analisis disparitas pendapatan perkapita dan potensi

162
ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI EKONOMI DI PROVINSI INDUK DAN PROVINSI PEMEKARAN (STUDI KASUS: PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Oleh: Medina Shafira NIM: 11160840000003 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2020 M

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

EKONOMI DI PROVINSI INDUK DAN PROVINSI PEMEKARAN

(STUDI KASUS: PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh:

Medina Shafira

NIM: 11160840000003

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2020 M

Page 2: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

EKONOMI DI PROVINSI INDUK DAN PROVINSI PEMEKARAN

(STUDI KASUS: PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh:

Medina Shafira

11160840000003

Dibawah Bimbingan:

Drs. Rusdianto, M.Sc.

NIP. 195501041984031001

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2020 M

Page 3: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Kamis 14 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukan Ujian

Komprehensif atas Mahasiswa:

1. Nama : Medina Shafira

2. NIM : 11160840000003

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita dan Potensi

Ekonomi di Provinsi Induk dan Provinsi Pemekaran (Studi Kasus:

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian

skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Mei 2020

1. Dr. M. Hartana I.P, M.Si.

NIP: 196806052008011023

2. Drs. Rusdianto, M.Sc.

NIP. 195501041984031001 (___________________)

Penguji 2

Page 4: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI
Page 5: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 26 November 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Medina Shafira

2. NIM : 11160840000003

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita dan Potensi

Ekonomi di Provinsi Induk dan Provinsi Pemekaran

(Studi Kasus: Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas

dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 26 November 2020

1. Dr. M. Hartana I Putra, M.Si.

NIP. 196806052008011023 (__________________________)

Ketua

2. Drs. Rusdianto, M.Sc.

NIP. 195501041984031001 (__________________________)

Pembimbing I

3. Fitri Amalia, M.Si

NIP. 198207102009122002 (__________________________)

Penguji Ahli

Page 6: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama : Medina Shafira

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Mei 1998

3. Alamat : Jl. Raya Kebon Jeruk No. 26 RT 009/001,

Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Kebon

Jeruk, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta, 11530

4. Telepon : 085863342711

5. Email : [email protected]

II. Riwayat Pendidikan

1. SDN 01 Pagi Kebon Jeruk Tahun 2004-2010

2. SMPN 134 Jakarta Tahun 2010-2013

3. SMAN 85 Jakarta Tahun 2013-2016

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016-2020

III. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Departemen Internal Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sekretaris Departemen Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Jurusan

Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

IV. Pengalaman Formal

1. Praktek Kerja Lapangan di Bagian Perbendaharaan, Biro Keuangan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2019

2. Relawan Demokrasi di Komisi Pemilihan Umum Kota Administrasi Jakarta

Barat Tahun 2019.

3. Relawan Skrining Pemain di Liga Mahasiswa Tahun 2019.

Page 7: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

ii

V. Seminar

1. Seminar “4TH Industrial Revolution – Global Welfare Through

Digitalization” diselenggarakan oleh Universitas Mercu Buana.

2. Seminar “Tantangan Millenials di Era Industri Keuangan 4.0”

diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

3. Seminar “40 Menit Mengajar BPJS Ketenagakerjaan” diselenggarakan oleh

BPJS Ketenagakerjaan.

4. Seminar “Recent Issues in Public Finance” diselenggarakan oleh Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seminar “Bussiness Beyond Passion and Creativity” diselenggarakan oleh

DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

iii

ABSTRACT

This study aims to determine the economic performance after expansion as seen

from the disparity in per capita income between regions, economic development

patterns and economic potentials that can be developed to reduce the disparity rate in

the main provinces and the provinces of the expansion. This study took case studies in

Papua and West Papua provinces and used secondary data from the Provincial BPS

Publications and each district/city for the period 2013-2019. The data obtained were

analyzed using the Williamson Index method, Independent Sample T-Test, Klassen

Typology, and Location Quotient analysis. Williamson Index analysis shows that there

is a high disparity income per capita where Papua Province has an average IW of 2.02,

while West Papua has an average of 1.51 during the 2013-2019 period influenced by

the backwash effect condition. Analysis of the Independent Sample T-test Difference

shows that there is a significant difference in the average disparity of income per capita

between Papua and West Papua Provinces. Klassen typology shows that there are

differences in economic development patterns between Papua and West Papua

provinces. Then, the agricultural sector and the government administration sector have

the potential to be developed in the two provinces to reduce the level of income

disparity.

Keywords: Income Disparity, Williamson Index, Klassen Typology, Independent

Sample T-test, Location Quotient.

Page 9: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja ekonomi setelah pemekaran

yang dilihat dari sisi disparitas pendapatan perkapita antar wilayah, pola perkembangan

ekonomi dan potensi ekonomi yang dapat dikembangkan untuk menekan angka

disparitas di provinsi induk dan provinsi pemekarannya. Penelitian ini mengambil studi

kasus di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan menggunakan data sekunder dari

Publikasi BPS Provinsi dan masing-masing kabupaten/kota periode tahun 2013-2019.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode Indeks Williamson,

Independent Sample T-Test, Tipologi Klassen, dan analisis Location Quotient. Analisis

Indeks Williamson menunjukkan terdapat disparitas pendapatan perkapita yang tinggi

dimana Provinsi Papua memiliki rata-rata IW sebesar 2,02 sedangkan Provinsi Papua

memiliki rata-rata sebesar 1,51 selama periode 2013-2019 dipengaruhi kondisi

backwash effect. Analisis Uji Beda Independent Sample t-test menunjukkan terdapat

perbedaan rata-rata disparitas pendapatan perkapita yang signifikan antara Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat. Tipologi klassen menunjukkan terdapat perbedaan

pola perkembangan ekonomi antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Kemudian, sektor pertanian dan sektor administrasi pemerintahan berpotensi untuk

dikembangkan di kedua provinsi untuk menekan angka disparitas pendapatan.

Kata Kunci: Disparitas Pendapatan, Indeks Williamson, Tipologi Klassen,

Independent Sample T-test, Location Quotient.

Page 10: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, sang Pengatur Alam Semesta, yang telah

melimpahkan kasih-Nya sehingga penulis berhasil menyusun Penelitian dengan judul

‘Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita dan Potensi Ekonomi di Provinsi

Induk dan Provinsi Pemekaran (Studi Kasus: Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat)’ dengan baik. Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka penulis berharap

semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan kepada seluruh pihak yang telah

membantu, dan penulis ucapkan terima kasih tak terhingga kepada:

1. Allah SWT yang selalu mengabulkan doa dan selalu memberikan jalan kemudahan

dari setiap kesulitan yang penulis hadapi selama proses penulisan skripsi ini.

2. Mama Maya, Teteh Elfa, Mamih Hermin, dan terkhusus Alm. Ayah Husni yang

dalam penulisan kata pengantar penulis tuliskan di depan Ayah yang sedang sakit

namun sekarang telah dipanggil Allah SWT, terima kasih karena tak pernah lelah

mendoakan, tak pernah menuntut lebih, selalu mendukung, dan mebuat penulis

kuat dan semangat menyelesaaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Rusdianto, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu dan memberikan kritik saran yang membangun serta dukungan untuk

penulis selama proses penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. M. Hartana Iswandi Putra, M.Si. selaku Ketua Prodi Ekonomi

Pembangunan dan Bapak Deni Pandu Nugraha, M.Sc. selaku Sekretaris Prodi

Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu senantiasa memberikan arahan, masukan, serta dukungan selama proses

Page 11: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

vi

perkuliahan berlangsung dari semester satu hingga penulis melakukan penggarapan

skripsi.

7. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama proses perkuliahan

berlangsung dan senantiasa membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat, Fatiyah, Icil, Nadia Ria, Shelma, Tengku, Aini, Fitri, Rahma,

Nanda, Alaika, dan teman bikin banner lainnya, Halim, Eja, Udin, Zulfy, Fajrian,

Ojan, Nanang, Dika, Rangga yang selalu membantu, mendukung , dan menguatkan

penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi.

9. Sahabat-sahabat di KKN, Anti, Euis, Rani yang selalu memberikan dukungan, dan

tawa, saat penulis merasa jenuh dalam proses penulisan skripsi ini.

10. Untuk seluruh teman-teman Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2016 yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, karena telah memberikan warna kebahagiaan

masa perkuliahan hingga tahap akhir.

11. Adik-adik HMJ Ekonomi Pembangunan, Aini, Oca, Ara, Aldy, Agit, Ridhan,

Wilda, Nuy yang selalu baik hati menolong dan memberi tawa selama proses

perkuliahan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk setiap dukungan, pertolongan,

dan juga semangatnya, semoga semua hal baik mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa pengetahuan penulis sangatlah terbatas, sehingga penulis

mengharapkan masukan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

skripsi ini dan penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk

penulis maupun untuk pembacanya.

Jakarta, 29 September 2020

Medina Shafira

Page 12: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 12

C. Batasan Masalah .................................................................................... 13

D. Rumusan Masalah .................................................................................. 13

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 16

A. Landasan Teori ....................................................................................... 16

1. Pemekaran Daerah ................................................................................. 16

2. Pembangunan Ekonomi ......................................................................... 20

3. Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................................. 21

4. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 23

5. Disparitas Ekonomi ................................................................................ 24

6. Pengukuran Disparitas ........................................................................... 27

7. Uji Beda T-Test ...................................................................................... 28

8. Tipologi Klassen .................................................................................... 29

9. Teori Basis Ekonomi .............................................................................. 31

Page 13: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

viii

B. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 33

C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 41

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 43

A. Data dan Sumber Data ........................................................................... 43

B. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 44

C. Metode Analisis Data ............................................................................. 45

1. Analisis Indeks Williamson Untuk Mengukur Disparitas Pendapatan

Perkapita ................................................................................................ 45

2. Uji Beda Indpendent Sample T-Test Untuk Mengukur Perbedaan

Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita .............................................. 46

3. Analisis Tipologi Klassen untuk Mengukur Kesenjangan Berdasarkan

Pola Perkembangan Ekonomi. ............................................................... 48

4. Analisis Location Quotient untuk Menganalisis Potensi Sektor Ekonomi

Unggulan. ............................................................................................... 49

D. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 53

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 53

1. Keadaan Geografis ................................................................................. 53

2. Keadaan Demografis .............................................................................. 56

3. Kondisi Perekonomian ........................................................................... 58

B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 66

1. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita .......... 66

2. Analisis Disparitas Pendapatan (Indeks Williamson) ............................ 68

3. Analisis Uji Beda Independent Sample T-test........................................ 70

4. Analisis Tipologi Klassen ...................................................................... 71

5. Analisis Location Quotient .................................................................... 72

C. Pembahasan ............................................................................................ 75

1. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ............... 75

Page 14: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

ix

2. Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita di Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat ............................................................................................ 76

3. Analisis Perbedaan Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita di antara

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat .............................................. 81

4. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Pola Perkembangan Ekonomi antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ............... 82

5. Analisis Peranan Sektor Unggulan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat Setelah Pemekaran ....................................................................... 86

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 101

A. Kesimpulan .......................................................................................... 101

B. Saran .................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 104

Page 15: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Tahun 2013-2019 .................................................................................... 5

Tabel 1.2 Rata-Rata PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013-

2019 ............................................................................................................ 8

Tabel 1.3 Rata-Rata PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun

2013-2019 .................................................................................................. 9

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 34

Tabel 3.1 Klasifikasi Kabupaten/Kota menurut Tipoogi Klassen .......................... 48

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat Tahun 2013-2019 .......................................................................... 57

Tabel 4.2 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per km2

di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 ............. 57

Tabel 4.3 Rata-Rata Pertumbuhan PDRB ADHK Berdasarkan Sektor-Sektor

Ekonomi di Provinsi Papua Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2019

.................................................................................................................. 60

Tabel 4.4 Rata-Rata Pertumbuhan PDRB ADHK Berdasarkan Sektor-Sektor

Ekonomi di Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-

2019 ......................................................................................................... 62

Tabel 4.5 Kontribusi Sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua

Tahun 2013-2019 .................................................................................... 64

Tabel 4.6 Kontribusi Sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua

Barat Tahun 2013-2019 .......................................................................... 65

Tabel 4.7 Rata-Rata PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Papua Tahun 2013-2019 ......................................................................... 67

Tabel 4.8 Rata-Rata PDRB Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Kab./Kota di

Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 ................................................ 68

Tabel 4.9 Hasil Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 ................................................. 69

Tabel 4.10 Uji Independent Sample T-Test ............................................................. 70

Tabel 4.11 Tipologi Perkembangan Pembangunan di Provinsi Papua Tahun 2013 –

2019 ......................................................................................................... 72

Page 16: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

xi

Tabel 4.12 Tipologi Perkembangan Pembangunan di Provinsi Papua Barat Tahun 2013

– 2019 ...................................................................................................... 72

Tabel 4.13 Nilai Rata-Rata LQ Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Periode

Tahun 2013-2019 .................................................................................... 73

Tabel 4.14 Nilai Rata-Rata LQ Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Periode

Tahun 2013-2019 .................................................................................... 74

Page 17: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Disparitas Pendapatan Perkapita Antar Wilayah di Provinsi Papua

Sebelum Pemekaran Tahun 2000 – 2003 ............................................ 7

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 41

Gambar 4.1 Peta Administrasi Pulau Papua ......................................................... 53

Gambar 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat Tahun 2013-2019 .................................................................... 59

Gambar 4.3 Perbandingan Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita di Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 .......................... 77

Gambar 4.4 Kurva Hubungan antara Indeks Ketimpangan dengan Laju

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2013-

2019 ................................................................................................... 80

Page 18: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Laju Pertumbuhan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua

dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 ................................... 108

Lampiran B PDRB Perkapita Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat Tahun 2013-2019 ......................................................... 111

Lampiran C Analisis Indeks Williamson di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Tahun 2013-2019 ............................................................................. 114

Lampiran D Uji Beda Independent Sample T-Test .............................................. 129

Lampran E Analisis Tipologi Klassen Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Tahun 2013-2019 ............................................................................. 131

Lampiran F Location Quotient Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tahun

2013-2019 ........................................................................................ 133

Page 19: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses yang bersifat

multidimensional dimana dalam upaya mewujudkannya diperlukan perubahan

besar yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Perubahan yang mempengaruhi proses pembangunan itu sendiri dapat dilihat dari

berbagai aspek mulai dari aspek sosial, sikap mental yang siap, tumbuhnya

percepatan pertumbuhan ekonomi, serta pengurangan ketimpangan dan

pengurangan angka kemiskinan (Todaro dalam Wicaksono, 2010). Dalam melihat

suatu capaian pembangunan ekonomi dan kesejahteraan suatu wilayah, dapat

diukur dengan melihat perbandingan antara pendapatan dan jumlah penduduk

wilayah atau dengan kata lain ialah dengan melihat angka pendapatan perkapita

(Nurhayani, dkk., 2015).

Tercapainya pembangunan tidak terlepas dari strategi dan kebijakan yang pada

umumnya menekankan pada pembangunan ekonomi, dan pada khususnya

menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Namun, kedua strategi tersebut akan

menimbulkan pada dilema antara pertumbuhan ekonomi dan hasil dari pemerataan

pembangunan. Kedua hal tersebut seperti dua hal yang saling bertolak belakang

satu sama lain atau trade off yang artinya dalam mencapai pembangunan, hanya

menitik beratkan pada capaian pertumbuhan ekonomi dan cenderung mengabaikan

aspek pemerataan (Arsyad, 2014). Sehingga pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan merupakan hal yang perlu dicapai dalam rangka mencapai

Page 20: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

2

pembangunan dengan harapan proses pemerataan pendapatan pada akhirnya dapat

terjadi secara otomatis seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi yang

dicapai.

Pada dasarnya, pembangunan ekonomi bukan hanya merupakan prioritas

pemerintah pusat atau nasional saja namun juga prioritas yang perlu dicapai oleh

regional atau pemerintah daerah. Pembangunan ekonomi daerah pun tidak terlepas

dari bagaimana permasalahan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai serta

ketidakmerataan pembangunan antar daerah yang satu dengan daerah yang lainnya

(Dhyatmika, 2013). Pada dasarnya pemerintah telah melakukan penguatan dalam

kebijakan desentralisasi pada awal era reformasi yaitu dengan adanya kebijakan

pemekaran daerah dalam rangka meminimalisir angka ketidakmerataan pendapatan

di tingkat regional (Suhartono, 2015).

Kebijakan pemekaran daerah dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir

adanya ketidakmerataan pembangunan antar wilayah terutama di bagian barat

Indonesia dengan bagian timur Indonesia. Desentralisasi secara sah telah diterapkan

di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah yang kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 dan landasan hukum

yang terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia ialah Undang-Undang No 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Pelaksanaan pemekaran wilayah pada dasarnya tidak dapat terlepas dari

dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan. Dampak negatif yang biasanya

ditimbulkan dari adanya pemekaran daerah adalah terjadinya perbedaan sumber

daya alam yang menjadi tidak merata di tiap wilayah baik pada wilayah induk

Page 21: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

3

maupun pemekarannya dalam proses pembangunan. Namun di sisi lain, dampak

positif dengan dilakukannya pemekaran ialah dimana pemekaran daerah akan

memberikan percepatan pada proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan

peningkatan dalam pelayanan publik yang diberikan pemerintahan terhadap

masyarakat.

Salah satu wilayah yang menerapkan kebijakan pemekaran daerah ialah

Provinsi Papua. Papua merupakan wilayah yang menerapkan kebijakan pemekaran

daerah dimana menghasilkan daerah otonom baru hasil pemekaran yaitu Provinsi

Papua Barat. Provinsi Papua sebelum pemekaran sendiri memiliki lahan yang luas

dengan kondisi geografis permukaan yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit.

Kondisi sumber daya yang dimiliki tanah Papua pun sangat melimpah baik dalam

sektor pertambangan, sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,

pertambangan, dan pariwisata hingga letaknya yang strategis yang merupakan pintu

gerbang ke arah lingkar Pasifik.

Berdasarkan data dari Papua Dalam Angka tahun 2003 (Badan Pusat Statistik,

2003) dikatakan bahwa besarnya luas lahan Provinsi Papua sebelum pemekaran

sekitar 421.981 km2 terlalu luas dibandingkan dengan jumlah penduduknya yang

hanya sekitar 2.469.785 jiwa sehingga menunjukkan angka kepadatan penduduk

yang hanya sebesar 5,85%. Angka kepadatan penduduk tersebut menjadi fakta yang

bahwa adanya persoalan luas wilayah yang terlalu besar berakibat pada terjadinya

ketimpangan pembangunan yang disebabkan oleh persebaran penduduk yang tidak

merata, munculnya persoalan ketertinggalan infrastruktur dan juga ketertinggalan

pada perekonomian (Brata, 2008).

Page 22: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

4

Proses pemekaran Provinsi Papua Barat dari Provinsi Papua yang merupakan

wilayah induknya melalui pro dan kontra yang cukup panjang. Proses pemekaran

di Papua atau pada saat itu masih bernama Irian Jaya, dilakukan berlandaskan pada

UU No. 45 Tahun 1999 yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat. Namun, Undang-

Undang tersebut kemudian tidak diberlakukan akibat adanya penolakan dari warga

Irian Jaya di Jayapura. Pemekaran Papua Barat atau yang pada saat itu bernama

Irian Jaya Barat kembali berlanjut dan dilakukan percepatan pemekaran diiringi

oleh adanya Inpres Nomor 1 Tahun 2003 atas permintaan warga Irian Jaya Barat.

Walaupun tanpa adanya payung hukum yang jelas, Provinsi Irian Jaya Barat tetap

diakui keberadaannya sejak tahun 2003 bersamaan dengan keluarnya Inpres no. 1

Tahun 2003 dan perlahan tetap membentuk diri menjadi provinsi secara definitif.

Kemudian Irian Jaya Barat membangun dirinya sebagai Provinsi hasil pemekaran

dan secara sah berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat berdasarkan PP Nomor

24 Tahun 2007.

Berpacu pada tujuan pemekaran untuk mensejahterakan masyarakat,

realitanya permasalahan pembangunan pun masih melanda daerah induk maupun

pemekarannya salah satunya adalah tingkat kemiskinan yang tinggi. Berdasarkan

hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS menyatakan bahwa hampir seluruh

wilayah pemekaran lebih sejahtera dibandingkan dengan wilayah induknya. Hal

tersebut tercermin di wilayah Papua masih banyak masyarakat Papua dan Papua

Barat yang terbelenggu dengan kemiskinan yang multidimensional. Tingkat

kemiskinan yang dialami oleh Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat setelah

pemekaran pada 7 tahun terakhir ditunjukkan pada tabel 1.2.

Page 23: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

5

Tabel 1. 1

Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Tahun 2013-2019

Tahun Persentase Penduduk Miskin

Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Nasional

2013 27.14 31.52 11.47

2014 26.26 27.8 10.96

2015 25.73 28.40 11.13

2016 24.88 28.40 11.13

2017 23.12 27.76 10.12

2018 22.66 27.43 9.66

2019 21.51 26.55 9.22

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Data kemiskinan yang ditunjukkan di atas terlihat bahwa tingkat kemiskinan

di Papua Barat yang merupakan provinsi pemekaran nyatanya berada pada tingkat

kemiskinan yang lebih rendah dibandingkan oleh Papua yang merupakan provinsi

induknya. Kedua provinsi tersebut, baik induk maupun provinsi pemekarannya

cenderung mengalami penurunan persentase kemiskinan, namun angka yang

ditunjukkan di kedua provinsi masih sangat tinggi. Persentase penduduk miskin di

Papua dan Papua Barat merupakan kemiskinan tertinggi di wilayah timur jika

dibandingkan dengan tingkat Nasional dan kemudian disusul oleh Papua Barat.

Tingginya persentase kemiskinan di Provinsi Papua sendiri terkonsentrasi di daerah

pedesaan, di mana pada Maret 2019 terdapat 885,35 ribu jiwa atau 36,84 persen,

sedangkan di perkotaan berkisar 41,01 ribu jiwa atau 4,26 persen.

Tingginya angka kemiskinan di Papua antara lain disebabkan adanya inflasi

selama periode September - Maret 2019 yang melebihi inflasi nasional, kemudian

faktor lainnya adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Papua alami

peningkatan pada Februari 2019 sebanyak 3,42 persen. Sedangkan tingginya angka

kemiskinan di Provinsi Papua Barat menurut informasi Kementrian Keuangan pada

Page 24: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

6

publikasinya dimana pada tahun 2019 sendiri, tingginya persentase penduduk

miskin di Papua Barat sebesar 21,51 % terjadi karena adanya inflasi, penurunan

persentase penduduk bekerja pada kegiatan informal, dan adanya keterlambatan

distribusi beras sejahtera.

Sejalan dengan diberlakukannya pemekaran di wilayah Papua, masing-masing

provinsi baik induk maupun pemekaran tetap melakukan aktivitas ekonomi guna

mewujudkan perekonomian yang lebih baik. Namun, permasalahan penting seperti

adanya ketimpangan kerap terjadi dalam proses pembangunan. Kinerja dan capaian

suatu pembangunan terutama di daerah induk dan daerah hasil pemekaran penting

untuk dikritisi dan dianalisis lebih dalam termasuk kemampuan provinsi induk dan

provinsi pemekarannya dalam mengatasi permasalahan ketimpangan antar

daerahnya. Faktor-faktor dari adanya ketimpangan daerah biasa terjadi karena

adanya perbedaan sumber daya alam, faktor demografis termasuk kondisi tenaga

kerja, alokasi dana pembangunan antar wilayah baik investasi pemerintah maupun

investasi swasta, konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, dan mobilitas barang dan

jasa (Syafrizal, 2008).

Adapun kondisi ketimpangan pendapatan perkapita antar wilayah di Provinsi

Papua sebelum pemekaran ditunjukkan pada gambar 1.3 di bawah ini. Tingkat

disparitas pendapatan di Papua sebelum pemekaran melampaui 0,5 dimana apabila

merujuk pada kriteria perhitungan ketimpangan oleh Indeks Williamson menurut

Susanti (1994) menunjukkan bahwa ketimpangan dengan nilai lebih dari 0,5

menunjukkan bahwa tingkat disparitas atau termasuk dalam ketimpangan berat.

Tingkat disparitas pendapatan perkapita di Provinsi Papua sebelum pemekaran dari

Page 25: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

7

tahun 2000 hingga tahun 2003 memiliki rata-rata Indeks Williamson sebesar 2.08

dan cenderung mengalami peningkatan dimana di tahun 2000 sebesar 1.92 hingga

di tahun 2003 mencapai angka yang lebih tinggi lagi yaitu sebesar 2.65.

Gambar 1.1

Disparitas Pendapatan Perkapita Antar Wilayah di Provinsi Papua

Sebelum Pemekaran Tahun 2000 - 2003

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua (data diolah) (*)Terdapat pemekaran kabupaten/kota di Provinsi Papua dan bertambah dari 14 kabupaten/kota

di tahun 2001-2002 menjadi 28 Kabupaten/kota di tahun 2003

Pembangunan ekonomi sendiri dapat tercermin pada capaian pendapatan

perkapita dimana pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang

menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam

jangka panjang (Suryana, 2000:5). Pendapatan perkapita yang tinggi pun dapat

menjadi sebuah tolak ukur dalam melihat kesejahteraan masyarakat dimana

kesejahteraan masyarakat daerah akan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan

PDRB Perkapita yang tinggi (Djakapermana, 2013). Kesejahteraan masyarakat di

Papua dan Papua Barat dapat dilihat bagaimana capaian PDRB Perkapita antar

wilayahnya. Semakin besar nilai PDRB perkapita maka akan semakin baik pula

tingkat kesejahteraannya dan sebaliknya semakin kecil nilai PDRB perkapita maka

akan semakin buruk tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Adapun capaian rata-

Page 26: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

8

Kabupaten/Kota Rata-Rata PDRB Perkapita Provinsi Papua

Merauke 37,946,143.19

Jayawijaya 19,292,823.61

Jayapura 64,532,459.35

Nabire 44,140,294.81

Kepulauan Yapen 26,772,510.40

Biak Numfor 23,213,783.58

Paniai 15,241,793.97

Puncak Jaya 7,397,242.71

Mimika 284,360,673.34

Boven Digoel 45,861,287.26

Mappi 16,547,695.10

Asmat 14,317,212.67

Yahukimo 7,097,729.86

Pegunungan Bintang 16,601,278.11

Tolikara 6,952,136.17

Sarmi 40,528,032.67

Keerom 31,811,201.73

Waropen 42,107,603.76

Supiori 35,955,295.23

Mamberamo Raya 38,108,006.28

Nduga 6,988,061.46

Lanny Jaya 5,715,950.51

Mamberamo Tengah 13,816,790.17

Yalimo 10,644,915.84

Puncak 6,448,596.51

Dogiyai 7,968,237.42

Intan Jaya 14,266,607.71

Deiyai 10,112,002.94

Kota Jayapura 66,825,770.64

rata PDRB perkapita antar kabupaten dan kota di Provinsi Papua ditunjukkan dalam

tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.2

Rata-Rata PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013-

2019

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua (data diolah)

Merujuk pada tabel 1.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup

signifikan pada capaian rata-rata PDRB perkapita antar 29 Kabupaten/Kota di

Provinsi Papua setelah pemekaran. Capaian PDRB perkapita antar daerah satu

dengan yang lainnya diindikasi terdapat disparitas. Dapat dilihat, capaian rata-rata

PDRB perkapita tertinggi berada di Kabupaten Mimika dengan rata-rata

Page 27: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

9

284,360,673.34. Sedangkan, yang terendah ada pada Kabupaten Lanny Jaya yang

hanya sebesar 5,715,950.51. Angka tersebut sangat timpang dan signifikan,

begitupun apabila dibandingkan dengan 27 Kabupaten dan Kota lainnya.

Selanjutnya, Provinsi Papua Barat merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran

dari provinsi induknya yaitu Provinsi Papua. Adapun capaian rata-rata PDRB

Perkapita yang diperoleh Provinsi Papua Barat pasca pemekaran ditunjukkan dalam

tabel berikut.

Tabel 1.3

Rata-Rata PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun

2013– 2019

Kabupaten/Kota

Rata-Rata PDRB Perkapita

Provinsi Papua Barat

Fakfak 39,782,528.31

Kaimana 28,465,532.37

Teluk Wondama 29,144,027.58

Teluk Bintuni 381,664,861.90

Manokwari 35,924,924.46

Sorong Selatan 24,786,629.46

Sorong 95,018,298.51

Raja Ampat 45,562,497.34

Tambrauw 9,491,668.55

Maybrat 10,290,535.59

Manokwari Selatan 22,392,197.73

Pegunungan Arfak 4,071,671.57

Kota Sorong 37,147,700.16

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)

Besarnya perbedaan pada rata-rata PDRB perkapita yang dicapai antar

Kabupaten dan Kota di Provinsi Papua Barat pun terlihat adanya indikasi

ketidakmerataan yang menyebabkan adanya disparitas pendapatan perkapita antar

kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat setelah menjadi daerah pemekaran.

Kabupaten/Kota dengan PDRB Perkapita tertinggi berada di Kabupaten teluk

Page 28: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

10

bintuni dengan rata-rata selama tujuh tahun dari tahun 2013-2019 ialah sebesar

381,664,861.90. Sedangkan Kabupaten/Kota dengan capaian PDRB Perkapita

terendah berada di Kabupaten Pegunungan Arfak hanya sebesar 4,071,671.57. Hal

tersebut terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara kedua Kabupaten tersebut

dan sama halnya jika dibandingkan dengan 11 Kaupaten/Kota lainnya.

Merujuk pada UU No. 45 Tahun 1999/Inpres No. 1 Tahun 2003 tentang dasar

pertimbangan pemekaran di Papua yang mengharapkan adanya pembangunan dan

peningkatan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk

menyelenggarakan Otonomi Daerah, maka dengan diberlakukannya kebijakan

pemekaran daerah selanjutnya diharapkan mampu mewujudkan kesejahteran

masyarakat baik di provinsi induk maupun pemekarannya. Kemudian, adanya

Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh BPS yang menyatakan daerah

pemekaran lebih baik dan sejahtera dibandingkan daerah induknya selanjutnya

ingin dibuktikan dari sudut pandang disparitas dan membandingkan pola

perkembangan ekonomi antara provinsi induk dan pemekarannya setelah

pemekaran mengingat adanya perbedaan capaian pendapatan perkapita antar

wilayah.

Selain itu, salah satu upaya untuk mengentaskan permasalahan ketimpangan

pembangunan di wilayah Papua perlu dilakukan dengan cara yang

multidimensional. Adapun proses pembangunan multidimensional tersebut perlu

meperhatikan segala aspek mulai dari kesejahteraan masyarakat, layanan

pemerintahan, serta dapat memberikan dampak positif dalam memanfaatkan

potensi ekonomi yang berlimpah agar Otonomi Daerah dapat terselenggara (Romli,

Page 29: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

11

2003). Oleh karena itu, proses pembangunan dapat dimaksimalkan dengan

menekan ketimpangan di wilayah Papua kearah pemerataan dengan cara

memaksimalkan potensi ekonomi antar wilayah di masing-masing provinsi yang

memiliki nilai unggul kompetitif (Iswanto, 2015).

Dengan demikian permasalahan disparitas pendapatan perkapita dan potensi

ekonomi perlu dianalisis baik di Papua maupun di Papua Barat agar terlihat

bagaimana gambaran kinerja keduanya dalam menggerakan ekonomi dan

mengatasi persoalan kesenjangan pasca dilakukannya pemekaran. Adanya

ketimpangan pendapatan perkapita pada akhirnya akan menimbulkan konflik di

masyarakat yang menyadari adanya jurang pendapatan dan menciptakan potensi

ketegangan sosial yang akan terjadi. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya

permasalahan dan konflik yang sering terjadi baik di Papua dan Papua Barat berakar

dari adanya permasalahan kesenjangan yang pada akhirnya mengurangi inefisiensi

ekonomi. Apabila ketimpangan terus dibiarkan, pada akhirnya akan menyebabkan

adanya perilaku cari keuntungan sendiri yang mencoba menguasai sumber daya

tanpa menghasilkan kekayaan baru melalui kegiatan yang produktif (Bank Dunia,

2015).

Berangkat dari tujuan pemekaran pada wilayah Papua tersebut, maka

penelitian ini ingin menguji seberapa jauh keberhasilan dari kebijakan pemekaran

daerah dalam mewujudkan tujuannya yaitu pembangunan. Penelitian ini mencoba

menganalisis dari sisi disparitas pendapatan perkapita antar wilayah,

membandingkan kesenjangan wilayah melalui pola perkembangan ekonomi, serta

menganalisis potensi daerah yang dapat dikembangkan dalam rangka mengurangi

Page 30: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

12

tingkat disparitas pendapatan yang tinggi di antara provinsi induk dan

pemekarannya. Sehingga, penelitian ini mengambil judul “Analisis Disparitas

Pendapatan Perkapita dan Potensi Ekonomi di Provinsi Induk dan Provinsi

Pemekaran (Studi Kasus: Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang, maka dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan yang ada sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil Susesnas BPS menunjukkan terdapat perbedaan tingkat

kesejahteraan di provinsi induk dan pemekarannya jika dilihat dari persentase

penduduk miskin.

2) Terdapat perbedaan capaian kinerja pembangunan ekonomi di antara provinsi

induk dan provinsi pemekarannya setelah pemekaran.

3) Tingkat disparitas pendapatan perkapita sebelum pemekaran di Provinsi Papua

yang merupakan provinsi induk berada pada level yang sangat tinggi.

4) Diindikasikan masih terdapat permasalahan pembangunan yaitu ketimpangan

pendapatan perkapita setelah pemekaran dilihat berdasarkan capaian rata-rata

PDRB perkapita antar Kabupaten/Kota di provinsi induk (Provinsi Papua)

maupun di provinsi pemekarannya (Papua Barat).

\

Page 31: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

13

C. Batasan Masalah

Capaian PDRB perkapita yang berbeda-beda antar kabupaten/kota di Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat selama periode 2013-2019 diindikasikan menjadi

penyebab adanya permasalahan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu,

permasalahan pembangunan ekonomi tersebut perlu diatasi agar tujuan

dilakukannya pemekaran daerah di wilayah Papua dapat terwujud. Sehingga

penulis membatasi masalah pada beberapa hal, yaitu:

1) Terdapat disparitas pendapatan perkapita di provinsi induk dan provinsi

pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) tahun 2013-2019.

2) Terdapat perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita di provinsi induk

dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) tahun

2013-2019.

3) Terdapat perbedaan pola perkembangan ekonomi di provinsi induk dan provinsi

pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) tahun 2013-2019.

4) Terdapat peranan sektor unggulan di provinsi induk dan provinsi pemekarannya

(Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) yang dapat menurunkan tingkat

disparitas pendapatan perkapita tahun 2013-2019.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, untuk mendalami penelitian

tersebut maka diperlukan beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam

penelitian ini, yaitu:

Page 32: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

14

1) Bagaimana tingkat disparitas pendapatan perkapita pada provinsi induk dan

provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) setelah

pemekaran tahun 2013-2019?

2) Bagaimana perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita antara provinsi

induk dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat)

setelah pemekaran tahun 2013-2019?

3) Bagaimana perbedaan pola perkembangan ekonomi antara provinsi induk dan

provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) setelah

pemekaran tahun 2013-2019?

4) Bagaimana peranan sektor unggulan di provinsi induk dan provinsi

pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) dalam rangka

menurunkan tingkat disparitas pendapatan perkapita setelah pemekaran tahun

2013-2019?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis tingkat disparitas pendapatan perkapita pada

provinsi induk dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Papua

Barat) setelah pemekaran.

b. Untuk mengetahui perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita

antara provinsi induk dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan

Papua Barat) setelah pemekaran.

Page 33: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

15

c. Untuk membandingkan pola perkembangan ekonomi di provinsi induk

dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Papua Barat) setelah

pemekaran.

d. Untuk menganalisis sektor unggulan di provinsi induk dan provinsi

pemekarannya (Provinsi Papua dan Papua Barat) dalam rangka

menurunkan tingkat disparitas pendapatan perkapita setelah pemekaran.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi kepentingan teoritis

1) Menambah wawasan pada bidang ekonomi terutama mengenai

disparitas pendapatan di provinsi induk dan pemekarannya

(Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat).

