analisis penerapan konsep balanced scorecard _bsc_ sebagai suatu alat pengukuran kinerja

135
ANALISIS PENERAPAN KONSEP BALANCED SCORECARD (BSC) SEBAGAI SUATU ALAT PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI BANK BRI CABANG CIANJUR SKRIPSI Disusun oleh: FINA AGUSTIN NIRM. 43181340310204 PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) TRIBUANA BEKASI 2014

Upload: harry-d-fauzi

Post on 27-Dec-2015

285 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Manajemen SDM yang menjelaskan penerapan Balanced Score Card dalam penilaian kinerja pegawai

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

ANALISIS PENERAPAN KONSEP BALANCED SCORECARD (BSC) SEBAGAI SUATU ALAT PENGUKURAN KINERJA

SUMBER DAYA MANUSIA DI BANK BRI CABANG CIANJUR

SKRIPSI

Disusun oleh:

FINA AGUSTIN NIRM. 43181340310204

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) TRIBUANA

BEKASI 2014

Page 2: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

2

Lembar Persetujuan

PENGARUH PENERAPAN KONSEP BALANCED SCORECARD TERHADAP KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA PADA ESTATE

MANAJEMEN KOTA BUNGA PUNCAK CIPANAS

Disusun oleh FINA AGUSTIN

NIRM. 43181340310204

Bekasi, April 2014

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing I, Dosesn Pembimbing II,

Mengetahui: Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Tribuana,

Page 3: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

3

Lembar Pengesahan Nama : FINA AGUSTIN

NIRM : 43181340310204

Tanggal Sidang :

Judul Skripsi : Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard (BSC)

Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya

Manusia di Bank BRI Cabang Cianjur

Menyetujui: Tim Penguji

Penguji I,

...............................................

Penguji II, Penguji III,

................................................. .........................................

Page 4: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

4

ABSTRAK

Fina Agustin (43181340310204) Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard (BSC) Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia di Bank BRI Cabang Cianjur Pembimbing:

Penelitian ini dilaksanakan pada Bank BRI Cabang Cianjur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) gambaran penggunaan Balanced Scorecard terhadap penilaian kinerja Bank BRI Cabang Cianjur, (2) pengaruh penerapan balance scorecard terhadap peningkatan kinerja sumber daya manusia PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur, dan (3) besarnya pengaruh penerapan balance scorecard terhadap peningkatan kinerja sumber daya manusia PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur.

Metode penelitian yang digunakan adalag metode survey, dengan responden karyawan pada PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur yang seluruhnya berjumlah 47 orang dari jumlah populasi sebanyak 90 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Penerapan Konsep Balanced Scorecard dan Kinerja sumber daya manusia menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penerapan Konsep Balanced Scorecard di lingkungan PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur berkembang dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh tanggapan yang diberikan oleh responden sebesar 73,06%. (2) Kinerja sumber daya manusia di lingkungan PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur berlangsung dalam kondisi baik yang ditunjukkan dengan tanggapan responden sebesar 74,20%. (3) Penerapan Balanced Scorecard berpengaruh positif terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia pada PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung (2,613) yang lebih besar daripada nilai ttabel (1,671) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 60. (4) Besar pengaruh Penerapan Balanced Scorecard terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia pada PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur adalah 63,20%. Sisanya sebesar 36,80% merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci: balanced scorecard, kinerja sumber daya manusia

Page 5: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

5

Yang hendak kusampaikan kalau ada kesempatan, yang ingin kukatakan kalau saja

tak akan membuat segalanya berubah, betapa aku mencintaimu, negeriku

(Putu Wijaya, ZAT, 1996)

Kupersembahkan dengan penuh kebanggan bagi Ayah dan Ibu yang telah bersusah payah

membesarkan dan membimbingku untuk mengerti kebenaran, serta suami tercinta yang dengan sabar memotivasi niatku

Page 6: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

6

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya penulis dapat

menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk mengikuti Ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen

Sumber Daya Manusia (MSDM) pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ISM

(Indonesia School of Management) Jakarta dengan judul ”Analisis Penerapan

Konsep Balanced Scorecard (BSC) Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

Sumber Daya Manusia di Bank BRI Cabang Cianjur”.

Kesulitan dan hambatan tentu saja banyak ditemui selama persiapan, proses

penelitian, hingga penyusunan skripsi ini, baik dai segi teknis pengumpulan data,

pengolahan data, maupun teknis penulisan. Atas bantuan berbagai pihak,

Alhamdulillah kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi sehingga karya tulis ini akhir-

nya dapat terwujudkan. Oleh sebab itu, sangat patut pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada

1. Bapak .........., Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana Bekasi yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan rangkaian

penelitian;

2. Bapak ......................, yang juga sebagai Pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan dan kemudahan-kemudahan pelaksanaan penelitian

hingga terwujudnya skripsi ini;

Page 7: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

7

3. Bapak ..................................., selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan arahan serta bimbingan sejak persiapan penelitian hingga

tersusunnya skripsi ini;

4. Direktur PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur yang telah memberikan fasilitas

dan kemudahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian;

5. Seluruh staf dan karyawan PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur yang telah

memberikan dorongan dan bantuan secara tak langsung,

6. berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis

dalam menyelesaikan skrpsi ini.

Semoga kebaikan-kebaikan Ibu dan Bapak yang diberikan kepada penulis

sejak tahap-tahap persiapan hingga penyelesaian skripsi ini memperoleh imbalan

pahala dari Allah ‘Azza wa-zalla. Amin.

Skripsi ini hanyalah merupakan setetes air di tengah samudera keilmuan

yang mahaluas, sehingga bukan mustahil jika di dalamnya terdapat banyak

kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat penulis

harapkan demi perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.

Cianjur, 23 April 2014

FINA AGUSTIN

NIRM. 43181340310204

Page 8: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

8

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ………………....………………………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… iii

ABSTRAK ……………………………………………………………... iv

KATA PENGANTAR ……………………….…………………………. v

DAFTAR ISI ……………………………..……....……………………. viii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xi

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR ………………………………….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ……………..……..…………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………….…..…………………

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ...……………….....

C. Tujuan Penelitian …………….…........………………….

D. Manfaat Penelitian .…………….......………………….

E. Kerangka Pemikiran ……………………………………

F. Hipotesis ……………………………………………….

G. Sistematika Penulisan …………………………………...

1

7

8

8

9

15

16

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS ……………………..…………….. 17

A. Konsep Penilaian Kinerja ……….…..…………………...

B. Konsep Perumusan Misi dan Strategi ...............................

C. Proses Perencanaan Strategik ............................................

D. Sejarah Singkat Balanced Scorecard ................................

E. Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Balanced Scorecard ..........................................................................

1. Kinerja Perspektif Keuangan ………………………..

17

22

24

26

31

32

34

Page 9: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

9

2. Kinerja Perspektif Konsumen ……………………….

3. Perspektif Proses Internal Bisnis ................................

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran …

F. Keunggulan Metode Balanced Scorecard ……………..

G. Pengertian Bank ................................................................

36

39

42

44

BAB 3 METODE PENELITIAN ………………………………….. 47

A. Objek dan Lokasi Penelitian …….……………………..

B. Metode Penelitian ……………..…………..……………

1. Jenis Penelitian …………………….………………...

2. Pendekatan Penelitian ………………..……………..

3. Sifat Penelitian ………………………………………

C. Definisi Operasional Penelitian …………………………

D. Populasi dan Sampel …………………………………….

E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………

F. Jenis dan Sumber Data …………………………………..

G. Metode Analisis Data ……………………........................

H. Pengujian Data Hasil Penelitian …………………………

1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian …………………

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……

3. Uji Asumsi Klasik …………………………………..

4. Penentuan Koefisien Determinasi ………………….

47

47

47

47

48

48

50

54

56

57

57

57

58

61

65

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………….. 66

A. Profil Responden ………………………………………..

B. Uji Instrumen …………………………………………..

1. Uji Validitas Instrumen …………………………

2. Uji Reliabilitas Instrumen ……………………….

C. Analisis Deskriptif Variabel Penerapan Konsep Balanced Scorecard dan Kinerja Sumber Daya Manusia …………

1. Penerapan Konsep Balanced Scorecard ……………

2. Kinerja Sumber Daya Manusia ……………………

66

68

68

73

75

76

78

Page 10: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

10

D. Analisis Regresi ………………………………………..

1. Uji Asumsi Klasik …………………………….

2. Pembentukan Model Regresi Linier ………….

E. Uji Hipotesis …………………………………………..

80

81

85

87

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….. 89

5.1 Kesimpulan …………………………………………….

5.2 Saran-saran ……………………………………………..

89

90

DAFTAR PUSTAKA …………………………............……………….. 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………… 95

Page 11: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

11

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ……………………… 49

Tabel 3.2 Populasi Penelitian ………………………………………… 51

Tabel 3.3 Sampel Penelitian ................................................................. 54

Tabel 4.1 Penggolongan Responden Berdasarkan Kelompok Umur .... 66

Tabel 4.2 Penggolongan Responden berdasarkan Gender .................... 67

Tabel 4.3 Penggolongan Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan 67

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X) ....................................................................... 68

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Kinerja Sumber Daya Manusia (Y) ........................................................................... 71

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X) .......................................... 73

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Kinerja Sumber Daya Manusia (Y) .................................................... 74

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X) ....................................... 77

Tabel 4.9 Hasil Rata-rata Persentase Variabel Kinerja Sumber Daya Manusia (Y) ........................................................................ 79

Tabel 4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .............................. 81

Tabel 4.11 Korelasi Spearman-rho ……………………………………. 82

Tabel 4.12 Koefisien Uji Durbin-Watson ……………………………. 85

Tabel 4.13 Koefisien Regresi ………………………………………….. 86

Tabel 4.14 Koefisien Determinasi R2 ………………………………… 88

Page 12: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Balanced Scorecard ......................................... 14

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard (BSC) sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia di Bank BRI Cabang Cianjur ................................................................ 15

Gambar 2.1 Elemen-elemen Kunci Sistem Penilaian Kinerja .............. 19

Gambar 2.2 Peran Awal Balanced Scorecard Dalam Sistem Manajemen Strategik ........................................................ 26

Gambar 2.3 Penjabaran visi ke dalam tujuan dan sasaran strategi ....... 29

Gambar 2.4 Dimensi Dalam Balanced Scorecard ................................ 32

Gambar 2.5 Generic Value Chain Mode ............................................... 37

Gambar 2.6 Kerangka pengukuran pembelajaran dan pertumbuhan .... 41

Gambar 4.1 Daerah Penerimaan & Penolakan Ho, Uji Autokorelasi ... 84

Page 13: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Penelitian …………………………………………

Lampiran 2 : Data Ordinal Hasil Penelitian Variabel X dan Y …………

Lampiran 3 : Tabel Pengolahan Data Deskriptif Hasil Penelitian ............

Lampiran 4 : Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen …………..

Lampiran 5 : Pengujian Regresi Linier Sederhana ……………………..

Lampiran 6 : Tabel Distribusi t …………………………………………

Lampiran 7 : Tabel r Product Moment …………………………………

Page 14: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh

perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen yang

didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan

menggunakan system manajemen yang sesuai dengan tuntutan lingkungan

usaha maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting

bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk menilai

keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan dalam

perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya

menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat

keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh imbalan yang

baik dari perusahaan.

Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi

keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini

dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang

perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka

pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi

Page 15: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

15

kekepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka

diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan

dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan, pelanggan, proses

bisnis internal serta proses belajar dan berkembang (Ali Mutasowifin, 2002:

245).

Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek

keuangan dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan

Balanced Scorecard. Dengan menerapkan metode Balanced Scorecard para

manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka

melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan

kepentingan-kepentingan masa yang akan datang.

Seperti diketahui bersama bahwa perusahaan maupun organisasi dalam

berbagai bidang sedang dalam tahap transisi dari era persaingan industri ke

persaingan informasi. Pada lingkungan yang terus berubah, manajemen

perusahaan perlu mendesain, memasang, mengoperasikan sistem perumusan

strategi, system perencanaan strategik, dan sistem penyusunan program serta

memotivasi seluruh personel perusahaan untuk bersama-sama membangun

perusahaan mereka.

Biasanya ukuran finansial selalu menjadi perhatian terbesar bagi

perusahaan dalam menilai keberhasilan kinerjanya daripada ukuran-ukuran

lainnya. Namun pengukuran dari sisi finansial masih memberikan pandangan

yang terbatas terhadap apa yang akan terjadi dimasa mendatang pada

perusahaan. Satu triwulan yang hebat dengan keberhasilan finansial, enam

Page 16: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

16

bulan yang luar biasa, atau bahkan satu tahun yang luar biasa bukan

merupakan indikasi akan apa yang akan terjadi di kemudian harinya.

Penyebabnya adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan selain dilihat

dari faktor finansial, seharusnya diperhatikan juga bahwa perusahaan

berinteraksi secara langsung dengan karyawan, konsumen, bahkan pesaingnya.

Kondisi ini kemudian membawa dunia usaha maupun organisasi kepada

pemikiran-pemikiran baru untuk meciptakan suatu sistem yang dapat

mengimbangi lajunya kemajuan dunia usaha itu sendiri, baik berupa informasi

maupun sistem manajerial. Hal ini terlihat dari bermunculannya ide-ide

managerial baru seperti, six sigma, total quality management, balanced

scorecard, dan sebagainya.

Saat ini pengunaan balanced scorecard di dunia telah diadopsi lebih

dari 50% perusahaan yang masuk dalam Fortune 1000, dan belum termasuk

dihitung perusahaan-perusahaan diluar kategori lainnya, sehingga balanced

scorecard diakui juga sebagai satu dari 75 ide bisnis paling berpengaruh

diabad ke-20, yang telah digunakan oleh perusahaan publik, swasta dan

nirlaba saat ini. Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa metode ini telah

menjadi alat yang sangat terkenal dan efektif dalam menyelesaikan berbagai

permasalahan yang sedang dihadapi berbagai organisasi tersebut.

Suatu perusahaan maupun organisasi sebenarnya memiliki strategi di

bidangnya masing-masing, namun balanced scorecard adalah alat yang dapat

menghidupkan strategi tadi ke dalam kehidupan sehari-hari perusahaan /

organisasi tersebut. Selain itu dengan mengunakan metode balanced

Page 17: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

17

scorecard, membuat perusahaan semakin memiliki prioritas atau target yang

jelas dan panduan bagi setiap karyawan baik manajemen maupun staf untuk

memberi kontribusi yang berarti bagi tercapainya visi – misi perusahaan.

Manfaat panduan inilah yang menjadi nilai lebih dari balanced scorecard,

dikarenakan setiap pihak yang memiliki peran akan saling ketergantungan

antara satu dengan lainnya, sehingga akan mensukseskan cita-cita yang

diinginkan oleh perusahaan.

Bank adalah bentuk organisasi pengelola jasa pelayanan keuangan

secara menyeluruh. Di dalam organisasinya terdapat banyak aktivitas, yang

diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis profesi, baik profesi perbankan,

akuntan maupun non-perbankan. Untuk dapat menjalankan fungsinya,

diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh yang dimulai dari proses

perencanaan strategik (renstra), baik untuk jangka panjang maupun jangka

pendek. Suatu renstra dapat disebut baik apabila perencanaan tersebut dapat

ditindaklanjuti secara praktis ke dalam program-program operasional yang

berorientasi kepada economic - equity - quality. Artinya, bank dikelola secara

efektif dan efisien, melayani segala proses transaksi keuangan bagi berbagai

lapisan masyarakat dan harus berkualitas.

Memasuki era globalisasi perdagangan antarnegara sejak 2003, pihak

manajemen perbankan di Indonesia perlu memfokuskan strategi perencanaan,

pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga betul-betul siap

dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era tersebut, para nasabah bebas

memilih bank mana yang mampu memberikan pelayanan memuaskan,

Page 18: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

18

profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi dan kinerja perbankan

pun harus berorientasi pada keinginan nasabah tersebut. Untuk itu diterapkan

balanced scorecard (BSC) yang diharapkan menjawab tuntutan dan tantangan

zaman.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank pemerintah

yang memiliki jaringan sangat luas di tanah air. Kantor-kantor cabang

pembantu, yang disebut dengan unit, tersebar hampir di seluruh kecamatan

serta kelurahan dan desa. Di Kabupaten Cianjur tidak kurang dari 40 unit bank

BRI yang berada di berbagai desa dan kelurahan. Jumlah unit bank pembantu

ini menggunakan sumber daya manusia yang cukup besar. Apabila pada setiap

unit melibatkan 15 orang dengan berbagai profesi dan tanggung jawab, maka

di Kabupaten Cianjur akan ada lebih dari 500 sumber daya manusia yang

mengelola dan menghidupkan bank BRI.

