bab i pendahuluan tari

Upload: ligapurnamasari

Post on 03-Mar-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

35

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/Toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lainnya sesuai dengan fase usianya. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan prilaku sosial (Hidayat, 2009). Seorang anak memiliki ciri khas yang berbeda dengan orang dewasa, selain itu anak memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang anak. (Hurlock,2007).

Hurlock (2000) mengatakan bahwa anak-anak mencapai kematangan intelektual sebanyak 50% ketika berumur 4 tahun, sedangkan mencapai angka 80% saat usia 8 tahun dan kematangan intelektual mencapai 100% saat anak usia 18 tahun. Usia prasekolah yaitu tepatnya 3-6 tahun perkembangan otak anak mencapai 50%, apabila dalam usia tersebut otak anak tidak mendapatkan stimulasi yang optimal dari luar, maka perkembangan otak pun tidak akan maksimal. Apabila otak anak tidak terstimulasi dengan baik, perkembangan pun akan mengalami penurunan bahkan akan terjadi penyusutan 20-30 % dari ukuran normalnya (Hasan, 2009).

Pertumbuhan pada anak mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan prilaku (Sotjiningsih, 2012). Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi. Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga bermanfaat sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. (Soetjiningsih, 2012). Pada periode golden age ini orang tua dan keluarga serta lingkungan harus memberikan stimulasi sebaik mungkin. Stimulasi positif dari luar dimaksudkan agar perkembangan otak dapat berkembang dengan optimal. Hal tersebut dikarenakan pada periode ini anak-anak akan menentukan keberhasilan dalam tumbuh kembang anak yang optimal (Harlimsyah, 2008).

Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, peran orang tua sangatlah penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak terutama disaat mereka diusia balita, karena pada saat ini anak mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki. Sedangkan pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan atau pengetahuan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik bagaimana menjaga kesehatan anak, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih,2012). Dalam pemantauan perkembangan anak ada empat aspek yang dapat dinilai, yaitu motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa (Hartanto, 2011).

Menurut UNICEF (2005) mengatakan masih tinggi akan kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita khususnya gangguan perkembangan motorik didapat 23,5 (27,5%) / 5 juta anak mengalami gangguan. Banyak negara yang mengalami berbagai masalah perkembangan pada anak seperti, perkembangan motorik, bahasa, prilaku, autisme, dan hiperaktif. Angka kejadian pada tahun 2009 di Amerika Serikat berkisar 12-16%, Thailand 24%, Argentina 22% sedangkan di Indonesia 13-18% (Hidayat, 2010). Pada tahun 2007 sekitar 35,4% anak balita usia dini di Indonesia menderita penyimpangan perkembangan seperti penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus, serta penyimpangan mental emosional. Dan pada tahun 2008 berdasarkan pemantauan status tumbuh kembang balita usia dini, prevalensi tumbuh kembang turun menjadi 23,1% (profil anak Indonesia, 2011). Berdasarkan data statistik menunjukkan jumlah anak usia prasekolah di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 13.898.951 jiwa (12,5% dari total penduduk), laki-laki sebanyak 41,5% dan perempuan sebanyak 58,5%. Pada tahun 2011 penduduk Indonesia kelompok usia pendidik prasekolah 3-6 tahun tecatat sebanyak 27,3 juta orang. Sedangkan Angka Partisipasi Pra Sekolah (APPS) Indonesia yang menunjukkan bahwa ada sejumlah peningkatan di tahun 2009 2010 yaitu dari 20,1 juta menjadi 22,6 juta anak di tahun 2010 dengan kata lain pada tahun tersebut meningkat 5,75%. Tidak hanya itu, peningkatan juga terjadi di tahun 2011 - 2012, yaitu dari 19,64 juta meningkat 7,78% menjadi 21,87 juta anak. Dari peningkatan-peningkatan inilah yang perlu diperhatikan bahwa anak di Indonesia usia 3-4 tahun mempunyai peran dan potensi yang baik untuk diamati. Dan berdasarkan data BPS RI (sakernas agustus) usia pra sekolah di Sumatera Barat tahun 2013 sebanyak 423.510 jiwa, dimana anak laki-laki sebanyak 216.397 dan anak perempuan sebanyak 207.113 jiwa. Menurut Hidayat (2005) mengatakan untuk anak usia 3 6 tahun dimana anak sudah mampu mengembangkan kreativitas dan sosialisasinya sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa ,mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang cocok pada anak usia ini adalah benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat danmenggunting (Harlisa, Amalia, & Dadang, 2010). Selain itu, Banyak orang tua yang berusaha memenuhi kebutuhan alat permainan anaknya tetapi seringnya mereka kurang memperhatikan dan membuat kesalahan dalam memilih alat permainan untuk anaknya, mereka hanya lebih berorietasi pada alat permainan yang lebih tergolong trend pada masa nya, dan juga orang tua terkadang memberikan alat permainan tidak sesuai dengan umur dan jenis kelamin anak, dan tanpa melihat dari aspek apa yang akan dapat dikembangkan pada anak melalui alat permainan yang diberikan (Soetjiningsih, 2012)