2) Memberikan kontribusi dalam menambah khazanah ilmu

pengetahuan dan pendidikan.

3) Menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya.

b. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan pihak-

pihak terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan

pertimbangan kebijakan untuk melakukan perencanaan pembangunan

daerah di masa yang akan datang yang kemudian dapat mengentaskan

permasalahan disparitas pembangunan.

Page 34: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pemekaran Daerah

Pemekaran daerah merupakan proses pemisahan suatu daerah dari suatu

bagian atau kesatuan yang utuh menjadi beberapa bagian yang berdiri sendiri.

Sedangkan Abdurahman dalam Syamsudin Haris (2006) menyebutkan bahwa

pemekaran merupakan proses pembagian wilayah menjadi beberapa bagian

wilayah dengan tujuan meningkatan pelayanan dan meningkatkan proses

pembangunan. Proses dari adanya pemekaran daerah berawal dari adanya peraturan

UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Di dalam Undang-Undang tersebut menjelaskan dan

mengatur ketentuan mengenai pembentukan daerah, dimana proses pemekaran

daerah dapat dianalogikan sebagai bagian dari ruang lingkup pembentukan daerah.

Peraturan mengenai pemekaran daerah sendiri tercantum dalam UU No. 32

Tahun 2004 Pasal 4 ayat 3 yang berisi: “Pembentukan Daerah dapat berupa

penggabungan daerah menjadi dua daerah atau lebih” kemudian pada ayat 4 yang

menyebutkan: ”Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas

minimal usia penyelenggaraan pemerintahan”. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004

menyebutkan bahwa dengan adanya pemekaran daerah diharapkan dapat

meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan kepada masyarakat; mampu

meningkatkan percepatan pembangunan ekonomi, terutama pada daerah-daerah

pinggiran; memfasilitasi pertumbuhan kehidupan demokrasi di daerah; dan

Page 35: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

17

meningkatkan keamanan dan ketertiban di daerah; serta memberikan kontribusi

bagi persatuan dan kebangsaan.

Kemudian Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah kembali

diperbaharui menjadi UU No. 23 Tahun 2014 dan di dalam Pasal 33 ayat 1

menyatakan tentang Pemekaran Daerah yaitu suatu proses pemecahan daerah

provinsi atau daerah kabupaten/kota untuk menjadi dua atau lebih daerah baru atau

penggabungan bagian daerah dari daerah yang bersanding dalam satu daerah

provinsi menjadi satu daerah baru. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014,

tujuan dari adanya pemekaran daerah adalah untuk mewujudkan efektivitas

pelayanan pemerintah; meningkatkan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan

kualitas pelayanan publik; meningkatkan tata kelola pemerintah; meningkatkan

daya saing nasional dan daerah; serta memelihara adat istiadat, tradisi, dan budaya

daerah.

Pemekaran di wilayah Papua sendiri berawal dari adanya gagasan dari

pemerintah pusat untuk membentuk Papua atau yang pada saat itu adalah Irian Jaya

menjadi 3 bagian. Kemudian dibentuklah peraturan UU No. 45 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten

Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong. Sehingga

UU tersebut menjadikan Irian Jaya terbagi menjadi 3 bagian dimana membentuk

Irian Jaya Barat dengan Ibu Kota Manokwari, Irian Jaya Tengah dengan Ibu Kota

Timika, dan Irian Jaya Timur dengan Ibu Kota Jayapura.

Adapun dasar pertimbangan dari adanya pemekaran daerah di Irian Jaya

sesuai dengan isi UU No. 45 Tahun 1999 adalah dengan adanya pembentukan

Page 36: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

18

Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat diharapkan dapat mendorong

peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah

untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah (Romli, 2006). Namun, gagasan

pemekaran daerah dan Undang-Undangnya ditolak oleh masyarakat Papua saat itu.

Hingga akhirnya 4 tahun kemudian muncul Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2003.

Instruksi Presiden tersebut berisi peraturan mengenai Percepatan Pelaksanaan UU

No. 45 tentang Pembetukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat,

Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.

Kebijakan pemekaran daerah pada dasarnya dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengatasi berbagai persoalan dalam penyelengaraan pemerintahan daerah

saat ini salah satunya ialah mengurangi kesenjangan antar wilayah yang

berorientasi pada kepuasan masyarakat. Dengan adanya pemekaran daerah otonom

baru akan berpengaruh pada aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek sosial budaya

serta aspek politik dan aspek tata ruang (Pandie, 2018). Adapun beberapa faktor

yang menjadi alasan dasar adanya kebijakan Pemekaran Daerah menurut (Rita

Helbra Tenrini, 2013) adalah:

1) Adanya ketimpangan pemerataan dan keadilan;

2) Kondisi geografis yang luas dan pelayanan masyarakat yang tidak efektif dan

efisien;

3) Perbedaan civil society yang berkembang di dalam masyarakat;

4) Iming-iming insentif fiskal, dan;

5) Status kekuasaan.

Page 37: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

19

Namun, dengan diberlakukannya pemekaran daerah tidak memungkiri akan

memberikan dampak pada masing-masing daerah baik daerah induk maupun

daerah hasil pemekaran. Dimana, daerah induk bisa saja terjadi penurunan kinerja

perekonomian karena sebagian potensinya berada pada daerah otonom baru dan

sebaliknya daerah otonom baru pun bisa saja terjadi penurunan kinerja

perekonomian karena daerah induk tidak melepaskan daerah yang kaya akan

potensi sumber daya kepada daerah otonom baru. Begitupun halnya dengan hasil

yang dinyatakan oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat

Statistik bahwa hampir seluruh wilayah hasil pemekaran lebih sejahtera

dibandingkan daerah induknya dengan argumentasi:

1) Pemerataan Pembangunan

Adanya pemekaran pada dasarnya akan meningkatkan penanganan

kesejahteraan masyarakat dan penguatan kebijakan yang diatur pada lingkup

wilayah yang lebih kecil di daerah otonom baru dibandingkan sebelum mengalami

pemekaran sehingga wilayah hasil pemekaran dapat lebih fokus dalam membangun

dan menata wilayah sendiri.

2) Pelayanan Publik yang Lebih Efektif dan Efisien

Cakupan wilayah yang lebih kecil akan membuat masyarakat di daerah hasil

pemekaran tidak perlu menempuh jarak yang jauh dan mengeluarkan biaya besar

untuk mencapai pusat pelayanan publik sehingga biaya yang "diselamatkan" dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan penting lainnya.

Page 38: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

20

3) Memaksimalkan Potensi Daerah Lokal

Adanya pembentukan daerah hasil pemekaran pada dasarnya akan membuat

daerah hasil pemekaran lebih leluasa dalam memanfaatkan potensi ekonomi di

dalam wilayahnya karenadirasa memiliki potensi yang dapat dimaksimalkan

apabila dikelola sendiri.

Adapun adanya penyebab rendahnya tingkat kinerja perekonomian dari adanya

pelaksanaan pemekaran daerah menurut Kementerian Keuangan ialah disebabkan

oleh beberapa hal sebagai berikut:

1) Adanya ketidakmerataan pembagian sumber daya perekonomian antara daerah

hasil pemekaran dengan daerah induk;

2) Adanya ketidaktertarikan investor baik investor asing maupun investor swasta

dalam berinvestasi di daerah otonom baru dibandingkan daerah induknya;

3) Belum adanya kemampuan kinerja pemerintah menggairahkan perekonomian

daerahnya karena terbatasnya alokasi anggaran penerimaan dan belanja daerah

(APBD) antara lain promosi, insentif dan kemudahan perijinan.

2. Pembangunan Ekonomi

Prof. Meier dalam Adisasmita (2005) mendefinisikan pembangunan

ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka

waktu yang panjang. Perubahan yang mempengaruhi proses pembangunan itu

sendiri dapat dilihat dari aspek sosial, sikap mental yang siap, tumbuhnya

percepatan pertumbuhan ekonomi, serta pengurangan ketimpangan dan

pengurangan angka kemiskinan (Todaro, 2008). Sedangkan, Sadono Sukirno

Page 39: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

21

(1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam

jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan

ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang terjadi secara terus-menerus

melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu

adanya peningkatan pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam

jangka panjang.

Menurut Schumpeter dalam Suryana (2000), pembangunan ekonomi bukan

merupakan proses yang gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan

tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama

dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan ekonomi berkaitan

dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu

pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional

merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu

perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan

pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju

pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat

suatu daerah.

3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Dalam pengertiannya, pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu

proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumber

daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah

dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

Page 40: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

22

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut

(Arsyad, 2010). Menurut Adisasmita (2008), pembangunan wilayah (regional)

merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya

manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan

komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar

wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah,

kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan

pembangunan secara luas.

Dalam mencapai suatu pembangunan di dalam suatu wilayah perlu

memerhatikan kualitas masyarakat di dalamnya. Banyak hal yang perlu

diperhatikan khususnya oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam

mencapai tujuan pembangunan dengan memerhatikan jumlah dan jenis peluang

kerja untuk masyarakat daerah. Guna mewujudkan tujuan pembangunan tersebut,

maka disini pemerintah dan masyarakat perlu mengambil inisiatif pembangunan

daerah dengan menggunakan segenap potensi yang ada di dalam daerah tersebut.

Dalam teori Pusat Pertumbuhan (Pole Growth) yang merupakan teori dasar

strategi kebijakan pembangunan industri daerah mengatakan bahwa pada dasarnya

pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah secara bersamaan, namun

pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan

dengan intensitas yang berbeda (Peroux dan Arsyad, 1999). Pada intinya dalam

teori ini, industri unggulan merupakan merupakan sektor penggerak yang

berpengaruh dalam pembangunan ekonomi daerah. Namun adanya pusat

pertumbuhan yang hanya terjadi di beberapa tempat dengan industri unggulannya

Page 41: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

23

selanjutnya akan memunculkan daerah yang relatif maju yang akan mempengaruhi

daerah-daerah yang relatif pasif dalam industri (Arsyad, 1999).

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi daerah yang berbeda akan

memberikan pengaruh pada corak pembangunan yang akan diterapkan. Pola

kebijakan yang diterapkan dalam satu daerah belum tentu akan sama dan berhasil

ketika diterapkan pada daerah lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian

dalam menyesuaikan pola kebijakan pembangunan yang disesuaikan dengan

kondisi serta potensi sumber daya pada masing-masing daerah. Arsyad (1999)

mengatakan bahwa dalam melakukan pembangunan ekonomi daerah, terdapat

masalah pokok pembangunan yang terletak pada terletak pada penekanan terhadap

kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang

bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan,

dan sumber daya fisik secara lokal. Orientasi ini mengarah pada pengambilan

inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut untuk menciptakan kesempatan

kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

4. Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan

yang menyebabkan meningkatnya produksi barang dan jasa di suatu Negara.

Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan sebagai tolak ukur pencapaian

perkembangan suatu perekonomian yang dimana dapat dilihat dari indikator

Produk Domestik Bruto atau PDB. Produk Domestik Bruto sendiri merupakan

jumah nilai barang atau jasa suatu Negara dalam satu periode termasuk yang

dihasilkan oleh warga asing yang beraada di dalam wilayah tersebut. Sehingga

Page 42: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

24

pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai keadaan perekonomian yang

menunjukkan peningkatan PDB suatu negara dibanding dengan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi menurut Sadono Sukirno merupakan suatu

perkembangan kegiatan di dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan

jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

meningkat. Dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perlu dihitung

pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga berlaku ditahun dasar

yang dipilih. Sehingga pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

perkembangan suatu perekonomian. Cepat atau lambat suatu pertumbuhan

ekonomi perlu dibandingkan dengan pertumbuhan di masa lalu dan pertumbuhan

yang dicapai oleh daerah lain (Sukirno, 1994). Dalam suatu pertumbuhan ekonomi,

terdiri dari faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber yang cukup penting di

dalamnya (Sadono Sukirno, 1994), yaitu:

1) Tanah dan Kekayaan lainnya.

2) Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja

3) Barang Modal dan Tingkat Teknologi

4) Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat.

5) Luas Pasar dan Sumber Pertumbuhan

5. Disparitas Ekonomi

Ketimpangan pembangunan atau disparitas secara umum merupakan suatu

perbedaan dalam proses pembangunan ekonomi antar suatu wilayah dengan

wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan disparitas atau

ketidakmerataan pembangunan. Adanya ketimpangan yang terjadi menyebabkan

Page 43: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

25

adanya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah yang cenderung cepat dan

wilayah yang tumbuh cenderung lambat. Ketimpangan tersebut selanjutnya akan

mempengaruhi bagaimana kesejahteraan pada masyarakat dalam satu wilayah.

Ardani (1992) mengemukakan bahwa kesenjangan/ ketimpangan antar daerah

merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan

dalam pembangunan itu sendiri.

Menurut Myrdal (1957) perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah

yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan (backwash effects)

mendominasi pengaruh yang menguntungkan (spread effects) terhadap

pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan.

Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung

meningkat bukannya menurun, sehingga mengakibatkan ketimpangan antar daerah

(Arsyard, 1999). Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang sangat

penting untuk dicapai dalam meminimalisir terjadinya ketimpangan. Pertumbuhan

ekonomi menurut Soubbotina dan Sheram dalam Bhinadi (2003) selain

meningkatkan kekayaan suatu negara juga berpotensi untuk menurunkan

kemiskinan dan mengatasi permasalahan-permasalahan sosial lainnya.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardani pada tahun

1996 dan 1992 yang telah menganalisis kesenjangan pendapatan dan konsumsi

antardaerah dengan menggunakan Indeks Williamson, dikatakan bahwa pada tahap

awal pembangunan ekonomi terdapat kesenjangan kemakmuran antardaerah,

namun semakin maju pembangunan ekonomi kesenjangan tersebut semakin

menyempit. Dalam kaitannya, Hirschman dalam Arsyad (1997), mengemukakan

Page 44: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

26

bahwa dalam pembangunan ekonomi, faktor geografis dikatakan tidak seimbang

dan tidak merata antar daerah satu dan daerah lainnya. Pertumbuhan ekonomi pada

mulanya akan terpusat pada beberapa wilayah tertentu, sementara untuk wilayah

yang lainnya akan terbelakang.

Pertumbuhan ekonomi selanjutnya akan memberikan perbedaan yang

semakin lebar karena terdapat faktor yang mempersulit wilayah miskin untuk

berkembang. Dengan demikian, disini campur tangan pemerintah sangat penting

dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut. Hirschman berpendapat bahwa

daerah di dalam suatu Negara dibedakan menjadi daerah yang kaya dan daerah yang

miskin. Apabila perbedaan tersebut semakin mengerucut maka trickle down effects

atau imbas balik disini akan terjadi. Sebaliknya, apabila perbedaan tersebut semakin

jauh maka akan terjadi pengkutuban atau polarization effects (Arsyad 1997).

Pandangan yang diberikan Hirschman tersebut sejalan dengan pandangan

yang diberikan oleh Profesor Kuznets dan hasil dari penelitian Williamson & El

Shaks dalam Pramesti Putri (2010). Dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa

Professor Simon Kuznets, mengatakan bahwa di tahap-tahap permulaan

pertumbuhan suatu daerah terdapat pembagian pendapatan yang cenderung

semakin tidak merata, namun seiring dengan bertumbuhnya daerah tersebut maka

pembagian pendapatannya akan semakin merata. Sedangkan hasil penelitian

Williamson dan El Shaks sendiri mengatakan bahwa ketidakmerataan regional jika

digambarkan dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi akan menghasilkan

kurva berbentuk lonceng yang beberapa titik puncaknya dicapai pada saat peralihan

dari tahap lepas landas menuju tahap pendewasaan.

Page 45: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

27

6. Pengukuran Disparitas

Dalam mengukur disparitas yang terjadi antar wilayah, Produk Domestik

Regional Bruto merupakan indikator yang digunakan dalam pengukurannya. Dari

perubahan nilai Produk Domestik Regional Bruto tahun ke tahun inilah yang

kemudian akan menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi dan memperlihatkan

peningkatan perekonomian. Kemudian, dalam mengukur tingkat kesenjangan

ekonomi antar wilayah itu sendiri terdapat berbagai macam pendekatan. Di dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan indeks Williamson dalam mengukur disparitas

pendapatan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Indeks Williamson digunakan untuk mengukur tingkat disparitas yang

terjadi, dalam suatu wilayah tertentu. Dasar perhitungannya adalah dengan

menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per

daerah. Ukuran ketimpangan pendapatan yang lebih penting lagi untuk

menganalisis seberapa besarnya kesenjangan antarwilayah/daerah adalah dengan

melalui perhitungan indeks Williamson. Dasar perhitungannya adalah dengan

menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per

daerah. Susanti (1994) menjelaskan dalam perhitungan indeks Williamson

memiliki tiga kriteria dimana 0,1 < Vw > 0,5 yaitu apabila nilai indeks Williamson

mendekati 0 berarti wilayah tersebut berada pada ketimpangan ringan, dan

sebaliknya apabila ketimpangan melampaui nilai 0,5 berarti termasuk dalam

ketimpangan berat.

Indeks Williamson merupakan koefisien persebaran (coefficient of

variation) dari rata-rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari nilai-nilai

Page 46: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

28

PDRB dan penduduk daerah-daerah yang berada pada lingkup wilayah yang dikaji

dan dianalisis. Adapun keunggulan dari penggunaan analisis Indeks Williamson

dalam mengukur disparitas atau ketimpangan pendapatan perkapita antar daerah di

suatu wilayah ialah lebih mudah dan praktis untuk diaplikasikan. Namun, terdapat

pula kelemahan dari metode analisis Indeks Williamson yaitu analisis ini lebih

sensitif pada perhitungan yang digunakan pada tiap definisi wilayah.

Disparitas atau ketimpangan pada kenyataannya tidak dapat dihilangkan

dalam pembangunan suatu daerah. Adanya ketimpangan, akan memberikan

dorongan kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan

kualitas hidupnya agar tidak jauh tertinggal dengan daerah sekitarnya. Selain itu

daerah-daerah tersebut akan bersaing guna meningkatkan kualitas hidupnya,

sehingga ketimpangan dalam hal ini memberikan dampak positif. Akan tetapi ada

pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya ketimpangan

antar wilayah. Dampak negatif tersebut berupa inefisiensi ekonomi, melemahkan

stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya

dipandang tidak adil (Todaro dan Smith, 2004).

7. Uji Beda T-Test

Uji beda t-test merupakan analisis inferensial yang digunakan untuk

menguji hipotesis. Salah satu analisis dalam uji beda t-test adalah metode t-test

dengan sampel bebas (Independent Sample T-Test). Uji independent sample t-test

merupakan uji t sampel untuk membandingkan dua sampel yang tidak saling

berpasangan yang digunakan untuk mengetahui seberapa signifikan perbedaan rata-

rata antara dua kelompok sampel yang diteliti, dan data yang digunakan dalam uji

Page 47: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

29

t-test ini ialah data berskala interval atau rasio (Sujarweni, 2015). Pengujian

independent sample t-test menggunakan dua sampel atau lebih sebagai objek

penelitiannya yang kemudian dibandingkan untuk melihat ada-tidaknya perbedaan

setelah sampel-sampel tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Cara perhitungan

uji beda t-test ini ialah dengan membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata

dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Gozali, 2006).

8. Tipologi Klassen

Tipologi Klassen merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis gambaran

tentang pola perkembangan ekonomi masing-masing daerah yang kemudian dapat

memberi gambaran mengenai kesenjangan antarwilayah dengan daerah acuannya

(Bappenas, 2013). Melalui tipologi klassen kemudian dapat memberikan penjelasan

lebih jauh mengenai tipologi perkembangan kabupaten/kota yang ada di dalam

masing-masing provinsi (Suhartono, 2015). Terdapat dua indikator utama dalam

tipologi klassen yaitu, pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita

daerah. Adapun manfaat dengan dilakukannya analisis tipologi klassen dalam suatu

wilayah akan lebih mudah dalam membuat prioritas kebijakan daerah berdasarkan

posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupun daerah

yang diacunya. Di dalam analisis tipologi klassen akan diperoleh diperoleh empat

karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan masing-

masing klasifikasinya, yaitu (Kuncoro dan Aswandi, 2002) dan (Radianto, 2003):

Page 48: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

30

1) Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh (Kuadran I)

Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh adalah daerah yang mengalami laju

pertumbuhan PDRB dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari rata-

rata seluruh daerah. Pada dasarnya daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang

paling maju, baik dari segi tingkat pembangunan maupun kecepatan pertumbuhan.

Biasanya daerah-daerah ini merupakan merupakan daerah yang mempunyai potensi

pembangunan yang sangat besar dan telah dimanfaatkan secara baik untuk

kemakmuran masyarakat setempat. Karena diperkirakan daerah ini akan terus

berkembang dimasa mendatang.

2) Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II).

Daerah maju tapi tertekan adalah daerah-daerah yang relatif maju tetapi dalam

beberapa tahun terakhir laju pertumbuhannya menurun akibat tertekannya kegiatan

utama daerah yang bersangkutan. Karena itu, walaupun daerah ini merupakan

daerah telah maju tetapi dimasa mendatang diperkirakan pertumbuhannya tidak

akan begitu cepat, walaupun potensi pembangunan yang dimiliki pada dasarnya

sangat besar.

3) Daerah Berkembang Cepat (Kuadran III).

Daerah Berkembang Cepat pada dasarnya adalah daerah yang memiliki potensi

pengembangan sangat besar, tetapi masih belum diolah secara baik. Oleh karena

itu, walaupun tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi namun tingkat pendapatan

perkapitanya rendah, yang mencerminkan tahap pembangunan yang telah dicapai

sebenarnya masih relatif rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Karena

Page 49: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

31

itu dimasa mendatang daerah ini diperkirakan akan mampu berkembang dengan

pesat untuk mengejar ketertinggalannya dengan daerah maju.

4) Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV).

Kemudian daerah relatif tertinggal adalah daerah yng mempunyai tingkat

pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang berada dibawah rata-rata dari seluruh

daerah. Ini berarti bahwa baik tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat

pertumbuhan ekonomi di daerah ini masih relatif rendah. Tetapi hal ini tidak berarti

bahwa didaerah ini tidak akan berkembang dimasa mendatang. Melalui

pengembangan sarana dan prasarana perekonomian daerah berikut tingkat

pendidikan dan pengetahuan masyarakat setempat diperkirakan daerah ini secara

bertahap akan dapat pula mengejar ketertinggalannya (Syafrizal, 1997).

9. Teori Basis Ekonomi

Sumber daya ekonomi daerah atau potensi ekonomi daerah pada dasarnya

merupakan segala sesuatu sumber daya yang dimiliki oleh daerah yang dapat

memberikan manfaat dan dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan

(ekonomi) wilayah (Yusral, 2015). Dalam mewujudkan pembangunan ekonomi

perlu memperhatikan pemerataan ekonomi dan menekan ketimpangan

pembangunan dengan cara memaksimalkan sektor-sektor potensi ekonomi yang

memiliki nilai keunggulan yang kompetitif (Iswanto, 2015). Potensi sumber daya

yang dimiliki tiap daerah berbeda-beda, dengan demikian perlu dilakukan analisis

sumber daya yang merupakan sebuah potensi untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Dalam teori basis ekonomi dikatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi

suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut

Page 50: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

32

(Tarigan, 2005). Adapun aktifitas dalam kegiatan perekonomian regional terbagi

dalam dua pengelompokkan yaitu sebagai berikut:

1) Basis

Kegiatan yang bersifat eksogen artinya tidak terikat pada kondisi internal

perekonomian wilayah dan sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya jenis

pekerjaan lain. Kegiatan basis memiliki peranan sebagai penggerak utama dalam

pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain

akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.

2) Non Basis

Kegiatan yang bersifat endogen (tidak tumbuh bebas) artinya kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri dan pertumbuhannya

tergantung pada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Sehingga dapat

diartikan bahwa ilngkup produksi dan pemasarannya hanya bersifat lokal saja.

Keunggulan dari teori basis ini adalah selanjutnya dapat mengidentifikasi

keunggulan komparatif dalam suatu wilayah. Keunggulan komparatif diartikan

dengan ukuran relatif yang menunjukan adanya suatu potensi pada komoditas

dalam perdagangan pasar. Namun, di dalam model ini terdapat kelemahan yaitu

didasarkan pada permintaan eksternal bukan internal yang pada akhirnya berakibat

pada timbulnya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan

pasar secara nasional maupun global. Model ini sangat berguna untuk menentukan

keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat

untuk mengembangkan stabilitas ekonomi (Arsyad, 1997). Adapun dalam

menentukan basis ekonomi suatu wilayah, salah satu metode yang banyak

Page 51: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

33

digunakan adalah Location Quotient (LQ) untuk mengetahui seberapa besar tingkat

spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sectors).

Location Quotient merupakan rasio antara total nilai PDRB suatu daerah

dibandingkan dengan nlai PDRB sektor yang sama di provinsi dimana kabupaten

tersebut berada dalam lingkupnya. Location Quotient memiliki keunggulan dimana

dalam penggunaannya cukup sederhana dan dapat dihitung berulang kali untuk

setiap perubahan spesialisasi dengan menggunakan berbagai perubahan acuan dan

periode waktu. Perubahan tingkat spesialisasi dari tiap sektor kemudian dapat

diketahui dengan membandingkan LQ dari tahun ke tahun. Namun, analisis

Location Quotient memiliki beberapa kelemahan dimana nilai perhitungan yang

dihasilkan LQ bias karena tingkat disagregasi perubahan spesialisasi, pemilihan

perubah acuan, pemilihan entity yang diperbandingkan, serta pemilihan tahun dan

kualitas data. Oleh karena itu, validitas data sangat penting sebelum melakukan

analisis menggunakan metode Location Quotient.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang analisis disparitas pendapatan antar wilayah

sebelumnya telah dilakukakan oleh beberapa peneliti. Beberapa penelitian yang

menarik dan berkaitan dengan peneitian ini ialah penelitian dari Suhartono (2015).

Di dalam penelitian tersebut meneliti tentang tingkat disparitas distribusi

pendapatan dan pola perkembangan ekonomi antar kabupaten/kota di masing-

masing provinsi hasil pemekaran (Banten dan Gorontalo). Di dalam penelitian

tersebut menunjukkan bahwa terdapat disparitas pendapatan antar wilayah yang

dihitung menggunakan Indeks Theil di Banten dan Gorontalo. Provinsi Banten

Page 52: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

34

menunjukkan adanya disparitas pendapatan antar wilayah yang lebih tinggi karena

dipengaruhi oleh struktur ekonomi wilayah di Jawa yang cukup kuat terhadap

ketimpangan di Banten. Sedangkan Provinsi Gorontalo memiliki tingkat disparitas

pendapatan yang lebih rendah karena dipengaruhi oleh fokus perekonomian pada

bidang pertanian yang merupakan sektor mayoritas masyarakat bekerja.

Selengkapnya mengenai penelitian terdahulu yang telah diteliti dapat dilihat pada

tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Judul

Penulis

(Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan

1. Ketimpangan

dan

Pembangunan

Ekonomi

Kab/Kota di

Daerah Hasil

Pemekaran:

Studi Kasus di

Provinsi

Banten dan

Gorontalo

Suhartono

(2015)

Provinsi Banten

menunjukkan adanya

disparitas pendapatan

yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan

Provinsi Gorontalo.

Sedangkan ketimpangan

yang rendah di Gorontalo

terjadi karena

memfokuskan sektor

pertanian yang

merupakan sektor

mayoritas masyarakat

bekerja.

Meneliti

perbandingan

disparitas di

antara dua

provinsi.

Meneliti

perbandingan

disparitas di

antara

provinsi

induk dan

provinsi

pemekaran.

Page 53: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

35

2. Faktor-Faktor

Mempengaruhi

Ketimpangan

Wilayah di

Provinsi Jawa

Timur,

Indonesia

Fitrah Sari

Islami,

dan

Nugroho

SBM

(2018)

Terdapat ketimpangan

wilayah di Provinsi Jawa

Timur yang cenderung

meningkat dengan nilai

IW lebih dari 1. Analisis

regresi linear berganda

signifikan dan

berpengaruh terhadap

ketimpangan wilayah

yaitu variabel investasi,

angkatan kerja dan IPM

serta dua variabel yang

tidak signifikan yaitu

variabel pertumbuhan

ekonomi, dan

pengeluaran pemerintah.

Meneliti

disparitas

antar wilayah.

Tidak

meneliti

faktor-faktor

yang

mempengaru

hi disparitas.

3. Disparitas

Antar Wilayah

dan Provinsi di

Indonesia

Sebelum dan

Sesudah

Otonomi

Daerah

Yanuar

(2013)

Tingkat disparitas

sebelum dan sesudah

otonomi daerah tetap

tinggi akibat kondisi

backwash effect.

Pelaksanaan otonomi

daerah selama periode

penelitian belum berhasil

mengurangi disparitas

secara signifikan antar

wilayah dan provinsi di

Indonesia.

Meneliti

disparitas

setelah

penetapan

kebijakan.

Meneliti

disparitas

setelah

penetapan

kebijakan

pemekaran

daerah.

Page 54: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

36

4. Analisis

Penerapan

Metode Basis

dan Shift Share

dalam

Mengatasi

Tingkat

Disparitas

Pendapatan

Antar Wilayah

di Provinsi

Jawa Tengah

Umar

Chadiq,

Ismiyatun,

dan

Nanang

Yusronu

(2010)

Hasil Indeks Williamson

menunjukkan bahwa

distribusi pendapatan di

Jawa Tengah berada

pada ketimpangan pada

taraf tinggi dengan rata-

rata indeks theil dari

tahun 2002-2006 ialah

sebesar 0,114. Hasil

perhitungan LQ dan

Shifts Share

menunjukkan bahwa

semua kabupaten/kota di

wilayah pembangunan

mempunyai kontribusi

positif terhadap PDRB.

Meneliti

disparitas

pendapatan

dan potensi

ekonomi

menggunakan

metode basis

untuk

mengatasi

disparitas

pendapatan.

Meneliti

perbandingan

antara provinsi

induk dan

pemekarannya

dan Tidak

meneliti

pergeseran

ekonomi

dengan shift

share.

5. Analisis

Ketimpangan

Wilayah dan

Pertumbuhan

Ekonomi

Antara

Kabupaten

Induk dan

Pemekaran di

Provinsi Aceh.

Sulasmi,

dan M.

Ilhamsyah

Siregar

(2020)

Hasil indeks williamson,

wilayah 1 dengan Kab.

Induk Aceh Barat

menunjukkan penurunan

angka ketimpangan.

Wilayah tiga, lima,

tujuh, dan delapan

termasik ketimpangan

sangat rendah

Meneliti

disparitas

pendapatan di

antara

kabupaten

induk dan

kabupaten

pemekaran di

satu provinsi.

Meneliti

disparitas di

antara provinsi

induk dan

pemekarannya.

Page 55: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

37

6. Ketimpangan

Pendapatan

Antar

Kabupaten/

Kota dan

Pertumbuhan

Ekonomi di

Propinsi Jawa

Timur

Denny

Iswanto

(2015)

1) Disparitas pendapatan

antar daerah di

Propinsi Jawa Timur

tegolong tinggi

(IW>0,5).

2) Hipotesis “U”

terbalik Kuznets

menggambarkan tidak

terdapat hubungan

antar pertumbuhan

dengan ketimpangan

di Jawa Timur.

3) Diperlukan

peningkatan

kebijakan

pembangunan pada

sektor basis di

masing-masing

daerah.

Menganalisis

disparitas dan

potensi

ekonomi

daerah di satu

provinsi.

Menganalisis

disparitas

dengan

membandingk-

an dua

provinsi yaitu

provinsi induk

dan provinsi

pemekaran.

7. The

Relationship

Between

Economic

Growth and

Income

Inequality

Nasfi Fkili

Wahiba,

dan Malek

El

Weriemmi

(2014)

Pertumbuhan ekonomi

dan pertukaran

keterbukaan merupakan

faktor-faktor yang

memperburuk

ketimpangan dan

diperparah dengan

percepatan proses

liberalisasi perdagangan

di Tunisia.

Menganalisis

ketimpangan

dan dari sisi

Pertumbuhan

Ekonomi.

Tidak

menganalisis

fsktor-faktor

yang

mempengaruhi

ketimpangan

khususnya dari

sisi liberalisasi

perdagangan.

Page 56: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

38

8. Regional

Convergence

and the Role

of the

Neighbourho

od Effect in

Decentralise

d Indonesia

Yogi

Vidyattama

(2013)

Hasil menunjukkan

terdapat ketimpangan

PDRB Perkapita yang

ditunjukkan oleh

indeks Williamson,

dan meningkat sedikit

pada saat perkiraan

kecepatan

konvergensi –

terutama dipengaruhi

oleh pertumbuhan

Jakarta. Sebaliknya,

perubahan angka IPM

di Indonesia

menunjukkan bahwa

konvergensi wilayah

sedang berlangsung,

meski kecepatannya

menurun.

Lingkungan

memberikan

pengaruh signifikan

dalam kedua kasus,

tetapi memiliki

pengaruh yang kecil

pada kecepatan

konvergensi.

Meneliti

disparitas

pendapatan

perkapita.

Tidak meneliti

disparitas

dengan

perkiraan

kecepatan

konvergensi

dan perubahan

angka IPM.

Page 57: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

39

9. The

Relationship

Between

Economic

Growth and

Income

Inequality

Nasfi Fkili

Wahiba, dan

Malek El

Weriemmi

(2014)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi

dan pertukaran

keterbukaan merupakan

faktor-faktor yang

memperburuk

ketimpangan dan

diperparah dengan

percepatan proses

liberalisasi perdagangan

di Tunisia. Kemudian,

ketimpangan berdampak

negatif pada

pertumbuhan ekonomi

dan efek ini lebih

muncul setelah

percepatan proses

pembukaan bursa.

Melihat

hubungan

antara

ketimpangan

dan

pertumbuhan

ekonomi.

Meneliti

perbedaan

disparitas,

pola

perkembang-

an ekonomi,

dan potensi

ekonomi.

Page 58: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

40

10. Analysis of

the Impact of

Economic

Growth on

Income

Inequality

and Poverty

in South

Africa: The

Case of

Mpumalanga

Province

Ferdinand

Niyimbanira

(2017)

Hasil penelitian

menunjukkan

pertumbuhan ekonomi

mengurangi kemiskinan

dan bukan ketimpangan

pendapatan. Kemudian,

hasil berimplikasi pada

pengambil kebijakan

untuk merancang

strategi dalam

mengurangi

ketimpangan pendapatan

di Afrika Selatan. Studi

ini mengusulkan

langkah sosial ekonomi

untuk meningkatkan

perekonomian,

pembangunan manusia

dalam ekonomi berbasis

pengetahuan.

Meneliti

ketimpangan

pendapatan.

Tidak

meneliti

pengaruh

pertumbuhan

ekonomi

terhadap

ketimpangan

pendapatan.

Page 59: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

41

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Ke

Dilihat dari aspek

Mewujudkan Pembangunan dan Pemanfaatan Potensi

Daerah di Papua dan Papua Barat sesuai Kebijakan

Pemekaran Wilayah dalam UU No. 45 Tahun

1999/INPRES No. 1 Tahun 2003

Permasalahan pembangunan ekonomi di wilayah induk

dan pemekarannya dan Hasil Survei Sosial Ekonomi

Nasional BPS yang menyatakan daerah pemekaran lebih

sejahtera dibandingkan daerah induk.