Selanjutnya jumlah karyawan yang cukup besar yaitu lebih dari jumlah

500 karyawan yang terdiri dari karyawan permanen dan karyawan kontrak,

membuat tugas dan tanggung jawab departemen sumber daya manusia

perusahaan semakin sulit untuk mengukur kinerja karyawan tersebut satu

persatu, karena tidak efektif dan efisien lagi. Sedangkan perusahaan belum

memiliki suatu metode pengukuran kinerja yang baik, dimana karyawan

belum mengetahui target yang diberikan perusahaan kepada setiap karyawan,

dan kompensasi yang diberikan kepada karyawan masih bersifat kenaikan

pertahun (annual base). Pada periode sebelumnya, pada tahun 2006,

perusahaan mengunakan metode mangement by objective (MBO) dan

Page 19: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

19

penilaian 3600. Yaitu metode pengukuran kinerja berdasarkan target yang di

raih oleh karyawan serta penilaian dari atasan, bawahan serta karyawan satu

level sebagai pelengkap penilaian diluar target yang di raih oleh karyawan

perusahaan tersebut, metode performance ini lebih condong atau fokus

terhadap faktor finansial dan target departemennya saja. Sehingga konsentrasi

karyawan terhadap pengembangan / pembelajaran, perubahan atau continous

improvement terhadap bisnis proses, dan meningkat kepuasan pelanggan

hanya dikerjakan oleh bagian departemen yang berhubungan langsung saja.

Sementara departemen lain, masing-masing mengerjakan tugasnya yang

menjadi targetnya sendiri sehingga mengurangi keunggulan perusahaan untuk

jangka panjangnya. Oleh sebab itu, balanced scorecard menjadi alat atau

perlengkapan departemen sumber daya manusia untuk menerapkan berbagai

fungsi di sumber daya manusia tersebut.

Dalam hal karir, kompensasi, benefit atau hal lainnya perusahaan

biasanya memberikan perhatian terbesar kepada departemen utama (core

function), sedangkan departemen pendukung (support function) biasanya

sebaliknya. Metode balanced scorecard tidak mengenal pembedaan ini, maka

baik departemen core function maupun support function sama-sama dinilai

dan diberikan target yang sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing.

Dengan demikian, rekaman (record) dari kinerja (performance) dari karyawan

tersebut akan tersimpan dengan baik, sehingga tidak selalu departemen fungsi

utama selalu lebih dahulu mendapatkan prioritas, karena bisa saja karyawan

yang difungsi utama tersebut tidak mencapai kinerjanya. Sementara karyawan

Page 20: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

20

yang di fungsi pendukung, sudah bekerja maksimal dan bahkan melampui

target yang diberikan kepadanya.

Dengan demikian, balanced scorecard dapat memfasilitasi sehingga

tidak terjadi diskriminasi antara fungsi utama dengan fungsi pendukung dalam

perusahaan. Sebelum medote balanced scorecard ini diterapkan pada

perusahaan masih ditemukan pembedaan perlakuan terhadap fungsi utama dan

fungsi pendukung.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan balance scorecard dan kinerja karyawan pada

PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur?

2. Apakah penerapan balance scorecard memberikan pengaruh terhadap

peningkatan kinerja karyawan PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur?

3. Seberapa besar pengaruh penerapan balance scorecard terhadap

peningkatan kinerja karyawan PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur?

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah oleh peneliti dengan maksud agar pembahasan

dapat lebih terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai

penerapan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja manajemen Bank

BRI Cabang Cianjur ditinjau dari 4 aspek yaitu aspek keuangan (ROI dan

Page 21: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

21

Profit Margin), Pelanggan (kepuasan pelanggan), Proses Bisnis Internal, serta

Pembelajaran dan Pertumbuhan (Produktivitas karyawan, Rentensi karyawan,

Kepuasan karyawan) tahun 2013 – 2014.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran penggunaan Balanced Scorecard terhadap

penilaian kinerja Bank BRI Cabang Cianjur.

2. Mendespripsikan pengaruh penerapan balance scorecard terhadap

peningkatan kinerja karyawan PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur.

3. Medeskripsikan besarnya pengaruh penerapan balance scorecard terhadap

peningkatan kinerja karyawan PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan sebagai berikut :

1. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam

menilai kinerja manajemen Bank BRI Cabang Cianjur.

2. Menambah wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai pentingnya

faktor-faktor nonfinansial yang mempengaruhi kinerja manajemen Bank

BRI Cabang Cianjur.

Page 22: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

22

3. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan dan

bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian yang

menyangkut kinerja manajemen Bank BRI Cabang Cianjur.

E. Kerangka Pemikiran

Konsep pengukuran kinerja yang tepat dan cocok dengan dunia usaha

sangat diidamkan-idamkan oleh setiap perusahaan ataupun organisasi yang

ingin unggul dalam dunia persaingan. Sebab bila hanya fokus dengan ukuran

keuangan saja, diyakini kurang mewakili karena memiliki beberapa

kelemahan (Mulyadi, 1997), yaitu:

1. Pendekatan finansial hanya bersifat historis sehingga hanya

mampu memberikan indikator dari kinerja manajemen dan tidak

mampu sepenuhnya menuntun perusahaan kearah yang lebih baik.

2. Pengukuran finansial lebih berorientasi kepada manajemen

operasional dan kurang mengarah kepada manajemen strategis.

3. Pengukuran finansial tidak mampu mempresentasikan kinerja

intangible assets yang merupakan bagian struktur aset perusahaan.

Selanjutnya menurut penelitian Srimindarti dalam Balanced Scorecard

sebagai alternatif untuk mengukur kinerja menyatakan bahwa penilaian

kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan

merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui

umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik

yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, metode pengukuran

Page 23: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

23

kinerja dalam perusahaan harus terusmenerus diperbaharui sesuai dengan

tuntutan perkembangan zaman.

Menurut Andreasson & Svartling (1999) menyatakan bahwa:”

The Balanced Scorecard provides a new way to manage more of company’s resources than just financial. It was one of the first management controls to use with the aim to change management awareness into focusing on both strategy and long term success, and short term financial earnings. The changed focus is achieved by a widened scope for essential management activities and process for future competitiveness.

Selanjutnya menurut Niven (2005) menyatakan bahwa balanced

scorecard tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja namun juga bermanfaat

untuk merencanakan, melaksanakan serta mengawasi strategi. Karena dalam

prakteknya, strategi hebat yang sudah ditentukan perusahaan, ternyata belum

tentu bias dilaksanakan. Menurut hasil penelitian Kaplan dan Norton dalam

Niven (2005), diperoleh keterangan bahwa:

1. Hanya 5%, dari total keseluruhan karyawan yang mengerti, memahami

serta melaksanakan kegiatan sesuai strategi perusahaan. Hal ini disebabkan

minimnya komunikasi antara pimpinan dan bawahannya mengenai visi

dan misi perusahaan.

2. Hanya 25% manajer perusahaan yang mendapat insentif terkait dengan

strategi yang dilaksanakannya. Hal ini terjadi karena reward manajemen

belum jelas.

3. Hanya 85% waktu yang diluangkan oleh eksekutif perusahaan untuk

berdiskusi selama satu jam waktunya untuk membahas strategi perusahaan.

Page 24: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

24

4. Hanya 40% saja, perusahaan mengkaitkan budget / anggaran yang

disiapkan dengan rencana strategi perusahaan.

Jadi dari penelitian tersebut, terlihat bahwa masih banyak sumber daya

yang ada dalam perusahaan belum memfokuskan diri terhadap hal yang

penting, dan hanya beroperasi apa adanya dan kemudian berdiskusi bila

terdapat perubahan yang besar.

Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, terdapat

beberapa indikator yang menjadi bagian penting dalam keberhasilan perspektif

ini. Indikator tersebut adalah kepuasan karyawan, pelatihan, tingkat turnover,

dan produktivitas karyawan. Menurut Blau, dalam Panggabean (2004)

kepuasan kerja adalah kepuasan terhadap setiap perlakuan yang mereka terima

di tempat kerja, termasuk kepuasan terhadap evaluasi pekerjaan, seleksi,

pemberian fasilitas dan tunjangan (benefits), insentif, atau pemberhentian, dan

kepuasan kerja bukan merupakan konsep yang berdimensi tunggal, melainkan

berdimensi jamak. Seseorang bisa saja merasa puas dengan dimensi yang satu,

namun tidak puas dengan dimensinya yang lain.

Menurut Pangabean (2004) pelatihan dapat di definisikan sebagai

suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampil-

an yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang. Adapun

langkah-langkah dalam pelatihan terdiri atas, analisis kebutuhan, rancangan

instruksional, validasi, implementasi dan evaluasi.

Page 25: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

25

Turnover karyawan merupakan hal yang ingin di hindari oleh per-

usahaan, dikarenakan dengan tingginya nilai turnover ini akan menyebabkan

biaya rekrutmen, training yang sudah diberikan hilang akibat keluarnya karya-

wan perusahaan, dan biaya psikologis lainnya bagi perusahaan di antaranya

kehilangan karyawan berbakat dan kemungkinan karyawan tersebut masuk ke

perusahaan pesaing, sehingga memungkinkan akan merugikan perusahaan

suatu saat nanti.

Produktivitas karyawan perusahaan harus dipacu oleh seluruh

pimpinan perusahaan, karena dengan demikian perusahaan akan beroperasi

dengan maksimal. Jika terdapat unit maupun pribadi karyawan perusahaan

yang belum memiliki produktivitas tinggi, maka tugas pimpinanlah untuk

memberikan motivasi, pelatihan, dan seterusnya kepada karyawan tersebut.

Dengan penerapan balanced scorecard, nantinya sumber daya yang

ada di perusahaan baik itu sumber daya manusia, finansial, teknologi,

informasi, produk, dan lain-lain, dapat seluruhnya difokuskan sesuai dengan

strategi untuk mencapai visi dan misi perusahaan tadi. Sehingga tidak ada

sumber daya yang mengangur karena kurang produktivitas, ataupun sumber

daya yang sia-sia karena salah dalam penempatan dan pelaksanaannya.

Scorecard yang dimiliki oleh masing-masing karyawan perusahaan

pada dasarnya memiliki pengukuran dari 4 perspektif, sehingga terjadi

kesamarataan antar sesama karyawan. Diharapkan bila semua pihak

melaksanakan bersama-sama scorecard yang menjadi tanggung jawabnya

masing-masing, maka akan diperoleh kinerja perusahaan yang berlipat ganda.

Page 26: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

26

Balanced Scorecard dikembangkan untuk melengkapi pengukuran

kinerja finasial dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi atau

perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan

efektifitas organisasi. Balanced Scorecard merupakan solusi terbaik dalam

pengukuran kinerja bisnis.

Empat perspekif utama di sorot melalui Balanced Scorecard yaitu:

1. Perpektif keuangan

2. Perpektif konsumen atau pelanggan

3. Perpektif proses internal bisnis

4. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan

Dalam Balanced Scorecard. Keempat perspektif tersebut menjadi satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan indikator pengukuran

kinerja yang saling melengkapi dan memiliki hubungan sebab akibat.

Page 27: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

27

(Sumber: Mulyadi, 2001)

Gambar 1.1: Kerangka Balanced Scorecard

ROCE (return on capital employed) merupakan suatu hasil dalam

perspektif finansial dari rantai sebab akibat yang dimulai dari pembelajaran

dan pertumbuhan, internal bisnis proses, yang akhirnya ke tangan konsumen

sehingga memberikan dampak kepuasan bagi konsumen yang akhirnya

memotivasi pelanggan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh

perusahaan.

Seperti yang telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi

perusahan jasa yang mempunyai kontak tinggi sangat dibutuhkan. Penelitian

Finansial

Konsumen

Internal Bisnis

Pembelajaran dan

Pertumbuhan

ROCE

Loyalitas Pelanggan

Proses Mutu

Proses Siklus Waktu

Keahlian Pekerja

Penyerahan tepat Waktu

Page 28: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

28

ini bertujuan untuk menerapkan konsep Balanced Scorecard pada Bank BRI

Cabang Cianjur.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard (BSC) sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya

Manusia di Bank BRI Cabang Cianjur

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis penelitian ini

adalah bahwa penerapan balance scorecard berpengaruh terhadap kinerja

sumber daya manusia perusahaan.

Balance Scorecard

Perspektif Keuangan

Perspektif Pelanggan

Perpektif Bisnis Proses

Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan

Kepuasan dalam Bekerja

Training/Pelatihan Karyawan

Turnover Karyawan

Produktivitas Karyawan

Kinerja SDM BRI Cianjur

Page 29: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

29

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, kerangka pemikiran, definisi operasional serta sistematika

penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang teori-teori yang digunakan

yang sesuai dengan permasalahan.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang objek penelitian, definisi

operasional, populasi dan sampel, jenis data, metode pengumpulan data,

pengujian data, dan metode analisis.

BAB IV : Pembahasan

Dalam bab ini menguraikan tentang objek penelitian, dan pembahasan

serta analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis pada bab

sebelumnya.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini akan disebutkan kesimpulan dan saran yang diambil

setelah dilakukan pembahasan pada bab sebelumnya.

Page 30: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

30

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Konsep Penilaian Kinerja

Jika perusahaan ingin membangun kemampuan bersaing melalui SDM

sebagai sumber keunggulan kompetitif, maka sistim penilaian terhadap kinerja

SDM dalam organisasi harus memiliki daya pembeda mana karyawan yang

berprestasi dan mana yang tidak berprestasi. Pada akhirnya penilaian kinerja,

baik yang menyatakan kelemahan maupun keberhasilannya, pada dasarnya

merupakan informasi yang sangat penting bagi manajemen. Keberhasilan yang

perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan atau sebaliknya kegagalan pekerja

yang harus diperbaiki, sebagian diantaranya disebabkan oleh keputusan atau

kebijaksanaan yang tepat ataupun tidak tepat dari pada manajer.

Menurut Nawawi (1996), penilaian kinerja adalah sebuah proses

manajemen SDM yang melakukan proses pengamatan (observasi) terhadap

pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja. Dari hasil observasi itu dilakukan

pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk penetapan keputusan mengenai

keberhasilan atau kegagalannya dalam bekerja.

Selanjutnya menurut Mangkuprawira (2002) penilaian kinerja

bermanfaat untuk pengembangan perusahaan, khususnya departemen sumber

daya manusia, di antaranya adalah untuk:

Page 31: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

31

a. Perbaikan kinerja,

Penilaian kinerja akan menjadi umpan balik yang bermanfaat bagi

karyawan, manajer dan pihak yang berkepentingan lainnya untuk

memperbaiki kinerja pekerjaan itu sendiri. Sehingga dengan demikian

pekerjaan dapat lebih up to date dengan kondisi perusahaan saat ini

b. Penyesuaian kompensasi,

Membantu manajemen untuk menentukan siapa yang sebenarnya berhak

mendapatkan kenaikan gaji maupun bonus dari perusahaan. Sehingga

fairness dalam perusahaan dapat terjaga jika akhirnya kompensasi tersebut

diberikan.

c. Keputusan penempatan,

Promosi, transfer dan penuruan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja.

d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan,

Manajemen dapat menentukan dan memilah-milah kira-kira training atau

pelatihan yang tepat / sesuai bagi karyawannya untuk menunjang kinerja

karyawan perusahaan agar dapat bekerja lebih baik lagi dan dapat

memberikan kontribusi kepada perusahaan sesuai dengan bidangnya

masing-masing.

e. Perencanaan dan pengembangan karir,

Hasil dari kinerja yang telah dilakukan dapat digunakan oleh manajemen

perusahaan untuk pengembangan karir karyawan perusahaan tersebut.

Page 32: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

32

f. Defisiensi proses penempatan staf,

Penilaian kinerja juga bermanfaat untuk melihat kelemahan maupun

keunggulan dari sebuah departemen yang ada pada perusahaan tersebut,

yang kemudian dapat memberikan kesempatan manajemen perusahaan

untuk mengambil langkah korektif terhadap departemen terkait.

Saat ini hampir sebahagian besar perusahaan melakukan penilaian

kinerja karyawannya dengan mengukur faktor finansial saja. Sementara

pengukuran keuangan tidak dapat menjelaskan penyebab perubahan yang

disebabkan misalnya dari banyaknya produk baru yang diciptakan oleh

karyawan yang sangat berdampak terhadap kemajuan perusahaan tersebut.

Pendekatan penilaian kinerja hendaknya mengidentifikasikan standar

kerja yang terkait, mengukur kriteria, dan kemudian memberikan umpan balik

pada karyawan dan departement SDM.

(Sumber: Mulyadi, 2001) Gambar 2.1 : Elemen-elemen Kunci Sistem Penilaian Kinerja

Kinerja Karyawan

Keputusan SDM

Penilaian Kinerja

Ukuran Kinerja

Standar Kinerja

Umpan Balik Karyawan

Catatan Karyawan

Page 33: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

33

Dalam masyarakat tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan

adalah ukuran kinerja keuangan. Pengukuran kinerja ini mudah dilakukan

sehingga kinerja personel yang diukur hanyalah yang berkaitan dengan

keuangan. Akan tetapi, ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan

penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan oleh

organisasi dan lebih memfokuskan pada pengerahan sumber daya organisasi

untuk tujuan-tujuan jangka pendek. Ukuran keuangan yang biasa digunakan

adalah rasio-rasio keuangan yang meliputi :

1. Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek bila jatuh tempo.

