bab iii jenis-jenis klausa verbal dalam cerpen uchibbuka ... · contoh (92) dalam kartu data nomor...
Post on 31-Aug-2019
37 Views
Preview:
TRANSCRIPT
66
BAB III
Jenis-Jenis Klausa Verbal dalam Cerpen Uchibbuka kal-Ma>´i Karya
Li>na Ki>lani
Bab ini membahas jenis-jenis klausa verbal atau jumlah fi’liyah yang ada
pada cerpen Uchibbuka kal-Ma>´i karya Li>na Ki>nani. Jenis jumlah tersebut
merupakan pembagian jumlah menurut Musthafa Al Ghulayaini (2007: 579-583)
yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu al-jumlatul-lati> laha machallun min al-i’rab
yang terdiri dari tujuh kategori dan al-jumlatul-lati> la machalla laha min al-i’rab yang
terdiri dari sembilan kategori. Analisis ini menggunakan teknik baca markah dan
teknik ganti.
A. Al-Jumlatul-lati> laha Machallun minal-I’rab
Al-jumlatul-lati> laha machallun minal-i’rab merupakan klausa yang
menempatisuatu fungsi dalam susunan kalimat (2007: 589). Jumlah ini mempunyai
tujuh jenis, yaitu: (1) al jumlatu al-wa>qi’atu khabaran, (2) al-jumlatu al-wa>qi’atu
cha>lan,(3) al-jumlatu al-wa>qi’atu jawa>ban lisyarthin jazi>min,(4) al-jumlatu al-
wa>qi’atu mudhafan ilaihi,(5) al jumlatu al-wa>qi’atu shifatan, (6) al-jumlatu al-
wa>qi’atu maf’ulan bihi (7) A’t-ta>bi’atu li jumlatin laha machallun minal-i’ra>b . Dari
7 jenis yang telah disebutkan, dalam cerpen uchibbuka ka al-ma’i hanya ditemukan 3
jenis klausa atau jumlah yang tidak menempati fungsi dalam susunan kalimat. Berikut
adalah contoh-contohnya :
1. Al-Jumlatu al-Wa>qi’atu Khabaran (Klausa yang Menempati Fungsi Predikat)
67
Al-jumlatu al-wa>qi’atu khabaran merupakan klausa yang menempati fungsi
khabar atau predikat (2007: 580). Sesuai dengan deskripsi tersebut, dari beberapa
data yang dianalisis terdapat 20 jumlah (klausa) pada kalimat majemuk yang
berkategori al-jumlah al-wa>qi’atu khabaran. Berikut adalah contohnya:
Contoh (88) dalam kartu data nomor 1a :
(4)كيالن:ن جداهحيبوكان ،كان ألحد ادللوك يف قدمي الزمان بنات ثالث(88)
(88) Ka>na li achadil-mulu>ki fi> qadi>mi’z-zama>ni bana>tun tsala>tsun, wa ka>na yuchibbuhunna jiddan (Ki>lani:4)
„Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki tiga putri, raja sangat
menyayangi mereka‟
)ادللك(كان )هو(يحب هن جدا
jiddan hunna yuchibbu ka>na (al-maliku) sangat mereka mencintai raja
khabar ka>na (ism ka>na)
MMu MB fi’l (fa>’il)
Al-jumlatu al-wa>qi’atu khabaran
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas merupakan jumlah fi’liyah
(klausa verbal) yang menempati fungsi khabar (predikat) dengan konstruksi S/MI
berupa fa>’il dhamir mustatir huwa, P/M fi’l ma>dhi>, O/MB berupa dhamir hunna,
dilengkapi Ket/MMu. Jumlah ‘yuchibbuhunna jiddan’ merupakan khabar dari ka>na,
sehingga menempati i’rab nashab. Adapun ism ka>na kembali kepada subjek yang ada
pada klausa sebelumnya yaitu achadil-mulu>ki. Untuk menunjukkan bahwa jumlah
„yuchibbuhunna jiddan’ menempati i’rab nashab maka fi’l ‘yuchibbu’ dapat diganti
