bab ii kajian pustaka 2.1 pembelajaran pendidikan ... · 2.1 pembelajaran pendidikan...
Post on 27-Oct-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD
2.1.1 Pengertian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD
PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk
diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007: 1-15) menyatakan bahwa
pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung
dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Tetapi
di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang salah menafsirkan bahwa
PKN dengan PKn merupakan hal yang sama. Padahal keduanya memiliki definisi
dan fungsi yang berbeda dalam pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri bahwa PKN adalah
pendidikan kewargaan negara, yang merupakan mata pelajaran sosial yang
bertujuan membentuk warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu,
mau, dan mampu berbuat baik, sedangkan PKn adalah pendidikan
kewarganegaraan, pendidikan yang menyangkut status formal warga negara
yang berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau
pemerolehan status sebagai WNI (Ruminiati, 2007: 1 – 25).
Pengertian PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006
tentang standar isi. Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang
standar isi tertulis bahwa pendidikan kewarganegaraan adalahmata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.
PKn merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal dalam bela
negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air, kesadaran berbangsa
dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran idiologi pancasila dan UUD
1945 serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara (Ittihad,
2007: 1-37).
7
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa PKn
merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan afektif
yang berpengetahuan bela negara. PKn juga dikatakan sebagai pendidikan
awal bela negara, idiologi pancasila dan UUD 1945, naturalisasi, dan
pemerolehan status warga negara.
2.1.2 Tujuan PKn
Melalui mata pelajaran PKn, diharapkan kegiatan pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang diharapkan sebagaimana tercantum pada Permendiknas,
No. 22 tahun 2006 tentang standar isi meliputi:
a) Berpikir secara kritis dan rasional dalam menghadapi isu
kewarganegaraan.
b) Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta
anti korupsi.
c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa lain.
d) Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan ilmu dan
teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan mata
pelajaran PKn terbagi menjadi beberapa aspek. Aspek berpikir merupakan awal
dari adanya partisipasi individu, sehingga individu secara positif dapat
berkembang dan berinteraksi dengan pihak lain.
2.1.3 Ruang Lingkup PKn
Mata pelajaran PKn memiliki klasifikasi materi yang dirangkum
dalam ruang lingkup pembelajaran. Ruang lingkup pada materi mata
pelajaran PKn sesuai Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi,
meliputi :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Norma, hukum, dan peraturan.
c. Hak asasi manusia.
8
d. Kebutuhan warga negara.
e. Konstitusi negara.
f. Kekuasan dan Politik.
g. Pancasila.
h. Globalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa materi pembelajaran
pada mata pelajaran PKn terangkum dalam ruang lingkup mata pelajaran
PKn yang terdiri dari beberapa aspek, meliputi: ruang lingkup persatuan dan
kesatuan bangsa, ruang lingkup norma, hukum, dan peraturan, ruang lingkup
HAM (Hak Asasi Manusia), ruang lingkup kebutuhan dan konstitusi negara,
ruang lingkup kekuasaan dan politik, ruang lingkup pancasila, serta ruang
lingkup globalisasi.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disusun sebagai landasan
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau
gagasan dengan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol,
tabel, diagram, dan media lain. Kompetensi dasar ini merupakan standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan
KD untuk mata pelajaran PKn yang ditujukan bagi siswa kelas 4 SDN Tlogo
disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini:
9
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn
Kelas 4 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4.Menunjukkan sikap terhadap
globalisasi di lingkungannya.
4.1 Memberikan contoh sederhana
pengaruh globalisasi di
lingkungannya.
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya
Indonesia yang pernah
ditampilkan dalam misi
kebudayaan internasional.
2.2 Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:7), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru
bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bias menerimanya.
Menurut Sudjana (2008:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar
mengajar disebut juga dengan hasil belajar. Selanjutnya menurut Purwanto (2014
:85) hasil belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada
juga kemungkinan mengarah kepada tingkah yang lebih buruk.
Menurut Hamalik (2001:103) hasil belajar ialah penguasan pelajaran,
keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan dalam hal-hal tersebut
penting artinya bagi guru, oleh sebab dalam pengenalan ini guru dapat membantu/
mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan
belajar selanjutnya (pada kelas-kelas berikutnya), kendatipun hasil-hasil tersebut
10
dapatt saja berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi,
kematangan, dan penyesuaian sosial.
