analisis disparitas pendapatan perkapita dan potensi
TRANSCRIPT
ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI
EKONOMI DI PROVINSI INDUK DAN PROVINSI PEMEKARAN
(STUDI KASUS: PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh:
Medina Shafira
NIM: 11160840000003
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2020 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA DAN POTENSI
EKONOMI DI PROVINSI INDUK DAN PROVINSI PEMEKARAN
(STUDI KASUS: PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh:
Medina Shafira
11160840000003
Dibawah Bimbingan:
Drs. Rusdianto, M.Sc.
NIP. 195501041984031001
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2020 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Kamis 14 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas Mahasiswa:
1. Nama : Medina Shafira
2. NIM : 11160840000003
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita dan Potensi
Ekonomi di Provinsi Induk dan Provinsi Pemekaran (Studi Kasus:
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian
skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Mei 2020
1. Dr. M. Hartana I.P, M.Si.
NIP: 196806052008011023
2. Drs. Rusdianto, M.Sc.
NIP. 195501041984031001 (___________________)
Penguji 2
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 26 November 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Medina Shafira
2. NIM : 11160840000003
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita dan Potensi
Ekonomi di Provinsi Induk dan Provinsi Pemekaran
(Studi Kasus: Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas
dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 26 November 2020
1. Dr. M. Hartana I Putra, M.Si.
NIP. 196806052008011023 (__________________________)
Ketua
2. Drs. Rusdianto, M.Sc.
NIP. 195501041984031001 (__________________________)
Pembimbing I
3. Fitri Amalia, M.Si
NIP. 198207102009122002 (__________________________)
Penguji Ahli
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Medina Shafira
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Mei 1998
3. Alamat : Jl. Raya Kebon Jeruk No. 26 RT 009/001,
Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Kebon
Jeruk, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta, 11530
4. Telepon : 085863342711
5. Email : [email protected]
II. Riwayat Pendidikan
1. SDN 01 Pagi Kebon Jeruk Tahun 2004-2010
2. SMPN 134 Jakarta Tahun 2010-2013
3. SMAN 85 Jakarta Tahun 2013-2016
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016-2020
III. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Departemen Internal Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sekretaris Departemen Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
IV. Pengalaman Formal
1. Praktek Kerja Lapangan di Bagian Perbendaharaan, Biro Keuangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2019
2. Relawan Demokrasi di Komisi Pemilihan Umum Kota Administrasi Jakarta
Barat Tahun 2019.
3. Relawan Skrining Pemain di Liga Mahasiswa Tahun 2019.
ii
V. Seminar
1. Seminar “4TH Industrial Revolution – Global Welfare Through
Digitalization” diselenggarakan oleh Universitas Mercu Buana.
2. Seminar “Tantangan Millenials di Era Industri Keuangan 4.0”
diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan.
3. Seminar “40 Menit Mengajar BPJS Ketenagakerjaan” diselenggarakan oleh
BPJS Ketenagakerjaan.
4. Seminar “Recent Issues in Public Finance” diselenggarakan oleh Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seminar “Bussiness Beyond Passion and Creativity” diselenggarakan oleh
DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
ABSTRACT
This study aims to determine the economic performance after expansion as seen
from the disparity in per capita income between regions, economic development
patterns and economic potentials that can be developed to reduce the disparity rate in
the main provinces and the provinces of the expansion. This study took case studies in
Papua and West Papua provinces and used secondary data from the Provincial BPS
Publications and each district/city for the period 2013-2019. The data obtained were
analyzed using the Williamson Index method, Independent Sample T-Test, Klassen
Typology, and Location Quotient analysis. Williamson Index analysis shows that there
is a high disparity income per capita where Papua Province has an average IW of 2.02,
while West Papua has an average of 1.51 during the 2013-2019 period influenced by
the backwash effect condition. Analysis of the Independent Sample T-test Difference
shows that there is a significant difference in the average disparity of income per capita
between Papua and West Papua Provinces. Klassen typology shows that there are
differences in economic development patterns between Papua and West Papua
provinces. Then, the agricultural sector and the government administration sector have
the potential to be developed in the two provinces to reduce the level of income
disparity.
Keywords: Income Disparity, Williamson Index, Klassen Typology, Independent
Sample T-test, Location Quotient.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja ekonomi setelah pemekaran
yang dilihat dari sisi disparitas pendapatan perkapita antar wilayah, pola perkembangan
ekonomi dan potensi ekonomi yang dapat dikembangkan untuk menekan angka
disparitas di provinsi induk dan provinsi pemekarannya. Penelitian ini mengambil studi
kasus di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan menggunakan data sekunder dari
Publikasi BPS Provinsi dan masing-masing kabupaten/kota periode tahun 2013-2019.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode Indeks Williamson,
Independent Sample T-Test, Tipologi Klassen, dan analisis Location Quotient. Analisis
Indeks Williamson menunjukkan terdapat disparitas pendapatan perkapita yang tinggi
dimana Provinsi Papua memiliki rata-rata IW sebesar 2,02 sedangkan Provinsi Papua
memiliki rata-rata sebesar 1,51 selama periode 2013-2019 dipengaruhi kondisi
backwash effect. Analisis Uji Beda Independent Sample t-test menunjukkan terdapat
perbedaan rata-rata disparitas pendapatan perkapita yang signifikan antara Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat. Tipologi klassen menunjukkan terdapat perbedaan
pola perkembangan ekonomi antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Kemudian, sektor pertanian dan sektor administrasi pemerintahan berpotensi untuk
dikembangkan di kedua provinsi untuk menekan angka disparitas pendapatan.
Kata Kunci: Disparitas Pendapatan, Indeks Williamson, Tipologi Klassen,
Independent Sample T-test, Location Quotient.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, sang Pengatur Alam Semesta, yang telah
melimpahkan kasih-Nya sehingga penulis berhasil menyusun Penelitian dengan judul
‘Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita dan Potensi Ekonomi di Provinsi
Induk dan Provinsi Pemekaran (Studi Kasus: Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat)’ dengan baik. Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka penulis berharap
semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu, dan penulis ucapkan terima kasih tak terhingga kepada:
1. Allah SWT yang selalu mengabulkan doa dan selalu memberikan jalan kemudahan
dari setiap kesulitan yang penulis hadapi selama proses penulisan skripsi ini.
2. Mama Maya, Teteh Elfa, Mamih Hermin, dan terkhusus Alm. Ayah Husni yang
dalam penulisan kata pengantar penulis tuliskan di depan Ayah yang sedang sakit
namun sekarang telah dipanggil Allah SWT, terima kasih karena tak pernah lelah
mendoakan, tak pernah menuntut lebih, selalu mendukung, dan mebuat penulis
kuat dan semangat menyelesaaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Rusdianto, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan kritik saran yang membangun serta dukungan untuk
penulis selama proses penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. M. Hartana Iswandi Putra, M.Si. selaku Ketua Prodi Ekonomi
Pembangunan dan Bapak Deni Pandu Nugraha, M.Sc. selaku Sekretaris Prodi
Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu senantiasa memberikan arahan, masukan, serta dukungan selama proses
vi
perkuliahan berlangsung dari semester satu hingga penulis melakukan penggarapan
skripsi.
7. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama proses perkuliahan
berlangsung dan senantiasa membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat, Fatiyah, Icil, Nadia Ria, Shelma, Tengku, Aini, Fitri, Rahma,
Nanda, Alaika, dan teman bikin banner lainnya, Halim, Eja, Udin, Zulfy, Fajrian,
Ojan, Nanang, Dika, Rangga yang selalu membantu, mendukung , dan menguatkan
penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi.
9. Sahabat-sahabat di KKN, Anti, Euis, Rani yang selalu memberikan dukungan, dan
tawa, saat penulis merasa jenuh dalam proses penulisan skripsi ini.
10. Untuk seluruh teman-teman Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2016 yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, karena telah memberikan warna kebahagiaan
masa perkuliahan hingga tahap akhir.
11. Adik-adik HMJ Ekonomi Pembangunan, Aini, Oca, Ara, Aldy, Agit, Ridhan,
Wilda, Nuy yang selalu baik hati menolong dan memberi tawa selama proses
perkuliahan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk setiap dukungan, pertolongan,
dan juga semangatnya, semoga semua hal baik mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa pengetahuan penulis sangatlah terbatas, sehingga penulis
mengharapkan masukan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
skripsi ini dan penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk
penulis maupun untuk pembacanya.
Jakarta, 29 September 2020
Medina Shafira
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 12
C. Batasan Masalah .................................................................................... 13
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 13
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 16
A. Landasan Teori ....................................................................................... 16
1. Pemekaran Daerah ................................................................................. 16
2. Pembangunan Ekonomi ......................................................................... 20
3. Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................................. 21
4. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 23
5. Disparitas Ekonomi ................................................................................ 24
6. Pengukuran Disparitas ........................................................................... 27
7. Uji Beda T-Test ...................................................................................... 28
8. Tipologi Klassen .................................................................................... 29
9. Teori Basis Ekonomi .............................................................................. 31
viii
B. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 33
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 41
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 43
A. Data dan Sumber Data ........................................................................... 43
B. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 44
C. Metode Analisis Data ............................................................................. 45
1. Analisis Indeks Williamson Untuk Mengukur Disparitas Pendapatan
Perkapita ................................................................................................ 45
2. Uji Beda Indpendent Sample T-Test Untuk Mengukur Perbedaan
Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita .............................................. 46
3. Analisis Tipologi Klassen untuk Mengukur Kesenjangan Berdasarkan
Pola Perkembangan Ekonomi. ............................................................... 48
4. Analisis Location Quotient untuk Menganalisis Potensi Sektor Ekonomi
Unggulan. ............................................................................................... 49
D. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 53
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 53
1. Keadaan Geografis ................................................................................. 53
2. Keadaan Demografis .............................................................................. 56
3. Kondisi Perekonomian ........................................................................... 58
B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 66
1. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita .......... 66
2. Analisis Disparitas Pendapatan (Indeks Williamson) ............................ 68
3. Analisis Uji Beda Independent Sample T-test........................................ 70
4. Analisis Tipologi Klassen ...................................................................... 71
5. Analisis Location Quotient .................................................................... 72
C. Pembahasan ............................................................................................ 75
1. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ............... 75
ix
2. Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat ............................................................................................ 76
3. Analisis Perbedaan Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita di antara
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat .............................................. 81
4. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Pola Perkembangan Ekonomi antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ............... 82
5. Analisis Peranan Sektor Unggulan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat Setelah Pemekaran ....................................................................... 86
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 101
A. Kesimpulan .......................................................................................... 101
B. Saran .................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 104
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Tahun 2013-2019 .................................................................................... 5
Tabel 1.2 Rata-Rata PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013-
2019 ............................................................................................................ 8
Tabel 1.3 Rata-Rata PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun
2013-2019 .................................................................................................. 9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 34
Tabel 3.1 Klasifikasi Kabupaten/Kota menurut Tipoogi Klassen .......................... 48
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat Tahun 2013-2019 .......................................................................... 57
Tabel 4.2 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per km2
di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 ............. 57
Tabel 4.3 Rata-Rata Pertumbuhan PDRB ADHK Berdasarkan Sektor-Sektor
Ekonomi di Provinsi Papua Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2019
.................................................................................................................. 60
Tabel 4.4 Rata-Rata Pertumbuhan PDRB ADHK Berdasarkan Sektor-Sektor
Ekonomi di Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-
2019 ......................................................................................................... 62
Tabel 4.5 Kontribusi Sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua
Tahun 2013-2019 .................................................................................... 64
Tabel 4.6 Kontribusi Sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua
Barat Tahun 2013-2019 .......................................................................... 65
Tabel 4.7 Rata-Rata PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Papua Tahun 2013-2019 ......................................................................... 67
Tabel 4.8 Rata-Rata PDRB Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Kab./Kota di
Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 ................................................ 68
Tabel 4.9 Hasil Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 ................................................. 69
Tabel 4.10 Uji Independent Sample T-Test ............................................................. 70
Tabel 4.11 Tipologi Perkembangan Pembangunan di Provinsi Papua Tahun 2013 –
2019 ......................................................................................................... 72
xi
Tabel 4.12 Tipologi Perkembangan Pembangunan di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
– 2019 ...................................................................................................... 72
Tabel 4.13 Nilai Rata-Rata LQ Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Periode
Tahun 2013-2019 .................................................................................... 73
Tabel 4.14 Nilai Rata-Rata LQ Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Periode
Tahun 2013-2019 .................................................................................... 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Disparitas Pendapatan Perkapita Antar Wilayah di Provinsi Papua
Sebelum Pemekaran Tahun 2000 – 2003 ............................................ 7
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 41
Gambar 4.1 Peta Administrasi Pulau Papua ......................................................... 53
Gambar 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat Tahun 2013-2019 .................................................................... 59
Gambar 4.3 Perbandingan Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita di Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 .......................... 77
Gambar 4.4 Kurva Hubungan antara Indeks Ketimpangan dengan Laju
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2013-
2019 ................................................................................................... 80
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Laju Pertumbuhan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 ................................... 108
Lampiran B PDRB Perkapita Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat Tahun 2013-2019 ......................................................... 111
Lampiran C Analisis Indeks Williamson di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Tahun 2013-2019 ............................................................................. 114
Lampiran D Uji Beda Independent Sample T-Test .............................................. 129
Lampran E Analisis Tipologi Klassen Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Tahun 2013-2019 ............................................................................. 131
Lampiran F Location Quotient Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tahun
2013-2019 ........................................................................................ 133
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses yang bersifat
multidimensional dimana dalam upaya mewujudkannya diperlukan perubahan
besar yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Perubahan yang mempengaruhi proses pembangunan itu sendiri dapat dilihat dari
berbagai aspek mulai dari aspek sosial, sikap mental yang siap, tumbuhnya
percepatan pertumbuhan ekonomi, serta pengurangan ketimpangan dan
pengurangan angka kemiskinan (Todaro dalam Wicaksono, 2010). Dalam melihat
suatu capaian pembangunan ekonomi dan kesejahteraan suatu wilayah, dapat
diukur dengan melihat perbandingan antara pendapatan dan jumlah penduduk
wilayah atau dengan kata lain ialah dengan melihat angka pendapatan perkapita
(Nurhayani, dkk., 2015).
Tercapainya pembangunan tidak terlepas dari strategi dan kebijakan yang pada
umumnya menekankan pada pembangunan ekonomi, dan pada khususnya
menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Namun, kedua strategi tersebut akan
menimbulkan pada dilema antara pertumbuhan ekonomi dan hasil dari pemerataan
pembangunan. Kedua hal tersebut seperti dua hal yang saling bertolak belakang
satu sama lain atau trade off yang artinya dalam mencapai pembangunan, hanya
menitik beratkan pada capaian pertumbuhan ekonomi dan cenderung mengabaikan
aspek pemerataan (Arsyad, 2014). Sehingga pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan merupakan hal yang perlu dicapai dalam rangka mencapai
2
pembangunan dengan harapan proses pemerataan pendapatan pada akhirnya dapat
terjadi secara otomatis seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi yang
dicapai.
Pada dasarnya, pembangunan ekonomi bukan hanya merupakan prioritas
pemerintah pusat atau nasional saja namun juga prioritas yang perlu dicapai oleh
regional atau pemerintah daerah. Pembangunan ekonomi daerah pun tidak terlepas
dari bagaimana permasalahan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai serta
ketidakmerataan pembangunan antar daerah yang satu dengan daerah yang lainnya
(Dhyatmika, 2013). Pada dasarnya pemerintah telah melakukan penguatan dalam
kebijakan desentralisasi pada awal era reformasi yaitu dengan adanya kebijakan
pemekaran daerah dalam rangka meminimalisir angka ketidakmerataan pendapatan
di tingkat regional (Suhartono, 2015).
Kebijakan pemekaran daerah dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir
adanya ketidakmerataan pembangunan antar wilayah terutama di bagian barat
Indonesia dengan bagian timur Indonesia. Desentralisasi secara sah telah diterapkan
di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah yang kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 dan landasan hukum
yang terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia ialah Undang-Undang No 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Pelaksanaan pemekaran wilayah pada dasarnya tidak dapat terlepas dari
dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan. Dampak negatif yang biasanya
ditimbulkan dari adanya pemekaran daerah adalah terjadinya perbedaan sumber
daya alam yang menjadi tidak merata di tiap wilayah baik pada wilayah induk
3
maupun pemekarannya dalam proses pembangunan. Namun di sisi lain, dampak
positif dengan dilakukannya pemekaran ialah dimana pemekaran daerah akan
memberikan percepatan pada proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan
peningkatan dalam pelayanan publik yang diberikan pemerintahan terhadap
masyarakat.
Salah satu wilayah yang menerapkan kebijakan pemekaran daerah ialah
Provinsi Papua. Papua merupakan wilayah yang menerapkan kebijakan pemekaran
daerah dimana menghasilkan daerah otonom baru hasil pemekaran yaitu Provinsi
Papua Barat. Provinsi Papua sebelum pemekaran sendiri memiliki lahan yang luas
dengan kondisi geografis permukaan yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit.
Kondisi sumber daya yang dimiliki tanah Papua pun sangat melimpah baik dalam
sektor pertambangan, sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
pertambangan, dan pariwisata hingga letaknya yang strategis yang merupakan pintu
gerbang ke arah lingkar Pasifik.
Berdasarkan data dari Papua Dalam Angka tahun 2003 (Badan Pusat Statistik,
2003) dikatakan bahwa besarnya luas lahan Provinsi Papua sebelum pemekaran
sekitar 421.981 km2 terlalu luas dibandingkan dengan jumlah penduduknya yang
hanya sekitar 2.469.785 jiwa sehingga menunjukkan angka kepadatan penduduk
yang hanya sebesar 5,85%. Angka kepadatan penduduk tersebut menjadi fakta yang
bahwa adanya persoalan luas wilayah yang terlalu besar berakibat pada terjadinya
ketimpangan pembangunan yang disebabkan oleh persebaran penduduk yang tidak
merata, munculnya persoalan ketertinggalan infrastruktur dan juga ketertinggalan
pada perekonomian (Brata, 2008).
4
Proses pemekaran Provinsi Papua Barat dari Provinsi Papua yang merupakan
wilayah induknya melalui pro dan kontra yang cukup panjang. Proses pemekaran
di Papua atau pada saat itu masih bernama Irian Jaya, dilakukan berlandaskan pada
UU No. 45 Tahun 1999 yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat. Namun, Undang-
Undang tersebut kemudian tidak diberlakukan akibat adanya penolakan dari warga
Irian Jaya di Jayapura. Pemekaran Papua Barat atau yang pada saat itu bernama
Irian Jaya Barat kembali berlanjut dan dilakukan percepatan pemekaran diiringi
oleh adanya Inpres Nomor 1 Tahun 2003 atas permintaan warga Irian Jaya Barat.
Walaupun tanpa adanya payung hukum yang jelas, Provinsi Irian Jaya Barat tetap
diakui keberadaannya sejak tahun 2003 bersamaan dengan keluarnya Inpres no. 1
Tahun 2003 dan perlahan tetap membentuk diri menjadi provinsi secara definitif.
Kemudian Irian Jaya Barat membangun dirinya sebagai Provinsi hasil pemekaran
dan secara sah berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat berdasarkan PP Nomor
24 Tahun 2007.
Berpacu pada tujuan pemekaran untuk mensejahterakan masyarakat,
realitanya permasalahan pembangunan pun masih melanda daerah induk maupun
pemekarannya salah satunya adalah tingkat kemiskinan yang tinggi. Berdasarkan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS menyatakan bahwa hampir seluruh
wilayah pemekaran lebih sejahtera dibandingkan dengan wilayah induknya. Hal
tersebut tercermin di wilayah Papua masih banyak masyarakat Papua dan Papua
Barat yang terbelenggu dengan kemiskinan yang multidimensional. Tingkat
kemiskinan yang dialami oleh Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat setelah
pemekaran pada 7 tahun terakhir ditunjukkan pada tabel 1.2.
5
Tabel 1. 1
Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Tahun 2013-2019
Tahun Persentase Penduduk Miskin
Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Nasional
2013 27.14 31.52 11.47
2014 26.26 27.8 10.96
2015 25.73 28.40 11.13
2016 24.88 28.40 11.13
2017 23.12 27.76 10.12
2018 22.66 27.43 9.66
2019 21.51 26.55 9.22
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020
Data kemiskinan yang ditunjukkan di atas terlihat bahwa tingkat kemiskinan
di Papua Barat yang merupakan provinsi pemekaran nyatanya berada pada tingkat
kemiskinan yang lebih rendah dibandingkan oleh Papua yang merupakan provinsi
induknya. Kedua provinsi tersebut, baik induk maupun provinsi pemekarannya
cenderung mengalami penurunan persentase kemiskinan, namun angka yang
ditunjukkan di kedua provinsi masih sangat tinggi. Persentase penduduk miskin di
Papua dan Papua Barat merupakan kemiskinan tertinggi di wilayah timur jika
dibandingkan dengan tingkat Nasional dan kemudian disusul oleh Papua Barat.
Tingginya persentase kemiskinan di Provinsi Papua sendiri terkonsentrasi di daerah
pedesaan, di mana pada Maret 2019 terdapat 885,35 ribu jiwa atau 36,84 persen,
sedangkan di perkotaan berkisar 41,01 ribu jiwa atau 4,26 persen.
Tingginya angka kemiskinan di Papua antara lain disebabkan adanya inflasi
selama periode September - Maret 2019 yang melebihi inflasi nasional, kemudian
faktor lainnya adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Papua alami
peningkatan pada Februari 2019 sebanyak 3,42 persen. Sedangkan tingginya angka
kemiskinan di Provinsi Papua Barat menurut informasi Kementrian Keuangan pada
6
publikasinya dimana pada tahun 2019 sendiri, tingginya persentase penduduk
miskin di Papua Barat sebesar 21,51 % terjadi karena adanya inflasi, penurunan
persentase penduduk bekerja pada kegiatan informal, dan adanya keterlambatan
distribusi beras sejahtera.
Sejalan dengan diberlakukannya pemekaran di wilayah Papua, masing-masing
provinsi baik induk maupun pemekaran tetap melakukan aktivitas ekonomi guna
mewujudkan perekonomian yang lebih baik. Namun, permasalahan penting seperti
adanya ketimpangan kerap terjadi dalam proses pembangunan. Kinerja dan capaian
suatu pembangunan terutama di daerah induk dan daerah hasil pemekaran penting
untuk dikritisi dan dianalisis lebih dalam termasuk kemampuan provinsi induk dan
provinsi pemekarannya dalam mengatasi permasalahan ketimpangan antar
daerahnya. Faktor-faktor dari adanya ketimpangan daerah biasa terjadi karena
adanya perbedaan sumber daya alam, faktor demografis termasuk kondisi tenaga
kerja, alokasi dana pembangunan antar wilayah baik investasi pemerintah maupun
investasi swasta, konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, dan mobilitas barang dan
jasa (Syafrizal, 2008).
Adapun kondisi ketimpangan pendapatan perkapita antar wilayah di Provinsi
Papua sebelum pemekaran ditunjukkan pada gambar 1.3 di bawah ini. Tingkat
disparitas pendapatan di Papua sebelum pemekaran melampaui 0,5 dimana apabila
merujuk pada kriteria perhitungan ketimpangan oleh Indeks Williamson menurut
Susanti (1994) menunjukkan bahwa ketimpangan dengan nilai lebih dari 0,5
menunjukkan bahwa tingkat disparitas atau termasuk dalam ketimpangan berat.
Tingkat disparitas pendapatan perkapita di Provinsi Papua sebelum pemekaran dari
7
tahun 2000 hingga tahun 2003 memiliki rata-rata Indeks Williamson sebesar 2.08
dan cenderung mengalami peningkatan dimana di tahun 2000 sebesar 1.92 hingga
di tahun 2003 mencapai angka yang lebih tinggi lagi yaitu sebesar 2.65.
Gambar 1.1
Disparitas Pendapatan Perkapita Antar Wilayah di Provinsi Papua
Sebelum Pemekaran Tahun 2000 - 2003
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua (data diolah) (*)Terdapat pemekaran kabupaten/kota di Provinsi Papua dan bertambah dari 14 kabupaten/kota
di tahun 2001-2002 menjadi 28 Kabupaten/kota di tahun 2003
Pembangunan ekonomi sendiri dapat tercermin pada capaian pendapatan
perkapita dimana pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam
jangka panjang (Suryana, 2000:5). Pendapatan perkapita yang tinggi pun dapat
menjadi sebuah tolak ukur dalam melihat kesejahteraan masyarakat dimana
kesejahteraan masyarakat daerah akan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan
PDRB Perkapita yang tinggi (Djakapermana, 2013). Kesejahteraan masyarakat di
Papua dan Papua Barat dapat dilihat bagaimana capaian PDRB Perkapita antar
wilayahnya. Semakin besar nilai PDRB perkapita maka akan semakin baik pula
tingkat kesejahteraannya dan sebaliknya semakin kecil nilai PDRB perkapita maka
akan semakin buruk tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Adapun capaian rata-
8
Kabupaten/Kota Rata-Rata PDRB Perkapita Provinsi Papua
Merauke 37,946,143.19
Jayawijaya 19,292,823.61
Jayapura 64,532,459.35
Nabire 44,140,294.81
Kepulauan Yapen 26,772,510.40
Biak Numfor 23,213,783.58
Paniai 15,241,793.97
Puncak Jaya 7,397,242.71
Mimika 284,360,673.34
Boven Digoel 45,861,287.26
Mappi 16,547,695.10
Asmat 14,317,212.67
Yahukimo 7,097,729.86
Pegunungan Bintang 16,601,278.11
Tolikara 6,952,136.17
Sarmi 40,528,032.67
Keerom 31,811,201.73
Waropen 42,107,603.76
Supiori 35,955,295.23
Mamberamo Raya 38,108,006.28
Nduga 6,988,061.46
Lanny Jaya 5,715,950.51
Mamberamo Tengah 13,816,790.17
Yalimo 10,644,915.84
Puncak 6,448,596.51
Dogiyai 7,968,237.42
Intan Jaya 14,266,607.71
Deiyai 10,112,002.94
Kota Jayapura 66,825,770.64
rata PDRB perkapita antar kabupaten dan kota di Provinsi Papua ditunjukkan dalam
tabel 1.3 berikut.
Tabel 1.2
Rata-Rata PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2013-
2019
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua (data diolah)
Merujuk pada tabel 1.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup
signifikan pada capaian rata-rata PDRB perkapita antar 29 Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua setelah pemekaran. Capaian PDRB perkapita antar daerah satu
dengan yang lainnya diindikasi terdapat disparitas. Dapat dilihat, capaian rata-rata
PDRB perkapita tertinggi berada di Kabupaten Mimika dengan rata-rata
9
284,360,673.34. Sedangkan, yang terendah ada pada Kabupaten Lanny Jaya yang
hanya sebesar 5,715,950.51. Angka tersebut sangat timpang dan signifikan,
begitupun apabila dibandingkan dengan 27 Kabupaten dan Kota lainnya.
Selanjutnya, Provinsi Papua Barat merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran
dari provinsi induknya yaitu Provinsi Papua. Adapun capaian rata-rata PDRB
Perkapita yang diperoleh Provinsi Papua Barat pasca pemekaran ditunjukkan dalam
tabel berikut.
Tabel 1.3
Rata-Rata PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun
2013– 2019
Kabupaten/Kota
Rata-Rata PDRB Perkapita
Provinsi Papua Barat
Fakfak 39,782,528.31
Kaimana 28,465,532.37
Teluk Wondama 29,144,027.58
Teluk Bintuni 381,664,861.90
Manokwari 35,924,924.46
Sorong Selatan 24,786,629.46
Sorong 95,018,298.51
Raja Ampat 45,562,497.34
Tambrauw 9,491,668.55
Maybrat 10,290,535.59
Manokwari Selatan 22,392,197.73
Pegunungan Arfak 4,071,671.57
Kota Sorong 37,147,700.16
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
Besarnya perbedaan pada rata-rata PDRB perkapita yang dicapai antar
Kabupaten dan Kota di Provinsi Papua Barat pun terlihat adanya indikasi
ketidakmerataan yang menyebabkan adanya disparitas pendapatan perkapita antar
kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat setelah menjadi daerah pemekaran.
Kabupaten/Kota dengan PDRB Perkapita tertinggi berada di Kabupaten teluk
10
bintuni dengan rata-rata selama tujuh tahun dari tahun 2013-2019 ialah sebesar
381,664,861.90. Sedangkan Kabupaten/Kota dengan capaian PDRB Perkapita
terendah berada di Kabupaten Pegunungan Arfak hanya sebesar 4,071,671.57. Hal
tersebut terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara kedua Kabupaten tersebut
dan sama halnya jika dibandingkan dengan 11 Kaupaten/Kota lainnya.
Merujuk pada UU No. 45 Tahun 1999/Inpres No. 1 Tahun 2003 tentang dasar
pertimbangan pemekaran di Papua yang mengharapkan adanya pembangunan dan
peningkatan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk
menyelenggarakan Otonomi Daerah, maka dengan diberlakukannya kebijakan
pemekaran daerah selanjutnya diharapkan mampu mewujudkan kesejahteran
masyarakat baik di provinsi induk maupun pemekarannya. Kemudian, adanya
Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh BPS yang menyatakan daerah
pemekaran lebih baik dan sejahtera dibandingkan daerah induknya selanjutnya
ingin dibuktikan dari sudut pandang disparitas dan membandingkan pola
perkembangan ekonomi antara provinsi induk dan pemekarannya setelah
pemekaran mengingat adanya perbedaan capaian pendapatan perkapita antar
wilayah.
Selain itu, salah satu upaya untuk mengentaskan permasalahan ketimpangan
pembangunan di wilayah Papua perlu dilakukan dengan cara yang
multidimensional. Adapun proses pembangunan multidimensional tersebut perlu
meperhatikan segala aspek mulai dari kesejahteraan masyarakat, layanan
pemerintahan, serta dapat memberikan dampak positif dalam memanfaatkan
potensi ekonomi yang berlimpah agar Otonomi Daerah dapat terselenggara (Romli,
11
2003). Oleh karena itu, proses pembangunan dapat dimaksimalkan dengan
menekan ketimpangan di wilayah Papua kearah pemerataan dengan cara
memaksimalkan potensi ekonomi antar wilayah di masing-masing provinsi yang
memiliki nilai unggul kompetitif (Iswanto, 2015).
Dengan demikian permasalahan disparitas pendapatan perkapita dan potensi
ekonomi perlu dianalisis baik di Papua maupun di Papua Barat agar terlihat
bagaimana gambaran kinerja keduanya dalam menggerakan ekonomi dan
mengatasi persoalan kesenjangan pasca dilakukannya pemekaran. Adanya
ketimpangan pendapatan perkapita pada akhirnya akan menimbulkan konflik di
masyarakat yang menyadari adanya jurang pendapatan dan menciptakan potensi
ketegangan sosial yang akan terjadi. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya
permasalahan dan konflik yang sering terjadi baik di Papua dan Papua Barat berakar
dari adanya permasalahan kesenjangan yang pada akhirnya mengurangi inefisiensi
ekonomi. Apabila ketimpangan terus dibiarkan, pada akhirnya akan menyebabkan
adanya perilaku cari keuntungan sendiri yang mencoba menguasai sumber daya
tanpa menghasilkan kekayaan baru melalui kegiatan yang produktif (Bank Dunia,
2015).
Berangkat dari tujuan pemekaran pada wilayah Papua tersebut, maka
penelitian ini ingin menguji seberapa jauh keberhasilan dari kebijakan pemekaran
daerah dalam mewujudkan tujuannya yaitu pembangunan. Penelitian ini mencoba
menganalisis dari sisi disparitas pendapatan perkapita antar wilayah,
membandingkan kesenjangan wilayah melalui pola perkembangan ekonomi, serta
menganalisis potensi daerah yang dapat dikembangkan dalam rangka mengurangi
12
tingkat disparitas pendapatan yang tinggi di antara provinsi induk dan
pemekarannya. Sehingga, penelitian ini mengambil judul “Analisis Disparitas
Pendapatan Perkapita dan Potensi Ekonomi di Provinsi Induk dan Provinsi
Pemekaran (Studi Kasus: Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yang ada sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil Susesnas BPS menunjukkan terdapat perbedaan tingkat
kesejahteraan di provinsi induk dan pemekarannya jika dilihat dari persentase
penduduk miskin.
2) Terdapat perbedaan capaian kinerja pembangunan ekonomi di antara provinsi
induk dan provinsi pemekarannya setelah pemekaran.
3) Tingkat disparitas pendapatan perkapita sebelum pemekaran di Provinsi Papua
yang merupakan provinsi induk berada pada level yang sangat tinggi.
4) Diindikasikan masih terdapat permasalahan pembangunan yaitu ketimpangan
pendapatan perkapita setelah pemekaran dilihat berdasarkan capaian rata-rata
PDRB perkapita antar Kabupaten/Kota di provinsi induk (Provinsi Papua)
maupun di provinsi pemekarannya (Papua Barat).
\
13
C. Batasan Masalah
Capaian PDRB perkapita yang berbeda-beda antar kabupaten/kota di Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat selama periode 2013-2019 diindikasikan menjadi
penyebab adanya permasalahan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu,
permasalahan pembangunan ekonomi tersebut perlu diatasi agar tujuan
dilakukannya pemekaran daerah di wilayah Papua dapat terwujud. Sehingga
penulis membatasi masalah pada beberapa hal, yaitu:
1) Terdapat disparitas pendapatan perkapita di provinsi induk dan provinsi
pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) tahun 2013-2019.
2) Terdapat perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita di provinsi induk
dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) tahun
2013-2019.
3) Terdapat perbedaan pola perkembangan ekonomi di provinsi induk dan provinsi
pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) tahun 2013-2019.
4) Terdapat peranan sektor unggulan di provinsi induk dan provinsi pemekarannya
(Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) yang dapat menurunkan tingkat
disparitas pendapatan perkapita tahun 2013-2019.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, untuk mendalami penelitian
tersebut maka diperlukan beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam
penelitian ini, yaitu:
14
1) Bagaimana tingkat disparitas pendapatan perkapita pada provinsi induk dan
provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) setelah
pemekaran tahun 2013-2019?
2) Bagaimana perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita antara provinsi
induk dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat)
setelah pemekaran tahun 2013-2019?
3) Bagaimana perbedaan pola perkembangan ekonomi antara provinsi induk dan
provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) setelah
pemekaran tahun 2013-2019?
4) Bagaimana peranan sektor unggulan di provinsi induk dan provinsi
pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) dalam rangka
menurunkan tingkat disparitas pendapatan perkapita setelah pemekaran tahun
2013-2019?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis tingkat disparitas pendapatan perkapita pada
provinsi induk dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Papua
Barat) setelah pemekaran.
b. Untuk mengetahui perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita
antara provinsi induk dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan
Papua Barat) setelah pemekaran.
15
c. Untuk membandingkan pola perkembangan ekonomi di provinsi induk
dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Papua Barat) setelah
pemekaran.
d. Untuk menganalisis sektor unggulan di provinsi induk dan provinsi
pemekarannya (Provinsi Papua dan Papua Barat) dalam rangka
menurunkan tingkat disparitas pendapatan perkapita setelah pemekaran.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi kepentingan teoritis
1) Menambah wawasan pada bidang ekonomi terutama mengenai
disparitas pendapatan di provinsi induk dan pemekarannya
(Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat).
2) Memberikan kontribusi dalam menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan pendidikan.
3) Menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya.
b. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan pihak-
pihak terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan
pertimbangan kebijakan untuk melakukan perencanaan pembangunan
daerah di masa yang akan datang yang kemudian dapat mengentaskan
permasalahan disparitas pembangunan.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pemekaran Daerah
Pemekaran daerah merupakan proses pemisahan suatu daerah dari suatu
bagian atau kesatuan yang utuh menjadi beberapa bagian yang berdiri sendiri.
Sedangkan Abdurahman dalam Syamsudin Haris (2006) menyebutkan bahwa
pemekaran merupakan proses pembagian wilayah menjadi beberapa bagian
wilayah dengan tujuan meningkatan pelayanan dan meningkatkan proses
pembangunan. Proses dari adanya pemekaran daerah berawal dari adanya peraturan
UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Di dalam Undang-Undang tersebut menjelaskan dan
mengatur ketentuan mengenai pembentukan daerah, dimana proses pemekaran
daerah dapat dianalogikan sebagai bagian dari ruang lingkup pembentukan daerah.
Peraturan mengenai pemekaran daerah sendiri tercantum dalam UU No. 32
Tahun 2004 Pasal 4 ayat 3 yang berisi: “Pembentukan Daerah dapat berupa
penggabungan daerah menjadi dua daerah atau lebih” kemudian pada ayat 4 yang
menyebutkan: ”Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas
minimal usia penyelenggaraan pemerintahan”. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
menyebutkan bahwa dengan adanya pemekaran daerah diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan kepada masyarakat; mampu
meningkatkan percepatan pembangunan ekonomi, terutama pada daerah-daerah
pinggiran; memfasilitasi pertumbuhan kehidupan demokrasi di daerah; dan
17
meningkatkan keamanan dan ketertiban di daerah; serta memberikan kontribusi
bagi persatuan dan kebangsaan.
Kemudian Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah kembali
diperbaharui menjadi UU No. 23 Tahun 2014 dan di dalam Pasal 33 ayat 1
menyatakan tentang Pemekaran Daerah yaitu suatu proses pemecahan daerah
provinsi atau daerah kabupaten/kota untuk menjadi dua atau lebih daerah baru atau
penggabungan bagian daerah dari daerah yang bersanding dalam satu daerah
provinsi menjadi satu daerah baru. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014,
tujuan dari adanya pemekaran daerah adalah untuk mewujudkan efektivitas
pelayanan pemerintah; meningkatkan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan
kualitas pelayanan publik; meningkatkan tata kelola pemerintah; meningkatkan
daya saing nasional dan daerah; serta memelihara adat istiadat, tradisi, dan budaya
daerah.
Pemekaran di wilayah Papua sendiri berawal dari adanya gagasan dari
pemerintah pusat untuk membentuk Papua atau yang pada saat itu adalah Irian Jaya
menjadi 3 bagian. Kemudian dibentuklah peraturan UU No. 45 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten
Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong. Sehingga
UU tersebut menjadikan Irian Jaya terbagi menjadi 3 bagian dimana membentuk
Irian Jaya Barat dengan Ibu Kota Manokwari, Irian Jaya Tengah dengan Ibu Kota
Timika, dan Irian Jaya Timur dengan Ibu Kota Jayapura.
Adapun dasar pertimbangan dari adanya pemekaran daerah di Irian Jaya
sesuai dengan isi UU No. 45 Tahun 1999 adalah dengan adanya pembentukan
18
Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat diharapkan dapat mendorong
peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah
untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah (Romli, 2006). Namun, gagasan
pemekaran daerah dan Undang-Undangnya ditolak oleh masyarakat Papua saat itu.
Hingga akhirnya 4 tahun kemudian muncul Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2003.
Instruksi Presiden tersebut berisi peraturan mengenai Percepatan Pelaksanaan UU
No. 45 tentang Pembetukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat,
Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.
Kebijakan pemekaran daerah pada dasarnya dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengatasi berbagai persoalan dalam penyelengaraan pemerintahan daerah
saat ini salah satunya ialah mengurangi kesenjangan antar wilayah yang
berorientasi pada kepuasan masyarakat. Dengan adanya pemekaran daerah otonom
baru akan berpengaruh pada aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek sosial budaya
serta aspek politik dan aspek tata ruang (Pandie, 2018). Adapun beberapa faktor
yang menjadi alasan dasar adanya kebijakan Pemekaran Daerah menurut (Rita
Helbra Tenrini, 2013) adalah:
1) Adanya ketimpangan pemerataan dan keadilan;
2) Kondisi geografis yang luas dan pelayanan masyarakat yang tidak efektif dan
efisien;
3) Perbedaan civil society yang berkembang di dalam masyarakat;
4) Iming-iming insentif fiskal, dan;
5) Status kekuasaan.
19
Namun, dengan diberlakukannya pemekaran daerah tidak memungkiri akan
memberikan dampak pada masing-masing daerah baik daerah induk maupun
daerah hasil pemekaran. Dimana, daerah induk bisa saja terjadi penurunan kinerja
perekonomian karena sebagian potensinya berada pada daerah otonom baru dan
sebaliknya daerah otonom baru pun bisa saja terjadi penurunan kinerja
perekonomian karena daerah induk tidak melepaskan daerah yang kaya akan
potensi sumber daya kepada daerah otonom baru. Begitupun halnya dengan hasil
yang dinyatakan oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat
Statistik bahwa hampir seluruh wilayah hasil pemekaran lebih sejahtera
dibandingkan daerah induknya dengan argumentasi:
1) Pemerataan Pembangunan
Adanya pemekaran pada dasarnya akan meningkatkan penanganan
kesejahteraan masyarakat dan penguatan kebijakan yang diatur pada lingkup
wilayah yang lebih kecil di daerah otonom baru dibandingkan sebelum mengalami
pemekaran sehingga wilayah hasil pemekaran dapat lebih fokus dalam membangun
dan menata wilayah sendiri.
2) Pelayanan Publik yang Lebih Efektif dan Efisien
Cakupan wilayah yang lebih kecil akan membuat masyarakat di daerah hasil
pemekaran tidak perlu menempuh jarak yang jauh dan mengeluarkan biaya besar
untuk mencapai pusat pelayanan publik sehingga biaya yang "diselamatkan" dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan penting lainnya.
20
3) Memaksimalkan Potensi Daerah Lokal
Adanya pembentukan daerah hasil pemekaran pada dasarnya akan membuat
daerah hasil pemekaran lebih leluasa dalam memanfaatkan potensi ekonomi di
dalam wilayahnya karenadirasa memiliki potensi yang dapat dimaksimalkan
apabila dikelola sendiri.
Adapun adanya penyebab rendahnya tingkat kinerja perekonomian dari adanya
pelaksanaan pemekaran daerah menurut Kementerian Keuangan ialah disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Adanya ketidakmerataan pembagian sumber daya perekonomian antara daerah
hasil pemekaran dengan daerah induk;
2) Adanya ketidaktertarikan investor baik investor asing maupun investor swasta
dalam berinvestasi di daerah otonom baru dibandingkan daerah induknya;
3) Belum adanya kemampuan kinerja pemerintah menggairahkan perekonomian
daerahnya karena terbatasnya alokasi anggaran penerimaan dan belanja daerah
(APBD) antara lain promosi, insentif dan kemudahan perijinan.
2. Pembangunan Ekonomi
Prof. Meier dalam Adisasmita (2005) mendefinisikan pembangunan
ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka
waktu yang panjang. Perubahan yang mempengaruhi proses pembangunan itu
sendiri dapat dilihat dari aspek sosial, sikap mental yang siap, tumbuhnya
percepatan pertumbuhan ekonomi, serta pengurangan ketimpangan dan
pengurangan angka kemiskinan (Todaro, 2008). Sedangkan, Sadono Sukirno
21
(1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam
jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang terjadi secara terus-menerus
melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu
adanya peningkatan pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam
jangka panjang.
Menurut Schumpeter dalam Suryana (2000), pembangunan ekonomi bukan
merupakan proses yang gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan
tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama
dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan ekonomi berkaitan
dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu
pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional
merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu
perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan
pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju
pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat
suatu daerah.
3. Pembangunan Ekonomi Daerah
Dalam pengertiannya, pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu
proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumber
daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
22
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut
(Arsyad, 2010). Menurut Adisasmita (2008), pembangunan wilayah (regional)
merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya
manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan
komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar
wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah,
kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan
pembangunan secara luas.
Dalam mencapai suatu pembangunan di dalam suatu wilayah perlu
memerhatikan kualitas masyarakat di dalamnya. Banyak hal yang perlu
diperhatikan khususnya oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam
mencapai tujuan pembangunan dengan memerhatikan jumlah dan jenis peluang
kerja untuk masyarakat daerah. Guna mewujudkan tujuan pembangunan tersebut,
maka disini pemerintah dan masyarakat perlu mengambil inisiatif pembangunan
daerah dengan menggunakan segenap potensi yang ada di dalam daerah tersebut.
Dalam teori Pusat Pertumbuhan (Pole Growth) yang merupakan teori dasar
strategi kebijakan pembangunan industri daerah mengatakan bahwa pada dasarnya
pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah secara bersamaan, namun
pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan
dengan intensitas yang berbeda (Peroux dan Arsyad, 1999). Pada intinya dalam
teori ini, industri unggulan merupakan merupakan sektor penggerak yang
berpengaruh dalam pembangunan ekonomi daerah. Namun adanya pusat
pertumbuhan yang hanya terjadi di beberapa tempat dengan industri unggulannya
23
selanjutnya akan memunculkan daerah yang relatif maju yang akan mempengaruhi
daerah-daerah yang relatif pasif dalam industri (Arsyad, 1999).
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi daerah yang berbeda akan
memberikan pengaruh pada corak pembangunan yang akan diterapkan. Pola
kebijakan yang diterapkan dalam satu daerah belum tentu akan sama dan berhasil
ketika diterapkan pada daerah lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian
dalam menyesuaikan pola kebijakan pembangunan yang disesuaikan dengan
kondisi serta potensi sumber daya pada masing-masing daerah. Arsyad (1999)
mengatakan bahwa dalam melakukan pembangunan ekonomi daerah, terdapat
masalah pokok pembangunan yang terletak pada terletak pada penekanan terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan,
dan sumber daya fisik secara lokal. Orientasi ini mengarah pada pengambilan
inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut untuk menciptakan kesempatan
kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan
yang menyebabkan meningkatnya produksi barang dan jasa di suatu Negara.
Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan sebagai tolak ukur pencapaian
perkembangan suatu perekonomian yang dimana dapat dilihat dari indikator
Produk Domestik Bruto atau PDB. Produk Domestik Bruto sendiri merupakan
jumah nilai barang atau jasa suatu Negara dalam satu periode termasuk yang
dihasilkan oleh warga asing yang beraada di dalam wilayah tersebut. Sehingga
24
pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai keadaan perekonomian yang
menunjukkan peningkatan PDB suatu negara dibanding dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi menurut Sadono Sukirno merupakan suatu
perkembangan kegiatan di dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan
jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perlu dihitung
pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga berlaku ditahun dasar
yang dipilih. Sehingga pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari
perkembangan suatu perekonomian. Cepat atau lambat suatu pertumbuhan
ekonomi perlu dibandingkan dengan pertumbuhan di masa lalu dan pertumbuhan
yang dicapai oleh daerah lain (Sukirno, 1994). Dalam suatu pertumbuhan ekonomi,
terdiri dari faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber yang cukup penting di
dalamnya (Sadono Sukirno, 1994), yaitu:
1) Tanah dan Kekayaan lainnya.
2) Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja
3) Barang Modal dan Tingkat Teknologi
4) Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat.
5) Luas Pasar dan Sumber Pertumbuhan
5. Disparitas Ekonomi
Ketimpangan pembangunan atau disparitas secara umum merupakan suatu
perbedaan dalam proses pembangunan ekonomi antar suatu wilayah dengan
wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan disparitas atau
ketidakmerataan pembangunan. Adanya ketimpangan yang terjadi menyebabkan
25
adanya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah yang cenderung cepat dan
wilayah yang tumbuh cenderung lambat. Ketimpangan tersebut selanjutnya akan
mempengaruhi bagaimana kesejahteraan pada masyarakat dalam satu wilayah.
Ardani (1992) mengemukakan bahwa kesenjangan/ ketimpangan antar daerah
merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan
dalam pembangunan itu sendiri.
Menurut Myrdal (1957) perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah
yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan (backwash effects)
mendominasi pengaruh yang menguntungkan (spread effects) terhadap
pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan.
Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung
meningkat bukannya menurun, sehingga mengakibatkan ketimpangan antar daerah
(Arsyard, 1999). Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang sangat
penting untuk dicapai dalam meminimalisir terjadinya ketimpangan. Pertumbuhan
ekonomi menurut Soubbotina dan Sheram dalam Bhinadi (2003) selain
meningkatkan kekayaan suatu negara juga berpotensi untuk menurunkan
kemiskinan dan mengatasi permasalahan-permasalahan sosial lainnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardani pada tahun
1996 dan 1992 yang telah menganalisis kesenjangan pendapatan dan konsumsi
antardaerah dengan menggunakan Indeks Williamson, dikatakan bahwa pada tahap
awal pembangunan ekonomi terdapat kesenjangan kemakmuran antardaerah,
namun semakin maju pembangunan ekonomi kesenjangan tersebut semakin
menyempit. Dalam kaitannya, Hirschman dalam Arsyad (1997), mengemukakan
26
bahwa dalam pembangunan ekonomi, faktor geografis dikatakan tidak seimbang
dan tidak merata antar daerah satu dan daerah lainnya. Pertumbuhan ekonomi pada
mulanya akan terpusat pada beberapa wilayah tertentu, sementara untuk wilayah
yang lainnya akan terbelakang.
Pertumbuhan ekonomi selanjutnya akan memberikan perbedaan yang
semakin lebar karena terdapat faktor yang mempersulit wilayah miskin untuk
berkembang. Dengan demikian, disini campur tangan pemerintah sangat penting
dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut. Hirschman berpendapat bahwa
daerah di dalam suatu Negara dibedakan menjadi daerah yang kaya dan daerah yang
miskin. Apabila perbedaan tersebut semakin mengerucut maka trickle down effects
atau imbas balik disini akan terjadi. Sebaliknya, apabila perbedaan tersebut semakin
jauh maka akan terjadi pengkutuban atau polarization effects (Arsyad 1997).
Pandangan yang diberikan Hirschman tersebut sejalan dengan pandangan
yang diberikan oleh Profesor Kuznets dan hasil dari penelitian Williamson & El
Shaks dalam Pramesti Putri (2010). Dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa
Professor Simon Kuznets, mengatakan bahwa di tahap-tahap permulaan
pertumbuhan suatu daerah terdapat pembagian pendapatan yang cenderung
semakin tidak merata, namun seiring dengan bertumbuhnya daerah tersebut maka
pembagian pendapatannya akan semakin merata. Sedangkan hasil penelitian
Williamson dan El Shaks sendiri mengatakan bahwa ketidakmerataan regional jika
digambarkan dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi akan menghasilkan
kurva berbentuk lonceng yang beberapa titik puncaknya dicapai pada saat peralihan
dari tahap lepas landas menuju tahap pendewasaan.
27
6. Pengukuran Disparitas
Dalam mengukur disparitas yang terjadi antar wilayah, Produk Domestik
Regional Bruto merupakan indikator yang digunakan dalam pengukurannya. Dari
perubahan nilai Produk Domestik Regional Bruto tahun ke tahun inilah yang
kemudian akan menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi dan memperlihatkan
peningkatan perekonomian. Kemudian, dalam mengukur tingkat kesenjangan
ekonomi antar wilayah itu sendiri terdapat berbagai macam pendekatan. Di dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan indeks Williamson dalam mengukur disparitas
pendapatan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Indeks Williamson digunakan untuk mengukur tingkat disparitas yang
terjadi, dalam suatu wilayah tertentu. Dasar perhitungannya adalah dengan
menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per
daerah. Ukuran ketimpangan pendapatan yang lebih penting lagi untuk
menganalisis seberapa besarnya kesenjangan antarwilayah/daerah adalah dengan
melalui perhitungan indeks Williamson. Dasar perhitungannya adalah dengan
menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per
daerah. Susanti (1994) menjelaskan dalam perhitungan indeks Williamson
memiliki tiga kriteria dimana 0,1 < Vw > 0,5 yaitu apabila nilai indeks Williamson
mendekati 0 berarti wilayah tersebut berada pada ketimpangan ringan, dan
sebaliknya apabila ketimpangan melampaui nilai 0,5 berarti termasuk dalam
ketimpangan berat.
Indeks Williamson merupakan koefisien persebaran (coefficient of
variation) dari rata-rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari nilai-nilai
28
PDRB dan penduduk daerah-daerah yang berada pada lingkup wilayah yang dikaji
dan dianalisis. Adapun keunggulan dari penggunaan analisis Indeks Williamson
dalam mengukur disparitas atau ketimpangan pendapatan perkapita antar daerah di
suatu wilayah ialah lebih mudah dan praktis untuk diaplikasikan. Namun, terdapat
pula kelemahan dari metode analisis Indeks Williamson yaitu analisis ini lebih
sensitif pada perhitungan yang digunakan pada tiap definisi wilayah.
Disparitas atau ketimpangan pada kenyataannya tidak dapat dihilangkan
dalam pembangunan suatu daerah. Adanya ketimpangan, akan memberikan
dorongan kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan
kualitas hidupnya agar tidak jauh tertinggal dengan daerah sekitarnya. Selain itu
daerah-daerah tersebut akan bersaing guna meningkatkan kualitas hidupnya,
sehingga ketimpangan dalam hal ini memberikan dampak positif. Akan tetapi ada
pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya ketimpangan
antar wilayah. Dampak negatif tersebut berupa inefisiensi ekonomi, melemahkan
stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya
dipandang tidak adil (Todaro dan Smith, 2004).
7. Uji Beda T-Test
Uji beda t-test merupakan analisis inferensial yang digunakan untuk
menguji hipotesis. Salah satu analisis dalam uji beda t-test adalah metode t-test
dengan sampel bebas (Independent Sample T-Test). Uji independent sample t-test
merupakan uji t sampel untuk membandingkan dua sampel yang tidak saling
berpasangan yang digunakan untuk mengetahui seberapa signifikan perbedaan rata-
rata antara dua kelompok sampel yang diteliti, dan data yang digunakan dalam uji
29
t-test ini ialah data berskala interval atau rasio (Sujarweni, 2015). Pengujian
independent sample t-test menggunakan dua sampel atau lebih sebagai objek
penelitiannya yang kemudian dibandingkan untuk melihat ada-tidaknya perbedaan
setelah sampel-sampel tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Cara perhitungan
uji beda t-test ini ialah dengan membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata
dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Gozali, 2006).
8. Tipologi Klassen
Tipologi Klassen merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis gambaran
tentang pola perkembangan ekonomi masing-masing daerah yang kemudian dapat
memberi gambaran mengenai kesenjangan antarwilayah dengan daerah acuannya
(Bappenas, 2013). Melalui tipologi klassen kemudian dapat memberikan penjelasan
lebih jauh mengenai tipologi perkembangan kabupaten/kota yang ada di dalam
masing-masing provinsi (Suhartono, 2015). Terdapat dua indikator utama dalam
tipologi klassen yaitu, pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita
daerah. Adapun manfaat dengan dilakukannya analisis tipologi klassen dalam suatu
wilayah akan lebih mudah dalam membuat prioritas kebijakan daerah berdasarkan
posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupun daerah
yang diacunya. Di dalam analisis tipologi klassen akan diperoleh diperoleh empat
karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan masing-
masing klasifikasinya, yaitu (Kuncoro dan Aswandi, 2002) dan (Radianto, 2003):
30
1) Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh (Kuadran I)
Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh adalah daerah yang mengalami laju
pertumbuhan PDRB dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari rata-
rata seluruh daerah. Pada dasarnya daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang
paling maju, baik dari segi tingkat pembangunan maupun kecepatan pertumbuhan.
Biasanya daerah-daerah ini merupakan merupakan daerah yang mempunyai potensi
pembangunan yang sangat besar dan telah dimanfaatkan secara baik untuk
kemakmuran masyarakat setempat. Karena diperkirakan daerah ini akan terus
berkembang dimasa mendatang.
2) Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II).
Daerah maju tapi tertekan adalah daerah-daerah yang relatif maju tetapi dalam
beberapa tahun terakhir laju pertumbuhannya menurun akibat tertekannya kegiatan
utama daerah yang bersangkutan. Karena itu, walaupun daerah ini merupakan
daerah telah maju tetapi dimasa mendatang diperkirakan pertumbuhannya tidak
akan begitu cepat, walaupun potensi pembangunan yang dimiliki pada dasarnya
sangat besar.
3) Daerah Berkembang Cepat (Kuadran III).
Daerah Berkembang Cepat pada dasarnya adalah daerah yang memiliki potensi
pengembangan sangat besar, tetapi masih belum diolah secara baik. Oleh karena
itu, walaupun tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi namun tingkat pendapatan
perkapitanya rendah, yang mencerminkan tahap pembangunan yang telah dicapai
sebenarnya masih relatif rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Karena
31
itu dimasa mendatang daerah ini diperkirakan akan mampu berkembang dengan
pesat untuk mengejar ketertinggalannya dengan daerah maju.
4) Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV).
Kemudian daerah relatif tertinggal adalah daerah yng mempunyai tingkat
pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang berada dibawah rata-rata dari seluruh
daerah. Ini berarti bahwa baik tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat
pertumbuhan ekonomi di daerah ini masih relatif rendah. Tetapi hal ini tidak berarti
bahwa didaerah ini tidak akan berkembang dimasa mendatang. Melalui
pengembangan sarana dan prasarana perekonomian daerah berikut tingkat
pendidikan dan pengetahuan masyarakat setempat diperkirakan daerah ini secara
bertahap akan dapat pula mengejar ketertinggalannya (Syafrizal, 1997).
9. Teori Basis Ekonomi
Sumber daya ekonomi daerah atau potensi ekonomi daerah pada dasarnya
merupakan segala sesuatu sumber daya yang dimiliki oleh daerah yang dapat
memberikan manfaat dan dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan
(ekonomi) wilayah (Yusral, 2015). Dalam mewujudkan pembangunan ekonomi
perlu memperhatikan pemerataan ekonomi dan menekan ketimpangan
pembangunan dengan cara memaksimalkan sektor-sektor potensi ekonomi yang
memiliki nilai keunggulan yang kompetitif (Iswanto, 2015). Potensi sumber daya
yang dimiliki tiap daerah berbeda-beda, dengan demikian perlu dilakukan analisis
sumber daya yang merupakan sebuah potensi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam teori basis ekonomi dikatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut
32
(Tarigan, 2005). Adapun aktifitas dalam kegiatan perekonomian regional terbagi
dalam dua pengelompokkan yaitu sebagai berikut:
1) Basis
Kegiatan yang bersifat eksogen artinya tidak terikat pada kondisi internal
perekonomian wilayah dan sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya jenis
pekerjaan lain. Kegiatan basis memiliki peranan sebagai penggerak utama dalam
pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain
akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.
2) Non Basis
Kegiatan yang bersifat endogen (tidak tumbuh bebas) artinya kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri dan pertumbuhannya
tergantung pada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Sehingga dapat
diartikan bahwa ilngkup produksi dan pemasarannya hanya bersifat lokal saja.
Keunggulan dari teori basis ini adalah selanjutnya dapat mengidentifikasi
keunggulan komparatif dalam suatu wilayah. Keunggulan komparatif diartikan
dengan ukuran relatif yang menunjukan adanya suatu potensi pada komoditas
dalam perdagangan pasar. Namun, di dalam model ini terdapat kelemahan yaitu
didasarkan pada permintaan eksternal bukan internal yang pada akhirnya berakibat
pada timbulnya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan
pasar secara nasional maupun global. Model ini sangat berguna untuk menentukan
keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat
untuk mengembangkan stabilitas ekonomi (Arsyad, 1997). Adapun dalam
menentukan basis ekonomi suatu wilayah, salah satu metode yang banyak
33
digunakan adalah Location Quotient (LQ) untuk mengetahui seberapa besar tingkat
spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sectors).
Location Quotient merupakan rasio antara total nilai PDRB suatu daerah
dibandingkan dengan nlai PDRB sektor yang sama di provinsi dimana kabupaten
tersebut berada dalam lingkupnya. Location Quotient memiliki keunggulan dimana
dalam penggunaannya cukup sederhana dan dapat dihitung berulang kali untuk
setiap perubahan spesialisasi dengan menggunakan berbagai perubahan acuan dan
periode waktu. Perubahan tingkat spesialisasi dari tiap sektor kemudian dapat
diketahui dengan membandingkan LQ dari tahun ke tahun. Namun, analisis
Location Quotient memiliki beberapa kelemahan dimana nilai perhitungan yang
dihasilkan LQ bias karena tingkat disagregasi perubahan spesialisasi, pemilihan
perubah acuan, pemilihan entity yang diperbandingkan, serta pemilihan tahun dan
kualitas data. Oleh karena itu, validitas data sangat penting sebelum melakukan
analisis menggunakan metode Location Quotient.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang analisis disparitas pendapatan antar wilayah
sebelumnya telah dilakukakan oleh beberapa peneliti. Beberapa penelitian yang
menarik dan berkaitan dengan peneitian ini ialah penelitian dari Suhartono (2015).
Di dalam penelitian tersebut meneliti tentang tingkat disparitas distribusi
pendapatan dan pola perkembangan ekonomi antar kabupaten/kota di masing-
masing provinsi hasil pemekaran (Banten dan Gorontalo). Di dalam penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat disparitas pendapatan antar wilayah yang
dihitung menggunakan Indeks Theil di Banten dan Gorontalo. Provinsi Banten
34
menunjukkan adanya disparitas pendapatan antar wilayah yang lebih tinggi karena
dipengaruhi oleh struktur ekonomi wilayah di Jawa yang cukup kuat terhadap
ketimpangan di Banten. Sedangkan Provinsi Gorontalo memiliki tingkat disparitas
pendapatan yang lebih rendah karena dipengaruhi oleh fokus perekonomian pada
bidang pertanian yang merupakan sektor mayoritas masyarakat bekerja.
Selengkapnya mengenai penelitian terdahulu yang telah diteliti dapat dilihat pada
tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Judul
Penulis
(Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
1. Ketimpangan
dan
Pembangunan
Ekonomi
Kab/Kota di
Daerah Hasil
Pemekaran:
Studi Kasus di
Provinsi
Banten dan
Gorontalo
Suhartono
(2015)
Provinsi Banten
menunjukkan adanya
disparitas pendapatan
yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan
Provinsi Gorontalo.
Sedangkan ketimpangan
yang rendah di Gorontalo
terjadi karena
memfokuskan sektor
pertanian yang
merupakan sektor
mayoritas masyarakat
bekerja.
Meneliti
perbandingan
disparitas di
antara dua
provinsi.
Meneliti
perbandingan
disparitas di
antara
provinsi
induk dan
provinsi
pemekaran.
35
2. Faktor-Faktor
Mempengaruhi
Ketimpangan
Wilayah di
Provinsi Jawa
Timur,
Indonesia
Fitrah Sari
Islami,
dan
Nugroho
SBM
(2018)
Terdapat ketimpangan
wilayah di Provinsi Jawa
Timur yang cenderung
meningkat dengan nilai
IW lebih dari 1. Analisis
regresi linear berganda
signifikan dan
berpengaruh terhadap
ketimpangan wilayah
yaitu variabel investasi,
angkatan kerja dan IPM
serta dua variabel yang
tidak signifikan yaitu
variabel pertumbuhan
ekonomi, dan
pengeluaran pemerintah.
Meneliti
disparitas
antar wilayah.
Tidak
meneliti
faktor-faktor
yang
mempengaru
hi disparitas.
3. Disparitas
Antar Wilayah
dan Provinsi di
Indonesia
Sebelum dan
Sesudah
Otonomi
Daerah
Yanuar
(2013)
Tingkat disparitas
sebelum dan sesudah
otonomi daerah tetap
tinggi akibat kondisi
backwash effect.
Pelaksanaan otonomi
daerah selama periode
penelitian belum berhasil
mengurangi disparitas
secara signifikan antar
wilayah dan provinsi di
Indonesia.
Meneliti
disparitas
setelah
penetapan
kebijakan.
Meneliti
disparitas
setelah
penetapan
kebijakan
pemekaran
daerah.
36
4. Analisis
Penerapan
Metode Basis
dan Shift Share
dalam
Mengatasi
Tingkat
Disparitas
Pendapatan
Antar Wilayah
di Provinsi
Jawa Tengah
Umar
Chadiq,
Ismiyatun,
dan
Nanang
Yusronu
(2010)
Hasil Indeks Williamson
menunjukkan bahwa
distribusi pendapatan di
Jawa Tengah berada
pada ketimpangan pada
taraf tinggi dengan rata-
rata indeks theil dari
tahun 2002-2006 ialah
sebesar 0,114. Hasil
perhitungan LQ dan
Shifts Share
menunjukkan bahwa
semua kabupaten/kota di
wilayah pembangunan
mempunyai kontribusi
positif terhadap PDRB.
Meneliti
disparitas
pendapatan
dan potensi
ekonomi
menggunakan
metode basis
untuk
mengatasi
disparitas
pendapatan.
Meneliti
perbandingan
antara provinsi
induk dan
pemekarannya
dan Tidak
meneliti
pergeseran
ekonomi
dengan shift
share.
5. Analisis
Ketimpangan
Wilayah dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Antara
Kabupaten
Induk dan
Pemekaran di
Provinsi Aceh.
Sulasmi,
dan M.
Ilhamsyah
Siregar
(2020)
Hasil indeks williamson,
wilayah 1 dengan Kab.
Induk Aceh Barat
menunjukkan penurunan
angka ketimpangan.
Wilayah tiga, lima,
tujuh, dan delapan
termasik ketimpangan
sangat rendah
Meneliti
disparitas
pendapatan di
antara
kabupaten
induk dan
kabupaten
pemekaran di
satu provinsi.
Meneliti
disparitas di
antara provinsi
induk dan
pemekarannya.
37
6. Ketimpangan
Pendapatan
Antar
Kabupaten/
Kota dan
Pertumbuhan
Ekonomi di
Propinsi Jawa
Timur
Denny
Iswanto
(2015)
1) Disparitas pendapatan
antar daerah di
Propinsi Jawa Timur
tegolong tinggi
(IW>0,5).
2) Hipotesis “U”
terbalik Kuznets
menggambarkan tidak
terdapat hubungan
antar pertumbuhan
dengan ketimpangan
di Jawa Timur.
3) Diperlukan
peningkatan
kebijakan
pembangunan pada
sektor basis di
masing-masing
daerah.
Menganalisis
disparitas dan
potensi
ekonomi
daerah di satu
provinsi.
Menganalisis
disparitas
dengan
membandingk-
an dua
provinsi yaitu
provinsi induk
dan provinsi
pemekaran.
7. The
Relationship
Between
Economic
Growth and
Income
Inequality
Nasfi Fkili
Wahiba,
dan Malek
El
Weriemmi
(2014)
Pertumbuhan ekonomi
dan pertukaran
keterbukaan merupakan
faktor-faktor yang
memperburuk
ketimpangan dan
diperparah dengan
percepatan proses
liberalisasi perdagangan
di Tunisia.
Menganalisis
ketimpangan
dan dari sisi
Pertumbuhan
Ekonomi.
Tidak
menganalisis
fsktor-faktor
yang
mempengaruhi
ketimpangan
khususnya dari
sisi liberalisasi
perdagangan.
38
8. Regional
Convergence
and the Role
of the
Neighbourho
od Effect in
Decentralise
d Indonesia
Yogi
Vidyattama
(2013)
Hasil menunjukkan
terdapat ketimpangan
PDRB Perkapita yang
ditunjukkan oleh
indeks Williamson,
dan meningkat sedikit
pada saat perkiraan
kecepatan
konvergensi –
terutama dipengaruhi
oleh pertumbuhan
Jakarta. Sebaliknya,
perubahan angka IPM
di Indonesia
menunjukkan bahwa
konvergensi wilayah
sedang berlangsung,
meski kecepatannya
menurun.
Lingkungan
memberikan
pengaruh signifikan
dalam kedua kasus,
tetapi memiliki
pengaruh yang kecil
pada kecepatan
konvergensi.
Meneliti
disparitas
pendapatan
perkapita.
Tidak meneliti
disparitas
dengan
perkiraan
kecepatan
konvergensi
dan perubahan
angka IPM.
39
9. The
Relationship
Between
Economic
Growth and
Income
Inequality
Nasfi Fkili
Wahiba, dan
Malek El
Weriemmi
(2014)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi
dan pertukaran
keterbukaan merupakan
faktor-faktor yang
memperburuk
ketimpangan dan
diperparah dengan
percepatan proses
liberalisasi perdagangan
di Tunisia. Kemudian,
ketimpangan berdampak
negatif pada
pertumbuhan ekonomi
dan efek ini lebih
muncul setelah
percepatan proses
pembukaan bursa.
Melihat
hubungan
antara
ketimpangan
dan
pertumbuhan
ekonomi.
Meneliti
perbedaan
disparitas,
pola
perkembang-
an ekonomi,
dan potensi
ekonomi.
40
10. Analysis of
the Impact of
Economic
Growth on
Income
Inequality
and Poverty
in South
Africa: The
Case of
Mpumalanga
Province
Ferdinand
Niyimbanira
(2017)
Hasil penelitian
menunjukkan
pertumbuhan ekonomi
mengurangi kemiskinan
dan bukan ketimpangan
pendapatan. Kemudian,
hasil berimplikasi pada
pengambil kebijakan
untuk merancang
strategi dalam
mengurangi
ketimpangan pendapatan
di Afrika Selatan. Studi
ini mengusulkan
langkah sosial ekonomi
untuk meningkatkan
perekonomian,
pembangunan manusia
dalam ekonomi berbasis
pengetahuan.
Meneliti
ketimpangan
pendapatan.
Tidak
meneliti
pengaruh
pertumbuhan
ekonomi
terhadap
ketimpangan
pendapatan.
41
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Ke
Dilihat dari aspek
Mewujudkan Pembangunan dan Pemanfaatan Potensi
Daerah di Papua dan Papua Barat sesuai Kebijakan
Pemekaran Wilayah dalam UU No. 45 Tahun
1999/INPRES No. 1 Tahun 2003
Permasalahan pembangunan ekonomi di wilayah induk
dan pemekarannya dan Hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional BPS yang menyatakan daerah pemekaran lebih
sejahtera dibandingkan daerah induk.
Disparitas Pendapatan Setelah Pemekaran (Indeks
Williamson) dan
Uji perbedaan tingkat disparitas antara wilayah induk
dan pemekarannya (uji beda independent samples t-test)
Pengkalsifikasian
kesenjangan dilihat
berdasarkan Pola
Perkembangan
Ekonomi Antar
Kab/Kota Provinsi
Papua dan Provinsi
Papua Barat Setelah
Pemekaran
Analisis potensi sektor ekonomi untuk meningkatkan
perekonomian dan menekan disparitas pendapatan
(Analisis Location Quotient)
Strategi dan kebijakan dalam
mengurangi tingkat disparitas
pendapatan perkapita
42
D. Hipotesis Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
tingkat disparitas pendapatan, pola perkembangan ekonomi setelah pemekaran, dan
sektor unggulan dalam meningkatkan perekonomian maka perumusan hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1) Diduga terdapat disparitas pendapatan perkapita pada provinsi induk dan
provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) setelah
pemekaran tahun 2013-2019.
