bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.unj.ac.id/1391/5/05 skripsi bab i - v.pdf · 6 tabel...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sapir dan Whorf dalam Djojosuroto Kinayanti (2007:289) mengatakan
bahwa, bahasa mempengaruhi pikiran. Setiap bahasa memberikan suatu
pandangan dunia pada penuturnya atau penggunanya. Hal ini disebabkan karena
dalam kehidupan sehari-hari seorang penutur bahasa itu memerlukan banyak
istilah untuk membicarakan dengan jelas konsep-konsep yang diperlukan. Bahasa
tak lepas dari linguistik, karena ilmu yang mempelajari sebuah bahasa adalah
linguistik.
Kosakata dalam sebuah bahasa sangat penting untuk dipelajari dan dipahami
dengan begitu komunikasi dalam berbahasa akan mudah dilakukan. Kata dalam
ilmu bahasa dikaitkan dengan morfologi. Menurut Lehler dalam Mansoer Pateda
(2010:6) morfologi adalah studi tentang pembentukan kata. Morfologi (keitairon)
merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses
pembentukannya. Objek yang dipelajari yaitu tentang kata (go/tango) dan morfem
(keitaiso). Batasan dan ruang lingkup morfologi dalam bahasa Jepang yaitu proses
morfologik. Proses tersebut ialah pembentukan kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya. Selain dikaitkan dengan morfologi, kata dalam ilmu
bahasa juga dikaitkan dengan semantik. Menurut Lehler dalam Mansoer Pateda
(2010:6) semantik adalah studi tentang makna.
2
Berdasarkan uraian di atas menyatakan semantik merupakan cabang ilmu
kebahasaan yang berhubungan dengan makna. Oleh sebab itu linguistik berkaitan
dengan pembelajaran dalam kajian semantik.
Kosakata di dalam bahasa memiliki berbagai macam jenis atau kelasnya.
Kelas kata dalam bahasa setiap negara dapat dikatakan memiliki kelas yang sama
antara bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Ternyata tak hanya itu saja,
dengan adanya proses morfemis, bahasa Indonesia dan bahasa Jepang memiliki
kelas kata lain, yaitu kata majemuk. Menurut Masnur Muslich (2008:57) kata
majemuk merupakan peristiwa bergabungnya dua morfem dasar/lebih secara padu
dan menimbulkan arti yang relatif baru. Sedangkan menurut Chaer (2008:209)
pemajemukan adalah proses penggabungan bentuk dasar dengan bentuk dasar
untuk mewadahi suatu konsep yang belum tertampung dalam sebuah kata.
Berdasarkan hubungan gramatik antar unsurnya, kata majemuk menurut
Kridalaksana (1993:11) dikelompokkan ke dalam konstruksi endosentris
(memiliki penggolongan makna yang sama dengan pembentuknya) dan
eksosentris (maknanya tidak sama dengan pembentuknya). Sedangkan menurut
Saleh (1987:4) konstruksi endosentris adalah kata majemuk yang mempunyai
fungsi dan jenis kata yang sama dengan unsur pembentuknya. Sedangkan
konstruksi eksosentris jenis kata berbeda dengan kedua pembentuknya.
Dalam bahasa Jepang kelas kata atau jenis kata disebut hinshi ( 品詞).
Terdapat beberapa macam kelas kata dalam bahasa Jepang; doushi, keiyoushi,
meishi, fukushi, rentaishi, setsuzokushi, kandoushi, jodoushi dan joushi (Sudjianto,
3
1996:26). Kelas kata nomina atau dalam bahasa Jepang disebut meishi,
merupakan kelas kata yang menyatakan nama suatu perkara, benda, barang,
kejadian atau peristiwa, keadaan, dan sebagainya yang tidak mengalami konjugasi.
Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah gokeisei.
Hasil pembentukan kata dalam bahasa Jepang sekurang-kurangnya ada empat
macam, yaitu: haseigo (kata turunan), fukugougo/goseigo (kata majemuk),
karikomi/shouryaku (pemendekan kata), dan toujigo (penyingkatan kata). Kata
yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem bebas (morfem
yang berdiri sendiri dan memiliki makna) atau dari kata dasar disebut dengan
fukugougo atau gouseigo (kata majemuk). Fukugougo bahasa Jepang secara
etimologis terdiri atas dua buah kanji yakni, fukugou「複合」 yang berarti
„gabungan‟ dan go「語」 yang berarti „kata‟. Dengan demikian, fukugougo「複
合語」secara harfiah berarti „kata-kata yang bergabung‟ atau gabungan kata-kata‟.
Dalam 日本文法用語辞典(233-240)
„「青空、秋祭り、国語辞典、話し始める、青白い、」なども単語である、持に複
合語という。これらの単語は、それぞれ二つの単語〔または;単語に;準じるも
の〕に;分解することができる(「青―ー
空」「秋―祭り」「国語―辞典」「話;
一始める」「;青―白い」)。このように、;本来は;単独で;用いることのでき
る;単語(これを;単純語という)が;二つ;以上蒸すびついてできた;単語を;複合
語という。
„(langit biru, perayaan musim gugur, kamus Jepang, mulai berbicara, putih biru)
serta ada kata yang lain, termasuk ke dalam kata majemuk atau compounds. Kata
ini, setiap dua kata (atau setara dengan kata) hal ini dapat didekomposisi menjadi
(biru - langit, musim gugur - perayaan, bahasa Jepang - kamus, berbicara -memulai,
biru - putih), seperti ini, berasal dari kata yang dapat berdiri sendiri (kata ini
dikatakan kata sederhana) yang diikat dua kata atau lebih dinamakan kata
majemuk.‟
4
Tidak hanya kata sifat dan kata kerja saja yang memiliki kata majemuk.
Dalam kelas kata nomina bahasa Jepang juga terdapat kata majemuk.
Fukugoumeishi yaitu nomina yang terbentuk dari gabungan beberapa kata, lalu
gabungan kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai satu kata (Sudjianto,
Ahmad Dahidi, 2004:161). Menurut Iwabuchi Tadasu dalam Sudjianto (2004:162)
menyebutkan bahwa meishi yang terbentuk sebagai hasil gabungan beberapa kata
seperti kata-kata aozora „langit biru‟, akimatsuri „festival musim gugur‟,
kokugojiten „kamus bahasa Jepang‟, wasuremono „barang tertinggal‟ disebut
fukugoumeishi.
Menurut Hamzon Situmorang, fukugoumeishi termasuk ke dalam jenis
futsuu meishi, yaitu kata yang menyatakan suatu benda dan perkara. Pembentukan
kata yang dapat membentuk fukugoumeishi adalah sebagai berikut : verba + verba,
nomina + verba, adjektiva + nomina, adverbia + nomina, verba + nomina,
nomina+ adjektiva.
Selain itu, Tsujimura (2007:139) menyatakan bahwa selain terbentuk dari
kelas kata berdasarkan gramatikalnya, fukugoumeishi dapat terbentuk dari kelas
kata berdasarkan asal usulnya. Kelas kata berdasarkan asal usulnya terbagi
menjadi wago (kata Jepang asli), kango (kata berasal dari China, ditulis dengan
huruf kanji), dan konshugo ( kata yang terbentuk dari dua buah kata yang berbeda
jenis, seperti gabungan antara wago dengan kango). Berikut adalah gabungan kata
yang dapat membentuk fukugoumeishi :
5
a. Wago + wago, yang dinamakan native Japanese compounds.
b. Kango+ kango, yang dinamakan sino Japanese compounds.
c. Wago+ kango/kango+wago (Konshugo), yang dinamakan hybrid
compounds.
Jika dilihat dari pendapat Hamzon dan Tsujimura di atas, fukugoumeishi
tidak hanya terbentuk dari kata nomina dengan nomina, namun ternyata dengan
kelas kata yang lain pun dapat membentuk fukugoumeishi. Selain itu,
fukugoumeishi juga dapat dibentuk melalui penggabungan kosakata bahasa Jepang
yang dilihat dari asal usulnya, yaitu wago (kata jepang asli) , kango (kata berasal
dari cina, ditulis dengan huruf kanji) , dan konshugo (kata yang terbentuk dari
gabungan dua buah kata yang berbeda jenis).
Salah satu media dalam pembelajaran bahasa Jepang khususnya di
Universitas Negeri Jakarta adalah buku sebagai bahan ajar yang digunakan.
Dalam bahan ajar bahasa Jepang sendiri ternyata terdapat beberapa kosakata yang
tanpa disadari itu merupakan kelas kata majemuk bahasa Jepang. Salah satu kata
yang sering dijumpai dalam pembentukan kata fukugoumeishi pada bahan ajar
bahasa Jepang adalah kata “mono”. Jika dilihat dari kanjinya, mono sendiri
memiliki beberapa cara bacanya, yaitu motsu dan butsu. Tabel di bawah ini
merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari kata “mono, butsu, motsu” dalam
buku ajar bahasa Jepang.
6
Tabel 1.1 fukugoumeishi mono, butsu, motsu dalam buku ajar
No
Buku Teks
Pembelajaran
Bahasa Jepang
Fukugoumeishi
~Mono Arti Hal Jumlah
1 Minna No
Nihongo I
1. 荷物
2. 食べ物
3. 飲み物
4. 買い物
5. 動物
1. Bawaan
2. Makanan
3. Minuman
4. Belanjaan
5. Binatang
58
71
101
111
147
5
2 Minna No
Nihongo II
1. 忘れ物
2. 建物
3. 着物
4. 使い物
5. 洗濯物
6. 贈り物
1. Barang tertinggal
2. Bangunan
3. Kimono
4. Hadiah
5. Cucian
6. Hadiah
27
33
93
117
141
154
6
3
New Approach
Japanese Pre-
Advanced
Course
1. 物事
2. 物語
3. 読み物
4. 宝物
1. Hal- hal,sesuatu
2. Cerita
3. Bacaan
4. Harta karun
5
63
138
213
4
4
Chuukyuu
Nihongo Bunpou
Pointo 20
1. 時代物
2. 品物
1. Antik
2. Barang –barang
9
102 2
5 Nihongo 3 Rabu
Rabu Choukai
1. どんぶり物
2. 入れ物
1. Mangkok nasi
2. Wadah
33
33
2
6 Nihongo 4
(kaiwa)
1. 持ち物
2. 安物
3. 詰め物
1. Barang bawaan
2. Barang murah
3. Isian
31
40
160
3
7 Nihongo 5
1. 本物
2. 落し物
3. 同じ物
1. Asli, orisinil
2. Barang jatuh/ hilang
3. Hal sama
8
9
12
3
8 Total
25
Keterangan : Penghitungan kata menggunakan teknik 異なり語数 (kotonarigosuu) dimana
kosakata yang sama tidak dihitung kembali dalam setiap buku.
7
Dari data di atas, dalam kanji「物」mono sering mengikuti kata lain dan
membentuk makna yang sama bahkan berbeda dengan salah satu kata yang di
ikutinya. Dalam fukugoumeishi dengan susunan kata pembentuknya “mono”
dalam tabel tersebut, maknanya tidak semua sama dengan kedua kata
pembentuknya. Berikut uraian contoh lain hasil makna fukugoumeishi yang
berasal dari jurnal bahasa Jepang :
1. Tabemono「食べ物」: Makanan,
気候、食べ物などに対する適応力「食は文化なり」というように、その国を知るい
ちばんいい方法は、現地の食べ物を食べることです。
( Nihongo jaanaru edisi 5 hal. 15, 2002)
Cara yang paling baik untuk mengetahui suatu negara adalah makan makanan khas Negara
tersebut, seperti dikatakan makanan adalah suatu kebudayaan. Kemudian penyesuaian diri
terhadap iklim.
Dalam fukugoumeishi tabemono di atas, terbentuk dari verba + nomina dan
memiliki makna dari unsur kata pembentuk pertamanya. Tabemono maknanya
terbentuk dari kata pembentuk pertama, yaitu taberu「食べる」yang memiliki
arti „Makan‟. „Makan‟, merupakan kata dasar dari makanan, dan kata tersebut
muncul dalam arti fukugoumeishi tabemono 「食べ物」. Hubungan makna yang
muncul yaitu sesuatu yang akan atau untuk dilakukan kata kerja tersebut. Di sini
yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dimakan. Sehingga memunculkan makna
makanan.
2. Honmono「本物」: original, asli, tulen.
学習者からは、本物の先生と比べるようなコメントが出てくる場合もあります。
(Nihongo jaanaru edisi 4, hlm.21,2002)
8
Dari pelajar, ada juga situasi dimana pelajar tersebut mengomentari seolah olah
membandingan dengan guru yang asli.
Dalam fukugoumeishi honmono tersebut memiliki makna yang bukan dari
kedua unsur pembentuknya. Karena arti yang muncul tidak dari salah satu atau
bahkan kedua dari kata pembentuknya, yaitu Hon + Mono, Hon「本」dalam
Kenji Matsuraa memiliki arti “Buku/kitab/asal”. Sedangkan arti yang muncul
dalam fukugoumeishi tersebut adalah asli, orisinil, bukan dari kata „buku‟ yang
merupakan arti „Hon‟. Maka kata „Honmono‟ merupakan fukugoumeishi yang
maknanya bukan dari kedua unsur pembentuknya. Namun masih memiliki
kerelasian makna dengan unsur pembentuknya. Kerelasian yang memiliki
hiponimi dengan kata pembentuknya. Kata hon dapat memiliki arti asal, asli
memiliki makna barang yang asli atau barang yang berasal dari asalnya.
3. Setomono「瀬戸物」: tembikar
もとは「愛知県瀬戸地生産の陶磁器」を指した「瀬戸物」が「陶器一般」を指すよ
うになるなど、語の指す範囲が拡大する傾向のことです。 ( Nihongo jaanaru edisi 5, hal. 82, 2001)
Pada awalnya keramik buatan daerah Seto prefektur Aichi yang dinamakan „setomono‟ yaitu
keramik buatan Seto, sekarang menjadi keramik secara umum, tidak hanya dari daerah Seto.
Hal tersebut merupakan kecenderungan sebagai kata yang menjadi meluas.
Dalam fukugoumeishi setomono tersebut memiliki makna yang bukan dari
kedua unsur pembentuknya. Arti yang muncul tidak dari salah satu atau bahkan
kedua dari kata pembentuknya, yaitu seto + Mono, seto「瀬戸」merupakan
nama daerah yaitu Seto dan mono adalah benda. Maka kata „setomono‟
merupakan fukugoumeishi dengan makna yang muncul bukan dari kedua makna
pembentuknya. Namun masih memiliki kerelasian makna dalam penggabungan
9
kedua makna dari kata pembentuknya. Setomono merupakan keramik buatan
khusus daerah Seto, dan sekarang menghasilkan makna keramik atau tembikar
yang tidak hanya dihasilkan dari daerah Seto saja. Sehingga makna ini mengalami
perubahan dari makna sempit menjadi meluas.
Sebenarnya, kata mono dengan kanji 「物」, dapat juga dibaca butsu atau
motsu apabila pengucapannya secara on-yomi (cara baca berasal dari China). Jika
diucapkan secara on-yomi, maka termasuk ke dalam kelas kata kango. Menurut
Tsujimura, fukugoumeishi dapat juga terbentuk dari gabungan kango. Maka dari
itu, kanji 「物」dapat menjadi salah satu pembentuk fukugoumeishi meski
pengucapannya secara kun-yomi ataupun on-yomi. Dalam mempelajari
fukugoumeishi yang terbentuk dari “mono” yang perlu dipahami berdasarkan
penjelasan sebelumnya, yaitu belum tentu pembentukan dua kata menjadi satu
(pemajemukan) menghasilkan arti atau makna yang terbentuk dari salah satu, atau
kedua unsur pembentuknya (Masnur Muslich, 2008:60). Maka dari itu perlu
adanya pembahasan mengenai hubungan makna yang muncul dalam sebuah kata
nomina majemuk.
Dengan adanya hal tersebut, penulis bermaksud menganalisis pembentukan
dan makna kata nomina majemuk bahasa Jepang yang terbentuk dari kanji mono,
butsu, motsu 「物」 . Menurut penulis meneliti proses pembentukan kata
majemuk dirasa perlu untuk membantu pembelajar dalam memahami
terbentuknya kata majemuk dalam bahasa Jepang, terutama majemuk nomina
karena sering dijumpai dalam buku bahan ajar sebagai kosakata. Selain itu dalam
10
dalam fukugougo yang paling banyak ditemui adalah fukugoumeishi,
fukugoudoushi, kemudian fukugoukeiyoushi (Tamura, 2003:13). Dengan meneliti
pembentukan dan makna fukugoumeishi, dapat membantu dalam menerjemahkan
sebuah kata dari proses pemajemukan. Karena fukugoumeishi terbentuk dari dua
atau lebih kata yang maknanya dapat muncul dari kedua pembentuknya atau tidak
sama sekali. Sehingga membantu pembelajar dalam memahami makna kosakata,
karena pemahaman kosakata dalam belajar sebuah bahasa sangat penting. Maka
dari itu penulis mengambil judul Penelitian “Analisis Pembentukan dan Makna
Fukugoumeishi yang terbentuk dari Kanji Mono, Butsu, Motsu 「物」”.
B. Fokus dan Subfokus
Dalam sebuah penelitian agar tidak meluas dan menyimpang, maka
diperlukan adanya batasan. Fokus dalam Penelitian ini adalah menganalisis
pembentukan kata dan maknanya dalam fukugoumeishi mono, butsu, motsu dan
subfokus penelitian ini meliputi :
1. Meneliti tentang fukugoumeishi yang terbentuk dari susunan kata ~mono,
butsu, motsu yang terdapat dalam jurnal Hiragana Times.
2. Penelitian ini membahas hubungan makna antar unsur-unsur susunan
suatu kata nomina majemuk fukugoumeishi ~mono, butsu, motsu.
3. Menerangkan hubungan antarkata yang terbentuk dari ~mono, butsu,
motsu.
11
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dicantumkan, penulis
merumuskan beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan di dalam
fukugoumeishi yang terbentuk dari mono, butsu, motsu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses pembentukan fukugoumeishi mono, butsu, motsu ?
2. Apa saja kelas kata asal yang membentuk fukugoumeishi mono, butsu,
motsu ?
3. Bagaimanakah hubungan makna dan konstruksi yang muncul pada
pembentukan fukugoumeishi mono, butsu, motsu ?
4. Bagaimanakah hubungan antarkata dari makna yang muncul dalam
fukugoumeishi tersebut ?
D. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dilakukan diharapkan memiliki manfaat bagi segala
aspek. Manfaat penelitian dapat berupa manfaat secara teoritis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dalam pembelajaran yang
membahas kelas kata majemuk, khususnya fukugoumeishi terbentuk dari
kanji 「物」„mono, butsu, motsu‟.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembelajar
12
Dapat membantu pembelajar meningkatkan pemahaman linguistik
dalam pembentukan kata nomina majemuk dan proses pemaknaannya.
b. Bagi Pengajar
Penelitian ini dapat dijadikan sumber atau referensi pengajaran bahasa
Jepang sebagai bahan ajar dalam beberapa mata kuliah seperti
gengogaku nyumon dalam Bab pembentukan fukugougo dan
pembelajaran kosakata.
c. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan acuan dan contoh bagi peneliti selanjutnya yang akan
meneliti tema yang sejenis.
13
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Deskripsi Teoritis
Bab ini berisi tentang papaparan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian
dan konsep penulis. Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teori mengenai morfologi dan semantik.
1. Morfologi
a. Definisi Morfologi
Menurut Chaer (2003:3) morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-
bentuk dan pembentukan kata. Kajian morfologi dilakukan untuk mengetahui
adanya morfem-morfem dari setiap bahasa. Dengan adanya morfem tersebut,
dapat dilakukan pula kajian untuk mengetahui alomorf dari morfem-morfem itu,
proses pembentukan kata dari morfem-morfem tersebut (dalam bahasa Indonesia
misalnya ada proses afiks, reduplikasi, komposisi dan konvensi) klasifikasi atau
kategori kata, sistem morfofonemik dari bahasa.
b. Morfologi Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, morfologi disebut keitairon 「形態論」 . Menurut
Sutedi (2003:42) keitairon merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang
kata dan proses pembentukannya. Objek yang dikaji berupa kata (go/tango) dan
morfem (keitaiso). Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki
makna yang tidak bisa dibagi lagi menjadi satuan bahasa yang lebih kecil. Kata
14
merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari satu buah morfem atau lebih dan
memiliki makna. Kata yang bisa berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal meskipun
hanya berdiri satu kata dinamakan morfem bebas (jiyuu-keitaiso). Sedangkan kata
yang tidak bisa berdiri sendiri disebut morfem terikat (kousoku-keitaiso). Berikut
contoh pendeskripsian morfem pada kalimat bahasa Jepang dalam Sutedi
(2003:43) :
„Tarou ga yoku terebi o mita.‟
„Tarou sering menonton tv.‟
Pada contoh tersebut, kata (Tarou) dan (terebi) merupakan morfem bebas,
karena bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi kalimat walau hanya dengan satu kata.
Tetapi, untuk partikel (ga) dan (o), kata keterangan (yoku), dan verba (mita) baik
gokan-nya yaitu mi, gobi-nya yaitu ta, karena masing-masing tidak bisa berdiri
sendiri, termasuk ke dalam morfem terikat.
Selain morfem bebas dan morfem terikat, dalam bahasa Jepang terdapat pula
adanya morfem isi (naiyou-keitaiso) dan morfem fungsi (kinou-keitaiso). Naiyou-
keitaiso adalah morfem yang menunjukkan makna aslinya, seperti nomina,
adverbia, dan gokan dari verba atau adjektiva. Sedangkan kinou-keitaiso adalah
morfem yang menunjukkan fungsi gramatikalnya. Seperti partikel, gobi dari verba
atau adjektiva, kopula. Berikut beberapa kata yang tergabung dari beberapa unsur
morfem :
1) Morfem bebas: yama (山) yang berarti gunung, kata tersebut merupakan
morfem bebas yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna sendiri .
15
2) Morfem bebas + morfem terikat: shiroi (白い) yang berarti putih, kata “shiro”
merupakan morfem bebas karena dapat berdiri sendiri, kata“i” merupakan
kata akhiran yang mengikuti “shiro” menunjukkan suatu pekerjaan dari
adjektiva–i (i-keiyoushi), dan selalu memerlukan morfem yang
mendahuluinya. Maka “i” disebut morfem terikat.
3) Morfem terikat + morfem terikat: kaite (書いて) yang berarti menulis, kata
kaite merupakan gabungan dari morfem terikat, karena kata “kai” tidak
dapat berdiri sendiri dan tidak pernah muncul pengucapan yang
pemisahannya hanya dengan kata “kai”. Pada kata “te” merupakan elemen
yang ditambahkan pada bentuk kata sambung dari partikel, ini juga
merupakan morfem terikat.
4) Morfem bebas + morfem bebas: yamamichi (山道 ) yang berarti jalan
pegunungan. Kata tersebut disebut kata majemuk yang mengikat morfem
bebas yang setara. Masing-masing morfem bebas itu dapat berdiri sendiri
dan memiliki arti tersendiri bergabung membentuk kata baru. Dalam bahasa
Jepang kata majemuk kebanyakan dibentuk akibat penggabungan dari dua
buah kanji atau lebih. Kanji juga dikatakan satu morfem bebas yang berdiri
sendiri dan memiliki arti tersendiri.
Menurut Sheddy Tjandra (2015:53-55) Morfem memiliki anggota yang
disebut alomorf. Terdapat alomorf yang berdistribusi bebas, yaitu pada
posisi bebas tidak bergabung dengan atau menempel pada morfem lain, tapi
ada juga alomorf yang berdistribusi komplementer yakni pada posisi tertentu
16
dalam rangka pembentukan kata. Selain itu ada yang mengambil posisi pada
gugus depan kata, atau mengambil posisi pada gugus belakang kata.
Contoh :
Morfem pada kata “Sake”
Alomorf bebas: Sake
Alomorf gugus depan: Saka, misal pada kata “Sakazuki” (cangkir arak).
Alomorf gugus belakang: Zake, misal pada kata “amazake” ( arak manis).
Dari contoh tersebut menandakan bahwa morfem bahasa Jepang yang
diawali dengan konsonan sebagai alomorf bebas, tidak mengalami
perubahan, tapi ketika sebagai alomorf gugus belakang dalam proses
pembentukan kata majemuk, menjadi berubah /s/ menjadi /z/.
Berdasarkan beberapa teori yang telah disebutkan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
pembentukan kata dan struktur internal kata dengan menggunakan morfem.
Objek yang dipelajarinya yaitu tentang kata dan morfem.
2. Semantik
Bahasa adalah fenomena kemaknaan dalam komunikasi antarmanusia
dimanapun berada kebermaknaan komunikasi inilah yang menjadi ciri khas
bahasa sebagai satu isyarat komunikasi. Dalam komunikasi terdapat bahasa
yang keluar dengan beberapa macam makna. Istilah semantik berpadanan
17
dengan kata semantique dalam bahasa Perancis yang diserap dari bahasa
Yunani dan diperkenalkan oleh M.Breal.
a. Pengertian Semantik
Lehler dalam Mansoer Pateda (2010:6) mengatakan bahwa semantik
adalah studi tentang makna. Sematik merupakan bidang kajian yang sangat
luas, karena turut menyinggung aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga
dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat, dan antropologi. Semantik
(imiron) dalam Nihongo Kokugo Daijiten (1976:352) didefinisikan sebagai
berikut: 言語学で、言語の意味やその変化などを研究する部門 “dalam
linguistik, bagian yang meneliti arti kata, perubahannya dan lain-lain”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan
cabang ilmu kebahasaan yang berhubungan dengan makna.
