analisis perceraian di masa pandemi covid-19 studi di
TRANSCRIPT
ANALISIS PERCERAIAN DI MASA PANDEMI COVID-19
( STUDI DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1 A JAMBI )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1)
Dalam Ilmu Hukum Keluarga Islam
Pada Fakultas Syariah
NELA FIRDAYATI
SHK. 160092
PEMBIMBING:
DR. RASITO, M.Hum
MUSTIAH RH, S.Ag., M.Sy
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 1443 H/2021 M
Simpang Sungai Duren RT 6 RW 3
iv
MOTTO
تعان انطهلق أبغض انحلل إن الله
“Perkara halal yang paling Allah benci adalah perceraian.” (HR. Abu Dawud no.
1863, Ibnu Majah no. 2008)”1
1Anif Latifah, Telaah Keabsahan Hadist Tentang Perbuatan Halal Yang Dibenci Oleh
Allah Adalah Talak, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.2013
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman
tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543
b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai
berikut:
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba´ B Be ة
Ta´ T Te ت
Sa´ Ṡ Es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
Ha´ Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha´ KH Ka dan Ha خ
Dal D De د
Źal Ż Zat (dengan titik di atas) ذ
Ra´ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin SY Es dan Ye ش
Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
Dad Ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ta´ Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Za´ Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain ´ Koma terbalik di atas ع
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em و
Nun N En
Wawu W We و
Ha´ H Ha
Hamzah ' Apostrof ء
Ya´ Y Ye ى
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap
Ditulis Muta„adiddah يتعد دة
Ditulis „Iddah عدة
C. Ta„ Marbutah di Akhir Kata
vi
1. Bila dimatikan tulis h
Ditulis Hikmah حكة
Ditulis „illah عهة
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang
sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan
sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.
2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
‟Ditulis Karamatul al-auliya كر ية الأ و نيب ء
Bila ta’ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t Ditulis Zakatul fitri ز كبة انفطر
D. Vokal Pendek
Ditulis A
Ditulis I
Ditulis U
E. Vokal Panjang
Fathah alif
جب ههية
Ditulis
Ditulis
Ā
Jāhiliyyah
Fathah ya‟ mati
يسعي
Ditulis
Ditulis
ā
yas‟ā
Kasrah ya‟ mati
كريى
Ditulis
Ditulis
Ĭ
Karĭm
Dammah wawu mati
فروض
Ditulis
Ditulis
ũ
furũd
F. Vokal Rangkap
Fathah alif
بيكى
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Fathah wawu mati
قول
Ditulis
Ditulis
Au
Qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan
Apostrof
Ditulis A‟antum ااتى
Ditulis U‟iddat اعد ت
Ditulis La‟in syakartum نئ شكرتى
H. Kata Sandang Alif Lam
1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah
Ditulis Al-Qur‟an انقر ا
Ditulis Al-Qiyas انقيب س
vii
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el)
nya
‟Ditulis As-Sama انسبء
Ditulis Asy-Syams انشس
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
Ditulis Zawi al-furud ذو انفروض
Ditulis Ahl as-sunnah اهم انسة
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Perceraian Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Di
Pengadilan Agama Kelas 1 A Jambi)”. Penelitian ini mengkaji tentang
bagaimana angka perceraian di masa Pademi.Skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui angka perceraian, alasan para pihak mengajukan gugatan perceraian
dan untuk mengetahui bagaimana proses perceraian dimasa pandemi Covid-19 di
Pengadilan Agama Jambi. Metodologi Penelitian skripsi ini penelitian yang
bersifat kualitatif yang mengacu pada hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini merupakan model anaisis data, yang
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reaksi data (data
reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (verifikasi).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya kasus perceraian di Pengadilan
Agama Kelas 1 A Jambi cukup tinggi terlihat pada tahun 2019 ada 1109 perkara
pada tahun 2020 ada 943 perkara perceraian adapun alasan penggugat dalam
mengajukan perkara perceraian karena factor perselisihan secara terus menerus,
KDRT, yang semuanya bermuara pada kesulitan ekonomi keluarga dalam masa
pademi ini. Sedangkan proses perceraian Pengadilan Agama Kelas 1 A Jambi
tetap berjalan seperti biasanya yang mana hanya berbeda dalam sistem
persidangan saja, biasanya dilakukan dengan tatap muka di ruang sidang namun
pada saat pandemi sidang dilakukan secara daring atau dari rumah masing-
masing, guna mencegah penularan covid-19 yang mewabahi dunia saat ini. Hal ini
jauh dari sebelum coron a Mahkamah Agung juga sudah mempunyai system yang
dinamakan E-Court yang mana system ini adalah system pendaftaran
pemanggialan dan persidangan yang dilakukan secara online juga, maka
Pengadilan di Indonesia tidak ada alasan untuk tidak beraktifitas seperti biasanya
pada saat pandemi.
Kata Kunci : Angka, Alasan dan Proses Perceraian
ix
KATA PENGANTAR
انسل و عه انحذ الله انز أض ل انذ ف قه ب انعهى. انصل ة
اششف الا با ء انش سه سذ ا محمد عه ان صحب انتا بع
نى با حسا ان و انذ . أشذ ا لا ان الا الله أشذ ا سذ ا محمدا
عبذ سس ن.Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula shalawat serta salam
penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini diberi
judul “Analisis Perceraian Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Di Pengadilan
Agama Kelas 1 A Jambi). merupakan suatu penelitian yang mencari sebuah
fakta untuk mengetahui angka perceraian di masa pandemi dan alasan para pihak
mengajukan gugatan perceraian di Pengadilan Agama Kelas 1A Kota Jambi.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis dapatkan baik dalam mengumpulkan data
maupun dalam penyusunannya, dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama
sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy‟ar,MA., Ph.D, sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
x
2. Bapak Dr. Sayuti,S.Ag.,M.H sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.IR., Ph.D, sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik, Bapak Ruslan Abdul Ghani, S.H., M.Hum, sebagai Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr. H. Ishaq,
S.H., M.Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
4. Ibu Mustiah RH, S.Ag., M.Sy Sebagai Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam,
dan Bapak Irsadunas Noveri, S.H., M.H, Sekretaris Prodi Hukum Keluarga
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Rasito S.H.,M.Hum sebagai Pembimbing I.
6. IbuMustiah RH,S.Ag., M.Sy sebagai Pembimbing II.
7. Bapak dan Ibu Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak dan Ibuk Karyawan/Karyawati Perpustakan Fakultas Syariah dan
Perpustakan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
9. Seluruh keluargaku terutama pada abang dan kakakku yang tercinta Romy
Suhendra S.Pd, Roby Maherdi S.Pd, Nadya Chairunnisa A.Md Kep, dan
Rama Genta Sukma A.Md Pjk. Beserta ipar dan ponakan yang selalu
memberikan doa, moril, materil maupun yang selalu mengingatkan motivasi
dan membantuku dalam penulisan skripsi ini.
10. Kepada calon mertuaku papa H. Suryahanda S.H,mama Hj. Hayati Alfi dan
calon suami Muhammad Fikron Habibie S.E yang selalu memberikan
semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
xi
11. Teman-teman Hukum Keluarga Islam dari angkatan 16-17 dan sahabat/I yang
terkhusus kepada Faidil Imar, Nurhayati, Dewi Anggraini, Anggun Mapio,
Ismatul, Rita Kumala Sari, Alda, Arthaluliy, kakak Oniy dan semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Yang selalu membantu ketika
menghadapi kesulitan baik motivasi maupun ilmu pengetahuan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Di samping itu, penulis sadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memberi kemaafatannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai oleh Allah SWT.
Jambi,
Penulis
Nela Firdayati
SHK. 160092
xii
PERSEMBAHAN
Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT yang maha pengasih dan
maha penyayang, atas takdirmu yang telah kau jadikan aku manusia
senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam perjuangan ku ini.
Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-
cita besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan
doa dalam syukur tiada terkira atas nikmat yang telah diberikan.
Terimakasihku untukm Pahlawankuu, sosok ayahanda dan ibunda luar biasa
yang tak henti-hentinya memberikan do’a, semangat, nasehat, pengorbanan
dan kasih sayang yang tak tergantikan hingga diri ini kuat menjalani setiap
perjuangan yang harus dilalui.
Kupersembahkan, skripsi ini untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Edy
Firdaus S.Pd dan Ibunda Nurhayati, terimalah karya kecilku ini sebagai
hadiah keseriusanku ini untuk membalas pengorbananmu selama.
Semoga keikhlasan mereka dan dukungan mereka menumbuhkan semangatku
untuk terus maju dan membuat mereka bangga.
xiii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .......................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Batasan Masalah ................................................................................................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................................... 5
E. Kerangka Teori dan Konseptual ............................................................................ 6
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 32
BAB II METODE PENELITIAN ...................................................................... 35
1. Lokasi Penelitian .................................................................................................. 35
2. Jenis dan Sumber data......................................................................................... 36
3. Jadwal Penelitian ................................................................................................. 40
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 42
A. Sejarah Pengadilan Agama Jambi ....................................................................... 42
B. Visi Misi Pengadilan Agama Jambi ...................................................................... 45
C. Sturktur Organisasi Pengadilan Agama Jambi .................................................... 47
D. Tugas Pokok Dan Fungsi ...................................................................................... 49
xiv
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 53
A. Angka Perceraian Di Pengadilan Agama Jambi ................................................... 53
B. Alasan Para Pihak Mengajukan Perceraian ......................................................... 57
C. Proses Perceraian Dimasa Pandemi Covid-19 Di Pengadilan Agama Jambi ....... 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 67
A. KESIMPULAN........................................................................................................ 67
B. SARAN .................................................................................................................. 68
C. Kata Penutup ....................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
CURRICULUM VITAE ..................................................................................... 78
Identitas Diri ................................................................................................................ 78
Riwayat Pendidikan Formal ........................................................................................ 78
Prestasi ........................................................................................................................ 78
xv
DAFTAR SINGKATAN
1. As : Alaih as-salam
2. Hlm : Halaman
3. H : Hijriah
4. KHI : Kompilasi Hukum Islam
5. M : Masehi
6. UU : Undang-undang
7. UIN : Universitas Islam Negeri
8. Q.S : Al-Qur’an Surah
9. SAW : Shollallahu Aalaihi Wasalam
10. SWT : Subhanahu Wata’ala
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I Jadwal Penelitian................................................................................... 41
Tabel II Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama Jambi .............................. 43-44
Tabel III Rincian perkara yang diterima menurut Jenis Perkara Tahun 2020 .. 53
Tabel IV Rincian perkara yang diterima menurut Jenis Perkara Tahun 2019 ... 55
Tabel VI Faktor-faktor Penyebab Perceraian .................................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perceraian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal bercerai
antara suami dan istri, yang kata “bercerai” itu sendiri artinya “menjatuhkan atau
memutuskan hubungan sebagai suami istri”.2 Menurut pasal 38 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 yang dimaksud dengan perceraian adalah putusnya
perkawinan. Adapun yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.3 Jadi perceraian merupakan putusnya ikatan perkawianan antara seorang laki-
laki dan perempuan yang mengakibatkan berakhirnya hubungan suami dan istri
tersebut.
Putusnya perkawinan yaitu dalam arti apabila hubungan perkawinan tetap
dilanjutkan maka kemudharatan akan terjadi. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan putusnya perkawinan menurut pasal 38 UU No 1 Tahun 1974
tentang perkawinan, adalah:
1. Kematian
2. Perceraian
3. Atas putusan pengadilan
2 KBBI Online, diaksesmelalui http://kbbi.web.id/cerai.html, 4 Januari 2021.
3 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
2
Putusnya perkawinan yang disebabkan karena kematian tidak memerlukan
pembahasan secara khusus karena tidak ada pihak-pihak yang dirugikan baik
mengenai tanggung jawab maupun hak-haknya.4
Putusnya perkawinan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau
gugatan perceraian.Talak merupakan permohonan cerai yang diajukan oleh pihak
suami sedangkan cerai gugat adalah permohonan cerai yang diajukan oleh pihak
istri.Perceraian hanya dapat dilakukan didepan pengadilan agama setelah
pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah
pihak.
Dalam hal ini islam membolehkan perceraian langkah terakhir dari usaha
yang telah dilakukan semaksimal mungkin, dengan begitu perceraian adalah jalan
yang terbaik. Perlu diketahui bahwa perceraian merupakan suatu yang halal
namun dibenci oleh Allah SWT.5
Fenomena terjadinya suatu perceraian tidak lepas dari berbagai macam
fakto-faktor penyebab yang mempengaruhi putusnya suatu perkawinan, sehingga
menjadi alasan bagi suami ataupun istri untuk mengajukan perceraian ke
Pengadilan Agama, baik ini faktor eksternal dalam rumah tangganya maupun
faktor internal.Namun dalam UU perkawinan membedakan antara perceraian atas
kehendak suami dan dengan perceraian atas kehendak istri.Perceraian atas
4 Wahyu Ernaningsih, Hukum Perkawinan Indonesia, (PT Rambang Palembang,
Palembang 2006), hlm. 108. 5Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan (undang-undang)
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan), Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm. 105
3
kehendak suami disebut cerai talak dan perceraian atas kehendak istri disebut
cerai gugat.6
Perubahan nilai-nilai sosial yang sedang terjadi di tengah masyarakat
membuat tingkat perceraian semakin tinggi.Peningkatan dalam kasus gugatan
cerai yang dilakukan istri kepada suami juga dipengaruhi oleh kemampuan
ekonomi kaum wanita yang terus meningkat.Saat ini begitu mudah bagi pasangan
suami istri untuk melakukan perceraian sebagai solusi dalam menyelesaikan
permasalahan rumah tangga mereka. Perceraian ini sendiri dapat menimbulkan
masalah dalam lingkungan karena pasangan yang telah bercerai dianggap telah
melanggar norma sosial yang ada dimasyarakat.7
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan pada Pasal 39 Ayat 2 disebutkan bahwa “untuk melakukan perceraian
harus ada cukup alasan bahwa suami istri tidak akan dapat rukun sebagai suami
istri”. Ditambah pasal 19 dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 1975 yang menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan-
alasan:
1. Terjadi satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
6 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta, Prenda Media, 2006,
hlm. 189 7 Harsono Atik, Makalah Pisikologi Sosial ,http://mutiamusfirah.
