bab ii
DESCRIPTION
Ayo BelajarTRANSCRIPT
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,
rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting unutk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
(Notoatmodjo,2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatdmojo (2007), pengetahuan yang mencakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan, mendenifisikan, menyatakan, dan sebagainya.
Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda sindrom pra menstruasi.
6
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyak yang
dipelajari. Misalnya mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya :
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan
rumusan yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini kaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justivikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada. Misalnya : dapat
membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang
kurang gizi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
melalui kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukurkan subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut diatas.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Usia
Usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan
bertambahnya usia akan lebih dewasa pula intelektualnya. Semakin cukup
umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang-orang yang belum
tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya.
2) Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut
akhirnya dapat berpengaruh terhadap perilaku. Adanya pendidikan
diharapkan dapat membawa dampak atau akibat terhadap perubahan
perilaku sasaran.
Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh, diharapkan tingkat
pengetahuan seseorang bertambah sehingga memudahkan dalam
menerima atau mengadopsi perilaku yang positif. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga
semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
3) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempunyai hubungan
langsung dengan hidup organisasi atau manusia. Dengan sistem
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
terbukanya manusia, maka selama berinteraksi dengan lingkungannya
akan berdampak terhadap pembentukan perilaku atau watak yang sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai
lingkungan.
5) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada
orang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan banyak
memperoleh informasi dan pengalaman.
6) Pengalaman
Pengalaman merupakan yang baik oleh sebab itu pengalaman
pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.(Notoadmojo, 2007)
7) Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode
penyuluhan, dengan pengetahun bertambah seseorang akan berubah
perilakunya.
8) Media Massa
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula macam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi masyarakat tentang inovasi baru.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) cara memperoleh pengetahuan ada dua
cara, yaitu :
1) Cara Tradisional Atau Non Ilmiah
(a) Cara coba-salah ( Trial and Error )
Yaitu cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh
manusia dalam memperoleh pengtahuan adalah melalui cara coba-coba
atau dengan kata yang lebih dikenal trial and error. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan ini gagal pula, maka dicoba
kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga
gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan.
(b) Cara kekuasaan atau otoritas
Yaitu cara kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang-orang
tanpa melalui penalaran dan kebiasaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat
berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,
ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan kekuasaan atau otoritas. Baik
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tradisi,otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
(c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, maka untuk memecahkan yang lain yang sama orangnya, dapat
menggunakan kembali, namun akan menggunakan cara yang lain sehingga
dapat berhasil memecahkannya.
(d)Melalui jalan pemikiran
Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung
melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukan kemudian dicari
hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan menggunakan penalaran.
2) Cara Modern atau Cara Ilmiah
Metode yang menggunakan cara baru atau modern dalam memperoleh
pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini
bisebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian (Research Methodology). Di mana pengetahuan ini
diperoleh dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-
pencatatanya terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.
Pemecahan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:
1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada sat
diperlakukan pengamatan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul
pada saat diperlakukan pengamatan
3. Gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-
ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil-hasil pencatatan ini kemudian ditetapkanlah ciri-
ciri atau unsur-unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal
terseut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi.
e. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010), untuk mengetahui secara kuantitatif tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dibagi menjadi 4 tingkatan :
1. Tingkat pengetahuan baik, bila skor atau nilai 76% - 100%
2. Tingkat pengetahuan cukup, bila skor atau nilai 56% - 75%
3. Tingkat pengetahuan kurang, bila skor atau nilai 40% - 55%
4. Tingkat pengetahuan tidak baik, bila skor atau nilai < 40 %
2. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
a) Pengertian IVA
Pemikiran perlunya metode pemeriksaan alternatif dilandasi oleh fakta, bahwa
temuan sensitifitas dan spesitifitas tes Pap bervariasi dari 50-98%. Selain itu juga
kenyataannya skrining massal dengan tes Pap belum mampu dilaksanakanantara
lain karena keterbatasan ahli patologi/sitologi dan teknisi sitologi.
Manfaat dari IVA antara lain : memenuhi kriteria tes penapisan yang baik,
penilaian ganda untuk sensitivitas dan spesifitas menunjukkan bahwa tes ini
sebanding dengan Pap smear dan HPV atau kolposkopi. Mengkaji masalah
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
penanggulangan kanker leher rahim yang ada di Indonesia dan adanya pilihan
metode yang mudah diujikan diberbagai negara , agaknya metode IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat) layak dipilih sebagai metode pemeriksaan alternatif
untuk kanker leher rahim (Nuranna, 2008). Pertimbangan tersebut didasarkan oleh
pemikiran, bahwa metode pemeriksaan iva itu .
