4. keperawatan gawat darurat jiwa pada lanjut usia (bu dyah)
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEDARURATAN
USIA LANJUT
Disampaikan Pada Pelatihan Kegawat Daruratan PsikiatriDi UPT LATKESMAS (BAPELKES) MURNAJATI Lawang
Kamis, 20 Oktober 2011
Dyah Widodo, SKp., M.Kes
KEDARURATAN PSIKIATRIK
DEFINISI:Kedaruratan psikiatrik adalah gangguan
alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi segera (Kaplan & Sadock, 1998)
Kegawat daruratan psikiatri adalah tiap gangguan dalam berpikir, perasaan atau tingkah laku yang memerlukan intervensi pengobatan secepatnya (Kusuma Wijaya, 1997)
KEDARURATAN PSIKIATRIK PADA LANSIA
DEMENSIA SENILISPSIKOSA AFEKTIF
DEMENSIA SENILIS
DEMENSIA SENILIS
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari (Kuntjoro, 2002).
Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia.
Demensia senilis: sesudah umur 60 tahun (Maramis, 1997)
Penyakit yang menyebabkan demensia
Penyakit parenkim SSP Penyakit alzheimer (demensia degeneratif
primer) Penyakit Pick (demensia degeneratif
primer) Korea Huntington Penyakit Parkinson* Sklerosis multiple
Gangguan sistemik Gangguan endokrin dan metabolik
Penyakit tiroid* Penyakit paratiroid* Gangguan pituitaria-adrenal* Keadaan pasca-hipoglikemik
Penyakit hati: Ensefalopati hepatik kronik prigresif*
Penyakit saluran kemih Ensefalopati uremik kronik* Ensefalopati uremik progresif (demensia
dialisis)* Penyakit kardiovaskuler
Hipoksia atau anoksia cerebral* Demensia multi-infark* Aritmia kardiak* Penyakit radang pembuluh darah
Penyakit paru-paru Ensefalopati respiratorik*
Keadaan defisiensi Defisiensi sianokobalamin* Defisiensi asam folat*
Tumor intrakranial* dan Trauma serebri*
Proses infeksi Penyakit Creutzfeldt-jakob* Meningitis kriptokok* Neurosifilis* Tuberkulosis dan meningitis fungi* Ensefalitis virus
Gangguan terkait dengan virus HIV (seperti SIDA dan kelompok penyakit terkait dengan SIDA (AIDS-related kompleks (ARC))
Gangguan aneka ragam Degenerasi hapatolentikuler* Demensia hidrosefalik* Sarkoidosis* Hidrosefalus bertekanan normal*
(Kaplan & Sadock, 1998; dari C.E Wells: Organic syndromes : Dementia)
*Keadaan diperlukan untuk pemberian terapi spesifik
GAMBARAN KLINIS DEMENSIA SENILIS
Gangguan ingatan jangka pendek makin memburuk sehingga klien hidup dalam kehidupan dan pikiran waktu muda atau masih kecil
Kekurangan ide-ide dan pemikiran abstrakEgosentris, egoistikLekas tersinggung, marah-marahTimbul aktifitas seksual berlebihan atau tidak
pantas, suatu tanda kontrol berkurang atau usaha kompensasi psikologik
Acuh tak acuh terhadap pakaian dan rupanya
GAMBARAN KLINIS DEMENSIA SENILIS (lanjutan)
Menyimpan barang-barang tidak bergunaWaham: dirampok, diracuni, miskin sekali,
tidak disukai orangOrientasi kurang, keluar rumah tidak bisa
pulangMenyukarkan dan membahayakan lalu
lintas, menjadi korban penjahatGelisah waktu malam, berjalan tak
bertujuan, menjadi destruktifDisorientasi saat berada di ruang gelapSiang banyak tidur dengan waham aneh
Gejala Jasmaniah Demensia Senilis
Kulit tipis, atropi, keriputBerat badan menurunAtropi ototJalan tidak stabil Suara kasar dan bicara pelanTremor tangan dan kepala
Gejala Psikologik Demensia Senilis
Demensia komplexKadang-kadang delirium,
agitasi, depresi, paranoidKonfabulasi
KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK DEMENSIA
A. Terbukti adanya hendaya dalam daya ingat jangka pendekB. Sedikitnya satu dari hal tersebut dibawah:
1) Hendaya dalam berpikir abstrak2) Hendaya dalam pertimbangan3) Gangguan lain pada fungsi luhur korteks, seperti afasia, apraksia,
agnosia, kesulitan mengkopi bentukan4) Perubahan kepribadian (perubahan atau penonjolan dari sifat pre-
morbit)C. Gangguan pada A dan B mengganggu pada daya kerja atau
kegiatan sosial yang biasanya atau hubungan dengan orang lain
D. Tidak terjadi secara eksklusif pada saat deliriumE. Salah satu dari 1) atau 2):
