elfira augustin - fkik.pdf
Post on 07-Jul-2018
252 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
1/109
GAMBARAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI
PT. TIRA AUSTENITE
DEPARTEMEN SUPPLY CHAIN (PRODUKSI)
CILEUNGSI, BOGOR TAHUN 2014
Laporan Magang
Disusun untuk memenuhi persyaratan kuliah semester VIII
dan menunjang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun oleh :
ELFIRA AUGUSTIN
NIM : 1110101000070
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1435 H / 2014 M
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
2/109
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATPEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
MAGANG, FEBRUARI – MARET 2014
Elfira Augustin, NIM : 1110101000070
Gambaran Implementasi Produksi Bersih di PT. Tira Austenite Departemen
Supply Chain Cileungsi Bogor Tahun 2014
xvii + 88 halaman, 6 tabel, 6 bagan,24 gambar, 2 diagram, 3 lampiran
ABSTRAK
PT. Tira Austenite merupakan perusahaan swasta yang memiliki dua unit
strategis (SBU), yaitu SBU Industrial Products dan SBU Industrial Gases. Pada SBU
Industrial Products terdapat divisi manufacturing yang memproduksi bronze (perunggu)
dan kawat las. Tujuan kegiatan magang ini adalah melihat penerapan proses produksi
dan identifikasi kemungkinan inefisiensi dari masing-masing produksi kawat las dan
perunggu.
Hasil yang didapatkan adalah adanya penerapan reduce dan reuse pada proses
produksi kawat las berupa pencucian mixer tanpa deterjen dan penggunaan kembali
bubuk pengelasan yang masih basah dari produk cacat, serta penerapan reduce, reuse
dan recycle pada produksi perunggu berupa penggunaan LNG untuk bahan bakar
tungku, peleburan kembali bahan sisa produksi dan peleburan bahan baku yang berupa
rongsokan dari pengepul. Adapun inefisiensi yang ditemukan yaitu penggunaan lampu
pada ruangan kantor yang jarang digunakan di bagian welding (kawat las) serta operator
yang bekerja tidak sesuai dengan SOP di bagian foundry (peleburan perunggu).
Rekomendasi yang diberikan antara lain: ditingkatkannya pengawasan kepadasetiap pekerja saat berlangsungnya proses produksi kawat las dan perunggu,
penghematan listrik berupa pemadaman lampu di ruangan-ruangan kantor bagian
welding yang jarang digunakan serta dibentuknya standar prosedur operasional untuk
penanganan limbah, baik ditangani sendiri ataupun menggunakan pihak ketiga.
Daftar Bacaan : 37 (1986-2014)
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
3/109
PERNYATAAN PERSETUJUAN
GAMBARAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH
DI PT. TIRA AUSTENITE DEPARTEMEN SUPPLY CHAIN
CILEUNGSI BOGOR TAHUN 2014
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Mei 2014
Mengetahui
Dewi Utami Iriani, Ph. D
Pembimbing Fakultas
Budi Ismawan
Pembimbing Lapangan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
4/109
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUFI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Juni 2014
Penguji I,
Dewi Utami Iriani, Ph. D
Penguji II,
Ela Laelasari, SKM, M.Kes
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
5/109
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama Lengkap : Elfira Augustin
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Agustus 1992
Pekerjaan dan Alamat : Mahasiswa
Jl. Tebet Timur III-G no.2
Jakarta 12820
Agama : Islam
Golongan Darah : O
Telp / HP : 08568938935
E-mail : elfira.augustin@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
Tingkat / Nama Institusi Pendidikan Tahun
TK Sumber Harapan, Jakarta 1996 - 1998
SD Negeri Klender 04 Pagi, Jakarta 1998 - 2004
SMP Negeri 255, Jakarta 2004 - 2007
SMA Negeri 61, Jakarta 2007 - 2010
S-1, Program Studi KesehatanMasyarakat.Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2010 - sekarang
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
6/109
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang,, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Magang ini. Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah
SAW yang membawa Rahmat kepada semesta alam.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan kuliah magang semester VIII
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penyusunan laporan ini, berbagai pihak yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam proses penyusunan laporan ini. Oleh karena
itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1.
Orang tua penulis yang telah memberi motivasi serta kasih sayang sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph. D selaku Dosen Pembimbing Fakultas, terima kasih
atas semua arahan dan masukan dalam bimbingannya dalam penyusunan laporan
ini.
3.
Bapak Budi Ismawan selaku Pembimbing Lapangan yang memberikan
bimbingan, masukan serta arahan kepada penulis.
4. Seluruh karyawan PT. Tira Austenite. Pak Freddy, Mbak Citra, Mbak Wiwi,
Mbak Lidya, Pak Darmin, Pak Kirno, Mas Mul dan lainnya yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, saran serta
informasinya.
5.
Teman-teman mahasiswa Kesehatan Masyarakat dan segenap pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
Akhir Kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT, kesalahan datangnya dari
penulis sehingga laporan ini tidak terlepas dari segala kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Jakarta, Mei 2014
Penulis
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
7/109
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
PERNYATAAN PENGUJI ............................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 4
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
8/109
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................ 4
1.2.2
Tujuan Khusus ........................................................................... 4
1.3 Manfaat ................................................................................................... 5
1.3.1 Bagi Mahasiswa .......................................................................... 5
1.3.2 Bagi Fakultas .............................................................................. 5
1.3.3 Bagi Perusahaan ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Manufaktur Logam ................................................................ 7
2.1.1 Perunggu ..................................................................................... 8
2.1.2 Kawat Las ................................................................................... 9
2.2 Produksi Bersih ...................................................................................... 12
2.2.1
Definisi ........................................................................................ 13
2.2.2 Konsep ......................................................................................... 13
2.2.3 Penerapan ................................................................................... 15
BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Alur Kegiatan ......................................................................................... 18
3.2 Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ............................................................. 25
4.1.1 Sejarah ........................................................................................ 25
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
9/109
4.1.2 Visi dan Misi ............................................................................... 26
4.1.3
Struktur Organisasi ................................................................... 28
4.2 Produksi Kawat Las .............................................................................. 29
4.2.1 Tahapan Produksi Kawat Las .................................................. 33
4.2.2 Identifikasi Adanya Inefisiensi pada Proses Produksi Kawat Las
....................................................................................................... 46
4.2.3 Hal Lainnya Terkait Produksi Kawat Las .............................. 51
4.3 Produksi Perunggu ( Bronze) ................................................................. 54
4.3.1 Tahapan Produksi Perunggu .................................................... 54
4.3.2 Identifikasi Adanya Inefisiensi pada Proses Produksi Perunggu
....................................................................................................... 70
4.3.3 Hal Lainnya Terkait Produksi Perunggu ................................ 77
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 79
5.2 Saran ....................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 82
LAMPIRAN ........................................................................................................ 89
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
10/109
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2.1 Komposisi Bubuk Pengelasan Sesuai Jenisnya ........................... 31
Tabel 4.2.2 Prosedur Standar Operasi Sesuai Jenis Kawat Las .................... 45
Tabel 4.2.2.1 Penerapan Prinsip 3R Berdasarkab Tahapan Produksi Kawat Las
............................................................................................................................... 50
Tabel 4.3.1.1 Jenis Perunggu Berdasarkan Grade .......................................... 56
Tabel 4.3.1.2 Standar Penarikan Produk Continuous Casting ....................... 63
Tabel 4.3.2.1 Penerapan Prinsip 3R Berdasarkan Tahapan Produksi Perunggu
............................................................................................................................... 74
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
11/109
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Alur Kegiatan ................................................................................... 18
Bagan 4.1.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan .............................................. 28
Bagan 4.2.1 Proses Produksi Kawat Las ......................................................... 29
Bagan 4.2.2 Kemungkinan Inefisiensi Produksi Kawat Las MG NOX 29, Tanggal
24 Februari 2014 ................................................................................................ 46
Bagan 4.3.1 Proses Produksi Perunggu .......................................................... 54
Bagan 4.3.4 Kemungkinan Inefisiensi Produksi Perunggu Teknik Continuous
Casting Grade LG-2, Tanggal 28 Februari 2014 ............................................. 70
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
12/109
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2.1 Kawat Inti ................................................................................... 30
Gambar 4.2.2 Bubuk Pengelasan ..................................................................... 31
Gambar 4.2.1.1 Mixer Pencampur Adonan Bubuk Pengelasan .................... 35
Gambar 4.2.1.2 Adonan Bubuk Pengelasan .................................................... 35
Gambar 4.2.1.3 Penimbangan Kawat Inti ....................................................... 36
Gambar 4.2.1.4 Proses Pencetakan Kawat Las ............................................... 37
Gambar 4.2.1.5 Kawat Las Diproduksi Dari Mesin ....................................... 37
Gambar 4.2.1.6 Pengamatan Kualitas Kawat Las .......................................... 38
Gambar 4.2.1.7 Kawat Las di Rak Besi ........................................................... 39
Gambar 4.2.1.8 Proses Pengeringan di Ruangan Khusus .............................. 40
Gambar 4.2.1.9 Kawat Las yang Siap Dipanaskan ........................................ 40
Gambar 4.2.1.10 Oven Untuk Memanaskan Kawat Las ............................... 41
Gambar 4.2.1.11 Mesin Pengecapan Kawat Las ............................................. 43