1) Mudah, praktis dan sangat mampu dilaksanakan.
2) Dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan bukan Dokter Ginekologi,
dapat dilakukan oleh bidan disetiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu.
3) Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
4) Metode skrining IVA sesuai untuk pelayanan sederhana
Hal yang sama seperti dalam penelitian James Wong 2012 bahwa metode
pemeriksaan IVA program skre yang bisa dilakukan pada kalangan masyarakat
terutama pada masyarakat di pinggiran kota atau di daerah kecil karena bisa
terjangkau dan mudah untuk dilakukan.
b) Prosedur Diagnosis IVA
(1) Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA
Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua
wanita berusia 30 dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka
tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes
harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin
terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal.
Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan
kanker leher rahim, diantaranya sebagai berikut:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(3) Penilaian Klien
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
1. Riwayat menstruasi
2. Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
3. Paritas
4. Usia pertama kali berhubungan seksual
5. Penggunaan alat kontrasepsi
8. Pengertian Motivasi
a. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagaikekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individutersebut bertindak atau
berbuat. Motivasi merupakan dorongan yangterdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahantingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Motivasiterjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan
kemauan untukmelakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai
tujuantertentu (Uno : 2007).
Menurut Purwanto (1992:74) ada beberapa teori motivasi di antaranya
adalah : 1) Teori hedonisme, 2) Teori naluri, 3) Teori reaksi yang dipelajari (Teori
lingkungan kebudayaan), 4) Teori daya pendorong, 5) Teori kebutuhan.
Teori Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang
bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan
(hedome) yang bersifat duniawi. Teori naluri pada dasarnya memiliki tiga
dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri yaitu: dorongan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
nafsu (naluri) mempertahankan diri, Naluri mengembangkan diri, dan naluri
mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dengan dimilikinya ketiga naluri
pokok itu, maka kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia
yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau gerakan oleh ketiga naluri
tersebut, oleh karena itu menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus
berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Teori reaksi yang dipelajari (Teori lingkungan kebudayaan) berpandangan
bahwa tindakan atau perilaku manusia itu berdasarkan pola-pola tingkah laku
yang dipelajari dari kebudayaaan ditempat orang itu hidup. Teori daya pendorong,
teori ini merupakan perpaduan antarateori naluri dengan teori reaksi yang
dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah umum. Teori kebutuhan, teori ini
beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun
kebutuhan psikis.
b. Jenis- jenis Motivasi
Motivasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intriksik dan motivasi
ekstrisik.
1) Motivasi Intriksik
Yang dimaksud dengan motivasi intriksik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau tidak perlu dirangsang dari luar, karena setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik
datang dari hati sanubariumumnya karena kesadaran, misalnya ibu yang
mau melakukan mobilisasi dini karena ibu tersebut sadar bahwa dengan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
melakukan mobilisasi dini maka akan membantu mempercepat proses
penyembuhan ibu pasca operasi.
Menurut Taufik (2007), factor-faktor yang mempengaruhi motivasi
intriksik yaitu:
(a) Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor
kebutuhan baik biologis maupun psikologis.
(b) Harapan (expentancy)
Seseorang dimotivasi karena keberhasilan dan adanya harapan
keberhasilan bersifat pemuasaan diri seseorang, keberhasilan dan
harga diri meningkat dan menggerakkan kearah pencapaian tujuan.
(c) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal
tanpa ada yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari orang lain)
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang
berbuat sesuatu. Menurut Taufik (2007), factor-faktor yang mempengaruhi
motivasi ekstrinsik adalah:
(a) Dukungan keluarga
Ibu melakukan mobilisasi dini bukan kehendak sendiri tetapi karena
dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya ibu
melakukan mobilisasi dini karena adanya dorongan (dukungan) dari
suami, orang tua ataupun anggota keluarga lainnya. Dukungan atau
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu
untuk memberikan yang terbaik bagi kesehatan ibu.
(b) Lingkungan
Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal. Lingkungan
dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk
melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai
peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam mengubah
tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka,
akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks
pelaksanaan mobilisasi dini di rumah sakit, maka orang-orang di
sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan ataupun
memberikan informasi pada ibu tentang tujuan dan manfaat
mobilisasi dini.
