bab i rancang kota

10
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan menutut J.W. Wade meliputi pemrograman untuk menetapkan hal-hal yang menjadi tujuan dan kebutuhan objek perancangan, perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lokasi perancangan, dan perancangan itu sendiri yaitu gagasan yang akan diwujudkan menjadi wujud bangunan. Urban sprawl adalah pemekaran kota yaitu bertambahnya luas kota secara fisik, perluasan ini disebabkan oleh semakin berkembangnya penduduk dan semakin tingginya arus urbanisasi dengan ciri-ciri bertambahnya konversi lahan RTH menjadi lahan terbangun. Urban sprawl merupakan permasalahan yang mudah ditemui di Kecamatan Ungaran sebagai daerah pinggiran Kota Semarang. Perkembangan urban sprawl ini tumbuh secara linier disepanjang jalan arteri Semarang-Bawen karena kemudahan transportasi pribadi membuat masyarakat cenderung bertempat tinggal di pinggir kota yang tenang dan melakukan ulang-alik menuju tempat bekerja. Kemunculan PT Ungaran Sari Garments pada tahun 1975 dan Universitas Darul Ulum Islamic Center Sudirman tahun 1982 merupakan sebagai magnet pendatang untuk tinggal, bekerja atau belajar di Kelurahan Gedanganak dan Genuk ini. Sehingga muncullah ekspansi lahan terbangun sebagai kebutuhan perumahan dan perdagangan jasa. Kasus konversi lahan semakin meningkat karena tidak adanya pembatasan lahan terbangun. Perumahan yang ada pada kondisi eksisting tumbuh kampung-kampung secara organis, permukiman yang cukup teratur namun infrastruktur belum sesuai dengan standar peraturan dan belum direncanakan dengan baik. Pada gambar dibawah ini akan terlihat pertumbuhan lahan terbangun wilayah studi dari tahun 2003, 2008 dan 2013 yang membuktikan bahwa semakin tahun wilayah studi semakin padat oleh lahan terbangun.

Upload: latifah-tio

Post on 14-Jun-2015

639 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

ini adalah salah satu tugas Mata Kuliah Perancangan Kota di Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. oleh kelompok 4A (Genuk-Gedanganak Site)

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Rancang Kota

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perancangan menutut J.W. Wade meliputi pemrograman untuk menetapkan hal-hal

yang menjadi tujuan dan kebutuhan objek perancangan, perencanaan untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada di lokasi perancangan, dan perancangan itu sendiri yaitu gagasan yang

akan diwujudkan menjadi wujud bangunan.

Urban sprawl adalah pemekaran kota yaitu bertambahnya luas kota secara fisik,

perluasan ini disebabkan oleh semakin berkembangnya penduduk dan semakin tingginya arus

urbanisasi dengan ciri-ciri bertambahnya konversi lahan RTH menjadi lahan terbangun. Urban

sprawl merupakan permasalahan yang mudah ditemui di Kecamatan Ungaran sebagai daerah

pinggiran Kota Semarang. Perkembangan urban sprawl ini tumbuh secara linier disepanjang

jalan arteri Semarang-Bawen karena kemudahan transportasi pribadi membuat masyarakat

cenderung bertempat tinggal di pinggir kota yang tenang dan melakukan ulang-alik menuju

tempat bekerja.

Kemunculan PT Ungaran Sari Garments pada tahun 1975 dan Universitas Darul Ulum

Islamic Center Sudirman tahun 1982 merupakan sebagai magnet pendatang untuk tinggal,

bekerja atau belajar di Kelurahan Gedanganak dan Genuk ini. Sehingga muncullah ekspansi

lahan terbangun sebagai kebutuhan perumahan dan perdagangan jasa. Kasus konversi lahan

semakin meningkat karena tidak adanya pembatasan lahan terbangun. Perumahan yang ada

pada kondisi eksisting tumbuh kampung-kampung secara organis, permukiman yang cukup

teratur namun infrastruktur belum sesuai dengan standar peraturan dan belum direncanakan

dengan baik.

Pada gambar dibawah ini akan terlihat pertumbuhan lahan terbangun wilayah studi dari

tahun 2003, 2008 dan 2013 yang membuktikan bahwa semakin tahun wilayah studi semakin

padat oleh lahan terbangun.

