analisis handover pada heterogeneous …digilib.unila.ac.id/29640/3/skripsi tanpa bab...

86
ANALISIS HANDOVER PADA HETEROGENEOUS NETWORK MENGGUNAKAN OBJEK BERGERAK DENGAN PARAMETER HANDOVER TRIGGER (Skripsi) Oleh ABDURACHMAN ALHOFIKI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: lexuyen

Post on 14-Aug-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS HANDOVER PADA HETEROGENEOUS NETWORK

MENGGUNAKAN OBJEK BERGERAK DENGAN PARAMETER

HANDOVER TRIGGER

(Skripsi)

Oleh

ABDURACHMAN ALHOFIKI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

ABSTRAK

ANALISIS HANDOVER PADA HETEROGENEOUS NETWORKMENGGUNAKAN OBJEK BERGERAK DENGAN PARAMETER

HANDOVER TRIGGER

Oleh

ABDURACHMAN ALHOFIKI

Penelitian ini memperhitungkan titik perpindahan pengguna yang selalu berpindahsecara acak / tidak teratur sehingga membuat nilai proses handover yang didapatberbeda-beda. Penelitian ini menggunakan empat skenario, yaitu 3G – CDMA &LTE, LTE – 3G & CDMA, CDMA – 3G & LTE, dan WIFI – WIFI. Penentuankondisi layanan jaringan untuk setiap skenario memperhitungkan beberapaparamater sebagai handover trigger yaitu RSSI dan Accessrate. Perhitungantersebut didapat dengan melakukan perhitungan titik perpindahan dengan metodeRandom Walkpoint.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai terbaik untuk skenario ke-1 terjadi padalayanan CDMA pada jarak 597 m dengan nilai RSSI -71 dan Accessrate 3,6MBps. Skenario ke-2 terjadi pada layanan CDMA pada jarak 400 m dengan nilaiRSSI -65 dan Accessrate 3,3 MBps. Skenario ke-3 terjadi pada layanan LTE padajarak 19 m dengan nilai RSSI -25 dan Accessrate 21 MBps. Skenario ke-4 terjadipada jarak 48 m dengan nilai RSSI -49 dan Accessrate 10 MBps. Skenario ke-3pada jaringan LTE memiliki nilai terbaik dengan delay 0,56 s , latency 0,08 ms,dan throughput 99%.

Kata Kunci : RSSI, Accessrate, Random Walkpoint, delay, latency, throughput

ABSTRACT

HANDOVER ANALYSIS ON HETEROGENEOUS NETWORK

USING MOVING OBJECT WITH HANDOVER TRIGGER PARAMETER

By

ABDURACHMAN ALHOFIKI

This study focuses on the point of movement for users whose movingrandomly/irregulary, which influenced the value of RSSI and access rates onhandover process. There are four seamless handover scenario, i.e., 3G to CDMA& LTE, LTE to 3G & CDMA, CDMA to 3G & LTE, and Wifi to Wifi. The RSSIand Accessrates were concerned as the parameters on the determination ofnetwork service condition for each scenario. The point of movement werecalculated by using the Random Walkpoint method.

The simalation results show that the best RSSI and Accessrate value, for thehandover from 3G to CDMA at the distance of 597 m are -71 dB and 3.6 MBpsconsecutively. Move over, from the scenario from LTE to CDMA the distance of400 m are -65 dB and 3.3 MBps. Furhtermore, from CDMA to LTE the distanceof 19 m are -25 dB and 21 MBps. Finally, for the distance of 48 m are -49 dB and10 MBps. He can be concluded that the scenario of handover from CDMA to LTEhas the best value with the delays of 0.56 s, 0.08 ms latency, and 99% throughput.

Keywords: RSSI, Accessrate, Random Walkpoint, delay, latency, throughput.

ANALISIS HANDOVER PADA HETEROGENEOUS NETWORK

MENGGUNAKAN OBJEK BERGERAK DENGAN PARAMETER

HANDOVER TRIGGER

Oleh

ABDURACHMAN ALHOFIKI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik ElektroFakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di daerah Bandar Lampung, Provinsi

Lampung pada tanggal 19 Maret 1994. Penulis merupakan

anak ke-4 dari 5 bersaudara dengan nama Ayah Edy

Supriyanto dan nama Ibu Sri Dahwia.

Riwayat pendidikan lulus Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Al-Azhar Way Halim

pada tahun 2000, lulus Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Azhar 2 Bandar Lampung

pada tahun 2006, lulus Sekolah Mengah Pertama (SMA) di SMPN 1 Bandar

Lampung pada tahun 2009, lulus Sekolah Mengah Atas (SMA) di SMA

Muhammadiyah 3 Yogyakarta pada tahun 2012 dan diterima di Jurusan Teknik

Elektro Universitas Lampung (Unila) pada tahun 2012.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa

Teknik Elektro (Himatro) Fakultas Teknik periode 2013-2014 sebagai anggota.

Pada tahun 2014-2015 penulis menjadi anggota Departemen Kerohanian di

Himatro. Pada tahun yang sama tahun 2014 penulis dipercaya menjadi Kepala

Departemen Mushola dan Kesektariatan (MK) pada Organisasi Forum

Silaturahmi Studi Islam (FOSSI) periode 2014-2015. Penulis juga menjadi

Kordinator dan asisten di Laboratorium Teknik Telekomunikasi periode 2015-

2016. Penulis pernah melakukan Kerja Praktik (KP) selama 40 hari (3 Agustus s.d

11 September 2015) di Telkom IdeC bandung pada bidang Machine to Machine

(M2M) dengan mengambil judul “Studi dan Analasis M2M di bidang

Transportasi”.

MOTTO

“JIKA KAMU BERBUAT BAIK (BERARTI)KAMU BERBUAT BAIK BAGI DIRIMUSENDIRI DAN JIKA KAMU BERBUAT

JAHAT, MAKA (KEJAHATAN) ITU BAGIDIRIMU SENDIRI, . . . “

AL-ISRA’ 17 ; 7

PERSEMBAHAN

Skripsi ini secara khusus penulis persembahkan kepada :

“Ayah dan ibu tercinta yang sudah memberikan seluruh

pengorbanannya kepada penulis dengan rasa ikhlas dan tanpa

rasa keluhan sedikitpun pada dirinya”

SANWACANA

Bismillahirahmanirrahim . . .

Segala puji bagi Allah Subhanallahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “ANALISIS HANDOVER PADA HETEROGENEOUS

NETWORK MENGGUNAKAN OBJEK BERGERAK DENGAN

PARAMETER HANDOVER TRIGGER” merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Lampung. Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang

bersifat membangun bila terdapat kekurangan dalam skripsi ini.

Selama melaksanakan penelitian, penulis banyak mendapatkan pengalaman yang

sangat berharga. Penulis mendapat bantuan baik moril, materi, bimbingan,

petunjuk serta saran dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan doa, dukungan, cinta

dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik;

3. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Teknik

Elektro;

4. Bapak Dr. Herman Halomoan S, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik

Elektro;

5. Ibu Dr. Melvi, S.T., M.T. selaku Pembimbing utama atas kesediaannya

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik serta

semangat dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Yetti Yuniati, S.T., M.T. selaku Pembimbing kedua atas kesediaannya

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik serta

semangat dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T., M.Sc. selaku Pembahas Utama atas

kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan

kritik serta semangat dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Seluruh dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung atas pengajaran

dan bimbingannya yang diberikan selama ini kepada penulis;

9. Mbak Ning beserta seluruh jajarannya atas semua bantuannya menyelesaikan

urusan administrasi di Teknik Elektro Universitas Lampung selama ini;

10. Saudara-saudara seperjuangan Elektro 2012 “TERIMA KASIHKU PADA

KALIAN” atas kebersamaan dan kekeluargaan yang telah dibangun selama ini;

11. Saudara-saudara seperjuangan di Laboratorium Teknik Telekomunikasi dan

teman Kerja Praktik di Bandung serta Tim Asisten Angga, Gifinri, Taufik,

Andri, Dika, Risda, dan Ratih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis;

12. Saudara-saudara asisten di Laboratorium Teknik Telekomunikasi Hanif, Adit,

Yosep, Fasyin, Sitro, Solihin, Haryo, Aryo, Kais dan seluruh teman-teman

yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dan dukungannya

kepada penulis;

13. Mas Qodar sebagai PLP di Laboratorium yang banyak membantu pada skripsi

ini;

14. Teman-teman KKN periode Januari 2016 Anggyka, Fifi, Nia, Vella, Silvi, dan

Budi atas dukungan dan semangat yang telah diberikan;

15. Almamater tercinta, atas kisah hidup yang didapatkan penulis selama kuliah.

Semoga kebaikan, kemurahan hati dan bantuan yang telah diberikan semua pihak

mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT dan semoga hari-hari kita

selalu indah dan menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan dan jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu masukan serta saran dan kritik yang membangun

sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya

semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, 11 November

2017

Penulis

Abdurachman Alhofiki

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

DAFTAR TABEL .................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian........................................................................ 3

1.3 Manfaat Penelitian...................................................................... 3

1.4 Rumusan Masalah ...................................................................... 4

1.5 Batasan Masalah ......................................................................... 4

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................ 6

2.2 Handover.................................... ................................................ 8

2.2.1 Jenis-jenis Handover ......................................................... 8

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Handover .............................. 10

ii

2.3 Handover Trigger................................... .................................... 10

2.3.1 Signal to Noise to Ratio (SNR) ........................................ 11

2.3.2 Carrier to Noise Rasio (CNR) .......................................... 11

2.3.3 Carrier to Interference ...................................................... 12

2.3.4 Received Signal Strength Indicator (RSSI)....................... 13

2.3.5 Access rate ........................................................................ 14

2.4 Handover Processing Time....................................................... . 17

2.4.1 Delay ................................................................................. 17

2.4.2 Latency .............................................................................. 17

2.4.3 Throughput........................................................................ 18

2.5 Mobility Models................................... ....................................... 20

2.5.1 Random Waypoint ............................................................. 21

2.5.2 Random Walkpoint ............................................................ 29

2.6 Level Handover........................................................................... 34

2.6.1 Fixed Probability Threshold (FPT)................................... 34

2.6.2 Fixed Hysteris Threshold (FHT)....................................... 34

2.6.3 Handover Hysteris Threshold (HHT) ............................... 35

2.7 Heterogeneous Network (HetNet) .............................................. 35

2.7.1 Third Generation Technology (3G) .................................. 35

2.7.2 Long Term Evolution (LTE).............................................. 37

2.7.3 Code Division Multiple Access (CDMA).......................... 42

2.7.4 Wireless Fidelity (WIFI) ................................................... 45

iii

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 48

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 48

3.3 Metodologi Penelitian.................................... ............................ 49

3.4 Skema Waktu Penelitian ............................................................ 54

3.5 Diagram Alir Penelitian.............................................................. 55

3.6 Diagram Alir Pemodelan Sistem ................................... ............ 56

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Physical Layer ............................................................................ 58

