analisis miskonsepsi pada buku teks biologi kurikulum 2013...
Post on 05-Aug-2020
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS MISKONSEPSI PADA BUKU TEKS BIOLOGI
KURIKULUM 2013 KELAS XI SMA PADA KONSEP SEL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NURUL RIHSA NOVTIANTI
11150161000043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Analisis Miskonsepsi Pada Buku Teks Biologi Kurikulum
2013 Kelas XI SMA Pada Konsep Sel, disusun oleh Nurul Rihsa Novtianti, NIM
11150161000043, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 30 Januari 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Nengsih Juanengsih, M.Pd.
NIP.19790510 200604 2 001
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul Analisis Miskonsepsi Pada Buku Teks Biologi Kurikulum
2013 Kelas XI SMA Pada Konsep Sel, disusun oleh Nurul Rihsa Novtianti, NIM
11150161000043, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 2 Maret 2020 di hadapan dewan penguji.
Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang
Pendidikan Biologi.
Jakarta, 10 April 2020
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia Tanggal Tanda Tangan
(Ketua Program Studi Pendidikan Biologi)
Dr. Yanti Herlanti, M.Pd.
NIP. 197101192008012010 29-5-2020
Penguji I
Dr. Zulfiani, M.Pd.
NIP. 197603092005012002 22-5-2020
Penguji II
Meiry Fadilah Noor, M.Si.
NIP. 198005162007102001 22-5-2020
iii
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat
15412 Indonesia
Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Nurul Rihsa Novtianti
Tempat/Tgl.Lahir : Bogor, 7 November 1997
NIM : 11150161000043
Jurusan / Prodi : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : Analisis Miskomsepsi Pada Buku Teks Biologi
Kurikulum 2013 Kelas XI SMA Pada Konsep Sel
Dosen Pembimbing : Nengsih Juanengsih, M.Pd.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 4 Februari 2020
Mahasiswa Ybs.
Materai 6000
Nurul Rihsa Novtianti
NIM. 11150161000043
iv
ABSTRAK
Nurul Rihsa Novtianti, 11150161000043, Analisis Miskonsepsi Pada Buku
Teks Biologi Kurikulum 2013 Kelas XI SMA Pada Konsep Sel, Skripsi,
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, mengelompokkan, dan meninjau
seberapa banyak (%) kategori miskonsepsi pada materi sel dari buku teks biologi
SMA kelas XI kurikulum 2013 yang digunakan di Kota Tangerang Selatan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Buku teks yang dianalisis merupakan hasil survei di SMA yang telah
menerapkan kurikulum 2013. Unit analisis berupa gambar dan kalimat yang
memuat konsep sel. Instrumen yang digunakan adalah lembar analisis dokumen
dengan check-list. Identifikasi miskonsepsi dibagi menjadi 5 kategori yaitu:
misidentifications, overgeneralizations, oversimplifications, obsolete concepts and
terms, under generalizations. Hasil menunjukkan bahwa buku teks A, B, dan C
yang dianalisis mengalami miskonsepsi dengan persentase 7,4%, 1,1% dan 2%.
Kategori miskonsepsi yang ditemukan pada ketiga buku teks adalah
misidentifications, overgeneralizations, dan under generalizations. Sedangkan
kategori oversimplifications hanya ditemukan di buku teks A. Kategori obsolete
concepts and terms tidak ditemukan pada ketiga buku teks tersebut. Persentase
kemunculan miskonsepsi pada buku A, kategori misidentifications 4,6%,
overgeneralizations 1,1%, oversimplifications 0,6%, dan undergeneralizations
1,1%. Pada buku B misidentifications 0,7%, overgeneralizations 0,2%, dan
undergeneralizations 0,2%. Pada buku C misidentifications 1,2%,
overgeneralizations 0,5%, dan undergeneralizations 0,3%.
Kata Kunci: buku teks biologi, miskonsepsi, konsep sel
v
ABSTRACT
Nurul Rihsa Novtianti, 11150161000043, Analysis of Misconception in
Curriculum 2013’s Biology Textbooks for XIth grade of Senior High School on
Cell Concept, BA Thesis, Departement of Biology Education, Faculty of
Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta.
This study aims to analyze, categorize and determine the percentage of
misconception’s category on cell concept in curriculum 2013’s biology textbooks
for XIth grade used in South Tangerang City. The method used in this study was
descriptive method with qualitative approach. The textbooks which analyzed were
from the result of survey in senior high school with curriculum 2013. The unit
which analyzed in this study were images and words which contain the concept of
cell. The instrument used in this study was a document analysis sheet with a check
list. Identification of the misconceptions were divided into 5 categories:
misidentifications, overgeneralizations, oversimplifications, obsolete concepts and
terms, under generalizations. The result showed that the textbook A, B, and C
which analyzed were had misconceptions with percentage of 7,4%, 1,1%, and 2%.
Misconceptions’ categories which found in all textbooks were misidentifications,
overgeneralizations, oversimplifications, and undergeneralizations. While the
category of oversimplifications was found only in textbooks A. The category of
obsolete concepts and terms was not found in all textbooks. Percentage of
occurrence of misconceptions in book A, misidentifications 4,6%,
overgeneralizations 1,1%, oversimplifications 0,6%, and undergeneralizations
1,1%. In book B misidentifications 0.7%, overgeneralizations 0.2%, and
undergeneralizations 0.2%. In book C misidentifications 1,2%,
overgeneralizations 0.5%, and undergeneralizations 0.3%.
Keywords: biology textbooks, misconceptions, cell concept
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul ”Analisis Miskonsepsi
Pada Buku Teks Biologi Kurikulum 2013 Kelas XI Pada Konsep Sel“ dapat
penulis selesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah pada Baginda Nabi
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan kita sebagai umatnya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Surunin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., selaku Sekertaris Program Studi
Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran-saran, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi.
5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
Pendidikan Biologi angkatan 2015 yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama masa perkuliahan.
6. Ibu Dr. Nani Radiastuti, M.Si., selaku pengamat (Dosen Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) yang telah bersedia
membantu penulis dalam proses analisis data.
7. Ibu Dina Rahma Fadlilah, S.Pd., M.Si., selaku pengamat (Dosen) yang
telah bersedia membantu penulis dalam proses analisis data.
8. Bapak Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si., selaku Dosen Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (IPB)
vii
yang telah memberikan saran-saran dan pandangan dalam proses analisis
data.
9. Bapak Muhammad Ridhwan, M.Si., selaku Kepala Laboratorium
Pendidikan Biologi yang telah memberikan saran dan masukan dalam
proses penulisan skripsi.
10. Pihak sekolah SMA Negeri se-Kota Tangerang Selatan, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan kegiatan observasi.
11. Kedua orang tua tercinta Bapak Suminto dan Ibu Rachmawati dan adik
Fadiyah Nurriza yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan
materil kepada penulis dari awal masuk kuliah hingga pada penulisan
skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat dan teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2015 yang
telah berjuang bersama menempuh perkuliahan dari awal hingga akhir,
yang selalu berbagi pengalaman, dan saling menguatkan satu sama lain.
13. Regita Nurani Utami Ningsih, Safia Rahmadani, Septihani Salsabella, Suci
Monica Sari, sebagai sahabat seperjuangan dan seperbimbingan yang
selalu memberikan dukungannya dalam suka dan duka.
14. Fahrizal Haris Aji Nugroho dan Zaenudin, sebagai sahabat yang telah
banyak memberikan saran, tempat bertukar pikiran, dan membantu penulis
dalam memberikan pandangan-pandangannya dalam proses menganalisis
buku.
15. Siti Nur Fajrianti, teman satu kosan yang selalu mendengarkan keluh
kesah baik selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, dan
selalu memberikan motivasi kepada penulis.
16. Seluruh Asisten Laboratorium Pendidikan Biologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan penulis motivasi dalam
menyelesaikan skripsi.
17. Pengurus HMPS Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari
tahun 2014-Sekarang.
18. Segenap pengelola Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
viii
19. Pihak-pihak yang memiliki andil baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu.
Sebagai karya ilmiah, skripsi ini tentu tidak terlepas dari berbagai
kesalahan serta kekurangan, dan hal ini menjadi tanggung jawab penulis.
Penulis berharap skripsi ini bisa menjadi faktor untuk menggali khazanah ilmu
pengetahuan. Kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap isi skripsi
akan penulis terima untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Terimakasih
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Jakarta, Januari 2020
Nurul Rihsa Novtianti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ......................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah............................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 8
A. Kajian Teori ............................................................................................ 8
B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 30
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 34
A. Waktu Penelitian .................................................................................. 34
B. Metode Penelitian ................................................................................. 34
C. Objek Penelitian ................................................................................... 35
D. Instrumen Penelitian ............................................................................. 36
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 37
F. Prosedur Penelitian ............................................................................... 38
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 40
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 44
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 44
B. Pembahasan .......................................................................................... 80
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 85
A. Simpulan ............................................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................91
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penyebab Miskonsepsi Peserta didik............................................. 20
3. 1 Lembar Analisis Miskonsepsi....................................................... 36
3. 2 Rubrik Miskonsepsi ....................................................................... 37
3. 3 Penilaian Oleh Pengamat ............................................................... 40
3. 4 Kontingensi Kesepakatan Pengamat ............................................. 41
4. 1 Nilai Koefisien Kesepakatan (KK) Pengamat.............................. 44
4. 2 Hasil Analisis Miskonsepsi Buku A .............................................. 45
4. 3 Hasil Analisis Kemunculan Miskonsepi pada Buku A ................. 56
4. 4 Hasil Analisis Buku B ................................................................... 57
4. 5 Hasil Analisis Kemunculan Miskonsepi pada Buku B.................. 62
4. 6 Hasil Analisis Buku C ................................................................... 63
4. 7 Hasil Analisis Kemunculan Miskonsepi pada Buku C.................. 75
4. 8 Hasil Analisis Jumlah Kemunculan Miskonsepsi untuk Setiap
Kategori ......................................................................................... 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4. 1 Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Kemunculan
Miskonsepsi Pada Buku A......................................................56
4.2 Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Kemunculan
Miskonsepsi Pada Buku B ...................................................... 62
4. 3 Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Kemunculan
Miskonsepsi Pada Buku C ...................................................... 75
4. 4 Diagram Batang Perbandingan Persentase Misidentifications
Pada Buku A, B, dan C ........................................................... 77
4. 5 Diagram Batang Perbandingan Persentase Overgeneralizations
Pada Buku A, B, dan C ........................................................... 78
4. 6 Diagram Batang Perbandingan Persentase Oversimplifications
Pada Buku A, B, dan C ........................................................... 78
4. 7 Diagram Batang Perbandingan Persentase
Undergeneralizations Pada Buku A, B, dan C ....................... 79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Analisis Miskonsepsi Pada Buku A ................................... 92
2 Hasil Analisis Miskonsepsi Pada Buku B ................................. 102
3 Hasil Analisis Miskonsepsi Pada Buku C ................................. 110
4 Daftar Buku yang Digunakan di SMA Negeri Se-Kota Tangerang
Selatan ....................................................................................... 125
5 Tabel Hasil Kesepakatan Buku A, B, C .................................... 130
6 Tabel Kontingensi Pengamatan Jenis Miskonsepsi ...................137
7 Daftar Buku Acuan/Pembanding ...................................... ........139
8 Perhitungan Tabel.......................................................................141
9 Uji Referensi...............................................................................144
10 Surat-Surat..................................................................................161
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan ajar adalah sesuatu yang mengandung pesan yang akan disajikan
dalam proses pembelajaran.1 Bahan ajar, termasuk bahan ajar biologi merupakan
bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Salah satu bahan ajar
yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sekaligus sebagai media
pembelajaran adalah buku. Buku yang digunakan sebagai sumber belajar utama
dalam pembelajaran suatu bidang studi disebut buku teks pelajaran. Buku teks
pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar
dan kompetensi inti dan dinyatakan layak oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk digunakan pada satuan pendidikan.2 Pengertian lainnya
menyakatan bahwa buku teks adalah buku yang berisi uraian materi tentang mata
pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun dengan sistematis dan telah
diseleksi berdasarkan tujuan tertentu.3
Buku teks dijadikan sebagai rujukan utama dalam kegiatan belajar.4
Berdasarkan penjelasan tersebut, buku ajar merupakan buku teks yang digunakan
sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu, yang memiliki ciri yaitu
sebagai sumber materi ajar, sebagai referensi baku untuk mata pelajaran tertentu,
disusun secara sistematis dan sederhana, dan disertai petunjuk pembelajaran.
Buku teks terutama dalam pembelajaran biologi memiliki peran penting.
Alasannya adalah buku teks pelajaran dijadikan sebagai sumber dasar dari segala
informasi oleh peserta didik, jika demikian maka buku setidaknya harus memiliki
kualitas yang baik dimana buku tersebut sesuai dengan kebutuhan guru atau
peserta didik sebagai pengguna aktif dalam proses belajar mengajar.
1 Esti Ismawati, Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar, (Yogyakarta:
Ombak, 2012) h. 235. 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8, Tentang Buku yang Digunakan
oleh Satuan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2016), h. 2. 3 Mansur Muslich, Text Book Writing, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.50. 4 Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h. 33.
2
Buku teks berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku, buku teks yang baik
haruslah relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum.5 Berdasarkan pendapat
tersebut, maka dengan perubahan kurikulum berdampak pada perubahan muatan
isi buku teks. Buku teks kurikulum 2013 terkhusus pada buku teks peserta didik
lebih ditekankan pada activity base bukan sekedar bahan bacaan, buku teks harus
memuat model pembelajaran dan project yang akan dilakukan oleh peserta didik,
serta buku teks yang ditulis mengacu pada Kompetensi Inti (KI), Kompentensi
Dasar (KD), dan silabus.6 Buku teks diterbitkan sebagai penyedia informasi yang
dapat digunakan untuk menunjang proses pendidikan. Buku yang akan diterbitkan
mempunyai kemasan, cara penyampaian, dan cara pemaparan muatan isi yang
berbeda. Keadaan tersebut dikarenakan adanya pola pemikiran, pengalaman, dan
gaya penyampaian dari penulis yang berbeda.
Satuan pendidikan wajib memilih dan menyediakan buku teks pelajaran yang
dinyatakan layak oleh Kementerian untuk digunakan dalam proses pembelajaran.7
Berdasarkan peraturan tersebut pihak sekolah termasuk guru yang akan
menentukan buku yang digunakan dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik, apabila seorang guru memiliki dua
kompetensi utama, yaitu kompetensi penguasaan materi pembelajaran dan
kompetensi metodologi pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan
yang akan ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan
instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu, sedangkan metode
pembelajaran adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur
ketika menyampaikan bahan ajar/materi pelajaran.8 Pembelajaran dan buku
pelajaran merupakan dua hal yang saling melengkapi. Pembelajaran akan
berlangsung secara efektif jika dilengkapi dengan media pembelajaran. Buku
pelajaran dapat disusun serta digunakan dengan baik jika memperhatikan prinsip-
prinsip dalam pembelajaran.
5 Henry G. Tarigan, Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung:
Angkasa, 2009), h. 21. 6 Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), h. 35. 7 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8, Op. Cit., h. 9. 8 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. I, h. 91.
3
Penilaian atas kriteria kelayakan buku teks pelajaran maupun buku non teks
pelajaran diajukan oleh Penerbit kepada Kementerian atau Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).9 Berdasarkan instrumen penilaian buku teks
pelajaran kelompok MIPA tahun 2014 terdapat tiga komponen utama yang
menjadi penilaian. Komponen-komponen tersebut terdiri dari komponen
penyajian, komponen kebahasaan, dan komponen kelayakan isi. Pada komponen
kelayakan isi terdiri dari dimensi spiritual (KI 1), dimensi sosial (KI 2), dimensi
pengetahuan (KI 3), dan dimensi keterampilan (KI 4). Analisis miskonsepsi pada
buku teks biologi mengacu pada dimensi pengetahuan (KI 3). Diantaranya
cakupan materi, akurasi materi, kemutakhiran dan kontekstual serta ketaatan pada
hukum dan perundang-undangan.10
Terdapat ketidaksesuaian konsep pada buku teks (terdiri dari gambar dan
kalimat) pada materi sistem pencernaan yang terbagi menjadi 5 kategori,
diantaranya kategori undergeneralization 1,7%, obsolete concept and terms 0,3%,
oversimplification 5,4%, overgeneralization 1,1%, dan misidentification 11,2%.11
Pada materi sistem peredaran darah juga terdapat ketidaksesuaian konsep pada
buku teks (terdiri dari gambar dan kalimat) dengan persentase misidentification
2,8%, oversimplifications 3%, overgeneralization 1,5%, undergeneralization 1%,
dan obsolete concepts and term 0,8%.12 Materi sistem saraf juga mengalami
miskonsepsi. Persentase setiap kategori miskonsepsi teks secara berturut-turut
yaitu undergeneralizations (0,78%), obsolete concepts and terms (0,26%),
oversimplifications (3,36%), overgeneralizations (1,55%), dan misidentifications
(7,24%).13
Buku teks juga dapat menyebarkan miskonsepsi. Miskonsepsi tersebut dapat
disebabkan karena penggunaan bahasa yang sulit atau bisa juga terjadi karena
9 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 tahun, Op. Cit., h. 7. 10 Lampiran Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran, Tentang Instrumen Penilaian
Buku Teks Pelajaran Kelompok Peminatan IPA (Biologi), (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2014), h. 1-4. 11 Failasuf Aulia Nugroho, 2016, Identifikasi Miskonsepsi Sistem Pencernaan Manusia
Pada Buku Teks Biologi SMA Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta, Jurnal Pendidikan Biologi,
Vol.5, No.5, h.1. 12 Tantri Widya Astuti, Sukiya, dan Tri Harjana, 2018, Identifikasi Miskonsepsi Sistem
Peredaran Darah dalam Buku Teks Biologi Kelas XI di Kabupaten Ciamis, Jurnal Pendidikan
Biologi, Vol.7, No.5, h.1. 13 Ahmad Naharuddin Ramadhan, 2016, Identifikasi Miskonsepsi Sistem Saraf Manusia
dalam Buku Teks Biologi SMA di Kota Yogyakarta , Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 5 No. 6, h.1.
4
penjelasannya tidak benar, miskonsepsi tetap diteruskan. Diagram dan gambar
dalam buku teks yang kurang tepat dapat menjadi salah satu penyebab
miskonsepsi peserta didik.14 Ketidaksesuaian konsep pada buku teks dengan
istilah ilmiah atau yang diterima oleh pakar disebut miskonsepsi.15 Miskonsepsi
pada buku teks dapat terlihat secara signifikan pada konsep yang diterima oleh
peserta didik.16 Miskonsepsi pada buku teks, peserta didik atau guru menyebabkan
terhalangnya proses pemahaman materi biologi.17 Berdasarkan hal tersebut, perlu
diadakan kajian untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada materi-materi buku teks
yang belum diidentifikasi, salah satunya yaitu materi sel.
Materi pada kelas XI berdasarkan Peraturan Menteri Pendikan dan
Kebudayaan No. 24 Tahun 2016 memuat tentang sel dan transportasi, jaringan
tumbuhan, jaringan hewan, sistem gerak, sistem sirkulasi, sistem pencernaan,
sistem respirasi, sistem eksresi, sistem koordinasi, sistem reproduksi, dan sistem
imun.18 Materi-materi tersebut secara garis besar mempelajari sistem pada
makhluk hidup yang merupakan materi kompleks dengan istilah dan ragam proses
fisiologisnya. Materi sel dan transportasi disajikan pada awal bab sebelum sistem-
sistem pada makhluk hidup karena materi sel dan transportasi merupakan materi
dasar yang berkaitan dengan proses fisiologis makhluk hidup. Materi tentang sel
dipelajari pada tingkat selanjutnya, yaitu di kelas XII tentang pembelahan sel.
Oleh karena itu, perlu dilakukannya analisis mengenai miskonsepsi lebih lanjut
pada materi sel dan transportasi agar pada konsep selanjutnya miskonsepsi dapat
diminimalisir atau bahkan sudah tidak ada. Permasalahan yang telah dijabarkan
diatas membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang
berkaitan dengan “Analisis Miskonsepsi pada Buku Teks Biologi Kurikulum
2013 Kelas XI SMA pada Konsep Sel”.
14 Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, (Jakarta:
Grasindo, 2013), Cet. II, h. 44-45. 15 Ceren Tekkaya, 2002, Misconception as Barier to Understanding Biology, Journal of
Education 23, h. 259. 16 Musa Dikmenli, Osman, C., & Fulya, O., 2009, Conceptual Problem in Biology-
Related Topics in Primary Science and Technology Textbook in Turkey. International Journal of
Environtental & Science Education. Vol.4, No.4, h. 430. 17 Ceren Tekkaya, Op. Cit., h. 264. 18 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 24, Tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar (Kompetensi Dasar Kelas XI), (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2016), h. 3.
5
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Masih banyak ditemukan miskonsepsi pada buku teks pelajaran yang menjadi
sumber utama dalam proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan
timbulnya miskonsepsi pada peserta didik.
2. Konsep sel merupakan konsep dasar yang dipelajari pada kelas XI dan
menunjang materi pada tingkat selanjutnya, yaitu di kelas XII tentang
genetika dan pembelahan sel.
3. Penelitian yang berkaitan dengan analisis miskonsepsi buku teks pelajaran
pada materi sel masih sangat jarang dibanding dengan penelitian yang
berkaitan dengan komponen pendidikan lainnya.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini, meliputi:
1. Analisis jenis-jenis miskonsepsi buku teks biologi kurikulum 2013 kelas XI
SMA pada konsep sel meliputi: misidentifications, overgeneralizations,
oversimplifications, obsolete concepts and terms, dan undergeneralizations.
Jenis miskosepsi pada buku teks tersebut menurut Hershey (2005) dan
Dikmenli (2009) dalam penelitiannya tentang miskonsepsi dalam buku teks
mata pelajaran IPA dan Biologi.
2. Buku teks biologi yang dianalisis merupakan buku yang digunakan oleh SMA
Negeri yang berada di Kota Tangerang Selatan, yang dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu.
3. Buku teks yang dianalisis merupakan buku teks pelajaran biologi kelas XI
pada materi sel.
4. Analisis dilakukan terhadap teks materi dalam konsep sel pada buku teks
biologi kelas XI (KI 3).
6
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kemunculan
miskonsepsi pada buku teks biologi kurikulum 2013 kelas XI SMA pada konsep
sel?” berdasarkan rumusan masalah tersebut, diuraikan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apa saja jenis miskonsepsi yang terdapat pada buku teks biologi kurikulum
2013 kelas XI SMA pada konsep sel?
2. Bagaimana persentase miskonsepsi pada setiap buku teks biologi kurikulum
2013 kelas XI SMA pada konsep sel?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini, meliputi:
1. Menganalisis kemunculan miskonsepsi pada buku teks biologi kurikulum
2013 kelas XI SMA yang digunakan di SMA Negeri yang ada di Kota
Tangerang Selatan.
2. Mengelompokkan jenis-jenis miskonsepsi yang terdapat pada buku teks
biologi kurikulum 2013 kelas XI SMA pada konsep sel.
3. Meninjau seberapa banyak persentase miskonsepsi pada setiap buku teks
biologi kurikulum 2013 kelas XI SMA yang dianalisis dalam konsep sel dan
setiap jenis miskonsepsinya.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
a. Mencegah dan meminimalisir adanya miskonsepsi (kesalah pahaman konsep)
dan menghindari timbulnya miskonsepsi pada peserta didik.
b. Membuat peserta didik lebih cermat dalam memilih buku teks pelajaran yang
akan digunakan dalam pembelajaran.
7
2. Bagi guru
a. Menjadikan guru untuk lebih memperhatikan buku teks biologi yang akan
digunakan untuk proses belajar mengajar.
b. Menjadikan guru lebih cermat dalam merekomedasikan buku teks pelajaran
sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
c. Guru dapat berperan sebagai filter untuk kesalahan dan miskonsepsi pada
buku teks pelajaran.
3. Bagi penulis buku teks pelajaran
Mengurangi atau menghilangkan miskonsepsi pada saat menyusun buku teks
pelajaran agar mencegah adanya miskonsepsi bagi guru maupun peserta
didik.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak
yang harus ditempuh.1 Kurikulum dalam arti luas merupakan apa yang diajarkan
di sekolah dan bagaimana cara mengajarkannya.2 Kurikulum menentukan mutu
proses dan hasil pembelajaran serta mutu lulusan yang dihasilkan lembaga
pendidikan. Kurikulum pada hakikatnya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional dan dikembangkan dari butir-butir penting yang terkandung
di dalamnya.3 Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kurikulum
seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
pedoman yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.4 Jadi, kurikulum
adalah keseluruhan rencana serta pengaturan mengenai tujuan, bahan pelajaran, isi
dan cara yang dipakai sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) yang pernah berlaku pada tahun 2004. KBK (Competency Based
Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam
seluruh jenjang pendidikan, khususnya pendidikan sekolah.5 Melalui
pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, ketrampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi.6
1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) Cet. IX, h.16. 2 B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 55. 3 Ibid., h. 53-54. 4 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 66. 5 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 66. 6 Ibid., h. 65.
9
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter dan kompetensi
peserta didik. Pendidikan karakter pada kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan
seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan.7 Kurikulum 2013 berbasis kompetensi merupakan konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkap
kompetensi tertentu.8
Kurikulum merupakan acuan pokok dalam menulis buku teks pelajaran
khususnya yang memiliki kaitan dengan penentuan sasaran, tujuan, materi, dan
metode pengembangan buku teks pelajaran. Penulis buku teks pelajaran harus
memahami dan menghayati isi kurikulum. Pemahaman tersebut diperoleh dengan
cara memahami pula tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan dasar dan
menengah, standar nasional pendidikan, kerangka dasar dan struktur kurikulum.
Buku teks pelajaran merupakan penjabaran lebih lanjut dari kurikulum dan perlu
disusun dan ditulis secara sistematis dan lengkap untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran.9
2. Buku Teks
a. Pengertian Buku Teks
Buku teks adalah buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau
bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi
berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan peserta
didik, untuk diasimilasikan.10 Buku teks adalah buku acuan wajib untuk
digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang
memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan,
akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis
7 Ibid, h. 7. 8 Ibid., h. 68. 9 B. P. Sitepu, Op. Cit., h. 65-66. 10 Masnur Muslich., Op. Cit., h.50.
10
dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.11 Jadi, buku
teks merupakan buku pelajaran yang berisikan materi pada bidang studi tertentu
yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah.
b. Fungsi Buku Teks
Sebagai buku pendidikan, buku teks memiliki peran yang penting di dalam
pembelajaran, diantaranya:12
1) Dengan buku teks, program pembelajaran bisa dilaksanakan secara lebih
teratur sebab guru sebagai pelaksana pendidikan akan memperoleh pedoman
materi yang jelas.
2) Bagi peserta didik sasaran, buku teks akan berpengaruh terhadap
kepribadiannya. Dengan membaca buku teks, peserta didik akan dapat
terdorong untuk berpikir dan berbuat yang positif.
3) Bagi orang tua, buku teks dapat digunakan untuk memberikan arahan kepada
anaknya apabila yang bersangkutan kurang memahami materi yang diajarkan
di sekolah.
4) Buku teks dapat dipandang sebagai simpanan pengetahuan tentang berbagai
segi kehidupan.
5) Dipandang dari hasil belajar, buku teks mempunyai peran dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
6) Dipandang dari proses pembelajaran, buku teks dianggap sebagai salah satu
alat yang efektif untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapai dalam
pembelajaran.
Menurut Tarigan fungsi buku teks dirangkum menjadi enam, diantaranya:13
mencerminkan sebuah sudut pandang; menyediakan sebuah sumber yang teratur,
rapi, dan bertahap; menyajikan pokok masalah yang kaya dan serasi;
menyediakan aneka metode dan sarana pengajaran; menyajikan fiksasi awal bagi
tugas dan pelatihan; serta menyajikan sumber bahan untuk evaluasi dan remedial.
11 B. P. Sitepu, Op. Cit., h. 17. 12 Masnur Muclish, Op.Cit., h. 55-57. 13 Henry G. Tarigan, Djago Tarigan, Op. Cit., h. 19.
11
c. Kriteria Buku Teks yang Baik
Sepuluh kategori yang harus dipenuhi buku teks yang berkualitas. Sepuluh
kategori tersebut sebagai berikut:14
1) Buku teks haruslah menarik minat peserta didik yang mempergunakannya.
2) Buku teks haruslah mampu memberikan motivasi kepada para peserta didik
yang memakainya.
3) Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik peserta didik yang
memanfaatkannya.
4) Buku teks yang seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik
sehingga sesuai dengan kemampuan para peserta didik yang memakainya.
5) Isi buku teks haruslah berhubungan erat dengan pelajaraan-pelajaran lainnya,
lebih baik lagi, kalau dapat menunjangnya dengan terencana sehingga
semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.
6) Buku teks haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas
pribadi para peserta didik yang mempergunakannya.
7) Buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindar dari konsep-konsep
yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak membuat bingung peserta didik
yang memakainya.
8) Buku teks haruslah mempunyai sudut pandang atau point of view yang jelas
dan tegas sehingga pada akhirnya juga menjadi sudut pandang para
pemakainya yang setia.
9) Buku teks haruslah mampu memberi pemantapaan, penekanan pada nilai-nilai
anak dan orang dewasa.
10) Buku teks haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para
pemakainya.
Kriteria buku teks yang baik lainnya, yaitu sebagai berikut:15
1) Akurat (Akurasi)
Buku ajar yang baik dihasilkan dengan memperhatikan keakurasiannya.
Keakuratan antara lain dapat dilihat dari aspek: kecermatan penyajian, benar
memaparkan hasil penelitian, dan tidak salah mengutip pendapat pakar. Akurasi
14 Masnur Muslich, Op. Cit., h. 53-54. 15 Sa’dun Akbar., Op. Cit., h. 34-36.
12
dapat dilihat pula dari dan teori dengan perkembangan yang mutakhir, dan
pendekatan keilmuan yang bersangkutan.
2) Sesuai (Relevansi)
Buku ajar yang baik memiliki kesesuaian antara kompetensi yang harus
dikuasai dengan cakupan isi, kedalaman pembahasan, dan kompetensi pembaca.
Relevansi hendaknya juga menggambarkan adanya relevansi materi, tugas, contoh
penjelasan, latihan dan soal, kelengkapan uraian dan ilustrasi dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh pembaca sesuai dengan perkembangan pembacanya.
3) Komunikatif
Komunikatif yang dimaksud adalah isi buku mudah dipahami pembaca,
sistematis, jelas, dan tidak mengandung kesalahan bahasa. Komunikatif dapat
dibangun dengan menganggap penulis sedang mengajar melalui tulisan.
4) Lengkap dan Sistematis
Buku ajar yang baik menjabarkan kompetensi yang harus dikuasai pembaca,
memberikan manfaat penting dari penguasaan kompetensi bagi kehidupan
pembaca, menyajikan daftar isi dan menyajikan daftar pustaka. Uraian materi
yang sistematis, mengikuti alur pikit dari sederhana ke kompleks, dari lokal ke
global.
5) Berorientasi pada Student Centered
Pendidikan dengan kurikulum yang cenderung konstruktivis membutuhkan
buku ajar yang dapat membuat rasa ingin tahu peserta didik muncul, membangun
terjadinya interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, merangsang
peserta didik menyusun pengetahuannya sendiri, memotivasi peserta didik belajar
secara berkelompok, dan menggiatkan peserta didik mengamalkan isi bacaan.
6) Berpihak pada Ideologi Bangsa dan Negara
Untuk keperluan pendidikan di Indonesia, buku ajar yang baik adalah buku
yang harus mendukung ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa; mendukung
pertumbuhan nilai kemanusiaan; mendorong kesadaran akan kemajemukan
masyarakat; mendukung tumbuhnya rasa nasionalisme; mendorong kesadaran
hukum, dan mendukung cara berpikir logis.
13
7) Buku ajar harus ditulis menggunakan ejaan, istilah, serta struktur kalimat
yang tepat
8) Buku ajar yang aspek keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat
dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca.
Kualitas buku teks yang harus dipenuhi oleh penulis buku untuk
mempersiapkan buku teks yang baik dan sesuai. Kriteria kualitas umum yang
harus dimiliki buku teks ilmu pengetahuan dan materi pendidikan lainnya menurut
Devetak dan Vogrinc yaitu, sebagai berikut:16
1) Struktur yang jelas dan nyata
Peserta didik dapat dengan mudah mengetahui diri mereka dalam buku teks;
dalam hal ini judul dan kegunaan dari buku teks tertulis dengan jelas (misalnya
program studi, mata pelajaran dan kompetensi tercakup dalam materi); buku teks
harus memiliki daftar isi; tujuan dari unit pembelajaran individual dalam buku
teks ditandai; isi dari buku teks disusun secara logis yang meliputi pengembangan
konsep mata pelajaran; sebagai sebuah kesimpulan atau ringkasan dari unit
pembelarajan tertentu dalam buku teks, beberapa kegiatan untuk meringkas
konten dari unit tersebut harus diberikan; dan referensi yang digunakan oleh
penulis harus terdaftar secara konsisten.
2) Bimbingan teknis dipertimbangkan
Sampul dan tanda penerbit terdiri dari semua komponen yang diperlukan,
pedoman teknis untuk desain buku teks juga diperhitungkan dan hak cipta perlu
diatur.
3) Konten yang konsisten dengan tujuan pembelajaran yang obyektif
Setiap bab dalam buku teks menjelaskan tujuan pembelajaran operasional
secara jelas yang ditampilkan dalam kurikulum nasional untuk subyek ilmu
tertentu. Menjelaskan bahwa peserta didik harus mengembangkan kompetensi
menggunakan bab pada buku teks tertentu.
4) Konten didasari oleh tujuan pembelajaran
Konten buku teks diperoleh dari tujuan pembelajaran yang dinyatakan dalam
kurikulum nasional untuk subyek ilmu pengetahuan tertentu, tetapi tidak diperoleh
16 Devetak, I. & Vogrinc, J, The Criteria for Evaluating the Quality of the Science
Textbooks. Critical Analysis of Science Textbooks: Evaluating instructional effectiveness, h. 10-
11.
14
dari struktur dari bahan pembelajaran. Buku teks membantu dalam mencapai
tujuan pembelajaran dan menjadikan peserta didik dapat mencapai kompetensi,
baik dalam subyek umum maupun ilmu pengetahuan tertentu.
5) Buku teks memperluas sebuah koherensi bahan pembelajaran dalam kerangka
kerja dari program pendidikan tertentu
Buku teks mencakup area subyek/mata pelajaran yang lengkap dan
komprehensif, meliputi istilah yang beraturan, konten yang berkaitan antara satu
dengan yang lainnya dan menambahkan beberapa link untuk sumber tambahan
dan kegiatan.
6) Pendekatan induktif digunakan
Konten buku teks harus dikembangkan dari umum ke khusus. Bab khusus
dimulai dari masalah praktis yang tepat secara teoritis dan melampirkan
pengetahuan umum. Pengetahuan teoritis berhubungan dengan aplikasi praktis
yang memberikan makna dan memastikan kegunaannya.