Blogspot.ae/2013/05/makalah-pisikologisosual-masalah?htmlm=i=l, akses 22 februari 2018
4
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa
izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau istri.
6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Dalam zmasa zpendemi zpada zsaat zsekarang zini, zbanyak zkejadian zperceraian zterjadi.
zVirus zCorona zmengubah zberbagai zaspek zpernikahan, zapalagi zsetelah zpemerintah
zmembuat zkebijakan zLockdown zatau zpembatasan zkegiatan zkeluar zrumah zsecara
zmenyeluruh, zsemua zaktivitas zyang zdapat zmenyebabkan zterjadinya zkerumunan zatau
zperkumpulan zdihentikan zsementara, zseperti zkerja, zsekolah, zberbagai zrestoran zditutup,
zagar zsemua zaktivitas zdilakukan zdidalam zrumah. zDalam zsuasana zseperti zini, yang zmana
prosedur perceraian yang juga melakukan perubahan melalui media online dan
persidangan dilakukan secara daring, suasana ini tentu zsangat zberbeda zdari ztahun-
tahun zsebelumnya, zmaka zpenulis zsangat ztertarik zuntuk zmeneliti zkasus zperceraian zdi
zKota zJambi.
Berdasarkan persoalan diatas memberikan ketertarikan bagi penulis untuk
mengkaji mengenai perceraian dimasa pendemi Covid-19 dalam sebuah skripsi
5
yang berjudul “ Analisis Perceraian Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi di
Pengadilan Agama Kelas 1 A Jambi) .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan berapa permasalahan dalam proposal di antaranya sebagai berikut :
A. Bagaimana angka perceraian di Pengadilan Agama Jambi?
B. Apa alasan para pihak mengajukan gugatan perceraian?
C. Bagaimana proses perceraian dimasa pandemi covid-19 di Pengadilan
Agama Jambi?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika penulisan
skripsi ini, sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis membahas
permasalahan yang akan dibahas, sehingga tidak keluar dari topik pembahasan
penelitian ini, penulis hanya membahas tentang Analsis Perceraian Di Masa
Pandemi Covid-19 (Studi di Pengadilan Agama Kelas 1 A Jambi) dan bagaimana
proses perceraian dimasa pandemi covid-19 di Pengadilan Agama Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui angka perceraian di Pengadilan Agama Jambi
b. Untuk mengetahui alasan para pihak mengajukan gugatan perceraian
c. Untuk mengetahui bagaimana proses perceraian dimasa pandemi
covid-19 di Pengadilan Agama Jambi
6
1. Kegunaan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Akademis
1) Hasil dari penelitian ini sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan
yang diharapkan memberikan kontribusi pemikiran pada dunia
akademisi
2) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
mengembangkan penelitian ini lebih lanjut guna memberikan ilmu
pengetahuan hukum kepada masyarakat.
a. Kegunaan Praktis
1) Hasil dari penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) dalam ilmu
Hukum Keluarga Islam, pada Fakultas Syari‟ah.
2) Diharapkan berguna untuk menjadi acuan atau pertimbangan bagi
penerapan suatu ilmu dilapangan atau masyarakat.
3) Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran secara lengkap
tentang perceraian dimasa pandemi covid-19
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Kerangka teori merupakan uraian singkat tentang teori yang digunakan
dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab pertanyaan penelitian agar
tulisan ini lebih tearah dan lebih tepat sasaran, maka disusun skripsi ini sebagai
berikut :
7
1. Pengertian Perceraian
Perceraian adalah terlepasnya ikatan pernikahan atau bubarnya
hubungan pernikahan dalam istilah fiqh.8Dalam istilah fiqh disebut dengan
istilah thalak yang berasal dari akar kata al itlaq yang artinya melepaskan
atau meninggalkan.9 Dalam syariat islam, thalak melepaskan ikatan
pernikahan atau mengakhirinya.10
Thalak tanpa adanya alasan merupakan
sesuatu yang dimakruhkan.11
Secara etimologi, berasal dari bahasa arab yang berarti bebasnya
seorang perempuan dari suaminya. Seperti halnya kata yang berarti
melepaskan ikatan perkawinan. Abdurrahman Ghazali mendefinisikan
thalak dengan sebuah upaya untuk menghilangkan ikatan perkawinan
sehingga setelah hilangnya perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi
suaminya, dan ini terjadi dalam thalak ba‟in, sedangkan arti mengurangi
pelepasan ikatan-ikatan perkawinan ialah berkurangnya hak thalak bagi
suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah thalak yang menjadi hak
suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu, dari satu menjadi hilang
hak thalak itu, yaitu terjadi dalam thalak raj‟i sedangkan menurut pasal 117
kompilasi hukum islam thalak adalah ikrar suami dihadapan siding
pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan,
dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130 dan 131.
8 Sayuti Una (ed), pedoman penulisan skripsi,(edisi revisi),(Jambi:syariah press,2014),
hlm 14. 9Sayyid sabiq, Fiqh Sunnah 4, Jakarta : Cakrawala publishing, 2009, hlm. 2.
10ibid
11 Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqh Wanita, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, Ed.
Lengkap, 2008, hlm. 454.
8
Menurut pendapat lain thalak ialah pemisahan suami dari istrinya, atau
pemutusan ikatan yang menggabungkan suami istri yang berdasarkan
sunnatullah. Thalak diperbolehkan (mubah) jika untuk menghindari bahaya
yang mengancam salah satu pihak baik itu suami maupun istri.
2. Dasar Hukum Perceraian
Adapun dasar hukum asal talak adalah diperbolehkan karena akan
memadharatkan terutama kepada anak-anak, maka Islam menanggulangi
perselisihan di antara keluarga, jika nampak perselisihan itu, maka Islam
menasehati supaya mereka bersama-sama menahan diri, jika tidak dapat
menahannya, maka dua orang hakam diutus keluarga tersebut untuk
memberikan pepatah (menasehatinya).12
Seandainya keadaan keluarga itu tidak tentram dan tidak harmonis,
maka syari‟at Islam menganjurkan terhadap suami istri untuk
mempertahankan ikatannya. Namun jika talak lagi dapat dipertahankan,
maka Islam membolehkan untuk menjatuhkan talak sebagai jalan keluar
atau sebagai jalan darurat.
ا ب ب ه نتز لا تعضه ا تشثا انساء كش ا لا حم نكى ا اي ا انهز ا بعض يا
ه بان عاشش بت بفاحشت ي هأت ا ه الاه ت ه فعس ات ت كش ف فا عش
شا شا كث خ ف جعم الله ه ـا ا ش تكش ا“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
12
Linda Azizah, “Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Iskam,” Jurnal Al-
Adalah, Vol. X, No. 4 (Juli 2012), hlm. 417
9
menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak”. (Q.S An-Nisaa ayat 19)13
اتهقا الله احصا انعذهة ه ه نعذهت ق ارا طههقتى انساء فطه ا انهب ا سبهكى لا
د الله تهك حذ بت بفاحشت ي هأت ا الاه لا خشج ه ت ب ه ي ه تخشج هتعذ ي
حذث بعذ رنك ايشا نعمه الله لا تذس فقذ ظهى فس د الله حذ“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah
Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan
janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan
perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka
Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak
mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang
baru”. (Q.S At-Thalaq ayat 1)14
ا ه ارا تشاض اج اص كح ه ه ا ه فل تعضه اجه ارا طههقتى انساء فبهغ ى ب
كى ؤي ي كا ي عع ب ف رنك عش خش رنكى اصك نكى بان و الا ان بالله
تى لا تعه ا عهى الله ش اط “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka
janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal
suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara
yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan
lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.( Q.S Al-
Baqarah ayat 232)15
Terjadi perbedaan pendapat para ulama tentang hukum menjatuhkan
talak. Menurut Ibn Hammam yang dikuatkan oleh Ibn Abidin dari madzhab
Hanafi bahwa hukum asal menjatuhkan talak adalah terlarang (haram)
kecuali ada keperluan yang mendesak. Menurut Jumhur ulama, hukum asal
13
Q.S An-Nisaa ayat 19 14
Q.S At-Thalaq ayat 1 15
Q.S Al-Baqarah ayat 232
10
talak adalah ibahah (harus), tetapi yang lebih utama tidak melaksanakannya.
Hal ini dikarenakan talak itu dapat memutuskan rasa kasih sayang.16
Hukum menjatuhkan talak berkaitan dengan kondisi dan situasi
tertentu, dalam situasi tertentu maka hukum talak itu ada empat17
:
a) Haram
Hukum menjatuhkam talak berubah dari mubah menjadi haram,
jika seseorang yang menjatuhkan talak itu berat dugaan akan jatuh pada
prostitusi (perzinaan), atau ia tidak mampu kawin dengan wanita lain
setelah terjadinya perceraian.
b) Makruh
Hukum menjatuhkan talak menjadi makruh jika suami masih ingin
melanjutkan perkawinan dengan istri, atau masih mengharapkan
keturunan dari istrinya. Juga dihukumkan makruh manakala suami
menjatuhkan talak, tanpa alasan seperti yang telah dinyatakan dalam
terdahulu.
c) Wajib
Hukum menjatuhkan talak berubah menjadi wajib bagi seorang
suami, apabila ia tetap hidup bersama istrinya mengakibatkan perbuatan
haram baik mengenai nafkah atau lainnya. Misalnya, dengan tidak cerai
16
Asmuni, “Perceraian Dalam Perspektif Fikih Klasik Dan Kompilasi Hukum
Islam”,Jurnal Warta Edisi 48, (April 2016), hlm. 6.
17 Ibid, 7
11
mereka terus-menerus atau karena sumai atau istri tidak mampu
menjalankan kewajibannya masing-masing.
d) Sunat
Ketentuan ini berlaku bagi suami jika istri menyia- nyiakan hak-hak
Allah yang wajib dilaksanakan. Misalnya, istri sering melalaikan ibadah
shalat dan puasa. Jika terus hidup.
3. Rukun dan Syarat Perceraian
Rukun talak ialah unsur pokok yang harus ada dalam talak dan
terwujudnya talak bergantung ada dan lengkapnya unsur-unsur dimaksud.
Rukun talak ada empat, sebagai berikut18
a) Suami
Suami adalah yang memiliki hak talak dan yang berhak
menjatuhkannya, selain suami tidak berhak menjatuhkannya. Oleh karena
itu bersifat menghilangkan ikatan perkawinan, maka talak tidak mungkin
terwujud kecuali setelah nyata adanya akad perkawinan yang sah.
b) Istri
Masing-masing suami hanya berhak menjatuhkan talak terhadap istri
sendiri. Tidak dipandang jatuh talak yang dijatuhkan terhadap istri orang
lain. untuk sahnya talak, bagi istri yang ditalak disyaratkan sebagai
berikut :
18
Lidiya Kusuma, “Praktik Perceraian di Desa Prabumulih 1 Kecamatan Muara Lakitan
Kabupaten Musi Rawas”, Jurnal Raden Fatah Intelektualita. No. 2, Vol. 5 (Desember 2016), hlm.
165-166.
12
Istri itu masih tetap berada dalam perlindungan kekuasaan
suami.
Istri yang menjalani masa „iddah talak raj‟i dari suaminya oleh
hukum Islam dipandang masih berada dalam perlindungan
kekuasaaan suami. Karenanya bila dalam masa itu suami ynag
dijatuhkan dan mengurangi hal talak yang dimiliki oleh suami.
Kedudukan istri yang ditalak itu harus berdasarkan atas akad
perkawinan yang sah.
c) Sighat talak
Sighat talak ialah kata-kata yang diucapkan oleh suami terhadap
istrinya menunjukan talak, baik itu sharih (jelas) maupun kinayah
(sindiran), baik berupa ucapan atau lisan, tulisan, isyarat bagi suami tuna
wicara ataupun dengan suruhan orang lain.
d) Qashdu (Sengaja)
Artinya bahwa dengan ucapan talak itu memang dimaksudkan oleh
yang mengucapkannya untuk talak, bukan untuk maksud lain.
Untuk sahnya talak, suami menjatuhkan talak disyaratkan sebagai
berikut19
:
1) Berakal
Suami yang gila tidak sah menjatuhkan talak. Yang dimaksud
dengan gila dalam hal ini ialah hilang akal atau masuk akal
karena sakit, termasuk kedalamnya sakit pitam, hilang akal
19
Ibid
13
karena sakit panas, atau sakit ingatan karena rusak syaraf
otaknya.
2) Baligh
Tidak dipandang jatuh talak yang dinyatakan oleh orang yang
belum dewasa. Dalam hal ini ulama Hanabilah mengatakan
bahwa talak oleh anak yang sudah mumayyiz kendati umur
anak itu kurang dari 10 tahun asalkan ia telah mengenal arti
talak dan mengetai akibatnya, talaknya dipandang jatuh.
a) Atas kemauan sendiri.
Yang dimaksud atas kemauan sendiri di sini ialah adanya
kehendak pada diri suami untuk menjatuhkan talak itu dan
dijatuhkan atas pilihan sendiri, bukan dipaksa orang lain.
4. Bentuk-Bentuk Perceraian
Perceraian dapat dilihat dalam beberapa bentuk, dalam Fiqih Islam
bentuk perceraian ini akan menentukan proses dan prosedur perceraiannya.
Adapun bentuk perceraian tersebut antara lain :
a. Talak
Para ulama sepakat bahwa talak itu ada dua macam yaitu20
:
1) Talak raj‟I
Talak raj‟i adalah talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
yang telah dikumpuli, bukan talak karena tebusan, bukan pula talak
20
Muslim Zainuddin, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Perubahan Talak Tiga Menjadi
Talak Satu (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Syar‟iyah Banda Aceh,” Jurnal Hukum
Keluarga dan Hukum Islam, Vol. 1:2 (Januari-Juni 2018), hlm. 128-129.
