bab 2 landasan teori 2.1 manajemen -...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
Menurut Stoner (1982, p31), manajemen adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi
dan menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi
yang sudah ditetapkan.
1. Perencanaan (planning) adalah kegiatan memikirkan dengan matang
terlebih dahulu sasaran dan tindakan berdasarkan beberapa metode,
rencana, dan logika, bukan berdasarkan perasaan.
2. Pengorganisasian (organizing) adalah proses mempekerjakan dua orang
atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai
sasaran spesifik atau beberapa sasaran.
3. Memimpin (leading) adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau
seluruh organisasi.
4. Pengendalian (controlling) adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktifitas yang direncanakan.
Menurut Gibson (1997, p8), manajemen adalah proses yang dilakukan
oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktifitas lain
untuk mencapai hasil-hasil yang tidak mungkin dicapai oleh individu itu sendiri.
8
Jadi manajemen dapat diartikan sebagai sebuah proses pengaturan
berbagai hal dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2.1.1 Efisiensi dan Efekifitas
Menurut Stoner (1982, p31), efisiensi adalah kemampuan untuk
meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi :
“melakukan dengan tepat”. Sementara yang dimaksud dengan efektifitas
adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai : “melakukan
hal tepat”.
2.2 Teknologi Informasi
Menurut Alter (1999, p42), Teknologi Informasi (TI) merupakan
perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh sistem informasi.
Perangkat keras itu sendiri merupakan sekumpulan perangkat fisik yang terlibat
dalam pengelolaan, seperti komputer, workstation, peralatan jaringan, tempat
penyimpanan data, dan peralatan transmisi. Piranti lunak merupakan program
komputer yang mengintepretasikan masukan dari pengguna dan memberitahukan
kepada komputer hal-hal yang harus dilakukan.
2.2.1 Manfaat Teknologi Informasi
Manfaat Teknologi Informasi dapat diartikan sebagai suatu
keuntungan, sesuatu yang dihasilkan dengan bantuan dari komputer dan
9
komunikasi dimana sebuah perusahaan akan bersedia untuk membangunnya.
(Remenyi, 1995, p40)
Menurut Remenyi (1995, p41), manfaat TI dapat dibedakan dalam dua
kategori yaitu manfaat yang dapat dijamah (tangible) dan manfaat yang tidak
dapat dijamah (intangible).
Manfaat yang bersifat dapat dijamah adalah manfaat yang secara
langsung mempengaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan
manfaat yang bersifat tidak dapat dijamah adalah manfaat yang dapat
memberikan pengaruh positif dari bisnis yang dilakukan perusahaan, tetapi
tidak secara langsung mempengaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan.
2.3 Strategi
Menurut Pendapat Pearce dan Robinson (1997, p35), strategi umum
adalah rencana umum dan menyeluruh tentang tindakan-tindakan utama yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai sasaran jangka panjangnya dalam
suatu lingkungan dinamik.
Menurut pendapat Grant (2002, p6), strategi dapat dianggap sebagai
sesuatu yang heuristik, yaitu sejumlah petunjuk atau peraturan yang membantu
pengambilan keputusan sehari-hari. Strategi diibaratkan seperti antar muka
antara perusahaan dan lingkungan industrinya.
Jadi strategi dapat disimpulkan sebagai alat yang digunakan perusahaan,
yang bersifat dinamis dalam menghadapi pengaruh lingkungan guna mencapai
tujuan organisasi atau perusahaan.
10
2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy)
Dalam setiap bidang, peranan strategi menjadi salah satu faktor yang
menentukan kesuksesan atau kegagalan perusahaan. Karena strategi sebagai
acuan dasar perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya dan dalam
menghadapi persaingan bisnis yang yang semakin ketat. Menurut pendapat
Porter (1994, p1) strategi bersaing adalah fundamental tempat persaingan
terjadi. Strategi bersaing bertujuan untuk menentukan persaingan industri.
Sedangkan menurut Hunger dan Wheelan (2001, p45) strategi bersaing
adalah strategi bisnis yang berfokus pada peningkatan posisi bersaing produk
dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani
perusahaan dan mengatasi masalah bagaimana perusahaan dan unit-unitnya
dapat bersaing dalam bisnis dan industri.
2.4 Manajemen Strategi Dalam Perusahaan
Peranan strategi di dalam suatu perusahaan sangatlah penting dan
menentukan dalam pengoperasian bisnis perusahaan. Suatu perusahaan tanpa
strategi dapat diibaratkan sebagai sebuah kapal tanpa kemudi. Untuk
mempertahankan eksistensinya setiap perusahaan harus menerapkan manajemen
strategi yang dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan usaha. Strategi ini
diformulasikan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
demi tercapainya tujuan perusahaan. Dengan manajemen strategi ini ditetapkan
sasaran jangka panjang perusahaan serta langkah-langkah jangka pendek yang
harus dilakukan demi tercapainya tujuan perusahaan tersebut.
11
Manajemen strategi itu sendiri dapat disimpulkan sebagai beberapa
keputusan dan tindakan-tindakan yang menghasilkan perumusan dan
implementasi dari rencana-rencana perusahaan yang dirancang untuk mencapai
tujuan dan sasaran perusahaan.
Berdasarkan pendapat Fred E. David (1997, p5), proses manajemen
strategi perusahaan terbagi atas tiga tahap yaitu:
1. Memformulasikan strategi
Dalam tahap ini ditetapkan misi dari bidang usaha, peluang, dan
ancaman eksternal terhadap organisasi, mengindentifikasikan kekuatan
dan kelemahan perusahaan, menetapkan sasaran jangka panjang,
mengembangkan alternatif strategi serta pemilihan strategi.
