al islam kel 2
DESCRIPTION
alTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setelah Abad 15 M umat islam mengalami kemunduran yang
sangat parah ditandai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah sebagai simbol
kejayaan umat islam. Kemudian diikuiti dengan semangat bangsa Eropa
yang dengan Renaisance nya membawa keharuman bangsa tersebut
menuju puncak keemasan yang pernah di raih umat islam sebelumnya.
Dari titik kesadaran yang diraih bangsa Eropa tersebut mampu
menemukan berbagai inovasi dalam teknologi industri konsumtif; mesin,
listrik, teknologi pemintalan dan lain lain. Setelah waktu berjalan
penemuan inovasi ini tidak diimbangi raw material yang dimiliki bangsa
Eropa sehingga memunculkan revolusi industri, yang mengakibatkan
krisis kemanusiaan; Misalnya pengangguran, perbudakan, pemberontakan
sebagai akibat kaum Borjuist yang sudah tidak memerlukan lagi tenaga
manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai macam
dampaknya terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya, disatu sisi
dia mampu membantu dan meringankan beban manusia, namun di sisi lain
dia juga mempunyai andil dalam menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan,
bahkan eksistensi itu sendiri. Ilmu barat yang bercorak sekuler dibangun di
atas filsafat materialistisme, naturalisme dan eksistensialisme melahirkan
ilmu pengetahuan yang jauh dari nilai-nilai spritual, moral dan etika. Oleh
karena itu Islamisasi ilmu pengetahuan dalam pandangan para pemikir
Islam merupakan suatu hal yang mesti dan harus dirumuskan.
Problem terpenting yang dihadapi umat Islam saat ini adalah
masalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai
(netral) sebab dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan,
kebudayaan, dan filsafat, yang mencerminkan kesadaran dan pengalaman
manusia Barat. Membicarakan tema islamisasi ilmu pengetahuan tidak
bisa dilepaskan dari sosok Syed Muhammad Naquib al-Attas. Sebab
1
seperti dikemukakan oleh Wan Mohd. Nor Wan Daud, al-Attas adalah
seorang tokoh pemikir Islam yang pertama kali menggagas ide islamisasi
ilmu pengetahuan, tepatnya ilmu pengetahuan kontemporer/modern/masa
kini, di samping dua ide lainnya, yakni (1) problem terpenting yang
dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah ilmu pengetahuan; dan (2)
ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai (netral) sebab dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat, yang
mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Maka dari itu,
dalam membahas tema islamisasi ilmu pengetahuan ini, pemikiran al-Attas
dengan dua ide mendasar lainnya tentang ilmu pengetahuan, mesti
dijadikan pijakan utama.
Ilmu pengetahuan dapat menjadi salah satu media dalam mencapai
kehidupan yang lebih baik. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
Islamisasi ilmu pengetahuan. Dengan adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan
akan mampu menghilangkan keraguan dalam menekuni suatu ilmu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Apa tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana pemikiran para tokoh tentang Islamisasi Ilmu
Pengetahuan?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan makna Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
2. Mengetahui tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
3. Mengetahui pemikiran-pemikiran tokoh tentang Islamisasi
Ilmu Pengetahuan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Dalam bahasa arab, istilah islamisasi ilmu dikenal dengan “Islamiyyat al-
ma’rifat” dan dalam bahasa inggris disebut dengan “Islamization of Knowledge”.
Islamisasi ilmu merupakan istilah yang mendiskripsikan berbagai usaha dan
pendekatan untuk mensitesakan antar etika islam dengan berbagai bidang
pemikiran modern. Produk akhirnya akan menjadi ijma’ (kesepakatan) baru bagi
umat islam dalam bidang keilmuan yang sesuai dan metode ilmiah tidak
bertentangan dengan norma-norma islam.
Menurut Mulyadhi Kartanegara, Islamisasi ilmu pengetahuan
merupakan naturalisasi sains (ilmu pengetahauan) untuk meminimalisasikan
dampak negatif sains sekuler terhadap sistem kepercayaan agama dan dengan
begitu agama menjadi terlindungi.
