bab ii gambaran umum dan lokasi peneltian 2.1 keadaan ... ii.pdf · gede 114 310 397 707 7. geria...

31
BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan Geografis Sebagai mana yang akan dikaji dalam penelitian ini mengambil dua lokasi Desa yakni Desa Budakeling sebagai pusat Brahmana Buddha dan Desa Batuan sebagai sebaran dari Brahmana Buddha Budakeling. Berikut yang pertama akan di bahas mengenai keadaan geografis di Desa Budakeling. Desa Budakeling merupakan salah satu desa dari lima (5) buah desa yang terletak di kecamatan Bebandem, kabupaten Daerah tingkat II Karangasem, Propinsi Daerah tingkat I Bali. Luas wilayah desa Budakeling + 215,280 Ha, dan Jarak tempuh dari desa Budakeling menuju pusat kota kabupaten Karangasem + 7 km (Sumber: Data Monografi Desa Budakeling, 2013 : 3). Adapun batas wilayah Desa Budakeling adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Bukit Puncak Sari (Bukit Pinggan) sebelah Timur : Desa Ababi (kecamatan Abang) sebelah Selatan : Desa Padang Kerta (Kecamatan Karangasem) Sebelah Barat : Desa Bebandem (Kecamatan Bebandem) 33

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan Geografis

Sebagai mana yang akan dikaji dalam penelitian ini mengambil dua lokasi

Desa yakni Desa Budakeling sebagai pusat Brahmana Buddha dan Desa Batuan

sebagai sebaran dari Brahmana Buddha Budakeling. Berikut yang pertama akan di

bahas mengenai keadaan geografis di Desa Budakeling. Desa Budakeling merupakan

salah satu desa dari lima (5) buah desa yang terletak di kecamatan Bebandem,

kabupaten Daerah tingkat II Karangasem, Propinsi Daerah tingkat I Bali. Luas

wilayah desa Budakeling + 215,280 Ha, dan Jarak tempuh dari desa Budakeling

menuju pusat kota kabupaten Karangasem + 7 km (Sumber: Data Monografi Desa

Budakeling, 2013 : 3). Adapun batas wilayah Desa Budakeling adalah sebagai

berikut:

Sebelah Utara : Bukit Puncak Sari (Bukit Pinggan)

sebelah Timur : Desa Ababi (kecamatan Abang)

sebelah Selatan : Desa Padang Kerta (Kecamatan Karangasem)

Sebelah Barat : Desa Bebandem (Kecamatan Bebandem)

33

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

34

Sedangkan Desa Batuan terletak di kecamatan Sukawati, kabupaten Gianyar,

dengan dataran rendah dengan luas wilayah + 392 Ha. Jarak tempuh dari desa Batuan

menuju pusat kota kabupaten Gianyar + 16 km (Sumber: Data Monografi Desa

Batuan, 2013: 4). Adapun batas wilayah desa Batuan adalah sebagai berikut.

Sebelah Utara : Desa Batuan Kaler

Sebelah Selatan : Desa Sukawati

Sebelah Barat : Desa Singapadu Tengah

Sebelah Timur : Desa Petanu

Bila ditinjau berdasarkan keadaan topografi daerah Bali, desa Budakeling

merupakan dataran tinggi dengan jenis tanahnya berupa perbukitan berbatu dan

berpasir yang merupakan bekas muntahan lahar Gunung Agung. Dengan demikian

sebagian besar wilayah desa Budakeling merupakan daerah perladangan/perkebunan

serta hutan yang umumnya merupakan hutan gundul, sedangkan daerah dataran

rendah yang memiliki tekstur tanah lebih gembur dan merupakan daerah persawahan.

Sedangkan, daerah di desa Batuan merupakan dataran rendah dengan wilayah yang

sempit karena faktor pembangunan dan perkembangan ekonomi yang maju dengan

aspek pariwisatanya. Disamping keadaan wilayah yang sempit, desa Batuan juga

diapit oleh dua buah sungai yang mengalir sepanjang tahun, dengan demikian maka

kebutuhan pertanian dan kebutuhan hidup masyarakat desa Batuan terpenuhi.

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

35

Seperti juga daerah-daerah lainya yang terdapat di Bali, di kenal dengan

adanya dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, maka di desa Budakeling

dan desa Batuan mengalami keadaan musim hujan dan kemarau yang seimbang.

2.2 Penduduk dan Angka Demografi

Jumlah penduduk Desa Budakeling berdasarkan hasil pengumpulan data tahun

2013 yang dapat dicatat dari catatan penduduk di kantor kepala desa

Budakeling/Perbekel, memperlihatkan bahwa penduduk berjumlah 3.005 jiwa, yang

terdiri atas 658 Kepala Keluarga (KK) dengan jenis kelamin laki-laki 1.474 jiwa dan

jenis kelamin perempuan 1.531 jiwa. Untuk lebih jelasnya tentang proporsi penduduk

menurut jenis kelamin seperti tampak pada tabel 2.1 berikut

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

36

Tabel 2.1: Penduduk desa Budakeling berdasarkan jenis kelamin, tahun 2013

No. Banjar KK Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Tri Wangsa 94 191 242 433

2. Budakeling 145 370 289 659

3. Saren Anyar 38 130 111 241

4. Saren Kangin 74 164 178 342

5. Dukuh 63 179 205 384

6. Pesawan 94 122 172 294

7. Saren Kauh 88 102 114 216

8. Saren Jawa 62 216 220 436

Jumlah 658 1.474 1.531 3.005

(Sumber: Data Monografi Desa Budakeling, 2013)

Penduduk desa Batuan berdasarkan hasil pengumpulan data tahun 2013 yang

dapat dicatat dari catatan penduduk di kantor kepala Desa/perbekel, memperlihatkan

bahwa penduduknya berjumlah 8.560 jiwa yang terdiri atas 1.689 Kepala Keluarga

(KK) dengan jenis kelamin laki-laki 4.280 jiwa, dan jenis kelamin perempuan 4.280

jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berdasarkan jenis kelamin dan

proporsi penduduk pada tabel 2.2 sebagai berikut.

