bab 2 landasan teori 2.1 manajemen -...

42
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Stoner (1982, p31), manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. 1. Perencanaan (planning) adalah kegiatan memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran dan tindakan berdasarkan beberapa metode, rencana, dan logika, bukan berdasarkan perasaan. 2. Pengorganisasian (organizing) adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran. 3. Memimpin (leading) adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. 4. Pengendalian (controlling) adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktifitas yang direncanakan. Menurut Gibson (1997, p8), manajemen adalah proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktifitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak mungkin dicapai oleh individu itu sendiri.

Upload: dangtram

Post on 12-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen

Menurut Stoner (1982, p31), manajemen adalah proses merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi

dan menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi

yang sudah ditetapkan.

1. Perencanaan (planning) adalah kegiatan memikirkan dengan matang

terlebih dahulu sasaran dan tindakan berdasarkan beberapa metode,

rencana, dan logika, bukan berdasarkan perasaan.

2. Pengorganisasian (organizing) adalah proses mempekerjakan dua orang

atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai

sasaran spesifik atau beberapa sasaran.

3. Memimpin (leading) adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi

aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau

seluruh organisasi.

4. Pengendalian (controlling) adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas

sebenarnya sesuai dengan aktifitas yang direncanakan.

Menurut Gibson (1997, p8), manajemen adalah proses yang dilakukan

oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktifitas lain

untuk mencapai hasil-hasil yang tidak mungkin dicapai oleh individu itu sendiri.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

8

Jadi manajemen dapat diartikan sebagai sebuah proses pengaturan

berbagai hal dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

2.1.1 Efisiensi dan Efekifitas

Menurut Stoner (1982, p31), efisiensi adalah kemampuan untuk

meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi :

“melakukan dengan tepat”. Sementara yang dimaksud dengan efektifitas

adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai : “melakukan

hal tepat”.

2.2 Teknologi Informasi

Menurut Alter (1999, p42), Teknologi Informasi (TI) merupakan

perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh sistem informasi.

Perangkat keras itu sendiri merupakan sekumpulan perangkat fisik yang terlibat

dalam pengelolaan, seperti komputer, workstation, peralatan jaringan, tempat

penyimpanan data, dan peralatan transmisi. Piranti lunak merupakan program

komputer yang mengintepretasikan masukan dari pengguna dan memberitahukan

kepada komputer hal-hal yang harus dilakukan.

2.2.1 Manfaat Teknologi Informasi

Manfaat Teknologi Informasi dapat diartikan sebagai suatu

keuntungan, sesuatu yang dihasilkan dengan bantuan dari komputer dan

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

9

komunikasi dimana sebuah perusahaan akan bersedia untuk membangunnya.

(Remenyi, 1995, p40)

Menurut Remenyi (1995, p41), manfaat TI dapat dibedakan dalam dua

kategori yaitu manfaat yang dapat dijamah (tangible) dan manfaat yang tidak

dapat dijamah (intangible).

Manfaat yang bersifat dapat dijamah adalah manfaat yang secara

langsung mempengaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan

manfaat yang bersifat tidak dapat dijamah adalah manfaat yang dapat

memberikan pengaruh positif dari bisnis yang dilakukan perusahaan, tetapi

tidak secara langsung mempengaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan.

2.3 Strategi

Menurut Pendapat Pearce dan Robinson (1997, p35), strategi umum

adalah rencana umum dan menyeluruh tentang tindakan-tindakan utama yang

dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai sasaran jangka panjangnya dalam

suatu lingkungan dinamik.

Menurut pendapat Grant (2002, p6), strategi dapat dianggap sebagai

sesuatu yang heuristik, yaitu sejumlah petunjuk atau peraturan yang membantu

pengambilan keputusan sehari-hari. Strategi diibaratkan seperti antar muka

antara perusahaan dan lingkungan industrinya.

Jadi strategi dapat disimpulkan sebagai alat yang digunakan perusahaan,

yang bersifat dinamis dalam menghadapi pengaruh lingkungan guna mencapai

tujuan organisasi atau perusahaan.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

10

2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy)

Dalam setiap bidang, peranan strategi menjadi salah satu faktor yang

menentukan kesuksesan atau kegagalan perusahaan. Karena strategi sebagai

acuan dasar perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya dan dalam

menghadapi persaingan bisnis yang yang semakin ketat. Menurut pendapat

Porter (1994, p1) strategi bersaing adalah fundamental tempat persaingan

terjadi. Strategi bersaing bertujuan untuk menentukan persaingan industri.

Sedangkan menurut Hunger dan Wheelan (2001, p45) strategi bersaing

adalah strategi bisnis yang berfokus pada peningkatan posisi bersaing produk

dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani

perusahaan dan mengatasi masalah bagaimana perusahaan dan unit-unitnya

dapat bersaing dalam bisnis dan industri.

2.4 Manajemen Strategi Dalam Perusahaan

Peranan strategi di dalam suatu perusahaan sangatlah penting dan

menentukan dalam pengoperasian bisnis perusahaan. Suatu perusahaan tanpa

strategi dapat diibaratkan sebagai sebuah kapal tanpa kemudi. Untuk

mempertahankan eksistensinya setiap perusahaan harus menerapkan manajemen

strategi yang dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan usaha. Strategi ini

diformulasikan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki

demi tercapainya tujuan perusahaan. Dengan manajemen strategi ini ditetapkan

sasaran jangka panjang perusahaan serta langkah-langkah jangka pendek yang

harus dilakukan demi tercapainya tujuan perusahaan tersebut.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

11

Manajemen strategi itu sendiri dapat disimpulkan sebagai beberapa

keputusan dan tindakan-tindakan yang menghasilkan perumusan dan

implementasi dari rencana-rencana perusahaan yang dirancang untuk mencapai

tujuan dan sasaran perusahaan.

Berdasarkan pendapat Fred E. David (1997, p5), proses manajemen

strategi perusahaan terbagi atas tiga tahap yaitu:

1. Memformulasikan strategi

Dalam tahap ini ditetapkan misi dari bidang usaha, peluang, dan

ancaman eksternal terhadap organisasi, mengindentifikasikan kekuatan

dan kelemahan perusahaan, menetapkan sasaran jangka panjang,

mengembangkan alternatif strategi serta pemilihan strategi.

