bab ii kajian pustaka dan landasan teorieprints.umm.ac.id/48808/3/bab ii.pdf · 2019. 8. 14. ·...

25
20 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan bagi penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari beberapa sumber penelitian terdahulu peneliti tidak menemukan judul yang sama seperti pada judul penelitian penulis. Penulis mengangkat beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi atau tambahan informasi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berupa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi 1 “Evaluasi Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar” Jurnal Online Mahasiswa 2014 oleh Fitriani dan Zaili Rusli. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Kecamatan Hulu Kabupaten Kampar dengan menggunakan alat ukur evaluasi yang terdiri dari input, proses kebijakan, output, outcome, impact dan feedback “tidak berhasil” karena tidak tercapainya semua indicator yang telah Persamaan : Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sama- sama mengevaluasi sebuah program dan yang digunakan sebagai alat ukur evaluasi terdiri daricontext, input,prosess, product. Perbedaan : Penelitian yang ditulis oleh Fitriani dan Zaili Rusli adalah untuk mengevaluasi Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sedangkan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu untuk

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan bagi penulis

untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori

yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari

beberapa sumber penelitian terdahulu peneliti tidak menemukan judul

yang sama seperti pada judul penelitian penulis. Penulis mengangkat

beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi atau tambahan informasi

dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut adalah

beberapa penelitian terdahulu yang berupa jurnal terkait dengan

penelitian yang dilakukan penulis.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi

1 “Evaluasi

Pelaksanaan

Program

Nasional

Pemberdayaan

Masyarakat

(PNPM) Mandiri

Di Kecamatan

Siak Hulu

Kabupaten

Kampar” Jurnal

Online

Mahasiswa 2014

oleh Fitriani dan

Zaili Rusli.

Hasil penelitian

yang diperoleh yaitu

Program Nasional

Pemberdayaan

Masyarakat

(PNPM) di

Kecamatan Hulu

Kabupaten Kampar

dengan

menggunakan alat

ukur evaluasi yang

terdiri dari input,

proses kebijakan,

output, outcome,

impact dan

feedback “tidak

berhasil” karena

tidak tercapainya

semua indicator

yang telah

Persamaan :

Penelitian yang akan

digunakan dalam

penelitian ini yaitu sama-

sama mengevaluasi sebuah

program dan yang

digunakan sebagai alat

ukur evaluasi terdiri

daricontext, input,prosess,

product.

Perbedaan :

Penelitian yang ditulis

oleh Fitriani dan Zaili

Rusli adalah untuk

mengevaluasi Pelaksanaan

Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) sedangkan yang

dilakukan pada penelitian

ini yaitu untuk

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

21

ditentukan. mengevaluasi pengelolaan

E-Warong bagi penerima

Program Keluarga

Harapan di Kota Batu

2 “Efektivitas dan

Perspektif

Pelaksanaan

Program Beras

Sejahtera

(RASTRA) dan

Bantuan Pangan

Non-Tunai

(BPNT)” Jurnal

Analisis

Kebijakan

Pertanian 2018

oleh Beny

Rachman, Adang

Agustian,

Wahyudi

Penelitian ini

bertujuan untuk

mengkaji efektifitas

pelaksanaan Rastra

dan BPNT (aspek

6T:Tepat Sasaran,

Tepat Jumlah, Tepat

Harga, Tepat

Waktu, Tepat

kualitas, Tepat

Administras) dan

yang menjadi

penerima program

Rastra dan BPNT

adalah Kelurga

Penerima Manfaat

yang termasuk

dalam kategori

sangat miskin

(termasuk penerima

Program PKH)

Persamaan :

Yang menjadi penerima

dalam program ini adalah

keluarga miskin yaitu

keluarga penerima manfaat

(KPM) yang termasuk

dalam

Program Keluarga

Harapan

Perbedaan :

Penelitian yang dilakukan

Rachman, dkk yaitu

melihat efektifitas dan

perspektif pelaksanaan

program beras sejahtera

(Rastra) dan bantuan

pangan non tunai (BPNT)

sedangkan yang dilakukan

pada penelitian ini adalah

evaluasi pengelolaan E-

Warong kube bagi

penerima program

keluarga harapan di Kota

Batu

3 “Implementasi

Program E-

Warong Kube

Srikandi di Kota

Malang Tahun

2017” Jurnal

Ilmu

Pemerintahan

2018 oleh Indira

Hasil dari penelitian

ini adalah

implementasi

program pada E-

Warong Kube

“Srikandi” masih

belum optimal

karena masih

terdapat

Persamaan :