1) Terbukti dari riwayatnya,pemeriksaaan fisik, atau laboratorium adanya faktor organik yang spesifik (atau faktor yang diperkirakan berhubungan secara etiologik dengan gangguan itu
2) Dalam hal tak ada bukti tersebut, suatu faktor organik dapat diduga bila gangguannyatidak dapat dijelaskan oleh sebab gangguan mental non-organik (contoh depresi berat yang menyebabkan hendaya kognitif)
(Kaplan & Sadock, 1998; dari DSM III-R, Diagnostic and Statistical of Manual Disorder, edisi 3)
KRITERIA TARAF BERATNYA DEMENSIA
RINGAN: Meskipun kegiatan pekerjaan atau sosial secara menonjol
terganggu,kemampuan hidup mandiri tetap utuh, dengan higiene diri yang cukup baik dan daya pertimbangan yang intak
SEDANG Hidup mandiri kacau, dan usaha pengawasan oleh orang
lain diperlukan
BERAT Kegiatan sehari-hari amat terganggu sehingga pengawasan
yang terus menerus diperlukan (contoh: tak dapat mengatur higiene diri secara minimal, kebanyakan inkoheren atau mutistik)
(Kaplan & Sadock, 1998; dari DSM III-R, Diagnostic and Statistical of Manual Disorder, edisi 3)
PENGKAJIAN DEMENSIA
Penampilan secara keseluruhan Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu Fungsi kognitif (MMSE) Proses pikir Daya ingat Kemampuan mengambil keputusan Emosi dan afek Kemampuan berkomunikasi Aktifitas Penurunan berat badan/pemenuhan nutrisi Kemampuan melakukan ADL Pola tidur Pemeriksaan fisik dan neurologik lengkap, laboratorium, EKG, foto
toraks, CT-Scan atau MRI kepala, Pungsi lumbal bila perlu Catat semua obat yang diberikan melalui resep maupun yang
dibeli bebas, termasuk alkohol dan obat yang disalahgunakan Nilailah tiap perubahan perilaku pada pasien demensia yang telah
dikenal.
Penurunan perilaku sosial (social skill) & perilaku
ADL (Activity of Daily Living) yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus diri sendiri)
Perilaku okupasional yaitu perilaku yang dilaksanakan dalam menjalankan kehidupannya untuk bekerja dan mencari nafkah, berorganisasi, menjalankan ibadah, mengisi waktu luang.
Partisipasi sosial yaitu perilaku seseorang untuk hidup bermasyarakat, misalnya mengurus KTP, SIM, kerja bakti, berorganisasi sosial, menghadiri undangan, dsb.
Prognosis
Tidak baik Progresif Akhirnya hidup secara vegetatif saja
Diagnosa Keperawatan
Antara lain:Perubahan proses pikirPenurunan daya ingatKetergantungan dalam ADLRisiko perilaku kekerasanRisiko kurangnya pemenuhan kebutuhan
nutrisi
Intervensi Keperawatan Secara Umum
Pertahankan perasaan aman dan harga diriPemenuhan kebutuhan kasih sayang dan dihargaiOrientasi Lingkungan/Kamar terang Komunikasi terapeutikKurangi agitasiPenguatan kopingPemenuhan nutrisi, ADLKolaborasi
Obat untuk mengurangi gelisah, agresif, delirium dan marah Obat untuk menjaga metabolisme sel otak dan peredaran
darah otak ECT bila ada depresi berat
Keterlibatan anggota keluarga/sumber yang ada
KOMUNIKASI VERBAL PADA PASIEN DEMENSIA
(Bartol & Storrie; Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B.A., 1991)
KONSTRUKSI BICARA Kata yang singkat dan pendek Kalimat simpel Hanya kata benda Mulai percakapan dengan menyebutkan nama Anda dan panggil
nama klien
GAYA BICARA Lambat Ucapkan tiap kata dengan jelas Jika volume meningkat, turunkan nada. Volume ditingkatkan hanya
pada gangguan pendengaran bukan karena tidak ada respons Jika bertanya, tunggu respons Tanya satu pertanyaan tiap kali bertanya Ulang pertanyaan dengan kata yang sama Pakai humor jika mungkin
KOMUNIKASI NON VERBAL PADA PASIEN DEMENSIA
(Bartol & Storrie; Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B.A., 1991)
UMUM Yakini dengan gaya non verbal Anda dirasakan oleh semua orang
bukan hanya klien Setiap komunikasi verbal disertai dg non verbal yang baik
KHUSUS Berdiri didepan klien (dihadapan klien) Pertahankan kontak mata Bergerak dengan lambat Jika klien berjalan sewaktu Anda sedang bicara jangan hentikan dia.