(c) Media
Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam
memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea,
mungkin karena pada era globalisasi ini hampir dari waktu yang
dihabiskan adalah berhadapan dengan media informasi, baik itu media
cetak maupun elektronika (TV, radio, komputer/internet) sehingga
sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya
diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap
kesehatan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c. Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar
timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).
Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai.
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas
pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi
akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang
dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi
pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang
kehidupan, kebutuhan serta kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik,
2007).
d. Fungsi Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan
sebelumnya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan
kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian
e. Karakteristik Motivasi
Menurut McClelland (dalam Thoha, 2005:236) adapun karakteristik dari
orang-orang yang mempunyai motivasi tinggi, antara lain : 1) Mempunyai
Tanggung Jawab Pribadi, 2) Menetapkan Nilai yang Akan Dicapai, 3) Berusaha
Bekerja Kreatif, 4) Berusaha Mencapai Cita-cita, 5) Memiliki Tugas yang
Moderat 6) Melakukan Kegiatan Sebaik-baiknya, 7) Mengadakan Antisipasi.
f. Skala Pengukuran Motivasi
Skala pengukuran motivasi disusun berdasarkan skala Likert (Method Of
Summated Ratings). Skala yang digunakan merupakan pengembangan penulis
berdasarkan karakteristik orang yang memiliki motivasi oleh McClelland (dalam
Thoha, 2005:236) yaitu mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai
yang akan di capai, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita,
memiliki tugas yang moderat, melakukan kegiatan sebaik-baiknya, mengadakan
antisipasi. Penentuan nilai skala dilakukan dengan cara satu pernyataan yang
bersifat favourable dan Unfavourable dengan jumlah yang berimbang dengan
klasifikasi Sangat sesuai, Sesuai, Tidak sesuai, Sangat tidak sesuai dan pemberian
skor tertinggi bernilai 4 dan skor terendah bernilai 1.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
9. Dukungan suami
a. Konsep Dukungan
1) Pengertian
Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang
dikemukakan oleh para ahli. Sheridan dan Radmacher menekankan
pengertian dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat
interaksi dengan orang lain. Social support is the resources provided to us
through our interaction with other people (Sheridan dan Radmacher,
1992).
Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel yang menyatakan bahwa
dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan
diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari
jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Social support is
information from others that one is loved and cared for, esteemed and
valued and part of a network of communication and mutual obligation
(Siegel dan Taylor, 1999).
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa
individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga
merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan
bersama.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Sumber Dukungan Sosial
Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari
dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan
individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara
fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua,
saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam
kelompok masyarakat.
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Seorang Individu
(a) Faktor internal adalah : persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga
diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja dan prestasi
kerja yang dihasilkan.
(b) Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara
lain ialah : jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang
bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada
umumnya, sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
4) Bentuk Dukungan
Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999)
membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk. Yaitu :
a) Dukungan Instrumental (Tangible Assisstance)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian
barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental
sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah.
b) Dukungan Informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan
balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini
dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah
dengan lebih mudah.
c) Dukungan Emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman,
yakin, dipedulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga
individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini
sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat
dikontrol.
d) Dukungan pada Harga Diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu,
pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan
perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini
membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.
e) Dukungan dari Kelompok Sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman
senasib.
5) Dampak Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial
mempengaruhi kejadian dan efek dari stres. Lieberman (1992)
mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan
kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stres.
Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat
memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan
oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stres.
Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon
individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri,
mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu
memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres dapat
mengganggu kepercayaan diri dan dukungan sosial dapat memodifikasi
efek itu.
Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif
dalam memepengaruhi kejadian dan efek stres. Dalam Safarino (1998)
disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial,
antara lain :
a) Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang
membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara
emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.
b) Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
individu.
c) Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti
melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.
d) Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan
sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program
rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan
individu menjadi tergantung pada orang lain.
6) Dukungan Suami
Dari penelitian kualitatif di indonesia diperoleh berbagai dukungan
suami yang diharapkan istri, yaitu :
1) Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri.
2) Suami senang mendapatkan keturunan.
3) Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini.
4) Suami memperhatikan kesehatan istri, yakni menanyakan keadaan istri
atau janin yang dikandung.