Penelitian ini sama-sama

mengkaji tentangElektonik

warong gotong royong

kelompok usaha bersama

(E-Warong Kube)

Perbedaan :

Penelitian ini melihat

bagaimana

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

22

Putri Pramesti,

Alifiulahtin

Utaminingsih,

Restu Kalina

Rahayu.

pelaksanaan yang

tidak sesuai

pendekatan top-

down model

implementasi dari

Daniel Mazmanian

dan Paul A.

pengimplementasian

program E-Warong Kube

Srikandi yang ada di Kota

Malang sedangkan

penelitian yang akan

dilakukan yaitu untuk

melihat bagaimana

evaluasi pengelolaan E-

Warong kube Melati dan

E-Warong Kube Harapan

yang berada di Kota Batu.

4 “Peran Dinas

Sosial Dalam

Pelaksanaan

Pemberdayaan

Masyarakat

Miskin Melalui

Program

Elektronik

Warung

Kelompok Usaha

Bersama Program

Keluarga

Harapan” Jurnal

Ilmu Soisal dan

Ilmu Politik

2018, oleh

Antonius

Richardo Ratu Da

Costa, Ignatius

Adiwidjaja

Hasil penelitian ini

ditemukan bahwa

Peran Dinas Sosial

dalam pelaksanaan

pemberdayaan

masyarakat miskin

melalui program E-

Warong Kube PKH

di Kota Malang

sudah cukup baik

yang mana Dinas

Sosial telah

memberikan

pendampingan dan

pelatihan kepada

masyarakat

pengelola elektronik

warung, masyarakat

mampu mandiri

dalam pengelolaan

bantuan dan

penggunaan-

pengguanaan kartu

ATM dan

Electronic Data

Capture (EDC) ,

pemecahan masalah

dilakukan

berdasarkan

kesepakatan dan

pemahaman

kebutuhsan anggota

warung.

Persamaan :

Dinas Sosial di Kota Batu

juga melaksanakan

pemberdayaan masyarakat

miskin melalui Program E-

Warong Kube dalam

memberikan

pendampingan dan

pelatihan kepada

masyarakat yang menjadi

pengelola E-warong

Perbedaan :

Pada penelitian yang

dilakukan oleh Antonius

Richardo, Ratu Da Costa,

Ignatius Adiwidjaja ini

melihat peran Dinas Sosial

Dalam Pelaksanaan

Pemberdayaan Masyarakat

miskin melalui program

elektronik warung

kelompok usaha bersama

program keluarga harapan

sedangkan penelitian yang

akan dilakukan

padapenelitian ini lebih

berfokus pada evaluasi

pengelolaan E-Warong

bagi penerima program

keluarga Harapan di Kota

Batu.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

23

5 “Jaringan Sosial

E-Warong Kube

dan PKH dalam

Hal Penaganan

Kemiskinan Pada

E-Warong

Cahaya Dini Kota

Pekanbaru”

Jurnal Sosio

Informa 2018

oleh Ayu Diah

Amalia

Penelitian ini

membahas skema

penanganan

kemiskinan yang

dilaksanakan oleh

Kementrian Sosial

melalui program E-

Warong dari sudut

pandang sosiologis.

Khususnya

mengenai jaringan

sosial yang

terbentuk dalam

upaya penanganan

kemiskinan.

Persamaan :

Penelitian ini sama-sama

mengkaji tentang

elektronik warung gotong

royong (E-Warong)

program dari Kementrian

Sosial

Perbedaan :

Pada penelitian yang

sudah dilakukan oleh Ayu

Diah Amalia disini

membahas tentang

jaringan sosial yang

terbentuk dalam

penanganan kemiskinan

sedangkan penelitian yang

akan penulis lakukan

berbeda dengan penelitian

sebelumnya mengenai

tempat dan kajian yang

akan diangkat. Disini

penulis akan mengkaji

tentang evalusi

pengelolaan E-Warong

bagi penerima program

keluarga harapan di Kota

Batu.

2.2 Tinjauan Pusataka

2.2.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi program merupakan proses penetapan secara sistematis

tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan

kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Arikunto dan

Jabar, 2004). Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi,

yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan

pemberian pembinaan yang tepat pula (Arikunto, 2008:29).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

24

Evaluasi program lebih berpusat pada manusia (people centered)

yang terlibat dalam dan terkait dengan program. Sasaran atau subjek

yang dievaluasi, atau yang menjadi sumber data, pada umumnya

adalah manusia. Kendati yang di evaluasi adalah lembaga

penyelenggara atau pelaksanaan program, yang menjadi responden

dalam evaluasi tersebut adalah orang-orang yang menyelenggarakan,

mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena

dampak program pendidikan dari luar sekolah (Sudjana, 2008:31).

