kapita selekta ekonomi - counter trade
Post on 24-Jul-2015
1.305 Views
Preview:
TRANSCRIPT
A. Pendahuluan
Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya
alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial1.
Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan,
komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara
langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang
dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya2. Maka dari itu
antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan
perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut3.
Perdagangan internasional merupakan transaksi jual beli (atau imbal
beli) lintas Negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli
yang melintasi batasan kenegaraan4. Pihak-pihak ini tidaklah harus
merupakan pihak-pihak yang berasal dari Negara yang berbeda atau
memiliki nasionalitas yang berbeda5.
Pada perkembangan perdagangan internasional, cara pembayaran
dengan uang tunai dianggap kurang begitu aman dan dirasa tidak lagi efektif
dalam menjadi alat transaksi. Oleh karena itu, sebagai pengganti uang tunai
dipergunakan system pembayaran dengan menggunakan bentuk lain selain
uang sebagai alat pembayaran. Transaksi perdagangan dalam bentuk ini
kemudian dikenal dengan istilah counter trade.
Di Indonesia meskipun dalam perdagangan internasional belum dalam
waktu yang cukup lama dilakukan, counter trade telah menjadi salah satu
bagian penting serta memegang peranan dalam laju roda perekonomian di
Indonesia terutama dalam bidang ekspor impor. Dalam penggunaannya,
selain lebih memberikan kemudahan dalam pembayarannya counter trade
juga memberikan beberapa manfaat. Counter trade mcrupakan salah satu
model pembiayaan dan sistem perdagangan yang berlaku secara
1 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor Impor dan Imbal Beli), PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 1.
2 Loc.cit.3 Ibid., hlm. 21.4 Gunawan Widjaja, “Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis
Yuridis Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 27 No. 4 (Tahun 2008). Hal. 24.
5 Loc.cit.
1
intcrnasional yang dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan ekspor
nasional, pertumbuhan industri di dalam negeri, membuka kesempatan kcrja
yang lebih luas, selain fungsi utamanya untuk penghematan devisa6.
Dimulai pada tahun 2003, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(Deperindag) telah menetapkan kegiatan imbal dagang (counter trade)
menjadi program prioritasnya sebagai bagian dari upaya mendorong ekspor
nonmigas nasional sekaligus untuk menghemat cadangan devisa negara7.
Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimanakah counter trade dilakukan di
Indonesia dalam Perdagangan Internasional.
1. Permasalahan yang Akan Dibahas
Dalam menulis mengenai permasalahan countertrade, penulis
akan membatasi penulisan makalah ini dengan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah kegiatan counter trade dilakukan dalam
Perdagangan Internasional di Indonesia?
2. Apakah contoh perdagangan internasional yang telah
dilakukan oleh Indonesia dengan menggunakan bentuk
perdagangan counter trade?
B. Dasar Pengaturan yang Akan Digunakan
Dasar Pengaturan yang digunakan dalam penulisan makalah ini antara
lain adalah:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 tentang Perubahan
Besarnya Pajak Ekspor;
2. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1998 tentang Kegiatan
Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing
6 Harliantoro, Perjanjian imbal dagang (Counter-Trade) antar negara Asean :studi kasus Counter-Trade Indonesia dengan Thailand, diakses dan diunduh melalui http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=107227&lokasi=lokal , 2012-06-09 14:12 WIB
7 Departemen Perdagangan dan Perindustrian, Imbal Dagang, Program Prioritas Deperindag, Majalah Mediaindag, Edisi No. 14.XI. 2003, Bagian Proyek Pengembangan Komunikasi dan Publikasi Industri dan Perdagangan Tahun 2003, Jakarta, hlm. 3.
2
Di Bidang Ekspor dan Impor sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1997
C. Pembahasan
Counter trade dapat secara umum digambarkan sebagai bentuk
perdagangan yang melibatkan pertukaran barang atau jasa, antara penjual
dan pembeli, yang dibayarkan dengan menggunakan, seluruhnya atau
sebagian, dengan barang lain atau jasa lainnya8. Kegiatan counter trade ini
pada awalnya secara paling tradisional adalah barter, dimana perdagangan
dilakukan dengan menggunakan pertukaran barang dan barang yang
dilakukan oleh para pihak. Dalam perkembangannya, counter trade menjadi
lebih luas dan mengalami perkembangan dengan munculnya berbagai jenis
counter trade, dengan munculnya produk-produk ekonomi.