2. Penerapan strategi
Dalam tahap ini diterapkan sasaran jangka pendek, kebijakan-
kebijakan perusahaan, usaha memotivasi karyawan, dan pengalokasian
sumber daya sesuai dengan kebutuhan organisasi. Tahap penerapan
strategi adalah tahap yang paling penting dalam manajemen strategi,
namun juga yang paling sukar untuk dilaksanakan. Untuk menjamin
keberhasilan dalam penerapan strategi, diperlukan komitmen yang kuat
terutama dari lapisan atas perusahaan juga keahlian serta pengalaman dari
segenap pihak di dalam perusahaan.
12
3. Evaluasi strategi
Tahap evaluasi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategi.
Pada tahap ini suatu strategi dinilai, sudah berjalan baik atau masih
memerlukan perbaikan.
Dalam melakukan evaluasi strategi, pemeriksaan dilakukan terhadap:
1. Kondisi internal maupun eksternal yang digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan strategi tersebut. Hal ini terutama untuk melihat
apakah asumsi yang digunakan masih layak dan sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dalam lingkungan perusahaan.
2. Pengukuran terhadap hasil yang sudah dicapai dari penerapan strategi
yang bersangkutan dan selanjutnya dibandingkan dengan target yang
ingin dicapai.
3. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Pada prakteknya tahap-tahap di atas hampir tidak dapat dipisahkan. Tidak
terdapat batas yang jelas mengenai tahap saat suatu perusahaan sedang
melakukan manajemen strateginya. Lebih sulit lagi, proses di atas juga
berlangsung secara berkesinambungan sesuai dengan perubahan yang terjadi
dalam lingkungan usaha perusahaan. Hal yang pasti adalah penerapan
manajemen strategi yang tepat akan membuahkan keunggulan daya saing yang
tinggi bagi perusahaan.
13
2.5 Lima Kekuatan Bersaing Porter
Menurut Michael E. Porter (1994, p4), terdapat lima kekuatan yang
memiliki pengaruh terhadap persaingan industri. Untuk dapat memenangkan atau
setidaknya dapat bertahan dalam persaingan industri, suatu perusahaan perlu
untuk menyusun strategi dalam menghadapi lima kekuatan tersebut. Untuk itu
perusahaan perlu mengetahui bagaimana cara kerja dan pengaruh kekuatan-
kekuatan tersebut
Gambar 2.1. Lima kekuatan yang memiliki pengaruh terhadap persaingan
industri menurut Porter. (1994, p5)
Pesaing Industri
Persaingan di Antara Perusahaan Yang Ada
Pendatang Baru
Pemasok Pembeli
Produk Pengganti
Ancaman Pendatang Baru
Kekuatan Pertawaran Pembeli
Kekuatan Pertawaran Pemasok
Ancaman Produk atau Jasa Pengganti
Perintang Masuk
14
a. Ancaman pendatang baru
Pendatang baru dalam suatu jenis industri harus diwaspadai karena dengan
adanya pendatang baru berarti akan terjadi pengurangan pangsa pasar yang
sudah dikuasai.
Besarnya ancaman pendatang baru ini berbanding lurus dengan hambatan
untuk masuk ke dalam kancah persaingan (entry barrier) dan reaksi dari
peserta persaingan yang sudah ada. Jika hambatan masuk tinggi dan terjadi
perlawanan sengit dari peserta persaingan yang sudah ada, maka calon
pendatang baru bukanlah akan menjadi ancaman yang serius.
b. Daya tawar-menawar pemasok
Kekuatan daya tawar-menawar pemasok adalah hal berikutnya yang perlu
diwaspadai. Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan daya tawar-menawarnya
terhadap anggota industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas
barang atau jasa yang dipasoknya.
Hal ini dapat menyebabkan turunnya laba perusahaan yang disebabkan oleh
ketidakmampuan perusahaan untuk mengimbangi kenaikan harga produknya
sendiri dengan kenaikan biaya.
Selanjutnya, pemasok yang kuat juga dapat melakukan ekspansi usaha ke
depan, yang berarti menjadi pendatang baru dalam industri.
c. Daya tawar-menawar pembeli
15
Pembeli pun harus diwaspadai mengingat kekuatan tawar-menawar dari
pembeli dapat menurunkan harga produk, menciptakan tuntutan akan kualitas
produk yang lebih tinggi, dan bahkan memicu persaingan yang tidak sehat di
kalangan pelaku industri (misalnya: perang harga). Yang jelas semua kondisi
tersebut dapat menurunkan laba perusahaan.
d. Ancaman dari produk atau jasa pengganti
Produk atau jasa pengganti seringkali juga menjadi ancaman yang serius bagi
perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat memberikan nilai tambah, jika
dibandingkan dengan produk atau jasa pesaing, terhadap produk atau jasa
yang dihasilkannya maka perusahaan juga akan terancam posisinya.
e. Persaingan di antara sesama pelaku industri
Persaingan yang terjadi di antara sesama pelaku industri akan menjadi
berbahaya jika peserta persaingan menggunakan cara-cara yang tidak etis
untuk memenangkan persaingan. Misalnya seperti, pembajakan tenaga ahli,
sabotase, dan lain sebagainya.
