analisis efektivitas pelaksanaan program community development
Post on 14-Dec-2014
61 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Persaingan usaha yang semakin tinggi, menuntut setiap perusahaan untuk mahir dalam
menerapkan keunggulan strateginya guna mengoptimalkan laba. Konsep manajemen
yang terkini membantu perusahaan dalam mengelola operasional perusahaan agar selalu
berjalan efektif dan efisien. Tetapi untuk mencapai keuntungan yang berkesinambungan,
saat ini perusahaan tidak bisa hanya memperhatikan kepentingan perusahaan saja, tetapi
juga harus memperhatikan kepentingan para stakeholder lainnya, yakni pemerintah dan
masyarakat setempat. Untuk itu maka perusahaan melakukan suatu program yang
dinamakan sebagai pemberdayaan masyarakat atau sering dikatakan sebagai community
development. Program ini pada dasarnya adalah suatu kegiatan perusahaan untuk perduli
terhadap pengembangan wilayah sekitarnya yang didasarkan kebutuhan komuniti lokal,
sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Hal
ini menjadi perhatian perusahaan, bukan saja untuk menjaga berkesinambungannya laba,
tetapi juga sudah merupakan komponen wajib dari penerapan standar manajemen mutu
skala internasional.
Demikian juga PT. Chevron. Perusahaan multinasional ini bergerak di bidang
pembangkit listrik tenaga panas bumi, dan salah satu proyeknya adalah membangun
pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di kawah darajat Kabupaten Garut. Hingga
saat ini PT.Chevron sudah membangun tiga unit PLTP, yakni Darajat I, II, dan III.
Potensi geotermal yang telah dimanfaatkan ketiga unit pembangkit itu mencapai 225 MW
2
(megawatt). Bila dikonversi dalam bentuk uang, pendapatan PT.Chevron dari hasil
penjualan listrik kepada PT.PLN dan Indonesia Power berkisar miliaran per tahun.
Namun, kehadiran PT.Chevron belum menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi rakyat di
Garut. Padahal, perusahaan itu memiliki semacam tanggung jawab sosial membuat skema
semacam redeployment center bagi rakyat, terutama di sekitar proyek. Memang selama
ini, pemerintah kabupaten (pemkab) Garut selalu mendapat paparan tentang community
development (CD) dengan sejumlah anggaran dana, namun hal tersebut tetap belum
memberikan kontribusi yang nyata untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar.
Berdasarkan wawancara dengan seorang pejabat pemkab Garut diketahui bahwa
sebenarnya tuntutan ini sudah mulai muncul sejak tahun 2002 lalu, dan sudah sering
terjadi pertemuan antara pemkab Garut dengan pihak PT.Chevron untuk membahas hal
ini, tetapi sampai sekarang belum mencapai titik temu. Lalu pada penelitian awal di
PT.Chevron, didapat juga data bahwa perusahaan tersebut telah berkontribusi dalam
melaksanakan program Community Development (CD) di kabupaten Garut selama 10
tahun (dari tahun 1995 sampai dengan 2005) telah menghabiskan dana sebesar 1.341.453
US dollar, atau kurang lebih sekitar 10 miliar rupiah yang dialokasikan pada berbagai
fokus kategori, diantaranya untuk kategori pendidikan, pengembangan ekonomi,
kepedulian kesehatan, serta pembangunan infrastruktur. Untuk lebih spesifiknya, alokasi
sejumlah anggaran tersebut, dapat dilihat pada tabel 1 tentang kontribusi program ini :
3
Tabel 1.
Kontribusi Program CD PT. Chevron tahun 1995 s/d 2005
Tahun Jumlah Dana (US Dollar)
1995 3.128
1996 19.661
1997 22.489
1998 120.877
1999 51.646
2000 48.393
2001 23.334
2002 103.967
2003 73.227
2004 121.373
2005 753.359
Jumlah 1.341.453
(sumber: olahan data PT.Chevron 2005)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa alokasi terbesar untuk program
CD ini adalah pada tahun 2005, karena pada tahun ini banyak alokasi anggaran untuk
pembangunan infarstruktur. Meskipun demikian, sejumlah alokasi dana program CD
yang cukup besar ini, belumlah cukup untuk membangun citra yang bagus di mata
masyarakat dan pemerintah kabupaten Garut. Peristiwa adanya pemblokiran karyawan
4
PT.Chevron oleh masyarakat suatu desa di kecamatan pasirwangi kabupaten Garut,
merupakan pertanda adanya “perang dingin” antara PT.Chevron dengan kecemburuan
masyarakat desa sekitar lokasi perusahaan yang merasa tidak mendapat keuntungan dari
perusahaan ekplorasi kekayaan daerahnya. Selain itu, peristiwa penolakan
penandatanganan proyek perluasan dari PT.Chevron oleh pejabat bupati setempat pada
masa menjabat tersebut, menjadi indikasi bahwa alokasi dana yang besar untuk program
CD saja belumlah cukup untuk menunjukkan kebermanfaatan program tersebut bagi para
stakeholders maupun perusahaan itu sendiri.
