discovery learning
Post on 22-Oct-2015
3.286 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DISCOVERY LEARNING
MAKALAH
(disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar)
oleh :
Ella Rusviana Dewi
NIM 110210302063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirobbil’alamin sebagai ungkapan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang “Discovery Learning” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan krtik dan saran dari pembaca yang nantinya akan kami
gunakan sebagai perbaikan kedepanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca.
Jember,6 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………….. i
PRAKATA………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat…………………………………………… 3
BAB 2. PEMBAHASAN………………………………………………… 4
2.1 Devinisi discovery learning.......................................................... 4
2.2 Karakteristik Discovery learning …………………................... 6
2.3 Tujuan Pengunaan Discovery Learning………………………... 7
2.4 Macam-macam discovery learning.............................................. 9
2.5 Langkah-langkah penggunaan discovery Learning................... 10
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning....................... 13
2.7 Kendala discovery learning........................................................... 14
2.8 Penerapan discovery learning dalam pemb.sejarah................... 15
BAB 3. PENUTUP……………………………………………………… 19
3.1 Kesimpulan……………………………………………………. 19
3.2 Saran…………………………………………………………... 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 21
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Discovery Learning adalah salah satu metode dalam pengajaran teori kognitif dengan
mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar
secara aktif dan mandiri.Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian
atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Maka posisi discovery disini sangat penting dan
harus diperhatikan oleh guru dalam menjalankan pembelajarannya ke peserta didik untuk
menjadikan suatu pembelajaran yang efektif.Melalui konsep belajar penemuan (discovery
learning) pada dasarnya menjelaskan mengenai proses pembentukan belajar dengan jalan
menggali dan mencari sendiri pengetahuan, pemahaman, pengertian dan konsep-konsep
secara mandiri.Konsep belajar penemuan (discovery learning) pada penerapannya dapat
diterapkan pada pembelajaran
Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan dari indifidu yang bersangkutan. Penggunaan metode
Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus
Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus
Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Discovery Learning mempunyai peranan atau arti penting dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dikelas yaitu kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip.Pada discovery masalah yang diperhadapkan
kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru,sehingga siswa harus
mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di
dalam masalah itu (Budiningsih, 2005:39).
Maka metode pembelajaran dengan discovery leasrning penting dibahas karena akan
menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran
berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai alasan-alasan mengapa ia melakukan
kegiatan dalam pembelajaran dengan menentukan sikap tertentu.Maka dalam menggunakan
metode discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman,
2005:145). Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi metode Discovery Learning harus
dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri. Bruner
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi discovery learning !
2. Bagaimana karakteristik metode discovery learning ?
3. Bagaimana tujuan penggunaan discovery learning?
4. Apa saja langkah-langkah metode discovery learning?
5. Apa saja Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode discovery learning?
6. Apa kendala dalam penggunaan discovery learning?
7. Bagaimana penerapan discovery learning dalam pembelajaran sejarah ?
1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan definisi discovery learning
2. Dapat menjelaskan karakteristik discovery learning
3. Dapat menjelaskan tujuan penggunaan discovery learning
4. Dapat menyebutkan langkah-langkah metode discovery learning
5. Dapat menyebutkan Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode discovery
learning
6. Dapat menjelaskan kendaladalam penggunaan discovery learning
7. Dapat menjelaskan penerapan discovery learning dalam pembelajaran sejarah
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetshui definisi discovery learning
2. Dapat mengetahui karakteristik metode discovery learning
3. Dapat mengetahui tujuan penggunaan discovery learning
4. Dapat mengetahui langkah-langkah metode discovery learning
5. Dapat mengetahui Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode discovery
learning
6. Dapat mengetahui kendaladalam penggunaan discovery learning
7. Dapat mengetahui penerapan discovery learning dalam pembelajaran sejarah
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Discovery Learning Menurut Para Ahli
Menurut Sund dalam Roestiyah(1998,22),discovery learning adalah proses mental
dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.Yang
dimaksudkandengan proses mental tersebut antara lain:
Mengamati,mencerna,mengerti,menggolong-golongkan,membuat dugaan,menjejelaskan,
Mengukur,membuat kesinmpulan,dan sebagainya.