Perintang Masuk (Entry Barier)
- Skala Ekonomis
- Diferensiasi Produk
- Identitas merek
- Biaya beralih pemasok
- Kebutuhan modal
- Akses kejaringan distribusi
- Keunggulan biaya absolut
- Kurva pengalaman
- Akses kemasukan yang
diperlukan
16
- Desain produk biaya rendah
- Kebijakan pemerintah
- Perlawanan dari perusahaan
yang ada
Faktor Persaingan Industri
- Biaya tetap
- Kelebihan kapasitas
intermiten
- Diferensiasi produk
- Identitas merek
- Biaya beralih pemasok
- Konsentrasi dan keseimbangan
- Kompleksitas informasi
- Ragam pesaing
- Taruhan korporasi
- Hambatan keluar
Penentu Kekuatan Pemasok
- Diferensiasi masukan
- Biaya beralih pemasok dari
pemasok dan perusahaan
dalam industri
- Adanya masukan subsitusi
- Konsentrasi pemasok
- Pentingnya volume
penjualan bagi pemasok
- Biaya relatif terhadap
pembelian total dalam
industri
- Ancaman integrasi kedepan
relatif terhadap ancaman
integrasi kebelakang
- Dampak masukan terhadap
biaya atau diferensiasi
perusahaan
17
Faktor Penentu Kekuatan Pembeli
Penentu Posisi Tawar Menawar
- Konsentrasi pembeli dibandingkan dengan konsentrasi perusahaan
- Volume pembeli
- Biaya beralih pemasok dari pembeli relatif terhadap biaya beralih
pemasok dari perusahaan
- Informasi pembeli
- Kemampuan melakukan integrasi balik
- Produk subsitusi
- Pull-through (daya tarik)
Kepekaan Harga
- Harga/Total pembelian
- Diferensiasi produk
- Identitas merek
- Dampak atas mutu atau kinerja
- Laba pembeli
- Insentif pengambil keputusan
Faktor Penentu Ancaman Produk Subsitusi
- Harga dan kinerja produk subsitusi
- Biaya beralih pemasok
- Kecenderungan pembeli terhadap produk subsitusi
18
2.6 Analisis SWOT
Pengertian SWOT menurut Rangkuti (2002, p18-19), analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Perencanaan strategis (strategic planning) harus menganalisis
faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut analisis situasi. Model yang
paling populer untuk analisis situasi adalah SWOT. SWOT merupakan singkatan
dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang),
dan Threats (ancaman).
Strengths (kekuatan)
Kekuatan adalah sumber, keahlian, atau keuntungan relatif lainnya
bagi pesaing dan kebutuhan pasar akan pelayanan perusahaan. Kemampuan
khusus memberikan keuntungan relatif bagi perusahaan dipasaran.
Kemungkinan, kekuatan memiliki hubungan dengan sumber-sumber
keuangan, pemimpin pasar, hubungan pembeli atau penyalur, dan faktor lain.
Weaknesses (kelemahan)
Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan pada sumber,
keahlian, dan kemampuan yang secara serius menghalangi keberhasilan
pelaksanaan. Fasilitas, sumber keuangan, kemampuan manajemen, dan
keahlian pemasaran dapat menjadi salah satu sumber kelemahan.
19
Opportunities (peluang)
Suatu peluang adalah situasi paling menguntungkan dalam lingkungan
suatu perusahaan. Kecenderungan adalah salah satu sumber peluang.
Identifikasi tanpa melihat segmen pasar yang terdahulu, perubahan dalam
persaingan atau pengaturan keadaan, perubahan teknologi, dan mempertinggi
pembelian atau hubungan penyalur dapat menggambarkan peluang bagi
perusahaan.
Threats (ancaman)
Ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan
dalam tingkat tertentu. Ancaman merupakan halangan utama yang berlaku
untuk semua perusahaan atau posisi yang diinginkan. Masuknya pesaing
baru, pertumbuhan pasar yang lambat, peningkatan daya tawar menawar dari
pembeli atau penyalur, perubahan teknologi, dan perubahan pengaturan dapat
menggambarkan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.
Jadi posisi relatif perusahaan terletak pada kuadran ke berapa, dilihat dari
titik (x,y) pada diagram SWOT adalah seperti dibawah ini
20
B e rb a g a i p e lu a n g
K e le m a h a n u ta m a K e k u a ta n in te rn a l
B e rb a g a i a n c a m a n
1 . m e n d u k u n g s tra te g i a g re s if3 . m e n d u k u n g s tra te g i tu rn -a ro u n d
4 . m e n d u k u n g s tra te g i d e fe n s if 2 . m e n d u k u n g s tra te g i d iv e rs if ik a s i
Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT, menurut Rangkuti (2002, p19)
Kuadran 1 : Situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
oriented strategy).
Kuadran 2 : Menghadapi berbagai ancaman. Perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi produk atau pasar.
Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, namun
organisasi juga menghadapi beberapa kendala atau kelemahan
internal. Fokus strategi organisasi ini adalah meminimalkan
21
masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut
peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : Situasi yang sangat tidak menguntungkan. Organisasi tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Menurut Rangkuti (2002, p22-25,31), model yang digunakan dalam
mengumpulkan data sebagai salah satu tahapan perencanaan strategis adalah :
1) Matrik Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, perlu diketahui terlebih
dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara menentukan
Faktor Strategi Eksternal / External Strategic Factor Analysis Summary
(EFAS):
a) Susunan dalam kolom pertama ancaman dan peluang
b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom kedua, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)
c) Hitung rating dalam kolom ketiga untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor)
d) Kalikan bobot dalam kolom kedua dengan rating dalam kolom ketiga,
untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom keempat
e) Jumlahkan skor pembobotan dalam kolom keempat untuk memperoleh
total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Tujuan untuk
membandingkan perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya.
22
2) Matrik Faktor Strategi Internal
Sebelum membuat matrik faktor strategi internal, perlu diketahui terlebih
dahulu faktor strategi internal (IFAS). Berikut ini adalah cara menentukan
Faktor Strategi Internal/Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS):
a) Susunan dalam kolom pertama kekuatan dan kelemahan
b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom kedua, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)
c) Hitung rating dalam kolom ketiga untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor)
d) Kalikan bobot dalam kolom kedua dengan rating dalam kolom ketiga,
untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom keempat
e) Jumlahkan skor pembobotan dalam kolom keempat untuk memperoleh
total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Tujuan untuk
membandingkan perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya
f) Matrik SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan.
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya.