Alat permainan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 2012). Sedangkan bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan. Dalam hal ini Wong (2000) mengatakan bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,emosional,dan social, dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang akan dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara ( Supartini, 2004, p.125).

Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang tang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya (Hidayat,2005). Sedangkan menurut Yuriastie, Prawitasari, dan Wulan (2009) mengatakan manfaat bermain diantaranya adalah memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri, menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri, melatih mental anak, meningkatkan kretifitas dan membebaskan stress anak, mengembangkan pola sosialisi dan emosi anak, melatih motorik dan mengasah daya analisa anak penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak, standar moral,dan mengembangkan otak kanan. Selain itu, Hurlock (2005) mengatakan factor-faktor yang mempengaruhi permainan salah satunya adalah perkembangan motorik. Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik baik motorik halus maupun motorik kasar. Anak yang bermain aktif akan lebih banyak menggunakan keterampilan motorik terutama motorik kasar. Sedangkan bagi anak yang pasif cendrung kurang menggunakan koordinasi motoriknya (Lusiana, 2012)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sinta ayu setiawan (2014) didapat setengahnya yaitu 24 anak (54,5%) dengan perkembangan sesuai, sedangkan hampir setengahnya yaitu 17 anak (38,6%) dengan perkembangan meragukan, dan sebagian kecil yaitu 3 anak (6,8%) dengan perkembangan mengalami penyimpangan, dan juga didapatkan hampir setengahnya yaitu 20 responden (45,5%) memiliki pengetahuan baik, sedangkan hampir setengahnya yaitu 17 responden (38,6%) memiliki pengetahuan cukup, dan sebagian kecil yaitu 7 responden (15,9%) dengan pengetahuan kurang, maka didapat adanya hubungan signifikan antara pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif (APE) dengan perkembangan anak pra sekolah usia 4-5 tahun di Magetan. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Mila harlisa, Amirul amalia dan Dadang (2010) didapat hasil hasil penelitian didapatkan 58,6% ibu mempunyai pengetahuan kurang tentang APE dan 79,31% pemberian APE tidak sesuai ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang APE dengan pemberian APE pada anak usia 4 6 tahun di TK Srirande 02 Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.

Dari survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 maret 2015, dari hasil wawancara kepada orang tua yang memiliki anak usia pra sekolah (3-5 tahun) di Kelurahan Sapiran Bukittinggi 7 dari 10 orang ibu mengatakan mereka memberikan permainan kepada anak berdasarkan apa yang diinginkan oleh anak dan tidak berbahaya untuk anaknya, dan mereka mengatakan tidak terlalu mengetahui jenis alat permainan edukatif.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah apakah ada hubungan pemberian alat permainan dengan perkembangan motorik anak usia pra sekolah (3-5 tahun) yang akan dilakukan di Kelurahan Sapiran Bukittinggi tahun 2015.

