bab ii

Download BAB II

If you can't read please download the document

Upload: pkm-mamajang

Post on 12-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ayo Belajar

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Teori Pengetahuan

    a. Pengertian

    Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

    orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

    terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,

    rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

    penting unutk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

    (Notoatmodjo,2007).

    b. Tingkatan Pengetahuan

    Menurut Notoatdmojo (2007), pengetahuan yang mencakup dalam

    domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :

    1) Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

    dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

    adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

    untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :

    menyebutkan, menguraikan, mendenifisikan, menyatakan, dan sebagainya.

    Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda sindrom pra menstruasi.

    6

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    2) Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

    menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

    paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

    contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyak yang

    dipelajari. Misalnya mengapa harus makan makanan yang bergizi.

    3) Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

    disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

    rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

    lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-

    perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

    pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah

    kesehatan dari kasus yang diberikan.

    4) Analisis (analysis)

    Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur

    organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

    analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat

    menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

    mengelompokkan, dan sebagainya.

    5) Sintesis (synthesis)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

    atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

    menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya :

    dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

    menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan

    rumusan yang ada.

    6) Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi ini kaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justivikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-

    penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada. Misalnya : dapat

    membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang

    kurang gizi.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

    melalui kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

    diukurkan subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

    yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat

    tersebut diatas.

    c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pengetahuan seseorang

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    1) Usia

    Usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan

    bertambahnya usia akan lebih dewasa pula intelektualnya. Semakin cukup

    umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

    dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang

    yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang-orang yang belum

    tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

    kematangan jiwanya.

    2) Pendidikan

    Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

    menyampaikan pesan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

    Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok

    atau individu dapat memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut

    akhirnya dapat berpengaruh terhadap perilaku. Adanya pendidikan

    diharapkan dapat membawa dampak atau akibat terhadap perubahan

    perilaku sasaran.

    Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh, diharapkan tingkat

    pengetahuan seseorang bertambah sehingga memudahkan dalam

    menerima atau mengadopsi perilaku yang positif. Semakin tinggi tingkat

    pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga

    semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

    3) Lingkungan

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempunyai hubungan

    langsung dengan hidup organisasi atau manusia. Dengan sistem

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    terbukanya manusia, maka selama berinteraksi dengan lingkungannya

    akan berdampak terhadap pembentukan perilaku atau watak yang sesuai

    dengan pengetahuan yang dimilikinya.

    4) Intelegensi

    Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

    berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.

    Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan

    mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai

    lingkungan.

    5) Pekerjaan

    Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada

    orang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan banyak

    memperoleh informasi dan pengalaman.

    6) Pengalaman

    Pengalaman merupakan yang baik oleh sebab itu pengalaman

    pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

    dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

    dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.(Notoadmojo, 2007)

    7) Penyuluhan

    Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode

    penyuluhan, dengan pengetahun bertambah seseorang akan berubah

    perilakunya.

    8) Media Massa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Dengan majunya teknologi akan tersedia pula macam-macam

    media massa yang dapat mempengaruhi masyarakat tentang inovasi baru.

    d. Cara Memperoleh Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007) cara memperoleh pengetahuan ada dua

    cara, yaitu :

    1) Cara Tradisional Atau Non Ilmiah

    (a) Cara coba-salah ( Trial and Error )

    Yaitu cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh

    manusia dalam memperoleh pengtahuan adalah melalui cara coba-coba

    atau dengan kata yang lebih dikenal trial and error. Cara coba-coba ini

    dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

    masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba

    kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan ini gagal pula, maka dicoba

    kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

    gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah

    tersebut dapat terpecahkan.

    (b) Cara kekuasaan atau otoritas

    Yaitu cara kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang-orang

    tanpa melalui penalaran dan kebiasaan ini seolah-olah diterima dari

    sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat

    berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,

    ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain

    pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan kekuasaan atau otoritas. Baik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    tradisi,otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

    pengetahuan.

    (c) Berdasarkan pengalaman pribadi

    Untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

    pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan masalah yang

    dihadapi, maka untuk memecahkan yang lain yang sama orangnya, dapat

    menggunakan kembali, namun akan menggunakan cara yang lain sehingga

    dapat berhasil memecahkannya.

    (d)Melalui jalan pemikiran

    Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung

    melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukan kemudian dicari

    hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Dengan kata lain,

    dalam memperoleh kebenaran pengetahuan menggunakan penalaran.

