mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal logaritma dengan konsep logaritma dan sifat...
Post on 26-Dec-2015
213 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LOGARITMA DENGAN KONSEP LOGARITMA DAN SIFAT LOGARITMA PENGGANTIAN BILANGAN POKOK MENGGUNAKAN METODE KETERAMPILAN PROSES
MAKALAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Problematika Pembelajaran
Matematika yang Dibina oleh Beni Asyhar, S.Si., M.Pd.
Disusun Oleh :
INDAHSARI HIMATUL ROHMAH
NIM. 2814123091
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
2014
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala
karunianya sehingga laporan penulisan ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan umatnya.
Sehubungan dengan selesainya penulisan ini maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. Maftuhin, M.Ag. Selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Beni Asyhar, M.Pd. Selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan
koreksi sehingga makalah dapat terselesaikan.
3. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penulisan laporan penulisan ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka terima Allah SWT. dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca,
dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat ridha Allah SWT.
Tulungagung, 05 November 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
ABSTRAK ………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah …………………………………….
B. Rumusan Masalah ……………………………………..........
C. Tujuan Penulisan …………………………………………...
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika……………………………..........
1. Proses Belajar Mengajar Matematika…………………..
B. Pendekatan Keterampilan Proses ……...……………………
1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses …………...
2. Prinsip-prinsip Pendekatan Keterampilan Proses………
C. Materi Logaritma……………………. …………………….
BAB III PEMBAHASAN
A. Penyebab Kesulitan dan Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Logaritma……………….....................
B. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam
Menyelesaikan Soal Logaritma Menggunakan Konsep
Logaritma dan Sifat Logaritma Penggantian Bilangan
Pokok …………….............................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………..
DAFTAR RUJUKAN
i
ii
iii
iv
1
4
4
5
5
11
11
12
14
18
18
26
26
iv
ABSTRAK
Bentuk logaritma merupakan materi yang sulit bagi siswa kelas X. Sebagian besar
dari mereka ditemukan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
yang diberikan. Untuk mengetahui secara pasti bentuk-bentuk kesulitan yang dilakukan siswa
dan penyebabnya.Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan yang
dilakukan siswa kelas dalam menyelesaikan soal-soal bentuk logaritma dengan penggantian
bilangan pokok, serta menemukan faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan. Hal ini
dimaksudkan agar pengajar lebih memahami letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal, sehingga dapat merancang pembelajaran selanjutnya untuk meminimalisir kesalahan
siswa dalam menyelesaikan soal logaritma dengan penggantian bilangan pokok.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar pendidik melakukan
pengajaran dengan menekankan pada proses pengajaran sehingga kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika dapat berkurang. Untuk meminimalisir kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal bentuk logaritma dengan penggantian bilangan pokok, pengajar
matematika dapat merancang pembelajaran yang memperhatikan pengetahuan konseptual dan
pengetahuan prosedural yang harus dicapai siswa. Selain itu juga menyiapkan soal-soal yang
mengarah pada kedua pengetahuan tersebut agar dapat meningkatkan pemahaman siswa.
ABSTRACT
Logarithm is a material that is difficult for the students of class X. Most of them
found a lot of students who have difficulty in solving a given problem. To know the exact
forms of the difficulties of the student and the cause. The purpose of this research are to
identify any errors that done by the under graduates in solving problems related to
logarithmic, and find out the causes of student errors in solving problems related to
logarithmic the replacement of cardinal number, and find the factors that caused the error. It
aims to make teachers better understand where the mistakes students in solving problems, so
it can design future learning to minimize errors of students in solving logarithms with
replacement cardinal number.
Based on these results, it can be suggested that educators do teaching with emphasis
on the teaching process so that mistakes students to solve problems can be reduced. To
minimize errors students in solving problems with the replacement logarithm cardinal
number, mathematics teacher can design the learning that takes into account the conceptual
knowledge and procedural knowledge to be achieved by students. It also prepares the
problems that led to the knowledge that in order to enhance students' understanding.
Kata kunci : logaritma, pendekatan keterampilan proses.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan.Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan
zaman.Pengembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru.Sebagai
konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru.Salah
satunya mengenai mutu pendidikan yang sudah dianggap sebagai masalah nasional dalam
bidang pendidikan.