Dari fenomena tersebut, peneliti menganggap perlu untuk dilakukan penelitian dengan
judul : “Analisis Efektivitas Pelaksanaan Program Community Development Sebagai
Bentuk Corporate Social Rensposibility Oleh PT. Chevron Di Kabupaten Garut”. Agar
lebih terarah, peneliti juga membatasi masalah penelitian ini pada :
1. Bagaimana wujud dari pelaksanaan program community development oleh
PT. Chevron.
2. Seberapa jauh tingkat efektivitas pelaksanaan program community development oleh
PT. Chevron.
3. Hambatan apa saja dalam pelaksanaan program community development yang
dihadapi oleh PT. Chevron.
4. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan program community
development oleh PT. Chevron.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis lebih
lanjut, mengenai perumusan masalah di atas. Sedangkan manfaat dari penelitian ini
diharapkan dapat memberi kontribusi pada :
5
1. Manfaat bagi PT. Chevron : penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan
program community development yang lebih optimal.
2. Manfaat bagi masyarakat kabupaten Garut, khususnya di desa Padaawas kecamatan
Pasirwangi : penelitian ini dapat menjadi sarana menyampaikan aspirasinya agar
program community development yang dilaksanakan lebih sesuai dengan kebutuhan
mereka.
3. Manfaat bagi pemerintah kabupaten Garut, khususnya Bappeda : penelitian ini dapat
menjadi bahan informasi guna mendukung sinergitas rencana program pembangunan
daerahnya dengan program community development yang dilakukan oleh perusahaan.
4. Manfaat bagi peneliti : penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya untuk bidang kajian community development dan
corporate social responsibility.
1.2. Konsep Efektivitas Pelaksanaan Program Community Development
Efektivitas diartikan sebagai pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau
tujuan yang ditentukan sebelumnya. Kalau tujuan/sasaran itu tidak selesai sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan, pekerjaan itu tidak efektif .” (Handayaningrat, 1988). Dari
pengertian ini dapat disimpulkan bahwa efektivitas itu mengenai tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan mengenai pengertian community development
adalah kegiatan pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan
diarahkan untuk memperbesar akses komunitas guna mencapai kondisi sosial, ekonomi
dan kualitas kehidupan yang lebih baik (Budimata, 2002). Definisi ini menyatakan
bahwa tujuan dari community development yaitu peningkatan kualitas pada berbagai
bidang kehidupan. Oleh karena itu untuk pengukuran efektivitas program community
6
development, digunakan dimensi-dimensi community development yang menjadi tujuan
yang akan dicapai pada proses pelaksanaannya, yaitu dimensi pembangunan manusia,
sosial, ekonomi, politik, lingkungan hidup, dan kebudayaan (Jim Ife, 1997). Hal ini di
dukung dimensi yang menjadi tujuan corporate social responsibility yakni peningkatan
pada dimensi manusia, sosial, lingkungan hidup dan ekonomi, sebagai wujud tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap stakeholdernya. (Bambang Rudito, 2004).
7
BAB II.
METODE PENELITIAN
2.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis artinya
menggambarkan dan mendeskripsikan fenomena yang ada saat penelitian ini
dilaksanakan (Masri Singarimbun: 1989). Penelitian ini akan menggambarkan fenomena
masalah pelaksanaan program community development yang dilaksanakan PT.Chevron
di kabupaten Garut, dan menganalisis dari stakeholder, efektivitas pelaksanaan program,
hambatan, serta ajuan tindakan yang dapat dilakukan untuk optimalnya pelaksanaan
program tersebut.
