osteoatritis rehabmedik
Post on 04-Dec-2015
19 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoartritis" berasal dari kata Yunani "osteo''''", yang berarti
"tulang", "''arthro''", yang berarti "bersama", dan "itis''''", yang berarti
peradangan, meskipun yang "itis" osteo arthritis adalah sedikit dari keliru -
peradangan bukan merupakan fitur mencolok dari penyakit. Osteoarthritis
adalah tidak menjadi bingung dengan rheumatoid arthritis, penyakit
autoimun dengan peradangan sendi sebagai fitur utama. Kesalahpahaman
yang umum adalah bahwa OA adalah karena semata-mata untuk dan
keausan, karena OA biasanya tidak hadir pada orang muda. Namun,
sementara usia berkorelasi dengan kejadian OA, korelasi ini dapat
menggambarkan bahwa OA merupakan suatu proses yang membutuhkan
waktu untuk mengembangkan - atau yang memperbaiki dan regenerasi
yang dapat mengimbangi dengan kerusakan pada sendi orang muda
lakukan lambat dengan usia. Biasanya ada penyebab yang mendasari
untuk OA, dalam hal ini digambarkan sebagai''''OA sekunder. Jika tidak
ada penyebab dapat diidentifikasi, digambarkan sebagai''''OA primer.
"Artritis degeneratif" sering digunakan sebagai sinonim untuk OA, tetapi
yang terakhir melibatkan perubahan baik degeneratif dan regeneratif
(News Medical;2011).
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana
keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai
dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan
melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi (Felson; 2008).
Osteoartritis adalah suatu penyakit kronis yang mengenai sendi dan
tulang di sekitar sendi tersebut. Dulu OA dianggap penyakit degeneratif,
atau penyakit orang tua karena sendi menjadi aus atau usang, namun
dewasa ini diketahui melalui penelitian-penelitian ternyata selain akibat
aus terdapat proses peradangan yang mempengaruhi kerusakan pada sendi
tersebut, walaupun peradangan yang terjadi tidak sehebat penyakit radang
sendi yang lain seperti artritis reumatoid (Laniyati Hamijoyo;2012).
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana
keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai
dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi,meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan
melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi. (Felson, 2008)
B. Epidemiologi
OA mempengaruhi hampir 27 juta orang di Amerika Serikat,
akuntansi untuk 25% dari kunjungan ke dokter perawatan primer, dan
separuh dari semua (non-steroid anti-inflamasi Obat) resep NSAID.
Diperkirakan bahwa 80% dari populasi akan memiliki bukti radiografi OA
pada usia 65, walaupun hanya 60% dari mereka akan menunjukkan gejala.
Di Amerika Serikat, rawat inap untuk osteoarthritis melonjak dari sekitar
322.000 pada tahun 1993 menjadi 735.000 pada tahun 2006 (News
Medical;2011).
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang
paling umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga
orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut
merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa.
Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang
dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria
dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. Pada
lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut
kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan
insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak
24,7.
Prevalensinya bervariasi, dari dikatakan ada keterkaitan dengan
umur, sepertiga populasi usia di atas 65 tahun menderita osteoatritis secara
radiologis. Laki-laki lebih banyak dibanding wanita. Pada usia dibawah 50
tahun sedangkan wanita lebih banyak pada usia diatas 50 tahun. Di
Amerika Serikat dan Eropa hampir semua orang mengalami degenerasi
sendi setelah usia 40 tahun. Gambaran radiologis OA di Amerika Serikat
ditemui pada populasi dewasa sekitar 37% dan merupakan 80% dari
populasi di atas 75 tahun. Jumlah penderita OA pertahunnya mencapai 16
juta orang. Data di Inggris menunjukkan 52% orang dewasa mempunyai
gambaran radiologis OA dan meningkat menjadi 85% setelah 55 tahun.
Wanita 2 kali lebih banyak menderita OA dibanding pria, terutama OA
sendi lutut pada umur kurang dari 50 tahun. Osteoatritis dapat mengenai
sendi cervical, lumbosakral, tetapi yang terbanyak, mengenai sendi
penyangga tubuh yaitu lutut dan pinggul (Joewono Soeroso et Juliasih;
2008).
