al islam atun
TRANSCRIPT
MAKALAH
KELUARGA BERENCANA DALAM ISLAM
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1
1. ABDULLAH TAMIM S.
2. AFRILILIANTARI
3. AHMAD CHAERI
4. AHMAD MUKHLIS KARUNIA R.
5. ARTADRINIA ZIKRUL LAELI
6. ASRIATUN
7. ATYKA KHETRYN OKTAVIANI
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARATSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat karunia dan hidayah Nya-lah penulis dapat menyelesaikan Tugas
Al-Islam III ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penyusunan makalah yang berikutnya. Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi penyusun pada khususnya.
Mataram, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3
2.1 Konsep Keluarga Berencana (KB)........................................................ 3
2.2 Pandangan Ulama Tentang Keluarga Berencana................................ 4
2.3 Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum Penggunaannya..................... 7
2.4 Kelompok-kelompok yang menolak KB............................................... 8
2.5 Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam........... 10
2.6 Hukum KB menurut Islam..................................................................... 12
2.7 Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Islam......................................... 16
2.8 Jenis-Jenis Kontasepsi............................................................................ 18
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................... 22
3.1 Simpulan ............................................................................................. 22
3.2 Saran ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perlu kita renungkan jumlah penduduk Negara kita selalu bertambah, pada akhir
tahun 2000 berjumlah 206,264,595 jiwa sedangkan di akhir 2010 menjadi 237,641,326
jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010: 16). Sementara lapangan pekerjaan semakin sulit
sehingga pengangguran semakin bertambah. Menurut Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menyatakan, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,32 juta orang,
oleh karena itu diperlukan gerakan nasional untuk meningkatkan semangat
kewirausahaan masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Presiden dalam pidato
pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional di Jakarta, Rabu, menjelaskan, jumlah
pengangguran itu setara dengan 7,14 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai 237,8 juta orang. Yudhoyono menjelaskan, fokus utama pemerintah adalah
berusaha menyediakan lapangan kerja bagi para penganggur itu. Salah satu lapangan
pekerjaan yang potensial adalah pegawai instansi negara. Namun, kata presiden, sektor
itu tidak mungkin bisa menyerap semua pengangguran. Menurut Presiden Yudhoyono,
jumlah pegawai instansi negara saat ini 7.663.570 orang yang terdiri dari pegawai
negeri sipil, guru dan dosen, serta TNI/Polri. (Kompas.com, 6 Oktober 2011). Oleh
karena itu Kebijakan Program Keluarga Berancana merupakan langkah yang tepat agar
laju pertumbuhan pendudukan dapat dikendalikan untuk diseimbangkan dengan
lapangan pekerjaan.
Menghadapi pertumbuhan pendudukan yang sulit dibendung dapat
menyebabkan masalah sosial yang sangat komplek, maka ditemukan identifikasi
masalah bahwa pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan,
sehingga tidak menimbulkan kesengsaraan hidup yang berkepanjangan.
KB termasuk masalah yang kontroversional sehingga tidak ditemukan
bahasannya oleh imam-imam madzhab. Secara umum, hingga kini di kalangan umat
Islam masih ada dua kubu antara yang membolehkan KB dan yang menolak KB.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa itu KB?
2. Apa tujuan KB?
3. Bagaimana pandangan Ulama tentang KB?
4. Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum Penggunaannya
5. Bagaimana Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam?
6. Bagaimana hukum KB menurut agama islam?
7. Bagaimana Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Islam?
8. Apa saja jenis-jenis Kontrasepsi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Secara umum mahasiswa mampu mengetahui Konsep Keluarga
Berencana Dalam Islam.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi KB.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan KB.
3. Mahasiswa mampu memahami pandangan Ulama tentang KB.
4. Mahasiswa mampu mengetahui Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum
Penggunaannya.
5. Mahasiswa mampu mengetahui Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang
Dilarang oleh Islam.
6. Mahasiswa mampu mengetahui hukum KB menurut agama islam.
7. Mahasiswa mampu mengetahui Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Islam.
8. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis Kontrasepsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga Berencana (KB)
2.1.1 Pengertian
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga
berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan
merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate)
dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak
terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber
daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan
penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat
dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan
pangan mengikuti deret hitung.
2. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama
serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
3. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
4. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang
akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga
yang bahagia dan berkualitas.
5. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang,
pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
2.2 Pandangan Ulama Tentang Keluarga Berencana
Pandangan ulama tentang hukum KB hingga kini masih ada 2 kubu antara yang
membolehkan dan yang menolak KB. Pandangan Majelis Ulama Indonesia menjelaskan
bahwa ajaran islam membenarkan keluarga berencana. Diantara dalil yang digunakan
para ulama yang membolehkan KB yaitu pada QS; an-nisa ayat 9 yang artinya:” dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”.
