bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan
siswa dalam memperoleh hasil belajar. Mengetahui keberrhasilan atau
tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi,
tujuannya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses
belajar mengajar berlangsung. Adapaun keberhasilan belajar siswa
dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang
telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang
dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.Ada
lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap
pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah
laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu
yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Memahami
pengertian hasil belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada
pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita
temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan hasil belajar,
Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian hasil belajar yaitu “hasil
yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan
bahwa “hasil belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
7
sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S.
Nasution (1984) hasil belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Hasil belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan hasil belajar kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.”
Berdasarkan pengertian hasil belajar tersebut, maka hak yang
dimiliki siswa dalam menentukan hasil belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan
menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam
bentuk nilai evaluasi setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil
belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh siswa dalam dirinya ketika mengalami proses kegiatan
pembelajaran berlangsung kususnya pada mata pelajaran IPA.
Hasil akhir dari proses kegiatan pembelajaran siswa pada
matapelajaran IPA ini dilihat dari seluruh kegiatan siswa dalam
mengikuti suatu proses pembelajaran dikelas dan menerima
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa asfek
kognitif, afektip, dan psikomotorik.
8
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor
intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-
faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan
faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor
keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri
individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam
faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan
motivasi
a. Kecerdasan atau intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan
oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu
menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini
ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara
satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga
seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa
faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak
diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Kecerdasan
merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat
menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau
seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal
atau di atas normal maka secara potensi ia dapat
9
mencapai hasil yang tinggi.” Slameto (1995:56)
mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah.”
Syah Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa
intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan
intelegensi seseorang siswa maka semakin besar
peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Berdasarkan uraian tersebut bahwa intelegensi yang
baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor
yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha
belajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah
dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan.
Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam
hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude
yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-
kesanggupan tertentu.” Kartono (1995:2) menyatakan
bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau
diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui
belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut
Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat
diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk
melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya
10
pendidikan dan latihan.” Tumbuhnya keahlian tertentu
pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang
dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat
mempunyai tinggi rendahnya hasil belajar bidang-
bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama
belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting
dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.
Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya
untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan.
Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut
Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang
menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada
bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57)
mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat
adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
11
Maka jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang
menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan
disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
Untuk menambah minat seorang siswa di dalam
menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat
mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang
tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha
untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya
dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang
penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang
mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah
bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar
mengajar sorang anak didik akan berhasil jika
mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution (1995:73)
mengatakan motivasi adalah “segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”
Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa
“motivasi adalah menggerakkan siswa untuk
melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
12
Dalam perkembangannya motivasi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a) Motivasi instrinsik, Motivasi
instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang
bersumber dari dalam diri seseorang yang atas
dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan
sesuatu pekerjaan belajar
b) Motivasi ekstrinsik, motivasi
ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang
datangnya dari luar diri seseorang siswa yang
menyebabkan siswa tersebut melakukan
kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi
seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untuk mengarahkan
perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan
adanya dorongan ini dalam diri siswa akan
timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia
menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan
motivasi kepada mereka, supaya dapat
melakukan kegiatan belajar dengan kehendak
sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa,
yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,
lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan
ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan
paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor
ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan
keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
13
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam
masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto
bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama
dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk
pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan
dunia.” Adanya rasa aman dalam keluarga sangat
penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong
untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan
salah satu kekuatan pendorong dari luar yang
menambah motivasi untuk belajar. Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan
pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama
dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan
hidup keagamaan.” Oleh karena itu orang tua
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari
keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan
lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-
lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik
antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha
meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang
perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh
perhatian yang serius tentang cara belajar anak di
rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan
14
dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar
dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat
dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang
lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian
pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan
siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil
belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan
“guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang
akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat
dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut
untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan
memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
Disamping orang tua, lingkungan juga
merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses
pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam
sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan
sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini
Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat
dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama
15
anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang
sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka
anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.
Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan
kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada
menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
2.1.2. Metode Demonstrasi
2.1.2.1. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan. ( SyahMuhibbin, 1999). Metode demonstrasi adalah
metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau
cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam
prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri.
Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam
penyampaian bahan pelajaran geografi, misalnya bagaiamana cara
membuat peta menggunakan kompas dan meteran, bagaimana proses
kerja pengindraan jauh sehingga menghasilkan data, dan yang lainnya.
2.1.2.2. Aspek Yang Penting Dalam Menggunakan Metode
Demonstrasi Beberapa asfek yang penting dalam menggunakan
metode demonstrasi diantaranya:
1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila
alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan
16
seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau
penjelasannya tidak jelas.
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh
aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan
dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang
berharga.
3. Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di kelas karna
sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di
tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
5. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori
dari apa yang akan di demonstrasikan. Dan adapun
sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut
guru harus terlebih dulu mendemonstrasikan dengan
sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang
sesuai dengan petunjuk. Adapun dalam metode demonstran
ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya
sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
2.1.2.3 Kelebihan metode demonstrasi
1. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di
anggap penting oleh guru dapat di amati.
2. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di
demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan
akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
3. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti
proses belajar.
4. Dapat menambah pengalaman anak didik.
5. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di
sampaikan.
17
6. Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih
jelas dan kongkrit.
7. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode
demonstransi tersebut, maka dalam bidang setudi IPA,
banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan seperti
perubahan wujud benda mengunakan kulkas dan kompor.
