analisis manual material handling terhadap postur …eprints.ums.ac.id/83570/3/naskah...
TRANSCRIPT
ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING TERHADAP POSTUR
KERJA DALAM ASPEK BIOMEKANIKA MENGGUNAKAN METODE
KEY INDICATOR METHOD (KIM) DAN ERGONOMIC ASSESSMENT
WORKSHEET (EAWS)
(Studi Kasus UKM Barecore UD. Cipta Mandiri Klaten)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Oleh:
HARTANTO
D 600 160 116
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING TERHADAP POSTUR
KERJA DALAM ASPEK BIOMEKANIKA MENGGUNAKAN METODE
KEY INDICATOR METHOD (KIM) DAN ERGONOMIC ASSESSMENT
WORKSHEET (EAWS)
(Studi Kasus UKM Barecore UD. Cipta Mandiri Klaten)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingat risiko suatu pekerjaan dimana UD.
Cipta Mandiri dalam pembuatan barecore yang memiliki 10 stasiun kerja dengan
beroperasi dalam satu shift kerja selama 7 jam. Sebagian besar masih menggunakan
tenaga dan keterampilan pekerja dalam memproduksi barecore. Hal ini
mengakibatkan pekerja mengalami MSDs dikarenakan jam kerja yang panjang dan
porsi kerja yang banyak sehingga perlu adanya pembaharuan karena dapat terjadi
human error.
Penelitian dilakukan dengan perhitungan skor pada metode KIM untuk
menganalisis tingkat risiko pekerjaan dengan menentukam nilai waktu, nilai
indikator dan evaluasi sementara metode EAWS untuk membantu mencari sebuah
solusi dengan usulan perbaikan dengan memntukan informasi kasus, nilai tubuh,
postur kerja, tenaga kerja dan menghitung beban MMH. Dengan data primer dan
sekunder yang mendukung penelitian serta dalam memberikan sebuah usulan.
Hasil penelitian berupa tiga stasiun dengan tingkat risiko tertinggi yaitu
menggunakan metode KIM yaitu stasiun pemotongan kayu, stasiun penyerutan
kayu dan stasiun Rn Ging. Kemudian usulan perbaikan berupa desain alatbantu
yang berupa meja kerja di ketiga stasiun tersebut dimana terjadi perubahan ukuran
serta desain yang melalui perhitungan metode EAWS sehingga mengalami
penurunan tingkat risiko.
Kata Kunci: Muskoloskeletal Disorders, Metode KIM, Metode EAWS,
Barecore
Abstract
This study aims to determine the risk level of a job where UD. Cipta Mandiri in
making barecore which has 10 work stations operating in one work shift for 7 hours.
Most of them still use workers' power and skills in producing barecores. This results
in workers experiencing MSDs due to long working hours and a large portion of
work so there needs to be an update because human errors can occur.
The study was carried out by calculating the score on the KIM to analyze the level
of work risk by determining the time value, the value of the indicator and the
evaluation while the EAWS method to help find a solution with proposed
improvements to determine case information, body value, work posture, labor and
calculate MMH burden. With primary and secondary data that supports research
and in giving a proposal.
The results of the study were three stations with the highest level of risk, namely
using the KIM, namely the wood cutting station, wood shaving station and Rn Ging
station. Then the proposed improvement in the form of design tools in the form of
2
work desks at the three stations where there is a change in size and design through
the calculation of the EAWS so that the risk level decreases.
Keyword: Muskoloskeletal Disorder, KIM, EAWS, Barecore
1. PENDAHULUAN
UD. Cipta Mandiri adalah salah satu usaha kecil menengah yang beralamat di
Kabupaten Klaten yang mana memproduksi kayu lapis dengan jenis kayu sengon.
