skizofren paranoid
Post on 26-Oct-2015
8 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. Identitas.
Nama : Sdr. S
Umur : 29 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sidorejo RT 02 / IX, Baturetno, Wonogiri.
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 13 Mei 2012
Tanggal Periksa : 13 Mei 2012
No CM :
B. Riwayat Psikiatri
1. Keluhan Utama : tidak ada nafsu makan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Alloanamnesis : (Tn. Hadi Mulyono, 52 th, kakak kedua pasien yang
tinggal serumah dan mengetahui kegiatan pasien)
Sejak kurang lebih 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mulai
tidak ada nafsu makan, pasien sering tidak makan nasi sama sekali tetapi
kadang makan cemilan dan hanya sedikit-sedikit. Pasien juga sering
tampak melamun, jarang keluar rumah serta menarik diri dari pergaulan
dengan teman-temannya. Pasien jarang berbicara meskipun diajak bicara
oleh keluarganya, kalaupun menjawab hanya sekadarnya tapi masih dapat
dipahami (misalnya yo wis, yo mbuh). Pasien tidak mau melakukan
pekerjaannya di sawah dan pekerjaan di rumah bahkan pasien jarang
mandi.
Pada siang hari, pasien lebih banyak mengisi kegiatannya hanya
dengan diam dan kadang tidur. Sedangkan malam hari pasien sering sulit
tidur, mondar-mandir dan berbicara sendiri seolah-olah berbicara dengan
orang lain, dengan perkataan yang tidak jelas.
Pasien adalah lulusan SMEA di Wonogiri. Setelah lulus, 10 tahun
yang lalu, pasien (19 tahun) merantau ke Jakarta dan mendapatkan
pekerjaan sebagai satpam di sebuah hotel. Pada akhir tahun 2003, dia tiba-
tiba berhenti bekerja tanpa sebab yang jelas, kemudian pulang ke
Wonogiri. Pasien mulai menunjukkan perubahan perilaku tetapi ia masih
dapat membantu kakak keduanya bekerja di sawah dan melakukan
aktivitas sehari-sehari serta berkumpul dengan teman-temannya. Tiga
bulan kemudian, perubahan perilaku pasien bertambah parah. Pasien
menjadi sering pendiam, kadang ia juga bicara sendiri. Pasien mudah
tersinggung dan marah, bahkan melempar batu, memukul orang bila
orang lain menatapnya cukup lama, seolah-olah orang tersebut menghina
dirinya. Pasien pernah mengamuk, merusak perabotan tanpa sebab yang
jelas lalu pasien dibawa oleh keluarga ke dukun sebanyak 1 kali. Tetapi
keadaan pasien tidak berubah sehingga pasien dibawa ke RSJ dan dirawat
inap selama 1 bulan.
Setelah keluar dari RSJ, pasien sering kontrol dan rutin minum obat.
Pasien kembali dapat bekerja di sawah dan mengerjakan pekerjaan rumah,
serta dapat bergaul dengan teman-temannya. Sejak 6 bulan yang lalu,
pasien merasa sudah membaik sehingga mulai jarang minum obat. Seiring
dengan berhentinya minum obat, perilaku pasien menunjukkan perubahan
dan makin bertambah parah 3 bulan yang lalu karena penderita tidak
minum obat sama sekali.
Autoanamnesis :
Pasien diam saja ketika ditanyai oleh pemeriksa. Pasien tidak
menghiraukan pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa dan tidak
menjawab pertanyaan tersebut.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
R. Gangguan jiwa sebelumnya : (+), tahun 2004
R. Mondok di RSJ: (+) , tahun 2004, selama 1 bulan di RSJD Surakarta
R. Gangguan medis sebelumya : disangkal
R. trauma kepala, kejang, penyakit neurologis : disangkal
R. penggunaan zat : disangkal
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara.
b. Riwayat masa kanak awal (0 – 3 tahun)
Pasien tumbuh normal seperti anak-anak lain dan diasuh oleh orang tua
kandung.
c. Riwayat masa pertengahan ( 3 - 11)
Pasien tumbuh normal dan tidak pernah menderita sakit berat.
2000
Ke Jakarta
2010
Pulang ke Wonogiri
± 3 bulan
Jan 2011
Masuk RSJ
1 bulan
Feb 2011
Keluar RSJ
Mei ‘12
Masuk RSJ
2 bulan, tidak minum obat
3 bulan, jarang minum obat
Rutin minum obat
d. Riwayat masa anak akhir (pubertas – remaja)
Hubungan sosial : sebelum sakit pasien adalah
orang yang pendiam dan jarang bergaul
Riwayat sekolah : prestasi sedang
Riwayat psikoseksual : belum menikah
Latar belakang agama : biasa
5. Riwayat keluarga
Tidak terdapat riwayat kelainan atau gangguan jiwa pada anggota
keluarga.
