bab ii kajian teori dan hipotesis a. kajian teori 1. · indikator pembangunan akan bergeser kepada...
Post on 24-Oct-2019
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
12
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Pembangunan
a. Pengertian Pembangunan
Di kehidupan sehari-hari, istilah pembangunan sering digunakan dalam
berbagai bidang. Pembangunan sering dikaitkan dengan bidang ekonomi, bidang
politik, mental, tata negara, dan bidang-bidang lainnya. Istilah tersebut berkaitan
dengan perubahan kearah yang lebih baik ataupun perubahan hal-hal lama ke
berbagai hal baru. Kegiatan pembangunan mutlak perlu dilaksanakan demi
terciptanya kehidupan yang lebih baik dan juga untuk beradaptasi dengan apa
yang terjadi di lingkungan sekitar. Setiap orang tidak dapat terlepas dari kata
pembangunan. Semuanya wajib melaksanakan pembangunan demi bertahan
dalam menjalani kehidupan.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya
pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan,
pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan
dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek
perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta
industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,
keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-
masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip
kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang
merefleksikan perubahan.
Ada beberapa paradigma modernisasi mencakup teori – teori makro
tentang nilai – nilai individu yang menjunjung proses perubahan. Paradigma
ketergantungan mencakup teori – teori keterbelakangan (under development)
ketergantungan (dependen development) dan system dunia (world system theory).
Dari beberapa macam paradigma muncul beberapa ahli memberikan pengertian
tentang pembangunan.
13
Terdapat banyak kata yang memiliki makna sama dengan pembangunan
misalnya perubahan sosial, pertumbuhan industri, transportasi, dan modernisasi.
Dari istilah tersebut kata pembangunan sering digunakan untuk menggambarkan
perubahan kearah positif yang lebih maju dari sebelumnya. Dalam kata bahasa
inggris, kata pembangunan sama dengan kata development yang berasal dari kata
kerja to develop yang artinya menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan
atau mengubah secara bertahap ( to change grandually).
Menurut Siagian (2005:9) pembangunan adalah “suatu usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa”. Pada dasarnya dalam negara berkembang yang lepas landas
dari suatu keadaan taraf rendah menuju taraf yang tinggi yaitu modernisasi,
dimana variable-variabel dalam pembangunan dapat mengalami perubahan kearah
yang lebih baik. Oleh sebab itu dibutuhkan inisiatif, aktif, dan kritis bagi setiap
warga negaranya untuk dapat bertindak dengan arah yang tepat dan dengan
mampu menjadikan sumber-sumber dalam pembuatan keputusan oleh pemerintah
dalam pembangunan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan
tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat
menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai
akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa
pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari
aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.
Pembangunan dikatakan ideal dan berkelanjutan jika didasarkan pada
basis kekuatan dan kemampuan rakyat karena tanpanya mustahil hasil
pembangunan berefek jangka panjang. Menurut Noor Isran ( 2013 : 26)
“kurangnya kekuatan dan kemampuan rakyat dalam proses pembangunan, maka
pembangunan akan terjebak dalam kegagalan (failed trap)”. Dalam konteks ini
pembangunan diartikan sebagai upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif
yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan
mencapai aspirasi yang manusiawi, bermartabat dan mandiri.
14
Pengertian pembangunan juga dapat diartikan sebagai proses
transformasi (Noor Isran, 2013:26). Transformasi yang dimaksud melalui tiga
tema pembangunan. Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada
perlunya suatu kegiatan perencanaan. Tema kedua adalah terciptanya suatu
alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa
pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek
kehidupan. Adapun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan
dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan dan
adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti
pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai
– nilai moral dan etika umat.
Pembangunan dapat diartikan sebagai setiap kegiatan terencana yang
dilakukan demi mendapatkan perubahan kearah yang lebih baik. Effendi (2002:2)
berpendapat bahwa,”pembangunan adalah suatu upaya meningkatkan segenap
sumber daya yang dilakukan secara berencana dan berkelanjutan dengan prinsip
daya guna yang merata dan berkeadilan”.
Pengertian pembangunan dalam falsafah pembangunan bangsa Indonesia,
yaitu pembangunan sebagai pengamalan pancasila. Manusia sebagai makhluk
Tuhan yang paling mulia di muka bumi inilah yang menjadi titik sentral dari
segala upaya pembangunan harkat dan martabatnya. Senada dengan falsafah
pancasila, Noor Isran (2013:97) menyatakan bahwa, “manusia adalah sumber
daya pembangunan yang paling utama diantara sumber – sumber daya yang lain
yang akan dibangun kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan
penggerak pembangunan”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya –
upaya secara sadar dan terencana dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraaan
rakyat secara menyeluruh. Pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis
dan bukan dilihat sebagai konsep statis. Pembangunan adalah suatu orientasi dan
usaha tanpa akhir. Pengertian ini memberikan ruang bagi warga atau rakyat untuk
berpartisipasi penuh dalam proses pembangunan, dan disisi lain pemerintah
melakukan koordinasi dan memfasilitasi proses partisipasi tersebut.
15
b. Inti Pembangunan
Dalam bukunya Michael P.Todaro mengutip pendapat professor Goulet
dan tokoh – tokoh lainnya menyatakan bahwa paling tidak ada tiga komponen
dasar atau nilai inti yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis
untuk memahami makna pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen
dasar itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self – estem), serta kebebasan
(freedom). Ketiga hal tersebut merupakan inti yang harus diperoleh dan dicapai
oleh setiap masyarakat melalui pembangunan. Ketiga komponen tersebut
berkaitan secara langsung dengan kebutuhan manusia yang paling mendasar, yang
terwujud dalam berbagai macam manefestasi di seluruh masyarakat.
1) Kecukupan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
Yang dimaksud dengan kecukupan kebutuhan tidak hanya tentang
makanan melainkan menyangkut semua hal yang merupakan kebutuhan dasar
manusia secara fisik. Kebutuhan dasar ini meliputi sandang, pangan, papan,
kesehatan dan keamanan. Apabila salah satu dari sekian banyak kebutuhan
dasar ini tidak terpenuhi maka muncullah keterbelakangan absolute. Fungsi
dari semua kegiatan pembangunan pada hakikatnya adalah untuk menyediakan
sebanyak mungkin perangkat dan bekal guna menghindari kesengsaraan dan
ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh kekurangan kebutuhan dasar tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dinyatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu
merupakan prasyarat untuk meningkatkan kualitas kehidupan.
Dalam laporan PBB, Human Development Report terbitan tahun 1994
pada bab pembukaan dengan tegas menyatakan bahwa semua manusia lahir
dengan membawa potensi kapabilitas tertentu. Tujuan pembangunan adalah
menciptakan suatu lingkungan yang memunggkinkan setiap orang
mengembangkan kapabilitas, dan kesempatannya harus senantiasa dipupuk dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Pondasi nyata bagi pembangunan
manusia adalah universalisme pengakuan atas hidup manusia. Namun jika
semua perhatian diarahkan ke hal itu, maka hal tersebut adalah kekeliruan. Ada
dua alasan pokok, pertama akumulasi kekayaan tidak menjamin tersedia atau
terpenuhinya pilihan – pilihan terpenting bagi manusia. Kedua pilihan manusia
lebih besar dari kenyataan. (Human Development Report, 1994)
16
2) Jati diri, harga diri sebagai manusia
Komponen inti dari pembangunan yang kedua adalah menyangkut jati
diri. Kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari dalam diri
untuk lebih maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas
(able) dan layak untuk melakukan sesuatu tetapi tidak menghilangkan jati diri.
Semua itu terangkum dalam jati diri (self – esteem).
3) Kebebasan (freedom)
Kebebasan secara umum dimasukan dalam konsep dari filosofi politik
dan mengenali kondisi di mana individu memiliki kemampuan untuk bertindak
sesuai dengan keinginannya. Setiap kebebasan hakikatnya adalah aturan yang
menjadi pilihan. Kebebasan dalam batasan pembangunan adalah kemampuan
untuk memilih, untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran
aspek-aspek material semata. Kebebasan juga dapat berarti hak manusia yang
dengannya dapat memutuskan suatu hal dari banyak pilihan-pilihan dan
peristiwa yang terjadi dalam hidup yang dapat menimbulkan kebahagiaan.
c. Tujuan Pembangunan
Pembangunan harus dipandang sebagai proses multidimensi yang
melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari berbagai aspek kehidupan manusia.
Menurut Kamaluddin Rustian (1987) mengatakan bahwa:
Kebijaksanaan pembangunan yang dijalankan berdasarkan pada Trilogi
pembangunan yaitu ; pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya yang
menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Ketiga unsur trilogi pembangunan ini saling kait mengait dan perlu tetap
dikembangkan secara serasi agar saling memperkuat. Terjadinya proses
pembangunan juga terdorong oleh kemajuan globalisasi, regionalisasi,
modernisasi dan westernisasi. (hlm.15)
Strategi yang efektif dan efisien diperlukan untuk menjawab tantangan
dan peluang baru bagi proses pembangunan di Indonesia. Dalam konteks ini pola
pembangunan memegang peranan penting dalam mewujudkannya. Pola umum
jangka panjang yang tercantum dalam GBHN adalah : meningkatkan taraf hidup,
kecerdasan, dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata, serta
meletakkan landasan yang kuat bagi pembangunan berikutnya. (Kamaluddin
Rustian, 1987:18).
17
Selanjutnya menurut Todaro dalam Suharto, E (2010) mengemukakan
bahwa pembangunan sedikitnya harus memiliki tiga tujuan yang satu sama
lainnya saling berkaitan, antara lain :
1) Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang – barang
kebutuhan dasar seperti makan, perumahan, kesehatan dan perlindungan
kepada seluruh anggota masyarakat.
2) Mencapai kualitas hidup yang bukan hanya untuk meningkatkan
kesejahteraan secara material, melainkan juga untuk mewujudkan
kepercayaan diri dan kemandirian bangsa, aspek ini meliputi peningkatan
pendapatan, penyediaan lapangan kerja, pendidikan dan budaya secara nilai
kemanusiaan.
3) Memperluas kesempatan ekonomi dan sosial bagi individu dan bangsa
melalui pembebasan dari perbudakan dan ketergantungan pada orang atau
bangsa lain secara pembebasan dari kebodohan dan penderitaan. (hlm.3)
Proses pembangunan adalah gerakan yang tidak sederhana, melainkan
sangat kompleks dan multidimensional untuk mendayagunakan segenap sumber
daya manusia, sumber daya alam, sumber daya ekonomi, dan sumber daya budaya
yang ada. Pembangunan merupakan cita – cita untuk menjawab setiap kebutuhan
manusia, baik kebutuhan fisik, ekonomi, mental – spiritual, atau politik sosial.
d. Indikator Pengukuran Keberhasilan Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu
masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin demi mencapai kehidupan yang
lebih baik. Penggunaan indikator dan variable pembangunan bisa berbeda
untuk setiap negara. Di negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan
pembangunan masih sekitar kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa,
layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah.
Sebaliknya, di negara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut,
indikator pembangunan akan bergeser kepada faktor sekunder dan tersier.
Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-
lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB),
struktur perekonomian, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu
terdapat pula dua indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan
sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH
atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan
disajikan ringkasan terhadap indikator keberhasilan pembangunan menurut
Deddy T. Tikson dalam Badruddin Syamsiah (2009).
18
1) Pendapatan perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB
merupakan salah satu indikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi,
indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur,
sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat.
Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator
makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa
kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah
dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah
ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara
otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional
(pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap
penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional.
Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan
kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.
2) Struktur ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita
akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan
kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan
perkapita, konstribusi sektor manufaktur/industri dan jasa terhadap
pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri
dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang
industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan
tenaga kerja. Di lain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan
nasional akan semakin menurun.
3) Urbanisasi
Urbanisasi diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang
bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan.
Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di
wilayah urban sama dengan nol.
19
Berdasarkan pengalaman industrialisasi di negara eropa Barat dan
Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn
proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan
semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di negara
industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan
di negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah
pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah
satu indikator pembangunan.
4) Angka tabungan
Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap
industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital
merupakan faktor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah
masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggris pada umumnya Eropa pada awal
pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam
masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat
dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.
5) Indeks kualitas hidup
IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk
mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat
indikator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang
kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi.
Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi
tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial.
Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan
hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek
huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi
akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan
lingkungan keluarga yang langsung bersosiasi dengan kesejahteraan
keluarga.
Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat
menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai
hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat,
20
karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status
pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap
sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil
dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran
kuantitas manusia.
6) Indeks pembangunan manusia (Hunan development indeks)
The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat
indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa
indikator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini
adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut
UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan
sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan
sebagai sebuah proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang
dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa
peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh terbukanya
berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor penting dalam
kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi
peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga
komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur
panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan
peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik.
Indeks ini dibuat dengan mengkombinasikan tiga komponen, (1)
rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan
tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung
berdasarkan Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan
erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam
peningkatan knowledge, attitude dan skills, disamping derajat kesehatan
seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.
21
2. Olahraga
a. Hakikat Olahraga
Perkataan olahraga mengandung arti akan adanya sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa mengolah yaitu mengolah raga atau mengolah
jasmani. Selaras dengan pendapat Giriwijoyo (2005:30) yang menyatakan bahwa,
“olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang
dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya”.
Olahraga mengkaji bidang garapan tentang olahraga dengan segala
aspeknya, dengan segala yang ada padanya. Karena, olahraga juga mencakup
aspek-aspek yang sangat luas dan kompleks. Apabila diperhatikan secara teliti
bahwa sebenarnya olahraga mengkaji tentang manusia dan gerakan yang
dilakukan yakni gerak manusia dalam rangka pendidikan dan pembentukan.
Semuanya menjadikan manusia dengan kemungkinan fisiknya untuk bereaksi dan
berekspresi. Berarti bahwa yang dihadapinya adalah manusia, yang berada dalam
keadaan bergerak dengan segala gejala dan aspeknya.
Selanjutnya menurut Supandi (1990) yang dikutip oleh Kusmaedi
(2002:1) menyatakan bahwa kata olahraga berasal dari :
1) Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
2) Field Sport, kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan yang teriri dari
kegiatan menembak dan berburu.
3) Desporter, membuang lelah
4) Sports, pemuasan atau hobi
5) Olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti berenang,
main bola, agar tumbuh menjadi sehat.
Sedangkan menurut ensiklopedia Indonesia olahraga adalah gerak badan
yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan.
Jika menurut Dewan Eropa, merumuskan olahraga sebagai aktivitas spontan,
bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang. Definisi terakhir ini merupakan cikal
bakal panji olahraga di dunia “Sport for All” dan di Indonesia tahun 1983,
“Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” (Rusli Lutan dan
Sumardianto, 2000: 6).
Makna olahraga di dalamnya terdapat slogan men sana in corpora sano,
yang berarti hidup tidak hanya membutuhkan badan yang sehat, melainkan juga
jiwa yang kuat. Olahraga merupakan bagian gaya hidup sehat yang perlu
dikembangkan. Partisipasi olahraga sangat luas, dari usia sangat muda sampai
22
sangat tua, dari tingkat permainan untuk tujuan rekreasi sampai tingkat
profesional. Alasan keikutsertaan seseorang dalam olahraga bervariasi,
diantaranya untuk alasan kesehatan, kebugaran, maupun dengan alasan lain seperti
membentuk karakter positif dan sosialisasi.
Pengertian olahraga dirumuskan dalam Undang-undang Replubik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I
pasal I ayat 4 menyebutkan “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis
untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan
sosial”. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang dilakukan individu terkait
dengan interaksi dengan lingkungannya.
Hal tersebut senada dengan definisi olahraga menurut Adolf Ogi
penasehat khusus Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa – bangsa dalam Mutohir
dan Maksum (2011:6) menyampaikan bahwa “sport teaches life skill – sport
remains the best school of life”. Artinya olahraga sebagai sarana mengembangkan
potensi jasmani, rohani, sosial dan sekaligus sebagai sekolah kehidupan. Olahraga
sebagi sekolah kehidupan dan dapat menjadi sekolah perdamaian yang
membangun jembatan perdamaian diantara orang – orang dan ras.
Keterlibatan seseorang dalam olahraga adalah untuk ekspresi manusia
yang menyenangkan. Banyak orang menemukan olahraga sebagai sumber
kegembiraan dan kepuasan diri. Kegiatan olahraga juga sebagai salah satu sarana
yang ampuh untuk memberikan bentuk positif kepada remaja. Seperti membentuk
kedisiplinan, kerjasama, tekat, ulet, cermat, percaya diri dan sebagainya. Oleh
karena itu olahraga mengembangkan kualitas kepribadian tertentu yang mendasari
perbuatan-perbuatan nyata, karena olahraga merupakan sebagai aktivitas fisik,
mental, sosial, emosional, dan lain-lain. Tidak diragukan lagi bahwa kebanyakan
orang mengalami kematangan kepribadian melalui pengalaman dalam olahraga.
Namun demikian, efek pasti olahraga pada pembentukan karakter sangat
ditentukan oleh kondisi yang terjadi saat pengalaman olahraga dialami.
Pada hakikatnya olahraga merupakan miniatur kehidupan. Hal ini dapat
dikatakan demikian karena di dalam aktifitas olahraga terdapat aspek-aspek yang
berkaitan dengan tujuan, perjuangan, kerjasama, persaingan, komunikasi dan
integrasi, kekuatan fisik dan daya tahan mental, kebersamaan, sikap responsif,
23
pengambilan keputusan, ekpresi diri, nilai kejujuran dan sportifitas. Semua aspek
ini merupakan aspek-aspek yang berada dalam diri manusia baik secara individu
maupun secara bermasyarakat. Ikut aktif dalam berolahraga, berarti melatih diri
untuk meningkatkan kualitas berbagai aspek yang diperlukan untuk dapat eksis
ditengah-tengah masyarakat yang semakin dinamis.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa olahraga adalah
serangkaian gerak yang teratur dan terencana untuk mempertahankan hidup dan
meningktakan kualitas hidup. Pengertian ini memiliki makna filosofis dan
memberikan gambaran tentang hal – hal apa yang akan dilakukan untuk
membangun dan mengedepankan olahraga itu sendiri. Olahraga merupakan suatu
aktivitas fisik yang dikenal sebagai kegiatan terbuka bagi semua orang sesuai
dengan kemampuan, kesenangan dan kesempatan, tanpa membedakan hak, status,
sosial, budaya, atau derajat di masyarakat. Dengan demikian olahraga telah
merasuk kesetiap lapisan masyarakat sebagai bagian dari budaya manusia.
Dengan kata lain, olahraga dilakukan bagi semua orang tanpa memandang jenis
ras, kepercayaan, politik dan geografi.
Berdasarkan nilai yang terkandung dalam olahraga tersebut, maka sudah
selayaknya olahraga ditempatkan pada posisi prioritas, karena nilai-nilai tersebut
memang sangat diperlukan oleh suatu bangsa yang ingin maju. Olahraga juga
merupakan bagian dari budaya yang bersifat internasional. Keragaman sosial
budaya dan kondisi geografis yang spesifik juga menyebabkan keanekaragaman
olahraga. Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa olahraga telah menjadi
komitmen bersama untuk diyakini sebagai salah satu instrument dalam
menciptakan tatanan dunia yang lebih baik.
b. Ciri – Ciri Olahraga
Olahraga merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sukarela melalui
aspek jasmani bertujuan untuk meningkatkan solidaritas. Sebagai ilustrasi ciri –
ciri olahraga menurut Hagele (1992) sebagai berikut :
24
Gambar 2.1 Ciri – ciri olahraga
Melanjutkan dari ciri – ciri olahraga yang dijelaskan di atas, maka esensi
olahraga berkaitan dengan tiga unsur yaitu : bermain, latihan fisik dan kompetisi.
Rusli Lutan (1992:13-15) memberikan batasan tentang ciri khas olahraga sebagai
berikut:
1) Olahraga ditekankan pada kegiatan jasmani yang berwujud keterampilan
gerak, daya tahan, kekuatan, kecepatan. Jadi olahraga yang lebih dominan
adalah kegiatan jasmani.
2) Olahraga sebagai realitas, olahraga dilakukan dalam suasana yang tidak
sebenarnya, tetapi keterlibatan seseorang dalam melakukan olahraga
merupakan sesuatu yang nyata.
25
3) Prinsip prestasi dalam olahraga, mengenai tanda-tanda prinsip prestasi
dalam olahraga adalah:
a) Peragaan kemampuan jasmani ditunjukan secara maksimal.
b) Kegiatan olahraga dilakukan secara sukarela.
c) Tidak bertujuan untuk menghancurkan lawan.
d) Aspek sosial olahraga, dalam melakukan olahraga akan memungkinkan
terjadi interaksi sosial yang akan membentuk kelompok sosial.
Dalam olahraga ada beberapa konsep yang perlu dikaji dan dipahami
secara mendalam. Konsep ini bersifat abstrak yaitu “mental image”. Walau
diketahui bahwa konsep ini abstrak, tetapi didalam konsep ini ada makna tertentu,
walau perbedaan makna pada setiap individu berbeda-beda tentang ini. Konsep
dasar tentang keolahragaan beragam, seperti bermain (play), Pendidikan jasmani
(Physical education), olahraga (Sport), rekreasi (recreation), tari (dance).
Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo
luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpotensi apa-apa. Menurut
Adisasmita dan Syarifuddin (1996) cakupan olahraga sebagai berikut :
Olahraga mencangkup: a) adanya kegiatan jasmani (fisik), b) adanya kegiatan
berupa permainan, c) dilakukan dalam bentuk pertandingan atau perlombaan,
d) sasaran belajar olahraga diartikan pada peningkatan prestasi yang setinggi-
tingginya dalam upaya memenangkan suatu pertandingan atau perlombaan”
(hlm.4).
Dari penjelasan mengenai ciri-ciri olahraga maka penulis berasumsi
bahwa olahraga merupakan kegiatan fisik yang lebih dominan, kegiatan yang
nyata, terdapat prinsip prestasi, dan terdapat aspek sosial.
c. Tujuan Olahraga
Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari aktivitas sehari-hari, salah
satunya adalah aktivitas fisik yang disebut dengan olahraga. Olahraga merupakan
kegiatan yang bisa dilakukan oleh setiap orang dengan kemampuan, kesenangan,
dan kesempatan. Sebagai mana dijelaskan oleh Ichsan (1991:80) bahwa:
“Olahraga pada dasarnya berisi kegiatan yang berorientasi pada gerak,
pelaksanaannya tergantung pada kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai
pelakunya”.