2. Rasio leverage yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai

oleh hutang.

3. Rasio aktivitas yang mengukur seberapa efektif manajemen yang

ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi

perusahaan.

4. Rasio pertumbuhan yang mengukur kemampuan perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya di dalam pertumbuhan ekonomi dan

industri.

5. Rasio penilaian yang mengukur kemampuan manajemen dalam

menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi.

Page 34: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

34

Menurut Weston dan Copeland (1989) pengukuran kinerja dengan

menggunakan rasio-rasio seperti diatas mempunyai keterbatasan-keterbatasan

yaitu :

1. Rasio ini disusun berdasarkan data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh

cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

2. Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang berbeda atau jika factor

musiman merupakan pengaruh yang penting maka akan mempunyai

pengaruh pada rasio-rasio perbandingannya.

3. Analisis harus sangat hati-hati dalam menentukan baik buruknya suatu

rasio dalam membentuk suatu penilaian menyeluruh dari perusahaan

berdasarkan serangkaian rasio keuangan.

4. Rasio yang sesuai dengan rata-rata industri tidak memberikan kepastian

bahwa perusahaan berjalan normal dan memiliki manajemen yang baik.

Sedangkan menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton kelemahan-

kelemahan pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan

yaitu :

1. Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible

Assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.

2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu

perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah

yang lebih baik.

Page 35: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

35

B. Konsep Perumusan Misi dan Strategi

Menurut Sinamo (2005), dalam Visi dan Misi; Kekuatan atau Hiasan

agar visi dan misi perusahaan dapat hidup dan efektif, beberapa kriteria yang

harus dipernuhi adalah sebagai berikut ini:

1. Visi-misi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan

organisasi

2. Visi-misi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman yang

mampu memikat hati orang

3. Visi-misi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi

4. Visi-misi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan elegan

sehingga mampu menjadi panduan taktis dan strategis

5. Visi-misi harus memiliki daya persuasi yang mampu mengungkapkan

harapan, aspirasi, sentimen, penderitaan para stakeholder organisasi

6. Visi-misi harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi dan

menyarikan kompetensi khas organisasi tersebut yang menjelaskan jati

dirinya dan apa yang mampu dilakukannya

7. Visi-misi harus ambisius, artinya ia harus mampu mengkiristalkan

keindahan, ideal kemajuan, dan sosok organisasi dambaan masa depan,

sehingga mampu meminta pengorbanan dan investasi emosional dari

segenap stakeholder organisasi.

Kebanyakan perusahaan memiliki visi dan misi yang nyatanya hanya

dimengerti oleh direktur atau pemilik perusahaan saja. Sementara itu

karyawan yang sudah memahami visi dan misi perusahaannya tersebut, tidak

Page 36: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

36

mengerti peranan atau kontribusi yang bagaimana semestinya mereka lakukan

untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Visi perusahaan harus mampu

menjelaskan kondisi perusahaan yang akan diwujudkan di masa depan.

Dengan satu kalimat, pernyataan misi harus mampu menentukan kebutuhan

apa yang akan dipuaskan oleh perusahaan, siapa yang memiliki kebutuhan

tersebut, dimana mereka berada, dan bagaimana pemuasan tersebut dilakukan.

Menurut Lestari (2007) menyatakan bahwa perumusan visi misi

biasanya merupakan proses yang melelahkan bahkan sering menjadi

perdebatan sendiri internal perusahaan. Tetapi pada saat visi dan misi sudah

terbentuk, pelaksanaannya malah menjadi tidak sesuai. Dikarenakan visi dan

misi tersebut terkadang tidak sesuai lagi dengan situasi dan keadaan yang

dihadapi perusahaan, dan bisa jadi visi dan misi tersebut datangnya dari

manajemen puncak saja, sementara karyawan staf lain tidak diikutkan dalam

perumusannya. Sehingga para pelaksana bertindak tidak sesuai dengan visi

dan misi yang sudah ditentukan tersebut.

Visi perusahaan adalah kemampuan atau daya perusahaan untuk

melihat atau mengimaginasikan dirinya sendiri di masa depan. Misi

perusahaan artinya tugas khusus yang akan diemban perusahaan dalam

mencapai tujuannya sehingga memberikan arah dan fokus bagi manajemen

terhadap aktivitas-aktivitasnya.

Sementara strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk

mewujudkan visi perusahaan melalui misi. Strategi dirumuskan untuk

mengalang berbagai sumber daya perusahaan dan mengarahkannya ke

Page 37: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

37

pencapaian visi organsasi. Tanpa strategi yang tepat, sumber daya perusahaan

akan terhambur konsumsinya, sehingga akan berakibat pada kegagalan

perusahaan dalam mewujudkan visinya. Dalam lingkungan bisnis yang

kompetitif, strategi memainkan peran penting dan menentukan dalam

mempertahankan hidup dan pertumbuhan perusahaan. (Mulyadi, 2001)

C. Proses Perencanaan Strategik

Untuk mencapai visi dan misi setiap perusahaan, harus memiliki suatu

rencana strategik yang diyakininya akan dapat membawa perusahaan menuju

visi dan misi yang sudah disepakati bersama. Banyak perusahaan yang sudah

memiliki rencana strategik, namun pada umumnya masih mengunakan sistem

perencanaan dengan anggaran yang tradisional yaitu perencanaan anggaran

tahunan yang hanya membuat perusahaan fokus kepada langkah-langkah kecil

yang berdimensi waktu satu tahun atau kurang.

Dengan metode perencanaan anggaran tahunan ini maka perusahaan

tidak dapat berbuat banyak terhadap potensi persaingan antar perusahaan yang

makin sering dihadapi perusahaan. Karena perusahaan kompetitor akan

secepatnya mengambil alih pangsa pasar, karena mampu lebih fleksibel dalam

menghasilkan produk, jasa, program, dan lain-lain dalam hitungan bulan

bahkan minguan untuk mengeser pasar yang sudah kita kuasai.

Sangat penting bagi manajemen perusahaan memiliki kemampuan

melihat jauh ke masa yang akan datang untuk menentukan nasib perusahaan di

Page 38: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

38

masa depan. Balanced scorecard membagi tahap perencanaan strategik

sebagai berikut (Mulyadi, 2001):

1. Penerjemahan strategi ke dalam berbagai sasaran strategik yang

komprehensif, koheren dan seimbang.

2. Penentuan ukuran sasaran strategik: ukuran hasil (outcome measure) dan

ukuran pemacu kinerja (performance driver measure)

3. Penentuan target yang akan diwujudkan dalam pencapaian sasaran

strategik untuk jangka waktu tertentu di masa depan.

4. Perumusan inisiatif strategik untuk mencapai sasaran straregik

Dalam proses perencanaan strategik, memiliki 3 keluaran yaitu:

a. Sasaran strategik, proses dimana penentuan strategik yang terbaik pada

setiap perspektif yang diyakini mampu mewujudkan visi dan misi

perusahaan tersebut.

b. Inisiatif strategik, yaitu suatu langkah perumusan pernyataan kualitatif

yang berupa langkah besar yang akan dilaksanakan di masa depan

untuk mewujudkan sasaran strategik.

c. Target, yaitu suatu penentuan target yang hendak dicapai dalam

mewujudkan strategik dalam waktu kurun waktu tertentu. Selanjutnya

menurut Mulyadi (2001) sistem manajemen strategik terdiri atas (1)

perumusan strategi (strategy formulation), (2) perencanaan strategi

(strategy planning), (3) penyusunan program (programming), (4) pe-

nyusunan anggaran (budgettinyg), (5) implementasi (implementation),

(6) pemantauan (monitoring). Dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 39: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

39

(Sumber: Mulyadi, 2001) Gambar 2.2 : Peran Awal Balanced Scorecard Dalam Sistem Manajemen

Strategik

D. Sejarah Singkat Balanced Scorecard

Perkembangan balanced scorecard dimulai pada tahun 1990-an oleh

Robert Kaplan, seorang professor akuntasi dari Harvard University dan David

Norton, seorang konsultan di sebuah Kantor Akuntan Publik ternama di

Amerika Serikat. Kaplan yang seorang visioner, menyadari bahwa angka-

angka financial saja tidak akan cukup untuk organisasi yang berusaha bertahan

atau bahkan bersaing di abad ke-21. Untuk tujuan itu, Kaplan Dan Norton

mengorganisir suatu studi penilitian terhadap beberapa perusahaan, dan

berusaha membedakan praktik terbaik dalam pengukuran kinerja.

Implementasi

Pemantauan

Pada tahap awal perkembangan (1990-1992), Balanced Scorecard diterapkan untuk pengukuran secara komprehensif kinerja eksekutif

Perencanaan Strategi

Penyusunan Program

Penyusunan Anggaran

Perumusan Strategi

Page 40: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

40

Balanced scorecard dapat diartikan sebagai sebuah konsep atau

metode pengukuran kinerja perusahaan yang disesuaikan dengan visi-misi

serta strategi perusahaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini

seorang manajer atau pimpinan perusahaan, harus memiliki metriks atau

ukuran yang akan membawa kunci keberhasilan perusahaan. Dengan cara

demikian, akan dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap kepada

seorang pimpinan, untuk mengarahkan sumber dayanya tidak hanya berfokus

pada faktor finansial namun issue-issue lainnya yang bias mempengaruhi

faktor finansial tersebut, seperti faktor customer, proses bisnis (business

process), maupun proses pertumbuhan dan pembelajaran dari karyawan

perusahaan tersebut.

Dasar pemikiran dibalik balanced scorecard sebenarnya sangatlah

sederhana, namun mendalam. Dimana ukuran keuangan memang selalu

dianggap paling penting, namun harus dilengkapi ataupun dibantu dengan

indikator lain yang dapat memprediksi kesuksesan finasial perusahaan di masa

depan. Berikut adalah kendalakendala yang memacu munculnya Balanced

Scorecard menurut Paul (2005) adalah:

1. Ketergantungan tradisional terhadap ukuran-ukuran financial

2. Munculnya aktiva tidak berwujud

3. Munculnya resiko reputasi (goodwill)

4. Kesulitan yang dihadapi sebagian besar organisasi dalam menjalankan

strategi.

Page 41: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

41

Balanced Scorecard pada awalnya terdiri atas 4 perspective, yang

saling terkait antara perspective yang satu dengan yang lain. Balanced

scorecard mencoba menterjemahkan visi-misi dan strategi perusahaan

menjadi ukuran kinerja, yang dapat ditelusuri dan digunakan untuk mengukur

kesuksesan kita dalam keberhasilan implementasinya. Hal ini bisa dicapai bila

kita bisa menentukan objektif dan pengukuran yang tepat terhadap masing-

masing scorecard yang saling terkait.

Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced

(keseimbangan) dan scorecard (kartu nilai). Kartu nilai, digunakan untuk

mencatat skor hasil nilai kinerja seseorang, dan bisa digunakan untuk

merencanakan skor yang hendak ditargetkan. Sedangkan kata keseimbangan

merepresentativekan kepada perimbangan dua aspek yaitu aspek keuangan

dan non keuangan, aspek internal dan eksternal, serta aspek jangka pendek dan

jangka panjang. Balanced Scorecard menjadi sebuah metode yang banyak

diterapkan di perusahaan dan organisasi baik profit dan non profit oriented

karena metode ini tidak hanya memperbaiki kinerja saat ini hanya untuk

bertahan hidup, namun tujuannya adalah keberlangsungan, yang

memungkinkan perusahaan berhasil dalam persaingan pada abad global ini.

Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang

diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan

secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk

mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di

seluruh organisasi. Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana

Page 42: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

42

perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin Widjaja Tunggal,

2002 : 1).

Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton

(1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat

perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan,

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard menekankan bahwa

pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari

informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Tujuan

dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari

ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan

hasil dari suatu proses atas bawah (top-down) berdasarkan misi dan strategi

dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam

tujuan dan pengukuran yang lebih nyata (Teuku Mirza, 1997 : 14).

Sumber : Mulyadi & Setyawan 1999. Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen

Gambar 2.1 Penjabaran visi ke dalam tujuan dan sasaran strategi

Page 43: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

43

1. Komunikasi & hubungan

Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan apa yang

dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para

pemegang saham konsumen karena untuk tujuan tersebut dibutuhkan

kinerja karyawan yang baik. Untuk itu Scorecard menunjukkan strategi

yang menyeluruh yang terdiri dari 3 kegiatan :

a. Communicating dan education

b. Setting goal

c. Linking reward to performance measure

2. Rencana Bisnis

Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara bisnis

dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi pada saat ini

mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai

keunggulan masing-masing yang saling bersaing antara satu dengan yang

lain, sehingga akan menyulitkan manajer untuk mengintegrasikan ide-ide

yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Dengan menggunakan

Balanced Scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan

mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan akan

menggerakkan mereka ke arah tujuan jangka panjang perusahaan

menyeluruh.

3. Umpan balik dan pembelajaran

Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat system manajemen perusahaan

maka perusahaan tersebut akan dapat melakukan monitor terhadap apa

Page 44: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

44

yang dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek dari tiga perspektif yang

ada dalam Balanced Scorecard yaitu konsumen, proses bisnis internal, dan

pembelajaran dan pertumbuhan akan dijadikan sebagai umpan balik dalam

mengevaluasi strategi dalam kinerja.

E. Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Balanced Scorecard

Untuk mengatasi masalah tentang kelemahan sistem pengukuran

kinerja perusahaan yang berfokus pada aspek keuangan dan mengabaikan

kinerja non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, pengembangan produk

(inovasi) dan pertumbuhan serta pembelajaran karyawan, maka balanced

scorecard dapat membantunya karena pada model ini tidak hanya mencakup

keuangan melainkan non keuangan.

Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja

masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan

ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran

memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif: finansial, pelanggan,

proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. (Kaplan & Norton,

1996)

Page 45: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

45

(Sumber: www.balancescorecard.org)

Gambar 2.3: Dimensi Dalam Balanced Scorecard

1. Kinerja Perspektif Keuangan

Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi

perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan

konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan

ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15).

Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran

strategic, inisiatif strategic dan implementasinya mampu memberikan

kontribusi dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, Kaplan & Norton

Page 46: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

46

(1996 : 48) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis

yaitu :

a. Pertumbuhan (growth)

Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus

kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk

atau jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang

baik sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak.

Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual beroperasi

dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal

investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada

tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat

pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

b. Bertahan (Sustain Stage)

Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih

melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian

yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan

pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin.

Secara konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada

strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini

diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang

dilakukan.

Page 47: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

47

c. Menuai (Harvest)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap

di mana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat

pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi

lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan

fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu

kemampuan baru.

Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas

yang masuk ke perusahaan. Untuk menjadikan organisasi suatu

institusi yang mampu berkreasi diperlukan keunggulan di bidang

keuangan. Melalui keunggulan di bidang ini, organisasi menguasai

sumber daya yang sangat diperlukan untuk mewujudkan tiga perspektif

strategi lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

internal dan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran.

2. Kinerja Perspektif Konsumen

Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi

konsumennya jika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi dari pada

pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk mendapat

produk dan jasa itu. Produk atau jasa tersebut akan semakin mempunyai

nilai apabila manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari apa yang

diharapkan oleh konsumen.

Page 48: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

48

Menurut Kaplan dan Norton (1956) perusahaan diharapkan mampu

membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target pasarnya yang

paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan

sumber daya dan rencana jangka panjang perusahaan. Dalam perspektif

konsumen terdapat 2 kelompok perusahaan yaitu :

a. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core measurement

group)

1) Pangsa pasar (market share)

Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh

perusahaan dalam suatu segmen tertentu.

2) Kemampuan mempertahankan konsumen (customer retention)

Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan

dengan konsumennya yang mungkin seberapa besar perusahaan

berhasil mempertahankan pelanggan lama.

3) Kemampuan meraih konsumen baru (customer acquisition)

Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik

konsumen baru dalam pasar.

4) Tingkat kepuasan konsumen (customer satiffation)

Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria

kinerja/nilai tertentu yang diberikan oleh perusahaan.

5) Tingkat protabilitas konsumen (customer profitability)

Mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh

perusahaan dari penjualan kepada konsumen/segmen pasar.

Page 49: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

49

d. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value measement)

Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk

memahami pemicu-pemicu (driver).

Dari kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen kelompok

pengukuran nilai konsumen terdiri dari :

a. Atribut-atribut produk dan jasa (product/service)

Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya.

b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship)

Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi melalui pengisian

produk/jasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu

pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen

setelah membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.

c. Citra dan reputasi (image & reputation)

Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen

merasa tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara

personal (melalui pameran-pameran, door to door) maupun lewat

media masa atau elektronik ataupun ungkapan-ungkapan yang mudah

diingat oleh konsumen.

3. Perspektif Proses Internal Bisnis

Dalam perspektif bisnis internal, perusahaan harus meng-

identifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan harus

melakukannya dengan sebaikbaiknya. Karena proses internal tersebut

Page 50: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

50

memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan dapat

memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham

(Ancella Hermawan, 1996 : 56).

Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis

internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari

perspektif pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari proses

kinerja bisnis internal yang diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus

memilih proses dan kompetensi yang menjadi unggulannya dan

menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja-kinerja proses dan

kompetensi tersebut.

Analisis atau proses bisnis internal perusahaan dilakukan melalui

analisis rantai nilai (value chain analysist) yang digambarkan sebagai

berikut.

Business process:

• Innovation process • Product design • Product development • Operator process • Manufacture • Marketing • Postable service

Sumber: Norton dan Kaplan, 1996

Gambar 2.2 Generic Value Chain Mode

Customer need

design develop Make Market Service Customer need

Time Market

Supply Chain

Dentified Satisfied

Page 51: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

51

Masing-masing perusahaan mempunyai seperangkat proses

penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum Kaplan dan

Norton (1996 : 96) membaginya menjadi tiga prinsip dasar yaitu :

e. Inovasi

Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang

mendapatkan perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang

dilakukan dalam proses operasi. Pada tahap ini perusahaan

mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan para pelanggan di masa

mendatang serta merumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhan tersebut.

f. Operasi

Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara nyata

berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya dalam

memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan mereka.

Kegiatan operasional berasal dari penerimaan pesanan dari pelanggan

dan berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada pelanggan.

Kegiatan ini lebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan terulang.

g. Layanan pasca jual

Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan

kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya dalam

bentuk layanan pasca transaksi.

Page 52: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

52

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk mendorong

perusahaan menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus

mendorong pertumbuhannya (Teuku Mirza, Usahawan, 1997).

Kaplan dan Norton membagi tolak ukur perspektif ini dalam tiga prinsip

yaitu :

a. People

Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut

untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan

lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu,

dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan

secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan

telah mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya manusia

yang dimiliki.

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia ada tiga hal

yang perlu ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard :

1) Tingkat kepuasan karyawan

Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi untuk

meningkatkan produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen

dan kecepatan bereaksi. Kepuasan karyawan menjadi hal yang

penting khususnya bagi perusahaan jasa.

Page 53: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

53

2) Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan)

Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk memper-

tahankan pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam

organisasinya. Perusahaan yang telah melakukan investasi dalam

sumber daya manusia akan sia-sia apabila tidak mempertahankan

karyawannya untuk terus berada dalam perusahaan.

3) Produktivitas karyawan

Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari

peningkatan keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses

internal, dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah

menghubungkan output yang dilakukan para pekerja terhadap

jumlah keseluruhan pekerja.

b. System

Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk

menunjang pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan

apabila mereka tidak memiliki informasi yang memadai. Pegawai di

bidang operasional memerlukan informasi yang memadai. Pegawai di

bidang operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu dan

akurat sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan

suatu system informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang

memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Page 54: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

54

c. Organizational Procedure

Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan

untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan

rutinitas harus diteruskan karena karyawan yang sempurna dengan

informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada

keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak

selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan

kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak.

Gambar 2.3 Kerangka pengukuran pembelajaran dan pertumbuhan

Result

Employee Retention

Employee Production

Employee Satisfaction

Self Competence

Technology Infrastructure

Climate for Action

Core Measurement

Enablers

Page 55: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

55

F. Keunggulan Metode Balanced Scorecard

Melalui metode Balanced Scorecard,sebenarnya perusahaan mampu

memperoleh keuntungan maupun kinerja yang berlipat ganda, karena dapat

mendongkrak kemampuan perusahaan dalam bersaing dan fokus pada masa

yang lebih panjang, seperti terlihat pada perspektif pelanggan, internal bisnis

proses dan pembelajaran. Sebab jika perusahaan hanya terfokus pada kinerja

keuangan yang bersifat sementara saja, maka perusahaan tersebut akan

semakin sulit bersaing, karena akan banyak pelanggan kecewa karena produk

yang kurang baik dan kurang inovatif, karyawan yang tidak ramah dan tidak

serius menanggani keluhan pelanggan, dan lain sebagainya.

Dalam sebuah perusahaan, sumber daya manusianya merupakan asset

yang sangat penting, sebab walaupun aktiva perusahaan (mesin, peralatan,

teknologi, dan lain-lain) tersebut bernilai tinggi, namun tanpa di dukung SDM

yang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab, maka aktiva perusahaan

itu malah tidak berarti.

Menurut Mulyadi (2001), balanced scorecard paling tidak memiliki 4

keunggulan, yaitu:

1. Komprehensif

Balanced Scorecard memotivasi personel untuk mengarahkan usahanya ke

sasaran-sasaran strategik yang menjadi penyebab utama dihasilkannya

kinerja keuangan. Sehingga perusahaan tidak membuang percuma energi

yang ada di dalam perusahaan untuk pekerjaan-pekerjaan yang ternyata

Page 56: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

56

tidak membawa pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan nantinya, sementara itu aktifitas yang berdampak signifikan

malah tidak diperhatikan.

2. Koheren

Balanced Scorecard mengarahkan kepada karyawan perusahaan yang

ingin menerapkannya untuk memahami motode hubungan sebab akibat

(causal relationship). Misalnya, setiap strategi yang disusun pada masing-

masing perspektif harus memiliki hubungan dengan perspektif finansial,

karena untuk inilah perusahaan tersebut dibangun, yaitu untuk mencapai

profit maksimum.

3. Seimbang

Balanced Scorecard juga bersifat seimbang, karena ikut juga memper-

hatikan internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Yang dimaksud

dengan internal perusahaan adalah perspektif internal bisnis proses dan

pembelajaran dan pengembangan karyawan. Sedangkan eksternal

perusahaan adalah perspektif yang memperhatikan finansial perusahaan

dan perspektif pelanggan.

4. Terukur

Melalui sistem yang ditetapkan dalam balanced scorecard ini, maka tiap

sasaran strategik yang sudah dipilih oleh perusahaan, baik itu perspektif

yang bersifat finansial maupun non finansial harus dapat ditentukan

Page 57: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

57

ukurannya. Di mana ukurannya ditentukan berdasarkan fokus yang

ditentukan oleh perusahaan sendiri.

G. Pengertian Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didiri-

kan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang,

dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank ber-

asal dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan me-

nurut undang-undang perbankan bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Kuncoro (2002: 68) dalam bukunya Manajemen Perbankan,

Teori dan Aplikasi, definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu

lintas pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan

kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat mem-

berikan kredit kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik

bank (pemegang saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar

negeri, maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari pemilik bank berupa

setoran modal yang dilakukan pada saat pendirian bank.

Page 58: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

58

Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

Usaha pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan

dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam

bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya.

Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Maksudnya

adalah bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana

(surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank

memiliki fungsi sebagai “Agen Pembangunan” (Agent of Development)

Sebagai badan usaha, bank tidaklah semata-mata mengejar keuntungan (profit

oriented), tetapi bank turut bertanggung jawab dalam pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini bank

juga memiliki tanggung jawab sosial.

Selain agent of development, bak juga memiliki karakteristik Agent Of

Trust, yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan

perbankkan adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpun dana maupun

penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank

apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan

Page 59: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

59

baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini

akan terus berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting dibangun

karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik

dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran

dana tersebut. Selanjutnya Agent Of Services, yaitu lembaga yang

memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Di samping melakukan

kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan penawaran

jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini

erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

Page 60: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

60

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek dan Lokasi Penelitian

Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah PT Bank Rakyat

Indonesia (BRI) Tbk Cabang Cianjur dengan alasan bahwa penerapan

Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja karyawan BRI merupakan

langkah strategik yang berdampak besar terhadap kemampuan manajemen

BRI Cabang Cianjur dalam melipatgandakan kinerjanya ditinjau dari aspek

pertumbuhan dan perkembangan.

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah studi kasus yang didukung oleh survey yang

mengumpulkan data mengenai faktor-faktor terkait dengan variabel

penelitian. Penelitian survey mengunakan kuesioner yang berkisar pada

ruang lingkup; demografis masyarakat, lingkungan sosial masyarakat,

aktivitas masyarakat, dan pendapat serta sikap masyarakat.

2. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, teknik dan alat yang digunakan

maka pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif. Menurut Bungin (2001) metode penelitian ini bertujuan untuk

Page 61: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

61

mengambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau

berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek

penelitian tersebut.

3. Sifat Penelitian

Adapun sifat dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan

(explanatory research). Format eksplanasi dimaksud untuk menggambar-

kan suatu generalisasi atau menjelaskan hubungan satu variabel dengan

variabel yang lain. (Bungin, 2001).

C. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna

variabel yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46-47) memberikan

pengertian tentang definisi operasional sebagai unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi

operasional dapat juga dikatakan sebagai informasi ilmiah yang sangat

membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama.

Dengan demikian, definisi operasional dalam sebuah penelitian harus dapat

diukur dan spesifik serta dapat dipahami oleh orang lain.

Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, variabel

penelitian ini dapat didefinisikan sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Page 62: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

62

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Skala

Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

1. Tingkat pertumbuhan penjualan per tahun

2. Tingkat keuntungan atau laba per tahun

3. Pertumbuhan asset usaha 4. Besarnya pengurangan biaya

produksi per unit produk

Ordinal

Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)

5. Kemampuan untuk menarik nasabah.

6. Tingkat kepuasan nasabah dalam menggunakan produk yang dihasilkan

7. Kemampuan dalam memberikan pelayanan pembelian yang baik kepada nasabah

8. Image dan reputasi bank

Ordinal

Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business process perspective)

9. Kemampuan dalam melakukan survei pasar

10. Kemampuan pengoperasian teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan proses operasi

11. Pelayanan purna jual yang baik kepada nasabah atau pelanggan.

Ordinal

Balance Scorecard (Kaplan & Norton, 2006:31)

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)

12. Kemampuan tenaga kerja untuk mengemukakan ide, kreativitas, dan kreasi.

13. Tingkat kepuasan tenaga kerja (tanggung jawab, kualitas pelayanan kepada nasabah, dll)

14. Tingkat produktivitas karyawan

15. Kemampuan penguasaan informasi (pasar, teknologi, pemasok dsb)

Ordinal

Kinerja Karyawan

Efisiensi dan 1. Proses kerja dapat menghemat anggaran.

Ordinal

Page 63: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

63

Variabel Dimensi Indikator Skala

efektivitas 2. Sasaran kerja dapat tercapai dengan baik.

Ordinal

3. Karyawan mampu memanfaatkan fungsinya dalam mencapai tujuan perusahaan.

Ordinal Otoritas dan tanggung jawab

4. Karyawan konsisten menjalankan fungsinya sesuai dengan job deskripsi yang digariskan.

Ordinal

Disiplin 5. Karyawan mematuhi aturan yang ditetapkan perusahaan.

Ordinal

(Y) (Sentono, 2008:27)

Inisiatif 6. Karyawan memiliki insiatif dalam menentukan pencapaian target pekerjaan sebelum deadline.

Ordinal

(Sumber: Data diolah oleh Penulis dari berbagai Sumber)

D. Populasi dan Sampel

Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan

sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni (2008:

41) adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif,

dari karak-teristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas. Ditinjau

dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas

(terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan dilihat dari sifatnya

populasi dapat bersifat homogen dan heterogen. Menurut Sugiyono (2004:4)

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Page 64: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

64

Populasi penelitian tentang ”Analisis Penerapan Konsep Balanced

Scorecard (BSC) sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya

Manusia di Bank BRI Cabang Cianjur” ini adalah level branch manager,

supervisor, hingga staff teller dan customer service, ditambah dengan kepala

unit serta teller dan customer service di masing-masing unit yang seluruhnya

berjumlah 90 orang sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

No Unit Kerja Populasi

1 BRI Cabang Cianjur 34

2 BRI KCP Cipanas 16

3 BRI Unit Sawahgede 4

4 BRI Unit Pamoyanan 4

5 BRI Unit Sayang 4

6 BRI Unit Muka 4

7 BRI Unit Bojong 4

8 BRI Unit Warungkondang 4

9 BRI Unit Cibeber 4

10 BRI Unit Ciranjang 4

11 BRI Unit Cikalongkulon 4

12 BRI Unit Pacet 4

Jumlah Populasi 90

BRI unit-unit kecamatan Pagelaran, Cibinong, Tanggeung,

Sindangbarang, Kadupandak, Sukanagara, dan Campaka tidak dimasukkan ke

Page 65: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

65

dalam populasi penelitian mengingat jarak tempuh lokasi dari kota Cianjur

relatif jauh.

Apabila jumlah populasi yang digunakan pada sebuah penelitian relatif

banyak, maka diperlukan pengambilan sampel penelitian. Bila populasi

dibesarkan maka penelitian akan menggunakan sampel yang berlaku untuk

populasi, teknik pengambilan sampel ini, sebagaimana dikemukakan oleh

Sugiyono (2004:56-60) terdiri atas teknik sebagai berikut.

a) Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi itu dipilih menjadi anggota.

Sampel teknik ini meliputi sampel random sampling, dan cluster

sampling/sampling daerah.

b) Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik sampling yang memberikan

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi sampling simetris, sampling

kuota, sampling aksidental, purposive, dan sampling jenuh atau snoball

sampling.

Pada penelitian ini digunakan teknik sampling berupa probability

sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi

semua anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,

2004: 92). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified

Page 66: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

66

random sampling di mana populasi mempunyai anggota yang tidak homogen

dan berstrata secara proporsional.

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus

Slovin yang terdapat dalam Rahmad (2004:99) sebagai berikut.

n = 2Nd 1N

+

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

d = Presisi yang ditetapkan (yaitu 0,1)

1 = Angka konstanta

n = 90,1

90))1,0( x (90 1

902 =

+ = 47,37

Jumlah tersebut dibulatkan menjadi 47 responden.

Rasio sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

n1 = xn1

NN

Dimana: n1 = Banyaknya sampel keseluruhan N1 = Ukuran sampel N = Banyaknya populasi xn = Banyaknya populasi ke n

Maka sampel yang akan diambil pada masing-masing kelompok

populasi dalam rangka penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 67: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

67

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No Kelompok Populasi N Sampel

1 BRI Cabang Cianjur 34 34 : 90 x 47 = 18

2 BRI KCP Cipanas 16 16 : 90 x 47 = 9

3 BRI Unit Sawahgede 4 4 : 90 x 47 = 2

4 BRI Unit Pamoyanan 4 4 : 90 x 47 = 2

5 BRI Unit Sayang 4 4 : 90 x 47 = 2

6 BRI Unit Muka 4 4 : 90 x 47 = 2

7 BRI Unit Bojong 4 4 : 90 x 47 = 2

8 BRI Unit Warungkondang 4 4 : 90 x 47 = 2

9 BRI Unit Cibeber 4 4 : 90 x 47 = 2

10 BRI Unit Ciranjang 4 4 : 90 x 47 = 2

11 BRI Unit Cikalongkulon 4 4 : 90 x 47 = 2

12 BRI Unit Pacet 4 4 : 90 x 47 = 2

Jumlah Populasi 90 47

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Nasir (2003:328), teknik pengumpulan data merupakan instrumen

ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan

dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan,

serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang

diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik

pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua

macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.

Page 68: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

68

1) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah

resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain

yang ada pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi

ditujukan untuk memperoleh data langsung dari instansi/lembaga

meliputi buku-buku, laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain

yang relevan dengan fokus penelitian.

2) Teknik Angket

Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

disebarkan seluruhnya adalah 55 perangkat angket. Pemilihan dengan

model angket ini didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki

waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau per-nyataan-

pernyataan yang diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan

dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c)

responden mempunyai kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d)

dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak

responden dalam waktu yang cepat dan tepat.

Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk

skala Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk

Page 69: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

69

mengukur sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang

tentang suatu fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan

keputusan pembelian produk dapat dikategorikan sebagai fenomena

sosial. Oleh karena itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini

dapat diterima.

Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut.

- Skor 1 jika tidak ada isi pernyataan yang sesuai dengan kondisi

sebenarnya.

- Skor 2 jika sebagian kecil isi pernyataan sesuai dengan kondisi

sebenarnya.

- Skor 3 jika setengah dari isi pernyataan sesuai dengan kondisi

sebenarnya.

- Skor 4 jika sebagian besar isi pernyataan sesuai dengan kondisi

sebenarnya.

- Skor 5 jika seluruh isi pernyataan sesuai dengan kondisi

sebenarnya.

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari daftar pertanyaan dan

wawancara terhadap responden.

Page 70: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

70

2. Data sekunder, yaitu data diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan

dan dari website perusahaan yaitu www.xl.co.id.

G. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

deskriptif kuantitatif dengan pengujian regresi sederhana untuk menguji

apakah terdapat pengaruh penerapan balanced scorecard terhadap kinerja

karyawan pada PT Bank BRI Tbk Cabang Cianjur.

H. Pengujian Data Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur

persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai

sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional

yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif

adalah dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden

dengan skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian

dari jumlah responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada

masing-masing item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian

secara deskriptif.