C. Tujuan1. Tujuan Umumuntuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Kelurahan Sapiran Bukittinggi tahun 2015

2. Tujuan Khususa) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemberian alat permainan pada anak usia pra sekolah (3-5 tahun) di Kelurahan Sapiran Bukittinggi tahun 2015b) Untuk mengetahui distribusi frekuensi perkembangan motorik pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Kelurahan Sapiran Bukittinggi tahun 2015c) Untuk mengetahui hubungan pemberian alat permainan dengan perkembangan motorik anak usia pra sekolah (3-5 tahun) di Kelurahan Sapiran Bukittinggi tahun 2015

D. Manfaat1. Bagi Tempat PengetahuanPenelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai pemberian alat permainan dan perkembangan motorik anak usia pra sekolah sehingga orang tua mengetahui permainan yang dapat merangsang motorik anak

2. Bagi Praktek KeperawatanSebagai masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat tentang hubungan pemberian alat permainan dengan perkembangan motorik anak usia pra sekolah 3. Bagi PenelitiMengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian tentang pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik anak usia pra sekolah

4. Bagi institusi dan Peneliti selanjutnyaSebagai referensi pustaka, sebagai bahan bacaan tambahan di perpustakaan serta sebagai dasar penelitan berikutnya.untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan penelitian yang berbeda agar hasil penelitian lebih baik

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumbuh kembang 1. Pengertian pertumbuhan Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat berarti bahwa sel tubuh bertambah banyak atau sel tumbuh dalam ukuran. Menurut soetjiningsih (2012) pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam masalah besar , jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupunindividu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sedangkan menurut Walley dan Wong (2000) mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kualitatif dapat diukur.

2. Pengertian PerkembanganIDAI (2000) mengatakan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuhyang lebih komplek dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (Nurs, susilaningrum & Utami, 2005). Menurut whalley dan wong (2000) perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Hidayat,2005).Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan (Soetjiningsing,2012).

3. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra sekolahPada pertumbuhan masa pra sekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana system tubuh sudah mencapai kematangan. Pada pertumbuhan tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 centi metersetiap tahunnya (Hidayat, 2005). Sedangkan pada perkembangan masa pra sekolah merupakan proses yang tidak akan berhenti, dimana di fase ini merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun, perkembangan masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang angat penting (fikriyanti,2013).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang normal, dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Soetjiningsih, Narendra, Sularyo Suyitno, & Ranuh (2002) membagi factor pertumbuhan dan perkembangan menjadi 2 yaitu :

a. Faktor internal 1) Perbedaan ras/ etnik atau bangsaBila seseorang dilahirkan sebagai ras orang eropa maka tidak mungkin ia memiliki factor herediter ras orang Indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih p-anjang dibandingkan dengan ras orang mongol.2) KeluargaAda kecendrungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-gemuk3) UmurKecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.4) Jenis kelaminWanita lebih cepat dewasa dibandingkan anak laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat dari pada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat.5) Kelainan genetikSebagai salah satu contoh: achondroplasia yang menyebabkan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindrom Marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan. Menurut sulistiawati (2014) mengatakan hal yang termasuk dalam factor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin dan suku bangsa. Ganggua pertumbuhan di negara maju biasanya disebabkan karena faktor genetik, sedangkan di negara berkembang selain factor genetic, penyebab faktor terbesar penyebab kematian adalah factor lingkungan yang kurang memadai seperti asupan gizi, infeksi penyakit, kekerasa pada anak, dan sebagainya.6) Kelainan kromosomKelaianan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindrom downs dan sindrom turner.

b. Faktor eksternal1) Faktor prenatala) GiziNutrisi ibu hamil terutama trismeter akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin b) MekanisPosisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti club footc) Toksin/zat kimiaAmonopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisisd) Endokrin Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenale) RadiasiPaparan radium dan sinar rogtsen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.f) InfeksiInfeksi pada trismeter pertama dan kedua oleh TORCH (Toksosplasma, Rubella, Sitomegalo Virus, Herpes simpleks), PMS (penyakit Menular Seksual) serta penyakitvirus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelahiran jantung congenital.g) Kelainan imunologiEritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga membentuk antibody terhadap sel darah merah janin,; kemudian melalui plasenta masuk kedalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otakh) Anoksia embrioAnoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasentamenyebabkan pertumbuhan terganggui) Psikologi ibuKehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lainnya.

