pengaruh model pembelajaran missouri mathematics …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...
Post on 26-Dec-2019
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS
PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI TERAWAS
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
ARTIKEL JURNAL
OLEH:
EDI SUPRAPTO
NPM 4013005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2017
2
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS
PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI TERAWAS
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
Edi Suprapto1
Rani Refianti2
dan Reny Wahyuni3
Email: edisupraptos860@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Terawas Tahun Pelajaran 2017/2018”.Masalah pada penelitian ini
adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics
Project terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Terawas Tahun Pelajaran 2017/2018.Jenis Penelitian yang digunakan
berbentuk True Eksperimental Design. Populasinya seluruh siswa kelas VIIISMP
Negeri TerawasTahun Pelajaran 2017/2018, yang terdiri dari 111 siswa dan
sebagai sampel kelas eksperimen kelas VIII.3, dan sebagai kelas kontrol kelas
VIII.4.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes.Data yang terkumpul
dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf
signifikan sebesar 𝛼 = 0,05, diperoleh thitung>ttabel (2,97 > 1,70), sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics
Project terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Terawas Tahun Pelajaran 2017/2018. Rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa setelah diberi perlakuan di kelas
eksperimen sebesar 17,64 dan kelas kontrol sebesar 12,79.
Kata Kunci:Missouri Mathematics Project, Pemecahan Masalah, Matematika.
PENDAHULUAN
Menurut Jamaris (2014:177) matematika adalah satu bidang studi hidup,
yang perlu dipelajari karena hakikatnya matematika adalah pemahaman terhadap
pola perubahan yang terjadi di dalam dunia nyata dan di dalam pikiran manusia
serta keterkaitan diantara pola-pola tersebut secara holistik. Cornelius
(Abdurrahman,2010:253) menyatakan lima alasan perlunya belajar matematika
karena matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas,
dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
3
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
Keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika dapat dilihat dari
penguasaan siswa terhadap pemahaman konsep, pemecahan masalah dan
komunikasi (Putri, dkk., 2012:68). Kemampuan pemecahan masalah merupakan
kemampuan matematika yang harus dimiliki siswa. Menurut Wardani
(Muslim,2014:2),pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu proses untuk
mengatasi kesulitan/hambatan yang ditemui dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru mata
pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri Terawasyaitu ibu Athin, S.Pd
didapat informasi bahwa sebagian besar siswa kurang aktif dalam proses belajar,
siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan dan mengerjakan soal latihan
yang sedikit berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh guru kepada peserta
didik serta banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal tersebut. Permasalahan inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan
pemecahan masalah siswa. Menurut Syaiful (2012:10) salah satu faktor penyebab
kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa adalah faktor kebiasaan belajar,
siswa hanya terbiasa belajar dengan cara menghafal, cara ini tidak melatih
kemampuan pemecahan masalah matematis, cara ini merupakan akibat dari
pembelajaran konvensional, karena guru mengajarkan matematika dengan
menerapkan konsep dan operasi matematika, memberikan contoh mengerjakan
soal, serta meminta siswa untuk mengerjakan soal sejenis dengan soal yang sudah
diterangkan guru.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkankemampuan pemecahan
masalah maka diperlukan suatu model pembelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk aktif dan memberikan respon yang baik pada
pembelajaran matematika serta aktivitas belajar siswa menjadi aktif melalui
pembelajaran pemecahan masalah. Salah satunya dengan menggunakan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project(MMP).
Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan
suatu program yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas
penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa
(Dwiningrat, dkk., 2014:5). Sesuai dengan model pembelajaran yang berpusat
pada siswa (student centered) model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) cukup efektif dan efisien karena model pembelajaran ini menggabungkan
semua komponen yaitu keaktifan siswa, kecakapan guru, yang nantinya kedua hal
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Kurniasari, dkk,
2015:155). Oleh karena itu, melalui penerapan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
siswa Kelas VIII SMP Negeri Terawas Tahun Pelajaran 2017/2018”
4
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
LANDASAN TEORI
Masalah Matematika
Menurut Shadiq (Sulianto, 2011: 31) suatu pertanyaan akan menjadi
masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan (challenge)
yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang diketahui pelaku,
maka untuk menyelesaikan masalah diperlukan waktu yang relatif lebih lama dari
pada proses pemecahan soal rutin biasa. Hudoyo (Widjajanti, 2009:403)
menyatakan bahwa soal atau pertanyaan disebut masalah tergantung kepada
pengetahuan yang dimiliki penjawab.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah
matematika adalah suatu soal atau pertanyaan yang menunjukkan adanya suatu
tantangan untuk menyelesaikannya dan prosedur penyelesaiannya tidak dapat
dilakukan secara rutin (seperti soal-soal yang sering diberikan dan
penyelesaiaanya sama persis dengan contoh yang diberikan). Dalam penelitian ini,
kategori masalah yang diberikan adalah masalah non rutin. Masalah non rutin
yaitu suatu masalah yang dalam penyelesaiannya memerlukan suatu strategi
khusus dan perlu berpikir sungguh-sungguh untuk mendapatkan cara
menyelesaikannya.
Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan suatu proses artinya banyak langkah yang
dapat digunakan oleh siswa untuk menemukan hubungan antara pengalaman
(skema) masa lalunya dengan masalah yang sekarang dihadapinya dan kemudian
bertindak untuk menyelesaikannya (Widjajanti, 2009:3). Menurut Minarmi
(Sukasno, 2015: 11) Pemecahan masalah juga dianggap sebagai intinya
bermatematika. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal matematika berupa pemberian masalah dengan menggunakan prosedur
penyelesaian sendiri dan benar berdasarkan langkah-langkah penyelesaian
masalah matematik yang sebenarnya.
Indikator Pemecahan Masalah Matematis
Menurut Schoen dan Ochmke (Fauziah, 2010:40) indikator dalam
pemecahan masalah matematis yaitu memahami masalah, membuat rencana
pemecahan, melakukan perhitungan, memeriksa kembali hasil. Kemampuan siswa
terhadap pemecahan masalah matematika ditunjukkan melalui skor yang
diperoleh siswa setelah mengikuti tes pemecahan masalah dengan menggunakan
pedoman pemberian skor pemecahan masalah yang diadaptasi dari Schoen dan
Ochmke (Fauziah, 2010:40). Pedoman penskoran pemecahan masalah dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
skor Memahami
masalah
Membuat
rencana
pemecahan
Melakukan
perhitungan
Memeriksa
kembali hasil
0
Salah
menginter-
prestasi
kan/salah sama
Tidak ada
rencana,
membuat
rencana yang
Tidak
melakukan
perhitungan
Tidak ada
pemeriksaan
atau tidak ada
keterangan lain
5
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
sekali tidak relevan
1
Salah
menginter-
prestasikan
sebagian soal,
mengabaikan
Membuat
rencana
pemecahan yang
tidak dapat
dilaksanakan,
sehingga tidak
dapat
dilaksanakan
Melaksanakan
prosedur yang
benar dan
mungkin
menghasilkan
jawaban yang
benar tapi
salah
perhitungan
Ada
pemeriksaan
tetapi tidak
tuntas
2
Memahami
masalah soal
selengkapnya
Membuat
rencana yang
benar tetapi
salah dalam
hasil/tidak ada
hasil
Melakukan
proses yang
benar dan
mendapatkan
hasil yang
benar
Pemeriksaan
dilaksanakan
untuk melihat
kebenaran
proses
3
- Membuat
rencana yang
benar, tetapi
tidak lengkap
- -
4
- Membuat
rencana sesuai
dengan prosedur
dan mengarah
pada solusi yang
benar
- -
Skor maksimal
2
Skor maksimal
4
Skor maksimal
2
Skor maksimal
2
Sumber: Adaptasi Schoen dan Ochmke (Fauziah, 2010:40).
