analisis ergonomi pada desain produk jok...
Post on 28-Jun-2018
296 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS ERGONOMI PADA DESAIN PRODUK
JOK MOBIL PENGEMUDI TIPE MINIBUS
YOGIE MIHARJA (30407911)
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
gie_ok@yahoo.co.uk
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Lubis (2009) mengenai
keluhan yang dirasakan oleh pengguna jok mobil pengemudi tipe minibus. Masalah
utama pada penelitian ini adalah apakah jok mobil tersebut sudah ergonomis untuk
digunakan jika ditinjau berdasarkan analisis RULA menggunakan perangkat lunak
desain CATIA V5R17. Dalam penelitian ini sebagian data telah ada karena penelitian
ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009). Sebagai
pembantu dalam penelitian digunakan manekin dengan memberikan ukuran
antropometri sesuai dengan data yang dikumpulkan. Berdasarkan analisis RULA
(Rapid Upper Limb Assessment ) menggunakan CATIA V5R17, dapat dilihat bahwa
skor akhir menunjukkan angka 2 dan berwarna hijau. Dengan demikian nilai tersebut
juga mengindikasikan postur kerja pada produk jok mobil tersebut dianggap masih
dapat diterima, selama pengemudi tidak berada terlalu lama atau berulang-ulang pada
kondisi tersebut. Rekomendasi perbaikan desain jok mobil yang diberikan untuk
mengurangi resiko pada lengan bawah salah satunya adalah dengan menambah
pengaturan maju mundur dari jok mobil. Jok mobil rekomendasi juga ditambahkan
lebar dan penyangga bahu agar tidak bergeser dari posisi utamanya. Selain itu
direkomendasikan juga agar setir atau sistem kemudi dari kendaraan ini juga
menggunakan tilt steering dan telescope steering. Hasil analisis RULA dengan jok
rekomendasi adalah bahwa skor lengan bawah yang tadinya 2 berubah menjadi 1 dan
berwarna hijau. Dengan demikian nilai tersebut juga mengindikasikan postur kerja
pada produk jok mobil tersebut dianggap masih dapat diterima.
Kata Kunci: ergonomi, jok mobil pengemudi tipe minibus, CATIA, RULA
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari aktivitas mulai dari berjalan,
duduk, tidur, makan dan lain sebagainya. Semua aktivitas tersebut tentunya
berhubungan langsung dengan berbagai alat atau produk yang menunjang. Manusia
merancang alat atau produk tersebut sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi.
Sebagian besar produk atau alat yang diperuntukkan bagi manusia itu sendiri selama ini
ternyata belum mampu membantu banyak dan kurang bernilai positif. Salah satu hal
yang menyebabkannya adalah faktor perancangan dimana perancangan ini melibatkan
segi ukuran, bahan, fungsi, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan penggunaannya.
Perancangan menjadi faktor yang vital karena berfungsi dengan baik tidaknya hasil
rancangan akan sangat ditentukan oleh faktor ini. Oleh karena itu dibutuhkan pemikiran
yang cukup baik mengenai perancangan yang baik pula.
Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada jok mobil pengemudi tipe
minibus, terdapat beberapa keluhan yang dirasakan oleh responden. Tentunya dalam
jangka waktu yang lama keluhan tersebut akan menibulkan penyakit atau kelainan-
kelainan seperti lordosis, kifosis dan lain sebagainya.
Rapid Upper Limb Assesment adalah salah satu metode yang dikembangkan dalam
bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan
oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan
pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot
dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Oleh sebab itu metode RULA
dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan
sesegera mungkin (Lueder, 1996).
Berdasarkan hal tersebut akan dilakukan evaluasi keergonomisan jok mobil pengemudi
tipe minibus yang merupakan lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Evaluasi akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer, yaitu CATIA
dengan metode RULA. Perangkat lunak ini dipilih karena selain memiliki kemampuan
mengevaluasi keergonomisan sebuah produk, perangkat lunak ini juga merupakan
teknologi yang banyak digunakan di perusahaan manufaktur.
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini antara lain sebagai berikut:
1. Menganalisis postur tubuh saat duduk pada jok mobil pengemudi tipe minibus
menggunakan CATIA V5R17 agar diperoleh suatu posisi duduk yang nyaman bagi
pengemudi.
2. Menganalisis aktivitas duduk pada jok mobil pengemudi tipe minibus berdasarkan
analisis RULA (Rapid Upper Limb Assessment ) menggunakan CATIA V5R17.