4.1.1 Perhitungan Random Walkpoint, RSSI dan Accessrate.. 59

4.1.2 Perhitungan Delay, Latency, dan Throughput ................ 67

4.2 Grafik Perbandingan Parameter Setiap Arsitektur Jaringan....... 71

4.2.1 Third Generation Technology (3G) ................................ 72

4.2.2 Long Term Evolution (LTE) ........................................... 77

4.2.3 Code Division Multiple Access (CDMA) ....................... 81

4.2.4 Wireless Fidelity (WIFI)................................................. 84

4.3 Tabel Keseluruhan Hasil Simulasi.................................... ......... 87

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 88

5.2 Saran ........................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

iv

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

2.1 Nilai RSSI dan Access Rate Setiap Jaringan................................... 16

2.2 Nilai Parameter Setiap Jaringan ..................................................... 17

2.3 Parameter Code Bits, Code Rate dan MSC pada Jaringan LTE .... 19

3.1 Rencana Kerja Penelitian ............................................................... 54

4.1 Jarak Resultan Random Walkpoint Mobility ................................... 65

4.2 Nilai RSSI dan Accessrate Berdasarkan Nilai Jarak Asumsi ......... 67

4.3 Nilai Delay Setiap Arsitektur Pada Titik Perpindahan .................. 70

4.4 Nilai Latency Setiap Arsitektur Setiap Titik Perpindahannya ....... 71

4.5 Nilai Throughput Setiap Arsitektur Setiap Titik Perpindahannya .. 71

4.6 Perbandingan Nilai Jaringan Antara 3G dengan CDMA & LTE .. 73

4.7 Nilai Perbandingan Nilai Jaringan Antara LTE dengan 3G ........... 77

4.8 Nilai Perbandingan Nilai Jaringan Antara CDMA dengan 3G & LTE 81

4.9 Nilai Perbandingan Nilai Jaringan Antara Wifi dengan Wifi ........ 85

v

4.10 Tabel Nilai Terbaik Berdasarkan Jarak Setiap Skenario ............... 87

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perbandingan Antara Hard Handover dan Soft Handover. ............ 9

2.2 Ilustrasi CNR................................................................................... 12

2.3 Ilustrasi Kanal Frekuensi yang Mengalami Interferensi ................ 13

2.4 Ilustrasi Penentuan RSSI ................................................................ 14

2.5 Kategori Model Mobilitas dalam Jaringan Mobile ........................ 20

2.6 Gerakan Node dalam Model Acak Waypoint ................................. 22

2.7 Random Waypoint on a Non-convex Swiss Flag Domain............... 23

2.8 Random Waypoint on a Non-convex City Section Domain ............ 23

2.9 Restricted Random Waypoint on a Plane with Four Squares ........ 24

2.10 Restricted Random Waypoint Fish in a Bowl ................................ 25

2.11 Random Waypoint on a Sphere ...................................................... 26

2.12 Random Waypoint (or Random Walk) with Wrapping .................. 26

2.13 Random Waypoint With Billiard Like Reflection .......................... 27

vii

2.14 Model Markov Of Location Transisi Seluler ................................. 28

2.15 Gerakan Node dalam Random Walkpoint ...................................... 29

2.16 Markov Chain Dan Probabilitas Matriks Markov Model Mobilitas

Random Walk ................................................................................. 32

2.17 Arsitektur Jaringan 3G ................................................................... 36

2.18 Arsitektur LTE ............................................................................... 37

2.19 Arsitektur UMTS ........................................................................... 38

2.20 Komunikasi Jaringan EPC ............................................................. 40

2.21 Arsitektur EPC ............................................................................... 40

2.22 Pembagian Fungsi E-UTRAN dan EPC ........................................ 42

2.23 Arsitektur Sederhana CDMA ......................................................... 44

2.24 Arsitektur Jaringan Sederhana Wifi ............................................... 46

3.1 Pemodelan Sistem yang Dianalisa ................................................. 50

3.2 Handover Jaringan ......................................................................... 51

3.3 Diagram Alir Penelitian ................................................................. 55

3.4 Diagram Alir Pemodelan Sistem .................................................... 56

4.1 Simulasi Pergerakan Pertama User Dengan Random Walkpoint ... 60

4.2 Simulasi Pergerakan Kedua User Dengan Random Walkpoint ..... 62

viii

4.3 Simulasi Pergerakan Ketiga User Dengan Random Walkpoint ..... 63

4.4 Simulasi Pergerakan Keempat User Dengan Random Walkpoint . 64

4.7 Grafik Nilai RSSI, Accessrate Delay, Latency, Dan Throughput

3G – CDMA & LTE ...................................................................... 75

4.8 Grafik Nilai RSSI, Accessrate Delay, Latency, Dan Throughput

LTE – 3G & CDMA ...................................................................... 79

4.9 Grafik Nilai RSSI, Accessrate Delay, Latency, Dan Throughput

CDMA – 3G & LTE ...................................................................... 83

4.10 Grafik Nilai RSSI, Accessrate Delay, Latency, Dan Throughput

WIFI – WIFI .................................................................................. 87

4.11 Tabel Nilai Terbaik Jaringan Handover ......................................... 89

DAFTAR SINGKATAN

3G : Third Generation Technology

APN : Access Point Nama

BER : Bit Error Rate

BTS : Base Transceiver Station

BSC : Base Station Controller

BSS : Base Station Subsystem

bps : Bits per second

CDMA : Code Divison Multiple Access

CINR : Carrier to Interference plus Noise Ratio

CRC : Cyclic Redundancy Check

EPC : Evolved Packet Core

E-UTRAN : Evolved UMTS Terrestrial Radio Access Network

FDD : Frequency Division Duplexing

FPT : Fixed Probability Threshold

FHT : Fixed Hysteris Threshold

HHT : Handover Hysteris Threshold

GSM : Global System for Mobile Communication

GMSC : Gateway Mobile Switching Center

x

HetNet : Heterogeneous Network

HOSR : Handover Success Rate

HLR : Home Location Register

HSS : Home Subscriber Server

LTE : Long Term Evolution

MS : Mobile Station

MRW : Markov Random Walk

MUD : Multiuser Detection

ME : Mobile Equipment

MT : Mobile Termination

MSC : Mobile Switching Center

NSS : Network Subsystem

PDN : Packet Data Network

RSSI : Received Signal Strength Indicator

RWP : Random Waypoint

RE : Resource Element

SIM : Subscriber Identity Module

SNR : Signal to Noise Ratio

TDD : Time Division Duplexing

TE : Terminal Equipment

UE : User Equipment

xi

UMTS : Universal Mobile Telephone System

UICC : Universal Integrated Circuit Card

USIM : Universal Subscriber Identity Module

VLR : Visitor Location Register

VoIP : Voice over Internet Protocol

WIFI : Wireless Fidelity

WWP : Weighted Waypoint

WLAN : Wireless Local Area Network

WiMax : Worldwide Interoperability for Microwave Access

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada jaman modern ini, telekomunikasi merupakan jaringan yang sangat

berpengaruh pada kehidupan manusia. Bahkan, saat ini semua aktivitas manusia

selalu berkaitan dengan jaringan telekomunikasi, baik di lingkungan kerja maupun

lingkungan keluarga. Teknologi telekomunikasi setiap tahunnya pasti selalu

mengalami perkembangan pada arsitektur, teknologi dan platform yang

mendukungnya. Kondisi tersebut disebabkan karena jaringan telekomunikasi

merupakan hal yang selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia di era

modern ini. Aktifitas user dengan tingkat mobilitas yang tinggi dari satu tempat

ketempat lain menyebabkan akses jaringan yang diterima selalu berubah disetiap

perpindahannya. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan sifat umum manusia

dengan tingkat mobilitas yang tinggi mengharapkan sistem jaringan yang diterima

tetap baik. Hal ini dikarenakan bandwidth dan kecepatan akses pada titik-titik

perpindahan yang dilakukan user berbeda, oleh karena itu perpindahan user

merupakan pengaruh besar terhadap didapatnya akses informasi.

Pada penelitian ini penulis fokus pada Heterogeneous Network (Hetnet)

merupakan jaringan yang memiliki setiap platform teknologi yang berbeda

2

disetiap kanalnya. Jika dikaitkan dengan perpindahan mobilitas user yang selalu

berubah, perhitungan untuk setiap frekuensi selnya dibutuhkanlah proses yaitu

handover yang secara khusus dinamakan Inter-Radio Access Technology

handover. Proses yang berlangsung untuk setiap jaringan pada kondisi handover

tidak mungkin terjadi tanpa adanya faktor pemicu. Pada umumnya faktor pemicu

tersebut sering disebut handover trigger. Beberapa parameter yang menyebabkan

terjadinya handover, diantaranya yaitu SNR (Signal to Noise Ratio) atau Eb/Eo,

Carrier to Interface plus Noise Ratio (CINR), Received Signal Strength Indicator

(RSSI). Parameter yang digunakan pada penelitian ini yaitu proses handover

dengan parameter kecepatan akses data (SNR) dan daya terima jaringan (RSSI).

Kombinasi parameter RSSI dengan daya terima pada band frequency channel

pilot merupakan parameter layer physic. Untuk R, adalah kecepatan akses pada

mobile station.

Pada skripsi ini penulis akan membahas bagaimana proses handover yang terjadi

pada hetnet dengan handover trigger RSSI dan access rate dengan melihat titik

perpindahan pada tiap-tiap pergerakan user. Penulis juga akan membahas

bagaimana handover pada layer satu terkait dengan Fixed Probability Threshold

(FPT), Fixed Hysteris Threshold (FHT) dan Handover Hysteris Threshold (HHT).

3

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan hasil analisa proses handover pada Heterogeneous Network

(HetNet) di layer satu menggunakan metode Random Walkpoint untuk

perpindahan jarak user

2. Mendapatkan hasil uji level RSSI dan access rate untuk menentukan

apakah Fixed Probability Threshold (FPT), Fixed Hysterus Threshold

(FHT) dan Handover Hysteris Threshold (HHT) pada setiap jarak

perpindahan yang didapatkan dengan metode Random Walkpoint

3. Menganalisa handover delay, latency dan throughput setiap jarak

perpindahan yang didapatkan dengan metode Random Walkpoint

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mendapatkan hasil pemodelan dan simulasi proses handover pada HetNet

yang memudahkan proses realisasi ke dalam bentuk nyata dan didapatkan

hasil yang optimal

2. Hasil pemodelan dan simulasi proses handover dapat dijadikan sebagai

pembanding pada perangkat yang dapat mengakses handover pada HetNet

4

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses handover pada Heterogeneous Network (HetNet) pada

layer satu dengan memperhitungkan pergerakan user dengan metode

Random Walkpoint

2. Bagaimana pengaruh level RSSI dan access rate pada Fixed Probability

Threshold (FPT), Fixed Hysteris Threshold (FHT) dan Handover Hysteris

Threshold (HHT) pada setiap jarak perpindahan yang didapatkan dengan

metode Random Walkpoint

3. Bagaimana pengaruh handover delay, throughtput dan latency yang

didapat pada setiap jarak perpindahan dengan metode Random Walkpoint

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses handover yang dibahas hanya pada HetNet.

