after care tu mamae
DESCRIPTION
medisTRANSCRIPT
BAB I
STATUS PASIEN
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Usia : 48 tahun
Pendidikan : SD
Status pernikahan: Menikah
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Kupang Lor 07/03 Ambarawa, Semarang
Tanggal Masuk : 16 Oktober 2013
Tanggal Pulang : Oktober 2013
I.2. DATA DASAR
I.2.1. Anamnesis (Subjektif)
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Benjolan di payudara kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh terdapat benjolan di payudara kanan sejak 3 bulan
yang lalu. Benjolan terasa kemeng hilang timbul, timbul saat capek. Nyeri
(-), cairan dari puting (-), nyeri kepala (-), epilepsi (-), paralisis (-), sesak
nafas (-), mual (-), muntah (-), kekuningan (-), nyeri tulang (-), penurunan
berat badan disangkal.
Riwayat Peyakit Dahulu :
- Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sudah dioperasi 10 bulan yang
lalu tapi asien tidak membawa jaringan yang sudah di eksisi untuk diperiksa
ke patologi anatomi apakah jinak atau ganas.
- Usia menarche <12 tahun (-)
- Terapi hormonal (+), pasien rutin menggunakan kb suntik sudah 21 tahun
lamanya
- Ca payudara kontralateral (-)
1
- Siklus haid terhadap ukuran tumor (-)
- Pasien sudah tidak menstruasi sejak 20 tahun lalu
- Riw. Kehamilan: G0P2A0
- Radiasi daerah dada (-)
- Kontrasepsi : suntik KB/3 bulan
- Riw. hipertensi dan diabetes disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Ibu (-)
- Saudara perempuan (-)
- Ca lain (-)
Riwayat Sosio Ekonomi & Pribadi
- Pasien kelas III, sudah menikah, kesan ekonomi cukup
- Merokok (-)
- Konsumsi alkohol (-)
- Pola makan seimbang
- Olahraga (-)
- Pasien sering makan gorengan
RPO : belum pernah diobati
I.2.2. PEMERIKSAAN FISIK (Obyektif)
Tanggal 16 Oktober 2013
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : E4V5M6
Tanda vital :
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- Suhu : 36,60C
- RR : 24 x/menit
Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Rambut : distribusi merata, warna abu-abu dan hitam, tidak mudah
dicabut
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
2
- Hidung : deviasi septum (-), discharge (-/-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : discharge (-/-), kelainan bentuk (-/-)
- Mulut : mukosa (n), lidah (n), tonsil T1/T1
Leher
- KGB : dbn
- Thyroid : dbn
Thorax
- Pulmo
I : Normochest, simetris statis dan dinamis, retraksi intercostae(-)
P : Fremitus taktil kanan = kiri
P : Sonor di seluruh lapang paru
A : Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
I : simetris statis dan dinamis, iktus kordis tidak tampak
P : Iktus cordis tidak kuat angkat
P : batas jantung normal
A : BJ I/II (n), regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- I : bentuk perut datar, distensi (-)
- A : Bising usus (+) 8x/menit (normal)
- P : supel, NT (-), hepar (n), lien (n)
- P : timpani seluruh lapang abdomen kecuali pada regio hypocondrium
dextra (hepar pekak)
Ekstremitas:
Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
Status lokalis (mamae dextra et sinistra)
a. Posisi duduk (tangan menggantung dan tangan diangkat) dan posisi
berbaring
Inspeksi:
Bentuk mamae dextra lebih kecil dibandingkan yang kiri. Adanya
bekas luka operasi di payudara kanan. kelainan papilla (-), retraksi
3
puting susu (-), kelainan kulit (permukaan sedikit tidak rata), ulserasi
(-), tanda-tanda radang (-).
Palpasi:
Terdapat benjolan di bawah areola mamae, ukuran d ± 5 cm,
konsistensi keras, batas tegas, bentuk tidak beraturan, imobile, nyeri
tekan (-).