Menurut Sutedi (2011:127) makna yang ada dapat berupa makna kata
(go no imi), relasi makna antar satu kata dengan kata yang lainnya (go no imi
kankei), makna frasa (ku no imi) dan makna kalimat (bun no imi). Berikut ini
adalah penjelasan mengenai makna tersebut.
1) Makna Kata (go no imi)
Setiap makna suatu ujaran merupakan objek dari semantik. Bagi
pembelajar bahasa Jepang, banyak dijumpai kesalahan dalam berbahasa
jika sedang berkomunikasi dengan penutur aslinya, sehingga perlu upaya
meningkatkan keterampilan berbahasa Jepang dengan mendeskripsikan
makna kata satu persatu secara menyeluruh.
2) Relasi Makna antar kata dengan kata yang lain (go no imi kankei)
18
Relasi makna dianalisis dapat dijadikan bahan dalam penyusunan kelompok
kata (goi). Untuk mempermudah pembelajar dalam memahami kata, perlu
adanya pendeskripsian mengenai relasi makna antarkata. Pada kata
majemuk relasi makna berkaitan dengan hukum MD (Menerangkan dan
diterangkan). Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara
satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Pada dasarnya
prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu (1) prinsip kontiguitas, (2)
prinsip kolementasi, (3) prinsip overlaping, dan (4) inklusi.
a) Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata
dapat memiliki makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan
adanya relasi makna yang disebut sinonimi.
b) Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna
kata yang satu berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini
dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut antonimi.
c) Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata
memiliki makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi
mengandung makna berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya
relasi makna yang disebut homonimi dan polisemi.
d) Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata
mencakup beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan
adanya relasi makna yang disebut hiponimi.
19
3) Makna Frasa (ku no imi)
Dalam bahasa Jepang, mana frasa ada yang bermakna leksikal, dan ada
pula makna ideomatikal bahkan memiliki makna keduanya. Seperti frasa
„hon o yomu‟ (membaca buku) merupakan frasa yang bermakna leksikal.
Memakai frasa tersebut hanya perlu mengetahui arti dari masing-masing
kata.
4) Makna Kalimat (bun no imi)
Makna kalimat dalam semantik mengkaji mengenai makna kalimat secara
asli atau makna dalam bahasa. Makna yang dilihat dari struktur kalimatnya.
b. Jenis-Jenis Makna
Terdapat beberapa pendapat mengenai jenis makna. Palmer dalam Pateda
(2010:92) menyatakan bahwa jenis makna yaitu makna kognitif (cognitive
meaning), makna ideasional (ideational meaning), makna proposisi
(propositional meaning). Sedangkan menurut Verhar (1983:124), makna
gamatikal dan makna leksikal. Tentu masih banyak pendapat lain yang
dikemukakan oleh pakar semantik mengenai jenis makna yang ada.
Sutedi (2011:130) juga menyatakan bahwa makna terdiri beberapa jenis,
berikut penjelasan mengenai jenis-jenis makna :
1) Makna Denotatif dan Makna Konotatif.
Makna Denotatif (mejiteki-imi/gaien): makna kata atau kelompok kata
yang didasarkan atas hubungan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu
gagasan dan dapat dijelaskan dengan analisis komponen makna. Makna
20
denotatif kata „kodomo‟ adalah „anak‟, memunculkan makna konotatif
„tidak mau diatur‟ atau „kurang pertimbangan‟.
2) Makna Gramatikal dan Makna Leksikal.
Makna gramatikal (bunpoteki-imi): makna yang muncul akibat proses
gramatikalnya. Hal ini sependapat dengan Chaer (2007:290) makna yang
hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi,
proses reduplikasi, dan proses komposisi. Sedangkan makna leksikal
(jishoteki-imi atau goiteki-imi) adalah makna kata yang sesungguhnya
sesuai dengan referennya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari
unsur gramatikalnya, atau dapat dikatakan sebagai makna asli suatu kata.
Menurut Sheddy (2016:16), makna yang ditemukan di dalam kamus yang
sejak semula sudah ada tanpa melalui proses gramatika dengan acuan
nyata di kehidupan dapat ditangkap dengan akal sehat terutama panca
indera merupakan makna Leksikal. Sedangkan makna dari morfem yang
tidak memiliki acuan nyata dan baru muncul ketika mengalami proses
gramatika merupakan makna Gramatikal.
3) Makna dasar dan makna perluasan
Makna dasar (kihon-gi) merupakan makna asli yang dimiliki oleh kata.
Makna dasar terkadang disebut juga sebagai makna pusat (core) atau
makna prototipe, meskipun tidak sama persis. Makna perluasan (ten-gi)
merupakan makna hasil dari perluasan dari makna dasar, yaitu akibat
penggunaan secara kiasan atau majas (hiyu).
21
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, makna memiliki berbagai macam
jenis. Hal tersebut dapat dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda.
Munculnya berbagai jenis makna ini disebabkan karena bahasa digunakan dalam
berbagai kegiatan dan keperluan manusia dalam melakukan interaksi sosial.
Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai makna kata akan diambil untuk
menganalisis objek dari penelitian, yaitu makna yang muncul dalam
fukugoumeishi terbentuk dari mono, butsu, motsu (物).
c. Perubahan Makna
Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa perubahan makna yang ada (Sheddy,
2016:148). Berikut beberapa makna yang dijelaskan oleh Sheddy.
1) Makna yang bernilai baik menjadi makna yang buruk.
Pada makna ini, kata-kata pada mulanya memiliki makna yang bernilai baik,
namun muncul pemakaian makna yang bernilai buruk dan bertahan sampai
zaman sekarang.
2) Makna yang meluas.
Kata-kata yang pada mulanya bermakna sempit, dengan acuan hanya benda-
benda tertentu, tetapi kemudian pemakaian yang meluas bukan hanya benda
tertentu namun termasuk benda lain yang serupa atau sejenis.
3. Kosakata dalam Bahasa Jepang
Dalam bahasa jepang kosakata dinamakan goi. Menurut Asano Yuriko dan
Kasugo Shoozoo dalam Sudjianto (2004:97) menyatakan jika kanji „i‟ pada kata
goi merupakan atsumeru koto „kumpulan‟ atau „himpunan‟. Maka dapat
didefinisikan goi sebagai go no mure atau go no atsumari „kumpulan kata‟.
22
a. Jenis-jenis Kosakata
Kosakata dalam bahasa Jepang memiliki berbagai macam jenis dilihat dari
asal-usul dan karakteristik gramatikalnya. Berikut adalah jenis-jenis kosakata
bahasa Jepang.
1) Goi atau kosakata berdasarkan karakteristik gramatikalnya terdapat kata-kata
yang tergolong doushi (verba), meishi (nomina), i-keiyoushi (adjektiva –i), na
keiyoushi ( adjektiva –na), kandoushi (interjeksi), fukushi (adverbia),
jodooshi (verba bantu).
2) Goi atau kosakata berdasarkan dari faktor usia, jenis penuturnya, terdapat
kata-kata yang termasuk pada jidoogo (bahasa anak-anak), wakamono kotoba
(bahasa remaja), roojingo (bahasa orang tua), joseigo (bahasa wanita).
3) Goi atau kosakata berdasarkan asal-usulnya terbagi atas wago, kango, dan
gairaigo. Selain itu ternyata muncul kosakata Konshugo (kata yang terbentuk
dari kata wago dengan kango atau dengan gairaigo, dapat juga dikatakan kata
campuran). Menurut Ishida dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:100),
karakteristik wago adalah :
a) Banyak kata yang terdiri dari satu atau dua mora,
b) Terlihat adanya perubahan bunyi pada kata yang digabungkan,
c) Tersebar pada semua kelas kata, terutama kata verba,
d) Banyak kata-kata yang menyatakan benda konkret,
e) Wago adalah kata yang di baca dengan kun- yomi.
Sedangkan kango memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Kango adalah kata-kata yang dibaca dengan cara on –yomi,
23
b) Banyak kelas kata nomina terutama kata-kata mengenai aktifitas
manusia dan nomina abstrak,
c) Dapat membuat kata-kata panjang dengan cara menggabungkan berbagai
kango. Sebaliknya, kata yang terlalu panjang dapat disingkat.
Selain kango dan wago, ternyata terdapat kosakata yang dinamakan
konshugo. Nomura Maasaki dalam Sudjianto (2004:108) menjelaskan bahwa
pada dasarnya konshugo terdiri atas tiga macam gabungan sebagai berikut. :
a) Wago dengan kango, misal :
1) Nimotsu, fumidai, mizu shoobai, bikiagesha
2) Bangumi, honbako, kinenbi
b) Kango dengan gairaigo, misal:
Gyaku koosu, tennen gasu, roojin hoomu
c) Wago dengan gairaigo
Sutoyaburi, janbo takarakuji, uchigeba, tsukiroketto
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa konshugo hanya
terdiri dari gabungan kata yang memiliki asal usul berbeda dan tidak sama.
Selain itu, konshugo juga dapat dikatakan sebagai kata majemuk bahasa Jepang,
dengan memiliki karakteristik yang sama.
4. Kelas Kata Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, terdapat berbagai macam jenis kelas kata. Terdapat 9
macam kelas kata; doushi (verba), keiyoushi (adjektiva), meishi (nomina),
fukushi (adverbial), rentaishi (prenomina), setsuzokushi (konjungsi), kandoushi
(interjeksi), jodoushi (verba bantu) dan joushi (partikel) (Sudjianto, 1996:26).
24
Selain itu, dalam kelas kata tersebut ternyata dapat mengalami perubahan bentuk
(katsuyoukei). Kelas kata yang mengalami hal tersebut adalah doushi, keiyoushi
dan jodoushi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai keiyoushi, doushi dan
meishi, sedangkan jodoushi tidak dijelaskan secara detail.
a. Keiyoushi
Menurut Kitahara dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2004:154),
adjektiva (keiyoushi) adalah kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan
sesuatu, dan keiyoushi dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat
mengalami perubahan bentuk. Adjektiva dalam bahasa Jepang memiliki dua
golongan, yaitu adjektiva I yang berakhiran huruf –i atau /i/ (い) disebut dengan
i-keiyoushi dan adjektiva II yang berakhiran -/na/ (な) atau /da/ (だ) yang disebut
na-keiyoushi atau keiyoudoushi. Adjektiva -i (i-keiyoushi) biasanya selalu
berakhiran /i/ (い ), namun ada beberapa adjektiva –na (na-keiyoushi) yang
diakhiri /i/ (い) seperti misalnya yumei (mimpi), kirai (benci), dan kirei (cantik).
Menurut Hamzon (2007:28) i-keiyoushi dibagi menjadi tujuh jenis dilihat
dari artinya :
1) Keiyoushi yang mengutarakan bentuk benda. Seperti (marui, 丸い= bulat),
(shikaku, 資 格 = persegi empat), (hosoinagai, 細 い 長 = panjang
kurus/sempit).
2) Keiyoushi yang menyatakan jumlah atau volume benda. Seperti (ookii, 大き
い = besar), (chisaii, 小さいい = kecil), (komakai 細かい= halus, detail),
(nagai, 長い= panjang).
25
3) Keiyoushi yang menyatakan sifat benda. Seperti (katai, 硬い= keras), (atsui,
熱い= panas), (shiroi, 白い= putih), (akai, 赤い= merah).
4) Keiyoushi yang berhubungan dengan mutu. Contoh (omoshiroi, 面白い =
menarik), (warui, 悪い = jelek).
5) Keiyoushi yang berhubungan dengan nilai benda. Seperti (subarashii, 素晴
らしい = hebat), (mutsumajii, 睦まじい = ramah, bersahabat).
6) Keiyoushi yang berhubungan dengan nilai bunyi-bunyian. Seperti
(yakamashii, やかましい = riuh, bising).
7) Keiyoushi yang menyatakan makna gerakan. Seperti (hayai,早い= kencang),
(osoi, 遅い = lambat).
Sedangkan na-keiyoushi berikut macamnya :
1) Keiyoudoushi yang menyatakan sifat. Seperti (shizuka na, 静かな = sepi),
(kirei na, きれいな = cantik), (kenkooteki na, 健康的な = sehat).
2) Keiyoudoushi yang menyatakan perasaan. Seperti (iya na,いやな = tidak
senang), (suki na, 好きな= suka), (kirai na, 嫌いな = benci) dan sebagainya.
Dalam bahasa Jepang, i-keiyoushi memiliki akhiran –i (gobi-i) dan na-
keiyoushi memiliki akhiran –na (gobi –na). Bagian yang mengalami perubahan
dalam i-keiyoushi yaitu fonem /i/ (い), sedangkan pada na-keiyoushi yang disebut
juga keiyoushi-da, yang mengalami perubahannya adalah /da/ (だ).
b. Doushi
Hayashi dalam Nihongo kyoiku Jiten (1982:119) mendefinisikan doushi
seperti di bawah ini:
26
日本語の基本的な品詞の一つ。名詞が主として実態概念を表して主格や呼格
に用いられているのに対して、形容詞、形容動詞とともに用言として、自体
の叙述にあずから。
„Salah satu kelas kata dasar bahasa Jepang. Sebagai kata bersama dengan
kata adjektiva –i dan adjektiva –na digunakan dalam menjelaskan keadaan
berlawanan dengan nomina yang digunakan pada nomatif dan vokatif yang
menunjukkan konsep objek sebagai karakter utamanya‟.
Sutedi (2003:42) menyatakan bahwa doushi merupakan kata kerja yang
berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk
(katsuyou) dan bisa berdiri sendiri. Sutedi juga menjelaskan bahwa doushi
memiliki berbagai jenis berdasarkan pada perubahan bunyinya.
Berikut tiga kelompok doushi berdasarkan perubahan bunyinya:
1) Godandoushi (五段動詞)
Doushi atau verba yang mengalami perubahan dalam lima deretan bunyi
bahasa Jepang, yaitu: a-i-u-e-o (あーいーうーえーお) atau disebut sebagai
verba kelompok 1. Cirinya yaitu verba yang berakhiran (gobi) huruf u-tsu-
ru-bu-nu-mu-ku-su-gu (うーつーるーぶーぬーむーくーすーぐ) . Seperti:
nomu (飲む), tatsu (立つ).
2) Ichidandoushi (一段動詞)
Verba yang perubahannya hanya pada satu deretan bunyi saja atau disebut
verba kelompok 2. Cirinya adalah berakhiran e-ru dan berakhiran i-ru.
Contoh: neru (寝る), okiru (起きる).
27
3) Henkakudoushi (変革動詞)
Verba yang perubahannya tidak beraturan atau disebut verba kelompok 3.
Verba ini terdiri dari dua verba yaitu suru (する) dan kuru (来る).
Sedangkan Niimi dkk (1987:2) mengelompokkan doushi sebagai berikut
berdasarkan sifatnya.
1) Jidoushi (自動日) dan Tadoushi (他動詞).
Jidoushi merupakan verba yang dapat berdiri sendiri karena tidak
memerlukan partikel 「を」 untuk menunjukkan objek dalam kalimat.
Seperti: okiru (起きる) „bangun‟, neru (寝る) „tidur‟, aku (開く) „buka‟.
Sedangkan tadoushi merupakan verba yang tidak mampu berdiri sendiri
karena memerlukan partikel 「を」 untuk menunjukkan objek dalam
kalimat. Seperti: okosu ( 起こす ) „membangunkan‟, nekasu ( 寝かす )
„menidurkan‟, akeru (開ける) „membuka‟.
2) Ishidoushi (意志動詞) dan Muishidoushi (無意志動詞)
Ishidoushi merupakan verba yang menunjukkan tindakan atau perlakuan
yang dikehendaki manusia. Seperti: 「(本を)読む」 hon o yomu
„membaca buku‟, 「(ミルクを)飲む」miruku o nomu „meminum susu‟.
Kemudian Muishidoushi (無意志動詞) merupakan verba yang menyatakan
suatu hal yang tidak mampu dikontrol oleh kehendak manusia, seperti:
「(雪が)降る」yuki ga furu „salju turun‟,「(傘を)忘れる」kasa o
wasureru‘melupakan payung‟.
28
3) Dousasoudoushi (動作層動詞)
a) Keizokudoushi (継続動詞)
Verba yang menyatakan suatu aktivitas atau kejadian yang memerlukan
waktu tertentu. Dalam bahasa Indonesia „kata kerja
berkelanjutan/kontinitif‟ dan menyatakan suatu keadaan yang berlangsung,
seperti :
(歩く) (働く), (読 む ) , ( 書 く ) , ( 泣 く ) , ( 歌 う ) , ( 聞
く ) , ( 食 べ る), (飲む).
b) Shunkandoushi (瞬間動詞)
Verba yang menyatakan aktivitas atau kegiatan, mengakibatkan
terselesaikannya suatu perubahan dalam waktu singkat. Seperti: deru (出
る) „keluar‟, tatsu (立つ) „berdiri‟.
4) Joutaidoushi
Joutaidoushi merupakan verba yang menunjukkan adanya suatu
kondisi/keadaan tertentu. Verba ini biasanya tidak diikuti oleh verba bentuk
~iru. Contohnya:「(車が)ある」kuruma ga aru‟ ada mobil‟,「(韓国語が)
できる」kankokugo ga dekiru „bisa berbahasa korea‟ .
Telah disebutkan sebelumnya bahwa doushi merupakan kelas kata yang
dapat mengalami perubahan bunyi, dan doushi juga dapat mengalami perubahan
bentuk (katsuyou), yaitu perubahan bentuk konjugasi (katsuyouke). Sudjianto
(2004:152) mengemukakan perubahan bentuk konjugasi dalam doushi sebagai
berikut:
29
1) Mizenkei (未然形), menyatakan bahwa aktivitas atau tindakannya belum
dilakukan atau belum terjadi sampai sekarang. Perubahan doushi tersebut
mencakup bentuk menyangkal (NAI), bentuk maksud (OU/YOU), bentuk
pasif (RERU), dan bentuk menyuruh (SERU).
2) Renyoukei (連用形), menyatakan kemajuan atau kelanjutan suatu aktivitas.
Perubahan bentuk doushi tersebut mencakup bentuk sopan (MASU), bentuk
sambung (TE), dan lampau (TA).
3) Shuushikei (終止形) yaitu bentuk dasar verba yang dipakai pada waktu
mengakhiri ujaran. Bentuk ini diikuti oleh kata KA atau KARA
4) Rentaikei (連体形) yaitu doushi bentuk kamus yang digunakan sebagai
modifikator.
5) Kateikei (仮定形) yaitu perubahan doushi ke dalam bentuk pengandaian
(BA).
6) Meireikei (命令形) yaitu perubahan ke dalam bentuk perintah.
5. Meishi
a. Definisi Meishi
Menurut Matsuoka dalam Sudjianto (2004:156), meishi merupakan kata-
kata yang menyatakan orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, tidak mengalami
konjugasi. Murakami Motojiro dalam Sudjianto (2004:156) menjelaskan bahwa
terdapat beberapa ciri-ciri meishi, yaitu sebagai berikut :
1) Merupakan jiritsugo,
2) Tidak mengalami perubahan bentuk,
30
3) Dapat menjadi subjek,
4) Dilihat dari sudut pandang artinya, dapat dibagi menjadi empat macam.
Dari segi semantis, nomina adalah kata yang merujuk pada manusia,
binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Jadi, nomina dalam bahasa
Indonesia dengan Bahasa Jepang dapat dikatakan sama, yaitu menjelaskan sebuah
benda atau sesuatu yang konkret maupun abstrak dan dapat menduduki subjek,
objek, predikat dalam sebuah kalimat, serta tidak dapat mengalami perubahan.
b. Jenis-jenis Meishi
Meishi dibagi menjadi beberapa jenis. Terdapat beberapa pendapat ahli
mengenai jenis-jenis meishi ini. Murakami Motojiro dalam Sudjianto (2004:37),
membagi meishi menjadi lima macam, yakni futsuu meishi, koyuu meishi,
daimeishi, suushi dan keishiki meishi.
Sedangkan menurut Uehara Takeshi dalam Sudjianto (2004:37),
mengklasifikasikan menjadi empat macam yakni futsuu meishi, koyuu meishi,
suushi dan keishiki meishi. Takeshi berpendapat bahwa daimeishi bukan bagian
dari meishi. Berbeda dengan Uehara dan Motojiro, Nagayama Isami membagi
meishi menjadi futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi dan suushi. Menurut Isami,
keishiki meishi masuk ke dalam futsuu meishi.
Sudjianto (2004:38), membagi meishi ke dalam lima jenis, yaitu:
1) Futsuu meishi (普通名詞)
31
Futsuu meishi merupakan kata yang menjelaskan suatu benda atau perkara.
Berikut ini jenis futsuu meishi :
a) Gutaitekina Mono (nomina konkret)
Contoh:
Gakkou (学校) = sekolah
Umi (海) = laut
b) Chuushoutekina Mono (nomina abstrak)
Contoh:
Shiawase (幸せ) = kebahagiaan
Jikan (時間) = waktu
c) Ichi ya Hougaku O Shimesu Mono (nomina yang menyatakan
letak/posisi/kedudukan dan arah/jurusan)
Contoh:
Migi (右) = Kanan
Higashi (東) = Timur
d) Settogo Ya Setsubigo Ni Tsuita Mono (nomina yang disisipkan prefiks
dan/atau sufiks)
Contoh:
Okane (お金) = uang
Otsukisama (お月様) = bulan
e) Fukugoumeishi atau Fukugougo (nomina majemuk)
Contoh:
Asa + hi (朝日) = matahari pagi
32
Hito + bito (人々) = orang-orang
f) Hoka No Hinshi Kara Tenjita Mono (nomina yang berasal dari kelas kata
lain)
Contoh:
Verba Hikaru = Hikari (光) = cahaya, sinar
Adjektiva – samui = Samusa (寒さ) = dinginnya
2) Koyuu meishi (固有名詞)
Disebut juga nomina nama diri yaitu kata yang menjelaskan nama suatu
benda, nama barang, nama tempat, nama buku dan sebagainya.
Contoh :
Fujisan / Fujiyama (富士山) = gunung fuji
Tokyo Daigaku (東京大学) = universitas Tokyo
3) Suushi (数詞)
Suushi merupakan nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan atau
kuantitas. Dalam bahasa Indonesia disebut numeralia.
Contoh :
Ichi (一) = satu
Sannin (三人) = tiga orang
4) Daimeishi (代名詞)
Merupakan nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau arah.
Daimeishi digunakan untuk mengganti nama yang ditunjukkan itu, dalam
bahasa Indonesia berarti pronomina.
33
Contoh :
Watashi (私)
Anata (あなた)
5) Keishikimeishi (形式名詞)
Meishi yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak, kata-
kata ini tidak memiliki arti yang sangat jelas jika tidak disertai kata lain.
Contoh:
Koto (こと) = hal, soal, perkara
Tokoro (ところ) = waktu, hal, sedang
Tame (ため) = untuk, guna, demi, karena
Hazu (はず) = seharusnya, sebaliknya, semestinya, pasti.
6. Pembentukan Kata dalam Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang istilah proses pembentukan kata dinamakan gokeisei.
Penggabungan morfem-morfem dapat membentuk kata. Menurut Sutedi
(2011:46), berikut adalah beberapa hasil dari pembentukan kata dalam bahasa
Jepang :
a. Haseigo
Kata yang dibentuk dari beberapa penggabungan morfem isi dengan
setsuji. Proses pembentukannya memiliki formula:
34
1) Settouji + morfem isi
GO + nomina : ご家族„gokazoku‟
KA + adjektiva : か黒い„kaguroi‟
2) Morfem isi + setsubiji
Gokan dari adjektiva + SA : 寒さ „samusa‟
Nomina + teki : 経済的„keizaiteki.
b. Fukugougo / Goseigo
Kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi
disebut dengan Fukugougo atau goseigo (kata majemuk). Pembentukannya
memiliki formula :
1) Dua buah morfem isi
Nomina + nomina : 山道 „yamamichi‟
2) Morfem isi + setsuji
Nomina + verba : 日帰り „higaeri‟
Verba + nomina : 食べ物 „tabemono‟
Verba + verba = verba : 取り出す„toridasu‟
Verba + verba = nomina : 貸出„kashidasi‟
c. Karikomu / Shouryaku
Karikomu merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis) dari
kosakata aslinya. Contoh: terebishon (テレビション) = terebi (テレビ).
35
d. Toujigo
Merupakan singkatan huruf pertama yang diungkapkan dalam huruf
alfabet. Contoh: Nippon Housou Kyoukai (日本放送協会) = NHK
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan
kata terdiri dari haseigo, fukugougo, karikomu, toujigo. Penelitian ini akan
membahas mengenai salah satu proses pembentukan kata, yaitu fukugougo
atau kata majemuk.