Yusuf Al-Qaradhawi melalui bukunya Halal dan Haram mengungkapkan, tujuan
perkawinan salah satunya adalah lahirnya keturunan. Dengan adanya keturunan,
menopang kelangsung jenis manusia. Islam menyukai banyaknya keturunan di kalangan
umatnya.
Namun, Islam pun mengizinkan kepada setiap Muslim untuk mengatur
keturunan apabila didorong oleh alasan kuat. Hal yang masyhur digunakan pada zaman
Rasulullah untuk mengatur kelahiran adalah dengan azl, yaitu mengeluarkan sperma di
luar rahim ketika akan keluar. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim
dijelaskan, para sahabat menyatakan bahwa mereka biasa melakukan azl pada masa
Nabi Muhammad SAW. Ketika informasi itu sampai kepada Rasulullah, beliau tidak
melarangnya. Di sisi lain ada bantahan terhadap cerita-cerita tentang orang Yahudi
bahwa azl merupakan pembunuhan kecil.
Menurut Al-Qaradhawi, ada alasan-alasan yang menjadi pijakan untuk
berkeluarga berencana. Di antaranya, adanya kekhawatiran kehidupan atau kesehatan
ibu bila hamil atau melahirkan. Ini setelah penelitian dan pemeriksaan dokter yang
dapat dipercaya. Ia mengutip AlBaqarah ayat 195, agar seseorang tak menjatuhkan diri
dalam kebinasaan.
Alasan lainnya adalah kekhawatiran munculnya bahaya terhadap urusan dunia
yang tak jarang mempersulit ibadah. Pada akhirnya, hal itu membuat seseorang mau
saja menerima barang haram atau menjalankan pekerjaan terlarang demi memenuhi
kebutuhan anak-anaknya.
Persoalan kesehatan dan pendidikan juga menjadi faktor yang menjadi
pertimbangan dalam memutuskan berkeluarga berencana. Keharusan melakukan azl
karena khawatir terhadap keadaan perempuan yang sedang menyusui kalau hamil atau
melahirkan anak lagi. Rasulullah, kata Al-Qaradhawi, selalu berusaha demi
kesejahteraan umatnya.
Oleh karena itu, Rasulullah memerintahkan umatnya berbuat hal yang
melahirkan maslahat dan tak mengizinkan sesuatu yang menimbulkan bahaya. Menurut
Al-Qaradhawi, di masa kini sudah ada beragam alat kontrasepsi yang dapat dipastikan
kebaikannya. Hal inilah yang diharapkan oleh Rasulullah.
2.2.1 Pandangan Muhammadiyah
Sementara itu, Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah melalui fatwafatwa tarjih menjelaskan, surah An-Nisa ayat 9
secara umum dapat menjadi motivasi keluarga berencana, tapi bukan jadi dasar
langsung kebolehannya.
Ayat tersebut berbunyi, “Hendaklah takut kepada Allah orangorang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka,
yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur
kata yang benar”.
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, Islam menganjurkan agar kehidupan
anak-anak jangan sampai telantar sehingga menjadi tanggungan orang lain. Ayat
tersebut mengingatkan agar orang tua selalu memikirkan kesejahteraan jasmani
dan rohani anakanaknya.
2.2.2 Pendapat Sayyid Sabiq dan Al Ghazali
Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah menjelaskan, dalam keadaan
tertentu Islam tidak menghalangi pembatasan kelahiran melalui penggunaan
obat pencegah kehamilan atau caracara lainnya. “Pembatasan kelahiran
diperbolehkan bagi lakilaki yang beranak banyak dan tak sanggup lagi
menanggung biaya pendidikan anaknya dengan baik,” tambahnya.
Demikian pula jika keadaan istri sudah lemah, mudah hamil, serta
suaminya dalam kondisi miskin. Dalam keadaan semacam ini, ujar Sabiq,
diperbolehkan membatasi kelahiran. Sejumlah ulama menegaskan pembatasan
kelahiran tak sekadar diperbolehkan bahkan dianjurkan.
Imam Al-Ghazali membolehkan hal itu jika istri merasa khawatir akan
rusak kecantikannya. Dalam kondisi tersebut, suami dan istri berhak
memutuskan untuk melakukan pembatasan. Ada pula ulama yang mengatakan
pembatasan bisa dilakukan tanpa syarat apa pun yang mendasarinya.
Dari bebrapa pendapat tersebut dapat kami simpulkan bahwa : Dalam
Islam, melaksanakan program keluarga berencana tidak dihukumi apapun, tidak
dianjurkan, dan tidak pula dilarang. Dan jika tidak ada dalil yang melarang
ataupun dalil yang menganjurkan, maka hukum pelaksanakan pekerjaan tersebut
menjadi mubah (boleh-boleh saja). Selain itu, musyawarah MUI tahun 1983
tentang kependudukan, kesehatan dan pembangunan, telah mengeluarkan fatwa
bahwa ber-KB tidak dilarang dalam agama Islam, termasuk penggunaan
berbagai jenis alat kontrasepsi selain vasektomi dan tubektomi.
