analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor udang …
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR UDANG DI INDONESIA
SKRIPSI
OLEH:
FATTYA RAHMAH S
100304031
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR UDANG DI INDONESIA
SKRIPSI
OLEH:
FATTYA RAHMAH S.
100304031
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar
Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Udang Di Indonesia
Nama : Fattya Rahmah S.
NIM : 100304031
Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS ) ( Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si )
NIP. 196411021989032001 NIP. 196509261993031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agribisnis
( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec )
NIP. 196302041997031001
Tanggal Lulus : 6 Oktober 2017
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN
FATTYA RAHMAH S. (100304031), Dengan Judul Skripsi Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Udang Di Indonesia. Telah
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skrispsi Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan Diterima Untuk
Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana.
Pada Tanggal, 6 Oktober 2017
Panitia Penguji Skripsi :
Ketua : (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS )
NIP. 196411021989032001 ...................................
Anggota : 1. (Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si)
NIP. 196509261993031002 ...................................
2. ( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec )
NIP. 196302041997031001 ...................................
3. ( Ir. Iskandarini, MM, PhD )
NIP.196405051994032002 ...................................
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agribisnis
( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec )
NIP. 196302041997031001
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
Fattya Rahmah S. (100304031) dengan judul skripsi Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Ekspor Udang Di Indonesia. Penulisan skripsi ini
dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing
dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi ekspor udang di Indonesia. Penentuan daerah penelitian ditentukan
secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan Indonesia merupakan
salah satu pengekspor udang terbesar serta memiliki potensi dalam pengembangan
budidaya udang. Metode analisis data yang digunakan adalah metode Generalized
Least Square (GLS) dan dianalisis menggunakan program E-Views 6.0. Hasil
penelitian diperoleh faktor yang mempengaruhi ekspor udang di Indonesia adalah
faktor produksi udang di Indonesia dan faktor GDP negara tujuan ekspor.
Variabel produksi udang Indonesia berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
volume ekspor udang Indonesia dengan nilai koefisien -0,1954. Sedangkan
variabel GDP negara tujuan ekspor berpengaruh positif secara signifikan terhadap
volume ekspor udang Indonesia dengan nilai koefisien 0,3127.
Kata Kunci: Ekspor, Produksi, Udang, GDP
Universitas Sumatera Utara
ii
RIWAYAT HIDUP
Fattya Rahmah S. dilahirkan di Medan, pada tanggal 7 Maret 1992, sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara, dari ayahanda tercinta H. Mesnianto dan ibunda
tercinta Hj. Marmi.
Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis:
1. Tahun 1997 masuk TK Riza, Jalan Sunggal Medan
2. Tahun 1998 masuk SD Negeri No.067245, Jalan Bunga Asoka Medan
3. Tahun 2004 masuk SMP Negeri 1 Medan, Jalan Bunga Asoka Medan
4. Tahun 2007 masuk SMU Negeri 4 Medan, Jalan Gelas Ayahanda Medan
5. Tahun 2010 masuk Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jurusan
Agribisnis melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama)
6. Tahun 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Silau
Rakyat Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Berdagai
7. Tahun 2015-2016 melaksanakan penelitian skripsi
Selama masa perkuliahan penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosisal
Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial
Ekonomi Pertanian (FSMM SEP)
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Udang di
Indonesia”.
Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan bantuan
dalam menyusun skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi
Agribisnis dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah
membimbing serta membekali ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Seluruh staff pegawai Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang
telah membantu seluruh proses administrasi.
5. Ucapan terima kasih terkhusus kepada kedua orang tua Ayahanda
tercinta H. Mesnianto dan Ibunda tercinta Hj. Marmi yang telah
memberikan segala doa, motivasi, dan dukungan baik dari segi moril
maupun materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang
tersayang Fahrian Zaid, Amd dan adik tersayang Muhammad Hanif Fauzan
Universitas Sumatera Utara
iv
serta orang terkasih Juni Ario, S.TP yang telah banyak memberikan motivasi
dan dukungan berupa doa dan semangat.
6. Kepada teman-teman Agribisnis 2010 yang telah setia mendukung saya lewat
doa-doa dan motivasi mereka.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, September 2017
Penulis
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................. 6
2.2 Landasan Teori ....................................................................... 8
2.2.1 Teori Produksi ............................................................... 8
2.2.2 Teori Perdagangan Internasional ................................... 9
2.2.3 Teori Ekspor ................................................................ 12
2.2.4 Teori Penawaran Udang .............................................. 14
2.2.5 Teori Nilai Tukar ......................................................... 16
2.2.6 GDP ............................................................................. 17
2.3 Penelitian Terdahulu .............................................................. 18
2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................. 21
2.5 Hipotesis ............................................................................... 22
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ................................... 23
3.2 Metode Penentuan Sampel ................................................... 23
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................. 23
3.4 Metode Analisis Data .......................................................... 24
3.5 Data Panel ............................................................................. 25
3.6 Defenisi dan Batasan Operasional ........................................ 29
Universitas Sumatera Utara
vi
BAB IV. PERKEMBANGAN EKSPOR UDANG INDONESIA 4.1 Produksi Perikanan Indonesia .............................................. 30
4.2 Produksi Udang di Indonesia ................................................ 31
4.3 Ekspor Perikanan Indonesia ................................................. 32
4.4 Ekspor Udang Indonesia ...................................................... 34
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Udang di Indonesia ............................................................... 38
5.2 Uji Kesesuaian Model
5.2.1 Koefisien Determinasi ................................................ 40
5.2.2 Uji F (Uji Simultan).................................................... 40
5.2.3 Uji T (Uji Signifikansi) .............................................. 41
5.3 Pembahasan .......................................................................... 43
5.3.1 Intepretasi Hasil ......................................................... 43
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .......................................................................... 45
6.2. Saran .................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Produksi Udang Tangkap dan Udang Budidaya Di Indonesia 3
Tahun 2008-2013 dalam Ton
2. Volume dan Nilai Ekspor Udang Indonesia Tahun 2002-2012 3
3. Volume Ekspor Udang Indonesia 36
4. Realisasi Volume Ekspor Udang Berdasarkan Negara Tujuan 36
5. Koefisien Variabel Dan Konstanta 38
6. Koefisien Variabel – Variabel Bebas 41
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Kurva Perdagangan Internasional 11
2. Skema Kerangka Pemikiran 22
3 Kenaikan Rata-rata Produksi Perikanan Indonesia (%) 31
4. Produksi Udang Indonesia (Ton) 33
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1 Hasil Common Effect Model
2 Hasil Fixed Effect Model
3 Hasil Random Effect Model
4 Hasil Uji Chow
5 Hasil Uji Hausman
6 Data Variabel
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan perikanan Indonesia merupakan suatu kegiatan ekonomi yang
memiliki prospek yang semakin baik, terutama dalam meningkatkan penerimaan
devisa negara melalui ekspor hasil perikanan. Berdasarkan Data Statistik
Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan nilai ekspor hasil
perikanan Indonesia tahun 2013 berdasarkan total komoditi bulan Januari
hingga November mencapai US$ 3,77 miliar meningkat 6,98% dibandingkan
periode yang sama tahun 2012 dengan nilai US$ 3,53 miliar.
Negara tujuan ekspor hasil perikanan Indonesia yang paling besar
peningkatan volumenya adalah Cina meningkat 100,42%. Selanjutnya, Uni
Eropa meningkat 59,76%. Pada bulan November 2013 terjadi penurunan
volume dan nilai ekspor hasil perikanan Indonesia ke Jepang sebesar
5,45% dan 7% dibanding bulan November 2012 dan yang paling besar
penurunannya baik dari segi volume dan nilai adalah komoditi ikan lainnya
sebesar 32,31% dan 43,70% (KKP, 2014).
Udang menjadi komoditi yang merajai ekspor perikanan, dengan nilai
yang disumbang sebesar US$ 1,280 juta, disusul tuna US$ 606 juta,
ikan lainnya US$ 700 juta dan hasil perikanan lainnya US$ 746 juta.
Komoditi yang paling besar mengalami peningkatan nilai ekspor adalah
udang sebesar 25,46% dengan nilai kontribusi terbesar adalah udang beku
senilai US$ 1,121 juta (KKP, 2014).
Universitas Sumatera Utara
2
Di Indonesia produksi udang sangat berkembang dengan pesat. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah permintaan pasar internasional akan hasil produksi
udang Indonesia. Saat ini udang menyumbang lebih dari 62% dari total
nilai ekspor produk perikanan Indonesia. Pasar utama ekspor udang
Indonesia adalah Jepang (52%), Amerika Serikat (18%), dan Eropa (15%).
Dalam upaya meningkatkan produksi udang telah dilakukan upaya budi
daya dengan pendayagunaan tambak kolam dan danau. Usaha budi daya
udang di daerah padat nelayan umumnya sudah tinggi (over exploited),
seperti yang banyak dijumpai di perairan paparan Sunda.
Udang merupakan salah satu komoditas primadona di Sub Sektor perikanan
yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar
di luar negeri yang cenderung meningkat serta sumber daya yang
cukup tersedia di Indonesia memberikan peluang sangat besar untuk
dapat dikembangkan budidayanya. Produksi udang di Indonesia
dihasilkan dari dua sumber, yaitu dari hasil penangkapan dan budidaya
(Sumeru dan Anna, 1991).
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2013 yang
disajikan pada Tabel 1 terlihat bahwa produksi udang tangkap dan produksi
udang budidaya mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Produksi Udang Tangkap dan Udang Budidaya Di Indonesia
Tahun 2008-2013 dalam Ton
Tahun Produksi Tangkap Produksi Budidaya
2008
2009
2010
2011
2012
2013
236.922
236.870
227.326
260.618
263.032
262.020
409.590
338.060
380.972
400.385
415.703
645.955
Sumber : KKP 2013
Pada Tabel 1 dapat dilihat produksi udang tangkap cenderung mengalami
peningkatan sedangkan udang budidaya mengalami fluktuasi. Setiap tahun
produksi udang rata-rata sebesar 247.798 ton udang tangkap dan 431.777,5 ton
udang budidaya.