Apabila perubahan wujud yang betul dan baik telah di miliki
oleh anak didik, maka guru harus mencoba
mendemonstrasikan di depan para murid. Apabila anak didik
sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus
memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh murid,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru
berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-
segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan
memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna
guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi
anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang
menyaksikannya.
2.1.2.4 Kekurangan Metode Demonstrasi
1. Memerlukan waktu yang cukup banyak
2. Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi
menjadi kurang efesien.
3. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk
membeli bahan-bahannya.
4. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
5. Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi
tidak efektif.
18
2.1.2.5 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode
demonstrasi tersebut adalah:
1) Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
2) Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan
demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah
di rencanakan.
3) Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum
demonstrasi dimulai.
4) Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai
dengan kenyataan sebenarnya.
2.1.2.6. Peran Metode Demonstrasi Dalam Peningkatan Hasil Belajar
Penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh
karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya dipilih metode
yang benar-benar efektif dan efisien atau merancang metode sendiri
sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya
terbentuk kompetensi tertentu dari siswa. Metode yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi
mempunyai kemampuan atau potensi mengatasi kekurangan-
kekurangan guru, metode demonstrasi mampu menyampaikan meteri
secara jelas dan mudah di pahami siswa. Dengan demikian penggunan
metode demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan kemauan. Berdasarkan uraian tersebut maka
proses belajar akan efektif dan hasil belajar siswa akan meningkat.
19
2.1.3. Pembelajaran IPA
2.1.3.1.Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam diambil dari kata dalam bahasa Inggris natural
science, artinya ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam. Samatowa mengatakan bahwa IPA merupakan
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
Selanjutnya Powler (Samatowa, 2009: 3) mengatakan bahwa IPA merupakan
ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen/sistematis. Selanjutnya Winataputra (dalam
Samatowa, 2009: 3) mengatakan bahwa IPA tidak hanya merupakan
kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, melainkan cara
kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah.
2.1.3.2.Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Samatowa (2009: 6) ada 4 hal yang menjadi pertimbangan
IPA dimasukkan dalam pembelajaran di sekolah dasar, yaitu:
a. Bahwa IPA bermanfaat bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materiil
suatu bangsa banyak sekali bergantung pada kemampuan bangsa itu
dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering
disebut sebagai tulang punggung pembangunan.
b. Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan
suatu pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis.
c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
sendiri oleh siswa, maka IPA tidak merupakan mata pelajaran hafalan
semata.
20
d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara
keseluruhan.
2.1.3.3.Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
PERMEN No. 22 Tahun 2006, maka mata pelajaran IPA di
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
21
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini beberapa peneliti yang
ada kaitannya dengan variabel-variabel penelitian yang dilakukan :
a. Menurut Rasim (2011), dalam skrpsi yang berjudul “ Upaya Peningkatan
Hasil Belajar IPA Tentang Mendiskripsikan Sifat-sifat Cahaya Melalui
Metode Demonstrasi Menggunakan Periskop dikelas V SDN 3 Kalasilak
UPT Kebasen Bayumas pada semester II tahun 2010/2011”, kesimpulan
yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah melalui metode demonstrasi
menggunakan periskop dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan bukti
perolehan nilai siklus 1 lebih baik dari kondisi awal, dan nilai akhir dari
siklus 2 lebih baik dari nilai siklus 1
b. Menurut Vita Asri (2010) dalam skripsi yang berjudul “ Pengunaan
Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik
Kelas V pada Pembelajaran IPA”, kesimpulan yang dapat ditarik dari
skripsi ini adalah penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA
materi sistem pernapasan dan sistem pencernaan dapat meningkatkan
prestasi belajar peserta didik serta mampu mencapai ketuntasan dalam
pembelajaran sesuai KKM.
c. Menurut Binti Lisna Astuti 2010), dalam skripsi yang berjudul “ pengguna
metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V
pada pembelajaran IPA di SDN Jepon 8 Kecamatan Jepon Kabupaten
Blora semester I Tahun Ajaran 2009/2010”, dapat disimpulkan bahwa
pengguna metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.
22
2.3. Kerangka Fikir
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran
yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. (Syah
Muhibbin, 1999). Oleh karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya
dipilih metode yang benar-benar efektif dan efisien atau merancang metode
sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya
terbentuk kompetensi tertentu dari siswa. Metode yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi mempunyai
kemampuan atau potensi mengatasi kekurangan-kekurangan guru, metode
demonstrasi mampu menyampaikan meteri secara jelas dan mudah di pahami
siswa. Dengan demikian penggunan metode demonstrasi dapat menyalurkan
pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Berdasarkan
uraian tersebut maka proses belajar akan efektif dan hasil belajar siswa akan
meningkat. Berdasarkan pemikiran yang sama dengan kajiaan teoritis maupun
dengan hasil penelitian sebelumnya, yakin bawa model pembelajaran ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
23
Langkah-langkah yang akan dilakukan maka penulis mengambarkan
dalam sebuah bagan dibawah ini :
Gambar. 1.
kerangka fikir menurut ( Syah Muhibbin, 1999)
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar (IPA) dengan
menerapkan metode demonstrasi pada siswa kelas 2 semester II Sekolah
Dasar Negeri Salatiga 08 Tahun pelajaran 2012/2013
Kondisi
awal
Hasil belajar rendah
mengunakan metode
konvesional
Tindakan
Siklus 1 menggunakan
metode demonstrasi
Penggunaan
metode
demontrasi
Siklus 2 menggunakan
metode demonstrasi
Hasil belajar
meningkat
Kondisi
akhir