3. pembuatan sabun
DESCRIPTION
laporan praktikumTRANSCRIPT
I. JUDUL PERCOBAAN : Pembuatan Sabun
II. HARI/TANGAL PRAKTIKUM : Senin/ 25 Februari 2013
III. TUJUAN PERCOBAAN :
IV. TINJAUAN PUSTAKA :
Sabun merupakan salah satu produk yang diperoleh dari minyak. Rekasi
pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu senyawa yang
bersifat alkali, misalnya NaOH atau KOH dengan minyak. Reaksi ini dikenal dengan
rekasi penyabunaan (saponifikasi). Persamaan reaksi penyabunaan sebagai berikut:
CH3OCOR1 R1COONa CH2OH
CH3OCOR2 + 3 NaOH R2COONa + CHOH
CH3OCOR3 R3COONa CH2OH
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk
utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali.
Untuk memisahkan sabun dengan gliserol dilakukan dengan menambah garam NaCl ke
dalam campuran tersebut, karena sabun didalam air akan membentuk koloid dan kemudian
sabun akan mengendap, sedangkan gliserol dal alkohol akan berada dalam larutan.
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur
sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak
Setelah melakukan kegiatan praktikum diharapkan mahasiswa:
1. Membuat langkah kerja pembuatan sabun.
2. Meramalkan reaksi pembuatan sabun.
3. Menjelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat menggunakan NaOH
dan KOH.
4. Membuat emulsi sabun.
5. Menjelaskan tentang proses pembentukan emulsi air sabun dengan air.
6. Menentukan kualitas minyak berdasarkan bilangan asam dan bilangan
penyabunaan
larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun pada
umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari
kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Pada
penyabunaan dengan menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH) akan
diperoleh sabun lunak, sedangkan dengan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali akan
diperoleh sabun yang lunak. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi
wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras
daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Sabun merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat mengurangi tegangan antara
permukaan larutan, sehingga dengan adanya proses ini pembentukan busa atau sifat
emulsinya akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh sifat struktur sabun yang mempunyai
dua kutub yaitu kutub yang bersifat sebagai hidrofolik dan kutub yang lain barsifat
hidrofobik. Bagian molekul yang bersifat hidrofilik akan menuju kalapisan air sedangkan
bagian yang bersifat hidrofobik manuju ke lapisan udara (menuju molekul air). Dengan
adanya sifat tersebut, maka cairan minyak dalam air akan mambentuk emulsi.
Bahan Baku: Minyak/Lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari
gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah
minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud
keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang
(±28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam
lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang
rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon
lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan
asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan
menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi
tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah
daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang
dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus
dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun
tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis
minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer
(temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan
bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun
mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat
dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari
tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan
titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak
tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk
mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan
mudah berbusa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai
pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna
karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus
dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan
bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang
sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat
dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa
memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak
kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga
memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh
dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip
dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak
rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak
yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton
dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.
Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan
untuk membuat sabun transparan.
Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak
zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak
zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun
yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering
dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa
memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah
larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan
memperkeras struktur sabun.
Bahan terpenting lainnya dalam pembuatan sabun adalah alkali seperti NaOH, KOH,
dan lain-lain. NaOH biasanya digunakan untuk membuat sabun cuci, sedangkan KOH
digunakan untuk sabun mandi. Alkali yang digunakan harus bebas dari kontaminasi logam
berat karena mempengaruhi nama dan struktur sabun serta dapat menurunkan resistansi
terhadap oksidasi.