Perkembangan volume dan nilai ekspor total udang Indonesia pada periode tahun
2002 sampai 2012 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Udang Indonesia Tahun 2002-2012
Tahun Volume Ekspor Indonesi
(Ton)
Nilai Ekspor
(US$)
2002 122.049,80 840.352,90
2003 134.214,60 852.724,50
2004 127.846,30 822.964,00
2005 133.074,30 846.839,10
2006 146.097,70 980.173,10
2007 134.788,20 920.526,80
2008 140.868,00 979.781,20
2009 117.093,40 790.941,30
2010 113.937,00 861.802,80
2011 119.828,40 1.066.005,20
2012 122.898,80 1.065.260,20
Sumber :www.bps.com
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan ekspor udang Indonesia baik dalam volume maupun nilai
ekspor dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 2 Dalam periode
tahun 2002-2012, volume ekspor terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar
113.937,00 ton dan volume ekspor tertinggi pada tahun 2006 sebesar
146.097,70 ton karena dipicu tingginya permintaan dunia dan mulai
membaiknya produksi udang di Indonesia. Sementara nilai ekspor terendah
terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar US$ 790.941,30 dan nilai ekspor tertinggi
yang pernah tercapai adalah sebesar US$ 1.066.005,20 pada tahun 2011.
Pada saat volume ekspor menurun tapi tidak dengan nilai ekspornya, ini bisa
saja dipengaruhi oleh nilai mata uang pada saat itu.
Volume ekspor udang di Indonesia mengalami fluktuasi dan berbeda disetiap
negara tujuannya. Kenaikan dan penurunan ekspor udang di berbagai negara
tujuan di pengaruhi juga dengan produksi udang yang berubah-ubah, GDP per
kapita negara tujuan ekspor, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Hal inilah yang
mendasari perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor udang di Indonesia.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor
udang di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor udang di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi para pengusaha eksportir udang di Indonesia.
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah dalam mengambil
keputusan untuk mengekspor udang.
3. Sebagai bahan masukan dan bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
yang berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komoditi Udang
Komoditas udang secara umum biasa disebut dengan istilah shrimp dalam
dunia perdagangan. Spesies udang sendiri di seluruh dunia tercatat tidak
kurang dari 2700 buah. Secara geografis udang ini bisa dikelompokkan
menjadi 4 golongan, yakni udang tropis, udang china, udang atlantik utara,
dan udang laut utara. Jenis yang dihasilkan Indonesia tergolong udang tropis.
Udang tropis menguasai pasar hingga 70% dari angka konsumsi udang,
sedangkan golongan lainnya hanya 30% saja. Jenis udang yang dipasarkan
oleh Indonesia adalah jenis udang tropis (Nazaruddin, 1993).
Udang merupakan salah satu komoditas primadona di Sub Sektor perikanan
yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar di luar
negeri yang cenderung meningkat serta sumber daya yang cukup tersedia di
Indonesia memberikan peluang sangat besar untuk dapat dikembangkan
budidayanya. Produksi udang di Indonesia dihasilkan dari dua sumber, yaitu
dari hasil penangkapan dan budidaya (Sumeru dan Anna, 1991).
Beberapa jenis udang yang telah dikembangkan dan dibudidayakan
di Indonesia, antara lain udang galah (Marcobrachium rosenbergi de Man),
udang putih (Litopenaeus stylirostris), udang vanamei (Litopenaeus vannamei),
dan udang windu (Penaeus monodon Fabricius). Udang windu merupakan salah
Universitas Sumatera Utara
satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis sangat tinggi dan
dimanfaatkan baik itu untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri untuk
di ekspor (Rachmatun & Takarina, 2009).
Dalam dunia perdagangan internasional berdasarkan Murty (1991) dikenal
dua istilah yang digunakan untuk menamakan udang, yakni prawn dan shrimp.
Kedua penamaan ini sering digunakan sebagai pembeda ukuran fisik.
Shrimp digunakan untuk menyebut udang yang berukuran kecil, dan biasanya
digunakan untuk menamakan udang yang tergolong dalam famili Crangonidae.
Istilah prawn digunakan untuk menamakan spesies dengan ukuran fisik yang
lebih besar, terutama dari famili Pandalidae, Peneidae, dan Palaemonidae.
Seringkali pula shrimp dan prawn digunakan untuk membedakan asal
habitat udang. Shrimp digunakan untuk menamakan spesies udang laut dan
prawn digunakan untuk menamakan spesies udang sungai atau spesies udang air
tawar. Sehingga tidak jarang pula digunakan istilah seawater shrimp dan
freshwater prawn.
Menurut Mujiman dan Suyanto (1989), untuk mendapatkan nilai jual yang
tinggi dari udang yang di panen adalah dengan mempertahankan dan
meningkatkan mutu udang. Mutu udang ditentukan oleh beberapa kriteria yaitu:
a. Ukurannya, makin besar ukuran makin tinggi harganya
b. Kulitnya keras, bersih, licin, bersinar dan badan tidak cacat. Udang yang
begini harganya tinggi.
c. Udang yang masih dalam keadaan hidup jadi masih segar harganya akan
tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Di antara berbagai bahan makanan dan jenis makanan yang disajikan di
restoran bertaraf Internasional sampai kedai-kedai di pinggir jalan tersedia
udang dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang mahal. Demikian
pula udang beku segar yang diekspor sangat digemari masyarakat Jepang,
Amerika, Australia, Singapura, Timur Tengah, dan Eropa yang merupakan
makanan langka dan mewah dengan harga yang mahal dan cukup stabil.
Hal inilah yang merupakan peluang emas dalam meningkatkan pendapatan
serta mendatangkan devisa negara yang merupakan primadona ekspor dari
sektor perikanan (Soetomo, 1990).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Produksi
Menurut catur (1995), proses produksi adalah proses yang dilakukan oleh
perusahaan berupa kegiatan mengkombinasikan input (sumber daya) untuk
menghasilkan output. Dengan demikian produksi merupakan proses transformasi
dari input menjadi output.
Secara teoritis, suatu komoditas diproduksi oleh suatu negara karena beberapa
faktor penyebab, antara lain. Pertama, pengetahuan produsen atau pemerintah
mengenai hukum keunggulan komparatif, sehingga komoditas yang diproduksi
adalah memiliki keunggulan komparatif. Kedua, komoditas yang bersangkutan
diusahakan karena kebiasaan sejak dulu atau warisan orang tua. Ketiga,
Keunggulan komparatif suatu komoditas bersifat dinamis yang dari waktu ke
waktu dapat berubah karena berubahnya ekonomi di dalam negeri dan luar negeri
(Hardius Usman, dkk; 2006).
Universitas Sumatera Utara
Salah satu asumsi dasar dalam teori produksi adalah setiap produsen
berusaha memaksimumkan keuntungan. Upaya maksimasi keuntungan ini
dilakukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka
panjang upaya tersebut dilakukan dengan menerapkan teknologi baru yang
mampu menekan biaya produksi sehingga keuntungan per unit produksi
meningkat. Sedangkan dalam jangka pendek upaya maksimasi keuntungan
dilakukan dengan mengatur pengalokasian banyaknya penggunaan setiap
jenis input variabel yang dipakai dalam proses produksi.
2.2.2 Teori Perdagangan Internasional
Menurut Salvatore (1997), perdagangan internasional secara teori membahas
hubungan ekonomi antar negara di dunia yang merupakan refleksi dari
munculnya saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya
karena adanya perbedaan dalam memiliki dan mengakses faktor-faktor
produksi (resources) yang dibutuhkan. Suatu negara mungkin memiliki sumber
daya alam yang berlimpah, tetapi tidak memiliki teknologi dan modal
untuk memprosesnya. Sebaliknya, negara lainnya mungkin miskin sumber
daya alam, tetapi memiliki teknologi yang mampu menjadikan sumber daya
alam tersebut lebih dekat pada penggunaan akhir dan memiliki guna yang
lebih tinggi.
Dasar dalam perdagangan internasional adalah adanya perdagangan barang
dan jasa antara dua negara atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Perdagangan ini terjadi apabila terdapat permintaan dan
Universitas Sumatera Utara
penawaran pada pasar internasional. Selain itu perdagangan internasional
mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi suatu negara (Rotua, 2011).
Perdagangan internasional berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi
global dan bahkan perekonomian domestik. Kebijakan perdagangan
internasional sangat menentukan apakah memberikan manfaat berupa
keuntungan atau sebaliknya yang kemudian akan berpengaruh kepada
pertumbuhan ekonomi. Pemberlakuan tarif dan non tarif sebagai suatu
kebijakan perdagangan tidak hanya membawa kepada penentuan manfaat
dan keuntungan, tetapi secara otomatis mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan produksi produk domestik
(Nasution dan Arifin, 2008).
Menurut Lindert dan Kindleberger (1983) dalam Rotua (2011) perdagangan
internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara
permintaan dan penawaran yang bersaing. Permintaan (demand) dan
penawaran (supply) akan tampak dalam bentuk yang sudah dikenal serta
merupakan suatu interaksi dari kemungkinan produksi dan preferensi
konsumen. Suatu negara akan mengekspor komoditas yang dihasilkan lebih
murah dan mengimpor komoditas yang dihasilkan lebih mahal dalam
penggunaan sumber daya.
Volume ekspor suatu komoditi dari negara tertentu ke negara lain
merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang
disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Pada pihak lain,
kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi
Universitas Sumatera Utara
negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri,
jumlah komoditas itu sendiri dan komoditas substitusinya di pasar internasional
serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga baik secara langsung maupun
tidak langsung (Salvatore, 1997).
Negara A Pasar Internasional Negara B
Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional
Pada Gambar 1 di atas menjelaskan terdapat perdagangan internasional antara
negara A dan negara B. Sehingga pada perdagangan internasional antara
negara A sebagai negara pengekspor dan negara B sebagai negara pengimpor
terjadi keseimbangan harga komoditi relatif. Selain itu perdagangan
internasional terjadi akibat kelebihan penawaran pada negara A dan kelebihan
permintaan pada negara B. Pada negara A harga suatu komoditas sebesar Pa,
dan di negara B harga komoditas tersebut sebesar Pb, cateris paribus. Pada
pasar internasional harga yang dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu
berada pada harga P* sehingga negara A akan mengalami kelebihan
Universitas Sumatera Utara
penawaran (excess supply) di pasar internasional. Pada negara B, terjadi harga
yang lebih besar dibandingkan harga pada pasar internasional. Sehingga
akan terjadi kelebihan permintaan (excess demand) di pasar internasional.
Pada keseimbangan di pasar internasional kelebihan penawaran negara A
menjadi penawaran pada pasar internasional yaitu pada kurva ES.
