abstrak - stkip pgri sumbar
TRANSCRIPT
i
ABSTRAK
Aprilia Yuni Fitri Astuti. (NPM: 15080170), Pengaruh Penggunaan TTW
terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa Kelas VII SMPN 1 Ukui
Kabupaten Pelalawan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang 2020.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan sebagai berikut.
Pertama, masih banyak siswa yang kurang memahami dalam mengembangkan
puisi rakyat. Kedua, siswa mengalami kesulitan saat membuat tahap-tahapan
dalam menulis puisi rakyat dengan menulis dapat membantu melatih siswa dalam
menulis cepat. Ketiga, siswa kurang memahami kebahasaan yang ada pada puisi
rakyat. Keempat, siswa masih banyak yang tidak berani tampil ke depan kelas
untuk menyampaikan pendapatnya. Kelima, dalam membaca siswa kurang
mengerti tentang intonasi, volume, dan penjedahan karena pada saat membaca
siswa terlalu cepat sehingga tidak terdengar apa yang diucapkan.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode
eksperimen. Desain penelitian ini adalah one group pretest-posttest. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Ukui Kabupaten Pelalawan.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.2 yang berjumlah 65 orang.
Data dalam penelitian ini adalah skor kemampuan menulis puisi rakyat sebelum
menggunakan TTW) dan skor kemampuan menulis puisi rakyat dengan
menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten
Pelalawan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
Pertama, kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan model pembelajaran Think Talk
Write (TTW) memperoleh nilai rata-rata 58,87, berada pada tentangan 56-65%
dengan kualifikasi cukup. Kedua, kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas
VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dengan menggunakan model
pembelajaran TTWmemperoleh nilai rata-rata 71,28 berada pada rentangan 66-
75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Ketiga, berdasarkan uji-t didapat hasil
thitung (5,76) > ttabel (1,66) kriteria pengujian t diterima jika thitung > ttabel dengan kata
lain H1 diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian penggunaan model
pembelajaran Think Talk Write (TTW) terdapat pengaruh terhadap kemampuan
menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 merupakan pedoman belajar. Berisikan materi ajar dalam
kementrian pendidikan sebagai penanggung jawab dan melakukan perubahan dan
memiliki empat aspek penilaian yaitu pengetahuan, keterampilan, sosial, dan
spiritual. Salah satu yang dipelajari adalah puisi rakyat. puisi rakyat ialah
kesusasteraan rakyat yang sudah lama dan tertentu bentuknya. umumnya puisi
rakyat terdiri dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang
berdasarkan panjang pendek suku kata, rima kebahasaan, lemah tekanan suara,
atau hanya berdasarkan irama. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
menekankan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum
ini juga menuntut siswa on dalam belajar terutama Bahasa Indonesia.
Menulis adalah salah satu proses kreatif berbahasa yang dibtuhkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Menulis bisa untuk merangkai huruf jadi
kalimat juga sampai pada orang. Melalui penguasaan menulis, siswa diharapkan
dapat menggungkapkan ide, gagasan dan informasi dalam bentuk tulisan. tulisan
yang dihasilkan siswa harus didasari dengan pengetahuan kebahasaan, seperti tata
bahasa, kosa kata, dan ejaan yang benar.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII semester dua terdapat
berbagai macam materi pembelajaran seperti, buku fiksi dan Nonfiksi, surat
pribadi dan surat dinas, puisi rakyat dan fabel. Puisi rakyat adalah (puisi lama)
terbagi atas pantun, syair, gurindam, talibun, seloka, mantra, dan karmina.
iii
Penelitian ini hanya dibatasi puisi rakyat (puisi lama) bagian pantun karena masih
banyak siswa yang kurang mengerti dengan pantun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru maple B.I kelas
VII Semester dua SMPN 1 Ukui dengan Refliana, S.Pd. pada tanggal 18 februari
2019, diperoleh informasi bahwa kemampuan menulis puisi rakyat siswa masih
tergolong rendah. Permasalahan yang dialami siswa pada umumnya adalah
sebagai berikut. Pertama, masih banyak siswa yang kurang memahami dalam
mengembangkan puisi rakyat karena merupakan pembelajaran yang baru pada
kurikulum 2013. Kedua, siswa mengalami kesulitan saat membuat tahap-tahapan
dalam menulis puisi rakyat dengan menulis dapat membantu melatih siswa dalam
menulis cepat. Ketiga, siswa kurang memahami kebahasaan yang ada pada puisi
rakyat. Keempat, siswa masih banyak yang tidak ada mental untuk ke depan kelas
untuk menyampaikan pendapatnya. Kelima, dalam membaca siswa kurang
mengerti tentang intonasi, volume, dan penjedahan karena pada saat membaca
siswa terlalu cepat sehingga tidak terdengar apa yang diucapkan. Keenam, siswa
dalam menulis kurang mengerti dengan tanda baca.
Pada penelitian ini dilakukan juga wawancara dengan delapan orang siswa
kelas VII SMPN 1Ukui bisa diringkas. satu, siswa masih banyak yang belum
mengerti dengan huruf kapital karena siswa masih butuh bimbingan guru dalam
menulis. Kedua, siswa masih banyak yang belum mengerti tentang struktur pantun
karena siswa belum mengerti tentang sampiran dan isi. Ketiga, siswa lebih banyak
menyukai menulis dari pada membaca karena dalam menulis menambah ilmu
pengetahuan sedangkan membaca cepat bosan. Keempat, siswa mudah bosan pada
iv
saat pembelajaran menulis pantun siswa tidak mengerti dengan sampiran dan isi.
Kelima, siswa masih banyak yang tidak berani mengeluarkan idenya dan malas
berpikir kreatif karena siswa lebih cendrung dalam menulis dan merasakan bosan
dalam pembelajaran pantun dan banyak yang tidur dan ribut pada saat guru
menjelaskan.
Berdasarkan wawancara di atas, maka guru bahasa Indonesia harus
mampu memberikan solusi menyudahi masalah. Dapat dikerjakan yaitu
menerapkan berbagai teknik, metode dan model yang sesuai dengan materi ajar.
yaitu penerapan mode belajar bisa digunakan meningkatkan kemampuan tulis
puisi rakyat adalah model TTW tersebut menarik untuk diterapkan pada
pembelajaran menulis puisi rakyat. Sebab itu, peneliti membahas sebab
“Pengaruh Penggunaan Model TTW terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat
murid Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan”
Berdasarkan kurikulum 2013 tingkat SMP untuk mapel bahasa Indonesia
siswa kelas VII bahwa kepiawaian berbahasa dituntut adalah terampil tulis puisi
rakyat. Karena terdapat pada kompetisi Inti (KI) 4. Coba, olah, saji secara seluruh
(guna, urai, rangkai, modif, dan buat) dan lokasi abstrak (tulis, baca, gambar, dan
karang) tepat dengan belajar sekolah dengan sumber lain yang sama bentuk
pandang. Kompetensi Dasar (KD) 4.14. ungkap gagas, rasa, pesan seperti puisi
rakyat secara lisan dan tulis cara perhatikan struktur, rima, dan gunaan bahasa.
Kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran kemampuan menulis
puisi rakyat di sekolah sangat mempengaruhi oleh kreatifitas masing-masing guru.
Dalam pembelajaran keterampilan puisi rakyat. Keempat keterampilan berbahasa
v
lainnya yakni menyimak, mendengar, dan membaca juga mendukung tercapainya
kompetisi yang diharapkan dalam menulis puisi rakyat disekolah pembelajaran
kemampuan menulis puisi rakyat sering terkendala oleh berbagai permasalahan
seperti mampu guru ajar, mampu siswa pahami pembelajaran sudah diajarkan
tersebut. Komponen yang pengaruh proses belajar mengajar yaitu guru, murid,
tujuan belajaran kurang tercapai jadi kreatifitas seorang guru dalam
menyampaikan pembelajaran berpengaruh terhadap keterkaitan minat belajar
siswa. Puisi rakyat yaitu kesusasteraan rakyat selesai tentu romannya. Biasa puisi
rakyat terdiri dari sederet kalimat. Dasar rima, ada dasarkan panjang pendek suku
kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama. Puisi rakyat adalah
ekspresi dari pengalaman imajinasi diungkapkan dengan bahasa digunakan setiap
planning bagus serta ada manfaat dan puisi rakyat kesusteraan masyarakat lama
atau setempat yang mana puisi rakyat ini sudah lama tidak berkembang sehingga
sudah punah.
B. Identifikasi Masalah
Didasarkan masalah, bisa didentifikasikan masalah dalam belajar tulis.
Pertama, ada ramai murid minus memahami mengembangkan puisi rakyat karena
merupakan pembelajaran yang baru pada kurikulum 2013. Kedua, siswa
mengalami kesulitan saat membuat tahap-tahapan dalam menulis puisi rakyat
dengan menulis dapat membantu melatih siswa dalam menulis cepat. Ketiga,
siswa kurang memahami kebahasaan yang ada pada puisi rakyat. Keempat, siswa
masih ramai tidak ada mental di dimuka kelas untuk menyampaikan pendapatnya.
Kelima, dalam membaca siswa kurang mengerti tentang intonasi, volume, dan
vi
penjedahan karena pada saat membaca siswa terlalu cepat sehingga tidak
terdengar apa yang diucapkan. Keenam, siswa dalam menulis kurang mengerti
dengan tanda baca.
Pada penelitian ini dilakukan juga wawancara dengan delapan orang murid
tingkat VII SMPN 1Ukui Kab.Pelalawan bisa simpul seperti, Pertama, siswa
masih banyak yang belum mengerti dengan huruf kapital karena siswa masih
butuh bimbingan guru dalam menulis. Kedua, siswa masih banyak yang belum
mengerti tentang struktur pantun karena siswa belum mengerti tentang sampiran
dan isi. Ketiga, siswa lebih banyak menyukai menulis dari pada membaca karena
dalam menulis menambah ilmu pengetahuan sedangkan membaca cepat bosan.
Keempat, siswa mudah bosan pada saat pembelajaran menulis pantun siswa tidak
mengerti dengan sampiran dan isi. Kelima, siswa masih banyak yang tidak berani
mengeluarkan idenya dan malas berpikir kreatif karena siswa lebih cendrung
dalam menulis dan merasakan bosan dalam pembelajaran pantun dan banyak yang
tidur dan ribut pada saat guru menjelaskan.
C. Batas Masalah
Didasarkan permasalahan tersebut, jadi masalah diteliti pada “Pengaruh
Penggunaan seperti belajar TTW dasar mampu Menulis Puisi Rakyat Murid
Tingkat VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan”.