14
ketiga kalinya. Suami secara langsung dapat kembali kepada istrinya
yang dalam masa iddah tanpa harus melakukan akad nikah yang baru.
2) Talak ba‟in
Talak ba‟in adalah talak yang putus secara penuh dalam arti tidak
memungkinkan suami kembali kepada istrinya kecuali dengan nikah
baru, talak ba‟in inilah yang tepat untuk disebut putusnya perkawinan.
Talak ba‟in ini terbagi menjadi dua macam yaitu :
Talak ba‟in sughra adalah talak ba‟in tidak memberikan
kesempatan pada suami untuk ruju‟ kembali kepada istrinya
kecuali melalui akad yang baru dan mahar yang baru.
Talak ba‟in kubra adalah talak yang tidak memberikan
peluang bagi suami untuk merujuk istri yang ditalaknya, baik
dalam masa „iddah maupun sesudahnya, kecuali dengan akad
baru, mahar baru, setelah istri menikah dengan lelaki lain dan
suami kedua tersebut telah menyenggaminya, untuk kemudian
istri menjanda, baik karena tinggal mati maupun dicerai suami
keduanya, hingga masa „iddahnya berakhir.
Dari dua macam talak tersebut, dapat dilihat keadaan istri menjanda, talak
itu diucapkan oleh suami, talak itu ada dua macam yaitu :
1) Talak sunni
Talak sunni ialah talak yang dijatuhkan oleh suami yang mana si istri
waktu itu itu tidak dalam keadaan haidh dan dalam masa itu belum
pernah dicampuri oleh suaminya. Talak ini boleh dilakukan karena
15
dengan cara itu tidak ada pengaruhnya terhadap perhitungan masa „iddah
dengan arti segera setelah jatuhnya talak, si istri langsung masuk dalam
perhitungan „iddah.
2) Talak bid‟iy
Talak bid‟iy adalah talak yang dijatuhkan oleh suami yang mana waktu
itu telah dicampuri oleh suaminya. Talak ini hukumnya haram, alasannya
ialah dengan cara ini „iddah perhitungan „iddah istri menjadi
memanjang, karena setelah terjatuh talak belum langsung dihitung
„iddahnya.
Kemudian bisa dilihat dari beberapa segi, antara lain21
:
a) Dari segi masa „iddah, ada tiga yaitu:
1) Iddah haid atau suci
2) Iddah karena hamil
3) Iddah dengan bulan
b) Dari segi keadaan suami, ada dua:
1) Talak mati
2) Talak hidup
c) Dari segi proses atau prosedur terjadinya, ada tiga:
1) Talak langsung oleh suami
2) Talak tidak langsung, lewat hakim (Pengadilan Agama
3) Talak lewat hakamain.
b) Khulu‟ (Talak Tebus)
21
Ibid, hlm,129
16
Khulu‟ atau talak tebus itu adalah talak yang dijatuhkan suami
terhadap istri atas permintaan istri dengan pembayaran sejumlah harta
kepada suami22
.
Mengkhuluk istri dapat dilakukan sewaktu-waktu, tidak seperti
talak yang harus dijatuhkan pada saat istri dalam keadaan suci yang tidak
dicampuri sebelumnya kecuali bagi istri dalam keadaan hamil atau tidak
pernah atau telah berhenti (menopouse). Oleh karenanya, dalam khulu‟
tidak terdapat pembagian sunni dan bid‟i sebab khulu‟ terjadi atas
kehendak istri sendiri23
.
Iwad atau tebusan yang dibayarkan istri kepada suami dalam
khulu‟ ini dapat berupa apa pun yang memenuhi syarat untuk menjadi
maskawin, tetapi biasanya berupa sejumlah harta. Dalam hal berupa
sejumlah harta dapat merupakan pengembalian maskawin yang pernah
diterima dari suami, baik seluruhnya atau sebagian. Wujud „iwad itu
bergantung kepada persetujuan bersama antara suami dan istri.24
Menurut Jumhur fukaha berpendapat bahwa khulu‟ dipandang
sebagai talak bain. Setelah terjadi, khuluk suami dapat kembali
mengawini bekas istrinya dengan akad nikah yang baru, meskipun masih
dalam masa iddah. Ada beberapa ulama seperti Imam Ahmad dan Dawud
Dhairi, juga sahabat Ibnu Abbas, Usman dan Ibnu Umar, yang
berpendapat bahwa khulu‟ itu bukan talak tetapi fasakh (merusakkan
22
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, edisi ke-1, cet. Ke-9 (Yogyakarta:
UII, 1999), hlm 82.
23 Ibid
24 Ibid
17
nikah). Menurut pendapat kedua ini khulu‟ tidak mengurangi bilangan
talak yang menjadi hak suami sedang menurut pendapat pertama, khulu‟
dihitung sebagai talak bain apabila dalam khulu‟ dinyatakan jatuh talak
satu, suami tinggal mempunyai hak talak dua kali apabila mereka
kembali melakukan pertama25
.
c) Ta’lik Talak
Di Indonesia berlaku ketentuan setelah melakukan akad nikah
suami mengucapkan beberapa hal yang dapat menjadi alasan santri untuk
minta dinyatakan telah ditalak suaminya dengan pembayaran iwad.
Beberapa hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap kewajiban suami
untuk memenuhi hak-hak istri. Apabila istri merasa keberatan untuk
menjadi istri, ia dapat mengadukan kepada Pengadilan Agama atau
petugas-petugas lain yang ditunjuk. Apabila pengaduannya dibenarkan,
istri membayar „iwad yang telah ditetapkan, dan jatuhlah talak satu atas
istri bersangkutan. Menggantungkan jatuhnya talak dengan hal-hal
seperti ini setelah akad nikah disebut “ta‟lik talak”26
.
Bentuk sighat ta‟lik seperti yang dicantumkan dalam buku nikah
dari Departemen Agama sebagai berikut:
a) Sewaktu-waktu saya: meninggalkan istri saya tersebut enam bulan
berturut-turut,
b) atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya,
c) atau saya menyakiti badan atau jasmani istri saya itu,
25
Ibid 26
Ibid
18
d) atau saya membiarkan dan tidak peduli istri saya itu enam bulan
lamanya, kemudian istri saya tidak ridha dan mengadukan halnya
kepada Pengadilan Agama atau petugas yang diberi hak mengurus
pengaduan dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh
pengadilan, dan istri saya membayar uang sejumlah Rp. Sebagai
wujud iwad (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak satu kepada
istri saya. Kepada pengadilan atau petugas tersebut tadi saya kuasakan
untuk iwad (pengganti) itu dan kemudian memberikannya untuk
keperluan ibadah sosial27
.
Mengucapkan ta‟lik talak tersebut dilakukan dengan suka rela, bukan
merupakan kewajiban undang-undang atau peraturan. Ta‟lik talak
diadakan dengan maksud untuk melindungi kepentingan istri, jangan
sampai diperlakukan aniaya oleh suami28
.
d. Ila’
Ila‟ adalah sumpah untuk tidak mengumpuli istrinya selama empat
bulan atau lebih dengan asma Allah, atau dengan salah satu sifat-
sifatNya, atau dengan suatu ta‟lik talak yang amat sukar dilaksanakan
apabila suami mengumpuli istrinya.29
Suami yang menyatakan ila‟, bersumpah tidak akan menumpuli
istrinya, diberi kesempatan menunggu selama empat bulan. Apabila
dalam masa empat bulan itu suami terus bergaul dengan istrinya, Allah
Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Namun, apabila suami
27
Ibid, hlm, 82-83 28
Ibid, hlm, 83 29
Ibid
19
bermaksud menjatuhkan talak, Allah Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui. Dalam ketentuan hukum apabila suami bersumpah tidak
akan mengumpuli istrinya, kepadanya diberi kesempatan waktu empat
bulan, apakah akan kembali baik kepada istrinya atau akan dilanjutkan
dengan perceraian30
.
Apabila dalam waktu empat bulan suami tidak kembali berbaikan
dengan istrinya, menurut pendapat sahabat Ibnu „Abbas, istri itu
dipandang dengan sendirinya bercerai dari suaminya dengan jatuh talak
satu, dan talaknya adalah talak bain sughra (kecil). Suami hanya dapat
kembali hidup bersuami istri dengan bekas istrinya itu dengan melakukan
akad nikah baru. Pendapat ini dianut oleh Imam Abu Hanifah.31
Imam Malik, Syafi‟i, dan Ahmad berpendapat bahwa istri itu tidak
dengan sendirinya bercerai dari suaminya dengan berlalunya masa empat
bulan. Namun, suami hendaklah diperintah untuk memilih, apakah
kembali berbaikan dengan istrinya, berarti menarik sumpahnya atau
menyatakan talak terhadap istrinya. Apabila suami tidak mau
menentukan salah satu dari dua macam hal itu, hakimlah yang
menyatakan talak atas istri itu.32
e. Zhihar
Zhihar diartikan sebagai kebiasaan suami menjatuhkan talak
kepada istrinya dengan mengatakan, “Engkau terhadapku seperti
punggung ibuku. Menyamakan istri dengan punggung ibu, berarti
30
Ibid, hlm, 83-84 31
Ibid 32
Ibid
20
memandang istri sebagai mahram yang tidak halal dikawini. Suami yang
mengatakan satu bentuk dari perceraian itu dibatalkan oleh Islam.
Apabila suami mengatakan dhihar kepada istrinya, istrinya haram untuk
dikumpuli kecuali setelah suami membayar kifarat berupa
memerdekakan budak. Apabila tidak mampu, hendaknya suami puasa
dua bulan berturut-turut. Dan apabila masih tidak mampu, hendaknya
memberi makan enam puluh orang miskin33
.
f. Fasakh
Kata fasakh artinya merusakkan atau membatalkan. Jadi, fasakh
sebagai salah satu sebab putusnya perkawinan adalah merusakkan atau
membatalkan hubungan perkawinan yang telah berlangsung34
.
Fasakh dapat terjadi karena ada hal-hal yang membatalkan akad
nikah yang dilakukan dan dapat pula terjadi karena sesuatu hal yang baru
dialami sesudah akad nikah dilakukan dan perkawinan berlangsung35
.
Fasakh yang memerlukan keputusan pengadilan adalah fasakh
yang disebabkan oleh hal-hal yang kurang jelas. Sedangkan fasakh yang
tidak memerlukan keputusan pengadilan atau dapat dikatakan fasakh
yang terjadi atas kekuatan hukum adalah fasakh yang disebabkan oleh
hal-hal yang cukup jelas36
.
Fasakh dengan keputusan pengadilan dapat juga diminta oleh istri
dengan alasan-alsan sebagai berikut:
33
Ibid, hlm, 84-85 34
Ibid, hlm,85 35
Ibid 36
Ibid, hlm, 86
21
1) Suami sakit gila
2) Suami menderita penyakit menular yang tidak dapat diharapkan
sembuh, seperti penyakit lepra.
3) Suami tidak mampu atau kehilangan kemampuan untuk melakukan
hubungan kelamin karena impoten atau terpotong kemaluannya.
4) Suami jatuh miskin hingga tidak mampu memenuhi kewajiban nafkah
terhadap istri.
5) Istri merasa tertipu, baik mengenai nasab keturunan, kekayaan atau
kedudukan suami.
6) Suami maqfud, hilang tanpa berita di mana tempatnya dan apakah
masih hidup atau telah mneinggal dunia dalam waktu cukup lama
(misalnya empat tahun).37
Fasakh dapat pula diminta oleh pihak suami kepada pengadilan, jika
suami menjumpai bahwa istrinya terdapat hal-hal yang tidak mungkin
mendatangkan ketenteraman dan pergaulan baik dalam perkawinan yang
semula tidak diketahuinya, maka dapat mengadukan kepada pengadilan
untuk di fasakh perkawinannya.38
Fasakh bisa juga diminta oleh kedua belah pihak suami dan istri.
Misalnya anak-anak yang dikawinkan walinya, setelah mereka baligh
mempunyai hak khiyar, apakah akan melangusngkan perkawinan ataukah
akan minta fasakh. Hak khiyar ini sebenarnya tidak harus diajukan
37
Ibid, hlm, 86 38
Ibid
22
bersama antara suami dan istri, tetapi dapat juga diajukan oleh salah
satunya. Khiyar ini diberikan kepada mereka agar sejalan dengan prinsip
perkawinan dalam agama Islam, yaitu dilakukan dengan sukarela antara
kedua belah pihak yang bersangkutan.39
Akibat-akibat fasakh adalah sebagai berikut40
:
a) Istri yang diceraikan pengadilan dengan jalan fasakh tidak dapat
dirujuk oleh suaminya. Apabila mereka akan kembali hidup bersama
sebagai suami istri, maka mereka harus melakukan akad yang baru.
b) Fasakh tidak mengurangi bilangan talak yang menjadi hak suami.
Dengan demikian, suami istri yang akad nikahnya pernah dilakukan
oleh walinya pada waktu mereka masih anak-anak dibawah umur
Apabila mereka tiba-tiba berkeinginan untuk kembali hidup sebagai
suami istri, maka harus melakukan dengan akad nikah yang baru.
g. Li‟an
Li‟an artinya sumpah laknat, yaitu sumpah yang didalamnya
terdapat pernyataan bersedia menerima laknat Tuhan. Suami melakukan
lian apabila ia menuduh istrinya berzina tanpa saksi kecuali diri sendiri.
Hukuman menuduh zina tanpa saksi yang cukup, yaitu didera delapan
puluh kali. Hukuman menuduh zina hanya dapat dihindari apabila suami
bersedia bersumpah lima kali; empat kali ia bersumpah, “Saya bersaksi
kepada Allah bahwa dalam menuduh istri saya Fulana berbuat zina itu,
39
Ibid, hlm, 87 40
Ibid
23
saya di pihak yang benar; dan anak yang dilahirkannya adalah anak zina,
bukan anak saya.” Yang kelima setelah dinasehati hakim, suami
mengatakan, “Saya bersedia menerima laknat Allah apabila ternyata saya
dipihak yang berdusta41
.”
