produk pohon industri : analisis kemas...
Post on 28-May-2019
278 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PRODUK POHON INDUSTRI : ANALISIS KEMAS ULANG INFORMASI DI
PDII – LIPI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
FATHIYATUL RIZKIYAH
NIM: 1113025100045
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA 1438 H / 2017
LEMBAR PENGESAHAN
PRODUK POHON INDUSTRI : ANALISIS KEMAS ULANG
INFORMASI DI PDII - LIPI
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
FATHIYATUL RIZKIYAH
NIM: 1113025100045
Di Bawah Bimbingan
NURYUDI, MLIS
NIP: 19670912 199903 1 002
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA 1438 H / 2017
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Nama : Fathiyatul Rizkiyah
NIM : 1113025100045
Judul Skripsi : Produk Pohon Industri : Analisis Kemas Ulang Informasi di PDII -
LIPI
Ujian Skripsi : 12 September 2017
Skripsi tersebut telah diperbaiki sesuai saran dan komentar Tim Penguji sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) pada Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 September 2017
Tanda tangan Tanggal
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : FATHIYATUL RIZKIYAH
N I M : 113025100045
Program Studi : Ilmu Perpustakaan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Produk Pohon Industri :
Analisis Kemas Ulang Informasi di PDII – LIPI‖ adalah hasil karya saya sendiri
yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta
bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian
orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap
gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan
kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 5 September 2017
FATHIYATUL RIZKIYAH
iv
ABSTRAK
Fathiyatul Rizkiyah (NIM: 1113025100045). Produk Pohon Industri : Analisis
Kemas Ulang Informasi di PDII – LIPI. Di bawah bimbingan Nuryudi, MLIS,
Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara PDII – LIPI membuat
pohon industri sebagai upaya kemas ulang informasi, upaya PDII – LIPI dalam
pengelolaan pohon industri, dan efektivitas pohon industri sebagai produk jasa
informasi yang dilaksanakan oleh PDII – LIPI. Jenis penelitian ini adalah deskiptif
dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunajkan untuk pengumpulan data
adalah wawancara dan observasi. Sedangkan teknik analisis data adalah reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam pembuatan pohon industri, dilakukan dengan cara seperti kegiatan kemas ulang
informasi pada umumnya. Pembuatan pohon industri juga didasari oleh dua alasan
yang mereka tentukan, dan mereka memanfaatkan fasilitas dan penunjang lainnya.
Dalam pengelolaan pohon industri mereka selalu mengacu pada peraturan yang
berlaku dalam lingkup PDII – LIPI. Mereka juga telah mencapai tujuan dalam
memenuhi kebutuhan pengguna yang telah melanggan pohon industri, akan tetapi
mereka masih memiliki kendala dalam pendistribusian terkait HKI karena pohon
industri mengandung karya ilmiah orang lain jadi tidak dapat sembarangan
menyebarluaskannya.
Kata Kunci: Kemas Ulang Informasi, Pohon Industri, Bidang Diseminasi Informasi
PDII - LIPI
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil „Aalamiiin, segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas
kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Shalawat serta salam peneliti sampaikan bagi
junjungan Nabi besar Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam beserta keluarga dan
para sahabatnya. Karena berkat dan kasih sayang-Nya peneliti dapat menghadapi
segala kendala dan dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Produk Pohon
Industri : Analisis Kemas Ulang Informasi di PDII – LIPI‖.
Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab
Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu yang
dimiliki, sehingga skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Peneliti menyadari
penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan semua pihak yang
meluangkan waktunya dalam membatu peneliti baik berupa bantuan moril maupun
materil. Maka pada kesempatan yang ada ini peeliti ingin mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof Dr. Sukron Kamil, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Terima kasih atas ilmu dan perhatian yang telah Bapak berikan.
vi
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Terima kasih atas ilmu dan perhatian yang telah Bapak berikan.
4. Bapak Nuryudi, MLIS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, pikiran, serta tenaga dalam membantu peneliti selama
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Fadhilatul Hamdani, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan pengarahan dan serta masukan atas penelitian yang peneliti
lakukan.
6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah senatiasa
mencurahkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang sangat
bermanfaat bagi peneliti nantinya.
7. Kepada para informan yang telah bersedia diwawancarai dan membagi waktu,
tenaga, dan informasi dalam membantu penelitian ini. Bapak Mahmudi, Bapak
Wahid, Bapak Tupan, Mas Michael, Ibu Desak dan Ibu Rima.
8. Kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Asep Suryana, S.E dan Ibu Dra. Inayah
Yusuf, Abang peneliti Sihab Ubaidillah, nenek peneliti Hj. Salimah Yusuf dan
semua keluarga besar ―Bani (alm) K.H. Muhammad Yusuf Syafi‘i & Hj.
Salimah Yusuf‖ dan ―Bani (alm) H. Aup Saromi & (almh) Titin Fatimah
Suhada‖ yang tak henti-henti memberikan do‘a, semangat, motivasi, ridho, dan
selalu mendidik dan membimbing peneliti.
vii
9. Para sahabat peneliti ―KEJERS‖ Fitri Vebiyanti, Hilda Safitri, Tia Mutiawati,
Gadis Shella Mutia, Mega Apriani, Novi Anggraeni, Riska Meidiana, Siti
Sulanjari, Putri Wulandari, Najema Farhani, Siti Mutiah Marisdah Nihdah,
yang selalu menjadi obat dikala suka maupun duka, yang telah menemani sejak
April 2014 hingga nanti. (Amin)
10. Kepada teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan angkatan 2013,
khususnya IP B 2013, yang telah menemani peneliti selama 4 tahun di bangku
kuliah, berjuang mencari ilmu bersama, kelas terkompak di angkatan 2013.
Semoga kita semua menjadi orang yang berguna, sukses, dan selalu di jalan
yang benar, yaitu jalan yang diridhoi oleh Allah. (Amin)
11. Teman-teman KKN POSSIBLE, Dito Chairil Makarim, Amalia Rosfina, Syifa
Ryan Haryati, Hanisya Yustiana, Jibril Adam Harahap, Aulia Ning Ma‘rifati,
Fajrul Ahsan Wijaya, Ryan Alamsyah, Muhammad Rifai, Agias Maulidya
Susanti, yang menjadi keluarga peneliti sejak KKN di Desa Sukatani,
Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang – Banten.
12. Dan semua orang yang sudah banyak mendukung peneliti dalam menyelesaikan
tugas akhir sebagai mahasiswa strata satu ini,yang tidak dapat diucapkan satu
persatu. Semoga Allah Subhanahu wa Ta‟ala membalas semua kebaikan dan
do‘a yang sudah diberikan kepada peneliti. (Amin).
Sesungguhnya peneliti menyadari bahwa dalam penelusan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis
terbuka dan menerima setiap kritik dan saran yang membangun. Peneliti
memohon maaf bila terjadi kelalaian dan kata yang tidak berkenan dalam
viii
penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi
peneliti dan para pembacanya.
Jakarta, 31 Agustus 2017
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................................. ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN..................................................................................................... xiv
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
D. Definisi Istilah .................................................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan....................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR ............................................................................. 12
A. Pusat Dokumentasi Dan Informasi................................................................... 12
1. Pengertian Pusat Dokumentasi dan Informasi .............................................. 12
a. Pusat Dokumentasi ....................................................................................... 12
b. Pusat Informasi ............................................................................................. 15
2. PDII – LIPI (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) ....................................................................................... 17
B. Kemas Ulang Informasi ................................................................................... 18
1. Pengertian Kemas Ulang Informasi.............................................................. 18
2. Jenis Kemas Ulang Informasi ....................................................................... 21
3. Tahap Kemas Ulang Informasi ..................................................................... 27
4. Tujuan dan Fungsi Kemas Ulang Informasi ................................................. 31
x
C. Infografis .......................................................................................................... 35
D. Distribusi Informasi ......................................................................................... 37
1. Pengertian Distribusi .................................................................................... 37
2. Proses dan Sistem Distribusi ........................................................................ 41
E. Efektivitas ........................................................................................................ 43
F. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 45
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 48
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ...................................................................... 48
B. Karakteristik Informan ..................................................................................... 50
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 51
1. Data Primer ................................................................................................... 51
2. Data Sekunder .............................................................................................. 53
D. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ............................................................ 54
E. Fokus Pertanyaan Wawancara ......................................................................... 55
F. Jadwal Penelitian .............................................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 58
A. Profil PDII – LIPI............................................................................................. 58
1. Sejarah PDII – LIPI ...................................................................................... 58
2. Bidang Diseminasi Informasi ....................................................................... 64
3. Produk-produk yang dihasilkan PDII – LIPI................................................ 65
4. Sejarah Pohon Industri ................................................................................. 69
B. Hasil Penelitian ................................................................................................ 71
1. Karakteristik Informan ................................................................................. 71
2. Analisis Tema ............................................................................................... 72
C. Pembahasan ...................................................................................................... 89
1. Pembuatan Pohon Industri ............................................................................ 90
2. Pengelolaan Pohon Industri .......................................................................... 93
3. Efektivitas Pohon Industri ............................................................................ 96
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 99
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 99
xi
B. Saran .................................................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1: Jadwal Kegiatan ........................................................................................ 56
Tabel 4. 1 : Jumlah Pegawai PNS PDII - LIPI ............................................................ 61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 : Struktur Organisasi PDII - LIPI ........................................................... 61
Gambar 4. 2 : Syarat Setelah Memperoleh ISSN ........................................................ 64
Gambar 4. 3 : Jenis Produk Kemas Ulang Informasi .................................................. 65
Gambar 4. 4 : Paket Informasi Tercetak ..................................................................... 66
Gambar 4. 5 : Paket Informasi Digital ........................................................................ 66
Gambar 4. 6 : Pohon Industri Tercetak ....................................................................... 67
Gambar 4. 7 : Pohon Industri Digital .......................................................................... 68
Gambar 4. 8 : Tinjauan Literatur................................................................................. 68
Gambar 4. 9 : Fokus Informasi Indonesia ................................................................... 69
Gambar 4. 10 : Film Animasi ...................................................................................... 69
Gambar 4. 11 : Permintaan Pengembangan Database Ebook dengan Digilib Kota
Pekalongan Hasil Kerjasama....................................................................................... 74
Gambar 4. 12 : Cara Mempromosikan Hasil Kemasan di Web .................................. 83
Gambar 4. 13 : Cara Pemesanan Pohon Industri......................................................... 84
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 : Sistem Distribusi Langsung .................................................................... 42
Bagan 2. 2 : Sistem Distribusi Tidak Langsung .......................................................... 43
Bagan 2. 3 : Sistem Distribusi Langsung dan Tidak Langsung .................................. 43
xv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4. 1 : Flow Chart Cara Pembuatan Pohon Industri ...................................... 97
Diagram 4. 2 : Flow Chart Pengelolaan Pohon Industri ............................................. 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga informasi seperti Pusat Dokumentasi dan Informasi
(pusdokinfo) perlu adanya mengorganisir informasi (organized information).
Seperti pada Perang Dunia ke II berlangsung, di Eropa Barat melakukan
kegiatan dokumentasi atau organisasi dokumentasi yang mana kegiatan tersebut
merupakan pengolahan buku ke dalam bentuk mikro, seperti microfilm.
Kegiatan tersebut gunanya untuk mempermudah pengiriman, penyimpanan,
maupun penyebaran informasi di dalamnya.1
Seperti halnya Rasulullah SAW, ketika Rasul telah menerima wahyu,
beliau selalu menggerak-gerakkan lidah dan bibirnya agar tidak lupa dengan
wahyu yang telah diterima. Dalam suatu ayat dikatakan, ―sesungguhnya atas
tanggung jawab Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat kamu)
pandai membacanya‖. Dengan demikian metode pertama pengumpulan adalah
menghafal.2
Lambat laun pengertian mengumpulkan dengan menghafal itu bergeser ke
pengumpulan nash-nash yang tertulis. Awalnya salah satu Sahabat Nabi
menulis Al – Qur‘an untuk kepentingan pribadi, namun kemudian Rasulullah
1 Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan : Sebuah Pendekatan Praktis (Yogyakarta:
Ar-Ruzz, 2007), p. 15. 2 Soenarjo, Al-Qur‟an dan Terjemahan 75 : 17 (Jakarta: Departemen Agama Republik
Indonesia, 1971).
2
SAW memerintahkan agar ditulis dengan rapih dan dikumpulkan menjadi
sebuah kitab.3
Berkaca dari zaman Rasulullah di atas, mengorganisir informasi itu perlu.
Karena, apabila informasi tidak terorganisir sulit untuk ditemukan. Kita perlu
untuk mengaturnya karena nantinya kita perlu untuk memperolehnya kembali.
Layaknya seperti dapur apabila terorganisir maka peralatan memasak mudah
untuk diakses dan bahan makanan dan rempah-rempah dapat digunakan sesuai
kebutuhan.4
Kegiatan mengorganisir informasi di pusdokinfo berarti mengorganisir
semua sumber informasi yang ada di pusdokinfo tersebut. Mengorganisir
sumber informasi dapat dikerjakan dengan sistem manajemen. Manajemen di
sini diartikan dalam pengelolaan sumber informasi yang terdapat di pusdokinfo,
seperti membuat planning (perencanaan), controlling (pengawasan) dan
pengorganisasian yang jelas. Dengan menetapkan sistem manajemen,
pusdokinfo tersebut akan mengatur sumber informasi yang dimilikinya dan
semua kegiatan layanan informasi lebih terstruktur.
Di era globalisasi ini, semakin banyak tuntutan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan informasi. Informasi tersebut bukan hanya dalam bidang
pendidikan saja, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, dan
lain sebagainya. Tuntutan tersebut juga terjadi pada pusdokinfo, yang mana
terjadi peningkatan permintaan informasi dalam bentuk kemasan informasi.
3 Suwarno, p. 29.
4 Arlen G. Taylor, The Organization of Information (Wesport: Libraries Unlimited, 1999), p. 2.
3
Dalam membuat suatu kemasan informasi, berarti pusdokinfo harus
memiliki perencanaan kegiatan kemas ulang informasi. Perencanaan tersebut
guna merealisasikan kegiatan kemas ulang informasi demi menunjang
kebutuhan informasi masyarakat yang maksimal.
Kemas ulang informasi merupakan suatu kegiatan layanan yang dapat
mempermudah dalam penyebaran informasi dan nantinya bermanfaat untuk
kegiatan temu kembali informasi. Kegiatan pengemasan ulang informasi dapat
pula membantu pengguna yang membutuhkan informasi dalam bidang tertentu.
Oleh karena itu, maka produk informasi dalam bidang tertentu harus dikemas
sedemikian rupa, dan ia mempunyai user segment tertentu, dan ada
perkembangan-perkembangan informasi yang up to date terkait dengan bidang
tersebut.
Memelihara hasil dari kemas ulang informasi yang telah dihasilkan
menjadi tugas para pegawai yang bekerja di pusdokinfo tersebut, serta memberi
penanganan yang baik sehingga pengguna dapat menikmati hasilnya secara
berkepanjangan, sesuai dalam Firman Allah SWT yang artinya: ―Sesungguhnya
kamilah yang menurunkan al-Qur‟an, dan pasti kami (pula yang
memeliharanya”.5
PDII – LIPI (Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah – Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) sebagai sebuah lembaga informasi dikenal sebagai
layanan publik yang berusaha untuk mereformasi layanan kepada masyarakat
5 Soenarjo, Al-Qur‟an dan Terjemahan 15 : 9 (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia,
1971).
4
khususnya dalam penataan koleksi serta pemenuhan kebutuhan informasi
kepada pengguna.
Kegiatan kemas ulang informasi di PDII - LIPI merupakan jasa kesiagaan
informasi yang responsif terhadap kebutuhan informasi pengguna. Pelaksanaan
kegiatan kemasan informasi di PDII - LIPI berdasarkan Surat keputusan Kepala
LIPI No.1151/M/2001 tanggal 5 Juni 2001, dilakukan oleh Sub Bidang Jasa
Kemasan Informasi (Koordinasi di bawah Bidang Informasi), dengan tugas
melakukan urusan pelayanan, pengemasan informasi ilmiah, menyiapkan
rencana penerbitan dalam bentuk cetak maupun digital, serta melakukan
pengembangan dan pengelolaan.6
Pengertian mengenai kemas ulang informasi yaitu kegiatan mengemas
kembali atau mentransfer dari satu bentuk ke bentuk lain dalam kemasan yang
lebih menarik.7 Pengemasan ulang informasi juga merupakan suatu kegiatan
penataan ulang yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi dari sumber
yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis informasi yang
relevan, mensintesa atau menyatukan gagasan yang terpisah-pisah atau ideologi
yang berbeda ke dalam suatu keseluruhan, dan menyajikan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna.8
6 Tupan and Wahid Nashihuddin, ‗Kemas Ulang Informasi Untuk Pemenuhan Kebutuhan
Informasi Usaha Kecil Menengah: Tinjauan Analisis Di PDII – LIPI‘, Jurnal Dokumentasi Dan
Informasi, Vol. 36, No. 2 (2015), p. 110. 7 Rosa Widyawan, Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi (Jakarta: Media Kampus Indonesia,
2014), p. 45. 8 Endang Fatmawati, ‗Kemas Ulang Informasi : Suatu Tantangan Bagi Pustakwan‘, Majalah
Media Pustakawan, Vol. 16. (2009), p. 2.
5
Ada beberapa produk dari hasil kegiatan kemas ulang informasi yang
telah diciptakan oleh PDII - LIPI, yaitu Paket Informasi Teknologi, Informasi
Kilat, Pohon Industri, Panduan Usaha, Tinjauan Literatur, Fokus Informasi
Indonesia, dan film animasi. Adapun tujuan pembuatan produk kemas ulang
informasi di PDII – LIPI adalah menyediakan informasi sesuai kebutuhan
pengguna yang relevan, akurat, cepat, dan mudah. Tujuan tersebut menjadi
dasar pembuatan kemasan informasi bagi badan usaha atau lembaga yang
menangani usaha kecil menengah. 9
Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada produk kemasan
yang diberi nama pohon industri saja. Pohon industri adalah sebuah kemasan
informasi yang di dalamnya terdapat karya ilmiah atau artikel-artikel yang
berisi manfaat-manfaat dari suatu komoditas. Disusun berdasarkan fungsi dan
manfaat suatu komoditas yang bernilai ekonomis.
Dalam membuat produk kemas ulang informasi PDII – LIPI
memanfaatkan dan mendayagunakan secara maksimal teknologi informasi yang
ada untuk mengemas informasi, contohnya penggunaan internet. Termasuk
kegiatan mendownload informasi tertentu (misalnya: artikel) yang dibutuhkan
melalui internet, seperti: bentuk PDF dengan bantuan mesin pencari (search
engine) lalu dikumpulkan dan dikemas lagi ke dalam media berbentuk lain,
seperti: CD untuk disajikan kepada pengguna.10
9 Nashihuddin, ‗Kemas Ulang Informasi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Usaha Kecil
Menengah: Tinjauan Analisis Di PDII – LIPI‘, p. 116. 10
Mulida Djamarin, Pengemasan Informasi (Padang: Universitas Negeri Padang, 2016), p. 2.
6
Di PDII – LIPI kegiatan dalam membuat produk kemas ulang informasi
berada di bawah naungan Bidang Diseminasi Informasi. Orang-orang yang
bekerja pada Bidang Diseminasi Informasi terdiri dari beberapa orang dengan
berbagai latar belakang, beberapa di antaranya dari bidang ilmu perpustakaan,
bidang kimia, bidang biologi, desain (IT), dan lain-lain. Dengan demikian
pekerjaan dalam pembuatan produk kemas ulang informasi akan lebih
terstruktur dan informasi yang disajikan diharapkan akan akurat. Namun walau
begitu, mereka membuat pohon industri tidak memetakan dari mana bidang
mereka, mereka saling bekerja sama dalam membuat pohon industri. Seperti
halnya bidang ilmu perpustakaan ia ikut serta membantu dalam mendesain
pohon industri menggunakan Family Adobe yang terdiri dari indesign,
photoshop, dan Ilustrator . Begitu pula yang dari bidang desain, ia pun ikut
membantu mencari artikel dan ikut menganalisa selagi mendesain pohon
industri dalam bentuk digital.
Ada beberapa alasan dibuatnya produk hasil kemas ulang informasi di
PDII – LIPI, salah satunya dibuat apabila adanya permintaan. Demikian
kegiatan dalam pembuatan produk pohon industri. Biasanya yang memesan
pohon industri dari badan penelitian dan pengembangan, dan industri yang
bergerak dalam usaha kecil menengah (untuk analisis usaha dan pemberdayaan
ekonomi kreatif masyarakat).
Setelah pohon industri dibuat pastilah terjadi pendistribusian kepada
pengguna. Dengan kegiatan pendistribusian tersebut dapat dilihat efektivitas
dari adanya pohon industri yang telah dibuat.
7
Tiga tahun belakangan ini PDII – LIPI hanya membuat pohon industri
yang dalam bentuk digital saja. Pohon industri saat ini masih dalam kategori
inovasi. Akan tetapi tahun besok, tahun 2018 pimpinan PDII – LIPI ingin
mengangkat pohon industri, yang diharapkan masyarakat aware dengan
keberadaan pohon industri dan mengetahui manfaat dariadanya pohon industri.
Di dalam penelitian ini peneliti berusaha menggali informasi tentang
pohon industri baik yang tercetak maupun digital. Berdasarkan kondisi di atas,
peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana peran PDII – LIPI sebagai
Repositori Nasional Bidang Sains dan Teknologi terdepan di Indonesia, dengan
melakukan pengemasan ulang informasi dalam produk yang inovatif seperti
Pohon Industri. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin meneliti
tentang “Produk Pohon Industri : Analisis Kemas Ulang Informasi di PDII
– LIPI”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan memfokuskan penulisan
ini pada produk pohon industri dari hasil kegiatan kemas ulang informasi.
Fokus penelitian ini dibuat agar tidak melebar bahkan menyimpang dari apa
yang diteliti sehingga maksud yang diinginkan dapat disampaikan dengan baik
kepada para pembaca.
Dari penjelasan pembatasan masalah di atas, peneliti menetapkan
rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pembuatan pohon industri sebagai upaya kemas ulang
informasi yang dilakukan oleh PDII - LIPI?
8
2. Bagaimana upaya pengelolaan pohon industri yang dilasanakan oleh PDII
- LIPI?
3. Bagaimana efektivitas pohon industri sebagai produk jasa informasi yang
dilaksanakan oleh PDII - LIPI?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara pembuatan pohon industri sebagai upaya kemas ulang
informasi yang dilakukan oleh PDII – LIPI.
2. Mengetahui upaya pengelolaan pohon industri yang dilasanakan oleh
PDII – LIPI.
3. Mengetahui efektivitas pohon industri sebagai produk jasa informasi yang
dilaksanakan oleh PDII – LIPI.
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, manfaat yang hendak diperoleh ialah:
1. Memberikan gambaran mengenai sejauh mana peran PDII – LIPI yang
berusaha untuk mereformasi layanan kepada masyarakat khususnya
dalam penataan koleksi serta pemenuhan kebutuhan informasi kepada
pengguna.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk
memperkaya khazanah pengetahuan jurusan Ilmu Perpustakaan.
3. Memberikan sumbangan pemikiran dan kepustakaan dalam hal kemas
ulang informasi di perpustakaan.
4. Memberikan pengalaman praktis yang lebih luas kepada peneliti dalam
hal kemas ulang informasi dalam suatu produk yang inovatif.
9
5. Penelitian ini juga merupakan salah satu syarat bagi peneliti untuk
memperoleh gelar S.IP
D. Definisi Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa pengertian yang
sering digunakan dalam setiap bab penelitian, di antaranya:
1. Kemas Ulang Informasi merupakan proses sistematik untuk memberikan
nilai tambah pada informasi, di mana penambahan nilai termasuk analisis
dan sintesis, menyunting dan memformat, serta menerjemahkan
dokumen. Dokumen-dokumen yang dikemas ulang dan pelayanan-
pelayanan yang disesuaikan untuk memberikan kemudahan dalam
memenuhi kebutuhan pemustaka. Namun pada kegiatan pembuatan
pohon industri tidak menyertakan menerjemahkan dokumen. Kemas
ulang informasi bisa dikatakan kegiatan dalam penataan ulang sumber
informasi yang ada.
2. Pohon Industri merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh PDII –
LIPI, yang mana merupakan sebuah kemasan informasi yang di dalamnya
terdapat karya ilmiah atau artikel-artikel yang berisi manfaat-manfaat dari
suatu komoditas. Disusun berdasarkan fungsi dan manfaat suatu
komoditas yang bernilai ekonomis. Pohon industri yang dibuat PDII –
LIPI memiliki dua format, yaitu ada yang dalam bentuk tercetak dan ada
pula yang dalam bentuk digital. Namun untuk sekarang, seiring
10
perkembangan zaman, tiga tahun belakangan ini PDII – LIPI hanya
membuat pohon industri dalam bentuk digital saja.
3. Efektivitas merupakan pengukuran keberhasilan dalam pembuatan produk
pohon industri dari hasil kemas ulang informasi yang mana ditujukan
untuk membantu para industri yang bergerak dalam usaha kecil dan
menengah.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, definisi
istilah, dan sistematika penulisan
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisi landasan teoritis terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang hendak diteliti dari
segi definisi pusat dokumentasi dan informasi, kemas ulang
informasi, distribusi informasi, efektivitas, serta penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai penulisan yang digunakan yaitu,
jenis dan pendekatan penelitian, karakteristik informan, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data serta
tempat dan waktu penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
11
Bab ini membahas tentang gambaran umu objek penelitian,
hasil penelitian dan pembahasan yang terkait dengan studi
produk pohon industri : analisi kemas ulang informasi di PDII
– LIPI.
Bab V Penutup
Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari penyajian hasil
penelitian yang dikemukakan oleh peneliti, dan peneliti
memberikan saran-saran yang merupakan masukan dan
sumbangan pemikiran peneliti untuk PDII - LIPI.
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Pusat Dokumentasi Dan Informasi
1. Pengertian Pusat Dokumentasi dan Informasi
a. Pusat Dokumentasi
Istilah dokumen dikemukakan pertama kali pada tahun 1895, saat
itu Paul Ottlet menyebutkan istilah dokumentasi. Pada saat itu
dokumentasi berarti pencatatan semua buku yang pernah diterbitkan di
mana saja sepanjang abad.11
Pengertian kata pusat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sebuah titik yang ditengah-tengah. Namun pusat dapat diartikan
dengan organisasi yang mengumpulkan, menampung, mengolah, dan
menyajikan data perlengkapan pengolahan data.12
Istilah dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang dalam bahasa
Belanda disebut document, dan dalam bahasa Inggris juga disebut
document. Kalau kita mengacu ke bahasa Inggris maka istilah document
dapat merupakan kata kerja (document) serta kata benda (document). Kata
kerja to document berarti menyediakan dokumen, membuktikan dengan
menunjukkan adanya dokumen. Sebagai kata benda, dokumen berarti alat
informasi, data yang terekam atau dimuat dalam alat tersebut beserta
11
Sulistyo-Basuki, Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
1993), p. 18. 12
KEMENDIKBUD, ‗KBBI DARING‘, 2017 <https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pusat>.
13
maknanya yang digunakan untuk belajar, kesaksian, penelitian, rekreasi
dan sejenisnya. Dengan demikian, dokumen bisa mempunyai konotasi
yang berbeda serta ruang lingkup yang sedikit berbeda pula.13
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dokumen yaitu surat
tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan, seperti
akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian. Pengertian lain juga
mengatakan bahwa dokumen merupakan bahan cetakan atau naskah
karangan, dokumen juga dapat berbentuk rekaman suara, gambar dalam
film, dan sebagainya yang dapat dijadikan bukti keterangan.14
Dari referensi lain menjelaskan bahwa dokumen memiliki 4 jenis,
yaitu dokumen primer, dokumen sekunder, dokumen dari dokumentasi
pribadi, dan yang terakhir dokumen dari dokumentasi resmi. Dokumen
primer berarti bahan yang diperoleh dari sumber primer (sumber tangan
pertama), yaitu sumber yang secara langsung bertanggung jawab atau
memiliki bahan tsb. Dokumen primer mempunyai nilai yang sangat
berarti, karena keautentikannya dapat dipertanggung jawabkan; Dokumen
sekunder berarti sumber tangan kedua, yaitu sumber yang memiliki
bahan, sedangkan ia sendiri memperolehnya dari orang lain, baik dalam
bentuk turunan, salinan, ataupun bahan yang dimiliki bukan oleh tangan
pertama. Dokumen sekunder hanya dapat digunakan bila sumber primer
tidak memiliki bahan yang dibutuhkan, dengan seleksi dan analisis kritik
13
Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi Ilmiah (Jakarta: Kesaint Blanc, 1989). 14
KEMENDIKBUD, ‗KBBI DARING‘, 2017 <https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dokumen>.
