bab i pendahuluan a. latar...

18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah prostitusi atau lokalisasi sudah ada sejak jaman dulu. Sebenarnya banyak faktor yang sangat mempengaruhi dari masa ke masa akan melakukan estafet pengaruh dalam gejala kehidupan sosial. Hal yang melatarbelakangi industri lokalisasi berkembang, baik secara interen maupun eksteren. Industri jasa seks yang dilokalisasikan dalam pandangan masyarakat mengasumsikan bahwa perempuan yang bekerja di tempat tersebut distigmai sebagai WTS, pelacur, tanpa memberikan ruang bagi mereka untuk memilih pekerjaan tersebut. Akan tetapi pandangan lain, lokalisasi merupakan suatu bukti riil dengan rendahnya atau lemahnya nilai-nilai moralitas sebagai masyarakat Indonesia. Deklarasi penutupan lokalisasi Dolly di Gedung Islamic Center, Surabaya, pada tanggal 18 Juni 2014 lalu. Tempat itu ditengarai sebagai lokalisasi terbesar di wilayah Asia Tenggara. Penutupan ini menciptakan konflik antara masyarakat Dolly dan Pemerintah Kota Surabaya. Bahkan mereka yang tidak setuju dengan penutupan tersebut melakukan unjuk rasa demi mencegah pelaksanaan keputusan tersebut. Kehadiran Dolly selain buruk bagi wajah Surabaya juga berbahaya bagi perkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1 Selama ini, perkembangan mereka telah terkontaminasi oleh hingar-bingar kehidupan para pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari. Banyak kekhawatiran 1 Jurnal: Info Singkat Kesejahteraan Sosial. Retnaningsih, Hartini. Dampak Sosial Penutupan Lokalisasi Dolly. Vol. VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014. Diakses pada 16 Maret 2017 pukul 14:32 WIB.

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah prostitusi atau lokalisasi sudah ada sejak jaman dulu. Sebenarnya

banyak faktor yang sangat mempengaruhi dari masa ke masa akan melakukan

estafet pengaruh dalam gejala kehidupan sosial. Hal yang melatarbelakangi industri

lokalisasi berkembang, baik secara interen maupun eksteren. Industri jasa seks yang

dilokalisasikan dalam pandangan masyarakat mengasumsikan bahwa perempuan

yang bekerja di tempat tersebut distigmai sebagai WTS, pelacur, tanpa memberikan

ruang bagi mereka untuk memilih pekerjaan tersebut. Akan tetapi pandangan lain,

lokalisasi merupakan suatu bukti riil dengan rendahnya atau lemahnya nilai-nilai

moralitas sebagai masyarakat Indonesia.

Deklarasi penutupan lokalisasi Dolly di Gedung Islamic Center, Surabaya,

pada tanggal 18 Juni 2014 lalu. Tempat itu ditengarai sebagai lokalisasi terbesar di

wilayah Asia Tenggara. Penutupan ini menciptakan konflik antara masyarakat

Dolly dan Pemerintah Kota Surabaya. Bahkan mereka yang tidak setuju dengan

penutupan tersebut melakukan unjuk rasa demi mencegah pelaksanaan keputusan

tersebut. Kehadiran Dolly selain buruk bagi wajah Surabaya juga berbahaya bagi

perkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut.1

Selama ini, perkembangan mereka telah terkontaminasi oleh hingar-bingar

kehidupan para pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari. Banyak kekhawatiran

1 Jurnal: Info Singkat Kesejahteraan Sosial. Retnaningsih, Hartini. Dampak Sosial Penutupan Lokalisasi Dolly. Vol.

VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014. Diakses pada 16 Maret 2017 pukul 14:32 WIB.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

2

bahwa anak-anak dan warga masyarakat akan terganggu tumbuh kembang mereka

sehingga merasa bingung membedakan mana perbuatan yang baik dan yang buruk

karena setiap hari mereka disuguhi realitas yang menggerus moral dan nilai-nilai

agama. Dengan begitu, eks lokalisasi di Gang dolly sangat penting bagi

pertumbuhan masyarakat yang sehat secara moral.2

Ketergantungan ekonomi hidup masyarakat Dolly membuat prinsip-prinsip

moral dikesampingkan, sehingga ketika ada penutupan lokalisasi tersebut

masyarakat disitu tidak siap dan melakukan perlawan atas dasar pemenuhan hidup

tanpa memandang efek dari lingkungan lokalisasi yang membuat moralitas

masyarakat sekitar secara tidak sadar terabaikan. Oleh karena itu, kewajiban dan

hak sebagai masyarakat lokalisasi adalah bagaimana menanamkan suatu moral yang

baik di lingkungan negatif dan cara mempertahankan moral masyarakat lokalisasi

agar tidak terkontaminasi oleh kebiasaan sehari-hari di lingkungan lokalisasi. Oleh

sebab itu, dengan adanya peraturan Pemerintah Kota Surabaya penutupan lokalisasi

Dolly membuat dampak positif baik secara moral warga masyarakat lokalisasi

maupun warga Kota Surabaya.