Sedangkan kelebihan permintaan negara B menjadi permintaan pada pasar
internasional yaitu sebesar ED. Kelebihan penawaran dan permintaan tersebut
akan terjadi keseimbangan harga sebesar P*. Peristiwa tersebut akan
mengakibatkan negara A mengekspor, dan negara B mengimpor komoditas
tertentu dengan harga sebesar P* di pasar internasional. Dari penjelasan
di atas didapat bahwa perdagangan internasional (ekspor-impor) terjadi
karena terdapat perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb), dan harga
internasional (P*); permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada komoditas
tertentu. Selain itu, nilai tukar mata uang (exchange rate) pada pasar
internasional antara suatu negara dengan negara lain secara tidak langsung
akan menyebabkan ekspor dan impor pada suatu negara.
2.2.3 Ekspor
Ekspor dalam arti sederhana adalah barang dan jasa yang telah dihasilkan
di suatu negara kemudian dijual ke negara lain. Ekspor adalah proses
transportasi barang dan jasa dari suatu negara ke negara lain secara legal,
umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya
adalah tindakan untuk mengeluarkan barang dan jasa dari dalam negeri
untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya
membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun
Universitas Sumatera Utara
penerima. Ekspor merupakan bagian penting dari perdagangan internasional.
Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan
oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan
tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang
yang dihasilkannya ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-
barang yang dihasilkan negara pengekspor (Rotua, 2011).
Bagi negara produsen atau pengekspor bahwa tinggi rendahnya pendapatan
nasional dalam negeri tidak dapat mempengaruhi ekspor akan tetapi suatu ekspor
dapat dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara yang melakukan permintaan
ekspor terhadap suatu barang dari negara lain.
Menurut Leamer and Stern (1970) dalam Hadi dan Mardianto (2004), faktor
penyebab lebih rendahnya pertumbuhan ekspor antara lain sebagai berikut:
1. Suatu negara pengekspor, misalnya Indonesia hanya memfokuskan
ekspornya pada suatu produk atau kelompok produk tertentu yang
pertumbuhan permintaan ekspornya lambat.
2. Ekspor tersebut lebih ditujukan ke negara-negara yang pertumbuhan
ekonominya lambat.
3. Negara pengekspor yang bersangkutan, misalnya Indonesia tidak mampu
atau enggan bersaing dengan negara-negara pesaingnya.
Berdasarkan tiga alasan ini, daya saing ekspor suatu negara, misalnya
Indonesia relatif terhadap negara-negara pesaingnya dapat dilihat dari segi
komposisi produk yang diekspor, kondisi ekonomi negara tujuan ekspor, dan
posisi negara pengekspor tersebut terhadap negara-negara pesaingnya.
Universitas Sumatera Utara
Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu
ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.
Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya
akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya pendapatan
nasional tidak dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah
apabila pendapatan nasional bertambah atau ekspor dapat mengalami
perubahan walaupun pendapatan nasional tetap. Bagi negara produsen atau
pengekspor bahwa tinggi rendahnya pendapatan nasional dalam negeri tidak
dapat mempengaruhi ekspor akan tetapi suatu ekspor dapat dipengaruhi oleh
pendapatan nasional negara yang melakukan permintaan ekspor terhadap
suatu barang dari negara lain (Sinaga, 2009).
Salah satu faktor yang mempengaruhi Ekspor atau Impor adalah Pendapatan
Nasional (GDP). Pendapatan nasional memegang peranan yang sangat penting
sebagai suatu konsep yang menjawab upaya memacu pertumbuhan ekonomi
dan keberadaannya dalam suatu perekonomian. Pendapatan nasional digunakan
sebagai tolak ukur kinerja perekonomian suatu negara, apakah mengalami
kemajuan atau kemunduran. Pendapatan nasional diartikan sebagai
pendapatan yang diperoleh suatu negara dari aktivitas ekonomi yang
dilakukan keseluruhan masyarakat dalam berbagai sektor perekonomian yang
biasanya dihitung setiap tahun (Sinaga, 2009).
2.2.4 Teori Penawaran
Penawaran suatu komoditi adalah jumlah komoditi yang ditawarkan kepada
konsumen pada suatu pasar tertentu dengan harga dan waktu tertentu. Harga
Universitas Sumatera Utara
komoditi dan penawaran mempunyai hubungan positif di mana dengan makin
tingginya harga di pasar akan merangsang produsen untuk menawarkan
komoditinya lebih banyak demikian pula sebaliknya (Teken, 1991). Komoditi
perikanan pada umumnya merupakan komoditi pada pasar persaingan
sempurna karena produsen dalam jumlah banyak dan skala usahanya kecil
sehingga produsen tidak dapat menentukan sendiri harga komoditinya
atau bertindak sebagai price taker. Menurut Sebastian (1985) ada dua
macam model untuk menganalisis penawaran yaitu model statis dan model
dinamis. Pada model penawaran statis hanya memperlihatkan perubahan
jumlah barang yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga, sedangkan
faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Sementara model penawaran
dinamis adalah merupakan respon penawaran akibat adanya perubahan
faktor-faktor di luar harga yang menyebabkan terjadinya pergeseran kurva
penawaran (supply shifter).
Penawaran ekspor merupakan jumlah komoditi yang ditawarkan oleh suatu
negara (produsen) ke negara lain (konsumen) dan juga untuk memenuhi
permintaan lain. Jumlah yang ditawarkan merupakan suatu arus yang
dinyatakan dalam berapa banyak per periode waktu tertentu. Besarnya
penawaran tergantung pada harga komoditas itu sendiri, harga input, tujuan
perusahaan, dan tingkat teknologinya. Ekspor suatu komoditi selain untuk
memenuhi permintaan dalam negeri, penawaran suatu komoditas juga
dimaksudkan untuk memenuhi permintaan masyarakat luar negeri. Penawaran
ekspor suatu komoditi dari suatu negara merupakan selisih antara penawaran
domestik dengan permintaan domestik. Di lain pihak, negara lain
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan komoditi tersebut sebagai akibat dari kelebihan permintaan
di negara tersebut.
2.2.5 Nilai Tukar
Menurut Krugman dan Obstfeld (1994), harga suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar (exchange rate). Kurs
memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena
kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara
ke dalam suatu bahasa yang sama.
Nilai tukar didasari dua konsep. Pertama, konsep nominal, merupakan
konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang menyatakan
berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna memperoleh
sejumlah mata uang dari negara lain. Kedua, konsep riil yang dipergunakan
untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran
internasional (Halwani, 2002).
Penurunan kurs antara Rupiah dan USD (misalnya, dari Rp.8000/USD
menjadi Rp.9000/USD) berarti Dollar menjadi lebih mahal dalam nilai
Rupiah. Ini mencerminkan bahwa nilai Dollar naik karena jumlah Rupiah
yang diperlukan untuk membeli Dollar meningkat. Dengan kata lain,
Dollar mengalami apresiasi terhadap Rupiah. Dari sisi lain, Rupiah menjadi
lebih murah dinilai dalam Dollar, artinya Rupiah mengalami depresiasi
terhadap Dollar. Untuk menghindari kebingungan, harus diingat bahwa kurs
antara mata uang domestik dan mata uang asing diartikan sebagai jumlah
mata uang domestik yang diperlukan untuk membeli mata uang asing. Bila
Universitas Sumatera Utara
kurs meningkat berarti mata uang domestik mengalami depresiasi dan mata uang
asing mengalami apresiasi. Sebaliknya penurunan kurs mencerminkan
terjadinya apresiasi mata uang domestik dan depresiasi mata uang asing
(Kuncoro, 1996).
2.2.6 GDP Negara Tujuan Ekspor
Menurut Mankiw (2003), Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/
GDP) adalah nilai dari semua barang dan jasa yang di produksi di suatu
Negara selama kurun waktu tertentu. Menurut Sukirno (1994), Produk
Domestik Bruto (Gross Domestic Product/ GDP) adalah nilai barang dan jasa
suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga
negara dan negara asing. Sedangkan PNB (Gross National Product/ GNP)
adalah nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional adalah
barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh warga negara tersebut baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Menurut Samuelson (1992), PDB adalah jumlah output total yang dihasilkan
dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai
barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan
kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu. PDB mencerminkan
kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, PDB yang meningkat
menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat. Ketika pendapatan
mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat meningkat, namun
ketika dalam negeri supply barang lebih kecil daripada demand, maka untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah akan mengekspor barang baik
Universitas Sumatera Utara
barang konsumsi maupun bahan baku untuk meningkatkan produksi dalam
negeri.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Ekspor atau Impor adalah
Pendapatan Nasional (GDP). Pendapatan nasional memegang peranan yang
sangat penting sebagai suatu konsep yang menjawab upaya memacu
pertumbuhan ekonomi dan keberadaannya dalam suatu perekonomian.
Pendapatan nasional digunakan sebagai tolak ukur kinerja perekonomian suatu
negara, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Pendapatan nasional
diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh suatu negara dari aktivitas
ekonomi yang dilakukan keseluruhan masyarakat dalam berbagai sektor
perekonomian yang biasanya dihitung setiap tahun (Sinaga, 2009)
2.3. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Rotua (2011), mengenai Determinan Volume Ekspor
Udang Indonesia di Pasar Internasional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan simultanitas dalam persamaan produksi
udang Indonesia, konsumsi udang domestik, volume ekspor udang Indonesia
di pasar internasional dan harga udang Indonesia. Penelitian ini juga ingin
menganalisis pengaruh konsumsi udang domestik dan volume ekspor udang
Indonesia di pasar internasional terhadap produksi udang Indonesia. Pengaruh
harga udang Indonesia dan pendapatan per kapita terhadap konsumsi udang
domestik, pengaruh harga udang dunia, nilai tukar rupiah, produksi udang
Indonesia dan harga udang Thailand terhadap total volume ekspor udang
Indonesia di pasar internasional serta pengaruh harga udang dunia, tingkat
Universitas Sumatera Utara
bunga dan volume ekspor udang Indonesia di pasar internasional terhadap
harga udang Indonesia selama kurun waktu periode penelitian 1980-2008.