Lini produksi yang terdapat pada UD. Cipta Mandiri terdapat 10 stasiun produksi,
diantaranya adalah pertama proses pengovenan kayu yang dilakukan selama 24 jam
selama 7-9 hari guna mengeringkan kayu yang masih basah pada bagian dalamnya,
kedua proses pemotongan kayu dengan Mitter Saw sesuai ukuran yang akan
diproduksi, ketiga penyerutan kayu yaitu dengan menggunakan mesin Surface
Planner yang menjadikan kayu dari semula gelondongan menjadi balok, keempat
proses Gang Rip yaitu memotong kayu balok menjadi potongan–potongan bar kecil
(corepiece), kelima proses penataan kayu untuk menyeleksi kayu yang layak untuk
digunakan, keenam proses En Less menyusun corepiece ke dalam loyang conveyor,
ketujuh proses perekatan kayu agar meminimalisir celah diantara kayu saat akan di
cetak, kedelapan proses Rn Ging pencetakan kayu yang mana proses ini dengan
menata hingga 10 tumpuk lembaran, kesembilan proses Press yaitu bertujuan
menggabungkan kembali belahan dan potongan kecil menggunakan mesin press
hidrolis, dan yang terakhir adalah proses Packing untuk mengemas barecore sesuai
dengan ukuran agar aman (Raymond dkk., 2014). Para pekerja sebanyak 77,7%
adalah wanita dan 22,2% pria dengan total sebanyak 18 pekerja yang berasal dari
penduduk lokal setempat. Manusia pastinya memiliki batasan dalam bekerja baik
dalam jangka pendek maupun angka panjang yang berupa kelelahan, batas
maksimal jam kerja dan batas kekuatan otot (musculoskeletal). Alasan dibalik
mengapa tetap mempertahankan menggunakan MMH, diantaranya adalah biaya
produksi lebih terjangkau, ketelitian produksi lebih terjamin seperti fleksibilitas
pekerja seperti gerakan mengangkat, memegang, membawa, menarik dan
mendorong dibanding mesin yang memungkinkan untuk setting ulang penggunaan
serta keuntungan lain tidak menambah pajak tambahan.
Musculoskeletar Disorder (MSDs) atau gangguan muskuloskeletal adalah
sebuah cedera dan gangguan pada jaringan lunak seperti otot, tendon, ligamen,
3
sendi dan tulang rawan serta sistem saraf. MSDs mempengaruhi hampir seluruh
bagian jarinan, termasuk saraf dan selubung tendon, dan yang paling sering
melibatkan bagian punggung dan lengan. MSDs disebut pula dengan istilah
diantaranya Commulative Trauma Disorders (CTDs), Repeated Trauma, Repetitive
Stress, Occupational Overextertion Syndrom. Diantara keempatnya memiliki
keterkaitan satu sama lain (OSHA: 2000).
Keluahan yang terjadi karena MSDs umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang melebihi ambang batas (teralalu
berat) dengan durasi yang panjang serta dilakukan secara berulang yang akan
menyebabkan keluhan yang terletak antara sedi, ligamen atau tendon. Keluhan otot
kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15% - 20%
dari kekuatan otot maksimum namun bila berlebihan peredaran darah ke otot akan
berkurang. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat
terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Ulfah, 2014; Grandjean, 1993).
MSDs terjadi dalam kurun waktu yang panjang baik mingguan, bulanan bahkan
tahunan yang dakibatkan hasil dari paparan berbagai faktor risiko yang dapat
menyebabkan gangguan. MSDs dapat menyebabkan beberapa kecelakaan kerja
diantaranya seperti kondisi nyeri, mati rasa, kesemutan, sendi kaku, sulit bergerak,
kehilangan otot serta acap kali mengalami kelumpuhan (Sanders, Martha. J, 2004).
Penggunaan metode Key Indicator Method (KIM) sebagai alat yang digunakan
untuk menilai sebuah risiko penanganan beban secara manual dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah deskripsi berskala ordinal dari item-item beban kerja
sementara tahap kedua adalah evaluasi tingkat kemungkinan kelebihan fisik
(Klaussmann, 2017) sementara Ergonomics Assesment Work Sheet (EAWS)
digunakan lebih pada proses usulan perbaikan yang digunakan untuk perbaikan
postur dan perbaikan alat kerja yang menyebabkan menurunnya beban fisik pekerja
terlihat pada masuknya jenis pekerjaan ke kelas risiko rendah (low risk) pada
analisis dalam EAWS digunakan untuk mengevaluasi hasil kinerja yang ditujukan
untuk aktivitas statis dan repetitif (Schaub dkk., 2012).
4
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel yaitu seluruh pekerja di UD.
Cipta Mandiri sejumlah 18 pekerja dengan 10 stasiun kerja pada metode KIM dan
3 stasiun kerja dengan tingkat resiko tertinggi pada metode EAWS.