2. Perhitungan dan analisa proses handover dalam skenario dilakukan pada

kondisi processing time handover dengan memperhitungkan model

pergerakan user.

3. Platform jaringan yang menjadi basis skenario HetNet meliputi jaringan

Third Generation Technology (3G), Long Term Evolution (LTE), dan

Wireless Fidelity (WIFI).

4. Menggunakan metode Random Walkpoint menyebabkan pengaruh

kecepatan dan percepatan user pada analisis handover ini diabaikan

sehingga dianggap tetap atau konstan.

5

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, tujuan, perumusan masalah, batasan masalah, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memuat kajian dan tinjauan dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan topik skripsi ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Memuat langkah–langkah penelitian yang akan dilakukan seperti alat, bahan dan

tempat serta metode penelitian yang digunakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dan menganalisa hasil

perhitungan yang diperoleh saat proses simulasi handover selesai dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Memuat tentang kesimpulan dan saran tentang penelitian yang telah dilakukan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Penulis [1] melakukan penelitian mengenai analisis handover pada heterogeneous

network menggunakan Received Signal Strength Indicator (RSSI) dan access rate

sebagai handover trigger. Penelitian tersebut fokus pada pembahasan handover

antar platform jaringan yang berbeda. Membandingkan nilai RSSI dan access rate

pada proses handover disetiap masing-masing jaringan yang ada sehingga

didapatkan nilai-nilai pembanding dan nilai throughtput, Latency, Delay untuk

mengetahui kapan proses terjadinya handover. Hasil analisis yang didapat pada

penelitian tersebut, yaitu yang pertama nilai RSSI terendah pada jaringan WIFI

yaitu dengan nilai -76.9 dBm dan tertinggi pada jaringan GSM dengan nilai -

44.08 dBm. Kedua nilai access rate terendah pada jaringan GSM dengan nilai

0.39 Mbps dan tertinggi pada jaringan LTE dengan nilai 18.06 Mbps. Throughput

terbaik terdapat pada jaringan LTE dengan nilai 76.1%, Delay terbaik terjadi pada

jaringan target GSM dengan nilai 5.3 ms dan Latency terbaik tejadi pada jaringan

GSM dengan nilai 41 ms.

Penulis [2] melakukan penelitian mengenai analisis perpindahan kanal

komunikasi dalam satu BSC pada sistem GSM berdasarkan data Drive Test

7

menggunakan TEMS Investigation 4.1.1. Penelitian tersebut dilakukan untuk

mengetahui proses, penyebab, tingkat keberhasilan dan hal-hal yang berkaitan

dengan kegagalan pada algoritma serah-terima pada sistem GSM. MS akan

melakukan pengukuran daya terima oleh sel-sel GSM yang ada disekitarnya, dan

apabila MS bergerak menjauhi sel layanan dan mendekati sel lain. Pada penelitian

tersebut pemilihan alokasi tiga waktu sangat berpengaruh pada HOSR dengan

nilai tertinggi yaitu pada malam hari. Saat malam hari traffic penggunaan jaringan

telekomunikasi cukup padat, mengakibatkan banyak proses handover yang

dilakukan. Banyak dari pengguna yang akhirnya diputuskan jaringannya karena

padatnya proses handover disetiap sel.

Penulis [3] melakukan penelitian mengenai analisa metode handover pada

jaringan WiMAX. Penelitian ini penulis melakukan analisis handover dengan

mensimulasikan menggunakan optimized engineering tools, yang dilakukan

dengan pengujian tiga skenario yang berbeda interval waktu antara pengiriman

paket dan penerimaan paket dengan besarnya trafik kiriman 64 Kpbs (low

bandwidth) metode hard handover dan soft handover. Mekanisme handover pada

layanan VoIP bekerja ideal dan efektif pada jaringan WiMAX karena didapat rata-

rata nilai pada jitter 0.001 ms – 0.02 ms pada metode hard handover dan 0.0011

ms – 0.31 ms dengan metode soft handover. Saat penambahan beban dilakukan,

terjadi kenaikan Delay secara signifikan. Rata-rata untuk masing-masing nilai

yang didapat 10.5 ms – 35 ms metode hard handover dan 10.5 ms – 39 ms soft

handover. Sehingga membuktikan bahwa aplikasi voice over internet protocol

pada penelitian ini sangat sensitif.

8

2.2 Handover

Mobile station (MS) yang sedang melakukan komunikasi akan selalu mencari

hubungan dengan Base Transceiver Station (BTS) terdekat. Ketika MS menjauhi

BTS awal yang sedang tersambung, MS akan melakukan pengalihan hubungan

kanal traffic secara otomatis pada BTS yang terdekat. Proses ini disebut dengan

handover. Pada proses ini perlunya perangkat tambahan untuk mendeteksi sebagai

perubah status dedicated node (persiapan handover) dan perangkat switch

komunikasi dari suatu sel ke sel lain.

2.2.1 Jenis-Jenis handover

1) Hard handover

Hard handover merupakan proses pengalihan panggilan terhadap sel asal

pada pengguna yang bergerak dengan pemutusan hubungan komunikasi ke sel

baru yang tersambung. Proses ini sering disebut “break-before-make”.

Perubahan frekuensi sering menyebabkan proses ini terjadi, mengakibatkan

pengguna harus menggunakan kanal frekuensi yang baru, karena kanal

frekuensi lama harus dalam kondisi terputus (inter-frequency hard handover).

Proses pengalihan ini membutuhkan waktu jeda dalam berkomunikasi.

2) Soft Handover

Soft handover merupakan kebalikan dari hard handover, pada proses

pengalihan panggilan tanpa adanya proses pemutusan terlebih dahulu.

Biasanya proses ini dilakukan pada sistem Code Division Multiple Access

(CDMA) pada karakter Universal Mobile Telephone System (UMTS), yang

artinya kanal frekunsinya selalu sama walaupun melewati sel yang berbeda

9

(intra-frequency soft handover). Sinyal komunikasi yang melemah karena

BTS yang semakin jauh saat sambungan awal merupakan penyebab utama

proses ini terjadi. Sehingga dalam beberapa saat pengguna yang sedang dalam

kondisi tersebut mendapatkan layanan paralel yang diterima secara bersamaan

oleh kedua BTS.

3) Softer handover

Softer handover merupakan proses pengalihan yang menggunakan kanal

frekuensi yang sama dan BTS yang sama, namun proses pengalihan ini

menggunakan beberapa sektor yang dibagi di dalam suatu sel. Hal ini

dilakukan karena faktor kepadatan lalu lintas komunikasi pada suatu sel.

Dengan demikian, pengguna akan mendapatkan pelayanan komunikasi dengan

sinyal komunikasi lebih kuat pada sektor-sektor tertentu. Layanan yang

menggunakan sistem ini adalah CDMA 2000 [4].

Gambar 2.1 Perbandingan antara Hard Handover dan Soft Handover.

10

2.2.2 Kelebihan dan kekurangan dari jenis Handover

1) Hard Handover

Kelebihan handover jenis ini adalah bisa dipakai pada sistem satu panggilan

per kanal frekuensi. Perangkat yang menggunakan proses ini tidak

memerlukan kemampuan untuk menerima dua atau lebih sinyal secara paralel,

sehingga dapat dikatakan lebih murah. Proses handover yang sedang

melakukan pemutusan terhadap kanal frekuensi sebelumnya apabila terjadi

kegagalan, maka jaringan komunikasi yang sedang berlangsung akan terjadi

pemutusan. Sering kali terjadinya panggilan berakhir secara tidak normal.

Teknologi yang menggunakan hard handover ini biasanya memiliki

kemampuan untuk melakukan re-establish (membangun kembali) koneksi ke

sel asal jika terjadi kegagalan saat menyambungkan ke sel tujuan.

2) Soft Handover

Kelebihan soft handover adalah ketika terjadinya pemindahan koneksi dari sel

awal ke sel tujuan, jaringan yang terhubung sudah benar-benar baik dan siap

untuk digunakan. Terjadinya kegagalan pengalihan akan lebih diminimalisir.

Selain itu, kualitas dan kestabilan kanal pada soft handover lebih terpelihara

dibandingkan hard handover, maka apabila terjadi kegagalan pengalihan

faktor penyebabnya bukan dari soft handover itu sendiri, melainkan adanya

gangguan atau interferensi pada jaringan [5].

2.3 Handover Trigger

11

Ketika MS pengguna bergerak dari suatu sel ke sel lain, maka sistem jaringan

yang terdapat pada MS tersebut akan menghitung nilai trigger perpindahan pada

setiap jarak yang ditempuh. Parameter utama yang dimiliki saat handover

berlangsung, yaitu Signal to Noise Ratio (SNR) merupakan perbandingan

kekuatan sinyal informasi terhadap sinyal derau, Carrier ro Interferensi Plus

Noise Ratio (CINR) merupakan rasio keefektifan sinyal, Received Sinyal Strength

Indicator (RSSI) merupakan kekuatan sinyal yang diterima oleh perangkat

pengguna, dan Access rate merupakan kecepatan jaringan yang diterima MS.

Parameter trigger tersebut untuk menentukan kapan akan terjadinya handover

pada setiap kondisi yang terjadi.

2.3.1 Signal to Noise Ratio (SNR)

Signal to Noise Ratio (SNR) merupakan perbandingan antara kekuatan sinyal

derau dengan sinyal informasi yang diterima oleh MS. Nilai SNR ini dilihat

untuk menentukan kualitas medium saat dilakukannya proses Handover.

Perhitungan untuk menentukan nilai SNR adalah sebagai berikut :

(2.1)

Keterangan :

SNR : Signal to Noise Ratio (dB)

Besar kecil nilai SNR yang didapat merupakan parameter yang sangat

diperhatikan, karena semakin besar nilai SNR maka semakin baik sinyal yang

diterima. Apabila saat dilakukannya perhitungan atau simulasi nilai SNR yang

12

didapat pada BTS awal lebih kecil dibandingkan pada BTS targer, maka nilai

ini memungkinkan akan terjadinya proses handover pada MS [6].