- Dilarutkan dalam 3,3 ml air.- Dibiarkan dingin
-dimasukkan dalam 10 gram minyak (sawit, curah,kelapa).-dipanaskan sampai suhu 700C.-campuran dibiarkan sampai suhu 500C.-NaOH dimasukkan dan diaduk.-ditambah 12 gram dan 4 gram gliserin.-dipanaskan dan diaduk hingga terbentuk larutan jernih.-dibiarkan campuran agak dingin.-ditambah 1 ml minyak zaitun.-dituangkan dalam cetakan sebelum cetakan memadat
V. ALAT DAN BAHAN :
VI. CARA KERJA :
1. Pembuatan Sabun
Alat:
1. Tabung reaksi2. Pipet tetes3. Gelas ukur4. Neraca Ohaus5. Gelas kimia6. Erlemeyer 7. Pendingin refluks8. Statif dan klem9. Spatula10. Penangas air11. Korek api12. Tisu13. Kaca arloji
Bahan:
1. Minyak sawit
2. Minyak curah
3. Minyak kelapa
4. Etanol p.a
5. Pellet KOH
6. Pellet NaOH
7. Gliserin
8. Minyak zaitun
9. Larutan KOH 0,1 N
10. Larutan KOH alkoholis 0,5 N
1,4 gram NaOH
Larutan NaOH
1 gram asam stearat
Sabun
-dimasukkan dalam tabung reaksi A.-ditambah 2 ml larutan sabun.-dikocok kuat-kuat untuk mendapatkan emulsi.-didiamkan.-diamati pemisahan lapisan minyak yang terjadi.-dicatat waktu yang diperlukan untuk pemisahan.
-dimasukkan dalam tabung reaksi B.-dikocok kuat-kuat untuk mendapatkan emulsi.-didiamkan.-diamati pemisahan lapisan minyak yang terjadi.-dicatat waktu yang diperlukan untuk pemisahan.
-ditimbang dengan teliti dalam erlenmeyer.-ditambah 25 ml etanol.-ditambah 5 tetes indikator PP.-dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N.-diulangi langkah diatas sebanyak 3 kali.
2. Sifat Emulsi Sabun
a.
b.
3. Bilangan Asam
3 ml aquades + 5 tetes minyak (sawit, curah, kelapa)
Hasil
3 ml aquades + 5 tetes minyak (sawit, curah, kelapa)
Hasil
5-10 gram sampel minyak (sawit, curah, kelapa)
Hasil
-ditimbang dengan teliti dalam erlemyer.-ditambah 25 ml KOH alkohol 0,5 N.-direfluks selama 30 menit.-dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N (dengan indikator PP).-diulangi prosedur diatas sebanyak 3 kali.
4. Bilangan Penyabunan
1,5-2 gram sampel minyak (sawit, curah, kelapa)
Hasil
NO Langkah KerjaHasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
1. Pembuatan Sabun I
1,4 gram NaOH dilarutkan dalam air.
Dibiarkan dingin.
Lalu siapkan 1 gram asam stearat,
dimasukkan dalam 10 gram minyak sawit.
Dipanaskan sampai suhu 700C.
Campuran dibiarkan sampai suhu 500C.
Lalu NaOH yang sudah dibuat diatas
dimasukkan dalam campuran dan diaduk
terus.
Ditambah 12 gram alkohol dan 4 gram
gliserin.
Dipanaskan dan diaduk.
Dibiarkan campuran agak dingin.
Ditambah 1ml minyak zaitun.
Dituangkan dalam cetakan.
NaOH = padatan putih
Asam stearat = butiran
putih
Minyak sawit = kuning
bening
Larutan NaOH = tidak
berwarna
Gliserin = cairan kental
putih jernih
NaOH + air → larutan NaOH tidak berwarna, menghasilkan panas.
Asam stearat + minyak sawit → larutan terdapat butiran putih (asam stearat).
Setelah dipanaskan → larutan kental, putih.
Ditambah NaOH → larutan lebih encer.
Ditambah alkohol + gliserin → larutan bening + ada gumpalan yang tidak larut.
Dipanaskan lagi → larutan encer.
Ditambah minyak zaitun → tercium bau harum.
Setelah didiamkan larutan memadat.
Pembuatan Sabun II
1,4 gram NaOH dilarutkan dalam air.
Dibiarkan dingin.
Lalu siapkan 1 gram asam stearat,
dimasukkan dalam 10 gram minyak curah.
