalah untuk menjamin
hak-hak anak dari berbagai hal yang menyangkut dirinya. Di dalam pembahasan yang
diangkat penulis mengenai perlindungan anak dari perilaku kekerasan yang mana pelaku
kekerasan ini bukan hanya orang dewasa namun dapat juga dilakukan oleh anak-anak.
Dengan demikian perlu adanya tindakan dan peran penting pihak-pihak yang telah
diberikan tugas dan wewenang untuk memberikan perlindungan dan penanganan bagi
setiap anak dari kekerasan baik itu fisik maupun psikis.
Dengan adanya suatu perlindungan dan penanganan atas perilaku kekerasan baik
berupa kekerasan fisik atau psikis maka setiap anak di Indonesia merasa hak-haknya
terpenuhi dan mendapatkan suatu keadilan. Pada dasarnya setiap anak perlu mendapatkan
perlindungan dalam proses belajar baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
11
Arif Gosita, Aspek Hukum Perlindungan Anak dan Konvensi Hak-hak Anak, Era Hukum, Jurnal Ilmiah Hukum,
No. 4/TH.V/April 1999, Fakultas Hukum Tarumanegara, Jakarta, 1999, hlm. 265-266.
sekitar, sehingga setiap anak wajib mendapatkan perlakuan yang adil tanpa diskriminasi
seebagaimana yang termuat dalam Pasal 9 ayat 1 dan 1a UU No. 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
bahwa:
“(1) Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakat. (1a) Setiap Anak berhak mendapatkan
perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan
yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta
didik, dan/atau pihak lain”.
Dengan adanya ketentuan mengenai bentuk perlindungan yang diharapkan akan
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi setiap anak dalam sistem pendidikan baik
dalam hal ini di lingkungan sekolah maka perlu adanya keterkaitan antara ketentuan
hukum dengan penerapannya oleh pihak yang memiliki kewenangan dalam bidangnya.
Sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang
diharapkan dan dapat mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dengan menciptakan bibit-
bibit penerus bangsa yaitu anak-anak yang nantinya akan berperan penting dalam
pembangunan Indonesia dan kesejahteraan Indonesia.
4. HAK ANAK
Pada dasarnya perilaku kekerasan dapat terjadi dimanapun kapanpun dan bahkan
dapat dilakukan oleh siapapun sekalipun dilakukan oleh anak-anak yang pada hakikatnya
masih dalam tanggung jawab orang tua. Kriteria anak seperti yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan sangat beragam sebagai mana yang telah diatur dalam
Pasal 1 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menentukan bahwa:
Anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 (duapuluh satu) tahun dan belum pernah
kawin. Sedangkan mengenai pengertian anak sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1
ayat 1 UU Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Dari sisi lain kriteria anak juga diatur menurut Hukum Adat yang menentukan
bahwa ukuran seseorang telah dewasa bukan dari umurnya, tetapi ukuran yang dipakai
adalah: dapat bekerja sendiri; cakap melakukan yang disyaratkan dalam kehidupan
masyarakat; dapat mengurus kekayaan sendiri.12
Dengan demikian seorang anak masih
perlu mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari kedua orang tuanya serta
mendapatkan perlindungan hukum dengan tujuan supaya anak tidak terganggu mental
dan fisiknya dengan seiring berkembangnya pola pikir seorang anak.
Pada dasarnya setiap orang selama belum mencapai batas umur yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan maka dapat dikatakan orang tersebut
masih dalam kirteria seorang anak serta masih dalam tanggungjawab orang tua. Karena
setiap anak perlu mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tua ataupun orang yang
dirasa lebih tua karena setiap anak memiliki pola pikir yang berbeda-beda. Selain itu
yang tidak boleh dikesampingkan bahwa setiap anak perlu diberikan pengertian mengenai
pola perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama yang dianut dengan tujuan agar anak
dapat berperilaku dan memiliki akhlak yang baik dan terhindar dari perilaku yang
dilarang oleh ketentuan hukum.
Bimbingan dan arahan dari orang tua akan membentuk jati diri dan akhlak setiap
anak dalam hidup bermasyarakat. Karena pada dasarnya setiap anak dimungkinkan akan
12
Irma Setyowati Sumitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi Aksara, 1990, hlm. 55.
meniru semua yang dirasa merupakan hal yang baru dia lihat. Selain itu karakter seorang
anak akan menginginkan kepuasan dalam hal yang dia tiru. Dengan demikian perlu
adanya pihak yang mengontrol pola perilaku anak tersebut.
Oleh karena itu dengan adanya suatu perilaku kekerasan yang menimpa setiap
anak di Indonesia maka perlu adanya tindakan untuk meminimalisir adanya kekerasan
terhadap anak yang berfungsi untuk menjamin hak-hak setiap anak di Indonesia. Karena
pada dasarnya setiap anak memiliki hak-hak yang harus dijamin oleh negara sebagaimana
yang telah tercantum dalam konvensi hak anak yang disetujui oleh majelis umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 pada pasal 16 ayat 1
dan 2 bahwa:
(1)“Tidak seorang anakpun akan mengalami gangguan tanpa
alasan dan secara tidak sah terhadap kehidupan pribadinya,
keluarga, rumah atau surat menyurat ataupun serangan tidak sah
terhadap harga diri dan reputasinya”. Sedangkan pada pasal 2
bahwa: (2)”Anak mempunyai hak akan perlindungan hukum
terhadap gangguan atau serangan semacam itu”.13
Dengan demikian setiap anak dari berbagai macam latar belakang dan suku
budaya akan tetap memiliki hak-hak tersebut karena hak-hak anak melekat sejak dalam
kandungan seorang ibu tanpa pandang bulu dengan kata lain disamaratakan untuk
mencapai keadilan bersama.
5. PERILAKU KEKERASAN
13
http://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indonesia_version.pdf. Diakses pada 9 Mei 2016 pukul 09:15.
Pada dasarnya setiap manusia telah diberikan akal dan pikiran masing-masing
oleh Tuhan dengan tujuan agar manusia dapat berfikir secara rasional. Sehingga manusia
dapat berinteraksi dengan orang lain dengan melakukan hal-hal yang mempunyai tujuan
dan maksud tertentu. Maka dari itu dengan adanya interaksi yang dilakukan oleh manusia
secara terus menerus baik itu secara berkelompok maupun secara antar individu dapat
dikatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain.
