bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/28637/2/jiptummpp-gdl-s1-2011... · 2016. 4....
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan dasar dari interaksi sesama manusia.
Tanpa komunikasi baik interaksi antar individu, kelompok, maupun
organisasi tidak akan terjadi. Pada dasarnya komunikasi ini betujuan untuk
menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak
sosial dengan orang sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang lain untuk
merasa berpikir atau berperilaku seperti yang kita lakukan (Mulyana,
2005:4). Disadari atau tidak komunikasi telah menjadi bagian dalam
kehidupan sehari-hari. Dimulai dari komunikasi yang ditanamkan pada
lingkungan keluarga, sekolah, kerja ataupun lingkungan yang lain.
Sebagai mahluk sosial manusia selalu membutuhkan dan
senantiasa berusaha membuka serta menjalin hubungan (pergaulan)
dengan sesamanya. Hal ini bisa dilihat dari hubungan dengan keluarga,
lingkungan tetangga, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan lain-lain.
Interaksi yang baik antar individu dalam suatu organisasi atau perusahaan
merupakan suatu dasar tercipatanya hubungan dan kerja sama yang baik.
Untuk menciptakan hubungan dan kerja sama yang baik maka dibutuhkan
sebuah alat yaitu komunikasi
2
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seorang
komunikator kepada komunikan. Komunikasi dibutuhkan oleh setiap
individu untuk berinteraksi dengan individu lain. Dalam sebuah
perusahaan atau organisasi peranan manusia sangat penting. Dengan
adanya sumber daya manusia yang berkualitas maka tujuan dari
perusahaan atau organisasi tersebut akan tercapai.
Namun untuk meningkatkan sumber daya manusia dibutuhkan
sebuah motivasi (dorongan) dari setiap individu untuk bekerja secara lebih
bersemangat. Untuk menggerakkan semangat individu dalam bekerja
maka dibutuhkan sebuah interaksi yang baik antar individu untuk
menciptakan hubungan dan kerja sama yang baik pula. Untuk menciptakan
hubungan yang baik maka dibutuhkan komunikasi yang baik antar semua
unsur yang ada dalam organisasi atau perusahaan.
Komunikasi yang baik akan menimbulkan kenyamanan dan saling
pengertian dalam segala hal. Namun komunikasi sering kali dilupakan dan
dianggap mudah dilakukan oleh beberapa individu. Pada kenyataannya
bahwa komunikasi sangat susah dilakukan dan tidak mudah seperti
membalikkan telapak tangan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya konflik
yang terjadi karena tidak adanya komunikasi yang baik. Contohnya seperti
peristiwa penggusuran makam mbah priok oleh gubernur DKI Jakarta.
Peristiwa ini terjadi karena adanya kesalahan komunikasi dan sosialisasi
antara pemerintah DKI Jakarta dan warga sekitar makam. Sebenarnya
lahan tersebut akan dibangun dan dijadikan monumen cagar budaya
3
supaya tetap terpelihara. Tetapi karena tidak adanya komunikasi dalam
memberian informasi dan sosialisasi yang baik antara pemerintah, aparat
kepolisian, satpol pp dan masyarakat maka terjadilah bentrokan yang
mengakibatkan kerugian materiil, puluhan orang luka-luka dan meninggal
dunia. Menurut Jusuf Kalla Dalam kasus ini seharusnya pihak pemerintah
melakukan komunikasi dan sosialisasi dengan warga sekitar supaya tidak
ada kesalah pahaman. Peran komunikasi dalam kasus ini sangat penting
yaitu sebagai informasi tentang suatu kebijakan yang berhubungan
dengan masyarakat agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas
terhadap kondisi lingkungan dan individu lain, sehingga dapat mengambil
keputusan yang tepat.
(http://www.antaranews.com/berita/1273837392/kalla-kerusuhan-mbah-
priok-karena-kesalahan-komunikasi)
Contoh yang lainnya yaitu demo yang dilakukan oleh 5 ribu buruh
PT. Metro Garmin dijalan Mochamad Toha. Para buruh melakukan demo
karena mereka diliburkan oleh pabrik secara sepihak tanpa adanya
pemberitahuan terlebih dahulu oleh pimpinan. Hal ini terjadi pada saat
adanya seseorang yang mengaku sebagai pimpinan baru dan meliburkan
para buruh tanpa ada kordinasi dan komunikasi terlebih dahulu. Para
buruh pada saat itu di buat bertanya-tanya apakah mereka di PHK atau
hanya diliburkan sementara. Sehingga hal ini menyebabkan terjadinya
demo.
4
Aksi demo yang dilakukan oleh buruh PT. Metro Garmin ini
dilakukan sejak jam 6.00 dan berakhir jam 10.00. Walaupun sempat
terhalang oleh aparat polisi yang menjaga pintu pabrik akhinya para buruh
berhasil menghancurkan pabrik dan alat perkantoran. permasalahan ini
terjadi karena adanya perselisihan yang terjadi antar para pemegang saham
yang membuat nasib para karyawannya tidak jelas
(http://bandung.detik.com › News Bandung).
Jadi dalam hal ini komunikasi sangat penting sekali. Apalagi dalam
lingkungan kerja. Komunikasi digunakan untuk berinteraksi dengan
sesama individu yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
Dimana interaksi ini dilakukan untuk menciptakan hubungan kerja yang
nyaman. Sehingga dapat menimbulkan semangat dalam bekerja untuk
meningkatkan kualitas dan prestasi kerja.
Semangat kerja sering kali diartikan sebagai sikap individu atau
sekelompok orang terhadap kesukarelaannya untuk bekerja sama agar
dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. Semangat kerja
mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan
organisasi, karena mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
produktivitas kerja karyawan. Dengan demikian semangat kerja
merupakan suatu keadaan yang harus selalu diperhatikan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
5
Banyak sekali akibat yang merugikan organisasi karena disebabkan
karyawannya tidak memiliki sernangat kerja yang tinggi. Akibat ini dapat
terjadi dalam berbagai bentuk tindakan atau perbuatan yang merugikan
perusahaan, sebagai contoh adalah pemogokan kerja, kecelakaan kerja,
kelalaian kerja dan tidak disiplin kerja. Semangat kerja yang dimiliki oleh
individu dalam bekerja bisa terjadi karena adanya komunikasi yang baik
diantar para individu. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa setiap individu
membutuhkan interaksi dan berhubungan dengan orang lain.
Dengan banyaknya komunikasi yang dilakukan maka dapat
menciptakan semangat individu dalam bekerja. Menurut Yullidya (2001)
dalam Runie (2005) bahwa dalam perusahaan atau organisasi komunikasi
yang efektif mempengaruhi adanya produktivitas kerja karyawan. Dengan
komunikasi yang efektif maka karyawan dengan cepat dan tepat
mengartikan maksud tentang apa yang diinginkan oleh individu lain.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak di jumpai individu yang
kurang semangat dalam berkerja. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
hal diantaranya yaitu kurangnya perhatian antar individu untuk saling
berbagi informasi mengenai lingkungan kerjanya. Semangat kerja dapat
terjadi apabila kebutuhan yang diinginkan oleh individu tercapai salah
satunya yaitu kebutuhan akan informasi mengenai lingkungan kerja.
Individu dapat lebih respon dan bekerjasama dengan informasi yang
dimilikinya. Individu dapat lebih tanggap ketika lingkungannya
mendukung akan kebutuhan dasar informasi. Individu membutuhkan
6
informasi untuk mencapai tujuan yang diingkannya. Informasi selalu di
ikuti oleh proses komunikasi yaitu berbagi informasi antara dua orang atau
lebih dan adanya proses pemahaman serta berbagi makna.
Begitupun juga dengan seorang guru. Guru merupakan ujung
tombak yang melakukan proses pembelajaran disekolah. Sehingga kualitas
pendidikan dan lulusan sekolah sering kali tergantung pada peran seorang
guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan
dalam proses belajar mengajar, yang menjadi tanggung jawab sekolah.
Apabila seorang guru yang merupakan faktor penting dalam meningkatkan
prestasi siswa tidak mempunyai semangat dalam proses belajar mengajar
maka banyak prestasi siswa yang turun dan kualitas pendidikan akan
menurun. Semangat guru dalam proses belajar mengajar bisa timbul
apabila ada perhatian, kesesuaian, kepercayaan dan kepuasan yang
diberikan kepala sekolah, serta komunikasi yang lancar antara guru dan
kepala sekolah dan guru dengan guru.
Dengan adanya komunikasi yang lancar antar semua unsur yang
terlibat maka dengan begitu individu tersebut merasa diperhatikan dan
dihargai keberadaannya. Sehingga hal ini akan membuat individu
melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru yang baik adalah guru yang
professional. Seperti yang tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang
tenaga kependidikan disebutkan dalam pasal 39(2) bahwa pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, memiliki hasil pembelajaran,
7
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidikan pada perguruan
tinggi
Menurut Uzer Usman guru professional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga dia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Seorang guru yang profesional sangat berperan
dalam mencetak generasi bangga yang baik dan juga kualitas pendidikan
yang unggul. Perwujudan tersebut tercermin dalam keunggulannya dalam
mengajar, hubungan dengan siswa, hubungan dengan sesama guru dan
hubungan dengan pihak lain. (http://www.pdf-finder.com/PENGARUH-
PROFESIONALISME-DAN-GAJI-TERHADAP-SEMANGAT-KERJA-
GURU.html).
Pada saat ini banyak sekali sekolah-sekolah, baik negeri maupun
swasta yang menawarkan kualitas dan pelayanan terbaik untuk para siswa.
Hal ini dilakukan supaya banyak anak-anak yang berminat masuk
kesekolah tersebut. Tidak hanya sekolah swasta yang menawarkan
pendidikan yang berlandaskan agama islam, tetapi sekolah negeripun ada
yang menawarkan pendidikan yang berlandaskan agama islam. Salah
satunya yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang yang merupakan
sekolah negeri tetapi berlandaskan agama islam.
MAN 3 Malang merupakan sekolah menengah setara SMU yang
berlandaskan Agama Islam. Madrasah yang berlokasi dijalan Bandung 7
8
Malang ini telah ditetapkan sebagai salah satu dari beberapa MAN
unggulan di Indonesia. Madrasah unggulan ini secara berkesinambungan
terus berpacu dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanaan
pendidikan. Sehingga saat ini telah menjadi salah satu sekolah yang favorit
di kota Malang.