Gambar 4.2.1.12 Kawat Las Yang Sudah Diberi Cap .................................... 43
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
13/109
Gambar 4.2.1.13 Kawat Las Yang Sudah Dikemas ........................................ 44
Gambar 4.3.1.1 Tungku Peleburan ( Melting Furnace) .................................. 57
Gambar 4.3.1.2 Pemeriksaan Sampel Dengan Spektrometer ........................ 58
Gambar 4.3.1.3 Pemanasan Ladle Diatas Tungku Peleburan ....................... 59
Gambar 4.3.1.4 Penuangan Logam Cair Dari Tungku .................................. 60
Gambar 4.3.1.5 Pemasangan Dies Pada Holding Furnace ............................. 61
Gambar 4.3.1.6 Penuangan Cairan Kedalam Holding Furnace .................... 62
Gambar 4.3.1.7 Pemotongan Produk Continuous Dengan Mesin Gerinda . 65
Gambar 4.3.1.9 Pendinginan Produk Dengan Air ......................................... 66
Gambar 4.3.1.10 Pengurangan Diamater Produk Dengan Mesin Bubut .... 67
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
14/109
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.2.2 Perbandingan Material Produksi Kawat Las Per Bulan .... 49
Diagram 4.3.2 Perbandingan Material Produksi Perunggu Per Bulan Tahun 2013
............................................................................................................................... 73
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
15/109
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan Magang ............................................................ 89
Lampiran 2 Surat Tanggapan Proposal Magang .......................................... 90
Lampiran 3 Surat Pengantar Pelaksanaan Magang ..................................... 91
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
16/109
DAFTAR ISTILAH
Blok = Sisa bahan baku yang berbentuk batangan
Bronze = Perunggu
Ceramic fiber = Isolator panas tahan api untuk penggunaan pada industri
manufaktur logam, petrokimia sertaa keramik
Continuous Casting = Metode untuk memproses logam cair menjadi bentuk
padat secara kontinyu
Degasser = Bahan tambahan untuk menghilangkan gas yang terlarut
dalam logam cair
Dies = Komponen dasar cetakan sesuai bentuk yang diinginkan
Flux = Bahan yang digunakan untuk menghilangkan kotoran
dari logam non-ferrous cair
Foundry = Pengecoran / peleburan
Grafit = Timbal hitam yang digunakan untuk cetakan
Gram = Serpihan produk yang tebentuk saat pembubutan produk
Holding Furnace = Tempat penampungan sementara logam cair
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
17/109
Ingot = Alumunium dengan paduan tertentu yang umumnya
berbentuk batangan
Kawat Las = Logam pengisi yang dilelehkan untuk mengisi celah
bagian yang akan di las
Ladle = Wadah yang digunakan untuk memindahkan cairan
logam
LNG = Liquefied Natural Gas / gas alam yang dicairkan
LPG = Liquefied Petroleum Gas / gas dari minyak bumi yang
dicaikan
Master Plan Report (MPR) = Laporan hasil rekapitulasi kuantitas barang jadi, sisa
produksi, kehilangan serta besarnya keuntungan dan
kerugian ekonomi pada setiap proses produksi
Melting Furnace = Tungku untuk peleburan logam dari bentuk padat
menjadi cair
Morchem = Serbuk berwarna hitam yang digunakan sebagai pelapis
ladle
Mortar = Semen untuk pelapis ladle
Potasium silikat
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
18/109
dan Sodium silikat = Larutan alkali yang merupakan bahan campuran untuk
bubuk pengelasan
Request of Quotation (RFQ) = Permintaan kepada produsen / vendor untuk
menyediakan produk
Sand Casting = Teknik pengecoran logam dengan cetakan pasir
Scrap = Bahan baku yang tersisa dari produksi suatu produk
Sentrifugal Casting = Pengecoran logam dengan cara memasukka logam cair
ke dalam cetakan dengan gaya sentrifugal
Shamout = Pasir untuk pelapis ladle
Slag = Hasil sampingan dari proses peleburan logam yang
berbentuk bongkahan kecil
Stock Opname = Kegiatan memeriksa kecocokan berat perunggu yang
ada ditempat penyimpanan dengan berat yang tercantum di
catatan
Triset = Batuan berwarna putih sebagai pelapis ladle agar tidak
lengket
Welding = Pengelasan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
19/109
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin meningkatnya kemajuan teknologi serta tuntutan hidup manusia,
semakin besar kebutuhan energi yang diperlukan. Karena tuntutan kebutuhan
yang semakin besar, manusia semakin memerlukan kepraktisan dan kenyamanan
untuk menjalani hidupnya. Sejak awal revolusi industri hingga era modern saat
ini, pemakaian energi fosil seperti gas alam, minyak bumi dan batubara
berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga berkontribusi besar atas
kerusakan bumi. Di sisi lain, di abad 22 diperkirakan terjadi kelangkaan bahan
bakar fosil karena semakin menipisnya cadangan energi (BATAN, 2009). Oleh
karena itu, penggunaan energi yang ramah lingkungan dapat menjadi solusi yang
tepat untuk mengatasi berbagai masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan
pencemaran akibat penggunaan energi fosil.
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan yang bersifat preventif,
terpadu, dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari
hulu sampai hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya
sehingga meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
serta kerusakan lingkungan (Permen LH No. 31 Tahun 2009). Berdasarkan
pengertian di atas, fokus utama penerapan Produksi Bersih adalah:
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
20/109
a. meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam,
b. mencegah pencemaran lingkungan, dan
c. mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya.
Pelaksanaan produksi bersih dapat dilakukan secara internal maupun
secara eksternal. Pelaksanaan secara internal dilakukan di dalam sistem produksi
dan/atau jasa di perusahaan itu sendiri, misalnya upaya pengurangan jumlah
limbah dari proses produksi. Pelaksanaan secara eksternal dilakukan diluar
sistem produksi dan/atau jasa perusahaan, misalnya dengan cara membantu
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menerapkan produksi bersih dalam kegiatan
usahanya. Beberapa upaya Produksi Bersih yang dapat diterapkan menurut
KEMENLH tahun 2012:
a. Penggantian (substitusi) bahan baku dan bahan penolong yang lebih
ramah lingkungan
b. Peningkatan efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan pembantu
c. Peningkatan efisiensi penggunaan air
d. Peningkatan efisiensi energi
e. Pengelolaan limbah di dalam perusahaan.
Prinsip-prisip dalam produksi bersih dikenal dengan 4R menurut
KEMENLH tahun 2002 yaitu: reduce, reuse, recycle dan recovery.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
21/109
PT. Tira Austenite saat ini adalah perusahaan yang memiliki dua unit
bisnis strategis. Keduanya antara lain Industrial Products yang diimpor dari luar
negeri seperti berbagai jenis baja khusus, kawat las dan mesin las, serta
Industrial Gases yaitu gas-gas industri, gas-gas medis maupun gas-gas khusus.
Departemen supply chain (produksi) merupakan salah satu bagian dari
unit bisnis strategis produk industri. Bagian ini memproduksi sendiri produk-
produk keperluan industri, seperti perunggu (bronze) untuk mesin-mesin industri
serta kawat las dengan spesifikasi sesuai permintaan konsumen. Konsumen
produk-produk ini pada umumnya adalah industri yang membutuhkan
penggantian suku cadang pada mesin produksinya.
Pada industri pengecoran logam, terdapat berbagai bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Di lingkungan kerja pengecoran logam
terdapat bahaya antara lain: suhu tinggi, percikan logam panas, debu pembakaran
serta serpihan material logam (Ireng, 2010).
Sedangkan pada proses produksi kawat las juga terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan. Menurut penelitian Paran’ko, dkk (1992), faktor-
faktor tersebut antara lain: kebisingan dan mangan dalam bentuk aerosol yang
beterbangan di udara dalam konsentrasi yang tinggi. Dampak kesehatan dari zat
tersebut adalah kemungkinan beracun pada darah, paru-paru, otak, sistem saraf
pusat serta kerusakan organ jika terpapar dalam waktu yang lama (Science Lab,
2013).
Dalam proses produksi kawat las dan perunggu di PT. Tira Austenite,
dihasilkan berbagai keluaran baik produk maupun bukan produk. Keluaran
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
22/109
bukan produk tersebut ada yang dapat dimanfaatkan kembali untuk proses
produksi, serta ada yang menjadi limbah. Limbah tersebut ada yang langsung
dibuang ke lingkungan dan ada pula yang dijual ke pengepul. Di sisi lain, selama
proses produksi juga terdapat hal-hal yang mempengaruhi kesehatan manusia
serta lingkungan sekitar. Selain itu, bahan bakar untuk tungku peleburan
perunggu menggunakan LNG yang lebih ramah lingkungan dibandingkan
industri serupa yang menggunakan kokas dan solar.
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis merasa
perlu untuk mengamati penerapan produksi bersih di PT. Tira Austenite. Hasil
pengamatan ini akan dianalisis berdasarkan prinsip produksi bersih, inefisiensi
pada proses serta dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
sekitar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui implementasi produksi bersih di PT. Tira Austenite.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran umum PT. Tira Austenite.
2. Mengetahui proses produksi kawat las di PT. Tira Austenite.
3. Mengetahui proses produksi perunggu (bronze) di PT. Tira Austenite.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
23/109
4. Mengetahui adanya kemungkinan inefisiensi pada proses produksi di PT.
Tira Austenite.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengerapkan keilmuan Kesehatan Lingkungan dibidang Produksi
Bersih, serta mengaplikasikan antara teori yang didapat di perkuliahan
dan penerapannya di lingkungan kerja PT. Tira Austenite.
2. Bertambahnya pengetahuan mengenai ilmu Kesehatan Lingkungan yang
belum didapat selama perkuliahan, serta mempelajarinya di lingkungan
kerja PT. Tira Austenite.
3. Mendapat pengalaman bekerja sesuai dengan keilmuan dan poin-poin
yang akan diteliti di PT. Tira Austenite.
1.3.2 Bagi Fakultas
1. Terciptanya kerja sama dengan perusahaan tempat magang untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
2. Mendapat saran agar program magang selanjutnya dapat berjalan lebih
baik.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
24/109
1.3.3 Bagi Perusahaan
1. Mendapat masukan untuk memperbaiki upaya produksi bersih
berdasarkan hasil observasi yang didapat.
2. Terjalin kerja sama antara pihak institusi pendidikan dengan perusahaan
dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.
3. Hasil dari kegiatan magang yang dilakukan penulis dapat dijadikan acuan
yang bermanfaat tentang kajian produksi bersih di lingkungan
perusahaan.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
25/109
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Manufaktur Logam
Menurut Zulkifli (2001), manufaktur atau kegiatan produksi adalah kegiatan
mengubah masukan (input ) menjadi keluaran (output ) berupa barang atau jasa.
Misalnya sebuah perusahaan mengolah berbagai masukan seperti bahan mentah,
tenaga kerja serta sistem menjadi kendaraan bermotor.
Tidak seperti industri pada umunya, manufaktur biasanya dimiliki oleh
pebisnis besar karena memerlukan peralatan, energi, tenaga kerja, bahan baku
mentah, serta modal yang besar untuk memulainya (Griffin, 2004). Dengan kata
lain modal yang besar sangat diperlukan untuk mendirikan manufaktur karena
dibutuhkan biaya untuk menggaji jumlah karyawan yang besar, pembelian dan
pemeliharaan peralatan, pembelian bahan baku mentah serta lainnya.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia nomor 19 tahun 1986, ditetapkan sistem klasifikasi industri.