Karena dalam surat an-Nisa’ tersebut kita dapat melihat, bahwasanya
kesehatan ekonomi dan kesehatan fisik juga menjadi hal yang patut
dipertimbangkan oleh sebuah keluarga. Karena jika tidak, bukan tidak mungkin
neraca kemiskinan akan bertambah lagi.
2.2.3 Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang
perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:
سديدا واليقولوا فليتقواالله عليهم خافوا ضعافا ذرية خلفهم من تركوا لو الذين وليخششش
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang
pelaksanaan KB diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233,
Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk
yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri,
mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah
tangga.
2.2.4 Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
لتكففون عالة تدرهم أن من خير أغنياء ورثك تدر )الناسإنك عليه ( متفق
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan
orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan
tentang biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-
anak mereka menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan
kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.
2.3 Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum Penggunaannya
Ada lima 5 persoalan yang terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi, yaitu :
1. Cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau menggugurkan
kehamilan (isqat al-haml)?
2. Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat
pemandulan permanen (ta’qim)?
3. Pemasangannya, Bagaimana dan siapa yang memasang alat kontrasepsi tersebut?
(Hal ini berkaitan dengan masalah hukum melihat aurat orang lain).
4. Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya.
5. Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat
dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram
memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang
auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang
digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang
membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.
Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi kriteria-kriteria
tersebut diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB secara substansial tidak
bertentangan dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu bentuk implementasi
semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah kemashlahatan, yaitu
menciptakan keluarga yang tangguh, mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu,
kebolehan (mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti dijelaskan
diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam forum-forum ke Islaman, baik pada
tingkat nasional maupun Internasional (ijma’al-majami).
2.4 Kelompok-kelompok yang menolak KB
1. Muktamar Lembaga Riset Islam di Kairo
Dalam muktamar kedua tahun 1385 H/1965 M menetapkan keputusan
sebagai berikut:
a. Sesungguhnya Islam menganjurkan untuk menambah dan memperbanyak
keturunan, karena banyaknya keturunan akan memperkuat umat Islam secara
sosial, ekonomi dan militer. Menambah kemuliaan dan kekuatan.
b. Jika terdapat darurat yang bersifat pribadi yang mengharuskan pembatasan
keturunan, maka kedua suami istri harus diperlakukan sesuai dengan kondisi
darurat. Dan batasan darurat ini dikembalikan kepada hati nurani dan kualitas
agama setiap pribadi.
c. Tidak sah secara syar’i membuat peraturan berupa pemaksaan kepada manusia
untuk melakukan pembatasan keturunan walaupun dengan berbagai macam
dalih.
d. Pengguguran dengan maksud pembatasan keturunan atau menggunakan cara
yang mengakibatkan kemandulan untuk maksud serupa adalah sesuatu yang
dilarang secara syar’i terhadap suami istri atau lainnya.
2. Pernyataan Majelis Pendiri Rabithah Alam Islami
Pada sidang ke- 16 Majelis Pendiri Rabithah Alam Islami membuat fatwa
melarang pembatasan keturunan, dan berikut nashnya:
Majelis mempelajari masalah pembatasan keturunan atau KB, sebagaimana
sebagian para penyeru menamakannya. Anggota majelis sepakat bahwa para
pencetus ide ini hendak membuat makar atau tipu daya terhadap umat Islam. Dan
umat Islam yang menganjurkannya akan jatuh pada perangkap mereka.
Pembatasan ini akan membahayakan secara politik, ekonomi, sosial dan keamanan.
Telah muncul fatwa-fatwa dari para ulama yang mulia dan terpercaya keilmuan
serta keagamaannya yang mengharamkan pembatasan keturunan ini. Dan
pembatasan keturunan tersebut bertentangan dengan Syari’ah Islam.
Umat Islam telah sepakat bahwa diantara sasaran pernikahan dalam Islam
adalah melahirkan keturunan. Disebutkan dalam hadits shahih dari Rasul saw
bahwa wanita yang subur lebih baik dari yang mandul.
3. Pernyataan Badan Ulama Besar di Kerajaan Arab Saudi
Pernyataan no: 42 tanggal 13/4 1396 H: Dilarang melakukan pembatasan
keturunan secara mutlak. Tidak boleh menolak kehamilan jika sebabnya adalah
takut miskin. Karena Allah Ta’ala yang memberi rejeki yang Maha Kuat dan
Kokoh. Tidak ada binatang di bumi kecuali Allah-lah yang menanggung rejekinya.
Adapun jika mencegah kehamilan karena darurat yang jelas, seperti jika
wanita tidak mungkin melahirkan secara wajar dan akan mengakibatkan harus
dilakukan operasi untuk mengeluarkan anaknya. Atau melambatkan untuk jangka
waktu tertentu karena kemashlahatan yang dipandang suami-istri maka tidak
mengapa untuk mencegah kehamilan atau menundanya. Hal ini sesuai dengan apa
yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan sebagian besar para sahabat
tentang bolehnya ‘azl (coitus terputus).