7) Isinya benar
Isi dari sebuah buku teks harus benar sesuai dengan ilmu yang sebenarnya
dari bidang ilmu spesifik. Hal ini harus di tinjau oleh dua orang peninjau, dan
salah seorang dari mereka harus bergelar Ph.D. dari bidang ilmu yang dituju.
Buku teks ilmu pengetahuan biasanya meliputi konsep yang paling penting, fakta,
prinsip dan aturan, hukum dan metode, prosedur dan alat-alat yang telah terbukti
dan memiliki nilai lebih. Detail yang lebih rinci, sekaligus mengandung banyak
informasi baru, pengetahuan dan konten ilmu pengetahuan terkini dan belum
terbukti yang berubah dengan cepat seharusnya tidak menjadi bagian dari buku
teks. Buku teks harus mengarahkan peserta didik ke referensi yang sesuai saat ini
dan seharusnya mampu mendorong mereka untuk mampu menemukan informasi
tambahan dengan sendirinya.
8) Isinya cukup memadai
Isi dari sebuah buku harus diadaptasi dari kebutuhan peserta didik. Isinya
harus disesuaikan dengan kesukaran dan level dari tingkat pendidikan. Materi
pembelajaran harus memungkinkan individualisasi dan harus sesuai dengan
berbagai macam gaya belajar peserta didik.
15
9) Saran untuk integrasi lintas kurikulum
Isi dari buku teks harus memungkinkan jalur lintas kurikulum, serta termasuk
dimana dan kapan isi tersebut masuk akal dan mampu membawa kualitas
tambahan kedalam materi.
Penulis buku teks pelajaran perlu mengacu secara ketat dalam
mengembangkan isi buku teks pelajaran. Terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
Kebenaran, kemutakhiran, dan ketepatan informasi yang disampaikan berdasarkan
disiplin ilmu yang bersangkutan. Kedalaman dan keluasan bahan pembelajaran
juga harus dikaitkan dengan kemampuan yang perlu dicapai peserta didik.
Kesesuaian metode pembelajaran perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran, serta bahasa yang dipergunakan sesuai dengan kemampuan
berbahasa peserta didik.17
4. Kedudukan Buku Teks dalam Proses Pembelajaran
Belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk mengubah perilaku
melalui interaksi dengan sumber belajar. Dalam teknologi pendididikan, sumber
belajar adalah segala sesuatu yang mengandung informasi dan dapat dijadikan
sebagai bahan belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat,
prosedur/metode/teknik dan lingkungan atau latar.18 Bahan ajar terdiri atas segala
media yang mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk
belajar termasuk salah satunya adalah buku teks pelajaran. Menurut Masnur
Muslich, dalam dunia pendidikan buku merupakan bagian dari kelangsungan
pendidikan. Dengan buku, pelaksanaaan pendidikan dapat lebih lancar. Guru
dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien lewat sarana
buku. Peserta didik pun dalam mengikuti kegiatan belajar dengan maksimal
dengan sarana buku.19
Dilihat dari kepentingan peserta didik, buku disebut sebagai bahan belajar,
sedangkan dilihat kepentingan guru, buku digunakan sebagai salah satu bahan
untuk membelajarkan peserta didik. Sehingga menurut B.P. Sitepu, dalam
17 B.P. Sitepu, Op. Cit., h. 21-22. 18 Ibid., h. 18-19. 19 Masnur Muslich, Op. Cit., h. 23.
16
berbagai model desain pembelajaran, buku merupakan komponen sumber belajar
atau bahan belajar dan membelajarkan.20 Jadi, buku pelajaran memiliki peran
penting dalam sistem pendidikan nasional. Buku merupakan salah satu komponen
dalam proses kegiatan belajar mengajar dan merupakan sumber ilmu pengetahuan.
Dimana dengan ilmu manusia dapat mengungkap, mengatasi, menyelesaikan dan
menjawab persoalan yang dihadapi dalam kehidupan.
5. Buku dalam Pendidikan
Buku-buku yang ditulis hendaknya diarahkan pada peningkatan wawasan dan
perkembangan sikap yang positif, IPTEK, sosial, dan IMTAK. Buku-buku yang
ditulis hendaknya diproduksi secara proporsional dan memadai. Buku-buku yang
dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi tujuh jenis,
yaitu:21
1) Buku acuan, yaitu buku yang berisi informasi dasar tentang bidang atau hal
tertentu. Informasi dasar atau pokok ini bisa dipakai sebagai acuan atau
referensi oleh guru untuk memahami sebuah masalah teoritis.
2) Buku pegangan, yaitu buku berisi uraian rinci dan teknis tentang bidang
tertentu. Buku ini dipakai sebagai pegangan guru untuk memecahkan,
mengalisis, dan menyikapi pemasalahan yang akan diajarkan kepada peserta
didik.
3) Buku teks atau buku pelajaran, yaitu buku yang berisi uraian tentang materi
pelajaran tertentu. Buku ini dipakai sebagai sarana belajar dalam kegiatan
pembelajaran disekolah.
4) Buku latihan, yaitu buku yang berisi bahan-bahan latihan untuk memperoleh
kemampuan dan keterampilan tertentu. Buku ini dipakai oleh peserta didik
secara periodik agar yang bersangkutan memiliki kemahiran dalam bidang
tertentu.
5) Buku kerja atau buku kegiatan, yaitu buku yang difungsikan peserta didik
untuk menuliskan hasil pekerjaan atau hasil tugas yang diberikan guru.
Tugas-tugas ini ditulis di buku kerja tersebut atau secara lepas.
20 B. P Sitepu, Op. Cit., h. 19. 21 Masnur Muslich, Op. Cit., h. 24-25.
17
6) Buku bacaan, yaitu buku yang memuat kumpulan bacaan, informasi, atau
uraian yang dapat memperluas pengetahuan peserta didik tentang bidang
tertentu. Buku ini dapat menunjang bidang studi tertentu dalam memberikan
wawasan kepada peserta didik.
f. Buku Teks Kurikulum 2013
Kriteria buku yang digunakan dalam kurikulum 2013 diantaranya berbasis
kegiatan (Activity Based Lerning), buku tingkat Sekolah Dasar (SD) ditulis secara
terpadu (Tematik Terpadu), buku ditulis mengacu kepada (KI dan KD), dan
terdapat dua jenis buku, yaitu buku peserta didik dan buku guru. Buku peserta
didik lebih ditekankan pada activity based dan setiap buku memuat model
pembelajaran dan project yang akan dilakukan oleh peserta didik. Buku guru
memuat panduan bagi guru dalam mengajarkan materi kepada peserta didik.22
3. Miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang
diterima secara umum dan yang terbukti benar tentang suatu fenomena atau
peristiwa.23 Miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu
pernyataan yang tidak dapat diterima. Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk
pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian
yang diterima para pakar dalam bidang itu.24 Miskonsepsi adalah ide atau
pandangan yang salah tentang suatu konsep yang dimiliki seseorang yang berbeda
dengan konsep yang disetujui dan dianggap benar oleh para ahli, biasanya
pandangan yang berbeda (salah) ini bersifat resisten dan persisten. Pandangan ini
sulit diubah. Konsep yang disepakati dianggap benar oleh para ahli disebut
dengan konsep ilmiah.25 Hal yang menjadi masalah besar dalam pendidikan sains
adalah dalam konstruksi konsepsi ilmiah, miskonsepsi ini ditemukan sebagai
22 Esti Ismawati, Op. Cit., h. 256. 23 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Membantu Peserta didik Tumbuh dan
Berkembang, Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 338. 24 Paul Suparno, Op. Cit., h. 4. 25 Muslimin Ibrahim, Seri Pembelajaran Inovatif Konsep, Miskonsepsi dan Cara
Pembelajarannya, (Surabaya: Unesa University Press, 2012), h.13.
18
penghambat sehingga perlu diusahakan untuk mengubahnya.26 Berdasarkan
berbagai definisi yang telah dipaparkan, miskonsepsi dapat diartikan sebagai
sesuatu yang dibangun peserta didik secara salah dan berbeda dari konsep yang
dikemukakan oleh para ahli atau konsep yang diterima secara imiah.
b. Sumber Miskonsepsi
Miskonsepsi peserta didik memiliki beragam sumber, miskonsepsi yang
dialami peserta didik dapat terjadi baik dalam proses pembelajaran di sekolah atau
pun di luar sekolah. Faktor-faktor yang menjadi sumber miskonsepsi adalah
sebagai berikut:27
1) Miskonsepsi muncul dari niat baik peserta didik itu sendiri untuk memahami
apa yang mereka lihat. Peserta didik terkadang menarik kesimpulan yang
salah dengan mendasarkannya hanya pada bagaimana kelihatannya sesuatu.
2) Miskonsepsi juga bisa berasal dari masyarakat dan budaya. Terkadang
ungkapan-ungkapan yang umum dalam bahasa salah mempresentasikan
hakikat yang sesungguhnya dari peristiwa-peristiwa fisik. Misalnya, ketika
kita membicarakan tentang matahari terbit dan tenggelam yaitu, bergerak
dengan cara tertentu anak-anak bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa
matahari berputar mengelilingi bumi, alih-alih sebaliknya.
3) Cerita dongeng dan acara-acara kartun di televisi bisa salah
mempresentasikan hukum fisika. Bayangkan orang-orang berandalan di
kartun yang terlepas dari jurang terjal dan tetap tergantung di udara sampai
mereka menyadari tidak ada sesuatu pun yang menyangga mereka.
4) Miskonsepsi peserta didik juga bisa didapatkan dari gagasan yang keliru dari
orang lain, termasuk guru dan pengarang buku pelajaran.
c. Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi timbul akibat kesalahan pemahaman seseorang akan suatu
konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak kesalahan dalam
26 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011) h. 153. 27 Jeanne Ellis Ormrod, Op. Cit., h. 339.
19
konsep yang dimiliki oleh peserta didik, guru, maupun yang tertulis di dalam buku
pegangan guru. Kesalahan konsep tersebut dapat terjadi karena:28
1) Penguasaan konsep oleh peserta didik yang belum lengkap, sederhana, dan
berbeda. Peserta didik sendiri dapat menjadi sumber terjadinya miskonsepsi
karena beberapa hal, misalnya keterbatasan informasi yang menyebabkan
konsep awal (prakonsepsi) yang berbeda dengan konsep yang benar. Peserta
didik sering berpikir dan mengasosiasikan konsep yang sedang dipikirkannya
dengan sesuatu yang lain yang akan menyebabkan terjadinya kesalahan
konsep.
2) Karena peserta didik memiliki ketidakmampuan membedakan atribut (ciri
penentu) dari sejumlah ciri umum yang dimiliki oleh sebuah konsep. Hal ini
dapat terjadi karena peserta didik lebih memusatkan perhatiannya pada atribut
umum, yang seringkali lebih menonjol dan mudah diamati daripada atribut
penentu (esensial) yang memerlukan pengamatan lebih teliti.
3) Miskonsepsi terjadi karena sisiwa tidak menguasai konsep prasyarat dari
suatu konsep tertentu.
4) Jumlah atribut yang relevan dan tidak relevan, yang digunakan ketika
mengajarkan konsep juga mempengaruhi tingkat kesulitan memperoleh dan
memahami suatu konsep.
5) Istilah sehari-hari yang dijumpai pertama kali oleh peserta didik di dalam
bahasa Ibunya, juga dapat mempengaruhi kesalahan konsep.
6) Beberapa sumber belajar yang digunakan oleh peserta didik untuk belajar
konsep juga memiliki kontribusi dalam menyebabkan miskonsepsi pada
peserta didik. Salah satu sumber belajar yang dapat mengalami miskonsepsi
adalah buku pelajaran. Buku pelajaran yang memuat uraian materi yang salah
dapat menyebabkan miskonsepsi. Buku dapat menjadi sumber kesalahan
konsep bagi pembaca. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena pengertian
yang dikutip dalam buku tersebut memang salah, penulis tidak menyadari
bahwa penjelasan suatu konsep tersebut keliru. Terjadi kekeliruan dalam
penulisan juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Kesalahan terjadi ketika
proses pencetakan atau pengetikan, terdapat perubahan konsep naskah buku
28 Muslimin Ibrahim, Op. Cit., h. 14-16.
20
ke naskah final, atau bahasa yang digunakan oleh buku terlalu tinggi sehingga
dapat menimbulkan miskonsepsi pada pembaca mungkin karena
misinterpretasi.
7) Latar belakang lingkungan peserta didik seperti: budaya, bahasa yang
digunakan, teman, media komunikasi dalam masyarakat (radio, televisi, film)
yang menyampaikan informasi yang tidak tepat, penjelasan yang diterima
dari lingkungan yang tidak sama.
Para peneliti miskonsepsi menemukan bebagai hal yang menjadi penyebab
miskonsepsi pada peserta didik. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi pada
peserta didik dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: peserta didik, guru,
buku teks, konteks, dan metode mengajar. Secara skematis penyebab miskonsepsi
dapat dilihat dalam tabel berikut:29
Tabel 2.1 Penyebab Miskonsepsi Peserta didik
Sebab Utama Sebab Khusus
Peserta didik
1. Prakonsepsi
2. Pemikiran asosiatif
3. Pemikiran humanistik
4. Reasoning yang tidak lengkap/salah
5. Intuisi yang salah
6. Tahap perkembangan kognitif peserta
didik
7. Kemampuan peserta didik
8. Minat belajar peserta didik
Guru/Pengajar
1. Tidak menguasai bahan
2. Bukan lulusan dari bidang ilmu yang
diembannya
3. Tidak memberikan peserta didik
mengungkap gagasan/ide
4. Relasi guru-peserta didik tidak baik
Buku Teks
1. Penjelasan keliru
2. Salah tulis, terutama dalam rumus
3. Tingkat kesulitan penulis buku terlalu
tinggi bagi peserta didik
4. Peserta didik tidak tahu membaca buku
teks
29 Paul Suparno, Op. Cit, h. 53.
21
Sebab Utama Sebab Khusus
5. Buku fiksi sains kadang-kadang
konsepnya menyimpang demi menarik
pembaca
6. Kartun sering memuat miskonsepsi
Konteks
1. Pengalaman peserta didik
2. Bahasa sehari-hari berbeda
3. Teman diskusi yang salah
4. Keyakinan dan agama
5. Penjelasan orang tua/orang lain yang
keliru
6. Konteks hidup peserta didik (TV, radio,
film yang keliru)
7. Perasaan senang/tidak senang,
bebas/tertekan
Cara Mengajar
1. Hanya berisi ceramah dan menulis
2. Langsung ke dalam bentuk matematika
3. Tidak mengungkap miskonsepsi peserta
didik
4. Tidak mengkoreksi PR yang salah
5. Model analogi
6. Model praktikum
7. Model diskusi
8. Model demonstrasi yang sempit
9. Non-multiple imtelligences
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat ahli penyebab miskonsepsi salah satunya
dapat berasal dari buku teks pelajaran yang mana buku teks tersebut juga
merupakan sumber belajar bagi peserta didik.
d. Jenis-Jenis Mikonsepsi Buku Teks
Hershey menyatakan bahwa jenis-jenis miskonsepsi yang sering ditemukan
dalam buku teks pelajaran dikategorikan dalam lima kategori. Kategori tersebut
adalah misidentifications, overgeneralizations, oversimplifications, obsolete
concepts and terms, dan under generalizations.30
30 Hershey, D. R., 2005, “Avoid Misconceptions when teaching about plants”,
www.actionbiology.org/education/hershey.html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.1.
22
1) Misidentifications
Misidentifications merupakan keadaan konsep yang diutarakan salah
penafsiran atau salah pemahaman.31
a) Contoh miskonsepsi yang tergolong ke dalam misidentifications:32 “Makhluk
hidup memiliki organ pernapasan yang berkembang (menjadi lebih
baik/kompleks)”.
Pembahasan dari miskonsepsi yang tergolong kedalam misidentifications:
Tidak semua makhluk hidup memiliki organ pernapasan yang berkembang.
Misalnya: pertukaran gas yang terjadi di membran sel dengan cara difusi yang
terjadi pada makhluk hidup Protista, Porifera, dan Coelenterata. Selain itu
protista memiliki sistem pernapasan anaerobik, organ-organ pernapasan
protista juga tidak berkembang.
b) Contoh lainnya adalah: “Perkecambahan biji dan pertumbuhan tanaman
adalah contoh dari fertilisasi”.
Pembahasan dari miskonsepsi yang tergolong misidenfications:
Perkecambahan merupakan tahapan dalam siklus hidup tanaman berbiji.
Perkecambahan bukan contoh atau mekanisme dari pembuahan (fertilisasi).
2) Overgeneralizations
Overgeneralizations merupakan keaadan konsep yang diutarakan terlalu luas
yang dampaknya tidak memperhatikan batasan dalam penggunaannya.33 Contoh
miskonsepsi yang tergolong overgeneralizations:34 “Semua makhluk hidup
membutuhkan udara, air, nutrisi dan tempat tinggal”.
Pembahasan dari miskonsepsi yang tergolong overgeneralizations: Respirasi
anaerobik tidak membutuhkan udara, yaitu oksigen. Selain itu, makhluk
hidup berfotosintesis menghasilkan nutrisi mereka sendiri.
a) Contoh lainnya adalah: “Tiga struktur utama yang diamati dalam semua sel
termasuk sitoplasma, inti sel (nucleus) dan membran sel terlepas dari bentuk
dan perbedaannya.” Pembahasan dari miskonsepsi yang tergolong
overgeneralizations: Ungkapan ini mungkin dianggap tepat untuk sel
31 Ibid., h.3. 32 Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, Op. Cit., h. 432. 33 Hershey, D. R., Op. Cit., h. 3. 34 Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, Op. Cit., h.433-434.
23
eukariotik terlepas dari adanya beberapa pengecualian. Namun, sel-sel
prokariotik tidak memiliki nukleus.
3) Oversimplifications
Oversimplifications merupakan keadaan konsep yang diutarakan terlalu
menyederhanakan, sehingga konsep esensial tidak disampaikan secara utuh.35
a) Contoh miskonsepsi yang tergolong oversimplifications:36 “Terdapat
kloroplas dalam sel-sel di segmen warna hijau pada tanaman. Gula Sederhana
(glukosa) dan oksigen disediakan engan menggunakan air dalam tanah dan
karbondioksida di udara dalam organel-organel. Peristiwa ini disebut sebagai
fotosintesis”.
Karbondioksida + air klorofil Glukosa + Oksigen
Pembahasan dari miskonsepsi yang tergolong oversimplifications: Hal ini
terlihat bahwa aktivitas fotosintesis disajikan dengan menyederhanakan
persamaan. Hershey menyatakan bahwa jenis seperti penyederhanaan dibuat
dalam teks-teks dalam buku mungkin menyebabkan konsep alternatif pada
peserta didik. Pada persamaan fotosintesis yang diberikan disini, gula
sederhana (glukosa) diindikasikan sebagai produk utama fotosintesis.
Namun, glukosa bukan produk utama fotosintesis. Hampir tidak ada
glukosa bebas yang dihasilkan dalam fotosintesis. Produk yang paling umum
dihasilkan dalam fotosintesis adalah pati dan sukrosa. Selain itu, panah
gambar tunggal dalam persamaan fotosintesis salah menyiratkan fotosintesis
yang terjadi pada satu tahap tunggal. Panah ganda harus digunakan di sini.
Contoh miskonsepsi lain yang tergolong ke dalam kategori
oversimplifications diantaranya:37
a) Konsep pada buku A halaman 265 menyatakan bahwa “Peristaltik merupakan
gelombang kontraksi otot polos involunter (tak sadar) yang menggerakkan
makanan sehingga tertelan dan masuk ke dalam saluran pencernaan”. Perlu
dimengerti bahwa peristaltik merupakan gelombang-gelombang kontraksi dan
relaksasi yang silih berganti di dalam otot-otot polos, mendorong makanan
35 Hershey, D. R., 2004, “Avoid Misconceptions when teaching about plants”,
www.actionbiology.org/education/hershey.html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.1-2. 36 Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, Op. Cit., h.434-435. 37 Failasuf Aulia, Op. Cit., h. 7.
24
masuk ke dalam saluran pencernaan. Gerakan peristaltik nampak bergantian
dengan gerakan relaksasi, sehingga gerakan berbentuk cincin dan gelembung.
b) Konsep pada buku B halaman 142 menyatakan bahwa saluran pencernaan
terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar (kolon),
rektum, dan anus. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, faring, esofagus,
lambung, usus halus (duodenum, jejenum, ileum), usus besar (sekum,
apendiks, kolon), rektum, dan anus. Konsep yang dituturkan pada buku teks
SMA tidak menyebutkan faring.
c) Konsep pada buku teks B halaman 145 menyatakan bahwa “maltase
mencerna maltosa menjadi glukosa”. Fungsi enzim tersebut adalah
menghidrolisis maltosa menjadi dua molekul glukosa, tidak hanya satu
molekul saja.
4) Obsolete Concepts and Terms
Obsolete concepts and terms yaitu penggunaan suatu hal, identitas, eksistensi,
atau konsep tertentu akan tetapi dianggap sudah tidak tepat lagi penggunaannya
karena sudah tidak berlaku atau usang.38
a) Contoh miskonsepsi yang tergolong Obsolete concepts and terms:39
“Paramaecium adalah nama hewan yang berbentuk sandal dan Euglena
adalah nama hewan yang memiliki cambuk”.
Pembahasan dari miskonsepsi yang tergolong Obsolete concepts and terms:
Menyatakan bahwa jenis penamaan seperti ini menyebabkan konsep alternatif
pada peserta didik karena terdapat tumpang tindih dengan bahasa ilmiah.
b) Contoh lain:40 Konsep lidah yang ditemukan pada buku yang membagi lidah
menjadi empat bagian untuk merasakan rasa. Bagian belakang lidah
merasakan pahit, bagian ujung lidah merasakan manis, bagian tepi belakang
merasakan asin, dan bagian tepi depan merasakan asam. Konsep lidah yang
terbagi dalam beberapa bagian hanyalah terkait dengan persepsi yang jika
diulang tidak sama. Hal tersebut berkenaan dengan persebaran papila
lingualis pada lidah. Rasa berkaitan dengan puting pengecapan pada papila.
38 Hershey, D. R., 2005, “Avoid Misconceptions when teaching about plants”,
www.actionbiology.org/education/hershey.html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h. 3. 39 Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, Op. Cit., h.435. 40 Failasuf Aulia N., Op. Cit., h. 6.
25
Ada empat jenis papila lingualis, yaitu papila filiformis, papila fungiformis,
papila sirkumvalata, dan papila. Papila filiformis tersebar banyak di seluruh
permukaan lidah. Epitelnya tidak memiliki puting kecap, seringnya memiliki
epitel bertanduk. Papila fungiformis mengandung puting kecap yang tersebar
pada permukaan atas secara tidak teratur di sela-sela papila filiformis yang
banyak jumlahnya. Papila foliata tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang
padat, berada di sepanjang pinggir lateral belakang lidah yang mengandung
puting kecap. Papila cirkumvalata hanya berjumlah 6 hingga 14 buah yang
terdapat di bagian posterior lidah. Papila-nya mengandung kuncup kecap dan
banyak dialiri kelenjar mukosa dan kelenjar serosa von ebner di sekeliling
papila.
5) Undergeneralizations
Undergeneralizations merupakan keadaan konsep yang diutarakan tidak
dapat dipakai secara luas atau dipersempit.41
a) Contoh miskonsepsi yang tergolong undergeneralizations:42 “Tahukah kamu
warna hijau kloroplas hanya terdapat pada tumbuhan hijau?”.
Pembahasan dari miskonsepsi yang tergolong undergeneraliztions: Kloroplas
tidak hanya ada pada tumbuhan hijau tetapi juga pada fotosintesis protista
dalm struktur eukariotiknya. Misalnya Euglena berfotosintesis dengan
kloroplas.
b) Contoh lainnya yang tergolong undergeneralizations:43 Konsep pada buku A
halaman 269 baris ke 5 menyatakan bahwa “Asam lambung mematikan
bakteri-bakteri dalam makanan”. Kenyataannya, asam lambung (HCl) bisa
membunuh mikroorganisme (jamur, bakteri, virus). Kerja asam lambung
dibantu dengan lisozim untuk melaksanakan fagositosis mikroorganisme.
c) Contoh lainnya: Konsep pada buku A halaman 275 baris ke 12 menyatakan
bahwa “gastroenteritis (flu perut) merupakan peradangan pada saluran
pencernaan lambung dan usus halus yang mengakibatkan kombinasi diare,
41 Hershey, D. R., Op. Cit, h. 1. 42 Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, Op. Cit., h.435. 43 Failasuf Aulia, Op. Cit., h. 6.
26
muntah, dan kejang perut”. Gastroenteritis tidak hanya peradangan pada usus
halus dan lambung, melainkan juga terjadi pada usus besar.
e. Kiat Mengatasi Miskonsepsi Buku Teks
Beberapa miskonsepsi berasal dari buku yang digunakan peserta didik. Untuk
itulah sangat penting bahwa buku teks dibuat dengan benar dan secara konseptual
juga benar. Kesalahan yang tertulis dalam buku teks akan mudah dicerna peserta
didik dan dengan demikian mereka memperoleh miskonsepsi. Buku teks harus
dilihat secara teliti oleh pakar pendidikan.44
Guru sains harus memilih buku yang memiliki jumlah paling sedikit dalam
miskonsepsi dan konsep alternatif, setelah itu buku-buku diidentifikasi dengan
benar-benar membaca isi buku tersebut, guru juga dapat berkonsultsi dengan para
ahli dibidangnya. Guru harus sering membahas miskonsepsi tersebut, guru juga
dapat menginformasikan kepada penerbit buku tersebut. Keterampilan guru
tersebut dapat menjadi filter untuk miskonsepsi alternatif pada peserta didik.45
Guru harus membantu peserta didik mengembangkan kemampuan dasar
komunikasi visual, khususnya kritis dalam mengevaluasi bentuk dan isi
komunikasi visual. Guru harus memberi ilustrasi yang benar dan memahami
konsep yang akan diajarkan, karena peserta didik banyak mengalami miskonsepsi
akibat kurangnya pengalaman tentang konsep pada kehidupan sehari-hari.
Ilustrator juga harus memberi informasi yang lengkap dan benar agar peserta
didik lebih mudah untuk memahami seperti dalam menginterpretasikan warna
pada gambar. Respresentasi visual bisa dijadikan alat untuk membantu dalam
pemahaman proses pembelajaran.46
4. Konsep Sel
Kompetensi dasar yang memuat materi sel berbunyi, 3.1 Menjelaskan
komponen kimiawi penyusun sel, struktur, fungsi, dan proses yang berlangsung
44 Paul Suparno., Op.cit, h. 70-71. 45 Isaac Olakanmi Abimbola, Salihu Baba, 1996, Misconceptions & Alternative
Conceptions in Science Textbooks: The Role of Teachers as Fitlter, The American Biology
Teacher, Vol. 58, No.1, h. 18-19. 46 Michelle Cook, 2008, Student’s Comprehension of Science Concepts Depicted in
Textbook Illustrations, Electronic Journal of Science Education, Vol. 12, No.1, h.12.
27
dalam sel sebagai unit terkecil kehidupan, 4.1 Menyajikan hasil pengamatan
mikroskopik struktur sel hewan dan sel tumbuhan sebagai unit terkecil kehidupan,
3.2 Menganalisis berbagai bioproses dalam sel yang meliputi mekanisme transpor
membran, reproduksi, dan sistesis protein, 4.2 Membuat model tentang bioproses
yang terjadi dalam sel berdasarkan studi literature dan percobaan.47 Berdasarkan
kompetensi dasar tersebut maka akan diuraikan materi mengenai konsep sel.
a. Sel Sebagai Unit Struktural Kehidupan
Sel merupakan kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup. Sel
merupakan mikroskosmos yang mendemonstrasikan kehidupan pada tingkat
seluler dan korelasi antara struktur dan fungsinya. Masing-masing selnya
mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa
sel merupakan unit dasar struktural dan fungsional dari kehidupan. Sel terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu selaput plasma atau membran sel, sitoplasma, dan
organel-organel sel.48
b. Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik
Secara umum, ada dua tipe sel berdasarkan ada tidaknya struktur selaput inti
dan membran internal lainnya. Tipe tersebut yakni sel prokariotik dan sel
eukariotik. Perbedaan utama dari keduanya adalah sel prokariotik tidak
mempunyai selaput nukleus. Meskipun demikian, keduanya mempunyai materi
genetik, membran sel, dan ribosom. Materi genetik pada organisme prokariotik
(dikarenakan selnya tidak berselaput inti) tersebar di sitoplasma dengan DNA
berbentuk sirkuler (melingkar) Contohnya, bakteri seperti Eschericia coli dan
Cyanophyta.49
Sel Eukariotik merupakan sel yang kompartemen di dalamnya dilapisi oleh
membran. Hal yang paling penting adalah adanya DNA di dalam nukleus.
Eukariot terdiri atas fungi, hewan dan tumbuhan, dan beberapa organisme
uniseluler lainnya. Sel-sel eukariotik berukuran 10 kali lebih besar dari sel
prokariotik dan volumenya dapat 1.000 kali lipatnya.50
47 Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Kelas XI, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2016) h. 3. 48 Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 102. 49 Lucia M. Santoso, Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta: Salemba Teknika,
2016), h. 4. 50 Ibid., h. 5.
28
c. Organel-Organel pada Sel
Organel-organel yang terdapat pada sel terdiri dari nukleus, ribosom,
retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, vakuola, mitokondria, kloroplas.51
Terdapat pula sitoskleton yang merupakan jaring-jaring serat yang
mengorganisasi struktur dan aktivitas dalam sel. Sitoskeleton memiliki peran
sebagai penyokong, motilitas, dan regulasi. Komponen penyusun sitoskeleton
diantaranya mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermediat.52 Sel juga
memiliki membran sel atau membran plasma. Membran plasma menunjukkan
permeabilitas selektif yang berarti memungkinkan beberapa zat untuk menembus
membran tersebut secara lebih mudah daripada zat-zat yang lain.53
d. Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Organel-organel yang dimiliki sel hewan namun tidak dimiliki sel tumbuhan
diantaranya: lisosom, sentriol, flagela (namun ada pada beberapa jenis sperma
tumbuhan). Sedangkan, organel-organel yang dimiliki sel tumbuhan namun tidak
dimiliki sel hewan diantaranya: kloroplas, vakuola sentral, dinding sel,
plasmodesmata.54
e. Transportasi Sel
Berdasarkan materi yang ditransporkan, transpor materi melalui membran
secara umum dibedakan menjadi transpor materi berukuran kecil dan ion-ion,
serta transpor materi berukuran besar. Transpor materi berukuran kecil dan ion-
ion, dibedakan menjadi tiga cara yaitu difusi sederhana, difusi terfasilitasi, dan
transpor aktif. Transpor materi berukuran besar meliputi endositosis dan
eksositosis.55
f. Reproduksi Sel
Salah satu karakteristik dasar makhluk hidup adalah kemampuannya untuk
bereproduksi. Sel sebagai unit struktural terkecil makhluk hidup memiliki
kemampuan untuk menduplikasi dirinya. Sel eukariotik memperlihatkan urutan
tahapan saat menduplikasi kandungan selnya dan membelah yang disebut siklus
sel. Ada empat fase dalam satu siklus sel eukariotik, yaitu Fase G1 (Gap phase 1),
51 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h. 108-120. 52 Ibid., h. 120-121. 53 Ibid., h. 135. 54 Ibid., h. 109-110. 55 Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 69-70.
29
Fase S (Synthesis/sintesis/duplikasi/replikasi DNA), Fase G2 (Gap phase 2) dan
Fase M (Mitosis).56
g. Sintesis Protein
Sintesis protein merupakan proses pembentukan protein. Dua tahap utama
dalam pembentukan/sintesis protein adalah transkripsi dan translasi. Transkripsi
adalah sintesis RNA dibawah arahan DNA. Sedangkan, translasi adalah sintesis
polipeptida, yang terjadi dibawah arahan mRNA. Tempat terjadinya translasi
adalah ribosom yang merupakan partikel-partikel kompleks yang memfasilitasi
perangkaian asam amino menjadi polipeptida.57
5. Miskonsepsi Pada Konsep Sel
IPA dibangun dari konsep-konsep. Penjelasan yang benar di dalam IPA harus
dibangun pula dari konsep yang benar. Kesalahan tersebut beragam dan dapat
terjadi pada definisi konsep dan contoh konsep. Berikut ini diberikan beberapa
contoh kesalahan konsep dalam IPA khususnya biologi.58 Contoh kesalahan pada
konsep sel diantaranya: 59
a. “Osmosis adalah proses perpindahan molekul zat dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi”. Osmosis termasuk transpor pasif yang tidak memerlukan
energi kecuali sedikit energi dari van der Walls, dengan demikian mustahil
arah pengangkutannya dari konsentrasi rendah ke tinggi. Untuk menentukan
konsentrasi apakah pekat atau encer, adalah dengan mendasarkan pada zat
yang berpindah yang dijadikan pertimbangan. Pada peristiwa osmosis zat
yang berpindah adalah air, jadi perpindahan air dari konsentrasi air yang
tinggi ke konsentrasi air yang rendah. Kekeliruan konsep ini adalah karena
orang melihat konsentrasi di sini adalah konsentrasi larutannya.
b. “Perbedaan antara osmosis dan difusi adalah pada ada tidaknya membran
semipermeable yang dilewati oleh zat yang berpindah”. Sebenarnya proses
osmosis juga merupakan peristiwa difusi, yaitu difusi air (zat pelarut). Jadi
perbedaan difusi dan osmosis hanya terletak pada zat mana yang pindah. Pada
56 Lucia M. Santoso, Didi Jaya Santri, Op. Cit., h. 213. 57 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h. 355. 58 Muslimin Ibrahim, Op. Cit., h.20. 59 Ibid., h. 22-23.
30
osmosis zat yang berpindah adalah zat pelarut, sementara pada peristiwa
difusi zat yang berpindah adalah zat terlatur.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian buku ajar yang berjudul “Analisis Miskonsepsi Buku Teks
Pelajaran Biologi Kelas XI Semester I SMAN di Kota Banda Aceh” oleh
Abdullah, Safrida dan Nurul Fajrina dalam penelitian ini menggunakan buku
terbitan tahun 2013. Buku terbitan tahun 2013 dianalisis karena merupakan buku
terbitan terbaru yang paling banyak digunakan peserta didik SMA Negeri di Kota
Banda Aceh. Hasil miskonsepsi yang paling tinggi terdapat pada buku teks
pelajaran biologi yang digunakan peserta didik. Miskonsepsi yang paling tinggi
terdapat pada materi sistem gerak (27%), materi sistem sirkulasi (25%) dan yang
paling rendah terdapat pada materi sel (9%).60
Penelitian Ranny Fitria Imran, Zulyusri, dan Linda Advinda yang berjudul
“Miskonsepsi Materi Pada Buku Teks Biologi SMA Kelas XI Semester I”
menemukan miskonsepsi pada materi sel, struktur dan fungsi jaringan tumbuhan,
sistem gerak dan sistem peredaran darah. Buku yang diidentifikasi adalah buku
berjudul Biologi untuk SMA Kelas XI, oleh Pratiwi, dkk. dengan Penerbit
Erlangga. Salah satu contoh yang peneliti temukan dari buku terbitan Erlangga
adalah pada konsep sel disebutkan bahwa pori pada membran inti memungkinkan
hubungan antara nukleoplasma dan sitoplasma (Halaman 8, Alinea 1, Baris 4).