Evaluasi merupakan bagian dari desain perencanaan dan biasanya

digandengkan dengan kata monitoring sehingga menjadi satu tahap:

monitoring dan evaluasi (Monev) (Sardjo, 2017: 14).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan

sebuah kegiatan diawali dengan mengukur dan menilai dengan tujuan

untuk melihat efektifitas dan keberhasilan dalam sebuah program. Dari

adanya evaluasi ini hendaknya dapat membantu untuk menemukan

permasalahan dan dapat memberikan solusi untuk perbaikan dari

sebuah program tersebut.

Untuk mendapatkan data dan informasi yang obyektif dan

lengkap, evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan teknik: 1).

Memperlajari dokumen dan laporan tertulis, 2). Wawancara dengan

menggunakan informan, 3). Observasi (pengamatan) secara langsung

(Hariwoeryanto 1987:87)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

25

Tujuan evaluasi berfungsi sebagai pengarah kegiatan evaluasi

program dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas

kegiatan evaluasi program. Tujuan evaluasi program terdiri dari 1)

Memberi masukan untuk perencanaan program, 2) Memberi masukan

untuk kelanjutan, perluasan, dan penghentian program, 3) Memberi

masukan untuk memodifikasi program, 4) Memperoleh informasi

tentang faktor pendukung dan penghambat program, 5) Memberi

masukan untuk motivasi dan pembinaan pengelola dan pelaksanaan

program, 6) Memberikan masukan untuk memahami landasan

keilmuwan bagi evaluasi program (Sudjana, 2008:35-46).

2.2.2 Prinsip-Prinsip Evaluasi

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan

evaluasi maka harus bertitik dari prinsip-prinsip. Menurut

Khusnuridho (2010), prinsip-prinsip evaluasi terdiri dari:

1. Komprehensif

Evaluasi harus mencangkup bidang sasaran yang luas atau

menyeluruh, baik aspek personalnya, materialnya, maupun aspek

operasionalnya. Evaluasi bukan hanya ditujukan pada satu aspek

saja. Misalnya aspek personalnya, jangan menilai gurunya saja,

tetapi juga murid karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu pula

untuk aspek material dan operationalnya. Evaluasi harus dilakukan

secara menyeluruh.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

26

2. Komparatif

Prinsip itu menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi

harus dilaksanakan secara bekerjasama dengan semua

orang.sebagai vontoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru itu

sendiri, dan bahkan dengan pihak murid. Dengan melibatkan

semua pihakdiharapkan dapat mencapai keobyektifan dalam

mengevaluasi.

3. Kontinyu

Evaluasi hendaknya dilakukan secara terus menerus selama

proses pelaksanaan program. Evaluasi bukan hanya dilakukan

terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana

sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting dimaksudkan untuk

selalu dapat memonitor setiap saat atas keberhasilan yang telah

dicapai dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berhasil

diusahakan terjadi peningkatan, sedangkan aktivitas yang gagal

dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan.

4. Obyektif

Mengadkan evaluasi harus menilai sesuatu dengan

kenyataan yang ada. katakanlah yang hijau itu hijau dan yang

merah itu merah. Jangan sampai mengatakan yang hijau itu kuning

dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh, apabila seorang guru itu

sukses dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini sukses,

dan sebaliknya jika guru ini itu kurang berhasil dalam mengajar,

maka katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil. Untuk mencapai

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

27

keobyektifan dalam evaluasi perluadanya data dan fakta. Dari data

dan fakta inilah dapat mengolah untuk kemudian diambil suatu

kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat

dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan.

5. Berdasarkan kriteria yang valid

Selain perlu adanya data dan fakta, juga perlu adanya

kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi

harus konsisten dengan tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini

digunakan agar memiliki standar yang jelas apabila menilai suatu

aktivitas supervise pendidikan. Kekonsistenan kriteria yang dibuat

harus mempertimbangkan hakikat substansi supervise pendidikan.

6. Fungsional

Evaluasi memiliki niali guna baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kegunaan langsungnya adalah dapatnya hasil

evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang dievaluasi.

Sedangakn kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu

dimanfaatkan untuk penelitian atau untuk keperluan yang lainnya.