Di Indonesia sendiri, kegiatan imbal dagang dalam perdagangan luar
negeri ekspor dan impor telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak
tahun 1982 ketika terjadi krisis ekonomi internasional waktu itu. Dengan
didukung Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 Tahun 1982 pemerintah
melakukan kebijakan alternative berupa terobosan untuk meningkatkan
devisa ekspor melalui penerapan counter trade (imbal dagang) terhadap
beberapa negara yang potensial dapat mengakomodasi kebijakan counter
trade. Kebijakan tersebut cukup berhasil dimana kegiatan ekspor melalui
sistem imbal dagang terus menerus mengalami peningkatan dan mencapai
puncaknya pada tahun 1992, 1993 dan 1994, yaitu masing-masing sebesar
US$ 1,43 miliar, US$ 1,03 miliar dan US$ 1,05 miliar dengan pangsa
terhadap total ekspor nonmigas masing-masing sebesar 3,90%, 3,70% dan
3,55%9.
Bagian paling substansial dari counter trade adalah bahwa saat ini,
dalam perkembangannya counter trade telah menjadi salah satu bentuk
perdagangan yang paling banyak dilakukan dan memegang peranan penting
dalam dunia perdagangan adalah perjanjian-perjanjian counter trade10. 8 Murat Sumer dan Jason Chuah, Counter trade: International Trade, Sweet &
Maxwell Limited, hlm. 116. 9 Departemen Perdagangan dan Perindustrian, op.cit., hlm. 310 Tore Ellingsen, A Model of Counter Trade, Suntory and Toyota International
Centres for Economics and Related Disciplines Economics of Industry Discussion Paper,
3
Sebagai perbandingan pada sekitar tahun 1985 sampai dengan 1988 saja,
lebih dari 15% perdagangan dunia dilakukan dengan menggunakan counter
trade11. Di Indonesia sendiri menurut catatan Deperindag, dalam kurun
waktu antara tahun 1982 sampai 1997 rata-rata terdapat 36 proyek counter
trade setiap tahunnya yang melibatkan sekitar delapan instansi pemerintah
dengan nilai imbal beli ratarata US$ 478 juta/tahun.
Di Indonesia, kegiatan counter trade yang dilakukan telah mulai
menampakkan hasil positif ketika pihak Rusia setuju untuk mengimpor
produk-produk nonmigas Indonesia yang kemudian ditukarkan dengan
peralatan militer, yaitu empat unit pesawat tempur Sukhoi (dua unit pesawat
Sukhoi Su-27 Flanker dan dua unit pesawat Sukhoi Su-30MK) dan dua
helicopter MI-35. Selain itu, pada tanggal 25 Agustus 2003 Deperindag
telah menandatangani kesepakatan imbal dagang dengan Komite
Perdagangan Libya dimana Indonesia akan mengimpor minyak mentah
(crude oil) dari Libya sebanyak 50.000 barel/hari atau senilai US$ 540
juta/tahun yang akan dibayar dengan ekspor 16 jenis komoditi nonmigas
Indonesia antara lain tekstil dan produk tekstil, sepatu, barang-barang
elektronika, ban, karet, furniture dan lain sebagainya12.
Ada sejumlah manfaat dari imbal dagang antara lain kita melakukan
penghematan APBN dan/atau devisa dalam rangka pembelianlimpor yang
dibutuhkan. Selain itu, membuka peluang atau akses pasar non tradisional
bagi barang-barang yang diproduksi oleh pihak swastalpemerintah/BUMN
dan meningkatkan produksi bagi barang-barang yang termasuk dalam
skema imbal dagang. Program tersebut juga merupakan stimulus ekonomi
yang berdampak pada peningkatan penyerapan lenaga kerja antar sektor
(multiplier effects), faktor pendukung akselerasi pembangunan sejalan
dengan exit program dari IMF13.