. Para ahli mendefinisikan discovery learning berbeda-beda, sesuai dengan sudut
pandanganya masing-masing :
1. Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa
didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
2. Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar
yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan
dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar
ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara
dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid
mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
3. Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil
dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi
sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan,
siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan
menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif,
melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan
dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat
Maier dalam Winddiharto(2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan,
jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia
dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar
penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri
problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan
bermasyarakat.
2.2 Karakteristik Discovery Learning
Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada.Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan
oleh teori konstruktivisme, yaitu :
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai.
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan
menekan pada hasil.
5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman
siswa.
9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
10. Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis.
11. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru.
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
15. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
16. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman
nyata.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme tersebut diatas, maka
dalam penerapannya didalam kelas sebagai berikut :
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan
beberapa waktu kepada siswa untuk merespon.
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau
siswa lainnya.
5. Siswa terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang
terjadinya diskusi.
6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-
materi interaktif.
Dari teori belajar kognitif serta ciri dan penerapan teori
kontruktivisme tersebut dapat melahirkan strategi discovery learning.
2.3 Tujuan Pengunaan Discovery Learning
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah
yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1)
merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan
menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan
tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan
sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer
dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah
satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis
dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer
dalam kehidupan nyata.
Bell dalam Ratumanan (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran
dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran
meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi
konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan
yang diberikan
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang
efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-
konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Adapun peran guru dalam penggunaan discovery learning ini antara lain :
Dahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan,
yakni sebagai berikut:
a. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada
pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-
fakta yang berlawanan.
c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik.
d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan
terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan
saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik
pada waktu yang tepat.
2.4 Macam-Macam Discovery Learning
Menurut Jerome Bruner Model penemuan atau pengajaran penemuan dibagi 3 jenis :
1. Penemuan Murni
Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan
tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang
diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada siswa. Siswa mengkaji
fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari
apa yang siswa temukan.
Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni
biasanya dilakukan pada kelas yang pandai.
2. Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi
pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan
atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai
dengan rancangan guru.
Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus dirancang secara
jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan, siswa harus benar-benar aktif
belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.
3. Penemuan Laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media
konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan
dan membuat kesimpulan.
Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara individual atau
kelompok.Penemuan laboratory dapat meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar
melalui berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain.
2.5. Langkah-langkah Penggunaan discovery Learning
Menurut Jerome Bruner Langkah-langkah penggunaan discovery learning ada 6:
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198). Disamping itu
guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah Syah (2004:244). Sebagaimana pendapat Djamarah (2002:22) bahwa: tahap
ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca
atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.Stimulation pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan
dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan
stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi. Teacher can provide the condition in which discovery learning
is nourished and will grow. One way they can do this is to guess at answers and let
the class know they are guessing. (Norman dan Richard Sprinthall, 1990:248).
Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi
stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat
tercapai.
b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah
2004:244). Sedangkan menurut (Djamarah, 2002:22) permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa
perrmasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna
ammembangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
Sebagaimna pendapat Bruner bahwa: The students can then analyze the teacher’s
answer. This help prove to them that exploration can be both rewarding and safe. And
it is thus a valuable technique for building life long discovery habits in the student
(Norman dan Richard Sprinthall, 1990:248).
c) Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah,
2002:22). Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan
yang telah dimiliki
d) Data processing (pengolahan data)
menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
(Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif
jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e) Verification (pentahkikan/pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner,
bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41). Sehingga setelah mencapai tujuan tersebut atau berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang
telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak (Djamarah, 2002:22).
f). Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap
dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau
generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).
Yang perlu diperhatikan siswa setelah menarik kesimpulan adalah proses generalisasi
menekankan pentingnya penguasaan pelajar atas makna dan kaidah atau prinsip-
prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu (Slameto, 2003:119).
Yaitu dengan menangkap ciri-ciri atau sifat sifat umum yang terdapat dalam sejumlah
hal yang khusus (Djamarah, 2002:191)Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
dengan mengaplikasikan metode discovery learning, sfer tinggi.