II. PEMERIKSAAN
A. Vital Sign :
Tekanan darah : 130 / 90 mmHg
Frekuensi Nadi : 104 x/menit
Frekuensi Nafas : 24 x/menit
Suhu : 37,2 oC
B. Status interna : dalam batas normal
C. Status neurologis : dalam batas normal
D. Status Psikiatri :
kakak kedua pasien yang tinggal serumah dan mengetahui kegiatan pasien
pasien
1. Diskripsi umum
- Penampilan : laki-laki sesuai umur, penampilan kurang dan
perawatan diri jelek.
- Kesadaran : kuantitatif : CM
kualitatif : berubah
- Pembicaraan : mutisme
- Perilaku dan aktivitas psikomotor : hipoaktif
- Sikap terhadap pemeriksa : tidak kooperatif
2. Alam perasaan (Afek dan mood)
- Afek : tumpul
- Mood : hipotimik
3. Proses Pikir
- Bentuk : non realistik
- Isi : waham (sulit dievaluasi)
- Progresi : mutisme
4. Gangguan Persepsi
- Halusinasi auditorik (+)
- Halusinasi visual (-)
- Ilusi (-)
5. Sensorium dan kognitif
- Orientasi tempat, orang dan waktu: sde
- Kognitif : Daya ingat jangka panjang : sde
Daya ingat jangka pendek : sde
6. Tilikan diri / Insight : Jelek
III. DIAGNOSIS MULTI AKSIAL
Aksis I : F. 25.1 Skizoafektif Tipe Depresif
ς
Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF past : 51 - 60
current : 41 - 50
IV. DIAGNOSIS BANDING
F. 20.0 Skizofrenia Paranoid
V. PROGNOSIS :
Ad Vitam : baik
Ad Sanam : dubia
Ad Fungsionam : dubia
VI. TERAPI :
Tujuan penatalaksanaan:
1. Mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosional
pasien.
(neuroleptik: Klorpromazin, Haloperidol, Klorprotiksen)
2. Mengurangi kecemasan.
(antiansietas: Diazepam, Klordiazepoksid, Klorazepat)
3. Memperbaiki suasana perasaan (mood).
(antikolinergik: Triheksifenidil, Benztropin)
R/ Dores tab. mg 5 No. VI
S 3dd tab. I
ς
ς
Pro. Ny. I (25 th)
R/ Valium tab. mg 5 No. VI
S 3dd tab. I
Pro. Ny. I (25 th)
R/ Artane tab. mg 2 No. VI
S 3dd tab. I
Pro. Ny. I (25 th)
Psikoterapi
Terhadap pasien :
1. Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek
samping pengobatan.
2. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah
pulang dari perawatan.
3. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara
bertahap.
Terhadap keluarga :
1. Memberikan pengertian untuk menjaga suasana hati pasien. Pasien jangan
terlalu sedih atau terlalu senang.
2. Menyarankan keluaga jangan membiarkan pasien melamun atau tanpa
aktivitas, keluarga mengarahkan dan mendukung kegiatan yang disukai pasien
dan bermanfaat secara ekonomi.
3. Mengawasi dan mendampingi pasien kontrol meminum obat secara teratur
dan rutin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikologi dengan gangguan dasar
pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir yang ditandai dengan proses pikir
penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi perubahan kepribadian seseorang
yang reversible dan menuju kehancuran serta tidak berguna sama sekali (Dep.Kes.,
1995 ). Terjadinya serangan skizofrenia pada umumnya sebelum usia 45 tahun dan
berlangsung paling sedikit 1 bulan. Penderita skizofrenia banyak ditemukan
dikalangan golongan ekonomi rendah, sehingga hal inidiperkirakan merupakan factor
predisposisi penyebab timbulnya skizofrenia (Depkes, 1995).
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta
oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang
jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Maslim, 2001).
B. ETIOLOGI
Karena belum ada definisi yang pasti tentang skizofrenia, maka sampai saat
ini etiologi skizofrenia masih belum jelas dan masih dan penelitian para sarjana.
Kemungkinan besar skizofrenia adalah suatu gangguan yang heterogen. Yang
menonjol pada gangguan skizofrenia adalah adanya stressor psikososial yang
mendahuluinya. Seseorang yang mempunyai kepekaan spesifik bila mendapat
tekanan tertentu dari lingkungan akan timbul gejala skizofrenia.
Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok teori yaitu :
1. Teori Somatogenetik
Faktor Neurobiologi
Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan
adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum
diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu
ddengan munculnya simptom skizofrenia. Terdapat beberapa area tertentu
dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang menjadi patologis, yaitu
sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area
tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin
melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi
sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul
pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan
dan sosial (Guyton dan Hall, 2008).
Hipotesa Dopamin
Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas
neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat
dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine,
turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan
observasi bahwa : Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat
antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor
dopamine D2.Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti
amphetamine-dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun. Obat
tersebut melepaskan dopamine dalam otak sehingga terjadi kelebihan
dopamine yang disekresi oleh sekelompok neuron penyekresi dopamine yang
badan selnya terletak di tegmentum ventral di mesenfalon, sebelah medial dan
superior substansia nigra. Neuron-neuron ini menghasilkan sitem
dopaminergik mesolimbik yang menjulurkan serabut-serabut saraf dan sekresi
dopamine ke bagian medial dan anterior dari sistem limbik, khususnya ke
dalam hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior, dan sebagian lobus
prefrontalis. Semua ini merupakan pusat-pusat pengatur tingkah laku yang
sangat berpengaruh (Guyton & Hall, 2008).