7. Fukugougo
a. Definisi Fukugougo
Fukugougo (複合語) adalah istilah kata majemuk dalam bahasa Jepang.
Secara etimologis fukugougo terdiri atas dua buah kanji, yakni fukugou (複合)
yang berarti „gabungan‟ dan go (語) yang berarti „kata‟. Jadi fukugougo secara
harfiah berarti „kata-kata yang bergabung‟ atau „gabungan kata-kata‟. Seiichi
Makino dan Tsutsui (1986:608) mendefinisikan fukugougo sebagai berikut. “a
compound is a word that consist of two more independent words with a
meaning which cannot be predicted from the combination of the constituent
elements”, „Penggabungan kata terdiri dari dua atau lebih morfem bebas
menghasilkan makna yang tidak bisa diprediksi dari unsur pokoknya‟.
Berikut adalah contoh dari fukugougo menurut Seichii Makino
(1989:608) : hanami memiliki arti melihat bunga sakura, tabemono memiliki
arti makanan, deguchi memiliki arti pintu keluar. Jika dilihat dari contoh
36
tersebut, makna yang tidak bisa diprediksi adalah maknanya muncul dapat dari
unsur pembentuknya, ataupun maknanya bukan dari unsur pembentuknya.
Dalam penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa fukugougo
atau kata majemuk terbentuk dari beberapa kata dasar atau morfem bebas
yang tergabung menjadi satu kata dan memiliki makna yang muncul dari
unsur pembentuknya ataupun maknanya relatif baru.
b. Jenis- jenis Fukugougo
Di dalam bahasa Jepang, fukugougo dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
fukugoudoushi (kata kerja majemuk), fukugoumeishi (kata nomina majemuk)
dan fukugoukeiyoushi (kata sifat majemuk). Seiichi Makino dan Tsutsui
(1986:608) yang membagi kata majemuk menjadi tiga yaitu:
1) Nominal Compounds atau Fukugoumeishi ( 複合名詞 )
Nomina majemuk adalah kata majemuk yang terbentuk dari gabungan
antara nomina, ajektiva, verba dengan nomina yang menjadi satu.
Contoh :
kawazakana (川魚) ‘ikan air tawar‟, norimono (乗り物) ‘kendaraan’.
2) Verbal Compounds atau Fukugoudoushi ( 複合動詞 )
Verba majemuk adalah verba yang berpadu menjadi satu. Salah satu kata
yang mengikuti berupa verba.
Contoh:
37
Hanashikakeru (話しかける) „berbicara‟, tabehajimeru (食べ始める)
‘mulai makan’.
3) Adjectival Compounds atau Fukugoukeiyoushi ( 複合形容詞 )
Ajektiva majemuk adalah kata majemuk yang unsur berikutnya berupa
kata sifat. Unsur sebelumnya berupa nomina, ajektiva dan verba.
Contoh :
Usugurai (薄暗い) „suram‟, aojiroi (青白い) „pucat‟.
8. Fukugoumeishi
a. Definisi Fukugoumeishi
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fukugoumeishi merupakan salah satu
jenis meishi yang termasuk ke dalam futsuu meishi. Nomina majemuk atau
fukugoumeishi adalah nomina yang terbentuk dari gabungan beberapa kata atau
morfem, lalu gabungan kata itu secara keseluruhan dianggap sebagai satu kata
(Sudjianto, Dahidi , 2004 :161).
Dalam Nihon Bunpou Yougo Jiten (1989: 249) fukugoumeishi didefinisikan
sebagai berikut :「青空、秋祭り、国語辞典」のような、複合してできた詞を
複合名詞という。“Seperti (langit biru, perayaan musim gugur, kamus bahasa
Jepang), kata majemuk yang dapat menjadi kata benda dinamakan kata nomina
majemuk.” Dapat disimpulkan bahwa nomina majemuk merupakan gabungan
dua kata atau lebih yang menjadi satu kata, berarti terdapat unsur-unsur kata
yang melebur menjadi satu dan membentuk kata baru memiliki makna yang
baru berupa nomina.
38
Seiichi Makino (1986:608-607) menjelaskan bahwa susunan pembentuk
fukugougo yang berjenis fukugoumeishi dapat terbentuk dari gabungan kelas
kata meishi, doushi dan keiyoushi. Dalam penggabungan doushi dengan meishi,
doushi diubah ke dalam bentuk ~masu terlebih dahulu. Kemudian untuk kelas
kata keiyoushi yang terdapat dua jenis, yaitu i-keiyoushi dan na-keiyoushi
apabila akan digabungkan dengan meishi atau doushi untuk membentuk
fukugoumeishi maka huruf (i) dan (na) yang terdapat dalam keiyoushi tersebut
dihilangkan. Sedangkan untuk meishi sendiri, tidak ada perubahan dan langsung
dapat digabungkan untuk membentuk fukugoumeishi.
Menurut Hamzon, fukugoumeishi terbentuk dari gabungan unsur-unsur
sebagai berikut: verba + verba, nomina + verba, nomina + nomina, adjektiva +
nomina, verba + nomina, adverbia + nomina. Sedangkan T. Kunihiro
(1980:249), menyatakan bahwa fukugoumeishi memiliki hubungan makna
dilihat dari kelas kata pembentuknya. Hubungan makna yang muncul dari
unsur-unsur pembentuk Fukugoumeishi adalah :
1) Meishi + meishi
Susunan ini dapat berfungsi sebagai kata nomina majemuk. Kata meishi
yang berada di depan adalah N1, sedangkan yang di belakang adalah N2.
Berikut penjelasan hubungan makna yang muncul :
a) N1+ N2 = 《N1 である N2》
1. N1+N2 = N1, yaitu makna yang muncul berasal dari meishi yang
menjadi kata pembentuk pertama.
39
Contoh : 父親 = ayah, maknanya muncul dari pembentuk pertama.
2. N1+N2 ≠ N1, yaitu makna yang muncul bukan dari meishi
pembentuk pertama, melainkan gabungan dari kedua nya.
Contoh : 女性学生= murid perempuan, maknanya terbentuk dari
kedua pembentuknya.
b) N1+N2 = 《N1のように見える N2》
yaitu makna dari N2 terlihat seperti N1
Contoh : こうもり傘 = payung, makna dari N2 adalah payung, dan
mirip dengan N1 yang dapat dikatakan payung juga.
c) N1+N2 = 《N2 のように見える N1》
makna dari N1 terlihat seperti N2
Contoh : 火花 = bunga api/ kembang api.
Maknanya pertama merupakan percikan api, dan makna
kedua adalah bunga/ kembang. Percikan api terlihat mirip
dengan bunga.
d) N1+N2 = 《N1に生ずる N2 》
N2 dihasilkan atau disebabkan oleh N1/ N1 menyebabkan N2.
Contoh : 秋風 = angin musim gugur. Makna dari N1 yaitu musim
gugur menyebabkan N2 yaitu angin, sehingga bermakna
angin musim gugur.
e) N1+N2 = 《N1 を手段.道具とする N2 》
N1 merupakan alat atau cara untuk N2.
40
Contoh: 針仕事 = sulaman/jahitan. Makna dari N1 merupakan jarum,
dan N2 adalah pekerjaan, pekerjaan dengan alat jarum,
menghasilkan kata benda yaitu jahitan.
f) N1 + N2 = 《N1 にある[いる]N2》
N2 yang terdapat pada N1.
Contoh : 町医者 = dokter kota. 海がめ = penyu laut.
Makna dari N2 yaitu dokter yang terdapat di N1 yaitu kota,
maka menghasilkan makna dokter kota. Begitu juga dengan
penyu laut. Maka dalam hubungan makna di atas N1
merupakan tempat.
2) Doushi + Meishi (動詞の連用形+名詞
Susunan doushi dengan meishi dapat menghasilkan fukugoumeishi. Dalam
penggabungan dua kata tersebut, doushi diubah ke dalam bentuk renyoukei
dan kemudian ditambahkan dengan meishi. Berikut adalah susunannya :
a) 《(Nが) Vするところの N》
Sesuatu yang akan melakukan V (N yang akan V)
Contoh : 飛び魚 (ikan terbang) = (魚が) 飛びところの魚。
Maknanya ikan yang akan terbang.
b) 《(Nが) V した状態にあるところの N 》
Sesuatu yang terdapat situasi V yang telah dilakukan. (N yang telah
V). menunjukkan suatu keadaan.
41
Contoh : 空きびん (botol kosong) = 空いた状態にあるところの
びん。Maknanya botol yang telah kosong.
c) 《(Xが Nを) V するところの[ための]N》[ X は不定人
称の主語]
Sesuatu yang akan atau untuk melakukan V (X melakukan V terhadap
N). X merupakan subjek dari sudut pandang yang tidak tentu.
Contoh : 食べ物 (makanan) = X が物を食べるところの[ための]
物 . Maknanya adalah sesuatu untuk dimakan X (X
memakan sesuatu).
d) 《(Xが Nを) Vしたところの N 》
Sesuatu yang baru saja telah dikenai V (N yang telah V). Verba
yang digunakan adalah dousadoushi, karena adanya aksi yang
dilakukan.
Contoh : 切り花 ( potongan bunga) = 切ったところの花。
Maknanya bunga yang telah dipotong.
e) 《(Xが Nで) Vするための N》[ N は道具.手段を表す]
Sesuatu benda yang digunakan untuk melakukan V (X melakukan V
dengan N), N menjelaskan cara dan alat.
Contoh : 消しゴム (penghapus) = 消すためのゴム。
Maknanya sebuah karet untuk menghapus (X menghapus
menggunakan karet) .
42
f) 《(Xが Nで/ に/ から/ を) Vするところの N》[ N は場所
を表す].Sebuah tempat untuk melakuka V (X melakukan V dengan
menggunakan/pada/di/dari/terhadap N) N di sini menjelaskan sebuah
tempat.
Contoh : かくれ家 ( tempat sembunyi) =(Xが家に)かくれ家と
ころの家。Maknanya sebuah tempat untuk bersembunyi.
3) Meishi + doushi
Susunan ini dapat membentuk fukugoumeishi. Doushi dalam pembentuk
fukugoumeishi ini, juga diubah ke dalam bentuk renyoukeimasu, kemudian
bergabung dengan meishi sebagai fukugoumeishi dengan menghilangakan
masu. Berikut adalah hubungan makna yang terkandung dalam fukugoumeishi
dengan struktur meishi + doushi adalah :
a) 《 Nが V する事[時、状態、等]》
Waktu atau keadaan dimana N melakukan V. Koto mengacu pada
“toki”, “joutai”, atau yang lain.
Contoh : 地すべり(tanah longsor) = 地 がすべる事 (時、状態)
Maknanya yaitu keadaan dimana tanah meluncur. Sehingga
menghasilkan tanah longsor
b) 《Nを Vする事[物、人、等]》
Seseorang melakukan V terhadap N. Koto mengacu pada “mono”,
“hito” atau lainnya.
Contoh : 爪切り(penggunting kuku) = 爪を切ること(物、人)
43
Maknanya itu sesuatu yang menggunting kuku. Sehingga
menghasilkan penggunting kuku.
c) 《Nへ/ に/ で/ を Vする[した]事[物]》
Sesuatu benda yang akan/telah dikerjakan V dengan
menggunakan/menuju ke/pada/terhadap N. Koto di sini mengacu pada
mono.
Contoh : 手書き (tulisan tangan) = 手へ / に / で / を書くこと(物)
=手で書いた物。Maknanya sesuatu benda yang telah
ditulis menggunakan tangan. Sehingga menghasilkan tulisan
tangan.
4) Keiyoushi + meishi
Susunan ini juga dapat membentuk fukugoumeishi. Dalam bahasa Jepang
kata sifat terbagi menjadi dua, i-keiyoushi dan na-keiyoushi. Kedua kata sifat
tersebut dapat menjadi salah satu unsur pembentuk fukugoumeishi.
Penggabungan keiyoushi dengan meishi memiliki hubungan makna :
a) N のために用いる A
bahwa keiyoushi digunakan menjelaskan meishi tersebut.
Pembentukan fukugoumeishi di atas yaitu berasal dari kosakata yang
berdasarkan karakteristik gramatikalnya, yaitu nomina, verba, adjektiva.
Selain berasal dari kosakata yang berdasarkan gramatikalnya, fukugoumeishi
juga terbentuk dari gabungan kosakata yang berdasarkan asal-usulnya. Wago
44
dan kango merupakan kelas kata bahasa Jepang yang dilihat dari asal usulnya.
Maka dari itu wago dan kango dapat menjadi pembentuk fukugoumeishi.
Berikut pengelompokkan fukugoumeishi menurut Mc Clure dan Tsujimura
(2007:138) :
1) Native Japanese compounds
Kata Majemuk yang terbentuk dari bahasa Jepang asli (wago).
Susunannya selalu terdiri dari dua kata Jepang asli (wago) dengan
morfem isi/bebas.
Contoh :
a) Noun + noun = akizora (秋空); yamadera (山寺); koime (濃いめ);
amido (網戸).
b) Adjektive + noun = ooame (大雨); hiroba (広場); furuhon (古本).
c) Verb + noun = nomimizu (飲み水 ); mawarimichi (回り道 )
kawarimono (変わり者).
d) Noun + verb = hitogoroshi (人殺し): murder; monogatari (物語):
tale, story; yukidake (雪だけ).
e) Adjektiva + verb = kobashiri (小走り); oowarai (大笑い); hayaoki
(早起き).
f) Adverb + verb = gabunomi (がぶ飲み); yokosuberi (横滑り).
g) Verb + verb = tachiyomi (立ち読み); kakinaoshi (書き直し) .
45
2) Sino-Japanese compounds.
Kata majemuk yang terdiri dari gabungan kata China, yang terdiri dari
satu atau lebih huruf kanji, dinamakan kango, yang memiliki ciri
pengucapannya menggunakan cara baca on‟yomi.
“It is estimated that as much as 405 of the modern japanese vocabulary is
of chinese origin. Most chinese compounds are actually from china,
although the Japanese invented a large number of their own compounds as
well and even created a few of their own characters. Sino-Japanese
compounds are all nouns, but many of them can be made into verbs by
adding –suru. A lot compounds are real chinese words but the meaning has
changed ( often quite dramatically) in Japanese.” (Mc Clure : 2000)
“Sekitar 405 kosa kata bahasa Jepang modern berasal dari cina.Sebagian
besar unsur Cina sebenarnya benar-benar berasal dari China, walaupun
orang Jepang juga menemukan sejumlah besar unsur kata mereka sendiri
dan bahkan menciptakan beberapa karakter mereka sendiri. Unsur kata
Sino-Jepang adalah semua kata benda, namun banyak di antaranya dapat
dijadikan kata kerja dengan menambahkan -suru. Unsur-unsur banyak
adalah kata-kata asli Cina tapi maknanya telah berubah (seringkali cukup
dramatis) dalam bahasa Jepang.”
Contoh:
a) Chinese (kango) Ki+ Chinese (kango) soku = Kisoku (規則)
b) Chinese (kango) Gin + Chinese (kango) kou = Ginkou (銀行)
c) Chinese (kango) bengo + chinese (kango) shi = Bengoshi (弁護士)
d) Chinese (kango) ken + chinese (kango) kyuu = kenkyuu ( 研究)
e) Chinese (kango) kei + chinese (kango) koku = keikoku (警告)
3) Hybrid compounds.
Kata majemuk yang memiliki kata pembentuk gabungan dari unsur kata
Jepang asli (wago), China (kango), dan dari kata asing (gairaigo). Asing
di sini mengacu pada kata-kata yang telah dipinjam dari bahasa Eropa.
46
Maka hybrid compounds merupakan kata majemuk yang terdiri dari
konshugo.
Contoh :
a) Chinese (kango) + native (wago) = daidokoro (台所); hantsuki (半
月); honmono (本物).
b) Native (wago) + chinese (kango) = techou (手帳); nimotsu (荷物);
komoji (小文字).
c) Chinese (kango) + foreign (gairaigo) = sekiyu suto-bu (石油スト
―ブ); dairi-gu (代理グ).
9. Fukugoumeishi 「物」
Fukugoumeishi merupakan kata nomina majemuk bahasa Jepang yang
terbentuk dari dua kata atau lebih. Kanji 「物」yang dibaca “mono, butsu,
motsu” dapat menjadi kata pembentuk fukugoumeishi.
a. Definisi Mono 「物」
Menurut T.Chandra, dalam Tooyoo kanji (993:269) menjelaskan bahwa
kanji “物” memiliki arti sebagai benda, barang, materi, sesuatu dan sebagainya.
Berdasarkan asal usul kata, “物”jika secara kun-yomi atau cara baca menurut
bahasa Jepang asli dibaca „mono‟. Namun secara on–yomi dapat dibaca „butsu‟
dan „motsu‟.
Samuel E. Martin menjelaskan pengertian mono dalam buku A Reference
Grammar of Japanese (1988:725) sebagai berikut :
47
“The noun MONO means „thing‟, typically an object, a commodity, or a
possession. Like English „something‟ it can also refer to the substance of an
abstraction, and like English „something‟ or „somebody‟, it can refer to a person
of substance-a success.”
“Nomina MONO berarti „benda‟, biasanya benda yang menjadi sebuah obyek
sebuah barang, atau benda milik. Seperti dalam bahasa Inggris „sesuatu‟ yang
bisa mengarah kepada hal yang abstrak dan seperti bahasa Inggris „sesuatu‟ atau
„seseorang‟ yang bisa mengacu pada orang.”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa “MONO” merupakan nomina
yang menyatakan benda, hal, barang dan orang.
b. Fukugoumeishi terbentuk dari (物) Mono, Butsu, Motsu
Anthony Alfonso menjelaskan “Is the common noun MONO „thing‟; in
compounds, means „a thing that (is read, is eaten, is dropped, has hair, etc.)”.
“Umumnya kata benda MONO memiliki arti benda/sesuatu; di kata majemuk
dapat berupa sesuatu seperti (yang dibaca, di makan, dijatuhkan, yang
berambut).”
Contoh :
“Bungeishuunjuu” wa ii YOMI-MONO desu
“Bungeishuunjuu” adalah bacaan yang bagus.‟
Aa, tsumetai NOMI-MONO ga hoshii desune.
„Aa, ingin minuman yang dingin.‟
10. Hubungan Antarkata
Dalam kata majemuk mengandung hubungan antarkata yang muncul akibat
perpaduan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru. Perpaduan ini
mengandung makna tertentu yang ada kaitannya dengan komponennya ataupun
48
tidak ada kaitannya. Oleh karena itu kata majemuk dapat menjelaskan berbagai
hubungan makna antar komponennya (Didi Yulistio, dkk, 2002:9).
Nomura (1992:185) memaparkan bahwa pada fukugoumeishi memiliki
hubungan kata, berikut penjelasannya :
a. Hosoku kankei (補足関係) (Hubungan pelengkap)
“語基が格関係で結合するもの”
‘ Kata dalam hubungan sintaksis yang saling menghubungkan‟.
Contoh :
( N+A ) : iro「色」+ shiroi「白い」= irojiro「白色」(warna putih)
mi 「身」+ karuna「軽な」= migaru「身軽」 (kelincahan)
(N+V) : hi「日」+ kureru「暮れる」= higure「日暮れ」 (matahari
terbenam)
hiru「昼」 + neru「寝る」= hirune「昼寝」(tidur siang)
tera「寺」 + mairu「参る」= teramairi「寺参り」(kunjungan
kuil)
Dalam hubungan pelengkap dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksudkan kata yang saling menghubungkan dalam hubungan sintaksis
tersebut adalah kata tersebut memiliki kedudukan dengan kata yang lain dalam
hubungan sintaksis dan saling menghubungkan. Seperti contoh : irojiro yang
49
berasal dari iro (meishi) + shiroi (keiyoushi) jika dilihat dalam hubungan
sintaksisnya adalah iro ga shiroi. Susunan pembentuk kata nomina majemuk
yang memiliki hubungan pelengkap berasal dari gabungan :
1) Nomina + Adjektiva
2) Nomina + Verba.
b. Shuushoku kankei「修飾関係」(hubungan menerangkan)
前部分の語基が後部分の用言的語基を修飾するもの。前部分の語基が
後部分の体言的を修飾するもの。
“Bagian kata dasar awal menerangkan bagian kata belakang yang mengalami
konjugasi. Bagian kata dasar awal menerangkan bagian kata belakang yang
tidak mengalami konjugasi ”.
Contoh :
(A+V): hayai「早い」+ okiru「起きる」= hayaoki「早起き(bangun cepat)
usui「薄い」+ kiru「着る」= usugi「薄着」(pakaian tipis)
(V+V): kuu「食う」+ nigeru「逃げる」= kuinige「食い逃げ」(lari tanpa
bayar makanan)
(A+N): wakai「若い」+mono「者」= wakamono「若者」(orang muda)
(V+N): utsu「打つ」+kizu「傷」 = uchikizu「打ち傷」(luka memar)
wataru「渡る」+ tori「鳥」= wataridori「渡り鳥」 (burung
melintas)
50
(N+N): yama 「 山 」 +michi 「 道 」 = yamamichi 「 山 道 」 (jalan
pegunungan )
Hon「本」 + hako「箱」= honbako (rak buku)
Hubungan penerang (shuushoku kankei) menurut Nomura, menghasilkan
hubungan antarkata dengan kata dasar belakang yang diterangkan oleh kata
dasar awal/depan. Dalam contoh di atas pembentuk kata nomina majemuk
yang memiliki hubungan antarkata shuushoku kankei adalah :
1) Adjektiva + Verba
2) Verba + Verba
3) Adjektiva + Nomina
4) Verba + Nomina
5) Nomina + Nomina
c. Tairitsu kankei「対立関係」(hubungan pertentangan)
前部分の語基が後部分の語基が対義的な関係にあるもの。
„Bagian kata dasar awal dan bagian kata akhir memiliki hubungan arti atau
makna yang berlawanan‟.
Dapat diartikan bahwa, tairitsu kankei adalah hubungan dalam kata yang
muncul akibat penggabungan dua buah kata atau lebih memberikan makna kata
yang berlawanan dalam satu kata tersebut. Dalam kata majemuk hubungan ini
dapat dikatakan setara. Hubungan pertentangan adalah hubungan yang
menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam kata, klausa atau kalimat
pertama bertentangan dengan apa yang dinyatakan dalam kata, klausa atau
kalimat kedua.
51
Contoh :
(N+N) : asa「朝」+ ban「番」= asaban「朝晩」(pagi malam)
ashi「足」+ koshi「腰」= ashikoshi ( kaki dan punggung)
(V+V): uru「売る」+ kau「買う」= urikai「売り買う」(jual beli)
yomu「読む」+ kaku「書く」= yomikaki「読み書き」(baca tulis)
(A+A): amai「甘い」+ karai 「辛い」= amakara「甘辛」(manis pedas)
Pada penjelasan di atas beserta contoh yang ada, hubungan pertentangan
terbentuk dari gabungan kata yang memiliki arti berlawanan dengan kelas kata
yang sejenis. Berikut adalah susunan pembentuk kata yang memiliki fungsi
hubungan pertentangan :
1) Nomina +Nomina
2) Verba + Verba
3) Adjektiva + Adjektiva
11. Makna Konstruksi Endosentris dan Eksosentris
Dalam kata majemuk terdapat dua konstruksi makna, makna endosentris
dan eksosentris. Makna tersebut muncul berdasarkan status komponennya atau
pembentuknya. Konstruksi adalah hubungan antar unsur-unsur suatu kata
majemuk atau proses dan hasil penggabungan satuan-satuan bahasa menjadi
kesatuan bermakna yaitu kata majemuk (Kridalaksana, 1993:11). Kata majemuk
endosentris dalam bahasa Jepang adalah naishinkouzou. Ahli linguistik Jepang
52
yaitu Harumi (1987:107) memberikan definisi dari konstruksi endosentris,
yaitu : 内心構造は直接構成要素のいずれか;一つ、あるいは;二つ以上同じ形
式類に;属するもの . „Konstruksi endosentris merupakan penggolongan
terhadap bentuk yang sama dengan salah satu atau kedua unsur - unsur langsung
pembentuknya.‟
Pernyataan Harumi tersebut sependapat dengan T. Kunihiro, yang
menyebutkan contoh dari konstruksi endosentris adalah 「父親」「ゴム風船」
「歯ブラシ」 terbentuk dari meishi + meishi = meishi, 「長雨」「高下駄」,
terbentuk dari keiyoushi + meishi = meishi, 「張り紙」「飲み薬」, terbentuk
dari doushi + meishi = meishi, 「書き直す」「読み取る」terbentuk dari doushi
+ doushi = doushi. Jika dilihat dari contoh tersebut yang di maksud kata majemuk
konstruksi endosentris adalah susunan kata majemuk yang menghasilkan kelas
kata sama dengan salah satu atau kedua pembentuknya. Selain kata majemuk
endosentris, terdapat kata majemuk tak berkepala/kata majemuk eksosentris.
Menurut Kridalaksana (1993:50), kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk
yang secara keseluruhan tidak sama dengan konstituen atau unsur pembentuknya.