Salah satu industri dalam klasifikasi tersebut adalah industri manusfaktur logam.
Manufaktur logam termasuk kelompok Industri Mesin Logam Dasar dan
Elektronika, yaitu mengolah bahan mentah logam untuk dijadikan berbagai
mesin, rekayasa dan bahan perakitan. Dari berbagai produk manufaktur logam,
salah satunya adalah produk pengelasan dan peleburan, dua diantaranya yaitu:
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
26/109
2.1.1 Perunggu ( bronze)
Menurut Allen (2009), perunggu merupakan logam keemasan dan
kemerahan cerah yang pada umumnya mengandung 90 persen tembaga dan
10 persen timah. Namun saat ini istilah “perunggu” diberikan untuk
perpaduan yang luas meliputi logam lainnya seperti alumunium, silikon,
mangan, nikel dan seng. Perunggu sering dimanfaatkan sebagai patung,
lonceng, ornamen, perangkat keras dan jalur cuaca.
Menurut Oktoby dkk (2003), perunggu adalah aloy (perpaduan) timah
dan tembaga. Materi ini tidak rapuh tetapi keras, dapat dituang di cetakan dan
memiliki titik leleh sekitar 950°C, lebih rendah daripada titik leleh tembaga
murni (1084°C).
Perunggu merupakan logam yang memiliki banyak kegunaan. Di Jepang,
orang-orang mulai melirik logam sebagai bahan material bangunan karena
memiliki karakter yang tidak dimiliki kayu, rumput, tanah dan batu. Bahan-
bahan metal khususnya perunggu digunakan sebagai bahan pahatan dalam
arsitektur (Widagdo, dkk. 2013).
Sejak ratusan tahun yang lalu perunggu digunakan sebagai material
dalam pembuatan alat musik. Gamelan, simbal, drum dan senar gitar yang
terbaik pada umumnya menggunakan perunggu sebagai dasar materialnya.
Alat-alat musik tiup seperti terompet, klarinet dan saksofon juga
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
27/109
menggunakan bahan perpaduan tembaga-timah (Cu-Sn) untuk memperoleh
kualitas bunyi yang baik. Kelebihan perunggu adalah mudah dibentuk dalam
kondisi panas dan stabil bentuknya pada suhu kamar (Wibowo, 2007).
Dalam bidang industri, perunggu banyak digunakan pada beberapa
elemen mesin, antara lain: bantalan mesin, sudu pompa, ring piston, lonceng
dan roda gigi. Perunggu digunakan untuk mesin industri memiliki sifat
mudah dicor karena daya alir yang tinggi, mudah dibentuk dalam kondisi
panas karena memiliki struktur Kristal hexagonal closed packed (HCP),
tahan aus, tahan korosi serta memiliki kekuatan yang baik (Sugita, dkk.
2010).
2.1.2
Kawat Las (welding electrodes)
Kawat las atau elektroda las adalah logam pengisi yang dilelehkan untuk
mengisi celah sambungan yang akan di las. Jenisnya bermacam-macam
tergandung dari material yang akan di las serta cara pengelasan yang akan
dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan elektroda yang
digunakan untuk pengelasan antara lain:
a. Jenis logam yang akan dilas
b. Ketebalan dan bentuk logam yang akan dilas
c. Bentuk sambungan
d. Posisi pada saat pengelasan
e. Spesifikasi yang diharapkan secara teknis
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
28/109
f. Arus listrik yang tersedia. (Anonim)
2.1.2.1 Jenis-jenis Kawat Las
Menurut Saputa (2004), pemakaian jenis kawat las atau elektroda
tergantung pada bahan yang akan dilas dan posisi yang digunakan dalam
pengelasan. Untuk pelat yang tipis digunakan elektroda berukuran kecil,
begitu pula sebaliknya. Jika pelat yang kecil menggunakan elektroda
yang besar, pelat tersebut akan terbakar dan meninggalkan lubang. Oleh
karena itu, elektroda yang dibuat juga harus sesuai dengan sifat arus
listrik dan jenis elektrodanya, yaitu: Jenis elektroda untuk AC, jenis
elektroda untuk DC-, jenis elektroda untuk DC+ dan jenis elektroda untuk
DC±. Berikut ini jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam pengelasan:
a. RD-260
Merupakan kawat las tipe “titania” tinggi yang hanya
digunakan untuk pengelasan vertikal atau tegal lurus ke bawah.
Mudah digunakan dan percikannya sedikit serta dapat digunakan
pada arus AC ataupun DC.
b. C-11
Merupakan kawat las cellulosic kawat las segala posisi
untuk pengelasan DC+ yang digunakan pada pemakaian-
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
29/109
pemakaian umum. Pembekuannya cepat, pembentukannya
teraknya sedikit, unsur apinya stabil, penetrasi kuat dan cairan
“slag”nya mudah dikendalikan.
c. RD-460
Kawat las titania tinggi dengan flux yang tebal. Alur las
yang dihasilkan tebal, baik dan dangkal penetrasinya. Sedikit
menimbulkan percikan dan teraknya dapat terlepas dengan
sendirinya. Kawat las ini digunakan dengan metode kontak dan
dapat digunakan pada arus AC ataupun DC.
d. 1-10
Kawat las tipe ilmenite yang berasap 30% lebih sedikit
dibandingkan asap dari kawat las tipe ilmenite biasa. Mudah
digunakan pada segala posisi pengelasan, sedikit percikan dan
mudah dilepaskan teraknya.
e. ED-7
Kawat las tipe ilmenite mudah dilas dengan efisiensi
tinggi. Mudah digunakan dengan posisi pengelasan vertikal dan di
atas kepala, logam las memiliki sifat-sifat mekanis, daya tahan
keretakan dan hasil sinar X sangat baik. Cocok untuk pengelasan
bagian yang memerlukan kekuatan dari segala posisi. Besar arus
pengelasan yang digunakan pada kawat las harus tepat dan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
30/109
dikeringkan pada temperature 80°C -120°C selama 30-60 menit
sebelum digunakan.
f. LT-03
Kawat las tipe lime-utania yang digunakan untuk
pengelasan dalam semua posisi terutama horizontal. Teraknya
mudah dilepaskan, bususr api mudah menyala dan tenang, efisien
dalam pengerjaan dan pengelasan, sedikit percikan dan daya
tahannya baik terhadap keretakan.
g. GA-27
Kawat las tipe bubuk besi oksida dengan efisiensi yang
tinggi. Cocok untuk pengelasan dengan alat dan pengelasan
dengan tangan. Untuk pengelasan dengan tangan dilakukan
dengan pengelasan kontak dengan kemiringan yang dijaga. Kawat
las yang lembab dikeringkan dengan suhu antara 80°C - 120°C
selama 30 – 60 menit.
2.2 Produksi Bersih
Produksi bersih adalah bagian dari konsep produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan. Dengan metode dan teknologi bersih diharapkan dampak yang
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
31/109
dihasilkan dari proses maupun hasil produksi dapat diminimalisasi serta tidak
mengganggu manusia dan lingkungan.
2.2.1 Definisi
Definisi produksi bersih menurut UNEP (United Nations Environment
Program, 1990) merupakan aplikasi berkelanjutan dari strategi lingkungan
yang terintegrasi kepada proses, produk dan pelayanan untuk meningkatkan
efisiensi dan mengurangi risiko untuk manusia dan lingkungan.
Menurut KLH (Kementerian Lingkungan Hidup, 2002), produksi bersih
adalah strategi lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan
secara terus-menerus pada setiap proses produksi, produk dan jasa untuk
meningkatkan efisiensi sehingga mengurangi dampak terhadap manusia dan
lingkungan.
2.2.2 Konsep
Pada awalnya digunakan konsep end-of-pipe treatment , yaitu fokus pada
pengolahan dan pembuangan limbah. Di sisi lain konsep ini tidak sepenuhnya
efektif untuk memecahkan masalah lingkungan. Kendala dari konsep ini
antara lain:
a. Pendekatan baru dilakukan setelah limbah terbentuk.
b. Pengolahan limbah cair, padat atau gas berisiko menyebabkan
berpindahnya polutan dari satu media ke media lainnya.
c. Biaya investasi dan operasi yang tinggi.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
32/109
d. Memerlukan berbagai peraturan, ketersediaan biaya serta SDM
yang handal untuk pengawasan tetapi control social lemah dan
jumlah sarana serta prasarana yang terbatas.
Karena berbagai kendala konsep end-of-pipe treatment , muncullah
konsep produksi bersih untuk pengelolaan lingkungan. Produksi bersih
bertujuan untuk mencegah dan meminimalisasi limbah atau bahan pencemar
yang dibuang ke lingkungan. Ada dua keuntungan yang diperoleh dari
konsep produksi bersih ini. Pertama, kelestarian lingkungan terjaga karena
terbentuknya limbah dapat dikurangi. Kedua, adanya efisiensi dalam proses
produksi sehingga biaya produksi dapat dikurangi. Prinsip-prisip dalam
produksi bersih dikenal dengan 4R, antara lain:
a. Reuse atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang
memungkinkan limbah dapat digunakan kembali tanpa
mengalami perlakuan secara fisik/kimia/biologi.
b. Reduce atau pengurangan limbah pada sumbernya. Misalnya
mengganti bahan B3 dengan non-B3.
c. Recovery atau daur ulang yaitu memisahkan bahan atau energi
dari limbah dengan atau tanpa perlakuan.
d. Recycling atau daur ulang adalah memproses limbah dengan
perlakuan agar kembali seperti proses semula. Misalnya sampah
plastik yang dibuat biji plastik yang bertujuan sebagai bahan baku
produk lainnya (KLH, 2002).
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
33/109
2.2.3 Penerapan
Dalam penerapan produksi bersih, ada beberapa perusahaan yang masih
terdapat inefisiensi dalam proses produksinya sehingga ada peluang
diterapkannya konsep produksi bersih. Berdasarkan penelitian Nurdalia
(2006) mengenai peluang penerapan produksi bersih pada beberapa usaha
kecil batik cap di Pekalongan, terjadi inefisiensi pada setiap proses produksi,
seperti penggunaan malam, zat warna serta penggunaan air. Alternatif
penanganan sebagai implementasi produksi bersih dapat dilakukan dengan
pemanfaatan sisa kain, membuat bak perangkap malam, memasang lantai
keramik, memasang flowmeter untuk memantau jumlah penggunaan air,
mengganti peralatan produksi yang rusak serta menjaga kebersihan.