2.2.3 Model Evaluasi

Pengambilan Model evaluasi, biasanya terdapat banyak

macam-macam model yang ditawarkan. Model-model evalusi dalam

setiap kategori mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing

yang perlu dipertimbangkan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP (Context, Input,

Prosess, and Product).(Sudjana, 2008:52). Alasan dari pengambilan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

28

model ini karena dari keempat kata yang disebutkan tadi merupakan

sasaran evaluasi, yaitu komponen dan proses sebuah program kegiatan.

Sebelum melakukan penelitian, penulis menentukan indikator

yang digunakan dalam penelitian. Dalam penyusunan indikator

diperlukan pemahaman yang baik mengenai program kegiatan,

tujuannya, sumberdaya yang tersedia, ruang lingkup, kegiatan, dan lain

sebagainya.

1. Evaluasi Konteks(Context)

Evaluasi konteks adalah kegiatan mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan

dilaksanakan. Evaluasi konteks berusaha mengevaluasi secara

keseluruhan, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan obyek tertentu.

Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis

masalah kekuatan dan kelemahan obyek yang akan atau sedang

berjalan. Evaluasi konteks memberi informasi bagi pengambil

keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan dilakukan.

2. Evaluasi Masukan (Input)

Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan

bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, cara yang harus

dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Evaluasi ini

mencangkup identifikasi dan menilai kapabilitas sistem, stategi untuk

pembuatan kebijakan, pembiayaan, dan penjadwalan program.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

29

3. Evaluasi Proses (Prosess)

Evaluasi proses adalah mengecek pelaksanaan suatu rencana/

program. Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan

diaplikasikan dalam praktik implementasi kegaitan. Evaluasi program

menyediakan umpan balik yang berkenaan dengan efisien pelaksanaan

program, termasuk di dalamnya mengidentifikasi permasalahan

prosedur baik pengaruh sistem dan tatalaksana kejadian dan aktivitas.

Evaluasi proses meliputi koleksi dan penilaian yang telah ditentukan

dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program.

4. Evaluasi Produk(Product)

Tujuan dari evaluasi produk adalah untuk mengukur, menafsirkan,

dan menetapkan, pencapaian hasil dari sebuah program selama

pelaksanaan program dan pada akhir program. Fungsi dari evaluasi

produk adalah catatan penilaian yang dilakukan untuk mengukur

keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Pengukuran dikembangkan dan

diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan

menjadi bahan penarikan kesimpulan. (Sudjana, 2008, 54-56).

2.2.4 Tujuan dan Kegunaan Evaluasi

Setelah mengkaji dari literatur di atas, Adapun yang menjadi tujuan

evaluasi program menurut peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Melihat sejauh mana tujuan telah dicapai

2. Apakah program yang dilakukan berguna bagi sasaran yang dituju

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

30

2.2.5 Pengelolaan

Pengelolaan merupakan dari kata “management” terbawa oleh

derasnya arus penambahan kata pungut ke dalam bahasa Indonesia,

istilah inggris tersebut dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen.

Manajemen berasal dari kata to manager yang artinya mengatur,

pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan

dari fungsi-fungsi managemen. Dalam proses pelaksanaanya,

managemen mempunyai tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Tugas-

tugas tersebut biasa disebut dengan fungsi managemen. Fungsi

managemen ada empat, yang dimana dalam dunia managemen dikenal

sebagai POAC yaitu planning (perencanaan),

organizing(pengorganisasian), actuating (penggerakan atau

pengarahan), dan controlling (pengendalian) (Djuroto, 2004:96).

Dalam kamus Bahasa Indonesia Lengkap disebutkan bahwa

pengelolaan adalah proses atau cara perbuatan mengelola atau proses

melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain,

proses yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi

atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang

terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan

(Daryanto, 1997:348).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

31

2.2.6 Fungsi-Fungsi Managemen

Adapun penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut adalah : (Zanah,2016:

159)

1. Perencanaan (Planning)

Keseluruhan proses perkiraan dan penentuan secara matang

hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana

perencanaan merupakan suatu proses perumusan tentang apa

yang akan dilakukan dan bagaiamana pelaksanaannya. tanpa

fungsi perencanaan, tidak ada runtutan kejelasan dalam mencapai

tujuan organisasi.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Merupakan suatu proses pengaturan keseluruhan

sumberdaya dalam sebuah organisasi. Pengaturan itu

mencangkup pembagian tugas, alat-alat, sumber daya manusia,

wewenang, dan sebagainya untuk menghindari kesimpangsiuran

dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan dilakukan setelah fungsi perencanaan. Agar

pelaksanaan berjalan sesuai dengan perencanaan maka sangat

ditekankan pada bagaiamana cara/strategi seorang pemimpin

dalam menggerakkan anggotanya. Hal ini sangat penting untuk

menghindari agar anggota tidak melaksanakan tugasnya di bawah

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

32

tekanan atau paksaan melainkan atas dasar pilihan sadar dan

penuh rasa tanggung jawab.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah proses untuk mengawasi secara terus

menerus kegiatan dalam melaksanakan rencana kerja yang sudah

disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpangan.