Terdapat tiga langkah yang dijalankan menggunakan KIM, diantaranya yaitu
dengan menentukan nilai rating waktu, menentukan nilai rating ke dalam indikator
lain yang mana indikator tersebut berfungsi sebagai variabel dalam tahap penilaian
seperti Indikator Aktivitas, Indikator Nilai Perpindahan Tenaga, Indikator Posisi
Gerakan Tangan, Indikator Kondisi Kerja, Indikator Postur Tubuh Dalam, Indikator
Organisasi Kerja. Kemudian tahap terakhir dalam metode KIM adalah memberikan
penilaian dan evaluasi yaitu dengan cara menjumlahkan dari ke enam variabel dan
diperoleh hasil akhir yang kemudian disesuaikan terhadap parameter level dalam
metode KIM sehingga dapat dianalisa (Steinberg, 2012).
Selanjutnya analisis perbaikan menggunakan metode EAWS yaitu memiliki
lima langkah dimulai dengan menentukan informasi kegiatan, menentukan nilai
tambahan pada seluruh tubuh, menentukan posisi postur kerja, menentukan tenaga
dari anggota tubuh dan yang terakhir yaitu menentukan jumlah beban MMH
(Schaub dkk., 2010)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tahap Pengumpulan Data
Dalam tahap pengumpulan data, data yang digunakan pada kedua metode yaitu
KIM dan EAWS tentunya ada sedikit perbedaan, berikut adalah data yang
digunakann pada kedua metode.
3.1.1 Data KIM
Data yang digunakan pada metode KIM adalah data stasiun kerja yang
digunakan untuk mengidentifikasi kondisi kerja dan data durasi kerja untuk
mengetahui lamanya pekerja bekerja yang mempengaruhi beban kerja yang
diterima.
3.1.2 Data EAWS
Data yang digunakan pada metode EAWS sama untuk data stasiun kerja dan
data durasi kerja, namun terdapat tambahan yaitu berupa data postur tubuh yang
5
berisi tinggi badan dan berat badan pekerja yang digunakan pada saat mencari nilai
pada indikator nilai postur.
3.2 Tahap Pengolahan Data
Berikut adalah salah satu perhitungan nilai metode KIM tertinggi yaitu pada
stasiun kerja Rn Ging yang dikerjakan sebanyak 3 orang pekerja dimana setiap
pekerja memiliki porsi kerjanya masing-masing, yakni mengangkat 5 loyang kayu
dari proses perekatan hingga merapikan 10 cetak lembaran barecore.
Tabel 1. Lembar Kerja Metode KIM
60-31 30-16 15-4 < 4 < 1 1-4 5-15 16-30 31-6- >60
Level
2 1 0.5 0 0.5 1 2 3
3 1.5 1 0 1 1.5 3 5
5 2 1 0.5 1 2 5 8
8 4 2 1 2 4 8 13
12 6 3 1 3 6 12 21
19 9 4 2 4 9 19 33
- - - 1 3 6 12 21Tenaga Dengan Pukulan 1
Nilai Rating Tenaga:
Tangan Kiri Tangan Kanan
4 4
1
Tenaga Puncak 1
Tenaga Sangat Tinggi
Deskripsi Nilai Rating Nilai Rating
Tenaga Sangat Rendah 0
Tenaga Rendah 0
Tenaga Sedang 0
Level Tenaga Pada Area Jari Tangan
Memegang Memindah
Rata" (detik/menit) Rata" (jumlah/menit)
Tenaga Tinggi 0.5
6
Perpindahan Tenaga Sangat Sulit 4
Perpindahan Tenaga / Kondisi Pegangan Rating
Perpindahan Tenaga Optimum 0
Perpindahan Tenaga Terbatas 2
Tidak Menguntungkan: Tidak ada / hampir tidak ada variasi situasi beban kerja fisik
karena kegiatan lain / urutan ketat sering beban kerja fisik yang lebih tinggi dengan
puncak beban tinggi bersamaan
4
Organisasi kerja / Distribusi Sementara Rating
Baik: Sering memvariasi situasi beban kerja fisik karena kegiatan lain / tanpa urutan ketat
beban kerja0
Dibatasi: Variasi langka dari situasi beban kerja fisik karena kegiatan lain / urutan ketat
dari beban kerja fisik yang lebih tinggi2