5) Suami mengantar dan menemani istri memeriksakan kandungannya.
6) Suami tidak menyakiti istri.
7) Suami menghibur atau menenangkan istri ketika ada masalah yang
dihadapi istri.
8) Suami menasehati agar istri tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau di
tempat kerja.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
9) Suami membantu tugas istri.
10) Suami berdoa untuk kesehatan atau keselamatan istri dan anaknya.
11) Suami menunggu ketika istri melahirkan.
12) Suami menunggu ketika istri di operasi.
(BKKBN,2008)
7) Diperoleh atau Tidak Diperolehnya Dukungan Suami Tergantung
pada :
1) Keintiman hubungan.
2) Adanya komunikasi yang bermakna.
3) Adanya masalah atau kekhawatiran dalam biaya.
8) Dukungan Keluarga
1) Ayah dan ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan
ini.
2) Ayah dan ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam
periode ini.
3) Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi.
4) Walaupun ayah dan ibu kandung maupun mertua ada di daerah lain,
sangat didambakan dukungan melalui telepon, surat ataupun doa dari
jauh.
5) Selain itu, ritual tradisional dalam periode ini seperti upacara 7
bulanan pada beberapa orang mempunyai arti tersendiri yang tidak
boleh diabaikan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
9) Dukungan Lingkungan
1) Diperoleh dari ibu-ibu pengajian, perkumpulan atau kegiatan yang
berhubungan dengan keagamaan atau sosial dalam bentuk doa
bersama untuk kesehatan ibu hamil dan bayinya.
2) Membicarakan, menceritakan dan menasehati tentang pengalaman
hamil dan melahirkan.
3) Ada diantara mereka yang mau mengantarkan ibu hamil untuk
periksa.
4) Menunggu ketika melahirkan.
5) Mereka dapat menjadi seperti saudara bagi ibu hamil dan nifas.
10) Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta suami
Beberapa faktor yang mempengaruhi peran serta suami dalam
perlindungan kesehatan reproduksi istri (ibu), antara lain adalah:
a) Budaya
Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat
yang masih tradisional (patrilineal) menganggap istri adalah konco
wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum
pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan
keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan
suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misal: kualitas dan kuantitas
makanan yang lebih baik dibanding istri maupun anak karena
menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah
tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
empati dan peduli dengan keadaan ibu yang sedang hamil maupun
menyusui anak, dan lain-lain.
Beberapa cara merubah budaya di atas antara lain:
1) Persepsi mengenai kesetaraan gender perlu diberikan dan
disosialisasikan sejak dini melalui kegiatan formal (sekolah)
maupun non formal (kelompok masyarakat), dan diaplikasikan ke
dalam praktek kehidupan sehari-hari.
2) Penyuluhan pada sarana maupun tempat dimana pria sering
berkumpul dan berintraksi (misalnya: tempat kerja, club, tukang
cukur, dan lain)
3) Berikan informasi sesering mungkin dengan stimulus yang menarik
perhatian
4) Masyarakat Indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan
malu dan sungkan kepada lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam
pelaksanaan GSI perlu dipikirkan sesuatu aturan atau kegiatan yang
dapat memotivasi kepala keluarga untuk segera merealisasikan
kepedulian pada istrinya.
b) Pendapatan
Pada masyarakat kebanyakan, 75%-100% penghasilannya
dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak
keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah. Sehingga pada
akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan kepelayanan kesehatan karena
tidak mempnyai kemampuan untuk membayar. Atas dasar faktor
tersebut di atas maka prioritas kegiatan GSI ditingkat keluarga dalam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang bersifat
anjuran (advocacy) saja seperti yang selama ini. Akan tetapi lebih
bersifat holistic. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa
pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi
keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak
memperhatikan kesehatan istrinya karena permasalahan keuangan.
c) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan
pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah
pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya
akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil
keputusan secara efektif. Akhinya, pandangan baru yang perlu
diperkenalkan dan lebih disosialisasikan kembali untuk
memberdayakan kaum suami mendasarkan pada pengertian bahwa:
1) Suami memainkan peranan yang sangat penting, terutama dalam
pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi
pasangannya.
2) Suami sangat berkepentingan terhadap kesehatan reproduksi
pasangannya.
