pltmg bangkanai 155 mw
Post on 24-Jan-2016
137 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Process Flow Diagram
PLTMG BANGKANAI 155 MW – PEMBANGKIT HANDAL DAN TERBESAR DI
KALIMANTAN
Guna memenuhi kebutuhan listrik yang kini masih defisit, pemerintah gencar membangun pembangkit
listrik yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Upaya mendongkrak tingkat elektrifikasi nasional
yang masih rendah menuntut untuk segera dibangun berbagai pembangkit listrik dengan beragam
bahan bakarnya. Kekayaan alam Indonesia yang demikian melimpah, mendorong pemakaian bahan
bakar untuk pembangkit pun beragam antara lain dengan bahan bakar gas. Sesuai ketersediaan bahan
bakar yang dimiliki, maka setiap daerah akan mengoptimalkan pemanfaatannya guna membangkit
tenaga listrik yang diperlukan di daerah tersebut. Sebagaimana yang kini sedang dibangun PT PLN di
wilayah Bangkanai, Kalimantan Tengah. Tak lain adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas
(PLTMG) Bangkanai 155 MW tahap I di Bangkanai, Muara Teweh, Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Pembangkit ini berada di desa Karendan, Kecamatan Lahe, Kabupaten Barito Utara. Berdiri diatas
lahan PLN seluas 27 ha yang nantinya diperuntukkan untuk Pembangkit dan CNG. Selama masa
konstruksi PLTMG Bangkanai membuka lahan seluas 9 Ha untuk area Pembangkit, Laydown serta
Water Pond.
Proyek dengan nilai kontrak awal sebesar EUR 78.850.000,00 + IDR 460.379.000.000,00 ini dimiliki
serta didanai oleh PT. PLN (Persero) dengan Kontraktor EPC adalah Consortium Wartsila Finland dan
PT. PP (Persero), Tbk, ditargetkan bisa menerangi listrik Kalimantan pada akhir tahun 2015. PLTMG
Bangkanai 155 MW ini nantinya akan terhubung melalui system interkoneksi Kalimantan Selatan dan
Tengah (Kalselteng) yang sampai saat ini juga tengah dikejar proses konstruksinya.
Sequence of Work
PLTMG Bangkanai 155 MW menggunakan 16 unit mesin pembangkit tenaga gas buatan Wartsila
Finland dengan kapasitas 1 (satu) unit engine sebesar 9,730 MW dan Heat Rate per unit sebesar 8346
BTU/kWh (based on HHV at MCR) dan berat setiap engine dan generator adalah sebesar 140 Ton.
Tegangan pada Output Generator adalah sebesar 11 kV nantinya akan dinaikkan tegangannya melalui
Transformer Step-up menjadi 150 kV sehingga dapat dimanfaatkan didalam system Transmisi
KalSelTeng (Kalimantan Selatan dan Tengah).
Wartsila Finland Oy sebagai partner konsorsium dalam hal ini sebagai manufacturer main equipment
serta sebagai technical advisor dalam proses konstruksi. Peran PT. PP (Persero),Tbk dalam proyek ini
sangatlah besar karena bertanggung jawab sepenuhnya mulai dari pekerjaan konstruksi sampai
dengan komisioning.
Gambar. Work Sequence
Dalam proses pelaksanaan proyek PLTMG Bangkanai 155 MW yang menjadi tantangan utama adalah
transportasi. Dimana kondisi geografis lokasi Power plant berada pada tengah belantara di pedalaman
hutan di Kalimantan Tengah yang harus menempuh perjalanan yang jauh dan menantang. Perjalanan
menuju lokasi site untuk personil dapat ditempuh melalui Banjarmasin, Balikpapan, maupun
Palangkaraya hingga tiba di Muara Teweh dan dilanjutkan menuju lokasi site. Perjalanan dari
Banjarmasin via jalur darat menggunakan mobil sarana ditempuh selama 10 jam perjalanan dengan
jarak ±425 KM. Untuk pengiriman equipment & material proyek, maupun cargo import harus
menggunakan jalur sungai barito dengan menempuh perjalanan selama 5-6 hari menggunakan
LCT/Tongkang dengan jarak ±500 KM dari muara sungai Barito menuju Jetty di Desa Luwe Hulu untuk
dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju lokasi proyek dengan melalui jalan tanah (jalur logging)
sepanjang 38 KM.
