asas pokok pendidikan
Post on 10-Jul-2016
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Hartoto, 2008, dalam
Jurnal Ilmu Pendidikan). Jadi, asas pendidikan itu lebih memfokuskan perhatian kepada cara
penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana
layaknya pendidikan itu diselenggarakan.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas–asas tersebut bersumber
dari kecenderungan umum pendidikan di dunia dan bersumber dari pemikiran dan pengalaman
sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994:
117).
1. ASAS TUT WURI HANDAYANI
Asas Tut wuri Handayani merupakan asas pendidikan Indonesia yang bersumber dari
asas Pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu seorang
perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Makna Tut wuri Handayani adalah:
a. Tut wuri: Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian berdasarkan cinta kasih
dan tanpa pamrih.
b. Handayani: Mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk, membimbing, dan
menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin
pribadi (Arga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Asas Tut wuri Handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hajar tersebut mendapat
tanggapan positif dari Drs. RMP Sosrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua
semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:
a. Ing Ngarso Sung Tulada (jika di depan menjadi contoh)
b. Ing Madya Mangun Karsa (jika di tengah-tengah membangkitkan kehendak, hasrat atau
motivasi)
c. Tut wuri Handayani (jika di belakang mengikuti dengan awas)
Asas Tut Wuri Handayani ini bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya
sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Menurut asas ini, dalam
penyelenggaraan pendidikan, seorang guru merupakan pemimpin yang berdiri di belakang
dengan bersemboyan “tut wuri handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-menerus dicampuri,
diperintah atau dipaksa. Guru hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi
jalannya anak serta hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak
apabila anak didik tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan. Dapat dikatakan
bahwa asas Tut Wuri Handayani ini merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara belajar
siswa aktif (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123)..
2. ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak pernah sempurna, dia selalu
berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan kehidupannya. Dewasa ini,
akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat, terjadi perubahan yang amat pesat dalam
berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang dipelajari oleh seseorang pada beberapa tahun
yang lalu dapat menjadi tidak berarti atau tidak bermanfaat lagi. Hal ini disebabkan karena apa
yang telah dipelajarinya sudah tidak relevan lagi dengan berbagai masalah kehidupan yang
dihadapinya. Jadi, implikasi dari kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat tersebut ialah
seseorang dituntut untuk mau dan mampu belajar sepanjang hayat (Tim Pembina MK
Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup. Ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang sudah tidak
asing lagi ditelinga, beliau bersabda yang artinya: ”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal
dunia”. Jadi, Islam telah lama mengenal konsep belajar sepanjang ayat ini jauh sebelum orang-
orang Barat mengangkatnya (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus:
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu
b. Mengarahkan kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara
sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri
e. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasik yang
formal, non formal dan informal (La Sulo, 1990: 25-26).
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seharusnya
mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yaitu:
1. Memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efesien dan efektif
2. Meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai dasar dari belajar sepanjang
hayat
Kurikulum yang dapat dirancang dan diimplementasikan yaitu kurikulum yang
memperhatikan dua dimensi, yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah, meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan
2. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan
mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.
Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu akan memberi peluang
terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yang mempunyai warga yang belajar
sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning society). Dengan
kata lain, akan terwujudlah gagasan pendidikan seumur hidup seperti yang tercermin di dalam
sistem pendidikan nasional Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
3. KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR
Asas Tut Wuri Handayani dan asas belajar sepanjang hayat secara langsung sangat erat
kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut Wuri Handayani didasarkan pada
asumsi bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar peserta didik mampu untuk mandiri dalam
belajar. Kemandirian dalam belajar itu dapat dikembangkan dengan menghindari campur tangan
guru, namun guru selalu siap untuk membantu apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar
sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa peserta didik
mau dan mampu mandiri dalam belajar. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang belajar
sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru atau pun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama
sebagai fasilitator, informator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru diharapkan dapat
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar dengan sedemikian rupa, sehingga
memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai informator,
guru harus menyadari bahwa dirinya hanya merupakan bagian kecil dari sumber-sumber
informasi yang ada. Oleh karena itu, guru perlu memberikan dan bahkan merangsang peserta
didik untuk mencari informasi selain dari dirinya sendiri. Sedangkan sebagai motivator, guru
mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat memanfaatkan sumber belajar
secara maksimal (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar yang dapat mengembangkan kemandirian
dalam belajar, yaitu:
a. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
b. Belajar dari modul, paket belajar, dan sebagainya
c. Belajar dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. PSB memberi
peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan di perpustakaan. Dengan
dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan.