    2) Cara Modern atau Cara Ilmiah

    Metode yang menggunakan cara baru atau modern dalam memperoleh

    pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini

    bisebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

    metodologi penelitian (Research Methodology). Di mana pengetahuan ini

    diperoleh dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-

    pencatatanya terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.

    Pemecahan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:

    1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada sat

    diperlakukan pengamatan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul

    pada saat diperlakukan pengamatan

    3. Gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-

    ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

    Berdasarkan hasil-hasil pencatatan ini kemudian ditetapkanlah ciri-

    ciri atau unsur-unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal

    terseut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi.

    e. Kategori Pengetahuan

    Menurut Arikunto (2010), untuk mengetahui secara kuantitatif tingkat

    pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dibagi menjadi 4 tingkatan :

    1. Tingkat pengetahuan baik, bila skor atau nilai 76% - 100%

    2. Tingkat pengetahuan cukup, bila skor atau nilai 56% - 75%

    3. Tingkat pengetahuan kurang, bila skor atau nilai 40% - 55%

    4. Tingkat pengetahuan tidak baik, bila skor atau nilai < 40 %

    2. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

    a) Pengertian IVA

    Pemikiran perlunya metode pemeriksaan alternatif dilandasi oleh fakta, bahwa

    temuan sensitifitas dan spesitifitas tes Pap bervariasi dari 50-98%. Selain itu juga

    kenyataannya skrining massal dengan tes Pap belum mampu dilaksanakanantara

    lain karena keterbatasan ahli patologi/sitologi dan teknisi sitologi.

    Manfaat dari IVA antara lain : memenuhi kriteria tes penapisan yang baik,

    penilaian ganda untuk sensitivitas dan spesifitas menunjukkan bahwa tes ini

    sebanding dengan Pap smear dan HPV atau kolposkopi. Mengkaji masalah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    penanggulangan kanker leher rahim yang ada di Indonesia dan adanya pilihan

    metode yang mudah diujikan diberbagai negara , agaknya metode IVA (Inspeksi

    Visual dengan Asam Asetat) layak dipilih sebagai metode pemeriksaan alternatif

    untuk kanker leher rahim (Nuranna, 2008). Pertimbangan tersebut didasarkan oleh

    pemikiran, bahwa metode pemeriksaan iva itu .

    1) Mudah, praktis dan sangat mampu dilaksanakan.

    2) Dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan bukan Dokter Ginekologi,

    dapat dilakukan oleh bidan disetiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu.

    3) Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana.

    4) Metode skrining IVA sesuai untuk pelayanan sederhana

    Hal yang sama seperti dalam penelitian James Wong 2012 bahwa metode

    pemeriksaan IVA program skre yang bisa dilakukan pada kalangan masyarakat

    terutama pada masyarakat di pinggiran kota atau di daerah kecil karena bisa

    terjangkau dan mudah untuk dilakukan.

    b) Prosedur Diagnosis IVA

    (1) Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA

    Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua

    wanita berusia 30 dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka

    tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes

    harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin

    terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal.

    Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan

    kanker leher rahim, diantaranya sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    1. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    (3) Penilaian Klien

    Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:

    1. Riwayat menstruasi

    2. Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)

    3. Paritas

    4. Usia pertama kali berhubungan seksual

    5. Penggunaan alat kontrasepsi

    8. Pengertian Motivasi

    a. Pengertian motivasi

    Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagaikekuatan yang

    terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individutersebut bertindak atau

    berbuat. Motivasi merupakan dorongan yangterdapat dalam diri seseorang untuk

    berusaha mengadakan perubahantingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

    kebutuhannya. Motivasiterjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan

    kemauan untukmelakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai

    tujuantertentu (Uno : 2007).

    Menurut Purwanto (1992:74) ada beberapa teori motivasi di antaranya

    adalah : 1) Teori hedonisme, 2) Teori naluri, 3) Teori reaksi yang dipelajari (Teori

    lingkungan kebudayaan), 4) Teori daya pendorong, 5) Teori kebutuhan.

    Teori Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang

    bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan

    (hedome) yang bersifat duniawi. Teori naluri pada dasarnya memiliki tiga

    dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri yaitu: dorongan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    nafsu (naluri) mempertahankan diri, Naluri mengembangkan diri, dan naluri

    mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dengan dimilikinya ketiga naluri

    pokok itu, maka kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia

    yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau gerakan oleh ketiga naluri

    tersebut, oleh karena itu menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus

    berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

    Teori reaksi yang dipelajari (Teori lingkungan kebudayaan) berpandangan

    bahwa tindakan atau perilaku manusia itu berdasarkan pola-pola tingkah laku

    yang dipelajari dari kebudayaaan ditempat orang itu hidup. Teori daya pendorong,

    teori ini merupakan perpaduan antarateori naluri dengan teori reaksi yang

    dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan

    kekuatan yang luas terhadap suatu arah umum. Teori kebutuhan, teori ini

    beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya

    adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun

    kebutuhan psikis.

    b. Jenis- jenis Motivasi

    Motivasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intriksik dan motivasi

    ekstrisik.