b. KGB aksila, supraclavicula dan infraclavicula tidak teraba (dbn)
c. T2 N0 MO
I.2.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hb 12,5 g/dl 12 - 16
Leukosit 7,6 ribu 4,5 – 10,3
Eritrosit 4,95 juta 4 - 6,2
Hematokrit 38,2 % 37 - 43
Trombosit 310 ribu 150 - 400
MCV 77,5 mikro 80 - 90
MCH 25,3 pg 27 - 34
MCHC 32,7 g/dl 32 - 36
RDW 13,5 % 10 - 16
MPV 8,1 mikro 7 - 11
Limfosit 2,0 x 103 mikro L 1,7 - 3,5
Monosit 0,6 x 103 mikro L 0,2 - 0,6
Granulosit 5,0 x 103 mikro L 2,5 - 7
Limfosit 26,3 % 25 - 35
Monosit 7,6 % 4 - 6
Granulosit 66,1 % 50 - 80
PCT 0,251 % 0,2 - 0,5
PDW 14,7% 10 - 18
Golongan Darah B A B O
Clotting Time 3 : 00 3 - 5
4
Bleeding Time 1 : 00 1 - 3
Gula Darah
Sewaktu
96 70 - 100
Ureum 20,8 10 - 50
Kreatinin 0,90 0,62 – 1,1
SGOT 16 U/ L 6 - 21
SGPT 22 IU/ L 4 - 20
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium
I.3. RESUME
S (Subjective)
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di payudara kiri sejak
3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh terdapat benjolan di payudara kanan
sejak 3 bulan yang lalu. Benjolan terasa kemeng hilang timbul, timbul saat
capek. Nyeri (-), cairan dari puting (-), nyeri kepala (-), epilepsi (-), paralisis
(-), sesak nafas (-), mual (-), muntah (-), kekuningan (-), nyeri tulang (-),
penurunan berat badan disangkal. Tidak ada riwayat tumor payudara di
keluarga.
O (Objective)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan dengan
kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan
darah 140/90 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu: 36,60C dan respirasi rate 24
x/menit. Pada pemeriksaan status generalis pemeriksaan lainnya dalam batas
normal. Pada pemeriksaan status lokalis pada regio mamae dextra et sinistra
didapatkan dari inspeksi bentuk mamae dextra lebih kecil dibandingkan
yang kiri. Adanya bekas luka operasi di payudara kanan. kelainan papilla
(-), retraksi puting susu (-), kelainan kulit (permukaan sedikit tidak rata),
ulserasi (-), tanda-tanda radang (-). Pada palpasi terdapat benjolan di bawah
areola mamae, ukuran d ± 5 cm, konsistensi keras, batas tegas, bentuk tidak
5
beraturan, imobile, nyeri tekan (-). Hal ini menunjukkan tanda tumor
payudara suspek ganas.
A (Assesment)
Tumor mamae dextra suspek ganas.
P (Planning)
Infuse RL 20 tpm
Ringer laktat merupakan larutan isotonis. Komposisi ringer laktat
adalah Na (130 mEq/L), Cl (109 mEq/L), Ca (3 mEq), dan laktat (28
mEq/L). Pasien di berikan RL untuk maintenance cairan tubuh.
Cefotaxim 3 x 1 gr
Efotax atau cefotaxim merupakan antibiotik sefalosporin generasi
ketiga. Obat ini sangat aktif terhadap berbagai kuman Gram positif
maupun Gram negatif aerobik. Waktu paruh plasma sekitar 1 jam dan
diberikan tiap 6 samapai 12 jam. Metabolitnya ialah desasetilsefotaksim
yang kurang aktif. Sefotaksim tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik
1,2 dan 10 g. Dosis pada orang dewasa 1-2g/ 12 jam. Dosis pada anak
50-200 mg/kg/h dalam 3-4 dosis.3
Ketorolak 3 x 30 mg
Ketorolak merupakan analgesik poten dengan efek anti-inflamasi
sedang. Ketorolak merupakan satu dari sedikit AINS yang tersedia untuk
pemberian parenteral. Absorpsi oral dan intramuskular berlangsung cepat
mencapai puncak dalam 30-50 menit. Bioavailabilitas oral 80% dan
hampir seluruhnya terikat protein plasma. Ketorolak IM sebagai
analgesik pascabedah memperlihatkan efektivitas sebanding morfin /
meperidin dosis umum; masa kerjanya lebih panjang dan efek
sampingnya lebih ringan. Obat ini juga dapat diberikan peroral. Dosis
intramuscular 30-60 mg; IV 15-30 mg dan oral 5-30 mg. Efek
sampingnya berupa nyeri di tempat suntikan, gangguan saluran cerna,
kantuk, pusing dan sakit kepala yang dilaporkan terjadi kira-kira 2 kali
plasebo. Karena ketorolak sangat selektif menghambat COX-1, maka
6
obat ini hanya dianjurkan dipakai tidak lebih dari 5 hari karena
kemungkinan tukak lambung dan iritasi lambung besar sekali.3
Ranitidin 3 x 1 gr
Ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible.