Berdasarkan penelitian Gunawan (2006) mengenai peluang penerapan
produksi bersih pada sistem pengolahan air limbah domestik di perumahan
PT. Badak NGL Bontang, terjadi inefisiensi dalam penggunaan air bersih,
energi listrik dan klorin. Dimana pemakaian air bersih sebesar 700
L/kapita/hari, pemakaian klorin sebanyak 5475 Kg/tahun tetapi kandungan
klorin dalam effluent sering dibawah standar, serta waste water treatment
(WWTP) yang tidak sesuai dengan beban limbah yang masuk dimana unit
hanya bekerja 5-15% dibawah kapasitas desain sehingga pemakaian listrik
tidak efisien. Tindakan penerapan konsep produksi bersih yang dapat
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
34/109
dilakukan antara lain: perbaikan pola konsumsi, perbaikan saluran distribusi
air, penyesuaian kapasitas pengolahan unit dengan beban limbah yang masuk
serta perbaikan sistem injeksi klorin.
Salah satu contoh perusahaan yang sudah menerapkan produksi bersih
terdapat pada penelitian Nugraha dan Susanti (2006). Dalam penelitiannya
mengenai penerapan produksi bersih, PT. Indah Kiat Pulp and Paper (PT.
IKPP) sebagai objek penelitiannya telah melakukan berbagai cara sehingga
limbah produksi dapat dikurangi. Pelaksanaan produksi bersih yang
dilakukan antara lain:
a. Mengolah air sisa produksi dengan penambahan zat kimia untuk
memisahkan serat dengan air. Serat yang berhasil dipisahkan
kemudian dikurangi kadar airnya, lalu dikirim kembali ke tempat
bahan baku untuk diproses kembali menjadi kertas.
b. Penerapan produksi bersih di paper machine dengan cara:
mengurangi fiber loss pada mesin, efisiensi bahan kimia, efisiensi
penggunaan uap panas, mengurangi terjadinya broke (terputusnya
lembaran kerja) serta mengembalikan lembaran yang terputus
untuk diolah kembali.
c. Daur ulang di tahap finishing, yaitu penyortiran produk yang
cacat. Produk yang cacat diproses kembali mulai dari awal
sebagai bahan baku, sehingga tidak terbuang.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
35/109
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
36/109
BAB III
ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Alur Kegiatan
Bagan 3.1 Alur Kegiatan
Pengamatan
proses produksi
di bagian foundry
dan welding
Pemberian
petunjuk magang
serta pengenalan
oleh pembimbing
lapangan
Studi literatur,
pengambilan data
obsevasi dan
wawancara terkait
dengan tema
Pencarian dan
pengumpulan
kelengkapan
data serta
dokumentasi
Presentasi laporan
magang
Penyusunan laporan
magang
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
37/109
3.2 Jadwal Kegiatan
Hari Tanggal Kegiatan Tempat
Jum’at 21 Februari
2014
- Perkenalan dengan
karyawan
- Penyusunan format laporan
- Ruang kantor
welding
Senin 24 Februari
2014
- Observasi dan wawancara di
bagian pengelasan (welding)
produksi kawat las
- Melakukan pressing
produksi kawat las sebelum
proses pengeringan
- Pemeriksaan kualitas kawat
las tahap awal
- Studi literatur
- Ruang produksi
welding
- Ruang kantor
welding
Selasa 25 Februari
2014
- Studi literatur
- Konsultasi dengan
pembimbing lapangan
- Ruang kantor
welding
Rabu 26 Februari
2014
- Studi literatur
- Penyusunan laporan
produksi kawat las
- Wawancara dengan
- Ruang kantor
welding
- Ruang produksi
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
38/109
karyawan di bagian produksi
kawat las
welding
Kamis 27 Februari
2014
- Wawancara dengan
karyawan di bagian
purchasing
- Pengambilan data daftar
harga barang.
- Studi literatur
- Konsultasi dengan
pembimbing lapangan
- Pengambilan data
keuntungan dan kerugian
ekonomi
- Ruang kantor
foundry
- Ruang kantor
welding
Jum’at 28 Februari
2014
- Observasi dan wawancara di
bagian foundry (continuous)
- Wawancara di bagian
Quality Control (QC )
- Evaluasi dengan
pembimbing lapangan
- Ruang produksi
foundry
- Ruang QC
Senin 3 Maret 2014 - Pengambilan data komposisi
bubuk pengelasan
berdasarkan jenisnya dan
- Ruang produksi
welding
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
39/109
material safety data sheet
- Wawancara dan observasi
keadaan lingkungan dan
sanitasi di sekitar
perusahaan
- Halaman
Selasa 4 Maret 2014 - Identifikasi dan analisis
masalah kesehatan
lingkungan di bagian
produksi kawat las
- Pengambilan sampel air
buangan produksi kawat las
(hulu)
- Ruang kantor
welding
- Ruang produksi
welding
Rabu 5 Maret 2014 - Observasi kolam
penampung limbah welding
dan wawancara karyawan
mengenai buangan air
limbah bagian welding
- Pengambilan sampel air di
kolam penampungan limbah
welding
- Pengambilan data
pemakaian energi listrik
- Halaman
samping
perusahaan
- Ruang produksi
welding
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
40/109
Kamis 6 Maret 2014 - Mengikuti proses Stock
Opname (SO)
- Wawancara mengenai
penggunaan energi
- Ruang produksi
foundry
- Ruang
maintenance
Jum’at 7 Maret 2014 - Pengamatan kualitas air
limbah bagian foundry
- Evaluasi dan bimbingan
dengan pembimbing
lapangan
Senin 10 Maret
2014
- Mengisi Master Plan Report
(MPR)
- Studi literatur
- Ruang kantor
welding
Selasa 11 Maret
2014
- Studi literatur
- Menyusun file Request For
Quotation (RFQ)
- Ruang kantor
welding
Rabu 12 Maret
2014
- Mengisi Master Plan Report
(MPR)
- Studi literatur
- Ruang kantor
welding
Kamis 13 Maret
2014
- Studi literatur
- Mengisi Master Plan Report
(MPR)
- Pengambilan air sampel inlet
- Ruang kantor
welding
- Halaman dan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
41/109
dan outlet di ruang foundry cooling tower
Jum’at 14 Maret
2014
- Pengamatan sampel air inlet
dan outlet dari foundry
- Evaluasi dan bimbingan
dengan pembimbing
lapangan
Senin 17 Maret
2014
- Revisi laporan produksi
kawat las
- Ruang kantor
welding
Selasa 18 Maret
2014
- Wawancara dengan
karyawan di bagian produksi
kawat las
- Pengambilan data produksi
kawat las dan perunggu di
bagian quality control
- Ruang produksi
welding
- Ruang QC
Rabu 19 Maret
2014
- Penyusunan dan revisi
laporan
- Observasi dan wawancara di
bagian foundry (continuous
dan sand casting).
- Ruang kantor
welding
- Ruang produksi
foundry
Kamis 20 Maret
2014
- Penyusunan dan revisi
laporan
- Ruang kantor
welding
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
42/109
- Wawancara di bagian
maintenance
- Ruang
maintenance
Jum’at 21 Maret
2014
- Evaluasi dan bimbingan
dengan pembimbing
lapangan
- Penyusunan dan revisi
laporan
- Berpamitan dengan seluruh
karyawan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
43/109
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah
Berawal sebagai Divisi Teknik di PT. Tigaraksa di tahun 1971, PT. Tira
Austenite Tbk didirikan pada tanggal 8 April 1974. Dengan aktivitas bisnis sebagai
perusahaan perdagangan yang berfokus sebagai distributor, perwakilan, dan agen
tunggal berlisensi untuk produk-produk teknik permesinan berkualitas tinggi dari
Eropa, PT. Tira Austenite Tbk telah dikenal luas sebagai perwakilan dari
perusahaan-perusahaan Eropa yang terkemuka.
Dengan perkembangannya yang pesat, PT. Tira Austenite Tbk memperluas
area bisnisnya dari perdagangan menjadi manufaktur. Di bulan juli 1993, PT. Tira
Austenite Tbk menjadi perusahaan publik yang sahamnya terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia. Saat ini pemegang saham utama dari PT. Tira Austenite Tbk adalah PT.
Mulia Darma Sarana, PT. Widjajatunggal Sejahtera, dan PT. Martensite Unggul.
PT. Tira Austenite Tbk memiliki dua Strategic Business Unit (SBU), yaitu :
SBU Industrial Products dan SBU Industrial Gases. SBU Industrial Products
memfokuskan diri untuk memasarkan produk-produk teknik untuk keperluan
industri seperti Kawat Las, berbagai macam jenis Baja, Bronze, Mesin Las dan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
44/109
Mesin Potong. Selain itu di dalam SBU Industrial Products juga terdapat divisi
khusus yang disebut Divisi Manufacturing, dimana dalam divisi ini PT. Tira
Austenite Tbk memproduksi sendiri produk Bronze dan Welding Electrodes.
SBU Industrial Gases memfokuskan diri untuk memasarkan gas-gas
keperluan industri seperti Argon, Asetilen, Hidrogen, Karbondioksida, Nitrogen dan
Oksigen. Selain itu SBU Industrial Gases juga memasarkan gas-gas medis serta gas-
gas khusus baik dalam bentuk gas tabung ataupun cairan. Dalam hal ini PT. Tira
Austenite Tbk bekerjasama dengan beberapa principal gas industri ternama untuk
memastikan bahwa kualitas gas yang diberikan benar-benar terjaga dengan baik.
PT. Tira Austenite Tbk menyediakan berbagai macam produk teknis dan gas
industri di berbagai bidang industri yang berbeda seperti : industri pupuk, semen,
gula, kelapa sawit, pembangunan kapal, pertambangan, minyak dan gas, perkayuan,
baja, perbengkelan umum, industri otomotif, kaca, pertambangan timah, pipa, tekstil,
kertas, aluminium, gedung gedung (rumah sakit, perkantoran dan hotel), kimia,
beragam industri kecil, sedang dan berat, tenaga listrik dan pencetakan baja.