2.2. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Garut, dengan sasaran populasi adalah seluruh
Kepala Keluarga (KK) di Desa Padaawas, Kecamatan Pasir Wangi, Kabupaten Garut,
yang berjumlah 1133 KK. Desa Padaawas dipilih sebagai populasi penelitian ini karena
lokasi desa tersebut dekat dengan lokasi PT.Chevron, dan dianggap mendapat dampak
yang paling signifikan dari pelaksanaan proyek community development dari
PT.Chevron. Dari populasi tersebut diambil ukuran sampel yang berpedoman pada rumus
Slovin dengan tingkat kelonggaran 15% (Husen Umar, 1997) dan didapat 43 KK
reponden. Cara pengambilan sampel digunakan teknik sampling proportionate random
sampling dengan pembagian wilayah tiap RW secara proporsional di desa tersebut. Untuk
keperluan analisis kajian ini, data atau informasi yang dikumpulkan berasal dari data
8
hasil wawancara kepada pihak PT. Chevron, pihak Pemkab Garut dan pihak Masyarakat
Desa Pasir Wangi. Untuk melengkapi kajian ini di lakukan pula penelusuran dari
berbagai kebijakan atau dokumen maupun literatur yang terkait dengan kajian ini.
2.3. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, digunakan teknik analisis deskripif yang didukung dengan tabulasi
frekuensi data dan intepretasi pada pengkategorian garis interval. Variabel yang diteliti
adalah pembangunan pada dimensi manusia, sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.
9
BAB III.
PEMBAHASAN
3.1. Wujud Pelaksanaan Program Community Development Oleh PT.Chevron
Bisnis PT. Chevron yang ada di Kabupaten Garut merupakan usaha di bidang
pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) atau biasa dikenal dengan istilah
geothermal, yang terwujud pada proyek kawah (pembangkit) darajat I, II, dan III. Pada
dasarnya PT. Chevron ini merupakan perusahaan kontraktor atau mitra kerja sama
dengan PT. Pertamina. Untuk penerapan tanggung jawab sosial di perusahaan secara
internal sudah sesuai dengan standar operasional kerja dari PT.Chevron. Sedangkan
untuk pelaksanaan program community development, perusahaan ini sudah mulai
merinstis upaya ini sejak tahun 1994. Ada beberapa fokus bidang dari pelaksanaan
program community development di tahun 2005, diantaranya adalah :
1. Bidang Pendidikan, diantaranya rehabilitasi gedung sekolah dasar (SD) Sukaraja III
kecamatan Banyuresmi, donasi sarana pendidikan berupa furnitur kepada sekolah,
bea-siswa untuk siswa berbakat dan dari kalangan berpendapatan rendah, lalu
program pelatihan dan pengenalan lingkungan operasi panas bumi pada siswa.
2. Bidang Kesehatan, Pada bidang ini, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
adalah fasilitas penyediaan sarana air bersih, pembangunan “water box”, dukungan
kesehatan untuk ibu hamil, anak-anak yang kekurangan gizi, dan pengobatan gratis
untuk komunitas berpendapatan rendah.
10
3. Bidang Pengembangan Ekonomi, Pada bidang ini, telah dilakukan dukungan untuk
pengembangan usaha skala kecil pada peternakan bebek, pengembangbiakan
kambing, peternakan lebah, serta usaha di bidang agricultural.
4. Bidang Infrastruktur, Pada bidang infrastruktur, ada beberapa program yang telah
dilaksanakan adalah pembangunan jalan Sarimukti, lalu pembangunan sarana irigrasi
Simajaya, serta renovasi gedung tempat peribadatan (mesjid).
5. Bidang Infrastruktur yang sedang berjalan (di tahun 2005), Pada bidang infrastruktur
yang sedang berjalan, beberapa program yang sedang dilaksanakan adalah proyek hot
mix jalan Tarogong – Panunjuk, lalu jalan utama Garut – Darajat, yang mana proyek
ini telah dimulai pada tahun 2005 dan direncanakan selesai pada tahun 2006. Selain
itu proyek yang dilakukan juga adalah renovasi gedung olahraga di Bale Paminton
dan proyek “Chevron Landmark”. Proyek ini dimulai pada bulan Januari tahun 2006,
dan selesai pada bulan Mei tahun 2006.
Seluruh kegiatan ini menghabiskan anggaran sebesar 753.050 US Dolar, dengan alokasi
terbesar pada pembangunan infrastruktur dengan 52%.