    1) Motivasi Intriksik

    Yang dimaksud dengan motivasi intriksik adalah motif-motif yang

    menjadi aktif atau tidak perlu dirangsang dari luar, karena setiap diri

    individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik

    datang dari hati sanubariumumnya karena kesadaran, misalnya ibu yang

    mau melakukan mobilisasi dini karena ibu tersebut sadar bahwa dengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    melakukan mobilisasi dini maka akan membantu mempercepat proses

    penyembuhan ibu pasca operasi.

    Menurut Taufik (2007), factor-faktor yang mempengaruhi motivasi

    intriksik yaitu:

    (a) Kebutuhan (need)

    Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor

    kebutuhan baik biologis maupun psikologis.

    (b) Harapan (expentancy)

    Seseorang dimotivasi karena keberhasilan dan adanya harapan

    keberhasilan bersifat pemuasaan diri seseorang, keberhasilan dan

    harga diri meningkat dan menggerakkan kearah pencapaian tujuan.

    (c) Minat

    Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal

    tanpa ada yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari orang lain)

    2) Motivasi Ekstrinsik

    Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

    adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang

    berbuat sesuatu. Menurut Taufik (2007), factor-faktor yang mempengaruhi

    motivasi ekstrinsik adalah:

    (a) Dukungan keluarga

    Ibu melakukan mobilisasi dini bukan kehendak sendiri tetapi karena

    dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya ibu

    melakukan mobilisasi dini karena adanya dorongan (dukungan) dari

    suami, orang tua ataupun anggota keluarga lainnya. Dukungan atau

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu

    untuk memberikan yang terbaik bagi kesehatan ibu.

    (b) Lingkungan

    Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal. Lingkungan

    dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk

    melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai

    peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam mengubah

    tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka,

    akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks

    pelaksanaan mobilisasi dini di rumah sakit, maka orang-orang di

    sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan ataupun

    memberikan informasi pada ibu tentang tujuan dan manfaat

    mobilisasi dini.

    (c) Media

    Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam

    memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea,

    mungkin karena pada era globalisasi ini hampir dari waktu yang

    dihabiskan adalah berhadapan dengan media informasi, baik itu media

    cetak maupun elektronika (TV, radio, komputer/internet) sehingga

    sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya

    diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap

    kesehatan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    c. Tujuan Motivasi

    Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar

    timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat

    memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).

    Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai.

    Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas

    pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi

    akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang

    dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi

    pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang

    kehidupan, kebutuhan serta kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik,

    2007).

    d. Fungsi Motivasi

    Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu :

    1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

    yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

    penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

    2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

    Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

    harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan

    sebelumnya.

    3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

    harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

    perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan

    kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian

    e. Karakteristik Motivasi

    Menurut McClelland (dalam Thoha, 2005:236) adapun karakteristik dari

    orang-orang yang mempunyai motivasi tinggi, antara lain : 1) Mempunyai

    Tanggung Jawab Pribadi, 2) Menetapkan Nilai yang Akan Dicapai, 3) Berusaha

    Bekerja Kreatif, 4) Berusaha Mencapai Cita-cita, 5) Memiliki Tugas yang

    Moderat 6) Melakukan Kegiatan Sebaik-baiknya, 7) Mengadakan Antisipasi.

    f. Skala Pengukuran Motivasi

    Skala pengukuran motivasi disusun berdasarkan skala Likert (Method Of

    Summated Ratings). Skala yang digunakan merupakan pengembangan penulis

    berdasarkan karakteristik orang yang memiliki motivasi oleh McClelland (dalam

    Thoha, 2005:236) yaitu mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai

    yang akan di capai, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita,

    memiliki tugas yang moderat, melakukan kegiatan sebaik-baiknya, mengadakan

    antisipasi. Penentuan nilai skala dilakukan dengan cara satu pernyataan yang

    bersifat favourable dan Unfavourable dengan jumlah yang berimbang dengan

    klasifikasi Sangat sesuai, Sesuai, Tidak sesuai, Sangat tidak sesuai dan pemberian

    skor tertinggi bernilai 4 dan skor terendah bernilai 1.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    9. Dukungan suami

    a. Konsep Dukungan

    1) Pengertian

    Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang

    dikemukakan oleh para ahli. Sheridan dan Radmacher menekankan

    pengertian dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat

    interaksi dengan orang lain. Social support is the resources provided to us

    through our interaction with other people (Sheridan dan Radmacher,

    1992).

    Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel yang menyatakan bahwa

    dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan

    diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari

    jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Social support is

    information from others that one is loved and cared for, esteemed and

    valued and part of a network of communication and mutual obligation

    (Siegel dan Taylor, 1999).

    Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan

    kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa

    individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga

    merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan

    bersama.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    2) Sumber Dukungan Sosial

    Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari

    dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan

    individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara

    fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua,

    saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam

    kelompok masyarakat.

    3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Seorang Individu

    (a) Faktor internal adalah : persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga

    diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja dan prestasi

    kerja yang dihasilkan.

    (b) Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara

    lain ialah : jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang

    bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada

    umumnya, sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

    4) Bentuk Dukungan

    Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999)

    membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk. Yaitu :

    a) Dukungan Instrumental (Tangible Assisstance)

    Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

    memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian

    barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat

    mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental

    sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah.

    b) Dukungan Informasional

    Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan

    balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini

    dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah

    dengan lebih mudah.

    c) Dukungan Emosional

    Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman,

    yakin, dipedulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga

    individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini

    sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat

    dikontrol.

    d) Dukungan pada Harga Diri

    Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu,

    pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan

    perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini

    membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

    e) Dukungan dari Kelompok Sosial

    Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu

    kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman

    senasib.

    5) Dampak Dukungan Sosial

    Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan

    psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial

    mempengaruhi kejadian dan efek dari stres. Lieberman (1992)

    mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan

    kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stres.

    Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat

    memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan

    oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stres.

    Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon

    individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri,

    mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu

    memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres dapat

    mengganggu kepercayaan diri dan dukungan sosial dapat memodifikasi

    efek itu.

    Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif

    dalam memepengaruhi kejadian dan efek stres. Dalam Safarino (1998)

    disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial,

    antara lain :

    a) Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang

    membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara

    emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.

    b) Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan

    individu.

    c) Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti

    melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

    d) Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan

    sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program

    rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan

    individu menjadi tergantung pada orang lain.

    6) Dukungan Suami

    Dari penelitian kualitatif di indonesia diperoleh berbagai dukungan

    suami yang diharapkan istri, yaitu :

    1) Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri.

    2) Suami senang mendapatkan keturunan.

    3) Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini.

    4) Suami memperhatikan kesehatan istri, yakni menanyakan keadaan istri

    atau janin yang dikandung.

    5) Suami mengantar dan menemani istri memeriksakan kandungannya.

    6) Suami tidak menyakiti istri.

    7) Suami menghibur atau menenangkan istri ketika ada masalah yang

    dihadapi istri.

    8) Suami menasehati agar istri tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau di

    tempat kerja.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    9) Suami membantu tugas istri.

    10) Suami berdoa untuk kesehatan atau keselamatan istri dan anaknya.

    11) Suami menunggu ketika istri melahirkan.

    12) Suami menunggu ketika istri di operasi.

    (BKKBN,2008)

    7) Diperoleh atau Tidak Diperolehnya Dukungan Suami Tergantung

    pada :

    1) Keintiman hubungan.

    2) Adanya komunikasi yang bermakna.

    3) Adanya masalah atau kekhawatiran dalam biaya.

    8) Dukungan Keluarga

    1) Ayah dan ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan

    ini.

    2) Ayah dan ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam

    periode ini.

    3) Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi.

    4) Walaupun ayah dan ibu kandung maupun mertua ada di daerah lain,

    sangat didambakan dukungan melalui telepon, surat ataupun doa dari

    jauh.

    5) Selain itu, ritual tradisional dalam periode ini seperti upacara 7

    bulanan pada beberapa orang mempunyai arti tersendiri yang tidak

    boleh diabaikan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    9) Dukungan Lingkungan

    1) Diperoleh dari ibu-ibu pengajian, perkumpulan atau kegiatan yang

    berhubungan dengan keagamaan atau sosial dalam bentuk doa

    bersama untuk kesehatan ibu hamil dan bayinya.

    2) Membicarakan, menceritakan dan menasehati tentang pengalaman

    hamil dan melahirkan.

