bab ii
DESCRIPTION
praktikum kation dan anionTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DASAR TEORI
II.1.1 Analisis Kation
Analisis kation memerlukan pendekatan yang sistematis. Umumnya ini dilakukan
dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi.
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti
prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk suatu
larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Ion-ion logam pada
golongan-golongan diendapakan satu persatu, endapan dipisahkan dari larutannya dengan
cara disaring atau diputar dengan sentrifus, endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan
pokok atau dari filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin ada harus dipisahkan. Kation-kation
diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa
reagensia (Cokrosarjiwanto,1977).
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa
kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang
berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus.
Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan
suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan
bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis
pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam
analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan
atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada pada
beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu
ini dapat digunaan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I),
dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida kemudian
memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan
memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedngkan kedua kation lainnya
tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam
campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya
kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya
ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan
pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu
II-1
Bab II TinjauanPustakaII - 2
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut
denga ion sekutu tersebut (Masterton,1990).
Analisis kation dapat diklasifikan menjadi 5 golongan :
1. Golongan 1 : Ag+, Hg+, Pb2+
Untuk memisahkan ketiga kation ini kita menambahkan HCl 6 M pada sampel uji.
Kation golongan 1 akan mengendap sebagai garam klorida yang berwarna putih. Kation
golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbel klorida sedikit
sedikit larut dalam air, dank arena itu timbel pernah mengendap dengan sempurna bila
ditambahkan asam klorida encer. Ion timbel yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif
dengan hydrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama kation golongan kedua (G.
Svehla, 1985).
Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Di antara sulfat-sulfat, timbel sulfat
praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat
terletak di anatar kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangkan
pengendapan timbel halide tidak sempurna, dan endapan itu mudah sekali melarutdalam air
panas. Sulfida tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa
mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan
reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan, dapat bertindak
dengan bermacam-macam cara, juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat iji terhadap ammonia
(G. Svehla, 1985).
Ag+, Hg+, Pb2+
HCl
AgCl, Hg2Cl2, PbCl2 (endapan putih) air panas
Pb2+ AgCl, Hg2Cl2
K2CrO4 NH3
PbCrO4(endapan kuning) Ag(NH3)2+,Cl- Hg(hitam),
HgNH2Cl (putih)
Gambar II.1 Skema analisis kation golongan 1
Bab II TinjauanPustakaII - 3
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
2. Golongan 2 : Cu2+, Cd2+, BI3+, Hg2+, As3+, Sn4+, Sb3+
Kation golongan 2, 3,4, dan 5 tidak membentuk endapan klorida. Dengan demikian
kation tersebut tetap ada dalam filtrat larutan setelah penambahan HCl 6M. Untuk
memisahkan kation golongan 2 dengan kelompok kation. lainnya maka kation gol 2
diendapkan sebagai garam sulfida dengan konsentrasi ion H+ dibuat menjadi sekitar 0,3 M
(pH=0,5). Kondisi pH ini penting karena jika konsentrasi asam terlalu tinggi maka tembaga,
kadmium, kobalt dan timbal tidak akan sempurna pengendapannya, sebaliknya jika keasaman
terlalu rendah maka sulfida dari golongan 3 dapat ikut terendapkan. Larutan kemudian
dijenuhkan dengan sulfida. Ion sulfida terbentuk dari ionisasi asam lemah H2S yang berasal
dari gas H2S yang dilarutkan dalam air atau dari tioasetamida yang terhidrolisis. Penambahan
hidrogen peroksida dapat dilakukan untuk mengoksidasi Sn2+menjadi Sn4+ sehingga endapan
SnS yang agak gelatin menjadi SnS2 (G. Svehla, 1985).
Pemisahan kation golongan 2 dapat dibagi menjadi dua sub-golongan : sub golongan
tembaga dan arsen. Pembagian ke dua sub-gol ini berdasarkan kelarutan endapan garam
sulfida dan amonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut
dalam reagensia ini, sulfida dari sub-golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio.
Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurium (II), timbel (II), bismuth (III), tembaga
(II), dan cadmium (II). Meskipun bagian terbesar ion timbel (II) diendapkan dengan asam
klorida encer bersama ion-ion lain dari golongan I, pengendapan ini agak kurang sempurna,
disebabkan oleh kelarutan timbel (II) klorida yang itnggi. Maka dalam pengerjaan analisis
sistematik, ion-ion timbel masih akan tetap ada, ketika mengendapkan golongan kation kedua.