Fungsi pengawasan sangat penting tanpa adanya pengawasan

maka fungsi-fungsi yang lainnya tidak akan berjalan efektif dan

efisien.

2.2.7 E-Warong Kube

E-Warong KUBE-PKHadalah program dari kementerian sosial

yang bertujuan untuk membantu pengentasan kemiskinan disetiap

daerah, dan untuk meringankan beban pengeluaran bagi keluarga

miskin. E-Warong ini merupakan tindak lanjut dari upaya pengentasan

kemiskinan melalui program keluarga harapan (PKH) dengan program

kelompok usaha bersama (Kube).

E-Warong KUBE-PKH adalah sarana usaha yang didirikan oleh

KUBE di bidang jasa sebagai sarana pencairan bantuan sosial non-

tunai berupa bahan pangan pokok dan/atau uang tunai secara

elektronik, kebutuhan usaha, serta pemasaran hasil produksi anggota

KUBE yang dikelola secara gotong-royong dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan teknologi. (Kementrian Sosial RI, 2017). E-

Warong Kube merupakan warung sembako biasa namun dalam proses

transaksinya berbeda. Transaksi yang digunakan dalam pembayaran,

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

33

selain menggunakan uang tunai juga menggunakan non-tunai atau

elektronik sesuai dengan arahan Presiden.

Dalam transaksi non tunai E-Warong menggunakan jaringan

internet karena dalam transaksi yang digunakan tersebut menggunakan

mesin EDC (Electronic Data Capture). E-Warong adalah agen bank,

pedagang dan/atau pihak lain yang telah bekerja sama dengan Bank

Penyalur dan ditentukan sebagai tempat untuk penarikan/pembelian

Bantuan Sosial oleh Penerima Bantuan oleh Bank Penyalur.

Fungsi E-Warong Kube dapat melayani 4 hal yaitu: (1)

Pelayanan jasa pencairan bantuan sosial non-tunai, (2) Penyediaan

kebutuhan-kebutuhan pokok warga masyarakat lingkungan sekitarnya,

(3) Pemasaran hasil produksi penerima bantuan, (4) Penarikan bantuan

sosial secara tunai oleh penerima manfaat (Kemensos RI, 2017:12).

E-Warong merupakan penyaluran bantuan sosial dan subsidi

yang diberikan oleh pemerintah dengan melalui sistem perbankan. Jadi

dalam hal ini masyarakat yang menerima bantuan atau keluarga

penerima manfaat (KPM) mendapatkan bantuan secara non-tunai

dengan cara dana bantuan tersebut dikirim kepada rekening masing-

masing bagi penerima manfaat. Kemudian dana tersebut dapat

dicairkan di E-Warong Kube yang sudah dikelola oleh sekelompok

anggota penerima manfaat.

Pencairan bantuan sosial non-tunai berupa bahan pangan pokok

secara elektronik yang ditujukan bagi penerima manfaat yang berupa

beras dan telor. Penyediaan bahan-bahan tersebut dilakukan melalui

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

34

kerjasama Kementrerian Sosial dengan Perum Bulog atau badan usaha

yang menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha untuk penyediaan

bahan pokok. Dalam transaksi ini harga sudah ditetapkan dan hanya

bisa dibayar melalui transaksi elektronik yang menggunakan kartu

kelurga sejahtera (KKS). Selain pembelian secara non-tunai atau

secara elektronik, masyarakat sekitar juga bisa melakukan pembelian

di E-Warong secara tunai.

Pada setiap Elektronik warung gotong-royong (E-Warong)

menerima total dana bantuan sebesar Rp.30.000.000 (Tiga Puluh Juta

Rupiah) dengan rincian Rp.20.000.000 (Dua Puluh Juta Rupiah)

sebagai modal usaha dan modal kerja. Uang tersebut bisa digunakan

untuk pemanfaat bantuan permodalan seperti pembelian bahan pangan

pokok dan modal kerja pendukung usaha sesuai dengan prioritas

seperti: listrik, layanan internet, timbangan dan lain-lain. Bantuan

sosial sebesar Rp.10.000.000 (Sepuluh Juta Rupiah) dapat digunakan

untuk perbaikan ruangan, pengadaan lemari etalase, dan rak tempat

barang. Dalam pengelolaan E-Warong sendiri terdapat 10 anggota

dengan 1 orang pendamping/penyelia.