4.1.2
Visi dan Misi
4.1.2.1 Visi
Menjadi perusahaan yang terdepan dan dapat diandalkan dibidang produk
dan gas industri di Indonesia.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
45/109
4.1.2.2
Misi
a. Menciptakan sistem kerja yang efektif dan tepat guna serta
mendukung etika bisnis yang sesuai.
b. Menghasilkan produk dan gas industri yang inovatif dan
berkualitas tinggi serta bernilai tambah.
c. Membangun reputasi perusahaan yang baik dengan terus
menerus meningkatkan kualitas pelayanan yang prima bagi
semua mitra bisnis.
d. Menjaga lingkungan kerja yang sehat dan aman.
e. Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten dan
menjunjung tinggi profesionalisme serta memberikan manfaat
maksimal kepada semua pihak yang berkepentingan.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
46/109
4.1.3 Struktur Organisasi
Bagan 4.1.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Sumber: Company Profile PT. Tira Austenite
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
47/109
4.2 Produksi Kawat Las
Proses pembuatan kawat las secara umum, mulai dari awal sampai akhir adalah
sama, yang membedakan adalah waktu pencampuran, ketebalan lapisan (coating),
kelembaban saat tahap pengeringan, waktu pemanasan dan suhu di oven serta pemberian
cap sesuai nama produknya. Pada saat observasi dan wawancara tanggal 24 Februari
2014, kawat las yang sedang diproduksi yaitu MG NOX 29. Secara umum, produksi
kawat las terdiri dari beberapa tahap, Berikut ini bagan alir proses produksi kawat las.
Bagan 4.2.1 P Produksi Kawat Las
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
48/109
Proses produksi kawat las membutuhkan bahan baku dan bahan penolong.
Bahan bakunya yaitu kawat inti (core wire) , serta bahan penolong seperti air,
potasium silikat, sodium silikat dan bubuk pengelasan (welding powder ). Masing-
masing kawat inti terdiri atas berbagai jenis, yaitu: ER 312 (1.4337 29/9), NiFe
(bimetal), Mild Steel (1.4323), ER 310 (1.4842 NCT 3), ER 308L (1.4316), Mild
Steel (1.0323), NiCu (monel), ER Cu Sn-A, ER 316L (1.4430), serta Ni 99.2.
Diameter kawat yang digunakan antara lain: 2mm, 2,5mm, 3,25mm dan 4mm.
Gambar 4.2.1 Kawat Inti
Sedangkan bubuk pengelasan dikemas dalam drum berwarna hitam dengan
berat 50kg. Jenis bubuk pengelasan yang tersedia antara lain: NOX 4, NOX 10,
NOX 21, NOX 29, NOX 35, CAST 1, CAST 6, CAST 31, CON 15, CON 33, CON
53, 29 SYN, DUR 3, DUR 7, DUR 18, DUR 42, DUR 65, DUR 150, CU 11. Namun
yang sering digunakan hanya CAST 1, CAST 6, NOX 4, NOX 21, NOX 29, NOX
309L, DUR 7 dan DUR 18.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
49/109
Gambar 4.2.2 Bubuk Pengelasan
Dari berbagai jenis bubuk pengelasan yang digunakan, hanya beberapa jenis
saja yang sering digunakan dalam proses produksi serta tercantum komposisinya,
antara lain:
Tabel 4.2.1 Komposisi Bubuk Pengelasan Sesuai Jenisnya
Jenis bubuk pengelasan Komposisi Kadar (%)
NOX 29 Kalsium karbonat 1-10
Kalsium fluorida 1-10Potasium oksalat 1-10
Kromium 10-25
Besi 10-20
Silikon 1-10
Titanium dioksida 20-30
Mangan 1-10
Potasium feldspar 5-15
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
50/109
Jenis bubuk pengelasan Komposisi Kadar (%)
NOX 35 Silikon dioksida 10-20
Kalsium karbonat 10-20
Barium karbonat 1-10
Besi oksida 1-10
Kalsium fluorida 1-10
Titanium dioksida 10-20
Kromium 5-15
Nikel 5-15
Mangan 5-15
CAST 1 Silikon dioksida 10-20
Kalsium karbonat 20-30
Karbon 1-10
Barium karbonat 20-40
Besi oksida 1-10
Kalsium fluorida 10-20
CAST 6 Silikon dioksida 10-20
Kalsium karbonat 20-30
Karbon 1-10
Barium karbonat 35-45
Kalsium fluorida 10-20DUR 7 Kalsium karbonat 1-10
Kalsium fluorida 25-35
Karbon 5-15
Potasium oksalat 1-10
Kromium 15-25
Besi 10-20
Silikon 1-10
Barium karbonat 1-10
Titanium dioksida1-10
DUR 18 Sodium alum fluorida 1-10
Silikon 1-10
Kalsium karbonat 1-10
Karbon 5-15
Besi oksida 1-10
Kalsium fluorida 1-10
Titanium dioksida 15-25
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
51/109
Kromium 20-40
Potasium oksalat 1-10
Besi 10-20
Potasium feldspar 1-10
SYN Nic 29 Kalsium karbonat 1-10Kalsium fluorida 1-10Kromium 20-25Besi 10-20Silikon 1-10Titanium dioksida 20-30Mangan 1-10Potasium feldspar 5-15
CON 53 Selulosa 15-25Magnesit 10-20Besi 30-40Silikon dioksida 5-15Grafit 5-15
Sumber:data Messer Welding, Februari 2014.
4.2.1 Tahapan Produksi Kawat Las
a. Pencucian (washing)
Sebelum dilakukan proses pencampuran, alat pencampur (mixer )
dicuci terlebih dahulu dengan air sebelum digunakan. Pencucian ini bertujuan
untuk membersihkan sisa-sisa campuran bubuk pengelasan yang telah
digunakan sebelumnya. Lamanya proses pencucian air sekitar 20 menit.
Proses pencucian mixer dilakukan dengan menggunakan air sampai baling-
baling pengaduk yang berada di dalamnya bersih. Sisa-sisa bubuk pengelasan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
52/109
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
53/109
Gambar 4.2.1.1 Mixer Pencampur Adonan Bubuk Pengelasan
c. Pencetakan ( pressing)
Gambar 4.2.1.2 Adonan Bubuk Pengelasan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
54/109
Campuran yang dihasilkan kemudian dikeluarkan dari dalam mixer ,
kemudian dituang kedalam wadah. Campuran di wadah tersebut lalu
dimasukkan ke dalam mesin pencetakan ( pressing).
Gambar 4.2.1.3 Penimbangan Kawat Inti
Sebelum dilakukan pencetakan di dalam mesin, kawat inti terlebih
dahulu ditimbang. Kawat inti yang digunakan dalam pembuatan kawat las
MG NOX 29 seberat 400 kg. Kawat inti yang sudah ditimbang lalu
ditambahkan sedikit demi sedikit ke mesin. Satu persatu kawat yang
ditambahkan masuk kedalam mesin kemudian terlapis dengan campuran
bubuk pengelasan.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
55/109
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
56/109
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
57/109
d. Pengeringan ( drying)
Setelah kawat keluar dari mesin kemudian ditata diatas rak besi.
Setelah satu rak penuh lalu ditumpuk dengan rak berikutnya sampai penuh.
Ketinggian rak yang ditumpuk sekitar 30 – 40 buah. Setelah itu tumpukan rak
yang berisi kawat las dipindahkan kedalam ruangan pengeringan dan
disimpan selama 36 jam. Setelah proses pengeringan kawat las MG NOX 29,
diukur kelembaban aktual sebelum dimasukkan kedalam oven. Hasil
pengukuran menunjukkan kelembaban sebesar 3, 1% sedangkan standar
kelembaban untuk kawat las MG NOX 29 sebesar 2%. Karena kelembaban
masih diatas standar, kawat las tersebut membutuhkan waktu lebih lama
dalam ruang pengeringan agar kelembabannya berkurang.
Gambar 4.2.1.7 Kawat Las di Rak Besi
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
58/109
Gambar 4.2.1.8 Proses Pengeringan di Ruangan Khusus
e. Pemanasan di oven
Setelah dilakukan pengeringan, kemudian tumpukan rak berisi kawat
las dipindahkan kedalam oven. Kawat las dipanaskan selama beberapa jam
untuk menghilangkan sebanyak mungkin kadar air. Uap air yang keluar dari
oven dikeluarkan melalui cerobong asap dan dibuang keluar.
Gambar 4.2.1.9 Kawat Las yang Siap Dipanaskan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
59/109
Gambar 4.2.1.10 Oven Untuk Memanaskan Kawat Las
f. Penyortiran
Kawat las yang sudah dikeluarkan dari oven didiamkan selama
kurang lebih 30 menit untuk menghilangkan panas. Setelah dingin, kawat-
kawat las tersebut diperiksa kelembabannya. Jika melebihi standar yang
sudah ditentukan, maka kawat tersebut dikembalikan ke oven untuk
dikurangi kadar airnya. Kadar kelembaban yang tinggi pada kawat las
tersebut dapat menyebabkan lapisan pada kawat menjadi pecah saat
dilakukan pengelasan, yang berarti kualitas kawat tersebut buruk.
Kawat yang kadar kelembabannya sudah dibawah standar lalu
disimpan di bagian penyimpanan/ gudang. Produk jadi tersebut baru
dikeluarkan dari gudang jika ada pesanan. Pada tahap pengeringan sampai
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
60/109
tahap penyortiran, jumlah kawat las yang rusak nihil. Penyusutan berat sejak
tahap awal sampai akhir sebesar 18 kg. Secara singkat, dengan perhitungan
matematis dapat digambarkan dengan:
Berat bahan baku = Berat akhir produk jadi + bahan yang hilang / rusak
(penyusutan)
93,6 kg = 475 kg + 18,6 kg
Sumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014.
g. Pemberian Cap ( Printing)
Kawat yang disimpan di gudang kemudian dikeluarkan dan diberi cap
jika ada pesanan. Pemberian cap dilakukan pada kawat las untuk menandai
sesuai nama produk atau merek dagang. Kode yang terdapat didalam kurung
adalah jenis bubuk pengelasan yang digunakan sebagai pelapis.