2.3.2 Carrier to Noise Rasio (CNR)

CNR merupakan salah satu parameter kualitas sinyal dimana mencari

perbandingan noise dengan daya sinyal informasi pada MS. Setiap simbol

informasi akan dibandingkan dengan keseluruhan noise yang ada dalam

bandwidth tertentu menggunakan Carrier to Noise Rasio. Berikut formula

yang digunakan dalam menentukan CNR :

(2.2)

Keterangan :

C/N : Carrier to Noise (dB)

fb : Bit rate total (Bit)

Bw : Bandwidth frekuensi (Hz)

CNR ini menunjukkan perbandingan kuat sinyal noise dan sinyal radio pada

MS. Semakin besar nilai CNR yang didapat maka semakin bagus sistem

tersebut dalam menerima informasi [7].

13

Gambar 2.2 Ilustrasi CNR

2.3.3 Carrier to Interference

Carrier to Interference merupakan perbandingan antara rata-rata co-

channel interference power atau crosstalk dengan power sinyal informasi

(carrier), dari transmitter lain. Carrier interference menunjukkan kualitas

dari BER (Bit Error Rate) yang berarti semakin kecil nilai BER maka

semakin tinggi nilai Carrier to interference, begitupun sebaliknya [7].

Rumus yang digunakan yaitu :

(2.3)

Sinyal interferensi ini menjadi noise bagi sinyal penginderaan jauh. Selain

C/N, carrier to interference ini bisa dijadikan parameter kualitas.

Frequency

Amplitude

14

Gambar 2.3 Ilustrasi kanal frekuensi yang mengalami interferensi

2.3.4 Received Sinyal Strength Indicator (RSSI)

RSSI adalah parameter daya terima yang digunakan oleh MS untuk

menampilkan seluruh sinyal pada lebar frekuensi yang akan diukur. Nilai

RSSI ini sangat berpengaruh pada saat terjadinya proses handover. Saat

proses handover, daya sinyal pada setiap BTS awal, BTS target dan MS

akan dilakukan penjumlahan untuk dilakukan pengukuran. Menggunakan

RSSI dapat diketahui besar tingkat sensivitas MS. Satuan yang digunakan

pada RSSI adalah dBm[8]. Berikut persamaan untuk menghitung nilai

RSSI oleh MS :

(2.4)

Keterangan :

RSSI : Daya terima (dB)

Gambar 2.4 Ilustrasi penentuan RSSI

15

Berdasarkan Gambar 2.4 diatas, dapat dilihat bahwa parameter RSSI

dihasilkan dari penjumlahan sektor BTS yang berhubungan antara MS

sesuai dengan phasa tegangannya.

2.3.5 Access rate

Access rate merupakan kecepatan jaringan pada sistem telekomunikasi

saat MS menerima sinyal dari Base Transceiver Station (BTS) yang

sedang terhubung. Access rate ini adalah perkalian bandwidth dengan

logaritma yang merupakan pembanding antara daya pada MS dengan daya

noise saat transmisi. Berikut persamaan access rate [9] :

R = B Log2 (SNR) (2.5)

Keterangan :

R : Access rate (bps)

B : Bandwidth (Hz)

Daya receiver yang diukur oleh MS dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan Friss, yaitu :

(2.6)

Keterangan :

Pr : Daya pada receiver (watt)

Pt : Daya pada transceiver (watt)

Gt : Penguat tranceiver (dB)

Gr : Penguat receiver (dB)

C : 3x108 m/s

D : Jarak (m)

16

L : Pathloss (dB)

F : Frekuensi (Hz)

Adapun perhitungan Pathloss adalah sebagai berikut :

L = 10 Log D (2.7)

Keterangan :

L : Pathloss (dB)

D : Jarak (Meter)

Pada handover trigger, parameter yang digunakan adalah nilai perhitungan RSSI

dan access rate yang terjadi disetiap skenario antar jaringan.

Pada proses handover, MS yang selalu memerlukan kecepatan akses yang cepat

dan baik akan menyeleksi nilai access rate dengan perbandingan antara jarak BTS

awal dan BTS tujuan. Nilai access rate merupakan nilai yang diperlukan untuk

terjadinya proses handover. Apabila nilai access rate yang didapat pada suatu titik

pergerakan MS menuju BTS target ternyata nilai access rate pada BTS target

lebih besar nilainya dibanding dengan BTS awal, maka proses handover

dimungkinkan akan terjadi saat itu. Karena semakin besar nilai access rate yang

didapat maka nilai bandwidth yang besar semakin baik koneksi tersebut.

Berikut nilai RSSI dan Access rate pada setiap arsitektur jaringan yang ada :

Tabel 2.1 Level Nilai RSSI dan Access Rate Service Untuk User Setiap Jaringan

[9]

Handover Trigger CDMA 3G LTE WIFI

RSSI (dBm) -104 -70 -44 -37

Access rate (bps) 75K 384K 27M 11M

17

Proses handover akan terjadi apabila nilai RSSI pada masing-masing jaringan

telah mencapai pada nilai ambang atas. Nilai ambang atas untuk setiap jaringan

yang ada dapat dilihat pada Tabel 2.1 diatas. Untuk nilai access rate tersebut

merupakan nilai kecepatan terendah yang dihasilkan pada setiap jaringan. Berikut

merupakan nilai parameter untuk menentukan besar daya yang diterima pada

masing-masing jaringan, yaitu daya transceiver, jarak, frekuensi dan bandwith,

dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Nilai Parameter Setiap Jaringan [12][13][14][15]

Parameter WIFI 3G LTE CDMA

Frekuensi downlink 2.4 GHz 935–960 MHz 1742–1762 MHz 869-894MHz

Bandwidth Carrier 5 MHz 2 MHz 20 MHz 1.25 MHz

Daya transceiver 13 Watt 60 Watt 100 Watt 25 Watt

Jumlah Paket 3.2 Mbit 1.6 Mbit 86.4 Mbit 2.413 Mbit

2.4 Handover Processing Time

18

Handover processing time merupakan parameter yang akan didapatkan setelah

dilakukannya analisis pada simulasi handover di setiap jaringan yang akan

dilakukan. Parameter yang didapat, yaitu : Delay, Throughput, dan Latency [10].

2.4.1 Delay

Delay adalah keterlambatan dalam waktu transmisi data dari pengirim ke

penerima, satuan Delay adalah detik (s). Berikut persamaan yang

digunakan untuk menghitung nilai Delay [10] :

(2.8)

Keterangan :

F : Frekuensi (Hz)

L : Jumlah Paket (bits)

2.4.2 Latency

Latency merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan paket data untuk

berpindah diseluruh koneksi jaringan. Fungsi Latency ini adalah sebagai

lamanya waktu yang dibutuhkan Mobile station untuk berpindah dari

jaringan satu ke jaringan lain dengan plathform dan arsitektur yang

berbeda. Latency merupakan nilai perhitungan dalam menghitung

panjangnya proses handover ketika MS mendeteksi ada jaringan target

yang memenuhi dalam melakukan proses handover. Berikut persamaan

yang digunakan dalam menghitung Latency [10] :

(2.9)

Keterangan :

C : 3 x 106

19

2.4.3 Throughput

Throughput merupakan kecepatan rata-rata data yang diterima dalam

selang waktu pengamatan tertentu, Throughput biasa disebut bandwidth

yang sebenarnya, nilai Throughput didapat dengan melakukan pengukuran

jumlah data oleh satuan waktu dan saat kondisi jaringan sedang melakukan

transfer data pada ukuran tertentu. Satuan Throughput yaitu bits per

second (bps), berikut persamaan dalam mendapatkan nilai Throughput.

(2.10)

Persamaan diatas digunakan untuk jaringan 3G, CDMA, dan Wifi.

Berbeda dengan jaringan LTE. Persamaan yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Throughput= ((NRE-NcRE-NrRe)×Code bits×Code rate×Nrb×1000))-

CRC (2.11)

Keterangan :

NRE:Jumlah resource element (RE) dalam 1 ms (168)

NcRE:Jumlah control chanel (RE) dalam 1 ms (36)

NrRE:Jumlah reference signal RE dalam 1 ms (12)

Code bis:Modulation efesiency

Code rate: Chanel coding rate

Nrb: Jumlah resource blok yang akan digunakan

CRC: Cyclic redundancy check (24 bits)

20

Parameter perhitungan Throughput jaringan LTE yang digunakan pada

Persamaan 2.11 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Parameter Code Bits, Code Rate dan MSC pada Jaringan LTE.

MSC Code Bits Code Rate

QPSK1/3 2 0.33

QPSK1/2 2 0.5

QPSK2/3 2 0.67

16QAM1/3 4 0.33

16QAM1/2 4 0.5

16QAM4/5 4 0.8

Jumlah user yang digunakan pada perhitungan ini sejumlah 30. Hal

tersebut merupakan asumsi penulis terkait sistem jaringan LTE yang

apabila nilai Throughputnya tergantung dari banyaknya user disuatu lokasi

tersebut. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Throughput(%) =

100% (2.12)

2.5 Mobility Models

Dunia komunikasi memiliki model yang berfungsi sebagai gambaran ilustrasi

pergerakan node/user. Model ini digunakan untuk mengilustrasikan node/user

pada kehidupan sehari-hari yang bergerak sesuai keinginan node/user tersebut.

Model ini dinamakan model Model Mobilitas (Mobility Models).

21

Model mobilitas dirancang untuk menggambarkan pola pergerakan pengguna

ponsel dan bagaimana menampilkan lokasinya, kecepatan dan percepatan yang

berubah dari waktu ke waktu. Sejak pola model mobilitas ditemukan, model ini

memiliki peran penting dalam menentukan kinerja protokol sistem atau jaringan,

biasanya pengamatan yang dilakukan pada kehidupan nyata ditargetkan dengan

cara yang wajar [11]. Pada Gambar 2.5 dapat dilihat urutan Mobility models [11] :

Gambar 2.5 Kategori Model Mobilitas dalam Jaringan Mobile

Pembahasan pada mobility models ini penulis lebih memfokuskan pada model

Random Waypoint model dan Random Walk model saja, karena terkait simulasi

yang akan digunakan lebih erat hubungannya dengan Random Waypoint. Berikut

penjelasan dan perbandingan antara Randon Waypoint dan Random Walk.