2. Penerapan strategi

Dalam tahap ini diterapkan sasaran jangka pendek, kebijakan-

kebijakan perusahaan, usaha memotivasi karyawan, dan pengalokasian

sumber daya sesuai dengan kebutuhan organisasi. Tahap penerapan

strategi adalah tahap yang paling penting dalam manajemen strategi,

namun juga yang paling sukar untuk dilaksanakan. Untuk menjamin

keberhasilan dalam penerapan strategi, diperlukan komitmen yang kuat

terutama dari lapisan atas perusahaan juga keahlian serta pengalaman dari

segenap pihak di dalam perusahaan.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

12

3. Evaluasi strategi

Tahap evaluasi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategi.

Pada tahap ini suatu strategi dinilai, sudah berjalan baik atau masih

memerlukan perbaikan.

Dalam melakukan evaluasi strategi, pemeriksaan dilakukan terhadap:

1. Kondisi internal maupun eksternal yang digunakan sebagai acuan

dalam pengembangan strategi tersebut. Hal ini terutama untuk melihat

apakah asumsi yang digunakan masih layak dan sesuai dengan

perkembangan yang terjadi dalam lingkungan perusahaan.

2. Pengukuran terhadap hasil yang sudah dicapai dari penerapan strategi

yang bersangkutan dan selanjutnya dibandingkan dengan target yang

ingin dicapai.

3. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

Pada prakteknya tahap-tahap di atas hampir tidak dapat dipisahkan. Tidak

terdapat batas yang jelas mengenai tahap saat suatu perusahaan sedang

melakukan manajemen strateginya. Lebih sulit lagi, proses di atas juga

berlangsung secara berkesinambungan sesuai dengan perubahan yang terjadi

dalam lingkungan usaha perusahaan. Hal yang pasti adalah penerapan

manajemen strategi yang tepat akan membuahkan keunggulan daya saing yang

tinggi bagi perusahaan.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

13

2.5 Lima Kekuatan Bersaing Porter

Menurut Michael E. Porter (1994, p4), terdapat lima kekuatan yang

memiliki pengaruh terhadap persaingan industri. Untuk dapat memenangkan atau

setidaknya dapat bertahan dalam persaingan industri, suatu perusahaan perlu

untuk menyusun strategi dalam menghadapi lima kekuatan tersebut. Untuk itu

perusahaan perlu mengetahui bagaimana cara kerja dan pengaruh kekuatan-

kekuatan tersebut

Gambar 2.1. Lima kekuatan yang memiliki pengaruh terhadap persaingan

industri menurut Porter. (1994, p5)

Pesaing Industri

Persaingan di Antara Perusahaan Yang Ada

Pendatang Baru

Pemasok Pembeli

Produk Pengganti

Ancaman Pendatang Baru

Kekuatan Pertawaran Pembeli

Kekuatan Pertawaran Pemasok

Ancaman Produk atau Jasa Pengganti

Perintang Masuk

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

14

a. Ancaman pendatang baru

Pendatang baru dalam suatu jenis industri harus diwaspadai karena dengan

adanya pendatang baru berarti akan terjadi pengurangan pangsa pasar yang

sudah dikuasai.

Besarnya ancaman pendatang baru ini berbanding lurus dengan hambatan

untuk masuk ke dalam kancah persaingan (entry barrier) dan reaksi dari

peserta persaingan yang sudah ada. Jika hambatan masuk tinggi dan terjadi

perlawanan sengit dari peserta persaingan yang sudah ada, maka calon

pendatang baru bukanlah akan menjadi ancaman yang serius.

b. Daya tawar-menawar pemasok

Kekuatan daya tawar-menawar pemasok adalah hal berikutnya yang perlu

diwaspadai. Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan daya tawar-menawarnya

terhadap anggota industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas

barang atau jasa yang dipasoknya.

Hal ini dapat menyebabkan turunnya laba perusahaan yang disebabkan oleh

ketidakmampuan perusahaan untuk mengimbangi kenaikan harga produknya

sendiri dengan kenaikan biaya.

Selanjutnya, pemasok yang kuat juga dapat melakukan ekspansi usaha ke

depan, yang berarti menjadi pendatang baru dalam industri.

c. Daya tawar-menawar pembeli

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

15

Pembeli pun harus diwaspadai mengingat kekuatan tawar-menawar dari

pembeli dapat menurunkan harga produk, menciptakan tuntutan akan kualitas

produk yang lebih tinggi, dan bahkan memicu persaingan yang tidak sehat di

kalangan pelaku industri (misalnya: perang harga). Yang jelas semua kondisi

tersebut dapat menurunkan laba perusahaan.

d. Ancaman dari produk atau jasa pengganti

Produk atau jasa pengganti seringkali juga menjadi ancaman yang serius bagi

perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat memberikan nilai tambah, jika

dibandingkan dengan produk atau jasa pesaing, terhadap produk atau jasa

yang dihasilkannya maka perusahaan juga akan terancam posisinya.

e. Persaingan di antara sesama pelaku industri

Persaingan yang terjadi di antara sesama pelaku industri akan menjadi

berbahaya jika peserta persaingan menggunakan cara-cara yang tidak etis

untuk memenangkan persaingan. Misalnya seperti, pembajakan tenaga ahli,

sabotase, dan lain sebagainya.