23
Tabel 2.1 Analisis Matrik SWOT, menurut Rangkuti (2002, p31)
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
Ciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan
peluang
THREATS (T)
STRATEGI ST
Ciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
2.7 Analisa Rantai Nilai (Value Chain Analysis)
Menurut Callon (1996, p47-48), model rantai nilai (value chain) ini
berfokus pada bagian internal organisasi. Model tersebut dikembangkan sebagai
sebuah metode sistematik untuk memeriksa semua aktifitas yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan dan cara aktifitas-aktifitas tersebut berinteraksi satu dengan
yang lainnya sebagai salah satu dasar untuk melakukan analisis sumber
24
keunggulan bersaing. Tingkat yang relevan untuk menyusun sebuah rantai nilai
adalah aktifitas-aktifitas dari sebuah perusahaan dalam sebuah industri tertentu.
Pelayanankonsumen
Penjualdan
distribusiPemasaran
Produksidan
manufaktur
EngineeringStudi pasar
danpengembangan
Gambar 2.3 Rantai nilai perusahaan, menurut Callon (1996, p48)
Model yang sederhana berfokus pada aliran dari sebuah produk baru oleh
industri manufaktur. Ketiga point utama perlu ditetapkan berkenaan dengan
penggunaan rantai nilai dalam menetapkan proses dari produk baru ini.
Pertama, gambar yang ditunjukkan oleh gambar 2.3 belum lengkap. Gambar
tersebut belum dapat menunjukkan tujuan utama dari konsep keseluruhan, yaitu
menyediakan nilai bagi customer.
Kedua, konsep rantai nilai mengatakan bahwa produk atau layanan
melalui lebih dari suatu fungsi dalam suatu organisasi. Dalam sebuah perusahaan
manufaktur, mereka memulai penelitian dan berlanjut ke pengembangan produk,
engineering, produk dan manufaktur, pemasaran, penjualan dan distribusi, serta
pelayanan konsumen. Tujuannya memaksimalkan aktifitas penambahan nilai
sambil meminimalkan aktifitas yang tidak menambah nilai ke produk di mata
pelanggan. Mungkin kelihatannya tidak masuk akal bagi sebuah perusahaan
untuk melanjutkan aktifitas yang tidak memberikan kontribusi nilai bagi
konsumen, tetapi ada beberapa prosedur dan kontrol internal penting yang tidak
memenuhi kriteria. Jika aktifitas tersebut tidak dapat di eliminasi, alternatif
Penjualan dan
Distribusi
25
terbaik selanjutnya adalah untuk meminimalkan aktifitas yang tidak memberikan
nilai bagi konsumen. Sebuah tantangan dalam menggunakan rantai nilai adalah
untuk memvalidasi fakta yang meningkatkan nilai pada suatu fungsi dari suatu
organisasi yang menghasilkan nilai bagi konsumen.
Ketiga, yang perlu dipertimbangkan atas rantai nilai melibatkan
penetapan sasaran departemen. Adalah merupakan hal yang umum bagi
perusahaan menengah atau besar untuk memiliki fungsi-fungsi atau departemen-
departemen yang menetapkan sasaran dan pengukuran yang berkenaan dengan
tanggung jawab.
Setiap perusahaan dapat dilihat sebagai sekumpulan dari nilai kegiatan
yang dilakukan untuk merancang, menghasilkan, memasarkan, menyampaikan,
dan mendukung produknya. Karena itu dalam mendiagnosis kekuatan dan
kelemahan perusahaan, seringkali menjadi lebih mudah jika memilah-milah
perusahaan yang bersangkutan.
Untuk melakukan hal ini maka dapat digunakan ancangan rantai nilai
Pierce (1997, p240). Ancangan ini merupakan cara merancang secara sistematik
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melayani
pelanggannya.
Rantai nilai memilah-milah suatu perusahaan ke dalam kegiatan-kegiatan
yang penting secara strategik untuk memahami perilaku biaya perusahaan dari
sumber-sumber diferensiasi yang potensial bagi perusahaan.
Ada dua bagian utama dalam diagram rantai nilai yaitu kegiatan utama
(prime activities) dan kegiatan pendukung (support activities)
26
Gambar 2.4 Analisis Rantai Nilai, menurut Porter (1994, p37)
2.7.1 Kegiatan Utama (Primary Activities)
Ada lima kegiatan yang dikategorikan utama oleh Pierce (1997, p241)
yaitu:
a. Logistik ke dalam (Inbound Logistics)
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan,
penyimpanan, dan penyebaran masukan-masukan untuk produk seperti
pengamanan bahan, pergudangan, pengendalian persediaan, penjadwalan
kedatangan, dan pengembalian ke pemasok.
b. Operasi (Operation)
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengubahan masukan
menjadi produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan,
pemeliharaan, peralatan, dan operasi fasilitas.
27
c. Logistik ke luar (Outbound Logistics)
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan,
penyimpanan, dan pedistribusian secara fisik produk ke pembeli, seperti
penyimpanan barang jadi, penanganan barang, pengoperasian kendaraan,
pengangkutan barang, dan penjadwalan.
d. Pemasaran dan Penjualan (Marketing and Sales)
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan sarana
yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian produk dan
mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian. Misalnya
periklanan, promosi, penetapan kuota bagi tenaga penjual, pemilihan
saluran, dan penetapan harga.
e. Layanan (Service)
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan layanan
untuk memperkuat atau menjaga nilai produk. Misalnya instalasi,
perbaikan, pelatihan, pasokan suku cadang, dan penyesuaian produk.
2.7.2 Kegiatan Pendukung (Support Activities)
Ada empat kegiatan yang dikategorikan penunjang oleh Pierce (1997,
p243) yaitu:
28
a. Pembelian (Procurement)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk masukan bahan baku, jasa
dari luar, mesin, dan sebagainya. Kegiatan ini merentang di seluruh rantai
nilai karena kegiatan ini menunjang setiap kegiatan yang lain.
b. Pengembangan Teknologi
Kegiatan-kegiatan yang menyangkut perancangan produk selain
juga dalam penciptaan dan penyempurnaan cara pelaksanaan berbagai
kegiatan dalam rantai nilai. Teknologi di sini bukan hanya yang berkaitan
dengan proses manufaktur saja tetapi meliputi seluruh teknologi yang
digunakan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatannya.
c. Manajemen SDM
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen
SDM, seperti perekrutan, pelatihan, dan pengembangan karyawan. Setiap
kegiatan dalam perusahaan melibatkan manusia, oleh karena itu
manajemen SDM merentang sepanjang rantai nilai.
d. Infrastruktur Perusahaan
Kegiatan-kegiatan seperti manajemen umum, akuntansi, keuangan,
dan perancangan strategik serta semua hal-hal lainnya yang terpisah dari
kegiatan utama atau penunjang spesifik, tetapi penting bagi operasi
keseluruhan rantai nilai.