PENERAPAN AZAS PENDIDIKAN (DI SEKOLAH DAN DI LUAR SEKOLAH)
DEWASA INI
1. KEADAAN YANG DITEMUI
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan
yang ditemui, yakni :
a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar
dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.
c. Peserta didik yang memiliki kelainan (cacat fisik atau mental) memperoleh kesempatan untuk
memilih pendidikan dan keterampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat tumbuh
menjadi manusia yang mandiri.
d. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan
keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang
memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh
diatas normal (Qym, 2009, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang:
a. Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti
dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam
lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal dan berbagai jenjang pendidikan dari TK
sampai perguruan tinggi.
b. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada
semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara proporsional.
Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air.
c. Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar
mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas
melalui pendidikan.
d. Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang
belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan keterampilan, dan
sarana pendidikan jasmani.
e. Pengadaan buku ajar diperuntukkan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara
berbudaya melalui berbagai cara belajar
2. Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya
f. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan
keterampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran
berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.
g. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam
kegiatan olahraga guna meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga.
h. Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia
peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, keterampilan serta ketahanan mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah telah mengupayakan
usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan
sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang (Qym, 2009,
dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
2. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Dalam hal penerapan asas-asas pendidikan dalam kegiatan pembelajaran terdapat
beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian, yakni:
a. Masalah pendekatan komunikasi oleh guru
Dewasa ini, masih terdapat kecenderungan bahwa peserta didik terikat oleh penggunaan
komunikasi satu arah dalam kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah.
Dalam komunikasi demikian, pendidik menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi
dari peserta didik. Bahkan, tidak jarang peserta didik dijadikan objek komunikasi oleh seorang
guru. Akibatnya, arus komunikasi cenderung satu arah dan rendahnya umpan balik dari peserta
didik. Komunikasi yang demikian memberikan implikasi yang negatif terhadap out put
pendidikan, yakni membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri, mereka lebih
bergantung kepada informasi yang diberikan pendidik (Tim Pembina MK Pengantar
Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
b. Masalah peranan pendidik
Sejalan dengan pendekatan komunikasi satu arah yang cenderung digunakan pendidik,
pendidik sering menempatkan dirinya sebagai orang yang paling dominan. Tidak jarang seorang
pendidik, apakah itu orang tua, guru, atau dosen menempatkan dirinya sebagai orang yang paling
dan serba tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Padahal dalam era
komunikasi canggih ini, sumber informasi datangnya membanjir dari segala arah, tidak hanya
dari sekolah atau sejenisnya, tetapi juga bisa dari media massa seperti televisi, radio, koran, dan
bahkan dari internet. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa orang tua, guru, atau
pun dosen ketinggalan informasi dibandingkan dengan peserta didik. Sehingga dengan demikian,
seorang pendidik harus mendorong peserta didik untuk mencari informasi sendiri yang dikatakan
sebagai upaya belajar mandiri (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan
Ajar Pengantar Pendidikan).
c. Masalah tujuan belajar
Learning to know dan learning to do belum cukup untuk dijadikan tujuan belajar. Oleh
karena kemajuan teknologi terutama kemajuan transpotasi dan komunikasi membuat dunia
semakin “sempit”, sehingga intensitas interaksi antar manusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh
perbedaan suku, agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu, tujuan belajar perlu diperluas dengan
learning to life together dan learnign to be, sehingga dengan demikian apa yang dipelajari hari
ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk belajar lebih lanjut dalam rangka menyesuaikan diri
dengan perubahan lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan (Tim
Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
3. PENGEMBANGAN PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan asas-asas
pendidikan, maka perlu diadakannya upaya pengembangan penerapan asas-asas pendidikan
dengan tujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya.
a. Mengembangkan komunikasi dua arah
Seorang guru harus mengembangkan komunikasi dua arah untuk meningkatkan umpan
balik dari siswa. Siswa tidak hanya mendengarkan namun juga memberikan respon dalam setiap
permasalahan yang diberikan seorang pendidik. Dengan demikian, peserta didik akan terdorong
untuk belajar mandiri, tidak tergantung kepada pendidik saja (Rangga, 2011, dalam Jurnal
Ilmu Pendidikan).
b. Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator, motivator, dan organisator.
Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus yang harus dipecahkan
atau didiskusikan. Informator sebagai pemberi informasi terkini yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran. Motivator sebagai pemberi motivasi kepada peserta didik. Sedangkan sebagai
organisator, pendidik membimbing peserta didik menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang
telah ada (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).ss.
c. Mengembangkan tujuan belajar menjadi learning to know, learning to do, learning to life
together, dan learning to be.
Berbagai upaya pengembangan dalam penerapan asas-asas pendidikan yang dilakukan
oleh pemerintah, antara lain:
1. Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan
2. Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
3. Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa
4. Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perkembangan budaya bangsa (Qym, 2009)
top related