Perintang Masuk (Entry Barier)

- Skala Ekonomis

- Diferensiasi Produk

- Identitas merek

- Biaya beralih pemasok

- Kebutuhan modal

- Akses kejaringan distribusi

- Keunggulan biaya absolut

- Kurva pengalaman

- Akses kemasukan yang

diperlukan

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

16

- Desain produk biaya rendah

- Kebijakan pemerintah

- Perlawanan dari perusahaan

yang ada

Faktor Persaingan Industri

- Biaya tetap

- Kelebihan kapasitas

intermiten

- Diferensiasi produk

- Identitas merek

- Biaya beralih pemasok

- Konsentrasi dan keseimbangan

- Kompleksitas informasi

- Ragam pesaing

- Taruhan korporasi

- Hambatan keluar

Penentu Kekuatan Pemasok

- Diferensiasi masukan

- Biaya beralih pemasok dari

pemasok dan perusahaan

dalam industri

- Adanya masukan subsitusi

- Konsentrasi pemasok

- Pentingnya volume

penjualan bagi pemasok

- Biaya relatif terhadap

pembelian total dalam

industri

- Ancaman integrasi kedepan

relatif terhadap ancaman

integrasi kebelakang

- Dampak masukan terhadap

biaya atau diferensiasi

perusahaan

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

17

Faktor Penentu Kekuatan Pembeli

Penentu Posisi Tawar Menawar

- Konsentrasi pembeli dibandingkan dengan konsentrasi perusahaan

- Volume pembeli

- Biaya beralih pemasok dari pembeli relatif terhadap biaya beralih

pemasok dari perusahaan

- Informasi pembeli

- Kemampuan melakukan integrasi balik

- Produk subsitusi

- Pull-through (daya tarik)

Kepekaan Harga

- Harga/Total pembelian

- Diferensiasi produk

- Identitas merek

- Dampak atas mutu atau kinerja

- Laba pembeli

- Insentif pengambil keputusan

Faktor Penentu Ancaman Produk Subsitusi

- Harga dan kinerja produk subsitusi

- Biaya beralih pemasok

- Kecenderungan pembeli terhadap produk subsitusi

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

18

2.6 Analisis SWOT

Pengertian SWOT menurut Rangkuti (2002, p18-19), analisis SWOT

adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

perusahaan. Perencanaan strategis (strategic planning) harus menganalisis

faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman)

dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut analisis situasi. Model yang

paling populer untuk analisis situasi adalah SWOT. SWOT merupakan singkatan

dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang),

dan Threats (ancaman).

Strengths (kekuatan)

Kekuatan adalah sumber, keahlian, atau keuntungan relatif lainnya

bagi pesaing dan kebutuhan pasar akan pelayanan perusahaan. Kemampuan

khusus memberikan keuntungan relatif bagi perusahaan dipasaran.

Kemungkinan, kekuatan memiliki hubungan dengan sumber-sumber

keuangan, pemimpin pasar, hubungan pembeli atau penyalur, dan faktor lain.

Weaknesses (kelemahan)

Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan pada sumber,

keahlian, dan kemampuan yang secara serius menghalangi keberhasilan

pelaksanaan. Fasilitas, sumber keuangan, kemampuan manajemen, dan

keahlian pemasaran dapat menjadi salah satu sumber kelemahan.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

19

Opportunities (peluang)

Suatu peluang adalah situasi paling menguntungkan dalam lingkungan

suatu perusahaan. Kecenderungan adalah salah satu sumber peluang.

Identifikasi tanpa melihat segmen pasar yang terdahulu, perubahan dalam

persaingan atau pengaturan keadaan, perubahan teknologi, dan mempertinggi

pembelian atau hubungan penyalur dapat menggambarkan peluang bagi

perusahaan.

Threats (ancaman)

Ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan

dalam tingkat tertentu. Ancaman merupakan halangan utama yang berlaku

untuk semua perusahaan atau posisi yang diinginkan. Masuknya pesaing

baru, pertumbuhan pasar yang lambat, peningkatan daya tawar menawar dari

pembeli atau penyalur, perubahan teknologi, dan perubahan pengaturan dapat

menggambarkan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

Jadi posisi relatif perusahaan terletak pada kuadran ke berapa, dilihat dari

titik (x,y) pada diagram SWOT adalah seperti dibawah ini

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

20

B e rb a g a i p e lu a n g

K e le m a h a n u ta m a K e k u a ta n in te rn a l

B e rb a g a i a n c a m a n

1 . m e n d u k u n g s tra te g i a g re s if3 . m e n d u k u n g s tra te g i tu rn -a ro u n d

4 . m e n d u k u n g s tra te g i d e fe n s if 2 . m e n d u k u n g s tra te g i d iv e rs if ik a s i

Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT, menurut Rangkuti (2002, p19)

Kuadran 1 : Situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi tersebut memiliki

peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth

oriented strategy).

Kuadran 2 : Menghadapi berbagai ancaman. Perusahaan ini masih memiliki

kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi produk atau pasar.

Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, namun

organisasi juga menghadapi beberapa kendala atau kelemahan

internal. Fokus strategi organisasi ini adalah meminimalkan

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

21

masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut

peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Situasi yang sangat tidak menguntungkan. Organisasi tersebut

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Menurut Rangkuti (2002, p22-25,31), model yang digunakan dalam

mengumpulkan data sebagai salah satu tahapan perencanaan strategis adalah :

1) Matrik Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, perlu diketahui terlebih

dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara menentukan

Faktor Strategi Eksternal / External Strategic Factor Analysis Summary

(EFAS):

a) Susunan dalam kolom pertama ancaman dan peluang

b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom kedua, mulai dari 1,0

(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)

c) Hitung rating dalam kolom ketiga untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor)

d) Kalikan bobot dalam kolom kedua dengan rating dalam kolom ketiga,

untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom keempat

e) Jumlahkan skor pembobotan dalam kolom keempat untuk memperoleh

total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Tujuan untuk

membandingkan perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

22

2) Matrik Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matrik faktor strategi internal, perlu diketahui terlebih

dahulu faktor strategi internal (IFAS). Berikut ini adalah cara menentukan

Faktor Strategi Internal/Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS):

a) Susunan dalam kolom pertama kekuatan dan kelemahan

b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom kedua, mulai dari 1,0

(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)

c) Hitung rating dalam kolom ketiga untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor)

d) Kalikan bobot dalam kolom kedua dengan rating dalam kolom ketiga,

untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom keempat

e) Jumlahkan skor pembobotan dalam kolom keempat untuk memperoleh

total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Tujuan untuk

membandingkan perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya

f) Matrik SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan.

Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan

dan kelemahan yang dimilikinya.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

23

Tabel 2.1 Analisis Matrik SWOT, menurut Rangkuti (2002, p31)

IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES (O)

STRATEGI SO

Ciptakan strategi

yang menggunakan

kekuatan untuk

memanfaatkan

peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan

peluang

THREATS (T)

STRATEGI ST

Ciptakan strategi

yang menggunakan

kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman

2.7 Analisa Rantai Nilai (Value Chain Analysis)

Menurut Callon (1996, p47-48), model rantai nilai (value chain) ini

berfokus pada bagian internal organisasi. Model tersebut dikembangkan sebagai

sebuah metode sistematik untuk memeriksa semua aktifitas yang dilakukan oleh

sebuah perusahaan dan cara aktifitas-aktifitas tersebut berinteraksi satu dengan

yang lainnya sebagai salah satu dasar untuk melakukan analisis sumber

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

24

keunggulan bersaing. Tingkat yang relevan untuk menyusun sebuah rantai nilai

adalah aktifitas-aktifitas dari sebuah perusahaan dalam sebuah industri tertentu.

Pelayanankonsumen

Penjualdan

distribusiPemasaran

Produksidan

manufaktur

EngineeringStudi pasar

danpengembangan

Gambar 2.3 Rantai nilai perusahaan, menurut Callon (1996, p48)

Model yang sederhana berfokus pada aliran dari sebuah produk baru oleh

industri manufaktur. Ketiga point utama perlu ditetapkan berkenaan dengan

penggunaan rantai nilai dalam menetapkan proses dari produk baru ini.

Pertama, gambar yang ditunjukkan oleh gambar 2.3 belum lengkap. Gambar

tersebut belum dapat menunjukkan tujuan utama dari konsep keseluruhan, yaitu

menyediakan nilai bagi customer.

Kedua, konsep rantai nilai mengatakan bahwa produk atau layanan

melalui lebih dari suatu fungsi dalam suatu organisasi. Dalam sebuah perusahaan

manufaktur, mereka memulai penelitian dan berlanjut ke pengembangan produk,

engineering, produk dan manufaktur, pemasaran, penjualan dan distribusi, serta

pelayanan konsumen. Tujuannya memaksimalkan aktifitas penambahan nilai

sambil meminimalkan aktifitas yang tidak menambah nilai ke produk di mata

pelanggan. Mungkin kelihatannya tidak masuk akal bagi sebuah perusahaan

untuk melanjutkan aktifitas yang tidak memberikan kontribusi nilai bagi

konsumen, tetapi ada beberapa prosedur dan kontrol internal penting yang tidak

memenuhi kriteria. Jika aktifitas tersebut tidak dapat di eliminasi, alternatif

Penjualan dan

Distribusi

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

25

terbaik selanjutnya adalah untuk meminimalkan aktifitas yang tidak memberikan

nilai bagi konsumen. Sebuah tantangan dalam menggunakan rantai nilai adalah

untuk memvalidasi fakta yang meningkatkan nilai pada suatu fungsi dari suatu

organisasi yang menghasilkan nilai bagi konsumen.

Ketiga, yang perlu dipertimbangkan atas rantai nilai melibatkan

penetapan sasaran departemen. Adalah merupakan hal yang umum bagi

perusahaan menengah atau besar untuk memiliki fungsi-fungsi atau departemen-

departemen yang menetapkan sasaran dan pengukuran yang berkenaan dengan

tanggung jawab.

Setiap perusahaan dapat dilihat sebagai sekumpulan dari nilai kegiatan

yang dilakukan untuk merancang, menghasilkan, memasarkan, menyampaikan,

dan mendukung produknya. Karena itu dalam mendiagnosis kekuatan dan

kelemahan perusahaan, seringkali menjadi lebih mudah jika memilah-milah

perusahaan yang bersangkutan.

Untuk melakukan hal ini maka dapat digunakan ancangan rantai nilai

Pierce (1997, p240). Ancangan ini merupakan cara merancang secara sistematik

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melayani

pelanggannya.

Rantai nilai memilah-milah suatu perusahaan ke dalam kegiatan-kegiatan

yang penting secara strategik untuk memahami perilaku biaya perusahaan dari

sumber-sumber diferensiasi yang potensial bagi perusahaan.

Ada dua bagian utama dalam diagram rantai nilai yaitu kegiatan utama

(prime activities) dan kegiatan pendukung (support activities)

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

26

Gambar 2.4 Analisis Rantai Nilai, menurut Porter (1994, p37)

2.7.1 Kegiatan Utama (Primary Activities)

Ada lima kegiatan yang dikategorikan utama oleh Pierce (1997, p241)

yaitu:

a. Logistik ke dalam (Inbound Logistics)

Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan,

penyimpanan, dan penyebaran masukan-masukan untuk produk seperti

pengamanan bahan, pergudangan, pengendalian persediaan, penjadwalan

kedatangan, dan pengembalian ke pemasok.

b. Operasi (Operation)

Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengubahan masukan

menjadi produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan,

pemeliharaan, peralatan, dan operasi fasilitas.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

27

c. Logistik ke luar (Outbound Logistics)

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan,

penyimpanan, dan pedistribusian secara fisik produk ke pembeli, seperti

penyimpanan barang jadi, penanganan barang, pengoperasian kendaraan,

pengangkutan barang, dan penjadwalan.

d. Pemasaran dan Penjualan (Marketing and Sales)

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan sarana

yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian produk dan

mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian. Misalnya

periklanan, promosi, penetapan kuota bagi tenaga penjual, pemilihan

saluran, dan penetapan harga.

e. Layanan (Service)

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan layanan

untuk memperkuat atau menjaga nilai produk. Misalnya instalasi,

perbaikan, pelatihan, pasokan suku cadang, dan penyesuaian produk.