Istilah PSK yang kontroversial, hal ini disebabkan oleh kata pekerja yang

diistilahkan PSK yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan serta orang atau badan

hukum yang memperkerjakan dengan standar upah yang dibayarkan. Lapangan

pekerjaan yang memenuhi syarat-syarat kerja secara normatif yang diatur oleh

perundang-undangan, termasuk sistem pengupahan dan keselamatan kerja.

Selanjutnya, jenis pekerjaan tidak boleh bertentangan dengan moralitas bangsa atau

2 Jurnal “Dampak Sosial Penutupan Lokaisasi Dolly” oleh Hartini Retnaningsih. Vol.VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014.

Diakses pada 16 Maret 2017 pukul 14:32 WIB.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

3

agama yang diakui oleh pemerintah. Dalam pandangan agama Islam, menjadi

pekerja seks komersil (melacur) juga disebut zina, zina termasuk perbuatan dosa

besar. Zina dianggap keji menurut Islam, akal dan fitrah karena merupakan

melanggar syariat agama Islam terhadap hak Allah, hak istri, hak keluarganya atau

suaminya, merusak kesucian pernikahan, mengacaukan garis keturunan, dan

melanggar tatanan nilai norma, moral, sosial dan hukum. Perbuatan zina yang

terorganisir dan tersistem secara baik terwujud dalam keberadaan wisma-wisma di

area lokalisasi yang menjadikan PSK sebagai komoditas. Pelacuran memberikan

pengaruh negatif yang sangat memperihatinkan bagi harmonisasi dan moralitas

kehidupan masyarakat, diantaranya: (1) menimbulkan penyakit kelamin atau kulit;

(2) merusak sendi-sendi kehidupan keluarga; (3) memicu kriminalitas; (4) merusak

sendi-sendi moral, sosial, susial, hukum dan agama; (5) eksploitasi manusia oleh

manusia lain yang menempatkan PSK sebagai komoditas.3

Kehadiran lokalisasi di satu sisi memberikan sejumlah akses perekonomian

bagi warga masyarakat. Namun dalam aspek moral sosial, kehadiran lokalisasi di

tengah pemukiman masyarakat berdampak pada ketidaknyamanan dan

ketidaktenangan kehidupan masyarakat. Khususnya anak-anak yang menjadi

matang secara biologis diusia dini dikarenakan tontonan fulgar yang ditemui setiap

hari serta kerentanan keluarga karena godaan seksualitas yang terpampang. Dalam

aspek yang lain, keberadaan lokalisasi menyuburkan praktek human trafficking.

Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai negara yang bermasalah dalam

memberantas human trafficking. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

3 Jurnal. Pusaran Ekonomi di balik Bisnis Prostitusi di Lokalisasi Dolly-Jarak Surabaya. Mutimmatul Faidah.

Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya. [email protected]. Diakses pada 17 Maret 2017 pukul 7:14 WIB.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

4

mensinyalir 30% prostitusi perempuan di Indonesia adalah perempuan dibawah

umur 18 tahun. Sebanyak 40.000 s/d 90.000 per tahun, anak Indonesia menjadi

kekerasan seksual. Perempuan dan anak Indonesia diperdagangkan untuk

eksploitasi seksual. Lokalisasi menjadi hilir dari perdagangan anak dan perempuan

di Indonesia.4

Merujuk dari fakta diatas, mempertahankan keberadaan lokalisasi berarti

membiarkan anak-anak warga masyarakat di sekitar lokalisasi terancam secara

moral, mental dan kepribadian serta memberi jalan keberlangsungan perdagangan

manusia. Prostitusi lokalisasi menjadi masalah yang dapat menghambat lajunya

regenerasi karena mengancam kesehatan dan ketentraman jasmani, rohani maupun

sosial. Masalah moral memang banyak sekali, termasuk yang dapat dikategorikan

sebagai penyakit masyarakat atau biasa disebut sebagai patologi moral sosial,

diantaranya masalah lokalisasi prostitusi. Lokalisasi prostitusi merupakan masalah

moral yang sepuh yang dikenal masyarakat, dan erat sekali dengan masalah

ketergantungan hidup masyarakat di kawasan lokalisasi khususnya Dolly.