Hal ini tampak melalui berbagai prestasi yang telah dicapai oleh
MAN 3 Malang baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, grafik prestasi MAN 3 Malang
baik akademik maupun non akademik terus meningkat. Dalam bidang
akademik, tahun 2004/2005 lalu sekitar 75 persen alumninya berhasil
diterima dibeberapa Perguruan Tinggi Negeri Favorit di Indonesia. Selain
itu, dalam bidang non akademik pun selama ini MAN 3 Malang telah
menunjukkan prestasi yang luar biasa. Sukses MAN 3 Malang ini bukan
saja di tentukan kualitas siswanya, tetapi keberhasilan MAN 3 Malang
diperoleh melalui proses pembelajaran yang tidak lepas dari peran
pendidik yang giat mengadakan work shop, seminar dan pelatihan-
pelatihan. Sekolah dengan penataan lingkungan penuh warna islami dan
asri ini telah pula berhasil mengembangkan PSBB (Pusat Sumber Belajar
Bersama) yang merupakan tempat yang multifungsi yaitu untuk seminar
atau pelatihan, penginapan dan kegiatan belajar mengajar. Selain itu
terdapat beberapa fasilitas penunjang yang lengkap seperti laboratorium,
perpus, internet center, kebun tanaman obat dan lain sebagainya
(www.man3malang.ac.id).
9
Untuk menjadikan sekolah favorit pastilah ada sebuah komitmen
dan kerja sama yang baik antar semua unsur yang terlibat sehingga
sekolahnya tetap dikenal dan diterima oleh masyarakat dan untuk
menjalankan aktivitas tersebut pasti dibutuhkan komunikasi agar tercipta
hubungan dan kerja sama yang baik antar semua unsur yang terlibat dalam
organisasi tersebut. Kondisi inilah yang menjadi alasan penulis untuk
melakukan penelitian di MAN 3 Malang khususnya dalam hal komunikasi
yang berlangsung dan kaitannya dengan semangat kerja yang dimiliki oleh
para guru. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa semangat kerja yang tinggi
dapat mempengaruhi proses berlangsungnya komunikasi dikalangan guru.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh antara frekwensi komunikasi organisasi terhadap
semangat kerja guru MAN 3 Malang?
2. Adakah pengaruh antara intensitas komunikasi organisasi terhadap
semangat kerja guru MAN 3 Malang?
3. Adakah pengaruh antara frekwensi dan intensitas komunikasi organisasi
terhadap semangat kerja guru MAN 3 Malang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar pada rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh antara frekwensi komunikasi organisasi
terhadap semangat kerja guru MAN 3 Malang.
10
2. Untuk mengetahui pengaruh antara intensitas komunikasi organisasi
terhadap semangat kerja guru MAN 3 Malang.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara frekwensi dan intensitas komunikasi
organisasi terhadap semangat kerja guru MAN 3 Malang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis:
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan bagi
penelitian lebih lanjut, khususnya, yang berhubungan dengan
pengaruh frekwensi dan intensitas komunikasi organisasi terhadap
semangat kerja guru.
b) Penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan sumbangan pada
kajian ilmu komunikasi, terutama kajian yang berkaitan dengan
komunikasi organisasi dan semangat kerja.
2. Manfaat Praktis:
Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
atau masukan kepala sekolah untuk lebih memperhatikan bagaimana
meningkatkan semangat kerja guru supaya merasa nyaman dan lebih
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang
pengajar. Selain itu bisa juga digunakan sebagai bahan evaluasi
terhadap interaksi yang berkaitan dengan frekwensi dan intensitas
komunikasi dikalangan guru dalam organisasi (sekolah). Apakah
komunikasi tersebut sudah berjalan dengan baik sehingga dapat
menimbulkan gairah dan semangat dalam bekerja.
11
TINJAUAN PUSTAKA
A. KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Menurut Efendi (2000:28) komunikasi merupakan proses
pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Sedangkan menurut Arni (2005:4) komunikasi adalah
pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan
si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
Selanjutnya Schramm mengartikan komunikasi sebagai
pertukaran informasi yang bertujuan mencari kesamaan makna
diantara para peserta komunikasi (Praktikto, 1987:17).
Komunikasi menurut Harold Lasswell adalah dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut who says what (siapa
mengatakan apa) in which channel (dengan saluran apa) to whom
(kepada siapa) with what effect (dengan pengaruh bagaimana)
(Mulyana, 2005:62).
Jadi yang dimaksud komunikasi adalah proses penyampaian
pesan atau informasi oleh seorang komunikator kepada komunikan
baik secara verbal maupun non verbal melalui media dengan maksud
untuk mengubah perilaku dan mencari kesamaan makna diantara
keduanya.
12
2. Komponen Komunikasi
Menurut Pratikto (1987:22) ada beberapa komponen
komunikasi yang paling pokok adalah:
a. Komunikator, adalah individu atau orang yang mengirim pesan-
pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si
pengirim pesan (Arni, 2005:17).
b. Komunikan, yaitu orang yang menerima, menganalisis,
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya (Arni, 2005:18).
c. Pesan, berupa gagasan, pendapat, dan sebagainya yang sudah
dituangkan dalam bentuk dan melalui lambang komunikasi
kemudian diteruskan kepada individu lain atau komunikan. Pesan
bisa disampaikan dalam bentuk verbal maupun non verbal.
d. Media, merupakan sarana atau alat-alat atau saluran-saluran yang
dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang akan
dikomunikasikan. Pada saat berkomunikasi setiap individu
membutuhkan sebuah media sebagai penyalur pesan. Dalam
berkomunikasi jarang sekali individu hanya menggunakan satu
media atau saluran. Mereka biasanya menggunakan lebih dari satu
saluran yang berbeda secara simultan.
e. Umpan balik, adalah informasi yang dikirim balik ke sumbernya
(Devito, 1997:28). Umpan balik dapat berasal dari diri individu
sendiri atau dari individu lain. Umpan balik yang berasal dari diri
individu sendiri seperti pada saat individu sedang berbicara dengan
13
individu lain pada saat bersamaan si komunikator mendengar apa
yang dikatakan kepada komunikan. Sedangkan umpan balik dari
individu lain saat si komunikan memberikan respon terhadap pesan
yang ada.
f. Gangguan, gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan.
gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan
sumber dalam penyampaikan pesan (Devito, 1997:28). Ada
beberapa macam ganguan dalam komunikasi yaitu gangguan fisik
(adanya orang yang berbicara pada saat penyampaian pesan),
gangguan psikologi (individu yang tidak bisa menerima pesan yang
disampaikan karena berbeda dengan pemahaman komunikan),
gangguan semantik (kesalah pahaman komunikan dalam penafsiran
makna dari pesan yang disampaikan)
g. Efek, komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu
atau lebih individu yang terlibat dalam tindakan komunikasi
(Devito, 1997:29). Pada setiap tindak komunikasi selalu ada
konsekuensi.
3. Fungsi Komunikasi
Menurut Widjaja (1988:60) dalam arti yang lebih luas
komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai pertukaran pesan dan berita
tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar
menukar data, fakta dan ide. Maka fungsi komunikasi dalam sistem
sosial adalah sebagai berikut:
14
a. Informasi
Komunikasi berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan,
pemproses dan penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini
dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi
secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan individu lain,
sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.
b. Sosialisasi
Komunikasi sebagai sumber penyedia ilmu pengetahuan
yang memungkinkan individu bersikap dan bertindak sebagai
anggota masyarakat yang efektif, sehingga individu sadar akan
fungsi sosialnya dan bisa aktif dalam lingkungan masyarakat.
c. Motivasi
Menjelaskan tujuan jangka pendek maupun panjang setiap
masyrakat yang bisa mendorong individu untuk menentukan
pilihan dan keinginannya berdasarkan keinginan bersama yang
akan di capai.
d. Perdebatan dan Diskusi
Yaitu untuk saling tukar menukar fakta yang diperlukan
untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan
pendapat mengenai masalah publik dengan menyediakan bukti-
bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum
supaya masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang
menyangkut kepentingan bersama.
15
e. Pendidikan
Untuk menggali ilmu pengetahuan sehingga mendorong
perkembangan intelektual yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.
f. Memajukan Kehidupan
Yaitu dengan penyebaran hasil kebudayaan dan seni untuk
melestarikan warisan masa lalu dengan memperluas wawasan
individu, membangun imajinasi, mendorong kreativitas dan
kebutuhan estetikanya.
g. Hiburan
Penyebaran sinyal, symbol, suara dan image dari drama,
tari kesenian, kesusastraan, musik, olah raga merupakan
kesenangan individu dan kelompok.
h. Integrasi
Adalah menyediakan bagi kelompok setiap bangsa dan
individu untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan
agar mereka dapat saling kenal, mengerti dan menghargai kondisi,
pandangan dan keinginan individu lain.
4. Komunikasi Sebagai Interaksi Sosial
a. Komunikasi sebagai interaksi
Komunikasi sebagai interaksi disetarakan dengan
komunikasi sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya
bergantian. Hal ini bisa dilihat dari seorang komunikator
16
menyampaikan pesan baik berupa verbal maupun non verbal
kemudian direspon oleh komunikan baik berupa lisan atau
isyarat tubuh, kemudian di komunikator merespon lemabali
dan hal ini berlangsung selama komunikasi berlangsung.
Dalam komunikasi ini antara komunikator dan komunikan
mempunyai fungsi dan peran yang berbeda.
Dalam komunikasi ini komponen atau unsur yang
penting adalah umpan balik (feed back) yakni apa yang
disampaikan oleh komunikan kepada komunikator, dimana
pesan tersebut digunakan sebagai petunjuk mengenai
efektivitas terhadap pesan yang disampaikan sebelunmya.
Suatu pesan dapat dikatakan sebagai umpan balik apabila yang
disampaikan merupakan respon terhadap pesan pengirim dan
dapat mempengaruhi perilaku komunikator (pengirim). Umpan
balik dapat berasal dari saluran komunikasi atau dari
lingkungan yang digunakan oleh komunikator.
b. Komunikasi sosial
Komunikasi sosial ini mengisyarakat bahwa komunikasi
itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagian dan
untuk terhindar dari tekanan dan ketegangan. (Mulyana,
2005:5). Melalui komunikasi individu bisa berhubungan dan
bekerja sama dengan individu lain. Dengan komunikasi
17
individu dapat membangun kerangka rujukan dan
mengunakannya sebagai panduan untuk menafsirka situasi
yang dihadapi.