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan islamisasi Ilmu
Pengetahuan perlu kirannya memperhatikan pendapat para pakar agar batasan
pembahsan ini lebih jelas arahnya. Menurut kalangan akademisi di UIN Malang,
ada berbagai pendapat atau versi tentang pemahaman Islamisasi Ilmu
Pengetahuan, yaitu:
1. Versi pertama beranggapan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan
merupakan sekedar memberikan ayat-ayat yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan umum yang ada (ayatisasi).
2. Kedua, mengatakan bahwa Islamisasi dilakukan dengan cara
mengislamkan orangnya.
3. Ketiga, Islamisasi yang berdasarkan filsafat Islam yang juga diterapkan
di UIN Malang dengan mempelajari dasar metodologinya.
4. keempat, memahami Islamisasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang
beretika atau beradab. Dengan berbagai pandangan dan pemaknaan
yang muncul secara beragam ini perlu kiranya untuk diungkap dan agar
lebih dipahami apa yang dimaksud “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”.
3
Pengertian Islamisasi ilmu pengetahuan ini secara jelas diterangkan
oleh al-Attas, yaitu:
Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-
nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham sekuler
terhadap pemikiran dan bahasa Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya
yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab
manusia dalam wujud fisiknya cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang
sebenarnya, dan berbuat tidak adil terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses
menuju bentuk asalnya yang tidak sekuat proses evolusi dan devolusi.
Ini artinya dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, umat Islam akan
terbebaskan dari belengu hal-hal yang bertentangan dengan Islam, sehingga
timbul keharmonian dan kedamaian dalam dirinya, sesuai dengan fitrahnya.
Untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut al-Attas,
perlu melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama ialah melakukan
proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk
kebudayaan dan peradaban Barat, dan kedua, memasukan elemen-elemen Islam
dan konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini
yang relevan. Jelasnya, “ilmu hendaknya diserapkan dengan unsur-unsur dan
konsep utama Islam setelah unsur-unsur dan konsep pokok dikeluarkan dari setiap
ranting.
Al-Attas menolak pandangan bahwa Islamisasi ilmu bisa tercapai dengan
melabelisasi sains dan prinsip Islam atas ilmu sekuler. Usaha yang demikian
hanya akan memperburuk keadaan dan tidak ada manfaatnya selama “virus”nya
masih berada dalam tubuh ilmu itu sendiri sehingga ilmu yang dihasilkan pun jadi
mengambang, Islam bukan dan sekuler pun juga bukan. Padahal tujuan dari
Islamisasi itu sendiri adalah untuk melindungi umat Islam dari ilmu yang sudah
tercemar yang menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan. Islamisasi ilmu
dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian muslim yang sebenarnya
sehingga menambah keimanannya kepada Allah, dan dengan Islamisasi tersebut
akan terlahirlah keamanan, kebaikan, keadilan dan kekuatan iman.
Menurut al-Faruqi, Islamisasi adalah usaha “untuk mendefinisikan
kembali, menyusun ulang data, memikirkan kembali argumen dan rasionalisasi
4
yang berkaitan dengan data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran,
memproyeksikan kembali tujuan-tujuan dan melakukan semua itu sedemikian
rupa sehingga disiplin-disiplin ini memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat
bagi cause (cita-cita).”
Secara umum, Islamisasi ilmu tersebut dimaksudkan untuk memberikan
respon positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik dan
Islam yang “terlalu” religius, dalam model pengetahuan baru yang utuh dan
integral tanpa pemisahan di antaranya.
Selain kedua tokoh di atas, ada beberapa pengembangan definisi dari
Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Osman Bakar, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebuah program yang berupaya
memecahkan masalah-masalah yang timbul karena perjumpaan antara Islam
dengan sains modern sebelumnya. Progam ini menekankan pada keselarasan
antara Islam dan sains modern tentang sejauhmana sains dapat bermanfaat bagi
umat Islam.
Dan M. Zainuddin menyimpulkan bahwa Islamisasi pengetahuan pada
dasarnya adalah upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi-asumsi Barat
terhadap realitas dan kemudian menggantikannya dengan worldviewnya sendiri
(Islam).