Melalui obat ini sekresi asam lambung akan di hambat. Bioavailabilitas
ranitidine yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada
pasien penyakit hati. Masa paruhnya kira-kira 1,7-3 jam pada orang
dewasa, dan memanjang pada orang tua dan gagal ginjal.3
I.4. PENELUSURAN (FOLLOW UP)
TANGGAL S O A P
16 Oktober
2013
Benjolan
payudara
kanan
KU: sakit ringan
Kesadaran : E4 V5
M6
Tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi: 76x/menit
RR: 24x/menit
Suhu: 36 0C
Tu mamae
dextra suspe
ganas
- Terapi
lanjut
17 Oktober
2013
- Benjolan
payudara
kanan
disertai
rasa cekit-
cekit di
benjolan
- pusing (-),
mual (-),
muntah (-)
KU: sakit ringan
Kesadaran : E4 V5
M6
Tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi: 76x/menit
Suhu: 360C
Tu mamae
dextra suspek
ganas
Persiapan
preoperasi
-
Ciprofloxa
cin 2x1
-Asam
mefenamat
3x1
-Konsul
penyakit
dalam
18 Oktober
2013
- Benjolan
di
payudara
KU: sakit ringan
Kesadaran : E4 V5
M6
Tu mamae
dextra suspek
ganas
- Terapi
lanjut
- Senin
7
kanan
- Pusing (-),
mual (-),
muntah (-)
Tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi: 76x/menit
Suhu: 370C
Progra
m
19 Oktober
2013
- Benjolan
payudara
kanan
- Pusing (-),
mual (-)
- BAB dan
BAK
normal
KU: sakit ringan
Kesadaran : E4 V5
M6
Tu mamae
dextra suspek
ganas
- Terapi
lanjut
20 Oktober
2013
- Benjolan
payudara
kanan
- Pusing (-),
mual (-),
muntah (-)
KU: baik
Kesadaran : E4 V5
M6
Tanda vital
TD:130/80 mmHg
Nadi:84x/menit
Suhu: 360C
Tu mamae
dextra suspek
ganas
- Terapi
lanjut
21 Oktober
2013
- Benjolan
payudara
kanan
- Pusing (-),
mual (-),
muntah (-)
KU: baik
Kesadaran : E4 V5
M6
Tanda vital
TD:130/80 mmHg
Tu mamae
dextra suspek
ganas
- Operas
i
22 Oktober
2013
Keluhan tidak
ada
KU: sakit ringan
Kesadaran :
compos mentis
Tanda vital
TD:130/80 mmHg
Nadi:80x/menit
Post eksisi
tumor mamae
dextra suspek
ganas
Boleh
pulang
8
Suhu: 36,70C
Laporan operasi Ny. N (Senin, 21 Oktober 2013)
- Anestesi : General anestesi
- Proses : pasien tidur terlentang Pasien asepsis mamae dextra dan
sekitarnya pemasangan doek steril insisi di atas benjolan setiap ada
perdarahan (klem) cutter untuk insisi jaringan lemak subkutis
suction/kassa/koagulan sampai tidak ada perdarahan buka lapangan OP
menggunakan langen hak eksisi PA jahit setiap lapisan tutup (kassa
+ plester).
- Diagnose pre-OP : Tumor mamae dextra suspek ganas
- Diagnose post-OP : Tumor mamae dextra suspek ganas
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tumor Ganas Payudara
II.1.1. Epidemiologi
Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua
setelah karsinoma serviks uterus.1 Kanker payudara merupakan salah satu
kanker yang ditemukan terbanyak di Indonesia.2 Di Amerika Serikat
karsinoma payudara merupakan 28% kanker pada wanita kulit putih, dan
25% pada wanita kulit hitam.1 Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40
– 49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas.2
II.1.2. Etiologi dan faktor risiko
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun ada
beberapa faktor risiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara, yaitu:
Umur > 30 tahun
Melahirkan anak pertama pada usia >35 tahun
Tidak kawin dan nulipara
Usia menarche < 12 tahun
Usia menopause > 55 tahun
Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak payudara
Terapi hormonal lama
Mempunyai kanker payudara kontralateral
Pernah menjalani operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan
ibu, saudara perempuan, adik atau kakak
Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan
fibrokistik yang ganas.