2.5.1 Random Waypoint

Model mobilitas waypoint random (RWP) telah banyak digunakan dalam

simulasi jaringan bergerak ad hoc. Model mobilitas ini sederhana dan

mudah untuk model stokastik [20]. Penerapan model mobilitas ini yaitu

masing-masing mobile node secara acak memilih satu lokasi di bidang

simulasi sebagai tujuan. Perjalanan menuju tujuan ini dilakukan dengan

22

kecepatan konstan yang dipilih seragam dan secara acak, dimana

parameter V merupakan kecepatan maksimum yang diambil pada simulasi

untuk setiap mobile node. Kecepatan dan arah node dipilih secara manual

untuk tiap titik perpindahannya. Setelah mencapai tujuan, node berhenti

dengan durasi yang telah ditentukan. Setelah durasi yang diberikan

tersebut, node kembali menuju tujuan secara acak. Proses diulang terus

menerus sesuai dengan data yang dibutuhkan. Pergerakan node dari posisi

awal (waypoint) ke level tujuan berikutnya (waypoint) didefinisikan

sebagai jangka waktu satu gerakan, periode gerakan, atau waktu transisi.

Jarak yang ditempuh antara gerakan node dari waypoint ke waypoint

berikutnya didefinisikan sebagai panjang transisi. Titik tujuan

("waypoints") secara seragam dipilih secara acak di daerah sistem. Gambar

2-6 menunjukkan contoh pergerakan pola node mobile menggunakan

model mobilitas random waypoint mulai pada titik yang dipilih secara

acak.

Gambar 2.6 Gerakan node dalam model acak Waypoint

23

2.5.1.1 RWP on General Connected Domain

Pada umumnya adalah varian dari model RWP klasik, di mana bisa

mengasumsikan bahwa luas permukaan A adalah cembung, tetapi

menganggap bahwa A adalah domain yang terhubung di mana distribusi

seragam didefinisikan dengan baik. Untuk dua poin m, n pada A, bisa disebut

l (m, n) jarak dari m ke n terhadap A, yaitu panjang minimal jalan

sepenuhnya di dalam A yang menghubungkan m dan n. H adalah himpunan

jalur terpendek antara titik akhir. Aturan perjalanan pemilihan mengambil

titik akhir baru seragam di A, dan jalur berikutnya adalah jalan terpendek

untuk endpoint ini. Jika ada beberapa jalur terpendek, salah satunya adalah

dipilih secara acak menurut beberapa distribusi probabilitas pada set jalur

terpendek.

Gambar 2.7 Random Waypoint on a non-convex Swiss flag domain

Kecepatan numerik sewaktu-waktu dapat dipindah ke tepi grafik. Jarak

dari satu lokasi ke lokasi lain adalah travel-time. Sebuah mobile dimulai

dari lingkaran yang dipilih secara acak dan pergi bersama sebagai jalan

menuju lingkaran lain yang dipilih secara acak

24

Gambar 2.8 Random waypoint on a non-convex city section domain

2.5.1.2 Restricted RWP

Variasi lain dari RW dalam bentuk umum adalah restricted random

waypoint model mobilitas [25] seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9

dimana domain A terhubung tetapi tidak harus cembung dan dapat

digunakan untuk jaringan besar ad hoc dengan rintangan.

Gambar 2.9 menunjukkan contoh dari RWP terbatas pada pesawat dengan

empat kotak sebagai sub-domain. Hal ini menunjukkan pandangan ideal

dari empat kota yang diwakili oleh kotak. Sebuah bergerak mobile node

sesuai dengan waypoint acak dalam persegi untuk nomor acak kunjungan

dan kemudian mengambil titik seragam secara acak di lain persegi yang

dipilih secara acak sebagai tujuan. Angka ini menunjukkan contoh jalur

gerakan mobile. Kecepatan perjalanan yang dipilih sesuai dengan

distribusi yang tergantung pada asal dan tujuan kotak.

25

Gambar 2.9 Restricted random waypoint on a plane with four squares

2.5.1.2.1 Fish in a Bowl

Model ini adalah waypoint acak dibatasi pada domain yang

didefinisikan oleh volume mangkuk seperti ditunjukkan pada Gambar.

2.10 Oleh karena itu waypoints mangkuk ini juga dibatasi. Angka

tersebut menunjukkan hanya volume mangkuk, tapi tidak seluruh

lingkup. Volume mangkuk dianggap domain A1, dan volume bola

dianggap domain A.

Jadi, domain A1 adalah bagian dari domain A, yaitu, A1 ∈ A. Hal ini

dapat juga dikatakan bahwa waypoints dibatasi untuk subset A1 dari

domain A, di mana A1 adalah himpunan titik-titik pada permukaan

mangkuk ini.

Gambar 2.10 Restricted random waypoint fish in a bowl

26

2.5.1.2.2 Space Graph

Ini adalah kasus khusus dari waypoint dibatasi di mana ruang grafik itu

sendiri adalah seluruh A dan himpunan simpul A1 berada dalam domain

grafik ruang A. Grafik ruang mirip dengan bagian kota (Gambar. 2.9),

tetapi berbeda dari bagian kota grafik bahwa waypoints dibatasi menjadi

simpul.

2.5.1.3 RWP on Shpere

Selain itu, ada kasus khusus dari model mobilitas RWP dikenal sebagai

waypoint acak pada bola. Gambar 2.11 menunjukkan RWP pada lingkup

di mana domain A memiliki unit bola. Model ini merupakan model

sirkulasi pesawat sederhana. Berikut A adalah unit lingkup 3. H adalah

himpunan jalur terpendek ditambah jeda.

Jalur terpendek antara dua titik adalah busur terpendek pada lingkaran

besar yang berisi dua titik (Gambar. 2.11). Jika dua titik berada di diameter

lingkaran besar yang sama, dua busur memiliki panjang yang sama

(dengan cara, ini terjadi dengan probabilitas 0). Aturan perjalanan transisi

mengambil jalan endpoint seragam pada bola, dan jalan adalah jalan

terpendek untuk itu (jika ada dua, satu dipilih dengan probabilitas 0,5).

Gambar 2.11 Random Waypoint on a sphere

2.5.1.4 RWP with Wrapping

27

Hal ini digunakan terutama Karena kesederhanaan IMS. Tidak seperti pada

waypoint, distribusi lokasi dan kecepatan pada saat random adalah sama

seperti pada saat transisi, dan simpul mengambil arah, durasi perjalanan,

dan kecepatan numerik. Simpul bergerak dalam arah tertentu dengan

kecepatan numerik yang diberikan untuk durasi perjalanan yang diberikan.

Domain A adalah persegi panjang [0, a1] × [0, a2] seperti yang

digambarkan pada Gambar. 2.12 domain adalah tertutup, dibatasi,

terhubung (tidak harus cembung) bagian dari A2 atau A3. Jalur dibungkus

segmen, yang didefinisikan pada gambar berikut :

Gambar 2.12 Random waypoint (or random walk) with wrapping

2.5.1.5 RWP with Refrlection

Model ini menikmati beberapa kesederhanaan akhir yang sama, tetapi

langkah-langkah perantara yang lebih rumit. Hal ini juga dikenal sebagai

random walk dengan refleksi. Seperti membungkus Model, domain A

adalah persegi panjang [0, a1] × [0, a2] seperti yang digambarkan pada

Gambar. 2.13, dan domain A adalah tertutup, dibatasi, terhubung (tidak

harus cembung) bagian dari A2 atau A3.

28

Gambar 2.13 Random waypoint with billiard like reflection

2.5.1.6 Weighted Waypoint Mobility

Weighted waypoint (WWP) Model mobilitas [21] adalah variasi dari

model RWP di mana tujuannya adalah tidak murni acak. Misalnya, para

pejalan kaki di kampus, driver di kota, dan batalyon di bidang

pertempuran dapat memilih tujuannya berdasarkan lokasi yang biasanya

terkenal sehingga orang tersebut cenderung lebih sering mengunjunginya

daripada orang lain atau kriteria lain yang akan memenuhi tujuannya.

Perbedaan utama dari model WWP dan model RWP populer adalah

sebagai berikut:

Mobile node tidak lagi secara acak memilih tujuan. Memodelkan

perilaku tersebut dengan mengidentifikasi lokasi yang sering dijumpai

dilingkungan yang akan dimodelkan dan menetapkan bobot yang

berbeda sesuai dengan probabilitas untuk memilih tujuan dari daerah

yang dituju.

WWP memilih lokasi tujugan selanjutnya tergantung pada kedua

lokasi dan waktu. Menggunakan model time-varian Markov untuk

menangkap lokasi ini dan bergantung pada time-dependent.

29

Jeda waktu disetiap lokasi berbeda

Gambar 2.14 Model Markov of location transisi seluler

Gambar 2.14 menunjukkan contoh model markov of location transisi

seluler node antara lima lokasi untuk model WWP. Lokasi yang berbeda

memiliki berbagai atraksi untuk memenuhi kebutuhan berbeda untuk node

yang berbeda. Node mobile pindah ke lokasi yang berbeda seperti pada

Gambar 2.7.

Probabilitas transisi untuk jenis lokasi yang berbeda diatur sesuai dengan

bobot atau popularitas. Statistik tentang parameter berikut harus

digunakan: (a) Distribusi waktu jeda di lokasi yang berbeda, (b) time-

varian probabilitas transisinya diberikan berdasarkan jenis lokasi dan

waktu

2.5.2 Random Walkpoint

Model Random Walkpoint awalnya diusulkan untuk meniru gerakan tak

terduga dari partikel dalam fisika. Hal ini juga disebut sebagai Gerak

Brown[17]. Beberapa node mobile diyakini bergerak dengan cara yang tak

terduga. Ini berarti bahwa jika berjalan secara acak dengan langkah-

30

langkah yang sangat kecil, maka akan mendapatkan perkiraan untuk

gerakan Brown. Model mobilitas Random Walk diusulkan untuk meniru

perilaku gerakanny. Gerak Brown dalam beberapa dimensi adalah batas

skala dari random walk dalam jumlah yang sama dari dimensi tersebut,

Namun gerak Brown merupakan batas dari kedua proses stokastik

sederhana seperti berjalan secara acak yang lebih berlaku untuk ponsel

adhoc Network . Model ini hampir sama dengan model Waypoint, hanya

saja pada model ini node melakukan perubahan kecepatan dan arahny pada

setiap interval waktu. Model Random walk merupakan proses mobilitas

tanpa memori yang artinya informasi status sebelumnya tidak digunakan

untuk perlakuan selanjutnya.

Gambar 2.15 Gerakan Node dalam Random Walkpoint

Berikut penjabaran karakteristik dari Random Walk (RW):

1. Nodes mengubah kecepatan dan arah setiap interval waktu, dan

mobilitas. Model RW memiliki waktu jeda nol

2. RW dapat mempertahankan hambatan yang biasanya ponsel/node

tidak bisa bergerak melewatinya.