2.2.7 Program Keluarga Harapan (PKH)

Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran

Bantuan Sosial Secara Non Tunai menjelaskan bahwa penyaluran

bantuan sosial merupakan implementasi program penanggulangan

kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

35

Penyaluran bantuan sosial secara non tunai dilaksanakan terhadap

bantuan sosial yang diberikan dalam bentuk uang berdasarkan

penetapan Pemberi Bantuan Sosial. Mekanisme penyaluran bantuan

melalui Bank atas nama penerima bantuan sosial dan dapat

digunakannya untuk masing-masing program bantuan sosial. Rekening

tersebut memiliki fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat

diakses melalui kartu combo (Kartu Keluarga Sejahtera).

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2018 tentang Program Keluarga Harapan ditetapkan untuk mendukung

pelaksanaan penyaluran program perlindungan sosial yang terencana,

terarah, dan berkelanjutan dalam bentuk Program Keluarga Harapan

(PKH) sebagai bantuan sosial bersyarat yang bertujuan untuk

mengurangi beban penyaluran bantuan sosial PKH sebagai salah satu

upaya mengurangi kemiskinan dan kesenjangan dengan mendukung

perbaikan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan

kesejahteraan sosial guna meningkatkan kualitas hidup keluarga

miskin dan rentan. (Petunjuk Teknis, 2018:3).

Program keluarga harapan yang selanjutnya disebut PKH adalah

program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/ atau

seseorang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu

program penanganan fakir miskin yang ditetapkan sebagai keluarga

penerima manfaat PKH, yang dalam istilah internasional dikenal

dengan Conditional Cash Transfers (CCT). PKH adalah program

perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

36

Tangga Sangat Miskin (RTSM). Bagi anggota keluarga RTSM

diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang terkait

dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM)

(Bambang, 2018:99).

2.2.7.1 Tujuan PKH

Tujuan dari PKH adalah untuk mengurangi angka dan

memutus mata rantai kemiskinan, meningkatkan taraf hidup keluarga

penerima manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan

kesejahteraan sosial mengurangi beban pengeluaran dan meningkatakn

pendapatan keluarga miskin dan rentan, menciptakan perubahan

perilaku dan kemandirian terhadap keluarga penerima manfaat dalam

mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan

sosial (Tulung, 2011:18).

2.2.7.2 Penerima Manfaat

Keluarga yang menjadi Penerima Manfaat PKH adalah

keluarga miskin berdasarkan Basis Data Terpadu (BDT) yang

memenuhi satu kriteria sebagai berikut:

1. Komponen kesehatan meliputi:

a. Ibu hamil/menyusui

b. Anak berusia 0 sampai dengan 6 tahun

2. Komponen Pendidikan meliputi:

a. Anak sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah atau sederajat

b. Anak sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah atau

sederajat

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

37

c. Anak sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau sederajat

d. Anak usia 6 tahun samapi 21 tahun yang belum menyelesaikan

wajib belajar 12 tahun

3. Komponen Kesejahteraan Sosial

a. Lanjut usia mulai dari 60 tahun

b. Penyandang disabilitas diutamakan penyandang disabilitas berat

(Petunjuk Teknis, 2018:4)

Penguatan PKH dilakukan dengan melakukan penyempurnaan

proses perluasan target, dan penguatan program komplementer, harus

dipastikan bahwa keluarga penerima manfaat (KPM) PKH

mendapatkan subsisdi BPNT, jaminan sosial KIS, KIP, bantuan

Rutilahu, pemberdayaan melalui KUBE termasuk berbagai program

perlindungan dan pemberdayaan sosial lainnnya, agar keluarga miskin

segera keluar dari kungkungan kemiskinan dan lebih sejahtera.

2.2.7.3 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalahan dalam pembangunan yang

meliputi berbagai aspek dalam kehidupan manusia, yakni aspek sosial,

ekonomi, dan budaya (Sumodinigrat, 1998: 26). Kemiskinan adalah

suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomis dalam memenuhi

standar kebutuhan dasar rata-rata pada suatu daerah. Kondisi

ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa bahan

sandang, pangan, maupun papan (Kuncoro, 2002: 112).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

38

Kemiskinan merupakan istilah yang menyatakan tidak adanya

kenikmatan hidup dan persediaan kebutuhan tidak seimbang. Istilah ini

didefinisikan sebagai suatu titik kehilangan untuk pemeliharaan

efisiensi secara fisik (Rochaety, 2007: 185). Kemiskinan memiliki 4

bentuk yaitu:

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana pendapatan

seseorang atau sekelompok orang berada digaris kemiskinan.