3) Saling pengertian serta kesetimbangan peranan antara kedua pasangan
dapat membantu meningkatkan prilaku yang kondusif terhadap
peningkatan kesehatan reproduksi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang planning keluarga maupun
kesehatan reproduksi antara satu dengan yang lainnya akan
mendapatkan keputusan yang lebih efektif dan lebih baik.
Menurut BKKBN (2008), perlunya peningkatan partisipasi suami
dalam asuhan kehamilan karena:
1) Suami merupakan pasangan atau patner dalam proses reproduksi,
sehingga beralasan apabila suami istri berbagi tanggung jawab dan
peranan secara seimbang untuk mencapai kesehatan reproduksi dan
berbagi beban untuk mencegah penyakit serta kompliksi kesehatan
reproduksi dan kehamilan.
2) Suami bertanggung jawab secara sosial, moral, dan ekonomi dalam
membangun keluarga.
3) Suami secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peran
yang penting dalam mengambil keputusan.
4) Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah.
Kehamilan merupakan suatu pristiwa yang luar biasa dan
merupakan anugrah Tuhan YME, maka sebuah kehamilan perlu mendapat
perhatian khusus dari ibu sendiri, suami, dan keluarga yang lain.
Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial,
dan spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini merupakan refleksi
dari peran suami dalam keluarga (BKKBN, 2008).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
10. Pengertian Perilaku Individu
Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk
mencapai suatu tujuan atau global. Dengan adanya need atau kebutuhan dalam
diri seseorang maka akan muncul motivasi atau penggerak/pendorong. Sehingga
manusia itu beraktivitas/berperilaku, kemudian tujuan tercapai dan individu
mengalami kepuasaan. Siklus melingkar kembali memenuhi kebutuhan yang
berikutnya/kebutuhan yang lain dan seterusnya dalam suatu proses terjadinya
perilaku manusia.
a) Pengertian Perilaku
Pengertian perilaku adalah suatu kegiatan aktifitas oeganisme atau makhluk
hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari segi biologis semua makhluk hidup
mulai dari binatang sampai manusia mempunyai aktifitas masing-masing.
(Notoatmodjo, 2007)
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2008),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus
Organisme Respon.Seorang ahli psikologi Skiner merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena itu perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme dan kemudian organisme tersebut merespon. Skiner membedakan
adanya dua respons yaitu :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1) Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
2) Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dibedakan menjadi dua
yaitu :
1) Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit sistem, pelayanan
keshatan, makanan, serta lingkungan. (Notoatmodjo, 2007 : 121).
Dari batasan ini, perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo seperti yang dikuti
oleh Syakira (2009), dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2) Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.
b) Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku. Diantaranya adalah sebagai berikut :
(1) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
orang lain.Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang.
(2) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang
yang akan mempengaruhi dalam perilakunya. Secara umum, seseorang
yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(3) Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
perilaku seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
(4) Fasilitas
Fasilitas fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang, misalnya radio, televisi, majalah,
koran, dan buku.
(5) Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap perilaku
seseorang.Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia
akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas fasilitas sumber
informasi.
(6) Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
Teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku
dari analisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green,
dalam Notoatmodjo 2007) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non
behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3
faktor, yaitu :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1. Faktor Faktor Predisposisi
a) Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh sendiri atau pengalaman orang lain, contoh
pengetahuan ibu tentang menyendawakan bayi sebelumnya atau
pengetahuan yang diperoleh dari teman atau bidan yang memberitahukan.
b) Kepercayaan
Kepercayaan sering diperolah dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima berdasarkan keyakinan.
c) Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
obyek. Sikap sering diperoleh dari pengetahuan sendiri atau dari orang lain
yang paling dekat.
d) Orang Penting sebagai Referensi
Perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap
penting untuknya, maka apa yang dikatakan atau diperbuat orang tersebut
cenderung untuk dicontoh.
e) Sumber- Sumber Daya (Resource)
Sumber daya disini mencakup fasilitas yaitu uang atau
keterjangkauan terhadap fasilitas kesehatan. Semua itu berpengaruh
terhadap perilaku seseorang dan kelompok masyarakat.
f) Kebudayaan
Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat
kehidupan suatu masyarakat bersama.
2. Faktor Faktor Pendukung
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
a) Tempat Pelayanan
Jauh dekatnya tempat pelayanan sangat menentukan minat seseorang
bersedia atau tidak untuk datang ketempat tersebut.
b) Sarana dan Prasarana
Kelengkapan dan ketersediaan alat-alat mempengaruhi seseorang untuk
periksa ketempat tersebut atau tidak. Orang- orang akan enggan untuk
datang ke tempat pelayanan kesehatan bila sarana dan prasrana tidak
memadai, begitu juga sebaliknya.