Lokalisasi prostitusi dipandang sebagai gejala pathologis karena melanggar norma

agama, moral, sosial dan hukum serta merupakan salah satu bentuk kelemahan

moral masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya tanpa mengindahkan usaha

pencegahannya dan perbaikannya.

Patologi sosial atau dampak dari keberadaan lokalisasi Dolly membuat

aturan-aturan nilai dan norma sosial terutama mengakibatkan gejala

ketidakseimbangan moral masyarakat disekitar lingkungan lokalisasi Dolly. Maka

4 Ibid. Diakses pada 17 Maret 2017 pukul 7:14 WIB.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

5

yang terjadi adalah keperhatian moral masyarakat lokalisasi Dolly secara tidak

langsung akan menjadi kebiasaan mengesampingkan moral pada masyarakat

lokalisasi Dolly. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengkajinya

dalam bentuk penelitian lebih dalam mengenai moralitas masyarakat eks lokalisasi

yang dilakukan di lingkungan mayarakat lokalisasi Gang Dolly Surabaya. Sehingga

peneliti ingin menjadikan penelitian ini sebagai bahan kajian skripsi dengan judul:

Moralitas Mayarakat Eks Lokalisasi Dolly (Studi di Gang Dolly Surabaya).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, rumusan

permasalahannya yaitu bagaimana moralitas masyarakat eks lokalisasi Dolly?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mendiskripsikan tentang perubahan moralitas yang terjadi khususnya pada

masyarakat eks lokalisasi Dolly.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

6

a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pemahaman menegenai

moralitas, khususnya teori yang digagas oleh Emile Durkheim

mengenai moralitas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mayarakat eks lokalisasi, memberikan kontribusi memperbaiki

moralitas dan dapat mengetahui perkembangan sejauh mana

moralitas yang sudah terbentuk selama ini.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi

akademisi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang dalam kegiatan penelitian

selanjutnya untuk melakukan penelitian sejenisnya.

E. Definisi Konsep

a. Moralitas

Manusia dianggap sebagai makhluk Allah yang paling sempurna karena

memiliki kapasitas berolah pikir yang lebih dibandingkan dengan makhluk lain.

Kelebihan tersebut Karena dalam diri manusia memiliki akal dan budi, yang

tidak ada pada makhluk lain. Kemampuan akal dan budi itulah yang menjadikan

manusia memiliki standar prilaku yang disebut moralitas. Istilah moralitas

berasal dari kata sifat bahasa Latin moralis, yang mempunyai arti sama dengan

kata “moral”, namun lebih bersifat abstrak. Bentuk jamak “mores” berarti

kebiasaan, kesusilaan, kelakuan. Kata sifat “moralis” berarti susila. Filsafat

moral merupakan filsafat praktis yang mempeajari perbuatan manusia sebagai

manusia dari segi baik buruknya ditinjau dari hubungannya dengan tujuan hidup

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

7

manusia yang terakhir.5 Misalnya berbicara mengenai “moralitas perbuatan”,

maka punya arti aspek moral dari suatu perbuatan atau baik dan buruknya

perbuatan.6

Maka moral adalah objek filsafat moral. Istilah lainnya dengan arti yang

sama adalah etika, “ethiek” dalam bahasa Belanda, “ethics” dalam bahasa

Inggris. Istilah etika itu berasal dari kata bahasa Yunani “ethos” yang berarti

kebiasaan, kelakuan. Kalau kita berbicara mengenai moral atau “ethos”

seseorang atau sekelompok orang, maka yang dimaksud adalah bukan hanya

apa yang biasa dilakukan orang atau kelompok orang itu, melainkan juga apa

yang menjadi pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa

yang tidak baik, mengenai yang patut dan tidak patut dilakukan.7

b. Lokalisasi

Menurut Siregar, lokalisasi adalah suatu kegiatan atau mengumpulkan

suatu aktivitas di suatu tempat yang di dalamnya sering terjadi pelanggaran

terhadap norma-norma sosial yang dianut masyarakat dan yang selama ini

diajarkan oleh keluarga. Soedjono D, menyebutkan pengertian lokalisasi adalah

sebentuk usaha mengumpulkan segala macam aktivitas/kegiatan pelacuran

dalam satu wadah, dan kemudian menjadi kebijakan melokalisasi pelacuran.8

c. Dolly

5 Setiardja, Gunawan. 1990. Dialektika Hukum dan Moral Dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia. Jakarta:

Kanisius. Hal. 90 6 Sujarwa. 2011. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Yogyakata. Pustaka Pelajar. Hal. 217 7 Ibid. Hal. 91 8 Issabela, Nida. Hendriani, Wiwin. Desember 2010. Fakultas Psikologi UNAIR. Jurnal INSAN vol. 12 no. 03, /

Judul: “Resiliensi pada Keluarga yang Tinggal di Lingkungan Lokalisasi Dupak, Bangunsari”. Hal. 177. Diakses

pada 10/04/17 pukul 17:01 WIB.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

8

Dolly adalah suatu komplek lokalisasi terbesar di Asia Tenggara lebih

besar dari Pathpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura, yang

terletak di jalan Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota

Surabaya. Sejarahnya Gang Dolly ini sudah ada sejak jaman Belanda dan

dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama

Dolly Van Der Mart. Keturunan dari Dolly sampai sekarang masih ada di

Surabaya, meskipun sudah tidak mengelola bisnis. Kawasan Dolly berada di

tengah Kota Surabaya, berbaur dengan pemukiman penduduk yang padat di

kawasan Putat, Kota Surabaya.9

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian Skripsi atau metode ilmiah merupakan kegiatan

penelitian guna memperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu, serta informasi sesuai

yang telah terumuskan dalam rumusan masalah atau tujuan penelitian perlu desain

dan rencana menyeluruh tentang urutan kerja penelitian dalam suatu bentuk

rumusan operasional metode dalam suatu penelitian, dimana metode penelitian

mengacu pada:

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subyek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-

kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan

9 Jurnal “Dampak Sosial Penutupan Lokaisasi Dolly” oleh Hartini Retnaningsih. Vol.VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014.

Diakses pada 16 Maret 2017 pukul 15:13 WIB.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

9

memanfaatkan berbagai metode alamiah.10

Penelitian kualitatif adalah

pengumpulan data pada suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah

dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah.

Bertujuan untuk menggambar, meringkas berbagai kondisi, berbagai

situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat eks

lokalisasi Gang Dolly yang menjadi objek penelitian, dan upaya menarik

realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau

gambaran tentang fenomena, kondisi ataupun situasi tertentu.11

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam menggali data dan

informasi mengenai moralitas masyarakat eks lokalisasi Gang Dolly dengan

menggunakan jenis penelitian deskriptif. Deskripsi merupakan metode

penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial

tertentu.12

Kebanyakan penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis tertentu. Melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu

gejala, variabel, atau keadaan.

Peneliti memandang penggunaan metode penelitian deskriptif sangat

sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Karena metode penelitian kualitatif

deskriptif bertujuan untuk menjelaskan moralitas masyarakat eks lokalisasi

Gang Dolly serta kejadian yang berada didalam masyarakat dengan bertumpu

10

Lexy J. Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 6 11 Bungin, B. 2010. Penelitian Kuaitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta:

Kencana. Hal. 68 12

Sutopo, Habertus. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Hal. 110-112

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

10

kepada prosedur penulisan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau tulisan dari orang atau pelaku sebagai obyek dalam sebuah

penelitian. Prosedur dan juga data yang dihasilkan dalam penelitian deskriptif

ini, peneliti merasa jenis penelitian ini dapat menjawab permasalahan yang ada

pada masyarakat eks lokalisasi Gang Dolly dan hasil penelitian disajikan dalam

bentuk narasi dan juga disertai dengan dokumentasi terkait dengan judul

penelitian.

Sehingga jika dikaitkan dalam pembahasan pendekatan dan jenis

penelitian terhadap judul penelitian Moralitas Masyarakat Eks Lokalisasi Dolly

(Studi di Gang Dolly Surabaya) dapat dijabarkan bahwa penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif yang mana data yang dihasilkan berupa

kata-kata, narasi, atau gambar yang mana semua hasil data yang dikumpulkan

berkemungkinan untuk menjadi data kunci dari apa yang diteliti dan juga

menggunakan jenis penelitian deskriptif yang mana diharapkan dapat

memberikan gambaran yang mendetail baik mengenai latar belakang, ataupun

sifat, dan karakteristik dari fenomena perubahan sosial atau moralitas

masyarakat eks lokalisasi Dolly yang menjadi pokok pada penelitian ini.

