askep gastritis fefe
DESCRIPTION
askep thalasemiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
sekelompok kondisi dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan
ini (gastritis) sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori
yang menyebabkan radang perut yang paling sering ditemukan. Di negara
berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa
mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi
lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test.
Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya
prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit
ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang. Namun,
banyak faktor lain seperti cedera traumatis, penggunaan obat penghilang rasa
sakit tertentu atau minum alkohol terlalu banyak juga dapat berkontribusi
untuk terjadinya gastritis.Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis
akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis).
Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul ( ulkus )pada
lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang,
gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh
dengan pengobatan. Maka kelompok sebagai tim kesehatan khususnya
perawat mengangkat masalah perawatan penyakit gastritis. Berdasarkan uraian
diatas kelompok akan memaparkan asuhan keperawatan pada klien dengan
gastritis sebagai judul makalah ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan konsep dan asuhan keperawatan pada
Gastritis .
1
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
penyakit gastritis
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada pasien dengan
penyakit gastritis
3. Mahasiswa mampu melakukan intervensi pada pasien dengan penyakit
gastritis
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada pasien dengan
penyakit gastritis
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan penyakit
gastritis
6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada pasien dengan
penyakit gastritis
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan.
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta
Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492).
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung ( Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah ,Edisi Kedelapan hal 1062).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local
(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga
diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
3
2.2 Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 .....
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak, terutama di daerah epigaster
(Drs.H.syaifuddin, hal : 171).
Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan denngan
esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan
pankreas dan limpha, menempel d sebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari :
1. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas, terletak sebelah kiri
osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas
2. Corpus ventrikuli setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian
bawah kurvatura minor.
3. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot
yang tebal membentuk sfingter pilorus.
4. Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari
osteum kardiak sampai ke pilorus.
4
5. Kurvatura mayor, lebih panjang daripada kurvatura minor , terbentang
dari sisi kiri osteum kardiak melalu fundus ventrikuli menuju ke kanan
sampai ke pilorus inferior. ligamentum gastrolianalis terbentang dari
bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpha.
6. Osteum kardiak merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk
ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pylorik.
Susunan lapisan dari dalam ke luar, terdiri dari :
1. Lapisan selaput lendir, apabila lambung ini di kosongkan, lapisan ini
akan berlipat-lipat yang disebut Rugae.
2. Lapisan otot melingkar(musculus aurikularis).
3. Lapisan otot miring(muskulus obliqus).
4. Lapisan otot panjang(muskulus longitudinal).
5. Lapisan jaringan ikat / serosa (peritoneum)
Fungsi lambung :
1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan
oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
2. Getah cerna lambung dihasilkan
a. Pepsin, berfungsi memecah fingsi telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton).
b. Asam garam (HCl) fungsinya mengasamkan makanan, sebagai
antiseptik dan desinfektan,dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c. Renin fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasien dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d. Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemah menjadi asam
lemak yang merangsang sekresi getah lambung.
5
2.3 Klasifikasi Gastritis
Gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Gastritis Akut
Astritis akut adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosive. erosif maksudnya kerusakan
yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. Sering
disebut juga tukak beban/tukak stress sebagai reaksi pada permukaan
mukosa lambung akibat iritasi (alkohol, aspirin,NSAID,lisol,reflux
empedu, cairan pancreas).
Jenis gastritis akut :
Gastritis Eksogen akut
Dibagi menjadi : gastritis eksogen dan gastritis akut korosif bersifat
korosif karena obat dan bahan kimia.
Gastritis endogen akut
Dibagi menjadi : gastritis infeksiosa akut (disebabkan karena
toksin/bakteri dalam darah dan masuk ke jantung dan gastritis
flegmans akut (proses inflamasi bersifat purulen di dinding
lambung).
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori
(Brunner dan 2 Suddart, 2000, hal :188).
Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe
B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan
penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi
produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
6
Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.4 Etiologi
1) Gastritis Akut
Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin
Bahan kimia misalnya lysol
Merokok
Alkohol
Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal pernapasan, gagal ginjal, kerusakan susunan
saraf pusat
Refluks usus lambung
Endotoksin
Makan terlalu banyak
Makan terlalu cepat
Makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikrooganisme, dan terapi radiasi.