2) Diduga terdapat perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita antara
provinsi induk dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat) setelah pemekaran tahun 2013-2019.
3) Diduga terdapat perbedaan pola perkembangan ekonomi antara provinsi induk
dan provinsi pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) setelah
pemekaran tahun 2013-2019.
4) Diduga terdapat potensi sektor unggulan di provinsi induk dan provinsi
pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) dalam rangka
menurunkan tingkat disparitas pendapatan perkapita setelah pemekaran tahun
2013-2019.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan data tahunan yang
diperoleh utas periode 2013-2019 yang bersumber dari Publikasi Badan Pusat
Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat. Data yang digunakan ialah data PDRB
Atas Dasar Harga Konstan 2010 sehingga perkembangan yang ditunjukkan tiap
tahunnya merupakan perkembangan produksi riil dan menggunakan nilai yang
absolut untuk menghindari adanya fluktuasi kenaikan harga atau inflasi. Penelitian
ini menggunakan lintas periode tersebut karena Provinsi Papua Barat masih
melakukan pemekaran kabupaten/kota terakhir pada tahun 2012. Sehingga untuk
meminimalisir kesalahan pengolahan data akibat jumlah data tahunan pada tingkat
kabupaten/kota yang berbeda maka periode yang diambil adalah tahun 2013 hingga
tahun 2019 setelah jumlah kabupaten/kota di masing-masing provinsi tidak lagi
tetap atau bertambah dan berkurang. Adapun definisi operasional variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) PDRB Perkapita Kabupaten/Kota dan provinsi di Papua dan Papua Barat
tahun 2013-2019.
2) Data jumlah penduduk Kabupaten/Kota dan provinsi di Papua dan Papua
Barat tahun 2013-2019.
3) Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat tahun
2013-2019.
44
4) PDRB antar kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
tahun 2013-2019.
Analisa data secara statistik menggunakan analisis data secara deskriptif
berdasarkan hasil data yang diperoleh pada tiap variabel. Hasil dari interpretasi
deskriptif kemudian disesuaikan dengan landasan teori-teori ekonomi yang
menyertainya.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan
mencari bahan materi serta teori pendukung, dan mengumpulkan data sekunder
yang berasal dari instansi terkait yaitu Publikasi BPS (Badan Pusat Statistik)
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan masing-masing kabupaten/kotanya.
Adapun teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
ialah:
1. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan studi pustaka ialah dengan mengumpulkan data yang
bersumber dari buku, artikel dan berita, jurnal ilmiah, serta thesis yang
berkaitan dengan penelitian ini.
2. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data dengan teknik studi dokumentasi ialah dengan mengutip
sumber terkait yang berasal dari berita resmi statistik dan literatur lainnya yang
berkaitan dan mendukung penelitian ini.
45
C. Metode Analisis Data
1. Analisis Indeks Williamson Untuk Mengukur Disparitas Pendapatan
Perkapita
Metode analisis Indeks wiliamson merupakan koefisien persebaran (coefficient
of variation) dari rata-rata nilai sebaran yang dihitung berdasarkan estimasi dari
nilai PDRB dan penduduk daerah yang berada pada lingkup wilayah yang dikaji
dan dianalisis (Rambe, 2010). Dalam studi kasus penelitian ini adalah wilayah
kabupaten/kota di antara Provinsi Papua sebagai provinsi induk dan Provinsi Papua
Barat sebagai provinsi pemekarannya. Data yang digunakan ialah data PDRB
perkapita antar kabupaten/kota dan PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
serta Jumlah Penduduk yang kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel.
Peneliti melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan berdasarkan
kabupaten/kota yang diambil melalui internet dari Badan Pusat Statistik. Selain itu
peneliti juga melakukan studi kepustakaan dengan mencari sumber informasi dari
literatur guna mendapatkan informasi yang bersifat teoritis.
Pendapatan perkapita antar wilayah di provinsi induk dan provinsi
pemekarannya (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) dalam periode 2013
hingga 2019 diindikasikan adanya disparitas atau ketimpangan. Berdasarkan latar
belakang di atas telah diketahui bahwa PDRB Perkapita di antara wilayahnya tidak
sama besarnya maka dengan demikian perlu diukur bagaimana tingkat
ketimpangangan itu dapat terjadi. Adapun rumus indeks wiliamson menurut adalah
sebagai berikut (Susanti, 1994):
Vw = ∑ (𝑌𝑖−𝑌)²
𝑓𝑖
𝑛𝑖
𝑌
46
Keterangan :
Vw : Koefisien variasi Williamson
Yi : PDRB Perkapita masing-masing kabupaten/kota
Y : PDRB rata-rata perkapita di Provinsi
F : Jumlah Penduduk pada masing-masing kabupaten/kota
N : Jumlah Penduduk Provinsi
Dengan kriteria ketimpangan Indeks Williamson sebaagai berikut:
a) Jika 0,1 < Vw < 0,35 maka tingkat ketimpangan termasuk ringan.
b) Jika 0,35 < Vw < 0,50 maka tingkat ketimpangan termasuk sedang.
c) Jika Vw > 0,50 maka tingkat ketimpangan termasuk berat.
2. Uji Beda Indpendent Sample T-Test Untuk Mengukur Perbedaan
Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita
Dalam menguji pernyataan dari Susenas BPS, dimana daerah pemekaran lebih
sejahtera dibandingkan daerah induk maka uji beda independent sample t-test ini
dilakukan untuk melihat seberapa signifikan perbedaan rata-rata tingkat disparitas
pendapatan perkapita setelah kebijakan pemekaran daerah di antara provinsi induk
dan pemekarannya. Pengujian hipotesis dalam metode ini ialah dengan analisis
statistik inferensial dengan teknik t-test. Dalam penelitian ini menggunakan dua
kelompok sampel berbeda yang bersumber dari data yang berbeda dengan tujuan
untuk melihat seberapa besar perbedaan rata-rata tingkat disparitas pendapatan
perkapita di antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil Pemekaran
(Provinsi Papua Barat). Kedua sampel tersebut dibandingkan untuk melihat ada-
47
tidaknya perbedaan setelah sampel-sampel tersebut yaitu provinsi induk dan
pemekarannya memiliki status daerah yang berbeda. Uji beda yang dilakukan ialah
dengan menggunakan analisis t-test sampel bebas (Independent Samples t-test),
adapun rumus uji beda independent sample t-test ialah sebagai berikut:
t = 𝑋− 𝜇
𝑆 / √𝑛
Keterangan:
t = Nilai hitung t
X = Rata-rata sampel (mean)
µ = Rata-rata populasi
S = Standar deviasi sampel
n = Jumlah observasi di dalam sampel
Adapun kriteria ketentuan dalam pengujian hipotesis yang dilihat berdasarkan
probabilitas ialah sebagai berikut:
1. Apabila probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak
terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara tingkat disparitas
pendapatan perkapita di antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi
Hasil Pemekaran (Provinsi Papua Barat).
2. Apabila probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima terdapat
perbedaan rata-rata yang signifikan antara tingkat disparitas pendapatan
perkapita di antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil
Pemekaran (Provinsi Papua Barat).
48
3. Analisis Tipologi Klassen untuk Mengukur Kesenjangan Berdasarkan
Pola Perkembangan Ekonomi.
Adanya indikasi perbedaan tingkat disparitas pendapatan perkapita antara
Papua dan Papua Barat tidak terlepas dari adanya perbedaan pola perkembangan
ekonomi antar daerah di masing-masing provinsinya. Oleh karena itu, untuk
melihat gambaran adanya perbedaan tingkat kesenjangan antarwilayah berdasarkan
posisi perekonomian di Papua dan Papua Barat setelah pemekaran maka metode
yang tepat digunakan adalah metode tipologi klassen. Metode ini menggunakan
data sekunder PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua
Barat. Kabupaten/kota yang masing-masing mempunyai karakteristik pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan perkapita yang berbeda-beda diklasifikasikan dengan
tipologi Klassen pendekatan wilayah (Syafrizal,1997). Adapun definisi tabel
klasifikasi tipologi klassen adalah di bawah ini (KER, Bank Indonesia 2006):
Tabel 3.1
Klasifikasi Kabupaten/Kota menurut Tipoogi Klassen
Sumber: Kajian Ekonomi Regional, Bank Indonesia 2006
Keterangan:
ri = laju pertumbuhan ekonomi PDRB wilayah i
yi = PDRB Perkapita wilayah i
r = laju pertumbuhan ekonomi PDRB wilayah referensi
y = PDRB perkapita wilayah referensi
yi > y yi < y
ri > r Daerah cepat maju
dan cepat tumbuh
Daerah berkembang
cepat
ri < r Daerah maju tapi
tertekan
Daerah relatif
tertinggal
49
Adapun kriteria dalam klasifikasi tipologi klassen dalam pendekatan wilayah
adalah:
1) Daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, yaitu daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tingi dari rata-rata
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
2) Daerah maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita
lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah daripada rata-
rata Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
3) Daerah berkembang cepat, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan
tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan rata-rata
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
4) Daerah relatif tertinggal, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding rata-rata
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
4. Analisis Location Quotient untuk Menganalisis Potensi Sektor
Ekonomi Unggulan.
Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan analisis yang ditujukan
untuk mengetahui dan menentukan sektor mana yang berpotensi spesialisasi dalam
suatu daerah terhadap aktivitas ekonomi utama atau untuk menentukan sektor
unggulan yaitu sektor yang dapat memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri maupun
daerah lain yang ada disekitarnya (Badan Pusat Statistik, 2016). Pada dasarnya
dalam rangka mewujudkan pembangunan dapat dimaksimalkan dengan menekan
tingkat disparitas yang tinggi menuju pemerataan. Hal yang dapat dilakukan untuk
50
menekan angka ketimpangan pembangunan ialah dengan memaksimalkan sektor
potensi ekonomi unggulan yang kompetitif antar wilayahnya di masing-masing
provinsi (Iswanto, 2015). Dalam mengetahui sektor unggulan selama 7 tahun
terakhir, data yang digunakan adalah PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
menurut Lapangan Usaha yang diolah menggunakan analisis Location Quotient.
Analisis Location Quotient menganalisis sektor unggulan yang tersedia di tiap-
tiap kabupaten/kota di masing-masing provinsi induk dan pemekaran untuk
mengetahui potensi sektor ekonomi yang unggul dan dapat dikembangkan sehingga
dapat menekan angka disparitas pendapatan antar wilayah di Provinsi Papua dan
Papua Barat. Analisis LQ merupakan alat analisis yang digunakan denga melihat
suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah terhadap
besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Adapun rumus dalam perhitungan
LQ adalah sebagai berikut (Jumiyanti, 2018):
LQ = 𝑉𝑖 𝑉𝑡⁄
𝑌𝑖 𝑌𝑡⁄
Keterangan:
LQ = Location Quotient
Vi = nilai PDRB sektor i pada tingkat antar Kabupaten/Kota
Vt = Total PDRB pada tingkat Kabupaten/Kota
Yi = nilai PDRB sektor I pada tingkat Provinsi
Yt = Total PDRB pada tingkat Provinsi
Adapun kriteria dalam hasil perghitungan LQ adalah, apabila:
1) LQ > 1 berarti komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi sumber
pertumbuhan, dimana komoditas menjadi seuah keunggulan komparatif yang
51
hasilnya tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di wilayah besangkutan
namun juga dapat diekspor ke luar wilayah lainnya.
2) LQ = 1 berarti komoditas tersebut dikatakan non-basis atau tidak memiliki
keunggulan komparatif yang hasil produksinya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk ekspor ke wilayah lainnya.
3) LQ < 1 berarti komoditas ini juga dikatakan non-basis atau tidak memiliki
keunggulan komparatif dan hasil produksinya tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari wilayah lainnya.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita
PDRB Perkapita dalam penelitian ini diperoleh dari membagi angka PDRB
dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Dalam penelitian ini
menggunakan PDRB perkapita antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat atas dasar harga konstan 2010 periode 2013-2019.
2. Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah penduduk yang digunakan di dalam peneitian ini adalah keseluruhan
penduduk yang tinggal di antar Kabupaten/Kota dan Provinsi di Papua dan
Papua Barat dalam kurun waktu tahun 2013-2019.
3. Laju Pertumbuhan PDRB
Laju pertumbuhan PDRB yang digunakan dalam penelitian ini ialah nilai
persentase laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
dari tahun 2013-2019.
52
4. Pendapatan Domestik Regional Bruto
PDRB atau Pendapatan Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Dalam penelitian ini, PDRB yang
digunakan ialah PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha periode 2013-
2019.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Keadaan Geografis
Pulau Papua merupakan pulau paling timur di Indonesia dengan kekayaan
alamnya mulai dari pegunungan, kawasan laut terbaik hingga sumber daya alam
yang berlimpah. Pulau Papua memiliki luas wilayah sekitar 786.000 km persegi,
dan secara astronomis Pulau Papua pada koordinat 5°20′S 141°36′E. Kondisi iklim
yang dimiliki Pulau Papua terbilang ekstrem dimana kelembaban Pulau Papua
terhitung tinggi sekitar 80% hingga 89%. Begitupun dengan curah hujan di Pulau
Papua dengan kisaran 1800 mm hingga 3000mm.
Gambar 4.1
Peta Administrasi Pulau Papua
Sumber: Bappeda Provinsi Papua
54
Adapun Pulau Papua memiliki batasan langsung dengan banyak wilayah mulai
dari berbatasan dengan laut dan juga berbatasan langsung dengan daratan yang
dirinci sebagai berikut:
1. Batas Laut
Utara: Laut Filipina
Barat: Laut Arafuru dan Laut Banda
Timur: Samudra Pasifik
Selatan: Laut Arafuru
2. Batas Daratan
Utara: Samudra Pasifik
Barat: Laut Arafuru
Timur: Papua Nugini
Selatan: Laut Arafuru dan Australia
Pulau Papua merupakan pulau yang sangat luas dan memiliki kondisi geografis
yang sangat bervariasi sehingga mempengaruhi kondisi persebaran penduduk
sehingga tidak merata. Adanya kondisi sebaran penduduk yang tidak merata
menjadikannya sebagai salah satu alasan dengan dilakukannya pembentukan
daerah otonom baru atau pemekaran provinsi menjadi dua. Dua wilayah yang
terbentuk di wilayah Papua yaitu terdiri dari bagian timur merupakan Provinsi
Papua yang menjadi provinsi induk sedangkan bagian baratnya adalah Provinsi
Papua Barat sebagai provinsi hasil pemekaran.
Provinsi Papua sebagai wilayah induk memiliki luas wilayah sebesar
315.091,62 km2 dan secara geografis terletak antara garis koordinat 01°00’ LU -
55
9°10’ LS dan 134°00’ BT - 141°05’ BT. Beradasarkan administrasi, Povinsi Papua
terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota, yang terbagi menjadi 470 distrik dan 4.378
kampung dengan Kota Jayapura sebagai Ibukota Provinsi. Kabupaten Merauke
merupakan kabupaten terluas di Papua dengan menempati 14,62 persen wilayah
Provinsi Papua atau seluas 46.074,43 km2 dan memiliki jarak terjauh dari ibukota
Provinsi Papua dengan jarak sejauh 662 km. Sedangkan kabupaten terkecil di
Provinsi Papua ialah Kabupaten Supiori yang hanya seluas 690,16 km2 atau sekitar
0,22 persen wilayah Provinsi Papua dan merupakan kabupaten terjauh kedua
setelah Kabupaten Merauke dengan jarak 605 km dari ibukota Provinsi Papua.
Adapun secara administratif Provinsi Papua berbatasan dengan:
Sebelah utara : Samudra Pasifik
Sebelah selatan : Laut Arafuru
Sebelah barat : Papua Barat
Sebelah timur : Papua New Guinea
Sedangkan Provinsi Papua Barat sebagai wilayah hasil pemekaran secara
geografis terletak di antara 0º-4,3° Lintang Selatan dan 129,2º-135,2° Bujur Timur
dan memiliki luas sebesar 102.955,15 km2. Wilayah administrasi Provinsi Papua
Barat sendiri memiliki posisi yang strategis, di bagian barat Papua Barat khususnya
di Kabupaten Raja Ampat merupakan pusat segitiga karang dunia (coral triangle)
yang merupakan wilayah dengan keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia.
Provinsi Papua Barat juga berbatasan langsung dengan negara di wilayah Pasifik
yang menjadi penanda kedaulatan Indonesia baik dalam aspek pertahanan maupun
56
pemanfaatan sumberdaya kelautan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Adapun
rincian batas wilayah administrasi Provinsi Papua Barat adalah:
Sebelah utara : Samudera Pasifik;
Sebelah selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku;
Sebelah timur : Provinsi Papua; dan
Sebelah barat : Laut Seramdan Provinsi Maluku.
Secara administrasi, Provinsi Papua Barat memiliki 12 Kabupaten dan 1 Kota
yang terdiri dari 218 distrik, 1.742 kampung dan 95 kelurahan (kondisi hingga
akhir tahun 2015) dan terus meningkat seiring dengan adanya perkembangan
wilayah guna meningkatkan akselerasi pelayanan kepada masyarakat.
2. Keadaan Demografis
Dalam proses pembangunan, persebaran dan jumlah penduduk merupakan
hal penting yang tidak dapat dipisahkan. Adanya besaran serta komposisi dari
jumlah penduduk pada dasarnya akan mempengaruhi kegiatan masyarakat baik di
bidang sosial maupun ekonomi. Proses pembangunan tidak dapat terlepas dari
bagaimana korelasi dan interaksi antar penduduk yang pada akhirnya memiliki
posisi yang strategis dalam penentuan kebijakan. Komposisi kependudukan akan
dikatakain baik dan strategis apabila persebarannya merata, dan didominasi olek
penduduk yang berusia produktif serta diiringi dengan kualitas tiap penduduknya
yang baik.
57
Tabel 4.1
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat Tahun 2013-2019 (ribu)
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dalam Angka Tahun
2013-2019
Apabila melihat tabel 4.1 terlihat bahwa dari tahun ke tahun Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan jumlah penduduk dimana pada tahun
2013 jumlah penduduk Provinsi Papua sebesar 3,032,488 terus meningkat hingga
di tahun 2019 mencapai 3,379,302 jiwa. Sedangkan Provinsi Papua Barat memiliki
jumlah penduduk yang lebih sedikit dibandingkan wilayah induknya karena
dipengaruhi oleh luas wilayahnya tidak seluas Provinsi Papua sebagai wilayah
induk, dimana pada tahun 2013 sebanyak 828,293 terus meningkat hingga
mencapai 959,617 jiwa.
Tabel 4.2
Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per km2
di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019
Provinsi
Rata-Rata Laju
Pertumbuhan Penduduk
(%)
Rata-Rata Kepadatan
Penduduk Per km2
(Jiwa)
Papua 1.84 10
Papua Barat 2.33 8
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dalam Angka Tahun
2013-2020 (data diolah)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Papua 319 036,05 3,032,488 3,091,047 3,149,375 3,207,444 3,265,202 3,322,526 3,379,302
Papua
Barat102,955.15 828,293 849,809 871,510 893,362 915,361 937,458 959,617
Provinsi luas wilayahjumlah penduduk
58
Tabel 4.2 menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk diantara kedua
provinsi baik provinsi induk dan provinsi hasil pemekaran, dimana Papua Barat
sebagai provinsi hasil pemekaran mengalami tingkat laju pertumbuhan penduduk
yang lebih tinggi dari wilayah induknya selama tujuh tahun terakhir. Rata-rata laju
pertumbuhan penduduk di Papua Barat mencapai hingga 2.33% lebih tinggi dari
wilayah induknya dikarenakan Angka Kelahiran di Papua Barat mencapai 3.2% per
tahun dari total penduduk. Sedangkan untuk rata-rata kepadatan penduduk baik di
Papua maupun Papua Barat masih terbilang cukup rendah dalam kurun waktu
selama tujuh tahun dari tahun 2013 hingga tahun 2019. Dimana rata-rata kepadatan
penduduk di Papua hanya sebanyak 10 jiwa per km2 dan Papua Barat sebanyak 8
jiwa per km2.
3. Kondisi Perekonomian
Dalam melihat bagaimana kondisi perekonomian yang telah dicapai di kedua
provinsi baik induk dan wilayah hasil pemekaran dapat dilihat melalui capaian laju
pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Laju pertumbuhan PDRB Papua
selama tujuh tahun dari tahun 2013 hingga tahun 2019 terlihat stagnan. Laju
pertumbuhan PDRB di Papua berada pada tingkat tertinggi dalam periode tujuh
tahun di tahun 2015 yaitu mencapai 9.14 persen, namun laju pertumbuhan kembali
berfluktuatif hingga mengalami perlambatan laju pertumbuhan yang cukup dalam
di tahun 2019 yaitu sebesar -15.72 persen. Terjadinya kontraksi yang cukup dalam
di tahun 2019 dipengaruhi karena adannya penurunan pada produksi tambang yang
menyebabkan sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami kontraksi yang
dalam hingga -43.21 persen.
59
8.55
-9.57
7.359.14
4.647.37
-15.72
7.365.38 4.15 4.52 4.02
6.25
2.66
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Papua Papua Barat
Gambar 4.2
Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Tahun 2013-2019
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Barat
Sedangkan, Papua Barat dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir yaitu
terlihat berfluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. Apabila melihat gambar
4.2 pada dasarnya, laju pertumbuhan PDRB di Papua Barat tidak mengalami
peningkatan yang signifikan. Di tahun 2013 laju PDRB sebesar 7.36 persen dan
terus cenderung menurun hingga tahun 2017 lalu mengalami peningkatan lagi di
tahun 2018 menjadi 6.25 persen, namun peningkatan tersebut masih berada di
bawah laju pertumbuhan PDRB di tahun 2013. Kemudian di tahun 2019, laju
pertumbuhan PDRB mengalami melambat dan mengalami penurunan kembali dan
hanya mencapai 2.65 persen.
Capaian pertumbuhan ekonomi di Papua dan Papua Barat tidak terlepas dari
peranan sektor-sektor yang ada di dalamnya. Sektor-sektor yang membentuk PDRB
di Papua Barat terdiri dari 17 sektor yang mendukungnya. Rata-rata pertumbuhan
dari masing-masing sektor di Papua dan Papua Barat pada periode 2013-2019 yang
ditunjukkan pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 di bawah ini.
60
Tabel 4.3
Rata-Rata Pertumbuhan PDRB ADHK Berdasarkan Sektor-Sektor Ekonomi
di Provinsi Papua Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2019
Sektor-Sektor
Provinsi Papua
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-
Rata
A. Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
6.04 5.64 5.26 1.77 3.98 3.15 0.25 3.73
B. Pertambangan
dan Penggalian 9 -2.81 6.72 13.1 3.9 10.52 -43.21 -0.40
C. Industri
Pengolahan 2.13 8.72 3.77 4.47 6.46 5.65 -1.25 4.28
D. Pengadaan
Listrik dan Gas 7.45 8.41 0.63 11.86 4.11 6.89 6.87 6.60
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
6.53 6.25 3.99 3.37 6.38 5.72 -3.35 4.13
F. Konstruksi 11.79 8.56 10.7 8.81 5.18 5.7 9.04 8.54
G. Perdagangan
Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
9.36 7.3 8.13 6.91 6.24 6.39 6.41 7.25
H. Transportasi
dan Pergudangan 8.15 10.57 9.59 8.13 5.98 8.16 5.96 8.08
I. Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
11.67 12.57 7.52 6.54 6.04 5.41 5.4 7.88
J. Informasi dan
Komunikasi 12.79 6.63 5.19 3.42 6.99 3.52 7.32 6.55
K. Jasa Keuangan
dan Asuransi 13.89 7.26 2.63 6.08 2.61 5.35 4.28 6.01
L. Real Estat 11.67 8.09 5.86 7.02 5.6 6.54 6.1 7.27
M,N. Jasa
Perusahaan 5.88 9.65 3.97 5.68 5.77 6.7 6.75 6.34
O. Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
2.8 14.85 10.89 9.64 4.36 3.88 3.66 7.15
61
Sektor-Sektor
Provinsi Papua
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata-
rata
P. Jasa Pendidikan 9.75 7.45 7.23 7.83 5.55 4.18 6.68 6.95
Q. Jasa Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
9.29 9.36 8.36 8.08 5.2 5.73 4.83 7.26
R,S,T,U. Jasa
lainnya 10.42 8.55 7.04 6.43 5.62 7.34 5.77 7.31
Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019
Tabel 4.3 di atas menunjukkan rata-rata pertumbuhan pada tiap-tiap sektor
yang ada di Provinsi Papua dalam periode 2013-2019. pertumbuhan pada sektor
dengan rata-rata terendah di Provinsi Papua dalam periode 2013 hingga 2019 adalah
sektor Pertambangan dan Penggalian yang hanya sebesar -0.40 persen, hal ini
dikarenakan sektor Pertambangan dan Penggalian kerap kali mengalami kontraksi
dalam periode tersebut. Kontraksi pertama terjadi di tahun 2014 sebesar -2.81 dan
yang kedua di tahun 2019 mengalami kontraksi yang sangat dalam sebesar -43.21
persen. Adanya kontraksi pada sektor Pertambangan dan penggalian terjadi karena
terdapat penurunan prodiuksi pada PT. Freeport Indonesia karena adanya peralihan
kegiatan tambang, dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah. Sedangkan
sektor yang mengalami pertumbuhan dengan rata-rata tertinggi ialah sektor
konstruksi dengan rata-rata partumbuhan sebesar 8.54 persen.
62
Tabel 4.4
Rata-Rata Pertumbuhan PDRB ADHK Berdasarkan Sektor-Sektor Ekonomi
di Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2019
Sektor-Sektor
Provinsi Papua Barat
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-
Rata
A. Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
6.37 4.97 2.6 2.12 5.85 2.2 3.34 3.92
B. Pertambangan
dan Penggalian 1.14 0.88 1.21 0.79
-
1.36 4.17 -0.34 0.93
C. Industri
Pengolahan 8.46 3.94 2.12 3.27 2.9 7.28 -0.99 3.85
D. Pengadaan
Listrik dan Gas 9.23 6.63
-
4.89 4.53 5.72 6.87 8.87 5.28
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
4.81 5.14 5.35 3.32 5.59 4.96 4.42 4.80
F. Konstruksi 15.56 12.45 9.73 9.77 9.13 7.2 7.57 10.20
G. Perdagangan
Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
7.57 8.07 6.86 9.06 8.03 9.84 8.37 8.26
H. Transportasi dan
Pergudangan 12.83 12.75 8.47 7.98 8.04 8.58 8.01 9.52
J. Informasi dan
Komunikasi 9.34 11.35 7.56 9.77 8.01 8.35 11.51 9.41
K. Jasa Keuangan
dan Asuransi 23.66 9.62 9.7 2.47 3.23 2.88 9.33 8.70
L. Real Estat 5.96 9 7.59 8.41 8.43 9.26 8.42 8.15
M,N. Jasa
Perusahaan 7.66 7.81 7.16 5.45 7.47 7.44 5.28 6.90
O. Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
9.46 8.23 8.34 8.28 4.53 7.35 3.3 7.07
63
Sektor-Sektor
Provinsi Papua Barat
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata-
rata
P. Jasa
Pendidikan 10.3 10.03 7.28 6.19 7.92 4.75 5.8 7.47
Q. Jasa
Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
0.82 5.76 6.33 6.48 7.14 7.02 4.39 5.42
R,S,T,U. Jasa
lainnya 9.24 6.84 6.36 7.38 6.94 6.06 4.37 6.74
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2010
Sedangkan pada provinsi Papua Barat sebagai wilayah hasil pemekaran,
terlihat bahwa dari 17 sektor yang ada, Sektor Konstruksi yang memberikan
kontribusi terbesar dengan rata-rata 10.2 persen selama periode 2013-2019 dan
diikuti oleh sektor transportasi dan pergudangan dengan rata-rata 9.52 persen.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan pada sektor ekonomi yang terendah ada pada
sektor pertambangan dan penggalian yang hanya bertumbuh dengan rata-rata 0.93
persen dalam kurun waktu periode 2013 hingga 2019.
Kemudian untuk melihat bagaimana kontribusi setiap sektor dalam
pembentukan PDRB di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dapat dilihat dari
indikator peranan masing-masing sektor PDRB menurut lapangan usaha.
Gambaran struktur perekonomian dapat dilihat dari bagaimana kondisi potensi
masing-masing sektor terhadap PDRB di suatu wilayah. Tinggi rendahnya
kontribusi sektor PDRB menurut lapangan usaha dapat menggambarkan bagaimana
kondisi pertumbuhan ekonomi yang ada di Provinsi Papua dan di Provinsi Papua
Barat. Adapun kontribusi sektor-sektor dalam pembentukan PDRB di Provinsi
Papua ditunjukkan pada tabel 4.5 di bawah ini:
64
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019Rata-
Rata
A. Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan 12.69 13.02 13.31 12.30 11.79 11.25 12.75 12.44
B. Pertambangan dan
Penggalian 39.28 34.55 32.22 34.08 35.19 36.70 23.62 33.66
C. Industri Pengolahan 2.11 2.25 2.20 2.09 2.10 2.03 2.27 2.15
D. Pengadaan Listrik dan
Gas 0.03 0.03 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04 0.03
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 0.06
F. Konstruksi 13.37 13.31 13.10 12.88 16.11 13.75
G. Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 7.95 8.46 9.02 9.03 9.07 8.93 10.90 9.05
H. Transportasi dan
Pergudangan 4.73 5.05 5.28 5.25 5.29 5.42 6.76 5.40
I. Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 0.71 0.80 0.82 0.80 0.80 0.78 0.94 0.81
J. Informasi dan
Komunikasi 3.55 3.75 3.82 3.67 3.73 3.56 4.32 3.77
K. Jasa Keuangan dan
Asuransi 1.70 1.76 1.67 1.58 1.54 1.51 1.78 1.65
L. Real Estat 2.57 2.66 2.72 2.66 2.62 2.55 3.05 2.69
M,N. Jasa Perusahaan 1.17 1.21 1.18 1.15 1.14 1.14 1.37 1.19
O. Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 8.22 9.19 9.66 9.47 9.10 8.87 10.80 9.33
P. Jasa Pendidikan 1.97 1.99 1.97 1.90 1.85 1.76 2.13 1.94
Q. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 1.51 1.59 1.51 1.50 1.49 1.48 1.87 1.56
R,S,T,U. Jasa lainnya 1.04 1.07 7.04 6.43 5.62 7.34 5.77 4.90
Sektor
Tahun
Tabel 4.5
Kontribusi Sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua
Tahun 2013-2019
Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019
Berdasarkan kontribusi tiap sektor yang ditunjukkan pada tabel di atas
terlihat bahwa Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Papua selama periode
2013-2019. Nilai rata-rata peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian pada
periode tahun 2013 hingga tahun 2019 ialah sebesar 33,66 persen. Kemudian sektor
yang memberikan kontribusi terbesar kedua ialah Sektor Konstruksi dengan rata-
65
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Rata-
Rata
A. Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan 10.49 10.78 10.87 10.95 11.02 10.46 10.55 10.73
B. Pertambangan dan
Penggalian 23.14 20.77 19.49 19.13 17.97 17.98 17.44 19.42
C. Industri Pengolahan 30.28 30.16 28.72 26.40 25.95 26.82 25.74 27.72
D. Pengadaan Listrik dan
Gas 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0.04
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.10 0.10 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10 0.10
F. Konstruksi 11.85 12.82 13.94 14.87 15.64 15.39 15.96 14.35
G. Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 5.43 5.78 6.14 6.58 6.89 7.01 7.47 6.47
H. Transportasi dan
Pergudangan 2.21 2.44 2.65 2.83 2.96 2.98 3.19 2.75
I. Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 0.54 0.56 0.59 0.62 0.64 0.64 0.68 0.61
J. Informasi dan
Komunikasi 1.40 1.46 1.48 1.58 1.64 1.63 1.75 1.56
K. Jasa Keuangan dan
Asuransi 1.44 1.51 1.59 1.57 1.57 1.51 1.59 1.54
L. Real Estat 1.04 1.11 1.16 1.23 1.28 1.29 1.34 1.21
M,N. Jasa Perusahaan 0.10 0.11 0.11 0.11 0.12 0.12 0.12 0.11
O. Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 8.74 8.79 9.71 10.51 10.64 10.61 10.57 9.94
P. Jasa Pendidikan 2.21 2.39 2.39 2.40 2.44 2.33 2.38 2.36
Q. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 0.73 0.72 0.74 0.79 0.80 0.79 0.79 0.77
R,S,T,U. Jasa lainnya 0.27 0.26 0.27 0.29 0.29 0.29 0.30 0.28
Sektor
Tahun
rata 13,75 persen. Kemudian disusul oleh Sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan dengan rata-rata sebesar 12.44 persen. Adapun sektor yang memberikan
kontribusi terendah pada PDRB Provinsi Papua adalah Sektor Pengadaan Listrik
dan Gas yang hanya sebesar 0.03 persen. Selanjutnya, berikut ini adalah kondisi
peranan PDRB lapangan usaha di Provinsi Papua Barat sebagai provinsi hasil
pemekaran:
Tabel 4.6
Kontribusi Sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Papua
Barat Tahun 2013-2019
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019
66
Berdasarkan kontribusi tiap sektor dalam pembentukan PDRB di Provinsi
Papua Barat terlihat bahwa Sektor Industri pengolahan merupakan sektor yang
memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukan PDRB di Provinsi Papua
Barat selama periode tahun 2013-2019. Nilai rata-rata kontribusi yang diberikan
Sektor Industri Pengolahan selama periode 2013-2019 ialah sebesar 27.72 persen.
Sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua ialah Sektor Pertambangan dan
Penggalian dengan rata-rata sebesar 19.42 persen. Kemudian disusul oleh sektor
Konstruksi dengan rata-rata sebesar 14.35 persen. Adapun sektor yang memberikan
kontribusi terendah dalam pembentukan PDRB di Papua Barat ialah Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas yang hanya sebesar 0.04 persen.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan
dalam melihat bagaimana perkembangan pembangunan ekonomi di dalam suatu
wilayah. Pendapatan perkapita dapat dilihat dari capaian PDRB Perkapita di suatu
wilyah, dimana dalam mendapatkan nilai PDRB perkapita dapat dihitung dengan
membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk dalam periode tertentu. Begitupun
dengan laju pertumbuhan ekonomi yang juga dapat digunakan sebagai indikator
perkembangan pembangunan suatu wilayah dengan melihat capaian pertumbuhan
pada tiap-tiap sektor ekonomi. Besarnya rata-rata pendapatan perkapita antar
kabupaten/kota di masing-masing provinsi baik induk dan pemekaran selama
periode 2013-2019 dapat dilihat dalam tabel berikut:
67
Tabel 4.7
Rata-Rata PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Papua Tahun 2013-2019
Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019 (data diolah penulis)
Kabupaten/
Kota
Rata-Rata
PDRB
Perkapita
(Rp)
Rata-Rata
Laju
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Merauke 37,946,143.19 7.70
Jayawijaya 19,292,823.61 6.02
Jayapura 64,532,459.35 8.91
Nabire 44,140,294.81 6.83
Kep. Yapen 26,772,510.40 5.70
Biak Numfor 23,213,783.58 3.01
Paniai 15,241,793.97 6.76
Puncak Jaya 7,397,242.71 4.82
Mimika 284,360,673.34 0.62
Boven
Digoel 45,861,287.26 4.69
Mappi 16,547,695.10 6.67
Asmat 14,317,212.67 5.56
Yahukimo 7,097,729.86 5.54
Peg. Bintang 16,601,278.11 5.91
Tolikara 6,952,136.17 5.07
Kabupaten/
Kota
Rata-Rata
PDRB
Perkapita
(Rp)
Rata-Rata
Laju
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Sarmi 40,528,032.67 6.63
Keerom 31,811,201.73 6.30
Waropen 42,107,603.76 8.81
Supiori 35,955,295.23 4.56
Mamberamo
Raya 38,108,006.28 7.93
Nduga 6,988,061.46 7.57
Lanny Jaya 5,715,950.51 6.28
Mamberamo
Tengah 13,816,790.17 6.78
Yalimo 10,644,915.84 7.87
Puncak 6,448,596.51 7.65
Dogiyai 7,968,237.42 7.12
Intan Jaya 14,266,607.71 6.91
Deiyai 10,112,002.94 7.88
Kota Jayapura 66,825,770.64 7.55
68
Tabel 4.8
Rata-Rata PDRB Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Kab./Kota di
Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019
Kabupaten/Kota
Rata-Rata
PDRB
Perkapita (Rp)
Rata-Rata
Laju
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Fakfak 39,782,528.31 6.89
Kaimana 28,465,532.37 5.46
Teluk Wondama 29,144,027.58 5.35
Teluk Bintuni 381,664,861.90 6.03
Manokwari 35,924,924.46 7.51
Sorong Selatan 24,786,629.46 6.29
Sorong 95,018,298.51 2.71
Raja Ampat 45,562,497.34 3.30
Tambrauw 9,491,668.55 5.98
Maybrat 10,290,535.59 5.91
Manokwari Selatan 22,392,197.73 5.21
Pegunungan Arfak 4,071,671.57 5.80
Kota Sorong 37,147,700.16 8.72
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019 (data diolah penulis)
2. Analisis Disparitas Pendapatan (Indeks Williamson)
Berdasarkan adanya perbedaan nilai PDRB perkapita antar kabupaten/kota
yang diperoleh oleh provinsi induk dan pemekarannya diindikasikan terjadinya
disparitas pendapatan perkapita. Dalam mengukur tingkat disparitas pendapatan
perkapita di provinsi induk dan pemekarannya menggunakan metode Indeks
Williamson. Menurut Susanti (1995) perhitungan Indeks Williamson memiliki
kriteria nilai 0,1 < Vw > 0,50 yang berarti apabila nilai Indeks Williamson
mendekati nol berarti nilai tersebut menunjukkan bahwa wilayah tersebut semakin
tidak timpang, dan sebaliknya apabila melebihi 0,50 maka wilayah tersebut
69
memiliki tingkat ketimpangan yang berat. Hasil yang ditunjukkan menggunakan
perhitungan Indeks Williamson ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
Hasil analisis Indeks Williamson dalam tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa
kondisi setelah pemekaran selama periode tahun 2013-2019, baik Provinsi Papua
sebagai wilayah induk dan Provinsi Papua Barat sebagai provinsi pemekarannya
sama-sama memiliki tingkat disparitas pendapatan perkapita pada level yang tinggi.
Rata-rata disparitas pendapatan perkapita di Provinsi Papua yaitu sebesar 2.02 yang
berarti sangat tinggi karena melampaui 0,5. Begitupun dengan Papua Barat sebagai
wilayah hasil pemekaran yang mencapai nilai rata-rata disparitas pendapatan
perkapita sebesar 1.51 yang juga masuk ke dalam level ketimpangan tinggi karena
melampaui angka 0,5.
Provinsi PapuaProvinsi Papua
Barat
2013 2.04 1.58
2014 2.07 1.55
2015 2.06 1.53
2016 2.16 1.51
2017 2.13 1.47
2018 2.20 1.47
2019 1.51 1.46
Rata-
Rata2.02 1.51
Disparitas Pendapatan
Perkapita (Indeks Williamson)Tahun
70
3. Analisis Uji Beda Independent Sample T-test
Analisis uji beda independent sample t-test dilakukan untuk menguji
hipotesis dan melihat seberapa signifikan perbedaan rata-rata tingkat disparitas
pendapatan perkapita setelah penerapan kebijakan pemekaran daerah antara
Provinsi Papua sebagai wilayah induk dengan Provinsi Papua Barat sebagai
wilayah hasil pemekarannya. Uji beda independent sample t-test memiliki dua
hipotesis dalam pengambilan keputusan yaitu apabila H0 diterima berarti tidak
terdapat perbedaan rata-rata disparitas pendapatan perkapita yang signifikan di
antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil Pemekaran (Provinsi
Papua Barat). Sebaliknya, apabila H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat
perbedaan rata-rata disparitas pendapatan perkapita yang signifikan di antara
Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil Pemekaran (Provinsi Papua
Barat). Uji beda dilakukan dengan menggunakan alat analisis SPSS dengan
membandingkan rata-rata antara dua kelompok yang berbeda. Hasil dari analisis uji
beda independent sample t-test dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10
Uji Independent Sample T-Test
Sumber: data diolah penulis
Dalam tabel Independent Samples Test menunjukkan bahwa dalam Indeks
Williamson, nilai F hitung levenne test sebesar 2,807 yang lebih kecil daripada F
tabel sebesar 4,2839 dengan probabilitas adalah 0,120. Karena nilai probabilitas >
71
0,05 maka H0 diterima yang berarti variabel Indeks Williamson mempunyai varian
yang sama atau bersifat homogen. Oleh karena itu, analisis uji beda independent
sample t-test harus menggunakan equal variances assumsed.
Berdasarkan output data yang dihasilkan SPSS menunjukkan nilai t hitung
pada equal variences assumsed adalah 5,706 dengan jumlah sampel sebanyak (n-
2) atau berarti sebanyak 12 maka didapatkan rumus t tabel yaitu t𝛼
2, sehingga
didapatkan hasil t tabel sebesar 2,178. Maka kemudian didapatkan t hitung 5,706
> t tabel 2,178 dengan probabilitas signifikan 0,000 sehingga dapat disimpulkan
Ha diterima dan terdapat perbedaan rata-rata disparitas pendapatan perkapita yang
signifikan di antara Provinsi Induk (Provinsi Papua) dan Provinsi Hasil Pemekaran
(Provinsi Papua Barat).
4. Analisis Tipologi Klassen
Analisis tipologi klassen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur dan
membandingkan kesenjangan berdasarkan pola perkembangan ekonomi di antara
provinsi induk dan provinsi pemekarannya setelah pemekaran. Pendekatan yang
digunakan dalam analisis tipologi klassen ini ialah berdasarkan pendekatan wilayah
sehingga dalam klasifikasinya terdiri dari 4 kriteria. Kriteria dalam analisis tipologi
klassen pendekatan wilayah yaitu kuadran I yang merupakan daerah cepat maju dan
cepat tumbuh; kuadran II yaitu daerah maju tapi tertekan; kuadran III yaitu daerah
berkembang cepat; dan Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal. Adapun hasil
perhitungan analisis tipologi klassen di antara provinsi induk dan provinsi hasil
pemekaran ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
72
Tabel 4.11
Tipologi Perkembangan Pembangunan di Provinsi Papua Tahun 2013 – 2019
Sumber: data diolah penulis
Tabel 4.12
Tipologi Perkembangan Pembangunan di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
- 2019
y
r
yi > y yi < y
ri > r Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (I)
Kab. Maybrat, Kab. Tambrauw, Kota
Sorong, Kab. Manokwari, Kab. Fakfak,
Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Sorong
selatan
Daerah berkembang cepat (III)
Kab. Teluk Bintuni
ri < r Daerah maju tapi tertekan (II)
Kab. Kaimana, Kab. Teluk Wondama,
Kab. Manokwari Selatan, Kab. Raja
Ampat
Daerah relative tertinggal (IV)
Kab. Sorong
Sumber: data diolah penulis
5. Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient dilakukan untuk melihat potensi ekonomi yang
unggul di antara provinsi induk dan provinsi hasil pemekaran. Analisis potensi
ekonomi wilayah dilihat dari tiap-tiap kabupaten dan kota yang ada di dalam
masing-masing provinsi baik provinsi induk maupun provinsi pemekarannya
dianalisis dengan tujuan meningkatkan perekonomian sehingga dapat menekan
y
r
yi > y yi < y
ri > r Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (I)
Kab. Yalimo, Kab. Nduga, Kab. Paniai,
Kab. Puncak, Kab. Mappi, Kab. Deiyai,
Kab. Dogiyai, Kab. Intan Jaya, Kab.
Mamberamo Tengah
Daerah berkembang cepat (III)
Kab. Jayapura, Kab Merauke,
Kab. Mamberamo Raya, Kota
Jayapura, Kab. Nabire, Kab.
Waropen, Kab. Sarmi
ri < r Daerah maju tapi tertekan (II)
Kab. Biak Numfor, Kab. Lanny Jaya,
Kab. Keerom, Kab. Asmat, Kab.
Pegunungan Bintang, Kab. Kepulauan
Yapen, Kab. Yahukimo, Kab. Tolikara,
Kab. Puncak Jaya, Kab. Jayawijaya
Daerah relative tertinggal (IV)
Kab. Mimika, Kab. Boven
Digoel, Kab. Supiori
73
Kabupaten/Kota S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17
Merauke 1.57 0.14 3.26 1.54 7.66 1.01 2.38 4.58 2.84 4.15 1.97 1.24 3.30 0.95 0.96 0.97 1.00
Jayawijaya 0.88 0.11 1.74 2.18 2.31 0.89 2.73 9.69 1.46 3.65 1.23 2.57 4.32 1.11 1.06 1.17 1.06
Jayapura 1.23 0.17 4.00 0.94 9.96 0.94 2.20 9.00 2.97 2.97 1.14 1.94 4.55 0.78 0.82 0.84 1.30
Nabire 0.96 1.81 1.23 1.45 2.62 0.79 2.84 3.35 1.03 1.51 1.68 1.21 2.20 0.89 0.78 0.85 0.96
Kepulauan Yapen1.24 0.05 3.28 1.78 7.84 0.50 3.04 5.34 1.81 1.94 2.68 2.57 3.05 1.39 1.40 1.18 2.03
Biak Numfor 1.22 0.07 3.05 4.91 8.53 0.48 2.78 5.71 1.70 1.98 4.20 1.98 5.43 1.56 1.05 0.98 0.87
Paniai 0.69 3.30 0.29 0.11 0.39 1.75 0.56 1.29 0.43 0.31 0.15 0.48 0.67 1.05 0.64 0.66 0.50
Puncak Jaya 1.48 0.09 0.44 0.20 0.00 2.17 1.26 1.33 0.49 0.43 0.14 0.84 0.42 1.98 1.33 2.11 1.03
Mimika 0.11 6.77 0.13 0.31 0.60 0.17 0.40 0.72 0.63 1.02 0.38 0.27 1.04 0.13 0.07 0.09 0.17
Boven Digoel 1.38 0.11 21.47 0.11 0.25 1.78 0.91 0.99 0.49 0.16 0.69 0.54 0.36 0.82 0.75 0.81 0.53
Mappi 1.48 0.03 0.57 0.16 0.08 2.30 1.17 1.22 0.50 0.29 0.57 0.72 0.22 2.09 1.47 1.31 0.74
Asmat 1.26 0.00 1.99 0.24 2.71 2.06 1.11 1.35 0.60 0.33 0.17 0.80 1.16 2.00 2.99 1.95 0.85
Yahukimo 2.14 0.07 0.46 0.30 0.00 1.44 0.90 2.64 0.68 0.56 0.29 1.33 0.57 2.52 2.09 1.29 0.97
Pegunungan
Bintang 1.97 0.09 0.09 0.25 0.00 2.09 0.71 1.80 0.67 0.38 0.95 0.53 0.49 2.52 1.32 1.05 0.81
Tolikara 2.39 0.04 0.18 0.32 0.17 1.25 1.04 3.10 0.67 0.60 0.11 0.95 0.44 2.38 2.11 1.98 0.85
Sarmi 2.95 0.12 1.77 0.72 3.82 1.22 1.52 3.44 1.29 1.50 0.91 1.17 1.16 1.27 1.09 1.08 1.10
Keerom 2.79 0.08 4.23 0.74 0.00 2.06 1.16 0.51 1.82 0.51 0.93 0.59 0.10 1.16 0.95 1.03 0.82
Waropen 2.53 0.06 0.91 0.48 0.81 1.84 1.04 1.01 0.44 0.25 0.41 2.01 0.55 1.65 2.18 0.76 1.32
Supiori 2.43 0.03 0.46 1.43 0.00 1.93 0.65 0.17 0.49 0.33 0.75 1.03 0.16 1.91 2.20 1.97 2.08
Mamberamo
Raya 1.99 0.19 0.23 0.00 0.00 1.39 1.66 1.77 1.35 0.00 0.07 0.68 0.36 2.19 2.79 2.16 1.78
Nduga 2.33 0.03 0.08 0.00 0.00 1.60 1.88 0.59 0.13 0.00 0.00 1.15 0.24 1.97 2.14 2.17 1.69
Lanny Jaya 1.99 0.15 0.06 0.00 0.00 1.55 1.65 1.85 0.12 0.00 0.00 1.67 0.17 2.04 2.29 2.60 0.96
Mamberamo
Tengah 1.51 0.11 0.07 0.00 0.00 1.67 1.66 3.11 0.04 0.00 0.04 0.83 0.23 2.61 1.88 1.83 1.52
Yalimo 2.41 0.04 0.09 0.00 0.00 1.23 1.84 1.56 0.14 0.00 0.00 0.44 0.18 2.54 1.68 1.65 1.81
Puncak 2.06 0.01 0.02 0.14 0.17 1.91 1.84 0.33 0.44 0.07 0.03 0.95 0.38 2.94 0.19 0.24 0.20
Dogiyai 2.54 0.22 0.04 0.08 0.06 0.73 1.90 0.56 0.62 0.24 0.00 3.91 0.00 2.79 0.24 1.18 0.27
Intan Jaya 2.24 0.03 0.23 0.00 0.00 2.33 1.18 0.53 0.04 0.00 0.00 0.13 0.18 2.28 1.10 1.03 1.12
Deiyai 2.29 0.09 0.27 0.11 0.00 2.16 1.34 0.43 0.06 0.02 0.13 0.65 0.11 1.99 1.47 1.70 0.78
Kota Jayapura 0.47 0.03 2.06 1.31 7.91 1.41 2.69 2.98 4.33 5.44 3.45 2.11 7.14 1.22 1.61 1.99 1.73
angka ketimpangan pendapatan regional di provinsi papua dan Provinsi Papua
Barat. Kriteria dari analisis Location Quotient adalah apabila nilai LQ suatu sektor
ekonomi > 1 berarti sektor di wilayah tersebut berpotensi untuk dikembangkan.
Kemudian, apabila suatu daerah terdapat banyak sektor yang memiliki nilai LQ
lebih dari 1 berarti sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah sektor
yang memiliki nilai LQ tertinggi. Berikut ini merupakan nilai rata-rata LQ Provinsi
Papua sebagai wilayah induk dan Provinsi Papua Barat sebagai wilayah pemekaran
dalam periode 2013-2019.
Tabel 4.13
Nilai Rata-Rata LQ Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Periode
Tahun 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
74
Kabupaten/
KotaS1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17
Fakfak 1.78 0.08 0.12 1.39 2.00 2.16 1.97 2.47 1.99 1.73 1.02 1.98 1.76 2.15 2.17 1.86 1.19
Kaimana 2.96 0.05 0.20 1.72 0.49 1.45 1.64 2.06 1.35 1.05 1.03 1.78 0.77 2.52 0.80 0.97 1.57
Teluk
Wondama 3.55 0.06 0.08 0.48 0.46 1.39 1.23 0.90 0.78 0.30 0.84 1.35 0.62 3.09 1.44 0.96 0.69
Teluk
Bintuni 0.26 1.79 1.74 0.04 0.02 0.19 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.11 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01
Manokwari 1.40 0.13 0.12 2.43 2.97 2.02 2.00 2.27 2.80 2.48 2.78 2.79 2.41 2.05 2.02 2.49 2.14
Sorong
Selatan 2.62 0.13 0.05 1.53 0.87 2.35 1.51 0.71 0.75 0.70 0.72 0.66 0.56 2.36 2.27 2.23 0.72
Sorong 0.90 1.00 1.50 0.57 0.55 0.78 0.47 0.24 0.36 0.21 0.41 0.30 0.57 0.71 0.65 0.54 0.29
Raja Ampat 2.57 2.00 0.02 0.26 0.13 0.82 0.58 0.23 0.95 0.13 0.34 0.51 0.20 1.69 0.40 0.31 0.70
Tambrauw 3.59 0.10 0.03 2.57 0.35 1.41 0.19 0.57 0.23 0.11 0.14 1.04 0.10 3.94 2.38 1.10 0.14
Maybrat 3.31 0.05 0.01 0.86 0.53 1.24 1.02 0.61 0.40 0.15 1.33 0.42 0.35 4.26 1.39 0.95 0.23
Manokwari
Selatan 6.39 0.03 0.03 3.44 0.13 0.26 0.19 1.06 0.71 0.13 0.40 0.27 0.85 2.23 1.43 1.68 4.21
Pegunungan
Arfak 4.37 0.01 0.00 5.11 0.00 0.60 0.01 0.02 0.18 0.02 0.04 0.47 0.00 4.95 1.59 1.93 1.30
Kota
Sorong 0.81 0.07 0.19 2.73 2.87 2.09 2.99 2.95 2.67 3.54 3.04 2.57 3.19 1.20 2.58 2.56 3.37
Tabel 4.14
Nilai Rata-Rata LQ Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Periode
Tahun 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
Keterangan:
S1 = Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
S2 = Sektor Pertambangan dan Penggalian
S3 = Sektor Industri Pengolahan
S4 = Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
S5 = Sektor Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
S6 = Sektor Konstruksi
S7 = Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
S8 = Sektor Transportasi dan Pergudangan
S9 = Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
75
S10 = Sektor Informasi dan Komunikasi
S11 = Sektor Jasa Keuangan dan Komunikasi
S12 = Sektor Real Estate
S13 = Sektor Jasa Perusahaan
S14 = Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
S15 = Sektor Jasa Pendidikan
S16 = Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
S17 = Sektor Jasa Lainnya
C. Pembahasan
1. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Hasil analisis laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang
ditunjukkan pada tabel 4.7 menunjukkan data PDRB Perkapita dan laju
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Provinsi Papua sebagai provinsi induk
setelah pemekaran dalam periode tahun 2013 hingga tahun 2019. Dari tabel di atas
terlihat bahwa capaian PDRB perkapita yang diraih oleh antar kabupaten dan kota
di Provinsi Papua berbeda-beda antar daerah satu dan daerah lainnya. PDRB
perkapita tertinggi berada di Kabupaten Mimika yang mana 40 kali lebih tinggi
daripada Kabupaten Puncak yang merupakan Kabupaten dengan capaian PDRB
perkapita terendah di Provinsi Papua. Kemudian, dari sisi laju pertumbuhan
ekonomi pada periode yang sama, Kabupaten Jayapura memiliki laju pertumbuhan
ekonomi yang paling tinggi sebesar 8.91 persen. Sedangkan, kabupaten/kota
76
dengan laju pertumbuhan ekonomi paling rendah selama periode tersebut adalah
Kabupaten Supiori sebesar 4.56 persen.
Kemudian capaian rata-rata PDRB Perkapita dan laju pertumbuhan
ekonomi yang diraih oleh provinsi hasil pemekaran ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Rata-rata PDRB Perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi yang diraih oleh Provinsi
Papua Barat setelah pemekaran dalam periode 2013-2019 sama halnya dengan
kondisi pada provinsi induknya dimana capaian rata-rata PDRB perkapita di tiap-
tiap kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat juga berbeda-beda. PDRB perkapita
tertinggi berada di Kabupaten Teluk Bintuni sebesar 381,664,861.90 dimana 90 kali
lebih tinggi daripada Kabupaten Pegunungan Arfak yang merupakan Kabupaten
dengan capaian rata-rata PDRB perkapita terendah di Provinsi Papua Barat.
2. Analisis Disparitas Pendapatan Perkapita di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat
Tingkat disparitas pendapatan perkapita yang dianalisis ialah tingkat
ketimpangan selama tahun 2013 hingga tahun 2019 yang terhitung sepuluh tahun
sejak dilakukannya proses pemekaran di wilayah Papua tahun 2003. Analisis
disparitas pendapatan perkapita dengan menggunakan Indeks Williamson di
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
77
Gambar 4.3
Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat Tahun 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
Hasil analisa disparitas pendapatan perkapita antar wilayah yang
ditunjukkan gambar 4.3 terlihat adanya disparitas pendapatan perkapita pada level
yang tinggi, baik di provinsi induk maupun di provinsi pemekarannya. Tingkat
disparitas pendapatan perkapita di kedua provinsi tersebut terbilang tinggi karena
keduanya memiliki nilai Indeks Williamson lebih dari 0,5. Adapun Provinsi Papua
memiliki tingkat disparitas pendapatan perkapita yang lebih tinggi daripada
Provinsi Papua Barat selama periode 2013-2019. Tingginya tingkat disparitas di
kedua provinsi sejalan dengan penelitian terdahulu milik Islami dan Nugroho
(2018), Bappenas (2013), dan Vidyattama (2013) yang meneliti ketimpangan
dengan hasil Indeks Williamson di atas 1.
Provinsi Papua sebagai wilayah induk mengalami tingkat disparitas
pendapatan perkapita yang berfluktuatif, dimana dari tahun 2013 ke tahun 2014
mengalami peningkatan dari angka 2,04 menjadi 2,07. Namun, angka disparitas
menurun di tahun 2015 menjadi 2,06 dan kembali meningkat di tahun 2016 menjadi
2,16 dan menurun di tahun 2017 menjadi 2,13. Tahun 2017 ke tahun 2018 kembali
78
meningkat menjadi 2,20 dan kemudian kembali mengalami penurunan yang cukup
dalam ke angka 1,51. Apabila melihat dan membandingkan kembali kondisi
disparitas pendapatan di Provinsi Papua sebelum pemekaran di tahun 2000-2003
tidak terlihat adanya perubahan karena masih menunjukkan level yang sangat
tinggi. Begitupun halnya dengan Provinsi Papua Barat yang merupakan provinsi
hasil pemekaran ini memiliki tingkat disparitas pada level yang tinggi, namun
cenderung menurun. Dimana di tahun 2013 ketimpangan di Papua Barat sebesar
1,58 dan terus menurun sampai pada tahun 2019 berada pada tingkat ketimpangan
sebesar 1,46.
Terlepas dari tingginya tingkat disparitas pendapatan perkapita di kedua
provinsi tersebut setelah dilakukannya pemekaran, sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yanuar pada tahun 2013 yang menganalisis Disparitas Antar
Wilayah dan Provinsi di Indonesia Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa masih adanya tingkat disparitas yang
tinggi walaupun setelah dilakukannya Otonomi Daerah disebabkan oleh kondisi
backwash effect dimana perbedaan tingkat ekonomi antar daerah memberikan
pengaruh yang merugikan. Kondisi backwash effect tersebut terjadi sebagai dampak
dari adanya pemusatan kegiatan ekonomi sehingga terjadi perpindahan aliran
modal dan tenaga kerja trampil ke daerah inti sehingga meningkatkan ketimpangan
antar wilayah.
Kondisi tersebut pada dasarnya lumrah terjadi mengingat Teori Myrdal
(1957) mengatakan bahwa dari adanya perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar
daerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan atau kondisi
79
tersebut dinamakan backwash effect yang pada akirnya menyebabkan proses
ketidakseimbangan. Teori dan penelitian yang dilakukan oleh Yanuar tersebut
sejalan dengan kondisi yang ada di Papua dan Papua Barat dimana tingginya tingkat
disparitas pendapatan di provinsi induk dan pemekarannya terjadi karena adanya
kondisi backwash effect dimana terdapat perbedaan tingkat kemajuan ekonomi
antar kabupaten/kota yang satu dan lainnya yang kemudian terbentuk suatu
pemusatan kegiatan ekonomi yang hanya ada di beberapa kabupaten/kota sehingga
memberikan pengaruh yang merugikan.
Hal ini terbukti apabila melihat tabel 4.5 di Provinsi Papua memiliki Sektor
Pertambangan dan Penggalian yang merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi
untuk PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat memiliki Sektor Industri
Pengolahan sehingga menyebabkan terjadinya pemusatan konsentrasi kegiatan
ekonomi pada sektor-sektor tersebut yang hanya berpusat di daerah inti saja.
Sehingga kondisi tersebut pada akhirnya mempengaruhi terjadinya perpindahan
aliran modal dan tenaga kerja yang terampil ke wilayah inti saja yang basis pada
Sektor Pertambangan dan Penggalian di Papua dan wilayah inti yang basis pada
Sektor Industri Pengolahan di Papua Barat. Sehingga, fenomena backwash effect
yang terjadi di Papua dan Papua Barat pasca pemekaran mengakibatkan adanya
tingkat disparitas pendapatan perkapita yang tinggi. Pernyataan tersebut dapat
dijelaskan pada hasil analisis Location Quotient.
Untuk melihat hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dan nilai
disparitas pendapatan perkapita di masing-masing provinsi selama periode 2013-
2019 maka dapat dibuktikan dengan berlakunya teori Hipotesis Kuznet di masing-
80
masing provinsi. Hipotesis Kuznet dibuktikan dengan membuat kurva hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan perkapita atau nilai Indeks
Williamson. Berdasarkan dari kurva hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
indeks ketimpangan yang ditunjukkan pada gambar 4.4 dan gambar 4.5 di bawah
ini menunjukkan bahwa walaupun Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat berada
pada tingkat ketimpangan yang tinggi, secara umum telah terjadi penurunan pada
kurva indeks ketimpangan dimana pada tahun 2013 merupakan titik awal puncak
penurunannya.
Gambar 4.4
Kurva Hubungan antara Indeks Ketimpangan dengan Laju
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2013-
2019
(Provinsi Papua) (Provinsi Papua Barat)
Sumber: data diolah penulis
Hal ini sejalan dengan teori dari penelitian Williamson dan El Shaks yang
mengatakan apabila kurva ketidakmerataan regional berbentuk lonceng yang
beberapa titik puncaknya dicapai pada saat peralihan kemudian terlihat semakin
menurun maka kondisi itu berada pada tahap lepas landas menuju tahap
pendewasaan. Namun, pengujian Hipotesis Kuznet hanya diambil dari tahun 2013-
81
2019 yang merupakan kondisi pertengahan yaitu sepuluh tahun setelah sahnya
proses pemekaran di wilayah Papua. Titik pada tahun 2013 bukan merupakan tahun
awal proses pemekaran, sehingga kurva yang ditunjukkan tidak membuktikan
berlakunya Hipotesis Kuznet dan tidak menunjukkan kurva bentuk lonceng atau “U
terbalik” baik di Provinsi Papua maupun di Provinsi Papua Barat.
3. Analisis Perbedaan Tingkat Disparitas Pendapatan Perkapita di
antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Setelah melihat hasil dari analisis disparitas pendapatan perkapita melalui
Indeks Williamson, maka untuk melihat sejauh mana perbedaan rata-rata
ketimpangan dilakukan analisis uji beda melalui analisis independent sample t-test.
Analisis ini dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan dari rata-
rata disparitas pendapatan antara Provinsi Papua sebagai provinsi induk dan
Provinsi Papua Barat sebagai provinsi hasil pemekaran. Hasil dari analisis uji beda
independent samples t-test menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel yaitu sebesar
5.706 > 2.447 dengan signifikansi 2 tailed menunjukkan nilai sebesar 0.000 yang
berarti lebih kecil dari 0.05. Sehingga dapat diambil hipotesis H0 ditolak dan Ha
diterima berarti dapat disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan
antara nilai Indeks Williamson pada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Dengan kata lain, penerapan kebijakan pemekaran daerah yang membagi
wilayah Papua menjadi dua provinsi yaitu provinsi induk dan provinsi pemekaran
pada periode yang sama menghasilkan tingkat disparitas pendapatan perkapita yang
berbeda dimana hasil analisis Indeks Williamson di provinsi pemekaran (Papua
82
Barat) jauh lebih rendah dan lebih baik dibandingkan tingkat ketimpangan di
provinsi induk (Papua). Hasil analisa uji beda independent t-test di atas sejalan
dengan pernyataan Sensus Sosial Ekonomi Nasional BPS yang mengatakan bahwa
wilayah pemekaran lebih sejahtera dari wilayah induknya. Hal ini terbukti karena
pada dasarnya cakupan wilayah Papua Barat setelah pemekaran yang lebih kecil
dibandingkan saat masih bersama daerah induknya membuat Papua Barat memiliki
fokus kebijakan yang lebih mandiri di bidang pembangunan dan kesejahteraan yang
diatur pada lingkup wilayah yang lebih kecil dibandingkan saat masih menyatu
dengan provinsi induknya.
4. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Pola Perkembangan Ekonomi
antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Analisis tipologi klassen dilakukan untuk melihat dan membandingkan
kesenjangan berdasarkan pola perkembangan ekonomi di antara provinsi induk dan
provinsi pemekarannya setelah pemekaran. Melalui tabel tipologi klassen yang
ditunjukkan pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 menunjukkan hasil dimana adanya
tingkat disparitas pendapatan perkapita yang tinggi di Provinsi Papua dan Papua
Barat tidak terlepas dari adanya kesenjangan yang dipengaruhi adanya capaian
pertumbuhan ekonomi dan PDRB Perkapita masing-masing kabupaten/kota yang
berbeda-beda di dalamnya. Adapun klasifikasi kabupaten/kota di Papua dan Papua
Barat didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Kuadran I: Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh
Kabupaten/kota di Provinsi Papua yang termasuk dalam Kuadran I daerah
cepat maju dan cepat tumbuh terdiri dari sembilan kabupaten diantaranya adalah
83
Kabupaten Yalimo, Kabupaten Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak,
Kabupaten Mappi, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya,
dan Kabupaten Mamberamo Tengah. Sedangkan kabupaten/kota di Papua Barat
yang termasuk dalam kuadran I terdiri dari tujuh kabupaten yaitu Kabupaten
Maybrat, Kabupaten Tambrauw, Kota Sorong, Kabupaten Manokwari, Kabupaten
Fakfak, Kabupaten Pegunungan Arfak, dan Kabpaten Sorong Selatan. Ke-tujuh
daerah yang termasuk dalam kuadran I tersebut berarti merupakan daerah yang
termasuk maju di Provinsi Papua Barat.
Kabupaten/kota yang termasuk dalam kuadran I tersebut baik di Provinsi
Papua maupun di Provinsi Papua Barat merupakan merupakan kabupaten yang
memiliki PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari seluruh
daerah dan masing-masing provinsinya. Adapun kabupaten yang termasuk pada
klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh ini merupakan kabupaten yang
masuk ke dalam kategori daerah maju dalam segi pembangunan dan pertumbuhan.
Daerah-daerah yang termasuk dalam kuadran I tersebut merupakan daerah-daerah
yang memiliki potensi pembangunan yang besar dan telah dimanfaatkan dengan
baik untuk kemakmuran masyarakat setempat.
2) Kuadran II: Daerah Maju Tapi Tertekan
Kabupaten/kota di Provinsi Papua yang termasuk dalam kuadran II terdiri dari
sepuluh kabupaten/kota. Sepuluh kabupaten/kota tersebut diantaranya adalah
Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Keerom, Kabupaten
Asmat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten
Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten
84
Jayawijaya. Sedangkan di Provinsi Papua Barat yang termasuk dalam kuadran II
hanya terdapat empat kabupaten yaitu Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk
Wondama, Kabupaten Manokwari Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat. Kabupaten
tersebut yang termasuk dalam klasifiksi daerah maju tapi tertekan merupakan
daerah maju tetapi tertekan karena kabupaten tersebut memiliki pendapatan
perkapita lebih tinggi tetapi pertumbuhan ekonominya termasuk lebih rendah dari
rata-rata masing-masing provinsinya. Pada dasarnya daerah atau kabupaten yang
termasuk dalam kuadran II memiliki potensi pembangungan yang sangat besar
namun dalam jangka panjang tingkat pertumbuhannya tidak akan berjalan cepat.
3) Kuadran III: Daerah Berkembang Cepat
Terdapat tujuh Kabupaten/kota di Provinsi Papua yang termasuk dalam
kuadran III, diantaranya Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten
Mamberamo Raya, Kota Jayapura, Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen, dan
Kabupaten Sarmi. Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat satu kabupaten
yaitu Kabupaten Teluk Bintuni. Kabupaten tersebut yang termasuk dalam
klasifikasi daerah berkembang cepat ini berarti tiap-tiap kabupaten tersebut
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tingkat pendapatan
perkapita termasuk lebih rendah daripada masing-masing Provinsinya. Oleh karena
itu, daerah yang berada pada klasifikasi kuadran III, dalam jangka panjang mampu
berkembang pesat untuk mengejar ketertinggalan dari daerah maju.
4) Kuadran IV: Daerah Relatif Tinggal
Terdapat 3 kabupaten/kota yang termasuk dalam kriteria daerah relatif
tertinggal di Provinsi Papua diantaranya yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten
85
Boven Digoel, dan Kabupaten Supiori. Sedangkan di Papua Barat hanya terdapat 1
kabupaten yang termasuk dalam kriteria daerah tertinggal yaitu Kabupaten Sorong.
Daerah yang termasuk dalam kriteria kuadran IV menandakan bahwa kabupaten
tersebut termasuk dalam kabupaten dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata di masing-
masing provinsinya. Walaupun daerah tersebut merupakan daerah relatif tertinggal,
melalui pengembangan sarana prasarana ekonomi daerah relatif tertinggal akan
mampu mengejar ketertinggalan ekonominya.
Berdasarkan klasifikasi tipologi klassen didapatkan hasil bahwa Provinsi Papua
sebagai provinsi induk lebih banyak kabupaten/kota yang dominan di kuadran II
dengan klasifikasi Daerah Maju Tapi Tertekan yaitu sebanyak 10 dari total 29
kabupaten/kota. Sedangkan Papua Barat sebagai provinsi pemekaran lebih banyak
kabupaten/kota yang termasuk dalam kuadran I dengan klasifikasi Daerah Cepat
Maju dan Cepat Tumbuh yaitu sebanyak 7 dari total 13 kabupaten/kota. Berbeda
dengan penelitian terdahulu mengenai ketimpangan wilayah antara kabupaten
induk dan pemekarannya di Provinsi Aceh oleh Sulasmi (2020), secara umum baik
Provinsi Papua dan Papua Barat cukup terlihat adanya daya saing antara
kabupaten/kota yang satu dengan yang lainnya di masing-masing provinsi setelah
pemekaran. Dimana dalam hasil analisis, terlihat bahwa tidak banyak daerah yang
masih termasuk dalam daerah relatif tertinggal.
Analisis tersebut pada akhirnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
kesenjangan antara provinsi induk dan pemekarannya yang terlihat dari adanya
perbedaan pola perkembangan ekonomi. Dimana Papua dengan tingkat disparitas
86
yang lebih tinggi dari Papua Barat, memiliki kabupaten/kota yang dominan berada
pada kuadran II, sedangkan Papua Barat sendiri terdapat kabupaten/kota yang
dominan berada di kuadran I. Adanya perbedaan jumlah dominan kabupaten/kota
pada klasifikasi tipologi klassen pada dasarnya dipengaruhi oleh lingkup wilayah
yang lebih kecil di Provinsi Papua Barat setelah pemekaran memudahkan masing-
masing kabupaten/kotanya untuk lebih mandiri dan lebih mudah dalam
mendapatkan akses pelayanan publik dan melakukan kegiatan ekonomi setelah
menjadi daerah otonomi baru.