Tetap bergerak didepan klien Pakai penekanan dengan gerakan muka pada butir yang penting
Tindakan Pada Pasien Demensia (Kuntjoro, 1992)
1. Terapi obat dengan pengawasan dokter 2. Terapi non obat, berupa: Intervensi Lingkungan Intervensi Perilaku Intervensi Psikologis 3. Terapi lainnya: Aktivitas keagamaan Mengembangkan hobby yang ada, seperti:
melukis, memasak, main musik, berkebun, fotografi
Intervensi Lingkungan
Penyesuaian fisik (bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia)
Penyesuaian waktu (membuat jadwal rutin) Penyesuaian lingkungan malam hari (mandi
air hangat, tidur teratur) Penyesuaian indera (mata, telinga)
Intervensi Perilaku
1. Wandering: Yakinkan dimana keberadaan pasien Berikan keleluasaan bergerak di dalam dan
di luar ruangan Gelang pengenal " Hendaya Memory“Orientasi tempat.
2. Agitasi dan Agresivitas: Hindari situasi yang memprovokasi Hindari argumentasi Sikap kita tenang dan mantap Alihkan perhatian ke hal lain.
Intervensi Perilaku
3. Sikap dan pertanyaan yang berulang: Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh
pengertian. Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan alihkan
perhatian ke hal yang menarik pasien.
4. Perilaku seksual yang tidak sesuai/wajar: Tenang dan bimbing pasien ke ruang pribadinya. Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya. Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah
baju/selimut untuk menutupi badannya. Bantu mengenakan baju kembali.
Intervensi Psikologis
1. Psikoterapi untuk mengurangi kecemasan, memberi rasa aman dan ketenangan, dalam bentuk :
Psikoterapi individual Psikoterapi kelompok Psikoterapi keluarga 2. Mengatasi mudah "Lupa: Latihan terus-menerus, berulang-ulang Tingkatkan perhatian Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang
sudah ada dalam otak
Bimbingan Konseling Bagi Keluarga
Tentang:
Prognosis demensia senilisKemungkinan perlunya perawatan di rumah
atau ditempatkan di rumah jompoKemungkinan perilaku yang tidak
diharapkan pada pasienSindroma yang mungkin timbul pada
pengasuhnya (kebosanan, depresi, ansietas)Perlunya rujukan pada Perhimpunan
Penyakit Alzeimer dan gangguan yang terkait
Untuk Caregiver (Pengasuh)
Diperlukan :
Dukungan mental Pengembangan kemampuan adaptasi dan
peningkatan kemandirian Kemampuan menerima kenyataan (realistik)
PSIKOSA AFEKTIF
PSIKOSA AFEKTIF
Gangguan terletak pada afek dan emosiSesudah serangan dapat terjadi kesembuhan
penuh terutama pada psikosa manik-depresif
Jenis: Melankolia InvolusiPsikosa manik-depresif
MELANKOLIA INVOLUSI
Wanita: >45 tahun; Pria: >55 tahunFungsi kelenjar endokrin dan reproduksi mulai
sangat berkurangPerubahan dalam aktifitas metabolisme dan
vegetatifFaktor psikologik akibat masa involusi- stres
fisiologik, mudah timbul cemas, depresi dan paranoid
Lapangan minat menyepit, menarik diriKepribadian prepsikotikBerhubungan dengan usia lanjut
GEJALA MELANKOLIA INVOLUSI
Cenderung mulai hipokondrikLekas marahPesimisInsomniaMulai tidak suka bekerjaSering menangisRagu-ragu, tidak dapat
mengambil keputusanLapangan minat menyempitMenarik diri
Tanda dan Gejala Bila Kondisi Gangguan sudah jelas:
Depresi hebat, kecemasan, agitasiHipokondris dan waham dosaWaham penyakit dan rasa akan mati sampai waham
nihilistikSering keluar kata keputusasaanWaham hipokondria sangat aneh: usus terputar, ada
kuda dalam perutnya, genetalianya busuk, otaknya hampir kering, dst.