Sebagai ilustrasi mengenai penggolongan olahraga ditinjau dari tujuan
orang melakukannya menurut Nurlan Kusmaedi (2002:4) dapat ditelaah dari
paparan berikut:
26
Gambar 2.2 Olahraga dalam kontinum Play dan Work
Berdasarkan gambar tersebut, olahraga rekreasi berada pada kontinum
sebelah kiri, karena lebih tinggi proporsi bermainnya. Makin tinggi proporsi
bermainnya makin tinggi nilai rekretifnya. Olahraga kesehatan terletak ditengah-
ditengah kontinum , karena untuk olahraga preventif sering dikombinasi dengan
unsur bermain, sementara untuk olahraga yang bersifat promotif atau rehabilitatif
lebih mengutamakan hasil akhir walaupun tidak bersifat materially. Olahraga
pendidikan walaupun lebih merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
namun nuansa bermain masih mewarnai olahraga pendidikan. Olahraga prestasi
juga menekankan pada pencapaian hasil akhir berupa prestasi maksimal untuk
mendapatkan juara. Dalam work dapat terjadi tidak ada nuansa bermain sama
sekali, yang terpenting adalah hasil akhir berupa materially atau uang.
27
Mengenai tujuan olahraga Soudan dan Everett melakukan penelitian
terhadap mahasiswa yang dikutip oleh Arma Abdulah (1994:23) adalah sebagai
berikut:
Bermacam – macam tjuan olahraga adalah : a) Memelihara kesehatan dan
kondisi jasmani yang baik, b) Memperoleh kesenangan dan kegembiraan, c)
Memperoleh kepercayaan diri, d) Memperoleh latihan secara teratur, e)
Membentuk kebiasan menggunakan waktu untuk aktivitas yang
menyenangkan, f) Mencegah, mengetahui, dan mengoreksi kelemahan dan
cacat jasmani.
Selanjutnya Departemen pendidikan dan kebudayaan menyebutkan
bermacam-macam tujuan olahraga sebagai berikut:
1) Untuk mencari kesenangan (rekreasi)
2) Untuk mengisi waktu luang
3) Untuk kesehatan tubuh
4) Untuk physical fitnees
5) Untuk penyembuhan / pengobatan
6) Untuk pembentukan tubuh / sikap
7) Untuk mencapai prestasi
8) Untuk prestise
9) Untuk mencari nafkah
10) Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
Sedangkan menurut Rusli lutan (1992:23) berdasarkan penekanan tujuan
olahraga dapat dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
1) Olahraga prestasi (olahraga kompetitif) yang menekankan pada pencapaian
prestasi, kemenangan,atau keunggulan dalam perlombaan atau pertandingan
2) Olahraga pendidikan yang menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan
3) Olahraga profesional yang menekankan pencapaian tujuan yang bersifat
material
4) Olahraga kesehatan untuk pencapaian derajat sehat yang lebih baik Berdasarkan dari ketiga pendapat tersebut, maka intensitas olahraga itu
sendiri akan sangat ditentukan oleh tujuan apa yang hendak dicapai, seseorang
melakukan olahraga memiliki tujuan seperti untuk mendapatkan pestasi, kesenangan
atau kegembiraan, pendidikan, pemeliharaan kesehatan, atau sebagai mata
pencaharian. Apabila olahraga tersebut dilakukan secara teratur, terarah, dan
terkendali maka akan memberikan manfaat kepada diri seseorang, sebagai mana
dijelaskan oleh Supandi (1992:34) bahwa: “Bergerak wajib bagi manusia, pelakunya
akan memperoleh manfaat sedangkan yang tidak akan memperoleh mudarat”.
28
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan/aktivitas olahraga
apabila dilakukan secara teratur dan terarah, maka akan meningkatkan kualitas
jasmaninya serta dapat digunakan untuk membentuk dan mengembangkan
kepribadian serta meningkatkan kemampuan seseorang kearah yang lebih tinggi
bagi kepentingan hidupnya. Dalam pelaksanaannya olahraga dapat dilakukan di
mana saja baik di desa, kota, maupun di komplek/pemukiman yang kiranya daerah
tersebut aman bagi keselamatan dan dapat pula bertujuan untuk mencapai prestasi
setinggi-tingginya yang pada hakikatnya untuk memenangkan suatu pertandingan
atau perlombaan.
d. Ruang lingkup olahraga
Partisipasi yang tinggi dalam olahraga disebabkan karena olahraga dapat
memberikan peningkatan kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang
baik dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat
dengan suasana yang akrab dan gembira, menuju kehidupan serasi, selaras, dan
seimbang. Olahraga tidak hanya merupakan kebutuhan manusia, tetapi juga
merupakan kebutuhan media untuk mencapai tujuan. Manusia bergerak bukan
hanya disebabkan oleh adanya dorongan secara biologis, melainkan juga oleh
faktor kejiwaan. Hal itu berarti ketika seseorang melakukan aktivitas gerak dalam
berolahraga, yang mengalami peristiwa fisik dan psikis.
Berdasarkan Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3
Tahun 2005 Bab VI pasal 17 menyebutkan “ruang lingkup olahraga meliputi
kegiatan : a) olahraga pendidikan, b) olahraga rekreasi, dan c) olahraga prestasi”.
Adapun tiga bagian dari olahraga adalah olahraga amatir, olahraga professional,
dan olahraga penyandang cacat.
1) Olahraga pendidikan
Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang
dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan
untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan
kebugaran jasmani. Olahraga pendidikan dimulai sejak dini yang
diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan yang dilaksanakan baik
pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan
intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler. Olahraga pendidikan pada jalur
29
pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan dan pada jalur
pendidikan nonformal dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan
diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan
sistem pendidikan nasional, dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru/dosen olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat
kompetensi serta didukung prasarana dan sarana olahraga yang memadai.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan pada semua
jenjang pendidikan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan minat. Kegiatan tersebut
dilakukan secara teratur, bertahap, dan berkesinambungan dengan
memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Untuk menumbuhkembangkan prestasi olahraga di lembaga
pendidikan, pada setiap jalur pendidikan dapat dibentuk unit kegiatan olahraga,
kelas olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan, sekolah olahraga, serta
diselenggarakannya kompetisi olahraga yang berjenjang dan berkelanjutan dari
tingkat daerah, wilayah, nasional, dan internasional. Pembinaan dan
pengembangan olahraga pendidikan dapat memanfaatkan olahraga rekreasi
yang bersifat tradisional sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran.
2) Olahraga rekreasi
Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat
dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan,
kebugaran, dan kegembiraan.
Olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan
pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga sebagai bagian
proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran. Olahraga rekreasi
sebagaimana dimaksud bertujuan untuk :1) memperoleh kesehatan, kebugaran
jasmani, dan kegembiraan; 2) membangun hubungan sosial; 3) melestarikan
dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional.
Setiap orang yang menyelenggarakan olahraga rekreasi tertentu yang
mengandung resiko terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan sarana,
30
serta keselamatan dan kesehatan wajib menaati ketentuan dan prosedur yang
ditetapkan sesuai dengan jenis olahraga; dan menyediakan instruktur atau
pemandu yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jenis
olahraga.
Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan
berbasis masyarakat dengan memperhatikan prinsip mudah, murah, menarik,
manfaat, dan untuk memassalkan olahraga sebagai upaya mengembangkan
kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, kebugaran,
kegembiraan, dan hubungan sosial.
3) Olahraga prestasi
Merupakan olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi
untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan. Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka
meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Olahraga prestasi dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat,
kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi dan dilaksanakan melalui
proses pembinaan dan pengembangan oleh pelatih yang memiliki kualifikasi
dan sertifikat kompetensi sesuai kecaborannya secara terencana, berjenjang,
dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan.
4) Olahraga amatir
Adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran
berolahraga. Pembinaan dan pengembangan olahraga amatir dapat
dilaksanakan sesuai olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga
prestasi.
5) Olahraga professional
Dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau
bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga. Pembinaan dan
pengembangan olahraga profesional dilaksanakan oleh induk organisasi cabang
31
olahraga dan/atau organisasi olahraga professional yang diarahkan untuk
terciptanya prestasi olahraga, lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan.
6) Olahraga penyandang cacat
Dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan/atau mental
seseorang. Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat
dilaksanakan oleh organisasi olahraga penyandang cacat yang bersangkutan
melalui kegiatan penataran dan pelatihan serta kompetisi yang berjenjang dan
berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional yang diarahkan
untuk meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri, dan prestasi olahraga.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan organisasi olahraga penyandang
cacat yang ada dalam masyarakat berkewajiban membentuk sentra pembinaan
dan pengembangan olahraga khusus penyandang cacat. Pembinaan dan
pengembangan olahraga penyandang cacat diselenggarakan pada lingkup
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan jenis
olahraga khusus bagi penyandang cacat yang sesuai dengan kondisi kelainan
fisik dan/atau mental seseorang.
Ruang lingkup olahraga yang dijabarkan dimaksudkan agar strategi
kebijakan pembangunan olahraga tidak terfokus hanya pada salah satu lingkup
olahraga saja namun harus mampu mengakomodasikan kemajuan secara simultan
dari berbagai lingkup olahraga tersebut.
e. Manfaat Olahraga
Kehidupan modern saat ini banyak orang yang melupakan pentingnya
olahraga untuk tubuh, padahal olahraga merupakan cara untuk sehat yang paling
murah dengan hasil yang mengagumkan untuk kebugaran. Olahraga dapat
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta
membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya
penyakit termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, osteoporosis, kanker,
obesitas, dan cedera. Partisipasi dalam aktivitas fisik juga dikenal untuk
mengurangi depresi, stress, kecemasan, dan meningkatkan kepercayaan diri,
tingkat energi, kualitas tidur, dan kemampuan untuk berkonsentrasi (VicHealth,
2010:1). Secara fisiologis, olahraga dapat dijadikan wahana pemberdayaan
32
kemampuan fungsi fisiologis seperti meningkatkan kesehatan, kebugaran, dan
meningkatkan kualitas komponen kondisi fisik seperti kerja jantung dan paru-
paru, kelincahan, kecepatan, dan kekuatan.
Secara sosial, olahraga dapat digunakan sebagai media sosialisasi melalui
interaksi dan komunikasi dengan orang lain atau lingkungan sekitar. Sesuai yang
dikemukakan Zulkarnaen (2010), yaitu:
Salah satu indikasi meningkatnya keinginan masyarakat akan derajat kesehatan
yang tinggi, penampilan jasmani yang proporsional dan aktualisasi diri yang
lebih luas dalam lingkungannya mencerminkan bahwa kebutuhan masyarakat
semakin beragam sehingga membutuhkan tempat atau wahana yang dapat
menyalurkan serta memenuhi kebutuhan tersebut (hlm.2).
Olahraga menggerakkan aktivitas sosial, ekonomi dan politik dengan
adanya interaksi antar manusia, adanya kegiatan jasa, dan adanya penyerapan
tenaga kerja mampu mengangkat harga diri pelaku olahraga. Eldon E Snyder
(1983) memberikan batasan secara umum manfaat olahraga diantaranya:
1) Sebagai alat untuk persatuan dan kesatuan
2) Sebagai miniatur kehhidupan (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang
menggabungkan “IPOLEKSOSBUDHANKAMRATA”.
3) Dengan berolahraga orang akan sehat meliputi jasmnai, rohani, sosial, tidak
hanya terbebas dari sakit.
4) Berolahraga juga dapat menembus tingkatan/tatanan masyarakat,
diantaranya status sosial, mode, etika. (hlm.17)
Manfaat olahraga menurut Hart Gemma, Gregory Maxine & Taylor Peter
(2011) mengatakan bahwa “that positive benefits from sport are to be found not
only from active participation but also from the development of transferable skills
and increased employability”. Artinya bahwa manfaat positif dari olahraga yang
ditemukan tidak hanya dari partisipasi aktif tetapi juga dapat memberikan
pelajaran bagi pengembangan keterampilan dan peningkatan kerja.
