implementasi jurnalistik advokasi pada delik di rcti · pengesahan panitia ujian skripsi yang...
Post on 25-May-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI JURNALISTIK ADVOKASI
PADA DELIK DI RCTI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ARIF PRIYADI
109051000175
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2015 M
.
IMPLEMENTASI JURNA LISTIK ADVOKASI PADA
PROGRAM DELIK DI RCTII
l
SKRIPSI
Diajukan kepada Faktrltas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memerruhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sa{ana Komunikasi Islam (S. Kom' I)
Oleh:
Arif PrivadiNIM: 109051000175
Pembimbing,
JURI]SAN KOMUNIKASI DAN PEI{YIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNTVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
1436H12015M
201411 1001
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul '6IMPLEMENTASI JURNALISTIK ADVOKASI PADA
PROGRAM DELIK RCTI", telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Oktober
2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 13 Oktober 2015
Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dedi Fachrudin. M.IkomNrP. 1 9791 208201411 1 001
Anggota
Penguji II
308231998032001t97611292009121001
Pembimbing
14111001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
L Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memeroleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Oktober 2015
2.
J.
ii
ABSTRAK
Arif Priyadi
Implementasi Jurnalistik Advokasi pada Program Delik di RCTI
Jurnalisme advokasi merupakan kegiatan jurnalisme yang dilakukan oleh
wartawan dengan cara menyuntikkan opini yang bersifat advokatif ke dalam
berita. wartawan mengarahkan fakta untuk menbentuk opini publik. Penulisan
jurnalisme advokasi lebih "memercayai" objektivitas fakta dari berita yang
dicampur dengan pikiran wartawan. Jurnalistik advokasi lahir dari jurnalistik
baru. Jurnalistik dilengkapi dengan referensi-referensi surat kabar, majalah, buku
dan sebagainya, sehingga beritanya lebih lengkap daripada berita dari jurnalistik
lama. Berita dari jurnalistik lama hanya memiliki satu referensi.
Jurnalistik advokasi bertentangan dengan jurnalistik lama karena gaya
kedua aliran jurnalistik ini dalam menyampaikan berita saling berbeda. Jurnalistik
advokasi berusaha menjalankan fungsi pers yang tidak bisa dijalankan jurnalistik
lama. Jika pers lama hanya sekedar menyampaikan berita, pers baru melakukan
fungsi pengawalan hak-hak warga negara mulai dari mengawal hak-hak pribadi
dan fungsi koreksi sampai senantiasa menyalak ketika melihat berbagai
penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat atau negara
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana implementasi jurnalistik
advokasi dalam media penyiaran. Media penyiaran yang dipilih adalah Rajawali
Citra Televisi Indonesia (RCTI). Program berita RCTI yang diungkap praktik
jurnalistik advokasinya adalah program Delik yang ditayangkan setiap Senin
pukul 00:30-01:00. Program Delik yang diteliti adalah edisi11 dan 17 November
2014. Pengungkapan praktik jurnalistik advokasi pada program Delik ini
menggunakan gagasan Eni Setiati berupa unsur-unsur jurnalistik advokasi.
Kemudian, unsur-unsur disajikan sebagai alat analisis terhadap data berupa
transkrip narasi tayangan Delik.
Hasil yang ditemukan dari dua edisi Delik pada November 2014 itu
menunjukan bahwa selalu ada unsur-unsur jurnalisme advokasi dalam setiap
tayangan Delik RCTI. Itu berarti pemahaman jurnalisme advokasi yang diwakili
oleh unsur-unsur jurnalisme advokasi secara konsisten digunakan dalam Delik
RCTI.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang tidak pernah
berhenti memberikan karunia, ridho, dan nikmatNya kepada para makhluknya
yang hidup dan mati atas kehendaknya. Tak lupa, shalawat seiring salamsemoga
tercurah kepada baginda Rasullah SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya,
yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Setelah berhasil menyelesaikan penelitian ini selama beberapa bulan,
peneliti bermaksud mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang selama
ini memberi bantuan, dukungan, dan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini.
Mereka yang dimaksud itu sebagai berikut:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu Maryati sebagai seorang ibu dan Susyanto
sebagai bapak, yang mendukung secara materi dan nonmateri kepada
peneliti untuk menyelesaikan kuliah. Semoga mereka selalu diberikan
kesehatan yang terjaga, dan umur panjang yang berkah. Aamiin.
2. Drs. Helmi Hidayat, MA. sebagai dosen pembimbing yang tidak lelah
memberi arahan dan motivasi kepada peneliti selama proses penyelesaian
penelitian ini. Semoga ia diberikan ilmu yang lebih dalam dan luas,
sehingga bisa bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, serta derajatnya
dinaikkan oleh Allah SWT. Aamiin.
3. Kepala jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yaitu Drs Masran,
MA dan sekretaris jurusan KPI. Kemudian, kepala jurusan KPI terdahulu,
Rachmat Baihaki, MA. dan sekretaris jurusan KPI terdahulu yaitu Umi
Musyarofah, serta dosen Pembimbing Akademik, Siti Napsiyah,
iv
MSW.Mereka telah memberikan kemudahan kepada peneliti untuk
berkonsultasi mengenai perkuliahan, khususnya tentang penelitian ini.
4. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Dr. H. Arief
Subhan beserta para stafnya. Semoga bisa terus membawa fakultas ini
menjadi lebih baik dan lebih membanggakan lagi.
5. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, khususnya salah satu
karyawannya bernama Ibnu Pazar yang telah membantu peneliti
memeroleh data tayangan Delik RCTI.
6. Teman-teman kelas KPI E angkatan 2009 telah menjadi wadah pengenalan
kampus lebih jauh, pengenalan teman-teman baru, dan penguasaan materi-
materi kuliah. Semoga kalian diberikan kehatan yang selalu baik, rizqi,
dan kemudahan mencapai cita-citanya. Aamiin
7. Keluarga besar Radio Dakwah dan Komunikasi (RDK) FM terutama
angkatan 2010, yaitu Irni Febriani, Kholil Jufri, Cucu Sulastri, Adjri
Septiani, dan Eza. Selain itu, teman-teman lainya adalah eko, iki, hafid,
dan aziz. Kalian adalah teman belajar dan berjuang bersama.
Peneliti pada akhirnya hanya bisa mengucapkan terimakasih atas
bantuan mereka dan semoga Allah SWT. membalas kebaikan mereka. Penelitian
ini semoga bermanfaat bagi pembacanya. Sekian, semoga Allah senantiasa
memudahkan langkah hambaNya untuk terus berkarya dan bermafaat.
Jakarta, 13 November 2015
Arif Priyadi
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................i
ABSTRAK.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................v
DAFTAR TABEL....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah.............................................6
C. Tujuan Penelitian...................................................................7
D. Manfaat Penelitian.................................................................7
E. Tinjauan Pustaka....................................................................8
F. Metodologi Penelitian...........................................................10
G. Sistematika Penulisan...........................................................16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Jurnalisme Advokasi.............................................................18
1. Pengertian Jurnalisme....................................................18
2. Pengertian Advokasi dan Jurnalisme Advokasi..........20
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Visi, Misi, dan Struktur Organisasi RCTI...........................39
B. Sarana Penunjang RCTI........................................................42
C. Profil Program Delik............................................................43
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Tayangan Delik RCTI Edisi 10 November 2014 Berjudul Reklmasi
Untuk Siapa?.........................................................................45
1. Transkrip........................................................................45
2. Analisis...........................................................................53
B. Tayangan Delik RCTI Edisi 17 November 2014 Berjudul (Harga)
Bahan Bakar Mahal...............................................................64
1. Transkrip.........................................................................64
2. Analisis...........................................................................69
vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................76
B. Saran......................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................81
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 198 Metode Advokasi NonlItigasi Tanpa Kekerasan……………..23
Tabel 2 Perbedaan Jurnalisme Umum dan Jurnalisme Advokasi………….36
Tabel 3 Analisis Unsur Pertama Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi 10
November 2014.............................................................................................55
Tabel 4 Analisis Unsur Kedua Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi 10
November 2014.............................................................................................57
Tabel 5 Analisis Unsur Ketiga Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi 10
November 2014.............................................................................................59
Tabel 6 Analisis Unsur Kelima Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi 10
November 2014..............................................................................................59
Tabel 7 Analisis Unsur Keenam Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi 10
November 2014..............................................................................................62
Tabel 8 Analisis Unsur Pertama Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi 17
November 2014..............................................................................................70
Tabel 9 Analisis Unsur Kedua Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi 17
November 2014..............................................................................................72
Tabel 10 Analisis Unsur Ketiga Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi 17
November 2014...............................................................................................73
viii
Tabel 11 Analisis Unsur keenam Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik
Edisi 17 November 2014......................................................................74
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Dewan Komisaris......................................................41
Gambar 2 Struktur Dewan Direksi.......................................................42
Gambar 3 Struktur Tim Program Delik RCTI.....................................44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini media massa menyalurkan informasi tidak hanya melalui surat
kabar, tetapi juga melalui radio, televisi, dan internet sebagai media massa lain
yang memiliki fungsi sama seperti surat kabar, yaitu menyalurkan informasi.
Salah satu media massa yang memiliki pengaruh kuat kepada khalayaknya
adalah televisi melalui sajian informasi yang diberikan pada program-
programnya. Program-program acara tersebut mempunyai karakteristik
tertentu yang dapat memengaruhi, memprovokasi dalam hal positif maupun
negatif, dan mampu mengubah sikap seseorang dari pendiam menjadi agresif.
Hal ini disebabkan oleh daya rangsang televisi sangat tinggi.1 Daya rangsang
itu terdapat pada informasi yang diberikan dalam program TV.
Seiring dengan perkembangan wacana mengenai teknologi komunikasi
yang semakin berkembang pada masyarakat modern, informasi dan berita
menempati posisi yang sangat strategis. Ia menjadi salah satu kebutuhan yang
paling mendesak untuk segera dipenuhi pada masa kini.2 Selanjutnya,
mengingat kebutuhan tersebut, pers memberikan informasi, atau berita, kepada
khalayak ramai dengan cara yang teratur sebagai salah satu fungsinya, yaitu
informatif.3 Sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua
kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan
1 Hidajanto Djamal & Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Media Penyiaran: Sejarah, Oganisasi,
Operasionalisasi, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011), h. 162.
2 Tim Redaksi LP3ES, Jurnalisme Liputan 6: antara peristiwa dan ruang publik (Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia, 2006), h. 33.
3 Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, 2
nd ed.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 27.
2
menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun oleh
wartawan media cetak.4
Istilah "jurnalistik" berasal dari kata "journalistiek" dalam bahasa
belanda atau "journalism" dalam bahasa inggris. Keduanya bersumber dari
bahasa Latin "diurnal" yang berarti harian atau setiap hari. Sedangkan
jurnalistik sendiri berarti kegiatan mengumpulkan bahan berita, mengolahnya
sampai menyebarluaskannya kepada khalayak. Bahan berita itu bisa berupa
kejadian atau peristiwa dan pernyataan yang diucapkan oleh seseorang yang
memiliki pengaruh dalam masyarakat. Setiap kejadian dan pernyataan yang
memiliki daya tarik bagi kahalayak dapat dijadikan berita untuk
disebarluaskan ke tengah masyarakat.5 Peneliti menggunakan istilah
jurnalistik dan journalism (jurnalisme) dalam penelitian ini yang
pemakaiannya disesuaikan dengan konteks pembahasan.
Kegiatan jurnalistik memiliki petugas yang menjalankan kegiatan itu.
Sudirman Tebba mengungkapkan petugas itu adalah wartawan yang berfungsi
menyebarkan informasi kepada khalayak (pembaca, penonton, dan
pendengar). Informasi itu harus digali dari sumber-sumber yang kompeten
agar diperoleh informasi yang akurat dan benar untuk kemudian disebarkan
secara tepat.6 Wartawan pemula biasanya hanya dituntut menulis berita
dengan gaya jurnalistik lama7 yang bersifat linier, yaitu satu refensi.
8
Wartawan seperti itu memberitakan suatu peristiwa hanya menginformasikan
4 Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, 2
nd ed. h.
27.
5 Sudirman Teba, Jurnalistk Baru (Ciputat, Kalam Indonesia: 2005), h. 9.
6 Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 33.
7 Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 24.
8 Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 23.
3
peristiwa itu saja tanpa berusaha membandingkan peristiwa yang sama yang
terjadi di tempat lain, dan waktu yang lain. Misalnya kalau terjadi banjir di
suatu tempat, maka beritanya hanya sebatas banjir itu, seperti memberitakan
ketinggian air, jumlah korban manusia, harta benda, dan sebagainya.9 Ruang
gerak wartawan terbatas hanya pada penulisan straight news saja.10
Pers memiliki fungsi tidak hanya informatif, tetapi ada fungsi pers lain.
Namun, dalam penelitian ini hanya dimasukan tiga fungsi pers, pertama,
fungsi kontrol. Fungsi ini menjelaskan pers yang bertanggungjawab adalah
masuk ke balik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah
atau perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan tidak
berjalan baik.11
Kedua, fungsi pengawalan hak-hak warga negara, yaitu
mengawal hak-hak pribadi. Demikian pula halnya, bila ada massa rakyat
berdemonstrasi, pers harus menjaga baik-baik jangan sampai timbul tirani
golongan mayoritas di mana golongan mayoritas itu menguasai dan menekan
golongan minoritas. Pers yang bekerja berdasarkan teori tanggung jawab dapat
menjamin hak setiap pribadi untuk didengar dan diberi penerangan yang
dibutuhkannya.12
Ketiga, fungsi koreksi. Untuk itulah, dalam negara-negara
penganut paham demokrasi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas
pemerintah dan masyarakat (watchdog function). Pers akan senantiasa
9 Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 23.
10 Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan (Yogyakarta: Penerbit Andi,
2005), h. 43. 11
Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, 2nd
ed.,
h. 27. 12
Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, 2nd
ed.,
h. 28.
4
menyalak ketika melihat berbagai penyimpangan dan ketidakadilan dalam
suatu masyarakat atau negara.13
Fungsi-fungsi pers tersebut tidak cukup hanya memerlukan gaya
jurnalistik lama untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi pers itu, sehingga
seperti the theory of objective reporting14
yang meskipun di kalangan
wartawan Amerika objective reporting menjadi kebanggaan profesi yang
berpegang teguh pada pendiriannya, bahwa melaporkan fakta adalah satu-
satunya tugas mereka. Kemudian, opini dipisahkan secara tajam dari fakta dan
opini hanya dituangkan dalam tajuk rencana, tetapi tahun-tahun berikutnya
objective reporting itu mendapat kritik yang pedas atas dasar bahwa cara
penulisan seperti itu mengabaikan pengutaraan seluruh kebenaran, dan gagal
dalam menyajikan berita kepada para pembaca atas dasar yang cukup untuk
menilai berita dalam hubungannya dengan tujuan sosial.15
Itu disebabkan
dalam perkembangannya jurnalistik tidak hanya menyebarluaskan informasi,
tetapi juga dipergunakan oleh kaum idealis untuk melakukan kontrol sosial
melalui tindakan persuasif. Jadi, jurnalistik tidak menyiarkan informasi
semata, tetapi juga membujuk dan mengajak khalayak untuk mengambil sikap
tertentu agar berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.16
Kritik atas jurnalistik lama dan objective reporting tersebut
memunculkan inovasi dalam bentuk tulisan, penyajian serta teknik liputan
lebih mendalam dan menyeluruh.17
Perubahan itu terjadi dalam lingkup
13
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature; Panduan Praktis
Jurnalis Profesional (Bandung: Sombiosa Rekatama Media, 2005), h. 33. 14
Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 13. 15
Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 14. 16
Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 11. 17
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan, h. 44.
5
perkembangan jurnalistik yang telah dilakukan oleh salah satu media massa
cetak, yaitu harian Indonesia Raya. Harian Indonesia Raya (1949-1958 dan
1968-1974) bisa dikatakan tipikal awal penerbitan pers yang mengarahkan
liputannya ke dalam bentuk investigatif. P. Swantoro dan Atmakusumah
mengatakan bahwa berbagai berita yang disuguhkan Harian Indonesia Raya
sering mencerminkan sikapnya untuk 'berjihad' menentang apa yang
dipandangnya sebagai korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan dan
ketidakbenaran serta feodalisme dalam bersikap.18
Visi jurnalismeHarian Indonesia Raya mengambil konsep advocacy
journalism, sebuah aliran dari new journalism yang berkembang di Amerika
Serikat, tahun 1960-an, dengan mengambil format pemberitaan crusading
dalam materi-materi liputannya. Berita penyidikan (investigative reporting)
merupakan perangkat teknik pelaporan surat kabar ini.19
Kemunculan aliran new journalism (jurnalistik baru) menimbulkan
paham baru dalam praktik jurnalistik. lain, seperti wawancara dengan orang
yang mengetahui kejadian itu, kliping Jurnalistik baru beritanya bersifat
multilinear, menggunakan referensi pokok berupa kejadiannya. Selain itu,
jurnalistik baru juga dilengkapi dengan referensi-referensi surat kabar,
majalah, buku dan sebagainya, sehingga beritannya jauh lebih lengkap
daripada berita yang ditulis dengan gaya jurnalistik lama.20
Paham jurnalistik
baru yang memiliki advocacy journalism (jurnalistik advokasi) sebagai
turunannya tidak hanya ada di media massa cetak, tetapi juga ada di media
massa penyiaran, yaitu televisi. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI),
18
Septian Santana K., Jurnalisme Investigasi ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 9. 19
Septian Santana K., Junalisme investigasi, h. 9-10. 20
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 24-25.
6
salah satu televisi di Indonesia yang menganut paham jurnalistik baru
khususnya jurnalistik advokasi. Ini terlihat dari salah satu programnya
bernama Delik. Program Delik ditayangkan setiap Senin pkl. 00.30 s/d 01.00
WIB.