2) Gastritis kronis
H.pylory
Helicobacter heilmannnii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
Infeksi parasit
Infeksi virus
Gastropati
2.5 Manifestasi Klinis
Pada gastritis akut :
a) Ketidaknyamanan
b) Sakit kepala
c) Malas
d) Mual
7
e) Anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan.
Pada gastritis kronik :
a) Anoreksia
b) Nyeri ulu hati setelah makan
c) Kembung
d) Rasa asam di mulut
e) Mual dan Muntah
2.6 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun
asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf
simpatis NV (Nervus Vagus) yang akan meningkatkan produksi asam
klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat
kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi
mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung
karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel
mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi
HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung
akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
8
Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel
mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga
erosi menghilang dalam menghilang 24-48 jam setelah pendarahan.
2. Gastritis Kronis
Helicobacter Pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi
sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi
kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme
pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa
gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat
mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi
karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang
pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga
akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa.
Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan. (Price,
Sylvia dan Wilson,Lorraine, 1999 : 162)
9
2.7 Patoflow
10
11
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir
dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang
terjadi perforasi.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat
terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
12
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang
13
menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
h. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
2.10 Penatalaksanaan
1. Medik
a) Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2).
Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan
alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur
sekresi asam lambung.
b) Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid,
antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
2. Keperawatan
a) Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alcohol sampai gejala berkurang. Bila pasien
mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
Bila pendarahan terjadi maka penatalaksanaannya adalah serupa
14
dengan prosedur yang dilakukan hemoragi saluran
gastrointestinal. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna
makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasi agen penyebab
b) Gastritis kronik
Diatasi dengan memodifikasi diet pasien meningkatkan istirahat
mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien:
a) Nama
b) Usia
c) Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
d) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
e) Alamat
f) Suku/bangsa
g) agama
h) Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan
rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka
akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap
gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
i) Riwayat sakit dan kesehatan
Keluhan utama
Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit dahulu
3.1.2 Observasi dan Pemeriksaan fisik
a. Keadaan avrium baik
b. vital sign
- suhu
- temperature
- nadi
- tekanan darah
16
c. Pola aktifitas sehari – hari
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap
aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala :- hipotensi (termasuk postural
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan
status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan
dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi Bunyi usus : sering
hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea).
Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
17
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit
buruk (perdarahan kronis)
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,
kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari
agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan
koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai
tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan
dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri
sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam
setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan
atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal
atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
18
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan
perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma
kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan
yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.
d. Pemeriksaan laboratorium
- pemeriksaan darah
- pemeriksaan feses
- pemeriksaan pernafasan
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
output cair yang berlebih ( mual dan muntah ).
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
5. Ansietas berhubungan dengan adanya nyeri, muntah darah
19
3.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa
lambung.
- Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri klien
- Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri berkurang
- Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri klien dapat mempermudah
dalam memberikan tindakan keperawatan.
2. Hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa
lambung.
Rasional : Membatasi/menghindari makanan yang dapat mengiritasi
lambung, menurunkan resiko pendarahan gaster/ulkus pada beberapa
individu.
3. Gunakan teknik relaksasi.
Rasional : Teknik relaksasi dengan mengalihkan perhatian pasien dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
4. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
Rasional : Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus
internal.
5. Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan menghubungkan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
Rasional : Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi
nyeri dan dapat membantu mengembangkkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
anorexia.
- Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi
20
- Kriteria Hasil : Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal,
tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bisin usus normal.
- Intervensi
1. Reduksi stress dan farmakoterapi seperti cytoprotective agent,
penghambat pompa proton, anatasida
Rasional : Stress menyebabkan peningkatan produksi asam lambung,
untuk klien dengan gastritis penggunaan penghambat pompa proton
membantu untuk mengurangi asam lambung dengan cara menutup
pompa asam dalam sel lambung penghasil asam. Kemudian untuk
penggunaan cytoprotective agent membantu untuk melindungi jaringan
yang melapisi lambung dan usus kecil. pada klien dengan gastritis
antasida berfungsi untuk menetralisir asam lambung dan dapat
mengurangi rasa sakit.
2. Koloborasi transfusi albumin.
Rasional : Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam
darah kembali normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.
3. Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi
Rasional : Pemasukan individu dapat dikalkulasikan dengan berbagai
perhitungan yang berbeda, perlu bantuan dalam perencanaan diet yang
memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Tambahan vitamin seperti B12.
Rasional : Mencegah terjadinya anemia.