5. Analisis Peranan Sektor Unggulan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat Setelah Pemekaran
Pendekatan sektoral dan pendekatan regional merupakan salah satu hal
penting yang dapat dilakukan dalam mengupayakan pemanfaatan potensi ekonomi
wilayah secara optimal guna mencapai laju pertumbuhan dan pemerataan yang
lebih baik. Dalam penelitian ini, analisis Location Quotient dilakukan untuk
mengetahui bagaimana potensi masing-masing wilayah dengan melihat nilai sektor
basis dan non basis yang ada di tiap-tiap kabupaten/kota di masing-masing provinsi
dalam rangka meningkatkan perekonomian dan menekan angka disparitas
pendapatan perkapita yang tinggi baik di Provinsi Induk yaitu Provinsi Papua dan
provinsi pemekarannya yaitu Provinsi Papua Barat. Potensi yang basis dan non
basis antar kabupaten/kota pada dasarnya berbeda-beda karena adanya perbedaan
kondisi dan keadaan daerahnya di masing-masing provinsi.
87
Provinsi Papua sebagai Provinsi Induk memiliki 28 Kabupaten dan 1 kota,
sedangkan Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Hasil Pemekaran memiliki 12
Kabupaten dan 1 Kota, adapun hasil analisis Location Quotient dalam periode
2013-2019 antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
dijelaskan dalam pembahasan berikut ini:
1) Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Hasil analisis Location Quotient dalam periode 2013 hingga 2019 pada Provinsi
Induk menunjukkan rata-rata bahwa terdapat 24 dari 29 kabupaten/kota di Provinsi
Papua terdapat sektor pertanian sebagai sektor yang basis dan unggul. Selama
periode tersebut, Kabupaten Sarmi konsisten menjadi Kabupaten dengan sektor
pertanian paling basis di Provinsi Papua dibandingkan kabupaten dan kota lainnya
dengan rata-rata 2,95 artinya proporsi nilai tambah sektor Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan di Kabupaten Sarmi 2,95 kali lebih besar dari proporsi penciptaan nilai
tambah sektor pertanian di Provinsi Papua. Hal ini dikarenakan Kabupaten Sarmi
memiliki potensi pertanian yang sangat besar terutama pada komoditas kelapa dan
penghasil kopra yang memiliki sekitar 50.000 hektare (ha) lahan kelapa sehingga
kerap kali menjadi penyuplai pangan Provinsi Papua.
Sedangkan untuk di Provinsi Papua Barat sebagai daerah otonom baru hasil
pemekaran, sebanyak 10 dari 13 kabupaten/kota memiliki nilai LQ yang basis
dalam sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam periode tahun 2013-2019.
Daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi pada sektor ini pada periode tersebut
ialah Kabupaten Manokwari Selatan sebesar 6,39. Kabupaten Manokwari Selatan
memiliki komoditas padi sebagai produktivitas yang terukur secara intensif dengan
88
menghasilkan 7 ton per hectare. Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada
dasarnya sama-sama memiliki potensi yang sangat unggul dalam sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan. Apabila melihat rata-rata nilai LQ yang ditunjukkan di
kedua Provinsi tersebut terlihat bahwa hampir seluruh kabupaten/kota memiliki
nilai LQ yang basis dalam sektor pertanian. Adapun hasil dari perhitungan analisis
LQ dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran.
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
Di Provinsi Papua sendiri Sektor Pertambangan merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar untuk perekonomian provinsi. Namun, analisis LQ
menunjukkan hanya terdapat 3 kabupaten/kota yang basis dalam Sektor
Pertambangan dan Penggalian dan tertinggi berada di Kabupaten Mimika dengan
rata-rata 6,77, dan dua kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Nabire dengan rata-rata
1.81, dan Kabupaten Paniai dengan rata-rata 3.30. Provinsi Papua Barat. Unggulnya
sektor Pertambangan dan Penggalian di Mimika sendiri dikarenakan di daerah
dataran tinggi Mimika tepatnya di Tembagapura terdapat Tambang Emas Grasberg
yang sangat mempengaruhi perekonomian Provinsi Papua yang dikelola oleh PT
Freeport Indonesia sehingga sangat berkontribusi dalam pendapatan daerah.
Sedangkan di Provinsi Papua Barat, daerah dengan sektor Pertambangan dan
Penggalian yang unggul ialah Kabupaten Raja Ampat dengan potensi unggulan
utamanya ialah pertambangan nikel yang memiliki rata-rata nilai LQ sebesar 2,00
selama periode 2013-2019. Selain Raja Ampat, terdapat dua kabupaten lainnya
memiliki rata-rata nilai LQ yang basis di tahun 2013-2019 yaitu Kabupaten Teluk
Bintuni dengan rata-rata 1,79 dan Kabupaten Sorong dengan rata-rata sebesar 1,00.
89
3) Sektor Industri Pengolahan
Provinsi Papua terdapat 11 dari 29 kabupaten/kota yang unggul dalam sektor
Industri Pengolahan. Kabupaten Boven Digoel merupakan kabupaten dengan nilai
LQ paling basis selama periode tahun 2013-2019 dengan rata-rata 21,47. Basisnya
sektor industri pengolahan di Boven Diogoel dipengaruhi adanya pengolahan
minyak kelapa sawit dengan produksinya yang mencapai mencapai 110 ribu ton per
tahun dan pengolahan kayu plywood merupakan salah satu sumber daya unggulan
yang berkontribusi dalam Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Boven Digoel.
Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi
terbesar untuk Provinsi Papua Barat, namun hanya ada 2 kabupaten/kota yang basis
dalam sektor ini yaitu Kabupaten Teluk Bintuni dengan rata-rata 1.74 dan
Kabupaten Sorong dengan rata-rara 1.50. Basisnya sektor industri pengolahan di
kedua kabupaten tersebut dipengaruhi tersedianya industri petrokimia, industri
manufaktur dan hutan mangrove yang luas sekitar 200 hektare yang merupakan
salah satu sumber daya alam yang berkontribusi besar dalam Sektor Industri
Pengolahan di Papua Barat.
4) Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
Provinsi Papua memiliki 7 dari 29 Kabupaten/Kota yang basis dalam Sektor
Pengadaan Listrik dan Gas. Apabila melihat hasil rata-rata nilai LQ dari tahun
2013-2019, Kabupaten Biak Numfor merupakan daerah yang secara konsisten
memiliki nilai LQ yang paling basis diantara 7 kabupaten/kota lainnya dan memiliki
rata-rata sebesar 4,91. Ketersediaan listrik yang baik merupakan faktor basis nya
90
sektor ini di Biak Numfor karena banyak terdapat pembangkit listrik yang strategis
dalam memenuhi kebutuhan pembangunan.
Sedangkan di Provinsi Papua Barat, terdapat 8 dari total 13 kabupaten/kota yang
basis dalam Sektor Pengadaan Listri dan Gas. Hasil rata-rata nilai LQ dari tahun
2013-2019 menunjukkan bahwa Kabupaten Pegunungan Arfak merupakan daerah
dengan nilai LQ paling basis diantara 8 kabupaten/kota lainnya dengan nilai sebesar
5,11. Basisnya nilai LQ pada Sektor Pengadaan Listrik dan Gas karena Pegunungan
Arfak memiliki potensi sumber daya air yang sangat baik dalam pemanfaatan listrik
dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
5) Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Provinsi Papua terdapat 9 kabupaten/kota yang basis dalam Sektor Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dan Kabupaten Jayapura
menjadi daerah dengan nilai rata-rata LQ paling basis pada pada tahun 2013-2019
dengan rata-rata sebesar 9,96. Pengadaan air di Kabupaten Jayapura menjadi basis
karena memiliki potensi sumber daya airnya yang baik dan terdapat sumber air
bersih terdiri dari sungai, danau dan air tanah. Sungai besar yang melintas sebanyak
4 buah yang muara menuju ke pantai utara (Samudera Pasifik). Selain itu terdapat
sungai sungai kecil yang merupakan sumber air permukaan yang mengalir di
wilayah ini. Kemudian terdapat Danau Sentani seluas 9.630 Ha di Distrik Sentani,
Sentani Timur, Ebungfauw dan Waibu.
Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 3 kabupaten/kota yang basis di
dalam Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang dan
Kabupaten Manokwari menjadi daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi selama
91
periode 2013-2019 dengan rata-rata 2,97. Basisnya sektor tersebut di Manokwari
dikarenakan terdapat fasilitas, dan sistem pengelolaan ssampah yang sudah
terbilang baik dan maksimal sehingga memberikan pengaruh sehingga nilai LQ
pada sektor ini menjadi basis di Manokwari.
6) Sektor Konstruksi
Di Provinsi Papua terdapat 21 kabupaten/kota memiliki nilai rata-rata LQ yang
basis pada Sektor Konstruksi dan Kabupaten Intan Jaya menjadi daerah dengan
nilai rata-rata LQ tertinggi selama periode tahun 2013-2019 dengan rata-rata
sebesar 2,33. Berdirinya Intan Jaya sebagai daerah otonomi baru di tahun 2008
membuat Intan Jaya gencar melakukan transformasi dari pembangunan fisik yang
tradisional menjadi lebih modern. Adapun kegiatan pembangunan fisik yang
dilakukan di Intan Jaya ialah dengan program kegiatan strategis seperti
pembangunan sarana prasarana pendidikan, pembangunan sarana prasarana
kesehatan, prasarana jalan jembatan, air minum, sanitasi, perumahan, pasar,
perikanan maupun transportasi pedesaan dan beberapa bidang DAK seperti
lingkungan hidup, pariwisata, industri kecil menengah, pembangunan GOR, dan
keselamatan lalu lintas.
Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 8 kabupaten/kota yang memiliki
nilai rata-rata LQ yang basis dan Kabupaten Sorong menjadi daerah dengan nilai
rata-rata LQ tertinggi selama periode 2013-2019 dengan nilai sebesar 2,35. Sektor
Konstruksi menjadi sektor yang paling basis di Kabupaten Sorong karena didukung
adanya kondisi percepatan pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur
transportasi baik prasarana dan sarana transpotasi di sektor perhubungan darat, laut
92
dan udara untuk meningkatkan konektivitas di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat.
7) Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor
Di Provinsi Papua terdapat 23 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ
basis dan Kabupaten Kepulauan Yapen merupakan daerah dengan nilai rata-rata
LQ tertinggi selama periode 2013-2019 yaitu sebesar 3,04. Sedangkan di Provinsi
Papua Barat, terdapat 7 dari 13 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ
basis pada periode 2013-2019. Kota Sorong merupakan kota yang konsisten
memiliki nilai LQ yang basis pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Motor dan memiliki nilai rata-rata LQ basis yang paling tinggi sebesar
2,99.
8) Sektor Transportasi dan Pergudangan
Provinsi Papua terdapat 20 dari 29 kabupaten/kota dengan nilai rata-rata LQ
basis pada Sektor Transportasi dan Pergudangan selama periode 2013-2019.
Kabupaten Jayawijaya konsisten sebagai kabupaten yang memiliki nilai LQ paling
basis pada Sektor Transportasi dan Pergudangan dan memiliki nilai rata-rata LQ
basis paling tinggi diantara kabupaten/kota lainnya yaitu sebesar 9,69. Mudahnya
akses jalan di Jayawijaya menghantarkan mudahnya dalam pendistribusian dan
juga kemudahan dalam perizinan masyarakat dalam penggunaan transportasi.
Selain itu di Jayawijaya terdapat gudang penggilingan padi dan juga gudang
BULOG untuk penyimpanan kebutuhan pokok sehingga nilai LQ pada sektor ini
basis.
93
Sedangkan di Provinsi Papua Barat hanya terdapat 4 kabupaten/kota yang
memiliki nilai rata-rata LQ basis dalam Sektor Transportasi dan Pergudangan
selama periode 2013-2019. Kota Sorong konsisten memiliki nilai LQ basis yang
paling tinggi diantara 3 kabupaten basis lainnya dan memiliki nilai rata-rata LQ
basis yang paling tinggi selama periode tersebut yaitu sebesar 2,95. Adanya
Pembangunan Pusat Logistik Berikat (PLB) atau gudang raksasa oleh Ditjen Bea
dan Cukai khususnya untuk minyak dan gas yang sangat besar di Sorong
memberikan kontribusi perekonomian sehingga nilai LQ pada sektor ini basis di
Kota Sorong.
9) Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
Provinsi Papua terdapat 10 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ
basis pada Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum dan Kota Jayapura
sebagai daerah yang memiliki nilai rata-rata tertinggi selama periode 2013-2019
yaitu sebesar 4,33. Sedangkan di Provinsi Papua Barat hanya memiliki 4
kabupaten/kota yang memiliki niai rata-rata LQ basis pada Sektor Penyediaan
Akomodasi Makan dan Minum dalam periode 2013-2019. Kabupaten Manokwari
menjadi kabupaten yang memiliki nilai rata-rata LQ tertinggi sebesar 2,80
dibandingkan 3 kabupaten/kota lainnya selama periode tersebut.
10) Sektor Informasi dan Komunikasi
Provinsi Papua terdapat 9 dari 29 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata
LQ basis pada Sektor Informasi dan Komunikasi selama periode 2013-2019. Kota
Jayapura memiliki nilai rata-rata LQ basis tertinggi selama periode tersebut yaitu
sebesar 5,44. Basisnya Sektor Informasi dan Komunikasi karena dipengaruhi
94
tersedianya satu-satunya perusahaan telekomunikasi yaitu PT. Telkom Indonesia
yang melintasi salah satu daerah di Papua salah satunya Kota Jayapura. Kota
Jayapura menjadi salah satu daerah yang dilintasi dalam prioritas pembangunan
Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Manokwari-Jayapura sebagai jaringan
cadangan bagi SMPCS (Sulawesi Maluku Papua Cable System).
Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 4 dari 13 kabupaten/kota yang
memiliki nilai rata-rata LQ basis pada sektor Informasi dan Komunikasi selama
periode 2013-2019. Kota Sorong merupakan daerah yang memiliki nilai rata-rata
LQ tertinggi selama periode tersebut yaitu sebesar 3,54. Sama halnya dengan Kota
Jayapura di Provinsi Papua, Kota Sorong juga menjadi salah satu kota yang menjadi
daerah dengan prioritas pembangunan infrastruktur telekomunikasi terutama pada
infrastruktur Base Transceiver Station oleh PT. Telkom Indonesia.
11) Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Di Provinsi Papua terdapat 7 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ
basis selama periode 2013-2019. Kabupaten Biak Numfor menjadi kabupaten
dengan nilai rata-rata LQ tertinggi selama periode tersebut yaitu sebesar 4,20.
Basisnya Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dipengaruhi karena banyaknya
tetrsedia fasilitas kantor pelayanan bank di setiap distriknya yang diutamakan untuk
Bank Papua sebagai mitra pemkab Biak Numfor.
Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 5 kabupaten/kota yang memiliki
nilai rata-rata LQ basis dengan Kota Sorong sebagai Kota yang memiliki nilai rata-
rata tertinggi selama periode 2013-2019 yaitu sebesar 3,04. Sektor Jasa Keuangan
dan Asuransi basis dengan nilai yang tinggi karena di Kota Sorong banyak terdapat
95
perbankan dengan fasilitas jasa lainnya yang memberikan pengaruh yang baik pada
pertumbuhan ekonomi dimana hingga tahun 2018 pertumbuhan ekonomi di Kota
Sorong meningkat hingga 9,33% di atas rata-rata nasional (BPS Kota Sorong).
12) Sektor Real Estate
Di Provinsi Papua terdapat 13 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ
basis pada Sektor Real Estate selama periode 2013-2019 dengan Kabupaten
Dogiyai sebagai daerah dengan nilai rata-rata tertingginya yaitu sebesar 3,91.
Tersedianya potensi lahan yang luas di Dogiyai sangat potensial untuk
dikembangkan dikembangkan serta banyak tersedia titik sumber air yang pada
akhirnya membentuk kampung seperti pemukiman di Kigamani yang berada di titik
tangkapan air Degei, Budakotu di kepala air Budaa, Kotopa, Goodide dan beberapa
pemukiman lainnya di Mapia dan Piyayiye.
Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat 6 kabupaten/kota dimana
Kabupaten Manokwari menjadi daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi selama
periode tahun 2013-2019 yaitu sebesar 2,79. Adanya program bantuan
pembangunan rumah khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah sebanyak 75
unit yang diberikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
memberikan kontribusi sehingga Sektor Real Estate basis di Kabupaten
Manokwari.
13) Sektor Jasa Perusahaan
Di Provinsi Papua terdapat 11 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ
basis dan Kota Jayapura menjadi kota dengan nilai rata-rata LQ tertinggi pada
Sektor Jasa Perusahaan selama periode 2013-2019 yaitu sebesar 7,14. Basisnya
96
Sektor Jasa Perusahaan di Kota Jayapura dipengaruhi karena banyaknya pemuda
Papua yang mulai merintis bisnis start-up dan didirikannya pusat pengembangan
kreatifitas dan bisnis start up yang bernama Papuan Youth Craetive Hub di Kota
Jayapura yang didirikan oleh PT. Papua Muda Inspiratif.
Sedangkan di Provinsi Papua Barat terdapat hanya terdapat 3 kabupaten/kota
yang memiliki nilai rata-rata LQ basis dan Kota Sorong menjadi kota dengan nilai
rata-rata LQ tertinggi selama periode 2013-2019 yaitu sebesar 3,19. Sektor Jasa
Perusahaan basis di Kota Sorong karena banyaknya perusahaan yang berdiri di Kota
Sorong dimana hingga tahun 2018 jumlah perusahaan di Kota Sorong sebanyak 118
perusahaan. Mudahnya perizinan pendirian usaha menjadi salah satu faktor
banyaknya berdiri perusahaan di Kota Sorong.
14) Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua memiliki nilai rata-rata LQ
yang basis pada Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib yaitu sebanyak 24 kabupaten/kota. Kabupaten Puncak merupakan daerah
dengan nilai rata-rata LQ selama periode tersebut yaitu sebesar 2,94. Berdirinya
Kabupaten Puncak sebagai daerah otonom baru di tahun 2008 menjadikan Puncak
sebagai daerah dengan infrastruktur yang masih kurang memadai. Hadirnya
pemerintah di Kabupaten Puncak sangat berpengaruh dalam membangun
Kabupaten Puncak serta menjamin keamanan Puncak dengan hadirnya Polsek
Ilaga dan Koramil Ilaga.
Sama halnya dengan Provinsi Papua Barat dimana hampir seluruh
kabupaten/kota memiliki nilai rata-rata LQ basis yaitu sebanyak 11 dari total 13
97
kabupaten/kota. Kabupaten Pegunungan Arfak merupakan daerah dengan nilai
rata-rata LQ tertinggi selama periode tersebut yaitu sebesar 4,95. Sama halnya
dengan Kabupaten Puncak, Pegunungan Arfak merupakan daerah otonom baru
yang dimekarkan pada tahun 2012, sehingga ketersediaan infrastruktur di
Pegunungan Arfak masih belum memadai. Oleh karena itu, kehadiran dari
pemerintah dalam menjaga dan mendorong pembangunan sangat berpengaruh di
Kabupaten Pegunungan Arfak.
15) Sektor Jasa Pendidikan
Di Provinsi Papua terdapat 20 dari 29 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-
rata LQ basis dalam Sektor Jasa Pendidikan dan Kabupaten Asmat sebagai daerah
yang mencapai nilai rata-rata tertinggi sebesar 2,99 selama periode 2013-2019.
Dalam rangka mengoptimalkan bidang pendidikan di Asmat, pemerintah
menerapkan strategi kualitas dan kuantitas untuk pendidikan. Strategi tersebut ialah
dengan membangun sekolah dasar dan paket kegiatan belajar. Selain itu, strategi
lainnya ialah dengan pemberian makanan tambahan untuk siswa, bantuan
perlengkapan siswa, dan pemberian bantuan studi.
Di Provinsi Papua Barat sendiri terdapat 9 dari total 13 kabupaten/kota yang
memiliki nilai rata-rata LQ basis dan Kota Sorong sebagai daerah dengan nilai rata-
rata tertinggi sebesar 2,58 selama periode 2013-2019. Basisnya Sektor Jasa
Pendidikan di Kota Sorong tidak terlepas dari peran pemerintah dalam
meningkatkan kualitas dan standar tenaga pengajar di Kota Sorong dengan
menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 pada guru dan siswa.
98
16) Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Provinsi Papua terdapat 19 kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata LQ
basis dan Kabupaten Lanny Jaya sebagai daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi
yaitu sebesar 2,60 selama periode 2013-2019. Basisnya Sektor Kesehatan di Lanny
Jaya tidak terlepas dari adanya layanan kesehatan yang cukup baik mulai dari
ketersediaan obat-obatan, peralatan medis di puskesmas dan puskesmas pembantu,
dan juga fasilitas yang cukup memadai.
Sementara di Provinsi Papua Barat terdapat 7 kabupaten/kota memiliki nilai
rata-rata LQ basis dan Kota Sorong kembali menjadi daerah dengan nilai rata-rata
tertinggi yaitu sebesar 2,56 selama periode 2013-2019. Sama halnya dengan Lanny
Jaya, basisnya jasa kesehatan di Kota Sorong tidak terlepas dari adanya pelayanan
kesehatan di tiap puskesmas serta tersedianya fasilitas yang memadai.
17) Sektor Jasa Lainnya
Provinsi Papua terdapat 14 kabupaten/kota dengan nilai rata-rata LQ basis dan
Kabupaten Supiori menjadi daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi yaitu sebesar
2,08 selama periode 2013-2019. Sementara di Papua Barat terdapat 6
kabupaten/kota dengan nilai rata-rata LQ basis dan Kabupaten Manokwari Selatan
sebagai daerah dengan nilai rata-rata LQ tertinggi yaitu sebesar 4,21 selama periode
tersebut.
Pada akhirnya ketimpangan atau disparitas yang tinggi antara Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat dapat dijelaskan oleh hasil analisis Location Quotient.
Adanya tingkat disparitas pendapatan perkapita yang tinggi di kedua provinsi
99
adalah sebagai akibat dari adanya kondisi backwash effect seperti yang telah
dijelaskan pada sub-bab analisis disparitas sebelumnya. Terjadinya kondisi
backwash effect di Provinsi Papua terjadi akibat adanya pemusatan konsetrasi
kegiatan ekonomi di daerah inti yang berbasis pada sektor pertambangan sebagai
sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Papua yaitu
dengan rata-rata 33,66 persen selama periode 2013-2019.
Berdasarkan hasil analisis LQ, daerah yang basis pada sektor pertambangan di
Provinsi Papua hanya terdapat 3 kabupaten yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten
Paniai, dan Kabupaten Nabire. Tiga kabupaten tersebut basis pada sektor
pertambangan karena memiliki hasil emas yang berlimpah dan terdapat beberapa
perusahaan pertambangan emas yang banyak di tiga kabupaten tersebut, salah satu
perusahaan tambang emas terbesar yaitu PT. Freeport Indonesia yang berada di
Mimika. Oleh karena itu, faktor tersebut yang kemudian menarik tenaga kerja dan
juga investor untuk menanamkan modalnya di tiga kabupaten tersebut. Adanya
konsentrasi kegiatan ekonomi tersebutlah yang pada akhirnya memberikan
pengaruh yang merugikan sehingga meningkatkan disparitas pendapatan perkapita
antar kabupaten/kota di Provinsi Papua.
Begitupun halnya dengan Provinsi Papua Barat sebagai provinsi hasil
pemekaran yang hanya terdapat 2 kabupaten yang basis pada Sektor Industri
Pengolahan yang merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi untuk PDRB Papua
Barat dengan rata-rata 27,72 persen selama periode 2013-2019. Kedua kabupaten
tersebut ialah Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Sorong. Kedua kabupaten
tersebut basis dalam sektor industri pengolahan karena maju pada pengolahan
100
industri petrokimia, dan industri manufaktur di wilayahnya. Sama halnya dengan
provinsi induknya, basisnya sektor industri pengolahan yang hanya ada di dua
kabupaten tersebut pada akhirnya menyebabkan banyaknya pula tenaga kerja dan
aliran modal yang mengalir dan terpusat di dua kabupaten tersebut. Sehingga,
konsentrasi kegiatan ekonomi Industri Pengolahan yang terpusat di Teluk Bintuni
dan Kabupaten Sorong pada akhirnya memberikan pengaruh yang merugikan
sehingga menyebabkan tingginya tingkat disparitas pendapatan perkapita di
Provinsi Papua Barat.
Selanjutnya, berdasarkan analisis potensi sektor unggulan dengan analisis
Location Quotient di atas menunjukkan bahwa Sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan; dan Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib merupakan sektor unggulan yang basis dan dominan hampir di seluruh
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua yang merupakan provinsi induk maupun
di Provinsi Papua Barat yang merupakan provinsi pemekarannya. Oleh karena itu,
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap wilayah di kedua
provinsi maka perlu mengembangkan potensi serta memanfaatkan kedua sektor
tersebut secara maksimal sehingga dapat mewujudkan pembangunan dan
perekonomian dalam rangka menekan angka disparitas pendapatan perkapita yang
tinggi di Provinsi Papua maupun di Provinsi Papua Barat.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan beberapa
analisis, didapatkan hasil pada kondisi pembangunan ekonomi di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat selama tahun 2013-2019 sebagai berikut:
1) Analisis disparitas pendapatan perkapita di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat dengan Indeks Williamson menunjukkan hasil terdapat ketimpangan yang
tinggi > 0,5 selama periode 2013-2019. Provinsi Papua memiliki rata-rata 2.02
sedangkan Provinsi Papua Barat memiliki tingkat disparitas yang lebih rendah
dengan rata-rata 1.51. Tingginya disparitas pendapatan perkapita di kedua
provinsi tersebut terjadi akibat dari adanya kondisi backwash effect. Kemudian,
kurva hubungan antara indeks ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi
menunjukkan kurva yang menurun berarti Provinsi Papua dan Papua Barat
menunjukkan kondisi disparitas yang semakin merata.
2) Dari hasil analisis Indeks Williamson kemudian dilakukan uji independent
sample t-test dan menunjukkan nilai t hitung 5.706 > t tabel 2.447 sehingga
hipotesis Ha diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata
disparitas pendapatan perkapita antara provinsi induk dan pemekarannya pada
periode yang sama. Hal sejalan dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS
dimana status Provinsi Papua Barat sebagai provinsi pemekaran lebih sejahtera
karena memiliki fokus kebijakan yang lebih mandiri di bidang pembangunan
dan kesejahteraan.
102
3) Hasil analisis tipologi klassen menunjukkan adanya perbedaan tingkat
kesenjangan yang dilihat dari pola perkembangan ekonomi antara Provinsi
Papua dan Papua Barat setelah pemekaran. Provinsi Papua yang terdapat
disparitas yang lebih tinggi memiliki kabupaten/kota yang dominan berada pada
kuadran II, sedangkan Papua Barat sendiri yang disparitasnya lebih rendah
terdapat kabupaten/kota yang dominan berada di kuadran I. Adanya perbedaan
dalam klasifikasi pola perkembangan di masing-masing provinsi dipengaruhi
oleh lingkup wilayah Provinsi Papua Barat setelah pemekaran yang lebih kecil
memudahkan masing-masing kabupaten/kotanya untuk lebih mandiri dalam
mendapatkan akses pelayanan publik dan melakukan kegiatan ekonomi.
4) Disparitas yang tinggi dapat dijelaskan dengan melihat hasil analisis Location
Quotient yang menunjukkan sektor dengan kontribusi terbesar untuk Provinsi
Papua yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian hanya basis di 3 kabupaten
yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, dan Kabupaten Nabire. Sedangkan
sektor industri pengolahan dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi
Papua Barat hanya basis di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Teluk Bintuni, dan
Kabupaten Sorong. Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan pemusatan
kegiatan ekonomi yang mempengaruhi tingginya disparitas pendapatan
perkapita di masing-masing provinsi setelah pemekaran. Adapuan analisis LQ
menunjukkan hasil dimana sektor basis yang dominan dan berpotensi untuk
dikembangkan di Papua dan Papua Barat dalam rangka menekan disparitas
pendapatan perkapita yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; dan
Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.
103
B. Saran
Dengan tingginya disparitas pendapatan perkapita di provinsi induk dan
pemekarannya, maka diperlukan penguatan kordinasi perencanaan pembangunan
antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah provinsi; diperlukan
intervensi Kementrian Lembaga untuk memajukan daerah tertinggal;
meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan program produksi komoditas
kemitraan dan investasi, dan menambah sarana prasarana pertanian di masing-
masing provinsi; meningkatkan konektivitas transfer sumber daya antar
kabupaten/kota di kedua provinsi; serta emaksimalkan akses pelayanan publik
dengan penggunaan anggaran yang lebih efektif dan efisien. Selain itu, kebijakan
pemekaran daerah dengan membentuk provinsi baru di Provinsi Papua perlu
dipertimbangkan. Wilayahnya yang sangat luas, bergunug-gunung dan berbukit-
bukit tanpa disadari akan membuat akses kegiatan ekonomi dan pelayanan publik
menjadi lebih rumit. Sehingga hal tersebut diharapkan dapat menekan
permasalahan pembangunan yaitu tingginya disparitas pendapatan perkapita di
Provinsi Papua.
Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan hasil penelitian sehingga
diperlukan penelitian jangka panjang dimulai sejak tahun awal penerapan
pemekaran daerah. Penelitian ini masih sebatas meneliti persoalan ketimpangan
pendapatan di provinsi induk dan pemekarannya dan belum meneliti faktor-faktor
penyebabnya. Untuk peneliti selanjutnya, sangat disarankan untuk mengukur
ketimpangan atau disparitas pendapatan perkapita mengunakan metode lain selain
Indeks Williamson.
104
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Raharjo. (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Adisasmita, R. (2008). Pengembangan wilayah: Konsep dan teori. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ardani. (1992). Analysis of Regional Growth and Disparity: the Impact Analysis
of The Project on Indonesian Development. USA: University of
Pennsylvania Philadelphia: Unpublished Dissertation.
Armstrong, H and Taylor, J. (2000). Regional Economics and Policy. Third edition.
Blackwell Publishing, Oxford.
Arsyad, L. (1999). Ekonomika Pembangunan. STIE YKPN, Yogyakarta.
Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Arsyad, L. (2014a). Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi. Ekonomi
Pembangunan Berkelanjutan.
Aswandi, H. M., & Kuncoro, M. (2002). Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan:
Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Journal of Indonesian
Economy and Business, 17(1).
Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan
I-2020. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2019, 17, 1–12.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/05/1755/ekonomi-indonesia-
2019-tumbuh-5-02-persen.html
Bank Dunia. (2015). Ketimpangan Yang Semakin Lebar. The World Bank.
Bank Indonesia. (2006). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan III-2006.
Tim Ekonomi Moneter KBI Denpasar.
Bappenas. (2013). Analisis Kesenjangan Antarwilayah. Deputi Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah BAPPENAS.
Bhinadi, A. (2003). Disparitas pertumbuhan ekonomi Jawa dengan luar Jawa.
Economic Journal of Emerging Markets, 8(1).
BPS-Statistics of Papua Province. (2014). Papua dalam Angka 2014. \, 708.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
BRATA, A. G. (2008). Pemekaran Daerah di Papua: Kesejahteraan Masyarakat VS
Kepentingan Elit. Simposium Nasional Riset Dan Kebijakan Ekonomi, 1–9.
Bruto, D. (2016). P ERTUMBUHAN E KONOMI I NDONESIA T AHUN 2015. 16,
2–11.
105
Chadhiq, U., & Yusroni, N. (2010, January). ANALISIS PENERAPAN METODE
BASIS DAN SHIFT-SHARE DALAM MENGATASI TINGKAT
DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI
JAWA TENGAH. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL &
INTERNASIONAL (Vol. 3, No. 1).
Dhyatmika, K. W. (2013). Analisis Ketimpangan Pembangunan Provinsi Banten
Pasca Pemekaran. Diponegoro Journal Of Ecomonics, 2, 96.
Djakapermana, R. D., (2013). Pengembangan Wilayah: Melalui Pendekatan
Kesisteman. Bogor: IPB Press
Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Gama, A. S. (2009). Disparitas dan konvergensi produk domestik regional bruto
(PDRB) per kapita antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. INPUT: Jurnal
Ekonomi dan Sosial, 1(2), 43817.
Haris, Syamsudin. (2006) Desentralisasi dan Otonomi Daerah. LIPI Pres: Jakarta.
Islami, F. S., & Nugroho, S. B. M. (2018). Faktor-faktor mempengaruhi
ketimpangan wilayah di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Media Ekonomi
dan Manajemen, 33(1).
Iswanto, D. (2015). Ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota dan
pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Signifikan: Jurnal Ilmu
Ekonomi, 4(1).
Jumiyanti, K. R. (2018). Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor Basis
dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Development Review,
1(1), 29-43.
Kuncoro, M. (2006). Strategi bagaimana meraih keunggulan kompetitif. Jakarta:
Erlangga.
Myrdal, G. (1957). Economic theory and under-development regions. Gerarld
Duckworth.
Niyimbanira, F. (2017). Analysis of the impact of economic growth on income
inequality and poverty in South Africa: the case of Mpumalanga Province.
International Journal of Economics and Financial Issues, 7(4).
Nurgiyantoro, B., & Gunawan, M. (2012). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu
Sosial.
Nurhayani, Hodijah, S., & Bhakti, A. (2015). Analisis Disparitas Pembangunan
Ekonomi dan Hubungannya Dengan Investasi di Provinsi Jambi Tahun 2002-
2014. Jurnal Paradigma Ekonomika, 10(2), 302–311.
106
Pelajaran, S., & Pemerintah, B. (2003). Pro-kontra pemekaran papua: 45, 25–41.
Radianto, E. (2003). Evaluasi Pembangunan Regional Pasca Kerusuhan di Maluku.
Economics and Finance in Indonesia, 51, 479-499.
Rambe, Raja Iskandar. (2010). Disparitas Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) di Provinsi Sumatera Utara. Universitas Indonesia.
Rochana, S. H. (2014). Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Pada Era Otonomi
Daerah Di Indonesia. Tersedia di http://sappk. itb. ac.
id/spe/wpcontent/uploads/2013/11/otonomi daerah-sayembara. pdf, diakses
pada, 15.
Romli, L. (2006). Pro-Kontra Pemekaran Papua: Sebuah Pelajaran Bagi Pemerintah
Pusat. Jurnal Penelitian Politik, 3(1), 3-23.
Sallis, J. F., Slymen, D. J., Conway, T. L., Frank, L. D., Saelens, B. E., Cain, K., &
Chapman, J. E. (2011). Income disparities in perceived neighborhood built
and social environment attributes. Health & place, 17(6), 1274-1283.
Suhartono. (2015). STUDI KASUS DI PROVINSI BANTEN DAN
GORONTALO ( The Regional Disparities and Economic Development of
Regencies / Manucipalities in the Decentraliced Regions : Case Study in
Banten and Gorontalo Province ). Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 6(1),
33–43. https://doi.org/https://doi.org/10.22212/jekp.v6i1.154
Sujarweni, V. W. (2015). SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sukirno, S. (1985). Ekonomi pembangunan. Jakarta: LPEF-UI Bima Grafika.
Sukirno, S. (1994). Pengantar Teori Ekonomi Makro. Penerbit Raja Grafindo,
Jakarta.
Sulasmi, S., & Siregar, M. I. (2020). ANALISIS KETIMPANGAN WILAYAH
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARA KABUPATEN INDUK
DAN PEMEKARANNYA DI PROVINSI ACEH. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Pembangunan, 5(2), 109-117.