Tap MPR RI tahun 1988 tentang GBHN dinyatakan titik berat pembangunan
diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan dalam rangka
meningkatkan mutu khususnya untuk memicu penguasaan ilmu pengetahuan ilmu
pengetahuan dan teknologi perlu disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu
pengetahuan alam dan matematika.Meskipun untuk tiap-tiap jenis permasalahan
pendidikan memiki khususan, namun pada dasar pemecahan maslah mutu pendidikan
bersasaran pada perbaikan kualiatas komponen pendidikan.Upaya tersebut diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.Padahal hasil belajar yang bermutu hanya
mungkin dicapai dengan proses belajar yang bermutu.1
Banyak pihak yang mempertanyakan tentang faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan yang bermakna.Salah satunya yaitu pendidikan
yang digunakan di dalam kelas.Selama ini yang digunakan adalah input outputanalisis
yaitu pendidikan yang menekankan pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pengajaran,
perbaikan sarana dan prasarana lainnya dipenuhi maka pendidikan secara otomatis
meningkat.Pendidikan ini terlalu memusatkan pada input, padahal proses pendidikan
sangat menentukan output pendidikan.
Tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu proses belajar dan pengalaman
belajar secara optimal.2 Proses belajar dan pengalaman belajar erat kaitannya dengan
kegiatan belajar mengajar di kelas atau kegiatan kerja sama antar guru dan siswa.Guru
dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran yang optimum.Karena itu setiapa
1 Umar Tirtaharja, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal.233.
2 Ibid., hal.41.
2
guru wajib mengikuti dengan seksama inovasi-inovasi pendidikan salah satunya
melalui ketrampilan proses.Kekreatifitasan dan gagasan baru seorang guru dapat
digunakan untuk mengembangkan cara penyajian materi di sekolah.
Pendidikan keterampilan proses pada hakikatnya suatu pengelolaan kegiatan
belajar mengajar yang berfokus pada keterlibatan siswa seacara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan hasil belajar. Keterampilan proses ini dilaksanakan dengan
menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa mengolah problemnya
sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan adalah hasil belajar siswa
yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu
konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui keterampilan
proses.Secara garis besar, ada 6 prinsip yang harus muncul pada pendidikan proses yaitu :
(1) kemampuan observasi, (2) kemampuan mengklasifikasikan, (3) kemampuan
mengkomunikasikan, (4) kemampuan mengukur/menghitung, (5) kemampuan
memprediksi, (6) kemampuan menyimpulkan.
Menurut Dimiyati,ada beberapa alasan yang melandasi penerapan keterampilan
proses dalam kegiatan pembelajaran, yaitu percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi,pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar
hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesan
kepada siswa yang memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan
memproses semua fakta konsep, dalam prinsip sangat dibutuhkan. Dan yang terakhir,
penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. Hal ini
menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemprosesan dan pemperolehan
kebenaran ilmu yang bersifat sementara. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran
keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi apabila dibandingkan dengan
keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi.3
Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang masih menggunakan
pendidikan konvensional dalam pembelajaran matematika sehingga siswa belum
terarahkan untuk memahami konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendidikan
konvensional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran),
3 Prisma Akbar Dhina, 2012, Pendekatan Ketrampilan Proses, dalam
http://kuliahipa.blogspot.com/2012/04/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.html, diakses 16-10-2014 pukul
11.50
3
afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan). Dengan demikian siswa hanya dapat
menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan
benar, akibatnya penguasaan terhadap konsep matematika yang dipelajari menjadi
kurang. Selain itu, guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan
pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa
yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar
matematika.
Mata pembelajatan matematika dalam dunia pendidikan merupakan salah satu mata
pelajaran yang mempunyai porsi terbanyak bila dibandingkan dengan mata pelajaran
yang lainnya. Tetapi dalam kenyataannya yang terjadi selama ini, siswa malah
menganggap matematika sebagai monster yang paling menakutkan. Siswa banyak
mengalami kesulitan belajar matematika dan merupakan hal yang paling dibenci dalam
proses belajar disekolah. Padahal sikap ketidak senangan siswa tersebut suatu pelalaran
tertentu yang sangat berpengaruh terhadap penghasilan proses pembelajaran. Karena tidak
senang, maka akan membuat siswa enggan dan malas untuk belajar. Dan secara langsung
akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Bahasan pokok logaritma yang diajarkan pada siswa kelas X semester 1 materi
yang diajarkan salah satunya yaitu sifat-sifat logaritma. Untuk memahami sifat-sifat
logaritma tersebut siswa dituntut untuk mampu menemukan dan menjelaskan soal
logaritma yang diberikan oleh pendidik melalui pendidikan proses diharapkan siswa dapat
dengan mudah menyelesaikan soal yang berkaitan dengan bahasan pokok logaritma.
Karena prisip-prinsip yang ada dalam keretampilan proses sesuai dengan materi ini.
Kondisi yang digambarkan di atas terjadi kebanyakan siswa pada kelas X. Dimana
siswa masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar yang mengakibatkan hasil belajar
matematika siswa tergolong rendah.