2.7.2 Kegiatan Pendukung (Support Activities)

Ada empat kegiatan yang dikategorikan penunjang oleh Pierce (1997,

p243) yaitu:

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

28

a. Pembelian (Procurement)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk masukan bahan baku, jasa

dari luar, mesin, dan sebagainya. Kegiatan ini merentang di seluruh rantai

nilai karena kegiatan ini menunjang setiap kegiatan yang lain.

b. Pengembangan Teknologi

Kegiatan-kegiatan yang menyangkut perancangan produk selain

juga dalam penciptaan dan penyempurnaan cara pelaksanaan berbagai

kegiatan dalam rantai nilai. Teknologi di sini bukan hanya yang berkaitan

dengan proses manufaktur saja tetapi meliputi seluruh teknologi yang

digunakan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatannya.

c. Manajemen SDM

Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen

SDM, seperti perekrutan, pelatihan, dan pengembangan karyawan. Setiap

kegiatan dalam perusahaan melibatkan manusia, oleh karena itu

manajemen SDM merentang sepanjang rantai nilai.

d. Infrastruktur Perusahaan

Kegiatan-kegiatan seperti manajemen umum, akuntansi, keuangan,

dan perancangan strategik serta semua hal-hal lainnya yang terpisah dari

kegiatan utama atau penunjang spesifik, tetapi penting bagi operasi

keseluruhan rantai nilai.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

29

2.8 Teori Jaringan Internet

Berikut adalah teori singkat untuk menjelaskan sistem komputer dan

jaringan yang dimiliki sebuah perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya.

2.8.1 TCP/IP

Internet pada awalnya didesain berdasarkan dua kriteria utama

yaitu : pertama, jaringan harus dapat melakukan komunikasi antar para

peneliti di belahan dunia yang berbeda. Kedua, memungkinkan mereka

dapat berbagi hasil penelitiannya satu sama lain. Keduanya

mempengaruhi serta membentuk hardware dan software yang

digunakan saat ini. Sayangnya, komunikasi tersebut menggunakan

berbagai komputer dari beragam platform dan arsitektur jaringan yang

berbeda. Oleh karena itu diperlukan sebuah protokol yang dapat

menghubungkan berbagai platform hardware dan sistem jaringan yang

berbeda. (http://student.netacad.net, Semester 1, Chapter 2.3.2).

TCP/IP adalah salah satu protokol yang digunakan untuk

melakukan konektivitas tersebut. TCP/IP protokol terdiri dari 4 layers,

yaitu :

1. Application Layer

Layer ini ditujukan untuk menangani protokol level tinggi,

dalam hal representasi, penyandian, dan kontrol dialog. TCP/IP

menggabungkan semua hal-hal yang berhubungan dengan aplikasi

ke dalam satu layer, dan memastikan data ini dipaketkan dengan

benar untuk layer berikutnya.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

30

2. Transport Layer

Transport Layer berurusan dengan hal-hal Quality of Service

(QoS), reliabilitas, flow control, dan koreksi kesalahan. Salah satu

dari protokolnya Transmittion Control Protocol (TCP),

menyediakan jalan-jalan yang baik dan fleksibel untuk menciptakan

komunikasi jaringan yang dapat diandalkan, aliran data yang baik,

dan kesalahan yang rendah.

3. Internet Layer

Untuk mengirimkan pesan pada suatu Internetwork (suatu

jaringan yang mengandung beberapa segmen jaringan), tiap jaringan

harus secara unik diidentifikasi oleh alamat jaringan. Ketika jaringan

menerima suatu pesan dari lapisan yang lebih atas, lapisan network

akan menambahkan header pada pesan yang termasuk alamat asal

dan tujuan jaringan. Kombinasi dari data dan lapisan network

disebut paket. Informasi alamat jaringan digunakan untuk

mengirimkan pesan ke jaringan yang benar, setelah pesan tersebut

sampai pada jaringan yang benar, lapisan data link dapat

menggunakan alamat node untuk mengirimkan pesan ke node

tertentu.

4. Network Access Layer

Layer ini juga disebut host to network layer. Layer inilah

yang bertanggungjawab terhadap semua hal yang paket IP butuhkan

untuk membuat hubungan fisik, dan kemudian membuat hubungan

fisik lainnya.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

31

2.8.2 Internet Protocol (IP)

Menurut Wijaya (2001, p17), Internet Protocol (IP) adalah protokol yang

memberikan alamat atau identitas logika untuk peralatan di jaringan. IP

menggunakan notasi angka berjumlah 32 bit yang dibagi menjadi empat

kelompok dalam memberikan alamat tersebut. Alamat IP disebut alamat

logika karena dibuat oleh perangkat lunak, dimana alamat tersebut secara

dinamis dapat berubah jika peralatan ditempatkan di jaringan yang lain.

Berbeda dengan alamat MAC (hardware address) yang diberikan secara

permanen pada waktu peralatan dibuat.

IP mempunyai tiga fungsi utama yaitu :

a. Connectionless-services yang tidak dijamin kualitasnya.

b. Pemecahan (fragmentation) dan penyatuan dari paket-paket.

c. Fungsi meneruskan paket (routing).

IP header mempunyai elemen yang disebut time to live (TTL) yang

berguna untuk membatasi lamanya waktu suatu paket dapat beredar di

jaringan. TTL ini berguna jika suatu paket memiliki informasi yang salah

sehingga paket tersebut tidak beredar terus-menerus, tetapi dihapuskan

jika nilai TTL dari paket telah dicapai.

2.8.3 Local Area Network (LAN)

Menurut Wijaya (2001, p51), Local Area Network merupakan

jaringan berkecepatan tinggi dan memiliki tingkat kesalahan data yang

rendah (low error data) serta hanya mencakup area geografis yang relatif

kecil.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

32

Menurut Wijaya (2001, p51), LAN didesain untuk beroperasi

dalam area geografis yang terbatas, memungkinkan banyak user untuk

mengakses media dengan bandwidth yang tinggi, menyediakan

konektivitas tanpa henti ke pelayanan lokal serta menghubungkan PC

secara fisik yang pada umumnya memerlukan alat-alat seperti repeater,

hub, bridge, switch, atau router.