1. Berdiri atau duduk secara eksklusif tanpa berjalan
2. Batang tubuh jelas condong ke arah area kerja dengan putaran
3. Penyimpangan sering dari postur atau gerakan kepala
4. Postur kepala membungkuk ke depan dan gerak terbatas
5. Sering menggenggam pada jarak dari tubuh
4
1. Batang tubuh sangat condong ke depan
2. Pekerjaan dilakukan dalam posisi berlutut, jongkok, berbaring
3. Pemutaran konstan atau kemiringan lateral
4. Postur tubuh benar-benar diperbaiki
5. Penyimpangan konstan dari postur atau gerakan kepala
6. Menggenggam konstan pada jarak dari tubuh
6
1. Pergantian antara duduk dan berdiri
2. Batang tubuh condong ke depan hanya sedikit
3. Tidak ada putaran atau kemiringan lateral
4. Postur kepala: variabel, kepala tidak condong kearah manapun
5. Tidak ada genggaman pada jarak dari tubuh
0
1. Terutama duduk atau berdiri dengan sesekali berjalan
2. Batang tubuh sedikit kecenderungan ke arah area kerja
3. Putaran sesekali atau kemiringan lateral
4. Penyimpangan sesekali dari postur atau gerakan kepala
5. Genggaman sesekali pada jarak dari tubuh
2
Dibatasi: Terkadang ada gangguan seperti silau, detail kecil terlalu sulit dilihat,
kondisi angin, dingin, kelembaban dan konsentrasi yang terganggu karena kebisingan1
Tidak Menguntungkan: Selalu gangguan seperti silau, detail kecil terlalu sulit dilihat,
kondisi angin, dingin, kelembaban dan konsentrasi yang terganggu karena kebisingan2
Postur / Gerakan Tubuh Rating
Buruk: Posisi atau gerakan sendi yang konstan 3
Kondisi Kerja yang Tidak Menguntungkan Rating
Baik: Tidak ada kondisi kerja yang tidak menguntungkan seperti tidak menyilaukan
kondisi iklim yang baik0
Dibatasi: Posisi atau gerakan sendi sesekali terbatas 1
Tidak Menguntungkan: Seringnya posisi atau gerakan sendi lurus 2
Posisi dan Gerakan Tangan / Lengan Rating
Baik: Posisi atau pergerakan sendi santai 0
7
Tabel 2. Hasil Perhitungan Metode KIM
6
+ 2
+ 2
+ 2
+ 4
+ 2
72
Kondisi Kerja yang Tidak Menguntungkan
Postur / Gerakan Tubuh
Organisasi kerja / Distribusi Sementara
4 X 18
Jenis Aktivitas Tenaga di Area Jari / Tangan
Perpindahan Tenaga / Kondisi Pegangan
Posisi dan Gerakan Tangan / Lengan
Diketahui terdapat level nilai total pada metode KIM dengan rentan < 20 adalah
rendah, 20 – 50 sedikit meningkat, 50 – 100 banyak meningkat dan yang terakhir >
100 yang berarti sangat tinggi. Sementara pada stasiun Rn Ging memiliki total nilai
sebanyak 72 yang teramasuk dalam intensitas level banyak meningkat. Selanjutnya
pengolahan data menggunakan metode EAWS dilakukan berdasarkan perhitungan
dari metode KIM yang dipilih tiga teratas dalam nilai total metode KIM, hal
demikian dilakukan agar mendapatkan keefisienan dalam melakukan usulan
perbaikan.
Tabel 3. Total Nilai EAWS
Stasiun Kerja Nilai Postur Nilai Tenaga Nilai Beban Nilai Total
Pemotongan Kayu 35,9 12 6,5 54,4
Penyerutan Kayu 60,8 12 8,5 81,3
Rn Ging 64 12 15 91
Didapatkan nilai total sebanyak 91 untuk stasiun kerja Rn Ging yang berarti
berada pada indikator merah yang berarti memiliki risiko tinggi.
3.3 Analisa Hasil Penelitian
Perhitungan dengan kedua metode bersifat saling melengkapi, dimana pada
metode KIM terlebih dahulu dihitung semua stasiun kerja yang kemudian diseleksi
hanya pada stasiun kerja yang melewati batas normal hingga kemudian akan
dilakukan perhitungan menggunakan metode EAWS.