Pertentangan antara jurnalistik baru, objective reporting, dan fungsi-
fungsi pers yang telah diuraikan, menghadirkan aliran jurnalistik baru yaitu
jurnalistik advokasi. Hal ini menjadi titik masalah menarik yang perlu diteliti
dalam praktiknya di media massa, terutama stasiun televisi RCTI. Peneliti
tertarik melakukan penelitian ini dengan mengangkat judul: Implementasi
Jurnalistik Advokasi pada Program Delik di RCTI.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan masalah
Untuk memudahkan penelitian ini diperlukan pembatasan masalah:
a. Penelitian ini terfokus kepada praktik jurnalistik advokasi dalam
program Delik di RCTI;
b. Program Delik yang diteliti adalah tiga video dari enam video yang
didapatkan dari Komisi Penyiaran Indonseia (KPI) Pusat. Keenam
video tersebut memiliki jadwal tayang selama November dan
Desember 2014. Semua video itu sebelumnya beriklan, tetapi peneliti
telah membuang atau mengedit iklan tersebut. Peneliti hanya
mengambil dua video untuk diteliti dalam penelitian ini. Video-video
yang diteliti masing-masing pernah ditayangkan, pada, 10 November
berjudul "Reklamasi Untuk Siapa?"; pada, 17 November dengan judul
"(Harga) Bahan Bakar Mahal".
7
2. Rumusan masalah
Masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi jurnalistik advokasi melalui unsur titik berat
berita, isu yang diangkat, dan pemilihan narasumber pada program
Delik edisi 10 dan 17 November 2014 di RCTI?
b. Bagaimana implementasi jurnalistik advokasi melalui unsur prioritas
kerja jurnalis, asas legalitas dalam peliputan berita, dan harapan pasca
pemuatan berita pada program Delik edisi 10 dan 17 November 2014
di RCTI?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menangkap implementasi jurnalistik advokasi melalui unsur titik berat
berita, isu yang diangkat, dan pemilihan narasumber pada program Delik
edisi 10 dan 17 November 2014 di RCTI
2. Mengetahui implementasi jurnalistik advokasi melalui unsur prioritas kerja
jurnalis, asas legalitas dalam peliputan berita, dan harapan pasca pemuatan
berita pada program Delik edisi 10 dan 17 November 2014 di RCTI.
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat dalam penelitian ini:
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan pembaca
terkait dengan pemahaman jurnalistik advokasi di media penyiaran televisi
bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
8
khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
penelitian serupa dan memberi gambaran kepada masyarakat tentang
implementasi jurnalistik advokasi yang terkandung dalam program
televisi.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tidak lepas dari pengaruh karya skripsi lain yang
pembahasannya mendekati tema yang ditentukan. Meskipun, skripsi lain
tersebut memiliki beberapa perbedaan. Pengaruh dan detail perbedaan-
perbedaan itu didapatkan setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada
Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga
ditemukan tiga skripsi yang memengaruhi penelitian ini. Skripsi-skripsi itu
juga sebagai bukti tidak ada judul skripsi yang sama seperti penelitian ini.
Kedua, skripsi karya Puti Hasanahtu Syadiah dengan NIM
108051100051 Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Diskursus dan
Implementasi Jurnalisme Damai Dalam pemberitaan Konflik Suriah Di Kabar
Dunia TV One. Ada beberapa perbedaan dalam Skripsi karya Puti Hasanahtu
Syadiah dengan penelitian penulis, yaitu subjek dan objek penelitian, rumusan
masalah, teori jurnalisme yang dipakai berupa teori jurnalisme damai
sedangkan penulis menggunakan teori jurnalisme advokasi. Namun, teknik
9
analisis yang digunakan sama dengan penulis dalam hal pemakaian analisis
wacana kritis model Norman Fairclough.
Ketiga, skripsi karya Rizki Virda Ulfha dengan NIM 108051100048
Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul Implementasi Jurnalisme Investigasi
Program Sigi Investigasi Di SCTV. Penulis mengambil skripsi ini sebagai
rujukan karena ada kesamaan media massa yg diteliti adalah televisi. Tetapi
ada perbedaan dalam hal rumusan masalah, subjek dan objek penelitian, serta
teknik analisis yang digunakan berupa teori investigative reporting.
Kemudian, perbedaan yang lain, Rizki Virda Ulfha menggunakan teori
jurnalisme investigatif sedangkan penulis menggunakan teori jurnalisme
advokasi beserta unsure-unsurnya.
Keempat, skripsi karya Mekar Ayu Lestari dengan NIM
109051100053 Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Aktifitas Produksi Berita
Makanan Tidak Halal Dalam Reportase Investigasi Trans TV. Penulis melihat
ada beberapa perbedaan dalam skripsi karya Mekar Ayu Lestari dengan
penelitian penulis. Perbedaan itu berupa rumusan masalah, subjek dan objek
penelitian, paradigma penelitian, teknik analisis data yang digunakan adalah
model analisis data Interaktif Miles dan Huberman, serta penggunaan teori
jurnalisme investigative pada skripsi milik Mekar Ayu Lestari.
10
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Harmon, seperti yang dikutip Muhammad Idrus mendefinisikan
'paradigma' sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai,
dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi
realitas.Penetapan paradigma diperlukan karena implikasinya sangat
penting dalam keseluruhan langkah penelitian ini.21
Selanjutnya,
paradigma kritis ditentukan sebagai paradigma yang digunakan dalam
penelitian ini. Paradigma ini berusaha mengkritisi dan menjelaskan
mengapa realitas sosial dibentuk dan menanyakan alasan atau kepentingan
apa yang melatarbelakangi pembentukan realitas tersebut.22
2. Pendekatan Penelitian
Paradigma kritis yang ditentukan sebelumnya menjadi dasar untuk
menentukan pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian ini.
Pendekatan kualitatif memiliki banyak ciri sebagaimana dipaparkan para
ahli. Berikut ini beberapa ciri penelitian kualitatif,23
pertama, melaporkan
hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan) dan komentar-
komentar; Kedua, tidak ada realitas yang tunggal, setiap periset
mengkreasi realitas sebagai bagian dari proses risetnya. Realitas
dipandang sebagai dinamis dan produk konstruksi sosial; Ketiga, subjektif
dan berada hanya dalam referensi periset. Periset sebagai sarana
21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, .26th
ed.(Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2009), h. 56. 22
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013), h. 52. 23
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
(Yogyakarta: Penerbit Erlangga, 2009) , h. 24.
11
penggalian interpretasi data; Dan keempat, lebih pada kedalaman (depth)
daripada keluasan (breadth).24
Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada
angka.25
Selain itu, penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data di
balik yang teramati).26
Proses penelitian kualitatif bersifat induktif di
mana peneliti membuat konsep, hipotesa dan teori berdasarkan data
lapangan yang diperoleh serta terus mengembangkannya di lapangan
dalam proses “jatuh bangun”.27
3. Metode Penelitian
Penelitian ini juga menentukan metode penelitian dengan
menggunakan teori jurnalistik advokasi berupa unsur-unsur yang ada di
dalamnya. Unsur-unsur tersebut pertama adalah titik berat berita berupa
pengungkapan masalah serius, ancaman terhadap kelompok minoritas dan
penduduk asli atau menekankan unsur kebenaran yang didapat berdasarkan
hasil laporan investigasi. Kedua, isu yang diangkat yaitu permasalahan
orang kecil, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), atau keberanian dan
perlawanan rakyat kecil. Ketiga, narasumber yang dipilih adalah rakyat
kecil, kelompok minoritas, saksi mata. Keempat, prioritas kerja dalam
jurnalistik advokasi yaitu memunculkan masalah pelanggaran negara
terhadap elemen masyarakat yang tidak mampu bersuara. Kelima, asas
24
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, 5th
ed..( Jakarta:
Kencana, 2010), h. 57-58.
25 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, 9
th ed. (Bandung: ALFABETA, 2014), h, 9.
26 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, 9
th ed., h, 10.
27 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), h. 303.
12
legalitas dalam peliputan bila perlu menyamar seperti anggota intel dan
dalam penulisan berita berusaha menyamarkan nama narasumber
(dikhawatirkan mengalami ancaman dan penghilangan secara paksa).
Terakhir adalah keenam berupa harapan pasca-pemuatan berita yaitu
muncul perdebatan dan polemik pada masyarakat yang berujung pada
penguatan hak-hak rakyat dan tuntutan agar pemerintah memperbaiki
kebijakan.28
4. Objek Penelitian
Penelitian ini memiliki objek yaitu isi program Delik edisi 10 dan 17
November 2014 yang ditayangkan di RCTI.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian diadakan selama tiga bulan sejak Februari 2015–
April 2015. Tempat pengambilan data dokumentasi berupa rekaman
tayangan proram Delik RCTI berada di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Pusat, Gedung Bapeten Lt. 6, Jl. Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat.
Tempat penelitian lainnya untuk mendapatkan data referensi adalah
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum.
6. Teknik Pengumpulan Data
Ada tiga metode pengumpulan data dalam penelitian ini:
a. Dokumentasi
28
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan Menghadapi
Tugas Jurnalistik, h. 59.
13
Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi untuk
mengumpulkan data. Dokumentasi bisa berbentuk dokumen publik
atau dokumen privat. Dokumen publik misalnya laporan polisi, berita-
berita surat kabar, transkrip acara TV, dan lainnya. Dokumen privat
misalnya memo, surat-surat, catatan telepon, buku harian individu, dan
lainnya.29
Jadi, data dokumentasi yang kemudian didapatkan berupa
rekaman siaran program Delik edisi November dan Desember 2014
yang ditayangkan di RCTI. Selain itu, dokumen yang juga
dikumpulkan berupa secara umum company profile RCTI.
Dalam mengumpulkan data diperlukan juga buku-buku ilmiah
atau karya-karya ilmiah yang terkait dengan tema penelitian ini dan
juga menggunakan. Semua itu didapatkan melalui pencarian di
perpustakaan.
7. Teknik Analisis Data
Proses penelitian kualitatif akan melibatkan data verbal yang banyak,
yang harus ditranskripkan, objek-objek, situasi, ataupun peristiwa dengan
aktor yang sama atau bahkan sama sekali berbeda. Biasanya data atau
informasi yang diterima oleh peneliti belum siap untuk dianalisis sebab
masih dalam bentuk kasar. Sebut saja misalnya, catatan lapangan yang
masih dalam coretan-coretan yang sulit untuk dibaca orang lain, rekaman
yang belum ditranskripkan (dibuat dalam naskah verbatim, foto-foto yang
belum dicetak, atau belum dikelompokkan). Kesemua itu perlu ditata,
diedit, diperbaiki, kemudian diketik ulang.30
29
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, h.120. 30
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, h. 147.
14
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.31
Selanjutnya, semua data yang terkumpul dan tertata dianalisis
dengan menggunakan teori jurnalime advokasi berupa unsur-unsur teori
tersebut. Teori itu memiliki enam unsur sebagai alat analisis dalam
penelitian ini. Unsur pertama adalah titik berat berita. Kemudian, unsur
kedua berupa isu yang diangkat. Ketiga, unsur ketiga ialah narasumber
yang diwawancarai. Keempat, prioritas kerja dalam jurnalistik advokasi.
Kelima, asas legalitas yang digunakan dalam peliputan jurnalistik
advokasi. Keenam, harapan pasca-pemuatan berita.
Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya
dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense
of ) terhadap data, menafsirkan (interpreting), atau mentransformasikan
(transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi. Kemudian, narasi-
narasi itu mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi
ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final.32
8. Sumber Data
Dalam penelitian ini diperrlukan dua jenis sumber data. Penjelasan
masing-masing sumber data tersebut sebagai berikut:
31
Sugiono, Memahami Penelitian Kulalitatif , 9th
ed., h. 89. 32
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKiS Yoyakarta, 2008), h. 100.
15
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data
pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa
responden, dari hasil pengisian kuesioner, wawancara, dan observasi.
Dalam analisis isi, data primernya adalah isi komunikasi yang diteliti.
Karena itu sumber datanya berupa dokumentasi. Data primer ini
termasuk data mentah (row data) yang harus diproses lagi sehingga
menjadi informasi yang bermakna.33
Karena itu, data primer yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber langsung
dari RCTI. Kemudian, penelitian ini menggunakan data yang
bersumber dari dokumentasi, dan studi pustaka.
b. Data Sekunder
Ada sumber data yang berasal selain dari subjek penelitian,
sehingga menurut Rachmat Kriyantono data tersebut adalah data
sekunder atau data yang diperoleh dari sumber kedua/sumber
sekunder. Data ini juga dapat diperoleh dari data primer penelitian
terdahulu yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti
tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga menjadi
informatif bagi pihak lain. Karena data sekunder itu bersifat
melengkapi data primer, peneliti dituntut hati-hati atau menyeleksi data
sekunder jangan sampai data tersebut tidak sesuai dengan tujuan riset
penelitiatau mungkin terlalu banyak (overloaded). Selain melengkapi,
33
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, h. 42.
16
biasanya data sekunder ini sangat membantu periset bila data primer
terbatas atau sulit diperoleh.34
Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari KPI Pusat.
KPIsebagai lembaga negara yang bersifat independen mengatur hal-hal
mengenai penyiaran.35
KPI juga sebagai wujud peran serta masyarakat
berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat
akan penyiaran.36
Peran serta masyarakat yang dimaksud itu, yaitu
organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan
kalangan pendidikan, dapat mengembangkan literasi dan/atau
pemantauan Lembaga Penyiaran.37
Berdasarkan penjelasan tersebut,
RCTI berarti sebagai media penyiaran yang masuk dalam pengawasan
KPI. Jadi, KPI diputuskan sebagai sumber data sekunder bagi
penelitian ini untuk memeroleh rekaman siaran program Delik yang
tayang di RCTI.
9. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman
penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi
dkk. yang diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance
(CeQDA)Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini membagi penulisannya ke dalam lima bab untuk
memudahkan pembatasan secara sistematis. Kelima bab itu sebagai berikut:
34
Rachmat kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, h. 42. 35
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pasal 7
Ayat 2. 36
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pasal 8
ayat 1. 37
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pasal 52
ayat 2.
17
BAB I berupa pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat
Penelitian. Bab ini juga berisi Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II memiliki isi teori-teori yang menjadi landasan penelitian. Judul
pada bab ini dikenal dengan Landasan Teoritis. Bab ini menjelaskan teori yang
mencakup Jurnalistik Advokasi berisi pengertian jurnalistik secara umum,
pengertian advokasi berserta jenis-jenisnya, pengertian jurnalistik advokasi
dengan unsur-unsur yang ada di dalamnya.
BAB III merupakan gambaran umum yang menggambarkan profil
RCTI sebagai sebuah perusahaan media massa, sehingga isinya mencakup
sejarah, visi dan misi, dan struktur organisasi. Selain itu, ada juga penjelasan
profil program Delik.
BAB IV adalah temuan dan analisis data. Dalam bab ini dianalisis
data-data yang telah diperoleh peneliti. Ada enam unsur jurnalistik advokasi
sebagai alat analisis dalam penelitian ini. Unsur pertama adalah Titik Berat
Berita. Kemudian, unsur kedua isu yang diangkat dalan jurnalistik advokasi.
Ketiga, unsur ketiga ialah Narasumber yang diwawancarai. Keempat, prioritas
kerja dalam jurnalistik advokasi. Kelima, asas legalitas yang digunakan dalam
peliputan jurnalistik advokasi. Keenam, harapan pasca-pemuatan berita hasil
dari jurnalistik advokasi.
BAB V berisi kesimpulan dan saran dari hasil analisis penelitian ini.
Penulis memberikan saran untuk RCTI dan Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam terkait hasil penelitian yang telah dilakukan.
18
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. JURNALISME ADVOKASI
Dalam bab ini diperlukan penjelasan mengenai jurnalisme dan
advokasi sebelum masuk ke dalam pembahasan teori jurnalisme advokasi.
1. Pengertian Jurnalisme
Jurnalisme adalah kegiatan yang berhubungan dengan proses
mencari, mengolah, dan menyiarkan informasi kepada khalayak dan
disebarkan melalui media massa (cetak dan elektronik).1
Jurnalisme (karena ada kata isme) menunjuk pada paham atau aliran.
Paham yang dimaksud adalah paham yang berkaitan dengan jurnalistik.2
Kalaupun jurnalisme harus dikatakan sebuah isme, bisa dikatakan sebuah
perilaku khas yang dipunyai seseorang atau kelompok orang. Orang atau
kelompok orang ini mempunyai cara-cara tersendiri, tuntutan sendiri,
tujuan sendiri yang berbeda dengan yang lain. Jika jurnalisme diartikan
sebagai proses pencarian fakta, menulis dan menginformasikan kepada
orang lain fakta melalui media, maka jurnalisme adalah perilaku khas yang
dipunyai sekelompok orang yang bertugas mencari sampai menyiarkan
informasi itu. Karena menyiarkan berkait erat dengan hal (orang, media),
1 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 9.
2 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, h. 1.
19
maka jurnalisme juga berkaiatan erat dengan banyak hal tersebut.3 Jadi,
membahas jurnalisme tidak akan bisa dilepaskan dari hal-hal yang
berkaitan dengan:
1. Jurnalis yakni individu-individu yang bekerja, mencari, mengolah,
mengedit, dan menyiarkan informasi. Jurnalis sama dengan wartawan
atau orang yang bertugas melakukan kegiatan jurnalisme. Misalnya,
bagaimana melakukan investigasi ke lapangan, proses mengendus
berita dan lain-lain.