Reaksi –reaksi ion timbel (II) sudah diuraikan bersama-sama dengan reaksi-reaksi kation
golongan pertama (G. Svehla, 1985).
Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudha
larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonatnya tak larut. Beberapa kation dari sub-
golongan tembaga (merkurium (II), tembaga (II), dan cadmium (II)) cenderung membentuk
kompleks (ammonia, ion sianida).
Sub-golongan arsenic terdiri dari ion arsenik (III), arsenik (V), stibium (III), stibium (V),
timah (II), dan timah (IV). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter, oksidanya membentuk garam
baik dengan asam maupun dengan basa. Jadi arsenik (III) oksida dapat dilaritkan dalam asam
klorida (6M) dan terbentuk kation arsenik (III). Arsenik (III) oksidasi larut pula dalam
natrium hidroksida (2M), dan terbentuk ion arsenit. Melarutnya sulfide dalam amonium
polisulfida dapat dianggap sebagai pembentukan garam-tio dari asam-tio anhidrat. Jadi,
Bab II TinjauanPustakaII - 4
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
melarutnya arsenik (III) sulfide (asam tio anhidrat mengakibatkan terbentuknya ion-ion
amonium dan tioarsenik (amonium tiosenit, suatu garam tio).
Semua sulfida dari sub-golongan arsenik larut dalam amonium sulfide (tak berwarna),
kecuali timah (II) sulfide, untuk melarutkan yang terakhir ini, diperlukan amonium polisulfida
yang bertindak sebagai zat pengoksid, sehingga terbentuk ion tiostanat (G. Svehla, 1985).
3. Golongan 3 : Al3+, Cr3+, Co2+, Fe2+, Ni2+, Mn2+, Zn2+
Kation golongan 3 membentuk sulfida yang lebih larut dibandingkan kation golongan
2. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan 3 sebagai garam sulfida konsentrasi ion
H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan
amonium hidroksida dan amonium klorida. Kemudian dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi
ini kesetimbangan:
H2S 2H+ + S2-
akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2- akan meningkat dan cukup untuk
mengendapkan kation golongan 3. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S. Penambahan
amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah kemungkinan mengendapnya
Mg menjadi Mg(OH)2 (G. Svehla, 1985).
Penambahan kedua pereaksi ini menyebabkan mengendapnya kation Al3+, Fe3+ dan
Cr3+ sebagai hidroksidanya, Fe(OH)3 (merah), Al(OH)3(putih) dan Cr(OH)3 (putih). Hidroksida
kation yang lain pada awalnya juga akan mengendap tetapi penambahan amonium hidroksida
berlebih menyebabkan hidroksida kation-kation tersebut menjadi kompleks Zn(NH3)42+ ,
Ni(NH3)62+ , Co(NH3)6
2+ yang larut. Ion sulfida dapat bereaksi dengan Zn(NH3)42+ , Ni(NH3)6
2+
, Co(NH3)62+ membentuk endapan sulfida CoS (hitam), NiS(hitam), dan ZnS (putih) dengan
reaksi seperti berikut:
Ni(NH3)62+ + S2- 2NiS + NH3
Sedangkan Mn2+ dan Fe2+ akan bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS
(hitam) dan MnS (coklat).
Logam golongan ini tidak diendapkan oleh reagensia golongan untuk golongan I dan
II tetapi semua diendapkan dengan adanya amonium klorida oleh H2S dari larutan yang telah
dijadikan basa dengan larutan ammonia. Logam-logam ini diendapkan sebagai sulfida,
kecuali Al3+ dan chromium yang diendapkan sebagai hidroksida, karena hidroksida yang
sempurna dari sulfide dalam larutan air, besi, aluminium, dan kromium(sering disertai sedikit
mangan) juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya ammonium
klorida, sedangkan logam-logam lain dari golongan ini tetap berada dalam larutan dan dapat
Bab II TinjauanPustakaII - 5
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
diendapkan sebagai sulfide oleh H2S. maka golongan ini bisa dibagi menjadi golongan besi
(besi, aluminium, mangan dan zink) atau golongan IIIB (G. Svehla, 1985).
4. Golongan 4 : Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+, K+ dan NH4+
Pemisahan dan Identifikasi Ba
Barium sulfat merupakan garam sulfat yang sangat tidak larut dengan air,
sedangkan kalsium agak larut, dan kation logam lainnya larut dalam air. Pemisahan barium
dengan kation lainnya berdasarkan hal tersebut. Penambahan amonium sulfat akan
memberikan endapan putih jika terdapat barium. Uji selanjutnya dapat dilakukan dengan uji
nyala memberikan warna hijau kekuningan.