Untuk menentukan tingkat tanggapan responden, dilakukan

perhitungan persentase dengan mengacu kepada teori yang

dikemukakan oleh Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006: 122)

Page 71: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

71

dalam menyusun penskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating

yang ditentukan oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin

dicapai oleh setiap responden.

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dalam kerangka

pengembangan instrumen penelitian. Langkah-langkah yang akan

ditempuh dalam pengembangan instrumen penelitian secara garis besarnya

adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga

masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek

dan subaspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.

b. Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam

penulisan butir-butir pertanyaan.

c. Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran konsep

instrumen penelitian yang telah ditetapkan.

d. Mendiskusikan perangkat instrumen dengan pembimbing untuk men-

dapatkan masukan dan pertimbangan mengenai kelayakan konstruksi,

lingkup dan redaksi dari setiap pernyataan.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100

Page 72: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

72

e. Menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dengan tujuan

untuk mengukur valid tidaknya instrumen itu.

1) Teknik yang dipergunakan adalah teknik r Product Moment, yaitu

hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria validitas yaitu

suatu butir pernyataan dinyatakan valid jika koefesien rhitung lebih

besar dari rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut.

rxy = ( )( )

( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]2222 YYn XXn

X - XYn

∑∑∑∑∑ ∑∑

−−

Y

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi

n : jumlah responden

X : Jumlah skor setiap item

Y : Jumlah skor total seluruh item

(∑X)2 : Kuadrat jumlah skor item X

∑X2 : Jumlah kuadrat skor item X

(∑Y)2 : Kuadrat jumlah skor item Y

(∑Y)2 : Jumlah kuadrat skor item Y

2) Menata ulang instrumen pernyataan sesuai dengan butir-butir per-

nyataan yang valid (sahih).

3) Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan

koefesien reliabilitas dari Alpha Cornbach.

Page 73: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

73

α =

∑−

− 2

iS

2Si11k

k

Keterangan :

α = nilai koefisien reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ Si2 = mean kuadrat kesalahan

Si2 = varians total

Hasil yang diperoleh dari ini selanjutnya dikonsultasikan

dengan tabel interpretasi nilai r Product Moment pada tingkat

kepercayaan 95% (α = 5%) dan N= 65 (Lihat lampiran Tabel Nilai-

nilai r Product Moment).

Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam penelitian harus

memenuhi persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan

(realiability). Oleh karena itu, dalam penelitian instrumen yang

digunakan untuk pengumpulan data dari penelitian terlebih dahulu

diujicobakan guna menge-tahui kesahihan dan keterandalan instrumen

tersebut. Suatu instrumen dikata-kan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan. Reliabilitas adalah indeks yang mampu

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat di-percaya atau

dapat diandalkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

Sugiyono, yang mengatakan bahwa hasil penelitian itu valid jika

Page 74: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

74

terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa

data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka dilakukan

pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan

berdistribusi normal atau tidak. Asumsi normali-tas merupakan syarat

penting pada pengujian kebermaknaan koefisien regresi. Apabila data

residual dari mode regresi tidak mengikuti distribusi normal, maka

kesimpulan dari uji F dan uji t perlu dipertanyakan karena statistik uji

dalam analisis regresi diturunkan dari data yang berdistribusi normal.

Uji normalitas distribusi data yang digunakan pada pe-nelitian

ini adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan

keputusannya jika thitung < ttabel maka data telah berasal dari data yang

berdistribusi normal. Untuk data yang banyak, data diasumsikan

mendekati distribusi normal dengan syarat data > 100.

b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Persyaratan kedua dalam analisis regresi linier klasik adalah

harus tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Artinya, varian residu

pada data harus bersifat homogen atau sama. Uji heteroskedas-titas

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara

Page 75: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

75

variabel bebas dengan nilai residu regresi parsialnya. Jika probabiltias

keasalahan statistik atau p-value > (α = 0,05) atau nonsignifikan, maka

diputuskan tidak terjadi situasi heteroskedastitas.

c. Uji Asumsi Autokorelasi

Menurut Maurice G. Kendall (1971:8), autokorelasi akan

menjelaskan bahwa varian residual (e) tidak saling berpengaruh. Hal

ini dapat dilihat dengan menggunakan tes dari Durbin-Watson.

Mekanisme tes Durbin-Watson (dalam Gujarati, 1993:217) ini

adalah sebagai berikut.

(1) Menentukan regresi OLS dan menentukan residual ei.

(2) Menghitung nilai d (dengan menggunakan aplikasi komputer).

(3) Untuk ukuran sampel tertentu, menghitung nilai kritis dL dan dU.

(4) Menghitung nilai d-dL dan 4-dU dan kemudian

membandingkannya dengan nilai d pada daerah berikut.

1 dL dU 4-dL 4-dU 4

4 1,660 1,660 2,340 2,340 4

Autokorelasi (+)

Tidak meyakinkan Tidak ada Autokorelasi Tidak

meyakinkan Autokorelasi

(-)

Jika nilai d terletak di antara dU dan 4-dU, maka dapat

disimpulkan tidak ada autokofrelasi dalam data. Sedangkan jika nilai d

berada pada daerah lainnya maka kesimpulan diberikan oleh gambar di

atas. Untuk mengatasi masalah autokorelasi dilakukan transformasi

melalui transformasi p = 1 – d/2 (d= nilai Durbin-Watson). Untuk

Page 76: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

76

menghindari data pertama yang hilang, maka data pertama

ditransformasikan melalui perkalian dengan √(1-p2).

d. Analisis Regresi Sederhana

Analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali

dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk

distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan

regresinya. Analisis regresei linier sederhana diawali dengan pengujian

asumsi klasik dengan persamaan regresi sebagai berikut.

Ŷ = a + bX + e

Keterangan:

Y : kinerja karyawan

X : budaya organisasi

a : konstanta

b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.

e. Pengujian Hipotesis

Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan, persamaan

regresi yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi regresi melalui

pengujian di atas, perlu diuji koefisien regresinya. Pengujian regresi ini

dilakukan untuk melihat apakah model yang diperoleh dan koefisien

regresinya dapat dikatakan bermakna secara statistik sehingga dapat

diambil kesimpulan secara umum untuk populasi penelitian.

Page 77: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

77

Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) memiliki

pengaruh terhadap variabel Y dengan tingkat keyakinan 1 – α, maka

digunakan uji t. Bentuk hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai

berikut.

Hipotesis statistik yang daijukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut.

HO : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh penerapan balance scorecard

terhadap kinerja SDM Bank BRI Cabang Cianjur.

HA : βi ≠ 0 Terdapat pengaruh penerapan balance scorecard terhadap

kinerja SDM Bank BRI Cabang Cianjur.

Statistik Uji-t yang digunakan menggunakan rumus sebagai berikut.

thitung = βSE

β atau thitung = r 2r - 12 -n

Keterangan:

β = koefisien regresi

SEβ = standard error dari koefisien regresi

r = koefisien korelasi

n = ukuran sampel

Terdapat 2 (dua) cara pengambilan keputusan atas hasil pengujian di

atas, yakni dengan cara sebagai berikut.

(1) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel.

(a) Jika thitung > ttabel, maka HO ditolak dan HA diterima.

(b) Jika thitung ≤ ttabel, maka HA ditolak dan HO diterima.

Page 78: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

78

(2) Membandingkan nilai signifikansi dengan nilai alpha.

(a) Jika nilai signifikansi (p-value) < ά, maka HO ditolak dan HA

diterima.

(b) Jika nilai signifikansi (p-value) ≥ ά, maka HA ditolak dan HO

diterima.

Jika HO ditolak, berarti variabel independen berpengaruh secara

nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika HO

ditolak, maka variabel independen tidak bepengaruh secara nyata

(signifikan) terhadap variabel dependen.

4. Penentuan Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dihitung untuk menentukan variabel

independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi multiple

diperoleh dari jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat total dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

KD = R2 x 100%

Untuk mempermudah pengolahan dan analisis, maka dalam

penelitian ini digunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service

Solutions) for Windows Release 18. Langkah ini ditempuh mengingat

pengolahan data pada paket program tersebut lebih cepat dan mempunyai

tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan

secara manual.

Page 79: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

79

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 dengan

responden karyawan dan staf manajer PT Bank Rakyat Indonesia Cabang

Cianjur serta kepala unit beserta staff teller dan customer service, yang

seluruhnya berjumlah 47 orang. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan

ke seluruh responden penelitian, diperoleh profil responden sebagai berikut.

Tabel 4.1

Penggolongan Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Usia Responden (Tahun) Jumlah Persentase

1 < 30 12 25,53

2 31 – 35 8 17,02

3 36 – 40 7 14,89

4 41 – 45 8 17,02

5 46 – 50 7 14,89

6 > 51 5 10,64

Jumlah Seluruh 47 100 Sumber: Data hasil pengolahan penulis (2014)

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa usia responden terbanyak adalah

berusia di bawah 30 tahun, yang berjumlah 12 orang atau 25,53%,

sedangkan yang berusia 31-35 dan 41-45 tahun masing-masing sebanyak 8

Page 80: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

80

orang, atau 17,02%. Data ini menunjukkan bahwa responden penelitian ini,

yakni para karyawan dan staf manajer PT Bank Rakyat Indonesia Cabang

Cianjur masih tergolong muda.

Tabel 4.2

Penggolongan Responden berdasarkan Gender

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 21 44,68

2 Perempuan 26 55,32

Jumlah Seluruh 47 100 Sumber: Data hasil pengolahan penulis (2014)

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden wanita ternyata

lebih banyak daripada responden laki-laki, yakni sebanyak 55,32%. Hal ini

menunjukkan bahwa karyawan PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Cianjur

lebih banyak wanita daripada laki-laki.

Tabel 4.3

Penggolongan Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Responden Jumlah Persentase

1 Pascasarjana 5 10,64

2 Sarjana 21 44,68

3 Diploma II dan III 15 31,91

4 SLTA 6 12,77

Jumlah Seluruh 47 100

Page 81: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

81

Data pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

responden yang terbanyak adalah tingkat sarjana, yakni 21 orang atau

sebanyak 44,68%. Kemudian responden yang berpendidikan Diploma II

dan Diploma III sebanyak 15 orang atau 31,91%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa responden karyawan PT Bank Rakyat Indonesia

Cabang Cianjur rata-rata berpendidikan tinggi.

B. Uji Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat

kesahihan atau ketepatan suatu instrumen penelitian sehingga tidak

menyimpang dari operasional variabel yang telah ditetapkan. Uji validitas

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi item total melalui

koefisien korelasi r Product Moment dari Pearson dengan pengujian dua

arah (two tailed test). Data diolah dengan bantuan program SPSS for

Windows Release 18.0 dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item 1 51,1277 41,983 ,337 ,441 ,667

Item 2 51,4894 41,255 ,451 ,452 ,654

Item 3 51,4255 37,815 ,585 ,629 ,630

Item 4 50,8723 43,244 ,379 ,364 ,674

Page 82: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

82

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item 5 51,3404 43,621 ,309 ,499 ,683

Item 6 51,2340 42,879 ,314 ,369 ,670

Item 7 51,5319 39,254 ,538 ,468 ,640

Item 8 51,1489 41,912 ,305 ,424 ,671

Item 9 51,9149 39,210 ,438 ,448 ,651

Item 10 50,9574 44,346 ,307 ,342 ,682

Item 11 51,4043 46,246 ,419 ,254 ,708

Item 12 51,0426 41,824 ,438 ,342 ,657

Item 13 51,0851 46,862 ,407 ,314 ,708

Item 14 51,3191 43,657 ,297 ,358 ,684

Item 15 51,2128 44,997 ,340 ,252 ,690

Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r

product moment sebesar 0,288 pada taraf signifikansi 5% dan N = 47. Hasil

pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,337 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 1

dinyatakan Valid.

2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,451 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 2

dinyatakan Valid.

3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,585 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 3

dinyatakan Valid.

4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,379 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 4

dinyatakan Valid.

Page 83: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

83

5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,309 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 5

dinyatakan Valid.

6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,314 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 6

dinyatakan Valid.

7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,538 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 7

dinyatakan Valid.

8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,305 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 8

dinyatakan Valid.

9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,438 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 9

dinyatakan Valid.

10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,307 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 10

dinyatakan Valid.

11) Skor Item 11. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,419 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 10

dinyatakan Valid.

12) Skor Item 12. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,438 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 10

dinyatakan Valid.

13) Skor Item 13. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,407 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 10

dinyatakan Valid.

Page 84: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

84

14) Skor Item 14. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,297 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 10

dinyatakan Valid.

15) Skor Item 15. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,340 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 10

dinyatakan Valid.

Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai

kritis pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=47,

yakni sebesar 0,288. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa hampir

seluruh item (kecuali item 14 yang mendekati nilai kritis) memiliki validitas

cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi item

yang terletak antara 0,400 – 0,699 (Sugiyono, 2001:149).

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Kinerja Sumber Daya Manusia (Y)

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

Item 16 52,7091 47,877 ,535 ,622 ,783

Item 17 53,2364 45,851 ,612 ,540 ,776

Item 18 53,2909 46,655 ,581 ,542 ,779

Item 19 52,7091 46,543 ,654 ,638 ,774

Item 20 53,4545 46,215 ,550 ,670 ,781

Item 21 53,2545 49,823 ,318 ,408 ,799

Item 22 52,8000 49,459 ,421 ,407 ,791

Item 23 53,2182 46,766 ,522 ,576 ,783

Item 24 53,3818 47,722 ,378 ,517 ,798

Item 25 53,0000 49,407 ,358 ,437 ,796

Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r

product moment sebesar 0,288 pada taraf signifikansi 5% dan N = 47. Hasil

pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

Page 85: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

85

1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,535 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 1

dinyatakan Valid.

2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,612 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 2

dinyatakan Valid.

3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,581 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 3

dinyatakan Valid.

4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,654 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 4

dinyatakan Valid.

5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,550 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 5

dinyatakan Valid.

6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,318 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 6

dinyatakan Valid.

7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,421 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 7

dinyatakan Valid.

8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,522 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 8

dinyatakan Valid.

9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,378 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 9

dinyatakan Valid.

Page 86: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

86

10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

Total = 0,358 > r kritis = 0,288. Dengan demikian instrumen Item 10

dinyatakan Valid.

Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai

kritis pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=47,

yakni sebesar 0,288. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa seluruh item

memiliki validitas cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai

koefisien korelasi item yang terletak antara 0,400 – 0,699 (Sugiyono,

2001:149).

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat

konsistensi atau kehandalan penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan teknik belah dua (split-half) melalui formulasi Spearman-

Brown.

Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing variabel disajikan pada

tabel berikut ini.

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X)

Reliability Statistics

Value ,726 Part 1

N of Items 8a

Value ,661 Part 2

N of Items 7b

Cronbach's Alpha

Total N of Items 15

Page 87: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

87

Correlation Between Forms ,817

Equal Length ,813 Spearman-Brown

Coefficient Unequal Length ,813

Guttman Split-Half Coefficient ,996

a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5, Item 6, Item 7, Item 8.

b. The items are: Item 9, Item 10, Item 11, Item 12, Item 13, Item 14, Item 15.

Koefsien Reliabilitas 10 item instrumen penerapan konsep balanced

scorecard dengan metode Split-half pada tabel 4.6 di atas menunjukkan

korelasi belahan I terhadap belahan II sebesar 0,817. Besarnya reliabilitas

Guttman Split-half = 0,899. Belahan pertama terdiri 5 item dengan Alpha =

0,644 dan belahan ke dua terdiri 5 item dengan koefisien Alpha = 0,596.

Karena Rhitung = 0,996 > Rkitis (0,700), maka kelima belas instrumen yang

digunakan pada penelitian dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan

untuk mengukur variabel penerapan konsep balanced scorecard.

Selanjutnya, hasil analisis reliabilitas instrumen dengan

menggunakan SPSS 18 for Windows Release atas data hasil penelitian

variabel Kinerja Sumber Daya Manusia Bank BRI Cabang Cianjur dapat

dijelaskan melalui tabel berikut.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Kinerja SDM Bank BRI (Y)

Reliability Statistics

Value ,716Part 1

N of Items 5a

Value ,642Part 2

N of Items 5b

Cronbach's Alpha

Total N of Items 10

Correlation Between Forms ,587

Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,740

Page 88: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

88

Unequal Length ,740

Guttman Split-Half Coefficient ,734

a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5.

b. The items are: Item 6, Item 7, Item 8, Item 9, Item 10.

Koefsien Reliabilitas 10 item instrumen Kinerja Sumber Daya

Manusia Bank BRI Cabang Cianjur dengan metode Split-half pada tabel 4.7

di atas menunjukkan korelasi belahan I terhadap belahan II sebesar 0,587.

Besarnya reliabilitas Guttman Split-half = 0,734. Belahan pertama terdiri 5

item dengan Alpha = 0,716 dan belahan ke dua terdiri 5 item dengan

koefisien Alpha = 0,642. Karena Rhitung = 0,734 > Rkitis (0,700), maka

kesepuluh item instrumen yang digunakan pada penelitian dinyatakan

reliabel, sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel kinerja Sumber

Daya Manusia Bank BRI Cabang Cianjur.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kedua

instrumen penelitian reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian

tentang ”Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard (BSC) Sebagai

Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Di Bank BRI

Cabang Cianjur”.