2. Media massa (cetak dan elektronik) atau pers yakni alat untuk
menyebarkan informasi yang sudah dicari oleh jurnalis. Media massa
ini juga termasuk berbagai macam kebijakan yang berkaitan dengan
eksistensinya. Berkaitan dengan media massa juga tidak bisa dilepaskan
dengan tulisan.
3. Bentuk pekerjaan dari jurnalis bisa tulisan, kata ujaran yang diucapkan
seperti seorang penyiar. Tulisan jurnalisme di antaranya adalah segala
bentuk penulisan yang ditulis jurnalis yang ada dalam media massa,
misalnya straight news, depth reporting, feature, dan lain-lain.
4. Khalayak sebagai dampak dari pekerjaan jurnalisme.
5. Genre atau jenis-jenis jurnalisme sebagai dampak dari perkembangan
teknologi komunikasi dan masyarakat.4
3 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, h. 2.
4 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, h. 9-10.
20
2. Pengertian Advokasi dan Jurnalisme Advokasi
Advokasi adalah melakukan pembelaan. Unsur penting dalam
advokasi adalah melakukan perubahan.5 Mengambil terminologi Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia atau Lembaga Bantuan Hukum
(YLBHI/LBH), advokasi harus berdimensi struktural. Maksudnya dalam
pembelaan tidak hanya bertujuan menyelesaikan masalah atau kasus yang
sedang ditangani tetapi juga melakukan perubahan sistem melalui advokasi
berbasis masalah atau kasus yang sedang ditangani.6 Advokasi struktural
sering disalahpahami sebagai advokasi terhadap kasus-kasus tertentu yang
berdimensi struktural, yaitu terkait dengan kemiskinan struktural,
pembungkaman hak politik seseorang oleh negara, atau kasus lain yang
memiliki hubungan dengan relasi timpang antara penguasa dengan rakyat.
Kasus struktural adalah penggusuran, kasus buruh, kasus politik, sedangkan
perceraian, kasus kekerasan terhadap perempuan (KTP) adalah bukan kasus
struktural.
Sesungguhnya dimensi struktural dalam sebuah kasus tidak terbatas
dalam relasi timpang dalam modal, kekuasaan politik, pembagian ruang di
perkotaan dan pedesaan tetapi juga tampak dalam relasi jender, atau hal
lainnya yang membuat seseorang terpinggirkan atau didiskriminasi.
Misalnya usia, minoritas agama atau keyakinan, orang dengan disabilitas,
orang dengan identitas jender dan orientasi seksual tertentu, minoritas
5 YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Edisi 2014: Pedoman Anda Memahami
dan menyelesaikan Masalah Hukum (T.tp: T.pn., 2014), h. 566. 6 YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Edisi 2014: Pedoman Anda Memahami
dan menyelesaikan Masalah Hukum), h. 566.
21
bahasa, minoritas etnis dan masyarakat adat serta suku asli.7
Ritu R.
Sharma mendefinisi advokasi sebagai berikut:8
1. Advokasi adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk mengubah
kebijakan, kedudukan atau program dari segala tipe institusi.
2. Advokasi berarti mengajukan, mempertahankan atau
merekomendasikan suatu gagasan di hadapan orang lain.
3. Advokasi ialah berbicara, menarik perhatian masyarakat tentang suatu
masalah, dan mengarahkan pengambil keputusan mencari solusi.
4. Advokasi adalah memasukan suatu problem ke dalam agenda,
mencarikan solusi mengenai problem tersebut dan membangun
dukungan untuk bertindak menangani problem maupun solusinya.
Secara garis besar, advokasi terdiri atas penanganan menggunakan
jalur pengadilan (ligitasi) dan di luar pengadilan (nonligitasi). Seringkali
ligitasi dan nonligitasi merupakan rangkaian yang tidak bisa dipisahkan.
Ligitasi dan nonligitasi dapat juga dilakukan secara kombinasi yaitu saat
melakukan gugatan juga melakukan kampanye ataupun upaya negosiasi.9
Dalam bab ini hanya dipaparkan lebih jauh mengenai advokasi nonlitigasi.
Pada dasarnya segala tindakan advokasi nonligitasi memerlukan
sebuah asumsi untuk keberhasilannya, yaitu upaya menyeimbangkan
kekuatan yang tadinya tidak seimbang. Ketidakseimbangan itu misalnya
7 YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Edisi 2014: Pedoman Anda Memahami
dan menyelesaikan Masalah Hukum, h. 566. 8 Ritu R. Sharma, Pengantar Advokasi Panduan Latihan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), h. 7-8. 9 YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Edisi 2014: Pedoman Anda Memahami
dan menyelesaikan Masalah Hukum, h. 567-568.
22
kasus yang mendera orang miskin yang herhadapan dengan pemerintah,
atau buruh yang berhadapan dengan penguasa. Selama penyeimbangan
kekuatan ini tidak terjadi, maka negosiasi, mediasi dan segala macam
penyelesaian akan memiliki hasil yang menguntungkan sebelah pihak.10
Beberapa bentuk tindakan umum advokasi nonlitigasi berupa mediasi,
negosiasi, arbitrase, lobi, kampanye, melakukan pengorganisasian
kelompok korban, mengubah kebijakan atau peraturan perundang-
undangan, dan aksi.11
Dari penjelasan tentang jurnalisme dan advokasi tersebut timbul
sebuah teori, yaitu jurnalisme advokasi. Menurut Eni Setiati, jurnalisme
advokasi merupakan kegiatan jurnalisme yang dilakukan oleh wartawan
dengan cara menyuntikkan opini ke dalam berita. Berdasarkan hasil
reportase, wartawan mengarahkan fakta untuk menbentuk opini publik.
Penulisan jurnalisme advokasi lebih "memercayai" objektifitas fakta dari
berita yang dicampur dengan pikiran wartawan.12
Dalam jurnalisme
advokasi, wartawan menyajikan keterampilannya dalam menyajikan fakta
(korelasi hasil liputan dengan pengamatan wartawan) sehingga
memunculkan liputan investigasi.13
Jadi, opini yang ditulis wartawan dalam
pemberitaannya memiliki korelasi erat dengan realitas fakta yang
mengandung kebenaran dan diolah berdasarkan sudut pandang wartawan
10
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Edisi 2014: Pedoman Anda Memahami
dan menyelesaikan Masalah Hukum, h. 584. 11
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Edisi 2014: Pedoman Anda Memahami
dan menyelesaikan Masalah Hukum, h.568. 12
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan
Menghadapi Tugas Jurnalistik ( Yogyakarta: CV Andi Offset (Penerbit Andi), 2005), h. 59 13
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan
Menghadapi Tugas Jurnalistik, h. 59
23
yang mencatat fakta di lapangan.14
Pemberitaan jurnalisme advokasi lebih
banyak ditujukan untuk suatu kepentingan tertentu yang disajikan dalam
bentuk pemberitaan fakta dan peristiwa.15
Ada aksi lain yang berjumlah 198 selain tindakan umum advokasi
nonlitigasi yang sudah disebutkan sebelumnya. Aksi-aksi itu diungkapkan
oleh Gene Sharp dan dikutip dalam buku Panduan Bantuan Hukum di
Indonesia Edisi 2014, disebut sebagai 198 Metode Tanpa Kekerasan.16
Namun, metode-metode itu biasanya dilakukan oleh para aktivis hukum
atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Berikut disajikan 198 Metode
Tanpa Kekerasan tersebut:
Metode Protes Dan Persuasi
Tanpa Kekerasan
3. Deklarasi oleh organisasi dan
lembaga
4. Pernyataan publik yang
ditandatangani
5. Deklarasi tentang dakwaan dan
niat
6. Petisi kelompok atau massa
Laporan Formal
1. Pidato Publik
2. Surat atau dukungan oposisi
14
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan
Menghadapi Tugas Jurnalistik, h. 99. 15
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan
Menghadapi Tugas Jurnalistik, h. 59. 16
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Edisi 2014: Pedoman Anda Memahami
dan menyelesaikan Masalah Hukum, h. 586.
24
Komunikasi dengan
Pemirsa yang lebih luas
Tindakan Publik
secara Simbolis
7. Slogan, karikatur, dan symbol
8. Spanduk, poster, tampilan
komunikasi
9. Leaflet, pamflet, dan buku
10. Koran dan jurnal
11. Merekam, radio, dan televisi
12. Skywriting dan earthwriting
18. Menampilkan bendera dan
warna simbolik
19. Mengenakam simbol
20. Berdoa dan penyembahan (pray
and worship)
21. Menyampaikan benda simbolik
22. Protes dengan menanggalkan
pakaian
23. Penghancuran barang milik
sendiri
24. Lampu simbolik
25. Menampilkan potret
26. Melukis/mengecat sebagai protes
27. Tanda-tanda dan nama baru
28. Suara simbolik
29. Reklamasi Simbolik
Representasi kelompok
13. Pengutusan
14. Penghargaan pura-pura
15. Kelompok lobi
16. Penjaga pemogokan
(pemogokan berganti)
17. Pemilihan pura-pura
25
30. Isyarat kasar 41. Ziarah
42. Iring-iringan mobil
43. Perkabungan politik
44. Pemakaman pura-pura
45. Pemakaman demonstrasi
46. Penghargaan/pemberian
penghargaan di tempat-tempat
pemakaman
47. Sidang protes atau dukungan
48. Pertemuan protes
49. Pertemuan protes yang
disamarkan
50. Serangkaian acara
Menghormati yang Meninggal
Sidang Umum
Tekanan Terhadap Individu
31. “Menghantui" pejabat
32. Mengejek pendapat
33. Bergaul secara bersahabat
34. Mengamati/memperhatikan pada
saat jam tidur malam hari
Drama dan Musik
35. Sandiwara lucu dan lelucon
yang nakal dan menyakitkan
hati
36. Pertunjukan drama dan musik
37. Nyayian
38. Pawai
39. Parade
40. Prosesi keagamaan
Prosesi
26
Penarikan dan Penolakan
60. Penghentian sementara kegiatan
sosial dan olahraga
61. Boikot urusan sosial
62. Pemogokan Mahasiswa
63. Ketidaktaatan Sosial
64. Penarikan dari lembaga-
lembaga sosial
65. Tinggal di rumah
66. Non-kooperasi pribadi secara
total
67. "Penerbangan" pekerja
68. Tempat untuk mengungsi
69. Penghilangan Kolektif
Non-kooperasi dengan Acara
Sosial, Adat/kebiasaan,
dan lembaga
Penarikan dari Sistem Sosial
51. Walk out
52. Keheningan
53. Menolak penghargaan
54. Berbalik badan
Metode Non-Kooperasi Sosial
Pengucilan Orang
55. Boikot sosial
56. Boikot sosial yang selektif
57. Mogok untuk berhubungan seks
sampai tuntutan dipenuhi
58. Pengucilan
59. Melarang
27
70. Emigrasi sebagai bentuk protes
(hijrah)
Tindakan oleh Pekerja
dan Produsen
Metode Non-Koperasi Ekonomi 78. Boikot Pekerja
79. Boikot Produsen
80. Boikot pemasok dan pedagang
81. Boikot pedagang
82. Penolakan untuk membiarkan
atau menjual properti
83. Larangan untuk bekerja
84. Penolakan bantuan industri
85. "Pemogokan umum" pedagang
Tindakan oleh Perantara
Tidakan oleh Pemilik
dan Manajemen
Boikot Ekonomi
Tindakan oleh Konsumen
71. Boikot Konsumen
72. Tidak mengkonsumsi barang
yang diboikot
73. Kebijakan penghematan
74. Pemotongan sewa
75. Penolakan untuk
menyewa/menyewakan
76. Boikot konsumen secara
nasional
77. Boikot konsumen secara
internasional
28
Aksi oleh Pemegang
Sumber Daya Keuangan
97. Pemogokan protes
98. Walk out kilat
99. Pemogokan Petani
100. Pemogokan pekerja pertanian
101. Penolakan oleh buruh
mengesankan
102. Pemogokan oleh tahanan
103. Pemogokan oleh pengrajin
104. Pemogokan oleh profesional
Metode Ekonomi Non-Kooperasi
Pemogokan
Pemogokan Simbolik
Pemogokan Pertanian
Pemogokan oleh
Kelompok Khusus
86. Penarikan deposito bank
87. Penolakan untuk membayar
biaya, iuran, dan taksiran
88. Penolakan untuk membayar
utang atau bunga
89. Pemutusan dana dan kredit
90. Penolakan Pendapatan
91. Penolakan uang pemerintah
Tindakan oleh Pemerintah
92. Embargo Domestik
93. Daftar hitam pedagang
94. Embargo penjual internasional
95. Embargo pembeli internasional
96. Embargo perdagangan
internasional
29
Pemogokan Industri Biasa 112. Melaporkan diri sakit ke
perusahaan secara bergantian
tetapi terus menerus
113. Pemogokan dengan
pengunduran diri
114. Pemogokan Terbatas
115. Pemogokan Selektif
105. Pemogokan perusahaan
106. Pemogokan industri
107. Pemogokan untuk mendukung
pekerja lain yang sedang dalam
sengketa industri
Pemogokan Terbatas Pemogokan Multi Industri
108. Pemogokan Detil
109. Mogok sambil mempersuasi
buruh dari perusahaan rival
untuk berproduksi lebih banyak
110. Mogok dengan cara
memperlambat kerja
111. Melakukan kerja secara
minimal sesuai dengan dengan
kontrak kerja, mirip seperti
slowdown
116. Pemogokan dari berbagai sektor
(buruh, pelajar, dll) di sebuah
wilayah
117. Pemogokan umum: dilakukan
buruh dari berbagai industri
biasanya untuk meminta
kebijakan ekonomi suatu negara
30
Kombinasi Pemogokan dan
Penutupan Ekonomi
Warga Non-Kooperasi
dengan Pemerintah
118. Hartal, berasal dari india yaitu
menutup toko/bisnis dan
menghentikan kerja
119. Menghentikan aktivitas bisnis
dalam skala besar sehingga bisa
melumpuhkan perekonomian
123. Boikot lembaga legislatif
124. Boikot pemilu
125. Boikot kerja dan posisi dalam
pemerintah
126. Boikot dari departemen,
lembaga, dan badan-badan
pemerintah lainnya
127. Penarikan dari lembaga
pendidikan pemerintah
128. Boikot organisasi yang
didukung pemerintah
129. Penolakan memberi bantuan
kepada penegak hukum
130. Penghapusan tanda-tanda
sendiri dan letak
Metode Politik Non-Koperasi
Penolakan Otoritas
120. Pemotongan atau penarikan
kesetiaan
121. Penolakan dukungan publik
122. Sastra dan pidato berisi anjuran
perlawanan
31
131. Penolakan untuk menerima
pejabat yang ditunjuk
132. Penolakan untuk membubarkan
lembaga yang ada
139. Non-kooperasi dengan
konspirasi dan deportasi
140. Bersembunyi, melarikan diri,
dan menggunakan identitas
palsu
141. Pembangkangan sipil terhadap
hukum yang tidak sah
142. Penolakan Selektif terhadap
bantuan pemerintah
143. Pemblokiran garis komando dan
informasi
144. Mengulur-ulur dan
mengganggu/menghambat
145. Non-kooperasi administrasi
umum
146. Non-kooperasi Yudisial
Tindakan oleh Personil Pemerintah
Alternatif Warga Negara
untuk Taat
133. Enggan dan lamban dalam
kepatuhan
134. Ketidakpaktuhan dalam
ketiadaan pengawasan langsung
135. Ketidaktaatan dengan cara-cara
yang populer/ketidaktaatan
yang meluas
136. Ketidaktaatan Menyamar
137. Penolakan pembubaran suatu
kumpulan/pertemuan
138. Menolak untuk melakukan
pekerjaan
32
147. Ketidakefisiensian dan non-
kooperatif yang selektif
dilakukan oleh penegak hukum
148. Pemberontakan
153. Pembatalan pengakuan
diplomatik
154. Pemutusan hubungan
diplomatik
155. Penarikan dari organisasi
internasional
156. Penolakan keanggotaan dalam
badan-badan internasional
157. Pengusiran dari organisasi
internasional
158. Membuka diri terhadap
sebagian lawan
Metode Intervensi
Tanpa Kekerasan
Intervensi Psikologis
Masyarakat Aksi Domestik
149. Tindakan menhindari dan
menunda quasi-legal
150. Non-kooperasi oleh konsituen
dari unit pemerintah
Aksi Masyarakat Internasional
151. Mengganti perwakilan
diplomatik dan perwakilan
lainnya
152. Penundaan dan pembatalan
peristiwa diplomatik
33
159. Puasa
1. Melakukan tekanan moral
melalui puasa
2. Mogok makan
3. Berpuasa dengan melakukan
prinsip satyagraha
160. Membalikkan penghakiman
161. Gangguan tanpa kekerasan
169. Serangan udara tanpa kekerasan
170. Invasi tanpa kekerasan
171. Menyeru tanpa kekerasan
172. Melakukan penghalangan tanpa
kekerasan
173. Pendudukan tanpa kekerasan
174. Membentuk teladan sosial baru
175. Fasilitas yang melebihi batas
176. Menunda-nunda
sesuatu/tindakan
177. Berbicara
178. Teater secara bergerilya
179. Lembaga sosial alternatif
180. Sistem komunikasi alternatif
Intervensi Sosial
Intervensi Fisik
162. Aksi duduk
163. Aksi berdiri
164. Memasuki tempat yang dilarang
165. Berjalan/malalui sesuatu
sehingga orang sulit melaluinya
166. Mill-in
167. Berdoa secara terus menerus
168. Penggerebekan tanpa kekerasan
34
Intervensi Ekonomi 192. Lembaga ekonomi alternatif
193. Sistem administrasi yang
melebihi kapasitas
194. Pengungkapan identitas agen
rahasia
195. Mencari pemenjaraan
196. Pembangkangan sipil terhadap
hukum yang netral
197. Bekerja untuk mempengaruhi
tanpa kolaborasi
198. Kedaulatan ganda dan
pemerintahan paralel
Intervensi Politik
181. Membalikkan pemogokan
182. Tetap-dalam pemogokan
183. Perampasan tanah tanpa
kekerasan
184. Menentang dan memblokade
185. Pemalsuan bermotif politik
186. Menghalangi pembelian
187. Penyitaan aset
188. Dumping: harga untuk eksport
lebih murah dari harga jual
domestik
189. Pemberian perlindungan
berdasarkan patron secara
selektif
190. Pasar alternatif
191. Sistem transportasi alternatif
Tabel 1 198 Metode Advokasi Nonlotigasi Tanpa Kekerasan
35
Pada sajian tabel Metode Tanpa Kekerasan sebelumnya, ada satu
istilah dalam aksi nomor 159 poin c yang perlu dijelaskan dalam bab ini,
yaitu satyagraha. Satyagraha adalah tindakan yang dilakukan seseorang
dengan komitmen tidak melakukan kekerasan, tidak menyimpan amarah,
menderita kemarahan dari lawan, dan secara sukarela ditahan atau disita
harta milik pribadinya. Atau tindakan yang dilakukan seseorang untuk tidak
menghormati dan tidak menghina bendera lawan atau pimpinan lawan,
tidak menghina lawan, apabila menjadi tahanan tidak meminta perlakuan
khusus atau tidak berpuasa untuk kenyamanan, serta tidak menjadi sebab
dari pertengkaran atau perselisihan komunal. Selanjutnya, tindakan yang
dilakukan seseorang untuk menghindari peristiwa yang menimbulkan
perselisihan komunal, membela lawan (tanpa kekerasan) dengan hidupmu
jika ia dihina atau diserang, dan jangan pernah mengutuk atau bersumpah.17
3. Pengertian Jurnalisme Advokasi
Definisi advokasi yang dijelaskan dan Metode Tanpa Kekerasan
yang disebutkan tadi tentu saja tidak dilakukan sepenuhnya oleh seorang
jurnalis karena kerja seorang jurnalis hanya sebatas bekerja, mencari,
mengolah, mengedit, dan menyiarkan informasi. Jurnalis sama dengan
wartawan atau orang yang bertugas melakukan kegiatan jurnalisme.