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

37

Tabel 2.2 : Penduduk desa Batuan berdasarkan jenis kelamin, tahun 2013

No. Banjar KK Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Dentiyis 133 304 342 646

2. Dlodtunon 77 154 168 322

3. Peninjoan 178 475 468 943

4. Jungut 43 86 79 165

5. Pekandelan 91 219 227 446

6. Gede 114 310 397 707

7. Geria 81 196 193 389

8. Geria Çiwa 53 147 128 275

9. Tengah 71 220 171 391

10. Jeleka 106 295 254 549

11. Puaya 272 722 718 1.440

12. Lantangidung 72 183 179 362

13. Penida 105 195 273 468

14. Bucuan 82 214 206 420

15. Tegeha 65 223 180 403

16. Penataran 111 272 231 503

17. Gerih 36 65 66 131

Jumlah 1.689 4.280 4.280 8.560

(Sumber : Data Monografi Desa Batuan 2013)

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

38

Dari jumlah penduduk dan luas wilayah 215,280 Ha, maka kepadatan

penduduk desa Budakeling dengan jumlah 3.005 jiwa dapat dikatakan cukup tinggi,

meskipun sebagian penduduknya banyak yang merantau ke kota dengan tuntutan

jaman. Desa batuan dengan luas wilayah 392 Ha dengan kepadatan penduduk dengan

jumlah 8.560 jiwa dapat dikatakan sangat tinggi, yang disebabkan karena letak desa

yang strategis dan berlokasi di daratan.

2.4 Pendidikan Penduduk

Tingkat pendidikan masyarakat desa Budakeling secara umum dapat

dikatakan sudah cukup baik, terbukti dengan desa Budakeling karena terbebas dari

buta aksara dan bahkan sebagian besar telah menamatkan pendidikan Taman Kanak-

kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA), dan bahkan banyak pula yang telah menamatkan pendidikan

di Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Budakeling yang cukup

tinggi, didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan yang cukup memadai berupa

sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta antara lain: satu buah gedung taman

kanak-kanak, tiga buah gedung sekolah dasar negeri (SDN) antara lain SDN No.1,

SDN No.2 dan SDN No.3 Budakeling. Sedangkan untuk gedung sekolah menengah

pertama dan sekolah menengah belum memiliki gedung, namun SMP maupun SMA

terletak tidak jauh dari Desa Budakeling, yakni di Kecamatan Bebandem maupun di

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

39

Kabupaten Karangasem. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 sebagai

berikut:

Tabel 2.3. Perkembangan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Budakeling

Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

1 Lulusan Pendidikan Umum 48

2 Tamat Taman Kanak-Kanak 157

3 Tamat Sekolah Dasar 136

4 Tamat SMP/SLTP atau Sederajat 92

5 Tamat SMA/SLTA atau Sederajat 81

6 Tamat Perguruan Tinggi (D1,S1,S2 dan S3) 42

7 Tamat Pendidikan Khusus (Madrasah) 25

8 Tamat Pendidikan Khusus (Keterampilan) 215

(Sumber: Data Monografi Desa Budakeling, 2013)

Desa Batuan merupakan desa yang sangat berpendidikan maju ditandai

dengan sekolah yang di bangun mudah di jangkau, sehingga kebanyakan

penduduknya menyekolahkan anaknya ke jenjang SMA hingga perguruan tinggi. Hal

ini dapat dilihat dari letak desa Batuan di tengah-tengah keramaian kota, dan dapat

dilihat pada mata pencaharian penduduknya yang sangat maju dalam sektor

pariwisata. Apalagi menurut masyarakat setempat bahwa pendidikan merupakan

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

40

faktor yang sangat penting bagi seluruh masyrakat untuk menuju kehidupan hari esok

yang lebih baik dan juga pendidkan tidak mengenal batas usia. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel 2.4 sebagai berikut.