29
2.8 Teori Jaringan Internet
Berikut adalah teori singkat untuk menjelaskan sistem komputer dan
jaringan yang dimiliki sebuah perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya.
2.8.1 TCP/IP
Internet pada awalnya didesain berdasarkan dua kriteria utama
yaitu : pertama, jaringan harus dapat melakukan komunikasi antar para
peneliti di belahan dunia yang berbeda. Kedua, memungkinkan mereka
dapat berbagi hasil penelitiannya satu sama lain. Keduanya
mempengaruhi serta membentuk hardware dan software yang
digunakan saat ini. Sayangnya, komunikasi tersebut menggunakan
berbagai komputer dari beragam platform dan arsitektur jaringan yang
berbeda. Oleh karena itu diperlukan sebuah protokol yang dapat
menghubungkan berbagai platform hardware dan sistem jaringan yang
berbeda. (http://student.netacad.net, Semester 1, Chapter 2.3.2).
TCP/IP adalah salah satu protokol yang digunakan untuk
melakukan konektivitas tersebut. TCP/IP protokol terdiri dari 4 layers,
yaitu :
1. Application Layer
Layer ini ditujukan untuk menangani protokol level tinggi,
dalam hal representasi, penyandian, dan kontrol dialog. TCP/IP
menggabungkan semua hal-hal yang berhubungan dengan aplikasi
ke dalam satu layer, dan memastikan data ini dipaketkan dengan
benar untuk layer berikutnya.
30
2. Transport Layer
Transport Layer berurusan dengan hal-hal Quality of Service
(QoS), reliabilitas, flow control, dan koreksi kesalahan. Salah satu
dari protokolnya Transmittion Control Protocol (TCP),
menyediakan jalan-jalan yang baik dan fleksibel untuk menciptakan
komunikasi jaringan yang dapat diandalkan, aliran data yang baik,
dan kesalahan yang rendah.
3. Internet Layer
Untuk mengirimkan pesan pada suatu Internetwork (suatu
jaringan yang mengandung beberapa segmen jaringan), tiap jaringan
harus secara unik diidentifikasi oleh alamat jaringan. Ketika jaringan
menerima suatu pesan dari lapisan yang lebih atas, lapisan network
akan menambahkan header pada pesan yang termasuk alamat asal
dan tujuan jaringan. Kombinasi dari data dan lapisan network
disebut paket. Informasi alamat jaringan digunakan untuk
mengirimkan pesan ke jaringan yang benar, setelah pesan tersebut
sampai pada jaringan yang benar, lapisan data link dapat
menggunakan alamat node untuk mengirimkan pesan ke node
tertentu.
4. Network Access Layer
Layer ini juga disebut host to network layer. Layer inilah
yang bertanggungjawab terhadap semua hal yang paket IP butuhkan
untuk membuat hubungan fisik, dan kemudian membuat hubungan
fisik lainnya.
31
2.8.2 Internet Protocol (IP)
Menurut Wijaya (2001, p17), Internet Protocol (IP) adalah protokol yang
memberikan alamat atau identitas logika untuk peralatan di jaringan. IP
menggunakan notasi angka berjumlah 32 bit yang dibagi menjadi empat
kelompok dalam memberikan alamat tersebut. Alamat IP disebut alamat
logika karena dibuat oleh perangkat lunak, dimana alamat tersebut secara
dinamis dapat berubah jika peralatan ditempatkan di jaringan yang lain.
Berbeda dengan alamat MAC (hardware address) yang diberikan secara
permanen pada waktu peralatan dibuat.
IP mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
a. Connectionless-services yang tidak dijamin kualitasnya.
b. Pemecahan (fragmentation) dan penyatuan dari paket-paket.
c. Fungsi meneruskan paket (routing).
IP header mempunyai elemen yang disebut time to live (TTL) yang
berguna untuk membatasi lamanya waktu suatu paket dapat beredar di
jaringan. TTL ini berguna jika suatu paket memiliki informasi yang salah
sehingga paket tersebut tidak beredar terus-menerus, tetapi dihapuskan
jika nilai TTL dari paket telah dicapai.
2.8.3 Local Area Network (LAN)
Menurut Wijaya (2001, p51), Local Area Network merupakan
jaringan berkecepatan tinggi dan memiliki tingkat kesalahan data yang
rendah (low error data) serta hanya mencakup area geografis yang relatif
kecil.
32
Menurut Wijaya (2001, p51), LAN didesain untuk beroperasi
dalam area geografis yang terbatas, memungkinkan banyak user untuk
mengakses media dengan bandwidth yang tinggi, menyediakan
konektivitas tanpa henti ke pelayanan lokal serta menghubungkan PC
secara fisik yang pada umumnya memerlukan alat-alat seperti repeater,
hub, bridge, switch, atau router.
2.8.3.1 Network Interface Card (NIC)
NIC adalah sebuah Printed Circuit Board (PCB) yang
menyediakan kemampuan komunikasi jaringan pada sebuah
komputer. NIC ini juga dikenal sebagai LAN adapter. NIC
dipasang pada sebuah motherboard dan menyediakan sebuah port
(biasanya RJ-45) untuk melakukan koneksi ke jaringan. NIC bisa
didesain untuk jaringan Ethernet, Token Ring, atau Fiber
Distributed Data Interface (FDDI).