II.1.3. Diagnosa
Diagnosa pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis
yang dilakukan dengan biopsy eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan
tumor beserta sedikit jaringan sehat disekitarnya bila tumor <5cm atau
10
biopsy insisi dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit
jaringan sehat dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperable atau > 5cm.2
A. Anamnesa
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di
payudara, rasa sakit, keluar cairan dari putting susu, timbulnya kelainan
kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange), pembesaran kelenjar
getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara
harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak. Dalam anamnesis juga
ditanyakan adanya faktor-faktor risiko pada pasien, dan pengaruh siklus
haid terhadap keluhan atau perubahan ukuran tumor.2
B. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik waktu pemeriksaan sebaiknya dilakukan
kurang lebih 1 minggu dihitung dari hari pertama haid hal ini bertujuan
untuk meminimalkan pengaruh hormone estrogen dan progesteron.2
Teknik pemeriksaan pada posisi duduk pertama lakukan inspeksi pada
pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksa berdiri
di depan dalam posisi lebih kurang sama tinggi. Perhatikan keadaan
payudara kiri dan kanan, simetris atau tidak; adakah kelainan papilla, letak
dan bentuknya, retraksi puting susu, kelainan kulit berupa peau d’orange,
dimpling, ulserasi, atau tnda-tanda radang. Lakukan juga dalam keadaan
kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor di
bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal,
dimpling, dan lain-lain.2
Pemeriksaan dilanjutkan pada posisi berbaring sebaiknya dengan
punggung diganjal bantal, lakukan palpasi mulai dari cranial setinggi costa
ke-2 sampai distal setinggi costa ke-6, serta daerah subaerolar dan papila
atau dilakukan secara sentrifugal, terakhir dilakukan penekanan daerah
papilla untuk melihat apakahh ada cairan yang keluar atau tidak.2
Dari hasil pemeriksaan ditetapkan keadaan tumornya, yaitu lokasi
tumor berdasarkan kuadrannya, ukuran, konsistensi, batas tegas atau tidak,
mobilitas terhadap kulit, otot pektoralis, atau dinding dada.2
11
Pemeriksaan KGB regional juga dilakukan. Pada daerah aksila yang
ditentukan kelompok kelenjar mamaria eksterna di ante ior, di bawah tepi
otot pektoralis, subkapslaris di posterior aksila, sentral di pusat aksila, apical
di ujung atas fasia aksilaris. Di supra dan infraklavikula serta KGB leher
utama.2
Pemeriksaan organ lain juga dilakukan untuk megetahui adanya
metastasis yaitu hepar, lien, tulang vertebra, dan paru. Metastasis jauh dapat
bergejala seperti pada otak terdapat nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi,
ataksia, paresis, paralisis. Pda paru dapat terjadi efusi dan sesak nafas. Pada
hati terkadang bisa tanpa gejala atau adanya massa ikterus obstruksi. Pada
tulang bisa terdapat nyeri tulang dan fraktur patologis.2
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu ultrasonografi
(USG) payudara, mamografi, dan aspirasi jarum halus (FNAB). Untuk
menentukan metastasis dapat dilakukan foto thoraks, bone survey, USG
abdomen atau hepar.2
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi atau tumor yang
solid atau kistik. Pemeriksaan mamografi terutama berperan pada payudara
yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan
fibroglandular yang relative lebih sedikit. Pada mamografi keganasan dapat
memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis
rektif, comet sign (stelata), adanya perbedaan nyata antara ukuran linis dan
radiologis, adanya mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi pada
struktur arsitektur payudara. Tanda papilla dan areola, adanya bridge of
tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur,
infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamae, dan adanya metastasis
kelenjar (gambaran ini tidak khas). Pemeriksaan USG dan mamografi
memberikan ketetapan diagnosa lebih tinggi.2
II.1.4. Klasifikasi TNM Kanker Payudara
Pada kanker payudara terdapat klasifikasi TNM kanker payudara
berdasarkan AJCC 1992.