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Penggunaan tekhnok discovery ini adalah guru berusaha meningkatkabn aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar.Roestiyah(1998,20).Maka teknik ini memiliki kelebihan
sebagai berikut :
1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,memperbanyak
kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam psroses kognitif/pengenalan
siswa
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut
3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa
4. Mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengan kemampuan masing-masing
5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar,sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri
7. Strategi itu berpusat pada siswa,tidak pada guru.Guru hanya sebagai teman
belajar saja,membantu bila diperlukan
Roestiyah(1998,20)
Walau demikian,masih ada pula kelemahan yg perlu diperhatikan ialah:
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar
ini.Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan
sekitarnya dengan baik
2. Bila kelas terlalu besar penguunaan teknik ini akan kurang berhasil
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sempat kecewa bila diganti dengan teknik ini
4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini trelalu
mementingkan proses pengertian saja,kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa
5. Tidak memberika kesempatan berpikir secara kreatif.
Roestiyah(1998,21)
2.7 Kendala penggunaan Discovery Learning
Metode Discovery Learning sebagai sebuah teori belajar dapat didefinisikan sebagai
belajar yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan untuk mengorganisasi sendiri.Jadi disini guru hanya memberikan materi dasar
atau bahan dasar tentang apa yg nantinya akan dipelajari siswa,setelah itu siswalah yg harus
menegmbangkan materi tersebut,discovery learning ini berpusat pada siswa,bukan pada guru.
Namun dalam penggunaan discovery Learning ini,pasti ada kendala-kendala yg ditemui baik
oleh siswa maupun oleh guru,Misalnya :
1. Dalam penerapannya siswa harus mempunyai kesiapan mental,apabila siswa dalam
pembelajaran tersebut tidak memiliki kesiapan mental yang baik,maka kesulitan bagi
siswa tersebut untuk menerapkan/menggunakan discovery learning ini
2. Apabila dalam 1 kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang banyak atau memiliki
kelas yg besar maka penggunaan teknik discovery learning ini tidak akan berhasil
3. Kendala yang paling berpengaruh adalah apabila guru dan siswa ini sudah terbiasa
menggunakan teknik pengajaran atau pembelajaran secara tradisional,maka sangat
sulit bagi mereka untuk menggunakan discovery learning ini
4. Juga dalam tekhnik ini menghambat siswa untuk berpikir secara kreatif
5. Dalam suatu pembelajaran,tidak semua topik yang bisa menggunakan metode
discovery learning ini,misalnya opik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat
dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.
2.7 Penerapan Dalam mata pelajaran sejaraah
Pada proses pembelajaran perlu dikembangkan mengingat proses-proses sosial akan
dialami oleh anak didik sehingga kegiatan belajar mengajar harus membantu anak didik
untuk mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat dan hubungan
antarpribadi.Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa
menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat) (PPPG, 2003:4).
Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam
pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu
yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan
secara langsung dalam proses pemahaman dan ’mengkonstuksi’ sendiri konsep atau
pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Dalam melakukan aktivitas atau penemuan dalam kelompok- kelompok kecil, siswa
berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi ini dapat berupa saling sharing atau siswa yang
lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai. Kondisi semacam ini selain akan
berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi matematika, juga akan dapat
meningkatkan social skills siswa, sehingga interaksi merupakan aspek penting dalam
pembelajaran matematika. Menurut Burscheid dan Struve (Voigt ; 1996) belajar konsep-
konsep teoritis di sekolah, tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada individu siswa yang
akan menemukan konsep-konsep, tetapi perlu adanya social impuls di sekolah sehingga siswa
dapat mengkonstruksikan konsep-konsep teoritis seperti yang diinginkan. Interaksi dapat
terjadi antar guru dengan siswa tertentu, dengan beberapa siswa, atau serentak dengan semua
siswa dalam kelas. Tujuannya untuk saling mempengaruhi berpikir masing-masing, guru
memancing berpikir siswa yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan terfokus sehingga dapat
memungkinkan siswa untuk memahami dan mengkontruksikan konsep-konsep tertentu,
membangun aturan-aturan dan belajar menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah.
Sebagai contoh penerapan metode discovery leraning dalam pembelajaran Sejarah
dengan topik “Masuknya Agama Islam ke Indonesia”.
Tabel
N
o.
Tahap
PembelajaranKegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Stimulation/
Pemberian
rangsangan
a. Mengajukan pertanyaan
tentang topik masuknya
islam di indonesia
b. Menganjurkan siswa
untuk membaca buku
tentang topik tersebut
c. Menganjurkan siswa
mencari informasi di
internet tentang topik
d. Memberi persoalan
mengenai topik tentang
masuknya islam ke
indonesia.
a. Memahami pertanyaan
sesuai topik tentang
masuknya islam
b. Membaca buku sesuia
dnegan topik yang
diberikan oleh guru
c. Mencari informasi
melalui internet tentang
topik tersebut
d. Mengkaji persoalan
yang diberikan oleh
guru.