2.8.3.1 Network Interface Card (NIC)

NIC adalah sebuah Printed Circuit Board (PCB) yang

menyediakan kemampuan komunikasi jaringan pada sebuah

komputer. NIC ini juga dikenal sebagai LAN adapter. NIC

dipasang pada sebuah motherboard dan menyediakan sebuah port

(biasanya RJ-45) untuk melakukan koneksi ke jaringan. NIC bisa

didesain untuk jaringan Ethernet, Token Ring, atau Fiber

Distributed Data Interface (FDDI).

2.8.3.2 Repeater dan Hub

Repeater ini akan membentuk signal kembali sehingga

kabel yang digunakan dapat mencapai jarak lebih jauh. Repeater

merupakan peralatan Internetworking yang berada pada layer fisik

(layer 1) dari OSI model sehingga bekerja pada level bit.

Kelemahan repeater adalah ketidakmampuannya untuk

menyaring traffic jaringan. Data (bit) yang datang dari salah satu

port repeater akan diteruskan ke seluruh port menuju segmen

LAN lain tanpa memperdulikan data tersebut diperlukan atau

tidak. Sedangkan istilah Hub ditujukan untuk repeater yang

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

33

memiliki banyak port (multiport repeater). Dan kini penggunaan

repeater telah beralih ke pemakaian hub. Hub hanya memiliki

satu collision domain, maka semua peralatan yang berhubungan

dengan suatu hub menggunakan satu collision domain secara

bersama walaupun peralatan dihubungkan ke port-port yang

berlainan dari hub.

2.8.3.3 Bridge dan Switch

Bridge bekerja di lapisan data link dan menggunakan

alamat MAC untuk meneruskan paket-paket data ke tujuannya.

Bridge juga secara otomatis membuat tabel penerjemah untuk

paket yang diterima di masing-masing port. Oleh sebab itu bridge

dapat mengurangi lalu lintas jaringan dengan hanya menyiarkan

paket-paket yang tidak dikenal oleh tabel penerjemah. Jadi bridge

digunakan untuk membagi LAN menjadi beberapa collision

domain untuk menghindari persaingan. Metode ini disebut

segmentasi. Salah satu kelemahan bridge adalah jika alamat yang

diterima tidak dikenal oleh bridge, maka bridge akan menyiarkan

berita ke segmen network lain sebagai pemberitahuan.

Seperti halnya bridge, switch juga bekerja di lapisan data

link, tetapi memiliki keunggulan dimana setiap port didalam

switch memiliki collision domain sendiri-sendiri. Oleh sebab itu

switch sering juga disebut multiport bridge. Switch mempunyai

tabel penerjemah untuk semua port. Switch menciptakan Virtual

Private Network (VPN) dari port penerima sehingga jika dua host

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

34

sedang berkomunikasi lewat VPN tersebut, mereka tidak

mengganggu segmen yang lainnya. Jadi jika satu port sedang

sibuk, port-port yang lainnya bisa berfungsi dengan normal. Oleh

sebab itu penggunaan switch semakin populer terutama dengan

harganya yang semakin terjangkau.

Switch memungkinkan transmisi full duplex untuk

hubungan port ke port dimana pengiriman dan penerimaan dapat

dilakukan bersamaan dengan menggunakan VPN tersebut diatas.

Persyaratan untuk dapat mengadakan hubungan full duplex adalah

hanya satu komputer atau server saja yang dapat dihubungkan ke

satu port dari switch (satu segmen per node). Komputer tersebut

harus memiliki network card yang mampu mengadakan hubungan

full duplex, serta collision detection dan loopback harus disable.

2.8.3.4 Router

Fungsi utama router adalah untuk meneruskan paket data

dari suatu LAN ke LAN lainnya yang biasanya saling berjauhan.

Untuk itu router menggunakan tabel dan protokol routing yang

berfungsi untuk mengatur lalu lintas data. Paket data yang tiba di

router diperiksa dan diteruskan ke alamat yang dituju. Agar paket

data yang diterima dapat sampai ke tujuannya dengan cepat,

router harus memproses data tersebut dengan sangat cepat.

Agar pemrosesan data dapat dilakukan dengan cepat, maka

router menggunakan Central Processing Unit (CPU) seperti yang

digunakan dalam komputer untuk memproses lalu lintas data

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

35

tersebut dengan sangat cepat. Seperti komputer, router juga

mempunyai jenis memori yaitu ROM, RAM, NVRAM, dan

FLASH, yang berguna untuk membantu kinerja CPU.

2.8.4 Topologi Jaringan

Menurut Wijaya (2001, p62), ada bermacam-macam topologi

jaringan yang dipakai untuk menghubungkan antar PC ataupun LAN.

2.8.4.1 Bus

Di dalam topologi ini, semua device terhubung ke satu medium,

dimana mediumnya mempunyai awal dan akhir. Topologi ini

biasanya menggunakan media kabel coaxial dan pada ujung-ujung

kabel dipasang terminating resistor yang berguna untuk

menghilangkan sinyal yang sudah tidak digunakan agar tidak

memantul balik yang akibatnya dapat menimbulkan data

corruption. Network yang biasanya menggunakan topologi bus

adalah Token Bus dan 10Base2.

2.8.4.2 Ring

Untuk membentuk jaringan cincin, setiap sentral harus

dihubungkan seri satu dengan yang lainnya dan hubungan ini akan

membentuk loop tertutup. Dalam sistem ini setiap sentral harus

dirancang agar dapat berinteraksi dengan sentral yang berdekatan

maupun berjauhan. Dengan demikian kemampuan melakukan

switching ke berbagai arah sentral. Jaringan yang biasanya

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

36

menggunakan topologi ini adalah IBM Token Ring dan Fiber

Distributed Data Interface(FDDI).

2.8.4.3 Star

Dalam topologi star, salah satu sentral dibuat sebagai

sentral pusat. Sistem ini mempunyai tingkat kerumitan jaringan

yang lebih sederhana sehingga sistem ini menjadi lebih ekonomis,

tetapi beban yang dipikul pusat cukup berat. Dengan demikian

kemungkinan tingkat kerusakan atau gangguan dari sentral lebih

besar. Pengembangan topologi star adalah extended star.