Harumi (1987:107) menyatakan konstruksi eksosentris adalah: “ 外心構造は
直接構成要素のいずれとも;異なる形式類属するものという” 。„Konstruksi
eksosentris merupakan penggolongan terhadap bentuk yang tidak mempunyai
kesamaan dengan unsur yang manapun dari unsur langsung pembentuknya.‟
Menurut T. Kunihiro, konstruksi eksosentris menghasilkan bentuk kata yang
tidak sama dengan salah satu atau kedua unsur pembentuknya. Ternyata yang di
53
maksud dengan bentuk kata tersebut adalah kelas kata nya. Berikut adalah
contoh kata majemuk eksosentris 「読み書き」「売り買い」yang terbentuk
dari kelas kata doushi + doushi = meishi. Dapat disimpulkan konstruksi
endosentris menghasilkan kelas kata yang sama dengan pembentuknya.
Sedangkan konstruksi eksosentris menghasilkan kelas kata yang tidak sama
bahkan bukan dari kelas kata pembentuknya.
Pembahasan mengenai konstruksi dalam kata majemuk yang terdiri dari
konstruksi endosentris dan eksosentris ini digunakan untuk penulis dalam meneliti
kata nomina majemuk (fukugoumeishi) sehingga mampu membedakan konstruksi
mana yang muncul dalam penggabungan dua kata dalam penelitian ini.
B. Penelitian Relevan
Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian yang berjudul “Analisis
Makna Nomina Majemuk Bahasa Jepang / Nihon Go No Fukugoumeishi No
Imiron No Bunseki” ditulis oleh Lidya Astuti tahun 2008 Universitas Sumatera
Utara. Dalam penelitian yang telah Lidya Astuti lakukan adalah menganalisis
kelas kata pembentuk fukugoumeishi yang berkaitan dengan hubungan unsur
pembentuknya apakah maknanya muncul dari kata pembentuk pertama atau kedua
atau bahkan tidak sama sekali. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis, menganalisis kata nomina majemuk bahasa
Jepang, atau fukugoumeishi dengan metode deskriptif kualitatif dan studi pustaka.
Sedangkan perbedaannya terletak pada pembatasan penelitian, yaitu dengan lebih
difokuskan pada fukugoumeishi yang terbentuk dari mono, butsu, motsu saja.
54
Dalam penelitian ini penulis juga menambahkan hubungan makna yang muncul
dan hubungan antarkata yang tidak dibahas dalam penelitian relevan.
Penelitian yang berjudul “Proses Pembentukan Kata Majemuk dari Kanji
Tsuki, Getsu, Gatsu” yang ditulis oleh Riska Amelda Yuliana tahun 2015
Universitas Diponegoro ini juga memiliki relevansi dengan penelitian yang
penulis lakukan. Riska menganalisis struktur pembentuknya, makna dan juga
hubungan sintaksis yang membentuk kata majemuk tersebut. Di sini kata
majemuk yang muncul semua termasuk ke dalam fukugoumeishi. Dalam
penelitian ini membahas hubungan sintaksis yang tidak termasuk dalam bahasan
penulis saat ini. Kesamaan antara judul ini dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah menganalisis kata majemuk yang terbentuk dari salah satu kanji berupa
nomina. Perbedaannya yaitu dalam kajiannya yang diambil dalam penelitian
Riska ditambah hubungan sintaksis yang muncul, namun tidak membahas
hubungan makna dan hubungan antarkata kedua kata pembentuknya.
C. Kerangka Berpikir
Meishi merupakan kelas kata dalam bahasa Jepang yang menjelaskan sebuah
kata benda. Salah satu jenis meishi adalah fukugoumeishi, yaitu kata nomina
majemuk yang terbentuk dari gabungan kata lain membentuk makna baru. Jumlah
fukugoumeishi tidak terhitung karena cukup banyak. Fukugoumeishi merupakan
jenis futsuu meishi. Fukugoumeishi tidak hanya terbentuk dari meishi saja, namun
dapat terbentuk dari kelas kata lain seperti doushi dengan doushi, atau adjektiva
dengan meishi. Salah satu kata pembentuk fukugoumeishi adalah kata mono, butsu,
55
motsu, yang merupakan kata benda atau meishi. Kemudian hubungan makna dan
hubungan antarkata yang muncul berbagai jenis tidak hanya satu saja. Kata
majemuk dilihat dari susunan komponennya terbagi ke dalam endosentris dan
eksosentris. Untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran linguistik bahasa
terutama bahasa Jepang, sepertinya perlu menambah wawasan tentang kata
majemuk nomina atau fukugoumeishi yang terbentuk dari mono, butsu, motsu.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dalam lingkup penelitian
linguistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode
kepustakaan atau studi pustaka. Untuk selanjutnya dalam pengumpulan data
digunakan teknik simak bebas libat cakap, karena data diperoleh dalam sebuah
sumber buku. Setelah menyimak teknik dilanjutkan dengan mencatat atau dikenal
teknik catat, merupakan pasangan dari teknik simak. Data yang telah dikumpulkan
kemudian dianalisis pembentukannya, dari jenis kelas kata pembentuknya,
hubungan makna dan konstruksi yang muncul, serta hubungan antar kata dari
pembentukan fukugoumeishi mono, butsu, motsu ini. Setelah semua data
teranalisis, untuk bagian terakhir dibuat kesimpulannya. Hasil dan penyajian ini
berupa penjabaran dengan pendeskripsian kata-kata dan tabel.
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang sudah
disebutkan dalam bab sebelumnya. Dapat mendeskripsikan proses pembentukan
kata nomina majemuk bahasa Jepang (fukugoumeishi) dan makna yang terdapat
dalam pemajemukan kata yang diteliti. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat
membantu dalam memahami pembelajaran yang terdapat kata nomina majemuk
(fukugoumeishi) khususnya terbentuk dari kata mono, butsu, motsu. Kemudian
mampu memahami hubungan makna yang muncul dari fukugoumeishi mono,
butsu, motsu (物) apakah terbentuk dari salah satu makna pembentuknya. Serta
membahas bagaimana fungsi dari hubungan antarkata yang muncul dalam
fukugoumeishi tersebut, sehingga pembelajar mampu memahami jika
penggabungan dalam proses pemajemukan memiliki fungsi hubungan antarkata
yang bermacam dan makna yang belum tentu dari unsur pembentuknya.
B. Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini digunakan untuk membatasi masalah, agar tidak
meluas dan lebih terarah. Lingkup penelitian ini yaitu mengkaji tentang kelas kata
apa saja dan makna yang muncul dalam pembentukan fukugoumeishi dari mono,
butsu, motsu, kemudian mengklasifikasikan jenis-jenis fukugoumeishi dari kata
mono, butsu, motsu dan fungsi hubungan antarkata dalam makna yang muncul.
57
Fukugoumeishi mono, butsu, motsu yang diteliti adalah fukugoumeishi yang
terdapat dalam jurnal bahasa Jepang.
C. Waktu dan Tempat
Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dari bulan Februari sampai
Agustus 2017. Tempat untuk mencari objek yang dijadikan sampel serta mencari
data-data lain yang membantu proses pengerjaan penelitian ini dilakukan di
Universitas Negeri Jakarta dan The Japan Foundation Jakarta.
D. Prosedur Penelitian
Adapun Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara
lain :
1. Menentukan Objek Penelitian
Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas kata nomina majemuk
(fukugoumeishi) yang terbentuk dari mono,butsu,motsu (物).
2. Mengumpulkan teori-teori yang berkaitan dan sesuai dengan objek penelitian
serta mencari penelitian relevan sebagai sumber referensi dan bahan kajian.
3. Menentukan sumber data sebagai bahan objek penelitian. Dalam penelitian ini
jurnal Hiragana Times tahun Januari 2016 – Agustus 2017 sebagai sumber
data karena ditemukan banyak kata yang merupakan fukugoumeishi.
4. Mengamati sumber data menggunakan metode simak dan catat.
5. Mengumpulkan contoh kalimat yang ada dalam sumber data. Data berupa kata
nomina majemuk yang terbentuk dari kata mono, butsu, motsu (物).
58
6. Mengklasifikasikan hasil temuan kedalam tabel data.
7. Menganalisis data berupa kalimat yang telah teridentifikasi dan menganalisis
berdasarkan teori pembentukan dan makna kata nomina majemuk yang
dibahas dalam bab sebelumnya.
8. Membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif
karena data yang diambil berupa kosakata. Metode yang digunakan yaitu simak.
Mahsun (2007:92) menyatakan metode simak merupakan cara yang digunakan
untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa
baik lisan maupun tertulis. Menurut Mahsun metode ini sama dengan metode
pengamatan. Simak memiliki dua jenis, dalam penelitian yang secara tertulis
maka menggunakan salah satu jenis yaitu simak bebas libat cakap, karena yang
diteliti berupa kalimat atau ragam tulis dalam sebuah jurnal ataupun artikel, dan
peneliti hanya sebagai pengamat. Proses dalam pengumpulan data selanjutnya
menggunakan teknik catat, karena dalam metode simak bebas libat cakap dapat
berpasangan dengan teknik catat. Dengan sistematika mencatat beberapa bentuk
yang relevan dengan penelitian dari penggunaan bahasa secara tertulis tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan teknik bagi unsur
langsung, yaitu dengan membagi unsur pembentuk fukugoumeishi mono, bustu,
motsu (物) menjadi unsur kata dasar dan kata lain sebagai penggabungannya.
Kemudian mencari makna dari setiap kata pembentuk fukugoumeishi tersebut.
59
Setelah itu, dilanjutkan dengan mencari makna yang terbentuk dari penggabungan
kata tersebut. Selanjutnya apakah maknanya akan terbentuk dari unsur
pembentuknya atau sama sekali maknanya tidak muncul dari semua kata
pembentuknya. Kemudian mengklasifikasikan kata fukugoumeishi mono, butsu,
motsu (物) ini ke dalam jenis kata nomina majemuk menurut Tsujimura. Untuk
selanjutnya membahas hubungan antarkata menurut Nomura yang muncul akibat
penggabungan dua kata sebagai proses pemajemukan. Dalam hubungan antarkata
terdapat tiga pola, yaitu hosoku kankei, shuushoku kankei, tairitsu kankei yang
telah dijelaskan dalam bab sebelumnya.
G. Kriteria Analisis
Penelitian ini membahas mengenai jenis kata yang membentuk fukugoumeishi
mono, butsu, motsu (物), makna yang muncul dalam pembentukan tersebut, serta
hubungan antar kata yang timbul dalam fukugoumeishi yang diteliti. Maka dari itu
kriteria analisis yang akan digunakan :
1. Pembentukan fukugoumeishi mono, butsu, motsu (物).
Pada penelitian ini, landasan pembentukan fukugoumeishi mono, butsu, motsu
( 物 ) berdasarkan Hamzon atau T. Kunihiro, dan Tsujimura. Hamzon
menyebutkan fukugoumeishi terbentuk dari gabungan kelas kata :
a. Verba + Verba
b. Nomina + Verba
c. Nomina + Nomina
d. Adjektiva + Nomina
60
e. Verba + Nomina
f. Adverbia + Nomina
Menurut Mc Clure dan Tsujimura fukugoumeishi jika dilihat dari asal kata
pembentuknya memiliki jenis :
a. Native Japanese compounds
b. Sino Japanese compounds
c. Hybrid Japanese compounds.
2. Jenis kelas kata asal yang menjadi pembentuk fukugoumeishi mono, butsu,
motsu.
Menganalisis jenis kelas kata yang bergabung dengan mono, butsu, motsu
sehingga membentuk fukugoumeishi. Kelas kata asal dilihat berdasarkan
proses morfologis dan perubahan kata dalam kelas kata menurut Hamzon
dalam kelas keiyoushi, Nagayama Isami dalam Sudjianto untuk kelas meishi,
Sutedi dan Niimi dalam kelas doushi.
3. Hubungan Makna dan Konstruksi yang muncul dalam fukugoumeishi yang
terbentuk dari mono, butsu, motsu sesuai dengan pendapat T.Kunihiro.
4. Pola Hubungan antarkata.
Menganalisis pola hubungan antarkata yang muncul menurut teori Nomura.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penganalisaan data ini didasarkan pada hasil temuan nomina majemuk yaitu
fukugoumeishi terbentuk dari kanji mono, butsu, motsu 「物」yang terdapat
dalam kalimat pada jurnal Hiragana times edisi Januari 2016 - Agustus 2017.
Setelah melakukan pencatatan didapatkan 44 data fukugoumeishi mono, butsu,
motsu 「物」.
Tabel 4.1
Jenis kelas kata pembentuk fukugoumeishi mono, butsu, motsu「物」
No. Kelas kata
pembentuk Fukugoumeishi Jumlah
1 Verba +
nomina
揚げ物、贈り物、織物、買い物、着物、吸い物、
染め物、建物、食べ物、漬け物、煮物、飲み物、
乗り物、焼き物、編み物、鋳物、落とし物、届け
物、巻き物、持ち物、置き物、
21
2 Nomina +
verba 物語 1
3 Adjektiva +
nomina 小物、長物、好物、生物
4
4 Nomina +
nomina
縁起物、海産物、建築物、品物、人物、生物、食
物、書物、特産物、動物、荷物、刃物、本物、物
事、時代物、展示物、記念物、穀物、
18
Keterangan : Dari data pada tabel terdapat 21 (dua puluh satu) fukugoumeishi terbentuk dari
verba (doushi) dengan nomina (meishi). 1 (satu) fukugoumeishi terbentuk dari
nomina (meishi) dengan verba (doushi) dan 4 (empat) fukugoumeishi dari
adjektiva (keiyoushi) dengan nomina (meishi). Kemudian 18 (delapan belas)
fukugoumeishi terbentuk dari nomina (meishi) dengan nomina (meishi). Sehingga
data yang di dapat dalam jurnal Hiragana Times sejumlah 44 fukugoumeishi.
62
Tabel 4.2
Konstruksi makna yang muncul pada fukugoumeishi mono, butsu, motsu「物」
Keterangan : dalam 44 fukugoumeishi di atas, semua termasuk ke dalam konstruksi endosentris
sehingga tidak ada fukugoumeishi yang memiliki konstruksi eksosentris.
Tabel 4.3
Jenis fukugoumeishi mono, butsu, motsu 「物」
No. Jenis
fukugoumeishi Fukugoumeishi Jumlah
1 Native Japanese
compounds /
Wago
揚げ物、贈り物、織物、買い物、着物、品物、吸
い物、染め物、建物、食べ物、漬け物、長物、生
物、煮物、飲み物、乗り物、刃物、物事、物語、
焼き物、編み物、鋳物、落とし物、届け物、巻き
物、持ち物、置き物
27
2
Sino Japanese
compounds/
Kango
海産物、建築物、人物、生物、食物、書物、特産
物、穀物、動物、展示物、好物、 記念物 12
3
Hybrid
compounds/
konshugo
縁起物、小物、荷物、本物、時代物 5
Keterangan : Di dalam 44 fukugoumeishi tersebut terdapat 27 (dua puluh tujuh) fukugoumeishi
yang termasuk ke dalam native japanese compounds atau kata majemuk dari
wago. Kemudian terdapat 12 (dua belas) fukugoumeishi yang termasuk sino
Japanese compounds atau kata majemuk dari kango. Selain itu hybrid compounds
atau kata majemuk dari konshugo juga terdapat dalam fukugoumeishi pada data di
atas yaitu sebanyak 5 buah.
Tabel. 4.4
Hubungan makna yang muncul dari fukugoumeishi mono,butsu,motsu 物」
No. Hubungan makna Fukugoumeishi Jumlah
1 《(X が Nを) を Vしたとこ
ろの N》
揚げ物、織物、買い物、染め物、建
物、漬け物、煮物、焼き物、編み物、15
No. Konstruksi makna Fukugoumeishi Jumlah
1 Konstruksi
Endosentris
揚げ物、贈り物、織物、買い物、着物、吸い物、
染め物、建物、食べ物、漬け物、煮物、飲み物、
乗り物、焼き物、編み物、鋳物、落とし物、届け
物、巻き物、持ち物、置き物、物語, 小物、長物,
好物、生物, 縁起物、海産物、建築物、品物、人
物、生物、食物、書物、特産物、穀物、動物、荷
物、刃物、本物、物事、時代物、展示物、記念物
44
2 Konstruksi
Eksosentris - -
63
落とし物、届け物、巻き物、持ち物、
置き物、鋳物
2 《(X が Nを) Vするところ
の[ための] N》
贈り物、吸い物、食べ物、飲み物、乗
り物、着物 6
3 N1+N2=N1 である N2.
N1+N2≠N1
海産物、品物、特産物、荷物、物事、
生物 6
4 N1+N2=N1 建築物、人物、食物、穀物、展示物、
本物 6
5 Nのために用いる A 小物、長物、生物、好物 4
6 N1+N2=N1に生ずる N2 書物、時代物、記念物、縁起物 4
7 N1+ N2 = 《N1のように見え
る N2》 動物、刃物 2
8 N を V する[した]事
[物] 物語 1
Keterangan : Terdapat hubungan makna antara gabungan nomina (meishi) dengan nomina
(meishi) menghasilkan fukugoumeshi dari data di atas yaitu sebanyak 4 (empat)
jenis dari 7 jenis hubungan makna yang ada dalam teori. Kemudian sebanyak 2
(dua) dari 6 (enam) jenis hubungan makna antara gabungan verba (doushi)
dengan nomina (meishi). Selanjutnya hubungan makna antara adjektiva
(keiyoushi) dengan nomina (meishi) sebanyak 1 (satu) jenis. Selain itu, dalam
hubungan makna antara gabungan nomina (meishi) dengan verba (doushi)
terdapat 1 (satu) jenis dari tiga jenis yang ada.
Tabel. 4.5
Hubungan antarkata fukugoumeishi mono,butsu,motsu「物」
No. Hubungan antarkata Fukugoumeishi Jumlah
1 Hosoku kankei 物語 1
2 Shuushoku kankei
揚げ物、贈り物、織物、買い物、着物、け物、
長い物、生物、煮物、飲み物、乗り品物、吸い
物、染め物、建物、食べ物、漬物、刃物、物
事、物語、焼き物、編み物、鋳物、落とし物、
届け物、巻き物、持ち物、置き物、縁起物、小
物、荷物、本物、時代物、海産物、建築物、人
物、生物、書物、穀物、動物、好物、記念物
43
3 Tairitsu kankei - -
Keterangan : dari tiga macam hubungan antarkata yang ada, dalam 44 fukugoumeishi yang
terbentuk dari mono, butsu, motsu ini terdapat 1 (satu) fukugoumeishi yang
termasuk ke dalam hosoku kankei dan 43 (empat puluh tiga) fukugoumeishi yang
termasuk ke dalam shuushoku kankei. Tidak terdapat fukugoumeishi dengan
hubungan antarkata tairitsu kankei.
64
B. Intrepetasi Data
Berikut akan dijabarkan 21 analisis kalimat dari 44 data yang mengandung
fukugoumeishi dari kanji mono, butsu, motsu「物」 . Mulai dari (a) proses
pembentukannya, (b) kelas kata pembentuknya, (c) konstruksi yang muncul dan
hubungan makna yang muncul, (d) hubungan antarkata yang terkandung dalam
fukugoumeishi tersebut.
1. 村田さんは伝統的な和食に、トマトのオイル漬けやクミンなどトルコの食材を加える
工夫をしています。トルコの代表的な揚げ物料理であるイチリ.キョフテや、トルコ
の伝統的なデザートであるアシュレもとり入れています。それでも、イチリ.キョフ
テをアケビの実のような形に作ったり、味つけはだしをメインにしたリしているとこ
ろに和食らしさを感じさせます。
( Hiragana Times edisi 9, hal 7, 2016)
Murata memutuskan untuk menambahkan bahan-bahan masakan Turki seperti minyak acar
tomat dan jintan untuk hidangan washoku tradisional ini. Dalam makanan gorengan tradisional
Turki, dia juga telah mengadaptasi icli koften (daging bulat) dan asure, yang merupakan
makanan penutup tradisional Turki. Namun, untuk mempertahankan nuansa washoku dia
membuat icli koften dalam bentuk buah akebi dan menggunakan dashi (kaldu Jepang) sebagai
bumbu utama.
Tabel. 4.6
Tabel Pembahasan agemono「揚げ物」
a. Pada kalimat nomor 1(satu) terdapat fukugoumeishi agemono (揚げ物), yang
terbentuk dari doushi (ageru) + meishi (mono). Menurut Sutedi, doushi yang
Kata Arti Jenis kata
nomina majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan makna Hubungan
antarkata
揚げ物 Gorengan Native Japanese
compounds
Endosentris (Xが Nを) V
したところの N
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
揚げ物 揚げます + 物
Menggoreng Benda
(verba ) (Nomina)
Ishidoushi Futsuu meishi
65
berakhiran e-ru dan i-ru masuk ke dalam ichidandoushi. Ageru memiliki
akhiran e-ru, sehingga termasuk ichidandoushi. Sedangkan menurut Niimi,
verba yang menunjukkan tindakan yang dikehendaki manusia masuk ke
dalam ishidoushi. „Ageru‟ sendiri memiliki arti menggoreng, aktivitas ini
dapat dikatakan hal yang dikehendaki manusia. „Ageru‟ sebelum
digabungkan dengan kata „mono‟ untuk menjadi fukugoumeishi diubah ke
dalam bentuk ~masu agar menjadi agemasu. Selanjutnya, ~masu dihilangkan
sehingga menjadi kata „age‟ yang kemudian digabungkan dengan „mono‟
untuk membentuk fukugoumeishi agemono.
b. Fukugoumeishi agemono merupakan gabungan dari kata wago + wago.
Menurut Ishida, sebagian besar doushi adalah wago dan cara bacanya
menggunakan kun-yomi. Dilihat dari pendapat Ishida maka kata ageru masuk
ke dalam kategori wago. Begitu juga dengan mono adalah kosakata yang
masuk ke dalam jenis wago, karena menyatakan benda konkret, dan cara
baca kanjinya menggunakan kun-yomi. Menurut Tsujimura, fukugoumeishi
yang terdiri dari susunan kata Jepang yang berasal dari wago + wago
merupakan jenis fukugoumeishi Native Japanese compounds. Maka agemono
termasuk ke dalam fukugoumeishi Native Japanese compounds, karena
terbentuk dari gabungan wago + wago.
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan doushi + meishi
memiliki berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi agemono ini
memiliki hubungan makna 《(X が N を) V したところの N》. Sesuatu
yang baru saja telah dikenai V (N yang telah V). Fukugoumeishi agemono
66
jika dimasukan ke dalam susunan hubungan makna menjadi 揚げたところの
物 (ageta tokoro no mono), maknanya barang/benda yang telah digoreng
sehingga menjadi gorengan. Gorengan merupakan sesuatu yang telah dikenai
suatu aksi yaitu menggoreng. Kemudian susunan kata yang terbentuk dari
doushi + meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi,
menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi yang
berkonstruksi endosentris. Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil
penggabungan dua kelas kata menghasilkan jenis kelas kata yang sama
dengan salah satu atau kedua dari kata penggabungnya. Agemono merupakan
fukugoumeishi yang terbentuk dari doushi + meishi = meishi (fukugoumeishi)
maka termasuk ke dalam konstruksi endosentris, kelas kata yang muncul
sejenis dengan kelas kata kedua dari pembentuknya yaitu „mono‟ yang
merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura
pada bab sebelumnya, maka agemono merupakan fukugoumeishi yang
memiliki pola hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari
doushi (ageru) + meishi (mono) = agemono. Hubungan antarkata yang
berfungsi penerang yaitu bagian kata dasar awal menerangkan kata belakang
yang dapat berkonjugasi (yougen) ataupun kata yang tidak berkonjugasi
(taigen). Ageru merupakan kata dasar yang berada di awal, sedangkan „mono‟
merupakan kata di belakang „ageru‟ sebagai kata belakang yang tidak
mengalami konjugasi (taigen), karena masuk kelas kata meishi. Ageru di
67
dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata „mono‟, sehingga
menghasilkan arti “gorengan” yaitu sesuatu atau benda yang digoreng.
2. レバノンには異なる高度の土地があるため、いろいろな野菜や果物が栽培できます。
地中海では海産物もとれます。オリーブやオリーブオイルは名産品です。このよう
に様々な食材があるのでレバノン料理は進化したのです。
( Hiragana Times edisi 2, hal 14 , 2016)
Lebanon memiliki daratan pada ketinggian yang berbeda, sehingga dapat tumbuh segala
macam sayur dan buah. Kami juga memiliki hasil laut dari pesisir Mediterania. Zaitun dan
minyak zaitun adalah produk Lebanon yang terkenal. Itu adalah ketersediaan bahan beragam
yang telah membantu mengembangkan masakan Lebanon.
Tabel. 4.7
Tabel pembahasan kaisanbutsu 「海産物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan makna Hubungan
antarkata
海産物 Hasil laut Sino
Japanese
compounds
Endosentris
N1 + N2 = N1で
ある N2.