D. Rumusan Masalah
Didasarkan batasan masalah, rumus permasalahan dalam diteliti ini adalah
seperti pada. Pertama, bagaimanakah mampu tulis puisi rakyat murid tingkat VII
vii
SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan mode TTW?, Kedua,
bagaimanakah mampu tulis puisi rakyat murid tingkat VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan setelah menggunakan model TTW?Ketiga, bagaimanakah
pengaruh penggunaan model TTW terhadap kemampuan menulis puisi rakyat
murid tingkat VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan?
E. Visi Penelitian
didasarkan rumusan masalah, maka dalam yang diteliti yaitu. Pertama,
Untuk deskripsikan mampu menulis puisi rakyat sebelum gunakan model TTW
terhadap kemampuan menulis puisi rakyat murid tingkat VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan. Kedua, Untuk mendeskripsikan kemampuan menulis puisi
rakyat dengan menggunakan model TTW terhadap kemampuan menulis puisi
rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Ketiga,
mendeskripsikan pengaruh penggunaan model TTW terhadap mampu tulis puisi
rakyat murid tingkat VII SMP Negeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan.
F. Manfaat Penelitian
permasalahan diharapkan bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya sebagai berikut. Pertama, bagi guru bahasa Indonesia SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan
menulis puisi rakyat pada siswa tentukan teknik kreatif agar tunjangan berhasil
belajar. Kedua, siswa di SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dapat meningkatkan
kreatifitas dan pedoman menulis puisi rakyat dengan terampil dan menggunakan
model TTW dasar mampu tulis puisi rakyat murid tingkat VII SMPN 1Ukui
viii
Kabupaten Pelalawan. Ketiga, bagi peneliti sendiri sebagai bahan dalam proses
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Keempat, untuk penelitian berikutnya
bisa informasi, pembanding untuk diteliti yang berhubungan dengan masalah ini.
Kelima, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kegiatan
pembelajaran menulis puisi rakyat.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian, penulis
menggunakan penafsiran yang istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut.
Pertama, pengaruh adalah efek atau akibat yang ditimbulkan oleh suatu teknik
atau perlakuan, dimana suatu keadaan yang menyebabkan hubungan yang saling
berhubungan untuk dipengaruhi. dengan TTW) dasar mampu tulis puisi rakyat
murid tingkat VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan . Kedua, TTW) merupakan
mode belajar latihan kemampuan murid untuk tulis. TTW tekankan perlu murid
komunikasi dasar pikirnya. Think artinya berpikir. Ketiga, kemampuan dalam
menulis dasar gunakan TTW ini dapat melatih dari pikir, bicara, dan nulis. puisi
rakyat adalah kesusasteraan rakyat sudah tentu bentuk, biasa berderet kalimat,
dasarkan jimat, dasarkan panjang singkat suku kata, lemah tekanan suara, atau
berdasrkanirama. keempat, puisi rakyat adalah kesusteraan rakyat yang sudah
lama dan merupakan tradisional melayu yang sediakan..
9
BAB II
JABARAN PUSTAKA
A. Landas Teori
Pada bagian ini teori digunakan dalam telitian “ Pengaruh Penggunan
Model TTW dasar mampu tulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan” yaitu pada berikut: (satu) Hakikat Menulis, (dua) Hakikat
Pantun (tiga) Hakikat Mode Think Talk Write (TTW).
1. Hakikat Menulis
Teori yang terdapat di dalam hakikat menulis adalah (a) arti tulis, (b) visi
tulis, (c) guna tulis dan (d) step-step menulis.
a. Pengertian Menulis
Dasar Tarigan (2008:3), tulis adalah terampil bahasa guna komunikasi
tidak tatap muka. Tulis ialah kerja produktif dan ekspresif. Dalam kerja tulis, tulis
harus ada manfaat grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Terampil tulis tidak
sampai dengan otomatiz tapi latih praktik banyak rutin
Dalman (2015:3), mengatakan tulis ialah kerja komunikasi yaitu sampai
pesan dengan tulis pada lain yaitu cara tulis pakai alat. Tulis ialah laju kreatif
tuang gagas seperti bahasa tulis tujuan seperti beritahu, yakinkan, hibur.
Dasarkan ahli, bisa disimpul yaitu tulis yaitu sampaikan pikir, gagas, rasa
dan dasar hubungan tidak tatap wajah.
b. Tujuan Menulis
Menurut Tarigan (2008:9), mengemukakan tujuan tulis yaitu sebagai
berikut. Pertama, membantu siswa dalam tulisan dibuat untuk dibaca. Kedua,
dalam menulis dapat tulisan didasarkan pada pengalaman. Ketiga, dalam proses
10
pembelajaran tulisan ditingkatkan melalui latihan terpimpin. Keempat, dalam
tulisan, makna menggantikan bentuk. Kelima, kegiatan-kegiatan bahasa lisan
hendaklah mendahului kegiatan menulis.
Dalman (2015:13-14), defenisi bahwa visi tulis adalah seperti lanjut.
Pertama, visi tugas adalah tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru
atau sebuah lembaga. Kedua, tujuan estetis adalah tujuan untuk menciptakan
sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Ketiga,
tujuan penerangan adalah tujuan penulis memberikan informasi kepada pembaca.
Keempat, tujuan pernyataan diri adalah tujuan untuk untuk menegaskan tentang
apa yang telah diperbuat misalnya perjanjian maupun surat pernyataan. Kelima,
tujuan kreatif adalah tujuan yang berhubungan dengan proses kreatif terutama
dalam menulis karya sastra dengan menggunakan imajinasi secara maksimal
ketika mengembangkan tulisan, mulai dalam mengembangkan penokohan,
melukiskan setting, maupun yang lain. Keenam, tujuan konsumtif adalah tujuan
sebuah tulisan diselesaikan untuk dijual dan dikonsumsi oleh para pembaca.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas , dapat disimpulkan bahwa tujuan
menulis adalah untuk memberikan arahan dalam menulis dan menjelaskan sesuatu
menceritakan suatu kejadian, meyakinkan orang lain agar percaya dengan tulisan
yang telah dibuat dan membuat tulisan kreatif dan rapi.
c. Manfaat Menulis
Menurut Tarigan (2008:22-23), manfaat menulis sebagai berikut. Pertama,
untuk hubungan hinder tatap wajah. Kedua, tolong kkita berfikir dg kritis. Ketiga,
mudah dirasa, nikmati hubungan, perdalam tanggapan atau pendapat, pecahkan
11
masalah, susun urut pengalaman. Keempat, bantu jelaskan pikiran. Dalman
(2015:6), manfaat menulis sebagai berikut. Pertama, tingkat cerdas. Kedua,
kembangan daya ide dan kreativ. Ketiga, tumbuh berani dan. Kempat,
pendoromgan kemauan dan mampu kumpul info.
Menurut Suparno dan Yunus (dalam Sumerti, 2014:14), kemanfaatan itu
di antaranya dalam hal: Pertama, peningkatan kecerdasan, kedua, pengembangan
daya inisiatif dan kreativitas, ketiga, penumbuhan keberanian, dan keempat,
pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Berdasarkan ahli, bisa disimpul guna tulis yaitu untuk komunikasi tidak
tatap wajah dan tingkat cerdas kembangkan ide kreativit dalam mengumpulkan
informasi.
d. Langkah-langkah Menulis
Menurut Dalman (2015:15-20), langkah-langkah menulis yaitu. Satu,
penulisan tahap siapan waktu pembelajaran menyiapkan dirii, kumpulkan info,
rumuskan masalah, tentukan fokus, olah infoi, tarik tafsir dan inferensi dasar
realitah hadapi, diskusi, baca, amati diperkaya masuk kognitif yang akn diproses
selanjut. pada tahap ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu sebagai berikut.(a)
tetukan topik, (b) tentukan maksud tuju penulis, (c) perhatikan sasar karang
(pembaca), (d) kumpulkan info dukungan, (e) menginformasikan idea dan info.
Kedua, tahap penulisan pada tahap ini mengembangkan butir demi butir ide.
Semi (2009:10-11), kemukakan step-step dalam menulis sebagai berikut.
Pertama, tahap prapenulis. Penulis menafsirkan apa yang ingin ia katakan. Kedua,
tahap penulisan.
12
Tarigan (2008:10), menyatakan langkah-langkah dalam menulis sebagai
berikut. Pertama, mengumpulkan pokok-pokok pembicaraan. Kedua, menyusun
pokok persoalan. Ketiga membuat bagan (outline) dan menuliskan kalimat judul
(topic sentence). Keempat, tulis paragraf sesuai dengan bagan.kelima, tutup dan
akhiri paragraf dengan satu judul yang menarik.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah dalam menulis dari menemtukan topik (pokok pembicara),
menentukan tujuan dalam menulis, menyusun pokok permasalahan,
mengumpulkan referensi (informasi pendukung), menulis dan tahap terakhir
penyuntingan dan perbaikan (editing).
2. Hakikat Pantun
Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan hakikat
pantun yaitu (a) Pengertian Puisi Rakyat. (b) Syair. (c) Gurindam.
a. Pengertian Puisi Rakyat
Puisi rakyat adalah kesusteraan rakyat tentu bentuk biasanya berderet
kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku
kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama. puisi terbagi menjadi
dua puisi lama dan puisi baru yang pertama, puisi lama yaitu puisi yang terikat
oleh syarat-syarat tertentu yang tradisional, puisi lama lebih mementingkan
bentuk dari pada isi.
jenis-jenis puisi lama : Pertama, bidal. Kedua, pantun. Ketiga, karmina.
Keempat, talibun. Kelima, syair (dari arab). Keenam, gurindam (dari arab).
Ketujuh, seloka (dari arab).Kedua, puisi lama berbeda dengan puisi baru. puisi
13
lama sangat terikat oleh bentuk dan harus sesuai dengan pola yang sudah umum.
keadaan ini menyebabkan perkembangannya sangat lambat. puisi baru sudah
mulai meninggalkan cara-cara itu. pengarang puisi baru berusaha mencari warna
baru baik dari segi isi, bentuk, rima, maupun iramanya.jenis-jenis puisi baru :
Pertama, ode. Kedua, hymne. Ketiga, elegy. Keempat, epigram. Kelima, satire.
Keenam, romance. Ketujuh, ballad.
b. Syair
Syair adalah bentuk puisi lama terdiri atas empat baris dalam setiap bait,
semuanya berupa isi berumus a-a-a-a.
Ciri bentuk syair :Pertama, tiap-tiap bait terjadi 4 baris. Kedua, tiap baris
terjadi 8-12 suku kata. Ketiga, sususnan vertikal sajak akhir yaitu sajak sama,
rumusnya a-a-a-a. Keempat, barisnya berupa isi. isi syair berupa nasehat, cerita
dongeng, lukisan, peristiwa, mistik dan lain-lain. syair berasal dari arab
perbandingan antara syair dengan pantun.