Misalnya, bagaimana melakukan investigasi ke lapangan, proses
mengendus berita dan lain-lain. Hanya saja berdasarkan pemahaman
advokasi dan training yang diterimanya, jurnalis itu menjadikan
17
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia Edisi 2014: Pedoman Anda Memahami
dan menyelesaikan Masalah Hukum, h. 590.
36
pemahaman advokasi tadi menjadi dasar dalam meliput dan menyajikan
berita. Misalnya, titik berat berita yang dihasilkan berisi pengungkapan
masalah serius, ancaman terhadap minoritas dan penduduk asli. Berita itu
bersumber dari isu yang diangkat adalah permasalah orang kecil,
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), keberanian dan perlawanan rakyat
kecil terhadap tiran. Kemudian, narasumber dalam berita tersebut biasanya
para korban, yaitu rakyat kecil, kelompok minoritas, dan saksi mata.
Setelah berita dimuat, ada harapan dari kemunculan berita itu timbul
perdebatan dan polemik pada masyarakat yang berujung pada penguatan
hak-hak rakyat dan tuntutan pemerintah memerbaiki kebijakan. Selanjutnya,
untuk lebih jelas, Eni Setiati menyajikan tabel perbedaan jurnalisme umum
dan jurnalisme advokasi berikut ini:18
Jurnalisme Umum Jurnalisme Advokasi
Titik Berat Berita Menekankan unsur
sensasional dan
permasalahan orang
banyak.
Mengungkapkan
masalah serius,
ancaman terhadap
kelompok minoritas
dan penduduk asli.
Menekankan pada
ketentuan liputan
Menekankan unsur
kebenaran yang didapat
18
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan
Menghadapi Tugas Jurnalistik, h. 59.
37
berimbang (bersikap
hati-hati pada
pemberitaan yang
mengandung unsur
SARA) dan selalu
menginformasikan
kebenaran informasi.
berdasarkan hasil
laporan investigasi.
Isu yang diangkat Masalah nasional yang
genting, peristiwa yang
terjadi dimasyarakat,
selebritis, wabah
penyakit, hiburan, dan
lain-lain.
Permasalahn orang
kecil, pelanggaran
HAM, keberanian dan
perlawanan rakyat
kecil.
Narasumber Tokoh yang punya
nama besar, pejabat
atau selebritas.
Korban, yaitu rakyat
kecil, kelompok
minoritas, saksi mata.
Prioritas kerja Membuat tulisan
mampu berbicara
seperti layaknya video
klip.
Memunculkan masalah
pelanggaran negara
terhadap elemen
masyarakat yang tidak
mampu bersuara.
38
Asas legalitas Menekankan tampilan
formal wartawan
dengan menunjukkan
identitas seperti kartu
pers atau surat tugas.
Bila perlu menyamar
seperti anggota intel
dan dalam penulisan
berita berusaha
menyamarkan nama
narasumber
(dikhawatirkan
mengalami ancaman
dan penghilangan
secara paksa).
Harapan pasca-
pemuatan berita
Masyarakat/pembaca
menjadi terhibur,
masyarakat mengetahui
berita mutakhir dan
mengikuti tren isu atau
gosip (mode, kesehatan,
teknologi, dan lain-
lain).
Muncul perdebatan dan
polemik pada
masyarakat yang
berujung pada
penguatan hak-hak
rakyat dan tuntutan
agar pemerintah
memperbaiki
kebijakan.
Tabel 2 Perbedaan Jurnalisme Umum dan Jurnalisme Advokasi
39
BAB III
A. Visi, Misi, danStrukturOrganisasi
Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jangkauan
terluas di Indonesia, melalui 48 stasiun relaynya program-program RCTI
disaksikan olehlebih dari 190,4 juta pemirsa yang tersebar di 478 kota di
seluruh Nusantara, atau kira-kira 80,1% dari jumlah penduduk Indonesia.1
Perkembangan RCTI tersebut tidak lepas dari visi dan misi yang
dimilikinya.Visi RCTI adalah sebagai media utama hiburan dan informasi.
RCTI menyajikan acara-acara yang menarik dan bermutu sehingga menjadi
televisi pilihan terbaik untuk hiburan dan informasi di Indonesia.
Keseimbangan antara bisnis dan tanggung jawab social berjalan seiring.Visi itu
didukung oleh sebuah misi berupa bersama menyediakan layanan prima.
RCTI member tekanan pada semangat kebersamaan dalam rangka
menumbuhkembangkan upaya-upaya bersama di mana semua komponen
perusahaan, dari tingkat atas sampai bawah, dirangsang, dikoordinasi serta
disistematisasi untuk berkarya sebaik mungkin dalam memberikan layanan
terbaiknya. Kemudian, ada tiga pilar utama yang berfungsi mewujudkan visi
dan misi tersebut. Pertama, keutamaan dalam kebersamaan. Kedua, bersatu
padu. Ketiga, sebuah kata "oke". Tiga pilar utama itu sekaligus berupa nilai
yang menjadi titik pusat untuk memotivasi dan mengilhami insan RCTI.
1Artikeldiaksespada 12 Agustus 2015dari http://www.rcti.tv/profile/view/1
40
Proses kerja dilakukan dengan semangat kebersamaan untuk sampai pada hasil
yang diharapkan para stakeholder, yang berawal dari kualitas, integritas, dan
dedikasi2.
Di RCTI sebuah kualitas bukanlah kata tanpa makna, melainkan
harmonisasi dari mimpi, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan,
dan doa. 6 (enam) aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program
RCTI yang mengusung motto "Kebanggaan Bersama Milik Bangsa" namun
tampil dalam kemasan yang "oke". Kualitas program-program RCTI pada
akhirnya mengantarkan RCTI untuk selalu menjadi yang terdepan dalam
industry penyiaran TV di Indonesia.3
2Artikeldiaksespada 12 Agustus 2015dari http://www.rcti.tv/profile/view/2/Visi%20-
%20Misi%20Dan%203%20Pilar%20Utama 3Artikeldiaksespada 12 Agustus 2015dari http://www.rcti.tv/profile/view/1
41
Dewan Komisaris
Komisaris utama
(Posma l. Tobing)
Wakil Komisaris Utama
(B. Rudijanto Tanoesoedibjo)
Komisaris
(Liliana Tanoesoedibjo)
Komisaris
(Ella kartika)
Selain konsep-konsep sebagai dasar pengelolaan RCTI yang sudah
dijelaskan sebelumnya, RCTI memiliki juga struktur organisasi dewan
komisaris4 dan dewan direksi
5 untuk mengimplementasikan konsep-konsep itu.
Struktur yang dimiliki RCTI sebagaiberikut:6
Gambar 1 Struktur Dewan Komisaris
4Artikeldiaksespada 12 Agustus
2015darihttp://www.rcti.tv/profile/views/3/Dewan%20Komisaris 5Artikeldiaksespada 12 Agustus 2015darihttp://www.rcti.tv/profile/views/4/Dewan%20Direksi
42
Dewan Direksi
Direktur Utama
(Harry Tanoesoedibjo)
Wakil Direktur Utama
(Kanti Mirdiati Imansyah)
Direktur Corporate Affairs
(Syafril Nasution)
Direktur Keuangan
(Jarod Suwahjo)
Direktur Sales &
Marketing (Tantan
Sumartana)
Direktur Produksi & Programming
(Dini Aryanti Putri)
Gambar 2 Struktur Dewan Direksi
B. Sarana Penunjang RCTI
Sebagai stasiun pertama dan nomor satu di Indonesia, RCTI memiliki
beberapa fasilitas penunjang yang memadai untuk mendukung kenyamanan
kerja, diantaranya:7
1. Gedung-gedung yang terdiri dari beberapa bagian gedung berfungsi sebagai
ruang kerja karyawan yaitu gedung utama, gedung annex, gedung studio 4,
gedung studio 1, gedung pergudangan, dan gedung koperasi.
7Artikeldiaksespada 12 Agustus
2015darihttp://www.rcti.tv/profile/view/5/Sarana%20Penunjang
43
2. RCTI memiliki 9 studio dengan berbagai ukuran, yang dipergunakan untuk
lokasi shooting program–program In House dan shooting berbagai kegiatan
promosi. Studio ini dilengkapi dengan peralatan syuting yang memadai.
3. Ada dua menara pemancar yang dimiliki RCTI, beberapa diantaranya yaitu
satu menara aktif setinggi 275 meter, dan satu lagimenara sebagai back u
psetinggi 151 meter.
4. Komplek RCTI dilengkapi dengan Masjid Raudhatul Jannah, yang cukup luas
dan mampu menampung banyak jamaah, serta dapat juga digunakan untuk
berbagai kegiatan keagamaan. Selain itu, ada kantin, mini market & kafe Le
Signature, serta areal parkir yang luas baik untuk parker karyawan maupun
parker tamu
5. Sarana Kesehatan berupa klinik dokter umum dan dokter gigi yang terdapat di
gedung koperasi, dilengkapi juga dengan apotik, dan ruang istirahat.
C. Profil Program Delik
Program Delik doperkitakan sudah dibentuk sejak tahun 2001. Delik
adalah salah satu program news magazine di RCTI. Program ini tidak
mengangkat isu yang sedang ramai sepanjang minggu atau biasanya para
jurnalis sebut issue of the week. Delik bukan mengangkat issue of the week.
Contohnya pada Oktober 2011 ada isu yang sedang hangat dan diangkat oleh
program berita harian, yaitu banjir Jakata. Tetapi program Delik dangan
44
Produser
Reporter Reporter
timnya pergi ke Kalimantan dan meliput soal pembantaian orang hutan. Itu
adalah di luar isu mainstream.8
Sumber ide untuk mengangkat sebuah tema dalam program Delik
berasal dari semua anggota tim, baik dari produser, reporter, atau para
kontributor di daerah. Saat ini Delik memiliki tiga anggota dalam satu tim,
yaitu seorang produser dan dua orang reporter.9
Gambar 3 Struktur Tim Program Delik RCTI
8 Wanwancara Pribadi dengan Rizky Hasan, Jakarta, 28 Oktober 2015.
9 Wanwancara Pribadi dengan Rizky Hasan.
45
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini disajikan data berupa transkrip tayangan Delik RCTI
edisi 10 November 2014 berjudul Anak dalam Cengkeramandan tayangan
Delik RCTI edisi 17 November 2014 berjudul(Harga) Bahan Bakar
Mahal yang sesuai dengan pembatasan masalah pada BAB I. Bagian
pertama diawali dengan penyajian data transkriptayangan Delik RCTI
edisi 11 November 2014 berjudul Anak dalam Cengkeraman. Setelah itu,
dilanjutkan dengan analisis data transkrip tersebut menggunakan unsur-
unsur jurnalistik advokasi.Kemudian, bagian kedua adalah penyajian data
transkrip tayangan Delik RCTIedisi 17 November 2014 berjudul(Harga)
Bahan Bakar Mahal dan diteruskan dengan analisis data transkrip tersebut.
A. Tayangan Delik RCTI Edisi 11 November 2014 Berjudul Reklamasi
Untuk Siapa?
Bagian ini diawali dengan sajian data transkrip tayangan Delik
RCTI Edisi 10 November 2014 Berjudul Reklamasi Untuk
Siapa?Kemudian, data transkrip tayangan itu dianalisis. Berikut ini adalah
data transkrip yang dimaksud:
1. Transkrip
Data transkrip tayangan ini tidak menyajikan semua informasi yang
disampaikan oleh narator Delik dan tokoh-tokoh dalam Delik edisi ini,
karena diseesuaikan dengan kebutuhan penelitian.Tayangan Delik edisi 10
November 2014 berjudul Reklamasi Untuk Siapa?Berita ini berisi tentang
46
rencana reklamasi Teluk Benoa yang didasarkan atas sebuah Peraturan
Presiden (Perpres).Rencana itu disambut berbagai pendapat dari warga
Bali, khususnya warga Benoa dan para ahli kelautan serta aktivis.Berikut
ini adalah data transkrip selengkapnya:
a. Segmen Pertama
1) Aksi demonstrasi (02:34-02:40): Tolak-tolak reklamasi! Tolak reklamasi
sekarang juga!
2) Narator Delik (02:41-02:53): Rencana reklamasi teluk benoa menuai
penolakan dari sebagian besar masyarakat adat Bali. Aksi penolakan ini
berlangsung sejak setahun lalu. Komunitas pemuda adat Bali turun ke
jalan menyuarakan aspirasi mereka.
3) Narator Delik (03-00-03:23): Tak hanya di jalan. Aksi penolakan
reklamasi juga terjadi di teluk Benoa. Ratusan warga dan pengusaha
pariwisata olahraga air, beramai-ramai melaut menuju rencana tempat
reklamasi. Ini adalah bentuk keprihatinan karena menganggap reklamasi
teluk Benoa akan mematikan ladang pencaharian mereka. Lalu apa
tanggapan warga Bali lainnya dengan rencana reklamasi di teluk Benoa?
4) Ayu Gita (warga) (03:24-03:36): Saya kurang setuju dengan adanya
reklamasi. Karena saya enggak tau akan berdampak seperti apa ke
depannya dengan adanya reklamasi. Sebenarnya kasihan ya dengan
alamnya dengan diadakannya reklamasi.
47
5) Dewa Ayu (warga) (03:37-03:47): Kasihan juga kalau misalnya
lingkungan Bali kita itu dijadikan reklamasi seperti itu, dijadikan
perkembangan mendingankan lingkungan itu kita jaga.
6) Agung (warga) (03:48-03:53): Kalau untuk reklamasi itu sendiri sih untuk
pribadi saya ya itu bagus sih ke depannya.
7) Narator Delik (03:57-04:10): Rencana reklamasi teluk Benoa memang
harus berhitung dengan keanekaragaman hayati, salah satunya hutan
mangrove. Memiliki luas 1.300 hektare hutan mangrove ini bahkan
memikat hati Cristiano Ronaldo tahun lalu.
8) Narator Delik (04:14-04:25): Ditemui di kampus udayana Bali, Dekan
Fakultas Teknik Kelautan dan Perikanan, Iwayan Artane mengatakan
kawasan mangrove di teluk Benoa tidak tergantikan karena keunikan dan
fungsinya.
9) Iwayan Artane (Dekan Fakultas Kelautan &Perikanan Universitas
Udayana) (04:26-04:55): Kalau kita ngomong teluk benoa ini unik sekali
bagi Bali Selatan karena kita punya kawasan mangrove yang luasnya
1.300 di teluk Benoa ini. Isu lingkungan memang sangat unik dan untuk
teluk Benoa tidak tergantikan. Kita cuma punya itu. Jadi, dari segi
ecological important jadi dari kacamata scientific ini tempat ini sangat
penting.
10) Narator Delik (04:57-05:23): Sementara itu koordinator Forum Rakyat
Bali Tolak Reklamasi atau For BALI, Gendo Suardana mengatakan
rencana reklamasi teluk benoa juga berpotensi mematikan fungsi teluk
Benoa sebagai tampungan banjir dari lima daerah aliran sungai. Lima
48
daerah aliran sungai tersebut antara lain, Sungai Badung, Sungai Mati,
Sungai Tuban, Sungai Bualu, Sungai Same, serta sungai-sungai lain yang
berasal dari alur rawa.