3. Memberikan rekomendasi perbaikan desain produk jok mobil pengemudi tipe
minibus.
Pembatasan masalah dibuat agar pokok permasalahan yang ingin dipecahkan lebih
terfokus pada tujuan penulisan. Adapun batasan-batasan masalah dari tugas akhir ini
meliputi:
1. Produk yang diamati hanya jok mobil pengemudi tipe minibus yang merupakan
lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
2. Perangkat lunak yang digunakan hanya CATIA V5R17 dan hanya menggunakan satu
metode analisis ergonomi dari lima alat yang ada, yaitu RULA
LANDASAN TEORI
Egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu
sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan
nyaman (Sutalaksana, 2006).
Prinsip yang harus selalu digunakan adalah “sesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya,
bukan pekerja yang menyesuaikan diri dengan pekerjaannya”. Dengan demikian
pekerjaanlah yang harus disesuaikan agar berada dalam jangkauan kemampuan dan
keterbatasan manusia.
Antropometri
Menurut Sutalaksana, antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem
kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh
akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
1. Perancangan areal kerja
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools) dan
sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer dan
lain-lain.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Antropometri dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Antropometri Statis (struktural)
Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh.
Anthropometri statis berhubungan dengan pengukuran dengan keadaan dan ciri-ciri
fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi standar. Dimensi tubuh yang
diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh, ukuran kepala,
panjang lengan dan sebagainya.
2. Antropometri Dinamis (fungsional)
Antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerjaan tersebut melaksanakan kegiataannya.
Hal-hal yang mempengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut
(http://id.wikipedia.org/wiki/Antropometri, 2009):
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun
untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.
2. Jenis kelamin
Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada
dan pinggul.
3. Rumpun dan suku bangsa.
4. Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.
5. Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri meskipun
juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.
6. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.
7. Kondisi waktu pengukuran.
Perancangan
Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai
memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang
optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada.
Menurut Mustafa, Pulat, (Industrial ergonomics case studies, 1992) proses perancangan
yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan sebutan NIDA,
yang merupakan kepanjangan dari need, idea, decision, dan action. Artinya tahap
pertama seorang perancang menetapkan dan mengidentifikasi kebutuhan (need).
Sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan
dengan pengembangan ide-ide (idea) yang akan melahirkan berbagai alternatif untuk
memenuhi kebutuhan tadi dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap
berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan (decision)
suatu alternatif yang terbaik. Akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan (action).
Perancangan suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri pemakainya
betujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja,
dan meminimasi potensi kecelakaan kerja (dian.staff.gunadarma.ac.id/Downloads).
Perangkat Lunak Catia Dalam Ergonomi
Catia (Computer aided Three –dimensional interactive application) adalah perangkat
lunak yang dapat dijalankan dalam multi patfom, yang salah satu keunggulannya adalah
dapat melakukan pendisaian dan analisis suatu produk sehingga dapat dihasilkan suatu
produk yang ergonomis. Disain dan analisis ergonomi menggunakan Catia dibagi dalam
empat bagian, yaitu Human Builder, Human Measurements Editor, Human Activity
Analysis, Human Posture Analysis.
RULA (Rapid Upper Limb Assesment)
RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr. Lynn Mc Attamney
dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari universitas di Nottingham
(University’s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics). Pertama kali dijelaskan
dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993 (Lueder, 1996).
Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan dalam bidang
ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan oleh tubuh
bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan
pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot
dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan metode
RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general
pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang
diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan
dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan aktivitas
otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive starain injuries).
Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko
antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang
mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini
bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari
ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi
postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996).
Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi
dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B.
Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta pergelangan tangan. Sementara
grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh
postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh kaki,
punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian
atas dapat tercakup dalam penilaian.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian digunakan untuk menetapkan pokok permasalahan yang
akan diteliti, sehingga permasalahan yang ada akan lebih terstruktur dan dapat dengan
mudah diselesaikan. Metodologi penelitian juga berguna agar dalam pengumpulan data
dan pengolahan data tidak menyimpang dari tujuan yang diterapkan. Berikut adalah
langkah-langkah pemecahan masalah dalam bentuk diagram alir atau flowchart:
Gambar 1 Diagram Alir Pemecahan Masalah
Lanjutan Gambar 1 Diagram Alir Pemecahan Masalah
PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan jok mobil pengemudi tipe minibus hasil rancangan Lubis (2009)
seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Rancangan Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus
Sumber: Lubis (2009)
Jok mobil yang dirancang merupakan suatu fasilitas duduk yang terdiri dari tiga bagian,
yaitu sandaran kepala, sandaran punggung, dan alas duduk. Dalam perancangannya
digunakan beberapa nilai persentil, yaitu 95 dan 5. Persentil 95 digunakan untuk tinggi
sandaran kepala serta sandaran punggung, sedangkan persentil 5 digunakan untuk alas
duduk. Perancangan produk ini menggunakan data antropometri dari sejumlah sampel
yang diambil. Adapun jumlah sampel tersebut adalah sebanyak 149 sampel berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan.