Uraian di atas peneliti berminat menawarkan penelitian dengan pendekatan proses,
sehingga rumusan judul penelitian ini adalah “Mengatasi Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Logaritma Dengan Konsep Logaritma Dan Sifat Logaritma
Penggantian Bilangan Pokok Menggunakan Metode Keterampilan Proses”.
4
B. Rumusan Masalah
1. Kesalahan apa saja yang dilakukan siswa kelas X dalam menyelesaikan soal logaritma
menggunakan konsep logaritma dan sifat logaritma penggantian bilangan pokok?
2. Apakah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan
pemahaman siswa kelas X dalam menyelesaikan soal logaritma menggunakan konsep
logaritma dan sifat logaritma penggantian bilangan pokok ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk kesalahan yang dilakukan siswa kelas X dalam
menyelesaikan soal logaritma menggunakan konsep logaritma dan sifat logaritma
penggantian bilangan pokok pada Kelas X tingkatan Sekolah Menengah Atas.
2. Untuk mengetahui pemahaman siswa melalui pendekatan keterampilan proses dalam
menyelesaikan soal logaritma menggunakan konsep logaritma dan sifat logaritma
penggantian bilangan pokok Kelas X pada tingkatan Sekolah Menengah Atas.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
1. Proses Belajar Mengajar Matematika
Proses belajar mengajar suatu proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi yakni guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek belajar yang
dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan kemampuan,
sikap, dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.4
Dalam interaksi belajar mengjar seorang guru harus berusaha menghidupkan
dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif.Kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan keseluruhan dari proses
pendidikan.Hal ini berhasil ataupun gagalnya pencapaian gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu teramat tergantung padaproses belajar yang dialami siswa,
baik ketika di lingkungan sekolah maupun keluarganya sendiri sebelum
membahas proses belajar dan mengajar matematika.
a. Belajar Matematika
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.Pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar.Karena itu, seseorang
dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dan di dalam diri orang tersebut
terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah
laku.
Berikut ini terdapat tokoh yang mengemukakan definisi belajar yaitu ;
1) Skiner dalam buku Education Psychology, mengatakan bahwa belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.5
4 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada 2009), hal
20.
5 Muhibbin Syah, Psaikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2010),
hal.88
6
2) Uzer dalam Belajar dan Pembelajaran,mengemukakan bahwa belajar
dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi dengan individu dengan lingkungan.6
3) Belajar adalah suatu proses aktif. Belajar dalah perubahan tingkah laku
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.Belajar adalah proses
yang diarahkan kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti
proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.7
4) Belajar dalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan\
sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.8
5) Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap kebiasaan,
pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan lain sebagainya.9
Beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia
yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan
aktifitas yang terarah.Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar
menyangkut semua aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis serta
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu.Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang
terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan
pengalaman masa lalu yang diaplikasikan dalam bentuk latihan.
6 E.T. Darmin, Belajar dan Pembelajaran, (Surabaya: Terbit Terang, 2003), hal.6
7 Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal.2
8 Nana Sudjana, Penilaian proses Belajar Mengajar, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 1997),
hal.25
9 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Puspa Swara, 2005), hal.1
7
Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik terhadap lingkungan.Ada beberapa yang mempelajari ranah-
ranah kejiwaan tersebut, diantaranya yaitu :
1. Ranah kognitif (Blom, 1956) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai
berikut :
a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b) Pemahaman, mengcangkup kemampuan mencangkup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c) Penerapan, mencangkup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d) Analisis, mencangkup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sebagai struktur keseluruhan yang dapat dipahami.
e) Sintesis, mencangkup kemampuan membentuk pola baru.
f) Evaluasi, mencangkup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
2. Ranah afektif (Karthwohl, 1964) terdiri dari lima jenis sebagai berikut :
a) Penerimaan, yang mencangkup kepekaan tentang hal tertentu dalam
kesediaan memperhatikan dan hal tersebut.
b) Partisipasi, yang mencangkup kerelaan, memperhatikan dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c) Penilaian, yang mencangkup menerima suatu nilai, menghargai,
mengakuai dan mengahargai sikap.
d) Organisasi, yang mencangkup kemampuan yang membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
e) Pembentukan pola hidup, yang mencangkup kemampuan menghayati
nilai dan membentuknya menjadi nilai kehidupan pribadi.
3. Ranah psikomotorik (Simpon) terdiri terdiri dari tujuh jenis perilaku
sebagai berikut :
a) Persepsi, yang mencangkup kemampuan memilah-milih
(mendeskripsikan) hal-hal secara khas, menyadari adanya perbedaan
khas tersebut.