3.2. Efektivitas Pelaksanaan Program Community Development Oleh PT.Chevron
Pengukuran efektivitas pelaksanaan program community development, penelitian ini
menggunakan indikator-indikator dari tujuan ideal dari program community development
dan corporate social responsibility, yaitu tercapainya pembangunan yang
berkesinambungan pada dimensi manusia, sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.
1. Dimensi Manusia, jumlah frekuensi yang terbanyak dari dimensi ini adalah jawaban
“ragu-ragu” yaitu sebesar 38% dari seluruh responden. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti kepada beberapa warga setempat yang menyatakan bahwa memang ada
11
bantuan pendidikan dari PT.Chevron, tetapi bentuknya tidak pernah dalam bentuk
uang. Bentuk bantuan pendidikan lebih pada beasiswa dan peralatan pendukung
belajar untuk siswa sekolah di tingkat SD. Selain itu, hasil wawancara lainnya didapat
informasi bahwa beberapa warga desa yang mengungkapkan keinginan mereka untuk
bantuan dari PT. Chevron kepada puskesmas setempat. Warga juga mengungkapkan
kecemburuan mereka yang melihat mobil ambulan milik PT. Chevron yang mewah
tetapi tidak pernah digunakan, sementara warga merasa lebih membutuhkan mobil
ambulan tersebut meskipun tidak perlu semewah itu. Mengenai dukungan PT.
Chevron pada kegiatan keagamaan beberapa warga menyatakan bahwa PT.Chevron
pernah memberikan dukungan pada kegiatan keagamaan seperti renovasi masjid dan
tambahan sarana pendukungnya, serta dukungan dana untuk perayaan hari-hari besar
keagamaan di lingkungan mereka.
2. Dimensi Sosial, jumlah frekuensi yang terbanyak dari dimensi ini adalah jawaban
“ragu-ragu” dan “tidak setuju” yaitu sebesar 36% dari seluruh responden. Dikaitkan
dengan hasil wawancara oleh peneliti menyatakan bahwa warga belum dapat bantuan
dari perusahaan, baik itu berupa sarana pertemuan maupun fasilitas kerjasama yang
menguntungkan antara warga dengan pihak-pihak di luar lingkungannya. Lalu hasil
wawancara juga menyebutkan bahwa PT.Chevron sering memberi bantuan dana
untuk kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang banyak, seperti misalnya kegiatan-
kegiatan yang terkait dengan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, atau
kegiatan perayaan hari besar agama lainnya. Tetapi partisipasi perusahaan ini jarang
tersosialisasikan kepada masyarakat luas. Hal ini karena biasanya pihak-pihak /
kelompok-kelompok di desa yang meminta bantuan dana untuk pelaksanaan kegiatan
12
tersebut, meskipun sering kali mengatasnamakan desa, jarang yang hasilnya
disosialisasikan oleh pihak/kelompok tersebut kepada masyarakat. Selain itu,
berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa personel pada bagian community
relation di PT. Chevron didapat informasi bahwa PT.Chevron mempunyai pandangan
untuk tidak menggembar-gemborkan bentuk charity/sumbangan yang mereka berikan
kepada warga. Mereka memegang prinsip bahwa “apabila tangan kanan memberi,
maka tangan kiri tidak perlu tahu”. Selain itu, PT. Chevron menganggap bahwa
banyak ajuan proposal yang masuk itu rata-rata ajuan permohonan bantuan dana
untuk kegiatan yang skalanya kecil, seperti tingkat RW atau satu desa saja. Padahal
pihak perusahaan ini mengharapkan dapat berkontribusi pada kegiatan-kegiatan yang
skalanya lebih luas lagi, yakni minimal skala tingkat kecamatan atau antar kecamatan.
Dari sini bisa dipahami, bahwa meskipun PT.Chevron telah berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan yang melibatkan orang banyak, tetapi karena tidak tersosialisasi
dengan baik, maka banyak juga warga yang tidak sadar akan hal tersebut. Lalu hasil
wawancara yang lain dengan beberapa warga yang menyatakan pihak perusahaan
jarang melakukan komunikasi-komunikasi secara terbuka kepada masyarakat desa.