Dipanaskan sampai suhu 700C.
Campuran dibiarkan sampai suhu 500C.
Lalu NaOH yang sudah dibuat diatas
dimasukkan dalam campuran dan diaduk
terus.
Ditambah 12 gram alkohol dan 4 gram
gliserin.
Dipanaskan dan diaduk.
Dibiarkan campuran agak dingin.
Dituangkan dalam cetakan.
NaOH = padatan putih
Asam stearat = butiran
putih
Minyak curah = kuning
bening
Larutan NaOH = tidak
berwarna
Gliserin = cairan kental
putih jernih
NaOH + air → larutan NaOH tidak berwarna, menghasilkan panas.
Asam stearat + minyak curah → larutan terdapat butiran putih (asam stearat).
Setelah dipanaskan → larutan kental, putih.
Ditambah NaOH → larutan lebih encer.
Ditambah alkohol + gliserin → larutan bening + ada gumpalan yang tidak larut.
Dipanaskan lagi → larutan encer.
Setelah didiamkan larutan memadat.
Pembuatan Sabun III
1,4 gram NaOH dilarutkan dalam air.
Dibiarkan dingin.
Lalu siapkan 1 gram asam stearat,
dimasukkan dalam 10 gram minyak kelapa.
Dipanaskan sampai suhu 700C.
Campuran dibiarkan sampai suhu 500C.
Lalu NaOH yang sudah dibuat diatas
dimasukkan dalam campuran dan diaduk
terus.
Ditambah 12 gram alkohol dan 4 gram
gliserin.
Dipanaskan dan diaduk.
Dibiarkan campuran agak dingin.
Dituangkan dalam cetakan.
NaOH = padatan putih
Asam stearat = butiran
putih
Minyak kelapa = kuning
pudar
Larutan NaOH = tidak
berwarna
Gliserin = cairan kental
putih jernih
NaOH + air → larutan NaOH tidak berwarna, menghasilkan panas.
Asam stearat + minyak kelapa → larutan terdapat butiran putih (asam stearat).
Setelah dipanaskan → larutan kental, putih.
Ditambah NaOH → larutan lebih encer.
Ditambah alkohol + gliserin → larutan bening + ada gumpalan yang tidak larut.
Dipanaskan lagi → larutan encer.
Setelah didiamkan larutan memadat.
2. Sifat emulsi sabun IA
3ml aquades + 5 tetes minyak sawit di
masukkan dalam tabung reaksi A.
Ditambah 2ml larutan sabun.
Dikocok kuat-kuat.
Didiamkan.
Diamati pemisahan minyak yang terjadi.
Dicatat waktu yang diperlukan untuk
pemisahan.
Aquades = tidak
berwarna.
Minyak sawit = kuning
bening.
Larutan sabun = putih
keruh.
Aquades +minyak sawit →terdapat 2
lapisan (minyak dan air).
Setelah ditambah larutan sabun dan
dikocok = larutan keruh, terjadi pemisahan
antara minyak dan air selama 20 menit
serta terdapat buih.
Sifat emulsi sabun IB
3ml aquades + 5 tetes minyak sawit di
masukkan dalam tabung reaksi B.
Dikocok kuat-kuat.
Didiamkan.
Diamati pemisahan minyak yang terjadi.
Dicatat waktu yang diperlukan untuk
pemisahan.
Aquades = tidak
berwarna.
Minyak sawit = kuning
bening.
Aquades +minyak sawit →terdapat 2
lapisan (minyak dan air).
Setelah dikocok, minyak dan air tidak
menyatu.
Terjadi pemisahan selama 15 menit.
Sifat emulsi sabun IIA
3ml aquades + 5 tetes minyak curah di
masukkan dalam tabung reaksi A.
Ditambah 2ml larutan sabun.
Dikocok kuat-kuat.
Didiamkan.
Diamati pemisahan minyak yang terjadi.
Dicatat waktu yang diperlukan untuk
pemisahan.