dengan ism ‘muchibbun’ yang di-manshub-kan menjadi muchibban karena
68
berkedudukan sebagai khabar ka>na. Sehingga jumlah ka>na yuchibbuhunna dapat
diubah menjadi :
حمّبا ذلنّ كادللكان
Ka>nal-maliku muchibban lahunna „raja itu adalah pecinta bagi mereka‟
Contoh (89) dalam kartu data nomor 9a :
(5)كيالن:فقد نظرت إىل كأس من ادلاء إىل جانب عرش أبيهاأما الصغرى (89)
(89) Amma> a’s-shugra> faqad nazharat ila> ka´sin minal-ma>´i ila> ja>nibi ‘arsyi abi>ha (Ki>lani:5)
„Adapun putri ketiga melihat ke arah gelas besar berisi air di sebelah
singgasana raja, kemudian berkata:“Aku menginginkan air ini, Ayah”.‟
(أما)الصغرى فقد نظرت إلى كأس من الماء جانب عرش أبيهاila> ja>nibi ‘arsyi
abi>ha
minal-ma>´i ila> ka´sin faqad nazharat
amma> a’s-shugra
di sebelah
singgasana
ayahnya
(berisi) air ke gelas
besar
melihat putri ketiga
khabar mubtada' MF Pel fi’l(fa>’il)
al-jumlatu al-wa>qi’atu khabaran
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas merupakan jumlah fi’liyah atau
klausa yang menempati fungsi predikat. Jumlah ‘faqad nazharat ila> ka´sin minal-ma>´i
ila> ja>nibi ‘arsyi abi>ha‟ merupakan khabar dari mubtada´ a’s-shugra dengan konstruksi
S/MI berupa fa>’il dhamir mustatir hiya, P/M fi’l ma>dhi> dengan disertai penegas
berupa lafadz ‘faqad’, kemudian dilengkapi Pel berupa syibhu jumlah dan Ket/MF
yang menerangkan tempat. Jumlah ‘faqad nazharat ila> ka´sin minal-ma>´i ila> ja>nibi
69
‘arsyi abi>ha’ menempati fungsi predikat dari subjek yang berupa ism marfu’. Karena
fungsinya sebagai khabar maka machal-nya (kedudukannya) adalah rafa’. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah yang dimaksud di atas
merupakan jumlah fi’liyah yang berjenis al-jumlatu al-wa>qi’atu khabaran.
Contoh (90) dalam kartu data nomor 21b :
(9)كيالن:أبيع كل ما لدى من حليالوسطى: وأنا وقالت (90)
(90)wa qa>lat al-wustha> wa ana> abi>’u kulla ma> ladayya min chulliyin (Ki>lani:9)
„dan Putri kedua berkata:“Aku menjual semua perhiasanku‟
وقالت الوسطى وأنا أبيع كل ما لدى من حلي
kulla ma> ladayya min chulliyin
abi>’u (wa) ana> al-wustha (wa) qa>lat
semua perhiasan
milikku
menjual (dan)
aku
putri kedua (dan)berkata
MB fa>’il fi’l
MB khabar mubtada' al-jumlatu al-wa>qi’atu maf’ulan bih
MB fi’l (fa>’il)
al-wa>qi’atu khabaran
Klausa yang bergaris bawah di atas merupakan klausa verbal atau jumlah
fi’liyah yang menempati fungsi predikat (khabar) yang terletak pada jumlah yang
menempati fungsi maf’ul bih. Jumlah (klausa) ‘abi>’u kulla ma> ladayya min chalyi‟
merupakan khabar dari mubtada' ‘ana’ dengan konstruksi S/MI berupa dhamir ana,
P/M fi’l ma>dhi>, kemudian disertai O/MB yang berupa syibhu jumlah. Jumlah tersebut
70
menempati fungsi khabar yang berkedudukan marfu’ sehingga menempati i’rab rafa’.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah yang dimaksud di atas
merupakan jumlah fi’liyah yang berjenis al-jumlatu al-wa>qi’atu khabaran (klausa
yang menempati fungsi predikat).