Berdasarkan hasil penelitian pada persamaan produksi udang Indonesia
menunjukan bahwa konsumsi udang domestik dan volume ekspor udang
Indonesia berpengaruh positif dan signifikan dengan tingkat kepercayaan
terhadap produksi udang Indonesia. Harga udang Indonesia berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap konsumsi udang domestik sementara
pendapatan perkapita Indonesia berpengaruh positif dan signifikan
terhadap konsumsi udang domestik. Harga udang dunia, nilai tukar rupiah,
produksi udang Indonesia dan harga udang Thailand berpengaruh positif dan
signifikan terhadap total volume ekspor udang Indonesia di pasar internasional,
sedangkan persamaan harga udang Indonesia berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga udang dunia, volume ekspor udang Indonesia
dan tingkat bunga Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan Ulfah Faiqoh (2012), mengenai Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Udang Jawa Tengah Tahun 1985-
2010. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh produksi, nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar Amerika dan harga udang dunia terhadap ekspor
udang Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan (1) variabel produksi dalam
jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor, namun dalam
jangka panjang berpengaruh positif terhadap ekspor udang Jawa Tengah.
(2) variabel kurs Rupiah terhadap Dolar AS dalam jangka pendek tidak
berpengaruh terhadap ekspor, namun dalam jangka panjang kurs memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor udang Jawa Tengah.
Universitas Sumatera Utara
(3) variabel harga udang internasional dalam jangka pendek dan jangka
panjang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor udang Jawa
Tengah. (4) variabel produksi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, dan harga
udang internasioanal secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ekspor udang Jawa Tengah dalam jangka panjang.
Penelitian tentang permintaan ekspor tuna dan udang Indonesia di Jepang
dan Amerika dilakukan oleh Nugroho (2001) dengan menggunakan model
regresi linier berganda dalam logaritma dengan metode OLS berdasarkan data
time series tahun 1978-1998. Data sekunder yang digunakan yaitu harga rata-rata
ekspor tuna dan udang, harga dometik tuna dan udang, produksi tuna dan
udang Indonesia, produksi tuna dan udang negara pesaing, nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika, GDP negara pengimpor dan jumlah penduduk
negara pengimpor. Berdasarkan hasil analisis ternyata bahwa variable yang
berpengaruh terhadap ekspor ikan tuna ke jepang adalah pendapatan
perkapita, nilai tukar rupiah terhadap US $, harga domestik, produksi tuna
Taiwan. Sedangkan variable-variabel yang mempengaruhi ekspor tuna ke
Amerika Serikat adalah GDP Amerika, harga domestik udang dan produksi
tuna Taiwan. Untuk komoditas udang, variabel-variabel yang mempengaruhi
ekspor ke Jepang meliputi harga tuna, harga udang, nilai tukar rupiah
terhadap US$, harga domestik tuna, harga domestik udang, produksi udang
Thailand, produksi udang Jepang dan konsumsi udang Jepang. Sedangkan
ekspor udang ke Amerika dipengaruhi oleh harga ekspor tuna, harga domestik
tuna, produksi Thailand dan produksi udang Amerika.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Pemikiran
Udang merupakan komoditas utama yang paling diminati sebagai makanan,
karena dagingnya yang gurih dan rasanya begitu lezat sehingga membuat
komoditas udang ini begitu familiar dan sangat digemari oleh banyak orang.
Melimpahnya jenis udang yang hidup di perairan Indonesia membuat
peluang untuk membudidayakan dan memasarkan udang sangat potensial.
Apalagi masing-masing jenis udang memiliki ciri yang unik dan khas. Tidak
heran jika banyak orang tergiur untuk menangkap maupun membudidayakan
udang.
Ekspor udang dalam beberapa tahun ini semakin memantapkan posisinya
sebagai penghasil devisa andalan. Dalam kelompok ekspor barang-barang hasil
pertanian, ekspor udang sebagai penghasil devisa cukup besar. Pangsa ekspor
udang diantara komoditi pertanian lainnya kian membesar.
Ekspor udang di Indonesia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah produksi udang, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan Produk
Domestik Bruto (GDP). Oleh karena itu dapat disusun suatu kerangka
pemikiraan teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
ekspor udang Indonesia dari negara-negara tujuan utama ekspor udang
Indonesia sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Ada pengaruh
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
ada pengaruh nyata yang signifikan dari produksi udang Indonesia nilai tukar
rupiah serta GDP negara tujuan ekspor terhadap volume ekspor udang
Indonesia.
Volume Ekspor
Udang Indonesia
Produksi udang Indonesia
Nilai tukar rupiah terhadap
dollar
GDP negara tujuan ekspor
Universitas Sumatera Utara
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini adalah Indonesia. Daerah penelitian ini dipilih secara
purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan Indonesia merupakan salah
satu pengekspor udang terbesar serta memiliki potensi dalam pengembangan
budidaya udang.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Sampel data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data produksi udang di
Indonesia, nilai tukar mata uang Indonesia, serta GDP negara-negara tujuan
ekspor udang Indonesia. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode sampel bertujuan (purposive sampling). Metode ini digunakan apabila
anggota sampel dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya
(Usman dan Akbar, 2006).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Dibutuhkan data sampel volume ekspor udang Indonesia (V), produksi
udang Indonesia (P), GDP negara tujuan utama ekspor udang Indonesia (GDP),
dan nilai tukar mata uang indonesia terhadap US Dollar (ER). Data yang akan
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari insatansi yang terkait dengan
penelitian ini seperti publikasi-publikasi resmi, World Bank, Badan Pusat
Statistik, Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan Dinas
Universitas Sumatera Utara
Pertanian Provinsi Sumatera Utara serta instansi terkait lainnya ditambah
dengan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dalam
bentuk data panel, yaitu gabungan data cross section negara-negara tujuan
ekspor dengan data time series dari tahun 2002-2012. Metode pendugaan
model menggunakan metode Generalized Least Square (GLS) karena
diasumsikan terdapat efek cross section negara-negara tujuan ekspor dalam
model. Pengolahan data menggunakan Program E-Views 6.0 (Rosadi, 2012).
Model yang dibangun untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor udang Indonesia dalam penelitian ini dispesifikasi sebagai berikut:
V = + + ER + + µ
Keterangan :
V = Volume ekspor udang
= Konstanta
- = Koefisien variabel
P = Produksi Udang Indonesia (Ton/Tahun)
ER = Nilai tukar rupiah terhadap dollar (Rp/US $)
GDP = GDP Negara-negara tujuan ekspor (US $)
μ = random error
Universitas Sumatera Utara
3.5 Data Panel
Model data panel digunakan untuk menganalisis data yang mengandung
time series dan cross section. Adakalanya estimasi model tidak signifikan
karena ada missing variable yang merupakan variabel yang sulit untuk
diobservasi atau diukur. Dengan data panel variabel tersebut dapat diatasi.
Hal ini yang disebut sebagai individual effect, sehingga model menjadi lebih
baik.
Menurut Woolridge (2006) dalam Pane (2013), Individual effect dapat
dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu Fixed Effect dan Random Effect.
Secara hipotesis, jika data berasal dari sampel, maka dugaan model panel
adalah Random Effect. Namun bila sumber data adalah data agregat, maka
kecenderungan adalah Fixed Effect. Model data panel Fixed Effect atau
Random Effect dapat ditentukan dengan Uji Hausman.
Model data panel yang standar dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
sebagai berikut:
1. Model Pool (Common), dimana konstanta = sama pada setiap
observasi/cross section dan diestimasi dengan OLS (Ordinary Least Square)
2. Model Fixed Effect (FE), dimana konstanta berbeda pada setiap
observasi/cross section dan diestimasi dengan OLS (Ordinary Least Square)
3. Model Random Effect (RE), dimana konstanta berbeda pada setiap
observasi/crosssection dan diestimasi dengan GLS (Generalized Least Square).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pane (2013), tahapan estimasi dengan data panel adalah sebagai
berikut:
1. Estimasi dengan Model Fixed Effect (FE)
2. Uji Chow untuk menentukan model yang lebih tepat antara Model Pool
dengan Fixed Effect.
a. Jika Ho diterima, maka digunakan Model Pool (Common) (selesai sampai
tahap ini)
b. Jika Ho ditolak, maka digunakan Model Fixed Effect (teruskan ke tahap
selanjutnya)
3. Estimasi dengan Model Random Effect (RE).
4. Uji Hausman untuk menentukan model yang lebih tepat antara Model
Fixed Effect dengan Random Effect.
a. Jika Ho diterima, maka digunakan Model Random Effect (selesai sampai
tahap ini)
b. Jika Ho ditolak, maka digunakan Model Fixed Effect (teruskan ke tahap
selanjutnya)
Batasan minimal data panel adalah 50 observasi (cross section x time series).
Menurut Pesaran (2002) dalam Pane (2013), jumlah observasi yang kurang
dari 50 akan mengurangi Power of test. Jumlah observasi yang terlalu
sedikit kurang dari 30, dapat menyebabkan terjadinya ketidakstabilan pada
koefisien model. Untuk model regresi, tidak hanya panel sudah tentu jika
kita mengestimasi koefisien suatu variabel, jumlah observasi harus lebih besar
atau sama dengan jumlah variabelnya.
Universitas Sumatera Utara
Persamaan model data panel adalah sebanyak jumlah cross section-nya. Jadi,
jika cross section-nya ada 10, maka persamaan model data panel terdiri dari
10 persamaan. Walaupun koefisien variabel bebasnya sama, yang membedakan
masing-masing persamaan adalah koonstanta indifidual effect.
Pada Model Fixed Effect, indifidual effect-nya adalah penjumlahan nilai
konstantanya (C dalam E-Views) dengan masing-masing koefisien cross
section-nya, karena konstanta (C) dan koefisien cross section sama-sama
merupakan variabel fixed. Sedangkan pada Model Random Effect, indifidual
effect-nya adalah koefisien cross section-nya. Konstantanya (C dalam
E-Views) tidak dijumlahkan dengan koefisien cross section-nya karena
konstanta (C) adalah variabel fixed dan koefisien cross section-nya adalah
variabel random.
Nilai R² tidak perlu dipersoalkan selama tidak melakukan forecasting. Dalam
suatu model, yang terpenting adalah signifikansinya. R² kecil diperbolehkan
karena hal ini menunjukkan seberapa besar perubahan variabel terikat dapat
dijelaskan oleh variabel bebas dengan asusi hubungan linier. Jika hubungan
tersebut tidak linier, maka kemungkinan R² kecil. R² rendah kemungkinan
karena ada faktor lain yang belum masuk dalam model atau hubungannya
memang tidak linier.
Menurut Woolridge (1991) dalam Pane (2013), F test berkaitan dengan R².
Namun tidak selalu apabila nilai R² besar maka nilai F besar. Nilai R²
hanya mengukur kontribusi seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat
secara linier. Nilai F hanya melihat signifikansi seluruh koefisien variabel
Universitas Sumatera Utara
bebas dari hipotesis nol. Salah satu saja koefisien variabel bebas berbeda
dengan nol, maka Uji F akan signifikan.