4. Pernyataan Majelis Lembaga Fiqh Islami
Dalam edisi ketiga tentang hukum syari’ KB ditetapkan di Mekkah 30-4-
1400 H: Majelis Lembaga Fiqh Islami mentepakan secara sepakat tidak bolehnya
melakukan pembatasan keturunan secara mutlak. Tidak boleh juga
menolak/mencegah kehamilan kalau maksudnya karena takut kemiskinan. Karena
Allah Ta’ala yang memberi rejeki yang sangat kuat dan kokoh. Dan semua
binatang di bumi rejekinya telah Allah tentukan. Atau alasan-alasan lain yang tidak
sesuai dengan Syari’ah.
Sedangkan mencegah kehamilan atau menundanya karena sebab-sebab
pribadi yang bahayanya jelas seperti wanita tidak dapat melahirkan secara wajar
dan akan mengakibatkan dilakukan operasi untuk mengeluarkan bayinya. Maka hal
yang demikian tidak dilarang Syar’i. Begitu juga jika menundanya disebabkan
sesuatu yang sesuai Syar’i atau secara medis melaui ketetapan dokter muslim
terpercaya. Bahkan dimungkinkan melakukan pencegahan kehamilan dalam
kondisi terbukti bahayanya terhadap ibu dan mengancam kehidupannya
berdasarkan keterangan dokter muslim terpercaya.
Adapun seruan pembatasan keturunan atau menolak kehamilan karena
alasan yang bersifat umum maka tidak boleh secara Syari’ah. Lebih besar dosanya
dari itu jika mewajibkan kepada masyarakat, pada saat harta dihambur-hamburkan
dalam perlombaan senjata untuk menguasai dan menghancurkan ketimbang untuk
pembangunan ekonomi dan pemakmuran serta kebutuhan masyarakat.
2.5 Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam
1. Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh
syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet
vaginal, tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang
ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan
hukumnya.
Dari salah satu kasus yang telah dipaparkan diatas Banyak hal yang
seyogyanya membuat kita ragu tentang masalah KB ini. Untuk lebih mendalami
Masalah ini berikut uraian-uraian yang dapat disampaikan :
a. Alasan diperbolehkannya KB
Menurut kelompok ulama yang membolehkan, dari segi nash, tidak ada
nash yang sharih secara eksplisit melarang ataupun memerintahkan ber-KB.
Mereka juga beralasan dari sudut pandang ekonomi dan kesehatan, antara lain,
sebagai berikut:
1) Untuk memberikan kesempatan bagi wanita beristirahat antara dua kehamilan.
2) Jika salah satu atau kedua orang pasangan suami istri memiliki penyakit yang
dapat menular.
3) Untuk melindungi kesehatan ibu.
4) Jika keuangan suami istri tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak
anak.
5) Imam al-ghazali menambahkan satu lagi, yaitu menjaga kecantikan ibu.
Secara umum lembaga-lembaga fatwa di Indonesia menerima dan
membolehkan KB. Majelis Ulama Indonesia menjelaskan, bahwa ajaran islam
membenarkan Keluarga Berencana. Argumen yang membolehkannya adalah
untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, pendidikan anak agar menjadi anak yang
sehat, cerdas, dan sholeh. Majelis Tarjih Muhamadiyah memandang KB sebagai
jalan keluar dari keadaan mendesak, dibolehkan sebagai hukum pengecualian,
yakni:
1) Untuk menjaga keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.
2) Untuk menjaga keselamatan agama, orang tua yang dibebani kewajiban
mencukupi keperluan hidup keluarga dan anak-anaknya.
3) Untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak.
Ulama-ulama NU termasuk memperbolehkan KB didasarkan pada prinsip
kemaslahatan keluarga (Mashalihul Usrah) bagi pengembangan kemaslahatan
umum (al-mashalihul ‘Ammah). Sedangkan menurut ulama PERSIS, KB dalam
pengertian pengaturan jarak kelahiran hukumnya ibadah, dan tidak terlarang.
Bagi Negara, program KB dapat mengurangi beban negara. Contohnya
sebelum tahun 1990 diprediksikan, tanpa program KB jumlah penduduk
Indonesia tahun 2000 akan mencapai 285 juta jiwa. Namun dengan program KB,
sensus pada tahun itu menunjukkan jumlah penduduk hanya 205 juta jiwa.
Artinya, ada penghematan energi, pangan, dan sumber daya lain yang semestinya
digunakan oleh 80 juta jiwa. Oleh karena itu program KB terus digalakkan oleh
pemerintah.
2. Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu
dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang
termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak
diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilakan
keturunan.
a. Alasan tidak diperbolehkannya KB
Hukum KB bisa haram jika menggunakan alat atau dengan cara yang
tidak dibenarkan dalam syariat islam.
Ada beberapa ulama yang menolak KB dengan alasan antara lain, yaitu:
1) KB sama dengan pembunuhan bayi.