Berdasarkan penjelasan beberapa tokoh mengenai hasil belajar, penulis
mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah bukti dari keberhasilan
seseorang dalam belajar. Hasil belajar ini biasanya diwujudkan dalam bentuk
angka, nilai, maupun huruf. Semakin tinggi hasil belajar yang dipeoleh siswa,
maka berhasillah tujuan belajar yang dilakukan siswa tersebut. Dalam penelitian
ini penulis memberikan pembatasan hasil belajar pada aspek kognitif saja, hasil
belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
2.2.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif, hai ini akan bekaitan dengan faktor dari luar
siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapat pengetahuan,
penanaman konsep, ketrampilan, dan pembentukan sikap.
Menurut Slameto (2003:56-74) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor-
faktor yang termasuk dalam faktor internal antara lain: (1) faktor jasmaniah
(kesehatan dan cacat tubuh); (2) faktor psikologis (intelegensi, minat, perhatian,
bakat motif, dan kematangan); dan (3) faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani).
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individu. Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah: (1) faktor keluarga (cara
mendidik orang tua, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan); (2) faktor sekolah
(metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, isiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah); (3) faktor masyarakat (keadaan siswa
dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat).
11
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri dari: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
Sedangkan untuk faktor eksternal, terdiri dari: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
Kedua faktor yang telah dijelaskan diatas memberikan pengaruh yang
banyak bagi siswa. Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang baik atau
memuaskan siswa harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar di atas agar terwujud kebiasaan belajar yang baik.dalam penelitian ini
difokuskan pada faktor sekolah yaitu tentang metode mengajar, relasi guru dan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
2.2.2 Karakteristik Siswa SD
Menjadi seorang guru, terutama guru sekolah dasar harus memiliki
pengetahuan tentang karakteristik siswa SD. Dengan begitu diharapkan guru dapat
menggunakan model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan karakteristik siswa
SD. Piaget dalam Isjoni (2012:36), membagi perkembangan kognitif manusia
menjadi empat tahap yaitu:
(1) Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
(2) Tahap pra-operasional (umur 2-7 tahun)
(3) Tahap operasional konkret (umur 7-12 tahun)
(4) Tahap operasional formal (umur 12-18 tahun).
Dengan melihat tahap-tahap perkembangan yang diungkapkan oleh Piaget,
maka siswa yang sedang duduk di bangku sekolah dasar berada dalam tahap
operasional konkret. Karakteristik siswa yang berada pada tahap operasional
konkret, yaitu siswa dapat mengembangkan pikiran logis. Tingkat ini merupakan
permulaan berpikir rasional,berarti siswa memiliki operasioperasi logis yang
dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bilamenghadapi suatu
pertentangan antara pikiran dan persepsi, siswa dalam periode operasional konkret
12
memilih mengambil keputusan logis, dan bukan keputusan perceptualseperti anak
pra-operasional.
Pada tahap ini siswa masuk ke dalam usia yang menyulitkan, karena anak
pada masa ini lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada oleh
orang tuanya sendiri. Pada usia anak sekolah dasar, para siswa sudah menyadari
bahwa persahabatan itu adalah saling membagi dan menerima sesuatu serta sudah
mulai mencari-cari teman sebayanya untuk dijadikaan sahabat atau teman dekat
(Sumantri 2006:3-11). Keinginan untuk diterima oleh teman-teman sebaya
sebagai anggota kelompok, membuat usia ini disebut juga usia berkelompok. Usia
ini disebut juga usia penyesuaian diri, karena mereka berusaha menyesuaikan diri
dengan standar yang berlaku dalam kelompok. Lebih lanjut Arasteh juga
menyatakan bahwa anak usia 8-10 tahun memiliki kebutuhan untuk dapat diterima
sebagai anggota dalam kelompok sebayanya (Mikarsa 2007: 3-35). Selain itu, usia
ini dikenal sebagai usia kreatif. Besarnya minat dalam kegiatan bermain yang
dilakukan mereka, membuat usia ini disebut juga usia bermain. Usia siswa
sekolah dasar disebut juga usia tidak rapi, karena anak tidak memperhatikan
penampilannya. Seringnya terjadi pertengkaran dengan saudara-, orang tua
menyebutnya sebagai usia bertengkar. Pada usia siswa sekolah dasar, mereka juga
merasakan dorongan berprestasi untuk mencapai keberhasilan, sehingga disebut
usia kritis dalam dorongan berprestasi. Penjelasan di atas sesuai dengan tugas
guru dalam psikologi perkembangan anak yang menyatakan bahwa tugas guru
adalah mengetahui bagaimanasecara operasional masing-masing tahap
perkembangan sehingga dapat membantu perkembangan peserta didik sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan (Soeparwoto 2007:51).