Menurut Gujarati (2009) dalam Pane (2013), gejala autokorelasi dan
heterokedastisitas boleh diabaikan dengan menggunakan Robust Coefficient
Covariances (Option di Menu EViews). Penggunaan Robust Coefficient
Covariances cukup valid jika data cukup besar sehingga koefisien tersebut akan
menjadi tidak bias, namun tidak disarankan untuk sampel terlalu kecil. Walaupun
jika diuji lagi masi terlihat adanya gejala autokorelasi dan heterokedastisitas
namun dapat diabaikan.
Jika data panel tersebut diestimasi dengan Model Random Effect, maka persoalan
autokorelasi dan heterokedastisitas antar persamaan sudah dapat teratasi karena
Model Random Effect menggunakan GLS dan otomatis akan di-weigted kasus
autokorelasi dan heterokedastisitasnya. Hal ini berbeda jika data panel diestimasi
dengan Model Fixed Effect, maka kemungkinan akan menghadapi persoalan
asumsi klasik tersebut karena Model Fixed Effect menggunakan OLS.
3.6 Defenisi dan Batasan Operasional
3.6.1 Definisi
1. Volume ekspor udang adalah jumlah seluruh ekspor udang di Indonesia.
2. Produksi udang adalah seluruh produksi udang di Indonesia yaitu produksi
tangkap dan produksi budidaya.
3. Nilai tukar yaitu perbandingan harga relatif dari mata uang antara dua
negara. Istilah “nilai tukar mata uang” antara dua negara yang
Universitas Sumatera Utara
diberlakukan di pasar valuta asing adalah nilai tukar mata uang nominal
ini. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 2002-2012.
4. GDP adalah nilai barang dan jasa suatu Negara yang diproduksikan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara dan negara asing. Dengan
periode waktu yang di gunakan adalah tahun 2002-2012.
3.6.2 Batasan Operasional
1. Data penelitian adalah data sekunder. Data yang diambil adalah data
dalam kurun waktu tahun 2002-2012 meliputi data produksi udang
Indonesia, volume ekspor udang Indonesia, nilai tukar rupiah, dan GDP
negara tujuan ekspor.
2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB IV
PERKEMBANGAN EKSPOR UDANG INDONESIA
4.1 Produksi Perikanan Indonesia
Pembangunan perikanan Indonesia merupakan suatu kegiatan ekonomi yang
memiliki prospek yang semakin baik, terutama dalam meningkatkan penerimaan
devisa negara melalui ekspor hasil perikanan. Total ekspor perikanan
Indonesia tahun 2006 yaitu 926.478 ton dengan nilai ekspor US$ 2,1 miliar.
Komoditas utama ekspor hasil perikanan Indonesia yaitu udang, tuna, cakalang,
tongkol, ikan lainnya, dan kepiting.
Berdasarkan data hasil olahan Departemen Perdagangan tahun 2002 hingga
2006, rata-rata ekspor non migas (non minyak dan gas bumi) Indonesia pada
periode tersebut sebesar US$ 58,89 miliar dengan rata-rata ekspor total
Indonesia pada periode tersebut yaitu US$ 75,25 miliar. Kecenderungan
(trend) neraca perdagangan untuk ekspor migas sebesar -26,27% dan
ekspor non migas sebesar 14,82% selama tahun 2002-2006. Hal tersebut
menunjukkan bahwa non migas memiliki peluang ekspor lebih tinggi
dibandingkan dengan migas dilihat dari kecenderungan non migas yang
bernilai positif yang berarti adanya peningkatan ekspor, berbeda halnya
dengan migas yang bernilai negatif. Ekspor non migas Indonesia terdiri
dari beberapa sektor yaitu sektor pertanian, sektor industri, sektor
pertambangan, dan sektor lainnya
Produksi perikanan Indonesia tahun 2012 meningkat 13,64% dibandingkan
tahun 2011 atau mencapai 15,5 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
Universitas Sumatera Utara
13,6 juta ton. Trend produksi perikanan Indonesia mengalami peningkatan
sejak tahun 2003, kenaikan rata-rata tahun 2003-2012 sebesar 11,29%
sedangkan tahun 2011-2012 sebesar 13,64%. Dibandingkan 5 tahun terakhir
(tahun 2008-2012), trend produksi perikanan mengalami sedikit penurunan,
tercatat kenaikan rata-rata 5 tahun terakhir sebesar 15,06%, sedangkan tahun
2011-2012 menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 13,64.
Gambar 3. Kenaikan Rata-rata Produksi Perikanan Indonesia (%)
4.2 Produksi Udang di Indonesia
Produksi udang Indonesia berasal dari tiga sumber yaitu: udang tangkapan
laut, udang tangkapan dari perairan umum dan udang yang berasal dari
budidaya tambak. Jenis-jenis udang yang berasal dari laut sebagian besar
adalah udang putih (banana prawns), udang dogol (metapenaeus prawns),
udang windu (giant tiger prawns) dan udang-udang lainnya. Udang yang
berasal dari perairan umum (rawa, waduk, sungai dan danau) adalah udang
galah (freshwater giant shrimp), udang tawar (freshwater shrimp), udang
11.39%
15.06%
13.64%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
2003 - 2012 2008 - 2012 2011 - 2012
Universitas Sumatera Utara
grago (Athyds) dan udang-udang jenis lainnya. Sedangkan jenis udang yang
berasal dari budidaya tambak sebagian besar adalah udang windu, udang
putih dan udang api (berapenaeus shrimp).
Pemerintah Indonesia saat ini sedang giat meningkatkan produksi perikanan
(termasuk udang), terutama untuk kepentingan ekspor yang diharapkan
dapat meningkatkan devisa negara. Upaya yang dilaksanakan dalam bentuk
pengembangan perikanan laut, budidaya laut, budidaya tambak dan pelatihan
petani nelayan hingga perikanan daerah pantai. Perkembangan produksi
udang oleh nelayan dan petani ikan sangat nyata di mana produksi udang
dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh berbagai
hal antara lain: permintaan konsumsi udang yang semakin meningkat baik
di dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor, dukungan pemerintah melalui
program-program yang membantu dalam pengembangan industri perikanan
(misalnya: bantuan usaha melalui penyaluran kredit, penyuluhan-penyuluhan
perikanan, dll), serta masuknya investasi asing yang sudah tertarik dalam
bidang perikanan cukup membantu meningkatnya produksi udang dalam
negeri. Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai yang panjang
sangat potensial dalam mengembangkan usaha aquaculture.
Produksi udang Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2002 hingga
2012. Produksi udang tahun 2012 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 678.735 ton dari tahun 2011 sebesar 661.003 ton atau selisih
17.732 ton. Produksi udang sempat mengalami penurunan di tahun 2009 yaitu
sebesar 574.930 ton dari tahun sebelumnya sebesar 646.512 ton.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Produksi Udang Indonesia (Ton)
4.3 Ekspor Perikanan Indonesia
Volume ekspor hasil perikanan tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan sejak tahun 2003. Kenaikan rata-rata volume ekspor hasil perikanan
sejak tahun 2003 mencapai peningkatan 5 % dan tahun 2012 mengalami
kenaikan 6 % daripada tahun 2011, bahkan 5 tahun yang lalu kenaikan
volume ekspor hasil perikanan mencapai 8 %. Kenaikan tersebut terjadi
pada tahun 2010, volume ekspor dari 881 ribu ton menjadi 1,1 juta ton dan
komoditi yang cukup signifikan mengalami kenaikan adalah rumput
laut. Komoditi yang cukup stabil mengalami kenaikan adalah komoditi
tuna, cakalang, dan tongkol. Kenaikan rata-rata volume ekspor tuna, cakalang,
dan tongkol tahun 2012 lebih tinggi daripada kenaikan 5 tahun dan 9 tahun,
tercatat 42% dibandingkan tahun 2011. Untuk komoditi udang tetap
mengalami kenaikan rata-rata yang stabil sebesar 2,5 %. Komoditi mutiara
juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan untuk kategori produk non
300,000
350,000
400,000
450,000
500,000
550,000
600,000
650,000
700,000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pro
du
ksi
Tahun
Produksi Udang Indonesia
Universitas Sumatera Utara
konsumsi, kenaikan rata-rata mencapai dua hingga tiga kali lipat sejak tahun
2003.
Negara tujuan ekspor hasil perikanan yang cukup besar tahun 2012
antara lain Cina, Thailand, Amerika Serikat dan Jepang. Thailand dan
Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor hasil perikanan dengan
volume yang meningkat dari tahun 2008-2012 komoditi utama seperti
udang, tuna, cakalang, tongkol dan rumput laut, bahkan kenaikan tahun
2012 lebih tinggi daripada kenaikan tahun 2008-2012 (Kementerian Kelautan
dan Perikanan, 2013).
4.4 Ekspor Udang Indonesia
Udang adalah komoditas perikanan andalan Indonesia yang menjadi
komoditas ekspor. Ada dua komoditas udang yang menjadi andalan, yakni
udang windu dan udang vaname. Selain itu, saat ini udang galah juga mulai
digalakkan pembudidayaannya walaupun produksinya masih kecil
dibandingkan dengan komoditas udang windu dan udang vaname namun
perkembangannya cukup baik dalam beberapa tahun terakhir.
Udang sebagai mata dagang ekspor sangat penting peranannya dalam
menyumbang devisa negara. Perkembangan ekspor udang Indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun walaupun terjadi fluktuasi
volume dan nilainya. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah produksi dan
jumlah permintaan negara pengimpor. Dilihat dari tujuan ekspor udang
Indonesia maka pasar Jepang masih merupakan pasar utama bagi
udang ekspor Indonesia diikuti dengan pasar Amerika dan negara-negara
Universitas Sumatera Utara
Eropa, Singapura dan Hongkong. Pasar udang Indonesia di luar Jepang dan
Singapura kurang berkembang, hal ini disebabkan pasar lainnya telah
dikuasai oleh sejumlah negara pengekspor udang lainnya sehingga sulit
ditembus oleh Indonesia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong produksi udang sebagai
andalan utama ekspor perikanan pada tahun 2013. Saat ini, komoditas
andalan untuk ekspor perikanan adalah udang, tuna tongkol, cakalang (TTC),
dan rumput laut. Ekspor udang sangat potensial seiring menurunnya produksi
luar negeri akibat penyakit udang dan pengaruh perubahan iklim.