Page 2: Bab i Rancang Kota

2

Sumber: Analisis Kelompok 4a, Perancangan Kota

Gambar I.1 Peta Figure Ground Tahun 2003

Sumber: Analisis Kelompok 4a, Perancangan Kota

Gambar I.2 Peta Figure Ground Tahun 2008

Page 3: Bab i Rancang Kota

3

Sumber: Analisis Kelompok 4a, Perancangan Kota

Gambar I.3 Peta Figure Ground Tahun 2013

Pada peta figure groud time series diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan bangunan

semakin padat dan terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun.

Fungsi hunian pada kampung-kampung tersebut adalah sebagai tempat tinggal bagi

penduduk asli dan sebagai tempat tinggal sementara bagi pendatang yang bekerja di PT USG

dan yang belajar di Undaris. Banyaknya penduduk yang menghuni lokasi tersebut sehingga

muncullah kegiatan perdagangan dan jasa yang tidak teratur atau merupakan sektor informal,

bangunan kios yang berderet sepanjang jalan Letjend S. Parman merupakan bangunan tanpa

ijin resmi yang didirikan di bahu jalan.

Sumber: Dokumentasi Kelompok 4a, Perancangan Kota

Gambar 1.4 Pertumbuhan PKL di sepanjang jalan S. Parman

Permasalahan terkait ketidakteraturan permukiman yang seharusnya memenuhi

kebutuhan pekerja dan mahasiswa di lokasi tersebut menjadi objek perancangan suatu konsep

berprinsip compact development yang akan diterapkan. Konsep yang ditawarkan adalah konsep

Page 4: Bab i Rancang Kota

4

kota industri yang padat dan nyaman, untuk memenuhi kebutuhan penduduknya dan tetap

menjamin kenyamanan dan keasrian lingkungan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Wilayah studi perancangan kota di Desa Genuk dan Desa Gedanganak terletak di bukit

namun kelerengannya masih tergolong landai (9-15%). Wilayah studi yang telah dideliniasi

memiliki aktivitas yang padat dan kebutuhan penunjang ruang yang cukup lengkap karena

kemunculan PT USG dan Undaris. Dengan adanya PT USG dan Undaris membuat pembangunan

perumahan disekitarnya bertambah pesat dan tidak teratur. Banyaknya pendatang yang bekerja

di PT USG dan pelajar di Undaris mengakibatkan terjadinya alih fungsi bangunan perumahan

menjadi kos-kosan (rent house). Peta dibawah ini akan memperjelas permasalahan yang ada di

lokasi rancang.

Sumber: Analisis Kelompok 4a, Perancangan Kota

Gambar I.5 Peta Permasalahan Kondisi Eksisting

Pertumbuhan ruang di lokasi rancang yang tidak teratur juga dapat dilihat dari

pertumbuhan PKL di sepanjang jalan S. Parman yang semakin hari semakin tidak teratur.

Dampak dari alif fungsi bangunan yang awalnya perumahan menjadi menjadi rumah warung

dan rumah kost sehingga pemilik rumah semakin memperluas bangunan rumahnya, akibatnya

sepanjang perkampungan tidak terdapat lahan terbuka dan tidak memenuhi GSB yang

seharusnya.

Page 5: Bab i Rancang Kota

5

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan Sasaran pada laporan ini akan dijelaskan berikut ini

1.3.1 Tujuan

Tujuan dibuatnya buku ini adalah untuk membuat redesain suatu lokasi dengan prinsip

compact city dan mengusung konsep kota industri yang padat dan nyaman (Livable Boarding

Dense City). Penerapan konsep perancangan pada lokasi tersebut dalam bentuk gambar site plan

yang berskala dan gambar 3 dimensi berdasarkan kriteria terukur dan tidak terukur.

Pembuatan siteplan ini nantinya diharapkan dapat memberi gambaran nyata mengenai

rancangan kota industri yang padat dan nyaman.