Komunikasi juga berguna untuk menerapkan strategi-
strategi adaptasi untuk mengatasi problematik yang dimasuki
oleh individu. Seseorang yang tidak memasuki komunikasi
untuk berinteraksi dengan individu lain maka individu tersebut
tidaka akan bisa beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini
terbukti dengan ditemukannya Victor, manusia liar asal
Aveyron yang dibesarkan oleh seekor serigala yang hidup
akhir abad ke-18. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari
seperti makan, minum, berperilaku dan berkomunikasi Victor
meniru gaya hidup serigala. Tapi sayang Victor akhirnya
meninggal muda setelah ditemunakan oleh manusia yang
beradab dan dicoba untuk menjadi manusia normal seperti
kebanyakan individu lain.
c. Komunikasi sebagai interaksi sosial
Komunikasi merupakan dasar dari interaksi antar
individu, dimana komunikasi itu digunakan sebagai alat untuk
membangun suatu hubungan sosial yang baik diantara ke
duanya. Tidak ada individu yang tidak membutuhkan
komunikasi. Apalagi sebagai mahkluk sosial, mereka
membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi dengan
18
lingkuangan sosial karena setiap individu pasti membutuhkan
individu lain dalam memenuhi kebutuhannya.
Selain itu komunikasi juga diguanakan oleh individu
untuk beradaptasi dalam interaksi dilingkuan sosialnya supaya
tidak ada salah paham diantara mereka. Dalam menjalin
hubungan dengan lingkuannya setiap individu harus
memperhatikan aturan dan batasan yang ada dimasyarakat.
Menurut Stewart dan Sylvia (2005:3) ada beberapa atuaran
yang berlaku dalam masyarakat yang harus diperhatikan dalam
menjalin hubungan sosial, diantaranya yaitu:
1. Norma
Adalah aturan, implisit maupun eksplisit mengenai
perilaku. Dari aturan-aturan ini diharapkan supaya tahu
bagaimana individu akan bersikap. Seperti halnya pada
saat individu bertemu pertama kali dengan individu lain
maka harus mengikuti norma-norma yang berlaku dalam
berkomunikasi dengan lain yaitu bagaiman memulai dan
mengakhiri pembicaraan, bagaiman cara memandang
seseorang pada saat berkomunikasi dan bagaimana
mengawali dan mengakhiri suatu pertemuan.
Norma-norma muncul dalam beberapa tingkat sosial
dan sering kali dialihkan dari satu hubungan ke hubungan
yang lainnya dengan ukuran keberhasilan yang tidak
19
selalu sama. Penting untuk disadari bahwa persetujuan
normatif harus dan diubah mengikuti perubahan orang-
orang yang membuatnya. Beberapa perjanjian sebenarnya
menetapkan kondisi untuk merundingkan istialah baru
atau memperbaruhi istilah yang lama.
Dengan demikian norma merupakan suatu petunjuk
yang membatasi dan mengarahkan perilaku. Individu
menerima norma-norma itu karena norma-norma tersebut
memberi kesempatan kepada individu untuk menetapkan
prosedur operasi yang baku dan aturan yang dasar yang
membuat perilaku orang lain lebih mudah di perkirakan
dan mengurangi kebutuhan untuk mengkomunikasikan
perilaku tersebut. Menurut Tribaut dan Kelley (Stewart
dan Sylvia, 2005:3) bahwa norma-norma efektif dapat
mengurangi risiko interaksi dan menghilangkan kegiatan
yang kurang menyenangkan dalam suatu hubungan.
2. Peranan
Peranan merupakan seperangkat norma yang
berlaku bagi subkelas tertentu dalam masyarakat.
Contohnnya seperti Nancy dia dilukiskan sebagai gadis
muda, seorang teman, seorang mitra, seorang pembeli dan
seorang istri. Dalam mengangsumsikan perana-peranan itu
individu tidak menjadi orang yang bergerak secara
20
otomatis juga individu tidak perlu mengorbankan
individualismenya.
Dalam banyak situasi peranan yang diharapkan dan
yang dimainkan seseorang bisa sangat berbeda. Seperti
halny orang tua yang diharapkan dapat menenuhi
kebutuhan anaknya. Akan tetapi peranan yang dimainkan
orang tua pada kenyataannya bisa sangat berbeda. Bahkan
tanpa disadari bisa terjadi perubahan peranan menjadi
sebaliknya. Tanpa diminta kita semua memainkan suatu
peranan. Apabila individu memainkan suatu peranan
dengan intensitas tertentu maka individu tersebut
berkomunikasi melalui peranan tersebut, dimana individu
tersebut memerankan peranan tertentu.
5. Pengertian Komunikasi Organisasi
Menurut Redding dan Sanbon (Abdullah Masmuh, 2008:5)
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi
dalam organisasi yang komplek. Yang termasuk dalam bidang ini
adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan
pengelola, komunikasi donward atau komunikasi dari atasan kepada
bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan dan komunikasi
dari orang-orang yang sama level/ tingkatnya dalam organisasi.
Sedangkan menurut Zelko dan Dance (Arni Muhammad,
2005:66) komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling
21
tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi
eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu
sendiri, seperti komunikasi atasan ke bawahan, bawahan keatasan dan
komunikasi antar karyawan. Sedangkan komuniaksi eksternal yaitu
komunikasi yang dilakukan dengan lingkungan luarnya.
Selanjutnya komunikasi organisasi menurut Joseph A. Devito
(Abdullah Masmuh, 2008:6) merupakan pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan dalam organisasi formal maupun informal. Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi pada organisasi yang berisi tentang cara-cara
kerja didalam organisasi, produktifitas dan berbagai pekerjaan yang
harus dilakukan dalam organisasi. Sedangkan komunikasi informal
adalah komunikasi yang disetujui secara sosial yang berorientasi pada
para anggotanya secara individual.
Katz dan Kahn (Arni Muhammad, 2005:65) mengatakan bahwa
komunikasi organisasi adalah arus informasi, pertukaran informasi,
dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi.
Jadi komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
informasi dalam suatu organisasi yang kompleks yang terdiri dari
komunikasi internal yaitu komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu
sendiri dan di setujui oleh para anggota organisasi yang berisi tentang
cara-cara kerja didalam organisasi, produktifitas dan berbagai
22
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi dan komunikasi
eksternal komunikasi yang dilakukan dengan lingkungan luarnya.
6. Elemen Organisasi
Menurut Arni (2005: 25) bahwa ada beberapa elemen dasar
dari organisasi yang saling keterkaitan satu dengan yang lain, yaitu
sebagai berikut:
a. Struktur Sosial
Struktru sosial adalah pola atau aspek aturan
hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu
organisasi. Menurut Davis (Arni, 2005: 26) bahwa struktur
sosial dapat dipisah menjadi dua komponen yaitu struktur
normatif dan struktur tingkah laku.
Struktur normatif mencakup nilai, norma dan
peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang
digunakan dalam memilih tujuan dari tingkah laku. Norma
adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mengejar tujuan.
Sedangkan peranan digunakan sebagai standar penilaian
tingkah laku karyawan yang sesuai dengan posisinya.
Komponen yang kedua adalah struktur tingkah laku.
Komponen ini berfokus pada tingkah laku bukan pada
bagaimana melakukan tingkah laku itu sendiri. Tingkah
laku dalam organisasi ini mempunyai karakteristik yang
23
merupakan jaringan atau pola tingkah laku. Seperti siapa
orang yang mempengaruhi orang lain atau siapa orang yang
suka mengasingkan diri dari orang lain.
b. Partisipan
Partisipan organisasi adalah individu-individu yang
memberikan kontribusi kepada organisasi. Seperti seorang
karyawan dalam perusahaan merupakan anggota organisasi
dalam perusahaanya, anggota dari perkumpulan agamanya,
anggota dari perkumpulan masyarakat dan lainnya.
Tingkat keterampilan yang dibawa partisipan
kedalam organisasi adalah sangat berbeda-beda. Sehingga
susunan struktural dalam organisasi harusnya dirancang
untuk menyesuaikan dengan tingkat keterampilan
anggotanya.
c. Tujuan
Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat
diperlukan dalam memahami organisasi. Banyak orang
mempertanyakan apakah tujuan membentuk suatu fungsi
dari pada membenarkan tindakan yang lalu. Tetapi ahli
tingkah laku menjelaskan bahwa individulah yang
mempunyai tujuan bukan organisasi.
Tujuan merupakan suatu titik sentral petunjuk
dalam menganalisis organisasi. Tujuan dibatasi sebagai
24
suatu konsepsi akhir yang di ingini atau kondisi yang
partisipan usahakan mempengaruhinya melalui penampilan
aktivitas tugas-tugas mereka.
d. Teknologi
Penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin
dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.
Semua organisasi mempunyai teknologi, tetapi bervariasi
dalam teknik untuk kemajuan dalam memproduksi hasil
yang diinginkan. Beberpa organisasi memproses materi
input atau masukan dan membangun perlengkapan
perangkat keras dan ada juga organisasi yang memproses
orang yang hasil produksinya adalah individu-individu
yang berpengetahuan dan terampil.
e. Lingkungan
Setiap organisasi harus bisa beradaptasi dengan
budaya dan lingkungan sosial yang ditempati. Tidak ada
organisasi yang sangkup mencukupi kepentingan dirinya
sendiri. Semua tergantung pada lingkungan untuk dapat
terus hidup. Sangat sedikit organisasi yang mengira bahwa
mereka bertanggung jawab penuh terhadap sosialisasi dan
latihan partisipan karyawan.
Karyawan merupakan individu yang datang ke
organisasi dengan membawa kebudayaan dan keadaan
25
sosial yang mereka peroleh dari interaksi dalam lingkungan
sosial yang lain. Hambatan suatu organisasi bisa datang
dari minat yang berbeda setiap individu yang tidak dapat
dihindarkan dalam tingkah laku individu.