Dengan Mesir, Deperindag pada bulan Februari 2003 juga telah
menjajaki kemungkinan menerapkan skema imbal dagang bagi pengadaan
rock-phospate dari Mesir (yang merupakan bahan baku produksi pupuk
London, 1991, hlm. 1. 11 Loc.cit.12 Departemen Perdagangan dan Perindustrian, op.cit., hlm. 5.13 Hartono, op.cit.
4
majemuk Phonska dan SP-36) dengan sejumlah produk nonmigas Indonesia.
Libya dan Mesir merupakan bagian dari negara-negara di kawasan Afrika
Utara (yang terdiri dari Libya, Mesir, Aljazair, Tunisia dan Maroko) yang
juga merupakan pasar nontradisional Indonesia. Oleh karena itu,
kesepakatan imbal dagang dengan Libya dan Mesir tersebut merupakan
suatu langkah awal dalam rangka program penerobosan ke pasar
nontradisional Afrika melalui negara-negara Afrika Utara.
Tipe- tipe dari counter trade dapat digambarkan dengan skema sebagai
berikut14:
1. Bentuk-bentuk Counter Trade Yang Dilakukan dalam
Perdagangan Indonesia15
Counter Trade adalah suatu skema perdagangan atau praktek
perdagangan dimana pemasok barang atau jasa menyetujui suatu
kondisi dalam perjanjian jual-beli untuk membalas (reciprocity) dan
menyanggupi suatu persyaratan khusus tertentu sebagai kompensasi
yang memberikan manfaat bagi pembeli. Dengan demikian pemasok
barang atau jasa wajib menerima barang atau memberi kompensasi
lain kepada pembeli sebagai balasan atau pembayaran sebagian atau
14 Amanda J. Perry, Legal Implication of Countertradein an Economic Context, 1996, hlm. 4-7. diakses dan diunduh melalui http://ssrn.com/abstract=1438177, 2012-06-09 17:16 WIB
15 Departemen Perdagangan dan Perindustrian, op.cit., hlm. 5-7
5
Counter Trade
Good Based Counter Trade
Barter
Counter Purchase
Advance Purchase
Balancing Acts
Bilateral Trading Arrangements
Evidance Accounts
Industry Based Counter Trade
Buy Back
Develop For Import
Other Types of Counter Trade
Goods for Debt
Swap
seluruh barang atau jasa yang dijualnya atau ditukarnya. Counter
trade dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain Barter,
Imbal Beli (Counter purchase), Offset, Buyback, Compensation,
Clearing, Coproduction dan sebagainya. Keseluruhan counter trade
tersebut merupakan skema perdagangan yang dapat mengatasi
berbagai masalah yang ditemui dalam perdagangan biasa (normal
trade), misalnya kesulitan devisa atau mata uang, akses pasar dan
sebagainya.
1) Imbal Beli (counter purchase)
Counter purchase di Indonesia dilakukan dengan cara
perdagangan yang mensyaratkan suatu kewajiban mengekspor
barang nonmigas Indonesia sebagai imbalan atas pengadaan
impor barang, jasa dan konstruksi oleh pemerintah (departemen,
lembaga negara non departemen, Pemda, BUMN dan BUMD)
yang bernilai di atas Rp 500 juta yang tidak dibiayai dari dana
Bank Dunia, Bank Pembangunan Islam dan Bank Pembangunan
Asia, atau Rp 10 miliar ke atas apabila dananya berasal dari
Kredit Ekspor.
Melalui kesepakatan imbal beli maka perusahaan pemasok
(barang atau jasa kepada pemerintah) berkewajiban untuk
mengekspor (membeli dan memasarkan atau menyebabkan
barang diekspor) barang nonmigas Indonesia sebesar 100% dari
nilai barang impor (kondisi FOB atau customs value) yang
diadakan pemerintah. Apabila terdapat lebih dari satu pemasok
luar negeri, maka masing-masing pemasok luar negeri
bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban imbal
belinya senilai barang impor yang dipasoknya kepada
pemerintah.