Disparitas Pendapatan Setelah Pemekaran (Indeks

Williamson) dan

Uji perbedaan tingkat disparitas antara wilayah induk

dan pemekarannya (uji beda independent samples t-test)

Pengkalsifikasian

kesenjangan dilihat

berdasarkan Pola

Perkembangan

Ekonomi Antar

Kab/Kota Provinsi

Papua dan Provinsi

Papua Barat Setelah

Pemekaran

Analisis potensi sektor ekonomi untuk meningkatkan

perekonomian dan menekan disparitas pendapatan

(Analisis Location Quotient)

Strategi dan kebijakan dalam

mengurangi tingkat disparitas

pendapatan perkapita

Page 60: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

42

D. Hipotesis Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

tingkat disparitas pendapatan, pola perkembangan ekonomi setelah pemekaran, dan

sektor unggulan dalam meningkatkan perekonomian maka perumusan hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

1) Diduga terdapat disparitas pendapatan perkapita pada provinsi induk dan

provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) setelah

pemekaran tahun 2013-2019.

2) Diduga terdapat perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita antara

provinsi induk dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat) setelah pemekaran tahun 2013-2019.

3) Diduga terdapat perbedaan pola perkembangan ekonomi antara provinsi induk

dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) setelah

pemekaran tahun 2013-2019.

4) Diduga terdapat potensi sektor unggulan di provinsi induk dan provinsi

pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) dalam rangka

menurunkan tingkat disparitas pendapatan perkapita setelah pemekaran tahun

2013-2019.

Page 61: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan data tahunan yang

diperoleh utas periode 2013-2019 yang bersumber dari Publikasi Badan Pusat

Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat. Data yang digunakan ialah data PDRB

Atas Dasar Harga Konstan 2010 sehingga perkembangan yang ditunjukkan tiap

tahunnya merupakan perkembangan produksi riil dan menggunakan nilai yang

absolut untuk menghindari adanya fluktuasi kenaikan harga atau inflasi. Penelitian

ini menggunakan lintas periode tersebut karena Provinsi Papua Barat masih

melakukan pemekaran kabupaten/kota terakhir pada tahun 2012. Sehingga untuk

meminimalisir kesalahan pengolahan data akibat jumlah data tahunan pada tingkat

kabupaten/kota yang berbeda maka periode yang diambil adalah tahun 2013 hingga

tahun 2019 setelah jumlah kabupaten/kota di masing-masing provinsi tidak lagi

tetap atau bertambah dan berkurang. Adapun definisi operasional variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) PDRB Perkapita Kabupaten/Kota dan provinsi di Papua dan Papua Barat

tahun 2013-2019.

2) Data jumlah penduduk Kabupaten/Kota dan provinsi di Papua dan Papua

Barat tahun 2013-2019.

3) Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat tahun

2013-2019.

Page 62: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

44

4) PDRB antar kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

tahun 2013-2019.

Analisa data secara statistik menggunakan analisis data secara deskriptif

berdasarkan hasil data yang diperoleh pada tiap variabel. Hasil dari interpretasi

deskriptif kemudian disesuaikan dengan landasan teori-teori ekonomi yang

menyertainya.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan

mencari bahan materi serta teori pendukung, dan mengumpulkan data sekunder

yang berasal dari instansi terkait yaitu Publikasi BPS (Badan Pusat Statistik)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan masing-masing kabupaten/kotanya.

Adapun teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

ialah:

1. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan studi pustaka ialah dengan mengumpulkan data yang

bersumber dari buku, artikel dan berita, jurnal ilmiah, serta thesis yang

berkaitan dengan penelitian ini.

2. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan teknik studi dokumentasi ialah dengan mengutip

sumber terkait yang berasal dari berita resmi statistik dan literatur lainnya yang

berkaitan dan mendukung penelitian ini.

Page 63: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

45

C. Metode Analisis Data

1. Analisis Indeks Williamson Untuk Mengukur Disparitas Pendapatan

Perkapita

Metode analisis Indeks wiliamson merupakan koefisien persebaran (coefficient

of variation) dari rata-rata nilai sebaran yang dihitung berdasarkan estimasi dari

nilai PDRB dan penduduk daerah yang berada pada lingkup wilayah yang dikaji

dan dianalisis (Rambe, 2010). Dalam studi kasus penelitian ini adalah wilayah

kabupaten/kota di antara Provinsi Papua sebagai provinsi induk dan Provinsi Papua

Barat sebagai provinsi pemekarannya. Data yang digunakan ialah data PDRB

perkapita antar kabupaten/kota dan PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

serta Jumlah Penduduk yang kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel.

Peneliti melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan berdasarkan

kabupaten/kota yang diambil melalui internet dari Badan Pusat Statistik. Selain itu

peneliti juga melakukan studi kepustakaan dengan mencari sumber informasi dari

literatur guna mendapatkan informasi yang bersifat teoritis.

Pendapatan perkapita antar wilayah di provinsi induk dan provinsi

pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) dalam periode 2013

hingga 2019 diindikasikan adanya disparitas atau ketimpangan. Berdasarkan latar

belakang di atas telah diketahui bahwa PDRB Perkapita di antara wilayahnya tidak

sama besarnya maka dengan demikian perlu diukur bagaimana tingkat

ketimpangangan itu dapat terjadi. Adapun rumus indeks wiliamson menurut adalah

sebagai berikut (Susanti, 1994):

Vw = ∑ (𝑌𝑖−𝑌)²

𝑓𝑖

𝑛𝑖

𝑌

Page 64: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

46

Keterangan :

Vw : Koefisien variasi Williamson

Yi : PDRB Perkapita masing-masing kabupaten/kota

Y : PDRB rata-rata perkapita di Provinsi

F : Jumlah Penduduk pada masing-masing kabupaten/kota

N : Jumlah Penduduk Provinsi

Dengan kriteria ketimpangan Indeks Williamson sebaagai berikut:

a) Jika 0,1 < Vw < 0,35 maka tingkat ketimpangan termasuk ringan.

b) Jika 0,35 < Vw < 0,50 maka tingkat ketimpangan termasuk sedang.

c) Jika Vw > 0,50 maka tingkat ketimpangan termasuk berat.

2. Uji Beda Indpendent Sample T-Test Untuk Mengukur Perbedaan

Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita

Dalam menguji pernyataan dari Susenas BPS, dimana daerah pemekaran lebih

sejahtera dibandingkan daerah induk maka uji beda independent sample t-test ini

dilakukan untuk melihat seberapa signifikan perbedaan rata-rata tingkat disparitas

pendapatan perkapita setelah kebijakan pemekaran daerah di antara provinsi induk

dan pemekarannya. Pengujian hipotesis dalam metode ini ialah dengan analisis

statistik inferensial dengan teknik t-test. Dalam penelitian ini menggunakan dua

kelompok sampel berbeda yang bersumber dari data yang berbeda dengan tujuan

untuk melihat seberapa besar perbedaan rata-rata tingkat disparitas pendapatan

perkapita di antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil Pemekaran

(Provinsi Papua Barat). Kedua sampel tersebut dibandingkan untuk melihat ada-

Page 65: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

47

tidaknya perbedaan setelah sampel-sampel tersebut yaitu provinsi induk dan

pemekarannya memiliki status daerah yang berbeda. Uji beda yang dilakukan ialah

dengan menggunakan analisis t-test sampel bebas (Independent Samples t-test),

adapun rumus uji beda independent sample t-test ialah sebagai berikut:

t = 𝑋− 𝜇

𝑆 / √𝑛

Keterangan:

t = Nilai hitung t

X = Rata-rata sampel (mean)

µ = Rata-rata populasi

S = Standar deviasi sampel

n = Jumlah observasi di dalam sampel

Adapun kriteria ketentuan dalam pengujian hipotesis yang dilihat berdasarkan

probabilitas ialah sebagai berikut:

1. Apabila probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak

terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara tingkat disparitas

pendapatan perkapita di antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi

Hasil Pemekaran (Provinsi Papua Barat).

2. Apabila probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima terdapat

perbedaan rata-rata yang signifikan antara tingkat disparitas pendapatan

perkapita di antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil

Pemekaran (Provinsi Papua Barat).

Page 66: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

48

3. Analisis Tipologi Klassen untuk Mengukur Kesenjangan Berdasarkan

Pola Perkembangan Ekonomi.

Adanya indikasi perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita antara

Papua dan Papua Barat tidak terlepas dari adanya perbedaan pola perkembangan

ekonomi antar daerah di masing-masing provinsinya. Oleh karena itu, untuk

melihat gambaran adanya perbedaan tingkat kesenjangan antarwilayah berdasarkan

posisi perekonomian di Papua dan Papua Barat setelah pemekaran maka metode

yang tepat digunakan adalah metode tipologi klassen. Metode ini menggunakan

data sekunder PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua

Barat. Kabupaten/kota yang masing-masing mempunyai karakteristik pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan perkapita yang berbeda-beda diklasifikasikan dengan

tipologi Klassen pendekatan wilayah (Syafrizal,1997). Adapun definisi tabel

klasifikasi tipologi klassen adalah di bawah ini (KER, Bank Indonesia 2006):

Tabel 3.1

Klasifikasi Kabupaten/Kota menurut Tipoogi Klassen

Sumber: Kajian Ekonomi Regional, Bank Indonesia 2006

Keterangan:

ri = laju pertumbuhan ekonomi PDRB wilayah i

yi = PDRB Perkapita wilayah i

r = laju pertumbuhan ekonomi PDRB wilayah referensi

y = PDRB perkapita wilayah referensi

yi > y yi < y

ri > r Daerah cepat maju

dan cepat tumbuh

Daerah berkembang

cepat

ri < r Daerah maju tapi

tertekan

Daerah relatif

tertinggal

Page 67: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

49

Adapun kriteria dalam klasifikasi tipologi klassen dalam pendekatan wilayah

adalah:

1) Daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, yaitu daerah yang memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tingi dari rata-rata

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

2) Daerah maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita

lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah daripada rata-

rata Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

3) Daerah berkembang cepat, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan

tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan rata-rata

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

4) Daerah relatif tertinggal, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding rata-rata

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

4. Analisis Location Quotient untuk Menganalisis Potensi Sektor

Ekonomi Unggulan.

Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan analisis yang ditujukan

untuk mengetahui dan menentukan sektor mana yang berpotensi spesialisasi dalam

suatu daerah terhadap aktivitas ekonomi utama atau untuk menentukan sektor

unggulan yaitu sektor yang dapat memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri maupun

daerah lain yang ada disekitarnya (Badan Pusat Statistik, 2016). Pada dasarnya

dalam rangka mewujudkan pembangunan dapat dimaksimalkan dengan menekan

tingkat disparitas yang tinggi menuju pemerataan. Hal yang dapat dilakukan untuk

Page 68: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

50

menekan angka ketimpangan pembangunan ialah dengan memaksimalkan sektor

potensi ekonomi unggulan yang kompetitif antar wilayahnya di masing-masing

provinsi (Iswanto, 2015). Dalam mengetahui sektor unggulan selama 7 tahun

terakhir, data yang digunakan adalah PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010

menurut Lapangan Usaha yang diolah menggunakan analisis Location Quotient.

Analisis Location Quotient menganalisis sektor unggulan yang tersedia di tiap-

tiap kabupaten/kota di masing-masing provinsi induk dan pemekaran untuk

mengetahui potensi sektor ekonomi yang unggul dan dapat dikembangkan sehingga

dapat menekan angka disparitas pendapatan antar wilayah di Provinsi Papua dan

Papua Barat. Analisis LQ merupakan alat analisis yang digunakan denga melihat

suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah terhadap

besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Adapun rumus dalam perhitungan

LQ adalah sebagai berikut (Jumiyanti, 2018):

LQ = 𝑉𝑖 𝑉𝑡⁄

𝑌𝑖 𝑌𝑡⁄

Keterangan:

LQ = Location Quotient

Vi = nilai PDRB sektor i pada tingkat antar Kabupaten/Kota

Vt = Total PDRB pada tingkat Kabupaten/Kota

Yi = nilai PDRB sektor I pada tingkat Provinsi

Yt = Total PDRB pada tingkat Provinsi

Adapun kriteria dalam hasil perghitungan LQ adalah, apabila:

1) LQ > 1 berarti komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi sumber

pertumbuhan, dimana komoditas menjadi seuah keunggulan komparatif yang

Page 69: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

51

hasilnya tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di wilayah besangkutan

namun juga dapat diekspor ke luar wilayah lainnya.

2) LQ = 1 berarti komoditas tersebut dikatakan non-basis atau tidak memiliki

keunggulan komparatif yang hasil produksinya hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk ekspor ke wilayah lainnya.

3) LQ < 1 berarti komoditas ini juga dikatakan non-basis atau tidak memiliki

keunggulan komparatif dan hasil produksinya tidak dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari wilayah lainnya.

D. Definisi Operasional Variabel

1. Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita

PDRB Perkapita dalam penelitian ini diperoleh dari membagi angka PDRB

dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Dalam penelitian ini

menggunakan PDRB perkapita antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat atas dasar harga konstan 2010 periode 2013-2019.

2. Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah penduduk yang digunakan di dalam peneitian ini adalah keseluruhan

penduduk yang tinggal di antar Kabupaten/Kota dan Provinsi di Papua dan

Papua Barat dalam kurun waktu tahun 2013-2019.

3. Laju Pertumbuhan PDRB

Laju pertumbuhan PDRB yang digunakan dalam penelitian ini ialah nilai

persentase laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

dari tahun 2013-2019.

Page 70: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

52

4. Pendapatan Domestik Regional Bruto

PDRB atau Pendapatan Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai

tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Dalam penelitian ini, PDRB yang

digunakan ialah PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha periode 2013-

2019.

Page 71: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Keadaan Geografis

Pulau Papua merupakan pulau paling timur di Indonesia dengan kekayaan

alamnya mulai dari pegunungan, kawasan laut terbaik hingga sumber daya alam

yang berlimpah. Pulau Papua memiliki luas wilayah sekitar 786.000 km persegi,

dan secara astronomis Pulau Papua pada koordinat 5°20′S 141°36′E. Kondisi iklim

yang dimiliki Pulau Papua terbilang ekstrem dimana kelembaban Pulau Papua

terhitung tinggi sekitar 80% hingga 89%. Begitupun dengan curah hujan di Pulau

Papua dengan kisaran 1800 mm hingga 3000mm.

Gambar 4.1

Peta Administrasi Pulau Papua

Sumber: Bappeda Provinsi Papua

Page 72: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

54

Adapun Pulau Papua memiliki batasan langsung dengan banyak wilayah mulai

dari berbatasan dengan laut dan juga berbatasan langsung dengan daratan yang

dirinci sebagai berikut:

1. Batas Laut

Utara: Laut Filipina

Barat: Laut Arafuru dan Laut Banda

Timur: Samudra Pasifik

Selatan: Laut Arafuru

2. Batas Daratan

Utara: Samudra Pasifik

Barat: Laut Arafuru

Timur: Papua Nugini

Selatan: Laut Arafuru dan Australia

Pulau Papua merupakan pulau yang sangat luas dan memiliki kondisi geografis

yang sangat bervariasi sehingga mempengaruhi kondisi persebaran penduduk

sehingga tidak merata. Adanya kondisi sebaran penduduk yang tidak merata

menjadikannya sebagai salah satu alasan dengan dilakukannya pembentukan

daerah otonom baru atau pemekaran provinsi menjadi dua. Dua wilayah yang

terbentuk di wilayah Papua yaitu terdiri dari bagian timur merupakan Provinsi

Papua yang menjadi provinsi induk sedangkan bagian baratnya adalah Provinsi

Papua Barat sebagai provinsi hasil pemekaran.

Provinsi Papua sebagai wilayah induk memiliki luas wilayah sebesar

315.091,62 km2 dan secara geografis terletak antara garis koordinat 01°00’ LU -

Page 73: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

55

9°10’ LS dan 134°00’ BT - 141°05’ BT. Beradasarkan administrasi, Povinsi Papua

terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota, yang terbagi menjadi 470 distrik dan 4.378

kampung dengan Kota Jayapura sebagai Ibukota Provinsi. Kabupaten Merauke

merupakan kabupaten terluas di Papua dengan menempati 14,62 persen wilayah

Provinsi Papua atau seluas 46.074,43 km2 dan memiliki jarak terjauh dari ibukota

Provinsi Papua dengan jarak sejauh 662 km. Sedangkan kabupaten terkecil di

Provinsi Papua ialah Kabupaten Supiori yang hanya seluas 690,16 km2 atau sekitar

0,22 persen wilayah Provinsi Papua dan merupakan kabupaten terjauh kedua

setelah Kabupaten Merauke dengan jarak 605 km dari ibukota Provinsi Papua.

Adapun secara administratif Provinsi Papua berbatasan dengan:

Sebelah utara : Samudra Pasifik

Sebelah selatan : Laut Arafuru

Sebelah barat : Papua Barat

Sebelah timur : Papua New Guinea

Sedangkan Provinsi Papua Barat sebagai wilayah hasil pemekaran secara

geografis terletak di antara 0º-4,3° Lintang Selatan dan 129,2º-135,2° Bujur Timur

dan memiliki luas sebesar 102.955,15 km2. Wilayah administrasi Provinsi Papua

Barat sendiri memiliki posisi yang strategis, di bagian barat Papua Barat khususnya

di Kabupaten Raja Ampat merupakan pusat segitiga karang dunia (coral triangle)

yang merupakan wilayah dengan keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia.

Provinsi Papua Barat juga berbatasan langsung dengan negara di wilayah Pasifik

yang menjadi penanda kedaulatan Indonesia baik dalam aspek pertahanan maupun

Page 74: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

56

pemanfaatan sumberdaya kelautan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Adapun

rincian batas wilayah administrasi Provinsi Papua Barat adalah:

Sebelah utara : Samudera Pasifik;

Sebelah selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku;

Sebelah timur : Provinsi Papua; dan

Sebelah barat : Laut Seramdan Provinsi Maluku.

Secara administrasi, Provinsi Papua Barat memiliki 12 Kabupaten dan 1 Kota

yang terdiri dari 218 distrik, 1.742 kampung dan 95 kelurahan (kondisi hingga

akhir tahun 2015) dan terus meningkat seiring dengan adanya perkembangan

wilayah guna meningkatkan akselerasi pelayanan kepada masyarakat.

2. Keadaan Demografis

Dalam proses pembangunan, persebaran dan jumlah penduduk merupakan

hal penting yang tidak dapat dipisahkan. Adanya besaran serta komposisi dari

jumlah penduduk pada dasarnya akan mempengaruhi kegiatan masyarakat baik di

bidang sosial maupun ekonomi. Proses pembangunan tidak dapat terlepas dari

bagaimana korelasi dan interaksi antar penduduk yang pada akhirnya memiliki

posisi yang strategis dalam penentuan kebijakan. Komposisi kependudukan akan

dikatakain baik dan strategis apabila persebarannya merata, dan didominasi olek

penduduk yang berusia produktif serta diiringi dengan kualitas tiap penduduknya

yang baik.

Page 75: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

57

Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat Tahun 2013-2019 (ribu)

Sumber: BPS Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dalam Angka Tahun

2013-2019

Apabila melihat tabel 4.1 terlihat bahwa dari tahun ke tahun Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan jumlah penduduk dimana pada tahun

2013 jumlah penduduk Provinsi Papua sebesar 3,032,488 terus meningkat hingga

di tahun 2019 mencapai 3,379,302 jiwa. Sedangkan Provinsi Papua Barat memiliki

jumlah penduduk yang lebih sedikit dibandingkan wilayah induknya karena

dipengaruhi oleh luas wilayahnya tidak seluas Provinsi Papua sebagai wilayah

induk, dimana pada tahun 2013 sebanyak 828,293 terus meningkat hingga

mencapai 959,617 jiwa.

Tabel 4.2

Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per km2

di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019

Provinsi

Rata-Rata Laju

Pertumbuhan Penduduk

(%)

Rata-Rata Kepadatan

Penduduk Per km2

(Jiwa)

Papua 1.84 10

Papua Barat 2.33 8

Sumber: BPS Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dalam Angka Tahun

2013-2020 (data diolah)

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Papua 319 036,05 3,032,488 3,091,047 3,149,375 3,207,444 3,265,202 3,322,526 3,379,302

Papua

Barat102,955.15 828,293 849,809 871,510 893,362 915,361 937,458 959,617

Provinsi luas wilayahjumlah penduduk

Page 76: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

58

Tabel 4.2 menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk diantara kedua

provinsi baik provinsi induk dan provinsi hasil pemekaran, dimana Papua Barat

sebagai provinsi hasil pemekaran mengalami tingkat laju pertumbuhan penduduk

yang lebih tinggi dari wilayah induknya selama tujuh tahun terakhir. Rata-rata laju

pertumbuhan penduduk di Papua Barat mencapai hingga 2.33% lebih tinggi dari

wilayah induknya dikarenakan Angka Kelahiran di Papua Barat mencapai 3.2% per

tahun dari total penduduk. Sedangkan untuk rata-rata kepadatan penduduk baik di

Papua maupun Papua Barat masih terbilang cukup rendah dalam kurun waktu

selama tujuh tahun dari tahun 2013 hingga tahun 2019. Dimana rata-rata kepadatan

penduduk di Papua hanya sebanyak 10 jiwa per km2 dan Papua Barat sebanyak 8

jiwa per km2.

3. Kondisi Perekonomian

Dalam melihat bagaimana kondisi perekonomian yang telah dicapai di kedua

provinsi baik induk dan wilayah hasil pemekaran dapat dilihat melalui capaian laju

pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Laju pertumbuhan PDRB Papua

selama tujuh tahun dari tahun 2013 hingga tahun 2019 terlihat stagnan. Laju

pertumbuhan PDRB di Papua berada pada tingkat tertinggi dalam periode tujuh

tahun di tahun 2015 yaitu mencapai 9.14 persen, namun laju pertumbuhan kembali

berfluktuatif hingga mengalami perlambatan laju pertumbuhan yang cukup dalam

di tahun 2019 yaitu sebesar -15.72 persen. Terjadinya kontraksi yang cukup dalam

di tahun 2019 dipengaruhi karena adannya penurunan pada produksi tambang yang

menyebabkan sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami kontraksi yang

dalam hingga -43.21 persen.

Page 77: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

59

8.55

-9.57

7.359.14

4.647.37

-15.72

7.365.38 4.15 4.52 4.02

6.25

2.66

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Papua Papua Barat

Gambar 4.2

Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Tahun 2013-2019

Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Barat

Sedangkan, Papua Barat dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir yaitu

terlihat berfluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. Apabila melihat gambar

4.2 pada dasarnya, laju pertumbuhan PDRB di Papua Barat tidak mengalami

peningkatan yang signifikan. Di tahun 2013 laju PDRB sebesar 7.36 persen dan

terus cenderung menurun hingga tahun 2017 lalu mengalami peningkatan lagi di

tahun 2018 menjadi 6.25 persen, namun peningkatan tersebut masih berada di

bawah laju pertumbuhan PDRB di tahun 2013. Kemudian di tahun 2019, laju

pertumbuhan PDRB mengalami melambat dan mengalami penurunan kembali dan

hanya mencapai 2.65 persen.

Capaian pertumbuhan ekonomi di Papua dan Papua Barat tidak terlepas dari

peranan sektor-sektor yang ada di dalamnya. Sektor-sektor yang membentuk PDRB

di Papua Barat terdiri dari 17 sektor yang mendukungnya. Rata-rata pertumbuhan

dari masing-masing sektor di Papua dan Papua Barat pada periode 2013-2019 yang

ditunjukkan pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 di bawah ini.

Page 78: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

60

Tabel 4.3

Rata-Rata Pertumbuhan PDRB ADHK Berdasarkan Sektor-Sektor Ekonomi

di Provinsi Papua Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2019

Sektor-Sektor

Provinsi Papua

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-

Rata

A. Pertanian,

Kehutanan, dan

Perikanan

6.04 5.64 5.26 1.77 3.98 3.15 0.25 3.73

B. Pertambangan

dan Penggalian 9 -2.81 6.72 13.1 3.9 10.52 -43.21 -0.40

C. Industri

Pengolahan 2.13 8.72 3.77 4.47 6.46 5.65 -1.25 4.28

D. Pengadaan

Listrik dan Gas 7.45 8.41 0.63 11.86 4.11 6.89 6.87 6.60

E. Pengadaan Air,

Pengelolaan

Sampah, Limbah

dan Daur Ulang

6.53 6.25 3.99 3.37 6.38 5.72 -3.35 4.13

F. Konstruksi 11.79 8.56 10.7 8.81 5.18 5.7 9.04 8.54

G. Perdagangan

Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

9.36 7.3 8.13 6.91 6.24 6.39 6.41 7.25

H. Transportasi

dan Pergudangan 8.15 10.57 9.59 8.13 5.98 8.16 5.96 8.08

I. Penyediaan

Akomodasi dan

Makan Minum

11.67 12.57 7.52 6.54 6.04 5.41 5.4 7.88

J. Informasi dan

Komunikasi 12.79 6.63 5.19 3.42 6.99 3.52 7.32 6.55

K. Jasa Keuangan

dan Asuransi 13.89 7.26 2.63 6.08 2.61 5.35 4.28 6.01

L. Real Estat 11.67 8.09 5.86 7.02 5.6 6.54 6.1 7.27

M,N. Jasa

Perusahaan 5.88 9.65 3.97 5.68 5.77 6.7 6.75 6.34

O. Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan

Jaminan Sosial

Wajib

2.8 14.85 10.89 9.64 4.36 3.88 3.66 7.15

Page 79: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

61

Sektor-Sektor

Provinsi Papua

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata-

rata

P. Jasa Pendidikan 9.75 7.45 7.23 7.83 5.55 4.18 6.68 6.95

Q. Jasa Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial

9.29 9.36 8.36 8.08 5.2 5.73 4.83 7.26

R,S,T,U. Jasa

lainnya 10.42 8.55 7.04 6.43 5.62 7.34 5.77 7.31

Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019

Tabel 4.3 di atas menunjukkan rata-rata pertumbuhan pada tiap-tiap sektor

yang ada di Provinsi Papua dalam periode 2013-2019. pertumbuhan pada sektor

dengan rata-rata terendah di Provinsi Papua dalam periode 2013 hingga 2019 adalah

sektor Pertambangan dan Penggalian yang hanya sebesar -0.40 persen, hal ini

dikarenakan sektor Pertambangan dan Penggalian kerap kali mengalami kontraksi

dalam periode tersebut. Kontraksi pertama terjadi di tahun 2014 sebesar -2.81 dan

yang kedua di tahun 2019 mengalami kontraksi yang sangat dalam sebesar -43.21

persen. Adanya kontraksi pada sektor Pertambangan dan penggalian terjadi karena

terdapat penurunan prodiuksi pada PT. Freeport Indonesia karena adanya peralihan

kegiatan tambang, dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah. Sedangkan

sektor yang mengalami pertumbuhan dengan rata-rata tertinggi ialah sektor

konstruksi dengan rata-rata partumbuhan sebesar 8.54 persen.

Page 80: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

62

Tabel 4.4

Rata-Rata Pertumbuhan PDRB ADHK Berdasarkan Sektor-Sektor Ekonomi

di Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2019

Sektor-Sektor

Provinsi Papua Barat

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-

Rata

A. Pertanian,

Kehutanan, dan

Perikanan

6.37 4.97 2.6 2.12 5.85 2.2 3.34 3.92

B. Pertambangan

dan Penggalian 1.14 0.88 1.21 0.79

-

1.36 4.17 -0.34 0.93

C. Industri

Pengolahan 8.46 3.94 2.12 3.27 2.9 7.28 -0.99 3.85

D. Pengadaan

Listrik dan Gas 9.23 6.63

-

4.89 4.53 5.72 6.87 8.87 5.28

E. Pengadaan Air,

Pengelolaan

Sampah, Limbah

dan Daur Ulang

4.81 5.14 5.35 3.32 5.59 4.96 4.42 4.80

F. Konstruksi 15.56 12.45 9.73 9.77 9.13 7.2 7.57 10.20

G. Perdagangan

Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

7.57 8.07 6.86 9.06 8.03 9.84 8.37 8.26

H. Transportasi dan

Pergudangan 12.83 12.75 8.47 7.98 8.04 8.58 8.01 9.52

J. Informasi dan

Komunikasi 9.34 11.35 7.56 9.77 8.01 8.35 11.51 9.41

K. Jasa Keuangan

dan Asuransi 23.66 9.62 9.7 2.47 3.23 2.88 9.33 8.70

L. Real Estat 5.96 9 7.59 8.41 8.43 9.26 8.42 8.15

M,N. Jasa

Perusahaan 7.66 7.81 7.16 5.45 7.47 7.44 5.28 6.90

O. Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan

Jaminan Sosial

Wajib

9.46 8.23 8.34 8.28 4.53 7.35 3.3 7.07

Page 81: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

63

Sektor-Sektor

Provinsi Papua Barat

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata-

rata

P. Jasa

Pendidikan 10.3 10.03 7.28 6.19 7.92 4.75 5.8 7.47

Q. Jasa

Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

0.82 5.76 6.33 6.48 7.14 7.02 4.39 5.42

R,S,T,U. Jasa

lainnya 9.24 6.84 6.36 7.38 6.94 6.06 4.37 6.74

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2010

Sedangkan pada provinsi Papua Barat sebagai wilayah hasil pemekaran,

terlihat bahwa dari 17 sektor yang ada, Sektor Konstruksi yang memberikan

kontribusi terbesar dengan rata-rata 10.2 persen selama periode 2013-2019 dan

diikuti oleh sektor transportasi dan pergudangan dengan rata-rata 9.52 persen.

Sedangkan rata-rata pertumbuhan pada sektor ekonomi yang terendah ada pada

sektor pertambangan dan penggalian yang hanya bertumbuh dengan rata-rata 0.93

persen dalam kurun waktu periode 2013 hingga 2019.

Kemudian untuk melihat bagaimana kontribusi setiap sektor dalam

pembentukan PDRB di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dapat dilihat dari

indikator peranan masing-masing sektor PDRB menurut lapangan usaha.

Gambaran struktur perekonomian dapat dilihat dari bagaimana kondisi potensi

masing-masing sektor terhadap PDRB di suatu wilayah. Tinggi rendahnya

kontribusi sektor PDRB menurut lapangan usaha dapat menggambarkan bagaimana

kondisi pertumbuhan ekonomi yang ada di Provinsi Papua dan di Provinsi Papua

Barat. Adapun kontribusi sektor-sektor dalam pembentukan PDRB di Provinsi

Papua ditunjukkan pada tabel 4.5 di bawah ini:

Page 82: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

64

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019Rata-

Rata

A. Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 12.69 13.02 13.31 12.30 11.79 11.25 12.75 12.44

B. Pertambangan dan

Penggalian 39.28 34.55 32.22 34.08 35.19 36.70 23.62 33.66

C. Industri Pengolahan 2.11 2.25 2.20 2.09 2.10 2.03 2.27 2.15

D. Pengadaan Listrik dan

Gas 0.03 0.03 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04 0.03

E. Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 0.06

F. Konstruksi 13.37 13.31 13.10 12.88 16.11 13.75

G. Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 7.95 8.46 9.02 9.03 9.07 8.93 10.90 9.05

H. Transportasi dan

Pergudangan 4.73 5.05 5.28 5.25 5.29 5.42 6.76 5.40

I. Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 0.71 0.80 0.82 0.80 0.80 0.78 0.94 0.81

J. Informasi dan

Komunikasi 3.55 3.75 3.82 3.67 3.73 3.56 4.32 3.77

K. Jasa Keuangan dan

Asuransi 1.70 1.76 1.67 1.58 1.54 1.51 1.78 1.65

L. Real Estat 2.57 2.66 2.72 2.66 2.62 2.55 3.05 2.69

M,N. Jasa Perusahaan 1.17 1.21 1.18 1.15 1.14 1.14 1.37 1.19

O. Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 8.22 9.19 9.66 9.47 9.10 8.87 10.80 9.33

P. Jasa Pendidikan 1.97 1.99 1.97 1.90 1.85 1.76 2.13 1.94

Q. Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 1.51 1.59 1.51 1.50 1.49 1.48 1.87 1.56

R,S,T,U. Jasa lainnya 1.04 1.07 7.04 6.43 5.62 7.34 5.77 4.90

Sektor

Tahun

Tabel 4.5

Kontribusi Sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua

Tahun 2013-2019

Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019

Berdasarkan kontribusi tiap sektor yang ditunjukkan pada tabel di atas

terlihat bahwa Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor yang

memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Papua selama periode

2013-2019. Nilai rata-rata peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian pada

periode tahun 2013 hingga tahun 2019 ialah sebesar 33,66 persen. Kemudian sektor

yang memberikan kontribusi terbesar kedua ialah Sektor Konstruksi dengan rata-

Page 83: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

65

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Rata-

Rata

A. Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 10.49 10.78 10.87 10.95 11.02 10.46 10.55 10.73

B. Pertambangan dan

Penggalian 23.14 20.77 19.49 19.13 17.97 17.98 17.44 19.42

C. Industri Pengolahan 30.28 30.16 28.72 26.40 25.95 26.82 25.74 27.72

D. Pengadaan Listrik dan

Gas 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0.04

E. Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0.10 0.10 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10 0.10

F. Konstruksi 11.85 12.82 13.94 14.87 15.64 15.39 15.96 14.35

G. Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 5.43 5.78 6.14 6.58 6.89 7.01 7.47 6.47

H. Transportasi dan

Pergudangan 2.21 2.44 2.65 2.83 2.96 2.98 3.19 2.75

I. Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 0.54 0.56 0.59 0.62 0.64 0.64 0.68 0.61

J. Informasi dan

Komunikasi 1.40 1.46 1.48 1.58 1.64 1.63 1.75 1.56

K. Jasa Keuangan dan

Asuransi 1.44 1.51 1.59 1.57 1.57 1.51 1.59 1.54

L. Real Estat 1.04 1.11 1.16 1.23 1.28 1.29 1.34 1.21

M,N. Jasa Perusahaan 0.10 0.11 0.11 0.11 0.12 0.12 0.12 0.11

O. Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 8.74 8.79 9.71 10.51 10.64 10.61 10.57 9.94

P. Jasa Pendidikan 2.21 2.39 2.39 2.40 2.44 2.33 2.38 2.36

Q. Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 0.73 0.72 0.74 0.79 0.80 0.79 0.79 0.77

R,S,T,U. Jasa lainnya 0.27 0.26 0.27 0.29 0.29 0.29 0.30 0.28

Sektor

Tahun

rata 13,75 persen. Kemudian disusul oleh Sektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan dengan rata-rata sebesar 12.44 persen. Adapun sektor yang memberikan

kontribusi terendah pada PDRB Provinsi Papua adalah Sektor Pengadaan Listrik

dan Gas yang hanya sebesar 0.03 persen. Selanjutnya, berikut ini adalah kondisi

peranan PDRB lapangan usaha di Provinsi Papua Barat sebagai provinsi hasil

pemekaran:

Tabel 4.6

Kontribusi Sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua

Barat Tahun 2013-2019

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019

Page 84: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

66

Berdasarkan kontribusi tiap sektor dalam pembentukan PDRB di Provinsi

Papua Barat terlihat bahwa Sektor Industri pengolahan merupakan sektor yang

memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukan PDRB di Provinsi Papua

Barat selama periode tahun 2013-2019. Nilai rata-rata kontribusi yang diberikan

Sektor Industri Pengolahan selama periode 2013-2019 ialah sebesar 27.72 persen.

Sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua ialah Sektor Pertambangan dan

Penggalian dengan rata-rata sebesar 19.42 persen. Kemudian disusul oleh sektor

Konstruksi dengan rata-rata sebesar 14.35 persen. Adapun sektor yang memberikan

kontribusi terendah dalam pembentukan PDRB di Papua Barat ialah Sektor

Pengadaan Listrik dan Gas yang hanya sebesar 0.04 persen.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan

dalam melihat bagaimana perkembangan pembangunan ekonomi di dalam suatu

wilayah. Pendapatan perkapita dapat dilihat dari capaian PDRB Perkapita di suatu

wilyah, dimana dalam mendapatkan nilai PDRB perkapita dapat dihitung dengan

membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk dalam periode tertentu. Begitupun

dengan laju pertumbuhan ekonomi yang juga dapat digunakan sebagai indikator

perkembangan pembangunan suatu wilayah dengan melihat capaian pertumbuhan

pada tiap-tiap sektor ekonomi. Besarnya rata-rata pendapatan perkapita antar

kabupaten/kota di masing-masing provinsi baik induk dan pemekaran selama

periode 2013-2019 dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 85: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

67

Tabel 4.7

Rata-Rata PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Papua Tahun 2013-2019

Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019 (data diolah penulis)

Kabupaten/

Kota

Rata-Rata

PDRB

Perkapita

(Rp)

Rata-Rata

Laju

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Merauke 37,946,143.19 7.70

Jayawijaya 19,292,823.61 6.02

Jayapura 64,532,459.35 8.91

Nabire 44,140,294.81 6.83

Kep. Yapen 26,772,510.40 5.70

Biak Numfor 23,213,783.58 3.01

Paniai 15,241,793.97 6.76

Puncak Jaya 7,397,242.71 4.82

Mimika 284,360,673.34 0.62

Boven

Digoel 45,861,287.26 4.69

Mappi 16,547,695.10 6.67

Asmat 14,317,212.67 5.56

Yahukimo 7,097,729.86 5.54

Peg. Bintang 16,601,278.11 5.91

Tolikara 6,952,136.17 5.07

Kabupaten/

Kota

Rata-Rata

PDRB

Perkapita

(Rp)

Rata-Rata

Laju

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Sarmi 40,528,032.67 6.63

Keerom 31,811,201.73 6.30

Waropen 42,107,603.76 8.81

Supiori 35,955,295.23 4.56

Mamberamo

Raya 38,108,006.28 7.93

Nduga 6,988,061.46 7.57

Lanny Jaya 5,715,950.51 6.28

Mamberamo

Tengah 13,816,790.17 6.78

Yalimo 10,644,915.84 7.87

Puncak 6,448,596.51 7.65

Dogiyai 7,968,237.42 7.12

Intan Jaya 14,266,607.71 6.91

Deiyai 10,112,002.94 7.88

Kota Jayapura 66,825,770.64 7.55

Page 86: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

68

Tabel 4.8

Rata-Rata PDRB Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Kab./Kota di

Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019

Kabupaten/Kota

Rata-Rata

PDRB

Perkapita (Rp)

Rata-Rata

Laju

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Fakfak 39,782,528.31 6.89

Kaimana 28,465,532.37 5.46

Teluk Wondama 29,144,027.58 5.35

Teluk Bintuni 381,664,861.90 6.03

Manokwari 35,924,924.46 7.51

Sorong Selatan 24,786,629.46 6.29

Sorong 95,018,298.51 2.71

Raja Ampat 45,562,497.34 3.30

Tambrauw 9,491,668.55 5.98

Maybrat 10,290,535.59 5.91

Manokwari Selatan 22,392,197.73 5.21

Pegunungan Arfak 4,071,671.57 5.80

Kota Sorong 37,147,700.16 8.72

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 (data diolah penulis)

2. Analisis Disparitas Pendapatan (Indeks Williamson)

Berdasarkan adanya perbedaan nilai PDRB perkapita antar kabupaten/kota

yang diperoleh oleh provinsi induk dan pemekarannya diindikasikan terjadinya

disparitas pendapatan perkapita. Dalam mengukur tingkat disparitas pendapatan

perkapita di provinsi induk dan pemekarannya menggunakan metode Indeks

Williamson. Menurut Susanti (1995) perhitungan Indeks Williamson memiliki

kriteria nilai 0,1 < Vw > 0,50 yang berarti apabila nilai Indeks Williamson

mendekati nol berarti nilai tersebut menunjukkan bahwa wilayah tersebut semakin

tidak timpang, dan sebaliknya apabila melebihi 0,50 maka wilayah tersebut

Page 87: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

69

memiliki tingkat ketimpangan yang berat. Hasil yang ditunjukkan menggunakan

perhitungan Indeks Williamson ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9

Hasil Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Hasil analisis Indeks Williamson dalam tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa

kondisi setelah pemekaran selama periode tahun 2013-2019, baik Provinsi Papua

sebagai wilayah induk dan Provinsi Papua Barat sebagai provinsi pemekarannya

sama-sama memiliki tingkat disparitas pendapatan perkapita pada level yang tinggi.

Rata-rata disparitas pendapatan perkapita di Provinsi Papua yaitu sebesar 2.02 yang

berarti sangat tinggi karena melampaui 0,5. Begitupun dengan Papua Barat sebagai

wilayah hasil pemekaran yang mencapai nilai rata-rata disparitas pendapatan

perkapita sebesar 1.51 yang juga masuk ke dalam level ketimpangan tinggi karena

melampaui angka 0,5.

Provinsi PapuaProvinsi Papua

Barat

2013 2.04 1.58

2014 2.07 1.55

2015 2.06 1.53

2016 2.16 1.51

2017 2.13 1.47

2018 2.20 1.47

2019 1.51 1.46

Rata-

Rata2.02 1.51

Disparitas Pendapatan

Perkapita (Indeks Williamson)Tahun

Page 88: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

70

3. Analisis Uji Beda Independent Sample T-test

Analisis uji beda independent sample t-test dilakukan untuk menguji

hipotesis dan melihat seberapa signifikan perbedaan rata-rata tingkat disparitas

pendapatan perkapita setelah penerapan kebijakan pemekaran daerah antara

Provinsi Papua sebagai wilayah induk dengan Provinsi Papua Barat sebagai

wilayah hasil pemekarannya. Uji beda independent sample t-test memiliki dua

hipotesis dalam pengambilan keputusan yaitu apabila H0 diterima berarti tidak

terdapat perbedaan rata-rata disparitas pendapatan perkapita yang signifikan di

antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil Pemekaran (Provinsi

Papua Barat). Sebaliknya, apabila H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat

perbedaan rata-rata disparitas pendapatan perkapita yang signifikan di antara

Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil Pemekaran (Provinsi Papua

Barat). Uji beda dilakukan dengan menggunakan alat analisis SPSS dengan

membandingkan rata-rata antara dua kelompok yang berbeda. Hasil dari analisis uji

beda independent sample t-test dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10

Uji Independent Sample T-Test

Sumber: data diolah penulis

Dalam tabel Independent Samples Test menunjukkan bahwa dalam Indeks

Williamson, nilai F hitung levenne test sebesar 2,807 yang lebih kecil daripada F

tabel sebesar 4,2839 dengan probabilitas adalah 0,120. Karena nilai probabilitas >

Page 89: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

71

0,05 maka H0 diterima yang berarti variabel Indeks Williamson mempunyai varian

yang sama atau bersifat homogen. Oleh karena itu, analisis uji beda independent

sample t-test harus menggunakan equal variances assumsed.

Berdasarkan output data yang dihasilkan SPSS menunjukkan nilai t hitung

pada equal variences assumsed adalah 5,706 dengan jumlah sampel sebanyak (n-

2) atau berarti sebanyak 12 maka didapatkan rumus t tabel yaitu t𝛼

2, sehingga

didapatkan hasil t tabel sebesar 2,178. Maka kemudian didapatkan t hitung 5,706

> t tabel 2,178 dengan probabilitas signifikan 0,000 sehingga dapat disimpulkan

Ha diterima dan terdapat perbedaan rata-rata disparitas pendapatan perkapita yang

signifikan di antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil Pemekaran

(Provinsi Papua Barat).

4. Analisis Tipologi Klassen

Analisis tipologi klassen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur dan

membandingkan kesenjangan berdasarkan pola perkembangan ekonomi di antara

provinsi induk dan provinsi pemekarannya setelah pemekaran. Pendekatan yang

digunakan dalam analisis tipologi klassen ini ialah berdasarkan pendekatan wilayah

sehingga dalam klasifikasinya terdiri dari 4 kriteria. Kriteria dalam analisis tipologi

klassen pendekatan wilayah yaitu kuadran I yang merupakan daerah cepat maju dan

cepat tumbuh; kuadran II yaitu daerah maju tapi tertekan; kuadran III yaitu daerah

berkembang cepat; dan Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal. Adapun hasil

perhitungan analisis tipologi klassen di antara provinsi induk dan provinsi hasil

pemekaran ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Page 90: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

72

Tabel 4.11

Tipologi Perkembangan Pembangunan di Provinsi Papua Tahun 2013 – 2019

Sumber: data diolah penulis

Tabel 4.12

Tipologi Perkembangan Pembangunan di Provinsi Papua Barat Tahun 2013

- 2019

y

r

yi > y yi < y

ri > r Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (I)

Kab. Maybrat, Kab. Tambrauw, Kota

Sorong, Kab. Manokwari, Kab. Fakfak,

Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Sorong

selatan

Daerah berkembang cepat (III)

Kab. Teluk Bintuni

ri < r Daerah maju tapi tertekan (II)

Kab. Kaimana, Kab. Teluk Wondama,

Kab. Manokwari Selatan, Kab. Raja

Ampat

Daerah relative tertinggal (IV)

Kab. Sorong

Sumber: data diolah penulis

5. Analisis Location Quotient

Analisis Location Quotient dilakukan untuk melihat potensi ekonomi yang

unggul di antara provinsi induk dan provinsi hasil pemekaran. Analisis potensi

ekonomi wilayah dilihat dari tiap-tiap kabupaten dan kota yang ada di dalam

masing-masing provinsi baik provinsi induk maupun provinsi pemekarannya

dianalisis dengan tujuan meningkatkan perekonomian sehingga dapat menekan

y

r

yi > y yi < y

ri > r Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (I)

Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Paniai,

Kab. Puncak, Kab. Mappi, Kab. Deiyai,

Kab. Dogiyai, Kab. Intan Jaya, Kab.

Mamberamo Tengah

Daerah berkembang cepat (III)

Kab. Jayapura, Kab Merauke,

Kab. Mamberamo Raya, Kota

Jayapura, Kab. Nabire, Kab.

Waropen, Kab. Sarmi

ri < r Daerah maju tapi tertekan (II)

Kab. Biak Numfor, Kab. Lanny Jaya,

Kab. Keerom, Kab. Asmat, Kab.

Pegunungan Bintang, Kab. Kepulauan

Yapen, Kab. Yahukimo, Kab. Tolikara,

Kab. Puncak Jaya, Kab. Jayawijaya

Daerah relative tertinggal (IV)

Kab. Mimika, Kab. Boven

Digoel, Kab. Supiori

Page 91: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

73

Kabupaten/Kota S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17

Merauke 1.57 0.14 3.26 1.54 7.66 1.01 2.38 4.58 2.84 4.15 1.97 1.24 3.30 0.95 0.96 0.97 1.00

Jayawijaya 0.88 0.11 1.74 2.18 2.31 0.89 2.73 9.69 1.46 3.65 1.23 2.57 4.32 1.11 1.06 1.17 1.06

Jayapura 1.23 0.17 4.00 0.94 9.96 0.94 2.20 9.00 2.97 2.97 1.14 1.94 4.55 0.78 0.82 0.84 1.30

Nabire 0.96 1.81 1.23 1.45 2.62 0.79 2.84 3.35 1.03 1.51 1.68 1.21 2.20 0.89 0.78 0.85 0.96

Kepulauan Yapen1.24 0.05 3.28 1.78 7.84 0.50 3.04 5.34 1.81 1.94 2.68 2.57 3.05 1.39 1.40 1.18 2.03

Biak Numfor 1.22 0.07 3.05 4.91 8.53 0.48 2.78 5.71 1.70 1.98 4.20 1.98 5.43 1.56 1.05 0.98 0.87

Paniai 0.69 3.30 0.29 0.11 0.39 1.75 0.56 1.29 0.43 0.31 0.15 0.48 0.67 1.05 0.64 0.66 0.50

Puncak Jaya 1.48 0.09 0.44 0.20 0.00 2.17 1.26 1.33 0.49 0.43 0.14 0.84 0.42 1.98 1.33 2.11 1.03

Mimika 0.11 6.77 0.13 0.31 0.60 0.17 0.40 0.72 0.63 1.02 0.38 0.27 1.04 0.13 0.07 0.09 0.17

Boven Digoel 1.38 0.11 21.47 0.11 0.25 1.78 0.91 0.99 0.49 0.16 0.69 0.54 0.36 0.82 0.75 0.81 0.53

Mappi 1.48 0.03 0.57 0.16 0.08 2.30 1.17 1.22 0.50 0.29 0.57 0.72 0.22 2.09 1.47 1.31 0.74

Asmat 1.26 0.00 1.99 0.24 2.71 2.06 1.11 1.35 0.60 0.33 0.17 0.80 1.16 2.00 2.99 1.95 0.85

Yahukimo 2.14 0.07 0.46 0.30 0.00 1.44 0.90 2.64 0.68 0.56 0.29 1.33 0.57 2.52 2.09 1.29 0.97

Pegunungan

Bintang 1.97 0.09 0.09 0.25 0.00 2.09 0.71 1.80 0.67 0.38 0.95 0.53 0.49 2.52 1.32 1.05 0.81

Tolikara 2.39 0.04 0.18 0.32 0.17 1.25 1.04 3.10 0.67 0.60 0.11 0.95 0.44 2.38 2.11 1.98 0.85

Sarmi 2.95 0.12 1.77 0.72 3.82 1.22 1.52 3.44 1.29 1.50 0.91 1.17 1.16 1.27 1.09 1.08 1.10

Keerom 2.79 0.08 4.23 0.74 0.00 2.06 1.16 0.51 1.82 0.51 0.93 0.59 0.10 1.16 0.95 1.03 0.82

Waropen 2.53 0.06 0.91 0.48 0.81 1.84 1.04 1.01 0.44 0.25 0.41 2.01 0.55 1.65 2.18 0.76 1.32

Supiori 2.43 0.03 0.46 1.43 0.00 1.93 0.65 0.17 0.49 0.33 0.75 1.03 0.16 1.91 2.20 1.97 2.08

Mamberamo

Raya 1.99 0.19 0.23 0.00 0.00 1.39 1.66 1.77 1.35 0.00 0.07 0.68 0.36 2.19 2.79 2.16 1.78

Nduga 2.33 0.03 0.08 0.00 0.00 1.60 1.88 0.59 0.13 0.00 0.00 1.15 0.24 1.97 2.14 2.17 1.69

Lanny Jaya 1.99 0.15 0.06 0.00 0.00 1.55 1.65 1.85 0.12 0.00 0.00 1.67 0.17 2.04 2.29 2.60 0.96

Mamberamo

Tengah 1.51 0.11 0.07 0.00 0.00 1.67 1.66 3.11 0.04 0.00 0.04 0.83 0.23 2.61 1.88 1.83 1.52

Yalimo 2.41 0.04 0.09 0.00 0.00 1.23 1.84 1.56 0.14 0.00 0.00 0.44 0.18 2.54 1.68 1.65 1.81

Puncak 2.06 0.01 0.02 0.14 0.17 1.91 1.84 0.33 0.44 0.07 0.03 0.95 0.38 2.94 0.19 0.24 0.20

Dogiyai 2.54 0.22 0.04 0.08 0.06 0.73 1.90 0.56 0.62 0.24 0.00 3.91 0.00 2.79 0.24 1.18 0.27

Intan Jaya 2.24 0.03 0.23 0.00 0.00 2.33 1.18 0.53 0.04 0.00 0.00 0.13 0.18 2.28 1.10 1.03 1.12

Deiyai 2.29 0.09 0.27 0.11 0.00 2.16 1.34 0.43 0.06 0.02 0.13 0.65 0.11 1.99 1.47 1.70 0.78

Kota Jayapura 0.47 0.03 2.06 1.31 7.91 1.41 2.69 2.98 4.33 5.44 3.45 2.11 7.14 1.22 1.61 1.99 1.73

angka ketimpangan pendapatan regional di provinsi papua dan Provinsi Papua

Barat. Kriteria dari analisis Location Quotient adalah apabila nilai LQ suatu sektor

ekonomi > 1 berarti sektor di wilayah tersebut berpotensi untuk dikembangkan.

Kemudian, apabila suatu daerah terdapat banyak sektor yang memiliki nilai LQ

lebih dari 1 berarti sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah sektor

yang memiliki nilai LQ tertinggi. Berikut ini merupakan nilai rata-rata LQ Provinsi

Papua sebagai wilayah induk dan Provinsi Papua Barat sebagai wilayah pemekaran

dalam periode 2013-2019.

Tabel 4.13

Nilai Rata-Rata LQ Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Periode

Tahun 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Page 92: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

74

Kabupaten/

KotaS1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17

Fakfak 1.78 0.08 0.12 1.39 2.00 2.16 1.97 2.47 1.99 1.73 1.02 1.98 1.76 2.15 2.17 1.86 1.19

Kaimana 2.96 0.05 0.20 1.72 0.49 1.45 1.64 2.06 1.35 1.05 1.03 1.78 0.77 2.52 0.80 0.97 1.57

Teluk

Wondama 3.55 0.06 0.08 0.48 0.46 1.39 1.23 0.90 0.78 0.30 0.84 1.35 0.62 3.09 1.44 0.96 0.69

Teluk

Bintuni 0.26 1.79 1.74 0.04 0.02 0.19 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.11 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01

Manokwari 1.40 0.13 0.12 2.43 2.97 2.02 2.00 2.27 2.80 2.48 2.78 2.79 2.41 2.05 2.02 2.49 2.14

Sorong

Selatan 2.62 0.13 0.05 1.53 0.87 2.35 1.51 0.71 0.75 0.70 0.72 0.66 0.56 2.36 2.27 2.23 0.72

Sorong 0.90 1.00 1.50 0.57 0.55 0.78 0.47 0.24 0.36 0.21 0.41 0.30 0.57 0.71 0.65 0.54 0.29

Raja Ampat 2.57 2.00 0.02 0.26 0.13 0.82 0.58 0.23 0.95 0.13 0.34 0.51 0.20 1.69 0.40 0.31 0.70

Tambrauw 3.59 0.10 0.03 2.57 0.35 1.41 0.19 0.57 0.23 0.11 0.14 1.04 0.10 3.94 2.38 1.10 0.14

Maybrat 3.31 0.05 0.01 0.86 0.53 1.24 1.02 0.61 0.40 0.15 1.33 0.42 0.35 4.26 1.39 0.95 0.23

Manokwari

Selatan 6.39 0.03 0.03 3.44 0.13 0.26 0.19 1.06 0.71 0.13 0.40 0.27 0.85 2.23 1.43 1.68 4.21

Pegunungan

Arfak 4.37 0.01 0.00 5.11 0.00 0.60 0.01 0.02 0.18 0.02 0.04 0.47 0.00 4.95 1.59 1.93 1.30

Kota

Sorong 0.81 0.07 0.19 2.73 2.87 2.09 2.99 2.95 2.67 3.54 3.04 2.57 3.19 1.20 2.58 2.56 3.37

Tabel 4.14

Nilai Rata-Rata LQ Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Periode

Tahun 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Keterangan:

S1 = Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

S2 = Sektor Pertambangan dan Penggalian

S3 = Sektor Industri Pengolahan

S4 = Sektor Pengadaan Listrik dan Gas

S5 = Sektor Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

S6 = Sektor Konstruksi

S7 = Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

S8 = Sektor Transportasi dan Pergudangan

S9 = Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Page 93: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

75

S10 = Sektor Informasi dan Komunikasi

S11 = Sektor Jasa Keuangan dan Komunikasi

S12 = Sektor Real Estate

S13 = Sektor Jasa Perusahaan

S14 = Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

S15 = Sektor Jasa Pendidikan

S16 = Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

S17 = Sektor Jasa Lainnya

C. Pembahasan

1. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Hasil analisis laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang

ditunjukkan pada tabel 4.7 menunjukkan data PDRB Perkapita dan laju

pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Provinsi Papua sebagai provinsi induk

setelah pemekaran dalam periode tahun 2013 hingga tahun 2019. Dari tabel di atas

terlihat bahwa capaian PDRB perkapita yang diraih oleh antar kabupaten dan kota

di Provinsi Papua berbeda-beda antar daerah satu dan daerah lainnya. PDRB

perkapita tertinggi berada di Kabupaten Mimika yang mana 40 kali lebih tinggi

daripada Kabupaten Puncak yang merupakan Kabupaten dengan capaian PDRB

perkapita terendah di Provinsi Papua. Kemudian, dari sisi laju pertumbuhan

ekonomi pada periode yang sama, Kabupaten Jayapura memiliki laju pertumbuhan

ekonomi yang paling tinggi sebesar 8.91 persen. Sedangkan, kabupaten/kota

Page 94: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

76

dengan laju pertumbuhan ekonomi paling rendah selama periode tersebut adalah

Kabupaten Supiori sebesar 4.56 persen.

Kemudian capaian rata-rata PDRB Perkapita dan laju pertumbuhan

ekonomi yang diraih oleh provinsi hasil pemekaran ditunjukkan pada Tabel 4.8.

Rata-rata PDRB Perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi yang diraih oleh Provinsi

Papua Barat setelah pemekaran dalam periode 2013-2019 sama halnya dengan

kondisi pada provinsi induknya dimana capaian rata-rata PDRB perkapita di tiap-

tiap kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat juga berbeda-beda. PDRB perkapita

tertinggi berada di Kabupaten Teluk Bintuni sebesar 381,664,861.90 dimana 90 kali

lebih tinggi daripada Kabupaten Pegunungan Arfak yang merupakan Kabupaten

dengan capaian rata-rata PDRB perkapita terendah di Provinsi Papua Barat.

2. Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita di Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat

Tingkat disparitas pendapatan perkapita yang dianalisis ialah tingkat

ketimpangan selama tahun 2013 hingga tahun 2019 yang terhitung sepuluh tahun

sejak dilakukannya proses pemekaran di wilayah Papua tahun 2003. Analisis

disparitas pendapatan perkapita dengan menggunakan Indeks Williamson di

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.

Page 95: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

77

Gambar 4.3

Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita di Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat Tahun 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Hasil analisa disparitas pendapatan perkapita antar wilayah yang

ditunjukkan gambar 4.3 terlihat adanya disparitas pendapatan perkapita pada level

yang tinggi, baik di provinsi induk maupun di provinsi pemekarannya. Tingkat

disparitas pendapatan perkapita di kedua provinsi tersebut terbilang tinggi karena

keduanya memiliki nilai Indeks Williamson lebih dari 0,5. Adapun Provinsi Papua

memiliki tingkat disparitas pendapatan perkapita yang lebih tinggi daripada

Provinsi Papua Barat selama periode 2013-2019. Tingginya tingkat disparitas di

kedua provinsi sejalan dengan penelitian terdahulu milik Islami dan Nugroho

(2018), Bappenas (2013), dan Vidyattama (2013) yang meneliti ketimpangan

dengan hasil Indeks Williamson di atas 1.

Provinsi Papua sebagai wilayah induk mengalami tingkat disparitas

pendapatan perkapita yang berfluktuatif, dimana dari tahun 2013 ke tahun 2014

mengalami peningkatan dari angka 2,04 menjadi 2,07. Namun, angka disparitas

menurun di tahun 2015 menjadi 2,06 dan kembali meningkat di tahun 2016 menjadi

2,16 dan menurun di tahun 2017 menjadi 2,13. Tahun 2017 ke tahun 2018 kembali

Page 96: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

78

meningkat menjadi 2,20 dan kemudian kembali mengalami penurunan yang cukup

dalam ke angka 1,51. Apabila melihat dan membandingkan kembali kondisi

disparitas pendapatan di Provinsi Papua sebelum pemekaran di tahun 2000-2003

tidak terlihat adanya perubahan karena masih menunjukkan level yang sangat

tinggi. Begitupun halnya dengan Provinsi Papua Barat yang merupakan provinsi

hasil pemekaran ini memiliki tingkat disparitas pada level yang tinggi, namun

cenderung menurun. Dimana di tahun 2013 ketimpangan di Papua Barat sebesar

1,58 dan terus menurun sampai pada tahun 2019 berada pada tingkat ketimpangan

sebesar 1,46.

Terlepas dari tingginya tingkat disparitas pendapatan perkapita di kedua

provinsi tersebut setelah dilakukannya pemekaran, sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Yanuar pada tahun 2013 yang menganalisis Disparitas Antar

Wilayah dan Provinsi di Indonesia Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa masih adanya tingkat disparitas yang

tinggi walaupun setelah dilakukannya Otonomi Daerah disebabkan oleh kondisi

backwash effect dimana perbedaan tingkat ekonomi antar daerah memberikan

pengaruh yang merugikan. Kondisi backwash effect tersebut terjadi sebagai dampak

dari adanya pemusatan kegiatan ekonomi sehingga terjadi perpindahan aliran

modal dan tenaga kerja trampil ke daerah inti sehingga meningkatkan ketimpangan

antar wilayah.

Kondisi tersebut pada dasarnya lumrah terjadi mengingat Teori Myrdal

(1957) mengatakan bahwa dari adanya perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar

daerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan atau kondisi

Page 97: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

79

tersebut dinamakan backwash effect yang pada akirnya menyebabkan proses

ketidakseimbangan. Teori dan penelitian yang dilakukan oleh Yanuar tersebut

sejalan dengan kondisi yang ada di Papua dan Papua Barat dimana tingginya tingkat

disparitas pendapatan di provinsi induk dan pemekarannya terjadi karena adanya

kondisi backwash effect dimana terdapat perbedaan tingkat kemajuan ekonomi

antar kabupaten/kota yang satu dan lainnya yang kemudian terbentuk suatu

pemusatan kegiatan ekonomi yang hanya ada di beberapa kabupaten/kota sehingga

memberikan pengaruh yang merugikan.

Hal ini terbukti apabila melihat tabel 4.5 di Provinsi Papua memiliki Sektor

Pertambangan dan Penggalian yang merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi

untuk PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat memiliki Sektor Industri

Pengolahan sehingga menyebabkan terjadinya pemusatan konsentrasi kegiatan

ekonomi pada sektor-sektor tersebut yang hanya berpusat di daerah inti saja.

Sehingga kondisi tersebut pada akhirnya mempengaruhi terjadinya perpindahan

aliran modal dan tenaga kerja yang terampil ke wilayah inti saja yang basis pada

Sektor Pertambangan dan Penggalian di Papua dan wilayah inti yang basis pada

Sektor Industri Pengolahan di Papua Barat. Sehingga, fenomena backwash effect

yang terjadi di Papua dan Papua Barat pasca pemekaran mengakibatkan adanya

tingkat disparitas pendapatan perkapita yang tinggi. Pernyataan tersebut dapat

dijelaskan pada hasil analisis Location Quotient.

Untuk melihat hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dan nilai

disparitas pendapatan perkapita di masing-masing provinsi selama periode 2013-

2019 maka dapat dibuktikan dengan berlakunya teori Hipotesis Kuznet di masing-

Page 98: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

80

masing provinsi. Hipotesis Kuznet dibuktikan dengan membuat kurva hubungan

antara pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan perkapita atau nilai Indeks

Williamson. Berdasarkan dari kurva hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan

indeks ketimpangan yang ditunjukkan pada gambar 4.4 dan gambar 4.5 di bawah

ini menunjukkan bahwa walaupun Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat berada

pada tingkat ketimpangan yang tinggi, secara umum telah terjadi penurunan pada

kurva indeks ketimpangan dimana pada tahun 2013 merupakan titik awal puncak

penurunannya.

Gambar 4.4

Kurva Hubungan antara Indeks Ketimpangan dengan Laju

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2013-

2019

(Provinsi Papua) (Provinsi Papua Barat)

Sumber: data diolah penulis

Hal ini sejalan dengan teori dari penelitian Williamson dan El Shaks yang

mengatakan apabila kurva ketidakmerataan regional berbentuk lonceng yang

beberapa titik puncaknya dicapai pada saat peralihan kemudian terlihat semakin

menurun maka kondisi itu berada pada tahap lepas landas menuju tahap

pendewasaan. Namun, pengujian Hipotesis Kuznet hanya diambil dari tahun 2013-

Page 99: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

81

2019 yang merupakan kondisi pertengahan yaitu sepuluh tahun setelah sahnya

proses pemekaran di wilayah Papua. Titik pada tahun 2013 bukan merupakan tahun

awal proses pemekaran, sehingga kurva yang ditunjukkan tidak membuktikan

berlakunya Hipotesis Kuznet dan tidak menunjukkan kurva bentuk lonceng atau “U

terbalik” baik di Provinsi Papua maupun di Provinsi Papua Barat.

3. Analisis Perbedaan Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita di

antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Setelah melihat hasil dari analisis disparitas pendapatan perkapita melalui

Indeks Williamson, maka untuk melihat sejauh mana perbedaan rata-rata

ketimpangan dilakukan analisis uji beda melalui analisis independent sample t-test.

Analisis ini dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan dari rata-

rata disparitas pendapatan antara Provinsi Papua sebagai provinsi induk dan

Provinsi Papua Barat sebagai provinsi hasil pemekaran. Hasil dari analisis uji beda

independent samples t-test menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel yaitu sebesar

5.706 > 2.447 dengan signifikansi 2 tailed menunjukkan nilai sebesar 0.000 yang

berarti lebih kecil dari 0.05. Sehingga dapat diambil hipotesis H0 ditolak dan Ha

diterima berarti dapat disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan

antara nilai Indeks Williamson pada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Dengan kata lain, penerapan kebijakan pemekaran daerah yang membagi

wilayah Papua menjadi dua provinsi yaitu provinsi induk dan provinsi pemekaran

pada periode yang sama menghasilkan tingkat disparitas pendapatan perkapita yang

berbeda dimana hasil analisis Indeks Williamson di provinsi pemekaran (Papua

Page 100: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

82

Barat) jauh lebih rendah dan lebih baik dibandingkan tingkat ketimpangan di

provinsi induk (Papua). Hasil analisa uji beda independent t-test di atas sejalan

dengan pernyataan Sensus Sosial Ekonomi Nasional BPS yang mengatakan bahwa

wilayah pemekaran lebih sejahtera dari wilayah induknya. Hal ini terbukti karena

pada dasarnya cakupan wilayah Papua Barat setelah pemekaran yang lebih kecil

dibandingkan saat masih bersama daerah induknya membuat Papua Barat memiliki

fokus kebijakan yang lebih mandiri di bidang pembangunan dan kesejahteraan yang

diatur pada lingkup wilayah yang lebih kecil dibandingkan saat masih menyatu

dengan provinsi induknya.

4. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Pola Perkembangan Ekonomi

antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Analisis tipologi klassen dilakukan untuk melihat dan membandingkan

kesenjangan berdasarkan pola perkembangan ekonomi di antara provinsi induk dan

provinsi pemekarannya setelah pemekaran. Melalui tabel tipologi klassen yang

ditunjukkan pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 menunjukkan hasil dimana adanya

tingkat disparitas pendapatan perkapita yang tinggi di Provinsi Papua dan Papua

Barat tidak terlepas dari adanya kesenjangan yang dipengaruhi adanya capaian

pertumbuhan ekonomi dan PDRB Perkapita masing-masing kabupaten/kota yang

berbeda-beda di dalamnya. Adapun klasifikasi kabupaten/kota di Papua dan Papua

Barat didapatkan hasil sebagai berikut:

1) Kuadran I: Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh

Kabupaten/kota di Provinsi Papua yang termasuk dalam Kuadran I daerah

cepat maju dan cepat tumbuh terdiri dari sembilan kabupaten diantaranya adalah

Page 101: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

83

Kabupaten Yalimo, Kabupaten Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak,

Kabupaten Mappi, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya,

dan Kabupaten Mamberamo Tengah. Sedangkan kabupaten/kota di Papua Barat

yang termasuk dalam kuadran I terdiri dari tujuh kabupaten yaitu Kabupaten

Maybrat, Kabupaten Tambrauw, Kota Sorong, Kabupaten Manokwari, Kabupaten

Fakfak, Kabupaten Pegunungan Arfak, dan Kabpaten Sorong Selatan. Ke-tujuh

daerah yang termasuk dalam kuadran I tersebut berarti merupakan daerah yang

termasuk maju di Provinsi Papua Barat.

Kabupaten/kota yang termasuk dalam kuadran I tersebut baik di Provinsi

Papua maupun di Provinsi Papua Barat merupakan merupakan kabupaten yang

memiliki PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari seluruh

daerah dan masing-masing provinsinya. Adapun kabupaten yang termasuk pada

klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh ini merupakan kabupaten yang

masuk ke dalam kategori daerah maju dalam segi pembangunan dan pertumbuhan.

Daerah-daerah yang termasuk dalam kuadran I tersebut merupakan daerah-daerah

yang memiliki potensi pembangunan yang besar dan telah dimanfaatkan dengan

baik untuk kemakmuran masyarakat setempat.

2) Kuadran II: Daerah Maju Tapi Tertekan

Kabupaten/kota di Provinsi Papua yang termasuk dalam kuadran II terdiri dari

sepuluh kabupaten/kota. Sepuluh kabupaten/kota tersebut diantaranya adalah

Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Keerom, Kabupaten

Asmat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten

Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten

Page 102: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

84

Jayawijaya. Sedangkan di Provinsi Papua Barat yang termasuk dalam kuadran II

hanya terdapat empat kabupaten yaitu Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk

Wondama, Kabupaten Manokwari Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat. Kabupaten

tersebut yang termasuk dalam klasifiksi daerah maju tapi tertekan merupakan

daerah maju tetapi tertekan karena kabupaten tersebut memiliki pendapatan

perkapita lebih tinggi tetapi pertumbuhan ekonominya termasuk lebih rendah dari

rata-rata masing-masing provinsinya. Pada dasarnya daerah atau kabupaten yang

termasuk dalam kuadran II memiliki potensi pembangungan yang sangat besar

namun dalam jangka panjang tingkat pertumbuhannya tidak akan berjalan cepat.

3) Kuadran III: Daerah Berkembang Cepat

Terdapat tujuh Kabupaten/kota di Provinsi Papua yang termasuk dalam

kuadran III, diantaranya Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten

Mamberamo Raya, Kota Jayapura, Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen, dan

Kabupaten Sarmi. Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat satu kabupaten

yaitu Kabupaten Teluk Bintuni. Kabupaten tersebut yang termasuk dalam

klasifikasi daerah berkembang cepat ini berarti tiap-tiap kabupaten tersebut

memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tingkat pendapatan

perkapita termasuk lebih rendah daripada masing-masing Provinsinya. Oleh karena

itu, daerah yang berada pada klasifikasi kuadran III, dalam jangka panjang mampu

berkembang pesat untuk mengejar ketertinggalan dari daerah maju.

4) Kuadran IV: Daerah Relatif Tinggal

Terdapat 3 kabupaten/kota yang termasuk dalam kriteria daerah relatif

tertinggal di Provinsi Papua diantaranya yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten

Page 103: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

85

Boven Digoel, dan Kabupaten Supiori. Sedangkan di Papua Barat hanya terdapat 1

kabupaten yang termasuk dalam kriteria daerah tertinggal yaitu Kabupaten Sorong.

Daerah yang termasuk dalam kriteria kuadran IV menandakan bahwa kabupaten

tersebut termasuk dalam kabupaten dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata di masing-

masing provinsinya. Walaupun daerah tersebut merupakan daerah relatif tertinggal,

melalui pengembangan sarana prasarana ekonomi daerah relatif tertinggal akan

mampu mengejar ketertinggalan ekonominya.

Berdasarkan klasifikasi tipologi klassen didapatkan hasil bahwa Provinsi Papua

sebagai provinsi induk lebih banyak kabupaten/kota yang dominan di kuadran II

dengan klasifikasi Daerah Maju Tapi Tertekan yaitu sebanyak 10 dari total 29

kabupaten/kota. Sedangkan Papua Barat sebagai provinsi pemekaran lebih banyak

kabupaten/kota yang termasuk dalam kuadran I dengan klasifikasi Daerah Cepat

Maju dan Cepat Tumbuh yaitu sebanyak 7 dari total 13 kabupaten/kota. Berbeda

dengan penelitian terdahulu mengenai ketimpangan wilayah antara kabupaten

induk dan pemekarannya di Provinsi Aceh oleh Sulasmi (2020), secara umum baik

Provinsi Papua dan Papua Barat cukup terlihat adanya daya saing antara

kabupaten/kota yang satu dengan yang lainnya di masing-masing provinsi setelah

pemekaran. Dimana dalam hasil analisis, terlihat bahwa tidak banyak daerah yang

masih termasuk dalam daerah relatif tertinggal.