Kilometer

K

i

l

o

m

e

t

e

r

31

3. Kecepatan v (t) dapat dipilih dari rentang yang telah ditetapkan [Vmin,

Vmax] oleh setiap node mengikuti distribusi seragam atau distribusi

Gaussian pada setiap interval baru t, di mana Vmin dan vmax adalah

kecepatan minimum dan kecepatan maksimum.

4. Seperti kecepatan, setiap node memilih θ arah baru (t) secara acak dan

merata dari rentang [0, 2π].

5. Sebuah simpul bergerak dengan vektor kecepatan [v (t) cos θ, v (t) sin

θ] selama waktu Interval t.

6. Setiap node ponsel memantul dari batas simulasi dengan sudut θ (t)

atau [π - θ (t)] ditentukan oleh arah masuk ketika simpul mencapai

batas.

7. Model ini merupakan memoryless karena tidak memperdulikan yang

berkaitan dengan kecepatan dan arah yang lampau, dan kecepatan yang

akan datang bebas dari kecepatan arus, dan kemudian terus bergerak

sepanjang jalan yang baru.

8. Mobilitas node dianalisis dengan memperbaiki kerangka acuan dari

satu dengan format lain sebagai penghubung atau konektivitas antara

dua node ponsel tergantung pada gerakan relatif dari node, dan untuk

setiap pergerakan node, yang kerangka acuan dari node lain

diterjemahkan dengan jarak yang sama di berlawanan arah.

9. Vektor mobilitas [v (t), θ (t)] node selama interval waktu dapat

diperoleh sebagai perbedaan vektor mobilitas dua node. Vektor

kecepatan dari mobile node dilihat oleh kerangka acuan yang lain akan

32

menjadi dua kali lipat kecepatan aktual karena kerangka acuan

terhadap node lain adalah untuk dipertimbangkan.

2.5.2.1 Markovian Random Walk Mobility

Markov random walk (MRW) Model mobilitas [19], bentuk modifikasi

dari model random walk, menggunakan rantai Markov untuk model

gerakan memperkenalkan memori dalam perilaku gerakan dalam jaringan

ad hoc mobile. Model ini juga dikenal sebagai versi probabilistik model

random walk. Pergerakan Koordinat x dan y diwakili menggunakan tiga

keadaan dalam model :

Keadaan nol (0) menunjukkan posisi saat ini dari mobile node.

Keadaan satu (1) merupakan posisi sebelumnya mobile node.

Keadaan dua (2) merupakan posisi berikutnya dari mobile node.

Gambar 2.16 menggambarkan rantai Markov untuk gerakan koordinat x

dan y dari mobile node. Setiap entri dari probabilitas matriks P (i, j)

merupakan probabilitas yang mobile akan pergi dari kondisi i ke kondisi j.

Artinya, P (i, j) dinyatakan sebagai berikut :

[

]

Nilai-nilai dalam matriks tersebut digunakan untuk memperbarui posisi

mobile node x dan y. Nilai-nilai tertentu yang ditunjukkan dalam matriks

P1 telah digunakan untuk simulasi dan telah digambarkan dalam rantai

flowchart Markov pada gambar 2.16 berikut :

33

Gambar 2.16 Markov chain dan probabilitas matriks Markov Model

mobilitas random walk [19]

X’ : Kordinat x selanjutnya X : Kordinat x saat ini

Y’ : Kordinat y selanjutnya X : Kordinat y saat ini

[

]

Setelah probabilitas transisi state didefinisikan, mobile node dapat

mengambil langkah di salah satu dari empat arah yang memungkinkan ke

utara, selatan, timur, atau barat selama terus bergerak tanpa waktu jeda.

Sifat model mobilitas ini dirangkum di bawah ini:

Pemotongan arah horisontal dan vertikal serta berhenti tidak mungkin

untuk interval waktu lebih dari satu langkah dalam model ini.

Setelah mobile node mulai bergerak itu kemungkinan akan tetap dalam

arah yang sama karena probabilitas bahwa itu tetap di keadaan (1) atau

(2) dari rantai Markov lebih besar dari probabilitas bahwa itu akan

kembali ke keadaan (0) .

Model ini tidak memungkinkan perubahan tiba-tiba dalam perjalanan

gerakan karena tidak ada satu langkah transisi antara keadaan (1) dan

34

(2). Ini menyatakan bahwa mobile node harus berhenti sebelum

mengubah jalan

2.5.2.2 Random Walk with Drift Mobility

Node bergerak secara acak seperti dalam kasus model random walk, tetapi

probabilitas cloud memiliki arah umum dari cloud sebelumnya. Model ini

juga dikenal sebagai gerak Brown dengan mobilitas pergeseran di mana

gerak dapat dinyatakan sebagai berikut :

C (t) = X (t) + μtC(t) = X(t) + μt (2.10)

Dimana :

C (t) = gerak Brown dengan proses pergeseran

X (t) = gerak Brown Standar atau proses berjalan secara acak

ditetapkan sebelumnya

μ = Drift-off rate dari gerak Brown atau proses random walk

Jika semua node mobile sistem memiliki kecepatan gerak yang sama dan

arah, seluruh proses juga akan menjadi proses Brown biasa karena semua

node akan memiliki nol relatif kecepatan gerak dengan menghormati satu

sama lain [22]. Ketidakpastian lokasi mobile node dalam jaringan ad hoc

meningkat dalam setiap waktu. Sebuah model time-varying yang baik

untuk kondisi tersebut dari mobile node adalah gerak Brown 2D dengan

proses pergeseran [23].

Berdasarkan perbandingan antara model Random Waypoint dengan model

Random Walk, penulis akan menggunakan model Random Walk dimana titik point

gerak berjalan yang digunakan sesuai nilai yang didapat dengan Random

Walkpoint. Pada Random walk ini penulis membatasi untuk kecepatan dan waktu

35

jeda yang digunakan adalah tetap, sebagaimana yang telah diketahui untuk model

Random Walk kecepatan selalu konstan dan waktu jeda tidak ada.

2.6 Level Handover

Level Handover merupakan proses pemutusan jaringan yang dilakukan MS saat

akan dilakukannya pemindahan jaringan awal ke jaringan target (Handover).

Perpindahan ini dilakukan dengan mengukur nilai RSSI dan access rate yang

diukur oleh MS. Kondisi Level Handover dibagi menjadi 3, yaitu :

2.6.1 Fixed Probability Threshold (FPT)

FPT merupakan kondisi dimana nilai RSSI atau access rate yang diukur

oleh MS sudah mendekati ambang bawah dan handover belum dapat

dilakukan.

2.6.2 Fixed Hysteris Threshold (FHT)

FHT merupakan kondisi dimana nilai RSSI dan access rate yang diukur

oleh MS terus menerus mengalami penurunan dan mengakibatkan kanal

komunikasi dari transceiver target akan terhubung terhadap MS walaupun

nilai RSSI dan access rate BTS target masih lebih rendah dari BTS awal.

Kondisi ini handover belum dapat dilaksanakan karna nilai RSSI dan

access rate jaringan target belum mencapai batas minimum handover

trigger target.

2.6.3 Handover Hysteris Threshold (HHT)

36

HHT merupakan kondisi dimana nilai RSSI dan access rate BTS awal

yang diukur oleh MS lebih kecil dari BTS target. Kondisi ini sangat

memungkinkan MS akan melakukan handover [18].

2.7 Heterogeneous Network (HetNet)

Heterogeneous Network atau Hetnet merupakan sistem jaringan yang digunakan

pada setiap jaringan telekomunikasi modern saat ini. Hetnet merupakan penerapan

standar teknologi akses yang diberikan pada setiap jaringan yang telah digunakan

disetiap jaringan. Banyak faktor pembeda untuk setiap jaringan misalnya, layanan,

konfigurasi, topologi dan arsitektur. Contoh arsitektur jaringan yang sudah ada

pada saat ini yaitu Third Generation Technology (3G), Long Term Evolution

(LTE), Code Division Multiple Access (CDMA) dan Wireless Fidelity (WIFI).

Setiap arsitektur jaringan diatas memiliki fungsi masing-masing. Setiap

arsitekturnya memiliki keunggulan dan kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari

seberapa banyak user yang menggunakan dan seberapa baiknya kualitas jaringan

yang diberikan.

2.7.1 Third Generation Technology (3G)

3G merupakan teknologi yang memiliki karakteristik open standard

interface (yang masih bisa dikembangkan instrumennya pada sistem

jaringan), roaming access (jangkauan luas), interoperabilitas dan juga

kemudahan dalam penggunaan SIM card di handset yang berbeda

sehingga menjadikan faktor penyebab perkembangan jaringan GSM

(Global System for Mobile Communication) yang ada saat ini.

Arsitektur jaringan 3G terdiri dari 3 komponen penting yaitu:

37

1. Mobile Station (MS)

2. Base Station Subsystem (BSS)

3. Network Subsystem (NSS)

Gambar 2.17 Arsitektur Jaringan 3G

Adapun Karakteristik yang dimiliki pada arsitektur jaringan 3G adalah

sebagai berikut :

1. Mendukung dua mode dasar FDD : (2x5 MHz) dan TDD (1x5 MHz)

bergantung pada regulasi telekomunikasi.

2. High chip rate (3.84 Mbps) dan data rate hingga 2Mbps

3. Menggunakan deteksi koheren pada arah uplink dan downlink

berdasarkan penggunaan sinyal pilot

4. Peran antar sel asynchronous

5. Fast adaptive power control

6. Seamless inter-fregquency handover

7. Handover intersystem yaitu antara GSM dan WCDMA

38

8. Mendukung pengembangan sistem untuk deteksi dan transmisi yang

lebih maju seperti pada multiuser detection (MUD) dan smart

adaptive antena

2.7.2 Long Term Evolution (LTE)

LTE (Long Term Evolution) adalah peningkatan dari jaringan

telekomunikasi 3G dan memiliki 10x lebih cepat dari 3G. Arsitektur yang

dimiliki LTE dibuat dengan berbasis IP dan signalling menggunakan

protocol diameter.

Gambar 2.18 Arsitektur LTE

Arsitektur jaringan tingkat tinggi LTE terdiri dari tiga komponen utama,

yaitu:

a. User Equipment (UE) atau peralatan Pengguna

User Equipment (UE) pada UMTS dan GSM merupakan Mobile

Equipment (ME) yang arsitektur internalnya identik digunakan pada LTE.