Untuk menerapkan skema counter purchase, sebuah instansi
pemerintah atau BUMN atau BUMD penyelenggara tender atau
lelang untuk proyek pengadaan impor yang terkena ketentuan
imbal beli harus mengumumkan atau memberitahukan kepada
6
peserta tender bahwa tender atau lelang tersebut dikaitkan
dengan imbal beli. Peserta tender wajib membuat Surat
kesanggupan Melakukan counter purchase (Letter of
Undertaking) yang ditandatangani sekurangkurangnya oleh
direktur perusahaan pemasok luar negeri dan ditujukan kepada
Dirjen Perdagangan Luar Negeri melalui instansi/BUMN/
BUMD penyelenggara tender. Dirjen Perdagangan Luar Negeri
menilai Letter of Undertaking tersebut dan memberikan
tanggapannya (persetujuan atau pertimbangan lain)langsung
kepada instansi penyelenggara tender. Setelah menetapkan
pemenang tender, instansi pemerintah, BUMN atau BUMD
penyelenggara tender segera menyampaikan informasi detil
mengenai proyek pengadaan barang atau jasa tersebut kepada
Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Dirjen Perdagangan Luar
Negeri memberitahukan pemasok luar negeri mengenai nilai
kewajiban counter purchase serta meminta untuk
menyampaikan Usulan Tambahan Surat Pernyataan
Kesanggupan Imbal Beli atau Letter of Undertaking (yang
disebut Annex-A) yang dibuat oleh direktur perusahaan
pemasok luar negeri atau pejabat yang ditunjuk dan rencana
ekspor dalam rangka pemenuhan kewajiban imbal beli.
Setelah Annex-A ditandatangani, Dirjen Perdagangan Luar
Negeri mengeluarkan Surat Award kepada instansi atau BUMN
atau BUMD penyelenggara tender yang memberitahukan bahwa
pemasok luar negeri yang bersangkutan telah menyelesaikan
administrasi counter purchase, sehingga penandatanganan
kontrak tender dapat dilakukan. Setelah tanggal kontrak tender
ditandatangani maka pemasok luar negeri dapat mulai
melakukan ekspor. Tetapi sebelum barang diekspor, pemasok
luar negeri harus memberitahukan terlebih dahulu kepada Dirjen
Perdagangan Luar Negeri mengenai rencana pengapalan ekspor
yang akan dilakukannya terutama menyangkut jenis barang dan
7
nomor tarip pabean, volume dan nilai ekspor, pelabuhan muat
dan negara tujuan, nama dan alamat eksportir dan nama dan
alamat pembeli.
Pemasok luar negeri harus menyampaikan laporan
pemenuhan kewajiban counter purchase kepada Dirjen
Perdagangan Luar Negeri secara berkala dan laporan terakhir
harus diterima selambat-lambatnya enam bulan sejak tanggal
berakhirnya jangka waktu kewajiban imbal beli. Untuk
mengarahkan agar ekspor dalam rangka imbal beli dapat
memberikan tambahan terhadap ekspor regular Indonesia, maka
setiap tahun pemerintah mengeluarkan buku ‘Barang Ekspor
Dalam Rangka Imbal Beli’ yang disusun dengan menetapkan
bahwa semua jenis barang ekspor Indonesia di luar minyak dan
gas bumi dapat digunakan untuk pemenuhan kewajiban imbal
beli, kecuali barang yang dilarang ekspornya, barang yang
diawasai ekspornya dan barang yang telah dianggap mendapat
jaminan pasar, seperti barang yang diatur tata niaga ekspornya
dengan kuota berdasarkan perjanjian luar negeri dan diekspor
dalam rangka pemenuhan kewajiban penggantian (offset), beli
kembali (buyback), kontrak karya dan lain-lain.
Kelompok barang lainnya yang tidak dapat digunakan dalam
transaksi counter purchase adalah barang yang diekspor bukan
dalam rangka transaksi perdagangan, seperti barang pindahan,
sample (contoh), bantuan, pemberian (hibah) dan lain-lain.