Konsep yang seharusnya pori yang terdapat pada nukleus (inti sel) memungkinkan
zat terlarut untuk bergerak diantara inti dan sitoplasma, terutama molekul pada
mRNA yang membawa informasi genetik. Menurut pendapat ahli, konsep yang
ada sudah benar, hanya saja penjelasan belum detail.61
Penelitian Yusuf Hilmi Adisendjaja dan Oom Romlah yang disampaikan
pada seminar nasional menunjukkan terdapat beberapa buku teks jenjang SMA
mengalami miskonsepsi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat miskonsepsi dalam
buku teks. Hasil analisis buku D menunjukkan terdapat miskonsepsi pada materi sel.
60 Abdullah, Safrida, dan Nurul Fajrina, 2016, Analisis Miskonsepsi Buku Teks Pelajaran
Biologi Kelas XI Semester I SMAN di Kota Banda Aceh, Jurnal Biotik, h. 62-64. 61 Ranny Fitria Imran, Zulyusri, dan Linda Advinda, Miskonsepsi Materi Pada Buku Teks
Biologi SMA Kelas XI Semester I, Jurnal Pendidikan IPA, 2015, h.58-62 .
31
Subbab yang mengalami miskonsepsi diantaranya struktur dan fungsi sel,
metabolisme sel, dan reproduksi sel. Pada subbab struktur dan fungsi sel, terdapat 6
konsep yang mengalami miskonsepsi dengan persentase sebesar 10,3%. Subbab
metabolisme sel, terdapat 2 konsep yang mengalami miskonsepsi dengan persentase
sebesar 3,5%. Subbab reproduksi sel, terdapat 6 konsep yang mengalami miskonsepsi
dengan persentase sebesar 21,9%.62
Penelitian Isti Apriani, Irfan Yunianto yang berjudul “Telaah Kesalahan
Konsep pada Buku Ajar Biologi” menggunakan tiga penelitian yang membahas
mengenai telaah kesalahan konsep pada buku ajar SMA dengan materi Genetika,
Sistem Pernafasan, Sistem Peredaran Darah dan Pembelahan sel. Penelitian pada
konsep pembelahan sel dilakukan oleh Winda Dwi Astuti pada tahun 2015.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa buku teks Biologi SMA kelas XII
terdapat kesalahan konsep pembelahan sel khususnya siklus sel yang meliputi
interfase dan mitosis. Buku teks Biologi penerbit BSE terdapat 50% kesalahan
konsep pada siklus sel, yaitu interfase dan profase. Penerbit ESIS terdapat 0%
kesalahan konsep. Penerbit Erlangga terdapat 16,6% kesalahan konsep pada siklus
sel, dan penerbit Yudistira terdapat 5% kesalahan konsep pada tahap profase.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa buku teks BSE terdapat miskonsepsi tertinggi
dengan persentase 50%, sedangkan buku teks ESIS tidak memiliki miskonsepsi
yang ditunjukkan dengan persentase 0%.63
Musa Dikmenli, Osman Cardak dan Fulya Oztas melakukan penelitian
miskonsepsi yang berjudul “Conceptual Problem In Biology-Related Topic In
Primary Science and Technology Textbooks In Turkey”. Dalam penelitian ini
terdapat masalah miskonsepsi pada buku teks yang dapat menimbulkan konsep
alternatif pada peserta didik, sehingga buku yang digunakan harus dianalisis
setiap halaman dan dikaji berdasarkan literatur yang valid. Sebelum dianalisis
buku teks biologi digolongkan ke dalam 5 jenis kategori miskonsepsi:
62 Yusuf Hilmi Adisendjaja dan Oom Romlah, “Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks
Biologi SMU”, Makalah Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, 25 –26 Mei 2007, h.7. 63 Isti Apriani, Irfan Yunianto, “Telaah Kesalahan Konsep pada Buku Ajar Biologi”,
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016, h.150.
32
misidentifications, overgeneralizations, oversimplifications, obsolete concepts and
terms, dan undergeneralizations.64
Penelitian Aprilia Pengestika, Trianik Widyaningrum yang berjudul
“Identifying Conceptual Mistakes on SMA Teaching Books in Materials of Imune
System for Eleventh Graders” merupakan jenis penelitian evaluasi dan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumenter. Objek penelitian
dalam penelitian tersebut yaitu, materi sistem kekebalan tubuh dalam buku teks
yang diterbitkan oleh Erlangga, Yudhistira, dan Grasindo. Masing-masing buku
diberi simbol A, B dan C. Konsep kesalahan identifikasi dalam penelitian tersebut
menggunakan kriteria standar kesalahan konsep menurut Dikmenli (2009) dan
Hersey (2004) yang meliputi: misidentifications, overgeneralizations,
oversimplifications, obsolete concepts and terms, dan undergeneralizations. Hasil
penelitian menunjukkan materi sistem kekebalan dalam buku teks mengandung
miskonsepsi pada kategori oversimplifications, overgeneralizations,
undergeneralizations dan misidentifications. Persentase setiap kategori untuk
buku A adalah 23,5%; 5,9%; 5,9% dan 5,9%; buku B 41,2%; 17,6%; 0% dan
11,8%; sedangkan buku C 58,8%; 0%; 11,8% dan 11,8%.65
64 Musa Dikmenli, Osman Cardak and Fulya Oztas., Op.Cit., h.429-440. 65 Aprilia Pengestika, Trianik Widyaningrum, 2018, Identifying Conceptual Mistakes on
SMA Teaching Books in Materials of Imune System for Eleventh Graders, International Journal
of Active Learning, Vol.3, No.2, h.50.
33
C. Kerangka Berpikir
Bahan ajar adalah sesuatu yang mengandung pesan yang akan disampaikan
dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan
sebagai sumber belajar sekaligus sebagai media pembelajaran adalah buku. Buku
yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah buku teks pelajaran. Buku teks
pelajaran berisi uraian materi tentang mata pelajaran tertentu dan disusun secara
sistematis yang telah diseleksi untuk tujuan tertentu. Buku teks pelajaran harus
memiliki kualitas yang baik untuk menunjang proses pembelajaran. Pembelajaran
dan buku pelajaran merupakan dua hal yang saling melengkapi.
Miskonsepsi merupakan sesuatu pemikiran yang dibangun oleh seseorang
secara salah dan berbeda dari konsep yang dikemukakan oleh para ahli atau
konsep yang diterima secara ilmiah. Buku dapat menjadi sumber miskonsepsi.
Buku pelajaran yang berisi uraian materi yang salah dapat menyebabkan
miskonsepsi. Kesalahan dapat terjadi karena pengertian yang dikutip dalam buku
tersebut memang salah, terdapat kekeliruan dalam penulisan, dan penggunaan
bahasa yang digunakan oleh buku terlalu tinggi. Kategori miskonsepsi pada buku
teks pelajaran digolongkan menjadi lima, diantaranya misidentification,
overgeneralization oversimplification, obsolete terms and concepts, dan
undergeneralizations. Analisis miskonsepsi pada buku teks pelajaran biologi ini
dilakukan dengan mengkategorikan jenis-jenis miskonsepsi, dimaksudkan untuk
mengetahui persentase miskonsepsi dalam buku tersebut.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun akademik 2018/2019 terhitung mulai
Juni 2019 sampai Januari 2020.
B. Metode Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya.1 Penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Salah satu jenis penelitian deskriptif adalah studi dokumen/teks, dimana
hal ini menitik beratkan pada analisis atau interpretasi suatu bahan berdasarkan
konteksnya. Bahan yang dapat dianalisis berupa catatan terpublikasi seperti buku
teks, surat kabar, naskah, artikel, dan lain-lain.2 Ciri pokok penelitian dengan
metode deskrptif yaitu data yang dikumpulkan pada awalnya disusun, dijelaskan,
dan selanjutnya dianalisis.3
Buku-buku teks yang bersifat teoritis maupun empiris juga dapat dianalisis.
Kegiatan analisis ditunjukan untuk mengetahui makna, kedudukan dan hubungan
antara berbagai konsep, kebijakan, program, kegiatan, peristiwa yang ada atau
yang terjadi untuk selanjutnya mengetahui manfaat, hasil atau dampak dari hal-hal
tersebut.4 Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis konsep pada buku
teks biologi SMA yang mengalami miskonsepsi dan menyesuaikannya dengan
literature berupa buku acuan.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. 14, h. 203. 2 Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 152-153. 3 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.100-101. 4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 81-82.
35
C. Objek Penelitian
Sumber data adalah subjek tempat asal data diperoleh, dapat berupa bahan
pustaka, atau orang (informan atau responden). Objek penelitian adalah masalah
pokok yang dijadikan fokus penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.5 Objek pada penelitian ini adalah buku teks pelajaran biologi yang
digunakan di SMA negeri di Kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini menggunakan 3 buku teks pelajaran biologi SMA berbasis
kurikulum 2013. Buku-buku tersebut dari penerbit dan penulis yang berbeda,
diantaranya:
a. Buku A merupakan buku Biologi (SMA dan MA Kelas XI Peminatan
Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam), karangan: Y dan M, penerbit: G, tahun
2016. Buku teks A digunakan sebanyak 41,7% di SMA negeri se-Kota
Tangerang Selatan.
b. Buku B merupakan buku Biologi (SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam), karangan: I, penerbit: E, tahun 2017. Buku
teks B digunakan sebanyak 16,7% di SMA negeri se-Kota Tangerang Selatan.
c. Buku C merupakan buku Biologi (SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan
MIPA), karangan: SP, penerbit: B, tahun 2016. Buku teks C digunakan
sebanyak 8,3% di SMA negeri se-Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan ketiga buku tersebut hanya buku A yang telah lolos analisis
BSNP dan Pusat Kurikulum dan Perbukuan pada tahun 2016. Buku B belum lolos
analisis BSNP dan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, tetapi merupakan buku
biologi edisi revisi yang terbaru dari kelompok penerbit tersebut.6 Jumlah sekolah
yang menggunakan buku A, B, dan C dapat dilihat pada Lampiran 4. Analisis
dilakukan pada dua unit analisis yaitu konsep berupa kalimat dan konsep berupa
gambar dalam konsep sel. Untuk mengetahui suatu konsep mengalami
miskonsepsi, dilakukan analisis dengan cara melihat keterkaitan antara konsep
antar kalimat, serta keterkaitan antara gambar, kalimat dengan paragraf.
5 Mahmud, Op. Cit, h. 151. 6 Kemendikbud, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.148/P/2016
Tentang Penetapan Judul Buku Teks Pelajaran Peminatan untuk SMA/MA, (Jakarta : 2016), h. 4.
36
D. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.7 Instrumen non tes dapat bertipe check list
(daftar cek) sehingga responden, interviewer maupun observer tinggal memberi
tanda cek pada kolom yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, baik
keadaan responden maupun objek yang diamati.8
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa check list yang
memuat hasil analisis miskonsepsi yang terdapat pada buku teks biologi, yang
diadopsi dari Failasuf Aulia Nugroho (Failasuf Aulia Nugroho, “Identifikasi
Miskonsepsi Sistem Pencernaan Manusia Pada Buku Teks Biologi SMA
Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta,” Skripsi Pada Jurusan Pendidikan Biologi
FMIPA UNY 2016, tidak dipublikasikan).9 Instrumen ini digunakan sebagai alat
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Kategori miskonsepsi diambil dari
jurnal International Journal of Environtental & Science Education. Vol.4, No.4 yang
ditulis oleh Musa Dikmenli, Osman, C., & Fulya, O., (2009), dalam penelitiannya yang
berjudul Conceptual Problem in Biology- Related Topics in Primary Science and
Technology Textbook in Turkey. Serta Hershey, D. R., (2005), dalam penelitiannya
yang berjudul Avoid Misconceptions when teaching about plants.
Tabel 3. 1 Lembar Analisis Miskonsepsi
No Kode Konsep
pada
Buku
Konsep
Menurut
Literatur
Kategori Miskonsepsi Keterangan
0 1 2 3 4 5
1.
2.
7 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 263. 8 Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Yogyakarta : Pustaka
Belajar, 2017), h.52. 9 Failasuf Aulia Nugroho, “Identifikasi Miskonsepsi Sistem Pencernaan Manusia Pada
Buku Teks Biologi SMA Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta”, Skripsi Pada Jurusan Pendidikan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 2016, tidak dipublikasikan.
37
Kategori Miskonsepsi: 1: Misidentifications
2: Overgeneralizations
3: Oversimplifications
4: Obsolete Concepts and Terms
5: Undergeneralizations
Tabel 3. 2 Rubrik Miskonsepsi
Rubrik ini dibuat berdasarkan kategori miskonsepsi pada buku teks pada
penelitian Hershey, sebagai berikut:10
No Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
1. Misidentifications Keadaan konsep yang diutarakan salah penafsiran
atau salah pemahaman.
2. Overgeneralizations Keadaan konsep yang diutarakan terlalu luas yang
dampaknya tidak memperhatikan batasan dalam
penggunaannya.
3. Oversimplifications Keadaan konsep yang diutarakan terlalu
menyederhanakan, sehingga konsep esensial tidak
disampaikan secara utuh.
4. Obsolete Concepts
and Terms
Keadaan konsep yang diutarakan tidak layak
digunakan lagi akibat sudah ada konsep yang
terbaru.
5. Under
Generalizations
Keadaan saat konsep yang diutarakan tidak bisa
dipakai secara luas atau dipersempit.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut,
diantaranya:
1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk menentukan
objek dalam sebuah penelitian, dan digunakan untuk memperoleh informasi atau
data untuk tujuan penelitian.11 Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi
dalam penelitian ini adalah buku kurikulum 2013 yang digunakan oleh seluruh
SMA Negeri di kota Tangerang Selatan. Daftar buku-buku teks biologi yang
10 Hershey, D. R., 2004 & 2005, “Avoid Misconceptions when teaching about plants”,
www.actionbiology.org/education/hershey.html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.1-2. 11 Ruslam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2016), h. 161.
38
digunakan di SMA Negeri se-Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada
Lampiran 4.
2. Analisis Dokumen Terkait
Penelitian analisis dokumen/isi adalah penelitian yang dilakukan secara
sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data.
Karakteristik penelitian ini adalah penelitian dilakukan terhadap informasi yang
didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar, dan sebagainya; subjek
penelitiannya yakni sesuatu barang, buku, majalah dan lainnya; serta dokumen
sebagai sumber data pokok.12
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan cara dokumentasi,
dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis.13
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber
noninsani.14 Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk
catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy).15 Data yang ingin
diperoleh dalam penelitian ini berupa konsep-konsep yang mengalami
miskonsepsi pada buku teks pelajaran biologi kelas XI Kurikulum 2013 pada
materi Sel. Data ini diperlukan untuk mengkategorikan miskonsepsi yang terdapat
pada buku tersebut. Data tersebut diperoleh melalui analisis kesesuaian konsep-
konsep pada buku teks biologi dengan buku acuan yang dijadikan sebagai
literature.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis. Berikut adalah langkah dalam tiap
tahapannya:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi terkait penggunaan buku teks pelajaran biologi ke 12
SMA Negeri yang ada di Tangerang Selatan.
12 Zainal Arifin, Op. Cit. h. 55. 13 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h.201. 14 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h.176. 15 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta Barat : Indeks, 2012),
h.61.
39
b. Menentukan 3 buku yang akan dianalisis sesuai hasil temuan di atas.
c. Membuat instrumen berupa check list analisis miskonsepsi untuk mengisi
perbandingan konsep dari buku teks yang ditentukan, dengan buku
pembanding atau referensi sebagai alat bantu untuk peneliti.
d. Memberikan kode pada buku yang akan dianalisis (misal: A, B, C).
Pemberian kode dimaksudkan untuk menghindarkan subjektifitas dan
melindungi nama baik penulis dan penerbit.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan konsep yang mengalami miskonsepsi pada kalimat dan gambar
dalam konsep sel dan menganalisis konsep tersebut lebih lanjut. Penetapan
konsep dilakukan secara sensus, sehingga semua konsep pada buku materi sel
teridentifikasi. Analisis dilakukan pada dua unit analisis yaitu konsep berupa
kalimat dan konsep berupa gambar dalam konsep sel. Untuk mengetahui
suatu konsep mengalami miskonsepsi, dilakukan analisis dengan cara melihat
keterkaitan antar kalimat, serta keterkaitan antara gambar, kalimat dalam
paragraf.
b. Memasukkan konsep yang teridentifikasi ke dalam instrumen.
c. Mencari konsep pembanding melalui studi pustaka yang merujuk pada buku
standar. Buku standar merupakan buku yang lazim digunakan sebagai buku
pegangan di Fakultas Biologi dan Fakultas Pendidikan Jurusan Pendidikan
Biologi. Buku yang digunakan sebagai acuan dan pembanding dapat dilihat
pada Lampiran 7.
d. Penilaian atau validasi kontruk dan isi dilakukan oleh dosen pembimbing,
setelah konsep pada buku teks dan konsep pembanding dimasukkan ke dalam
instrumen.
3. Tahap Akhir
a. Menetukan korektor yang berjumlah dua orang ahli. Korektor hasil analisis
merupakan dosen yang mengampu mata kuliah kebiologian terkait. Dosen
kebiologian terkait, merupakan dosen yang mengampu mata kuliah biologi
dasar atau biologi sel pada fakultas pendidikan atau fakultas yang terdapat
jurusan/program studi biologi.
40
b. Melakukan uji kehandalan (reliabilitas) hasil analisis yang dikoreksi oleh dua
orang ahli yang telah ditentukan.
c. Menghitung presentase frekuensi miskonsepsi setiap kategori miskonsepsi
untuk kategori teks (kalimat-kalimat pada buku) dan gambar.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain.16
Analisis data dalam penelitian ini merupakan analisis deskriptif berupa data
kesesuaian konsep pada buku yang dianalisis dengan buku sumber dan
kemunculan jenis miskonsepsi pada setiap buku. Hasil analisis tersebut kemudian
dinilai oleh pengamat. Reliabilitas pengamat perlu dilakukan dalam penelitian
untuk menghindari unsur subjektivitas pengamat. Selain itu, reliabilitas pengamat
dilakukan untuk mengukur tingkat kesepakatan hasil pengamatan antar pengamat.
Adapun tahap analisis dan pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Menentukan reliabilitas pengamat
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari reliabilitas pengamat sebagai
berikut:17
a. Menyatukan dua format yang diperoleh dari pengamat I dan II.
Data yang diperoleh dari beberapa pengamat akan digabungkan satu sama
lain dalam bentuk tabel. Tabel 3.3 dibuat pada penelitian ini adalah lembar
penilaian oleh pengamat.
Tabel 3. 3 Penilaian Oleh Pengamat
Kode
Konsep
Pada
Buku
Analisis
(Jenis
Miskonsepsi)
Pengamat I
Ket.
Pengamat II
Ket. Ya Tidak Ya Tidak
16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 335. 17 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 242-245.
41
b. Memasukkan kode pengamatan dalam tabel kontingensi
Tabel kontingensi kesepakatam pengamatan pada penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 3. 4 Kontingensi Kesepakatan Pengamat
Pengamat II
Pengamat I
Ya Tidak
Jumlah
Amatan
Ya
Tidak
Jumlah
Amatan
c. Menghitung banyaknya kecocokan (I: ya – II: ya) atau (I: tidak – II: tidak).
d. Menentukan koefisien kesepakatan pengamat.
Data yang diperoleh pada tabel kontingansi kesepakatan selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumus untuk menentukan nilai koefisien kesepakatan (KK)
pengamat. Penentuan nilai KK dilakukan untuk menentukan toleransi perbedaan
hasil pengamatan. Rumus yang banyak digunakan untuk menentukan koefisien
kesepakatan pengamat sebagai berikut:
KK =2𝑆
𝑁1 + 𝑁2
Keterangan:
KK = Koefisien kesepakatan
S = Sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
e. Menginterpretasikan data koefisien kesepakatan.
Hasil perhitungan koefisien kesepakatan yang diperoleh, selanjutnya
direkapitulasi berdasarkan kategori Kappa untuk mengetahui apakah kesepakatan
42
antar pengamat tergolong kurang sepakat atau hampir semua sepakat, sebagai
berikut:18
< 0 = less the chance aggrement
0,01-0,2 = slight agreement
0,21-0,40 = fair agreement
0,41-0,60 = moderate agreement
0,61-0,80 = subtantial agreement
0,81-0,99 = almost perfect agrrement
2. Penyajian data
Data yang terkumpul dan telah melalui uji keabsahan kemudian dilakukan
penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini yaitu menyajikan hasil
kesepakatan data pada konsep-konsep yang mengalami miskonsepsi pada materi
sel. Selanjutya, menghitung persentase kemunculan miskonsepsi menggunakan
persamaan sebagai berikut:19
a. Persentase kemunculan miskonsepsi setiap kategori miskonsepsi
(misidentifications, overgeneralizations, oversimplifications, obsolete
concepts and terms, dan under generalizations) pada masing-masing buku
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑃 =∑𝑥
𝑛 × 100%
Keterangan:
P = Persentase setiap kategori miskonsepsi (%)
∑x = Jumlah kemunculan setiap kategori miskonsepsi
n = Jumlah seluruh konsep pada setiap buku
b. Penentuan persentase miskonsepsi pada setiap buku dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
100% - (Persentase miskonsepsi kategori misidentifications + persentase
miskonsepsi kategori overgeneralizations + persentase miskonsepsi kategori
18 Anthony J. Viera dan Joanne Mills Garrett, Understanding inter observer agreement:
the kappa statistic, 2005, Family Medicine, Vol. 37, No. 5, h. 362. 19 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2001), h. 102.
43
oversimplifications + persentase miskonsepsi kategori obsolete concepts and
terms + persentase miskonsepsi undergeneralization.
c. Persentase perbandingan miskonsepsi pada ketiga buku per-kategori
miskonsepsi, dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑃 =∑𝑥
𝑛 × 100%
Keterangan:
P = Persentase setiap kategori miskonsepsi (%)
s∑x = Jumlah kemunculan setiap kategori miskonsepsi pada buku
A/B/C
n = Jumlah konsep yang mengalami miskonsepsi pada setiap
kategori
d. Data yang diperoleh dituangkan dalam bentuk teks naratif, tabel dan grafik
untuk melihat gambaran keseluruhan dalam penelitian ini.
3. Penarikan Kesimpulan
Penyajian data akan ditarik kesimpulan sehingga dapat diketahui persentase
kemunculan miskonsepsi pada setiap kategori pada masing-masing buku dan
secara keseluruhan.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini berkaitan dengan analisis miskonsepsi pada buku biologi
peserta didik kelas XI kurikulum 2013. Dokumen yang diteliti dalam penelitian
ini adalah konsep sel dalam buku teks biologi terbitan G, E, dan B. Secara
berurutan ketiga penerbit diberi label buku A, B, dan C. Analisis dilakukan
terhadap 87 halaman yang terdiri dari 20 halaman dari buku A, 34 halaman dari
buku B, dan 33 halaman dari buku C. Hasil penelitian yang diperoleh merupakan
data kualitatif berupa pengamatan jenis miskonsepsi pada buku teks biologi kelas
XI kurikulum 2013.
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Koefisien Kesepakatan
Analisis miskonsepsi dalam buku teks dilakukan dengan memperhatikan
jenis-jenis miskonsepsi. Jenis-jenis miskonsepsi tersebut meliputi
misidentifications, overgeneralizations, oversimplifications, obsolete concepts and
terms, dan under generalizations. Data yang diperoleh dari hasil analisis melalui
studi dokumentasi pada buku teks biologi tersebut. Setiap data yang diperoleh
dilakukan pengujian oleh pengamat. Pengujian data tersebut untuk menjamin
reliabilitas data pengamatan. Tingkat reliabilitas data pengamatan ditentukan
dengan menghitung nilai koefisien kesepakatan (KK) antara pengamat I dan
pengamat II. Rekapitulasi nilai KK dalam buku yang dianalisis dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 4. 1 Nilai Koefisien Kesepakatan (KK) Pengamat
Berdasarkan Tabel 4.1 nilai koefisien kesepakatan dapat dinyatakan bahwa
analisis miskonsepsi pada buku teks biologi kelas XI secara keseluruhan
menghasilkan sebagian besar sepakat pada buku A, B dan C. Hasil kesepakatan
pengamat menjadi data dalam penelitian ini.
No Data Analisis Miskonsepsi Nilai KK Kategori
1. Buku A 0,73 Kesepakatan Besar
2. Buku B 0,75 Kesepakatan Besar
3. Buku C 0,8 Kesepakatan Besar
45
2. Kemunculan Miskonsepsi Pada Buku A
Hasil analisis miskonsepsi pada buku A dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4. 2 Hasil Analisis Miskonsepsi Buku A
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1. A.6 Transportasi zat
pada membran
sel terjadi secara
aktif, seperti
transpor aktif,
eksositosis,
endositosis
Eksositosis dan endositosis merupakan mekanisme
transpor molekul besar misalnya protein dan
polisakarida, serta partikel yang lebih besar, biasanya
melintasi membran secara massal melalui mekanisme
yang melibatkan pengemasan dalam vesikel.1
Misidentifications Konsep tersebut lebih tepat jika,
transportasi zat pada membran sel
terjadi secara aktif, seperti pompa ion
dan kotranspor. Endositosis dan
eksositosis tidak termasuk ke dalam
transpor aktif karena transpor aktif
merupakan transpor yang
pergerakannya melawan gradien
konsentrasi, sementara endositosis
dan eksositosis pergerakannya tidak
ditentukan oleh gradien konsentrasi
melainkan menggunakan pergerakan
vesikel, oleh karena itu endositosis
dan eksositosis termasuk ke dalam
tranpor makromolekul.
Endositosis dan eksositosis termasuk ke dalam transpor
molekul berukuran besar dan transpor partikel.
Pengangkutan makromolekul berukuran besar dan
partikel tidak mungkin melibatkan protein membran
seperti halnya transpor aktif.2
2. A.12.5 Pada bilayer
fosfolipid
terdapat
Dalam model mosaik fluid (fluid mosaic model) ini,
membran merupakan struktur yang bersifat fluid (tidak
mempunyai bentuk yang tetap dan mudah mengalir)
Undergeneralizations Dalam kalimat dijelaskan “molekul
protein yang membentuk pola mozaik
sehingga diistilahkan dengan model
1 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h. 148-149. 2 Sumadi dan Aditya, Op. Cit., h. 75.
46
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
molekul protein
yang
membentuk pola
mozaik
sehingga
diistilahkan
dengan model
mozaik-fluida.
dengan ‘mosaik’ berupa berbagai protein yang tertanam
di dalam atau melekat pada lapisan ganda (bilayer)
fosfolipid.3
mozaik fluida”. Kalimat tersebut
tidak memberi penjelasan secara utuh
mengenai model mozaik-fluida,
seharusnya ditambahkan penjelasan
mengenai sifat fluid untuk fosfolipid,
yaitu tidak mempunyai bentuk yang
tetap dan mudah mengalir. Dikatakan
mozaik karena letak protein yang
tersebar dan tertanam pada fosfolipid.
Menurut teori Fluid Mozaic Model membran plasma
terdiri dari lapisan lemak bimolekuler, yang disana sini
terputus oleh adanya molekul protein.4
3. A.13.2 Lamela tengah
membatasi
dinding sel yang
lain dan terdapat
zat pektin.
Di antara dinding sel primer sel-sel yang bersebelahan,
terdapat lamela tengah (middle lamella), lapisan tipis
yang kaya akan polisakarida lengket yang disebut pektin.
Beberapa sel tumbuhan melakukan hal ini hanya dengan
menyekresikan zat-zat pengeras ke dalam dinding
primer. Sel-sel lain menambahkan dinding sel sekunder
(secondary cell wall) di antara membran plasma dan
dinding primer.5
Overgeneralizations Dalam kalimat tersebut tidak
memberikan penjelasan mengenai
dinding sel apa yang dibatasi oleh
lamela tengah. Karena terdapat
dinding sel primer dan sekunder.
Dimana kedua jenis dinding sel
tersebut merupakan dua jenis dinding
sel yang berbeda. Pada kalimat
tersebut lebih tepat jika diberi
keterangan lengkap bahwa “lamela
tengah membatasi dinding sel primer
yang bersebelahan dan terdapat zat
pektin”.
Dalam dinding primer terdapat juga substansi pektat.
Terbentuknya dinding primer setelah terjadinya
pembentukan lamella tengah berbeda dengan dinding
primer, dinding sekunder ditandai oleh adanya struktur
yang khas berupa mikrofibril yang tersusun secara
3 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 135-136. 4 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 52. 5 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 128.
47
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
pararel dan rapi untuk setiap lapisannya, kaku, dan non
ekstensibel.6
4. A.15.16 Vakuola terdiri
atas vakuola
tengah, vakuola
kontraktil, dan
vakuola
makanan.
Vakuola adalah vesikel yang dibatasi membran dengan
fungsi yang berbeda-beda pada jenis sel yang berbeda-
beda. Jenis-jenis vakuola diantaranya vakuola makanan
(food vacuole), vakuola kontraktil (contractile vacuole),
dan vakuola sentral (central vacuole).7
Misidentifications Dalam konteks kalimat tersebut lebih
tepat jika dirubah menjadi “terdapat
beberapa jenis vakuola, diantaranya
vakuola tengah, vakuola kontraktil,
dan vakuola makanan. Karena jika
disebutkan “vakuola terdiri atas”
mengacu pada bagian-bagian yang
dimiliki oleh vakuola.
Pada sel hewan bersel satu (protozoa), dikenal vakuola
kontraktil atau vakuola berdenyut yang menetap,
berfungsi sebagai osmoregulator, yaitu menjaga nilai
osmotik sel atau eksresi. Vakuola nonkontraktil atau
vakuola makanan berfungsi dalam pencernaan makanan
dan mengedarkan hasil pencernaannya.8
5. A.15.20 Setiap
lengkungan atau
tubula retikulum
endoplasma
disebut sisterna.
RE terdiri dari jejaring tubulus dan kantung bermembran
yang disebut sisterna (dari kata Latin cisterna,
penampung cairan). Membran RE memisahkan
kompartemen internal RE, disebut lumen (rongga) RE
atau ruang sisterna, dari sitosol.9
Misidentifications Dalam retikulum endoplasma istilah
tubula dan sisterna merupakan dua
hal yang berbeda dari segi bentuk.
Sisterna merupakan kantung
bermembran sedangkan
tubula/tubuler berbentuk sebagai
pipa-pipa kecil yang berhubungan.
Dalam kalimat “Setiap lingkungan
atau tubula retikulum endoplasma
Masing-masing ruangan ER kasar mempunyai bentuk
dan ukuran yang berbeda, sehingga dapat dibedakan tiga
jenis: 1. Sisterna, berbentuk ruangan gepeng, yang
kadang-kadang tersusun berlapis-lapis dan saling
6 Sumadi, Aditya, Op. Cit, h. 41. 7 Neil A. Campbell, dkk Op. Cit, h. 116. 8 Eddyman W. Ferial, Biologi Reproduksi, (Jakarta: Erlangga, 2013) h. 10. 9 Neil A. Campbell, dkk, Op. Cit, h. 113.
48
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
berhubungan. 2. Tubuler, berbentuk sebagai pipa-pipa
kecil yang berhubungan. 3. Vesikuler, berbentuk sebagai
gelembung-gelembung yang berlapis.10
disebut sisterna” mengacu bahwa
sisterna berbentuk tubula, padahal
sisterna merupakan kantung yang
bermembran.
6. A.16.21 Jika Anda
terluka, pada
bagian tubuh
Anda yang
terluka akan
muncul cairan
bening. Cairan
bening tersebut
merupakan
reaksi dari sel
darah putih
yang melakukan
autofagosit
sehingga bekas
luka akan cepat
tertutup dan
kering.
Produk-produk pencernaan, termasuk gula sederhana,
asam amino, dan monomer-monomer lain, masuk ke
dalam sitosol dan menjadi nutrien bagi sel. Beberapa sel
manusia juga melaksanakan fagositosis. Contohnya
makrofag, sejenis sel darah putih yang membantu
mempertahankan tubuh dengan cara menelan dan
menghancurkan bakteri serta penyerbu lain.11
Misidentifications Konsep pada buku menjelaskan
peristiwa “ketika kita terluka” dan
mengaitkannya dengan dengan
peristiwa autofagosit pada sel darah
putih dalam sub judul lisosom.
Dalam buku tersebut penjelasan
fungsi lisosom dalam hal autofagosit
yang dikaitkan dengan peristiwa
terluka kurang tepat. Karena jika
membahas mengenai respon tubuh
ketika terluka, seharusnya lebih tepat
jika dikaitkan dengan proses
pembekuan darah yang melibatkan
trombosit. Jadi, pengkaitan antara
konsep yang disampaikan dengan
contoh peristiwa kurang tepat.
Karena tidak ada kaitannya.
Pada sel fagositik, agens yang berpotensi membahayakan
seperti bakteri, virus, atau toksin akan dimakan sel
tersebut. Agens tersebut akan melebur dengan lisosom
primer untuk membentuk lisosom sekunder yang
kemudian dicerna. 12
7. A.21.10 Transpor aktif
adalah saat
Kerja dibutuhkan untuk memompa zat terlarut melintasi
membran melawan gradien konsentrasinya; sel harus
Misidentifications Pengistilahan “bermain ayunan”
pada pengertian transpor aktif dalam
10 Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015) h. 110. 11 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 115. 12 Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, (Jakarta: EGC, 2012), h. 39.
49
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
Anda bermain
ayunan dengan
dorongan pihak
lain, sedangkan
transpor aktif
adalah saat
Anda
mendorong
ayunan dengan
kekuatan
sendiri.
menggunakan energi. Oleh karena itu, tipe lalu-lintas
membran ini disebut transpor aktif (active transport).
Semua protein transpor yang menggerakkan zat terlarut
melawan gradien konsentrasi merupakan protein
pembawa, bukan protein saluran. Hal ini masuk akal
sebab ketika terbuka, protein saluran hanya membiarkan
zat terlarut mengalir menuruni gradien konsentrasinya,
bukan mengambil dan mentranspornya melawan
gradiennya.13
konteks kalimat tersebut tidak
mengarahkan pada “melawan gradien
konsentrasi” yang merupakan
karakteristik dari transpor aktif.
Penganalogian juga kurang tepat.