2. Problem
statement/identi
fikasi masalah
a. Membantu siswa
mengembangkan hipotesis
mengenai masuknya islam
ke indonesia
a. Mengembangkan
hipotesis terkait
masuknya islam ke
indonesia
b. Membantu siswa menguji
data yang terkumpul
tentang topik tersebut
c. Membantu siswa mencari
fakta/bukti atas hipotesis
yang diajukan.
b. Membantu siswa
menguji data yang
terkumpul tentang topik
tersebut
c. Mencari fakta/bukti atas
hipotesis yang diajukan.
3. Pengumpulan
data
a. Membimbing siswa untuk
mencari informasi yg
benar.
b. Membimbing siswa
merumuskan hipotesis
a. Mencari informasi yang
benar
b. Merumuskan hipotesis
4. Pengolahan data a. Membimbing siswa untuk
mengumpulkan fakta dan
bukti yang dibutuhkan
untuk mendukung
hipotesis melalui buku,
internet,dll
b. Membimbing siswa untuk
mengolah data yang
diperoleh.
c. Mendorong siswa
melakukan untuk belajar
meverivikasi,
mengkategorikan data.
a. Melakukan
pengumpulan data,
fakta, bukti yang
mendukung hipotesis
melalui buku, internet,
dll
b. Mengolah data yang
diperoleh dengan benar.
c. Melakukan verifikasi,
kategori data.
5. Verification/
pembuktian
a. Membantu siswa
memperluas hasil
hipotesis yg ada
b. Membantu mengkaji
kekurangan hipotesis
c. Meyakinkan siswa atas
kebenaran/fakta yang
menjadi jawaban dari
rumusan hipotesis dan dari
a. Memperluas hasil
hipotesis yang ada
b. Mengkaji kekurangan
hipotesis.
c. Menerima
kebenaran/fakta yang
menjadi jawaban
data-data yang telah
terkumpul
rumusan hipotesis dan
dari data-data yang telah
terkumpul.
6. Generalization/
penarikan
kesimpulan
a. Membantu siswa
mengungkapkan
penyelesaian masalah
yang dipecahkan
b. Membimbing siswa untuk
menganalisis masing-
masing kesimpulan yang
telah dibuat.
c. Membimbing siswa untuk
memilih pemecahan
masalah yg sesuai dengan
topik dengan tepat
a. Mengungkapkan
penyelesaian masalah
yang dipecah
b. Melakukan analisis atas
masing-masing
kesimpulan yang telah
dibuat.
c. Melakukan pemilihan
pemecahan masalah
yang paling tepat
BAB 3. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pembelajaran discovery learning adalah suatu metode untuk mengembangkan cara belajar
siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar
penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem
yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam psikologi kognitif peserta didik merupakan prosesor informasi yang aktif yang
mana proses informasi tersebut merupakan kebutuhan untuk menyederhanakan dan
merasionalisasikan proses perolehan pengetahuan dari lingkungan karena keterbatasan peran
guru dalam kegiatan belajar mengajar, disamping itu peserta didik tidak diberikan materi
secara langsung akan tetapi mereka mengorganisasikan sendiri.
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang
sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan
suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan
menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam
ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain;
(4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah
yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
nyata
metode pembelajaran dengan discovery leasrning penting dibahas karena akan
menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran
berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai alasan-alasan mengapa ia melakukan
kegiatan dalam pembelajaran dengan menentukan sikap tertentu.Maka dalam menggunakan
metode discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan
3.2 Saran
Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi
materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih
dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses belajar
agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa saja, karena model
pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.
Selain itu alat – alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah diusahakan oleh guru
atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini, tujuannya untuk memberikan siswa
pengalaman langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta
Nosalmathedu,2012. Model pembelajaran discovery learning.
http ://nosalmathedu10.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-discovery-
learning.html (06 Oktober 2013 – 13:41)
Maryoto,2013. Pembelajaran Discovery Learning. http://mrjendela-
maryoto.blogspot.com/2013/03/pembelajaran-discovery-learning.html
[Serial On Line ] (06 Oktober 2013 – 15:08)
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University
Press.
top related