Barang yang diekspor dalam rangka counter purchase
diperhitungkan dalan mata uang US$ dan pada prinsipnya harus
ditujukan ke negara asal pemasok luar negeri. Apabila
pembelian impor pemerintah berasal dari beberapa negara, maka
tujuan ekspornya dapat dilakukan ke negara asal pemasok luar
negeri atau ke negara asal barang. Sedangkan ekspor ke negara
ketiga hanya dibenarkan kalau negara ketiga tersebut bukan
merupakan pasaran tradisional barang ekspor yang bersangkutan
8
dan ekspornya tidak mengganggu saluran pemasaran yang telah
ada.
Jenis komoditi utama yang diekspor dalam rangka counter
purchase antara lain karet alam, kayu lapis, perabotan kayu,
produk kayu lainnya, ikan dan kerang-kerangan, batu bara,
minyak kelapa dan minyak kelapa sawit.
2) Offset
Pengaturan Offset dilakukan oleh pemerintah dengan cara
mempersyaratkan adanya keharusan untuk kandungan lokal
dalam setiap pengadaan impor barang, jasa atau konstruksi,
seperti yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden (Keppres)
No. 16 Tahun 1994.
3) Buyback
Dengan PP No. 2 tahun 1996 dan Surat Keputusan (SK)
Menperindag No. 16/SK/I/1996 yang mempersyaratkan
penggunaan skema imbal beli untuk perusahaan PMA non-
produsen, yaitu diperbolehkan mengimpor bahan keperluan
produksi suatu perusahaan di Entreport Produksi Tujuan Ekspor
(EPTE) atau Kawasan Berikat dan dengan fasilitas bebas bea
masuk, cukai, PPN, PPN-BM dan PPh dengan kewajiban
mengekspornya melalui perusahaan PMA tersebut. Beberapa
contoh proyek imbal dagang yang telah berhasil dilaksanakan
antara lain proyek imbal beli yang dilakukan PT
Primacomexindo senilai US$ 438,68 juta yang merupakan
proyek debt repayment dengan berbagai komoditi ekspor
Indonesia ke Rusia. Selain itu, PT Primacomexindo juga telah
melakukan barter komoditi teh Indonesia dengan kapas dari
Pakistan senilai US$ 20 juta, barter pupuk Indonesia dengan
kapas dari Sudan senilai US$ 40 juta dan barter teh dan
consumer items dari Indonesia dengan kapas dari Uzbekistan
senilai US$ 65 juta.
9
Proyek imbal beli dagang lainnya yang telah berhasil
dilakukan adalah barter antara helikopter buatan PT IPTN
dengan gula dari Malaysia senilai US$ 16 juta dan barter
pesawat terbang buatan PT IPTN dengan beras ketan dari
Thailand senilai US$ 25 juta serta bilateral counter trade antar
komoditi ekspor Indonesia dengan minyak mentah dari Irak
senilai US$ 100 juta. Sejumlah proyek imbal dagang juga telah
berhasil memperluas wilayah pasar bagi produk ekspor
nonmigas Indonesia, seperti imbal dagang yang dilakukan Safic
Alcan untuk komoditas karet alam ke Amerika Latin, imbal
dagang kertas dan CPO ke Eropa Timur, Timur Tengah dan
Selandia Baru oleh PT Triharpindo, imbal dagang alas kaki oleh
PT Griya Induk Sarana ke Eropa Timur. Proyek imbal dagang
juga telah berhasil membuka peluang ekspor produk baru,
seperti paha ayam beku ke Jepang dan Pakistan oleh Itochu
Corporation dan gambir ke AS dan India oleh PT Triharpindo.
Pada tahun 1998 tercatat 12 proyek imbal beli dengan realisasi
senilai US$ 150,21 juta dengan melibatkan sejumlah instansi
pemerintah seperti Pertamina, PT Pupuk Iskandar Muda, Ditjen
Hubdar, Dephankam dan PT PLN (Persero). Pada tahun 2000
terdapat 2 proyek imbal beli senilai US$ 2,99 juta yang
melibatkan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dan Ditjen
Hubdar, sedangkan pada tahun 2001 dan 2002 terdapat tiga
proyek imbal dagang dengan realisasi senilai US$ 22,77 juta.