Model Missouri Mathematics Project
Wulandari & Ansori (2013:76) mengemukakan bahwa Model Missouri
Mathematics Project (MMP) merupakan suatu program yang didesain untuk
membantu guru dalam hal efektifitas penggunaan latihan-latihan agar siswa
mencapai peningkatan yang luar biasa. Sedangkan menurut Widiharto (Pratikno &
Dewanti, 2014:21) model Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan
model pembelajaran terstruktur seperti pada SPM (Struktur Pembelajaran
Matematika) yang dikemas dalam beberapa langkah yaitu review, pengembangan,
kerja kooperatif (latihan terkontrol), kerja mandiri dan penugasan (PR).
Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa model Missouri
Mathematics Project (MMP) adalah model pembelajaran yang didesain secara
terstruktur yang memfokuskan pada pembelajaran aktif dan latihan-latihan agar
siswa mencapai peningkatan yang luar biasa.Karakteristik dari model Missouri
Mathematics Project (MMP) adalah lembar tugas proyek. Lembar tugas proyek
ini berisi soal-soal bervariasi mulai dari soal pada kategori mudah, sedang hingga
sukar. Dengan memberikan banyak latihan soal kepada siswa, secara tidak
langsung mengasah kemampuan pemecahan masalah siswa karena siswa terbiasa
mengerjakan berbagai macam soal.
6
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
Langkah-Langkah Model Missouri Mathematics Project (MMP)
Langkah-langkah pembelajaran model Missouri Mathematics Project
(MMP) yang akan di lakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Pendahuluan atau Review
Guru mengkondisikan kelas dan meninjau ulang pelajaran lalu yang
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari serta memberitahukan
tujuan atau garis besar materi dan kemampuan yang akan dipelajari.
Kemudian guru membangkitkan motivasi siswa.
b. Pengembangan
Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu.
Penjelasan, diskusi dan demonstrasi dengan contoh kongkrit yang
sifatnya fiktorial dan simbolik di sajikan oleh guru.
c. Kerja kooperatif
Guru membagi siswa mkenjadi beberapa kelompok secara heterogen (4-5
orang) dan siswa bekerja dalam kelompok belajar kooperatif. Siswa
diminta mengerjakan permasalahan yang di berikan guru. Guru sebagai
fasilitator
d. Kerja Mandiri/Seat work
Siswa mengerjkan latihan soal secara individu/mandiri
e. Penutup
Guru memberikan tugas/latihan yang di kerjakan di luar jam pelajaran
(PR)
Kelebihan dan Kekurangan Model Missouri Mathematics Project
(MMP)
Kelebihan dan kelemahan model Missouri Mathematics Project (MMP)
menurut Widdiharto (2004:29) yaitu sebagai berikut:
1. Kelebihan model Missouri Mathematics Project (MMP) adalah sebagai
berikut :
a. Banyak materi yang bisa tersampaikan kepada siswa karena tidak
terlalu memakan banyak waktu. Artinya pengguanaan waktunya
dapat diatur relatif ketat.
b. Banyak latihan sehingga siswa terampil dengan beragam soal.
2. Kelemahan model Missouri Mathematics Project (MMP) adalah
sebagai berikut :
a. Kurang menempatkan siswa pada situasi yang aktif.