2) KB merupakan tindakan tidak wajar (non-alamiah) dan bertentangan dengan
fitrah.
3) KB mengindikasikan pada ketidakyakinan akan perintah dan ketentuan
Tuhan.
4) KB berarti mengabaikan doa Nabi agar umat islam memperbanyak
jumlahnya.
5) KB akan membawa petaka konsekuensi-konsekuensi sosial.
6) KB adalah suatu jenis konspirasi Imperialis Barat terhadap negara-negara
yang berkembang.
7) KB dilakukan karena niat yang tidak baik misalnya takut mengalami
kesulitan ekonomi dan susah mendidik anak.
Para ulama sepakat bahwa menggunakan metode KB yang bersifat
permanen hukumnya haram. Metode permanen adalah metode yang bersifat
mantap, yang meliputi tindakan :
1) Vasektomi atau vas Ligation.
2) Tubektomi atau Tubal Ligation (operasi ikat saluran telur).
3) Histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
Ulama mengharamkan metode kontrasepsi permanent ini karena
menilainya sebagai bentuk pengebirian yang dilarang oleh Rasulullah saw.
Sesuai dengan sabda Rasulullah : Tidaklah termasuk golongan kami (umat islam)
orang yang mengebiri orang lain atau mengebiri dirinya sendiri. Disamping itu,
tindakan sterilisasi juga dianggap sebagai mengubah firth kejadian manusia yang
dilarang dalam islam.
2.6 Hukum KB menurut Islam
Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan badan
suami-istri dikenal sejak masa Nabi yaitu dengan perbuatan ‘azal yang sekarang dikenal
dengan coitus-interuptus, yaitu jimak terputus, yaitu melakukan ejakulasi (inzal al-
mani) diluar vagina (faraj) sehingga sperma tidak bertemu dengan indung telur isteri.
Dengan demikian tidak mungkin terjadi kehamilan karena indung telur tidak dapat
dibuahi sperma suami.
Diriwayatkan dari Jabir bahwasannya ada seorang yang datang menghadap
Rasulullah SAW., lalu ia berkata: “ Sesungguhnya aku mempunyai seorang jariah, yang
menjadi pembantu kami, pelayan minum kami, sedang aku sendiri menggaulinya, akan
tetapi aku kawatir dia hamil”. Maka Rasulullah memerintahkan “Lakukan ‘azal jika
engkau menghendai dengan begitu hanya akan masuk sekedarnya”. Atas dasar itu
orang tersebut melakukan ‘azal. Kemudian Rasulullah mendatanginya, dan orang itu
berkata bahwa jariah itu hamil. Maka Rasulullah SAW., menjawab: “Aku telah beritahu
kamu bahwasannya sperma akan masuk sekadarnya (kerahimnya) dan akan membuahi”
Hadits di atas meruapakan hadits taqriri yang menunjukkan bahwa perbuatan
‘azal yang dilakukan dalam upaya menghindari kehamilan dapat dibenarkan (tidak ada
larangan). Jika ‘azal dilarang pasti ditegaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an yang masih
turun pada waktu itu atau sekedar ikhtiar manusia untuk menghindari kehamilan,
sedangkan kepastiannya di tangan Tuhan. Demikian Pula alat-alat kontrasepsi atau
cara-cara lainnya, tidak dapat menjamin sepenuhnya berhasil.
Secara esensial dan sarih, hadist di atas dapat dijadikan hukum (nash) tentang
sibolehkannya ber-KB menurut Islam, sekaligus sebagai dalil untuk mengqiyaskan
penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom dan sejenisnya.
2.6.1 Menurut al-Qur’an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus
dikembalikan kepada kaidah hukum Islam, yaitu:
تحريمها على الدليل على يدل حتى االباحة األشياء فى صل اال
Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang
diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:
1. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:
البقرة ( : التهلكة إلى بأيديكم تلقوا )195وال
“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.
2. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal
ini sesuai dengan hadits Nabi:
كفرا تكون أن الفقر كادا
“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.
3. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:
ضرار وال ضرر وال
“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dalil pembenaran
ber-KB antara lain adalah sebagai berikut:
1. Firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 9
”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”
Ayat ini memberi petunjuk kepada kita bahwa Allah mengehendaki
jangan sampai kita meninggalkan keturunan yang kalau kita sudah
meninggalkan dunia fana ini, menjadi umat dan bangsa yang lemah.
Karena itu, kita harus bertaqwa kepada Allah dan menyesuaikan perbuatan
kita dengan ucapan yang telah kita ikrarkan. Kita telah ikrar bahwa kita
akan membangun masyarakat dan negara dalam segala bidang materiil dan
spiritual untuk mewujudkan suatu masyarakat yang dalil dan makmur yang
diridai oleh Allah SWT. dan salah satunya untuk mencapai tujuan
pembangunan itu adalah dengan melaksanakan KB.
2. Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 233:
”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan
seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan”
3. Firman Allah dalam Surat Luqman ayat 14:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu.”
4. Firman Allah dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15:
”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat
kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang
berserah diri".
2.6.2 Menurut Pandangan Ulama’
1. Ulama’ yang memperbolehkan
Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali,
Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini
berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan
ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari
kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa
perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena
pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari
penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-Mu’minun
ayat: 12, 13, 14.
Artinya:
Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.
2. Ulama’ yang melarang
Selain ulama’ yang memperoleh ada para ulama’ yang melarang
diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka
melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh
keturunan, seperti firman Allah :
وإياهم نرزقكم نحن إملق من أوالدكم تقتلوا وال
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
(kemiskinan) kami akan memberi rizqi kepadamu dan kepada mereka”.
2.7 Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Islam
Istilah kontrasepsi berasal dari dua suku kata, yaitu kontra yang berarti mencegah
atau melawan, dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi yang dimakasud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Prisip dari alat kontrasepsi ini adalah mengusahakan agar tidak terjadi evolusi,
melumpuhkan sperma, dan menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Dari
prinsip-prinsip tersebut kemudian pelaksanaanya dapat dilakukan dengan berbagai
metode dan cara, diantaranya adalah: AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim), susuk KB,
pil KB, suntikan KB, kondom, dan lain sebagainya.
Meskipun program KB telah diperbolehkan dalam Islam, namun tidak berarti
dalam pelaksanaannya diperbolehkan mengggunakan sembarang alat kontrasepsi. Dalam
Islam alat kontrasepsi atau @لAمBحA ال Aِع@ مBن Dل@ اِئ BسBو sebagaimana yang sering digunakan
dalam program KB, ada yang diperbolehkan dan dilarang.
Alat kontrasepsi yang dilegalkan oleh negara selama ini sangat terbatas, hal
tersebut atas pertimbangan etis, moral dan hukum agama yang tidak menghendaki
pelaksanaannya.
Diantara alat kontrasepsi yang diperbolehkan adalah:
Untuk wanita: IUD (ADR), Pil, Obat suntik, Susuk, dan Cara-cara tradisional dan metode yang sederhana, misalnya: minum jamu. Untuk pria: Kondom, Coitus interruptus (‘azl menurut Islam).
Dalam sebuah riwayat hadits disebutkan bahwa coitus interruptus diperbolehkan
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh sahabat:
Dِز@لA Dن ي Dآن AرDالقBو BمH ل BسBو Aه@ Bي عBل Dالله صBلHى @ي Hب الن عBهAد@ عBلBى Dِز@لAعB ن Hا Dن ك
Artinya:“kami melakukan azl pada masa rasulullah Saw, sedangkan al-Qur’an masih tetap diturunkan”. (HR. Bukhari)
Azl menurut hadits tersebut diperbolehkan karena pada waktu sahabat
melakukannya tidak ada ayat yang melarangnya, padahal al-Qur’an masih selalu turun.
Jadi seandainya perbuatan tersebut dilarang maka pasti akan ada ayat al-qur’an yang
turun untuk mencegahnya, begitu pula sikap Nabi yang tidak melarangnya. Hal tersebut
menunjukkan dibolehkanya cara Coitus Interruptus dalam Islam. Sedangkan alat
kontrasepsi yang dilarang dalam Islam diantarnya adalah: Untuk wanita Menstrual
Regulation (MR) atau pengguguran kandungan yang masih muda Abortus atau
pengguguran kandungan yang sudah bernyawa, Ligasi tuba (mengikat saluran kantong
ovum) dan tubektomi (mengikat tempat ovum). Kedua istilah ini disebut dengan
sterilisasi Untuk pria: seperti vasektomi (mengikat atau memutuskan saluran sperma dari
buah zakar). Cara ini juga disebut dengan sterilisasi.
Cara-cara tersebut tidak diperbolehkan dalam agama Islam karena memandang
aspek moral dan penuh resiko. MR dan aborsi dianggap sebagai tindakan kriminal
karena melenyapkan janin, sedangkan sterilisasi dilarang karena sifatnya adalah
permanen. Pemandulan dalam Islam yang diperbolehkan adalah yang berlaku pada
waktu-waktu tertentu saja (temporer), jadi jika suatu saat sang suami-istri menginginkan
seorang anak, maka alat kontrasepsi dapat ditinggalkan. Namun pada sterilisasi bersifat
pemandulan selama-lamanya, hal tersebutlah menjadikanya haram.
2.8 Jenis-Jenis Kontasepsi
Kontrasepsi hadir dalam berbagai metode dan efektivitas. Meskipun berbeda,
tujuan mereka satu : mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa jenis
kontrasepsi juga melindungi terhadap penyakit menular seksual (PMS).