Terdapat kalimat yang salah ketik
yang seharusnya ditulis “pasif” tetapi
pada kata dibuku dituliskan “aktif”,
sehingga dapat membuat kesalahan
konsep. Ada beberapa kharakteristik transpor aktif, yaitu
melawan gradien kimiawi atau potensial elektrik,
memerlukan energi metabolic dan sensitif terhadap
adanya racun, tergantung pada adanya aktivitas membran
protein, dan spesifik untuk substansi tertentu.14
8. A.23.5 Fagositosis
adalah proses
sel untuk makan
yang melibatkan
pembentukan
vesikula
membran yang
berlimpah yang
Vesikula/vesikel adalah kantung yang terbuat dari
membran pada sitoplasma. Vakuola adalah vesikel yang
dibatasi membran dengan fungsi yang berbeda pada jenis
sel yang berbeda.15 Vakuola sebagai pelaksana fungsi
hidrolisis pada tumbuhan dan fungi yang tidak memiliki
lisosom.16
Misidentifications Dalam kalimat tersebut makna
“vesikula” dan “vakuola fagositik”
adalah sama. Padahal antara vesikula
dan vakuola fagositik memiliki fungsi
yang berbeda. Menurut Campbell,
vesikula/vesikel adalah kantung yang
terbuat dari membran pada
sitoplasma. Sedangkan, vakuola
Fagositosis adalah bentuk khusus endositosis dimana sel
menggunakan vesikel endositik besar yang disebut
13 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 146. 14 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 72. 15 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. A-43. 16 Ibid., h. 116.
50
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
disebut fagosom
atau vakuola
fagositik.
fagosom untuk menelan partikel besar seperti
mikroorganisme dan sel mati.17
Fagosom adalah vesikel tertutup membran intraseluler
besar yang terbentuk sebagai hasil fagositosis.
Mengandung bahan ekstraseluer yang tertelan.18
merupakan vesikel dengan fungsi
spesifik sesuai dengan jenis selnya.
Jadi, jika dikatakan vesikel maka itu
hanyalah sebuah kantung, yang mana
fungsinya hanya membawa. Tetapi
jika bicara vakuola (dalam hal ini
adalah vakuola fagositik) maka
fungsinya sebagai kantung sekaligus
untuk memfagosit (menelan). Kata-
kata “berlimpah” pada kaimat
tersebut juga kurang tepat karena
dalam sekali proses fagositosis tidak
harus dilakukan dalam keadaan
vesikula yang berlimpah.
9. A.24.12 Transportasi zat
dapat juga
terjadi secara
aktif, seperti
pompa ion Na+
dan K+ serta
endositosis dan
eksositosis.
Eksositosis dan endositosis merupakan mekanisme
transpor molekul besar misalnya protein dan
polisakarida, serta partikel yang lebih besar, biasanya
melintasi membran secara massal melalui mekanisme
yang melibatkan pengemasan dalam vesikel.19
Misidentifications Endositosis dan eksositosis tidak
termasuk ke dalam transpor aktif
karena transpor aktif merupakan
transpor yang pergerakannya
melawan gradien konsentrasi dan
melibatkan protein transpor,
sementara endositosis dan eksositosis
pergerakannya tidak di-tentukan oleh
gradien konsentrasi melainkan
Endositosis dan eksositosis termasuk ke dalam transpor
molekul berukuran besar dan transpor partikel.
Pengangkutan makromolekul berukuran besar dan
17 Bruce Alberts, dkk., Molecular Biology of The Cell Sixth Edition, (America: Garland Science, 2015) h. 738. 18 Ibid., h. G:24. 19 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 148-149.
51
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
partikel tidak mungkin melibatkan protein membran
seperti halnya transpor aktif.20
menggunakan pergerakan vesikel,
oleh karena itu endositosis dan
eksositosis termasuk ke dalam
tranpor makrmo-molekul.
10. A.24.34 Sel melakukan
reproduksi
secara mitosis
dan secara
meiosis.
Kemampuan organisme untuk bereproduksi
menghasilkan jenisnya sendiri adalah salah satu ciri
paling baik untuk membedakan makhluk hidup dari
materi tak hidup. Pembelahan sel memainkan beberapa
peran penting dalam kedihupan organisme. Ketika
organisme uniseluler misalnya amoeba, membelah dan
membentuk keturunan yang merupakan duplikatknya,
pembelahan satu sel mereproduksi individu organisme
tersebut. Pembelahan sel pada skala yang lebih besar
dapat menghasilkan keturunan dari beberapa organisme
multiseluler. Pembelahan sel juga memungkinkan
organisme yang bereproduksi secara seksual untuk
berkembang dari satu sel tunggal – sel telur yang
terfertilisasi, atau zigot. Kemudian setelah organisme
tumbuh sepenuhnya, pembelahan sel terus berfungsi
dalam pembaruan dan perbaikan, menggantikan sel-sel
yang mati akibat proses pemakaian dan pengikisan alami
atau kecelakaan. Misalnya sel-sel yang membelah pada
sumsum tulang Anda.21
Misidentifications Kata “reproduksi” pada kalimat
tersebut tidak tepat. Lebih tepat jika
digunakan kata “pembelahan”.
Karena pada kalimat tersebut
mengacu pada mitosis dan meiosis.
Ketika membicarakan mitosis dan
meiosis lebih mengarah pada fungsi
sel pada makhluk hidup untuk
regenerasi. Jika berbicara reproduksi
maka hal tersebut merujuk pada sel
uniseluler yang memang tujuannya
untuk bereproduksi (meng-hasilkan
individu baru).
Integritas jaringan hanya dapat dipertahankan apabila
20 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 75. 21 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 244.
52
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
pertumbuhan dan pembelahan setiap sel dari organisme
multiseluler diprogramkan dan dikoordinasikan dengan
sel-sel di dekatnya. Maka masing-masing sel dalam
jaringan tubuh membelah dengan kecepatan yang
berbeda. Pertumbuhan diartikan sebagai pembesaran atau
pertambahan volume sel karena adanya pertambahan
protoplasma yang biasanya diikuti oleh pembelahan sel.
Selanjutnya, pembelahan sel diikuti oleh pertumbuhan
sehingga kedua peristiwa tersebut merupakan bagian dari
siklus sel.22
Sel bereproduksi dengan cara menggandakan isinya
kemudian memisahkannya menjadi dua. Pada organisme
uniselular, seperti bakteria dan sel ragi, setiap kali
melakukan pembelahan sel menghasilkan organisme
baru. Siklus pembelahan sel tersebut merupakan cara
mendasar bagi organisme uniseluler untuk
berkembangbiak. Pada organisme multiselular,
dibutuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak
menjelang kematiannya, atau mati karena terprogram.23
11. A.24.36 Eksositosis
adalah suatu
proses
Sel menyeresikan molekul biologis tertentu melalui
penyatuan (fusi) vesikel dengan membran plasma; ini
disebut eksositosis (exocytosis).24
Oversimplifications Kalimat tersebut tidak menjelaskan
arah pergerakan dari eksositosis,
yang pergerakannya ke arah luar sel
22 Subowo., Op. Cit, h. 285-286. 23 Ibid., h. 363. 24 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 148.
53
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
pengangkutan
bahan yang
terdapat di
dalam sel
melalui proses
pembentukan
vesikula.
Pengangkutan makromolekul dan partikel-partikel
melalui eksositosis, apabila berlangsung pelepasan dari
sel-sel ke luar sel.25
atau dapat juga disebutkan
pensekresian molekul biologis
tertentu melalui penyatuan (fusi)
vesikel dengan membran sel.
25 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 75.
54
No Gambar pada Buku Gambar pada Literatur Gambar pada Literatur
Kode gambar: A.10.(1.5) Diambil dari: Campbell, 2008: 106 Diambil dari: Subowo, 2015: 53
12.
Keterangan Pada gambar buku tidak ditunjukkan letak nukleoid yang mana didalam nukleoid tersebut terdapat kandungan
DNA pada sel prokariotik. Hal tersebut penting karena nukleoid pada sel prokariotik merupakan materi
genetik (DNA) yang tidak diselubungi membran. Dimana hal tersebut yang menjadi pembeda antara sel
prokariotik dan sel eukariotik.
Kategori Miskonsepsi Overgeneralizations
13. Kode gambar: A.10.(1.5) Diambil dari: Campbell, 2008: 119 Diambil dari: Sumadi dan Aditya, 2007: 94.
55
Keterangan Secara esensial memang gambar mitokondria tersebut sudah menunjukan sisi luar dan sisi dalam membran
mitokondria. Tetapi bagian lain yang penting dalam mitokondria, yaitu ribosom dan DNA juga penting.
Bagian DNA sendiri dipaparkan pada pararaf selanjutnya setelah gambar. Jadi, ilustrasi mitokondria ini
kurang representatif untuk menggambarkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada mitokondria.
Kategori Miskonsepsi Undergeneralizations
56
MI; 4,6%
OG; 1,1% OS; 0,6%OCT; 0%
UG; 1,1%
Tanpa Miskonsepsi;
92,6%
Hasil Tabel 4.2 menunjukkan hasil analisis mikonsepsi yang dilakukan
pada buku A. Hasil analisis tersebut berdasarkan kesepakatan pengamat I dan
pengamat II yang telah dilakukan. Hasil analisis kemunculan miskonsepsi pada
buku A dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4. 3 Hasil Analisis Kemunculan Miskonsepi pada Buku A
No Jenis Miskonsepsi Jumlah
Miskonsepsi
Jumlah Kalimat
Pada Buku
Persentase
Jumlah
Kemunculan
Miskonsepsi
1 Misidentifications 8
173
4,6%
2 Overgeneralizations 2 1,1%
3 Oversimplifications 1 0,6%
4 Obsolete concepts and
terms 0 0%
5 Undergeneralizations 2 1,1%
Total Miskonsepsi Pada Buku A 13
Hasil pada Tabel 4.3 menunjukkan jenis miskonsepsi yang paling banyak
ditemukan adalah misidentifications yaitu sebanyak 8 buah. Persentase
kemunculan jenis miskonsepsi pada buku A kategori misidentifications sebanyak
4,6%. Pada buku A kategori obsolete concepts and terms tidak ditemukan.
Perhitungan kemunculan miskonsepsi pada setiap jenis miskonsepsi dapat dilihat
pada Lampiran 8. Persentase kemunculan miskonsepsi pada buku A lebih jelas
disajikan dalam Gambar 4.1.
Gambar 4. 1 Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Kemunculan Miskonsepsi
Pada Buku A
57
3. Kemunculan Miskonsepsi Pada Buku B
Hasil analisis miskonsepsi pada buku B dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4. 4 Hasil Analisis Buku B
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
1. B.8.4 Organisme yang
memiliki sel
prokariotik,
yaitu
Archaebacteria,
Eubacteria, dan
Cyanobacteria.
Organisme yang
memiliki sel
eukariotik, yaitu
Protista, Fungi
(jamur), Plantae
(tumbuhan), dan
Animalia
(hewan).
Unit dasar struktur dan fungsi setiap organisme
adalah salah satu dari dua tipe sel prokariot atau
eukariot. Hanya organisme dari domain Bacteria
dan Archaea yang terdiri dari sel-sel prokariot.
Protista, fungi, hewan, dan tumbuhan terdiri atas
sel-sel eukariot.26
Misidentifications Kata “memiliki” lebih tepat diganti dengan
“bertipe” karena pada pembahasan
sebelumnya dikatakan bahwa secara
struktural, terdapat dua tipe sel yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik. Jika
digunakan kata memiliki lebih mengarah
kepada kepunyaan, apabila digunakan kata
memiliki lebih mengarah pada kepunyaan
membran nukleus dan tidak pada sel
prokariotik dan eukariotik.
Sel-sel pada tubuh hewan/manusia dan tumbuhan
termasuk golongan sel eukariotik, sedangkan pada
mikroorganisme ada yang bersifat eukariotik-
misalnya protozoa, protista, dan jamur-dan ada
yang bersifat prokariotik misalnya bakteri dan blue
green algae atau ganggang biru hijau
(Cyanophyceae).27
2. B.12.3 Kitin
merupakan
bahan penyusun
Polisakarida struktural penting lainnya adalah kitin
(chitin), karbohidrat yang digunakan artropoda
(serangga, laba-laba, krustasea, dan hewan lain
Undergeneralizations Kitin bukan saja terkandung pada
eksoskeleton pada Arthropoda, seperti
serangga, laba-laba, dan udang tetapi kitin
26 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 106. 27 Eddyman W. Ferial., Op. Cit, h. 1.
58
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
eksoskeleton
pada
Arthropoda,
seperti
serangga, laba-
laba, dan udang.
yang ber-kerabat) untuk membangun
eksoskeletonnya. Eksoskeleton adalah pembungkus
keras yang mengelilingi bagian lunak hewan. Kitin
juga ditemukan pada banyak fungi, yang
menggunakan polisakarida ini sebagai materi
pembangun bagi dinding selnya, dan bukannya
selulosa.28
juga terkandung didalam dinding sel
organisme fungi (jamur).
Khitin merupakan komponen utama penyusun
dinding sel fungi yang ber-bentuk filamen.
Perannya dalam dinding sel fungi seperti selulosa
pada dinding sel tumbuhan tingkat tinggi.29
3. B.15.5 Untuk mengkaji
komponen
organel sel dan
fungsinya, ahli
sitologi
menggunakan
pendekatan
biokimiawi
yang disebut
fraksionasi sel
untuk
Suatu teknik yang berguna untuk mempelajari
struktur dan fungsi sel adalah fraksionisasi sel (cell
fractionitation), yang menjauhkan sel-sel dan
memisah-misahkan organel-organel utama serta
struktur subselular lain. Instrumen yang digunakan
adalah sentrifus, alat yang memutar tabung reaksi
berisi campuran sel-sel yang pecah pada berbagai
kecepatan.30
Misidentifications Dalam konteks kalimat tersebut antara
“pendekatan biokimiawi” dan “fraksionisasi
sel” merupakan suatu hal yang sama,
padahal fraksionisasi sel merupakan sebuah
metode atau teknik yang digunakan untuk
memisah-misahkan organel-organel utama
serta struktur subselular lain. Berdasarkan
sumber literature menurut Subowo,
Fraksionasi sel merupakan teknik memisah-
misahkan organel-organel sel dengan
struktur subselular lain dan digunakan
Para ahli biologi telah mengembangkan suatu
teknik pemecahan sel secara terkendali agar masih
dapat dilacak mengenai masing-masing lokasi
28 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 80. 29 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 33. 30 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 105.
59
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
mengisolasi
komponen-
komponen sel
yang ukurannya
berbeda.
strukturnya. Populasi murni jenis sel tertentu atau
“trah sel” yang dibiakkan secara homogen dapat
dianalisis secara biokimiawi dengan cara
memecahkan sel-sel tersebut dan dipisahkan
(fraksinasi) dengan ultrasentrifugasi lebih dahulu.31
pendekatan biokimia untuk menganalisisnya.
Jadi antara fraksionasi sel dan pendekatan
biokimiawi merupakan suatu istilah yang
berbeda.
Kata “komponen-komponen sel” pada
kalimat tersebut kurang tepat karena jika
disebut komponen-komponen sel terdiri dari
organel-organel sel, cairan, dan zat-zat
lainnya.
4. B.28.6 Dalam ilmu
ekologi,
tumbuhan
berperan
sebagai
produsen yang
mampu
membuat
makanannya
sendiri,
sedangkan
hewan berperan
sebagai
konsumen atau
pemakan.
Kehidupan di Bumi adalah kehidupan bertenaga
surya. Kloroplas tumbuhan menangkap energi
cahaya yang telah menempuh 150 juta kilometer
dari matahari dan mengubahnya menjadi energi
kimia yang disimpan dalam gula dan molekul-
molekul organik lain. Proses pengubahan ini
disebut fotosintesis (photosynthesis). Mari kita
mulai dengan menempatkan fotosintesis dalam
konteks ekologisnya. Organisme memperoleh
senyawa-senyawa organik yang di-gunakannya
untuk mendapat energi dan rangka karbon melalui
satu dari dua mode utama: nutrisi autotrofik atau
nutrisi heterotrofik. Autotrof (autotroph) adalah
‘pemberi-makan sendiri’ (auto berarti ‘sendiri’,
sedangkan trophos berarti ‘memberi makan’);
Overgeneralizations Kalimat pertama menjelaskan mengenai
peran tumbuhan sebagai produsen dan
hewan sebagai konsumen dalam ilmu
ekologi. Kalimat kedua menjelaskan
mengenai perbedaan peranan tersebut terjadi
karena organel-organel penyusun sel hewan
dan sel tumbuhan berbeda. Penjelasan lebih
tepat jika ditambahkan organel apa yang
menyebabkan tumbuhan berperan sebagai
produsen, yaitu karena tumbuhan memiliki
kloroplas yang terdapat pada organel
plastida yang menyebabkan tumbuhan dapat
membuat makanannya sendiri dengan cara
ber-fotosintesis. Hal tersebut perlu diperjelas
untuk menghindari mikonsepsi bahwa semua
31 Subowo., Op. Cit, h. 31.
60
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
Perbedaan
peranan tersebut
terjadi karena
sel tumbuhan
memiliki
organel-organel
sel yang tidak
dimiliki oleh
hewan,
begitupun
sebaliknya.
autotrof mempertahankan hidupnya sendiri tanpa
memakan apa pun yang berasal dari makhluk hidup
lain. Autotrof membuat molekul organiknya dari
CO2 dan bahan mentah anorganik lain dari
lingkungan. Hampir semua tumbuhan merupakan
autotrof. Heterotrof (heterotroph) mem-peroleh
materi organiknya melalui mode nutrisi utama
kedua. Karena tidak mampu membuat makanannya
sendiri, heterotrof hidup dari senyawa-senyawa
yang di-hasilkan organisme lain (hetero berarti
‘yang lain’).32
organel sel yang dimiliki sel tumbuhan
mengakibatkan sel tumbuhan memiliki peran
sebagai produsen.
Perbedaan yang paling nyata adalah bahwa hampir
semua sel tumbuhan mengandung plastida. Plastida
adalah organel khusus didalam sitoplasma; organel
ini dikelilingi oleh dua membran. Plastida yang
nyata dan secara khas ada pada sel tumbuhan hijau
adalah khloroplas. Seperti mitokhondria, khloroplas
dapat dipandang sebagai pabrik tenaga. Perbedaan
yang penting adalah bahwa khloroplas merupakan
pabrik tenaga matahari, menggunakan energi sinar,
sedangkan mitokhondria adalah pabrik tenaga
kimia yang menggunakan energi kimia molekul zat
makanan. Khloroplas menyerap energi sinar dan
menggunakannya untuk mereduksi karbondioksida
32 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 200.
61
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
membentuk karbohidrat seperti pati, dengan
membebaskan molekul oksigen (O2).33
5. B.33.18 Transpor aktif
meliputi pompa
ion, kotranspor,
dan endositosis-
eksositosis.
Eksositosis dan endositosis merupakan mekanisme
transpor molekul besar misalnya protein dan
polisakarida, serta partikel yang lebih besar,
biasanya melintasi membran secara massal melalui
mekanisme yang melibatkan pengemasan dalam
vesikel.34
Suatu pompa tunggal bertenaga ATP yang
mentranspor zat terlarut spesifik dapat
menggerakkan secara tidak langsung transpor aktif
beberapa zat terlarut lain dalam mekanisme yang
disebut kotranspor (cotransport).35
Misidentifications Endositosis dan eksositosis tidak termasuk
ke dalam transpor aktif karena transpor aktif
merupakan transpor yang pergerakan-nya
melawan gradien konsentrasi, sementara
endositosis dan eksositosis pergerakannya
tidak ditentukan oleh gradien konsentrasi
melainkan meng-gunakan pergerakan
vesikel, oleh karena itu endositosis dan
eksositosis termasuk ke dalam tranpor
makromolekul.
Endositosis dan eksositosis termasuk ke dalam
transpor molekul berukuran besar dan transpor
partikel. Pengangkutan makromolekul berukuran
besar dan partikel tidak mungkin melibatkan
protein membran seperti halnya transpor aktif.36
33 Albert L. Lehningher, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta: Erlangga, 1982), h. 38. 34 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 148-149. 35 Ibid., h. 147. 36 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 75.
62
Hasil Tabel 4.4 menunjukkan hasil analisis mikonsepsi yang dilakukan
pada buku B. Hasil analisis tersebut berdasarkan kesepakatan pengamat I dan
pengamat II yang telah dilakukan. Hasil analisis kemunculan miskonsepsi pada
buku B dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4. 5 Hasil Analisis Kemunculan Miskonsepi pada Buku B
No Jenis Miskonsepsi Jumlah
Miskonsepsi
Jumlah Kalimat
Pada Buku
Persentase
Jumlah
Kemunculan
Miskonsepsi
1 Misidentifications 3
456
0,7%
2 Overgeneralizations 1 0,2%
3 Oversimplifications 0 0%
4 Obsolete concepts and
terms 0 0%
5 Undergeneralizations 1 0,2%
Total Miskonsepsi Pada Buku B 5
Hasil pada Tabel 4.5 menunjukkan jenis miskonsepsi yang paling banyak
ditemukan adalah misidentifications yaitu sebanyak 3 buah. Persentase
kemunculan jenis miskonsepsi pada buku B kategori misidentifications sebanyak
0,7%. Kategori oversimplifications dan obsolete concepts and terms tidak
ditemukan. Perhitungan kemunculan miskonsepsi pada setiap jenis miskonsepsi
dapat dilihat pada Lampiran 8. Persentase kemunculan miskonsepsi pada buku B
lebih jelas disajikan dalam Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Kemunculan Miskonsepsi
Pada Buku B
MI; 0,7% OG; 0,2%
OS; 0%
OCT; 0%
UG; 0,2%
Tanpa Miskonsepsi;
98,9%
63
4. Kemunculan Miskonsepsi Pada Buku C
Hasil analisis miskonsepsi pada buku C dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4. 6 Hasil Analisis Buku C
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
1. C.6.28 Beberapa sifat
penting air
sebagai konstituen
dan media untuk
hidup adalah air
pelarut universal,
memiliki
viskositas yang
rendah,
menunjukkan
fenomena kapiler,
dapat menjaga
suhu tubuh
organisme, dan
membantu
pengaturan suhu
lingkungan.
Ahli kimia pada abad pertengahan mencoba mencari pelarut
universal yang bisa melarutkan apa saja. Mereka kemudian
menemukan bahwa tidak ada yang bekerja lebih baik daripada
air. Akan tetapi, air bukanlah pelarut universal. Jika ya, air akan
melarutkan wadah yang menjadi tempat penampungannya,
termasuk sel-sel kita. Namun air merupakan pelarut yang sangat
serba-bisa, sifat yang dapat kita runut hingga ke polaritas
molekul air.37
Overgeneralizations Pelarut universal adalah pelarut
yang dapat me-larutkan lebih
banyak zat daripada pelarut
lainnya. Air merupakan pelarut
polar. Berdasarkan kaidah like
dissolve like berarti suatu
senyawa akan larut pada pelarut
yang sama derajat kepolarannya,
senyawa polar larut pada pelarut
polar dan senyawa non polar larut
pada senyawa non polar. Air
dapat dikatan bukan merupakan
pelarut universal karena tidak
semua zat terlarut mempunyai
sifat kepolaran yang sama dengan
air.
Dalam ilmu kimia dikenal suatu istilah ”Like dissolves like”
yaitu jika molekul solute dan pelarut mirip, maka akan mudah
bagi keduanya untuk saling menggantikan sehingga mudah
untuk bercampur. Secara umum, terdapat kecendurungan kuat
bagi senyawa non polar untuk larut dalam pelarut yang bersifat
non polar dan senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke
dalam pelarut polar.38
Air merupakan pelarut polar. Air merupakan pelarut yang
sangat efektif untuk senyawa-senyawa ionik.39 Senyawa ionik
37 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 54. 38 Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis, (Yogyakarta: Andi, 2005), h.152. 39 Raymond Chang, dkk., Kimia Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 91.
64
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
akan jauh lebih larut dalam pelarut polar, dibandingkan dalam
pelarut non polar. Karena molekul pelarut non polar tidak
memiliki momen dipol. Senyawa ionik biasnya memiliki
kelarutan yang sangat rendah dalam pelarut non polar.40
2. C.8.16 Kitin banyak
digunakan oleh
serangga, laba-
laba, udang-
udangan, dan
hewan-hewan lain
untuk
membangun
eksoskeletonnya.
Polisakarida struktural penting lainnya adalah kitin (chitin),
karbohidrat yang digunakan artropoda (serangga, laba-laba,
krustasea, dan hewan lain yang ber-kerabat) untuk membangun
eksoskeleton-nya. Eksoskeleton adalah pembungkus keras yang
mengelilingi bagian lunak hewan. Kitin juga ditemukan pada
banyak fungi, yang menggunakan polisakarida ini sebagai
materi pembangun bagi dinding selnya, dan bukannya
selulosa.41
Undergeneralizations Kitin bukan saja terkandung pada
eksoskeleton pada Arthropoda,
seperti serangga, laba-laba, dan
udang tetapi kitin juga terkandung
didalam dinding sel organisme
fungi (jamur).
Khitin merupakan komponen utama penyusun dinding sel fungi
yang ber-bentuk filamen. Perannya dalam dinding sel fungi
seperti selulosa pada dinding sel tumbuhan tingkat tinggi.42
3. C.8.20 Pati adalah
polisakarida
cadangan
makanan yang
dibentuk dari
glukosa di dalam
Kloroplas adalah suatu anggota terspesialisasi dari famili
organel-organel tumbuhan yang berkerabat-dekat, yang disebut
plastida (plastid). Beberapa anggota lain adalah amiloplas,
plastida tak berwarna yang menyimpan pati (amilosa), terutama
pada akar dan umbi serta kromoplas yang memiliki pigmen
berwarna jingga dan kuning. Kloroplas mengandung pigmen
Misidentifications Kalimat pada buku menunjukan
bahwa amiloplas juga merupakan
tempat pem-bentukan glukosa.
Padahal amiloplas merupakan
tempat penyimpanan glukosa
(hasil dari fotosintesis). Glukosa
40 Ibid., h.6. 41 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 80. 42 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 33.
65
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
kloroplas dan
amiloplast pada
sel tumbuhan.
hijau yang bernama klorofil, serta berbagai enzim dan molekul
yang berfungsi dalam produksi gula secara fotosintesis.43
dibentuk di kloroplas. Kloroplas
merupakan organel khas
tumbuhan yang mengandung
klorofil yang memunculkan warna
hijau. Kloroplas ini terdapat pada
bagian-bagian tumbuhan yang
berwarna hijau. Amiloplas
merupakan plastida tidak
berwarna yang umumnya terdapat
pada akar dan umbi.
Sintesis pati. Karbohidrat simpanan pada tumbuhan kebanyakan
adalah dalam bentuk pati. Pada daun kebanyakan spesies
tumbuhan, pati diakumulasi di tempatnya disintesis, yakni pada
koroplas. Pada organ penyimpanan (buah, umbi, dan lain-lain),
pati ditimbun pada amiloplas. Sintesis pati pada amiloplas
menggunakan bahan baku sukrosa atau bentuk karbohidrat
sederhana lainnya yang dikirim dari daun. Jadi pada dasarnya,
pati selalu berada dalam plastida.44
4. C.9.19 Termasuk lemak
sederhana adalah
lemak (berupa
benda padat) dan
minyak (berupa
cairan). Kondisi
fisik keduanya
berbeda, tetapi
struktur kimianya
sama.
Lemak (fat) terbuat dari dua jenis molekul yang lebih kecil:
gliserol dan asam lemak. Pada pembuatan lemak, tiga molekul
asam lemak masing-masing menggabungkan diri dengan
gliserol melalui tautan ester, ikatan antara gugus hidroksil dan
gugus karboksil. Dengan demikian, lemak yang dihasilkan,
yang disebut juga triasilgliserol (triacylglycerol), terdiri dari
tiga asam lemak yang tertaut pada satu milekul gliserol. (Nama
lain lemak juga adalah trigliserida, kata yang sering ditemukan
dalam daftar komposisi pada kemasan makanan).
Lemak yang terbuat dari asam lemak jenuh disebut lemak jenuh.
Sebagian besar lemak hewan bersifat jenuh: Rantai hidrokarbon
pada asam lemaknya - ‘ekor’ molekul lemak – tidak memiliki
ikatan rangkap, dan fleksibilitas rantai hidrokarbon ini
Misidentifications Kalimat pada buku menyata-kan
bahwa struktur kimia antara
minyak dan lemak sama. Konsep
tersebut tidak tepat karena antara
minyak dan lemak memiliki
struktur kimia yang berbeda.
Lemak, berbentuk padatan pada
suhu ruangan dan memiliki asam
lemak jenuh. Rantai hidrokarbon
pada asam lemak jenuh ini tidak
memiliki ikatan rangkap dan
fleksibilitas rantai hidrokarbonnya
memungkinkan molekul-molekul
43 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 118-119. 44 Benyamin Lakitan, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) h. 150.
66
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
memungkinkan molekul-molekul lemak terkemas rapat. Lemak
hewan jenuh – misalnya kepala susu dan mentega – berwujud
padatan pada suhu ruangan, lemak tumbuhan dan ikan disebut
sebagai minyak – contohnya adalah minyak zaitun dan minyak
hati ikan kod. Tekukan-tekukan di lokasi ikatan rangkap cis
mencegah molekul-molekul terkemas cukup rapat, sehingga
tidak dapat memadat pada suhu ruangan.45
lemak terkemas rapat. Minyak,
ber-bentuk cair pada suhu
ruangan dan memiliki asam lemak
tidak jenuh. Rantai hidrokarbon
pada asam tidak jenuh ini
memiliki ikatan rangkap sehingga
tekukan-tekukan di lokasi ikatan
rangkap cis mencegah molekul-
molekul terkemas cukup rapat,
sehingga tidak dapat memadat
pada suhu ruangan.
Jadi, keberadaan ikatan
rangkaplah yang membuat
struktur kimia antara lemak dan
minyak berbeda.
Lipida yang paling sederhana dan paling banyak mengandung
asam lemak sebagai unit penyusun adalah triasilgliserol, juga
seringkali dinamakan lemak, lemak netral, atau trigliserida.
Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan
atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi
umumnya tidak dijumpai pada membran. Kebanyakan lemak
alami, seperti minyak olive, mentega dan lemak makanan
lainnya merupakan campuran dari triasilgliserol sederhana dan
campuran yang mengandung berbagai jenis asam lemak yang
berbeda dalam panjang rantai dan derajat kejenuhan.
Triasilgliserol yang hanya mengandung asam lemak jenuh
seperti tristearin, komponen utama dari lemak ginjal sapi,
merupakan padatan putih berlemak pada suhu kamar.
Triasilgliserol yang mengandung tiga asam lemak tidak jenuh,
seperti triolein, komponen utama minyak olive, bersifat cairan.
Lemak-lemak ini terdiri dari campuran triasilgliserol, tetapi
berbeda dalam komposisi asam lemaknya, dan karenanya
45 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 81.
67
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
berbeda pula dalam titik lelehnya. Minyak olive, yang
berbentuk cair pada suhu kamar terutama mengandung asam
lemak (cair) tidak jenuh. Lemak sapi, yang kaya akan asam
lemak jenuh berantai panjang, berbentuk padatan pada suhu
kamar.46
5. C.9.25 Fosfolipid
merupakan
komponen
pembentuk
struktur dinding
sel.
Komposisi kimiawi dinding sel yang pasti bervariasi antara
spesies yang satu dengan spesies yang lain, dan bahkan antara
tipe sel yang satu dengan tipe sel yang lain pada tumbuhan yang
sama, namun rancangan dasar dinding sel konsisten. Mikrofibril
yang terbuat dari polisakarida selulosa disintesis oleh enzim
yang disebut selulosa sintase dan disekresikan ke dalam ruang
ekstraseluler. Di situ, mikrofibril tertanam dalam matriks yang
terdiri dari polisakarida lain dan protein.47
Fosfolipid bersifat esensial bagi sel karena merupakan
komponen membran sel. Struktur fosfolipid merupakan contoh
klasik bagaimana bentuk sesuai dengan fungsi pada tingkat
molekular. Fosfolipid mirip dengan lemak namun hanya
memiliki dua asam lemak yang melekat ke gliserol, bukan
tiga.48
Misidentifications Kalimat pada buku menyatakan
bahwa fosfolipid merupakan
komponen pem-bentuk dinding
sel. Fosfolipid merupakan lipid
yang paling banyak menyusun
membran sel, bukan dinding sel.
Pada dinding sel tumbuhan tidak
ditemukan fosfolipid, pada
dinding sel fungi tidak ditemkan
fosfolipid dan pada dinding sel
bakteri juga tidak ditemukan
fosfolipid.
Pada dinding sel tumbuhan
terdapat komponen penyusun lain
selain polisakarida, diantaranya
protein structural dan plastik
biologik. Lignin dan kutin
Komponen utama penyusun dinding sel tumbuhan adalah
polisakarida. Ada tiga macam polisakarida penyusun dinding sel
tumbuhan tingkat tinggi, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan
46 Albert L. Lehningher., Op. Cit, h. 344-346. 47 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 127. 48 Ibid., h. 82.
68
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
polisakarida pektat atau sering disebut substansi pektat.
Terdapat pula protein structural pada dinding primer, dan plastik
biologik sebagai pengisi dan penutup permukaan luar dari
dinding primer maupun dinding sekunder.49
termasuk ke dalam plastik
biologik. Lignin dapat dijumpai
pada dinding sel sekunder
maupun primer tumbuhan. Kutin,
umumnya sebagai penutup
permukaan sel. Struktur dari kutin
sendiri belum jelas, tetapi sudah
diketahui mengandung asam
lemak, gugus hidroksil pada C16-
C18 terikat secara kovalen dan
ikatan ester (Sumadi dan Aditya,
2007: 40).
Dinding sel bakteri tersusun atas peptidoglikan (juga dikenal
sebagai murein), yang menyebabkan kakunya dinding sel.
Peptidoglikan merupakan polimer (molekul besar) yang terdiri
atas perulangan disakarida yang tersusun atas monosakarida N-
acetylglucosamine (NAG) dan N-acetylmuramic acid (NAM).
Dinding sel bakteri gram positif mengandung banyak lapisan
peptidoglikan (murein) yang membentuk struktur yang tebal dan
kaku, dan asam teikoat (teichoic acid) yang mengandung
alkohol (gliserol atau ribitol) dan fosfat.50
6. C.9.36 Lemak turunan,
yaitu senyawa
hasil proses
hidrolisis lemak.
Termasuk dalam
kelompok ini
antara lain asam
lemak, sterol, dan
kolesterol.
Banyak hormon, juga kolesterol, merupakan steroid, yaitu lipid
yang dicirikan oleh rangka karbon yang tersusun atas empat
cincin yang menyatu. Steroid-steroid yang berbeda memiliki
gugus kimia yang bervariasi pada rangkaian cincin ini.
Kolesterol (cholesterol) adalah komponen umum membran sel
hewan dan juga merupakan prekursor untuk sintesis steroid-
steroid lain.51
Misidentifications Kolesterol bukan merupakan
senyawa hasil proses hidrolisis
lemak. Kolesterol merupakan
steroid, dimana steroid adalah
molekul kompleks. Proses
hidrolisis adalah proses
pemecahan suatu senyawa dari
berwujud kompleks menjadi
sederhana. Sedangkan kolesterol
Lipida yang didiskusikan sampai saat ini bersifat dapat
disabunkan; yaitu, senyawa ini terhidrolisa oleh pemanasan
49 Sumadi, Aditya., Op. CitI, h. 37-38. 50 Sylvia T. Pratiwi, Mikrobiologi Farmasi, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 26-28. 51 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 83.