Olahraga yang dilakukan secara rutin juga akan memeberikan manfaat
kesehatan mental bagi pelakunya, diantaranya :
1) Olahraga mengurangi stress
Setiap manusia normal pernah mengalami stres atau ketegangan, yang
disebabkan oleh berbagai hal. Berolahraga dapat membantu mengurangi
kegelisahan hati dan bahkan dapat melawan kemarahan. Alasannya, ketika
jantung kita bekerja pada saat berolahraga, maka otomatis konsentrasi pikiran
33
tidak akan terfokus pada urusan pekerjaan lagi. Selain dapat mengalihkan
pikiran, aerobik yang rutin juga dapat meningkatkan ketahanan kardiovaskular,
sehingga nantinya kita dapat bersikap tidak terlalu berlebihan dalam menyikapi
suatu masalah. Aktifitas yang terbukti efektif dalam melawan ketegangan otak
adalah aerobik antara lain: berjalan kaki, bersepeda, renang, jogging dan yoga.
2) Olahraga dapat meningkatkan kekuatan otak
Sudah bukan rahasia lagi kalau kegiatan fisik yang rutin dilakukan
bisa meningkatkan daya reaksi, konsentrasi, kreativitas dan kesehatan mental
kita. Hal ini dikarenakan tubuh memompa lebih banyak darah sehingga kadar
oksigen dalam peredaran darah juga meningkat yang ujungnya mempercepat
pemasukkan darah ke otak. Para ahli sepakat kalau otak cukup mendapat
asupan darah maka reaksi fisik dan mental seseorang akan meningkat.
3) Olahraga dapat melawan penuaan
Penelitian baru-baru ini membuktikan bahwa dengan hanya
berolahraga ringan seperti berjalan kaki saja dapat membantu tubuh mencegah
penurunan daya kerja otak pada wanita lanjut usia. Semakin lama dan
seringnya kegiatan berjalan kaki ini dilakukan maka ketajaman pikiran juga
akan semakin membaik. Hasil terbaik akan didapat dengan menggerakkan
tubuh setiap minggu selama sembilan minggu. Kegiatannya tidak perlu terlalu
tinggi intensitasnya, cukup dengan berkeliling saja, yang penting daya pacu
jantung dapat meningkat.
4) Penyalur syaraf otak
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan olahraga mengakibatkan
ada penambahan gelombang alfa di otak. Gelombang otak alfa diketahui
berhubungan dengan rileks dan keadaan santai seperti pada waktu bermeditasi.
Gelombang alfa ini terlihat pada seorang yang jogging untuk 20-30 menit, dan
tetap dapat diukur setelah olahraga tersebut berakhir. Para peneliti
mengemukakan bahwa bertambahnya kekuatan gelombang alfa memberikan
kontribusi kepada keuntungan kejiwaan dari olahraga, termasuk berkurangnya
kecemasan dan depresi.
5) Olahraga meningkatkan rasa bahagia
34
Banyak orang yang terkena depresi memakai obat penenang sebagai
jalan keluar padahal jalan menuju kebahagian secara alami dapat diraih dengan
menggerakkan tubuh secara rutin, olahraga terbukti manjur dalam
meningkatkan hormon penumbuh rasa bahagia dalam otak, seperti adrenalin,
serotonin, dopamin dan endorphin, yang merupakan pembunuh nomor satu
penyakit hati. Sebuah survey di Inggris melaporkan 83% penderita depresi
bergantung pada aktifitas olahraga dalam memperbaiki perasaan hati dan
mengurangi kecemasan.
Arizona yang merupakan pakar ilmu kesehatan fisik menyatakan bahwa
olahraga selama 10menit/hari akan meningkatkan kesehatan mental dengan lebih
cepat dan baik (Daniel,M.Landers dalam www.small.com). Ada lima manfaat
yang beliau paparkan yakni: a) tingkat stress bisa berkurang, b) kinerja otot makin
baik, c) mempengaruhi hormon endogenous, d) opioids yang berkaitan dengan
daya ingat, mengurangi cemas, depresi juga berkurang, d) meningkatkan
gelombang alfa di otak yang bisa mengurangi kecemasan dan depresi, e) olahraga
akan dapat memperlancarkan kegiatan penyalur saraf (brain neurotransmitter) di
dalam otak sehingga bisa mengurangi depresi dan kecemasan, f) olahraga sebagai
anti aging, g) olahraga dapat meningkatkan perasaan bahagia, dan h)
meningkatkan rasa percaya diri.
Toho Cholik Mutohir,dkk (2011:37) memberikan batasan manfaat
olahraga sebagai berikut:
“Manfaat olahraga tidak hanya memberikan efek secara fisiologis seperti
kebugaran jasmani, daya tahan jantung dan paru yang semakin baik, otot
semakin kuat, kecepatan dan koordinasi semakin lebih baik, namun ada efek
secara psikologis yang membuat si pelaku olahraga bisa membantu konsentrasi
makin lebih baik, mengurangi stress yan dialami, bahkan lebih dalam lagi
dengan berolahraga bisa menyempurnakan karakter si pelakunya dan
kepribadian yang semakin tangguh atau kokoh dengan internalisasi nilai – nilai
dalam olahraga melalui partisipasi aktif dengan kegiatan olahraga.”
Duke membuktikan bahwa 60% penderita depresi yang menjalani
olahraga 30 menit tiga kali seminggu selama enam bulan dapat melawan
penderitaan tanpa harus menggunakan obat dokter. Namun bagi penderita depresi
yang berat tentu tidak bisa begitu saja lepas dari obat-obatan. Hanya saja banyak
dokter yang memasukkan kegiatan olahraga dalam resep pengobatan mereka
disamping obat penenang medis. Olahraga yang regular dan dilakukan lebih
35
sering akan memberikan dampak lebik baik daripada olahraga yang dilakukan
dengan waktu yang lama tetapi hanya sekali waktu dalam seminggu.
Manfaat olahraga untuk kesehatan tubuh kita sudah terbukti sejak dulu,
tidak hanya penting untuk memelihara kebugaran fisik, tetapi juga kesehatan
mental. Lebih jelasnya disajikan tabel manfaat olahraga secara fisik dan mental
sebagai berikut:
Manfaat Olahraga
Manfaat Fisik Manfaat Mental
Meningkatkan kisaran gerak,
Meningkatkan stamina,
Meredakan kinerja seksual,
Meredakan gejala menopause,
Membantu mencegah penyakit jantung,
Mencegah osteoporosis,
Mengurangi resiko kanker payudara,
Mengurangi nyeri radang sendi,
Mengendalikan kolesterol,
Membakar lemak,
Mempercepat metabolism,
Menghilangkan gejala pra menstruasi,
Mengawetkan otot
Mengawetkan organ – organ internal (hati,
ginjal)
Memperbaiki waktu reaksi,
Memperbaiki kebugaran kardiovaskuler,
Meningkatkan energy,
Memperbaiki koordinasi saraf dan otot,
Meningkatkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi,
Mengurangi resiko glaucoma,
Mengurangi resiko kanker usus besar,
Menurunkan tekanan darah,
Mengurangi resiko kegemukan,
Membakar kalori,
Memperbaiki sembelit,
Mencegah endometriosis,
Memperbaiki kelenturan,
Memperbaiki peredaran darah,
Meningkatkan mobilitas,
Memperpendek waktu pemulhan sesudah
sakit atau cedera,
Meningkatkan kesehatan punggung.
Melepaskan kecemasan,
Memperbaiki ketajaman mental,
Memperbaiki konsentrasi,
Memperbaiki pendangan hidup,
Membantu kita berhenti merokok,
Meredakan depresi,
Mengurangi biaya hidup,
Meningkatkan kepuasan kerja,
Mengurangi konsumsi alcohol,
Mengurangi stress,
Meningkatkan harga diri,
Meningkatkan perasaan sejahtera,
Meningkatkan IQ,
Meningkatkan kreativitas,
Mengurangi absensi kerja,
Meningkatkan produktivitas,
Meningkatkan ingatan/mengurangi
resiko pikun,
Dapat tidur dengan nyenyak,
Memperpanjan hidup.
Sumber :http://bali-community.blogspot.com/2008/05/manfaat-olahraga-bagi-
kita.html
36
3. Pembangunan Olahraga
Pembangunan olahraga pada hakikatnya adalah upaya pembinaan dan
pengembangan olahraga yang merupakan bagian penting dari upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang utamanya ditujukan untuk pembentukan watak
dan kepribadian termasuk sifat disiplin, sportivitas dan etos kerja yang tinggi dengan
tujuan utama meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kualitas
kesehatan. Berdasarkan kualitas kesehatan tersebut akan tercapai peningkatan
prestasi olahraga yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional dan membawa
nama harum bangsa Indonesia.
Menurut Mutohir dan Maksum (2007:26) “pembangunan olahraga
hakikatnya adalah suatu proses yang membuat manusia memiliki banyak akses untuk
melakukan aktivvittas fisik (jasmani)”. Dalam hal ini, pembangunan dikaitkan
dengan upaya pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas dan dalam rangka
pencapaian tujuan nasional, terutama masyrakat yang demokratis, adil dan sejahtera
lahir batin. Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang – undang Sistem
Keolahragaan Nasional bab II pasal 4 sebagai berikut :
Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia,
sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan
kehormatan bangsa.
Peran olahraga dalam mendukung terciptanya sumber daya manusia yang
memiliki kualitas fisik yang baik sudah tidak diragukan lagi. “Selain bermanfaat
untuk jasmani, olahraga juga berperan dalam pengembangan karakter bangsa.
Olahraga mampu melahirkan kebiasaan yang baik seperti jujur, disiplin, sportif,
tanggung jawab, dan kerja sama.”(Siti Kosasih, 2013:1). Olahraga sangat berperan
untuk manusia, dan olahraga selalu dibutuhkan sepanjang zaman.
Tiga pilar olahraga yang harus diperhatikan agar tujuan olaharaga yang
sebenarnya akan dapat tercapai secara efektif menurut Agus Kristiyanto (2012:3)
bahwa, “Orientasi pembangunan olahraga adalah membangun olahraga pendidikan,
membangun olahraga prestasi dan membangun olahraga rekreasi”. Ketiga lingkup
olahraga tersebut dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan olahraga secara
terencana, sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan, yang dimulai dari pembudayaan
37
dengan pengenalan gerak pada usia dini, pemasalan dengan menjadikan olahraga
sebagai gaya hidup, pembibitan dengan penelususran bakat dan pemberdayaan sentra
– sentra keolahragaan, serta peningkatan prestasi dengan pembinaan olahraga
unggulan nasional sehingga olahragawan andalan dapat meraih puncak pencapaian
prestasi.
Pembangunan dalam Renstra Kemenpora (2010) bahwa fokus pembangunan
keolahragaan adalah pembudayaan dan peningkatan prestasi olahraga yang jika
dikaitakan dengan bangunan olahraga berarti penguatan pondasi bangunan olahraga
yaitu budaya olahraga dan penguatan pola pembibitan olahraga prestasi guna
menciptakan sebanyak – banyaknya sumber daya calon olahragawan berbakat dari
berbagai daerah di Indonesia sesuai dengan karakter fisik dan kultur lokal, serta
kondisi lingkungan yang mendukung pembentukaan potensi – potensi olahraga
unggulan di daerah. Bangunan olahraga nasional dalam renstra dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 2.3 Bangunan System Keolahragaan Nasional
(Renstra Kemenpora, 2010)
Penciptaan sumber daya manusia untuk membentuk calon olahragawan
berbakat dilakukan melalui pencanangan gerakan nasional (secara massal) guna
menjadikan olahraga sebagai gaya hidup (life style); pemberdayaan (revitalisasi)
olahraga dasar seperti lari, loncat, dan lempar (track and field) di satuan-satuan
pendidikan usia dini, dasar, menengah, dan tinggi; serta fasilitasi penyelenggaraan
perlombaan/kompetisi olahraga antar satuan pendidikan dan fasilitasi penyediaan
38
instruktur/pelatih/guru olahraga yang berkualitas internasional di tengah-tengah
masyarakat.