2. Al-Jumlatu al-Wa>qi’atu Cha>lan (Klausa yang Menempati Fungsi Keterangan
Keadaan)
Al-jumlatu al-wa>qi’atu chalan merupakan klausa yang menempati fungsi cha>l
atau keterangan keadaan (2007: 580). Ni‟mah menyatakan bahwa klausa yang
menempati fungsi cha>l berada setelah ism ma’rifah atau setelah dzamir atau terletak
setelah penanda pengikat (t.t. : 176). Berdasarkan deskripsi tersebut, dari beberapa
data yang dianalisis terdapat 3 jumlah (klausa) pada kalimat majemuk yang
berkategori al-jumlah al-wa>qi’atu cha>lan. Berikut adalah contohnya:
Contoh (91) dalam kartu data nomor 18f :
(9)كيالن:يشكون قلة ادلاءوضج الناس (91)
(91)wa dhajja’n-na>su yasyku>na qillatal-ma>´i (Ki>lani:9)
„orang-orang berteriak mengeluhkan air yang sedikit‟
وضج الناس يشكون قلة الماء
qillatal-ma>´i yasyku>na a’n-na>su (wa) dhajja
air yang sedikit mengeluhkan orang-orang (dan)
berteriak
cha>l fa>’il fi’l
MB fi’l(fa>’il)
71
al-jumlatu al-wa>qi’atu cha>l
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas merupakan jumlah fi’liyah
(klausa verbal) yang menempati fungsi cha>l dengan konstruksi S/MI berupa dhamir
‘hum’ yang kembali pada ism‘a’n-na>su’, P/M berupafi’l ma>dhi>, kemudian disertai
O/MB yang berupa frasa atau syibhu jumlah. Jumlah ‘yasyku>na qillatal-ma>´i’
merupakan objek yang berbentuk susunan jumlah (klausa). Hal itu dikarenakan
jumlah tersebut terletak setelah ism ma’rifah dan menjadi keterangan bagi susunan
kalimat di atas. Dari penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa jumlah ‘yasyku>a
qillatal-ma>´i’ berjenis al-jumlatu al-waqi>’atu cha>lan (klausa yang menempati fungsi
keadaan) sehingga jumlah tersebut menempati i’ra>b nashab.
3. Al-Jumlatu al-Wa>qi’atu Shifatan (Klausa yang Menempati Fungsi Adjektif)
Al-jumlatu al-wa>qi’atu shifatan merupakan klausa yang menempati fungsi
sifah atau na’at (2007: 580). Ni‟mah menyatakan bahwa klausa yang menempati
fungsi shifah berada setelah ism nakirah (t.t. : 176). Berdasarkan deskripsi tersebut,
dari beberapa data yang dianalisis terdapat 3 jumlah (klausa) pada kalimat majemuk
yang berkategori al-jumlatu al-wa>qi’atu shifatan. Berikut adalah contohnya:
Contoh (92) dalam kartu data nomor 24b :
(10)كيالن:حتولت إىل هنر صغري سقطت من عيين ادللك دمعة ندم(92)
(92)saqathat min ‘ainai al-maliki dam’atu nadamin tachawwalat ila> nahrin shaghi>rin(Ki>lani:10)
72
„air mata penyesalan raja menetes dari kedua matanya hingga
menjadi sungai kecil‟
إىل هنر صغري حتولت دمعة ندم من عيين ادللك سقطتsaqathat min ‘ainai al-
maliki dam’atu nadamin
tachawwalat ila> nahrin shaghi>rin
menetes dari mata raja air mata
penyesalan membawa
(menjadi) sungai kecil
fi’l MF fa>’il shifah li dam’atu
nadamin
fi’l (fa’il) MF al-jumlatu al-wa>qi’atu shifatan
Klausa yang bergaris bawah di atas merupakan klausa verbal (jumlah fi’liyah)
dengan konstruksi S/MI berupa dhamir ‘hiya’ yaitu pronominal ketiga tunggal
feminim, P/M berupa fi’l ma>dhi>, kemudian disertai Ket/MF yang berupa keterangan
tempat. Jumlah itu menempati fungsi shifah yaitu sesuatu yang mensifati subjek hal
tersebut ditandai dengan ism sebelumnya yang berupa ism nakirah. Jumlah
tachawwalat ila> nahrin shaghi>rin’ menjadi penjelas berupa sifat yang mengacu pada
dam’atu nadamin „air mata penyesalan‟. Jumlah tersebut menerangkan sifat air mata
penyesalan raja yang sampai membawanya menuju sungai kecil. Karena fungsinya
sebagai shifah maka jumlah tersebut mengikuti i’rab dari konstituen yang
disandarinya yaitu dam’atu nadamin, sehingga ia menempati i’rab rafa’.