Analisis tersebut pada akhirnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

kesenjangan antara provinsi induk dan pemekarannya yang terlihat dari adanya

perbedaan pola perkembangan ekonomi. Dimana Papua dengan tingkat disparitas

Page 104: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

86

yang lebih tinggi dari Papua Barat, memiliki kabupaten/kota yang dominan berada

pada kuadran II, sedangkan Papua Barat sendiri terdapat kabupaten/kota yang

dominan berada di kuadran I. Adanya perbedaan jumlah dominan kabupaten/kota

pada klasifikasi tipologi klassen pada dasarnya dipengaruhi oleh lingkup wilayah

yang lebih kecil di Provinsi Papua Barat setelah pemekaran memudahkan masing-

masing kabupaten/kotanya untuk lebih mandiri dan lebih mudah dalam

mendapatkan akses pelayanan publik dan melakukan kegiatan ekonomi setelah

menjadi daerah otonomi baru.

5. Analisis Peranan Sektor Unggulan di Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat Setelah Pemekaran

Pendekatan sektoral dan pendekatan regional merupakan salah satu hal

penting yang dapat dilakukan dalam mengupayakan pemanfaatan potensi ekonomi

wilayah secara optimal guna mencapai laju pertumbuhan dan pemerataan yang

lebih baik. Dalam penelitian ini, analisis Location Quotient dilakukan untuk

mengetahui bagaimana potensi masing-masing wilayah dengan melihat nilai sektor

basis dan non basis yang ada di tiap-tiap kabupaten/kota di masing-masing provinsi

dalam rangka meningkatkan perekonomian dan menekan angka disparitas

pendapatan perkapita yang tinggi baik di Provinsi Induk yaitu Provinsi Papua dan

provinsi pemekarannya yaitu Provinsi Papua Barat. Potensi yang basis dan non

basis antar kabupaten/kota pada dasarnya berbeda-beda karena adanya perbedaan

kondisi dan keadaan daerahnya di masing-masing provinsi.

Page 105: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

87

Provinsi Papua sebagai Provinsi Induk memiliki 28 Kabupaten dan 1 kota,

sedangkan Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Hasil Pemekaran memiliki 12

Kabupaten dan 1 Kota, adapun hasil analisis Location Quotient dalam periode

2013-2019 antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

dijelaskan dalam pembahasan berikut ini:

1) Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Hasil analisis Location Quotient dalam periode 2013 hingga 2019 pada Provinsi

Induk menunjukkan rata-rata bahwa terdapat 24 dari 29 kabupaten/kota di Provinsi

Papua terdapat sektor pertanian sebagai sektor yang basis dan unggul. Selama

periode tersebut, Kabupaten Sarmi konsisten menjadi Kabupaten dengan sektor

pertanian paling basis di Provinsi Papua dibandingkan kabupaten dan kota lainnya

dengan rata-rata 2,95 artinya proporsi nilai tambah sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan di Kabupaten Sarmi 2,95 kali lebih besar dari proporsi penciptaan nilai

tambah sektor pertanian di Provinsi Papua. Hal ini dikarenakan Kabupaten Sarmi

memiliki potensi pertanian yang sangat besar terutama pada komoditas kelapa dan

penghasil kopra yang memiliki sekitar 50.000 hektare (ha) lahan kelapa sehingga

kerap kali menjadi penyuplai pangan Provinsi Papua.

Sedangkan untuk di Provinsi Papua Barat sebagai daerah otonom baru hasil

pemekaran, sebanyak 10 dari 13 kabupaten/kota memiliki nilai LQ yang basis

dalam sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam periode tahun 2013-2019.

Daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi pada sektor ini pada periode tersebut

ialah Kabupaten Manokwari Selatan sebesar 6,39. Kabupaten Manokwari Selatan

memiliki komoditas padi sebagai produktivitas yang terukur secara intensif dengan

Page 106: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

88

menghasilkan 7 ton per hectare. Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada

dasarnya sama-sama memiliki potensi yang sangat unggul dalam sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan. Apabila melihat rata-rata nilai LQ yang ditunjukkan di

kedua Provinsi tersebut terlihat bahwa hampir seluruh kabupaten/kota memiliki

nilai LQ yang basis dalam sektor pertanian. Adapun hasil dari perhitungan analisis

LQ dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran.

2) Sektor Pertambangan dan Penggalian

Di Provinsi Papua sendiri Sektor Pertambangan merupakan sektor yang

memberikan kontribusi terbesar untuk perekonomian provinsi. Namun, analisis LQ

menunjukkan hanya terdapat 3 kabupaten/kota yang basis dalam Sektor

Pertambangan dan Penggalian dan tertinggi berada di Kabupaten Mimika dengan

rata-rata 6,77, dan dua kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Nabire dengan rata-rata

1.81, dan Kabupaten Paniai dengan rata-rata 3.30. Provinsi Papua Barat. Unggulnya

sektor Pertambangan dan Penggalian di Mimika sendiri dikarenakan di daerah

dataran tinggi Mimika tepatnya di Tembagapura terdapat Tambang Emas Grasberg

yang sangat mempengaruhi perekonomian Provinsi Papua yang dikelola oleh PT

Freeport Indonesia sehingga sangat berkontribusi dalam pendapatan daerah.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat, daerah dengan sektor Pertambangan dan

Penggalian yang unggul ialah Kabupaten Raja Ampat dengan potensi unggulan

utamanya ialah pertambangan nikel yang memiliki rata-rata nilai LQ sebesar 2,00

selama periode 2013-2019. Selain Raja Ampat, terdapat dua kabupaten lainnya

memiliki rata-rata nilai LQ yang basis di tahun 2013-2019 yaitu Kabupaten Teluk

Bintuni dengan rata-rata 1,79 dan Kabupaten Sorong dengan rata-rata sebesar 1,00.

Page 107: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

89

3) Sektor Industri Pengolahan

Provinsi Papua terdapat 11 dari 29 kabupaten/kota yang unggul dalam sektor

Industri Pengolahan. Kabupaten Boven Digoel merupakan kabupaten dengan nilai

LQ paling basis selama periode tahun 2013-2019 dengan rata-rata 21,47. Basisnya

sektor industri pengolahan di Boven Diogoel dipengaruhi adanya pengolahan

minyak kelapa sawit dengan produksinya yang mencapai mencapai 110 ribu ton per

tahun dan pengolahan kayu plywood merupakan salah satu sumber daya unggulan

yang berkontribusi dalam Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Boven Digoel.

Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi

terbesar untuk Provinsi Papua Barat, namun hanya ada 2 kabupaten/kota yang basis

dalam sektor ini yaitu Kabupaten Teluk Bintuni dengan rata-rata 1.74 dan

Kabupaten Sorong dengan rata-rara 1.50. Basisnya sektor industri pengolahan di

kedua kabupaten tersebut dipengaruhi tersedianya industri petrokimia, industri

manufaktur dan hutan mangrove yang luas sekitar 200 hektare yang merupakan

salah satu sumber daya alam yang berkontribusi besar dalam Sektor Industri

Pengolahan di Papua Barat.

4) Sektor Pengadaan Listrik dan Gas

Provinsi Papua memiliki 7 dari 29 Kabupaten/Kota yang basis dalam Sektor

Pengadaan Listrik dan Gas. Apabila melihat hasil rata-rata nilai LQ dari tahun

2013-2019, Kabupaten Biak Numfor merupakan daerah yang secara konsisten

memiliki nilai LQ yang paling basis diantara 7 kabupaten/kota lainnya dan memiliki

rata-rata sebesar 4,91. Ketersediaan listrik yang baik merupakan faktor basis nya

Page 108: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

90

sektor ini di Biak Numfor karena banyak terdapat pembangkit listrik yang strategis

dalam memenuhi kebutuhan pembangunan.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat, terdapat 8 dari total 13 kabupaten/kota yang

basis dalam Sektor Pengadaan Listri dan Gas. Hasil rata-rata nilai LQ dari tahun

2013-2019 menunjukkan bahwa Kabupaten Pegunungan Arfak merupakan daerah

dengan nilai LQ paling basis diantara 8 kabupaten/kota lainnya dengan nilai sebesar

5,11. Basisnya nilai LQ pada Sektor Pengadaan Listrik dan Gas karena Pegunungan

Arfak memiliki potensi sumber daya air yang sangat baik dalam pemanfaatan listrik

dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

5) Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Provinsi Papua terdapat 9 kabupaten/kota yang basis dalam Sektor Pengadaan

Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dan Kabupaten Jayapura

menjadi daerah dengan nilai rata-rata LQ paling basis pada pada tahun 2013-2019

dengan rata-rata sebesar 9,96. Pengadaan air di Kabupaten Jayapura menjadi basis

karena memiliki potensi sumber daya airnya yang baik dan terdapat sumber air

bersih terdiri dari sungai, danau dan air tanah. Sungai besar yang melintas sebanyak

4 buah yang muara menuju ke pantai utara (Samudera Pasifik). Selain itu terdapat

sungai sungai kecil yang merupakan sumber air permukaan yang mengalir di

wilayah ini. Kemudian terdapat Danau Sentani seluas 9.630 Ha di Distrik Sentani,

Sentani Timur, Ebungfauw dan Waibu.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 3 kabupaten/kota yang basis di

dalam Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang dan

Kabupaten Manokwari menjadi daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi selama

Page 109: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

91

periode 2013-2019 dengan rata-rata 2,97. Basisnya sektor tersebut di Manokwari

dikarenakan terdapat fasilitas, dan sistem pengelolaan ssampah yang sudah

terbilang baik dan maksimal sehingga memberikan pengaruh sehingga nilai LQ

pada sektor ini menjadi basis di Manokwari.

6) Sektor Konstruksi

Di Provinsi Papua terdapat 21 kabupaten/kota memiliki nilai rata-rata LQ yang

basis pada Sektor Konstruksi dan Kabupaten Intan Jaya menjadi daerah dengan

nilai rata-rata LQ tertinggi selama periode tahun 2013-2019 dengan rata-rata

sebesar 2,33. Berdirinya Intan Jaya sebagai daerah otonomi baru di tahun 2008

membuat Intan Jaya gencar melakukan transformasi dari pembangunan fisik yang

tradisional menjadi lebih modern. Adapun kegiatan pembangunan fisik yang

dilakukan di Intan Jaya ialah dengan program kegiatan strategis seperti

pembangunan sarana prasarana pendidikan, pembangunan sarana prasarana

kesehatan, prasarana jalan jembatan, air minum, sanitasi, perumahan, pasar,

perikanan maupun transportasi pedesaan dan beberapa bidang DAK seperti

lingkungan hidup, pariwisata, industri kecil menengah, pembangunan GOR, dan

keselamatan lalu lintas.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 8 kabupaten/kota yang memiliki

nilai rata-rata LQ yang basis dan Kabupaten Sorong menjadi daerah dengan nilai

rata-rata LQ tertinggi selama periode 2013-2019 dengan nilai sebesar 2,35. Sektor

Konstruksi menjadi sektor yang paling basis di Kabupaten Sorong karena didukung

adanya kondisi percepatan pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur

transportasi baik prasarana dan sarana transpotasi di sektor perhubungan darat, laut

Page 110: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

92

dan udara untuk meningkatkan konektivitas di Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat.

7) Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor

Di Provinsi Papua terdapat 23 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ

basis dan Kabupaten Kepulauan Yapen merupakan daerah dengan nilai rata-rata

LQ tertinggi selama periode 2013-2019 yaitu sebesar 3,04. Sedangkan di Provinsi

Papua Barat, terdapat 7 dari 13 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ

basis pada periode 2013-2019. Kota Sorong merupakan kota yang konsisten

memiliki nilai LQ yang basis pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Motor dan memiliki nilai rata-rata LQ basis yang paling tinggi sebesar

2,99.

8) Sektor Transportasi dan Pergudangan

Provinsi Papua terdapat 20 dari 29 kabupaten/kota dengan nilai rata-rata LQ

basis pada Sektor Transportasi dan Pergudangan selama periode 2013-2019.

Kabupaten Jayawijaya konsisten sebagai kabupaten yang memiliki nilai LQ paling

basis pada Sektor Transportasi dan Pergudangan dan memiliki nilai rata-rata LQ

basis paling tinggi diantara kabupaten/kota lainnya yaitu sebesar 9,69. Mudahnya

akses jalan di Jayawijaya menghantarkan mudahnya dalam pendistribusian dan

juga kemudahan dalam perizinan masyarakat dalam penggunaan transportasi.

Selain itu di Jayawijaya terdapat gudang penggilingan padi dan juga gudang

BULOG untuk penyimpanan kebutuhan pokok sehingga nilai LQ pada sektor ini

basis.

Page 111: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

93

Sedangkan di Provinsi Papua Barat hanya terdapat 4 kabupaten/kota yang

memiliki nilai rata-rata LQ basis dalam Sektor Transportasi dan Pergudangan

selama periode 2013-2019. Kota Sorong konsisten memiliki nilai LQ basis yang

paling tinggi diantara 3 kabupaten basis lainnya dan memiliki nilai rata-rata LQ

basis yang paling tinggi selama periode tersebut yaitu sebesar 2,95. Adanya

Pembangunan Pusat Logistik Berikat (PLB) atau gudang raksasa oleh Ditjen Bea

dan Cukai khususnya untuk minyak dan gas yang sangat besar di Sorong

memberikan kontribusi perekonomian sehingga nilai LQ pada sektor ini basis di

Kota Sorong.

9) Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum

Provinsi Papua terdapat 10 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ

basis pada Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum dan Kota Jayapura

sebagai daerah yang memiliki nilai rata-rata tertinggi selama periode 2013-2019

yaitu sebesar 4,33. Sedangkan di Provinsi Papua Barat hanya memiliki 4

kabupaten/kota yang memiliki niai rata-rata LQ basis pada Sektor Penyediaan

Akomodasi Makan dan Minum dalam periode 2013-2019. Kabupaten Manokwari

menjadi kabupaten yang memiliki nilai rata-rata LQ tertinggi sebesar 2,80

dibandingkan 3 kabupaten/kota lainnya selama periode tersebut.

10) Sektor Informasi dan Komunikasi

Provinsi Papua terdapat 9 dari 29 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata

LQ basis pada Sektor Informasi dan Komunikasi selama periode 2013-2019. Kota

Jayapura memiliki nilai rata-rata LQ basis tertinggi selama periode tersebut yaitu

sebesar 5,44. Basisnya Sektor Informasi dan Komunikasi karena dipengaruhi

Page 112: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

94

tersedianya satu-satunya perusahaan telekomunikasi yaitu PT. Telkom Indonesia

yang melintasi salah satu daerah di Papua salah satunya Kota Jayapura. Kota

Jayapura menjadi salah satu daerah yang dilintasi dalam prioritas pembangunan

Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Manokwari-Jayapura sebagai jaringan

cadangan bagi SMPCS (Sulawesi Maluku Papua Cable System).

Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 4 dari 13 kabupaten/kota yang

memiliki nilai rata-rata LQ basis pada sektor Informasi dan Komunikasi selama

periode 2013-2019. Kota Sorong merupakan daerah yang memiliki nilai rata-rata

LQ tertinggi selama periode tersebut yaitu sebesar 3,54. Sama halnya dengan Kota

Jayapura di Provinsi Papua, Kota Sorong juga menjadi salah satu kota yang menjadi

daerah dengan prioritas pembangunan infrastruktur telekomunikasi terutama pada

infrastruktur Base Transceiver Station oleh PT. Telkom Indonesia.

11) Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Di Provinsi Papua terdapat 7 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ

basis selama periode 2013-2019. Kabupaten Biak Numfor menjadi kabupaten

dengan nilai rata-rata LQ tertinggi selama periode tersebut yaitu sebesar 4,20.

Basisnya Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dipengaruhi karena banyaknya

tetrsedia fasilitas kantor pelayanan bank di setiap distriknya yang diutamakan untuk

Bank Papua sebagai mitra pemkab Biak Numfor.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 5 kabupaten/kota yang memiliki

nilai rata-rata LQ basis dengan Kota Sorong sebagai Kota yang memiliki nilai rata-

rata tertinggi selama periode 2013-2019 yaitu sebesar 3,04. Sektor Jasa Keuangan

dan Asuransi basis dengan nilai yang tinggi karena di Kota Sorong banyak terdapat

Page 113: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

95

perbankan dengan fasilitas jasa lainnya yang memberikan pengaruh yang baik pada

pertumbuhan ekonomi dimana hingga tahun 2018 pertumbuhan ekonomi di Kota

Sorong meningkat hingga 9,33% di atas rata-rata nasional (BPS Kota Sorong).

12) Sektor Real Estate

Di Provinsi Papua terdapat 13 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ

basis pada Sektor Real Estate selama periode 2013-2019 dengan Kabupaten

Dogiyai sebagai daerah dengan nilai rata-rata tertingginya yaitu sebesar 3,91.

Tersedianya potensi lahan yang luas di Dogiyai sangat potensial untuk

dikembangkan dikembangkan serta banyak tersedia titik sumber air yang pada

akhirnya membentuk kampung seperti pemukiman di Kigamani yang berada di titik

tangkapan air Degei, Budakotu di kepala air Budaa, Kotopa, Goodide dan beberapa

pemukiman lainnya di Mapia dan Piyayiye.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 6 kabupaten/kota dimana

Kabupaten Manokwari menjadi daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi selama

periode tahun 2013-2019 yaitu sebesar 2,79. Adanya program bantuan

pembangunan rumah khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah sebanyak 75

unit yang diberikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

memberikan kontribusi sehingga Sektor Real Estate basis di Kabupaten

Manokwari.

13) Sektor Jasa Perusahaan

Di Provinsi Papua terdapat 11 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ

basis dan Kota Jayapura menjadi kota dengan nilai rata-rata LQ tertinggi pada

Sektor Jasa Perusahaan selama periode 2013-2019 yaitu sebesar 7,14. Basisnya

Page 114: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

96

Sektor Jasa Perusahaan di Kota Jayapura dipengaruhi karena banyaknya pemuda

Papua yang mulai merintis bisnis start-up dan didirikannya pusat pengembangan

kreatifitas dan bisnis start up yang bernama Papuan Youth Craetive Hub di Kota

Jayapura yang didirikan oleh PT. Papua Muda Inspiratif.

Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat hanya terdapat 3 kabupaten/kota

yang memiliki nilai rata-rata LQ basis dan Kota Sorong menjadi kota dengan nilai

rata-rata LQ tertinggi selama periode 2013-2019 yaitu sebesar 3,19. Sektor Jasa

Perusahaan basis di Kota Sorong karena banyaknya perusahaan yang berdiri di Kota

Sorong dimana hingga tahun 2018 jumlah perusahaan di Kota Sorong sebanyak 118

perusahaan. Mudahnya perizinan pendirian usaha menjadi salah satu faktor

banyaknya berdiri perusahaan di Kota Sorong.

14) Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua memiliki nilai rata-rata LQ

yang basis pada Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib yaitu sebanyak 24 kabupaten/kota. Kabupaten Puncak merupakan daerah

dengan nilai rata-rata LQ selama periode tersebut yaitu sebesar 2,94. Berdirinya

Kabupaten Puncak sebagai daerah otonom baru di tahun 2008 menjadikan Puncak

sebagai daerah dengan infrastruktur yang masih kurang memadai. Hadirnya

pemerintah di Kabupaten Puncak sangat berpengaruh dalam membangun

Kabupaten Puncak serta menjamin keamanan Puncak dengan hadirnya Polsek

Ilaga dan Koramil Ilaga.

Sama halnya dengan Provinsi Papua Barat dimana hampir seluruh

kabupaten/kota memiliki nilai rata-rata LQ basis yaitu sebanyak 11 dari total 13

Page 115: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

97

kabupaten/kota. Kabupaten Pegunungan Arfak merupakan daerah dengan nilai

rata-rata LQ tertinggi selama periode tersebut yaitu sebesar 4,95. Sama halnya

dengan Kabupaten Puncak, Pegunungan Arfak merupakan daerah otonom baru

yang dimekarkan pada tahun 2012, sehingga ketersediaan infrastruktur di

Pegunungan Arfak masih belum memadai. Oleh karena itu, kehadiran dari

pemerintah dalam menjaga dan mendorong pembangunan sangat berpengaruh di

Kabupaten Pegunungan Arfak.

15) Sektor Jasa Pendidikan

Di Provinsi Papua terdapat 20 dari 29 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-

rata LQ basis dalam Sektor Jasa Pendidikan dan Kabupaten Asmat sebagai daerah

yang mencapai nilai rata-rata tertinggi sebesar 2,99 selama periode 2013-2019.

Dalam rangka mengoptimalkan bidang pendidikan di Asmat, pemerintah

menerapkan strategi kualitas dan kuantitas untuk pendidikan. Strategi tersebut ialah

dengan membangun sekolah dasar dan paket kegiatan belajar. Selain itu, strategi

lainnya ialah dengan pemberian makanan tambahan untuk siswa, bantuan

perlengkapan siswa, dan pemberian bantuan studi.

Di Provinsi Papua Barat sendiri terdapat 9 dari total 13 kabupaten/kota yang

memiliki nilai rata-rata LQ basis dan Kota Sorong sebagai daerah dengan nilai rata-

rata tertinggi sebesar 2,58 selama periode 2013-2019. Basisnya Sektor Jasa

Pendidikan di Kota Sorong tidak terlepas dari peran pemerintah dalam

meningkatkan kualitas dan standar tenaga pengajar di Kota Sorong dengan

menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 pada guru dan siswa.

Page 116: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

98

16) Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Provinsi Papua terdapat 19 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ

basis dan Kabupaten Lanny Jaya sebagai daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi

yaitu sebesar 2,60 selama periode 2013-2019. Basisnya Sektor Kesehatan di Lanny

Jaya tidak terlepas dari adanya layanan kesehatan yang cukup baik mulai dari

ketersediaan obat-obatan, peralatan medis di puskesmas dan puskesmas pembantu,

dan juga fasilitas yang cukup memadai.

Sementara di Provinsi Papua Barat terdapat 7 kabupaten/kota memiliki nilai

rata-rata LQ basis dan Kota Sorong kembali menjadi daerah dengan nilai rata-rata

tertinggi yaitu sebesar 2,56 selama periode 2013-2019. Sama halnya dengan Lanny

Jaya, basisnya jasa kesehatan di Kota Sorong tidak terlepas dari adanya pelayanan

kesehatan di tiap puskesmas serta tersedianya fasilitas yang memadai.

17) Sektor Jasa Lainnya

Provinsi Papua terdapat 14 kabupaten/kota dengan nilai rata-rata LQ basis dan

Kabupaten Supiori menjadi daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi yaitu sebesar

2,08 selama periode 2013-2019. Sementara di Papua Barat terdapat 6

kabupaten/kota dengan nilai rata-rata LQ basis dan Kabupaten Manokwari Selatan

sebagai daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi yaitu sebesar 4,21 selama periode

tersebut.

Pada akhirnya ketimpangan atau disparitas yang tinggi antara Provinsi Papua

dan Provinsi Papua Barat dapat dijelaskan oleh hasil analisis Location Quotient.

Adanya tingkat disparitas pendapatan perkapita yang tinggi di kedua provinsi

Page 117: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

99

adalah sebagai akibat dari adanya kondisi backwash effect seperti yang telah

dijelaskan pada sub-bab analisis disparitas sebelumnya. Terjadinya kondisi

backwash effect di Provinsi Papua terjadi akibat adanya pemusatan konsetrasi

kegiatan ekonomi di daerah inti yang berbasis pada sektor pertambangan sebagai

sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Papua yaitu

dengan rata-rata 33,66 persen selama periode 2013-2019.

Berdasarkan hasil analisis LQ, daerah yang basis pada sektor pertambangan di

Provinsi Papua hanya terdapat 3 kabupaten yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten

Paniai, dan Kabupaten Nabire. Tiga kabupaten tersebut basis pada sektor

pertambangan karena memiliki hasil emas yang berlimpah dan terdapat beberapa

perusahaan pertambangan emas yang banyak di tiga kabupaten tersebut, salah satu

perusahaan tambang emas terbesar yaitu PT. Freeport Indonesia yang berada di

Mimika. Oleh karena itu, faktor tersebut yang kemudian menarik tenaga kerja dan

juga investor untuk menanamkan modalnya di tiga kabupaten tersebut. Adanya

konsentrasi kegiatan ekonomi tersebutlah yang pada akhirnya memberikan

pengaruh yang merugikan sehingga meningkatkan disparitas pendapatan perkapita

antar kabupaten/kota di Provinsi Papua.

Begitupun halnya dengan Provinsi Papua Barat sebagai provinsi hasil

pemekaran yang hanya terdapat 2 kabupaten yang basis pada Sektor Industri

Pengolahan yang merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi untuk PDRB Papua

Barat dengan rata-rata 27,72 persen selama periode 2013-2019. Kedua kabupaten

tersebut ialah Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Sorong. Kedua kabupaten

tersebut basis dalam sektor industri pengolahan karena maju pada pengolahan

Page 118: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

100

industri petrokimia, dan industri manufaktur di wilayahnya. Sama halnya dengan

provinsi induknya, basisnya sektor industri pengolahan yang hanya ada di dua

kabupaten tersebut pada akhirnya menyebabkan banyaknya pula tenaga kerja dan

aliran modal yang mengalir dan terpusat di dua kabupaten tersebut. Sehingga,

konsentrasi kegiatan ekonomi Industri Pengolahan yang terpusat di Teluk Bintuni

dan Kabupaten Sorong pada akhirnya memberikan pengaruh yang merugikan

sehingga menyebabkan tingginya tingkat disparitas pendapatan perkapita di

Provinsi Papua Barat.

Selanjutnya, berdasarkan analisis potensi sektor unggulan dengan analisis

Location Quotient di atas menunjukkan bahwa Sektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan; dan Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib merupakan sektor unggulan yang basis dan dominan hampir di seluruh

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua yang merupakan provinsi induk maupun

di Provinsi Papua Barat yang merupakan provinsi pemekarannya. Oleh karena itu,

dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap wilayah di kedua

provinsi maka perlu mengembangkan potensi serta memanfaatkan kedua sektor

tersebut secara maksimal sehingga dapat mewujudkan pembangunan dan

perekonomian dalam rangka menekan angka disparitas pendapatan perkapita yang

tinggi di Provinsi Papua maupun di Provinsi Papua Barat.

Page 119: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan beberapa

analisis, didapatkan hasil pada kondisi pembangunan ekonomi di Provinsi Papua

dan Provinsi Papua Barat selama tahun 2013-2019 sebagai berikut:

1) Analisis disparitas pendapatan perkapita di Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat dengan Indeks Williamson menunjukkan hasil terdapat ketimpangan yang

tinggi > 0,5 selama periode 2013-2019. Provinsi Papua memiliki rata-rata 2.02

sedangkan Provinsi Papua Barat memiliki tingkat disparitas yang lebih rendah

dengan rata-rata 1.51. Tingginya disparitas pendapatan perkapita di kedua

provinsi tersebut terjadi akibat dari adanya kondisi backwash effect. Kemudian,

kurva hubungan antara indeks ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi

menunjukkan kurva yang menurun berarti Provinsi Papua dan Papua Barat

menunjukkan kondisi disparitas yang semakin merata.

2) Dari hasil analisis Indeks Williamson kemudian dilakukan uji independent

sample t-test dan menunjukkan nilai t hitung 5.706 > t tabel 2.447 sehingga

hipotesis Ha diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata

disparitas pendapatan perkapita antara provinsi induk dan pemekarannya pada

periode yang sama. Hal sejalan dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS

dimana status Provinsi Papua Barat sebagai provinsi pemekaran lebih sejahtera

karena memiliki fokus kebijakan yang lebih mandiri di bidang pembangunan

dan kesejahteraan.

Page 120: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

102

3) Hasil analisis tipologi klassen menunjukkan adanya perbedaan tingkat

kesenjangan yang dilihat dari pola perkembangan ekonomi antara Provinsi

Papua dan Papua Barat setelah pemekaran. Provinsi Papua yang terdapat

disparitas yang lebih tinggi memiliki kabupaten/kota yang dominan berada pada

kuadran II, sedangkan Papua Barat sendiri yang disparitasnya lebih rendah

terdapat kabupaten/kota yang dominan berada di kuadran I. Adanya perbedaan

dalam klasifikasi pola perkembangan di masing-masing provinsi dipengaruhi

oleh lingkup wilayah Provinsi Papua Barat setelah pemekaran yang lebih kecil

memudahkan masing-masing kabupaten/kotanya untuk lebih mandiri dalam

mendapatkan akses pelayanan publik dan melakukan kegiatan ekonomi.

4) Disparitas yang tinggi dapat dijelaskan dengan melihat hasil analisis Location

Quotient yang menunjukkan sektor dengan kontribusi terbesar untuk Provinsi

Papua yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian hanya basis di 3 kabupaten

yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, dan Kabupaten Nabire. Sedangkan

sektor industri pengolahan dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi

Papua Barat hanya basis di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Teluk Bintuni, dan

Kabupaten Sorong. Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan pemusatan

kegiatan ekonomi yang mempengaruhi tingginya disparitas pendapatan

perkapita di masing-masing provinsi setelah pemekaran. Adapuan analisis LQ

menunjukkan hasil dimana sektor basis yang dominan dan berpotensi untuk

dikembangkan di Papua dan Papua Barat dalam rangka menekan disparitas

pendapatan perkapita yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; dan

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Page 121: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

103

B. Saran

Dengan tingginya disparitas pendapatan perkapita di provinsi induk dan

pemekarannya, maka diperlukan penguatan kordinasi perencanaan pembangunan

antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah provinsi; diperlukan

intervensi Kementrian Lembaga untuk memajukan daerah tertinggal;

meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan program produksi komoditas

kemitraan dan investasi, dan menambah sarana prasarana pertanian di masing-

masing provinsi; meningkatkan konektivitas transfer sumber daya antar

kabupaten/kota di kedua provinsi; serta emaksimalkan akses pelayanan publik

dengan penggunaan anggaran yang lebih efektif dan efisien. Selain itu, kebijakan

pemekaran daerah dengan membentuk provinsi baru di Provinsi Papua perlu

dipertimbangkan. Wilayahnya yang sangat luas, bergunug-gunung dan berbukit-

bukit tanpa disadari akan membuat akses kegiatan ekonomi dan pelayanan publik

menjadi lebih rumit. Sehingga hal tersebut diharapkan dapat menekan

permasalahan pembangunan yaitu tingginya disparitas pendapatan perkapita di

Provinsi Papua.

Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan hasil penelitian sehingga

diperlukan penelitian jangka panjang dimulai sejak tahun awal penerapan

pemekaran daerah. Penelitian ini masih sebatas meneliti persoalan ketimpangan

pendapatan di provinsi induk dan pemekarannya dan belum meneliti faktor-faktor

penyebabnya. Untuk peneliti selanjutnya, sangat disarankan untuk mengukur

ketimpangan atau disparitas pendapatan perkapita mengunakan metode lain selain

Indeks Williamson.

Page 122: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

104

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo. (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Adisasmita, R. (2008). Pengembangan wilayah: Konsep dan teori. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Ardani. (1992). Analysis of Regional Growth and Disparity: the Impact Analysis

of The Project on Indonesian Development. USA: University of

Pennsylvania Philadelphia: Unpublished Dissertation.

Armstrong, H and Taylor, J. (2000). Regional Economics and Policy. Third edition.

Blackwell Publishing, Oxford.

Arsyad, L. (1999). Ekonomika Pembangunan. STIE YKPN, Yogyakarta.

Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN.

Arsyad, L. (2014a). Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi. Ekonomi

Pembangunan Berkelanjutan.

Aswandi, H. M., & Kuncoro, M. (2002). Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan:

Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Journal of Indonesian

Economy and Business, 17(1).

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan

I-2020. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2019, 17, 1–12.

https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/05/1755/ekonomi-indonesia-

2019-tumbuh-5-02-persen.html

Bank Dunia. (2015). Ketimpangan Yang Semakin Lebar. The World Bank.

Bank Indonesia. (2006). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan III-2006.

Tim Ekonomi Moneter KBI Denpasar.

Bappenas. (2013). Analisis Kesenjangan Antarwilayah. Deputi Bidang

Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah BAPPENAS.

Bhinadi, A. (2003). Disparitas pertumbuhan ekonomi Jawa dengan luar Jawa.

Economic Journal of Emerging Markets, 8(1).

BPS-Statistics of Papua Province. (2014). Papua dalam Angka 2014. \, 708.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

BRATA, A. G. (2008). Pemekaran Daerah di Papua: Kesejahteraan Masyarakat VS

Kepentingan Elit. Simposium Nasional Riset Dan Kebijakan Ekonomi, 1–9.

Bruto, D. (2016). P ERTUMBUHAN E KONOMI I NDONESIA T AHUN 2015. 16,

2–11.

Page 123: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

105

Chadhiq, U., & Yusroni, N. (2010, January). ANALISIS PENERAPAN METODE

BASIS DAN SHIFT-SHARE DALAM MENGATASI TINGKAT

DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI

JAWA TENGAH. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL &

INTERNASIONAL (Vol. 3, No. 1).

Dhyatmika, K. W. (2013). Analisis Ketimpangan Pembangunan Provinsi Banten

Pasca Pemekaran. Diponegoro Journal Of Ecomonics, 2, 96.

Djakapermana, R. D., (2013). Pengembangan Wilayah: Melalui Pendekatan

Kesisteman. Bogor: IPB Press

Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Gama, A. S. (2009). Disparitas dan konvergensi produk domestik regional bruto

(PDRB) per kapita antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. INPUT: Jurnal

Ekonomi dan Sosial, 1(2), 43817.

Haris, Syamsudin. (2006) Desentralisasi dan Otonomi Daerah. LIPI Pres: Jakarta.

Islami, F. S., & Nugroho, S. B. M. (2018). Faktor-faktor mempengaruhi

ketimpangan wilayah di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Media Ekonomi

dan Manajemen, 33(1).

Iswanto, D. (2015). Ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota dan

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Signifikan: Jurnal Ilmu

Ekonomi, 4(1).

Jumiyanti, K. R. (2018). Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor Basis

dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Development Review,

1(1), 29-43.

Kuncoro, M. (2006). Strategi bagaimana meraih keunggulan kompetitif. Jakarta:

Erlangga.

Myrdal, G. (1957). Economic theory and under-development regions. Gerarld

Duckworth.

Niyimbanira, F. (2017). Analysis of the impact of economic growth on income

inequality and poverty in South Africa: the case of Mpumalanga Province.

International Journal of Economics and Financial Issues, 7(4).

Nurgiyantoro, B., & Gunawan, M. (2012). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu

Sosial.

Nurhayani, Hodijah, S., & Bhakti, A. (2015). Analisis Disparitas Pembangunan

Ekonomi dan Hubungannya Dengan Investasi di Provinsi Jambi Tahun 2002-

2014. Jurnal Paradigma Ekonomika, 10(2), 302–311.

Page 124: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

106

Pelajaran, S., & Pemerintah, B. (2003). Pro-kontra pemekaran papua: 45, 25–41.

Radianto, E. (2003). Evaluasi Pembangunan Regional Pasca Kerusuhan di Maluku.

Economics and Finance in Indonesia, 51, 479-499.

Rambe, Raja Iskandar. (2010). Disparitas Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB) di Provinsi Sumatera Utara. Universitas Indonesia.

Rochana, S. H. (2014). Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Pada Era Otonomi

Daerah Di Indonesia. Tersedia di http://sappk. itb. ac.

id/spe/wpcontent/uploads/2013/11/otonomi daerah-sayembara. pdf, diakses

pada, 15.

Romli, L. (2006). Pro-Kontra Pemekaran Papua: Sebuah Pelajaran Bagi Pemerintah

Pusat. Jurnal Penelitian Politik, 3(1), 3-23.

Sallis, J. F., Slymen, D. J., Conway, T. L., Frank, L. D., Saelens, B. E., Cain, K., &

Chapman, J. E. (2011). Income disparities in perceived neighborhood built

and social environment attributes. Health & place, 17(6), 1274-1283.