Persamaanya Pertama, tiap bait terdiri atas empat baris. Kedua, tiap s
masing-masing terjadi 8-12 suku kata. Perbedaan Pertama, sebait pantun terdiri
dari sampiran dan isi sebait syair merupakan isi seluruhnya. Kedua, rumus sajak
pantun ab-ab rumus sajak akhir syair aaaa. Ketiga, isi pantun berupa lirik isi syair
berupa epik. Keempat, satu bait pantun sudah merupakan kesatuan yang selesai
atau suatu keutuhan
14
c. Gurindam
Gurindamm ialah puisi lama terdiri atas dua baris dalam setiap bait, semua
bentuk isi yang bentuk nasihat atau siindiran. pengarang gurindam yang terkenal
adalah raja ahli haji, karanganya gurindam dua belas.
a. Pengertian Pantun
Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan hakikat
pantun yaitu (a) Pengertian Pantun (b) Struktur Pantun (c) Ciri-ciri Pantun (d)
Penggunaan Bahasa Pantun. (e) Sajak. (f) Indikator Penilaian Menulis Pantun.
Menurut Gani (2010:93) pantun adalah sastra lisan dalam bentuk puisi
rakyat yang paling tua, paling umum, dan paling penting bagi masyarakat
Minangkabau. pantun mempunyai bait yang terdiri dari empat baris atau lebih
(sampai dua belas baris) dengan delapan sampai dua belas suku kata pada tiap-tiap
barisnya.
Menurut Waluyo (2003:49) pantun (yang berarti dengan padi) adalah jenis
puisi lama yang terdiri dari empat baris, memiliki rima (persamaan bunyi) a/b/a/b
dengan baris pertama dan kedua merupakan sampiran (semacam teka-teki ) dan
baris ketiga dan keempat merupakan isi.
b. Struktur Pantun
Menurut Indriawan (2015:87), struktur tiap pantun dapat dibagi menjadi
dua bagian sebagai berikut (1) sampiran dan (2) isi. Sampiran merupakan
pengantar (larik pertama dan kedua) agar pembaca mau membaca larik ketiga dan
keempat pantun. Sedangkan Isi adalah maksud atau tujuan pantun. isi pantun
biasanya berupa pikiran, perasaan, nasihat, kebenaran, pertanyaan, atau teka-teki
15
yang terdapat pada larik ketiga dan keempat. isi pantun juga mengandung pesan
yang disampaikan pemantun kepada orang lain.
Menurut Sugiarto (2015:5), struktur pantun terbagi atas dua bagian, yaitu
bagian sampiran dan isi. sampiran (dua larik pertama) merupakan pengantar
menuju isi pantun, yaitu pada kedua larik berikutnya. umumnya larik-larik dalam
dua larik pertama (sampiran) hanya memiliki hubungan persamaan bunyi dengan
larik ketiga dan keempat dan tidak memiliki hubungan makna.
Diagram. 1. Struktur Pantun.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur
pantun terdiri dari empat baris. baris pertama dan kedua disebut sampiran,
sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi. baris ketiga dan keempat disebut
isi karena mengandung makna dari sampiran.
c. Ciri-ciri Pantun
bbbnmmnb STRUKTUR PANTUN
Sampiran
Isi
Baris 1 /a/
baris 1 / g Baris 2 /b/
Baris 2 /-b/
Baris 1/-a/
16
Menurut Sugiarto (2015:5) mengatakan ciri-ciri pantun dapat dibagi
menjadi (1) setiap (bait) terdiri atas empat larik (baris), (2) banyaknya suku kata
tiap larik sama atau hampir sama (biasanya terdiri atas 8-12 suku kata), (3) pola
sajak akhirnya adalah ab-ab, (4) larik pertama dan kedua disebut sampiran,
sedangkan larik ketiga dan keempat disebut isi pantun (makna, tujuan, dan tema
pantun). larik sampiran ini mengandung tenaga pengimbau bagi pendengar atau
pembaca untuk segera mendengar atau membaca larik ketiga dan keempat.
Menurut Aprilia (2017:31) mengatakan ciri-ciri pantun (1) tiap-tiap bait
terdiri dari 4 (empat) baris, (2) bersajak ab-ab, (3) dua baris pertama awal berupa
sampiran, (4) dua baris terakhir berupa isi, (5) tiap baris, biasanya terdiri dari 4
hingga 6 kata atau 8 sampai 12 suku kata.
d. Penggunaan Bahasa Pantun
Menurut Sugiarto (2015:5), perbedaan pendapat para ahli tentang yang
membedakan bantuk karyaa sastra lisan dan merupakan ciri khas yang mudah
dikenal antara lain (1) setiap bait terdiri dari empat larik (2) banyaknya suku kata
tiap larik sama atau hampir sama (biasa terdiri atas 8-12 suku kata).
Menurut Waluyo (1987:8), struktur temantik atau struktur makna
dikemukakan menurut aturan jenis pantun atau jenis syair ikatan yang
memberikan nilai keindahan dalam struktur kebahasaan itu, berupakan (1) jumlah
suku kata . kata setiap baris (2) jumlah baris setiap bait (3) jumlah bait setiap
puisi.
Menurut Mihardja (2009:11), dalam bahasa jawa, misalnya dikenal sebgai
periksa dan dalam bahasa sunda dikenal sebagai paparikan, lazimnya pantun
17
terdiri atas empat larik pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun
sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa bahasa dalam pantun merupakan bait, larik, dan suku kata, karena pantun
terdiri dari empat larik dan kaata pantun berdiri dari 8 - 12 kato.
e. Sajak
Menurut Ratih (2012:25) mengatakan sajak ialah persamaan bunyi..
persamaan itu ada yang tepat benar-benar dan ada pula yang kurang sempurna.
walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi sesuatu puisi lama, tetapi
pengaruhnya sangat mengikat kepada bentuk dan pilihan kata dalam puisi itu.
Menurut Aprilia (2017:27) mengatakan sajak ialah persamaan bunyi.
persamaan yang terdapat pada kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, di akhir
perkataan. persamaan itu ada yang terdapat benar-benar dan ada pula yang kurang.
f. Indikator penilaian Menulis Pantun
Berdasarkan teori menulis pantun diatas, maka indikator penilaian yang
digunakan dalam penelitian ini menurut Sugiarto (2015:5) . Ciri-ciri pantun
Pertama, setiap untai (bait) terdiri atas empat larik (baris). Kedua, banyaknya
suku kata tiap larik sama atau hampir sama (biasanya terdiri atas 8-12 suku kata).
Ketiga, pola sajak akhirnya adalah ab-ab. Keempat, larik pertama dan kedua
disebut sampiran, sedangkan larik ketiga dan keempat disebut isi pantun (makna,
tujuan, dan tema pantun). larik sampiran ini mengandung tenaga pengimbau bagi
pendengar atau pembaca untuk segera mendengar atau membaca larik ketiga dan
keempat.
18
3. Hakikat TTW)
Hakikat model pembelajaran sebagai berikut. a) pengertian model (TTW),
b) langkah-langkah model TT),c) kelebihan model (TTW), d) kekurangan model
(TTW).
a. Pengertian TTW
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan
(menyimak, mengkritis, dan alternative solusi) hasil bacaannya dikomunikasikan
dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. sintaknya
adalah : informasi, kelompok, (membaca- mencatat – menandai), presentasi,
diskusi, melaporkan.
Menurut Suyatno (2009: 51), Model ThinkTalk Write (TTW) merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif dimana kooperatif ini kegiatan
pembelajarannya dengan cara berkelompok untuk bekerja sama 8 saling
membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan dengan menyatukan
pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal, dengan pembelajaran ini
siswa dilatih dan dibiasakan untuk salingberbagi (sharing) pengetahuan dan
pemikirannya serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Berdasarkan penjelasan
di atas maka dengan menggunakan model pembelajaran ThinkTalk Write (TTW)
semua siswa dalam kelompok dapat menyatukan ide atau pendapat mereka untuk
memecahkan suatu permasalahan yang diberikan dari guru serta saling membantu
dan berlatih berintraksi dan komunikasi dalam kelompoksehingga memberikan
pengetahuan awal kepada anggota kelompok Salah satu model pembelajaran yang
mengedepankan ketiga aspek tersebut yaitu ThinkTalk Write (TTW).
19
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran think talk write ini diharapkan dapat dijadikan
salah satu alternatif untuk memberikan rangsangan keatifan siswa, mengatasi
kesulitan siswa dalam memahami materi, menjadikan suasana yang ada di dalam
kelas akan lebih menyenangkan dan menarik serta pembelajaran menjadi
bervariasi sehingga meningkatkan hasil belajar.
b. Langkah TTW
Menurut Shoimin (2016:214), Pertama, guru bagikan LKS muat soal
mutlak kerjakan oleh murid dan petuunjuk pelaksanaanya. Kedua, peserta didik
baca masalah ada di LKS dan buat catat kecil secara sendirii tentang apa yang ia
ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik buat catat
kecil inilah akan terjadi proses pikir (Think) pada peserta didik. Setelah itu,
peserta didik berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut secara individu.
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan
ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa sendiri. Ketiga, guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa).
Keempat, siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu group untuk
membahas isi catatan dari hasil catatan (Think). Dalam kegiatan ini mereka
menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide
dalam diskusi. pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. diskusi
diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Kelima, dari hasil
diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban
atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam
20
bentuk tulisan (Write) dengan bahasanya sendiri. pada tulisan itu peserta didik
menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi. Keenam, perwakilan
kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta
memberikan tanggapan. Ketujuh, kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat
refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. sebelum itu pilih beberapa
atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan
jawabanya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
Menurut Antasari (dalam Obsa, 2017:96), sebagai berikut: Pertama, guru
membagi teks bacaan berupa lembar aktiivitas siswa yang memuat siituasi
masalah yang bersifat open- ended serta memberikan petunjuk dan prosedur
pelaksanaanya. Kedua, siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan
serta individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think). ketiga, siswa berinteraksi
dan berkelaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). guru berperan
sebagaimediator dalam lingkungan belajar. keempat, siswa mengkontrusikan
sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write). kelima, guru memantau dan
mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Menurut Huda (2014:218) langkah pembelajaran dengan model think talk
write. pertama, siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
individu (think), untuk di bawa ke forum diskusi. kedua, siswa berinteraksi dan
berkolaborasi dengan teman satu group untuk membahas isi catatan (talk). Dalam
kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk
menyampaikan id-ide dalam diskusi.pemahaman di bangun melalui interaksi
dalam hal diskusi, karena diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal
21
yang diberikan. ketiga, siswa mengkonstruksikan sendiri pngetahuan yang
membuat pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan. keempat, kegiatan
akhir pembelajaran ini adalah membuat refleksi dan ksimpulan atas materi yang
dipelajari. sebelum itu, dipilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan
kelompok untuk menyajikan jawaban, sdangkan kelompok lain diminta
memberikan tanggapan.
c. Kelebihan TTW)
Menurut Suyatno (2009:67) menjelaskan kelebihan model Think Talk
Write (TTW) adalah: Pertama, mengembangkan pemecahan yang bermakna
dalam rangka memahami materi ajar. Kedua, dengan memberikan soal open
ended dapat mengembangkan keterampilan berpikir ktritis dan kreatif siswa.