Osteoartitis (OA) merupakan gangguan degeneratif dan mekanis
kronis yang ditandai dengan hilangnya kartilago. Kondisi ini merupakan
bentuk yang paling umum dari artitis, yang diperkirakan menyerang 15
persen populasi di inggris yang berusia lebih dari 55 tahun. OA merupakan
gangguan terbanyak kedua setelah penyakit jantung dan pembuluh darah
yang menyebabkan pasien tidak bisa melakukan aktivitas fisik. Sendi yang
menyangga beban adalah yang paling banyak terlibat (misalnya sisi-sisi
tulang belakang , pinggul, dan lutut). Tetapi, OA bisa disamakan dengan
bentuk ‘nodus’ yang biasanya menyerang sendi PJP dan DIP di tangan
(Andrew R. Houghton et David Gray; 2012).
C. Anatomi
Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial
(synovial joint),yaitu sendi yang mempunyai cairan sinovial yang
berfungsi untuk membantupergerakan antara dua buah tulang yang
bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih kompleks
daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa. Permukaan tulang
yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan hyaline cartilage
yang tipis yang disebut articular cartilage , yang merupakan
bantalanpadapersambungan tulang. Pada daerah ini terdapat rongga yang
dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi merupakan
pengikat kedua tulang yang bersendiagar tulang tetap berada pada
tempatnya pada waktu terjadi gerakan (Fitirani Lumongga; 2012).
Gambar 1. Anatomi Genu
Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan (Fitirani Lumongga; 2012) :
1. Lapisan luar
Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang kuat
yang tidak teratur. Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari
periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan
menebal dan membentuk ligamentum.
2. Lapisan dalam
Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi
danbagian luar merupakan bagian dari articular cartilage. Membran ini
tipis danterdiri dari kumpulan jaringan connective. Membran ini
menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan
sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran
yang kompleks dari polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya.
Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid yang merupakan penentu
kualitas dari cairan synovial dan berfungsisebagai pelumas dari
permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan. Ada 2 condylus
yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada femur dan 2 tibial
condylus yang menutupi meniscus untuk stabilitas artikulasi
femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak
pada segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi dengan
femur, dimana patella ini terletak diantara 2 condylus femoralis pada
permukaan antero inferior. Menurut arah gerakannya sendi lutut
termasuk dalam sendi engsel ( mono axialjoints )yaitu sendi yang
mempunyai arah gerakan pada satu sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari
bentuk conveks silinder pada tulang yang satu yang digunakan untuk
berhubungan dengan bentuk yang concave pada tulang lainnya.
Gambar 2. Perbandingan Antara Lutut Normal dengan OA
Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh
manusia. Sendi ini terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai
bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris
diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang
terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris
femoris.
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel,
tetapisebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu
(Fitirani Lumongga; 2012) :
1. Condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus dan
berhubungan dengan condylus tibiae
2. Satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari
patella dan femur. Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus
femoris yang berbentuk bulat, pada bagian bawah terdapat condylus
tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio
antara ujung bawah femur dengan patella. Fascies articularis femoris
tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies articularis
condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai
plateau tibialis medialis dan lateralis.
Terdapat beberapa ligamentum yang memeperkuat persendian lutut
yaitu sebagai berikut (Fitirani Lumongga; 2012) :
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah
melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya
merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps
femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak
intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil.
Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari
kulit.
2. Ligamentum Collaterale Fibulare
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada
condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae.
Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak
dan tendon m.popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis
melalui bursa m.poplitei.
3. Ligamentum Collaterale Tibiae
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat
dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah
melekat pada margo infra glenoidalis tibiae. Ligamentum ini
menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus
medialis. Dibagian bawah pada margo infra glenoidalis, ligamentum
ini menutupi tendonm. semimembranosus dan a. inferior medialis
genu.
4. Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari
sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah.
Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul
dan fascia m.popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi
tendon m.semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu
Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua
meniscus ,terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang ligamentum
ini tertinggal dalam perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai
pada sebagian orang.
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang
sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri
dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada
tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara
femur dan tibiae (Fitirani Lumongga; 2012) .
1. Ligamentum Cruciata Anterior
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian
posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini
akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut
diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk
mencegah femur bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut
berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan
mencegah tibiae tertarik keposterior.
2. Ligamentum Cruciatum Posterior
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris
posterior dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan
pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-
serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan
menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat
posteriorakan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum
cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap
tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum
posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.