2) Faktor persalinanKomplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.

3) Faktor pasca natal menurut Hidayat (2005) sebagai berikut :a) Budaya lingkunganBudaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam memahami atau mempersepsikan pola hisup sehat. Hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau berprilaku mengikuti budaya yang ada kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan. Seperti halnya budaya kehidupan kota akan berbeda dengan kehidupan desa dalam pola kebiasaan sehingga kemungkinan besar dapat mempengaruhi tumbuh kembang.b) Status social ekonomiStatus social ekonomi juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Hal ini dapat terlihat dari anak dengan status social ekonomi tinggi, tetntunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak social ekonomi rendah.c) NutrisiNutrisi adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembangselama masa pertumbuhan, terdapat kebutuhan gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Kebutuhan ini sangat diperlukan dalam masa-masa tersebut, apabila kebutuhan ini kurang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.d) Iklim/cuacaIklim atau cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada musim tertentu, kebutuhan gizi apat mudah diperoleh, dan pada musim tertentu pula terkadang kesulitan mendapatkan makanan yang bergizi seperti saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangat sulit.e) Olahraga/latihan fisikOlahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembanagan anak, karena dapat meningkatkan sirkulasi darah steratur. Selain itu latihan fisik juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel.f) Posisi anak dalam keluargaPosisi anak dalam keluarga juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat pada anak pertama atau tunggal, dalam aspek perkembangan secara umum kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat berkembangkarena serinmg berinteraksi dengan orang dewasa, tetapi dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya. Demikian juga pada anak kedua atau berada ditengah kecendrungan orang tua yang merasa biasa dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga kemampuan beradaptasi anak lebih cepat tetpai dlam perkembangan intelektual biasanya terkadang kurang apabila dibandingkan dengan anak pertama.g) Status kesehatanStatus kesehatan anak berpengaruh terhadap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapt dilihat apabiola anak dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi apabila kondisi status kesehatan kurang maka akan terjadi perlambatan. Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak misalnya adanya kelainan perkembangan fisik atau disebut cacat fisik, adanya kelainan dalam perkembangan saraf seperti gangguan motorik, gangguan wicara, gangguan personal social dan adanya kelainan perkembangan mental.h) Faktor hormonalFaktor hormonal dapat berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain: somatotropin (growth hormone) yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan system skeletal, hormone tiroid dengan, menstimulasi metabolisme tubuh, sedangakan glikortikoid yang mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel intertisisal dari testis untuk memproduksi testoteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada laki-laki maupun perempuan yang sesuai peran hormonnya.

5. Ciri-ciri perkembanganPerkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organyang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan system neuromuscular, bicara emosi dan social kesemuaan fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.Ciri-ciri perkembangan adalah:a. Perkembangan melibatkan perubahan Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin,perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf dan serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya cirri-ciri baru sebagi tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu.b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnyaSeseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri, Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.c. Perkembangan mempunyai pola yang tetapPerkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap yaitu:1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,kemudian menuju kearah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.2) Perkembangan terjadilebuh dahulu didaerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal.3) Perkembangan memiliki tahap yang berurutanTahap ini dilalui seseorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahapan tersebut tidak bisa terjadi terbalik,misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.4) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbedaSeperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.

5) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsut cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lainnya (Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Sutitno, & Ranuh, 2002).

B. Perkembangan motorik1. Pengertian Perkembangan MotorikMenurut Hurlock (2005) Perkembangan motorik anak berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terorkadinasi . Pengendalian berasal dari perkembangan reflex dan kegiatan massa yang ada waktu lahir,. Sebelum perkembngan itu terjadi anak akan tetap tidak berdaya.

