perbedaan rasio trigliserida/high density lipoprotein ...digilib.unila.ac.id/55379/3/skripsi tanpa...
Post on 29-Oct-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN RASIO TRIGLISERIDA/HIGH DENSITY LIPOPROTEIN-
CHOLESTEROL (TG/HDL-C) PADA BALITA STUNTING DAN NON -
STUNTING DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
Ulfiah Fairuz Zhafirah
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
PERBEDAAN RASIO TRIGLISERIDA/HIGH DENSITY LIPOPROTEIN-
CHOLESTEROL (TG/HDL-C) PADA BALITA STUNTING DAN NON -
STUNTING DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
Oleh
ULFIAH FAIRUZ ZHAFIRAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat pada 6 Mei 1996,
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Muhammad Hidayat
dan Ibunda Lathifah.
Pendidikan taman kanak-kanak diselesaikan di TK Puspiptek pada tahun 2002,
sekolah dasar (SD) diselesaikan di SDN Puspiptek pada tahun 2008, sekolah
menengah pertama (SMP) diselesaikan di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta
pada tahun 2011, dan sekolah menengah atas (SMA) diselesaikan di SMAN
Cahaya Madani Banten Boarding School pada tahun 2014. Penulis sempat
mengenyam pendidikan sebagai mahasiswa program studi farmasi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014 sebelum akhirnya terdaftar sebagai mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada tahun 2015.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada organisasi BEM FK UNILA
sebagai staff Pengabdian Masyarakat 2016 – 2018 dan menjadi Koordinator
Nasional bidang International Affairs/ Hubungan International Ikatan Senat
Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) masa jabatan 2018/2019
Dedicated to
My Wonderful parents who have raised me to be the person I am today
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT, Allah yang Maha Pengasih, Allah yang Maha
Penyayang, yang tiada habis memberikan kita kasih dan sayang-Nya, nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penelitian ini dapat saya selesaikan. Shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik manusia di
muka bumi dengan keteladanan yang abadi hingga kini. Alhamdulillah atas
kehendak, izin dan pertolongan Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Rasio Trigliserida/High Density
Lipoprotein-Cholesterol (TG/HDL-C) pada Balita Stunting dan Non - stunting di
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Penulis meyakini penelitian skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan
bantuan dari banyak kalangan. Maka dengan ini penulis sampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung;
3. Dr. dr. Khairun Nisa, S.Ked., M.Kes., AIFO selaku Pembimbing Utama atas
waktu dan kesediaannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, saran, dan kritik
yang membangun dalam proses serta penyelesaian skripsi ini;
4. dr. Muhammad Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M (K) selaku Pembimbing Kedua
atas waktu dan kesediaannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, saran, dan
kritik yang membangun dalam proses serta penyelesaian skripsi ini;
5. dr. Roro Rukmi Windi, S.Ked., M.Kes., Sp. A selaku Pembahas yang telah
meluangkan waktunya dalam memberikan ilmu, masukan, dan saran dalam
skripsi ini;
6. dr. Oktafany, S.Ked, M.Pd. Ked, selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberi saran akademik hingga akhir semester ini dan telah
meluangkan waktu diantara kesibukannya;
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Unila atas ilmu,
waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses perkuliahan;
8. Mamah, wanita paling luar biasa, terimakasih untuk pelukan ternyaman yang
selalu penulis rindukan, menjadi pendengar setia curahan hati dan
penyemangat di setiap harinya, serta untuk doa yang tidak pernah putus. What
you have given me, is something more precious than any million things in the
world. I love you;
9. Papah, laki – laki nomor satu di hidupku, terimakasih untuk selalu ada di
setiap langkah. You are my everything, pah. My daily dose of motivation,
andas I’ve grown older, I’ve understand more of just how much you sacrificed
for me over the years;
10. Kedua adikku, Amalia Yusri Falda dan Kamila Rihadatul Husna, terimakasih
sudah menjadi sahabat terbaik. Terimakasih telah menjadi tim seperjuangan
yang luar biasa untuk membuat bangga mamah dan papah;
11. Sahabat sekaligus menjadi saudara penulis di perantauan ini, Luthfi, Alfia,
Balqis, Dhea, Divian, Widy, Betari, Rima, Sonia, dan Arinda. Terimakasih
sudah menjadi mood booster di saat gundah, sandaran dan penyemangat di
kala lelah, serta tempat bertukar cerita tentang segala hal. Terimakasih sudah
membuat Lampung terasa menjadi rumah karena kehadiran kalian;
12. Teman – teman BEM khususnya pengmasku, Nicho, Josi, Geta, Geri Dianti,
Rika, Citara, terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan yang selalu
membawa kebahagiaan. Semoga kita dapat terus membawa kebaikan dan
manfaat bagi sesama;
13. Teman seperjuangan skripsi, Alfia, Maya, dan Frigandra. Terimakasih atas
kerjasama dalam perjuangan bersama dalam melewati berbagai proses dalam
skripsi ini;
14. Teman sejawat 2015, ENDOM15IUM yang tidak bisa disebutkan satu per
satu. Terima kasih atas segala suka duka, motivasi, dan kebersamaan selama
3,5 tahun ini;
15. Sahabat-sahabatku yang sedang mengejar mimpi di berbagai belahan dunia,
Hani, Arifah, Dini, Nadya, Irvan, Anggun. Terimakasih untuk segala do’a,
semangat dan motivasinya. Semoga selalu semangat dalam mengejar cita.
Salam rindu dari penulis untuk kalian semua;
16. Responden penelitian, Kader, Bidan, Perawat, dan berbagai pihak di
Puskesmas Gunung Sugih yang telah bersedia membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian.
17. Dan semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas segala
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya.Semoga segala
perhatian, kebaikan, dan keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan
dari Allah SWT. Terima kasih.
Bandar Lampung, 7 Januari 2019
Penulis
Ulfiah Fairuz Zhafirah
ABSTRACT
DIFFERENCES OF TRIGLISERIDA TO HIGH DENSITY
LIPOPROTEIN-CHOLESTEROL RATIO IN STUNTING AND NON-
STUNTING CHILDREN AT GUNUNG SUGIH DISTRICT, CENTRAL
LAMPUNG
By
ULFIAH FAIRUZ ZHAFIRAH
Background: Stunting is the impaired growth and development that children
experience from poor nutrition, repeated infection, and inadequate psychosocial
stimulation. Childhood stunting has been reported to increase the risk of metabolic
syndrom later in life such as obesity, insulin resistance,cardiometabolic disease,
diabetes mellitus, and cardiovascular disease. It can be measured using
TriGlycerides (TG) to High-Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C)
(TG/HDL-C) ratio method.
Methods: The design of this study is comparative analytic with cross sectional
approach to 26 stunting and 26 non-stunting children aged from 2 – 5 years. The
data taken is primary data of blood test result including TG and HDL-C.
Results: Mean of TG/HDL-C ratio in Stunting children (3,8) is higher compared
to non-stunting children (1,94). The independent T-test results for the TG/HDL-C
ratio differences between the two groups are 0,000 (p<0,05)
Conclusion: There is significant difference between TG/HDL-C ratio in stunting
and non-stunting children.