Contoh (93) dalam kartu data nomor 17a:
محل معو إىل اخلريف والشتاء اجلفاف وقلة لكن ىذا الصيف طالوكان قاسيا حارا (93) (8)كيالن:ادلياه
73
(93)Lakinna hadza’s-shaifa tha>la ka>na qa>siyan charan chamala ma’ahu ila>l-chari>fi wa’s-syita´il-jafa>fi wa qillatil-miya>hi (Ki>lani:8)
„Akan tetapi, musim panas ini terjadi sangat lama. Musim ini
sangat kejam dan panas disertai musim gugur dan dingin yang
kering juga sedikitnya air.‟
وقلة المياه
والشتاء الجفاف
إلى الخريف
ىذا (كان قاسيا حارا حمل معه )الصيف
wa qillati al-miya>hi
wa a’s-syita´i al-
jafa>fi
ila> al-chari>fi
ma’a hu chama-la
qa>siyan charan
ka>na (hadza
a’s-shaifi)
dan
sedikit
air
dan
dingin
yang
gersang
musim
gugur
bersama-
nya
mem-
bawa
kejam
dan panas
kemarau
ini
khabar ka>na ka>na (ism ka>na)
cha>l syibhu jumlah
Pel MMa fi’l (fa>’il)
Al-jumlatu al-wa>qi’atu shifatan
Jumlah yang bergaris bawah di atas merupakan jumlah fi’liyah yang
menempati fungsi cha>l atau keterangan keadaan yang mengikuti khabar ka>na.
Konstruksinya terdiri dari S/MI yang melekat pada P/M berupa dhamir ‘huwa’
mengacu pada nomina yang berupa frasa atau syibhu jumlah ‟hadza a’s-shaifi‟, P/M
berupafi’l ma>dhi>, kemudian dilengkapi Ket/MMa. Jumlah ‘chamala ma’ahu ila> al-
chari>fi wa a’s-syita´i al-jafa>fi wa qillati al-miya>hi’ menerangkan sifat qa>siyan charan
„kemarau‟. Jumlah tersebut menerangkan sifat kemarau yang disertai musim gugur,
74
dingin dan kurang air. Karena fungsinya sebagai shifah maka jumlah tersebut
menempati i’rab nashab karena mengikuti ism yang disifatinya.
B. Al-Jumlatul-lati> La> Machalla Laha minal-I’rab (Klausa yang Tidak
Mempunyai Fungsi dalam Susunan Kalimat)
Al-jumlatul-lati> la> machalla laha minal-i’rab merupakan klausa yang tidak
menempati fungsi dalam suatu susunan kalimat (2007: 581). Jumlah ini mempunyai
sembilan jenis, yaitu: (1) al-jumlatu al-ibtidaiyyatu, (2) al-jumlatu al-wa>qi’atu
shillati al-Maushu>li (3) al-jumlatu al-wa>qi’atu li jawa>b a’s-syarth ghairu jazi>m (4)
al-jumlatu jawab al-qosam (5) al-jumlatu al-i’tirodhiyyatu, (6) al-jumlatu a’t-
tafsiriyatu, (7) A’t-ta>bi’atu li jumlatin, (8) al-jumlatu al-isti’nafiyyatu, (9)al-jumlatu
a’t-ta’liliyyatu. Dari 9 jenis yang telah disebutkan, dalam cerpen uchibbuka kal-ma’i
hanya ditemukan 5 jenis jumlah yang tidak menempati fungsi dalam susunan kalimat.
Berikut adalah contoh-contohnya :
1. Al-Jumlatu Al-Ibtida´iyyatu (Klausa Introduktif)
Al-Jumlatu al-ibtida´iyyah merupakan klausa yang terdapat pada awal
kalimat (2007: 581). Sesuai dengan deskripsi tersebut, dari beberapa data yang
dianalisis terdapat 11 jumlah (klausa) pada kalimat majemuk yang berkategori jumlah
ibtidaiyyah atau klausa introduktif.
Contoh (95) dalam kartu data nomor 4a:
(9)كيالن: وجف الضرع ،ومات الزرع ،واألشجار تيبس ،أخذت األرض تعطش (95)
(95) Achadzat al-ardhu ta’thasyu, wal-asyja>ru taibasu, wa ma>ta’z-zar’u, wa jaffa’d-dhar’u, (Ki>lani:9)
75
„Bumi menjadi gersang, pepohononan kering, benih-benih mati,
dan udara terasa panas.‟
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas termasuk ke dalam jumlah
fi’liyah (klausa verbal) yang berjenis jumlah ibtida´iyyah. Hal tersebut dikarenakan
jumlah achadzat al-ardhu ta’thasyu „bumi menjadi gersang‟ adalah klausa yang
berada di awal kalimat baru.