3. Faktor Faktor Pendorong
Sikap dan perilaku petugas kepada pasien akan mempengaruhi
seseorangn untuk datang periksa ketempat tersebut. Seseorang cenderung
lebih suka datang ketempat dimana petugas kesehatannya bersikap lebih baik
kepada pelanggan.
11. Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
a) Pengertian
IVA adalah cara yang mudah dan murah dapat dilakukan oleh bidan atau
tenaga medis puskesmas, prinsip kerja puskesmas ini adalah dengan
mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Londidi kesamaan lendir di
permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan
berubah warnamenjadi putih melalui bentuan cahay, petugas medis akan
melihat bercak putih pada mulut raim (Nurcahyo, 2010).
b) Keunggulan IVA
1) Aman, tidak mahal dan mudah dilakukan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2) Kinerja tes tersebut sama dengan tes-tes yang lain yang digunakan
untuk penampilan kanker rahim
3) Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hamper semua tenaga kesehatan
disemua jenjeng system kesehatan.
4) Memberikan hasil segera dapat segera diambil keputusan dan
melakukan penatalaksanaan.
5) Sebagian besar peralatan dan bahan untuk melakukan pemeriksaan IVA
mudah di dapat
6) Pengobatan langsung dilakukan sesuai dengan hasil penapisan
(Depkes RI, 2009)
c) Syarat IVA
1) Dilakukan di luar siklus haid
2) Pada masa kehamilan, nifas dan pasca keguguran
3) Sebelum menopause
d) Factor Resiko Penilaian IVA
1) Paritas
2) Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah
3) Pemakaian alat KB
e) Pemberi pelayanan IVA
Petugas kesehatan yang terdiri dari :
1) Bidan terlatih IVA
2) Dokter umum terlatih IVA
3) Dokter spesialis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
f) Tempat pelayanan
1) Rumah sakit
2) Puskesmas
3) Puskesmas pembantu
B. Penelitian yang Relevan
1) Penelitian oleh Ninik Artiningsih (2011) meneliti tentang hubungantingkat
pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi
visual asam asetat dalam rangka deteksi dini kanker cervik, penelitian ini
merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan di puskesmas Blooto Mojokerto dengan pengambilan sampel
mengguakan cluster random samplinginstrument yang digunakan dalam
pnelitian ini menggunakan lembar kuesioner dan di analisa dengan uji
korelasi person dan regresi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna dan positif antara pengetahuan WUS dengan
perilaku pemeriksaan IVA dan ada hubungan yang bermakna atara sikap
WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA yang menunjukkan angka 49,3%.
2) PenelitianNi Wayan Suarniti, dkk 2013 dengan Judul Pengetahuan dan
Motivasi Wanita Usia Subur tentang Tes Inspeksi Visual Asam Asetat di
Propinsi Bali Tahun 2012, tujuan dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi wanita usia subur dalam
melakukan tes IVA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini malalui
pendekatan cross sectional dan untuk mengukur pengetahuan dan motivasi
digunakan kuesioner yang disusun sendiri. Analisisunivariabel dilakukan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dengan distribusi frekuensi, analisis bivariabel dengan Uji T dan analisis
multivariabel dengan Anova 2 arah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan antara
WUS yang menjalani tes IVA dengan yang tidak menjalani tes IVA,
pengetahuan WUS yang menjalani tes IVA lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak melakukan pemeriksaan IVA, hal ini menunjukkan
bahwa pengambilan keputusan WUS untuk menjalani tes IVA dipengaruhi
oleh pengetahuan yang dimiliki dan tidak ada perbedaan motivasi antara
WUS yang menjalani tes IVA dengan yang tidak menjalani tes IVA.
3) Penelitian dengan Judul hubungan tingkat pengetahuan dan sikap wanita
usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) oleh Ni
Made Sri Dewi L, dkk (2012) penelitian ini merupakan penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di puskesmas buleleng.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional, pengambilan sampel dengan teknik
simple random sampling. Instrumen kuesioner untuk data pengetahuan,
sikapdan pemeriksaan IVA yang diuji dengan analisis Regresi Logistik.