7. Penggolongan Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi merupakan unsur pengikat berbagai bagian yang
saling bergantung dari sistem. Tanpa komunikasi tidak akan ada
aktivitas yang terorganisir. Komunikasi memungkinkan struktur
organisasi berkembang dengan memberikan alat-alat kepada individu-
individu yang terpisah untuk mengkoordinir aktivitas mereka sehingga
tercapai sasaran bersama.
Dalam kenyataannya masalah komunikasi senantiasa muncul
dalam proses organisasi. Dengan komunikasi orang bisa
mengkoordinir kegiatan mereka untuk mencapai tujuan bersama.
Komunikasi tidak hanya digunakan untuk menyampaikan informasi
atau mentransfer makna saja tetapi komunikasi juga digunakan untuk
membentuk makna dan mengembangkan harapan mengenai sesuatu
yang terjadi disekitar mereka. Menurut Redi Panuju (Abdullah,
2008:7) bahwa connection komunikasi merupakan sistem aliran yang
menghubungkan dan membangkitkan kinerja antar anggota dalam
organisasi sehingga menghasilkan sinergi.
26
Menurut Abdullah Masmuh (2008:8) terdapat lima bentuk dan
jenis komunikasi yang dapat digolongkan dan diklasifikasikan dalam
berbagai kategori, yaitu:
1. Komunikasi Lisan dan Tertulis
Komunikasi ini sering kali digunakan untuk komunikasi
antar pribadi. Hal ini dikarenakan sebagian besar interaksi manusia
terjadi secara bertatap muka. Komunikasi lisan banyak disukai oleh
banyak orang karena terjadi secara langsung sehingga umpan balik
yang diharapakan bisa segera diketahui oleh si komunikator. Selain
itu komunikasi lisan juga lebih mudah dan cepat dikirim sehingga
tidak membutuhkan biaya yang besar.
Sedangkan untuk komunikasi tulisan kebanyakan dilakukan
orang yang saling berjauhan sehingga tidak bisa berkomunikasi
secara langsung, sehingga membutuhkan waktu untuk
mendapatkan umpan balik yang diharapkan dan juga mengeluarkan
biaya yang besar.
2. Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Komunikasi bisa dilakukan dengan cara verbal (bahasa)
atau non verbal (simbol). Komunikasi non verbal digunakan untuk
menyatakan perasaan seseorang melalui berbagai isyarat-isyarat
atau signal-signal yaitu melalui ekspresi wajah, posisi dan gerakan
tubuh, kontak mata dan lain sebagainya. Komunikasi non verbal
sering kali dilakukan karena komunikasi verbal dirasa kurang
27
untuk menjelaskan sesuatu hal. Sedangkan komunikasi verbal itu
sendiri bisa dilihat dari tinggi rendahnya suara, peruabahan nada
suara (keras atau tidak) dan lain-lain.
3. Komunikasi Kebawah, Keatas dan Kesamping
Penggolongan komuniaksi ini didasarkan pada aliran pesan
dan informasi dalan suatu organisasi.
Komunikasi kebawah
Berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan
berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih
rendah (Wayne Pace, 2001:184). Seorang manajer mempunyai
tugas yang sulit dalam menentukan informasi yang harus
disampaikan atau tidak kepada bawahannya. Komunikasi
kebawah pada umumnya sangat cocok digunakan jika
manajemen hanya ingin menyampaikan informasi faktual dan
non-komersial dan juga tujuannya hanya semata-mata
memberikan informasi bukan membujuk.
Komunikasi kebawah mempunyai fungsi pengarahan,
perintah, indoktrinasi, inspirasi dan evaluasi. Selain itu
komunikasi kebawah juga berisi informasi mengenai tujuan
organisasi, kebijaksanaan perusahaan, peraturan, pembatasan,
insetif, tunjangan dan hak-hak karyawan.
28
Komunikasi keatas
Komunikasi keatas adalah informasi yang ada mengalir
dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ketingkat yang lebih
tinggi (atasan). Dalam organisasi setiap bawahan dapat
meminta informasi atau memberi informasi kepada atasan
(Wayne Pace, 2001:184).
Komunikasi keatas berfungsi untuk memperoleh
informasi mengenai kegiatan, keputusan dan pelaksanaan
pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah.
Komunikasi ini dapat berupa laporan prestasi kerja, saran-
saran, rekomendasi, usulan anggaran dan lain-lain.
Komunikasi kesamping
Komunikasi kesamping terjadi antara dua orang yang
berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama atau
seseorang yang pada tingkatan yang berbeda yang tidak
mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lain.
Komunikasi ini terjadi secara teratur diantara karyawan yang
bekerjasama dalam suatu team diantara para anggota kelompok
karyawan yang berbeda secara fungsional. Jadi komunikasi
kesamping sangat berkaitan erat dengan aliran kerja dalam
organisasi.
Pertukaran informasi antar karyawan didalam
perusahaan sangat membantu dalam menjalin dan mengikat
29
suatu organisasi menjadi satu kesatuan yang utuh dan juga
sebagai alat utama untuk mengkoordinasikan dan
mempersatukan semua bagian yang ada dalam struktur
organisasi perusahaan. Dalam hal ini fungsi utama komunikasi
kesamping adalah pengordinasian dan pemecahan masalah.
4. Komunikasi Formal dan Informal
Dasar penggolongan ini adalah terletak pada gaya, tata
karma dan pola aliran informasi didalam perusahaan.
Komunikasi Formal
Menurut Miftah Thoha (Abdullah, 2008:14) komunikasi
organisasi merupakan proses komunikasi yang mengikuti jalur
hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur
organisasi. Komunikasi ini terjadi diantara karyawan melalui
garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Saluran yang digunakan dalam komunikasi formal yaitu
melalui komunikasi keatas dan komunikasi kesamping. Dalam
menggunakan komunikasi ini manajemen harus bisa
menciptakan kondisi yang menyenangkan. Menurut Abdullah
Masmuh (2008:15) bahwa proses komunikasi formal pada
hakekatnya dapat dibedakan atas tiga dimensi, yaitu:
30
a. Dimensi Vertikal
Adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas
kebawah dan sebaliknya dari bawah keatas, seperti
hubungan kerja antara atasan dan bawahan.
b. Dimensi Horizontal
Yakni pengiriman dan penerimaan berita atau informasi
yang dilakukan antar berbagai karyawan yang
mempunyai kedudukan yang sama. Tujuan dari
komunikasi ini adalah untuk melakukan koordinasi.
c. Dimensi Luar Organisasi
Dimensi ini timbul sebagai akibat dari kenyataan bahwa
suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian, karena itu
organisasi membutuhkan komunikasi dengan pihak luar
yang berada dalam lingkungannya tersebut. Dalam
dimensi ini informasi masuk ke dalam suatu organisasi
yang berasal dari luar, demikian pula sebaliknya suatu
informasi dikirim dari organisasi kepihak luar.
Komunikasi Informal
Menurut Abdullah Masmuh (2008:14) komunikasi
informal adalah proses komunikasi dimana arus informasinya
sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing
pribadi yang ada dalam organisasi tersebut. Komunikasi ini
juga bisa disebut dengan “grapevine (selentingan, gossip atau
31
desas-desus). Hal ini dikarekan pertumbuhan dan
penyebarannya yang nampak serampangan dan tanpa
direncanakan terlebih dahulu.
Komunikasi informal terjadi diantara karyawan dalam
suatu oraganisasi yang dapat berinteraksi secara bebas terlepas
dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka. Selain itu
komunikasi ini terjadi sebagai perwujudan dari keinginan
manusia untuk bergaul dan keinginan untuk menyampaikan
informasi yang dipunyainya dan dianggap tidak dipunyai oleh
rekan sekerjanya.
5. Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah
Setiap komunikasi bisa digolongkan menjadi komunikasi
satu arah dan dua arah dalam proses komunikasi lisan-tertulis,
nerbal-non verbal, formal-informal dan komunikasi keatas-
kebawah-kesamping.
Komunikasi satu arah
Jenis komunikasi satu arah ini menghilangkan seorang
komunikan untuk menyampaikan umpan balik dari pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Seperti halnya perintah atau
instruksi dari atasan kepada bawahan dalam organisasi militer.
Komunikasi satu arah ini hanya menekankan pada pesan.
Komunikasi ini memiliki keuntungan dan kelebihan.
Keuntungan dari komunikasi ini adalah cepat penyampaiannya
32
dan menghemat biaya dan waktu. Komunikator merasa puas
karena tidak ada kesempatan untuk komunikan untuk bertanya
tentang informasi yang telah disampaikan. Kemudian kerugian
dari komunikasi ini adalah penerima pesan merasa tidak diberi
kesempatan untuk menanggapi tentang pesan yang
diterimanya. Sehingga komunikan dibiarkan dalam keadaan
tidak jelas.
Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah menekankan adanya komunikasi
timbal balik diantara keduanya. Unsur yang utama dalam
komunikasi dua arah adalah adanya umpan balik yang diterima
oleh keduanya. Contoh komunikasi ini adalah seminar, kuliah
dalam kelas dan lain sebagainya.
Komunikasi ini juga mempunyai keuntungan dan
kerugian. Keuntungan dalam komunikasi ini adalah
komunikator dapat memperolah umpan balik mengenai pesan
yang telah disampaikan. Selain itu komunikator juga dapat
mengevaluasi pesan yang disampaikan, apakah komunikan bisa
menerimanya atau tidak. Kemudian untuk kerugiannya yaitu
komunikasinya lambat, memakan banyak waktu sehingga tidak
efisien.
33
8. Pola Aliran Informasi Dalam Organisasi
Katz dan Khan (Wayne Pace, 2001:174) menunjukkan bahwa
pola atau keadaan urusan yang teratur mensyaratkan bahwa
komunikasi diantara para anggota organisasi tersebut dibatasi. Dalam
hal ini pola-pola komunikasi menyatakan bahwa pengaturan tertentu
mengenai “siapa berbicara kepada siapa” yang mempunyai kosekuensi
besar dalam berfungsinya organisasi. Ada dua pola komunikasi dalam
organisasi yaitu pola roda dan lingkaran yang menggambarkan aliran
pengaruh dalam organisasi yang dibatasi.