Contoh (96) dalam kartu data nomor 15a:
(8)كيالن:حىت فاضت مياه النهر فتدفقت أكثر بكت األمرية طويال(96)
(96)Bakat al-ami>ratu thawi>lan chatta> fa>dhat miya>hu’n-nahri fatadaffaqat aktsar (Ki>lani:8)
‘Putri menangis dalam waktu yang lama hingga menyebabkan air
sungai meluap dan mengalir lebih deras‟
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas termasuk ke dalam jumlah
fi’liyah (klausa verbal) yang berjenis jumlah ibtida´iyyah. Hal tersebut dikarenakan
jumlah ‘bakat al-ami>ratu thawi>lan ‘putri menangis dalam waktu yang lama‟ berada
setelah kesenyapan yaitu dipermulaan kalimat pada kalimat majemuk.
Contoh (97) dalam kartu data nomor 24a:
(10)كيالن:سقطت من عيين ادللك دمعة ندم عند ذلك (97)
(97) inda dzalik saqathat min ‘ainai al-maliki dam’atun nadamin (Ki>lani:10)
„Ketika itu, air mata penyesalan raja menetes dari kedua matanya‟
76
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas termasuk ke dalam jumlah
fi’liyah (klausa verbal) yang berjenis jumlah ibtida´iyyah. Hal tersebut dikarenakan
jumlah ‘saqathat min ‘ainai al-maliki dam’atun nadamin ‘air mata penyesalan raja
menetes dari kedua matanya‟ berada dipermulaan kalimat, meskipun lafadz ‘inda
dzalik’ berada di depan kalimat namun lafadz tersebut hanya sebagai keterangan
tambahan yang tidak merubah jenis jumlah tersebut karena strukturnya masih berupa
fi’l dan fa>il.
2. Al-Jumlatu Shilatil-Maushu>li (Klausa Relatif)
Al-jumlatu shilati al-maushu>li merupakan klausa yang menjadi shilah bagi
maushu>l yaitu yang terletak setelah ism maushu>l (2007: 582). Sesuai dengan
penjelasan tersebut, dari beberapa data yang dianalisis terdapat 12 jumlah (klausa)
pada kalimat majemuk yang berkategori al-jumlatu shilatil-maushu>li atau klausa
konjungtif.
Contoh (98) dalam kartu data nomor 23b:
ومل يقدر قيمة حبها لو فأمر أن يعودوا هبا يف ظلمها اليت تذكر ابنتو الصغرى(98) (10)كيالن:احلال
(98)Tadzkuru ibnatahu a’s-shugra> al-lati> zhalamaha wa lam yaqdir qi>mata chubbiha> lahu fa amara an ya’u>du> biha> fi>l-cha>li (Ki>lani:10)
„Raja teringat putri bungsunya yang telah dia sakiti hatinya, dia
tidak mengukur cinta putrinya padanya, maka raja memerintahkan
pasukannya untuk membawakan sang putri kepadanya‟
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas termasuk ke dalam jumlah
fi’liyah. Jumlah tersebut terletak setelah ism maushu>l sehingga jumlah tersebut
77
berfungsi sebagai shilahuntuk isim maushu>l (konjungsi) yang berupa kata‘al-lati>/
yang‟. Hal tersebut menandakan bahwa jumlah ‘zhalamaha‟‟disakitinya‟ merupakan
jumlah fi’liyah yang berjenis al-jumlatu shilati al-Maushu>li .
Contoh (99) dalam kartu data nomor 5c:
(4)كيالن:وخدم وحشم ،نقطنو مبا فيو من أثاث فخمأنا أريد ىذا القصر الشامخ الذي (99)
(99) ana> uri>du hadzal-qashra asy-sya>mikhal-ladzi> nuqthinuhu bima> fi>hi min atsa>tsin fakhmin wa chasyamin (Ki>lani:4)
‘Putri pertama berkata: “Aku menginginkan istana yang megah
ini, yang dihiasi furnitur yang megah, pelayan-pelayan,
dikelilingi oleh kebun dan taman-taman bunga, juga kuda-kuda
yang ada dalam kandang beserta keretanya‟
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas termasuk ke dalam jumlah
fi’liyah. Jumlah tersebut terletak setelah ism maushu>l sehingga jumlah tersebut
berfungsi sebagai shilah untuk isim maushu>l (konjungsi) yang berupa kata‘al-ladzi>’
‘yang‟. Hal tersebut menandakan bahwa jumlah ‘nuqthinuhu bima> fi>hi min atsa>tsin
fakhmin wa chasyamin’ ‘dihiasi furnitur yang megah, pelayan-pelayan, dikelilingi
oleh kebun dan taman-taman bunga, juga kuda-kuda yang ada dalam kandang beserta
keretanya‟ merupakan jumlah fi’liyah yang berjenis al-jumlatu shilati al-maushu>li .