D. Klasifikasi
Terdapat dua klasifikasi secara umum yaitu : (Joewono Soeroso et
Juliasih; 2008)
1. Primer (Idiopatik)
a. Tangan
Heberdens dan Bouchard’s nodes (nodal)
Osive interphalang artritis non nodal
Carpal-first metacarpal
b. Tungkai (feet)
Hallux Valgus
Hallux rigidus
Contracted toes (hammer/cock-up toes)
Talo Navicular
c. Hip
Eccentric (superior)
Concentric (axial, medial)
Diffuse (coxae Senilis)
d. Spine
Apophyseal joint
Intervetebral joint (disc)
Spondylosis (osteophytes)
Ligamentous (hiperostosis, Foresiter’s disease, difuse
idiopatic skeletal hiperostosis)
e. Lain-lain
Glenohumeral, Acromioclavicular
2. Sekunder
a. Trauma
Akut
Kronik (occupational, sports)
b. Congenital or development
Localized : Legg-Calv-perthes syndrome
Disease : Congenital hip dislocation, Slipped epiphysis
Mekanikal : Unequal lower extremity length
Factors : Valgus/Varus deformity, hypermobility syndrome
c. Metabolik
Alkaptonuria, Hemochromatosis, Wilson disease
d. Endokrin
Akromegali, Hyperparathyroidism, Diabetes mellitus, Obesity,
Hypothyroidism
e. Calcium Deposition Disease
f. Other Bone and Joint Disease
Localized : Fracture, Avascular, Necrosis, Infection, Gout
Diffuse : Rheumatoid arthritis, pagets disease osteopetrosis,
osteochonditis
Gambar 3. Predileksi terjadinya OA pada tubuh
Secara radiologis terdapat 5 grade osteoartritis menurut Kellgren-
Lawrence (Osteoartritis lutut) (Joewono Soeroso et Juliasih; 2008):
1. Grade 0
OA Severity = None,
Radiographic Finding = No Feature of OA
2. Grade 1
OA Severity = Doubtful
Radiographic Finding = Minute Osteophyte, Doubtful Significance
3. Grade 2
OA Severity = Minimal
Radiographic Finding = Definite osteophyte, Unimpaired joint space
4. Grade 3
OA Severity = Moderate
Radiographic Finding = Moderate diminution of joint space
5. Grade 4
OA Severity = Severe
Radiographic Finding = Joint space gretly impaired with sclerosis of
subchondral bone
Gambar 4. Perbandingan hasil radiologi genu normal dan OA.
E. Patogenesis
Osteoartitis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh
pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai
penyangga, tulang dibawahnya mengalami iritasi, yang menyebabkan
degenerasi sendi. Osteoartitis dapat terjadi secara idiopatik (tanpa
diketahui penyebabnya) atau dapat terjadi setelah trauma, dengan stres
berulang seperti yang dialami oleh pelari jarak jauh atau balerina, atau
berkaitan dengan deformitas kongenital. Individu yang mengalami
hemofilia atau kondisi lain yang ditandai oleh pembengkakan sendi kronis
dan edema, dapat mengalami osteoartitis (Elizabeth J. Corwin; 2009).
Patogenesis osteoartitis sampai saat ini masih menjadi perdebatan,
dahulunya osteoartritis dianggap suatu proses degeneratif murni. Pada
kenyataannya proses osteoartitis didominasi degradasi matrik ekstraseluler
yang menyebabkan hulangnya rawan sendi. OA merupakan penyakit
gangguan homeostasis metabolisme rawan sendi dengan kerusakan
struktur proteoglikan yang penyebabnya diperkirakan multifaktorial antara
lain oleh karena faktor umum, stres mekanis atau khemis, penggunaan
sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral dan
faktor kebudayaan (Joewono Soeroso et Juliasih; 2008).
Gambar 5. Perbandingan OA pada grade 4 dengan kelainan deformitas
bentuk kaki.
Secara fisiologis kondrosit mempertahankan homeostasis rawan
sendi, baik itu matrik, seluler dan enzim metabolisme. Mikrofraktur pada
permukaan rawan sendi akan diikuti dengan menurunnya sintesis
glikosaminoglikan serta proliferasi kondrosit. Selain berproliferasi
kondrosit merespon suatu trauma rawan sendi dengan meproduksi sitokin
antara lain interleukoin-1 (IL-1), interleukin 1β (IL-1β), IL-6, TNFα dan β
dan interferon (IFN) α dan τ dan growthfactor serta enzim-enzim
proteolisis. Sitokin merangsang degradasi komponen matriks rawan sendi.