Selama ini keberhasilan pembinaan olahraga selalu diukur dengan
keberhasilan meraih medali. Bahkan masyarakat sudah terlanjur memberikan image
bahwa olahraga itu identik dengan perlombaan dan pertandingan untuk meraih
kemenangan yang diwujudkan dalam bentuk medali atau penghargaan – penghargaan
bentuk lain. Image tersebut tidak sepenuhnya salah, namun ketika proses
penyederhanaan pandangan mengenai olahraga tersebut tidak dibarengi dengan
wawasan tentang bagaimana seharusnya olahraga itu dibangun, maka nilai olahraga
tidak akan membaik di masa yang akan datang.
Pada hakikatnya pembangunan olahraga tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan dan sekaligus merupakan kebutuhan manusia. Oleh karena itu,
pembangunan olahraga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembinaan dan pembangunan bangsa dalam rangka peningkatan kualitas sumber
daya insani, terutama diarahkan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani,
serta bertujuan untuk membentuk watak dan kepribadian yang memiliki displin dan
sportivitas yang tinggi. “Di samping itu, pembangunan olahraga juga dijadikan
sebagai alat untuk memperlihatkan eksistensi bangsa melalui pembinaan prestasi
yang setinggi-tingginya” (Kusnan, 2013: 48).
Membangun olahraga berarti membangun sebuah peradaban masyarakat
yang mengedepankan keunggulan obyektif, kompetitif, dan spotivitas. Ketika suatu
pembangunan olahraga hanya mengacu pada upaya – upaya mendapatkan
kemenangan semata, maka pembangunan olahraga tidak akan sampai pada hakikat
yang sebenarnya. Hakikat sebenarnya dari proses pembangunan tidak terletak pada
hal – hal simbolik, melainkan pada aspek lain terkait dengan upaya menyeluruh dan
berkesinambungan atas segenap potensi dalam mewujudkan arah pembangunan
keolahragaan nasional.
Dengan tidak meninggalkan tolok ukur medali kemenangan sebagai
keberhasilan suatu pembinaan olahraga, maka indikator pembangunan olahraga yang
menyeluruh dan mendasar perlu dikedepankan. “Faktor keberhasilan pembangunan
olahraga mengacu pada dimensi : 1) partisipasi, 2) ruang terbuka, 3) kebugaran, 4)
sumber daya manusia. Keempat dimensi tersebut mencerminkan keberhasilan
39
pembangunan olahraga yang kemudian disebut Sport Development Indeks” (Ali
Maksum, dkk, 2004:27)
Tabel 2.1 Multivariabel dan Indikator SDI
Dimensi Ruang
Terbuka
SDM Partisipasi Kebugaran
Indikator
(Multivariabel
dalam rangka
aktual
Indeks
Dimensi
Rasio
ketersediaan
ruang terbuka
dengan jumlah
penduduk > 7th
(ANGKA
AKTUAL)
Indeks Ruang
Terbuka
Rasio pelatih/
guru/ instruktur
dengan populasi
(ANGKA
AKTUAL)
Indeks
SDM
Rasio peserta
aktif
berolahraga
dengan
partisipan
(ANGKA
AKTUAL)
Indeks
Partisipasi
Angka
kebugaran
(ANGKA
AKTUAL)
Anak Rmj Dws
Indeks
Kebugaran
(Agus Kristiyanto, 2012 :34)
Dimensi ruang terbuka merujuk pada tempat kegiatan olahraga dan aktivitas
fisik sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk bangunan atau lahan yang berbentuk
lapangan olahraga tertutup (indoor) ataupun terbuka (outdoor). Dimensi SDM
mengacu pada ketersediaan pelatih olahraga, guru pendidikan jasmani dan instruktur
olahraga dalam suatu wilayah tertentu. Angka SDM diukur berdasarkan rasio antara
jumlah pelatih, instruktur, guru pendidikan jasmani dan jumlah populasi di daerah
yang bersangkutan. Dimensi partisipasi mencakup partisipasi langsung seperti
melakukan olahraga, atau partisipasi tidak langsung seperti event olahraga. Adapun
dimensi kebugaran adalah kesanggupan tubuh melakukan aktivitas tanpa mengalami
kelelahan berarrti, orang yang bugar berarti tidak gampang lelah.
Kebutuhan akan instrumen standar untuk menilai kemajuan pembangunan
olahraga semakin mendesak untuk dipenuhi seiring dengan arah kebijakan
pembangunan nasional dari pola sentralistik ke desentralisasi. Dengan kewenangan
baru yang dimiliki, kabupaten/kota dapat berkompetisi secara sehat dalam rangka
memajukan olahraga di daerah. Upaya pengkajian untuk mengukur pembangunan
olahraga perlu dilakukan tiap – tiap daerah/kota untuk mengetahui lebih akurat
besarnya nilai indeks pembangunan olahraga.
40
Mengukur kemajuan pembangunan olahraga melalui sport development
indeks (SDI) kendatipun cukup sederhana, namun jelas akan memberikan informasi
yang lebih tepat tentang arah pembangunan umum jangka panjang, terutama dalam
sektor keolahragaan yang lebih mengakar dan terkait dengan pembangunan sektor
lain. Mendeskripsikan angka – angka aktual dimensi SDI dapat menjadi cermin
evaluasi diri (self evaluation) bagi tiap – tiap daerah untuk selalu berbenah
menyongsong kemajuan pembangunan yang lebih cerah di masa yang akan datang.
a. Ruang Terbuka
Ruang terbuka merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat untuk
melakukan aktivitas fisik. Keberadaan ruang terbuka olahraga yang mudah
diakses oleh semua lapisan masyarakat dapat mendorong terciptanya suatu
masyarakat yang gemar berolahraga atau beraktivitas fisik.
Menurut (Mutohir dan Maksum, 2007:37) menyatakan bahwa “ruang
tebuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukkan bagi kegiatan olahraga
oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk bangunan dan /atau lahan”.
Bangunan dan lahan terbuka dapat berupa lapangan olahraga yang standar
ataupun tidak, yang tertutup (indoor) maupun terbuka (outdoor), atau berupa
lahan yang memang diperuntukkan guna kegiatan berolahraga untuk masyarakat.
“Sedangkan agar bisa dikatakan sebagai ruang terbuka, olahraga harus memenuhi
persyaratan antara lain sebagai berikut; (1) didesain untuk olahraga, (2) digunakan
untuk olahraga, (3) bisa diakses oleh masyarakat luas”. (Mutohir dan Maksum,
2007:38).
Secara hakiki menurut Budiharjo, E dalam Agus Kristiyanto (2012)
ruang publik (public space) diartikan sebagai tempat atau wahana para warga
untuk melakukan kontak sosial mulai dari pekarangan komunal, lapangan desa,
lapangan di lingkungan rukun tetangga, sampai alun – alun yang berskala kota.
Ruang publik yang ideal akan menjadi daya tarik masyarakat untuk melakukan
aktivitas. Oleh karena itu, secara ideal ruang publik (public space) atau ruang
terbuka (open space) harus dirancang secara sengaja agar dapat memiliki nilai
manfaat bagi masyarakat luas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka merupakan
suatu tempat yang diperlukan oleh orang atau masyarakat untuk melakukan
41
aktivitas fisik, baik untuk meningkatkan olahraga pendidikan, olaraga rekreasi
ataupun olahraga prestasi. Dampak ruang terbuka terhadap kegiatan olahraga
adalah partisipasi olahraga menyeluruh tanpa terhambat ras, gender, ekonomi,
kemampuan, maupun kelainan fisik. Peningkatan partisipasi olahraga diharapkan
dapat berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan bagi masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi dengan demikian ruang terbuka diharapkan dapat
berpengaruh terhadap output dan outcome.
Ruang terbuka untuk olahraga sangat bergantung pada jumlah populasi
yang ada di suatu daerah. Artinya bahwa semakin banyak jumlah populasi, maka
semakin luas dan banyak ruang terbuka yang harus disediakan. Angka ruang
terbuka diukur berdasarkan rasio luas ruang terbuka yang ada dengan jumlah
penduduk yang berusia 7 tahun ke atas. Unesco merekomendasikan ruang gerak
statis yang ideal adalah 2m²/ orang. Olahraga tidak sekedar membutuhkan ruang
statis, tetapi ruang gerak dinamis. Sehingga dapat dianalogikan bahwa kebutuhan
ruang terbuka dinamis dua kali lipat yang diperlukan untuk ruang statis, yaitu
4m²/ orang.
Angka standart ruang terbuka yang diadopsi oleh Komite Olympiade
adalah 3,5m² per orang senada dengan angaka standar ruang terbuka menurut
Clerici dalam Mutohir dan Maksum (2007) adalah 3,5m²/orang. Dengan demikian
nilai maksimum luas ruang terbuka adalah 3,5m² dan nilai minimumnya adalah
0m². Rumus yang digunakan untuk mendapatkan angka indeks ruang terbuka
adalah :
Indeks ruang terbuka = Nilai Aktual –Nilai Minimum
Nilai Maksimum – Nilai Minimum
(Agus Kristiyanto, 2012:46)
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan prasyarat dasar bagi proses
pembangunan segala bidang. Aspek produktivitas pembangunan dapat terwujud
karena ketersediaan sumber daya manusia yang bermutu dan memadai. Dari sisi
kuantitas, Indonesia memiliki modal man power jumlah penduduk yang potensial,
namun dari sisi mutu kiranya masih memerlukan waktu untuk memprosesnya.
Dengan investasi pada modal manusiawi, terutama melalui pendidikan, maka
produktivitas pembangunan dapat ditingkatkan. Hakikat pembangunan manusia
42
yang berkelanjutan adalah bahwa setiap orang mempunyai askses yang sama
untuk berbagai kesempatan pembangunan (Komisi Nasional Indonesia untuk
UNESCO, 2001)
Dinamika kegiatan keolahragaan akan sangat ditentukan oleh sumber
daya manusia (SDM) yang menggerakkan roda kegiatan. Pengembangan SDM ini
sudah mengalami perubahan yang sangat berarti seiring dengan anggapan dasar
yang berbeda. Dahulu SDM dianggap sebagai tenaga kerja yang diset untuk
efisiensi produksi, sehingga fungsinya sebagai instrumen. Sedangkan saat ini
SDM ditempatkan sebagai modal kerja sehingga kemampuan, pengetahuan dan
keterlibatannya dalam setiap pengambilan kebijakan lebih mendapat penekanan.
Sesuai dengan Undang – undang Sistem Keolahragaan Nasional nomor 3 tahun
2005 pasal 63, menyatakan bahwa :
Tenaga keolahragaan terdiri atas pelatih, guru/dosen, wasit, juri, manajer,
promotor, administrator, pemandu, penyuluh, instruktur, tenaga medis dan para
medis, ahli gizi, ahli biomekanika, psikolog, atau sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan
olahraga.