Dalam perancangan produk ini Lubis (2009) mempertimbangkan faktor lain seperti
bahan yang digunakan untuk membuat produk tersebut. Bahan lunak diaplikasikan
menggantikan bahan yang menurut responden keras. Dengan jok mobil pengemudi tipe
minibus ini, keluhan dari sampel telah berkurang dibandingkan dengan menggunakan
jok mobil yang digunakan sebelumnya. Namun masih terdapat beberapa keluhan yang
tidak bisa diabaikan bila pemakaian untuk jangka panjang. Dari kuesioner yang telah
disebarkan kembali oleh peneliti pendahulu, disimpulkan bahwa terjadi penurunan
keluhan dengan penggunaan jok mobil pengemudi tipe minibus sebanyak 51,7%. Hasil
penuruan keluhan tersebut terdiri dari berbagai faktor dalam jok mobil tersebut meliputi
dimensi, bahan, bentuk, dan pengaturan fungsi. Dari keempat faktor tersebut, faktor
dimensi masih menjadi keluhan dari responden, yaitu 14 orang dari 149 orang. Dengan
kata lain jok mobil hasil rancangan Lubis (2009) masih dirasakan kurang nyaman oleh
sebagian responden.
Evaluasi Produk
Evaluasi produk dilakukan dengan pertimbangan bahwa hasil penurunan keluhan
tersebut bukan berarti menghilangkan keluhan yang ada, namun hanya sebatas
pengurangan. Oleh karena itulah ingin diketahui bagaimana jok mobil tersebut dari sisi
ergonomi dengan menggunakan metode-metode pada perangkat lunak CATIA.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah RULA (Rapid Upper Limb
Assesment) yang merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi yang
menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan oleh tubuh bagian atas.
Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan pengukuran postur
leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal
yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan metode RULA
membutuhkkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada
daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang
diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan
dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).
Dalam tahapan evaluasi ini akan digunakan manekin sebagai model atau alat bantu yang
mewakili sampel penelitian. Manekin tersebut akan mendapatkan beberapa perlakuan di
antaranya diberikan ukuran antropometri sesuai dengan data antropometri yang telah
dikumpulkan. Kemudian manekin juga akan diatur postur tubuhnya sehingga manekin
dalam posisi duduk pada jok mobil yang telah dirancang tersebut.
Penentuan Ukuran Manekin
Manekin yang akan digunakan diberikan ukuran antropometri sesuai dengan data yang
diperoleh. Tujuannya adalah sebagai alat bantu untuk mengevaluasi produk jok mobil
pengemudi tipe minibus sebagai objek penelitian. Dalam penentuan ukuran tersebut
digunakan nilai rata-rata dari seluruh sampel yang berjumlah 149 orang. Tabel 1
menunjukkan rangkuman dari data antropometri yang telah diperoleh.
Langkah-langkah dalam pemberian ukuran pada manekin adalah sebagai berikut
1. Klik Start, ergonomics design & analysis, human measurement editor.
2. Kemudian klik tubuh manekin yang menjadi model penelitian.
3. Lakukan pengaturan pada kotak dialog, yaitu penentuan posisi manekin. Pilih sitting
(duduk) pada submenu construction.
Tabel 1 Rangkuman Data Antropometri
Sumber: Lubis (2009)
No Dimensi Simbol Nilai rata-rata
(mm atau Kg)
1. Tinggi Badan Duduk TBD 850,51
2. Tinggi sandaran punggung TSDP 426,58
3. Tinggi tengkuk TTGK 62,52
4. Tinggi mata duduk TMD 730,34
5. Tinggi popliteal TPOP 463,72
6. Tinggi lutut duduk TLD 514,20
7. Tinggi pinggang TPIG 218,09
8. Jarak pantat ke popliteal JPP 455,50
9. Jarak pantat ke lutut JPL 543,59
10. Lebar bahu LBHU 448,32
11. Lebar pinggul LPGL 369,34
12. Lebar sandaran duduk LSD 329.63
13. Lebar pinggang LPG 299.79
14. Lebar kepala LKP 157,89
15. Berat badan B 59,63
4. Berikan ukuran-ukuran yang diminta oleh perangkat lunak seperti yang terlihat pada
manekin sesuai dengan dimensinya.