14
yang mendalam; Dokumentasi pribadi berarti segala bentuk dokumen
baik catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya, yang menjadi tanggung jawab dan
wewenang perseorangan, seperti manuskrip, biografi, buku harian, surat
pribadi, atau autobiografi; dan Dokumen resmi segala macam bentuk
dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan yang ada
pada tanggung jawab badan resmi, seperti memo, pengumuman, instruksi,
peraturan, risalah atau laporan rapat, keputusan, majalah, buletin,
pernyataan atau berita yang disiarkan dalam media massa.15
Pengertian dokumentasi secara umum dapat disimak dari
pemakaian kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam
setiap kepanitiaan hampir selalu ada seksi dokumentasi. Biasanya
pengertian seksi ini hanya terbatas tugas untuk mengambil foto-foto
kegiatan kepanitiaan tersebut, walaupun sebenarnya harus lebih dari itu.16
Dalam Encyclopedia Britanica mengemukakan tentang
dokumentasi adalah semacam pengawasan dan penyususnan bibliografi,
yang menggunakan alat-alat seperti indeks, sari karangan, dan esai
bibliografi di samping cara tradisional (klasikal dan katalogisasi), untuk
membuat informasi dapat dicapai.
15
Tjutju Soendari, ‗Dokumentasi‘ (presented at the FIP UPI, Bandung)
<http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141980032-
TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Penelitian_PKKh/dokumentasi.ppt_[Compatibility_
Mode].pdf>. 16
Blasius Sudarsono, ‗Dokumentasi, Informasi dan Demokratisasi‘, BACA, Vol 27, No. 1
(2003), p. 8.
15
Dapat disimpulkan bahwa pusat dokumentasi berarti sebuah
organisasi yang mengumpulkan, menampung, mengolah, dan menyajikan
bahan cetakan atau naskah karangan, dan dapat berbentuk rekaman suara,
gambar dalam film, dan sebagainya yang dapat dijadikan bukti
keterangan. Pusat dokumentasi juga semacam pengawasan dan
penyususnan bibliografi, yang menggunakan alat-alat seperti indeks, sari
karangan, dan esai bibliografi di samping cara tradisional (klasikal dan
katalogisasi), untuk membuat informasi dapat dicapai.
b. Pusat Informasi
Seperti yang kita tahu, informasi memang menjadi kebutuhan setiap
umat manusia yang hidup di muka bumi ini. Setiap informasi yang
dibutuhkan orang satu dengan yang lainnya biasanya berbeda, sesuai
dengan kebutuhan mereka masing-masing. Dapat disimpulkan informasi
merupakan ilmu pengetahuan.
Kata informasi adalah pengetahuan atau ilmu yang
dikomunikasikan atau disebarluaskan. Menurut Shannon, C.E; W.
Weaver dalam buku Mathematical Theory of Communication,
mengungkapkan bahwa informasi adalah sekumpulan pesan yang
mengurangi ketidakpastian. Berbeda dengan American National Standard
Ins, informasi adalah cara manusia merepkan data dengan cara disepakati
bersama.17
17
Kosam Rimbarawa, Dasar-Dasar Organisasi Informasi (Jakarta: Hakaeser, 2013), p. 1.
16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia informasi adalah
penerangan atau keterangan pemberitahuan/kabar atau berita. Dalam
Ensiklopedia Indonesia kata informasi dari Bahasa Latin yaitu informare,
yang berarti membuat bentuk, membentuk melalui pendidikan. Selain
mengandung pengertian pendidikan, informasi juga berarti penelitian,
pesan dan keterangan. Berdasarkan pengertian dari Bahasa Inggris,
informasi juga diartikan penambahan pengetahuan di pihak pnerima.
Penerima informasi dapat berupa makhluk hidup maupun mesin.18
Pengertian lain dari kata informasi menurut Taolin ialah data yang
diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Katharina, informasi
publik ialah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik lainnya, serta informasi lain yang
berkaitan dengan kepentingan publik.19
Pusat informasi menginformasikan data khusus yang di himpun
oleh pusat informasi itu sendiri. Menjawab pertanyaan langsung oleh
penanya baik itu lewat telepon, surat atau lewat internet. Memberikan
18
Rimbarawa, p. 2. 19
Wahid Nashihuddin, ‗Ketersediaan Dan Keteraksesan Informasi Publik Pada Website Badan
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Di Indonesia‘, Informasi-Website_bpad.pdf, 2012, p. 5
<https://pustakapusdokinfo.files.wordpress.com/2014/10/informasi-website_bpad.pdf>.
17
informasi yang akurat. Mencarikan dan memberikan bahan literatur yang
relevan. Menggunakan data statistik. Filenya tidak dapat di pinjam.20
Dari penjelasan pengertian mengenai pusat dokumentasi dan pusat
informasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keduanya memiliki
peran yang hampir sama yaitu sebagai sebuah organisasi yang
berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang haus akan pengetahuan dan informasi. Namun terdapat
sedikit perbedaan yaitu yang mana pusat informasi hanya
menginformasikan data khusus yang dihimpun oleh pusat informasi itu
sendiri, berbeda dengan pusat dokumentasi yang mengumpulkan,
mengolah, dan menyajikan bahan cetakan yang bukan hanya bersumber
dari organisasi mereka saja.
2. PDII – LIPI (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Pasal 360), menyatakan bahwa
PDII mempunyai tugas melaksanakan pendokumentasian informasi
20
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, ‗Arti Dan Perbedaan
Perpustakaan Dengan Arsip, Museum, Pusat Dokumentasi, Pusat Informasi‘, 2017
<http://perpustakaan.kaltimprov.go.id/berita-277-arti-dan-perbedaan-perpustakaan-denganarsip-
museum-pusat-dokumentasi-pusat-informasi-.html>.
18
ilmiah, menyediakan akses ke informasi ilmiah, dan pengkajian dan
penelitian di bidang dokumentasi dan informasi.21
Di PDII - LIPI, ada pembagian empat bidang yakni, Bidang Tata
Usaha, Bidang Dokumentasi, Bidang Diseminasi Informasi, dan Bidang
Sarana Akses Informasi (SAI).22
Pohon industri merupakan hasil produk
yang dihasilkan Bidang Diseminasi Informasi. Bidang Diseminasi
Informasi memiliki 3 sub bidang yaitu jasa perpustakaan, jasa
penelusuran informasi, dan jasa kemasan informasi dan promosi.23
B. Kemas Ulang Informasi
1. Pengertian Kemas Ulang Informasi
Kemas ulang informasi menjadi bagian dari aktivitas pengelolaan
informasi. Pengemasan ulang informasi didefinisikan dengan kegiatan
yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi dari sumber yang
berbeda-beda, mendata informasi yang sudah didapat yang dianggap
releven, menganalisis informasi tersebut, mensintesa (menyatukan
gagasan yang terpisah-pisah atau ideologi yang berbeda ke dalam suatu
keseluruhan), dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
para pemakai. Informasi yang dikemas kembali memberi kemudahan
dalam penyebaran informasi dan temu kembali informasi.24
21
PDII-LIPI, ‗Sekilas Tentang PDII-LIPI : Promosi Jasa Dan Produk Informasi,‘ 2016
<http://ipi.perpusnas.go.id/sites/default/files/berkas/Sekilas%20PDII-LIPI.pdf>. 22
Wahid Nashihuddin, Sekilas Tentang PDII & Layanannya (Jakarta: PDII - LIPI, 2014), p. 4. 23
PDII-LIPI, ‗Sekilas Tentang PDII - LIPI : Promosi Jasa Dan Produk Informasi‘, 2016
<http://ipi.perpusnas.go.id/sites/default/files/berkas/Sekilas%20PDII-LIPI.pdf>. 24
Kardi, ‗Knowledge Management Dan Kemas Ulang Informasi Di Perpustakaan Perguruan
Tinggi : Hambatan Dan Peluang Perpustakaan Tinggi,‘ Pustakaloka, No. 1 (2009), p. 17.
19
Selain itu Rosa Widyawan mendefinisikan dalam bukunya yang
berjudul ―Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi‖ kemas ulang informasi
adalah mengemas kembali informasi atau mentransfer dari satu bentuk ke
bentuk lain dengan kemasan yang lebih menarik. Pekerjaan ini
merupakan hasil dari upaya mengatasi ledakan informasi dan persaingan
untuk mendukung perusahaan atau lembaga induk dengan memberikan
informasi yang cepat, tepat, dan akurat untuk mendukung pembuatan
keputusan. Dengan kata lain, kemas ulang informasi merujuk pada
penyajian informasi dalam bentuk yang lebih dapat dimengerti, mudah
dibaca, dan dikemas dalam bentuk yang lebih dapat diterima dan
digunakan.25
Alasan banyak lembaga telah melakukan kegiatan kemas ulang
informasi di antaranya dapat menyesuaikan informasi dengan kebutuhan
pengguna; dapat memberikan kemudahan penyebaran, pengorganisasian,
dan untuk komunikasi; menyederhanakan informasi; dan yang terakhir
dapat menyediakan kemudahan interaktivitas.26
Pengertian lain pun menjelaskan bahwa kemas ulang informasi
merupakan salah satu upaya lembaga untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas layanan informasi. Lembaga dituntut untuk kreatif dan inovatif
25
Widyawan, p. 58. 26
Widyawan, p. 48.
20
dalam membuat dan menyediakan produk kemasan informasi yang
menarik dan sesuai kebutuhan pengguna.27
Dari pengertian-pegertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemas ulang informasi merupakan kegiatan yang dapat mempermudah
dalam penyebaran informasi dan temu kembali informasi. Kemas ulang
berarti kegiatan menyeleksi berbagai informasi dari sumber yang
berbeda-beda, mendata informasi yang sudah didapat yang dianggap
releven, menganalisis informasi tersebut, mensintesa (menyatukan
gagasan yang terpisah-pisah atau ideologi yang berbeda ke dalam suatu
keseluruhan), dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
para pemakai. Informasi yang telah dikemas ulang penyajiannya dapat
lebih mudah dimengerti, dibaca, dan dapat digunakan sesuai kebutuhan
pengguna.
Kegiatan kemas ulang informasi memerlukan produk yang akan
memberikan kemudahan penelusuran dan identifikasi dokumen primer
yang diminati oleh pengguna. Orang yang bekerja di Bidang
Dokumentasi dan Infomasi bertanggung jawab membantu pencarian dan
pengumpulan informasi, kemudian membuat panduan bagi pengguna.
Inilah yang disebut sarana akses (access tools), merupakan gerbang untuk
memperoleh informasi. Sarana akses berupa mesin pencari, katalog
27
Tupan and Wahid Nashihuddin, ‗Tupan and Wahid Nashihuddin, ―Kemas Ulang Informasi
Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Usaha Kecil Menengah: Tinjauan Analisis Di PDII – LIPI‘,
Jurnal Dokumentasi Dan Informasi, 36 (2015).
21
perpustakaan online, bibliografi, dan indeks (elektronik maupun tercetak)
yang digunakan untuk mendapatkan informasi.28
Pekerjaan kemas ulang informasi biasanya dilakukan dengan tim
kerja yang berkaitan dengan kandungan informasinya. Dalam
pelaksanaan kegiatan kemas ulang informasi, kita memerlukan seorang
ahli atau mereka yang melakukan praktik transfer embrio, seorang
pustakawan yang mampu mengemas, dan orang yang terampil dalam
merancang sebuah produk kemas ulang informasi.29
Sebuah informasi dapat diperoleh, diproses, disimpan, kemudian
ditemukan kembali, disebarluaskan, dan dimanfaatkan. Proses informasi
termasuk mengemas, dan mengemas kembali untuk dapat digunakan
secara efektif.30
2. Jenis Kemas Ulang Informasi
Kegiatan kemas ulang informasi dapat digolongkan ke dalam tiga
jenis. Penggolongan berbeda sesuai rangkaian kesatuan oleh tingkat nilai
tambah terhadap sumber informasi yang asli. Pada satu sisi, rangkaian itu
adalah lokasi dan sarana akses; sedangkan di sisi lain adalah dokumen-
dokumen yang dikemas ulang dan pelayanan-pelayanan yang disesuaikan
untuk memberi kemudahan dalam memenuhi kebutuhan penggunaa.31
28
Widyawan, p. 79. 29
Widyawan, p. 56. 30
Oyadongan, Joyce Chinyere, and Felix Manouma, ‗Information Repackaging and Its
Application in Academic Libraries,‘ International Journal of Computer Science and Information
Technology Research, Vol. 4, No. 2. 31
Chinyere and Manouma.
22
Menurut Mulida Djamarin, agar kemas ulang informasi menjadi
efisien atau tepat guna, maka produk kemas ulang informasi dibuat
berdasarkan jenis dan kebutuhan pengguna. Informasi yang dikemas
haruslah mengacu kepada kebutuhan pengguna, yang dapat diketahui
berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pengguna. Berdasarkan jenisnya,
kemasan informasi dapat berupa32
:
a. Media tercetak, seperti berbagai media publikasi, seperti: brosur,
yang merupakan buku tipis tidak lebih dari 12 halaman dan isi
informasinya lebih lengkap daripada selembaran dan leaflet
Misalnya: pedoman perpustakaan, daftar majalah atau jurnal,
informasi koleksi khusus, tambahan koleksi buku baru; newsletter,
yang merupakan terbitan penting karena lebih fleksibel dalam hal
topik yang dicakupnya dan bentuk isi atau kandungannya; majalah
kesiagaan informasi (information alert) atau informasi kilat, yang
merupakan jenis bahan rujukan yang merupakan kumpulan daftar
isi majalah yang dijilid khusus menjadi sebuah buku tersendiri;
majalah abstrak, yang merupakan kumpulan abstrak yang
pembuatannya diawali dengan menelusur, menscan data bibliografis
dan abstraknya berdasarkan bidang ilmu yang berasal dari sumber
informasi ilmiah, selanjutnya kumpulan abstrak tersebut dikemas
dalam bentuk majalah abstrak; majalah indeks, yang merupakan
indeks artikel yang terdiri dari indeks artikel jurnal dan indeks
32
Djamarin, p. 3.
23
artikel majalah. Kumpulan tersebut kemudian bisa dijadikan
majalah indeks; bibliografi, biasanya diterbitkan oleh perpustakaan
atau badan penerbit dengan tujuan untuk disebarkan kepada
perpustakaan lain sebagai bahan rujukan bagi pencari informasi
baik secara tercetak atau terekam; sari karangan, yang biasanya
memuat keterangan seperti latar belakang, tujuan, sasaran, metode,
kesimpulan dan saran yang terdapat pada dokumen aslinya;
prosiding, yang merupakan kumpulan makalah yang dihimpun dari
hasil seminar, diskusi panel, loka karya, sarasehan, workshop,
symposium, semiloka, maupun temu ilmiah lainnyaseperti brosur,
folder, petunjuk teknis, poster, buku saku, warta (newsletters), serta
buku panduan/pedoman.
b. Media elektronik, seperti media pandang dengar (audio visual),
kemasan ulang informasi ini berbentuk gambar dan suara sehingga
lebih menarik. Media pandang dengar umumnya berupa profil
perpustakaan, program pendidikan pemakai, serta media promosi
jasa layanan perpustakaan. Misalnya, CD interaktif, DVD, dan
audio – video cassete.
c. Pangkalan data, pangkalan data dibagi dua, yaitu pangkalan data
local yang mana untuk memenuhi kebutuhan informasi melalui
sever local baik berupa soft file maupun CD ROM, dan yang kedua
pangkalan data online yang berisi berbagai publikasi yang disajikan
dalam website. Misalnya ProQuest, EBSCO, IEEE database, E-
24
Journal, dan E-Book. Kemas ulang informasi dibuat sesuai atau
mengacu dengan kebutuhan informasi para pemakai, yang dapat
diketahui berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pemakai.
Menurut Prakash Dongardive dalam artikelnya yang berjudul
―Information Repackaging in Library Services‖ menjelaskan ada
beberapa jenis produk hasil kemas ulang informasi, yaitu33
:
a. Current Awareness Services (CAS). CAS adalah sistem layanan
yang menjamin bahwa semua informasi terkini tersedia bagi
pengguna pada waktu yang tepat dan nyaman digunakan. Tahapan
membuat kemasan CAS, yaitu:
1) Me-review, mencatat, dan memindai (scan) dokumen yang
diminta/dipesan pengguna;
2) Memilih informasi dan merekam dokumen yang sering
digunakan oleh pengguna;
3) Mengirim pemberitahuan kepada pengguna tentang item atau
informasi yang menarik bagi mereka. Kemasan informasi ini
dapat berupa info kilat, yaitu informasi terbaru atau mutakhir
dari berbagai informasi yang diseleksi berdasarkan kebutuhan
pengguna. Pembuatan info kilat dapat dimulai dari
menyediakan informasi dari terbitan atau publikasi terbaru
33
Prakash Dongardive, ‗Information Repackaging in Library Services‘, International Journal
of Science and Research (IJSR), Vol. 2, No. 11, p. 205–8.
25
dalam accession list, daftar bibliografi tentang subjek tertentu
secara regular, dan daftar indeks jurnal terbaru.
b. Selective Dissemination of Information (SDI). SDI atau diseminasi
informasi terseleksi merupakan kemas ulang informasi yang
disediakan berdasarkan isu atau topik tertentu berdasarkan
kebutuhan pengguna. Tujuan SDI ini untuk menarik perhatian
pengguna dengan berbagai literatur terkini yang relevan dengan
praktik profesi mereka. Wujud kemasan SDI berupa paket
Kesiagaan Informasi. Paket kemasan SDI merupakan hasil
modifikasi dari Info Kilat, yakni dengan cara menyediakan
informasi terbaru dari berbagai sumber yang dilengkapi dengan
anotasi/ abstrak dalam satu topik literatur.
c. Analisis dan Konsolidasi Informasi. Jenis kemasan informasi
berupa konten informasi dan pengetahuan baru yang cukup detail
dan teliti untuk mengkaji topik tertentu. Bentuk kemas ulang
informasi ini berupa tinjauan literatur (literatur review), studi kasus
(case studies), dan state of the art papers. Tinjauan literatur
merupakan satu set kemasan informasi yang berisi informasi kritis
dari pengetahuan terbaru. Kemasan tinjauan literatur berfungsi
sebagai literature sekunder karena tidak memberikan informasi
secara lengkap tentang topik yang ditinjau sehingga pembaca harus
merujuk pada sumber informasi primer jika ingin melihat dokumen
full text-nya. Studi Kasus merupakan kemasan informasi berisi
26
analisis suatu kasus atau situasi tertentu yang digunakan sebagai
dasar untuk menarik kesimpulan dalam situasi yang sama. State of
the art papers merupakan suatu tinjauan dari suatu topik dengan
pengamatan khusus terhadap perkembangan atau kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Adapun tujuan dari kemasan-
kemasan informasi tersebut untuk membantu pengguna jasa
perpustakaan yang tidak memiliki waktu untuk mengikuti
perkembangan informasi iptek terbaru sehingga perlu disediakan
subjek-subjek informasi tertentu (interest subject) bagi mereka.
d. Abstrak. Abstrak berupa kumpulan ringkasan informasi suatu
publikasi, seperti jurnal, presentasi konferensi, hasil penelitian,
buku, atau dokumen paten. Abstrak tidak memberikan interpretasi
secara menyeluruh dari isi publikasi atau dokumen, tetapi hanya
menginformasikan tentang pengumpulan data, metode statistik, dan
penyajian hasil kajian/penelitian dalam bentuk tabel atau grafik
sehingga dapat mudah dimengerti oleh pengguna.
e. Terjemahan dokumen. Kemasan informasi ini bertujuan untuk
memudahkan pembaca dalam memahami isi informasi suatu
terbitan atau publikasi sesuai dengan bahasa asli pembaca.
Pembuatan kemasan ini membutuhkan personel yang memiliki
ketrampilan dan pengetahuan bahasa yang memadai, khususnya
untuk men-translete bahasa asing ke bahasa lokal.
27
f. Direktori. Direktori merupakan kemasan informasi dalam bentuk
buku referensi yang disusun secara alfabetis. Direktori berupa
kumpulan informasi tentang daftar kontak alamat orang,
institusi/organisasi, dan sebagainya, yang biasanya disusun secara
sistematis atau alfabetis.
g. Newsletters. Newsletters merupakan bentuk kemasan informasi
populer dari media yang berguna untuk menyebarluaskan berita
terkait dengan aktivitas, kegiatan, publikasi, riset, komunitas, dan
orang-orang populer.
3. Tahap Kemas Ulang Informasi
Adapun agar informasi yang dikemas sesuai dengan kebutuhan
pemustaka, kemas ulang informasi dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut34
:
a) Identifikasi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna dapat
diketahui melalui wawancara dengan pengguna maupun pihak
terkait, pengamatan langsung di lapangan, serta mempelajari
laporan atau dokumen yang ada. Dengan mengetahui kebutuhan
pengguna maka tujuan pengemasan informasi akan lebih tepat
sasaran.
b) Pengumpulan informasi serta pemilihan sumber informasi.
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pengguna, selanjutnya
dilakukan pengumpulan informasi yang relevan. Informasi dapat
34
Djamarin, p. 7.
28
diperoleh dari berbagai sumber, antara lain perpustakaan, diskusi
dengan pakar/ahli, dan internet. Namun demikian, pengemas
informasi perlu memperhatikan sumber informasi tersebut.
Pemilihan sumber informasi penting untuk menjamin kebenaran
informasi yang dikumpulkan. Untuk informasi tentang inovasi
teknologi pertanian, pengemas informasi dapat mengakses lembaga-
lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan sumber lain yang relevan.
Informasi yang bersumber dari kearifan lokal dapat pula
dimanfaatkan bila relevan.
c) Pengemasan informasi. Kemampuan pengemas informasi sangat
menentukan nilai guna kemasan informasi yang dihasilkan. Oleh
karena itu, pengemas informasi perlu memahami materi yang akan
dikemas, bentuk kemasan, serta cara mengemasnya. Seyogianya,
pengemas informasi adalah orang yang ahli di bidangnya.
Mengemas kembali informasi dengan cara mensintesa ke dalam
bentuk/format kemasan informasi sesuai dengan kebutuhan
pemakai. Namun, pengemasan dapat pula dilakukan oleh bukan
ahlinya bekerja sama dengan yang ahli di bidangnya.
d) Menentukan sasaran audience, bentuk kemasan, dan membuat time
schedule serta merancang biaya.
e) Menentukan strategi dalam mencari jenis sumber informasi yang
dapat membantu menemukan informasi yang dibutuhkan.
.Menentukan lokasi informasi dan bagaimana cara mengaksesnya
29
apakah menggunakan katalog perpustakaan, indeks, internet,
maupun CD-ROM.
f) Menetapkan cara dan sistem penyebarluasan kemasan informasi
yang sudah jadi.
g) Mentransfer informasi dalam bentuk tercetak (printed out) maupun
basis data baik ke disket, CD-R/RW, CD-ROM, flash disk/USB
untuk keperluan penyebaran.
h) Mendistribusikan, menyebarkan, mendiseminasikan, memasarkan
kemasan informasi dengan cara promosi maupun pendidikan
pemakai. Menyampaikan kemasan informasi berupa paket maupun
lembar informasi kepada pengguna.Hal ini bisa dilakukan baik
secara langsung (face to face, door to door), telepon, via surat/pos,
email, faksimil maupun media lainnya.
i) Evaluasi produk dan proses pembuatannya. Evaluasi terhadap
kemasan informasi bertujuan untuk mengetahui manfaat informasi
bagi pengguna serta efektivitas media yang digunakan. Evaluasi
terhadap proses pembuatan juga penting, terutama berkaitan dengan
efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Evaluasi kegiatan kemas ulang
informasi. Dilakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan
dalam suatu periode tertentu untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan sudah tercapai dan memenuhi target.
Menurut Dongardive mengenai proses kemas ulang informasi yang
dirancang untuk memperoleh informasi spesifik dan sesuai target
30
pengguna. Secara umum, metode pembuatan kemasan informasi
mencakup pengumpulan, pengolahan, dan penerapan informasi, serta
perancangan dan pengemasan ulang informasi yang disesuaikan
permintaan pengguna. Beberapa metode kemas ulang informasi
dijelaskan sebagai berikut35
a. Persiapan informasi singkat (preparation of the first brief), yakni
menyiapkan informasi ringkas dari berbagai informasi terseleksi
yang disiapkan oleh ahli informasi.
b. Analisis singkat (analysis of the brief), yakni menganalisis sumber-
sumber referensi secara singkat terhadap target pengguna, isi
informasi, anggaran kemasan, serta siklus hidup dari kemasan
informasi. Produk hasil kemas ulang informasi harus memberikan
deskripsi topik informasi secara jelas agar dapat dikomunikasikan
kepada pengguna.
c. Kriteria desain pembawa pesan (design criteria for the message
carrier), yakni kemasan informasi harus didesain semenarik
mungkin agar diminati pembaca.
d. Pemilihan pembawa pesan (selection of the message carrier), yakni
kemasan informasi.
35
Nashihuddin, ‗Kemas Ulang Informasi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Usaha Kecil
Menengah: Tinjauan Analisis Di PDII – LIPI‘.
31
4. Tujuan dan Fungsi Kemas Ulang Informasi
Tujuan dan Fungsi kemas Ulang Infomasi adalah untuk menyajikan
informasi ke dalam bentuk kemasan agar informasi tersebut lebih dapat
diterima, lebih mudah dimengerti, dan dimanfaatkan pengguna.
Sementara menurut Agada, tujuan kemas ulang informasi adalah untuk
menempatkan, menemukan kembali, mengevaluasi, menginterpretasikan
dan mengemas informasi tentang subjek tertentu dalam rangka efektifitas
dan efisiensi waktu, tenaga, biaya yang semua diperuntukkan bagi
pengguna.
Lain halnya menurut Sri Hartinah, tujuan kemas ulang informasi di
antaranya36
:
a. Menyajikan informasi ke dalam betuk kemasan menjadi informasi
yang lebih diterima pemakaiannya dengan cara langsung dapat
langsung memberi manfaat da lebih mudah dimengerti isinya.
b. Menyediakan informasi dengan cara mensintesa data dan informasi
yang tersedia
c. Menyediakan sarana dan panduannya
d. Meringkas dan mensintesa penelitian dan kajian atau evaluasi
berbagai aspek
e. Menumpulkan informasi mutakhir
f. Mereview atau meninjau berbagai literature dan dokumen.
36
Sri Hartinah, ‗Kemas Ulang Informasi : Information Repackaging‘, 2013
<https://srihartinah.files.wordpress.com/2008/02/kemas-ulang-informasi.doc>.
32
Dari berbagai literatur, tujuan dari kegiatan kemas ulang informasi
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Memudahkan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi;
b. Mempercepat penelusuran dan penemuan kembali informasi;
c. Mengevaluasi dan memberikan penafsiran seberapa jauh tingkat
pemanfaatannya;
d. Memberikan kepuasan kepada pengguna;
e. Mengawetkan koleksi, khususnya jika dikemas dari bentuk tercetak
ke bentuk digital;
f. Memudahkan pustakawan mengatur koleksi yang semakin
bertambah banyak;
g. Menghemat ruang dan rak untuk menyimpan koleksi tercetak;
h. Memudahkan penelusuran apalagi jika sudah dientri dalam
pangkalan data;
i. Mudah dibawa dan ditransfer dalam jejaring perpustakaan lain
untuk sharing dan transfer.
Adapun fungsi kegiatan kemas ulang informasi, antara lain37
:
a. Memudahkan pengguna dalam memilih informasi.
b. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
c. Sarana penyebaran informasi yang efektif dan efisien
d. Mempercepat proses aplikasi hasil penelitian.
37
Djamarin, p. 5.
33
e. Menyediakan informasi secara cepat dalam memenuhi kebutuhan
pengguna.
f. Menghemat ruang dan rak penyimpanan koleksi tercetak.
g. Memudahkan penelusuran informasi.
h. Mudah dibawa, ditransfer, dan di-sharing dalam jejaring
perpustakaan lain dan transfer pengetahuan/pengalaman antar-
pustakawan.
Ada pula literatur lain menjelaskan fungsi kemas ulang informasi
sebagai38
:
a) Alat untuk menyimpan informasi;
b) Penyortir sistematis dan selektif informasi yang berguna;
c) Sarana untuk lebih transmisi informasi yang luas dan pengiriman;
d) Alat terjemahan;
e) Peluang untuk menyimpan hasil penelitian secara praktis;
f) Sarana transfer promosi hasil publikasi yang relevan.
5. Pemasaran Kemasan Informasi
Menurut Mulida Djamarin, cara pemasaran paket informasi dimulai
dari perencanaan, melaksanakan pemasaran, mengukur hasil yang
diperoleh selama periode tertentu. Perencanan pemasaran mencakup:
Analisis misi perpustakaan, pusat dokumentasi dan informasi (biasanya
mempunyai misi mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan informasi dari
pemakai potensial, dan memberikan kemudahan akses kepada masyarakat
38
Nashihuddin, ‗Kemas Ulang Informasi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Usaha Kecil
Menengah: Tinjauan Analisis Di PDII – LIPI‘.
34
luas); Menentukan calon pemakai potensial (penentu kebijakan, peneliti,
dosen, mahasiswa, pelajar, masyarakat luas); Menentukan alat dan
strategi pemasaran (poster, brosur, presentasi, pengumuman, tatap muka,
newsletter, daftar buku, dll); Menentukan waktu yang tepat untuk
pemasaran; Membentuk tim pemasaran; Memasarkan produk dan jasa
paket informasi pada perguruan tinggi tidak sama dengan memasarkan
pada masyarakat luas. Tetapi tidak menutup kemungkinan bisa juga di
pasarkan ke masyarakat luas, tergantung pada order yang ada. Pemasaran
yang cepat memperoleh tanggapan adalah dengan tatap muka perorangan
maupun kelompok dalam bentuk presentasi, baik dalam pameran,
seminar, dan pelatihan, dan lain-lain, menggunakan cara ini karena
keterbatasan sumber dana.