11) Gendo Suardana (koordinator For BALI) (05:24-05:34): Ada lima fungsi
konservasi teluk Benoa dan jika itu direklamasi di kawasan ini, maka itu
menyebabkan fungsi dan nilai konservasinya hilang bahkan menimbulkan
dampak lingkungan yang luar biasa.
b. Segmen ke dua
1) Narator Delik (06:14-06:38): Mengunjungi Bali maka saya terkejut dengan
tebaran baliho penolakan reklamasi teluk Benoa yang terpasang hampir di
setiap banjar. Baliho ini terpasang mulai dari kawasan kota, tepi pantai,
sampai pegunungan. Banyaknya baliho penolakan reklamasi teluk Benoa
ini, seolah menunjukan keinginan kuat sebagian besar masyarakat Bali
untuk menjaga kelestarian alam dari reklamasi.
2) Reporter Delik (06:45-07:22): Pemirsa. Baliho penolakan terhadap
reklamasi teluk Benoa masih terpasang di Bali. Salah satunya dari di
kawasan Legian, Kute, Bali, seperti ada yang di samping saya ini. Di sini
tertulis setiap organisasi kepemudaan adat Bali menuntut pencabutan
Perpres No. 51 tahun 2014 yang dianggap akan merusak alam. Salah satu
poin pentingnya adalah mengubah zona konservasi teluk Benoa menjadi
zona budidaya yang dapat direklamasi. Lalu, benarkah reklamasi teluk
Benoa akan mengancam biota laut yang ada disekitarnya dan bagaimana
49
perjuangan masyarakat Bali untuk menolak reklamasi teluk Benoa?
Berikut liputannya.
3) Narator Delik (07:35-07:55): Pulau Bali. Pulau seribu pure ini menjadi
destinasi wisata pelancong dari berbagai negara di dunia. Budaya yang
terjaga dan alamnya yang indah, menjadi paket lengkap untuk
memanjakan diri saat berlibur. Bagi sebagian besar wisatawan, pantai
menjadi salah satu daya tarik, termasuk tanjung Benoa.
4) Narator Delik (08:00-08:16): Keesokan paginya laju mobil kami pun
langsung mengarah ke Benoa untuk mencari tahu apa yang sebenarnya
terjadi. Beberapa orang warga mulai dari nelayan sampai pengusaha
pariwisata yang kami temui berkomentar atas rencana reklamasi di teluk
Benoa.
5) Wayang (nelayan tanjung Benoa) (08:17-08:34): Sekarang susah sekali
untuk dapat ikannya. Beda dengan lima tahun yang lalu. Kalau ikan kita
pancing itu bisa 20 kiloanlah satu hari minimal itu. Kalau sekarang paling-
paling kita dapat lima kiloan.
6) I Made Reken (nelayan tanjung Benoa) (08:35-08:45): Kalau direklamasi
juga kita kan mencari umpan di sana, cari udang. Di mana kita mencari
udang pak. Ya itu tempat-tempat kita mencari udang juga.
7) Made Agus (pengusaha pariwisata olahraga air) (08:46-08:59): Kita di sini
ada empat banjar sudah menolak reklamasi. Di barat itu airnya sudah naik.
Apalagi itu direklamasi terus debet dari air ini mau lari ke mana? Pasti
akan masuk ke desa kami.
50
8) Nyoman Sudana (warga tanjung Benoa) (09:00-09:20): Yang sangat kami
khawatirkan dengan adanya reklamasi teluk Benoa ini adalah masyarakat
kami di sini untuk mata pencahariannya sebagai nelayan, itu akan
terbunuh. Karena reklamasi teluk Benoa ini akan menyesengsarakan
masyarakat.
9) Narator Delik (09:23-10:02): Keluh kesah nelayan seperti Made dan
Wayang seharusnya menjadi PR bagi pemerintah. Dengan tangkapan yang
semakin sedikit, entahapa kelak yang akan terjadi jika pemerintah tetap
ngotot mereklamasi teluk Benoa. Data yang kami dapatkan dari seorang
narasumber menunjukan rencana pembangunan 14 pulau di teluk Benoa.
Diduga pulau-pulau ini akan digunakan sebagai sarana pariwisata inilah
yang kemudian yang menjadi kekhawatiran pengusaha pariwisata air di
tanjung Benoa. Untuk mengetahui lebih lengkap apa saja yang diinginkan
masyarakat Benoa. Kami bertemu dengan Made Wijaya, seorang
pengusaha wisata bahari dan juga tokoh masyarakat desa.
10) Reporter Delik (10:03-10:07): Kalau yang reklamasi sebenarnya disebelah
mana?
11) Made Wijaya (pengusaha pariwisata olahraga air) (10:08-10:26):
Reklamasi dari sini keliling yang luasannya berkisar 838 hektar sesuai
dengan konteks perjanjian. Dan gambar sideplan-nya sudah dipampang
sudah menyebar luas. Dia berbentuk seperti pulau-pulau.
12) Reporter Delik (10:30-10:38): Nah, pak Made kemudian apa yang paling
dikhawatirkan masyarakat di sekitaran teluk Benoa ini dengan adanya
rencana reklamasi ini selain banjir rob nanti?
51
13) Made Wijaya (pengusaha pariwisata olah raga air) (10:39-11:13): Jadi,
kekhawatiran yang utama bagi kami adalah dari sudut pandang budaya dan
adat istiadat. Ketergeseran budaya generasi. Itu yang kita takutkan yang
menjadi ikon Bali ini adalah kita bisa mempertahankan budaya kita, adat
istiadat kita, keanekaragaman seni. Kalau ini dibangun menjadi kawasan
terpadu dari sudut yang paling mematikan kesejahteraan masyarakat
adalah kami akan bersaing dengan kaum kapitalis.
14) Narator Delik (11:55-12:25): Jauh sebelum muncul rencana reklamasi
teluk Benoa tahun ini. Pulau serangan menjadi korban kebijakan
reklamasi. Lokasinya pun masih di teluk Benoa. Pemerintah harusnya bisa
berkaca dari reklamasi pulau serangan tahun 1996. Pulau seluas 100 hektar
ini direklamasi menjadi 400 hektar. Sayang, hingga sekarang pulau
serangan tak ubahnya seperti pulau tandus tanpa kejelasan
keperuntukannya.
15) Gendo Suardana (koordinator ForBALI) (12:26-13:07): Dengan mimpi
yang sama indahnya akan menjadi kawasan marine, menjadi ikon wisata
yang baru, destinasi baru, meningkatkan kunjungan wisata, kesejahteraan
rakyat dan segala macamnya tapi faktanya yang ada adalah kemudian
pulaunya terlantar sampai detik ini menjadi hamparan kapur,
menghilangkan corak produksi nelayan, menghilangkan habitat penyu,
menghilangkan ekosistem mangrove, menghilangkan ratusan hektar
trumbu karang, dan diduga menyebabkan abrasi sampai ke wilayah pantai
timur dan selatan bagian timur pulau Bali dan siapa yang menanggung itu?
Ga ada. Lalu mana mimpi-mimpi indah itu? Ga ada.
52
16) Narator Delik (13:09-13:12): Ini juga yang kemudian membuat Made
Wijaya dan sebagian masyarakat Benoa menolak rencana reklamasi,
ditambah lagi sebelumnya warga tak pernah mendapat sosialisasi.
17) Made Wijaya (pengusaha pariwisata olah raga air) (13:22-13:38): Ada
misskomunikasi yang terjadi dari kebijakan yang diambil. Tidak perlu
rakyat dan tidak sosialisasi ke bawah. Apa yang diinginkan oleh
masyarakat Kuta Selatan dengan mereklamasi teluk Benoa ini? Saya rasa
ini tidak tepat yang kita inginkan.
18) Narator Delik (13:44-14:12): Sebagai salah satu tujuan wisata bahari,
Benoa selalu ramai dikunjungi wisatawan. Pemandangan Benoa selalu
ramai dikunjungi wisatawan. Pemandangan bawah lautnya pun tak kalah
menggoda. Namun, ketenangan tanjung Benoa sontak menjadi
perbincangan warga Bali dalam setahun terakhir. Teluk Benoa terancam
oleh rencana reklamasi pembangunan pulau baru. Pada rezim sebelumnya
SBY sabagai presiden mengeluarkan Perpres No. 45 tahun 2011 tentang
tata ruang perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.
19) Gendo Suardana (koordinator ForBALI) (14:13-14:33): Perpres atau
peraturan presiden No. 45 tahun 2011 tentang rencana tata ruang kawasan
Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan oleh presiden sembari menetapkan
di sini ada perencanaan jalan tol diatas laut maka presiden juga
menetapkan kawasan ini sebagai kawasan konservasi perairan ditandai
dengan warna ungu.
20) Narator Delik (14:36-15:19): Aturan ini kemudian diperkuat dengan
Perpres No. 122 tahun 2012 tentang reklamasi di wilayah pesisir dan
53
pulau-pulau kecil. Pada pasal dua ayat tiga menyebutkan bahwa reklamasi
tidak bisa dilakukan di kawasan konservasi perairan dan alur laut. Tapi
entah mengapa setahun menjelang masa kepemimpinan berakhir. SBY
justru mengeluarkan Perpres No. 51 tahun 2014 yang menyebabkan
perubahan kawasan konservasi perairan pesisir teluk Benoa menjadi zona
penyangga dan dapat direklamasi. Sementara itu, pengamat kelautan
Zulficar Mochtar mengatakan reklamasi pantai yang dilakukan Indonesia
cenderung tidak menguntungkan rakyat.
21) Zulficar Mochtar (pengamat kelautan) (15:20-15:46): Mayoritas dilakukan
di Indonesia ini inisiatif-inisiatif reklamasi yang dilakukan cenderung
untuk mendorong pemanfaatan untuk properti atau untuk wisata segala
macam yang dalam konteks urgensi mungkin tidak urgen sebenarnya.
Akhirnya dalam konteks manfaat juga ini tidak menguntungkan
masyarakat secara keseluruhan, bahkan mungkin disinyalir, ini hanya
menguntungkan beberapa pihak, termasuk misalnya pemodal gitu.
22) Narator Delik (15:52-16:04): Inisiatif reklamasi pantai bukan sesuatu yang
haram dilakukan. Namun, ada banyak dampak yang akan terjadi akibat
reklamasi. Salah satunya ancaman kerusakan ekosistem dan kehidupan
sosial warga sekitar.
2. Analisis
Tayangan pertama Delik RCTI yang dianalisis adalah edisi 10
November 2014 berjudul Reklamasi Untuk Siapa? Tayangan ini berisi
berita tentang rencana reklamasi teluk Benoa yang didasarkan atas Perpres
No. 51 Tahun 2014.Rencana itu disambut pendapat yang pro dan kontra
54
dari warga Bali, khususnya warga Benoa.Ada juga pendapat mengenai
keuntungan dan kerugian dari reklamasi Teluk Benoa yang disampaikan
para ahli kelautan dan aktivis ikut. Dalam tayangan ini juga ditampilkan
salah satu kasus kegagalan reklamasi yang pernah terjadi di Pulau
Serangan yang masih terletak di teluk Benoa.
Dalam analisis ini setiap data transkrip yang ditemukan dianalisis
menggunakan enam unsur jurnalistik advokasi. Keenam unsur tersebut
adalahpertama titik berat berita berupa pengungkapan masalah serius,
ancaman terhadap kelompok minoritas dan penduduk asli atau
menekankan unsur kebenaran yang didapat berdasarkan hasil laporan
investigasi. Kedua, isu yang diangkat adalah permasalahn orang kecil,
pelanggaran Hak Asasi Manusia(HAM), keberanian dan perlawanan
rakyat kecil. Ketiga, narasumber ialah korban, yaitu rakyat kecil,
kelompok minoritas, saksi mata.Keempat, prioritas kerja dalam jurnalistik
advokasi yaitu memunculkan masalah pelanggaran negara terhadap
elemen masyarakat yang tidak mampu bersuara. Kelima, asas legalitas
dalam peliputan bila perlu menyamar seperti anggota intel dan dalam
penulisan berita berusaha menyamarkan nama narasumber (dikhawatirkan
mengalami ancaman dan penghilangan secara paksa). Terakhir adalah
keenam berupa harapan pasca-pemuatan berita yaitu muncul perdebatan
dan polemik pada masyarakat yang berujung pada penguatan hak-hak
rakyat dan tuntutan agar pemerintah memperbaiki kebijakan
Analisis tayangan Delik RCTI edisi ini dimulai dengan analisis
menggunakan unsur pertama jurnalistik advokasi untuk temuan data
55
berupa narasi di menit 09:23-10:02 yang disampaikan narator Delik RCTI.
Berikut ini adalah analisisnya:
UnsurPertama
Jurnalisme Advokasi
Temuan Data
Titik Berat Berita:
a) Mengungkapkan masalah
serius, ancaman terhadap
kelompok minoritas dan
penduduk asli.
b) Menekankan unsur kebenaran
yang didapat berdasarkan
hasil laporan investigasi
Narator Delik (09:23-10:02): Keluh
kesah nelayan seperti Made dan
Wayang seharusnya menjadi PR bagi
pemerintah. Dengan tangkapan yang
semakin sedikit, entah apa kelak yang
akan terjadi jika pemerintah tetap
ngotot mereklamasi teluk Benoa. Data
yang kami dapatkan dari seorang
narasumber menunjukan rencana
pembangunan 14 pulau di teluk
Benoa. Diduga pulau-pulau ini akan
digunakan sebagai sarana pariwisata
inilah yang kemudian yang menjadi
kekhawatiran pengusaha pariwisata
air di tanjung Benoa.
Analisis
Teks di menit 09:23-10:02 diawali kalimat "Keluh kesah nelayan seperti
Made dan Wayang seharusnya menjadi PR bagi pemerintah. Dengan
tangkapan yang semakin sedikit, entah apa kelak yang akan terjadi jika
56
pemerintah tetap ngotot mereklamasi teluk Benoa." Dengan mengatakan
kalimat itu, Deliksengaja menunjukan bahwa nelayan akan terancam jika
reklamasi Teluk Benoa terwujud karena nelayanlah yang akan merasakan
dampak negatif dari reklamasi itu. Delik menunjukkan pembelaannya
kepada masyarakat kecil lewat pemberitaan itu.
Sementara itu, dengan kalimat, "Data yang kami dapatkan dari seorang
narasumber menunjukan rencana pembangunan 14 pulau di teluk Benoa.
Diduga pulau-pulau ini akan digunakan sebagai sarana pariwisata inilah
yang kemudian yang menjadi kekhawatiran pengusaha pariwisata air di
tanjung Benoa...Untuk mengetahui lebih lengkap apa saja yang diinginkan
masyarakat Benoa. Kami bertemu dengan Made Wijaya, seorang
pengusaha wisata bahari dan juga tokoh masyarakat desa” Delik
senyatanya telah berpihak pada kelompok minoritas dan penduduk asli. Ini
terlihat dari cara Delik yang lebih memilih rakyat kecil dan penduduk asli
sebagai narasumber ketimbang pengusaha pariwisata. Kemudian
keberpihakan itu juga diperkuat dengan penyataan dari Rizky Hasan,
produser Delik, “Kita mengambil tema itu karena hanya kepentingan
rakyat kecil yang terabaikan. Mereka kan hutuh corong untuk bersuara”1.
Tabel 3 Analisis Unsur Pertama Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik
Edisi 10 November 2014
Analisis kedua tayangan Delik RCTI edisi ini menggunakan unsur
kedua jurnalisme advokasi untuk temuan data berupa narasi di menit
06:45-07:22yang disampaikan reporter Delik RCTI. Berikut ini adalah
analisisnya:
1 Wawancara Pribadi dengan Rizky Hasan, Jakarta, 28 Oktober 2015.
57
Unsur Kedua Jurnalisme
Advokasi
Temuan Data
Isu yang diangkat adalah
permasalahan orang kecil,
pelanggaran HAM, keberanian
dan perlawanan rakyat kecil
Reporter Delik (06:45-07:22):
“Pemirsa. Baliho penolakan terhadap
reklamasi teluk Benoa masih
terpasang di Bali. Salah satunya dari
di kawasan Legian, Kute, Bali, seperti
ada yang di samping saya ini. Di sini
tertulis setiap organisasi kepemudaan
adat Bali menuntut pencabutan
Perpres No. 51 tahun 2014 yang
dianggap akan merusak alam. Salah
satu poin pentingnya adalah
mengubah zona konservasi teluk
Benoa menjadi zona budidaya yang
dapat direklamasi.” Lalu, benarkah
reklamasi teluk Benoa akan
mengancam biota laut yang ada
disekitarnya dan bagaimana
perjuangan masyarakat Bali untuk
menolak reklamasi teluk Benoa?
Berikut liputannya.
Analisis
Teks pada menit ini jelas terlihat menampilkan sebuah perlawanan dari
58
penduduk asli Bali untuk menolak rencana reklamasi teluk Benoa dengan
cara menuntut pencabutan sebuah peraturan presiden. Dengan
menampilkan penolakan ini, kru Delik berpihak kepada permasalahan
orang kecil, pelanggaran HAM, keberanian dan perlawanan rakyat kecil
Tabel 4 Analisis Unsur Kedua Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi
10 November 2014
Analisis ketiga tayangan Delik RCTI edisi ini menggunakan unsur
ketigajurnalisme advokasi untuk temuan data berupa kumpulan wawancara
dari sejumlah narasumber yang masing-masing muncul di menit 08:17-
08:34, 08:35-08:45, 08:46-08:59, dan 10:08-10:26 Berikut ini adalah
analisisnya:
Unsur Ketiga
Jurnalisme Advokasi
Temuan Data
Keberpihakan pada pemilihan
narasumber (rakyat kecil,
kelompok minoritas, saksi mata)
A. Wayang (nelayan tanjung Benoa)
(08:17-08:34): Sekarang susah
sekali untuk dapat ikannya. Beda
dengan lima tahun yang lalu.
Kalau ikan kita pancing itu bisa 20
kiloanlah satu hari minimal itu.