    3) Ada diantara mereka yang mau mengantarkan ibu hamil untuk

    periksa.

    4) Menunggu ketika melahirkan.

    5) Mereka dapat menjadi seperti saudara bagi ibu hamil dan nifas.

    10) Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta suami

    Beberapa faktor yang mempengaruhi peran serta suami dalam

    perlindungan kesehatan reproduksi istri (ibu), antara lain adalah:

    a) Budaya

    Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat

    yang masih tradisional (patrilineal) menganggap istri adalah konco

    wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum

    pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan

    keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan

    suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misal: kualitas dan kuantitas

    makanan yang lebih baik dibanding istri maupun anak karena

    menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah

    tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    empati dan peduli dengan keadaan ibu yang sedang hamil maupun

    menyusui anak, dan lain-lain.

    Beberapa cara merubah budaya di atas antara lain:

    1) Persepsi mengenai kesetaraan gender perlu diberikan dan

    disosialisasikan sejak dini melalui kegiatan formal (sekolah)

    maupun non formal (kelompok masyarakat), dan diaplikasikan ke

    dalam praktek kehidupan sehari-hari.

    2) Penyuluhan pada sarana maupun tempat dimana pria sering

    berkumpul dan berintraksi (misalnya: tempat kerja, club, tukang

    cukur, dan lain)

    3) Berikan informasi sesering mungkin dengan stimulus yang menarik

    perhatian

    4) Masyarakat Indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan

    malu dan sungkan kepada lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam

    pelaksanaan GSI perlu dipikirkan sesuatu aturan atau kegiatan yang

    dapat memotivasi kepala keluarga untuk segera merealisasikan

    kepedulian pada istrinya.

    b) Pendapatan

    Pada masyarakat kebanyakan, 75%-100% penghasilannya

    dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak

    keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah. Sehingga pada

    akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan kepelayanan kesehatan karena

    tidak mempnyai kemampuan untuk membayar. Atas dasar faktor

    tersebut di atas maka prioritas kegiatan GSI ditingkat keluarga dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang bersifat

    anjuran (advocacy) saja seperti yang selama ini. Akan tetapi lebih

    bersifat holistic. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa

    pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi

    keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak

    memperhatikan kesehatan istrinya karena permasalahan keuangan.

    c) Tingkat Pendidikan

    Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan

    pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah

    pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya

    akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil

    keputusan secara efektif. Akhinya, pandangan baru yang perlu

    diperkenalkan dan lebih disosialisasikan kembali untuk

    memberdayakan kaum suami mendasarkan pada pengertian bahwa:

    1) Suami memainkan peranan yang sangat penting, terutama dalam

    pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi

    pasangannya.

    2) Suami sangat berkepentingan terhadap kesehatan reproduksi

    pasangannya.

    3) Saling pengertian serta kesetimbangan peranan antara kedua pasangan

    dapat membantu meningkatkan prilaku yang kondusif terhadap

    peningkatan kesehatan reproduksi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    4) Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang planning keluarga maupun

    kesehatan reproduksi antara satu dengan yang lainnya akan

    mendapatkan keputusan yang lebih efektif dan lebih baik.

    Menurut BKKBN (2008), perlunya peningkatan partisipasi suami

    dalam asuhan kehamilan karena:

    1) Suami merupakan pasangan atau patner dalam proses reproduksi,

    sehingga beralasan apabila suami istri berbagi tanggung jawab dan

    peranan secara seimbang untuk mencapai kesehatan reproduksi dan

    berbagi beban untuk mencegah penyakit serta kompliksi kesehatan

    reproduksi dan kehamilan.

    2) Suami bertanggung jawab secara sosial, moral, dan ekonomi dalam

    membangun keluarga.

    3) Suami secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peran

    yang penting dalam mengambil keputusan.

    4) Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak

    langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah.

    Kehamilan merupakan suatu pristiwa yang luar biasa dan

    merupakan anugrah Tuhan YME, maka sebuah kehamilan perlu mendapat

    perhatian khusus dari ibu sendiri, suami, dan keluarga yang lain.

    Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial,

    dan spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini merupakan refleksi

    dari peran suami dalam keluarga (BKKBN, 2008).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    10. Pengertian Perilaku Individu

    Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk

    mencapai suatu tujuan atau global. Dengan adanya need atau kebutuhan dalam

    diri seseorang maka akan muncul motivasi atau penggerak/pendorong. Sehingga

    manusia itu beraktivitas/berperilaku, kemudian tujuan tercapai dan individu

    mengalami kepuasaan. Siklus melingkar kembali memenuhi kebutuhan yang

    berikutnya/kebutuhan yang lain dan seterusnya dalam suatu proses terjadinya

    perilaku manusia.

    a) Pengertian Perilaku

    Pengertian perilaku adalah suatu kegiatan aktifitas oeganisme atau makhluk

    hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari segi biologis semua makhluk hidup

    mulai dari binatang sampai manusia mempunyai aktifitas masing-masing.

    (Notoatmodjo, 2007)

    Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2008),

    merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

    stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui

    proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

    merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus

    Organisme Respon.Seorang ahli psikologi Skiner merumuskan bahwa perilaku

    merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

    luar). Oleh karena itu perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

    organisme dan kemudian organisme tersebut merespon. Skiner membedakan

    adanya dua respons yaitu :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    1) Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh

    rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

    2) Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan

    berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

    Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dibedakan menjadi dua

    yaitu :

    1) Perilaku tertutup (covert behaviour)

    Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

    tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

    perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi

    pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

    secara jelas oleh orang lain.

    2) Perilaku terbuka (overt behaviour)

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

    terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

    tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

    orang lain.

    Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)

    terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit sistem, pelayanan

    keshatan, makanan, serta lingkungan. (Notoatmodjo, 2007 : 121).

    Dari batasan ini, perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo seperti yang dikuti

    oleh Syakira (2009), dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

    1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

    menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

    bilamana sakit.

    2) Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau

    sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

    Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

    menderita penyakit dan atau kecelakaan.

    3) Perilaku kesehatan lingkungan

    Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

    maupun sosial budaya, dan sebagainya.

    b) Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

    Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi perilaku. Diantaranya adalah sebagai berikut :

    (1) Pengalaman

    Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

    orang lain.Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

    pengetahuan seseorang.

    (2) Tingkat Pendidikan

    Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang

    yang akan mempengaruhi dalam perilakunya. Secara umum, seseorang

    yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih

    luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

    pendidikannya lebih rendah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    (3) Keyakinan

    Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

    adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi

    perilaku seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

    (4) Fasilitas

    Fasilitas fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

    mempengaruhi perilaku seseorang, misalnya radio, televisi, majalah,

    koran, dan buku.

    (5) Penghasilan

    Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap perilaku

    seseorang.Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia

    akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas fasilitas sumber

    informasi.

    (6) Sosial Budaya

    Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

    mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

    sesuatu.

    Teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku

    dari analisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku

    yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green,

    dalam Notoatmodjo 2007) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat

    kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non

    behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3

    faktor, yaitu :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    1. Faktor Faktor Predisposisi

    a) Pengetahuan

    Pengetahuan diperoleh sendiri atau pengalaman orang lain, contoh

    pengetahuan ibu tentang menyendawakan bayi sebelumnya atau

    pengetahuan yang diperoleh dari teman atau bidan yang memberitahukan.

    b) Kepercayaan

    Kepercayaan sering diperolah dari orang tua, kakek, atau nenek.

    Seseorang menerima berdasarkan keyakinan.

    c) Sikap

    Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

    obyek. Sikap sering diperoleh dari pengetahuan sendiri atau dari orang lain

    yang paling dekat.

    d) Orang Penting sebagai Referensi

    Perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap

    penting untuknya, maka apa yang dikatakan atau diperbuat orang tersebut

    cenderung untuk dicontoh.

    e) Sumber- Sumber Daya (Resource)

    Sumber daya disini mencakup fasilitas yaitu uang atau

    keterjangkauan terhadap fasilitas kesehatan. Semua itu berpengaruh

    terhadap perilaku seseorang dan kelompok masyarakat.

    f) Kebudayaan

    Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat

    kehidupan suatu masyarakat bersama.

    2. Faktor Faktor Pendukung

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    a) Tempat Pelayanan

    Jauh dekatnya tempat pelayanan sangat menentukan minat seseorang

    bersedia atau tidak untuk datang ketempat tersebut.

    b) Sarana dan Prasarana

    Kelengkapan dan ketersediaan alat-alat mempengaruhi seseorang untuk

    periksa ketempat tersebut atau tidak. Orang- orang akan enggan untuk

    datang ke tempat pelayanan kesehatan bila sarana dan prasrana tidak

    memadai, begitu juga sebaliknya.

    3. Faktor Faktor Pendorong

    Sikap dan perilaku petugas kepada pasien akan mempengaruhi

    seseorangn untuk datang periksa ketempat tersebut. Seseorang cenderung

    lebih suka datang ketempat dimana petugas kesehatannya bersikap lebih baik

    kepada pelanggan.