69
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
dengan alkali, menghasilkan sabun dari komponen asam
lemaknya. Sel juga mengandung lipida yang tidak ter-sabunkan,
yang tidak mengandung asam lemak, dan karenanya, tidak dapat
membentuk sabun. Terdapat dua kelas utama lipida yang tidak
tersabunkan, steroid dan terpen. Di sini, kita akan
mendiskusikannya hanya steroid yang merupakan komponen
penting membran.
Steroid adalah molekul kompleks yang larut di dalam lemak
dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang
paling banyak adalah sterol, yang merupakan steroid alkohol.
Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol
dan senyawa turunan esternya, dengan lemaknya yang berantai
panjang adalah komponen penting dari plasma lipoproteindan
dari membran sel sebelah luar.52
sendiri tergolong steroid yang
merupakan molekul kompleks.
Dalam jalur pem-bentukan
kolesterol juga tidak ada peran
enzim hidrolase yang berfungsi
dalam proses hidrolisis.
Antara kolesterol dan sterol dalam
kalimat tersebut merupakan suatu
hal yang berbeda, padahal
kolesterol adalah sterol utama
pada jaringan hewan.
7. C.9.39 Kolesterol
merupakan
komponen utama
membran sel dan
selubung mielin.
Lipid dan protein adalah bahan penyusun utama membran,
walaupun karbohidrat juga penting. Lipid yang paling melimpah
di sebagian besar membran adalah fosfolipid.53
Misidentifications Kalimat pada buku menyata-kan
bahwa kolesterol adalah
komponen utama membran sel.
Komponen utama penyusun
membran sel adalah lipid, protein
dan karbohidrat. Jenis lipid yang
terbanyak yang menyusun
membran sel adalah fosfolipid
Komponen penyusun membran plasma adalah lipid, protein dan
karbohidrat. Molekul-molekul lipid dari membran plasma
ternyata tersusun dari 3 jenis yaitu: a. Fosfolipid, yang
terbanyak; b. Kolesterol, dan; c. Glikolipid.54
52 Albert L. Lehningher., Op. Cit, h.. 53 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 135. 54 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 56.
70
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
bukan kolesterol. Akan tetapi
kolesterol juga merupakan jenis
lipid penyusun membran plasma.
8. C.15.3 Untuk
membandingkan
struktur umum sel
kariotik dan
eukariotik serta
tubuh virus,
perhatikan
Gambar 1.10.
Kata eukaryotic berasal dari kata Yunani eu, sejati dan karyon,
bagian dalam biji, di sini mengacu pada nukleus. Dalam sel
prokariot (prokaryotic cell, dari kata Yunani pro, sebelum dan
karyon).55
Misidentifications Kata “sel kariotik” pada buku
tidak tepat, seharusnya adalah “sel
prokariotik” karena jika “kariotik”
saja artinya adalah “inti”.
Penulisan tersebut kurang kata
“pro” sehingga menimbulkan arti
yang ber-beda.
Istilah prokariotik, dibangun dari kata pro dan karyon. Pro,
artinya sebelum dan karyon atrinya inti. Jadi sel prokariotik
berarti “sebelum inti”.56
9. C.15.16 Namun demikian,
ada beberapa jenis
Protozoa, yang
selnya terlindungi
oleh cangkok
yang kuat dan
kerat. Cangkok
tersebut umumnya
tersusun atas zat
kersik dan pelikel,
Pelikel pada Euglena merupakan pita-pita protein di bawah
membran plasma yang memberikan kekuatan dan fleksibilitas
(Euglena tidak memiliki dinding sel).57
Protista yang dikenal sebagai foraminifera (dari kata Latin
foramen, lubang kecil, dan ferre, mengangkut), atau foram,
dinamai demikian karena cangkang berporinya, disebt testa.
Testa foram terdiri dari sepotong material organik tunggal yang
diperkeras oleh kalsium karbonat. Protista yang disebut
radiolaria memiliki rangka internal yang rumit dan simetris
yang umumnya terbuat dari silika.58
Misidentifications
Kalimat pada buku me-nyatakan
bahwa Euglena dan Radiolaria
cangkoknya tersusun atas zat
kersik dan pelikel. Jadi, kedua
kelompok protozoa tersebut
dianggap cangkoknya tersusun
oleh zat kersik dan pelikel.
Padahal, Euglena sendiri
terlindungi oleh pelikel yang
merupakan pita-pita protein dan
55 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 107. 56 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 1. 57 Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 145. 58 Ibid., h. 154.
71
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
dijumpai misalnya
pada Euglena dan
Radiolaria.
Pada beberapa kelompok spons, serat-serat ini merupakan
spikula tajam yang terbuat dari kalsium karbonat atau silika.59
sama sekali tidak tersusun dari zat
kersik.
Radiolaria sendiri rangka
internalnya terbuat dari silika,
sedangkan Foraminifera sendiri
cangkoknya tersusun atas kalsium
karbonat.
Menurut Campbell, kalsium
karbonat dan silikat berbahan
sama. Sedangkan zat kersik
adalah silikon dalam bentuk
mineral
Species sampel kelas Flagellata adalah Euglena viridis.
Deskripsi Euglena viridis sebagai berikut: Bentuk tubuh tetap
karena ada selubung pellicula.60
Ordo Foraminifera. Tipe pseudopodanya Axopoda; shell
tersusun dari zat kapur.61
Pelikel adalah lapisan yang meliputi membran sitoplasma sel.
Pada beberapa spesies ameba pelikel ini merupakan lapisan
yang tipis dan tidak kompak. Banyak protozoa membentuk
struktur kerangka yang memberikan kekakuan kepada sel
selnya. Lapisan penutup yang longgar ini yang ada di sebelah
luar pelikel dinamakan cangkang atau cangkerang (shell);
terdiri dari bahan organik yang diperkuat dengan zat-zat
anorganik seperti kalsium karbonat atau silika. Adanya pelikel,
dan bukannya dinding sel, sebagai penutup merupakan salah
satu ciri pembeda yang utama dalam kelompok protozoa ini.62
10. C.15.32 Zat lain yang
umum dalam
sitoplasma adalah
glukosa, asam
Sitoplasma berada dalam sistem koloid kompleks, sebagian
besar adalah air yang di dalamnya terlarut molekul-molekul
kecil maupun besar (makromolekul), ion-ion, dan bahan hidup
atau organela.63
Overgeneralizations “Tetesan minyak” dalam kalimat
tersebut seharusnya ditulis lipid
saja. Walaupun minyak termasuk
ke dalam lipid tetapi minyak
59 Ibid., h. 242. 60 Nurhadi, Febri Yanti, Taksonomi Invertebrata, (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h. 14-15. 61 Ibid., h. 8. 62 Pelczar, Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 2015) h. 220-221. 63 Sumadi, Aditya, Op. Cit, h. 6.
72
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
amino, vitamin,
mineral, tetesan
minyak, dan
butiran makanan.
Sedang sitoplasma terdiri atas matriks atau sitosol terbenamnya
organela, sitoskeleton dan timbunan karbohidrat, lipid dan
pigmen. Protoplasma dari sel hewan dan tumbuhan
mengandung 75 – 85 % air, 10 – 20 % protein, 2 – 3 % lipid, 1
% karbohidrat, dan 1 % bahan anorganik.64
merupakan asam lemak tak jenuh
yang biasanya terkandung pada
tumbuhan. Jadi, kata “tetesan
minyak” tidak dapat digeneralisir
terkandung pada sitoplasma pada
sel.
11. C.21.26 Di bawah
mikroskop,
struktur kloroplas
tampak seperti
pada Gambar
1.21.
Mikroskop elektron mengungkapkan banyak organel dan
struktur subseluler lain yang tidak mungkin diresolusi dengan
mikroskop cahaya .65
Overgeneralizations Kalimat pada buku menyatakan
bahwa kloroplas dapat terlihat
dengan menggunakan mikroskop.
Mikroskop disini harus lebih
diperjelas, yaitu dengan
menggunakan mikroskop
elektron. Karena jika
menggunakan mikroskop cahaya
organel kloroplas tidak dapat
terlihat.
Perbedaan mendasar antara mikroskop elektron dengan
mikroskop cahaya adalah sumber radiasi yang digunakan.
Dengan menggunakan pancaran elektron, objek yang bisa
diamati lebih kecil, sehingga kita akan mendapatkan gambar
yang lebih detail dari sel.66
12. C.30.21 Proses transpor
aktif
makromolekul
dapat terjadi
melalui
Eksositosis dan endositosis merupakan mekanisme transpor
molekul besar misalnya protein dan polisakarida, serta partikel
yang lebih besar, biasanya melintasi membran secara massal
melalui mekanisme yang melibatkan pengemasan dalam
vesikel.67
Misidentificatios Endositosis dan eksositosis tidak
termasuk ke dalam transpor aktif
karena transpor aktif merupakan
transpor yang pergerakannya
melawan gradien konsentrasi,
64 Subowo, Op. Cit, h. 91. 65 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 105. 66 Lucia M. Santoso, Didi Jaya, Op. Cit., h. 17. 67 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 148-149.
73
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori
Miskonsepsi
Keterangan
endositosis dan
eksositosis
Endositosis dan eksositosis termasuk ke dalam transpor molekul
berukuran besar dan transpor partikel. Pengangkutan
makromolekul berukuran besar dan partikel tidak mungkin
melibatkan protein membran seperti halnya transpor aktif.68
sementara endositosis dan
eksositosis pergerakannya tidak
ditentukan oleh gradien
konsentrasi melainkan meng-
gunakan pergerakan vesikel, oleh
karena itu endositosis dan
eksositosis termasuk ke dalam
tranpor makromolekul.
68 Sumadi, Aditya., Op. Cit, h. 75.
74
13. Kode gambar: A.10.(1.5) Diambil dari: Campbell, 2008: 119 Diambil dari: Sumadi dan Aditya, 2007: 94.
Keterangan Secara esensial memang gambar mitokondria tersebut sudah menunjukan sisi luar dan sisi salam membran
mitokondria. Tetapi bagian lain yang penting dalam mitokondria, yaitu ribosom dan DNA juga penting.
Bagian DNA sendiri dipaparkan pada pararaf selanjutnya setelah gambar. Jadi, ilustrasi mitokondria ini
kurang representatif untuk menggambarkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada mitokondria.
Kategori Miskonsepsi Undergeneralizations
75
Hasil Tabel 4.6 menunjukkan hasil analisis mikonsepsi yang dilakukan
pada buku C. Hasil analisis tersebut berdasarkan kesepakatan pengamat I dan
pengamat II yang telah dilakukan. Hasil analisis kemunculan miskonsepsi pada
buku C dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4. 7 Hasil Analisis Kemunculan Miskonsepi pada Buku C
No Jenis Miskonsepsi Jumlah
Miskonsepsi
Jumlah Kalimat
Pada Buku
Persentase
Jumlah
Kemunculan
Miskonsepsi
1 Misidentifications 8
651
1,2%
2 Overgeneralizations 3 0,5%
3 Oversimplifications 0 0%
4 Obsolete concepts and
terms 0 0%
5 Undergeneralizations 2 0,3%
Total Miskonsepsi Pada Buku C 13
Hasil pada Tabel 4.7 menunjukkan jenis miskonsepsi yang paling banyak
ditemukan adalah misidentifications yaitu sebanyak 8 buah. Persentase
kemunculan jenis miskonsepsi pada buku C kategori misidentifications sebanyak
1,2%. Kategori oversimplifications dan obsolete concepts and terms tidak
ditemukan. Perhitungan kemunculan miskonsepsi pada setiap jenis miskonsepsi
dapat dilihat pada Lampiran 8. Persentase kemunculan miskonsepsi pada buku C
lebih jelas disajikan dalam Gambar 4.3.
Gambar 4. 3 Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Kemunculan Miskonsepsi
Pada Buku C
MI; 1,2%OG; 0,5% OS; 0,0%
OCT; 0,0%
UG; 0,3%
Tanpa Miskonsepsi;
98%
76
5. Perbandingan Miskonsepsi Pada Buku A, B, dan C
Data kategori miskonsepsi yang didapatkan pada buku A, B, dan C
digunakan untuk mendapatkan persentase setiap kategori miskonsepsi pada ketiga
buku tersebut. Data tersebut disajikan pada Tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4. 8 Hasil Analisis Jumlah Kemunculan Miskonsepsi untuk Setiap Kategori
No Jenis Miskonsepsi Jumlah Miskonsepsi
dalam Buku
Jumlah
Miskonsepsi
A B C
1 Misidentifications 8 3 8 19
2 Overgeneralizations 2 1 3 6
3 Oversimplifications 1 0 0 1
4 Obsolete concepts and terms 0 0 0 0
5 Undergeneralizations 2 1 2 5
Tabel 4.8 menggambarkan setiap kategori miskonsepsi pada ketiga buku
berbeda-beda. Jumlah miskonsepsi yang terbanyak pada ketiga buku adalah
kategori misidentifications, yaitu sebanyak 19 buah, overgeneralization berjumlah
6 buah, under generalization sebanyak 5 buah, serta oversimplifications dan
obsolete concepts and terms tidak ditemukan.
a. Perbandingan Miskonsepsi Kategori Misidentifications
Data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa buku A dan C merupakan buku
yang paling banyak mengalami miskonsepsi untuk kategori misidentifications,
yaitu sebanyak 8 buah dengan persentase tertinggi 42,1%. Buku B memiliki
miskonsepsi kategori misidentifications sebanyak 3 buah dengan persentase
15,8%. Perhitungan kemunculan miskonsepsi misidentifications dapat dilihat pada
Lampiran 8. Persentase perbandingan ketiga buku yang mengalami miskonsepsi
kategori misidentifications dapat dilihat pada Gambar 4.4 dibawah ini:
77
Gambar 4. 4 Diagram Batang Perbandingan Persentase Misidentifications Pada
Buku A, B, dan C
b. Perbandingan Miskonsepsi Kategori Overgeneralizations
Data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa buku C merupakan buku yang
paling banyak mengalami miskonsepsi untuk kategori overgeneralizations, yaitu
sebanyak 3 buah dengan persentase tertinggi 50%. Buku B memiliki miskonsepsi
kategori overgeneralizations sebanyak 1 buah dengan persentase terendah 16,7%.
Buku A memiliki miskonsepsi kategori overgeneralizations sebanyak 2 buah
dengan persentase 33,3%. Perhitungan kemunculan miskonsepsi
overgeneralizations dapat dilihat pada Lampiran 8. Persentase perbandingan
ketiga buku yang mengalami miskonsepsi kategori overgeneralizations dapat
dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini:
42,1%
15,8%
42,1%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
45,00%
Buku A Buku B Buku C
78
Gambar 4. 5 Diagram Batang Perbandingan Persentase Overgeneralizations Pada
Buku A, B, dan C
c. Perbandingan Miskonsepsi Kategori Oversimplifications
Data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hanya buku A yang mengalami
miskonsepsi kategori oversimplifications, yaitu sebanyak 1 buah dengan
persentase 100%. Buku B dan C tidak mengalami miskonsepsi kategori
oversimplifications, dimana keduanya memiliki persentase 0%. Perhitungan
kemunculan miskonsepsi oversimplifications dapat dilihat pada Lampiran 8.
Persentase perbandingan ketiga buku yang mengalami miskonsepsi kategori
oversimplifications dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini:
Gambar 4. 6 Diagram Batang Perbandingan Persentase Oversimplifications Pada
Buku A, B, dan C
100%
0% 0%0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Buku A Buku B Buku C
33,3%
16,7%
50,0%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
Buku A Buku B Buku C
79
d. Perbandingan Miskonsepsi Kategori Undergeneralizations
Data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa buku A dan C mengalami
miskonsepsi kategori undergeneralizations sebanyak 2 buah dengan persentase
40%. Buku B mengalami miskonsepsi kategori undergeneralizations sebanyak 1
buah dengan persentase 20%. Perhitungan kemunculan miskonsepsi
undergeneralizations dapat dilihat pada Lampiran 8. Persentase perbandingan
ketiga buku yang mengalami miskonsepsi kategori undergeneralizations dapat
dilihat pada Gambar 4.7 dibawah ini:
Gambar 4. 7 Diagram Batang Perbandingan Persentase Undergeneralizations
Pada Buku A, B, dan C
40%
20%
40%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Buku A Buku B Buku C
80
B. Pembahasan
Materi sel terdapat dalam kurikulum 2013, dimana materi ini dipelajari di
kelas XI semester ganjil. Materi sel yang dimuat pada buku teks SMA kelas XI
disusun berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
terdapat pada Permendikbud No. 24 tahun 2016. KD tersebut terdapat pada KD
3.1 dan 3.2. KD 3.1 berbunyi menjelaskan komponen kimiawi penyusun sel,
struktur, fungsi, dan proses yang berlangsung dalam sel sebagai unit terkecil
kehidupan. Selanjutnya, KD 3.2 berbunyi menganalisis berbagai bioproses dalam
sel yang meliputi mekanisme transpor membran, reproduksi, dan sintesis
protein.69 KD 3.1 dan 3.2 tersebut dimuat dalam satu bab materi sel dalam buku
teks biologi. Berdasarkan ketiga buku teks yang telah dianalisis sub bab materi sel
sendiri yaitu, Penemuan dan Teori Tentang Sel, Tipe Sel, Komponen Kimiawi
Penyusun Sel, Sturktur Sel dan Fungsinya, Perbedaan Sel Hewan dan Sel
Tumbuhan, Mekanisme Transpor melalui Membran Plasma, Sintesis Protein, dan
Pembelahan Sel. Berdasarkan uraian materi tersebut terlihat bahwa materi sel
mengandung berbagai konsep dasar biologi yang berkaitan dengan biokimia,
genetika, mikrobiologi, fisiologi hewan dan tumbuhan. Konsep-konsep dasar pada
materi sel tersebut merupakan pengetahuan awal untuk membangun pengetahuan
selanjutnya. Seperti yang dijelaskan Ratna Wilis Dahar dalam buku “Teori Belajar
dan Pembelajaran”, konsep merupakan batu pembangun berfikir, konsep
merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip
dan generalisasi.70 Materi sel akan dipelajari pada tingkat selanjutnya, yaitu di
kelas XII tentang pembelahan sel. Untuk itu ada baiknya materi sel yang terdapat
di kelas XI disajikan dengan miskonsepsi seminimal mungkin dan bahkan
dihilangkan.
Miskonsepsi merupakan ketidaksesuaian konsep yang diutarakan dengan
pengertian ilmiah secara umum atau tidak sesuai dengan apa yang disepakati oleh
pakar ahli.71 Sumber miskonsepsi bisa berasal dari buku teks yang digunakan
dalam pembelajaran, guru yang salah menafsirkan, dan atau peserta didik.
Miskonsepsi ini akan menyebabkan terhalangnya proses pemahaman materi
69 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit, h. 3. 70 Ratna Wilis Dahar., Op. Cit, h. 62. 71 Ceren Tekkaya, Op. Cit., h. 259.
81
biologi.72 Buku teks merupakan acuan wajib bagi guru dan peserta didik tentunya
harus terlebih dahulu terhindar dari miskonsepsi. Hal tersebut merujuk kepada
fungsi dari buku teks yang digunakan sebagai sumber informasi dan sebagai alat
dasar pembelajaran.73 Buku teks memainkan peran yang penting dalam proses
pembelajaran. Kesalahan konsep pada buku teks seharusnya sudah diketahui
sebelum proses pembelajaran dimulai, sehingga miskonsepsi akibat dari
pengunaan buku teks dapat terhindarkan.74
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks yang dianalisis mengandung
miskonsepsi atau konsep yang kurang tepat berdasarkan konsep yang diakui
dalam kalangan ilmiah. Analisis miskonsepsi pada konsep sel di buku A yang
terdiri dari 20 halaman mengalami miskonsepsi sebesar 7,4% yang terdiri dari 13
konsep. Persentase miskonsepsi pada buku B yang terdiri dari 34 halaman sebesar
1,1%. Persentase miskonsepsi pada buku C yang terdiri dari 33 halaman sebesar
2%. Persentase kebenaran konsep jauh lebih tinggi dari persentase miskonsepsi,
yang mengindikasikan bahwa sebagian besar konsep yang termuat pada buku teks
benar. Persentase miskonsepsi yang terjadi pada ketiga buku dalam rentang 1,1-
7,4%, dengan persentase miskonsepsi tertinggi pada buku teks A. Pada penelitian
sebelumnya oleh Nurul Fajrina dalam “Analisis Miskonsepsi Buku Teks Pelajaran
Biologi Kelas XI Semester 1 SMAN di Kota Banda Aceh” menunjukkan bahwa
miskonsepsi yang terdapat pada materi ini hanya 9%. Pada materi sel, terdapat 7
konsep miskonsepsi. Konsep-konsep tersebut adalah pengertian sel prokariot,
ketebalan membran sel, letak pori-pori inti, ukuran pori-pori inti, penyusun
mikrotubula, ketebalan dinding sel, dan organisme-organisme yang memiliki
dinding sel.75 Penelitian lain yang menganalisis mengenai miskonsepsi pada buku
teks di materi sel oleh Adisendjaja dan Oom dalam “Identifikasi Kesalahan dan
Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU” menunjukkan bahwa dalam buku teks
72 Ibid., h. 264. 73 Jeannie Oakes, Marisa, Access to Textbooks, Instructional Materials, Equipment, and
Technology: Inadequacy and Inequality in California’s Public School, 2002, Williams Watch
Series, https://escholarship.org/uc/item/4ht4z71v, h. 1-10. 74 Mehmet Bahar, 2003, Misconceptions in Biology Education and Conceptual Change
Strategies, Educational Science, Vol. 3, No.I, h. 59. 75 Abdullah, Safrida, Nurul Fajriana, Op. Cit, h. 62.
82
biologi SMA ditemukan miskonsepsi pada materi struktur dan fungsi sel sebanyak
10,3% dari 6 konsep yang mengalami miskonsepsi.76
Frekuensi miskonsepsi mengindikasikan bahwa pada buku teks terdapat
miskonsepsi dalam kategori tertentu. Empat jenis miskonsepsi ditemukan pada
buku teks A, yaitu misidentification, overgeneralization, oversimplification, dan
under generalization. Tiga jenis miskonsepsi ditemukan pada buku teks B dan C,
yaitu misidentification, overgeneralization, dan undergeneralization. Tidak
ditemukan miskonsepsi kategori obsolete concepts and terms Kategori tertinggi
pada masing-masing konsep adalah misidentification. Hal tersebut menunjukkan
bahwa konsep-konsep pada materi sel cukup rumit untuk dipahami, sehingga
dalam penuturan atau penyampaian oleh penulis banyak yang kurang tepat.
Kategori misidentification memiliki ciri ketika konsep yang diutarakan
bertentangan dengan naskah ilmiah pada umumnya. Beberapa konsep yang
mengalami miskonsepsi kategori misidentification pada buku A dapat dilihat pada
Tabel 4.2 nomor 10. Konsep tersebut mengalami misidentifications karena kata
“reproduksi” pada kalimat tersebut tidak tepat. Lebih tepat jika diganti dengan
kata “pembelahan”. Karena mitosis dan meiosis pada sel lebih mengarah pada
fungsi sel multiseluler untuk beregenerasi. Sedangkan “reproduksi” mengarah
pada dihasilkannya organisme yang baru, dimana fungsi sel tersebut pada sel jenis
uniseluler. Maka kata “pembelahan” sel lebih tepat digunakan. Pada ketiga buku
teks ditemukan satu konsep yang sama yang mengalami miskonsepsi kategori
misidentifications, yaitu konsep mengenai endositosis dan eksositosis yang
termasuk ke dalam transpor aktif. Analisis mengenai konsep tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.2, 4.4 dan 4.6. Konsep transpor aktif terdapat pada subbab
transportasi pada membran sel.
Kategori overgeneralization memiliki ciri ketika konsep yang diutarakan
tidak memperhatikan batasan pengecualian. Beberapa konsep yang mengalami
miskonsepsi kategori overgeneralization dapat dilihat pada Tabel 4.2, 4.4 dan 4.6.
Buku C yang paling banyak mengalami miskonsepsi kategori overgeneralizations.
Salah satu contohnya pada Tabel 4.6 nomor 10 mengenai zat-zat yang umum
terdapat dalam sitoplasma. Pada buku teks C disebutkan bahwa “tetesan minyak”
76 Yusuf Hilmi Adisendjaja dan Oom Romlah., Op. Cit, h. 7.
83
terdapat dalam sitoplasma. “Tetesan minyak” dalam kalimat tersebut tidak
memperhatikan batasan dalam penggunaannya. Karena “tetesan minyak” yang
dimaksud tergolong ke dalam apa.
Kategori oversimplification memiliki ciri ketika peggunaan analogi untuk
suatu konsep yang diutarakan keliru; konsep tidak disampaikan secara utuh, dan;
sebagian isi konsep dihilangkan, sehingga pernyataan menjadi kurang lengkap
atau salah. Hanya buku A yang terdapat miskonsepsi kategori oversimplifications.
Pada buku A terdapat konsep yang membahas mengenai pengertian eksositosis.
Pengertian eksositosis dalam buku tersebut tidak dijelaskan arah pergerakannya,
sehingga konsep tersebut terlalu disederhanakan. Analisis konsep mengenai
pengertian eksositosis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 nomor 11.
Kategori under generalization memiliki ciri konsep yang dikemukakan hanya
merujuk pada sebagian objek atau permasalahan biologi; dan konsep yang
dikemukakan hanya bisa digunakan untuk merumuskan sebagian konsep atau
masalah. Terdapat konsep yang sama yang mengalami miskonsepsi kategori
under generalizations pada buku B dan C. Konsep tersebut membahas tentang
kandungan kitin. Pada buku B dan C disebutkan bahwa kandungan kitin terdapat
pada eksoskeleton kelompok arthropoda. Padahal kitin juga terkandung di dalam
dinding sel organisme fungi (jamur). Analisis konsep tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.2 dan Tabel 4.6 nomor 2.
Menurut Anwar Efendi dalam tulisannya yang berjudul “Beberapa Catatan
tentang Buku Teks Pelajaran di Sekolah”, buku pelajaran memiliki peran baik di
kelas maupun di luar kelas, sangat dominan dan memiliki fungsi yang sangat
penting dalam suatu sistem pendidikan.77 Sesuai dengan Permendikbud Nomor 8
Tahun 2016 pada Pasal 1 yaitu, buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran
utama untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti dan dinyatakan
layak oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk digunakan pada
satuan pendidikan.78 Jadi, buku teks di sekolah sangat berperan dalam menunjang
proses belajar mengajar.
77 Anwar Efendi. 2009. Beberapa Catatan tentang Buku Teks Pelajaran di Sekolah. Jurnal
Tarbiyah STAIN Purwokerto. Vol.12, No.2, h. 3. 78 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8, Op. Cit, h. 2.
84
Analisis miskonsepsi pada konsep sel berdasarkan ketiga buku yang
digunakan menunjukan bahwa buku A memiliki persentase miskonsepsi tertinggi,
sebesar 7,4%, dan buku B yang terendah yaitu 1,1%. Adapun diantara ketiga
buku tersebut diperoleh buku yang persentase kebenarannya relatif tinggi yaitu,
buku B dengan persentase miskonsepsi 1,1%. Tujuan dilakukannya perbandingan
dari ketiga buku adalah untuk mencari yang terbaik, dari buku yang baik. Banyak
aspek atau sisi yang dapat dilihat, namun dalam hal ini adalah aspek ketepatan
konsep buku karena dianggap paling mendasar untuk dapat tersampaikannya
suatu materi.
85
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa buku teks biologi SMA kelas XI kurikulum 2013 pada konsep
sel yang digunakan oleh beberapa sekolah negeri di Kota Tangerang Selatan
mengandung konsep yang mengalami miskonsepsi. Besarnya miskonsepsi pada
buku teks A, B, dan C berturut-turut yaitu 7,4%, 1,1%, dan 2%. Kategori
miskonsepsi yang ditemukan pada ketiga buku teks adalah misidentification,
overgeneralization, dan undergeneralization, sedangkan kategori
oversimplifications hanya ditemukan pada buku teks A. Kategori obsolete terms
and concepts tidak ditemukan pada ketiga buku tesebut. Jumlah konsep yang
mengalami miskonsepsi sebanyak 31 konsep.
B. Saran
1. Guru diharapkan mampu memberikan referensi sumber lain bagi belajar
peserta didik dan tidak terpaku pada satu sumber buku teks. Bagi peserta
didik diharapkan tidak terfokus atau terpaku pada satu sumber informasi
dalam proses pembelajaran, sehingga banyak informasi yang akan diperoleh.
2. Terdapat beberapa jenis miskonsepsi yang ditemukan pada buku teks biologi
pada penelitian ini. Penulis buku teks dapat menghindari mikonsepsi tersebut
dengan cara memberikan contoh analogi yang lebih sederhana dan
kontekstual, serta penyederhanaan kalimat yang membantu pemahaman
peserta didik terhadap konsep yang akan disampaikan.
86
DAFTAR PUSTAKA
Abimola, I. O., dan Baba, S. (1996). Misconceptions & Alternative Conceptions
in Science Textbooks: The Role of Teacher as Filters. The American
Biology Teacher. 58(1) : 14-19.
Adisendjaja, Y. H., dan Romlah, O. (2007). Identifikasi Kesalahan dan
Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU. Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Biologi. Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia. Mei 2007. Diakses dari: http://sakola.net/content/document/
658, pada tanggal 23 November 2018, pukul 20.30 WIB.
Ahmadi, R. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Alberts, B., dkk. (2015). Molecular Biology of The Cell Sixth Edition. New York:
Taylor & Francis Group.
Apriani, I., dan Yunianto, I. (2016). Telaah Kesalahan Konsep Pada Buku Ajar
Biologi, Symposium on Biology Education. Agustus 2016. Diakses dari:
http://symbion.pbio.uad.ac.id, pada tanggal 22 November 2018, pukul
22.30 WIB.
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Astuti, T. W, dan Sukiya. (2018). Identifikasi Miskonsepsi Sistem Peredaran
Darah dalam Buku Teks Biologi Kelas XI di Kabupaten Ciamis. Jurnal
Prodi Pendidikan Biologi. 7(5) : 340-346.
Bahar, M. (2003). Misconceptions in Biology Education and Conceptual Change
Strategies. Educational Science. 3(1): 53-64.
Campbell, N. A.,dkk. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
________________________. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
87
Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Cook, Michelle. (2008). Student’s Comprehension of Science Concepts Depicted
in Textbook Illustrations. Electronic Journal of Science Education. 12 (1):
1-14.
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga.
Devetak, I., dan Vogrinc, J. (2013). The Criteria for Evaluating the Quality of the
Science Textbooks. Critical Analysis of Science Textbooks: Evaluating
instructional effectiveness. 3-15.
Dikmenli, M., Cardak, O., dan Oztas, F. (2009). Conceptual Problems in Biology-
Related Topics in Primary Science and Technology Textbooks in Turkey.
International Journal of Environmental & Science Education. 4(4) : 429-
440.
Efendi, A. (2009). Beberapa Catatan Tentang Buku Teks Pelajaran di Sekolah.
Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan. 14(2) : 320-333.
Fajriana, N, Abdullah, dan Safrida. (2016). Analisis Miskonsepsi Buku Teks
Pelajaran Biologi Kelas XI Semester I SMAN di Kota Banda Aceh. 4(1) :
60-65.
Ferial, E. W. (2013). Biologi Reproduksi. Jakarta: Erlangga.
Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
_____________. (2014). Kurikulum dan Pembelajaran,. Jakarta: Bumi Aksara.
Hershey, D, R. (2004). More Misconceptions to Avoid When Teaching About
Plants. Diakses dari http://actionbioscience.org/education/hershey, pada
tanggal 19 November 2018, pukul 23.00 WIB. pp. 1-10.
88
____________. (2005). More Misconceptions to Avoid When Teaching About
Plants. Diakses dari http://actionbioscience.org/education/hershey, pada
tanggal 19 November 2018, pukul 23.30 WIB. pp. 1-10.
Ibrahim, M. (2012). Konsep, Miskonsepsi dan Cara Pembelajarannya. Surabaya:
Unesa University Press.
Imran, R. F, Zulyusri, dan Advinda, L. (2015). Miskonsepsi Materi Pada Buku
Teks Biologi SMA Kelas XI Semester 1. 2(2) : 57-64.
Ismawati, E. (2012). Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar.
Yogyakarta: Ombak.
Juwono, dan Juniarto, A. Z. (2012). Biologi Sel. Jakarta: EGC.
Lakitan, B. (2011). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kemdikbud. (2016). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.148/P/2016
Tentang Penetapan Judul Buku Teks Pelajaran Peminatan untuk SMA/MA.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
_________. (2014). Lampiran Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Tentang
Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Kelompok Peminatan IPA
(Biologi). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
_________. (2016). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No.24 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Lehninger, A. L. (1982). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mulyasa, E. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Muslich, M. (2010). Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan,
dan Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nugroho, F. A. (2016). Identifikasi Miskonsepsi Sistem Pencernaan Manusia
Pada Buku Teks Biologi SMA Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Biologi. 5(5) : 13-22.
89
Nurhadi, dan Yanti, F. (2018). Taksonomi Invertebrata. Yogyakarta: Budi Utama.
Oakes, J., and Saunders, M. (2002). Access to Textbooks, Instructional Materials,
Equipment, and Technology: Inadequacy and Inequality in California’s
Public School. William Watch Series. 1-14. Diakses dari
https://escholarship.org/uc/item/4ht4z71v, pada tanggal 16 Desember
2019, pukul 20.15 WIB.
Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan, Membantu Peserta didik Tumbuh dan
Berkembang, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Pangestika, A., dan Widyaningrum, T. (2018). Identifying Conceptual Mistakes
on SMA Teaching Books in Materials of Imune System for Eleventh
Graders. International Journal of Active Learning. 3(2) : 50-57.
Pelczar, M. J. (2015). Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI Press.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 8. (2016). Tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan
Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Purwanto, N. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ramadhan, A. N. (2016). Identifikasi Miskonsepsi Sistem Saraf Manusia dalam
Buku Teks Biologi SMA di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Biologi.
5(6) : 37-45.
Santoso, L. M., dan Santri, D. J. (2016). Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba
Teknika.
Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.
Sarpini, Rusbandi. (2016). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia untuk
Paramedis. Bogor: In Media.
Sitepu, B. P. (2014). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
90
Sloane, E. (2012). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Subowo. (2015). Biologi Sel Edisi 7. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumadi, dan Marianti, A. (2007). Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.
Jakarta: Grasindo.
Tarigan, H. G., dan Tarigan, D. (2009). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Tekkaya, C. (2002). Misconceptions as Barrier to Understanding Biology. Journal
of Education. 23 : 259-266.
Trianto. (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.
Viera, A.J., dan Garret, J. M. (2005). Understanding Interobserver Agremeent The
Kappa Statistic. Research Series. 37(5) : 360-363.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Widoyoko, E. P. (2017). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Yazid, E. (2005). Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.