Tabel 2.4. Perkembangan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Batuan Tahun

2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

1 Lulusan Pendidikan Umum 198

2 Tamat Taman Kanak-Kanak 298

3 Tamat Sekolah Dasar 234

4 Tamat SMP/SLTP atau Sederajat 205

5 Tamat SMA/SLTA atau Sederajat 276

6 Tamat Perguruan Tinggi (D1,S1,S2 dan S3) 167

7 Tamat Pendidikan Khusus (Madrasah) 70

8 Tamat Pendidikan Khusus (Keterampilan) 378

(Sumber: Data Monografi Desa Batuan, 2013)

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

41

2.3 Sejarah

2.3.1 Sejarah Desa Budakeling

Secara historis desa Budakeling mempunyai hubungan dengan kerajaan

Klungkung. Dimulai dari datangnya pendeta Buddha ke Bali yakni Dyang Hyang

Astapaka. Dang Hyang Astapaka adalah putra dari Dang Hyang Nata Angsoka yang

juga asal mulanya dari daerah Keling, Jawa Tengah. Tujuan kedatangan Dang Hyang

Astapaka ke Bali atas perintah ayahnya untuk menghadiri upacara Ligia dan Homa

beserta pamannya yakni Dang Hyang Nirartha tinggal di desa Mas, Gianyar. Upacara

Ligia dan Homa tersebut diselenggarakan oleh raja Waturenggong. Keahlian pendeta

Budha ingin dibuktikan oleh raja dihadapan para pendeta dan peserta paseban dengan

menerka bunyi binatang yang ada di goa. Pendeta Budha mengatakan bahwa itu

adalah bunyi naga, padahal binatang yang diletakkan adalah angsa. Ketika diambil

oleh pendeta Budha bahwa benar itu adalah naga yang diberi nama naga Bandha yang

di pralina (dibunuh) dan dipersembahkan kepada raja yang akan menghantarkan saat

ke Wisnuloka.

Pendeta Budha diangkat sebagai Bagawantaka (penasehat) oleh raja

Waturenggong. Ketika kerajaan mengalami pembrontakan setelah wafatna raja, Dang

Hyang Astapaka meninggalkan pasraman menuju kearah timur menuju sebuah

tempat yang dijadikan pasraman yang diberi nama pasraman Taman Tanjung dan di

timur lautnya beliau mendirikan tempat pemujaan untuk mencapai moksa yang diberi

nama Pura Taman Sari.

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

42

Setelah Dang Hyang Astapaka moksa, pasraman ditempati oleh keturunan

beliau. Keturunan beliau adalah Pedanda Made Banjar yang berputra Pedanda Wayan

Tangeb. Beliau mempunyai tiga istri, yakni:

1. Brahmana kemenuh, berputra 2

2. Satria Bang Gianyar, berputra 3

3. Wesya Ngurah Jelantik, berputra 2

Istri beliau yang ketiga diikuti oleh pengiring-pengiring yang terdiri dari golongan

Pande dan golongan Balian.

Ketika Gunung Agung meletus kisaran tahun 1634-1702 masehi, putra Dang

Hyang Astapaka yakni diantaranya Pedanda Wayan Dangin salah satu keturunan

Pedanda Wayan Tangeb dari istri yang ketiga beserta pengiringnya berpindah tempat

ke arah barat yang menjadi wilayah I Gusti Ngurah Sidemen Sakti yang kebetulan

ipar dari Pedanda Wayan Dangin. Tempat itu di haturkan oleh I Gusti Ngurah

Sidemen Sakti, sehingga Pedanda Wayan Dangin mendirikan sebuah bangunan

dengan suatu ikatan kesatuan wilayah dan penghormatan terhadap leluhurnya yakni

Dang Hyang Astapaka dan menghubungkan dengan daerah asalnya yakni Keling

(Jawa Tengah), sehingga diberi nama Budakeling.

Desa Budakeling dikatakan sebagai pusat brahmana Budha, karena golongan

brahmana Budha berasal dari klen besar keturunan pendeta Budha Astapaka atau

dengan gelar kehormatan disebut Bhatara Astapaka. Karena itu juga klen ini

menamakan dirinya Brahmana Budha Warih Bhatara Astapaka (Suci, Dharmika dan

Granoka, 1984:81).

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

43

2.3.2 Sejarah Desa Batuan

Pada jaman Pemerintahan Dinasti Warmadewa di Bali, Desa Batuan dengan

sebutan Desa Batuaran, memang sudah terdapat ada nama Baturan akhirnya

kemudian di sebut Batuan, yang berasal dari Kata Batu, oleh karena di Daerah ini

adalah Daerah yang berbatu. Sehingga terjadi perubahan pengucapan dari Batura

menjadi Batuan maka lebih populer dengan sebutan Desa Batuan.

Sejarah desa Batuan dapat di jumpai dari peninggalan prasasti yang terdapat

di Pura Hyang Tibha yang masih dalam kesatuan desa Batuan Kaler. Ketika dinasti

Warmadewa yang ke IV yakni Sri Aji Darma Udayana Warmadewa didampingi oleh

permaisurinya yakni Gunapria Darmapatni. Beliau mempunyai 3 keturunan yang

bernama, Sri Aji Air Langga, Sri Aji Mara Kata dan Sri Aji Anak Wungsu.

Pada masa pemerintahannya, beliau mempunyai staf yang bernama Sena Pati

Kuturan untuk di beri pengarahan agar berusaha menertibkan tata kemasyarakatan

penduduk Bali. Sena Pati Kuturan menempuh jalan Bhisuka menjadi Mpu Kuturan

guna mengamalkan darmanya selaku guru agama dan budaya. Untuk menciptakan

ketertiban serta menegakan kembali sendi-sendi agama serta budaya masyarakat Bali,

maka Mpu Kuturan mengadakan musyawarah besar (maha saba) yang dihadiri oleh

para pemuka masyarakat serta para Pendeta Siwa- Buddha yang bertempat di Samuan

Tiga. Di dalam musyawarah tersebut, terdapat keputusan dan menetapkan bahwa

makna paham/pengertian Tri sakti atau Tri Purusa harus di pulihkan kembali.