Suhartono. (2015). STUDI KASUS DI PROVINSI BANTEN DAN

GORONTALO ( The Regional Disparities and Economic Development of

Regencies / Manucipalities in the Decentraliced Regions : Case Study in

Banten and Gorontalo Province ). Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 6(1),

33–43. https://doi.org/https://doi.org/10.22212/jekp.v6i1.154

Sujarweni, V. W. (2015). SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sukirno, S. (1985). Ekonomi pembangunan. Jakarta: LPEF-UI Bima Grafika.

Sukirno, S. (1994). Pengantar Teori Ekonomi Makro. Penerbit Raja Grafindo,

Jakarta.

Sulasmi, S., & Siregar, M. I. (2020). ANALISIS KETIMPANGAN WILAYAH

DAN PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARA KABUPATEN INDUK

DAN PEMEKARANNYA DI PROVINSI ACEH. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Ekonomi Pembangunan, 5(2), 109-117.

Suryana. (2000). Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Salemba Empat.

Susanti, H. (1994). Indikator-indikator makroekonomi. Lembaga Penerbit, Fakultas

Ekonomi, Universitas Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Penyelidikan

Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Syafrizal. (1997). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah

Indonesia Bagian Barat. Majalah Prisma . No.3 Maret 1997, hal 27-38,

LP3ES.

Syafrizal. (2008). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media.

Page 125: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

107

Tambunan, T. T. (2003). Perekonomian Indonesia: beberapa permasalahan penting.

Penerbit Ghalia Indonesia.

Tarigan, R. (2005). Ekonomi regional. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Tenrini, Rita Helbra. (2013). Pemekaran Daerah : Kebutuhan Atau Euforia

Demokrasi? MENGAPA HARUS MEKAR. Jurnal Kementerian Keuangan.

Todaro, Michael P., dan Stephen C. Smith. (2003). Pembangunan Ekonomi di

Dunia Ketiga, Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Todaro Michael, P., & Smith, S. C. (2008). Pembangunan Ekonomi Edisi 1. Jakarta:

Erlangga.

Vidyattama, Y. (2013). Regional convergence and the role of the neighbourhood

effect in decentralised Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic

Studies, 49(2), 193-211.

Wahiba, N. F., & El Weriemmi, M. (2014). The relationship between economic

growth and income inequality. International Journal of Economics and

Financial Issues, 4(1), 135.

Wicaksono, C. P. (2010). Analisis Disparitas Pendapatan Antar Ekonomi Di

Provinsi Jawa TengahTAHUN 2003-2007. 155.

Yanuar. (2013). Disparitas Antar Wilayah dan Provinsi di Indonesia Sebelum dan

Sesudah Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Universitas Tarumanegara, 2(18),

97-108.

Yusral, Y., Junaidi, J., & Bhakti, A. (2015). Klasifikasi Pertumbuhan, Sektor Basis

dan Kompetitif Kota Jambi. Jurnal perspektif pembiayaan dan pembangunan

Daerah, 2(4), 209-216.

Sumber Pustaka Internet

Kementerian Keuangan. Empat Penyebab Ketimpangan di Indonesia Versi Bank

Dunia. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/empat-penyebab-

ketimpangan-di-indonesia-versi-bank-dunia/. Diakses tanggal 8 Februari 2020

pukul 02.11

Page 126: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

108

LAMPIRAN A

LAJU PERTUMBUHAN

EKONOMI ANTAR

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI

PAPUA DAN PROVINSI PAPUA

BARAT TAHUN 2013-2019

Page 127: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

109

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Merauke 8.49 7.74 6.88 7.66 7.46 8.11 7.57

Jayawijaya 7.31 7.07 6.28 4.67 5.51 6.34 4.97

Jayapura 10.2 11.27 9.95 8.54 7.01 7.69 7.69

Nabire 9.27 7.15 7.52 6.88 6.36 5.83 4.82

Kepulauan Yapen 7.35 6.93 6.26 5.41 4.64 4.55 4.73

Biak Numfor 7.02 5.29 6.62 4.06 -4.57 0.42 2.21

Paniai 6.96 8.69 9.82 6.73 4.76 6.49 3.84

Puncak Jaya 4.65 4.4 7.39 4.6 3.73 4.65 4.29

Mimika 9.48 -0.55 6.48 13.51 3.69 10.27 -38.52

Boven Digoel 6.65 6.13 5.39 4.74 4.07 3.44 2.42

Mappi 5.21 8.26 6.85 6.92 7.03 6.31 6.11

Asmat 6.13 5.46 4.79 6.18 5.85 5.77 4.72

Yahukimo 6,76 7,03 7,14 5,20 6.09 5.56 4.97

Pegunungan

Bintang6.52 6.35 5.94 6.49 6.05 5.28 4.74

Tolikara 6.15 6.72 4.87 4.58 4.6 4.63 3.92

Sarmi 6.69 6.76 6.99 6.71 7.1 6.24 5.93

Keerom 9.59 8.79 7.02 5.74 4.85 4.19 3.92

Waropen 11.76 10.47 9.66 9.46 7.72 7.18 5.43

Supiori 4.26 6.46 4.25 4.43 4.01 4.18 4.34

Mamberamo Raya 9.17 9.72 10.3 8.08 6.45 5.9 5.88

Nduga 11.26 9.48 7.71 6.73 7.25 5.74 4.84

Lanny Jaya 8.31 7.45 6.6 5.81 5.39 5.27 5.16

Mamberamo

Tengah10.89 8.8 6.35 5.72 5.66 5.11 4.94

Yalimo 12.35 9.83 8.88 6.83 5.19 6.49 5.49

Puncak 9.19 9.4 9.43 7.32 6.67 6.72 4.8

Dogiyai 8.11 9.1 8.29 6.9 5.88 5.86 5.73

Intan Jaya 11.27 10.7 10.09 7.17 3.66 2.79 2.72

Deiyai 10.9 11.52 12.87 7.91 4.67 3.57 3.74

Kota Jayapura 10.35 10.19 8.48 7.23 6.02 5.45 5.13

Provinsi Papua 8.55 -9.57 7.35 9.14 4.64 7.37 -15.72

LAJU PERTUMBUHAN PDRBKabupaten/Kota

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DI

PROVINSI PAPUA ADHK 2010 TAHUN 2013-2019

Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019

Page 128: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

110

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kab. Fakfak 8.44 7.53 7.29 5.30 7.13 6.56 6.00

Kaimana 7.14 5.45 4.97 3.17 5.76 5.87 4.95

Teluk Wondama 7.20 5.20 3.89 5.42 5.23 4.01 4.31

Teluk Bintuni 6.12 2.43 2.85 2.71 1.32 5.25 3.57

Manokwari 10.40 8.60 7.36 7.25 7.04 6.01 6.13

Sorong Selatan 6.75 7.17 6.34 6.14 7.47 6.20 5.87

Sorong 0.28 3.08 2.35 0.89 3.35 5.68 2.24

Raja Ampat 5.38 6.13 1.97 2.38 -0.01 4.58 3.92

Tambrauw 6.37 6.76 5.83 4.95 6.33 5.46 6.47

Maybrat 5.25 6.33 5.52 6.45 6.56 6.12 5.58

Manokwari Selatan 5.40 5.80 4.59 4.82 4.44 4.48 6.95

Pegunungan Arfak 4.40 9.10 6.67 3.15 3.36 9.87 4.08

Kota Sorong 11.83 12.10 10.27 9.05 8.26 6.73 3.14

Prov. Papua Barat 7.36 5.38 4.15 4.52 4.02 6.25 2.66

KAB/KOTA

LAJU PERTUMBUHAN PDRB

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DI

PROVINSI PAPUA BARAT ADHK 2010 TAHUN 2013-2019

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019

Page 129: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

111

LAMPIRAN B

PDRB PERKAPITA ANTAR

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI

PAPUA DAN PROVINSI PAPUA

BARAT TAHUN 2013-2019

Page 130: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

112

PDRB Perkapita Provinsi Papua Tahun 2013-2019

Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Merauke 31689326.13 33582295.16 35378677.06 37496102.47 39683286.42 42459539.06 45333776.03

Jayawijaya 16662803.16 17750747.78 18664397.68 19172047.53 19982253.17 21032510.02 21785005.94

Jayapura 51235324.82 56725270.77 61325933.61 65287064.39 68644787.30 72422401.80 76086432.76

Nabire 37595375.68 40139288.41 42418948.27 44469837.88 46430905.78 48201763.17 49725944.46

Kepulauan Yapen 23953318.18 25100027.56 26258709.68 27171044.96 27865901.14 28415250.69 28643320.62

Biak Numfor 22189936.85 23234853.53 24177957.62 24693726.07 23092660.11 22610237.12 22497113.73

Paniai 12688336.52 13691700.36 14872615.35 15583954.40 16050719.95 16777607.21 17027623.98

Puncak Jaya 6814578.16 7034663.67 7421808.169 7473456.37 7513036.95 7695234.51 7827921.11

Mimika 266057144.36 252509984.45 283693829.09 315881433.19 320021166.99 344557271.93 207803883.40

Boven Digoel 42369657.14 44320399.95 45420163.44 46357485.85 47125899.05 47667478.92 47767926.49

Mappi 14337964.80 15213543.94 15887232.57 16675582.64 17644983.05 17830663.66 18243895.07

Asmat 13008842.59 13464125.37 13796604.69 14366875.42 14783312.92 15195746.29 15604981.43

Yahukimo 6191452.77 6511468.46 6855750.802 7059301.15 7374440.52 7692373.18 7999322.11

Pegunungan Bintang 14508640.19 15126522.77 15799414.03 16638973.81 17413820.31 18105728.67 18615846.97

Tolikara 6318439.83 6626749.84 6748793.357 6927781.68 7098703.80 7366938.31 7577546.35

Sarmi 35174800.89 37259186.30 38769422.24 40582607.24 42668389.69 43955727.55 45286094.78

Keerom 27510739.40 29234330.78 30882443.29 32405881.58 33428593.73 34342268.32 34874154.99

Waropen 34734912.10 37239621.25 39871746.43 43024502.31 45280700.81 46738172.94 47863570.48

Supiori 34215362.87 35766682.09 35447025.73 36415258.03 36650986.70 36440428.11 36751323.03

Mamberamo Raya 32845107.71 34740009.26 36522055.48 38932404.11 40530047.06 41089319.95 42097100.39

Nduga 6133618.18 6233436.29 6597138.246 6915218.13 7330230.59 7711068.43 7995720.37

Lanny Jaya 5093227.40 5167499.72 5443582.563 5688595.28 5930472.02 6207915.66 6480360.96

Mamberamo

Tengah12339916.13 12623657.87 13158048.19 13798840.59 14337265.36 14880327.30 15579475.74

Yalimo 9132697.46 9565072.33 10183172.81 10717732.44 11080232.81 11742829.58 12092673.43

Puncak 5383262.91 5796998.28 6214554.157 6549261.85 6837145.67 7075945.21 7283007.49

Dogiyai 6677278.20 7165226.71 7644236.902 8030926.46 8397090.12 8742729.79 9120173.75

Intan Jaya 12275244.79 13162456.48 14141727.68 14712414.59 14930048.22 15191760.84 15452601.38

Deiyai 8204441.04 8946925.40 9901262.161 10497008.21 10759616.65 11085986.95 11388780.17

Kota Jayapura 55763832.08 60744049.67 64082118.06 67456190.78 70322342.47 73137953.12 76273908.33

Provinsi Papua 31,689,326.13 33,582,295.16 35,378,770.60 37,496,102.47 39,683,286.42 42,459,539.06 45,333,776.03

Kabupaten/KotaPDRB Perkapita Provinsi Papua

Page 131: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

113

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Fakfak 34,361,155.96 36,176,441.14 38,138,607.55 39437614.08 41,510,709.04 43,505,107.97 45,348,062.42

Kaimana 26,693,221.13 27,411,890.68 27,876,019.38 28067286.09 28,956,100.34 29,855,081.33 30,399,127.64

Teluk Wondama 26,995,247.77 27,849,359.40 28,260,609.91 29107959.99 30,057,231.26 30,578,067.61 31,159,717.10

Teluk Bintuni 375,834,645.82 376,152,691.72 378,553,280.96 381069124.67 377,050,579.99 388,307,639.12 394,686,071.01

Manokwari 31,124,118.55 32,898,049.85 34,420,223.46 35950273.10 37,732,280.66 39,171,139.45 40,178,386.09

Sorong Selatan 21,782,638.43 22,820,443.75 23,713,251.46 24652037.77 25,833,821.49 26,837,389.66 27,866,823.66

Sorong 94,543,163.46 94,944,642.68 94,769,390.91 93204281.75 93,915,299.03 96870013.10 96,881,298.59

Raja Ampat 43,215,798.33 45,112,605.82 45,389,359.14 45783135.18 45,112,639.90 46,501,590.89 47,822,352.09

Tambrauw 9,375,020.93 8,283,879.38 8,813,449.13 9192802.394 9,713,891.91 10,229,818.89 10,832,817.20

Maybrat 9,191,109.55 9,558,177.09 9,835,602.06 10233899.47 10,678,259.29 11,074,039.69 11,462,661.92

Manokwari Selatan 20,715,495.79 21,540,182.78 21,886,155.11 22317590.48 22,838,423.18 23,232,785.70 24,214,751.03

Pegunungan Arfak 3,634,853.52 3,838,408.16 3,999,514.34 4036173.09 4,121,369.95 4,420,717.55 4,450,664.38

Kota Sorong 30,814,439.38 33,444,985.26 35,769,001.45 37793276.77 39,757,241.37 41,214,491.71 41,240,465.17

Provinsi Papua

Barat 57,581,357.03 59,142,593.17 60064125.41 61,242,007.36 62,169,961.95 64,498,117.67 64,682,893.61

Kabupaten/KotaPDRB Perkapita Provinsi Papua Barat

PDRB Perkapita Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019

Page 132: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

114

LAMPIRAN C

ANALISIS INDEKS WILLIAMSON

DI PROVINSI PAPUA DAN

PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN

2013-2019

Page 133: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

115

INDEKS WILLIAMSON PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Penduduk

Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB Perkapita

(Yi) [juta rupiah]

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota

(Ӯ)

Peluang

Penduduk (Pi/

ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

kuadrat simpangan

nilai tengah

pendapatan perkapita

(Yi-Ӯ)^2

peluang penduduk x kuadrat

simpangan nilai tengah

pendapatn perkapita[(Pi/

ΣP)*(Yi-Ӯ)^2]

Merauke 209980 2,951,488 31.68932632 31.90 0.071143776 -0.210425446 0.044278869 0.003150166

Jayawijaya 203085 2,951,488 16.66280316 31.90 0.068807666 -15.2369486 232.1646027 15.9747044

Jayapura 118789 2,951,488 51.23532255 31.90 0.040247157 19.33557078 373.8642975 15.04697496

Nabire 137283 2,951,488 37.59537568 31.90 0.046513149 5.695623921 32.44013184 1.508892674

Kepulauan Yapen 88187 2,951,488 23.95331818 31.90 0.029878827 -7.946433587 63.14580675 1.88672265

Biak Numfor 135080 2,951,488 22.18993685 31.90 0.045766745 -9.709814911 94.28050561 4.314911901

Paniai 161324 2,951,488 12.68833652 31.90 0.054658532 -19.21141525 369.0784758 20.17328752

Puncak Jaya 112010 2,951,488 6.814578073 31.90 0.037950349 -25.08517369 629.2659391 23.88086207

Mimika 196401 2,951,488 275.0918375 31.90 0.066543045 243.1920858 59142.39057 3935.514781

Boven Digoel 60403 2,951,488 42.36965714 31.90 0.02046527 10.46990537 109.6189185 2.243380808

Mappi 88006 2,951,488 14.3379648 31.90 0.029817502 -17.56178697 308.4163614 9.196205542

Asmat 85000 2,951,488 13.00884259 31.90 0.028799033 -18.89090918 356.8664495 10.27740862

Yahukimo 175086 2,951,488 6.191452715 31.90 0.059321264 -25.70829905 660.91664 39.20641074

Pegunungan Bintang 69304 2,951,488 14.50864019 31.90 0.023481037 -17.39111157 302.4507616 7.101857634

Tolikara 125326 2,951,488 6.318439829 31.90 0.042461972 -25.58131193 654.4035203 27.78726377

Sarmi 35508 2,951,488 35.17480089 31.90 0.012030542 3.275049127 10.72594678 0.129038952

Keerom 51772 2,951,488 27.51074789 31.90 0.017540983 -4.389003869 19.26335496 0.337898176

Waropen 26905 2,951,488 34.7349121 31.90 0.009115741 2.835160335 8.038134124 0.073273548

Supiori 16976 2,951,488 34.21536463 31.90 0.005751675 2.315612869 5.36206296 0.030840844

Mamberamo Raya 19776 2,951,488 32.84510771 31.90 0.006700349 0.945355943 0.893697859 0.005988088

Nduga 85894 2,951,488 6.133618181 31.90 0.029101931 -25.76613358 663.8936398 19.32058687

Lanny Jaya 161077 2,951,488 5.093227401 31.90 0.054574845 -26.80652436 718.5897484 39.21692411

Mamberamo Tengah 42687 2,951,488 12.33991613 31.90 0.014462874 -19.55983563 382.5871699 5.533310154

Yalimo 54911 2,951,488 9.132697456 31.90 0.018604514 -22.76705431 518.3387618 9.643440783

Puncak 99926 2,951,488 5.383262915 31.90 0.033856143 -26.51648885 703.1241809 23.80507286

Dogiyai 8327 2,951,488 71.62978624 31.90 0.002821289 39.73003447 1578.475639 4.453335622

Intan Jaya 43405 2,951,488 12.27525377 31.90 0.014706141 -19.62449799 385.1209214 5.663642743

Deiyai 66516 2,951,488 8.204441638 31.90 0.022536429 -23.69531013 561.4677219 12.6534775

Kota Jayapura 272544 2,951,488 55.76383208 31.90 0.092341219 1.748096113 3.055840022 0.282179993

4235.27

65.08

2.04IW

Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2013

Σ

Page 134: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

116

Sumber: data diolah penulis

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Penduduk

Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB Perkapita

(Yi) [juta rupiah]

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota

(Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

kuadrat simpangan

nilai tengah

pendapatan perkapita

(Yi-Ӯ)^2

peluang penduduk x kuadrat

simpangan nilai tengah

pendapatn perkapita[(Pi/

ΣP)*(Yi-Ӯ)^2]

Merauke 213484 3,091,047 33.58229525 30.75 0.069065271 2.832237671 8.021570225 0.554011925

Jayawijaya 204112 3,091,047 17.75074778 30.75 0.066033289 -12.99930981 168.9820555 11.15844091

Jayapura 119383 3,091,047 56.72527068 30.75 0.038622189 25.9752131 674.7116956 26.05884231

Nabire 137776 3,091,047 40.13928841 30.75 0.0445726 9.389230827 88.15765552 3.929415874

Kepulauan Yapen 89994 3,091,047 25.10002756 30.75 0.029114407 -5.650030026 31.92283929 0.929414531

Biak Numfor 135831 3,091,047 23.23485353 30.75 0.043943363 -7.515204052 56.47829194 2.481846078

Paniai 162489 3,091,047 13.69170018 30.75 0.052567625 -17.05835741 290.9875574 15.29652484

Puncak Jaya 113280 3,091,047 7.03466393 30.75 0.036647777 -23.71539365 562.4198961 20.61143872

Mimika 199311 3,091,047 269.5839761 30.75 0.064480094 238.8339185 57041.64063 3678.050329

Boven Digoel 61283 3,091,047 44.32039995 30.75 0.019825968 13.57034236 184.1541919 3.651035181

Mappi 89790 3,091,047 15.21354394 30.75 0.02904841 -15.53651365 241.3832563 7.011799751

Asmat 86614 3,091,047 13.46412531 30.75 0.028020926 -17.28593227 298.8034544 8.372749557

Yahukimo 178193 3,091,047 6.511468632 30.75 0.057648104 -24.23858895 587.5091943 33.86879134

Pegunungan Bintang 70697 3,091,047 15.12740046 30.75 0.022871538 -15.62265713 244.0674157 5.582197259

Tolikara 127526 3,091,047 6.626749839 30.75 0.041256571 -24.12330774 581.9339765 24.00860042

Sarmi 35787 3,091,047 37.2591863 30.75 0.01157763 6.509128714 42.36875661 0.490529808

Keerom 53002 3,091,047 29.23433059 30.75 0.017146941 -1.515726992 2.297428314 0.039393867

Waropen 27723 3,091,047 37.23962125 30.75 0.008968806 6.48956367 42.11443663 0.3777162

Supiori 17288 3,091,047 35.76668383 30.75 0.005592927 5.016626244 25.16653887 0.140754613

Mamberamo Raya 20514 3,091,047 34.74000926 30.75 0.006636586 3.989951679 15.9197144 0.105652558

Nduga 92530 3,091,047 6.233436291 30.75 0.029934841 -24.51662129 601.0647196 17.99277672

Lanny Jaya 170589 3,091,047 5.167499722 30.75 0.055188096 -25.58255786 654.4672667 36.11880265

Mamberamo Tengah 45398 3,091,047 12.62365787 30.75 0.014686933 -18.12639971 328.5663665 4.825632191

Yalimo 57585 3,091,047 9.565072328 30.75 0.01862961 -21.18498526 448.8036003 8.361036025

Puncak 101515 3,091,047 5.796998276 30.75 0.032841623 -24.95305931 622.6551688 20.44900626

Dogiyai 90822 3,091,047 7.165226707 30.75 0.029382277 -23.58483088 556.2442474 16.34372271

Intan Jaya 44812 3,091,047 13.16246117 30.75 0.014497353 -17.58759641 309.3235475 4.48437271

Deiyai 68025 3,091,047 8.946925101 30.75 0.022007106 -21.80313248 475.376586 10.46166308

Kota Jayapura 275694 3,091,047 60.74404967 30.75 0.089191138 29.99399209 899.6395614 80.2398764

4042.00

63.58

2.07IW

Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2014

Σ

Page 135: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

117

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Merauke 216585 3149375 35.37867706 32.33032308 0.06877079 3.048353974 9.292461948 0.639049929

Jayawijaya 206320 3149375 18.66439768 32.33032308 0.06551141 -13.6659254 186.757517 12.23474845

Jayapura 121410 3149375 61.32593361 32.33032308 0.03855051 28.99561053 840.7454301 32.41116179

Nabire 140178 3149375 42.41894827 32.33032308 0.04450978 10.08862518 101.7803581 4.530221723

Kepulauan Yapen 91404 3149375 26.25870968 32.33032308 0.0290229 -6.071613397 36.86448924 1.069914435

Biak Numfor 139171 3149375 24.17795762 32.33032308 0.04419004 -8.152365461 66.46106261 2.936916863

Paniai 164280 3149375 14.87261535 32.33032308 0.05216273 -17.45770773 304.7715592 15.89771677

Puncak Jaya 115310 3149375 7.421808169 32.33032308 0.03661361 -24.90851491 620.4341151 22.71633509

Mimika 201677 3149375 283.6938291 32.33032308 0.06403715 251.363506 63183.61215 4046.098463

Boven Digoel 63020 3149375 45.42016344 32.33032308 0.02001032 13.08984036 171.3439206 3.428646597

Mappi 91876 3149375 15.88723257 32.33032308 0.02917277 -16.44309051 270.3752254 7.887594907

Asmat 88578 3149375 13.79660469 32.33032308 0.02812558 -18.53371839 343.4987175 9.661100822

Yahukimo 181326 3149375 6.855750802 32.33032308 0.05757523 -25.47457228 648.9538328 37.36366825

Pegunungan Bintang 71710 3149375 15.79941403 32.33032308 0.0227696 -16.53090905 273.2709541 6.222269536

Tolikara 131323 3149375 6.748793357 32.33032308 0.04169811 -25.58152972 654.4146631 27.28785769

Sarmi 36797 3149375 38.76942224 32.33032308 0.01168391 6.439099154 41.46199791 0.484438067

Keerom 53694 3149375 30.88244329 32.33032308 0.0170491 -1.447879792 2.096355892 0.035740975

Waropen 28395 3149375 39.87174643 32.33032308 0.00901607 7.541423353 56.87306618 0.512771808

Supiori 18186 3149375 35.44702573 32.33032308 0.00577448 3.116702652 9.713835424 0.056092339

Mamberamo Raya 21523 3149375 36.52205548 32.33032308 0.00683405 4.191732394 17.57062046 0.120078576

Nduga 94173 3149375 6.597138246 32.33032308 0.02990212 -25.73318484 662.1968018 19.80109051

Lanny Jaya 172625 3149375 5.443582563 32.33032308 0.05481246 -26.88674052 722.8968157 39.62375481

Mamberamo Tengah 46321 3149375 13.15804819 32.33032308 0.014708 -19.1722749 367.5761247 5.406308767

Yalimo 58891 3149375 10.18317281 32.33032308 0.01869927 -22.14715027 490.4962651 9.17192

Puncak 103624 3149375 6.214554157 32.33032308 0.03290304 -26.11576892 682.0333865 22.44096929

Dogiyai 92190 3149375 7.644236902 32.33032308 0.02927247 -24.68608618 609.4028509 17.83872953

Intan Jaya 45917 3149375 14.14172768 32.33032308 0.01457972 -18.1885954 330.8250026 4.823335311

Deiyai 69381 3149375 9.901262161 32.33032308 0.02203009 -22.42906092 503.0627738 11.08251583

Kota Jayapura 283490 3149375 64.08211806 32.33032308 0.09001469 31.75179498 1008.176485 90.75068914

4452.534101

66.72731151

2.063923436

Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2015

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 136: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

118

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Merauke 220006 3207444 37.49610247 34.51660377 0.0685923 2.979498698 8.877412494 0.608922249

Jayawijaya 210229 3207444 19.17204753 34.51660377 0.0655441 -15.34455624 235.4554063 15.43271047

Jayapura 123780 3207444 65.28706439 34.51660377 0.0385915 30.77046062 946.8212466 36.53922996

Nabire 142795 3207444 44.46983788 34.51660377 0.0445199 9.953234108 99.06686921 4.41044445

Kepulauan Yapen 93114 3207444 27.17104496 34.51660377 0.0290306 -7.345558816 53.95723432 1.566410486

Biak Numfor 141801 3207444 24.69372607 34.51660377 0.04421 -9.822877705 96.4889264 4.265772451

Paniai 167325 3207444 15.5839544 34.51660377 0.0521677 -18.93264937 358.4452122 18.69926494

Puncak Jaya 119779 3207444 7.473456365 34.51660377 0.0373441 -27.04314741 731.3318216 27.31090372

Mimika 205591 3207444 315.8814332 34.51660377 0.0640981 281.3648294 79166.16723 5074.399268

Boven Digoel 64674 3207444 46.35748585 34.51660377 0.0201637 11.84088208 140.2064884 2.827084256

Mappi 93592 3207444 16.67558264 34.51660377 0.0291796 -17.84102114 318.3020352 9.28793272

Asmat 90316 3207444 14.36687542 34.51660377 0.0281582 -20.14972836 406.0115528 11.43257354

Yahukimo 184217 3207444 7.05930115 34.51660377 0.0574342 -27.45730262 753.9034672 43.29984718

Pegunungan Bintang 72511 3207444 16.63897381 34.51660377 0.0226071 -17.87762996 319.609653 7.225446664

Tolikara 133786 3207444 6.927781681 34.51660377 0.0417111 -27.58882209 761.1431043 31.748112

Sarmi 37511 3207444 40.58260724 34.51660377 0.011695 6.066003464 36.79639802 0.430333214

Keerom 54130 3207444 32.40588158 34.51660377 0.0168764 -2.11072219 4.455148164 0.075186713

Waropen 28803 3207444 43.02450231 34.51660377 0.00898 8.507898537 72.38433752 0.650014801

Supiori 18486 3207444 36.41525803 34.51660377 0.0057635 1.898654262 3.604888005 0.020776656

Mamberamo Raya 21821 3207444 38.93240411 34.51660377 0.0068032 4.415800335 19.4992926 0.132658299

Nduga 95885 3207444 6.915218126 34.51660377 0.0298945 -27.60138565 761.8364896 22.77473646

Lanny Jaya 174782 3207444 5.688595279 34.51660377 0.0544926 -28.82800849 831.0540737 45.28630682

Mamberamo Tengah 46696 3207444 13.79884059 34.51660377 0.0145586 -20.71776319 429.2257114 6.248939598

Yalimo 59778 3207444 10.71773244 34.51660377 0.0186373 -23.79887133 566.3862765 10.55589399

Puncak 105521 3207444 6.549261853 34.51660377 0.0328988 -27.96734192 782.172214 25.73251293

Dogiyai 93809 3207444 8.030926457 34.51660377 0.0292473 -26.48567731 701.4911028 20.51670391

Intan Jaya 47300 3207444 14.71241459 34.51660377 0.0147469 -19.80418918 392.2059092 5.78383894

Deiyai 70620 3207444 10.49700821 34.51660377 0.0220175 -24.01959556 576.9409708 12.70281612

Kota Jayapura 288786 3207444 67.45619078 34.51660377 0.0900362 32.93958701 1085.016392 97.69072939

5537.655371

74.41542428

2.155931238

Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2016

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 137: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

119

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Merauke 223389 3265202 39.68328642 35.48996687 0.0684151 4.193319545 17.58392881 1.203005594

Jayawijaya 212811 3265202 19.98225317 35.48996687 0.0651754 -15.5077137 240.4891843 15.67399009

Jayapura 125975 3265202 68.6447873 35.48996687 0.0385811 33.15482042 1099.242117 42.40994148

Nabire 145101 3265202 46.43090578 35.48996687 0.0444386 10.94093891 119.7041442 5.319484377

Kepulauan Yapen 95007 3265202 27.86590114 35.48996687 0.0290968 -7.624065731 58.12637827 1.691292857

Biak Numfor 144697 3265202 23.09266011 35.48996687 0.0443149 -12.39730676 153.693215 6.810894742

Paniai 170193 3265202 16.05071995 35.48996687 0.0521233 -19.43924693 377.8843211 19.69656587

Puncak Jaya 123591 3265202 7.513036953 35.48996687 0.037851 -27.97692992 782.7086079 29.62626495

Mimika 210413 3265202 320.021167 35.48996687 0.064441 284.5312001 80958.00384 5217.017649

Boven Digoel 66209 3265202 47.12589905 35.48996687 0.0202772 11.63593217 135.3949175 2.745423436

Mappi 94671 3265202 17.64498305 35.48996687 0.0289939 -17.84498383 318.4434478 9.232923307

Asmat 92909 3265202 14.78331292 35.48996687 0.0284543 -20.70665396 428.765518 12.20021779

Yahukimo 187021 3265202 7.374440517 35.48996687 0.057277 -28.11552636 790.4828224 45.27649068

Pegunungan Bintang 73473 3265202 17.41382031 35.48996687 0.0225018 -18.07614656 326.7470745 7.352405089

Tolikara 136576 3265202 7.098703799 35.48996687 0.0418277 -28.39126308 806.0638191 33.71582283

Sarmi 38210 3265202 42.66838969 35.48996687 0.0117022 7.178422814 51.52975409 0.603010749

Keerom 55018 3265202 33.42859373 35.48996687 0.0168498 -2.061373142 4.24925923 0.071599167

Waropen 29480 3265202 45.28070081 35.48996687 0.0090285 9.790733939 95.85847107 0.865461839

Supiori 19104 3265202 36.6509867 35.48996687 0.0058508 1.16101983 1.347967045 0.007886667

Mamberamo Raya 22313 3265202 40.53004706 35.48996687 0.0068336 5.040080183 25.40240825 0.173589241

Nduga 97012 3265202 7.33023059 35.48996687 0.0297109 -28.15973628 792.9707476 23.5598527

Lanny Jaya 176687 3265202 5.930472021 35.48996687 0.0541121 -29.55949485 873.763736 47.28120748

Mamberamo Tengah 47487 3265202 14.33726536 35.48996687 0.0145434 -21.15270152 447.4367815 6.507233073

Yalimo 60822 3265202 11.08023281 35.48996687 0.0186273 -24.40973406 595.8351171 11.09881823

Puncak 107822 3265202 6.837145666 35.48996687 0.0330215 -28.65282121 820.9841632 27.11016177

Dogiyai 94997 3265202 8.397090119 35.48996687 0.0290938 -27.09287676 734.0239709 21.35551649

Intan Jaya 48318 3265202 14.93004822 35.48996687 0.0147979 -20.55991865 422.710255 6.255206906

Deiyai 72206 3265202 10.75961665 35.48996687 0.0221138 -24.73035022 611.5902221 13.52457936

Kota Jayapura 293690 3265202 70.32234247 35.48996687 0.0899454 34.8323756 1213.29439 109.1302864

5717.516782

75.61426309

2.130581394

Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2017

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 138: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

120

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Merauke 225714 3322526 42.45953906 37.11631649 0.0679345 5.34322257 28.55002743 1.939530613

Jayawijaya 214994 3322526 21.03251002 37.11631649 0.064708 -16.08380647 258.6888305 16.73923588

Jayapura 128587 3322526 72.4224018 37.11631649 0.0387016 35.3060853 1246.51966 48.24227815

Nabire 147921 3322526 48.20176317 37.11631649 0.0445206 11.08544668 122.887128 5.471014183

Kepulauan Yapen 97412 3322526 28.41525069 37.11631649 0.0293187 -8.701065805 75.70854615 2.219672893

Biak Numfor 148404 3322526 22.61023712 37.11631649 0.044666 -14.50607937 210.4263387 9.398906244

Paniai 173392 3322526 16.77760721 37.11631649 0.0521868 -20.33870928 413.6630951 21.58775323

Puncak Jaya 126113 3322526 7.695234512 37.11631649 0.037957 -29.42108198 865.6000649 32.85555056

Mimika 215493 3322526 344.5572719 37.11631649 0.0648582 307.4409554 94519.94108 6130.391655

Boven Digoel 67717 3322526 47.66747892 37.11631649 0.0203812 10.55116243 111.3270286 2.268976192

Mappi 99599 3322526 17.83066366 37.11631649 0.0299769 -19.28565283 371.9364051 11.1494971

Asmat 95606 3322526 15.19574629 37.11631649 0.0287751 -21.9205702 480.5113979 13.82676094

Yahukimo 189092 3322526 7.692373183 37.11631649 0.0569121 -29.42394331 865.7684399 49.27271776

Pegunungan Bintang 74396 3322526 18.10572867 37.11631649 0.0223914 -19.01058782 361.4024494 8.092305863

Tolikara 137695 3322526 7.366938306 37.11631649 0.0414429 -29.74937819 885.0255025 36.67799336

Sarmi 39406 3322526 43.95572755 37.11631649 0.0118603 6.839411061 46.77754366 0.554793517

Keerom 55799 3322526 34.34226832 37.11631649 0.0167941 -2.774048173 7.695343265 0.129236749

Waropen 30612 3322526 46.73817294 37.11631649 0.0092135 9.621856446 92.58012146 0.852984349

Supiori 20018 3322526 36.44042811 37.11631649 0.0060249 -0.675888378 0.4568251 0.002752341

Mamberamo Raya 23307 3322526 41.08931995 37.11631649 0.0070148 3.973003454 15.78475644 0.110727597

Nduga 97517 3322526 7.711068429 37.11631649 0.0293503 -29.40524806 864.6686137 25.37824812

Lanny Jaya 177682 3322526 6.207915658 37.11631649 0.053478 -30.90840083 955.3292422 51.08908415

Mamberamo Tengah 48090 3322526 14.8803273 37.11631649 0.0144739 -22.23598919 494.4392153 7.156477289

Yalimo 61115 3322526 11.74282958 37.11631649 0.0183941 -25.37348691 643.8138379 11.84240024

Puncak 111182 3322526 7.075945207 37.11631649 0.0334631 -30.04037129 902.423907 30.19789607

Dogiyai 96590 3322526 8.742729786 37.11631649 0.0290713 -28.37358671 805.0604226 23.40411669

Intan Jaya 48812 3322526 15.19176084 37.11631649 0.0146912 -21.92455566 480.6861407 7.06187157