Interaksi yang dilakukan manusia dalam hidup bermasyarakat akan menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan baru yang akan mempengaruhi pola pikir setiap manusia. Sehingga
pola pikir setiap manusia akan berbeda satu sama lain sesuai tujuan dan maksud terntentu
yang ingin dicapai. Interaksi yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari segala
permasalahan yang menyebabkan adanya suatu benturan antar pihak. Dengan adanya
benturan tersebut maka seseorang akan melakukan berbagai cara untuk dapat mencapai
apa yang dia tuju dengan melakukan kontak langsung yang biasa disebut perilaku
kekerasan.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 15a UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak mengenai
pengertian kekerasan bahwa: “Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau
penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum”.
Perilaku kekerasan dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok yang pada
hakikatnya memiliki alasan tertentu. Perilaku kekerasan yang terjadi akan menyebabkan
kesengsaraan oleh orang lain yang menimpanya. Dengan demikian seseorang yang
menjadi korban dari perilaku kekerasan dapat dikatakan telah dirugikan hak asasi
manusianya karena pada dasarnya setiap manusia memiliki hak-hak sebagaimana yang
telah diatur di dalam ketentuan Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar 1945
(selanjutnya disebut UUD 1945) bahwa setiap orang memiliki:
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.
Pada dasarnya perilaku kekerasan dapat terjadi kapanpun dan dimanapun yang
mana dibagi menjadi dua jenis yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikis atau kekerasan
batin. Dalam perkembangan saat ini berbagai macam cara yang dilakukan oleh setiap
orang dalam melakukan interaksi dengan orang lain, salah satunya adalah dalam
melakukan kekerasan. Dahulu sering dapat dilihat bahwa setiap perilaku kekerasan hanya
terlihat dari kasat mata dengan kontak fisik saja, namun pada saat ini perilaku kekerasan
telah berkembang hingga mengarah pada kekerasan batin atau psikis yang sering disebut
perilaku Bullying.
Bullying merupakan sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan
kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/kelompok.14
Dengan adanya perilaku
Bullying maka setiap orang diharapkan memiliki kekuatan fisik dan kekuatan batin juga,
karena perilaku Bullying mengarah pada kontak batin seseorang. Dengan demikian
seseorang akan memiliki kekuatan mental yang berbeda-beda dalam membela dirinya
agar tidak terjadi suatu tekanan batin atau depresi.
14
Yayasan semai jiwa amini (sejiwa), BULLYING, PT Grasindo, Jakarta, 2008, hlm. 2.
Pada dasarnya perilaku Bullying memiliki 3 (tiga) jenis yaitu Bullying fisik,
Bullying verbal Bullying mental/psikologi. Perilaku Bullying secara fisik memiliki
berbagai wujud yaitu :
a. Menampar;
b. Menimpuk;
c. menginjak kaki;
d. menjegal;
e. meludah;
f. memalak;
g. melempar dengan barang;
h. menghukum dengan berlari keliling lapangan;
i. menghukum dengan cara push up;
j. menolak.
Sedangkan wujud dari perilaku Bullying secara verbal diantaranya
:
a. memaki;
b. menghina;
c. menjuluki;
d. meneriaki;
e. mempermalukan di depan umum;
f. menuduh;
g. menyoraki;
h. menebar gossip;
i. memfitnah;
j. menolak.
Perilaku Bullying yang terakhir adalah perilaku Bullying
mental/psikologis yang memiliki wujud yaitu:
a. mendiamkan;
b. mengucilkan;
c. mempermalukan;
d. meneror lewat pesan pendek telepon genggam atau e-mail;
e. memandang yang merendahkan;
f. memeloroti;
g. mencibir.15
15
Ibid, hlm. 2.
Dengan berbagai macam perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan masyarakat
maka perilaku Bullying ini merupakan suatu perilaku yang tidak pantas dilakukan dan
dilarang oleh ketentuan hukum di Indonesia. pada dasarnya Indonesia merupakan negara
hukum yang sangat berpegang teguh pada hak asasi manusia untuk mencapai keadilan.
Maka dari itu setiap perilaku kekerasan yang terjadi di Indonesia baik itu secara fisik
maupun batin merupakan perilaku yang bertentangan dengan ketentuan hukum di
Indonesia.
Perilaku kekerasan dapat terjadi bagi siapapun tanpa pandang bulu karena
manusia merupakan makhluk sosial yang mana akan memiliki hubungan timbal balik
dengan orang lain. Maka dari itu perilaku kekerasan dapat terjadi pada siapapun baik itu
dilakukan oleh orang dewasa maupun anak-anak sekalipun.
B. HASIL PENELITIAN
1. Tugas dan Wewenang Dinas Pendidikan kota Salatiga
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di beberapa sekolah
dasar di kota salatiga dan Dinas Pendidikan kota Salatiga mengenai penanganan dan
penanggulangan perilaku Bullying yang terjadi dalam lingkungan pendidikan dalam hal
ini adalah sekolah dasar.
Maksud tujuan penulis melakukan analisis hasil penelitian ini karena perlu adanya
peran penting dari Dinas Pendidikan dan pihak sekolah untuk turun langsung dalam usaha
meminimalisir dan mencegah adanya perilaku Bullying yang saat ini mulai berkembang
dan semakin luas ruang lingkupnya.
Pada dasarnya Dinas Pendidikan kota Salatiga memiliki peran penting dalam
kegiatan perlindungan dan pengawasan bagi perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan
sekolah dasar di Salatiga. Peran ini telah diberikan oleh negara terhadap Dinas
Pendidikan kota Salatiga sebagaimana yang termuat dalam Pasal 4 ayat 1 Peraturan
Daerah Kota Salatiga No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas
Daerah Kota Salatiga bahwa: “Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf a mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
Pemerintahan Daerah di bidang pendidikan, pemuda dan olah raga berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan”.
Dengan adanya ketentuan yang memberikan kewenangan terhadap Dinas
Pendidikan kota Salatiga mengenai tugas dan tanggung jawab Dinas Pendidikan kota
Salatiga maka Dinas Pendidikan kota Salatiga dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik dan terstruktur sesuai visi dan misinya.
Oleh karena itu di dalam struktur organisasi Dinas Pendidikan kota Salatiga
terdapat beberapa bagian yang memiliki tugas dan wewenang masing-masing yang
memiliki peran tersendiri yang berkaitan dengan sistem pendidikan di kota Salatiga.
Pembagian tugas di sini dimaksudkan agar Dinas Pendidikan kota Salatiga dapat
bekerja secara professional dan efektif untuk memberikan perlindungan dan pengawasan
terhadap seluruh sekolah yang ada di Salatiga sebaik mungkin.