Keywords: HDL-C, metabolic syndrome, stunting, triglyserides
ABSTRAK
PERBEDAAN RASIO TRIGLISERIDA/HIGH DENSITY LIPOPROTEIN-
CHOLESTEROL (TG/HDL-C) PADA BALITA STUNTING DAN NON -
STUNTING DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
Oleh
ULFIAH FAIRUZ ZHAFIRAH
Background: Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang dialami anak-anak dikarenakan asupan gizi yang tidak adekuat, infeksi
berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.Kondisi stunting pada
masa anak – anak menjadi salah satu faktor kejadian sindrom metabolik saat
remaja dan dewasa seperti obesitas, resistensi insulin, gangguan kardiometabolik,
diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular. Risiko tersebut dapat diukur
dengan metode rasio TriGlycerida (TG) / High-Density Lipoprotein Cholesterol
(HDL-C) (TG/HDL-C).
Methods: Desain penelitian ini adalah analitik komparatif cross sectional
terhadap 26 balita stunting and 26 balita non-stunting umur 2 – 5 tahun. Data yang
diambil berupa data primer yaitu hasil pemeriksaan darah berupa kadar TG and
HDL-C.
Results:Rerata rasio TG/HDL-C lebih tinggi pada balita stunting (3,8) dibanding
rerata rasio TG/HDL-C pada balita non-stunting (1,94). Hasil independent T-test
perbedaan rasio TG/HDL-C pada kedua kelompok adalah 0,000 (p<0,05).
Conclusion: Terdapat perbedaan rasio TG/HDL-C yang bermakna pada balita
stunting dan non – stunting.
Keywords: HDL-C, sindrom metabolic, stunting, Trigliserida
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
1.4.1 Bagi Penulis ................................................................................ 3
1.4.2 Bagi Institusi Terkait .................................................................. 4
1.4.3 Bagi Mayarakat ........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Stunting................................................................................................. 5
2.1.1 Definisi ....................................................................................... 5
2.1.2 Epidemiologi ............................................................................... 6
2.1.3 Diagnosis Stunting ...................................................................... 7
2.1.4 Faktor – Faktor Penyebab Stunting ............................................. 8
2.1.4.1 Faktor Langsung ............................................................. 8
2.1.4.2 Faktor Tidak Langsung ................................................. 10
2.2 Dislipidemia pada Stunting ................................................................ 11
2.3 Trigliserida ......................................................................................... 12
2.3.1 Definisi ..................................................................................... 12
2.3.2 Sintesis Trigliserida .................................................................. 13
2.3.3 Metabolisme Trigliserida .......................................................... 15
2.4 High Density Lipoprotein................................................................... 16
2.4.1 Definisi ..................................................................................... 16
2.4.2 Metabolisme dan Fungsi HDL .................................................. 17
2.5 Rasio Trigliserida/High Density Lipoproteins-Cholesterol (TG/HDL-
C) ........................................................................................................ 18
2.6 Kerangka Teori ................................................................................... 20
2.7 Kerangka Konsep ............................................................................... 21
2.8 Hipotesis ............................................................................................. 21
ii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 22
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 22
3.2.1 Tempat ...................................................................................... 22
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 22
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 22
3.3.1 Populasi Penelian ...................................................................... 22
3.3.2 Sampel Penelitian ..................................................................... 23
3.4 Kriteria Penelitian .............................................................................. 24
3.4.1 Kriteria Inklusi .......................................................................... 24
3.4.2 Kriteria Eksklusi ....................................................................... 24
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ................... 25
3.5.1 Identifikasi Variabel ................................................................. 25
3.5.2 Definisi Operasional Variabel .................................................. 25
3.6 Alat dan Bahan ................................................................................... 25
3.6.1 Alat ........................................................................................... 25
3.6.2 Bahan ........................................................................................ 26
3.7 Prosedur Penelitian ............................................................................. 26
3.7.1 Pengambilan Data ..................................................................... 26
3.7.2 Penentuan Kriteria Inklusi ........................................................ 26
3.7.3 Pengambilan Sampel Darah ...................................................... 27
3.7.4 Uji Laboratorium Kadar Trigliserida ........................................ 27
3.7.5 Uji Laboratorium Kadar HDL-Cholesterol .............................. 28
3.8 Alur Penelitian.................................................................................... 29
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 29
3.9.1 Pengelolaan Data ...................................................................... 29
3.9.2 Analisis Data ............................................................................. 30
3.10 Etika Penelitian .................................................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 32
4.1 Gambaran Umum Penelitian .............................................................. 32
4.2 Hasil Penelitian .................................................................................. 33
4.2.1 Analisis Univariat ..................................................................... 33
4.2.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 36
4.3 Pembahasan ........................................................................................ 37
4.3.1 Analisis Univariat ..................................................................... 37
4.3.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 42
5.1 Simpulan............................................................................................. 42
5.2 Saran ................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Prevalensi Status Gizi Balita (TB/U) Provinsi Lampung 2013 ........................ 6
2. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan TB/U ........................................................ 7
3. Definisi Operasional........................................................................................ 25
4. Karakteristik Subjek ........................................................................................ 33
5. Karakteristik Rata – rata Nilai Biokimia ......................................................... 34
6. Distribusi Frekuensi Kadar TG ....................................................................... 35
7. Distribusi Frekuensi Kadar HDL-C ................................................................ 35
8. Distribusi Frekuensi Rasio TG/HDL-C .......................................................... 36
9. Hasil Uji Independent T-test ........................................................................... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rumus Kimia Trigliserida .............................................................................. 13
2. Biosintesis Trigliserida ................................................................................... 14
3. Metabolisme Trigliserida di Jaringan Adipose ............................................... 15
4. Kerangka Teori................................................................................................ 20
5. Kerangka Konsep ............................................................................................ 21
6. Alur Penelitian ................................................................................................ 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stunting atau perawakan pendek merupakan suatu kondisi status gizi yang
dilihat dari hasil pengukuran tingggi badan dibandingkan dengan umur <-2
standar deviasi (SD) di bawah median standar perumbuhan World Health
Organization (WHO). Sebagian besar merupakan dampak dari nutrisi yang
tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan
seorang anak. Anak Stunting memiliki efek pada individu dan masyarakat,
termasuk berkurangnya perkembangan kognitif dan fisik, berkurangnya
kapasitas produktif, dan peningkatan resiko penyakit degeneratif seperti
diabetes (WHO, 2014).
Data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi
balita stunting di Indonesia mencapai 37% (terdiri dari 18% sangat pendek
dan 19,2% pendek) yang berarti terjadi peningkatan dari tahun 2010 (35,6%)
dan tahun 2007 (36,8%) dengan prevalensi tertinggi terjadi pada usia 24 – 59
bulan yaitu sebesar 41,7%. Provinsi Lampung berada di atas rerata nasional
yaitu 42,64%. Prevalensi balita stunting untuk setiap kabupaten di Provinsi
Lampung yaitu Kabupaten Lampung Barat 34,60%, Tanggamus 39,66%,
Lampung Selatan 43,01 %, Lampung Timur 43,17%. Lampung Tengah
2
52,68%, Lampung Utara 32,44%, Way Kanan 29,80 %, Tulang Bawang
40,99%, Pesawaran 50,81%, Pringsewu 36,99%, Mesuji 43,43%, Tulang
Bawang Barat 40,08%, Bandar Lampung, 44,59%, dan Metro 47,34%.
