122458346-off-label
DESCRIPTION
yyyyyyyyTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati
yang dalam dosis tertentu dapat menyembuhkan, meringankan atau
mencegah penyakit berikut gejalanya. Oleh karena itu pemberian obat
haruslah sesuai dengan indikasi dari obat tersebut, yang merupakan hasil
penelitian dari bahan aktif obat. Pemberian obat dalam berbagai bentuk
formulasi sediaaan antara lain bertujuan agar obat tersebut aman, efektif,
stabil, menarik dan nyaman digunakan. Bentuk formulasi obat ini juga
disesuaikan dengan rute pemberian obat tersebut. Dosis yang tepat juga
merupakan faktor yang menentukan dalam mencapai efek terapi yang
diinginkan. Bila dosis kurang maka obat tidak memberikan efek terapi,
sedangkan bila dosis berlebih obat akan menimbulkan risiko toksisitas.
Kesesuaian obat dengan umur dan kondisi pasien juga mempengaruhi
efektifitas obat. (Farmakope Indonesia, Edisi IV).
Dalam perjalanannya, pada pemberian obat didapati berbagai
masalah diantaranya medication-errors, efek samping obat yang tidak
1
diinginkan, penggunaan obat yang tidak berlisensi (unlicensed drugs),
penggunaan obat off-label, dan lain – lain.
Obat unlicensed adalah peresepan obat yang belum mendapat ijin
atau tidak sesuai ijin resmi dari pihak pemerintahan yang berwenang untuk
digunakan, yang meliputi: perubahan bentuk sediaan, formulasi secara
khusus, penggunaan obat impor, penggunaan bahan kimia (Anthony J,
2002). Di Indonesia semua obat yang beredar harus memiliki ijin untuk
diedarkan atau ijin penjualan yang dikeluarkan oleh Badan POM. Sistem
perijinan ini dirancang untuk menjamin bahwa obat telah diuji terhadap
efikasi, keamanan dan kualitasnya. Pada prosesnya perusahaan farmasi
mengajukan permintaan ijin edar obat yang akan dipasarkannya dan dalam
pengajuannya itu dijelaskan usia pasien, indikasi, dosis dan rute pemberian
dalam menggunakan obat tersebut. Informasi obat yang dimiliki
perusahaan farmasi tersebut diberikan kepada masyarakat melalui brosur
obat yang didalamnya berisi tentang informasi mengenai penggunaan obat.
(BPOM, 2009)
Sedangkan penggunaan obat off-label adalah peresepan obat
yang tidak sesuai dengan informasi resmi obat, meliputi: umur pasien,
indikasi obat, dosis obat dan rute pemberian (Anthony J, 2002). Selama ini
cukup banyak obat lama mupun baru yang diresepkan dengan tujuan untuk
penyembuhan penyakit walupun belum memiliki data ilmiah yang
mendukungnya. Informasi obat off-label merupakan informasi yang
terbatas dan tidak dapat dijumpai pada data umum monografi obat,
2
biasanya informasi ini didapat dari jurnal ilmiah dan pengalaman.
Biasanya kurangnya informasi ini dapat menimbulkan kesalahan
penafsiran dari tujuan pengobatan (Suharjono, 2009). Misalnya peresepan
salbutamol pada umumnya untuk indikasi asma, namun pada kasus ibu
hamil adalah untuk mengurangi kontraksi uterus, sehingga dapat
mencegah kehamilan prematur (Yulistiani, 009). Contoh lain adalah
penggunaan off-label dari NSAID untuk sindrom nefrotik, padahal sejak
1940 first line dari SN adalah kortikisteroid (PDH, 2009). Peresepan obat
off label, tidak bisa dikategorikan sebagai peresepan yang melanggar
hukum, tetapi bisa dikategorikan sebagai peresepan yang berisiko. Salah
satu risiko adalah sangat sedikit data tentang efek samping yang terjadi
pada anak, sehingga dari data tersebut efek samping sering terjadi pada
penggunaan obat off-label (Anthony J, 2002). Suatu studi di Swedia,
melalui analisis pelaporan spontan, 112 pasien mengalami efek samping,
32 % diantaranya merupakan kejadian yang serius. Kebanyakan
disebabkan oleh penggunaan obat antiasma. Besarnya penggunaan obat
off-label adalah 42,4 % dan berkaitan dengan timbulnya efek samping
yang serius, sebagian besar karena off-label kategori dosis dan usia
(Cuzzollin L, 2003)
Penggunaan off-label terjadi dikarenakan secara menyeluruh tidak
cukupnya data farmakokinetik, farmakodinamik dan efek samping obat.