1.3.2 Sasaran

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran yang perlu dicapai dalam buku ini

adalah:

1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat pada lokasi perancangan;

2. Melakukan justifikasi dan penerapan konsep pada lokasi perancangan;

3. Melakukan analisis aktivitas dan analisis perhitungan kebutuhan ruang, analisis tapak,

analisis penyediaan sarana dan prasarana kawasan, analisis sistem transportasi, dan

analisis sistem penyediaan ruang hijau;

4. Melakukan analisis tapak meliputi analisis konstelasi wilayah dan analisis fisik dan non

fisik ruang di lokasi rancang;

5. Menentukan zoning kawasan pada lokasi rancang untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan lokasi rancang;

6. Melakukan desain rancang sebagai strategi dan skenario pengembangan lokasi

perancangan;

7. Melakukan analisis kriteria terukur dan tak terukur di lokasi rancang;

8. Melakukan identifikasi penerapan elemen-elemen perancangan kota, citra kota dan

estetika di lokasi rancang;

9. Melakukan desain amplop bangunan dan site plan beserta detail rancangannya sebagai

interpretasi konsep ke dalam unsur ruang di lokasi rancang;

10. Menentukan urban design guidelines yang sesuai di lokasi rancang.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada laporan ini terdiri dari runag lingkup wilayah dan ruang lingkup

materi

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah terdiri atas wilayah studi makro dan wilayah studi mikro.

Page 6: Bab i Rancang Kota

6

A. Wilayah studi makro

Wilayah studi makro berada Kelurahan Genuk, Kecamatan Ungaran Barat dan Kelurahan

Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur. Kelurahan Gedanganak memiliki luas wilayah 289,7

Ha dan Kelurahan Genuk memiliki luas wilayah 157.8 Ha. Kelurahan Gedanganak memiliki

batas-batas administrasi yaitu

Utara : Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Genuk, dan Kelurahan Ungaran

Timur : Kelurahan Beji

Selatan : Kelurahan Langensari

Barat : Kelurahan Candirejo dan Kelurahan Genuk

Kelurahan Genuk memiliki batas-batas administrasi yaitu

Utara : Kelurahan Ungaran

Timur : Kelurahan Gedanganak

Selatan : Kelurahan Candirejo

Barat : Kelurahan Nyatnyono

B. Wilayah studi mikro

Wilayah studi perancangan berada di Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk.

Wilayah studi mikro perancangan berada diantara jalan lokal jalan lingkungan. Luas wilayah

studi mikro sebesar 11,4 Ha. Batas wilayah studi mikro perancangan merupakan batas alam

berupa jalan, yaitu sebagai berikut :

Utara : Jalan Melati Raya

Timur : Gang Melati Baru I

Selatan : Jalan Jenderal S. Parman

Barat : Jalan Kenanga

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar I.6 Peta Administrasi Wilayah Makro

Page 7: Bab i Rancang Kota

7

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010

Gambar I.7

Peta Administrasi Wilayah Mikro

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang dijelaskan dalam laporan ini meliputi :

1) Identifikasi Struktur Kota dan Ruang Terbangun

Identifikasi struktur kota dan ruang terbangun yang dibentuk oleh urban web, district,

bloks, street, dan public square. Identifikasi lainnya yang terkait yaitu peran dan fungsi ruang

kota yang terlihat dari aktivitas kota beserta arus pergerakan.

2) Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang.

Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang berkaitan dengan kondisi aktivitas

penduduknya, pengguna aktivitas, serta sistem keruangan itu sendiri yang didasarkan pada

aspek non fisik. Analisis ini meliputi analisis aktivitas dan pennguna, analisis kebutuhan ruang,

analisis hubungan antar kelompok serta analisis organisasi ruang.

3) Analisis tapak

Analisis tapak digunakan untuk menganalisis kondisi lokasi tapak yang akan

direncanakan. Terdapat hal-hal yang harus dianalisis dalam melakukan analisis tapak ini antara

lain, analisis konstelasi wilayah (analisis ini dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara

wilayah lokasi perencanaan tapak dengan lokasi sekitarnya), analisis lingkungan, analisis

topografi, analisis aksesbilitas, analisis view, analisis vegetasi, analisis arah angin dan lintasan

matahari, analisis drainase, analisis kebisingan yang akan menghasilkan rencana zoning suatu

kawasan.

Page 8: Bab i Rancang Kota

8

4) Analisis kriteria tak terukur

Kriteria tak terukur adalah penentu kualitas fisik suatu kawasan dengan

pertimbangan, access (akses menuju lokasi), compatibility (keselarasan dengan

bangunan disekitarnya), view (pemandangan), identity (identitas) , sense (rasa), dan

livability (tingkat kenyamanan).