Sehingga kurang mencukupi untuk kebutuhan standar untuk

sandang, pangan, kesehatan, perumahan, pendidikan yang

diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan terjadi

karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum

menjangkau keseluruhan lapisan masyarakat sehingga

menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan

standar kesejahteraan.

3. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan yang mengacu kepada sikap, gaya hidup, nilai,

orientasi sosial budaya seseorang atau masyarakat yang tidak

sejalan dengan etos kemajuan masyarakat modern.

4. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang terbentuk

sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya yang pada umunya

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

39

terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang

kurang mendukung adanya pemberantasan kemiskinan. (Todaro,

2003: 247)

2.2.7.4 Masyarakat Miskin

Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik

masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap sarana dan prasarana

lingkungan yang memadai. Dengan kualitas perumahan dan

pemukiman yang jauh di bawah standart kelayakan serta mata

pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi,

yaitu dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan. Dimensi

ekonomi dan dimensi asset (Suparyanto, 2011).

2.3 Landasan Teori

Rasionalitas Max Weber

Menurut Max Weber rasionalitas sebagai dasar terjadinya

perubahan sosial. Rasionalitas terbentuk karena masyarakat barat pada

waktu itu memiliki kondisi sosial budaya khusunya dalam segi pemikiran

yang mulai bergeser dari yang berfikir non rasional menjadi pemikiran

rasional (Holifah, 2015). Rasionalitas merupakan konsep dasar yang

digunakan dalam pengelompokan mengenai tipe-tipe tindakan sosial.

Tindakan rasional menurut Weber berhubungan dengan cara berfikir atau

cara pandang seseorang dimana mereka meyakini tindakan yang mereka

lakukan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

40

Weber membagi tindakan tersebut menjadi 4 jenis yaitu: tindakan

rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan

tradisional, dan tindakan afektif (Jhonson, 1988:219-222).

1. Tindakan rasionalitas instrumental

Tingkat rasionalitas yang paling tinggi, meliputi pertimbangan dan

pilihan yang sadar. Berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat

yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai

memiliki macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas

dasar kriterium menentukan satu pilihan diantara tujuan-tujuan yang

saling bersaing. Individu lalu menilai alat yang mungkin dapat

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini mungkin

mencangkup pengumpulan informasi, mencatat kemungkinan

hambatan yang terdapat dalam lingkungan dan mencoba untuk

meramalkan konsekuensi yang mungkin dari beberapa alternatif dari

tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dibuat atas efisiensi dan

efektivitasnya.

2. Tindakan rasionalitas berorientasi nilai

Rasionalitas berorientasi nilai adalah bahwa alat-alat hanya obyek

dari pertimbangan dan perhitungan dasar. Tujuan-tujuannya sudah ada

dalam hubungan dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau

merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat non rasional

dalam hal dimana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara

obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Lebih lagi,

komitmen terhadap nilai-nilaiyang sedemikian sehingga pertimbangan-

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

41

pertimbangan rasional mengenai kegunaan(Utility),efisiensi dan

sebagainya tidak relevan. Juga orang tidak memperhitungkannya

(kalau nilai-nilai itu benarbersifat absolut) dibandingkan dengan nilai-

nilai alternatif. Individu mempertimbangkan alat untuk mencapai nilai

seperti itu.

3. Tindakan tradisional

Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat

nonrasional. Seorang individu memperlihatkan perilaku karena

kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Perilaku seperti

itu di golongkan pada tindakan tradisional. Individu akan

membenarkan atau menjelaskan tindakan itu, kalau diminta dengan

hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu

merupakan kebiasaan baginya. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini

sedang hilang lenyap karena meningkatnya rasionalitas instrumental.

4. Tindakan afektif

Tindakan ini didominasi oleh perasaaan emosi tanpa refleksi

intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan afektif benar-benar

tidak rasioanal karena kurangnya pertimbangan logis, ideology atau

kriteria rasionalitas lainnya.

Teori Kontigensi Lawren dan Lorsch

Contigent dalam bahasa latin contingere (meraba/menyentuh

seluruh bagian, terjadi) dari (con) dengan dan tingere (meraba). Dalam

etimologi, kontingen merujuk pada pengetahuan yang dicapai dengan cara-

cara empiris (sebagai lawan dari cara-cara logis) dan karena itu harus

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

42

dianggap sebagai benar secara propabel. Menurut kamus besar bahasa

Indonesia (KBBI) kontigensi berarti keadaan yang masih diliputi

ketidakpastian dan berada di luar jangkauan.