C. Analisis Deskriptif Variabel Balanced Scorecard dan Kinerja Sumber Daya Manusia

Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh Analisis Penerapan

Konsep Balanced Scorecard (BSC) Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

Sumber Daya Manusia Di Bank BRI Cabang Cianjur, pada bagian ini

diuraikan hasil tanggapan responden mengenai variabel-variabel tersebut

Page 89: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

89

dalam bentuk analisis deskriptif untuk setiap indikator atas variabel

berdasarkan frekuensi jawaban responden.

Data yang digunakan pada analisis deskriptif ini adalah data primer

hasil penelitian yang diolah. Hasil analisis deskriptif ini disajikan sebagai

berikut.

1. Penerapan Konsep Balanced Scorecard

Kaplan (2006:29) mengemukakan bahwa penilaian performansi

organisasi (termasuk organisasi perbankan) sebaiknya meliputi aspek

nonfisik atau intelektual seperti kualitas produk, motivasi, dan tenaga kerja

yang ahli. Proses-proses internal yang responsif dan dapat diprediksi

(predictable) serta kepuasan dan loyalitas nasabah selain aspek finansial.

Aspek performansi yang perlu dipertimbangkan dalam menilai

performansi perbankan ini adalah: finansial, pelanggan, proses internal

bisnis, serta pembeIajaran dan pertumbuhan.

Dengan demikian, pada variabel penerapan konsep balanced

scorecard ini terdapat empat dimensi yang dikaji, yakni (1) perspektif

keuangan atau financial perspective, (2) perspektif pelanggan customer

perspective, (3) perspektif proses bisnis internal atau internal business

process perspective, dan (4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

atau learning and growth perspective.

Page 90: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

90

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X)

No. Dimensi Jumlah %

1 Perspektif Keuangan Atau Financial Perspective 74.15

2 Perspektif Pelanggan Customer Perspective 72,45

3 Perspektif Proses Bisnis Internal Atau Internal Business Process Perspective 70,21

4 Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan Atau Learning And Growth Perspective 75,43

Jumlah 292,24

Rata-rata = 292,24 : 4 73,06

Rata-rata persentase Penerapan Konsep Balanced Scorecard 73,06 %

Tabel 4.8 di atas memperlihatkan rata-rata persentase dari keempat

dimensi Penerapan Konsep Balanced Scorecard yang mencapai 73,06 %.

Rata-rata tersebut diperoleh dari persentase kategori masing-masing

jawaban responden dengan berorientasi pada dimensi dan indikator yang

ada.

Menurut Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006) dalam

menyusun penskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating, untuk

mengetahui posisi setiap responden tentang suatu variabel, ditentukan skor

maksimal dan skor minimal yang mungkin dicapai oleh setiap responden.

Page 91: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

91

Dengan perolehan nilai sebagaimana terlihat pada tabel di atas, rata-

rata persentase pelaksanaan Penerapan Konsep Balanced Scorecard

menunjukkan pada skala yang sedang dan cenderung tinggi. Hal tersebut

menandakan bahwa sekalipun belum sempurna dan sesuai dengan kaidah

yang berlaku, penerapan Penerapan Balanced Scorecard di lingkungan Bank

BRI Cabang Cianjur telah relatif cukup baik serta ada kecenderungan sesuai

dengan keenam dimensi yang dikemukakan.

Dengan perolehan skor rata-rata sebesar itu mencerminkan bahwa

penerapan Penerapan Balanced Scorecard di lingkungan Bank BRI Cabang

Cianjur relatif cukup baik meskipun masih terdapat kekurangan atau

ketidaksempurnaan dari dimensi-dimensi yang dikemukakan, yaitu yang

terdiri atas (1) perspektif keuangan atau financial perspective, (2) perspektif

pelanggan customer perspective, (3) perspektif proses bisnis internal atau

internal business process perspective, dan (4) perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan atau learning and growth perspective..

2. Kinerja Sumber Daya Manusia Bank BRI Cabang Cianjur

Pada variabel ini terdapat empat dimensi yang dikaji meliputi (1)

efisiensi dan efektivitas, (2) otoritas dan tanggung jawab, (3) disiplin, dan

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 73,06

Page 92: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

92

(4) inisiatif. Rekapitulasi hasil analisis deskriptif pada variabel ini dapat

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.9

Hasil Rata-rata Persentase Variabel Kinerja Sumber Daya Manusia Bank BRI Cabang Cianjur (Y)

No. Dimensi Jumlah %

1 Efisiensi dan efektivitas 74.55

2 Otoritas dan tanggung jawab 73.33

3 Disiplin 75.64

4 Inisiatif 73.27

Jumlah 296.79

Rata-rata persentase Kinerja Sumber Daya Manusia Bank BRI Cabang Cianjur

74.1975

Tabel 4.9 di atas memperlihatkan rata-rata persentase dari keempat

dimensi kinerja karyawan yang mencapai 74,20 %. Rata-rata persentase di

atas diperoleh dari persentase kategori masing-masing jawaban responden

dengan berorientasi pada dimensi dan indikator yang ada.

Menurut Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006), dalam

menyusun peskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating, untuk

mengetahui posisi setiap responden tentang suatu variabel ditentukan oleh

skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap

responden.

Page 93: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

93

Dengan perolehan rata-rata persentase tersebut yang termasuk

kategori sedang atau cukup baik dan cenderung tinggi, menandakan bahwa

sekalipun belum sepenuhnya tanggapan responden baik terhadap kinerja

karyawan di lingkungan Bank BRI Cabang Cianjur telah relatif cukup baik

dan cenderung sesuai dengan keempat dimensi yang dikemukakan.

Dengan perolehan persentase rata-rata sebesar itu mencerminkan

bahwa kinerja sumber daya manusia (karyawan) di lingkungan Bank BRI

Cabang Cianjur relatif cukup baik serta berdasar kepada dimensi dan

indikator yang dirumuskan yang terdiri atas (1) efisiensi dan efektivitas, (2)

otoritas dan tanggung jawab, (3) disiplin, dan (4) inisiatif.

D. Analisis Regresi

Analisis Regresi digunakan untuk mengukur pengaruh antara variabel

prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Sebelum dilakukan

analisis regresi, dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 74,20

Page 94: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

94

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan

model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan

untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan

digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk

membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang

memiliki distribusi normal.

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov satu

arah atau analisis grafis. Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan

Kolmogorov-Smirnov pada variabel independen dan variabel

dependen.

Tabel 4.10

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Penerapan Balanced Scorecard

Kinerja Karyawan

N 47 47

Mean 54,9362 38,8723Normal Parametersa,b

Std. Deviation 6,91691 4,40166

Absolute ,113 ,171

Positive ,113 ,123

Most Extreme Differences

Negative -,083 -,171

Kolmogorov-Smirnov Z ,777 1,173

Asymp. Sig. (2-tailed) ,582 ,127

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 95: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

95

Hasil analisis Kolomogorov-Smirnov dengan nilai Z untuk Y

sebesar 1,173 dan untuk X sebesar 0,777. Asymp signifikan untuk

variabel Y dan X, secara berturut-turut adalah 0,127 untuk Y dan 0,582

untuk X. Dari hasil tersebut nampak bahwa pada variabel Y dan X

memiliki distribusi data yang normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi liner kesalahan pengganggu (e) mempunyai varians yang

sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk

menguji Hetero-skedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan

korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen

dengan residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka

tidak terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari

α (5%) maka terdapat Heteroskedastisitas. Berdasarkan perhitungan

SPSS diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.11 berikut ini.

Tabel 4.11

Correlations

Penerapan Balanced Scorecard

Kinerja Karyawan

Correlation Coefficient 1,000 -,102

Sig. (2-tailed) . ,494

Penerapan

Balanced

Scorecard N 47 47

Correlation Coefficient ,102 1,000

Sig. (2-tailed) ,494 .

Spearman's rho

Kinerja Karyawan

N 47 47** Correlation is significant at the .01 level (2-tailed). a Listwise N = 55

Page 96: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

96

Hasil pengujian korelasi Spearman pada tabel di atas

menunjukkan bahwa korelasi antara variabel X dengan nilai

residual adalah tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig

= 0,494 > 0.05 sehingga dapat diasumsikan bahwa tidak terjadi

heterokesdasitas dalam model regresi ini.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(sebelumnya). Untuk menguji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai

Durbin Waston (DW), yaitu jika nilai DW terletak antara du dan (4

– dU) atau du ≤ DW ≤ (4 – dU), berarti bebas dari Autokorelasi.

Jika nilai DW lebih kecil dari dL atau DW lebih besar dari (4 – dL)

berarti terdapat Autokorelasi. Nilai dL dan dU dapat dilihat pada

tabel Durbin Waston, yaitu nilai dL ; dU = α ; n ; (k – 1).

Keterangan : n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah variabel,

dan α adalah taraf signifikan.

1) Perumusan hipotesis :

- Ho : ρ1 =

ρ2 =... =

ρp = 0 Non Autokorelasi (Faktor

pengganggu periode tertentu tidak berkorelasi dengan faktor

pengganggu pada periode lain).

Page 97: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

97

- Ha : ρ1 =

ρ2 =

... = ρp ≠

0 Autokorelasi (Faktor pengganggu

periode tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada

periode lain).

2) Kriteria pegujian :

- Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti

ada autokorelasi.

- Jika dU < d-hitung < (4 – dU), Ho diterima, berarti tidak terjadi

autokorelasi.

- Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka

tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.

Gambar 4.1

Daerah Penerimaan & Penolakan Ho, Uji Autokorelasi

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan

aplikasi SPSS 18.0 for Windows diperoleh output sebagai berikut.

Page 98: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

98

Tabel 4.12 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,065a ,004 -,015 7,39260 1,625 a. Predictors: (Constant), Penerapan Balanced Scorecard b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin

Watson (d) sebesar 1,625. Untuk N=47 pada 2 variabel, Nilai dL

pada tabel adalah 1,52755 dan nilai dU adalah 1,60144. Dengan

menggunakan grafik di atas, dapat dihitung keberadaan DW

sebagai berikut.

a) Nilai dL adalah 1,52755

b) Nilai dU adalah 1,60144

c) Nilai 4 – dU adalah 2,39856

d) Nilai 4 – dL adalah 2,47245

Berdasarkan grafik yang dikemukakan di atas dapat

diketahui bahwa nilai DW = 1,625 berada di antara nilai dU dan 4-

dU atau 1,60144 < 1,625 < 2,39856 yang berarti nilai DW berada

pada daerah penerimaan HO. Artinya, pada penelitian ini tidak

terdapat autokorelasi.

2. Pembentukan Model Regresi Linier

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, teknik analisis data dengan

menggunakan Analisis Regresi Sederhana dengan model persamaan

sebagai berikut.

Page 99: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

99

Ŷ = a + bX + e

Keterangan:

Y : Kinerja Karyawan (SDM PT Bank BRI Cabang Cianjur)

X : Penerapan Balanced Scorecard

a : konstanta

b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.

Dengan menggunakan aplikasi PASW 18.0 for Windows diperoleh

taksiran regresi sebagai berikut.

Tabel 4.13

Coefficientsa Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients Model

B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 27,683 9,154 3,024 ,0041

Penerapan Balanced

Scorecard

,475 ,182 ,338 2,613 ,012

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dibuat model regresi sebagai

berikut.

Ŷ = 27,683 + 0,475X + e

Persamaan regresi yang terbentuk dapat diartikan sebagai berikut.

(1) Konstanta sebesar 27,683 mengandung arti jika Penerapan Konsep

Balanced Scorecard (X) nilainya sama dengan 0, maka Kinerja

Karyawan (Y) nilainya sama dengan 27,683.

(2) Variabel Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X) memiliki

koefisien regresi positif. Hal ini berarti jika skor Penerapan Konsep

Page 100: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

100

Balanced Scorecard (X) naik sebesar satu satuan, maka Kinerja

Karyawan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar nilai koefisien

regresinya, yaitu sebesar 0,475 kali atau sebesar 47,50 %.

(3) Nilai e dapat diabaikan karena telah dilakukan uji asumsi klasik yang

menyatakan bahwa seluruh data berdistribusi normal, tidak terdapat

heteroskedastisitas, serta tidak terjadi autokorelasi. Dengan demikian,

nilai e dinyatakan sama dengan 0.

E. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan apakah model regresi yang telah diperoleh di

atas dapat digunakan atau tidak, akan dilakukan pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji t.

Berdasarkan output pada tabel 4.11 dapat diketahui nilai thitung untuk

X adalah sebesar 2,613 sedangkan ttabel pada α (tingkat kekeliruan) 0,05 dan

db = 55 – 2 = 53 untuk pengujian satu sisi adalah 1,671. Kriteria pengujian

satu sisi adalah ’tolak Ho jika thitung > ttabel’.

Karena nilai thitung (2,613) lebih besar daripada nilai ttabel (1,671)

pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 60, maka HO ditolak dan HA diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%

terdapat pengaruh Penerapan Konsep Balanced Scorecard terhadap Kinerja

Karyawan pada Bank BRI Cabang Cianjur.

Besar pengaruh antar kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

Page 101: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

101

Tabel 4.14 Model Summary

Change Statistics Model R R Square Adjusted

R SquareStd. Error

of the Estimate

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F

Change

1 .795a .632 .697 4.07852 .632 76.828 1 53 .001

a Predictors: (Constant), Penerapan Balanced Scorecard

Tabel 4.12 di atas menunjukkan koefisien determinasi untuk

variabel Kinerja Karyawan pada Bank BRI Cabang Cianjur (Y) dan

Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X) adalah 0,632. Nilai ini

mengandung makna bahwa sebesar 63,20 % Kinerja Karyawan pada Bank

BRI Cabang Cianjur (Y) dipengaruhi oleh Penerapan Konsep Balanced

Scorecard (X). Sedangkan sisanya sebesar 36,80 % merupakan pengaruh

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Kinerja Karyawan

pada Bank BRI Cabang Cianjur dipengaruhi oleh Penerapan Konsep

Balanced Scorecard. Dengan kata lain, semakin baik Penerapan Konsep

Balanced Scorecard dilakukan, maka akan semakin baik pula Kinerja

Karyawan pada Bank BRI Cabang Cianjur. Sebaliknya, makin tidak baik

Penerapan Konsep Balanced Scorecard akan berakibat semakin tidak

baiknya Kinerja Karyawan pada Bank BRI Cabang Cianjur.

Page 102: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang diperoleh pada penelitian,

dapat disusun kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan Konsep Balanced Scorecard di lingkungan PT Bank BRI Tbk.

Cabang Cianjur berkembang dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh

tanggapan yang diberikan oleh responden sebesar 73,06%.

2. Kinerja karyawan di lingkungan PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur

berlangsung dalam kondisi baik yang ditunjukkan dengan tanggapan

responden sebesar 74,20%.

3. Penerapan Balanced Scorecard berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan pada PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur. Pengaruh tersebut

ditunjukkan dengan nilai thitung (2,613) yang lebih besar daripada nilai ttabel

(1,671) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 60.

4. Besar pengaruh Penerapan Balanced Scorecard terhadap kinerja karyawan

pada PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur adalah 63,20%. Sisanya sebesar

36,80% merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

Page 103: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

103

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, peneliti

merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut.

1. PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur telah menerapkan Balanced

Scorecard yang baik sebagai acuan dalam bekerja. Diharapkan ke

depannya, Penerapan Balanced Scorecard lebih ditingkatkan lagi agar

benar-benar meresap dan dijiwai oleh setiap individu yang ada dalam

organisasi.

2. Kinerja karyawan PT Bank BRI Tbk. Cabang Cianjur juga dapat

mendukung karena turut dipengaruhi oleh Penerapan Konsep Balanced

Scorecard yang kuat sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai.

Diharapkan ke depannya kinerja karyawan tetap dipertahankan dan

lebih ditingkatkan demi tercapainya kinerja pegawai yang berkualitas,

serta menjaga akuntabilitas bank yang menjadi bank tujuan masyarakat

kecil.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat mengembangkan variabel-variabel

yang lebih determinan (menentukan) sehingga mampu memberikan

manfaat keilmuan kepada generasi berikutnya.

Page 104: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

104

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafrudin, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan

Kompetitif

Bungin, Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya, Airlangga University Press.

Fauzi. 1995. Kamus Akuntansi Praktisi. Suarabaya : Indah

Hadi, Sutrisno, 1997, Metodologi Research, Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi, Yogyakarta. Andi Offiset.

Hermawan, Ancella. 1996. Balanced Scorecard Sebagai Sarana Akuntansi Managemen Strategi. Jakarta : IAI.

Hoggson, N. F. (2006). Banking Through the Ages, New York, Dodd, Mead & Company.

Indriantoro, Nur dan Bambang S. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Managemen. Yogyakarta : BPFE.

Kaplan, Robert S, and Norton, David P, 1996, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Jakarta: Erlangga

Kaplan. Robert S dan David Norton. 1996. Balanced Scorecard : Transalting Startegi Info Action Bostom : Harvard Business School.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Press.