Tugas dan wewenang ini diberikan bukan saja berguna untuk memberikan
perlindungan dan pengawasan terhadap siswa saja, melainkan terhadap guru pendidik
yang ada di seluruh sekolah di Salatiga. Karena pada dasarnya segala kegiatan yang ada
di sekolah bukan saja antar siswa saja namun juga berhubungan dengan guru pendidik
apakah guru pendidik dapat memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi siswanya atau
malah membuat siswanya merasa tidak nyaman atau takut dengan cara pengajarannya.
Di dalam struktur organisasi Dinas Pendidikan kota Salatiga yang memiliki tugas
dan wewenang mengenai semua aspek dalam sistem pendidikan sebagaimana yang
termuat dalam Pasal 4 ayat 3 Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 10 Tahun 2008 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga bahwa:
Susunan organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga terdiri atas:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, yang membawahi:
1. Subbagian Perencanaan;
2. Subbagian Keuangan; dan
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Pendidikan Dasar, yang membawahi:
1. Seksi Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar;
2. Seksi Sekolah Menengah Pertama; dan
3. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar
d. Bidang Pendidikan Menengah, yang membawahi:
1. Seksi Sekolah Menengah Atas;
2. Seksi Sekolah Menegah Kejuruan; dan
3. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah.
Dengan bidang seksi yang telah dibagi secara terstruktur maka bidang-bidang ini
saling berkaitan satu sama lain karena menyangkut mengenai metode pembelajaran di
sekolah dasar baik itu secara formal maupun informal. Dengan adanya pembagian tugas
ini diharapkan dapat memberikan pelayanan terhadap seluruh siswa, guru pendidik
maupun pengurus yang lain untuk dapat membentuk jati diri seorang anak menjadi lebih
baik dan berakhlak mulia. Selain itu Dinas Pendidikan melalui bidang-bidangnya dalam
lingkup sekolah dasar juga memberikan pengarahan kepada seluruh sekolah dasar yang
ada di kota Salatiga dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan aman
selama proses belajar mengajar.
Dengan adanya peran dan tanggungjawab Dinas Pendidikan serta pihak sekolah
maka proses pendidikan di Indonesia akan mendapatkan suatu kenyamanan dan
perlindungan demi kelancaran sistem pendidikan di Indonesia. Maka dari itu berdasarkan
hasil penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut :
2. Hasil wawancara di SDN Mangunsari 03 Salatiga.
Pada dasarnya Dinas Pendidikan kota Salatiga memiliki tugas dan tanggung
jawab secara keseluruhan di seluruh sekolah di Salatiga maka dari itu di dalam kegiatan
yang dilakukan Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak terlepas dari kerjasama dengan
pihak sekolah masing-masing. Karena sekolah merupakan tempat dimana anak
melangsungkan kegiatan belajar mengajar secara langsung. Di sekolah anak juga dapat
mengembangkan mental dan fisiknya bersama teman dan guru pendidik di lingkungan
sekolah.
Namun demikian dengan adanya kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah
maka sering kali terjadi suatu perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan tersebut.
Dengan demikian perlu adanya peran dan tanggung jawab pihak sekolah dalam hal ini
yang penulis wawancari di SDN Mangunsari 03 Salatiga bahwa bentuk peran dan
tanggung jawab yang dilakukan sekolah terhadap maraknya perilaku Bullying di
lingkungan sekolah dasar diantaranya adalah “apabila terjadi perilaku Bullying maka
Guru memberikan mediasi kepada orang tua kedua belah pihak serta anak tersebut untuk
mencari solusi terbaik, namun orang tua tidak ikut campur secara penuh, karena ini
merupakan masalah anak jadi yang paling utama untuk melakukan mediasi adalah anak
supaya anak dapat menjalin kerukunan kembali didalam lingkungan sekolah maupun
diluar sekolah”.16
2.1. Kasus Posisi
Di dalam SD ini pernah terjadi suatu tindakan Bullying yang mana dilakukan
antara kedua siswa. Pelaku melakukan tindakan Bullying dengan mengejek teman
bermainnya saat berada di sekolah. Selanjutnya korban merasa dirinya tertekan batinnya
sehingga korban menangis. Teman sekelasnya mengetahui korban menangis selanjutnya
pelaku dilaporkan kepada guru dengan maksud supaya pelaku dapat diberi tindakan oleh
guru pendidik yang ada di sekolah tersebut.17
2.2. Penanganan yang Dilakukan Pihak Sekolah
Pihak sekolah melakukan pemanggilan kepada kedua siswa tersebut untuk
dimintai keterangan mencari tau penyebab kejadian perkara selanjutnya dilakukan
mediasi antar kedua belah pihak yaitu pelaku dan korban. Tindakan ini dimaksudkan
supaya kedua siswa ini dapat menjalin kerukunan kembali dalam berteman. Dan pada
akhirnya kedua belah pihak dapat berdamai dan dapat menjalin kerukunan kembali di
dalam sekolah.
16
Wawancara dengan Guru SD N mangunsari 03 Salatiga, Salatiga, 22 Oktober 2015 17
Wawancara dengan Guru SD N mangunsari 03 Salatiga, Salatiga, 22 Oktober 2015
Bentuk peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh sekolah memiliki tujuan
agar kedua belah pihak dapat menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan dengan
kata lain secara mediasi karena pada dasarnya penyelesaian sengketa hukum dapat
melalui jalur pengadilan maupun jalur mediasi. Namun demikian pihak sekolah dalam hal
ini menjadi mediator yang bertindak secara netral untuk mencari solusi terbaik secara
adil.
Dari sisi lain mengenai peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh pihak
sekolah maka terdapat tindakan pertama saat terjadi perilaku Bullying yang terjadi di
lingkungan sekolah. Bentuk tindakan pertama yang dilakukan oleh pihak sekolah
diantaranya adalah “Guru memberikan nasehat kepada siswa agar perilaku Bullying tidak
terjadi lagi serta meberikan nasehat untuk tidak saling mengejek dan saling mengucilkan
antar sesama, serta dalam bersosialisasi dengan teman harus menjaga kerukunan
bersama”.18
Bentuk tindakan ini dilakukan oleh sekolah memiliki tujuan supaya anak dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah dasar dapat mengerti bahwa
menjaga kerukunan di antara teman-teman itu sangat penting dilakukan. Karena dengan
adanya kerukunan maka perilaku Bullying akan terminimalisir dan kegiatan belajar
mengajar akan berjalan dengan baik dan lancar.