Akibat dari ucapan sumpah li‟an suami adalah sebagai
berikut42
:
1) Suami terhindar dari hukuman menuduh zina (qadzaf)
2) Dilakukan hukuman zina terhadap istri
3) Hubungan perkawinan terputus
4) Anak yang lahir tetap bukan anak suami, hanya bernasab kepada
ibunya
5) Istri menjadi haram selamanya terhadap suami, tidak dapat kembali
sebagai suami istri.
Pihak istri setelah suami menyatakan sumpah lian itu hanya dapat
terhindar dari hukuman zina apabila bersedia menyatakan sumpah lian
pula. Dalam hal ini istri mengucapkan, “Saya bersaksi kepada Allah,
bahwa suamiku Fulan dalam menuduh saya berbuat zina, di pihak yang
berdusta.” Sumpah demikian itu diucapkan empat kali, dan yang
kelimanya setelah dinasehati oleh hakim, istri mengatakan “Saya besedia
menerima murka Allah apabila suami di pihak yang benar.”
41
Ibid 42
Ibid, hlm, 88
24
h. Nusyus dan Syiqaq
Nusyus artinya membangkang. Yang dimaksud nusyus adalah
membangkang terhadap kewajiban-kewajiban dalam hidup perkawinan.
Membangkang terhadap kewajiban-kewajian dalam hidup perkawinan
dapat terjadi pada pihak istri dan dapat pula terjadi pada pihak suami.
Nusyus pada pihak istri terjadi apabila dia melalaikan kewajiban-
kewajiban sebagai istri, tidak mau taat kepada suami, tidak mau
bertempat tinggal bersama suami, suka menerima tamu orang- orang
yang tak disukai suami, keluar rumah tanpa izin suami, dan lain-
lainnya.43
Syiqaq merupakan tahap perselisihan suami istri setelah nusyus
yang mengkhawatirkan akan diikuti dengan terjadinya perceraian. Syiqaq
dapat terjadi disebabkan oleh kedua belah pihak suami dan istri, dapat
pula disebabkan oleh salah satu, suami atau istri. Syiqaq yang terjadi
disebabkan oleh dua belah pihak suami dan istri misalnya karena adanya
perbedaan watak yang amat sulit dipertemukan. Masing-masing bertahan
pada wataknya, sama-sama tidak mau mengalah sehingga kehidupan
rumah tangga penuh dengan ketegangan-ketegangan yang tidak kunjung
reda. Syiqaq yang disebabkan oleh suami, mislanya perlakuan suami
yang amat sewenang-wenang terhadap istri sehingga sangat berat bagi
istri untuk dapat bertahan sebagai istri. Syiqaq yang terjadi dari pihak
istri, misalnya sikap nusyus yang tidak dapat ditundukan suami dngan
43
Ibid, hlm 88
25
jalan bertahap, nasihat, pisah tempat tidur, dan pukulan yang menjadi hak
suami memberi pelajaran kepada istrinya44
.
Jika syiqaq benar-benar tidak dapat diatasi, dan menurut
pertimbangan para hakim lebih maslahat apabila diceraikan saja antara
suami dan istri bersangkutan, dalam menceraikan keduanya itu dapat
diajukan pertanyaan apakah hakam berkedudukan sebagai wakil suami
istri atau mempunyai kuasa penuh untuk menentukan keputusan. Dalam
hal pertama hakam berkedudukan sebagai wakil suami istri bersangkutan,
mereka hanya dapat bertindak apabila mendapat persetujuan suami dan
istri yang mewakilinya. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Hanifah,
Syafi‟i dalam salah satu riwayat yang kuat dan Ahmad dalam salah satu
riwayat yang paling mahsyur. Hasan Basri, Atha, Qatadah, Zaid, Abu
Tsaur, ulama-ulama Dhairi, Syiah Ja‟fariyah, dan Syiah Zaidiyah juga
berpendapat demikian45
.
5. Perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 117 di tegaskan talak
adalah “ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi
salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 129, 130, dan 131.
Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) tidak diatur mengenai hal-
hal yang bersangkutan tentang talak secara terperinci hanya terdapat
masam-macam talak yaitu disebutkan pada pasal 118, 119, 121, 122 yaitu :
44
Ibid, hlm 90 45
Ibid
26
Pasal 118
Talak Raj‟i adalah talak kesatu atau kedua, dimana suami berhak rujuk selama istri dalam masa iddah.
Pasal 119
Talak Ba‟in Sughra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi
boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah.
Talak Ba‟in Sughraa sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah:
a. Talak yang terjadi qabla dan dukhul
b. Talak dengan tebusan atau khuluk
c. Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama
Pasal 120 Talak Ba‟in Kubraa adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya.
Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali,
kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas, istri, menikah
dengan orang lain dan kemudian tejadi perceraian ba‟da al dukhul dan
hadis masa iddahnya.
Pasal 121
Talak sunni adalah talak yang dibolehkan yaitu talak yang dijatuhkan
terhadap istri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci
tersebut.
Pasal 122
Talak bid‟i adalah talak yang dibolehkan yaitu talak yang dilarang,
yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu istri yang sedang suci dan
tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut.
Perceraian berdasarkan pasal 114 KHI yaitu putusnya perkawinan
yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talka, atau
berdasarkan gugatan perceraian, namun lebih jelasnya dalam pasal 116 KHI
dijelaskan beberapa alasan atau alasan-alasan perceraian yang akan diajukan
kepada pengadilan untuk di proses dan ditindak lanjuti. Adapun alasan-
alasan tersebut adalah :
1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
dan sebagainya yang sukar di sembuhkan.
2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut
27
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya.
3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama lima tahun atau
hukuman yang lebih berat selama perkawinan berlangusng.
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau, penganiyayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
5) Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami-istri.
6) Antara suami-istri terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada
harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
7) Suami melanggar ta‟lik talak
8) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
rukunan dalam rumah tangga.46
Adapun yang dimaksud talak pasal 117 Kompilasi Hukum Islam, talak
adalah ikrar suami dihadapan Pengadilan Agama yang menjadi salah satu
sebab putusnya perkawinan. Sedangkan yang dimaksud dengan perceraian
adalah:
a. Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya pada Pengadilan
Agama, yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat,
46
Linda Azizah, “Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Iskam,” Jurnal Al-
„Adalah, Vol. X, No. 4 (Juli 2012), hlm. 418.
28
kecuali meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin suami.
b. Dalam hal gugat bertempat kediaman di luar negeri, ketua Pengadilan
Agama memberitahukan gugatan tersebut kepada tergugat melalui
perwakilan Republik Indonesia setempat.47
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perceraian dengan jalan
talak adalah permohonan cerai yang diajukan oleh suami, sedangkan
gugatan perceraian diajukan oleh pihak istri atau kuasanya kepada
Pengadilan Agama.
6. Perceraian di masa Pandemi
Lantas bagaimana musibah virus corona yang tengah menimpa warga
dunia, khususnya di negara kita tercinta ini, yang banyak mengakibatkan
efek mati di semua sektor, terlebih di sektor ekonomi.Yang mengakibatkan
perceraian di masa Pandemi corona ini meningkat di beberapa daerah di
Indonesia.
Berdasarkan data Pengadilan Agama Cianjur, tingkat perceraian di
Cianjur meningkat.Jumlah pendaftar gugatan dalam satu hari mencapai 50
orang. Hingga kini, terdaftar 2.029 perkara gugatan cerai karena alasan
ekonomi.
Antrean pendaftaran gugatan cerai di kantor Posbakum Pengadilan
Agama Cianjur mengalami peningkatan sejak dibukanya layanan jelang new
normal. Kasus gugat perceraian ini hampir 80 persen didominasi kaum
wanita. “Dari Januari hingga saat ini, tingkat perceraian di Cianjur dengan
47
Ibid
29
adanya pandemi meningkat.Dari 2029, sebanyak 1.613 gugatan cerai dan
416 perkara permohonan. 80 persen adalah cerai gugat, “ kata humas
Pengadilan Agama Cianjur Fajar Hermawan.48
Sedangkan pernikahan merupakan Mitsaqan Ghalizan yaitu suatu
perjanjian suci yang kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan dengan tujuan mewujudkan
keluarga yang kekal, santun menyantuni, kasih mengasihi, tentram, bahgia
dan kekal (M. Idris Ramulio, 1985).
Sebagaimana pendapat Prof. Dr. Din Syamsudin yang menggunakan
istilah mitsaqan ghalizan dalam konteks kesepakatan para founding
father ketika merumuskan dasar negara Indonesia mereka bersepakat siap
menerima konsekuensi dari perjanjian itu yang berupa perjuangan
mempertahankan keutuhan NKRI dari segala ancaman marah bahaya
Lalu bagaimana sikap seorang pasangan suami-istri ketika diuji
dengan wabah virus corona yang diberikan Allah SWT saat ini?Karena
wabah ini berdampak pada segala hal. Terutama dalam paktor ekonomi bagi
seluruh waga Indonesia.
Paktor ekonomi penyebab utama yang memicu tingginya tingkat
perceraian, karena dimasa wabah virus corona ini seluruh warga Indonesia
harus dikarantina,ss yang menyebabkan peningkatan stres, kebosanan,
emosi, dan ekonomi.Menyikapi kasus ini, penulis mengutip dari Ustadz
Setyadi Rahman dalam Khutbahnya di Majalan Suara
48
Warta Ekonomi.co.id, Kasus Perceraian Meningkat di Tengah Pandemi
30
Muhammadiyah mengatakan pandemi mesti dianggap sebagai ujian dari
Allah SWT. Hal ini sejalan dengan firmannya:
ا تشجع ان ش فتت انخ كى بانشهش به ث كم فس راىقت ان
Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian dan cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu di
kembalikan” (Q.S Al-Anbiya : 35)
Lebih lanjut lagi sikap terbaik menghadapi ujian berupa serangan
virus corona adalah pertama, berikhtiar menghindari dengan memperhatikan
hukum kausalitas Sunnatullah, misalnya mengikuti protokol kesehatan
WHO. Kedua, kita bertawakkal sepenuhnya kepada Allah setelah
berikhtiar.Bahkan kita yakin sepenuhnya atas usaha sungguh-sungguh
pemerintah dalam mennanggulangi pademi covid-19 ini.
Ketiga, jangan melupakan bahwa Allah SWT sebagai pencipta
scenario virus corona kita memohon pertolongannya. Pandemi akan musnah
dengan cepat jika Allah menghendakinya. Dalam hadits
disebutkan “Tidaklah ada sesuatu yang lebih besar pengaruh di sisi Allah
Ta‟ala selain do‟a” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).49
7. Nafkah ekonomi dalam keluarga
Dalam masalah keluarga , nafkah merupakan salah satu masalah
penting yang telah diperhatikan oleh Islam. Karena nafkah merupakan
kewajiban suami dan hak istri.Ulama Fiqih sependapat, bahwa nafkah yang
harus dikeluarkan adalah yang dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-
49
https://ibtimes.id/memaknai-mitsaqan-ghalizhan-dalam-pernikahan-di-tengah-pademi/
31
hari seperti makan, pakaian, dan tempat tinggal.50
Dalam shigot taklik talak
tersebut, jika suami tidak memberi nafkah selama tiga bulan berturut-turut
dan istri tidak rhido maka jatuh talak satu, ataupun wanita dapat menggugat
cerai suaminya.
Apabila antara suami dan istri timbul suatu permasalahan yang dapat
menimbulkan suatu keadaan yang menyiksa dan menyakitkan, maka
dibolehkan adanya perceraian.51
Perceraian adalah putusnya perkawinan,
dalam istilah hukum islam perceraian disebut dengan thalaq artinya
melepaskan atau meninggalkan.52
Pengaturan nafkah dalam Kompilasi Hukum Islam yaitu bahwa suami
wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Sesuai dengan
penghasilannya suami menanggung:
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman istri
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan
anak
c. Biaya pendidikan bagi anak53
Adapun menurut ijma‟ sebagai berikut:
Ibnu Qudamah berkata: para ahli ilmu sepakat tentang kewajiban
suami membelanjai istri-istrinya bila sudah baligh, kecuali kalau istri itu
berbuat durhaka.54
50
M Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Hal 213 51
AbdurRahman, perkawinan dalam syariat Islam,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996),
hlm.80 52
Beni A.Saebani,Perkawinan dan Hukum Islam dan Undang-undang,0p.Cit.,hlm.52 53
Kompilasi Hukum Islam, Pasal 80 ayat 2 dan 4
32
F. Tinjauan Pustaka
1. Dede Rohyadi, dengan judul skripsi Perceraian di luar Prosedur Peradilan
Agama di Kecamatan Sodong Hilir, Tasik Malaya dan Akibat Hukum,
pada tahun 2008. Skripsi ini menjelaskan bahwa di kecamatan Sodong
hilir hampir semua perceraian di lakukan di luar pengadilan, karena
mereka menganggap perceraian adalah urusan keluarga yang harus
ditutupi dan agama sendiri memperbolehkannya.
2. Anda Faridah, dengan judul “Gugatan Perceraian Dikarenakan Suami
Seorang Homoseksual (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama
Yogyakarta No. 0542/Pdt.G/2009/PA.Yk.). Penelitian ini berfokus pada
gambaran tentang dasar dan pertimbangan hukum yang digunakan Hakim
dalam memutuskan Perkara No: 0542/Pdt.G/2009/PA.Yk dan bagaimana
tinjauan hukum islam terhadap dasar dan pertimbangan hukum Hakim
dalam memutuskan perkara tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pertimbangan yang digunakan majelis Hakim dalam memutuskan
perkara perceraian ini adalah bahwa keadaan rumah tangga penggugat dan
tergugat yang sedang dalam kondisi yang tidak baik dikarenakan perilaku
tergugat yang seorang homoseksual sehingga ia melalaikan kewajibannya
sebagai seorang suami dalam memberikan nafkah lahir maupun batin.
Hukum islam membenarkan pertimbangan dan putusan yang diambil oleh
majelis Hakim, karena perilaku homoseksual memang merupakan perilaku
menyimpang yang tidak dibolehkan dalam islam.