Tenaga keolahragaan yang bertugas dalam setiap organisasi olahraga
dan/atau lembaga olahraga wajib memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi
yang dikeluarkan oleh induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan
dan/atau instansi pemerintah yang berwenang. Pengadaan tenaga keolahragaan
dilaksanakan melalui penataran dan/atau pelatihan oleh lembaga yang khusus
untuk itu.
Menurut Gunawan Hari (2012) tenaga keolahragaan yang harus
dikembangkan dan ditingkatkan kualitas dan kompetensinya dijabarkan sebagai
berikut :
1) Guru/Dosen pendidikan jasmani (Physical Educator)
Merupakan SDM yang menangani pendidikan jasmani yang
dibutuhkan di sekolah – sekolah mulai dari SD, SMP, SLTA dan perguruan
tinggi. Di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya guru/dosen pendidikan
jasmani bertanggung jawab dalam menjabarkan kurikulum pendidikan
jasmani (intrakurikulernya) di sekolah bagi upaya peningkatan kualitas fisik,
kesehatan dan kesegaran jasmani, pengenalan dan pemahaman dasar
43
olahraga, pemantauan peertumbuhan dan perkembangan fisik, pemantauan
bakat olahraga, pembinaan sportifitas, disiplin dan budaya berolahraga pada
siswa. Untuk itu di suatu sekolah mutlak harus terdapat guru pendidikan
jasmani yang memiliki kualitas dan standar kompetensi yang sesuai.
2) Pelatih olahraga sekolah (School Coach)
Idealnya pelatih olahraga di sekolah berbeda dengan guru
pendidikan jasmani, tetapi karena pertimbangan keterbatasan biasanya pelatih
olahraga ini sering dirangkap oleh guru pendidikan jasmani. Dalam
menjalankan tugasnya, pelatih olahraga bertanggung jawab terhadap proses
pembinaan dan pengembangan bakat siswa dalam berolahraga di beberapa
cabang olahraga sesuai dengan tingkatan usia dan kekhususan kecabangannya
yang dilaksanakan di luar jam pelajaran dalam bentuk ekstrakurikuler.
Sehingga dengan adanya langkah ini akan mendukung munculnya atlet
berbakat dalam proses talent scouting (pemanduan bakat).
3) Pelatih olahraga club atau cabang olahraga (Sport Coach)
Bertugas melatih cabang olahraga tertentu yang bertanggung jawab
untuk melatih baik fisik, teknik ataupun strategi bertandingnya yang
didapatkan kompetensinya melalui pelatihan untuk mendapatkan sertifikat
yang sah.
4) Penggerak olahraga (Sport Motivator)
Bertugas memasyarakatkan, membudayakan, menggerakkan dan
menggalakkan masyarakat untuk berolahraga baik di kota maupun di
pedesaan. Idealnya seorang penggerak olahraga memiliki pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan tentang berbagai jenis olahraga masyarakat
dengan prinsip 5-M yaitu murah, meriah, masal, menarik dan manfaat juga
memiliki kualitas sebagai pemberi contoh atau instruktur olahraga masyarakat
yang baik.
5) Instruktur olahraga (instructor)
Bertugas memberikan instruksi untuk melakukan satu atau beberapa
jenis kegiatan olahraga yang popular di masyarakat. Dalam melaksanakan
tugasnya instruktur olahraga bertanggung jawab untuk memimpin atau
member aba – aba pada kegiatan olahraga yang sifatnya masal.
44
6) Manajer olahraga (Sport manager)
Bertugas menangani atau menjadi pengelola suatu kegiatan olahraga
misalnya menyelenggarakan kompetisi, memimpin tim ke suatu event,
menangani atlet, mengelola suatu pemusatan latihan, dsb. Seorang manajer
tim harus menguasai prinsip – prinsip menajemen olahraga yang spesifik dan
professional.
7) Administrator olahraga (sport management)
Menurut Harsuski (2012:64) “administrator olahraga adalah SDM
yang tugasnya menentukan kebutuhan – kebutuhan, mengidentifikasi sumber
daya yang akan memenuhi kebutuhan – kebutuhan, menangani atau
melakukan tugas keadministrasian/kesekretariatan dalam suatu organisasi
atau kegiatan olahraga”. Seoarang administrator olahraga harus memiliki
kualitas sebagai tenaga pelaksana administrasi suatu organisasi atau kegiatan
olahraga baik di tingkat klub, induk cabang olahraga maupun jajaran KONI.
8) Promotor olahraga (sport promotor)
Bertugas menangani atau melakukan upaya promosi kegiatan/event
olahraga dengan melibatkan partisipasi kalangan olahraga dan dunia usaha.
9) Manajer fasilitas olahraga (sport facility manager)
Bertugas menangani atau melakukan pengelolaan suatu fasilitas
olahraga misalnya pada sport club, sport center, recreation center, fasilitas
olahraga di hotel, resort country club, dsb.
10) Wasit olahraga (sport umpire)
Bertugas mewasiti dan menjadi penentu keputusan dalam suatu
kompetisi/pertandingan olahraga. Seorang wasit harus memiliki kualifikasi,
lisensi, sertifikat perwasitan dari induk cabang olahraga yang sesuai serta
mampu memimpin pertandingan dengan fair dan tidak memihak.
11) Dokter/ paramedic olahraga (sport medicine)
Bertugas membantu dalam pembinaan dan pengembangan olahraga
berbasiskan iptek kesehatan olahraga,harus memiliki kualitas dan memenuhi
standar kompetensi sebagai dokter olahraga yang diperoleh melalui
pendidikan formal kedokteran olahraga atau sertifikasi penyetaraan
45
berjenjang melalui penataran/pelatihan yang dilakukan oleh organisasi profesi
kesehatan/kedokteran olahraga.
12) Psikologi olahraga (sport psychologist)
Bertugas membantu dalam pembinaan dan pengembangan olahraga
yang berbasiskan iptek psikologi olahraga. Seorang psikologi olahraga atau
psikolog yang berkecimpung dalam dunia olahraga harus memiliki kualitas
dan komptensi yan memadai yang didapatkan melalui jalur formal
pendidikan.
13) Ahli gizi olahraga (sport nutrionist)
Tugasnya membantu dalam pembinaan dan pengembangan olahraga
yang berbasiskan iptek gizi olahraga. Ahli gizi inilah yang mengatur menu
makanan olahragawan, dari masa latihan, pra pertandingan, saat pertandingan
maupun pasca pertandingan yang kompetensinya diperoleh lewat jalur
pendidikan formal ataupun penataran/pelatihan yang dilaksanakan oleh
organisasi profesi ahli gizi olahraga.
14) Teknisi olahraga
Bertugas membantu dalam pembinaan dan pengembangan olahraga
di lapangan atau laboratorium iptek olahraga, harus memiliki kemampuan
teknis sebagai operator untuk pemeliharaan dan perawatan peralatan olahraga
yang diperoleh melalui pendidikan maupun pelatihan.
15) Peneliti olahraga (sport research)
Bertugas melakukan pengkajian atau penelitian di bidang olahraga di
lapangan atau laboratorium iptek olahraga yang secara terus menerus hasil
penelitiannya itu dimanfaatkan untuk pengembangan dunia olahraga yang
akan menghasilkan atlet – atlet berkualitas maupun hasil pada aspek yang
lainnya.
Tercukupinya sumber daya manusia keolahragaan seperti yang
dipaparkan di atas dengan kualitas yang baik maka akan sangat membantu
pemerintah dalam proses pembinaan dan pengembangan olahraga di setiap
daerah. Menurut Notoatmodjo, S (1992:4) “pembangunan sumber daya manusia
(Human reseurces development) secara makro adalah suatu proses peningkatan
kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan
46
pembangunan bangsa”. Peran olahraga dalam mendukung terciptanya sumber
daya manusia yang memiliki kualitas fisik yang baik sudah tidak diragukan lagi.
Sedangkan menurut Siti Kosasih (2013:1) “Selain bermanfaat untuk
jasmani, olahraga juga berperan dalam pengembangan karakter bangsa. Olahraga
mampu melahirkan kebiasaan yang baik seperti jujur, disiplin, sportif, tanggung
jawab, dan kerja sama”. Olahraga sangat berperan untuk manusia, dan olahraga
selalu dibutuhkan sepanjang zaman.
Indeks SDM diukur berdasarkan rasio jumlah SDM keolahragaan dengan
jumlah penduduk yang berusia di atas 7 tahun. Nilai maksimum yang sudah
ditentukan SDI adalah 2,08 dan nilai minimumnya 0,00. Untuk mendapatkan nilai
indeks SDM menggunakan rumus sebagai berikut :
Indeks SDM = Nilai Aktual –Nilai Minimum
Nilai Maksimum – Nilai Minimum
(Agus Kristiyanto, 2012:48)
c. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi merupakan keterlibatan, keikutsertaan, peran serta masyarakat
dalam rangka melakukan kegiatan yang sifatnya aktif untuk memperoleh suatu
tujuan. Menurut Mubyarto dalam Huraerah Abu (2008:27) “partisipasi merupakan
tindakan mengambil bagian dalam kegiatan”. Sedangkan pasrtisipasi masyarakat
adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di mana
masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyususnan program, perencanaan dan
pembangunan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.
Menurut MAch. Wazir Ws., et al. (1999: 29) “partisipasi bisa diartikan
sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi
tertentu”. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan
dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan
orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggungjawab bersama. Sedangkan Isbandi (2007) memberikan batasan
partisipasi sebagai berikut:
Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan
keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi (hlm.27).
47
Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat bukan hanya
pada proses pelaksana kegiatan saja, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam hal
perencanaan dan pengembangan dari program tersebut. Secara sederhana
partisipasi masyarakat adalah keterlibatan seseorang (individu) atau sekelompok
masyarakat secara sukarela, dalam suatu kegiatan mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan kegiatan, sampai pada proses pengembangan kegiatan atau program
tersebut.
Partisipasi masyarakat dalam bidang keolahragaan menunjukkan suatu
indikator keterlibatan aktif masyarakat suatu daerah terhadap aktivitas olahraga.
Secara umum lingkup partisipasi olahraga dapat mencakup partisipasi langsung
seperti melakukan kegiatan olahraga ataupun partisipasi tidak langsung seperti
sebagai sponsor penyelenggara event olahraga. Secara khusus, partisipasi olahraga
merujuk pada keterlibatan langsun secara aktif sebagai pelaku olahraga.
Sesuai dengan Undang – undang Sistem Keolahragaan Nasional nomor 3
tahun 2005 pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa “pelaku olahraga adalah setiap
orang dan/atau kelompok orang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan
olahraga yang meliputi pengolahraga, pembina olahraga, dan tenaga
keolahragaan”. Pengolahraga adalah orang yang berolahraga dalam usaha
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Sedangkan olahragawan
adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan
dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi. Pembina olahraga merupakan
orang yang memiliki minat dan pengetahuan, kepemimpinan, kemampuan
manajerial, dan/atau pendanaan yang didedikasikan untuk kepentingan pembinaan
dan pengembangan olahraga. Tenaga keolahragaan adalah setiap orang yang
memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi dalam bidang olahraga.
Kesadaran masyarakat untuk berolahraga memberikan kontribusi dalam
pembangunan individu dan masyarakat yang cerdas, sehat, terampil, tangguh,
kompetitif, sejahtera, dan bermartabat. “Kedudukan olahraga amat penting dan
strategis dalam posisinya, karena memiliki kompetensi yang tinggi dalam
memengaruhi keberhasilan pembangunan sektor lainnya terutama yang berkaitan
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kehidupan
masyarakatnya” (Farhan, 2011: 82).