Deiyai 72486 3322526 11.08598695 37.11631649 0.0218165 -26.03032954 677.5780562 14.78240441

Kota Jayapura 297775 3322526 73.13795312 37.11631649 0.0896231 36.02163663 1297.558305 116.2911665

6678.988007

81.72507576

2.201863856

Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2018

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 139: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

121

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Merauke 227411 3379302 45.33377603 33.14067192 0.0672953 12.1931041 148.6717877 10.00490631

Jayawijaya 217887 3379302 21.78500594 33.14067192 0.0644769 -11.35566598 128.9511498 8.314373554

Jayapura 131802 3379302 76.08643276 33.14067192 0.0390027 42.94576083 1844.338374 71.9342297

Nabire 150308 3379302 49.72594446 33.14067192 0.044479 16.58527254 275.0712652 12.23489695

Kepulauan Yapen 101204 3379302 28.64332062 33.14067192 0.0299482 -4.497351302 20.22616874 0.605737274

Biak Numfor 152401 3379302 22.49711373 33.14067192 0.0450984 -10.64355819 113.2853309 5.10898337

Paniai 177410 3379302 17.02762398 33.14067192 0.052499 -16.11304794 259.630314 13.63033372

Puncak Jaya 129300 3379302 7.827921114 33.14067192 0.0382623 -25.31275081 640.7353535 24.51603355

Mimika 219689 3379302 207.8038834 33.14067192 0.0650102 174.6632115 30507.23744 1983.280715

Boven Digoel 69211 3379302 47.76792649 33.14067192 0.0204809 14.62725456 213.9565761 4.382013974

Mappi 103292 3379302 18.24389507 33.14067192 0.0305661 -14.89677685 221.9139605 6.783038865

Asmat 97490 3379302 15.60498143 33.14067192 0.0288492 -17.53569049 307.5004409 8.871127228

Yahukimo 190887 3379302 7.999322112 33.14067192 0.0564871 -25.14134981 632.0874703 35.70479375

Pegunungan Bintang 75788 3379302 18.61584697 33.14067192 0.0224271 -14.52482495 210.97054 4.7314609

Tolikara 139111 3379302 7.577546348 33.14067192 0.0411656 -25.56312557 653.4733891 26.90062523

Sarmi 40515 3379302 45.28609478 33.14067192 0.0119892 12.14542286 147.5112964 1.768536867

Keerom 57100 3379302 34.87415499 33.14067192 0.016897 1.733483069 3.004963551 0.050774811

Waropen 31514 3379302 47.86357048 33.14067192 0.0093256 14.72289855 216.7637418 2.021450749

Supiori 20710 3379302 36.75132303 33.14067192 0.0061285 3.61065111 13.03680144 0.079895836

Mamberamo Raya 24086 3379302 42.09710039 33.14067192 0.0071275 8.956428468 80.2176109 0.571751615

Nduga 98595 3379302 7.995720371 33.14067192 0.0291761 -25.14495155 632.2685885 18.44715905

Lanny Jaya 178995 3379302 6.48036096 33.14067192 0.052968 -26.66031096 710.7721806 37.64820856

Mamberamo Tengah 48201 3379302 15.57947574 33.14067192 0.0142636 -17.56119619 308.3956115 4.398830548

Yalimo 62605 3379302 12.09267343 33.14067192 0.018526 -21.04799849 443.0182406 8.20736263

Puncak 113204 3379302 7.283007491 33.14067192 0.0334992 -25.85766443 668.6188098 22.39821234

Dogiyai 97902 3379302 9.120173745 33.14067192 0.0289711 -24.02049818 576.9843327 16.71585438

Intan Jaya 49293 3379302 15.45260138 33.14067192 0.0145867 -17.68807054 312.8678394 4.563721859

Deiyai 73199 3379302 11.38878017 33.14067192 0.021661 -21.75189175 473.1447946 10.24878091

Kota Jayapura 300192 3379302 76.27390833 33.14067192 0.0888325 43.13323641 1860.476083 165.270827

2509.394637

50.09385827

1.511552282

Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2019

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 140: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

122

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Fakfak 70,902 828293 34.36115596 56.02160836 0.0856001 -21.6604524 469.1751981 40.16146448

Kaimana 51,100 828293 26.69322114 56.02160836 0.0616931 -29.32838723 860.1542973 53.06562363

Teluk Wondama 28,534 828293 26.99524777 56.02160836 0.0344492 -29.02636059 842.5296089 29.02443925

Teluk Bintuni 56,597 828293 375.8346458 56.02160836 0.0683297 319.8130375 102280.3789 6988.786102

Manokwari 150,179 828293 31.12411855 56.02160836 0.1813114 -24.89748981 619.8849988 112.3922443

Sorong Selatan 41,085 828293 21.78263843 56.02160836 0.049602 -34.23896993 1172.307062 58.1487899

Sorong 76,669 828293 94.54316347 56.02160836 0.0925627 38.52155511 1483.910208 137.3546701

Raja Ampat 44,568 828293 43.21579833 56.02160836 0.053807 -12.80581003 163.9887705 8.823751408

Tambrauw 13,376 828293 9.375020933 56.02160836 0.0161489 -46.64658743 2175.904119 35.13840331

Maybrat 35,798 828293 9.191109559 56.02160836 0.043219 -46.8304988 2193.095618 94.78341231

Manokwari Selatan 20,916 828293 20.71549579 56.02160836 0.0252519 -35.30611257 1246.521585 31.47708053

Pegunungan Arfak 26,729 828293 3.63485353 56.02160836 0.03227 -52.38675483 2744.372082 88.56083701

Kota Sorong 211,840 828293 30.81443939 56.02160836 0.2557549 -25.20716897 635.4013676 162.5070183

7840.223836

88.54503846

1.580551524

Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2013

Σ

IW

INDEKS WILLIAMSON PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Page 141: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

123

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Fakfak 72,189 849859 36.17644115 56.90056397 0.0849423 -20.72412282 429.4892667 36.48181719

Kaimana 52,473 849859 27.41189069 56.90056397 0.0617432 -29.48867328 869.5818519 53.69075166

Teluk Wondama 29,098 849859 27.84935941 56.90056397 0.0342386 -29.05120456 843.9724865 28.8964539

Teluk Bintuni 57,972 849859 375.8282655 56.90056397 0.0682137 318.9277016 101714.8788 6938.345014

Manokwari 154,296 849859 32.89804985 56.90056397 0.1815548 -24.00251412 576.1206839 104.5974886

Sorong Selatan 42,028 849859 22.82044375 56.90056397 0.0494529 -34.08012022 1161.454594 57.43730863

Sorong 78,698 849859 94.94464268 56.90056397 0.0926012 38.04407872 1447.351925 134.0265877

Raja Ampat 45,310 849859 45.11260583 56.90056397 0.0533147 -11.78795814 138.9559572 7.408398827

Tambrauw 13,497 849859 8.283879381 56.90056397 0.0158815 -48.61668459 2363.58202 37.53712855

Maybrat 36,601 849859 9.558177099 56.90056397 0.0430671 -47.34238687 2241.301595 96.5264587

Manokwari Selatan 21,282 849859 21.54018278 56.90056397 0.0250418 -35.36038118 1250.356558 31.31118016

Pegunungan Arfak 27,616 849859 3.838408169 56.90056397 0.0324948 -53.0621558 2815.592378 91.49211706

Kota Sorong 218,799 849859 33.44498526 56.90056397 0.2574533 -23.45557871 550.1641725 141.6415791

7759.392284

88.08741275

1.548093843

Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2014

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 142: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

124

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Fakfak 73,468 871510 38.13860756 57.80188192 0.0842997 -19.66327436 386.6443586 32.59398944

Kaimana 54,165 871510 27.87601939 57.80188192 0.0621507 -29.92586253 895.5572483 55.65955451

Teluk Wondama 29,791 871510 28.26060992 57.80188192 0.0341832 -29.541272 872.6867515 29.83122513

Teluk Bintuni 59,196 871510 378.553281 57.80188192 0.0679235 320.751399 102881.46 6988.067728

Manokwari 158,326 871510 34.42022346 57.80188192 0.1816686 -23.38165845 546.7019521 99.31857725

Sorong Selatan 43,036 871510 23.71325146 57.80188192 0.049381 -34.08863045 1162.034726 57.38238973

Sorong 80,695 871510 94.76939092 57.80188192 0.0925922 36.967509 1366.596722 126.5361527

Raja Ampat 45,923 871510 45.38935914 57.80188192 0.0526936 -12.41252277 154.0707216 8.118541092

Tambrauw 13,615 871510 8.813449137 57.80188192 0.0156223 -48.98843278 2399.866546 37.49146083

Maybrat 37,529 871510 9.835602068 57.80188192 0.043062 -47.96627985 2300.764003 99.07559552

Manokwari Selatan 21,907 871510 21.88615511 57.80188192 0.0251368 -35.91572681 1289.939432 32.42499012

Pegunungan Arfak 28,271 871510 3.999514343 57.80188192 0.0324391 -53.80236757 2894.694757 93.90129254

Kota Sorong 225,588 871510 35.76900145 57.80188192 0.2588473 -22.03288046 485.4478215 125.6568521

7786.058349

88.23864431

1.52657044

Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2015

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 143: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

125

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Fakfak 74,772 893362 39.43761408 58.52657345 0.0836973 -19.08895937 364.3883698 30.49832787

Kaimana 55,503 893362 28.06728609 58.52657345 0.0621282 -30.45928736 927.7681862 57.64059546

Teluk Wondama 30,490 893362 29.10795999 58.52657345 0.0341295 -29.41861346 865.454818 29.53754178

Teluk Bintuni 60,400 893362 381.0691247 58.52657345 0.0676098 322.5425512 104033.6973 7033.694426

Manokwari 162,578 893362 35.9502731 58.52657345 0.1819845 -22.57630035 509.6893374 92.75553818

Sorong Selatan 43,896 893362 24.65203777 58.52657345 0.0491357 -33.87453568 1147.484167 56.3824799

Sorong 82,784 893362 93.20428175 58.52657345 0.0926657 34.6777083 1202.543453 111.4345105

Raja Ampat 46,613 893362 45.78313518 58.52657345 0.0521771 -12.74343827 162.395219 8.473304598

Tambrauw 13,699 893362 9.192802394 58.52657345 0.0153342 -49.33377105 2433.820966 37.3207204

Maybrat 38,377 893362 10.23389947 58.52657345 0.0429579 -48.29267398 2332.18236 100.1857729

Manokwari Selatan 22,519 893362 22.31759048 58.52657345 0.025207 -36.20898297 1311.090448 33.04869223

Pegunungan Arfak 28,898 893362 4.036173092 58.52657345 0.0323475 -54.49040036 2969.203731 96.04622697

Kota Sorong 232,833 893362 37.79327677 58.52657345 0.2606256 -20.73329668 429.8695912 112.0350166

7799.053153

88.31224804

1.508925653

Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 144: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

126

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Fakfak 76,102 915361 41.51070905 59.02137288 0.0831388 -17.51066383 306.6233479 25.49229214

Kaimana 56,882 915361 28.95610035 59.02137288 0.0621416 -30.06527253 903.9206126 56.17107599

Teluk Wondama 31,072 915361 30.05723127 59.02137288 0.0339451 -28.96414161 838.9214994 28.47725524

Teluk Bintuni 61,794 915361 377.05058 59.02137288 0.0675078 318.0292071 101142.5766 6827.912023

Manokwari 166,780 915361 37.73228067 59.02137288 0.1822013 -21.28909221 453.2254473 82.57828343

Sorong Selatan 45,019 915361 25.8338215 59.02137288 0.0491817 -33.18755139 1101.413567 54.16937948

Sorong 84,906 915361 93.91529904 59.02137288 0.0927568 34.89392615 1217.586082 112.9394457

Raja Ampat 47,301 915361 45.1126399 59.02137288 0.0516747 -13.90873298 193.4528531 9.996617079

Tambrauw 13,785 915361 9.713891911 59.02137288 0.0150596 -49.30748097 2431.22768 36.61339468

Maybrat 39,191 915361 10.67825929 59.02137288 0.0428148 -48.34311359 2337.056631 100.060617

Manokwari Selatan 22,983 915361 22.83842318 59.02137288 0.0251081 -36.1829497 1309.205849 32.87170638

Pegunungan Arfak 29,731 915361 4.121369951 59.02137288 0.0324801 -54.90000293 3014.010322 97.89530129

Kota Sorong 239,815 915361 39.75724137 59.02137288 0.2619895 -19.26413151 371.1067628 97.22608711

7562.403478

86.96208069

1.473399829

Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2017

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 145: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

127

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Fakfak 77,381 937458 43.50510797 60.90752944 0.0825434 -17.40242147 302.844273 24.99780543

Kaimana 58,404 937458 29.85508133 60.90752944 0.0623004 -31.05244811 964.2545337 60.07343453

Teluk Wondama 31,769 937458 30.57806761 60.90752944 0.0338885 -30.32946183 919.8762547 31.17318188

Teluk Bintuni 63,091 937458 388.3076391 60.90752944 0.0673001 327.4001097 107190.8318 7213.95174

Manokwari 170,897 937458 39.17113946 60.90752944 0.1822983 -21.73638998 472.4706495 86.13059634

Sorong Selatan 46,021 937458 26.83738967 60.90752944 0.0490913 -34.07013977 1160.774424 56.98388596

Sorong 86,994 937458 96.8700131 60.90752944 0.0927978 35.96248366 1293.300231 120.015361

Raja Ampat 47,885 937458 46.50159089 60.90752944 0.0510796 -14.40593855 207.5310654 10.60060831

Tambrauw 13,804 937458 10.22981889 60.90752944 0.0147249 -50.67771055 2568.230346 37.81700268

Maybrat 40,102 937458 11.0740397 60.90752944 0.0427774 -49.83348974 2483.3767 106.2323565

Manokwari Selatan 23,617 937458 23.23278571 60.90752944 0.0251926 -37.67474374 1419.386316 35.75802501

Pegunungan Arfak 30,409 937458 4.420717551 60.90752944 0.0324377 -56.48681189 3190.759917 103.5009764

Kota Sorong 247,084 937458 41.21449171 60.90752944 0.2635681 -19.69303773 387.815735 102.2158465

7989.450821

89.38372794

1.467531663

Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2018

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 146: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

128

Kabupaten/KotaPenduduk

(Pi)

Jumlah Seluruh

Kabupaten/Kota

(ΣP)

PDRB

Perkapita (Yi)

Rata-Rata PDRB

Perkapita

Kabupaten/Kota (Ӯ)

Peluang

Penduduk

(Pi/ΣP)

Simpangan Nilai

Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)

Kuadrat Simpangan

Nilai Tengah

Pendapatan

Perkapita (Yi-Ӯ)^2

Peluang Penduduk x Kuadrat

Simpangan Nilai Tengah

Pendapatan Perkapita

(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2

Fakfak 78,686 959617 45.34806243 62.04178449 0.0819973 -16.69372206 278.6803563 22.8510359

Kaimana 60,216 959617 30.39912764 62.04178449 0.06275 -31.64265685 1001.257732 62.8289574

Teluk Wondama 32,521 959617 31.15971711 62.04178449 0.0338896 -30.88206738 953.7020858 32.32054615

Teluk Bintuni 64,406 959617 394.686071 62.04178449 0.0671164 332.6442865 110652.2214 7426.57432

Manokwari 175,178 959617 40.1783861 62.04178449 0.1825499 -21.86339839 478.0081892 87.26035341

Sorong Selatan 46,922 959617 27.86682366 62.04178449 0.0488966 -34.17496082 1167.927947 57.1076952

Sorong 88,927 959617 96.88129859 62.04178449 0.0926693 34.8395141 1213.791743 112.4811861

Raja Ampat 48,493 959617 47.82235209 62.04178449 0.0505337 -14.2194324 202.1922577 10.2175234

Tambrauw 13,879 959617 10.83281721 62.04178449 0.0144631 -51.20896728 2622.35833 37.92733066

Maybrat 40,899 959617 11.46266192 62.04178449 0.0426201 -50.57912257 2558.24764 109.0328435

Manokwari Selatan 24,220 959617 24.21475103 62.04178449 0.0252392 -37.82703346 1430.88446 36.11443068

Pegunungan Arfak 30,976 959617 4.450664385 62.04178449 0.0322795 -57.5911201 3316.737115 107.0627645

Kota Sorong 254,294 959617 41.24046517 62.04178449 0.2649953 -20.80131932 432.6948854 114.6621133

8216.4411

90.64458671

1.461024815

Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2019

Σ

IW

Sumber: data diolah penulis

Page 147: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

129

LAMPIRAN D

UJI BEDA INDEPENDENT

SAMPLE

T-TEST

Page 148: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

130

UJI BEDA INDEPENDENT SAMPLE T-TEST

PERBEDAAN TINGKAT DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA

ANTARA PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN

2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Page 149: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

131

LAMPIRAN E

ANALISIS TIPOLOGI KLASSEN

PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI

PAPUA BARAT TAHUN 2013-2019

Page 150: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

132

TIPOLOGI KLASSEN PROVINSI PAPUA PERIODE TAHUN 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

TIPOLOGI KLASSEN PROVINSI PAPUA BARAT PERIODE TAHUN

2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Page 151: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

133

LAMPIRAN F

LOCATION QUOTIENT PROVINSI

PAPUA DAN PROVINSI PAPUA

BARAT TAHUN 2013-2019

Page 152: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

134

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan Perikanan

Pertambangan

dan Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan

Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan, dan

Jaminan Sosial

Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Merauke 2.67 0.04 2.05 1.83 2.42 1.21 1.65 1.92 1.81 1.69 1.77 1.32 1.40 1.29 1.31 1.23 1.43

Jayawijaya 1.39 0.04 1.16 3.05 0.83 1.19 1.99 4.15 1.00 2.04 1.11 2.60 2.08 1.50 1.46 1.57 1.45

Jayapura 2.06 0.07 2.67 1.19 3.52 1.09 1.78 3.68 1.97 1.53 0.95 2.04 1.60 1.02 1.14 1.13 1.79

Nabire 1.59 0.59 0.72 1.87 0.94 1.04 2.01 1.34 0.64 0.79 1.44 1.18 0.89 1.15 1.04 1.12 1.34

Kepulauan Yapen 2.02 0.01 2.10 2.23 2.56 0.69 2.27 2.12 1.21 0.98 2.28 2.68 1.43 1.86 1.91 1.55 2.60

Biak Numfor 2.11 0.02 1.88 5.78 2.45 0.64 2.14 2.57 1.20 0.92 3.64 2.15 2.87 1.77 1.40 1.24 1.21

Paniai 1.06 0.94 0.20 0.13 0.13 2.27 0.49 0.62 0.33 0.17 0.13 0.53 0.30 1.43 0.97 0.94 0.74

Puncak Jaya 2.46 0.02 0.26 0.20 0.00 2.88 0.97 0.56 0.36 0.23 0.12 0.86 0.19 2.43 1.82 2.78 1.39

Mimika 0.15 2.02 0.07 0.40 0.19 0.20 0.27 0.26 0.39 0.50 0.32 0.26 0.41 0.16 0.09 0.10 0.22

Boven Digoel 2.14 0.03 13.47 0.14 0.08 2.43 0.67 0.46 0.34 0.09 0.56 0.54 0.16 1.01 1.03 1.04 0.76

Mappi 2.54 0.01 0.37 0.20 0.03 2.81 0.92 0.58 0.34 0.17 0.45 0.76 0.11 2.70 2.06 1.68 1.04

Asmat 2.15 0.00 1.23 0.33 1.02 2.60 0.92 0.61 0.43 0.19 0.15 0.85 0.52 2.66 4.01 2.40 1.18

Yahukimo 2.31 0.02 0.30 0.40 0.00 1.93 0.74 1.23 0.52 0.29 0.24 1.39 0.22 3.45 2.85 1.75 1.34

Pegunungan

Bintang 2.06 0.02 0.05 0.31 0.00 3.04 0.60 0.89 0.44 0.20 0.79 0.54 0.21 3.29 1.96 1.41 1.23

Tolikara 2.57 0.01 0.12 0.44 0.05 1.58 0.97 1.32 0.48 0.32 0.09 1.04 0.19 3.19 3.13 2.89 1.23

Sarmi 3.12 0.03 1.15 0.56 1.30 1.66 1.16 1.66 0.88 0.82 0.79 1.20 0.46 1.68 1.47 1.43 1.55

Keerom 2.89 0.03 2.90 0.77 0.00 2.80 0.90 0.26 1.42 0.29 0.89 0.63 0.04 1.61 1.37 1.43 1.19

Waropen 2.82 0.02 0.61 0.03 0.36 2.31 0.77 0.48 0.31 0.14 0.40 2.01 0.25 2.37 2.97 1.11 1.95

Supiori 2.53 0.01 0.27 0.90 0.00 2.77 0.55 0.08 0.27 0.17 0.64 1.11 0.02 2.64 2.98 2.79 2.79

Mamberamo Raya2.15 0.05 0.15 0.00 0.00 1.98 1.26 0.90 0.94 0.00 0.08 0.72 0.17 2.88 3.97 2.96 2.32

Nduga 2.51 0.01 0.05 0.00 0.00 2.05 1.41 0.23 0.00 0.00 0.00 1.20 0.12 2.81 3.21 3.12 2.45

Lanny Jaya 2.11 0.04 0.04 0.00 0.00 2.21 1.23 0.85 0.08 0.00 0.00 1.69 0.08 2.83 3.11 3.50 1.42

Mamberamo

Tengah 1.59 0.03 0.04 0.00 0.00 2.37 1.24 1.39 0.03 0.00 0.03 0.91 0.11 3.59 2.77 2.50 2.24

Yalimo 2.62 0.01 0.06 0.00 0.00 1.58 1.41 0.66 0.00 0.00 0.00 0.45 0.09 3.49 2.48 2.36 2.65

Puncak 2.38 0.00 0.01 0.21 0.07 2.55 1.54 0.20 0.29 0.05 0.04 1.06 0.21 3.76 0.29 0.35 0.31

Dogiyai 2.78 0.08 0.03 0.11 0.00 1.03 1.29 0.27 0.45 0.14 0.00 4.18 0.00 3.63 0.35 1.73 0.36

Intan Jaya 2.36 0.01 0.16 0.00 0.00 3.32 0.89 0.26 0.03 0.00 0.00 0.10 0.09 3.01 1.62 1.54 1.69

Deiyai 2.57 0.03 0.18 0.00 0.00 2.97 1.03 0.22 0.00 0.00 0.13 0.60 0.00 2.48 2.28 2.39 1.23

Kota Jayapura 0.50 0.01 1.33 1.81 2.87 1.97 2.17 1.30 3.20 3.21 3.10 2.23 3.10 1.57 2.34 2.70 2.38

Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2013

Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Page 153: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

135

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda

Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan dan

Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan

, Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Merauke 2.55 0.04 1.97 1.81 2.37 1.19 1.64 1.87 1.75 1.76 1.71 1.22 1.34 1.20 1.27 1.18 1.29

Jayawijaya 1.36 0.04 1.11 2.82 0.78 1.13 1.95 4.00 0.95 1.98 1.05 2.56 1.90 1.39 1.46 1.53 1.42

Jayapura 2.03 0.06 2.57 1.16 3.36 1.10 1.67 3.48 1.90 1.48 0.94 1.90 1.66 0.99 1.09 1.05 1.70

Nabire 1.55 0.61 0.71 1.77 0.91 1.00 1.96 1.32 0.63 0.76 1.39 1.14 0.88 1.11 1.02 1.08 1.25

Kepulauan Yapen1.97 0.01 2.04 2.13 2.49 0.64 2.19 2.10 1.17 0.95 2.21 2.65 1.35 1.74 1.84 1.50 2.57

Biak Numfor 2.00 0.02 1.85 5.58 2.47 0.60 2.08 2.49 1.15 0.88 3.54 1.99 2.69 1.77 1.37 1.22 1.20

Paniai 1.01 0.99 0.19 0.14 0.12 2.24 0.44 0.58 0.30 0.16 0.12 0.49 0.28 1.35 0.90 0.88 0.69

Puncak Jaya 2.40 0.03 0.25 0.25 0.00 2.71 0.92 0.55 0.32 0.22 0.11 0.82 0.17 2.36 1.71 2.65 1.35

Mimika 0.16 2.11 0.07 0.41 0.19 0.21 0.28 0.27 0.40 0.51 0.33 0.27 0.42 0.16 0.10 0.11 0.23

Boven Digoel 2.15 0.03 13.02 0.13 0.08 2.27 0.65 0.43 0.32 0.08 0.55 0.52 0.15 0.97 1.00 0.99 0.69

Mappi 2.38 0.01 0.35 0.19 0.03 2.83 0.86 0.54 0.32 0.16 0.45 0.72 0.10 2.53 1.96 1.59 0.96

Asmat 2.05 0.00 1.21 0.30 0.95 2.57 0.88 0.59 0.41 0.18 0.14 0.81 0.49 2.44 3.95 2.38 1.12

Yahukimo 2.22 0.02 0.29 0.38 0.00 1.84 0.71 1.17 0.48 0.28 0.24 1.34 0.22 3.29 2.81 1.67 1.31

Pegunungan

Bintang 2.02 0.03 0.05 0.32 0.00 2.88 0.58 0.82 0.45 0.20 0.76 0.53 0.21 3.11 1.86 1.37 1.13

Tolikara 2.43 0.01 0.12 0.40 0.06 1.53 0.93 1.28 0.44 0.30 0.09 0.99 0.18 3.14 2.96 2.64 1.15

Sarmi 3.02 0.03 1.10 0.92 1.25 1.59 1.11 1.58 0.83 0.78 0.76 1.15 0.46 1.64 1.46 1.39 1.49

Keerom 2.86 0.03 2.77 0.92 0.00 2.63 0.89 0.24 1.30 0.28 0.84 0.60 0.04 1.53 1.32 1.36 1.13

Waropen 2.63 0.02 0.58 0.73 0.32 2.32 0.76 0.46 0.28 0.13 0.36 1.97 0.23 2.22 3.02 1.03 1.82

Supiori 2.41 0.01 0.26 1.80 0.00 2.65 0.51 0.07 0.27 0.17 0.60 1.04 0.03 2.55 2.95 2.61 2.77

Mamberamo

Raya 2.05 0.05 0.14 0.00 0.00 1.85 1.22 0.85 0.88 0.00 0.07 0.66 0.16 2.83 3.84 2.86 2.33

Nduga 2.45 0.01 0.05 0.00 0.00 1.96 1.40 0.23 0.10 0.00 0.00 1.21 0.11 2.61 3.05 2.91 2.33

Lanny Jaya 2.06 0.04 0.04 0.00 0.00 2.05 1.22 0.81 0.08 0.00 0.00 1.68 0.08 2.67 3.10 3.42 1.31

Mamberamo

Tengah 1.55 0.03 0.04 0.00 0.00 2.19 1.22 1.35 0.03 0.00 0.03 0.85 0.10 3.44 2.62 2.41 2.09

Yalimo 2.52 0.01 0.06 0.00 0.00 1.55 1.37 0.64 0.11 0.00 0.00 0.47 0.08 3.29 2.36 2.22 2.51

Puncak 2.24 0.00 0.01 0.19 0.06 2.45 1.45 0.16 0.26 0.04 0.03 0.99 0.19 3.71 0.28 0.33 0.28

Dogiyai 2.64 0.07 0.03 0.11 0.02 0.95 1.31 0.25 0.42 0.13 0.00 3.96 0.00 3.61 0.34 1.56 0.38

Intan Jaya 2.31 0.01 0.15 0.00 0.00 3.10 0.86 0.24 0.03 0.00 0.00 0.12 0.08 2.92 1.54 1.42 1.55

Deiyai 2.42 0.03 0.17 0.00 0.00 2.85 0.98 0.19 0.00 0.00 0.12 0.60 0.00 2.51 2.08 2.22 1.11

Kota Jayapura 0.47 0.01 1.28 1.67 2.72 1.88 2.05 1.25 3.07 3.01 2.96 2.17 2.99 1.57 2.20 2.61 2.32

Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2014

Sumber: data diolah penulis

Page 154: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

136

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda

Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Merauke 0.28 0.05 2.59 2.40 3.15 1.56 2.18 2.40 2.33 2.44 2.17 1.55 1.76 1.50 1.62 1.54 1.62

Jayawijaya 0.49 0.04 1.17 2.92 0.82 1.21 2.11 4.37 1.03 2.09 1.11 2.69 2.00 1.48 1.54 1.61 1.49

Jayapura 0.03 0.07 3.04 1.37 4.08 1.44 1.97 4.23 2.38 1.81 1.16 2.29 2.16 1.15 1.29 1.26 2.01

Nabire 0.01 0.68 0.83 1.99 1.02 1.12 2.23 1.53 0.74 0.87 1.58 1.32 1.02 1.27 1.16 1.21 1.39

Kepulauan

Yapen 0.04 0.02 2.46 2.68 3.00 0.76 2.63 2.60 1.44 1.15 2.69 3.17 1.63 2.04 2.23 1.77 3.19

Biak Numfor 0.00 0.02 2.21 6.63 2.94 0.69 2.56 2.83 1.29 1.08 4.29 2.38 2.97 2.31 1.64 1.48 1.38

Paniai 0.65 1.01 0.19 0.15 0.12 2.28 0.42 0.56 0.29 0.16 0.13 0.48 0.28 1.37 0.86 0.86 0.66

Puncak Jaya 0.00 0.03 0.31 0.33 0.00 3.48 1.15 0.69 0.39 0.27 0.14 1.02 0.21 3.03 2.15 3.26 1.64

Mimika 0.08 2.00 0.07 0.39 0.18 0.20 0.26 0.26 0.37 0.47 0.31 0.25 0.39 0.16 0.09 0.10 0.22

Boven Digoel 0.05 0.04 16.46 0.16 0.10 2.72 0.82 0.52 0.39 0.10 0.68 0.64 0.19 1.22 1.22 1.23 0.82

Mappi 0.32 0.01 0.44 0.25 0.03 3.56 1.07 0.66 0.40 0.20 0.60 0.89 0.12 3.14 2.42 2.03 1.19

Asmat 0.06 0.00 1.50 0.37 1.15 3.10 1.01 0.71 0.48 0.21 0.17 0.96 0.61 2.90 4.79 2.97 1.32

Yahukimo 5.62 0.02 0.26 0.36 0.00 1.75 0.62 1.04 0.43 0.25 0.22 1.23 0.21 2.96 2.63 1.52 1.19

Pegunungan

Bintang 5.20 0.02 0.05 0.32 0.00 2.49 0.52 0.70 0.41 0.19 0.75 0.50 0.19 2.96 1.67 1.28 1.01

Tolikara 6.17 0.01 0.10 0.40 0.05 1.51 0.70 1.22 0.40 0.28 0.09 0.88 0.17 2.87 2.67 2.41 1.05

Sarmi 7.68 0.03 1.03 0.89 1.17 1.45 1.02 1.41 0.78 0.71 0.71 1.08 0.44 1.52 1.38 1.30 1.37

Keerom 7.39 0.03 2.59 0.90 0.00 2.34 0.83 0.22 1.18 0.26 0.77 0.56 0.04 1.39 1.23 1.26 1.02

Waropen 6.55 0.02 0.53 0.70 0.28 2.17 0.70 0.41 0.27 0.12 0.33 1.86 0.21 1.99 2.90 0.93 1.64

Supiori 6.12 0.01 0.28 1.82 0.00 2.32 0.48 0.07 0.27 0.16 0.58 0.97 0.06 2.35 2.84 2.41 2.65

Mamberamo

Raya 5.19 0.05 0.13 0.00 0.00 1.63 1.11 0.73 0.80 0.00 0.06 0.61 0.14 2.66 3.60 2.66 2.23

Nduga 6.12 0.01 0.04 0.00 0.00 1.94 1.27 0.22 0.09 0.00 0.00 1.09 0.10 2.30 2.71 2.61 2.07

Lanny Jaya 5.19 0.04 0.03 0.00 0.00 1.84 1.13 0.74 0.07 0.00 0.00 1.56 0.07 2.43 2.94 3.14 1.18

Mamberamo

Tengah 3.92 0.03 0.04 0.00 0.00 2.00 1.13 1.22 0.02 0.00 0.03 0.78 0.09 3.12 2.35 2.19 1.88

Yalimo 6.24 0.01 0.05 0.00 0.00 1.51 1.25 0.60 0.10 0.00 0.00 0.42 0.07 3.00 2.11 1.96 2.24

Puncak 5.33 0.00 0.01 0.17 0.06 2.29 1.29 0.14 0.24 0.04 0.03 0.89 0.16 3.49 0.24 0.29 0.24

Dogiyai 6.58 0.07 0.03 0.10 0.02 0.86 1.26 0.22 0.38 0.11 0.00 3.62 0.00 3.34 0.31 1.42 0.35

Intan Jaya 5.88 0.01 0.14 0.00 0.00 2.78 0.79 0.22 0.03 0.00 0.00 0.13 0.07 2.68 1.38 1.25 1.39

Deiyai 5.94 0.02 0.15 0.00 0.00 2.60 0.88 0.17 0.00 0.00 0.10 0.59 0.00 2.43 1.80 1.99 0.96

Kota Jayapura 1.20 0.01 1.18 1.53 2.46 1.71 1.88 1.14 2.78 2.72 2.72 2.01 2.74 1.45 2.05 2.41 2.19

Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2015

Sumber: data diolah penulis

Page 155: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

137

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Merauke 2.53 0.04 2.07 1.93 2.57 1.27 1.76 1.89 1.88 2.08 1.72 1.22 1.42 1.15 1.26 1.23 1.27

Jayawijaya 1.35 0.03 1.13 2.60 0.79 1.15 2.05 4.12 0.99 1.98 1.08 2.63 1.91 1.41 1.48 1.54 1.44

Jayapura 2.05 0.05 2.53 1.20 3.44 1.26 1.62 3.72 2.01 1.55 0.99 1.95 1.95 0.96 1.09 1.06 1.69

Nabire 1.63 0.56 0.77 1.84 0.91 1.01 2.07 1.40 0.68 0.80 1.47 1.21 0.94 1.16 1.07 1.09 1.27

Kepulauan

Yapen 2.12 0.01 2.07 2.26 2.58 0.62 2.25 2.25 1.24 0.99 2.28 2.60 1.34 1.70 1.90 1.47 2.77

Biak Numfor 1.91 0.02 2.01 6.12 2.54 0.65 2.20 2.38 1.11 1.02 3.47 1.97 2.27 2.08 1.42 1.26 1.09

Paniai 0.97 0.97 0.19 0.14 0.13 2.28 0.42 0.55 0.29 0.16 0.13 0.49 0.28 1.37 0.86 0.86 0.67

Puncak Jaya 2.49 0.03 0.26 0.26 0.00 2.65 0.93 0.55 0.32 0.22 0.11 0.82 0.18 2.48 1.75 2.62 1.32

Mimika 0.16 2.06 0.07 0.37 0.18 0.21 0.27 0.26 0.38 0.48 0.31 0.26 0.39 0.16 0.09 0.11 0.23

Boven Digoel 2.36 0.03 13.56 0.13 0.08 2.18 0.68 0.41 0.33 0.09 0.59 0.54 0.15 1.02 1.00 1.02 0.67

Mappi 2.41 0.01 0.36 0.19 0.03 2.91 0.86 0.52 0.33 0.16 0.51 0.71 0.10 2.55 1.92 1.67 0.96

Asmat 2.11 0.00 1.28 0.29 0.94 2.60 0.85 0.58 0.40 0.18 0.15 0.80 0.51 2.47 4.02 2.53 1.10

Yahukimo 2.24 0.02 0.30 0.39 0.00 1.94 0.69 1.14 0.48 0.29 0.26 1.38 0.25 3.26 3.03 1.72 1.38

Pegunungan

Bintang 2.09 0.02 0.06 0.34 0.00 2.67 0.56 0.77 0.46 0.21 0.84 0.57 0.22 3.41 1.84 1.42 1.09

Tolikara 2.53 0.01 0.11 0.42 0.06 1.70 0.77 1.36 0.46 0.31 0.10 0.98 0.19 3.13 2.95 2.63 1.17