merupakan dimensi tinggi badan duduk. Oleh karena itu diberikan ukuran se
850,51 mm dengan terlebih dahulu mengatur
Gambar 3 Pemberian Dimensi Pada Tubuh Manekin
Untuk dimensi yang ditunjukkan oleh nomor 2 merupakan dimensi tinggi mata
duduk. Oleh karena itu diberikan ukuran sebesar 730,34 mm. Dimensi nomor 3
merupakan lebar pinggul, maka diberikan nilai sebesar 369,34 mm. Berat badan dari
manekin diberikan sebesar
dilakukan pengaturan automatic
terhadap dimensi yang telah diatur.
Gambar 4 Pemberian Dimensi Pada Tubuh Manekin Tampak Samping
1
2
ukuran yang diminta oleh perangkat lunak seperti yang terlihat pada
manekin sesuai dengan dimensinya. Untuk dimensi yang ditunjukkan oleh nomor 1
merupakan dimensi tinggi badan duduk. Oleh karena itu diberikan ukuran se
850,51 mm dengan terlebih dahulu mengatur management menjadi manual.
Pemberian Dimensi Pada Tubuh Manekin Tampak Depan
Untuk dimensi yang ditunjukkan oleh nomor 2 merupakan dimensi tinggi mata
duduk. Oleh karena itu diberikan ukuran sebesar 730,34 mm. Dimensi nomor 3
merupakan lebar pinggul, maka diberikan nilai sebesar 369,34 mm. Berat badan dari
manekin diberikan sebesar 59,63 Kg pada variabel weight. Untuk dimensi yang lain
automatic dimana dimensi lain tersebut akan menyesuaikan
terhadap dimensi yang telah diatur.
Pemberian Dimensi Pada Tubuh Manekin Tampak Samping
3
ukuran yang diminta oleh perangkat lunak seperti yang terlihat pada
Untuk dimensi yang ditunjukkan oleh nomor 1
merupakan dimensi tinggi badan duduk. Oleh karena itu diberikan ukuran sebesar
menjadi manual.
Tampak Depan
Untuk dimensi yang ditunjukkan oleh nomor 2 merupakan dimensi tinggi mata
duduk. Oleh karena itu diberikan ukuran sebesar 730,34 mm. Dimensi nomor 3
merupakan lebar pinggul, maka diberikan nilai sebesar 369,34 mm. Berat badan dari
. Untuk dimensi yang lain
dimana dimensi lain tersebut akan menyesuaikan
Pemberian Dimensi Pada Tubuh Manekin Tampak Samping
Nomor 4 pada Gambar 4 merupakan dimensi jarak dari pantat ke lutut dan diberikan
nilai sesuai dengan data, yaitu
lainnya, yaitu 5,6, dan 7 berturut
tinggi lutut.
Penentuan Postur Manekin
Manekin yang telah diberikan dimensi harus diposisikan pada produk jok mobil
akan dianalisis. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan memberikan pengaturan
dengan menggunakan pengatur koordinat
Pengatur koordinat tersebut diposisikan terhadap manekin, kemudian dilakukan
pengaturan sedemikian rupa sehingga manekin berada di atas jok mobil pengemudi tipe
minibus yang telah dirancang seperti terlihat pada
(a)
Gambar 6 Pengaturan Posisi Manekin (a). Tampak Samping,
Kemudian dilakukan pengaturan terhadap bagian
punggung, dan kaki.
Analisis RULA Terhadap Produk
Aplikasi dalam penggunaan RULA digunakan sebagai alat untuk melakukan analisis
awal yang mampu menentukan seberapa jauh resiko pekerja untuk terpengaruh oleh
merupakan dimensi jarak dari pantat ke lutut dan diberikan
nilai sesuai dengan data, yaitu 543,59 mm. Dimensi yang ditunjukkan oleh nomor
lainnya, yaitu 5,6, dan 7 berturut-turut adalah tinggi pinggang, tinggi popliteal, dan
Penentuan Postur Manekin
Manekin yang telah diberikan dimensi harus diposisikan pada produk jok mobil
akan dianalisis. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan memberikan pengaturan
dengan menggunakan pengatur koordinat
Gambar 5 Pengatur Koordinat
Pengatur koordinat tersebut diposisikan terhadap manekin, kemudian dilakukan
pengaturan sedemikian rupa sehingga manekin berada di atas jok mobil pengemudi tipe
minibus yang telah dirancang seperti terlihat pada Gambar 5.