Pemisahan dan Identifikasi Ca
Pemisahan kalsium dengan kation lainnya berdasarkan kelarutan garam kalsium
oksalat yang sangat tidak larut dalam air, sedangkan kation lainnya mudah larut. Jika kalsium
ada endapan putih kalsium oksalat akan terbentuk pada penambahan amonium oksalat.
Larutan dibuat basa untuk mencegah kelarutan garam oksalat.
Pemisahan dan Identifikasi Mg
Magnesium diendapkan dengan Na2HPO4 dalam keadaan basa menjadi magnesium
amoniumphosfat dengan reaksi berikut:
Mg2+ + HPO42- + NH3 MgNH4PO4
Karena endapan putih fosfat dari kation lain juga dapat terbentuk maka perlu dilakukan
identifikasi lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi magneson I
(p-nitribensenazoresorsinol) atau magneson II (p-nitrobense-α-nftol) dengan penambahan
basa NaOH. Ion OH- dari basa akan bereaksi dengan Mg2+ membentuk endapan putih
hidroksida Mg(OH)2. Hidroksida tersebut akan bereaksi dengan pereaksi magneson atau
mengabsorbsinya sehingga menjadi berwarna biru.
Pemisahan dan Identifikasi Na+, K+, NH4+
Uji nyala dapat dilakukan untuk menguji adanya Na+ dan K+ dimana Na+ akan
memberikan warna nyala kuning dan K+ warna merah keunguan. Warna nyala dari kaliu dapat
tertutupi jika terdapat natrium, karena itu diperlukan kaca kobalt untuk melihat warna nyala
kalium tersebut. Uji spesifik dapat dilakukan untuk Na+ dengan menggunakan pereaksi seng
uranil asetat membentuk endapan kuning [NaZn(UO2)3(C3H3O2)9]. Sedangkan untuk K+ dapat
dilakukan dengan pereaksi natrium heksanitrikobaltat (III) memberikan endapan kuning
[K2NaCo(NO2)6] Ion amonium juga memberikan reaksi yang serupa dengan K+ sehingga
Bab II TinjauanPustakaII - 6
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
harus dihilangkan terlebih dulu dengan cara pemanasan. NH4+ dapat diketahui dengan
memanaskan larutan sampel asli dengan NaOH 6 M.
NH4+ + OH- NH3 + H2O
Bau gas amoniak yang khas menunjukkan adanya kation ini. Gas tersebut merubah lakmus
merah menjadi biru.
II.1.2 Analisis Anion
Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis
anion tidak memiliki metode analisis standar yang sistematis seperti analisis kation. Uji
pendahuluan awal pada analisis anion juga berdasarkan pada sifat fisika seperti warna, bau,
terbentuknya gas, dan kelarutannya. Beberapa anion menghasilkan asam lemah volatil atau
dioksidasi dengan asam sulfat pekat seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Reaksi sampel garam dengan asam sulfat pekat dingin
Anion lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam keadaan
dingin, tetapi nitrat bereaksi menghasilkan uap coklat dari NO2 yang dihasilkan, dan asetat
memberikan bau khas cuka jika direaksikan dengan asam sulfat pekat.Umumnya anion dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Golongan sulfat : SO42-, SO3
2-, PO43-, Cr2O4
2-, BO2-, CO32-, C2O4
2-,AsO43-
b. Golongan halida : Cl-, Br-, I-, S2-
c. Golongan nitrat : NO3-, NO2
-,C2H3O2-
Garam BaSO4, BaSO3, Ba2(PO4)3, BaCr2O4, Ba(BO2)2, BaCO3, BaC2O4, Ba3(AsO4)2
tidak larut dalam air kondisi basa, sedangkan garam barium anion lainnya mudah larut.
Berdasarkan sifat tersebut maka pemisahan dan identifikasi untuk golongan sulfat
dapat dilakukan dengan penambahan pereaksi BaCl2. Kecuali barium kromat yang berwarna
Anion Pengamatan Reaksi
Cl- Bergelembung, tidak berwarna, bau
menusuk, asap putih pada udara
lembab, lakmus biru menjadi merah
NaCl + H2SO4 →NaHSO4 +HCl
Br- Bergelembung, berwarna coklat, bau
menusuk, berasap, lakmus biru
menjadi merah
NaBr + 2H2SO4 → HBr + NaHSO4
Bab II TinjauanPustakaII - 7
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
kuning, garam barium lainnya berwarna putih. Jika larutan sampel diasamkan dengan asam
nitrat dan ditambahkan perak nitrat maka hanya golongan anion halida yang akan mengendap
sebagai garam perak, yaitu: AgCl (putih), AgBr (kuning), AgI (kuning muda), Ag2S (hitam).