Sarmi 3.15 0.03 1.15 1.06 1.32 1.60 1.15 1.50 0.88 0.79 0.82 1.22 0.50 1.67 1.58 1.46 1.55

Keerom 3.06 0.03 2.86 1.09 0.00 2.54 0.94 0.24 1.32 0.29 0.86 0.64 0.04 1.55 1.39 1.41 1.17

Waropen 2.62 0.02 0.59 0.83 0.29 2.48 0.78 0.44 0.30 0.13 0.36 2.11 0.24 2.17 3.25 1.02 1.81

Supiori 2.63 0.01 0.30 2.17 0.00 2.48 0.50 0.07 0.33 0.18 0.67 1.08 0.07 2.53 3.24 2.63 2.99

Mamberamo

Raya 2.09 0.05 0.15 0.00 0.00 1.78 1.24 0.76 0.90 0.00 0.06 0.70 0.16 2.97 4.06 2.95 2.54

Nduga 2.45 0.01 0.05 0.00 0.00 2.19 1.44 0.25 0.10 0.00 0.00 1.21 0.11 2.51 3.01 2.87 2.33

Lanny Jaya 2.11 0.04 0.04 0.00 0.00 2.02 1.27 0.80 0.08 0.00 0.00 1.75 0.08 2.66 3.35 3.50 1.32

Mamberamo

Tengah 1.59 0.03 0.04 0.00 0.00 2.18 1.27 1.34 0.03 0.00 0.03 0.86 0.10 3.44 2.64 2.44 2.08

Yalimo 2.52 0.01 0.06 0.00 0.00 1.69 1.39 0.66 0.11 0.00 0.00 0.47 0.08 3.34 2.36 2.16 2.48

Puncak 2.10 0.00 0.01 0.18 0.06 2.56 1.41 0.14 0.33 0.04 0.03 0.99 0.17 3.92 0.26 0.31 0.26

Dogiyai 2.65 0.07 0.03 0.11 0.02 0.94 1.45 0.24 0.42 0.13 0.00 4.08 0.00 3.72 0.34 1.55 0.39

Intan Jaya 2.33 0.01 0.16 0.00 0.00 3.09 0.89 0.24 0.03 0.00 0.00 0.15 0.08 3.00 1.53 1.35 1.54

Deiyai 2.35 0.03 0.16 0.00 0.00 2.90 0.99 0.18 0.00 0.00 0.11 0.68 0.00 2.72 1.97 2.23 1.04

Kota Jayapura 0.50 0.01 1.31 1.73 2.70 1.88 2.06 1.25 3.05 2.94 3.04 2.24 3.04 1.62 2.28 2.68 2.43

Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2016

Sumber: data diolah penulis

Page 156: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

138

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan

Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Merauke 1.03 0.22 4.87 0.93 14.53 0.60 3.08 8.02 4.17 6.90 2.26 1.14 5.99 0.51 0.43 0.53 0.47

Jayawijaya 0.56 0.19 2.62 1.26 4.44 0.52 3.59 17.21 2.18 6.07 1.46 2.51 7.90 0.64 0.51 0.66 0.54

Jayapura 0.85 0.27 5.92 0.58 19.19 0.57 2.75 16.10 4.37 4.86 1.32 1.82 8.39 0.44 0.38 0.45 0.64

Nabire 0.68 3.00 1.88 0.89 5.09 0.46 3.72 5.98 1.54 2.50 1.96 1.16 3.98 0.51 0.38 0.48 0.48

Kepulauan

Yapen 0.89 0.08 4.86 1.11 14.81 0.27 3.90 9.62 2.67 3.17 3.11 2.37 5.50 0.78 0.66 0.64 1.04

Biak Numfor 0.85 0.12 4.54 3.24 16.25 0.26 3.47 10.66 2.51 3.57 4.89 1.86 9.21 0.93 0.50 0.54 0.43

Paniai 0.40 5.39 0.44 0.07 0.73 1.04 0.73 2.30 0.64 0.51 0.18 0.47 1.22 0.61 0.30 0.37 0.26

Puncak Jaya 1.04 0.14 0.64 0.13 0.00 1.17 1.61 2.37 0.71 0.69 0.16 0.78 0.75 1.14 0.62 1.14 0.50

Mimika 0.07 11.46 0.18 0.18 1.02 0.10 0.47 1.14 0.85 1.52 0.43 0.25 1.65 0.07 0.03 0.05 0.09

Boven Digoel 1.00 0.17 31.91 0.07 0.47 0.96 1.18 1.74 0.72 0.27 0.81 0.51 0.64 0.48 0.35 0.44 0.25

Mappi 0.98 0.04 0.84 0.09 0.15 1.33 1.48 2.14 0.72 0.47 0.68 0.65 0.39 1.18 0.65 0.73 0.36

Asmat 0.86 0.00 2.99 0.14 5.17 1.17 1.44 2.38 0.87 0.54 0.20 0.75 2.12 1.14 1.40 1.11 0.41

Yahukimo 0.91 0.11 0.70 0.19 0.00 0.87 1.18 4.74 1.02 0.91 0.36 1.32 1.06 1.51 1.09 0.76 0.53

Pegunungan

Bintang 0.86 0.14 0.14 0.16 0.00 1.19 0.94 3.24 1.02 0.63 1.16 0.53 0.91 1.58 0.63 0.62 0.40

Tolikara 1.05 0.06 0.26 0.20 0.32 0.79 1.31 5.64 1.01 1.00 0.14 0.92 0.80 1.40 1.02 1.12 0.44

Sarmi 1.30 0.21 2.72 0.53 7.45 0.73 2.00 6.19 1.93 2.48 1.09 1.17 2.13 0.76 0.56 0.64 0.59

Keerom 1.16 0.13 6.23 0.51 0.00 1.39 1.50 0.90 2.63 0.82 1.07 0.55 0.17 0.66 0.45 0.57 0.41

Waropen 1.08 0.10 1.37 0.41 1.55 1.16 1.38 1.84 0.67 0.42 0.48 2.03 1.01 0.95 1.08 0.42 0.68

Supiori 1.12 0.05 0.71 1.11 0.00 1.12 0.84 0.30 0.75 0.54 0.93 1.01 0.32 1.12 1.14 1.12 1.13

Mamberamo

Raya 0.87 0.30 0.35 0.00 0.00 0.81 2.19 3.14 2.01 0.00 0.08 0.68 0.66 1.33 1.38 1.25 0.99

Nduga 1.00 0.05 0.12 0.00 0.00 0.99 2.51 1.07 0.22 0.00 0.00 1.12 0.44 1.17 1.02 1.23 0.90

Lanny Jaya 0.87 0.24 0.09 0.00 0.00 0.91 2.21 3.33 0.18 0.00 0.00 1.67 0.31 1.21 1.18 1.52 0.50

Mamberamo

Tengah 0.66 0.18 0.10 0.00 0.00 0.99 2.23 5.64 0.06 0.01 0.05 0.81 0.43 1.52 0.94 1.08 0.80

Yalimo 1.05 0.07 0.14 0.00 0.00 0.75 2.47 2.84 0.24 0.01 0.00 0.43 0.34 1.50 0.84 0.95 0.95

Puncak 0.85 0.02 0.03 0.08 0.33 1.16 2.40 0.58 0.70 0.12 0.04 0.93 0.70 1.82 0.09 0.13 0.10

Dogiyai 1.09 0.36 0.07 0.05 0.12 0.43 2.58 1.01 0.94 0.39 0.00 3.88 0.00 1.69 0.12 0.66 0.15

Intan Jaya 0.96 0.05 0.34 0.00 0.00 1.38 1.56 0.94 0.06 0.01 0.00 0.13 0.32 1.39 0.54 0.56 0.56

Deiyai 0.97 0.14 0.39 0.27 0.00 1.30 1.74 0.74 0.15 0.04 0.15 0.64 0.27 1.24 0.69 0.97 0.38

Kota Jayapura 0.21 0.05 3.13 0.84 15.12 0.83 3.52 5.34 6.48 9.10 4.05 2.08 12.76 0.75 0.80 1.16 0.92

Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2017

Sumber: data diolah penulis

Page 157: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

139

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi Mobil,

dan Sepeda

Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Merauke 1.00 0.21 4.77 0.96 14.66 0.63 3.18 8.10 4.10 7.12 2.15 1.13 5.79 0.50 0.42 0.54 0.46

Jayawijaya 0.53 0.18 2.59 1.33 4.32 0.52 3.76 17.05 2.12 5.89 1.44 2.54 7.51 0.66 0.50 0.66 0.54

Jayapura 0.82 0.25 5.83 0.55 18.60 0.58 2.80 16.13 4.24 4.87 1.34 1.82 8.27 0.46 0.38 0.46 0.64

Nabire 0.66 2.73 1.88 0.92 4.93 0.47 3.94 6.02 1.53 2.48 1.99 1.20 3.93 0.53 0.38 0.50 0.50

Kepulauan

Yapen 0.87 0.07 4.81 1.06 15.00 0.27 4.03 9.54 2.56 3.20 3.14 2.32 5.23 0.82 0.66 0.66 1.05

Biak Numfor 0.84 0.11 4.47 3.61 16.62 0.26 3.52 10.24 2.42 3.29 4.88 1.81 9.24 1.00 0.50 0.55 0.41

Paniai 0.38 5.16 0.44 0.07 0.73 1.06 0.73 2.24 0.61 0.50 0.18 0.47 1.20 0.62 0.29 0.37 0.26

Puncak Jaya 1.01 0.14 0.67 0.13 0.00 1.17 1.64 2.34 0.69 0.69 0.16 0.79 0.74 1.19 0.63 1.17 0.51

Mimika 0.06 10.96 0.18 0.17 0.93 0.09 0.46 1.07 0.78 1.43 0.38 0.23 1.56 0.08 0.03 0.05 0.08

Boven Digoel 0.98 0.17 31.81 0.07 0.47 0.96 1.21 1.72 0.70 0.27 0.83 0.52 0.62 0.51 0.34 0.46 0.25

Mappi 0.92 0.04 0.83 0.10 0.15 1.37 1.51 2.09 0.71 0.46 0.67 0.65 0.37 1.24 0.64 0.76 0.35

Asmat 0.81 0.00 2.99 0.13 4.96 1.21 1.42 2.33 0.85 0.53 0.20 0.75 2.02 1.19 1.39 1.14 0.40

Yahukimo 0.86 0.11 0.71 0.19 0.00 0.88 1.19 4.67 0.97 0.96 0.36 1.33 1.06 1.58 1.12 0.79 0.54

Pegunungan

Bintang 0.82 0.13 0.14 0.16 0.00 1.21 0.93 3.17 1.00 0.62 1.17 0.53 0.88 1.65 0.63 0.64 0.39

Tolikara 1.03 0.06 0.27 0.20 0.31 0.81 1.33 5.54 0.99 1.01 0.14 0.92 0.78 1.45 1.01 1.12 0.44

Sarmi 1.25 0.19 2.67 0.54 7.41 0.75 2.09 6.04 1.92 2.51 1.12 1.21 2.12 0.80 0.57 0.66 0.60

Keerom 1.12 0.12 6.24 0.52 0.00 1.41 1.54 0.88 2.54 0.82 1.07 0.57 0.17 0.69 0.45 0.58 0.41

Waropen 1.05 0.10 1.37 0.33 1.47 1.22 1.43 1.76 0.66 0.41 0.47 2.08 0.98 0.95 1.03 0.40 0.67

Supiori 1.13 0.04 0.71 1.11 0.00 1.12 0.84 0.30 0.77 0.54 0.93 1.02 0.32 1.12 1.14 1.12 1.14

Mamberamo

Raya 0.83 0.30 0.35 0.00 0.00 0.84 2.30 3.07 2.01 0.00 0.08 0.71 0.65 1.36 1.35 1.25 1.02

Nduga 0.95 0.05 0.12 0.00 0.00 1.04 2.57 1.09 0.21 0.00 0.00 1.12 0.42 1.20 1.00 1.24 0.89

Lanny Jaya 0.83 0.23 0.09 0.00 0.00 0.92 2.26 3.27 0.17 0.00 0.00 1.70 0.30 1.25 1.18 1.56 0.50

Mamberamo

Tengah 0.64 0.17 0.11 0.00 0.00 1.00 2.29 5.53 0.06 0.01 0.04 0.81 0.41 1.58 0.93 1.09 0.79

Yalimo 1.00 0.06 0.14 0.00 0.00 0.78 2.51 2.82 0.23 0.01 0.00 0.43 0.32 1.56 0.83 0.95 0.93

Puncak 0.80 0.01 0.03 0.08 0.31 1.18 2.42 0.55 0.65 0.11 0.04 0.93 0.64 1.91 0.09 0.13 0.09

Dogiyai 1.06 0.34 0.07 0.05 0.12 0.44 2.68 1.00 0.91 0.39 0.00 3.86 0.00 1.76 0.12 0.67 0.15

Intan Jaya 0.94 0.05 0.35 0.00 0.00 1.36 1.63 0.93 0.05 0.01 0.00 0.13 0.31 1.46 0.54 0.56 0.55

Deiyai 0.93 0.13 0.41 0.26 0.00 1.28 1.86 0.75 0.14 0.04 0.16 0.72 0.27 1.28 0.72 1.04 0.39

Kota Jayapura 0.21 0.05 3.17 0.81 15.03 0.80 3.61 5.36 6.13 8.90 4.17 2.06 12.84 0.79 0.80 1.19 0.93

Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2018

Sumber: data diolah penulis

Page 158: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

140

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan, dan

Jaminan Sosial

Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Merauke 0.92 0.35 4.49 0.92 13.90 0.62 3.15 7.84 3.83 7.08 1.98 1.08 5.40 0.49 0.40 0.53 0.44

Jayawijaya 0.49 0.29 2.42 1.25 4.17 0.50 3.69 16.92 1.94 5.51 1.37 2.47 6.93 0.66 0.48 0.65 0.52

Jayapura 0.75 0.40 5.43 0.50 17.53 0.57 2.80 15.68 3.92 4.70 1.30 1.75 7.83 0.47 0.37 0.45 0.63

Nabire 0.62 4.49 1.79 0.84 4.52 0.46 3.95 5.88 1.47 2.37 1.94 1.23 3.78 0.50 0.38 0.51 0.50

Kepulauan

Yapen 0.81 0.12 4.60 1.00 14.47 0.25 4.00 9.12 2.35 3.18 3.04 2.24 4.85 0.82 0.65 0.65 1.02

Biak Numfor 0.80 0.20 4.37 3.40 16.42 0.25 3.52 8.78 2.20 3.07 4.65 1.73 8.79 1.05 0.49 0.53 0.40

Paniai 0.35 8.61 0.42 0.07 0.73 1.05 0.71 2.16 0.57 0.49 0.17 0.46 1.14 0.61 0.28 0.37 0.25

Puncak Jaya 0.93 0.23 0.66 0.12 0.00 1.12 1.57 2.24 0.64 0.66 0.15 0.78 0.72 1.21 0.63 1.16 0.50

Mimika 0.10 16.75 0.27 0.28 1.50 0.16 0.77 1.75 1.22 2.25 0.60 0.39 2.43 0.13 0.05 0.08 0.14

Boven Digoel 0.95 0.29 30.03 0.07 0.47 0.93 1.20 1.66 0.66 0.26 0.84 0.50 0.59 0.53 0.33 0.47 0.24

Mappi 0.83 0.07 0.80 0.09 0.15 1.33 1.49 1.99 0.66 0.44 0.65 0.63 0.34 1.27 0.62 0.76 0.34

Asmat 0.74 0.00 2.75 0.12 4.82 1.19 1.27 2.26 0.73 0.51 0.19 0.70 1.88 1.21 1.37 1.14 0.39

Yahukimo 0.79 0.19 0.68 0.19 0.00 0.85 1.14 4.48 0.88 0.97 0.36 1.28 1.00 1.59 1.10 0.81 0.53

Pegunungan

Bintang 0.75 0.23 0.13 0.15 0.00 1.17 0.88 3.04 0.92 0.59 1.15 0.51 0.83 1.66 0.62 0.63 0.38

Tolikara 0.94 0.10 0.26 0.19 0.31 0.81 1.27 5.31 0.93 0.99 0.14 0.91 0.75 1.45 0.99 1.09 0.43

Sarmi 1.15 0.30 2.56 0.52 6.86 0.74 2.08 5.73 1.80 2.44 1.06 1.20 2.03 0.81 0.57 0.66 0.59

Keerom 1.05 0.21 6.03 0.48 0.00 1.34 1.53 0.84 2.35 0.79 1.00 0.56 0.16 0.71 0.45 0.58 0.40

Waropen 0.98 0.17 1.32 0.33 1.43 1.20 1.43 1.70 0.63 0.39 0.45 2.01 0.92 0.92 0.99 0.39 0.65

Supiori 1.10 0.07 0.70 1.08 0.00 1.08 0.80 0.28 0.76 0.54 0.90 0.98 0.31 1.08 1.11 1.08 1.10

Mamberamo

Raya 0.76 0.52 0.34 0.00 0.00 0.83 2.31 2.93 1.88 0.00 0.08 0.70 0.61 1.34 1.30 1.21 1.02

Nduga 0.86 0.08 0.12 0.00 0.00 1.03 2.54 1.07 0.19 0.00 0.00 1.09 0.40 1.18 0.97 1.20 0.86

Lanny Jaya 0.78 0.39 0.09 0.01 0.00 0.89 2.23 3.10 0.16 0.00 0.00 1.67 0.28 1.24 1.17 1.53 0.49

Mamberamo

Tengah 0.59 0.28 0.10 0.00 0.00 0.96 2.25 5.31 0.05 0.01 0.04 0.77 0.38 1.58 0.90 1.06 0.75

Yalimo 0.92 0.11 0.12 0.00 0.00 0.77 2.45 2.72 0.21 0.01 0.00 0.42 0.30 1.57 0.81 0.92 0.90

Puncak 0.74 0.02 0.02 0.07 0.30 1.14 2.35 0.51 0.59 0.10 0.04 0.88 0.59 1.93 0.08 0.13 0.09

Dogiyai 0.98 0.56 0.06 0.05 0.12 0.42 2.69 0.96 0.84 0.36 0.00 3.76 0.00 1.77 0.12 0.65 0.15

Intan Jaya 0.88 0.08 0.34 0.00 0.00 1.28 1.64 0.90 0.05 0.01 0.00 0.13 0.29 1.49 0.54 0.54 0.53

Deiyai 0.87 0.23 0.41 0.25 0.00 1.22 1.88 0.74 0.14 0.04 0.15 0.72 0.26 1.27 0.73 1.06 0.39

Kota Jayapura 0.20 0.08 3.03 0.76 14.44 0.77 3.53 5.20 5.64 8.18 4.10 1.96 12.49 0.79 0.77 1.19 0.92

Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2019

Sumber: data diolah penulis

Page 159: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

141

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan

Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan

, Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Fakfak 1.86 0.08 0.13 1.46 2.13 2.56 2.17 2.39 2.05 1.90 1.11 2.16 1.84 2.32 2.31 1.97 1.24

Kaimana 3.24 0.05 0.21 1.72 0.54 1.50 1.73 2.28 1.35 1.13 1.06 1.86 0.75 2.66 0.80 0.97 1.59

Teluk Wondama 3.69 0.05 0.08 0.48 0.48 1.60 1.31 1.00 0.85 0.33 0.90 1.48 0.65 3.17 1.61 1.01 0.70

Teluk Bintuni 0.26 1.67 1.63 0.03 0.02 0.13 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.10 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01

Manokwari 1.45 0.13 0.12 2.70 3.08 2.33 2.20 2.51 3.03 2.78 2.99 3.02 2.65 2.22 2.19 2.68 2.34

Sorong Selatan 2.83 0.12 0.05 1.53 0.93 2.64 1.48 0.81 0.75 0.79 0.79 0.74 0.60 2.54 2.43 2.39 0.77

Sorong 0.88 0.97 1.47 0.43 0.52 0.76 0.47 0.26 0.34 0.22 0.39 0.29 0.53 0.69 0.65 0.51 0.29

Raja Ampat 2.44 2.04 0.02 0.23 0.12 0.67 0.57 0.23 0.90 0.14 0.33 0.49 0.19 1.64 0.42 0.33 0.58

Tambrauw 3.62 0.08 0.03 1.89 0.32 1.54 0.18 0.77 0.10 0.11 0.18 1.09 0.00 4.45 2.41 1.07 0.14

Maybrat 3.55 0.04 0.01 0.89 0.58 1.34 1.10 0.69 0.42 0.16 1.44 0.49 0.36 4.40 1.54 1.07 0.25

Manokwari Selatan 6.56 0.02 0.03 3.43 0.00 0.26 0.20 1.15 0.62 0.13 0.39 0.29 0.87 2.12 1.43 1.75 4.45

Pegunungan Arfak 4.68 0.01 0.00 5.42 0.00 0.50 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.58 0.00 5.13 1.71 2.13 1.40

Kota Sorong 0.83 0.07 0.22 3.23 3.35 2.29 3.32 3.31 3.09 3.91 3.45 2.86 3.65 1.29 2.87 2.93 3.84

Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2013

Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019

Sumber: data diolah penulis

Page 160: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

142

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan

Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan

, Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Fakfak 1.83 0.08 0.13 1.45 2.11 2.38 2.12 2.30 2.07 1.81 1.06 2.10 1.83 2.26 2.25 1.95 1.24

Kaimana 3.10 0.05 0.21 1.70 0.52 1.49 1.70 2.21 1.34 1.12 1.03 1.84 0.76 2.62 0.80 0.96 1.58

Teluk Wondama 3.61 0.06 0.08 0.47 0.48 1.52 1.29 0.97 0.85 0.31 0.85 1.43 0.65 3.14 1.54 1.02 0.69

Teluk Bintuni 0.27 1.72 1.68 0.03 0.02 0.13 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.11 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01

Manokwari 1.41 0.12 0.12 2.58 2.99 2.21 2.12 2.48 2.92 2.67 2.89 2.94 2.52 2.16 2.11 2.60 2.26

Sorong Selatan 2.76 0.13 0.05 1.53 0.95 2.55 1.44 0.75 0.74 0.73 0.73 0.70 0.59 2.47 2.35 2.31 0.74

Sorong 0.90 0.97 1.49 0.44 0.53 0.76 0.47 0.25 0.35 0.21 0.39 0.28 0.53 0.70 0.64 0.52 0.28

Raja Ampat 2.44 2.11 0.02 0.23 0.12 0.72 0.56 0.22 0.92 0.13 0.31 0.48 0.19 1.57 0.39 0.32 0.61

Tambrauw 3.81 0.09 0.03 2.57 0.36 1.38 0.19 0.69 0.10 0.11 0.13 1.08 0.11 4.03 2.55 1.14 0.15

Maybrat 3.52 0.04 0.01 0.88 0.55 1.31 1.06 0.64 0.40 0.15 1.35 0.45 0.35 4.30 1.39 1.01 0.23

Manokwari Selatan 6.49 0.02 0.03 3.39 0.00 0.29 0.20 1.16 0.62 0.13 0.39 0.28 0.87 2.12 1.41 1.75 4.41

Pegunungan Arfak 4.50 0.01 0.00 5.10 0.00 0.66 0.01 0.02 0.00 0.03 0.05 0.53 0.00 4.98 1.65 2.04 1.36

Kota Sorong 0.81 0.07 0.21 3.03 3.13 2.26 3.14 3.12 2.88 3.73 3.28 2.71 3.45 1.26 2.76 2.74 3.60

Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2014

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan

Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Fakfak 1.82 0.08 0.13 1.48 2.05 2.25 2.05 2.23 2.05 1.76 1.04 2.06 1.81 2.18 2.22 1.91 1.25

Kaimana 2.97 0.05 0.20 1.69 0.50 1.46 1.67 2.13 1.31 1.07 1.02 1.83 0.77 2.66 0.78 0.96 1.56

Teluk Wondama 3.59 0.06 0.08 0.47 0.49 1.43 1.26 0.94 0.82 0.30 0.84 1.39 0.64 3.09 1.49 1.01 0.70

Teluk Bintuni 0.27 1.76 1.71 0.04 0.02 0.13 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.11 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01

Manokwari 1.40 0.12 0.12 2.56 2.96 2.10 2.04 2.38 2.84 2.53 2.91 2.88 2.45 2.10 2.05 2.55 2.20

Sorong Selatan 2.69 0.13 0.05 1.55 0.93 2.45 1.48 0.73 0.74 0.73 0.71 0.66 0.59 2.37 2.28 2.27 0.73

Sorong 0.91 0.96 1.51 0.47 0.54 0.76 0.47 0.24 0.35 0.21 0.41 0.29 0.55 0.71 0.64 0.53 0.28

Raja Ampat 2.53 2.07 0.02 0.25 0.13 0.76 0.58 0.22 0.94 0.13 0.32 0.49 0.20 1.59 0.39 0.32 0.66

Tambrauw 3.74 0.09 0.03 2.79 0.36 1.36 0.19 0.66 0.29 0.11 0.14 1.06 0.11 3.91 2.46 1.15 0.14

Maybrat 3.41 0.04 0.01 0.89 0.53 1.27 1.07 0.63 0.40 0.15 1.36 0.42 0.34 4.23 1.38 0.98 0.24

Manokwari Selatan 6.50 0.02 0.03 3.62 0.00 0.27 0.20 1.12 0.61 0.13 0.40 0.27 0.86 2.13 1.41 1.76 4.34

Pegunungan Arfak 4.45 0.01 0.00 5.42 0.00 0.64 0.01 0.02 0.25 0.03 0.05 0.49 0.00 4.90 1.60 2.01 1.35

Kota Sorong 0.79 0.06 0.20 2.77 2.95 2.23 3.02 3.03 2.73 3.60 3.04 2.58 3.27 1.23 2.64 2.59 3.42

Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2015

Sumber: data diolah penulis

Page 161: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

143

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan

, Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Fakfak 1.83 0.08 0.13 1.43 2.01 2.10 2.00 2.18 2.05 1.73 1.03 2.01 1.78 2.15 2.19 1.89 1.22

Kaimana 2.93 0.05 0.20 1.72 0.49 1.44 1.66 2.10 1.34 1.04 1.03 1.81 0.78 2.53 0.80 0.98 1.58

Teluk Wondama 3.61 0.06 0.08 0.49 0.47 1.35 1.24 0.89 0.78 0.29 0.83 1.31 0.61 3.07 1.41 0.96 0.69

Teluk Bintuni 0.26 1.79 1.76 0.04 0.02 0.14 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.11 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01

Manokwari 1.39 0.13 0.12 2.39 2.90 2.02 1.97 2.30 2.76 2.41 2.75 2.82 2.37 2.07 1.99 2.45 2.12

Sorong Selatan 2.61 0.13 0.05 1.56 0.88 2.31 1.56 0.73 0.78 0.71 0.72 0.64 0.57 2.35 2.24 2.22 0.72

Sorong 0.92 1.01 1.48 0.61 0.57 0.78 0.49 0.25 0.37 0.21 0.42 0.30 0.58 0.73 0.66 0.55 0.29

Raja Ampat 2.60 2.03 0.02 0.25 0.13 0.80 0.59 0.22 0.95 0.12 0.33 0.48 0.20 1.62 0.39 0.31 0.69

Tambrauw 3.71 0.10 0.03 2.71 0.36 1.38 0.19 0.39 0.29 0.11 0.14 1.03 0.12 3.83 2.40 1.12 0.14

Maybrat 3.33 0.05 0.01 0.88 0.52 1.23 1.04 0.61 0.42 0.14 1.31 0.41 0.35 4.21 1.37 0.94 0.23

Manokwari Selatan 6.51 0.03 0.03 3.49 0.00 0.26 0.20 1.11 0.61 0.13 0.41 0.27 0.85 2.16 1.43 1.71 4.27

Pegunungan Arfak 4.48 0.01 0.00 5.43 0.00 0.60 0.01 0.02 0.26 0.03 0.05 0.46 0.00 4.80 1.58 1.97 1.32

Kota Sorong 0.78 0.06 0.19 2.61 2.81 2.20 2.89 2.94 2.60 3.50 2.96 2.48 3.12 1.18 2.53 2.49 3.27

Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2016

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan

Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan

, Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Fakfak 1.78 0.08 0.12 1.35 1.98 2.02 1.90 2.20 1.98 1.68 1.00 1.91 1.74 2.09 2.13 1.84 1.18

Kaimana 2.84 0.06 0.20 1.74 0.47 1.41 1.61 2.03 1.34 1.01 1.02 1.78 0.78 2.44 0.78 0.97 1.56

Teluk Wondama 3.47 0.07 0.08 0.48 0.46 1.31 1.20 0.88 0.74 0.29 0.82 1.28 0.59 3.05 1.35 0.91 0.67

Teluk Bintuni 0.26 1.86 1.79 0.04 0.02 0.15 0.06 0.06 0.05 0.02 0.10 0.11 0.03 0.19 0.10 0.09 0.01

Manokwari 1.41 0.13 0.12 2.26 2.81 1.87 1.93 2.20 2.71 2.43 2.68 2.74 2.31 1.98 1.93 2.38 2.04

Sorong Selatan 2.52 0.13 0.05 1.53 0.84 2.24 1.56 0.69 0.76 0.67 0.69 0.62 0.54 2.27 2.18 2.15 0.70

Sorong 0.92 1.00 1.51 0.67 0.57 0.79 0.49 0.24 0.37 0.21 0.42 0.30 0.59 0.72 0.66 0.56 0.29

Raja Ampat 2.72 1.86 0.02 0.27 0.14 0.95 0.60 0.24 0.99 0.13 0.35 0.51 0.21 1.76 0.39 0.31 0.77

Tambrauw 3.51 0.11 0.03 2.71 0.36 1.40 0.18 0.51 0.28 0.10 0.14 1.01 0.12 3.74 2.30 1.09 0.13

Maybrat 3.16 0.05 0.01 0.87 0.51 1.19 0.99 0.59 0.40 0.14 1.29 0.39 0.34 4.21 1.35 0.91 0.22

Manokwari Selatan 6.31 0.03 0.03 3.41 0.00 0.26 0.19 1.09 0.78 0.13 0.41 0.26 0.84 2.18 1.42 1.66 4.19

Pegunungan Arfak 4.38 0.01 0.00 5.24 0.00 0.60 0.02 0.02 0.26 0.03 0.05 0.44 0.00 4.66 1.57 1.91 1.30

Kota Sorong 0.76 0.07 0.18 2.51 2.70 2.13 2.79 2.83 2.47 3.30 2.84 2.39 2.98 1.15 2.44 2.40 3.16

Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2017

Sumber: data diolah penulis

Page 162: ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI

144

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan

Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan

, Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Fakfak 1.66 0.07 0.11 1.29 1.80 1.90 1.78 3.96 1.82 1.59 0.92 1.76 1.63 1.98 1.97 1.70 1.09

Kaimana 2.87 0.06 0.19 1.77 0.45 1.42 1.61 1.76 1.37 1.01 1.02 1.70 0.79 2.44 0.80 0.97 1.57

Teluk Wondama 3.52 0.07 0.08 0.48 0.45 1.31 1.18 0.77 0.73 0.29 0.84 1.28 0.59 3.09 1.35 0.91 0.67

Teluk Bintuni 0.27 1.86 1.81 0.04 0.02 0.16 0.06 0.05 0.05 0.02 0.10 0.11 0.03 0.19 0.10 0.09 0.01

Manokwari 1.42 0.14 0.13 2.31 2.97 1.86 1.94 1.94 2.70 2.38 2.67 2.66 2.31 1.92 1.97 2.38 1.99

Sorong Selatan 2.53 0.13 0.04 1.54 0.81 2.21 1.58 0.59 0.75 0.66 0.69 0.64 0.54 2.29 2.20 2.15 0.69

Sorong 0.90 1.03 1.51 0.67 0.56 0.81 0.48 0.21 0.37 0.22 0.41 0.31 0.61 0.72 0.65 0.56 0.29

Raja Ampat 2.72 1.91 0.02 0.28 0.14 0.94 0.60 0.21 0.98 0.13 0.35 0.54 0.21 1.83 0.39 0.30 0.82

Tambrauw 3.49 0.11 0.03 2.76 0.35 1.42 0.19 0.45 0.27 0.11 0.14 1.04 0.12 3.82 2.29 1.10 0.13

Maybrat 3.17 0.05 0.01 0.86 0.50 1.20 0.98 0.51 0.40 0.14 1.28 0.39 0.35 4.30 1.35 0.89 0.21

Manokwari Selatan 6.43 0.03 0.03 3.44 0.31 0.26 0.19 0.96 0.78 0.13 0.41 0.26 0.85 2.25 1.45 1.63 4.11

Pegunungan Arfak 4.20 0.01 0.00 4.81 0.00 0.57 0.02 0.02 0.25 0.02 0.05 0.41 0.00 5.12 1.50 1.77 1.23

Kota Sorong 0.75 0.07 0.18 2.44 2.60 2.10 2.78 2.45 2.48 3.31 2.85 2.43 2.95 1.15 2.41 2.41 3.17

Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2018

Kabupaten/Kota

Pertanian,

Kehutanan,

dan

Perikanan

Pertambangan

dan

Penggalian

Industri

Pengolahan

Pengadaan

Listrik dan

Gas

Pengadaan

Air,

Pengelolaan

Sampah,

Limbah, dan

Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan

Besar dan

Eceran,

Reparasi

Mobil, dan

Sepeda Motor

Transportasi

dan

Pergudangan

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

Informasi

dan

Komunikasi

Jasa

Keuangan

dan Asuransi

Real

Estat

Jasa

Perusahaan

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

Jasa

Pendidikan

Jasa

Kesehatan

dan

Kegiatan

Sosial

Jasa

Lainnya

Fakfak 1.69 0.07 0.12 1.25 1.89 1.92 1.79 2.04 1.89 1.63 0.97 1.87 1.70 2.04 2.10 1.76 1.13

Kaimana 2.76 0.07 0.20 1.72 0.44 1.40 1.51 1.92 1.38 0.96 1.04 1.61 0.79 2.27 0.83 0.99 1.59

Teluk Wondama 3.39 0.07 0.08 0.48 0.42 1.23 1.10 0.86 0.70 0.27 0.84 1.27 0.57 3.01 1.35 0.90 0.67

Teluk Bintuni 0.26 1.84 1.80 0.04 0.02 0.46 0.06 0.05 0.05 0.02 0.10 0.12 0.03 0.19 0.10 0.09 0.01

Manokwari 1.33 0.15 0.14 2.24 3.05 1.77 1.77 2.07 2.66 2.19 2.54 2.47 2.27 1.92 1.87 2.39 2.01

Sorong Selatan 2.42 0.13 0.05 1.48 0.78 2.07 1.48 0.66 0.75 0.62 0.72 0.63 0.53 2.25 2.21 2.09 0.67

Sorong 0.89 1.04 1.53 0.69 0.55 0.84 0.45 0.24 0.37 0.21 0.43 0.32 0.61 0.73 0.67 0.57 0.29

Raja Ampat 2.58 2.00 0.02 0.29 0.14 0.89 0.56 0.24 0.96 0.13 0.36 0.54 0.20 1.79 0.40 0.30 0.80

Tambrauw 3.28 0.12 0.03 2.59 0.34 1.39 0.17 0.50 0.26 0.10 0.14 1.00 0.12 3.79 2.28 1.05 0.13

Maybrat 3.01 0.05 0.01 0.74 0.49 1.17 0.91 0.57 0.38 0.14 1.27 0.39 0.35 4.18 1.37 0.85 0.21

Manokwari Selatan 5.99 0.03 0.04 3.28 0.29 0.24 0.17 1.06 0.78 0.12 0.40 0.25 0.81 2.49 1.40 1.64 3.97

Pegunungan Arfak 3.93 0.01 0.00 4.36 0.00 0.62 0.02 0.03 0.25 0.02 0.04 0.35 0.00 5.05 1.53 1.68 1.16

Kota Sorong 0.92 0.07 0.19 2.51 2.52 1.43 2.97 2.95 2.47 3.44 2.87 2.51 2.95 1.15 2.40 2.37 3.14

Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2019

Sumber: data diolah penulis