Suryana. (2000). Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Salemba Empat.
Susanti, H. (1994). Indikator-indikator makroekonomi. Lembaga Penerbit, Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Syafrizal. (1997). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat. Majalah Prisma . No.3 Maret 1997, hal 27-38,
LP3ES.
Syafrizal. (2008). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media.
107
Tambunan, T. T. (2003). Perekonomian Indonesia: beberapa permasalahan penting.
Penerbit Ghalia Indonesia.
Tarigan, R. (2005). Ekonomi regional. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Tenrini, Rita Helbra. (2013). Pemekaran Daerah : Kebutuhan Atau Euforia
Demokrasi? MENGAPA HARUS MEKAR. Jurnal Kementerian Keuangan.
Todaro, Michael P., dan Stephen C. Smith. (2003). Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga, Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Todaro Michael, P., & Smith, S. C. (2008). Pembangunan Ekonomi Edisi 1. Jakarta:
Erlangga.
Vidyattama, Y. (2013). Regional convergence and the role of the neighbourhood
effect in decentralised Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic
Studies, 49(2), 193-211.
Wahiba, N. F., & El Weriemmi, M. (2014). The relationship between economic
growth and income inequality. International Journal of Economics and
Financial Issues, 4(1), 135.
Wicaksono, C. P. (2010). Analisis Disparitas Pendapatan Antar Ekonomi Di
Provinsi Jawa TengahTAHUN 2003-2007. 155.
Yanuar. (2013). Disparitas Antar Wilayah dan Provinsi di Indonesia Sebelum dan
Sesudah Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Universitas Tarumanegara, 2(18),
97-108.
Yusral, Y., Junaidi, J., & Bhakti, A. (2015). Klasifikasi Pertumbuhan, Sektor Basis
dan Kompetitif Kota Jambi. Jurnal perspektif pembiayaan dan pembangunan
Daerah, 2(4), 209-216.
Sumber Pustaka Internet
Kementerian Keuangan. Empat Penyebab Ketimpangan di Indonesia Versi Bank
Dunia. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/empat-penyebab-
ketimpangan-di-indonesia-versi-bank-dunia/. Diakses tanggal 8 Februari 2020
pukul 02.11
108
LAMPIRAN A
LAJU PERTUMBUHAN
EKONOMI ANTAR
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
PAPUA DAN PROVINSI PAPUA
BARAT TAHUN 2013-2019
109
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Merauke 8.49 7.74 6.88 7.66 7.46 8.11 7.57
Jayawijaya 7.31 7.07 6.28 4.67 5.51 6.34 4.97
Jayapura 10.2 11.27 9.95 8.54 7.01 7.69 7.69
Nabire 9.27 7.15 7.52 6.88 6.36 5.83 4.82
Kepulauan Yapen 7.35 6.93 6.26 5.41 4.64 4.55 4.73
Biak Numfor 7.02 5.29 6.62 4.06 -4.57 0.42 2.21
Paniai 6.96 8.69 9.82 6.73 4.76 6.49 3.84
Puncak Jaya 4.65 4.4 7.39 4.6 3.73 4.65 4.29
Mimika 9.48 -0.55 6.48 13.51 3.69 10.27 -38.52
Boven Digoel 6.65 6.13 5.39 4.74 4.07 3.44 2.42
Mappi 5.21 8.26 6.85 6.92 7.03 6.31 6.11
Asmat 6.13 5.46 4.79 6.18 5.85 5.77 4.72
Yahukimo 6,76 7,03 7,14 5,20 6.09 5.56 4.97
Pegunungan
Bintang6.52 6.35 5.94 6.49 6.05 5.28 4.74
Tolikara 6.15 6.72 4.87 4.58 4.6 4.63 3.92
Sarmi 6.69 6.76 6.99 6.71 7.1 6.24 5.93
Keerom 9.59 8.79 7.02 5.74 4.85 4.19 3.92
Waropen 11.76 10.47 9.66 9.46 7.72 7.18 5.43
Supiori 4.26 6.46 4.25 4.43 4.01 4.18 4.34
Mamberamo Raya 9.17 9.72 10.3 8.08 6.45 5.9 5.88
Nduga 11.26 9.48 7.71 6.73 7.25 5.74 4.84
Lanny Jaya 8.31 7.45 6.6 5.81 5.39 5.27 5.16
Mamberamo
Tengah10.89 8.8 6.35 5.72 5.66 5.11 4.94
Yalimo 12.35 9.83 8.88 6.83 5.19 6.49 5.49
Puncak 9.19 9.4 9.43 7.32 6.67 6.72 4.8
Dogiyai 8.11 9.1 8.29 6.9 5.88 5.86 5.73
Intan Jaya 11.27 10.7 10.09 7.17 3.66 2.79 2.72
Deiyai 10.9 11.52 12.87 7.91 4.67 3.57 3.74
Kota Jayapura 10.35 10.19 8.48 7.23 6.02 5.45 5.13
Provinsi Papua 8.55 -9.57 7.35 9.14 4.64 7.37 -15.72
LAJU PERTUMBUHAN PDRBKabupaten/Kota
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DI
PROVINSI PAPUA ADHK 2010 TAHUN 2013-2019
Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019
110
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Kab. Fakfak 8.44 7.53 7.29 5.30 7.13 6.56 6.00
Kaimana 7.14 5.45 4.97 3.17 5.76 5.87 4.95
Teluk Wondama 7.20 5.20 3.89 5.42 5.23 4.01 4.31
Teluk Bintuni 6.12 2.43 2.85 2.71 1.32 5.25 3.57
Manokwari 10.40 8.60 7.36 7.25 7.04 6.01 6.13
Sorong Selatan 6.75 7.17 6.34 6.14 7.47 6.20 5.87
Sorong 0.28 3.08 2.35 0.89 3.35 5.68 2.24
Raja Ampat 5.38 6.13 1.97 2.38 -0.01 4.58 3.92
Tambrauw 6.37 6.76 5.83 4.95 6.33 5.46 6.47
Maybrat 5.25 6.33 5.52 6.45 6.56 6.12 5.58
Manokwari Selatan 5.40 5.80 4.59 4.82 4.44 4.48 6.95
Pegunungan Arfak 4.40 9.10 6.67 3.15 3.36 9.87 4.08
Kota Sorong 11.83 12.10 10.27 9.05 8.26 6.73 3.14
Prov. Papua Barat 7.36 5.38 4.15 4.52 4.02 6.25 2.66
KAB/KOTA
LAJU PERTUMBUHAN PDRB
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DI
PROVINSI PAPUA BARAT ADHK 2010 TAHUN 2013-2019
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019
111
LAMPIRAN B
PDRB PERKAPITA ANTAR
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
PAPUA DAN PROVINSI PAPUA
BARAT TAHUN 2013-2019
112
PDRB Perkapita Provinsi Papua Tahun 2013-2019
Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2013-2019
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Merauke 31689326.13 33582295.16 35378677.06 37496102.47 39683286.42 42459539.06 45333776.03
Jayawijaya 16662803.16 17750747.78 18664397.68 19172047.53 19982253.17 21032510.02 21785005.94
Jayapura 51235324.82 56725270.77 61325933.61 65287064.39 68644787.30 72422401.80 76086432.76
Nabire 37595375.68 40139288.41 42418948.27 44469837.88 46430905.78 48201763.17 49725944.46
Kepulauan Yapen 23953318.18 25100027.56 26258709.68 27171044.96 27865901.14 28415250.69 28643320.62
Biak Numfor 22189936.85 23234853.53 24177957.62 24693726.07 23092660.11 22610237.12 22497113.73
Paniai 12688336.52 13691700.36 14872615.35 15583954.40 16050719.95 16777607.21 17027623.98
Puncak Jaya 6814578.16 7034663.67 7421808.169 7473456.37 7513036.95 7695234.51 7827921.11
Mimika 266057144.36 252509984.45 283693829.09 315881433.19 320021166.99 344557271.93 207803883.40
Boven Digoel 42369657.14 44320399.95 45420163.44 46357485.85 47125899.05 47667478.92 47767926.49
Mappi 14337964.80 15213543.94 15887232.57 16675582.64 17644983.05 17830663.66 18243895.07
Asmat 13008842.59 13464125.37 13796604.69 14366875.42 14783312.92 15195746.29 15604981.43
Yahukimo 6191452.77 6511468.46 6855750.802 7059301.15 7374440.52 7692373.18 7999322.11
Pegunungan Bintang 14508640.19 15126522.77 15799414.03 16638973.81 17413820.31 18105728.67 18615846.97
Tolikara 6318439.83 6626749.84 6748793.357 6927781.68 7098703.80 7366938.31 7577546.35
Sarmi 35174800.89 37259186.30 38769422.24 40582607.24 42668389.69 43955727.55 45286094.78
Keerom 27510739.40 29234330.78 30882443.29 32405881.58 33428593.73 34342268.32 34874154.99
Waropen 34734912.10 37239621.25 39871746.43 43024502.31 45280700.81 46738172.94 47863570.48
Supiori 34215362.87 35766682.09 35447025.73 36415258.03 36650986.70 36440428.11 36751323.03
Mamberamo Raya 32845107.71 34740009.26 36522055.48 38932404.11 40530047.06 41089319.95 42097100.39
Nduga 6133618.18 6233436.29 6597138.246 6915218.13 7330230.59 7711068.43 7995720.37
Lanny Jaya 5093227.40 5167499.72 5443582.563 5688595.28 5930472.02 6207915.66 6480360.96
Mamberamo
Tengah12339916.13 12623657.87 13158048.19 13798840.59 14337265.36 14880327.30 15579475.74
Yalimo 9132697.46 9565072.33 10183172.81 10717732.44 11080232.81 11742829.58 12092673.43
Puncak 5383262.91 5796998.28 6214554.157 6549261.85 6837145.67 7075945.21 7283007.49
Dogiyai 6677278.20 7165226.71 7644236.902 8030926.46 8397090.12 8742729.79 9120173.75
Intan Jaya 12275244.79 13162456.48 14141727.68 14712414.59 14930048.22 15191760.84 15452601.38
Deiyai 8204441.04 8946925.40 9901262.161 10497008.21 10759616.65 11085986.95 11388780.17
Kota Jayapura 55763832.08 60744049.67 64082118.06 67456190.78 70322342.47 73137953.12 76273908.33
Provinsi Papua 31,689,326.13 33,582,295.16 35,378,770.60 37,496,102.47 39,683,286.42 42,459,539.06 45,333,776.03
Kabupaten/KotaPDRB Perkapita Provinsi Papua
113
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Fakfak 34,361,155.96 36,176,441.14 38,138,607.55 39437614.08 41,510,709.04 43,505,107.97 45,348,062.42
Kaimana 26,693,221.13 27,411,890.68 27,876,019.38 28067286.09 28,956,100.34 29,855,081.33 30,399,127.64
Teluk Wondama 26,995,247.77 27,849,359.40 28,260,609.91 29107959.99 30,057,231.26 30,578,067.61 31,159,717.10
Teluk Bintuni 375,834,645.82 376,152,691.72 378,553,280.96 381069124.67 377,050,579.99 388,307,639.12 394,686,071.01
Manokwari 31,124,118.55 32,898,049.85 34,420,223.46 35950273.10 37,732,280.66 39,171,139.45 40,178,386.09
Sorong Selatan 21,782,638.43 22,820,443.75 23,713,251.46 24652037.77 25,833,821.49 26,837,389.66 27,866,823.66
Sorong 94,543,163.46 94,944,642.68 94,769,390.91 93204281.75 93,915,299.03 96870013.10 96,881,298.59
Raja Ampat 43,215,798.33 45,112,605.82 45,389,359.14 45783135.18 45,112,639.90 46,501,590.89 47,822,352.09
Tambrauw 9,375,020.93 8,283,879.38 8,813,449.13 9192802.394 9,713,891.91 10,229,818.89 10,832,817.20
Maybrat 9,191,109.55 9,558,177.09 9,835,602.06 10233899.47 10,678,259.29 11,074,039.69 11,462,661.92
Manokwari Selatan 20,715,495.79 21,540,182.78 21,886,155.11 22317590.48 22,838,423.18 23,232,785.70 24,214,751.03
Pegunungan Arfak 3,634,853.52 3,838,408.16 3,999,514.34 4036173.09 4,121,369.95 4,420,717.55 4,450,664.38
Kota Sorong 30,814,439.38 33,444,985.26 35,769,001.45 37793276.77 39,757,241.37 41,214,491.71 41,240,465.17
Provinsi Papua
Barat 57,581,357.03 59,142,593.17 60064125.41 61,242,007.36 62,169,961.95 64,498,117.67 64,682,893.61
Kabupaten/KotaPDRB Perkapita Provinsi Papua Barat
PDRB Perkapita Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019
114
LAMPIRAN C
ANALISIS INDEKS WILLIAMSON
DI PROVINSI PAPUA DAN
PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN
2013-2019
115
INDEKS WILLIAMSON PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Penduduk
Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB Perkapita
(Yi) [juta rupiah]
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota
(Ӯ)
Peluang
Penduduk (Pi/
ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
kuadrat simpangan
nilai tengah
pendapatan perkapita
(Yi-Ӯ)^2
peluang penduduk x kuadrat
simpangan nilai tengah
pendapatn perkapita[(Pi/
ΣP)*(Yi-Ӯ)^2]
Merauke 209980 2,951,488 31.68932632 31.90 0.071143776 -0.210425446 0.044278869 0.003150166
Jayawijaya 203085 2,951,488 16.66280316 31.90 0.068807666 -15.2369486 232.1646027 15.9747044
Jayapura 118789 2,951,488 51.23532255 31.90 0.040247157 19.33557078 373.8642975 15.04697496
Nabire 137283 2,951,488 37.59537568 31.90 0.046513149 5.695623921 32.44013184 1.508892674
Kepulauan Yapen 88187 2,951,488 23.95331818 31.90 0.029878827 -7.946433587 63.14580675 1.88672265
Biak Numfor 135080 2,951,488 22.18993685 31.90 0.045766745 -9.709814911 94.28050561 4.314911901
Paniai 161324 2,951,488 12.68833652 31.90 0.054658532 -19.21141525 369.0784758 20.17328752
Puncak Jaya 112010 2,951,488 6.814578073 31.90 0.037950349 -25.08517369 629.2659391 23.88086207
Mimika 196401 2,951,488 275.0918375 31.90 0.066543045 243.1920858 59142.39057 3935.514781
Boven Digoel 60403 2,951,488 42.36965714 31.90 0.02046527 10.46990537 109.6189185 2.243380808
Mappi 88006 2,951,488 14.3379648 31.90 0.029817502 -17.56178697 308.4163614 9.196205542
Asmat 85000 2,951,488 13.00884259 31.90 0.028799033 -18.89090918 356.8664495 10.27740862
Yahukimo 175086 2,951,488 6.191452715 31.90 0.059321264 -25.70829905 660.91664 39.20641074
Pegunungan Bintang 69304 2,951,488 14.50864019 31.90 0.023481037 -17.39111157 302.4507616 7.101857634
Tolikara 125326 2,951,488 6.318439829 31.90 0.042461972 -25.58131193 654.4035203 27.78726377
Sarmi 35508 2,951,488 35.17480089 31.90 0.012030542 3.275049127 10.72594678 0.129038952
Keerom 51772 2,951,488 27.51074789 31.90 0.017540983 -4.389003869 19.26335496 0.337898176
Waropen 26905 2,951,488 34.7349121 31.90 0.009115741 2.835160335 8.038134124 0.073273548
Supiori 16976 2,951,488 34.21536463 31.90 0.005751675 2.315612869 5.36206296 0.030840844
Mamberamo Raya 19776 2,951,488 32.84510771 31.90 0.006700349 0.945355943 0.893697859 0.005988088
Nduga 85894 2,951,488 6.133618181 31.90 0.029101931 -25.76613358 663.8936398 19.32058687
Lanny Jaya 161077 2,951,488 5.093227401 31.90 0.054574845 -26.80652436 718.5897484 39.21692411
Mamberamo Tengah 42687 2,951,488 12.33991613 31.90 0.014462874 -19.55983563 382.5871699 5.533310154
Yalimo 54911 2,951,488 9.132697456 31.90 0.018604514 -22.76705431 518.3387618 9.643440783
Puncak 99926 2,951,488 5.383262915 31.90 0.033856143 -26.51648885 703.1241809 23.80507286
Dogiyai 8327 2,951,488 71.62978624 31.90 0.002821289 39.73003447 1578.475639 4.453335622
Intan Jaya 43405 2,951,488 12.27525377 31.90 0.014706141 -19.62449799 385.1209214 5.663642743
Deiyai 66516 2,951,488 8.204441638 31.90 0.022536429 -23.69531013 561.4677219 12.6534775
Kota Jayapura 272544 2,951,488 55.76383208 31.90 0.092341219 1.748096113 3.055840022 0.282179993
4235.27
65.08
2.04IW
Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2013
Σ
116
Sumber: data diolah penulis
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Penduduk
Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB Perkapita
(Yi) [juta rupiah]
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota
(Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
kuadrat simpangan
nilai tengah
pendapatan perkapita
(Yi-Ӯ)^2
peluang penduduk x kuadrat
simpangan nilai tengah
pendapatn perkapita[(Pi/
ΣP)*(Yi-Ӯ)^2]
Merauke 213484 3,091,047 33.58229525 30.75 0.069065271 2.832237671 8.021570225 0.554011925
Jayawijaya 204112 3,091,047 17.75074778 30.75 0.066033289 -12.99930981 168.9820555 11.15844091
Jayapura 119383 3,091,047 56.72527068 30.75 0.038622189 25.9752131 674.7116956 26.05884231
Nabire 137776 3,091,047 40.13928841 30.75 0.0445726 9.389230827 88.15765552 3.929415874
Kepulauan Yapen 89994 3,091,047 25.10002756 30.75 0.029114407 -5.650030026 31.92283929 0.929414531
Biak Numfor 135831 3,091,047 23.23485353 30.75 0.043943363 -7.515204052 56.47829194 2.481846078
Paniai 162489 3,091,047 13.69170018 30.75 0.052567625 -17.05835741 290.9875574 15.29652484
Puncak Jaya 113280 3,091,047 7.03466393 30.75 0.036647777 -23.71539365 562.4198961 20.61143872
Mimika 199311 3,091,047 269.5839761 30.75 0.064480094 238.8339185 57041.64063 3678.050329
Boven Digoel 61283 3,091,047 44.32039995 30.75 0.019825968 13.57034236 184.1541919 3.651035181
Mappi 89790 3,091,047 15.21354394 30.75 0.02904841 -15.53651365 241.3832563 7.011799751
Asmat 86614 3,091,047 13.46412531 30.75 0.028020926 -17.28593227 298.8034544 8.372749557
Yahukimo 178193 3,091,047 6.511468632 30.75 0.057648104 -24.23858895 587.5091943 33.86879134
Pegunungan Bintang 70697 3,091,047 15.12740046 30.75 0.022871538 -15.62265713 244.0674157 5.582197259
Tolikara 127526 3,091,047 6.626749839 30.75 0.041256571 -24.12330774 581.9339765 24.00860042
Sarmi 35787 3,091,047 37.2591863 30.75 0.01157763 6.509128714 42.36875661 0.490529808
Keerom 53002 3,091,047 29.23433059 30.75 0.017146941 -1.515726992 2.297428314 0.039393867
Waropen 27723 3,091,047 37.23962125 30.75 0.008968806 6.48956367 42.11443663 0.3777162
Supiori 17288 3,091,047 35.76668383 30.75 0.005592927 5.016626244 25.16653887 0.140754613
Mamberamo Raya 20514 3,091,047 34.74000926 30.75 0.006636586 3.989951679 15.9197144 0.105652558
Nduga 92530 3,091,047 6.233436291 30.75 0.029934841 -24.51662129 601.0647196 17.99277672
Lanny Jaya 170589 3,091,047 5.167499722 30.75 0.055188096 -25.58255786 654.4672667 36.11880265
Mamberamo Tengah 45398 3,091,047 12.62365787 30.75 0.014686933 -18.12639971 328.5663665 4.825632191
Yalimo 57585 3,091,047 9.565072328 30.75 0.01862961 -21.18498526 448.8036003 8.361036025
Puncak 101515 3,091,047 5.796998276 30.75 0.032841623 -24.95305931 622.6551688 20.44900626
Dogiyai 90822 3,091,047 7.165226707 30.75 0.029382277 -23.58483088 556.2442474 16.34372271
Intan Jaya 44812 3,091,047 13.16246117 30.75 0.014497353 -17.58759641 309.3235475 4.48437271
Deiyai 68025 3,091,047 8.946925101 30.75 0.022007106 -21.80313248 475.376586 10.46166308
Kota Jayapura 275694 3,091,047 60.74404967 30.75 0.089191138 29.99399209 899.6395614 80.2398764
4042.00
63.58
2.07IW
Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2014
Σ
117
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Merauke 216585 3149375 35.37867706 32.33032308 0.06877079 3.048353974 9.292461948 0.639049929
Jayawijaya 206320 3149375 18.66439768 32.33032308 0.06551141 -13.6659254 186.757517 12.23474845
Jayapura 121410 3149375 61.32593361 32.33032308 0.03855051 28.99561053 840.7454301 32.41116179
Nabire 140178 3149375 42.41894827 32.33032308 0.04450978 10.08862518 101.7803581 4.530221723
Kepulauan Yapen 91404 3149375 26.25870968 32.33032308 0.0290229 -6.071613397 36.86448924 1.069914435
Biak Numfor 139171 3149375 24.17795762 32.33032308 0.04419004 -8.152365461 66.46106261 2.936916863
Paniai 164280 3149375 14.87261535 32.33032308 0.05216273 -17.45770773 304.7715592 15.89771677
Puncak Jaya 115310 3149375 7.421808169 32.33032308 0.03661361 -24.90851491 620.4341151 22.71633509
Mimika 201677 3149375 283.6938291 32.33032308 0.06403715 251.363506 63183.61215 4046.098463
Boven Digoel 63020 3149375 45.42016344 32.33032308 0.02001032 13.08984036 171.3439206 3.428646597
Mappi 91876 3149375 15.88723257 32.33032308 0.02917277 -16.44309051 270.3752254 7.887594907
Asmat 88578 3149375 13.79660469 32.33032308 0.02812558 -18.53371839 343.4987175 9.661100822
Yahukimo 181326 3149375 6.855750802 32.33032308 0.05757523 -25.47457228 648.9538328 37.36366825
Pegunungan Bintang 71710 3149375 15.79941403 32.33032308 0.0227696 -16.53090905 273.2709541 6.222269536
Tolikara 131323 3149375 6.748793357 32.33032308 0.04169811 -25.58152972 654.4146631 27.28785769
Sarmi 36797 3149375 38.76942224 32.33032308 0.01168391 6.439099154 41.46199791 0.484438067
Keerom 53694 3149375 30.88244329 32.33032308 0.0170491 -1.447879792 2.096355892 0.035740975
Waropen 28395 3149375 39.87174643 32.33032308 0.00901607 7.541423353 56.87306618 0.512771808
Supiori 18186 3149375 35.44702573 32.33032308 0.00577448 3.116702652 9.713835424 0.056092339
Mamberamo Raya 21523 3149375 36.52205548 32.33032308 0.00683405 4.191732394 17.57062046 0.120078576
Nduga 94173 3149375 6.597138246 32.33032308 0.02990212 -25.73318484 662.1968018 19.80109051
Lanny Jaya 172625 3149375 5.443582563 32.33032308 0.05481246 -26.88674052 722.8968157 39.62375481
Mamberamo Tengah 46321 3149375 13.15804819 32.33032308 0.014708 -19.1722749 367.5761247 5.406308767
Yalimo 58891 3149375 10.18317281 32.33032308 0.01869927 -22.14715027 490.4962651 9.17192
Puncak 103624 3149375 6.214554157 32.33032308 0.03290304 -26.11576892 682.0333865 22.44096929
Dogiyai 92190 3149375 7.644236902 32.33032308 0.02927247 -24.68608618 609.4028509 17.83872953
Intan Jaya 45917 3149375 14.14172768 32.33032308 0.01457972 -18.1885954 330.8250026 4.823335311
Deiyai 69381 3149375 9.901262161 32.33032308 0.02203009 -22.42906092 503.0627738 11.08251583
Kota Jayapura 283490 3149375 64.08211806 32.33032308 0.09001469 31.75179498 1008.176485 90.75068914
4452.534101
66.72731151
2.063923436
Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2015
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
118
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Merauke 220006 3207444 37.49610247 34.51660377 0.0685923 2.979498698 8.877412494 0.608922249
Jayawijaya 210229 3207444 19.17204753 34.51660377 0.0655441 -15.34455624 235.4554063 15.43271047
Jayapura 123780 3207444 65.28706439 34.51660377 0.0385915 30.77046062 946.8212466 36.53922996
Nabire 142795 3207444 44.46983788 34.51660377 0.0445199 9.953234108 99.06686921 4.41044445
Kepulauan Yapen 93114 3207444 27.17104496 34.51660377 0.0290306 -7.345558816 53.95723432 1.566410486
Biak Numfor 141801 3207444 24.69372607 34.51660377 0.04421 -9.822877705 96.4889264 4.265772451
Paniai 167325 3207444 15.5839544 34.51660377 0.0521677 -18.93264937 358.4452122 18.69926494
Puncak Jaya 119779 3207444 7.473456365 34.51660377 0.0373441 -27.04314741 731.3318216 27.31090372
Mimika 205591 3207444 315.8814332 34.51660377 0.0640981 281.3648294 79166.16723 5074.399268
Boven Digoel 64674 3207444 46.35748585 34.51660377 0.0201637 11.84088208 140.2064884 2.827084256
Mappi 93592 3207444 16.67558264 34.51660377 0.0291796 -17.84102114 318.3020352 9.28793272
Asmat 90316 3207444 14.36687542 34.51660377 0.0281582 -20.14972836 406.0115528 11.43257354
Yahukimo 184217 3207444 7.05930115 34.51660377 0.0574342 -27.45730262 753.9034672 43.29984718
Pegunungan Bintang 72511 3207444 16.63897381 34.51660377 0.0226071 -17.87762996 319.609653 7.225446664
Tolikara 133786 3207444 6.927781681 34.51660377 0.0417111 -27.58882209 761.1431043 31.748112
Sarmi 37511 3207444 40.58260724 34.51660377 0.011695 6.066003464 36.79639802 0.430333214
Keerom 54130 3207444 32.40588158 34.51660377 0.0168764 -2.11072219 4.455148164 0.075186713
Waropen 28803 3207444 43.02450231 34.51660377 0.00898 8.507898537 72.38433752 0.650014801
Supiori 18486 3207444 36.41525803 34.51660377 0.0057635 1.898654262 3.604888005 0.020776656
Mamberamo Raya 21821 3207444 38.93240411 34.51660377 0.0068032 4.415800335 19.4992926 0.132658299
Nduga 95885 3207444 6.915218126 34.51660377 0.0298945 -27.60138565 761.8364896 22.77473646
Lanny Jaya 174782 3207444 5.688595279 34.51660377 0.0544926 -28.82800849 831.0540737 45.28630682
Mamberamo Tengah 46696 3207444 13.79884059 34.51660377 0.0145586 -20.71776319 429.2257114 6.248939598
Yalimo 59778 3207444 10.71773244 34.51660377 0.0186373 -23.79887133 566.3862765 10.55589399
Puncak 105521 3207444 6.549261853 34.51660377 0.0328988 -27.96734192 782.172214 25.73251293
Dogiyai 93809 3207444 8.030926457 34.51660377 0.0292473 -26.48567731 701.4911028 20.51670391
Intan Jaya 47300 3207444 14.71241459 34.51660377 0.0147469 -19.80418918 392.2059092 5.78383894
Deiyai 70620 3207444 10.49700821 34.51660377 0.0220175 -24.01959556 576.9409708 12.70281612
Kota Jayapura 288786 3207444 67.45619078 34.51660377 0.0900362 32.93958701 1085.016392 97.69072939
5537.655371
74.41542428
2.155931238
Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2016
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
119
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Merauke 223389 3265202 39.68328642 35.48996687 0.0684151 4.193319545 17.58392881 1.203005594
Jayawijaya 212811 3265202 19.98225317 35.48996687 0.0651754 -15.5077137 240.4891843 15.67399009
Jayapura 125975 3265202 68.6447873 35.48996687 0.0385811 33.15482042 1099.242117 42.40994148
Nabire 145101 3265202 46.43090578 35.48996687 0.0444386 10.94093891 119.7041442 5.319484377
Kepulauan Yapen 95007 3265202 27.86590114 35.48996687 0.0290968 -7.624065731 58.12637827 1.691292857
Biak Numfor 144697 3265202 23.09266011 35.48996687 0.0443149 -12.39730676 153.693215 6.810894742
Paniai 170193 3265202 16.05071995 35.48996687 0.0521233 -19.43924693 377.8843211 19.69656587
Puncak Jaya 123591 3265202 7.513036953 35.48996687 0.037851 -27.97692992 782.7086079 29.62626495
Mimika 210413 3265202 320.021167 35.48996687 0.064441 284.5312001 80958.00384 5217.017649
Boven Digoel 66209 3265202 47.12589905 35.48996687 0.0202772 11.63593217 135.3949175 2.745423436
Mappi 94671 3265202 17.64498305 35.48996687 0.0289939 -17.84498383 318.4434478 9.232923307
Asmat 92909 3265202 14.78331292 35.48996687 0.0284543 -20.70665396 428.765518 12.20021779
Yahukimo 187021 3265202 7.374440517 35.48996687 0.057277 -28.11552636 790.4828224 45.27649068
Pegunungan Bintang 73473 3265202 17.41382031 35.48996687 0.0225018 -18.07614656 326.7470745 7.352405089
Tolikara 136576 3265202 7.098703799 35.48996687 0.0418277 -28.39126308 806.0638191 33.71582283
Sarmi 38210 3265202 42.66838969 35.48996687 0.0117022 7.178422814 51.52975409 0.603010749
Keerom 55018 3265202 33.42859373 35.48996687 0.0168498 -2.061373142 4.24925923 0.071599167
Waropen 29480 3265202 45.28070081 35.48996687 0.0090285 9.790733939 95.85847107 0.865461839
Supiori 19104 3265202 36.6509867 35.48996687 0.0058508 1.16101983 1.347967045 0.007886667
Mamberamo Raya 22313 3265202 40.53004706 35.48996687 0.0068336 5.040080183 25.40240825 0.173589241
Nduga 97012 3265202 7.33023059 35.48996687 0.0297109 -28.15973628 792.9707476 23.5598527
Lanny Jaya 176687 3265202 5.930472021 35.48996687 0.0541121 -29.55949485 873.763736 47.28120748
Mamberamo Tengah 47487 3265202 14.33726536 35.48996687 0.0145434 -21.15270152 447.4367815 6.507233073
Yalimo 60822 3265202 11.08023281 35.48996687 0.0186273 -24.40973406 595.8351171 11.09881823
Puncak 107822 3265202 6.837145666 35.48996687 0.0330215 -28.65282121 820.9841632 27.11016177
Dogiyai 94997 3265202 8.397090119 35.48996687 0.0290938 -27.09287676 734.0239709 21.35551649
Intan Jaya 48318 3265202 14.93004822 35.48996687 0.0147979 -20.55991865 422.710255 6.255206906