54
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7, Hlm
33
3. Suni, mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang, dengan judul “Cerai Gugat
Istri Akibat Suami Masuk Penjara Menurut Hukum Islam Dan Hukum
Positif (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1A Palembang)”.
Penelitian itu bertujuan mengetahui pemahaman dan pengetahuan tentang
cerai gugat istri akibat suami di penjara menurut hukumislam dan hukum
positif. Hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa menurut
islam perceraian yang diajukan oleh istri kepada suami dibolehkan, namun
tetapi mengucapkan kepada syarat dan rukun cerai sesuai syariat islam.
Hal ini dibolehkan selama kedua belah pihak memiliki dasar yang atau
alasannya yang kuat untuk bercerai menurut hukum islam dimana salah
satu pihak tidak memberikan nafkah lahir batin dalam pernikahan selama
tiga bulan berturut turut dan kekerasan rumah tangga dan juga baik suami
atau istri masuk penjara lebih dari 5 tahun dalam hukum islam cerai halal
dibolehkan baik yang menggugat adalah istri atau suami namun dibenci
Allah SWT sedangkan menurut hukum positif bahwa perceraian yang
diajukan istri kepada suami karena suami masuk penjara dibolehkan
selama keduabelah pihak memiliki dasar yang kuat untuk bercerai sesuai
dengan undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan
perceraian hal ini istri menggugat cerai menjadi halal apabila memang
suami tidak dapat memenuhi tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga
untuk memberikan nafkah lahir dan batin.
Dari beberapa contoh hasil penelitian diatas, maka dapat
digambarkan beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsi
34
yang penulis tulis dengan skripsi yang terdahulu sama-sama meneliti
tentang permasalahan dalam perceraian. Perbedaannya skripsi hasil studi
terdahulu dengan skripsi yang penulis tulis terletak pada jenis penelitian
dan lokasi penelitian, bahwasanya skripsi ini merupakan kajian pada
pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara
dan dekumentasi, sedangkan skripsi hasil studi terdahulu menggunakan
kajian perpustakaan pada pendekatan kuantitatif memfokuskan pada
putusan hakim.
35
BAB II
METODE PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan berbagai bahan dan
data yang diperlukan, mengandung kebenaran yang objektif, dan harus relevan
dengan permasalahan yang dikaji sehingga penulisan skripsi ini memiliki
kualifikasi sebagai sistem tulisan yang profosional penulisan menggunakan mtode
penelitian ilmiah sebagai berikut :
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Jambi, Kota Jambi
Provinsi Jambi.Dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut dapat
memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun serta menyelesaikan
proposal skripsi ini.
a. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian lapangan yang berlokasi di
Pengadilan Agama Jambi Kelas 1A Kota Jambi Provinsi Jambi. Dalam
penulisan ini permasalahan utama yang ingin diteliti adalah
“Perceraian Di Masa Pandemi Covid-19”.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah yuridis normatif yang mengacu kepada
norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan dan putusan-putusan pengadilan serta morma-norma hukum
yang ada dalam masyarakat.Selain itu, dengan melihat singkronisasi
suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.
36
2. Jenis dan Sumber data
a. Jenis data ini yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berdasar dari
data lapangan dan diperoleh dari responden.55
Data primer di dapat dari
hasil wawancara dengan pihak Pengadilan Agama Jambi seperti
Panitera Muda Hukum, Panitera muda Pemohon dan Hakim. Data
primer dalam penelitian ini juga berupa arsip perkara dari Pengadilan
Agama Jambi.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh sumber perantara
dan diperoleh dengan cara megutip dari sumber lain.56
Baik berupa
undang-undang dan artikel yang berhubungan dengan skripsi ini.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan ini terdiri dari data primer dan data
sekunder, data primer terdiri dari :
1) Al-Qur‟an dan Hadist
2) Wawancara Panitera muda hukum Pengadilan Agama Jambi.
3) Wawancara Panitera muda pemohon Pengadilan Agama Jambi
4) Wawancara Hakim Pengadilan Agama Jambi
Data sekunder terdiri dari :
1. Materi yang terdapat dalam buku, jurnal, skripsi terdahulu, dan
literatur lainnya yang masih berkaitan dengan permasalahan judul
skripsi.
55
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi Tesis serta disertasi (Bandung:
alfabeta, 2017), hlm 71 56
Sayyuti Una (ed), Pedoman penulisan skripsi…. hlm 34-35
37
c. Instrumen Pengumpulan Data
pengumpulan data adalah alat yang digunakan Instrumen untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. Untuk penelitian kualitatif,
alat yang digunakan adalah si peneliti itu sendiri (human
instrument)57
.Instrumen pengumpulan data juga termasuk cara
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian. Dalam penelitian jenis lapangan ini (field research),
penulis menggunakan tiga instrumen data berupa dokumentasi dan
wawancara.
1). Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen. Metode dokumentasi dilakukan
dengan cara memperoleh data dengan menelusuri data-data mengenai
jumlah perceraian yang dilakukan dimasa pandemi yang masuk di
pengadilan Agama Jambi pada tahun 2020, serta salinan penetapan
hakim yang berhubungan dengan penetapan perceraian di Pengadilan
agama Jambi pada tahun 2020. Serta dokumen lainnya yang
mendukung data primer peneliti.
57
Sayuti Una(ed), Pedoman Penulisan Skripsi. .. .,hlm 37
38
2). Wawancara
Wawancara merupakan salah satu alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan berhadapan langsung dengan yang diwawancarai58
.
Mawancara berguna untuk memperoleh informasi langsung dari
responden yang dilakukan secara sistematis serta memiliki nilai
validitas dan realibitas.Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk
mendaptkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan pada para informan.Dalam melakukan penelitian
ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan yaitu
hakim Pengadilan Agama Jambi, Panitera Muda Hukum dan Panitera
muda Permohonan. Wawancara ini digunakan untuk mengadili data
dari sumber aslinya yakni hakim pengadilan Agama Jambi mengenai
pertimbangan hakim dalam menetapkan perceraian yang dilakukan
dimasa pandemi pada tahun 2020..
d. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila
penelitian tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan
populasi dan sampel59
.Baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta atau sekelompok orang. Unit analisis juga
menjelaskan kapan waktu (tahun berapa atau bulan apa) penelitian
dilakukan. Jika judul penelitian tidak secara jelas menggambarkan
58
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah,
(jakarta: Kencana, 2012), hlm. 138. 59
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi,. ... . .,hal. 62.
39
mengenai batasan waktu tersebut.Dalam penelitian ini, unit analisisnya
adalah Kantor Pengadilan Agama kelas 1A Jambi. Penetapan unit
analisis tersebut, karena penelitian yang dilakukan tidak menggunakan
populasi dan sampel, namun hanya menggunakan dokumen-dokumen
yang berasal dari Kantor Pengadilan Agama Kelas 1A Jambi dan
informasi-informasi yang berasal dari aparat-aparatnya saja.
Maka yang menjadi informannya adalah: Hakim Pengadilan
Agama Sengeti, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sengeti,
Panitera Muda Permohonan. Jadi, keseluruhan informannya berjumlah
3 orang.
e. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalaam
periode tertentu. Menurut Miles dan Hbermaan analisis data kualitatif
adalah suatu proses analisis yang terdiri dri tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yitu data reduction, data display dan
verifikasi.60
a. Reaksi Data (Data reduction)
Reaksi Data (Data reduction)adalah merangkum, memilih data-data
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema
dan polanya.Artinya data-data umum yang diperoleh selama
penelitian di Pengadilan Agama Jambi.Data-data penelitian
60
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm 85.
40
dirangkum dan diambil bagian yang pokok supaya dapat memberi
gambaran yang jelas, sehingga mempermudah peneliti untuk
mengumpulkan data selanjutnya.61
b. Penyajian data atau data display
Penyajian data atau data display adalah pendeskripsian sekumpulan
informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data
dapat juga berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan.Semuanya
dirancang guna menggabungkan informasi tersusun dalam bentuk
yang padu dan mudah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan (verifikasi)
Penarikan kesimpulan (verifikasi) merupakan kegiatan di akhir
penelitian kualitatif.Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan
melakukan verifikasi, baik dari segi makna mapun kebenaran
kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu
dilaksanakan.
3. Jadwal Penelitian
Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian ini maka
penulis menyusun jadwal sebagai berikut:
61
Sugiyono, Metode Peneletian Pendidikan (pendekatan kualitatif), (Bandung:
Alfabet,2016), hlm 338.
41
Tabel I
Jadwal Penelitian
No
. Kegiatan
Tahun 2019-2020
Okto
ber
Desem
ber
Januari
Juni
Okto
ber
Novem
ber
Desem
ber
1 1 2 3 1 1 2 3 4 1 2 4
1. Pengajuan
Judul
x
2. Pembuatan
Proposal
x X
3. Penunjukan
Dosen
Pembimbing
X
4. Keluar Jadwal
Seminar
X
5. Ujian Seminar
Proposal
X
6. Pengesahan
Judul
X
7. Surat Izin
Riset
X
8. Pengumpulan
Data
X X X X X
9. Pengelolaan
dan Analisis
Data
X
10. Bimbingan dan
perbaikan
Skripsi
X X
11. Agenda dan
Ujian Skripsi
12. Perbaikan dan
Penjilidan
42
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Pengadilan Agama Jambi62
Eksistensi Peradilan Agama sudah ada sebelum Indonesia merdeka,
namun kewenangannya hanya sebatas mengadili Perkara dalam ruang lingkup
Hukum keluarga diantara orang-orang pribumi yang beragama Islam.
Eksistensi Peradilan Agama yang tercantum dalam Undang- Undang No. 48
tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menegaskan bahwa kedudukan
dan tugas Peradilan Agama sebagai Kekuasaan Kehakiman sejajar dengan
Pengadilan lain yang ada, dikarenakan Peradilan Agama sebagai salah satu
Badan Peradilan Negara disamping tiga Badan Peradilan lainnya (Peradilan
Umum, Militer dan Tata Usaha Negara) di Negara Republik Indonesia ini.
Pengadilan Agama Jambi yang berada di wilayah Yuridiksi Pengadilan
Tinggi Agama Jambi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar‟iyah diluar Jawa dan Madura yang kemudian diiringi dengan Penetapan
Menteri Agama RI Nomor 58 tahun 1957 tanggal 13 Nopember 1957 tentang
Pembentukan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar‟iyah di Sumatera.
Didirikan pada tanggal 31 Agustus 1958 berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor : B/I/32/1622. Gedung yang ditempati pada waktu itu adalah
bekas kantor Kodim dibelakang Kantor lama Walikota Jambi di depan rumah
sakit Polisi Jalan Raden Mattaher Kota Jambi (menurut suatu sumber
62
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Jambi 2020 | BAB I | Halaman 1
43
berkantor di Kantor Urusan Agama Batanghari yang terletak di Kebun
Bungo). Kemudian pernah menempati gedung disamping Kantor Departemen
Agama yang sekarang berada di Jl. Prof Dr Hamka simpang Mutiara Kota
Jambi dan pada tahun 1977, Pengadilan Agama Jambi menempati gedung
yang dibangun di Jl. Ade Irma Suryani dibelakang Kantor Wilayah
Departemen Agama Propinsi Jambi di Komplek Telanaipura dengan biaya
PELITA tahun anggaran 1977/1978, kemudian tahun 1998 Pengadilan
Agama Jambi pindah dan menempati gedung sendiri di Jl. Jakarta Kotabaru
Kota Jambi. Selanjutnya Pengadilan Agama Jambi mendapat dana melalui
DIPA Pengadilan Agama Jambi untuk pembangunan Kantor 2 lantai dengan
luas tanah 3.500 M2. Berikut nama-nama ketua Pengadilan Agama Jambi dari
Masa ke masa :
Tabel II
Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama Sengeti63
No Nama Masa Jabatan
1. KH. MADJID GHOFAR 1959-1962
2. KH. A. QADIR IBRAHIM 1962-1964
3. KH. M.A. RAHMAN 1964-1978
4. KH. M. SAID MAGWIE 1978-1987
5. DRS. M. ALWIE SYAMSUDDIN 1987-1995
6. DRS. CHAIRUL RIDJAL MUSTOFA, 1995-1999
63
Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama Jambi Tahun 2021.
44
S.H
7. DRS. H. FACHRORI UMAR, M.HUM 1999- 2003
8. DRS. MAHMUDDIN RASYID 2003-2009
9. DRS. H. BAIZAR BURHAN 2009-2010
10. DRS. H.S. SYEKHAN AL-JUFRI 2010-2012
11. DRS. H. NASRUL K, S.H., M.H. 2012-2013
12. DRA. HJ. ERNI ZURNILAH, M.H. 2013-2015
13. DRS. MUJAHIDIN, M.H. 2015-2019
14. DRA. HJ. ROSLIANI, S.H., M.A. 2019-2020
15. DRS. H. EFRIZAL, S.H., M.H. 2020- 2020 Agustus
16. DRS. LAZUARMAN, M.AG. 2020- Sekarang
Sejak diundangkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama merupakan pengakuan akan eksistensi dan keberadaan
Peradilan Agama di Indonesia. Undang-Undang ini tidak saja mengatur
kedudukan, kewenangan, dan hukum acara Peradilan Agama secara eksplisit,
tetapi juga telah mengangkat kedudukan aparatur Peradilan Agama setara
dengan aparatur peradilan lainnya. Bahkan terobosan lain yang dianggap
fenomenal dibawa oleh Undang-Undang ini adalah terkait
dihapusnya keberadaan fiat eksekusi, sehingga Pengadilan Agama diberi
kewenangan penuh mengeksekusi putusannya sendiri sampai kemudian lahir
Undang- Undang No. 35 Tahun 1999 sebagai perubahan atas Undang-
Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman
45
yang mengharuskan penyatuatapan lembaga peradilan (one roof system) di
bawah Mahkamah Agung. Selanjutnya dengan diundangkannya Undang-
Undang No. 4 Tahun 2004, terlihat adanya perkembangan signifikan terhadap
Pengadilan Agama Jambi, baik dilihat dari peningkatan anggaran, sarana-
prasarana, sumber daya manusia, dan sebagainya.
