bab2dbd
Post on 17-Sep-2015
217 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
7BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akibat disertai manifestasi
perdarahan, trombositopenia dan Hemokonsentrasi disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypty dan aedes albopictus ( pedoman diagnosis dan
terapi dibidang penyakit dalam,2001).
Demam Berdarah Dengue (DBD) suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(Suriadi. & Rita Yuliani, Asuhan Keperawatan pada Anak.2006)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan
remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri
sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit
kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap,
trombositopenia ringan dan ptekie spontan (Kapita Selekta Kedokteran penyakit tropik
infeksi pada anak).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis penyakit yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
-
8aedes albopictus yang terdapat menyerang anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot, nyeri sendi, yang disertai ruam atau tanpa ruam, leokopenia,
limfadenopati, sakit kepala hebat, trombositopenia, dan ptekie spontan.
B. Etiologi
DBD disebabkan oleh virus dengue serotype 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes aegypty. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis, dan beberapa
spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan
menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain.
C. Patofosiologi
1. Proses perjalanan penyakit
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran
limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibodi. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
-
9merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal.
Pada DHF adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan. Jika renjantan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
-
10
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia
dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan
hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
2. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi
antara 13 15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak
berupa suhu tinggi 2-7 hari, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan
batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan
retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata
mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa
pegal. Ruam berikutnya mulai antara hari 3 6, mula-mula berbentuk macula besar yang
kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak ptekie. Pada
dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada
saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya
kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat
pada hari ke 4 dan ke 5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa
penyembuhan. Gejala perdarahan mulai pada hari ke 3 dan ke 5 berupa ptekia, purpura,
ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada
saat demam telah menurun antara hari ke 3 dan ke 7 dengan tanda ; klien menjadi makin
lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat,
kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
-
11
3. Klasifikasi DHF (WHO, 1997)
1) Derajat 1
Demam disertai gejala Konstitutional yang tidak khas, manifestasi pendarahan hanya
Uji Torniquet positif dan/ mudah memar.
2) Derajat II
Manifestasi klinis pada derajat I disertai perdarahan spontan, dapat berupa perdarahan
dikulit seperti ptekie dan perdarahan lainnya.
3) Derajat III
Manifestasi klinis pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang
lembab, dingin dan penderita gelisah.
4) Derajat IV
Manifestasi klinis pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai Tekanan Darah dan Nadi tidak teratur, DBD
Derajat II dan IV digolongkan Dengue Shok Syindrom (DSS).
4. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya;
1) Perdarahan luas
2) Shock atau renjatan
3) Effusi pleura
4) Penurunan kesadaran
-
12
D. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 2.5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan diberi
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCI) merupakan cairan yang
paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (Td, suhu, nadi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,
hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau
plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20-30 ml/kg BB. Pemberian cairan intravena baik
plasma maupun elektrolit dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan
-
13
telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitude nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,
kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan
pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi
pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang
makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1 -2 liter dalam 24 jam. Cara
pemberian sedikit demi sedikit. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung meningkat.
E. Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting
dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk
data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian ;
wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
1. Data Subyektif
Adapun data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien
DHF, data obyektif yang sering ditemukan adalah;
a. Lemah
b. Panas atau demam
c. Sakit kepala
-
14
d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
e. Nyeri ulu hati
f. Nyeri otot dan sendi
g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
h. Konstipasi (sembelit)
2. Data Obyektif
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data
obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :
a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan
b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
c. Tampak bintik merah pada kulit (petekie), uji tourniquet (+), epistaksis, hematoma,
hematemesis, melena.