Deiyai 72206 3265202 10.75961665 35.48996687 0.0221138 -24.73035022 611.5902221 13.52457936
Kota Jayapura 293690 3265202 70.32234247 35.48996687 0.0899454 34.8323756 1213.29439 109.1302864
5717.516782
75.61426309
2.130581394
Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2017
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
120
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Merauke 225714 3322526 42.45953906 37.11631649 0.0679345 5.34322257 28.55002743 1.939530613
Jayawijaya 214994 3322526 21.03251002 37.11631649 0.064708 -16.08380647 258.6888305 16.73923588
Jayapura 128587 3322526 72.4224018 37.11631649 0.0387016 35.3060853 1246.51966 48.24227815
Nabire 147921 3322526 48.20176317 37.11631649 0.0445206 11.08544668 122.887128 5.471014183
Kepulauan Yapen 97412 3322526 28.41525069 37.11631649 0.0293187 -8.701065805 75.70854615 2.219672893
Biak Numfor 148404 3322526 22.61023712 37.11631649 0.044666 -14.50607937 210.4263387 9.398906244
Paniai 173392 3322526 16.77760721 37.11631649 0.0521868 -20.33870928 413.6630951 21.58775323
Puncak Jaya 126113 3322526 7.695234512 37.11631649 0.037957 -29.42108198 865.6000649 32.85555056
Mimika 215493 3322526 344.5572719 37.11631649 0.0648582 307.4409554 94519.94108 6130.391655
Boven Digoel 67717 3322526 47.66747892 37.11631649 0.0203812 10.55116243 111.3270286 2.268976192
Mappi 99599 3322526 17.83066366 37.11631649 0.0299769 -19.28565283 371.9364051 11.1494971
Asmat 95606 3322526 15.19574629 37.11631649 0.0287751 -21.9205702 480.5113979 13.82676094
Yahukimo 189092 3322526 7.692373183 37.11631649 0.0569121 -29.42394331 865.7684399 49.27271776
Pegunungan Bintang 74396 3322526 18.10572867 37.11631649 0.0223914 -19.01058782 361.4024494 8.092305863
Tolikara 137695 3322526 7.366938306 37.11631649 0.0414429 -29.74937819 885.0255025 36.67799336
Sarmi 39406 3322526 43.95572755 37.11631649 0.0118603 6.839411061 46.77754366 0.554793517
Keerom 55799 3322526 34.34226832 37.11631649 0.0167941 -2.774048173 7.695343265 0.129236749
Waropen 30612 3322526 46.73817294 37.11631649 0.0092135 9.621856446 92.58012146 0.852984349
Supiori 20018 3322526 36.44042811 37.11631649 0.0060249 -0.675888378 0.4568251 0.002752341
Mamberamo Raya 23307 3322526 41.08931995 37.11631649 0.0070148 3.973003454 15.78475644 0.110727597
Nduga 97517 3322526 7.711068429 37.11631649 0.0293503 -29.40524806 864.6686137 25.37824812
Lanny Jaya 177682 3322526 6.207915658 37.11631649 0.053478 -30.90840083 955.3292422 51.08908415
Mamberamo Tengah 48090 3322526 14.8803273 37.11631649 0.0144739 -22.23598919 494.4392153 7.156477289
Yalimo 61115 3322526 11.74282958 37.11631649 0.0183941 -25.37348691 643.8138379 11.84240024
Puncak 111182 3322526 7.075945207 37.11631649 0.0334631 -30.04037129 902.423907 30.19789607
Dogiyai 96590 3322526 8.742729786 37.11631649 0.0290713 -28.37358671 805.0604226 23.40411669
Intan Jaya 48812 3322526 15.19176084 37.11631649 0.0146912 -21.92455566 480.6861407 7.06187157
Deiyai 72486 3322526 11.08598695 37.11631649 0.0218165 -26.03032954 677.5780562 14.78240441
Kota Jayapura 297775 3322526 73.13795312 37.11631649 0.0896231 36.02163663 1297.558305 116.2911665
6678.988007
81.72507576
2.201863856
Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2018
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
121
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Merauke 227411 3379302 45.33377603 33.14067192 0.0672953 12.1931041 148.6717877 10.00490631
Jayawijaya 217887 3379302 21.78500594 33.14067192 0.0644769 -11.35566598 128.9511498 8.314373554
Jayapura 131802 3379302 76.08643276 33.14067192 0.0390027 42.94576083 1844.338374 71.9342297
Nabire 150308 3379302 49.72594446 33.14067192 0.044479 16.58527254 275.0712652 12.23489695
Kepulauan Yapen 101204 3379302 28.64332062 33.14067192 0.0299482 -4.497351302 20.22616874 0.605737274
Biak Numfor 152401 3379302 22.49711373 33.14067192 0.0450984 -10.64355819 113.2853309 5.10898337
Paniai 177410 3379302 17.02762398 33.14067192 0.052499 -16.11304794 259.630314 13.63033372
Puncak Jaya 129300 3379302 7.827921114 33.14067192 0.0382623 -25.31275081 640.7353535 24.51603355
Mimika 219689 3379302 207.8038834 33.14067192 0.0650102 174.6632115 30507.23744 1983.280715
Boven Digoel 69211 3379302 47.76792649 33.14067192 0.0204809 14.62725456 213.9565761 4.382013974
Mappi 103292 3379302 18.24389507 33.14067192 0.0305661 -14.89677685 221.9139605 6.783038865
Asmat 97490 3379302 15.60498143 33.14067192 0.0288492 -17.53569049 307.5004409 8.871127228
Yahukimo 190887 3379302 7.999322112 33.14067192 0.0564871 -25.14134981 632.0874703 35.70479375
Pegunungan Bintang 75788 3379302 18.61584697 33.14067192 0.0224271 -14.52482495 210.97054 4.7314609
Tolikara 139111 3379302 7.577546348 33.14067192 0.0411656 -25.56312557 653.4733891 26.90062523
Sarmi 40515 3379302 45.28609478 33.14067192 0.0119892 12.14542286 147.5112964 1.768536867
Keerom 57100 3379302 34.87415499 33.14067192 0.016897 1.733483069 3.004963551 0.050774811
Waropen 31514 3379302 47.86357048 33.14067192 0.0093256 14.72289855 216.7637418 2.021450749
Supiori 20710 3379302 36.75132303 33.14067192 0.0061285 3.61065111 13.03680144 0.079895836
Mamberamo Raya 24086 3379302 42.09710039 33.14067192 0.0071275 8.956428468 80.2176109 0.571751615
Nduga 98595 3379302 7.995720371 33.14067192 0.0291761 -25.14495155 632.2685885 18.44715905
Lanny Jaya 178995 3379302 6.48036096 33.14067192 0.052968 -26.66031096 710.7721806 37.64820856
Mamberamo Tengah 48201 3379302 15.57947574 33.14067192 0.0142636 -17.56119619 308.3956115 4.398830548
Yalimo 62605 3379302 12.09267343 33.14067192 0.018526 -21.04799849 443.0182406 8.20736263
Puncak 113204 3379302 7.283007491 33.14067192 0.0334992 -25.85766443 668.6188098 22.39821234
Dogiyai 97902 3379302 9.120173745 33.14067192 0.0289711 -24.02049818 576.9843327 16.71585438
Intan Jaya 49293 3379302 15.45260138 33.14067192 0.0145867 -17.68807054 312.8678394 4.563721859
Deiyai 73199 3379302 11.38878017 33.14067192 0.021661 -21.75189175 473.1447946 10.24878091
Kota Jayapura 300192 3379302 76.27390833 33.14067192 0.0888325 43.13323641 1860.476083 165.270827
2509.394637
50.09385827
1.511552282
Indeks Williamson Provinsi Papua Tahun 2019
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
122
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Fakfak 70,902 828293 34.36115596 56.02160836 0.0856001 -21.6604524 469.1751981 40.16146448
Kaimana 51,100 828293 26.69322114 56.02160836 0.0616931 -29.32838723 860.1542973 53.06562363
Teluk Wondama 28,534 828293 26.99524777 56.02160836 0.0344492 -29.02636059 842.5296089 29.02443925
Teluk Bintuni 56,597 828293 375.8346458 56.02160836 0.0683297 319.8130375 102280.3789 6988.786102
Manokwari 150,179 828293 31.12411855 56.02160836 0.1813114 -24.89748981 619.8849988 112.3922443
Sorong Selatan 41,085 828293 21.78263843 56.02160836 0.049602 -34.23896993 1172.307062 58.1487899
Sorong 76,669 828293 94.54316347 56.02160836 0.0925627 38.52155511 1483.910208 137.3546701
Raja Ampat 44,568 828293 43.21579833 56.02160836 0.053807 -12.80581003 163.9887705 8.823751408
Tambrauw 13,376 828293 9.375020933 56.02160836 0.0161489 -46.64658743 2175.904119 35.13840331
Maybrat 35,798 828293 9.191109559 56.02160836 0.043219 -46.8304988 2193.095618 94.78341231
Manokwari Selatan 20,916 828293 20.71549579 56.02160836 0.0252519 -35.30611257 1246.521585 31.47708053
Pegunungan Arfak 26,729 828293 3.63485353 56.02160836 0.03227 -52.38675483 2744.372082 88.56083701
Kota Sorong 211,840 828293 30.81443939 56.02160836 0.2557549 -25.20716897 635.4013676 162.5070183
7840.223836
88.54503846
1.580551524
Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2013
Σ
IW
INDEKS WILLIAMSON PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
123
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Fakfak 72,189 849859 36.17644115 56.90056397 0.0849423 -20.72412282 429.4892667 36.48181719
Kaimana 52,473 849859 27.41189069 56.90056397 0.0617432 -29.48867328 869.5818519 53.69075166
Teluk Wondama 29,098 849859 27.84935941 56.90056397 0.0342386 -29.05120456 843.9724865 28.8964539
Teluk Bintuni 57,972 849859 375.8282655 56.90056397 0.0682137 318.9277016 101714.8788 6938.345014
Manokwari 154,296 849859 32.89804985 56.90056397 0.1815548 -24.00251412 576.1206839 104.5974886
Sorong Selatan 42,028 849859 22.82044375 56.90056397 0.0494529 -34.08012022 1161.454594 57.43730863
Sorong 78,698 849859 94.94464268 56.90056397 0.0926012 38.04407872 1447.351925 134.0265877
Raja Ampat 45,310 849859 45.11260583 56.90056397 0.0533147 -11.78795814 138.9559572 7.408398827
Tambrauw 13,497 849859 8.283879381 56.90056397 0.0158815 -48.61668459 2363.58202 37.53712855
Maybrat 36,601 849859 9.558177099 56.90056397 0.0430671 -47.34238687 2241.301595 96.5264587
Manokwari Selatan 21,282 849859 21.54018278 56.90056397 0.0250418 -35.36038118 1250.356558 31.31118016
Pegunungan Arfak 27,616 849859 3.838408169 56.90056397 0.0324948 -53.0621558 2815.592378 91.49211706
Kota Sorong 218,799 849859 33.44498526 56.90056397 0.2574533 -23.45557871 550.1641725 141.6415791
7759.392284
88.08741275
1.548093843
Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2014
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
124
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Fakfak 73,468 871510 38.13860756 57.80188192 0.0842997 -19.66327436 386.6443586 32.59398944
Kaimana 54,165 871510 27.87601939 57.80188192 0.0621507 -29.92586253 895.5572483 55.65955451
Teluk Wondama 29,791 871510 28.26060992 57.80188192 0.0341832 -29.541272 872.6867515 29.83122513
Teluk Bintuni 59,196 871510 378.553281 57.80188192 0.0679235 320.751399 102881.46 6988.067728
Manokwari 158,326 871510 34.42022346 57.80188192 0.1816686 -23.38165845 546.7019521 99.31857725
Sorong Selatan 43,036 871510 23.71325146 57.80188192 0.049381 -34.08863045 1162.034726 57.38238973
Sorong 80,695 871510 94.76939092 57.80188192 0.0925922 36.967509 1366.596722 126.5361527
Raja Ampat 45,923 871510 45.38935914 57.80188192 0.0526936 -12.41252277 154.0707216 8.118541092
Tambrauw 13,615 871510 8.813449137 57.80188192 0.0156223 -48.98843278 2399.866546 37.49146083
Maybrat 37,529 871510 9.835602068 57.80188192 0.043062 -47.96627985 2300.764003 99.07559552
Manokwari Selatan 21,907 871510 21.88615511 57.80188192 0.0251368 -35.91572681 1289.939432 32.42499012
Pegunungan Arfak 28,271 871510 3.999514343 57.80188192 0.0324391 -53.80236757 2894.694757 93.90129254
Kota Sorong 225,588 871510 35.76900145 57.80188192 0.2588473 -22.03288046 485.4478215 125.6568521
7786.058349
88.23864431
1.52657044
Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2015
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
125
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Fakfak 74,772 893362 39.43761408 58.52657345 0.0836973 -19.08895937 364.3883698 30.49832787
Kaimana 55,503 893362 28.06728609 58.52657345 0.0621282 -30.45928736 927.7681862 57.64059546
Teluk Wondama 30,490 893362 29.10795999 58.52657345 0.0341295 -29.41861346 865.454818 29.53754178
Teluk Bintuni 60,400 893362 381.0691247 58.52657345 0.0676098 322.5425512 104033.6973 7033.694426
Manokwari 162,578 893362 35.9502731 58.52657345 0.1819845 -22.57630035 509.6893374 92.75553818
Sorong Selatan 43,896 893362 24.65203777 58.52657345 0.0491357 -33.87453568 1147.484167 56.3824799
Sorong 82,784 893362 93.20428175 58.52657345 0.0926657 34.6777083 1202.543453 111.4345105
Raja Ampat 46,613 893362 45.78313518 58.52657345 0.0521771 -12.74343827 162.395219 8.473304598
Tambrauw 13,699 893362 9.192802394 58.52657345 0.0153342 -49.33377105 2433.820966 37.3207204
Maybrat 38,377 893362 10.23389947 58.52657345 0.0429579 -48.29267398 2332.18236 100.1857729
Manokwari Selatan 22,519 893362 22.31759048 58.52657345 0.025207 -36.20898297 1311.090448 33.04869223
Pegunungan Arfak 28,898 893362 4.036173092 58.52657345 0.0323475 -54.49040036 2969.203731 96.04622697
Kota Sorong 232,833 893362 37.79327677 58.52657345 0.2606256 -20.73329668 429.8695912 112.0350166
7799.053153
88.31224804
1.508925653
Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2016
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
126
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Fakfak 76,102 915361 41.51070905 59.02137288 0.0831388 -17.51066383 306.6233479 25.49229214
Kaimana 56,882 915361 28.95610035 59.02137288 0.0621416 -30.06527253 903.9206126 56.17107599
Teluk Wondama 31,072 915361 30.05723127 59.02137288 0.0339451 -28.96414161 838.9214994 28.47725524
Teluk Bintuni 61,794 915361 377.05058 59.02137288 0.0675078 318.0292071 101142.5766 6827.912023
Manokwari 166,780 915361 37.73228067 59.02137288 0.1822013 -21.28909221 453.2254473 82.57828343
Sorong Selatan 45,019 915361 25.8338215 59.02137288 0.0491817 -33.18755139 1101.413567 54.16937948
Sorong 84,906 915361 93.91529904 59.02137288 0.0927568 34.89392615 1217.586082 112.9394457
Raja Ampat 47,301 915361 45.1126399 59.02137288 0.0516747 -13.90873298 193.4528531 9.996617079
Tambrauw 13,785 915361 9.713891911 59.02137288 0.0150596 -49.30748097 2431.22768 36.61339468
Maybrat 39,191 915361 10.67825929 59.02137288 0.0428148 -48.34311359 2337.056631 100.060617
Manokwari Selatan 22,983 915361 22.83842318 59.02137288 0.0251081 -36.1829497 1309.205849 32.87170638
Pegunungan Arfak 29,731 915361 4.121369951 59.02137288 0.0324801 -54.90000293 3014.010322 97.89530129
Kota Sorong 239,815 915361 39.75724137 59.02137288 0.2619895 -19.26413151 371.1067628 97.22608711
7562.403478
86.96208069
1.473399829
Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2017
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
127
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Fakfak 77,381 937458 43.50510797 60.90752944 0.0825434 -17.40242147 302.844273 24.99780543
Kaimana 58,404 937458 29.85508133 60.90752944 0.0623004 -31.05244811 964.2545337 60.07343453
Teluk Wondama 31,769 937458 30.57806761 60.90752944 0.0338885 -30.32946183 919.8762547 31.17318188
Teluk Bintuni 63,091 937458 388.3076391 60.90752944 0.0673001 327.4001097 107190.8318 7213.95174
Manokwari 170,897 937458 39.17113946 60.90752944 0.1822983 -21.73638998 472.4706495 86.13059634
Sorong Selatan 46,021 937458 26.83738967 60.90752944 0.0490913 -34.07013977 1160.774424 56.98388596
Sorong 86,994 937458 96.8700131 60.90752944 0.0927978 35.96248366 1293.300231 120.015361
Raja Ampat 47,885 937458 46.50159089 60.90752944 0.0510796 -14.40593855 207.5310654 10.60060831
Tambrauw 13,804 937458 10.22981889 60.90752944 0.0147249 -50.67771055 2568.230346 37.81700268
Maybrat 40,102 937458 11.0740397 60.90752944 0.0427774 -49.83348974 2483.3767 106.2323565
Manokwari Selatan 23,617 937458 23.23278571 60.90752944 0.0251926 -37.67474374 1419.386316 35.75802501
Pegunungan Arfak 30,409 937458 4.420717551 60.90752944 0.0324377 -56.48681189 3190.759917 103.5009764
Kota Sorong 247,084 937458 41.21449171 60.90752944 0.2635681 -19.69303773 387.815735 102.2158465
7989.450821
89.38372794
1.467531663
Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2018
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
128
Kabupaten/KotaPenduduk
(Pi)
Jumlah Seluruh
Kabupaten/Kota
(ΣP)
PDRB
Perkapita (Yi)
Rata-Rata PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota (Ӯ)
Peluang
Penduduk
(Pi/ΣP)
Simpangan Nilai
Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)
Kuadrat Simpangan
Nilai Tengah
Pendapatan
Perkapita (Yi-Ӯ)^2
Peluang Penduduk x Kuadrat
Simpangan Nilai Tengah
Pendapatan Perkapita
(Pi/ΣP)*(Yi-Ӯ)^2
Fakfak 78,686 959617 45.34806243 62.04178449 0.0819973 -16.69372206 278.6803563 22.8510359
Kaimana 60,216 959617 30.39912764 62.04178449 0.06275 -31.64265685 1001.257732 62.8289574
Teluk Wondama 32,521 959617 31.15971711 62.04178449 0.0338896 -30.88206738 953.7020858 32.32054615
Teluk Bintuni 64,406 959617 394.686071 62.04178449 0.0671164 332.6442865 110652.2214 7426.57432
Manokwari 175,178 959617 40.1783861 62.04178449 0.1825499 -21.86339839 478.0081892 87.26035341
Sorong Selatan 46,922 959617 27.86682366 62.04178449 0.0488966 -34.17496082 1167.927947 57.1076952
Sorong 88,927 959617 96.88129859 62.04178449 0.0926693 34.8395141 1213.791743 112.4811861
Raja Ampat 48,493 959617 47.82235209 62.04178449 0.0505337 -14.2194324 202.1922577 10.2175234
Tambrauw 13,879 959617 10.83281721 62.04178449 0.0144631 -51.20896728 2622.35833 37.92733066
Maybrat 40,899 959617 11.46266192 62.04178449 0.0426201 -50.57912257 2558.24764 109.0328435
Manokwari Selatan 24,220 959617 24.21475103 62.04178449 0.0252392 -37.82703346 1430.88446 36.11443068
Pegunungan Arfak 30,976 959617 4.450664385 62.04178449 0.0322795 -57.5911201 3316.737115 107.0627645
Kota Sorong 254,294 959617 41.24046517 62.04178449 0.2649953 -20.80131932 432.6948854 114.6621133
8216.4411
90.64458671
1.461024815
Indeks Williamson Provinsi Papua Barat Tahun 2019
Σ
IW
Sumber: data diolah penulis
129
LAMPIRAN D
UJI BEDA INDEPENDENT
SAMPLE
T-TEST
130
UJI BEDA INDEPENDENT SAMPLE T-TEST
PERBEDAAN TINGKAT DISPARITAS PENDAPATAN PERKAPITA
ANTARA PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN
2013-2019
Sumber: data diolah penulis
131
LAMPIRAN E
ANALISIS TIPOLOGI KLASSEN
PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI
PAPUA BARAT TAHUN 2013-2019
132
TIPOLOGI KLASSEN PROVINSI PAPUA PERIODE TAHUN 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
TIPOLOGI KLASSEN PROVINSI PAPUA BARAT PERIODE TAHUN
2013-2019
Sumber: data diolah penulis
133
LAMPIRAN F
LOCATION QUOTIENT PROVINSI
PAPUA DAN PROVINSI PAPUA
BARAT TAHUN 2013-2019
134
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan Perikanan
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan
Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial
Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Merauke 2.67 0.04 2.05 1.83 2.42 1.21 1.65 1.92 1.81 1.69 1.77 1.32 1.40 1.29 1.31 1.23 1.43
Jayawijaya 1.39 0.04 1.16 3.05 0.83 1.19 1.99 4.15 1.00 2.04 1.11 2.60 2.08 1.50 1.46 1.57 1.45
Jayapura 2.06 0.07 2.67 1.19 3.52 1.09 1.78 3.68 1.97 1.53 0.95 2.04 1.60 1.02 1.14 1.13 1.79
Nabire 1.59 0.59 0.72 1.87 0.94 1.04 2.01 1.34 0.64 0.79 1.44 1.18 0.89 1.15 1.04 1.12 1.34
Kepulauan Yapen 2.02 0.01 2.10 2.23 2.56 0.69 2.27 2.12 1.21 0.98 2.28 2.68 1.43 1.86 1.91 1.55 2.60
Biak Numfor 2.11 0.02 1.88 5.78 2.45 0.64 2.14 2.57 1.20 0.92 3.64 2.15 2.87 1.77 1.40 1.24 1.21
Paniai 1.06 0.94 0.20 0.13 0.13 2.27 0.49 0.62 0.33 0.17 0.13 0.53 0.30 1.43 0.97 0.94 0.74
Puncak Jaya 2.46 0.02 0.26 0.20 0.00 2.88 0.97 0.56 0.36 0.23 0.12 0.86 0.19 2.43 1.82 2.78 1.39
Mimika 0.15 2.02 0.07 0.40 0.19 0.20 0.27 0.26 0.39 0.50 0.32 0.26 0.41 0.16 0.09 0.10 0.22
Boven Digoel 2.14 0.03 13.47 0.14 0.08 2.43 0.67 0.46 0.34 0.09 0.56 0.54 0.16 1.01 1.03 1.04 0.76
Mappi 2.54 0.01 0.37 0.20 0.03 2.81 0.92 0.58 0.34 0.17 0.45 0.76 0.11 2.70 2.06 1.68 1.04
Asmat 2.15 0.00 1.23 0.33 1.02 2.60 0.92 0.61 0.43 0.19 0.15 0.85 0.52 2.66 4.01 2.40 1.18
Yahukimo 2.31 0.02 0.30 0.40 0.00 1.93 0.74 1.23 0.52 0.29 0.24 1.39 0.22 3.45 2.85 1.75 1.34
Pegunungan
Bintang 2.06 0.02 0.05 0.31 0.00 3.04 0.60 0.89 0.44 0.20 0.79 0.54 0.21 3.29 1.96 1.41 1.23
Tolikara 2.57 0.01 0.12 0.44 0.05 1.58 0.97 1.32 0.48 0.32 0.09 1.04 0.19 3.19 3.13 2.89 1.23
Sarmi 3.12 0.03 1.15 0.56 1.30 1.66 1.16 1.66 0.88 0.82 0.79 1.20 0.46 1.68 1.47 1.43 1.55
Keerom 2.89 0.03 2.90 0.77 0.00 2.80 0.90 0.26 1.42 0.29 0.89 0.63 0.04 1.61 1.37 1.43 1.19
Waropen 2.82 0.02 0.61 0.03 0.36 2.31 0.77 0.48 0.31 0.14 0.40 2.01 0.25 2.37 2.97 1.11 1.95
Supiori 2.53 0.01 0.27 0.90 0.00 2.77 0.55 0.08 0.27 0.17 0.64 1.11 0.02 2.64 2.98 2.79 2.79
Mamberamo Raya2.15 0.05 0.15 0.00 0.00 1.98 1.26 0.90 0.94 0.00 0.08 0.72 0.17 2.88 3.97 2.96 2.32
Nduga 2.51 0.01 0.05 0.00 0.00 2.05 1.41 0.23 0.00 0.00 0.00 1.20 0.12 2.81 3.21 3.12 2.45
Lanny Jaya 2.11 0.04 0.04 0.00 0.00 2.21 1.23 0.85 0.08 0.00 0.00 1.69 0.08 2.83 3.11 3.50 1.42
Mamberamo
Tengah 1.59 0.03 0.04 0.00 0.00 2.37 1.24 1.39 0.03 0.00 0.03 0.91 0.11 3.59 2.77 2.50 2.24
Yalimo 2.62 0.01 0.06 0.00 0.00 1.58 1.41 0.66 0.00 0.00 0.00 0.45 0.09 3.49 2.48 2.36 2.65
Puncak 2.38 0.00 0.01 0.21 0.07 2.55 1.54 0.20 0.29 0.05 0.04 1.06 0.21 3.76 0.29 0.35 0.31
Dogiyai 2.78 0.08 0.03 0.11 0.00 1.03 1.29 0.27 0.45 0.14 0.00 4.18 0.00 3.63 0.35 1.73 0.36
Intan Jaya 2.36 0.01 0.16 0.00 0.00 3.32 0.89 0.26 0.03 0.00 0.00 0.10 0.09 3.01 1.62 1.54 1.69
Deiyai 2.57 0.03 0.18 0.00 0.00 2.97 1.03 0.22 0.00 0.00 0.13 0.60 0.00 2.48 2.28 2.39 1.23
Kota Jayapura 0.50 0.01 1.33 1.81 2.87 1.97 2.17 1.30 3.20 3.21 3.10 2.23 3.10 1.57 2.34 2.70 2.38
Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2013
Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
135
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda
Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan dan
Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan
, Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Merauke 2.55 0.04 1.97 1.81 2.37 1.19 1.64 1.87 1.75 1.76 1.71 1.22 1.34 1.20 1.27 1.18 1.29
Jayawijaya 1.36 0.04 1.11 2.82 0.78 1.13 1.95 4.00 0.95 1.98 1.05 2.56 1.90 1.39 1.46 1.53 1.42
Jayapura 2.03 0.06 2.57 1.16 3.36 1.10 1.67 3.48 1.90 1.48 0.94 1.90 1.66 0.99 1.09 1.05 1.70
Nabire 1.55 0.61 0.71 1.77 0.91 1.00 1.96 1.32 0.63 0.76 1.39 1.14 0.88 1.11 1.02 1.08 1.25
Kepulauan Yapen1.97 0.01 2.04 2.13 2.49 0.64 2.19 2.10 1.17 0.95 2.21 2.65 1.35 1.74 1.84 1.50 2.57
Biak Numfor 2.00 0.02 1.85 5.58 2.47 0.60 2.08 2.49 1.15 0.88 3.54 1.99 2.69 1.77 1.37 1.22 1.20
Paniai 1.01 0.99 0.19 0.14 0.12 2.24 0.44 0.58 0.30 0.16 0.12 0.49 0.28 1.35 0.90 0.88 0.69
Puncak Jaya 2.40 0.03 0.25 0.25 0.00 2.71 0.92 0.55 0.32 0.22 0.11 0.82 0.17 2.36 1.71 2.65 1.35
Mimika 0.16 2.11 0.07 0.41 0.19 0.21 0.28 0.27 0.40 0.51 0.33 0.27 0.42 0.16 0.10 0.11 0.23
Boven Digoel 2.15 0.03 13.02 0.13 0.08 2.27 0.65 0.43 0.32 0.08 0.55 0.52 0.15 0.97 1.00 0.99 0.69
Mappi 2.38 0.01 0.35 0.19 0.03 2.83 0.86 0.54 0.32 0.16 0.45 0.72 0.10 2.53 1.96 1.59 0.96
Asmat 2.05 0.00 1.21 0.30 0.95 2.57 0.88 0.59 0.41 0.18 0.14 0.81 0.49 2.44 3.95 2.38 1.12
Yahukimo 2.22 0.02 0.29 0.38 0.00 1.84 0.71 1.17 0.48 0.28 0.24 1.34 0.22 3.29 2.81 1.67 1.31
Pegunungan
Bintang 2.02 0.03 0.05 0.32 0.00 2.88 0.58 0.82 0.45 0.20 0.76 0.53 0.21 3.11 1.86 1.37 1.13
Tolikara 2.43 0.01 0.12 0.40 0.06 1.53 0.93 1.28 0.44 0.30 0.09 0.99 0.18 3.14 2.96 2.64 1.15
Sarmi 3.02 0.03 1.10 0.92 1.25 1.59 1.11 1.58 0.83 0.78 0.76 1.15 0.46 1.64 1.46 1.39 1.49
Keerom 2.86 0.03 2.77 0.92 0.00 2.63 0.89 0.24 1.30 0.28 0.84 0.60 0.04 1.53 1.32 1.36 1.13
Waropen 2.63 0.02 0.58 0.73 0.32 2.32 0.76 0.46 0.28 0.13 0.36 1.97 0.23 2.22 3.02 1.03 1.82
Supiori 2.41 0.01 0.26 1.80 0.00 2.65 0.51 0.07 0.27 0.17 0.60 1.04 0.03 2.55 2.95 2.61 2.77
Mamberamo
Raya 2.05 0.05 0.14 0.00 0.00 1.85 1.22 0.85 0.88 0.00 0.07 0.66 0.16 2.83 3.84 2.86 2.33
Nduga 2.45 0.01 0.05 0.00 0.00 1.96 1.40 0.23 0.10 0.00 0.00 1.21 0.11 2.61 3.05 2.91 2.33
Lanny Jaya 2.06 0.04 0.04 0.00 0.00 2.05 1.22 0.81 0.08 0.00 0.00 1.68 0.08 2.67 3.10 3.42 1.31
Mamberamo
Tengah 1.55 0.03 0.04 0.00 0.00 2.19 1.22 1.35 0.03 0.00 0.03 0.85 0.10 3.44 2.62 2.41 2.09
Yalimo 2.52 0.01 0.06 0.00 0.00 1.55 1.37 0.64 0.11 0.00 0.00 0.47 0.08 3.29 2.36 2.22 2.51
Puncak 2.24 0.00 0.01 0.19 0.06 2.45 1.45 0.16 0.26 0.04 0.03 0.99 0.19 3.71 0.28 0.33 0.28
Dogiyai 2.64 0.07 0.03 0.11 0.02 0.95 1.31 0.25 0.42 0.13 0.00 3.96 0.00 3.61 0.34 1.56 0.38
Intan Jaya 2.31 0.01 0.15 0.00 0.00 3.10 0.86 0.24 0.03 0.00 0.00 0.12 0.08 2.92 1.54 1.42 1.55
Deiyai 2.42 0.03 0.17 0.00 0.00 2.85 0.98 0.19 0.00 0.00 0.12 0.60 0.00 2.51 2.08 2.22 1.11
Kota Jayapura 0.47 0.01 1.28 1.67 2.72 1.88 2.05 1.25 3.07 3.01 2.96 2.17 2.99 1.57 2.20 2.61 2.32
Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2014
Sumber: data diolah penulis
136
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda
Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Merauke 0.28 0.05 2.59 2.40 3.15 1.56 2.18 2.40 2.33 2.44 2.17 1.55 1.76 1.50 1.62 1.54 1.62
Jayawijaya 0.49 0.04 1.17 2.92 0.82 1.21 2.11 4.37 1.03 2.09 1.11 2.69 2.00 1.48 1.54 1.61 1.49
Jayapura 0.03 0.07 3.04 1.37 4.08 1.44 1.97 4.23 2.38 1.81 1.16 2.29 2.16 1.15 1.29 1.26 2.01
Nabire 0.01 0.68 0.83 1.99 1.02 1.12 2.23 1.53 0.74 0.87 1.58 1.32 1.02 1.27 1.16 1.21 1.39
Kepulauan
Yapen 0.04 0.02 2.46 2.68 3.00 0.76 2.63 2.60 1.44 1.15 2.69 3.17 1.63 2.04 2.23 1.77 3.19
Biak Numfor 0.00 0.02 2.21 6.63 2.94 0.69 2.56 2.83 1.29 1.08 4.29 2.38 2.97 2.31 1.64 1.48 1.38
Paniai 0.65 1.01 0.19 0.15 0.12 2.28 0.42 0.56 0.29 0.16 0.13 0.48 0.28 1.37 0.86 0.86 0.66
Puncak Jaya 0.00 0.03 0.31 0.33 0.00 3.48 1.15 0.69 0.39 0.27 0.14 1.02 0.21 3.03 2.15 3.26 1.64
Mimika 0.08 2.00 0.07 0.39 0.18 0.20 0.26 0.26 0.37 0.47 0.31 0.25 0.39 0.16 0.09 0.10 0.22
Boven Digoel 0.05 0.04 16.46 0.16 0.10 2.72 0.82 0.52 0.39 0.10 0.68 0.64 0.19 1.22 1.22 1.23 0.82