Berikut adalah pengolahan data menggunakan metode KIM dari keseluruhan
stasiun kerja yang ditunjukkan dalam tabel 4.
8
Tabel 4. Rekapitulasi Skor Metode KIM
Tenaga Posisi Kondisi Postur Organisasi
1 0 0 1 2 0 5 5 5 5 28
2 2 2 2 4 2 6 6 6 6 64
3 4 2 1 6 2 6 6 6 6 68
4 0 1 1 2 0 6 6 6 6 24
5 0 0 1 0 0 18 18 18 18 12
6 0 1 1 0 0 18 18 18 18 24
7 0 0 1 0 0 4 4 4 4 6
8 2 2 2 4 2 4 4 4 4 72
9 2 1 1 2 2 4 4 4 4 44
10 0 0 1 0 0 5 5 5 5 20
No Stasiun Kerja
Oven Kayu
Pemotongan Kayu
Penyerutan Kayu
Gang Rip
Penataan Kayu
En Less
Perekatan Kayu
Rn Ging
Pressing
Packing
Skor Intensitas Beban
Rendah
Banyak Meningkat
Banyak Meningkat
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Banyak Meningkat
Sedikit Meningkat
Rendah
Indikator Tangan
Kiri Kanan
Pada stasiun kerja Oven Kayu proses kerja masih dikategorikan sebagai
pekerjaan level 2 dengan skor sebesar 28, sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan
kemudia stasiun kerja Pemotongan Kayu memiliki skor yang cukup tinggi yakni 64
sehingga masuk dalam kategori level 3 dan sebagai tindak lanjutnya adalah
perbaikan metode kerja atau desain ulang tempat kerja. Kemudian dilakukan
perhitungan dengan metode EAWS dengan nilai sebanyak 53,9 yang bertujuan
untuk memantapkan proses desain ulang dengan perhitungan yang lebih terperinci.
Pada stasiun kerja Penyerutan Kayu memiliki nilai yang lebih tinggi dari stasiun
kerja pemotongan kayu yaitu sebesar 68 pada perhitungan metode KIM. Hal ini
dikarenakan jarak dan postur kerja operator yang terlalu ekstrem yang membuatnya
memiliki skor tinggi. Kemudian selanjutnya melakukan perhitungan dengan
menggunakan metode EAWS dan didapatkan nilai sebanyak 80,8 yang pastinya
akan dilakukan perancangan ulang metode ataupun tempat kerja selanjutnya stasiun
kerja Gang Rip pekerja masih dikategorikan sebagai pekerjaan level 2 dengan skor
sebesar 24 yang membuatnya tidak perlu dilakukan perbaikan, stasiun Kerja
Penataan Kayu proses pekerjaannya masih sangat sederhana sehingga masuk
dengan skor sebesar 14, sehingga sangat tidak perlu dilakukan perbaikan, kemudian
stasiun kerja En Less proses kerja yang singkat dan tidak banyak gerakan yang
menggunakan tenaga, membuatnya mendapatkan skor 24 pada perhitungan dengan
menggunakan KIM. Beralih pada stasiun kerja Perekatan Kayu yang memiliki skor
terendah untuk KIM yaitu sebanyak 6. Hal ini sudah dapat dipastikan bahwa stasiun
kerja perekatan kayu sangat tidak berisiko untuk pekerja. Stasiun kerja Rn Ging
adalah stasiun kerja yang cukup berisiko walaupun dikerjakan sebanyak 3 pekerja,
namun karena jarak dan tenaga yang digunakan cukup besar sehingga mendapatkan
9
skor yang cukup tinggi yakni sebesar 72 yang membuatnya berisiko cedera, Stasiun
kerja Pressing yang dilakukan oleh 3 pekerja ini sebenarnya memiliki skor yang
cukup tinggi yakni 44, namun belum berisiko menimbulkan risiko cedera. Hal ini
dikarenakan durasi yang dilakukan sangat singkat. Stasiun kerja Packing adalah
stasiun kerja terakhir pada proses pembuatan barecore dimana pada proses ini
mendapatkan skor metode KIM sebesar 20 yang mana skor tersebut berarti
pekerjaan tersebut tidak berisiko pada terjadinya cedera.