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi
kepada individu yang menduduki posisi sentral. Dalam pola ini orang
yang menduduki posisi sentral adalah orang yang menerima kontak
dan informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan
juga memecahkan masalah dengan persetujuan anggota lainnya.
Sedangkan pola lingkaran adalah pola yang memungkinkan semua
anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui
sejenis sistem pengulangan pesan. Dalam pola ini semua anggota tidak
bisa berhubungan secara langsung dan juga tidak memiliki akses
langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan.
Pola lingkaran meliputi kombinasi orang-orang penyampaian
pesan cenderung lebih baik. Dalam pola ini komunikasi dapat diakses
oleh semua anggota organisasi dan aksesbilitas anggota antara satu
34
dengan yang lainnya, kepuasan terhadap proses komunikasi dan
kemampuan beradaptasi dalam perubahan-perubahan tugas. Kemudian
untuk pola roda memungkinkan pengawasan yang lebih baik atas
aliran pesan. Kemunculan seorang pemimpin bisa lebih cepat, lebih
stabil cermat dalam meyelesaikan masalah, tetapi cenderung
mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan.
9. Pendekatan Komunikasi Organisasi
Menurut Arni (2005:74) untuk melihat komunikasi yang terjadi
dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan yaitu
pendekatan makro, mikro dan individual sebagai berikut:
1. Pendekatan Makro
Dalam pendekatan ini organisasi dipandang sebagai suatu
struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Aktivitas
organisasi dalam hal ini yaitu:
Memproses Informasi Dari Lingkungan
Setiap oragnisasi membutuhkan informasi dari
lingkuang luar untuk mempertahankan hidup dan sebagai cara
untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri. Hal ini dilakukan
dengan mentrasfer informasi yang relevan dengan keadaan
organisasi, kemudian merumuskan suatu respon yang tepat
terhadap input informasi tersebut. Informasi ini digunakan
untuk menentukan tujuan dari organisasi.
35
Mengadakan Identifikasi
Identifikasi adalah proses penyesuaian diri. Informasi
yang telah diproses oleh organisasi digunakan untuk negosiasi
dan persetujuan dengan relasi-relasi yang potensial dari
pelanggan. Berdasarkan informasi ini organisasi berusaha
untuk mengkoordinasi segala kegiatan supaya dapat memenuhi
keinginan dari para pelanggan. Dalam hal ini komunikasi
mempunyai peran penting yaitu untuk mengkomunikasikan
suatu kebijakan baru yang dibuat oleh organisasi supaya para
pelanggan mengetahuinya
Melakukan Integrasi Dengan Organisasi Lain
Setiap organisasi dipengaruhi oleh aktivitas organisasi
lain dalam lingkungannya. Dalam hal ini organisasi bergerak
sebagai monitor untuk mengawasi pengaruh organisasi lain
kepadanya. Seperti halnya ada organisasi lain yang
memproduksi sama tetapi kualitasnya lebih baik dan harganya
lebih murah maka ini bisa membahayakan organisasi kita.
Untuk mengatasi saingan dari organisasi lain ada
beberapa cara yang dilakukan oleh organisasi seperti membaca
brosur, pamflet mengenai organisasi lain dan berkonsultasi
dengan para ahli dalam bidangnya.
36
Penentuan Tujuan
Tujuan organisasi merupakan komponen utama yang
sangat penting. Setiap organisasi menentukan tujuannya setelah
mendapatkan informasi mengenai lingkungannya,
mengidentifikasi dengan pelanggan dan melakukan integrasi
yang cukup dengan organisasi lain untuk memperjelas
tujuannya.
Menurut Arni (2005:76) tujuan adalah tempat yang
diinginkan organisasi sesudah diberikan periode waktu tertentu.
Untuk menentukan tujuan, organisasi harus bisa
mengembangkan informasi dari internal dan eksternal
organisasi. Kekuatan eksternal ini bisa berasal dari sikap
pelanggan, tersedianya bahan mentah dan tingkah laku dari
saingan.
2. Pendekatan Mikro
Pendekatan ini memfokuskan pada komunikasi dalam unit
dan sub unit pada organisasi. Komunikasi ini terjadi antar anggota
kelompok. Terdapat beberapa kelompok sosial didalam organisasi
dan masing-masing kelompok ini mempunyai tujuan yang berbeda.
Ada beberapa unsur yang berkaitan dengan pendekatan mikro
menurut Arni (2005:77), diantaranya yaitu:
37
Orientasi dan Latihan
Terkadang suatu organisasi perlu memberikan orientasi
dan latihan untuk orang-orang dalam suatu organisasi agar
dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu dan untuk melakukan
semua itu maka dibutuhkan komunikasi. Seperti untuk
menjelaskan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh
anggota organisasi maka diperlukan komunikasi.
Orientasi adalah proses yang terus menerus
menghendaki komunikasi untuk membawa orang lain melihat
apa yang sedang berlangsung dalam suatu organisasi. Tugas
memberi orientasi ini bisa dilakukan oleh pimpinan maupun
oleh anggota organisasi yang lain.
Keterlibatan anggota
Dalam organisasi keterlibatan anggota sangat penting
yaitu untuk menjaga kelancaran tugas organisasi. Sebab apabila
suatu bagian kerja organisasi macet maka akan mempengaruhi
seluruh tugas organisasi yang lain. Untuk mengajak anggota
supaya bisa melakasankan tugasnya maka dibutuhkan
komunikasi. Setiap pimpinan mempunyai cara untuk membuat
anggotanya supaya terlibat dalam organisasi secara baik dan
benar.
38
Penentuan Iklim Organisasi
Iklim organisasi ditentukan oleh bermacam-macam
faktor diantaranya yaitu tingkah laku pimpinan, tingkah laku
teman sekerja dan tingkah laku dari organisasi sendiri. Tetapi
yang paling utama iklim organisasi ditentukan oleh komunikasi
pimpinan kepada kelompoknya.
Supervisi dan Pengarahan
Setiap anggota organisasi membutuhkan pengarahan
dari atasan atau anggota lain untuk menunjukkan tentang suatu
pekerjaan dalam organisasi, karena apabila tidak ada arahan
maka pekerjaan tersebut bisa tidak terkontrol. Supervisor
bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dibawahnya dan
membantu orang-orang tersebut supaya melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Kepuasan Kerja
Menurut Arni (2005:78) ada dua hal yang membuat
orang tidak puas dengan pekerjaannya, yaitu tidak mendapat
informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dan
hubungan dengan teman kerja kurang baik. Dengan kata lain
bahwa ketidak puasan kerja ini karena adanya masalah
komunikasi.
Untuk mengatasi masalah kuranganya informasi maka
organisasi harus memberikan informasi yang cukup bagi para
39
karyawan, sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan dengan
baik dan merasa puas terhadap hasil yang dikerjakan. Selain itu
untuk mengatasi hubungan yang kurang baik antar sesama
teman maka di adakan silaturrahmi secara rutin diantara
sesama anggota organisasi, sehingga diantara anggota bisa
saling kenal dan bergaul secara baik.
3. Pendekatan Individual
Pendekatan individual ini berpusat pada tingkah laku
komunikasi individu dalam organisasi. Komunikasi individual ini
ada beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
Berbicara Pada Kelompok Kerja
Kerja kelompok adalah pusat efektifnya kerja
organisasi. Maka dari itu seseorang harus mempunyai
keterampilan berkomunikasi dengan orang lain untuk
mendapatkan dan memberikan informasi yang diperlukan
dalam melakukan tugas kelompok.
Menghadiri dan Berinteraksi Dalam Rapat-rapat
Rapat adalah satu cara kehidupan organisasi yang
umum. Jadi seorang anggota organisasi harus terampil
berinteraksi dalam rapat yang mencakup memberikan informasi
atau membujuk anggota lain untuk menerima usulannya.
40
Menulis
Setiap anggota organisasi harus mampu menulis yaitu
memberikan masukan atau usulan berupa materi yang
diperlukan oleh organisasi. Mengkonsep materi juga
dibutuhkan keterampilan komunikasi tertentu.
Berdebat Untuk Suatu Usulan
Debat merupakan suatu yang penting untuk masukan
dalam rapat. Setiap orang dalam organisasi harus membuat
suatu usalan atau program baru mengenai aktivitas yang akan
dilakukan. Dibutuhkan komunikasi yang baik supaya bisa
membujuk anggota yang lain untuk menerima usulan yang
disampaikan.
10. Efek dan Efektifitas Komunikasi
Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan
komunikator dalam komunikan atau bisa juga dikatakan sebagai salah
satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya komunikasi yang disampaikan komunikator. Efek komunikasi
dapat dibedakan atas efek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
konatif (tingkah laku). Komunikasi dilakukan karena adanya motif
individu untuk menyampaikan pesan kepada individu lain. Pesan yang
sampai pada komunikan akan menimbulakan efek yang mempengaruhi
sikap komunikan dan komunikator. Seperti halnya pada saat kita
mendengar berita duka bahwa salah satu keluarga teman kita ada yang
41
meninggal dunia, pastilah kita akan ikut merasakan kesedihan seperti
yang dialami teman kita dan kemudian kita memberikan umpan balik
dari pesan tersebut dengan cara mengucapkan turut prihatin dan
mencoba menguatkan teman kita baik dengan kata-kata atau sentuhan.
Sedangkan komunikasi efektif adalah sejauh mana motif atau
maksud dari pesan komunikator terwujud pada komunikan. Apabila
hasil yang didapat sesuai dengan apa yang diharapkan komunikator
maka komunikasi yang berlangsung dikatakan efektif. Tetapi apabila
hasil yang didapatkan kecil atau tidak sesuai dengan yang diharapkan
maka komunikasi yang berlangsung tidak efektif. Dalam komunikasi
tatap muka ada beberapa hal yang bisa menjadikan komunikasi supaya
efektif. Seperti yang dikatakan oleh Josep A. Devito (1997:259)
tentang komunikasi tatap muka (guru dengan guru). Komunikasi bisa
efektif apabila terdapat beberapa dalam pandangan humanistik, yaitu:
a. Keterbukaan
Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi tatap muka yang efektif antar
anggota organisasi. Sesama guru harus bisa memfasilitasi
munculnya kondisi keterbukaan. Kondisi keterbukaan dapat
diwujudkan apabila antar sesama guru dapat berinteraksi
dengan jujur terhadap stimulus yang datang, sehingga terjadi
komunikasi tatap muka yang efektif antar sesama guru.