(b)
Pengaturan Posisi Manekin (a). Tampak Samping,
(b). Tampak Depan.
dilakukan pengaturan terhadap bagian-bagian tubuh seperti lengan, posisi
Analisis RULA Terhadap Produk Dengan Menggunakan CATIA
ikasi dalam penggunaan RULA digunakan sebagai alat untuk melakukan analisis
awal yang mampu menentukan seberapa jauh resiko pekerja untuk terpengaruh oleh
merupakan dimensi jarak dari pantat ke lutut dan diberikan
Dimensi yang ditunjukkan oleh nomor
turut adalah tinggi pinggang, tinggi popliteal, dan
Manekin yang telah diberikan dimensi harus diposisikan pada produk jok mobil yang
akan dianalisis. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan memberikan pengaturan
Pengatur koordinat tersebut diposisikan terhadap manekin, kemudian dilakukan
pengaturan sedemikian rupa sehingga manekin berada di atas jok mobil pengemudi tipe
Pengaturan Posisi Manekin (a). Tampak Samping,
bagian tubuh seperti lengan, posisi
ikasi dalam penggunaan RULA digunakan sebagai alat untuk melakukan analisis
awal yang mampu menentukan seberapa jauh resiko pekerja untuk terpengaruh oleh
faktor-faktor penyebab cedera (postur, kontraksi otot statis, gerakan berulang-ulang, dan
gaya). RULA juga digunakan untuk menentukan prioritas pekerjaan berdasarkan faktor
resiko cedera, menemukan tindakan yang paling efektif untuk pekerjaan yang memiliki
resiko relatif tinggi, dan menentukan sejauh mana pengaruh suatu modifikasi atas
pekerjaan (Kemala, 2006). Berdasarkan penilaiannya, RULA dibedakan atas dua
kelompok yaitu kelompok A (lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan) dan
kelompok B (leher, punggung, dan kaki).
Dalam RULA digunakan skor yang mengindikasi baik atau tidaknya bagian tubuh
tertentu dalam posisi bersangkutan. Interpretasi dari nilai tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Nilai 1 dan 2 : (Hijau) mengindikasikan postur kerja dianggap masih dapat diterima,
selama pekerja tidak berada terlalu lama atau beulang-ulang pada kondisi tersebut.
2. Nilai 3 dan 4 : (Kuning) mengindikasikan diperlukan analisis lanjut dan perubahan
mungkin dibutuhkan.
3. Nilai 5 dan 6 : (Oranye) mengindikasikan analisis lebih lanjut dan perubahan
dibutuhkan segera.
4. Nilai 7: (Merah) mengindikasikan analisis lebih lanjut dan perubahan dibutuhkan
sangat segera.
Beberapa pengaturan dilakukan pada analisis RULA di antaranya pemilihan jumlah
pengulangan postur tubuh saat beraktivitas dengan menggunakan produk. Pada
penelitian ini dipilih intermittent karena jumlah pengulangan postur tubuh seperti pada
Gambar 4.9 berlangsung kurang dari 4 kali dalam 1 menit. Pengaturan yang lain adalah
bahwa adanya dukungan dari lengan pada posisi tersebut, yaitu dukungan karena lengan
bertumpu pada setir kendaraan. Dengan demikian beban yang ada sebagian terbagi atau
tersalurkan ke setir. Berikut merupakan keluaran dari pengolahan RULA dengan
menggunakan perangkat lunak CATIA seperti terlihat pada Gambar 7.
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa skor akhir menunjukkan angka 2 dan
berwarna hijau. Dengan demikian nilai tersebut juga mengindikasikan postur kerja pada
produk jok mobil tersebut dianggap masih dapat diterima, selama pengmudi tidak
berada terlalu lama atau berulang-ulang pada kondisi tersebut.
Rekomendasi Perbaikan Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus
Berdasarkan perhitungan metode RULA secara rinci terlihat bahwa lengan bawah
memiliki skor yang berbeda, yaitu 3 yang mengindikasikan perlu analisis lebih lanjut
dan perubahan mungkin dibutuhkan. Hasil dari metode RULA tersebut juga
menunjukkan resiko produk terhadap lengan bawah lebih besar dari pada bagian tubuh
lain. Penyebab permasalahan pada lengan bawah tersebut dikarenakan postur lengan
bawah yang menggantung dan tidak bertumpu pada benda apapun. Posisi ini sebenarnya
tidak begitu menjadi masalah bila tidak dilakukan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Namun secara umum, jok mobil pengemudi tipe minibus hasil rancangan Lubis (2009)
ergonomis atau nyaman digunakan karena skor akhir dari metode RULA adalah 2 dan
berwarna hijau.