Tahun 2020 merupakan tahun kelima dari Rencana Strategis (Renstra)
Pengadilan Agama Jambi tahun 2015 – 2020 merupakan gambaran atau
visionable dari kinerja dan rencana kinerja Pengadilan Agama Jambi, yang
lingkupnya dalam kurun waktu 5 tahunan. Sehingga Rencana Strategis
(Renstra) Pengadilan Tinggi Agama Jambi tahun 2015 – 2020 sebagai proses
yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam Visi, Misi Mahkamah
Agung serta Tujuan dan Sasaran yang telah ditetapkan. Adapun Visi dan Misi
tersebut adalah
B. Visi Misi Pengadilan Agama Jambi64
a. Visi:
Visi Pengadilan Agama Kota Jambi adalah „’TERWUJUDNYA
PENGADILAN AGAMA JAMBI YANG AGUNG’’.
Visi Pengadilan Agama Kota Jambi tersebut merupakan kondisi atau
gambaran keadaan masa depan yang ingin diwujudkan dan diharapkan
dapat memotivasi seluruh aparatur Pengadilan Agama Kota Jambi dalam
melakukan aktifitasnya. Selanjutnya dalam pernyataan visi Pengadilan
64
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Jambi 2020 | BAB I | Halaman 3-4
46
Agama Kota Jambi mengandung pengertian secara kelembagaan dan
organisasional sebagai berikut :
a. Pengertian secara kelembagaan : Pengadilan Agama Kota Jambi
adalah Pengadilan Tingkat Pertama yang berkedudukan di kota
Jambi yang daerah hukumnya meliputi wilayah Kota Jambi.
b. Pengertian secara organisasional : Pengadilan Agama Kota Jambi
adalah Pengadilan Agama tingkat pertama yang susunannya terdiri
dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Hakim, Panitera,
Sekretaris, Jurusita, serta seluruh bagian yang ada di masing-
masing fungsionaris tersebut.
Adapun makna Agung dari visi Pengadilan Agama Kota Jambi tersebut
adalah :
a. Mempunyai kedudukan yang sangat terhormat, berbudi baik,
disegani masyarakat.
b. Kekuasaannya diakui dan ditaati serta ada pembawaan untuk dapat
menguasai dan mempengaruhi, dihormati orang lain melalui sikap
dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya
tarik.
c. Sebagai tempat bagi pencari keadilan dalam mengharapkan
berkeadilan bagi masyarakat.
b. Misi
a. Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan misi Pengadilan Agama
Kota Jambi sebagai berikut :
47
b. Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Jambi;
c. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari
keadilan;
d. Meningkatkan kualitas Pimpinan Pengadilan Agama Jambi;
e. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Pengadilan Agama
Jambi.
C. Sturktur Organisasi Pengadilan Agama Jambi
Struktur Organisasi adalah bagan yang memuat urutan
kedudukan/jabatan dan para personilnya serta gambaran hubungan dari
masing-masing kedudukan/jabatan. sehingga dapat diketahui tugas dan
tanggung jawab para pemegang kedudukan/jabatan tersebut. Struktur
Organisasi Pengadilan Agama Jambi telah tersusun sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Undang-undang nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
serta Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : KMA
/004/SK/I/1992 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan
Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama. Setelah Ketua
Mahkamah Agung menandatangani Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor
7 Tahun 2015 tanggal 7 Oktober 2015, maka Struktur Organisasi di
Pengadilan Agama Jambi mengalami perubahan. Diantara hal yang
membedakannya adalah adanya pemisahan antara Panitera dan Sekretaris
serta terdapat nomenklatur baru pada jabatan di bagian Kesekretariatan.
48
Adapun Struktur Organisasi Pengadilan Agama Jambi pasca Peraturan
Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Dengan mengetahui struktur organisasi Pengadilan Agama Jambi
tersebut, langkah selanjutnya melakukan penyesuaian dan menetapkan
prosedur kerja secara proporsional sesuai dengan urutan kedudukan/jabatan
yang ada. Oleh karena itu dalam memanfaatkan struktur organisasi
sebagai alat untuk menetapkan pembagian tugas atau job description dari
suatu jabatan. Hal ini dapat dilihat dari tugas pokok dan fungsinya pejabat di
Pengadilan Agama Jambi seperti pada bagan struktur di atas yaitu :
49
D. Tugas Pokok Dan Fungsi65
1. Ketua, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin pelaksanaan tugas
Pengadilan Agama Jambi dalam melaksanakan, mengawasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan dan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
2. Wakil Ketua, tugas pokok dan fungsinya adalah mewakili Ketua
Pengadilan Agama Jambi dalam hal merencanakan dan melaksanakan
tugas-tugas pokok dan fungsi sebagai wakil Ketua Pengadilan Agama
Jambi serta mengkoordinir dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada
ketua Pengadilan Agama Jambi ;
3. Hakim, tugas pokok dan fungsinya adalah menerima, dan meneliti
berkas perkara serta bertanggung jawab atas perkara yang diterima yang
menjadi wewenangnya baik dalam proses penyelesaiannya sampai
dengan minutasi, bekerja sama dengan pejabat terkait dalam penyusunan
program kerja Pengadilan Agama Jambi
4. Panitera, tugas pokok dan fungsinya adalah berkoordinasi dengan Ketua
Pengadilan Agama Jambi dalam merencanakan dan melaksanakan
pelayanan tekhnis di bidang administrasi perkara, yang berkaitan dengan
penyiapan konsep rumusan kebijakan dalam menggerakkan pelaksanaan
tugas kegiatan Kepaniteraan dalam menyusun program kerja jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek serta bertanggung jawab
kepada Ketua Pengadilan Agama Jambi ;
65
Dokumentasi Pengadilan Agama Jambi 2020.
50
5. Sekretaris, tugas pokok dan fungsinya adalah berkoordinasi dengan
Ketua Pengadilan Agama Jambi dalam melaksanakan tugas dan
memimpin pelaksanaan tugas pada bagian Kesekretariatan dan
bertanggung jawab sebagai Pejabat Pembuat Komitmen/Penanggung
Jawab Kegiatan yang menggerakkan dan menyiapkan konsep serta
memecahkan masalah yang muncul di bidang Kesekretariatan dan
menyusun program kerja jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek ; serta bertanggung jawab kepada Ketua Pengadilan Agama
Jambi ;
6. Panitera Muda Gugatan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin
dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada
kepaniteraan gugatan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam
pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan / bertanggung jawab
kepada Panitera.
7. Panitera Muda Permohonan, tugas pokok dan fungsinya adalah
memimpin dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas
pada kepaniteraan permohonan serta menyiapkan konsep rumusan
kebijakan dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membut
laporan/bertanggung jawab kepada anitera.
51
8. Panitera Muda Hukum, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin
dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada
kepaniteraan Hukum serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam
pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan / bertanggung jawab
kepada Panitera.
9. Kasubbag Umum dan Keuangan, tugas pokok dan fungsinya adalah
memimpin dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada
urusan umum (rumah tangga) dan Keuangan serta menyiapkan konsep
rumusan kebijakan dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan/
bertanggung jawab kepada Sekretaris.
10. Kasubbag Kepegawaian dan Ortala, tugas pokok dan fungsinya adalah
memimpin dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh aktifitas pada
urusan kepegawaian dan Ortala serta menyiapkan konsep rumusan
kebijakan dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan/
bertanggung jawab kepada Sekretaris.
11. Kepala Sub Bagian Perencanaan Teknologi dan Informasi tugas
pokok dan fungsinya adalah memimpin dan mengkoordinir serta
menggerakkan seluruh akhtivitas pada Sub Bagian Perencanaan Teknologi
dan Informasi Pengadilan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan
dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan/bertanggung jawab
kepada Sekretaris.
52
12. Panitera Pengganti, tugas pokok dan fungsinya adalah mendampingi dan
membantu Majelis Hakim mengikuti sidang perkara yang dibebankan
kepadanya, membuat berita acara persidangan, dan melaksanakan
pengetikan.
13. Jurusita, tugas pokok dan fungsinya adalah melaksanakan perintah Ketua
Pengadilan serta Ketua Majelis dalam pelaksanaan kejurusitaan serta
bertanggung jawab kepada Panitera. Jurusita Pengganti, tugas pokok dan
fungsinya adalah melaksanakan perintah Ketua Pengadilan serta Ketua
Majelis dalam pelaksanaan kejurusitaan serta bertanggung jawab kepada
Panitera
53
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Angka Perceraian Di Pengadilan Agama Jambi
Rincian perkara yang diterima menurut Jenis Perkara Tahun 202066
:
NO JENIS PERKARA JUMLAH
1 CERAI GUGAT 727
2 CERAI TALAK 216
3 WALI ADHAL 6
4 ISBAT NIKAH 46
5 GUGAT WARIS 9
6 PENGANGKATAN ANAK 0
7 IZIN POLIGAMI 2
8 PEMBAGIAN HARTA BERSAMA 4
9 PENETAPAN WALI 5
10 DISPENSASI NIKAH 81
11 PAW 38
12 PERLAWANAN EKSEKUSI (DERDEN
VERZET) 0
13 EKONOMI SYARIAH 2
14 HAK ASUH ANAK 4
15 HAK TANGGUH PELELANGAN 0
16 WASIAT 0
17 WAKAF 0
18 HIBAH 1
19 ASAL USUL ANAK 1
20 PEMBATALAN PERKAWINAN 1
21 LAIN-LAIN 4
Jumlah 1.147
Pada masa pandemi Covid 19 ini kasus perceraian cukup tinggi. Seperti
halnya yang terjadi di Pengadilan Agama Kota Jambi, kasus perceraian
selama masa pandemi juga tidak jauh bedanya dengan sebelum terjadinya
pandemi jika dilihat dari jumlah perkara yang masuk. Hal ini berdasarkan
penurutan dari hasil wawancara dengan Panitera di Pengadilan Agama Kota
66
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Jambi 2020 | BAB II| Halaman 19
54
Jambi.
Seperti yang kita lihat pada tabel rincian perkara yang masuk di
Pengadilan Agama Kota Jambi pada tahun 2020, terlihat bahwa angka
perceraian begitu tinggi, yang mana perceraian ini di ajukan oleh seorang istri
atau disebut (Cerai Gugat) ada 727 perkara yang masuk ke Pengadilang
Agama Jambi, sedangkan perkara cerai yang diajukan oleh suami atau (Cerai
Talak) ada 216 perkara yang masuk, dapat peneliti simpulkan bahwa
perceraian yang terjadi pada Pengadilan Agama Kota jambi di tahun 2020
pada masa pandemi banyak diajukan oleh istri.
Sebagaimana Panitera Muda Hukum menyampaikan dari hasil dari
wawancara peneliti bahwasanya peningkatan angka perceraian di Pengadilan
Agama Jambi tidaklah jauh berbeda atau tidak terlalu berpengaruh, malahan
dengan masa yang sulit ibu panitera mengatakan pengajuan malah tambah
jadi karena perekonomian yang mencekik.
“Angaka percerai selama pandemi tidak ada pengaruhnya, yang namanya orang mengajukan itu tetap ada, bahkan dikarenakan masa sulit malahan
semakin menjadi orang yang mengajukan perceraian, karena akibat dari
perekonomian yang mencekik, dari perekonomian itu mereka sering
melakukan pertengkaran hingga akhirnya memutuskan untuk bercerai, jelas
ibu Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Jambi”67
67
Wawancara dengan Ibu Radhah Rahman selaku Panitera muda Hukum di Pengadilan
Agama Jambi kelas 1 A.
55
Rincian perkara yang diterima menurut Jenis Perkara Tahun 201968
:
Sebagai perbandingan dari sebelum terjadinya Covid-19 perlu peneliti
bandingakan bahwasanya pada tahun 2019 yang tercatata dalam tabel rincian
perkara di tahun 2019 angka perceraian juga cukup tinggi. Namun setelah
masuk masa pandemi pada tahun 2020 angka perceraianpun tidak begitu
menurun, walau dengan situasi sulit, prosedur juga beda dari biasanya
masyarakat Kota Jambi yang ingin mengajukan perceraian juga banyak,
68
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Jambi 2019 | BAB II| Halaman 20
NO JENIS PERKARA JUMLAH
1 CERAI GUGAT 856
2 CERAI TALAK 253
3 WALI ADHAL 4
4 ISBAT NIKAH 42
5 GUGAT WARIS 4
6 PENGANGKATAN ANAK 0
7 IZIN POLIGAMI 4
8 PEMBAGIAN HARTA
BERSAMA 14
9 PENETAPAN WALI 1
10 DISPENSASI NIKAH 37
11 PAW 48
12 PERLAWANAN TERHADAP
HUKUM 0
13 EKONOMI SYARIAH 3
14 HAK ASUH ANAK 0
15 HAK TANGGUH PELELANGAN 0
16 WASIAT 0
17 WAKAF 0
18 LAIN-LAIN 12
Jumlah 1.278
56
terlihat bahwa pada tahun 2019 ada 1109 perkara peceraian di Pengadilan
Agama Kota Jambi, sedangkan pada tahun 2020 saat terjadinya pandemi ada
943 perkara perceraian, dalam artian bahwasanya tingakat percerai tidak
begitu jauh bedanya saat terjadinya pandemi, walau prosedur yang berbeda
dari sebelumnya dan juga proses persidangan juga berbeda, hal ini tidaklah
menutup kemungkinan masyarakat yang ingin melakukan perceraian.
Dapat peneliti simpulkan bahwasanyan kasus perceraian di Pengadilan
Agama Kota Jambi Kelas 1 A cukup tinggi, yang perkiraannya saat terjadi
penyebaran virus Covid-19 akan terjadi penurunan, karena prosedur
pengajuan permohonan perceraian yang dilakukan melalui media online, dan
juga persidangan melalui zoom atau darig, yang mana penulis merasa
msyarakat tidak mau ribet karena masih banyak masyarakat yang gagap
dalam kecangihan teknologi seperti sekarang ini, namu hal itu salah karena
perceraian yang terjadi di masa pandemi ini, tidaklah jauh angkanya dari
tahun sebelum terjadinya pandemi. Yang mana dari hasil tabel rincian perkara
yang masuk pada saat pandemi perceraian banyak diajukan oleh istri yang
disebut sebagai (Cerai Gugat), hal ini Panitera Muda Hukum Pengadilan
Agama Jambi menyebutkan perceraian terjadi karena perekonomian yang
mencekik saat pandemi, sehingga terus menerus rumah tangga terjadi
perselisihan dan mengakibatkan perceraian.