Ketiga, dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan
siswa secara aktif dalam belajar.
d. Kekurangan TTW)
Menurut Shoimin (2016:215), mengatakan kekurangan TTW) sebagai
berikut. Pertama, kecuali kalau soal open ended tersebut dapat memotivasi, siswa
dimungkinkan sibuk. Kedua, ketika siswa bekerja daam kelompok itu mudah
kehilangan kemampuan dan kepercayaan karena didominasi oleh siswa yang
mampu. Ketiga, guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang
agar dalam menerapkan strategi think talk write tidak mengalami kesulitan.
Menurut Suyatno (2009:67) menyatakan kekurangan model Think Talk
Write (TTW) sebagai berikut: Pertama, kecuali kalau soal open ended tersebut
dapat memotivasi, siswa di mungkinkan bekerja sibuk. Kedua, ketika siswa
22
bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan,
karena di dominasi oleh siswa yang mampu. Ketiga, guru harus benar-benar
menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi Think
Talk Write(TTW) tidak mengalami kesulitan.
e. Penerapan TTW)
Berdasarkan langkah-langkah TTW) menurut Shoimin akan
mempermudahkan siswa dalam belajar. siswa akan dibagi menjadi beberapa
kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan. penerapan TTW) menurut
Shoimin (2016:214) dapat dilihat berdasarkan dibawah ini.
Tabel 1. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Think Talk
Write(TTW) terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa
Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Think Talk Write
Menurut Shoimin (2016: 214)
Penerapan TTW) terhadap
Kemampuan Menulis Pantun
1. Guru membagikan LKS yang memuat
soal yang harus dikerjakan oleh siswa
serta petunjuk pelaksanaanya
Guru membagikan LKS yang
berisi soal serta petunjuk
pelaksanaan tugas kepada peserta
didik untuk mengerjakan soal
tersebut.
2. Peserta didik membaca masalah yang
ada dalam LKS dan membuat catatan
kecil secara individu tentang apa yang
ia ketahui dan tidak ketahui dalam
masalah tersebut. Ketika peserta
membuat catatan kecil inilah akan
terjadi proses berpikir (Think) pada
peserta didik. Setelah itu, peserta didik
berusaha untuk menyelesaikan
masalah tersebut secara inividu.
Guru meminta peserta didik untuk
membaca masalah yang ada dalam
LKS dan peserta didik di minta
untuk membuat catatan kecil secara
individu tentang apa yang ia ketahui
dan tidak ia ketahui dalam masalah
tersebut dari pantun yang diketahui.
setelah peserta didik membuat catan
kecil, peserta didik diminta untuk
berusaha menyelesaikan masalah
23
Kegiatan ini bertujuan agar peserta
didik dapat membedakan atau
menyatukan ide-ide yang terdapat
pada bacaan untuk kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa
sendiri.
tersebut secara individu. dengan
cara menganalisis struktur pantun
dan jenis.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok
kecil 3-5 siswa
Guru membagi siswa dalam
kelompok kecil yang beranggota
3- 5 peserta didik.
4. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi
dengan teman satu group untuk
membahas isi catatan dari hasil catatan
(talk). Dalam kegiatan ini mereka
menggunakan bahasa dan kata-kata
mereka sendiri untuk menyampaikan
ide-ide dalam diskusi. pemahaman
dibangun melalui interaksinya dalam
diskusi. diskusi diharapkan dapat
menghasilkan solusi atas soal yang
diberikan.
Peserta didik dengan teman
sekelompoknya untuk membahas
isi catatan dari hasil catatan kecil.
yang berkaitan dengan analisis
pantun tersebut berdasarkan
struktur dan jenis peserta didik
menyatukan bahasa dan kata-kata
mereka untuk menyampaikan ide-
ide dalam diskusi kelompok.
peserta didik berdiskusi untuk
mendapatkan solusi atas soal yang
diberikan.
5. Dari hasil diskusi, peserta didik secara
individu merumuskan pengetahuan
berupa jawaban soal (berisi landasan
dan keterkaitan konsep, metode, dan
solusi) dalam bentuk tulisan dengan
bahasa sendiri. pada tulisan itu peserta
didik menghubungkan ide-ide yang
diperolehnya melalui diskusi.
Setelah hasil Dari diskusi
kelompok peserta didik
merumuskan pengetahuan secara
individu mengenai jawaban soal
dalam bentuk tulisan dengan
menggunakan bahasa sendiri.
dengan tema “pantun nasehat dan
pantun agama tulisan yang dibuat
peserta didik berasal dari
gabungan ide-ide yang diperoleh
melalui diskusi kelompok dengan
pantun yang dibuat.
6. Perwakilan kelompok menyajikan
hasil diskusi kelompok, sedangkan
kelompok lain diminta memberikan
tanggapan
Guru meminta perwakilan setiap
kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok dan kelompok
lain diminta untuk memberikan
tanggapan atas hasil diskusi
penyaji yang berdasarkan tema
dalam pantun tersebut seperti “
nasihat tentang kerja keras kelak
24
hidupnya menjadi sukses.
7. Kegiatan akhir pembelajaran adalah
membuat refleksi dan kesimpulan atas
materi yang dipelajari.Sebelum itu
dipilih beberapa atau satu orang
peserta didik sebagai perwakilan
kelompok untuk menyajikan
jawabannya, sedangkan kelompok lain
minta memberikan tanggapan.
Setelah kelompok lain
memberikan tanggapan. peserta
didik diminta untuk menyajikan
jawaban mengenai tanggapan dari
kelompok lain. sedangkan
kelompok lain diminta untuk
memberikan tanggapan atas
jawaban tersebut. guru dan peserta
didik menyimpulkan materi
pembelajaran secara bersama.
B. Penelitian yang Relevan
Berdsarkan studi kepustakaan yang dilakukan maka diperoleh penelitian
yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, Hasmiati (2012)
mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat dengan judul “pengaruh penggunaan
teknik permainan kata terhadap keterampilan menulis pantun siswa kelas VII
SMP Negeri 24 Sijunjung Kabupaten Sijunjung. penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 24 sijunjung dalam
menulis pantun. Berdasarkan hasil analisis data terdapat keterampilan menulis
pantun tanpa dan dengan menggunakan teknik permainan kata dapat disimpulkan
sebagai berikut. 1) tingkat keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP
Negeri 24 sijunjung tanpa menggunakan teknik permainan kata memperoleh nilai
rata-rata 70,23 dengan klsifikasi 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup
(LDC). 2) tingkat keterampilan menulis pantun dengan menggunakan teknik
permainan kata siswa kelas VII SMP Negeri 24 sijunjung memperoleh nilai rata-
rata 78,33 dengan klasifikasi 76-85% dengan kualifikasi baik. 3) berdsarkan hasil
uji “t” disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap penggunaan teknik
25
permainan kata siswa kelas VII SMP Negeri 24 sijunjung karena t hitung > t tabel
(2,26 > 1,67).
Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Hasmiati dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak pada model
pembelajarannya. Hasmiati menggunakan teknik permainan kata sedangakn
penulis menggunakan model Think Talk Write (TTW). Persamaan penelitian
Hasmiati dengan penelitian yang akan dilakukan penulis sama-sama
menggunakan menulis pantun.
Kedua, Desrimaliza (2014) Mahasiswa UNP dengan judul penelitian
“pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match terhadap
keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 30 padang. penggunaan
model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match berpengaruh secara signifikan
terhadap keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 30 padang.
Hal ini juga terlihat dari nilai rata-rata postest (79,68) keterampilan menulis
pantun lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata protest (58,72).
Persamaanya menggunakan model yang sama sedangkan membedakannya postest
nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan postest nilai yang lebih rendah.
Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Desmaliza dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada model
pembelajarannya. Desmariza menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe
Make a Match sedangakn penulis menggunakan model Think Talk Write (TTW).
Persamaanya penelitian Desmaliza dengan penelitian yang akan dilakukan penulis
sama-sama menggunakan menulis pantun.
26
Ketiga, Titin Siska (2014) mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat dengan
judul penelitian “ Pengaruh Penggunaan Model Think Pair Share terhadap
Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII MTSN 4 Mukomuko”. dengan
hasil penelitian tingkat kemampuan menulis pantun tergolong baik sekali dengan
rata-rata hitung (M) nilai sebesar 88 yang berada pada rentang tingkat penguasaan
86%-95%. Persamaanya menggunakan model Think Pair Share yang
membedakannya nilai sebesar 88 sedangkan pada tingkat penguasaan di perlukan
nilai yang tinggi dari 86%-95%.
Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Titin Siska dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak pada model
pembelajarannya. Titin Siska menggunakan model Think Pair Share,, sedangkan
penulis menggunakan model Think Talk Write (TTW). persamaanya penelitian
Titin Siska dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu sama-sama
menggunakan menulis pantun.
C. Kerangka Konseptual
Kemampuan Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah dapat memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.keterampilan menulis ini tidak akan
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.
27
Ciri-ciri Pantun
1. Bait 3. Suku kata
2. Sajak
suku kata
1.
1.
sukukata 2 1 1. 11.
nnnkkasssaa Struktur Pantun
1. Sampiran
2. Isi
Model Think Talk Write (TTW)
dkeketfffd Kemampuan menulis pantun
setelah menggunakan model
Think Talk Write (TTW)
ddfghjktu Kemampuan menulis pantun
sebelum menggunakan model
Think Talk Write (TTW)
Pantun
Puisi Rakyat
28
Diagram2. Kerangka Konseptual
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan
tersebut, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut.
H0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model
pembelajaran TTWterhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa
kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. H0 diterima jika t hitung ≤ t
tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1dan taraf signifikan 95%.
H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran
TTWterhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN
1Ukui Kabupaten Pelalawan. Hı diterima jika t hitung> t tabel dengan derajat
kebebasan (dk) = n-1 dan taraf signifikan 95%.
Pengaruh Penggunaan Model Think Talk Write (TTW)
terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa
Kelas VII SMP Negeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014:7),
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang ilmiah karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan
sistematis. Data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik. Data dalam penelitian ini adalah skor dan nilai hasil dari TTWterhadap
keterampilan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten
Pelalawan.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen.dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variable.
Tergolong metode eksperimen karena penelitian ini bertujuan untuk mengontrol
atau mengendalikan setiap gejala yang terjadi. Arikunto (2010:9), menjelaskan
bahwa penelitian ini sengaja membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau
keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Dengan kata lain, eksperimen
adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminisasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen
selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.