Kotler, Philip. (editor AB. Susanto). 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia (Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian). Jakarta: Salemba Empat.

Mangkuprawira, Sjafri. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mirza, Teuku. 1997. Balance Scorecard. Usahawan. No. 06 tahun XXVI 1997

Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan, Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. STIE YKPN. Yogyakarta

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Jakarta : Salemba Empat.

Page 105: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

105

Mun`im Azka.2001. Balance Scorecard Sebagai Alat ukur Kinerja (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang). Tidak untuk diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Mutasowifin, Ali. 2002. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolok Ukur Penlian Kinerja Pada Badan Usaha Berbentuk Koperasi, Jurnal Universitas Paramadina Vol. 3 : Hal 245-264.

Nawawi, Hadari, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif, Yogyakarta: Pers Universitas Gajah Mada

Niven, Paul R, 2005, Balanced Scorecard Diagnostic: Mempertahankan Kinerja Maksimal, Jakarta, Elex Media Komputindo.

Pangabean, Mutiara S, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia

Sinamo, Jansen, 2005, Visi dan Misi: Kekuatan atau Hiasan Yogyakarta, Andi Offset.

Santoso, Singgih,2005, SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Cetakan Keempat, Penerbit PT Elexmedia Komputindo, Jakarta.

Saunders Anthony, Marcia Millon Cornett. 2006. Financial Institutions Management: A Risk Management Approach.Singapore: McGraw Hill.2006.

Srimindarti, Ceacilia, Balanced Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur Kinerja, Sumber: http://www.stie-stikubank.ac.id/webjurnal

Weston, J. Fred dan Thomas, E Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Jilid I, Edisi ke 9, Jakarta ; Binarupa Aksana.

Wijaya, Tunggal, Amin. 2002. Mamahami Konsep Balance Scorecard. Cetakan ke 2 : Harvindo.

Page 106: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

106

Jurnal

Prihananto, Aji Dwi, Penerapan Balanced Scorecard sebagai tolok ukur pengukuran kinerja pada badan usaha berbentuk rumah sakit (Studi Kasus pada Rumah Sakit Kristen Tayu Pati), 2006, http://www.bapsi.usd.ac.id/~diar/download/aji/PENERAPANBALANCEDSCORECARD.pdf

Octavia, Reni, Pengukuran dan Analisis kerja dengan mengunakan metode balanced scorecard, 2005, http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/request. php?PublishedID=IND01030202

Yurniwati, Pengaruh Lingkungan bisnis internal dan perencanan strategis terhadap kinerja perusahaan manufaktur, 2003, http://www.damandiri.or.id/ detail.php?id=297

Zamzami, Fachrurazzi, 2004, Pengaruh Perilaku Manajer Dalam Sistem Anggaran Terhadap Pencapaian Anggaran Pada Industri Perbankan Di Banda Aceh, Majalah Usahawan Indonesia, No 02/Th/XXXIII Februari Hal 43-52. Jakarta

Internet

Andreasson, Magdalena and Svartling, Andreas, The Balanced Scorecard – A Tool for managing knowledge?

Almigo, Nuzsep, Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan, http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_nuzsep.pdf. Diakses Mei 2014.

Lestari, Diah Pipit, Bagaimana Perumusan Visi dan Misi yang Efektif? http://diahpipitl.wordpress.com/2007/04/13/bagaimana-perumusan-visi-danmisi-yang-efektif/ Diakses 20 April 2014

Novliadi, Ferry, Intensi Turnover Karyawan Ditinjau Dari Budaya Perusahaan Dan Kepuasan Kerja, http://paul02583.files.wordpress.com/2008/05/ 132316960.pdf Diakses 1 Mei 2014

Tirta Perdana : Analisis penerapan konsep balanced scorecard (bsc) sebagai suatu alat pengukuran kinerja sumber daya manusia di pt. Excelcomindo pratama, tbk regional sumatera, 2008. USU Repository©2008

Page 107: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

107

Prasetyo, Edi, Pengaruh Kepuasan Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel di Surakarta, http://eprints.ums.ac.id/151/1/EDI_PRASETYO.pdf Diakses 1 Mei 2014.

Permana, Aditya Wahyu, Pengembangan Desain Materi Pelatihan Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Karyawan Teknis Divisi Pertanian PT. Nusa Indo Agromadani Surabaya, http://www.damandiri.or.id/file/aitiyawahyu permanaunairbab2.pdf Diakses 1 Mei 2014.

Page 108: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

108

Page 109: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

95

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

ANALISIS PENERAPAN KONSEP BALANCED SCORECARD (BSC) SEBAGAI SUATU ALAT PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI BANK BRI CABANG CIANJUR

Oleh: FINA AGUSTIN

NIRM. 43181340310204

Variabel Dimensi Indikator Skala No. Item

16. Tingkat pertumbuhan penjualan per tahun Ordinal 1

17. Tingkat keuntungan atau laba per tahun Ordinal 2

18. Pertumbuhan asset usaha Ordinal 3

Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

19. Besarnya pengurangan biaya produksi per unit produk

Ordinal 4

20. Kemampuan untuk menarik konsumen atau pembeli. Ordinal 5

21. Tingkat kepuasan konsumen dalam menggunakan produk yang dihasilkan.

Ordinal 6

22. Kemampuan dalam memberikan pelayanan pembelian yang baik kepada konsumen.

Ordinal 7

Balanced Scorecard (Kaplan & Norton, 2006:31)

Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)

23. Image dan reputasi perusahaan. Ordinal 8

Page 110: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

96

Variabel Dimensi Indikator Skala No. Item

24. Kemampuan dalam melakukan survei pasar. Ordinal 9

25. Kemampuan pengoperasian teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan proses operasi.

Ordinal 10

Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business process perspective)

26. Pelayanan purna jual yang baik kepada konsumen atau pelanggan.

Ordinal 11

27. Kemampuan tenaga kerja untuk mengemukakan ide, kreativitas, dan kreasi.

Ordinal 12

28. Tingkat kepuasan tenaga kerja (tanggung jawab, kualitas pelayanan kepada konsumen, dll)

Ordinal 13

29. Tingkat produktivitas tenaga kerja Ordinal 14

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)

30. Kemampuan penguasaan informasi (pasar, teknologi, pemasok dsb)

Ordinal 15

31. Proses kerja dapat menghemat anggaran. Ordinal 16 Efisiensi dan efektivitas

32. Sasaran kerja dapat tercapai dengan baik. Ordinal 17

Kinerja Karyawan

(Y) (Sentono, 2008:27)

Otoritas dan tanggung jawab 33. Karyawan mampu memanfaatkan fungsinya dalam mencapai tujuan perusahaan.

Ordinal 18, 19

Page 111: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

97

Variabel Dimensi Indikator Skala No. Item

34. Karyawan konsisten menjalankan fungsinya sesuai dengan job deskripsi yang digariskan.

Ordinal 20, 21

Disiplin 35. Karyawan mematuhi aturan yang ditetapkan perusahaan.

Ordinal 22, 23

Inisiatif 36. Karyawan memiliki insiatif dalam menentukan pencapaian target pekerjaan sebelum deadline.

Ordinal 24, 25

Page 112: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

98

Page 113: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

98

Yth. Bapak/Ibu Karyawan

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

Cabang Cianjur

di

Cianjur

Assalamu’alaikum war wab.

Dalam rangka meneliti Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard

(BSC) Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Di Bank

BRI Cabang Cianjur, berikut ini kami sampaikan sejumlah pertanyaan dan

pernyataan yang kami anggap relevan untuk hal tersebut. Untuk itu, kami

memohon bantuan Bapak/Ibu untuk dapat mengisi kuesioner ini.

Kami sangat berharap Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini sesuai

dengan yang diketahui dan dialami sendiri oleh Bapak/Ibu, sehingga data yang

kami peroleh memiliki validitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

Atas bantuan serta partisipasi Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih,

semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal.

Wassalam war wab.

Hormat kami,

FINA AGUSTIN

Page 114: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

99

PETUNJUK ANGKET

Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard (BSC) Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Di Bank BRI

Cabang Cianjur

1. PETUNJUK PENGISIAN

a. Sangat diharapkan Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan pada

kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan yang diketahui dan dialami

sendiri oleh Bapak/Ibu sebenarnya.

b. Bapak/Ibu dapat memberikan tanda silang (X) pada angka yang terdapat

pada kolom pilihan jawaban sesuai dengan pernyataan yang dikemuka-

kan.

c. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan tidak berpengaruh apa pun terhadap

kedudukan Bapak/Ibu sebagai nasabah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

Cabang Cianjur.

d. Bapak/Ibu dapat memilih salah satu alternatif jawaban sebagai yang

disediakan pada masing-masing item angket.

2. KARAKTERISTIK RESPONDEN

a. Nama : ................................................................................

b. Umur : ....................... tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)

d. Pekerjaan : ..........................................................................

e. Pendidikan : ..........................................................................

*) Coret yang tidak perlu

Page 115: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

100

Komponen Balanced Scorecard Bapak/Ibu dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom alternatif jawaban dengan ketentuan pilihlah:

5 jika isi pernyataan yang disajikan seluruhnya benar dan sesuai dengan kondisi sekolah (S)

4 jika sebagian besar isi pernyataan yang disajikan benar dan sesuai dengan kondisi sekolah (SB)

3 jika setengah dari isi pernyataan yang disajikan benar dan sesuai dengan kondisi sekolah (ST)

2 jika sebagian kecil isi pernyataan yang disajikan benar dan sesuai dengan kondisi sekolah (SK)

1 jika isi pernyataan yang disajikan sama sekali tidak sesuai dengan kondisi nyata sekolah (TS).

Alternatif Jawaban Pertanyaan/Pernyataan

S SB ST SK TS

1. Usaha yang dijalankan dalam kemitraan dengan pembiayaan musyarakah menunjukkan tingkat pertumbuhan penjualan dalam setiap tahunnya.

5 4 3 2 1

2. Selain petumbuhan penjualan dan keuntungan, usaha yang dijalankan menunjukkan tingkat pertumbuhan.

5 4 3 2 1

3. Dalam upaya mempertahankan nasabah lama, Bapak/Ibu melakukan berbagai upaya dan hubungan baik dengan nasabah pada setiap kesempatan.

5 4 3 2 1

4. Dalam upaya menjaga kesinambungan pelanggan, Bapak/Ibu berusaha menjaga dan meningkatkan tingkat kepuasan nasabah.

5 4 3 2 1

5. Dalam rangka mempertahankan keberadaan nasabah, Bapak/Ibu memberikan pelayanan maksimum, baik pelayanan pratransaksi, masa transaksi, hingga pelayanan pascatransaksi.

5 4 3 2 1

6. Bapak/Ibu berusaha menjaga citra (image) dan reputasi usaha yang Bapak/Ibu jalankan dengan memberikan pelayanan maksimum, pengadaan barang yang berkualitas, serta harga yang kompetitif.

5 4 3 2 1

Page 116: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

101

Alternatif Jawaban Pertanyaan/Pernyataan

S SB ST SK TS

7. Bapak/Ibu selalu berusaha mengembangkan desain atau sistem pengembangan usaha dan produk usaha agar usaha yang dijalankan tetap memiliki kemampuan bersaing di pasar.

5 4 3 2 1

8. Pekerjaan yang dijalankan oleh Bapak/Ibu mengharuskan menggunakan perangkat teknologi informasi, Bapak/Ibu berpendapat bahwa Bapak/Ibu sendiri harus mampu mengoperasikan perangkat tersebut, baru kemudian karyawan/pegawai yang ditunjuk mampu menggunakannya.

5 4 3 2 1

9. Sebagai bank yang memiliki reputasi baik, Bapak/Ibu berusaha meningkatkan jasa dan pelayanan yang berkualitas serta memiliki tingkat ketelitian tinggi.

5 4 3 2 1

10. Bapak/Ibu selau berusaha melakukan pelayanan purna jual untuk memberikan kepuasan kepada nasabah, sehingga nasabah tetap akan selalu menjadikan usaha Bapak/Ibu sebagai pilihan pertama.

5 4 3 2 1

11. Menurut pendapat Bapak/Ibu, pekerja di Bank BRI Bapak/Ibu harus memiliki kemampuan mengemukakan ide pembaharuan, kreativitas, dan selalu berkreasi demi pertumbuhan usaha.

5 4 3 2 1

12. Sebagai pimpinan di level atas, Bapak/Ibu selalu berusaha menjaga tingkat kepuasan karyawan dengan cara meningkatkan kete-rampilan, pemberian tanggung jawab, menjaga kualitas pelayanan terhadap pelanggan, pemberian upah yang sesuai, dan sebagainya.

5 4 3 2 1

13. Bapak/Ibu selalu memperhatikan dengan seksama tingkat produktivitas karyawan. 5 4 3 2 1

14. Bapak/Ibu selalu memberikan motivasi kepada karyawan Bapak/Ibu agar terus meningkatkan kinerja dan pengetahuannya.

5 4 3 2 1

15. Bapak/Ibu serta seluruh personal yang terlibat dalam usaha yang dijalankan untuk menguasai informasi yang berkaitan dengan pasar, teknologi, pemasok, dan sebagainya.

5 4 3 2 1

Page 117: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

102

Alternatif Jawaban Pertanyaan/Pernyataan

S SB ST SK TS

KINERJA KARYAWAN

16. Sebisa mungkin Bapak/Ibu dapat menghemat anggaran dalam melakukan pekerjaan Bapak/Ibu

5 4 3 2 1

17. Ketercapaian hasil pekerjaan sangat penting dalam bekerja. 5 4 3 2 1

18. Waktu pencapaian target pekerjaan diupayakan setepat mungkin. 5 4 3 2 1

19. Bapak/Ibu bekerja sesuai dengan jabatan dan fungsi Bapak/Ibu dalam perusahaan saat ini. 5 4 3 2 1

20. Jabatan dan fungsi Bapak/Ibu dalam pekerjaan Bapak/Ibu pergunakan sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan perusahaan.

5 4 3 2 1

21. Bapak/Ibu konsisten menjalankan fungsi sesuai dengan job-deskripsi yang digariskan. 5 4 3 2 1

22. Bapak/Ibu datang ke tempat pekerjaan sebelum jam kerja dimulai. 5 4 3 2 1

23. Bapak/Ibu memanfaatkan waktu kerja dengan baik dan tidak pulang sebelum waktunya. 5 4 3 2 1

24. Bapak/Ibu menyelesaikan pekerjaan segera pada hari itu. 5 4 3 2 1

25. Jika ada waktu, Bapak/Ibu juga mengerjakan pekerjaan untuk esok hari daripada membuang waktu yang terluang.

5 4 3 2 1

Page 118: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

103

Page 119: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

103

Lampiran 3 Data Empirik Hasil Penelitian Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard (BSC) Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Di Bank BRI Cabang Cianjur

1. Variabel X

Variabel Penerapan Konsep Balanced ScoreCard (X)

Financial Perspective Customer Perspective Internal Busines Process Perspective

Learning and Growth Perspective

Nomor Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Jum-lah

Rata-rata

Responden 1 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 69 4.60 Responden 2 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 70 4.67 Responden 3 5 3 5 3 5 4 4 2 5 4 5 5 4 5 5 64 4.27 Responden 4 4 2 4 5 4 5 3 4 2 5 5 4 3 5 4 59 3.93 Responden 5 2 4 2 4 2 2 2 5 4 4 5 4 4 4 4 52 3.47 Responden 6 5 5 3 5 2 4 4 5 2 4 2 3 2 5 5 56 3.73 Responden 7 4 2 2 2 3 3 5 5 3 3 5 5 4 4 4 54 3.60 Responden 8 2 4 3 5 2 4 4 3 2 5 2 4 3 4 3 50 3.33 Responden 9 5 2 2 4 4 3 2 5 4 2 3 3 4 4 3 50 3.33

Responden 10 4 3 5 3 5 4 3 4 1 5 2 4 3 3 4 53 3.53 Responden 11 3 3 4 5 5 2 2 2 2 4 4 3 2 2 5 48 3.20 Responden 12 3 4 3 4 4 3 4 4 3 5 1 5 5 5 3 56 3.73 Responden 13 2 3 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 4 40 2.67 Responden 14 4 4 3 5 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 5 53 3.53 Responden 15 4 3 2 2 3 5 2 2 1 4 2 4 5 4 4 47 3.13 Responden 16 5 4 4 4 5 4 4 4 2 5 4 4 2 4 3 58 3.87

Page 120: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

104

Variabel Penerapan Konsep Balanced ScoreCard (X)