b. Siswa menjadi cepat bosan terhadap pembelajaran.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Terawas Tahun Pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah control
7
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
group pre-test- post-test yang melibatkan dua kelompok. Menurut Arikunto
(2010:125) polanya dapat digambarkan sebagai berikut:
E O1 X O2
K O3 O4
Keterangan:
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
O1 : Pre-test Kelas Eksperimen
O2 : Post-test Kelas Eksperimen
O3 : Pre-test Kelas Kontrol
O4 : Post-test Kelas Kontrol
X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
Terawas Tahun Pelajaran 2017/2018 yang terbagi dalam 4 kelas dengan jumlah
111 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi. Setiap kelas
angota populasi diberi nomor terlebih dahulu sesuai dengan jumlah kelas,
kemudian diundi sehingga terpilih dua kelas sampel yaitu kelas VIII.3 sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam
bentuk esai berstruktur yang berjumlah 7 soal tentang materi bentuk aljabar.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) menentukan rata-rata skor dan simpangan
baku, (2) uji normalitas data, (3) uji homogenitas, (4) uji hipotesis. Kriteria
pengujian jika thitung< ttabel berarti terima Ho dan tolak Ha, untuk taraf kesalahan α
= 0,05 dan derajat kebebasan dk = n – 1 dan jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima dengan untuk taraf kesalahan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = n –
1 (Sugiyono, 2014 : 138).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri Terawas Tahun
Pelajaran 2017/2018 dari tanggal 20 Juli 2017 sampai tanggal 20 Agustus 2017.
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen peneliti menggunakan model
Missouri Mathematics Project, sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional yang dilaksanakan oleh guru
matematika kelas tersebut. Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu
peneliti melakukan uji coba instrumen materi bentuk aljabar di kelas IX.1 SMP
Negeri Terawas Tahun Pelajaran 2017/2018 pada tanggal 21 Juli 2017 dengan
jumlah siswa sebanyak 27 0rang. Uji coba instrumen tersebut dilakukan untuk
mengetahui kualitas soal yang akan digunakan sebagai instrumen untuk
pengambilan data dalam proses penelitian.
8
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
Data Hasil Pre-Test
Berdasarkan hasil perhitungan rekapitulasi data hasil Pre-test dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Rekapitulasi Data Hasil Pre-test
N o Kelas N 𝒙 𝒔
1 Eksperimen 28 7,93 3,01
2 Kontrol 28 7,82 2,67
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelas
eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 7,93 dan7,82. Sementara
disimpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar
3,01 dan 2,67. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
berarti pada kemampuan awal pemecahan masalah matematika siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Data Hasil post-test
Post-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathemtics
Project pada kelas eksperimen dan konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan
hasil perhitungan rekapitulasi data hasil Post-test dapat dilihat pada tabel 2 berikut
ini :
Tabel 2
Rekapitulasi Data Hasil Post-test
N o Kelas N 𝒙 𝒔
1 Eksperimen 28 17,64 8,05
2 Kontrol 28 12,79 5,27
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelas
eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 17,64 dan 12,79. Sementara
simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar
8,05 dan 5,27.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat dilihat bahwa peningkatan
rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
eksperimen adalah sebesar 9,71 dan peningkatan rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas kontrol sebesar 4,97. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Adapun grafik rata-rata perbandingan pre-test dan post-test pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 1 berikut.
9
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
Grafik 1
Perbandingan skor rata-rata pre-test dan post-test
Berdasarkan grafik 4.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelas
eksperimen untuk kelas pre-test adalah 7,93 dan kelas kontrol 7,82. Sedangkan
rata-rata skor kelas eksperimen untuk post-test yaitu sebesar 17,64 dan kelas
kontrol 12,79.