Berdasarkan penjelasan di atas, metode pembelajaran Picture and Picture
sesuai dengan karakteristik siswa yang masuk ke dalam usia berkelompok,
bermain, usia kreatif, dan usiakritis dalam dorongan berprestasi.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Huda (2013:31) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
berarti working together to accomplish shared goals (bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama)”. Dalam suasana kooperatif, setiap anggota saling
13
berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota
kelompok. Seperti yang dikutip Huda (2013:32), Artz dan Newman
mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil siswa yang
bekerjasama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan
sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Isjoni (2012:6) mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar yang dilakukan secara
bersama-sama, saling membantu antara satu dan yang lain dalam belajar dan
memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang
telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
pembelajaran kooperatif menyangkut teknik pengelompokkan yang di dalamnya
siswa bekerja terarah padatujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang
umumnya terdiri dari 4-6 orang.
Menurut Suprijono (2010:54-5), pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu
siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dalam melakukan proses belajar
mengajar guru- guru tidak lagi mendominasi, sehingga siswa dituntut untuk
berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama
mereka (Slavin dalam Isjoni 2012: 17).
Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
pelaksanaannya membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk
bekerjasama dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas kelompok yang
mereka peroleh. Tiga konsep penting yang menjadi karakteristik cooperative
learning (Slavin 2010:10) yaitu: (1) Penghargaan tim; (2) Tanggung jawab
individual; (3) Kesempatan sukses yang sama. Dalam penghargaan tim, tim akan
mendapatkan sertifikat atau penghargaan-penghargaan tim lainnya jika mereka
berhasil melampaui kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Dalam tanggung jawab
individual, kesuksesan tim bergantung padapembelajaran individual dari semua
anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam
membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam
14
tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan
siswa tanpa bantuan teman satu timnya. Dalam kesempatan sukses yang sama,
semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan
kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan
prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk
melakukan yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada
nilainya.
Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2004: 31), ada lima unsur
dalam pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan agar mencapai hasil
pembelajaran yang maksimal. Lima unsur tersebut yaitu:
(1) Saling ketergantungan positif.
(2) Tanggung jawab perseorangan.
(3) Tatap muka.
(4) Komunikasi antar anggota.
(5) Evaluasi proses kelompok.
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan
guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar mengajar (Istarani, 2011:1) . sedangkan Isjoni
(2009: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dengan tingkat kemampuan yang berbeda maka dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus dapat
bekerjasama dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu
siswa belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok
untuk belajar.
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang memiliki
banyak tipe untuk diterapkan di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Tipe-
tipe model cooperative learning adalah sebagai berikut. (a) numbered heads
15
together, (b) mind mapping (c) cooperative script, (d) student teams
achievement divisions, (d) think pair share, (e) talking stick, (f) snowball
throwing, (g) teams games tournament, (h) cooperative integrated reading and
composition, (i) two stay two stray, (j) example non example, (k) role playing
dan (l) make a match (Komalasari, 2010: 62 – 69).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
cooperative learning memiliki banyak tipe untuk diterapkan dalam
pembelajaran. Picture and picture merupakan salah satu alternatif model yang
peneliti anggap tepat dan efisien untuk diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran PKn karena dapat mengkonkritkan
nilai-nilai PKn yang abstrak.
2.3.1 Pengertian Model pembelajaran Picture and Picture
Menurut Miftahul Huda (2013:215) model pembelajaran Picture and
Picture merupakan pembelajaran yang berbasis komunikasi (pendekatan
komunikatif ) yang memungkinkan anak untuk: 1). Membaca dan menulis dengan
baik,2). Belajar dengan orang lain, 3). Menggunakan media, 4). Menerima
informasi, 5). Menyampaikan informasi.
Pembelajaran dengan menggunakan model ini menitik beratkan kepada
gambar sebagai media penanaman suatu konsep tertentu. Gambar-gambar yang
disajikan atau diberikan menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran karena
siswa akan belajar memahami suatu konsep atau fakta dengan cara
mendeskripsikan dan menceritakan gambar yang diberikan berdasarkan ide atau
gagasannya. Dalam proses pembelajarannya, penggunaan media gambar dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif, kreatif dan menemukan sendiri
konsep tentangmateri yang dipelajari.