12
Tumor
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ
Kanker intraduktal atau lobular insitu
Penyakit paget pada papilla tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
T1a tumor < 0,5 cm
T1b tumor 0,5 – 1 cm
T1c tumor 1 – 2 cm
T2 : Tumor 2 – 5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke
dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta. Otot
seratus anterior. Tidak termasuk otot pektoralis.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema, peau d’orange, ulserasi kulit, nodul satelit pada
daerah payudara yang sama
T4c : T4a dan T4b
T4d : Karsinoma inflamatoir
Nodul
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak
melekat
N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang
melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan
sekitarnya
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
13
Metastasis
Mx : Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh, termasuk ke kelenjar
supraklavikula
II.1.5. Stadium Kanker Payudara
Kanker payudara memiliki beberapa stadium. Stadium I yaitu tumor
terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak terfiksasi pada kulit
atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila. Stadium II yaitu tumor
dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atau tumor dengan
diameter 2 - 5 cm dengan atau tanpa metastasis aksila. Stadium IIIa yaitu
tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya
dengan atau tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain; atau
tumor dengan metastasis aksila yang melekat. Stadium IIIb yaitu tumor
dengan metastasis infra atau supraklavikula atau tumor yang telah
menginfiltrasi kulit atau dinding toraks. Stadium IV yaitu tumor yang telah
mengadakan metastasis jauh.2
II.1.6. Diagnosis Banding
Terdapat beberapa diagnosis banding dari kanker payudara.2
1. Fibroadenoma mamae (FAM), merupakan tumor jinak payudara yang biasa
terdapat pada usia muda ( 15 – 30 tahun), dengan konsistensi padat kenyal,
batas tegas, tidak nyeri, dan mobile. Terapi pada tumor ini adalah eksisi.2
2. Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yangtidak berbatas tegas, konsistensi
padat kenyal atau kistik, terdapat nyeri terutama menjelang haid, ukuran
membesar, biasanya bilateral atau multipel. Terapi tumior ini dengan
medikamentosa simptomatis.2
3. Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat
lonjong, berbatas tegas, moblile, dengan ukuran dapat mencapai 20 – 30 cm.
Terapi tumor ini dengan mastektomi simple.2
4. Galaktokel, merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya
saluran atau duktus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu yang baru atau
sedang menyusui.2
14
5. Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan
dapat berkembang menjadi abses. Biasanya terdapat pada ibu yang
menyusui.2
II.1.7. Penatalaksanaan
Batasan stadium yang masih operabel atau kurabel adalah stadium
IIIa. Sedangkan terapi pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi,
melainkan pengobatan paliatif. Tindakan operatif tergantung pada stadium
kanker.2
1. Pada stadium I dan II dilakukan mastektomi radikal atau modifikasi
mastektomi radikal. Kemudian periksa KGB, bila ada metastasis dengan
radiasi regional dan kemoterpi ajuvan. Selain itu juga dapat dilakukan
mastektomi simpleks yang harus diikuti radiasi tumor bed dan daerah KGB
regional. Pada T2N1 dilakukan mastektomi radikal dan radiasi lokal di
daerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor yang terletak pada
kuadran sentral atau medial payudara harus silakuakan radiasi pada rantai
KGB regional.2
2. Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi
ajuvan, atau mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor bed dan
KGB regional.2
3. Pada stadium IIIb dilakukan biopsy insisi, dilanjutkan radiasi. Bila residu
tidak ada, tunggu. Bila relaps, tambahkan dengan pengobatan hormonal dan
kemoterapi. Namun, bila residu setelah radiasi tetap ada, langsung berikan
pengobatan hormonal. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi
bilateral. Pada pasien yang sudah 1 – 5 tahun menopause periksa efek
estrogen. Bila positif lakukan seperti yang premenopause bila negatif
lakukan terapi hormonal atau aditif. Observasi selama 6 – 8 minggu. Bila
respon baik, teruskan terapi, tetapi bila respon negative dilakukan
kemoterapi dengan CMF atau CAF minimal 12 siklus selama 6 minggu.
Pada pasien pasca menopause lakukan terapi hormonal inhibitif atau aditif.2
4. Pada stadium IV pada pasien yang premenopause dilakukan ooferoktomi
bilateral. Bila respon positif, berikan aminoglutetimid atau temofen. Bila
relaps atau respon negatif, berikan kemoterapi CMF atau CAF. Pada pasien
15
yang sudah 1 – 5 tahun menopause, periksa efek estrogen. Efek estrogen
dapat diperiksa dengan estrogen atau progesterone reseptor (ER atau PR).
Bila positif, lakukan seperti pasien premenopause. Bila negatif, lakukan
pengobatan hormonal seperti tamoksifen, estrogen, progesterone, atau
kortikosteroid hal ini dilakukan juga pada pasien pascamenopause.2
16
BAB III
AFTER CARE PATIENT
III.1. Definisi After Care Patient (ACP)
After Care Patient (ACP) merpakan pelayanan yang terintegritas
dengan meninjau ke lingkungan demi menjamin kesembuhan pasien dengan
melihat permasalahan yang ada pada pasien dan mengidentifikasi fungsi
dalam anggota keluarga serta memberikan edukasi kepada pasien mengenai
hidup sehat.