Zulfiani, Feronika, T., Suartini, K. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
92
Lampiran 1
LEMBAR ANALISIS MISKONSEPSI PADA BUKU BIOLOGI SMA KELAS XI DALAM KONSEP SEL
Kode Buku : A
Petunjuk!
1. Berikan tanda (√) pada kategori miskonsepsi yang tepat
2. Kategori miskonsepsi, 1: Misidentifications, 2: Overgeneralizations, 3: Oversimplifications, 4: Obsolete Concepts and Terms, dan 5: Undergeneralizations
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
1. A.6 Sel prokariotik
cirinya tidak ada
nukleus, tidak ada
membran khusus
organelnya.
Dalam sel prokariotik (prokaryotic cell, dari kata
Yunani pro, sebelum, dan karyon), DNA terkonsentrasi
di wilayah yang tidak diselubungi oleh membran,
disebut nukleoid.
Struktur yang dibatasi membran ini tidak ditemukan
pada sel prokariot. Dengan demikian, adanya atau
tidak-adanya nukleus sejati hanya salah satu contoh
perbedaan kompleksitas struktural antara kedua tipe
sel.1
√ Sel prokariotik bukannya tidak
memiliki inti sel tetapi materi
intinya tersebar di dalam
sitoplasma. DNAnya terkonsentrasi
di wilayah yang tidak diselubungi
oleh membran yang disebut
nukleoid. Sel prokariotik hanya
tidak memiliki membran inti.
Istilah prokariotik, dibangun dari kata pro dan karyon.
Pro, artinya sebelum dan karyon artinya inti. Jadi sel
prokariotik bukannya tanpa inti, melainkan memiliki
materi inti yang tersebar di dalam sitoplasmanya.2
2. A.6 Transportasi zat pada
membran sel terjadi
Eksositosis dan endositosis merupakan mekanisme
transpor molekul besar misal-nya protein dan
√ Konsep tersebut lebih tepat jika,
transportasi zat pada membran sel
1 Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 107. 2 Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h.1.
93
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
secara aktif, seperti
transpor aktif,
eksositosis,
endositosis
polisakarida, serta partikel yang lebih besar, biasanya
melintasi membran secara massal melalui mekanisme
yang melibatkan pengemasan dalam vesikel. 3
terjadi secara aktif, seperti pompa
ion dan kotranspor. Endositosis dan
eksositosis tidak termasuk ke dalam
transpor aktif karena transpor aktif
merupakan transpor yang
pergerakannya melawan gradien
konsentrasi, sementara endositosis
dan eksositosis pergerakannya tidak
ditentukan oleh gradien konsentrasi
melainkan menggunakan
pergerakan vesikel, oleh karena itu
endositosis dan eksositosis
termasuk ke dalam tranpor
makromolekul.
Endositosis dan eksositosis termasuk ke dalam transpor
molekul berukuran besar dan transpor partikel.
Pengangkutan makromolekul berukuran besar dan
partikel tidak mungkin melibatkan protein membran
seperti halnya transpor aktif.4
3. A.12.5 Pada bilayer
fosfolipid terdapat
molekul protein yang
membentuk pola
mozaik sehingga
diistilahkan dengan
model mozaik-fluida.
Dalam model mosaik fluid (fluid mosaic model) ini,
membran merupakan struktur yang bersifat fluid (tidak
mempunyai bentuk yang tetap dan mudah mengalir)
dengan ‘mosaik’ berupa berbagai protein yang
tertanam di dalam atau melekat pada lapisan ganda
(bilayer) fosfolipid.5
√ Dalam kalimat dijelaskan “molekul
protein yang membentuk pola
mozaik sehingga diistilahkan
dengan model mozaik fluida”.
Kalimat tersebut tidak memberi
penjelasan secara utuh mengenai
model mozaik-fluida, seharusnya
ditambahkan penjelasan mengenai
sifat fluid untuk fosfolipid, yaitu
Menurut teori Fluid Mozaic Model membran plasma
terdiri dari lapisan lemak bimolekuler, yang disana sini
terputus oleh adanya molekul protein.6
3 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h. 148-149. 4 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit, h.75. 5 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h.135-136. 6 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit, h.52.
94
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
tidak mempunyai bentuk yang tetap
dan mudah mengalir. Dikatakan
mozaik karena letak protein yang
tersebar dan tertanam pada
fosfolipid.
4. A.13.2 Lamela tengah
membatasi dinding
sel yang lain dan
terdapat zat pektin.
Di antara dinding sel primer sel-sel yang bersebelahan,
terdapat lamela tengah (middle lamella), lapisan tipis
yang kaya akan polisakarida lengket yang disebut
pektin.
Beberapa sel tumbuhan melakukan hal ini hanya
dengan menyekresikan zat-zat pengeras ke dalam
dinding primer. Sel-sel lain menambahkan dinding sel
sekunder (secondary cell wall) di antara membran
plasma dan dinding primer.7
√
Dalam kalimat tersebut tidak
memberikan penjelasan mengenai
perbedaan dinding sel primer dan
sekunder. Dimana kedua jenis
dinding sel tersebut merupakan dua
hal yang berbeda. Pada kalimat
tersebut lebih tepat jika diberi
keterangan lengkap bahwa yang
mem-batasi dinding sel satu dengan
yang lainnya merupakan dinding sel
primer.
Dalam dinding primer terdapat juga substansi pektat.
Terbentuknya dinding primer setelah terjadinya
pembentukan lamella tengah berbeda dengan dinding
primer, dinding sekunder ditandai oleh adanya struktur
yang khas berupa mikro-fibril yang tersusun secara
pararel dan rapi untuk setiap lapisannya, kaku, dan non
ekstensibel.8
5. A.15.16 Vakuola terdiri atas
vakuola tengah,
vakuola kontraktil,
Vakuola adalah vesikel yang dibatasi membran dengan
fungsi yang berbeda-beda pada jenis sel yang berbeda-
beda. Jenis-jenis vakuola diantaranya vakuola makanan
√ Dalam konteks kalimat ter-sebut
lebih tepat jika dirubah menjadi
“terdapat beberapa jenis vakuola,
7 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.128. 8 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.41.
95
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
dan vakuola
makanan.
(food vacuole), vakuola kontraktil (contractile
vacuole), dan vakuola sentral (central vacuole).9
diantaranya vakuola tengah,
vakuola kontraktil, dan vakuola
makanan. Karena jika di-sebutkan
“vakuola terdiri atas” mengacu
pada bagian-bagian yang dimiliki
vakuola.
Pada sel hewan bersel satu (protozoa), dikenal vakuola
kontraktil atau vakuola berdenyut yang menetap,
berfungsi sebagai osmoregulator, yaitu menjaga nilai
osmotik sel atau eksresi. Vakuola nonkontraktil atau
vakuola makanan berfungsi dalam pencernaan
makanan dan mengedarkan hasil pencernaannya.10
6. A.15.20 Setiap lengkungan
atau tubula retikulum
endoplasma disebut
sisterna.
RE terdiri dari jejaring tubulus dan kantung
bermembran yang disebut sisterna (dari kata Latin
cisterna, penampung cairan). Membran RE
memisahkan kompartemen internal RE, disebut lumen
(rongga) RE atau ruang sisterna, dari sitosol.11
√
Dalam retikulum endoplasma
istilah tubula dan sisterna
merupakan dua hal yang berbeda
dari segi bentuk. Sisterna
merupakan kantung bermembran
sedangkan tubula/tubuler berbentuk
sebagai pipa-pipa kecil yang
berhubungan. Dalam kalimat
“Setiap lingkungan atau tubula
retikulum endoplasma disebut
sisterna” mengacu bahwa sisterna
berbentuk tubula, padahal sisterna
merupakan kantung yang
bermembran.
Masing-masing ruangan ER kasar mempunyai bentuk
dan ukuran yang berbeda, sehingga dapat dibedakan
tiga jenis: 1. Sisterna, berbentuk ruangan gepeng, yang
kadang-kadang tersusun berlapis-lapis dan saling
berhubungan. 2. Tubuler, berbentuk sebagai pipa-pipa
kecil yang berhubungan. 3. Vesikuler, berbentuk
sebagai gelembung-gelembung yang berlapis.12
7. A.16.21 Jika Anda terluka, Produk-produk pencernaan, termasuk gula sederhana, √ Konsep pada buku men-jelaskan
9 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.116. 10 Ferial, Biologi Reproduksi, (Jakarta: Erlangga, 2013) h. 10. 11 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.113. 12 Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015) h. 110.
96
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
pada bagian tubuh
Anda yang terluka
akan muncul cairan
bening. Cairan
bening tersebut
merupakan reaksi
dari sel darah putih
yang melakukan
autofagosit sehingga
bekas luka akan cepat
tertutup dan kering.
asam amino, dan monomer-monomer lain, masuk ke
dalam sitosol dan menjadi nutrien bagi sel. Beberapa
sel manusia juga melaksanakan fagositosis. Contohnya
makrofag, sejenis sel darah putih yang membantu
mempertahankan tubuh dengan cara menelan dan
menghancurkan bakteri serta penyerbu lain.13
peristiwa “ketika kita terluka” dan
mengaitkannya dengan dengan
peristiwa autofagosit pada sel darah
putih dalam sub judul lisosom.
Dalam buku tersebut penjelasan
fungsi lisosom dalam hal
autofagosit yang dikaitkan dengan
peristiwa terluka kurang tepat.
Karena jika membahas mengenai
respon tubuh ketika terluka,
seharusnya lebih tepat jika
dikaitkan dengan proses
pembekuan darah yang melibatkan
trombosit. Jadi, pengkaitan antara
konsep yang disampaikan dengan
contoh peristiwa kurang tepat.
Karena tidak ada kaitannya.
Pada sel fagositik, agens yang berpotensi
membahayakan seperti bakteri, virus, atau toksin akan
dimakan sel tersebut. Agens tersebut akan melebur
dengan lisosom primer untuk membentuk lisosom
sekunder yang kemudian dicerna.14
8. A.21.10 Transpor aktif adalah
saat Anda bermain
ayunan dengan
dorongan pihak lain,
sedangkan transpor
aktif adalah saat
Anda mendorong
Kerja dibutuhkan untuk memompa zat terlarut
melintasi membran melawan gradien konsentrasinya;
sel harus meng-gunakan energi. Oleh karena itu, tipe
lalu-lintas membran ini disebut transpor aktif (active
transport). Semua protein transpor yang menggerakkan
zat terlarut melawan gradien konsentrasi merupakan
protein pembawa, bukan protein saluran. Hal ini masuk
√ Pengistilahan “bermain ayunan”
pada pengertian transpor aktif
dalam konteks kalimat tersebut
tidak mengarahkan pada “melawan
gradien konsentrasi” yang
merupakan karakteristik dari
transpor aktif. Penganalogian juga
13 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.116. 14 Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, (Jakarta: EGC, 2012) h. 39.
97
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
ayunan dengan
kekuatan sendiri.
akal sebab ketika terbuka, protein saluran hanya
membiarkan zat terlarut mengalir menuruni gradien
konsentrasinya, bukan mengambil dan mentranspornya
melawan gradiennya.15
kurang tepat. Terdapat kalimat yang
salah ketik yang seharusnya ditulis
“pasif” tetapi pada kata dibuku
dituliskan “aktif”, sehingga dapat
membuat kesalahan konsep. Ada beberapa kharakteristik transpor aktif, yaitu
melawan gradien kimiawi atau potensial elektrik,
memerlukan energi metabolic dan sensitif terhadap
adanya racun, tergantung pada adanya aktivitas
membran protein, dan spesifik untuk substansi
tertentu.16
9. A.23.5 Fagositosis adalah
proses sel untuk
makan yang
melibatkan
pembentukan
vesikula membran
yang berlimpah yang
disebut fagosom atau
vakuola fagositik.
Fagositosis (phagocytosis), sel menelan partikel
dengan menyelubungi partikel dengan pseudopodia dan
mengemasnya dalam kantong berselaput-membran
yang cukup besar untuk digolongkan sebagai vakuola.
Partikel dicerna setelah vakuola berfusi dengan lisosom
yang mengandung enzim-enzim hidrolitik.17
√
Dalam hal ini istilah fagositosis
tidak dijelaskan mengacu pada sel
apa. Padahal terdapat protozoa
(amoeba) dan sel darah putih yang
melakukan proses fagositosis. Jika
pada amoeba yang memiliki alat
gerak berupa pseudopodia, proses
fagositosis terjadi ketika
pseudopodia dijulurkan dan
menyelubungi “makanan” untuk
selanjutnya dicerna oleh amoeba.
Sedangkan pada sel darah putih
Proses fagositosis dijumpai pada sel protozoa sebagai
salah satu usaha untuk mendapatkan makanan
sedangkan pada sel-sel metazoa lebih ditunjukan untuk
pertahanan diri terhadap benda asing seperti misalnya
fagositosis terhadap bakteri, debu, dan benda-benda
lain yang dianggap berbahaya bagi sel.18
15 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.146. 16 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit, h.72. 17 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.149.
18 Juwono, dan Achmad Zulfa, Biologi Sel, (Jakarta: EGC, 2000), h.27.
98
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
lebih ditunjukan untuk pertahanan
diri terhadap benda asing seperti
misalnya fagositosis terhadap
bakteri, debu, dan benda-benda lain
yang dianggap berbahaya bagi sel.
Kata-kata “berlimpah” pada kaimat
tersebut juga kurang tepat karena
dalam sekali proses fagositosis
tidak harus dilakukan dalam
keadaan vesikula yang berlimpah.
10. A.24.12 Transportasi zat dapat
juga terjadi secara
aktif, seperti pompa
ion Na+ dan K+ serta
endositosis dan
eksositosis.
Eksositosis dan endositosis merupakan mekanisme
transpor molekul besar misal-nya protein dan
polisakarida, serta partikel yang lebih besar, biasanya
melintasi membran secara massal melalui mekanisme
yang melibatkan pengemasan dalam vesikel.19
√ Endositosis dan eksositosis tidak
termasuk ke dalam transpor aktif
karena transpor aktif merupakan
transpor yang pergerakannya
melawan gradien konsentrasi dan
melibatkan protein transpor,
sementara endositosis dan
eksositosis pergerakannya tidak di-
tentukan oleh gradien konsentrasi
melainkan meng-gunakan
pergerakan vesikel, oleh karena itu
endositosis dan eksositosis
termasuk ke dalam tranpor
makrmomolekul.
Endositosis dan eksositosis termasuk ke dalam transpor
molekul berukuran besar dan transpor partikel.
Pengangkutan makromolekul berukuran besar dan
partikel tidak mungkin melibatkan protein membran
seperti halnya transpor aktif.20
11. A.24.34 Sel melakukan Reproduksi aseksual dari eukariota bersel tunggal, √ Kalimat tersebut perlu diperjelas,
19 Neil, A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.148-149. 20 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.75.
99
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
reproduksi secara
mitosis dan secara
meiosis.
misalnya amoeba melalui tipe pembelahan sel yang
disebut pembelahan biner (binary fission), yang berarti
‘pembagian menjadi separuh’. Prokariota (bakteri dan
arkae) juga bereproduksi melalui pembelahan biner,
namun proses pada prokariota tidak melibatkan
mitosis.21
sel pada hewan dan sel
tumbuhanlah yang melakukan
reproduksi secara mitosis dan
meiosis. Jika mengacu pada “sel”
secara umum seharusnya ditambah-
kan amitosis, dimana amitosis
dialami oleh makhluk hidup
uniseluler.
Berdasarkan mekanismenya dikenal 3 macam
pembelahan sel, yaitu amitosis, mitosis dan meiosis.
Amitosis dinamakan pula sebagai pembelahan
langsung. Amitosis banyak ditemukan pada sel-sel
prokariotik.22
12. A.24.36 Eksositosis adalah
suatu proses
pengangkutan bahan
yang terdapat di
dalam sel melalui
proses pem-bentukan
vesikula.
Sel menyeresikan molekul biologis tertentu melalui
penyatuan (fusi) vesikel dengan membran plasma; ini
disebut eksositosis (exocytosis).23
√ Kalimat tersebut tidak men-jelaskan
arah pergerakan dari eksositosis,
yang pergerakan-nya ke arah luar
sel atau dapat juga disebutkan pen-
sekresian molekul biologis tertentu
melalui penyatuan (fusi) vesikel
dengan membran sel.
Pengangkutan makromolekul dan partikel-partikel
melalui eksositosis, apabila berlangsung pelepasan dari
sel-sel ke luar sel.24
13. A.24.43 Fagositosis adalah
proses untuk makan
yang melibatkan
pembentukan
Vesikula/vesikel adalah kantung yang terbuat dari
membran pada sitoplasma. Vakuola adalah vesikel
yang dibatasi membran dengan fungsi yang berbeda
pada jenis sel yang berbeda.25 Vakuola sebagai
√ Dalam kalimat tersebut makna
“vesikula” dan “vakuola fagositik”
adalah sama. Padahal antara
vesikula dan vakuola fagositik
21 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h. 251-252. 22 Subowo, Op. Cit., h.364. 23 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h. 148. 24 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.75. 25 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.A-43.
100
No Kode Konsep pada Buku Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
vesikula membran. pelaksana fungsi hidrolisis pada tumbuhan dan fungi
yang tidak memiliki lisosom.26
memiliki fungsi yang berbeda.
Menurut Campbell, vesikula/
vesikel adalah kantung yang terbuat
dari membran pada sitoplasma.
Sedangkan, vakuola merupakan
vesikel dengan fungsi spesifik
sesuai dengan jenis selnya. Jadi,
jika dikatakan vesikel maka itu
hanyalah sebuah kantung, yang
mana fungsinya hanya membawa.
Tetapi jika bicara vakuola (dalam
hal ini adalah vakuola fagositik)
maka fungsinya sebagai kantung
sekaligus untuk memfagosit
(menelan). Kata-kata “berlimpah”
pada kaimat tersebut juga kurang
tepat karena dalam sekali proses
fagositosis tidak harus dilakukan
dalam keadaan vesikula yang
berlimpah.
Fagositosis adalah bentuk khusus endositosis dimana
sel menggunakan vesikel endositik besar yang disebut
fagosom untuk menelan partikel besarseperti
mikroorganisme dan sel mati.27
Fagosom adalah vesikel tertutup membran intraseluler
besar yang terbentuk sebagai hasil fagositosis.
Mengandung bahan ekstraseluer yang tertelan.28
Kode Buku: A
26 Ibid., h.116. 27 Bruce Alberts, dkk., Molecular Biology of The Cell Sixth Edition, (America: Garland Science) h. 738. 28 Ibid., h.G:24.
101
Gambar pada Buku Gambar pada Literatur Gambar pada Literatur
Kode gambar: A.10.(1.5) Diambil dari: Campbell, 2008: 106 Diambil dari: Subowo, 2015: 53
Keterangan Pada gambar buku tidak ditunjukkan letak nukleoid yang mana didalam nukleoid tersebut terdapat kandungan
DNA pada sel prokariotik. Hal tersebut penting karena sel prokariotik tidak memiliki membran inti yang
menjadi pembeda antara sel prokariotik dan sel eukariotik.
Kategori Miskonsepsi Overgeneralization
Gambar pada Buku Gambar pada Literatur Gambar pada Literatur
102
Kode gambar: A.10.(1.5) Diambil dari: Campbell, 2008: 119 Diambil dari: Sumadi dan Aditya, 2007: 94.
Keterangan Pada gambar buku tidak ditunjukkan adanya organel ribosom dan DNA pada mitokondria.
Kategori Miskonsepsi Overgeneralization
Lampiran 2
103
LEMBAR ANALISIS MISKONSEPSI PADA BUKU BIOLOGI SMA KELAS XI DALAM KONSEP SEL
Kode Buku : B
Petunjuk!
1. Berikan tanda (√) pada kategori miskonsepsi yang tepat
2. Kategori miskonsepsi, 1: Misidentifications, 2: Overgeneralizations, 3: Oversimplifications, 4: Obsolete Concepts and Terms, dan 5: Undergeneralizations
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
1. B.8.4 Organisme yang
memiliki sel
prokariotik, yaitu
Archaebacteria,
Eubacteria, dan
Cyanobacteria.
Organisme yang
memiliki sel
eukariotik, yaitu
Protista, Fungi
(jamur), Plantae
(tumbuhan), dan
Animalia
(hewan).
Unit dasar struktur dan fungsi setiap organisme
adalah salah satu dari dua tipe sel prokariot atau
eukariot. Hanya organisme dari domain Bacteria dan
Archaea yang terdiri dari sel-sel prokariot. Protista,
fungi, hewan, dan tumbuhan terdiri atas sel-sel
eukariot.29
√ Kata “memiliki” lebih tepat diganti dengan
“bertipe” karena pada pembahasan
sebelumnya dikatakan bahwa secara
struktural, terdapat dua tipe sel yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik. Jika
digunakan kata memiliki lebih mengarah
kepada kepunyaan, apabila digunakan kata
memiliki lebih mengarah pada kepunyaan
membran nukleus dan tidak pada sel
prokariotik dan eukariotik.
Sel-sel pada tubuh hewan/manusia dan tumbuhan
termasuk golongan sel eukariotik, sedangkan pada
mikroorganisme ada yang bersifat eukariotik-
misalnya protozoa, protista, dan jamur-dan ada yang
bersifat prokariotik misalnya bakteri dan blue green
algae atau ganggang biru hijau (Cyanophyceae).30
2. B.8.9 Prokariotik
(Yunani, pro =
Dalam sel prokariotik (prokaryotic cell, dari kata
Yunani pro, sebelum, dan karyon), DNA
√
Kalimat “belum memiliki nukleus”
seharusnya ditambahkan menjadi belum
29 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.106. 30 Eddyman W. Ferial, Op. Cit., h.1.
104
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
sebelum, karyon =
inti) merupakan
sel yang belum
memiliki nukleus
atau tidak
memiliki
membran inti
yang memisahkan
materi genetik di
inti sel dengan
bagian sel
lainnya.
terkonsentrasi di wilayah yang tidak diselubungi oleh
membran, disebut nukleoid.
Struktur yang dibatasi membran ini tidak ditemukan
pada sel prokariot. Dengan demikian, adanya atau
tidak-adanya nukleus sejati hanya salah satu contoh
perbedaan kompleksitas struktural antara kedua tipe
sel.31
memiliki nukleus sejati untuk lebih
memperjelas bahwa sel prokariotik
memang bukan tidak memiliki inti sel,
hanya tidak memiliki membran inti.
Penjelasan “prokariotik sel yang tidak
memiliki membran inti” seharusnya sudah
cukup men-jelaskan mengenai sel
prokariotik. Istilah prokariotik, dibangun dari kata pro dan
karyon. Pro, artinya sebelum dan karyon artinya inti.
Jadi sel prokariotik bukannya tanpa inti, melainkan
memiliki materi inti yang tersebar di dalam
sitoplasmanya.32
3. B.12.3 Kitin merupakan
bahan penyusun
eksoskeleton pada
Arthropoda,
seperti serangga,
laba-laba, dan
udang.
Polisakarida struktural penting lainnya adalah kitin
(chitin), karbohidrat yang digunakan artropoda
(serangga, laba-laba, krustasea, dan hewan lain yang
ber-kerabat) untuk membangun eksoskeleton-nya.
Eksoskeleton adalah pembungkus keras yang
mengelilingi bagian lunak hewan. Kitin juga
ditemukan pada banyak fungi, yang menggunakan
polisakarida ini sebagai materi pembangun bagi
dinding selnya, dan bukannya selulosa.33
√ Kitin bukan saja terkandung pada
eksoskeleton pada Arthropoda, seperti
serangga, laba-laba, dan udang tetapi kitin
juga terkandung didalam dinding sel
organisme fungi (jamur).
Khitin merupakan komponen utama penyusun
dinding sel fungi yang ber-bentuk filamen. Perannya
31 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.107. 32 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.1. 33 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.80.
105
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
dalam dinding sel fungi seperti selulosa pada dinding
sel tumbuhan tingkat tinggi.34
4. B.15.5 Untuk mengkaji
komponen
organel sel dan
fungsinya, ahli
sitologi
menggunakan
pendekatan
biokimiawi yang
disebut
fraksionasi sel
untuk mengisolasi
komponen-
komponen sel
yang ukurannya
berbeda.
Suatu teknik yang berguna untuk mempelajari
struktur dan fungsi sel adalah fraksionisasi sel (cell
fractionitation), yang menjauhkan sel-sel dan
memisah-misahkan organel-organel utama serta
struktur subselular lain. Instrumen yang digunakan
adalah sentrifus, alat yang memutar tabung reaksi
berisi campuran sel-sel yang pecah pada berbagai
kecepatan.35
√ Dalam konteks kalimat tersebut antara
“pendekatan biokimiawi” dan
“fraksionisasi sel” merupakan suatu hal
yang sama, padahal fraksionisasi sel
merupakan sebuah metode atau teknik
yang digunakan untuk memisah-misahkan
organel-organel utama serta struktur
subselular lain. Berdasarkan sumber
literature menurut Subowo, Fraksionasi sel
merupakan teknik memisah-misahkan
organel-organel sel dengan struktur
subselular lain dan digunakan pendekatan
biokimia untuk meng-analisisnya. Jadi
antara fraksionasi sel dan pendekatan
biokimiawi merupakan suatu istilah yang
berbeda.
Kata “komponen-komponen sel” pada
kalimat tersebut kurang tepat karena jika
disebut komponen-komponen sel terdiri
dari organel-organel sel, cairan, dan zat-zat
lainnya.
Para ahli biologi telah mengembangkan suatu teknik
pemecahan sel secara terkendali agar masih dapat
dilacak mengenai masing-masing lokasi strukturnya.
Populasi murni jenis sel tertentu atau “trah sel” yang
dibiakkan secara homogen dapat dianalisis secara
biokimiawi dengan cara memecahkan sel-sel tersebut
dan dipisahkan (fraksinasi) dengan ultrasentrifugasi
lebih dahulu.36
5. B.16.9 Tubuh hewan Pada seorang pria dewasa muda rata-rata, 18% berat √ Komposisi tubuh pada hewan secara
34 Sumadi, dan Aditya., Op. Cit., h.33. 35 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.105. 36 Subowo, Op. Cit., h.31.
106
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
lebih banyak
mengandung
protein,
sedangkan tubuh
tumbuhan lebih
banyak
mengandung
karbohidrat.
badannya terdiri atas protein dan zat-zat terkait, 7%
adalah mineral, dan 15% adalah lemak. Sisa 60%
merupakan air. Komposisi intrasel air tubuh mem-
bentuk sekitar 40% berat badan, dan komponen
ekstrasel membentuk sekitar 20%. Sekitar 25%
komponen ekstrasel terletak di dalam sistem vaskular
(plasma = 5% berat badan) dan 75% di luar
pembuluh darah (cairan interstisial = 15% berat
badan). Volume darah total adalah sekitar 8% berat
badan.37
umum paling banyak terkandung adalah
air (jumlahnya sekitar 60% ). Konsep pada
buku terlalu dipersempit hanya melihat
dari komposisi protein dan karbohidrat
saja. Sedangkan, banyak juga molekul/zat
lain yang menyusun tubuh salah satunya
adalah air.
Komponen Lingkungan Seluler terdiri dari: 1. Air: a.
Terdiri dari 60-90% dari organ hidup (termasuk sel).
2. Karbohidrat (KH): a. Sekitar 3% dari massa sel. 3.
Lipid: a. Sekitar 40% dari massa sel. 5. Protein: a.
Sekitar 50-60% dari massa sel.38
Komposisi dan struktur makhluk hidup. Sebagian
besar zat kimia yang ada dalam tubuh manusia
berbentuk senyawa, yang terbagi menjadi dua
kelompok utama: senyawa organik dan senyawa
anorganik. 1. Senyawa anorganik tidak mengandung
karbon. Sebagian besar zat kimia dalam tubuh tidak
termasuk zat organik. a. Air , sekitar 70% dari total
berat badan, adalah senyawa anorganik terpenting
dalam tubuh manusia.39
37 William F. Ganong, Fisiologi Kedokteran, (Jakarta: EGC, 2008), h.1. 38 Rusbandi Sarpini, Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia untuk Paramedis, (Bogor: In Media, 2016), h.8. 39 Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, (Jakarta: EGC, 2012) h.17.
107
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
6. B.16.37 Komposisi lipid
dan protein antara
sisi dalam dan sisi
luar membran
bersifat asimetris
(tidak sama). Pada
permukaan
membran,
terdapat
karbohidrat
berupa
oligosakarida.
Membran memiliki sisi dalam dan sisi luar yang
beda. Kedua lapisan lipid dapat berbeda dalam hal
komposisi lipid spesifik, dan setiap protein memiliki
orientasi arah dalam membran. Ketika suatu vesikel
menyatu (berfusi) dengan membran plasma, lapisan
luar vesikel menjadi tersambung dengan lapisan
sitoplasmik (sebelah dalam) membran plasma. Oleh
karena itu, molekul-molekul yang bermula di sisi
dalam RE berakhir di sisi luar membran plasma.
Di membran plasma, vesikel berfusi dengan
membran tersebut, melepaskan protein sekresi dari
sel. Fusi vesikel menempatkan karbohidrat pada
glikoprotein dan glikolipid membran menjadi di
sebelah luar membran plasma. Dengan demikian,
susunan asimetris protein, lipid, dan karbohidrta yang
terkait dalam membran plasma ditentukan ketika
membran dibangun oleh RE dan aparatus golgi.40
√ Pembahasan mengenai komposisi lipid dan
protein antara sisi dalam dan sisi luar
membran yang bersifat asimetris tidak
diperjelas pada kalimat selanjutnya. Dalam
hal ini yang dimaksud tidak sama apakah
jumlah lipid dan protein antara sisi dalam
dan sisi luar membran sel yang tidak sama
ataukah komponen yang penyusun-nya.
Menurut literature Lucia dan Didi, 2016
yang dimaksud dengan asimetris membran
sel adalah komposisi lipid pada membran
plasma pada kedua monolayer berbeda
jenisnya, komposisi penyebaran proteinnya
juga tidak merata antara monolayer luar
dan dalam serta penyebaran karbohidrat
yang terdapat khusus hanya di monolayer
luar.
Sifat asimetris membran plasma pada kedua
monolayer berbeda. Jenis lipid utama yang terdapat
pada membran plasma sel eukariot adalah fosfolipid
(antara lain fosfatidiletanolamin, fosfatidilserin,
fosfatidilkolin, sfingomielin, dan sfingosin), selain
kolesterol, dan glikolipida. Sebagian besar molekul
fosfatidilkolin dan sfingomielin terdapat pada
monolayer luar. Sebagian besar fosfatidilserin dan
40 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.140.
108
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
fosfatidiletanolamin terdapat pada monolayer dalam.
Komposisi dan penyebaran protein juga tidak merata
antara monolayer dalam dan luar. Penyebaran
karbohidrat hanya di monolayer luar.41
7. B.28.6 Dalam ilmu
ekologi,
tumbuhan
berperan sebagai
produsen yang
mampu membuat
makanannya
sendiri,
sedangkan hewan
berperan sebagai
konsumen atau
pemakan.
Perbedaan
peranan tersebut
terjadi karena sel
tumbuhan
memiliki organel-
organel sel yang
tidak dimiliki oleh
hewan, begitupun
sebaliknya.
Kehidupan di Bumi adalah kehidupan bertenaga
surya. Kloroplas tumbuhan menangkap energi cahaya
yang telah menempuh 150 juta kilometer dari
matahari dan mengubahnya menjadi energi kimia
yang disimpan dalam gula dan molekul-molekul
organik lain. Proses pengubahan ini disebut
fotosintesis (photosynthesis). Mari kita mulai dengan
menempatkan fotosintesis dalam konteks
ekologisnya. Organisme memperoleh senyawa-
senyawa organik yang di-gunakannya untuk
mendapat energi dan rangka karbon melalui satu dari
dua mode utama: nutrisi autotrofik atau nutrisi
heterotrofik. Autotrof (autotroph) adalah ‘pemberi-
makan sendiri’ (auto berarti ‘sendiri’, sedangkan
trophos berarti ‘memberi makan’); autotrof mem-
pertahankan hidupnya sendiri tanpa memakan apa
pun yang berasal dari makhluk hidup lain. Autotrof
membuat molekul organiknya dari CO2 dan bahan
mentah anorganik lain dari lingkungan. Hampir
semua tumbuhan merupakan autotrof. Heterotrof
(heterotroph) mem-peroleh materi organiknya
√ Kalimat pertama menjelaskan mengenai
peran tumbuhan sebagai produsen dan
hewan sebagai konsumen dalam ilmu
ekologi. Kalimat kedua menjelaskan
mengenai perbedaan peranan tersebut
terjadi karena organel-organel penyusun
sel hewan dan sel tumbuhan berbeda.
Penjelasan lebih tepat jika ditambahkan
organel apa yang menyebabkan tumbuhan
berperan sebagai produsen, yaitu karena
tumbuhan memiliki kloroplas yang
terdapat pada organel plastida yang
menyebabkan tumbuhan dapat membuat
makanannya sendiri dengan cara ber-
fotosintesis. Hal tersebut perlu diperjelas
untuk menghindari mikonsepsi bahwa
semua organel sel yang dimiliki sel
tumbuhan mengakibatkan sel tumbuhan
memiliki peran sebagai produsen.
41 Lucia Maria S., dan Didi Jaya, Biologi Molekuler Sel, (Jakarta: Salemba Teknika, 2016), h.46-47.
109
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
melalui mode nutrisi utama kedua. Karena tidak
mampu membuat makanannya sendiri, heterotrof
hidup dari senyawa-senyawa yang di-hasilkan
organisme lain (hetero berarti ‘yang lain’).42
Perbedaan yang paling nyata adalah bahwa hampir
semua sel tumbuhan mengandung plastida. Plastida
adalah organel khusus didalam sitoplasma; organel
ini dikelilingi oleh dua membran. Plastida yang nyata
dan secara khas ada pada sel tumbuhan hijau adalah
khloroplas. Seperti mitokhondria, khloroplas dapat
dipandang sebagai pabrik tenaga. Perbedaan yang
penting adalah bahwa khloroplas merupakan pabrik
tenaga matahari, menggunakan energi sinar,
sedangkan mitokhondria adalah pabrik tenaga kimia
yang menggunakan energi kimia molekul zat
makanan. Khloroplas menyerap energi sinar dan
menggunakannya untuk mereduksi karbondioksida
membentuk karbohidrat seperti pati, dengan
membebaskan molekul oksigen (O2).43
8. B.33.18 Transpor aktif
meliputi pompa
ion, kotranspor,
dan endositosis-
eksositosis.
Eksositosis dan endositosis merupakan mekanisme
transpor molekul besar misal-nya protein dan
polisakarida, serta partikel yang lebih besar, biasanya
melintasi membran secara massal melalui mekanisme
yang melibatkan pengemasan dalam vesikel.44
√ Endositosis dan eksositosis tidak termasuk
ke dalam transpor aktif karena transpor
aktif merupakan transpor yang
pergerakannya melawan gradien
konsentrasi, sementara endositosis dan
42 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.200. 43 Albert L. Lehninger, Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1982), h.38. 44 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.148-149.
