bab 1 pene kel 3 rev
TRANSCRIPT
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kejadian obesitas di seluruh dunia telah mencapai tingkatan yang membahayakan.
Menurut database WHO tahun 2008, disebutkan bahwa penderita obesitas laki – laki dan
perempuan dengan IMT lebih dari sama dengan 30 di beberapa Negara maju seperti Australia
berkisar 25,1%, Kanada 24,3%, Republik Korea 7,3%, Amerika Serikat 31,8%. Sedangkan di
beberapa negara berkembang seperti Bahrain32,6% dan Brazil sebesar 19,5%.1
Menurut laporan nasional RISKESDAS tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan
dewasa (lebih dari 18 tahun) 32,9%, naik 18,1% persen dari tahun 2007 (13,9%), dan 17,5%
dari tahun 2010 (15,5%). Prevalensi obesitas pada wanita dewasa ini lebih tinggi
dibandingkan obesitas pada laki – laki dewasa tahun 2013 yaitu 19,7%. Tiga belas provinsi
dengan prevalensi obesitas di atas prevalensi nasional, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Aceh,
Papua Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, Maluku Utara, DKI
Jakarta, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Gorontalo dan Sulawesi Utara.2
Menurut laporan RISKESDAS dalam angka Provinsi DKI Jakarta tahun 2013,
prevalensi obesitas pada wanita dewasa di DKI jakarta adalah 26,2% dengan rincian obesitas
pada Kepulauan Seribu 33,4%, Jakarta Selatan 28,7%, Jakarta Timur 32,6%, Jakarta Pusat
27,0%, Jakarta Barat 19,7%, dan Jakarta Utara 21,5%.3
Meningkatnya prevalensi obesitas ini akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular, penyakit metabolik, penyakit karsinoma, dan respirasi.4
Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya genetik, frekuensi makan,
aktivitas fisik, lingkungan dan sosial budaya, psikis, usia, pemakaian suatu jenis konntrasepsi
hormonal tertentu, dan lamanya pemakaian suatu kontrasepsi.5
Menurut BKKBN tahun 2011, wanita usia subur adalah wanita usia 18 -49 tahun
dengan keadaan organ reproduksi berfungsi dengan baik, baik status belum kawin, kawin,
maupun janda. Sedangkan menurut Depkes tahun 2009, wanita usia subur adalah wanita usia
15- 49 tahun degan keadaan organ reproduksi berfungsi dengan baik, baik status belum
kawin, kawin atau janda. Wanita usia subur inilah yang menjalankan program KB dengan
menggunakan kontrasepsi.6
Banyak alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengendalikan kehamilan. Mulai dari
cara alami tanpa menggunakan alat, seperti sistem kalender atau pantang berkala, metode
amenore laktasi (MAL), hingga menggunakan alat seperti kondom, alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR), suntik, pil, implan.7
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 2012), pemakaian
kontrasepsi semua cara di antara wanita kawin di Indonesia telah meningkat dari 61 % pada
tahun 2007 menjadi 62 %. Pemakaian kontrasepsi modern di antara wanita kawin umur 15-49
tahun juga meningkat dari 57 % menjadi 58 %. Di antara cara KB modern, cara KB yang
paling banyak digunakan wanita berstatus kawin adalah suntikan dan pil (masing-masing
32% dan 14 %). Peserta KB IUD mengalami penurunan selama 20 tahun, dari 13 % tahun
1991 menjadi 4 % tahun 2012. Sebaliknya peserta KB suntikan mengalami peningkatan, dari
12 % tahun 1991 menjadi 32 % tahun 2012. Sementara itu, peserta KB pil merupakan metode
yang banyak digunakan pada SDKI tahun 1991, dan pada SDKI tahun 1994, suntikan
merupakan metode yang banyak digunakan sejak tahun 1997.8
Menurut penelitian yang dilakukan Lee, et al tahunn 2009 memperlihatkan kenaikan
berat badan yang signifikan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. Kenaikan berat badan
terjadi sekitar 3,0 kg selama 12 bulan hingga 9,4 kg selama 18 bulan.9
Menurut penelitian di Kota Banda Aceh tahun 2015, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara lama pemakaian dan jenis kontrasepsi hormonal dengan
obesitas.9
Sedangkan hal yang bertentangan dikemukakan pada penelitian di Kecamatan Singkil
Manado tahun 2012, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama dan
penggunaan metode kontrasepsi hormonal dengan obesitas.10
Pada lokasi tempat penelitian ini, belum diketahui hubungan antara lamanya
penggunaan kontrasepsi hormonal dan faktor lainnya dengan obesitas pada akseptor KB.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan masalah penelitian berupa:
1. Menurut laporan nasional RISKESDAS 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa
32,9%.