30
C. Rancangan Penelitian
Teliti guna alat eksprimen yang pree-exsperimental design dengan
rancangan one Group Pretes- Postest Design. Sugiyono (2014:74), dikatakan pre-
exsprimental design ini belum merupakan eksprimen sungguh-sungguh, dalam
rancangan bentuk eksprimen ini one Group Pretes-Posstet Design pertama
dilakukan pretest sebelum diberikan perlakuan, kemudian diberi perlakuan
dengan baik dan dengan menggunakan model Think Talk Write (TTW) setelah itu
dilakukan postest, digambarkan pada tabel sebagai beriku.
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Pretest
(tes awal)
Treatment
(perlakuan)
Protest
(tes akhir)
O1 X O2
(Sugiyono, 2014:75)
Keterangan:
O1: Nilai pretes (tes awal) untuk mengukur mampu tulis puisi rakyat sebelum
guna model TTW
X: Perlakuan yang diberikan terhadap subjek dengan menggunakan model
Think Talk Write (TTW)
O2: Postest (tes akhir) untuk mengukur mampu tuliss puisi rakyat setelah
menggunaan model TTW)
D. Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2010:173-174), mengatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian populasi yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN
1Ukui tahun ajaran 2018/019. Jumlah siswa kelas VII yang terdaftar pada tahun
ajaran 2018/2019 adalah 65 orang yang terdiri dari tiga kelas.
31
Cara pengambilan sampel ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive
sampling jenuhatau sampel diambil berdasarkan pertimbangan tertentu. Arikunto
(2010:183), teknik purposive sampling adalah cara pengambilan sampel bukan
didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu serta memenuhi syarat, yaitu didasarkan atas ciri-ciri pokok populasi,
subjek yang diambil paling banyak mengandung ciri-ciri populasi. Populasi ini
tergambar dalam tabel berikut.
Tabel 3. Populasi dan Sampel Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten
Pelalawan
No Kelas Jumlah siswa
1 VII. 1 22 orang
2 VII. 2 21 orang
3 VII. 3 22 orang
Jumlah 65 orang
Berdasarkan jumlah dari tiga kelas, dipilih satu kelas yang akan menjadi
sampel dalam penelitian ini yaitu kelas VII.2 Adapun alasan memilih kelas VII.2
untuk dijadikan sampel penelitian karena memiliki standar deviasi kerkecil
dibandingkan dengan kelas lain.
E. Variabel dan Data
Menurut Arikunto (2014:161), variabel adalah objek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini memiliki dua
variabel. Pertama, variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai sebab
munculnya variabel yang lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah model Think Talk Write (X). Kedua, variabel terikat adalah kondisi yang
32
diharapkan berubah setelah diberi perlakuan. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan (Y).
Menurut Arikunto (2010:161), mengemukakan bahwa data adalah hasil
pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data dalam
penelitian adalah skor menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan model Think Talk Write (TTW)dan
setelah guna mode TTW.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen ialah guna kumpulkan data teliti. Menurut Arikunto (2010:203),
yatakan bahwa instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan ata agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya baik dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sugiyono
(2014:102), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes unjuk kerja, yaitu
menulis pantun. Arikunto (2014:193), tes unjuk kerja adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individual atau kelompok. Melalui tes unjuk kerja tersebut, siswa diberikan
tugas menulis teks pantun berdasarkan topik yang telah ditentukan yaitu sebelum
menggunakan TTW)dan sesudah menggunakan menggunakan TTW) Sedangkan
33
aspek yang akan dinilai dalam menulis pantun dalam tes unjuk kerja yang
dilakukan siswa ini adalah struktur pantun, rima, penggunaan bahasa pantun.
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut. Pertemuan pertama dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Pertama,
guru menjelaskan materi pantun , pengertian pantun , struktur pantun, sajak,
penggunaan bahasa pantun. Kedua, guru menugaskan siswa menulis pantun
dengan topik “pantun nasehat ”. Ketiga, setelah selesai, lembaran siswa
dikumpulkan dan diperiksa sesuai dengan indikator.
Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran pantun dengan
menerapkan model Think Talk Write (TTW) Model tersebut dilakukan dengan
langkah-langkah berikut ini. Pertama, guru membagikan LKS yang memuat soal
yang harus dikerjakan oleh siswa serta prtunjuk pelaksanaanya guru membagikan
LKS yang berisi soal serta petunjuk pelaksanaan tugas kepada peserta didik untuk
mengerjakan soal tersebut. Kedua, peserta didik membaca masalah yang ada
dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui
dan tidak ketahui dalam sebuah masalah tersebut. ketika peserta didik membuat
catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (Think) pada peserta didik.
Setelah itu, peserta didik berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut
secara individu. kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau
menyatuhkan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa sendiri guru meminta peserta didik untuk membaca masalah
yang ada dalam LKS dan peserta didik di minta untuk membuat catatan kecil
34
secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui dalam masalah
tersebut. setelah peserta didik membuat catatan kecil, peserta didik diminta untuk
berusaha menyelesaikan masalah tersebut secara individu. Ketiga, guru membagi
siswa dalam kelompok kecil 3-5 siswa guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yaitu masing-masing kelompok berjumlah 3 orang. Keempat, siswa
berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu group untuk membahas isi
catatan dari hasil catatan (Talk) dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa
dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi.
pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. diskusi diharapkan
dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan peserta didik dengan teman
sekelompoknya untuk membahas isi catatan dari hasil catatan kecil.
Peserta didik menyatukan bahasa dan kata-kata mereka untuk
menyampaikan ide-ide dalam diskusi kelompok. peserta didik berdiskusi untuk
mendapatkan solusi atas soal yang diberikan. Kelima, dari hasil diskusi, peserta
didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban soal (berisi
landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan dengan
bahasa sendiri. pada tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang
diperolehnya melalui diskusi dari hasil diskusi kelompok peserta didik
merumuskan pengetahuan secara individu mengenai jawaban atas soal dalam
bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa sendiri. tulisan yang dibuat peserta
didik berasal dari gabungan ide-ide yang diperoleh melalui diskusi kelompok.
Keenam, perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan
kelompok lain diminta memberikan tanggapan guru meminta perwakilan setiap
35
kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain diminta
untuk memberikan tanggapan atas hasil diskusi penyaji. Ketujuh, kegiatan akhir
pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari
sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan
kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain minta
memberikan tanggapan setelah kelompok lain memberikan tanggapan peserta
didik diminta untuk menyajikan jawaban mengenai tanggapan dari kelompok lain
sedangkan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan dan jawaban
tersebut guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran secara
bersama.
Pertemuan ketiga, guru memberikan test akhir (post-test) dengan langkah-
langkah sebagai berikut. Pertama, guru menugaskan siswa menulis pantun dengan
tema “pantun Agama ”. Kedua, setelah selesai mengerjakan tes lembaran hasil
kerja siswa dikumpulkan dan diperiksa oleh guru sesuai dengan indikator yang
diteliti.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut. Setelah data
terkumpul, maka dilakukan langkah-langkah untuk analisis data selanjutnya.
Pertama, membaca atau memeriksa pantun yang telah ditulis peserta didik
sebelum dan sesudah menggunakan model Think Talk Write (TTW). Kedua,
memberi skor terhadap pantun siswa berdasarkan data indikator yang telah
ditentukan. Pemberian skor tersebut dilakukan dengan format sebagai berikut.
36
Format Penilai Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa Kelas VII SMPN
1Ukui Kabupaten Pelalawan
No Kode
Sampel
Aspek yang Dinilai Skor Nilai
Struktur Pantun Penggunan Bahasa Pantun
Sampiran Isi Bait Suku
Kata
Sajak
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Keterangan:
Deskriptor Penilaian
a. Deskriptor Penilaian Sampiran
Skor 1 : Diberikan jika larik 1 dan larik 2 sampiran.
Skor 2 : Diberikan jika larik 1 dan larik 2 tidak saling berhubungan.
Skor 3 : Diberikan jika larik 1 dan larik 2 saling berhubungan.
b. Deskriptor Penilaian Isi
Skor 1 : Diberikan jika isi pantun hanya terdapat pada larik 3.
Skor 2 : Diberikan jika isi pantun hanya terdapat pada larik 4.
Skor 3 : Diberikan jika larik 3 dan larik 4 memiliki hubungan yang sama agar
bisa dibaca oleh pembaca.
c. Deskriptor Penilaian Bait
Skor 1 : Diberikan apabila bait terdiri atas dua larik.
Skor 2 : Diberikan apabila bait terdiri atas tiga larik.
Skor 3 : Diberikan apabila bait terdiri atas empat larik.
d. Deskriptor Penilaian Jumlah Suku kata
Skor 1 : Diberikan apabila jumlah suku kata dalam larik antara 1-3 suku kata.
Skor 2 : Diberikan apabila jumlah suku kata dalam larik antara 4-7 suku kata.
Skor 3 : Diberikan apabila jumlah suku kata dalam larik antara 8-12 suku kata.
e. Deskriptor Penilaian Sajak
Skor 1 : Diberikan apabila tidak ditemukan persajakan akhir.
Skor 2 : Diberikan apabila ada persajakan pantun tetapi tidak bersajak a-b-a-b.
Skor 3 : Diberikan apabila persajakan pantun bersajak a-b-a-b.
Ketiga, mengubah skor menjadi nilai. yang diperoleh oleh siswa masing-
masing tes diolah menjadi nilai dengan menggunakan rumus presintase untuk
menghitung nilai yang diperoleh siswa dapat digunakan rumus sebagai berikut.
37
N = Smax
Keterangan :
N = tingkat Penguasaan
SM = skor yang diperbolehkan siswa
SI = skor yang harus dicapai dalam suatu tes
Smax = skala yang digunakan (100%)
Keempat, menyajikan nilai yang diperoleh kedalam tabel distribusi
frekuensi. Kelima, menentukan rata-rata hitungan kemampuan menulis puisi
rakyat sebelum dan setelah menggunakan model TTW. Menurut Abdurrahman dan
Ratna (2003:270) rumus yang digunakan dalam memasukkan nilai rata-rata hitung
adalah sebagai berikut.
Tabel 4 . Tabel Distribusi Frekuensi Menulis Puisi rakyat Siswa Kelas VII
SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
No F X F (X)
Keterangan
F : banyak siswa
X : nilai tengah
F(X) : jumlah nilai
Kelima, menentukan rata-rata hitungan kemampuan menulis puisi rakyat
sebelum dan sesudah menggunakan model Think Talk Write (TTW). Menurut
Abdurrahman dan Ratna (2003: 270) rumus yang digunakan dalam memasukakan
nilai rata-rata hitung adalah sebagai berikut.