5. Batasi makanan yang menyebabkan peningkatan asam lambung
berlebih, dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah tentang
makan diet.
Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut
makanan yang menyebabkan terjadinya gejala.
6. Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi.
Rasional : Program ini mengistirahatkan saluran pencernaan sementara ,
dan memenuhi nutrisi sangat penting dan dibutuhkan.
21
Diagnosa Keperawatan 3. : Defisit volume cairan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan
muntah ).
- Tujuan :
Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
- Kriteria Hasil :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa
bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda,
input dan output seimbang.
- Intervensi
1. Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum
( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
Rasional : Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko
dehidrasi pasien.
2. Pantau masukan dan keluaran cairan setiap hari
Rasional : Haluan dan masukan cairan setiap hari dipantau untuk
mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi.
3. Pantau nilai elektrolit
Rasional : Nilai elektrolit perlu dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi
indikator awal ketidakseimbangan.
4. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan dalam fase segera.
5. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan
membran mukosa.
Rasional : Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan
untuk peningkatan penggantian cairan.
6. Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
Rasional : Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat
sekresi asam lambung
22
Diagnosa Keperawatan 4 : Kurang pengetahuan tentang penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi.
- Tujuan : Informasi tepat dan efektif.
- Kriteria Hasil :Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.
- Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat
kecemasan kelelahan umum, pengetahuan pasien sebelumnya, dan
suasana yang tepat).
Rasional : keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan
fisik, emosional, dan lingkungan yang kondusif.
2. Tinjau ulang keadaan penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan pada klien berdasarkan informasi.
3. Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis sampai menimbulkan
keluhan pada pasien.
Rasional : pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga
rencana penyuluhan dapat bersifat individual
4. Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan
Rasional : meningkatkan partisipasi pasien dalam program pengobatan
dan mencegah klien untuk kontak kembali dengan agen iritan lambung
5. Hindari dan beri daftar agen-agen iritan yang menjadi predisposisi
timbulnya keluhan
Rasional : pasien diberi daftar agen-agen iritan untuk dihindari (missal :
kafein, nikotin, bumbu pedas, pengiritasi atau makanan sangat
merangsang, dan alcohol).
Diagnosa keperawatan 5 : Ansietas berhubungan dengan adanya nyeri,
muntah darah
- Tujuan : secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang
- Kriteria hasil :
23
Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat
Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan dibawah
standar
- Intervensi :
1. Monitor respons fisik,seperti kelemahan, perubahan tanda vital,
serta gerakan yang berulang-ulang ;catat kesesuaian respons
verbal dan nonverbal selama komunikasi.
Rasional : digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat
kesadaran atau konsentrasi, khususnya ketika melakukan
komunikasi verbal
2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan rasa takut nya.
Rasional : memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi,
kejelasan dari rasa takut, dan mengurangi kecemasan yang
berlebihan
3. Catat dari pasien atau keluarga, berikan kesempatan untuk
mendiskusikan perasaan/konsentrasinya, serta harapan masa
depan
Rasional : respons dan kecemasan anggota keluarga terhadap apa
yang terjadi, dapat disampaikan kepada perawat.
4. Anjurkan aktivitas pengalihan perhatian sesuai kemampuan
individu, seperti menulis, menonton TV, dan keterampilan
tangan
Rasional : sejumlah aktivitas atau keterampilan baik sendiri
maupun dibantu selama melakukan rawat inap dapat menurunkan
tingkat kebosanan yang dapat menjadi stimulus kecemasan.
5. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan sesuai tingkat
pemahaman pasien.
Rasional : Dengan mengetahui prosedur dan pengobatan klien
dapat mempersiapkan diri baik fisik maupun mental.
24
3.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh
perawat bersama klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana.
Setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan tehnik, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan pisikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupaya pencatatan dan pelaporan.
(Nursalam,2000).
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
(Setiawan dan Dermawan, 2008, hal 47).
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
1. Gangguan rasa nyeri berkurang
2. kebutuhan nutrisi teratasi
3. keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
4. pengetahuan klien bertambah
5. klien tidak lagi mengalami ansietas
25
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma
fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit
dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat
menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara
satu dengan yang lainnya
6.2 Saran
Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai
perawat diharapkan mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang
penyakit Gastritis seperti etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan
lainnya, serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang menderita
Gastritis tersebut agar gangguan pada daerah lambung ini dapat teratasi
dengan baik.
26