Dengan kata lain kurangnya penelitian akan suatu obat mempengaruhi
hasil yang diharapkan dari obat tersebut terutama pada anak – anak dan ibu
3
hamil. Kurangnya sediaan obat dan informasi hasil penelitian klinik pada
populasi anak – anak ini, yang sering menyebabkan terjadinya penggunaan
obat off-label pada pasien anak – anak. Tidak adanya informasi spesifik
tentang dampak obat pada anak – anak inilah sehingga pemberian obat
pada anak didasarkan data penelitian obat pada orang dewasa yang sudah
ada, meskipun anak – anak memiliki daya metabolisme yang berbeda
sehingga respon terhadap obat juga kemungkinan berbeda. Belum lagi jika
dilihat adanya kemungkinan terjadinya human-errors pada perhitungan
penyesuaian dosis dewasa dan pengerjaan teknis proses modifikasi obat
tersebut. Ada banyak alasan yang bervariasi, untuk menjawab mengapa
tidak dilakukannya penelitian klinik obat pada anak-anak. Alasan tersebut
diantaranya berkaitan dengan pasar atau market obat untuk anak – anak
adalah pasar yang kecil sehingga investasi atau pembiayaan pada uji klinik
ini tidak menguntungkan. Selain itu, penelitian klinik pada anak – anak
cukup sulit dan tidak sesuai dengan etika dan moral penelitian
(Suharjono,2009). Sebagai contoh, data dari penelitian di NICU Bari
University Hospital dari tanggal 1 Juli sampai 31 Agustus 2004 pada 176
resep untuk 61 jenis obat yang diberikan pada newborn infant, terdapat
sebanyak 22,7% adalah kasus off label (M. Dell’ Aera, 2006). Observasi
lain di Paris, Perancis pada 95 Fasilitas Pediatrik dengan target usia
dibawah 15 tahun serta survei penelitian dilaksanakan pada 1 hari
didapatkan hasil dari 2522 resep yang diberikan pada 989 pasien anak,
terjadi 29% kasus off label dan sebanyak 550 pasien anak (56%) menerima
4
resep off label (Chalumeau, 2000). Observasi pada rumah sakit anak di
Netherland, Belanda menunjukkan bahwa dari 2139 resep untuk 238
pasien dengan rentang usia dari lahir sampai 17 tahun, terdapat adanya 390
resep (18%) yang merupakan kasus off label (Geert W, 2000).
Farmasis berperan mengetahui seberapa banyak terjadinya
penggunaan off-label, mengadakan evaluasi dan mencari solusi sementara.
Namun secara umum, hal ini perlu mendapat perhatian semua orang,
terutama orang tua dari pediatric dimana harus mengetahui informasi
tentang obat dan kesehatan anak. Informasi obat bisa didapat dari brosur
obat meliputi indikasi, dosis dan sebagainya. (Anthony J, 2002)
Di Indonesia kasus off label masih banyak terjadi, dan belum ada
banyak penelitian yang memberikan data tentang masalah ini. Hal ini juga
belum mendapat perhatian lebih dari pemerintah, terbukti dengan masih
belum adanya peraturan ataupun undang – undang yang menetapkan
tentang penggunaan sistem label atau diperbolehkannya off label asalkan
disertai dengan alasan yang valid. Peraturan – peraturan tentang off label
seperti itu pada umumnya sudah ada pada negara – negara lain seperti
Inggris, Skandinavia, Belanda dan negara lainnya (Zunardi P, 2009).