Komunikasi tatap muka penting karena setiap guru dapat
42
mengetahui tanggapan dari guru yang lain secara langsung.
Selain itu komunikasi tatap muka juga bisa digunakan untuk
mengubah sikap, pendapat dan perilaku individu. Sikap
keterbukaan mengisyaratkan bahwa setiap guru bersedia
menerima kritikan dan saran yang disampaikan oleh sesama
guru.
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga
aspek dari komunikasi tatap muka, pertama seorang
komunikator yang efektif harus terbuka kepada individu yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa individu
harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya
kepada individu lain. Kedua mengacu pada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus
yang datang. Individu yang diam, tidak kritis dan tidak tanggap
pada umumnya akan membuat percakapan menjadi
menjemukan. Semua individu ingin individu lain bereaksi
secara terbuka terhadap apa yang diucapkan dan juga setiap
individu berhak mengharapkan hal ini. Aspek ketiga
menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Keterbukaan
dalam hal ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran
yang dilontarkan adalah milik kita dan bertanggung jawab
atasnya.
43
b. Empati
Dalam komunikasi sesama guru perlu ditumbuhkan
sikap empati. Kondisi ini dapat terwujud apabila adanya
kebersediaan sesama guru dalam memberikan perhatian kepada
guru yang lain. Dengan adanya rasa empati maka setiap guru
dapat merasakan apa yang dialami oleh guru lain. Selain itu,
setiap guru bisa menghindari evaluasi, kritik, menilai guru lain
menurut pandangan atau pendapatnya sendiri.
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu dari sudut pandang orang lain melalui kaca mata orang
lain.
c. Sikap Mendukung
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap
mendukung dapat diperlihatkan dengan sikap deskriptif bukan
evaluatif, spontan bukan strategik dan provisional bukan sangat
yakin. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor
personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah) atau
faktor-faktor situasional yang berupa perilaku komunikasi
individu lain.
Dalam komunikasi tatap muka antar sesama guru, sikap
mendukung berperan dalam menumbuhkan motivasi dan
44
kegairahan kerja guru. Sikap mendukung dapat terwujud dalam
organisasi apabila sesama guru bersedia menghargai ide-ide,
pendapat sesama guru dan memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh ketika berkomunikasi dengan sesama guru.
Sikap mendukung dapat dilihat dari sikap deskriptif bukan
evaluatif.
d. Sikap Positif
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi tatap muka. Pertama komunikasi antar guru terbina
jika dua individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
Guru yang merasa negatif terhadap diri sendiri selalu
mengkomunikasikan perasaan negatif kepada guru yang lain
yang selanjutnya barangkali akan mengembangkan perasaan
negatif pula dan begitupun sebaliknya.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada
umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak
ada yang tidak menyenangkan apabila berkomunikasi dengan
sesama guru yang tidak menikmati dan bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi dan suasana interaksi.
e. Kesetaraan
Dalam setiap situasi pasti ada ketidak – setaraan. Tidak
pernah ada dua individu yang benar-benar setara dalam segala
hal. Terlepas dari itu, komunikasi tatap muka akan sangat
45
efektif apabila setara, artinya harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan
berharga.
Dalam suatu hubungan sesama guru yang ditandai oleh
kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat
sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari
pada untuk menjatuhkan guru yang lain. Kesetaraan tidak
berarti kita menerima dan menyetujui begitu saja semua
perilaku verbal dan nonverbal guru lain. Menurut istilah Carl
Rogers, kesetaraan meminta individu untuk memberikan
“penghargaan positif tak bersyarat” kepada individu lain.
Inti dari komunikai dalam penelitian ini sesungguhnya
adalah bagaimana memberikan informasi, teguran, kritikan dan
saran tentang suatu pekerjaan yang mudah dipahami oleh
individu lain, bagaimana mengkomunikasikan kebijakan
organisasi atau instansi (sekolah) kepada semua unsur
didalamnya, bagaimana frekwensi komunikasi sesama guru dan
bagamana memberikan semangat kerja dan menggugah gairah
kerja seorang guru untuk bekerja lebih giat lagi.
B. Semangat Kerja
Menurut Alfred (1985:55) semangat adalah iklim, suasana yang
setiap saat berada dalam perusahaan atau organisasi. Sedangkan semangat
kerja menurut Alexander Leighten (Moekijat, 1989:130) adalah
46
kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan
konsekuen dalam mengejar tujuan bersama. Jadi dalam hal ini semangat
kerja guru adalah suasana dan kemampuan seorang guru untuk bekerja
sama dan melakukan pekerjaan (proses belajar mengajar) dengan giat
supaya tujuan yang diinginkan oleh sekolah tecapai. Semangat sangat
dibutuhkan oleh setiap individu tidak hanya oleh seorang karyawan tetapi
guru juga memperlukannya. Dimana semangat dibutuhkan untuk membuat
seseorang untuk lebih giat mengerjakan pekerjaannya.
Menurut Alfred (1985:55) bahwa semangat tidak dapat dilepaskan
dari soal-soal yang bersangkutan dengan disiplin, kerja sama, keamanan
cara kerja dan hal-hal lain, karena semangat adalah hasil dari itu semua.
Semangat kerja berkaitan dengan suasana atau keadaan dimana sikap dan
perasaan dari individu atau sekelompok orang yang merasa terikat untuk
melakukan pekerjaannya dengan cara bekerja sama, berdisiplin,
mempunyai kepuasan, dan jaminan keamanan sehingga dapat
meningkatkan hasil kerja lebih banyak, lebih baik, dan lebih cepat dalam
rangka mencapai tujuan organisasi atau instansi secara efektif dan efisien
(http://pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=43156 ).
1. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Semangat
Kerja.
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri individu
sendiri supaya bersemangat dalam bekerja
47
1. Kebanggaan pekerja atas pekerjaannya dan kepuasannyadalam
menjalankan pekerjaan yang baik.
2. Sikapnya terhadap pimpinan.
3. Hasratnya untuk maju.
4. Perasaannya telah diperlakukan secara baik.
5. Kemampuannya untuk bergaul dengan kawan sekerjanya.
6. Kesadarannya akan tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan.
Semangat kerja yang dimiliki oleh individu terdapat pada rasa
kepuasaan akan hasil suatu pekerjaan yang dikerjakannya. Semangat kerja
juga bisa timbul dengan adanya rasa saling menghargai antar semua unsur
yang terlibat dan tidak menganggap bahwa individu tersebut hanya
sebagai manusia tenaga upah.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu atau
datang dari lingkungan kerja individu. Semangat kerja individu
dipengaruhi 2 faktor yaitu faktor positif yang dapat meningkatkan
semangat kerja dan faktor negatif yang dapat menurunkan semangat kerja.
Oleh sebab itu berhasil atau tidaknya suatu organisasi atau instansi
(sekolah) untuk mencapai tujuannnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
ada, yaitu:
Menurut Nitisemito dalam Fidiah terdapat beberapa faktor yang
menurunkan semangat kerja karyawan, diantaranya yaitu:
a. Rendahnya Produktivitas kerja.
b. Tingkat absensi yang naik atau tinggi.
48
c. Tingkat perpindahan karyawan yang tinggi.
d. Tingkat kerusakan yang meningkat.
e. Kegelisahan dimana-mana.
f. Tuntutan yang sering terjadi.
g. Pemogokan kerja.
Menurut Nitisemito dalam Fidiah terdapat beberapa faktor
yang meningkatkan semangat kerja karyawan, diantaranya yaitu:
a. Gaji yang cukup.
b. Memperhatikan kebutuhan sehari-hari karyawan.
c. Terciptannya suasana santai.
d. Harga diri karyawan perlu mendapat perhatian.
e. Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat.
f. Berikan kesempatan pada mereka untuk maju.
g. Perasaan aman menghadapi masa depan perlu di perhatikan.
h. Usahakan karyawan mempunyai loyalitas.
i. Sekali-kali karyawan perlu diajak berunding.
j. Pemberian insentif yang terarah.
k. Fasilitas yang menyenangkan.
Dengan adanya pemenuhan faktor-faktor diatas maka semangat
kerja yang ada pada diri individu akan muncul karena adanya rasa
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan sesuai dengan yang diharapkan.
49
Di dalam dunia kerja peranan semangat sangat penting, individu akan
bekerja lebih giat dan tekun apabila memiliki semangat yang tinggi
dalam dirinya.
2. Semangat Kerja Guru
Guru merupakan kelompok profesional yang penting dalam
proses belajar disekolah. Aktivitas guru disekolah sangat menentukan
keefektifan proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pendidikan
disekolah. Menurut Sonhadji (2009:4) bahwa guru merupakan faktor
penting untuk menentukan pencapaian tujuan proses belajar mengajar.
Bahkan dapat dikatakan bahwa tinggi rendanya kualitas
pendidikan sekolah sebagian besar ditentukan oleh guru. Hal ini berarti
bahwa apabila guru memiliki semangat kerja tinggi dan terlibat secara
penuh dalam proses belajar mengajar disekolah, maka tujuan
pendidikan akan dapat tercapai secara efektif dan kualitas peserta
didiknya pun akan meningkat. Tetapi sebaliknya apabila semangat
guru rendah dalam melakukan tugasnya, maka pencapaian tujuan
sekolah tersebut juga kurang efektif dan peningkatan peserta didiknya
pun tidak mencapai maksimal.
Seorang guru diakui sebagai professional berdasarkan UU No.
14/2005 adalah perlu adanya keterlibatan secara total dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab terhadap tugas-tugas
profesionalnya. Tugas sebagai guru tidak boleh dilakukan sambil lalu
50
atau sebagai pekerjaan sambilan. Guru harus mengutaman pelayanan
kepada peserta didik yang membutuhkan.
Semangat kerja guru menurut Ahmad Sonhadji (2009:27)
diartikan sebagai dorongan yang ada pada guru untuk melakukan
tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar dan
tugas-tugas lain yang berhubungan dengan profesinya sebagai guru.
Semangat kerja guru bisa dilihat dari, yaitu:
Kedisiplinan dalam menjalankan tugas.
Tanggung jawab dalam penyelesaian tugas.
Kesungguhan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Meningkatkan usaha dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
Mengembangkan alat pelajaran.