Gambar
Hasil pada lengan bawah
ergonomis. Skor 3 mengindikasikan adanya perubahan baik itu pada postur ataupun
pada desain. Postur lengan bawah dari pengguna akan
mengendarai kendaraan setir akan selalu bergerak. Namun untuk membantu mengurangi
resiko yang berlebihan perlu dibantu dengan adanya perubahan desain pada jok mobil
tersebut.
Rekomendasi yang diberikan untuk mengurangi resiko pada lengan bawah salah satunya
adalah dengan menambah
komponen yang ditambahkan adalah dengan menambahkan pengaturan maju mundur.
Jok mobil dapat diposisikan mendekat at
Dengan demikian maka postur lengan bawah yang beresiko dapat dikurangi. Pengaturan
tersebut juga direkomendasikan karena pada hasil penelitian Lubis (2009) juga
menghasilkan bahwa rancangan jok mobil masih dikeluhka
fungsi yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian Lubis (2009) juga didapatkan bahwa hasil jok mobil
rancangannya mendapatkan suara terbanyak untuk keluhan pada dimensi. Oleh karena
itu pada jok mobil akan ditambahkan dimensi dan ko
support, yaitu penyangga bahu fungsinya menjaga badan dan bahu tetap pada posisi
utamanya akibat tekanan G
gaya yg diterima tubuh saat mengalami percepatan.
Bila memungkinkan dari sisi keuangan,
kemudi dari kendaraan ini juga menggunakan
steering merupakan teknologi dimana roda kemudi dapat diatur naik turun sesuai tinggi
Gambar 7 Keluaran Dari Pengolahan RULA
Hasil pada lengan bawah sebenarnya tidak menunjukkan bahwa desain yang tidak
ergonomis. Skor 3 mengindikasikan adanya perubahan baik itu pada postur ataupun
Postur lengan bawah dari pengguna akan selalu berubah karena dalam
mengendarai kendaraan setir akan selalu bergerak. Namun untuk membantu mengurangi
resiko yang berlebihan perlu dibantu dengan adanya perubahan desain pada jok mobil
berikan untuk mengurangi resiko pada lengan bawah salah satunya
adalah dengan menambah beberapa komponen dari jok mobil tersebut. Salah satu
komponen yang ditambahkan adalah dengan menambahkan pengaturan maju mundur.
Jok mobil dapat diposisikan mendekat atau menjauhi setir atau kemudi kendaraan.
Dengan demikian maka postur lengan bawah yang beresiko dapat dikurangi. Pengaturan
tersebut juga direkomendasikan karena pada hasil penelitian Lubis (2009) juga
menghasilkan bahwa rancangan jok mobil masih dikeluhkan mengenai pengaturan atau
Berdasarkan hasil penelitian Lubis (2009) juga didapatkan bahwa hasil jok mobil
rancangannya mendapatkan suara terbanyak untuk keluhan pada dimensi. Oleh karena
itu pada jok mobil akan ditambahkan dimensi dan komponen lain, yaitu
enyangga bahu fungsinya menjaga badan dan bahu tetap pada posisi
utamanya akibat tekanan G-force. Tekanan G-force sendiri adalah besar beban atau
gaya yg diterima tubuh saat mengalami percepatan.
dari sisi keuangan, direkomendasikan juga agar setir atau sistem
kemudi dari kendaraan ini juga menggunakan tilt steering dan telescope steering
merupakan teknologi dimana roda kemudi dapat diatur naik turun sesuai tinggi
sebenarnya tidak menunjukkan bahwa desain yang tidak
ergonomis. Skor 3 mengindikasikan adanya perubahan baik itu pada postur ataupun
selalu berubah karena dalam
mengendarai kendaraan setir akan selalu bergerak. Namun untuk membantu mengurangi
resiko yang berlebihan perlu dibantu dengan adanya perubahan desain pada jok mobil
berikan untuk mengurangi resiko pada lengan bawah salah satunya
dari jok mobil tersebut. Salah satu
komponen yang ditambahkan adalah dengan menambahkan pengaturan maju mundur.
au menjauhi setir atau kemudi kendaraan.