Pustakawan harus mengenali terlebih dahulu karakter pengguna
sebelum menentukan format layanan paket informasi yang akan
diberikan. Walau bagaimanapun untuk mengukur tingkat kepuasan
terhadap layanan yang diberikan, pustakawan harus melihat dari kacamata
pengguna yang akan dilayani. Jangan hanya berpedoman yang penting
melayani dan hanya mengukur kepuasan dari diri pustakawan.
Pustakawan hendaknya tidak hanya terbelenggu dengan rutinitas kerja
yang monoton dan hanya sesuai yang tertulis pada aturan jabatan
fungsional saja.39
39
Djamarin, p. 9.
35
C. Infografis
Informasi yang dihimpun dalam kegiatan kemas ulang informasi
ditujukan agar informasi yang terkandung lebih mudah untuk ditemukan.
Kegiatan kemas ulang informasi menyediakan sarana cepat untuk menyajikan
informasi dengan cara yang mudah dipahami. Salah satu hasil dari kegiatan
kemas ulang informasi adalah infografis, yang mana Inforgrafis merupakan
suatu bentuk penyajian data dengan konsep visual yang terdiri dari teks dengan
tambahan gambar-gambar ilustrasi yang menarik.
Menurut Kamus Oxford inforgrafis adalah gambaran visual dari sebuah
informasi atau data dalam berupa sebuah peta/grafik atau diagram.40
Sedangkan
menurut Kamus Cambridge infografis adalah gambar atau diagram atau
kelompok dari gambar-gambar atau diagram-diagram yang menunjukkan atau
menjelaskan sebuah infromasi.41
Asal mula infografis bermula dari diagram mengenai perkara kematian
pada tentara pada tahun 1855 di Timur. Dalam diagram tersebut dapat
ditemukan informasi mengenai kematian para tentara yang terdapat tiga alasan,
yaitu karena sakit, karena penyebab lain, dan karena terluka pada saat perang.42
Infografis memiliki tiga jenis yaitu infografis statis, infografis animasi,
dan infografis interaktif:43
40
Oxford University Press, ‗English : Oxford Living Dictionaries‘
<http://en.oxforddictionaries.com/definition/infographic>. 41
Cambridge University Press, ‗Cambridge Dictionary‘
<http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/infographic>. 42
Census at School, ‗Presenting Data and Infographics‘
<http://censusatschool.com/resources/infographic/Infographics_Worksheet_TeacherVersion.pdf>. 43
Majid, M. ‗Mengenal Pegertian Infografis Dan Jenisnya‘
<http://www.maxmanroe.com/mengenal-pengertian-infografis-dan-jenisnya.html>.
36
1. Infografis statis
Infografis statis adalah infografis yang disajikan dalam bentuk visual
statis, tanpa konsep animasi yang bisa bergerak. Jenis infografis yang satu ii
bisa dibilang meruoakan jenis yang paling sederhana dan paling sering
digunakan untuk berbeagai kebutuhan
2. Infografis animasi
Infografis animasi dikenal juga dengan sebutan animated infographics,
infografis jenis ini bisa digunakan pada media audio visual seperti televise atau
youtube. Infografis aimasi bisa disajikan dalam bentuk dua dimensi maupun
tiga dimensi yang tampak lebih kompleks.
Jenis infografis yang memadukan konsep audio visual ini tampak sangat
menarik karena memadukan unsur gambar yang bergerak dengan latar belakang
suara yang mampu memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Meski tampak
menarik, cara memahami data yang dibuat dalam infografis animasi
membutuhkan pematangan konsep yang mendalam dengan melibatkan
sejumlah profesi. Orang-orang yang berada dibalik pembuatan infografis
animasi biasanya menangani bidang animasi, penggarapan (director),
ilustrator, seniman musik dan sejumlah profesi lainnya.
3. Infografis interaktif
Infografis interaktif adalh jenis infografis yang paling kompleks jika
dibandingkan dega infografis statis dan infografis animasi. Pada infografis ini,
target yang menjadi sasaran penyajian informasi bisa melakukan interaksi
terhadap infografis yang disajikan. Untuk mewujudkan infografis interaktif
37
yang baik, dibutuhkan kerjasama dengan developer atau programmer supaya
animasi maupun pemograman interaksi bisa dijalankan dengan lancar.
Salah satu contoh infografis yang bisa dibuat secara interaktif adalah
informasi mengenai jenis-jenis sayuran Indonesia. Infografis ini memungkinkan
kita untuk mengklik setiap kategori sayur yang akan memunculkan data
mengenai tulisan lengkap dengan gambar animasi yang bergerak. Sehingga para
pengakses infografis bisa menemukan data secara cepat dan efisien sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.
D. Distribusi Informasi
1. Pengertian Distribusi
Setelah sebuah perusahaan menciptakan atau memproduksi suatu
barang atau jasa, agar barang yang telah mereka hasilkan dapat dipakai
oleh para konsumen atau pengguna, langkah yang dapat ditempuh ialah
kegiatan pendistribusian. Pendistribusian merupakan bagian dari kegiatan
pemasaran yang tujuan diselenggarakannya untuk proses penyampaian
produk yang telah dihasilkan sampai ke tangan konsumen.
Kegiatan distribusi dapat menentukan barang atau jasa yang telah
diproduksi dapat dijangkau oleh para konsumen atau pengguna. Dengan
kegiatan distribusi, perusahaan mengembangkan strategi dengan maksud
memastikan agar barang atau jasanya dapat tepat sasaran karena
penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan konsumen.
38
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, distribusi ialah pembagian
pengiriman barang-barang kepada orang banyak atau ke beberapa
tempat.44
Distribusi berarti menyebarkan produk ke seluruh pasar sehingga
banyak orang dapat membelinya. Sistem distribusi yang cukup baik
berarti perusahaan tersebut memiliki kesempatan lebih besar untuk
menjual produknya lebih banyak daripada pesaingnya. Perusahaan yang
menyebarkan produknya lebih luas dan lebih cepat ke pasar dengan biaya
lebih rendah dari pesaingnya dan bertahan lebih lama pada kondisi pasar
apabila mengalami kesulitan. Distribusi sangat penting untuk semua jenis
industri atau layanan. Produk dengan harga terbaik, promosi yang baik
dan orang berdatangan tidak menghasilkan apa-apa jika produk tidak
tersedia untuk dijual pada saat di mana konsumen ingin membeli.45
Distribusi diartikan mencakup keputusan mengenai proses
perjalanan produk atau jasa dari tangan organisasi sampai kepada
konsumen atau pemakai produk atau jasa tersebut. Masalah utama
biasanya menyangkut penetapan tempat penyimpanan yang memuaskan,
sistem distribusi, dan sistem pengiriman atau penyebarluasan.46
Selain itu Philip Kotler mendefinisikan distribusi merupakan
himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak, atau
44
Dessy Anwar, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Abditama, 2001), p. 125. 45
India Times, ‗Definition of ―Distribution‖‘
<http://economictimes.indiatimes.com/definition/distribution>. 46
Badollahi Mustafa, Materi Pokok Promosi Jasa Perputakaan (Jakarta: Universitas Terbuka,
1996), p. 15.
39
membantu dalam mengalihkan hak tau barang atau jasa tersebut
berpindah dari produsen ke konsumen.47
Pengertian lain mengenai distribusi yakni suatu jalur yang dilalui
oleh arus barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada
pemakai. Distribusi merupakan masalah lain yang akan dihadapi
perusahaan pada saat produk selesai diproses. Distribusi ini menyangkut
cara penyampaian produk ke tangan konsumen. Manajemen pemasaran
merencanakan suatu pasar tertentu, yang pertama kali dipikirkan adalah
siapa yang akan ditunjuk sebagai penyalur di sana, atau berapa banyak
yang bersedia untuk menjadi penyalur di daerah itu.48
Dalam modul pemasaran di Elearning Gunadarma menyebutkan
bahwa pendistribusian adalah kegiatan pemasaran yang berusaha
memperlancar serta mempermudah penyampaian produk dan jasa dari
produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya sesuai (jenis,
jumlah, harga, tempat, dan saat) dengan yang diperlukan.49
Distribusi informasi berarti kegiatan yang memperlancar dan
mempemudah penyampaian sumber informasi yang dibutuhkan oleh
stakeholder. Kegiatan–kegiatan pemasaran yang berkaitan dengan
produk, penetapan harga dan promosi yang dilakukan belum dapat
47
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro Dan Makro (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), p.
87. 48
Doni Hariadi, ‗Pengaruh Produk, Harga, Promosi dan Distribusi Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Pada Produk Projector Microvision,‘ Jurnal Ilm u Dan Riset Manajemen, Vol. 1,
No. 8 (2012), p. 2. 49
Elearning Gunadarma, ‗Pendistribusian‘, Docmodul, 2007
<http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pemasaran/Bab_8.pdf>.
40
dikatakan sebagai usaha terpadu kalau tidak dilengkapi dengan kegiatan
distribusi.
Sebelum melakukan pendistribusian, perusahaan mengikuti cara
pemasaran produk yang dihasilkan dimulai dari perencanaan,
melaksanakan pemasaran, mengukur hasil yang diperoleh selama periode
tertentu. Perencanan pemasaran mencakup: Analisis misi perpustakaan,
pusat dokumentasi dan informasi (biasanya mempunyai misi
mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan informasi dari pemakai
potensial, dan memberikan kemudahan akses kepada masyarakat luas)
Menentukan calon pemakai potensial (penentu kebijakan, peneliti, dosen,
mahasiswa, pelajar, masyarakat luas) Menentukan alat dan strategi
pemasaran (poster, brosur, presentasi, pengumuman, tatap muka,
newsletter, daftar buku, dll.) Menentukan waktu yang tepat untuk
pemasaran. Membentuk tim pemasaran. Memasarkan produk dan jasa
paket informasi pada perguruan tinggi tidak sama dengan memasarkan
pada masyarakat luas. Tetapi tidak menutup kemungkinan bisa juga di
pasarkan ke masyarakat luas, tergantung pada order yang ada. Pemasaran
yang cepat memperoleh tanggapan adalah dengan tatap muka perorangan
maupun kelompok dalam bentuk presentasi, baik dalam pameran,
seminar, dan pelatihan, dan lain-lain, menggunakan cara ini karena
keterbatasan sumber dana.50
50
Djamarin, p. 9.
41
Distribusi melibatkan fungsi berbagai saluran pemasaran yang akan
mendistribusikan produk secara fisik dari produsen kepada seorang
konsumen. Suatu saluran pemasaran (marketing channel) merupakan
suatu jaringan institusi yang saling bergantung, di mana melakukan fungsi
yang dibutuhkan untuk keperluan konsumsi.51
Distribusi juga merupakan bagian vital dari bagian strategi
pemasaran. Pemilihan strategi dengan tepat akan dapat membantu produk
sampai ke konsumen sesuai dengan harga yang ditentukan perusahaan.
Sering kali harga yang dibayarkan konsumen untuk suatu produk lebih
mahal dari harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan karena kerumitan
dalam proses distribusinya.
2. Proses dan Sistem Distribusi
Mengelola proses distribusi harus dimulai dengan baik sebelum
memilih opsi penjualan, dan dalam kebanyakan kasus harus dimulai
bahkan sebelum membuat produknya. Untuk mengelola distribusi dengan
benar, penting untuk mengetahui bagaimana kita dapat membuat strategi
penjualan dan menetapkan tolok ukur untuk mengukur keefektifan
usaha.52
Proses pendistribusian merupakan kegiatan pemasaran yang mampu
menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran
51
Zikmund, William G., and Barry J. Babin, Menjelajah Riset Pemasaran (Jakarta: Salemba
Empat, 2011), p. 25. 52
Sam Ashe Edmunds, ‗Distribution Process Management‘
<http://smallbusiness.chron.com/distribution-process-management-67041.html>.
42
(marketing function) dan memperlancar arus saluran pemasaran
(marketing channel flow) secara fisik dan non fisik.
Sistem distribusi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu53
:
a. Sistem distribusi langsung, yang artinya mendistribusikan barang
secara langsung dari produsen ke konsumen. Sistem distribusi
langsng tidak menggunakan perantara yang independen. Produsen
(dapat menggunakan agen penjual) langsung kepada konsumen.
Sistem distribusi langsung umumnya digunakan pada sistem Direct
Order atau pelanggan dapat memesan langsung kepada penjual
melalui surat, telepon, atau bentuk komunikasi lainnya, Direct
Selling atau penjual mendatangi pembeli maupun Direct
Relationship Marketing atau bentuk pemasaran yang mendasarkan
pada respon individual pelanggan.
Bagan 2. 1 : Sistem Distribusi Langsung
b. Sistem ddistribusi tidak langsung, yang artinya menggunakan
perantara (middleman) sehingga tidak langsung bertemu dengan
konsumen. Sistem distribusi tidak langsung menggunakan satu atau
berbagai perantara untuk sampai ke konsumen. Dapat berbentuk
sistem pendistribusian konvensional atau tradisional, maupun
sistem pemasaran vertical (Vertical Marketing Systems). Sistem
53
Elearning Gunadarma.
PRODUSEN KONSUMEN
43
pendistribusian konvensional menggunakan perantara yang
independen dari pengendalian produsen. Sistem ini dapat
menciptakan konflik apabila ada perbedaan pendapat atau
perbedaan kepetingan. Sistem pemasaran vertical dapat dilakukan
melalui cara administrasi, kontraktual, ataupun korporasi.
Bagan 2. 2 : Sistem Distribusi Tidak Langsung
Di bawah ini gambaran bagan mengenai sistem distribusi langsung dan
tidak langsung.
Bagan 2. 3 : Sistem Distribusi Langsung dan Tidak Langsung
E. Efektivitas
Kata efektivitas biasa bersinggungan dengan kata efesiensi. Dua kata
yang berdekatan tersebut berasal dari kata efektif dan efisien. Yang mana
efektif memiliki pengertian berhasil guna (tentang usaha atau tindakan),
sedangkan pengertian efisien adalah tepat guna. Jadi bisa diibaratkan bahwa
SISTEM DISTRIBUSI
SISTEM LANGSUNG
SISTEM TIDAK LANGSUNG
PRODUSEN PERANTARA KONSUMEN
44
jika efektif seperti mengerjakan pekerjaan yang benar atau tepat, dan efisien
seperti mengerjakan pekerjaan dengan benar dan tepat.
Kata efektif yang kita pakai berasal dari Bahasa Inggris yaitu dari kata
effective, yang artinya berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan
baik. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata efektivitas
mempunyai beberapa pngertian, yakni akibatnya, pengaruhnya, dan kesan,
manjur, dapat membawa hasil.54
Lain lagi pengertian efektivitas dalam kamus
kamus ilmiah popular yakni, ketepat gunaan, hasil guna, menunjang tujuan.55
Efektivitas dapat dikatakan sebagai suatu kondisi mengenai suatu efek
atau akibat yang diinginkan atau dikehendaki. Menurut Mahsun efektivitas
(hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran
yang harus dicapai. Pengertian e fektivitas ini pada dasarnya
berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kebijakan
operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan
dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).56
Menurut Richard M. Steers efektivitas digolongkan dalam tiga model,
yaitu57
:
a. Model optimasi tujuan, penggunaan model optimasi bertujuan terhadap
efektivitas organisasi memungkinkan diakuinya bahwa organisasi yang
berbeda mengejar tujuan yang berbeda pula. Dengan demikian nilai
54
KEMENDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995). 55
Widodo, Kamus Ilmiah Populer Dilegkapi EYD dan Pembentukan Istilah (Yogyakarta:
Absolut, 2002), p. 114. 56
M. Mahsum, Pengukuran Kinerja Sktor Publik (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2006), p.
182. 57
Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi Perusahaan (Jakarta: Erlangga, 1985), p. 208.
45
keberhasilan atau kegagalan relatif dari organisasi tertentu harus
ditentukan dengan membandingkan hasil-hasil dengan tujuan organisasi.
b. Prespektif sistem, memusatkan perhatiannya pada hubungan antara
komponen-komponen baik yang berbeda didalam maupun yang berada
diluar organisasi. Sementara komponen ini secara bersama-sama
mempengaruhi keberhasilan atau keberhasilan organisasi. Jadi model ini
memusatkan perhatiannya pada hubungan sosial organisasi lingkungan.
c. Tekanan pada perilaku, dalam model ini, efektivitas organisasi dilihat dari
hubungan antara apa yang diinginkan organisasi. Jika keduanya relatif
homogen, kemungkinan untuk meningkatkan prestasi keseluruhan
organisasi sangat besar. Berdasarkan pengertian-pengertian efektivitas
yang telah dijelaskan diatas, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa efektifitas diartikan tercapainya sasaran, tujuan atau hasil kegiatan
yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, efektivitas
merupakan perbandingan antara hasil dengan apa yang telah ditentukan
sebelumnya. efektivitas terkait dengan pencapaian atau hasil dari
pembinaan pedagang kaki lima.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama dilakukan oleh Noorma Setianti mahasiswi
Universitas Indonesia tahun 2009 yang berjudul ―Pemanfaatan Paket Informasi
Teknologi Industri Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI‖. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan pengguna dalam
memanfaatkan paket informasi teknologi industri yang dibuat oleh PDII – LIPI.
46
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Dari hasil penelitian pemanfaatan paket informasi teknologi industri
PDII – LIPI masih kurang, karena dalam satu tahun pengguna hanya
memanfaatkan paket informasi teknologi industri kebanyakan berasal dari
kalangan industri.
Penelitian kedua dilakukan oleh Rusnita Saleh mahasiswi Universitas
Indonesia tahun 1996 yang berjudul ―Studi Kasus Kemas Ulang Informasi di
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia‖. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah publikasi yang ada merupakan
hasil upaya kemas ulang informasi seperti yang dimaksud oleh Pinto Molina
atau memiliki pola khas sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif eksploratif dengan pendekatan studi kasus. Dari hasil
penelitian dalam menghasilkan kemasan dilakukan proses pengemasan isi
dengan pola khas bagi tiap-tiap kemasan.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Barika Dwi Adriaty mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 yang berjudul ―Kajian Tentang
Pemasaran Produk Kemas Ulang Informasi di PDII – LIPI Jakarta.‖. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan oleh
bidang kemasan informasi dan kegiatan pemasaran pemasaran yang dilakukan
oleh bidang kemasan informasi PDII – LIPI dari tahun 1999-2010 berdasarkan
produk yang berwujud melalui metode bauran pemasaran yaitu produk, harga,
tempat, dan promosi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif denga melakukan pengumpulan data dengan wawancara,
47
studi dokumentasi, dan studi pustaka. Dari hasil penelitian bahwa PDII – LIPI
telah menghasilkan produk kemas ulang informasi ilmiah dalam tiga bentuk,
selain itu PDII – LIPI juga telah melakukan kegiatan pemasaran produk kemas
ulang informasi sesuai dengan segmen pasar yang dituju.
Perbedaan dari ketiga penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah cakupan pembahasan, fokus penelitian, dan metode penelitian
yang digunakan, dimana peneliti membahas secara lebih rinci mengenai
bagaimana PDII – LIPI melakukan kegiatan kemas ulang informasi dengan
membuat suatu produk yang diberi nama pohon industri; cara pembuatannya;
pengelolaannya; distribunya; serta efektivitas pohon industri.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode mengacu pada sekumpulan teknik tertentu yang digunakan dalam suatu
penelitian untuk memilih kasus, mengukur dan mengamati kehidupan sosial,
mengumpulkan dan menyempurnakan data, menganalisis data, dan melaporkan
hasilnya.58
Metode penelitian adalah suatu prosedur, cara, atau teknik tertentu dalam
memperoleh sesuatu dalam menguji hipotesis penelitian kita. Metode penelitian yang
akan saya gunakan untuk penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Bidang Diseminasi Informasi PDII –
LIPI, yang mana Bidang Diseminasi Informasi PDII – LIPI mempunyai tugas
di antaranya membuat inovasi terhadap sumber informasi yang mereka miliki.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
mendeskripsikan dan memberi penjelasan mengenai keadaan yang terjadi di
lapangan seperti apa adanya. Jika kita ingin meneliti satu atau dua aspek dari
satu hal yag sudah terpetakan secara umum dan luas, maka kita masuk ke
kawasan penelitian yang lebih mendalam. Itu yang dimaksud dengan metode
deskriptif.59
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian deskriptif
adalah untuk mendapatkan informasi lebih mendalam tentang subjek yang akan
58
Edina T. Sofia, Metode Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta:
Indeks, 2013), p. 2. 59
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 2004), p. 60.
49
diteliti yakni produk pohon industri dengan menganalisis kegiatan kemas ulang
informasi yang dilakukan oleh PDII – LIPI. Penggunaan metode penelitian
dimaksudkan untuk menemukan data yang valid, akurat, signifikan dengan
permasalah, sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan masalah yang
diteliti.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif yakni data yang berbetuk non angka seperti:
kalimat-kalimat, foto, atau rekaman suara dan gambar.60
Penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami makna (Meaning) yang berada di balik fakta-fakta
itu. Peneliti menjadi suatu alat untuk melakukan penelitian, menganalisis dan
menginterpretasi secara kritis berdasarkan sumber data yang telah dikumpulkan
di PDII – LIPI.
Pendekatan kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atau temuannya.61
Menurut Moleong penelitian kualitatif digunakan untuk:
1. Memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi
2. Keperluan evaluasi
3. Menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui
4. Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu mendalam
60
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 2004), p. 86. 61
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabet, 2012), p. 60.
50
5. Dimanfaatkan oleh penelit yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya
6. Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah suatu latar
belakang, seperti peranan, motivasi, sikap, dan persepsi.62
Jenis pendekatan kualitatif ini dapat digunakan untuk lebih memahami
kegiatan kemas ulang informasi secara praktis di lapangan dan sebagai alat
bantu penelitian selanjutnya mengenai tema penelitian yang sejenis.
B. Karakteristik Informan
Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti harus cermat dalam
memilih orang-orang yang akan diwawancarai (informan).63
Informan adalah
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian.64
Penentuan sampling yang diwawancarai dilakukan
secara purposive, yang artinya peneliti memilih informan dengan pertimbangan
dan tujuan tertentu.65
Peneliti mengambil informan sebanyak 6 (enam) orang,yang berada di
Bidang Diseminasi Informasi, dan pengguna pohon Industri.
Adapun keenam informan tersebut, yaitu:
1. Bapak Ir. Mahmudi, M.Si (mantan Kepala Bidang Diseminasi Informasi);
2. Bapak Wahid Nashihuddin, SIP (Pustakawan yang berada di Bidang
Diseminasi Informasi);
62
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), p.
22. 63
Emzir, Analisis Data : Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali, 2011), p. 53. 64
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), p.
90. 65
Sugiyono, Metode Penelitia Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2008), p.
216.
51
3. Bapak Drs. Tupan (Pustakawan yang berada di Bagian Diseminasi);
4. Mas Michael Andikawan Silalahi, S.Des (Ahli desain di Bidang
Diseminasi Informasi)
5. Ibu Rima Oktavia, M.P (Pustakawan yang berada di Bidang Diseminai
Informasi.
6. Ibu Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA (Kepala UPT Penguji Sertifikasi
Mutu Barang – Lembaga Tembakau Jember).
Alasan peneliti mengambil keenam informan tersebut diasumsikan bahwa para
informan tersebut dapat memberikan informasi yang valid terhadap kegiatan
yang berkaitan dengan judul yang peneliti ambil.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat
penting untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk proses analisis data
lebih lanjut. Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuikan dengan fokus
tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan bersumber dari data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil
wawancara yang diperoleh dari narasumber atau infromasi yang dianggap
berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan. Dalam penelitian
ini, peneliti memperoleh data primer dari salah satu kegiatannya yaitu:
a. Wawancara
52
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.
Peneliti melakukan tanya jawab secara lisan kepada informan.66
Wawancara yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah
menanyakan langsung kepada informan yang berkompeten untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penelitian yang telah peneliti
rumuskan, lalu dijawab oleh pemberi data dengan bebas terbuka.
Peneliti akan menggunakan pedoman wawancara untuk penelitian
kualitatif dengan jenis wawancara semi terstruktur. Wawancara semi
terstruktur adalah gabungan antara wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur. Yaitu pewawancara sudah menyiapkan topik dan daftar
pemandu wawancara sebelum aktivitas wawancara dilaksanakan tetapi
pewawancara perlu menelusur lebih lanjut suatu topik berdasarkan
jawaban yang diberikan partisipan.67
Jenis wawancara semi struktur berarti jenis pertanyaan yang
digunakan merupakan pertanyaan terbuka yang berarti bahwa jawaban
yang diberikan oleh pewawancara untuk dijawab oleh informan tidaklah
dibatasi atau terbatas. Sehingga informan dapat lebih bebas dalam
66
Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology in Communication
(Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia, 2013), p. 50. 67
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar (Jakarta: Indeks, 2012), p. 47.
53
mengemukakan jawaban apapun sepanjang tidak ke luar dari konteks
yang telah ditentukan.68
b. Observasi
Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya
bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.69
Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dari
aktivitas-aktivitas yang tengah berlangsung. Kemudian hasil observasi
yang berisi deskripsi hal-hal yang diamati secara lengkap dengan
keterangan tanggal dan waktu. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati
langsung pohon industri dalam bentuk digital yang ada di komputer salah
satu karyawan Bidang Diseminasi Informasi PDII – LIPI dan melihat
langsung web PDII – LIPI yang menjadi sarana mempromosikan produk
kemasan informasi termasuk pohon industri.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder biasanya diambil dari
dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, dan majalah).
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah
jadi yang dapat berupa publikasi atau dalam file digital.70
Peneliti
melakukan pencarian data menggunakan bahan-bahan pustaka yang
68
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), p. 123. 69
Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian, p. 63. 70
Bambang Juanda, ―Data, Instrumen dan Hasil Pengukuran‖, artikel diakses pada 27 Oktober
2015 dari bbjuanda.files.wordpress.com
54
berkaitan dengan permasalah penelitian baik berupa fisik maupun
elektronik.
D. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Pada penelitian kualitatif, pada umumnya dilakukan dengan
mengolah data yang telah diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus-
menerus sampai datanya jenuh sehingga mendapatkan sebuah informasi yang
matang.
Teknik pengolahan data adalah teknik yang digunakan dalam mengolah
data yang bersumber dari informan mengenai topik tertentu yang dilakukan
dengan wawancara oleh peneliti dengan informan ke dalam tulisan untuk
kemudian dianalisis untuk menjadi sebuah data.
Teknik pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
yaitu data penelitian yang peneliti peroleh dari jawaban para informan. Dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan untuk wawancara
kepada informan dengan dibantu oleh alat tulis dan hanphone yang dijadikan
sebagai salah satu instrumen yaitu alat perekam. Setelah data yang diinginkan
telah diperoleh dari para informan, peneliti membuat transkrip dari hasil tanya
jawab dengan mendengarkan rekaman. Percakapan yang diperoleh dari hasil
rekaman setelah dibuat transkripnya kemudian dianalisis lebih lanjut.
Setelah data-data telah didapatkan melalui beberapa teknik pengumpulan
data selanjutnya data-data tersebut harus diiintrepretasikan atau dianalisis.
55
Teknik analisis data pada penelitian kualitatif adalah teknik yang bersifat
induktif, yaitu teknik analisis yang berdasarkan data yang diperoleh kemudian
dikembangkan menjadi hipotesis.71
Analisis data tersebut menurut Miles dan
Huberman (1984) dapat dilakukan dalam tiga kegiatan besar, yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh peneliti melalui wawancara dan kajian pustaka
dicatat dengan rinci, mengelompokan dan memfokuskan pada hal penting,
dengan demikian data yang didapat bisa memberikan gambaran jelas.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, peneliti melakukan penyajian dalam bentuk teks
yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk neratif.
3. Penarikan Kesimpulan
Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif, peneliti
buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk memberikan gambaran
yang jelas mengenai data yang didapat.
E. Fokus Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana sejarah dari produk-prduk hasil kegiatan kemas ulang
informasi khususnya sejarah mengenai produk pohon industri?
2. Bagaimana cara pembuatan pohon industri?
3. Bagaimana pengelolaan pohon industri?
71
Sugiyono, Metode Penelitia Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, p. 245.
56
4. Bagaimana efektivas pohon industri dari sisi customer maupun pihak
PDII – LIPI sendiri?
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah – Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII – LIPI) yang terletak di Jalan Gatot Subroto
No. 10 Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Juli 2017 – 30
Agustus 207 dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3. 1: Jadwal Kegiatan
No. Jenis Kegiatan
Tahun 2017
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
1
Pen
yer
ahan
Pro
posa
l S
kri
psi
dan
Dose
n
Pem
bim
bin
g
2
Pel
aksa
naa
n
Bim
bin
gan
Skri
spi
3
Pen
gum
pula
n
Lit
erat
ur
Men
gen
ai
Skri
psi
57
4 M
elak
ukan
Waw
anca
ra d
engan
Info
rman
dan
Anal
isis
Dat
a
5
Pen
yel
esai
an
Skri
psi
6
Pen
yer
ahan
Lap
ora
n
Skri
psi
7
Sid
ang
Skri
psi
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam penelitian yang
telah dilaksanakan pada informan. Lebih lanjut dalam bab ini peneliti akan
menjelaskan tentang profil PDII – LIPI, mulai dari sejarah, tugas PDII – LIPI, visi
dan misi, struktur organisasi, layanan PDII- LIPI, Bidang Diseminasi Informasi, dan
produk yang dihasilkan PDII – LIPI. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan juga
tentang karakteristik informan dan tema-tema yang muncul setelah proses analisis
dara dilakukan sebagai hasil dari penelitian ini.