Uji Normalitas Data Pre-Test
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data
dengan taraf signifikansi a = 0,05, jika 𝑥2hitung < 𝑥2
tabel maka data tersebut
dinyatakan berdistribusi normal. Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas
(pada lampiran C) dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test
No Kelas 𝒙𝟐hitung DK 𝒙𝟐tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 3,00 27 11,07 Berdistribusi Normal
2 Kontrol 4,64 27 11,07 Berdistribusi Normal
Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukan bahwa nilai 𝑥2hitung data pre-test
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol kurang dari 𝑥2tabel, sehingga kedua kelas
tersebut berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Data Pre-Test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4
berikut :
Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test
Data Fhitung DK Ftabel Kesimpulan
Pre-test 1,27 27:27 1,904 Homogen
Berdasarkan tabel 4.4 hasil perhitungan uji homogenitas varians di atas skor
Fhitung = 1,27. Sedangkan nilai Ftabel yang ber-dk = 27:27 adalah 1,904, karena
Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
varians data pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut homogen.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pre-test
Rekapitulasi hasil uji kesamaan dua rata-rata (lampiran C) dapat dilihat
pada tabel 5:
7.93 7.82
17.64
12.79
0
10
20
Eksperimen Kontrol
Pre-test
Post-tes
10
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
Tabel 5
Rekapitulasi Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Data thitung ttabel Kesimpulan
Pre-test 0,16 2,00 –ttabel < thitung < ttabel, Ho diterima
Pada tabel 5, hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata pada pre-tes
tsehingga diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,16 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,00, karena, –ttabel < thitung <
ttabel, maka 𝐻𝑜 diterima sehingga diperoleh kesimpulan tidak terdapat perbedaan
rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Data Hasil Post-Test
Uji Normalitas Data Post-Test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas (pada lamipiran C) dapat dilihat
pada tabel 6 berikut:
Tabel 6
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test
No Kelas 𝝌𝟐hitung Dk 𝝌𝟐tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 10,2984 27 11,07 Berdistribusi Normal
2 Kontrol 4,3046 27 11,07 Berdistribusi Normal
Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa nilai 𝜒2hitung data post-test
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol kurang dari 𝜒2tabel. sehingga kedua kelas
tersebut berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Data Post-Test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji homogenitas (lampiran C) dapat dilihat
pada tabel 7
Tabel 7
Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Post-test
Data 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 Dk 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan
Post-test 2,33 27:27 1,904 Tidak Homogen
Berdasarkan tabel 4.7 hasil perhitungan uji homogenitas varians di atas skor
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,33. Sedangkan nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang ber-dk = 27: 27 adalah 1,904,
karena 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑎 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa varians data post-test kelas ekperimen dan kelas kontrol tersebut tidak
homogen.
Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Post-test
Rekapitulasi hasil uji perbedaan dua rata-rata (lampiran C) dapat dilihat
pada tabel 4.8:
Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Data thitung ttabel Kesimpulan
Post-test 2,67 1,70 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , Tolak 𝐻𝑜
11
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
Pada tabel 4.8, hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata pada post-test
diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,67 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,70 karena, 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑜
ditolak 𝐻𝑎diterima. Dengan kata lain rata-rata skor kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Sehingga
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Missouri
Mathematics Project terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri Terawas Tahun Pelajaran 2017/2018.
PEMBAHASAN
Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti telah melakukan uji
coba instrumen di kelas IX.1 SMP Negeri Terawas pada tanggal 21 Juli 2017
tahun pelajaran 2017/2018 berjumlah 27 siswa. Sebelum pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, siswa terlebih dahulu diberikan tes awal (Pre-test) materi bentuk
aljabar untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa.
Pre-test dilakukan di kelas eksperimen pada tanggal 27 Juli 2017 yang
diikuti oleh 28 siswa, dan pre-test pada kelas kontrol dilakukan pada tanggal 29
Juli 2017 yang diikuti oleh 28 siswa.
Pertemuan pertama pada tanggal 28 Juli 2017 di kelas eksperimen peneliti
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project sesuai dengan
panduan RPP. Kegiatan pembelajaran dikelas eksperimen diawali peneliti dengan
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian
serta menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics
Project. Proses pembelajaran tersebut menggunakan Lembar Kerja Proyek yang
isinya sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics
Project dan siswa diminta untuk berkelompok. Pada pertemuan ini awalnya siswa
kurang bersedia belajar secara berkelompok karena mereka terbiasa belajar secara
individu dan pada awal pebelajaran siswa merasa bingung dan kesulitan. Hal ini
karena adanya perubahan cara pembelajaran yang berbeda dari biasanya bagi
siswa. Namun, kesulitan ini dapat teratasi oleh peneliti dengan memberikan
arahan dan bimbingan kepada siswa demi terciptanya suasana belajar yang
kondusif.