Nama produk yang dicetak pada kawat las antara lain: MG 600 (NOX
29), MG 210 (CAST 31), MG 570 (CON 53), MG 610 (NOX 21), MG 601
(29 SYN), MG 750 (NOX 35), MG 540 (CON 15), MG 740 (DUR 3), MG
500 (CON 33), MG 206 (CAST 6), MG 310 (CU 11), SELECTRODE 29
SYN, MG 650 (NOX 4), MG 743 (DUR 42), MG 790 (DUR 65), MG 660
(NOX 10), MG 770 (DUR 18), MG 710 (DUR 7), MG 7150 (DUR 150), dan
MG 200 (CAST 1).
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
61/109
Gambar 4.2.1.11 Mesin Pengecapan Kawat Las
Gambar 4.2.1.12 Kawat Las Yang Sudah Diberi Cap
h. Pengemasan ( packing)
Setelah dilakukan pencetakan, kawat las kemudian dimasukkan
kedalam kemasan. Tiap kemasan berisi 5kg kawat las. Setelah dikemas
kemudian dipasang stiker nama produk, segel dan dibungkus plastik.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
62/109
Gambar 4.2.1.13 Kawat Las Yang Sudah Dikemas
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
63/109
Tabel 4.2.2 Prosedur Standar Operasi Sesuai Jenis Kawat Las
Sumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014
Nama produk Jenis kawat inti Lamapencampuran
(menit)
Kelembabanlapisan
sebelumoven (%)
Suhupemanasan
(°C)
Wa
Pre ba
MG 600 (NOX 29) ER 312 (1.4337 29/9) 15 < 2 450 -
MG 210 (CAST 31) NiFe (bimetal) 20 < 1,2 180 2 (150°
MG 570 (CON 53) Mild Steel (1.4323) 15 < 6 450 -
MG 610 (NOX 21 ER 310 (1.4842 NCT 3) 15 < 2 450 -
MG 601 (29 SYN) ER 308L (1.4316) 12 < 2 450 -
MG 750 (NOX 35) Mild Steel (1.0323) 10 < 2 450 -
MG 540 (CON 15) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 400 -
MG 740 (DUR 3) Mild Steel (1.0323) 10 < 2 400 -
MG 500 (CON 33) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 120 - MG 206 (CAST 6) NiCu (monel) 15 < 2 120 2 (50°
MG 310 (CU 11) ER Cu Sn-A 15 < 2 280 -
SELECTRODE 29SYN
ER 308L (1.4316) 15 < 2 450 -
MG 650 (NOX 4) ER 308L (1.4316) 15 < 2 450 -
MG 743 (DUR 42) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 400 -
MG 790 (DUR 65) Mild Steel (1.0323) 10 < 2 185 -
MG 660 (NOX 10) ER 316L (1.4430) 15 < 2 450 -
MG 770 (DUR 18) Mild Steel (1.0323) 10 < 2 400 -
MG 710 (DUR 7) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 450 -
MG 7150 (DUR 150) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 160
(centigrade)
-
MG 200 (CAST 1) Ni 99.2 20 < 1,2 180 2 (50°
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
64/109
4.2.2 Identifikasi Adanya Inefisiensi pada Proses Produksi Kawat Las
Dalam setiap tahap produksi memungkinkan terjadinya inefisiensi. Untuk
memudahkan penjelasan mengenai alur produksi kawat las secara umum serta
mengidentifikasi kemungkinan adanya inefisiensi dalam proses produksi, berikut ini
diagram alir proses produksi kawat las.
Input Proses→
produkKeluaran bukan
produk
Bubuk
pengelasan
dengan potasiumsilikat + air atau
sodium silikat +
air, listrik
Pencampuran
(mixing)→
adonan
Bubuk
pengelasan yangbeterbangan dan
terjatuh sebagian
Pencetakan
( pressing)→
kawat las basah
Kawat inti dan
adonan, listrik
Serpihan
campuran bubuk
pengelasan dan
kawat inti yang
bengkok
Kawat las
basah, listrik
Pengeringan(drying)→ kawat
las setengah kering
Air, kawatlas cacat/
retak
Kawat las
setengah
kering, listrik
Pemanasan→
kawat las kering
Uap air, panas,
kawat las
cacat/ retak
Pencucian(washing)
→ mesin
pencampun/ mixer
Air yang tercampur
dengan sisa adonan
sebelumnya
Listrik, air
B e r a t a w a l : 4 9 3 , 6 k g
P e n
u s u t a n : 1
8 , 6 k
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
65/109
Bagan 4.2.2 Kemungkinan Inefisiensi Produksi Kawat Las MG NOX 29,
Tanggal 24 Februari 2014.
Berdasarkan data dari perusahaan, dalam setiap proses perhitungan ekonomi
dalam produksi kawat las terdiri atas dua bagian yaitu perhitungan ekonomi saat
proses pembuatan barang jadi ( finished goods) dan perhitungan ekonomi saat proses
pemberian cap sampai pengepakan (proses printing). Namun dalam penerapannya,
tidak dicantumkan identifikasi kerugian ekonomi akibat sisa bahan yang terbuang
(losses) saat proses printing. Sehingga meskipun pada tahap itu ada sebagian sisa
bahan yang terbuang, hal tersebut dianggap nihil. Perhitungan ekonomi yang
terdapat identifikasi kerugian ekonomi hanya terdapat pada tahap finished goods.
Identifikasi kerugian tersebut terdiri atas barang rusak, susut dan bubuk pengelasan
Kawat las
kering
Penyortiran→
kawat las bebas
cacat
Kawat las
cacat / reject =
0
Pemberian cap
( printing)→ kawat
las telah dicap
Kawat las
bebas cacat,
listrik, tinta cap
Tumpahan
tinta cap
Kawat las yang
telah dicap,listrik
Pengepakan
( packing)→
kawatlas yang sudah
dikemas
Sisa
potonganlakban,
panas,
Kawat las siap
dipasarkan
P r o d u k j a d i = 4 7
5 k g
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
66/109
yang terbuang. Berikut ini analisis rata-rata dalam satu bulan tahun 2013 pada tahap
finished goods.
Total produksi merupakan hasil dari penjumlahan penimbangan bahan baku
dan bahan penolong sebelum proses produksi. Dalam satu bulan kurang lebih
sekitar 349 kg bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dengan keuntungan
maksimal yang mungkin diperoleh sekitar Rp 66.119.658,-.
Spoilage atau bisa didefinisikan sebagai bahan baku dan bahan penolong
yang terbuang tetapi masih dapat dimanfaatkan kembali untuk proses produksi
(reuse). Dalam satu bulan kurang lebih sekitar 7,8 kg bahan baku dan bahan
penolong yang terbuang namun masih dapat digunakan kembali dengan presentase
sebesar 2,23% dari total produksi perkiraan nilainya sekitar Rp 1.477.745,-.
Used material atau bahan baku dan bahan penolong yang pada kenyataannya
benar-benar diproses menjadi barang jadi. Dalam satu bulan kurang lebih sekitar
347,9 kg bahan baku dan bahan penolong yang diproses menjadi barang jadi dengan
presentase sebesar 99,68% dari total produksi, perkiraan nilainya sekitar Rp.
66.119.658,-.
Losses adalah kerugian akibat kehilangan bahan baku dan bahan penolong
saat proses produksi atau bahan yang tidak dapat digunakan kembali. Dalam satu
bulan kurang lebih sekitar 3,1 kg bahan yang terbuang dengan presentase sebesar
0,89% dari total produksi, perkiraan nilainya sekitar Rp122.843,-.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
67/109
Dengan d
spoilage, proses
menghemat sekit
Meskipun angka
dampak terhadap
Dikarena
Material, dan Lo
Diagra
Berdasark
(losses) memiliki
terbilang kecil (
bahan yang hilan
mikian jika dilihat berdasarkan prinsip pro
enggunaan kembali bahan baku dan bahan
ar Rp1.477.745,- atau 2,23% dari total pro
tersebut mungkin terbilang kecil untuk
manusia dan lingkungan dapat dikurangi.
an dalam data tersebut saling beririsan
es, berikut ini diagram perbandingannya:
4.2.2 Perbandingan Material Produksi
an diagram di atas, terlihat bahwa bahan
presentase yang sangat rendah dan secara
p 122.843,-). Berdasarkan keterangan dari
tersebut dianggap nihil.
uksi bersih, dari data
enolong (reuse) dapat
uksi setiap bulannya.
skala industri, namun
ntara spoilage, Used
awat Las Per Bulan
ang hilang atau rusak
ekonomi nominalnya
karyawan perusahaan,
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
68/109
Prinsip 3R Tahapan Produksi
Reduce Ketika pencucian mixer pada proses produksi
kawat las, hanya digunakan air serta sikat.
Sabun hanya digunakan ketika ada pekerja
yang mencuci tangan atau membersihkan alat
tertentu
Reuse Penggunaan kembali bubuk pengelasan yang
terdapat pada kawat las yang cacat saat
proses pressing.
Recycle -
Tabel 4.2.2.1 Penerapan Prinsip 3R Berdasarkan Tahapan Produksi
Kawat Las
Identifikasi adanya inefisiensi lainnya adalah pemakaian energi. Bagian
produksi kawat las menggunakan energi listrik untuk kegiatan produksi maupun di
ruangan kantor. Pemakaian tenaga listrik berikut ini dilihat dari pemakaian rata-rata
dalam satu bulan. Dalam hal ini, waktu pemakaian listrik dibagi menjadi dua oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN), yaitu Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) pukul
22.00 – 18.00 dan Waktu Beban Puncak (WBP) . Karena waktu operasi berada saat
jam kerja yaitu pukul 08.00 – 17.00, maka besar pemakaian listrik dilihat saat
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
69/109
LWBP. Berdasarkan data dari bagian maintenance, besar rata-rata pemakaian listrik
di bagian welding dalam satu bulan sebesar 3804 Kwh. Besarnya angka pemakaian
listrik di bagian welding sebenarnya didominasi oleh pemakaian listrik di area kantor
yang masih termasuk wilayah welding karena berlangsung setiap hari kerja, seperti
penggunaan AC, komputer dan lainnya. Sedangkan pemakaian listrik untuk proses
produksi kawat las sendiri jauh lebih kecil karena proses produksi tidak berlangsung
setiap hari.
Selama hari kerja, seringkali ditemukan adanya beberapa ruangan kosong
yang tidak ditempati tetapi lampu didalamnya dibiarkan menyala. Ruangan tersebut
antara lain ruang karyawan yang berada di lantai dua serta ruangan direksi. Jika
kondisi tersebut dibiarkan, inefisiensi pemakaian listrik akan terus terjadi.