Masyarakat menganggap perusahaan harusnya bisa memberi bantuan yang lebih
banyak lagi, karena perusahaan telah mendapatkan laba yang besar dari kegiatan
mengolah sumber daya di daerah sekitar mereka. Beberapa warga juga ada yang
menanyakan kelanjutan akan rencana pihak chevron untuk membeli tanah yang
dilalui oleh kabel listrik milik pihak chevron, karena dulu ada yang mengaku pihak
chevron sedang melakukan pengukuran daerah tanah yang dilalui oleh kabel listrik,
yang katanya akan diganti dengan sejumlah dana. Selain itu pihak warga juga selalu
13
merasa tidak sabar untuk menunggu tanggapan atas ajuan-ajuan kerja sama program
kegiatannya. Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada pihak perusahaan, PT.Chevron
memang selalu berupaya bertindak cermat dalam pengeluaran anggaran diluar
program yang telah dicanangkan. Ada semacam standar operasi / prosedural yang
harus dipatuhi pelaksanaannya. Pihak perusahaan juga menggambarkan bahwa untuk
mengeluarkan dana diatas dua juta rupiah saja, apabila itu untuk keperluan diluar
program yang telah ditetapkan, prosedurnya harus melalui kantor induk mereka yang
ada di Amerika. Berdasarkan ini juga pihak perusahaan menjamin bahwa tidak
adanya praktek “suap-menyuap” dari pihak perusahaan kepada pihak pemerintah
guna melicinkan kepentingan-kepentingan perusahaan.
3. Dimensi Lingkungan Hidup, jumlah frekuensi yang terbanyak dari dimensi ini adalah
jawaban “tidak setuju” yaitu sebesar 29%, dan terbanyak kedua adalah jawaban
“setuju” dengan jumlah 26% dari seluruh responden. Hasil observasi penelitian di
lapangan menunjukkan bahwa meskipun perusahaan belum pernah mencanangkan
program penghijauan secara massal di masyarakat, tetapi penghijauan dan kesuburan
tanah pada lingkungan sekitar perusahaan tersebut cukup terjaga kelestariannya. Lalu
hasil wawancara pada beberapa warga desa yang menyatakan bahwa meskipun udara
dan air relatif tidak ada pencemaran, tetapi warga desa sempat dikhawatirkan dengan
terjadinya gempa yang terjadi di wilayah mereka. Meskipun belum ada bukti yang
otentik yang menyatakan bahwa gempa tersebut disebabkan oleh proses
operasionalnya PT.Chevron, tetapi masyarakat tetap yakin bahwa ada dampak buruk
yang bisa di hasilkan oleh operasional perusahaan tersebut. Selain itu secara
emosional warga menyebutkan bahwa mereka juga terganggu dengan lalu-lalang
14
kendaraan-kendaraan pihak chevron yang berukuran sangat besar, dan biasanya lewan
jalan penduduk desa pada waktu tengah malam (diatas jam 24.00) serta dengan
kecepatan yang tinggi dikarenakan kondisi jalan pada saat itu tengah kosong. Hal
tersebut dirasa mengganggu, selain karena suara kendaraan besar tersebut
mengganggu istirahat para warga, juga getaran yang dihasilkan dapat mengakibatkan
keretakan pada beberapa bagian rumah penduduk yang lokasinya tepat di pinggir
jalan. Sehingga untuk warga desa yang rumahnya berada pinggir jalan yang dilalui,
meski tidak semuanya, tetap harus mengeluarkan biaya sendiri untuk menyemen
temboknya yang retak sekira 2 sampai 3 tahun sekali. Tanggapan positif dari warga
didapat mengenai tanggapannya terhadap pembangunan infrastrutur karena bila
melihat dari laporan pelaksanaan community development dari PT.Chevron yang
menunjukkan bahwa bidang pembangunan infrastruktur ini menempati porsi yang
terbesar dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain. Selain itu hasil wawancara
pada beberapa warga desa juga didapati informasi bahwa perusahaan telah berperan
dalam pembangunan jalan, renovasi mesjid, lalu toilet umum, serta penyediaan sarana
air bersih (water box dan pipa-pipanya) dilingkungan desanya. Warga juga
menyebutkan bahwa peranan perusahaan dalam bantuan ini kepada desanya,
kerapkali menimbulkan kecemburuan dari desa atau kecamatan lain yang belum
mendapatkan bantuan serupa, misalnya kecemburuan warga dari desa Karya Mekar.
4. Dimensi Ekonomi, jumlah frekuensi yang terbanyak dari dimensi ini adalah jawaban
“ragu-ragu” dan “tidak setuju” yaitu sebesar 48% dari seluruh responden.