Kabupaten Lampung Tengah memiliki prevalensi paling tinggi yaitu 52,68%
dengan jumlah terbesar 56,10% berada di Desa Buyut Udik Kecamatan
Gunung Sugih (Dinkes Lampung Tengah, 2018).
Anak stunting yang tidak memperhatikan komposisi makanan yang
dikonsumsi seperti tinggi kalori dan gaya hidup beresiko tinggi mengalami
obesitas dan sindrom metabolik seiring dengan petumbuhannya meskipun
telah melakukan perubahan pola makan demi mengejar kekurangan gizi
(Kimani-murage dkk., 2010). Hal tersebut dapat diakibatkan karena anak
stunting memiliki gangguan sistem endokrin berupa kecepatan oksidasi
lemak yang lebih rendah sehingga mengakibatkan lemak yang tidak
teroksidasi akan tersimpan sebagai cadangan dan pada akhirnya menumpuk
sehingga lebih bersiko tinggi mengalami obesitas (Leonard dkk., 2009).
Obesitas memiliki resiko yang lebih kuat untuk mengalami resitensi insulin
(Todd AS dkk., 2015).
Kadar Trigliserida (TG) yang tinggi dan High Density Lipoprotein
Cholesterol (HDL-C) yang rendah merupakan salah satu yang dapat dengan
akurat merefleksikan resiko resistensi insulin dan gangguan metabolik
(Henry F dkk., 2015). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan untuk
melihat profil lipid pada balita stunting usia 12 – 16 bulan ditemukan hasil
3
kadar trigliserida, LDL, dan HDL yang abnormal jika dibandingkan dengan
anak dengan gizi baik (Hoffman DJ, 2012).
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti ingin meneliti apakah terdapat
perbedaan rasio Trigliserida (TG)/High Density Lipoprotein-Cholesterol
(HDL-C) (TG/HDL-C) pada balita stunting dan non stunting di kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan rasio
Trigliserida/High Density Lipoprotein-Cholesterol (TG/HDL-C) pada balita
stunting dan non stunting di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rasio
Triglierida/High Density Lipoprotein-Cholesterol (TG/HDL-C) pada balita
stunting dan non stunting di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah wawasan dan memperkaya referensi di bidang keilmuan
terutama ilmu gizi dan fisiologi.
4
1.4.2 Bagi Institusi Terkait
Diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah atau acuan bagi penelitian
selanjutnya di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
1.4.3 Bagi Mayarakat
Adanya pendeteksian dini terhadap kemungkinan resistensi insulin
pada balita dan diharapkan mampu meningkatkan kewaspadaan
terhadap faktor risiko sindrom metabolik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Definisi
Stunting atau perawakan pendek adalah status gizi yang berdasarkan
pada indeks standar antropometri penilaian status gizi anak, dimana
hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada pada ambang batas (Z-
Score) < -2 SD sampai dengan -3 SD (Sangat pendek / severely
stunted). Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan
kurangnya asupan gizi. Stunting dapat terjadi mulai dari janin masih
dalam kandungan dan baru tampak saat anak berusia 2 tahun (WHO,
2014).
Stunting yang telah terjadi apabila tidak diimbangi dengan tumbuh
kejar (catch up growth) akan mengakibatkan menurunnya
pertumbuhan, meningkatkan resiko kesakitan, kematian, dan hambatan
pada pertumbuhan motorik maupun mental. Stunting diakibatkan oleh
growth faltering dan catch up growth yang tidak memadai sehingga
menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan yang
6
optimal, hal tersebut mengungkapkan bahwa balita yang lahir dengan
berat badan yang normal dapat mengalami stunting bila kebutuhan gizi
selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik (Kusharisupeni, 2008).
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi stunting di Indonesia bedasarkan hasil Riskesdas 2013
sebesar 37,2 %, dari hasil tersebut terdapat 20 provinsi yang memiliki
prevalensi diatas prevalensi nasional salah satunya Lampung yang
berada di urutan ke 6 tertinggi di Indonesia sebesar 27,6% untuk anak
sangat pendek dan 15% untuk anak pendek (Riskesdas, 2013). Data
tersebut tersebar di kabupaten/ kota Provinsi Lampung sebagai
berikut:
Tabel 1.Prevalensi Status Gizi Balita (TB/U) Provinsi Lampung 2013
Kabupaten/ Kota Kategori status gizi TB/U
Sangat pendek Pendek Normal
Lampung Barat 18,7 15,9 65,4
Tanggamus 20,7 19,0 60,3
Lampung selatan 25,2 17,8 57,0
Lampung Timur 28,3 14,9 56,8
Lampung Tengah 38,6 14,1 47,3
Lampung Utara 20,9 11,6 67,6
Way Kanan 17,4 12,3 70,2
Tulang Bawang 30,5 10,4 59,0
Pesawaran 33,5 17,3 49,2
Pringsewu 24,4 12,6 63,0
Mesuji 27,5 15,9 56,6
Tulang Bawang Barat 22,9 17,2 59,9
Kota Bandar Lampung 30,3 14,3 55,4
Kota Metro 29,4 17,9 52,7
Sumber : (Dinas Kesehatan Lampung, 2016)
Lampung Tengah memiliki prevalensi stunting tertinggi di Lampung
sebesar 14,7% pendek dan 38,6% sangat pendek. Bedasarkan data
tersebut terdapat 10 lokus desa stunting yang tersebar di Lampung
7
Tengah yaitu Bandar Putih Tua, Gedung Ratu, Riau Periangan,
Tanjung Rejo, Buyut Udik, Cabang, Gunung Batin Udik, Mataram
Ilir, Mataram Udik dan Tulung Kakan. Prevalensi terbesar 56,10% di
Desa Buyut Udik Kecamatan Gunung Sugih (Dinkes Lampung
Tengah, 2018).
2.1.3 Diagnosis Stunting
Beberapa standar dapat digunakan untuk menentukan perawakan
pendek, antara lain z-score baku National Center for Health Statistic/
Center for Disease Control (NCHS/CDC) atau Child Growth
Standards World Health Organization (WHO). Kurva pertumbuhan
yang dianjurkan saat ini adalah kurva WHO berdasarkan penelitian
pada bayi yang mewakili berbagai etnis dan budaya dari berbagai
negara di seluruh dunia. Penelitian tersebut dilakukan pada anak usia
18 – 71 bulan yang mendapat ASI eksklusif dari ibu yang tidak
merokok dan diikuti perkembangannya dari lahir sampai usia 24 bulan
(Mexitalia M, 2010).
Klasifikasi status gizi anak, baik laki – laki maupun perempuan
berdasarkan standar WHO Interpretation Guide dapat dilihat pada
tabel berikut (WHO, 2014).