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

44

Akhirnya terlaksanalah pengertian Tri Purusa landasan dari dibangunnya para

khayangan tiga yang melambangkan Utpeti Stiti Prelina.

Berhubung pada waktu itu di wilayah Desa Batuan, hanya terdapat sebuah

pura yang terletak di dusun Blahtanah. Pura tersebut adalah Pura Hiyang Tibha

tempat pemujaan Siwa sebagai lambang Pralina, lalu di bangun Pura yang terletak di

dusun Cangi, sebagai tempat pemujaan Wisnu yang melambangkan Stiti. Selanjutnya

Pura Kahyangan Tiga yang berada diwilayah Desa Batuan langsung di bawah

kerajaan Sri Aji Udayana Darma Warmadewa, pemeliharaan Pura Kahyangan Tiga

itu dilanjutkan oleh Putranya yang menggantikan kedudukan Baginda sebagai Raja di

Bali yang bergelar Sri Darma Wangsa Wardana Marakata sebagai Raja yang ke V.

Sesuai dengan makna Prasasti yang kini tersimpan di pura puseh Batuan ber

Icaka: 944 = Tahun: 1022 M tepatnya pada tanggal 26 Desember 1022, pada

waktu itu para krama desa Batuan, di bawah pimpinan :

1. Seorang Pertapa bernama : Bhiksu Widiya.

2. Kepala Desa Bernama : Bhiksu Sukaji.

3. Juru tulis Desa bernama : Mamudri Gawan.

Beserta para perangkat Desa lainnya, hendak menghadap kehadapan Raja, dengan

diantar oleh Pandita Siwa bernama Mpu Gupit dari Nguda Laya, dengan maksud

mengajukan permohonan agar Raja berkenan memberikan keringanan kepada para

krama desa Batuan sewilayahnya mengenai Ayah-ayahan anatara lain :

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

45

1. Membebaskan dari kewajiban ngayah Rodi.

2. Menghapuskan pengenaan tanggung jawab dari segala pajak – pajak.

3. Menghentikan menyuguhkan, (penangu) kepada para petugaskerajaan,

hanya masih tetap menjadi beban selanjutnya penyungsung serta

mengaturkan aci-aci terhadap Pura Kahyangan Tiga tersebut.

Raja Sri Aji Darmawangsa Wardana Marakata sangat prihatin terhadap

pemohon para krama desa Batuan sewilayahnya. Raja berkenan untuk mengabulkan

permohonan dari para krama desa Batuan sewilayahnya dengan surat keputusan yang

terdapat di dalam Prasasti bericaka: 944 = tahun: 1022 M. Prasasti tersebut sampai

kini tetap menjadi Penyusungan desa Batuan yang di sebut Ida Sanghyang Aji

Saraswati yang secara psikologi merupakan pelindung krama Desa Batuan

sewilayahnya dan Piodalannya jatuh pada hari Sabtu, Umanis Watugunung.

Adapun pura tersebut adalah peninggalan dari Dinasti Warmadewa raja Bali

yang ke : IV, yaitu Sri Aji Darma Udayana Warmadewa serta selanjutnya tetap

menjadi pengawasan para Raja - raja di Bali. Pada waktu bertahtanya Sri Aji

Antasura Ratna Bumi Banten yang dinobatkan pada tahun 1337 yang bergelar Sri Aji

Gajah Waktra atau Sri Tapelung yang beristanakan di Bedahulu, dikenal dengan

sebutan Dalem Bedaulu.

Dalam Pemerintahan Sri Aji Dalem Bedaulu, beliau , mempunyai 2 ( dua )

orang pembantu masing-masing bernama Ki Patih Pasung Garigis tinggal di

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

46

Tengkulak, dan Ki Patih Kebo Iwa tinggal di Blahbatuh, maka atas ketekunan beliau

selama hidupnya tetap membujang lalu beliau disebut Ki Kebo teruna. Di dalam

Pemerintahan Sri Aji Asta Sura Ratna Bumi Banten/Dalem Bedaulu, beliau

menitahkan Ki Patih Kebo taruna untuk melakukan pemugaran pura, Kori/Candi

Agung. Ke tiga pura tersebut masih ada sampai sekarang, namun kondisinya sangat

menyedihkan (Sumber: Monografi desa Batuan 2013).

Setelah hapusnya Dinasti Warmadewa di Bali atau disebut Raja Bali Age,

akhirnya pada tahun: 1343 M, Bali jatuh ketangan Ki Patih Gajah Mada dan

kemudian dinobatkan pada tahun: 1350 s/d tahun 1380 Dalem Ketut Cri Kresna

Kepakisan menjadi sesuhunan Bali yang beristanakan di Samprangan. Pada jaman

Samprangan berakhir, Kota kerajaan Bali dipindahkan ke Gelgel dan dinobatkan

menjadi sesuhunan Bali Sri Dalem Ketut Ngulesir bertahta dari tahun 1380 s/d tahun

1460 M. Kemudian jaman Gelgel berakhir juga, sehingga Ibu Kota Kerajaan di Bali

dipindahkan ke Klungkung di bawah pemerintahan Ida Dewa Agung Jambe yang

bertahta sejak tahun 1700 s/d 1735 dengan menurunkan empat putra yang bernama,

Ida Dewa Agung Gede tetap bertahta di Puri Klungkung, sebagai sesuhunan Bali.