Terdapat banyak manfaat yang dapat diambil, terutama oleh negara-
negara berkembang dalam melakukan perdagangan internasional secara
counter trade. Negara-negara berkembang cenderung memaksakan
perdagangan yang dilakukan dengan menggunakan counter trade melihat
bagaimana negara-negara berkembang diuntungkan dengan praktek counter
trade ini16.
16 Amanda J. Perry, op.cit., hlm. 12
10
2. Perjanjian Imbal Dagang Yang dilakukan Indonesia dan Libya17
Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia telah menyepakati nota
kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan
pemerintah Libya untuk mengimpor 18 juta barel minyak mentah
dari negara di Afrika Utara tersebut senilai US$ 540 juta melalui
skema imbal dagang dengan 16 jenis komoditi ekspor Indonesia.
MoU mengenai kesepakatan imbal dagang itu telah ditandatangani
oleh Menperindag RI Rini M.S. Soewandi dan Sekretaris Jenderal
Komite Perdagangan Libya, Abdulqader Omar Elkhair di Tripoli
(ibukota Libya) pada 25 Agustus 2003.
Pada tahap pertama, Indonesia mengimpor sebanyak 50.000 barel
minyak mentah/hari selama satu tahun atau setara dengan 1,5 juta
barel/bulan atau sama dengan 18 juta barel/tahun. Volume impor itu
dapat ditingkatkan apabila kedua belah pihak merasa puas dengan
pelaksanaan imbal dagang tersebut.
Dengan harga minyak mentah dunia sekitar US$ 30/barel pada
tahun 2003, maka impor minyak mentah sebanyak 18 juta barel
tersebut diperkirakan akan mencapai nilai US$ 540 juta. Perjanjian
ini merupakan perdagangan dengan nilai imbal dagang yang cukup
besar yang pernah dicapai Indonesia dengan negara lain yang
sekaligus juga menjadi peluang ekspor yang cukup besar bagi
kalangan dunia usaha di Indonesia.
Pada saat itu,Indonesia sengaja memilih komoditas minyak
mentah dari Libya untuk diimbaldagangkan dengan 16 komoditi
ekspor Indonesia, karena selama ini Indonesia memang harus
mengimpor minyak mentah dari luar negeri untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakar minyak di dalam negeri. Ke-16 komoditi
ekspor Indonesia yang diimbaldagangkan dengan minyak mentah
Libya itu adalah tekstil dan garmen, sepatu, toiletries, produk
makanan, teh, kopi, bumbu dapur, kayu, furniture, gelas dan
peralatan dari plastik, kertas dan stationery, elektornik, ban, produk
17 Departemen Perdagangan dan Perindustrian, op.cit., hlm. 20-21
11
karet, minyak sayuran dan minyak nabati, komponen kendaraan dan
pesawat terbang. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan imbal
dagang dengan Libya tersebut, pemerintah Indonesia menunjuk
PT.Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai koordinator.
Selama ini, neraca perdagangan Indonesia dengan Libya selalu
mengalami surplus untuk Indonesia. Pada tahun 2002 total ekspor
Indonesia ke Libya mencapai US$ 5,8 juta, sedangkan impor
Indonesia dari Libya hanya senilai US$ 29.000. Produk ekspor
utama Indonesia ke Libya antara lain ban mobil dan motor, batang
kawat baja, elektronik, tekstil dan pakaian jadi, sabun dan pembersih
lainnya, sedangkan impornya dari Libya adalah minyak dan biji besi.
Dengan demikian, melalui skema counter trade tersebut
diharapkan devisa negara yang selama ini terpakai untuk mengimpor
crude oil dari Libya dapat dihemat. Sementara itu, ekspor non migas
Indonesia ke Libya yang selama ini masih sangat kecil (US$ 5,8 juta
pada tahun 2002) dapat lebih ditingkatkan.