Tabel 2. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan TB/U
Indeks Ambang batas Status gizi
TB/U > +2 SD Perawakan tinggi
-2 SD s/d +2 SD Normal
-3 SD s/d -2 SD Perawakan pendek
< -3 SD Perawakan sangat pendek
(WHO, 2014)
8
2.1.4 Faktor – Faktor Penyebab Stunting
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting.Faktor
faktor tersebut dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak
langsung (Bappenas RI, 2013). :
2.1.4.1 Faktor Langsung
a. Asupan gizi
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis
ini merupakan masa saat balita akan mengalami tumbuh
kembang dan tumbuh kejar. Begitu pula dengan balita
yang normal, balita yang mengalami kekurangan gizi
sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang
baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai
dengan perkembangannya. Namun apabila intervensinya
terlambat balita tidak akan dapat mengejar keterlambatan
pertumbuhannya yang disebut dengan gagal tumbuh.
Kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan bila asupan
yang diterima tidak mencukupi (Sihadi dan Djaiman,
2011).
Kadar gizi terhadap kejadian stunting erat kaitannya
dengan peran orang tua balita terutama ibu. Kesadaran ibu
terhadap gizi keluarga memberikan andil yang besar
dalam mempengaruhi kejadian stunting. Hal ini
9
dikarenakan ibu memiliki peran yang besar terutama
dalam memilih dan mempersiapkan bahan makanan untuk
di konsumsi balita, sebab balita belum mampu untuk
mengurus dirinya sendiri dengan baik, sehingga peran
orang tua terutama ibu sangatlah penting (Uliyanti dkk.,
2017).
b. Penyakit Infeksi
Infeksi akut maupun kronis mempunyai efek yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan linier. Infeksi dapat
menghambat pertumbuhan linier melalui penurunan
asupan makan dan penyerapan zat gizi, hilangnya zat gizi,
peningkatan kebutuhan metabolik dan penghambatan
trasnfer zat gizi ke jaringan. Adapun penyakit infeksi yang
beresiko pada awal usia 2 tahun terhadap kejadian stunting
adalah diare dan penyakit pernapasan (Preedy VR, 2012).
Menurut Kusumawati, Rahardjo dan Sari (2015), terdapat
tiga faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi
stunting anak usia enam sampai 36 bulan, yaitu penyakit
infeksi, ketersediaan pangan dan sanitasi lingkungan dan
yang paling dominan adalah penyakit infeksi. Penyakit
infeksi yang paling sering dialami adalah ISPA dan diare.
10
2.1.4.2 Faktor Tidak Langsung
a. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada
kurangnya asupan nutrisi keluarga. Ketersediaan pangan
di rumah tangga dapat dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga. Pendapatan keluarga yang lebih rendah dan
biaya yang digunakan untuk pengeluaran pangan yang
lebih rendah dapat meningkatkan risiko stunting pada anak
(Sihadi dan Djaiman, 2011).
b. Status Gizi Ibu saat Hamil
Masa kehamilan begitu penting dalam menentukan
kualitas manusia, terutama dua tahun pertama. Pemerintah
memberikan perhatian lebih pada anak dibawah 2 tahun
dengan gerakan Scalling Up Nutrition (SUN). SUN
merupakan gerakan sadar gizi nasional dalam rangka
percepatan perbaikan gizi pada 1000 hari pertama
kehidupan yang dibagi menjadi 270 hari selama kehamilan
dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi. Periode ini
merupakan periode sensitif karena dampak yang
ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat
permanen dan tidak dapat dikoreksi (Ernawati F dkk.,
2013).
11
2.2 Dislipidemia pada Stunting
Kondisi stunting pada masa anak – anak menjadi salah satu faktor kejadian
obesitas saat remaja dan dewasa (Grillo LP dan Gigante DP, 2017). Anak
stunting jika dibanding anak non – stunting dalam lingkungan yang sama,
memiliki oksidasi lemak dan tingkat pengeluaran energi yang secara
signifikan lebih rendah dibanding anak non – stunting. Sehingga anak
stunting pada tingkat asupan energi dan lemak yang tinggi serta aktivitas fisik
yang rendah akan lebih mudah mengalami peningkatan simpanan lemak,
terutama pada area abdominal (Veiga GR dkk., 2010).
Stunting akan mengakibatkan efek jangka panjang pada gangguan metabolik
seperti obesitas dan penyakit degeneratif. Penumpukkan jaringan adiposa
akan ditandai dengan penurunan oksidasi lemak. Penurunan oksidasi lemak
merupakan gangguan sistem endokrin yang disebabkan karena terjadinya
perubahan pada konsentrasi insulin-like growth factor (IGF-1). Insulin-like
growth factor (IGF-1) berperan meningkatkan aktifitas hormon sensitifitas
lipase terhadap hormon lipolitik. Hal ini mempengaruhi perubahan
metabolisme asam lemak bebas. Peningkatan produksi asam lemak bebas
dapat meningkatkan produksi sitokin, PAI-1, dan adiponektin. Asam lemak
bebas mengurangi sensitifitas insulin pada otot dengan menghambat insulin
mediated glucose uptake. Hal tersebut berkaitan dengan penurunan
pembentukan glukosa menjadi glikogen dan peningkatan akumulasi lemak
dalam trigliserida (Kaur J, 2014).
12
Peningkatan level trigliserida, penurunan HDL-C, dan partikel LDL yang
lebih kecil dengan densitas yang lebih tinggi menunjukkan kondisi
dislipidemia (Franssen R dkk., 2011). Kondisi dislipidemia tersebut menjadi
salah satu parameter dari sindrom metabolik. Kondisi dislipidemia juga
menjadi faktor risiko dari gangguan dan penyakit meliputi penyakit
kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, sindrom polikistik
ovarium pada remaja perempuan, sleep apnea, penyakit perlemakan hati non
alkoholik, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), dan penyakit kandung
empedu (Henry F dkk, 2015).
Pada penelitian di brazil pada tahun 2012 yang dilakukan untuk melihat profil
lipid pada balita stunting usia 12 – 16 bulan ditemukan hasil kadar
trigliserida, LDL, dan HDL yang abnormal jika dibandingkan dengan anak
dengan gizi baik (Hoffman DJ, 2012).
2.3 Trigliserida
2.3.1 Definisi
Trigliserida atau disebut juga triasilgliserol terbentuk dari 3 asam
lemak dan monogliserol. Trigliserida mempunyai fungsi sebagai zat
energi. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel
lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
yang akan dilepas ke pembuluh darah (Murray, 2009). Nilai normal
trigliserida pada pria yaitu 45 – 160 mg/dl, sedangkan pada wanita 35
– 135 mg/dl (Pagana, 2006).
13
Gambar 1. Rumus Kimia Trigliserida (Murray, 2009)
2.3.2 Sintesis Trigliserida
Awalnya trigliserida atau triasilgliserol dibentuk dari gliserol 3-fosfat
yang berikatan dengan asil Ko-A membentuk fosfatidat (1,2-
diasilgliserol fosfat). Fosfatidat dibantu fosfatidat fosfohidrolase
menjadi 1,2 diasilgliserol. Diasilgliserol akan membantu
asiltransferase menjadi triasilgliserol (Murray, 2009).