Contoh (100) dalam kartu data nomor 11a:
(6)كيالن:طلبتليكن لك ما :قال ادللك(100)
(100) Qa>la al-maliku : liyakunlaki ma> thalabti (Ki>lani:6)
‘Raja berkata : Ambillah yang kamu minta‟
78
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas termasuk ke dalam jumlah
fi’liyah (klausa verbal) yang berada di dalam jumlah yang menempati fungsi maf’ul
bih atau objek dari jumlah ‘qa>la al-maliku’’raja berkata‟. Jumlah ‘thalabti’ ‘kamu
meminta‟ terletak setelah ism maushu>l sehingga jumlah tersebut berfungsi sebagai
shilah untuk isim maushu>l (konjungsi) yang berupa kata‘ma>/ yang‟. Hal tersebut
menandakan bahwa jumlah tersebut merupakan jumlah fi’liyah yang berjenis al-
jumlatu shilati al-maushu>li .
Contoh (101) dalam kartu data nomor 10b :
(8)كيالن:أحبو أنا أحبك كما(101)
(101)Ana> uchibbuka kama> uchibbuhu (Ki>lani:8)
‟aku mencintaimu sebagaimana aku mencintainya‟
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas termasuk ke dalam jumlah
fi’liyah (klausa verbal) yang berjenis al-jumlatu shilatil-Maushu>li karena terletak
setelah ism maushu>l sehingga jumlah tersebut adalah shilah bagi ism maushu>l
(konjungsi) ‘ma>‟ yang bergabung dengan charf jar „ka’.
3. Al- Wa>qi’atu Jawaban li a’s-Syarthi Ghoiri Jazim (Klausa Kondisional)
Al-jumlatu al-wa>qi’atu jawaban li a’s-syarti ghoiri jazim merupakan klausa
yang menjadi jawab syarth yaitu yang biasanya klausa syarat nya diawali kata idza,
lau, laula, atau penanda syarat lainnya (2007: 582). Sesuai dengan penjelasan
tersebut, dari beberapa data yang dianalisis terdapat 1 jumlah (klausa) pada kalimat
majemuk yang berkategori jawaban li a’s-syarthi ghoiri jazim.
79
Contoh (102) dalam kartu data nomor 1c:
(4)كيالن:فجمعهن قرب سرير ملكو أمر ودلا أراد أن يتأكد من حبهن لو (102)
(102)wa lamma arada an yata´akada min chubbihinna lahu amara, fa jama’ahunna qurba sari>ri mulkihi(Ki>lani:6)
„Suatu hari, raja ingin mengetahui kekuatan cinta mereka
kepadanya, maka raja memerintahkan mereka untuk berkumpul di
dekat tempat tidurnya‟
Jumlah (klausa) yang bergaris bawah di atas termasuk ke dalam jumlah
fi’liyah. Jumlah dalam contoh di atas („amara’ „maka raja memerintahkan‟) berfungsi
sebagai jawab dari ism syarth yang tidak dibaca jazm. Syarth-nya berupa jumlah
‘lamma arada an yata´akada min chubbihinna lahu’. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa jumlah yang bergaris bawah jenisnya adalah al-jumlatu al-
wa>qi’atu jawaban li’s-syarthi ghoiri jazim.
4. A’t-Ta>bi’atu li Jumlatin la Machalla laha minal-I’rab (Klausa Subordinat yang
Tidak Menempati Fungsi dalam Susunan Kalimat)
Al-jumlatu a’t-ta>bi’atul-jumlati la machalla laha min al-i’rab merupakan
klausa yang menjadi pengikut bagi klausa sebelumnya yang biasanya di tandai
dengan penanda-penanda athaf (2007: 583). Ni‟mah (t.t. : 151) menyatakan bahwa
penanda charfu athaf ada beberapa macam diantaranya adalah charf wau, fa>´,
tsumma, au, chatta, lakin, am, la>, dan bal. Sesuai dengan penjelasan tersebut, dari
beberapa data yang dianalisis terdapat 36 jumlah (klausa) pada kalimat majemuk
yang berkategori a’t-ta>bi’atu li jumlatin la machalla laha min al-i’rab.