Pelaksanaan program community development khususnya bidang pengembangan
ekonomi, masih belum diterapkan dan diketahui oleh warga di desa ini. Padahal
15
harapan warga adalah perusahaan untuk memperhatikan para kaum miskin dan orang
tua (jompo), sehingga kehidupannya tidak terlantar. Untuk bantuan dana secara tidak
langsung juga diharapkan para warga untuk meringankan beban ekonomi masyarakat
desa, semisal bantuan subsidi sebagian biaya listrik, biaya air, dsb. Kebijakan
perusahaan yang sebisa mungkin tidak memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai
mempengaruhi tanggapan warga terhadap perusahaan. Karena hal yang terjadi bila
bantuan diberikan langsung dalam bentuk uang tunai, walaupun bentuknya modal
bergulir, tapi masyarakat akan menganggap dana ini adalah hibah sehingga jarang
yang mengembalikannya. Hal tersebut dianggap dapat mematikan potensi warga
untuk dapat mandiri dalam berusaha. Jadi memang perusahaan dalam hal ini sangat
hati-hati dalam memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai. Lalu hasil wawancara
peneliti kepada beberapa warga di desa, mereka mengakui bahwa sebenarnya
PT.Chevron telah memfasilitasi untuk pelatihan-pelatihan keterampilan usaha,
diantaranya berupa kursus menjahit. Tetapi sayangnya pelatihan-pelatihan ini tidak
diajarkan bagaimana cara warga dalam memasarkan produknya. Sehingga meski
keterampilan mereka sudah bertambah dengan adanya pelatihan ini, tetapi karena
belum bisa memasarkannya, mereka menganggap pelatihan-pelatihan kurang optimal
manfaatnya. Pada dasarnya mereka mengganggap perlatihan-pelatihan ini belum bisa
meningkatkan taraf hidup mereka secara signifikan. Lebih lanjut lagi mengenai
butuhnya warga desa akan lapangan pekerjaan, mereka mengaku lebih memilih untuk
mendapat pekerjaan kasar, seperti potong rumput, mengepel lantai, atau
membersihkan WC, asal diberi upah tetap oleh PT. Chevron. Sedangkan mengenai
bantuan akses kerjasama, didapat informasi dari beberapa warga desa bahwa mereka
16
merasa belum pernah mendapatkan fasilitas untuk pengembangan usahanya berupa
akses kerja sama dengan pihak di luar desa mereka, baik itu berupa modal ataupun
pemasaran.
5. Akumulasi Dari Efektivitas Dimensi-Dimensi Dari Community Development, setelah
mengetahui jumlah skor dari masing-masing dimensi efektivitas pelaksanaan program
community development ini, kemudian akan dilakukan pengakumulasian jumlah skor
keseluruhan beserta intepretasi kategorinya pada garis interval. Jumlah total skor dari
akumulasi dimensi-dimensi community development ini adalah 1301 dan guna
menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan variasi kategori Sangat
Tidak Baik (STB), Tidak Baik (TB), Cukup Baik (CB), Baik (B) dan Sangat Baik
(STB), untuk 12 item pertanyaan yang termasuk di dalam indikator akumulasi
dimensi-dimensi community development ini, dihitung dengan tahapan sebagai
berikut ini :
Jarak interval untuk 12 pertanyaan dengan 43 orang responden.
Nilai Indeks Minimum = Skor Minimum x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 1 x 12 x 43
= 516
Nilai Indeks Maksimum = Skor Maksimum x Jumlah Pertanyaan x Jumlah Responden
= 5 x 12 x 43
= 2580
Interval = Nilai Indeks Maksimum – Nilai Indeks Minimum
= 2580 – 516
= 2064
17
Jarak Interval = Interval : Jenjang
= 2064 : 5
= 412,8
STB TB CB B SB 516 928,8 1341,6 1754,4 2167,2 2580 Berdasarkan hasil intepretasi jumlah skor terhadap garis interval di atas, pada akhirnya
dapat disimpulkan bahwa total akumulasi skor sejumlah 1301 tersebut berada pada
kategori “tidak baik”. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pada pelaksanaannya,
program community development dari PT. Chevron ini menghabiskan dana yang cukup
banyak, tetapi kebermanfaatannya terhadap stakeholder masih kurang dirasakan oleh
warga desa, khususnya desa Padaawas, Kecamatan Pasir wangi, Kabupaten Garut. Jika
efektivitas itu dipahami sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelunya, dan
tujuan disini diterjemahkan sebagai pembangunan berkelanjutan dimensi-dimensi dari
community development pada warga desa Padaawasde sebagai salah satu stakeholdernya,
artinya efektivitas dari pelaksanaan program inipun masih kurang tercapai.