Menurut Suprjiono, (2009: 43) bahwa Pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah salah satu metode pembelajaran aktif yang menggunakan gambar
dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang sistematis, seperti menyusun
gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan gambar dan
menjelaskan gambar. Picture and picture ini berbeda dengan media gambar
dimana picture and picture berupa gambar yang belum disusun secara berurutan
16
dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media gambar berupa
gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan
adanya penyusunan gambar guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami konsep materi dan melatih berpikir logis dan sistematis, dapat melihat
kemampuan siswa dalam menyusun gambar secara berurutan, menunjukkan
gambar, memberi keterangan dan menjelaskan gambar, Sehingga siswa dapat
menemukan konsep materi sendiri dengan membaca gambar. Adanya gambar-
gambar yang berkaitan dengan materi belajar siswa lebih aktif dan dapat tercapai
tujuan akhir dari proses pembelajaran yaitu hasil belajar akan meningkat.
Menurut Suprijono dalam Miftahul Huda (2013:236) picture and Picture
merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan media gambar sebagai
media pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example Non Example, dimana
gambar yang diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara logis.
Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran. Untuk
itulah, sebelum proses pembelajaranberlangsung guru sudah menyiapkan gambar
yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau carta berukuran besar.
Metode pembelajaran picture and picture mengupayakan siswa belajar
secara aktif, berangkat dari pengalaman siswa, mengajak siswa berpikir kritis, dan
merupakan pembelajaran kontekstual. Dalam hal ini guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai, menyampaikan materi sebagai pengantar.
Setelah itu guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang
berkaitan dengan materi. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan,
guru memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis. Ditanyakan juga alasan atau dasar pemikiran
urutan gambar tersebut. Dari alasan atau urutan gambar, guru memulai
menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Metode ini dapat melatih siswa untuk berani menerima tugas yang diberikan
guru dengan maju kedepan untuk memasangkan gambar melatih siswa untuk
mendengarkan tugas yang diberikan oleh guru secara lisan. Dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya konsep perkembangan teknologi transportasi
dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif serta menciptakan kepercayaan
17
diri dalam menyelesaikan masalah. Metode ini juga merupakan metode
pembelajaran yang mengutamakan keberanian siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dewi Rima. (2014). Metode pembelajaraan kooperatif picture and picture
memiliki beberapa ciri, ciri tersebut antara lain :
1. Aktif
Dalam metode pembelajaran kooperatif picture and picture ini siswa atau
peserta didik menjadi lebih aktiv, hal ini dikarenakan dalam metode
pembelajaran ini guru menggunakan mediagambar dalam memberikan
pembelajaraan, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan rasa ingin taunya
menjadi lebih besar. Selain itu dalam pelaksanaan metode ini seorang siswa
juga dianjurkan unutuk bisamerancang atau menggabungkan gambar sebagai
media pembelajaran yang digunakan, dengan demikian siswa tidak hanya
mendengarkan guru tetapi juga mengikuti pembelajaran dengan lebih aktif.
2. Inovatif
Dalam metode ini seorang siswa dan guru sebagai pengajar menjadi lebih
aktif, hal ini dikarenakan menggunakan suatu pembaharuan dalam proses
pembelajaran, tidak hanya guru menerangkan dan siswa mencatat.
3. Kreatif
Dalam hal ini selama proses pembelajaran dengan metode picture and picture
selain guru siswa juga menjadi lebih kreatif. Karena dalam kegiatan ini terjadi
interaksi langsung antar siswa , bagaimana seorang guru memberikan gambar,
mengacaknya dan seorang siswa dianjurkan untuk bias menyusunnya
kembali. Dalam kegiatan tersebut seorang siswa dianjurkan untuk bias lebih
kreatif untuk mengurangi rasa bosannya. Guru sebagai pengajar juga
dianjurkan untuk bias lebih kreatif, bagaimana seorang guru tersebut bias
menyajikan sebuah gambar gambar atau slide yang bias membuat siswa
menjadi lebih tertarik dengan proses pembelajaran.
4. Menyenangkan
Mungkin bagi beberapa guru menganggap metode ini akan menimbulkan
kegaduhan sendiri di dalam kelas karena terlalu banyak alktifitas siswanya.