1. Kondom
Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung dari karet yang
diselubungkan ke organ intim lelaki, yang bekerja dengan cara mencegah sperma
bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Kondom merupakan
salah satu metode pencegahan kehamilan yang sering di-gunakan. Kondom juga
bisa digunakan untuk melindungi pasangan dan diri sendiri dari virus HIV dan
penyakit menular seksual.
b. Kondom pria
Kata kondom berasal dari kata Latin condus yang berarti baki atau
nampan penampung. Kondom adalah semacam kantung yang Anda sarungkan
ke penis ereksi sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom dijual dalam
berbagai ukuran dan bentuk. Kondom memiliki kelebihan melindungi dari PMS
dan tidak memengaruhi hormon. Kekurangannya adalah efektivitasnya. Sekitar
2-15% wanita masih hamil meskipun pasangannya menggunakan kondom.
Selain itu, banyak pria merasakan berkurangnya sensasi seksual dengan
pemakaian kondom.
c. Kondom wanita
Kondom wanita adalah sebuah kantung dengan dua cincin fleksibel di
ujung-ujungnya. Sebuah cincin lunak yang dapat dilepas memudahkan
pemasangannya dan menjaga kondom di tempat. Sebuah cincin fleksibel yang
besar tetap berada di luar vagina, yang meliputi pembukaan vagina (vulva) dan
memberikan perlindungan tambahan.
Kondom wanita sangat efektif bila digunakan dengan benar. Kondom
wanita memiliki keuntungan melindungi dari PMS, tidak mudah slip atau bocor,
tidak memengaruhi hormon dan tidak menimbulkan alergi. Kondom ini juga
dapat dipasang jauh sebelum melakukan hubungan seksual (sampai 8 jam
sebelumnya) sehingga tidak perlu jeda selama bermesraan. Kerugiannya adalah
beberapa orang merasakan kurang nyaman, tidak efektif untuk semua posisi, dan
harganya mahal. Kondom wanita tidak dapat digunakan bersamaan dengan
kondom pria karena dapat menyebabkan posisinya bergerak keluar.
2. Diafragma
Diafragma adalah topi karet lunak yang dipakai di dalam vagina untuk
menutupi leher rahim (pintu masuk ke rahim). Fungsinya adalah mencegah sperma
memasuki rahim. Agar diafragma bekerja dengan benar, penempatan diafragma
harus tepat. Diafragma seefektif kondom, namun dapat dicuci dan digunakan lagi
selama satu sampai dua tahun. Kekurangannya, Anda harus
menempatkan diafragma sebelum berhubungan seks (sampai 24 jam sebelumnya)
dan mencopotnya setelah enam jam. Beberapa wanita mungkin kesulitan
menyisipkankannya dan memiliki reaksi alergi.
3. Pil KB
Pil KB atau kontrasepsi oral berisi bentuk sintetis dua hormon yang
diproduksi secara alami dalam tubuh: estrogen dan progesteron. Kedua hormon
tersebut mengatur siklus menstruasi wanita. Pil KB bekerja dengan dua cara.
Pertama, menghentikan ovulasi (mencegah ovarium mengeluarkan sel telur).
Kedua, mengentalkan cairan (mucus) serviks sehingga menghambat pergerakan
sperma ke rahim.
Pil KB sangat bisa diandalkan (efektivitasnya mencapai 99%). Pil KB juga
memberikan kendali di tangan wanita untuk mencegah kehamilan. Kekurangan Pil
KB adalah tidak melindungi terhadap PMS, harus diambil setiap hari sesuai jadwal
(tidak boleh terlewatkan barang sehari pun agar efektif), dan menambah hormon
sehingga meningkatkan risiko trombosis, penambahan berat badan, sakit kepala,
mual dan efek samping lainnya. Pil KB tidak boleh diambil oleh wanita dengan
kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, penyakit liver, dan penyakit jantung.
4. Susuk (Implan)
Susuk KB adalah batang kecil berisi hormon yang ditempatkan di bawah
kulit di bagian lengan wanita. Batang itu terbuat dari plastik lentur dan hanya
seukuran korek api. Susuk KB terus-menerus melepaskan sejumlah kecil hormon
seperti pada pil KB selama tiga tahun. Selama jangka waktu itu Anda tidak perlu
memikirkan kontrasepsi. Bila Anda menginginkan anak, susuk KB dapat dicopot
kapan pun dan Anda pun akan kembali subur setelah satu bulan. Biaya murah dan
pemakaian yang tidak merepotkan adalah keunggulan lain susuk KB.
Kekurangannya, menyebabkan sakit kepala dan jerawat pada beberapa wanita, tidak
melindungi terhadap PMS dan sekitar 20% wanita tidak lagi mendapatkan haid atau
haidnya menjadi tidak teratur.
5. Kontrasepsi suntik
Kontrasepsi suntik atau injeksi adalah suntikan hormon yang mencegah
kehamilan. Setiap tiga bulan sekali Anda mendapatkan suntikan baru. Selama
periode tersebut, menstruasi Anda normal. Keunggulan kontrasepsi suntik adalah
keandalannya yang setara dengan pil KB atau susuk dan anda hanya perlu
memikirkan kontrasepsi setiap 3 bulan sekali. Kelemahannya, anda tidak terlindungi
terhadap PMS dan mendapatkan hormon. Anda juga tidak bisa menghentikannya
tiba-tiba karena hormon selama tiga bulan tetap aktif di dalam tubuh. Anda
mungkin perlu waktu lama untuk subur kembali.