Adanya inovasi dan kreativitas, kesungguhan melaksanakan
evaluasi hasil belajar.
Melakukan pengajaran remedial serta moral kerja dan kehadiran.
Menurut Arikunto (Ahmad, 2009:33) didalam semangat kerja
guru terdapat kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Kata semangat kerja mengandung makna adanya dorongan
atau motivasi. Sedangkan menurut Gibson (Ahmad, 2009:33)
semangat kerja merupakan suatu konsep yang digunakan jika
seseorang memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang bekerja didalam diri
individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku.
51
Semangat kerja merupakan awal dari pencapaian suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Hasil yang dicapai sebagai pencapaian tujuan
merupakan kepuasan setelah individu yang bersangkutan memiliki
bekal kemampuan dan kehendak yang selanjutnya untuk menerapkan
kemampuan tersebut.
3. Faktor-faktor Pembentuk Semangat Kerja Guru
Menurut Ahmad Sonhadji (2009:38) semangat kerja guru bisa
meningkat dan bisa menurun. Hal ini di duga karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain yaitu:
a. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh
untuk membentuk semangat kerja guru. Apabila perilaku
kepemimpinan kepala sekolah baik dan efektif maka akan
menimbulkan semangat kerja yang tinggi dan begitupun
sebaliknya. Selain itu perilaku kepemimpinan juga berkaitan erat
dengan kualitas pendidikan, sebab kepemimpinan yang efektif
akan meningkatkan semangat kerja guru dan semangat kerja guru
yang baik akan menyebabkan pekerjaan guru menjadi produktif
dan kemudian kualitas pendidikan akan meningkat.
b. Perilaku supervisi pendidikan kepalah sekolah. Menurut Clikman
(Ahmad, 2009:40) bahwa ada tiga orientasi supervisi, yaitu: non
directive, collaborative dan directive. Perilaku tersebut bercirikan
mulai dari keterlibatan guru yang lebih aktif dari pada
supervisiornya. Karakteristik supervisi diatas dapat membentuk
52
semangat kerja guru, artinya apabila guru dilibatkan secara aktif
dalam supervisi pendidikan, maka hal ini dapat meningkatkan
semangat kerja mereka. Sebaliknya apabila supervisor yang
dominan dan guru hanya diberi ruang gerak sedikit maka semangat
kerja mereka bisa melemah.
c. Kadar keterlibatan atau memperdayaan para guru dalam
pengambilan keputusan yang menentukan jalannya sekolah.
Menuru Nash (Ahmad, 2009:41) pengambialn keputusan yang
partisipatif yaitu pengambilan keputusan yang melibatkan guru
sepenuhnya. Sebab pengambilan keputusan yang partisipatif dapat
meningkatkan moral dan tanggung jawaban anggota dalam
pelaksanaan keputusan yang diambil.
d. Kondisi iklim organisasii, artinya menyenangkan atau tidak. Iklim
organisasi merupakan suatu impresi atau kesan seseorang yang
sulit dirumuskan secara tepat. Iklim sekolah yang baik, kondusif
dan penuh kekeluargaan akan membuat semangat kerja guru tinggi.
Oleh karena itu, para kepala sekolah diharapkan hendaknya dapat
menciptakan iklim organisasi sekolah yang baik, yang
menyenangkan agar meningkatkan semangat kerja guru.
4. Komponen-komponen Iklim Organiasi
Menurut Owens (Ahmad, 2009:177) ada beberapa komponen
dari iklim organisasi yaitu:
53
o Keintiman antar individu.
o Pelibatan mereka dalam kegiatan dan pengambilan keputusan.
o Persepsi guru terhadap guru lain sebagai anggota kelompok.
o Kelancaran komunikasi antar anggota organisasi.
o Keterbukaan pada saat berhubungan dan bekerja sama (interaksi).
o Peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
o Beban tugas yang ada pada setiap guru.
o Perlakuan secara manusia antar sesama guru.
o Kesejawatan dan kesetiawanan antar semua unsur yang terlibat.
o Keakraban atau kehangatan.
o Penghargaan terhadap prestasi yang telah dicapai.
5. Mengukur Semangat Kerja guru
Menurut Ahmad Sonhadji (2009:45) pengukuran semangat
kerja guru dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik secara langsung
atau tidak. Secara langsung artinya pengukura semangat kerja guru
dilakukan secara langsung artinya pengukuran semangat kerja guru
dilakukan secara langsung terhadap para guru melalui wawancara
maupun angket. Sedangkan untuk mengukuran tidak langsung maka
dapat dilakukan melalui pengataman terhadap dampak dari semangat
kerja yang ada, antara lain yaitu: kerajinan, ketekunan, ketepatan
waktu, kegaiaran bekerja, tanggung jawab dan suasana batin yaitu
bahagia atau tidanya dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya.
54
C. Landasan Teori
Teori Hubungan Manusai
Teori ini diperkenalkan oleh Elton Mayo pada tahun 1880-1949
(Arni, 2005:39). Teori hubungan manusia ini lebih menekankan pada
pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi
karena manusia merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlibat dalam
tingkah laku organisasi. Tanpa manusia organisasi tidak akan ada. Oleh
karena itu faktor manusia dalam organisasi tidak dapat diabaikan.
Teori ini memberi saran kepada organisasi untuk melakukan
strategi bagi peningkatan dan penyempurnaan organisasi dengan cara
meningkatkan kepuasan anggota organisasi dan menciptakan organisasi
yang dapat membantu individu mengembangkan potensinya. Dengan
meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan aktualisasi diri pekerja,
maka akan mempertinggi motivasi bekerja sehingga dapat berdampak
pada meningkatnya produksi.
Teori ini dipandang sebagai teori yang hanya menyenangkan
pekerja tetapi kurang memperhatikan kesejahteraan organisasi. Teori ini
dipandang tidak baik oleh teori klasik karena hanya pekerja saja yang
diperhatikan, tetapi keuntungan organisasi dilupakan. Sedangkan teori
klasik berpandangan bahwa mengutaman keuntungan atau kesejahteraan
organisasi dibandingkan dengan kesejahteraan pekerja. Teori ini
memandang bagaiman organisasi mendapatkan keuntungan yang banyak.
55
Teori ini banyak digunakan oleh organisasi seperti sekolah. Dalam
semua sekolah terdapat beberapa unsur yang terlibat didalanya. Dimana
unsur-unsur tersebut mempunyai peranan masing-masing yang sama-sama
penting. Dengan adanya teori hubungan manusia maka semua
kesejahteraan anggota sangat diperhatikan, karena tidak dapat dipungkiri
bahwa tanpa adanya perhatian dari pihak sekolah terhadap anggota
organisasinya, maka akan berdampak pada semangat kerja.
Dalam buku semangat kerja guru milikinya Ahmad Sonhadji
mengatakan bahwa salah salah faktor pembentuk semangat kerja guru
adalah adanya keterlibatan guru secara langsung maupun tidak langsung
dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan sekolah. Disinilah bukti
bahwa peranan anggota organisasi (guru) sangat penting, karena apabila
tidak ada perhatian dari sekolah untuk melibatkan guru dalam
pengambilan keputusan, maka guru tersebut akan merasa tidak
diperhatikan dan tidak dihargai kehadirannya dalam organisasi tersebut.
Apabila hal tersebut terjadi maka semangat guru akan menjadi lemah dan
ini akan berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan karena rendahnya
minat guru untuk mengerjakan pekerjaannya yaitu mengajar.
D. Definisi Konseptual
1. Komunikasi Organisasi
Selanjutnya komunikasi organisasi menurut Joseph A. Devito
(Abdullah Masmuh, 2008:6) merupakan pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan dalam organisasi formal maupun informal. Komunikasi
56
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi pada organisasi yang berisi tentang cara-cara
kerja didalam organisasi, produktifitas dan berbagi pekerjaan yang
harus dilakukan dalam organisasi. Sedangkan komunikasi informal
adalah komunikasi yang disetujui secara sosial yang berorientasi pada
para anggotanya secara individual.
Menurut Redding dan Sanbon (Abdullah Masmuh, 2008:5)
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi
dalam organisasi yang komplek. Yang termasuk dalam bidang ini
adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan
pengelola, komunikasi donward atau komunikasi dari atasan kepada
bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan dan komunikasi
dari orang-orang yang sama level/ tingkatnya dalam organisasi.
2. Semangat kerja
Setiap individu memerlukan semangat dalam menjalankan
suatu hal, apalagi dalam dunia kerja. Seorang individu membutuhkan
semangat dalam bekerja supaya dapat meningkat produktivitas dan
prestasinya sehingga tujuan yang diingin oleh perusahaan atau
organisasi dapat mencapai. Semangat kerja menurut Alexander
Leighten (Moekijat, 1989:130) adalah kemampuan sekelompok orang
untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar
tujuan bersama.
57
Semangat kerja guru menurut Ahmad Sonhadji (2009:27)
diartikan sebagai dorongan yang ada pada guru untuk melakukan
tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar dan
tugas-tugas lain yang berhubungan dengan profesinya sebagai guru.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Suryabrata adalah pernyataan yang
sangat jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman penafsiran
karena dapat di observasi dan dibuktikan perilakunya atau dengan kata lain
definisi operasional adalah batasan fenomena yang dapat diamati dan
diukur (Purwanto, 2007:157-158). Dalam definisi ini dibahas bagaimana
mengukur variabel. Adapun definisi dari penelitian ini meliputi tiga
variabel yaitu:
Sebagai variabel bebas:
Variabel : frekwensi komunikasi organisasi
Variabel : intensitas komunikasi organisasi.
Sebagai variabel terikat:
Variabel Y : semangat kerja guru.
Dengan demikian frekwensi dan intensitas komunikasi organisasi
merupakan penyebab terjadinya perubahan semangat kerja guru:
Berikut rincian indikator yang digunakan dalam penelitian ini:
Frekwensi komunikasi organisasi pada penelitian ini menggunakan
indikator:
58
a. Frekwensi komunikasi dikalangan guru
1. Memberi tahu tentang cara-cara kerja didalam organisasi
Frekwensi memberi petunjuk, kritik positif, saran dan
informasi kepada sesama guru.