d. Hyperemia pada tenggorokan
e. Nyeri tekan pada epigastrik
f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,
sianosis perifer, nafas dangkal.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) NS I positif
2) Ig G dengue positif
3) Trombositopenia
4) Hemoglobin meningkat > 20%
-
15
5) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
6) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Thorax foto (Efusi Pleura)
2) USG (Asites)
Pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi leucopenia, netropenia, aesonofilia, peningkatan limfosit,
monosit, dan basofil
a. SGOT/SGPT kadang meningkat
b. Ureum dan pH darah kadang meningkat
c. Waktu perdarahan memanjang
d. Asidosis metabolik
e. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan
f. Uji Tes Tourniket (Positif)
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut (Chrisantie Efendy) :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
-
16
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah
6. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif ( pemasangan infus)
8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang
dialami pasien
G. Perencanaan Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien berkurang.
Kriteria Hasil : suhu tubuh normal (360C - 370C). pasien bebas dari demam
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
b. Observasi tanda vital ( suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam 7)
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
d. Berikan kompres hangat
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat
penurunan suhu tubuh
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
-
17
Rasional : Pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
f. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien berkurang
Kriteria Hasil : Rasa nyaman pasien terpenuhi, Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien
b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya
terhadap nyeri yang dialami
d. Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien
berkurang
-
18
Kriteria Hasil : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan
makanan sesuai dengan posisi yang diberikan / dibutuhkan
Intervensi :
a. Kaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang dialami pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya
b. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien
c. Berikan makanan yang mudah ditelah seperti bubur
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan
d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Rasional : Untuk menghindari mual
e. Catatan jumlah/ porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi
f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan
diharapkan intake nutrisi pasien meningkat
g. Ukur berat badan pasien setiap minggu
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien
-
19
berkurang
Kriteria Hasil : Volume cairan terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari
keadaan normalnya
b. Observasi tanda-tanda syock
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
c. Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami
kekurangan cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
e. Catat intake dan output
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien
berkurang
Kriteria Hasil : Pasien mampu mandiri setelah bebas demam, kebutuhan aktivitas sehari-
hari terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji keluhan pasien
-
20
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien
b. Kaji hal-hal yang mampu atau tidak mampu dilakukan oleh pasien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
c. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat
keterbatasan pasien
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya
lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-
hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat
d. Letakkan barang-barang ditempat yang mudah terjangkau oleh pasien
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
bantuan orang lain
6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan Tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien
Berkurang.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi syok hipovolemik. Tanda-tanda vital dalam batas normal,
keadaan umum baik
Intervensi ;
a. Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat
terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.
-
21
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam
Rasional : Tanda vital normal menandakan keadaan umum baik
c. Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok hipovolemik
d. Check haemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut
e. Berikan transfusi sesuai program dokter
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang
f. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik
Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive (infus)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien
Berkurang.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi pada pasien
Intervensi :
a. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan
terjadi infeksi.
-
22
b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Menetapkan Data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari
penyimpangan nilai tanda vital
c. Observasi daerah pemasangan infus
Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus
d. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau phlebitis
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut
8. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien
Berkurang
Kriteria Hasil : Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. Jumlah trombosit
meningkat
Intervensi :
a. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah
b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan
c. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin
d. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya
Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan
-
23
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan
yang dialami pasien
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien
Berkurang
Tujuan : Kecemasan berkurang
Intervensi :
a. Kaji rasa cemas yang dialami pasien
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien
b. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat
c. Tunjukkan sifat empati
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik
d. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien
e. Gunakan komunikasi terapeutik
Rasional : Agar segera sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien
memberikan hasil yang efektif
H. Pelaksanaan Keperawatan (Chrisantie Efendy)
Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu
mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara pendekatan
-
24
pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang
diberikan kepada pasien
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu
independen, dependen, interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah
suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan
suatu kegiatan dan memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga
sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Dalam melakukan tindakan khusus klien dengan DBD
yang harus diperhatikan adalah dapat mengidentifikasi keadaan umum klien dan dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan segera.
I. Evaluasi Keperawatan (Chrisantie Efendy)
Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanannya
sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah
dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah baru.
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
1. Suhu tubuh pasien normal (36-370C) pasien bebas dari demam
2. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang
-
25
3. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan
porsi yang diberikan atau dibutuhkan
4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi
5. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi
6. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital
dalam batas normal
7. Infeksi tidak terjadi
8. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut
9. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang
proses penyakitnya.
10
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akibat disertai manifestasi perdarahan, trombositopenia dan Hemokonsentrasi disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypty dan aedes albopictus ( pedoman diagnosis dan terapi dibidang penyakit dalam,2001).
top related