Namun demikian dari sisi lain mengenai bentuk tindakan dan peran dari pihak
sekolah, apabila perilaku Bullying memang terjadi di lingkungan sekolah dasar maka
perlu adanya sesuatu yang membuat efek jera bagi seorang pelaku Bullying tersebut.
18
Wawancara dengan Guru SD N mangunsari 03 Salatiga, Salatiga, 22 Oktober 2015
Maka dari itu dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada SDN Mangunsari 03
Salatiga mengenai bentuk sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah diantaranya adalah
dengan “Sanksi teguran dan Peringatan untuk tidak diulangi lagi. Bila diulangi maka
nilai sikap pelaku tsb menjadi jelek pada bidang studi PKN”.19
Dengan diberikannya sanksi tersebut maka seorang pelaku Bullying akan
merasakan efek jera atas perilakunya terhadap orang lain. Diharapkan orang tua juga
dapat berperan penting dalam upaya mendidik anak-anaknya supaya tidak lagi terlibat
dalam permasalahan perilaku Bullying.
2.3. Peran Dinas Pendidikan kota Salatiga
Dalam kasus yang terjadi di SD ini merupakan suatu perkara yang dapat
diselesaikan oleh pihak sekolah sendiri. Pihak pelaku dan korban dapat berdamai serta
tidak timbul masalah yang semakin besar. Sehingga pihak sekolah tidak melaporkan
kasus tersebut kepada Dinas Pendidikan kota Salatiga karena permasalahan telah dapat
diselesaikan dengan baik oleh pihak sekolah.
Dengan demikian Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak mengetahui bahwa pernah
terjadi kasus Bullying di sekolah tersbut. Apabila sekolah melaporkan perkara tersebut
kepada Dinas maka Dinas akan bertindak sebagai mediator antara kedua belah pihak
untuk dapat melakukan penyelesaian perkara secara kekeluargaan dan tidak perlu dengan
jalur pengadilan.20
3. Hasil wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga
19
Wawancara dengan Guru SD N mangunsari 03 Salatiga, Salatiga, 22 Oktober 2015 20
Wawancara dengan Guru SD N mangunsari 03 Salatiga, Salatiga, 22 Oktober 2015
Dengan adanya peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan
kota Salatiga dan SDN Mangunsari 03 Salatiga maka penulis juga melakukan wawancara
di SDN Salatiga 08 Salatiga mengenai upaya penanggulagan perilaku Bullying di
lingkungan sekolah.
Hasil wawancara yang penulis lakukan di SD tersebut mengenai peran dan
tanggung jawab yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap perilaku Bullying di
lingkungan sekolah dasar bahwa “Peran dan tanggung jawab sekolah menjadi pengawas
dan pelindung bagi siswa supaya tidak terjadi perilaku Bullying di lingkungan sekolah
dasar demi kelancaran proses belajar”.21
3.1 Kasus Posisi
Dalam SD tersebut pernah terjadi suatu perilaku Bullying yang mana dialami oleh
seorang siswa yang disebabkan karena adanya perilaku siswa lain dengan menggertak
temannya yaitu korban dengan maksud supaya korban bisa merasa takut saat ada bertemu
dengan pelaku. Namun demikian korban hanya terdiam tidak berani untuk melapor
dengan guru. Selanjutnya teman korban yang mengetahui melapor kepada guru untuk
diberikan tindakan kepada pelaku tersebut.22
3.2. Penanganan yang Dilakukan Pihak Sekolah
Dari pemaparan hasil wawancara yang dilakukan penulis mengenai peran dan
tanggung jawab dari sekolah terhadap perilaku Bullying maka terdapat tindakan pertama
yang dilakukan oleh pihak sekolah saat terjadinya perilaku Bullying di lingkungan
21
Wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga, Salatiga, 7 November 2015. 22
Wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga, Salatiga, 7 November 2015
sekolah bahwa “dengan melakukan interogasi kronologi kejadian untuk mengetahui awal
mula penyebab perilaku Bullying, melakukan perlindungan bagi korban dan pelaku agar
tercipta suasana yang kondusif”.23
Upaya ini dilakukan memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana
permasalahan itu terjadi. Karena pada dasarnya dalam penyelesaian masalah perlu adanya
kronologi kejadian yang jelas untuk mengungkap sebab dan siapa pihak-pihak yang
terlibat dalam masalah tersebut. Dengan demikian maka suatu permasalahan perilaku
Bullying akan dapat diselesaikan dengan baik oleh peran dari sekolah itu sendiri.
Selanjutnya mengenai akibat yang timbul saat terjadinya perilaku Bullying di
lingkungan sekolah perlu adanya suatu tindakan yang akan menyebabkan efek jera pada
pelaku Bullying. Maka dari itu menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis di
SDN Salatiga 08 Salatiga bahwa bentuk sanksi yang diberikan kepada pelaku Bullying
diataranya “dengan memberikan peringatan kepada pelaku beserta meminta orang tua
pelaku untuk datang ke sekolah dengan maksud agar orang tua pelaku mengerti perilaku
yang dilakukan anaknya itu merupakan perilaku yang dilarang dan melanggar peraturan,
memberikan sanksi nilai rapot tidak baik pada nilai kepribadian dalam proses belajar”.24
Dengan adanya pemberian sanksi tersebut diharapkan akan membuat efek jera
kepada pelaku Bullying untuk tidak melakukannya lagi karena dari apa yang
dilakukannya itu merupakan sebuah tindakan yang bertentangan dengan ketentuan
hukum di Indonesia. Selain itu dari sisi orang tua juga diharapkan dapat menjaga dan
23
Wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga, Salatiga, 7 November 2015. 24
Wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga, Salatiga, 7 November 2015.
mengarahkan anak-anaknya supaya tidak terlibat dalam tindakan-tindakan yang
bertentangan dengan ketentuan hukum di Indonesia.
3.2. Peran Dinas Pendidikan kota Salatiga.
Saat adanya kejadian yang terjadi di sekolah tersebut Dinas Pendidikan kota
Salatiga tidak mengetahui bahwa di sekolah tersebut telah terjadi perilaku Bullying.
Karena pada dasarnya Dinas Pendidikan merupakan instansi kedinasan yang mana
memiliki peran untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada guru dengan
memberikan program-program baru dengan tujuan untuk mencegah adanya suatu
perilaku Bullying yang bisa saja terjadi kapanpun.25
Dengan demikian selama pihak sekolah dapat menyelesaikan permasalahan
dengan baik secara kekeluargaan maka Dinas Pendidikan kota Salatiga telah sukses
dengan program-program yang telah diberikan kepada setiap sekolah yang ada di
Salatiga.