IL-1α, TNFα, kedua sitokin ini merupakan aktivator yang sangat kuat pada
proses degradasi. IL-1α, IL-1β dan TNFα dikenal sebagai stimulator yang
poten sintesi NO. Peranan NO pada rawan sendi osteoartitis adalah
menghambat sintesi agrecan serta merangsang apoptosis kondrosit
(Joewono Soeroso et Juliasih; 2008).
Kondrosit penderita OA mempunyai reseptor IL-1 2 kali lipat lebih
banyak dibanding individu normal dan kondrosit sendiri dapat
memproduksi IL-1 secara lokal. Faktor pertumbuhan (IGF) dan sitokin
tampaknya mempunyai pengaruh yang berlawanan selama perkembangan
OA. Akibat dilepaskannya berbagai enzim proteolitik maka akan terjadi
degradasi rawan sendi, berlebihan dan melewati mekanisme kontrolnya,
sehingga sel kondrosit gagal mempertahankan komposisi normalnya.
Proses hilangnya kontrol mekanisme proteolitik ini tampaknya dapat
dicetuskan oleh beberapa faktor antara lain ketuaan, kelainan genetik,
perubahan biomekanik atau trauma (Joewono Soeroso et Juliasih; 2008).
Jadi proses utama untuk dikatakan sebagai OA adalah kegagalan
sintesi matriks yang merupakan hasil proses yang sangat komplek dari
faktor anabolikserta katabolik. Proses katabolisme yang terutama
diperantai oleh berbagai mediator seperti sitokin terutama IL-1, TNFα dan
enzim perusak antara lain metalloproteinase (MMPs) berialan lebih cepat
sehingga sintesis matriks rawan sendi tidak mampu mengimbangi
kecepatan kerusakan yang diakibatkan faktor katabolik tadi. Salah satu
faktor antagonis katabolisme rawan sendi adalah inhibitor of
metalloproteinase, tissue inhibitor metalloproteinase (TIMP) serta sebagai
sitokin lainnya seperti IL-6 (Joewono Soeroso et Juliasih; 2008).
Akibatnya terjadi perubahan turnover matriks inilah yang
mendasari kerusakan rawan sendi pada osteoartritis. Proses ini dimulai
pada lapisan atas rawan sendi baru kemudian diikuti lapisan yang lebih
dalam dan proses biasanya terjadi bertahun-tahun menurut penelitian
berangsur sekitar 3-4 tahun. Gambaran makroskopik tampak rawan sendi
yang hipertropik, stadium yang lanjut rawan sendi kehilangan serabut
kolagen (Joewono Soeroso et Juliasih; 2008).
Terdapat 3 stage perjalan terjadinya OA yaitu sebagai berikut
(Conan Dine; 2008):
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan
mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme
kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-
jaring kolagen dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi
proteoglikan menurun.
Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.
Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon
ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk
menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan
tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan respon
kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun
diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan
kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.
Perubahan Tulang. Perubahan tulang subchondral yang mengikuti
degenerasi tulang rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang
subchondral, pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang
mengandung jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul
paling sering pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan
yang berbentuk bulan sabit (crescent).
Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan
lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan tanda awal dari
penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi pada beberapa
sendi rongga– rongga terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang
secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi
telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat
kini berartikulasi dengan permukaan tulang “denuded” dari sendi lawan.
Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan
mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan shortening dan
ketidakstabilan tungkai yang terlibat. Pada sebagian besar sendi sinovial,
pertumbuhan osteofit diikuti dengan perubahan tulang rawan sendi serta
tulang subchondral dan metafiseal (Conan Dine; 2008).
Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral (Conan Dine; 2008).
Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang rawan
sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan sitokin
anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang dan
matrik kartilageneus (Conan Dine; 2008).
F. Gejala dan Tanda
Gejala utama adalah nyeri akut, menyebabkan hilangnya
kemampuan dan sering kaku. "Pain" umumnya digambarkan sebagai sakit
yang tajam, atau sensasi terbakar di otot dan tendon asosiasi. OA dapat
menyebabkan kebisingan berderak (disebut "krepitus") ketika sendi yang
terkena digerakkan atau disentuh, dan pasien mungkin mengalami kejang
otot dan kontraksi pada tendon. Kadang-kadang, sendi juga dapat diisi
dengan cairan. Cuaca lembab dan dingin meningkatkan rasa sakit pada
banyak pasien(News Medical;2011).