Anion yang tidak menunjukkan uji yang positif untuk kedua golongan diatas kemungkinan
mengandung anion golongan nitrat.
Jika sampel Jika larutan sampel diasamkan dengan asam nitrat dan ditambahkan perak
nitrat maka hanya golongan anion halida yang akan mengendap sebagai garam perak, yaitu:
AgCl (putih), AgBr (kuning), AgI (kuning muda), Ag2S (hitam).
Anion yang tidak menunjukkan uji yang positif untuk kedua golongan di atas
kemungkinan mengandung anion golongan nitrat. Jika sampel mengandung beberapa kation
maka uji pendahuluan diatas tidak cukup untuk menentukan ada atau tidaknya suatu anion.
Karena itu setelah pengujian pendahuluan dilakukan maka perlu juga dilakukan uji spesifik
untuk tiap anion.
Berikut ini contoh uji spesifik beberapa anion:
1. Sulfat
Ambil 1 mL sampel, tambahkan asam dan BaCl2. Jika terbentuk endapan putih maka anion
sulfat ada.
2. Kromat
Perhatikan filltrat pada uji 1, jika berwarna kuning maka anion kromat ada. Tambahkan pada
filtrat Pb nitrat, jika terbentuk endapan kuning maka kromat ada.
3. Nitrat
Ambil 1 ml sampel, tambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Miringkan tabung uji sehingga
membentuk sudut 30oC, kemudian tambahkan beberapa tetes ferosulfat melalui dinding
tabung perlahan-lahan. Jika terbentuk cincin coklat maka nitrat ada.
4. Asetat
Ambil beberapa tetes sampel, tambahkan etanol, perhatikan bau yang terbentuk, jika tercium
bau buah maka asetat ada.
5. Cl-
Setelah dilakukan uji golongan, maka penambahan NH4OH akan melarutkan anion Cl- dan
Br-, sedangkan I- tidak larut. Penambahan asam lebih lanjut dapat membentuk endapan putih
jika Cl- ada.
Bab II TinjauanPustakaII - 8
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II.2 APLIKAIS INDUSTRI
PENGARUH PENAMBAHAN H3PO4 DAN RESIN KATION-ANION TERHADAP
PERSEN TOTAL GLISEROL HASIL SAMPING PEMBUATAN BIODIESEL
Rahmi Hidayati, Arif Hidayat Allah, Susila Arita
Pendahuluan
Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi yang terbesar untuk saat
ini diseluruh dunia jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Saat ini sedang
dilakukan pengembangan dan penggunaan minyak tumbuhan sebagai bahan bakar minyak.
Dikembangakan produk alternative pengganti bahan bakar yaitu minyak nabati. Minyak
nabati yang biasa digunakan berupa kepala sawit yang dikenal dengan crude palm oil (CPO).
Minyak nabati ini dikonversikan menjadi bentuk metil ester asam lemak yang disebut
biodiesel.
Hasil samping pembuatan biodiesel diperoleh residu berupa gliserol. Residu gliserol
masih mengandung pengotor (senyawa lemak, sabun, NaOH, dll) sehingga tidak dapat
langsung dimanfaatkan, dan akan menambah jumlah limbah saja apabila tidak dilakukan
proses lebih lanjut menjadi gliserol atau dalam komersial disebut gliseri.
Metodologi Percobaan
Alat yang digunakan antara lain : seperangkat alat destilasi, beaker glass, Erlenmeyer,
pipet tetes, kertas saring, termometer, magnetic stirrer, corong pemisah, labu ukur, corong,
hot plate, water bath, indikator universal, neraca analitik, picnometer, furnace, batang
pengaduk.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain : crude glycerine (hasil sampingan
produk biodiesel), asam fosfat, natrium hidroksida, aquades, kation anion exchanger,
bentonit.
Prosedur percobaan meliputi :
Penghilangan metanol dari crude glycerine :
1. 500 ml crude glycerine dalam labu ukur
2. Di rangkai alat destilasi
3. Campuran didestilasi pada suhu 85-90 °C selama 4 jam sampai methanol habis
4. Hasil yang diperoleh dimasukkan kedalam gelas beker
Pelarutan NaOH :
1. 100 gr NaOH(s) dalam Erlenmeyer ditambahkan air 200 ml dan diaduk hingga larutan
homogen
Bab II TinjauanPustakaII - 9
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
2. Diamkan selama 24 jam
Pencucian Bentonit :
1. Sejumlah bentonit dicampurkan dnegan aquades
2. Campurna diaduk, lalu didiamkan sejenak hingga bentonit mengendap
3. Air cucian dibuang kemudian saring bentonit dengan kertas saring, pencucian
diulangi sebanyak 3 kali
4. Bentonit yang telah dicuci dikeringkan pada suhu 180 °C didalam oven selama 5 jam,
hasil disimpan kedalam tempat tertutup
Pemurnian Gliserol :
1. 1000 ml crude glycerine yang tidka mengandung methanol ditambahkan asam fosfat
pada suhu 55-65 °C. variasi asam fosfat sesuai dengan rasio yaitu : 100 ml, 120 ml,
140 ml, 160 ml, 180 ml hingga terbentuk dua lapisan
2. Kedua lapisan dipisahkan menggunakan corong pemsiah
3. Tentukan pH crune glycerine yang ditambahkan asam fosfat dengan indicator
universal pada maisng-masing lapisan
4. Ambil bagian bawah kemudian natrium hidroksida ditambahkan pH = 7 (netral)
5. Gliserol yang terbentuk dipanaskan kedalam oven selama 30 menti pada temperatur
110-120 °C, diharapkan agar air dan methanol yang tersisa menguap
Penambahan Kation Anion Exchanger
1. Gliserol yang terbentuk dalam beker gelas
2. Ambil 80 ml gliserol yang terbentuk kemudian tambahkan kation exchanger dengan
rasio : 8 gram,10 gram, 12 gram, 14 gram dan, 16 gram,aduk dan diamkan selama 1
jam
3. Hasil yang diperoleh disaring dengan kertas saring
4. Hasil gliserol yang telah disaring ditambahkan Anion Exchanger dengan rasio : 8
gram,10 gram, 12 gram, 14 gram dan 16 gram,aduk dan diamkan selama 1jam
5. Hasil yang diperoleh disaring dengan kertas saring
Penambahan Bentonit
1. Gliserol yang terbentuk dalam beker gelas
2. Ditambahkan masing-masing 3gram bentonit kemudian aduk dan diamkan selama 24
jam
3. Hasil yang diperoleh disaring dengan kertas saring
Bab II TinjauanPustakaII - 10
Laboratorium Kimia AnalitProgram Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
4. Hasil gliserol yang didapat dihitung massa jenisnya dengan piknometer dan dianalisa
% total gliserolnya
Hasil dan pembahasan
Hasil dari penelitian ini adalah senyawa gliserol yang didapat dalam proses
pemurnian. Hasil yang diperoleh lalu dianalisa untuk mengetahui densitas dan persen total
gliserol.
Kemurnian gliserol dapat dicapai, dengan penggunaan resin kation anion exchanger.
Densitas gliserol akan semakin naik seiring dengan bertambahnya cation-anion exchanger
dan volume H3PO4 yang digunakan. Asam(asam lemah dan asam kuat) juga sangat
berpengaruh terhadap % total gliserol yang dihasilkan. Asam lemah (H3PO4) mampu
menguraikan sabun menjadi asam lemak lebih banyak dibandingkan dengan asam kuat
(H2SO4). Hal ini disebabkan karena H3PO4 merupakan oksidator kuat dimana kekuatan
asamnya lebih lemah dibandingkan dengan H2SO4 sehingga lebih sesuai untuk menguraikan
sabun menjadi asam lemak. Sedangkan H2SO4 juga merupakan oksidator kuat yang
mempunyai kekuatan asam yang lebih tinggi sehingga jika digunakan untuk menguraikan
sabun kurang sesuai karena H2SO4 akan berubah fungsi.
Kesimpulan
1. Pemurnian gliserol dilakukan dengan menambahkan H3PO4 yang bertujuan mengubah
senyaaw lemak, sabun serta mengikat sisa katalis kemudian dinetralkan dnegna
penambahan NaOH yang diikuti penambahan cation-anion exchanger untuk menyerap
garam-garam sisa reaksi serta dilakukan proses adsorbs dengan sejumlah bentonit.
2. Semakin banyak penambahan H3PO4 maka semakin besar persen total gliserol yang
dihasilkan yaitu pada sampel 22 untuk 180 ml H3PO4 sebesar 94,50 % total gliserol.
3. Semakin banyak penambahan cation-anion exchanger maka semakin besar persen
total gliserol yang dihasilkan yaitu pada sempel 22 untuk 10 gr cation-anion
exchanger sebesar 94,50 % total gliserol.