Dari pengertian Islamisasi pengetahuan diatas dapat disimpulkan
bahwa Islamisasi dilakukan dalam upaya membangun kembali semangat
umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kebebasan
penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional – empirik dan filosofis
dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-quran dan Sunnah Nabi.
Sehingga umat Islam akan bangkit dan maju menyusul ketinggalan dari
umat lain, khususnya Barat.
Maraknya kajian dan integrasi keilmuan (islamisasi ilmu pengetahuan)
dewasa ini dengan center didengungkan oleh kalangan intelektual muslim antara
lain Naquib Al Attas dan Ismail Raji’ Al Faruqi, tidak lepas dari kesadaran
berislam ditengah pergumulan dunia global yang sarat dengan kemajuan iptek. Ia
misalnya berpendapat bahwa umat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat
manakala mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dalam memahami
5
wahyu, atau sebaliknya mampu memahami wahyu untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Walaupun sudah muncul pada tahun 70-an konsep Islamisasi Ilmu
Pengetahuan versi al Faruqi pertama kali di sosialisasikan secara internasional
dalam seminar Om Islamization Of Knowledg di Islamabad, Pakistan 4-9 Januari
1982. seminar ini terlaksana atas kerja sama National Hijra Centenery celebration
Commiteee Pakistan, The Instute of Education, Islamic University, Islamabad
Pakistan, dan IIIT. Seminar itu dihadiri oleh sarjana terkemuka dari Negara-
negara muslim.
Komposisi seminar tersebut memperlihatkan bahwa pada masa awal
perkembangannya konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan mendapat dukungan dari
beberapa negara Muslim terutama Saudi Arabia, Pakistan , dan Malaysia.
Beberapa sarjana terkemuka tersebut tidak hanya mendukung akan tetapi
terlibat langsung dalam proses diseminasi konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Mereka berperan dalam proses pendidrian Universitas Islam Internasional
(International Islamic University) di Jedah, Kuala Lumpur, dan Karachi. Proyek
pendidikan tinggi Keislaman pertama yang direkomendasi Organisasi Konferensi
Islam (OKI). Di Kuala Lumpur, tahun1983 didirikan International Islamic
University Malaysia (IIUM), demikian halnya di Jeddah dan Karachi. Pendirian
universitas –universitas tersebut sangat kental dengan semangat Islamisasi Ilmu
Pengetahuan baik dalam filsafatnya, Visi dan Misi, serta tujuannya.
Di Indonesia, dukungan kuat terhadap konsep Islamisasi Ilmu
Pengetahuan al-Faruqi dimulai pada tahun 1990-an dimulai dengan didirikannya
Institut For Science and Teknology Studies (ISTECS), yang bertujuan untuk
menyemarakkan Islamisasi sains di Indonesia oleh sekelompok ilmuwan muda di
Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT). Dan puncaknya
ditandatanganinya piagam berdirinya International Islam Forum for Science,
Teknology And Human Rescource Development (IIFTIHAR) di depan ka’bah
oleh Prof. Dr. B.J Habibie (saat Itu Menristek dan ketua ICMI) dan Habibi
menjabat sebagai ketuannya.