Mappi 0.32 0.01 0.44 0.25 0.03 3.56 1.07 0.66 0.40 0.20 0.60 0.89 0.12 3.14 2.42 2.03 1.19
Asmat 0.06 0.00 1.50 0.37 1.15 3.10 1.01 0.71 0.48 0.21 0.17 0.96 0.61 2.90 4.79 2.97 1.32
Yahukimo 5.62 0.02 0.26 0.36 0.00 1.75 0.62 1.04 0.43 0.25 0.22 1.23 0.21 2.96 2.63 1.52 1.19
Pegunungan
Bintang 5.20 0.02 0.05 0.32 0.00 2.49 0.52 0.70 0.41 0.19 0.75 0.50 0.19 2.96 1.67 1.28 1.01
Tolikara 6.17 0.01 0.10 0.40 0.05 1.51 0.70 1.22 0.40 0.28 0.09 0.88 0.17 2.87 2.67 2.41 1.05
Sarmi 7.68 0.03 1.03 0.89 1.17 1.45 1.02 1.41 0.78 0.71 0.71 1.08 0.44 1.52 1.38 1.30 1.37
Keerom 7.39 0.03 2.59 0.90 0.00 2.34 0.83 0.22 1.18 0.26 0.77 0.56 0.04 1.39 1.23 1.26 1.02
Waropen 6.55 0.02 0.53 0.70 0.28 2.17 0.70 0.41 0.27 0.12 0.33 1.86 0.21 1.99 2.90 0.93 1.64
Supiori 6.12 0.01 0.28 1.82 0.00 2.32 0.48 0.07 0.27 0.16 0.58 0.97 0.06 2.35 2.84 2.41 2.65
Mamberamo
Raya 5.19 0.05 0.13 0.00 0.00 1.63 1.11 0.73 0.80 0.00 0.06 0.61 0.14 2.66 3.60 2.66 2.23
Nduga 6.12 0.01 0.04 0.00 0.00 1.94 1.27 0.22 0.09 0.00 0.00 1.09 0.10 2.30 2.71 2.61 2.07
Lanny Jaya 5.19 0.04 0.03 0.00 0.00 1.84 1.13 0.74 0.07 0.00 0.00 1.56 0.07 2.43 2.94 3.14 1.18
Mamberamo
Tengah 3.92 0.03 0.04 0.00 0.00 2.00 1.13 1.22 0.02 0.00 0.03 0.78 0.09 3.12 2.35 2.19 1.88
Yalimo 6.24 0.01 0.05 0.00 0.00 1.51 1.25 0.60 0.10 0.00 0.00 0.42 0.07 3.00 2.11 1.96 2.24
Puncak 5.33 0.00 0.01 0.17 0.06 2.29 1.29 0.14 0.24 0.04 0.03 0.89 0.16 3.49 0.24 0.29 0.24
Dogiyai 6.58 0.07 0.03 0.10 0.02 0.86 1.26 0.22 0.38 0.11 0.00 3.62 0.00 3.34 0.31 1.42 0.35
Intan Jaya 5.88 0.01 0.14 0.00 0.00 2.78 0.79 0.22 0.03 0.00 0.00 0.13 0.07 2.68 1.38 1.25 1.39
Deiyai 5.94 0.02 0.15 0.00 0.00 2.60 0.88 0.17 0.00 0.00 0.10 0.59 0.00 2.43 1.80 1.99 0.96
Kota Jayapura 1.20 0.01 1.18 1.53 2.46 1.71 1.88 1.14 2.78 2.72 2.72 2.01 2.74 1.45 2.05 2.41 2.19
Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2015
Sumber: data diolah penulis
137
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Merauke 2.53 0.04 2.07 1.93 2.57 1.27 1.76 1.89 1.88 2.08 1.72 1.22 1.42 1.15 1.26 1.23 1.27
Jayawijaya 1.35 0.03 1.13 2.60 0.79 1.15 2.05 4.12 0.99 1.98 1.08 2.63 1.91 1.41 1.48 1.54 1.44
Jayapura 2.05 0.05 2.53 1.20 3.44 1.26 1.62 3.72 2.01 1.55 0.99 1.95 1.95 0.96 1.09 1.06 1.69
Nabire 1.63 0.56 0.77 1.84 0.91 1.01 2.07 1.40 0.68 0.80 1.47 1.21 0.94 1.16 1.07 1.09 1.27
Kepulauan
Yapen 2.12 0.01 2.07 2.26 2.58 0.62 2.25 2.25 1.24 0.99 2.28 2.60 1.34 1.70 1.90 1.47 2.77
Biak Numfor 1.91 0.02 2.01 6.12 2.54 0.65 2.20 2.38 1.11 1.02 3.47 1.97 2.27 2.08 1.42 1.26 1.09
Paniai 0.97 0.97 0.19 0.14 0.13 2.28 0.42 0.55 0.29 0.16 0.13 0.49 0.28 1.37 0.86 0.86 0.67
Puncak Jaya 2.49 0.03 0.26 0.26 0.00 2.65 0.93 0.55 0.32 0.22 0.11 0.82 0.18 2.48 1.75 2.62 1.32
Mimika 0.16 2.06 0.07 0.37 0.18 0.21 0.27 0.26 0.38 0.48 0.31 0.26 0.39 0.16 0.09 0.11 0.23
Boven Digoel 2.36 0.03 13.56 0.13 0.08 2.18 0.68 0.41 0.33 0.09 0.59 0.54 0.15 1.02 1.00 1.02 0.67
Mappi 2.41 0.01 0.36 0.19 0.03 2.91 0.86 0.52 0.33 0.16 0.51 0.71 0.10 2.55 1.92 1.67 0.96
Asmat 2.11 0.00 1.28 0.29 0.94 2.60 0.85 0.58 0.40 0.18 0.15 0.80 0.51 2.47 4.02 2.53 1.10
Yahukimo 2.24 0.02 0.30 0.39 0.00 1.94 0.69 1.14 0.48 0.29 0.26 1.38 0.25 3.26 3.03 1.72 1.38
Pegunungan
Bintang 2.09 0.02 0.06 0.34 0.00 2.67 0.56 0.77 0.46 0.21 0.84 0.57 0.22 3.41 1.84 1.42 1.09
Tolikara 2.53 0.01 0.11 0.42 0.06 1.70 0.77 1.36 0.46 0.31 0.10 0.98 0.19 3.13 2.95 2.63 1.17
Sarmi 3.15 0.03 1.15 1.06 1.32 1.60 1.15 1.50 0.88 0.79 0.82 1.22 0.50 1.67 1.58 1.46 1.55
Keerom 3.06 0.03 2.86 1.09 0.00 2.54 0.94 0.24 1.32 0.29 0.86 0.64 0.04 1.55 1.39 1.41 1.17
Waropen 2.62 0.02 0.59 0.83 0.29 2.48 0.78 0.44 0.30 0.13 0.36 2.11 0.24 2.17 3.25 1.02 1.81
Supiori 2.63 0.01 0.30 2.17 0.00 2.48 0.50 0.07 0.33 0.18 0.67 1.08 0.07 2.53 3.24 2.63 2.99
Mamberamo
Raya 2.09 0.05 0.15 0.00 0.00 1.78 1.24 0.76 0.90 0.00 0.06 0.70 0.16 2.97 4.06 2.95 2.54
Nduga 2.45 0.01 0.05 0.00 0.00 2.19 1.44 0.25 0.10 0.00 0.00 1.21 0.11 2.51 3.01 2.87 2.33
Lanny Jaya 2.11 0.04 0.04 0.00 0.00 2.02 1.27 0.80 0.08 0.00 0.00 1.75 0.08 2.66 3.35 3.50 1.32
Mamberamo
Tengah 1.59 0.03 0.04 0.00 0.00 2.18 1.27 1.34 0.03 0.00 0.03 0.86 0.10 3.44 2.64 2.44 2.08
Yalimo 2.52 0.01 0.06 0.00 0.00 1.69 1.39 0.66 0.11 0.00 0.00 0.47 0.08 3.34 2.36 2.16 2.48
Puncak 2.10 0.00 0.01 0.18 0.06 2.56 1.41 0.14 0.33 0.04 0.03 0.99 0.17 3.92 0.26 0.31 0.26
Dogiyai 2.65 0.07 0.03 0.11 0.02 0.94 1.45 0.24 0.42 0.13 0.00 4.08 0.00 3.72 0.34 1.55 0.39
Intan Jaya 2.33 0.01 0.16 0.00 0.00 3.09 0.89 0.24 0.03 0.00 0.00 0.15 0.08 3.00 1.53 1.35 1.54
Deiyai 2.35 0.03 0.16 0.00 0.00 2.90 0.99 0.18 0.00 0.00 0.11 0.68 0.00 2.72 1.97 2.23 1.04
Kota Jayapura 0.50 0.01 1.31 1.73 2.70 1.88 2.06 1.25 3.05 2.94 3.04 2.24 3.04 1.62 2.28 2.68 2.43
Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2016
Sumber: data diolah penulis
138
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan
Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Merauke 1.03 0.22 4.87 0.93 14.53 0.60 3.08 8.02 4.17 6.90 2.26 1.14 5.99 0.51 0.43 0.53 0.47
Jayawijaya 0.56 0.19 2.62 1.26 4.44 0.52 3.59 17.21 2.18 6.07 1.46 2.51 7.90 0.64 0.51 0.66 0.54
Jayapura 0.85 0.27 5.92 0.58 19.19 0.57 2.75 16.10 4.37 4.86 1.32 1.82 8.39 0.44 0.38 0.45 0.64
Nabire 0.68 3.00 1.88 0.89 5.09 0.46 3.72 5.98 1.54 2.50 1.96 1.16 3.98 0.51 0.38 0.48 0.48
Kepulauan
Yapen 0.89 0.08 4.86 1.11 14.81 0.27 3.90 9.62 2.67 3.17 3.11 2.37 5.50 0.78 0.66 0.64 1.04
Biak Numfor 0.85 0.12 4.54 3.24 16.25 0.26 3.47 10.66 2.51 3.57 4.89 1.86 9.21 0.93 0.50 0.54 0.43
Paniai 0.40 5.39 0.44 0.07 0.73 1.04 0.73 2.30 0.64 0.51 0.18 0.47 1.22 0.61 0.30 0.37 0.26
Puncak Jaya 1.04 0.14 0.64 0.13 0.00 1.17 1.61 2.37 0.71 0.69 0.16 0.78 0.75 1.14 0.62 1.14 0.50
Mimika 0.07 11.46 0.18 0.18 1.02 0.10 0.47 1.14 0.85 1.52 0.43 0.25 1.65 0.07 0.03 0.05 0.09
Boven Digoel 1.00 0.17 31.91 0.07 0.47 0.96 1.18 1.74 0.72 0.27 0.81 0.51 0.64 0.48 0.35 0.44 0.25
Mappi 0.98 0.04 0.84 0.09 0.15 1.33 1.48 2.14 0.72 0.47 0.68 0.65 0.39 1.18 0.65 0.73 0.36
Asmat 0.86 0.00 2.99 0.14 5.17 1.17 1.44 2.38 0.87 0.54 0.20 0.75 2.12 1.14 1.40 1.11 0.41
Yahukimo 0.91 0.11 0.70 0.19 0.00 0.87 1.18 4.74 1.02 0.91 0.36 1.32 1.06 1.51 1.09 0.76 0.53
Pegunungan
Bintang 0.86 0.14 0.14 0.16 0.00 1.19 0.94 3.24 1.02 0.63 1.16 0.53 0.91 1.58 0.63 0.62 0.40
Tolikara 1.05 0.06 0.26 0.20 0.32 0.79 1.31 5.64 1.01 1.00 0.14 0.92 0.80 1.40 1.02 1.12 0.44
Sarmi 1.30 0.21 2.72 0.53 7.45 0.73 2.00 6.19 1.93 2.48 1.09 1.17 2.13 0.76 0.56 0.64 0.59
Keerom 1.16 0.13 6.23 0.51 0.00 1.39 1.50 0.90 2.63 0.82 1.07 0.55 0.17 0.66 0.45 0.57 0.41
Waropen 1.08 0.10 1.37 0.41 1.55 1.16 1.38 1.84 0.67 0.42 0.48 2.03 1.01 0.95 1.08 0.42 0.68
Supiori 1.12 0.05 0.71 1.11 0.00 1.12 0.84 0.30 0.75 0.54 0.93 1.01 0.32 1.12 1.14 1.12 1.13
Mamberamo
Raya 0.87 0.30 0.35 0.00 0.00 0.81 2.19 3.14 2.01 0.00 0.08 0.68 0.66 1.33 1.38 1.25 0.99
Nduga 1.00 0.05 0.12 0.00 0.00 0.99 2.51 1.07 0.22 0.00 0.00 1.12 0.44 1.17 1.02 1.23 0.90
Lanny Jaya 0.87 0.24 0.09 0.00 0.00 0.91 2.21 3.33 0.18 0.00 0.00 1.67 0.31 1.21 1.18 1.52 0.50
Mamberamo
Tengah 0.66 0.18 0.10 0.00 0.00 0.99 2.23 5.64 0.06 0.01 0.05 0.81 0.43 1.52 0.94 1.08 0.80
Yalimo 1.05 0.07 0.14 0.00 0.00 0.75 2.47 2.84 0.24 0.01 0.00 0.43 0.34 1.50 0.84 0.95 0.95
Puncak 0.85 0.02 0.03 0.08 0.33 1.16 2.40 0.58 0.70 0.12 0.04 0.93 0.70 1.82 0.09 0.13 0.10
Dogiyai 1.09 0.36 0.07 0.05 0.12 0.43 2.58 1.01 0.94 0.39 0.00 3.88 0.00 1.69 0.12 0.66 0.15
Intan Jaya 0.96 0.05 0.34 0.00 0.00 1.38 1.56 0.94 0.06 0.01 0.00 0.13 0.32 1.39 0.54 0.56 0.56
Deiyai 0.97 0.14 0.39 0.27 0.00 1.30 1.74 0.74 0.15 0.04 0.15 0.64 0.27 1.24 0.69 0.97 0.38
Kota Jayapura 0.21 0.05 3.13 0.84 15.12 0.83 3.52 5.34 6.48 9.10 4.05 2.08 12.76 0.75 0.80 1.16 0.92
Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2017
Sumber: data diolah penulis
139
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi Mobil,
dan Sepeda
Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Merauke 1.00 0.21 4.77 0.96 14.66 0.63 3.18 8.10 4.10 7.12 2.15 1.13 5.79 0.50 0.42 0.54 0.46
Jayawijaya 0.53 0.18 2.59 1.33 4.32 0.52 3.76 17.05 2.12 5.89 1.44 2.54 7.51 0.66 0.50 0.66 0.54
Jayapura 0.82 0.25 5.83 0.55 18.60 0.58 2.80 16.13 4.24 4.87 1.34 1.82 8.27 0.46 0.38 0.46 0.64
Nabire 0.66 2.73 1.88 0.92 4.93 0.47 3.94 6.02 1.53 2.48 1.99 1.20 3.93 0.53 0.38 0.50 0.50
Kepulauan
Yapen 0.87 0.07 4.81 1.06 15.00 0.27 4.03 9.54 2.56 3.20 3.14 2.32 5.23 0.82 0.66 0.66 1.05
Biak Numfor 0.84 0.11 4.47 3.61 16.62 0.26 3.52 10.24 2.42 3.29 4.88 1.81 9.24 1.00 0.50 0.55 0.41
Paniai 0.38 5.16 0.44 0.07 0.73 1.06 0.73 2.24 0.61 0.50 0.18 0.47 1.20 0.62 0.29 0.37 0.26
Puncak Jaya 1.01 0.14 0.67 0.13 0.00 1.17 1.64 2.34 0.69 0.69 0.16 0.79 0.74 1.19 0.63 1.17 0.51
Mimika 0.06 10.96 0.18 0.17 0.93 0.09 0.46 1.07 0.78 1.43 0.38 0.23 1.56 0.08 0.03 0.05 0.08
Boven Digoel 0.98 0.17 31.81 0.07 0.47 0.96 1.21 1.72 0.70 0.27 0.83 0.52 0.62 0.51 0.34 0.46 0.25
Mappi 0.92 0.04 0.83 0.10 0.15 1.37 1.51 2.09 0.71 0.46 0.67 0.65 0.37 1.24 0.64 0.76 0.35
Asmat 0.81 0.00 2.99 0.13 4.96 1.21 1.42 2.33 0.85 0.53 0.20 0.75 2.02 1.19 1.39 1.14 0.40
Yahukimo 0.86 0.11 0.71 0.19 0.00 0.88 1.19 4.67 0.97 0.96 0.36 1.33 1.06 1.58 1.12 0.79 0.54
Pegunungan
Bintang 0.82 0.13 0.14 0.16 0.00 1.21 0.93 3.17 1.00 0.62 1.17 0.53 0.88 1.65 0.63 0.64 0.39
Tolikara 1.03 0.06 0.27 0.20 0.31 0.81 1.33 5.54 0.99 1.01 0.14 0.92 0.78 1.45 1.01 1.12 0.44
Sarmi 1.25 0.19 2.67 0.54 7.41 0.75 2.09 6.04 1.92 2.51 1.12 1.21 2.12 0.80 0.57 0.66 0.60
Keerom 1.12 0.12 6.24 0.52 0.00 1.41 1.54 0.88 2.54 0.82 1.07 0.57 0.17 0.69 0.45 0.58 0.41
Waropen 1.05 0.10 1.37 0.33 1.47 1.22 1.43 1.76 0.66 0.41 0.47 2.08 0.98 0.95 1.03 0.40 0.67
Supiori 1.13 0.04 0.71 1.11 0.00 1.12 0.84 0.30 0.77 0.54 0.93 1.02 0.32 1.12 1.14 1.12 1.14
Mamberamo
Raya 0.83 0.30 0.35 0.00 0.00 0.84 2.30 3.07 2.01 0.00 0.08 0.71 0.65 1.36 1.35 1.25 1.02
Nduga 0.95 0.05 0.12 0.00 0.00 1.04 2.57 1.09 0.21 0.00 0.00 1.12 0.42 1.20 1.00 1.24 0.89
Lanny Jaya 0.83 0.23 0.09 0.00 0.00 0.92 2.26 3.27 0.17 0.00 0.00 1.70 0.30 1.25 1.18 1.56 0.50
Mamberamo
Tengah 0.64 0.17 0.11 0.00 0.00 1.00 2.29 5.53 0.06 0.01 0.04 0.81 0.41 1.58 0.93 1.09 0.79
Yalimo 1.00 0.06 0.14 0.00 0.00 0.78 2.51 2.82 0.23 0.01 0.00 0.43 0.32 1.56 0.83 0.95 0.93
Puncak 0.80 0.01 0.03 0.08 0.31 1.18 2.42 0.55 0.65 0.11 0.04 0.93 0.64 1.91 0.09 0.13 0.09
Dogiyai 1.06 0.34 0.07 0.05 0.12 0.44 2.68 1.00 0.91 0.39 0.00 3.86 0.00 1.76 0.12 0.67 0.15
Intan Jaya 0.94 0.05 0.35 0.00 0.00 1.36 1.63 0.93 0.05 0.01 0.00 0.13 0.31 1.46 0.54 0.56 0.55
Deiyai 0.93 0.13 0.41 0.26 0.00 1.28 1.86 0.75 0.14 0.04 0.16 0.72 0.27 1.28 0.72 1.04 0.39
Kota Jayapura 0.21 0.05 3.17 0.81 15.03 0.80 3.61 5.36 6.13 8.90 4.17 2.06 12.84 0.79 0.80 1.19 0.93
Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2018
Sumber: data diolah penulis
140
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial
Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Merauke 0.92 0.35 4.49 0.92 13.90 0.62 3.15 7.84 3.83 7.08 1.98 1.08 5.40 0.49 0.40 0.53 0.44
Jayawijaya 0.49 0.29 2.42 1.25 4.17 0.50 3.69 16.92 1.94 5.51 1.37 2.47 6.93 0.66 0.48 0.65 0.52
Jayapura 0.75 0.40 5.43 0.50 17.53 0.57 2.80 15.68 3.92 4.70 1.30 1.75 7.83 0.47 0.37 0.45 0.63
Nabire 0.62 4.49 1.79 0.84 4.52 0.46 3.95 5.88 1.47 2.37 1.94 1.23 3.78 0.50 0.38 0.51 0.50
Kepulauan
Yapen 0.81 0.12 4.60 1.00 14.47 0.25 4.00 9.12 2.35 3.18 3.04 2.24 4.85 0.82 0.65 0.65 1.02
Biak Numfor 0.80 0.20 4.37 3.40 16.42 0.25 3.52 8.78 2.20 3.07 4.65 1.73 8.79 1.05 0.49 0.53 0.40
Paniai 0.35 8.61 0.42 0.07 0.73 1.05 0.71 2.16 0.57 0.49 0.17 0.46 1.14 0.61 0.28 0.37 0.25
Puncak Jaya 0.93 0.23 0.66 0.12 0.00 1.12 1.57 2.24 0.64 0.66 0.15 0.78 0.72 1.21 0.63 1.16 0.50
Mimika 0.10 16.75 0.27 0.28 1.50 0.16 0.77 1.75 1.22 2.25 0.60 0.39 2.43 0.13 0.05 0.08 0.14
Boven Digoel 0.95 0.29 30.03 0.07 0.47 0.93 1.20 1.66 0.66 0.26 0.84 0.50 0.59 0.53 0.33 0.47 0.24
Mappi 0.83 0.07 0.80 0.09 0.15 1.33 1.49 1.99 0.66 0.44 0.65 0.63 0.34 1.27 0.62 0.76 0.34
Asmat 0.74 0.00 2.75 0.12 4.82 1.19 1.27 2.26 0.73 0.51 0.19 0.70 1.88 1.21 1.37 1.14 0.39
Yahukimo 0.79 0.19 0.68 0.19 0.00 0.85 1.14 4.48 0.88 0.97 0.36 1.28 1.00 1.59 1.10 0.81 0.53
Pegunungan
Bintang 0.75 0.23 0.13 0.15 0.00 1.17 0.88 3.04 0.92 0.59 1.15 0.51 0.83 1.66 0.62 0.63 0.38
Tolikara 0.94 0.10 0.26 0.19 0.31 0.81 1.27 5.31 0.93 0.99 0.14 0.91 0.75 1.45 0.99 1.09 0.43
Sarmi 1.15 0.30 2.56 0.52 6.86 0.74 2.08 5.73 1.80 2.44 1.06 1.20 2.03 0.81 0.57 0.66 0.59
Keerom 1.05 0.21 6.03 0.48 0.00 1.34 1.53 0.84 2.35 0.79 1.00 0.56 0.16 0.71 0.45 0.58 0.40
Waropen 0.98 0.17 1.32 0.33 1.43 1.20 1.43 1.70 0.63 0.39 0.45 2.01 0.92 0.92 0.99 0.39 0.65
Supiori 1.10 0.07 0.70 1.08 0.00 1.08 0.80 0.28 0.76 0.54 0.90 0.98 0.31 1.08 1.11 1.08 1.10
Mamberamo
Raya 0.76 0.52 0.34 0.00 0.00 0.83 2.31 2.93 1.88 0.00 0.08 0.70 0.61 1.34 1.30 1.21 1.02
Nduga 0.86 0.08 0.12 0.00 0.00 1.03 2.54 1.07 0.19 0.00 0.00 1.09 0.40 1.18 0.97 1.20 0.86
Lanny Jaya 0.78 0.39 0.09 0.01 0.00 0.89 2.23 3.10 0.16 0.00 0.00 1.67 0.28 1.24 1.17 1.53 0.49
Mamberamo
Tengah 0.59 0.28 0.10 0.00 0.00 0.96 2.25 5.31 0.05 0.01 0.04 0.77 0.38 1.58 0.90 1.06 0.75
Yalimo 0.92 0.11 0.12 0.00 0.00 0.77 2.45 2.72 0.21 0.01 0.00 0.42 0.30 1.57 0.81 0.92 0.90
Puncak 0.74 0.02 0.02 0.07 0.30 1.14 2.35 0.51 0.59 0.10 0.04 0.88 0.59 1.93 0.08 0.13 0.09
Dogiyai 0.98 0.56 0.06 0.05 0.12 0.42 2.69 0.96 0.84 0.36 0.00 3.76 0.00 1.77 0.12 0.65 0.15
Intan Jaya 0.88 0.08 0.34 0.00 0.00 1.28 1.64 0.90 0.05 0.01 0.00 0.13 0.29 1.49 0.54 0.54 0.53
Deiyai 0.87 0.23 0.41 0.25 0.00 1.22 1.88 0.74 0.14 0.04 0.15 0.72 0.26 1.27 0.73 1.06 0.39
Kota Jayapura 0.20 0.08 3.03 0.76 14.44 0.77 3.53 5.20 5.64 8.18 4.10 1.96 12.49 0.79 0.77 1.19 0.92
Location Quotient Provinsi Papua Tahun 2019
Sumber: data diolah penulis
141
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan
Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan
, Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Fakfak 1.86 0.08 0.13 1.46 2.13 2.56 2.17 2.39 2.05 1.90 1.11 2.16 1.84 2.32 2.31 1.97 1.24
Kaimana 3.24 0.05 0.21 1.72 0.54 1.50 1.73 2.28 1.35 1.13 1.06 1.86 0.75 2.66 0.80 0.97 1.59
Teluk Wondama 3.69 0.05 0.08 0.48 0.48 1.60 1.31 1.00 0.85 0.33 0.90 1.48 0.65 3.17 1.61 1.01 0.70
Teluk Bintuni 0.26 1.67 1.63 0.03 0.02 0.13 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.10 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01
Manokwari 1.45 0.13 0.12 2.70 3.08 2.33 2.20 2.51 3.03 2.78 2.99 3.02 2.65 2.22 2.19 2.68 2.34
Sorong Selatan 2.83 0.12 0.05 1.53 0.93 2.64 1.48 0.81 0.75 0.79 0.79 0.74 0.60 2.54 2.43 2.39 0.77
Sorong 0.88 0.97 1.47 0.43 0.52 0.76 0.47 0.26 0.34 0.22 0.39 0.29 0.53 0.69 0.65 0.51 0.29
Raja Ampat 2.44 2.04 0.02 0.23 0.12 0.67 0.57 0.23 0.90 0.14 0.33 0.49 0.19 1.64 0.42 0.33 0.58
Tambrauw 3.62 0.08 0.03 1.89 0.32 1.54 0.18 0.77 0.10 0.11 0.18 1.09 0.00 4.45 2.41 1.07 0.14
Maybrat 3.55 0.04 0.01 0.89 0.58 1.34 1.10 0.69 0.42 0.16 1.44 0.49 0.36 4.40 1.54 1.07 0.25
Manokwari Selatan 6.56 0.02 0.03 3.43 0.00 0.26 0.20 1.15 0.62 0.13 0.39 0.29 0.87 2.12 1.43 1.75 4.45
Pegunungan Arfak 4.68 0.01 0.00 5.42 0.00 0.50 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.58 0.00 5.13 1.71 2.13 1.40
Kota Sorong 0.83 0.07 0.22 3.23 3.35 2.29 3.32 3.31 3.09 3.91 3.45 2.86 3.65 1.29 2.87 2.93 3.84
Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2013
Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2013-2019
Sumber: data diolah penulis
142
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan
Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan
, Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Fakfak 1.83 0.08 0.13 1.45 2.11 2.38 2.12 2.30 2.07 1.81 1.06 2.10 1.83 2.26 2.25 1.95 1.24
Kaimana 3.10 0.05 0.21 1.70 0.52 1.49 1.70 2.21 1.34 1.12 1.03 1.84 0.76 2.62 0.80 0.96 1.58
Teluk Wondama 3.61 0.06 0.08 0.47 0.48 1.52 1.29 0.97 0.85 0.31 0.85 1.43 0.65 3.14 1.54 1.02 0.69
Teluk Bintuni 0.27 1.72 1.68 0.03 0.02 0.13 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.11 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01
Manokwari 1.41 0.12 0.12 2.58 2.99 2.21 2.12 2.48 2.92 2.67 2.89 2.94 2.52 2.16 2.11 2.60 2.26
Sorong Selatan 2.76 0.13 0.05 1.53 0.95 2.55 1.44 0.75 0.74 0.73 0.73 0.70 0.59 2.47 2.35 2.31 0.74
Sorong 0.90 0.97 1.49 0.44 0.53 0.76 0.47 0.25 0.35 0.21 0.39 0.28 0.53 0.70 0.64 0.52 0.28
Raja Ampat 2.44 2.11 0.02 0.23 0.12 0.72 0.56 0.22 0.92 0.13 0.31 0.48 0.19 1.57 0.39 0.32 0.61
Tambrauw 3.81 0.09 0.03 2.57 0.36 1.38 0.19 0.69 0.10 0.11 0.13 1.08 0.11 4.03 2.55 1.14 0.15
Maybrat 3.52 0.04 0.01 0.88 0.55 1.31 1.06 0.64 0.40 0.15 1.35 0.45 0.35 4.30 1.39 1.01 0.23
Manokwari Selatan 6.49 0.02 0.03 3.39 0.00 0.29 0.20 1.16 0.62 0.13 0.39 0.28 0.87 2.12 1.41 1.75 4.41
Pegunungan Arfak 4.50 0.01 0.00 5.10 0.00 0.66 0.01 0.02 0.00 0.03 0.05 0.53 0.00 4.98 1.65 2.04 1.36
Kota Sorong 0.81 0.07 0.21 3.03 3.13 2.26 3.14 3.12 2.88 3.73 3.28 2.71 3.45 1.26 2.76 2.74 3.60
Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2014
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan
Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Fakfak 1.82 0.08 0.13 1.48 2.05 2.25 2.05 2.23 2.05 1.76 1.04 2.06 1.81 2.18 2.22 1.91 1.25
Kaimana 2.97 0.05 0.20 1.69 0.50 1.46 1.67 2.13 1.31 1.07 1.02 1.83 0.77 2.66 0.78 0.96 1.56
Teluk Wondama 3.59 0.06 0.08 0.47 0.49 1.43 1.26 0.94 0.82 0.30 0.84 1.39 0.64 3.09 1.49 1.01 0.70
Teluk Bintuni 0.27 1.76 1.71 0.04 0.02 0.13 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.11 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01
Manokwari 1.40 0.12 0.12 2.56 2.96 2.10 2.04 2.38 2.84 2.53 2.91 2.88 2.45 2.10 2.05 2.55 2.20
Sorong Selatan 2.69 0.13 0.05 1.55 0.93 2.45 1.48 0.73 0.74 0.73 0.71 0.66 0.59 2.37 2.28 2.27 0.73
Sorong 0.91 0.96 1.51 0.47 0.54 0.76 0.47 0.24 0.35 0.21 0.41 0.29 0.55 0.71 0.64 0.53 0.28
Raja Ampat 2.53 2.07 0.02 0.25 0.13 0.76 0.58 0.22 0.94 0.13 0.32 0.49 0.20 1.59 0.39 0.32 0.66
Tambrauw 3.74 0.09 0.03 2.79 0.36 1.36 0.19 0.66 0.29 0.11 0.14 1.06 0.11 3.91 2.46 1.15 0.14
Maybrat 3.41 0.04 0.01 0.89 0.53 1.27 1.07 0.63 0.40 0.15 1.36 0.42 0.34 4.23 1.38 0.98 0.24
Manokwari Selatan 6.50 0.02 0.03 3.62 0.00 0.27 0.20 1.12 0.61 0.13 0.40 0.27 0.86 2.13 1.41 1.76 4.34
Pegunungan Arfak 4.45 0.01 0.00 5.42 0.00 0.64 0.01 0.02 0.25 0.03 0.05 0.49 0.00 4.90 1.60 2.01 1.35
Kota Sorong 0.79 0.06 0.20 2.77 2.95 2.23 3.02 3.03 2.73 3.60 3.04 2.58 3.27 1.23 2.64 2.59 3.42
Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2015
Sumber: data diolah penulis
143
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan
, Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Fakfak 1.83 0.08 0.13 1.43 2.01 2.10 2.00 2.18 2.05 1.73 1.03 2.01 1.78 2.15 2.19 1.89 1.22
Kaimana 2.93 0.05 0.20 1.72 0.49 1.44 1.66 2.10 1.34 1.04 1.03 1.81 0.78 2.53 0.80 0.98 1.58
Teluk Wondama 3.61 0.06 0.08 0.49 0.47 1.35 1.24 0.89 0.78 0.29 0.83 1.31 0.61 3.07 1.41 0.96 0.69
Teluk Bintuni 0.26 1.79 1.76 0.04 0.02 0.14 0.06 0.06 0.05 0.02 0.09 0.11 0.03 0.18 0.09 0.08 0.01
Manokwari 1.39 0.13 0.12 2.39 2.90 2.02 1.97 2.30 2.76 2.41 2.75 2.82 2.37 2.07 1.99 2.45 2.12
Sorong Selatan 2.61 0.13 0.05 1.56 0.88 2.31 1.56 0.73 0.78 0.71 0.72 0.64 0.57 2.35 2.24 2.22 0.72
Sorong 0.92 1.01 1.48 0.61 0.57 0.78 0.49 0.25 0.37 0.21 0.42 0.30 0.58 0.73 0.66 0.55 0.29
Raja Ampat 2.60 2.03 0.02 0.25 0.13 0.80 0.59 0.22 0.95 0.12 0.33 0.48 0.20 1.62 0.39 0.31 0.69
Tambrauw 3.71 0.10 0.03 2.71 0.36 1.38 0.19 0.39 0.29 0.11 0.14 1.03 0.12 3.83 2.40 1.12 0.14
Maybrat 3.33 0.05 0.01 0.88 0.52 1.23 1.04 0.61 0.42 0.14 1.31 0.41 0.35 4.21 1.37 0.94 0.23
Manokwari Selatan 6.51 0.03 0.03 3.49 0.00 0.26 0.20 1.11 0.61 0.13 0.41 0.27 0.85 2.16 1.43 1.71 4.27
Pegunungan Arfak 4.48 0.01 0.00 5.43 0.00 0.60 0.01 0.02 0.26 0.03 0.05 0.46 0.00 4.80 1.58 1.97 1.32
Kota Sorong 0.78 0.06 0.19 2.61 2.81 2.20 2.89 2.94 2.60 3.50 2.96 2.48 3.12 1.18 2.53 2.49 3.27
Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2016
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan
Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan
, Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Fakfak 1.78 0.08 0.12 1.35 1.98 2.02 1.90 2.20 1.98 1.68 1.00 1.91 1.74 2.09 2.13 1.84 1.18
Kaimana 2.84 0.06 0.20 1.74 0.47 1.41 1.61 2.03 1.34 1.01 1.02 1.78 0.78 2.44 0.78 0.97 1.56
Teluk Wondama 3.47 0.07 0.08 0.48 0.46 1.31 1.20 0.88 0.74 0.29 0.82 1.28 0.59 3.05 1.35 0.91 0.67
Teluk Bintuni 0.26 1.86 1.79 0.04 0.02 0.15 0.06 0.06 0.05 0.02 0.10 0.11 0.03 0.19 0.10 0.09 0.01
Manokwari 1.41 0.13 0.12 2.26 2.81 1.87 1.93 2.20 2.71 2.43 2.68 2.74 2.31 1.98 1.93 2.38 2.04
Sorong Selatan 2.52 0.13 0.05 1.53 0.84 2.24 1.56 0.69 0.76 0.67 0.69 0.62 0.54 2.27 2.18 2.15 0.70
Sorong 0.92 1.00 1.51 0.67 0.57 0.79 0.49 0.24 0.37 0.21 0.42 0.30 0.59 0.72 0.66 0.56 0.29
Raja Ampat 2.72 1.86 0.02 0.27 0.14 0.95 0.60 0.24 0.99 0.13 0.35 0.51 0.21 1.76 0.39 0.31 0.77
Tambrauw 3.51 0.11 0.03 2.71 0.36 1.40 0.18 0.51 0.28 0.10 0.14 1.01 0.12 3.74 2.30 1.09 0.13
Maybrat 3.16 0.05 0.01 0.87 0.51 1.19 0.99 0.59 0.40 0.14 1.29 0.39 0.34 4.21 1.35 0.91 0.22
Manokwari Selatan 6.31 0.03 0.03 3.41 0.00 0.26 0.19 1.09 0.78 0.13 0.41 0.26 0.84 2.18 1.42 1.66 4.19
Pegunungan Arfak 4.38 0.01 0.00 5.24 0.00 0.60 0.02 0.02 0.26 0.03 0.05 0.44 0.00 4.66 1.57 1.91 1.30
Kota Sorong 0.76 0.07 0.18 2.51 2.70 2.13 2.79 2.83 2.47 3.30 2.84 2.39 2.98 1.15 2.44 2.40 3.16
Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2017
Sumber: data diolah penulis
144
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan
Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan
, Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Fakfak 1.66 0.07 0.11 1.29 1.80 1.90 1.78 3.96 1.82 1.59 0.92 1.76 1.63 1.98 1.97 1.70 1.09
Kaimana 2.87 0.06 0.19 1.77 0.45 1.42 1.61 1.76 1.37 1.01 1.02 1.70 0.79 2.44 0.80 0.97 1.57
Teluk Wondama 3.52 0.07 0.08 0.48 0.45 1.31 1.18 0.77 0.73 0.29 0.84 1.28 0.59 3.09 1.35 0.91 0.67
Teluk Bintuni 0.27 1.86 1.81 0.04 0.02 0.16 0.06 0.05 0.05 0.02 0.10 0.11 0.03 0.19 0.10 0.09 0.01
Manokwari 1.42 0.14 0.13 2.31 2.97 1.86 1.94 1.94 2.70 2.38 2.67 2.66 2.31 1.92 1.97 2.38 1.99
Sorong Selatan 2.53 0.13 0.04 1.54 0.81 2.21 1.58 0.59 0.75 0.66 0.69 0.64 0.54 2.29 2.20 2.15 0.69
Sorong 0.90 1.03 1.51 0.67 0.56 0.81 0.48 0.21 0.37 0.22 0.41 0.31 0.61 0.72 0.65 0.56 0.29
Raja Ampat 2.72 1.91 0.02 0.28 0.14 0.94 0.60 0.21 0.98 0.13 0.35 0.54 0.21 1.83 0.39 0.30 0.82
Tambrauw 3.49 0.11 0.03 2.76 0.35 1.42 0.19 0.45 0.27 0.11 0.14 1.04 0.12 3.82 2.29 1.10 0.13
Maybrat 3.17 0.05 0.01 0.86 0.50 1.20 0.98 0.51 0.40 0.14 1.28 0.39 0.35 4.30 1.35 0.89 0.21
Manokwari Selatan 6.43 0.03 0.03 3.44 0.31 0.26 0.19 0.96 0.78 0.13 0.41 0.26 0.85 2.25 1.45 1.63 4.11
Pegunungan Arfak 4.20 0.01 0.00 4.81 0.00 0.57 0.02 0.02 0.25 0.02 0.05 0.41 0.00 5.12 1.50 1.77 1.23
Kota Sorong 0.75 0.07 0.18 2.44 2.60 2.10 2.78 2.45 2.48 3.31 2.85 2.43 2.95 1.15 2.41 2.41 3.17
Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2018
Kabupaten/Kota
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Pertambangan
dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Pengadaan
Listrik dan
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah, dan
Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil, dan
Sepeda Motor
Transportasi
dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi
dan
Komunikasi
Jasa
Keuangan
dan Asuransi
Real
Estat
Jasa
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial
Jasa
Lainnya
Fakfak 1.69 0.07 0.12 1.25 1.89 1.92 1.79 2.04 1.89 1.63 0.97 1.87 1.70 2.04 2.10 1.76 1.13
Kaimana 2.76 0.07 0.20 1.72 0.44 1.40 1.51 1.92 1.38 0.96 1.04 1.61 0.79 2.27 0.83 0.99 1.59
Teluk Wondama 3.39 0.07 0.08 0.48 0.42 1.23 1.10 0.86 0.70 0.27 0.84 1.27 0.57 3.01 1.35 0.90 0.67
Teluk Bintuni 0.26 1.84 1.80 0.04 0.02 0.46 0.06 0.05 0.05 0.02 0.10 0.12 0.03 0.19 0.10 0.09 0.01
Manokwari 1.33 0.15 0.14 2.24 3.05 1.77 1.77 2.07 2.66 2.19 2.54 2.47 2.27 1.92 1.87 2.39 2.01
Sorong Selatan 2.42 0.13 0.05 1.48 0.78 2.07 1.48 0.66 0.75 0.62 0.72 0.63 0.53 2.25 2.21 2.09 0.67
Sorong 0.89 1.04 1.53 0.69 0.55 0.84 0.45 0.24 0.37 0.21 0.43 0.32 0.61 0.73 0.67 0.57 0.29
Raja Ampat 2.58 2.00 0.02 0.29 0.14 0.89 0.56 0.24 0.96 0.13 0.36 0.54 0.20 1.79 0.40 0.30 0.80
Tambrauw 3.28 0.12 0.03 2.59 0.34 1.39 0.17 0.50 0.26 0.10 0.14 1.00 0.12 3.79 2.28 1.05 0.13
Maybrat 3.01 0.05 0.01 0.74 0.49 1.17 0.91 0.57 0.38 0.14 1.27 0.39 0.35 4.18 1.37 0.85 0.21
Manokwari Selatan 5.99 0.03 0.04 3.28 0.29 0.24 0.17 1.06 0.78 0.12 0.40 0.25 0.81 2.49 1.40 1.64 3.97
Pegunungan Arfak 3.93 0.01 0.00 4.36 0.00 0.62 0.02 0.03 0.25 0.02 0.04 0.35 0.00 5.05 1.53 1.68 1.16
Kota Sorong 0.92 0.07 0.19 2.51 2.52 1.43 2.97 2.95 2.47 3.44 2.87 2.51 2.95 1.15 2.40 2.37 3.14
Location Quotient Provinsi Papua Barat Tahun 2019
Sumber: data diolah penulis