2.8.3.2 Repeater dan Hub
Repeater ini akan membentuk signal kembali sehingga
kabel yang digunakan dapat mencapai jarak lebih jauh. Repeater
merupakan peralatan Internetworking yang berada pada layer fisik
(layer 1) dari OSI model sehingga bekerja pada level bit.
Kelemahan repeater adalah ketidakmampuannya untuk
menyaring traffic jaringan. Data (bit) yang datang dari salah satu
port repeater akan diteruskan ke seluruh port menuju segmen
LAN lain tanpa memperdulikan data tersebut diperlukan atau
tidak. Sedangkan istilah Hub ditujukan untuk repeater yang
33
memiliki banyak port (multiport repeater). Dan kini penggunaan
repeater telah beralih ke pemakaian hub. Hub hanya memiliki
satu collision domain, maka semua peralatan yang berhubungan
dengan suatu hub menggunakan satu collision domain secara
bersama walaupun peralatan dihubungkan ke port-port yang
berlainan dari hub.
2.8.3.3 Bridge dan Switch
Bridge bekerja di lapisan data link dan menggunakan
alamat MAC untuk meneruskan paket-paket data ke tujuannya.
Bridge juga secara otomatis membuat tabel penerjemah untuk
paket yang diterima di masing-masing port. Oleh sebab itu bridge
dapat mengurangi lalu lintas jaringan dengan hanya menyiarkan
paket-paket yang tidak dikenal oleh tabel penerjemah. Jadi bridge
digunakan untuk membagi LAN menjadi beberapa collision
domain untuk menghindari persaingan. Metode ini disebut
segmentasi. Salah satu kelemahan bridge adalah jika alamat yang
diterima tidak dikenal oleh bridge, maka bridge akan menyiarkan
berita ke segmen network lain sebagai pemberitahuan.
Seperti halnya bridge, switch juga bekerja di lapisan data
link, tetapi memiliki keunggulan dimana setiap port didalam
switch memiliki collision domain sendiri-sendiri. Oleh sebab itu
switch sering juga disebut multiport bridge. Switch mempunyai
tabel penerjemah untuk semua port. Switch menciptakan Virtual
Private Network (VPN) dari port penerima sehingga jika dua host
34
sedang berkomunikasi lewat VPN tersebut, mereka tidak
mengganggu segmen yang lainnya. Jadi jika satu port sedang
sibuk, port-port yang lainnya bisa berfungsi dengan normal. Oleh
sebab itu penggunaan switch semakin populer terutama dengan
harganya yang semakin terjangkau.
Switch memungkinkan transmisi full duplex untuk
hubungan port ke port dimana pengiriman dan penerimaan dapat
dilakukan bersamaan dengan menggunakan VPN tersebut diatas.
Persyaratan untuk dapat mengadakan hubungan full duplex adalah
hanya satu komputer atau server saja yang dapat dihubungkan ke
satu port dari switch (satu segmen per node). Komputer tersebut
harus memiliki network card yang mampu mengadakan hubungan
full duplex, serta collision detection dan loopback harus disable.
2.8.3.4 Router
Fungsi utama router adalah untuk meneruskan paket data
dari suatu LAN ke LAN lainnya yang biasanya saling berjauhan.
Untuk itu router menggunakan tabel dan protokol routing yang
berfungsi untuk mengatur lalu lintas data. Paket data yang tiba di
router diperiksa dan diteruskan ke alamat yang dituju. Agar paket
data yang diterima dapat sampai ke tujuannya dengan cepat,
router harus memproses data tersebut dengan sangat cepat.
Agar pemrosesan data dapat dilakukan dengan cepat, maka
router menggunakan Central Processing Unit (CPU) seperti yang
digunakan dalam komputer untuk memproses lalu lintas data
35
tersebut dengan sangat cepat. Seperti komputer, router juga
mempunyai jenis memori yaitu ROM, RAM, NVRAM, dan
FLASH, yang berguna untuk membantu kinerja CPU.
2.8.4 Topologi Jaringan
Menurut Wijaya (2001, p62), ada bermacam-macam topologi
jaringan yang dipakai untuk menghubungkan antar PC ataupun LAN.
2.8.4.1 Bus
Di dalam topologi ini, semua device terhubung ke satu medium,
dimana mediumnya mempunyai awal dan akhir. Topologi ini
biasanya menggunakan media kabel coaxial dan pada ujung-ujung
kabel dipasang terminating resistor yang berguna untuk
menghilangkan sinyal yang sudah tidak digunakan agar tidak
memantul balik yang akibatnya dapat menimbulkan data
corruption. Network yang biasanya menggunakan topologi bus
adalah Token Bus dan 10Base2.
2.8.4.2 Ring
Untuk membentuk jaringan cincin, setiap sentral harus
dihubungkan seri satu dengan yang lainnya dan hubungan ini akan
membentuk loop tertutup. Dalam sistem ini setiap sentral harus
dirancang agar dapat berinteraksi dengan sentral yang berdekatan
maupun berjauhan. Dengan demikian kemampuan melakukan
switching ke berbagai arah sentral. Jaringan yang biasanya
36
menggunakan topologi ini adalah IBM Token Ring dan Fiber
Distributed Data Interface(FDDI).
2.8.4.3 Star
Dalam topologi star, salah satu sentral dibuat sebagai
sentral pusat. Sistem ini mempunyai tingkat kerumitan jaringan
yang lebih sederhana sehingga sistem ini menjadi lebih ekonomis,
tetapi beban yang dipikul pusat cukup berat. Dengan demikian
kemungkinan tingkat kerusakan atau gangguan dari sentral lebih
besar. Pengembangan topologi star adalah extended star.
2.8.4.4 Tree/Hierarchical
Topologi jaringan ini disebut juga sebagai topologi jaringan
bertingkat. Topologi ini biasanya digunakan untuk interkoneksi
antar sentral dengan hirarki yang berbeda. Untuk hirarki yang
lebih rendah digambarkan pada lokasi yang rendah dan semakin
ke atas mempunyai hirarki semakin tinggi. Topologi jaringan jenis
ini cocok digunakan pada sistem jaringan komputer.