6
2.2 Tujuan
Dengan adanya islamisasi ilmu pengetahuan diharapkan nantinya akan
dihasilkan sebuah sains Islam yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits, di
mana sains Islam tersebut berbeda dengan sains Barat yang telah berkembang saat
ini. Adapun perbandingan antara sains Barat dan sains Islam, yaitu :
No Sains Barat Sains Islam
1. Percaya pada rasionalitas Percaya pada wahyu
2. Sains untuk sains Sains adalah sarana untuk
mendapatkan keridhoan Allah
3. Satau-satunya metode atau cara
untuk mengetahui realitas
Banyak metode berlandaskan akal
dan wahyu baik secara objektif dan
subjektif
4. Netralitas emosional sebagai
prasyarat kunci menggapai
rasionalitas
Komitmen emosional sangat penting
untuk mengangkat usaha-usaha sains
spiritual maupun sosial
5. Tidak memihak, ilmuwan hanya
peduli pada produl pengetahuan
baru dan akibat-akibat
penggunaannya
Pemihakan pada kebenaran, ilmuan
harus peduli terhadap hasil-hasil dan
akibat-akibat penemuannya secara
moral sebagai bentuk ibadah
6. Tidak adanya bias, validitas suatu
sains hanya tergantung pada bukti
penerapannya (objektif) bukan
ilmuwan yang menjalankannya
(subjektif)
Adanya subjektivitas, validitas sains
tergantung pada bukti penerapan
juga pada tujuan dan pandangan
ilmuwan yang menjalankannya
7. Penggantungan pendapat, sains
hanya dibuat atas dasar bukti yang
meyakinkan
Menguji pendapat, sains dibuat atas
dasar bukti yang tidak meyakinkan
8. Reduksionisme, cara yang
dominan untuk mencapai kemajuan
sains
Sintesis, cara yang dominan untuk
meningkatkan kemajuan sains
9. Fragmentasi, pembagian sains ke
dalam disiplin dan subdisiplin-
Holistik, pembagian sains ke dalam
lapisan yang lebih kecil yaitu
7
subdisiplin pemahaman interdisipliner dan
holistik
10. Universalisme, walaupun universal
namun buah sains hanya bagi
mereka yang mampu membelinya
Universalisme, buah sains bagi
seluruh umat manusia dan tidak
diperjualbelikan
11. Induvidualisme, ilmuwan harus
menjaga jarak dengan
permasalahan sosial, politik dan
ideologis
Orientasi masyarakat, ilmuwan
memiliki hak dan kewajiban adanya
interdependensi dengan masyarakat
12. Netralitas, sains adalah netral Orientai nilai, sains adalah sarat nilai
berupa baik atau buruk juga halal
atau haram
13. Loyalitas kelompok, hasil
pengetahuan baru adalah aktifitas
terpenting dan perlu dijunjung
tinggi
Loyalitas pada Tuhan dan makhluk-
Nya, hasil pengetahuan baru adalah
cara memahami ayat-ayat Tuhan dan
harus diarahkan untuk meningkatkan
kualitas ciptaan-Nya
14. Kebebasan absolute, tidak ada
pengekangan atau penguasaan
penelitian sains
Manajemen sains adalah sumber
yang tidak terhingga nilainya, sains
dikelola dan direncanakan dengan
baik dan harus dipaksa oleh nilai
etika dan moral
15. Tujuan membenarkan sarana,
setiap sarana dibenarkan demi
penelitian sains
Tujuan tidak membenarkan sarana,
tujuan sarana diperbolehkan dalam
batas-batas etika dan moralitas
2.3 Langkah-langkah untuk Mencapai Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Adapun langkah-langkah untuk mencapai proses Islamisasi Ilmu
Pengetahuan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Penguasaan Disiplin Ilmu Modern
8
Individu islam terutama sarjana yang beragama islam harus menguasai
ilmu pengetahuan modern yang berkembang saat ini, baik prinsip, konsep,
metodologi, masalah, dan tema. Pengetahuan modern yang diserap secara mentah
oleh setiap individu islam akan mengaburkan kembali tujuan gagasan islamisasi
dalam ilmu pengetahuan. Karena ilmu modern yang berkembang saat ini berada di
tangan bangsa sekuler sehingga kita perlu mengetahui prinsip konsep, metodologi,
masalah, dan tema ilmu pengetahuan itu mengajarkan kepada ketauhidan atau
tidak. Bila mengajarkan kepada sekuler dan atheis maka kita luruskan kembali
karena ada benarnya sebuah pendapat yang mengatakan ilmu pengetahuan itu
bersifat universal. Maka disinilah tugas utama seorang muslim agar sadar yang
walaupun pada saat sekarang “kita” masih mengekor kepada ilmu Barat. Tidak
ada salahnya melakukan seperti itu. karena saat ini islam dalam keadaan tidur
belum menemukan teori dan ilmu baru dari ilmu yang ada. Dalam perjalanannya
pasti akan ditemukan teori baru yang diciptakan oleh umat islam yang memilki
konsep dan prinsip tauhid dan hal ini sudah terbukti dengan bermunculannya
ilmuwan islam saat ini.