2.8.4.4 Tree/Hierarchical

Topologi jaringan ini disebut juga sebagai topologi jaringan

bertingkat. Topologi ini biasanya digunakan untuk interkoneksi

antar sentral dengan hirarki yang berbeda. Untuk hirarki yang

lebih rendah digambarkan pada lokasi yang rendah dan semakin

ke atas mempunyai hirarki semakin tinggi. Topologi jaringan jenis

ini cocok digunakan pada sistem jaringan komputer.

2.8.4.5 Mesh

Topologi jaringan ini menerapkan hubungan antar sentral

secara penuh. Jumlah saluran harus disediakan untuk membentuk

jaringan mesh adalah jumlah sentral dikurangi 1. Tingkat

kerumitan jaringan sebanding dengan meningkatnya jumlah

sentral yang terpasang. Dengan demikian disamping kurang

ekonomis juga relatif mahal dalam pengoperasiannya.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

37

2.8.5 Media Komunikasi

Menurut Wijaya (2001, p69), media untuk komunikasi dengan

menggunakan jaringan membutuhkan media yang bemacam-macan

sesuai dengan kebutuhan.

2.8.5.1 UTP (Unshielded Twisted Pair)

UTP adalah medium dengan 4 pasang kabel yang mirip

dengan STP. Sesuai namanya, perbedaannya dengan STP

adalah pada foil shield yang tidak dimiliki UTP. Oleh karena

itu, UTP ini lebih rentan terhadap electrical noise dan

interferensi dibanding media networking lainnya.

Keuntungannya, UTP memiliki diameter eksternal sekitar 0,43

cm. Ukuran yang kecil ini merupakan kelebihan dalam proses

instalasi, selain itu harganya pun lebih murah daripada kabel

LAN lainnya.

2.8.5.2 STP (Shielded Twisted Pair)

STP mengkombinasikan teknik shielding, cancellation,

dan kabel twisting. STP memiliki ketahanan terhadap

interferensi elektromagnetik dan frekuensi radio tanpa

menambah berat atau ukuran kabel secara signifikan. Shield

atau pelindung STP bukan merupakan bagian dari data circuit,

sehingga kedua ujung kabel harus dihubungkan ke ground. Jika

proses grounding ini tidak benar, STP dapat menjadi sumber

masalah, karena shield ini akan berfungsi seperti antena yang

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

38

menyerap sinyal elektrik dari kabel yang berdekatan dan juga

noise dari luar kabel.

Gambar 2.5 Gambar topologi jaringan (Wijaya, 2001, p62)

2.8.6 Internet Service Provider (ISP)

Menurut Nguyen (2002, p14), sebuah ISP menyediakan layanan

Internet untuk pelanggan bisnis dan rumah. ISP menyediakan layanan

dasar seperti email, web hosting, dan berita. ISP juga menawarkan

layanan tambahan lainnya seperti kalender, buku alamat, mesin pencari

(search engine), chatroom, instant messages, dan lain-lain.

Ring Topology Star Topology

Mesh Topology

Bus Topology

Tree Topology

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

39

2.9 Analisis Metode Jalur Kritis (Critical Path Method Analysis)

Menurut Soeharto (1997, p197) Analisis Metode Jalur Kritis (Critical

Path Method (CPM) Analysis) adalah cara menyusun pekerjaan yang merupakan

komponen dalam lingkup proyek menjadi jaringan kerja yang merupakan

komponen dalam lingkup proyek menjadi jaringan kerja, kemudian memberikan

angka kurun waktu masing-masing komponen. Langkah ini bertujuan mengkaji

secara analitis waktu penyelesaian proyek.

Perbedaan penting antara metode CPM dan PERT (Project Evaluation

and Review Technics - metode sejenis) terletak pada metode penentuan waktu.

PERT digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatan dengan kurun

waktu yang memiliki ketidakpastian tinggi, sehingga dipakai tiga estimasi waktu.

Para pemakai CPM dianggap telah memiliki dasar yang lebih kuat (misalnya

pernah mengerjakan pekerjaan sejenis sebelumnya) sebagai landasan untuk

memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap aktifitas.

Dalam hubungan ini, pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur

kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan

total waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang

tercepat.

Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan

pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi

pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila

pelaksanaannya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara

keseluruhan. Kadang-kadang dijumpai lebih dari satu jalur kritis dalam jaringan

kerja.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

40

Menurut Soeharto (1997, p187) peristiwa (Event), dan Milestone adalah

suatu titik waktu, di mana semua kegiatan-kegiatan sebelumnya (predecessor)

sudah selesai, dan kegiatan sesudah itu (successor) dapat dimulai. Peristiwa

pertama dalam jadwal proyek adalah titik awal mulainya proyek dan peristiwa

akhir adalah titik di mana proyek selesai. Peristiwa tidak memerlukan kurun waktu

maupun sumber daya. Peristiwa menjelaskan suatu keadaan misalnya sesuatu

kegiatan selesai atau mulai. Salah satu peristiwa atau event yang penting

dinamakan tonggak kemajuan atau milestone.

Node i dan Node j adalah node atau event yang berada di ekor anak panah

adalah node i, sedangkan yang di kepala adalah node j. Tetapi node j akan menjadi

node i untuk kegiatan berikutnya.

a. Hubungan peristiwa dan kegiatan pada CPM

i j

Peristiwa (node/event)terdahulu

Peristiwa (node/event)berikutnya

Kegiatan

Kurun waktu (D)

b. Kegiatan B mulai setelah A selesai

A B

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

41

c. Kegiatan B dan C dapat di mulai setelah A selesai (kegiatan memencar)

AB

C

d. Kegiatan C dan D dapat dimulai setelah kedua kegiatan A dan B selesai

A C

B D

Gambar 2.6 a, b, c, d, simbol dalam membuat jaringan kerja, menurut Soeharto

(1997, p188)

Menurut Soeharto (1997, p189) dummy adalah anak panah yang hanya

menjelaskan hubungan ketergantungan antara dua kegiatan, tidak memerlukan

sumber daya dan tidak membutuhkan waktu.