4. Hasil wawancara di SDN Blotongan 03 Salatiga
Dari beberapa data yang penulis paparkan mengenai peran dan tindakan Dinas
Pendidikan kota Salatiga dan beberapa SD di Salatiga maka selanjutnya penulis
melakukan wawancara di SDN Blotongan 03 Salatiga yang mana pada tahun 2008 telah
terjadi perilaku kekerasan antar siswa di lingkungan sekolah dasar.
4.1. Kasus posisi
25
Wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga, Salatiga, 7 November 2015.
Bermula saat waktu istirahat di SD tersebut ada dua siswa yang bernama Iwan
dan Heru yang melakukan kegiatan dengan saling kejar mengejar. Tiba waktu belajar
dimulai seorang guru memberikan tugas pelajaran ilmu pengetahuan alam (atau disebut
IPA) kepada siswa satu kelas tersebut. Namun demikian guru tersebut memberikan tugas
karena guru tersebut mendapatkan tanggung jawab untuk melatih pramuka kepada siswa
kelas lain.
Selama proses belajar mengajar berlangsung Iwan dan Heru saling kejar mengejar
sangat dimungkinkan adanya unsur Bullying dengan saling ejek mengejek yang
menyebabkan kedua siswa tersebut saling kejar. Selang beberapa waktu tiba-tiba Heru
jatuh pingsan setelah melakukan kejar mengejar dengan Iwan. Kemudian siswa lain yang
melihat segera melapor kepada Guru pengajar. Pihak sekolah melakukan tindakan
pertama dengan membawa Heru menuju Unit Kesehatan Sekolah (atau disebut UKS)
untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Kemudian Heru dibawa menuju Rumah Sakit oleh pihak sekolah karena Heru
tidak sadarkan diri. Selama perjalanan nyawa Heru tidak dapat tertolong lagi. Suasana
sekolah menjadi kacau setelah mendengar Heru telah meninggal. Maka dari itu pihak
sekolah melalui kepala sekolah berusaha untuk meredam suasana sekolah supaya tidak
terjadi hal-hal yang tidak diingan dan selalu dalam suasana kondusif. Kepala sekolah
meminta Iwan untuk tetap tenang dan mendapatkan perlindungan oleh pihak sekolah
melalui guru dan kepala sekolah.
Dari keterangan kepala sekolah terdapat luka lebam pada ulung hati Heru namun
demikian belum dapat dipastikan bahwa yang menyebabkan Heru meninggal berasal dari
luka lebam tersebut. Karena dari keterangan teman-teman heru sampai guru pengajar
bahwa Heru memiliki penyakit yang belum sembuh yang tidak dipaparkan secara jelas.
Dengan demikian belum adanya keterangan yang jelas mengenai penyebab Heru
meninggal.
Selanjutnya para wartawan beserta pihak kepolisian setempat mendatangi SD
tersbut untuk meminta keterangan kronologi kejadian. Pihak sekolah melarang wartawan
untuk meminta keterangan karena begitu banyak pertanyaan yang nantinya akan
menyebabkan Iwan menjadi depresi dan stress begitu hebat. Pihak sekolah melalui kepala
sekolah hanya memperbolehkan pihak kepolisian untuk mencari keterangan kepada Iwan.
Selama proses perkara, pihak sekolah melalui kepala sekolah mendampingi Iwan sampai
kasus perkara benar-benar selesai.
Pihak sekolah melakukan pertemuan dengan keluarga kedua belah pihak beserta
Iwan untuk melakukan penyelesaian masalah secara kekeluargaan. Karena dari hasil
informasi yang sekolah peroleh berindikasi bahwa perkara ini bukan karena unsur
kesengajaan yang dilakukan oleh Iwan kepada Heru. Maka dari itu pihak sekolah juga
memberikan keterangan kepada pihak kepolisian setempat, Dinas Pendidikan kota
Salatiga, dan wartawan supaya tidak timbul berita-berita yang salah.
Pihak sekolah menjadi mediator antar kedua belah pihak dan pada akhirnya
keluarga Heru dapat menerima untuk berdamai dengan keluarga Iwan karena memang
bukan atas kesengajaan yang dilakukan oleh Iwan dan juga tidak dapat dibuktikan bahwa
perkara tersebut merupakan perilaku kekerasan yang dilakukan Iwan kepada Heru.
Namun demikian bukan berarti keluarga Iwan hanya melakukan perdamaian saja tetapi
pihak sekolah dan keluarga Iwan juga memberikan santunan kepada keluarga Heru untuk
biaya pemakaman dan memperingati 40 hari meninggalnya Heru.26
4.2. Peran yang Dilakukan Pihak Sekolah.
Dengan demikian bahwa mengenai peran dan tanggung jawab pihak sekolah
terhadap perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan sekolah diantaranya dengan
“menjadi mediator antara pihak pelaku, pihak korban serta pihak terkait untuk dilakukan
mediasi secara kekeluargaan. Kemudian, pihak sekolah melakukan pendampingan selama
proses perkara. Pihak sekolah juga mengklarifikasi kronologi kejadian kepada Polisi,
wartawan, Dinas Pendidikan Kota Salatiga serta warga sekitar untuk memberikan
informasi yang akurat dan jelas agar selama proses perkara tercipta suasana yang aman
dan kondusif”.27
Bentuk peran yang dilakukan oleh pihak sekolah memiliki tujuan untuk dapat
melindungi para pihak baik itu korban maupun pelaku supaya para pihak tidak merasakan
depresi dan stres yang luar biasa.
Selanjutnya mengenai tindakan pertama yang dilakukan pihak sekolah saat terjadi
perilaku Bullying di lingkungan sekolah di antaranya dengan “melakukan perlindungan
dan tanggung jawab terhadap pelaku dan korban. Saat korban pingsan pihak sekolah
langsung membawa ke rumah sakit namun dalam perjalanan menuju rumah sakit nyawa
korban tidak dapat tertolong lagi”.28
26
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Blotongan 03 Salatiga, Salatiga, 9 November 2015 27
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Blotongan 03 Salatiga, Salatiga, 9 November 2015 28
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Blotongan 03 Salatiga, Salatiga, 9 November 2015
Dengan adanya tindakan pertama yang dilakukan oleh pihak sekolah bertujuan
untuk dapat melindungi kedua belah pihak agar tidak terjadi masalah-masalah baru yang
semakin besar. Selain itu pihak sekolah sangat mengutamakan kesehatan psikis pelaku
dan korban supaya kedua belah pihak tidak merasakan tekanan dari luar yang akan
mempengaruhi kesehatan psikis anak tersebut.