39

Ada 3 modul penting yang terdapat pada peralatan mobile, diantaranya

Mobile Termination (MT) berfungsi untuk berkomunikasi, Terminal

Equipment (TE) berfungsi untuk mengakhiri aliran data, dan Universal

Integrated Circuit Card (UICC) atau kartu SIM. Menjalankan kartu SIM

tersebut dibutuhkan sebuah Universal Subscriber Identity Module

(USIM). Kartu tersebut memiliki informasi tentang pengguna ponsel.

b. Evolved UMTS Terrestrial Radio Access Network (E-UTRAN)

Berikut merupakan ilustrasi dari E-UTRAN :

Gambar 2.19 Arsitektur UMTS

E-UTRAN menangani komunikasi radio antara ponsel dan evolved

packet core dan hanya memiliki satu komponen, BTS evolved, yang

disebut eNodeB atau eNB. BTS yang berfungsi sebagai pengontrol

ponsel dalam suatu sel bisa juga disebut eNB.

Berikut penjelasan fungsi lain dari eNB :

eNB menggunakan sistem analog untuk menerima transmisi radio

dan proses pensinyalannya menggunakan antarmuka udara LTE.

40

Pengoperasian tingkat rendah pada setiap ponsel eNB dapat

mengontrolnya dengan cara mengirim sinyal pesan sama seperti saat

proses handover.

Setiap EPC dihubungkan eNB dengan antarmuka S1 yang terhubung

dengan BTS menggunakan antar muka X2. Home eNB (HeNB)

merupakan BTS sebagai penyedia femtocell di rumah.

c. Evolved Packet Core (EPC)

EPC berkomunikasi melalui paket jaringan data di dunia luar seperti

internet, jaringan perusahaan swasta atau subsistem IP multimedia.

Antarmuka antara bagian-bagian yang berbeda dari sistem dilambangkan

dalam Uu, S1 dan SGI seperti yang ditunjukkan di bawah ini:

Gambar 2.20. Komunikasi jaringan EPC

Ada beberapa komponen yang belum ditampilkan dalam diagram untuk

membuatnya tetap sederhana. Seperti Equipment Identity Register (EIR),

Policy Control and Charging Rules Function (PCRF), dan Sistem

Peringatan Gempa Bumi dan Tsunami (Earthquake and Tsunami

Warning System – ETWS).

41

Gambar 2.21 Arsitektur EPC

Berikut merupakan penjelasan singkat dari masing-masing

komponennya:

Home Subscriber Server (HSS) merupakan database informasi

tentang semua pelanggan operator jaringan.

Packet Data Network (PDN) Gateway (P-GW) berkomunikasi

dengan dunia luar seperti jaringan paket data PDN, dengan

menggunakan antarmuka SGI. Access Point Nama (APN) akan

mengidentifikasi setiap PDN.

Serving Gateway (S-GW) berfungsi menjadi router, data BTS dan

PDN gateway akan diteruskanya.

Mobility Management Entity (MME) berfungsi sebagai pengontrol

operasi tingkat tinggi ponsel dengan melakukan pengiriman pesan

dan Home Subscriber Server (HSS).

Policy Control and Charging Rules Function (PCRF) merupakan

komponen yang tidak ditampilkan namun berfungsi melakukan

kontrol untuk proses tertentu dan menyediakan kebijakan pengaturan

aliran keputusan pada pembiayaan/charging.

42

Antarmuka antara serving dan PDN gateway dikenal dengan S5/S8.

Keduanya memiliki implementasi yang sedikit berbeda. Disebut S5 jika

kedua perangkat berada dalam jaringan yang sama, dan S8 jika berada di

jaringan yang berbeda.

Fungsi Pembagian antara E-UTRAN dan EPC

Diagram berikut ini menunjukkan pembagian fungsi antara E-UTRAN

dan EPC untuk jaringan LTE:

Gambar 2.22 Pembagian Fungsi E-UTRAN dan EPC

2.7.3 Code Division Multiple Access (CDMA)

CDMA merupakan teknologi yang mengakses jaringan dari titik yang

saling berjauhan untuk tidak saling mengganggu proses transmisi sinyal

saat dilakukan. Arti teknik Multiple Access adalah bagaimana spektrum

tersebut dibuat menjadi kanal-kanal yang mentransmisikan sinyal untuk

pelanggan. Arsitektur CDMA dibagi menjadi 9 :

1) Mobile Station (MS)

43

MS atau Mobile Station merupakan perangkat yang berfungsi

memproses dan membentuk voice dan data.

2) Base Transceiver Station (BTS)

BTS atau Base Transceiver Station merupakan perangkat yang

berfungsi untuk mengalokasikan daya dan juga mentransmisikan sinyal

ke pengguna. Maksud dari Transceiver disini adalah sebagai

Transmitter atau pengirim dan Receiver atau penerima. Artinya, BTS

merupakan penghubung antar layanan.

3) Base Station Controller (BSC)

BSC atau Base Station Controller merupakan pengatur seluruh BTS

didaerah cakupan dan pengatur paket data dari BTS menuju PSDN.

4) Mobile Switching Center (MSC)

MSC atau Mobile Switching Center merupakan sebuah interface antara

BSC dengan Public Switched Telephone Network (PSTN) dijaringan

data Integrated Services Digital Network (ISDN) yang memiliki fungsi

pengatur komunikasi pelanggan seluler dengan pelanggan

telekomunikasi lainnya.

5) Home Location Register (HLR)

HLR atau Home Location Register merupakan database yang berisi

management dari MS untuk menyimpan seluruh data user baik dari

lokasi dan Shared Secret Data (SSD).

6) Visitor Location Register (VLR)

VLR atau Visitor Location Register merupakan memori data pelanggan

yang didapat dari HLR yang digunakan sebagai pengontrol panggilan.

44

7) Authentication, Authorization, Accounting (AAA)

AAA merupakan arsitektur dari CDMA yang melakukan proses

pembuktian keaslian pelanggan, pengesahan, dan pelaporan pada

jaringan paket data dengan remote Access dial-in user service protocol.

8) Gateway Mobile Switching Center (GMSC)

GMSC atau Gateway Mobile Switching Center merupakan penyedia

hubungan dan pemutusan jaringan dari panggilan dan penggunaan data

pelanggan.

9) Short Message Service Center (SMSC)

SMSC atau Short Message Service Center merupakan penyimpan,

pengajuan, dan penyampain pesan singkat [16].

Berikut Arsitektur sederhana pada 3G CDMA :

Gambar 2.23 Arsitektur sederhana CDMA

Protokol dan fungsi pada setiap bagian arsitektur sederhana CDMA :

1. Protokol Signalling (pengontrol panggilan)

Pada bagian protokol ini memiliki 2 bagian penting, yaitu:

45

SIP (Session Initiation Protocol) berfungsi sebagai pembangun koneksi,

memodifikasi dan menterminasi komunikasi multimedia, suara, dan

conference antar MGC

SIP-T (SIP for Telephony) berfungsi sebagai protokol standar signalling

untuk mengidentifikasi payload ISUP dan PSTN.

2. Protokol Pengontrol Media Gateway (MGW)

Terdapat 2 bagian yang terdapat pada MGW yaitu :

MGCP (Media Gateway Controll Part) berfungsi mengontol operasi

translasi (routing) voice (trunk), data, dan video

Megaco (H.248 ITU-T) digunakan oleh MGC untuk mengontrol MGW

saat panggilan. Megaco ini sebagai penyempurna dari MGCP

3. Protokol Transport

RTP (Real-time Transport Protocol) berfungsi sebagai transport end-to-end

sesuai dengan aplikasi real-time, seperti suara dan video.

4. Protokol Signalling Gateway

SIGTRAN (Signalling Transport), berfungsi untuk Signalling Gateway dan

membawa pesan SS7 ke jaringan berbasis IP.

2.7.4 Wireless Fidelity (WIFI)

WiFi merupakan bentuk pemanfaatan teknologi Wireless Local Area

Network (WLAN) pada lokasi-lokasi publik dengan standar

pengambangan IEEE 802.11 antara lain IEEE 802.11.b; 802.11.a; dan

802.11.g. Pada awal perkembangannya teknologi WiFi identik dengan

standar IEEE 802.11.b yang memiliki kemampuan transmisi data sampai

46

11 Mbps pada pita frekuensi 2,4 GHz, hal ini dikarenakan teknologi

dengan standar ini yang berkembang sangat pesat. Teknologi WiFi

memiliki keterbatasan dalam hal coverage area yaitu sebesar radius 100

m. Awalnya Wi-Fi digunakan untuk perangkat nirkabel dan jaringan area

lokal atau Local Area Network (LAN), saat ini lebih banyak digunakan

untuk mengakses internet. Hal ini memungkinkan seseorang dengan

komputer, dengan kartu nirkabel (wireless card) atau personal digital

assistant (PDA) untuk terhubung dengan internet dengan menggunakan

titik akses (hotspot) terdekat.

Gambar 2.24 Arsitektur jaringan sederhana Wifi

Arsitektur 802.11 LAN mirip arsitektur seluler, sistem ini dibagi menjadi

beberapa sel. Tiap sel (yang disebut dengan Basic Service Set atau BSS)

dikontrol oleh Base Station (yang disebut dengan Access Point atau biasa

disingkat AP). Ada 2 jenis BSS, yaitu :

1. Independent BSS (IBSS), yaitu sistem BSS apabila Wireless Station

(WS) tidak dihubungkan menggunakan AP.

47

2. Infrastructure BSS merupakan sistem BSS yang apabila terdapat AP

yang menghubungkan WS. WLAN dapat berupa sel tunggal, dengan

sebuah AP, dan kebanyakan instalasi WLAN terdiri dari beberapa sel,

AP terhubung melalui suatu backbone (disebut dengan Distribution

System atau DS). Backbone ini berupa Ethernet dan dalam beberapa

kasus juga dapat berupa wireless.

Jaringan WLAN yang telah terinterkoneksi secara utuh, termasuk dengan

sel-sel yang berbeda, seluruh AP dan DS dipandang sebagai satu jaringan

101 802.11 bagi layer di atasnya dan jaringan ini disebut dengan

Extended Service Set (ESS).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengerjaan skripsi dilaksanakan pada waktu dan tempat sebagai berikut :

Waktu : Maret 2017 – Oktober 2017

Tempat : Laboratorium Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Lampung

3.2 Alat dan Bahan

Adapun peralatan dan bahan-bahan yang digunakan saat penelitian skripsi adalah

sebagai berikut :

1. Satu unit personal computer

2. Softaware Matlab 2013a

3. Software Microsoft Excel 2016

49

3.3 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan pada penyelesaian skripsi ini adalah

pemodelan dan simulasi dengan tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu sebagai

berikut :

A. Studi literatur

Pada studi literatur dilakukan pencarian informasi mengenai topik skripsi, baik

dari buku, jurnal, bahan dari internet maupun sumber-sumber lain yang berkaitan

dengan skripsi. Meliputi :

1) Teknologi Heterogeneous Network (HetNet)

2) Handover

3) Arsitektur dan plathform jaringan Third Generation Technology (3G),

Long Term Evolution (LTE), Code Division Multiple Access (CDMA)

dan Wireless Fidelity (WIFI)

4) Received Signal Strength Indicator (RSSI) dan access rate sebagai

handover trigger

5) Analysis handover processing time

6) Fixed Probability Threshold (FPT), Fixed Hysteris Threshold (FHT)

dan Handover Hysteris Threshold (HHT)

7) The Random Waypoint Model

50

B. Pemodelan Sistem

Kondisi yang akan dianalisa dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Pemodelan sistem yang dianalisa

Analisa pemodelan yang dilakukan terdiri dari empat jaringan yang mempunyai

plathform dan arsitekur berbeda yaitu, Third Generation Tecjnology (3G), Long

Term Evolution (LTE), Code Division Multiple Access (CDMA) dan Wireless

Fidelity (WIFI). Pemodelan sistem seperti pada Gambar 3.1 dilakukan dengan

empat jaringan dimana akan dibahas proses handover pada layer satu dan juga

akan dilihat nilai-nilai yang didapat pada setiap titik perpindahan yang dilakukan

pengguna.