III.2. Tujuan After Care Patient (ACP)
After care patient dilakukan dengan tujuan untuk melihat
perkembangan pasien dalam pengelolaan pengobatan pasien dan
kesembuhan pasien.
III.3. Permasalahan Pasien
III.3.1. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini semua
anggota keluarga kecuali pasien dalam keadaan sehat. Anggota keluarga lain
tidak memiliki riwayat penyakit khusus. Pasien adalah seorang wanita
berusia 48 tahun dan sudah menikah dan memiliki 2 anak. Saat ini pasien
tinggal bersama suami dan anaknya.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan anggota keluarganya baik. Pasien sehari-hari
melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga dan penjual bubur.
c. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah lulusan SD.
d. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di daerah yang cukup padat. Pergaulan umumnya
berasal dari kalangan menengah kebawah dan hubungan sosial dengan
warga cukup erat. Pasien dikenal dilingkungan rumahnya.
17
e. Fungsi Religius
Agama yang dianut pasien adalah Islam.
III.3.2. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Faktor Perilaku
Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan keluarga langsung
berobat ke rumah sakit. Pendanaan kesehatan melalui biaya Jamkesda
(Jaminan Kesehatan Daerah).
b. Faktor Non Perilaku
Sarana kesehatan di sekitar rumah cukup dekat . Rumah sakit dapat
ditempuh dengan angkutan umum.
III.3.3. Identifikasi Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di kawasan pemukiman penduduk. Pasien tinggal
bersama suami dan anaknya. Kawasan perumahan pasien merupakan
kawasan biasa. Kebersihan dan kerapian rumah relatif kurang.
III.3.4. Diagnosis Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Pasien wanita usia 48 tahun dengan keluhan benjolan payudara kanan.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga cukup baik.
c. Fungsi sosial dan budaya
Pasien dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan baik.
d. Faktor perilaku
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, pasien berobat ke sarana
kesehatan terdekat.
e. Faktor nonperilaku
Sarana pelayanan kesehatan dekat dari rumah.
18
III.4. Diagram Realita yang Ada Pada Keluarga
Diagram 1. Diagram realita yang terdapat pada keluarga
III.5. Risiko, Permasalahan dan Rencana Pembinaan Kesehatan Keluarga
Risiko dan Masalah
KesehatanRencana pembinaan Sasaran
Tumor mamae
dextra
Memberikan edukasi mengenai cara
perawatan bekas OP, memberitahu
kemungkinan genetik yang dapat
diturunkan.
Pasien
dan
keluarga
III.6. Hasil Kegiatan
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
27/10/13 - Keluhan (-)
- Setiap hari
ganti
- KU : sakit
ringan
- Kes : CM
Tumor
mamae
dextra
Memberikan
edukasi untuk
menjaga
19
LINGKUNGAN
Kebersihan dan kerapian rumah kurang
YANKESPelayanan kesehatan terjangkau
GENETIK(-)
PERILAKUApabila ada anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan
DERAJAT
KESEHATANNy.N
Tumor mamae dextra suspek ganas
balutan ke
bidan
-
- TD : 130/80
mmHg
- N : 88
x/menit
- RR : 28
x/menit
- S : 35,5°C
- Luka OP
masih
ditutup
suspek
ganas
kebersihan
diri dan
lingkungan
dengan baik
untuk
menghindari
terjadinya
infeksi
ataupun
penyakit
lainnya
Kontrol
sesuai
tanggal
surat ketika
pulang atau
saat
mengalami
keluhan.
III.7. Kesimpulan Pembinaan Keluarga
1. Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi yang dilakukan cukup baik.
2. Faktor penyulit
Tidak ada
3. Indikator keberhasilan
Pasien rajin kontrol untuk mengganti balut sehingga luka bekas OP
cepat sembuh.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong Wim, Sjamsuhidajat R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2 .
Jakarta: EGC.
2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. 2000. Kanker
Payudara. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Media
Aesculapius.
3. Syarif Amir, Estuningtyas Ari, Setiawati Arini, Muchtar Armen, Arif
Azalia, Bahry Bahroelim dkk. 2009. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5.
Jakarta: Balai penerbit FKUI.
21