A. Profil PDII – LIPI
1. Sejarah PDII – LIPI
Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(PDII – LIPI) bediri pada tanggal 1 Juni 1965 pada saat itu bernama Pusat
Dokumentasi Ilmiah Nasional (PDIN). Dasar pendirian PDIN adalah Surat
keputusan Menteri Research Nasional No. 107/M/Kpts/Str/65. Dalam keputusan itu
disebutkan tugas PDIN adalah memberi pelayanan akan kebutuhan bahan-bahan
bacaan untuk keperluan research dari pada lembaga-lembaga research di Indonesia.
Organisasi dan tata kerja PDIN diatur dengan Keputusan Ketua MIPI (Majelis Ilmu
Pengetahuan Indonesia). Pada tanggal 31 Juli 1965 Menteri Reasearch Nasional
meresmikan PDIN di alamat yang baru yaitu Jalan Raden Saleh 43, Jakarta Pusat,
dan melantik Winarti Partaningrat, Msc sebagai direktur yang pertama.
59
Pada tanggal 31 1975, PDIN berpindah lokasi di Jalan Jend. Gatot Subroto
No. 10, Jakarta Selatan. Pada tahun 1986 nama PDIN diubah menjadi Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII –
LIPI) di bawah Kedeputian Ketua LIPI Bidang Pembinaan Sarana Ilmiah
(BINSARIL). Perubahan ini seiring dengan reorganisasi LIPI secara menyeluruh
berdasarkan pada Keputusan Presiden RI No. 1 tertanggal 13 Januari 1986.
Penyempurnaan organisasi pada tahun 2001, seiring dengan Keputusan Kepala LIPI
No. 1151/M/2001 tanggal 5 Juni 2001 tentang organisasi dan tata kerja LIPI, atas
persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indoneisa
yang tertuang dalam surat No. 138/M.PAN.5.2001 tanggal 31 Mei 2001.
Sesuai SK Kepala LIPI NO.1151/M/2001 tanggal 5 Juni 2001, PDII
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis, penyusunan rencana dan program,
pelaksanaan penelitian, pelayanan serta evaluasi dan penyusunan laporan.
Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1
Tahun 2014 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (Pasal 360), menyatakan bahwa PDII mempunyai tugas melaksanakan
pendokumentasian informasi ilmiah, menyediakan akses ke informasi ilmiah, dan
pengkajian dan penelitian di bidang dokumentasi dan informasi.
Dalam melaksanakan tugasnya PDII menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program pengkajian dan penelitian
di bidang dokumentasi dan informasi;
60
b. Pendokumentasian informasi ilmiah;
c. Penyediaan akses ke informasi ilmiah;
d. Pengkajian dan penelitian di bidang dokumentasi dan informasi;
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pendokumentasian informasi ilmiah,
penyediaan akses ke informasi ilmiah, pelaksanaan pengkajian dan penelitian di
bidang dokumentasi dan informasi;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha.
Adapun visi dan misi yang dimiliki PDII – LIPI adalah sebagai berikut:
a. Visi
Menjadi Repositori Nasional Bidang Sains dan Teknologi Terdepan di
Indonesia.
b. Misi
Membangun dan mengembangkan sistem repositori nasional bidang sains dan
teknologi di Indonesia:
1) Menyediakan layanan informasi bidang sains dan teknologi kepada pemangku
kepentingan;
2) Melaksanakan penelitian bidang dokumentasi dan informasi;
3) Melakukan pengelolaan pengetahuan;
4) Membangun kerjasama nasional dan internasional;
5) Melakukan penguatan kelembagaan.
Struktur Organisasi PDII – LIPI sebagai berikut:
61
Gambar 4. 1 : Struktur Organisasi PDII - LIPI
Jumlah Pegawai/karyawan PDII (PNS) sampai November 2014 berjumlah sekitar
119 orang, terdiri:
Tabel 4. 1 : Jumlah Pegawai PNS PDII - LIPI
Jabatan Jumlah Orang
Pustakawan 27
Arsiparis 15
Peneliti 10
Pranata Komputer 4
Pranata Humas 2
Analisis Kepegawaian 2
Perencana 1
Fungsional Umum 58
Tenaga Kontrak 12
Layanan PDII – LIPI
PDII – LIPI memiliki beberapa jasa, di antaranya:
a. Jasa Perpustakaan
1) Referensi/Rujukan
2) Keanggotaan perpustakaan
3) Membership Online
62
4) Pengadaan koleksi/literature (fotokopi/print)
5) Bimbingan pemakai perpustakaan
6) Konsultasi perpustakaan
Di dalam jasa perpustakaan yang dimiliki PDII – LIPI terdapat akses katalog
atau database. Apabila pemustaka ingin mencari buku, majalah, prosiding,
laporan penelitian, tesis, dan disertasi pemustaka dapat mengakses katalog yang
telah disediakan PDII – LIPI atau dapat membuka LARAS
(http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog). Dan apabila pemustaka ingin mencai jurnal,
Majalah Ilmiah Indonesia pemustaka dapat membuka ISJD
(http://isjd.pdii.lipi.g.id)
Untuk petalokasi koleksi di perpustakaan PDII - LIPI, sebagai berikut:
1) Koleksi referensi dan teknologi tepat guna / TTG (PDII-ttg) lantai 3
2) Koleksi ilmiah LIPI dan ilmu perpustakaan (PDII-per) lantai 3
3) Koleksi wanita dan anak (PDII-umu) lantai 4
4) Koleksi hibah (hicks, konflik dan terorisme, dsb) lantai 4
5) Laporan penelitian/RUT (PDII-lap/PDII-rut) lantai 5
6) Tesis/disertasi (PDII-dis) lantai 5
7) Koleksi majalah ilmiah/jurnal cetak lantai 5
b. Jasa Penelusuran dan Kemasan Informasi
1) Pemesanan literatur online
2) Pembuatan paket kemas ulang informasi
c. Jasa ISSN dan Serah Simpan Terbitan
63
1) Pendaftaran ISSN
2) Konsultasi terbitan berkala ilmiah
3) Serah simpan terbitan berkala ilmiah
PDII – LIPI memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan pemantauan atas
seluruh publikasi terbitan berkala yang diterbitkan di Indonesia. Sebagian dari
tanggung jawab tersebut, PDII – LIPI menerbitkan ISSN (International
Standard of Serial Number) yang merupakan tanda penenal unik setiap terbitan
berkala yang berlaku global.
Di bawah ini merupakan syarat pengajuan ISSN:
1) Terbitan cetak, membuat surat permohonan; membawa cover/sampul;
membawa halaman redaksi, daftar isi dan bukti pembayaran Rp
200.000/ISSN.
2) Terbitan elektonik, membuat surat permohonan; beranda situs jurnal;
editorial team/redaksi; archive/daftar isi/ dan bukti pembayaran Rp
200.000/ISSN.
Setelah memperoleh ISSN, ada syarat yang diwajibkan bagi penerbit, di
antaranya:
64
Gambar 4. 2 : Syarat Setelah Memperoleh ISSN
d. Jasa Kerjasama dan Pelatihan
1) Penerimaan kunjungan/study
2) Kerjasama pusdokinfo
3) Pelatihan pusdokinfo
4) Penyewaan ruangan
e. Jasa Magang dan PKL
PDII – LIPI juga memiliki jasa magang dan PKL (Praktek Kerja Lapangan).
2. Bidang Diseminasi Informasi
Bidang Diseminasi Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
kebijakan teknis, rencana, dan program, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pengelolaan diseminasi informasi.
Bidang Diseminasi Informasi memiliki sub bidang di bawahnya yaitu jasa
perpustakaan, jasa penelusuran informasi, dan jasa kemasan informasi &
promosi. Mereka memiliki sekitar 20an orang yang bekerja di dalamnya.
65
3. Produk-produk yang dihasilkan PDII – LIPI
Produk-produk yang telah dihasilkan oleh PDII – LIPI merupakan jenis
jasa informasi yang sifatnya proaktif. Sehingga perlu dilakukan survei produk
apa yang diinginkan pasar. Penyajian informasi yang dalam bentuk tercetak
maupun elektronik (Web, CD – ROM). Dalam proses pengolahan sampai pada
penyajian informasi diperlukan koordinasi dengan unit-unit lain yaitu
pangkalan data, jaringan komputer dan percetakan.
Gambar 4. 3 : Jenis Produk Kemas Ulang Informasi
Ada beberapa jenis produk kemasan informasi yang disediakan oleh PDII
- LIPI, yaitu: Paket Informasi Teknologi, Informasi Kilat, Pohon Industri,
Panduan Usaha, Tinjauan Literatur, Fokus Informasi Indonesia, dan film
animasi.
a. Paket Informasi merupakan kumpulan informasi ilmiah mengenai
perkembangan teknologi suatu bidang tertentu. Paket ini memuat
informasi terseleksi mengenai ide-ide baru untuk dikembangkan, yang
bersumber dari buku, laporan penelitian, majalah, paten, hasil seminar,
standar, dll. PDII – LIPI telah berhasil memenuhi pesanan Paket
Informasi Teknologi Indusri (PITI) dari berbagai kalangan UKM dan
peneliti sejak tahun 1987. Dengan memesan paket ini, pengguna tidak
66
perlu membuang waktu untuk menelusur dan menyeleksi informasi yang
dibutuhkan. Paket informasi terdapat dua versi yaitu tercetak dan juga
digital.
Gambar 4. 4 : Paket Informasi Tercetak
Gambar 4. 5 : Paket Informasi Digital
b. Informasi Kilat/Info Baru merupakan informasi yang memuat daftar isi
dari suatu majalah ilmiah luar negeri yang terbaru berdasarkan
permintaan pengguna/pelanggan. Pelanggan yang ingin memperoleh
informasi full text-nya dapat memesan dengan cara memilih dari daftar isi
majalah ilmiah yang dilanggan oleh PDII - LIPI.
c. Pohon Industri merupakan kemasan informasi yang disusun berdasarkan
fungsi dan manfaat suatu komoditas yang bernilai ekonomis. Kemasan ini
bertujuan memberikan gambaran jenis-jenis produk yang dapat dibuat
dari suatu komoditas informasi yang dibuat untuk merangsang pengusaha
melakukan dan mengembangkan diversifikasi produk yang bernilai
67
ekonomi. Pohon industri terdapat dua versi yaitu tercetak dan juga digital.
Namun pohon industri tercetak berhenti pada tahun 2010. Tetapi rencana
ke depan PDII – LIPI akan mendistribusikan lagi pohon industri digital
dengan yang tercetaknya juga. Pohon industri dapat dikatakan sama
seperti infografis jenis interaktif, infografis itu sendiri merupakan sebuah
grafik atau diagram yang menjelaskan sebuah informasi. Infografis
interaktif merupakan jenis infografis yang paling kompleks jika
dibandingkan dengan infografis statis dan infografis animasi. Pohon
industri dan infografis interaktif memiliki persamaan yakni menyajikan
informasi dalam bentuk peta atau diagram dan dikemas berupa audio
visual yang membutuhkan ahli desain grafis, yang cara kerjanya dengan
cara mengklik salah satu cabang informasi yang dibutuhkan. Namun yang
membedakan pohon industri dengan infografis interaktif adalah pohon
industri berisikan informasi dari sebuah karya ilmiah yang terdapat dalam
format pdf.
Gambar 4. 6 : Pohon Industri Tercetak
68
Gambar 4. 7 : Pohon Industri Digital
d. Panduan Teknis Usaha (Panduan Usaha) merupakan petunjuk praktis
untuk mengembangkan atau mendirikan suatu usaha dalam skala rumah
tangga, industri kecil dan menengah. Melalui informasi ini, diharapkan
masyarakat dapat mencoba melakukannya sendiri. Informasi yang
tercantum di dalamnya, yaitu: bahan baku, peralatan, biaya, dan informasi
lain yang terkait.
e. Tinjauan Literatur merupakan kemasan informasi berupa kumpulan
referensi yang dikutip dalam satu topik untuk informasi tertentu.
Gambar 4. 8 : Tinjauan Literatur
f. Fokus Informasi Indonesia merupakan kemasan informasi yang terdiri
atas abstrak terbitan jurnal/majalah ilmiah indonesia terbaru dalam bidang
ilmu tertentu.
69
Gambar 4. 9 : Fokus Informasi Indonesia
g. Film animasi merupakan kemasan informasi berupa multimedia (audio-
visual) interaktif yang berisi informasi kegiatan penelitian.
Gambar 4. 10 : Film Animasi
4. Sejarah Pohon Industri
Pada pertama kali pembuatan pohon industri saat itu kebijakan masih
dipimpin oleh Bu Jusni Djatin Kepala PDII – LIPI tahun 2000-2008. Pada saat
itu Bu Jusni masih menjadi Kepala Bidang Penyebaran Informasi yang
sekarang bernama Bidang Diseminasi Informasi.
Tahun pembuatan pohon industri sekitar tahun 1995. Awalnya dari
membuat indeks majalah ilmiah Indonesia, indeks makalah Indonesia, indeks
majalah indeks artikel, lalu juga ada indeks disertasi. Waktu itu Bidang
Penyebaran Informasi memiliki banyak permintaan, untuk menjawab
70
penelusuran dari mahasiswa manapun di seluruh Indonesia, lalu arsipnya
dikumpukan. Setelah itu arsip-arsip dari hasil penelusuran itu dicopy sebanyak
satu, lalu hasil copyannya dikirim ke pengguna dan arsip aslinya ditempel-
tempel atau semacam dibuat kliping. Sejauh ini untuk julah produk kemasan
totalnya ada sekitar 500an.
Untuk pohon industri pertama kali yang versi cetak tahun 1998.
Permasalahan umunya dalam membuat pohon industri untuk menyediakan
informasi bagi para buruh atau para pekerja yang di PHK sejak adanya
reformasi. Pada saat itu industri-industri banyak yang gulung tikar. Dari sana
PDII - LIPI bersifat aktif untuk membantu menyediakan lapangan pekerjaan
dengan menggunakan referensi literatur yang tepat guna untuk mengatasi
mereka-mereka yang terkena PHK. Jadi mereka yang mengalami PHK itu dapat
memanfaatkan informasi yang diberikan PDII - LIPI untuk mereka dapat
berwirausaha. Isi dari pohon industri itu terkait dengan pertanian, pengolahan
industri kecil atau menengah ataupun UKM. Seperti halnya informasi pertama
yang dibuat tentang singkong dan kelapa untuk industri rumah tangga. Jadi
informasinya lebih untuk teknologi tepat guna pembedayaan ekonomi
masyarakat khususnya menengah ke bawah.
Pohon industri digital pertama kali dibuat sekitar awal tahun 2015. Sejauh
ini pohon industri digital sudah dibuat sebanyak delapan kali. Untuk saat ini
pohon industri lebih ditujukan untuk sebuah lembaga, karena disamping agar
daya fungsinya akan lebih sampai, dan dari segi biaya untuk perorangan cukup
mahal.
71
Untuk filosofi nama pohon industri ialah, kenapa pohon? karena semua
bagiannya dapat dimanfaatkan, seperti halnya pohon. Contonya di pohon
industri ikan, ikan mulai dari siripnya, usunya atau di pohon industri jagung,
mulai dari batangnya, daunnya, rambut jagungnya, biji jagungnya, itu semua
dapat dimanfaatkan. Pada pembuatan pohon industri dibikin seperti cabang-
cabang layaknya seperti pohon. Dan kenapa disebut industri? karena
informasinya ditujukan untuk industri kecil dan menengah.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dipaparkan merupakan hasil reduksi data.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur, yaitu
menggunakan pedoman wawancara di mana pertanyaan yang diajukan secara
lepas kepada narasumber sehingga dapat dilakukan penyempitan atau perluasan
topik yang terkait dengan cara membuat pohon industri, pengelolaan pohon
industri, dan efektivitas pohon industri. Peneliti juga melakukan observasi
selama melakukan penelitian untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti akan memaparkan
hasil penelitian tersebut. Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh sebagai
berikut:
1. Karakteristik Informan
Informan yang dipilih untuk memberikan data dalam penelitian ini
merupakan karyawan Bidang Diseminasi Informasi PDII – LIPI dan
pengguna Pohon Industri. Informan dari pihak pengguna pohon industri
72
merupakan kepala UPT Penguji Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga
Tembakau Jember. Peneliti melakukan wawancara dengan beliau melalui
email yang sebelumnya meminta izin terlebih dahulu melalui WhatsApp.
Peneliti mendapatkan nomor beliau dari Kepala Sub Bagian Kepegawaian
PDII – LIPI. Untuk semua informan dari pihak karyawan PDII – LIPI
merupakan orang yang bekerja di Bidang Diseminasi Informasi yang
berperan aktif dalam kegiatan pengemasan ulang informasi.
2. Analisis Tema
Bab ini secara rinci menjelaskan tema yang terindetifikasi dari hasil
wawancara yang telah dilakukan kepada para informan. Sebanyak tiga
tema utama yang diperoleh dari hasil pemaknaan wawancara serta
pengelompokkan menjadi tema-tema yang memiliki makna dari
pernyataan para informan. Tema-tema ini memaparkan analisis
pembuatan kemasan berupa produk pohob industri. Tema tersebut ialah:
1) pembuatan pohon industri; 2) pengelolaan pohon industri; dan 3)
efektivitas pohon industri.
a. Pembuatan Pohon Industri
Dalam tema pembuatan pohon industri ini merupakan penjelasan
mengenai bagaimana cara PDII – LIPI membuat pohon industri. Dapat
diketahui bahwa pembuatan pohon industri merupakan hasil kegiatan
kemas ulang informasi.
1) Tema yang dipilih berdasarkan fenomena (trend) dan berdasarkan
permintaan.
73
Dalam membuat pohon industri atau produk kemas ulang
informasi lain yang dihasilkan oleh PDII – LIPI terdapat dua alasan
bagaimana tema itu dipilih. Menurut dua informan dari pihak
karyawan PDII – LIPI mengungkapkan dua alasan tersebut, di
antaranya:
a) Berdasarkan Fenomena (trend)
Dari hasil informasi yang didapat dari informan pihak
karyawan PDII – LIPI, mereka mengungkapkan bahwa salah satu
alasan pemilihan tema dalam membuat pohon industri ialah
fenomena yang sedang terjadi pada saat itu. Di mana dikatakan oleh
Pak M bahwa mereka merespon fenomena-fenomena yang sedang
terjadi pada masyarakat.
“kita itu kan proaktif yah, responsif maksudnya
merespon dari fenomena-fenomena yang muncul di
Indonesia, misalnya oh ini ada masalah nasional misalnya
tentang bawang kok pada panen kok harganya jatuh atau
cabe kok harganya jatuh akhirnya kita membuat kemasan
informasi, maksudnya untuk memberi informasi kepada
beberapa penentu kebijakan atau masyarakat sendiri
bahwa oh ternyata cabe atau bawang tidak cuma
dikeringkan terus berhenti di situ, bikin ini bikin itu bikin
itu tapi itu semua berdasarkan referens”. (Pak M)
b) Berdasarkan Permintaan
Selain berdasarkan fenomena (trend), berdasarkan
permintaan juga merupakan alasan pemilihan tema dalam
pembuatan pohon industri. Permintaan di sini dimaksudkan adanya
kegiatan pemesanan dalam tema tertentu yang ditentukan sendiri
74
oleh pihak pengguna. Informan bernama Pak M mengungkapkan
bahwa terkadang informasi terkait sesuatu hal yang kita rasa tidak
ada masalah tetapi di pihak lain merasa ada masalah. Dari perihal
itu pihak pengguna merasa ingin dicarikan solusinya dengan
dicarikannya literatur-literatur terkait perihal tersebut.
“Kalau itu permintaan bukan ide dari kita karena
kita kan tidak melihat menurut padangan kita tembakau
tidak masalah tapi di sana ternyata melihat cuma dipake
rokok saja coba dicarikan yang dari aspek positifnya
setelah kita carikan informasinya dari berbagai macam
dari laporan penelitian, standar, paten, buku, jurnal dari
semua sumber-sumber informasi itu kita dapatkan seperti
itu bahwa lebih dari 90% tembakau itu untuk positif, tidak
negative image itu bisa merubah masyarakat juga dengan
begitu juga akan terjadi diversifikasi produk.”
Gambar 4. 11 : Permintaan Pengembangan Database Ebook dengan Digilib Kota Pekalongan Hasil
Kerjasama
2) Tahap pembuatan pohon industri
Bidang Diseminasi Informasi dalam membuat pohon industri
memiliki alur seperti kegiatan kemas ulang pada umumnya.
Maksudnya di sini mereka melakukan kegiatan seperti menyeleksi
berbagai artikel dari sumber yang berbeda-beda, lalu kemudian
mendata artikel yang sudah didapat yang dianggap releven dengan
75
tema dan cabang manfaat dari komoditas yang dipilih, menganalisis
artikel yang sudah didapat tersebut, dan kemudian dapat
menyajikan kumpulan artikel tersebut dalam sebuah kemasan yang
baru yang sesuai dengan kebutuhan para pengguna.
Pohon industri memiliki dua bentuk yaitu tercetak dan digital.
Pohon industri dalam bentuk tercetak berhenti pada pembuatan
skema. Dalam pohon industri tercetak tidak dicantumkan artikelnya,
hanya berupa daftar pustaka saja. Dan untuk pohon industri digital
dibuat semacam flipping book dikemas dalam sebuah CD.
Seperti yang diungkapkan oleh dua informan pihak karyawan
PDII – LIPI, bahwa dalam tahap pembuatan pohon industri sebagai
berikut.
“Mencari literaturnya, terus ya dianalisis ini buat
apa ini buat apa analisis atau pengelompokan gitu loh. Ini
kan misalkan tanaman jagung gitu kan ini misalkan
akarnya buat apa saja, batangnya untuk apa saja,
daunnya untuk apa saja gitu dikelompokkan terus
dianalisis misalkan daun ini untuk pakan ternak atau
untuk pupuk gitu loh, kalau sudah lengkap ya tinggal
dibuat kaya skema gitu tapi biasanya kan yang buat itu
kan yang desain pak Michael itu. Kalau yang digital
dibuat kaya flipping book gitu nanti kalau sudah selesai
baru dimasukin ke CD.” (Pak T)
Setelah tahap pembuatan pohon industri dalam bentuk cetak
selesai, kemudian dilanjutkan untuk yang dalam bentuk digital.
Pohon industri dalam bentuk elektronik dibuat semacam flipping
book seperti informasi yang peneliti dapat dari Pak M.
76
“Jadi kalau kita udah dapat perintah misalnya dek
bikinkan pohon industri topiknya ini tolong carikan
informasinya. Akhirnya kita itu membentuk tim jadi kan
topiknya sudah ada itu, jadi timnya itu tim penelusur, jadi
misalkan kita rapat menentukan keywordnya, misalnya
jagung setelah itu apa zeamais setelah itu apa corn
setelah itu apa mais jadi kata kunci kata kunci sinonimnya
itu kita ini semua, kita catat jadi kalau tidak ketemu kata
kunci ini pakai kata kunci ini, kata kunci ini, kata kunci
ini, kata kunci ini dengan sinonim Bahasa Latinnya,
Bahasa Inggrisnya karena ada komoditas yang hal
tertentu yang belum masuk dalam. Kaya misalkan ada
cangkudu, ada mangkudu, pentis, pacik, noni buah noni
tuh di Malaysia tuh itu gak ada di Bahasa Inggris tuh, itu
misalnya. Nah itu ditentukan oleh tim. Setelah itu kita
menelusur, menelusur itu dibagi-bagi, kamu cari di
chemical abstrak, kamu nyari di sumber ini, kamu cari di
indeks ini indeks ini indeks ini ga bentrok gitu ya, karena
sumber informasi itu kan banyak banget kita bagi-bagi
gitu ya biar gak overlap. Setelah dapet semua itu kita
kumpul lagi kita analisis kita udah mulai membuat skema
itu yang sudah kamu temukan apa misalnya dan termasuk
kata kunci itu sudah kita kaya misalnya daun itu istilahnya
apa sih netrofolia apa gitu kalau batangnya apa istilahnya
oh akarnya apa istilahnya, ya istilah istilah itu jadi nanti
juga sama pemanfaatannya itu apa ya Bahasa istilahnya
di situ preparation atau used pokonya kalau ada kata kata
itu baru kita ambil kata kata itu kita ambil setelah itu
sudah kita lanjut lagi. Oh ya tahap analisisnya itu setelah
kita menelusur setelah itu kita baca lagi dan ternyata
banyak juga yang gak sesuai gitu judulnya gini gini gini
ternyata setelah kita baca loh isinya gini akhirnya ga jadi,
seperti itu. Editor itu sebagai approval. Setelah itu kita
menyusunnya dengan membuat skema, setelah disusun itu
sambil tetap kita analisis, setelah itu semua baru kita
serahkan ke editor jadi kadang-kadang kita ada yang
artikelnya ada yang hampir sama. Setelah editor selesai
mengoreksi kita lari ke desain atau pra cetaknya gitu ya,
kita juga mengumpulkan gambar-gambarnya yang
bagusnya bisa digunakan untuk apa misalnya kerajinan
apa nanti gambarnya apa kalau jaman dulu gambar-
gambar itu ditempel baru kalau sekarang ada photoshop
atau indesign kita pakai itu. Kalau sudah lulus di editor
katanya oh ini boleh dicetak, pas dicetak juga banyak
yang dikoreksi lagi kalau sudah boleh cetak baru cetak.
77
Untuk sekarang kita kan membuat pohon industri yang
berbentuk elektronik nah itu semua dibuat oleh si Michael
bagian desain yang membuat semacam flipping book gitu
nanti.” (Pak M)
3) Pembuatan pohon industri memerlukan waktu yang tidak singkat
Pada proses pembuatan pohon industri waktu yang diperlukan
tidak sebentar. Karena pekerjaan Bidang Diseminasi tidak hanya
membuat pohon industri, tetapi juga membuat produk-produk yang
lain pula. Jika hanya fokus membuat pohon industri waktu yang
diperlukan sekitar sebulanan, dan dua minggu untuk
memvisualisasikannya. Tetapi biasanya pekerjaan dalam membuat
pohon industri sekitar dua bulan atau tiga bulan itu pun sudah
mengerjakan yang lain juga. Seperti yang diungkapkan ketiga
informan dari pihak karyawan PDII – LIPI, dua orang kompak
menjawab jika waktu yang diperlukan dalam proses pembuatan
pohon industri ialah satu bulan dan satu orang menjawab sekitar
dua bulanan. Dua orang menjawab satu bulan karena mereka
melihat dari sisi pembuatan pohon industri sampai pembuatan
skema saja, yang maksudnya pohon industri yang tercetak. Jika
sudah dibuat skema dengan menggunakan photoshop selanjutnya
pohon industri divisualisasikan yang maksudnya didigitalisasikan
dengan menggunakan indesign dan adobe family lainnya.
“1 bulan palingan jadi. Yang lama kan mencari
literaturnya.” (Pak T)
“Biasanya deadlinenya itu 30 hari.” (Pak M)
78
Sedangkan berdasarkan wawancara dengan Mas A, sebagai
berikut:
“Dua bulan, kalau tinggal visualisasinya ya beda-
beda tergantung siapa yang bikinnya. Tapi kalau full
ngerjain itu doang 2 minggu selesai, cepat sekali, satu
orang lagi yang ngerjain. Tapi balik lagi itu kalau gak
ada pekerjaan lain yang harus dikerjain juga ya. Kita
SDMnya dikit banget, tapi kita realisasinya dua bulan tiga
bulan, eh tapi dua bulan tiga bulan itu udah ini itu ini itu
udah sama nyari-nyari, nyeleksi. Karena habis jadi pohon
nih yang ngedesain kalau baca ngeliat lagi oh kayanya ini
gak bisa.” (Mas A)
4) Memanfaatkan e-journal untuk pencarian literatur
Pada proses pembuatan pohon industri, Bidang Diseminasi
Informasi pada masa lalu memanfaatkan literatur dari chemical
abstrak jadi mereka cukup membaca abstraknya saja namun pada
masa sekarang mereka memanfaatkan pencarian literatur dari e-
journal. Seperti pernyataan Pak T, beliau mengungkapkan sebagai
berikut.
“Ya macam-macam sumber, kalau dulu kan memang
jarang internet kalau dulu di sini pakainya chemical
abstrak, chemical abstrak itu kumpulan abstrak kalau itu
sekarang adanya di lantai 5 itu tentang kimia tapi
semuanya ada itu, isinya cuma sampai abstrak jadi ya
kumpulan abstrak gitu. Dulu kita cuma cukup membaca
abstraknya saja, kalau ingin jurnal full textnya kan mahal
karena dari luar negeri kecuali kalau paten, paten
biasanya suka gratis. Tapi kalau dulu jurnalnya kan
banyak dulu kita langganan jurnal sampai ribuan judul,
tapi kalau sudah ke sini sini kan pakainya e-journal. Kita
carinya kaya di Portal Garuda, Science Direct,
Perpustakaan Naional, dll. (Pak T)
79
5) Komputer, CD-ROM, dan aplikasi adobe family menjadi peralatan
dan penunjang dalam pembuatan pohon industri
Bidang Diseminasi Informasi dalam membuat pohon industri
membutuhkan beberapa peralatan dan penunjang untuk
menyukseskan pekerjaan mereka. Informasi yang didapatkan dari
Pak T bahawa peralatan dalam membuat pohon industri ialah CD
dan komputer.
“Ya palingan CD sama komputer.”
Sedangkan berdasarkan wawancara dengan Mas A yang
berlatar belakang desain visual yang ditugaskan dalam mendesain
pohon industri, baik dalam pembuatan skema ataupun dalam
memvisualisasikan pohon industri digital, Beliau memakai adobe
family yang dimaksudkan ada indesign, photoshop dan juga
illustrator. Pernyataan adobe family itu dibuat oleh Bidang
Diseminasi Informasi PDII – LIPI untuk menyebut semua aplikasi
yang mereka gunakan dari keluarga adobe.
Kita pakai adobe family, kita gak cuma pakai indesign
doang, gak cuma photoshop, gak cuma llustrator pokonya
kita pakai semua dah jadi multi aplikasi. (Mas A)
b. Pengelolaan Pohon Industri
1) Proses pembuatan pohon industri membentuk tim kecil sendiri
(fleksibel)
Tema pertama dalam pengelolaan pohon industri adalah informan
dari pihak karyawan PDII – LIPI mengungkapkan jika pada saat
80
pembuatan pohon industri membentuk tim kecil sendiri. Di sana tidak
kaku yang artinya fleksibel, tugas membuat pohon industri tidak hanya
orang itu saja yang membuatnya. Pak M menjelaskan di Bidang
Diseminasi Informasi PDII - LIPI hanya membuat tim kecil yang terdiri
sekitar lima orang, dan tidak membuat panitia.
“Tidak, biasanya kalau membuat pohon industri
atau paket informasi kita membuat tim kecil gitu ada
sekitar 5 orang. Jadi fleksibel tidak kaku gitu, tidak
membuat panitia, penanggung jawabnya sih ada.” (Pak
M)
2) PDII – LIPI melakukan evaluasi tiga kali dalam setahun
PDII – LIPI merupakan salah satu lembaga pemerintah.
Informasi yang diperoleh dari Pak T bahwa lembaga yang dibiayai
pemerintah melakukan evaluasi sebanyak 3 kali dalam setahun.
“Biasanya 3 bulan. Kalau yang dibiayai oleh
pemerintah memang segitu. Jadi misalnya dalam setahun
kita ingin membuat 9 kemasan, jadi nanti dihitung
triwulan pertama berapa, triwulan ke dua berapa, atau
misalnya setahun ditentukan membuat 12 kemasan berarti
sampai Desember juga ada 12. Kecuali kalau ingin
membuat kemasan dengan keinginan sendiri itu lain lagi.
Tapi kalau sekarang kan ada penetapan kinerja, jadi pada
awal tahun ingin mengerjakan apa misalnya pohon
industri berapa, menulis di jurnal nasional berapa itu
semua ditetapkan di awal tahun, nanti dievaluasi setiap
empat bulan jadi tiga kali dalam setahun.”
3) Penetapan harga pohon industri berdasarkan PP (Peraturan
Presiden)
Berkaitan dengan kegiatan evaluasi, PDII – LIPI sebagai
lembaga pemerintahan dalam menentukan harga pohon industri
81
harus mengikuti Peraturan Presiden (PP). Seperti informasi yang
peneliti dapatkan dari dua informan pihak karyawan PDII – LIPI,
bahwa semua telah di atur dalam PP Tarif BPPT. Namun untuk
harga pohon industri belum tercantum di dalam PP, jadi untuk
penetapan harga pohon industri dilarikan ke Jasa Kerjasama, di sana
pihak PDII – LIPI dan calon pengguna melakukan negosiasi harga.
“Kalau lembaga pemerintahan gitu kan ga boleh
menentukan harga sendiri. Ya paling kita mengacu ke PP
(Peraturan Presiden) itu. Jadi disetorkan ke negara ga
boleh bayar langsung jadi bayarnya lewat rekening, jadi
masuknya ke PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak)
nah itu ada PPnya gitu loh.” (Pak T)
Dan berdasarkan wawancara dengan Pak M, sebagai berikut:
“Sebenarnya gini salah satu kelemahan kita belum
bisa karena kita ini belum ada ininya tarifnya gitu ya
paling yang foto kopi 1 lembar kan Rp 150 perak gitu kan,
terus kalau penelusuran 1 topik Rp 10.000 kalau paket 1
topik Rp 500.000 ada tarifnya. Nah pohon industri itu
belum masuk dalam PP Tarif BPPT jadi semua yang
belum masuk ke dalam tarif itu masuknya ke dalam
kerjasama, nah di kerjasama itu ada nego, misalnya
pohon industri ini berapa, itu kaya pohon industri
tembakau itu hampir Rp 100.000.000 itu. Setelah kontrak
kerjasama itu misalnya kan ada pembicaraan tentang
waktu, tentang biaya, malah itu melibatkan banyak orang
juga, waktu, keahlian termasuk desainer itu ya.”
4) Penyebaran pohon industri dengan membuat brosur, dishare di web
PDII – LIPI, bekerja sama dengan stakeholder, mengadakan
pameran, menunjukkan produk hasil kemasan pada saat ada
undangan, mengadakan seminar, dan membagikan secara gratis
82
Dalam upaya mempromosikan produk hasil kemas ulang
informasi, PDII – LIPI melakukan berbagai cara. Seperti yang
diungkapkan oleh Pak T, bahwa mereka mempromosikannya
dengan membuat brosur, dishare di web PDII – LIPI, sampai
mengadakan pameran dan lain-lain.
“Kita bikin brosur isinya hampir kaya yang di web
kita, terus di website yang kita punya kan suka nyebutin
produk hasil kemasan yang udah dibuat tuh apa saja terus
pas kita lagi pergi ke daerah-daerah kita kasih-kasihin
dalam setahun kita bisa ke daerah 4 sampai 5 kali bahkan
lebih, dan kita bagi-bagikannya itu gratis pakai kantor-
kantong ya semacam goodie bag, kita juga mengadakan
pameran.” (Pak T)
Sedangkan berdasarkan wawancara dengan Mas A beliau
menuturkan bahwa penyebaran pohon industri agak sulit.
Penyebaran pohon industri di sini maksudnya pohon industri
berbentuk digital. Untuk saat ini pohon industri digital sudah
disebar luaskan dengan stakeholder dan mereka menshare ke web
PDII - LIPI
Pohon industri itu kan produk yang penyebarannya
agak sulit ya, terus terang kita sih sudah buka ke internet
tapi sebelum-sebelumnya kita pakai stake holder jadi
perpustakaan-perpustakaan mana baru didisplay di
tempatnya. Karena file sebesar itu susah
didistribusikannyaa. Kita udah taro di Pekalongan, terus
di STAIN Kudus jadi stake holder stake holder yang relasi
sama kita sih. Sekarang kan kita sudah, yaa pilot project
kita mulai taro di internet, tapi tetap saja susah, karena
satu file itu bisa makan sampai sekitar 100mb. (Mas A)
83
Gambar 4. 12 : Cara Mempromosikan Hasil Kemasan di Web
5) Pengguna pohon industri bukan dari perorangan tetapi dari industri
kecil dan menengah
Dalam mempromosikan pohon industri, PDII – LIPI memiliki
segmen pasar tersendiri yaitu industri kecil dan menengah. Seperti
yang diungkapkan oleh Pak T bahwa:
“Industri kecil dan menengah.” (Pak T)
Sedangkan berdasarkan wawancara dengan Mas A pohon
industri itu tidak diperuntukkan untuk perorangan. Selain karena
untuk perorangan harganya cukup mahal dan juga informasi di
dalamnya belum tentu sampai.
Jadi pohon industri itu bukan untuk perorangan,
mahal lagi kalau yang beli perorangan, dan distribusinya
sulit sih. Sebenarnya bisa saja kita bagi-bagi untuk
perorangan tapi saat dibagi perorangan gitu daya
fungsinya belum tentu sampai.” (Mas A)
6) Pemesanan pohon industri dapat datang langsung ke Bidang
Diseminasi Informasi PDII – LIPI atau melalui email
84
Jika pengguna ingin memesan pohon industri ada dua cara
yang dapat mereka lakukan. Seperti yang dijelaskan oleh Pak T,
jika pengguna dapat memesan langsung dengan cara datang
langsung ke PDII – LIPI dan bisa juga pemesanan melalui email.
Gambar 4. 13 : Cara Pemesanan Pohon Industri
a) Datang Langsung ke PDII – LIPI
Jika pengguna memilih untuh datang langsung ke PDII –
LIPI, mereka dapat langsung ke bagian penelusuran yang dimiliki
Bidang Diseminasi Informasi dan nanti mengisi formulis di meja
pak Wahid.
b) Melalui Email
Apabila pengguna memilih memesan melalui email, mereka
dapat memesan dengan mengirim email ke
penelusuran@mail.lipi.co.id.
“Biasanya itu larinya ke penelusuran, penelusuran
yang punyanya Bidang Diseminasi, nanti mereka mesen.
Bisa datang langsung bisa juga via email, kalau ke
penelusuran kirim email ke penelusuran@mail.lipi.co.id
kalau datang langsung ya ke Bidang Diseminasi. Nanti
kalau mau mesen itu isi data dulu misalkan saya mau
memesan nanti isi form, kalau yang langsung datang ke
sini formnya itu ada di mejanya pak Wahid.” (Pak T)
7) Menggunakan jasa pengiriman paket
85
Dalam mendistribusikan pohon industri yang telah dipesan
oleh pengguna, pohon industri digital dimasukkan ke dalam CD.
Setelah semua siap untuk didistribusikan, PDII – LIPI
memanfaatkan jasa pengiriman paket. Pendistribusian model ini
merupakan sistem distribusi tidak langsung yang artinya
menggunakan perantara (middleman) sehingga tidak langsung
bertemu dengan pengguna. Namun ada juga pengguna yang datang
sendiri untuk mengambilnya. Jika pada masa lalu ketika pohon
industri masih belum ada yang digital, pohon industri tercetak
dibagi-bagikan oleh PDII – LIPI ketika mereka sedang berkunjung
ke sebuah daerah.
“Kalau dibikin banyak biasanya distribusnya kalau
kita lagi pergi ke daerah-daerah nanti kita kasih-kasih
kalau kita misalnya lagi kunjungan ke mana gitu. Dan kita
ngebagi-bagiinnya itu gratis pake kantong gitu semacam
goodie bag, dan kita juga mengadakan pameran, seminar,
lokakarya nasional. Kalau kita diundang ke pameran
perpusnas kita juga bawa. Untuk berapa lamanya
biasanya mereka ambil atau dikirim. Kalau ngirim ngirim
gitu kita biasanya pakai yang kilat biasanya kita pakai
jasa TIKI. 3 hari kalau jarak tempuhnya jauh.”
8) Berhati-hati dalam pendistribusian agar tidak terkena HKI
Pohon industri mengandung banyak artikel terkait dengan
tema yang diambil. Dengan begitu Bidang Diseminasi Informasi
PDII – LIPI tidak boleh sembarangan menyebarkan artikel full text
di dalam pohon industri. Sebelumnya mereka memang menyajikan
artikel full text di dalam pohon industri, namun mereka diingatkan
86
masalah HKI. Dengan begitu mereka masih terus mengembangkan
pembuatan maupun pendistribusian pohon industri agar tidak
bersinggungan dengan HAKI. Seperti yang dipaparkan oleh Mas A,
sebagai berikut.
Untuk sekarang ya itu tadi, kita gak bisa
sembarangan nyajiin artikel full text di dalam pohon
industri, kita bisa ke gontok sama HAKI kalau
sembarangan. Makanya kita sekarang masih ngembangin
pohon industri itu dan pendistribusiannya. (Mas A)
9) Dalam penggunaan pohon industri di internet harus terinstall flash
terlebih dahulu
Dalam proses memvisualisasikan atau membuat pohon
industri digital, Bidang Diseminasi Informasi PDII – LIPI
membuatnya di aplikasi indesign. Setelah proses
memvisualisasikan tersebut selesai, proses pendistribusian mereka
adalah dengan mengirim ke pengguna yang memesan pohon
industri ke dalam CD dan mereka juga memasukkan ke web
mereka. Namun untuk membuka pohon industri di web PDII –
LIPI, PC atau komputer yang digunakan harus terinstall aplikasi
flash terlebih dahulu. Dengan begitu, pendistribusian ke pengguna
melalui web dengan komputer yang harus terinstall flash, masih
menjadi kendala. Seperti yang dikatakan Ibu R, sebagai berikut.
Masih menjadi halangan untuk membuka pohon
industri karena adanya flash salah satunya ya mungkin
mereka belum aware dengan adanya pohon industri itu
mereka belum tahu isinya tuh apa. Kendalanya tuh itu.
Dan kita juga karena selama ini PDII – LIPI menyimpan
87
di web dan anggaplah itu merupakan hal yang ternyata
sangat menarik tapi karena orang belum tahu ternyata itu
menarik sepegimana jadi gak terdistribusikan atau gak
sampe. (Ibu R)
c. Efektivitas Pohon Industri
Pohon industri dirasa telah memenuhi kebutuhan dan tepat sasaran
pengguna
Dengan adanya pohon industri sebagai produk jasa informasi
hasil kemas ulang informasi, menurut penuturan Informan yang
bernama Pak T telah memenuhi kebutuhan pengguna dan tepat
sasaran. Alasannya karena, jika pohon industri sebelum disajikan ke
pengguna mereka telah berusaha mencarikan literatur yang
mencakup semua manfaat dari tema yang diambil. Dan dari pihak
PDII – LIPI merasa pohon industri telah memenuhi kebutuhan para
pengguna.. Dan alasan kenapa tepat sasaran karena yang memesan
pohon industri merupakan orang yang berada di bidangnya, sesuai
dengan apa yang ia pesan.
1) Memenuhi kebutuhan pengguna
Terpenuhinya kebutuhan para pengguna menjadi
keharusan, karena menurut informan pihak PDII – LIPI,
mereka telah berusaha mencarikan literatur yang mencakup
semua manfaat dari tema yang diambil. Dan dari pihak PDII –
LIPI merasa pohon industri telah memenuhi kebutuhan para
pengguna. Untuk mengamini pernyataan informan pihak PDII
88
– LIPI, peneliti juga mencari informasi dari sisi pengguna,
dan didapati informasi apabila pohon industri telah memenuhi
kebutuhan mereka.
Pihak PDII – LIPI:
Kalau pohon industri kayanya lebih tepat, karena
informasinya lebih lengkap. Karena mencakup semua
tema yang diambil. Misalnya kaya pohon industri ikan,
isinya semua tentang produk tentang ikan udah
dicakup” (Pak T)
Pihak pengguna:
“Sementara ini ya.” (Ibu D)
2) Tepat sasaran
Maksud dari tepat sasaran di sini ialah informasi yang
disajikan di dalam pohon industri, berdasarkan tema yang
dipesan, digunakan oleh pengguna yang memang berada di
bidangnya atau sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Seperti penuturan Pak T, pohon industri yang dibuat
berdasarkan permintaan biasanya pengguna yang memesan
berdasarkan bidangnya. Dan sama seperti pengguna pohon
industri yaitu Ibu D, beliau merupakan Kepala UPT Penguji
Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga Tembakau Jember yang
mana beliau memesan pohon industri dengan topik tembakau.
89
“Biasanya kalau mesen sesuai dengan
bidangnya. Misalnya dari bidang kimia berarti
mesannya sesuai dengan permintaan dia. (Pak T)
Dan begitu pula hasil wawancara dengan pengguna
pohon industri:
“Hanya 1 kali, karena kami bergerak di bidang
pertembakauan, kedepan kami memang menginginkan
untuk komoditi yang lain.” (Ibu D)
C. Pembahasan
Analisis kemas ulang informasi di PDII – LIPI dengan memfokuskan
hanya membahas produk yang diberi nama pohon industri saja. Pada dasarnya
penelitian ini membahas tentang cara kemas ulang informasi dalam pembuatan
pohon industri, pengelolaan pohon industri, dan efektivitas pohon industri.
Objek pada penelitian ini adalah pohon industri yang merupakan produk hasil
kegiatan kemas ulang informasi yang dilakukan Bidang Diseminasi Informasi
PDII – LIPI.
Pada analisis tema dalam hasil penelitian didapatkan beberapa tema
berdasarkan pada informasi yang didapat dari informan. Penelitian ini berfokus
pada tiga hal yaitu cara pembuatan, pengelolaan, dan hasil guna. Terdapat tiga
tema besar yang dapat disimpulkan dari informasi para informan, yaitu: a)
pembuatan pohon industri; b) pengelolaan pohon industri; dan 3) efektivitas
pohon industri. Dari tiga tema besar tersebut terdapat banyak sub tema yang
dijelaskan lebih lanjut berdasarkan informasi yang didapatkan oleh peneliti.
90
1. Pembuatan Pohon Industri
Kegiatan kemas ulang informasi biasa dilakukan di lembaga-
lembaga informasi seperti pusdokinfo ataupun perpustakaan. Kemas
ulang informasi merupakan upaya membantu para pengguna lebih mudah
menemukan informasi yang dibutuhkan. Pengemasan ulang informasi
dapat pula membantu pengguna yang membutuhkan informasi dalam
bidang tertentu. Oleh karena itu, produk informasi dalam bidang tertentu
harus dikemas sedemikian rupa, dan ia mempunyai user segment tertentu,
dan ada perkembangan-perkembangan informasi yang up to date terkait
dengan bidang tersebut.
Sub pertama dalam pembahasan ini adalah pembuatan pohon
industri yang menghasilkan pernyataan sebagai berikut: a) Tema yang
dipilih berdasarkan fenomena (trend) dan berdasarkan permintaan; b)
Tahap pembuatan pohon industri; c) Pembuatan pohon industri
memerlukan waktu yang tidak singkat; d) Memanfaatkan e-journal untuk
pencarian literatur; dan e) Komputer, CD-ROM, dan aplikasi adobe
family menjadi peralatan dan penunjang dalam pembuatan pohon industri.
Para informan dari pihak karyawan PDII – LIPI mengungkapkan
jika dalam pembuatan pohon industri, dilakukan dengan cara seperti
kegiatan kemas ulang pada umumnya. Maksudnya di sini mereka
melakukan kegiatan seperti menyeleksi berbagai artikel dari sumber yang
berbeda-beda, lalu kemudian mendata artikel yang sudah didapat yang
dianggap releven dengan tema dan cabang manfaat dari komoditas yang
91
dipilih, menganalisis artikel yang sudah didapat tersebut, dan kemudian
dapat menyajikan kumpulan artikel tersebut dalam sebuah kemasan yang
baru yang sesuai dengan kebutuhan para pengguna.
Dalam pengemasan informasi PDII – LIPI melakukan cara seperti
mencari literatur terkait tema yang dipesan, lalu dianalisis dan dibuat
pengelompokan sesuai dengan manfaat yang terkandung pada masing-
masing cabang. Misalkan tanaman jagung, pada akar, batang, ataupun
daunya dapat dimanfaatkan untuk apa. Jika telah didapatkan artikelnya,
lalu artikel tersebut dikelompokkan berdasarkan cabang-cabangnya.
Ketika semua telah selesai lalu dibuatkan skema seperti pohon yang
mempunyai cabang-cabang. Pembuatan skema dibuat dengan photoshop,
setelah pembuatan skema selesai lalu pohon industri siap divisualisasikan
menjadi pohon industri digital. Proses memvisualisasikan menggunakan
aplikasi adobe family, yang di dalamnya terdiri atas indesign, photoshop,
dan juga illustrator.
Pemilihan tema pohon industri didasari oleh 2 alasan, yaitu
berdasarkan fenomena yang sedang terjadi pada masyarakat / trend pada
saat itu dan berdasarkan permintaan pengguna. Pembuatan pohon industri
yang berdasarkan fenomena yang sedang terjadi seperti apabila pada saat
itu sedang ada gejolak di dalam masyarakat tentang suatu hal, misalnya
harga bawang ataupun cabai naik padahal di seluruh daerah melakukan
panen. PDII – LIPI sebagai lembaga yang proaktif, yang artinya responsif
atau merespon fenomena-fenomena yang terjadi di dalam masyarakat
92
sigap membuat informasi terkait fenomena tersebut. Dan pembuatan
pohon industri yang berdasarkan permintaan maksudnya calon pengguna
entah itu dari sebuah lembaga pemerintahan atau NGO memesan pohon
industri sesuai permintaan mereka dan biasanya sesuai dengan bidang
tempat naungan mereka bekerja.
Dalam membuat pohon industri, Bidang Diseminasi Informasi PDII
– LIPI biasanya menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Karena
pekerjaan mereka bukan hanya membuat pohon industri. Biasanya pohon
industri selesai dalam waktu dua bulan ataupun tiga bulan, namun itu
sudah termasuk mengerjakan yang lain juga.
Pada zaman sekarang, Bidang Disminasi Informasi PDII – LIPI
memanfaatkan e-journal (seperti Portal Garuda, Science Direct,
Perpustakaan Naional, dll) dalam mencari artikel-artikel yang terkait
dengan topik yang diambil. Berkaca pada masa lalu, pada saat masih
jarang adanya internet, mereka mencari literatur dari kumpulan-kumpulan
abstrak di chemical abstract.
Dalam menunjang kegiatan pembuatan pohon industri, peralatan
yang digunakan ialah Komputer, CD-ROM. Komputer dimanfaatkan
sebagai tempat atau sarana dimulai dari pencarian artikel-artikel di e-
journal dan disupport pula oleh internet untuk mengaksesnya, kemudian
menganalisis artikel-artikel yang telah di dapat dengan membuat folder
dan anak folder untuk membantu pembuatan skema atau pohon, dan
pembuatan skema dengan menggunakan aplikasi photoshop juga
93
menggunakan komputer, dan selanjutnya membutuhkan CD-ROM untuk
penyimpanan pohon industri elektronik. Dan ssebagai penunjang lainnya
dalam membuat pohon industri mereka menggunakan aplikasi adobe
family.
2. Pengelolaan Pohon Industri
Pengelolaan pohon industri berarti sebuah kebijakan terkait dengan
pohon industri. Di sini berarti didasarkan oleh pihak pengambil keputusan
atau atasan PDII - LIPI yang mengatur semua kegiatan yang berjalan di
PDII – LIPI.
Sub kedua dalam pembahasan ini adalah pengelolaam pohon
industri yang menghasilkan pernyataan sebagai berikut: a) proses
pembuatan pohon industri membentuk tim kecil sendiri (fleksibel); b)
PDII – LIPI melakukan evaluasi tiga kali dalam setahun; c) penetapan
harga pohon industri berdasarkan PP (Peraturan Presiden); d) penyebaran
pohon industri dengan membuat brosur, dishare di web PDII – LIPI,
bekerja sama dengan stakeholder, mengadakan pameran, menunjukkan
produk hasil kemasan pada saat ada undangan, mengadakan seminar, dan
membagikan secara gratis; e) pengguna pohon industri bukan dari
perorangan tetapi dari industri kecil dan menengah; f) pemesanan pohon
industri dapat datang langsung ke Bidang Diseminasi Informasi PDII atau
melalui email; g) menggunakan jasa pengiriman paket; h) berhati-hati
94
dalam pendistribusian agar tidak terkena HKI; dan i) dalam penggunaan
pohon industri di internet harus terinstall flash terlebih dahulu.
Dalam pengelolaan pohon industri, Bidang Diseminasi Informasi
PDII – LIPI tidak membentuk sebuah panitia yang sifatnya kaku untuk
membuat pohon industri. Mereka lebih fleksibel untuk menunjuk siapa
yang ditugaskan membuat pohon industri.
Setiap kegiatan yang dilakukan PDII – LIPI termasuk membuat
sebuah produk kemasan terlebih dahulu dilakukan kegiatan evaluasi
kerja. Mereka melakukan tersebut sebanyak tiga kali dalam setahun.
Mereka merencanakan apa yang harus dikerjakan dan mengevaluasi ulang
kegiatan yang telah dikerjakan.
Dalam menetapkan tarif harga setiap produk kemasan yang telah
dihasilkan PDII – LIPI, mereka tidak bisa sembarangan menetapkan
sebuah harga. Karena mereka merupakan salah satu lembaga pemerintah,
jadi mereka harus mengacu pada Peraturan Presiden (PP). Di PP tersebut
telah menyebutkan penetapan harga-harga terkait produk, namun di sana
belum mencantumkan harga pohon industri. Maka dari itu setelah
mengacu pada PP tersebut, untuk menetapkan harga pohon industri
dilarikan ke jasa kerjasama yang dimiliki PDII – LIPI. Jadi di sana pihak
PDII – LIPI dengan calon pengguna menyepakati kontrak terlebih dahulu
sesuai kesepakatan bersama, nanti dibuatkan MoUnya (Memorandum of
Understanding) atau nota kesepahaman.
95
Dalam penyebaran pohon industri Bidang Diseminasi Informasi
PDII – LIPI melakukan cara seperti dengan membuat brosur, dishare di
web PDII – LIPI, mengadakan pameran, menunjukkan produk hasil
kemasan pada saat ada undangan, mengadakan seminar, membagikan
secara gratis. Dan untuk pemesanan pohon industri PDII – LIPI memiliki
dua cara, yaitu dengan datang langsung ke PDII – LIPI dan mengisi
formulir di meja penelusuran atau mengirim email.
Dan dalam mengelola kegiatan distribusi pohon industri yang telah
dipesan oleh pengguna, pohon industri digital dimasukkan ke dalam CD.
Setelah semua siap untuk didistribusikan, PDII – LIPI memanfaatkan jasa
pengiriman paket. Pendistribusian model ini merupakan sistem distribusi
tidak langsung yang artinya menggunakan perantara (middleman)
sehingga tidak langsung bertemu dengan pengguna. Namun ada juga
pengguna yang datang sendiri untuk mengambilnya. Jika pada masa lalu
ketika pohon industri masih belum ada yang digital, pohon industri
tercetak dibagi-bagikan oleh PDII – LIPI ketika mereka sedang
berkunjung ke sebuah daerah sebagai souvenir. Mereka mendistribusikan
pohon industri apabila produk sudah siap atau rampung dibuat. Selain
dikirim dengan format yang dimasukkan ke CD, pohon industri yang
telah jadi juga dishare ke dalam web mereka, yang gunanya juga sebagai
promosi.
Dalam mendistribusikan pohon industri, Bidang Diseminasi
Informasi PDII – LIPI sangat berhati-hati. Karena pohon industri
96
mengandung informasi yang berkaitan dengan tema yang diambil.
Sebelumnya mereka menyantumkan artikel full text di dalam pohon
industri digital, tetapi untuk sekarang mereka hanya menyantumkan
sampai abstrak saja dan mereka juga membuat gambar sendiri dan
memilih audio yang sangat aman agar tidak bersinggungan dengan HKI.
3. Efektivitas Pohon Industri
Efektivitas atau proses tujuan yang ingin dicapai dengan dibuatnya
pohon industri ialah dapat tepat sasaran dan informasi yang terkandung
dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
Mengacu pada dasar pembuatan pohon industri yang salah satunya
adalah berdasarkan permintaan, yang mana jika permintaan pohon
industri dengan topik tertentu biasanya pengguna tersebut dari bidang
yang sesuai dengan topik yang dipilih. Dengan begitu pohon industri
dapat tepat sasaran.
Apabila tepat sasaran, informasi yang disajikan berguna bagi yang
menggunakan dan dapat diaplikasikan atau dipraktekan dalam kehidupan,
berdasarkan informasi yang diperoleh dari informasi yang terkandung
dari manfaat komoditas di pohon industri.
Berkaitan dengan tepat sasaran, jika pohon industri telah tepat
sasaran, diyakini pohon industri juga dapat memenuhi kebutuhan
penggunanya. Alasannya, karena PDII – LIPI telah berusaha mencarikan
97
literatur yang banyak sesuai dengan manfaat-manfaat komoditas
berdasarkan cabang-cabang dari topik yang dipilih.
Dengan banyaknya cabang-cabang tersebut, informasi yang
didapatkan dari topik yang dipilih semakin kaya. Dengan disajikannya
cabang-cabang tersebut pengguna akan lebih inovatif dan terinspirasi
dengan mengambil kebijakan terhadap industri yang dijalaninya.
Diagram 4. 1 : Flow Chart Cara Pembuatan Pohon Industri
98
Diagram 4. 2 : Flow Chart Pengelolaan Pohon Industri
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dengan apa yang telah diuraikan pada pembatasan dan
perumusan penelitian perihal judul yang diambil yaitu produk pohon industri :
analisis kemas ulang informasi di PDII – LIPI, peneliti dapat menyimpulkan
tiga hal yaitu cara pembuatan, pengelolaan, dan efektivitas dan menghasilkan
tema-tema sebagai berikut:
1. Pembuatan Pohon Industri
Kemas ulang informasi dapat pula membantu pengguna yang
membutuhkan informasi dalam bidang tertentu. Dalam pembuatan pohon
industri, dilakukan dengan cara seperti kegiatan kemas ulang pada
umumnya. Maksudnya di sini mereka melakukan kegiatan seperti
menyeleksi berbagai artikel dari sumber yang berbeda-beda, lalu
kemudian mendata artikel yang sudah didapat yang dianggap releven
dengan tema dan cabang manfaat dari komoditas yang dipilih,
menganalisis artikel yang sudah didapat tersebut, dan kemudian dapat
menyajikan kumpulan artikel tersebut dalam sebuah kemasan yang baru
yang sesuai dengan kebutuhan para pengguna. Pemilihan tema pohon
industri didasari oleh 2 alasan, yaitu berdasarkan fenomena yang sedang
terjadi pada masyarakat / trend pada saat itu dan berdasarkan permintaan
pengguna. Dalam membuat pohon industri, Bidang Diseminasi Informasi
100
PDII – LIPI biasanya menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Bidang
Disminasi Informasi PDII – LIPI memanfaatkan e-journal dalam mencari
artikel-artikel yang terkait dengan topik yang diambil. Dalam menunjang
kegiatan pembuatan pohon industri, Komputer, CD-ROM, dan aplikasi
adobe family menjadi peralatan dan penunjang.
2. Pengelolaan Pohon Industri
Bidang Diseminasi Informasi PDII – LIPI tidak membentuk sebuah
panitia yang sifatnya kaku untuk membuat pohon industri. Mereka
melakukan evaluasi kerja sebanyak tiga kali dalam setahun. Mereka
merencanakan apa yang harus dikerjakan dan mengevaluasi ulang
kegiatan yang telah dikerjakan. Dalam menetapkan tarif harga pohon
industri mereka mengacu pada Peraturan Presiden (PP). Dalam
penyebaran pohon industri Bidang Diseminasi Informasi PDII – LIPI
melakukan cara seperti dengan membuat brosur, dishare di web PDII –
LIPI, mengadakan pameran, menunjukkan produk hasil kemasan pada
saat ada undangan, mengadakan seminar, membagikan secara gratis.
Pemesanan pohon industri dapat datang langsung ke Bidang Diseminasi
Informasi PDII atau melalui email. Setelah semua siap untuk
didistribusikan, PDII – LIPI memanfaatkan jasa pengiriman paket.
Mereka mendistribusikan pohon industri apabila produk sudah siap atau
rampung dibuat. Selain dikirim dengan format yang dimasukkan ke CD,
pohon industri yang telah jadi juga dishare ke dalam web mereka, yang
gunanya juga sebagai promosi. Dalam mendistribusikan pohon industri,
101
Bidang Diseminasi Informasi PDII – LIPI sangat berhati-hati agar tidak
bersinggungan dengan HKI.
3. Efektivitas Pohon Industri
Mengacu pada dasar pembuatan pohon industri yang salah satunya adalah
berdasarkan permintaan, yang mana jika permintaan pohon industri
dengan topik tertentu biasanya pengguna tersebut dari bidang yang sesuai
dengan topik yang dipilih. Dengan begitu pohon industri dapat tepat
sasaran. Berkaitan dengan tepat sasaran, jika pohon industri telah tepat
sasaran, diyakini pohon industri juga dapat memenuhi kebutuhan
penggunanya.
B. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis mengajukan
beberapa saran yang bisa dijadikan pertimbangan bagi PDII – LIPI dalam
kegiatan kemas ulang informasi dalam produk pohon industri, di antaranya:
1. Promosi Pohon Industri di web PDII – LIPI lebih ditingkatkan, supaya
pemanfaatannya lebih luas lagi
2. Menaikan dan memblow up Pohon Industri di tahun 2018 di tingkat
nasional terealisasikan. Agar masyarakat lebih aware dengan informasi
yang inovatif ini.
102
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Dessy. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama. 2001.
Aziz, Abdul. Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2008.
Cambridge University Press. ‗Cambridge Dictionary‘
<http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/infographic>
Census at School. ‗Presenting Data and Infographics‘
<http://censusatschool.com/resources/infographic/Infographics_Worksheet_T
eacherVersion.pdf>
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, ‗Arti Dan
Perbedaan Perpustakaan Dengan Arsip, Museum, Pusat Dokumentasi, Pusat
Informasi‘, 2017 <http://perpustakaan.kaltimprov.go.id/berita-277-arti-dan-
perbedaan-perpustakaan-denganarsip-museum-pusat-dokumentasi-pusat-
informasi-.html>
Djamarin, Mulida. Pengemasan Informasi. Padang: Universitas Negeri Padang. 2016.
Dongardive, Prakash. ‗Information Repackaging in Library Services‘. International
Journal of Science and Research (IJSR). Vol. 2. No. 11. 2013.
Edmunds, Sam Ashe. ‗Distribution Process Management‘
<http://smallbusiness.chron.com/distribution-process-management-
67041.html>
Elearning Gunadarma. ‗Pendistribusian‘. Docmodul. 2007
<http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pemasaran/Bab_8.pdf>
Emzir. Analisis Data : Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali. 2011.
Fatmawati, Endang. ‗Kemas Ulang Informasi : Suatu Tantangan Bagi Pustakwan‘.
Majalah Media Pustakawan. Vol. 16. 2009.
Hariadi, Doni. ‗Pengaruh Produk, Harga, Promosi Dan Distribusi Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Projector Microvision‘, Jurnal
Ilmu Dan Riset Manajemen. Vol. 1, No. 8. 2012.
Hartinah, Sri. ‗Kemas Ulang Informasi : Information Repackaging‘. 2013.
<https://srihartinah.files.wordpress.com/2008/02/kemas-ulang-informasi.doc>
103
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika. 2012.
India Times. ‗Definition of ―Distribution‖‘
<http://economictimes.indiatimes.com/definition/distribution>
Irawan, Prasetya. Logika Dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN. 2004.
———. Logika Dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN. 2004.
Kardi. ‗Knowledge Management dan Kemas Ulang Informasi di Perpustakaan
Perguruan Tinggi : Hambatan dan Peluang Perpustakaan Tinggi‘.
Pustakaloka. No. 1. 2009.
KEMENDIKBUD. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1995.
———. ‗KBBI DARING‘. 2017. <https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pusat>
———. ‗KBBI DARING‘. 2017. <https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dokumen>
Mahsum, M. Pengukuran Kinerja Sktor Publik. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
2006.
Majid, M. ‗Mengenal Pegertian Infografis dan Jenisnya‘
<http://www.maxmanroe.com/mengenal-pengertian-infografis-dan-
jenisnya.html>
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2008.
———. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1990.
Mustafa, Badollahi. Materi Pokok Promosi Jasa Perputakaan. Jakarta: Universitas
Terbuka. 1996.
Nashihuddin, Wahid. ‗Ketersediaan dan Keteraksesan Informasi Publik Pada Website
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Di Indonesia‘. Informasi-
Website_bpad.pdf, 2012
<https://pustakapusdokinfo.files.wordpress.com/2014/10/informasi-
website_bpad.pdf>
———. Sekilas Tentang PDII & Layanannya. Jakarta: PDII - LIPI. 2014.
Oxford University Press. ‗English : Oxford Living Dictionaries‘
<http://en.oxforddictionaries.com/definition/infographic>
104
Oyadongan, Joyce Chinyere, and Felix Manouma. ‗Information Repackaging and Its
Application in Academic Libraries‘. International Journal of Computer
Science and Information Technology Research. Vol. 4, No. 2. 2016.
PDII-LIPI. ‗Sekilas Tentang PDII-LIPI : Promosi Jasa Dan Produk Informasi‘. 2016.
<http://ipi.perpusnas.go.id/sites/default/files/berkas/Sekilas%20PDII-
LIPI.pdf>
Pembayun, Ellys Lestari. One Stop Qualitative Research Methodology in
Communication. Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia. 2013.
Rimbarawa, Kosam. Dasar-Dasar Organisasi Informasi. Jakarta: Hakaeser. 2013.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks. 2012.
Soenarjo. Al-Qur‟an dan Terjemahan 15 : 9. Jakarta: Departemen Agama Republik
Indonesia. 1971.
———. Al-Qur‟an dan Terjemahan 75 : 17. Jakarta: Departemen Agama Republik
Indonesia. 1971.
Soendari, Tjutju. ‗Dokumentasi‘ (presented at the FIP UPI, Bandung)
<http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19560214198
0032-
TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Penelitian_PKKh/dokument
asi.ppt_[Compatibility_Mode].pdf>
Sofia, Edina T. Metode Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif.
Jakarta: Indeks. 2013.
Steers, Richard M. Efektivitas Organisasi Perusahaan. Jakarta: Erlangga. 1985.
Sudarsono, Blasius. ‗Dokumentasi, Informasi Dan Demokratisasi‘. BACA. Vol 27,
No. 1. 2003.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet. 2012.
———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
2008.
Sulistyo-Basuki. Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas
Terbuka. 1993.
———. Pengantar Dokumentasi Ilmiah. Jakarta: Kesaint Blanc. 1989.
Suwarno, Wiji. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan : Sebuah Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Ar-Ruzz. 2007.
105
Taylor, Arlen G. The Organization of Information.Wesport: Libraries Unlimited.
1999.
Tupan, and Wahid Nashihuddin. ‗Kemas Ulang Informasi Untuk Pemenuhan
Kebutuhan Informasi Usaha Kecil Menengah: Tinjauan Analisis Di PDII –
LIPI‘. Jurnal Dokumentasi Dan Informasi. Vol. 36, No. 2. 2015.
Widodo. Kamus Ilmiah Populer Dilegkapi EYD dan Pembentukan Istilah.
Yogyakarta: Absolut. 2002.
Widyawan, Rosa. Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi. Jakarta: Media Kampus
Indonesia. 2014.
Zikmund, William G. and Barry J. Babin. Menjelajah Riset Pemasaran. Jakarta:
Salemba Empat. 2011.
106
LAMPIRAN-LAMPIRAN
107
Lampiran 1: Pertanyaan untuk Pihak PDII – LIPI
1. Data mengenai PDII – LIPI
a. Bagaimana struktur organisasi yang terdapat di PDII – LIPI?
b. Berapa jumlah karyawan yang terdapat di Bidang Diseminasi Informasi?
c. Apakah semua karyawan yang terdapat di Bidang Diseminasi Informasi
terlibat dalam pembuatan pohon industri?
2. Data mengenai Pohon Industri
1. Sejarah mengenai Pohon Industri
1) Siapa yang memberi nama pohon industri?
2) Tahun berapa pertama kalinya pembuatan pohon industri?
3) Apa arti atau filosofi dari nama pohon industri?
2. Yang membedakan pohon industri dengan paket informasi yang telah
diciptakan PDII – LIPI?
3. Apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan pohon industri?
4. Berapa kali dalam setahun PDII – LIPI melakukan evaluasi?
5. Berapa dalam setahun target membuat pohon industri?
6. Siapa saja yang bisa memanfatkan pohon industri?
7. Cara penggunaan pohon industri digital?
8. Cara pembuatan pohon industri
1) Tema apa saja yang dipilih dalam membuat pohon industri?
2) Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembuatan pohon
industri?
108
3) Apa saja tahap dalam pembuatan pohon industri?
4) Kalau zaman dulu kan belum eranya internet, lalu untuk mencari
literatur atau sumber informasinya dari mana?
5) Peralatan yang dibutuhkan dalam membuat pohon industri?
6) Berapa harga yang ditetapkan pihak PDII – LIPI untuk pohon
industri?
7) Apa yang menjadi kendala dalam pembuatan pohon industri?
8) Dalam membuat pohon industri aplikasi apa yang digunakan?
3. Data mengenai distribusi pohon industri
a. Siapa yang menjadi segmen pasar dari pohon industri?
b. Bagaimana cara pemesanan pohon industri?
c. Bagaimana pendistribusian pohon industri? Dan berapa lama waktu yang
diperlukan dalam kegiatan distribusi pohon industri?
d. Apakah PDII – LIPI memiliki kendala dalam pendistribusian pohon
industri?
e. Pihak manakah yang berperan dalam menentukan harga jual paket
informasi khususnya pohon industri?
f. Bagaimana usaha yang dilakukan PDII – LIPI dalam untuk
mempromosikan pohon industri?
g. Berapa kali dalam setahun PDII – LIPI melakukan pendistribusian paket
informasi? Apakah ada target minimal atau maksimal berapa kali
melakukan kegiatan distribusi?
h. Berapa banyak jumlah pohon industri dalam setiap pemesanan?
109
i. Berapa harga yang ditetapkan pihak PDII – LIPI untuk pohon industri?
j. Apa yang menjadi kendala dalam kegiatan distribusi pohon industri?
4. Data mengenai efektivitas pohon industri
a. Pihak PDII – LIPI
1) Apakah pohon industri dirasa telah memenuhi kebutuhan para
pemakai?
2) Apakah pohon industri telah tepat sasaran?
3) Jika pohon industri dianggap berhasil apa upaya yang dilakukan
PDII – LIPI selanjutnya?
4) Pesan atau keinginan Bapak/Ibu terhadap pohon industri
selanjutnya?
Lampiran 2: Pertanyaan untuk Pengguna Pohon Industri
1. Data Profil Ibu Desak
a. Nama Lengkap :
b. Alamat Tempat Tinggal :
c. Nama Instansi Bekerja :
110
d. Alamat Tempat Bekerja :
e. Jabatan :
2. Data mengenai efektivitas pohon industri
b. Pihak pemakai
1) Apakah Ibu Desak sering melanggan pohon industri yang
dihasilkan PDII - LIPI? Jika jawabannya Ya, dalam setahun berapa
kali Ibu memesan pohon industri pada PDII – LIPI?
2) Bagaimana pendapat Ibu mengenai produk pohon industri?
3) Apakah pohon industri telah memenuhi kebutuhan informasi
mengenai tembakau yang diharapkan Ibu Desak?
4) Apakah Ibu merasa puas dengan pohon industri?
5) Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam pemakaian pohon industri?
6) Apa yang menjadi masukan atau harapan Ibu terhadap pohon
industri?
111
Lampiran 3: Transkrip Wawancara dengan Pihak PDII - LIPI dan Transkrip
Wawancara dengan Pihak Pengguna Pohon Industri
Nama Informan : Ir. Mahmudi, M.Si
Jabatan : Peneliti
Tempat Wawancara : PDII – LIPI lantai 6
Waktu Wawancara : 19 Juli 2017
1. Data mengenai PDII – LIPI
a. Bagaimana struktur organisasi yang terdapat di PDII – LIPI?
Jawaban:
Mbak bisa lihat di website yang dimiliki PDII – LIPI.
b. Apakah semua karyawan yang terdapat di Bidang Diseminasi Informasi
terlibat dalam pembuatan pohon industri?
Jawaban:
Tidak, biasanya kalau membuat pohon industri atau paket informasi kita
membuat tim kecil gitu ada sekitar 5 orang. Jadi fleksibel tidak kaku gitu,
tidak membuat panitia, penanggung jawabnya sih ada. Misalnya saya
dulu menunjuk pak Tupan. ―pak Tupan tolong bikinkan pohon industri
kelapa sawit”, seperti itu. Nanti bersama Rulina, dan nantinya mereka
berdua yang menelusur, setelah menelusur mereka mengajak saiful atau
sofyan terus menyuruh mereka mengambil barang-barang atau sumber
informasi hasil penelusuran mereka. Setelah itu disusun dan dibuat sama
mereka setelah sudah jadi baru dikasih Michael, terus Michael kasih ke
Siswanto.
112
2. Data mengenai Pohon Industri
a. Sejarah mengenai Pohon Industri
1) Siapa yang memberi nama pohon industri?
Jawaban:
Ya pihak atasan LIPI.
2) Tahun berapa pertama kalinya pembuatan pohon industri?
Jawaban:
Sekitar tahun 1995. Tahun 1995 itu kita kan membuat kaya indeks
awalnya dari indeks majalah ilmiah Indonesia, indeks makalah
Indonesia, indeks majalah indeks artikel, terus juga ada indeks
disertasi jadi itu ada indeksnya. Dari indeks-indeks itu karena kita
ada di bidang penelusuran kita kalau membuat satu penelusuran itu
kan langsung satu pertopik gitu akhirnya mengarah ke bibliografi,
bibliografi misalnya bibliografi padi, bibliografi jagung gitu ya itu
kan kumpulan dari judul-judul artikel-artikel tentang jagung,
tentang padi, tentang itu nah setelah itu berkembang jadi waktu itu
kita mengumpulkan, orang-orang dari semua permintaan banyak
sekali ratusan jadi kita ada sekitar 10 sampai 12 penelusur setiap
pagi tuh dapat 5 samapi 6 surat untuk menjawab penelusuran dari
mahasiswa manapun seluruh Indonesia lah nah arsipnya itu kita
kumpulin arsip-arsip dari hasil penelusuran itu kan 1 kopi, kopinya
kita kirim arsipnya kita tempel-tempel atau bikin kliping gitu kan
nah dari situ saya gak tahu percis tahunnya ya tapi sekitar 1995-
113
1996. Tahun 1998 yang benar-benar kita udah cetak ketika krismon
itu kita membuat pohon industri singkong, kelapa, jagung itu
sebenarnya dari itu tadi dari pengalaman dari awal kita tadi
kumpulin dalam bentuk bibliografi dibuat review akhirnya tahun 98
kita cetak tapi masih yang sederhana sekali yang bagan-bagan
utama saja kaya kelapa ya batang, daun, akar terus cabangnya,
cabangnya masih pendek. Kalau dulu menelur ke camical abtract,
camical abstract tuh kumpulan kumpulan abstrak-abstrak dari
semua jurnal ilmiah dari seluruh dunia di samping jurnal juga paten,
jadi paten-paten seluruh dunia tuh juga ada di koleksi camical
abstract. Jadi pertama gini pertama ada indeks kita ngelihat dari
indeksnya misalkan kita ngelihat padi, tapi padi yang kita cari
tentang pemanfaatannya nanti ada di volume segini nomor segini
nanti dilihat dibuka udah jadi dulu manual gitu ya. Jadi cari
abstraknya dulu baru misalkan ketemu oh ternyata ada di jurnal ini
atau di paten nomor ini, setelah itu kita pesan ke luar negeri jurnal
volume nomor sekian kita pesan dari luar negeri kalau paten juga
kita pesan dari luar negeri dan setelah datang kita kumpulin-
kumpulin.
b. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan pohon industri?
Jawaban:
Kalau kekurangan kan di daerah itu sarana prasarana untuk akses
informasi digital itu masih sangat terbatas. Saya dulu pernah diundang ke
114
STAIN Kudus, saya bawa pohon industri tembakau saya mau demo tapi
spek komputernya itu dari sekian puluh komputer yang saya coba cuma
satu itupun juga loadingnya lama itu kan artinya belum kompatibel, kalau
di sini kan komputer sudah i7 sedangkan kan di sana masih double core
masih beberapa generasi, masih Pentium gitu loh mbak itu kita udah
lewat, komputer saya sudah i7. Kalau kita sudah menggunakan komputer
itu tapi di sana menggunakan komputer yang lebih rendah speknya kan ga
bisa. Karena memang sarana prasarana di daerah itu masih terbatas jadi
kita harus gimana ya, kita juga bawa ke Kalimantan Timur kita sudah
bawa akhirnya gak bisa kita bawa pulang lagi akhirnya kan jadi numpuk.
Jadi gini mbak kita kan masih menggunakan anak-anak IT yang ada di
kemasan saja kan, kita terus terus sulit untuk bekerjasama dengan teman-
teman IT yang sesungguhnya. Saya tuh kaya ngerasa bersalah gitu ada
orang yang sudah beli CD dari kita terus sama mereka itu disimpan entah
itu di rumah atau di perpustakaan, tiga tahun kemudian dibuka gak bisa.
Karena mungkin kan gini, kaya windows 7, atau windows 8, atau 10
harus dioprek dulu gitu ga bisa langsung kompatibel gitu, nah saya
pengennya tuh itu ada orang IT yang nanganin masalah itu, jadi pakai
pakai windows berapa saja bisa nah itu teru terang sudah jadi temuan PR
sama mas Andre. Kita sudah coba misalkan buat di komputernya pak
Tupan di situ kan speknya tertentu ya, misalkan dibuka di tempat saya
ternyata gak bisa itu yang masih menjadi kekurangan, mungkin kendala
yang menjadi PR dari pihak kita.
115
c. Siapa saja yang bisa memanfaatkan pohon industri?
Jawaban:
Kita bikin pohon industri itu sebenarnya multi user ya jadi misalnya
begini misalnya pohon industri kelapa sawit atau pohon industri apa saja
pertama user atau stakeholder misalnya industri atau perkebunan-
perkebunan kelapa sawit jadi mereka tahu oh ternyata limbah kelapa
sawit bisa dibuat ini ya ga dibuang bisa diolah akhirnya mereka mau
berinovasi jadi mereka punya ide baru untuk menambah nilai tambah atau
value edit dari sekalipun yang selama ini kan limbah dibuang-buang gitu
ya. Terus yang kedua buat mahasiswa, mahasiswa teknik kimia,
mahasiswa kedokteran ternyata oh ternyata sudah ada cara membuat ini
dengan teknologi ini jadi untuk aspek dosen untuk penelitian mahasiswa
untuk aspek meningkatkan selalu menciptakan pengetahuan baru dia akan
bisa. Terus yang ketiga, jadi untuk industri, orang-orang pengusaha-
pengusaha gitu, kan di pohon industri ada cabang-cabangnya tuh nah
mereka mengambil sesuai dengan keahlian mereka, jadi mereka ambil
titik saja misalnya oh ternyata cangkang kelapa sawit bisa digunakan
pembangkit tenaga listrik itu misalnya untuk orang-orang mesin ya itu
bahan bakarnya karena kalorinya sangat tinggi jadi hemat banget panas
listrinya itu pake itu. Jadi untuk menumbuhkan usaha-usaha baru. Jadi
saya melihat itu bisa multi user, bahkan anak SMA jadi tahu oh ini
ternyata ada ini dan oh yang belum ada ini. Jadi bisa juga semacam kaya
peta gitu kalau misalnya ada yang ingin membuat ilmu baru dia bisa lihat
116
di sini dan kayanya belum ada dan kalau ada yang membuat lagi ternyata
sudah ada dan kebetulan artikelnya ada di pohon industri oh itu bisa
dibilang plagiarism karena sama gitu ya kalau dia gak tahu peta itu kan
misalkan saya mau penelitian a b c dan ternyata eh sudah ada. Jadi intinya
dari mahasiswa, para industri, penentu kebijakan, atau juga para
pengusaha bisa memanfaatkan pohon industri sesuai dengan kebutuhan
mereka masing-masing.
d. Cara pembuatan pohon industri
1) Tema apa saja yang dipilih dalam membuat pohon industri?
Jawaban:
Pohon industri latar belakang dibuatnya itu proaktif, kita itu kan
proaktif yah, responsif maksudnya merespon dari fenomena-
fenomena yang muncul di Indonesia, misalnya oh ini ada masalah
nasional misalnya tentang bawang kok pada panen kok harganya
jatuh atau cabe kok harganya jatuh akhirnya kita membuat kemasan
informasi, maksudnya untuk memberi informasi kepada beberapa
penentu kebijakan atau masyarakat sendiri bahwa oh ternyata cabe
atau bawang tidak cuma dikeringkan terus berhenti di situ, bikin ini
bikin itu bikin itu tapi itu semua berdasarkan referens, yang kedua
juga dibuatnya berdasarkan permintaan misalnya yang kemaren
seperti tembakau, kalau itu permintaan bukan ide dari kita karena
kita kan tidak melihat menurut padangan kita tembakau tidak
masalah tapi di sana ternyata melihat cuma dipake rokok saja coba
117
dicarikan yang dari aspek positifnya setelah kita carikan
informasinya dari berbagai macam dari laporan penelitian, standar,
paten, buku, jurnal dari semua sumber-sumber informasi itu kita
dapatkan seperti itu bahwa lebih dari 90% tembakau itu untuk
positif tidak negative image itu bisa merubah masyarakat juga
dengan begitu juga akan terjadi diversifikasi produk.
2) Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembuatan pohon
industri?
Jawaban:
Biasanya deadlinenya itu 30 hari.
3) Apa saja tahap dalam pembuatan pohon industri?
Jawaban:
Jadi kalau kita udah dapat perintah misalnya dek bikinkan pohon
industri topiknya ini tolong carikan informasinya. Akhirnya kita itu
membentuk tim jadi kan topiknya sudah ada itu, jadi timnya itu tim
penelusur, jadi misalkan kita rapat menentukan keywordnya,
misalnya jagung setelah itu apa zeamais setelah itu apa corn setelah
itu apa mais jadi kata kunci kata kunci sinonimnya itu kita ini
semua, kita catat jadi kalau tidak ketemu kata kunci ini pakai kata
kunci ini, kata kunci ini, kata kunci ini, kata kunci ini dengan
sinonim Bahasa Latinnya, Bahasa Inggrisnya karena ada komoditas
yang hal tertentu yang belum masuk dalam. Kaya misalkan ada
cangkudu, ada mangkudu, pentis, pacik, noni buah noni tuh di
118
Malaysia tuh itu gak ada di Bahasa Inggris tuh, itu misalnya. Nah
itu ditentukan oleh tim. Setelah itu kita menelusur, menelusur itu
dibagi-bagi, kamu cari di chemical abstrak, kamu nyari di sumber
ini, kamu cari di indeks ini indeks ini indeks ini ga bentrok gitu ya,
karena sumber informasi itu kan banyak banget kita bagi-bagi gitu
ya biar gak overlap. Setelah dapet semua itu kita kumpul lagi kita
analisis kita udah mulai membuat skema itu yang sudah kamu
temukan apa misalnya dan termasuk kata kunci itu sudah kita kaya
misalnya daun itu istilahnya apa sih netrofolia apa gitu kalau
batangnya apa istilahnya oh akarnya apa istilahnya, ya istilah istilah
itu jadi nanti juga sama pemanfaatannya itu apa ya Bahasa
istilahnya di situ preparation atau used pokonya kalau ada kata kata
itu baru kita ambil kata kata itu kita ambil setelah itu sudah kita
lanjut lagi. Setelah itu kita menyusunnya dengan membuat skema,
setelah disusun itu sambil tetap kita analisis, setelah itu semua baru
kita serahkan ke editor jadi kadang-kadang kita ada yang artikelnya
ada yang hampir sama. Oh ya tahap analisisnya itu setelah kita
menelusur setelah itu kita baca lagi dan ternyata banyak juga yang
gak sesuai gitu judulnya gini gini gini ternyata setelah kita baca loh
isinya gini akhirnya ga jadi, seperti itu. Setelah editor selesai
mengoreksi kita lari ke desain atau pra cetaknya gitu ya, kita juga
mengumpulkan gambar-gambarnya yang bagusnya bisa digunakan
untuk apa misalnya kerajinan apa nanti gambarnya apa kalau jaman
119
dulu gambar-gambar itu ditempel baru kalau sekarang ada
photoshop atau indesign kita pakai itu. Editor itu sebagai approval.
Kalau sudah lulus di editor katanya oh ini boleh dicetak, pas dicetak
juga banyak yang dikoreksi lagi kalau sudah boleh cetak baru
cetak.Untuk sekarang kita kan membuat pohon industri yang
berbentuk elektronik nah itu semua dibuat oleh si Michael bagian
desain nanti dia bikin skema dulu di photo shop atau indesign, itu
tuh skema yang nantinya dicetak jadi pohon industri tercetak kalau
skemanya sudah jadi nanti dia buat semacam flipping book gitu
nanti.
4) Berapa harga yang ditetapkan pihak PDII – LIPI untuk pohon
industri?
Jawaban:
Sebenarnya gini salah satu kelemahan kita belum bisa karena kita
ini belum ada ininya tarifnya gitu ya paling yang foto kopi 1 lembar
kan Rp 150 perak gitu kan, terus kalau penelusuran 1 topik Rp
10.000 kalau paket 1 topik Rp 500.000 ada tarifnya. Nah pohon
industri itu belum masuk dalam PP Tarif BPPT jadi semua yang
belum masuk ke dalam tarif itu masuknya ke dalam kerjasama, nah
di kerjasama itu ada nego, misalnya pohon industri ini berapa, itu
kaya pohon industri tembakau itu hampir Rp 100.000.000 itu.
Setelah kontrak kerjasama itu misalnya kan ada pembicaraan
120
tentang waktu, tentang biaya, malah itu melibatkan banyak orang
juga, waktu, keahlian termasuk desainer itu ya.
5) Apa yang menjadi kendala dalam pembuatan pohon industri?
Jawaban:
Paling yang masih menjadi kekurangan sih kalau kita menampilkan
gambar, waktu itu masih gambar ya, gambar pohon atau misalnya
gambar membuat obat atau gambar apa atau gambar apa kalau
menurut hak cipta itu kan gak boleh ngambil gambar-gambar orang.
Terus yang ke dua misalnya software-software yang digunakan tuh
harus orisinil maksudnya tuh harus berbeli, maksudnya tuh begini
kita menggunakan Microsoft itu harus yang lisensi kita
menggunakan misalnya Microsoft harusnya yang berlisensi kita
pakai indesign pakai yang berlisensi yang berbayar itu kita kan
sebagian besar masih yang bajakan. Jadi bisa disimpulin kalau yang
menjadi kendala itu masih sebagian software atau aplikasi itu belum
orisinil atau berlisensi atau berbayar gitu ya itu sebenarnya tidak
boleh, yang kedua terkait dengan pengambilan gambar-gambar jadi
kan misalnya gambar pohon tebu seharunya kalau mencantumkan
gambar harus mencantumkan sumbernya dari mana atau sebaiknya
kan membuat sendiri. Harusnya harus izin ya dengan
mencantumkan. Tapi kemarin ada yang harus kita bikin sendiri
gambarnya itu kan ga mudah ya, bisa itu pake gambar vector tapi
itu perlu waktu aja. Kaya misalkan kita ngambil gambar pembuatan
121
es krim pas ditaro gambarnya pecah, ya krena kan kita ngambil ya
gambarnya, pas kita taro pecah dan sumbernya gak jelas, kan
banyak pas mau cantumin punya siapa tapi ini punya siapa
sumbernya suka gak jelas tapi yang jelas punya orang. Sebenarnya
untuk urusan hak cipta daripada mencantumkan sumbernya tapi
lebih aman kita seharusnya membuat gambar sendiri, kaya misalkan
membuat gambar pohon kita buat sendiri atau membuat turunannya
misalnya apa kita buat sendiri atau itu punya orang ya mau gak mau
cantumkan sumbernya. Waktu itu memang ga sempet mikirin itu
pas kita ketemu orang Bandung dia sempet nanya karena kalau di
Bandung itu kan pakai multimedia ya jadi itu ada yang meriksa gitu
mbak pas diperiksa ini software apa dan ternyata pas diperiksa dari
perusahaan itu bikin software film oh ini bajak bisa dituntut itu. Jadi
pas mereka meriksa produknya, jadi kita itu punya balai namanya
Balai Informasi Teknologi di Bandung, itu kan audio visual ya jadi
mereka kaya membuat film gitu mbak, produk filmya udah banyak
di youtube . pokonya waktu itu ada yang datang aja nanya-nanya itu
setelah itu perusahaan yang terkait dengan software bilang itu
bajakan karena kita itu hampir 95% kaya di kantor kaya gini
bajakan karena kalau membeli Microsoft itu bisa di atas Rp
1.000.000 untuk satu unit komputer jadi harus yang berlisensi,
kalau kita kan biasanya download, tapi kalau kendalam untuk
masalah SDMnya sih gak ada, kecuali kaya kita lagi buat produk
122
topik topik tertentu kita mendatangkan narasumber yang terkait di
bidang misalkan kaya kemarin tentang nanoteknologi ya kita
datangkan terkait yang di bidang yang relevan itu. PDII tuh kalau
sudah banyak bidang-bidang tapi ada bidang-bidang tertentu yang
belum ada sehingga didatangkan.
3. Pesan atau keinginan Bapak terhadap pohon industri selanjutnya?
Jawaban:
Sebenarnya keinginan saya belum berhenti keinginan saya kalau oh ternyata
daun tembakau diekstraksi artikelnya ada bisa dibuat parfum, nah saya ingin
ada video pembuatan parfum, tapi itu kan belum, saya melihat SDMnya apa
teknologinya belum mempuni, jadi sudah benar-benar praktis gitu, orang proses
pembuatan parfum tuh membaca paket atau atau atikel luar negeri kan pusing
juga, tapi kalau mereka melihat video misalnya membuat tempe, cara membuat
tempenya kaya gimana ada visualisasinya kaya tutorialnya. Jadi harapan saya di
samping bisa ngelink ke atikelnya langsung di situ link juga ke videonya.
123
Transkrip Wawancara dengan Pihak PDII – LIPI
Nama Informan : Drs. Tupan
Jabatan : Pustakawan
Tempat Wawancara : Ruang Sirkulasi Perpustakaan PDII – LIPI
Waktu Wawancara : 18 Juli 2017
1. Data mengenai Pohon Industri
a. Sejarah mengenai Pohon Industri
1) Siapa yang memberi nama pohon industri?
Jawaban:
Pada saat itu kebijakan untuk pembuatan pohon industri pertama
kali saat masih dipimpin oleh Bu Jusni Djatin Kepala PDII – LIPI
tahun 2000-2008. Untuk spesifik yang memberi nama pohon
industri saya kurang tahu juga. Tetapi pada saat pohon industri
pertama kali dibuat Bu Jusni masih menjadi Kepala Bidang
Penyebaran Informasi.
2) Apa arti atau filosofi dari nama pohon industri?
Jawaban:
Namanya kan Pohon, kenapa pohon karena semua bagiannya dapat
dimanfaatkan. Contonya di pohon industri ikan, ikan kan mulai dari
siripnya, usunya atau di pohon industri jagung, mulai dari
batangnya, daunnya, rambut jagungnya, biji jagungnya, itu semua
dimanfaatkan. Pembuatan pohon industri makanya dibikin seperti
cabang-cabang layaknya seperti pohon. Dan kenapa disebut industri
124
ya memang karena informasinya ditujukan untuk industri kecil dan
menengah.
b. Yang membedakan pohon industri dengan paket informasi yang telah
diciptakan PDII – LIPI?
Jawaban:
Kalau paket itu hanya mencakup satu judul/topik saja, misalnya
pembuatan tepung ikan berbeda dengan pohon industri, pohon industri
mencakup semua yang berkaitan tentang ikan. Atau jika paket Cuma
punya topik yang berjudul Jahe Instan, tapi kalau pohon industri menjadi
pohon industri jahe yang isinya semua informasi yang berkaitan tentang
jahe, dari akarnya, batangnya sampai dapat dimanfaatkan apa saja. Yang
artinya cakupannya lebih luas.
c. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan pohon industri?
Jawaban:
Kalau kelebihan pohon industri dibandingkan dengan produk paket, yaitu
paket hanya satu judul/topik, kalau pohon industri informasinya lebih
macam-macam, tidak dibatasi oleh 1 topik saja. Kalau untuk kekurangan,
menurut saya karena sebelum didistribusikan dicarikan literaturnya dulu
yang sangat relevan, jadi kalau masih kurang tidak bisa disajikan atau
ddistribusikan. Kalau zaman dulu kan belum ada full textnya kalau
sekarang kan sudang dalam bentuk digital, misalnya di pohon industri
ikan ada sirip ikan, tepung (sambil menunjuk gambar yang ada di pohon
125
industri tercetak) nanati kalau diklik ada artikel fuul textnya kalau yang
berbentuk digital.
d. Berapa kali dalam setahun PDII – LIPI melakukan evaluasi, khususnya
terhadap paket informasi yang telah dihasilkan?
Jawaban:
Biasanya 3 bulan. Kalau yang dibiayai oleh pemerintah memang segitu.
Jadi misalnya dalam setahun kita ingin membuat 9 kemasan, jadi nanti
dihitung triwulan pertama berapa, triwulan ke dua berapa, atau misalnya
setahun ditentukan membuat 12 kemasan berarti sampai desember juga
ada 12. Kecuali kalau ingin membuat kemasan dengan keinginan sendiri
itu lain lagi. Tapi kalau sekarang kan ada penetapan kinerja, jadi pada
awal tahun ingin mengerjakan apa misalnya pohon industri berapa,
menulis di jurnal nasional berapa itu semua ditetapkan di awal tahun,
nanti dievaluasi setiap empat bulan jadi tiga kali dalam setahun.
e. Berapa dalam setahun target minimal membuat pohon industri?
Jawaban:
Jadi kan karena kami membuat kemasan ada macam-macam ada paket,
ada pohon industri, tapi untuk sejauh ini tahun ini kami telah membuat
pohon industri 3, paketnya 6. Biasanya sih untuk pohon industri sendiri
kita buat dalam setahun bisa tiga atau empat jenis.
f. Ada berapa banyak pohon industri dalam sekali pemesanan?
Jawaban:
126
Oh ga tentu sih kalau itu. Kalau sekarang kan karena udah banyak yang
dari web bisa nyari ini kalau yang , ini kan biasanya yang kerjasama-
kerjasama. Jadi kalau yang memesan langsung pohon industri kayanya sih
jarang kalau misalnya yang ini biasanya yang banyak itu paket. Kecuali
yang kerja sama dengan pohon industri misalnya kaya kepala penelitian
tembakau itu mita dibikinin, tapi misalnya kalau perorangan ini bisanya
paket.
g. Biasanya kalau kerjasama itu rutin dalam setahun mesan atau gimana
pak?
Jawaban:
Enggak, sekali. Kalau misalkan kaya pohon industri tembakau kita udah
bikinin kan ya udah, kecuali kalau misalkan kita kerjasama dalam
database udah abis bisa diupdate nanti ditambahin, misalnya tahun ini
berapa judul terus, nanti berikutnya berapa judul lagi kerjasama dalam
databse itu, misalkan kaya kemaren kan kerjasama dengan salah satu
lembaga tentang padi misalnya tahun ini berapa judul misalnya 300 judul
tahun berikutnya berapa judul kalau itu diupdate.
h. Kalau seperti itu memang sudah perjanjian dari awal gitu ya pak?
Jawaban:
Kalau misalnya yang sekali doang ya sekali. Tergantung kerjasamanya
MOUnya berapa tahun
2. Cara pembuatan pohon industri
a. Tema apa saja yang dipilih dalam membuat pohon industri?
127
Jawaban:
Kalau masalah itu biasanya berdasarkan permintaan, dan ada juga
berdasarkan yang sedang ngetrend saat itu. Disesuaikan pula dengan
pemerintahan, karena LIPI kan lembaga penelitian jadi harus
menyesuaikan dengan pemerintah misalnya dengan kelautan atau bidang
pangan. Jadi kita harus mengikuti program pemerintah yang
NAWACITA itu, kalau saya pribadi kurang paham, tapi kalau di LIPI itu
disuruh penelitian dalam bidang pangan, kelautan, energi tapi itu semua
disesuaikan dengan NAWACITA itu.
b. Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembuatan pohon industri?
Jawaban:
1 bulan palingan jadi. Yang lama kan mencari literaturnya.
c. Apa saja tahap dalam pembuatan pohon industri?
Jawaban:
Mencari literaturnya, terus ya dianalisis ini buat apa ini buat apa analisis
atau pengelompokan gitu loh. Ini kan misalkan tanaman jagung gitu kan
ini misalkan akarnya buat apa saja, batangnya untuk apa saja, daunnya
untuk apa saja gitu dikelompokkan terus dianalisis misalkan daun ini
untuk pakan ternak atau untuk pupuk gitu loh, kalau sudah lengkap ya
tinggal dibuat kaya skema gitu tapi biasanya kan yang buat itu kan yang
desain pak Michael itu. Kalau yang digital dibuat kaya flipping book gitu
nanti kalau sudah selesai baru dimasukin ke CD.
128
d. Kalau zaman dulu kan belum eranya internet, lalu untuk mencari literatur
atau sumber informasinya dari mana?
Jawaban:
Ya macam-macam sumber, kalau dulu kan memang jarang internet kalau
dulu di sini pakainya chemical abstrak, chemical abstrak itu kumpulan
abstrak kalau itu sekarang adanya di lantai 5 itu tentang kimia tapi
semuanya ada itu, isinya cuma sampai abstrak jadi ya kumpulan abstrak
gitu. Jadi kaya bidang kesehatan itu kan dulu namanya indeks medicus,
kalau pertanian juga ada namanya Agricola kalau itu semua ya jaman
dulu. Dulu kita cuma cukup membaca abstraknya saja, kalau ingin jurnal
full textnya kan mahal karena dari luar negeri kecuali kalau paten, paten
biasanya suka gratis. Tapi kalau dulu jurnalnya kan banyak dulu kita
langganan jurnal sampai ribuan judul, tapi kalau sudah ke sini sini kan
pakainya e-journal. Kita carinya kaya di Portal Garuda, Science Direct,
Perpustakaan Naional, dll.
e. Peralatan yang dibutuhkan dalam membuat pohon industri apa saja pak?
Jawaban:
Ya palingan CD sama komputer
f. Kalau pohon industri dalam bentuk tercetak itu pakai kertas apa ya pak?
Jawaban:
Saya juga ga hafal nama kertasnya nih soalnya kan kita tinggal kasih
bidang SAI. Tapi dulu ada yang tipis banget kalau sekarang kan agak
129
tebal jadi yang nentuin ya bidang SAI itu, mungkin yang tebal agak lebih
mahal kali jadi mungkin tergantung biayanya kali.
3. Data mengenai distribusi pohon industri
a. Biasanya yang menjadi segmen pasar pohon industri siapa pak?
Jawaban:
Industri kecil dan menengah. Misalkan kalau kita ke daerah bawa produk-
produk hasil kemasan kita itu salah satu cara kita untuk promosi.
Misalkan kalau kita diundang ke mana gitu loh ke daerah ya kita bawa.
Biasanya kan kita ada difusi ke daerah atau penyebaran informasi, jadi
misalkan ke daerah misalkan ke kabupaten mana misal Bangka Belitung
kita lihat potensi daerahnya apa nanti kita bikini paket. Kita ke sana
langsung ke pemerintahan daerahnya jadi mereka yang mengundang. Jadi
misalkan kita mau datang ke kabupaten mana misalkan Kabupaten
Belitung kan di Kabupaten Bangka Belitung mungkin mengadakan acara
nah mereka yang ngundang mungkin dari dinas UKM atau dinas apa gitu
nanti kita yang presentasi dan bawa produk kemasan kita gitu presentasi
tentang penelusuran yang bisa dibikin di sini nah kita bawa contohnya
sesudai dengan potensi yang ada di daerahnya, misalkan kan ke
Pekalongan, pekalongan itu kan potensialnya batik nanti kita bawa paket
informasi tentang batik misalkan cara membantik, cara mengelola limbah
batik kita bawain gitu informasinya. Kalau pohon industri tentang batik
belum baru bentuk paket saja karena kalau pohon industri yang dibuat itu
yang banyak manfaatnya, kalau hanya satu jenis mending kita bikini
130
paket saja kalau pohon industri kan cabangnya banyak kalau misalkan
kaya batik manfaatnya cuma satu ya kita bikini paket saja.
b. Bagaimana cara pemesanan pohon industri?
Jawaban:
Biasanya itu larinya ke penelusuran, penelusuran yang punyanya Bidang
Diseminasi, nanti mereka mesen. Bisa datang langsung bisa juga via
email, kalau ke penelusuran kirim email ke penelusuran@mail.lipi.co.id
kalau datang langsung ya ke Bidang Diseminasi. Nanti kalau mau mesen
itu isi data dulu misalkan saya mau memesan nanti isi form, kalau yang
langsung datang ke sini formnya itu ada di mejanya pak Wahid.
c. Bagaimana pendistribusian pohon industri? Dan berapa lama waktu yang
diperlukan dalam kegiatan distribusi pohon industri?
Jawaban:
Kalau dibikin banyak biasanya distribusnya kalau kita lagi pergi ke
daerah-daerah nanti kita kasih-kasih kalau kita misalnya lagi kunjungan
ke mana gitu. Dan kita ngebagi-bagiinnya itu gratis pake kantong gitu
semacam goodie bag, dan kita juga mengadakan pameran, seminar,
lokakarya nasional. Kalau kita diundang ke pameran perpusnas kita juga
bawa, atau kita misalnya diundang ke pameran tentang perubahan iklim
nanti kita buat produk paket yang sesuai dengan tema perubahan iklim,
tergantung kegiatan pamerannya apa. Misalnya kita tidak punya paket
sesuai tema pamerannya maka kita harus membuat paket dengan
menyesuaikan kegiatannya, jadi ga semuanya kita bikin mendadak karena
131
pasti sudah diberi tahu dari beberapa bulan sebelumnya biasanya dua atau
tiga bulan sebelumnya, dan kita juga memanfaatkan produk yang sudah
kita buat jadi tidak perlu membuat lagi kalau sudah punya sesuai tema
kegiatannya. Untuk berapa lamanya biasanya mereka ambil atau dikirim.
Kalau ngirim ngirim gitu kita biasanya pakai yang kilat biasanya kita
pakai jasa TIKI. 3 hari kalau jarak tempuhnya jauh.
d. Apakah PDII – LIPI memiliki kendala dalam pendistribusian pohon
industri?
Jawaban:
Kalau ini kan kalau udah jadi tinggal ngasih
e. Pihak manakah yang berperan dalam menentukan harga jual paket
informasi khususnya pohon industri?
Jawaban:
Kalau lembaga pemerintahan gitu kan ga boleh menentukan harga sendiri.
Ya paling kita mengacu ke PP (Peraturan Presiden) itu. Jadi disetorkan ke
negara ga boleh bayar langsung jadi bayarnya lewat rekening, jadi
masuknya ke PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) nah itu ada PPnya
gitu loh.
f. Bagaimana usaha yang dilakukan PDII – LIPI dalam untuk
mempromosikan pohon industri?
Jawaban:
Kita bikin brosur isinya hampir kaya yang di web kita, terus di website
yang kita punya kan suka nyebutin produk hasil kemasan yang udah
132
dibuat tuh apa saja terus pas kita lagi pergi ke daerah-daerah kita kasih-
kasihin dalam setahun kita bisa ke daerah 4 sampai 5 kali bahkan lebih,
dan kita bagi-bagikannya itu gratis pakai kantor-kantong ya semacam
goodie bag, kita juga mengadakan pameran misalkan pas di sini ngadain
seminar misalkan lokakarya nasional jadi nanti disedian sebagai souvenir,
atau misalkan kita diundang ke perpusnas kan biasanya perpusnas sering
ngadain pameran nanti misalkan ada pameran tentang perubahan iklim
nanti kita buat paket tentang perubahan iklim. Kita juga mengadakan
pelatihan cara buat kemasan, kaya anak pkl yang pkl di sini kita juga
ajarin.
g. Berapa target minimal dalam mendistribusikan pohon industri?
Jawaban:
Kalau menyetak kan biayanya banyak gak buat nyetak jadi kadang-
kadang nyetak ulang, weh ini udah abis eh masternya nyimpen di cd,
kalau cd kan misalnya ini udah abis tapi kan masternya punya jadi nyetak
lagi, jadi ga nyiapin stok banyak banget, jadi sesuai kebutuhan aja. Jadi
pas ada aja, kalau ada baru memperbanyak, kan masternya disimpan.
h. Berapa harga yang ditetapkan pihak PDII – LIPI untuk pohon industri?
Itu biasanya larinya ke kerjasama itu tadi jadi sesuai dengan hasil
kesepakatan.
i. Apa yang menjadi kendala dalam kegiatan distribusi pohon industri?
Jawaban:
Kalau ini kan kalau udah jadi tinggal ngasih.
133
4. Data mengenai efektivitas pohon industri
a. Pihak PDII – LIPI
1) Apakah pohon industri dirasa telah memenuhi kebutuhan para
pemakai?
Jawaban:
Kalau pohon industri kayanya lebih tepat, karena informasinya
lebih lengkap. Karena mencakup semua tema yang diambil.
Misalnya kaya pohon industri ikan, isinya semua tentang produk
tentang ikan udah dicakup.
2) Apakah pohon industri telah tepat sasaran?
Jawaban:
Biasanya kalau mesen sesuai dengan bidangnya. Misalnya dari
bidang kimia berarti mesannya sesuai dengan permintaan dia. Tapi
misalnya kalau yang banyakan itu paket, kalau itu sesuai dengan
permintaan dia.
3) Jika pohon industri dianggap berhasil apa upaya yang dilakukan
PDII – LIPI selanjutnya?
Jawaban:
Kalau berhasilkan kita coba membuat produk-produk lain, kalau
yang udah dibikin kan udah berarti ganti produk lain bikin yang
baru lagi. Kalau yang udah kan tinggal kasih copyannya.
4) Pesan atau keinginan Bapak/Ibu terhadap pohon industri
selanjutnya?
134
Jawaban:
Kita harus bikin lebih banyak.
135
Transkrip Wawancara dengan Pihak PDII – LIPI
Nama Informan : Wahid Nashihuddin, S.IP
Jabatan : Pustakawan
Tempat Wawancara : Ruang Sirkulasi Perpustakaan PDII – LIPI
Waktu Wawancara : 12 Juli 2017
1. Data mengenai PDII – LIPI
a. Bagaimana struktur organisasi yang terdapat di PDII – LIPI?
Jawab:
Coba dek kamu liat di website kita di situ udah ada semua.
b. Berapa jumlah karyawan yang terdapat di Bidang Diseminasi Informasi?
Jawab:
Sekitar 20 orang lebih, tapi kita gak punya data pastinya.
2. Sejarah mengenai Pohon Industri
Jawab:
a. Siapa yang memberi nama pohon industri?
Jawab:
Yang pastinya atas dek hehe saya juga masih kurang tahu karena pada
saat itu saya belum masuk ke sini. Kalau mau tahu mengenai sejarahnya
nanti tanya ke pak Tupan saja karena dia pegawai senior yang dari dulu
sampai sekarang menangani kemas ulang informasi termasuk pohon
industri kalau saya paling punya datanya saja palingan ya dek.
b. Tahun berapa pertama kalinya pembuatan pohon industri?
136
Jawab:
Totalnya kan ada sekitar 500an gitu ya. Nah pohon industri ini di sini
pertama kali yang versi cetak tahun 1998. Permasalahan umunya dalam
membuat pohon industri ya untuk menyediakan informasi bagi para buruh
atau para pekerja yang di PHK sejak adanya reformasi. Pada saat itu
industri-industri banyak yang gulung tikar. Dari sana kita bersifat aktif
untuk membantu menyediakan lapangan pekerjaan dengan menggunakan
referensi literatur yang tepat guna untuk mengatasi mereka-mereka yang
terkena PHK. Jadi mereka yang mengalami PHK itu dapat memanfaatkan
informasi dari kita untuk mereka berwirausaha. Isi dari pohon industri itu
terkait dengan pertanian, pengolahan industri kecil atau menengah
ataupun UKM. Seperti halnya informasi pertama yang dibuat tentang
singkong dan kelapa untuk industri rumah tangga. Jadi informasinya lebih
untuk teknologi tepat guna perbedayaan ekonomi masyarakat khususnya
menengah ke bawah.
137
Transkrip Wawancara dengan Pihak PDII – LIPI
Nama Informan : Rima Oktavia, M.P
Jabatan : Pustakawan
Tempat Wawancara : Ruang Sirkulasi Perpustakaan PDII – LIPI
Waktu Wawancara : 30 Agustus 2017
1. Berapa dalam setahun target membuat pohon industri?
Jawaban:
Kalau dulu kita hanya mampu buat setahun satu, tahun 2016 dua, tahun ini kita
rencana membuat lima.
2. Siapa saja yang bisa memanfatkan pohon industri?
Jawaban:
Itu mungkin yang tahu kabbid yang tahu atau mungkin Michael tahu, karena
kita kan cuma pelaksana. Dan kalau ditanya sudah berapa banyak yang sudah
memakai pohon industri sama saja nanya sudah berapa banyak koran yang
sudah disebar.
3. Tahun berapa pertama kali dibuatnya pohon industri digital?
Jawaban:
Kayanya waktu itu pas baru-baru si Michael masuk ke sini, sekitar awal tahun
2015. Pohon industri yang tercetak kita sudah mulai berhenti memproduksi itu
tahun 2010 kalau gak salah.
4. Cara pembuatan pohon industri
a. Dalam membuat pohon industri aplikasi apa yang digunakan?
Jawaban:
138
Pohon industri yang mana dulu nih, kalau pohon industri yang lalu dibuat
pakai kaya aplikasi corel atau photoshop. Corel free hand jadi untuk
khusus desain. Tapi kalau untuk saat ini kami mengembangkannya tuh
memakai indesign karena kalau yang sekarang kan konsepnya seperti
flipping book jadi kalau nunjuk ke satu bagian misalnya batang diklik dia
akan megelink ke jadi nanti dibagi misalnya di batang prosesnya apa ke
mana terus sampai ke artikel kita pakai sistem pengelinkan. Sebelumnya
kita lebih pakai ke gambar kaya bagan ya jadi kalau dulu dalam satu
lembar kertas itu kita buat misalnya daun, nanti ada bagiannya diapain
diapain, dalam bentuk gambar dalam satu lembar kertas. Biasanya ukuran
poster atau A3. Kalau sekarang konsep kita untuk pohon industri itu ke
digital. Jadi kita membuatnya pakai indesign jadi semuanya mengelink
jadi orang bacanya dengan mengklik di yang ingin dia tahu, misalnya
mengklik batangnya akan masuk ke sub sub bab yang akan membahas
batang. Jadi gak bisa secara langsung dilihat apa aja sih. Lain dengan
visual yang lama kan bisa langsung ketahuan kita bisa membaca akhir oh
ini nyambungnya ke sini, sekarang engga. Tapi memang bedanya kalau
pohon industri yang lama tidak ada referensi artikel. Tapi yang digital itu
kita cantumkan cuma sampai abstrak karena untuk menghindari hak cipta
gak sampe full text, kalau full text takutnya masih mempunyai hak cipta
daripada terjadi pelanggaran hak cipta kan jadi cuma sampai abstrak. Jadi
keterangannya apa saja cuma sampai abstrak, jadi gak full text. Tadinya
kita pengennya full text tapi daripada nanti ada kasus ya jadi disetarakan
139
hanya abstrak. Kalau kami kan sourcenya di kami semua, misalnya
banyaknya di ISJD atau sourcenya punya PDII – LIPI jadi kalau ada yang
butuh sampai artikelnya dan kalau tidak terganjar hak cipta kita sediakan
artikelnya. Untuk menghindari HAKI kita juga kaya gambar kita
membuat gambar sendiri, tahun ini kita mulai untuk membuat gambar
sendiri. Kita kan juga ada audio, itu kan ada beberapa audio yang punya
HAKI juga ya. Jadi pengembangan kita masih mencari mana yang paling
aman untuk dikembangkan dan untuk disebarluaskan. Pohon industri
digital kan pakainya indesign kita bisa masukin audio di sana. Sebenarnya
yang bertanggung jawab di bidang desainnya lagi sedang mengurus ingin
sekolah di luar, jadi kita dishare untuk dapat mengerjakan ramai-ramai.
5. Data mengenai distribusi pohon industri
a. Bagaimana pendistribusian pohon industri?
Jawaban:
Kita sempat mendemokan pohon industri ke Australia, dan yang kita
dapatkan ternyata mereka saja yang tingkat pendidikannya masih lebih
tinggi daripada Indonesia, tapi mereka takjub dengan menganggap oh ya
ya kenapa tidak membuat seperti itu.
b. Apakah PDII – LIPI memiliki kendala dalam pendistribusian pohon
industri?
Jawaban:
Masih menjadi halangan untuk membuka pohon industri karena adanya
flash salah satunya ya mungkin mereka belum aware dengan adanya
140
pohon industri itu mereka belum tahu isinya tuh apa. Kendalanya tuh itu.
Dan kita juga karena selama ini PDII – LIPI menyimpan di web dan
anggaplah itu merupakan hal yang ternyata sangat menarik tapi karena
orang belum tahu ternyata itu menarik sepegimana jadi gak
terdistribusikan atau gak sampe.
6. Pesan atau keinginan Bapak/Ibu terhadap pohon industri selanjutnya?
Jawaban:
Rencana kedepan kita tetap akan membuat yang model lama itu untuk
informasi, jadi akan disharing ke pengguna, jadi bisa ditempatkan ke
perpustakaan masing-masing.
141
Transkrip Wawancara dengan Pihak PDII – LIPI
Nama Informan : Michael Andikawan Silalahi, S.Des
Tempat Wawancara : Ruang Sirkulasi Perpustakaan PDII – LIPI
Waktu Wawancara : 30 Agustus 2017
1. Siapa saja yang bisa memanfatkan pohon industri?
Jawaban:
Jadi pohon industri itu bukan untuk perorangan, mahal lagi kalau yang beli
perorangan, dan distribusinya sulit sih. Sebenarnya bisa saja kita bagi-bagi
untuk perorangan tapi saat dibagi perorangan gitu daya fungsinya belum tentu
sampai, jadi misalnya kaya mbak yang belum tahu apa-apa tentang aplikasi itu
terus saya kasih palingan cuma dibuka terus udah, belum tentu dibuka juga kan.
Karena pohon industri baru ingin diangkat tingkat nasional jadi kita masih
berdiri sendiri, kalau kita dibilang satu instansi kita juga bukan satu instansi,
kalau satau instansi itu sampai enselon LIPI, tapi kita masih di partnya LIPI,
jadi kita masih teseong-seok masih menilai ini itu, jadi kita masih di tahap
inovasi karena ini masih baru ya, sampai sekarang walau sudah establish
beberapa lama tapi untuk pohon industri yang sekarang yang berbentuk digital
itu di tingkat LIPI dan Nasional beberapa minggu lalu dikatakan masih di tahap
inovasi, jadi masih baru. Seingat saya yang sudah memesan pohon industri
digital ada yang dari aceh, UIN Aceh terus STAIN Kudus, terus di Pekalongan
tuh saya ga tahu namanya, pokoknya di Pekalongan kita juga sudah taro, terus
Jember, lembaga tembakau, terus di Jakarta ada pohon industri padi di House of
142
Rice jadi dia kaya NGO (Non Goverment Organization) gitu jadi non profit,
bukan dari pemerintah. Jadi sampai sekarang ya karena distribusinya belum
sampai ke banyak orang jadi levelnya masih untuk mempermudah bisnis dan
penelitian, padahal tuh pohon industri itu bisa sebagai bahan sarana edukasi
juga kan sebenarnya nah tapi ya itu kita masih terus ngembangin, melihat terus
dari sisi hukum penyebarannya kaya gimana kita harus benar hati-hati, karena
malu-maluin banget ya ini lembaga penelitian terus kita ngelanggar HAKI,
waduuhh bahaya itu, jadi kita masih terus ngeliat bagaimana penyebarannya.
Untuk sarana edukasi saya rasa anak SMP juga sudah ngerti, menurut saya
dengan tipe kemasan seperti itu anak SMP juga bisa dipaparin itu, kalau SD
mungkin ya kalau anaknya pinter yaa nyambung kalau engga ya engga. Tapi
kalau anak SMP bisa mengerti lah dengan ngeklik-ngeklik terus bisa tahu oh
ternyata bisa ini ya.