8
b) Kesiapan, kemampuan yang mencangkup kemampuan menempatkan
diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian
gerakan.
c) Gerakan terbimbing, mencangkup kemampuan melakukan gerakan
sesuai contoh atau gerakan peniruan.
d) Gerakan yang terbiasa, mencangkup kemampuan melakukan gerakan-
gerakan tanpa contoh.
e) Gerakan kompleks, mencangkup kemampuan gerakan atau ketrampilan
banyak tahap, secara lancer dan efisien.
f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencangkup kemampuan
mengadakan perubahan penyesuaian pola gerak -gerik dengan
persyaratan khusus yang berlaku.
g) Kreativitas, yang mencangkup kemampuan melahirkan pola gerakan
yang baru atas dasar prakarsa sendiri.10
Oleh karena itu, mengacu pada ketiga doamain atau ranah tersebut, maka
pembelajaran matematika harus didesain sedemikian ruapa agar menarik minat
siswa dan mendorong siswa untuk belajar, sehingga ikut aktif dalam proses
pembelajaran.
b. Mengajar Matematika
Mengajar merupakan suatu proses yang komples yang tidak hanya
sekedar menyampaian informasi dari guru kepada siswa, dan itu bukanlah
tugas yang ringan bagi seorang guru.Dalam mengajar banyak kegiatan
maupun tindakan yang harus dilakukan terutama bila menginginkan hasil
belajar yang lebih baik pada seluruh siswa.
Mengajar merupakan mengorganisasi lingkungan dalam hubungan
dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.11
Pendapat lain mengajar adalah suatu proses interaksi antara guru dan
siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dipilih oleh guru.
10 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka,2006) hal.26-30
11
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004) hal.6
9
Dari pengertian di atas mengandung makna bahwa guru dituntut untuk
dapat berperan sebagai orgaisator dalam kegiatan belajar siswa, guru juga
harus mampu memanfaatkan lingkungan yang dapat menunjang kegiatan
belajar baik yang ada di kelas maupun di luar kelas.
Jadi mengajar matematika diartikan sebagai upaya memberikan
ringkasan bimbingan, pengarahan tentang pelajaran matematika kepada siswa
agar terjadi proses yang efektif.Sehingga dalam mengajar matematika dapat
berjalan lancar, seorang guru diharapkan dapat memahami tentang makna
yang lebih luas yaitu terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspek
yang mencangkup segala aspek pelajaran matematika.
c. Proses Belajar Mengajar Matematika
Keterpaduan antara konsep belajar dan konsep baru yakni proses
belajar mengajar atau dikenal dengan istilah proses pembelajaran.Proses
belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar matematika
adalah kegiatan serangkaian kegiatan guru mulai dari perencanaan, pelaksaan
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran matematika.
Dalam proses belajar mengajar ada beberapa komponen-komponen
yang sangat mempengaruhi kegiatan interaksi tersebut diantaranya yaitu :
1) Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar mengajar.Bahan pelajaran merupakan komponen yang tak bisa
diabaikan dalam pelajaran, sebab bahn pelajaran adalah inti dalam proses
belajar mengajar yang akan disampaikan kepada siswa.
2) Metode
Metode adalah suatu cara mengajar untuk membahas pelajaran sehingga
mencapai tujuan pembelajaran.Metode ini sangat berpengaruh pada
10
pencapaian tujuan belajar, karena metode yang tepat akan mempengaruhi
terhadap pemahaman bahan pelajaran.12
3) Media atau alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pelajaran.Sehingga segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk mencapai tujuan pelajaran maka alat berfungsi sebagai
alat bantu pelengkap dan sarana dalam mempermudah pembelajaran.13
4) Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terhadap terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.14
Adapun fungsi evaluasi antara lain :
a) Untuk mengetahui terhadap kesiapan dari pada anak didik untuk
menempuh suatu tujuan tertentu.
b) Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah yang dicapai dalam
proses pendidikan yang telah dilaksanakan.
c) Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat
kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus mengulangi
kembali bahan-bahan yang telah lampau.
d) Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi dalam memberikan
bimbingan tentang jenis pendidikan atau jabatan yang cocok untuk
anak tersebut.
e) Untuk mengetahui taraf efesiensi metode yang dipergunakan
dipergunakan dalam lapangan pendidikan.15
12
Ibid.,hal19.
13 Ibid., hal.20
14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya, 2009)
hal.141
15 Wahyu Nur Kancana dan Sumartono, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hal.3-
6
11
B. Pendekatan Keterampilan Proses
1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan
pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang
bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada
dalam diri siswa.16
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan
konsep-konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai
penujang keterampilan proses.Interaksi antara pengembangan keterampilan proses
dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar yang menghasilkan
sikap dan nilai dalam diri siswa.17
Keterangan-keterangan tersebut menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta, penemuan dan pengembangan sikap dan nilai.