Contoh (103) dalam kartu data nomor 15d, 15e, dan 15f:
80
شربتو أكلتف ،ومحلت ذلا أغصانا وفروعا من األشجار وبعض الفواكو والثمار(103) (8)كيالن:نامتو
(103) wa chamalat laha> aghshanan wa furu>’an min al-asyja>ri fa ba’dhi al-fawa>kiha wa a’ts-tsamari, fa akalat wa syaribat wa na>mat(Ki>lani:8)
„ia menghanyutkan batang-batang pohon dan sebagian buah-
buahan menuju ke arahnya, lalu dia makan, minum, dan tidur‟
Klausa yang bergaris bawah merupakan jumlah fi’liyah yang tidak menempati
fungsi dalam susunan kalimat sehingga tidak punya kedudukan dalam i’rab. Klausa
itu berjenis at’ta>bi’atu li jumlatin atau pengikut bagi klausa sebelumnya. Hal itu
dibuktikan dengan adanya penanda athaf ‘ف’ dan ‘و’yang menunjukkan bahwa klausa
yang dimaksud merupakan ma’thuf bagi jumlah yang ada di depannya. Dari contoh
di atas terlihat bahwa terdapat tiga jumlah fi’liyah yang berjenis at’ta>bi’atu li
jumlatin, masing-masing memiliki konstruksi fi’l yang dilekati oleh fa>’il berupa
dhamir mustatir ‘hiya’. Jumlah „fa akalat/ dan dia makan‟ ma’thuf kepada jumlah
‘chamalat’ ‘(dia)menghanyutkan’ adapun jumlah „syaribat’ ‘(dia) minum‟ dan
„na>mat‟ „(dia) tidur‟ ma’thuf kepada jumlah ‘akalat’ ‘(dia) makan’.
Contoh (104) dalam kartu data nomor 16b:
(8)كيالن:وبعده ربيع وحل صيف ذىب شتاءأما أبوىا فقد ظل غاضبا منها حىت (104)
(104)Ama> abu>ha faqad zhalla gha>dhiban minha> chatta dzahaba syita>´un wa ba’dahu ra>bi>’un wa challa shaifun (Ki>lani:8)
„Adapun raja masih sangat marah sampai musim dingin berlalu
dan tibalah musim kemarau yang panas dan gersang‟
81
Klausa (jumlah) yang bergaris bawah merupakan jumlah fi’liyah yang tidak
menempati fungsi dalam i’rab dengan jenis a’t-ta>bi’atu li jumlatin atau pengikut bagi
jumlah yang sebelumnya. Hal itu dibuktikan dengan adanya penanda penghubung
berupa athaf ‘حىت’yang menunjukkan bahwa jumlah „dzahaba syita>´un’ „musim
dingin berlalu‟ menyambung kepada jumlah yang ada di depannya yaitu ‘ama> abu>ha
faqad zhalla gha>dhiban minha>’ ‘adapun raja masih sangat marah‟.