Kedua yakni Ida Sri Aji Maha Sirikan dengan Gelar Ida Dewa Agung Anom, dengan

Istana bernama Sukeluwih di Gerogak Sukawati. Ketiga yakni Ide Dewa Ketut Agung

kembali beristana di puri Gelgel. Keempat yakni Ida Dewa Agung Ayu Kaleran.

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

47

Berhubung dengan hal itu, maka sesuai dengan warsaning Candra Sengkala:

Naga Anaut Ganewani, kisaran: 1628 Caka = Tahun: 1706 M, Sri Aji Maha Sirikan

pindah dari Puri Klungkung mengalih tempat di Desa Batuan dengan disertai oleh

para pengiring antara lain:

1. I Dewa Babi.

2. Kiayi Pekandelan Anglurah Batulepang.

3. Ki Kabetan.

4. Ki Bendesa Mas.

5. Pula Sari, dll nya.

Sesudah empat tahun lamanya bertempat di desa Batuan, maka atas saran serta

nasehat dari Ida Pedanda Sakti Teges yang bertempat di Dajantiyis, menyarankan

agar membangun kedatuan kearah selatan dari Desa Batuan yang tepatnya di desa

Timbul, yang kini di sebut Sukawati.

Menurut Cendrasengkala tersebut: Babadnia pare Megunerase tunggal, yang

berarti icaka : 1632 = tahun 1710 M pada hari Senin Paing, kalau Sasih ketiga beliau

pindah dari Desa Batuan menuju tempat timbul, sedangkan para pengikut beliau

dititipkan tetap tinggal di Desa Batuan.

Sebelum Raja membentuk kedatuan serta membangun Puri dan Pura

Penataran, Beliau terlebih dahulu mendatangkan dua ratus orang pilihan dari

Klungkung, yang betul – betul mempunyai keahlian didalam bidang kesenian dan

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

48

kebudayaan. Sejak itulah berkembangnya kesenian dan kebudayaan di desa Batuan

yang amat tersohor sehingga kemudian sampai merubah sebutan desa Timbul menjadi

Sukawati.

Berdasarkan dengan sejarah di atas disebutkan bahwa berdirinya desa Batuan

berawal dari dinasti Warmadewa Bali. Namun tidak disebutkan secara pasti

kedatangan klen Brahmana Buddha Budakeling ke desa Batuan. Sejarah desa

Budakeling juga tidak menyebutkan secara pasti, sejak kapan mengambil tempat di

desa Batuan. Hanya menyebutkan bahwa keturunan dari Dang Hyang Astapaka yang

bernama Ida Pedanda Made Banjar bertempat tinggal di desa Batuan Gianyar.

Menurut masyarakat Batuan yang merupakan klen dari Brahmana Buddha,

menyebutkan bahwa leluhurnya yang bernama Ida Pedanda Made Banjar berasal dari

desa Budakeling yang bertempat tinggal di desa Batuan. Beliau melangsungkan hidup

di desa Batuan dan mempunyai keturunan dan dari keturunannya tersebut mengambil

tempat tinggal di berbagai daerah seperti di daerah Sukawati-Gianyar, Kaliungu-

Denpasar, Kerobokan-Badung, dan sebagainya. Sehingga penelitian ini berpusat di

desa Batuan sebagai desa pokok sebaran dari klen Brahmana Buddha Budakeling.

2.5 Mata Pencaharian

Penduduk desa Budakeling sebagian besar mata pencahariannya adalah

petani, luas tanah pertanian di desa Budakeling untuk tanah sawah dan ladang adalah

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

49

6.185,295 Are, dengan pembagian 60 Ha tanah sawah dengan hasil produksi berupa

padi 30 ton per tahun dan berupa kacang tanah 10 ton per tahun. Sedangkan sekitar

185,295 Are merupakan tanah ladang. Begitu juga dengan keadaan tanah sawah yang

dapat digarap dengan baik oleh petani terletak pada didataran rendah.

Tanah ladang yang terletak didataran lebih tinggi, oleh para petani ditanami

dengan berbagai macam tanaman buah-buahan berupa pohon pisang, pepaya,

semangka, durian, rambutan, duku, salak, alpukat, kedondong, dan sebagainya serta

tanaman perkebunan berupa pohon kelapa dan kakao yang tumbuh subur. Tanaman

yang dibudidayakan oleh para petani pada lahan sawah dan ladang baik berupa padi

maupun tanaman lainnya, tidak seluruhnya digunakan untuk subsistensi, melainkan

mengarah untuk kepentingan pasar dan perekonomian. Semua hasil sawah dan

perkebunan bergeser fungsinya selain untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,

juga sebagai penghasil uang tunai yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

lainnya. Disamping sebagai petani, masyarakat atau penduduk desa Budakeling ada

pula yang bermatapencaharian lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel 2.5

sebagai berikut:

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

50

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Desa Budakeling Menurut Mata Pencaharian

Tahun 2013

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang)

1 Petani 689

2 Buruh tani 197

3 Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI/POLRI 108

4 Wiraswasta/Pedagang 210

5 Pertukangan 145

6 Pensiunan 36

7 Karyawan swasta 57

8 Pengrajin 64

9 Peternak 26

(Sumber : Data Monografi Desa Budakeling, 2013)

Sedangkan desa Batuan, sebagai daerah yang menitik beratkan pembangunan

di sektor pertanian dan pariwisata maka sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani dan sektor industri kecil. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 2.6 sebagai berikut.