Pendekatan keterampilan proses dipandang sebagai pendekatan yang paling
sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah menurut banyak pakar, dalam
menghadapi pertumbuhan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin cepat dewasa ini.Dalam pembelajaran matematika, pendekatan
ketrampilan proses ini sangat cocok digunakan.Struktur matematika yang berpola
deduktif kadang-kadang memerlukan proses kreatif yang induktif.untuk sampai
pada kesimpulan, kadang dapat digunakan pengamatan, mengklasifikasikan,
mengkomunikasikan, mengukur/menghitung, bahkan mungkin dengan mencoba-
coba.Pemikiran yang demikian bukanlah kontradiksi karena banyak obyek
matematika yang dikembangkan secara intuitif atau induktif.
Berdasarkan pendekatan keterampilan proses ini dilaksanakan dengan
menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa mengolah
problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan adalah
hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan
16
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka,2006) hal.138
17 Djago Tarigan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Angkasa, 1990) hal.10
12
yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif
melalui keterampilan proses.
Menurut Dimyati, ada beberapa alasan yang melandasi penerapan
keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran, yaitu percepatan perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi,pengalaman intelektual emosional dan fisik
dibutuhkan agar didapatkan agar hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan
pembelajaran yang mampu memberi kesan kepada siswa yang memperlihatkan
unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta konsep, dalam
prinsip sangat dibutuhkan. Dan yang terakhir, penerapan sikap dan nilai sebagai
pengabdi pencarian abadi kebenaran ini.
Adapun keunggulan pendekatan proses di dalam proses pembelajaran :
2. Prinsip-Prinsip Pendekatan Keterampilan Proses
Dalam pendekatan keterampilan proses pembelajaran tidak hanya produk
belajar, yakni hasil belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran saja,
melainkan lebuh dari itu.Pembelajaran yang dilakukan juga diarahkan pada
bagaimana memperoleh hasil belajar atau bagaimana proses mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan terpenuhi.
Untuk mencapai tujuan tersebut sejumlah prinsip pendekatan keterampilan
proses perlu dilakukan :
a. Observasi
Kegiatan mengamati atau observasi dapat dilakukan peserta didik melalui
kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan
mengumpulkan informasi.
b. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih
berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga
didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud.
Mengklasifikasi dapat dilakukan dengan cara mencari persamaan dengan
menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan.
13
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan tidak hanya melalui berbicara saja tetapi dapat
dengan gambar, tulisan, dan penampilan. Menurut Djamarah dalam Ade
Sanjaya, kegiatan mengkomunikasikan dapat berkembang dengan baik
pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti :
berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang,
memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar dan penampilan.
d. Mengukur atau menghitung
Mengukur diartikan membandingkan yang diukur dengan satuan
ukuran tertentu yang telah ditetapkan. Mengembangkan keterampilan
mengukur dapat dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada
dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa
membandingkan luas kelas, volume balok.
e. Memprediksi
Memprediksi adalah antisipasi atau meramal tentang sesuatu hal yang
akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan pada pola
kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam
ilmu pengetahuan. Untuk mengembangkan keterampilan memprediksi
dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi
yang berdasarkan pada pola atau kecenderungan. Hal ini dapat dilakukan
seperti memprediksi waktu terbitnya matahari.
f. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan
suatu objek atau peristiwa bardasarkan fakta, konsep dan prinsip yang
diketahui. Contoh dari kegiatan menyimpulkan yaitu berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa lilin mati ketika di tempatkan pada botol
atau gelas dengan keadaan tertutup, kemudian peserta didik
menyimpulkan bahwa lilin akan hidup atau menyala jika ada oksigen.
14
C. Materi Logaritma
a. Pengertian Fungsi logaritma
Fungsi Logaritma adalah fungsi yang peubah bebasnya berupa bentuk logaritma.
Fungsi Logaritma adalah Invers dari fungsi eksponen.
Atau Hubungan logaritma dengan eksponen dapat ditulis sebagai berikut :
Dengan :
a disebut bilangan pokok
b disebut numerus
x disebut hasil logaritma
Bentuk x = a log b dibaca : x adalah logaritma dari b dengan bilangan pokok a.
Logaritma dengan bilangan pokok 10 cukup ditulis log saja.
contoh : 10 log 8 cukup ditulis log 8.18
18
Sukino dan Wilson Sirnangunsong, Matematika Untuk SMP Kelas IX, (Jakarta: Erlangga, 2004),
hal.285.
15
16
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penyebab Kesulitan dan Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Logaritma
Setiap siswa dalam belajar pastinya pernah mengalami kesulitan. Kesulitan yang
dialami tersebut bervariasi antara satu siswa dengan yang lainnya.Dari yang ringan
sampai yang kompleks.