2.8.4.5 Mesh
Topologi jaringan ini menerapkan hubungan antar sentral
secara penuh. Jumlah saluran harus disediakan untuk membentuk
jaringan mesh adalah jumlah sentral dikurangi 1. Tingkat
kerumitan jaringan sebanding dengan meningkatnya jumlah
sentral yang terpasang. Dengan demikian disamping kurang
ekonomis juga relatif mahal dalam pengoperasiannya.
37
2.8.5 Media Komunikasi
Menurut Wijaya (2001, p69), media untuk komunikasi dengan
menggunakan jaringan membutuhkan media yang bemacam-macan
sesuai dengan kebutuhan.
2.8.5.1 UTP (Unshielded Twisted Pair)
UTP adalah medium dengan 4 pasang kabel yang mirip
dengan STP. Sesuai namanya, perbedaannya dengan STP
adalah pada foil shield yang tidak dimiliki UTP. Oleh karena
itu, UTP ini lebih rentan terhadap electrical noise dan
interferensi dibanding media networking lainnya.
Keuntungannya, UTP memiliki diameter eksternal sekitar 0,43
cm. Ukuran yang kecil ini merupakan kelebihan dalam proses
instalasi, selain itu harganya pun lebih murah daripada kabel
LAN lainnya.
2.8.5.2 STP (Shielded Twisted Pair)
STP mengkombinasikan teknik shielding, cancellation,
dan kabel twisting. STP memiliki ketahanan terhadap
interferensi elektromagnetik dan frekuensi radio tanpa
menambah berat atau ukuran kabel secara signifikan. Shield
atau pelindung STP bukan merupakan bagian dari data circuit,
sehingga kedua ujung kabel harus dihubungkan ke ground. Jika
proses grounding ini tidak benar, STP dapat menjadi sumber
masalah, karena shield ini akan berfungsi seperti antena yang
38
menyerap sinyal elektrik dari kabel yang berdekatan dan juga
noise dari luar kabel.
Gambar 2.5 Gambar topologi jaringan (Wijaya, 2001, p62)
2.8.6 Internet Service Provider (ISP)
Menurut Nguyen (2002, p14), sebuah ISP menyediakan layanan
Internet untuk pelanggan bisnis dan rumah. ISP menyediakan layanan
dasar seperti email, web hosting, dan berita. ISP juga menawarkan
layanan tambahan lainnya seperti kalender, buku alamat, mesin pencari
(search engine), chatroom, instant messages, dan lain-lain.
Ring Topology Star Topology
Mesh Topology
Bus Topology
Tree Topology
39
2.9 Analisis Metode Jalur Kritis (Critical Path Method Analysis)
Menurut Soeharto (1997, p197) Analisis Metode Jalur Kritis (Critical
Path Method (CPM) Analysis) adalah cara menyusun pekerjaan yang merupakan
komponen dalam lingkup proyek menjadi jaringan kerja yang merupakan
komponen dalam lingkup proyek menjadi jaringan kerja, kemudian memberikan
angka kurun waktu masing-masing komponen. Langkah ini bertujuan mengkaji
secara analitis waktu penyelesaian proyek.
Perbedaan penting antara metode CPM dan PERT (Project Evaluation
and Review Technics - metode sejenis) terletak pada metode penentuan waktu.
PERT digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatan dengan kurun
waktu yang memiliki ketidakpastian tinggi, sehingga dipakai tiga estimasi waktu.
Para pemakai CPM dianggap telah memiliki dasar yang lebih kuat (misalnya
pernah mengerjakan pekerjaan sejenis sebelumnya) sebagai landasan untuk
memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap aktifitas.
Dalam hubungan ini, pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur
kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan
total waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang
tercepat.
Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan
pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi
pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila
pelaksanaannya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara
keseluruhan. Kadang-kadang dijumpai lebih dari satu jalur kritis dalam jaringan
kerja.
40
Menurut Soeharto (1997, p187) peristiwa (Event), dan Milestone adalah
suatu titik waktu, di mana semua kegiatan-kegiatan sebelumnya (predecessor)
sudah selesai, dan kegiatan sesudah itu (successor) dapat dimulai. Peristiwa
pertama dalam jadwal proyek adalah titik awal mulainya proyek dan peristiwa
akhir adalah titik di mana proyek selesai. Peristiwa tidak memerlukan kurun waktu
maupun sumber daya. Peristiwa menjelaskan suatu keadaan misalnya sesuatu
kegiatan selesai atau mulai. Salah satu peristiwa atau event yang penting
dinamakan tonggak kemajuan atau milestone.
Node i dan Node j adalah node atau event yang berada di ekor anak panah
adalah node i, sedangkan yang di kepala adalah node j. Tetapi node j akan menjadi
node i untuk kegiatan berikutnya.
a. Hubungan peristiwa dan kegiatan pada CPM
i j
Peristiwa (node/event)terdahulu
Peristiwa (node/event)berikutnya
Kegiatan
Kurun waktu (D)
b. Kegiatan B mulai setelah A selesai
A B
41
c. Kegiatan B dan C dapat di mulai setelah A selesai (kegiatan memencar)
AB
C
d. Kegiatan C dan D dapat dimulai setelah kedua kegiatan A dan B selesai
A C
B D
Gambar 2.6 a, b, c, d, simbol dalam membuat jaringan kerja, menurut Soeharto
(1997, p188)
Menurut Soeharto (1997, p189) dummy adalah anak panah yang hanya
menjelaskan hubungan ketergantungan antara dua kegiatan, tidak memerlukan
sumber daya dan tidak membutuhkan waktu.