    11. Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

    a) Pengertian

    IVA adalah cara yang mudah dan murah dapat dilakukan oleh bidan atau

    tenaga medis puskesmas, prinsip kerja puskesmas ini adalah dengan

    mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Londidi kesamaan lendir di

    permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan

    berubah warnamenjadi putih melalui bentuan cahay, petugas medis akan

    melihat bercak putih pada mulut raim (Nurcahyo, 2010).

    b) Keunggulan IVA

    1) Aman, tidak mahal dan mudah dilakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    2) Kinerja tes tersebut sama dengan tes-tes yang lain yang digunakan

    untuk penampilan kanker rahim

    3) Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hamper semua tenaga kesehatan

    disemua jenjeng system kesehatan.

    4) Memberikan hasil segera dapat segera diambil keputusan dan

    melakukan penatalaksanaan.

    5) Sebagian besar peralatan dan bahan untuk melakukan pemeriksaan IVA

    mudah di dapat

    6) Pengobatan langsung dilakukan sesuai dengan hasil penapisan

    (Depkes RI, 2009)

    c) Syarat IVA

    1) Dilakukan di luar siklus haid

    2) Pada masa kehamilan, nifas dan pasca keguguran

    3) Sebelum menopause

    d) Factor Resiko Penilaian IVA

    1) Paritas

    2) Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah

    3) Pemakaian alat KB

    e) Pemberi pelayanan IVA

    Petugas kesehatan yang terdiri dari :

    1) Bidan terlatih IVA

    2) Dokter umum terlatih IVA

    3) Dokter spesialis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    f) Tempat pelayanan

    1) Rumah sakit

    2) Puskesmas

    3) Puskesmas pembantu

    B. Penelitian yang Relevan

    1) Penelitian oleh Ninik Artiningsih (2011) meneliti tentang hubungantingkat

    pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi

    visual asam asetat dalam rangka deteksi dini kanker cervik, penelitian ini

    merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang

    dilakukan di puskesmas Blooto Mojokerto dengan pengambilan sampel

    mengguakan cluster random samplinginstrument yang digunakan dalam

    pnelitian ini menggunakan lembar kuesioner dan di analisa dengan uji

    korelasi person dan regresi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada

    hubungan yang bermakna dan positif antara pengetahuan WUS dengan

    perilaku pemeriksaan IVA dan ada hubungan yang bermakna atara sikap

    WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA yang menunjukkan angka 49,3%.

    2) PenelitianNi Wayan Suarniti, dkk 2013 dengan Judul Pengetahuan dan

    Motivasi Wanita Usia Subur tentang Tes Inspeksi Visual Asam Asetat di

    Propinsi Bali Tahun 2012, tujuan dalam penelitian ini peneliti ingin

    mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi wanita usia subur dalam

    melakukan tes IVA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini malalui

    pendekatan cross sectional dan untuk mengukur pengetahuan dan motivasi

    digunakan kuesioner yang disusun sendiri. Analisisunivariabel dilakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    dengan distribusi frekuensi, analisis bivariabel dengan Uji T dan analisis

    multivariabel dengan Anova 2 arah. Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan antara

    WUS yang menjalani tes IVA dengan yang tidak menjalani tes IVA,

    pengetahuan WUS yang menjalani tes IVA lebih tinggi dibandingkan

    dengan yang tidak melakukan pemeriksaan IVA, hal ini menunjukkan

    bahwa pengambilan keputusan WUS untuk menjalani tes IVA dipengaruhi

    oleh pengetahuan yang dimiliki dan tidak ada perbedaan motivasi antara

    WUS yang menjalani tes IVA dengan yang tidak menjalani tes IVA.

    3) Penelitian dengan Judul hubungan tingkat pengetahuan dan sikap wanita

    usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) oleh Ni

    Made Sri Dewi L, dkk (2012) penelitian ini merupakan penelitian analitik

    dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di puskesmas buleleng.

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional analitik

    dengan pendekatan cross sectional, pengambilan sampel dengan teknik

    simple random sampling. Instrumen kuesioner untuk data pengetahuan,

    sikapdan pemeriksaan IVA yang diuji dengan analisis Regresi Logistik.

    Hasil dari penelitina ini menunjukan bahwa secara simultan pengetahuan

    dan sikap WUS berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA di

    Puskesmas Buleleng I, Kecamatan Buleleng, sebesar 72,7%. Terdapat

    hubungan positif antara tingkat pengetahuan dan sikap WUS dengan

    pemeriksaan IVA di Puskesmas Buleleng I.