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

51

Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Desa Batuan Menurut Mata Pencaharian Tahun

2013

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 Petani 379

2 Pelukis 234

3 Peternak 96

4 Pemahat 1.213

5 PNS 95

6 Pengusaha 609

(Sumber: Data Monografi Desa Batuan, 2013)

2.6 Sistem Religi dan Kepercayaan

Ajaran agama adalah salah satu pedoman atau acuan bagi masyarakat dalam

bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan hidup,

yakni kebahagiaan lahir dan bathin. Ajaran agama sebagai pembentuk mental dan

moral seseorang sehingga diharapkan mengalami perubahan dari yang tidak baik

menjadi lebih baik. Ajaran agama juga memberikan tuntunan untuk selalu berbuat

kebaikan, karena dengan kebaikan seseorang mendapat kebahagiaan.

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

52

Kehidupan beragama di desa Budakeling dan desa Batuan sama dengan

penduduk desa lainya di Bali yang sebagian besar beragama Hindu dan sebagian kecil

saja menganut agama lainya. Kehidupan beragama di desa Budakeling dan desa

Batuan bisa dikatakan sangat baik, harmonis, tentram dan damai, dalam hal ini

hubungan antar pemeluk agama memiliki toleransi yang sangat tinggi, begitu pula

halnya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar penduduk desa Budakeling

adalah pemeluk agama Hindu dengan ajaran kabuddhan (Buddha Mahayana

Bajrayana) sesuai dengan leluhurnya Dang Hyang Asthapaka dan juga di desa Batuan

kehidupan beragama yang memeluk agama Hindu dengan ajaran kabuddhan (Buddha

Mahayana Bajrayana) mengelompok khusus di banjar dinas Geria, di desa Batuan,

karena penduduk ini merupakan sebaran dari Brahmana Buddha Budakeling. berbeda

dengan desa Batuan, di desa Budakeling terdapat sebuah kampung Jawa yaitu khusus

sebagai tempat bermukimnya penduduk yang beragama Islam yang dikenal dengan

Saren Jawa. Saren Jawa terletak di sebelah selatan desa Budakeling, secara

administratif termasuk ke dalam Banjar Dinas Saren Jawa. Dalam pelaksanakan

kegiatan keagamaan masing-masing saling menghargai dan menghormati, satu sama

lain sehingga sampai sekarang tetap hidup berdampingan secara rukun tanpa adanya

perselisihan.

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

53

2.7 Sistem Kemasyarakatan

Mengenai sistem kemasyarakatan akan diuraikan sistem kekerabatan dan

sistem komunitas. Sistem kemasyarakatan merupakan suatu bentuk kesatuan kolektif

manusia. Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling berinteraksi satu

sama lain yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Definisi masyarakat di atas merupakan definisi dalam arti yang luas dan definisi

masyarakat dalam arti yang sempit yakni masyarakat yang terdiri dari warga suatu

kelompok kekerabatan seperti dadia, marga, atau suku. Adapun unsur-unsur dari

masyarakat diantaranya terdapat sistem komunitas. Sistem komunitas dapat

didefinisikan sebagai kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang

nyata, dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat, serta yang terikat

oleh suatu rasa identitas komunitas (Koentjaraningrat, 1983: 150). Sistem

kekerabatan dan sistem komunitas merupakan bagian dari masyarakat, namun yang

membedakan keduanya tersebut yakni sistem kekerabatan merupakan suatu ikatan

manusia yang terdapat hubungan darah (klen), sedangkan sistem komunitas suatu

ikatan manusia yang hanya terdapat ikatan lokasi atau wilayah lebih mengkhusus.

Desa Budakeling dan desa Batuan merupakan sistem komunitas kecil atau

kesatuan hidup setempat yang bentuknya sama dengan desa-desa lainya di Bali.

Kesatuan hidup dalam kekerabatan pada masyarakat Budakeling dan Batuan terdapat

kekerabatan pokok atau klen pokok. Klen merupakan kelompok kekerabatan yang

berdasarkan asas keturunan unilineal (Suyono: 1985: 204). Klen yang terdapat di desa

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

54

Budakeling, dalam wawancara Ida Wayan Ngurah (14 Agustus 2014) menyebutkan

bahwa terdapat lima klen di desa Budakeling yakni klen Brahmana Buddha, klen

Pande Mas, klen Pande Besi, klen Pasek Kayu Selem dan klen Pradewa. Berdasarkan

klen-klen yang terdapat di desa Budakeling tidak terlepas dengan sejarah dari

Danghyang Astapaka sebagai orang yang pertama menjelajahi tempat tersebut.

Disebutkan bahwa klen dari Pande Mas, Pande Besi, Pasek Kayu Selem dan Pradewa

merupakan penganut setia (pengiring) ajaran dari Danghyang Astapaka. Sehingga

para penanut setia (pengiring) tersebut diberikan tempat hunian yang berdekatan

dengan Danghyang Astapaka, digunakan sebagai kesatuan kolektif untuk

melangsungkan hidup.