Agar terlihat adanya hubungan ketergantungan antara dua peristiwa
(event) maka diadakan “kegiatan fiktif” yang disebut dummy. Dummy tidak
memerlukan waktu dan digambarkan sebagai garis terputus. Kapan dummy
diperlukan, sering merupakan hal yang cukup rumit untuk menentukannya. Bila
suatu kegiatan mempunyai lebih dari satu kegiatan-kegiatan terdahulu, dan
kegiatan terdahulu tersebut juga merupakan kegiatan terdahulu dari kegiatan lain,
maka dummy diperlukan untuk memperlihatkan hubungan ketergantungan yang
ada di antaranya.
42
Kegiatan A dan B harus selesai sebelum C dapat dimulai. Sedangkan D
dapat dimulai segera setelah B selesai dan tidak bergantung dengan A.
A C
B D
Dummy
Gambar 2.7 Hubungan ketergantungan, menurut Soeharto (1997, p189)
Tabel 2.2 Komponen kegiatan, menurut Soeharto (1997, p191)
Kegiatan Paling Awal (E) Paling Akhir (L)
Nama i - j
Kurun
Waktu
(D)
Mulai
(ES)
Selesai
(EF)
Mulai
(LS)
Selesai
(LF)
Total
Float
(TF)
Ket.
Kegi-
atan
TE = E
Waktu paling awal peristiwa (node/event) dapat terjadi (Earliest Time of
Occurance), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node
tersebut dapat dimulai, karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan
baru dapat dimulai bila kegiatan terdahulu telah selesai.
43
TL = L
Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (Latest Allowable Event/Occurance
Time), yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu pe-
ristiwa terjadi.
ES
Waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila waktu kegiatan
dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal
kegiatan dimulai.
EF
Waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time). Bila hanya ada
satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan
berikutnya.
LS
Waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (Latest Allowable Start Time), yaitu
waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara
keseluruhan.
LF
Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish Time) tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
44
D
Adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu menit, jam,
hari, minggu, bulan, dan lain-lain.
Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan adalah sama dengan waktu selesai paling
akhir, dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan, atau
LS = LF - D
Identifikasi Float
Float total suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir,
dikurangi waktu selesai paling awal atau waktu mulai paling akhir, dikurangi
waktu mulai paling awal dari kegiatan tersebut atau dengan rumus :
TF = LF - EF = LS - ES
Jalur kritis
Jalur kritis yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen
kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu
penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan
kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek.
Jalur tidak kritis
Kegiatan-kegiatan pada jalur ini pada umumnya dianggap kurang
memerlukan perhatian dari pucuk pimpinan proyek karena sifatnya yang tidak
mendesak.
45
2.9.1 Cara Menghitung Waktu Kegiatan
A. Hitungan Maju
Dalam mengidentifikasi jalur kritis dipakai suatu cara yang
disebut hitungan maju.
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan
terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES)
kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF)
yang terbesar dari kegiatan terdahulu.
Gambar 2.8 Suatu kejadian dengan dua atau lebih kegiatan-kegiatan
terdahulu yang menggabung, menurut Soeharto (1997, p198)
B. Hitungan Mundur
Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau
tanggal paling akhir. Pemimpin proyek “masih” dapat memulai dan
mengakhiri masing-masing kegiatan, tanpa menunda kurun waktu
penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari
hitungan maju. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan (hari terakhir
penyelesaian proyek) suatu jaringan kerja.
a
b
c
d
46
Bila suatu kegiatan memiliki (memecah menjadi) 2 atau lebih
kegiatan-kegiatan berikutnya (successor), maka waktu selesai paling
akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling
akhir (LS) kegiatan berikutnya terkecil.
Gambar 2.9 Kegiatan yang memiliki dua atau lebih kegiatan berikutnya
(memecah), menurut Soeharto (1997,p200)
2.9.2 Perkiraan Waktu dan Biaya dalam Sistem CPM
Dalam sistem CPM ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya
untuk setiap aktifitas yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan ini
adalah perkiraan normal (normal estimate) dan perkiraan cepat (crash
estimate). Perkiraan waktu yang normal kira-kira sama dengan perkiraan
waktu yang paling mungkin dalam CPM. Biaya normal tentu saja adalah
biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam waktu
normal. Perkiraan waktu cepat adalah waktu yang akan dibutuhkan oleh
suatu proyek jika biaya yang dikeluarkan tidak jadi soal dalam usaha
mempersingkat waktu bagi proyek tersebut. Dalam program semacam ini,
manajer akan melakukan segala apa saja yang dirasanya perlu untuk
a
b
c
d
47
mempercepat selesainya pekerjaan. Jadi biaya mempercepat adalah biaya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang di percepat
selesainya, dengan tujuan untuk mempercepat waktu selesainya sedapat
mungkin.
Biayalangsung
A
B
C
D Cepat
Normal
J LK MWaktu
Gambar 2.10 Waktu dan biaya dipercepat dibandingkan dengan waktu dan
biaya normal, menurut Levin (1983, p136)
2.10 Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan data yang akurat, maka perlu dipilih metodologi
penelitian yang benar.
2.10.1 Jenis dan Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif dengan jenis
penelitian studi kasus, yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan mendetail.
48
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka (Library Research)
Untuk menunjang data primer yang diperoleh dari penelitian
lapangan, perlu pula diperoleh data sekunder yang didapat dari studi
pustaka, dengan mempelajari baik dari buku wajib maupun pelengkap
yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Data yang diperoleh
merupakan data sekunder yang sifatnya teoritis dan ilmiah, serta
dapat dijadikan landasan dalam menganalisa objek penelitian,
mengambil kesimpulan dan mengemukakan saran.
b. Studi Lapangan (Field Research)
Yaitu dengan melakukan penelitian langsung pada perusahaan
yang menjadi objek penelitian dengan mengajukan pertanyaan
melalui :
• Wawancara (interview) kepada manajer-manajer perusahaan.
• Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung
ditempat operasi.
Yang kesemuanya itu guna memperoleh data-data primer yang
diperlukan.