110
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
Suatu pompa tunggal bertenaga ATP yang
mentranspor zat terlarut spesifik dapat menggerakkan
secara tidak langsung transpor aktif beberapa zat
terlarut lain dalam mekanisme yang disebut
kotranspor (cotransport).45
eksositosis pergerakannya tidak ditentukan
oleh gradien konsentrasi melainkan
menggunakan pergerakan vesikel, oleh
karena itu endositosis dan eksositosis
termasuk ke dalam tranpor makromolekul.
Endositosis dan eksositosis termasuk ke dalam
transpor molekul berukuran besar dan transpor
partikel. Pengangkutan makromolekul berukuran
besar dan partikel tidak mungkin melibatkan protein
membran seperti halnya transpor aktif.46
Lampiran 3
LEMBAR ANALISIS MISKONSEPSI PADA BUKU BIOLOGI SMA KELAS XI DALAM KONSEP SEL
45 Ibid., h.147. 46 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.75.
111
Kode Buku : C
Petunjuk!
1. Berikan tanda (√) pada kategori miskonsepsi yang tepat
2. Keterangan, 1: Misidentifications, 2: Overgeneralizations, 3: Oversimplifications, 4: Obsolete Concepts and Terms, dan 5: Undergeneralizations
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
1. C.6.28 Beberapa sifat
penting air
sebagai konstituen
dan media untuk
hidup adalah air
pelarut universal,
memiliki
viskositas yang
rendah,
menunjukkan
fenomena kapiler,
dapat menjaga
suhu tubuh
organisme, dan
membantu
pengaturan suhu
Ahli kimia pada abad pertengahan mencoba mencari
pelarut universal yang bisa melarutkan apa saja.
Mereka kemudian menemukan bahwa tidak ada yang
bekerja lebih baik daripada air. Akan tetapi, air
bukanlah pelarut universal. Jika ya, air akan
melarutkan wadah yang menjadi tempat
penampungannya, termasuk sel-sel kita. Namun air
merupakan pelarut yang sangat serba-bisa, sifat yang
dapat kita runut hingga ke polaritas molekul air.47
√ Pelarut universal adalah pelarut yang
dapat melarutkan lebih banyak zat
daripada pelarut lainnya. Air merupakan
pelarut polar. Berdasarkan kaidah like
dissolve like berarti suatu senyawa akan
larut pada pelarut yang sama derajat
kepolarannya, senyawa polar larut pada
pelarut polar dan senyawa non polar larut
pada senyawa non polar. Air dapat
dikatan bukan merupakan pelarut
universal karena tidak semua zat terlarut
mempunyai sifat kepolaran yang sama
dengan air.
Dalam ilmu kimia dikenal suatu istilah ”Like dissolves
like” yaitu jika molekul solute dan pelarut mirip, maka
akan mudah bagi keduanya untuk saling menggantikan
sehingga mudah untuk bercampur. Secara umum,
terdapat kecendurungan kuat bagi senyawa non polar
untuk larut dalam pelarut yang bersifat non polar dan
47 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.54.
112
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
lingkungan. senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke dalam
pelarut polar.48
Air merupakan pelarut polar. Air merupakan pelarut
yang sangat efektif untuk senyawa-senyawa ionik.49
Senyawa ionik akan jauh lebih larut dalam pelarut
polar, dibandingkan dalam pelarut non polar. Karena
molekul pelarut non polar tidak memiliki momen dipol.
Senyawa ionik biasnya memiliki kelarutan yang sangat
rendah dalam pelarut non polar.50
2. C.8.16 Kitin banyak
digunakan oleh
serangga, laba-
laba, udang-
udangan, dan
hewan-hewan lain
untuk
membangun
eksoskeletonnya.
Polisakarida struktural penting lainnya adalah kitin
(chitin), karbohidrat yang digunakan artropoda
(serangga, laba-laba, krustasea, dan hewan lain yang
ber-kerabat) untuk membangun eksoskeletonnya.
Eksoskeleton adalah pembungkus keras yang
mengelilingi bagian lunak hewan. Kitin juga ditemukan
pada banyak fungi, yang menggunakan polisakarida ini
sebagai materi pembangun bagi dinding selnya, dan
bukannya selulosa.51
√ Kitin bukan saja terkandung pada
eksoskeleton pada Arthropoda, seperti
serangga, laba-laba, dan udang tetapi
kitin juga terkandung didalam dinding
sel organisme fungi (jamur).
Khitin merupakan komponen utama penyusun dinding
sel fungi yang ber-bentuk filamen. Perannya dalam
dinding sel fungi seperti selulosa pada dinding sel
tumbuhan tingkat tinggi.52
48 Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis, (Yogyakarta: Andi, 2005), h.152. 49 Raymond Chang, dkk., Kimia Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2005), h.91. 50 Ibid., h.6. 51 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.80. 52 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.33.
113
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
3. C.8.20 Pati adalah
polisakarida
cadangan
makanan yang
dibentuk dari
glukosa di dalam
kloroplas dan
amiloplast pada
sel tumbuhan.
Kloroplas adalah suatu anggota ter-spesialisasi dari
famili organel-organel tumbuhan yang berkerabat-
dekat, yang disebut plastida (pkastid). Beberapa
anggota lain adalah amiloplas, plastida tak berwarna
yang menyimpan pati (amilosa), terutama pada akar
dan umbi serta kromoplas yang memiliki pigmen
berwarna jingga dan kuning. Kloroplas mengandung
pigmen hijau yang bernama klorofil, serta berbagai
enzim dan molekul yang berfungsi dalam produksi gula
secara fotosintesis.53
√ Kalimat pada buku menunjukan bahwa
amiloplas juga merupakan tempat pem-
bentukan glukosa. Padahal amiloplas
merupakan tempat penyimpanan glukosa
(hasil dari fotosintesis). Glukosa
dibentuk di kloroplas. Kloroplas
merupakan organel khas tumbuhan yang
mengandung klorofil yang memunculkan
warna hijau. Kloroplas ini terdapat pada
bagian-bagian tumbuhan yang berwarna
hijau. Amiloplas merupakan plastida
tidak berwarna yang umumnya terdapat
pada akar dan umbi.
Sintesis pati. Karbohidrat simpanan pada tumbuhan
kebanyakan adalah dalam bentuk pati. Pada daun
kebanyakan spesies tumbuhan, pati diakumulasi di
tempatnya disintesis, yakni pada koroplas. Pada organ
penyimpanan (buah, umbi, dan lain-lain), pati ditimbun
pada amiloplas. Sintesis pati pada amiloplas
menggunakan bahan baku sukrosa atau bentuk
karbohidrat sederhana lainnya yang dikirim dari daun.
Jadi pada dasarnya, pati selalu berada dalam plastida.54
4. C.9.19 Termasuk lemak
sederhana adalah
lemak (berupa
benda padat) dan
minyak (berupa
cairan). Kondisi
Lemak (fat) terbuat dari dua jenis molekul yang lebih
kecil: gliserol dan asam lemak. Pada pembuatan lemak,
tiga molekul asam lemak masing-masing
menggabungkan diri dengan gliserol melalui tautan
ester, ikatan antara gugus hidroksil dan gugus
karboksil. Dengan demikian, lemak yang dihasilkan,
√ Kalimat pada buku menyata-kan bahwa
struktur kimia antara minyak dan lemak
sama. Konsep tersebut tidak tepat karena
antara minyak dan lemak memiliki
struktur kimia yang berbeda. Lemak,
berbentuk padatan pada suhu ruangan
53 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, h.119. 54 Benyamin Lakitan, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 150.
114
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
fisik keduanya
berbeda, tetapi
struktur kimianya
sama.
yang disebut juga triasilgliserol (triacylglycerol),
terdiri dari tiga asam lemak yang tertaut pada satu
milekul gliserol. (Nama lain lemak juga adalah
trigliserida, kata yang sering ditemukan dalam daftar
komposisi pada kemasan makanan).
Lemak yang terbuat dari asam lemak jenuh disebut
lemak jenuh. Sebagian besar lemak hewan bersifat
jenuh: Rantai hidrokarbon pada asam lemaknya-‘ekor’
molekul lemak – tidak memiliki ikatan rangkap, dan
fleksibilitas rantai hidrokarbon ini memungkinkan
molekul-molekul lemak terkemas rapat. Lemak hewan
jenuh – misalnya kepala susu dan mentega – berwujud
padatan pada suhu ruangan, lemak tumbuhan dan ikan
disebut sebagai minyak – contohnya adalah minyak
zaitun dan minyak hati ikan kod. Tekukan-tekukan di
lokasi ikatan rangkap cis mencegah molekul-molekul
terkemas cukup rapat, sehingga tidak dapat memadat
pada suhu ruangan.55
dan memiliki asam lemak jenuh. Rantai
hidrokarbon pada asam lemak jenuh ini
tidak memiliki ikatan rangkap dan
fleksibilitas rantai hidrokarbonnya
memungkinkan molekul-molekul lemak
terkemas rapat. Minyak, ber-bentuk cair
pada suhu ruangan dan memiliki asam
lemak tidak jenuh. Rantai hidrokarbon
pada asam tidak jenuh ini memiliki
ikatan rangkap sehingga tekukan-tekukan
di lokasi ikatan rangkap cis mencegah
molekul-molekul terkemas cukup rapat,
sehingga tidak dapat memadat pada suhu
ruangan.
Jadi, keberadaan ikatan rangkaplah yang
membuat struktur kimia antara lemak
dan minyak berbeda.
Lipida yang paling sederhana dan paling banyak
mengandung asam lemak sebagai unit penyusun adalah
triasilgliserol, juga seringkali dinamakan lemak, lemak
netral, atau trigliserida. Triasilgliserol adalah
komponen utama dari lemak penyimpan atau depot
lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya
tidak dijumpai pada membran. Kebanyakan lemak
55 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.81.
115
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
alami, seperti minyak olive, mentega dan lemak
makanan lainnya merupakan campuran dari
triasilgliserol sederhana dan campuran yang
mengandung berbagai jenis asam lemak yang berbeda
dalam panjang rantai dan derajat kejenuhan.
Triasilgliserol yang hanya mengandung asam lemak
jenuh seperti tristearin, komponen utama dari lemak
ginjal sapi, merupakan padatan putih berlemak pada
suhu kamar. Triasilgliserol yang mengandung tiga
asam lemak tidak jenuh, seperti triolein, komponen
utama minyak olive, bersifat cairan. Lemak-lemak ini
terdiri dari campuran triasilgliserol, tetapi berbeda
dalam komposisi asam lemaknya, dan karena-nya
berbeda pula dalam titik lelehnya. Minyak olive, yang
berbentuk cair pada suhu kamar terutama mengandung
asam lemak (cair) tidak jenuh. Lemak sapi, yang kaya
akan asam lemak jenuh berantai panjang, berbentuk
padatan pada suhu kamar.56
5. C.9.25 Fosfolipid
merupakan
komponen
pembentuk
struktur dinding
sel.
Komposisi kimiawi dinding sel yang pasti bervariasi
antara spesies yang satu dengan spesies yang lain, dan
bahkan antara tipe sel yang satu dengan tipe sel yang
lain pada tumbuhan yang sama, namun rancangan
dasar dinding sel konsisten. Mikrofibril yang terbuat
dari polisakarida selulosa disintesis oleh enzim yang
disebut selulosa sintase dan disekresikan ke dalam
√ Kalimat pada buku menyatakan bahwa
fosfolipid merupakan komponen pem-
bentuk dinding sel. Fosfolipid
merupakan lipid yang paling banyak
menyusun membran sel, bukan dinding
sel. Pada dinding sel tumbuhan tidak
ditemukan fosfolipid, pada dinding sel
56 Albert L. Lehninger, Op. Cit., h.344-446.
116
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
ruang ekstra-seluler. Di situ, mikrofibril tertanam
dalam matriks yang terdiri dari polisakarida lain dan
protein.57
Fosfolipid bersifat esensial bagi sel karena merupakan
komponen membran sel. Struktur fosfolipid merupakan
contoh klasik bagaimana bentuk sesuai dengan fungsi
pada tingkat molekular. Fosfolipid mirip dengan lemak
namun hanya memiliki dua asam lemak yang melekat
ke gliserol, bukan tiga.58
fungi tidak ditemkan fosfolipid dan pada
dinding sel bakteri juga tidak ditemukan
fosfolipid.
Pada dinding sel tumbuhan terdapat
komponen penyusun lain selain
polisakarida, diantaranya protein
structural dan plastik biologik. Lignin
dan kutin termasuk ke dalam plastik
biologik. Lignin dapat dijumpai pada
dinding sel sekunder maupun primer
tumbuhan. Kutin, umumnya sebagai
penutup permukaan sel. Struktur dari
kutin sendiri belum jelas, tetapi sudah
diketahui mengandung asam lemak,
gugus hidroksil pada C16-C18 terikat
secara kovalen dan ikatan ester (Sumadi
dan Aditya, 2007: 40).
Komponen utama penyusun dinding sel tumbuhan
adalah polisakarida. Ada tiga macam polisakarida
penyusun dinding sel tumbuhan tingkat tinggi, yaitu
selulosa, hemiselulosa, dan polisakarida pektat atau
sering disebut substansi pektat. Terdapat pula protein
structural pada dinding primer, dan plastik biologik
sebagai pengisi dan penutup permukaan luar dari
dinding primer maupun dinding sekunder.59
Dinding sel bakteri tersusun atas peptidoglikan (juga
dikenal sebagai murein), yang menyebabkan kakunya
dinding sel. Peptidoglikan merupakan polimer
(molekul besar) yang terdiri atas perulangan disakarida
yang tersusun atas monosakarida N-acetylglucosamine
(NAG) dan N-acetylmuramic acid (NAM). Dinding sel
bakteri gram positif mengandung banyak lapisan
57 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.82. 58 Ibid., h.82. 59 Sumadi, dan Aditya., Op. Cit., h.37-38.
117
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
peptidoglikan (murein) yang membentuk struktur yang
tebal dan kaku, dan asam teikoat (teichoic acid) yang
mengandung alkohol (gliserol atau ribitol) dan fosfat.60
6. C.9.36 Lemak turunan,
yaitu senyawa
hasil proses
hidrolisis lemak.
Termasuk dalam
kelompok ini
antara lain asam
lemak, sterol, dan
kolesterol.
Banyak hormon, juga kolesterol, merupakan steroid,
yaitu lipid yang dicirikan oleh rangka karbon yang
tersusun atas empat cincin yang menyatu. Steroid-
steroid yang berbeda memiliki gugus kimia yang
bervariasi pada rangkaian cincin ini. Kolesterol
(cholesterol) adalah komponen umum membran sel
hewan dan juga merupakan prekursor untuk sintesis
steroid-steroid lain.61
√ Kolesterol bukan merupakan senyawa
hasil proses hidrolisis lemak. Kolesterol
merupakan steroid, dimana steroid
adalah molekul kompleks. Proses
hidrolisis adalah proses pemecahan suatu
senyawa dari berwujud kompleks
menjadi sederhana. Sedangkan kolesterol
sendiri tergolong steroid yang
merupakan molekul kompleks. Dalam
jalur pem-bentukan kolesterol juga tidak
ada peran enzim hidrolase yang
berfungsi dalam proses hidrolisis.
Antara kolesterol dan sterol dalam
kalimat tersebut merupakan suatu hal
yang berbeda, padahal kolesterol adalah
sterol utama pada jaringan hewan.
Lipida yang didiskusikan sampai saat ini bersifat dapat
disabunkan; yaitu, senyawa ini terhidrolisa oleh
pemanasan dengan alkali, menghasilkan sabun dari
komponen asam lemaknya. Sel juga mengandung
lipida yang tidak tersabunkan, yang tidak mengandung
asam lemak, dan karenanya, tidak dapat membentuk
sabun. Terdapat dua kelas utama lipida yang tidak
tersabunkan, steroid dan terpen. Di sini, kita akan
mendiskusikannya hanya steroid yang merupakan
komponen penting membran.
Steroid adalah molekul kompleks yang larut di dalam
lemak dengan empat cincin yang saling bergabung.
Steroid yang paling banyak adalah sterol, yang
merupakan steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol
60 Sylvia T. Pratiwi, Mikrobiologi Farmasi, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 26-28. 61 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h. 83.
118
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa
turunan esternya, dengan lemaknya yang berantai
panjang adalah komponen penting dari plasma
lipoproteindan dari membran sel sebelah luar.62
7. C.9.39 Kolesterol
merupakan
komponen utama
membran sel dan
selubung mielin.
Lipid dan protein adalah bahan penyusun utama
membran, walaupun karbohidrat juga penting. Lipid
yang paling melimpah di sebagian besar membran
adalah fosfolipid.63
√ Kalimat pada buku menyata-kan bahwa
kolesterol adalah komponen utama
membran sel. Komponen utama
penyusun membran sel adalah lipid,
protein dan karbohidrat. Jenis lipid yang
terbanyak yang menyusun membran sel
adalah fosfolipid bukan kolesterol. Akan
tetapi kolesterol juga merupakan jenis
lipid penyusun membran plasma.
Komponen penyusun membran plasma adalah lipid,
protein dan karbohidrat. Molekul-molekul lipid dari
membran plasma ternyata tersusun dari 3 jenis yaitu: a.
Fosfolipid, yang terbanyak; b. Kolesterol, dan; c.
Glikolipid.64
8. C.14.6 Sel prokariotik
adalah sel yang
belum memiliki
nukleus.
Dalam sel prokariotik (prokaryotic cell, dari kata
Yunani pro, sebelum, dan karyon), DNA terkonsentrasi
di wilayah yang tidak diselubungi oleh membran,
disebut nukleoid.
Struktur yang dibatasi membran ini tidak ditemukan
pada sel prokariot. Dengan demikian, adanya atau
tidak-adanya nukleus sejati hanya salah satu contoh
perbedaan kompleksitas struktural antara kedua tipe
sel.65
√ Kalimat “belum memiliki nukleus”
seharusnya di-tambahkan menjadi belum
memiliki nukleus sejati untuk lebih
memperjelas bahwa sel prokariotik
memang bukan tidak memiliki inti sel
atau belum memiliki inti sel, tetapi hanya
tidak memiliki membran inti.
Istilah prokariotik, dibangun dari kata pro dan karyon.
62 Albert L. Lehninger, Op. Cit., h.335. 63 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.135. 64 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.56. 65 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.107.
119
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
Pro, artinya sebelum dan karyon artinya inti. Jadi sel
prokariotik bukannya tanpa inti, melainkan memiliki
materi inti yang tersebar di dalam sitoplasmanya.66
9. C.15.3 Untuk
membandingkan
struktur umum sel
kariotik dan
eukariotik serta
tubuh virus,
perhatikan
Gambar 1.10.
Kata eukaryotic berasal dari kata Yunani eu, sejati dan
karyon, bagian dalam biji, di sini mengacu pada
nukleus. Dalam sel prokariot (prokaryotic cell, dari
kata Yunani pro, sebelum dan karyon).67
√ Kata “sel kariotik” pada buku tidak tepat,
seharusnya adalah “sel prokariotik”
karena jika “kariotik” saja artinya adalah
“inti”. Penulisan tersebut kurang kata
“pro” sehingga menimbulkan arti yang
ber-beda.
Istilah prokariotik, dibangun dari kata pro dan karyon.
Pro, artinya sebelum dan karyon atrinya inti. Jadi sel
prokariotik berarti “sebelum inti”.68
10. C.15.9 Pada sel
tumbuhan
terdapat dinding
sel, vakuola, dan
plastida. Pada sel
hewan, bagian
tersebut tidak
ditemukan, tetapi
pada sel hewan
terdapat sentriol
yang tersimpan di
Pada sel-sel hewan vakuola ini jarang terdapat atau
kalau ada kecil-kecil, sedangkan pada sel tumbuhan
selalu terdapat, baik yang kecil, menengah, maupun
yang besar.69
√ Kalimat pada buku “Pada sel tumbuhan
terdapat dinding sel, vakuola, dan
plastida. Pada sel hewan, bagian tersebut
tidak ditemukan”. Vakuola dapat
ditemukan pada sel hewan dengan
ukuran yang kecil.
Vakuola juga ada pada beberapa sel hewan, tetapi
ukurannya jauh lebih kecil.70
66 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.1. 67 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.107. 68 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.1. 69 Ibid., h.9. 70 Albert L. Lehninger, Op. Cit., h.40.
120
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
dalam sentrosom.
11. C.15.16 Namun demikian,
ada beberapa jenis
Protozoa, yang
selnya terlindungi
oleh cangkok
yang kuat dan
kerat. Cangkok
tersebut umumnya
tersusun atas zat
kersik dan pelikel,
dijumpai misalnya
pada Euglena dan
Radiolaria.
Pelikel pada Euglena merupakan pita-pita protein di
bawah membran plasma yang memberikan kekuatan
dan fleksibilitas (Euglena tidak memiliki dinding sel).71
Protista yang dikenal sebagai foraminifera (dari kata
Latin foramen, lubang kecil, dan ferre, mengangkut),
atau foram, dinamai demikian karena cangkang
berporinya, disebt testa. Testa foram terdiri dari
sepotong material organik tunggal yang diperkeras oleh
kalsium karbonat. Protista yang disebut radiolaria
memiliki rangka internal yang rumit dan simetris yang
umumnya terbuat dari silika.72
Pada beberapa kelompok spons, serat-serat ini
merupakan spikula tajam yang terbuat dari kalsium
karbonat atau silika.73
√
Kalimat pada buku me-nyatakan bahwa
Euglena dan Radiolaria cangkoknya
tersusun atas zat kersik dan pelikel. Jadi,
kedua kelompok protozoa tersebut
dianggap cangkoknya tersusun oleh zat
kersik dan pelikel. Padahal, Euglena
sendiri terlindungi oleh pelikel yang
merupakan pita-pita protein dan sama
sekali tidak tersusun dari zat kersik.
Radiolaria sendiri rangka internalnya
terbuat dari silika, sedangkan
Foraminifera sendiri cangkoknya
tersusun atas kalsium karbonat.
Menurut Campbell, kalsium karbonat
dan silikat berbahan sama. Sedangkan
zat kersik adalah silikon dalam bentuk
mineral
Species sampel kelas Flagellata adalah Euglena viridis.
Deskripsi Euglena viridis sebagai berikut: Bentuk
tubuh tetap karena ada selubung pellicula.74
Ordo Foraminifera. Tipe pseudopodanya Axopoda;
shell tersusun dari zat kapur.75
Pelikel adalah lapisan yang meliputi membran
sitoplasma sel. Pada beberapa spesies ameba pelikel ini
71 Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2008), h.145. 72 Ibid., h.154. 73 Ibid., h.242. 74 Nurhadi, Febri Yanti, Taksonomi Invertebrata, (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h. 14-15. 75 Ibid., h.8.
121
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
merupakan lapisan yang tipis dan tidak kompak.
Banyak protozoa membentuk struktur kerangka yang
memberikan kekakuan kepada sel selnya. Lapisan
penutup yang longgar ini yang ada di sebelah luar
pelikel dinamakan cangkang atau cangkerang (shell);
terdiri dari bahan organik yang diperkuat dengan zat-
zat anorganik seperti kalsium karbonat atau silika.
Adanya pelikel, dan bukannya dinding sel, sebagai
penutup merupakan salah satu ciri pembeda yang
utama dalam kelompok protozoa ini.76
12. C.15.32 Zat lain yang
umum dalam
sitoplasma adalah
glukosa, asam
amino, vitamin,
mineral, tetesan
minyak, dan
butiran makanan.
Sitoplasma berada dalam sistem koloid kompleks,
sebagian besar adalah air yang di dalamnya terlarut
molekul-molekul kecil maupun besar (makromolekul),
ion-ion, dan bahan hidup atau organela.77
√ “Tetesan minyak” dalam kalimat tersebut
seharusnya ditulis lipid saja. Walaupun
minyak termasuk ke dalam lipid tetapi
minyak merupakan asam lemak tak jenuh
yang biasanya terkandung pada
tumbuhan. Jadi, kata “tetesan minyak”
tidak dapat digeneralisir terkandung pada
sitoplasma pada sel.
Sedang sitoplasma terdiri atas matriks atau sitosol
terbenamnya organela, sitoskeleton dan timbunan
karbohidrat, lipid dan pigmen. Protoplasma dari sel
hewan dan tumbuhan mengandung 75 – 85 % air, 10 –
20 % protein, 2 – 3 % lipid, 1 % karbohidrat, dan 1 %
bahan anorganik.78
13. C.21.26 Di bawah
mikroskop,
struktur kloroplas
Mikroskop elektron mengungkapkan banyak organel
dan struktur subseluler lain yang tidak mungkin
diresolusi dengan mikroskop cahaya.79
√ Kalimat pada buku menyatakan bahwa
kloroplas dapat terlihat dengan
menggunakan mikroskop. Mikroskop
76 Pelczar, Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 2015) h. 220-221. 77 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.6. 78 Subowo, Op Cit., h.91. 79 Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid 1, (Jakarta: Erlangga), h.105.
122
No Kode Konsep pada
Buku
Konsep Menurut Literatur Kategori Miskonsepsi Keterangan
1 2 3 4 5
tampak seperti
pada Gambar
1.21.
Perbedaan mendasar antara mikroskop elektron dengan
mikroskop cahaya adalah sumber radiasi yang
digunakan. Dengan menggunakan pancaran elektron,
objek yang bisa diamati lebih kecil, sehingga kita akan
mendapatkan gambar yang lebih detail dari sel.80
disini harus lebih diperjelas, yaitu
dengan menggunakan mikroskop
elektron. Karena jika menggunakan
mikroskop cahaya organel kloroplas
tidak dapat terlihat.
14. C.30.21 Proses transpor
aktif
makromolekul
dapat terjadi
melalui
endositosis dan
eksositosis
Eksositosis dan endositosis merupakan mekanisme
transpor molekul besar misal-nya protein dan
polisakarida, serta partikel yang lebih besar, biasanya
melintasi membran secara massal melalui mekanisme
yang melibatkan pengemasan dalam vesikel.81
√ Endositosis dan eksositosis tidak
termasuk ke dalam transpor aktif karena
transpor aktif merupakan transpor yang
pergerakannya melawan gradien
konsentrasi, sementara endositosis dan
eksositosis pergerakannya tidak
ditentukan oleh gradien konsentrasi
melainkan meng-gunakan pergerakan
vesikel, oleh karena itu endositosis dan
eksositosis termasuk ke dalam tranpor
makromolekul.
Endositosis dan eksositosis termasuk ke dalam transpor
molekul berukuran besar dan transpor partikel.
Pengangkutan makromolekul berukuran besar dan
partikel tidak mungkin melibatkan protein membran
seperti halnya transpor aktif.82
Kode Buku: C
Gambar pada Buku Gambar pada Literatur Gambar pada Literatur
Kode gambar: C.20. (1.19). Diambil dari: Campbell, 2008: 119. Diambil dari: Sumadi dan Aditya, 2007: 94.
80 Lucia M. Santoso, dan Didi Jaya, Op. Cit., h.17. 81 Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit., h.148-149. 82 Sumadi, dan Aditya, Op. Cit., h.75.
123
Keterangan Pada gambar buku tidak ditunjukkan adanya organel ribosom dan DNA pada mitokondria.
Kategori Miskonsepsi Overgeneralization
124
125
Lampiran 4
Daftar Buku Peserta didik Kelas XI yang digunakan di SMA yang ada di
Tangerang Selatan
No Gambar Buku Judul Buku dan Penerbit Sekolah yang
menggunakan
1. Biologi untuk SMA/MA kelas XI
Kelompok Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam (Kurikulum 2013).
Irnaningtyas, Erlangga.
SMAN 1 Tangsel
2.
Biologi untuk SMA/MA kelas XI
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
(Revisi Kurikulum 2013).
Irnaningtyas, Erlangga.
SMAN 2 Tangsel
3.
Biologi untuk SMA/MA kelas XI
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
(Revisi Kurikulum 2013).
Irnaningtyas, Erlangga.
SMAN 3 Tangsel
126
No Gambar Buku Judul Buku dan Penerbit Sekolah yang
menggunakan
4.
Biologi untuk SMA/MA kelas XI
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
(Kurikulum 2013).
Irnaningtyas dan Yosia Istiadi, Erlangga.
Buku Peserta didik Biologi untuk
SMA/MA Kelas XI (Edisi Revisi 2016)
Endah Sulistyowati, Wigati Hadi, Teo
Sukoco, Siti Nur Hidayah; Intan
Pariwara.
SMAN 4 Tangsel
5.
Buku Peserta didik Aktif dan Kreatif
Belajar Biologi untuk kelas XI
SMA/MA Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam (Kurikulum
2013).
Yusa & MBS Maniam, Grafindo.
SMAN 5 Tangsel
127
No Gambar Buku Judul Buku dan Penerbit Sekolah yang
menggunakan
6.
Biologi untuk SMA/MA Kelas XI
Kelompok Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam (Kurikulum 2013).
D.A Pratiwi, Sri Maryati, Suharno,
Bambang S., Erlangga.
SMAN 6 Tangsel
7.
Buku Peserta didik Aktif dan Kreatif
Belajar Biologi untuk kelas XI
SMA/MA Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam (Kurikulum
2013).
Yusa & MBS Maniam, Grafindo.
SMAN 7 Tangsel
8.
Buku Peserta didik Aktif dan Kreatif
Belajar Biologi untuk kelas XI
SMA/MA Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam (Kurikulum
2013).
Yusa & MBS Maniam, Grafindo.
SMAN 8 Tangsel
128
No Gambar Buku Judul Buku dan Penerbit Sekolah yang
menggunakan
9.
Konsep dan Penerapan Biologi
SMA/MA Kelas XI Kelompok
Peminatan MIPA (Revisi Kurikulum
2013).
Slamet Prawirohartono, Bailmu.
SMAN 9 Tangsel
10.
Buku Peserta didik Aktif dan Kreatif
Belajar Biologi untuk kelas XI
SMA/MA Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam (Kurikulum
2013).
Yusa & MBS Maniam, Grafindo.
Biologi untuk SMA/MA kelas XI
Kelompok Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam (Kurikulum 2013).
Irnaningtyas, Erlangga.
SMAN 10 Tangsel
129
No Gambar Buku Judul Buku dan Penerbit Sekolah yang
menggunakan
11.
Biologi Untuk SMA Kelas XI Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam
(Berdasarkan Kurikulum 2013,
Pemendikbud 24/2018)
Tati S. Syamsudin, Lilis Setiasih,
Quadra
SMAN 11 Tangsel
12.
Buku Peserta didik Aktif dan Kreatif
Belajar Biologi untuk kelas XI
SMA/MA Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam (Kurikulum
2013).
Yusa & MBS Maniam, Grafindo.
SMAN 12 Tangsel
Lampiran 5
Hasil Kesepakatan Buku A
No Konsep Pada Buku Kategori Miskonsepsi
Pengamat I Keterangan
Pengamat II Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Sel prokariotik cirinya tidak ada nukleus,
tidak ada membran khusus organelnya.
Misidentifications V - - - V Tidak miskonsepsi
2. Transportasi zat pada membran sel terjadi
secara aktif, seperti transpor aktif,
eksositosis, endositosis
Misidentifications V - - V - -
3. Pada bilayer fosfolipid terdapat molekul
protein yang membentuk pola mozaik
sehingga diistilahkan dengan model
mozaik-fluida.
Undergeneralizations V - - V - -
4. Lamela tengah membatasi dinding sel
yang lain dan terdapat zat pektin.
Overgeneralizations V - - V - -
5. Vakuola terdiri atas vakuola tengah,
vakuola kontraktil, dan vakuola makanan.
Misidentifications V - - V - -
6. Setiap lengkungan atau tubula retikulum
endoplasma disebut sisterna.
Misidentifications V - - V - -
7. Jika Anda terluka, pada bagian tubuh Anda
yang terluka akan muncul cairan bening.
Cairan bening tersebut merupakan reaksi
dari sel darah putih yang melakukan
autofagosit sehingga bekas luka akan cepat
tertutup dan kering.
Misidentifications V - - V - -
8. Transpor aktif adalah saat Anda bermain
ayunan dengan dorongan pihak lain,
Misidentifications V - - V - -
No Konsep Pada Buku Kategori Miskonsepsi
Pengamat I Keterangan
Pengamat II Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak
sedangkan transpor aktif adalah saat Anda
mendorong ayunan dengan kekuatan
sendiri.
9. Fagositosis adalah proses sel untuk makan
yang melibatkan pembentukan vesikula
membran yang berlimpah yang disebut
fagosom atau vakuola fagositik.
Misidentifications V - - V - Pengertian antara
vesikula dan
fagosom/vakuola
fagositik, tidak selalu
berlimpah
10. Transportasi zat dapat juga terjadi secara
aktif, seperti pompa ion Na+ dan K+ serta
endositosis dan eksositosis.
Misidentifications V - - V - -
11. Sel melakukan reproduksi secara mitosis
dan secara meiosis.
Overgeneralizations - V Misidentifikasi, karena
sel melakukan
pembelahan bukan
reproduksi untuk
mitosis dan meiosis
- V Misidentifications
12. Eksositosis adalah suatu proses
pengangkutan bahan yang terdapat di
dalam sel melalui proses pembentukan
vesikula.
Oversimplifications V - - - V Konsep esensial tidak
disampaikan dalam
pengertian eksositosis
13. Fagositosis adalah proses untuk makan
yang melibatkan pembentukan vesikula
membran.
Overgeneralizations V - - - V Tidak miskonsepsi
Gambar
14. Gambar Sel Bakteri (Tidak menunjukkan
materi genetik (nukleoid). Overgeneralizations V
- - V -
-
15. Gambar Mitokondria (Tidak me-
nunjukkan DNA dan Ribosom). Overgeneralizations V
- - - V
Undergeneralizations,
karena konsepnya
dipersempit
Hasil Kesepakatan Buku B
No Konsep Pada Buku Kategori Miskonsepsi Pengamat I Keterangan
Pengamat II Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Organisme yang memiliki sel prokariotik,
yaitu Archaebacteria, Eubacteria, dan
Cyanobacteria. Organisme yang memiliki
sel eukariotik, yaitu Protista, Fungi
(jamur), Plantae (tumbuhan), dan Animalia
(hewan).
Misidentifications V - - V - -
2. Prokariotik (Yunani, pro=sebelum,
karyon=inti) merupakan sel yang belum
memiliki nukleus atau tidak memiliki
membran inti yang memisahkan materi
genetik di inti sel dengan bagian sel
lainnya.
Misidentifications V - - - V Tidak miskonsepsi
3. Kitin merupakan bahan penyusun
eksoskeleton pada Arthropoda, seperti
serangga, laba-laba, dan udang.
Undergeneralizations V - Kitin juga komponen
penyusun dinding sel
pada fungi, pada
arthropoda sebagai
penyusun dominan
eksoskeleton
V - -
4. Untuk mengkaji komponen organel sel dan
fungsinya, ahli sitologi menggunakan
pendekatan biokimiawi yang disebut
fraksionasi sel untuk mengisolasi
komponen-komponen sel yang ukurannya
berbeda.