Desa Batuan mempunyai berbagai klen yakni Brahmana Buddha, Brahmana

Siwa, Pradewa, Pragusti, Pande dan Pasek. Berbeda dengan desa Budakeling, desa

Batuan lebih bervariasi atas berbagai klen yang mewarnai desa hunian tersebut yang

dalam konsep Hindu disebut dengan Catur Warna. Catur Warna yakni empat pilihan

hidup atau empat pembagian hidup dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna)

dan keterampilan (karma) seseorang. Keempat warna tersebut lebih penggolongan

stratifikasi sosial di Bali yakni kaum Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.

Sebagaimana yang tampak pada masyarakat Batuan dengan berbagai klen yang

menempati desa hunian tersebut, merupakan masyarakat yang lengkap atas

terdapatnya keempat warna yang dalam konsep Hindu disebut dengan Catur Warna.

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

55

Berdasarkan sejarah, disebutkan bahwa desa Batuan merupakan desa sebaran

Brahmana Buddha Budakeling. Klen Brahmana Buddha mengambil tempat di desa

Batuan untuk melangsungkan hidup dalam komunitas kecil di desa tersebut. Wilayah

desa Batuan yang dihuni oleh beberapa klen sebagaimana yang telah disebutkan di

atas, namun saat ini kaum Brahmana Buddha mempunyai satu Banjar yang hanya

dihuni oleh klen Brahmana Buddha tersebut. Hal tersebut disebabkan karena

pertumbuhan penduduk terutama kaum Brahmana Buddha sehingga memungkinkan

untuk menjadi suatu lingkungan Banjar yang hanya dihuni dalam satu klen.

Sebagai kesatuan hidup dalam komunitas kecil yakni desa Budakeling dan

desa Batuan memiliki bentuk konsep desa yang sama dengan desa lainya di Bali.

Pandangan orang Bali konsep desa memiliki dua pengertian, yakni desa sebagai suatu

kesatuan wilayah tempat para warganya secara bersama-sama mengonsepsikan dan

mengaktifkan upacara-upacara dan berbagai kegiatan sosial yang ditata oleh sistem

budaya dengan nama desa adat dan desa sebagai kesatuan wilayah administrasi

disebut dengan nama desa dinas (Suci, 1984: 33). Kehidupan suatu masyarakat di

Bali pada hakikatnya mengenai bidang-bidang tertentu yakni desa adat di bidang adat

dan agama, sedangkan desa dinas di bidang administrasi kepemerintahan formal serta

bidang pembangunan.

Di Desa Budakeling terdapat dua buah desa adat, dimana masing-masing desa

adat dikepalai oleh seorang Bendesa adat. Tiap-tiap desa adat dibagi lagi menjadi

banjar adat. Adapun desa adat yang ada di desa Budakeling, yakni:

Page 24: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

56

1. Desa adat Budakeling

2. Desa adat Saren

Desa adat Budakeling terdiri atas empat Banjar adat, yang disebut dengan

Banjar Tempek, yakni Banjar Gede Jinamurti, Banjar Tilem, Banjar Pande Mas dan

Banjar Pande Besi. Selain Banjar yang tersebut diatas, di Desa adat Budakeling juga

terdapat dadia Pande Mas, dadia Pande Besi, dadia Banjar Bunut, dadia Banjar

Desa, dadia Banjartak, yang merupakan pangiring (pengikut) Dang Hyang

Asthapaka, hingga kini keturunannya masih ada di Desa adat Budakeling. Selain itu,

terdapat juga satu kampung Saren Jawa yang ditempati oleh kaum bugis. Secara

administratif kampung Saren Jawa terdapat dalam lingkungan Desa adat Saren.

Begitu juga di desa Batuan yang terdapat lima desa adat yang masing-masing

dikepalai seorang Bendesa adat. Sama halnya dengan desa Budakeling, tiap-tiap desa

adat dibagi lagi menjadi banjar adat. Adapun desa adat yang terdapat di desa

Batuan, yakni:

1. Desa adat Lantang Idung

2. Desa adat Gerih

3. Desa Adat Batuan

4. Desa adat Sila Murti

5. Desa adat Batuan Kaler

6. Desa adat Negara

Page 25: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

57

Dari beberapa desa adat yang terdapat di desa Batuan, yang termasuk daerah

lokasi penelitian yakni di dalam lingkungan desa adat Sila Murti. Desa adat Sila

Murti merupakan desa adat yang terbentuk atas pemekaran desa adat Batuan. Banjar

adat yang terdapat di desa adat Sila Murti terdapat tiga banjar adat, yakni banjar

Gede, banjar Geria dan banjar Geria Ciwa.

Berikut lebih jelasnya dapat dilihat bagan desa dari masing-masing Desa adat

yang ada di desa Budakeling dan desa Batuan sebagai berikut:

Page 26: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

58

Bagan 2.1 Struktur Kelembagaan Desa Adat Budakeling

DESA BUDAKELING

DESA ADAT DESA ADAT

BUDAKELING

SAREN

Banjar Gede Banjar Banjar Banjar

Jinamurti

Tilem

Pande Mas

Pande Besi

Banjar Pesawan Banjar Saren Banjar Saren Banjar Dukuh Banjar Pesawan

Anyar

Kauh

Page 27: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

59

Bagan 2.2 Struktur Kelembagaan Desa Adat Batuan

DESA BATUAN

DESA ADAT DESA ADAT DESA ADAT DESA ADAT DESA ADAT DESA ADAT

LANTANG

GERIH

BATUAN

SILA MURTI

BATUAN

NEGARA

IDUNG KALER

Banjar Banjar

Lantang Idung Gerih

Banjar Banjar Banjar Banjar Banjar

Puaya

Jeleka

Peninjoan

Dentiyis

Dlodtunon

Banjar Banjar Banjar

Gede

Geri

a

Geria Siwa

Banjar Banjar Banjar Banjar

Sakah Blah Tanah Dauh Uma Cangi

Banjar

Banjar

Banjar

Banjar Banjar

Pekandelan Jungut Bucuan Penida Tegeha

(Sumber: Data Monografi Desa Budakeling dan Desa Batuan, 2013)