5) Analisis kriteria terukur

Kriteria terukur akan digunakan sebagai pertimbangan faktor fisik dasar,

ekonomi, maupun budaya yang meliputi koefisien dasar bangunan (KDB), ketinggian

maksimum bangunan, jarak antar bangunan dan garis sempadan bangunan.

6) Elemen-elemen perancangan kota

Elemen perancangan kota meliputi tata guna lahan, bentuk masa dan bangunan,

pengaturan tata letak sirkulasi dan parkir, signage, open space, pedestrian ways, activity

support, dan bangunan preservasi.

7) Elemen-elemen citra kota

Elemen citra kota meliputi landmark (identitas kota), path (jalur), edges (batas),

nodes (titik persimpangan) dan district (kawasan).

8) Elemen-elemen estetika

Elemen estetika yang akan dibahas mengenai proporsi, simetri, sumbu, hirarki,

skala, konteks dan kontras, organisasi ruang, dan irama.

Page 9: Bab i Rancang Kota

9

1.5 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran merupakan urutan langkah yang akan dilakukan dalam

merumuskan perencanaan tapak. Langkah-langkah inilah yang menjadi dasar/acuan dari

sistematika penulisan serta konsep bertindak. Kerangka pikir tersebut kami susun sebagai

berikut:

Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perencanaan Kota

Gambar I.8

Kerangka Pikir Kelompok

Kerangka pikir ini dimulai dengan input justifikasi dan deliniasi lokasi perancangan serta

mengetahui potensi dan permasalahan di lokasi rancang. Pada tahap proses adalah dengan

menentukan konsep yang berprinsip compact development, yaitu Livable Boarding dense city.

Kesesuaian Lahan

Justifikasi dan Deliniasi Lokasi Rancang

Potensi Permasalahan

Penerapan Konsep “Livable Boarding Dense City”

Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

Analisis Kriteria tak terukur

Analisis Tapak Elemen-elemen estetika

Elemen-elemen citra kota Analisis kriteria terukur

Elemen-elemen

perancangan kota

Amplop Bangunan Site Plan Detail Rancangan

Urban Design Guidelines

Page 10: Bab i Rancang Kota

10

Selanjutnya menganalisis struktur dan ruang kota, analisis aktivitas dan kebutuhan ruang,

analisis tapak, analisis kriteria tak terukur, analisis kriteria terukur, analisis elemen-elemen

perancangan kota, elemen-elemen citra kota, dan elemen-elemen estetika. Analisis aktivitas dan

kebutuhan ruang, analisis tapak, analisis kriteria terukur menghasilkan amplop bangunan dan

siteplan. Analisis kriteria tak terukur, elemen estetika, elemen citra kota, elemen perancangan

kota menghasilkan detail rancang. Output dari amplop bangunan, siteplan, dan detail rancang

menghasilkan Urban Design Guidelines.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan ini terdiri dari:

A. BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi latar belakang mengenai isu urban sprawl di Kecamatan Ungaran, tujuan dan

sasaran yang akan dicapai dalam pengerjaan laporan, ruang lingkup wilayah maupun

ruang lingkup materi, kerangka pikir, dan sistematika penulisan laporan.

B. BAB II KAJIAN LITERATUR

Bab II berisi tentang teori atau kajian literatur terkait dengan urban sprawl, compact

development, dan perancangan kota.

C. BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN

Bab III berisi tentang gambaran umum lokasi perancangan mulai dari kondisi geografis,

kondisi fisik, kondisi non fisik hingga potensi masalah yang dituangkan dalam SWOT.

D. BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Bab III berisi kajian teori yang mendasari konsep compact development, best practice

yang akan diterapkan, serta komponen-komponen yang akan di diterapkan di wilayah

perancangan.

E. BAB V ANALISIS PERANCANGAN

Bab IV berisi identifikasi kondisi eksisting dan respon yang akan dirancang pada analisis

aktivitas dan kebutuhan ruang, tapak, kriteria terukur, criteria tak terukur, elemen

estetika, elemen citra kota, dan elemen perancangan kota.

F. BAB VI URBAN DESIGN GUIDELINES

bab ini berisi tentang UDGL yang akan diterapkan dalam lokasi perancangan.