Kondisi Extreme yang dilalui masa pelaksanaan proyek
Total berat material sipil untuk PLTMG Bangkanai 155 MW ±25.000 ton terdiri dari split, pasir, semen,
tiang pancang, besi beton, aditif, dll untuk pondasi dan perbaikan jalan akses. Material import dari
Finlandia & Eropa untuk perlengkapan power plant termasuk dengan 16 unit engine & generator, 5 unit
trafo, dan 64 unit radiator mencapai berat total ±15.000 ton.
Proses Mobilisasi Gas Engine dari Luwe Hulu menuju Lokasi Proyek
Tantangan yang dihadapi pada proses transportasi dimulai sejak pengiriman melalui jalur sungai
Barito, dimana karakteristik sungai Barito yang berliku-liku, rumah-rumah apung, hingga kondisi cuaca
yang menyebabkan fluktuasi elevasi air sungai Barito dapat berubah secara signifikan. Pada
perjalanannya dalam proyek ini pernah terkendala dalam kandasnya LCT/Tongkang pembawa
equipment & material di tengah perjalanan, dan mengharuskan tim proyek untuk bekerja ekstra dengan
melangsir material dan menggunakan moda transportasi darat. Tidak hanya saat sungai surut yang
menghambat pekerjaan, pada saat curah hujan sangat tinggi pun dapat menghambat pekerjaan proyek
dimana kondisi elevasi air menjadi sangat tinggi sehingga banjir menyebabkan LCT/tongkang tidak
dapat merapat ke jetty karena jetty terendam air yang cukup tinggi.
Setelah material tiba di Jetty di daerah Luwe Hulu maka tahapan berikutnya adalah pembongkaran
material dari LCT/tongkang kemudian di storage sementara di laydown Luwe Hulu lalu selanjutnya
dimuat kembali keatas armada untuk melanjutkan perjalanan sejauh 38 km melalui jalan tanah/jalan
logging.
Improvement yang telah dilakukan team proyek selama proses konstruksi antara lain:
1. Perbaikan & perkuatan jetty logging berikut dengan driveway menuju jetty dengan perkuatan
menggunakan kayu logging dengan rata-rata Ø50 cm, sehingga jetty dapat dilalui oleh beban sebesar
200 Ton.
2. Perbaikan & perkuatan laydown sementara di Luwe Hulu dengan menggunakan gambangan kayu,
perkerasan lapisan atas dengan laterit dan batu pecah.
3. Perbaikan & perkuatan jalan akses pada beberapa titik sepanjang 38 km menggunakan geotextile dan
timbunan dengan material batu pecah serta tanah laterit.
4. Pelebaran jalan akses & perbaikan drainase
5. Perbaikan & perkuatan 18 jembatan kayu yang ada di sepanjang 38 km jalan akses, dengan 2 unit
jembatan yang memiliki bentang cukup panjang antara lain di KM 15 (panjang bentang 26 m) dan KM
31 (panjang bentang 15 m) agar mampu untuk dilewati beban gas engine berikut dengan prime mover
dan multi axle yang dapat mencapai 170 ton saat mobilisasi.
6. Percepatan Delivery Engine dengan menambah unit Multiaxle dan Primemover.
7. Telah disetujuinya pekerjaan tambah untuk : Water Pond sebagai solusi ketidaktersediaan air pada
musim kemarau serta Perimeter Road Inspection sebagai solusi pengamanan Power plant dari
lingkungan sekitar seluas 27 Ha.
Menangani proyek pembangkit di remote area merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi
Divisi EPC karena selain lokasi di tengah hutan, juga akses ke lokasi tidak ideal, sehingga akan
menjadi pengalaman dalam perhitungan dan pelaksanaan proyek kedepannya.
PLTMG Bangkanai 155 MW ini, bagi PLN diharapkan sebagai solusi untuk meningkatkan kehandalan
system kelistrikan Kalimantan dan menjadi daya tarik investor untuk pertumbuhan industri di
Kalimantan sehingga tingkat perekonomian Kalimantan akan semakin meningkat.
top related