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana siswa mengalami hambatan
dalam belajar. Kesulitan belajar biasanya tercermin dengan adanya kesalahan yang
dilakukan dalam pengerjaan soal. The Joint Committee for Learning Disabilities
(NJCLD) dalam Mulyono Abdurrahman mendefinisikan kesulitan belajar sebagai
suatu bentuk kesulitan yang nyata dalam hal kemahiran dan kemampuan untuk
mengaplikasikan matematika pada kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga bahwa
penyebab utamanya adalah faktor internal dari siswa, walaupun tidak menutup
kemungkinan adanya pengaruh eksternal baik dari lingkungan belajar, guru,
pembelajaran yang kurang tepat dan lain-lain.
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu
kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Disadari atau tidak, kesulitan
belajar sering melanda peserta didik. Dalam satu waktu, bisa jadi kesulitan belajar
anak didik dapat diatasi, namun jika tidak segera diatasi maka bisa jadi kesulitan
tersebut akan terulang kembali. Untuk itulah, usaha demi usaha harus diupayakan
dengan berbagai strategi dan pendekatan agar peserta didik dapat dibantu keluar dari
kesulitan belajar sehingga akhirnya mereka dapat meraih prestasi belajar yang
optimal.19
Logaritma merupakan salah satu mata pelajaran SMA yang dapat dibilang sulit
menurut para siswa kelas X.Jadi tak jarang siswa yang mengalami kesulitan di dalam
menyelesaiakan soal logaritma. Padahal di dalam bab ini merupakan salah satu
bahasan yang juga dibilang penting, karena masuk dalam Ujian Akhir Nasional. Oleh
karena itu, perlu diketahui tentang apa yang menyebabkan kesulitan dan kesalahan
19 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1999), hal.72-73
17
siswa di dalam mengerjakan soal logaritma. Serta kesalahan yang ada dapat segera
teridentifikasi dan diketahui solusi pemecahannya agar tidak berlarut-larut dan
mengakibatkan kesalahan konsep pada materi berikutnya. Kesulitan dan kesalahan
di dalam mengerjakan soal logaritma dapat disebabkan karena hal berikut :
1. Kesalahan dalam memahami dan mencermati soal.
Kesalahan di dalam mencermati soal adalah kesalahan awal sebelum
melakukan penyelesaian ke langkah-langkah berikutnya. Oleh karena itu,
perlu adanya konsentrasi di dalam mencermati soal.
2. Kesalahan dalam menuliskan soal kembali.
Soal yang telah ditulis kembali, bila ternyata mengalami kesalahan akan
berdampak pada hasil yang diharapkan atau tidak menemukan solusi yang
diinginkan.
3. Kesalahan dalam menentukan nilai dari suatu bentuk logaritma.
Kesalahan di dalam menentukan nilai dari bentik logaritma, contohnya sebagai
berikut : log 6 diubah ke bentuk log 2 . 2, dan penyelesaian tersebut jelaslah
salah, seharusnya log 6 menjadi log 2.3.
4. Kesalahan dalam mengganti suatu bentuk logaritma ke variabel yang
diketahui.
Dicontohkan pada soal berikut : Jika log 2 = a, dan log 3 = b, tentukan 6log 9.
6log 9 =
=
=
=
Hasil akhir yang diperoleh seharusnya adalah karena terjadi kesalahan di
dalam memasukkan variabel dari soal yang diketahui.Penyelesaian di atas
terjadi kesalahan disebabkan log 2 bernilai b dan log 3 bernilai a, yang tidak
sesuai dengan soal yang telah disediakan.
5. Kesalahan karena tidak mampu melanjutkan proses penyelesaian.
Seorang siswa dapat saja tidak bisa melanjutkan proses penyelesaikan soal
dikarenakan oleh beberapa sebab. Entah karena kosep yang yang diterima
18
siswa lemah atau karena salah dalam menuliskan soalnya kembali, atau
kesalahan di dalam mencermati soal.
6. Kesalahan karena melakukan penyimpulan tanpa alasan yang benar.
Penyimpulan yang salah, sisebabkan banyak faktor. Disebabkan karena hasil
yang diperoleh memang salah, atau siswa belum mampu mengaitkan hasil
yang diperoleh dengan konsep-konsep yang telah dipelajari.