Kalau sekarang paling-paling kita
dapat lima kiloan.
B. I Made Reken (nelayan tanjung
Benoa) (08:35-08:45): Kalau
direklamasi juga kita kan mencari
59
umpan di sana, cari udang. Di
mana kita mencari udang pak. Ya
itu tempat-tempat kita mencari
udang juga.
C. Made Agus (pengusaha pariwisata
olahraga air) (08:46-08:59): Kita
di sini ada empat banjar sudah
menolak reklamasi. Di barat itu
airnya sudah naik. Apalagi itu
direklamasi terus debet dari air ini
mau lari ke mana? Pasti akan
masuk ke desa kami.
D. Made Wijaya (pengusaha
pariwisata olahraga air) (10:08-
10:26): Reklamasi dari sini
keliling yang luasannya berkisar
838 hektar sesuai dengan konteks
perjanjian. Dan gambar sideplan-
nya sudah dipampang sudah
menyebar luas. Dia berbentuk
seperti pulau-pulau.
Analisis
Dengan memilih narusumber Wayang yang hanya berprofesi sebagai
nelayan di Tanjung Benoa, lalu I Made Reken (nelayan tanjung Benoa),
60
Made Agus (pengusaha pariwisata olahraga air), dan Made Wijaya
(pengusaha pariwisata olahraga air), Delik sangat terlihat berpihak pada
rakyat kecil, kelompok minoritas. Itu disebabkan Delik sendiri tidak
memilih narasumber seperti selebritas, pejabat, atau tokoh terkenal. Jadi,
dapat disimpulkan, kru Delik telah menggunakan unsur ketiga jurnalisme
advokasi.
Tabel 5 Analisis Unsur Ketiga Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi
10 November 2014
Analisis keempat tayangan Delik RCTI edisi ini menggunakan
unsur kelimajurnalisme advokasi untuk temuan data berupa narasi di menit
14:36-15:19 yang disampaikan narator Delik RCTI. Berikut ini adalah
analisisnya:
Unsur kelima
Jurnalisme Advokasi
Temuan Data
Prioritas kerja:
Memunculkan masalah
pelanggaran negara terhadap
elemen masyarakat yang tidak
mampu bersuara
Narator Delik (14:36-15:19): Aturan
ini kemudian diperkuat dengan
Perpres No. 122 tahun 2012 tentang
reklamasi di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Pada pasal dua ayat
tiga disebutkan bahwa reklamasi tidak
bisa dilakukan di kawasan konservasi
perairan dan alur laut. “Tapi entah
mengapa setahun menjelang masa
61
kepemimpinanberakhir. SBY justru
mengeluarkan Perpres No. 51 tahun
2014 yang menyebabkan perubahan
kawasan konservasi perairan pesisir
teluk Benoa menjadi zona penyangga
dan dapat direklamasi. Sementara itu,
pengamat kelautan Zulficar Mochtar
mengatakan reklamasi pantai yang
dilakukan Indonesia cenderung tidak
menguntungkan rakyat.”
Analisis
Pemerintah melalui Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai presiden
di kala itu dengan mengeluarkan Perpres No. 51 tahun 2014 tentang teluk
Benoa yang dapat direklamasi ditentang secara tidak langsung oleh
Zulficar Mochtar dengan tanggapannya bahwa reklamasi tidak ada
manfaatnya bagi rakyat. Dengan mengungkapkan teks seperti itu, Delik
edisi ini tampak dengan sengaja namun tersamar memperlihatkan
pelanggaran masalah pelanggaran Negara terhadap rakyat kecil di Benoa.
Jadi, bisa disimpulkan teks ini mengimplementasikan unsur kelima
jurnalistik advokasi yang berisi prioritas kerja dalam jurnalitik advokasi
dengan memunculkan masalah pelanggaran negara terhadap elemen
masyarakat yang tidak mampu bersuara
Tabel 6 Analisis Unsur Kelima Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi
10 November 2014
62
Analisis kelima tayangan Delik RCTI edisi ini menggunakan unsur
terakhir jurnalisme advokasi yaitu untuk temuan data berupa narasi di
menit 09:23-10:02yang disampaikan narator Delik RCTI. Berikut ini
adalah analisisnya:
Unsur Keenam
Jurnalistik Advokasi
Temuan Data
Harapan pasca-pemuatan berita:
Muncul perdebatan dan polemik
pada masyarakat yang berujung
pada penguatan hak-hak rakyat
dan tuntutan agar pemerintah
memperbaiki kebijakan
Narator Delik (09:23-10:02): “Keluh
kesah nelayan seperti Made dan
Wayang seharusnya menjadi PR bagi
pemerintah. Dengan tangkapanyang
semakin sedikit, entah apa kelak yang
akan terjadi jika pemerintah tetap
ngotot mereklamasi teluk Benoa.”
Data yang kami dapatkan dari seorang
narasumber menunjukan rencana
pembangunan 14 pulau di teluk
Benoa. Diduga pulau-pulau ini akan
digunakan sebagai sarana pariwisata
inilah yang kemudian yang menjadi
kekhawatiran pengusaha pariwisata
air di tanjung Benoa. Untuk
mengetahui lebih lengkap apa saja
yang diinginkan masyarakat Benoa.
Kami bertemu dengan Made Wijaya,
63
seorang pengusaha wisata bahari dan
juga tokoh masyarakat desa.
Analisis
Kru Delik bukan tanpa sengaja dan rencana ketika memilih kalimat berikut
ini: “Keluh kesah nelayan seperti Made dan Wayang...”, dan ”Dengan
tangkapanyang semakin sedikit.... dibenturkan dengan kalimat “...entah
apa kelak yang akan terjadi jika pemerintah tetap ngotot mereklamasi
teluk Benoa.” Dengan memilih kalimat-kalimat itu, Delik sengaja
menciptakan harapan pasca-pemuatan beritanya ini agar muncul
perdebatan dan polemik pada masyarakat yang berujung pada penguatan
hak-hak rakyat dan tuntutan agar pemerintah memperbaiki kebijakan soal
reklamasi Benoa dan berpihak pada keluhan nelayan-nelayan tersebut.
Apalagi setelah itu kalimat mereka diperkuat dengan potongan kalimat
ini:“...seharusnya menjadi PR bagi pemerintah”. Kemudian juga ditambah
dengan ungkapan dari produser Delik sendiri, “mereka butuh corong
media nasional yang mau. Nah, Delik waktu itu menangkap isu itu dan
kita angkat… Jadi buat saya itu kesempatan buat mengangkat suara-suara
rakyat kecil ini di dengar di nasional.”2 Karena itu jelas unsur keenam
jurnalistik advokasi digunakan pada Delik edisi ini.
Tabel 7 Analisis Unsur Keenam Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi
10 November 2014
B. Tayangan Delik RCTI Edisi 17 November 2014 Berjudul(Harga) Bahan
Bakar Mahal
2 Wawancara Pribadi dengan Rizky Hasan.
64
Bagian ini diawali dengan sajian data berupa transkrip tayangan Delik
RCTI Edisi 17 November 2014 Berjudul (Harga) Bahan Bakar Mahal.
Kemudian, data transkrip tayangan itu dianalisis. Berikut ini adalah data
transkrip yang dimaksud:
1. Transkrip
Data transkrip tayangan ini tidak menyajikan semua informasi yang
disampaikan oleh narator Delik RCTI dan tokoh-tokoh dalam Delik edisi
ini, karena menyesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Tayangan kedua Delik RCTI ini adalah Edisi 17 November 2014
berjudul (Harga) Bahan Bakar Mahal.Tayangan berisi mengenai dampak
buruk yang dialami masyarakat Indonesia karena rencana kenaikan harga
BBM.Berikut ini transkrip yang dimaksud selengkapnya:
a. Segmen kesatu
1) Narator Delik (00:57-03:04): Jambi, salah satu propinsi penghasil minyak
bumi di Indonesia bahkan setiap hari wilayah ini mampu menghasilkan
hampir 20.000 barel minyak mentah. Ironisnya saat ini di beberapa SPBU
kota Jambi justru terjadi kelangkaan BBM bersubsidi sejak adanya
rencana kenaikan harga BBM. Hampir setiap hari terjadi antrian warga
untuk mendapatkan BBM. Namun, pasokan sering kali datang terlambat.
Antrian di SPBU hingga tiga km terjadi di Mamuju Utara, Sulawesi barat.
Hampir dua pekan ini salah satunya SPBU Pasanga Kayu berkurang
pasokannya. Kendaraan pengguna bensin maksimal hanya bisa membeli
Rp.150.000, sedangkan solar Rp.250.000. Akibatnya pembeli harus
meluangkan waktu menunggu bahkan sejak pagi hingga malam hari.
65
Begitu juga di tujuh SPBU kabupaten Palopo, Sulawesi Selatan menjelang
kenaikan BBM bersubsidi antrian kendaraan tidak terhindarkan. Di
wilayah ini pihak pertamina depo karang-karangan hanya memberi
pasokan 400.000 kilo liter BBM setiap hari. Sepekan terakhir di Kupang,
Nusa Tenggara Timur, warga sudah merasakan dampak kelangkaan BBM.
Nelayan terutama kesulitan memperoleh bahan bakar bersubsidi untuk
melaut. Kalimantan Timur berada di urutan kedua sebagai penghasil
minyak setelah provinsi Riau. Provinsi ini setiap harinya menghasilkan
hampir 400.000 barel minyak mentah. Bila wilayah lain harga BBM
bersubsidi selama ini Rp.6.500, diMahakam Ulu, Kalimantan Timur,
warga harus membeli bensin seharga Rp.35.000 per liter. Pertamina
sebagai pengatur distribusi BBM membantah terjadi kelangkaan bahan
bakar minyak. Menurut vice president corporate communication PT
Pertamina, Ali Mudakir, persediaan BBM masih mencukupi hingga akhir
tahun, termasuk BBM bersubsidi. Bahkan persediaan ketahanan stok
hingga 17 hari kebutuhan premium nasional, serta 19 hari kebutuhan solar
nasional.
2) Ali Mudakir (vice president corporate communication PT Pertamina)
(03:05-03:57): Dengan adanya wacana kenaikan harga BBM bersubsidi,
ini memang memicu orang untuk membeli secara berlebih. Kalau orang
biasanya tertarik itu kan solar, karena ada disparitas dengan harga solar itu
sendiri. Tapi beberapa minggu ini fenomena itu justru terbalik. Animo
masyarakat membeli premium itu juga semakin tinggi. Nah inilah yang
menyebabkan yang harusnya di suatu daerah, suatu pulau itu BBMnya
66
cukup untuk seminggu stock yang ada di situ baru kemudian kapal dateng
untuk mengisi kembali dengan animo masyarakat yang tinggi ini hanya
cukup tiga hari.
3) Narator Delik (03:59-04:10): Antrian untuk memeroleh BBM bersubsidi
sudah sepekan terjadi di beberapa daerah. Persoalan belum terjawab
pasokan terlambat datang bahkan BBM tidak merata sampai ke
masyarakat berhak.
4) Marwan Batubara (pengamat migas) (04:11-04:51): Di darat pun
maksudnya bisa di Jawa bisa di Sumatera itu terjadi penyelewengan dari
BBM bersubsidi itu digunakan oleh apa kalangan industri atau
pertambangan atau pertanian yang memang butuh banyak. Dalam rangka
mereka menghemat biaya itu kan mereka siap saja membayar katakan
kalau yang tidak bersubsidi itu 10.000 lalu yang bersubsidi katakan 6.500
dibeli dengan 7.000 atau 8.000 kan mereka juga masih untung.
b. Segmen kedua
1) Narator Delik (05:33-06:05): Awal pemerintah Jokowi-JK dibuka dengan
rencana kenaikan BBM. Meski hingga kini rencana kenaikan itu belum
diputuskan. Namun, hal ini telah memicu kenaikan sejumlah harga bahan
pokok. Untuk itu kami membuktikannya dengan mendatangi sejumlah
pasar. Salah satunya adalah pasar dikawasan bekasi ini. Dari sejumlah
pedagang kami mendapati beberapa bahan makanan yang sudah naik.
Sejumlah pedagang pun mulai resah dengan kenaikan harga tersebut.
67
2) Bejo (pedagang sayur) (06:06-06:17): Cabe merah yang tadinya dari 15
sekarang 60.000, cabe rawit merah dari 20 jadi 50, cabe rawit ijo dari 15
sekarang 55.
3) Cik Asuy (pedagang sembako) (06:18-06-24): Yang udah naik sih itu
beras, itu minyak, gula.
4) Narator Delik (06:26-06:33): Rencana kenaikan harga BBM juga
berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun dan ini tentu
berimbas pada omset pedagang.
5) Bejo (pedagang sayur) (06:34-06:44): Ya pengaruh banget lah pasti. Kita
biasanya abis 10 kilo, 20 kilo. Kadang-kadang lima kilo, tiga kilo. Biasa
beli seperapat-seperapat, sekarang belinya seons.
6) Narator Delik (06:45-06:52): Lantas bagaimana tanggapan masyarakat
atas melonjaknya harga pangan akibat dari rencana kenaikan BBM?
7) Ani (warga) (06:53-07:10): Cabe 50.000, cabe merah 60, cabe rawit 50.
Ya kalo BBM naik sih, maunya sih direndahin gitu diturunin gitu. Jangan
sampe naik gitu. Duit susah soalnya.
8) Suheni (warga) (07:11-07:38): Cabe kan sekarang udah 60. Tadinya kan
cuma 30, 20. Sekarang telor udah 19. Kita rakyat kecil jadinya terasa
inilah berat gitu. Kalau bisa mah bisa diturunin. Kita kan orang ya itulah,
susah gitu. Ya minta dituruninlah. Jangan sampai naik harganyalah. Kaya
semula gitu.
9) Narator Delik (07:40-09:15): Dalam tiga puluh tahun terakhir, kenaikan
harga BBM cenderung tidak stabil. Harga BBM cenderung berubah-ubah
mengikuti kebijakan pemerintah. Di era pemerintahan Suharto sejak 1980
68
hingga 1998 harga BBM tertinggi 1.200. Sementara di era BJ. Habibie
harga BBM sempat mengalami penurunan dari Rp.1.200 menjadi Rp.1000
pada 1998. Harga BBM sempat turun drastis di era Abdul Rahman Wahid
menjadi Rp.600 pada 1999. Namun kembali naik hingga Rp.1.450 pada
2001. Pada 2003 di era Megawati harga BBM terus merangkak naik
hingga ke angka Rp.1.800. Sementara di era SBY harga BBM cenderung
tidak stabil dengan harga tertinggi sebesar Rp.6.500 pada 2013, sementara
itu besaran subsidi selalu manjadi alasan naiknya harga BBM dalam 13
tahun terakhir. Besaran subsidi pertahun terus mengalami kelonjakan.
Hanya pada 2003 angka subsidi menurun drastis dari sebelumnya 2002
sebesar Rp. 20 triliun menjadi Rp.12 setengah triliun. Namun, pada tahun-
tahun berikutnya subsidi BBM terus meningkat hingga pada 2013 nilai
subsidi BBM menyentuh angka tertinggi hingga Rp. 193. Namun, pada
tahun yang sama harga BBM bertengger pada kisaran Rp.6.500.
10) Narator Delik (09:17-09:28): Pengamat kebijakan publik Siti Zuhro,
pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif sebagaimana direncanakan
pemerintah yang baru. Tidak ada artinya, jika nasib rakyat terabaikan.
11) Siti Zuhro (pengamat kebijakan publik) (09:29-10:12): Tentunya kita tidak
mengharapkan mereka-mereka yang kurang beruntung ini semakin
terpuruk kondisinya. Karena begitu BBM dinaikkan yang pasti
transportasi naik. Ketika transportasi naik, apa yang terjadi? Semua bahan
pokok itu merangkak naik. Nah ketika semua bahan kebutuhan pokok
naik, nah ini yang lalu mulai mengancam yang tidak beruntung secara
ekonomi, karena mereka tidak mampu lagi membeli secara memadai gitu
69
ya. Beras naik, gula, kopi, minyak gitu ya. Bahan kebutuhan pokok bahkan
tempe dan tahu pun ikut naik kan gitu.
2. Analisis
Tayangan kedua program Delik RCTI yang dianalisis adalah edisi
17 November 2014 berjudul (Harga) Bahan Bakar Mahal. Tayangan ini
mengenai dampak buruk yang dialami masyarakat Indonesia karena
rencana menaikan harga BBM yang akan dilakukan pemerintahan Jokowi-
JK. Kelangkaan BBM menjadi salah satu akibat dari rencana menaikan
harga BBM.Kelangkaan BBM memiliki dampak juga terhadap kenaikan
harga bahan pokok.Kemudian, itu berimbas pada daya beli masyarakat
menurun yang berakibat omset pedagang juga menurun.Kemudian,
diwarnai dengan pendapat masyarakat yang menolak rencana kenaikan
harga BBM yang dilakukkan pemerintah.