    4) Penelitian Heni Sumatris, dkk (2013) yang meneliti tentang hubungan

    antara perilaku ibu dengan deteksi dini CA.Cervix menggunakan IVA test

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    di Puskesmas Palembang. Penelitian ini menggunakan metode survey

    analitik dengan penelitian cross sectional. Data penelitian ini diperoleh

    dari hasil analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji

    analisaChi- square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan

    sikap ibu tidak berpengaruh terhadap deteksi dini Ca. Cervix menggukan

    IVA test sedangkan tindakan ibu berpengaruh terhadap deteksi Ca. Cervix

    menggunakan IVA test.

    5) Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu mengikuti

    deteksi dini kanker serviks melalui metode inspeksi visual asam asetat

    (IVA) di Kabupaten Banyumas oleh Roswati Dani Ningrum, dkk (2012).

    Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks melalui

    metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Jenis penelitian ini adalah

    penelitian survey analitik dengan pendekatan penelitian menggunakan

    pendekatan cross sectional. Metode pengumpulan data pada penelitian ini

    adalah secara kuantitatif. Teknik sampling dalam penelitian ini

    menggunakan accidental sampling, dengan jumlah sampel 95 orang yaitu

    Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan,

    status ekonomi, tingkat pendidikan dan motivasi ibu mengikuti

    pemeriksaan IVA. Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini

    adalah uji uji Rank Spearman, karena data yang diperoleh berskala ordinal.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan banyak factor yang mempengaruhi

    motivasi ibu dalam pemeriksaan IVA diantaranya mulai dari pengetahuan

    40%, status ekonomi 80%, tingkat pendidikan 43%, motivasi 49%.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    6) Penelitian yang dilakukan oleh Partha Basu, et al dengan judul

    Knowledge, Attitude and Practices of Women in Maldives Related to the

    Risk Factors, Prevention and Early Detection of Cervical Cancer yang

    dilakukan di Maladewa pada Tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk

    menilai pengetahuan, sikap dan praktek wanita yang berkaitan dengan

    faktor-faktor risiko, pencegahan dan deteksi dini kanker servik. Metode

    penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan survey

    menggunakan kuesioner pada wanita yang berusia 20-50 Tahun, dengan

    cara melakukan wawancara pada 2845 wanita. Hasil penelitian di dapatkan

    bahwa sebagina besar wanita mengetahui tentang kanker payudara dan

    sedikit yang mengetahui tentang kanker servik. Dari jumlah responden

    hanya 34,6% wanita yang memiliki pengetahuan tentang kanker servik.

    Dan sedikit wanita yang mengetahui tentang pencegahan kanker servik

    serta cara melakukan tes deteksi dini kanker servik. 6,2% semua wanita

    yang melaporkan pernah melakukan pemeriksaan papsmer. Hal ini

    disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak memiliki

    pengetahuan yang cukup tentang kanker servik

    C. Kerangka Berfikir

    Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dikemukakan kerangka

    berfikir dalam penelitian ini pengaruh pengetahuan, motivasi dan dukungan

    suami dengan perilaku pemeriksaan IVA. Dimana perilaku wanita dalam

    kesehatan reproduksi dalam deteksi dini kanker servik melalui pemeriksaan

    IVA didukung oleh beberapa factor diantaranya pengetahuan, motivasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    setiap individu serta dukungan suami serta keluarga untuk melakukan

    deteksi dini kanker dengan pemeriksaan IVA ditempat pelayanan kesehatan.

    D. Hipotesis penelitian

    1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada

    Wanita Usia Subur di Puskesmas Kedungrejo

    2. Ada pengaruh motivasi individu terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada

    Wanita Usia Subur di Puskesmas Kedungrejo

    3. Ada pengaruh dukungan suami terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada

    Wanita Usia Subur di Puskesmas Kedungrejo

    4. Ada pengaruh bersama pengetahuan,motivasi individu, dan dukungan

    suami terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di

    Puskesmas Kedungrejo

    Pengetahuan Dukungan suami

    Perilaku pemeriksaan IVA

    Motivasi diri kognitif tentang

    pemeriksaan IVA

    Terbentuknya

    tindakanseseorang(overt

    behavior)

    Dukungan Suami Kurang Dukungan Suami Sedang

    Dukungan Suami Baik

    Faktor

    internal

    Perubahan sikap

    seseorang

    Faktor

    eksternal