Terjadinya perkara tersebut muncul tindakan dari sekolah tersebut untuk
mmberikan sanksi terhadap pelaku Bullying selama dapat dibuktikan bahwa anak tersebut
benar-benar melakukan perilaku kekerasan tersebut. Namun dalam perkara ini tidak dapat
dibuktikan bahwa Iwan merupakan pelaku kekerasan yang menyebabkan Heru
meninggal. Dengan demikian pihak sekolah menyatakan bahwa “Anak tidak dapat
dipidana karena kasus tersebut merupakan suatu ketidaksengajaan yang dilakukan oleh
Iwan. Selanjutnya Iwan dimintai keterangan oleh kepolisian dengan didampingi Kepala
Sekolah”.29
4.3. Peran Dinas Pendidikan kota Salatiga.
Dalam kasus yang terjadi di SD tersebut yang mengakibatkan korban meninggal
maka Dinas Pendidikan Kota Salatiga juga ikut serta dalam memberikan pendampingan
kepada pelaku bersama kepala sekolah supaya pelaku dapat merasa aman karena setelah
terjadi kasus tersebut informasi ini langsung sampai ke kepolisian dan wartawan sehingga
wartawan dan pihak kepolisian meminta keterangan kepada pelaku dalam hal kronologi
perkara. Maka dari itu apabila tidak ada pendampingan dan perlindungan oleh Dinas dan
kepala sekolah maka pelaku akan merasa takut dan tertekan batinnya.
29
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Blotongan 03 Salatiga, Salatiga, 9 November 2015
Dinas Pendidikan juga melakukan interogasi terhadap sekolah tersebut supaya
Dinas Pendidikan Kota Salatiga mengetahui kronologi kejadian yang sebenarnya karena
sekolah merupakan tanggungjawab Dinas Pendidikan Kota Salatiga juga. Sehingga Dinas
Pendidikan kota Salatiga juga dapat memberikan klarifikasi informasi yang akurat dan
jelas kepada wartawan dan kepolisian karena Dinas Pendidikan kota Salatiga merupakan
instansi kedinasan yang berwenang atas seluruh hal yang berkaitan dengan sistem
pendidikan di kota Salatiga.30
5. Upaya yang Dilakukan Dinas Pendidikan Kota Salatiga.
Sebagaimana yang penulis lakukan dengan mewawancari Kepala Dinas
Pendidikan Kota Salatiga dalam bidang kesiswaan bahwa dalam kaitannya mengenai
maraknya perilaku Bullying di lingkungan sekolah yang dilakukan baik itu antar siswa
maupun antara guru pendidik dan siswa maka terdapat peran dan tanggungjawab penting
yang dilakukakan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga.
Peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga
dalam lingkungan sekolah yaitu “dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan terhadap
guru Bimbingan Konserling (BK) guru bagian kesiswaan serta guru UKS pada setiap
sekolah dasar agar guru BK dan guru UKS dapat melakukan tindakan pertama ketika
terjadi perilaku Bullying disekolah dasar. Dinas memberikan program-program untuk
mendukung kenyamanan serta ketertiban dalam melakukan kegiatan pendidikan di
sekolah dasar kepada guru bagian kesiswaan serta pengawas internal”.31
30
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Blotongan 03 Salatiga, Salatiga, 9 November 2015 31
Wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan Pendidikan Kota Salatiga, Salatiga, 18 Oktober 2015.
Dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan maka akan
memberikan informasi penting bagi guru pendidik maupun semua pihak dalam sekolah
bahwa anak perlu mendapatkan perlindungan dan perhatian yang ketat supaya anak dapat
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan nyaman dan aman.
Selain itu informasi yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga
diharapkan dapat memberikan pandangan bagi seluruh pihak dalam sekolah bahwa
perilaku kekerasan pada saat ini sangat berbahaya dan beresiko bagi perkembangan anak
selama proses pendidikan berlangsung. Karena dengan adanya perilaku kekerasan pada
saat ini khususnya perilaku Bullying akan menyebabkan seorang anak merasakan tekanan
batin dan depresi yang begitu hebat.
Dengan adanya perilaku Bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah maka
tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga saat terjadi perilaku
Bullying yang dilakukan oleh siswa ataupun guru pendidik yaitu dengan “melakukan
investigasi kejadian perkara, membentuk tim khusus untuk memonitor apakah memang
terjadi perilaku Bullying. Cek kebenaran pengawas dimintai keterangan atas kronologi
perkara. Ada tindakan langsung dari internal yaitu sekolah untuk melakukan penyelesaian
perkara secara kekeluargaan. Dinas Pendidikan kota Salatiga bekerja sama dengan
POLRI dan TNI dengan meminta keterangan kepada guru bagian kesiswaan untuk
diberikan pengertian dan pembinaan serta teguran bila memang terjadi perilaku Bullying
di sekolah tersebut”.32
32
Wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan Pendidikan Kota Salatiga, Salatiga, 18 Oktober 2015.
Tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga dimaksudkan
untuk memberikan perlindungan bagi pelaku maupun korban supaya di dalam kasus yang
terjadi tercipta suasana yang kondusif. Karena dengan adanya suasana yang kondusif
maka seorang anak akan merasa aman dan terhindar dari rasa takut dan depresi.
Hal paling utama yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga adalah
untuk memberikan perlindungan bagi sseluruh siswa baik itu yang terlibat dalam kasus
kekerasan maupun tidak. Bagi siswa yang terlibat dalam kasus kekerasan dalam hal ini
perilaku Bullying memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari pihak sekolah dan
Dinas Pendidikan kota Salatiga karena pola pikir seorang anak belum sepenuhnya dapat
mengontrol tingkat emosi dalam batinnya. Maka dari itu peran Dinas Pendidikan kota
Salatiga yang sangat penting untuk selalu mendampingi selama kasus berlangsung baik
itu terhadap pelaku maupun korban.