Sintesis trigliserid dapat dipengaruhi beberapa hal diantaranya jika
sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak
akan mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol
menjadi trigliserid yang akan digunakan sebagai cadangan energi
jangka panjang. Jika suatu saat tidak tersedia energi dari karbohirat
maka asam lemak dari diet maupun cadangan trigliserid di jaringan
akan dipecah pada proses lipolisis (Murray, 2009).
14
Gambar 2. Biosintesis trigliserida (Murray, 2009)
Tidak hanya dari karbohidrat, sintesis trigliserid juga dipengaruhi
Growth Hormone (GH). GH diketahui mampu meningkatkan aktivitas
Hormone Sensitive Lipase (HSL) yang dapat memecah trigliserida
menjadi asam lemak bebas di jaringan lemak. Growth hormone juga
meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase (LPL) pada jaringan otot
dan jantung.Lipoprotein lipase tersebut dapat memecah trigliserida
menjadi asam lemak bebas dari lipoprotein (Ratnayanti, 2012).
Glycerol 3-phospate
PAF
Triacylglycerol
Cardiolipin
Phosphatidylcholine
Phospatidylethanolamine
Phosphatidylnositol Diacylglycerol
Plasmalogens Phosphatidate
Phosphatidylinositol
4,5 -biphospate
Dihydroxyacetone phosphate
15
2.3.3 Metabolisme Trigliserida
Gambar 3. Metabolisme Trigliserida di Jaringan Adipose
(Murray, 2009)
Trigliserida disintesis dari gliserol 3 fosfat dan asil-KoA. Pada
jaringan adiposa, enzim gliserol kinase tidak dapat digunakan yang
mengakibatkan gliserol tidak dapat menghasilkan gliserol 3-fosfat.
Pada keadaan ini glukosa harus dipasok melalui proses glikolisis.
16
Lipase peka hormone akan menghidrolisis trigliserida menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Gliserol yang dihasilkan tidak dapat
digunakan, sehingga akan masuk ke dalam darah dan diserap serta
digunakan di dalam jaringan. Asam lemak bebas yang terbentuk tadi
bisa diubah lagi menjadi asil-KoA dengan bantuan asil-KoA sintetase
di jaringan adiposa. Asil-KoA ini nantinya bisa di re-esterifikasi lagi
dengan gliserol 3-fosfat sehingga menghasilkan trigliserida (Murray,
2009).
2.4 High Density Lipoprotein
2.4.1 Definisi
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein berdensitas
tinggi yang di produksi di hati dan usus halus. HDL bertugas
mengambil kolesterol dan fosfolipid dari darah untuk diserahkan ke
lipoprotein lain untuk diangkut kembali dan dikeluarkan dari tubuh
(Murray, 2009). HDL-kolesterol adalah lipoprotein yang banyak
mengandung protein namun mengandung sedikit lemak. HDL akan
bekerja layaknya vacuum cleaner yang menghisap kolesterol berlebih
sebanyak mungkin dari sel dan jaringan untuk dibawa ke hati dan di
daur ulang (Freeman dan Junge, 2008).
HDL yang disebut juga α-lipoprotein adalah lipoprotein terkecil yang
berdiameter 8-11 nm, namun mempunyai berat jenis terbesar dengan
inti lipid terkecil. Unsur lipid yang paling dominan dalam HDL ialah
kolesterol dan fosfolipid. Komponen HDL adalah 20% kolesterol
17
(Sormin dkk, 2010). Nilai normal HDL pada pria adalah > 45 mg/dl,
sedangkan pada wanita > 55 mg/dl (Pagana, 2006).
2.4.2 Metabolisme dan Fungsi HDL
HDL berfungsi sebagai penyimpan apoliporotein C dan E yang
menjadi bahan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL. HDL
dalam plasma memiliki banyak macam ukuran, bentuk, komposisi dan
muatan listrik. HDL memiliki beberapa macam bentuk yaitu HDL-1,
HDL-2 dan HDL-3. HDL dalam mikroskop elektron tampak sebagai
partikel sferis yang terdapat dalam plasma normal atau berbentuk
diskoidal. HDL merupakan hasil produksi dari hepar dan usus yang
membentuk HDL dalam limfe dan plasma. Katabolisme kilomikron
dan VLDL juga menghasilkan HDL, karena HDL memberikan Apo C
dan Apo E untuk kilomikron dan VLDL yang membentuk HDL
nascent (Sormin dkk, 2010).
HDL berperan dalam proses Reverse Cholesterol Transport (RCT)
sehingga HDL dapat meningkatkan pengangkutan kolesterol dari
jaringan untuk dikembalikan ke hepar dan diekskresikan lewat
empedu. HDL dibentuk di hepar dengan pembentukan Apo A-1 yang
kemudian berinteraksi dengan hepatic ATP-Binding Cassette
Transporter A1 (ABCA 1) hepar lalu tersekresi dalam plasma dengan
bentuk Lipid poor Apo A1 yang berinteraksi dengan ABCA 1 yang
mengambil kolesterol berlebih dari sel dan membentuk preβ-HDL
(nascent). Kolesterol bebas dari HDL diesterifikasi enzim LCAT
18
untuk merubah pre-β-HDL (nascent) menjadi α-HDL. LCAT adalah
enzim yang bertugas mengikat lipoprotein atau lemak bebas dalam
plasma dan disekresi oleh hati (Murray, 2009).
2.5 Rasio Trigliserida/High Density Lipoproteins-Cholesterol (TG/HDL-C)
Dislipidemia dapat ditandai dengan tingginya kadar trigliserida (TG) dan
rendahnya kadar High Density Lipoprotein – Cholesterol (HDL-C) (Jameson
L, 2013). Beberapa penelitian membuktikan hubungan antara rasio TG/HDL-
C dengan resiko kejadian resistensi insulin, gangguan kardiometabolik,
diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular (Kang H, dkk.,2012; Sung K,
dkk.,2014; Wu H, dkk., 2015).
Rasio TG/HDL-C merupakan penanda yang paling baik untuk
mengidentifikasi individu dengan risiko sindrom metabolik dibanding dengan
rasio total kolesterol/HDL-C, LDL-C/HDL-C, dan non HDL-C/HDL-C. Hal
ini dikarenakan rasio TG/HDL-C menggambarkan ukuran partikel LDL-C
dimana peningkatan rasio TG/HDL-C berhubungan dengan penurunan
ukuran partikel LDL yang bersifat aterogenik (Gasevic dkk, 2014). Nilai
standar rasio TG/HDL-C untuk mengidentifikasi risiko sindrom metabolik
adalah 2,5 pada lakilaki dan 2,0 pada perempuan (Sung K dkk, 2014).
Sedangkan nilai standar pada anak – anak yaitu 1,25 dengan sensitifitas 80%
dan spesifisitas 75% (Liang J dkk, 2015).