Tahun 2012, kontribusi udang untuk pasar ekspor baru sebesar 38 persen
dari total ekspor perikanan sebesar 3,9 miliar dollar AS. Tahun ini, kontribusi
udang diharapkan meningkat mencapai 40 persen dari total nilai ekspor
perikanan yang ditargetkan mencapai 5 miliar dollar AS. Realisasi produksi
udang tahun 2012 mencapai 678.735 ton.
Tahun 2013, target produksi udang nasional naik 30 persen menjadi 608.000
ton. Kenaikan produksi udang tersebut akan didorong dari hasil revitalisasi
tambak udang tahun lalu seluas 1.000 ha di Jawa Barat dan Banten, dan
penambahan revitalisasi tambak seluas 20.000 ha di Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan dan Lampung. Anggaran KKP untuk revitalisasi tambak
tahun 2013 Rp 240 miliar.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Volume Ekspor Udang Indonesia
Tahun Volume Ekspor Indonesi (Ton)
2002 122.049,80
2003 134.214,60
2004 127.846,30
2005 133.074,30
2006 146.097,70
2007 134.788,20
2008 140.868,00
2009 117.093,40
2010 113.937,00
2011 119.828,40
2012 122.898,80
Sumber: www.bps.com
Perkembangan ekspor udang Indonesia baik dalam volume maupun nilai
ekspor dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel 3. Dalam periode
tahun 2002-2012, volume ekspor terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar
113.937,00 ton dan volume ekspor tertinggi pada tahun 2006 sebesar
146.097,70 ton.
Tabel 4. Realisasi Volume Ekspor Udang Berdasarkan Negara Tujuan
No Negara
Tujuan
2008
2009
Tahun
2010
2011
2012
1 Jepang 37.666,80 35.060,70 32.669,40 31.000,20 32.497,60
2 Hongkong 3.787,20 3.724,60 4.237,70 3.466,50 2.777.90
3 Cina 6.399,50 1.796,60 5.958,80 5.843,40 6.315,40
4 Singapura 2.039,30 2.948,70 2.238,70 2.280,60 2.979,90
5 Malaysia 4.247,10 3.394,50 2.895,60 2.801,30 2.593,70
6 Australia 479,6 421,5 220,3 562,7 752,7
7 Amerika
Serikat 57.692,70 45.213,60 43.560,90 55.007,00 59.137,90
8 Inggris 6.864,60 5.139,60 5.024,30 3.234,20 1.783,20
9 Belanda 1.436,30 2.289,90 891,9 593,9 614,6
10 Perancis 820,4 2.354,20 1.841,70 1.080,10 995
11 Jerman 1.384,10 583 557,8 475,9 277,2
12 Belgia 7.912,40 3.728,40 2.828,40 2.786,00 1.013,70
13 Italia 2.176,70 2 070.40 1.336,40 1.279,40 947
Universitas Sumatera Utara
Tujuan utama ekspor udang adalah Amerika Serikat dan Jepang. Besarnya
ekspor udang ke dua negara yakni Amerika Serikat (AS) dan Jepang
selama 2011 mencapai 86.000 ton. Jumlah itu naik dibandingkan tahun 2010
yaitu sebesar 76.220 ton. Adapun ekspor udang ke Amerika Serikat pada
tahun 2011 adalah 55.000 ton, naik dari tahun 2010 sebesar 43.560 ton.
Sedangkan ekspor ke Jepang, mencapai 31.000 ton pada tahun 2011 atau
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 32.669 ton pada tahun
2010. Ekspor ke Jepang turun karena dampak terjadinya tsunami pada
tahun tersebut.
Beberapa negara saat ini menghadapi penyakit udang, seperti Vietnam,
Thailand dan Malaysia yang udangnya mengalami kematian dini (ems) pada
umur 7-10 hari. Penyakit ems itu perlu diantisipasi agar tidak masuk
ke Indonesia. Potensi udang di Indonesia seharusnya dibangkitkan melalui
pengembangan tambak semi intensif dan tambak tradisional melalui sentuhan
infrastruktur, teknologi, dan permodalan.
Universitas Sumatera Utara
36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Udang di Indonesia
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data tahunan yaitu data mulai
tahun 2002 sampai tahun 2012 dan data cross section yaitu negara-negara tujuan
utama ekspor udang. Dalam persamaan diketahui variabel bebas terdiri dari
produksi udang indonesia (P), GDP negara tujuan ekspor (GDP), nilai tukar
nominal rupiah terhadap dollar (ER). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan
dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap volume ekspor udang sebagai
variabel dependen (variabel terikat).
Tabel 5. Koefisien Variabel dan Konstanta
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1? -0.195477 0.053246 -3.671215 0.0003
X2? 0.084207 0.068630 1.226978 0.2219
X3? 0.312797 0.045400 6.889757 0.0000
C 0.383053 0.633366 0.604789 0.5463
Random Effects (Cross)
_JEPANG--C 2.629970
_MALAYSIA--C 0.288060
_BELANDA--C -0.176321
_ITALIA--C -0.523192
_HONGKONG--C 0.316660
_AUSTRALIA--C -0.258980
_PERANCIS--C -0.657911
_CINA--C 0.962661
_AMERIKA--C -0.135904
_JERMAN--C -0.905473
_SINGAPURA--C 0.185262
_INGGRIS--C -0.248104
_BELGIA--C 0.448595
Sumber: Lampiran
Universitas Sumatera Utara
adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebagai berikut:
= 0,383053 – 0,1954 + 0,0842 ER + 0,3127 GDP
Nilai konstanta ( ) yang dihasilkan dari estimasi sebesar 0,383053 menunjukkan
bahwa dampak rata-rata dari seluruh variabel bebas terhadap volume ekspor
udang Indonesia adalah postip sebesar 0,383053.
Nilai konstanta ) yang dihasilkan dari estimasi sebagai berikut.
Jepang 2.629970
Malaysia 0.288060
Belanda - 0.176321
Italia - 0.523192
Hongkong 0.316660
Australia - 0.258980
Perancis - 0.657911
Cina 0.962661
Amerika - 0.135904
Jerman - 0.905473
Singapura 0.185262
Inggris - 0.248104
Belgia 0.448595
Hal ini menunjukkan bahwa apabila ada perubahan variabel bebas secara
bersama-sama, maka dampak individu positip terbesar adalah Jepang, diikuti
oleh dampak dampak individu Cina dan Belgia. Dan dampak individu
negatif adalah Belanda, Italia, Australia, Perancis, Amerika, Jerman, dan
Inggris.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
5.2.1 Koefisien Determinasi R²
Setelah dilakukan analisis terhadap model tersebut (Lampiran), maka diperoleh
hasil R² (Lampiran) sebesar 0.574 yang artinya 57,4% variasi variabel volume
ekspor telah dapat dijelaskan oleh variabel produksi udang Indonesia, nilai tukar
rupiah terhadap dollar, dan GDP negara tujuan ekspor. Sisanya sebesar 42,6%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi ini.
5.2.2 Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan
tabel pada Lampiran dapat dilihat bahwa secara serempak pengaruh variabel
terikat volume ekspor udang Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel bebas
produksi udang Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan GDP negara
tujuan ekspor, ternyata signifikan secara statistik pada α = 5%. Hal ini dapat
dilihat dari Prob(F-statistic) dimana nilai Prob(F-statistic) 0.0000 < 0,05 (α5%).
Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima pada α 5%, yaitu dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas produksi udang Indonesia, nilai tukar rupiah
terhadap dollar, dan GDP negara tujuan ekspor, secara serempak berpengaruh
nyata terhadap variabel nilai volume ekspor udang Indonesia.
Uji F berkaitan dengan R², namun tidak selalu apabila nilai R² besar maka
nilai F besar. Menurur Woolridge, nilai R² hanya mengukur kontribusi seluruh
variabel bebas terhadap variabel terikat secara linier (Pane, 2013).
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Uji t (Uji Signifikansi)
Untuk melihat apakah variabel independen memang benar dapat
mempengaruhi variabel dependennya secara parsial, untuk itu digunakan uji t.
Dalam uji t ditemukan hipotesis sebagai berikut :
= Produksi udang Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar dan
GDP negara tujuan ekspor secara partial tidak berpengaruh terhadap
volume ekspor udang Indonesia
= Produksi udang Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar dan
GDP negara tujuan ekspor secara partial berpengaruh terhadap volume
ekspor udang Indonesia
Untuk menguji hipotesis tersebut apakah H0 diterima atau ditolak maka
dilaksanakan uji t. Adapun tolok ukur penerimaan atau penolakan H0 adalah
sebagai berikut :
Jika nilai Prob < 0,05, maka ditolak dan diterima.
Jika nilai Prob 0,05, maka diterima dan ditolak.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program E-Views 6
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Koefisien Variabel – Variabel Bebas
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Produksi -0.195477 0.053246 -3.671215 0.0003
Nilai Tukar 0.084207 0.068630 1.226978 0.2219
GDP 0.312797 0.045400 6.889757 0.0000
C 0.383053 0.633366 0.604789 0.5463
Sumber: Lampiran
Universitas Sumatera Utara
Hasil estimasi dari model regresi yang disajikan dalam tabel 6 menunjukan
bahwa variabel nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar berpengaruh
tidak signifikan terhadap permintaan ekspor udang Indonesia. Sedangkan
variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor
udang Indonesia adalah produksi udang Indonesia dan GDP negara tujuan
ekspor. Besarnya signifikan menunjukan ditolaknya Ho, sehingga dapat
dianalisis sebagai berikut :
1. Variabel produksi udang Indonesia
Variabel produksi udang Indonesia mempunyai angka Prob di bawah nilai
probabilitas signifikan 0,05 (α = 5%) yaitu sebesar 0,0003 < 0,05 yang berarti
bahwa variabel produksi udang Indonesia mempengaruhi volume ekspor
udang Indonesia secara signifikan. Dengan demikian H1 diterima dan
menolak H0.
2. Variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar mempunyai angka Prob di atas
nilai probabilitas signifikan 0,05 (α = 5%) yaitu sebesar 0,2219 > 0,05 yang
berarti bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar mempengaruhi
volume ekspor udang Indonesia secara tidak signifikan. Dengan demikian H0
diterima dan menolak H1.