N1 +N2 ≠ N1
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
海産物 海産 + 物
Produksi kelautan Benda
(Nomina) (Nomina)
Futsu meishi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 2 (dua) di atas, terdapat fukugoumeishi kaisanbutsu (海産
物) yang terbentuk dari meishi (kaisan)+meishi (butsu). Menurut Sudjianto,
nomina yang menyatakan benda konkret merupakan futsuu meishi yang
berjenis gutaitekina mono. Maka kata kaisan merupakan gutaitekina mono
yaitu nomina konkret karena memiliki arti „produksi laut‟. Begitu juga butsu
merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono yang merupakan
nomina konkret karena memiliki arti „barang/benda‟. Sehingga pembentuk
68
fukugoumeishi kaisanbutsu merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina
mono.
b. Fukugoumeishi kaisanbutsu merupakan gabungan dari kata kango + kango.
Menurut Ishida, kango ditulis dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan
on yomi. Kaisan merupakan dua kanji yang digabung menjadi satu dengan
pengucapan on yomi, yaitu kanji 「海」 ‟kai‟ dan 「産」 ‟san‟, sehingga
disebut kango. Kemudian butsu adalah kata yang masuk juga ke dalam jenis
kango, karena cara bacanya menggunakan on-yomi. Menurut Tsujimura,
fukugoumeishi yang terdiri dari susunan kata Jepang yang berasal dari China
(kango) dan kata China (kango) merupakan jenis fukugoumeishi sino Japanese
compounds. Maka kaisanbutsu termasuk ke dalam fukugoumeishi native
Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi
memiliki berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi kasianbutsu
tersebut hubungan makna yang muncul adalah N1 + N2 = N1である N2. N1 +N2
≠ N1, yaitu makna yang muncul bukan hanya dari meishi pembentuk pertama,
melainkan gabungan dari keduanya. Kaisanbutsu merupakan hasil laut,
maknanya muncul karena gabungan dari „kaisan‟ yang berarti „produksi laut‟
dan „butsu‟ yang berarti „barang/sesuatu‟, sehingga menghasilkan makna
barang yang berasal dari produksi laut yaitu hasil laut. Kemudian susunan kata
yang terbentuk dari meishi + meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis
fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi
yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari
69
hasil penggabungan dua kelas kata menghasilkan jenis kelas kata yang sama
dengan salah satu atau kedua dari kata penggabungnya. Kaisanbutsu
merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari meishi + meishi = meishi
(fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi endosentris, kelas kata
yang muncul sejenis dengan kelas kata semua pembentuknya yaitu„kaisan‟
dan„butsu‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka kaisanbutsu merupakan fukugoumeishi yang memiliki
pola hubungan penerang (shuushoku kankei) karena terbentuk dari meishi
(kaisan) + meishi (butsu) = kaisanbutsu. Hubungan penerang terbentuk dari
kata dasar awal menerangkan kata bagian belakang yang tidak berkonjugasi
(taigen). Kaisan di dalam fukugoumeishi tersebut adalah kata dasar awal dan
butsu merupakan kata di belakang „kaisan‟ yang tidak berkonjugasi, karena
termasuk ke dalam meishi sehingga „kaisan‟ menerangkan „butsu‟. Hubungan
penerang tersebut menjelaskan barang yang dihasilkan dari produksi kelautan
sehingga berarti “hasil laut”.
3. 施設内は日本庭園になっており、和室では書道、茶道、着物の着付けの体験ができる。
(Hiragana Times edisi 4, hal 5, 2016)
Dalam fasilitas Taman Jepang, di bagian kamar ala Jepang pengunjung dapat mencoba kaligrafi
dengan tangan mereka, upacara minum teh, dan mengenakan kimono ( pakaian khas jepang).
Tabel. 4.8
Tabel pembahasan kimono 「着物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
着物 Pakaian
khas
Jepang
Native
Japanese
compounds
Endosentris V するところの
[ための]N
Shuushoku
kankei
70
Proses Pembentukan:
着物 着ます + 物
Memakai Benda
(Verba ) (Nomina)
Shunkandoushi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 3 (tiga) di atas, terdapat fukugoumeishi kimono (着物) yang
terbentuk dari doushi (kiru) + meishi (mono). Menurut Sutedi, doushi yang
berakhiran e-ru dan i-ru merupakan ichidandoushi. Kemudian menurut Niimi,
verba yang menyatakan aktivitas mengakibatkan terselesaikannya suatu
perubahan dalam waktu singkat merupakan shunkandoushi. „Kiru‟ masuk ke
dalam shunkandoushi karena memiliki arti memakai, aktivitas ini dapat
dikatakan hal yang dilakukan dalam waktu singkat untuk mengalami perubahan.
Kiru sebelum digabungkan dengan kata „mono‟ untuk menjadi fukugoumeishi
diubah ke dalam bentuk ~masu agar menjadi kimasu. Selanjutnya, kimasu
digabungkan dengan „mono‟ untuk membentuk fukugoumeishi maka masu nya
menghilang sehingga menjadi kimono.
b. Fukugoumeishi kimono merupakan gabungan dari kata wago + wago. Menurut
Ishida sebagian besar doushi adalah wago dan cara bacanya menggunakan kun-
yomi. Dilihat dari pendapat Ishida maka benar jika kiru masuk ke dalam kategori
wago. Begitu juga dengan mono adalah kosakata yang masuk ke dalam jenis
wago, karena menyatakan benda konkret dan cara baca kanjinya menggunakan
kun-yomi. Menurut Tsujimura, fukugoumeishi yang terdiri dari susunan kata
Jepang yang berasal dari Jepang asli (wago) dan kata Jepang asli (wago)
71
merupakan jenis kata nomina majemuk Native Japanese compounds. Maka
kimono termasuk ke dalam fukugoumeishi native Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan doushi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Fukugoumeishi kimono yang memiliki arti
pakaian khas Jepang dan terbentuk dari verba yang menyatakan adanya aksi
maka hubungan makna yang muncul adalah《(Xが Nを) Vするところの[た
めの] N 》. Sesuatu yang akan atau untuk melakukan V (melakukanV terhadap
N). Verba yang digunakan adalah dousadoushi, karena adanya aksi yang
dilakukan. Fukugoumeishi kimono terbentuk dari doushi kiru yang merupakan
shunkandoushi dan termasuk bagian dari dousadoushi. Jika dimasukan ke
dalam susunan hubungan makna menjadi 着るところの[ための]物 (kiru tokoro
no (tameno) mono) , maknanya barang/benda yang akan atau untuk dipakai.
Kimono memiliki arti pakaian khas Jepang, ini merupakan perubahan makna
luas menjadi sempit bahwa kimono yang seharusnya bermakna pakaian, kini
hanya dimaksudkan untuk pakaian khas Jepang saja. Kemudian dalam susunan
kata yang terbentuk dari doushi + meishi yang menghasilkan meishi dengan
jenis fukugoumeishi, menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis
fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan konstruksi
endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata menghasilkan jenis
kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata penggabungnya.
Kimono merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari doushi + meishi =
meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi endosentris, kelas
72
kata yang muncul sejenis dengan kelas kata kedua dari pembentuknya yaitu
„mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka kimono memiliki pola hubungan penerang (shuushoku
kankei), karena terbentuk dari doushi (kiru) + meishi (mono) = kimono.
Hubungan antarkata yang berfungsi penerang yaitu kata dasar awal
menerangkan kata belakang yang memiliki sifat yougen atau taigen. „Kiru‟
merupakan kata dasar awal dalam fukugoumeishi kimono, sedangkan „mono‟
merupakan kata belakang tidak berkonjugasi (taigen) karena termasuk kelas
kata meishi. Kimono dalam hubungan antarkata memiliki hubungan penerang
dengan kata dasar awal menerangkan kata belakang yang bersifat taigen. „Kiru‟
di dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata „mono‟, sehingga bermakna
“pakaian khas Jepang”. Disini kimono menerangkan hubungan asal atau milik,
yaitu pakaian khas milik atau asal Jepang.
4. 南部鉄器には、小物や置物もあります。夏にそよ風を感じさせる風鈴で、南部鉄器の
ものは音がよく、環境省によって「残したい日本の音風景100選」に選ばれていま
す。書道で使われる文鎮もあります。近頃はキャンドルスアンドなど新製品も生まれ
ています。 (Hiragana Times edisi 7, hal 11, 2016)
Ada juga aksesori dan hiasan yang terbuat dari besi nambu. Di musim panas, lonceng yang
digunakan untuk meningkatkan salah satu rasa dinginnya angin dibuat dengan besi nambu
menghasilkan suara lebih baik dan dipilih oleh Kementerian lingkungan hidup sebagai satu dari
"100 suara yang perlu dipertahankan". Pemberat kertas dalam kaligrafi juga terbuat dari besi
nambu. Baru-baru ini, banyak produk baru, seperti pegangan lilin, juga telah dikembangkan.
Tabel. 4.9
Tabel pembahasan komono 「小物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi yang
muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
小物 Aksesoris Hybrid
compounds
Endosentris N のために用 Shuushoku
kankei
73
いる A
Proses Pembentukan:
小物 小 + 物
Kecil Barang
(adjektiva -i) (Nomina)
i- Keiyoushi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 4 (empat), terdapat fukugoumeishi komono (小物) yang
terbentuk dari i-keiyoushi (ko) + meishi (mono). Menurut Hamzon, keiyoushi
berasal dari kata chiisai merupakan kata sifat yang menyatakan jumlah atau
volume benda. „Ko‟ merupakan keiyoushi yang berasal dari kata chiisai
Sedangkan „mono‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono
yang merupakan nomina konkret karena memiliki arti „barang/benda‟. Sehingga
fukugoumeishi komono terbentuk dari kelas kata i-keiyoushi + meishi.
b. Fukugoumeishi komono merupakan gabungan dari kata kango + wago. Menurut
Ishida, kango ditulis dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan on yomi.
„Ko‟ merupakan kata yang terbentuk dari satu kanji dengan pengucapan on yomi,
yaitu kanji 「小」 ‟ko‟ sehingga disebut kango. Kemudian „mono‟ adalah
kosakata yang masuk ke dalam jenis wago, karena pengucapannya
menggunakan cara baca kun-yomi. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk
yang terdiri dari susunan kata Jepang yang berasal dari China (kango) dan kata
Jepang asli (wago) merupakan jenis kata nomina majemuk hybrid compounds.
Maka fukugoumeishi komono masuk ke dalam hybrid compounds.
c. Dalam fukugoumeishi komono dengan susunan i-keiyoushi + meishi ini
memiliki hubungan makna N のために用いる A , yaitu makna dari adjektiva/
74
keiyoushi menjelaskan meishi nya. Kata „ko‟ yang berasal dari chiisai
merupakan kata sifat yang menjelaskan ukuran atau volume sebuah benda, dan
„mono‟ merupakan kata benda yang dijelaskan oleh „ko‟ tersebut. Sehingga
komono memunculkan hubungan makna kata sifat yang terdapat dalam „ko‟
„kecil‟ menjelaskan kata benda pada „mono‟ „barang‟ menghasilkan arti benda
yang kecil atau barang kecil. Dalam kalimat pada nomor 4 tersebut
fukugoumeishi komono memiliki arti aksesoris. Arti yang muncul merupakan
relasi makna akibat penggabungan dua kata tersebut. Prinsip inklusi pada relasi
makna menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain
dan menimbulkan hiponimi. Dalam komono tersebut yang memiliki arti
aksesoris, merupakan hiponimi dari barang-barang kecil. Kemudian dalam
susunan kata yang terbentuk dari keiyoushi + meishi yang menghasilkan meishi
dengan jenis fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis
fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan konstruksi
endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata menghasilkan jenis
kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata penggabungnya.
Komono merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari keiyoushi + meishi =
meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi endosentris, kelas
kata yang muncul sejenis dengan kelas kata salah satu pembentuknya yaitu
„mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka komono merupakan fukugoumeishi yang memiliki pola
hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari i-keiyoushi (ko) +
75
meishi (mono) = komono. Hubungan antarkata yang berfungsi penerang yaitu
kata dasar awal menerangkan kata belakang yang memiliki sifat yougen atau
taigen. „Ko‟ merupakan yougen karena termasuk kelas keiyoushi, sedangkan
mono merupakan taigen. Komono dalam hubungan antarkata memiliki
hubungan menerangkan, yaitu kata dasar awal menerangkan kata belakang yang
bersifat taigen. „Ko‟ di dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata „mono‟,
sehingga bermakna “aksesoris”. Fukugoumeishi komono menerangkan keadaan/
sifat yaitu aksesoris yang merupakan barang barang bersifat kecil.
5. 寒天は熱を加えると溶け、常温でゼリーのように固まります。そして、もう一度熱を
加えると液体に戻る性質を持っています。寒天は、食物繊維を豊富に含んでいます。
( Hiragana Times edisi 4, hal 36, 2016)
Kanten mencair ketika dipanaskan, maka mengeras seperti agar-agar pada suhu dingin. Salah
satu sifatnya adalah bahwa itu mencair ketika dipanaskan. Kanten ini kaya akan makanan serat.
Tabel. 4.10
Tabel pembahasan shokumotsu 「食物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
食物 Makanan Sino
Japanese
compounds
Endosentris
N1+N2= 《N1 であ
る N2》. N1+N2=N1
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
食物 食 + 物
Makanan barang
(Nomina) (Nomina)
Futsuu meishi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 5 (lima) di atas, terdapat fukugoumeishi shokumotsu (食物)
yang terbentuk dari meishi (shoku) + meishi (motsu). Menurut Sudjianto,
nomina yang menyatakan benda abstrak merupakan futsuu meishi yang berjenis
76
chuushoutekina mono dan untuk yang menyatakan benda konkret disebut
gutaitekina mono. Kata „shoku‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis
gutaitekina mono yaitu nomina konkret karena memiliki arti „makanan‟. Begitu
juga „motsu‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono yang
merupakan nomina konkret karena memiliki arti „barang/benda‟. Sehingga
shokumotsu merupakan fukugoumeishi terbentuk dari kelas kata meishi dengan
jenis futsuu meishi.
b. Fukugoumeishi shokumotsu merupakan gabungan dari kata kango + kango.
Menurut Ishida, kango ditulis dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan on
yomi. Kata shoku terbentuk dari satu kanji dengan pengucapan on yomi, yaitu
kanji 「食」‟shoku‟ sehingga disebut kango. Kemudian „motsu‟ adalah kosakata
yang masuk juga ke dalam jenis kango, karena cara bacanya menggunakan on-
yomi. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata
Jepang yang berasal dari China (kango) dan kata China (kango) merupakan jenis
kata nomina majemuk sino Japanese compounds. Maka shokumotsu merupakan
fukugoumeishi yang tergolong sino Japanese compounds, karena terbentuk dari
gabungan kango + kango.
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi memiliki
beberapa jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi shokumotsu karena
memiliki arti makanan, maka hubungan makna yang muncul adalah N1+N2=
《N1 である N2》. N1+N2=N1. Arti yang muncul berasal dari N1 atau meishi
yang pertama dalam fukugoumeishi shokumotsu. Shoku yang memiliki arti
makanan merupakan N1, maka hubungan makna yang terbentuk dari gabungan
77
antara „shoku‟ sebagai N1 dengan „motsu‟ sebagai N2 ini menghasilkan arti
makanan . Kemudian susunan kata yang terbentuk dari meishi + meishi yang
menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk
ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan
konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata
menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata
penggabungnya. Shokumotsu merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari
meishi + meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi
endosentris, karena kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata kedua
pembentuknya yaitu „shoku‟dan „motsu‟yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka shokumotsu merupakan fukugoumeishi yang memiliki
pola hubungan menerangkan (shuushoku kankei), karena terbentuk dari meishi
(shoku) + meishi (motsu) = shokumotsu. Hubungan menerangkan yaitu bagian
kata dasar awal menerangkan bagian kata akhir yang memiliki sifat dapat
berkonjugasi (yougen). „Shoku‟ di dalam fukugoumeishi tersebut merupakan
kata dasar awal yang menerangkan kata „motsu‟, sehingga menghasilkan kata
fukugoumeishi. „Shoku‟ dalam hal ini menerangkan „motsu‟ yaitu barang yang
berupa makanan, sehingga memiliki hubungan menerangkan kegunaan, sesuatu
yang kegunaannya untuk dimakan.
6. 典具帖紙はもともと、古い書物や絵画の修復やちぎり絵などに使われていました。
(Hiragana Times, edisi 8, hal 35, 2017)
Tengujoushi ini awalnya digunakan untuk perbaikan buku / dokumen tua dan lukisan, dan
untuk membuat kolase warna-warni.
78
Tabel. 4.11
Tabel pembahasan shomotsu 「書物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan makna Hubungan
antarkata
書物 Buku/
dokumen
Sino
Japanese
compounds
Endosentris
N1+N2= 《N1 に
生ずる N2 》
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
書物 書 + 物
Tulisan barang
(Nomina) (Nomina)
Futsuu meishi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 6 (enam), terdapat fukugoumeishi shomotsu (書物) yang
terbentuk dari meishi (sho)+meishi (motsu). Menurut Sudjianto, nomina yang
menyatakan benda abstrak merupakan futsuu meishi yang berjenis
chuushoutekina mono dan untuk yang menyatakan benda konkret disebut
gutaitekina mono. Kata „Sho‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina
mono yaitu nomina konkret karena memiliki arti „tulisan‟. Begitu juga „motsu‟
merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono yang merupakan
nomina konkret karena memiliki arti „barang/benda‟. Sehingga shomotsu
merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari kelas meishi yang berjenis futsuu
meishi.
b. Fukugoumeishi shomotsu merupakan gabungan dari kata kango + kango.
Menurut Ishida, kango ditulis dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan on
yomi. Kata „sho‟ terbentuk dari satu kanji dengan pengucapan on yomi, yaitu
kanji 「書」‟sho‟ sehingga disebut kango. Kemudian „motsu‟ adalah kosakata
79
yang masuk juga ke dalam jenis kango, karena cara bacanya menggunakan on-
yomi. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata
Jepang yang berasal dari China (kango) dan kata China (kango) merupakan jenis
kata nomina majemuk sino Japanese compounds. Maka fukugoumeishi shomotsu
termasuk ke dalam Sino Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi shomotsu karena
memiliki arti buku/dokumen maka hubungan makna yang muncul adalah
N1+N2= 《N1 に生ずる N2 》 . Makna dari N2 yaitu motsu dihasilkan atau
disebabkan oleh N1 sho. Barang atau benda yang dihasilkan atau disebabkan
oleh tulisan, sehingga menghasilkan arti buku/dokumen. Buku/dokumen
memiliki makna barang yang dihasilkan oleh adanya tulisan. Dalam kalimat di
atas fukugoumeishi shomotsu memiliki arti buku. Arti yang muncul merupakan
relasi makna akibat penggabungan dua kata tersebut. Prinsip inklusi pada relasi
makna menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain
dan menimbulkan hiponimi. Dalam shomotsu tersebut yang memiliki arti buku,
merupakan hiponimi dari barang yang berupa tulisan. Kemudian susunan kata
yang terbentuk dari meishi + meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis
fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi
yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil
penggabungan dua kelas kata menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan
salah satu atau kedua dari kata penggabungnya. Shomotsu merupakan
fukugoumeishi yang terbentuk dari meishi + meishi = meishi (fukugoumeishi)
80
maka termasuk ke dalam konstruksi endosentris, kelas kata yang muncul sejenis
dengan kelas kata kedua pembentuknya yaitu „sho‟ dan „motsu‟ yang
merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka fukugoumeishi shomotsu dalam hubungan antarkata
memiliki pola hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari
meishi (sho) + meishi (motsu) = shomotsu. Hubungan penerang yaitu bagian
kata dasar awal menerangkan kata belakang yang dapat berkonjugasi (yougen)
atau yang tidak berkonjugasi (taigen). „Sho‟ di dalam fukugoumeishi tersebut
merupakan taigen yang menerangkan kata motsu, sehingga menghasilkan kata
fukugoumeishi. Shomotsu dalam fukugoumeishi ini, menerangkan hubungan asal
yaitu barang yang berasal dari tulisan yaitu buku/ dokumen.
7. 和食メニューに出てくる漢字は吸い物があります。
( Hiragana Times, edisi 2, hal 30, 2017 )
Di dalam menu makanan khas jepang terdapat huruf kanji “suimono” yang berarti sup.
Tabel. 4.12
Tabel pembahasan suimono 「吸い物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi yang
muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
吸い物 Sup Native
Japanese
compounds
Endosentris
V するところの
[ための]N
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
吸い物 吸います + 物
Menghirup Barang
(Verba) (Nomina)
Ishidoushi Futsuu meishi
81
a. Pada kalimat nomor 7 (tujuh), suimono (吸い物) merupakan fukugoumeishi yang
terbentuk dari doushi (suu) + meishi (mono). Menurut Sutedi, doushi yang
berakhiran u-tsu-ru-bu-nu-mu-ku-gu-su merupakan godandoushi. Kata „suu‟
memiliki akhiran u sehingga termasuk ke dalam godandoushi. Kemudian
menurut Niimi, kata kerja yang menunjukkan tindakan atau perlakuan yang
dikehendaki manusia merupakan doushi jenis ishidoushi. Dilihat dari pendapat
tersebut, maka „suu‟ termasuk ishidoushi karena memiliki arti menghirup atau
menghisap yang merupakan kegiatan yang dikatakan masih dikehendaki
manusia. „Suu‟ sebelum digabungkan dengan kata „mono‟ untuk menjadi
fukugoumeishi diubah ke dalam bentuk ~masu agar menjadi suimasu.
Selanjutnya, suimasu digabungkan dengan „mono‟ untuk membentuk
fukugoumeishi maka masu nya menghilang sehingga menjadi suimono.
b. Fukugoumeishi suimono merupakan gabungan dari kata wago + wago. Menurut
Ishida, sebagian besar doushi adalah wago dan cara bacanya menggunakan kun-
yomi. Dilihat dari pendapat di atas maka sui masuk ke dalam kategori wago.
Begitu juga dengan „mono‟ adalah kosakata yang masuk ke dalam jenis wago,
karena menyatakan benda konkret. Selain itu, cara baca kanjinya juga
menggunakan kun-yomi. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri
dari susunan kata Jepang yang berasal dari Jepang asli (wago) dan kata Jepang
asli (wago) merupakan jenis kata nomina majemuk Native Japanese compounds.
Maka fukugoumeishi suimono termasuk ke dalam Native Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan doushi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Hubungan makna yang muncul pada
82
fukugoumeishi suimono adalah 《(Xが Nを) Vするところの[ための] N 》.
Hubungan makna tersebut menjelaskan sesuatu yang akan atau untuk melakukan
V (melakukan V terhadap N). Verba yang digunakan adalah
dousadoushi/ishidoushi, karena adanya aksi yang dilakukan. Di sini
fukugoumeishi suimono terbentuk dari doushi suu yang merupakan ishidoushi.
Jika dimasukan ke dalam susunan hubungan makna menjadi 吸うところの[ため
の]物 (suu tokoro no (tameno) mono), maknanya barang/benda yang akan atau
untuk dihirup. Suimono memiliki makna benda yang dihirup dapat dari hidung
atau mulut. Dalam kalimat nomor 7 tersebut fukugoumeishi suimono memiliki
arti sup. Arti yang muncul merupakan relasi makna akibat penggabungan dua
kata tersebut. Prinsip inklusi pada relasi makna menjelaskan bahwa makna satu
kata mencakup beberapa makna kata lain dan menimbulkan hiponimi. Dalam
suimono tersebut memiliki arti sup, yang merupakan hiponimi dari barang/benda
yang dapat dihirup. Kemudian susunan kata yang terbentuk dari doushi + meishi
yang menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi, menurut T. Kunihiro
termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris.
Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata
menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata
penggabungnya. Suimono merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari doushi
+ meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi
endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata kedua dari
pembentuknya yaitu „mono‟ yang merupakan meishi.
83
d. Suimono dalam teori hubungan antarkata menurut Nomura (1992:185) memiliki
pola hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari doushi (suu)
+ meishi (mono) = suimono. Hubungan antarkata yang berfungsi penerang
terbentuk dari kata dasar awal menerangkan kata belakang yang dapat
berkonjugasi ataupun tidak. „Suu‟ merupakan kata dasar awal dalam
fukugoumeishi suimono, sedangkan „mono‟ merupakan kata belakang yang tidak
berkonjugasi (taigen). „Suu‟ di dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata
„mono‟, sehingga bermakna barang yang dihirup atau dihisap dan memunculkan
arti “sup”.
8. 4 月から放送されているバラエティー番組。日本が大好きで行きたくてたまらないけれ
ど行ったことはないという外国人を招待し、その人の夢を叶えるための手伝いをする。
例えば、着物を自分の手で作ってしまうほど着物好きで、日本で学びたいと思ってい
る女性を招待。染め物の技術を学んだり、工房や歴史あるお店へ行ったりする。
(Hiragana Times edisi 7, hal 9, 2017 )
Ini adalah berbagai acara tv yang mulai disiarkan pada bulan april. Orang-orang yang suka
Jepang dan ingin mengunjungi tapi belum punya kesempatan diundang ke acara sehingga
mereka dapat memenuhi impian mereka. Sebagai contoh, satu episode memiliki cerita seorang
wanita yang ingin belajar membuat kimono di Jepang- bahwa dia begitu mencintai kimono
membuatnya dengan tangannya sendiri. Dia belajar seni pencelupan kain, mengunjungi sebuah
studio kimono dan toko yang memiliki sejarah panjang Jual kimono.