Dengan adanya pendampingan selama kasus berlangsung oleh Dinas Pendidikan
kota Salatiga maka Dinas Pendidikan kota Salatiga juga bertindak untuk memberikan
sanksi “dengan memberikan teguran lisan, teguran tertulis, pemanggilan orang tua,
pembinaan kepada pelaku dan orang tua pelaku untuk dilakukan mediasi antar kedua
belah pihak”.33
Karena pada dasarnya Dinas Pendidikan Kota Salatiga memiliki peran
sebagai mediator dengan tujuan untuk dapat menyelesaikan kasus secara kekeluargaan.
Sanksi ini diberikan dengan maksud agar para pihak baik itu korban maupun
pelaku dapat mengerti bahwa perilaku Bullying ini merupakan perilaku kekerasan yang
bertentangan dengan aturan hukum di Indonesia. Namun demikian sanksi ini diberikan
33
Wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan Pendidikan Kota Salatiga, Salatiga, 18 Oktober 2015.
terutama pada pihak pelaku yang telah melakukan perilaku kekerasan yang menyebabkan
seseorang menderita supaya pelaku mendapatkan efek jera dari apa yang telah dia
lakukan.
C. ANALISIS
Dengan demikian di dalam sistem pendidikan di Indonesia terdapat pihak-pihak
yang berperan penting untuk melakukan penanganan dan perlindungan bagi seluruh siswa
yang dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil data di atas menyatakan bahwa
peran dan tanggung jawab Dinas Pendidikan kota Salatiga adalah sebagai instansi yang
memberikan pengawasan baik itu kepada siswa maupun guru pengajar.
Di samping itu bukan hanya Dinas Pendidikan Kota Salatiga saja yang memiliki
peran dan tanggung jawab terhadap perilaku Bullying di lingkungan sekolah dasar
melainkan masih ada pihak sekolah yang telah mendapatkan amanah dari Dinas
Pendidikan untuk dapat mengontrol dan menangani setiap perilaku siswa serta guru
dalam proses belajar mengajar dengan memberikan pengawasan yang ketat bagi semua
hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar baik itu dalam pendidikan formal
maupun informal.
Pada dasarnya sekolah memiliki peran penuh dalam proses pendidikan karena di
sekolah anak-anak dapat mengembangkan bakat dan pikirannya seiring pertumbuhan
setiap anak. lingkungan sekolah juga merupakan wadah untuk memberikan ilmu dan
akhlak yang baik demi membentuk pola perilaku anak agar berperilaku secara baik dan
wajar.
Dengan demikian sertiap anak perlu mendapatkan hak-hak nya baik itu dalam
proses pendidikan maupun yang lainnya. Karena setiap anak harus diberikan perlakuan
yang sama dan secara adil tanpa diskriminasi.
Teori Keadilan Bermartabat
Indonesia merupakan negara yang berpegang teguh pada hak asasi manusia yang
mana didalam sebuah teori yang dikemukakan oleh Teguh Prasetyo yang berlaku di
Indonesia yaitu teori keadilan bermartabat yang menggambarkan tujuan hukum dalam
sistem hukum berdasarkan Pancasila.
Teori ini mengedepankan adanya penekanan yang dilakukan terhadap asas
kemanusiaan yang adil dan beradap, yang mendasari konsepsi memanusiakan manusia.34
Maka dari itu di Indonesia harus memberikan tindakan-tindakan nyata untuk dapat
menjamin segala hak-hak yang dimiliki setiap manusia dalam hal ini adalah anak-anak
karena seorang anak masih perlu adanya bimbingan dan arahan oleh orang lain supaya
pola pikirnya akan berkembang dengan baik dan terhindar dari depresi.
Tindakan-tindakan nyata yang harus dilakukan oleh negara sangat berpengaruh
terhadap kesejahteraan rakyat sebagai mana yang tercantum dalam teori keadilan
bermartabat mengenai tujuan hukum dalam sistem hukum berdasarkan pancasila.35
Dengan adanya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Dinas
Pendidikan kota Salatiga maka hak-hak yang dimiliki setiap anak akan terjamin dan
terpenuhi dalam kaitannya mengenai upaya perlindungan dan penanganan dari perilaku
34
Teguh Prasetyo, Keadilan Bermartabat, Perspektif Teori Hukum, Penerbit Nusa Media, Bandung, 2015, hlm. 52. 35
Ibid.
Bullying di sekolah dasar. Sehingga anak akan merasa dirinya aman saat mengikuti
kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah dasar.
Upaya tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga telah sesuai
dengan apa yang diamanatkan oleh negara terhadap Dinas tersebut. Karena pada dasarnya
negara Indonesia memberikan kewenangan kepada instansi-instansi kedinasan seperti hal
nya yang dimiliki Dinas Pendidikan kota Salatiga ini harus berpegangteguh pada
ketentuan hukum yang berlaku dan berdasarkan pancasila.
Dikaitkan dengan Tugas Pokok Dinas Pendidikan kota Salatiga serta sekolah
Dengan demikian segala tindakan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota
Salatiga merupakan upaya dan usaha yang harus dilaksanakan atas amanat yang telah
diberikan oleh negara sebagaimana yang termuat dalam Pasal 4 ayat 1 Peraturan Daerah
Kota Salatiga No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota
Salatiga bahwa: “Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf a mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan
Daerah di bidang pendidikan, pemuda dan olah raga berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan”.
Peran serta tugas dari Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak terlepas dari kerja
sama dengan seluruh sekolah di Salatiga. Kerja sama yang dibangun oleh kedua instansi
ini merupakan bentuk upaya yang bertujuan untuk memberikan pelayanan dalam sistem
pendidikan dengan melakukan pengawasan dan perlindungan selama kegiatan proses
belajar mengajar.
Dengan adanya upaya tindakan dari Dinas Pendidikan kota Salatiga dan pihak
sekolah maka sistem pendidikan di kota Salatiga akan berjalan dengan efektif dan
kondusif. Karena pada dasarnya lingkungan sekolah merupakan tempat dimana anak akan
membentuk akhlak dan pola perilaku anak itu sendiri. Maka dari itu perlu adanya
bimbingan dan arahan oleh guru pendidik untuk memberikan pelayanan pendidikan
kepada setiap anak supaya anak mendapatkan pendidikan yang bermutu.
Lingkungan sekolah juga berguna bagi setiap anak untuk mengembangkan bakat
dan minat nya untuk melatih psikis anak dalam berinteraksi dengan orang lain supaya
anak terbiasa dengan hal-hal yang baru dia rasakan. Namun demikian segala kegiatan
tersebut tidak terlepas dengan tanggung jawab dari pihak sekolah yang memiliki tugas
untuk menciptakan suasana yang aman nyaman dan kondusif.