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Gang Dolly, Kelurahan Putat Jaya,

Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya.

d. Subjek Penelitian

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

11

Cara penelitian menentukan subjek dilakukan dengan cara purposive

sampling. Penentuan sumber informasi secara purposive sampling dilandasi

tujuan atau pertimbangan tertentu terlebih dahulu. Purposive diartikan sebagai

maksud, tujuan atau kegunaan.13

Sehingga, peneliti mengambil sumber

informasi berdasarkan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan peneliti

sebelumnya. Maka dari itu, peneliti membuat pertimbangan, ketentuan dan

kriteria subjek penelitian sebagai berikut:

a. Warga masyarakata eks lokalisasi khususnya di daerah Jarak Gang Dolly

b. Tokoh masyarakat (RT, RW, dan lain-lain) yang sangat berpengaruh di

lingkungan eks lokalisasi Dolly

c. Tokoh pemuda di lingkungan eks lokalisasi Dolly

e. Sumber Data

Data merupakan hal yang esensi untuk menguatkan suatu permasalahan

dan juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Menurut sumber data

dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, Data primer dan data

sekunder.14

1. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung didapatkan

dari informan dan memberikan datanya kepada peneliti. Data primer yang

dimaksud adalah hasil wawancara dengan informan yakni masyarakat eks

lokalisasi di Gang Dolly.

13 Ibid. hal. 369 14 Agus salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku sumber untuk Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:

Tiara Wacana. Hal. 11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

12

2. Data sekunder, merupakan data yang didapatkan oleh peneliti dari informan

secara tidak langsung. Data seperti ini adalah data-data yang dapat diambil

dari opini, jurnal, artikel, tesis, gambar-gambar dan lain sebagainya yang

dapat mendukung data yang dibutuhkan oleh peneliti di lokasi penelitian

dan diperoleh peneliti dari hasil dokumentasi gambar-gambar.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang

mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan

dengan ruang, tempat, waktu peristiwa, tujuan dan perasaan.15

Oleh karena itu,

peneliti mengamati keadaan subjek penelitian di masyarakat eks lokalisasi Dolly

Surabaya dalam jangka waktu yang berjeda-jeda dengan tujuan mencari sumber

informasi setiap subjek di tempat tersebut. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan observasi non partisipan, yaitu suatu bentuk observasi dimana

peneliti tidak terlibat langsung dalam memahami moralitas masyarakat eks

lokalisasi Dolly.

2. Wawancara

Wawancara biasanya diartikan sebagai cara untuk mendapatkan sumber

data informasi dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap

muka.16

Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara

terstruktur adalah peniliti mewawancarai dengan menetapkan masalah sendiri

15 Ghony, D. & Almansur, F. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal. 165 16 Suryanto, B. & Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana. Hal. 69

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

13

dan pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.17

Maka dari itu, pertanyaan-

pertanyaan disusun peneliti dengan rapi dan dapat dipahami dalam penelitian ini

yang telah menjadi responden oleh peneliti adalah masyarakat eks lokalisasi

khususnya di Gang Dolly yang menjadi subjek penelitian, agar dapat

memperoleh data yang akurat terkait moralitas masyarakat eks lokalisasi Dolly.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh dari

catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh pihak lain.18

Dokumentasi merupakan teknik mendapatkan data dari sumber informasi yang

terkait dengan fokus penelitian. Peneliti juga dapat melakukan penelitian di

lokasi setempat untuk mengambil data sekunder berupa dokumen dan gambar-

gambar yang berkenaan dengan judul penelitian.

H. Teknik Analisa Data

Proses analisa data dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik analisa

data dengan model Milles dan Hubermas (1984) mengemukakan bahwa aktivitas

dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus, sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisa data

yaitu19

:

1. Pengumpulan Data

17 Bungin, B. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta:

Kencana. Hal. 190 18 Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press. Hal. 140 19 Yusuf, M. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Pranamedia Group.

Hal. 408

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

14

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari

subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan

penelitian. Dalam pengumpulan data ini peneliti mengumpulkan data yang

terkait dengan judul penelitian.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti ke

lapangan, maka jumlah data yang ada telah semakin banyak, kompleks dan

rumit. Untuk itu peneliti telah melakukan analisa data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu.20

Dengan demikian, data yang direduksi memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan.