Banyaknya ruangan yang tidak ditempati tersebut kurang lebih setengah dari seluruh
ruangan kantor yang ada di bagian welding. Jika efisiensi penggunaan listrik
diterapkan pada ruangan-ruangan tersebut dengan cara memadamkan lampu jika
tidak ada kegiatan, penggunaan listrik bisa dihemat hampir 50%.
4.2.3
Hal Lainnya Terkait Produksi Kawat Las
Berdasarkan identifikasi inefisiensi pada tiap tahap produksi yang telah
dibahas sebelumnya, ada berbagai macam keluaran bukan produk atau limbah dari
setiap prosesnya. Limbah yang dihasilkan pada proses produksi kawat las antara lain
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
70/109
sisa bubuk pengelasan yang terbawa di mesin produksi dan di air bekas pencucian
mixer, kawat inti yang bengkok, produk jadi kawat las yang mengalami kecacatan
yang tak dapat diperbaiki lagi.
Sumber limbah cair produksi kawat las berasal dari proses pencucian mixer
serta pekerja di bagian produksi kawat las yang mencuci tangan dengan sabun cuci.
Sedangkan limbah padat berasal dari serpihan bubuk pengelasan yang digunakan
sebagai pelapis kawat inti. Serpihan ini diperkirakan dapat mencemari udara
meskipun sisa pemakaiannya dapat digunakan kembali untuk proses produksi selama
belum menjadi kawat las yang dimasukkan di ruang pengeringan. Pencemaran udara
juga diduga berasal dari saluran pembuangan asap di oven yang digunakan untuk
mengurangi kadar air dalam kawat las.
Berdasarkan pengamatan lingkungan sekitar, tidak terlihat adanya pengaruh
yang signifikan terhadap hewan dan tumbuhan yang hidup di sekitarnya akibat
limbah produksi kawat las. Uap air yang keluar dari sluran udara juga tidak terlalu
mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pengaruh yang terlihat hanya perubahan
kualitas air akibat proses pencucian mixer . Perubahan tersebut terlihat dari perbedaan
kekeruhan air seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Air yang keluar dari kolam
penampungan menuju lingkungan luar juga tidak mempengaruhi lingkungan sekitar
karena jumlahnya yang sangat kecil (± 5 – 10 liter).
Risiko penyakit yang sangat mungkin terjadi terdapat di bagian produksi
kawat las adalah gangguan pernafasan serta iritasi saluran pernafasan dan bagian
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
71/109
tubuh lainnya. Penyakit tersebut dapat timbul akibat terhirupnya bubuk pengelasan
dari proses produksi kawat las. Dalam proses produksi pembuatan kawat las, para
pekerja sangat rentan terkena paparan debu yang berasal dari bubuk pengelasan. Saat
proses pencampuran oleh mixer , sebagian bubuk beterbangan saat penuangan
kedalam mixer . Pekerja yang menunangkan bubuk menggunakan masker, namun
pekerja lainnya tidak menggunakan masker sehingga debu yang beterbangan dapat
terhirup.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
72/109
4.3 Produksi Perunggu ( Bronze)
4.3.1
Tahapan Produksi Perunggu
Proses pembuatan perunggu dimulai dari beberapa tahap, yaitu memasukkan
bahan baku peleburan (melting), pemeriksaan kualitas (quality control), dan
setelahnya terbagi lagi menjadi tiga jenis proses pencetakan seperti sentrifuge,
continuous dan sandcasting. Pada saat observasi tanggal 28 Februari 2014, proses
pencetakan yang digunakan adalah continuous. Berikut ini bagan alir proses
produksi perunggu.
Bagan 4.3.1 Proses Produksi Perunggu
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
73/109
Proses produksi perunggu membutuhkan bahan baku dan bahan penolong.
Bahan bakunya antara lain ingot, blok, scrap dan gram. Ingot merupakan bahan baku
yang didatangkan dari luar yang bentuknya bermacam-macam, seperti bekas
komponen-komponen mesin atau peralatan yang terbuat dari perunggu. Blok
merupakan perunggu yang berasal dari sisa produksi sebelumnya. Scrap adalah
perunggu yang berasal dari produksi sebelumnya namun bentuknya tidak sempurna.
Sedangkan gram adalah serpihan-serpihan perunggu yang dihasilkan dari proses
pembubutan sebelumnya.
Bahan penolong yang digunakan antara lain: Timah hitam (Pb), timah putih
(Sn), tembaga (Cu), alumunium (Al), flux, degasser, triset, morchem, ceramic fiber ,
LPG, LNG, arang, grafit, kawat las, pasir silika, resin, shamout dan mortar.
a. Peleburan ( melting)
Bahan baku yang terdiri atas: tembaga (Cu), timah (Sn), seng (Zn),
timbal (Pb), alumunium (Al) dan nikel (Ni). Perunggu yang akan dilebur
dibuat sesuai permintaan dan tingkatan (grade) nya. Setiap grade terdiri atas
berbagai komposisi kimia yang berbeda-beda. Saat proses produksi, grade
produk yang dihasilkan adalah LG-2 (BA 850). Bahan baku yang digunakan
saat itu adalah ingot dengan berat 1338,5 kg dan gram seberat 90 kg. Jadi
total bahan baku yang digunakan sebesar 1478,5 kg. Sedangkan berat total
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
74/109
produk yang dipesan sebesar 990 kg. Berikut ini tabel jenis perunggu
berdasarkan grade-nya.
Tabel 4.3.1.1 Jenis Perunggu Berdasarkan Grade
Grade Komposisi kimia (%)Cu Sn Zn Pb Al Ni Lainnya
Leaded Tin Bronze
BA 850 84 - 86 4 - 6 4 – 6 4 - 6 max 0,05 max 1BA 950S 86 – 90 5 – 7 3 – 5 1 – 3 max 0,01 max 1 Cu RemBA 830 81 – 85 6 – 8 3 – 5 5 – 7 max 2 Cu Rem
0,25 FeBA 860 86 – 89 9 – 11 1 – 3 max 1 max 0,01 max 1 Cu Rem
0,2 FeBA 865P 88 - 90 10 - 12 max 0,5 max 0,5 max 0,05 max 1 Cu Rem
0,15 Fe High Leaded Tin Bronze
BA 770L 75 – 79 7 – 9 max 1 14 - 16 max 0,01 max 1 Cu Rem0,3 Fe
BA 800 78 - 82 9 - 11 max 1 9 - 11 max 0,01 Cu Rem
Alumunium BronzeBA 810 min 79 max0,1
max 0,5 max 0,1 8,5 –10,5
3 - 6 Cu Rem3 – 6 Fe0,1 – 0,5
Mn Manganesse Bronze
AB 603 60 - 66 max0,1
max 0,5 max 0,1 8,5 –10,5
3 - 6 Cu Rem3 – 6 Fe0,1 – 1,5
MnSumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014.
Pertama-tama tungku dipanaskan selama kurang lebih 30 menit
dengan suhu 800°C untuk menghilangkan kelembababan. Kemudian bahan
baku dimasukkan dan dipanaskan selama 3 jam dengan suhu tungku 2000°C
dan suhu bahan baku yang mencair sekitar 1300°C.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
75/109
Gambar 4.3.1.1 Tungku Peleburan ( Melting Furnace)
b.
Pemeriksaan Kualitas Tahap-1 (Quality Control)
Setelah bahan baku dilebur, kemudian diambil sedikit cairannya
sebagai sampel dan didinginkan untuk menghilangkan panasnya kemudian
diperiksa kualitasnya ke bagian Quality Control (QC). Sampel tersebut
kemudian dibersihkan dengan alkohol dan diperiksa dengan spektrometer.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
76/109
Gambar 4.3.1.2 Pemeriksaan Sampel Dengan Spektrometer
Sampel yang sudah diperiksa ditentukan apakah sudah memenuhi
standar sesuai grade yang diinginkan. Jika sampel tersebut terindikasi tidak
memenuhi standar, maka dilakukan perbaikan komposisi pada tahap
peleburan sampai memenuhi standar. Jika sudah memenuhi standar.
Perunggu cair dari dalam tungku siap diproses ke tahap selanjutnya. Pada
sampel dari produk LG-2 yang diproduksi saat observasi, setelah diperiksa
komposisi kimianya terdapat Cu 80,4%, Sn 6,87%, Pb 7, 19% dan Zn 4,36%.
Berdasarkan analisis dari bagian quality control, sampel tersebut
sudah dikategorikan baik. Kadar Zn dalam produk mempengaruhi kekuatan
produk tersebut. Produk perunggu yang baik kualitasnya adalah yang
memiliki kekuatan dan daya tahan yang lama. Semakin rendah kadar Zn,
semakin baik kualitas produk yang dihasilkan.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
77/109
Sebelum dituang, ladle atau wadah untuk memindahkan cairan
terlebih dahulu dipanaskan selama 15 menit pada suhu 200°C agar cairan
logam tidak lengket dengan ladle saat dituang. Ladle dipanaskan dengan cara
menaruhnya dalam posisi terbalik di atas tungku. Setelah ladle dipanaskan,
kemudian dipindahkan ke bagian bawah untuk menampung cairan logam
yang akan dituangkan.
Gambar 4.3.1.3 Pemanasan Ladle Diatas Tungku Peleburan
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
78/109
Gambar 4.3.1.4 Penuangan Logam Cair Dari Tungku
Pada bagian foundry, teknik pencetakan yang digunakan ada tiga
macam. Yaitu continuous casting, centrifugal casting dan sand casting.
Ketiga teknik tersebut digunakan tergantung pada bentuk dan besarnya
barang yang dipesan. Pada saat observasi, teknik pencetakan yang digunakan
adalah continuous casting. Berikut ini adalah teknik pencetakan dengan
teknik continuous casting setelah proses peleburan selesai.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
79/109
c. Pencetakan Kontinyu (Continuous Casting)
Cairan logam yang dituang di ladle kemudian dimasukkan ke dalam
tungku penahan (holding furnace) yang berfungsi menahan suhu cairan agar
tetap konstan sampai proses penarikan produk. Selama proses peleburan
berlangsung, holding furnace dipanaskan. Sebelum produk ditarik keluar,
holding furnace terlebih dahulu dipasangi dies yang berfungsi membentuk
logam dengan dimensi yang sesuai dengan permintaan. Dies tersebut terbuat
dari grafit.