Hasil dari penelitina ini menunjukan bahwa secara simultan pengetahuan
dan sikap WUS berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA di
Puskesmas Buleleng I, Kecamatan Buleleng, sebesar 72,7%. Terdapat
hubungan positif antara tingkat pengetahuan dan sikap WUS dengan
pemeriksaan IVA di Puskesmas Buleleng I.
4) Penelitian Heni Sumatris, dkk (2013) yang meneliti tentang hubungan
antara perilaku ibu dengan deteksi dini CA.Cervix menggunakan IVA test
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
di Puskesmas Palembang. Penelitian ini menggunakan metode survey
analitik dengan penelitian cross sectional. Data penelitian ini diperoleh
dari hasil analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji
analisaChi- square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan
sikap ibu tidak berpengaruh terhadap deteksi dini Ca. Cervix menggukan
IVA test sedangkan tindakan ibu berpengaruh terhadap deteksi Ca. Cervix
menggunakan IVA test.
5) Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu mengikuti
deteksi dini kanker serviks melalui metode inspeksi visual asam asetat
(IVA) di Kabupaten Banyumas oleh Roswati Dani Ningrum, dkk (2012).
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks melalui
metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Jenis penelitian ini adalah
penelitian survey analitik dengan pendekatan penelitian menggunakan
pendekatan cross sectional. Metode pengumpulan data pada penelitian ini
adalah secara kuantitatif. Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan accidental sampling, dengan jumlah sampel 95 orang yaitu
Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan,
status ekonomi, tingkat pendidikan dan motivasi ibu mengikuti
pemeriksaan IVA. Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah uji uji Rank Spearman, karena data yang diperoleh berskala ordinal.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan banyak factor yang mempengaruhi
motivasi ibu dalam pemeriksaan IVA diantaranya mulai dari pengetahuan
40%, status ekonomi 80%, tingkat pendidikan 43%, motivasi 49%.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
6) Penelitian yang dilakukan oleh Partha Basu, et al dengan judul
Knowledge, Attitude and Practices of Women in Maldives Related to the
Risk Factors, Prevention and Early Detection of Cervical Cancer yang
dilakukan di Maladewa pada Tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk
menilai pengetahuan, sikap dan praktek wanita yang berkaitan dengan
faktor-faktor risiko, pencegahan dan deteksi dini kanker servik. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan survey
menggunakan kuesioner pada wanita yang berusia 20-50 Tahun, dengan
cara melakukan wawancara pada 2845 wanita. Hasil penelitian di dapatkan
bahwa sebagina besar wanita mengetahui tentang kanker payudara dan
sedikit yang mengetahui tentang kanker servik. Dari jumlah responden
hanya 34,6% wanita yang memiliki pengetahuan tentang kanker servik.
Dan sedikit wanita yang mengetahui tentang pencegahan kanker servik
serta cara melakukan tes deteksi dini kanker servik. 6,2% semua wanita
yang melaporkan pernah melakukan pemeriksaan papsmer. Hal ini
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tentang kanker servik
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dikemukakan kerangka
berfikir dalam penelitian ini pengaruh pengetahuan, motivasi dan dukungan
suami dengan perilaku pemeriksaan IVA. Dimana perilaku wanita dalam
kesehatan reproduksi dalam deteksi dini kanker servik melalui pemeriksaan
IVA didukung oleh beberapa factor diantaranya pengetahuan, motivasi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
setiap individu serta dukungan suami serta keluarga untuk melakukan
deteksi dini kanker dengan pemeriksaan IVA ditempat pelayanan kesehatan.
D. Hipotesis penelitian
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada
Wanita Usia Subur di Puskesmas Kedungrejo
2. Ada pengaruh motivasi individu terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada
Wanita Usia Subur di Puskesmas Kedungrejo
3. Ada pengaruh dukungan suami terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada
Wanita Usia Subur di Puskesmas Kedungrejo
4. Ada pengaruh bersama pengetahuan,motivasi individu, dan dukungan
suami terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada Wanita Usia Subur di
Puskesmas Kedungrejo
Pengetahuan Dukungan suami
Perilaku pemeriksaan IVA
Motivasi diri kognitif tentang
pemeriksaan IVA
Terbentuknya
tindakanseseorang(overt
behavior)
Dukungan Suami Kurang Dukungan Suami Sedang
Dukungan Suami Baik
Faktor
internal
Perubahan sikap
seseorang
Faktor
eksternal