3. Variabel GDP negara tujuan ekspor
Variabel GDP negara tujuan ekspor mempunyai angka Prob di bawah nilai
probabilitas signifikan 0,05 (α = 5%) yaitu sebesar 0,0000 < 0,05 yang berarti
bahwa variabel GDP negara tujuan ekspor mempengaruhi volume ekspor
Universitas Sumatera Utara
udang Indonesia secara signifikan. Dengan demikian H1 diterima dan
menolak H0.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Interpretasi Hasil
Penjelasan yang bisa diberikan berdasarkan hasil olah data adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa produksi udang Indonesia
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor udang Indonesia. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Rotua (2011),
bahwa produksi udang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor
udang Indonesia di pasar Internasional. Nilai koefisien produksi udang
Indonesia sebesar -0.1954 artinya pengaruh produksi udang Indonesia terhadap
volume ekspor udang Indonesia adalah negatif yaitu, semakin tinggi
produksi, maka volume ekspor udang cenderung semakin menurun. Namun
dalam hal ini pengaruh yang diberikan negatif, hal ini bisa saja terjadi
karena tidak selamanya apabila produksi meningkat maka volume ekspor
juga meningkat. Karena bisa terjadi faktor lain seperti bencana alam,
penyakit pada komoditi yang mengakibatkan komoditi tidak dapat
diekspor.
2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar
berpengaruh tidak signifikan terhadap volume ekspor udang Indonesia.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Ulfah
Faiqoh (2012), nilai tukar atau kurs rupiah terhadap Dollar dalam jangka
pendek tidak berpengaruh terhadap ekspor udang Jawa Tengah. Dan
Universitas Sumatera Utara
hasil penelitian Perseveranda (2005), hasil estimasi dengan ECM nilai
tukar dollar terhadap rupiah dalam jangka pendek tidak berpengaruh
signifikan pada volume ekspor kopi Nusa Tenggara Timur ke Jepang.
Nilai koefisien nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar 0.0842 artinya
pengaruh nilai tukar rupiah terhadap volume ekspor udang Indonesia
adalah positif yaitu, semakin tinggi produksi, maka volume ekspor
udang cenderung semakin meningkat.
3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa GDP negara tujuan ekspor
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor udang Indonesia. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian tentang permintaan ekspor tuna
dan udang Indonesia di Jepang dan Amerika yang dilakukan oleh
Nugroho (2001), GDP Amerika mempengaruhi ekspor ikan tuna ke
Amerika. Dan GDP Jepang mempengaruhi ekspor ikan tuna ke Jepang.
Nilai koefisien GDP negara tujuan ekspor adalah sebesar 0.3127 artinya
pengaruh GDP negara tujuan ekspor terhadap volume ekspor udang
Indonesia adalah positif yaitu, semakin tinggi GDP negara tujuan ekspor,
maka volume ekspor udang cenderung semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor udang
Indonesia adalah variabel produksi udang Indonesia, dan GDP negara tujuan
ekspor. Variabel yang berpengaruh tidak signifikan terhadap volume ekspor
udang Indonesia adalah variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar. Variabel
produksi udang Indonesia berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
volume ekspor udang Indonesia dengan nilai koefisien -0.1954. Sedangkan
variabel GDP negara tujuan ekspor berpengaruh positif secara signifikan
terhadap volume ekspor udang Indonesia dengan nilai koefisien 0.3127.
6.2 Saran
1. Kepada pemerintah dan instansi terkait mampu menjaga dan
mempertahankan pasar yang telah ada dengan cara selalu menjaga hubungan
perdagangan dengan negara-negara tujuan ekspor. Perlu adanya kerjasama
antara pemerintah dengan pengusaha atau instansi terkait dalam
mempromosikan udang Indonesia di pasar luar negeri serta perlunya
dukungan kebijakan pemerintah yang dapat saling menguntungkan terhadap
pihak-pihak yang terkait dalam industri perikanan.
2. Perlunya memperluas pangsa pasar udang ke negara-negara lain agar tidak
tergantung hanya kepada satu negara saja yang pada akhirnya akan
merugikan Indonesia sendiri serta perlu adanya diversifikasi produk yang
Universitas Sumatera Utara
berbahan baku udang, sehingga diperoleh nilai tambah dan mampu menjadi
produk unggulan baru pada saat ini dan pada masa yang akan datang.
3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi ekspor udang.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Catur. 1995. Ekonomi Mikro. BPFE. Jakarta
Hadi, P.U. dan S. Mardianto. 2004. Analisis Komparasi Daya Saing Produk
Ekspor Pertanian Antar Negara ASEAN Lainnya dalam Era Perdagangan
Bebas AFTA. Jurnal Agro Ekonomi. Volume 22.
Halwani, Hendra. 2002. Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi. Edisi
Kedua. Ghadia Indonesia. Bogor
Hardius Usman, dkk. 2006. Ekonometrika. LPFEUI. Jakarta
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik Kelautan dan Perikanan
2012. Jakarta
KKP, 2014. Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Udang
Merajai Ekspor Perikanan. http://www.kkp.go.id Diakses tanggal 5 April
2014 pukul 21.30 WIB
Krugman, Paul R,. dan Obstfeld, Maurice. 1999. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi Pertama.
BPFE UGM. Yogyakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Mujiman dan Suyanto. 1989. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya.
Jakarta
Murty B, Kismono Hari. 1991. Perdagangan Udang Internasional. Cetakan I.
Penebar Swadaya. Jakarta
Nasution, S.H dan H. Arifin. 2008. Ekonomi Internasional. USU Press. Medan
Nazaruddin. 1993. Seri Komoditi Ekspor Pertanian : Perikanan dan Peternakan.
Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta
Pane, Tasya Chairuna. 2013. Analisis Dampak ACFTA Terhadap Ekspor dan
Impor Komoditas Pertanian dan Agroindustri Di Indonesia. Tesis.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Universitas Sumatera Utara
Rachmatun, S dan E. P. Takarina. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu.
Penebar Swadaya. Jakarta
Rosadi, D. 2012. Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan
EVIEWS Aplikasi untuk Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan. Penerbit
Andi. Yogyakarta
Rotua, Y. 2011. Determinan Volume Ekspor Udang Indonesia di Pasar
Internasional. Tesis. USU. Medan
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga. Jakarta
Sinaga, Murbanto. 2009. Ekonomi Internasional. Fakultas Ekonomi. Universitas
Sumatera Utara
Soetomo, Moch. 1990. Teknik Budidaya Udang Windu. Sinar Baru. Bandung
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern, Perkembangan dan Klasik
hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sumeru, S.U dan S. Anna. 1991. Pakan Udang Windu (Panaeus Monodon).
Kanisius. Bandung
Ulfah, Faiqoh. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Udang
Jawa Tengah. Jurnal Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang
Usman dan Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Bumi Aksara. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Common Effect Model
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/15/16 Time: 14:28
Sample: 2002 2012
Included observations: 11
Cross-sections included: 13
Total pool (balanced) observations: 143 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1? -0.199143 0.105224 -1.892556 0.0605
X2? 0.084715 0.151852 0.557877 0.5778
X3? 0.319527 0.023325 13.69902 0.0000
C 0.380722 1.272302 0.299239 0.7652 R-squared 0.574698 Mean dependent var 0.919362
Adjusted R-squared 0.565519 S.D. dependent var 1.523198
S.E. of regression 1.004019 Akaike info criterion 2.873471
Sum squared resid 140.1194 Schwarz criterion 2.956348
Log likelihood -201.4532 Hannan-Quinn criter. 2.907149
F-statistic 62.60898 Durbin-Watson stat 0.084566
Prob(F-statistic) 0.000000
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Hasil Fixed Effect Model
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/15/16 Time: 14:28
Sample: 2002 2012
Included observations: 11
Cross-sections included: 13
Total pool (balanced) observations: 143 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1? -0.193338 0.056328 -3.432382 0.0008
X2? 0.083911 0.068677 1.221823 0.2240
X3? 0.308872 0.056559 5.461012 0.0000
C 0.384413 0.574662 0.668936 0.5048
Fixed Effects (Cross)
_JEPANG--C 2.691674
_MALAYSIA--C 0.284094
_BELANDA--C -0.187669
_ITALIA--C -0.536837
_HONGKONG--C 0.313325
_AUSTRALIA--C -0.271257
_PERANCIS--C -0.672589
_CINA--C 0.976791
_AMERIKA--C -0.094921
_JERMAN--C -0.922392
_SINGAPURA--C 0.179158
_INGGRIS--C -0.254564
_BELGIA--C 0.448767 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.920815 Mean dependent var 0.919362
Adjusted R-squared 0.911462 S.D. dependent var 1.523198
S.E. of regression 0.453232 Akaike info criterion 1.360293
Sum squared resid 26.08823 Schwarz criterion 1.691800
Log likelihood -81.26095 Hannan-Quinn criter. 1.495002
F-statistic 98.45584 Durbin-Watson stat 0.453116
Prob(F-statistic) 0.000000
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Hasil Random Effect Model
Dependent Variable: Y?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/15/16 Time: 14:29
Sample: 2002 2012
Included observations: 11
Cross-sections included: 13
Total pool (balanced) observations: 143
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1? -0.195477 0.053246 -3.671215 0.0003
X2? 0.084207 0.068630 1.226978 0.2219
X3? 0.312797 0.045400 6.889757 0.0000
C 0.383053 0.633366 0.604789 0.5463