M =
Keterangan :
M = Mean (rata-rata)
38
F = Frekuensi
X = Skor
N = Jumlah Siswa.
Keenam, mengklasifiksikan kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas
VII SMPN 1Ukui menulis puisi rakyat sebelum dan setelah mengguanakan
model TTWPembelajaran dengan menggunakan skala 10 berikut ini
Tabel 5 . Penentuan Pedoman Konvensi Skala 10
No Tingkat
Penguasaan
Nilai ubah skala
10
Keterangan
1 96%-100% 10 Sempurna (S)
2 86%-95% 9 Baik Sekali (BS)
3 76%-85% 8 Baik (B)
4 66%-75% 7 Lebihdari Cukup (LdC)
5 56%-65% 6 Cukup (C)
6 46%-55% 5 Hampir cukup (HC)
7 36%-45% 4 Kurang (K)
8 26%-35% 3 Kurang sekali (KS)
9 16%-25% 2 Buruk (B)
10 0%-15% 1 Buruk sekali (BS)
Sumber (Nurgiantoro, (2001:400)
Ketujuh, membuat histogram (diagram batang) kemampuan menulis puisi
rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan sebelum dan setelah
mengunakan model Think Talk Write (TTW).Kedelapan, melakukan uji normalitas
dan uji homogenitas dengan kriteria berikut:
I. Uji Persyratan Analisis
Uji persyaratan analisi yang dilakukan dengan penelitian ini adalah uji
normalitas dan uji homogenitas dan uji normalitas data dilakukan untuk
mengetahui apakah kelompok data berdistribusi normal atau tidak. uji
39
homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data memiliki homogenitas
atau tidak.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan masing-masing kelompok data menggunakan uji
Lileofors. Untuk pengujian hipotesis ini Sudjana (2005:466) menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut . Pertama, data X1, X2, X3,........., Xn diperoleh dan
disusun dari data yang terkecil sampai terbesar.Kedua, X1, X2, X3,........., Xn dijadikan
bilangan baku Z1, Z2, Z3,........., Zn dengan menggunakan rumus sebagai berikut .
Keterangan:
Zi = skor bilangan baku siswa ke-1
X1 = skor yang diperoleh siswa ke-1
= skor rata-rata
S = simpangan baku sampel
Kedelapan, dengan mengguanakan daftar distribusi baku, kemudian dihitung
peluang
F(Zi) = P (Z < Zi). Keempat, dengan mengguanakan porposi Z1, Z2, Z3,........., Znyang
lebih kecil atau sama dengan Z1, jika porposi ini dinyatakan S (Zi) maka:
Keterangan:
40
F(Zi) = peluang nilai baku
S (Zi)=proporsi nilai baku
N=banyaknya siswa
Menghitung selisih FZi-SZi, yang kemudian menentukan harga mutlaknya
F diambil dengan harga paling besar diantara harga mutlak selisih, diberi syambol
Lo. Lo = maka Fzi- S Zi. Membandingkan nilai Lo dengan nilai kritis untuk uji
liliefors pada tarf a= 0,05. Kriterianya adalah Ho baha data hasil belajar
berdistribusi normal jika Lo< Ltabel (Sudjana,2005:466).
Bedasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa data kelompok sebelum
dan sesudah menggunakan model pembelajaran TTWberdistribusi normal karena
L0 lebih kecil dari Lt (0,099<0,109) dan data kelompok setelah menggunakan
model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
berdistribusi normal karena L0 kecil dariLt. (0,082<0,109).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel
mempunyai varians yang homogen atau tidak ( Sudjana, 2005: 249-251) . Uji
homogenitas dilakukan dengan uji F. Langkah-langkah uji F adalah sebagai
berikut. Mencari varians masing-masing data kemudian dihitung dengan F dengan
rumus sebagai berikut.
F= S1
S2
Keterangan:
41
F = perbandingan antara varians terbesar dengan varians terkecil
S1 = varians kemampuan siswa terbesar
S2= varians kemampuan siswa terkecil
Membandingkan harga F hitung dengan Ftabel yang terdapat pada daftar
distribusi F dengan taraf signifikan 0,05 dan dk= n-1. Jika Fhitung kecil dari
Ftabel dapat disimpulkan bahwa data memiliki varians homogeny. Berdasarkan
hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh Fhitung< Ftabel.(1,13< 1,53)
berarti data hasil belajar siswa homogen.
Kesembilan, melakukan pengujian hipotesis dilakukan dengan rumus uji-t
desain penelitian yaitu One Group Pretest-Postest Design. Dengan menggunakan
uji-t ini dapat diketahui apakah hasil belajar dengan menggunakan model Think
Talk Write (TTW). Untuk menguji hipotesis, dapat dilakukan dengan rumus yang
dikemukakan oleh Nurgiyantoro yaitu sebagai berikut.
Menurut Nurgiyantoro (2001:111) jika subjek sama misalnya untuk
menguji perbedaan nilai rata-rata antara skor yang diperoleh melalui Pretest
dengan skor posttest, rumus yang dipergunakan tidak sama. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
n-1
Keterangan:
D : perbedaan skor kedua tes (X1-X2)
∑D : jumlah perbedaan skor kedua tes
n : jumlah Subyek
42
Kesepuluh, membahas hasil analisis data dan membuat kesimpulan.
Kesebelas, menyimpulkan hasil analisis data. dari hasiol analisis data diperoleh
Nilai t hitung 5,76. Jika ditinjau dari ttabel pada taraf signifikan 95% (0,05), berarti
nilai dan hitung lebih besar dari ttabel(5,76 > 1,66). Maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran TTWterdapat penggaruh terhadap kemampuan
menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Dengan
demikkian, H0 ditolak dan H1 diterima.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, akan dibahas hasil penelitian tentang kemampuan menulis puisi
rakyat menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan. Hasil penelitian ini akan diuraikan tiga hal yang
berhubungan dengan hasil penelitian, yaitu (1) deskripsi data, (2) analisis data dan
(3) pembahasan analisis data.
A. Deskripsi Data
Data yang akan dideskripsikan bagian ini yaitu skor hasil tes kemampuan
menulis puisi rakyat sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran
Think Talk Write (TTW)siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Tes
ini dilakukan tiga kali pertemuan pada kelas yang sama. Pertemuan pertama untuk
tes awal (pretest) dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2019, pertemuan kedua
untuk perlakuan dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2019, dan pertemuan ketiga
untuk tes akhir (posttes) dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2019.
1. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan Model
Pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
Data melalui tes unjuk kerja. Pada tes tersebut siswa diminta untuk
menulis puisi rakyat dengan tema “pantun nasehat”.
Tabel 6. Skor Mentah Per Indikator Kemampuan Menulis Puisi Rakyat
Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write
(TTW)
No Kode Sampel Indikator Penulisan Puisi Rakyat Total
Sampiran Isi Bait Suku kata Sajak
1 01 3 3 2 3 2 13
2 02 3 3 3 1 2 12
44
3 03 2 3 3 3 1 12
4 04 1 1 1 1 1 5
5 05 2 1 3 1 1 8
6 06 3 1 1 2 1 8
7 07 1 1 1 1 1 5
8 08 1 1 1 1 1 5
9 09 2 3 3 3 3 14
10 10 1 3 3 3 1 11
11 11 3 1 3 1 3 11
12 12 2 2 1 1 1 7
13 13 2 1 2 2 2 9
14 14 2 2 1 2 2 9
15 15 1 1 2 1 2 7
16 16 1 1 1 1 1 5
17 17 1 1 1 1 1 5
18 18 1 1 1 1 1 5
19 19 1 3 2 3 3 12
Tabel Lanjutan
20. 20 1 2 2 2 2 9
21 21 2 3 1 2 1 9
22 22 1 2 2 1 1 9
23 23 2 2 2 1 2 9
24 24 3 3 1 1 1 9
25 25 1 1 1 3 3 9
26 26 3 3 3 1 1 11
27 27 1 2 3 3 2 11
28 28 1 2 1 1 1 8
29 29 1 2 3 3 2 11
45
30 30 1 1 1 1 1 5
31 31 1 1 2 1 2 7
32 32 1 2 1 1 1 6
33 33 1 1 1 2 1 6
34 34 1 1 2 1 2 7
35 35 2 2 3 2 2 11
36 36 2 3 3 3 1 12
37 37 1 1 1 1 1 5
38 38 2 3 1 2 2 10
39 39 1 1 3 1 1 7
40 40 3 2 3 2 2 12
41 41 1 1 1 1 2 6
42 42 3 3 3 3 2 14
43 43 1 1 2 2 2 8
44 44 1 1 2 1 1 6
45 45 1 1 3 1 1 7
46 46 2 3 2 2 1 10
Tabel lanjutan
47 47 1 2 3 2 2 10
48 48 2 2 3 2 1 10
49 49 1 1 1 3 2 8
50 50 2 1 1 1 1 6
51 51 2 1 3 2 2 10
52 52 2 2 2 1 1 8
53 53 2 1 1 2 2 8
54 54 2 3 1 2 2 10
55 55 2 1 3 2 2 10
56 56 1 1 1 1 1 5
46
57 57 1 1 1 1 2 6
58 58 1 1 1 1 1 5
59 59 1 1 3 3 3 11
60 60 3 3 3 2 2 13
61 61 1 2 1 2 2 8
62 62 2 3 3 1 1 10
63 63 2 2 2 3 3 12
64 64 2 3 2 3 3 13
65 65 3 2 3 3 3 14
47
Dari tabel di atas, Kesepuluh, skor 5 diperoleh oleh 10 orang siswa.Untuk
perolehan nilai skor kemampuan menulis puisi rakyat sebelum menggunakan
TTW) dapat dijabarkan berikut ini:
a. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa
Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator I
(sampiran)
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator satu yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 33
orang dengan perolehan persentase 50,77%. Siswa yang memperoleh skor 2
sebanyak 22 orang dengan perolehan persentase 32,31%. Siswa yang memperoleh
skor 3 sebanyak 10 orang dengan perolehan persentase 16,92%.
b. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa
Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator II (Isi)
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator dua yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 30
orang dengan persentase 46,15%. Siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 17
orang dengan perolehan persentase 26,15%.
c. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa
Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator III (Bait)
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator tiga yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 28
orang dengan perolehan persentase 41,54%. Siswa yang memperoleh skor 2
sebanyak 14 orang dengan perolehan persentase 21,54%. Siswa yang memperoleh
skor 3 sebanyak 23 orang dengan perolehan persentase 36,92%.
48
d. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa
Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator IV (Suku
kata)
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator empat yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 31
orang dengan perolehan persentase 47,69%. Siswa yang memperoleh skor 2
sebanyak 18 orang dengan perolehan persentase 27,69%. Siswa yang memperoleh
skor 3 sebanyak 16 orang dengan perolehan persentase 24,62%.
e. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa
Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator V (Sajak)
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator lima yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 32
orang dengan perolehan persentase 49,23%. Siswa yang memperoleh skor 2
sebanyak 25 orang dengan perolehan persentase 38,46%. Siswa yang memperoleh
skor 3 sebanyak 8 orang dengan perolehan persentase 12,30%.
2. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan
Data kemampuan menulis puisi rakyat setelah menggunakan model
pembelajaran TTWdiperoleh melalui tes unjuk kerja. Pada tes tersebut siswa
diminta untuk menulis puisi rakyat dengan tema “Pantun Agama”. Setelah data
terkumpul data tersebut dinilai berdasarkan indikator tersebut adalah: (1)
Sampiran, (2) Isi, (3) Bait, (4) Suku Kata, (5) Sajak Data hasil skor menulis puisi
rakyat dengan menggunakan model pembelajaran TTWdapat dijabarkan sebagai
berikut.
49
Tabel 7. Skor Mentah Per Indikator Kemampuan Menulis Puisi Rakyat
Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write
(TTW)
No Kode
Sampel
Indikator Penulisan Puisi Rakyat Total
Sampiran Isi Bait Suku kata Sajak
1 01 3 3 3 3 3 15
2 02 3 3 3 3 3 15
3 03 3 3 3 3 3 15
4 04 1 1 2 1 1 6
5 05 1 1 2 1 1 6
Tabel Lanjutan
6 06 2 1 2 3 3 11
7 07 1 1 2 1 1 6
8 08 1 1 2 1 1 6
9 09 3 3 3 3 2 14
10 10 3 3 3 3 2 14
11 11 3 3 3 3 2 14
12 12 1 2 2 1 1 7
13 13 1 2 2 1 1 7
14 14 1 2 2 1 1 7
15 15 1 2 2 1 1 7
16 16 1 2 2 1 1 7
17 17 1 2 2 2 3 10
18 18 3 3 3 3 1 13
19 19 3 3 3 3 1 13
20 20 2 1 2 3 3 11
21 21 3 3 2 3 3 14
22 22 3 3 2 3 3 14
23 23 2 1 2 3 3 11
50
24 24 2 2 2 3 3 12
25 25 3 3 3 3 1 13
26 26 3 3 3 3 1 13
27 27 3 3 3 3 1 13
28 28 3 3 3 3 1 13
29 29 1 2 3 1 1 8
30 30 1 2 3 1 1 8
31 31 1 2 3 1 1 8
32 32 1 2 3 1 1 8
Tabel Lanjutan
33 33 1 2 3 1 1 8
34 34 1 2 3 2 2 10
35 35 1 2 3 2 3 11
36 36 2 3 3 1 1 10
37 37 2 3 3 1 1 10
38 38 2 3 3 1 1 10
39 39 2 3 3 1 1 10
40 40 2 3 3 1 1 10
41 41 2 3 3 1 1 10
42 42 2 3 3 1 1 10
43 43 3 3 3 3 3 15
44 44 3 1 3 1 1 9
45 45 3 1 3 1 1 9
46 46 3 1 3 1 1 9
47 47 3 1 3 1 1 9
48 48 3 1 3 1 1 9
49 49 3 3 3 3 3 15
50 50 2 3 3 1 1 10
51
51 51 2 3 3 1 2 11
52 52 2 3 3 1 2 11
53 53 2 3 3 1 2 11
54 54 2 3 3 1 2 11
55 55 2 3 3 1 2 11
56 56 2 3 3 1 2 11
57 57 2 3 3 1 2 11
58 58 2 3 3 1 2 11
59 59 3 3 3 1 2 12
Tabel lanjutan
60 60 3 3 3 1 2 12
61 61 3 3 3 1 2 12
62 62 3 3 3 1 2 12
63 63 3 3 3 1 2 12
64 64 3 3 3 1 2 12
65 65 3 3 3 1 2 12
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan menulis puisi rakyat
siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan berkisaran antara skor 1
sampai skor 3. Setelah data dianalisis diperoleh skor tertinggi 6 dan skor terendah
15. Skor yang diperoleh siswa secara lengkap adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran TTWSiswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
Untuk Indikator I (Sampiran)
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator satu yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak
17orang dengan perolehan persentase 26,15%. Siswa yang memperoleh skor 2
52
sebanyak 20 orang dengan perolehan persentase 30,77%. Siswa yang memperoleh
skor 3 sebanyak 28 orang dengan perolehan persentase 43,08%.
b. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran TTWSiswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
Untuk Indikator II (Isi)
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator dua yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 12
orang dengan persentase 18,46%. Siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 14
orang dengan perolehan persentase 21,54%. Siswa yang memperoleh skor 3
sebanyak 39 orang dengan perolehan persentase 60%.
c. Kemampuan MenulisPuisi Rakyat Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran TTWSiswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
Untuk Indikator III (Bait)
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator tiga yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 10
orang dengan perolehan persentase 15,38%. Siswa yang memperoleh skor 2
sebanyak 16 orang dengan perolehan persentase 24,62%. Siswa yang memperoleh
skor 3 sebanyak 39 orang dengan perolehan persentase 60%.
d. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator IV (Suku kata)
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator empat yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 42
orang dengan persentase 64,62%. Siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak
3orang dengan perolehan persentase 4,62%.Siswa yang memperoleh skor 3
sebanyak 20 orang dengan perolehan persentase 30,76%.
53
e. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator V (Sajak)
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator lima yang
diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 33
orang dengan persentase 50,77%. Siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 19
orang dengan perolehan persentase 29,23%. Siswa yang memperoleh skor 3
sebanyak 13 orang dengan perolehan persentase 20%.
B. Analisis Data
Pada bagian analisis data akan diuraikan tentang kemampuan menulis
puisi rakyat sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran TTWsiswa
kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan, serta pengaruh penggunaan model
pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.
1. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan Model
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan
Pada bagian sub bab ini akan dianalisis data kemampuan menulis puisi
rakyat sebelum menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN
1Ukui Kabupaten Pelalawan dilihat dari sampiran, isi, bait, suku kata dan sajak,
serta kemampuan menulis puisi rakyat siswa dengan menggunakan model
pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.
Kemampuan menulis puisi rakyat sebelum menggunakan model
pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan,
diketahui setelah skor diolah menjadi nilai dengan rumus presentase.
N = Smax
54
Keterangan :
N = tingkat Penguasaan
SM` = skor yang diperbolehkan siswa
SI = skor yang harus dicapai dalam suatu tes
Smax = skala yang digunakan (100%)
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa untuk kemampuan menulis puisi
rakyat dengan menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN
1Ukui Kabupaten Pelalawan adalah 33,33-93,33.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum
Menggunakan Model Pembelajaran TTWSiswa Kelas VII SMPN
1Ukui Kabupaten Pelalawan
No X F FX
1 33,33 10 333,3
2 40 6 240
3 46,67 6 280,02
4 53,33 8 426,64
5 60 8 480
6 66,67 8 533,36
7 73,33 7 513,31
8 80 6 480
9 86,67 3 260,01
10 93,33 3 279,99
65 3826,63
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai kemampuan menulis puisi rakyat
dengan menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan yaitu 3826,63.
Tabel 9. Pengelompokkan Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum
Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kualifikasi kemampuan menulis
puisi rakyat siswa yaitu baik sekali sebanyak 6 orang dengan perolehan
persentase (9,23%).
55
Diagram 3. Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
Tabel 10.Distribusi Frekuensi
No X F FX
1 33,33 33 1099,89
2 66,67 22 1466,74
3 100 10 1000
Jumlah 65 3566,63
05
101520253035404550556065
Fre
ku
ensi
Kualifikasi
56
Diagram 4. Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
Diagram 5. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan
ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII
SMP Negeri1 Ukui Kabupaten Pelalawan
a. Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Aspek (Bait)
05
101520253035404550556065
Fre
ku
ensi
Kualifikasi
05
101520253035404550556065
Fre
ku
ensi
Kualifikasi
57
Think Talk Write (TTW) siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten
Pelalawan dilihat dari aspek penegasan ulang sebagai berikut ini.
Diagram 6. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan
ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII
SMP Negeri1 Ukui Kabupaten Pelalawan
05
101520253035404550556065
Fre
ku
ensi
Kualifikasi
58
.
Diagram 9. Mampu Tulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan
ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII
SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dilihat dari aspek
langkah-langkah sebagai berikut ini
05
101520253035404550556065
Fre
ku
ensi
Kualifikasi
59
Diagram 10. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan
ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII
SMPNegeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan
Langkah selanjutnya membuat diagram kemampuan menulis puisi rakyat
setelah menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan dilihat dari aspek bait sebagai berikut ini.
05
101520253035404550556065
Fre
ku
ensi
Kualifikasi
05
101520253035404550556065
Fre
ku
ensi
Kualifikasi
60
Diagram 11. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan
ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas
VII SMPNegeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan
a. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan Untuk Aspek (Bait)
Kemampuan menulis puisi rakyat setelah menggunakan model
pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dilihat
dari aspek suku kata bagian bahwa kemampuan menulis puisi rakyat diketahui
setelah skor diolah menjadi nilai sesudah rumus persentase.
N = Smax
Keterangan :
N = tingkat Penguasaan
SM` = skor yang diperbolehkan siswa
SI = skor yang harus dicapai dalam suatu tes
Smax = skala yang digunakan (100%)
Nilai yang diperoleh kemampuan menulis puisi rakyat pada aspek bait
bagian berkisar 33,33-100. Siswa yang memperoleh nilai 33,33 sebanyak 10
orang, Siswa yang memperoleh nilai 66,67 sebanyak 16 orang,siswa yang
memperoleh nilai 100 sebanyak 39 orang. Sesuai dengan teknik analisis data,
langkah berikutnya adalah menentukan rata-rata hitung kemampuan menulis puisi
rakyat setelah menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) siswa
kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dapat dilihat dari aspek suku kata.
Penentuan rata-rata hitung tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 26. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah
Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
No X F FX
1 33,33 10 333,3
61
2 66,67 16 1066,72
3 100 39 3900
Jumlah N= 65 ∑fx=5300,02
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai kemampuan menulis puisi rakyat
setelah menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan yaitu5300,02. Setelah itu dihitung nilai rata-rata siswa
dengan menggunakan rumus berikut ini.
M =
Dari data di atas, diperoleh rata-rata hitung pada aspek bait adalah 81,53.
Maka disimpulkan bahwa tingkat penguasaan kemampuan menulis menulis puisi
rakyat setelah menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) siswa
kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan berada pada rentangan 76-85%
Kualifikasi baik.