Gambar 4.3.1.5 Pemasangan Dies Pada Holding Furnace
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
80/109
Gambar 4.3.1.6 Penuangan Cairan Kedalam Holding Furnace.
Setelah cairan siap dituang, dipasang starter bar yang berfungsi untuk
menarik produk awal ketika keluar dari holding furnace. Penuangan cairan
kedalam holding furnace dilakukan dengan hari-hati. Setelah cairan masuk
seluruhnya, holding furnace ditutup dengan arang kayu. Proses penarikan
dilakukan dengan memperhitungkan waktu holding, kecepatan penarikan,
kondisi pendinginan dan kondisi tampilan produk. Ketika proses penarikan
berlangsung, starter bar ditarik oleh operator sambil dipantau kondisi
produknya.
Untuk mendinginkan produk setelah keluar dari holding furnace,
digunakan air pendingin yang dialirkan ke permukaan produk selama proses
penarikan. Dalam proses penarikan produk continuous, terdapat standar
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
81/109
waktu penarikan karena dipengaruhi oleh ukuran produk. Berikut ini tabel
standar penarikan produk continuous casting.
Tabel 4.3.1.2 Standar Penarikan Produk Continuous Casting
Diameter (Inch) Drawing Holding Time (detik) % V
1 solid 1000 – 6500 3 – 7 20/30 – 30/30
1 ½ solid 1000 – 6500 4 – 8 20/30 – 30/30
1 ½ x ½ 1000 – 6500 3 – 7 20/30 – 30/30
2 solid 1000 – 6500 5 – 9 20/30 – 30/302 x 1 1000 – 6500 4 – 8 20/30 – 30/30
2 ½ solid 1000 – 6500 7 – 11 20/30 – 30/30
2 ½ x 1 1000 – 6500 5 – 9 20/30 – 30/30
2 ½ x 1 ½ 1000 – 6500 5 – 9 20/30 – 30/30
3 solid 1000 – 6500 9 - 13 20/30 – 30/30
3 x 1 1000 – 6500 7 – 11 20/30 – 30/30
3 x 1 ½ 1000 – 6500 5 – 9 20/30 – 30/30
3 ½ solid 1000 – 6500 10 – 14 20/30 – 30/30
3 ½ x 1 1000 – 5500 7 – 11 20/30 – 30/303 ½ x 1 ½ 1000 – 5500 6 – 10 20/30 – 30/30
4 solid 1000 – 6500 12 – 16 20/30 – 30/30
4 x 1 1000 – 5500 10 – 14 20/30 – 30/30
4 x 2 1000 – 5500 9 – 13 20/30 – 30/30
4 x 2 ½ 1000 – 5500 7 – 11 20/30 – 30/30
4 ½ solid 1000 – 6500 15 – 19 20/30 – 30/30
4 ½ x 1 ½ 1000 – 5500 12 – 16 20/30 – 30/30
4 ½ x 2 1000 – 5500 11 – 15 20/30 – 30/30
5 solid 1000 – 6500 16 – 20 20/30 – 30/30
5 x 2 1000 – 5500 13 – 17 20/30 – 30/30
5 x 2 ½ 1000 – 5500 12 – 16 20/30 – 30/30
5 x 3 1000 – 5500 11 – 15 20/30 – 30/30
5 ½ solid 1000 – 6500 18 – 22 20/30 – 30/30
5 ½ x 2 1000 – 5500 15 – 19 20/30 – 30/30
5 ½ x 2 ½ 1000 – 5500 14 – 18 20/30 – 30/30
5 ½ x 3 1000 – 5500 13 – 17 20/30 – 30/30
6 solid 1000 – 6500 20 – 24 20/30 – 30/30
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
82/109
Diameter (Inch) Drawing Holding Time (detik) % V
6 x 2 1000 – 5500 17 – 21 20/30 – 30/30
6 x 2 ½ 1000 – 5500 15 – 19 20/30 – 30/30
6 x 3 1000 – 5500 14 – 18 20/30 – 30/30
6 x 4 1000 – 5500 13 – 17 20/30 – 30/30
6 ½ solid 1000 – 6500 21 – 26 20/30 – 30/30
7 solid 1000 – 6500 24 – 28 20/30 – 30/30
7 x 3 1000 – 5500 18 – 22 20/30 – 30/30
7 x 4 1000 – 5500 16 – 20 20/30 – 30/30
7 x 5 1000 – 5500 10 – 15 20/30 – 30/30
7 ½ solid 1000 – 6500 26 – 30 20/30 – 30/30
8 solid 1000 – 6500 28 – 33 20/30 – 30/30
8 x 3 1000 – 5500 23 – 27 20/30 – 30/30
8 x 4 1000 – 5500 20 – 24 20/30 – 30/30
8 x 5 1000 – 5500 17 – 21 20/30 – 30/30
Sumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014.
Keterangan:
• Diameter (dalam inchi) merupakan ukuran produk
• Drawing merupakan panjang yang dihasilkan dalam sekali tarikan
• % V adalah presentase air yang digunakan untuk pendinginan
Ketika pemantauan produk saat proses penarikan, dilihat apakah
produk yang keluar dari holding furnace terdapat cacat atau tidak. Cacat yang
dialami semisal permukaan yang tidak mulus atau bentuknya berbeda dari
yang diharapkan. Jika terjadi cacat produk, bagian yang cacat dipotong
dengan mesin gerinda, lalu disimpan atau dipergunakan kembali untuk bahan
baku peleburan selanjutnya.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
83/109
Setelah proses penarikan selesai, produk lalu dipotong dengan
panjang sesuai permintaan. Kemudian produk didinginkan untuk
menghilangkan panas. Produk dipindahkan dengan crane atau alat untuk
memindahkan beban berat. Produk diikat dengan rantai dan dipindahkan ke
tempat pendinginan lalu disiramkan air hingga suhunya berkurang.
Gambar 4.3.1.7 Pemotongan Produk Continuous Dengan MesinGerinda
Gambar 4.3.1.8 Produk yang Sudah Dipotong
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
84/109
Gambar 4.3.1.9 Pendinginan Produk Dengan Air
d. Penyelesaian Bentuk Akhir ( Finishing)
Apabila ukuran produk lebih besar dari yang diharapkan, maka
dikurangi ukurannya dengan menggunakan mesin bubut. Pada tahap ini
bentuk produk disesuaikan sesuai permintaan. Saat proses pembubutan, ada
serpihan-serpihan perunggu yang terjatuh. Serpihan ini disebut gram, yaitu
serpihan yang dihasilkan ketika suatu produk perunggu sedang dalam proses
pembubutan. Gram ini kemudian dikumpulkan kemudian disimpan atau
digunakan dalam proses peleburan berikutnya.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
85/109
Gambar 4.3.1.10 Pengurangan Diamater Produk Dengan Mesin Bubut
Pada tahap ini karena proses penyesuaian bentuk produk, maka ada
bahan baku yang tersisa. Bahan baku yang tersisa saat observasi proses ini
sebesar 319 kg. Sedangkan bahan yang hilang atau losses merupakan bahan
baku yang hilang karena proses pemanasan di tungku karena penguapan atau
sisapembubutan yang sulit dikumpulkan kembali.
Pada saat observasi, berat bahan baku yang hilang sebesar 169,5 kg.
Secara singkat, dengan perhitungan matematis dapat digambarkan dengan:
Berat bahan baku = Berat akhir produk jadi + sisa hasil produksi + bahan
yang hilang
1478,5 kg = 990 kg + 319 kg + 169,5 kg
Sumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
86/109
e. Pemeriksaan Kualitas Tahap-2 (Quality Control)
Setelah proses penyesuaian bentuk pada produk telah selesai,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh bagian quality control untuk
memastikan apakah ukuran produk sudah sesuai standar. Ada tiga macam
produk yang dihasilkan pada saat observasi. Berikut ini hasil pemeriksaan
oleh bagian quality control saat observasi.
• Standar: Ø 4 ½” x 2 ½” x 3000 mm
• Aktual: Ø 4 ⅔” x 2 ½” x 150 mm (cacat 4,5 kg)
• Standar: Ø 3 ¼” x 2” x 1600 mm
• Aktual: Ø 3 ½” x 2” x 1600 mm
• Standar: Ø 3” x 1” x 1700 mm
• Aktual: Ø 3” x 1” x 1700 mm
Pada saat pemeriksaan, produk yang dibandingkan dengan standar
memiliki toleransi sebesar ± 2mm dari ukuran standarnya. Jika lebih dari itu,
produk tersebut ditolak. Produk yang cacat tersebut bisa dipotong dan
disimpan untuk produksi berikutnya atau dilebur ulang jika terdapat cacat
yang parah.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
87/109
f. Barang Jadi
Jika produk sudah lolos pemeriksaan kualitasnya, produk perunggu
sudah dapat dikirimkan kepada pemesan. Pada umumnya produk perunggu
yang dikirimkan tidak dimasukkan dalam kemasan, misalnya produk
continuous casting yang berbentuk beberapa gelondongan dengan panjang
tertentu. Produk perunggu yang dikemas tertentu hanya produk sand casting.
Produk dari sand casting dikemas dalam kotak-kotak kayu karena bentuknya
yang lebih besar dan memiliki bentuk tertentu yang dikhawatirkan dapat
rusak jika tidak dikemas.
-
8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf
88/109
4.3.2 Identifikasi Adanya Inefisiensi pada Proses Produksi Perunggu
Bagan 4.3.4 Kemungkinan Inefisiensi Produksi Perunggu Teknik Continuous
Casting Grade LG-2, Tanggal 28 Februari 2014
Input Proses→ produk Keluaran bukan
produk
Peleburan
(melting)
Pemeriksaan
kualitas
tahap I
Proses continuous
casting di holding
furnace
Finishing
Bahan baku
(ingot, gram,
scrap), bahan
bantu, gas, listrik
Panas, uap
dari tungku,
slag, debu,
serpihan
bahan bantu
Sampel, listrik,
alkohol, gas argon
Hasil
pemeriksaan
Cairan logam,
listrik, air Air panas,
uap logam.
Sisa produk:
Scrap, blok,
gram
Produk
continuous
casting
Pemeriksaan
kualitas tahap II
Scrap, blok,
gram, barang
cacat
Produk
continuous
casting
Barang jadi
1 4 7 8 , 5 k g
1 3 0 9 k g
P r o d u k j a d i = 9 9 0 k g
H�
top related