Berdasarkan Tabel 4 diatas hasil dari perhitungan menggunakan metode KIM,
dimana stasiun kerja pemotongan kayu, stasiun kerja penyerutan kayu dan stasiun
kerja Rn Ging merupakan stasiunkerja yang memiliki nilai tertinggi yang
selanjutnya akan dilakukan perbaikan dengan terlebih dahulu melakukan
perhitungan dengan metode EAWS.
3.4 Usulan Perbaikan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan menggunakan metode KIM dan
metode EAWS didapatkan bahwa terdapat tiga stasiun kerja yang memeiliki tingkat
risiko yang tinggi bagi pekerja dengan demikian perlu adanya usulan perbaikan
guna memperbaiki kinerja dan menekan risiko terjadinya cedera.
3.4.2 Stasiun Kerja Pemotongan Kayu
Dengan menggunakan perhitungan metode EAWS, kemudian didapatkan hasil
berikut dengan usulan desain meja kerja yang berbeda. Penambahan meja kecil
disisi kiri pekerja, membuat pekerja dimudahkan sehingga tidak perlu
membungkuk ketika meletakkan kayu yang telah dipotong, karena sebelumnya
berada pada tempat yang berbeda.
Gambar 1. Meja Kerja Awal Pemotong Kayu
10
Gambar 2. Desain Usulan Meja Kerja Pemotong Kayu
Tabel 5. Skor EAWS Desain Usulan Pemotong Kayu
Hijau Tubuh
=
Postur
+
Tenaga
+
Beban
+
Tambahan
Kuning 47,4 35,9 6 5,5
Merah
3.4.3 Stasiun Kerja Penyerutan Kayu
Adanya lekukan leter L yang memungkinkan operator bekerja ditengah sehingga
memudahkan proses aliran kayu yang akan diserut. Pekerja dapat meminimalkan
rotasi yang ekstrem dengan kombinasi jarak jangkauan yang jauh dan
meminimalkan membungkuk mencapai < 60°, namun dengan adanya desain
demikian, jarak akan semakin singkat dan operator hanya mengendalikan aliran
dengan memindahkan tanpa berjalan.
Gambar 3. Meja Kerja Awal Peyerutan Kayu
Gambar 4. Desain Usulan Meja Kerja Penyerutan Kayu
Tabel 5. Skor EAWS Desain Usulan Penyerutan Kayu
11
Hijau Tubuh
=
Postur
+
Tenaga
+
Beban
+
Tambahan
Kuning 50,8 38,3 6 6,5
Merah
3.4.4 Stasiun Kerja Rn Ging
Dengan menambah ketinggian meja menjadi 140 cm dengan lebar yang sama
namun peneliti mengusulkan dikerjakan dengan dua sisi yaitu kan dan kiri sehingga
jangkauan akan semakin kecil dan pekerja membungkuk tidak lebih dari 80°.
Gambar 5. Meja Kerja Awal Rn Ging
Gambar 6. Desain Usulan Meja Kerja Rn Ging
Tabel 6. Skor EAWS Desain Usulan Rn Ging
Hijau Tubuh
=
Postur
+
Tenaga
+
Beban
+
Tambahan
Kuning 56.5 41,5 6 9
Merah
Tabel 7. Rekapitulasi Metode EAWS
No Stasiun Kerja Skor EAWS
Sebelum Sesudah
1 Pemotongan Kayu 54,4 47,4
2 Penyerutan Kayu 81,3 50,8
3 Rn Ging 91 56,5
12
4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan segenap
analisis dan pengumpulan data yang telah dilakukan, maka dari pengerjaan bab
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Proses kerja pada produksi barecore yang dilaksanakan di UD. Cipta Mandiri
Klaten memiliki 10 stasiun kerja yang masing-masing stasiun memiliki kategori
risiko tersendiri.
b. Hasil dari penelitian menggunakan metode KIM yang dilakukan pada ke-10
stasiun kerja didapatkan bahwa setiap stasiun kerja memiliki risiko cedera yang
berbeda dengan rentan skor antara 6 hingga 74 yang mana 3 teratas akan
dilakukan perhitungan lanjut metode EAWS.