Pemerintah pernah mengeluarkan peraturan melalui KEPMENKES No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 yang menyatakan bahwa apotek melakukan
pelayanan kefarmasian yang meliputi: pembuatan, pengolahan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau
bahan obat. Dari peraturan tadi maka akan semakin memberikan ruang
5
untuk terjadinya praktek –praktek kefarmasian yang off label di apotek
seperti meracik/menggerus tablet untuk dijadikan puyer atau dimasukkan
ke dalam sirup untuk sediaan anak bahkan menggeruskan tablet atau kaplet
untuk dijadikan sediaan salep dan krim (Depkes, 2004). Berbagai hal tadi
menunjukkan masih minimnya perhatian pemerintah terhadap masalah off
label yang terjadi, berbagai peraturan yang dibuat juga hanya merupakan
solusi jangka pendek pada negara berkembang seperti Indonesia ini.
Pemberian informasi obat yang tersedia pada masyarakat juga tidak
semuanya benar, masih ada banyak informasi yang disembunyikan,
sehingga promosi dari obat akan semakin maksimal. Melihat kondisi
seperti ini, praktisi kesehatan harus lebih menaruh perhatian pada
tanggung jawab mereka saat menggunakan obat off-label, dimana harus
memiliki cukup informasi, pengetahuan atau pengalaman agar langkah
pemberian obat off-label lebih besar manfaat daripada resiko kerugiannya
(Suharjono, 2009).
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Melihat berbagai kondisi pada penggunaan obat off label yang ada
dan belum diketahuinya pola / gambaran peresepan off-label di Indonesia
maka perumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah gambaran peresepan off label pada pasien anak - anak
di Apotik Ubaya periode 2008?
Sedangkan perumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah :
6
1. Berapa frekuensi resep off label kategori usia pada pasien anak - anak
di Apotik Ubaya periode 2008?
2. Berapa frekuensi resep off label kategori indikasi pada pasien anak -
anak di Apotik Ubaya periode 2008?
3. Berapa frekuensi resep off label kategori dosis pada pasien anak -
anak di Apotik Ubaya periode 2008?
4. Berapa frekuensi resep off label kategori rute pemberian pada pasien
anak - anak di Apotik Ubaya periode 2008?
5. Golongan dan jenis obat apa yang paling banyak diresepkan off label
kategori usia, dosis, indikasi, rute pada Apotik Ubaya periode 2008?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk memberikan gambaran
peresepan off label pada pasien anak - anak di Apotik Ubaya periode 2008.
Tujuan khusus yaitu untuk mengetahui seberapa frekuensi resep off label
kategori dosis obat, umur pasien, indikasi obat dan rute pemberian pada
pasien anak - anak di Apotik Ubaya periode 2008. Tujuan khusus yang
kedua adalah untuk mengetahui golongan dan jenis obat yang paling
banyak diresepkan off label kategori usia, dosis, indikasi, rute pada Apotik
Ubaya periode 2008.
7
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diberikan wacana baru
kepada Badan POM sebagai badan resmi pemerintah dalam hal
pengawasan regulasi obat di Indonesia agar dapat lebih memperhatikan
kasus off label dan mencari solusinya. Penelitian ini dapat memberi
masukan kepada pabrik obat untuk memperhatikan adanya informasi obat
yang sudah on label dari data – data acuan monografi obat resmi yang baru
diharapkan menjadi referensi bagi pabrik obat untuk memperbaharui
informasi obat yang diedarkannya. Penelitian ini diharapkan juga semakin
meningkatkan awareness dari masyarakat terhadap masalah off label pada
anak, sehingga masyarakat tidak takut untuk menggali informasi obat
kepada dokter, apoteker dan perawat. Bagi peneliti, penelitian ini adalah
sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi, juga dapat
meningkatkan pengetahuan penulis tentang peresepan obat off label.
8