2. Menciptakan hubungan dan kerja sama dengan sesama guru
Frekwensi kedekatan, memberi semangat, menyampaikan
pendapat dan bertanya kepada sesama guru.
3. Untuk meningkatkan produktifitas organisasi
Frekwensi memberi teguran atau peringatan kepada sesama
guru.
b. Intensitas komunikasi dikalangan guru
1. Penerimaan informasi dari anggota organisasi
Mendengarkan dengan serius pendapat, keluhan, masalah
yang dihadapi oleh sesama guru.
2. pemberian
Memberi bimbingan atau nasehat dengan penuh perhatian.
berisi tentang cara-cara kerja didalam organisasi
3. Pengiriman informasi penting mengenai organisasi
Memberi saran dan kritikan yang positif dengan sungguh-
sungguh.
4. Untuk meningkatkan produktifitas organisasi
Memberi dukungan dan menghargai pekerjaan sesama
guru.
59
Semangat kerja guru pada penelitian ini menggunakan indikator:
1. Kerajinan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan
Percaya diri dalam menjalankan suatu pekerjaan.
2. Ketepatan waktu dalam bekerja
Tidak suka membuang waktu.
3. Ketekunan dalam melakukan pekerjaan
Senantiasa teguh dan ulet dalam bekerja.
4. Perasaan bahagia dalam menjalankan tugas.
Selalu melakukan pekerjaan dengan perasaan senang dan
antusias.
F. Hipotesis
Dalam penelitian ini mengunakan hipotesis asosiatif, yaitu jawaban
sementara terhadap rumusan masalah asosiatif yang menanyakan
hubungan antara dua variable atau lebih (Sugiyono, 2009:77). Hipotesis
penelitian ini adalah:
: Tidak ada pengaruh antara frekwensi komunikasi organisasi terhadap
semangat kerja guru MAN 3.
Hi₁: Ada pengaruh antara frekwensi komunikasi organisasi terhadap
semangat kerja guru MAN 3.
: Tidak ada pengaruh antara intensitas komunikasi organisasi terhadap
semangat kerja guru MAN 3.
60
Hi₂: Ada pengaruh antara intensitas komunikasi organisasi terhadap
semangat kerja guru MAN 3.
: Tidak ada pengaruh antara frekwensi dan intensitas komunikasi
organisasi terhadap semangat kerja guru MAN 3 Malang.
Hi₃: Ada pengaruh antara frekwensi dan intensitas komunikasi organisasi
terhadap semangat kerja guru di MAN 3 Malang.
61
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe
penelitian eksplanatori dengan menggunakan metode survey. Menurut
Singarimbun (1986:3) penelitian eksplanatori adalah penelitian penjelasan
yang mayoritas hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji
hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Walaupun uraiannya juga
mengandung deskripsi, tetapi sebagai penelitian relasioanal fokusnya
terletak pada penjelasan hubungan-hubungan antar variabel.
Metode yang digunakan adalah metode survey, yaitu meneliti
populasi yang relatif luas dengan cara menentukan sampel yang mewakili
populasi yang diteliti. Metode survey ini dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner atau angket yang berisi beberapa pertanyaan-
pertanyaan (Masri Singarimbun, 1986).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di MAN 3 Malang (Madrasah Aliyah
Negeri 3 Malang) yang berada dijalan bandung 7 malang. Pemilihan lokasi
tersebut dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut telah memenuhi
ktiteria dari populasi. perencanaan waktu penelitian adalah kurang lebih 1
bulan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang
62
ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi tidak hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alami yang lain (Sugiono, 2002:72).
Menurut Arikunto (2006:134) bahwa apabila subjek yang diambil
kurang dari 100, lebih baik diambil semua tetapi apabila subjek yang
diambil jumlahnya besar maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah guru yang berstatus PNS di
MAN (Madrasah Aliyah Negeri) 3 Malang, dengan jumlah populasi 60
orang. Karena jumlah populasinya kurang dari 100 maka yang menjadi
sampel dalam penelitian ini ditemukan sejumlah 60 orang.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiono,
2002:73). Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampling, yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan dari
jumlah anggota populasi . Hal ini dikarenakan populasi responden ≤100.
Maka sampel yang representik adalah diambil semuanya.
E. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat di peroleh
(Arikunto, 2006:129). Dalam penelitian ini sumber datanya menggunakan
data sebagai berikut:
1. Data Primer
Merupakan data yang diperolah langsung dari subyek
penelitian dengan menggunakan alat pengukur/alat pengambilan data
63
langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Data
primer ini berupa:
a. Frekwensi komunikasi organisasi
b. Intensitas komunikasi organisasi
c. Semangat Kerja Guru
2. Data Sekunder
Merupakan data hasil dokumentasi internal sekolah yang
dibuat, seperti data tentang sejarah, visi misi, struktur organisasi,
jumlah guru dll.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2002:135).
Pada umumnya metode angket ini digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden tentang dirinya sendiri. Metode ini
dilakukan untuk menggali keterangan, tanggapan, keyakinan,
pendapat, serta keinginan responden tentang sesuatu hal.
Sedangkan untuk perhitungan, menggunakan skala likert.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiono, 2002:86). Data berupa pertayaan tersebut disebarkan
kepada responden yang telah ditentukan dalam kriteria populasi
64
yaitu guru yang berstatus PNS yang ada di MAN 3 Malang, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Jawaban Skor
A 4
B 3
C 2
D 1
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto,
2006:230). Pendokumentasian dalam penelitian ini, bertujuan
untuk menguji, menafsirkan dan dapat pula dimungkinkan untuk
meramalkan tujuan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Kegiatan dalam analisis data ini adalah mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiono,
2009:147).
65
a. Uji Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi digunakan untuk mengatahui
hubungan antara variabel (Frekwensi Komunikasi Organisasi),
(Intensitas Komunikasi Organisasi) terhadap variabel Y
(Semangat Kerja Guru). Rumus yang digunakan adalah korelasi
ganda dilanjutkan dengan regresi ganda: (Sugiyono, 2002; 190-
192). Namun, sebelumnya harus dicari terlebih dahulu nilai
koefisien korelasi product moment (Frekwensi Komunikasi
Organisasi), dengan Y (Semangat Kerja Guru), (Intensitas
Komunikasi Organisasi) dengan Y (Semangat Kerja Guru) dan
(Frekwensi Komunikasi Organisasi), (Intensitas Komunikasi
Organisasi) melalui rumus:
=
=
=
Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antara frekwensi
dan intensitas komunikasi organisasi dengan Semangat kerja guru,
maka digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut:
66
Keterangan:
= korelasi antara variabel dengan secara bersama-
sama dengan variabel Y
= korelasi produk moment antara dengan Y
= korelasi produk moment antara dengan Y
= korelasi produk moment antara dan
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah koefisien korelasi
dapat digeneralisasikan atau tidak, maka diuji signifikansinya
dengan rumus:
=
Keterangan:
= Koefisien korelasi ganda
Jumlah variabel independen
jumlah anggota sampel
Pada korelasi ganda dapat dilanjutkan dengan regresi
ganda. Untuk memprediksi kualitas semangat kerja guru, maka
digunakan analisis regresi ganda dengan persamaan:
∑Y = a + +
∑ Y = a ∑ + ∑ + ∑
∑ Y = a ∑ + ∑ + ∑
67
di mana :
Y = prediksi (Y duga)
a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
bj ( ; ) = koefisien-koefisien regresi
Nilai koefisien a dan bj ( ; ) ditaksir dari data sampel
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil melalui program
“minitab for windows.”
Korelasi parsial digunakan untuk analisis atau pengujian
hipotesis bila peneliti bermaksud untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan variabel independen dengan variabel dependen, dimana
salah satu variabel independentnya dikendalikan (dibuat tetap).
Untuk mencari korelasi parsial antara (frekwensi
komunikasi organisasi), (intensitas komunikasi organisasi)
terhadap variabel Y (semangat kerja guru), digunakan rumus:
1. Jika sebagai variabel kontrol, korelasi antara
dengan Y bila tetap
=
2. Jika sebagai variabel kontrol, korelasi antara dengan Y bila
tetap
Ry. x₂ x₁ =
68
Sedang uji koefisiensi korelasi parsial dapat dihitung menggunakan
rumus:
Keterangan:
t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel.
r = Nilai koefisien korelasi
n = Jumlah sample
Pearson’s Correlation (Product Moment) dimana analisis
hubungan menggunkan uji statistik dinferensial dengan tujuan
untuk melihat hubungan diantara dua atau lebih dari dua variabel.
Kekuatan hubungan yang digunakan menunjukkan derajat
hubungan ini disebut koefisien asosiasi (korelasi). Nilai koefisien
korelasi ini adalah:
Kategorisasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
69
b. Uji Hipotesis
Untuk pembuktian atas hipotesis yang diajukan selanjutnya
dengan ketentuan:
Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel
(rhitung<rtabel), maka Ho diterima dan Hi ditolak. Tetapi
sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rhitung > r tabel),
makaHi diterima (Sugiono, 2002:185).
H. Uji Instrument Penelitian
a. Validitas instrumen
Pengujian validitas menurut Arikunto (2006:168) menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur.
Instrumen penelitian kuantitatif (kuisioner) yang valid adalah kuisioner
yang sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Validitas instrumen
ditentukan dengan cara mengkorelasikan skor yang diperoleh dari
masing-masing butir pertanyaan atau pernyataan dengan scor total.
Validitas yang diperoleh dengan cara tersebut dikenal dengan validitas
konstruk. Rumus yang digunakan untuk mencari hubungan korelasi
adalah korelasi pearson product moment yang dirumuskan sebagai
berikut:
2222 yynxxn
yxxynrxy
Keterangan:
70
rxy = Koefisien korelasi antara variable X terhadap variable Y
n = Jumlah sampel
∑X= Jumlah skor butir
∑Y=Jumlah skor total
b. Reliabilitas instrumen
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa setiap sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang
baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya maka akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga
(Arikunto, 2006:178). Sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik
realibitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari
satu kali pengetesan. Metode yang dilakukan adalah dengan
menggunakan rumus alpha, dimana suatu kuisioner dikatakan reliabel
jika nilai cronbach Alpha lebih besar 0,6.
Rumus alpha
71
Keterangan:
= nilai reliabilitas
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= variabel total
K = jumlah item