Tahapan berikutnya adalah pengklasifikasian kemampuan menulis puisi
rakyat setelah menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) siswa
kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan berdasarkan skala 10 dilihat pada
tabel berikut ini.
a. Uji Normalitas Data
tabel berikut ini :
62
Tabel 33. Uji Normalitas Data
No Kelompok Jumlah
(N)
Taraf
Nyata
Lo Lt Keterangan
1 Pretest 65 0,05 0,099 0,109 Berdistribusi
Normal
2 Postest 65 0,05 0,082 0,109 Berdistribusi
Normal
Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan bahwa data kelompok sebelum
dan setelah menggunakan model pembelajaran TTWberdistribusi normal karena
L0 lebih kecil dari Lt (0,099<0,109) dan data kelompok setelah karena L0 kecil
dariLt. (0,082<0,109). Perbandingan antara L0 kecil dari L0 kecil dariLt,berarti data
hasil belajar siswa berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel
memiliki homogenitas atau tidak. Berdasarkan uji homogenitas data yang
dilakukan, diperoleh Fhitung dan Ftabel pada taraf signifikan 0,05 dengan n= 65,
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 34. Uji Homogenitas Data
No Kelompok Jumlah
(N)
Taraf
Nyata Fhitung Ftabel Keterangan
1 Pretest 65 0,05 1,13 1,53 Homogen
2 Postest 65 0,05
Berdasarkan uji homogenitas data yang dilakukan, Fhitung diperoleh 1,13 dan
Ftabel 1,53 pada taraf dignifikan 0,05 dengan n=( n1-1) diperoleh angka (1,53).
Maka mempunyai variansi yang homogen karena Fhitung< Ftabel.(1,13< 1,53) berarti
data hasil belajar siswa homogeny.
c. Uji Hipotesis
63
Setelah diketahui bahwa kelompok data berdistribusi normal dan memiliki
homogenitas, dapat dilakukan uji-t untuk mengetahui perbandingan kelompok
kelas pretest dan kelas posttest dalam menulis puisi rakyat siswa VII SMPN
1Ukui Kabupaten Pelalawan.
t = ∑
√ ∑ ∑
t =
√
t =
√
t =
√
t =
√
t = 806,7
139,92
t = 5,76
Nilai t hitung yang diperoleh 5,76berarti terdapat pengaruh penggunaan
model pembelajaran TTWterhadap kemampuan menulis puisi rakyat . Jika
ditinjau dari ttabel pada taraf signifikan 95% (0,05), berarti nilai dan hitung lebih
besar dari ttabel(5,76 > 1,66). Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran TTWterdapat penggaruh terhadap kemampuan menulis puisi rakyat
siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Dengan demikkian, H0
ditolak dan H1 diterima.\
64
C.Pembahasan
a. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator 5 (Sajak)
Sajak ialah yang memiliki bunyi akhir dalam sebuah pantun terdapat iiii,
uuuu,eeee,aaaa. Pertama, padaindikator5(Sajak),untuk skor 3 diberikan apabila
terdapat persajakan pantun bersajak a-b-a-b. Hal ini terdapat pada tulisan siswa
kode (60) yang berisi tentang “Jalan-jalan ke kota medan, jangan lupa membeli
tomat, taatlah rukun iman, agar selamat dunia akhirat”.MenurutEko Sugiarto
(2015:5) menyatakan bahwa ciri-ciri pantun terbagi menjadi sampiran, isi, bait,
suku kata, dan sajak. Oleh karena itu siswa dengan kode (60) mendapatkan skor 3.
Kedua, pada indikator 5 (Sajak),untuk skor 2 diberikan apabila terdapat
ada persajakan pantun tetapi tidak bersajak a-b-a-b. Hal ini terdapat pada tulisan
siswa kode 62 yang berisi tentang “Kemumu di dalam semak, jatuh melayang
seleranya, meski ilmu setinggi tegak, tidak ibadah apa gunanya”. Menurut Eko
Sugiarto (2015:5) menyatakan bahwa ciri-ciri pantun terbagi menjadi sampiran,
isi, bait, suku kata, dan sajak. Oleh karena itu siswa dengan kode 62mendapatkan
skor 2.
Ketiga, padaindikator 5 (Sajak),untuk skor 01 diberikan apabila terdapat
tidak ditemukan persajakan akhir.Hal ini terdapat pada tulisan siswa kode 65.
Berisi tentang “Kemumu di dalam semak, jatuh melayang seleranya, meski harta
setinggi tegak, tidak ibadah apa gunanya”. Menurut Eko Sugiarto (2015:5)
65
menyatakan bahwa ciri-ciri pantun terbagi menjadi sampiran, isi, bait, suku kata,
dan sajak. Oleh karena itu siswa dengan kode 65mendapatkan skor 1.
2. Pengaruh Penggunaan TTW) terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat
Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan diketahui bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan TTW) terhadap kemampuan
menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Hal itu
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai thitung (5,76) >
ttabel (1,66), sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah dapat memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan
dating secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur. Menurut Tarigan (2008:3) menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang di pergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Salah satu ketarmpilan menulis yang diajarkan di kelas VII adalah
keterampilan menulis puisi rakyat.
Puisi rakyat adalah kesusteraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya,
biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada
yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya
berdasarkan irama. puisi terbagi menjadi dua puisi lama dan puisi baru yang
pertama, puisi lama yaitu puisi yang terikat oleh syarat-syarat tertentu yang
tradisional, puisi lama lebih mementingkan bentuk dari pada isi. Jenis puisi rakyat
yang dilakukan pada penelitian ini yaitu puisi rakyat berjenis pantun. Menurut
66
Alisjahbana, (1948:8) mengatakan kata pantun terdiri dari empat baris yang
bersajak bersilih dua: a-b-a-b. Kadang-kadang ada juga ikatan pantun yang terjadi
dari enam atau delapan baris, maka sajaknya a-b-c-a –b-c dan a-b-c-a-b-c-d. Tiap-
tiap baris biasanya empat perkataan.
Berdasarkan nilai kemampuan menulis puisi rakyat dengan menggunakan
TTW) dalam pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan sebelum
menggunakan TTW). Hal ini terbukti dari rata-rata hitung kemampuan menulis
puisi rakyat sebelum menggunakan TTW). dikualifikasikan cukup dengan rata-
rata 58,87. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan menulis puisi rakyat
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ukui Kabupaten
Pelalawan tanpa diajar dengan menggunakan TTW). sudah cukup mampu menulis
puisi rakyat.
Sedangkan nilai rata-rata hitung kemampuan menulis puisi rakyat dengan
menggunakan TTW) dikualifikasikan cukup dengan rata-rata 71,28. Dapat
disimpulkan baha tingkat kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan dengan menggunakan TTW) sudah mampu
dalam menulis puisi rakyat.
Nilai kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui
Kabupaten Pelalawan setelah menggunakan TTW) mengalami kenaikan nilai 49
orang dengan persentase 75,38% mengalami penurunan nilai 10 orang dengan
persentase 15,38% dan mengalami ketetapan nilai 6 orang dengan persentase
9,23%.
67
Penerapan indikator sebelum menggunakan TTW) terhadap kemampuan
menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan
mendapat skor indicator tertinggi 14 dan yang terendah mendapatkan skor 5.
Penerapan indikator setelah menggunakan TTW) terhadap kemampuan menulis
puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1ukui kabupaten pelalawan mendapatkan skor
tertinggi 15 dan yag mendapatkan skor terendah 6.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV dapat disi
disimpulkan tiga hal sebagai berikut ini. Pertama, kemampuan menulis puisi
rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan
model pembelajaran Think Talk Write (TTW) memperoleh nilai rata-rata 58,87,
berada pada tentangan 56-65% dengan kualifikasi cukup. Kedua, kemampuan
menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dengan
menggunakan model pembelajaran TTWmemperoleh nilai rata-rata 71,28 berada
pada rentangan 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Ketiga, berdasarkan
uji-t terdapat pengaruh metode terhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa
kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan karena thitung (5,76) > ttabel (1,66)
kriteria pengujian t diterima jika thitung > ttabel dengan kata lain H1 diterima dan Ho
ditolak. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Think Talk Write
(TTW) terdapat pengaruh terhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas
VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka
dikemukakan sara-saran sebagai berikut. Pertama, disarankan pada siswa kelas
VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan untuk lebih banyak berlatih dan
memperhatikan langkah-langkah menulis puisi rakyat baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Kedua, guru mata pelajaran bahasa indonesia dalam proses
pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran TTWuntuk kemampuan 121
69
menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Hal ini
disebabkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TTWdalam
pembelajaran dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan
kreativitas dalam pencarian solusi penyelesaian masalah. Ketiga, peneliti lain
sebagai masukan dan bahan perbandingan daam melakukan penelitian yang
berkaitan dengan kemampuan menulis puisi rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Padang: Universitas Negeri Padang.
70
Atmazaki.2008. Analisis Sajak Teori, Metodologi dan Aplikasi. Padang:UNP
Press.
Alisjahbana Sultan Takdir. 1948. Puisi Lama. Jakarta: Dian Rakyat.
Aprilia. 2017. Kumpulan Pantun dan Puisi karya Anak Negeri. Surabaya: Cahaya
Agency.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dalman. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Danandjaja. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: PT. Temprint.
Dibia, Ketut.2018. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok: Rajawali Pers.
Desrimaliza. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match terhadap keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP
Negeri 30 padang.
Fifin .2015. Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 52
Konawe Selatan. Jurnal Humanika No. 15, Vol. 3, Desember 2015 /
ISSN 1979-8296
Gani, Erizal. 2010. Pantun Minangkabau dalam Perspektif Budaya dan
Pendidikan. Padang: UNP Press.
Hasmiati. 2012. Pengaruh Penggunaan teknik permainan kata terhadap
keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 24
Sijunjung kabupaten sijunjung.
Indriawan, Teguh. 2015. Peibahasa, Puisi, Pantun, Sajak. Jakarta: Rineka Cipta.
Mihardja, Ratih. 2009. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara.
Nurgiyantoro Burhan.2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
BPFE: Yogyakarta.
Obsa, R. M. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Think Talk Write terhadap
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Lubuklinggau. Ilmiah.
Rohman, Salfur. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pres.
Rosidi. 2009. Menulis. Yogyakarta : Kanisius.
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Bandung.
Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D.Bandung:
Alfabet.
Sugiarto, Eko.2015. Mengenal Sastra lama Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, dan
Contoh. Yogyakarta: ANDI.
Sumerti, N. L. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept
71
Sentence Berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Menulis Siswa
Kelas V SD 22 Dauh Puri. Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha,
2(1).
Semi, M.A.2009.Menulis Efektif. Padang: UNP Press.
Shoimin, Aris.2016. Model Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Tarigan. Hery Guntur . 2008. Menulis. Bandung: Angkasa.
Titin. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Think Pair Share terhadap
Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII MTSN 4 muko-muko.
Waluyo, Herman J.2003. Apresiasi Puisi Panduan Untuk Pelajaran dan
Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.