Aquades = tidak
berwarna.
Minyak curah = kuning
kecoklatan.
Larutan sabun = putih
keruh.
Aquades +minyak curah →terdapat 2
lapisan (minyak dan air).
Setelah ditambah larutan sabun dan
dikocok = larutan keruh, terjadi pemisahan
antara minyak dan air selama 22 menit
serta terdapat buih.
Sifat emulsi sabun IIB
3ml aquades + 5 tetes minyak curah di
masukkan dalam tabung reaksi B.
Dikocok kuat-kuat.
Didiamkan.
Diamati pemisahan minyak yang terjadi.
Dicatat waktu yang diperlukan untuk
pemisahan.
Aquades = tidak
berwarna.
Minyak curah = kuning
kecoklatan.
Aquades +minyak curah →terdapat 2
lapisan (minyak dan air).
Setelah dikocok lapisan minyak dan air
tidak menyatu.
Terjadi pemisahan selama 16 menit.
Sifat emulsi sabun IIIA
3ml aquades + 5 tetes minyak kelapa di
masukkan dalam tabung reaksi A.
Ditambah 2ml larutan sabun.
Dikocok kuat-kuat.
Didiamkan.
Diamati pemisahan minyak yang terjadi.
Dicatat waktu yang diperlukan untuk
pemisahan.
Aquades = tidak
berwarna.
Minyak kelapa = kuning
pudar.
Larutan sabun = putih
keruh.
Aquades +minyak kelapa →terdapat 2
lapisan (minyak dan air).
Setelah ditambah larutan sabun dan
dikocok = larutan keruh, terjadi pemisahan
antara minyak dan air selama 17 menit
serta terdapat buih.
Sifat emulsi sabun IIIB
3ml aquades + 5 tetes minyak kelapa di
masukkan dalam tabung reaksi B.
Dikocok kuat-kuat.
Didiamkan.
Diamati pemisahan minyak yang terjadi.
Dicatat waktu yang diperlukan untuk
pemisahan.
Aquades = tidak
berwarna.
Minyak kelapa = kuning
pudar.
Aquades +minyak kelapa →terdapat 2
lapisan (minyak dan air).
Setelah dikocok lapisan minyak dan air
tidak menyatu.
Terjadi pemisahan selama 10 menit.
3. Bilangan Asam
5-10 gram sampel minyak di tambah 25 ml
etanol.
Ditambah 5 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan larutan standar KOH o,1
M.
Diulangi langkah diatas sebanyak 3 kali.
Minyak sawit = kuning
bening.
Minyak curah = kuning
kecoklatan.
Minyak kelapa = kuning
pudar.
Etanol= tidak berwarna.
Indikator pp = tidak
berwarna.
KOH = tidak berwarna.
Minyak + etanol → tidak homogen / tidak
bercampur.
Ditambah indikator pp → tidak berwarna.
Setelah dititrasi → larutan berwarna pink.
V.KOH, hasil titrasi:
Minyak sawit = 2,2 ml
Minyak curah = 4 ml
Minyak kelapa = 1,3 ml
4. Bilangan Penyabunan
1,5 – 2 gram sampel minyak ditambah 25
ml larutan KOH alkohol 0,5 ml.
Direfluks selama 30 manit.
Setalah dingin, dititrasi dengan larutan
standar HCl 0,5 M dan ditambah indikator
pp.
Diulangi prosedur diatas sebanyak 3 kali.
Minyak sawit = kuning
bening.
Minyak curah = kuning
kecoklatan.
Minyak kelapa = kuning
pudar.
Indikator pp = tidak
berwarna.
KOH = tidak berwarna.
HCl = tidak berwarna
Minyak + KOH → warna kuning.
Setelah direfluks → kuning bening.
Ditambah indikator pp→ larutan berwarna
pink.
Ditambah KOH → larutan berwarna
kuning bening.
Hasil titrasi:
7,3 ml = 0,0073 L
11 ml = 0,011 L
10,5 ml = 0,0105 L