2. Pembagian perkembangan motorika. Perkembangan motorik kasarKeterampilan motorik kasar merupakan keterampil gerak menggunakan otot-otot besar, tujuan kecermatan gerakan merupakan bukan merupakan suatu hal yang penting. Karakteristik perkembangan motorik kasar anak menurut Sulistyawati ( 2014) yaitu :1) Kemampuan motorik kasar anak usia 24-36 bulan Stimulus yang perlu dilanjutkan, antar lain dorong anak untuk mau memanjat, berlari, melompat, melatih keseimbangan badan, dan bermain bola.

2) Kemampuan motorik kasar anak usia 36-48 bulanKemampuan motorik kasar pada anak masa ini adalah dorong anak untuk melompat, berdiri satu kaki, memanjat, bermain bola, dan mengendarai sepeda roda tiga.3) Kemampuan motorik kasar anak usia 48-60 bulanPada kemampuan motorik masa ini, dorong anak untuk bermain bola, lompat dengan satu kaki, lompat jauh, jalan diatas papan sempit, berayun, dan memanjat

b. Perkembangan motorik halusSedangkan perkembangan motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan kontrol dari otot-otot kecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari keterampilan. Karakteristik perkembngan motorik halus pada anak menurut Sulistyawati (2014) adalah :1) Perkembangan motorik halus anak usia 24-36 bulanStimulasi yang diberikan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak adalah dengan mendorong anak agar mau bermain puzzle, balok, memasukkan benda-benda yang lain dan menggambar.2) Perkembangan motorik halus anak usia 36-48 bulanStimulasi yang perlu dilakukan yaitu mendorong anak bermain puzzle yang lebih sulit, menyusum balok, menggambar yang lebig sulit, bermain mencocokksn gambar dengan benda yang sesungguhnya, dan mengelompokkan benda menurut jenisnya.

3) Perkembangan motorik halus anak usia 48-60 bulanSedangkan pada masa ini stimulasi yang perlu diberikan adalah mengajak anak untuk bermain puzzle, menggambar, menghitung, memilih dan mengelompokkan, memotong, serta menempel gambar

3. Perkembangan Motorik Anak Usia Pra SekolahPada masa ini perkembangan motorik kasar anak, diawali dengan kemampuan untuk berdiri satu kaki selama 1- 5 detik, melompat dengan satu kaki berjalan dengan tumit kejari-jari kaki, menjelajah, dan membuat posisi merangkak. Pada perkembangan motorik halus mulai memiki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang , mampu menjempit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek kedalam wadah makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, membuat coretan diatas kertas (Hidayat, 2005)

4. Prinsip perkembangan motorika. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syarafPerkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniya melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Oleh karena itu perkembangan motorik setiap individu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan pusat syaraf dan urat syaraf. Sistem syaraf diperlukan untuk menunjang terwujudnya keterampilan motorik, selain itu perkembangan motorik juga bergantung pada koordinasi antar otot yang baik. Setelah umur 5 tahun terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan otot yang lebih kecil. Hal itu dikarenakan pada masa kanak-kanak otot berbelang (stripped muscle) yakni otot yang mengendalikan gerakan sukarela berkembang dalam laju yang agak lambat.5. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matangKetrampilan motorik tidak akan berhasil jika individu belum mencapai kematangan pada sistem syaraf dan otot. Keterampilan motorik yang dilakukan ketika anak telah siap belajar hasilnya akan jauh lebih unggul daripada tanpa adanya kesiapan dari individu6. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkanPerkembangan motorik mengikuti hukum arah perkembangan, yakni hukum Cephalocaudal (perkembangan dimulai dari kepala ke kaki)dan Proximodistal (dari sendi utama ke sendi terkecil.7. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik Prinsip perkembangan motorik sebelumnya telah menjelaskan bahwa awal perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan, agar perkembangan tersebut sesuai dengan hukum arah perkembangan, maka diperlukan adanya norma perkembangan motorik, norma perkembangan tersebut dapat diketahui dari umur rata-rata anak yang dikorelasikan dengan kegiatan motorik yang telah dicapai, hal itu dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui ketrampilan motorik yang telah dicapai dan juga digunakan untuk menilai kenormalan perkembagan anak.8. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorikMasing-masing individu mengalami laju perkembangan motorik yang berbeda-beda. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh usia kematangan tiap individu, sebagian kondisi tersebut dapat mempercepat laju perkembangan motorik, namun sebagian lagi merperlambat perkembangan motorik.