Gambar 6. Gejala khas pada OA.
OA biasanya mempengaruhi tangan, kaki, tulang belakang, dan
sendi bantalan besar berat badan, seperti pinggul dan lutut, meskipun
dalam teori, setiap sendi di dalam tubuh dapat terpengaruh. Sebagai OA
berlangsung, sendi yang terkena terlihat lebih besar, kaku dan
menyakitkan, dan biasanya merasa''''buruk, semakin mereka digunakan
sepanjang hari, sehingga membedakannya dari rheumatoid arthritis. Pada
sendi yang lebih kecil, seperti pada jari-jari, pembesaran tulang keras,
disebut node heberden (pada sendi interphalangeal distal) dan / atau node
Bouchard (pada sendi interphalangeal proksimal), dapat membentuk, dan
meskipun mereka tidak perlu menyakitkan, mereka lakukan membatasi
pergerakan jari-jari secara signifikan. OA pada jari-jari kaki mengarah
pada pembentukan bunions, membuat mereka merah atau bengkak.
Beberapa orang menyadari perubahan fisik sebelum mereka mengalami
sakit. OA adalah penyebab paling umum dari efusi sendi, kadang-kadang
disebut air''pada''lutut dalam istilah awam, akumulasi kelebihan cairan di
dalam atau di sekitar sendi lutut (News Medical;2011).
Untuk mengetahui apakah kita terserang penyakit ini, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut (Felson;2006):
1. biasanya, osteoarthritis terjadi secara perlahan, dimulai dari rasa sakit
pada sendi setelah melakukan aktivitas, seperti olahraga, kemudian
lama-kelamaan akan terasa lebih sakit dan kaku
2. pada tangan: jari-jari membesar, terasa sakit, kaku bahkan mati rasa
3. pada lutut: lutut terasa sakit dan kaku. Susah digunakan untuk berjalan
dan dapat menyebabkan cacat
4. pada pinggul: terasa sakit dan kaku pada kunci paha dan dapat
membatasi pergerakan
5. pada punggung/tulang belakang: terasa sakit dan kaku pada leher
G. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada definisi laboratorium atau patologis osteoarthritis, dan
karena itu tidak ada tes laboratorium diterima untuk mendiagnosa
itu .Konfirmasi dapat dilakukan melalui x-ray. Hal ini dimungkinkan
karena kehilangan tulang rawan, subchondral ("di bawah tulang rawan")
sclerosis, subchondral kista dari cairan sinovial memasuki microfractures
kecil di bawah tekanan, penyempitan ruang sendi antara tulang
mengartikulasikan, dan tulang memacu pembentukan (osteophytes) - dari
meningkatnya turnover tulang dalam kondisi ini, muncul dengan jelas
pada x-ray. Plain film, bagaimanapun, sering tidak berkorelasi baik dengan
temuan pemeriksaan fisik sendi yang terkena. Biasanya teknik pencitraan
lain yang tidak diperlukan untuk mendiagnosis secara klinis osteoartritis
(News Medical;2011).
Pada tahun 1990, American College of Rheumatology,
menggunakan data dari penelitian multi-center, mengembangkan
seperangkat kriteria untuk diagnosis osteoartritis tangan berdasarkan
pembesaran jaringan keras dan pembengkakan sendi tertentu. Kriteria ini
ditemukan 92% sensitif dan 98% spesifik untuk osteoartritis tangan
dibandingkan entitas lain seperti rheumatoid arthritis dan
spondyloarthropities (News Medical;2011).
Patologi terkait yang namanya mungkin bingung dengan
osteoarthritis termasuk pseudo-arthrosis. Ini berasal dari kata Yunani
pseudo, yang berarti "palsu", dan arthrosis, yang berarti "bersama." Hasil
diagnosa radiografi dalam diagnosis fraktur di dalam sendi, yang tidak
menjadi bingung dengan osteoarthritis yang merupakan kelainan
Gambar 7. Gambaran Radiologis pada Penderita OA.
degeneratif yang mempengaruhi tingginya insiden phalangeal sendi distal
pasien wanita (News Medical;2011).
H. Diagnosis
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan
hasil radiografis ( Soeroso, 2006 ).