Dengan demikian maka postur lengan bawah yang beresiko dapat dikurangi. Pengaturan
tersebut juga direkomendasikan karena pada hasil penelitian Lubis (2009) juga
n mengenai pengaturan atau
Berdasarkan hasil penelitian Lubis (2009) juga didapatkan bahwa hasil jok mobil
rancangannya mendapatkan suara terbanyak untuk keluhan pada dimensi. Oleh karena
mponen lain, yaitu shoulder
enyangga bahu fungsinya menjaga badan dan bahu tetap pada posisi
force sendiri adalah besar beban atau
direkomendasikan juga agar setir atau sistem
telescope steering. Tilt
merupakan teknologi dimana roda kemudi dapat diatur naik turun sesuai tinggi
pengemudinya, agar setiap pengemudinya tetapi mendapatkan kenyamanan dalam
berkendara. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan pada beberapa product General
Motors di tahun 1963. Sedangkan
kemudi yang mana roda kemudi dapa
menjauhi pengemudinya sesuai panjang dari tangan pengemudi.
Pada Gambar 8 terlihat bahwa adanya komponen di bawah alas duduk yang merupakan
pengaturan maju dan mundur dari jok mobil tersebut. Lebar dari jok mobil pun lebih
besar dengan dibatasi oleh pelindung bahu.
Gambar
Dengan jok mobil rekomendasi tersebut
Gambar 9 di bawah menunjukkan perubahan postur akibat dari beberapa fitur jok mobil
yang ditambahkan. Dengan demikian dapat dianalisis kembali dengan metode yang
sama. Hasilnya adalah bahwa skor lengan bawah yang tadinya 2 berubah menjadi 1 dan
berwarna hijau. Dengan demikian nilai tersebut juga
produk jok mobil tersebut
berada terlalu lama atau ber
(a) Gambar 9 Perubahan Postur Akibat Jok Mobil Hasil Rekomendasi
r setiap pengemudinya tetapi mendapatkan kenyamanan dalam
berkendara. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan pada beberapa product General
Motors di tahun 1963. Sedangkan telescope steering merupakan teknologi dalam roda
kemudi yang mana roda kemudi dapat digeser maju mundur atau mendekati dan
menjauhi pengemudinya sesuai panjang dari tangan pengemudi.
terlihat bahwa adanya komponen di bawah alas duduk yang merupakan
pengaturan maju dan mundur dari jok mobil tersebut. Lebar dari jok mobil pun lebih
besar dengan dibatasi oleh pelindung bahu.
Gambar 8 Rancangan Jok Mobil Hasil Rekomendasi
Dengan jok mobil rekomendasi tersebut tentunya akan mengurangi resiko yang terjadi.
di bawah menunjukkan perubahan postur akibat dari beberapa fitur jok mobil
yang ditambahkan. Dengan demikian dapat dianalisis kembali dengan metode yang
sama. Hasilnya adalah bahwa skor lengan bawah yang tadinya 2 berubah menjadi 1 dan
Dengan demikian nilai tersebut juga mengindikasikan postur kerja
produk jok mobil tersebut dianggap masih dapat diterima, selama pe
rulang-ulang pada kondisi tersebut.
(b) Perubahan Postur Akibat Jok Mobil Hasil Rekomendasi
(a) Sebelum (b) Sesudah
r setiap pengemudinya tetapi mendapatkan kenyamanan dalam
berkendara. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan pada beberapa product General
merupakan teknologi dalam roda
t digeser maju mundur atau mendekati dan
terlihat bahwa adanya komponen di bawah alas duduk yang merupakan
pengaturan maju dan mundur dari jok mobil tersebut. Lebar dari jok mobil pun lebih
tentunya akan mengurangi resiko yang terjadi.
di bawah menunjukkan perubahan postur akibat dari beberapa fitur jok mobil
yang ditambahkan. Dengan demikian dapat dianalisis kembali dengan metode yang
sama. Hasilnya adalah bahwa skor lengan bawah yang tadinya 2 berubah menjadi 1 dan
mengindikasikan postur kerja pada
dianggap masih dapat diterima, selama pengemudi tidak
Perubahan Postur Akibat Jok Mobil Hasil Rekomendasi
Gambar 10 Hasil Analisis RULA dengan Jok Mobil Hasil Rekomendasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan pada tugas akhir ini antara lain sebagai berikut:
1. Pada postur tubuh yang nyaman bagi pengemudi, posisi bagian lengan atas dan
lengan bawah dari manekin baik kiri maupun kanan diberikan perlakuan yang sama
yang akan membuat seolah-olah tangan menuju setir kendaraan. Beberapa
pengaturan tersebut di antaranya lengan atas membentuk sudut 38,21o, lengan bawah
membentuk sudut 29,89o, pergelangan tangan membentuk sudut 0
o, leher membentuk
sudut 1,765o, batang tubuh/ punggung membentuk sudut 0,457
o, dan kaki berada
pada posisi normal/ seimbang.