Agar terlihat adanya hubungan ketergantungan antara dua peristiwa

(event) maka diadakan “kegiatan fiktif” yang disebut dummy. Dummy tidak

memerlukan waktu dan digambarkan sebagai garis terputus. Kapan dummy

diperlukan, sering merupakan hal yang cukup rumit untuk menentukannya. Bila

suatu kegiatan mempunyai lebih dari satu kegiatan-kegiatan terdahulu, dan

kegiatan terdahulu tersebut juga merupakan kegiatan terdahulu dari kegiatan lain,

maka dummy diperlukan untuk memperlihatkan hubungan ketergantungan yang

ada di antaranya.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

42

Kegiatan A dan B harus selesai sebelum C dapat dimulai. Sedangkan D

dapat dimulai segera setelah B selesai dan tidak bergantung dengan A.

A C

B D

Dummy

Gambar 2.7 Hubungan ketergantungan, menurut Soeharto (1997, p189)

Tabel 2.2 Komponen kegiatan, menurut Soeharto (1997, p191)

Kegiatan Paling Awal (E) Paling Akhir (L)

Nama i - j

Kurun

Waktu

(D)

Mulai

(ES)

Selesai

(EF)

Mulai

(LS)

Selesai

(LF)

Total

Float

(TF)

Ket.

Kegi-

atan

TE = E

Waktu paling awal peristiwa (node/event) dapat terjadi (Earliest Time of

Occurance), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node

tersebut dapat dimulai, karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan

baru dapat dimulai bila kegiatan terdahulu telah selesai.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

43

TL = L

Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (Latest Allowable Event/Occurance

Time), yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu pe-

ristiwa terjadi.

ES

Waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila waktu kegiatan

dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal

kegiatan dimulai.

EF

Waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time). Bila hanya ada

satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan

berikutnya.

LS

Waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (Latest Allowable Start Time), yaitu

waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara

keseluruhan.

LF

Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish Time) tanpa

memperlambat penyelesaian proyek.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

44

D

Adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu menit, jam,

hari, minggu, bulan, dan lain-lain.

Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan adalah sama dengan waktu selesai paling

akhir, dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan, atau

LS = LF - D

Identifikasi Float

Float total suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir,

dikurangi waktu selesai paling awal atau waktu mulai paling akhir, dikurangi

waktu mulai paling awal dari kegiatan tersebut atau dengan rumus :

TF = LF - EF = LS - ES

Jalur kritis

Jalur kritis yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen

kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu

penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan

kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek.

Jalur tidak kritis

Kegiatan-kegiatan pada jalur ini pada umumnya dianggap kurang

memerlukan perhatian dari pucuk pimpinan proyek karena sifatnya yang tidak

mendesak.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

45

2.9.1 Cara Menghitung Waktu Kegiatan

A. Hitungan Maju

Dalam mengidentifikasi jalur kritis dipakai suatu cara yang

disebut hitungan maju.

Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan

terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES)

kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF)

yang terbesar dari kegiatan terdahulu.

Gambar 2.8 Suatu kejadian dengan dua atau lebih kegiatan-kegiatan

terdahulu yang menggabung, menurut Soeharto (1997, p198)

B. Hitungan Mundur

Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau

tanggal paling akhir. Pemimpin proyek “masih” dapat memulai dan

mengakhiri masing-masing kegiatan, tanpa menunda kurun waktu

penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari

hitungan maju. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan (hari terakhir

penyelesaian proyek) suatu jaringan kerja.

a

b

c

d

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

46

Bila suatu kegiatan memiliki (memecah menjadi) 2 atau lebih

kegiatan-kegiatan berikutnya (successor), maka waktu selesai paling

akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling

akhir (LS) kegiatan berikutnya terkecil.

Gambar 2.9 Kegiatan yang memiliki dua atau lebih kegiatan berikutnya

(memecah), menurut Soeharto (1997,p200)

2.9.2 Perkiraan Waktu dan Biaya dalam Sistem CPM

Dalam sistem CPM ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya

untuk setiap aktifitas yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan ini

adalah perkiraan normal (normal estimate) dan perkiraan cepat (crash

estimate). Perkiraan waktu yang normal kira-kira sama dengan perkiraan

waktu yang paling mungkin dalam CPM. Biaya normal tentu saja adalah

biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam waktu

normal. Perkiraan waktu cepat adalah waktu yang akan dibutuhkan oleh

suatu proyek jika biaya yang dikeluarkan tidak jadi soal dalam usaha

mempersingkat waktu bagi proyek tersebut. Dalam program semacam ini,

manajer akan melakukan segala apa saja yang dirasanya perlu untuk

a

b

c

d

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

47

mempercepat selesainya pekerjaan. Jadi biaya mempercepat adalah biaya

yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang di percepat

selesainya, dengan tujuan untuk mempercepat waktu selesainya sedapat

mungkin.

Biayalangsung

A

B

C

D Cepat

Normal

J LK MWaktu

Gambar 2.10 Waktu dan biaya dipercepat dibandingkan dengan waktu dan

biaya normal, menurut Levin (1983, p136)

2.10 Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat, maka perlu dipilih metodologi

penelitian yang benar.

2.10.1 Jenis dan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif dengan jenis

penelitian studi kasus, yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara

intensif dan mendetail.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-126-BAB 2.pdf · 10 2.3.1 Strategi bersaing (Competitive Strategy) Dalam

48

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka (Library Research)

Untuk menunjang data primer yang diperoleh dari penelitian

lapangan, perlu pula diperoleh data sekunder yang didapat dari studi

pustaka, dengan mempelajari baik dari buku wajib maupun pelengkap

yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Data yang diperoleh

merupakan data sekunder yang sifatnya teoritis dan ilmiah, serta

dapat dijadikan landasan dalam menganalisa objek penelitian,

mengambil kesimpulan dan mengemukakan saran.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu dengan melakukan penelitian langsung pada perusahaan

yang menjadi objek penelitian dengan mengajukan pertanyaan

melalui :

• Wawancara (interview) kepada manajer-manajer perusahaan.

• Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung

ditempat operasi.

Yang kesemuanya itu guna memperoleh data-data primer yang

diperlukan.