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan - keluhan
yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara
perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri
yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA
masih tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya bertambah berat
dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan
dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah
gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006
).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago
pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago
(Felson, 2008).
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi
sendi, dan edema sumsum tulang ( Felson, 2008).
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika
osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang
hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang. Hal
ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat
sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine
bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan
sejalan dengan pertambahan rasa nyeri ( Soeroso, 2006 ).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul sete lah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari
( Soeroso,2006 ).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit.
Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya
berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien
atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit,
krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu ( Soeroso, 2006 )..
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar ( Soeroso, 2006 ).
Pembengkakan sendi yang asimetris. Pembengkakan sendi dapat timbul
dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc
) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah
( Soeroso, 2006 ).
f. Tanda–tanda peradangan
Tanda–tanda adanya peradangan p ada sendi ( nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai
pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala
ini sering dijum pai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri ka rena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
I. Diagnosis Banding
Adapun diagnosis banding dari osteoartritis yaitu (Anonimus;2010) :
1. Penyakit sendi peradangan seperti gout, artritis bakterial atau
reumatoid artritis.
2. Penyakit-penyakit metabolik dan herediter yang dapat menimbulkan
gambaran radiografi osteoarthritis misalnya hiperparatiroidisme.
J. Faktor Risiko
Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian
menunjukan 87% adalah kasus OA primer, dan 13% kasus OA sekunder.
Menurut klasifikasi rontgentography, 38% adalah jenis awal,28,5%jenis
patellofemoral dan 23,2%jenis medio-patellofemoral.
Klasifikasi radiologiitu terkait dengan manifestasi klinis jika varus dan
deformitas valgus lebih 45 parah, penilaian X ray juga akan menjadi lebih
parah (Yongping et al.,2000)
Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit ini, yaitu:
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa
d. Genetik
e. Kegemukan den penyakit metabolik
f. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga
g. Kelainan pertumbuhan
h. Kepadatan tulang
i. dan lain-lain (Mansjoer, 2000)
K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis dari
ananmesis yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian
sendi yagn terkena. Pengobatan harus direncanakan sesuai kebutuhan
individual. Tujuan terapi adalah menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan,
menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi, membatasi kerusakan fungsi
dan mengurangi faktor penyebab. Terapi farmakologis untuk
penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila dikombinasikan dengan
strategi terapi non famakologis (Septia Aljilani;2014).
Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi pasien OA meliputi edukasi pasien, terapi
fisik, okupasional, aplikasi dingin atau panas, latihan fisik, istirahat dan
merawat persendian, penurunan berat badan, bedah (pilihan terakhir),
akupunktur, biofeedback, cognitive behavioural therapy, dll (Septia
Aljilani;2014).
Terapi Farmakologi
Dokter meresepkan obat untuk menghilangkan atau mengurangi
rasa sakit dan meningkatkan fungsi. Banyak faktor yang dipertimbangkan
dalam memberi obat untuk pasien OA. Diantaranya intensitas rasa sakit,
efek samping yang potensial dari obat, dan penyakit penyerta. Obat-obat
yang sering digunakan adalah (Septia Aljilani;2014) :
Paracetamol : ACR (American College of Rheumatology)
merekomendasikan paracetamol sebagai obat pertama dalam
penatalaksanaan nyeri, karena relatif aman, efikasi dan harga murah
dibanding NSAID.
NSAID : Dari penelitian tidak ditemukan ranking efikasi. NSAID
adalah suatu kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi
enzim cyclooxygenase (XOX). Efek penting dalam mengurangi rasa
sakit. NSAID memberikan rasa nyaman bagi banyak orang dengan
masalah persendian kronis, tetapi juga menimbulkan masalah penyakit
gastrointestinal yang serius.
Glukosamin dan Chodroitin : Glukosamin dan Chodroitin sulfate
sendiri-sendiri atau dalam kombinasi tidak menurunkan rasa sakit
secara efektif untuk keseluruhan kelompok pasien dengan OA lutut.
Keduanya efektif untuk subkelompok pasien dengan rasa nyeri yang
moderat sampai parah.
Obat-obat lain : Obat luar berbentuk krem, gosok, spray (capsicin
spray). Metilsalisilat terbukti dapat mengurangi nyeri. Sebagai anti
inflamasi kuat, kortikosteroid dapat diberikan secara suntik pada sendi.