6. AKDR (IUD)
ADKR (alat kontrasepsi dalam rahim/Intrauterine divice) atau dalam bahasa
populernya disebut spiral adalah alat kontrasepsi kecil yang ditempatkan dalam
rahim wanita. Ada dua jenis AKDR: AKDR tembaga yang terbuat dari plastik kecil
dengan tembaga meliliti batangnya dan AKDR progestogen yang berbentuk T kecil
dengan silinder berisi progestogen di sekeliling batangnya.
Walaupun telah digunakan lebih dari 30 tahun untuk mencegah kehamilan,
cara kerja AKDR masih belum sepenuhnya dipahami. AKDR memengaruhi gerakan
dan kelangsungan hidup sperma dalam rahim sehingga mereka tidak dapat
mencapai sel telur untuk membuahi. AKDR juga mengubah lapisan rahim
(endometrium) sehingga tidak cocok untuk kehamilan dan perkembangan embrio
janin. Efektivitas AKDR adalah 98%, hampir sama dengan pil KB.
Keunggulan AKDR adalah berjangka panjang (minimal lima tahun), mudah
mempertahankan (Anda tidak mungkin lupa menggunakannya), lebih murah
dibandingkan kontrasepsi lain (lebih mahal pada awalnya, tetapi lebih murah dalam
jangka panjang) dan jika Anda ingin hamil, kesuburan Anda dapat dikembalikan
dengan cepat setelah Anda melepaskannya. AKDR progestogen memiliki manfaat
tambahan mengurangi perdarahan haid. Kekurangan AKDR adalah bila gagal dan
wanita menjadi hamil, perangkat ini harus dibuang sesegera mungkin karena
meningkatkan risiko keguguran. Selain itu, ada risiko kecil infeksi setelah
pemasangan AKDR, kehamilan ektopik dan berbagai efek samping seperti
menstruasi tidak teratur, vagina kering, sakit kepala, mual dan jerawat.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah kontrasepsi yang paling efektif. Pada sterilisasi pria
(vasektomi), vas deferens ditutup sehingga tidak ada sperma yang keluar, meskipun
tetap ejakulasi. Pada sterilisasi wanita (tubektomi), saluran tuba falopi ditutup
sehingga sel telur tidak keluar.
Keuntungan sterilisasi adalah Anda tidak akan perlu memikirkan kontrasepsi
selamanya. Kekurangannya, sifatnya permanen (tidak bisa dibatalkan), tidak
memberikan perlindungan terhadap PMS, dan memerlukan operasi mayor. Perlu
diingat bahwa tidak ada kontrasepsi yang 100% efektif. Masih ada 1%
kemungkinan kehamilan pasca sterilisasi, bahkan bertahun-tahun setelah operasi
dilakukan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai
perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap
anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak
yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi kondisi
masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat
dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram
memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang
auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang
digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang
membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.
Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi kriteria-kriteria
tersebut diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB secara substansial tidak
bertentangan dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu bentuk implementasi
semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah kemashlahatan, yaitu
menciptakan keluarga yang tangguh, mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu,
kebolehan (mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti dijelaskan
diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam forum-forum ke Islaman, baik pada
tingkat nasional maupun Internasional (ijma’al-majami).
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB)
yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau
usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan
kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan
maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang
tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan
bagi umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah
timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan
kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB
dalam Islam
3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan diatas, kami merumuskan saran sebagai berikut :
1. Hendaklah mempertimbangkan sebelum ber-KB.
2. Gunakan KB sesuai kebutuhan.
3. Gunakan KB sesuai syariat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, 2007, Al-Qur’an dan Terjemahnya, al-Hikmah. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.
Mujtaba, Saifuddin. (2008). Al-Masailul Fiqhiyah; Jawaban Hukum Islam Terhadap Masalah-Masalah Kontemporer. Surabaya: Omega Offset.
Drs. Musthafa Kamal. (2002). Fiqih Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Abdurrahman Umran, Prof. (1997). Islam dan KB. Jakarta: PT Lentera Basritama.
Chuzamah, T. Yangro, Dr. H. dkk. (2002). Problematika Hukum Islam Kontemporer. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Hasan, M. Ali. (1997). Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Masjfuk Zuhdi, Prof. Drs.. (1997). Masail Fiqhiyah. Jakarta:PT Toko Gunung Agung.
Mohsin Ebrahim, Abul Fadl. (1997). Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan. Bandung: Mizan.
Musthafa Kamal, Drs.. (2002). Fiqih Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Luthfi, As-syaukani. (1998). Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer. Bandung: Pustaka Hidayah.