57
B. Alasan Para Pihak Mengajukan Perceraian
Tabel III Faktor-faktor Penyebab Perceraian :
1. Faktor Perselisihan, Pertengkaran Terus Menerus
Faktor perselisihan, pertengkaran yang terus menerus terjadi
memang rentan sekali akan terjadinya perceraian yang terjadi. Faktor ini
bisa dikatakan bahaya karena perselisihan yang tak kunjung selesai bisa
menyebabkan pasangan merasa lelah dengan pasangannya, sehingga
memungkinkan mereka untuk mengajukan perceraian ke Pengadilan.
Untuk faktor ini banyak jumlahnya yaitu 689, wajar jika jumlahnya
banyak karena memang rentan untuk orang yang tidak kuat akan sikap
pasangannya yang sering mengajak bertengkar.
Sebagaimana Ketua Pengadilan Agama Jambi menyampaikan dari
hasil dari wawancara peneliti bahwasanya faktor perselisihan,
pertengkaran yang mengakibatkan perceraian tidaklah jauh dari masalah
NO PENYEBAB PERCERAIAN JUMLAH
1 Zina 0
2 Mabuk 0
3 Madat 1
4 Judi 0
5 Meninggalkan salah satu pihak 68
6 Dihukum 2
7 Poligami 0
8 KDRT 23
9 Cacat Badan 0
10 Perselisihan dan pertengkaran terus
menerus 689
11 Kawin Paksa 0
12 Murtad 1
13 Ekonomi 89
Jumlah 873
58
keuangan, perselingkuhan, martua ikut campur, tidak bisa mendapat
keturunan.
“Faktor perselisihan dan pertengkaran yang terjadi penyebabnya adalah tidak jauh dari masalah keuangan, seorang istri merasa tidak terpenuhi
keuangan rumah tangganya dan suami memiliki penghasilan yang kecil
atau tidak menentu hal ini lah menjadikan konflik yang sampai
membawa ke renah perceraian, dan juga kami juga menemukan masalah
perselingkuhan, terkadang perselingkuhan tidak hanya dilakukan oleh
suami namun bisa juga istri, hal ini juga salah satu pemicu terjadinya
konflik di dalam rumah tangga, yang ketiga karena martua ikut campur
dalam urusan rumah tangga, sehingga salah satu pihak merasa tidak
nyaman sehingga rumah tangga trus menerus terjadi perselisihan, yang
ke empat karena mandul atau belum bisa memberi keturunan. Inilah
salah faktor yang membuat perselisihan dalam rumah tangga yang
mengakibatkan perceraian sering terjadi, dan faktor ini adalah yang
paling dominan dalam kasus perceraian”69
2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi terjadi karena keadaan ekonomi yang terjadi di
dalam rumah tangga mengalami kemacetan sehingga membuat semua
kebutuhan yang dibutuhkan dalam keluarga mengalami kendala yang
membuat semua menjadi sulit. Penyebab masalah ekonomi ini
disebabkan karena dua hal yaitu pertama istri yang selalu merasa kurang
dengan apa yang telah suami berikan, dan istri juga selalu menuntut lebih
kepada suami karena menganggap kebutuhan sudah semakin banyak
apalagi di zaman modern ini. Yang kedua suami kurang mengemban
amanah yang sudah menjadi kewajibannya untuk mencari nafkah, yang
mana nafkah hanya dipergunakan untuk dirinya sendiri tanpa
mempedulikan istrinya.
Untuk faktor ekonomi bisa dikatakan tinggi karena jumlahnya
69
Wawancara dengan bapak Lazurman selaku Ketua Pengadilan Agama Jambi kelas 1 A.
59
dikatakan banyak yaitu berjumlah 89 perkara. Faktor ini juga dikatakan
faktor yang mendominasi terjadinya peningkatan kasus perceraian yang
terjadi walaupun tidak menjadi faktor utama. Tetapi faktor ini tetap
menjadi faktor yang dominan.
“Faktor ekonomi cukup dominan mengenai masalah perceraian, adapun
pada saat pandemi Covid-19 ini faktor ekonomi yang terjadi karena
banyaknya kariawan yang di PHK yang mana mereka yang melakukan
perceraian tersebut adalah mereka yang di PHK dari pekerjaanyan,
sehingga tidak bisa memenuhi ekonomi keluarga dengan seorang istri
yang tidak bisa menerima cobaan tersebut yang mana mereka
membutuhkan uang untuk keperluan rumah tangga namun tidak
terpenuhi, maka dari itu mereka melakukan perceraian. Yang kedua
permasalahan seorang suami yang terjerat hukum yang didominasi oleh
kasus pencurian dan penyalahgunaan narkotika sehingga mereka tidak
bisa menafkahi istri dan anak-anaknya karena harus menjalani masa
tahanan, dan istri tidak bisa bertahan hingga melakukangugatan
perceraian”70
Sebagaimana ynag disampaikan oleh Ibu Panitera Muda Hukum
Pengadilan Agama jambi bahwasanyanya permohonan pengajuan
perceraian banyak juga diakibatkan permasalahan ekonomi yang sangat
mencekik pada saat pandemi, yang mana rumah tangga terus menerus
terjadinya perselisihan sehingga mengakibatkan perceraian, perselisihan
terjadi akibat dari kebutuhan rumah tangga yang tidak terpenuhi.
Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (UU Perkawinan) dapat dilihat dalam Pasal 34 ayat (1)
Undang- Undang Perkawinan. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa
suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Dalam
70
Wawancara dengan Ibu Radhah Rahman selaku Panitera muda Hukum di Pengadilan
Agama Jambi kelas 1 A.
60
pengaturan Undang- Undang Perkawinan, tidak ditetapkan besarnya
nafkah yang harus diberikan, hanya dikatakan sesuai dengan kemampuan
si suami.71
Hal ini juga diperjelas dalam kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPer) juga eksplisit, yaitu dalam Pasal 107 ayat (2)
KUHPer, ynag mengatakan bahwa suami wajib untuk melindungi
istrinya dan memberikan kepada istrinya segala apa yang perlu dan patut
sesuai dengan kedudukan dan kemampuan si suami.72
3. Meninggalkan Salah Satu Pihak
Kepergian pasangan suami istri dalam waktu yang cukup lama,
suami tidak pernah ada di rumah. Jika istri tidak bisa menerima keadaan
itu dan merasa sangat dirugikan atas kepergian suaminya. Yang
seharusnya suami memberikan nafkah lahir dan batin tetapi lari dari
tanggung jawabnya.
Untuk jumlah dari faktor meninggalkan salah satu pihak terbilang
banyak yaitu 68 perkara karena faktor ini mendominasi terjadinya
peningkatan kasus perceraian pada masa pandemi Covid 19.
Bahwa atas dasar uraian gugatan Penggugat telah memenuhi alasan
untuk mengajukan perceraian yang diatur dalam Undang-Undang No. 1
tahun 1974 Jo Pasal 19 huruf b yag berbunyi perceraian dapat terjadi
karena alasan : Salah satu pihak meninggalkan pihak lainnya selama 2
71
Harjianto dan Roudhotul Jannah, “Identifikasi Faktor Penyebab Perceraian Sebagai
Dasar Konsep Pendidikan Pranikah di Kabupaten Banyuwangi” Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, Vol. 19, No. 1 (Februari 2019), hlm 38. 72
Ibid
61
(dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah
atau karena hal lain di luar kemampuannya.73
4. KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
Faktor ini disebabkan karena sifat keras kepada salah satu pihak
yang tujuannya untuk mengingatkan tetapi dampaknya berlebihan
sehingga menyebabkan luka di badan salah satu pihak, bahkan tidak
hanya luka dampak ini juga sampai menghilangkan salah satu anggota
badan. Kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan trauma dan tekanan
batin sehingga memilih untuk bercerai agar terlepas dari semua
penderitaan yang membahayakan dirinya.
Faktor kekerasan dalam rumah tangga memang bukan faktor yang
mendominasi terjadinya peningaktan perceraian pada masa pandemi
Covid 19 jumlahnya hanya 23.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagaimana
dikemukakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkungan hidup rumah tangga.74
73
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Jo Pasal 19 huruf b 74
Ibid, Hlm 39
62
5. Dihukum Penjara
Faktor inilah yang membuat kasus perceraian terjadi karena suami
di penjara. Karena selama di penjara istri tidak mendapatkan nafkah dari
seorang suami baik nafkah lahir maupun batin. Hal inilah yang
menjadikan istri mengajuka cerai ke Pengadilan. Mungkin bagi istri ini
adalah solusi terakhir yang dapat ditempuh istri dalam mengakhiri
perkawinannya. Proses perceraian di Pengadilandapat dilakukan atas
kehendak istri disebut cerai gugat.
Untuk faktor dihukum penjara sedikit sekali jumlahnya karena
hanya satu jumlahnya, faktor ini juga tidak mendominasi terjadinya
peningaktan kasus perceraian yang terjadi selama masa pandemi Covid
19.
Cerai gugat adalah permintaan istri kepada suaminya melalui
pengadilan untuk menceraikan (melepaskan) dirinya dari ikatan
perkawinan dengan disertai atau tanpa „iwadh (pengganti) berupa uang
atau barang kepada suami.75
Berdasarkan pasal 39 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 jo. Pasal 115
KHI, perkawinan dianggap putus apabila telah diikrarkan talak di depan
sidang Pengadilan Agama, setelah pengadilan tersebut berusaha dan tidak
berhasil pasal 39, sebagai berikut76
:
a. Perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan.
75
Mutmainatun Ulfaniatri Magfiroh, Tingkat Perceraian Pada Masa Pandemi Covid 19
Di Pengadilan Agama Salatiga, Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2020. 76
Ibid
63
b. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara
suami dan istri itu tidak akan dapat rukun lagi sebagai suami istri.
Alasan-alasan terjadinya perceraian dimuat dalam Pasal 9 PP Nomor 9
Tahun 1975 jo. Pasal 116 KHI sebagai berikut77
:
1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,
penjudi, dan lain sebagainya yang sudah disembuhkan.
2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun
berturut-turut tanpa ijin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain diluar kemampuannya.
3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyayaan berat
yang membahayakan pihak lain.
5) Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan
akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai sumai/istri.
6) Antara suami dan istri terus ada harapan untuk hidup rukun lagi
dalam rumah tangga.
77
Ibid, Hlm, 84
64
C. Proses Perceraian Dimasa Pandemi Covid-19 Di Pengadilan Agama
Jambi
Seperti yang sudah peneliti tuliskan di atas yang mana percerai dimasa
pandemi banyak sekali faktor penyebabnya, dari berbagai faktor yang telah
peneliti temukan dari hasil wawancara dan amati dari laporan tahunan
Pengadilan Agama Jambi maka yang paling dominan adalah faktor
perselisihan atau pertengkaran dan faktor ekonomi, sebetulnya kedua faktor
tersebut sangatlah berkaitan sekali, karena awal dari kekurangan biaya
penghidupan sehingga menimbulkan pertengkaran antara suami istri,
sehingga berakibat patal yaitu perceraian. Bahkan pandemi tidaklah menjadi
alasan para pihak yang berperkara untuk bercerai, hal ini sebgaimana peroses
proses perceraian dimasa pandemi sedikit begitu sulit, namun angka
perceraian tetap meningkat, adapun proses perceraian tersebut dijelaskan oleh
ibu panitera muda hukum Pengadilan Agama Jambi dalam wawancara:
Selama perkara perceraian di masa pandemi setiap pengadilan mempasilitasi
dengan aplikasi zoom dan dihubungkan ke Pengadilan Agama Jambi, jadi
saat persidangan dilakukan hakim memlakukan pertanyaan pertanyaan dari
jarak jauh dan dipandu dari jarak jauh, ada juga beberapa kasus cerai talak
yang dilakukan dari jarak jauh, dikarenakan masa covid maka ia harus
menjatuhkan talak nya dari jarak jauh, bahkan ada perkara yang mana
pemohon lagi terkena covid dan sedang di isolasi maka persidangan tetap
dilanjukan dengan cara lewat zoom, jadi intinya proses persidangan dimasa
pandemi tetap berjalan seperti biasaya hanya system nya saja yang
berbeda.78
Kita juga perlu tau bahwa jauh sebelum datang corona Mahkamah
Agung juga sudah mempersiapkan persidangan pendaftaran perkara secara
78
Wawancara dengan Ibu Radhah Rahman selaku Panitera muda Hukum di Pengadilan
Agama Jambi kelas 1 A.
65
daring, yang mana pada tahun 2018, terdapat suatu gagasan dari lembaga
peradilan untuk menerapkan suatu digitalisasi perkara dengan menggunakan
sebuah aplikasi, yaitu e-Court. Aplikasi tersebut diharapkan dapat
memudahkan pihak-pihak yang berperkara pada lembaga peradilan.
“Jauh sebelum corona sebenarnya persidangan secara daring sudah
dipersiapakan oleh Mahakamah Agaung yang dinamakan e-Court jadi
memang tidak ada alasan, untuk tidak terlaksananya persidangan perkara
yang telah diajukan”79
Apa itu e-Court80
E-Court adalah layanan bagi Pengguna Terdaftar untuk Pendaftaran Perkara
Secara , Mendapatkan Taksiran Panjar Biaya Perkara, Pembayaran dan
Pemanggilan yang dilakukan dengan saluran elektronik dan secara daring.
Adapun layanan-layanan yang pada pada aplikasi e-Court ialah e-Filing
(Pendaftaran Perkara Online di Pengadilan), e-Payment (Pembayaran Panjar
Biaya Perkara Online) dan e-Summons (Pemanggilan Pihak secara daring).