Hubungan rasio TG/HDL-C dengan gangguan dan penyakit metabolisme
tersebut dapat dijelaskan dengan tiga mekanisme. Pertama, rasio TG/HDL-C
dapatmerefleksikan partikel Low Density Lipoprotein (LDL-C) dengan
19
densitas kecil, dimana partikel ini lebih bersifat aterogenik dibanding partikel
LDL-C dengan densitas lebih besar (Sung K dkk, 2014). Kedua, rasio
TG/HDL-C berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan
kardiovaskuler walaupun level LDL-C berada dalam status rendah (Boullart
dkk, 2012). Terakhir, rasio TG/HDL-C teridentifikasi sebagai penanda yang
akurat dari resistensi insulin dan sindrom metabolik yang dapat berpengaruh
terhadap perubahan vaskuler (Oliveira, 2013). Adapun nilai lipid pada anak
yang menggambarkan risiko terjadinya atau berkembangnya aterosklerosis
dan sindrom metabolik lainnya yaitu kadar trigliserida ≥ 125 mg/dl dan kadar
HDL-C < 45 mg/dl (Lozano dkk., 2016).
20
2.6 Kerangka Teori
Gambar 4. Kerangka Teori
( Sumber : Kaur J(2014), Fransen R, dkk (2011), Henry F, dkk (2015) )
Keterangan :
: mempengaruhi
: yang diteliti
Faktor langsung :
1. Asupan gizi
kurang
2. Penyakit infeksi
Sindrom metabolik
TG meningkat
HDL menurun
Peningkatan akumulasi
lemak
Produksi asam lemak
bebas meningkat
Oksidasi lemak
menurun
Perubahan konsentrasi
Insulin Growth Factor
(IGF -1)
Stunting
Faktor tidak langsung :
1. Kurangnya
keterediaan
pangan
2. Status gizi saat
hamil
21
2.7 Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 5. Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis
Ho : Tidak terdapat perbedaan rasio TG/HDL-C pada balita stunting dan non
stunting di Kecamatan Gunung Sugih Lampung Tengah.
Ha :Terdapat perbedaan kadar TG/HDL-C pada balita stunting dan non
stunting di Kecamatan Gunung Sugih Lampung Tengah.
Stunting
Rasio TG/HDL-C
Non - Stunting
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan rancangan
penelitian belah lintang (cross sectional design) dimana peneliti melakukan
pengukuran berat badan, tinggi badan, trigliserida, dan HDL-C dengan
penelitian yang dilakukan sebanyak satu kali.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat
Penelitian dilakukan di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung
Tengah dan Laboratorium Kesehatan Daerah Bandar Lampung.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
di teliti. Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir
penerapan hasil penelitian, sedangkan populasi terjangkau adalah
bagian dari populasi target yang dapat di jangkau oleh peneliti
(Notoatmodjo, 2010).
23
Populasi target pada penelitian ini adalah balita stunting dan non
stunting di Provinsi Lampung dan populasi terjangkaunya adalah balita
stunting dan non stunting di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten
Lampung Tengah.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmojo, 2015). Perhitungan sampel pada
penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel
analitik numerik tidak berpasangan:
n1 n2 ( α β
( 1- 2)
2
Keterangan:
n1 = n2= Besar sampel minimal.
α = Deviat baku alfa 1,96 dengan α 5% atau 0,05.
Zβ = Deviat baku beta = 0,84.
x1– x2 = Perbedaan klinis yang dianggap bermakna sebesar 1,0
S = Simpangan baku diperoleh dari penelitian serupa
sebelumnya = 1,3 (Flowers E, dkk., 2015).
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:
n1 n2 2 (1,96 0,
2
n1 n2 2 (2,
2
n1 = n2 = 2[13,2496]
24
n1 = n2= 26
Jadi sampel minimal sebesar 26 orang untuk masing – masing
kelompok. Pada penelitian ini peneliti menggunakan consecutive
sampling dimana setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah yang diperlukan terpenuhi.
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1 Kriteria Inklusi
a. Balita usia 2-5 tahun.
b. Termasuk dalam golongan stunting dengan z-score TB/U < -2 SD
berdasarkan grafik pertumbuhan WHO atau termasuk dalam
golongan non-stunting dengan z-score > -2 SD berdasarkan grafik
pertumbuhan WHO.
c. Bersedia menjadi subjek penelitian dibuktikan dengan persetujuan
orang tua dalam informed consent.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Mengalami cacat fisik yang menyebabkan hilangnya bagian tubuh
tertentu atau penyakit kongenital yang terdiagnosa oleh dokter
seperti sindrom turner, sindron noonan, achondroplasia, dan
lainnya yang secara bermakna berpengaruh pada tinggi badan
balita.
b. Mengonsumsi obat anti hiperlipidemia.
c. Mengalami gangguan pembekuan darah.
d. Mengalami obesitas
25
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.5.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian adalah
balita stunting dan non stunting.
b. Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian adalah
rasio Trigliserida/High Density Lipoprotein-Cholesterol.
3.5.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Skala Ukur Hasil Ukur
Stunting Termasuk dalam golongan stunting dengan z-
score TB/U < -2 SD atau termasuk dalam
golongan non-stunting dengan z-score > -2
SD berdasarkan grafik pertumbuhan WHO.
Nominal 0 =Stunting
1 =Non
stunting
Rasio TG/HDL-
C
Rasio TG/HDL-C merupakan hasil
perbandingan antara nilai laboratorium
trigliserida (mg/dL) dengan high density
lipoprotein-cholesterol (HDL-C) (mg/dL).
Rasio TG/HDL-C menjadi penanda yang baik
dari resiko sindrom metabolik. Rasio
TG/HDL-C dihitung dengan rumus : Rasio
TG/HDL-C = Kadar trigliserida (mg/dL) :
Kadar HDL-C (mg/dL).
Rasio Skor (Hasil
bagi TG/HDL-
C)
3.6 Alat dan Bahan
3.6.1 Alat
a. Lembar informed consent;
b. Spuit 3 cc;
c. Tourniquet;
d. Tabung EDTA;
e. Kapas alkohol;
f. Plester;
26
g. Tabung reaksi;
h. Mikropipet;
i. Yellow tip dan blue tip;
j. Sentrifuge;
k. Fotometer;
l. Timbangan berat badan;
m. Microtoise
3.6.2 Bahan
a. Darah vena 3 cc;
b. Reagen pereaksi
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Pengambilan Data
Pengambilan data balita stunting dilakukan di Dinas Kesehatan
Lampung Tengah untuk mengetahui persebaran balita stunting di
daerah Lampung Tengah. Setelah semua data terkumpul, peneliti
akan melakukan kerjasama dengan pihak Puskesmas Gunung Sugih
untuk dapat melakukan penelitian di posyandu balita di wilayah
Kecamatan Gunung Sugih.
3.7.2 Penentuan Kriteria Inklusi
Penentuan kriteria inklusi dilakukan pada saat posyandu balita
berlangsung. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, akan
didapatnya kelompok balita stunting dan non-stunting yang dapat
menjadi objek penelitian. Orang tua atau wali subjek kemudian
27
diberikan informed consent untuk memastikan kesanggupan
partisipasi pada penelitian.