18
Namun bagi siswa apabila guru menerapkan metode ini dalam
pembelajarannya siswa akan lebih tertarik dan merasa senang selama proses
belajar berlangsung. Hal tersebut karena dalm metode ini bias juga disebut
sebgai metode belajar sambil bermain, sehingga siswa tidak mengalami
tingkat kebosanan yang serius.
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis, yang dikembangkan
oleh Agus Suprijono (2013: 125-126). Langkah-langkah yang harus dilakukan
dengan metode picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan
dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang /
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Untuk itu sebelum memaparkan tentang Metode Pembelajaran Picture
and Picture, maka akan dibahas pengertian model, strategi, metode, pendekatan,
teknik dan taktik pembelajaran secara singkat.
1. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Atau strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi
dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa (Wina Sanjaya, 2008:126)
2. Metode secara harfiah adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu, kata mengajar sendiri berarti memberi pelajaran
(Pupuh Faturrohaman, 2007;55). Metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi
pembelajaran digunakan beberapa metode (Wina Sanjaya, 2008:126).
19
Dengan kata lain metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan strategi.
3. Pendekatan adalah istilah lain yang memiliki kemiripan dengan strategi
pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada
guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan yang berpusat
pada guru menurunkan stategi pembelajaran langsung (direct
instruction) pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif. (Wina Sanjaya, 2008;127)
4. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode
pengajaran. teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Untuk itu Rostiyah NK (2008;1)
mengatakan teknik adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang digunakan oleh suatu instruktur. Sedangkan taktik adalah gaya
seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Misalnya walaupun dua orang guru sama-sama menggunakan metode
ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan
melakukannya secara berbeda-beda.
Metode pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model
dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan
sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan
alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran
dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun
pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam
hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa. Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan
menjadi urutan logis. (Hamdani,2010;89). Sehingga siswa yang cepat
mengurutkan gambar jawaban atau soal yang benar, sebelum waktu yang
ditentukan habis maka merekalah yang mendapat poin.
2.3.2 Prinsip Dasar Model pembelajaran Picture and Picture
Menurut Johson and Johson (dalam Trianto. 2009: 281) prinsip dasar dalam
model pembelajaran kooperatif Picture and Picture adalah sebagai berikut:
20
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kooperatif.
(Zaenal. 2014:18) model pembelajaran kooperatif Picture and Picture
adalahmodel pembelajaran yang ditekankan pada gambar yang diurutkan
menjadi urutan yang logis, mengembangkan interaksi antar siswa yang
saling asah, silih asih, dan silih asu.
2.3.3 Langkah – langkah Metode Picture and Picture
Sintak langkah-langkah penerapan metode Picture and Picture menurut
Miftahul Huda (2013:236) sebagai berikut:
a) Tahap Penyampaian Kompetensi
Pada tahap ini, guru diharapkanmenyampaikan kompetensi dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, siswa dapat mengukur
sampai sejauh mana kompetensi yang harus dikuasai. Disamping itu, guru
juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi
tersebutuntuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.
b) Tahap Presentasi Materi
Pada tahap penyajian materi, guru telah menciptakan momentum awal
pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dimulai dari sini.
Pada tahap inilah, guru harusberhasil memberi motivasi pada beberapa
siswa yangkemungkinan masih belum siap.
21
c) Tahap Penyajian Gambar
Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa untuk
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar
yang ditunjukkan. Dengan gambar, pengajaran akan hemat energi, dan
siswa juga akan lebih mudahmemahami materi yang diajarkan. Dalam
perkembangan selanjutnya, guru dapat memodifikasi gambar atau
menggantinya dengan video atau demonstrasi kegiatan tertentu.
d) Tahap Pemasangan Gambar
Pada tahap ini, guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk
memasang gambar-gambar secara berurutan dan logis. Guru juga bisa
melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang
efektif sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu caranya adalah
dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap
untuk menjalankan tugas yang diberikan.
e) Tahap Penjajakan
Tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan kepada siswa tentang
alasan/dasar pemikiran dibalik urutan gambar yang disusunnya. Setelah
itu, siswa bisa diajak untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau
tuntutan kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator yang ingin
dicapai. Guru juga bisa mengajak sebanyak mungkin siswa untuk
membantu sehingga proses diskusi menjadi semakin menarik.