2. Berdasarkan analisis RULA (Rapid Upper Limb Assessment ) menggunakan CATIA
V5R17, dapat dilihat bahwa skor akhir menunjukkan angka 2 dan berwarna hijau.
Dengan demikian nilai tersebut juga mengindikasikan postur kerja pada produk jok
mobil tersebut dianggap masih dapat diterima, selama pengmudi tidak berada terlalu
lama atau berulang-ulang pada kondisi tersebut.
3. Analisis dan perubahan yang diperlukan adalah dilakukan perubahan desain dari jok
mobil tipe minibus tersebut pada bagian yang berhubungan dengan lengan bawah.
Rekomendasi yang diberikan untuk mengurangi resiko pada lengan bawah salah
satunya adalah dengan menambah komponen pada jok mobil. Salah satu komponen
yang ditambahkan adalah dengan menambahkan pengaturan maju mundur. Jok mobil
dapat diposisikan mendekat atau menjauhi setir atau kemudi kendaraan. Jok mobil
juga akan ditambahkan dimensi dan komponen lain, yaitu shoulder support, yaitu
penyangga bahu fungsinya menjaga badan dan bahu tetap pada posisi utamanya.
Selain itu direkomendasikan juga agar setir atau sistem kemudi dari kendaraan ini
juga menggunakan tilt steering dan telescope steering.
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih memiliki kelemahan, baik itu dari segi isi
maupun penulisannya. Agar penelitian ini menjadi lebih baik, disarankan agar ada
penelitian lebih lanjut mengenai hal yang telah dibahas pada jurnal ini. Penelitian
tersebut dapat berupa penggunaan metode lain ataupun perangkat lunak lain dalam
mengevaluasi produk jok mobil pengemudi tipe minibus.
DAFTAR PUSTAKA
Kemala, Dian. 2006. Modul Pelatihan Perancangan Ergonomika Menggunakan
Ergoweb 4.0. Depok: Universitas Gunadarma.
Lubis, Umar Rumoden. 2009. “Analisis Bentuk Jok Pengemudi Mobil Type Minibus
Dengan Menggunakan Desain Ergonomi Untuk Mendapatkan Tingkat
Kenyamanan”. Skripsi: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri.
Universitas Gunadarma. Jakarta.
Lueder, R. 1996. A Proposed RULA for Computer Users, Procceding of the Ergonomic
Summer Workshop, San Francisco.
McAtamney, L. and Corlett, E.N., 1993. “RULA : A Survey Based Method for the
Investigation of Work Related Upper Limb Disorders“, Applied Ergonomics,
24(2).91-99.
McCormick, Ernest J. 1979. Human Factors In Engineering And Design. New Delhi:
McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Nurmianto, Eko, 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.
Nurmianto, Eko. 2005. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November.
Pangaribuan, Dina Meliana.2009. Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada
Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan. Medan.
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics. Work and Health. Houndmills: MacMillan Press.
Pinem, Mhd Daud. 2009. Catia. Surabaya: Kawan Pustaka.
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Sutalaksana, Iftikar Z dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: ITB.
Tarwaka, dkk, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas.
Penerbit Uniba Press. Surakarta
Y.P, Liliana, 2007. Suharyo Widagdo, dan Ahmad Abtokhi. “Pertimbangan
Antropometri Pada Pendisainan”. Tangerang.
http:// batikyogya.wordpress.com
http://bascommetro.blogspot.com/2009/04/pengukuran-antropometri.html, 2009
http://dhimaskasep.files.wordpress.com/2008/05/modul1pti-final.doc., 2009
http:// dian.staff.gunadarma.ac.id/Downloads
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropometri, 2009
http://irhabi-abdi.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-rula.html, 2011
http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/06/17-liliana-antropometri-hal-
183-189.pdf, 2009
http://mutiamanarisa.wordpress.com/2010/03/25/rula-rapid-upper-limb-assessment/,
2011
http://teori-teoriergonomi.blogspot.com/2008/04/pengunaan-data-antropometri-
dalam.html, 2009
top related