3.7.3 Pengambilan Sampel Darah
Setelah informed consent disetujui, kemudian dilakukan pengambilan
darah oleh petugas Laboratorium Dinas Kesehatan Lampung Tengah.
Darah diambil dari vena mediana cubiti sebanyak 3 cc.
3.7.4 Uji Laboratorium Kadar Trigliserida
Pemeriksaan akan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah
Bandar Lampung. Pemeriksaan kadar trigliserida menggunakan
metode glycerol-3-phosphate oxidase – phenol aminophenazone
(GPO-PAP). Metode ini menggunakan prinsip oksidasi dan hidrolisis
enzimatis. Sebanyak 10 µL serum direaksikan dengan reagen
trigliserida sebanyak 1000 µL lalu di inkubasi pada suhu 25⁰C selama
10 menit atau pada suhu 37⁰C selama 5 menit. Reagen trigliserida
yang digunakan ada dua macam, yang pertama adalah reagen enzim
dan yang kedua adalah reagen standar. Adapun prosedur pemeriksaan
adalah sebagai berikut :
a. Darah diambil dari vena mediana cubiti sebanyak 3 cc
b. Darah dimasukkan ke dalam tabung vacum venojact
c. Darah didiamkan selama 30 menit pada suhu ruangan
d. Darah dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm
e. Serum diambil sebanyak 10µL
f. Serum dicampurkan dengan reagen sebanyak 1000µL
28
g. Larutan diinkubasi pada suhu 25⁰ C selama 10 menit
h. Diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 500nm
3.7.5 Uji Laboratorium Kadar HDL-Cholesterol
HDL-Cholesterol diperiksa dengan metode immunoinhibition. Anti β-
lipoprotein dalam Reagen 1 mengikat semua lipoprotein dari serum
(LDL, VLDL, dan kilomikron) selain HDL. Kompleks Antigen-
antibodi yang membentuk reaksi enzim dimulai ketika Reagen 2
ditambahkan. Kolesterol esterase (CHE) dan kolesterol oksidase (CO)
dalam reagen 2 hanya bereaksidengan HDL-C. Hidrogen peroksida
yang dihasilkan oleh reaksi enzim dengan HDL-C menghasilkan
kompleks warna biru. Kompleks warna biru yang dihasilkan diukur
absorbansinya pada jarak dekat yang optimal dengan panjang
gelombang 593 nm.
29
3.8 Alur Penelitian
Gambar 6. Alur Penelitian
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
3.9.1 Pengelolaan Data
Data yang telah diperoleh akan diolah di komputer dengan bantuan
aplikasi statistik melalui tahapan sebagai berikut :
Balita umur 2 – 5 tahun di desa gunung
sugih kabupaten Lampung Tengah
Uji Laboratorium kadar TG
dan HDL-C
Non – stunting
Pengambilan sampel darah
Stunting
Penentuan kriteria inklusi
Pengambilan data dan koordinasi dengan
pihak puskesmas
Pengolahan dan analisis data
30
1. Editing
Mengoreksi data yang tidak jelas, apabila terjadi kekurangan atau
kesalahan data dapat dengan mudah terlihat dan segera dilakukan
perbaikan.
2. Koding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) atau mengkonversikan
data yang dikumpulkan selama penelitian.
3. Entri data
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
aplikasi.
4. Output komputer
Hasil data yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.
3.9.2 Analisis Data
Analisis statistik dengan menggunakan program komputer untuk
mengolah data yang diperoleh, lalu akan dilakukan dua macam
analisis data, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun
variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan perhitungan statistik sederhana yaitu
persentasi atau proporsi.
31
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan untuk melihat perbedaan rasio
TG/HDL pada anak stunting dan non stunting menggunakan uji
analisis statistik independent T test dengan derajat kepercayaan
95% (α 5%). Sebelum dilakukannya uji statistik independent T test
dilakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov smirmov,
apabila dalam uji normalitas sebelumya data tidak terdistribusi
normal bahkan setelah dilakukan metode logaritma maka uji
bivariat alternatif yang digunakan adalah uji mann-whitney
(Notoadmojo, 2010).
3.10 Etika Penelitian
Peneliti mengajukan ethical clearence kepada tim kaji etik FK Unila dan
telah disetujui dalam Persetujuan Etik No 5110/UN26.18/PP.05.02.00/2018.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian perbedaan rasio trigliserida (TG) / High Density
Lipoprotein-Cholesterol (HDL-C) pada balita stunting dan non-stunting di
Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, didapatkan
simpulan sebagai berikut :
1. Rerata kadar trigliserida lebih tinggi pada balita stunting yaitu 180,12
mg/dl dibanding rerata kadar trigliserida balita non – stunting yaitu
125,48 mg/dl.
2. Rerata kadar HDL-C lebih tinggi pada balita non- stunting yaitu 58,38
mg/dl dibanding rerata kadar HDL-C balita stunting yaitu 50,38 mg/dl.
3. Rerata rasio TG/HDL-C lebih tinggi pada balita stunting yaitu 3,8
dibanding rerata rasio TG/HDL-C pada balita non-stunting yaitu 1,94.
4. Terdapat perbedaan rasio TG/HDL-C yang bermakna pada balita stunting
dan non – stunting.
5.2 Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya :
a. Perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lain seperti asupan
subjek sebelum pengambilan darah seperti asupan tinggi kolesterol
43
serta meminta subjek untuk melakukan prosedur puasa selama 10-12
jam sebelum pengambilan darah untuk mengurangi bias dalam
penelitian.
b. Perlu dilakukan perbandingan dengan metode lainnya untuk mengukur
risiko sindrom metabolik pada anak stunting.
2. Bagi puskesmas :
a. Sebaiknya lebih mengaktifkan kader – kader desa untuk memberikan
edukasi pada orang tua tentang pentingnya pemberian nutrisi yang
adekuat pada 1000 hari pertama kehidupan seorang anak.
b. Melakukan intervensi yang maksimal pada balita yang mengalami
stunting sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan
perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset kesehatan dasar.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Bappenas.2013. Pedoman perencanaan program gerakan nasional percepatan
perbaikan gizi dalam rangka seribu hari pertama kehidupan. Jakarta:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Boo H, Harding J. 2015. The developmental origins of adult disease (Barker)
hypothesis: The developmental origins of adult disease (Barker)
hypothesis. Journal of Metabolism; 4:3–14
Boullart, A. C. I., De Graaf, J. & Stalenhoef, A. F. 2012.Serum triglycerides,
HDL-C and risk of cardiovascular disease. Journal of Metabolism; 1821:
867–875.
Dinas Kesehatan Lampung. 2016. Profil kesehatan provinsi Lampung tahun 2015.
Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Dinas Kesehatan Lampung Tengah. 2018. Data 10 lokus desa stunting kabupaten
Lampung Tengah. Gunung Sugih: Dinas Kesehatan Lampung Tengah.