9. Keterlambatan perkembangan motorikPerkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada dibawah norma umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Banyak penyebab terlambatnya perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian besar lagi tidak. Hal ini biasanya timbul karena adanya kerusakan otak pada waktu lahir atau kondisi pra lahir yang tidak menguntungkan atu lingkungan yang tidak menyenangkan pada permulaan pasca lahir. Akan tetapi, keterlambatan lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan, atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya.

C. Penilaian KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)KPSP merupakan suatu daftar pertanyaaan singkat yang ditujukan pada orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrinning pendahuluan untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 bulan. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh yang mengetahui keaadaan perkembangan anak.Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat dilakukan pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan dan seterusnya sampai kelompok usia 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan menurut tahun dan bulan, dengan kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bula.Pertanyaan dalam KPSP haris di jawab dengan ya atau tidak oleh orang tua. Setelah semua dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.1. Apabila jawaban ya berjumlah 9-10, berarti anak tersebut normal (perkembangan baik)2. Apabila jawaban ya kurang dari 9, maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai:a) Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaan sudah sesuaib) Kesesuaian orang tua dengan maksud pertanyaan3. Apabila sudah diteliti, jawaban ya berjumlah 7-8, berarti hasilnya adalah meragukan dan perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian4. Apabila jawaban ya berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya kurang atau positif untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut.

D. Konsep bermain1. Alat permainanSoetjiningsih (2012) mengatakan bahwa alat permainan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alat permainan pada anak hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak sehingga dapat merangsang anak secara optimal. Sedangkan alat permainan edukatif (APE) merupakan alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anaksesuia usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif dan social anak.

Pengembangan aspek fisik dilakukan melalui kegiatan-kegiatan fisik yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, seperti belajar berjalan atau merangkak, naik turun tangga, dan bersepeda. Dan untuk member stimulus untuk berbagai aspek perkembangan, maka diperlukan alat permainan yang bervariasi.

2. Jenis alat permainanDalam melaksanakan aktivitas bermain pada anak, usia dan tingkat perkembangan anak selalu harus dipertimbangkan, mengingat bahwa alat permainan yang digunakan merupakan salah satu alat untuk menstimulus perkembangannya. Jenis alat permainan berdasarkan kelompok umur yaitu ;a) Usia 0-1 tahunPada usia ini perkembangan anak mulai dpat dilatih dengan adanya refleks, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan berulang. Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain : benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan ke dalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permainan yang dapat digoyangkan dan menimbulkan suara.b) Usia 1-2 tahunJenis permainan pada usia ini pada dasarnya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakan. Jenis permainan ini seperti alat permainan yang dapat didorong dan ditarik, berupa alat rumah tangga balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lainnyac) Usia 2-3 tahunUsia ini dianjurkan bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan dan emosi anak, mengembangkan keterampilan bahasa, melatih motorik kasar dan halus, mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi dan melatih kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Adapun jenis alat permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara lain: alat-alat untuk gambar, puzzle sederhana, manic-manik ukuran besar, berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda-bedad) Usia 3-6 tahunPada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembngkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dalam nmengontrol emosi, motorik kasar dan halus memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong.Jenis alat permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini seperti benda-benda disekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.