48
Berdasarkan Undang – undang Sistem Keolahragaan Nasional nomor 3
tahun 2005 bab XIV tentang peran serta masyarakat pasal 75 menyatakan bahwa :
1) Masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan serta dalam kegiatan keolahragaan.
2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,
badan usaha, atau organisasi kemasyarakatan lain sesuai dengan prinsip
keterbukaan dan kemitraan.
3) Masyarakat dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, tenaga sukarela,
penggerak, pengguna hasil, dan/atau pelayanan kegiatan olahraga.
4) Masyarakat ikut serta mendorong upaya pengembangan
keolahragaan.pembinaan dan pengembangan keolahragaan.
Kemalasan dalam melakukan atau menyelesaikan sesuatu adalah hal
yang sering dialami oleh semua orang. Dalam berolahraga, malas adalah hal yang
cukup sering ditemui. Hal ini biasanya disebabkan oleh 2 dua hal, yaitu pertama,
ketakutan akan sakit setelah melakukan olahraga. Rasa pegal yang muncul 1-2
hari sesudah latihan biasanya merupakan suatu pengalaman yang membuat jera,
sehingga orang berpikir dua kali kalau diajak untuk kembali berolahraga. Sesi
latihan dengan intensitas yang terlalu tinggi yang melebihi kapasitas tubuh
menjadi penyebabnya, ibarat bayi yang masih merangkak harus dipaksa berlari.
Kedua, kurangnya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan dan kebugaran.
Orang yang tidak merasa perlunya menjadi pintar biasanya memang tidak rajin
belajar. Sama juga dengan orang yang tidak menyadari pentingnya kebersihan
biasanya akan malas untuk mandi. “Demikian juga, orang yang kurang menyadari
pentingnya hidup sehat dan bugar akan malas untuk berolahraga” (Ade Truna,
2010: 53).
Dari perspektif perorangan dikatakan bahwa, rendahnya tingkat
partisipasi berolahraga disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (1) kegiatan
olahraga yang cenderung berorientasi pada peningkatan prestasi, (2) rendahnya
derajat kesehatan atau kebugaran jasmani sehingga secara psikologis merasa tidak
mampu, (3) tingkat ekonomi yang rendah sehingga tidak sangggup memenuhi
pengeluaran minimal untuk melibatkan diri dalam kegiatan olahraga, (4)
terkurasnya tenaga dan waktu akibat terlalu sibuk dalam pekerjaan.
Usaha pemerintah untuk menyiapkan fasilitas berolahraga yang dapat
dimanfaatkan untuk masyarakat umum menjadi daya tarik tersendiri dan
49
berdampak langsung pada adanya kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk
berolahraga secara teratur. Olahraga rutin sudah menjadi sebuah kebutuhan
sebagai pola hidup sehat bagi masyarakat, hal tersebut dapat dilihat seperti adanya
senam pagi, jalan sehat, fitnes, futsal, voli, sepak bola, sepeda santai yang juga
sering digelar untuk masyarakat. Dengan meningkatnya partisipasi masyarakat
dalam menjalankan aktifitas olahraga, terjadi peningkatan derajat kesehatan dan
kebugaran masyarakat dari tahun ke tahun.
Olahraga apabila sudah tumbuh dan berkembang serta membudaya pada
masyarakat, pada tahap berikutnya olahraga akan menjadi kebutuhan bagi
masyarakat. Dengan demikian, masyarakat yang sadar akan olahraga, tidak perlu
lagi dipaksa atau disuruh untuk melakukan olahraga. Jika masyarakat telah
menganggap olahraga sebagai kebutuhan, masyarakat akan lebih banyak belajar
tentang olahraga, bagaimanakah olahraga yang benar untuk tujuan yang ingin
dicapai baik untuk kesehatan, pendidikan, rekreasi bahkan dengan tujuan prestasi.
Angka partisipasi diukur berdasarkan rasio antara peserta kegiatan
dengan jumlah populasi yang berusia 7 tahun ke atas saat penelitian dilakukan.
Partisipasi olahraga masyarakat mengacu pada frekwensi aktivitas olahraga yang
dilakukan minimal tiga kali setiap minggunya. Rumus untuk mendapatkan angka
indeks partisipasi masyarakat adalah :
Indeks partisipasi = Nilai Aktual –Nilai Minimum
Nilai Maksimum – Nilai Minimum
(Agus Kristiyanto, 2012:48)
d. Kebugaran Jasmani
Menurut Rusli Lustan (2001:7) mengemukakan bahwa “kebugaran
jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan fisik yan
memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas”. Daurer dan Pangrazi dalam
Mutohir dan Maksum (2011:10) mengatakan bahwa “seseorang dalam hal ini
yang memiliki kebugaran jasmani yakni kekuatan dan stamina yang memadai,
maka dalam melakukan aktivitas sehari – hari tidak mudah lelah dan mempunyai
cukup sisa energi untuk aktivitas yang lain dan siap dalam situasi yang darurat”.
Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Maksudnya, masih punya
tenaga cadangan dan selalu bersemangat untuk melakukan aktivitas yang lain.
50
Oleh karena itu berbagai program dirancang untuk pencapaian kebugaran jasmani
yang optimal. Menurut Franks & Howley dalam Mutohir dan Maksum (2011:11)
“ada tiga hal utama yang harus diperhatikan agar mampu memiliki tingkat
kebugaran jasmani yang baik. Pertama adalah berolahraga yang teratur, makan
yang bergizi dan cukup, dan yang terakhir adalah istirahat yang cukup”.
Kebugaran jasmani memiliki dua macam komponen, yaitu komponen
kebugaran jasmani terkait kesehatan atau Health related fitness dan komponen
kebugaran jasmani terkait keterampilan atau Skill related fitness. Menurut Wuest
dan Bucher dalam (Mutohir dan Maksum, 2011:11) menyatakan bahwa
“komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan adalah
komposisi tubuh, daya tahan, kelincahan, dan kekuatan”. Berikut penjelasan
mengenai komponen kebugaran jasmani yang terkait kesehatan :
1) Daya Tahan
Menurut Wahjoedi (200:86) menyatakan bahwa “daya tahan adalah
kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau
berulang – ulang terhadap suatu beban submaksimal dalam jangka waktu
tertentu”.
Daya tahan terbagi atas dua komponen yaitu daya tahan
kardiorespiratori, yaitu daya tahan jantung dan parru yang dapat diartikan
sebagai kesanggupan jantung (sistem peredaran darah) dan paru (sistem
pernapasan) untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari –
hari dalam kurun waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang
berarti. “Daya tahan otot dapat diartikan sebagai kapasitas otot untuk
melakukan kontraksi secara terus menerus pada tingkat intensitas
submaksimal” (Nurhasan, 2001:42).
2) Kekuatan Otot (Muscle Strength)
Kekuatan Otot adalah kemampuan tubuh mengerahkan tenaga untuk
menahan beban yang diberikan. Jika dilihat dari sudut pandang fisiologi
“kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu
kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban” (Mutohir dan
Maksum,2011:12). Senada dengan pernyataan yang diungkapkan Mochamad
51
Sajoto (1988:45) bahwa “kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok
otot untuk melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya”.
Dari sudut pandang biomekanika kekuatan adalah gaya yang dapat
dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kali kontraksi maksimal.
Selanjutnya menurut Wahjoedi (2000:86) mengatakan bahwa “kekuatan otot
adalah tenaga, gaya atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau
sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal”.
Seseorang mungkin memiliki kekuatan otot pada bagian otot tertentu
tetapi belum tentu memiliki kekuatan yang sama pada bagian otot yang lain.
Melalui aktivitas olahraga yang dilakukan secara benar, teratur dan terencana
akan berdampak pada tingkat kekuatan yang lebih baik.
3) Kelentukan (Flexibilty)
Kelentukan menurut Mutohir dan Maksum (2011:15) adalah
”kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi untuk
melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal sesuai dengan
kemungkinan geraknya (range of movement)”. Dalam pengertian lain adalah
kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh dalam melakukan gerakan pada
sebuah atau beberapa sendi seluas – luasnya. Lebih lanjut Wahjoedi (2000:87)
berpendapat bahwa “kelentukan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan
gerak melalui ruang gerak sendi atau ruang gerak tubuh secara maksimal”.
Kelentukan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerak melalui
ruang gerak sendi atau ruang gerak tubuh secara maksimal tanpa dipengaruhi
oleh suatu paksaan atau tekanan. Kelentukan gerak tubuh pada persendian
tersebut, sangat dipengaruhi oleh : elastisitas otot, jenis sendi, struktur tulang,
jaringan sekitar sendi, tendon dan ligamen di sekitar sendi serta kualitas sendi
itu sendiri.
4) Komposisi tubuh (Body compotition)
Komposisi tubuh merupakan perbandingan jumlah lemak yang
dikandung di dalam tubuh seseorang. Jika kita memiliki kandungan lemak
dalam tubuh yang berlebihan, akan menganggu sistem kerja organ tubuh
lainnya oleh karena itu, untuk mendapatkan kebugaran tubuh, sebaiknya jaga
asupan lemak yang kita makan.
52
Komponen kesegaran jasmani yang kedua yaitu yang berhubungan
dengan ketrampilan dimana hal tersebut merupakan kualitas yang dimiliki
seseorang sehingga mampu untuk berpartisipasi dalam aktivitas olahraga.
Menurut Wuest & Bucher dalam Toho Cholik Mutohir,dkk (2011:11) bahwa,
kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan terdiri atas kelincahan,
keseimbangan, koordinasi, kekuatan, waktu reaksi, dan kecepatan”. Penjabaran
komponen kebugaran jasmani yang terkait dengan keterampilan adalah sebagai
berikut :
1) Kecepatan (speed)
Kecepatan adalah Kemampuan seseorang untuk bergerak secepat
mungkin setelah menerima rangsang. “Kecepatan adalah kemampuan untuk
menggerakkan suatu aktivitas yang sama berulang – ulang serta
berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat – singkatnya” (Wahjoedi,
2000:88). Dalam berbagai kegiatan olahraga kecepatan merupakan hal yang
sangat dibutuhkan untuk menunjang prestasi.
Kecepatan ada 3 macam, yaitu kecepatan siklis yang merupakan
pengulangan gerakan dari satu bentuk keterampilan yang sama, kecepatan
asiklis yang merupakan keterampilan yang berkaitan dengan kecepatan dalam
sebuah permainan yang menggunakan alat, dan kecepatan reaksi yang
merupakan kecepatan yang dikerahkan sebagai tanggapan dari rangsangan
yang diterima oleh tubuh dan dilakukan pada saat mendapat rangsang.
2) Daya ledak (power)
Daya ledak merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran
kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya. Senada
dengan pendapat Toho Cholik Mutohir,dkk (2011:19) “Daya adalah gabungan
antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan otot secara maksimum dengan
kecepatan maksimum”. Sedangkan menurut Wahjoedi (2000:88) “daya ledak
adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan otot atau sekelompok untuk
bekerja secara eksplosif”. Dalam mempraktikkan berbagai kegiatan olahraga
membutuhkan daya yang cukup besar untuk memindahkan badan/beban dalam
waktu tertentu agar dapat menampilkan performa yang maksimal.
53
3) Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi atau
sikap tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan. Keseimbangan tersebut
dapat berupa keseimbangan statis (static balance) pada saat berdiri maupun
keseimbangan dinamis (dynamic balance) pada saat melakukan suatu gerakan
tertentu. Menurut Wahjoedi (2000:88) mengemukakan “keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada
saat melakukan gerakan.