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
1) Counter trade merupakan sebuah bentuk kegiatan perdagangan
yang lebih menguntungkan bagi para pihak yang melakukannya,
terutama bagi negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri,
counter trade telah dilakukan sejak tahun 1982 dengan
dikeluarkannya PP No.1 Tahun 1982 dimana pemerintah
melakukan kebijakan alternative berupa terobosan untuk
meningkatkan devisa ekspor melalui penerapan counter trade
(imbal dagang) terhadap beberapa negara yang potensial dapat
mengakomodasi kebijakan counter trade. Selanjutnya dalam
perkembangannya, pemerintah Indonesia kembali mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan counter trade,
diantaranya melalui Keppres No. 16 Tahun 1994 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan PP No.
16 Tahun 1998 tentang Kegiatan Perusahaan yang Didirikan Dalam
12
Rangka Penanaman Modal Asing Di Bidang Ekspor dan Impor
yang kemudian diubah dengan PP Nomor 42 Tahun 1997. Sampai
saat ini, Counter trade dilakukan di Indonesia dalam beberapa
bentuk, antara lain Imbal Beli (Counter purchase), Offset,dan
Buyback.
2) Di Indonesia, dalam kurun waktu antara tahun 1982 sampai 1997
rata-rata terdapat 36 proyek counter trade setiap tahunnya yang
melibatkan sekitar delapan instansi pemerintah dengan nilai imbal
beli ratarata US$ 478 juta/tahun. Kemudian sejak tahun 2003
counter trade menjadi salah satu kegiatan perdagangan utama
dalam ekspor impor. Pada tahun yang sama, pihak Rusia setuju
untuk mengimpor produk-produk nonmigas Indonesia yang
kemudian ditukarkan dengan peralatan militer, yaitu empat unit
pesawat tempur Sukhoi (dua unit pesawat Sukhoi Su-27 Flanker
dan dua unit pesawat Sukhoi Su-30MK) dan dua helicopter MI-35.
Selain itu, pada tanggal 25 Agustus 2003 Deperindag telah
menandatangani kesepakatan imbal dagang dengan Komite
Perdagangan Libya dimana Indonesia akan mengimpor minyak
mentah (crude oil) dari Libya sebanyak 50.000 barel/hari atau
senilai US$ 540 juta/tahun yang akan dibayar dengan ekspor 16
jenis komoditi nonmigas Indonesia antara lain tekstil dan produk
tekstil, sepatu, barang-barang elektronika, ban, karet, furniture dan
lain sebagainya.
3) Saran
Dalam rangka mencapai target ekspor non migas di tahun-tahun
mendatang pemerintah perlu menggalakkan kembali perdagangan
counter trade dengan negara-negara sahabat. Karena counter trade juga
dapat menjadi salah satu jalan keluar bagi Indonesia dalam
mempercepat proses pemulihan ekonomi melalui pencapaian target
ekspor non migas nasional.
Kegiatan counter trade perlu digalakkan mengingat kapasitas produksi
di dalam negeri untuk tujuan ekspor cenderung mengalami peningkatan
13
dan di pihak lain persaingan terhadap produk-produk tersebut di pasar
dunia semakin ketat. Sejalan dengan hal itu, dalam rangka peningkatan
ekspor nonmigas dan sekaligus penghematan cadangan devisa, maka
program counter trade perlu menjadi program prioritas Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Hal ini menjadi penting karena counter
trade setidaknya dapat memberikan lima manfaat bagi bangsa dan
negara, yaitu dapat melakukan penghematan Anggaran Pembangunan
dan Belanja Negara (APBN) dan/atau devisa dalam rangka
pembelian/impor barangbarang yang dibutuhkan oleh pemerintah;
membuka peluang atau akses pasar nontradisional bagi barangbarang
yang diproduksi oleh pihak swasta/pemerintah/BUMN; meningkatkan
produksi bagi barangbarang yang termasuk dalam skema counter trade;
merupakan stimulus ekonomi yang berdampak pada peningkatan
penyerapan tenaga kerja antar sektor (multiplier effects); faktor
pendukung akselerasi pembangunan sejalan dengan exit program dari
IMF.
14
top related