Misidentifications V - - V - -
5. Tubuh hewan lebih banyak mengandung
protein, sedangkan tubuh tumbuhan lebih
Oversimplifications V - - - V Tidak miskonsepsi,
karena bisa
No Konsep Pada Buku Kategori Miskonsepsi Pengamat I Keterangan
Pengamat II Keterangan
Ya Tidak Ya Tidak
banyak mengandung karbohidrat. dibandingkan dari
kandungan protein dan
karbohidrat
6. Komposisi lipid dan protein antara sisi
dalam dan sisi luar membran bersifat
asimetris (tidak sama). Pada permukaan
membran, terdapat karbohidrat berupa
oligosakarida.
Undergeneralization - V Overgeneralizations - V Tidak miskonsepsi
7. Dalam ilmu ekologi, tumbuhan berperan
sebagai produsen yang mampu membuat
makanannya sendiri, sedangkan hewan
berperan sebagai konsumen atau pemakan.
Perbedaan peranan tersebut terjadi karena
sel tumbuhan memiliki organel-organel sel
yang tidak dimiliki oleh hewan, begitupun
sebaliknya.
Overgeneralizations V - - V - -
8. Transpor aktif meliputi pompa ion,
kotranspor, dan endositosis eksositosis.
Misidentifications V - - V - -
Hasil Kesepakatan Buku C
No Konsep Pada Buku Kategori Miskonsepsi Pengamat I
Keterangan Pengamat II
Keterangan Ya Tidak Ya Tidak
1. Beberapa sifat penting air sebagai
konstituen dan media untuk hidup adalah
air pelarut universal, memiliki viskositas
yang rendah, menunjukkan fenomena
kapiler, dapat menjaga suhu tubuh
organisme, dan membantu pengaturan
suhu lingkungan.
Misidentifications - V Sifat pelarut
diantaranya polar,
semipolar, dan non
polar. Air termasuk
bersifat polar karena
sebagian besar dapat
melarutkan senyawa
sehingga dikatakan
bersifat universal
- V Overgeneralizations,
kata “bersifat
universal” tidak bisa
dibilang universal
2. Kitin banyak digunakan oleh serangga,
laba-laba, udang-udangan, dan hewan-
hewan lain untuk membangun
eksoskeletonnya.
Undergeneralizations V - - V - -
3. Pati adalah polisakarida cadangan
makanan yang dibentuk dari glukosa di
dalam kloroplas dan amiloplast pada sel
tumbuhan.
Misidentifications V - - V - -
4. Termasuk lemak sederhana adalah lemak
(berupa benda padat) dan minyak (berupa
cairan). Kondisi fisik keduanya berbeda,
tetapi struktur kimianya sama.
Misidentifications V - - V - -
5. Fosfolipid merupakan komponen
pembentuk struktur dinding sel.
Misidentifications V - - V - -
6. Lemak turunan, yaitu senyawa hasil proses
hidrolisis lemak. Termasuk dalam
kelompok ini antara lain asam lemak,
Misidentifications V - - V - -
No Konsep Pada Buku Kategori Miskonsepsi Pengamat I
Keterangan Pengamat II
Keterangan Ya Tidak Ya Tidak
sterol, dan kolesterol.
7. Kolesterol merupakan komponen utama
membran sel dan selubung mielin.
Misidentifications V - - V - -
8. Sel prokariotik adalah sel yang belum
memiliki nukleus.
Misidentifications V - - - V Tidak miskonsepsi
9. Untuk membandingkan struktur umum sel
kariotik dan eukariotik serta tubuh virus,
perhatikan Gambar 1.10.
Misidentifications V - - V - -
10. Pada sel tumbuhan terdapat dinding sel,
vakuola, dan plastida. Pada sel hewan,
bagian tersebut tidak ditemukan, tetapi
pada sel hewan terdapat sentriol yang
tersimpan di dalam sentrosom.
Undergeneralizations V - Pada keterangan
disebutkan contohnya
hewan yang berukuran
kecil apa?
- V Tidak miskonsepsi,
yang memiliki vakuola
kelompok protista
mirip hewan
11. Namun demikian, ada beberapa jenis
Protozoa, yang selnya terlindungi oleh
cangkok yang kuat dan kerat. Cangkok
tersebut umumnya tersusun atas zat kersik
dan pelikel, dijumpai misalnya pada
Euglena dan Radiolaria.
Misidentifications V - - V - -
12. Zat lain yang umum dalam sitoplasma
adalah glukosa, asam amino, vitamin,
mineral, tetesan minyak, dan butiran
makanan.
Overgeneralizations V - - V - -
13. Di bawah mikroskop, struktur kloroplas
tampak seperti pada Gambar 1.21.
Overgeneralizations V - - V - -
14. Proses transpor aktif makromolekul dapat
terjadi melalui endositosis dan eksositosis.
Misidentifications V - - V - -
No Konsep Pada Buku Kategori Miskonsepsi Pengamat I
Keterangan Pengamat II
Keterangan Ya Tidak Ya Tidak
Gambar (Kode Buku: C)
15. Gambar Mitokondria (Tidak menunjukkan
DNA dan Ribosom)
Overgeneralizations V - - - V Undergeneralizations
137
Lampiran 6
Hasil Kontingensi Pengamatan Jenis Miskonsepsi pada Buku A, B, C
1. Buku A
Pengamat I
Pengamat
II
Ya Tidak Jumlah
Ya
Misidentifications:
2, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Overgeneralizations:
4, 14
Undergeneralizations:
3
- 10
Tidak
Misidentifications:
1
Overgeneralizations:
13, 15
Oversimplifications:
12
Overgeneralizations:
11
5
Jumlah 14 1 15
Koefisien Kesepakatan (KK) = 2S
N1+N2 =
2 x 11
15 + 15 =
22
30 = 0,73 (Kesepakatan
Besar)
2. Buku B
Pengamat I
Pengamat
II
Ya Tidak Jumlah
Ya
Misidentifications:
1, 4, 8
Overgeneralizations:
7
Undergeneralizations:
3
- 5
Tidak
Misidentifications:
2
Oversimplifications:
5
Undergeneralizations:
6 3
Jumlah 7 1 8
Koefisien Kesepakatan (KK) = 2S
N1+N2 =
2 x 6
8 + 8 =
12
16 = 0,75 (Kesepakatan
Besar)
138
3. Buku C
Pengamat I
Pengamat
II
Ya Tidak Jumlah
Ya
Misidentifications:
3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 14
Overgeneralizations:
12, 13
Undergeneralization:
2
- 11
Tidak
Undergeneralization:
10
Overgeneralizations:
15
Oversimplification:
8
Misidentifications:
1
4
Jumlah 14 1 15
Koefisien Kesepakatan (KK) = 2S
N1+N2 =
2 x 12
15 + 15 =
24
30 = 0,8 (Kesepakatan
Besar)
139
Lampiran 7
Daftar Buku Acuan/Pembanding
Penelitian ini juga menggunakan beberapa buah buku sumber yang dijadikan
sebagai acuan dan pembanding, yaitu:
A. Buku Terjemahan dari Bahasa Inggris
1. Buku “Biologi” Edisi Kedelapan Jilid 1, karangan Neil A. Campbell, Jane
B. Reece, and Lawrence G. Mitchell, tahun 2008.
2. Buku “Biologi” Edisi Kedelapan Jilid 2, karangan Neil A. Campbell, Jane
B. Reece, and Lawrence G. Mitchell, tahun 2008.
3. Buku “Mikrobiologi”, karangan Michael J. Pelczar, Jr., dan E.C.S Chan,
tahun 2015.
4. Buku “Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula”, karangan Ethel Sloane,
tahun 2008.
5. Buku “Fisiologi Kedokteran” Edisi 22, karangan William F. Ganong,
tahun 2008.
6. Buku “Dasar-Dasar Biokimia”, karangan Albert L. Lehninger, tahun 1982.
7. Buku “Kimia Dasar” Edisi Ketiga Jilid 1, karangan Raymond Chang,
tahun 2005.
B. Buku Bahasa Inggris
1. Buku “Molecular Biology of The Cell” Sixth Edition, karangan Alberts, B.,
D.Bray, J Lewis, M.Raff, K.Roberts, and J.D.Watson, tahun 2015.
C. Buku Bahasa Indonesia
1. Buku “Biologi Sel” Edisi 7, karangan Subowo, tahun 2015.
2. Buku “Biologi Sel”, karangan Sumadi dan Aditya Marianti, tahun 2007.
3. Buku “Biologi Molekuler Sel”, karangan Lucia Maria Santoso dan Didi
Jaya, tahun 2016.
4. Buku “Biologi Sel”, karangan Juwono dan Achmad Zulfa Juniarto, tahun
2000.
5. Buku “Biologi Reproduksi”, karangan Eddyman W. Ferial, tahun 2013.
140
6. Buku “Mikrobiologi Farmasi, karangan Sylvia T. Pratiwi, tahun 2008.
7. Buku ”Taksonomi Invertebrata”, karangan Nurhadi dan Febri Yanti, tahun
2018.
8. Buku “Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan”, karangan Benyamin Lakitan,
tahun 2004.
9. Buku “Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia untuk Paramedis”, karangan
Rusbandi Sarpini, tahun 2016.
141
Lampiran 8
PERHITUNGAN TABEL
Perhitungan Tabel Persentase Kemunculan Miskonsepsi Setiap Kategori
Pada Masing-Masing Buku.
Rumus : 𝑃 =∑𝑥
𝑛 × 100%
Keterangan :
P = Persentase setiap kategori miskonsepsi (%)
∑x = Jumlah kemunculan setiap kategori miskonsepsi
n = Jumlah seluruh konsep pada setiap buku
1. Buku A
Misidentifications
∑= 8, n= 173, 𝑃 =8
173 × 100% = 4,6%
Overgeneralizations
∑= 2, n= 173, 𝑃 =2
173 × 100% = 1,1%
Oversimplifications
∑= 1, n= 173, 𝑃 =1
173 × 100% = 0,6%
Undergeneralizations
∑= 2, n= 173, 𝑃 =2
173 × 100% = 1,1%
2. Buku B
Misidentifications
∑= 3, n= 456, 𝑃 =3
456 × 100% = 0,7%
Overgeneralizations
∑= 1, n= 456, 𝑃 =1
456 × 100% = 0,2%
Undergeneralizations
∑= 1, n= 456, 𝑃 =1
456 × 100% = 0,2%
3. Buku C
Misindentifications
∑= 8, n= 651, 𝑃 =8
651 × 100% = 1,2%
Overgeneralizations
∑= 3, n= 651, 𝑃 =3
651 × 100% = 0,5%
Undergeneralizations
∑= 2, n= 651, 𝑃 =2
651 × 100% = 0,3%
142
Perhitungan Persentase Miskonsepsi Pada Setiap Buku
1. Buku A
Persentase miskonsepsi kategori misidentifications : 4,6 %
Persentase miskonsepsi kategori overgeneralizations : 1,1 %
Persentase miskonsepsi kategori oversimplifications : 0,6 %
Persentase miskonsepsi kategori undergeneralizations : 1,1 %
Persentase Miskonsepsi:
4,6 % + 1,1 % + 0,6 % + 1,1 % = 7,4 %
Persentase Kebenaran:
100 % - 7,4 % = 92,6 %
2. Buku B
Persentase miskonsepsi kategori misidentifications : 0,7 %
Persentase miskonsepsi kategori overgeneralizations : 0,2 %
Persentase miskonsepsi kategori undergeneralizations : 0,2 %
Persentase Miskonsepsi:
0, 7% + 0,2 % + 0,2 % = 1,1 %
Persentase Kebenaran:
100 % - 1,1 % = 98,9 %
3. Buku C
Persentase miskonsepsi kategori misidentifications : 1,2 %
Persentase miskonsepsi kategori overgeneralizations : 0,5 %
Persentase miskonsepsi kategori undergeneralizations : 0,3 %
Persentase Miskonsepsi:
1,2 % + 0,5 % + 0,3 % = 2 %
Persentase Kebenaran:
100 % - 2 % = 98 %
143
Perhitungan Perbandingan Miskonsepsi Pada Setiap Buku
Rumus : 𝑃 =∑𝑥
𝑛 × 100%
Keterangan:
P = Persentase setiap kategori miskonsepsi (%)
∑x = Jumlah kemunculan setiap kategori miskonsepsi pada buku A/B/C
n = Jumlah konsep yang mengalami miskonsepsi pada setiap kategori
1. Perhitungan Miskonsepsi Kategori Misidentifications
Buku A
∑= 8, n= 19
𝑃 =8
19 × 100 % = 42,1 %
Buku B
∑= 3, n= 19
𝑃 =3
19 × 100 % = 15,8 %
Buku C
∑= 8, n= 19
𝑃 =8
19 × 100 % = 42,1 %
2. Perhitungan Miskonsepsi Kategori Overgeneralizations
Buku A
∑= 2, n= 6
𝑃 =2
6 × 100 % = 33,3 %
Buku B
∑= 1, n= 6
𝑃 =1
6 × 100 % = 16,7 %
Buku C
∑= 3, n= 6
𝑃 =3
6 × 100 % = 50 %
3. Perhitungan Miskonsepsi Kategori Oversimplifications
Buku A
∑= 1, n= 1
𝑃 =1
1 × 100 % = 100 %
Buku B
∑= 0, n= 0
𝑃 =0
0 × 100 % = 0 %
Buku C
∑= 0, n= 0
𝑃 =0
0 × 100 % = 0 %
4. Perhitungan Miskonsepsi Kategori Undergeneralizations
Buku A
∑= 2, n= 5
𝑃 =2
5 × 100 % = 40 %
Buku B
∑= 1, n= 5
𝑃 =1
5 × 100% = 20 %
Buku C
∑= 2, n= 5
𝑃 =2
5 × 100 % = 40 %
144
Lampiran 9
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul : Analisis Miskonsepsi Pada Buku Teks Biologi Kurikulum 2013
Kelas XI SMA Pada Konsep Sel.
No Referensi Paraf
Pembimbing `BAB I
1. Esti Ismawati, Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan
Ajar, (Yogyakarta: Ombak, 2012), h. 235.
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8,
Tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2016), h. 2.
3. Mansur Muslich, Text Book Writing, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h.50.
4. Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), h. 33.
5. Henry G. Tarigan, Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa
Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 21.
6. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), h. 35.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8,
Tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2016), h. 9.
8. Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi
Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), Cet. I, h. 91.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 tahun,
Tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2016), h. 7.
10. Lampiran Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran, Tentang
Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Kelompok
145
Peminatan IPA (Biologi), (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2014), h. 1-4.
11. Failasuf Aulia Nugroho, 2016, Identifikasi Miskonsepsi
Sistem Pencernaan Manusia Pada Buku Teks Biologi SMA
Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta, Jurnal Matematika dan
Sains, Vol. 5, No.5, h.1.
12. Tantri Widya Astuti, Sukiya, dan Tri Harjana, 2018,
Identifikasi Miskonsepsi Sistem Peredaran Darah dalam Buku
Teks Biologi Kelas XI di Kabupaten Ciamis, Jurnal
Pendidikan Biologi, Vol.7, No.5, h.1.
13. Ahmad Naharuddin Ramadhan, 2016, Identifikasi
Miskonsepsi Sistem Saraf Manusia dalam Buku Teks Biologi
SMA di Kota Yogyakarta , Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 5
No. 6, h.1.
14. Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika, (Jakarta: Grasindo, 2013), Cet. II, h. 44-
45.
15. Ceren Tekkaya, 2002, Misconception as Barier to
Understanding Biology, Journal of Education 23, h. 259.
16. Musa Dikmenli, Osman, C., & Fulya, O., 2009, Conceptual
Problem in Biology- Related Topics in Primary Science and
Technology Textbook in Turkey. International Journal of
Environtental & Science Education. Vol.4, No.4, h. 430.
17. Ceren Tekkaya, 2002, Misconception as Barier to
Understanding Biology, Journal of Education 23, h. 264.
18. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
24, Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
(Kompetensi Dasar Kelas XI), (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2016), h. 3-5.
BAB II
1. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2014) Cet. IX, h.16.
2. B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h. 55.
3. B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h. 53-54.
4. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h. 66.
5. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 66.
146
6. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 65.
7. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 7.
8. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 68.
9. B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h. 65-66.
10. Mansur Muslich, Text Book Writing, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h.50.
11. B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h. 17.
12. Mansur Muslich, Text Book Writing, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 55-57.
13. Henry G. Tarigan, Djago Tarigan., Telaah Buku Teks Bahasa
Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 19.
14. Mansur Muslich, Text Book Writing, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 53-54.
15. Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 34-36.
16. Devetak, I. & Vogrinc, J, The Criteria for Evaluating the
Quality of the Science Textbooks. Critical Analysis of Science
Textbooks: Evaluating instructional effectiveness, h. 3-13.
17. B.P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h. 21-22.
18. B.P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h. 18-19.
19. Masnur Muslich, Muslich, Text Book Writing, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010), h. 23.
20. B. P Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h.19.
21. Masnur Muslich, Text Book Writing, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h.24-25.
22. Esti Ismawati, Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan
Ajar, (Yogyakarta: Ombak, 2012), h. 256.
23. Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang, Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga,
2008), h. 338.
147
24. Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika, (Jakarta: Grasindo, 2013), Cet. II, h. 4.
25. Muslimin Ibrahim, Seri Pembelajaran Inovatif Konsep,
Miskonsepsi dan Cara Pembelajarannya, (Surabaya: Unesa
University Press, 2012), h.13.
26. Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Pembelajaran, (Jakarta:
Erlangga, 2011), h. 153.
27. Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang, Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga,
2008), h. 339.
28. Muslimin Ibrahim, Seri Pembelajaran Inovatif Konsep,
Miskonsepsi dan Cara Pembelajarannya, (Surabaya: Unesa
University Press, 2012), h. 14-16.
29. Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika, (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 53.
30. Hershey, D. R., 2005, “Avoid Misconceptions when teaching
about plants”, www.Action biology.org/education/hershey.
html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.1.
31. Hershey, D. R., 2005, “Avoid Misconceptions when teaching
about plants”, www.Action biology.org/education/hershey.
html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.3.
32. Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, 2009,
Conceptual Problems in Biology-Related Topics in Primary
Science and Technology Textbooks in Turkey. International
Journal of Environmental & Science Education, Vol. 4 No.4,
h. 432.
33. Hershey, D. R., 2005, “Avoid Misconceptions when teaching
about plants”, www.Action biology.org/education/hershey.
html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.3.
34. Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, 2009,
Conceptual Problems in Biology-Related Topics in Primary
Science and Technology Textbooks in Turkey. International
Journal of Environmental & Science Education, Vol. 4 No.4,
h.433-434.
35. Hershey, D. R., 2004, “Avoid Misconceptions when teaching
about plants”, www.Action biology.org/education/hershey.
html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.1-2.
36. Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, 2009,
Conceptual Problems in Biology-Related Topics in Primary
Science and Technology Textbooks in Turkey. International
148
Journal of Environmental & Science Education, Vol. 4 No.4,
h.434-435.
37. Failasuf Aulia, Failasuf Aulia Nugroho, 2016, Identifikasi
Miskonsepsi Sistem Pencernaan Manusia Pada Buku Teks
Biologi SMA Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta, Jurnal
Matematika dan Sains, Vol. 5, No. 5, h. 7.
38. Hershey, D. R., 2005, “Avoid Misconceptions when teaching
about plants”, www.Action biology.org/education/hershey.
html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.3.
39. Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, 2009,
Conceptual Problems in Biology-Related Topics in Primary
Science and Technology Textbooks in Turkey. International
Journal of Environmental & Science Education, Vol. 4 No.4,
h.435.
40. Failasuf Aulia N., Failasuf Aulia Nugroho, 2016, Identifikasi
Miskonsepsi Sistem Pencernaan Manusia Pada Buku Teks
Biologi SMA Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta, Jurnal
Matematika dan Sains, Vol. 5, No. 5, h. 6.
41. Hershey, D. R., 2005, “Avoid Misconceptions when teaching
about plants”, www.Action biology.org/education/hershey.
html, (diakses pada tanggal 25 November 2018), h.1.
42. Musa Dikmenli, Osman Cardak, and Fulya Oztas, 2009,
Conceptual Problems in Biology-Related Topics in Primary
Science and Technology Textbooks in Turkey. International
Journal of Environmental & Science Education, Vol. 4 No.4,
h.435.
43. Failasuf Aulia, Failasuf Aulia Nugroho, 2016, Identifikasi
Miskonsepsi Sistem Pencernaan Manusia Pada Buku Teks
Biologi SMA Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta, Jurnal
Matematika dan Sains, Vol. 5, No. 5, h. 6.
44. Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika, (Jakarta: Grasindo, 2013), Cet. II, h. 70-
71.
45. Isaac Olakanmi Abimbola, Salihu Baba, 1996,
Misconceptions & Alternative Conceptions in Science
Textbooks: The Role of Teachers as Fitlter, The American
Biology Teacher, Vol. 58 No.1, h. 18-19.
46. Michelle Cook, 2008, Student’s Comprehension of Science
Concepts Depicted in Textbook Illustrations, Electronic
Journal of Science Education, Vol. 12 No.1, h.12.
149
47. Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan,
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas XI, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2016) h. 3.
48. Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 102.
49. Lucia Maria Santoso, Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel,
(Jakarta: Salemba Teknika, 2016), h. 4.
50. Lucia Maria Santoso, Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel,
(Jakarta: Salemba Teknika, 2016), h. 5.
51. Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 108-120.
52. Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 120-121.
53. Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 135.
54. Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 109-110.
55. Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 69-70.
56. Lucia Maria Santoso, Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel,
(Jakarta: Salemba Teknika, 2016), h. 213.
57. Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 355.
58. Muslimin Ibrahim, Seri Pembelajaran Inovatif Konsep,
Miskonsepsi dan Cara Pembelajarannya, (Surabaya: Unesa
University Press, 2012), h.20.
59. Muslimin Ibrahim, Seri Pembelajaran Inovatif Konsep,
Miskonsepsi dan Cara Pembelajarannya, (Surabaya: Unesa
University Press, 2012), h. 22-23.
60. Abdullah, Safrida, dan Nurul Fajrina, 2016, Analisis
Miskonsepsi Buku Teks Pelajaran Biologi Kelas XI Semester
I SMAN di Kota Banda Aceh, Jurnal Biotik, h. 62-64.
61. Ranny Fitria Imran, Zulyusri, dan Linda Advinda,
Miskonsepsi Materi Pada Buku Teks Biologi SMA Kelas XI
Semester I, Jurnal Pendidikan IPA, 2015, h.58-62 .
62. Yusuf Hilmi Adisendjaja dan Oom Romlah, “Kesalahan dan
Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU”, Makalah Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia, 25 –26 Mei 2007, h.7.
150
63. Isti Apriani, Irfan Yunianto, “Telaah Kesalahan Konsep pada
Buku Ajar Biologi”, Prosiding Symbion (Symposium on
Biology Education), Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016, h.150.
64. Musa Dikmenli, Osman, C., & Fulya, O., 2009, Conceptual
Problem in Biology- Related Topics in Primary Science and
Technology Textbook in Turkey. International Journal of
Environtental & Science Education. Vol.4, No.4, h.429-440.
65. Aprilia Pengestika, Trianik Widyaningrum, 2018, Identifying
Conceptual Mistakes on SMA Teaching Books in Materials of
Imune System for Eleventh Graders, International Journal of
Active Learning, Vol.3, No.2, h.50.
BAB III
1. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 14, h. 203.
2. Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma
Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 152-153.
3. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka
Setia, 2011), h.100-101.
4. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. II, h. 81-82.
5. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka
Setia, 2011), h.151.
6. Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi
Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 263.
7. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen
Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2017), h.52.
8. Failasuf Aulia Nugroho, “Identifikasi Miskonsepsi Sistem
Pencernaan Manusia Pada Buku Teks Biologi SMA
Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta”, Skripsi Pada Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
2016, tidak dipublikasikan.
9. Ruslam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 161.
10. Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma
Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 55.
11. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2010), Cet. 14, h.201.
151
12. Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan
Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.176.
13. Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta
Barat: Indeks, 2012), h.61.
14. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & RnD
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 335.
15. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 242-245.
16. Anthony J Viera dan Joanne Mills Garrett, Understanding
inter observer agreement: the kappa statistic, 2005, Family
Medicine, Vol. 37, No. 5, h. 362.
17. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi
Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h.
102.
BAB IV
1. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 148-149.
2. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), Op. Cit., h. 75.
3. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 135-136.
4. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 52.
5. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 128.
6. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 41.
7. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 116.
8. Eddyman W. Ferial, Biologi Reproduksi, (Jakarta: Erlangga,
2013), h. 10.
9. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 113.
10. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015), h.
110.
11. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 115.
12. Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, (Jakarta:
EGC, 2012) h. 39.
152
13. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 146.
14. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 72.
15. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. A-43.
16. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 116.
17. Bruce Alberts, dkk, Molecular Biology of The Cell Sixth
Edition, (America: Garland Science), h. 738.
18. Bruce Alberts, dkk, Molecular Biology of The Cell Sixth
Edition, (America: Garland Science), h.G:24.
19. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 148-149.
20. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 75.
21. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 244.
22. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015), h.
285-286.
23. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015), h.
363.
24. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 148.
25. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 75.
26. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 106.
27. Eddyman W. Ferial, Biologi Reproduksi, (Jakarta: Erlangga,
2013), h. 1.
28. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 80.
29 Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 33.
30. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 105.
31. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015), h.
31.
153
32. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 200.
33. Albert L. Lehningher, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta:
Erlangga, 1982), h. 38.
34. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 148-149.
35. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 147.
36. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 75.
37. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 54.
38. Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis, (Yogyakarta:
Andi, 2005), h.152.
39. Raymond Chang, dkk., Kimia Dasar, (Jakarta: Erlangga,
2005), h. 91.
40. Raymond Chang, dkk., Kimia Dasar, (Jakarta: Erlangga,
2005), h.6.
41. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 80.
42. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 33.
43. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 118-119.
44. Benyamin Lakitan, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) h. 150.
45. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 81.
46. Albert L. Lehningher, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta:
Erlangga, 1982), h. 344-446.
47. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 127.
48. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 82.
49. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 37-38.
50. Sylvia T. Pratiwi, Mikrobiologi Farmasi, (Jakarta: Erlangga,
2008) h. 26-28.
154
51. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 83.
52. Albert L. Lehningher, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta:
Erlangga, 1982), h..
53. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 135.
54. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 56.
55. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 107.
56. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 1.
57. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 145.
58. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 154.
59. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 242.
60. Nurhadi, Febri Yanti, Taksonomi Invertebrata, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), h. 14-15.
61 Nurhadi, Febri Yanti, Taksonomi Invertebrata, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), h. 8.
62. Pelczar, Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I, (Jakarta: UI-Press,
2015) h. 220-221.
63. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 6.
64. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015), h.
91.
65. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 105.
66. Lucia Maria Santoso, Didi Jaya Santri, Biologi Molekuler Sel,
(Jakarta: Salemba Teknika, 2016), h. 17.
67. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 148-149.
68. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 75.
69. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
24, Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
(Kompetensi Dasar Kelas XI), (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2016), h. 3.
155
70. Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Pembelajaran, (Jakarta:
Erlangga, 2011), h. 62.
71. Ceren Tekkaya, 2002, Misconception as Barier to
Understanding Biology, Journal of Education 23, h. 259.
72. Ceren Tekkaya, 2002, Misconception as Barier to
Understanding Biology, Journal of Education 23, h. 264.
73. Jeannie Oakes, Marisa, Access to Textbooks, Instructional
Materials, Equipment, and Technology: Inadequacy and
Inequality in California’s Public School, 2002, Williams
Watch Series, https://escholarship.org/uc/item/4ht4z71v, h. 1-
10.
74. Mehmet Bahar, 2003, Misconceptions in Biology Education
and Conceptual Change Strategies, Educational Science, Vol.
3, No.I, h. 59.
75. Abdullah, Safrida, dan Nurul Fajrina, 2016, Analisis
Miskonsepsi Buku Teks Pelajaran Biologi Kelas XI Semester
I SMAN di Kota Banda Aceh, Jurnal Biotik, h. 62.
76. Yusuf Hilmi Adisendjaja dan Oom Romlah, “Kesalahan dan
Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU”, Makalah Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia, 25 –26 Mei 2007, h. 7.
77. Anwar Efendi. 2009. Beberapa Catatan tentang Buku Teks
Pelajaran di Sekolah. Jurnal Tarbiyah STAIN Purwokerto.
Vol.12, No.2, h. 3.
78. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 tahun,
Tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2016), h. 2.
LAMPIRAN 1, 2 & 3
1. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 107.
2. Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.1.
3. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 148-149.
4. Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.75.
5. Neil A. Campbell, dkk., Op. Cit, Biologi Dasar Jilid I,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.135-136.
156
6. Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.52.
7. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h.128.
8. Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.41.
9. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 116.
10. Eddyman W. Ferial, Biologi Reproduksi, (Jakarta: Erlangga,
2013), h. 10.
11. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 113.
12. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015) h.
110.
13. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h.116.
14. Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, (Jakarta:
EGC, 2012), h. 39.
15. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 146.
16. Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.72.
17. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 149.
18. Juwono, dan Achmad Zulfa, Biologi Sel, (Jakarta: EGC,
2000), h.27.
19. Neil, A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 148-149.
20. Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.75.
21. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 251-252.
22. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015),
h.364.
23. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 148.
24. Sumadi, dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.75.
157
25. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. h.A-43.
26. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Dasar Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 116.
27. Bruce Alberts, dkk., Molecular Biology of The Cell Sixth
Edition, (America: Garland Science), h. 738.
28. Bruce Alberts, dkk., Molecular Biology of The Cell Sixth
Edition, (America: Garland Science), h.G:24.
29 Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 106.
30. Eddyman W. Ferial, Biologi Reproduksi, (Jakarta: Erlangga,
2013), h.1.
31. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 107.
32. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 1.
33. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 80.
34. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 33.
35. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 105.
36. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015),
h.31.
37. William F. Ganong, Fisiologi Kedokteran, (Jakarta: EGC,
2008), h.1.
38. Rusbandi Sarpini, Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia
untuk Paramedis, (Bogor: In Media, 2016), h.8.
39. Ethel Sloane, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, (Jakarta:
EGC, 2012) h.17.
40. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.140.
41. Lucia Maria S., dan Didi Jaya, Biologi Molekuler Sel,
(Jakarta: Salemba Teknika, 2016), h.46-47.
42. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.200.
43. Albert L. Lehninger, Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 1982), h.38.
158
44. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 148-149.
45. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 147.
46. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 75.
47. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.54.
48. Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis, (Yogyakarta:
Andi, 2005), h.152.
49. Raymond Chang, dkk., Kimia Dasar, (Jakarta: Erlangga,
2005), h.91.
50. Raymond Chang, dkk., Kimia Dasar, (Jakarta: Erlangga,
2005), h.6.
51. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.80.
52. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.33.
53. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.119.
54. Benyamin Lakitan, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 150.
55. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 81.
56. Albert L. Lehninger, Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 1982), h. 344-446.
57. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.82.
58. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.82.
59. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.37-38.
60. Sylvia T. Pratiwi, Mikrobiologi Farmasi, (Jakarta: Erlangga,
2008) h. 26-28.
61 Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.83.
62. Albert L. Lehninger, Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 1982), h.335.
159
63. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.135.
64. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.56.
65. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), 107.
66. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 1.
67. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.107.
68. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.1.
69. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.9.
70. Albert L. Lehninger, Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 1982), h.40.
71. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.145.
72. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.154.
73. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.242.
74. Nurhadi, Febri Yanti, Taksonomi Invertebrata, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018) h. 14-15.
75. Nurhadi, Febri Yanti, Taksonomi Invertebrata, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018) h. 8.
76. Pelczar, Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I, (Jakarta: UI-Press,
2015) h. 220-221.
77. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.6.
78. Subowo, Biologi Sel Edisi 7, (Jakarta: Sagung Seto, 2015), h.
91.
79. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.105.
80. Lucia Maria S., dan Didi Jaya, Biologi Molekuler Sel,
(Jakarta: Salemba Teknika, 2016), h.17.
83. Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.148-149.
160
82. Sumadi dan Aditya, Biologi Sel, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h.75.
Jakarta, 27 Januari 2020
Nengsih Juanengsih, M.Pd.
NIP 197905102006042001
161
Lampiran 10
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dr. Nani Radiastuti, M.Si.
Jabatan : Dosen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Instansi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Menyatakan telah menjadi pengamat dalam proses analisis miskonsepsi pada
buku biologi SMA Kelas XI kurikulum 2013 dalam konsep sel yang dibuat oleh
mahasiswa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 9 September 2019
Hormat saya
Dr. Nani Radiastuti, M.Si.
NIP. 196509022001122001
162
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dina Rahma Fadlilah, S.Pd., M.Si.
Jabatan : Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menyatakan telah menjadi pengamat dalam proses analisis miskonsepsi pada
buku biologi SMA Kelas XI kurikulum 2013 dalam konsep sel yang dibuat oleh
mahasiswa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 30 Oktober 2019
Hormat saya
Dina Rahma Fadlilah, S.Pd., M.Si.
163
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 1 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
164
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 2 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
165
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 3 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
166
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 4 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
167
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 5 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
168
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 6 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
169
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 7 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
170
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 8 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
171
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 9 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
172
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 10 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
173
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 11 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
174
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor: Un.01/F1./KM.01.3/1820/2018 Lamp. : -- Hal : Observasi
Kepada Yth., Kepala SMAN 12 Kota Tangerang Selatan di- T e m p a t Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VII (Tujuh)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Mata Kuliah ”Skripsi”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
175
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN VALIDASI
Nomor : B-1694/F1/KM.01.3/IX/2019 Jakarta, 6 September 2019 Lampiran : Lembar Validasi Penelitian Hal : Permohonan Izin validasi
Kepada Yth., Dr. Nani Radiastuti, M.Si. di- Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : IX (Sembilan)
Judul Skripsi : Analisis Mikonsepsi Pada Buku Biologi Siswa
Kurikulum 2013 Kelas XI SMA Pada Konsep Sel
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun Skripsi, dan memohon izin validasi hasil analisis kepada Saudara. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut memvalidasi hasil analisis penelitian yang dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Wakil Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
176
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN VALIDASI
Nomor : B-1694/F1/KM.01.3/X/2019 Jakarta, 14 Oktober 2019 Lampiran : Lembar Validasi Penelitian Hal : Permohonan Izin validasi
Kepada Yth., Dina Rahma Fadlilah, M.Si. di- Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : IX (Sembilan)
Judul Skripsi : Analisis Mikonsepsi Pada Buku Biologi Siswa
Kurikulum 2013 Kelas XI SMA Pada Konsep Sel
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun Skripsi, dan memohon izin validasi hasil analisis kepada Saudara. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut memvalidasi hasil analisis penelitian yang dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Wakil Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
177
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : B-0603/F1/KM.01.3/IV/2019 Jakarta, 9 April 2019
Lamp. : -
Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.,
Nengsih Juanengsih, M.Pd
Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing
I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nama : Nurul Rihsa Novtianti
NIM : 11150161000043
Jurusan : Pendidikan Biologi
Semester : VIII (Delapan)
Judul Skripsi : Analisis Miskonsepsi pada Buku Teks Biologi
Kurikulum 2013 Kelas XI SMA Pada Konsep Sel
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada
tanggal 8 April 2019, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan
perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial
dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan,
dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat
perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Tembusan:
1. Dekan FITK
2. Mahasiswa ybs.
top related