Cara untuk meminimalisir kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal bentuk
logaritma, pengajar matematika dapat merancang pembelajaran yang memperhatikan
pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural yang harus dicapai siswa. Selain itu
juga menyiapkan soal-soal yang mengarah pada kedua pengetahuan tersebut agar dapat
meningkatkan pemahaman siswa.20
B. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Menyelesaikan Soal
Logaritma Menggunakan Konsep Logaritma dan Sifat Logaritma Penggantian
Bilangan Pokok
Setiap siswa pada umumnya mempunyai kemampun dan pengetahuan yang cukup
untuk menyelesaikan soal.Khususnya dalam menyelesaikan soal logaritma. Hal tersebut
ditunjukkan dari kemampuan siswa menyelesaikan soal logaritma yang diberikan,
walaupun sebatas pengetahuan yang mereka peroleh dari guru. Siswa kurang
mengoptimalkan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami
konsep logaritma, sehingga masih ada siswa yang melakukan keasalahan dalam
menyelesaikan soal logaritma dikarenakan kurang memahami konsep logaritma. Oleh
sebab itu, hendaknya guru memberikan metode yang tepat bagi siswanya, agar kesalahan
dan kesulitan yang dialami siswa dapat terpecahkan.
Menurut R. Soedjadi sehubungan dengan pembelajaran matematika guru perlu
mengenal dan dapat melaksanakan dengan baik berbagai pedoman tentang (1) strategi
pembelajaran, (2) pendekatan pembelajaran, (3) metode pembelajaran serta (4) teknik
20 Anis Mahmidah, Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Bentuk Soal Akar, Pangkat dan
Logaritma, dalam http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/matematika/article/view/16044, diakses tanggal 24
oktober 2014 pukul 13.56
19
pembelajaran. Salah satu upaya guru untuk meningkatkan pemahaman konsep
matematika, yaitu dengan jalan memilih metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat
dalam menyampaikan suatu bahasan matematika di kelas, sehingga domein kognitif dapat
tercapai. Oleh karena itu, menurut penulis pendekatan pembelajaran yang dikira tepat
digunakan oleh pengajar adalah pendekatan pembelajaran keterampilan proses. Karena
dengan pendekatan pembelajaran keterampilan proses yakni guru dapat menjelaskan
secara detail urutan pengerjaaan soal, yang sesuai dengan langkah-langkahnya.Seorang
guru memerikan contoh soal logaritma menggunakan konsep logaritma dan sifat
logaritma penggantian bilangan pokok dan menjelaskan secara detail-detailnya dengan
urutan yang tepat sampai memperoleh hasil yang diinginkan.Contoh soalnya sebagai
berikut :
Jika log 2 = a, dan log 3 = b, tentukan 6log 9.
21
Langkah langkah pendekatan proses yang telah disebutkan diatas diterapkan dalam
menyelesaian soal logaritma adalah sebagai berikut :
a. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk mengarahkan peserta didik pada
pokok permasalahan agar peserta didik siap mengikuti kegiatan belajar mengajar, baik
secara mental, emosional maupun fisik. Kegiatan pendahuluan ini dilakukan dengan
pengulasan bahan atau materi yang pernah dialami peserta didik yang ada keterkaitan
atau hubungan dengan materi atau bahan yang akan diajarkan. Selanjutnya dengan
menggugah dan mengarahkan perhatian peserta didik dengan mengajukan pertanyaan
yang yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas yaitu logaritma, dan siswa
juga bisa mengajukan pendapat dan saran yang berhubungan dengan materi.
b. Inti
Dalam kegiatan inti ini yang perlu dilakukan adalah menjelaskan materi pelajaran
tahap demi tahap harus dilalui dengan benar dan tepat. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
Kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar
atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
21
Sukino dan Wilson Sirnangunsong, Matematika Untuk SMP Kelas IX, (Jakarta: Erlangga, 2004),
hal.295.
20
1. Observasi
Kegiatan yang dilakukan siswa yang pertama yaitu mengamati soal yang
diberikan mendengar penjelasan informasi dari guru.
2. Mengklasifikasikan
Keterampilan proses untuk memilih atau mengelompokkan sifat-sifat logaritma
yang tepat digunakan dalam menyelesaikan soal. Misal pengklasifikasian dari
soal di atas adalah bila bilangan c = ab termasuk bilangan berpangkat, misalkan:
9 = 32
atau 8 = 23.Dan yang termasuk
alog b = c termasuk bilangan bentuk
logaritma, misalkan: 3log 9 = 2, 3 log 9 = 2,
2log 9 = 3.
3. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan di sini guru menjelaskan bisa dengan metode
ceramah yang dilakukan dengn suara keras dan mudah dimengerti oleh siswa
sambil menuliskan langkah-langkah pengerjaannya.
4. Mengukur atau menghitung.
Guru mengawali kegiatan dengan mengajukan masalah keterampilan
proses. Jika pengetahuan materi siswa belum cukup untuk menjawab masalah
tersebut, maka guru membimbing siswa dengan menunjukkan langkah demi
langkah cara penyelesaiannya yang benar dan menjelaskan materi yang belum
dipahami siswa.