3. Fungsi BermainFungsi bermain pada anak menurut Supartini (2004) adalah :a) Perkembangan sensori motorikPada saat melakukan permainan, aktivitas sensori-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.b) Perkembangan intelektualPada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.c) Perkembangan socialPerkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar member dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.

d) Perkembangan kreativitasBerkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek.e) Perkembangan kesadaran diriMelalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dengan orang lain dan menguji kemampuannyadengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.f) Perkembangan moralAnak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima dilingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.g) Bermain sebagai terapiPada saat dirawat dirumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena melakukan permainan.

4. Tujuan bermainMelalui fungsi yang terurai, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan.b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi, serta ide-idenyac. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi, dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannyad. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap strees karena sakit dan dirawat dirumah sakit

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anakHurlock (2005) mengatakan factor-faktor yang mempengaruhi permainan anak adalah;a. Kesehatan Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.b. Perkembangan motorikPermainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan motor mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.c. IntelegensiPada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikkan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukkan perhatian dalam permainan kecerdasan, dramatic, konstruksi , dan membaca. Anak yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan factor fisik dan intelektual yang nyata.d. Jenis kelaminAnak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan.e. Lingkungan Anak dari lingkungan yang buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota.f. Status sosioekonomiAnak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan tidak mahal seperti bermain bola dan berenang.g. Jumlah waktu bebasJumlah waktu bermain terutama tergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.h. Peralatan bermainPeralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya, dominasiboneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura; banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.

6. Prinsip dalam aktivitas bermainMenurut Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif sebagaimana berikut ini:a. Perlu ekstra energiBermain memerlukan energy yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan energy yang kurang dapat menurunkan gairah energy. Anak yang sehat mempunyai aktivitas bermain yang bervariasi, baik anak yang aktif maupun anak yang pasif.b. Waktu yang cukupAnak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.

c. Alat permainanAlat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang tua hendak memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan dapat berfungsi dengan benar.d. Ruang untuk bermainAktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, diruang tamu, di halaman, bahkan diruang tidur. e. Pengetahuan cara bermainAnak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberi tahu oleh orang tua nya. Cara yang terakhir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan lebih berkembang pengetahuannya dalam menggunanakna alat permainan. Orang tua yang tidak tahu cara bermain dari alat permainan yang diberikan umumnya membuat hubungannya dengan anak cendrung menjadi renggangf. Teman bermainDalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya.bermain yang dilakukan bersama orang tua nya akan membantu mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikankesempatan pada orang tuauntuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anak (Nursalam, susilaningrum, & utami, 2005.

E. Kerangka teori

Pemberian alat permainan Konsep BermainFaktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangFaktor internalFaktor eksternalTahap-tahapan perkembangan anakPerkembangan anakAnak usia pra sekolah (3-5 tahun)

Fungsi bermainTujuan bermainFactor-faktor yang mempengaruhi permainanPrinsip aktivitas bermain

Perkembangan motorikPerkembangan motorik kasarPerkembangan motorik halus

Sumber : Soetjiningsih, et al (2002), Sulistyawati (2014) , & Supartini (2004)

BAB IIIKERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsepKerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010). Variabel yang diteliti terdiri dari variabel independen atau variabel bebas yaitu pemberian alat permainan dan variabel dependen atau variabel terikat yaitu perkembangan motorik kasar dan halus anak.

Pada variable independen adalah pemberian alat permainan, pemberian alat permainan ini maksudnya adalah permainan yang diberikan oleh orangtua apakah bersifat edukatif atau tidak seperti bermain puzzle, susunan balok, dan bermain bola, dan permainan yang juga merangsang perkembangan motorik kasar dan halus pada anak.

Variabel Independen Variabel Dependen

Perkembangan motorik Halus dan kasarNormalmeragukanTidak normalPemberian alat permainan edukatif

Tidak edukatif

: Yang akan diteliti: Yang tidak diteliti

B. HipotesaHa ; adanya hubungan pemberian alat permainan dengan perkembangan motorik anak pra sekolah (3-5 tahun) di Kelurahan Sapiran di Bukittinggi tahun 2015