3. Penyajian Data

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagian,

hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

20 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal. 338

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

15

naratif.21

Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan

sehingga menjadi informasi yang dapat memiliki makna tertentu. Prosesnya

dilakukan dengan cara menampilkan data yang sebenarnya terjadi dan apa yang

perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penyajian data yang

baik merupakan langkah penting untuk menuju tercapainya analisa kualitatif

yang valid dan teruji kebenarannya.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses yang mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Proses penarikan kesimpulan

dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna dari data yang ada, sehingga

ditemukan tema dalam penelitian yang telah dilakukan.22

Dengan demikian

kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal. Dalam penelitian kualitatif rumusan

masalah sifatnya sudah baku berdasarkan temuan peneliti di masyarakat eks

lokalisasi Gang Dolly.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan yang sudah didapat saat ini berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang

atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat

berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga berupa hipotesis atau teori.

I. Keabsahan Data

21 Ibid. hal. 341 22 Ibid. hal. 345

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

16

Dalam penelitian kualitatif masalah yang sudah ditetapkan saat ini

kemungkinan tidak dapat berubah karena peneliti telah turun ke lapangan

penelitian. Berkaitan dengan itu, secara berkelanjutan selalu dilakukan pemeriksaan

keabsahan data yang dikumpulkan sehingga tidak terjadi informasi yang salah atau

tidak sesuai dengan konteksnya. Maka dari itu, peneliti perlu melakukan

pemeriksaan keabsahan data melalui uji kredibilitas. Agar penelitian ini membawa

hasil yang tepat dan benar sesuai konteksnya, maka peneliti menggunakan cara

sebagai berikut:23

1. Memperpanjang keikutsertaan peneliti di lapangan. Hal ini dilakukan karena

peneliti memang harus tahu dan menyadari kapan penelitian akan dihentikan.

Apabila data yang dikumpulkan belum menyakinkan dan dapat dipercaya, maka

peneliti menetap di lapangan penelitian dan terus melanjutkan pengumpulan

data sesuai dengan data yang dibutuhkan sembari mengkaji ulang, menelisik

dan menganalisis data yang sudah terkumpul.

2. Peneliti selalu meningkatkan ketekunan dan motivasi diri untuk mengetahui dan

memahami suatu fenomena secara holistik, sehingga terkumpul data dan

informasi yang sebenarnya dan dalam situasi konteks sosial yang sesungguhnya.

Disamping itu, peneliti juga akan menempatkan dirinya sebagai instrument

penelitian, serta meletakkan kedudukan yang setara anatara peneliti dengan

subjek yang diteliti.

3. Melakukan triangulasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data

untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel.

23 Yusuf, M. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Pranamedia Group.

Hal. 394

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

17

Beberapa cara yang digunakan yaitu dengan menggunakan sumber data

informasi yang banyak dan menggunakan metode yang berbeda. Penggunaan

metode yang berbeda dapat diartikan bahwa pada tahap pertama, informasi

dikumpulkan dengan observasi tentang suatu aspek, maka berikutnya dengan

metode lain seperti wawancara dalam sumber data informasi yang sama.

Seandainya tidak dapat menyakinkan, maka peneliti mencari sumber data

informasi dengan cara dokumentasi tentang masalah atau aspek yang sama dan

dikumpulkan sumber data tersebut dengan metode-metode yang telah dilakukan

diatas yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

Gambar 1: Triangulasi (Teknik Pengumpulan Data)

4. Apabila telah terjadi kekeliruan dalam pengumpulan data, maka peneliti akan

meninjau kembali teknik dan metode yang digunakan maupun sumber data

informasi yang keliru dan peneliti akan melakukan analisis kasus negatif secara

mendalam. Jika ada yang keliru maka peneliti akan mengumpulkan kembali

data dari sumber yang lain, namun tetap dalam koridor situasi sosial yang wajar

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44359/2/jiptummpp-gdl-burhanuddi-50625-2-babi.pdfperkembangan moral anak-anak dan warga di sekitar kawasan tersebut. 1. Selama

18

dari awal penelitian dengan perbanyak sumber informasi dari teknik dan metode

pengumpulan data sampai ditemukan tidak bersifat negatif.

5. Menggunakan bahan referensi yang tepat. Peneliti mengumpulkan referensi data

penelitian yang tepat dan ditulis oleh ahli dalam bidang yang sesuai dengan

fokus penelitian dan data yang ditemukan. Peneliti menggunakan sumber data

yang ada di lapangan atau dengan rekaman percakapan melalui video tape yang

dapat dibandingkan ketepatannya dengan pendapat atau asumsi dari para ahli

dalam referensi-referensi yang dikumpulkan.