4) Kelincahan (agility)
Kelincahan merupakan kemampuan tubuh untuk merubah-ubah posisi
tubuh dan mengatasi rintangan dengan dalam waktu yang singkat. Kelincahan
ini merupakan perpaduan dari unsur kelentukan dan kecepatan, bahkan
kekuatan. “Kelincahan lebih menekankan pada kemampuan tubuh atau bagian
tubuh untuk menubah gerakan secara mendadak dalam kecepatan yang tinggi
dan ini sangat berkaitan dengan komponen lain yakni kecepatan dan
koordinasi” (Mutohir.T.C dan Maksum.A, 2011:19).
Sementara menurut Wahjoedi, (2000:88) “kelincahan adalah
kemampuan tubuh untuk mengubah arah secara tepat tanpa adanya gangguan
keseimbangan”. Dengan kelincahan yang baik, seseorang dapat melakukan
aktivitas dengan lebih baik, dinamis, efektif dan efisien.
5) Koordinasi (coordination)
Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggabungkan
beberapa gerakan menjadi satu gerakan secara tepat, cermat dan efisien. Sesuai
dengan pendapat Wahjoedi (2000:89) yang menyatakan bahwa “koordinasi
adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan secara cepat, tepat, cermat
dan efisien”.
Kemampuan koordinasi sangat mendukung penguasaan keterampilan
dasar gerak. Menurut Toho Cholik Mutohir,dkk (2011:21) “koordinasi adalah
kemampuan tubuh untuk mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda
menjadi satu gerakan tunggal yang harmonis dan efektif". Hampir semua
kegiatan olahraga membutuhkan koordinasi, koordinasi meliputi mata –
54
tangan, mata – kaki, tangan – kaki, mata – tangan – kaki, telinga – mata – kaki,
dan seterusnya.
6) Kecepatan reaksi (reaction time)
Kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan dari saaat diterimanya
rangsangan sampai awal munculnya reaksi. Menurut Wahjoedi (2000:88)
menjelaskan bahwa “kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk
memberikan respon kinetik setelah menerima suatu stimulus atau rangsangan”.
Kecepatan reaksi tidak hanya dibutuhkan dalam kegiatan olahraga saja namun
dalam melakukan aktivitas sehari – hari juga memerlukan suatu kecepatan
reaksi.
Kebugaran jasmani merupakan suatu kondisi yang lebih dari kata sehat
dan untuk mendapatkan kebugaran yang memadai diperlukan perencanaan
sistematik melalui pemahaman pola hidup sehat bagi setiap lapisan masyarakat
yang meliputi upaya bugar yaitu: makan, istirahat dan olahraga. Menurut Perry
Howard (1997:37-38) “faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani
adalah: umur, jenis kelamin, somatotipe, atau bentuk badan, keadaan kesehatan,
gizi, berat badan, tidur atau istirahat, dan kegiatan jasmaniah”.
Untuk menghitung indeks kebugaran secara keseluruhan terlebih dahulu
peneliti menghitung kebugaran masing – masing klasifikasi usia dengan
mengunakan tes Multistage Fitness Tes (MFT). Nilai maksimum kebugaran adalah
40,5 dan nilai minimumnya 20,1. Langkah selanjutnya yaitu menghitung indeks
kebugaran menggunakan rumus sebagai berikut :
Indeks kebugaran = Nilai Aktual –Nilai Minimum
Nilai Maksimum – Nilai Minimum
(Agus Kristiyanto, 2012:47)
Setelah mendapatkan nilai indeks dari masing – masing usia kemudian
menghitung indeks kebugaran secara keseluruhan menggunaan rumus sebagai
berikut :
Indeks kebugaran = IK. Anak – anak + 2 x IK. Remaja + IK. Dewasa
4
(Agus Kristiyanto, 2012:47)
55
4. Metode Penerapan Sport Development Indeks
Setelah semua nilai indeks dari keempat indikator pembangunan olahraga
didapatkan maka tahap selanjutnya menghitunng indeks secara keseluruhan dengan
menggunakan rumus :
SDI= Indeks ruang terbuka + Indeks SDM + Indeks Partisipasi + Indeks Kebugaran
4
(Agus Kristiyanto, 2012:47)
Setelah mendapatkan hasil dari indeks keseluruhan, kemudian menentukan
tingkat indeks berdasarkan tabel norma sebagaimana table 2.2
Tabel 2.2 Norma SDI
Angka Indeks Norma / Kategori
0,800 – 1,000 Tinggi
0,500 – 0,799 Menengah
0,000 – 0,499 Rendah
(Agus Kristiyanto, 2012:47)
Hasil dari data yang sudah dihitung selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel, grafik dan diagram yang ditambah dengan penjelasan secara naratif agar lebih
mudah dipahami sebagai data yang bersifat kuantitatif. Sedangkan data kualitatif
yang berupa hasil wawancara dari berbagai narasumber akan disajikan dalam bentuk
teks berupa rangkaian pertanyaan disertai jawaban dari para narasumber. Tahap
analisis data yang terakhir adalah penarikan kesimpulan serta verifikasiya. Penarikan
kesimpulan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
belum jelas sehingga setelah diteliti kemudian menjadi jelas. Kesimpulan yang
dibuat dapat menjawab rumusan masalah yang diperkuat dengan berbagai data,
sehingga dapat dijadikan kesimpulan yang dipaparkan adalah hasil dari sajian data
berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang saling menguatkan satu sama lain.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan terkait pembangunan olahraga antara lain penelitian
yang dilakukan oleh Supriyono di Kabupaten Balungan Propinsi Kalimantan Timur
pada tahun 2013. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa hasil pembangunan olahraga
di Kabupaten Balungan dalam kategori rendah sesuai norma indeks yaitu sebesar 0,306,
tetapi bila dibandingkan dengan hasil survei SDI nasional tahun 2006 sebesar 0,280
56
hasil pembangunan olahraga Kabupaten Balungan lebih tinggi. Dari 4 indikator untuk
mengukur kemajuan pembangunan olahraga di Kabupaten Balungan, hanya ada 2
indikator yang menunjukkan kemajuan yaitu ruang terbuka dan kebugaran jasmani
masyarakat.
Penelitian lain yaitu yang dilakukan Putra Sastaman B di Kota Pontianak
Propinsi Kalimantan Barat tahun 2014 menunjukkan bahwa hasil pembangunan
olahraga Kota Pontianak dapat disimpulkan sebagi berikut : 1) nilai indeks ruang
terbuka 0,429, 2) nilai indeks SDM 0,001, 3) nilai indeks partisipasi masyarakat 0,455,
4) nilai indeks kebugaran jasmani 0,323. Dari keempat nilai indeks tersebut didapatlah
nilai indeks pembangunan olahraga Kota Pontianak yaitu sebesar 0,302, nilai tersebut
jika ditinjau dari norma SDI berada pada rentang angka 0,001 – 0,499 artinya
pembangunan olahraga Kota Pontianak masih dalam kategori rendah.
Salah satu guru besar dibidang olahraga Agus Kristiyanto dalam disertasinya
implikasi kebijakan pembangunan olahraga berbasis sport development indeks (SDI)
model konseptual pola hubungan kausalitas multivariable SDI dan mentalitas budaya
prestasi di masyarakat pada tahun 2012 juga menjadi penelitian yang relevan dan
bahkan referensi bagi para peneliti yang akan meneliti tentang pembangunan olahraga.
Penelitan tersebut menjelaskan bahwa resonansi pembangunan olahraga untuk
kesejahteraan rakyat akan semakin meluas tatkala bersinggungan dengan komponen –
komponen pembangunan yang lain, seperti : industri olahrga, pengembangan dampak
ekonomi event olahraga, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga,
rancangan media pembentukan karakter bangsa, pengembangan rasa nasionalisme,
peningkatan produktivitas masyarakat melalui usaha pengembangan kebugaran fisik,
dan persoalan – persoalan sosial lain yang sangat bervariasi di masyarakat.
Nilai – nilai hasil pembangunan olahraga yang semakin dirasakan berdampak
bagi peningkatan kesejahteraan, pada gilirannya akan menjadi kekuatan balikan yang
berupa dukungan besar masyarakat untuk pembangunan olahraga masa depan.
Pembangunan selayaknya dari, oleh dan untuk masyarakat yang keberhasilannya untuk
mensejahterakan rakyat dan untuk menuju bangsa yang semakin maju.
Penelitian oleh Agus Kristiyanto yang kemudian dituangkan dalam bukunya
tentang pembangunan olahraga menjadi referensi peneliti dalam mengembangkan ide
dan metode penelitian yang kemudian disesuaikan dengan masalah, tujuan, manfaat dan
57
tempat penelitian yaitu Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah, serta
menghubungkan sumber – sumber lainnya yang terkait dengan proses pembangunan
dan kebijakan pemerintah terkait pembangunan olahraga di Kabupaten Wonogiri. Dari
beberapa penelitian di atas maka peneliti memiliki dasar yang kuat baik secara teori dan
metode untuk melaksanakan penelitian.
C. Kerangka Berpikir
Fokus pembangunan keolahragaan saat ini adalah pembudayaan dan
peningkatan prestasi olahraga yang jika dikaitkan dengan bangunan olahraga berarti
penguatan fondasi bangunan olahraga yaitu budaya berolahraga dan penguatan pola
pembibitan olahraga prestasi guna menciptakan sebanyak-banyaknya sumber daya calon
olahragawan berbakat dari berbagai daerah sesuai dengan karakter fisik dan kultur lokal,
serta kondisi lingkungan yang mendukung pembentukan potensi-potensi olahraga
unggulan di daerah.
Berdasarkan uraian di atas ada beberapa pernyataan penting sebagai kerangka
berpikir : 1) Olahraga merupakan hak dan kebutuhan setiap orang tanpa memperhatikan
status sosial, gender, dan etnik sesuai dengan UUSKN tahun 2005. 2) Akses masyarakat
untuk melakukan olahraga wajib difasilitasi oleh pemeritah, sekurang – kurangnya
menyagkut ketersedian ruang terbuka dan tenaga keolahrgaan. 3) Sistem pembinaan
olahraga harus mencakup 3 pilar, yakni olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan
olahraga prestasi. Penonjolan satu pilar dengan mengabaikan pilar lain akan melahirkan
ketimpangan. 4) Aktifitas yang dilakukan masyarakat sekurang – kurangnya berdampak
pada kebugaran. 5) Komunitas prestasi tinggi dalam olahraga akan lahir dari masyarakat
yang tingkat kebugarannya tinggi, dan kebugaran jasmani yang tinggi akan lahir jika
tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan olahraga meningkat.
Faktor keberhasilan pembangunan olahraga mengacu pada dimensi : 1)
partisipasi, 2) ruang terbuka, 3) kebugaran, 4) sumber daya manusia. Keempat dimensi
tersebut mencerminkan keberhasilan pembangunan olahraga yang kemudian disebut
Sport Development Indeks. Dari keempat indikator tersebut kemudian akan didapat nilai
indeks yang selanjutnya akan disesuaikan dengan norma sport development indeks
(SDI) untuk dapat menyimpulkan apakah pembangunan olahraga pada suatu daerah
dikatakan tinggi, sedang atau rendah.
58
Dari beberapa pokok pikiran di atas, alur kerangka pemikiran dalam penelitian
ini secara skematis sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka berpikir SDI
PEMBANGUNAN OLAHRAGA
SPORT DEVELOPMENT INDEX
(SDI)
RUANG
TERBUKA SDM
PARTISIPASI
MASYARAKAT
KEBUGARAN
JASMANI
HASIL PEMBANGUNAN OLAHRAGA
KABUPATEN WONOGIRI
top related