Banyak ilusiMotorik lambat, mimik kurang, kaki-tangan dingin,
pernapasan dangkal, konstipasiKesadaran tidak menurunPercobaan bunuh diri sebelum depresi menjadi dalam
sekali atau sesudahnyaJika depresi dalam sekali seolah olah penderita tidak
bisa apa-apa
Prognosa
Tergantung lamanya penyakit dan mulainya pengobatan
Dengan ECT 50% sembuh dengan cepatMakin berat gejala makin buruk
Perawatan
Perhatikan kemungkinan bunuh diriPsikoterapi supportifKolaborasi pemberian obat: AntidepresantKolaborasi: ECT
BUNUH DIRI ???
Tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Stuard & Sundeen, 2000)
Kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres tinggi dan menggunakan koping maladaptif
Tindakan merusak integritas diri atau mengakhiri kehidupan
MENGENALI PASIEN YANG BERPOTENSI BUNUH DIRI
Klien pernah mencoba bunuh diri (terlihat di ruang gawat darurat, bangsal perawatan, dsb)
Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak, atau berupa ancaman:”Kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi” (sering dikatakan pada keluarga)
Secara obyektif terlihat adanya mood depresif/cemas
Baru mengalami kehilangan bermakna (pasangan, pekerjaan, harga diri)
Perubahan perilaku yang tidak diduga: menyampaikan pesan-pesan, pembicaraan serius dan mendalam dgn kerabat, membagi-bagikan harta/barang miliknya
Perubahan sikap mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri (Tomb, 2004)
RENTANG MENGHARGAI-MERUSAK DIRI
(Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B.A., 1994)
Respon Adaptif
Respons Maladaptif
Menghargai Berani ambil risiko dalam mengembangkan diri
Merusak diri sendiri secara tidak langsung
Bunuh diri
MENENTUKAN RESIKO BUNUH DIRI
SIRS (SUICIDAL INTENTION RATING SCALE) (Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B.A., 1994)
SKOR 0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu & sekarang
SKOR 1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri
SKOR 2 Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
SKOR 3 Mengancam bunuh diri, misalnya “tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”
SKOR 4 Aktif mencoba bunuh diri
LETHALITY ASSESSMENT SCALE (Holf, L.A , 1995; Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
Key to Scale
Danger to Self Typical Indicators
1 No predictable risk of immediate suicide
No notion of suicide or history of attemps; satisfactory social support network; in close contact with significant others
2 Low risk of immediate suicide
Has considered suicide with less lethal method; no history of attemps or recent serious loss; satisfactory support network; no alcohol problems; basically wants to live
3 Moderate risk of immediate suicide
Has considered suicide with highly lethal method but has no specific plan or threats; or has plan with less lethal method, history of less lethal attemps, tumultous family history, reliance on drugs or medications for stress relief; weighing the odds between life and death
4 High risk of imminent suicide
Current highly lethal plan with obtainable means; history of previous attemps; unable to communicate with close friend; drinking problem; feels depressed and wants to die
5 Very high risk of imminent suicide
Current highly lethal plan with obtainable means; history of highly lethal attemps; cut of from resources; depressed and uses alcohol to excess; threatened with a serious loss (unemployment, divorce, failure in school)
PROSEDUR PENILAIAN
Bina hubungan selama wawancara yang sifatnya mendukung dan tidak menghakimi
Selidikilah adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyaan yang lebih spesifik, misal ”Apakah kamu merasa sedih?” ”Apakah kamu pernah berpikir untuk mengakhiri hidup?” “Bagaimana caranya?”