E-court sendiri telah memiliki payung hukum yang tertuang pada Peraturan
Mahkamah Agung Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara
Di Pengadilan Secara Elektronik (yang selanjutnya disebut dengan Perma 3 Tahun
2018). Pada peraturan tersebut diketahui bahwa Aplikasi tersebut dibentuk dengan
beberapa pertimbangan, diantaranya dilatar belakangi oleh Pasal 2 ayat (4)
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (yang
selanjutnya disebut dengan UU Kekuasaan Kehakiman) yang menyebutkan bahwa
79
Wawancara dengan Ibu Radhah Rahman selaku Panitera muda Hukum di Pengadilan
Agama Jambi kelas 1 A. 80
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12840/E-court-Berperkara-Di-
Pengadilan-Secara-Elektronik.html
66
“Pengadilan membantu mencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat
dan biaya ringan.”
Dalam mewujudkan tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan perlu dilakukan pembaruan guna mengatasi kendala dan hambatan dalam
proses penyelenggaraan peradilan.
Selain itu, tuntutan perkembangan zaman yang mengharuskan adanya
pelayanan administrasi perkara di pengadilan secara lebih efektif dan efisien
menjadi latar belakang dibentuknya e-court. Seperti yang kita ketahui, kemajuan
perkembangan teknologi informasi menjadikan kemudahan sebagai sebuah
tuntutan. Efisiensi dan efektifitas hal-hal yang dapat diakses secara daring sudah
tidak diragukan lagi.
Dapat peneliti simpulkan bahwasanya proses perceraian di Pegadilan
Agama Jambi tetap berjalan seperti biasanya yang mana hanya berbeda dalam
sistem dalam persidangan saja, yang biasanya dilakukan dengan tatap muka di
ruang sidang Pengadilan Agama, namun pada saat pandemi sidang dilakukan
secara daring atau dari rumah masing-masing, guna mencegah penularan Covid-
19 yang mewabahi dunia saat ini.
67
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat peneliti simpulkan bahwasanyan kasus perceraian di Pengadilan
Agama Kota Jambi Kelas 1 A cukup tinggi, terlihat bahwa pada tahun 2019
ada 1109 perkara peceraian di Pengadilan Agama Kota Jambi, sedangkan
pada tahun 2020 saat terjadinya pandemi ada 943 perkara perceraian, dalam
artian bahwasanya tingakat percerai tidak begitu jauh bedanya saat terjadinya
pandemi, walau prosedur yang berbeda dari sebelumnya dan juga proses
persidangan juga berbeda, hal ini tidaklah menutup kemungkinan masyarakat
yang ingin melakukan perceraian. yang mana dari hasil tabel rincian perkara
yang masuk pada saat pandemi perceraian banyak diajukan oleh istri yang
disebut sebagai (Cerai Gugat), hal ini Panitera Muda Hukum Pengadilan
Agama Jambi menyebutkan perceraian terjadi karena perekonomian yang
mencekik saat pandemi, sehingga terrus menerus rumah tangga terjadi
perselisihan dan mengakibatkan perceraian.
Adapun faktor atau alasan para pihak yang mengajuakan perkara
peceraian, ada beberapa faktor, yang paling dominan adalah faktor karena
terjadinya perselisihan terus menerus, faktor ekonomi, dan aja juga beberapa
faktor lainnya seperti, meninggalkan salah satu pihak, KDRT, dan faktor
karena di hukum penjara, dari semua faktor ini semua berawal dari kurangnya
kebutuhan perekonomian.
68
Sedangkan proses perceraian di Pegadilan Agama Jambi tetap berjalan
seperti biasanya yang mana hanya berbeda dalam sistem dalam persidangan
saja, yang biasanya dilakukan dengan tatap muka di ruang sidang Pengadilan
Agama, namun pada saat pandemi sidang dilakukan secara daring atau dari
rumah masing-masing, guna mencegah penularan Covid-19 yang mewabahi
dunia saat ini. Hal ini jauh sebelum corona Mahkamah Agung juga sudah
mempunyai sistem yang dinamakan e-Court yang mana sistem ini adalah
sistem pendaftaran pemanggilan dan persidangan yang dilakukan secara
online juga, maka Pengadilan di Indonesia tidak ada lasan untuk tidak
beraktivitas seperti biasanya pada saat pandemi.
B. SARAN
Berdasarkan pemasalahan dalam penelitian ini, maka perkenankanlah
penulis untuk memberikan saran-saran yang penting untuk diperhatikan
sebagai berikut:
Pertama; saya selaku peneliti dan penulis merasa bahwa satu hal yang
paling saya takutkan selaku perempuan yaitu ketika menikah, dan saat dalam
hubungan pernikahan yang saya takutkan adalah perceraian. Saya pikir tidak
ada pasangan suami istri yang bercita-cita ingin bercerai. Karena sebelum
melakukan pernikahan, keinginan untuk hidup bersama selamanya adalah
menjadi impian setiap orang. Namun tidak dapat saya pungkiri, selama
menjalankan penelitian saya merasa sedih melihat peningkatan perceraian
setiap tahunnya di kota jambi. Terkadang saya lihat perceraian dianggap
merupakan solusi terbaik dari runtuhnya sebuah rumah tangga. Karena yang
69
saya tahu, perceraian sangatlah dibenci oleh Allah. SWT, namun apabila
memang tidak bisa lagi dipertahankan apa boleh buat, maka Peradilanlah
yang akan mengadili perkara dengan alasan-alasan yang kuat untuk bercerai.
Berangkat dari hal itu saya selaku penulis hanya memberikan saran atau
nasihat kepada diri saya sendiri terutama dan kepada pembaca yang budiman
nantinya bagi yang membaca hasil penelitian ini.
Saya berharap setiap orang yang ingin melakukan pernikahan,
persiapkanlah diri secara matang, baik itu umur, mental, dan lain sebagainya
yang diperlukan untuk melangsungkan pernikhan, karena sudah banyak
contoh apabila seseorang yang belum siap melakukan pernikahan baik itu
secara metal, maupun umur, material, maka yang terjadi banyaknya
perceraian terus menerus meningkat, dan kepada semua laki-laki yang mana
kodratnya selaku pemimpin di dalam rumah tangga maka, perlu sekali
mempersiapkan diri jika ingin menikah, apalagi masalah iman, material, itu
sangat penting, karena laki-laki harus bisa bertanggung jawab, harus bisa
sabar dalam menghadapi tiap cobaan dalam rumah tangga, dan mampu
menafkahi istri secara lahir dan batin, agar angka perceraian bisa di
minimalisir sedikit paling tidaknya.
Kedua; Kepada Pejabat Negara ada baiknya ketika melihat angka
perceraian di Indonesia terus meningkat setiap tahunny maka perlu evaluasi
baik secara peraturan atau regulasi yang diberlakukan, maupun sosialisasi
bahwa pentingnya menikah untuk mempunyai persiapan secara matang,
karena ini adalah tugas kita bersama untuk mencerdaskan kehidupan
70
masyarakat dalam berbangsa, beragama, dan bernegara, sehingga terujudnya
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
C. Kata Penutup
Ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah, Tuhan
seru sekalian alam, yang telah senantiasa melimpahkan nikmat, rahmat, dan
karunia-Nya kepada penulis dan kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhiryang berbentuk skripsi sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana starata satu (S.I) pada prodi
Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya
sampai akhir zaman.
Setelah sekian lama penulis berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan
semaksimal mungkin mengeluarkan tenaga dan pikiran yang dikemukakan
dalam tugas akhir ini. Meskipun demikian penulis menyadari dalam penulisan
skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
karena penulis menyadari masih kurangnya pengetahuan mengenai masalah
ini serta keterbatasan kadar dan kemampuan dan kelemahan penulis.
Maka dari itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika pada
penulisan, penjelasan, pemahaman, serta dalam analisis data yang diperoleh
penulis dan lain sebagainya terdapat kekeliruan dan kekhilafan yang tidak
sesuai dengan pembaca. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
71
kritik yang sifatnya membangun dari pembaca guna menyempurnakan
pembahasan skripsi ini dimasa yang akan datang.
Semoga karya yang ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
menjadi amal ibadah bagi penulis, serta menjadi bahan tambahan rujukan
khazanah keilmuan untuk penelitian dimasa yang akan datang. Kepada Allah
saya mohon ampun. Ihdinash-shiroothol-mustaqim. Aamiin.
72
DAFTAR PUSTAKA
Q.S Al-Baqarah ayat 232
Q.S An-Nisaa ayat 19
Q.S At-Thalaq ayat 1
AbdurRahman, perkawinan dalam syariat Islam,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996).
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, edisi ke-1, cet. Ke-9
(Yogyakarta: UII, 1999).
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta, Prenda Media,
2006.
Asmuni, “Perceraian Dalam Perspektif Fikih Klasik Dan Kompilasi Hukum
Islam”,Jurnal Warta Edisi 48, (April 2016).
Beni A.Saebani,Perkawinan dan Hukum Islam dan Undang-undang,0p.Cit.
Harjianto dan Roudhotul Jannah, “Identifikasi Faktor Penyebab Perceraian
Sebagai Dasar Konsep Pendidikan Pranikah di Kabupaten Banyuwangi”
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Vol. 19, No. 1 (Februari
2019).
Harsono Atik, Makalah Pisikologi Sosial ,http://mutiamusfirah.
Blogspot.ae/2013/05/makalah-pisikologisosual-masalah?htmlm=i=l, akses
22 februari 2018
https://ibtimes.id/memaknai-mitsaqan-ghalizhan-dalam-pernikahan-di-tengah-
pademi/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12840/E-court-Berperkara-Di-
Pengadilan-Secara-Elektronik.html
73
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi Tesis serta disertasi
(Bandung: alfabeta, 2017).
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah, (jakarta: Kencana, 2012).
KBBI Online, diaksesmelalui http://kbbi.web.id/cerai.html, 4 Januari 2021.
Kompilasi Hukum Islam, Pasal 80 ayat 2 dan 4
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Jambi 2019
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama Jambi 2020
Lidiya Kusuma, “Praktik Perceraian di Desa Prabumulih 1 Kecamatan Muara
Lakitan Kabupaten Musi Rawas”, Jurnal Raden Fatah Intelektualita. No. 2,
Vol. 5 (Desember 2016).
Linda Azizah, “Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Iskam,” Jurnal Al-
Adalah, Vol. X, No. 4 (Juli 2012)
M Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam.
Muslim Zainuddin, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Perubahan Talak Tiga
Menjadi Talak Satu (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Syar‟iyah
Banda Aceh,” Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, Vol. 1:2
(Januari-Juni 2018).
Mutmainatun Ulfaniatri Magfiroh, Tingkat Perceraian Pada Masa Pandemi
Covid 19 Di Pengadilan Agama Salatiga, Fakultas Syari‟ah Institut Agama
Islam Negeri Salatiga, 2020.
74
Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama Jambi Tahun 2021.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Sayuti Una (ed), pedoman penulisan skripsi,(edisi revisi),(Jambi:syariah
press,2014).
Sayyid sabiq, Fiqh Sunnah 4, Jakarta : Cakrawala publishing.
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan (undang-
undang) Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan), Liberty, Yogyakarta,
2007.
Sugiyono, Metode Peneletian Pendidikan (pendekatan kualitatif), (Bandung:
Alfabet,2016).
Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqh Wanita, Jakarta: Pustaka Al-kautsar,
Ed. Lengkap, 2008.
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Jo Pasal 19 huruf b
Wahyu Ernaningsih, Hukum Perkawinan Indonesia, (PT Rambang Palembang,
Palembang 2006).
Warta Ekonomi.co.id, Kasus Perceraian Meningkat di Tengah Pandemi
Wawancara dengan Ibu Radhah Rahman selaku Panitera muda Hukum di
Pengadilan Agama Jambi kelas 1 A.
75
LAMPIRAN
D. Daftar Gambar
Surat keterangan selesai melakukan penelitian
76
Diskusi bersama Ketua Pengadilan Agama Jambi 2021
Wawancara dengan Ibu Radhah Rahman selaku Panitera
Muda Hukum di Pengadilan Agama Jambi Kelas 1 A
Jaga Jarak di era New Normal di Pengadilan Agama Jambi
77
Himbawan Untuk Tetap mematuhi protokol kesehatan dan
mencuci tangan jika hendak masuk ke Pengadilan Agama
Jambi Kelas 1 A
78
CURRICULUM VITAE
Identitas Diri
Nama : Nela Firdayati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 26 Mei 1998
Alamat Asal : Jambi
Alamat Sekarang : Simpang Sungai Duren, RT 06 RW 03, Kec
Jambi Luar Kota, Kab Muaro Jambi. Jambi
No. Telp/HP : 081219430192
Nama Ayah : Edy Firdaus S.Pd
Nama Ibu : Nurhayati
Riwayat Pendidikan Formal
SD/MI, Tahun Lulus : SDN 73/IX Simpang Sei Duren, 2010
SMP/MTs, Tahun
Lulus
: SMPN 1 Muaro Jambi, 2013
SMA/MA, Tahun
Lulus
: MAS PUI Kota Bogor, 2016
Prestasi
1. Juara 1 Tilawatil Qur‟an FLS2N Kabupaten dan Provinsi Jambi ( SMP
Tahun 2011-2012 )
2. Juara 1 Tilawah Anak-anak tingkat Kabupaten Muaro Jambi Tahun
2013
79
3. Juara 1 Tilawah Remaja tingkat Kabupaten Muaro Jambi tahun 2014
4. Juara 2 Tilawah Remaja Tingkat Kabupaten Muaro Jambi tahun 2015
5. Juara 1 Syarhil Qur‟an tingkat Kota Jambi Tahun 2016
6. Juara 2 Tilawah Remaja Tingkat Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016
7. Juara 2 Tilawah Remaja Tingkat Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017
8. Juara 3 Tilawah Remaja Tingkat Kota Jambi Tahun 2018
9. Juara 2 Tilawah Remaja Tingkat Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2019
10. Juara 1 Tilawah Remaja Tingkat Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2020
(Scara Seleksi)