Faktor Genetika
Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan
merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi
skizofren. Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi
jika terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi
jika hubungan keluarga dekat (Guyton dan Hall, 2008).
2. Teori Psikogenik
Teori yang menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan
fungsional dan penyebab utamanya adalah konflik, stres psikologik dan
hubungan antar manusia yang mengecewakan. Selain itu banyak teori yang
diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia, antara lain: teori yang menyatakan
bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu interaksi beberapa gen penyebab
skizofrenia. Terdapat pula teori yang menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh metabolisme yang disebut dengan “ inborn error of
metabolism” (Maramis, 1980).
C. GEJALA DAN DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(1) “Thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kulitasnya berbeda; atau “Thought insertion or withdrawal”: isi pikiran yang
asingdari luar masuk kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan “Thought broadcasting”: isi pikirannya
tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
(2) - “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dati luar; atau
- “delusion of influence”: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity”: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar;
(tentang ‘dirinya”: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
- “delusional perception”: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(3) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama
atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia
lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(5) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus;
(6)Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
(7)Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(8) Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial
(Maslim, 2001)
D. PENATALAKSANAAN
Dalam terapi skizofernia dapat diberikan beberapa medikamentosa, antara lain;
1. Untuk mengatasi agresitivitas hiperaktivitas dan labilitas emosional pasien:
antipsikosis (Flufenazin dan Haloperidol)
2. Untuk mengatasi kecemasan: antiansietas (Diazepam)
Haloperidol
1. Farmakodinamik
Pada orang normal, efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol
memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit
manik depresif dan skizofrenia. (Sulistia, 2005)
2. Farmakokinetik
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncak dalam plasma
tercapai dalam waktu 2-6 jam. Ekskresi lambat melalui ginjal. (Sulistia, 2005)
3. Efek samping
Menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi, terutama
pada penderita usia muda. Haloperidol sebaiknya tidak dinrikan pada wanita
hamil sampai terlihat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek
teratogenik. (Sulistia, 2005)
4. Sediaan
Dalam kasus ini digunakan preparat Dores 3 x 5 mg. (ISFI, 2007).
Diazepam
1. Farmakodinamik
Mekanisme kerja diazepam merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan
GABA sebagai mediatornya. Efek farmakodinamik lebih luas daripada efek
meprobamat dan barbiturat. (Sulistia, 2005)
2. Farmakokinetik
Setelah pemberian peroral, diazepam mencapai kadar tertinggi dalam 8 jam
dan tetap tinggi selama 24 jam. Ekskresi melalui ginjal lambat. (Sulistia,
2005)
3. Efek samping
Peningkatan hostilitas dan iritabilitas dan mimpi-mimpi hidup dan
mengganggu kadang-kadang dikaitkan dengan pemberian diazepam. Efek
yang unik adalah perangsangan nafsu makan, yang mungkin ditimbulkan oleh
derivat benzodiazepin ini secara mental. (Sulistia, 2005)
4. Sediaan
Diazepam tersedian dalam bentuk tablet 5 dan 10 mg. Dalam kasus ini
digunakan preparat Valium 3 x 5 mg. (ISFI, 2007).
Triheksifenidil
1. Farmakodinamik
Obat ini terutama berefek sentral. Khususnya bermanfaat terhadap
Parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik, termasuk juga
antiemetik turunan fenotiazin, yang menimbulkan gangguan ekstrapiramidal
akibat blokade reseptor DA di otak. Triheksifenidil juga memperbaiki gejala
beser ludah (sialorrhea) dan suasana perasaan (mood). (Sulistia, 2005)
2. Farmakokinetik
Tidak banyak diketahui tentang farmakokinetik obat ini. Kadar puncak
triheksifenidil tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh eliminasi terminal antara
10 dan 12 jam. (Sulistia, 2005)
3. Efek samping
a. Sentral
Ataksia, disartria, hipertermia, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen,
dan koma. (Sulistia, 2005)
b. Perifer
Sama dengan atropin. (Sulistia, 2005)
3. Sediaan
Tersedia triheksifenidil tablet 2 dan 5 mg. Dalam kasus ini digunakan preparat
Artane 3 x 2 mg. (ISFI, 2007).
Daftar Pustaka
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI, p: 20-23
Gunawan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, pp: 143, 163-166, 171
Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 (terjemahan). Jakarta: EGC, p: 784-5
ISFI, 2007, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi
Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. Jakarta: Fakultas Kedokteraan Unika Atmajaya, p: 46-50
Maramis, W.F. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University, p: 215-35
Rusdi Maslim, 2002, Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta: PT. Dian Rakyat
Kaplan & Sadock. 1997. Skizofrenia, dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7 (terjemahan). Jakarta: Penerbit Bina Rupa Aksara, p: 685-729.
Wibisono, S. 2000. Skrizofrenia Masih Kurang Mendapat Perhatian. http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=210&tbl=cakrawala
top related