f) Tahap Penyajian kompetensi
Berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-gambar, guru
bisa mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai. Selama proses ini, guru harus memberi penekanan pada
ketercapaian kompetensi tersebut. Disini guru bisa mengulangi,
menuliskan, atau menjelaskan gambar-gambar tersebut agar siswa
mengetahui bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetensi
dasar dan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
22
g) Tahap Penutup
Diakhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang
telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat
untuk memperkuat materi dan kompetensi dalam ingatan siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
picture and picture pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang dapat menjawab persoalan bagaimana belajar itu bermakna, menyenangkan,
kreatif, dan sesuai dengan realita yang ada serta lebih melibatkan siswa aktif
belajar, baik secara mental, intelektual, fisikl, maupun sosial.
Metode pembelajaran picture and picture yang merupakan media gambar.
Gambar yang baik digunakan dalam pembelajaran adalah gambar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat tiga syarat yang harus
dipenuhi.
1) Harus otentik
Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti melihat benda
sebenarnya.
2) Sederhana
Komposisi hendaknya cukup jelas dalam menunjukkkan poin-poin pokok yang
terdapat pada gambar.
3) Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni.
2.3.4 Pembelajaran PKn di SD dengan Menggunakan Metode Picture and
Picture
Metode Picture and Picture berkorelasi dengan partisipasi dan hasil
belajar PKn? Menjawab pertanyaan ini, maka perlu untuk melihat bagaimana
sesungguhnya manfaat metode Picture and Picture itu sendiri. Berdasarkan pada
paparan teoritis dan sintaks metode pembelajaran Picture and Picture di atas,
tampak bahwa Metode Picture and Picture merupakan salah satu strategi dalam
pembelajaran koperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk
berpikir logis sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan
kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan
23
meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan
akademiknya.
Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis dan logis untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Dimana guru menggunakan alat
bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi
siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar,
diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam
kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali
oleh siswa. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan
asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil
jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari
pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.
Picture and Picture membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti
proses yang telah tertentu sehingga membatasi kesempatan berfikirnya yang
melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan
melaporkan hasil pemikirannya ke mitranya. Penerapan metode picture and
picture and picture meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya
informasi yang diingat siswa. Dengan penerapan metode picture and picture and
picture siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks
yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok
yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai
kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas
pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang
menjawab.
2.3.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Picture And Picture
Setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya,
menurut Miftahul Huda (2013:239) kelebihan strategi metode pembelajaran
Picture and Picture antara lain:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
2. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis
24
3. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir
4. Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan
5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Sementara itu, kekurangan strategi ini bisa mencakup hal-hal berikut:
1) Memakan banyak waktu
2) Membuat sebagian siswa pasif
3) Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas
4) Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh
bekerjasama dengan yang lain
5) Kebutuhan akan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.
Solusi masalah dalam metode Picture and Picture adalah sebagai berikut :
1) Untuk menghemat waktu, hendaknya pada tahap ke-2 yakni tahap guru
menyampaikan materi pengantar dihapuskan saja. Hal ini dikarenakan, pada
tahap ini sebenarnya sudah tercantum pada tahap ketika yakni tahap guru
menunjukan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi. Pada tahap ini
guru dapat menyisipkan materi pengantar sekaligus menunjukan gambar dan
informasi lain yang berkaitan.
2) Untuk mengaktifkan semua siswa secara berkelompok, guru diharuskan
untuk mampu membimbing semua siswa dalam kelompok agar mampu
mempresentasekan hasil yang dicapai.
3) Penggunaan media gambar pada metode picture and picture merupkan aspek
utama untuk siswa dapat memahami konsep. Maka dari itu, hendaknya
gambar yang digunakan lebih modern yang bersifat interaktif.
4) Penggunaan evaluasi secara tertulis juga harus dilaksanakan, karena sebagai
parameter keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga, agenda
evaluasi bisa disisipkan pada akhir sintak metode picture and picture.
5) Untuk lebih memantapkan penguasan materi siswa, seharusnya materi yang
telah disusun harus dibagi/ share kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan
agar semua siswa mendapatkan materi secara tertulis dan dapat memantapan
penguasan materi.
25
2.3 Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2014) yang berjudul
“Penerapan metode pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan hasil
belajar ipa siswa kelas IV min ngawen gunung kidul yogyakarta’’ , Metode
picture and picture dalam pembelajaran IPA mampu meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas IV MIN Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta tahun pelajaran
2013/2014. Hal ini terlihat dari persentase ketuntasan belajar secara klasikal
yaitu pada siklus I sebesar 72,22%, Meningkat pada siklus II sebesar 88,89%.
Menurut ketuntasan kelas sudah dinyatakan tuntas, dan dapat memotivasi siswa
untuk belajar. Suasana pembelajaran jadi menyenangkan dan siswa jadi lebih
antusias dalam menerima pelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, (2014) yang berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Untuk Meningkatkan
Kerjasama Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Sdn 10 Curup Selatan. Hasil analisi
pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamatan untuk untuk hasil belajar
siswa pada siklus 1 memperoleh nilai 66,30 dengan kategori cukup, siklus 2
memperoeh nilai 73,30 dengan kategori baik, siklus 3 memperoleh nilai 84,42
dengan kategori baik.Rekomodasi dari hasil penelitian ini adalah agar setiap guru
dapat menggunakan metode pembelajaran yang baik dan agar dapat melibatkan
siswa secara aktif di dalam pembelajaran guna untuk meningkatkan ninat dan
hasil belajar untuk menjadi lebih baik, Nazula Erli ,2014.
Penelitian yang dilakukan oleh Dini – Yuliastant (2014) yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkat Hasil
Belajar Pada Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Picture and Picture berlangsung dengan baik. Pada siklus 1 aktivitas guru
mencapai 75,76% dan siklus II sebesar 85,76% mengalami peningkatan sebesar
10%. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76,25% dan siklus II 90% mengalami
peningkatan 13,75%. Nilai pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada
26
siklus I mencapai 73,03 dengan ketuntasan klasikal 75% dan pada siklus II
mendapatkan nilai Bahasa Indonesia 87,08 dengan ketuntasan klasikal 91,66%.
Kendala- kendala yang dihadapi, dalam siklus I maupun siklus II dapat teratasi
dengan baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia kelas III di SDN Drancang Gresik serta memberikan nuansa belajar
yang menyenangkan dan membuat siswa aktif, antusias dan bersemangat dalam
belajar.
2.5 Kerangka Berpikir
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru
dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola
lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dengan model pembelajaran
diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubung dengan kegiatan
mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi antara guru dengan siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap pelajaran PKn
salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok
bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
Untuk itu guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal
dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Menurut Ibrahim (2007:10)
picture and picture memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
Dalam penerapan metode picture and picture and picture guru hanya
sebagai fasilitator dan pendamping siswa serta membantu siswa yang kurang
paham. Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan picture and picture
yakni dimulai dengan memberikan soal kemudian siswa diminta secara mandiri
menjawab soal dan tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari guru selanjutnya
siswa diminta untuk berpasangan dengan teman yang memiifliki soal yang sama.
27
Kemudian dari hasil perpaduan jawaban yang ditemukan, siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil dari diskusi yang telah dilakukan didepan kelas. Tahap
akhir, setelah melakukan presentasi siswa diberikan lembar evaluasi.
Dengan penerapan metode picture and picture and picture siswa aktif
dalam pembelajaran baik secara individu maupun kelompok hal inilah yang
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar siswa
merupakan tingkat penguasaan terhadap suatu nilai yang berbeda-beda yakni ada
yang memperoleh nilai yang tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan uraian diatas
diduga dengan menerapkan metode picture and picture dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan beberapa teori mengenai penerapan metode picture and
picture maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis. Gagasan tersebut
bila disajikan akan tampak seperti pada bagan 2.1
SISWA : Hasil
belajar siswa rendah
GURU : menggunakan
metode ceramah dalam
pembelajaran
Kondisi awal
SIKLUS I : Menerapkan
metode picture and
picture dalam
pembelajaran PKn
Menerapkan metode
picture and picture
dalam pembelajaran
PKn
Tindakan
SIKLUS II :Menerapkan
metode picture and
picture dalam
pembelajaran PKn
Melalui penerapan metode picture and picture hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PKn meningkat. Kondisi akhir
28
Bagan 2.1. Kerangka berpikir
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dalam landasan teori dan kerangka berfikir di atas,
penulis mengambil hipotesis sebagai berikut, dengan penerapan metode picture
and picture hasil belajar PKn siswa kelas 4 Semester II Tahun Pelajaran
2015/2016 di SD Negeri Tlogo akan meningkat.
top related