Contoh (105) dalam kartu data nomor 18d, 18e, 18f, 18h:
يشكون وضج الناس،وجف الضرع،ومات الزرع،واألشجار تيبس ،أخذت األرض تعطش(105) (9)كيالن:مرضا شديدا عجز عنو األطباء ومرض ادللك،قلة ادلاء
(105) Achadzat al-ardhu ta’thasyu, wal-asyja>ru taibasu, wa ma>ta’z-
zar’u, wa jaffa’d-dhar’u, wa dhajja’n-na>su yasyku>na qillatal-ma>´i, wa maridhal-maliku mardhan syadi>dan ‘ajjaza ‘anhu al-athba>́ i (Ki>lani:9)
„Bumi menjadi gersang, pepohononan kering, benih-benih mati,
dan udara terasa panas. Orang-orang saling berteriak
mengeluhkan air yang sedikit, dan raja jatuh sakit hingga dokter
tidak mampu untuk mengobatinya‟
Klausa yang bergaris bawah merupakanklausa verbal atau jumlah fi’liyah
yang tidak menempati fungsi dalam i’rab dengan jenis a’t-ta>bi’atu li jumlatin atau
pengikut bagi jumlah yang sebelumnya. Hal itu dibuktikan dengan adanya penanda
athaf ‘و’ yang menunjukkan bahwa klausa yang dimaksud merupakan ma’thuf bagi
jumlah yang ada di depannya. Dari contoh di atas terlihat bahwa terdapat empat
jumlah fi’liyah yang berjenis a’t-ta>bi’atu li jumlatin, yaitu 1)ma>ta’z-zar’u ‘benih-
benih mati‟, 2) jaffa’d-dhar’u „udara terasa panas‟, 3) dhajja’n-na>suyasyku>na qillatal-
82
ma>´i ‘orang-orang saling berteriak mengeluhkan air yang sedikit‟, dan 4) maridhal-
maliku mardhan syadi>dan „raja sakit parah‟. Masing-masing merupakan jumlah
fi’liyah yang memiliki konstruksi utama fi’l yang berupa fi’l ma>dhi> dan fa>’il.
Keempat jumlah tersebut merupakan pengikut bagi jumlah sebelumnya yaitu
„achadzat al-ardhu ta’thasyu ‘bumi menjadi gersang‟.
Contoh (106) dalam kartu data nomor 12a:
على حدود ادلملكة ال ترى أحدا وال يراىا أحد أمر أن تنفى إىل أرض بعيدةمث (106) (8)كيالن:
(106) Tsumma amara an tunfa> ila> ardhin ba’i>datin ‘ala> chudu>dil-mamlakati la> tara> achadan wa la> yara>ha> achadun (Ki>lani:8)
„Kemudian raja meminta putri ketiga untuk pergi ke tempat yang
jauh di ujung kerajaan sehingga putri tidak akan melihat orang
lain dan tidak seorangpun yang akan melihatnya.‟
Klausa yang bergaris bawah merupakan jumlah fi’liyah yang tidak menempati
fungsi dalam susunan kalimat sehingga tidak punya kedudukan dalam i’rab. Klausa
itu berjenis at’ta>bi’atu li jumlatin atau pengikut bagi klausa sebelumnya. Hal itu
dibuktikan dengan adanya penanda athaf ‘tsumma’ yang menunjukkan bahwa klausa
yang dimaksud menyambung pada kalimat sebelumnya untuk menunjukkan sebuah
urutan peristiwa.
5. Al-Jumlatu A’t-Tafsiriyyatu (Klausa Eplikatif)
Al-Jumlatu a’t-tafsiriyyatu merupakan klausa yang menjadi penjelas bagi
klausa sebelumnya yang biasanya ditandai dengan ai atau an atau tidak
menggunakan charf tafsi>r (2007: 582). Sesuai dengan penjelasan tersebut, dari
83
beberapa data yang dianalisis terdapat 1 jumlah (klausa) pada kalimat majemuk yang
berkategori al-jumlatu a’t-tafsiriyyatu.
Contoh (107) dalam kartu data nomor 27b:
))أحبك وعادت احلياة للمملكة وشفي ادللك بعد أن عرف أن ابنتو عندما قالت لو: (107) (10)كيالن:كادلاء((
(107)wa ‘adat al-chaya>tu li al-mamlikati wa syufiyyal-maliku ba’da an ‘arafa anna ibnatahu ‘indama> qa>lat lahu : (Uchibbuka kal-Ma>´i )(Ki>lani:10)
„Kehidupan raja yang suram telah kembali seperti sebelumnya
setelah mengetahui putrinya pernah mengatakan suatu hal
kepadanya:“Aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai air”.‟
Jumlah (klausa) „Uchibbuka kal-Ma>´i ’ ‘aku mencintaimu sebagaimana aku
mencintai air‟ berfungsi sebagai jumlah tafsiriyah yaitu klausa yang menjelaskan
klausa sebelumnya, yaitu klausa ‘indama qalat lahu „ketika mengatakan suatu hal
kepadanya‟. Klausa (jumlah) yang bergaris bawah menerangkan suatu perkataan yang
pernah dikatakan putri terhadap raja. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa klausa „Uchibbuka kal-Ma>´i ’ merupakan jumlah tafsiriyah atau klausa
eplikatif yang terlepas dari charf tafsir karena tidak dihubungkan dengan penanda an
atau ai.
top related