Cara penyelesaian dari soal diberiakan adalah sebagai berikut :
6log 9 =
(Bilangan pokok dijadikan sebagai pembilang dan pangkat yang terdapat
sebelum log dijadikan penyebut).
=
( Bila terdapat bilangan pokok bisa dikuadratkan, maka dikuadratkan sja dan
bila terdapat bilangan yang tidak bisa dikuadratkan maka dikalikan saja).
=
( Bilangan kuadratkan, maka pangkatnya dipindahkan di depan kata log, operasi
penkalian bisa menadi penjumlahan menurut sifat logaritma).
21
= 22
(Hasil yang telah diperoleh di atas dapat diganti dengan variabel-variabel yang
diketahui).
5. Menyimpulkan
Guru memberikan pertanyaan lanjutan lalu mendorong siswa untuk
membuat kesimpulan yang bervariasi sampai kesimpulan yang
diinginkan.Contohnya apa kesimpulan dari contoh soal di yang disediakan di
atas.Misal kesimpulannya adalah menyimpulkan konsep logaritma dari
bilangan berpangkat 25 = 52 bentuk logaritmanya menjadi
5log 25 = 2.
Guru selalu memantau belajar siswa, untuk mengetahui apakan materi
yang diinginkan sudah dipahami, siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan
meminta penjelasan guru.
c. Penutup
Pada kegiatan penutup ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji ulang kegiatan
belajar mengajar yang telah dilaksanakan dan menyimpulkan hasil yang telah
diperoleh. Mengadakan tes akhir untuk mengetahui seberapa dalam siswa menangkap
materi yang disampaikan. Dapat dengan memberikan tugas seperti PR.
Suatu langkah proses di dalam pembelajaran sangatlah penting, karena
pemahaman dari seorang siswa lebih dominan dipengaruhi dari cara guru mengajar
dan menjelaskan materi. 23
22
Ibid.,hal.295
23 Prisma Akbar Dhina, 2012, Pendekatan Ketrampilan Proses, dalam
http://kuliahipa.blogspot.com/2012/04/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.html, diakses 16-10-2014 pukul
11.50
26
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. Berbagai jenis
kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah kesalahan dalam memahami dan mencermati
soal, kesalahan dalam menuliskan soal kembali, kesalahan dalam menentukan nilai dari suatu
bentuk logaritma, kesalahan dalam mengganti suatu bentuk logaritma ke variabel yang
diketahui, ketidakteraturan langkah-langkah dalam menjawab soal, kesalahan karena tidak
mampu melanjutkan proses penyelesaian, kesalahan karena melakukan penyimpulan tanpa
alasan yang benar.
Dari berbagai kesalahan-kesalahan tersebut, seorang guru dapat menerapkan metode
keterampilan proses dan membibingmereka dengn telaten, serta memberikan pertanyaan yang
lebih sederhana sesuai dengan hal yang diketahui siswa. Bila perlu berkeliling ke tempat
duduk siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam menentukan langkah
penyelesaian soal logaritma. Setelah mengetahui jawaban dari siswa, guru meminta untuk
menyimpulkan jawaban yang telah diperolehnya.Dengan begitu seorang guru juga bisa
menyimpulkan apakah peserta didiknya sudah benar-benar mampu atau belum dalam
menyelesaikan soal logaritma yang terkait dengan sifat dan mengubah bilangan pokok.Bila
belum, guru dapat memberikan pekerjaan rumah untuk memperkuat pemahaman.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, berikut ini terdapat beberapa saran yang
perlu dipertimbangkan bagi Para Pendidik yakni: (a) menyarankan siswa untuk mempelajari
kembali materi yang sekiranya belum mengerti, bila tidak bisa dapat segera ditanyakan
kepada guru (b) memberikan latihan-latihan agar siswa terbiasa dalam menyelesaikan soal
logaritma menggunakan konsep logaritma dan sifat logaritma penggantian bilangan pokok
sehingga siswa lebih terampil.
DAFTAR RUJUKAN
Tirtaharja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya.
E.T, Darmin. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Terbit Terang.
Slamet. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1997. Penilaian proses Belajar Mengajar. Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya.
Hakim. Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka.
Uzer Usman, Moh. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
Karya.
Wahyu Nur Kancana dan Sumartono. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka.
Tarigan, Djago. 1990. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa.
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. akarta: PT.
Rineka Cipta.
Sukino dan Wilson Sirnangunsong. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas IX. Jakarta:
Erlangga.
Prisma Akbar Dhina. Pendekatan Ketrampilan Proses.
http://kuliahipa.blogspot.com/2012/04/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.html, diakses
diakses tanggal 24 oktober 2014 pukul 13.56
top related