Setelah terjadi suatu percobaan bunuh diri yang serius, tunggulah sampai klien cukup siap untuk bekerjasama di dalam pemeriksaan. Tanyakan mengenai hal bunuh diri (Tomb, 2004)
HAL-HAL YANG HARUS DIPELAJARI MENGENAI KASUS
BUNUH DIRIMaksud dan tujuan pasien-mengapa ingin mati?Apakah rencana bunuh diri telah dibuat-semakin
spesifik rencana yang dibuat semakin besar untuk melakukannya
Metode-semakin mematikan teknik yang dibuat semakin serius rencananya
Adanya faktor-faktor psikiatrik dan organik, misal depresi psikotik, gangguan proses pikir, penggunaan sedatif tanpa resep, kondisi organik
Tentukan apakah perilaku tersebut akibat peranan impulsif/terencana
Apakah pencetus krisis telah terlewatiBuatlah daftar kehilangan yang dialamiApakah klien memiliki rencana untuk masa
depannya?Apakah klien mempunyai keluarga yang
mempedulikannya atau dukungan lainnya?Apakah klien berpikir bahwa dia akan melakukan
bunuh diri? (Tomb, 2004)
Risiko melukai diriRisiko perilaku kekerasan pada
diriRisiko mutilasi diriKoping individu inefektifHarga diri rendah (Kneisl; Wilson &
Trigoboff, 2004)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PETUNJUK UMUM(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
Berikan semua tindakan dengan sungguh-sungguh. Evaluasi sebelum diberikan
Katakan tentang bunuh diri secara terbuka dan langsung Berikan status kewaspadaan terhadap bunuh diri Teliti ruangan klien, khususnya jika pikiran bunuh diri atau
usaha bunuh diri terjadi setelah dirawat di RS Tempatkan klien pada tempat yang mudah diobservasi Pilih kamar yang dekat dengan kantor perawat Hati-hati jangan berperilaku yang membuat tidak aman Organisasikan rencana keperawatan bersama klien Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak realistik Anjurkan klien melaksanakan aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri jika mungkin Putuskan bersama klien apakah anggota keluarga dan teman-
temannya dapat kontak dengannya Siapkan persetujuan dengan anggota keluarga kemungkinan
adanya bingung, marah atau kehilangan minat. Harapkan bahwa klien akan bekerja sama menerima dirinya
PROTOKOL PENCEGAHAN BUNUH DIRI
Basic Suicide Precautions
Maximum Suicide Precautions
Basic Suicide Precautions(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
Tempatkan klien di ruang terbuka kecuali jika ditemani staf atau keluarga.
Cek dimana klien berada dan pastikan aman tiap 15 menit Temani klien saat minum obat. Lihat barang-barang klien untuk yang potensial dapat melukai.
Teliti kondisi klien, dan katakan untuk mendampingi klien saat klien bekerja.
Cek seluruh bawaan pengunjung. Ijinkan klien memiliki peralatan makan, tapi pastikan apakah
gelas atau alat lain ada yang hilang ketika mengumpulkannya. Ijinkan pengunjung & hubungan telepon kecuali jika klien
tidak menghendaki. Cek bahwa pengunjung tidak meninggalkan barang-barang
berbahaya di ruangan. Jalankan protokol ini sampai dihentikan oleh psikiater. Informasikan pada klien alasan & detail aturan yang
diterapkan. Penjelasan ini harus dibuat oleh dokter dan perawat serta dokumentasikan.
Maximum Suicide Precautions(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)
Berikan supervisi 1 : 1.perawat harus tetap berada di ruangan dalam jangkauan klien setiap saat. Ketika klien menggunakan kamar mandi, pintunya harus terbuka. Seorang staf harus duduk disamping tempat tidur klien pada malam hari.
Jangan ijinkan klien untuk ditinggal pada pelaksanaan tes atau pelaksanaan tindakan.
Lihat dengan seksama barang bawaan klien dan amankan barang-barang yang membahayakan, seperti pil, korek api, sabuk, tali sepatu, BH/kutang, pisau cukur/silet, jepitan, cermin taua benda dari kaca (bola lampu pijar), kawat/kabel, benda-benda kecil.
Jika aturan ini diterapkan setelah klien dirawat dalam tempo yang lama, selidikilah dengan seksama kondisi ruangannya.
Cek pengunjung jangan sampai meninggalkan benda-benda berbahaya di ruangan.
Layani kebutuhan makan klien dalam tempat makan isolasi yang terbuat dari bahan bukan kaca atau logam.
Utamakan penjelasan pada klien apakah dia boleh melakukan sesuatu serta alasannya. Dokumentasikan.
Jangan menghentikan aturan ini tanpa saran dari psikiater.