Teori Kontigensi struktural atau structural contigensy theory lahir

dari teori managemen klasik. Struktural contigensy theory berkembang

pesat sekitar tahun 1960. Menurut Breeh, 1957 dalam Lex Donaldson,

1995 sampai kira-kira akhir tahun 1950’an, teori struktur organisasi

dinominasi oleh teori managemen klasik, yang menyatakan bahwa ada

satu struktur terbaik bagi organisasi. Perpaduan ini menghasilkan sintesa

bagi teori kontigens/ketidakpastian struktural, dimana struktur yang

terbentuk pada sebuah organisasi akan menjadi terdesentraslisasi atau

sebaliknya menjadi struktur yang lebih partisipatoris adalah bergantung

pada situasi mereka (Roen, 2011).

Lawren dan Lorsch 1967 mengatakan bahwa organisasi dan

lingkungan bagaikan dua sisi mata uang yang saling berhubungan dan tak

dapat dipisahkan, mereka mengemukakan bahwa ketidakpastian dan

perubahan lingkungan akan sangat mempengaruhi perkembangan pada

struktur internal organisasi (Manedi, 2011).

C Jarvis dalam (Gundono 2009:89) mengatakan bahwa teori

Kontijensi memusatkan pada proses meminimalisasi risiko dan proses

pembuatan keputusan. Keputusan-keputusan yang dipilih untuk

mengantisipasi kejadian dan perencanaan akan dikejutkan dengan

kejadian-kejadian yang tidak terduga yang mengancam posisi organisasi.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

43

Otley, 1980 dalam (Gundono, 2009:90) memberikan kerangka

dasar contingency theory sebagai berikut : 1) faktor kontijensi, 2) Sistem

pengendalian, 3) Variabel intervening, efek organisasi. Kerangka Otley

tersebut sedikit banyak menunjukkan konsistensi dengan pandangan

Lawrence dan Lorsch: bahwa keberhasilan pengelolaan organisasi

(efektivitas) tidak semata-mata tergantung pada tujuan dan cara

pengelolaan oleh managemen, tetapi juga oleh kondisi lingkungan yang

sama sekali di luar kendali perusahaan.

Lawrence dan Lorsch mencoba menyesuaikan lingkungan internal

perusahaan-perusahaan tersebut dengan masing-masing lingkungan

eksternalnya. Mereka beranggapan bahwa perusahaan yang lebih berhasil

pada masing-masing industri akan mempunyai penyesuaian yang lebih

baik daripada yang kurang berhasil. Ukuran mereka mengenai lingkungan

eksternal mencoba untuk menentukan tingkat ketakpastian. Ukuran

tersebut mencangkup tingkat perubahan dalam lingkungan dari waktu ke

waktu, kejelasan informasi yang dipegang oleh managemen mengenai

lingkungan dan waktu yang dibutuhkan bagi managemen untuk

mendapatkan umpan balik dari lingkungan terhadap aktivitas yang

dilakukan organisasi (Sunarto, 2003:169).

Lawrence dan Lorch mengatakan semakin kacau, kompleks, dan

beraneka ragam lingkungan eksternal yang dihadapi organisasi, semakin

besar pula tingkat diferensiasi diantara sub-subnya. Jika lingkungan

eksternal sangat beraneka ragam dan lingkungan internal sangat

diferensiasi, mereka lebih lanjut berargumentasi bahwa akan terdapat

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/48808/3/BAB II.pdf · 2019. 8. 14. · mengelola, dan melaksanakan program, atau masyarakat yang terkena dampak program pendidikan

44

kebutuhan akan suatu mekanisme integrasi yang lebih terinci untuk

menghindari unit-unit tersebut bergerak kea rah yang berbeda-beda

(Sunarto, 2003: 176)

Dari beberapa pandangan mengenai teori kontigensi

bahwasanyannya menekankan tidak ada jaminan sebuah organisasi akan

menemukan cara terbaik untuk beradaptasi dengan lingkungan dan

keberhasilan pengelolaan organisasi tidak semata-mata tergantung pada

tujuan dan cara pengelolaan oleh managemen, tetapi juga oleh kondisi

lingkungan yang sama sekali di luar kendali perusahaan. Oleh karena itu

dibutuhkan evaluasi dalam sebuah organisasi untuk mengevaluasi seberapa

baik kinerja suatu organisasi.