Untuk memulai kegiatan pembelajaran, peneliti menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran materi pokok yang akan dipelajari. Selanjutnya peneliti
membagikan kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa dengan
kemampuan yang heterogen. Kemudian peneliti membagikan Lembar Kerja
Proyek dan meminta siswa untuk membaca materi pelajaran pada Lembar Kerja
Proyek tersebut secara berkelompok. Pada saat inilah siswa melakukan diskusi
dengan teman sekelompoknya masing-masing. Guru sebagai fasilitator membantu
setiap kelompok apabila terdapat materi yang tidak dimengerti oleh siswa.
selanjutnya siswa mengerjakan soal latihan yang ada pada Lembar Kerja Proyek
secara berkelompok. Pada langkah ini terdapat kelompok yang menjawab dengan
salah dikarenakan siswa belum mengerti konsep dasar untuk menyelesaikan
pertanyaan. Siswa juga belum terbiasa untuk bekerja sama di dalam kelompok
sehingga menyebabkan siswa memilih mengerjakan sendiri-sendiri tanpa
berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Namun dengan arahan dari guru,
semua permasalahan dapat terselesaikan dengan baik. Setelah di angap siswa
12
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
paham terhadap materi tersebut. langkah selanjutnya, peneliti meminta siswa
untuk mengerjakan latihan soal secara individu. Guru sebagai fasilitator
membantu setiap kegiatan apabila terdapat siswa yang belum paham terhadap
materi. Diakhir pelajaran guru memberikan tugas yang dikerjakan di luar jam
pelajaran (PR).
Pada pertemuan kedua tanggal 3 Agustus 2017 peneliti masih menggunakan
langkah-langkah pembelajaran Missouri Mathematics Project yaitu membahas
pekerjaan rumah (PR) yang dimaksud adalah tugas yang telah diberikan pada
pertemuan sebelumnya untuk dikerjakan di rumah sebagai tindak lanjut atas
pemberian materi yang berkaitan dengan materi baru. Kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project ini
mulai menunjukkan suatu peningkatan. Pada pertemuan ini siswa sudah terlihat
aktif dalam pembelajaran, siswa mulai belajar untuk saling berkomunikasi dengan
rekan satu kelompoknya. Mereka mendiskusikan materi bersama-sama,
menanyakan sesuatu yang belum diketahuinya, saling bertukar pikiran serta saling
memberikan informasi satu sama lain walaupun masih terdapat beberapa siswa
yang masih bingung dalam mengerjakan latihan soal karena materi pada
pertemuan kedua lebih sulit dibandingkan dengan materi pada pertemuan pertama,
sehingga ada beberapa siswa kesulitan dalam menyelesaikan beberapa soal yang
diberikan oleh peneliti. Hal ini terlihat jelas padasaat siswa mengerjakan latihan
soal secara kelompok atau pun individu. kemudian peneliti menugaskan salah satu
siswa lainnya untuk memberikan jawaban yang tepat tetapi masih saja terdapat
kesalahan, sehingga peneliti memberikan penjelasan dan jawaban yang tepat atas
soal tersebut. Pada akhir pelajaran, masih seperti pertemuan pertama guru
memberikan tugas yang dikerjakan di luar jam pelajaran (PR).
Pertemuan ketiga pada tanggal 4 Agustus 2017 siswa sudah mulai terbiasa
untuk mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project. Setiap langkah dari kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project berjalan dengan baik. Peningkatan sangat jelas
pada saat siswa sudah mandiri dalam belajar, siswa aktif berdiskusi dengan
kelompoknya dan siswa sudah bisa berkomunikasi dalam mengerjakan latihan
soal yang ada pada Lembar Kerja Proyek ataupun memberikan tanggapan.