Namun demikian dari apa yang telah diamanahkan kepada Dinas Pendidikan kota
Salatiga mengenai tugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan kota Salatiga masih
memiliki kelemahan diantaranya tidak adanya suatu hubungan kerjasama yang baik
antara Dinas dan pihak sekolah. Tim pengawas internal yang terdapat dalam sekolah
belum sepenuhnya menjalankan tugasnya untuk memberikan seluruh informas yang
terdapat di dalam sekolah tersebut kepada Dinas Pendidikan kota Salatiga. Sehingga
Dinas Pendidikan kota Salatiga seringkali tidak mendapatkan informasi dari sekolah yang
menyebabkan Dinas Pendidikan tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya
sepenuhnya.
Dikaitkan dengan UU Perlindungan Anak
Pada hakikatnya seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan
secara efektif dan bermutu. Dengan demikian tidak terlepas dari hak-hak yang dimiliki
setiap anak maka selama proses kegiatan belajar di sekolah, anak memiliki hak atas
perlindungan dari berbagai pihak yang harus dia rasakan sebagaimana yang termuat
dalam Pasal 9 Ayat (1a) UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa: “Setiap Anak
berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan
Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik,
dan/atau pihak lain”.
Dengan demikian telah jelas diatur mengenai hak-hak anak untuk mendapatkan
perlindungan oleh berbagai pihak dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan kota Salatiga
serta seluruh pihak yang ada di dalam sekolah di kota Salatiga yang pada dasarnya kedua
pihak ini memiliki peran dan tanggung jawab secara khusus terhadap kesejahteraan anak
dalam konteks sistem pendidikan di Salatiga.
Yang menjadi point utama dalam upaya penanganan serta penanggulangan
perilaku Bullying di lingkungan sekolah dasar adalah dengan adanya tindakan langsung
secara nyata oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga dan pihak sekolah untuk mencari
inovasi-inovasi baru dengan tujuan mencegah adanya perilaku Bullying yang sewaktu-
waktu akan terjadi.
Pada dasarnya suatu ketentuan hukum yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan harus seimbang dengan penerapannya didunia nyata karena apabila
tidak seimbang dan sesuai maka ketentuan hukum tersebut tidak memiliki kekuatan
hukum yang kuat dan mengikat di kehidupan masyarakat. Maka dari itu perlu adanya
pihak-pihak dalam hal ini Dinas Pendidikan kota Salatiga dan sekolah yang telah
diberikan amanat untuk menjalankan tugas dan wewenangnya oleh negara sesuai
ketentuan hukum yang berlaku.
Dikaitkan dengan Hak Anak
Dengan demikian berkaitan dengan satu materi yang penulis angkat mengenai
perlindungan anak dalam sistem pendidikan maka sangat dimungkinkan bahwa setiap
anak memang seharusnya mendapatkan perlindungan dan pengawasan dari guru pendidik
di sekolah maupun pihak-pihak yang lain yang memiliki kewenangan dalam upaya
perlindungan anak dari perilaku Bullying.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis paparkan yang diambil dari
Dinas Pendidikan kota Salatiga dan beberapa sekolah dasar yang ada di Salatiga
menyatakan bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kedua instansti tersebut
memiliki satu tujuan untuk menjamin hak-hak yang dimiliki oleh setiap anak
sebagaimana yang termuat dalam konvensi hak anak yang disetujui oleh majelis umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 pada pasal 16 ayat 1
dan 2 bahwa:
(1)“Tidak seorang anakpun akan mengalami gangguan tanpa
alasan dan secara tidak sah terhadap kehidupan pribadinya,
keluarga, rumah atau surat menyurat ataupun serangan tidak sah
terhadap harga diri dan reputasinya”. Sedangkan pada pasal 2
bahwa: (2)”Anak mempunyai hak akan perlindungan hukum
terhadap gangguan atau serangan semacam itu”.36
Apabila hak-hak setiap anak dapat dijamin oleh negara maka kesejahteraan anak
di Indonesia akan tercapai. Karena tujuan adanya hukum di masyarakat adalah untuk
36
http://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indonesia_version.pdf. Diakses pada 9 Mei 2016
pukul 09:15.
mencapai keadilan kepastian dan kemanfaatan hukum. Sehingga dengan adanya hukum
maka setiap manusia akan terjamin hak asasinya.
Seperti halnya mengenai upaya perlindungan dan penanganan perilaku Bullying
yang terjadi di lingkungan pendidikan yaitu sekolah dasar yang dilakukan oleh negara
melalui Dinas Pendidikan kota Salatiga dan sekolah di Salatiga menyatakan bahwa upaya
ini merupakan tindakan tanggung jawab dari negara untuk berperan penting untuk
melindungi warganya dalam hal ini adalah anak.
Dengan demikian peran Dinas Pendidikan kota Salatiga dalam upaya
penanggulangan dan penanganan perilaku Bullying di sekolah dasar di Salatiga yaitu
dengan memberikan pelatihan kepada guru pendidik untuk mencegah perilaku Bullying
yang terjadi di lingkungan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah dasar merupakan
terobosan-terobosan untuk menanggulangi maraknya perilaku Bullying di sekolah dasar.
Selain itu mengenai tindakan utama dan sanksi yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan kota Salatiga merupakan usaha untuk menangani saat terjadinya Bullying di
sekolah dasar. Dengan demikian maka Indonesia telah berperan penting dalam
menegakkan keadilan di Indonesia yaitu dengan memberikan amanat kekuasaan kepada
Dinas Pendidikan kota Salatiga untuk dapat melakukan tugasnya melindungi masyarakat
khususnya anak dalam lingkungan pendidikan.
Dari apa yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Salatiga maka tidak boleh
mengesampingkan peran dan tanggung jawab dari pihak sekolah dalam memberikan
pengawasan serta perlindungan bagi seluruh siswa di dalam lingkungan sekolah dengan
maksud untuk melindungi setiap siswa dalam hal ini adalah anak supaya terhindar dari
perilaku Bullying serta dapat merasakan suatu keadilan yang ada di Indonesia, dengan
kata lain dapat terjamin hak-hak nya.
Di sini lah bentuk tanggung jawab sekolah dalam memberikan pelayanan
pendidikan di sekolah. Pihak sekolah juga menjadi pihak yang sangat penting untuk
menjadi mediator saat terjadi perilaku Bullying di sekolah. Sehingga sekolah merupakan
pihak yang netral untuk menjunjung tinggi keadilan bersama tanpa diskriminasi.