Tabel.4.13
Tabel pembahasan somemono 「染め物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
染め物 Pencelupan
kain
Native
Japanese
compounds
Endosentris
《( X が N
を) V したと
ころの N 》
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
染め物 染めます + 物
Mencelupkan Barang
(Verba) (Nomina)
Shunkandoushi Futsuu meishi
84
a. Pada kalimat nomor 8 (delapan), terdapat fukugoumeishi somemono (染め物)
yang terbentuk dari doushi (someru) + meishi (mono). Menurut Sutedi, doushi
yang berakhiran e-ru dan i-ru masuk ke dalam ichidandoushi. Kata „someru‟
memiliki akhiran e-ru sehingga termasuk ichidandoushi. Kemudian menurut
Niimi, verba yang menyatakan aktivitas mengakibatkan terselesaikannya suatu
perubahan dalam waktu singkat disebut shunkandoushi. „Someru‟ memiliki arti
mencelup, aktivitas ini dapat dikatakan hal yang dilakukan dalam waktu singkat
untuk mengalami perubahan, maka termasuk ke dalam shunkandoushi. „Someru‟
sebelum digabungkan dengan kata „mono‟ untuk menjadi fukugoumeishi diubah
ke dalam bentuk ~masu agar menjadi somemasu. Selanjutnya, somemasu
digabungkan dengan „mono‟ untuk membentuk fukugoumeishi maka masu nya
menghilang sehingga menjadi somemono.
b. Fukugoumeishi somemono merupakan gabungan dari kata wago + wago.
Menurut Ishida, sebagian besar doushi adalah wago dan cara bacanya
menggunakan kun-yomi. Kata „someru‟ merupakan doushi dan pengucapannya
menggunakan kun-yomi, sehingga masuk kategori wago. Begitu juga dengan
„mono‟ adalah kosakata yang masuk ke dalam jenis wago, karena menyatakan
benda konkret. Selain itu, cara baca kanjinya juga menggunakan kun-yomi.
Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata Jepang
yang berasal dari Jepang asli (wago) dan kata Jepang asli (wago) merupakan
jenis kata nomina majemuk Native Japanese compounds. Maka fukugoumeishi
somemono tersebut termasuk ke dalam native Japanese compounds.
85
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan doushi + meishi memiliki
berbagai macam hubungan makna. Dalam fukugoumeishi somemono hubungan
makna yang muncul adalah 《(X が N を) V したところの N 》. Hubungan
makna tersebut menjelaskan sesuatu yang baru saja telah dikenai V (N yang
telah V). Verba yang digunakan adalah dousadoushi, karena adanya aksi yang
dilakukan. Di sini somemono terbentuk dari doushi someru yang merupakan
shunkandoushi dan termasuk bagian dari dousadoushi. Jika dimasukan ke
dalam susunan hubungan makna menjadi 染めたところの 物 (someta tokoro no
mono), maknanya barang/benda yang telah melalu proses pencelupan, sehingga
menjadi pencelupan kain. Somemono memiliki arti benda yang dalam proses
pencelupan atau pewarnaan kain. Dalam kalimat di atas fukugoumeishi
somemono memiliki arti pencelupan kain. Arti yang muncul merupakan adanya
relasi makna akibat penggabungan dua kata tersebut. Prinsip inklusi pada relasi
makna menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain
dan menimbulkan hiponimi. Dalam somemono tersebut memiliki arti
pencelupan kain, yang merupakan hiponimi dari barang/benda yang dapat
dicelup. Kemudian susunan kata yang terbentuk dari doushi + meishi yang
menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi, menurut T. Kunihiro
termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris.
Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata
menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata
penggabungnya. Somemono merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari
doushi + meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi
86
endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata kedua dari
pembentuknya yaitu „mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka somemono merupakan fukugoumeishi yang memiliki
pola hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari doushi
(someru) + meishi (mono) = somemono. Hubungan antarkata yang berfungsi
penerang terbentuk dari kata awal menerangkan kata di belakang yang dapat
berkonjugasi ataupun tidak. „Someru‟ kata dasar awal dalam fukugoumeishi
somemono, sedangkan „mono‟ merupakan kata belakang yang tidak
berkonjugasi (taigen), karena termasuk kelas meishi. „Someru‟ di dalam
fukugoumeishi tersebut menerangkan kata „mono‟, sehingga bermakna
“pencelupan kain”. Somemono menerangkan hubungan perbuatan, yaitu
perbuatan pencelupan kain yang berawal dari tindakan mencelup sesuatu.
9. 先:集落の近くには森があり、周囲には採取できる主食の栗やどんぐりなどのにも豊
富な食べ物を食べていました。
(Hiragana Times, edisi 3 hal 22, 2016)
Karena ada hutan dekat dengan pemukiman, lingkungan memberi mereka banyak sumber-
sumber makanan-terutama Chestnut dan biji-bijian-untuk panen.
Tabel. 4.14
Tabel pembahasan tabemono (食べ物)
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
食べ物 Makanan Native
Japanese
compounds
Endosentris
(X が N を) V
す る と ころ の
[ための]N
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
食べ物 食べます + 物
Makan Barang
(Verba) (Nomina)
87
Shunkandoushi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 9 (Sembilan) tersebut, terdapat fukugoumeishi tabemono
(食べ物) yang terbentuk dari doushi (taberu) + meishi (mono). Menurut Sutedi,
doushi kelompok dua yang memiliki akhiran e-ru dan i-ru merupakan
ichidandoushi. Kata „taberu‟ memiliki akhiran e-ru sehingga termasuk
ichidandoushi. Kemudian menurut Niimi, verba yang menyatakan aktivitas yang
mengakibatkan terselesaikannya suatu perubahan dalam waktu singkat masuk ke
dalam Shunkandoushi. „Taberu‟ memiliki arti makan, dan merupakan aktivitas
yang terselesaikan dalam waktu singkat, maka „taberu‟ masuk ke dalam
shunkandoushi. „Taberu‟ sebelum digabungkan dengan kata mono untuk
menjadi fukugoumeishi diubah ke dalam bentuk ~masu agar menjadi tabemasu.
Selanjutnya, tabemasu digabungkan dengan „mono‟ untuk membentuk
fukugoumeishi maka ~masu nya menghilang sehingga menjadi tabemono.
b. Fukugoumeishi tabemono merupakan gabungan dari kata wago + wago.
Menurut Ishida, sebagian besar doushi adalah wago dan cara bacanya
menggunakan kun-yomi. Dilihat dari pendapat Ishida maka kata „taberu‟ masuk
ke dalam kategori wago. Begitu juga dengan „mono‟ adalah kosakata yang
masuk ke dalam jenis wago, karena menyatakan benda konkret. Selain itu, cara
baca kanjinya juga menggunakan kun-yomi. Menurut Tsujimura, kata nomina
majemuk yang terdiri dari susunan kata Jepang yang berasal dari Jepang asli
(wago) dan kata Jepang asli (wago) merupakan jenis fukguoumeishi native
Japanese compounds. Maka fukugoumeishi tabemono termasuk ke dalam native
Japanese compounds.
88
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan doushi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi tabemono hubungan
makna yang muncul adalah《(X が N を) V するところの[ための] N 》.
Sesuatu yang akan atau untuk melakukan V (melakukanV terhadap N).
Tabemono terbentuk dari doushi taberu yang merupakan shunkandoushi.
Fukugoumeishi tabemono jika dimasukan ke dalam susunan hubungan makna
menjadi 食べするところの[ための]物 (tabesuru tokoro no mono), maknanya
barang/benda yang akan atau untuk dimakan, sehingga menjadi makanan.
Tabemono memiliki arti makanan. Dalam kalimat di atas fukugoumeishi
tabemono memiliki arti makanan. Arti yang muncul merupakan relasi makna
akibat penggabungan dua kata tersebut. Prinsip inklusi pada relasi makna
menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain dan
menimbulkan hiponimi atau hipernim. Dalam tabemono tersebut memiliki arti
makanan, yang merupakan hipernim dari barang/benda yang dapat dimakan
seperti roti,nasi dan lainya. Kemudian susunan kata yang terbentuk dari doushi
+ meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi, menurut T.
Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi
endosentris. Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua
kelas kata menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau
kedua dari kata penggabungnya. Tabemono merupakan fukugoumeishi yang
terbentuk dari doushi + meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke
dalam konstruksi endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata
kedua dari pembentuknya yaitu „mono‟ yang merupakan meishi.
89
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka tabemono merupakan fukugoumeishi yang memiliki pola
hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari doushi (taberu) +
meishi (mono) = tabemono. Hubungan antarkata yang berfungsi penerang
terbentuk dari kata dasar awal menerangkan kata di belakangnya yang dapat
berkonjugasi (yougen) atau tidak berkonjugasi (taigen). „Taberu‟ merupakan
kata dasar awal dalam fukugoumeishi tabemono, sedangkan „mono‟ merupakan
kata belakang yang tidak berkonjugasi (taigen) karena termasuk kelas kata
meishi. Taberu di dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata „mono‟,
yaitu barang yang dimakan sehingga memiliki arti “makanan”.
10. メニューが多いのが特徴。ねぎやたまごをのせたもの、キムチ(韓国の辛い漬物)が
のったものなど牛丼だけで9種類。
( Hiragana Times, edisi 2, hal 33 ,2016)
Sukiya menonjol dari kompetisi untuk menu yang bervariasi. Mangkuk daging sapi sendiri ada 9
variasi, termasuk satu yang mengandung bawang dan telur, dan lain dengan topping/diatasnya
kimchee ( acar pedas Korea).
Tabel. 4.15
Tabel pembahasan tsukemono「漬物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi yang
muncul
Hubungan
Makna
Hubungan
antarkata
漬物 Acar Native
Japanese
compounds
Endosentris
(X が N を)V し
たところの N
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
漬物 漬けます + 物
Merendam Barang
(Verba) (Nomina)
Keizokudoushi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 10 tersebut, terdapat fukugoumeishi tsukemono (建物) yang
terbentuk dari doushi (tsukeru) + meishi (mono). Menurut Sutedi, doushi
90
kelompok dua yang memiliki akhiran e-ru dan i-ru merupakan ichidandoushi.
Kata tsukeru memiliki akhiran e-ru sehingga disebut ichidandoushi. Kemudian
menurut Niimi, verba yang menyatakan aktivitas yang memerlukan waktu
tertentu masuk ke dalam keizokudoushi. „Tsukeru‟ memiliki arti merendam,
aktivitas ini dapat dikatakan hal yang dilakukan dalam waktu tertentu maka
„tsukeru‟ termasuk keizoukudoushi. „Tsukeru‟ sebelum digabungkan dengan kata
„mono‟ untuk menjadi fukugoumeishi diubah ke dalam bentuk ~masu agar
menjadi tsukemasu. Selanjutnya, tsukemasu digabungkan dengan „mono‟ untuk
membentuk fukugoumeishi maka masu nya menghilang sehingga menjadi
tsukemono.
b. Fukugoumeishi tsukemono merupakan gabungan dari kata wago + wago.
Menurut Ishida, sebagian besar doushi adalah wago dan cara bacanya
menggunakan kun-yomi. Dilihat dari pendapat tersebut maka tsukeru termasuk
ke dalam wago. Begitu juga dengan mono adalah kosakata yang masuk ke dalam
jenis wago, karena menyatakan benda konkret. Selain itu, cara baca kanjinya
juga menggunakan kun-yomi. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang
terdiri dari susunan kata Jepang yang berasal dari Jepang asli (wago) dan kata
Jepang asli (wago) merupakan jenis fukugoumeishi native Japanese compounds.
Maka fukugouemeishi tsukemono termasuk ke dalam native Japanese
compounds.
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan doushi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi tsukemono, hubungan
makna yang muncul adalah《(Xが Nを) Vしたところの N 》. Sesuatu yang
91
baru saja telah dikenai V (N yang telah V). Verba yang digunakan adalah
dousadoushi, karena adanya aksi yang dilakukan. Fukugoumeishi tsukemono
terbentuk dari doushi tsukeru yang merupakan keizoukodoushidan termasuk
bagian daridousadoushi. Jika dimasukan ke dalam susunan hubungan makna
menjadi 漬けったところの物 (tsuketta tokoro no mono), maknanya barang/benda
yang telah direndam, sehingga menghasilkan arti acar. Tsukemono memiliki
makna benda yang direndam. Dalam kalimat nomor 10 di atas, fukugoumeishi
tsukemono memiliki arti acar. Arti yang muncul merupakan relasi makna akibat
penggabungan dua kata tersebut. Prinsip inklusi pada relasi makna menjelaskan
bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain dan menimbulkan
hiponimi atau hipernim. Dalam tsukemono tersebut yang memiliki arti acar,
merupakan hiponim dari barang/benda yang direndam. Acar adalah salah satu
benda yang telah melalui proses perendaman, sehingga dikatakan hiponim
dengan sesuatu barang yang direndam. Kemudian susunan kata yang terbentuk
dari doushi + meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi,
menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi
endosentris. Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua
kelas kata menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau
kedua dari kata penggabungnya. Tsukemono merupakan fukugoumeishi yang
terbentuk dari doushi + meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke
dalam konstruksi endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata
kedua dari pembentuknya yaitu „mono‟ yang merupakan meishi.
92
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka tsukemono merupakan fukugoumeishi yang memiliki
pola hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari doushi
(tsukeru) + meishi (mono) = tsukemono. Hubungan antarkata dalam tsukemono
yang berfungsi penerang terbentuk dari kata dasar awal menerangkan kata di
belakangnya yang dapat berkonjugasi (yougen) atau tidak berkonjugasi (taigen).
„Tsukeru‟ merupakan kata dasar awal dalam fukugoumeishi tsukemono,
sedangkan „mono‟ merupakan kata belakang yang tidak dapat berkonjugasi
(taigen). „Tsukeru‟ di dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata „mono‟,
sehingga menjelaskan benda yang direndam dan memiliki arti “acar”.
11. 両国の研究者たちは共同研究してきたという素晴らしい歴史があり、両国の大学や動
物演が研究しながら動物や植物の保護に努力してきました.
(Hiragana Times, edisi 1, hal 13, 2016)
Para peneliti dari kedua negara memiliki sejarah yang sangat baik berkolaborasi bersama
menjelaskan mengapa Universitas dan kebun binatang dari kedua negara telah berusaha untuk
melindungi hewan dan tumbuhan sepanjang melakukan penelitian.
Tabel. 4.16
Tabel pembahasan doubutsu「動物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
Makna
Hubungan
antarkata
動物 Fauna/
Hewan
Sino
Japanese
compounds
Endosentris
N1+ N2 = 《N1の
よ う に 見 え る
N2》
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
動物 動 + 物
Gerakan Barang
(Nomina) (Nomina)
Futsuu meishi Futsuu meishi
93
a. Pada kalimat nomor 11 di atas, terdapat fukugoumeishi doubutsu (動物) yang
terbentuk dari meishi (dou) + meishi (butsu). Menurut Sudjianto, nomina yang
memiliki arti benda abstrak merupakan futsuu meishi yang berjenis
chuushoutekina mono sedangkan yang menjelaskan benda konkret disebut
gutaitekina mono. Kata „dou‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis
gutaitekina mono. „Butsu‟ juga merupakan futsuu meishi yang berjenis
gutaitekina mono yang merupakan nomina konkret karena memiliki arti
„barang/benda‟. Sehingga doubutsu merupakan fukugoumeishi yang terbentuk
dari meishi dengan meishi yang berjenis futsuu meishi.
b. Fukugoumeishi doubutsu merupakan gabungan dari kata kango + kango.
Menurut Ishida, kango ditulis dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan on
yomi. Kata dou terbentuk dari satu kanji dengan pengucapan on yomi, yaitu kanji
「動」‟dou‟ sehingga disebut kango. Kemudian „butsu‟ adalah kosakata yang
masuk juga ke dalam jenis kango, karena cara bacanya menggunakan on-yomi.
Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata Jepang yang
berasal dari China (kango) dan kata China (kango) merupakan jenis kata nomina
majemuk sino Japanese compounds. Maka fukugoumeishi doubutsu termasuk ke
dalam sino Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi doubutsu hubungan
makna yang muncul adalah N1+ N2 = 《N1のように見える N2》. Makna dari N2
terlihat seperti N1. Di sini Kata „butsu‟ merupakan N2 yang terlihat seperti N1.
„Butsu‟ memiliki makna yaitu suatu benda atau sesuatu dan „dou‟ merupakan
94
gerakan sehingga „butsu‟ menjelaskan barang atau benda yang terlihat seperti
adanya gerakan. Sehingga memunculkan makna hewan dari hasil penggabungan
kata „dou‟ dan „butsu‟. Makna ini muncul akibat adanya relasi makna yang
berprinsip inklusi, yaitu menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup
beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna
yang disebut hiponimi. Binatang merupakan hiponim dari suatu benda yang
memiliki gerakan atau dapat bergerak. Kemudian susunan kata yang terbentuk
dari meishi + meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi
menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi
endosentris. Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua
kelas kata menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau
keduadari kata penggabungnya. Doubutsu merupakan fukugoumeishi yang
terbentuk dari meishi + meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke
dalam konstruksi endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata
kedua pembentuknya yaitu „dou‟ dan „butsu‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelasakan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka doubutsu merupakan fukugoumeishi yang memiliki pola
hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari meishi (dou) +
meishi (butsu) = doubutsu. Hubungan menerangkan yaitu bagian kata dasar
awal menerangkan bagian kata akhir yang dapat berkonjugasi (yougen) atau
tidak berkonjugasi (taigen). „Dou‟ di dalam fukugoumeishi tersebut merupakan
kata dasar awal yang menerangkan kata „butsu‟, sehingga bermakna benda yang
bergerak dan memiliki arti “binatang/ fauna”.
95
12. 留:生物を使わず野菜を主体として料理のことですね。
(Hiragana Times,Edisi 4 hal 21, 2017)
FS: daripada daging mentah, sayuran lebih utama digunakan dalam masakan ini, bukan?
Tabel. 4.17
Tabel pembahasan namamono「生物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang
muncul
Hubungan
Makna
Hubungan
antarkata
生物 Daging
mentah
Native
Japanese
compounds
Endosentris
N のために用
いる A
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
生物 生 + 物
Mentah Barang
(Adjektiva -na) (Nomina)
Na-keiyoushi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 12 di atas, terdapat fukugoumeishi namamono (生物) yang
terbentuk dari na- keiyoushi (nama)+meishi (mono). Menurut Hamzon, na-
keiyoushi merupakan kata sifat yang menyataan beberapa hal. „Nama‟
merupakan na-keiyoushi yang menyatakan sifat atau keadaan suatu benda,
karena memiliki arti mentah. Sedangkan „mono‟ merupakan futsuu meishi yang
berjenis gutaitekina mono yang merupakan nomina konkret karena memiliki arti
„barang/benda‟. Untuk membentuk fukugoumeishi, kata „nama‟ mengalami
penghilangan akar kata „na‟ yang kemudian bergabung dengan „mono‟ yang
menghasilkan kata namamono. Maka fukugoumeishi namamono terbentuk dari
gabungan adjektiva dengan nomina.
b. Fukugoumeishi namamono merupakan gabungan dari kata wago + wago.
Menurut Ishida, wago merupakan kata berasal dari Jepang asli, dan
96
pengucapannya secara kun- yomi. Dilihat dari pendapat tersebut maka kata nama
masuk ke dalam kategori wago. Kemudian mono adalah kosakata yang juga
masuk ke dalam jenis wago, karena pengucapannya menggunakan cara baca
kun-yomi. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan
kata Jepang yang berasal dari kata Jepang asli (wago) dan kata Jepang asli
(wago) merupakan jenis kata nomina majemuk native Japanese compounds.
Maka fukugoumeishi namamono masuk ke dalam native Japanese compounds,
karena terbentuk dari gabungan kata wago +wago.
c. Dalam fukugoumeishi namamono dengan susunan na-keiyoushi + meishi ini
memiliki hubungan makna N のために用いる A , yaitu makna dari adjektiva/
keiyoushi digunakan untuk menjelaskan meishi nya. Di sini „nama‟ merupakan
kata sifat yang menjelaskan keadaan atau sifat benda, dan „mono‟ merupakan
kata benda yang dijelaskan oleh „nama‟ tersebut. Sehingga namamono
memunculkan hubungan makna kata sifat yang terdapat dalam „nama‟ „mentah‟
menjelaskan kata benda pada „mono‟ „barang‟ menghasilkan arti daging mentah.
Dalam kalimat di atas fukugoumeishi namamono memiliki arti daging mentah.
Arti yang muncul merupakan relasi makna akibat penggabungan dua kata
tersebut. Prinsip inklusi pada relasi makna menjelaskan bahwa makna satu kata
mencakup beberapa makna kata lain dan menimbulkan hiponimi atau hipernim.
Dalam namamono tersebut yang memiliki arti daging mentah, merupakan
hiponim. Daging mentah merupakan hiponim dari suatu benda atau barang yang
mentah atau belum matang. Jadi maknanya masih berkaitan dengan
pembentuknya. Susunan kata yang terbentuk dari keiyoushi + meishi yang
97
menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk
ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan
konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata
menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata
penggabungnya. Namamono merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari
keiyoushi + meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam
konstruksi endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata salah
satu pembentuknya yaitu „mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka namamono merupakan fukugoumeishi yang memiliki
pola hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari na-keiyoushi
(nama) + meishi (mono) = namamono. „Nama‟ di dalam fukugoumeishi tersebut
menerangkan kata „mono‟, sehingga bermakna „daging mentah‟. Hubungan
antarkata yang berfungsi penerang yaitu kata dasar awal menerangkan kata
belakang yang memiliki sifat dapat berkonjugasi (yougen) atau tidak
berkonjugasi (taigen). „Nama‟ merupakan yougen karena termasuk kelas
keiyoushi, sedangkan „mono‟ merupakan taigen. Namamono dalam hubungan
antarkata memiliki hubungan penerang, yaitu kata dasar awal yang
menerangkan kata belakang. „Nama‟ menerangkan „mono‟ sehingga memiliki
makna benda yang mentah dan artinya daging mentah. Fukugoumeishi
namamono menerangkan keadaan, yaitu daging yang keadaannya mentah.
98
13. 日本刀をモチーフにした丈夫でよく切れるはさみ。刃物の町といわれる岐阜県関市で、
高い技術を誇る職人が作っている。
( Hiragana times, edisi 3 hal 23, 2017)
Gunting tajam yang kuat ini dibuat menyerupai pedang Jepang. Mereka diciptakan oleh master
pengrajin terampil dari kota seki di Prefektur gifu sebuah kota yang terkenal untuk produksi alat
pemotong/senjata tajam.
Tabel 4.18
Tabel pembahasan hamono「刃物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi yang
muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
刃物 Alat
pemotong/
Senjata
tajam
Native
Japanese
compounds
Endosentris
N1+ N2 =
《N1 のよう
に 見 え る
N2》
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
刃物 刃 + 物
Mata (pisau) barang
(Nomina) (Nomina)
Futsuu meishi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 13 di atas, terdapat fukugoumeishi hamono (刃物) yang
terbentuk dari meishi (ha)+meishi (mono). Dalam Sudjianto, nomina yang
memiliki arti benda abstrak merupakan futsuu meishi yang berjenis
chuushoutekina mono sedangkan yang menjelaskan benda konkret disebut
gutaitekina mono. Kata „ha‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina
mono yaitu nomina konkret karena memiliki arti mata pisau. Begitu juga „mono‟
merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono yang merupakan
nomina konkret karena memiliki arti „barang/benda‟. Maka fukugoumeishi
hamono terbentuk dari meishi dengan meishi yang berjenis futsuu meishi.
99
b. Fukugoumeishi hamono merupakan gabungan dari wago + wago. Menurut
Ishida, kata yang berjenis meishi yang menyatakan benda konkret dan
pengucapannya secara secara kun-yomi termasuk ke dalam wago. Kata „ha‟
merupakan meishi dengan cara bacanya menggunakan kun-yomi, sehingga
masuk ke dalam kategori wago. Begitu juga dengan „mono‟ adalah kosakata
yang masuk ke dalam jenis wago, karena menyatakan benda konkret. Selain itu,
cara baca kanjinya juga menggunakan kun-yomi. Menurut Tsujimura, kata
nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata Jepang yang berasal dari Jepang
asli (wago) dan kata Jepang asli (wago) merupakan jenis fukugoumeishi native
Japanese compounds. Maka fukugouemeishi hamono termasuk ke dalam native
Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi hamono hubungan
makna yang muncul adalah N1+ N2 = 《N1のように見える N2》, yaitu makna dari
N2 terlihat seperti N1. Di sini „mono‟ merupakan N2 yang terlihat seperti „ha‟
yang merupakan N1. „Mono‟ memiliki makna yaitu suatu benda atau sesuatu
dan „ha‟ merupakan mata pisau, sehingga „mono‟ menjelaskan benda yang
terlihat seperti mata pisau atau benda yang seperti memiliki mata pisau. Hal
tersebut memunculkan makna barang yang tajam dari hasil penggabungan kata
„ha‟ dan „mono‟. Makna ini muncul akibat adanya relasi makna yang berprinsip
inklusi, yaitu menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna
kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut
hiponimi. Senjata tajam merupakan hiponim dari suatu benda yang memiliki
100
mata pisau. Kemudian susunan kata yang terbentuk dari meishi + meishi yang
menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk
ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan
konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata
menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata
penggabungnya. Hamono merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari meishi
+ meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi
endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata kedua
pembentuknya yaitu „ha‟ dan „mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka hamono merupakan fukugoumeishi yang memiliki pola
hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari meishi (ha) +
meishi (mono) = hamono. Hubungan penerang yaitu bagian kata dasar awal
menerangkan kata akhir yang dapat berkonjugasi (yougen) atau yang tidak
berkonjugasi (taigen). „Ha‟ di dalam fukugoumeishi tersebut merupakan kata
dasar awal yang menerangkan kata „mono‟, sehingga bermakna barang yang
terdapat atau memiliki mata pisau dan berarti “senjata tajam”.