51

Gambar 3.2 (a) Handover dari jaringan CDMA menuju 3G dan LTE

Handover dari jaringan LTE menuju CDMA dan 3G

Handover dari jaringan 3G menuju CDMA dan LTE

(b) Handover dari jaringan WIFI munuju WIFI

(a)

(b)

52

C. Simulasi dan Uji Coba Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan simulasi dan uji coba sistem yang dibuat.

Simulasi dan uji coba sistem ini akan dilakukan pada software MATLAB

R2013a. Penggunaan frekuensi dan bandwith yang berbeda pada masing-

masing jaringan maka akan didapat hasil pengukuran Received Signal

Strength Indicator (RSSI) dan accessrate yang menjadi acuan proses

handover yang terjadi, sesuai ambang bawah yang sudah ditentukan

sebelumnya. Simulasi yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi sistem

yang sudah dipaparkan pada bagian pemodelan sistem dengan

ditambahkan titik perpindahan pada setiap jarak pindah antara Base

Transceiver Station (BTS) pertama dengan kedua [8].

D. Parameter untuk Simulasi

Parameter yang digunakan pada simulasi ini adalah RSSI atau Received

Signal Strength Indicator yang berfungsi mengukur daya terima dari

seluruh sinyal yang diukur mobile station (MS), apabila nilainya pada BTS

awal lebih kecil dibandingkan dengan BTS target, maka akan dilakukan

proses handover. Parameter selanjutnya yaitu access rate yang berfungsi

menghitung kecepatan jaringan yang diterima oleh MS, apabila kecepatan

data yang didapatkan MS melambat, maka MS akan segera mencari

jaringan yang menyediakan kecepatan jaringan lebih stabil atau diatasnya,

dengan kata lain MS akan melakukan proses handover. Kedua parameter

tersebut sebagai handover trigger yang sudah ditentukan nilai ambang

terendahnya ketika handover harus terjadi. Parameter tambahan yang akan

dianalisa pada saat simulasi adalah kecepatan rata-rata data yang diterima,

53

keterlambatan dalam waktu transmisi data dan jumlah waktu yang

dibutuhkan saat handover yang terjadi pada setiap jarak perpindahan

pengguna [8].

E. Analisa dan Pembahasan

Pada tahap ini akan dilakukan analisa dan pembahasan dari data hasil

simulasi dan uji coba sistem yang telah dilakukan. Hasil yang diperoleh

akan dianalisa apakah sistem yang telah dibangun telah dapat digunakan

dan memiliki kualitas yang baik atau tidak. Simulasi dikatakan sukses jika

nilai dari parameter RSSI dan access rate yang sudah digunakan saat

mengukur proses handover setiap jaringan telah menghasilkan nilai yang

sesuai dan didapatkan parameter tambahan Throughput, Delay, dan

Latency untuk menganalisa rata-rata daya terima, keterlambatan waktu

transmisi dan kecepatan rata-rata pada saat handover terjadi di setiap titik

perpindahan pengguna.

54

3.4 Skema Waktu Penelitian

Rencana jadwal kerja yang akan penulis lakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rencana Kerja Penelitian

Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober

Mencari paper,

Studi pustaka

dan literatur

Memodelkan

sistem yang

akan dianalisa

dan

memahami

parameter

pada

Handover

Seminar usul

Pengujian

simulasi dan

pengambilan

data

Analisa dan

pembahasan

Seminar hasil

Ujian

komprehensif

55

3.5 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dapat dilihat sebagai

berikut:

Gambar 3.3. Diagram Alir Penelitian

56

3.6 Diagram Alir Pemodelan Sistem

Diagram alir pemodelan sistem merupakan bentuk dari sistem yang akan

disimulasikan pada penelitian. Gambar 3.4 adalah diagram alir pemodelan sistem

Gambar 3.4 Diagram Alir Pemodelan Sistem

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses handover yang dianalisa dengan perpindahan jarak user yang

dilakukan dengan metode Random Walkpoint memperlihatkan pengaruh

terhadap nilai RSSI dan Accesrate yang dihitung.

2. Hasil uji proses handover yang terjadi untuk seluruh skenario yang dianalisa

memiliki nilai presentase yaitu HHT 49%, FHT 43%, dan FPT 9%.

3. Hasil analisa proses handover terbaik terjadi pada jaringan antara CDMA-

LTE dengan nilai RSSI -25 dB dan Accessrate 21 Mbps, serta nila delay

sebesar 0,56 s, nilai latency sebesar 0,08 ms, dan nilai throghput sebesar

99%.

89

5.2 Saran

Saran yang didapatkan setelah melakukan analisis dan perhitungan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kecepatan dan percepatan yang terjadi saat user berpindah-pindah dari titik

perpindahan satu ke yang lain sangat mempengaruhi proses handover yang

terjadi. Hal ini bisa dijadikan bahan analisis untuk penelitian selanjutnya.

2. Sebaiknya parameter jaringan Wifi diganti karena untuk jaringan Wifi

memiliki tingkat standar pensinyalan yang berbeda sehingga dalam

menentukan kualitas jaringan dengan layanan lain sangat tidak konsekuen.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pratama, Gifinri Sinaga, Oktober 2016. “Analisis Handover Pada

Heterogeneous Network Menggunakan Received Signal Strength Indicator

(RSSI) Dan Access Rate Sebagai Handover Trigger”. Teknik Elekto

Universitas Lampung, Lampung.

[2] Chalida, L.A., Santoso, Imam., Christyono, Yuli., Desember 2009, “Analisis

Perpindahan Kanal Komunikasi dalam Satu BSC pada Sistem GSM

Berdasarkan Data Driver Test Menggunakan TEMS Investigation 4.1.1”.

Jurnal Teknik Elektro, Vol 11, No.4 hlm 183-192.

[3] Murhaban., Ashari, Ahmad., “ Analisa Metode Handover pada Jaringan

WiMAX”. Jurnal, Vol. 1, No.1, Januari 2016, pp. 59-70

[4] Lee, William C.Y, “Mobile Cellular Telecommunication – Analog and

Digital Systems”, McGraw-Hill,Inc., USA, 1995, edisi ke-2, xiii+665 h.

[5] M. L. D. Igor A. Tomic, “Soft Handover and Downlink Capacity inUMTS

Network,” vol. 11, pp. 23-25, 2004.

[6] Wang, Jin, 2014, “Issues toward Networks Architecture Security for LTE

and LTE-A Networks”. International Journal Security for LTE and Its

Applications. Volume 8, No.4.

[7] Hidayat, Arif. Maret 2012, “Analisis Carrier to Interference Transmisi

Gelombang Mikrowave Link Band dengan Downlink Satelit Penginderaan

Jauh”. LAPAN. (12), 1-9.

[8] Wang, Yanwen, 2014, “A Fusion Approach of RSSI and LQI for Indoor

Localization System Using Adaptive Smoothers”. International Journal of

Distributed Sensor Networks. Volume 2014, No. 1.

[9] Ikawati, Yunia, Maret 2012, “ Analisa Interferensi Elektromagnetik Pada

Propagasi WIFI Indoor”. ITS. (21), 1-5.

[10] Sugeng, Winarno, Februari 2015, “ The Impact of QoS Changes towards

Network Performance”. E-ISSN. Volume 3, No.2.

[11] Bai, Fan & Ahmed, Helmy, “A survey Of Mobility Models in Wireless

Adhoc Networks”. U.S.A. University of Southern California,

[12] Huawei Technologies Co., Ltd., 2014., HUAWEI Enterprise AP

Series802.11acBrochure.http://enterprise.huawei.com/ilink/cnenterprise/do

wnload/HW_331625. Diakses pada tahun 2017

[13] Huawei Technologies Co., LTD., 2014., HUAWEI E8231 HSPA+ Wingle

V100R001. http://m.setuprouter.com/router/huawei/e8231/manual-2113.pdf.

Diakes pada tahun 2017

[14] Huawei Technologies Co., LTD., 2014., Capacity Boost Technology.

http://www.huawei.com/ilink/en/download/H2014043004. Diakses pada

tahun 2017

[15] Huawei Technologies Co., LTD., 2014., Network Solution of Huawei Cdma

1x System. http://feeid.io/document.php?id=447574. Diakses pada tahun

2017

[16] Budiman, Gelar, Januari 2015, “Multi User Performance On MC Cdma

Single relay Cooperative System By Distributed Stbc In Rayleigh Fading

Channel”. International Journal of Computer Network & Communications

(IJCNC). Volume 7, No.1

[17] Nelson, E., 1967, “Dynamical Theories of Brownian Motion, 2nd Edition”.

Princeton University

[18] Telecommunication Standardization Sector Of ITU, 1997 Speed of Service

(delay and Throughput) performance value for public data networks when

providing international packet-switched services, Geneva: Inforce

[19] Camp, Tetal, 2002. “A Survey of Mobility Models for Ad Hoc Network

research.”. WCMC

[20] Bettstetter, Cetal, 2003. “Stochastic Properties of the Random Waypoint

Mobility Model.” Kluwer Academic Publishers

[21] Hsu, Wetal, 2004. ”Weighted Waypoint Mobility Model a nd its Impact on

Ad Hoc Networks.” MobiCom.

[22] D. Turgut, Detal (2001) Longevity of Routes in Mobile Ad Hoc Networks.

VTC

[23] Li, Q and Rus, D (2003) Communication in disconnected ad hoc networks

using message relay. Journal of Parallel and Distributed Computing

[24] Jamalipour, A (2003) The Wireless Mobile Internet: Architectures,

Protocols and Services. John Wiley & Sons, New Jersey

[25] Blazevic, Letal (2004) A l ocation based routing m ethod for m obile ad hoc

networks. IEEE Transactions on Mobile Computing 3(4)