Kurang efektifnya pelaksanaan program ini yang didasarkan jawaban sampel
responden dari 43 Kepala Keluarga di Desa Padaawas ini, bisa jadi karena kurang
tersosialisasikan dengan baik seluruh program-program community development yang
dilaksanakan oleh PT.Chevron kepada warga desa Padaawas. Selain itu, luasnya wilayah
kerja dari penerapan program ini (level Kab.Garut), menyebabkan pengaruh dari program
yang dirasakan oleh warga desa Padaawas tidak terlalu besar/terasa. Tetapi
bagaimanapun, hasil dari penelitian ini setidaknya memberikan gambaran tentang
1301
18
kekurangan maupun kelebihan dari program community development oleh PT.Chevron
yang selama ini diterapkan.
3.2. Hambatan-Hambatan Dari Pelaksanaan Program Community Development
Oleh PT.Chevron
Berdasarkan wawancara dengan personel PT.Chevron pada bagian community
relations ini mengemukakan beberapa hambatan yang dialami perusahaan dalam
melaksanakan program ini sebagai berikut :
1. Tekanan dari berbagai pihak, baik itu pihak masyarakat maupun pihak pemerintah,
yang menuntut pihak PT.Chevron untuk selalu berkontribusi lebih atas bagi hasil dari
laba hasil operasional perusahaan. Hal ini secara psikologis, dapat menambah beban
kerja mereka.
2. Pola program community development yang selama ini diterapkan, adalah
PT.Chevron berupaya mengakomodir usulan-usulan program yang masuk dari pihak
desa, kecamatan, maupun Bappeda. Hanya saja, dari usulan tersebut, pihak
PT.Chevron merasa banyak usulan program yang tidak sesuai dengan program/rambu
community development yang akan diterapkan oleh perusahaan.
3. Mindset (pola pikir) masyarakat desa yang pada umumnya masih mengharapkan
manfaat jangka panjang dari bantuan berupa pembangunan sarana fisik di daerahnya
dari PT. Chevron
19
3.3. Cara Mengatasi Hambatan-Hambatan Pelaksanaan Program Community
Development Oleh PT.Chevron
Adapun upaya-upaya yang akan dilakukan oleh PT.Chevron dalam mengatasi
berbagai hambatan dari pelaksanaan program adalah sebagai berikut :
1. Pihak perusahaan akan mencoba merubah pola pelaksanaan program community
development ini, agar lebih bersifat proaktif. Artinya secara aktif akan meneliti
kebutuhan masyarakat, merancang program yang sesuai, serta melibatkan para
stakeholder dalam pelaksanaannya.
2. Dalam pelaksanaannya pihak PT.Chevron akan melibatkan pihak-pihak yang
kompenten, baik dari lokal maupun dari luar daerah, untuk mendukung program
commnunity development ini berjalan optimal.
3. Mencoba merubah secara bertahap, alokasi utama dari pelaksanaan program ini
bukan lagi di bidang pembangunan fisik dari struktur-infrastruktur tetapi lebih pada
bidang pendidikan. Karena bidang pendidikan dinilai akan lebih memberi manfaat
kepada masyarakat desa untuk jangka yang lebih panjang dan berkelanjutan.
4. Agar pemanfaatan program dapat dirasakan lebih optimal, PT. Chevron juga akan
lebih memperhatikan pembangunan masyarakatnya pada wilayah yang terdekat dari
lokasi operasional perusahaan.
20
BAB IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas pelaksanaan program
community development oleh PT. Chevron di Kabupaten Garut ini, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Program Corporate Social Responsibility secara internal, PT. Chevron telah
menerapkan standar manajemen operasional yang berkualitas sekaligus memelihara
kelestarian sosial, kesehatan, keamanan dan lingkungan hidup sekitarnya. Sedangkan
untuk program-program community development yang telah dilaksanakan oleh PT.
Chevron di Kabupaten Garut pada tahun 2005, berlandaskan pada beberapa bidang,
yakni: bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang sosial ekonomi dan bidang
infrastrutur, serta sumbangan-sumbangan lainnya, dengan alokasi terbesar adalah
pada bidang infrastruktur yakni sebesar 52%.