c. Hasil dari penelitian menggunakan metode EAWS yang dilakukan pada ke-3
stasiun kerja teratas berdasarkan perhitungan metode KIM yaitu stasiun kerja
pemotongan kayu, stasiun kerja penyerutan kayu dan stasiun kerja Rn Ging.
d. Perbaikan yang dilakukan pada stasiun kerja yang telah melewati proses
perhitungan metode EAWS yaitu berupa desain alat bantu yang menean nilai
risiko terjadinya cedera.
e. Metode KIM dan metode EAWS sejatinya dapat dilakukan secara terpisah,
namun peneliti menginginkan pengolahan data yang lebih kompleks sehinga
dilakukan perhitungan keduanya yang mana bersifat komplemen.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan kejadian
yang mana akan menjadi sebuah saran dalam penelitian ini sehingga dapat menjadi
evaluasi untuk penelitian selanjutnya. Berikut adalah sarannya sebagai berikut:
a. Penelitian ini sangat diperlukan ilmu dasar mengenai lingkungan kerja, metode
kerja dan kegiatan yang mendukung dalam hal pengumpulan informasi.
b. Menggunakan peralatan pendukung seperti APD dan mengikuti petunjuk kerja
sebelum melakukan penelitian guna memperlancar jalannya penelitian.
c. Baik peneliti maupun pekerja baiknya memperhatikan kontak fisik dengan
bidang kerja dan sikap tubuh sehingga terhindar dari cedera ringan yang
mungkin dapat terjadi.
13
d. Perlunya awas terhadap rambu dan peringatan akan Kesehatan dan keselamatan
kerja sebagai pedoman agar mengetahui pentingnya dampak yang terjadi Ketika
permasalahan dating.
e. Penggunaan daring sangat diperlukan dalam hal mencari sumber referensi
namun perlu adanya perpustakaan guna mengetahui keakuratan sumber.
DAFTAR PUSTAKA
Berlin, C., Adams, C. (2017). Ergonomics Evaluation Methods. Production
Ergonomics: Designing Work Systems to Support Optimal Human
Performance, 139–160. https://doi.org/10.5334/bbe.h.
Briansah, A. O. (2018). Analisa Postur Kerja Yang Terjadi Untuk Aktivitas Dalam
Proyek Konstruksi Bangunan Dengan Metode Rula Di Cv.Basani (Studi Kasus
CV. Basani Bidang Konstruksi, Yogyakarta.
Federal Institute for Occupational Safety and Health. (2012). Key Indicator Method
for Assessing and Designing Physical Workloads During Manual Handling
Operations KIM-MHO. 1–4. https://www.baua.de/EN/Topics/Work-
design/Physical workload/Key-indicator-method/pdf/KIM-MHO-Manual-
Handling Operations.pdf?__blob=publicationFile&v=3.
Hayu, M. (2015). Perbaikan Metode Kerja Dengan Perancangan Tata Letak
Fasilitas Di Industri Kecil Menengah Rimba Sukses Art Stone. Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Klussmann, A., Liebers, F., Brandstädt, F., Schust, M., Serafin, P., Schäfer, A.,
Gebhardt, H., & Hartmann, B. (2017). Validation Of Newly Developed And
Redesigned Key Indicator Methods For Assessment Of Different Working
Conditions With Physical Workloads Based On Mixed-Methods Design : A
Study Protocol. June 1989. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2016-015412.
Klussmann, A., Liebers, F., Gebhardt, H., Rieger, M. A., Latza, U., & Steinberg,
U. (2017). Risk assessment of manual handling operations at work with the
key indicator method ( KIM-MHO ) — determination of criterion validity
regarding the prevalence of musculoskeletal symptoms and clinical conditions
within a cross-sectional study. 1–13. https://doi.org/10.1186/s12891-017-
1542-0.
Klussmann, A., Steinberg, U., Liebers, F., Gebhardt, H., & Rieger, M. A. (2010).
The Key Indicator Method for Manual Handling Operations (KIM-MHO) -
Evaluation of A New Method for The Assessment of Working Conditions
Within A Cross-Sectional Study. BMC Musculoskeletal Disorders, 11(1), 272.
https://doi.org/10.1186/1471-2474-11-272.