Ernawati F, Rosmalina Y,dan Permanasari Y. 2013. Pengaruh asupan protein ibu
hamil dan panjang badan bayi lahir terhadap kejadian stunting pada anak
usia 12 bulan di Kabupaten Bogor. Pusat Teknologi Terapan Kesehatan
dan Epidemiologi Klinik, Badan Litbangkes, Kemenkes R.I. Penelitian
Gizi dan Makanan, Juni 2013 Vol. 36 (1): 1-11
Flowers E, Molina C, Mathur A dan Reaven GM. 2015. Use of plasma
triglyceride / high-density lipoprotein cholesterol ratio to identify
increased cardio-metabolic risk in young , healthy South Asians. Indian :
Journal of Metabolism.141:68–74.
Franssen R, Monajemi H, Stroes ES dan Kastelein JJ. 2011. Obesity and
dyslipidemia. Issue of the Endocrinology and Metabolism Clinics of North
America 37;3
Freeman W. Mason & Junge Christine, 2008, Kolesterol rendah jantung sehat.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
43
Gasevic, D., Frohlich, J., Mancini, GB.J., Lear, S.A. 2014. Clinicalusefulness of
lipid ratios to identify men and women with metabolic syndrom: a
crosssectional study. Lipids. 13:159
Grillo LP dan Gigante DP, 2017.Evidence for the association between early
childhood stunting and metabolic syndrome.Springer International
Publishing.
Henry F, dkk. 2015. Abdominal obesity and metabolic syndrome burden in
adolescents. Journal od Clinical Densitom.
Hoffman DJ, Vitolo MR, Campagnolo PD. 2012. Stunting in the first year of life
is associated with unfavorable lipid profile in early childhood. Federation
of American Societies for Experimental Biology. 26;1
Kang, H dkk. 2012 The association between the ratio of triglyceride to HDL-C
and insulin resistance according to waist circumference in a rural Korean
population. Nutrition, Metabolism, and Cardiovaskular Disease Journal;
11:1054–1060
Kaur J. 2014. A comprehensive review on metabolic syndrome.Cardiology
Research and Practice.Hindawi Publishing CorporationVolume 2014.
Kimani-Murage EW, Kahn K, Pettifor JM, Tollman SM, Dunger DB, Gómez-
Olivé, dkk. 2010. The prevalence of stunting, overweight and obesity, and
metabolic disease risk in rural south african children. BMC Public Health
10:158
Kusharisupeni.Gizi dalam daur kehidupan (prinsip-prinsip dasar).2008. Dalam
Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, FKM UI, editor. Gizi Dan
Kesehatan Masyarakat. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafi ndo Persada.
p.149-168.
Kusumawati E, Rahardjo S, Sari HP. 2015. Model pengendalian faktor risiko
stunting pada anak bawah tiga tahun. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional 9;(3)
LeonardWR, SorensenMV, Mosher MJ, spitsyn V, and Comuzzie AG. 2009.
Reduced fat oxidation and obesity risks among the buryat of southern
siberia. American Journal of Human Biology 21:664–670.
Liang Jianfeng, Junfen Fu, Youyun Jiang, Guanping Dong, Xiumin Wang dan
Wei Wu. 2015. TriGlycerides and high-density lipoprotein cholesterol
ratio compared with homeostasis model assessment insulin resistance
indexes in screening for metabolic syndrome in the chinese obese children:
a cross section study. BMC Pediatrics Journal; 15: 138
44
Lozano P, Henrikson NB, Dunn J, dkk. 2016. Lipid screening in childhood for
detection of multifactorial dyslipidemia: a systematic evidence review for
the us preventive services task force. evidence synthesis no. 140. rockville,
md: Agency for Healthcare Research and Quality;AHRQ Publication No.
14-05204-EF-1.
Mexitalia, M. 2010. ASI sebagai pencegah malnutrisi pada bayi. Dalam Suradi, R
Hegar, B; Partiwi,I.G.A.N; Marzuki, A.N.S; Ananta,Y. Indonesia
Menyusui. IDAI. Jakarta.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. 2009. Biokimia harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Notoatmodjo S. 2010. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Oliveira AC. 2013. Is triglyceride to high-density lipoprotein cholesterol ratio a
surrogates for insulin resistance in youth? Journal of Health.; 05:481–485.
Pagana, K.D., Pagana, T.J., 2006. Mosby’s manual of diagnostic & laboratory
tests, 3rd ed. USA: Elsevier
Preedy VR. 2012. Handbook of growth and growth monitoring in health and
disease. Volume 1. New York: Springer.
Ratnayanti IGA. 2012. Peran growth hormone terhadap metabolisme lipid. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Medicina Universitas Udayana.
Sihadi dan Djaiman SPH. 2011. Faktor risiko untuk mencegah stunted
berdasarkan perubahan status panjang/tinggi badan anak usia 6-11 bulan
ke usia 3-4 tahun. Buletin Penelitian Kesehatan.
Sofia, Flavia, Deborah, dkk. 2017. The impat of adiponectin levels on biomarkers
of inflammation among adolescents with obesity. Journal of Obesity
Medicine.2017; 5: 4-10.
Sormin, Ida P, Lukito W, Wijaya A, Suryani. 2010. Gangguan biogenesis high
density lipoprotein (hdl) pada pria dewasa dengan sindrom metabolik.
Majalah Kedokteran Indonesia. 60(8):351-355
Sung, K., Reaven, G. & Kim, S. 2014.Ability of the plasma concentration ratio of
triglyceride/high-density lipoprotein cholesterol to identify increased
cardiometabolic risk in an east Asian population; 5:4– 9
Todd AS, Street SJ, Ziviani J, Byrne NM and Hills AP. 2015. Overweight and
obese adolescent girls: the importance of promoting sensible eating and
activity behaviors from the start of the adolescent period. International
45
Journal of Environmental Research and Public Health 12: 2306-2329.
Uliyanti, Tamtomo DK, Anantanyu S. 2017. Faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Jurnal Vokasi
KesehatanPoltekkes Kemenkes Pontianak 2; 67-77.
Veiga GR, Ferreira HS, Sawaya AL, Calado J dan Florêncio TM. 2010.
Dyslipidaemia and undernutrition in children from impoverished areas of
Maceió, State of Alagoas, Brazil. International Journal of Environmental
Research and Public Health 7;4139-4151
WHO. 2014. Global nutrition targets 2025: stunting policy brief.
Walter Burniat, dkk. 2002. Child and adolescent obesity: causes and
consequences, prevention and management. Cambridge University Press;
p. 842.
Welasasih D.W. 2010.Faktor yang berhubungan dengan status gizi balita stunting
di desa kembangan kecamatan kebomas kabupaten gresik.Universitas
Airlangga.
Wells, J. 2011. The thrifty phenotype: An adaptation in growth or metabolism?
Journal of Human Biology; 23: 65–75.
Wu, H, dkk. 2015 Higher serum triglyceride to high-density lipoprotein
cholesterol ratio was associated with increased cardiovascular mortality in
female patients on peritoneal dialysis. Nutrition, Metabolism and
Cardiovascular Diseases; 22:749–755.
top related