Random Effects (Cross)
_JEPANG--C 2.629970
_MALAYSIA--C 0.288060
_BELANDA--C -0.176321
_ITALIA--C -0.523192
_HONGKONG--C 0.316660
_AUSTRALIA--C -0.258980
_PERANCIS--C -0.657911
_CINA--C 0.962661
_AMERIKA--C -0.135904
_JERMAN--C -0.905473
_SINGAPURA--C 0.185262
_INGGRIS--C -0.248104
_BELGIA--C 0.448595 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.961077 0.8181
Idiosyncratic random 0.453232 0.1819 Weighted Statistics R-squared 0.259128 Mean dependent var 0.129421
Adjusted R-squared 0.243138 S.D. dependent var 0.519118
S.E. of regression 0.451621 Sum squared resid 28.35062
F-statistic 16.20562 Durbin-Watson stat 0.417315
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.574444 Mean dependent var 0.919362
Sum squared resid 140.2033 Durbin-Watson stat 0.084386
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: DATAPANEL
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 46.259549 (12,127) 0.0000
Cross-section Chi-square 240.384512 12 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: Y?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/15/16 Time: 14:30
Sample: 2002 2012
Included observations: 11
Cross-sections included: 13
Total pool (balanced) observations: 143 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1? -0.199143 0.105224 -1.892556 0.0605
X2? 0.084715 0.151852 0.557877 0.5778
X3? 0.319527 0.023325 13.69902 0.0000
C 0.380722 1.272302 0.299239 0.7652 R-squared 0.574698 Mean dependent var 0.919362
Adjusted R-squared 0.565519 S.D. dependent var 1.523198
S.E. of regression 1.004019 Akaike info criterion 2.873471
Sum squared resid 140.1194 Schwarz criterion 2.956348
Log likelihood -201.4532 Hannan-Quinn criter. 2.907149
F-statistic 62.60898 Durbin-Watson stat 0.084566
Prob(F-statistic) 0.000000
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: DATAPANEL
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. X1? -0.193338 -0.195477 0.000338 0.9073
X2? 0.083911 0.084207 0.000006 0.9073
X3? 0.308872 0.312797 0.001138 0.9073
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: Y?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/15/16 Time: 14:30
Sample: 2002 2012
Included observations: 11
Cross-sections included: 13
Total pool (balanced) observations: 143 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.384413 0.574662 0.668936 0.5048
X1? -0.193338 0.056328 -3.432382 0.0008
X2? 0.083911 0.068677 1.221823 0.2240
X3? 0.308872 0.056559 5.461012 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.920815 Mean dependent var 0.919362
Adjusted R-squared 0.911462 S.D. dependent var 1.523198
S.E. of regression 0.453232 Akaike info criterion 1.360293
Sum squared resid 26.08823 Schwarz criterion 1.691800
Log likelihood -81.26095 Hannan-Quinn criter. 1.495002
F-statistic 98.45584 Durbin-Watson stat 0.453116
Prob(F-statistic) 0.000000
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Data Variabel
Negara Tahun Vol. Ekspor Produksi Udang Nilai Kurs Rupiah GDP
(Ton) Indonesia (Ton) Terhadap Dollar (Rp/US $) NEG.TUJUAN (US $)
Jepang 2002 58,914 401,482 8,940 3,980,819,536,160
2003 59,845 433,350 8,465 4,302,939,184,964
2004 48,702 484,770 9,290 4,655,803,055,651
2005 45,122 489,168 9,900 4,571,866,957,195
2006 49,762 554,774 9,020 4,356,749,775,547
2007 39,816 617,901 9,419 4,356,346,715,298
2008 37,667 646,512 10,950 4,849,184,924,937
2009 35,061 574,930 9,400 5,035,142,154,901
2010 32,669 608,298 8,991 5,495,387,182,996
2011 31,000 661,003 9,068 5,905,630,870,455
2012 32,498 678,735 9,670 5,937,766,585,288
Hongkong 2002 5,804 401,482 8,940 166,349,228,737
2003 6,544 433,350 8,465 161,384,522,525
2004 4,647 484,770 9,290 169,099,768,875
2005 5,179 489,168 9,900 181,570,082,162
2006 5,616 554,774 9,020 193,536,265,094
2007 5,538 617,901 9,419 211,597,405,594
2008 3,787 646,512 10,950 219,279,678,430
2009 3,725 574,930 9,400 214,046,415,026
2010 4,238 608,298 8,991 228,637,697,575
2011 3,467 661,003 9,068 248,514,003,083
2012 2,778 678,735 9,670 262,630,086,122
Universitas Sumatera Utara
Cina 2002 1,033 401,482 8,940 1,453,827,558,028
2003 1,638 433,350 8,465 1,640,958,734,582
2004 2,486 484,770 9,290 1,931,644,329,934
2005 4,070 489,168 9,900 2,256,902,590,825
2006 2,881 554,774 9,020 2,712,950,885,444
2007 1,418 617,901 9,419 3,494,055,942,162
2008 6,400 646,512 10,950 4,521,827,271,026
2009 1,797 574,930 9,400 4,990,233,518,752
2010 5,959 608,298 8,991 5,930,502,270,317
2011 5,843 661,003 9,068 7,321,891,954,613
2012 6,315 678,735 9,670 8,229,490,030,098
Singapura 2002 6,095 401,482 8,940 91,941,791,944
2003 3,868 433,350 8,465 97,002,305,536
2004 3,617 484,770 9,290 114,186,643,422
2005 3,621 489,168 9,900 127,417,879,443
2006 3,362 554,774 9,020 147,794,117,647
2007 2,537 617,901 9,419 179,981,089,531
2008 2,039 646,512 10,950 192,231,202,951
2009 2,949 574,930 9,400 192,406,441,416
2010 2,239 608,298 8,991 236,420,337,243
2011 2,281 661,003 9,068 274,065,043,106
2012 2,980 678,735 9,670 286,908,399,902
Malaysia 2002 7,458 401,482 8,940 100,845,526,316
2003 6,005 433,350 8,465 110,202,368,421
2004 4,730 484,770 9,290 124,749,736,842
2005 3,883 489,168 9,900 143,533,152,129
Universitas Sumatera Utara
2006 3,893 554,774 9,020 162,692,467,586
2007 5,755 617,901 9,419 193,552,802,792
2008 4,247 646,512 10,950 230,987,618,904
2009 3,395 574,930 9,400 202,251,384,992
2010 2,896 608,298 8,991 247,533,525,518
2011 2,801 661,003 9,068 289,258,937,259
2012 2,594 678,735 9,670 305,032,745,225
Australia 2002 1,004 401,482 8,940 394,442,235,245
2003 1,824 433,350 8,465 466,663,366,337
2004 1,426 484,770 9,290 613,161,189,358
2005 1,380 489,168 9,900 693,662,607,127
2006 1,632 554,774 9,020 747,463,312,369
2007 654 617,901 9,419 853,854,910,890
2008 480 646,512 10,950 1,055,506,156,997
2009 422 574,930 9,400 926,710,311,519
2010 220 608,298 8,991 1,141,793,593,834
2011 563 661,003 9,068 1,386,889,147,177
2012 753 678,735 9,670 1,532,407,884,934
Amerika
Serikat 2002 17,072 401,482 8,940 10,980,200,000,000
2003 22,042 433,350 8,465 11,512,200,000,000
2004 33,742 484,770 9,290 12,277,000,000,000
2005 40,349 489,168 9,900 13,095,400,000,000
2006 46,968 554,774 9,020 13,857,900,000,000
2007 48,386 617,901 9,419 14,480,300,000,000
2008 57,693 646,512 10,950 14,720,300,000,000
Universitas Sumatera Utara
2009 45,214 574,930 9,400 14,417,900,000,000
2010 43,561 608,298 8,991 14,958,300,000,000
2011 55,007 661,003 9,068 15,533,800,000,000
2012 59,138 678,735 9,670 16,244,600,000,000
Inggris 2002 5,045 401,482 8,940 1,620,900,779,377
2003 5,586 433,350 8,465 1,875,141,224,490
2004 4,830 484,770 9,290 2,220,820,974,770
2005 6,718 489,168 9,900 2,321,357,943,509
2006 8,650 554,774 9,020 2,483,010,316,107
2007 7,754 617,901 9,419 2,857,082,734,449
2008 6,865 646,512 10,950 2,687,795,428,485
2009 5,140 574,930 9,400 2,208,001,972,524
2010 5,024 608,298 8,991 2,295,522,887,422
2011 3,234 661,003 9,068 2,462,484,285,580
2012 1,783 678,735 9,670 2,461,768,284,868
Belanda 2002 1,739 401,482 8,940 437,807,265,199
2003 1,267 433,350 8,465 538,312,641,084
2004 1,080 484,770 9,290 609,889,925,686
2005 1,196 489,168 9,900 638,470,626,275
2006 928 554,774 9,020 677,692,043,125
2007 1,089 617,901 9,419 782,567,278,575
2008 1,436 646,512 10,950 870,811,515,664
2009 2,290 574,930 9,400 796,332,969,121
2010 892 608,298 8,991 777,157,702,271
2011 594 661,003 9,068 832,755,438,977
2012 615 678,735 9,670 770,066,718,925
Universitas Sumatera Utara
Perancis 2002 1,005 401,482 8,940 1,452,031,150,009
2003 2,057 433,350 8,465 1,792,215,124,154
2004 1,647 484,770 9,290 2,055,678,605,353
2005 1,748 489,168 9,900 2,136,555,737,950
2006 1,018 554,774 9,020 2,255,706,212,516
2007 669 617,901 9,419 2,582,391,514,260
2008 820 646,512 10,950 2,831,795,243,285
2009 2,354 574,930 9,400 2,619,685,205,628
2010 1,842 608,298 8,991 2,565,039,332,951
2011 1,080 661,003 9,068 2,782,210,861,683
2012 995 678,735 9,670 2,611,221,313,282
Jerman 2002 1,169 401,482 8,940 2,006,587,615,283
2003 1,749 433,350 8,465 2,423,814,898,420
2004 1,184 484,770 9,290 2,726,341,472,500
2005 1,264 489,168 9,900 2,766,253,792,966
2006 1,729 554,774 9,020 2,902,749,305,068
2007 1,307 617,901 9,419 3,323,809,686,746
2008 1,384 646,512 10,950 3,623,687,767,058
2009 583 574,930 9,400 3,298,217,546,533
2010 558 608,298 8,991 3,304,439,018,398
2011 476 661,003 9,068 3,628,110,015,053
2012 277 678,735 9,670 3,425,956,470,874
Belgia 2002 5,171 401,482 8,940 252,795,031,056
2003 9,438 433,350 8,465 311,689,616,253
2004 8,875 484,770 9,290 361,683,211,960
2005 9,567 489,168 9,900 377,350,395,463
Universitas Sumatera Utara
2006 11,334 554,774 9,020 399,965,710,785
2007 10,842 617,901 9,419 459,619,168,192
2008 7,912 646,512 10,950 507,379,274,927
2009 3,728 574,930 9,400 473,254,348,142
2010 2,828 608,298 8,991 471,218,301,721
2011 2,786 661,003 9,068 513,317,999,900
2012 1,014 678,735 9,670 482,918,013,610
Italia 2002 493 401,482 8,940 1,225,176,959,595
2003 931 433,350 8,465 1,514,503,536,381
2004 1,457 484,770 9,290 1,735,521,503,772
2005 1,595 489,168 9,900 1,786,275,014,007
2006 1,870 554,774 9,020 1,872,983,094,035
2007 1,374 617,901 9,419 2,127,181,952,205
2008 2,177 646,512 10,950 2,307,312,469,009
2009 2,070 574,930 9,400 2,111,146,953,537
2010 1,336 608,298 8,991 2,055,355,252,805
2011 1,279 661,003 9,068 2,196,336,800,620
2012 947 678,735 9,670 2,013,265,404,946
Universitas Sumatera Utara