2. Cara penggunaan pohon industri digital?
Jawaban:
Kalau mau ngegunai pohon industri itu komputer kita harus terinstall aplikasi
flash, harus nginstall flash itu sudah basic sekali kok, maksudnya flash itu kaya
kita mau menonton video di youtube tapi saya gak punya video player. Video
player itu sebenarnya tidak terotomatis terinsall di PC, jadi flash itu bukan
merupakan aplikasi yang kompleks sekali bukan sejenis adobe photoshop atau
apa tapi ada yang namanya adobe flash reader itu hanya ngeklik itu akan
kedownload. Flash player yang kita pilih itu juga standar jadi kita berusaha
meminimalisir itu. Karena gak ada cara lagi untuk interaktif kalau tidak ada
143
flash. Flash itu juga kita cari yang paling basic banget itu di komputer untuk
buka interaktif, karena targetnya interaktif kan. Nah kalau untuk perpustakaan
itu kita kasih execute a file aplikasi, itu sama kaya flash, jadi flash itu ada FLA
itu untuk bisa edit isinya, SWF harus pakai flash player, atau execute yang
sering dianggap virus karena dia aplikasi bisa berjalan sendiri, nah tapi kalau
distribusinya pakai exe, tamat mbak harus didownload dulu kan, jadi kalau
pakai yang exe ini tidak perlu aplikasi apapun tapi downloadnya 90mb, jadi
untuk di web saya dan tim IT merasa lebih baik menggunakan flash player saja
dibandingkan didownload, karena 100mb loh siapa yang mau download hehe.
3. Cara pembuatan pohon industri
a. Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembuatan pohon industri
digital?
Jawaban:
Dua bulan, kalau tinggal visualisasinya ya beda-beda tergantung siapa
yang bikinnya. Tapi kalau full ngerjain itu doang 2 minggu selesai, cepat
sekali, satu orang lagi yang ngerjain. Tapi balik lagi itu kalau gak ada
pekerjaan lain yang harus dikerjain juga ya. Kita SDMnya dikit banget,
tapi kita realisasinya dua bulan tiga bulan, eh tapi dua bulan tiga bulan itu
udah ini itu ini itu udah sama nyari-nyari, nyeleksi. Karena habis jadi
pohon nih yang ngedesain kalau baca ngeliat lagi oh kayanya ini gak bisa.
Kaya waktu itu kondisinya kaya gini bunganya tembakau ada sukrosanya
dibacanya, oh ada sukrosa, sukrosa bisa dijadiin apa, padahal kalau kita
baca lagi ternyata sukrosanya hanya kecil sekali, jadi sukrosa itu tida bisa
144
difungsikan hanya ada kandungan sukrosa di bunga tembakau tapi tida
bisa digunakan, nah kalau kaya gitu kan harus dianalisis lagi kaya gitu-
gitunya, makan waktu digitu gitunya, jadi nanti artikelnya dikeluarin dari
situ dan tidak bisa dibikin sub jadi kan yang benar-benar di sub itu yang
benar-benar ada fungsi dan penjelasannya.
b. Dalam membuat pohon industri aplikasi apa yang digunakan?
Jawaban:
Kita pakai adobe family, kita gak cuma pakai indesign doang, gak cuma
photoshop, gak cuma llustrator pokonya kita pakai semua dah jadi multi
aplikasi. Bayangan mbak kita disuruh gambar, semua orang tidak bisa
gambar ya alatnya kita percanggih jadi kita pakai, wah udah berasa jadi
agensi desain deh alatnya yang layar segini yang langsung begini yang
bisa ngejiplak dari foto atau apa yang penting kan kalau sudah diredraw
kita sudah menang HAKInya, kita sudah gak terjepit HAKI.
c. Apa yang menjadi kendala dalam pembuatan pohon industri?
Jawaban:
Kita lebih ke SDM kemasan sih. Saya, Mbak Ira, Mbak Rima, Pak Tupan,
Mas Saiful, Bu Cici, Bang Andre, Mas Lili, kita berdelapan, dari
berdelapan yang basicnya benar-benar dari desain komunikasi audio
visual cuma saya, tapi saya bakalan mati ngerjain itu sendiri hehe, kerjaan
saya bukan cuma itu, jadi ya ini yang dari ilmu perpustakaan jagoan
semua, kita sama-sama belajar lah, dan ngembangin. Sekarang kita
berdelapan mulai dari bikin populasi artikelnya dulu baru dianalisis baru
145
diseleksi dulu, baru divisualisasikan. Makanya tahun kemarin kita buat
empat, itu kita sudah kaya apaan tahu hahaha. Oh iya kita bersembilan
sama Pak Sis, tapi Pak Sisnya udah mau pensiun, Bang Andrenya mau
sekolah, sayanya mau sekolah, Mbak Ira sekolah, jadi nanti tinggal lima
tahun besok. Jadi kita gak bisa mengikuti sekolah, itu agak susah jadi kita
lebih fokus ke stake holder, karena kita sadar keterbatasan orang dan ga
bisa kaya pemerintah-pemerintah lain tuh yang anggarannya ada, tapi
memang kita ada anggaran tapi belum ke arah itu, karena itu belum
menjadi prioritas karena masih pengembangan, masih diuji terus, kajian
saya juga untuk menguji itu. Saya menguji artikel itu benar-benar menjadi
daya fungsi komunikasinya meningkat, itu masih diuji sampai sekarang,
untuk dinilai sekitar 60% an lah kecepatannya. Jadi itu sudah dibuat
perbandingannya dari artikel yang ada di pohon indutri sama pohon
industrinya jadi misalnya pohon industri ini mengandung 100 artikel, jadi
100 artikel digabrukin dikasih gitu kecepatannya meningkat 60%an lah
untuk ngebaca kalau itu apa.
4. Data mengenai distribusi pohon industri
a. Bagaimana pendistribusian pohon industri?
Jawaban:
Pohon industri itu kan produk yang penyebarannya agak sulit ya, terus
terang kita sih sudah buka ke internet tapi sebelum-sebelumnya kita pakai
stake holder jadi perpustakaan-perpustakaan mana baru didisplay di
tempatnya. Karena file sebesar itu susah didistribusikannyaa. Kita udah
146
taro di Pekalongan, terus di STAIN Kudus jadi stake holder stake holder
yang relasi sama kita sih. Untuk berapa banyak yang sudah ngegunain
kita gak bisa ngedetect sih. Jadi pohon industri ataupun produk kemasan
lainnya belum lazim disebar di perpustakaan, kalau sekarang ini tahap
euphoria orang tuh masih kaget, masih kaya oh ada ini ya ada ini ya, jadi
masih ke situ. Jadi distribusinya masih belum lancar kaya buku. Jadi
karena memang di kita masih terus ngembangin dari dulu sampai
sekarang. Sepenglihatan saya yang melakukan atau membuat pohon
industri, kaya perpusnas saya juga belum lihat, tapi kalau dari sisi
kementerian atau organisasi lain baru KEMENPERIN tapi itu juga masih
sebatas bikin skemanya doang. Jadi sebelumnya tuh informasi bukan
cuma informasi ilmiah, nah kalau sekarang kita spesifikin lagi hanya
informasi ilmiah, nanti dipetakan berdasarkan fungsi jadi sudah
dikelompokkan-kelompokkan lagi. Sekarang kan kita sudah, yaa pilot
project kita mulai taro di internet, tapi tetap saja susah, karena satu file itu
bisa makan sampai sekitar 100mb.
b. Apakah PDII – LIPI memiliki kendala dalam pendistribusian pohon
industri?
Jawaban:
Untuk sekarang ya itu tadi, kita gak bisa sembarangan nyajiin artikel full
text di dalam pohon industri , kita bisa ke gontok sama HAKI kalau
sembarangan, karena kita agak liar ya idenya karena di mana-mana orang
benchmarking lalu ngikutin nah kalau kita kan mengembangkan yang kita
147
bikin sendiri. Makanya kita sekarang masih ngembangin pohon industri
itu dan pendistribusiannya. Kita juga belum ada tempat benchmarking.
Tahun lalu saya ke Australia mereka malah bilang saya mau dong,
mereka malah begitu hehehe.
5. Pesan atau keinginan Bapak/Ibu terhadap pohon industri selanjutnya?
Jawaban:
Kedepannya kita ingin membuatkan di aplikasi android. Tapi kan tetap
distribusi satuan orang dengan full text itu berat, kita tuh benar-benar waspada
sekali karena kita tuh gak boleh gegabah. Karena semua artikel ada di sini tapi
tetap itu kan masih dipikirkan tanda tangan kerjasama dengan penerbit atau apa
jadi memang niatnya tetap haru terus. Orang yang ngegunain pohon industri itu
harus tetap ke sini untuk ngambil full textnya dan itu hanya sarana, istilahnya
orang bisa membuka katalog kita atau katalog perpusnas tapi untuk membuka
katalog itu belum tentu ngerti kan nah ini lebih bagaimana menyajikan katalog
itu lebih mudah, jadi informasinya itu sampe dulu. Karena pohon industri hanya
mencakup di atas, misalnya pohon industri ikan, misalnya ikan bisa buat apa,
jadi dulu kita lebih ngasih tahu hasil penelitian udah sampe mana, jadi pohon
industri itu memang untuk pengetahuan di general. Tapi semua itu kita masih
kaji sejauh mana kita bisa kasih bebas. Karena gak semua orang seneng kan
suruh datang ke sini, kita juga tahu generasi sekarang kan memang susah untuk
datang langsung ke sini sialnya kita ada di daerah Gatot Subroto yang macetnya
luar biasa, jadi mau kita gimanain juga, walau pohon industri sebagus apapun
itu kita bikin tapi orang enggan datang ke sini, huuuhh pertimbangan kita
148
banyak lah. Memaksa orang ke sini kita binguung banget, kita harus kasih
fasilitas, otomatis harus ada anggaran, kita harus mengubah perpustakaan ini.
Setelah kita mengubah perpustaan ini sekeren kaya perpustakaan di Australia
sekalipun kalau jalanannya masih kaya gitu belum tentu mau, jadi ada banyak
hal. Untuk sekarang itu semua kita masih ngembangin, tapi setahun atau dua
tahun ke depan mudah-mudahan sudah ada di aplikasi android dengan batasan
fitur yang masih kita pertimbangkan karena kita ingin berusaha ngasih fitur
terbanyak tapi jangan sampe karena kita terlalu peduli sama pemustaka kita
kejebak sendiri sama HAKI. Kan kita juga harus ngelihat perusahaan ini masa
depannya seperti apa, jadi jangan cuma karena kita ingin membahagiakan
pemustaka mati kita ke depannya karena banyak tuntutan, jadi masih banyak
pertimbangan.
149
Transkrip Wawancara dengan Pihak Pengguna Pohon Industri
Nama Informan : Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA
Jabatan : Kepala UPT
Tempat Wawancara : Via Email
Waktu Wawancara : 19 Juli 2017
1. Data Profil Ibu Desak
a. Nama Lengkap : Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA
b. Alamat Tempat Tinggal : Larangan Mega Asri B 28, Sidoarjo - Jatim
c. Nama Instansi Bekerja : UPT PSMB-LT Jember
d. Alamat Tempat Bekerja : Jl. Kalimantan No. 1 Jember
e. Jabatan : Kepala UPT
2. Data mengenai efektivitas pohon industri
a. Pihak pemakai
1) Apakah Ibu Desak sering melanggan pohon industri yang
dihasilkan PDII -LIPI? Jika jawabannya Ya, dalam setahun berapa
kali Ibu memesan pohon industri pada PDII – LIPI?
- Hanya 1 kali, karena kami bergerak di bidang pertembakauan,
kedepan kami memang menginginkan untuk komoditi yang
lain.
2) Bagaimana pendapat Ibu mengenai produk pohon industri?
- Sangat baik
3) Apakah pohon industri telah memenuhi kebutuhan informasi
mengenai tembakau yang diharapkan Ibu Desak?
150
- Sementara ini ya
4) Apakah Ibu puas dengan pohon industri?
- Sangat puas
5) Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam pemakaian pohon industri?
- Selama ini belum
6) Apa yang menjadi masukan atau harapan Ibu terhadap pohon
industri?
- Harapan untuk pohon industri tetaplah dikembangkan untuk
komoditas yang lain karena sangat bermanfaat serta
menginspirasi orang untuk melakukan explor lebih banyak
potensi yang dimiliki komoditas tersebut.
164
Lampiran 4: Tabel Analisis Data Hasil Penelitian Berdasarkan Tema
Tema Pokok Tema Hasil
Analisis
Sub Tema Penjelasan
Konten Pembuatan
Pohon Industri
Tema yang dipilih berdasarkan fenomena (trend) dan
berdasarkan permintaan.
1. Kalau masalah itu biasanya berdasarkan
permintaan, dan ada juga berdasarkan yang
sedang ngetrend saat itu. Disesuaikan pula
dengan pemerintahan, karena LIPI kan lembaga
penelitian jadi harus menyesuaikan dengan
pemerintah…. (Pak T).
2. Pohon industri latar belakang dibuatnya itu
proaktif, kita itu kan proaktif yah, responsif
maksudnya merespon dari fenomena-fenomena
yang muncul di Indonesia….. yang kedua juga
dibuatnya berdasarkan permintaan misalnya yang
kemaren seperti tembakau, kalau itu permintaan
bukan ide dari kita karena kita kan tidak melihat
menurut padangan kita tembakau tidak masalah
tapi di sana ternyata melihat cuma dipake rokok
saja coba dicarikan yang dari aspek positifnya…..
(Pak M).
- Fenomena (trend)
- Permintaan
Tahap pembuatan pohon industri
1. Jadi kalau kita udah dapat perintah misalnya dek
bikinkan pohon industri topiknya ini tolong
carikan informasinya. Akhirnya kita itu
membentuk tim jadi kan topiknya sudah ada itu,
jadi timnya itu tim penelusur, jadi misalkan kita
rapat menentukan keywordnya, misalnya jagung
setelah itu apa zeamais setelah itu apa corn
setelah itu apa mais jadi kata kunci kata kunci
sinonimnya itu kita ini semua, kita catat jadi kalau
tidak ketemu kata kunci ini pakai kata kunci ini,
kata kunci ini, kata kunci ini, kata kunci ini
dengan sinonim Bahasa Latinnya, Bahasa
Inggrisnya karena ada komoditas yang hal
tertentu yang belum masuk dalam. Kaya misalkan
ada cangkudu, ada mangkudu, pentis, pacik, noni
buah noni tuh di Malaysia tuh itu gak ada di
Bahasa Inggris tuh, itu misalnya. Nah itu
ditentukan oleh tim. Setelah itu kita menelusur,
menelusur itu dibagi-bagi, kamu cari di chemical abstrak, kamu nyari di sumber ini, kamu cari di
Tercetak
- Mencari literatur
dari berbagai
sumber
- Menganalisis
- Membuat skema
- Diedit
- Diserahkan ke
bagian desain
- Dicetak
Digital
- Mencari literatur
dari berbagai
sumber
- Menganalisis
- Membuat skema
- Diedit
- Diserahkan ke
bagian desain - Dibuat flipping
165
indeks ini indeks ini indeks ini ga bentrok gitu ya,
karena sumber informasi itu kan banyak banget
kita bagi-bagi gitu ya biar gak overlap. Setelah
dapet semua itu kita kumpul lagi kita analisis kita
udah mulai membuat skema itu yang sudah kamu
temukan apa misalnya dan termasuk kata kunci itu
sudah kita kaya misalnya daun itu istilahnya apa
sih netrofolia apa gitu kalau batangnya apa
istilahnya oh akarnya apa istilahnya, ya istilah
istilah itu jadi nanti juga sama pemanfaatannya
itu apa ya Bahasa istilahnya di situ preparation
atau used pokonya kalau ada kata kata itu baru
kita ambil kata kata itu kita ambil setelah itu
sudah kita lanjut lagi. Oh ya tahap analisisnya itu
setelah kita menelusur setelah itu kita baca lagi
dan ternyata banyak juga yang gak sesuai gitu
judulnya gini gini gini ternyata setelah kita baca
loh isinya gini akhirnya ga jadi, seperti itu. Editor
itu sebagai approval. Setelah itu kita
menyusunnya dengan membuat skema, setelah
disusun itu sambil tetap kita analisis, setelah itu
semua baru kita serahkan ke editor jadi kadang-
kadang kita ada yang artikelnya ada yang hampir
sama. Setelah editor selesai mengoreksi kita lari
ke desain atau pra cetaknya gitu ya, kita juga
mengumpulkan gambar-gambarnya yang
bagusnya bisa digunakan untuk apa misalnya
kerajinan apa nanti gambarnya apa kalau jaman
dulu gambar-gambar itu ditempel baru kalau
sekarang ada photoshop atau indesign kita pakai
itu. Kalau sudah lulus di editor katanya oh ini
boleh dicetak, pas dicetak juga banyak yang
dikoreksi lagi kalau sudah boleh cetak baru cetak.
Untuk sekarang kita kan membuat pohon industri
yang berbentuk elektronik nah itu semua dibuat
oleh si Michael bagian desain yang membuat
semacam flipping book gitu nanti. (Pak M).
2. Mencari literaturnya, terus ya dianalisis ini buat
apa ini buat apa analisis atau pengelompokan gitu
loh. Ini kan misalkan tanaman jagung gitu kan ini
misalkan akarnya buat apa saja, batangnya untuk
apa saja, daunnya untuk apa saja gitu
dikelompokkan terus dianalisis misalkan daun ini untuk pakan ternak atau untuk pupuk gitu loh,
book
- Masukkan dalam
CD
166
kalau sudah lengkap ya tinggal dibuat kaya skema
gitu tapi biasanya kan yang buat itu kan yang
desain pak Michael itu. Kalau yang digital dibuat
kaya flipping book gitu nanti kalau sudah selesai
baru dimasukin ke CD. (Pak T).
Pembuatan pohon industri memerlukan waktu yang
tidak singkat
1. 1 bulan palingan jadi. Yang lama kan mencari
literaturnya. (Pak T)
2. Biasanya deadlinenya itu 30 hari. (Pak M)
3. Dua bulan, kalau tinggal visualisasinya ya beda-
beda tergantung siapa yang bikinnya. Tapi kalau
full ngerjain itu doang 2 minggu selesai, cepat
sekali, satu orang lagi yang ngerjain. Tapi balik
lagi itu kalau gak ada pekerjaan lain yang harus
dikerjain juga ya.…. (Mas A)
Sekitar sebulan, dua
bulan waktu yang
diperlukan untuk
membuat pohon
industri. Kalau pun
sampai tiga bulan itu
sudah nyambi
mengerjakan
pekerjaan yang lain
juga.
Memanfaatkan e-journal untuk pencarian literatur
….Tapi kalau dulu jurnalnya kan banyak dulu
kita langganan jurnal sampai ribuan judul, tapi
kalau sudah ke sini sini kan pakainya e-journal.
Kita carinya kaya di Portal Garuda, Science
Direct, Perpustakaan Naional, dll. (Pak T)
Literatur yang
diperlukan pohon
industri pada masa
lalu dari berbagai
literatur seperti
chemical abstrak,
kalau sekarang hanya
mencari artikel di e-
journal seperti di
Portal Garuda,
Science Direct,
Perpustakaan
Naional, dll.
Komputer, CD-ROM, dan aplikasi adobe family
menjadi peralatan dan penunjang dalam
pembuatan pohon industri
1. Ya palingan CD sama komputer. (Pak T)
2. Kita pakai adobe family, kita gak cuma pakai
indesign doang, gak cuma photoshop, gak cuma
llustrator pokonya kita pakai semua dah jadi multi
aplikasi…. (Mas A)
- Komputer
- CD
- Aplikasi Adobe
Family (indesign,
photoshop,
llustrator)
167
Pengelolaan Pengelolaan
Pohon Industri
Proses pembuatan pohon industri membentuk tim
kecil sendiri (fleksibel)
Tidak, biasanya kalau membuat pohon industri
atau paket informasi kita membuat tim kecil gitu
ada sekitar 5 orang. Jadi fleksibel tidak kaku gitu,
tidak membuat panitia, penanggung jawabnya sih
ada. Misalnya saya dulu menunjuk pak
Tupan.….(Pak M)
Fleksibel
PDII – LIPI melakukan evaluasi tiga kali dalam
setahun
….Tapi kalau sekarang kan ada penetapan
kinerja, jadi pada awal tahun ingin mengerjakan
apa misalnya pohon industri berapa, menulis di
jurnal nasional berapa itu semua ditetapkan di
awal tahun, nanti dievaluasi setiap empat bulan
jadi tiga kali dalam setahun. (Pak T)
Tiga kali dalam
setahun
Penetapan harga pohon industri berdasarkan PP
(Peraturan Presiden)
1. Kalau lembaga pemerintahan gitu kan ga boleh
menentukan harga sendiri. Ya paling kita
mengacu ke PP (Peraturan Presiden) itu. Jadi
disetorkan ke negara ga boleh bayar langsung
jadi bayarnya lewat rekening, jadi masuknya ke
PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) nah itu
ada PPnya gitu loh. (Pak T)
2. Sebenarnya gini salah satu kelemahan kita belum
bisa karena kita ini belum ada ininya tarifnya gitu
ya paling yang foto kopi 1 lembar kan Rp 150
perak gitu kan, terus kalau penelusuran 1 topik Rp
10.000 kalau paket 1 topik Rp 500.000 ada
tarifnya. Nah pohon industri itu belum masuk
dalam PP Tarif BPPT jadi semua yang belum
masuk ke dalam tarif itu masuknya ke dalam
kerjasama, nah di kerjasama itu ada nego,
misalnya pohon industri ini berapa, itu kaya
pohon industri tembakau itu hampir Rp
100.000.000 itu. Setelah kontrak kerjasama itu
misalnya kan ada pembicaraan tentang waktu,
tentang biaya, malah itu melibatkan banyak orang
juga, waktu, keahlian termasuk desainer itu
ya.(Pak M)
Berdasarkan PP
Penyebaran pohon industri dengan membuat brosur,
dishare di web PDII – LIPI, mengadakan pameran,
menunjukkan produk hasil kemasan pada saat ada
- Brosur
- Dishare di web
PDII – LIPI
168
undangan, mengadakan seminar, membagikan secara
gratis
1. Kita bikin brosur isinya hampir kaya yang di web
kita, terus di website yang kita punya kan suka
nyebutin produk hasil kemasan yang udah dibuat
tuh apa saja terus pas kita lagi pergi ke daerah-
daerah kita kasih-kasihin dalam setahun kita bisa
ke daerah 4 sampai 5 kali bahkan lebih, dan kita
bagi-bagikannya itu gratis pakai kantor-kantong
ya semacam goodie bag, kita juga mengadakan
pameran misalkan pas di sini ngadain seminar
misalkan lokakarya nasional jadi nanti disedian
sebagai souvenir….(Pak T)
2. Pohon industri itu kan produk yang
penyebarannya agak sulit ya, terus terang kita sih
sudah buka ke internet tapi sebelum-sebelumnya
kita pakai stake holder jadi perpustakaan-
perpustakaan mana baru didisplay di tempatnya.
Karena file sebesar itu susah didistribusikannyaa.
Kita udah taro di Pekalongan, terus di STAIN
Kudus jadi stake holder stake holder yang relasi
sama kita sih…. (Mas A)
- Mengadakan
pameran
- Menunjukkan
produk kemasan
pada saat ada
undangan
- Mengadakan
seminar
- Membagikan
secara gratis
Pengguna pohon industri bukan dari perorangan tetapi
dari industri kecil dan menengah
1. Industri kecil dan menengah…. (Pak T)
2. Jadi pohon industri itu bukan untuk perorangan,
mahal lagi kalau yang beli perorangan, dan
distribusinya sulit sih. Sebenarnya bisa saja kita
bagi-bagi untuk perorangan tapi saat dibagi
perorangan gitu daya fungsinya belum tentu
sampai…. Seingat saya yang sudah memesan
pohon industri digital ada yang dari aceh, UIN
Aceh terus STAIN Kudus, terus di Pekalongan tuh
saya ga tahu namanya, pokoknya di Pekalongan
kita juga sudah taro, terus Jember, lembaga
tembakau, terus di Jakarta ada pohon industri
padi di House of Rice jadi dia kaya NGO (Non
Goverment Organization) gitu jadi non profit,
bukan dari pemerintah…. (Mas A)
Industri kecil dan
menengah
Pemesanan pohon industri dapat datang langsung ke
Bidang Diseminasi Informasi PDII atau melalui email
Biasanya itu larinya ke penelusuran, penelusuran
yang punyanya Bidang Diseminasi, nanti mereka mesen. Bisa datang langsung bisa juga via email,
- Datang langsung
ke PDII – LIPI
- Melalui email
169
kalau ke penelusuran kirim email ke
penelusuran@mail.lipi.co.id kalau datang
langsung ya ke Bidang Diseminasi. Nanti kalau
mau mesen itu isi data dulu misalkan saya mau
memesan nanti isi form, kalau yang langsung
datang ke sini formnya itu ada di mejanya pak
Wahid. (Pak T)
Menggunakan jasa paket antar
…. Kalau ngirim ngirim gitu kita biasanya pakai
yang kilat biasanya kita pakai jasa TIKI. 3 hari
kalau jarak tempuhnya jauh. (Pak T)
- TIKI
- 3 hari (jarak jauh)
Berhati-hati dalam pendistribusian agar tidak terkena
HAKI
Untuk sekarang ya itu tadi, kita gak bisa
sembarangan nyajiin artikel full text di dalam
pohon industri , kita bisa ke gontok sama HAKI
kalau sembarangan, karena kita agak liar ya
idenya karena di mana-mana orang benchmarking
lalu ngikutin nah kalau kita kan mengembangkan
yang kita bikin sendiri. Makanya kita sekarang
masih ngembangin pohon industri itu dan
pendistribusiannya…. (Mas A)
Tidak menyajikan
artikel full text di
dalam pohon
industri agar tidak
terkena HAKI.
Membuka pohon industri di internet harus
terinstall flash terlebih dahulu
Masih menjadi halangan untuk membuka pohon
industri karena adanya flash salah satunya ya
mungkin mereka belum aware dengan adanya
pohon industri itu mereka belum tahu isinya tuh
apa. Kendalanya tuh itu. Dan kita juga karena
selama ini PDII – LIPI menyimpan di web dan
anggaplah itu merupakan hal yang ternyata
sangat menarik tapi karena orang belum tahu
ternyata itu menarik sepegimana jadi gak
terdistribusikan atau gak sampe. (Ibu Rima)
Membuka pohon
industri dari internet,
PC yang digunakan
harus terinstall
aplikasi flash.
Hasil Guna Efektivitas
Pohon Industri
Pohon industri dirasa telah memenuhi kebutuhan
pengguna dan tepat sasaran.
1. Kalau pohon industri kayanya lebih tepat, karena
informasinya lebih lengkap. Karena mencakup
semua tema yang diambil. Misalnya kaya pohon
industri ikan, isinya semua tentang produk tentang
ikan udah dicakup. (Pak T)
2. Biasanya kalau mesen sesuai dengan bidangnya.
Misalnya dari bidang kimia berarti mesannya sesuai dengan permintaan dia. Tapi misalnya kalau yang
- Telah tepat sasaran
- Telah memenuhi
kebutuhan
pengguna
170
banyakan itu paket, kalau itu sesuai dengan
permintaan dia. (Pak T)
3. Sementara ini ya. (Ibu D)
4. Hanya 1 kali, karena kami bergerak di bidang
pertembakauan, kedepan kami memang
menginginkan untuk komoditi yang lain. (Ibu D)
171
Lampiran 5 : Dokumentasi
172
173
Lampiran 6: Surat Izin Penelitian ke PDII – LIPI
174
Lampiran 7: Surat Balasan Izin Penelitian dari PDII – LIPI
175
Lampiran 8: Lembar Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
176
Lampiran 9: Lembar Bimbingan Skripsi
164
BIODATA PENULIS
FATHIYATUL RIZKIYAH. Lahir di Jakarta,12 Desember
1995. Anak kedua dari dua bersaudara. Ayahanda Asep
Suryana, S.E dan ibunda Dra. Inayah Yusuf. Saat ini bertempat
tinggal di Jalan Benda Pedurenan Gang H. Musa RT 008 RW
04 No. 38, Kelurahan Cilandak Timur, Kecamatan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan, Kode Pos 12560. Riwayat pendidikan
yang pernah ditempuh di antaranya, Madrasah Ibtida‘iyah Darussa‘adah Cilandak
Timur (2000-2007), SMPN 212 Jakarta (2007-2010), SMK Al-Hidayah 1 Jakarta
(2010-2013). Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta Ilmu Perputakaan dan Informasi di Fakultas Adab dan
Humaniora, dengan menulis skripsi berjudul Produk Pohon Industri : Analisis Kemas
Ulang Informasi di PDII - LIPI. Penulis pernah menjalani praktek Kerja Lapangan
(PKL) di PDII – LIPI (tahun 2016) selama satu bulan dan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Sukatani, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang – Banten (Tahun 2016)
selama satu bulan. Adapun organisasi dan ekstrakulikuler yang pernah diikuti adalah:
1. Anggota Tim Bola Basket di MI Darussa‘adah Cilandak Timur (tahun 2005-
2007)
2. Anggota Tim Bola Basket di SMPN 212 Jakarta (tahun 2007-2009)
3. Anggota Tim Penari Tradisional di SMK Al-Hidayah 1 Jakarta (tahun 2011-
2012)
4. Anggota LSO JIP TRADA (Saman Dance) di Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Ketua Umum LSO JIP PERS di Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (tahun 2015-2016)
6. Anggota Divisi Kemahasiswaan HMJ Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (tahun 2015-2016)
top related