14. 美紀さんは2012年にフランスのボルドーで「日本文化.伝統と現在」という合同
展に出展しました。たくさんの来場者が本物のお菓子と区別できないほど精巧な作品
が紙でできていることに驚きました。
( Hiragana times, edisi 8 hal 35, 2016) Pada 2012, Miki telah menampilkan karyanya di pameran "Jepang budaya tradisional dan
kontemporer" yang bekerjasama di Bordeaux, Perancis. Banyak pengunjung terkejut mengetahui
bahwa karya-karya seni yang rumit pada layar bukan kue asli, tetapi yang terbuat dari kertas.
101
Tabel. 4. 19
Tabel pembahasan honmono 「本物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
Makna
Hubungan
antarkata
本物 asli hybrid
compounds
Endosentris
N1+N2=N1 Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
本物 本 + 物
Buku, asal,pusat Barang
(Nomina) (Nomina)
Futsuu meishi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 14 di atas, terdapat fukugoumeishi honmono (本物) yang
terbentuk dari meishi (hon) + meishi (mono). Dalam Sudjianto, nomina yang
memiliki arti benda abstrak merupakan futsuu meishi yang berjenis
chuushoutekina mono sedangkan yang menjelaskan benda konkret disebut
gutaitekina mono. Kata „hon‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina
„mono‟ yaitu nomina konkret karena memiliki arti buku/ asal. Begitu juga mono
merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono yang merupakan
nomina konkret karena memiliki arti „barang/benda‟. Maka fukugoumeishi
honmono terbentuk dari meishi dengan meishi yang berjenis futsuu meishi.
b. Fukugoumeishi honmono merupakan gabungan dari kango + wago. Menurut
Ishida, kango ditulis dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan on yomi.
Hon merupakan satu kanji yang dengan pengucapan on yomi, yaitu kanji
「本」‟hon‟, sehingga disebut kango. Sedangkan mono dalam kosakata bahasa
Jepang menurut asal usulnya masuk ke dalam kategori wago, karena masuk ke
dalam meishi dan pengucapannya secara kun-yomi. Menurut Tsujimura, kata
102
nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata Jepang yang berasal dari China
(kango) dan kata Jepang asli (wago) merupakan jenis kata nomina majemuk
hybrid compounds. Dilihat dari pendapat Tsujimura maka fukugoumeishi
honmono termasuk ke dalam hybrid compounds. Dalam bab sebelumnya
dijelaskan juga apabila kata yang tergabung dari kango + wago maka dapat
masuk ke dalam kategori konshugo.
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi memiliki
berbagai macam hubungan makna. Dalam fukugoumeishi honmono hubungan
makna yang muncul adalah N1+N2=N1, yaitu makna yang muncul dalam
fukugoumeishi tersebut dari N1. Kata „hon‟ merupakan N1 yang memiliki arti
asal/ asli. Dalam honmono makna yang muncul dari kata „hon‟. Sehingga
memunculkan makna sesuatu yang asli dari hasil penggabungan kata „hon‟ dan
„mono‟. Makna ini muncul akibat adanya relasi makna yang berprinsip inklusi,
yaitu menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain.
Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut hiponimi. Asli
merupakan sesuatu yang berasal dari pusat dan asalnya, sehingga dikatakan asli
atau nyata. Kemudian susunan kata yang terbentuk dari meishi + meishi yang
menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk
ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan
konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata
menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata
penggabungnya. Hamono merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari meishi
+ meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi
103
endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata kedua
pembentuknya yaitu „hon‟ dan „mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka fukugoumeishi honmono memiliki pola hubungan
penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari meishi (hon) + meishi
(mono) = honmono. Hubungan penerang yaitu bagian kata dasar awal
menerangkan bagian kata akhir yang dapat berkonjugasi (yougen) atau yang
tidak berkonjugasi (taigen). „Hon‟ di dalam fukugoumeishi tersebut merupakan
kata dasar awal yang menerangkan kata „mono‟, sehingga bermakna barang
yang asli dan dalam contoh analisis di atas memiliki arti “asli”.
15. 物語は過去と現在がからみ合い、予測もつかない展開になっています。
( Hiragana times, edisi 3 hal 41, 2017) Dengan melibatkan masa lalu dan sekarang, cerita menjadi berkembang tak terduga.
Tabel. 4.20
Tabel pembahasan monogatari 「物語」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
物語 Cerita Native
Japanese
compounds
Endosentris
《N を V する[し
た]事[物]》
Hosoku
kankei
Proses Pembentukan:
物語 物 + 語る
Barang menceritakan
(Nomina) (Verba)
Futsuu meishi Keizokudoushi
a. Pada kalimat nomor 15 di atas, terdapat fukugoumeishi monogatari (物語) yang
terbentuk dari meishi (mono) + doushi (kataru). Dalam Sudjianto, „mono‟
merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono yaitu nomina konkret
104
karena memiliki arti „barang/benda‟. Sedangkan menurut pendapat Niimi pada
bab sebelumnya, maka „kataru‟ merupakan doushi yang berjenis keizokudoushi,
karena menyatakan kegiatan atau aktivitas yang memerlukan waktu tertentu dan
dapat berkelanjutan. Dalam fukugoumeishi monogatari ini, terdapat perubahan
bunyi pada kata „kataru‟ menjadi katari‟. Sebelum digabungkan untuk menjadi
kata majemuk, „kataru‟ dirubah ke dalam bentuk renyoukei, sehingga menjadi
„katari‟. Kemudian saat digabungkan untuk menjadi satu kata dengan „mono‟,
alomorf pada „katari‟ menjadi‟gatari‟.
b. Fukugoumeishi monogatari merupakan gabungan dari kata wago + wago.
Menurut Ishida, kata yang berjenis meishi yang menyatakan benda konkret dan
pengucapannya secara secara kun-yomi termasuk ke dalam wago. Kata „mono‟
merupakan meishi dengan cara bacanya menggunakan kun-yomi, sehingga
masuk ke dalam kategori wago. Begitu juga dengan „kataru‟ adalah kosakata
yang masuk ke dalam jenis wago, karena mengalami perubahan bunyi pada kata
yang digabungkan, dan cara baca kanjinya juga menggunakan kun-yomi.
Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata Jepang
yang berasal dari Jepang asli (wago) dan kata Jepang asli (wago) merupakan
jenis fukugoumeishi native Japanese compounds. Maka fukugoumeishi
monogatari termasuk ke dalam native Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan meishi + doushi memiliki
berbagai jenis hubungan makna 《N を V する[した]事[物]》 , yaitu
sesuatu yang akan atau telah dikerjakan V terhadap N. Jika dimasukan ke dalam
susunan hubungan makna menjadi 物を語る[語った]事[物][mono wo
105
kataru (katatta) koto (mono)], maknanya barang/benda yang akan atau telah
diceritakan, sehingga menghasilkan sebuah cerita. Jadi fukugoumeishi
monogatari ini memiliki arti cerita, yang terbentuk dari makna kedua
pembentuknya yaitu „mono‟ yang berupa barang/sesuatu dan „kataru‟ yang
merupakan kata kerja dengan arti bercerita atau berbicara. Kemudian untuk
susunan kata yang terbentuk dari meishi + doushi yang menghasilkan meishi
dengan jenis fukugoumeishi, menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis
fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan konstruksi
endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata menghasilkan jenis
kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata penggabungnya.
Monogatari merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari meishi + doushi =
meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi endosentris, kelas
kata yang muncul sejenis dengan kelas kata kedua dari pembentuknya yaitu
„mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang dijelaskan oleh Nomura pada bab
sebelumnya, maka fukugoumeishi monogatari memiliki pola hubungan
pelengkap (hosoku kankei), karena terbentuk dari meishi (mono)+ doushi
(kataru) = monogatari. Dalam Nomura, hubungan pelengkap terbentuk dari
susunan nomina (meishi) dengan adjektiva (keiyoushi) dan nomina (meishi)
dengan verba (doushi). Fukugoumeishi monogatari terbentuk dari nomina
(meishi) dan verba (doushi) sehingga memiliki hubungan pelengkap. Jika
dihubungkan dengan hubungan pelengkap dalam sintaksis menjadi „mono wo
106
kataru‟, yaitu menceritakan sesuatu atau sesuatu yang diceritakan sehingga
memunculkan arti “cerita”.
16. 焼き物の産地として知られる笠間市に住むアーチストの折居ゆかさんは、磁器を作って
います。大皿や器も手掛けていますが、これまでに何度か豆皿を扱った企画展にも参加
しています。陶器と違い、磁器は華やかでじょうぶなのが特徴で、繊細な美しさを持つ
折居さんの作品には多くのファンがいます。
(Hiragana Times, edisi 4, hal 7, 2017)
Artis orii yuka, yang tinggal di kasama city, Prefektur ibaraki, tempat yang dikenal untuk produksi
tembikar membuat porselen. Sementara ia membuat piring besar dan wadah, dia juga mengambil
bagian dalam pameran mamezara. dibandingkan dengan gerabah, porselen biasanya mengkilap
dan tahan lama. Hasil Orii yang halus dan piring yang indah telah menarik banyak penggemar.
Tabel. 4.21
Tabel pembahasan yakimono 「焼き物」
Kata Arti
Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
Makna
Hubungan
antarkata
焼き物 Tembikar Native
Japanese
compounds
Endosentris ( X が N
を) V した
ところの N
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
焼き物 焼きます + 物
Memanggang Benda
menggoreng
(Verba) (Nomina)
Shunkandoushi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 16 di atas, terdapat fukugoumeishi yakimono (焼き物) yang
terbentuk dari doushi (yaku) + meishi (mono). Dilihat dari pendapat Sutedi pada
bab sebelumnya, maka yaku merupakan godandoushi, karena termasuk ke dalam
doushi yang berakhiran u-tsu-ru-bu-nu-mu-ku-gu-su. Di sini „yaku‟ memiliki
akhiran ku. Kemudian menurut pendapat Niimi pada bab sebelumnya, „yaku‟
masuk ke dalam shunkandoushi, verba yang menunjukkan aktivitas
107
mengakibatkan terselesaikannya suatu perubahan dengan waktu singkat. Yaku
memiliki arti memanggang/menggoreng, aktivitas ini dapat dikatakan hal yang
dilakukan dengan waktu singkat. „Yaku‟ sebelum digabungkan dengan kata
mono untuk menjadi fukugoumeishi diubah ke dalam bentuk ~masu agar menjadi
yakimasu. Selanjutnya, yakimasu digabungkan dengan „mono‟ untuk membentuk
fukugoumeishi maka masu nya menghilang sehingga menjadi yakimono.
b. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata
Jepang yang berasal dari Jepang asli (wago) dan kata Jepang asli (wago)
merupakan jenis kata nomina majemuk native Japanese compounds. Menurut
Ishida sebagian besar doushi adalah wago dan cara bacanya menggunakan kun-
yomi. Di sini „yaku‟ dalam kosakata bahasa Jepang menurut asal usulnya masuk
ke dalam kategori wago dilihat dari pendapat Ishida. Begitu juga dengan „mono‟
adalah kosakata yang masuk ke dalam jenis wago, karena menyatakan benda
konkret, selain itu, cara baca kanjinya juga menggunakan kun-yomi. Sehingga
fukugoumeishi yakimono termasuk ke dalam native Japanese compounds karena
terbentuk dari wago + wago.
c. Dalam fukugoumeishi menurut T. Kunihiro dengan susunan doushi + meishi
memiliki berbagai jenis hubungan makna. Yakimono merupakan fukugoumeishi
yang memiliki hubungan makna 《(X が N を) V したところの N 》, yaitu
sesuatu yang baru saja telah dikenai V (N yang telah V). Verba yang digunakan
adalah dousadoushi, karena adanya aksi yang dilakukan. Di sini yakimono
terbentuk dari doushi yaku yang merupakan shunkandoushi dan termasuk
dousadoushi kata kerja yang menyatakan aksi. Jika dimasukan ke dalam susunan
108
hubungan makna menjadi 焼いたところの物 (yaita tokoro no mono), maknanya
barang/benda yang telah dipanggang atau digoreng, sehingga menghasilkan
makna barang yang dipanggang, dan memiliki arti tembikar. Yakimono memiliki
makna benda yang dipanggang terlebih dahulu sehingga menghasilkan barang
tembikar. Arti yang muncul merupakan relasi makna akibat penggabungan dua
kata tersebut. Prinsip inklusi pada relasi makna menjelaskan bahwa makna satu
kata mencakup beberapa makna kata lain dan menimbulkan hiponimi atau
hipernim. Dalam yakimono tersebut yang memiliki arti tembikar, merupakan
hiponim dari barang/benda yang dipanggang. Tembikar adalah salah satu benda
yang telah melalui proses pemanggangan atau pembakaran. Dalam konteks
kalimat contoh nomor 16 di atas, tembikar yang dimaksud adalah produksi dari
artis Oori yang mencakup porselen dan gerabah. Sehingga dikatakan hiponim
dengan sesuatu barang yang dibakar atau dipanggang. Kemudian untuk susunan
kata yang terbentuk dari doushi + meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis
fukugoumeishi, menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi
yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil
penggabungan dua kelas kata menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan
salah satu atau kedua dari kata penggabungnya. Yakimono merupakan
fukugoumeishi yang terbentuk dari doushi + meishi = meishi (fukugoumeishi)
maka termasuk ke dalam konstruksi endosentris, kelas kata yang muncul sejenis
dengan kelas kata kedua dari pembentuknya yaitu „mono‟ yang merupakan
meishi.
109
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang dijelaskan oleh Nomura pada bab
sebelumnya, maka fukugoumeishi yakimono memiliki pola hubungan penerang
(shuushoku kankei), karena terbentuk dari doushi (yaku) + meishi (mono) =
yakimono. Hubungan antarkata dalam yakumono yang berfungsi penerang
terbentuk dari kata awal yang menerangkan kata di belakangnya yang dapat
berkonjugasi (yougen) atau tidak berkonjugasi (taigen). „Yaku‟ merupakan
yougen karena termasuk kelas doushi, sedangkan „mono‟ merupakan taigen.
„Yaku‟ di dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata „mono‟, sehingga
bermakna barang yang dipanggang dan memunculkan arti “tembikar”.
17. 警視庁に葉2015年に約378満点の落し物が届けられました。現金は約7
0%が落とし主に返されています。 (Hiragana Times, edisi 2 hal 11, 2016)
Sekitar 3,78 juta barang hilang diserahkan ke Departemen Polisi metropolitan pada tahun 2015.
Sekitar 70% dari tempatnya kembali ke pemilik yang sah.
Tabel. 4.22
Tabel pembahasan otoshimono 「落とし物」
Kata Arti
Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi yang
muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
落し物 Barang
hilang
Native
Japanese
compounds
Endosentris 《(X が N
を) V した
と こ ろ の
N 》
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
落し物 落します + 物
Menjatuhkan Benda
Menghilangkan
(Verba) (Nomina)
Muishidoushi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 17 di atas, terdapat fukugoumeishi otoshimono (落し物)
yang terbentuk dari doushi (otosu) + meishi (mono). Dilihat dari pendapat
110
Sutedi pada bab sebelumnya, maka „otosu‟ merupakan godandoushi. Dalam
teori Niimi doushi dibagi menjadi beberapa jenis, dari pendapat tersebut maka
otosu merupakan muishidoushi, karena memiliki arti hilang atau jatuh,
sehingga merupakan verba yang menyatakan suatu hal yang tidak mampu
dikontrol oleh kehendak manusia. „Otosu‟ sebelum digabungkan dengan kata
„mono‟ untuk menjadi fukugoumeishi diubah ke dalam bentuk ~masu agar
menjadi otoshimasu. Selanjutnya, otoshimasu digabungkan dengan „mono‟
untuk membentuk fukugoumeishi maka masu nya menghilang sehingga
menjadi otoshimono.
b. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata
Jepang yang berasal dari Jepang asli (wago) dan kata Jepang asli (wago)
merupakan jenis kata nomina majemuk Native Japanese compounds. Menurut
Ishida sebagian besar doushi adalah wago dan cara bacanya menggunakan kun-
yomi. Di sini „otosu‟ jika dilihat dari pendapat tersebut maka masuk ke dalam
kategori wago. Begitu juga dengan „mono‟ adalah kosakata yang masuk ke
dalam jenis wago, karena menyatakan benda konkret. Selain itu, cara baca
kanjinya juga menggunakan kun-yomi. Sehingga fukugoumeishi otoshimono
termasuk ke dalam native Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan doushi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi otoshimono hubungan
makna yang muncul adalah 《(X が N を) V したところの N 》, yaitu
sesuatu yang baru saja telah dikenai V (N yang telah V). Melakukan sesuatu
pada kata benda tersebut. Di sini otoshimono terbentuk dari doushi otosu yang
111
merupakan muishidoushi. Jika dimasukan ke dalam susunan hubungan makna
menjadi 落としたところの物 (otoshita tokoro no mono), maknanya barang/benda
yang telah hilang, sehingga menghasilkan makna barang hilang. Dan hal ini
menyatakan makna dari fukugoumeishi otoshimono terbentuk dari kedua unsur
pembetuknya.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka fukugoumeishi otoshimono memiliki pola hubungan
penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari doushi (otosu) + meishi
(mono) = otoshimono. Hubungan antarkata dalam otoshimono yang berfungsi
penerang terbentuk dari kata dasar awal yang menerangkan kata di
belakangnya yang dapat berkonjugasi (yougen) atau tidak berkonjugasi (taigen).
„Otosu‟ merupakan yougen karena termasuk kelas doushi, sedangkan „mono‟
merupakan taigen. Otosu di dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata
mono, sehingga berarti “barang hilang”. Otoshimono menerangkan keadaan,
yaitu barang yang keadaanya sudah hilang.
18. レア御朱印は、その中でも珍しいものや時代物のことです。 ( Hiragana Times, edisi 1, hal 26, 2016).
Gulungan surat langka shogun merujuk kepada contoh-contoh barang langka atau antik ini.
Tabel. 4.23
Tabel pembahasan jidaimono 「時代物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
Makna
Hubungan
antarkata
時代物 Antik Hybrid
compounds
Endosentris N1+N2= 《N1生ず
る N2 》
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
時代物 時代 + 物
Era, zaman Barang
(Nomina) (Nomina)
112
Futsuu meishi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 18 di atas, terdapat fukugoumeishi jidaimono (時代物) yang
terbentuk dari meishi (jidai) + meishi (mono). Dalam Sudjianto, meishi yang
menyatakan benda abstrak merupakan futsuu meishi yang berjenis
chuushoutekina mono, sedangkan untuk benda yang kongkret masuk ke dalam
gutaitekina mono. Di dalam fukugoumeishi jidaimono, „jidai‟ yang salah satu
pembentuknya merupakan chuushoutekina mono karena memiliki arti
„era/zaman‟ dan arti tersebut merupakan benda abstrak. Sedangkan „mono‟
merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono karena memiliki arti
„barang/benda‟ yang merupakan benda kongkret. Sehingga fukugoumeishi
jidaimono terbentuk dari meishi dengan meishi yang berjenis futsuu meishi.
b. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata Jepang
yang berasal dari China (kango) dan kata Jepang asli (wago) merupakan jenis
kata nomina majemuk hybrid compounds. Di sini jidai dalam kosakata bahasa
Jepang menurut asal usulnya masuk ke dalam kategori kango, karena Menurut
Ishida kango ditulis dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan on yomi.
Jidai terbentuk dari dua kanji yang menggunakan pengucapan on yomi, yaitu
kanji 「時」‟ji‟ dan 「代」‟dai‟, sehingga disebut kango. Dilihat dari pendapat
Ishida pada bab sebelumnya, „mono‟ dalam kosakata bahasa Jepang menurut
asal usulnya juga masuk ke dalam kategori wago, karena masuk ke dalam
meishi dan pengucapannya secara kun-yomi. Sehingga fukugoumeishi jidaimono
termasuk ke dalam hybrid compounds.
113
c. Menurut T. Kunihiro fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi jidaimono hubungan
makna yang muncul adalah N1+N2= 《N1 に生ずる N2 》,yaitu makna dari N2
„mono‟ dihasilkan atau disebabkan oleh N1 „jidai‟. Barang atau benda yang
dihasilkan atau disebabkan oleh adanya zaman, masa, periode, sehingga
menghasilkan arti antik. Antik memiliki makna barang yang dihasilkan oleh
adanya zaman, atau masa dahulu. Dalam kalimat 18 di atas fukugoumeishi
jidaimono memiliki arti antik. Arti yang muncul merupakan relasi makna akibat
penggabungan dua kata tersebut. Prinsip inklusi pada relasi makna menjelaskan
bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain dan menimbulkan
hiponimi. Dalam jidaimono tersebut yang memiliki arti antik, merupakan
hiponimi dari barang yang kuno, atau zaman dahulu. Kemudian untuk susunan
kata yang terbentuk dari meishi + meishi yang menghasilkan meishi dengan
jenis fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis
fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan konstruksi
endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata menghasilkan jenis
kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata penggabungnya.
Jidaimonomerupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari meishi + meishi =
meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi endosentris, kelas
kata yang muncul sejenis dengan kelas kata kedua pembentuknya yaitu „jidai‟
dan „mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka fukugoumeishi jidaimono memiliki pola hubungan
114
penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari meishi (jidai) + meishi
(mono) = jidaimono. Hubungan penerang yaitu bagian kata dasar awal
menerangkan kata belakang yang dapat berkonjugasi (yougen) atau yang tidak
berkonjugasi (taigen). „Jidai‟ di dalam fukugoumeishi tersebut merupakan kata
dasar awal yang menerangkan kata „mono‟ yang merupakan kata di belakang dan
tidak berkonjugasi, sehingga menghasilkan fukugoumeishi. Jidaimono dalam
fukugoumeishi ini, menerangkan hubungan asal yaitu barang yang berasal dari
zaman, atau masa dahulu.
19. 南部鉄器には、小物や置物もあります。夏にそよ風を感じさせる風鈴で、南部鉄器のも
のは音がよく、環境省によって「残したい日本の音風景100選」に選ばれています。
書道で使われる文鎮もあります。近頃はキャンドルスアンドなど新製品も生まれていま
す。 (Hiragana Times edisi 7, hal 11, 2016)
Ada juga aksesori dan hiasan yang terbuat dari besi nambu. Di musim panas lonceng yang
digunakan untuk meningkatkan salah satu rasa dinginnya angin. dibuat dengan besi nambu
menghasilkan suara lebih baik dan dipilih oleh Kementerian lingkungan hidup sebagai satu dari
"100 suara yang perlu dipertahankan". Kertas pmberat dalam kaligrafi terbuat dari besi nambu.
Baru-baru ini, banyak produk baru, seperti pegangan lilin, juga telah dikembangkan.
Tabel. 4.24
Tabel pembahasan okimono 「置き物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
Makna
Hubungan
antarkata
置き物 Hiasan Native
Japanese
compounds
Endosentris
《(Xが Nを)
Vしたところの
N 》
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
置き物 置きます + 物
Meletakkan Barang
Menaruh
(Verba) (Nomina)
Shunkandoushi Futsuu meishi
115
a. Pada kalimat nomor 19 di atas, terdapat fukugoumeishi okimono (置き物) yang
terbentuk dari doushi (oku) + meishi (mono). Dalam Sutedi, doushi yang
berakhiran u-tsu-ru-bu-nu-mu-ku-gu-su merupakan godandoushi. Di sini „oku‟
memiliki akhiran ku sehingga termasuk godandoushi. Kemudian menurut
pendapat Niimi pada bab sebelumnya, maka „oku‟ merupakan shunkandoushi,
karena memiliki arti meletakkan, yaitu verba yang menyatakan aktivitas
mengakibatkan terselesaikannya suatu perbuatan dalam waktu singkat. Oku
sebelum digabungkan dengan kata „mono‟ untuk menjadi fukugoumeishi
diubah ke dalam bentuk ~masu agar menjadi okimasu. Selanjutnya, okimasu
digabungkan dengan „mono‟ untuk membentuk fukugoumeishi maka masu nya
menghilang sehingga menjadi okimono.
b. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata
Jepang yang berasal dari Jepang asli (wago) dan kata Jepang asli (wago)
merupakan jenis kata nomina majemuk native Japanese compounds. Di sini
oku dalam kosakata bahasa Jepang menurut asal usulnya masuk ke dalam
kategori wago, karena menurut Ishida sebagian besar doushi adalah wago dan
cara bacanya menggunakan kun-yomi dan „oku‟ menggunakan cara baca kun-
yomi. Begitu juga dengan „mono‟ adalah kosakata yang masuk ke dalam jenis
wago, karena menyatakan benda konkret. Selain itu, cara baca kanjinya juga
menggunakan kun-yomi. Sehingga fukugoumeishi okimono termasuk ke dalam
native Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan doushi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi okimono hubungan
116
makna yang muncul adalah 《(Xが Nを) Vしたところの N 》, yaitu sesuatu
yang baru saja telah dikenai V (N yang telah V). Verba yang digunakan adalah
dousadoushi, karena adanya aksi yang dilakukan. Di sini okimono terbentuk
dari doushi oku yang merupakan shunkandoushi dan termasuk ke dalam
dousadoushi. Jika dimasukan ke dalam susunan hubungan makna menjadi 置い
たところの物 (oita tokoro no mono), maknanya barang/benda yang telah
diletakkan, sehingga menghasilkan arti sebuah hiasan. Arti yang muncul
merupakan relasi makna akibat penggabungan dua kata tersebut. Prinsip inklusi
pada relasi makna menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa
makna kata lain dan menimbulkan hiponimi. Dalam okimono tersebut yang
memiliki arti hiasan, merupakan hiponimi dari barang-barang yang diletakkan.