Disiplin-disiplin ilmu di Barat diuraikan menjadi kategori-kategori,
prinsip-prinsip, metodologi-metodologi, problema-problema dan tema-tema.
Penguraian tersebut harus mencerminkan ‘daftar isi’ sebuah buku. Dan hasil
uraian tersebut harus berbentuk kalimat-kalimat yang memperjelas istilah-istilah
teknis, menerangkan kategori, prinsip, problema, dan tema pokok disiplin ilmu
Barat.
2. Survey Disiplin IlmuSetiap disiplin ilmu harus disurvei dan esei-esei harus ditulis dalam bentuk
bagan mengenai asal-usul dan perkembangannya beserta pertumbuhan
metodologinya, perluasan cakrawala wawasannya, dan tak lupa sumbangan-
sumbangan pemikiran yang diberikan oleh para tokoh utamanya.
3. Penguasaan Khasanah Islam
Gagasan islamisasi Ilmu Pengatahuan menjadi kurang bermakna apabila
tidak dikaitkan masalah warisan islam yang menyumbangkan ilmu pengetahuan
yang sangat besar. Namun sumbangan intelektual muslim tradisional tentang
disiplin ilmu pengetahuan modern tidak mudah didapat, dibaca, dan dipahami
oleh seorang intelektual muslim saat ini alasannya.
9
a. Ilmu pengetahuan modern tidak terdapat padanannya dalam khazanah
intelektual islam.
b. Para sarjana muslim terutama yang mendapatkan pendidikan Barat (sekuler)
sering gagal memahami khazanah warisan islam yang mengaanggap warisan
islam tidak memiliki kekuatan apapun terhadap disiplin ilmu yang dipelajarinya.
c. Para sarjana muslim tidak memiliki waktu atau usaha untuk meneliti khazanah
warisan islam yang amat kaya dan luas.
Sebaliknya para sarjana muslim yang dididik secara tradisional sebagai
otoritas pemilik khazanah warisan islam tidak dapat memecahkan maupun
menetapkan keterkaitan warisan tersebut dengan disiplin ilmu pengetahuan
modern.oleh karena itu perlu memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern
kepada sarjana pewaris ilmu pengetahuan islam tradisional begitu pula
sebaliknya.yang selanjutnya warisan islam tersebut dianalisis berdasarkan latar
belakang sejarah dan kaitan antara masalah yang dibahas dengan berbagai bidang
kehidupan manusia secara jelas
4. Penguasaan Khasanah Ilmiah Islam
Untuk dapat mendekatkan karya-karya hasil khasanah ilmiah islam dengan
para ilmuwan muslim yang terdidik dalam cara Barat, kita perlu melakukan
sesuatu yang lebih besar daripada sekedar menyajikan berhalaman-halaman bahan
dalam bentuk antologi.
5. Penentuan Relevansi Islam yang Khas terhadap Disiplin-disiplin Ilmu
Relevansi-relevansi khasanah islam yang spesifik pada masing-masing
ilmu harus diturunkan secara logis.
6. Penilaian Kritis terhadap Disiplin Ilmu Modern
Ini adalah langkah utama dalam proses islamisasi ilmu pengetahuan.
Permasalahan pokok dan tema-tema abadi masing-masing disiplin harus dianalisa
dan diuji akan reduksionisme, kesesuaian, kemasukakalan dan ketepatan asasnya
dengan konsep panca kesatuan yang diajarkan islam.
7. Penilaian Kritis terhadap Khasanah Islam
10
Khasanah islam adalah Qur’an suci, firman-firman Allah, dan sunnah
Rasul SAW. Tugas untuk menilai khasanah islam pada suatu bidang kegiatan
manusia harus ditangani oleh para ahli di bidang tersebut.
8. Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Islam
Kearifan yang dikandung setiap disiplin ilmu harus dihadapkan dan
dimanfaatkan untuk menanggulangi permasalahan umat islam agar kaum
muslimin dapat memahaminya dengan benar, menilai dengan tepat pengaruhnya
pada kehidupan umat serta memetakan dengan teliti semua pengaruh yang
diberikannya pada tujuan global islam.
9. Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Manusia
Sebenarnya, amanah Allah SWT meliputi seluruh jagad raya, dan sebagai
konsekuensinya tanggung jawab terhadap manusia juga tercakupdi dalamnya.
Umat islam memiliki wawasan yang diperlukan untuk kemajuan manusia untuk
membuat sejarah berjalan kea rah apa yang dikehendaki Allah SWT.
10. Analisa Kreatif dan Sintesa
Sintesa kreatif harus dicetuskan diantara ilmu-ilmu islam tradisional dan
disiplin-disiplin ilmu modern untuk dapat mendobrak kemandegan selama
beberapa abad terakhir ini.
11. Penuangan kembali Disiplin Ilmu Modern ke dalam Kerangka Islam
Pada dasarnya, para pemikir islam tidak akan tiba pada suatu penyelesaian
yang sama, atau memilih pilihan yang sama dalam hal penentuan relevansi islam
terhadap eksistensi umat islam di masa kini dan di masa mendatang.
12. Penyebarluasan Ilmu-ilmu yang telah diislamkan
Adalah suatu kesia-siaan apabila hasil karya para ilmuwan muslim hanya
disimpan sebagai koleksi pribadi mereka masing-masing. Karya apa saja yang
dibuat berdasar Lillahi Ta’ala adalah menjadi milik seluruh umat islam.
Pemanfaatan karya-karya tersebut tidak mendapat berkah Allah kecuali jika
dilaksanakan untuk sebanyak mungkin makhluk-Nya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil makalah ini, kami dapat menyimpulkan beberapa hal dari
Islamisasi Ilmu Pengetahuan antara lain:
1. Kata “islamisasi” dinisbatkan kepada agama islam yaitu agama yang
telah diletakkan manhajnya oleh Allah melalui wahyu. Ilmu ialah
persepsi, konsep, bentuk sesuatu perkara atau benda. Islamisasi ilmu
berarti hubungan antara Islam dan ilmu pengetahuan yaitu
hubungan antara “Kitab Wahyu” al-Qur’an dan al-Sunnah dengan
“Kitab Wujud” dan ilmu kemanusiaan.
2. Tujuan dari Islamisasi Ilmu pengetahuan adalah untuk mengahsilkan
sebuah sains (Ilmu pengetahuan) Islam yang didasarkan pada al-
Qur’an dan al-Hadits.
3. Pemikiran-pemikiran tokoh tentang Islamisasi pengetahuan
4. Untuk mencapai proses Islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-
Faruqi ada 12 langkah yang harus dijalani.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga tidak
sesuai dengan keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan agar
penulisan makalah selanjutnya kekurangan-kekurangan tersebut dapat kami
perbaiki.
12
DAFTAR PUSTAKA
Baca drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/13 tgl 05/01/2013 Butt,
Nasim. 1996. Sains dan Masyarakat Islam. Badung: Pustaka Hidayah
Dieena.wordpress.com/2012/06/06/islamisasi-ilmu-pengetahuan-2. Diakses
tanggal 7 Desember 2013.
Hashim, Rosnani., 2005. Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah,
Perkembangan dan Arah Tujuan, Jakarta: Thn II No.6/ Juli-September 2005,
dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam (INSIST).
Habib, Zainal. 2007. Islamisasi Sains. Malang: UIN Malang Press Kamil,
Sukron. 2003. Sains dalam Islam Konseptual dan Islam aktual. Jakarta: PBB
UIN
International Instiutut of Islamic Thought, 2000, Islamisasi Ilmu
Pengetahuan, Terjemahan. Jakarta: Lontar Utama.
M. Zainuddin, 2003, Filsafat Ilmu: Persfektif Pemikian Islam, Malang: Bayu
Media.
Nadwi, Abul Hasan Ali.,2008, Islam dan Dunia, Bandung : Angkasa. Osman
Bakar, 1994, Tauhid dan Sains, Bandung: Pustaka Hidayah. Suef,
Mohammad. Islamisasi Ilmu: Sejarah, Dasar, Pola dan Strategi. Diakses
tanggal 9 desember 2013.
Wan Mohd Nor Wan Daud,2008, The Educational Philosophy and Practice of
Syed Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk,
Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung:
Mizan, 1998.
13