Dalam analisis ini setiap data transkrip yang ditemukan dianalisis
menggunakan enam unsur jurnalistik advokasi. Keenam unsur tersebut
yaitu pertama adalah Titik Berat Berita berupa pengungkapa masalah
serius, ancaman terhadap kelompok minoritas dan penduduk asli atau
menekankan unsur kebenaran yang didapat berdasarkan hasil laporan
investigasi. Kedua, Isu yang diangkat yaitu permasalahn orang kecil,
pelanggaran HAM, keberanian dan perlawanan rakyat kecil.Ketiga,
narasumber ialah korban, yaitu rakyat kecil, kelompok minoritas, saksi
mata.Keempat, Prioritas kerja dalam jurnalistik advokasi yaitu
70
memunculkan masalah pelanggaran negara terhadap elemen masyarakat
yang tidak mampu bersuara. Kelima, asas legalitas dalam peliputan bila
perlu menyamar seperti anggota intel dan dalam penulisan berita berusaha
menyamarkan nama narasumber (dikhawatirkan mengalami ancaman dan
penghilangan secara paksa). Terakhir adalah keenam berupa harapan
pasca-pemuatan berita yaitu muncul perdebatan dan polemik pada
masyarakat yang berujung pada penguatan hak-hak rakyat dan tuntutan
agar pemerintah memperbaiki kebijakan
Analisis tayangan Delik RCTI edisi ini dimulai dengan analisis
menggunakan unsur pertama jurnalistik advokasi untuk temuan data
berupa narasi di menit 09:29-10:12 yang disampaikan Siti Zuhro, seorang
pengamat kebijakan publik. Berikut ini adalah analisisnya:
Unsur Pertama
Jurnalisme Advokasi
Temuan Data
Titik Berat Berita:
c) Mengungkapkan masalah
serius, ancaman terhadap
kelompok minoritas dan
penduduk asli.
d) Menekankan unsur kebenaran
yang didapat berdasarkan
hasil laporan investigasi
Siti Zuhro (pengamat kebijakan
publik) (09:29-10:12): Nah ketika
semua bahan kebutuhan pokok naik,
nah ini yang lalu mulai mengancam
yang tidak beruntung secara ekonomi,
karena mereka tidak mampu lagi
membeli secara memadai gitu ya.
Beras naik, gula, kopi, minyak gitu
ya. Bahan kebutuhan pokok bahkan
tempe dan tahu pun ikut naik kan gitu.
71
Analisis
Jika dicermati kalimat yang dikutip Delik tentang rencana kenaikan BBM
ini, jelas terlihat kru program ini ingin menekankan unsur kebenaran yang
didapat berdasarkan hasil laporan investigasi. Gaya advokasi mereka
terlihat dari cara mereka memilih pernyataan Siti Zuhro, seorang pengamat
keebijakan publik, ketika ia mengatakan bahwa semua bahan kebutuhan
pokok akan naik jika rencana kenaikan BBM jadi dilaksanakan.
Pernyataan bahwa kebijakan ini mengancam masyarakat yang tidak
beruntung secara ekonomi dan tidak mampu membeli barang secara
memadai jelas-jelas menunjukkan bahwa kru Delik memenuhi unsur
pertama dalam jurnalisme advokasi yakni menekankan unsur kebenaran
yang didapat berdasarkan hasil laporan investigasi.
Tabel 8 Analisis Unsur Pertama Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi
17 November 2014
Analisis kedua tayangan Delik RCTI edisi ini menggunakan unsur
kedua jurnalistik advokasi untuk temuan data berupa narasi di menit
09:29-10:12yang disampaikan Siti Zuhro, seorang pengamat kebijakan
publik. Berikut ini adalah analisisnya:
Unsur Kedua
Jurnalisme Advokasi
Temuan Data
Isu yang diangkat adalah
permasalahn orang kecil,
Siti Zuhro (pengamat kebijakan
publik) (09:29-10:12): Tentunya kita
72
pelanggaran HAM, keberanian
dan perlawanan rakyat kecil
tidak mengharapkan mereka-mereka
yang kurang beruntung ini semakin
terpuruk kondisinya. Karena begitu
BBM dinaikkan yang pasti
transportasi naik. Ketika transportasi
naik, apa yang terjadi? Semua bahan
pokok itu merangkak naik. “Nah
ketika semua bahan kebutuhan pokok
naik, nah ini yang lalu mulai
mengancam yang tidak beruntung
secaraekonomi, karena mereka tidak
mampu lagi membeli secara memadai
gitu ya.”Beras naik, gula, kopi,
minyak gitu ya. Bahan kebutuhan
pokok bahkan tempe dan tahu pun
ikut naik kan gitu.
Analisis
Unsur kedua jurnalistik advokasi dalam teks ini berupa isu yang diangkat
adalah permasalahn orang kecil, pelanggaran HAM, atau keberanian dan
perlawanan rakyat kecil. Itu dapat dilihat pada potongan kalimat berikut
yang mencerminkan permasalah orang kecil, “...mulai mengancam yang
tidak beruntung secara ekonomi, karena mereka tidak mampu lagi
membeli secara memadai gitu ya.”
73
Tabel 9 Analisis Unsur Kedua Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi
17 November 2014
Analisis ketiga tayangan Delik RCTI edisi ini menggunakan unsur
ketigajurnalistikadvokasi untuk temuan data berupa kumpulan wawancara
dari dua narasumber yang masing-masing muncul di menit 06:53-07:10 dan
07:11-07:38. Berikut ini adalah analisisnya:
Unsur Ketiga
Jurnalisme Advokasi
Temuan Data
Narasumber adalah korban, yaitu
rakyat kecil, kelompok minoritas,
saksi mata
1. Ani (warga) (06:53-07:10): Cabe
50.000, cabe merah 60, cabe rawit
50. Ya kalo BBM naik sih,
maunya sih direndahin gitu
diturunin gitu. Jangan sampe naik
gitu. Duit susah soalnya.
2. Suheni (warga) (07:11-07:38):
Cabe kan sekarang udah 60.
Tadinya kan cuma 30, 20.
Sekarang telor udah 19. Kita
rakyat kecil jadinya terasa inilah
berat gitu. Kalau bisa mah bisa
diturunin. Kita kan orang ya
itulah, susah gitu. Ya minta
dituruninlah. Jangan sampai naik
74
harganyalah. Kaya semula gitu.
Analisis
Dengan memilih narasumber Ani warga yang hanya berprofesi sebagai
warga, lalu Suheni (warga), Delik sangat terlihat berpihak pada rakyat
kecil, kelompok minoritas. Itu disebabkan Delik sendiri tidak memilih
narasumber seperti selebritas, pejabat, atau tokoh terkenal dengan bukti
lain melalui pernyataan dari produser Delik, “ibu-ibu rumah tangga waktu
itu juga saya wawancarai. Ternyata teriak juga.”3 Jadi, dapat
disimpulkan, kru Delik telah menggunakan unsur ketiga jurnalisme
advokasi.
Tabel 10 Analisis Unsur Ketiga Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi
17 November 2014
Analisis kelima tayangan Delik RCTI edisi ini menggunakan unsur
terakhir jurnalisme advokasi yaitu untuk temuan data berupa narasi di
menit 00:57-03:04 yang disampaikan narator Delik RCTI. Berikut ini
adalah analisisnya:
Unsur Keenam
Jurnalisme advokasi
Temuan Data
Harapan pasca-pemuatan berita:
Muncul perdebatan dan polemik
pada masyarakat yang berujung pada
penguatan hak-hak rakyat dan
Jambi, salah satu propinsi penghasil
minyak bumi di Indonesia bahkan
setiap hari wilayah ini mampu
menghasilkan hampir 20.000 barel
3 Wawancara Pribadi dengan Rizky Hasan.
75
tuntutan agar pemerintah
memperbaiki kebijakan
minyak mentah. Ironisnya saat ini di
beberapa SPBU kota Jambi justru
terjadi kelangkaan BBM bersubsidi
sejak adanya rencana kenaikan harga
BBM.
Analisis
Mudah ditebak ketika Delik menyampaikan berita bawa Jambi adalah salah
satu propinsi penghasil minyak bumi di Indonesia bahkan setiap hari
wilayah ini mampu menghasilkan hampir 20.000 barel minyak mentah, tapi
ironisnya di sana justru terjadi kelangkaan BBM bersubsidi, Delik
sesungguhnya ingin memunculkan perdebatan dan polemik pada masyarakat
yang berujung pada penguatan hak-hak rakyat dan tuntutan agar pemerintah
memperbaiki kebijakan soal BBM itu. Delik dengan demikian telah
melakukan unsur keenam jurnalisme advokasi.
Tabel 11 Analisis Unsur keenam Jurnalisme Advokasi Tayangan Delik Edisi
17 November 2014
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menemukan implementasi jurnalistik advokasi pada tayangan
Delik edisi 10 dan 17 November 2014 ini, peneliti telah melakukan sebuah
analisis dengan menggunakan unsur-unsur jurnalistik advokasi dalam tabel
perbedaan-perbedaan antara jurnalistik umum dan jurnalistik advokasi sebagai
metode analisis. Berikut ini hasil analisis yang dimaksud tersebut:
1. Tayangan Delik RCTI edisi 10 November 2014 Berjudul Reklamasi untuk
Siapa?
Pada tayangan Delik edisi ini ditemukan unsur-unsur jurnalisme
advokasi dalam isi berita yang disampaikan. Temuan tersebut sebagai berikut:
a. Unsur pertama jurnalisme advokasi yaitu menitikberatkan beritanya pada
pengungkapan masalah serius, ancaman terhadap kelompok minoritas dan
penduduk asli. Ini ditemukan dalam data transkrip pada narasi di menit
09:23-10:02 yang disampaikan narator Delik RCTI
b. Unsur kedua jurnalisme advokasi memfokuskan berita pada berupa isu
yang diangkat adalah permasalahn orang kecil, pelanggaran HAM,
keberanian dan perlawanan rakyat kecil ditemukan dalam data transkrip
pada narasi di menit 06:45-07:22 yang disampaikan reporter Delik RCTI.
77
c. Unsur ketiga jurnalisme advokasi adalah menaruh perhatian pada rakyat
kecil, kelompok minoritas, saksi mata. Mereka dipilih sebagai narasumber
ini berhasil ditemukan dalam data transkrip pada kumpulan wawancara dari
sejumlah narasumber yang masing-masing muncul di menit 08:17-08:34,
08:35-08:45, 08:46-08:59, dan 10:08-10:26.
d. Unsur kelima jurnalisme advokasi adalah prioritas kerja; Di sini
dimunculkan masalah pelanggaran negara terhadap elemen masyarakat
yang tidak mampu bersuara dapat ditemukan dalam data transkrip pada
narasi di menit 14:36-15:19 yang disampaikan narator Delik RCTI.
e. Unsur keenam jurnalisme advokasi adalah harapan pasca-pemuatan berita
adalah muncul perdebatan dan polemik pada masyarakat yang berujung
pada penguatan hak-hak rakyat dan tuntutan agar pemerintah memperbaiki
kebijakan. Unsur terakhir ini juga dapat ditemukan dalam data transkrip
pada narasi di menit 14:36-15:19 yang disampaikan narator Delik RCTI.
Hasilnya dalam Delik edisi ini, implementasi lima unsur dari enam
unsur jurnalisme advokasi telah ditemukan.
2. Tayangan Delik RCTI edisi 17 November 2014 berjudul (Harga) Bahan Bakar
Mahal
Pada tayangan Delik edisi ini ditemukan unsur-unsur jurnalisme
advokasi dalam isi berita yang disampaikan. Temuan tersebut sebagai berikut:
a. Unsur pertama jurnalisme advokasi yaitu menitik beratkan beritanya pada
pengungkapan masalah serius, ancaman terhadap kelompok minoritas dan
78
penduduk asli. Ini ditemukan dalam data transkrip pada narasi di menit
09:29-10:12 yang disampaikan narator Siti Zuhro, seorang pengamat
kebijakan publik
b. Unsur kedua jurnalistik advokasi yaitu isu yang diangkat adalah
permasalahn orang kecil, pelanggaran HAM, keberanian dan perlawanan
rakyat kecil dapat ditemukan dalam datya transkrip pada narasi di menit
09:29-10:12 yang disampaikan Siti Zuhro, seorang pengamat kebijakan
publik.
c. Unsur ketiga jurnalistik advokasi yang berupa narasumber adalah korban,
yaitu rakyat kecil, kelompok minoritas, saksi mata dapat ditemukan dalam
data translrip berupa kumpulan wawancara dari dua narasumber yang
masing-masing muncul di menit 06:53-07:10 dan 07:11-07:38.
d. Unsur keenam jurnalisme advokasi adalah harapan pasca-pemuatan
berita yaitu muncul perdebatan dan polemik pada masyarakat yang
berujung pada penguatan hak-hak rakyat dan tuntutan agar pemerintah
memperbaiki kebijakan. Unsur terakhir ini juga dapat ditemukan dalam
data transkrip pada narasi di menit 00:57-03:04 yang disampaikan
narator Delik RCTI.
79
Dari enam unsur jurnalisme advokasi yang ada, empat unsur jurnalisme
advokasi ditemukan dalam Delik edisi ini. Kedua unsur tersebut ialah unsur
pertama, unsur kedua, unsur ketiga, dan unsur keenam jurnalisme advokasi
Hasil yang ditemukan dari dua edisi Delik pada November 2014
menunjukan bahwa selalu ada unsur-unsur jurnalisme advokasi dalam setiap
tayangan Delik RCTI. Itu berarti pemahaman jurnalisme advokasi yang
diwakili oleh unsur-unsur jurnalisme advokasi sendiri, secara konsisten
digunakan dalam Delik RCTI.
B. Saran
Peneliti merasa perlu memberikan masukan berupa saran kepada Delik
RCTI dan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terkait dengan
penelitian ini. Berikut ini saran yang dimaksud itu:
1. Delik RCTI telah mengimplentasi jurnalisme advokasi melalui unsur-unsur
jurnalisme advokasi itu sendiri, tetapi kedua tayangan Delik itu yang tidak
menggunakan seluruh unsur-unsur tersebut. Karena itu, peneliti
menyarankan untuk Delik RCTI bisa mengimplementasikan unsur kelima
jurnalistik advokasi berupa asas legalitas wartawan dalam meliput
memerlukan penyamaran seperti anggota intel dan dalam penulisan berita
berusaha menyamarkan nama narasumber (dikhawatirkan mengalami
ancaman dan penghilangan secara paksa). Itu agar permasalahan dalam
berita yang ditayangkan terlihat lebih penting, serius, dan urgen untuk
80
ditindaklanjuti oleh pihak yang terkait pemberitaan dan akhirnya bisa
menjalankan fungsi kontrol sosial dengan optimal
2. Bagi mahasiswa Komunikasi dan Penyaran Islam (KPI) yang ingin
melakukan penelitian dengan media massa sebagai subjeknya, disarankan
untuk meneliti media penyiaran agar sejalan dengan fokus perkuliahan
yang dijalani. Selain itu, ruang lingkup jurnalisme dapat dijadikan pilihan
topik penelitian, karena praktik jurnalisme diimplementasikan juga dalam
media penyaiaran
81
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi. Dasar-Dasar Media Penyiaran: Sejarah,
Oganisasi, Operasionalisasi, dan Regulasi. Jakarta: Kencana, 2011.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013.
http://www.rcti.tv/profile/view/1
http://www.rcti.tv/profile/view/2/Visi%20-
%20Misi%20Dan%203%20Pilar%20Utama
http://www.rcti.tv/profile/views/3/Dewan%20Komisaris
http://www.rcti.tv/profile/views/4/Dewan%20Direksi
http://www.rcti.tv/profile/view/5/Sarana%20Penunjang
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Yogyakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
K., Septian Santana. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Kriyantono, Rachmat. Teknis Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, 5th
ed..Jakarta: Kencana, 2010.
Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. Jurnalistik: Teori dan Praktik,
2nd
ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
82
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, .26th
ed. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Yoyakarta, 2008
Setiati, Eni. Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan. Yogyakarta: Penerbit Andi,
2005.
Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature; Panduan Praktis
Jurnalis Profesional. Bandung: Sombiosa Rekatama Media, 2005.
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2008.
Tim Redaksi LP3ES, Jurnalisme Liputan 6: antara peristiwa dan ruang publik
Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002.
Wawancara Pribadi dengan Rizky Hasan, Jakarta, 28 Oktober 2015.
Jl. lr. H. JuandrNo.95 CiputatWetrsite: rvu,rv.tdkrriniakarta.irc.iclE-ntail
KEMENTERIAN AGAMAUNIVEITSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
154l2 lndonesia: daLu:tliliik-.uu.&lla.as=Ll
Telepon/Fax : (021) 7112728 / 71i01530
Nomor: Un.ol/F5/P P.oo.qfid Xotq .Takarta,J&ktober 20 I 4
Lamp :1(satu)bundelHal : Bimbingair Skripsi
Kepada Yth.Drs. flelmi Hidayat, NL\Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dart IInru I(otrlurikasiUIN Syarif Flidayatutlah Jaktrrti
As s al cntu' al aikum IItr. lVb.
Bersan'ia ir-ri kami sarnpaikan outline clar-r naskah proposal skripsi yarlg dia.iLlkan olehrr-rahasiswa Fakultas ilnru Dakrvah dan llnru Konruniliasi UIN Syarif Hidayatullah Jaltarta
sebagai berikr-rt,
Arif'Priyadi1 0905 l 000 r 75
Komunikasi darr Penyiaran IslamXl (Sebelas)
0857 1 6524081Ar-ralisis Wacana Topik "Apa ltu Kreatif'' daiant Progranr
Karvasan Flidup lnclah di Radio Nlr-rstang 88 Fivl Jakirrta
Kanii molron kesediaannf ir ur-rtuk meurbinrtring mahasisrva tersebut dalanrpenyLrslrnan dan penyelesaian skripsirrya selanra 6 (enarn) bLtlan clari tar-rggal 20 OktobeL
2014 s.d. 20 April 201 5.
Denlikian. atas pelhatian clarr Ii.escrliaartrrya kanri sitniprriliiur te'rinra ltasih.
lli u.y.t' u I u n i t t' u I u i k u n t trN/r' 141 b.