Kemudian untuk susunan kata yang terbentuk dari doushi + meishi yang
menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi menurut T. Kunihiro termasuk
ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris. Dikatakan
konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata
menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata
penggabungnya. Okimono merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari doushi
+ meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi
endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata salah satu
pembentuknya yaitu „mono‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka fukugoumeishi okimono memiliki pola hubungan
penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari doushi (oku) + meishi
117
(mono) = okimono. Hubungan antarkata dalam okimono yang berfungsi
penerang terbentuk dari kata awal menerangkan kata yang di belakang. „Oku‟ di
dalam fukugoumeishi tersebut menerangkan kata „mono‟, sehingga memiliki arti
“hiasan”. Hiasan menerangkan kegunaan, yaitu sesuatu gunanya sebagai hiasan
atau pajangan.
20. 「去年の2月、私たちは多摩動物公園で、アフリカのほかの大使館、東京都、多摩動
物公園からも協力をいただき、『野生生物の故郷、アフリカ』という感動的なテーマ
で行いました。
( Hiragana Times edisi 11, hal 14, 2016)
Bulan Februari lalu kami berada di kebun binatang Tama untuk mengembangkan dan
mengeksplorasi tema inspirasional ‘makhluk hidup margasatwa kampung halaman afrika'
bekerjasama dengan Kedutaan besar Afrika, pemerintah metropolitan Tokyo dan tama
zoological park.
Tabel. 4.25
Tabel pembahasan seibutsu 「生物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang
muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
生物 Makhluk
hidup
Sino
Japanese
compounds
Endosentris
N1+N2=N1 で
あ る N2.
N1+N2≠N1
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
生物 生 + 物
Nyawa benda
(Nomina) (Nomina)
Futsuu meishi Futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 20 di atas, terdapat fukugoumeishi seibutsu (生物) yang
terbentuk dari meishi (sei)+meishi (butsu). Menurut Sudjianto, nomina yang
menyatakan benda abstrak merupakan futsuu meishi yang berjenis
chuushoutekina mono dan untuk yang menyatakan benda konkret disebut
gutaitekina mono. Kata „sei‟ merupakan nomina abstrak karena memiliki arti
118
nyawa, sehingga termasuk ke dalam futsuu meishi jenis chuushoutekina mono.
Sedangkan „butsu‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono
yang merupakan nomina konkret karena memiliki arti „barang/benda‟. Dilihat
dari analisis di atas maka seibutsu merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari
kelas kata meishi + meishi.
b. Fukugoumeishi seibutsu merupakan gabungan dari kata kango + kango.
Menurut Sudjianto, kango ditulis dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan
on yomi. Dalam fukugoumeishi seibutsu karena sei merupakan satu kanji dengan
pengucapan on yomi, yaitu kanji 「生」‟sei‟ maka disebut kango. Kemudian
butsu adalah kosakata yang masuk juga ke dalam jenis kango, karena cara
bacanya menggunakan on-yomi. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk
yang terdiri dari susunan kata Jepang yang berasal dari China (kango) dan kata
China (kango) dan tergabung dari morfem bebas/isi merupakan jenis kata
nomina majemuk sino Japanese compounds. Maka fukugoumeishi seibutsu
termasuk ke dalam Sino Japanese compounds.
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi memiliki
bermacam–macam hubungan makna. Dalam fukugoumeishi seibutsu karena
memiliki arti makhluk hidup maka hubungan makna yang muncul adalah
N1+N2=N1 である N2. N1+N2≠N1. Makna yang muncul terbentuk dari makna
kedua pembentuknya. „Sei‟ merupakan N1 yang memiliki arti nyawa dan‟ butsu‟
merupakan N2 yang berarti benda. Sehingga dalam penggabungan makna dari
„sei‟ sebagai pembentuk pertama dan „butsu‟ sebagai pembentuk kedua
menghasilkan arti benda bernyawa dalam fukugoumeishi tersebut. Benda
119
bernyawa dapat dikatakan makhluk hidup, dalam contoh kalimat analisis di atas
seibutsu adalah makhluk hidup. Kemudian susunan kata yang terbentuk dari
meishi + meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi menurut
T. Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi
endosentris. Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua
kelas kata menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau
kedua dari kata penggabungnya. Seibutsu merupakan fukugoumeishi yang
terbentuk dari meishi + meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke
dalam konstruksi endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata
kedua pembentuknya yaitu „sei‟dan „butsu‟yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka seibutsu merupakan fukugoumeishi yang memiliki pola
hubungan penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari meishi (sei) +
meishi (butsu) = seibutsu. Hubungan penerang yaitu bagian kata dasar awal
menerangkan bagian kata akhir yang dapat berkonjugasi (yougen) atau yang
tidak berkonjugasi (taigen). „Sei‟ di dalam fukugoumeishi tersebut merupakan
kata dasar awal yang menerangkan kata „butsu‟, sehingga bermakna benda yang
bernyawa dan artinya “makhluk hidup”. Fukugoumeishi seibutsu menerangkan
hubungan keadaan, yaitu sesuatu atau benda yang hidup.
21. 近隣には様々な観光スポットがあります。古座川には国の天然記念物に指定されてい
て、太古に形成された岩脈の一部が現存している「一枚岩」北山には急流を筏でダイ
ナミックに下る「北山村観光筏下り」、串本には水着とタオルを持参するだけで気軽
にダイビングが楽しめる「串本ダイビングパーク」などがあります。 (Hiragana Times, edisi 3, hal 11 , 2017)
120
Ada berbagai pemandangan di lingkungan sekitar. Di sungai Koza, "monolit” ditetapkan
sebagai monumen alami negara ini, di kitayama desa wisata arum jeram secara dinamis
menyusuri jeram oleh rakit dimana beberapa tanggul yang dibentuk sekarang , Kushimoto
memiliki "Kushimoto Diving Park" yang bisa Anda nikmati dengan menyelam dengan mudah
dengan hanya membawa pakaian renang dan handuk.
Tabel. 4.26
Tabel pembahasan kinenbutsu 「記念物」
Kata Arti Jenis kata
nomina
majemuk
Kontruksi
yang muncul
Hubungan
makna
Hubungan
antarkata
記念物 Monumen Sino
Japanese
compounds
Endosentris
N1+N2= 《N1
に生ずる N2》
Shuushoku
kankei
Proses Pembentukan:
記念物 記念 + 物
Peringatan barang
(Nomina) (Nomina)
Futsuu meishi futsuu meishi
a. Pada kalimat nomor 21 di atas, terdapat fukugoumeishi kinenbutsu (記念物) yang
terbentuk dari meishi (kinen) + meishi (butsu). Menurut pendapat Sudjianto pada
bab sebelumnya, maka „kinen‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis
chuushoutekina mono yaitu nomina abstrak karena memiliki arti „peringatan‟.
Sedangkan „mono‟ merupakan futsuu meishi yang berjenis gutaitekina mono
yang merupakan nomina konkret karena memiliki arti „barang/benda‟. Sehingga
fukugoumeishi kinenbutsu tergabung dalam kelas kata meishi dengan meishi yang
berjenis futsuu meishi.
b. Menurut Tsujimura, kata nomina majemuk yang terdiri dari susunan kata Jepang
yang berasal dari China (kango) dan kata China (kango) merupakan jenis kata
nomina majemuk sino Japanese compounds. Di sini „kinen‟ dan „butsu‟ dalam
kosakata bahasa Jepang menurut asal usulnya merupakan kategori kango, karena
121
menurut pendapat Ishida pada bab sebelumnya menjelaskan bahwa, kango ditulis
dalam huruf kanji dan cara baca menggunakan on yomi. „Kinen‟ merupakan kata
yang terbentuk dari dua kanji dengan pengucapan on yomi, yaitu kanji 「記」‟ki‟
dan 「念」‟nen‟ sehingga disebut kango. Kemudian „butsu‟ adalah kosakata
yang masuk juga ke dalam jenis kango, karena cara bacanya menggunakan on-
yomi. Sehingga fukugoumeishi kinenbutsu termasuk ke dalam sino Japanese
compounds.
c. Menurut T. Kunihiro, fukugoumeishi dengan susunan meishi + meishi memiliki
berbagai jenis hubungan makna. Dalam fukugoumeishi kinenbutsu hubungan
makna yang muncul adalah N1+N2= 《N1に生ずる N2》. Makna N2 yaitu „butsu‟
dihasilkan atau disebabkan oleh N1 yaitu „kinen‟ atau N1 menyebabkan N2.
„Kinen‟ memiliki makna peringatan yaitu sesuatu yang dipakai untuk
memperingati atau kenangan, sehingga menyebabkan adanya suatu barang atau
benda. Fukugoumeishi kinenbutsu memiliki arti monumen, maka dikatakan
makna yang muncul disebabkan oleh adanya peringatan. Arti yang muncul
merupakan relasi makna akibat penggabungan dua kata tersebut. Prinsip inklusi
pada relasi makna menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa
makna kata lain dan menimbulkan hiponimi. Dalam kinenbutsu tersebut yang
memiliki arti monumen, merupakan hiponimi dari barang yang digunakan
sebagai peringatan. Kemudian untuk susunan kata yang terbentuk dari meishi +
meishi yang menghasilkan meishi dengan jenis fukugoumeishi menurut T.
Kunihiro termasuk ke dalam jenis fukugoumeishi yang berkonstruksi endosentris.
Dikatakan konstruksi endosentris, jika dari hasil penggabungan dua kelas kata
122
menghasilkan jenis kelas kata yang sama dengan salah satu atau kedua dari kata
penggabungnya. Kinenbutsu merupakan fukugoumeishi yang terbentuk dari
meishi + meishi = meishi (fukugoumeishi) maka termasuk ke dalam konstruksi
endosentris, kelas kata yang muncul sejenis dengan kelas kata semua
pembentuknya yaitu „kinen‟ dan„butsu‟ yang merupakan meishi.
d. Berdasarkan teori hubungan antarkata yang telah dijelaskan oleh Nomura pada
bab sebelumnya, maka fukugoumeishi kinenbutsu memiliki pola hubungan
penerang (shuushoku kankei), karena terbentuk dari meishi (kinen) + meishi
(butsu) = kinenbutsu. Hubungan penerang yaitu bagian kata dasar awal
menerangkan kata di belakangnya. „Kinen‟ di dalam fukugoumeishi tersebut
merupakan kata dasar awal yang menerangkan kata „butsu‟, sehingga berarti
“monumen”. Fukugoumeishi kinenbutsu menerangkan hubungan asal, yaitu
barang yang berasal dari peringatan atau kenangan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentu saja tidak sempurna dan memiliki beberapa keterbatasan
selama pengerjaannya. Dari rangkaian penelitian ini peneliti menyadari bahwa
penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut.
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari jurnal Hiragana
Times berupa contoh kalimat. Terdapat beberapa contoh kalimat yang
memiliki isi yang cukup berat, sehingga untuk memahami maksud dan isi
dari kalimat tersebut dalam menerjemahkan diperlukan pandangan yang
123
lain, karena topik yang diangkat berupa informasi kehidupan dan berita di
Jepang.
2. Kurangnya teori yang dapat menjadi pendukung dalam penelitian ini.
124
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penelitian ini, penulis telah meneliti proses pembentukan
fukugoumeishi yang terbentuk dari mono, butsu, motsu 「物」hubungan makna,
dan konstruksi, serta hubungan antarkata yang muncul, dalam sumber jurnal
bahasa Jepang Hiragana Times. Dari proses penelitian ini, ditemukan 44 data
fukugoumeishi. Berdasarkan analisis data pada bab IV, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Fukugoumeishi dari kanji mono, butsu, motsu terbentuk dari beberapa kelas
kata. Terdapat 21 data yang terbentuk dari gabungan verba/doushi sebagai
kata depan, sedangkan yang berkedudukan sebagai kata belakang ditemukan 1
data verba/doushi. Untuk penggabungan dengan verba, verba yang
bersangkutan diubah dahulu ke dalam bentuk renyoukei~masu, kemudian
dihilangkan untuk digabungkan dengan kata mono, butsu, motsu. Selain verba,
terdapat adjektiva sebagai gabungan fukugoumeishi tersebut, di sini adjektiva
sebagai kata dasar awal. Dalam penelitian tersebut muncul 4 adjektiva sebagai
pembentuknya. Kemudian nomina juga menjadi kata yang bergabung untuk
membentuk fukugoumeishi mono, butsu, motsu. Ditemukan 18 nomina yang
menjadi gabungan pembentuk fukugoumeishi tersebut. Dari data di atas,
125
disimpulkan kelas kata yang paling banyak dalam pembentukan
fukugoumeishi pada penelitian ini adalah verba, kemudian nomina, selanjutnya
adjektiva. Berikut adalah susunan kata pembentuknya :
a. Verba + nomina = 21 buah (47,7%)
b. Nomina + verba = 1 buah (2,27%)
c. Adjektiva + nomina = 4 buah (9,1%)
d. Nomina +nomina = 18 buah (40,9%)
Di dalam penelitian ini, fukugoumeishi yang terbentuk dari nomina
(meishi) + verba (doushi) hanya di temukan satu saja, namun kelas kata yang
terbentuk dari nomina (meishi) + verba (doushi) tidak hanya satu. Di dalam
beberapa kamus terdapat fukugoumeishi yang terbentuk dari kelas kata
tersebut. Seperti : monosashi, monohoshi, monooki. Tidak ditemukan
fukugoumeishi mono, butsu, motsu yang terbentuk dari nomina (meishi) +
adjektiva (keiyoushi) di dalam penelitian ini.
2. Ditemukan semua fukugoumeishi yang terbentuk dari mono, butsu, motsu
memiliki konstruksi endosentris. Dan tidak ditemukan konstruksi eksosentris.
3. Fukugoumeishi yang berjenis native Japanese compounds yaitu kata majemuk
benda yang terbentuk dari wago terdapat 27 kata. Selanjutnya, terdapat 12 kata
yang terbentuk dari kango, menghasilkan fukugoumeishi berjenis sino
Japanese compounds. Selain itu, ternyata konshugo juga menjadi pembentuk
fukugoumeishi dengan nama hybrid compounds dan ditemukan sebanyak 5
kata. Dalam teori sebelumnya dijelaskan sebenarnya konshugo juga
merupakan fukugoumeishi, karena tergabung dari dua kata yaitu wago +
126
kango. Dengan demikian native Japanese compounds adalah nomina majemuk
yang berjenis wago, sino Japanese compounds merupakan nomina majemuk
yang berjenis kango,sedangkan hybrid compounds dapat dikatakan konshugo.
4. Hubungan makna yang muncul bervariasi. Diantaranya sebagai berikut :
No. Kelas Kata
pembentuk
Fukugoumeishi yang
muncul
Hubungan makna yang muncul
1 Doushi +
meishi
揚げ物、織物、買い物、
染め物、建物、漬け物、
煮物、焼き物、編み物、
落とし物、届け物、巻き
物、持ち物、置き物、鋳
物
《(X が N を) を V したところの
N》bahwa doushi tersebut telah
melakukan sesuatu benda atau
sesuatu yang telah dikenai doushi
tersebut.
贈り物、吸い物、食べ
物、飲み物、乗り物、着
物
《(X が N を) V するところの[た
めの] N, bahwa doushi tersebut
akan melakukan sesuatu pada
meishi.
2 Meishi +
meishi
物語 N を V する[した]事[物] ,
bahwa sesuatu benda yang akan
atau telah dikerjakan oleh doushi
tersebut.
3 Keiyoushi
+ meishi
小物、長物、生物、好物 N のために用いる A, makna yang
muncul yaitu keiyoushi tersebut
digunakan untuk menjelaskan
meishi.
4 Meishi +
meishi
海産物、品物、特産物、
荷物、物事、生物
N1+N2=N1 である N2. N1+N2≠N1,
makna yang terbentuk dari
makna kedua meishi pembentuk
tersebut atau dengan kata lain
penggabungan dari kedua meishi
tersebut. 建築物、人物、食物、穀
物、展示物、本物
N1+N2=N1, makna yang muncul
yaitu hanya dari meishi
pembentuk pertamanya saja.
書物、時代物、記念物、
縁起物
N1+N2=N1 に生ずる N2, makna
yang muncul yaitu dari meishi
kedua yang dihasilkan atau
127
disebabkan oleh meishi
pembentuk pertama.
動物、刃物、 N1+ N2 = 《N1 のように見える
N2 》 , makna dari meishi
pembentuk kedua terlihat seperti
meishi pembentuk pertama.
5. Hubungan antarkata yang muncul dari fukugoumeishi mono, butsu, motsu
dalam penelitian ini, yang terbanyak adalah hubungan penerang (shuushoku
kankei), yaitu sebanyak 43 buah. Kemudian hubungan pelengkap (hosoku
kankei) hanya terdapat 1 buah. Ternyata dalam fukugoumeishi mono, butsu,
motsu tidak ditemukan hubungan pertentangan (tairitsu kankei).
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembentukan dan makna
fukugoumeishi yang terbentuk dari mono, butsu, motsu diharapkan dapat
berimplikasi langsung dalam pembelajaran bahasa Jepang. Kosakata
merupakan keutamaan dalam bahasa, fukugoumeishi adalah salah satu jenis
kosakata yang ada dalam bahasa Jepang. Penelitian fukugoumeishi ini dapat
memberikan pengetahuan bahwa jenis kosakata dalam kata benda terdapat
kata benda majemuk. Dengan mengetahui unsur pembentuk fukugoumeishi
akan mempermudah pembelajar dalam memahami makna kata tersebut,
karena telah mengetahui makna masing-masing kelas kata yang menjadi
pembentuknya. Sehingga bagi pembelajar bahasa Jepang dapat dijadikan
referensi dan sumber belajar untuk pembelajaran seperti, genggogaku
nyuumon, dan dokkai. Pada mata kuliah dokkai dapat membantu dalam
128
pencarian makna kosakata yang muncul. Pada genggogaku nyuumon dapat
membantu dalam memahami pembentukan fukugoumeishi, yang terbentuk
dari beberapa kelas kata. Sehingga mengetahui jenis - jenis kelas kata dalam
sub bagian kelas kata utama bahasa Jepang, seperti fukugoumeishi merupakan
futsu meishi yang mana futsu meishi adalah salah satu jenis meishi. Jadi
pembelajar dapat lebih membuka wawasan bahwa kata majemuk bahasa
Jepang tidak terpisah dalam kelas kata secara sendiri, melainkan bagian dari
kelas kelas kata bahasa Jepang. Dilihat dari hasil penelitian, ternyata
pembentukan dua kata yang menghasilkan kata nomina majemuk ini
menghasilkan makna yang berbeda-beda. Maknanya belum tentu dari makna
kedua unsur kata pembentuknya, maknanya muncul akibat adanya relasi
makna. Secara umum pembelajaran yang menyinggung tentang pembentukan
dan makna kata benda majemuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan
linguistik bahasa Jepang bagi mahasiswa. Karena hal tersebut berkaitan
dengan morfologi dan semantik yang mana sangat penting di pelajari bagi
mahasiswa jurusan kebahasaan.
C. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan tersebut, penulis
menyarankan :
1. Bagi pengajar bahasa Jepang, ketika terdapat kosakata yang ternyata
merupakan kelas meishi, sebaiknya menjelaskan lebih detail, meishi jenis
apa, karena fukugoumeishi atau kata nomina majemuk masuk ke dalam
kelas futsumeishi. Sehingga pembelajar akan mengetahui bahwa nomina
129
juga memiliki kata majemuk, serta menjelaskan mengenai pembentukan dan
maknanya apakah berbeda atau sama dengan kata pembentuknya.
2. Bagi pembelajar bahasa Jepang, ketika menemukan fukugoumeishi yang
khususnya terbentuk dari mono, butsu, motsu sebaiknya mengetahui arti
kedua kata pembentuknya, agar tidak langsung mengartikan secara
digabungkan, karena ternyata makna yang muncul tidak serta merta dari
makna kedua pembentuknya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, pada penelitian ini hanya difokuskan pada
fukugoumeishi yang terbentuk dari kanji mono, butsu, motsu dan masih
terdapat kekurangan. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian
selanjutnya yaitu meneliti fukugoumeishi yang terbentuk dari kata lain
dengan menggunakan sumber acuan beberapa kamus, atau jika
menggunakan jurnal dapat ditambah lagi edisi yang akan digunakan. Supaya
lebih banyak lagi macam-macam fukugoumeishi yang ditemukan dengan
susunan pembentuk kelas kata yang bervariasi. Selain hal tersebut, jika
sumber data yang diambil dalam jurnal, lebih memiliki referensi kamus dan
sumber yang akurat dalam menerjemahkan kalimat dalam jurnal tersebut,
demi mempermudah maksud dari kalimat tersebut.
130
Daftar pustaka
Alfonso, Anthony.1974. Japanese Language Patterns A Struktural Approach
Volume II. Tokyo : Sophia University.
Bauer, Laurie.1988. Introducing Linguistic Morphology. Washongton, DC:
Georgetown University Press.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
___________. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Harumi, Tanaka.1987. Gendai Genggogaku Jiten. Tokyo : Sendaitaku sintaku
kawamachi.
_______________.1991. Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Taishuukanshoten.
Iwabuchi, Tadasu. 1989. Nihon Bunpou Yougo Jiten. Tokyo : Sanseido Press.
Kazuaki, Niimi, dkk.1987. Fukugoudoushi. Tokyo : Aratakeshuppan.
Kinayanti, Djojosuroto.2007. Filsafat Bahasa. Yogyakarta : pustaka.
Kiyoshi, Kobayashi. 1976. Nihon Kokugo Daijiten. Tokyo : Ougatetsuo.
Koizumi, Tamotsu. 1993. Nihongo Kyoushi no Tame no Genggogaku nyuumon.
Tokyo: Taishukan shoten
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Kunihiro, T. 1980. Nichi eigo hikaku kouza. Japan : Daishuukanshoten.
Lyons, John. 1995. Pengantar Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : Raja grafindo.
Makino, Seiichi & Tsutsui michio.1986. A Dictionary of Basic Japanese
Grammar. Japan : The Japan Times, Ltd.
Martin, Samuel. 1988. A reference Grammar of Japanese.Tokyo : Charles E.
Tuttle Company.
131
Matsura, Kenji. 1994. Kamus bahasa Jepang-Indonesia.Japan. Kyoto : Kyoto
Sangyo University Press
Muslich, Masnur. 2008. Tata bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara
Nomura, Masaki. 1992. Nihongo Jiten. Tokyo
Ogura, Masakaze. 1970. Sanseido Kokugo Jiten. Tokyo : Sanseido.
Parera J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta : Erlangga
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta.
Situmorang, Hamzon. 2007 . Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU
Press
Sudjianto. 1995. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta : Kesaint blanc.
Sudjianto. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc
Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik Jepang. Jakarta : Humaniora Utama
Press.
Tamamura, Fumio. 2001. Nihongogaku o Manabu Hito no Tameni. Tokyo:
Sekaishishousha.
Tjandra, Sheddy. 2015. Morfologi Jepang. Jakarta : PT. Widya Inovasi Nusantara.
_____________ .2016. Semantik Jepang. Jakarta : PT Widya Inovasi Nusantara.
Tsujimura, Natsuko. 1996. An Introduction to Japanese Linguistics.
Massachussets : Blackwell.
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : UGM.
William, Mc clure. 2000. Using Japanese - A Guide to Contemporary Usage.
Cambridge University Press.
Yusrizal, Saleh. 1987. Sistem Pemajemukan Bahasa Semende. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sumber Internet
132
http://www.pendidikanbahasajepang-unnes.com/2012/04/kosakata-dalam-bahasa-
jepang-kajian.html. Di akses 2 september
(http://dosenbahasa.com/cara-membedakan-pelengkap-dan-keterangan. Diakses
25 mei 2017).