Lavatelli, I., Schaub, K., & Caragnano, G. (2012). Correlations In Between EAWS
And OCRA Index Concerning The Repetitive Loads Of The Upper Limbs In
Automobile Manufacturing Industries. Work. 41(SUPPL.1), 4436–4444.
https://doi.org/10.3233/WOR-2012-0743-4436.
14
Luger, T., Seibt, R., Rieger, M. A., & Steinhilber, B. (2020). Sex differences in
muscle activity and motor variability in response to a non-fatiguing repetitive
screwing task. Biology of Sex Differences, 11(1).
https://doi.org/10.1186/s13293-020-0282-2.
Nino, B. Putra (2018). Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Beban Angkut
Terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pabrik
Pemotongan Kayu X Mranggen, Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 6(5), 494–501.
Nurliah, A. (2012). Analisis Risiko Muskuloskletal Disorders (MSDs) Pada
Operator Forklift di PT. LLI tahun 2012. Tesis. Magister Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. Universitas Indonesia, 105.
Permana, I. H. (2014). Relayout Tata Letak Gudang Produk Jadi Baja Tulangan
Dengan Menggunakan Metode Dedicated Storage Di Pt. ABC. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
Pratiwi, I., Afifuddin, M., & Djunaidi, M. (2018). Analisis Postur Kerja Dengan
Metode Manual Task Risk Assessment (ManTRA) Pada Pembuatan Mie
Sohun. https://doi.org/10.23917/jiti.v17i1.6423.
Pratiwi, I., Fitriadi, R., & Sufa, M. F. (2019). Evaluation of Work Posture in Sohun
Noodles Workers using OWAS and WERA Method. 11, 1788–1793.
https://doi.org/10.35940/ijitee.
Pratiwi, I. (2012). Penerapan Biomekanika pada Sistem Gerak Manusia. In Seminar
nasional Industrial Design (pp. 141–147).
Priambodo, M. (2012). Perancangan Kursi Masinis Yang Ergonomis Pada Krl
Commuter Jabodetabek Dengan Menggunakan Virtual Human Modelling.
Universitas Indonesia.
Putri, E. U. (2012). Gambaran Penerapan Ergonomi. Universitas Indonesia
Universitas Indonesia Jakarta. Fmipa Ui, 5–34.
Rahman, A (2017). Analisis Postur Kerja Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Beton Sektor
Informal Di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Raymond, M. Felecia. (2014). Peningkatan Rendemen Barecore Di Pt Anugerah
Tristar Internasional. 2(1), 29–34. Jurnal Tirta.
Schaub, K. G., Mühlstedt, J., Illmann, B., Bauer, S., Fritzsche, L., Wagner, T.,
Hoffmann, A. C. B., & Bruder, R. (2012). Ergonomic Assessment of
Automotive Assembly Tasks with Digital Human Modelling and the
“Ergonomics Assessment Worksheet” (EAWS). International Journal of
Human Factors Modelling and Simulation, 3(3/4), 398.
https://doi.org/10.1504/ijhfms.2012.051581.
Septiani, A. (2017). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Bagian Meat Preparation PT.
Bumi Sarimas Indonesia 2017. Jakarta.
15
Sofyan, Diana. K. S., Syarifuddin (2015). Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas
Dengan Menggunakan Metode Konvensional Berbasis 5S. Teknovasi, 02, 15.
Universitas Malikussaleh-Nanggroe Aceh Darussalam.
Steinberg, U. (2012). New Tools In Germany: Development And Appliance Of The
First Two KIM (“Lifting, Holding And Carrying” And “Pulling And
Pushing”) And Practical Use Of These Methods Work. 41(SUPPL.1), 3990–
3996. https://doi.org/10.3233/WOR-2012-0698-3990.
Susanto, N. (2005). Analisis Postur Pekerja Batik dengan Menggunakan EMA
(Editor ForManual Work Activities. 46–51. Universitas Diponegoro.
Susilo, A (2019). Evaluasi Postur Kerja Pada Proses Pembuatan Barecore
Menggunakan Metode Brief Survey Dan Plibel Checklist (Studi Kasus : UKM
Cipta Mandiri ). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tarwaka. (2004). Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan
Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tortora, GJ, Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology 13th
Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Zulaihah, M. (2018). Analisis Persepsi Sistem Ergonomi untuk Mewujudkan
Produktivitas Pekerja Difabel di Yayasan Penyandang Cacat Mandiri
Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.