Financial Perspective Customer Perspective Internal Busines Process Perspective

Learning and Growth Perspective

Nomor Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Jum-lah

Rata-rata

Responden 17 5 5 4 5 5 5 5 5 4 3 1 2 3 3 4 59 3.93 Responden 18 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 2 5 2 2 4 62 4.13 Responden 19 3 4 4 3 5 5 2 2 2 4 4 5 4 5 5 57 3.80 Responden 20 2 3 1 4 3 3 3 3 3 5 4 5 4 5 5 53 3.53 Responden 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 70 4.67 Responden 22 5 3 4 5 2 2 2 5 2 4 3 3 2 3 3 48 3.20 Responden 23 3 4 4 4 5 4 4 4 2 5 5 4 3 5 5 61 4.07 Responden 24 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 2 4 3 4 5 61 4.07 Responden 25 4 3 3 4 3 2 2 4 2 3 4 3 5 4 3 49 3.27 Responden 26 3 3 5 3 3 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 58 3.87 Responden 27 2 2 5 5 5 5 3 3 5 5 2 3 5 2 3 55 3.67 Responden 28 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 5 2 1 3 55 3.67 Responden 29 4 2 3 4 4 2 4 4 2 3 5 2 3 3 4 49 3.27 Responden 30 5 4 5 5 3 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 61 4.07 Responden 31 4 2 2 3 2 4 4 2 2 4 3 4 5 3 3 47 3.13 Responden 32 3 3 3 4 3 4 2 3 3 5 3 3 4 4 4 51 3.40 Responden 33 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 64 4.27 Responden 34 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 2 68 4.53 Responden 35 5 3 5 3 5 4 4 2 5 2 4 3 3 3 4 55 3.67 Responden 36 4 2 4 5 4 5 3 4 2 3 4 4 5 3 3 55 3.67 Responden 37 2 4 2 4 2 2 2 5 4 5 4 3 4 3 4 50 3.33 Responden 38 5 5 3 5 2 4 4 5 2 5 5 5 5 4 2 61 4.07 Responden 39 4 2 2 2 3 3 5 5 3 4 3 2 5 2 3 48 3.20 Responden 40 2 4 3 5 2 4 4 3 2 5 5 5 5 3 3 55 3.67

Page 121: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

105

Variabel Penerapan Konsep Balanced ScoreCard (X)

Financial Perspective Customer Perspective Internal Busines Process Perspective

Learning and Growth Perspective

Nomor Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Jum-lah

Rata-rata

Responden 41 5 2 2 4 4 3 2 5 4 3 3 4 4 2 4 51 3.40 Responden 42 4 3 5 3 5 4 3 4 1 2 5 4 3 4 2 52 3.47 Responden 43 3 3 4 5 5 2 2 2 2 3 3 4 5 5 5 53 3.53 Responden 44 3 4 3 4 4 3 4 4 3 5 4 3 4 2 1 51 3.40 Responden 45 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 4 4 3 4 2 41 2.73 Responden 46 4 4 3 5 2 4 3 3 4 3 4 5 5 2 4 55 3.67 Responden 47 4 3 2 2 3 5 2 2 1 4 4 3 5 5 3 48 3.20

JUMLAH 179 162 165 191 169 174 160 178 142 187 166 183 181 170 175 2582 RATA-RATA 3.81 3.45 3.51 4.06 3.60 3.70 3.40 3.79 3.02 3.98 3.53 3.89 3.85 3.62 3.72 54.94 MEDIAN 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 55 MODUS 4 4 5 5 4 4 4 5 2 4 4 4 5 4 4 55 Frekuensi 5 15 7 13 20 12 10 8 17 8 16 10 14 16 11 11 Frekuensi 4 16 16 11 14 14 20 17 13 10 18 17 17 14 17 18 Frekuensi 3 8 15 11 9 11 10 8 7 8 9 10 13 11 10 13 Frekuensi 2 8 9 11 4 10 7 14 10 17 4 8 3 6 8 4 Frekuensi 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4 0 2 0 0 1 1 SD 1.08 0.97 1.20 0.99 1.10 0.98 1.10 1.16 1.28 0.94 1.14 0.91 1.04 1.09 0.99 6.92

Page 122: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

106

2. Variabel Y

Kinerja Karyawan

Efisiensi dan efektivitas Otoritas dan tanggung jawab Disiplin Inisiatif Nomor

Responden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Jumlah Rata-rata

Responden 1 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 45 4.5 Responden 2 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 40 4 Responden 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39 3.9 Responden 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 39 3.9 Responden 5 5 3 4 5 3 2 3 4 5 4 38 3.8 Responden 6 5 4 3 4 4 4 5 4 4 4 41 4.1 Responden 7 4 4 3 4 3 4 4 5 4 5 40 4 Responden 8 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 43 4.3 Responden 9 4 4 4 4 4 3 4 5 3 5 40 4 Responden 10 4 5 5 5 4 2 3 3 4 4 39 3.9 Responden 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 Responden 12 5 4 3 4 1 4 4 4 5 5 39 3.9 Responden 13 4 4 4 3 3 4 4 1 5 3 35 3.5 Responden 14 4 2 3 4 3 2 5 3 5 5 36 3.6 Responden 15 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 35 3.5 Responden 16 4 4 4 5 3 2 4 3 3 4 36 3.6 Responden 17 4 2 3 5 2 4 3 4 4 2 33 3.3 Responden 18 4 3 2 3 4 4 5 5 4 5 39 3.9

Page 123: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

107

Kinerja Karyawan

Efisiensi dan efektivitas Otoritas dan tanggung jawab Disiplin Inisiatif Nomor

Responden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Jumlah Rata-rata

Responden 19 5 5 3 4 4 3 4 2 2 1 33 3.3 Responden 20 4 2 4 4 3 4 3 4 4 2 34 3.4 Responden 21 5 3 3 4 5 5 5 2 1 4 37 3.7 Responden 22 4 4 3 4 4 3 5 5 3 3 38 3.8 Responden 23 4 3 4 5 4 4 4 5 2 4 39 3.9 Responden 24 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 46 4.6 Responden 25 4 3 3 4 2 5 5 4 5 5 40 4 Responden 26 5 4 4 4 4 3 3 3 1 3 34 3.4 Responden 27 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 39 3.9 Responden 28 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49 4.9 Responden 29 5 3 4 4 3 4 5 3 4 4 39 3.9 Responden 30 4 4 4 5 2 3 4 2 3 3 34 3.4 Responden 31 5 4 4 5 4 4 5 3 3 4 41 4.1 Responden 32 4 4 3 5 4 5 4 4 4 5 42 4.2 Responden 33 5 4 3 5 3 4 3 2 4 3 36 3.6 Responden 34 4 4 2 3 5 3 5 4 3 3 36 3.6 Responden 35 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 47 4.7 Responden 36 4 1 2 4 3 3 4 2 2 2 27 2.7 Responden 37 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41 4.1 Responden 38 4 2 4 5 4 5 5 5 5 5 44 4.4

Page 124: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

108

Kinerja Karyawan

Efisiensi dan efektivitas Otoritas dan tanggung jawab Disiplin Inisiatif Nomor

Responden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Jumlah Rata-rata

Responden 39 4 3 3 5 5 4 4 5 4 4 41 4.1 Responden 40 5 5 4 5 4 2 4 5 3 3 40 4 Responden 41 5 4 5 4 4 3 4 5 4 3 41 4.1 Responden 42 4 4 4 4 4 3 4 5 3 4 39 3.9 Responden 43 5 5 4 5 4 4 4 4 3 3 41 4.1 Responden 44 5 5 5 5 4 3 4 5 3 4 43 4.3 Responden 45 4 5 5 5 4 3 3 5 4 4 42 4.2 Responden 46 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 41 4.1 Responden 47 3 2 2 2 5 1 3 5 1 2 26 2.6 JUMLAH 205 177 174 204 175 167 192 185 170 178 1827 182.7 RATA-RATA 4.36 3.77 3.70 4.34 3.72 3.55 4.09 3.94 3.62 3.79 38.87 3.89 MEDIAN 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 3.9 MODUS 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 39 Frekuensi 5 19 10 7 21 6 5 13 17 9 12 Frekuensi 4 26 22 22 22 26 22 24 17 20 19 Frekuensi 3 2 8 13 3 10 13 8 7 12 11 Frekuensi 2 0 5 4 1 3 5 0 5 3 4 Frekuensi 1 0 1 0 0 1 1 0 1 3 1 SD 0.57 0.98 0.83 0.70 0.85 0.90 0.69 1.07 1.07 1.00 4.40 0.44

Page 125: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

109

Lampiran 4 HASIL ANALISIS UJI PRASYARAT DAN UJI ASUMSI KLASIK Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel : Penerapan Konsep Balanced Scorecard (X) Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Valid 47 100,0

Excludeda 0 ,0

Cases

Total 47 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Value ,726,726

8a N of Items 8a

Value ,661

Cronbach's Alpha

,661

7b N of Items 7b

Page 126: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

110

15 15

Correlation Between Forms ,817

,813 ,813Spearman-Brown Coefficient

,813 ,813

Guttman Split-Half Coefficient ,996

a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5, Item 6, Item 7, Item 8.

b. The items are: Item 9, Item 10, Item 11, Item 12, Item 13, Item 14, Item 15.

Inter-Item Correlation Matrix

Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15

Item 1 1,000 ,146 ,382 ,135 ,228 ,234 ,417 ,385 ,240 -,240 -,039 ,045 -,104 ,047 ,051

Item 2 ,146 1,000 ,323 ,422 -,051 ,212 ,377 ,298 ,289 ,318 -,121 ,323 -,104 ,164 ,131

Item 3 ,382 ,323 1,000 ,340 ,592 ,394 ,403 ,174 ,335 ,106 ,052 ,230 -,147 ,070 ,140

Item 4 ,135 ,422 ,340 1,000 -,016 -,002 ,176 ,278 ,292 ,212 -,108 ,128 -,139 -,118 ,085

Item 5 ,228 -,051 ,592 -,016 1,000 ,230 ,157 -,069 ,177 -,093 -,033 ,043 -,187 ,067 ,155

Item 6 ,234 ,212 ,394 -,002 ,230 1,000 ,338 -,057 ,092 ,158 -,167 ,280 ,084 ,115 ,025

Item 7 ,417 ,377 ,403 ,176 ,157 ,338 1,000 ,428 ,397 ,219 -,019 ,261 -,022 ,005 -,015

Item 8 ,385 ,298 ,174 ,278 -,069 -,057 ,428 1,000 ,341 ,135 ,038 ,040 -,063 -,014 -,109

Item 9 ,240 ,289 ,335 ,292 ,177 ,092 ,397 ,341 1,000 ,018 -,023 ,188 ,149 -,118 ,210

Item 10 -,240 ,318 ,106 ,212 -,093 ,158 ,219 ,135 ,018 1,000 -,030 ,274 ,085 ,160 ,040

Item 11 -,039 -,121 ,052 -,108 -,033 -,167 -,019 ,038 -,023 -,030 1,000 ,243 ,123 ,237 -,040

Item 12 ,045 ,323 ,230 ,128 ,043 ,280 ,261 ,040 ,188 ,274 ,243 1,000 ,211 ,306 ,087

Page 127: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

111

Item 13 -,104 -,104 -,147 -,139 -,187 ,084 -,022 -,063 ,149 ,085 ,123 ,211 1,000 ,216 -,146

Item 14 ,047 ,164 ,070 -,118 ,067 ,115 ,005 -,014 -,118 ,160 ,237 ,306 ,216 1,000 ,240

Item 15 ,051 ,131 ,140 ,085 ,155 ,025 -,015 -,109 ,210 ,040 -,040 ,087 -,146 ,240 1,000

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Part 1 ,245 -,069 ,592 ,661 -8,568 ,029 8a

Part 2 ,116 -,146 ,306 ,452 -2,101 ,017 7b

Inter-Item Correlations

Both Parts ,127 -,240 ,592 ,832 -2,472 ,029 15

a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5, Item 6, Item 7, Item 8.

b. The items are: Item 9, Item 10, Item 11, Item 12, Item 13, Item 14, Item 15.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted Item 1 51,1277 41,983 ,337 ,441 ,667Item 2 51,4894 41,255 ,451 ,452 ,654Item 3 51,4255 37,815 ,585 ,629 ,630Item 4 50,8723 43,244 ,379 ,364 ,674Item 5 51,3404 43,621 ,309 ,499 ,683

Page 128: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

112

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted Item 6 51,2340 42,879 ,314 ,369 ,670Item 7 51,5319 39,254 ,538 ,468 ,640Item 8 51,1489 41,912 ,305 ,424 ,671Item 9 51,9149 39,210 ,438 ,448 ,651Item 10 50,9574 44,346 ,307 ,342 ,682Item 11 51,4043 46,246 ,419 ,254 ,708Item 12 51,0426 41,824 ,438 ,342 ,657Item 13 51,0851 46,862 ,407 ,314 ,708Item 14 51,3191 43,657 ,297 ,358 ,684Item 15 51,2128 44,997 ,340 ,252 ,690

Variabel Kinerja Karyawan (Y) Reliability Scale: ALL VARIABLES

Page 129: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

113

Case Processing Summary

N %

Valid 47 100,0

Excludeda 0 ,0

Cases

Total 47 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Value ,716Part 1

N of Items 5a

Value ,642Part 2

N of Items 5b

Cronbach's Alpha

Total N of Items 10

Correlation Between Forms ,587

Equal Length ,740Spearman-Brown Coefficient

Unequal Length ,740

Guttman Split-Half Coefficient ,734

a. The items are: Item 16, Item 17, Item 18, Item 19, Item 20.

b. The items are: Item 21, Item 22, Item 23, Item 24, Item 25.

Page 130: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

114

Inter-Item Correlation Matrix

Item 16 Item 17 Item 18 Item 19 Item 20 Item 21 Item 22 Item 23 Item 24 Item 25

Item 16 1,000 ,427 ,325 ,394 -,013 ,237 ,198 -,104 ,125 ,100

Item 17 ,427 1,000 ,551 ,308 ,207 ,027 ,030 ,130 ,099 ,148

Item 18 ,325 ,551 1,000 ,514 ,096 ,050 -,183 ,149 ,259 ,184

Item 19 ,394 ,308 ,514 1,000 -,094 ,211 -,062 ,088 ,235 ,230

Item 20 -,013 ,207 ,096 -,094 1,000 -,051 ,153 ,290 -,356 -,020

Item 21 ,237 ,027 ,050 ,211 -,051 1,000 ,378 ,015 ,312 ,374

Item 22 ,198 ,030 -,183 -,062 ,153 ,378 1,000 ,067 ,163 ,408

Item 23 -,104 ,130 ,149 ,088 ,290 ,015 ,067 1,000 ,167 ,373

Item 24 ,125 ,099 ,259 ,235 -,356 ,312 ,163 ,167 1,000 ,510

Item 25 ,100 ,148 ,184 ,230 -,020 ,374 ,408 ,373 ,510 1,000

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Part 1 ,271 -,094 ,551 ,645 -5,876 ,045 5a

Part 2 ,277 ,015 ,510 ,495 34,460 ,025 5b

Inter-Item Correlations

Both Parts ,170 -,356 ,551 ,907 -1,550 ,036 10

a. The items are: Item 16, Item 17, Item 18, Item 19, Item 20.

b. The items are: Item 21, Item 22, Item 23, Item 24, Item 25.

Page 131: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

115

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item 16 34,5106 17,429 ,535 ,357 ,643

Item 17 35,1064 15,401 ,612 ,411 ,627

Item 18 35,1702 15,840 ,581 ,518 ,621

Item 19 34,5319 16,646 ,654 ,376 ,632

Item 20 35,1489 18,347 ,550 ,366 ,692

Item 21 35,3191 16,222 ,318 ,277 ,642

Item 22 34,7872 17,432 ,421 ,395 ,653

Item 23 34,9362 15,844 ,522 ,286 ,654

Item 24 35,2553 15,368 ,378 ,449 ,640

Item 25 35,0851 14,253 ,358 ,484 ,589

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

Page 132: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

116

1 Penerapan Balanced

Scorecarda

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Model Summary

Change Statistics

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 ,338a ,114 ,097 7,07852 ,114 6,828 1 53 ,012

a. Predictors: (Constant), Penerapan Balanced Scorecard

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 342,122 1 342,122 6,828 ,012a

Residual 2655,587 53 50,105 1

Total 2997,709 54 a. Predictors: (Constant), Penerapan Balanced Scorecard

Page 133: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

117

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 342,122 1 342,122 6,828 ,012a

Residual 2655,587 53 50,105 1

Total 2997,709 54 a. Predictors: (Constant), Penerapan Balanced Scorecard

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients Model

B Std. Error Beta

t Sig.

(Constant) 27,683 9,154 3,024 ,0041

Penerapan Balanced

Scorecard

,475 ,182 ,338 2,613 ,012

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Page 134: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

118

Lampiran 5

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Penerapan Balanced

Scorecarda

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Model Summary

Change Statistics

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 ,338a ,114 ,097 7,07852 ,114 6,828 1 53 ,012

a. Predictors: (Constant), Penerapan Balanced Scorecard

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 342,122 1 342,122 6,828 ,012a

Residual 2655,587 53 50,105 1

Total 2997,709 54

Page 135: Analisis Penerapan Konsep Balanced Scorecard _Bsc_ Sebagai Suatu Alat Pengukuran Kinerja

119

a. Predictors: (Constant), Penerapan Balanced Scorecard

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients Model

B Std. Error Beta

t Sig.

(Constant) 27,683 9,154 3,024 ,0041

Penerapan Balanced

Scorecard

,475 ,182 ,338 2,613 ,012

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan