bab ii kajian teori 2.1. hakikat...
Post on 09-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Hakikat Motivasi
2.1.1. Definisi Motivasi
Banyak sekali bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk
menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata “motif” diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivtas tertentu
demi mencapai suatu tujuan bahkan motif dapat diartikan sebagai sesuatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Menurut Mc. Donald, Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan, (dalam Sardiman, 2007:25). Dari pengertian yang diketemukan Mc. Donald
mengandung tiga elemen penting.
1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan
energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.
Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul
dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling”, afeksi seseorang dalam hal
ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kewajiban afeksi dan emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia.
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respons daru suatu aksi, yakni tujuan motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia tetapi kemunculannya karena
terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan
ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Berdasarkanketiga elemen di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu
yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada
pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, atau perasaan
dan juga emosi, untuk kemudian bertindak dan melakukan sesuatu. Semua ini didorong
karena adanya tujuan kebutuhan dan keinginan. Collin Rose mengungkapkan hal ini dalam
bahasa lain, bahwa motivasi akan mengarah pada tiga eleman penting dalam mewujudkan
tujuan yang hendak dicapai yakni visi, sasaran spesifik, dan rencana aksi, (Colin, 2002:7).
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorng mau dan ingin melakukan sesuatu, dan apabila ia tidak suka itu.
Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di
dalam diri seseorang. Dalam melakukan kegiatan, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu yang menimbulkan rasa melakukan
sesuatu, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan dan yang memberikan arah pada
kegiatan, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu itu dapat tercapai. Dikatakan
“keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan
seseorang untuk bertindak. Motivasi adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan
semangat untuk bertindak. Orang tua yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak
energi untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan
sebagai suatu kondisiyang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginanatau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang, sudah tenatu akan membangkitkan minatnya
sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang
(biasanya disertai dengan perasaan senang), karena ia merasa ada kepentingan dengan sesuatu
itu. Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba/ spontan, melainkan timbul akibat
dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. (dalam Sardiman,
2007:76)
Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan sehari-hari. Motivasi
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas aktifitas, karena individu akan
melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.
Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan
pencapaian tujuan.
Dimyati dan Mudjiono (2002:42) mengemukakan pengertian motivasi adalah tenaga
yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Dalam motivasi terkandung
adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap
dan perilaku individu.
Menurut Sutikno (2004:119) motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan
upaya keras untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bergerak, baik disadari maupun tidak disadari.
Menurut Usman (2000:28) motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian dan topik penelitian ini menyangkut motivasi orang
tua dalam kegiatan posyandu, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi ibu dalam kegiatan
posyandu merupakan suatu dorongan yang terdapat dalam diri orang tua sehingga
menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan orang tua dalam meningkatkan derajat
kesehatan.
2.1.2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Djamarah (2002:23) motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran, misalnya
ibu membawa balita ke posyandu karena ibu tersebut sadar bahwa dengan membawa balita
ke posyandu maka balita akan mendapatkan pelayanan kesehatan seperti imunisasi dan
pelayanan kesehatan untuk balita lainnya.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari
orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Djamarah, 2002)
2.1.3. Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang
agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007:35).
Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin jelas
tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana tindakan
memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya
jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan
motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang
kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007:35).
2.1.4. Unsur-Unsur Motivasi
Menurut Sardiman (2007:80), motivasi mengandung tiga unsur penting, yaitu:
1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di
dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena
menyangkut perubahan energi manusia, penampakannya akan menyangkut
kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal
ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang
dapat menentukan perubahan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam dari diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang /
terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan
menyangkut soal kebutuhan yang akan dicapai oleh orang tersebut.
Menurut Taufik (2007:37), motivasi mengandung tiga komponen pokok di dalamnya,
yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal
ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapatkan kesenangan.
2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian
seseorang menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku seorang individu
diarahkan terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
(reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan
individu.
2.1.5. Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman (2007:85), terdapat tiga fungsi motivasi, yaitu :
1. Mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Di samping itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang
baik dalam melakuka kegiatan akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan
adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
melakukan kegiatan itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi orang
tua dalam mengikuti kegiatan posyandu akan sangat menentukan tingkat pencapaian derajat
kesehatan keluarganya.
2.2. Posyandu
2.2.1. PengertianPosyandu
Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan balita yang dikelola dan diselenggarakan
untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka
pencapaian Norma Kecil Keluarga Berencana Sejahtera (NKKBS) (Syahlan, 2002:3).
Zulkifli (2003:1) mengatakan posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan
pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh
masyarakat, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang
kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.
Menurut Effendy (2002:20) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi
dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
Sedangkan Menurut Rusmi (2002:18), posyandu merupakan salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Posyandu
terdiri dari posyandu balita dan posyandu lansia.
2.2.2. Tujuan Posyandu
Merujuk pada pedoman penyelenggaraan posyandu yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 dinyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan posyandu
terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
1. Tujuan Umum:
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya
pemberdayaan masyarakat.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), AKB (Angka
Kematian Bayi) dan AKABA (Angka Kematian Balita).
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. (Kementerian Kesehatan RI,
2011:12-13)
2.2.3. Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya. (Kementerian Kesehatan RI,
2011: 13):
1. Bayi
Bayi (0-12 bulan) adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah
lahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini perkembangan otak dan fisik bayi selalu
menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi
yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah.
2. Anak balita
Anak balita sebagai masa emas atau golden age yaitu insan manusia yang berusia 0-6
tahun (UU No. 20 tahun 2003)
3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui menjadi perhatian dan sasaran utama posyandu
karena pada masa ini seorang wanita terbagi fokusnya pada janin dan anak yang
sedang disusuinya sehingga tingkat kesehatan mereka sering tidak terkontrol dan akan
berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan
perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah
berfungsi dengan baik. Pasangan usia subur menjadi sasaran utama posyandu untuk menekan
angka kelahiran dengan cara mengikuti program keluarga berencana.
2.2.4. Manfaat Posyandu
Beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan posyandu adalah sebagai berikut :
(1)Tiap program dapat mencapai hasil yang optimal walaupun sumber dayanya terbatas dan
juga dapat diperoleh hingga ke arah yang lebih baik, (2)Masyarakat memperoleh pelayanan
di satu kesempatan dan satu tempat sekaligus, (3)Dapat dihindari pemborosan waktu,
(4)Tingkat partisipasi masyarakat mencapai target yang diharapkan, (5)Cakupan pelayanan
dapat diperluas sehingga dapat mempercepat terwujudnya peningkatan kesehatan bayi dan
balita serta terwujudnya NKKBS.
2.2.5. Kegiatan Posyandu
Kegiatan di Posyandu adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dari
masyarakat dan untuk masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat setempat harus benar-benar
berperan serta dalam kegiatan tersebut.
Peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu tidak saja dalam bentuk kehadiran
sebagai pihak yang meminta pelayanan, tetapi juga yang memberi pelayanan.
Ada 10 (sembilan) kegiatan yang dilakukan di Posyandu, meliputi :
1. Pendaftaran
2. Penimbangan anak di bawah lima tahun (balita)
3. Pencatatan hasil penimbangan
4. Imunisasi
5. Pembagian oralit, vitamin A, tablet tambah darah FE, pemberian makanan
tambahan.
6. Pengobatan penyakit sederhana, termasuk diare dan ISPA
7. Pelayanan KIA/KB
8. Penyuluhan
9. Rujukan
10. Pelaporan (Syahlan, 2002).
Pelaksanaan kegiatan balita di Posyandu menggunakan sistem 5 (lima) meja yaitu :
1. Meja I : Pendaftaran
1) Mendaftar bayi/balita, yaitu menuliskan nama balita pada KMS dan secarik kertas
yang diselipkan pada KMS.
2) Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register
ibu hamil.
2. Meja II : Penimbangan balita.
1) Menimbang bayi / balita.
2) Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada
KMS.
3. Meja III : Pengisian kartu menuju sehat (KMS) Mengisi KMS atau memindahkan catatan
hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
4. Meja IV : Penyuluhan kesehatan
1) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan
yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan.
2) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS
anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
3) Memberikan rujukan ke puskesmas apabila diperlukan untuk balita, ibu hamil dan
menyusui.
4) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader Posyandu, misalnya
pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, oralit, dan sebagainya.
5. Meja V : Pelayanan kesehatan
1) Pelayanan imunisasi
2) Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
3) Pengobatan
4) Pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya.
2.2.6. Tingkatan Posyandu
Indikator yang digunakan untuk menentukan kategorisasi atau stratifikasi Posyandu
adalah sebagai berikut :
1. Posyandu pratama (warna merah)
Adalah Posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan
dan kader aktifnya terbatas.
2. Posyandu madya (warna kuning)
Adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali / tahun
dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, akan tetapi cakupan program utama
masih rendah yaitu 50%.
3. Posyandu purnama (warna hijau)
Adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 x/tahun, rata-rata jumlah kader tugas
5 orang atau lebih dan cakupan 5 program lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan,
bahkan sudah ada dana sehat yang masih sederhana.
4. Posyandu mandiri (warna biru)
Adalah Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari
50% kepala keluarga.
2.2.7. Mengembangkan Posyandu
Menurut Rusmi (2002), cara mengembangkan posyandu antara lain :
1. Adanya program khusus untuk membina kesehatan balita usia 36 hingga 59 bulan.
2. Perlu adanya telaah khusus usia sasaran posyandu 36 hingga 59 bulan.
3. Tenaga penolong persalinan merupakan salah satu alternatif untuk melakukan
promosi posyandu, oleh karena itu penyuluhan tentang posyandu dapat dicantumkan
pada kartu KMS balita.
2.2.8 Kegiatan Tambahan Posyandu
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu dengan
kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru
tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan
berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut
dengan nama Posyandu Terintegrasi.
Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah
dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya
yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh
masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama
melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan
berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi,
pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan
keluarga dan kesejahteraan sosial. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang
dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama
masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya. Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah
diselenggarakan antara lain:
1. Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Kelas Ibu Hamil dan Balita.
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB),
misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD),
gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB – PLP).
7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan,
melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).
8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
(UP2K), usaha simpan pinjam.
9. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).
10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial. (Kementerian Kesehatan RI, 2011:29).
2.2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Ibu-Ibu Dalam Kegiatan Posyandu
1. Motivasi Intrinsik
Menurut Taufik (2007:51), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu
:
a. Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan baik
biologis maupun psikologis, misalnya motivasi ibu untuk membawa balita ke posyandu untuk
imunisasi karena balita akan mendapatkan kekebalan tubuh.
b. Harapan (Expectancy)
Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan
bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan
seseorang ke arah pencapaian tujuan, misalnya ibu membawa balita ke posyandu untuk
imunisasi dengan harapan agar balita tumbuh dengan sehat dan tidak mudah tertular oleh
penyakit-penyakit infeksi.
c. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang
menyuruh, misalnya ibu membawa balita ke posyandu tanpa adanya pengaruh dari orang lain
tetapi karena adanya minat ingin bertemu dengan teman-teman maupun ingin bertemu
dengan tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat).
2. Motivasi ektrinsik
Menurut Taufik (2007:33), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik
adalah :
a. Dorongan keluarga
Ibu membawa balita ke posyandu bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan dari
keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya ibu membawa balita ke posyandu karena
adanya dorongan (dukungan) dari suami, orang tua ataupun anggota keluarga lainnya.
Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk
memberikan sesuatu yang terbaik bagi balitanya. Dorongan positif yang diperoleh ibu, akan
menimbulkan kebiasaan yang baik pula, karena dalam setiap bulannya kegiatan posyandu
dilaksanakan ibu akan dengan senang hati membawa balitanya tersebut.
b. Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat
mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain
keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam
merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan
menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks pemanfaatan posyandu, maka
orang-orang di sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan, ataupun memberikan
informasi pada ibu tentang pelaksanaan kegiatan posyandu.
c. Imbalan
Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang tersebut
ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu membawa balita ke posyandu karena ibu akan
mendapatkan imbalan seperti mendapatkan makanan tambahan berupa bubur, susu ataupun
mendapatkan vitamin A. Imbalan yang positif ini akan semakin memotivasi ibu untuk datang
ke posyandu, dengan harapan bahwa anaknya akan menjadi lebih sehat.
2.3 PendidikanAnakUsiaDini
2.3.1 PengertianAnakUsiaDini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang
Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidik anak. Menurut Mansur
(2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
yang khusus sesuai denga tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa
mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan
anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama.Setelah anak berusia 8 tahun
perkembangan otaknya mencapai 80% danpadausia 18 tahunmencapai 100%
(SlametSuyanto, 2005: 6).
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan
anak usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan
formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman
kanak-kanak (TK) dan RaudatulAthfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidik anak
usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA),
sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang
terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS).
Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur nonformal
terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia0-6 tahun);
kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun
(Harun, 2009: 43).
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak berada pada rentang usia 0-6
tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga
diperlukan stimulasi yang tepat agar dapa tumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui lingungan keluarga, PAUD jalur non
formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur
formal seperti TK dan RA.
2.3.2 PengertianPendidikanAnakUsiaDini
Pendidikananakusiadini(PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang Pendidikan
dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagian sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yangdiselenggarakanpadajalur formal, nonformal,
dan informal (Rapi, 2013:1)
Pendidikananakusiadini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur
formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasimotorikhalusdankasar), kecerdasan (dayapikir, dayacipta, kecerdasanemosi,
kecerdasan spiritual), sosioemosional (sikap danperilakuserta agama) bahasadankomunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Saat ini bidang ilmu pendidikan, psikologi, kedokteran, psikiatri, berkembang dengan
sangat pesat. Keadaan itu telah membuka wawasan baru terhadap pemahaman mengenai anak
dan mengubah cara perawatan dan pendidikan anak. Setiap anak mempunyai banyak bentuk
kecerdasan (Multiple Intelligences) yang menurut Howard Gardner terdapat delapan domain
kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki semua orang, termasuk anak. Kedelapan domain itu
yaitu inteligensi music, kinestetiktubuh, logikamatematik, linguistik (verbal), spasial,
naturalis, interpersonal dan intrapersonal. Multiple Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh
kembangkan dengan cara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan secara
optimal potensi-potensi yang dimiliki atas upayanya sendiri (Tientje, 2004). Pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Sebagai orang tua kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik pada anak-anak kita. Dan
hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, memilihkan sekolah yang baik buat anak-anak
kita.
2.4 Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebelumnya telah dilakukan
oleh Griselli Saragih dengan judul Motivasi Ibu Dalam Pemanfaatan Posyandu Bayi Di Desa
Bangun Tobing Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik responden sebagian besar
dalam kategori cukup (72,1%). Kebutuhan ibu dalam pemanfaatan posyandu karena bayi
memerlukan imunisasi untuk mendapatkan kekebalan tubuh (82,0%). Harapan ibu membawa
bayi ke posyandu agar bayi tumbuh sehat (72,1%). Minat ibu membawa bayi ke posyandu karena
ibu sadar tentang pentingnya posyandu
bagi bayi (73,8%). Motivasi ekstrinsik responden sebagian besar dalam kategori cukup (65,6%).
Dorongan keluarga yang paling banyak menjadi motivasi ibu yaitu suami mendukung untuk
membawa bayi ke posyandu (86,9%). Lingkungan yang memotivasi ibu yaitu orang-orang di
lingkungan mengajak ibu ke posyandu setiap ada kegiatan (67,2%). Imbalan yang menjadi
motivasi ibu membawa bayi ke posyandu karena tidak membayar (gratis) (88,5%). Disimpulkan
bahwa motivasi ibu masih perlu ditingkatkan lagi sehingga menjadi kategori baik. Diharapkan
pada ibu untuk membawa anak setiap kegiatan posyandu. Kepada Kepala Desa diharapkan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menunjuk kader posyandu yang dapat bekerja
optimal.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Dewi Arum Sari dengan judul Perilaku Ibu Dalam
Memanfaatkan Posyandu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dari hasil
penelitian terhadap 36 responden pada perilaku ibu dalam pemanfaatan posyandu, didapatkan
didapatkan sebagian besar (58,3%) atau sebanyak 21 responden mempunyai perilaku buruk
dalam pemanfaatan posyandu, dan hampir setengahnya (41,7%) atau sebanyak 15 responden
mempunyai perilaku yang baik. dalam pemanfaatan posyandu. Hasil penelitian
direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya, diharapkan menindaklanjuti tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi ibu dalam memanfaatkan posyandu.
Berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut maka terlihat jelas terdapat perbedaan
dengan penelitian yang akan dillakukan oleh peneliti. Pada penelitian Grieli Saragi lebih
menekankan pada pendeskripsian motivasi ibu-ibu dalam memanfaatkan posyandu bayi.
Sementara penelitian Dewi Arum Sari lebih menekankan pada perilaku ibu dalam
memanfaatkan posyandu. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih
memfokuskan pada pendeskripsian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu-
ibu dalam kegiatan posyadu.
top related