2. Menurut laporan RISKESDAS dalam angka Provinsi DKI Jakarta tahun 2013,
prevalensi obesitas di DKI Jakarta adalah 26,2% dengan daerah yang paling tinggi
adalah Kepulauan Seribu (33,4%).
3. Menurut Depkes tahun 2009, wanita usia subur adalah wanita berusia 15 – 49 tahun
yang termasuk dalam kategori wanita dewasa.
4. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, pemakaian alat
kontrasepsi semua cara meningkat menjadi 62% dengan cara KB yang paling banyak
adalah suntik (32%) dan pil (14%).
5. Menurut penelitian di kota Banda Aceh tahun 2015, terdapat hubungan antara lama
pemakaian dan jenis kontrasepsi terhadap obesitas.
6. Menurut penelitian di Kecamatan Singkil Manado, menunjukkan tidak ada hubungan
antara lama dan penggunaan metode kontrasepsi hormonal dengan obesitas.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara lama penggunaan suatu metode kontrasepsi
hormonal dan faktor lainnya dengan obesitas pada akseptor Keluarga Berencana di
Kelurahan Jelambar 2.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya rata - rata indeks massa tubuh akseptor keluarga berencana di
Kelurahan Jelambar 2.
2. Diketahuinya rata – rata lama pemakaian suatu metode kontrasepsi hormonal dan
usia pada akseptor keluarga berencana di Kelurahan Jelambar 2.
3. Diketahuinya sebaran kejadian obesitas pada akseptor keluarga berencana di
kelurahan Jelambar 2.
4. Diketahuinya sebaran lamanya menggunakan suatu metode kontrasepsi hormonal
di Kelurahan Jelambar 2.
5. Diketahui sebaran penggunaan jenis metode kontrasepsi hormonal, usia, frekuensi
makan, aktivitas fisik, sosial budaya pada akseptor Keluarga Berencana di
Kelurahan Jelambar 2.
6. Diketahuinya hubungan kejadian obesitas dengan lamanya penggunaan suatu
metode kontrasepsi hormonal pada akseptor KB di Kelurahan Jelambar 2.
7. Diketahuinya hubungan kejadian obesitas dengan jenis metode kontrasepsi
hormonal, usia, frekuensi makan, aktivitas fisik, sosial budaya pada akseptor KB
di Kelurahan Jelambar 2.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti
1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang dipelajari pada saat kuliah untuk
merumuskan dan memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
2. Sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan diharapkan penelitian
ini akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang hubungan lamanya
suatu metode kontrasepsi hormonal dan faktor lainnya dengan kejadian obesitas
pada akseptor KB di Kelurahan Jelambar 2.
3. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.
4. Menimbulkan dan mengembangkan daya nalar, minat, kemampuan, dan
pengetahuan dalam bdang penelitian.
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi
1. Sebagai salah satu perwujudan Tridarma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan
fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
2. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana sebagai masyarakat ilmiah dalam
peran serta dan fungsinya di bidang kesehatan.
3. Meningkatkan rasa saling pengertian dan kejersama antara mahasiswa dan staf
pengajar.
1.4.3 Manfaat bagi Puskesmas
1. Sebagai salah satu masukan untuk bahan informasi bagi petugas kesehatan dalam
melaksanakan penyuluhan dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.
2. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya di
Puskesmas.
1.4.4 Manfaat bagi Masyarakat
1. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai pengaruh lamanya pemakaian suatu
metode kontrasepsi hormonal dan faktor lainnya terhadap kejadian obesitas.