Page 28: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

60

Dari kedua bagan di atas dapat dijelaskan bahwa desa adat ada yang memiliki

satu banjar adat dan ada juga berbagai banjar adat. Desa Budakeling yang termasuk

dalam lokasi penelitian yakni di dalam desa adat Budakeling. Desa adat Budakeling

terdiri dari empat banjar adat yakni banjar adat Jinamurti, banjar adat Tilem, banjar

adat Pande Mas dan banjar adat Pande Besi. Sedangkan di desa Batuan yang

termasuk dalam lokasi penelitian yakni desa adat Sila Murti. Desa adat Sila Murti

terdiri dari tiga banjar adat yakni banjar adat Gede, banjar adat Geria, dan banjar

adat Geria Siwa. Namun, yang terdapat di desa Batuan lebih mengkhusus di

lingkungan banjar adat Geria, di mana lingkkungan tersebut merupakan sebagian

besar lingkungan dari Brahmana Buddha Batuan.

Adapun struktur pemerintahan desa yang terdapat di desa Budakeling dan

desa Batuan, bersifat Administratif atau desa Dinas. Pemerintahan desa adalah

keseluruhan daripada fungsi penyelenggaraan yang dilaksanakan oleh aparat

pemerintah desa yang terdiri dari Kepala desa dan pamong desa lainnya serta menurut

susunan secara hierarchis berada langsung di bawah Pemerintah Kecamatan. Struktur

pemerintahan desa Budakeling sangat sederhana terutama apabila ditinjau dari segi

personil yang ada (Sudarsana, wawancara : 27 Agustus 2014). Adapun Struktur

pemerintahan desa Budakeling dapat dilihat dalam diagram berikut.

Page 29: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

61

Bagan 2.3 Struktur Pemerintahan Desa Budakeling

PERBEKEL

BPD ------------------- I Made Sudarsana

SEKERTARIS DES

I Made Puspa, SE

KAUR PEMERINTAHAN KAUR KEUANGAN KAUR UMUM

I Ketut Rai I Made Suyasa I Wayan Lanus

KAUR PEMBANGUNAN KAUR KESRA

Mohammad Sari Putu Astrani

KELIAN BANJAR DINAS

TRIWANGSA BUDAKELING SAREN ANYAR SAREN KANGIN

Dewa Putu Oka I Komang Matra Drs. I Nym. Dangin I Made Taman

DUKUH PESAWAN SAREN KAUH SAREN JAWA

I Made Astawa I Ketut Nuada I Wayan Sukarai A. Jaelani

Page 30: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

62

Bagan 3.4 Struktur Pemerintahan Desa Batuan

PERBEKEL

BPD

.............. I Nyoman Netra

SEKERTARIS DESA

I Made Suarta

KAUR PEMERINTAHAN KAUR KEUANGAN KAUR UMUM

I Ketut Mantra Ida Ayu Astuti Made Mardrinawathi

KAUR PEMBANGUNAN KAUR KESRA

I Made Sukra Desak Putu Nadi

KELIAN BANJAR DINAS

DENTIYIS DLODTUNON PENINJOAN JUNGUT

Drs. I Ketut Wartha I Made Suanda I Ketut Arsana I Wayan Rokiantara

PEKANDELAN GEDE GERI

A GERIA CIWA

I Ketut Wirtawan Dewa Putu Gede I.B Made Wirawan I.B Agung Agustina

TENGAH JELEKA PUAYA LANTAGIDUNG

I Nyoman Sukartha I Wayan Darma I Wayan Mustika I Wayan GD Sutirta

PENIDA BUCUAN TEGEHA

I Wayan Suarta I Made Sutrisna I.B Putu Ariana

Page 31: BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELTIAN 2.1 Keadaan ... II.pdf · Gede 114 310 397 707 7. Geria 81 196 193 389 8. Geria Çiwa 53 147 128 275 9. Tengah 71 220 171 391 10. Jeleka

63

Keterangan :

___________ : Garis Komando

---------------- : Garis Koordinasi

(Sumber: Data Monografi Desa Budakeling dan Desa Batuan, 2013)

Desa Budakeling dan desa Batuan dipimpin oleh seorang Kepala Desa (Perbekel) dan

terdiri dari delapan banjar Dinas untuk desa Budakeling dan lima belas banjar Dinas untuk desa

Batuan, yang tiap-tiap banjar Dinas dikepalai oleh kelihan Dinas, dalam pelaksanaan

pemerintahannya dibantu oleh Sekertaris desa dan Kepala urusan (Kaur) di masing-masing

bidang, di samping itu ada pula Badan Perwakilan Desa (BPD) yang secara bertugas mengawasi

sistem pemerintahan Desa.