Ini adalah tindakan untuk jangka pendek, tidak disarankan untuk lebih
dari 2-3 kali suntik pertahun dan tidak diberikan peroral. Sedangkan
asam hyaluronidase dapat digunakan dengan menyuntikkannya di
sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini adalah komponen dari sendi,
terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.
Fisioterapi dapat memberikan penanganan yang baik pada
osteoarthritis dengan Latihan, Massage & Mobilisasi, Modalitas
Elektroterapi, Knee Orthose dan Alat bantu jalan. Manfaat dari latihan
antara lain (Sasana Husada Physiotherapy;2013) :
Memperkuat otot untuk stabilisasi
Meningkatkan dan menjaga keseimbangan sehingga resiko jatuh
menurun
Meningkatkan nutrisi pada kartilago
Menjaga berat badan ideal
Osteoarthritis dapat menimbulkan berbagai gangguan diantaranya:
nyeri dan keterbatasan gerak pada lutut yang pada akhirnya akan
menurunkan kemampuan seseorang dalam beraktifitas. Pada kondisi yang
parah dapat mengakibatkan perubahan bentuk lutut dan kelemahan otot-
otot pada lutut karena orang dengan osteoarthritis akan cenderung tidak
banyak menggerakkan kakinya karena nyeri (Sasana Husada
Physiotherapy;2013).
Osteoarthritis dapat dicegah dengan (Sasana Husada
Physiotherapy;2013):
Olahraga sesuai kebutuhan dan kemampuan
Kendalikan berat badan
Konsumsi makanan sehat
Pilih alas kaki yang tepat & nyaman
Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik
Lingkungan yang Ergonomi
Gunakan alat bantu bila perlu
Hindari gerakan dengan beban yang berlebihan
Daftar Pustaka
Gambar 8. Latihan Penguatan dan kelenturan untuk Penderita OA. Dosis latihan Penguatan dan Kelenturan masing-masing adalah:
1. Angkat dan tahan beban selama 6 detik, Istirahat 3 -5 detik. 2. Ulangi 6 – 15 kali. 3. Lakukan 2 – 3 setiap minggu.
1. Tahan pada posisi penguluran 5 -15 detik. 2. Ulangi 3 – 5 kali untuk setiap posisi. 3. Lakukan 2 – 3 setiap minggu
Aljilani, Septia et al. 2014. Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis dalam
info kesehatan. Online: http://jayruhal.blogspot.com/2014/01/diagnosis-dan-
tatalaksana-osteoarthritis.html.
Anonimus. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Penderita Osteoatritis. Online :
http://anakkomik.blogspot.com/2010/01/osteoartritis.html
Corwin, Elizabeth J. 2009. Osteoartitis dalam Buku Saku Patofisiologi edisi 3.
Jakarta: EGC (Halaman 346-347).
Dine, Conan et al. 2008. Osteoatritis dan komplikasinya. Jakarta : SMF Ilmu
Penyakit Saraf Universitas Indonesia.
Felson,D.T.2008. Osteoarthritis. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17 th
edition, 2158-2165, mc graw hill Companies Inc, New York.
Felson, D.T. 2006. Osteoarthritis of the Knee. NEJM 354: 841-848
Hamijoyo, Laniyati. 2012. Pengapuran Sendi atau Osteoatritis. Bandung:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam UNPAD.
Houghton, Andrew R. Et Gray, David. 2012. Gejala dan Tanda Dalam
Kedokteran Klinis Pengantar Diagnosis Medis Edisi ke-13. Jakarta: Indeks
(halaman 291-292).
Lumongga, Fitriani. 2012. Anatomi pada Lutut. Sumatera : Universitas Sumatera
Utara.
News Medical. 2011. Apa Itu Osteoatritis?. Wikimedia Foundation, Inc:
www.news-medical.net
Sasana Husada Physiotherapy. 2013. Fisioterapi dan Osteoartritis Lutut. Jakarta:
Online http://www.sasanahusada.co.id/?p=472
Soeroso, Joewono et Juliasih. 2008. Osteoatritis/Reumatologi dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:SMF Ilmu Penyakit
Dalam RSU Dr. Soetomo (halaman 301-312).
Soeroso, S. Isbagio, H.,kalim, H., Broto R., pramudyo, R., 2006, Osteoarthritis,
Jilid II 1195-1201, Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam,Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
top related