Masing-masing siswa terlihat antusias dalam memberikan tanggapan terhadap
latihan soal yang di berikan oleh peneliti. Pemecahan masalah matematika siswa
sudah mulai terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti disini
hanya berperan sebagai fasilitator, menjaga agar siswa tidak menyimpang dari
materi yang diajarkan dan membatu siswa yang mengalami kesulitan dalam
proses pembelajaran.
Setelah peneliti menyelesaikan pelaksanaan pembelajaran yaitu sebanyak
tiga kali pertemuan maka pada pertemuan selanjutnya peneliti mengadakan post-
test di kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan soal yang sama pada saat
pre-test. Post-test di kelas eksperimen dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2017
dan post-test di kelas kontrol dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2017.
Post-test dilakukan karena sebagai tolak ukur untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberikan perlakuan
yang berbeda. Hasil post-test menunjukkan bahwa pemecahan masalah
matematika siswa dari kedua kelas tersebut mengalami peningkatan. Namun, dari
13
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
hasil post-test juga menunjukkan bahwa jawaban siswa di kelas eksperimen
terlihat lebih baik, walaupun masih ada siswa yang melakukan kesalahan dalam
penyelesaiannya, tetapi secara umum siswa kelas eksperimen sudah bisa
memahami tujuan dari soal dan proses pengerjaannya.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh kesimpulan
pada uji-t yaitu tolak Ho dan terima Ha, karena thitung > ttabel (2,67 > 1,70)
sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti dan dapat diterima
kebenarannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran
Missouri Mathematics Project terhadap pemecahan masalah matematika siswa
kelas VIII SMP NegeriTerawas Tahun Pelajaran 2017/2018.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan peneliti tentang
pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics Project terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri
Terawas tahun pelajaran 2017/2018, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project lebih baik dari pada siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Missouri Mathematics Project terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Terawas tahun pelajaran
2017/2018. Rata-rata skor post-test kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa setelah diberi perlakuan di kelas eksperimen sebesar 17,64 dan kelas kontrol
sebesar 12,79.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: PT
Andi Mahastya..
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dwiningrat, G. A. A., dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. E-Journal
MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol: 2 No: 1.
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT.Forum Kependidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya Palembang, 30(1). Hal 1-13.
Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar Prespektif, Asesmen, dan Penangulangannya.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Kurniasari., dkk. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
dalam Meningkatkan Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Sub Pokok Bahasan
Mengambar Grafik Fungsi Aljabar Sederhana dan Fungsi Kuadrat pada Siswa
Kelas X SMA Negeri Balung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/1014. Jurnal
Pancaran, Vol 4, No2.
14
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
Muslim, Siska Ryane. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Student Facilitator and
Explaining dalam Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMK Di
Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan. Vol. 1(1).Hal 1-9.
Putri, P., dkk. 2012. Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Turunan Melalui
Pembelajaran Teknik Probing. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No 1 hal 68-
72.
Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukasno. 2015. Pengaruh Model Missouri Mathematics Project (MMP) Terhadap
Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
SMA N I Lubuklinggau. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Siliwangi ,4(1),10-21.
Sulianto, Joko. 2011.Keefektifan Model Pembelajaran Kontekstual Dengan
Pendekatan Open Ended Dalam Aspek Penalaran dan Pemecahan Masalah
Pada Materi Segitiga Di Kelas VII. Jurnal Pendidikan MIPA,1(1), 18-27.
Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta:
Depdiknas.
Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana
Mengembangkannya. Yogyakarta: Jurusan Pend. Matematika, FMIPA
UNY. [online] Tersedia dalam http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25.
Djamilah%20Widjajanti.Pdf [3April 2016].
Wulandari, Tatik dan Hidayah Ansori. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project Terhadap Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah.
Edu-Mat Jurnal Pendidikan Matematika. 1, (1), 76-81.
top related