Teurbusan :
1. Dekan2. Ketua .lurusan Kor-r-r,rnikasi clan l:'enviaran lslttn-r ( KPI;
NamaNomor Pokok.lunrsan/KonseutrasiSemesterTelp.Judul Skripsi
an.l)ekauBiclnng Akadenrik
'l.lid, Irh.[)10330 r9e803 I 001
KEMBNTBRTAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HTDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax . (021) 7 432728 I 7 4T 03580
Jl. Ir.H.JuandaNo.g5Ciputatl54l2lndonesia website: rrivrrldkrriniakarlaac.id.E-rnail
NomorLampiranHal
: Un.0r/F5/PP.00.e/ fu9,rort: [zin Penelitian (SkriPsi)
Kepada Yth,HRD i-News TV(Penanggungiawab Program Delik)di
Tempat
As s al amu' alaikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Dakwah dan
Jakarta menerangkan bahwa:
Jakarta, $ suti zots
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusarVKonsentrasiAlamat
Telp.
.i:.r..j
,r,
Tembusan : ri: -i
1. Wakil Dekan Bidang Akademik
2. Ketua Jurusan/Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Arif Priyadi1 0905 1 000 I 75
Jakarta, 17 Januari 1991
XII (Duabelas)Komunikasi dan Penyiaran IslamGg. Takwa Kp. Gunung RT 004/008 No. 52
Jombang Ciputat Tangsel0851t6524087
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data
dalam rangka penulisan skriPsi.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/lbuiSdr. dapat
menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan
diriraksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Wass alamu' alaikum Wr.Wb.
ubhan, MA 1I r0 199303 I 004
DAFTAR RTWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap
Alamat
Agama
No. Tlpn/HP
Alamat Email
, P13..?....$\r\\14 tua. t^a"x
rempat & rgl. Lahir , \1.y.*::.f...11.9.9.. t.0LAY1
, 99ff39s:t1:: ...'[i*.89.'. :trfg..Y: ]l:. L.i?
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN. $ttcg+ S mf t( 5ilvalo 2'a
Sd4 ts t,*brqVy (ar'(gtSa l,t Uvra\r
Si (a.,Oicral^ t\ Sof"lt
LATAR BELAKANG PEKERJAAN
I
I
I
IGNIENTtrIRIAN AGAMAUNIVERSITAS ISI,AM NEGtrRI (UIN)SYARIT HIDAYAT ULLAH JA,I(ARTA
FAi(ULTAS ILMU DAI(WA}I DAN ILNIIJ I(OMUNIKASITeleporr/Fax . t02l) 7432128 / 74703580
Jl. lr. H. iuanda No. 95 Ciputat 154 l2 Indonesia Websire: \r\y\\, titkuinjrkarra.nc.i(i, E.urailEry!.-ry.wry.-*-*l**.* qiqlqqnitlfrysry@,-"ffitrffiw@
NomorLampiran1{al
: Urr.01/Fs/PP.00,q 9{b/20 1 5
:
: Izin Pcnelitian (Skripsi)
I(epada Yth,I(etua I(PI Pusatdi
Tempat
tl s s' al antu' al a i lctutt l{r. t0' b.
Dekan Fakr-rltas
Jakarta menerangkan
NamaNomor Pokok'f empat/Tan ggal LaliirSemesterJ r"r rr:sarVKorisentras iAlainat
Telp.
Tembusan :
L Wakil Dekan Bidang Akademik2. l(etLra Jurusani Procii I(ornunil(asi cli-ut Pen;,in1;1,', 1r1"t,-,
\
Jakerrta, p Februari 201 5
Dakwah dan ilmr-r I(omunikasi UII'I Syarif Hidayatr;llahbahwa:
Arif Priyadi1 0905 1 000 i 75
.lakarta, 17 .lanuari 1991
XI (Sebelas)
I(ot-nunikasi dan Penyiaran IslarnGg. Takwa i(p. Cunung RT CC4i008 No. 52Jombang Ciputat tan gsel0857 i 6524 087
adalah benar mahasisiva aktif pada Fakultas Daki,vah dan Ilntu l(on-u.rnikasiIJIN Syarif Hidayaturllah .lakerta vang akan melahsanakan penelitiar/mencari date'r
diilanr rangka penulisar-r skripsi beriudul Intplententctsi ,lurnciistik Aclvoka,s'i paclaProgrctm Delik RCTL
Sel-rubungan dengan itr"r, ciinrohon kiranya Bapak/lbu/Sclr. clapatrnenerima./t-nengizinkan n-iahasisr.va kan-ii tersebut untuk dapat nrenrperoleh DalcRelcantan Siaran Program Delilc1,angT-ayang Senin Dini Hcu.i ['ukul; 00.30 - 01,00I,'{/lB di Stasiun Televisi RCT"l Selanta Edis'i Bulan Noventber dcrn Des'entber 201-/.
Demikian, atas keriasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Was's aI am u' aI ui ku nt Wtr. LVb
E lu#*l iSubhan, MA0r10 199303
Komisi Penyiaran IndonesiaLembaga Negaia Independen
Telah diterima dari
DitujukanKepada
Hari danTanggal
]umlah
Mengenai
TANDA TERIMA
l{ P I Pvxtdri t P.g* di [4:h*f]2 *: qI l.$,Fto*",Ivrrg t. , t.?. fY.*ret..
.f. h:*h .dvd
PslmltB*r H}*,Ssn pr?Ben Pst\k P c-TI
Gedung Sekretariat Negara, I-antai VI Jl. Gajah Nlada No. 8, Jakarta 10120 Telp. 021-G3S0713, F.atrs. 021-63,{0567, 6340679
Lampiran Foto DVD Berisi Data Tayangan Delik RCTI yang Diperoleh dari KPI
Pusat
Lampiran 4 Foto Peneliti Bersama Ibnu Pazar (Salah Satu Karyawan KPI Pusat)
Saat Mengambil Data Tayangan Delik RCTI di KPI Pusat
Trankrip Wawancara Peneliti dengan Produser Program Delik RCTI
1. Kapan program Delik dibuat?
Kalau perkiraan aku. Aku sendiri masuk RCTI tahun 2011. Waktu itu
Delik sendiri udah ada jauh sebeleum saya masuk. Kira-kira pas kapannya
aku belum tau persis kapan tapi Delik ada sejak kita berkantor di Kebon
Jeruk. Waktu itu news ada dua kan. News harian, news magazine, dan
buletin. Delik ini masuk di news magazine. Waktu itu magazine ada
banyak salah satunya Delik. Kalau taksiran saya Delik udah lama. Sepuluh
tahun sebelum saya masuk Delik udah ada.
2. Apa yang menjadi pertimbangan anda untuk memilih tema yang akan
ditayangkan dalam program Delik?
Ada beberapa hal yang pertama adalah kita lihat kasusnya, magnitude-nya
seberapa. Jadi sebesar apa sih isu yang akan kita angkat ini berdampak?
Seberapa isu yang kita angkat ini nanti punya interest di pemirsa? Tapi
yang pasti awalnya Delik itu bukan mengangkat isu yang sedang ramai
sepanjang minggu atau bukan yang biasanya jurnalis sebut yaitu isu of the
week. Delik bukan mengangkat isu of the week. Misalkan sekarang sedang
ramai soal pedopil. Kita tidak akan angkat tentang pedopil tapi suatu saat
ketika isu itu sedang ramai dan sudah mendapat perhatian yang sangat luas
dari masyarakat. Kita ikut mengangkat masalah itu. Misalnya kabut asap.
Mau ga mau kita meliput kabut asap tapi berbeda dengan teman-teman
harian. Kita akan akan soal pedopil tapi kita akan berbeda dengan program
harian karena itu sudah menjadi hal yang ramai di masyarakat. Kalau ga
salah tahun 2011 itu, isu yang lagi hangat diangkat sama harian bulan
Oktober, itu soal banjir jakarta. Kita pergi ke kalimantan. Kita liputan soal
pembantaian orang hutan, di luar isu mainstream. Kita liputan soal orang
utan. Justru isu orang utan itu minggu depannya menjadi isu yang dipakai
semua media. Jadi begitu. Sering seperti itu pemilihan temanya. Jadi
seperti kemaren ketika orang ketika orang selesai ngomongin soal
pernikahan sejenis, kita baru angkat pernikahan sejenis, kita baru angkat
pernikahan sejenis tapi angle-nya berbeda. Kita angkat wedding
organizer-nya. Di bali banyak wedding organizer yang menyediakan jasa
itu pernikhan sejenis. Itu yang diangkat. Atau sering kali tema yang
berkaitan dengan isu lingkungan. Itu menjadi main tema kita dan
perlawanan rakyat-rakyat kecil terhadap kebijakan-kebijakan penguasa.
3. Bagaimana proses peliputan dalam program Delik?
Dalam satu bulan kita sudah bisa belanja tema. Belanja temanya apa aja?
Di bulan November ini ada hari besar nasional ga? Atau kita ada tabungan
isu yang belum kita angkat karena kepadatan jadwal misalnya. Nah, semua
ide isu itu bisa dari produser, temen-temen reporter, atau temen-temen
kontributor di daerah. Saya produser sering dua bulan sekali saya selalu
kirim email ke temen-temen kontributor daerah minta sumbangan isu
kalau ada isu soal kejahatan lingkungan, seperti contohnya danau toba. Itu
yang kita angkat. Itu usulan dari temen-temen kontributor, salah satunya
kekeringan di daerah Sulawesi, kalo ga salah pulau ampana. Itu juga akan
menjadi rencana ke depan yang akan kita bahas. Jadi ide temanya dari
mana? Dari tim.
4. Apa ide itu tidak berarti harus dari jabatan atas?
Tidak mesti
5. Kenapa Delik ditayangkan dini hari?
Itu kebijakan dari programing. Sebagai produser aku ga kuasa untuk
menunda jam tayang itu. Programing punya pertimbangan strategis
terhadap kompetitor. Tapi ketika berbicara kompetitor, program yang
sejenis Delik itu tayang pada jam yang sama. Tapi akhirnya kami berbesar
hati dan ga khawatir Delik ditayangkan tengah malam. Karena secara
share, rating and share kita masih sering unggul dibanding dengan
program-program berita harian di RCTI. Misalnya seputar indonesia pagi,
sore, malam. Itu share Delik lebih besar dari program-program itu
meskipun kita ditaruh malam. Let say satu bulan kemaren Delik itu rating
share-nya bisa di atas 14. Kalu bicara soal logikanya siapa yang nonton?
Oh ternyata ada yang nonton. Share-nya tinggi kok 14. Bahkan kita pernah
mencapai 20. Siapa yang nonton? Ada yang nonton sehingga akhirnya
membentuk pemirsa sendiri. Jadi, mungkin itu strategi yang awalnya
dibuat program untuk pemirsa sendiri di jam tengah malam.
6. Jadi kompetitornya sendiri dari program-program RCTI yang lain?
Itu kalau kita bicara internal. Tapi kalau bicara kompetitor di station
televisi (TV) lain dengan program yang sama indepth reporting. Itu
ditaruh di jam yang sama, head to head. Paling beda 30 menit.
7. Ada berapa total anggota dari tim Delik?
Saya masuk sekitar tahun 2011. Waktu itu Delik ada delapan orang. Tiga
produser, satu korlip, empat reporter. Semakin ke sini tim saya itu tinggal
bertiga. Satu produser dan dua reporter. Kalau bicara ideal, itu ideal ga?
Itu ga ideal. Kenapa ga ideal? Karena susah merekrut orang untuk masuk
jadi tim Delik.
8. Apa yang anda maksud dengan kesusahan itu?
Men power yang dibutuhkan itu adalah orang-orang militan. Bukan orang-
orang yang bicara seorang sosok reporter, sekarang kan susah. Orang
kalau jadi reporter TV. Nah Delik ga mau kecolongan dapet orang seperti
itu. Cari orang yang militan. Bukan milih-milih liputan ya. Karena bukan
tidak mungkin liputan Delik itu dia akan keluar kota selama satu minggu.
Dan itu liputan di luar kota bukan hal yang gampang. Lebih capek liputan
di luar kota. Karena pagi keluar dari hotel, kemudian balik ke hotel lagi
bisa jam setengah sebelas malam. Beda kalau kita liputan di jabodetabek
kan. Paling liputan bisa delapan sampai sembilan jam. Selesai, pulang.
Gitu kan.
9. Kenapa memilih tema reklamasi pada Delik edisi 10 November?
Jadi soal lingkungan kita sangat concern dengan lingkungan. Jadi
reklamasi itu ga hanya ga cuma di Benoa aja tetapi di Jakarta juga ada.
Ada kan teluk Jakarta. Selama ini yang kita tahu reklamasi itu yang buat
saya bertanya kembali ketika kebijakan membuat reklamasi suatu wilayah
kita kembali bertanya saja. Sebenernya reklamasi ini untuk siapa? Untuk
rakyat kebanyakan atau untuk orang-orang tertentu. Jawabannya pasti ada.
Sudah bisa ketebak kan untuk siapa. Nah kemudian, kalau memang untuk
hanya segelintir golongan, rakyat ini dapat apa? Ini yang kadang ada miss.
Temen-temen harian miss. Karena memang durasinya juga ketat di
program berita harian. Karena itu kesempatan Delik untuk mengambil
tema-tema ini untuk kita angkat dengan durasi 30 menit itu. Kita
mengambil tema itu karena hanya kepentingan rakyat kecil yang
terabaikan. Mereka kan hutuh corong untuk bersuara. Di Bali, Teluk
Benoa. Sepanjang Teluk Benoa itu banyak usaha wisata dari masyarakat
desa setempat. Nah, mereka bikin usaha wisata paralayang, terus
snorkling. Itu usaha mereka. Bayangkan kalau Benoa itu tiba-tiba berubah
direklamasi jadi kawasan wisata terpadu misalnya. Nah, bagaimana
dengan nasib mereka ini. Nelayan yang tadinya menyewakan perahu
nasibnya gmn? Siapa yang mau nampung. Mungkin janji si pengembang,
ok mereka akan dipekerjakan di tempat kita gitu. Yakin? Ini Indonesia ya.
10. Kenapa memilih narasumber mayoritas adalah para korban?
Satu, pemilihannya pasti availability-nya narasumber. Pasti kan ga semua
narasumber bersedia dan berani untuk ngomong. Karena indepth reporting
itu untuk narasumber, kita harus tahu dulu ini orang mau ga ngomong jadi
narasumber. Karena kadang-kadang mereka kita jadikan narasumber
setelah tayang, mereka dapat ancaman juga. Kan kasihan. Mereka harus
tau konsekuensi itu. Terus beberapa praktisi udayana juga kita kasih
kesempatan bicara soal itu. Nah masalahnya waktu liputan soal reklamasi
untuk siapa itu, pengembangnya ga berani ngomong. Kita udah kasi surat.
Bahkan kita datang ke lokasi kantornya, mereka tetap saja menghindar.
Makanya liputan soal ini agak sedikit dibilang ga balance. Dilihat dulu
gimana ga balancenya. Kalau memang ga ada niatan kita menyediakan
waktu narasumber yang lain itu, mungkin bisa dikatakan ga balance. Tapi
kita kan menyediakan waktu bahkan kita punya gambar datang ke
kantornya tapi ditolak. Selesai. Jadi ketika berita itu tayang nanti
pengembangnya jangan protes. Kami sudah datang ke kantor anda. Anda
malah yang tidak bersedia bahkan kami diusir.
11. Apa tujuan dari tayangan Delik edisi 10 November 2014 itu?
Kita memberikan kepada orang-orang kecil, nelayan di sekitar Teluk
Benoa, di sekitar Teluk Jakarta. Mereka selama ini kan kurang terekspose.
Adapun yang mengekspose mereka berita-berita lokal. Itu ga sampai ke
nasional. Mereka butuh corong media nasional yang mau. Nah, Delik
waktu itu menangkap isu itu dan kita angkat. Secara isu bagus, rating
share-nya bagus kemudian kasus yang sama terjadi di Jakarta. Jadi buat
saya itu kesempatan buat mengangkat suara-suara rakyat kecil ini di
dengar di nasional.
12. Kenapa tim Delik mengangkat isu rencana kenaikan harga BBM pada 17
November 2014?
Kita melihat ketika sebagian besar masyarakat Indonesia teriak karena
bahan bakar mahal. Sebagai jurnalis kita ga mungkin diem aja dong. Kita
perlu meliput itu. Ini bukan soal siapa presiden dan siapa wakilnya. Bagi
kami bahkan di zaman SBY sekalipun. Ketika SBY menaikan harga BBM,
kita juga angkat kok di Delik.
13. Apa tujuan dari tayangan Delik edisi 17 November itu?
Bahan bakar mahal ini sama ketika pemerintahan Jokowi-JK. Jadi siapa
pun presidennya, siapapun yang bikin kebijakan yang memang mencekik
rakyat kecil, ya sebagai jurnalis kita perlu memberikan harapan kita untuk
mereka. Menyuarakan kegelisahan mereka. Bayangin sekarang belanja
dari duit 20 ribu bisa beli apa? Mungkin waktu saya kuliah 20 ribu bisa
makan enak. Sekarang bisa makan apa? Semua berawal dari mana? Dari
BBM. Kenapa BBM?. Itu kan dustribusi butuh BBM, distribusi beras,
sayur semua hutuh BBM. Ketika BBM naik berpengaruh ke distribusi
naik. Kemudian, berpengaruh ke harga bahan pokok naik.
14. Kenapa narasumber mayoritas yang dipilih adalah rakyat kecil?
Pertama, kita bikin profil. Bikin profil sebagai rakyat kecil. Menunjukan
ke pemirsa bahwa ga semua kita ini menengah ke atas. Supaya kita
menunjukan profil masyarakat kecil ini. Walaupun ada pemirsa yang
kategori hidupnya sama menengah ke bawah gitu. Mereka akan merasa, oh
iya kehidupan yang digambarksn itu sama dengan kehidupan saya. Ibu-ibu
rumah tangga waktu itu juga saya wawancarai. Ternyata teriak juga. Jadi,
imbas BBM ini kan ke semuanya. Bukan cuma ke OB dan yang lain,
pengguna motor.
top related