2. Pengukuran tingkat efektivitas dari pelaksanaan program community development
oleh PT. Chevron, dengan mengambil sampel masyarakat pada Desa Padawaas,
Kecamatan Pasir wangi, Kabupaten Garut ini, menghasilkan jumlah skor 1301 yang
bila diintepretasikan pada garis interval, jumlah tersebut berada pada kategori “tidak
baik”. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program community development
oleh PT.Chevron pada masyarakat desa ini berjalan kurang efektif. Dari hasil
observasi dan penelitian juga didapat informasi adanya beberapa faktor yang belum
berjalan secara optimal, diantaranya adalah faktor sosialisasi dan komunikasi, lalu
21
faktor kesehatan, serta faktor bantuan akses kerjasama sosial dan ekonomi,
diharapkan untuk lebih mendapat perhatian dari perusahaan. Meskipun demikian
masyarakat desa juga telah merasakan manfaat dari program community development
ini berupa pembangunan fisik sarana-prasarana seperti pembangunan jalan, renovasi
mesjid, fasilitas air bersih, toilet umum, dan lain sebagainya.
3. Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh PT.Chevron diantaranya adalah adanya
tuntutan yang berlebih dari berbagai pihak mengenai bantuan program community
development ini yang setidaknya hal tersebut dapat menambah beban kerja dari para
pelaksana program tersebut, lalu pengajuan program yang kurang sesuai dengan
konteks program community development, dan sulitnya merubah mind-set (kerangka
pikir) dari masyarakat yang lebih mengharapkan bantuan untuk kepentingan jangka
pendek.
4. Sedangkan Upaya-upaya yang sedang dan akan dilakukan oleh PT.Chevron dalam
mengatasi hambatan tersebut adalah dengan cara menyusun pola baru dari
pelaksanaan program community development agar lebih bersifat proaktif, lalu mulai
melibatkan pihak-pihak yang berkompeten, baik itu dari potensi lokal mampun luar
daerah, serta lebih memperhatikan pembangunan pada masyarakat di wilayah sekitar
lokasi operasi perusahaan agar dampak dari program dapat dirasakan lebih optimal.
4.2. Saran
Terkait kesimpulan yang didapat, peneliti mengajukan beberapa saran kepada
pihak pelaksana di bidang teliti ini, agar pelaksanaan program community development
dapat terlaksana lebih optimal. Adapun saran-saran yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
22
1. Untuk meningkatkan sarana komunikasi dan sosialisasi program pada masyarakat
maupun Bappeda. Dengan selalu mensosialiasikan program, setidaknya pihak
Bappeda dapat melanjutkan dan memelihara hasil pembangunan yang telah dirintis
perusahaan. Selain itu kan terbentuk citra baik di masyarakat luas yang pada akhirnya
akan memberi manfaat pada perusahaan juga.
2. Untuk mendukung pola baru yang akan dilaksanakan, sifat proaktif dari perusahaan
dapat dimulai dari suatu acara pertemuan dari para perwakilan stakeholder (pihak
masyarakat, kecamatan, dan Bappeda) yang PT.Chevron sebagai inisiator dan tuan
rumahnya.
3. Rencana pelibatan pihak-pihak yang berkompeten dalam mendukung pelaksanaan
program ini adalah rencana yang bagus. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaannya, yaitu tidak semua pihak yang dirasa mempunyai kompeten bagus itu
mempunyai cara / metode penanganan yang sesuai dengan kultur maupun budaya
masyarakat di daerah pedesaan.
4. Perlu penanganan yang menyeluruh agar manfaat program dapat dirasakan optimal.
Semisal program pengembangan ekonomi, tentang pelatihan keterampilan
berwirausaha, perlu dicarikan pula bagaimana para peserta program dalam mengakses
modal dan jalur pemasarannya.
5. Terkait rencana akan lebih fokusnya perhatian pelaksanaan program pada wilayah
sekitar operasi perusahaan, adalah perlu dirancangkan suatu program yang melibatkan
perwakilan dari masing-masing kecamatan, yang berorientasi meningkatkan kapasitas
dan kemandirian, yang berdampak pada perwakilan tersebut dapat membangun
kecamatannya masing-masing.
23
Analisis Efektivitas Pelaksanaan Program Community Development Sebagai Bentuk Corporate Social Rensposibility Oleh PT. Chevron Di Kabupaten Garut
Makalah
Oleh : Nama : R i v a n i NIP : 132 316 896
Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran 2007
24
top related